Anak Dengan Risiko Infeksi

30

Click here to load reader

description

KEPERAWATAN ANAK

Transcript of Anak Dengan Risiko Infeksi

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangKesehatan yang baik bergantung sebagian pada lingkungan yang aman. Praktisi atau teknisi yang memantau atau mencegah peniularan infeksi membantu melindungi pasian dan pekerja perawatan kesehatan dari penyakit. Pasien dalam lingkungan perawatan kesehatan beresiko terkena infeksi karena daya tahan yang menurun terhadap mikroorganisme infeksius, meningkatnya pajanan terhadap jumlah dan jenis penyakit yang disebakan oleh mikroorganisme dan prosedur invasive. Dalam fasilitas perawatan akut atau ambulatory klien dapat terpajan mikroorganisme baru atau berbeda, yang beberapa dari mikroorganisme tersebut dapat juga resisten terhadap banyak antibiotik. Dengan cara mempraktikan teknik pencegahan dan pengendalian infeksi, perawat dapat menghindarkan penyebaran mikroorganisme terhadap pasien.Dalam semua lingkungan, pasien dan keluarganya harus mampu mengenali sumber infeksi dan mampu melakukan tindakan protektif. Penyuluhan pasien harus termasuk informasi mengenai infeksi, cara-cara penularan dan pencegahan. Petugas perawatan kesehatan dapat melindungi diri mereka sendiri dari kontak dengan bahan infeksius atau terpajan pada penyakit menular dengan memiliki pengetahuan tentang proses infeksi dan perlindungan barier yang tepat. Penyakit seperti hepatitis B, AIDS, dan tuberkulosis telah menyebabkan perhatian yang lebih besar pada teknik pengontrolaan infeksi.Setiap tahun diperkirakan 2 juta pasien mengalami infeksi saat dirawat di Rumah Sakit. Hal ini terjadi karena pasien yang dirawat di Rumah Sakit mempunyai daya tahan tubuh yang melemah sehingga resistensi terhadap mikroorganisme penyebab penyakit menjadi turun, adanya peningkatan paparan terhadap berbagai mikroorganisme dan dilakukannya prosedur invasive terhadap pasien di Rumah Sakit.

B. Tujuan Penulisan1. Tujuan Umum:Untuk mengetahui konsep dan teori tentang asuhan keperawatan pada anak dengan risiko infeksi2. Tujuan Khusus:a. Menentukan pengkajian pada anak dengan risiko infeksib. Menentukan diagnosa keperawatan pada anak dengan risiko infeksic. Menentukan intervensi dan implementasi pada anak dengan risiko infeksid. Menentukan evaluasi pada anak dengan risiko infeksi

BAB IIPEMBAHASANA. Pengertian InfeksiInfeksi adalah invasi tubuh oleh mikroorganisme pathogen yang bereproduksi dan menggandakan diri, yang menyebabkan penyakit melalui cedera seluler lokal, sekresi toksin, atau reaksi antigen-antibodi pada penjamu (Wong, 2003).Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berpoliferasi di dalam tubuh yang menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005). Infeksi adalah invasi tubuh oleh mikroorganisme dan berproliferasi dalam jaringan tubuh (Kozier, et al, 1995).Dalam Kamus Keperawatan disebutkan bahwa infeksi adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme dalam jaringan tubuh, khususnya yang menimbulkan cedera seluler setempat akibat metabolisme kompetitif, toksin, replikasi intraseluler atau reaksi antigen-antibodi. Munculnya infeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan dalam rantai infeksi. Adanya patogen tidak berarti bahwa infeksi akan terjadi. Infeksi perinatal adalah infeksi pada neonetus yang terjadi pada masa antenatal, intranatal dan postnatal.1. Infeksi antenatalInfeksi antenatal merupakan infeksi yang terjadi pada masa kehamilan ketika kuman masuk ke tubuh janin melalui sirkulasi darah ibu, lalu masuk melalui plasenta dan akhirnya ke dalam sirkulasi darah umbilicus. Berikut adalah contoh kuman yang menginvasi ke dalam janin.a. Virus : Rubella, Poliomyelitis, Variola, Vaccinia, Coxsackie, Cytomegalic inclusionb. Spirochaeta : Treponema palidumc. Bakteri : E. coli dan Listeria monocytoganes

2. Infeksi intranatalInfeksi intranatal adalah infeksi yang terkaji pada masa persalinan. Infeksi ini sering terjadi ketika mikroorganisme masuk ke vagina, lalu naik dan kemudian masuk ke dalam rongga amnion, biasanya setelah selaput ketuban pecah. Ketuban yang pecah lebih dari 12 jam akan menjadi penyebab timbulnya plasentitis dan amnionitis. Infeksi juga dapat terjadi walaupun air ketuban belum pecah, yaitu pada partus lama yang sering dilakukan manipulasi vagina, termasuk periksa dalam dan kromilage (melebarkan jalan lahir dengan jaritangan penolong). Infeksi dapat pula terjadi melalui kontak langsung dengan kuman yang berasal dari vagina, misalnya pada Blennorhoe.3. Infeksi postnatalInfeksi pada periode ini dapat terjadi setelah bayi lahir lengkap, misalnya melalui kontaminasi langsung dengan alat-alat yang tidak steril, tindakan yang tidak antiseptik atau dapat juga terjadi akibat infeksi silang, misalnya pada neonates neonetorum, omfalitis, dan lain-lain.B. EtiologiPenyebab infeksi dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:1. BakteriBakteri merupakan penyebab terbanyak dari infeksi. Ratusan spesies bakteri dapat menyebabkan penyakit pada tubuh manusia dan dapat hidup didalamnya, bakteri bisa masuk melalui udara, air, tanah, makanan, cairan dan jaringan tubuh dan benda mati lainnya.2. VirusVirus terutama berisi asam nukleat (nukleid acid), karena harus masuk dalam sel hidup untuk diproduksi.3. Fungi Fungi terdiri dari ragi dan jamur4. Parasit Parasit hidup dalam organisme hidup lain, termasuk kelompok parasit adalah protozoa, cacing dan arthropoda.Infeksi perinatal dapat disebabkan oleh berbagai bakteri seperti Escherichia Coli, Pseudomonas Pyocyaneus, Klebsielia, Staphylococcus Aureus, dan Coccus Gonococcus.C. Rantai InfeksiProses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar berbagai faktor yang mempengaruhi, yaitu agen infeksi, reservoir, portal of exit, cara penularan, portal of entry dan host/ pejamu yang rentan.1. Agen InfeksiMikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain bakteri, virus, jamur dan protozoa. Mikroorganisme di kulit bisa merupakan flora transient maupun resident. Organisme transient normalnya ada dan jumlahnya stabil, organisme ini bisa hidup dan berbiak di kulit. Organisme transien melekat pada kulit saat seseorang kontak dengan obyek atau orang lain dalam aktivitas normal. Organisme ini siap ditularkan, kecuali dihilangkan dengan cuci tangan. Organisme residen tidak dengan mudah bisa dihilangkan melalui cuci tangan dengan sabun dan deterjen biasa kecuali bila gosokan dilakukan dengan seksama. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi tergantung pada: jumlah microorganisme, virulensi (kemampuan menyebabkan penyakit), kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup dalam host serta kerentanan dari host/penjamu. 2. Reservoar (sumber mikroorganisme)Adalah tempat dimana mikroorganisme patogen dapat hidup baik berkembang biak atau tidak. Yang bisa berperan sebagai reservoir adalah manusia, binatang, makanan, air, serangga dan benda lain. Kebanyakan reservoir adalah tubuh manusia, misalnya di kulit, mukosa, cairan maupun drainase. Adanya microorganisme patogen dalam tubuh tidak selalu menyebabkan penyakit pada hostnya. Sehingga reservoir yang di dalamnya terdapat mikroorganisme patogen bisa menyebabkan orang lain menjadi sakit (carier). Kuman akan hidup dan berkembang biak dalam reservoar jika karakteristik reservoarnya cocok dengan kuman. Karakteristik tersebut yaitu oksigen, air, suhu, pH, dan pencahayaan.3. Portal of exit (jalan keluar)Mikroorganisme yang hidup di dalam reservoir harus menemukan jalan keluar (portal of exit untuk masuk ke dalam host dan menyebabkan infeksi. Sebelum menimbulkan infeksi, mikroorganisme harus keluar terlebih dahulu dari reservoarnya. Jika reservoarnya manusia, kuman dapat keluar melalui saluran pernapasan, pencernaan, perkemihan, genitalia, kulit dan membrane mukosa yang rusak serta darah.4. Cara PenularanKuman dapat menular atau berpindah ke orang lain dengan berbagai cara seperti kontak langsung dengan penderita melalui oral, fekal, kulit atau darahnya; kontak tidak langsung melalui jarum atau balutan bekas luka penderita; peralatan yang terkontaminasi; makanan yang diolah tidak tepat; melalui vektor nyamuk atau lalat.5. Portal masukSebelum seseorang terinfeksi, mikroorganisme harus masuk dalam tubuh. Kulit merupakan barier pelindung tubuh terhadap masuknya kuman infeksius. Rusaknya kulit atau ketidakutuhan kulit dapat menjadi portal masuk. Mikroba dapat masuk ke dalam tubuh melalui rute atau jalan yang sama dengan portal keluar. Faktor-faktor yang menurunkan daya tahan tubuh memperbesar kesempatan patogen masuk ke dalam tubuh.6. Daya tahan hospes (manusia)Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen infeksius. Kerentanan bergantung pada derajat ketahanan tubuh individu terhadap patogen. Meskipun seseorang secara konstan kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah yang besar, infeksi tidak akan terjadi sampai individu rentan terhadap kekuatan dan jumlah mikroorganisme tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap kuman yaitu usia, keturunan, stress (fisik dan emosional), status nutrisi, terapi medis, pemberian obat dan penyakit penyerta.D. Proses InfeksiInfeksi terjadi secara progresif dan beratnya infeksi pada klien tergantung dari tingkat infeksi, patogenesitas mikroorganisme dan kerentanan penjamu. Dengan proses perawatan yang tepat, maka akan meminimalisir penyebaran dan meminimalkan penyakit. Perkembangan infeksi mempengaruhi tingkat asuhan keperawatan yang diberikan.Efek dan gejala nyata yang berhubungan dengan kelainan pertahanan hospes bervariasi berdasarkan pada sistem imun yang rusak. Ciri-ciri umum yang berkaitan dengan hospes yang melemah adalah: infeksi berulang, infeksi kronik, ruam kulit, diare, kerusakan pertumbuhan dan meningkatnya kerentanan terhadap kanker tertentu. Secara umum proses infeksi adalah sebagai berikut:1. Periode inkubasiInterval antara masuknya patogen ke dalam tubuh dan munculnya gejala pertama. Contoh: flu 1-3 hari, campak 2-3 minggu, mumps/gondongan 18 hari.2. Tahap prodromalInterval dari awitan tanda dan gejala nonspesifik (malaise, demam ringan, keletihan) sampai gejala yang spesifik. Selama masa ini, mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak dan klien lebih mampu menyebarkan penyakit ke orang lain.3. Tahap sakitKlien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap jenis infeksi. Contoh: demam dimanifestasikan dengan sakit tenggorokan, mumps dimanifestasikan dengan sakit telinga, demam tinggi, pembengkakan kelenjar parotid dan saliva.4. PemulihanInterval saat munculnya gejala akut infeksi

E. Tehnik isolasiMerupakan cara yang dibuat untuk mencegah penyebaran infeksi atau mikroorganisme yang bersifat infeksius bagi kesehatan individu, klien dan pengunjung. Dahulu, rumah sakit telah menggunakan salah satu dari dua system dasar berikut untuk kewaspadaan isolasi yang dianjurkan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) (1983):1. Kewaspadaan isolasi kategori-khusus. Isolasi mengkategorikan kelompok penyakit dimana kewaspadaan isolasi yang serupa diindikasikan. Instruksi untuk setiap kayegori meliputi menggunakan semua kewaspadaan yang diperlukan untuk mencegah penularan kebanyakan penyakit infeksi pada setiap kategori. Tujuh kategori yang digunakan adalah:a. Isolasi ketatb. Isolasi kontakc. Isolasi pernapasand. Isolasi tuberculosise. Kewaspadaan entericf. Kewaspadaan drainase/sekresig. Kewaspadaan darah/cairan tubuh (diganti dengan Kewaspadaan Darah dan Cairan Tubuh (kewaspadaan umum)

2. Kewaspadaan isolasi penyakit-khusus. Setiap penyakit disusun hanya dengan kewaspadaan yang diperlukan untuk mencegah penularan penyakit tersebut.Akibatnya, terdapat lebih banyak variabilitas dalam instruksi dengan system ini. System ini adalah pengarahan diagnosis. Diagnosa pasien menentukan tipe kewaspadaan yang diperlukan untuk menghentikan penularan agen infeksius. Namun, system ini tidak dirancang untuk memberikan perlindungan bila individu yang terinfeksi tidak terdiagnosis.Untuk memberikan perlindungan semacam ini, CDC (1988) mengisukan pedoman untuk memperlakukan semua pasien sebagai potensial infeksius, system ini dikenal sebagai kewaspadaan umum (KU). Salah satu tipe kewaspadaan umum adalah system isolasi substansi tubuh. Perbedaan penting ada di antara kedua system ini (Tabel di bawah)PERBANDINGAN ISOLASI SUBSTANSI TUBUH DAN KEWASPADAAN UNIVERSALIsolasi substansi tubuh (IST)Pusat pengendalian dan pencegahan penyakit dan kewaspadaan universal (KU)Keterangan

Tujuan1) Mengurangi risiko penularan silang dari organisme, termasuk HIV, antar psien dan dari pasien ke personel.2) Bergantung pada interaksi antara pemberi asuhan dan pasien, tanpa memperhatikan diagnose.3) Meminimalkan risiko infeksi melalui darah (HIV, Hepatitis B)4) Juga harus menggunakan kewaspadaan isolasi kategori khusus atau penyakit khusus untuk infeksi-infeksi yang terdiagnosa5) Bergantung pada jenis kontak dan diagnosa pasienPerbedaan utama antara IST dan UK:System IST menganggap semua pasien berpotensi infeksius untuk semua pathogen (pengarahan interaksi); system UK menganggap semua pasien berpotensi infeksius hanya untuk infeksi-infeksi yang ditularkan melalui darah dan memerlukan perlindungan tambahan setelah diagnose dibuat (pengarahn diagnosa)

Substansi tubuh yang dianggap berpotensi infeksiusSemua, termasuk: Darah Feses Urin Muntah Drainase luka dan lainnya Sekresi oral

Mencuci tangan Dilakukan selam 10 detik dengan sabun, air mengalir, dan digosok jika tangan terlihat kotor dan di antara kontak dengan pasien meskipun memakai sarung tangan Tidak perlu dilakukan di antara kontak dengan pasien yang berisiko rendah yang melibatkan kulit utuh, seperti mengukur tanda-tanda vital atau memberikan obat

Darah Semen Sekresi vagina Cairan serebrospinal Cairan synovial Cairan pleural Cairan peritoneal Cairan pericardial Cairan amnionCairan lain tidak termasuk kecuali jika mengandung darah yang dapat dilihat: Feses Sekresi nasal Sputum Keringat Air mata Urin dan muntah

Cuci tangan dan permukaan kulit lainnya yang terkontaminasi cairan tubuh yang terkontaminasi cairan tubuh yang tercantum dalam UK dengan segera dan menyeluruh

KU tidak berlaku pada ASI atau saliva kecuali pada situasi khusus: pemajanan yang sering pada ASI (mis : pada penyimpanan ASI) Selama prosedur perawatan gigi di mana saliva dapat terkontaminasi dengan darah

Mencuci tangan adalah strategi tunggal yang terpenting untuk pencegahan penularan infeksi

Sarung tangan Harus digunakan bila bersentuhan dengan membrane mukosa, kulit tidak utuh, atau substansi tubuh basah yang mungkin terjadi; diganti di antara kontak dengan pasien Harus dipakai bila menyantuh cairan yang memakai KU The U.S. Occupational Safety and Health Administration (OSHA) Bloodborn Pathogen Standard mengaharuskan pemakaian sarung tangan untuk semua prosedur akses vaskular

Mencuci atau mengdisinfeksi sarung tangan untuk digunakan lagi tidaklah dianjurkan Mencuci dengan surfaktan dapat menyebabkan penyerapan; mis, peningkatan penetrasi cairan melalui lubang di sarung tangan yang tidak terdeteksi Agens pendisinfeksi dapat merusak sarung tangan Praktik control pusat pengendalian dan pencegahan penyakit umum untuk saliva meliputi penggunaan sarung tangan untuk pemeriksaan digital terhadap membrane mukosa dan penghisapan endotrakeal Sarung tangan lateks dapat menyebabkan reaksi alergi yang ditandai dengan gatal, mengi, dan bengkak local pada anafilaksis

Skort atau apron plastik Dipakai bila ada kemungkinan substansi tubuh akan mengotori pakaian; ganti di antara kontak dengan pasien

Sama dengan IST Pada anak kecil, pemakaian skort atau apron plastik dengan pelindung bahu dan dada yang adekuat mungkin diperlukan selama pemberian makan dan bubbling

Masker dan/atau pelindung mata Dipakai bila terdapat kemungkinan bahwa mata dan/atau hidung serta mulut akan terpercik substansi tubuh atau bila personel bekerja langsung pada lesi kulit yang besar dan terbuka

Sama dengan IST kecuali hanya untuk substansi yang dianggap infeksius dan dianjurkan oleh pedoman pusat pengendalian dan pencegahan penyakit

Keuntungannya dalam pencegahan penularan infeksi melalui udara masih dipertanyakan Pedoman pusat pengendalian dan pencegahan penyakit (1983) menganjurkan masker untuk perlindungan dari infeksi yang ditularkan melalui udara System KU tidak menganjurkan masker kecuali untuk perlindungan dari percikan, karena HIV dan Hepatitis B bukan melalui udara Kacamata secara umum adekuat untuk memberikan perlindungan mata, tetapi membutuhkan penutup samping. Bila cenderung terjadi percikan, pelindung mata dan masker atau penutup wajah unit tunggal harus digunakan

Jarum/unit spuit dan instrumen tajam lain Jarum yang sudah dipakai umumnya tidak dilepas dari spuitnya yang sekali pakai, juga tidak ditutup kembali atau dipatahkan; semua instrumen-instrumen tajam dibuang ke wadag yang kaku, tahan tusukan yang akan lebih baik jika ditempatkan di dekat area penggunaan (mis : kamar pasien, kamar tindakan)

Sama dengan IST

Pungsi jarum adalah penyebab dari penularan nosokomial patogen-patogen melalui darah (berhubungan dengan rumah sakit) Sarung tangan tidak dapat mencegah cedera penetrasi yang disebabkan oleh jarum atau instrument tajam lain Ketaatan terhadap penanganan yang tepat pada instrumen tajam merupakan hal yang penting Bila perlu untuk menutup kembali jarum tersebut, teknik lingkup satu tangan harus digunakan

Sampah dan linen Masukkan dengan aman dalam wadah yang tidak bocor dan dibuang atau dibersihkan sesuai kebijakan institusiSama dengan IST Rekomendasi pusat pengendalian dan pencegahan penyakit meliputi diskusi luas tentang pertimbangan lingkungan terhadap penularan HIV, meskipun tidak ada bukti tentang penularan lingkungan HIV

Ruang pribadi Dibutuhkan untuk anak yang mengotori lingkungan dengan substansi tubuh : diperlukan untuk anak dengan penyakit yeng ditularkan melalui udara kecuali jika mereka dapat berbagi ruang dengan teman sekamar yang diketahui kebal terhadap penyakit tersebut Tidak dianjurkan selain menggunakan kewaspadaan isolasi penyakit-khusus atau kategori-khusus Menurut pusat pengendalian dan pencegahan penyakit, penyakit yang menyebabkan anak memerlukan penggunaan ruang pribadiuntuk kewaspadaan isolasi ketat atau pernapasan adalah varisela (cacar air), difteri, gondongan, pertusis, campak, eritema infeksiosum, epiglotitis, meningitis (haemofilus influenza, meningokokal), pneumonia (H. influenza, meningokokal), dan meningokoksemia

F. Manifestasi Klinis1. Bayi malas minum2. Gelisah dan mungkin juga terjadi letargi3. Frekuensi pernafasan menigkat4. Berat badan menurun5. Pergerakan kurang6. Muntah7. Diare8. Sklerema dan udema9. Perdarahan, ikterus, dan kejang10. Suhu tubuh dapt normal, hipotermi, atau hipertermi

Tanda infeksi lokal adalah:1. Nyeri dan bengkak sendi (gerakan berkurang dan rewel jika bagian-bagian ini disentuh)2. Pustule kulit banyak dan berat3. Pusar kemerahan, meluas ke kulit sekitarnya atau terdapat nanahUbun-ubun menonjol/membonjol

G. Penatalaksanaan1. Berikan posisi semifowler agar sesak berkurang2. Bila suhu tinggi, lakukan kompres3. Berikan asi perlahan-lahan, sedikit demi sedikit4. Apabila bayi muntah, lakukan perawatan muntah (posisi tidur miring ke kanan atau ke kiri)5. Apabila ada diare, perhatikan personal hygiene dan keadaan lingkungan6. Rujuk segera ke Rumah Sakit. Lakukan Inform Concent pada keluarga7. Antibiotika. Anak harus dirawat di Rumah Sakitb. Jika pemeriksaan kultur tersedia, lakukan pemeriksaan tersebut sebelum memulai antibiotikac. Jika ditemukan tanda infeksi yang berat, beri ampisilin atau penicillin dan gentamisind. Beri kloksaasilin (jika ada) sebagai pengganti penisilin jika pustula atau abses kulit meluas karena tanda ini dapat merupakan tanda-tanda infeksi stafilococcuse. Sebagian besar infeksi bakteri yang berat pada neonatal harus diobati dengan antibiotik sekurang-kurangnya 10 harif. Jika tidak membaik dalam 2-3 hari, ganti antibiotic dengan sefalosporin generasi III (sefalotaksim) atau rujuk bayi ke fasilitas yang lebih lengkap

H. PencegahanSebagian besar infeksi neonatal dini dapat dicegah dengan:1. Higiene dan kebersihan yang baik selama persalinan2. Perhatian khusus pada perawatan tali pusat3. Perawatan mataSebagian besar infeksi neonatal lanjut di dapat di Rumah Sakit. Hal ini dapat dicegah dengan:1. ASI eksklusif2. Prosedur cuci tangan yang ketat bagi semua staff dan keluarga sebelum dan sesudah memegang bayi3. Tidak menggunakan air untuk pelembaban dalam incubator (pseudomonas akan mudah berkoloni) atau dihindari penggunaan incubator (gunakan perawatan metode kangguru)4. Sterilitas yang ketat untuk semua prosedur5. Tindakan menyuntik yang bersih6. Hentikan pemberian cairan intravena (IV) jika tidak diperlukan lagi7. Hindari transfusi darah yang tidak perlu

I. Faktor Risiko Infeksi Berat1. Ibu demam (suhu di atas 37,9C sebelum atau selama persalinan)2. Ketuban pecah lebih dari 18 jam sebelum persalinan3. Cairan amnion berbau busukSemua tanda bahaya di atas juga merupakan tanda infeksi bakteri berat, tanda-tanda lainnya adalah:4. Ikterus berat5. Distensi perut berat

J. Pengobatan1. Atasi kejanga. Atasi kejang dengan fenobarbital 20 mg/kg BB IV dalam waktu 5 menitb. Bila kejang tidak berhenti tambahkan fenobarbital 10 mg/kg sampai maksimal 40mg/kg BBc. Bila kejang berlanjut, berikan fenitoin 20 mg/kg BB IV dalam larutan garam fisiologis dengan kecepatan 1 mg/kg BB/menitd. Pengobatan Rumatan: Fenobarbital 5 mg/kg BB/hari, dosis tunggal atau terbagi tiap 12 jam secara IV atau per oral2. Jika anak berasal dari daerah malaria dan mengalami demam, ambil apusan darah untuk pemeriksaan malaria. Malaria pada bayi baru lahir sangat jarang. Jika terbukti, obati dengan kina3. Berikan perawatan penunjang

K. Asuhan Keperawatan Anak dengan Risiko Infeksi1. Pengkajiana. Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat khususnya mengenai bukti-bukti kontak dengan organisme infeksi, kondisi yang mempredisposisikan anak pada infeksi, obat (seperti steroid, agens kemoterapi) yang menurunkan pertahanan alamiah tubuh, dan imunisasib. Observasi adanya tanda-tanda infeksi :1) Peningkatan suhu2) Pembengkakan, nyeri tekan, dan kemerahan pada sisi infeksi3) Letargi: kehilangan nafsu makan, bukti leukositosis-peningkatan SDP, munculnya pusc. Pantau tanda-tanda vital untuk tanda awal proses infeksi1) Laporkan pada praktisi adanya peningkatan suhud. Observasi adanya tanda-tanda infeksi khusus pada penyakit anake. Bantu dengan prosedur diagnostic dan tes, misalnya penampungan specimen untuk kultur, torasentesis, pungsi vena

2. Diagnosa KeperawatanDIAGNOSA KEPERAWATAN : Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh, adanya organism infektif

3. Perencanaan dan ImplementasiTujuan umum dari perawatan termasuk hal berikut:a. Pencegahan paparan terhadap organisme infeksiusb. Memantau & menurunkan penyebaran infeksic. Mempertahankan resistensi terhadap infeksid. Klien & keluarga belajar tentang kontrol infeksiSASARAN PASIEN 1 : Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksia. Intervensi Keperawatan1. Tingkatkan praktik kesehatan yang baik2. Pertahankan nutrisi adekuat untuk mendukung pertahanan tubuh alami3. Pertahankan kebiasaan higienik yang baik untuk menurunkan pemajanan pada organisme infektif.4. Gunakan teknik mencuci tangan yang baik.5. Tempatkan anak dalam ruangan dengan anak yang tidak infeksius; batasi pengunjung dengan penyakit aktif.6. Anjurkan pengunjung (dan personel rumah sakit) untuk mempraktikkan teknik cuci tangan yang baik.7. Batasi kontak dengan individu yang mengalamiinfeksi, termasuk keluarga, anak lain, teman, dan anggota staff.8. Gunakan asepsia medis.9. Jaga agar anak tetap kering dan hangat.

b. Kriteria Hasil:1. Anak dan keluarga menerapkan praktik kesehatan yang baik.2. Anak tidak menunjukkan bukti infeksi.SASARAN PASIEN (ORANG LAIN) 2 : Pasien (orang lain) tetap bebas dari infeksia. Intervensi Keperawatan1. Implementasikan isolasi substansi tubuh (IST).2. Implemenatsikan kewaspadaan isolasi kategori-khusus sesuai kebijakan rumah sakit.3. Instruksikan orang lain (keluarga, anggota staff) dengan kewaspadaan yang tepat.4. Ajarkan anak yang sakit suatu metode perlindungan untuk mencegah penyebaran infeksi, mis; mencuci tangan, menjaga area genital, merawat setelah menggunakan bedpan atau toilet.5. Coba untuk menghindarkan anak dan bayi dari menempatkan tangan dan objek pada area terkontaminasi.6. Popok sekali pakai superabsorbent dengan kaki elastic berisi urin dan feses lebih baik daripada popok kain, dan penggunannya dapat menurunkan kontaminasi feses di lingkungan.7. Kaji situasi rumah dan implementasikan tindakan perlindungan sesuai situasi individu.8. Berikan obat antibiotik bila diresepkan untuk mengatasi atau mencegah infeksi.9. Dukung pertahanan tubuh alami, misal; nutrisi yang baik.

b. Kriteria Hasil:1. Orang lain tetap bebas dari infeksi4. Evaluasi Evaluasi tindakan/implementasi yang telah dilakukan, apabila tindakan belum bisa menyelesaikan masalah maka tindakan keperawatan diteruskan, bila masalah sudah teratasi, tindakan dihentikan.

DAFTAR PUSTAKACapernito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC.Capernito-Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10. Jakarta : EGC.Nannyi Lia Dewi, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba.Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik, Volume 1 Edisi 4. Jakarta : EGC. Surasmi, Asrining, dkk. 2003. Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Jakarta : EGC.Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4. Jakarta : EGC.

Anak Dengan Resiko Infeksi20