Anak hiperaktif dan distruptive behavior
-
Upload
niken-ituw-kiki -
Category
Documents
-
view
585 -
download
4
Transcript of Anak hiperaktif dan distruptive behavior
Dian Novianti
109151415407
Kiki Niken Saputri109151420271
Novia Anjarwati109151415414
Lukman Nur Hakim109151422297
Shely Nur Pramita R109151422298
Menurut Kurnia (2008:6-19) Hyperaktif
adalah sikap anak yang tidak bisa diam,
bergerak terus menerus, suka berlarian,
melompat-lompat bahkan berteriak-teriak di
kelas.
Sedangkan menurut Kurnia (2008: 6.20)
distruptive behavior adalah anak yang sering
mengeluarkan kata-kata kasar dan tidak
sopan dengan nada mengejek serta
menentang guru.
Menurut teori Individual Physchologie dalam Yatim
(2008: 108)
Membandingkan dirinya dengan orang lain
kalah memunculkan aksi melagak atau
jual aksi.
Menurut Kurnia (2008 : 3.31) ada tiga faktor yang
menentukan perkembangan kepribadian peserta
didik, yaitu :
BAWAANPengalaman
awal
Pengalaman
kehidupan
Ditemui anak yang hyperaktif dan sering
berkata kasar dan tidak sopan kepada guru.
Sebagian anak-anak terpengaruh oleh
tingkahnya, dan akhirnya mengikuti
kegiatannya yang tidak bisa diam.
Anak yang lain jadi ikut-ikutan berkata tidak
sopan kepada orang yang lebih tua.
Kurangnya perhatian dari kedua orangtua.
Kurangnya kasih sayang di lingkungan
keluarga
Tidak adanya arahan untuk berkata sopan
dengan orang yang lebih tua.
1. Pemberian perhatian khusus
2. Memberikan label baik dihadapan anak tersebut saat berbicara kepada orang lain.
3. Bimbingan kepada anak di luar jam pelajaran.
4. Pemberian punishment yang sebelumnya sudah diadakan perjanjian kepada anak.
Menurut Slavindalam Imanuel (2009 : 41) hasil studi yang dilakukan menunjukkan penggunaan punishment bisa berdampak negative pada perkembangan tingkahlaku anak.
Menurut Kurnia (2008: 6.21) overachiver
adalah anak yang mempunyai semangat
belajar tinggi dan memberikan respon yang
cepat tetapi tidak bisa menerima kegagalan
serta tidak mudah menerima kritik dari
siapapun termasuk gurunya.
Seorang anak yang kurang bisa
menghargai pendapat temannya.
Aktif dalam menjawab serta
respon yang berlebihan terhadap
imbalan yang ingin didapatkan.
Tidak mengikuti petunjuk guru,
langsung merespon otak untuk
melakukan keinginan yang
dikehendakinya.
Tidak suka bekerja secara
kelompok.
1. Kurangnya perhatian dan kasih sayang
orang tua.
2. Anak yang Broken home
3. Dibesarkan didalam keluarga yang
mempunyai kepribadian yang keras.
1. Menurut Triandis, Brislin, & Hui dalam
Santrock (2008: 172) anak yang
individualistik dapat diberikan cara sebagai
berikut :
a. Beri lebih banyak perhatian pada
keanggotaan kelompok.
b. Lebih tekankan pada kerjasama ketimbang
kompetisi.
c. Jika ingin mengkritik, lakukan secara hati-
hati dan hanya secara privat.
d. Pupuklah hubungan jangka panjang.
2. Adanya kerjasama guru dengan orang tua, dengan
mendatangkan orangtua ke sekolah.
3. Memberikan peraturan sesuai dengan perjanjian
dengan anak.
4. Memberikan tuntunan khusus kepada anak, untuk
memperbaiki perilakunya.
Impulsif adalah dorongan yang didasarkan
keinginan atau untuk pemuasan atau
keinginan secara sadar maupun tidak sadar.
Bertindak impulsif adalah suatu tindakan
yang didasarkan dengan adanya dorongan
untuk mengekspresikan keinginan.
Tidak mampu mengontrol diri
Cenderung agresif
Sering melanggar peraturan
Sering memotong pembicaraanorang lain
Bila mengingingkan sesuatuharus segera memperolehnya
Tidak sabar menunggu giliran
Memberikan jawaban sebelumguru selesai memberipertanyaan
Ajarilah anak unutk melakukan Self Talk (berkata pada diri sendiri untukmemotivasi dirinya sendiri)
Bermain bersama anak
Membuat anak menyadariakibat/konsekuensi perbuatannya padaorang lain, sehingga anak akan berusahamenunda reponnya.
Memberikan imbalan pada tingkah lakuanak
Memberikan tanda isyarat
Anak lamban belajar adalah anak yang
mengalami hambatan atau keterlambatan
dalam perkembangan mental (fungsi
intelektual di bawah teman-teman seusianya)
disertai ketidakmampuan/kekurangmampuan
untuk belajar dan untuk menyesuaikan diri
sedemikian rupa sehingga memerlukan
pelayanan pendidikan khusus.
• Rata-rata prestasi belajarnya kurang dari 6,
• Dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik
sering terlambat dibandingkan teman-teman
seusianya,
• Daya tangkap terhadap pelajaran lambat,
• Pernah tidak naik kelas.
Bimbingan bagi anak dengan konsentrasi
Adakan pertemuan siswa
Bimbing siswa lebih dekat ke proses
pengajaran
Berikan motivasi secara langsung dan intens
• Utamakan ketekunan perhatian daripada
kecepatan menyelesaikan tugas
• Ajarkan self of attention
Menurut Ibrahim (2004: 53-54) guru Indonesia
adalah insan yang layak ditiru dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, khususnya oleh peserta didik yang
dalam melaksanakan tugas berpegang teguh
pada prinsip “Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing
Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani”.
Dalam melaksanakan tugas profesinya guru
Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa
perlu ditetapkan Kode Etik Guru Indonesia
sebagai pedoman bersikap dan berperilaku
yang mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai
moral dan etika dalam jabatan guru sebagai
pendidik putera-puteri bangsa (Sudrajat,
2000).
Menurut Roestiyah (1982: 181) seorang
pendidik profesional adalah seseorang yang
memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan
sikap profesional, yang mampu dan setia
mengembangkan profesinya, menjadi
anggota organisasi profesional pendidikan,
memegang teguh kode etik profesinya, ikut
serta di dalam mengkomunikasikan usaha
pengembangan profesi dan bekerja sama
dengan profesi yang lain.
Guru merupakan sosok yang begitu dihormati
lantaran memiliki andil yang sangat besar
terhadap keberhasilan pembelajaran di
sekolah. Guru sangat berperan dalam
membantu perkembangan peserta didik
untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara
optimal. Ketika orang tua mendaftarkan
anaknya ke sekolah, pada saat itu juga ia
menaruh harapan terhadap guru, agar
anaknya dapat berkembang secara optimal
(Mulyasa, 2005:10).
Salah satu guru kelas V yang bernama Bu
Dina setiap kali mengajar selalu
mengoperasikan jejaring sosial menggunakan
blackberry miliknya. Beliau selalu
mendownload lagu dan artis korea. Dalam
pembelajarannya di kelas pun guru yang
bersangkutan kurang bersahabat dengan
siswanya. Seperti ada jarak antara guru dan
siswa.
Bahkan ketika di kantor pun juga demikian.
Beliau memang bosan dengan rutinitas
mengajar, jadi memerlukan refreshing yaitu
dengan mengoperasikan blackberry miliknya.
Tidak peduli di manapun tempatnya, Beliau
selalu melakukan hal yang demikian. Ketika
bertanya kepada siswa yang diajar Beliau
memang guru tersebut juga demikian
1) Melalui pengingatan atau peneguran melalui teman sesama guru
2) Kepala sekolah seharusnya lebih memperhatikan para guru dan staf pengajar di sekolah dengan cara melakukan kunjungan atau sidak ke kelas-kelas saat proses pembelajaran berlangsung.
3) Harus ada peraturan dari kepala sekolah tentang penggunaan barang-barang milik pribadi seperti Hp atau Blackberry tidak pada jam mengajar.
4) Kesadaran dari guru tersebut bahwa ia adalah seorang guru yang memiliki kode etik profesional keguruan dan sebagai seorang guru harus menjunjung tinggi azas pendidikan
Menurut Kurnia (2008: 19) gangguan sosial
emosional, satu diantaranya adalah
distractibility child yaitu tipe anak yang
cenderung cepat bosan. Tapi juga cepat
tertarik pada hal-hal baru. Ia sering kali
mengalihkan perhatiannya ke berbagai objek
lain di kelas. Anak ini sangat mudah
dipengaruhi, namun tidak dapat memusatkan
perhatian pada kegiatan-kegiatan yang
berlangsung di kelas. Dan hal ini menghambat
anak, untuk bisa menyelesaikan tugas -
tugasnya di sekolah.
Menurut Santrock (2008: 510-511)
Jika murid tidak menyelesaikan tugas
karena bosan, dan malah mengalihkan ke
hal-hal lainnya, maka dia kekurangan
motivasi. Jika murid menghadapi
tantangan dalam menyelesaikan tugas-
tugasnya, tetapi dia terus berjuang dan
mengatasi rintangan, maka dia punya
motivasi yang besar.
Siswa yang cenderung merasa bosan di
kelasnya akibat kurang efektifnya
manajemen kelas seorang guru. Padahal,
seorang guru di kelas ibarat seorang sopir
yang akan membawa para penumpangnya
pergi kemana dengan kondisi selamat atau
tidak (Algozzine & Kay, 2002; Emmer &
Stough, 2001; Lindberg & Swick, 2002;
Martella, Nelson & Marchand-Martella,
2003 dalam Santrock (2008: 9)).
Permasalahan di kelas VB ada anak yang
bernama Yananta ketika di dalam kelas dia
cepat bosan. Tapi juga cepat tertarik pada
hal-hal baru. Ia sering kali mengalihkan
perhatiannya ke berbagai objek lain di
kelas. Anak ini sangat mudah dipengaruhi,
namun tidak dapat memusatkan perhatian
pada kegiatan-kegiatan yang berlangsung di
kelas. Dan hal ini menghambat anak, untuk
bisa menyelesaikan tugas-tugasnya di
sekolah dan mengganggu proses KBM di
kelas.
ALTERNATIF PENYELESAIAN
1. Motivasi
2. Guru efektif
3. Perhatian khusus pada anak
4. Kondisi belajar menarik
5. Reward
6. Tidak membentak
7. Beri kesempatan
8. Mengajar dengan hati
Pendidikan merupakan media sosialisasi yang
terarah bagi anak. (Fatimah, 2008: 92).
Menurut Desmita (2008:185), anak mulai
mengembangkan suatu penilaian terhadap orang
lain dengan berbagai cara. Penilaian tersebut
menyebabkan peluang dari adanya anak populer
dan anak tidak populer
Anak yang populer adalah anak –anak yang dapat
menjalin interaksi social dengan mudah,
cenderung bertindak kooperatif
Anak non populer cenderung mengalami masalah
dalam perkembangan sosialisasinya. Anak non
populer dibagi dua, yaitu:
a. Anak -anak diabaikan (neglected children) adalah
anak yang menerima sedikit perhatian dari teman
–teman sebaya mereka
b. anak –anak ditolak (rejected children) adalah
mereka yang tidak disukai oleh teman-temannya
Salah satu siswa kelas V SDN Bareng 3
merupakan regected children. Siswa tersebut
ditolak dalam pergaulannya dan tidak disukai
teman-temannya.
Anak-anak sekolah dasar banyak yang telah
memiliki handphone.
Bermain handphone ketika pelajaran
berlangsung akan mengalihkan perhatian
siswa dalam belajar.
Menurut Gagne dan Berliner dalam Dimyati
(2006:42), perhatian mempunyai peranan
yang penting dalam kegiatan belajar.
Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis
atau aktivitas jiwa yang tertuju kepada
suatu objek dan mengesampingkan objek
yang lain.
Sebagian siswa kelas 5 di SDN Bareng 3
membawa handphone ke sekolah dan
menggunakannya untuk bermain game ketika
pembelajaran sedang berlangsung
Mempertegas peraturan sekolah untuk
melarang siswanya membawa handphone ke
sekolah
Menyediakan telepon umum sebagai sarana
siswa untuk menghubungi orangtuanya
Untuk menarik perhatian siswa, hendaknya
guru menggunakan pengajaran yang menarik
bagi siswa
• Pembelajaran Teacher Center adalah proses
pembelajaran dimana guru menjadi pusat
pembelajaran. Peserta didik hanya menjadi objek
pembelajaran
• Soulders &Prescott (dalam Johnson, 2002: 154)
belajar aktif yang disebut juga belajar “langsung”
yakni belajar yang membuat belajar melekat.
Mencari dan menggabungkan informasi secara aktif
dari tempat kerja, masyarakat, maupun ruang
kelas, akan menyematkan informasi yang didapat.
Guru di masing-masing kelas 5, yakni Bu
Imah, Bu Sugiarti dan Bu Sri Astuti umumnya
masih cenderung menerapkan pembelajaran
teacher center.
Pada mata pelajaran IPA, materi yang
seharusnya menggunakan metode
eksperimen, malah menggunakan metode
ceramah.
1. Guru menggunakan variasi model dan
metode pembelajaran
2. Memberikan kesempatan siswa untuk
belajar secara aktif
3. Mengaitkan pembelajaran dengan
lingkungan sekitar siswa (Contextual
Learning)
4. Guru mencari literatur tentang macam-
macam metode dan model pembelajaran.
5. Penggunaan media belajar yang menarik
dan bervariasi
Masa anak usia SD, khususnya anak SD yang
duduk di kelas tinggi (10-12) menurut tahap
perkembangannya telah memasuki masa
beranjak remaja. Charlotte Buhler (dalam
Makmun, 2002:130) menambahkan bahwa
suatu masa transisi ke periode ini ialah masa
pre-puberteit (pra-remaja) yang berkisar
sekitar 10-12 tahun dari kalender kelahiran
Menurut Erikson (dalam Makmun, 2002:112),
identitas pribadi seseorang itu tumbuh dan
terbentuk melalui perkembangan proses
krisis psikososial yang berlangsung dari fase
ke fase.
Louis dan Prisillia, melakukan lempar melempar
surat cinta saat pelajaran sedang berlangsung.
Siswa bermain judi-judian menggunakan taruhan
uang.