anak - bblr

38
Nama : Ade Ivandi NIM : 1101999005 LAPORAN KASUS KECIL BBLR KETERANGAN UMUM Nama : By. Ny. S Jenis Kelamin : Laki - laki Tanggal Lahir : 17-11-2007 pukul 11.40 Umur : 1 hari Anak Ke :1 Partus Jenis : SC Dengan Pertolongan : Dokter Spesialis Kebidanan BB dan PB Lahir : 1600 gr, 41 cm Tanggal Dirawat : 17-11-2007 Tanggal Pemeriksaan : 18-11-2007 Nama ayah : Tn. DR Umur : 26 tahun Pendidikan : SMU Pekerjaan : TNI AD Penghasilan : Rp. 1.000.000,-/bulan Alamat : ASABRI Yonif 11 Nama ibu : Ny. S Umur : 19 tahun Pendidikan : SMA Pekerjaan : Ibu rumah tangga Alamat : idem 1

description

bblr

Transcript of anak - bblr

Page 1: anak - bblr

Nama : Ade Ivandi NIM : 1101999005

LAPORAN KASUS KECIL BBLR

KETERANGAN UMUM

Nama : By. Ny. S

Jenis Kelamin : Laki - laki

Tanggal Lahir : 17-11-2007 pukul 11.40

Umur : 1 hari

Anak Ke : 1

Partus Jenis : SC

Dengan Pertolongan : Dokter Spesialis Kebidanan

BB dan PB Lahir : 1600 gr, 41 cm

Tanggal Dirawat : 17-11-2007

Tanggal Pemeriksaan : 18-11-2007

Nama ayah : Tn. DR

Umur : 26 tahun

Pendidikan : SMU

Pekerjaan : TNI AD

Penghasilan : Rp. 1.000.000,-/bulan

Alamat : ASABRI Yonif 11

Nama ibu : Ny. S

Umur : 19 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : idem

ANAMNESIS

Keluhan utama : Bayi kecil

Anamnesis Khusus :

Satu hari yang lalu pukul 11.40 pasien lahir secara sectio caesaria dengan pertolongan

dokter spesialis kebidanan. Berat badan waktu lahir 1600 gr, panjang badan 41 cm, letak

belakang kepala, pasien tidak langsung menangis, dengan nilai APGAR 6-8 pada 1 menit dan

1

Page 2: anak - bblr

5 menit pertama. Tali pusat langsung dipotong. Letak ari-ari normal dan ketuban pecah 10

menit sebelum bayi lahir. Air ketuban terlihat jernih.

Anamnesis Tambahan Tentang Riwayat Kehamilan :

Pasien lahir dari seorang ibu dengan G1P0A0 dengan HPHT 5 Maret 2007. Berat badan

ibu pasien sebelum hamil 44 kg dengan tinggi badan 151 cm. Kenaikan berat badan selama

hamil sebesar 6,5 kg. Selama hamil, ibu pasien kontrol tidak teratur sebanyak 6 kali. Ibu

pasien mendapatkan obat-obatan berupa vitamin yang diminum 3 kali sehari, zat besi dan

penambah darah yang masing-masing diminum 1 kali sehari. Obat-obatan tersebut diminum

selama 6 bulan tetapi tidak teratur. Selama hamil ibu pasien makan dengan frekuensi tidak

teratur berupa sepiring nasi ditambah sayuran, telur, ikan, tempe dengan menu bervariasi

tetapi jarang mengkonsumsi buah-buahan dan susu.

Riwayat ibu menderita penyakit darah tinggi, kencing manis atau pun kelainan darah tidak

ada. Riwayat merokok tidak ada.

Riwayat memelihara binatang peliharaan seperti kucing dan unggas tidak ada.

Riwayat ibu mengalami trauma/pernah jatuh selama kehamilan tidak ada.

Riwayat mengkonsumsi obat-obatan tambahan selain yang diberikan oleh bidan dan jamu-

jamuan tidak ada.

Aktivitas selama kehamilan cukup berat karena pasien masih melakukan pekerjaan rumah

tangga dalam kesehariannya tanpa dibantu oleh siapa pun.

ANAMNESIS PEMBERIAN MAKANAN

Pasien belum pernah meminum ASI maupun susu formula,karena sejak lahir pasien

terlihat sesak nafasnya.

Anamnesis Keadaan Keluarga

No. Nama Umur Keadaan

1 Tn. DR 26 th Sehat

2 Ny. S 19th Sehat

Anamnesis Riwayat Kehamilan

Anak BB lahir Jenis kelamin

I 1,6 kg Laki - laki

2

Page 3: anak - bblr

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum

Berat badan : 1600 gram

Panjang badan : 41 cm

Lingkar kepala : 28 cm

Lingkar dada : 26 cm

Warna kulit : kemerahan

Keaktifan : gerak kurang aktif

Tanda Vital

Heart rate : 156 x/menit

Respirasi : 92 x/menit, tipe abdominothorakal

Suhu : 36,7 oC

Kepala

Bentuk : simetris

Suara : menangis sedang

Rambut : tidak ada kelainan

Mata : edema +/+

Telinga : datar, tetap terlipat

Mulut : agak sianosis

Leher : tidak ada kelainan

Thoraks

Payudara : aerola datar tidak ada tonjolan

Paru:

Inspeksi : bentuk dan gerak simetris

retraksi intercostalis (+), retraksi suprastrenalis (+)

Perkusi : tidak dilakukan pemeriksaan

Perkusi : tidak dilakukan pemeriksaan

Auskultasi : Vesikuler kanan = kiri, Ronki -/-, Wheezing -/-

3

Page 4: anak - bblr

Jantung:

Inspeksi : ictus cordis terlihat

Palpasi : ictus teraba

Perkusi : tidak dilakukan pemeriksaan

Auskultasi : BJ I - BJ II murni reguler

Abdomen

Bentuk : datar, lembut

Hepar : tidak ada kelainan

Lien : tidak ada kelainan

Umbilikus : terawat, bau (-)

Ektremitas

Extremitas atas : tidak ada kelainan

Extremitas bawah

Lipatan plantar : hanya lipatan anterior yang melintang (Ballard score=2)

Lain-lain : tidak ada

Anus

Atresia ani : tidak ada

Genitalia

Jenis kelamin : laki-laki

Skrotum : testis turun sedikit ruga

Kulit

Warna : merah muda, halus, tampak vena

Lanugo : menipis

Ikterik : ikterik (-)

Neurologi

Refleks moro : ada

Refleks hisap : tidak ada

Refleks pegang : ada

4

Page 5: anak - bblr

Refleks rooting : tidak ada

Neuromuscular Maturity (Ballard) :

1. Sikap : Ballard score=2

2. Sudut pergelangan

tangan : 30o (Ballard score = 3)

3. Arm Recoil : 90o-100o (Ballard score = 3)

4. Popliteal angle : 110o (Ballard score = 3)

5. Scarf sign : Ballard score = 2

6. Heel to ear : Ballard score = 3

Total Ballard score = Kematangan fisis + Neuromuscular Maturity

= 9 + 16

= 25

Umur kehamilan : 34 minggu

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Darah : Leukosit : 14,6 rb/mm3

Hb : 13,5 gr/dL

Trombosit : 230 ribu/mm3

Gol darah : 0

Hitung jenis :

Basofil : 0 %

Eosinofil : 0 %

Neutrofil batang : 5 %

Neutrofil segmen : 59 %

Limfosit : 33 %

Monosit : 3 %

Urine : Tidak dilakukan pemeriksaan

5

Page 6: anak - bblr

Feces : Warna : Hitam kehijauan

Konsistensi : Lembek

Bau : Normal

Lendir : Tidak ada

Darah : Tidak ada

Mikroskopis : Eritrosit : Tidak ada

Leukosit : Tidak ada

Telur cacing : Tidak ada

RESUME

Seorang bayi laki-laki lahir 1 hari yang lalu , dengan ayah seorang TNI AD dan ibu

bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan tingkat pendidikan keduanya SMA.

Dari anamnesis didapatkan pasien lahir dengan berat badan 1600 gr dan panjang badan

41 cm secara sectio sesaria .Pasien tidak langsung menangis,dengan APGAR skor 3-5. Pasien

lahir dari seorang ibu G1P0A0 dengan HPHT 5 Maret 2007. Selama hamil BB ibu bertambah

6 kg. PNC dilakukan sebanyak 6x melalui bidan. Ibu tidak mendapat imunisasi TT.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan bahwa pasien mengalami kesulitan bernafas,berat

badan lahir pasien sangat rendah,diperkirakan umur kehamilan ibu pasien sewaktu

megandung selama 34 minggu.

Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan:

Darah : kadar hemoglobin menurun dan limfosit berada dalam batas atas dari batas normal

Feses : dalam batas normal.

DIAGNOSIS BANDING

BBLSR+NKB+SMK+Asfixia

DIAGNOSIS

BBLSR+NKB+SMK+Asfixia

USUL PEMERIKSAAN

Laboratorium : Darah : Analisis gas, elektrolit, kadar glukosa

Radiologi : Foto thoraks AP, USG, dan CT Scan kepala

6

Page 7: anak - bblr

PENATALAKSANAAN

Pertahankan suhu

Dipuasakan

Ampicillin 4 x 100 mg i.v.

Aminofilin 3 x 1,4 mg

Cefotaksim 2 x 125 mg

Infus Dekstrose 10 % 6 tetes mikrodrip/menit

PROGNOSIS

Quo ad vitam : Dubia ad malam

Quo ad functionam : Dubia ad malam

7

Page 8: anak - bblr

TINJAUAN PUSTAKA

A. BBLR

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) maupun bayi kurang bulan (BKB) merupakan

masalah utama di negara berkembang termasuk Idonesia. Hal ini karena makin tingginya

kejadian BBLR/BKB serta tingginya mortalitas dan morbiditas perinatal/neonatal.

1. Definisi:

BBLR

Bayi baru lahir (BBL) dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram.

Berat lahir

Berat badan bayi baru lahir yang ditimbang sejak 0-24 jam setelah lahir.

Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR)

BBL dengan berat lahir kurang dari 1500 gram s/d 1000gram

Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR)

BBL kurang dari 1000 gram.

Bayi kurang bulan (BKB)

BBL dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu (<259 hari)

Bayi imatur

BBL dengan usia kehamilan <28 minggu

Bayi cukup bulan (BCB)

BBL dengan usia kehamilan 37-<42minggu

Bayi lebih bulan (BLB)

BBL dengan usia kehamilan >42 minggu

BBLR dapat dikelompokkan menjadi :

BBLR, BCB, SMK

BBLR, BKB, KMK

BBLR, BKB, BMK

BBLR, BCB, KMK

BBLR, BLB, KMK

2. Etiologi

8

Page 9: anak - bblr

Penyebab kelahiran bayi kurang bulan sebagian besar belum diketahui. BKB dan

banyak kasus BBLR lahir berhubungan dengan kondisi sebagai berikut :

Status ekonomi yang rendah

Ras (angka kelahiran prematur pada kulit hitam 2 kali lipat daripada kulit putih.)

Ibu usia dibawah 16 tahun atau lebih diatas 35 tahun, lebih banyak melahirkan BBLR.

Faktor usia lebih bermakna daripada faktor ras.

Aktifitas ibu. Adanya stres fisik yang laama mungkin berhubungan dengan gangguan

pertumbuhan intrautern dan prematuritas, teteapi kondisi ini tidak bermakna pada ibu-ibu

dari kelompok sosial ekonomi lebih tinggi dimana perawatan kesehatannya, termasuk

PNC baik.

Ibu menderita penyakit akut/kronis (DM, thyroid, ginjal, jantung, paru-paru,

PEB/E,otoimun, trombositopenia, akan melahirkan lebih dini.

Kehamilan multipel

Kehamilan sebelumnya jelek.

Faktor-faktor kebidan seperti malformasi uterus, trauma uterus, plasenta previa, solutio

plasenta, servix inkompetene, terpapar diethylstilbestrol, ketuban pecah sebelum

waktu/dini dan amnionitis.

Faktor janin seperti erythroblastosis fetalis, gawat janin taupun IUGR

Kelahiran dini oleh sebab lain.

3. Komplikasi

Pada bayi kurang bulan, sistem fungsi dan struktur organ tubuh masih sangat muda

sehingga belum berfungsi optimal, sehingga muncul komplikasi sebagai berikut :

Asfiksia perinatal

Aspirasi pneumonia

Perdarahan germinal matriks/periventrikuler dan perdarahan intraventrikuler

Leukomalsia periventrikuler

Penyakit membran Hyalin

Apnea rekuren

Sindrom kebocoran udara

Bronchopulmonary dysplasia

Hipo/hipertermia

Patent Ductus Arteriosus

Enterokolitis Nekrotikans

9

Page 10: anak - bblr

Ikterus neonatorum

Anemia prematuritas

Koagulasi intravaskuler

Mudah mengalami infeksi, asidosis metabolik

Retinopathy of prematurity

BBLR dengan KMK (kurang untuk masa kehamilan) mengalami gangguan

pertumbuhan intrauterin dapat berhubungan dengan adanya kelainan kongenital, selama

intrauterin tidak tumbuh optimal dan lahir BBLR. Komplikasi yang terjadi:

Depresi perinatal

Aspirasi mekonium

Perdarahan paru

Hipertensi paru-paru persisten

Hipoksemis

Hipoglikemis

Hipokalsemia

Hiponatremia

Polisitemia

4. Diagnosa

Diagnosa BKB dengan menentukan usia kehamilan berdasarkan :

1. Perhitungan HPHT (hari pertama haid terakhir)

Rumus HPHT, contoh : 1-1-1999

+7 -3 +1

HPL: 8-10-1999

2. Maturitas fisik dan neurologis bayi paska natal dengan skor Dubowitz, Ballard maupun

simplified Dubowitz.

5. Pengelolaan BBLR

Pengelolaan BBLR meliputi 3 tahapan yaitu:

a. Pengelolaan ante/intrapartum

Setiap kehamilan dipertahankan sampai aterm. Apabila ada gawat janin, kehamilan

ditunggu paling tidak sampai maturitas janin optimal setelah usia kehamilan lewat 35

minggu, dimana organ-organ tubuh berfungsi optimal.

10

Page 11: anak - bblr

Bila terjadi gawat janin yang diketahui dari monitor BJA (O2) maka dilakukan

resusitasi intrauterin dengan pemberian tokolitik dan mencegah infeksi dengan

antibiotik.

Kehamilan < 35 minggu dan tidak dapat dipertahankan, maka untuk mempercepat

kematangan paru diberikan kortikosteroid dosis tunggal.

Beberapa jam sebelum persalinan dimulai, bagian UPF Anak diberi informasi.

b. Pengelolan di kamar bersalin

Sebelum bayi lahir yang harus dilakukan adalah;

Menyiapkan alat-alat resusitasi seperti KIT, ambu, ETT, obat-obatan, dll.

Meja resusitasi, lampu penghangat dan penerang

Penghisap lendir disposabel dan suction pump bayi.

Ambulans inkubator.

O2 dengan flowmeter

Status, tanda identitas bayi-ibu

Informasikan ke perawatan intermediat / intensif.

Tentukan skor APGAR 1 dan 5 menit, untuk menentukan diagnosa dan prognosis

bayi.

Paska resusitasi, dilakukan;

1. Pemeriksaan fisik secara sistimatis dan lengkap.

2. Tentukan masa gestasi berdasarkan skor Dubowitz atau modifikasinya

3. Tentukan pentubuhan janin berdasarkan kurva Lubchenco (SMK/AGA,

KMK/SGA, BMK/LGA)

4. Tentukan diagnosis kerja

5. Perawatan tali pusat dengan antibiotik / antiseptik

6. Tetes mata

7. Vitamin K ½- 1 mg atau 1-2 mg / peroral

8. Beri identitas

indikasi perawatan BKB, BBLR sesuai masa gestasi, berat lahir dan klinis kondisi

BKB/BBLR, bayi dirawat dalam 3 tempat perawatan.

1. Perawatan I/rawat gabung/rooming in

BBLR sampai 2250 gram, sehat tanpa komplikasi dilakukan rawat gabung.

2. Perawatan II/perawatan khusus/intermediate care/high care/special care

BBLR-BBLSR memerlukan perawatan khusus untuk onservasi.

3. Perawatan III/perawatan intebsive neonatus/neonatal intensive care unit

11

Page 12: anak - bblr

BKB BBLR dengan komplikasi berat (PMH, MAS, sepsis, meningitis dll)

c. Pengelolaan di kamar bayi

1. Mempertahan suhu tubuh optimal 36,5 oC -37,5oC, kelembaban udara 60%.

2. Memenuhi kebutuhan O2 (PaO2 50-80 Torr).

3. Memenuhi kebutuhan nutrisi, dengan mempertahankan hidrasi, kadar gula darah dan

elektrolit plasma. Untuk mencegah hipoglikemi pada 2 hari pertama kehidupan

diberikan infus glukosa;

5-7,5% BBLASR / <28 minggu

10% BBLSR / <32 minggu

10% BBLR > 1500 gr / 32 minggu

Jika ada hipovolemia atau syok diberikan plasma expander (NaCl 0.9%/RL, albumin

5%, darah segar : 10 cc/kg dalam 10 menit dapat diulang sampai stabil.

4. Kebutuhan cairan IV

Doyle (1997) menganjurkan pada hari I sebanyak 60 cc/kgBB/hari, hari ke II 90

cc/kgBB/hari, hari ke III 120 cc/kgBB/hari, hari ke IV 150 cc/kgBB/hari, hari ke V

dan selanjutnya sebanyak 150 cc/kgBB/hari.

5. Kebutuhan elektrolit

Menurut Townsend (1995) dan Doyle (1997) setelah 12-24 jam atau beberapa hari

pertama kehidupan diberikan kelengkapan elektrolit sebagai berikut; Natrium dan

Kalium masing-masing 2-3 mEq/kg/hari, Cl 2-3 mEq/kg/hari, kalsium 20-30

mEq/kg/hari

6. Pemberian vitamin

Multivitamin MVI-Ped (amaor), Soluvito N i.v melalui infus glukose/N4. Vitamin

lipid i.v via larutan intralipid.

7. Kebutuhan energi

Glukosa : pada hari I 4-6 mg/kg/mnt melalui infus glukosa 10% 60cc/kg/hr = 4,2

mg/kg/mnt

Protein/aminofusin ped : mulai hari ke-3 nutrisi parenteral mulai 0,5 gr/hari

dinaikkan bertahap sampai 2-3 gr/kg/hari.

Lemak/intralipid : emulsi lemak 10% atau 20% (1,1 kkal/ml-2 kkal.ml), mulai

diberikan pada hari ke-3 nutrisi parenteral.

Nutrisi enteral ; diberikan secepat mungkin setelah diketahui tidak ada

kontraindikasi pemberian peroral dan toleraransi saluran cerna (+), yaitu

12

Page 13: anak - bblr

peristaltik usus (+), mekonium (+) dan retensi lambung (-). Mulai diberikan

ASI/PASI secara bertahap, 1-2,5 cc.

8. Mencegah dan mengatasi infeksi

9. Mengatasi hiperbilirubinemia, bila klinis timbul ikterus I-II, segera lakukan fototerapi

sampai kondisi aman. Bila ikterus hebat lakukan transfusi ganti.

10. Memenuhi kebutuhan psikologis

11. Mencegah dan mengatasi PDA; O2 adekuat, retriksi pemberian cairan, intermiten

diuresis, pada PDA simtomatik diberikan indometasin atau bila gagal dilakukan

ligasi.

12. Melibatkan perawatan orang tua

13. Program imunisasi; ibu dengan karier hepatitis B, dalam jangka 12 jam paska natal

bayi diberi Ig M hepatitis B dan diberikan vaksin HBV di tempat lain pada waktu

bersamaan. Sebelum pulang bayi diberikan vaksin BCG dan polio-zero.

B. ASFIKSIA NEONATORUM

1. Pendahuluan

Asfiksia merupakan penyebab utama lahir mati dan kematian neonatus. Asfiksia juga

sering menimbulkan gejala sisa berupa kelainan neurologi. Insidensi asfiksia perinatal di

negara maju berkisar antara 1-1,5% tergantung masa gestasi dan berat lahir. Insidensi asfiksia

pada bayi matur berkisar 0,5%, bayi prematur 0,6%. Di Indonesia prevalensi asfiksia sekitar

3% kelahiran (1998) atau 144.900 bayi per tahun lahir dengan sapiksia sedang dan berat.

Asfiksia adalah suatu keadaan hipoksia yang progresif, akumulai CO2 dan asidosis.

2. Klasifikasi

Tanpa asfiksia (nilai APGAR 8-10)

Asfiksia ringan-sedang (nilai APGAR 4-7)

Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)

Tabel penilaian skor APGAR

TANDA SKOR

0 1 2

Denyut jantung Tidak ada < 100x/mnt >100x/mnt

Respirasi Tidak ada Lambat, tidak teratur Baik, menagis

Tonus otot lemah Sedikit fleksi Pergerakan aktif

Refleks Tidak ada respon Menyeringai Batu, bersin, menangis

13

Page 14: anak - bblr

Warna Biru, pucat Tubuh merah muda,

ektremitas biru

Seluruh tubuh merah

muda.

Penilaian APGAR dilakukan pada 1 dan 5 menit setelah lahir dan diulang setiap 5

menit sampai tanda vital stabil.

3. Patofisiologi

Tahap awal asfiksia ditandai dengan periode pernafasan cepat, bunyi jantung dan

tekanan darah yang meningkat, kemudian diikuti oleh apnea primer. Asfiksia akan

menyebabkan redistribusi aliran darah ke jantung, otak dan adrenal agar kebutuhan oksigen

dan substrat terhadap organ vital terpenuhi. Mekanisme terjadinya redistribusi tersebut

melalui keadaan hipoksia dan meningkatnya CO2, bertambahnya aktifitas simpatis dan

kemoresseptor, bersama-sama dengan pelepasan vasopressin arginin.

Hipoksia juga merangsang kemoreseptor, melalui regulasi N.vagus akan menyebabkan

bradikardia. Jika hipoksia berlanjut akan terjadi penurunan pH dan asidosis metabolik.

Jika asidosis sangat berat akan terjadi gangguan autoregulasi aliran darah ke otak dan

jantung sehingga menyebabkan penurunan tekanan daraha dan curah jantung. Selama asfiksia

berat aliran darah yang ke otak lebih banyak ke batang otak dripada cerebrum. Akibat

pengiriman oksigen ke otak yang berkurang, maka akan terjadi fokus injury di daerah aliran

kolateral cortex (parasagital watershed area).

Akibat redistribusi darah ke otak dan jantung, ginjal akan mengalami ischemic injury

pada tubulus proksimal. Jika proses ini berlanjut akan terjadi nekrosis epitel tubulus.

4. Etiologi

Asfiksia antepertum atau intrapartum disebsbkan insufisiensi plasenta, sedangkan

asfiksia postpartum biasanya merupakan akibat sekunder dari insufisiensi paru, jantung dan

pembuluh darah serta neurologis.

5. Faktor Predisposisi

Faktor antepartum; umur.35 tahun, DM, Hipertensi dalam kehamilan, anemia atau

isoimunisasi, infeksi, ketuban pecah sebelum waktunya, kehamilan ganda, tidak ada

PNC,dll.

Faktor intrapartum; SC, kelainan letak, persalinan kurang bulan, persalinan lama, cairan

amnion bercampur mekonium, prolaps tali pusat, abruptio plasenta, plasenta previa, dll.

14

Page 15: anak - bblr

6. Kriteria Diagnosis

Sesuai dengan klasifikasi atau sesuai dengan batasan dan klasifkasi.

7. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium :

Analisis gas darah: asidosis metabolik / respiratorik, PO2 menurun

Elektrolit ; hipokalsemia (<7 mg/dl)

Glukosa (dekstrostiks) : hipoglikemia (BKB <20mg/dl; BCB <30 mg/dl)

Radiologi :

Foto toraks: pembesaran jantung, bendungan vena paru, edema paru.

USG kepala : ishemic injury hanya terlihat pada minggu pertama.

CT-scan kepala : tampak cortical neuronal injury, edema.

8. Komplikasi

1. Hipoksia, edema dan nekrosis serebral

2. perdarahan peri-ventrikuler

3. gagaal ginjal

4. gagal jantung

9. Terapi

Resusitasi yang efektif akan merangsang pernafasan awal dan mencegah asfiksia

progresif. Tujuan tindakan resusitasi adalah memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian

oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen ke organ-organ vital.

Langkah-langkah dasar resusitasi pada bayi baru lahir:

1. Menjaga suhu tubuh

Bayi ditempatkan di tempat yang hangat seperti radiant warmer, kulit secepat mungkin

dikeringkan..

2. Pembebasan jalan nafas

Posisi bayi terlentang atau miring ke salah satu sisi dengan kepala posisi netral atau

ekstensi ringan, keluarkan lendir.

Penghisapan lendir, bila memakai penghisap lendir mekanik tekanan negatif tidak

melebihi 100 mmHg.

15

Page 16: anak - bblr

Pembebasan jalan nafas dari mekonium dengan penghisapan trakea, ventilasi tekanan

positif.

3. Rangsang taktil

4. Pemberian oksigen, minimal 5 L/menit.

5. Ventilasi

Penggunaan kantung dan sungkup dapat memberikan ventilasi yang adekuat. Pemberian

ventilasi berkisar 40-60 x pernapsan permenit (30x pernafasan bila disertai pemijitan

dada). Pemasangan orogastric tube mengurangi inflasi lambung. Bila masih gagal

dilanjutkan dengan intubasi endotrakeal.

Indikasi pemasangan ETT :

Bila pada pengisapan trakea didapatkan mekonium

Ventilasi dengan sungkup dan kantung tidak efektif dan lama

Bila akan dilakukan pemijatan dada

Bila memerlukan pemberian obat melalui trakea

Pada resusitasi dengan keadaan khusus seperti hernia diafragmatika dan BBLSR

6. Pemijatan dada

Indikasi pemijitan dada bila denyut jantung kurang dari 60 kali permenit walaupun sudah

dilakukan ventilasi yang adekuat dengan oksigen 100% selama 30 detik. Pemijatan dada

dengan 2 ibu jari menunjukkan perbaikan puncak sistolik dan tekanan perfusi koroner.

Dengan rasio pemijatan dada dan ventilasi 3 : 1, dengan 90 x pemijatan dan 30 ventilasi

dalam 1 menit. Nilai HR setiap 30 detik. Pemijatan dilanjutkan samapai HR spontan >

60x/menit

7. Medikasi

Obat-obatan jarang sekali digunakan pada resusitasi bayi baru lahir.

Epineprin 0,1-0,3 ml/kgBB dalam larutan 1 : 10.000 (0,01 mg-0,03 mg/kgBB) melaui

i.v atau ET. Diulang setiap 3-5 menit bila perlu.

Volume ekspander, penting pada hipovolemik. Dosis awal 10 ml/kgBB secara i.v

selama 5-10 menit. Dosis diulang sampai menunjukkan respon klinis.

Bikarbonat, diberikan bila ventilasi dan sirkulasi baik. Dosis yang digunakan 1-2

mEq/kgBB (0,5 mEq/ml larutan) secara i.v lambat minimal lebih dari 2 menit.

Nalokson, sebagai antagonis narkotik yang tidak mengganggu pernafasan. Diberikan

bila ada depresi pernafasan dengan ibu menggunakan narkotik 4 jam sebelum

persalinan. Dosis 0,1 mg/kgBB (0,4 mg/ml atau 1 mg/ml) i.v, ETT, i.m atau sc.

16

Page 17: anak - bblr

10. Prognosis

Prognosis dari asfiksia berat sering sulit diperkirakan. Bayi dengan nilai APGAR 5

menit <5, 33% menderita ensefalopati. BCB dengan nilai APGAR 0-3 pada 10,15, dan 20

menit mempunyai angka kematian 18%, 48% dan 50%. Prognosis buruk bila terjadi

kegagalan timbulnya nafas spontan dalam waktu 1 jam setelah lahir, kejang menetap,

gangguan metabolik berat dan adanya gambaran radiologi abnormal (perdarahan serebral,

infark serebral, atrofi serebral).

17

Page 18: anak - bblr

DISKUSI PEMBAHASAN

DISKUSI KETERANGAN UMUM

Pasien adalah seorang bayi laki-laki berusia 1 hari, ayah berusia 25 tahun, TNI AD,

sedangkan ibu berusia 18 tahun, ibu rumah tangga.

Dari keterangan umum didapatkan faktor resiko pasien lahir prematur dan berat badan

lahir sangat rendah adalah dikarenakan dari usia ibu pasien yang masih muda.

DISKUSI KELUHAN UTAMA

Keluhan utama bayi kecil, yaitu BBLSR dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu:

Bayi kurang bulan atau bayi prematur murni (dalam hal ini pasien merupakan bayi

prematur)

Bayi kecil untuk masa kehamilannya

DISKUSI ANAMNESA KHUSUS

1. Satu hari yang lalu pukul 13.40 pasien lahir secara spontan dengan pertolongan bidan di

rumah sakit.

Walaupun persalinan ditolong oleh bidan,tetapi tempat persalinan di Rumah Sakit bisa

mengindikasikan bahwa kelahiran ini ada masalah dan membutuhkan fasilitas yang leih

lengkap.

2. Berat badan pasien saat lahir adalah 1400 gram.

Pasien termasuk kepada kelompok BBLSR,karena:

Makrosomia >4000 gram

Normal 2500-3999 gram

LBW <2500 gram

VLBW 1500-1000gram

ELBW <1000 gram

3. Panjang badan 41 cm

Panjang badan bayi diukur untuk menentukan apakah sesuai dengan umur kehamilan ibu.

Umur dalam bulan Panjang dalam cm Berat dalam gram

18

Page 19: anak - bblr

menurut Haase

menurut Struber

1 bulan 12 = 1 -

2 bulan 22 = 4 1,1

3 bulan 32 = 9 14,2

4 bulan 42 = 16 108

5 bulan 52 = 25 316

6 bulan 6 x 5 = 30 630

7 bulan 7 x 5 = 35 1045

8 bulan 8 x 5 = 40 1680

9 bulan 9 x 5 = 45 2478

10 bulan 10 x 5 = 50 3405

Dari rumus ini diperkirakan umur kehamilan ibu pasien menurut panjang badan pasien

adalah +8 bulan,sedangakan menurut berat badannya diperkirakan antara 7-8 bulan.

Alat pengukur panjang badan bayi terbuat dari kayu atau plastik meteran.Bayi ditidurkan

telentang tanpa alas kaki dan topi di atas tempat tidur yang keras.Verteks bayi diletakan

pada kayu yang rata,sedangkan kayu yang dapat bergerak menyentuh tumit bayi.

4. Letak belakang kepala

Merupakan presentasi yang normal. Presentasi yang tidak normal adalah:

Letak muka

Letak bokong

Letak lintang

Letak sungsang

Presentasi yang tidak normal merupakan faktor resiko terjadinya hambatan pada waktu

partus sehingga dapat menimbulkan trauma maupun asfiksia pada neonatus yang

dilahirkan.

5. Pasien tidak langsung menangis dengan nilai APGAR 6-8 pada 1 menit dan 5 menit

pertama

Hal ini menunjukkan adanya gangguan pada pernafasan neonatus, yaitu asfiksia primer.

Asfiksia primer adalah asfiksia yang terjadi pada saat ante partum atau intra partum,

disebabkan oleh insufisiensi plasenta. Sedangkan asfiksia sekunder terjadi pada saat post

19

Page 20: anak - bblr

partum, disebabkan oleh sekunder dari insufisiensi paru, jantung, pembuluh darah, serta

neurologis.

Perbedaan antara asfiksia primer dan asfiksia sekunder adalah :

No. Asfiksia Primer Asfiksia Sekunder

1. Respirasi bisa ada atau pun tidak Tidak ada respirasi

2. Heart rate menurun Heart rate sangat rendah

3. Tekanan darah terukur Tekanan darah sangat menurun

sehingga tidak terukur

4. Adanya respons terhadap stimulus Tidak ada respon terhadap stimulus

Kriteria APGAR :

No. Kriteria 0 1 2

1. Appearence Warna biru pucat Merah muda,

ekstremitas biru

Seluruh tubuh

merah muda

2. Pulse Denyut jantung tidak

ada

< 100 x/menit >100x/menit

3. Grimace Respon tidak ada Menyeringai Batuk, bersin,

menangis

4. Activity Lemah Sedikit flexi Pergerakan aktif

5. Respiratory Tidak ada Lambat, tidak teratur Baik, menangis

Nilai APGAR bervariasi antara 0 sampai dengan 10 yang dinilai pada 1 menit pertama

dan 5 menit pertama kehidupan, pembagiannya :

8 -10 : Tanpa asfiksia

4 – 7 : Asfiksia sedang

0 – 3 : Asfiksia berat

Nilai APGAR pasien pada 1 menit pertama adalah 6, termasuk dalam asfiksia sedang,

sedangkan pada 5 menit berikutnya adalah 8 yang berarti tanpa asfiksia.

6. Tali pusat langsung dipotong

Hal ini dilakukan untuk menghindari bayi kuning.

7. Letak ari-ari normal

20

Page 21: anak - bblr

Karena letak ari-ari yang tidak normal merupakan faktor resiko terjadinya trauma

maupun asfiksia pada neonatus. Misalnya pada plasenta previa keluarnya kepala janin

akan terhalang oleh plasenta sehingga neonatus akan mengalami kesulitan bernafas.

8. Ketuban pecah 10 menit sebelum bayi lahir. Air ketuban terlihat jernih

Ketuban pecak sebelum waktunya (KPSW) merupakan faktor resiko terjadinya asfiksia

pada neonatus. Air ketuban yang kotor merupakan faktor resiko terjadinya sepsis pada

neonatus sehingga pada neonatus dengan air ketuban yang berwarna hijau/kotor harus

diberi antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi.

DISKUSI ANAMNESIS TAMBAHAN TENTANG RIWAYAT KEHAMILAN :

1. Pasien lahir dari seorang ibu dengan G1P0A0

Artinya pasien merupakan anak pertama dan ibu dari anak pertama pada umumnya belum

berpengalaman dalam mengahadapi persalinan.

2. HPHT 25 Januari 2006

Dihitung dari HPHT, umur kehamilan ibu adalah : 34 minggu.

3. Berat badan ibu pasien sebelum hamil 41 kg dengan tinggi badan 150 cm. Kenaikan

berat badan selama hamil sebesar 6,5 kg.

Berat badan ibu kurang, kenaikan berat badan ibu selama kehamilan kurang karena

minimal kenaikan berat badan ibu selama kehamilan 9 – 10 Kg.

4. Selama hamil, ibu pasien kontrol tidak teratur ke bidan sebanyak 6 kali

Prenatal Care sampai bulan ke-7 1 x/bulan, 2 x/bulan dari minggu ke-28 sampai minggu

ke-36, 1 x/minggu pada bulan terakhir. Prenatal Care pada pasien ini kuran karena pasien

seharusnya sudah kontrol ke bidan sebanyak 10 kali.

5. Ibu pasien mendapatkan obat-obatan berupa vitamin yang diminum 3 kali sehari, zat besi

dan penambah darah yang masing-masing diminum 1 kali sehari. Obat-obatan tersebut

diminum selama 6 bulan tetapi tidak teratur. Selama hamil ibu pasien makan dengan

frekuensi tidak teratur berupa sepiring nasi ditambah sayuran, telur, ikan, tempe dengan

menu bervariasi tetapi jarang mengkonsumsi buah-buahan dan susu.

Pola makan ibu pasien tidak teratur dan obat-obatan yang diminum ibu pasien tidak

teratur sehingga dapat menyebabkan bayi yang dilahirkan kecil masa kehamilan atau bisa

juga prematur.

6. Riwayat ibu menderita penyakit darah tinggi, kencing manis atau pun kelainan darah,

riwayat merokok, riwayat memelihara binatang peliharaan seperti kucing dan unggas,

21

Page 22: anak - bblr

riwayat ibu mengalami trauma/pernah jatuh selama kehamilan, riwayat mengkonsumsi

obat-obatan tambahan selain yang diberikan oleh bidan dan jamu-jamuan tidak ada.

Hal-hal tersebut di atas merupakan faktor resiko terlahirnya bayi prematur.

7. Aktivitas selama kehamilan cukup berat karena pasien masih melakukan pekerjaan

rumah tangga dalam kesehariannya tanpa dibantu oleh siapa pun.

Ini merupakan faktor resiko terlahirnya bayi prematur.

PEMBAHASAN ANAMNESIS PEMBERIAN MAKANAN

Pasien belum pernah meminum ASI maupun susu formula, karena sejak lahir pasien

terlihat sesak nafasnya.

Keadaan pasien sejak lahir sudah mengalami kesulitan bernafas, sehingga pasien

dipuasakan dahulu untuk menghindari terjadinya aspirasi dari air susu.

PEMBAHASAN Anamnesis Keadaan Keluarga

No. Nama Umur Keadaan

1 Tn. Dedi R 25 th Sehat

2 Ny. Siska 18 th Sehat

Dilihat dari umur, ibu pasien masih sangat muda sehingga rentan terjadinya untuk melahirkan

bayi yang prematur.

PEMBAHASAN Anamnesis Riwayat Kehamilan

Anak BB lahir Jenis kelamin

I 1,4 kg Laki-laki

Pasien merupakan anak pertama. Ibu pasien sebelumnya belum pernah mengalami

keguguran.

PEMBAHASAN PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum

Kesadaran : letargi, menangis sedang

Pada penderita ini kesadarannya letargi yang merupakan manifestasi asfiksia. Bayi tidak

menangis kuat terdapat pada bayi dengan kesukaran pernafasan

22

Page 23: anak - bblr

Berat badan : 1400 gram

Berat badan pada pasien ini termasuk berat badan lahir sangat rendah (BBLSR), dan

disesuaikan dengan usia kehamilan neonatus ini pada klasifikasi menurut Battaglia dan

Lubchenco termasuk kecil untuk masa kehamilan (KMK)

Warna kulit : kemerahan

Warna kulit untuk menilai fungsi jantung dan paru secara kasar melalui perfusi ke perifer,

pada pasien ini perfusi jaringan cukup baik.

Tanda Vital

Heart rate : 136 x / menit

Respirasi : 72 x / menit, tipe abdominothorakal

Suhu : 36,7 oC

Pada bayi kurang bulan dengan asfiksia diawali dengan periode pernafasan cepat, bunyi

jantung dan tekanan darah yang meningkat, kemudian diikuti oleh apnea primer. Asfiksia

akan menyebabkan redistribusi aliran darah ke jantung, otak dan adrenal agar kebutuhan

oksigen dan substrat terhadap organ vital terpenuhi. Mekanisme terjadinya redistribusi

tersebut melalui keadaan hipoksia dan meningkatnya CO2, bertambahnya aktifitas simpatis

dan kemoresseptor, bersama-sama dengan pelepasan vasopressin arginin. Hipoksia juga

merangsang kemoreseptor, melalui regulasi N.vagus akan menyebabkan bradikardia.

Mata : edema palpebra +/+

Pemeriksaan mata pada BBL seringkali sulit karena tertutup. Edema kelopak mata sering

dijumpai pada bayi prematur. Dengan menggoyangkan kepalanya dengan perlahan-lahan atau

dengan memegang bayi pada posisi tegak atau telungkup mata bayi bisa terbuka.

Telinga : datar, tetap terlipat (Ballard score=0)

Pada bayi cukup bulan terdapat tulang rawan untuk mempertahankan bentuk telinga. Pada

pasien prematur, tulang rawan belum terbentuk sempurna.

Hidung : PCH (+)

Pernafasan cuping hidung berhubungan dengan kesulitan pernafasan, dijumpai pada asfiksia

neonatorum oleh karena belum berkembangnya fungsi pernafasan.

23

Page 24: anak - bblr

Mulut : agak sianosis

Mukosa mulut yang sianosis menandakan adanya gangguan perfusi ke jaringan perifer oleh

karena belum sempurnanya fungsi kardiovaskuler dan paru.

Kulit

Warna : merah muda, halus, tampak vena (Ballard score=1)

Lanugo : menipis (Ballard score=2)

Ikterik : agak ikterik

Pada bayi prematur jaringan lemak belum terbentuk sempurna sehingga pembuluh darah

terlihat dan kulit tampak merah muda, juga rambut-rambut halus pada tubuh akan menipis

dan menghilang kira-kira setengah dari punggung. Pada bayi kurang bulan produksi enzim

glukoronil transferase belum sempurna, sehingga terjadi ikterus neonatorum.

Thoraks

Payudara : aerola datar tidak ada tonjolan (Ballard score=1)

Untuk menilai maturitas bayi.

Paru : retraksi intercostalis (+), retraksi suprastrenalis (+)

Adanya retraksi pada otot-otot pernafasan menunjukkan adanya gangguan fungsi paru, pada

bayi kurang bulan paru belum berkembang secara sempurna.

Jantung:

Pada bayi kurang bulan sering timbul Patent Ductus Arteriosus. Menurut Opeyetehere dkk

(1980) kejadian PDA lebih sering pada bayi-bayi dengan Penyakit Membran Hyalin. Pada

penderita ini jantung dalam batas normal.

Abdomen

Prematuritas merupakan faktor utama timbulnya Enterokolitis Nekrotikans pada bayi kurang

bulan. pada penderita ini fungsi gastrointestinal dalam batas normal.

Ektremitas

Lipatan plantar : lipatan 2/3 anterior (Ballard score=3)

Untuk menilai maturitas bayi.

24

Page 25: anak - bblr

Genitalia

Jenis kelamin : laki-laki

Skrotum : testis turun sedikit ruga (Ballard score=2)

Untuk menilai maturitas bayi.

Neurologi

Refleks moro : ada

Refleks hisap : tidak ada

Refleks pegang : ada

Refleks rooting : tidak ada

Refleks moro ditimbulkan dengan menarik kain tempat tidur bayi dan bayi akan

memperlihatkan gerakan seperti memeluk, ada atau tidaknya serta simetris atau tidaknya

memberi keterngan mengenai susunan saraf pusat, pleksus brakialis, fraktur klavikula atau

ektremitas, dislokasi sendi panggul dan selainnya. Refleks Moro normal akan menghilang

pada umur 5 bulan, bila masih menetap sampai lebih dari 5 bulan berarti terjadi kerusakan

sistem saraf pusat. Bila menghilang sesaat sesudah lahir menunjukkan adanya perdarahan

sereberal, bila pada waktu lahir tidak ada kemudian timbul menunjukkan adanya edema

sereberal. Refleks hisap diperiksa dengan memasukkan jari ke mulut bayi, lalu bayi akan

menghisap jari tersebut. Refleks rooting / mencari akan timbul bila bayi lapar, lalu diletakkan

sesuatu di sekitar mulutnya, lalu bayi mencari dan menghisapnya. Refleks pegang berupa

gerakan fleksi jari-jari kaki dan tangan, timbul dengan meletakkan sesuatu pada telapak kaki

atau tangan.

Neuromuscular Maturity (Ballard) :

Penggunaan Ballard score pada penderita ini dipilih karena pada neonatus dengan sakit

sedang sampai berat apabila penilaian neurologis menggunakan Dubowitz dapat

memperberat penyakit penderita. Pada penderita ini, pada pemeriksaan fisik diperoleh nilai 9,

ditambah pemeriksaan neurologis 16 sehingga skor total (Ballard) adalah 25 sesuai dengan

umur kehamilan neonatus 34 minggu (bayi kurang bulan)

PEMBAHASAN LABORATORIUM

Darah : Leukosit : 14,6 rb/mm3 (N : 5-19,5 rb/mm3)

Hb : 13,5 gr/dL (N : 14,5-22,5 gr/dL)

25

Page 26: anak - bblr

Trombosit : 230 ribu/mm3 (N ; 150-450 rb/mm3)

Gol darah : 0

Hitung jenis :

Basofil : 0 % (N : 0-0,75 %)

Eosinofil : 0 % (N : 1-3 %)

Neutrofil batang : 5 % (N : 3-5 %)

Neutrofil segmen : 59 % (N : 54-62 %)

Limfosit : 33 % (N : 25-33 %)

Monosit : 3 % (N : 5-7 %)

Urine : Tidak dilakukan pemeriksaan

Feces : Warna : Hitam kehijauan

Konsistensi : Lembek

Bau : Normal

Lendir : Tidak ada

Darah : Tidak ada

Mikroskopis : Eritrosit : Tidak ada

Leukosit : Tidak ada

Telur cacing : Tidak ada

Dari pasien ini didapatkan kadar hemoglobin menurun dan limfosit berada dalam batas atas

dari batas normal. Feses dalam batas normal.

DASAR DIAGNOSIS

BBLSR

Karena pasien lahir dengan berat kurang dari 1500 gr maka pasien digolongkan ke dalam

BBLSR.

BKB

Pemeriksaan Dubowitz (skore) didapat masa kehamilan 34 minggu.

SMK

Berdasarkan klasifikasi Neonatus menurut Battaglia dan Lubchenco (1967)

PEMBAHASAN USUL PEMERIKSAAN

Laboratorium : Darah : Analisis gas, elektrolit, kadar glukosa

Radiologi : Foto thoraks AP, USG, dan CT Scan kepala

26

Page 27: anak - bblr

Hal tersebut di atas diperiksa untuk :

1. Analisis gas darah untuk melihat apakah adanya hipoksia, hiperkarbia dan asidosis

2. Gambaran darah lengkap dan biakan darah dilakukan untuk menyingkirkan

kemungkinan infeksi

3. Kadar glukosa darah biasanya rendah

4. Pemeriksaan Roentgen dada pada HMD biasanya membentuk gambaran seperti kaca

pasir (infiltrat halus dengan bronkhogram udara)

Untuk melihat kematangan organ-organ tubuh pasien karena pasien prematur.

PEMBAHASAN TERAPI

Pasien diberikan infus Dekstrose 10 % berdasarkan :

Doyle (1997) menganjurkan pada hari I sebanyak 60 cc/kgBB/hari, hari ke II 90

cc/kgBB/hari, hari ke III 120 cc/kgBB/hari, hari ke IV 150 cc/kgBB/hari, hari ke V

dan selanjutnya sebanyak 150 cc/kgBB/hari.

Pasien diberikan antibiotik karena mencegah terjadinya infeksi yang rentan pada bayi

prematur.

Pasien diberi bronkhodilator karna pasien mengalami kesulitan bernafas.

PROGNOSIS

Karena keadaan umum pasien buruk, maturitas organ belum matang serta didapatkan

komplikasi.

DAFTAR PUSTAKA

27

Page 28: anak - bblr

1. Sukadi, dkk. Diktat Kuliah Perinatologi. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak

FKUP/RSHS. Bandung : 2002.

2. Behrman, et al. Nelson Textbook of Pediatrics 17th Edition. Saunders. Pennsylvania :

2004.

3. Sastrawinata, dkk. Obstetri Fisiologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi FKUP. Bandung :

1983.

28