an Technopreneurship Dan Peranan Technopreneur Serta Pengaruh Teknologi

download an Technopreneurship Dan Peranan Technopreneur Serta Pengaruh Teknologi

of 66

Transcript of an Technopreneurship Dan Peranan Technopreneur Serta Pengaruh Teknologi

Perkembangan Technopreneurship Dan Peranan Technopreneur Serta Pengaruh Teknologi Untuk Dunia Bisnis

LAPORAN TOPIK- TOPIK LANJUTAN LANJUTAN SISTEM INFORMASI

Jurusan Sistem Informasi Jenjang Pendidikan Strata-1

Oleh

Kiki Hendrady Wijaya (1100044804)

Kelas : 06 PJM

Universitas Bina Nusantara Jakarta 2010

Perkembangan Technopreneurship Dan Peranan Technopreneur Serta Pengaruh Teknologi Untuk Dunia Bisnis

Oleh :

Kiki Hendrady Wijaya

(1100044804)

Abstrak

Perkembangan teknologi yang tiada hentinya semakin lama semakin maju , memacu persaingan yang sangat ketat diantara pengelola bisnis yang menerapklan Technopreneurship sebagai incubator bisnis berbasis teknologi mereka,dimana teknologi memiliki peranan sebagai penggerak bisnisnya.

Dengan adanya teknologi tersebut,maka pasti akan lahir orang-orang yang mempunyai skil dalam bidang tersebut yang akan mengoperasikan teknologi tersebut ,seperti anak-anak lulusan IT dari perguruan tinggi contohnya,mereka itulah para calon technopreneur yang akan mengembangkan ide-ide baru untuk teknologi pada perusahaan,seorang technopreneur rela tumbuh dari bawah,untuk menambah pengalaman dan pengetahuan mereka, seorang technopreneur harus mempunyai ide-ide yang kreatif untuk mengembangkan suatu penemuannya.

Maka dalam pembahasan karya tulis kali ini akan membahas tentang tecnopreneurship sebagai teknologi bisnis yang tidak lepas dari sosok technopreneur yang berhubungan didalam teknologi tersebut, Disinilah dimana teknologi sangat berpengaruh terhadap dunia bisnis yang ada pada saat ini.

Kata kunci : Technopreneurship, technopreneur, teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Inovasi, kemampuan dalam teknologi dan kemampuan berwirausaha merupakan solusi untuk meningkatkan keadaan ekonomi Indonesia yang sedang bertumbuh. Inovasi adalah langkah-langkah yang sistematis untuk mengubah sesuatu (produk, ide, informasi, teknologi dan lainnya) menjadi sebuah sumber yang memiliki nilai tinggi. Sedangkan technopreneursip yang memadukan proses teknologi dan kemampuan berwirausaha merupakan sumber yang sesungguhnya untuk kekuatan ekonomi berbasis

pengetahuan. Technopreneurship merupakan proses sintesis dalam rekayasa untuk masa depan manusia, organisasi, negara dan bangsa. Panduan strategi dan proses pengambilan keputusan menjadi makin diminati dan kompleks. Perkembangan dan penerapan Technopreneurship di era Globalisasi saat ini telah banyak membawa dampak perubahan pada area bisnis saat ini. Jika kita lihat ke 2 -3 dekade yang lalu, maka sebut saja Taiwan, Korea Selatan dan Singapura masih digolongkan sebagai Negara Berkembang. Namun sekarang Negara-negara ini telah menjadi Negara maju dengan perekonomian yang didasarkan pada Industri teknologi. Perkembangan Korea diawali dengan industri tradisional kemudian diikuti oleh industri semikonduktor. Sedangkan Singapura memiliki kontrak di bidang elektronik dengan perusahaanperusahaan barat kemudian diikuti juga oleh manufaktur semikonduktor. Taiwan terkenal dengan industri asesoris Komputer Pribadi (PC). Rahasia lain yang membuat perkembangan negara-negara ini melejit adalah adanya inovasi. Semua inovasi tersebut pastinya datang dari seorang penggagas ide-ide baru yang kita kenal dengan Technopreneur, Technopreneur adalah gabungan dari kata technique dan entrepreneur yang artinya adalah orang yang mempunyai skill di bidang teknologi namun dapat membaca peluang usaha di bidang teknologi . Angka kelahiran technopreneur tampaknya kian meningkat dari hari ke hari. Jika datang ke pameran pameran dan presentasi teknologi informasi (TI), maka akan didapati presenter presenter yang masih muda, tetapi tampil visioner, futuristik, bersemangat, energik, penuh gagasan, dan piawai dalam mendemonstrasikan kemampuannya untuk mengoperasikan dan memanfaatkan TI dalam berbagai bidang. Kelahiran para technopreneur itu banyak didasari dengan sejumlah latar belakang, antara lain: idealisme untuk menciptakan lapangan kerja baru, mengubah peran teknologi tidak hanya sebagai alat bantu saja, melainkan sebagai sumber bisnis, menggali potensi diri untuk hidup mandiri, memiliki kebebasan berkreasi dan pendapatan tidak terbatas. Maka pada karya tulis ini,penulis akan membahas tentang perkembangan Perkembangan Technopreneurship Dan Peranan Technopreneur Serta Pengaruh Teknologi Untuk Dunia Bisnis

1.2

Ruang Lingkup

Dalam karya tulis yang berjudul Perkembangan Technopreneurship Dan Peranan Technopreneur Untuk Dunia Bisnis ini. Penulis akan membahas beberapa ruang lingkupnya pada : Definisi Technopreneurship. Technopreneurship sebagai Inkubator bisnis berbasis teknologi. Peranan Technopreneurship dengan masyarakat. Definisi Technopreneur.

-

Menjadi seorang technopreneur. Invensi, Inovasi, dan Technopreneur. Mendidik technopreneur. Pendidikan TI Berbasis Technopreneurship. Fitur Teknologi & Pengaruhnya Terhadap Struktur Bisnis Pada Perusahaan Pengaruh Teknologi Terhadap Persaingan Dalam Perusahaan Contoh-Contoh Inovasi Pada Beberapa Perusahaan Yang Ada Di Indonesia.

1.3

Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan Manfaat karya tulis tentang Perkembangan Technopreneurship Dan Peranan Technopreneur Untuk Dunia Bisnis ini adalah : Memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang perkembangan Technopreneurship pada saat ini. Membantu pembaca untuk menjadikan salah satu referensi guna memperluas informasi tentang technopreneurship. Memberikan informasi tentang perkembangan technopreneurship di Era ini. pembaca pengetahuan tentang bagaimana berperan sebagai seorang

Memberikan Technopreneur.

Menjelaskan secara keseluruhan kepada pembaca tentang pengaruh teknologi dalam dunia bisnis saat ini.

1.4

Metode Penelitian

Sebagai penulis metode penelitian yang di ambil adalah metode studi pustaka dengan Meringkas kembali referensi-referensi yang didapat baik melalui internet juga makalah yang berhubungan.

1.5

Sistematika Penelitian

Sistematika penulisan karya tulis ini diuraikan dalam empat bagian. Mengenai isi bagian-bagian tersebut dijabarkan sebagai berikut :

BAB 1 : PENDAHULUAN Pada bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang, ruang lingkup, tujuan dan manfaat, metodologi yang digunakan, dan sistematika penulisan karya tulis ini.

BAB 2 : LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan teori-teori yang berhubungan dan digunakan untuk penyusunan karya tulis ini.

BAB 3 : PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan secara menyeluruh tentang topik dari karya tulis ini, yang sesuai dengan ruang lingkup pada pendahuluan.

BAB 4 : PENUTUP Pada bab ini akan dikemukakan kesimpulan dari penjelasan yang telah dijabarkan, dan saran-saran yang diusulkan penulis untuk tindakan selanjutnya.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Sebelum berkenalan lebih jauh dengan Entrepreneur (Wirausahawan) dibidang TI, ada satu terminologi yang populer dewasa ini, yaitu Teknopreneur (Technopreneur).

Menurut definisi dari Tim Lab UKSW di Salatiga, Teknopreneur merupakan gabungan dari TEKNOLOGI (kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi) dengan KEWIRAUSAHAAN (seseorang/unit yang mampu bekerja sendiri untuk mendatangkan keuntungan melalui proses bisnis/usaha).

Sedangkan dari Merriam-Webster Online Dictionary (http://www.m-w.com/dictionary/technopreneur) Technopreneur adalah an entrepreneur whose business involves high technology. Teknologi sendiri di

bagi menjadi teknologi (saja) dan high technology (hi-tech). Dalam hal ini, teknologi yang disebut adalah teknologi tinggi (hi-tech). Jadi Technopreneurship lebih luas dari IT-preneurship yang hanya dimasalah TI atau TIK saja. Teknopreneur merupakan akronim dari Technology dan Entrepreneur. Kedua istilah ini menyebut adanya komponen Teknologi dari kegiatan bisnis (wirausaha).

[b]Konsep Teknologi Informasi dalam Wirausaha[/b] Wirausahawan berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, ataupun wirausaha (bisnis) di bidang teknologi biasa disebut sebagai seorang IT entrepreneur, IT-preneur maupun Teknopreneur (Technopreneur). Semua terminologi di atas adalah seseorang yang melakukan 'bisnis teknologi'.

Kalau pun ingin dibedakan, dapat dikatakan bahwa IT entrepreneur pastilah berhubungan dengan komputer, software dan internet (bisnis di bidang IT) sedangkan Teknopreneur adalah wirausaha di bidang teknologi yang tidak mewajibkan di bidang Sistem Informasi atau Teknologi Informasi. Bisa jadi teknologi jagung dan sayur mayur dengan varietas hasil riset baru (bioteknologi), jadi berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek).

Dapat dikatakan bahwa Teknopreneur bersifat lebih luas dari IT preneur. Seorang IT entrepreneur pun perlu dicatat bukanlah seseorang yang melulu menggunakan internet. Melainkan pertama, berbisnis dalam bidang teknologi TI misalnya software house (ISV), System Support, e-commerce, dan lain-lain, Kedua sebagai pengguna dan pemanfaat Teknologi Informasi dalam bisnisnya. Misalnya penggunaan komputer dan internet dalam mendukung kegiatan bisnis (business process) di toko miliknya, di perusahaanya (bukan perusahaan IT).

Mengapa wirausahawan di bidang IT sangat diperlukan? Secara mantap dan pasti, bisnis teknologi telah menjadi budaya baru di kehidupan manusia abad 21. Bidang teknologi yang menjanjikan keuntungan besar di bisnis ini umumnya adalah Teknologi Informasi (TI), bioteknologi, nanoteknologi dan material baru. Pengusaha-pengusaha bisnis teknologi yang terkenal dengan teknopreneur pun bermunculan menjadi jutawan baru yang menduduki ranking tertinggi orang-orang kaya dunia. Bill Gates dengan Microsoft, Steve Jobbs dengan Apple Computer, Michael Dell dengan Dell computer, siapa yang tak kenal mereka? Belum lagi kita sebut jutawan di belakang yahoo, google, youtube, amazon dan seterusnya. Padahal, waktu memulai usaha, mereka tidak mempunyai modal uang, tanah atau mesin yang besar. Mereka hanya punya 'knowledge' yaitu gagasan teknologi. Dengan cepat mereka mengakumulasi modal dari pemodal ventura sehingga menghasilkan keuntungan yang sangat besar. Ini karena teknologi yang mereka kembangkan ternyata berhasil dan diterima pasar.

Sillicon Valley, icon bisnis-bisnis teknologi informasi di dunia pun banyak ditiru di tempat lain. Asia tidak ketinggalan, bahkan berkembang sangat pesat. Taiwan dan India sebagai contoh, berkembang dan mencatat teknopreneur kelas dunia seperti Stan Shih dengan Acernya, NR Narayana Murthy dan Nandan M. Nikelani mengembangkan Infosys Technologies Ltd., yang menjadi perusahaan teknologi informasi berskala internasional dan menduduki peringkat kedua terbesar di India. India juga memiliki seorang Azim Premji, bahkan berhasil melakukan revolusi perusahaan minyak goreng bisnis keluarga, Wipro, menjadi Wipro Technologies Ltd, perusahaan perangkat lunak terbesar ketiga di India. Lenovo di Cina, dengan sang komandan Yang Yuanqin, membuat mata dunia terbelalak ketika mengumumkan akuisisi divisi laptop korporasi besar dunia IBM Thinkpad.

Bagaimana dengan Singapura dan Malaysia? Tidak kurang dana trilyunan dolar singapura digunakan negeri singa ini membangun Bio Valley di Jurong. Sedangkan Malaysia membangun super corridor di kota baru Putra Jaya.Apa kabar Indonesia? kabar terkini dari Indonesia, pembangunan Cyber Park di daerah Bogor terkendala dana dan bangkrutnya perusahaan pengembang. Saat ini, sungguh ironis, sudah berubah fungsi menjadi ladang jagung, walau menurut penjaga lahan, hanya sementara karena keisengan dia semata.

Sudut pandang seorang Thomas L Friedman juga sama. Friedman terkejut dan kagum dengan perkembangan Teknologi Informasi di negeri Hindustan. Hal ini jelas tergambar dari apa yang ditulis dalam buku best seller dan sensasionalnya The World is Flat (2006). Mulai dari IT Evangelist, Software maupun Networking Specialist semua dipenuhi oleh IT enterpreneur dari India. Bangalore, sebuah pusat industri TI di India, tidak jauh berbeda dengan kondisi di AS, negeri asal Friedman. Banyak perusahaanperusahaan bertaraf internasional seperti Dell, Hewlett-Packard dan IBM terlihat, selain dari edunggedung perusahaan lokal India di bidang IT. Tenaga kerja di bidang IT yang berasal dari India tidak meragukan. Selain murah, keahlian dan kepandaiannya sangat mumpuni, sehingga Sillicon Valley pun diisi oleh banyak sarjana TI India.

Dari sebuah media cetak nasional, diliput wawancara dengan Carlos Patriawan, seorang IT preneur asli Indonesia yang ada di Juniper Network, yang lahir dan berkantor pusat di Sillicon Valley, AS. Pria ini memberikan informasi bahwa semuanya berawal dari orang-orang India yang 'dikirim' bekerja di Sillicon Valley. Berdasarkan pengalamannya, Carlos memberikan 3 karakteristik yang membuat mereka unggul di bidang teknologi, yakni : motivasi yang sangat tinggi, rajin mencari tahu cara kerja sebuah program atau mesin, serta kuatnya kultur berbagi (sharing culture) dan tolong menolong. Hal yang sebenarnya menurut Carlos ia temui juga di beberapa gelintir orang Indonesia. Bedanya, India di dukung oleh ekonomi, kultur, dan pemerintah.

Di Indonesia, masih menurut Carlos, orang-orang yang mempunyai talent 'terpaksa' keluar negeri karena lingkungan yang kurang supportif. Budaya kerja yang tidak sehat di Indonesia seperti saling sirik, budaya KKN yang bertentangan dengan IT entrepreneurship dan engineering, Pemerintahan juga kurang mendukung maksimal.

Ada dua skenario pengembangan bisnis teknologi di suatu negara. Skenario pertama lebih banyak dilaksanakan oleh IT preneur. Tidak terlalu mengandalkan fasilitas maupun insentif pemerintah. Ini mirip seperti yang dikembangkan oleh IT-preneurs asal negeri Hindustan. Skenario kedua, pemerintah mendukung dan berperan penuh dalam mengembangkan kawasan Iptek. Peran Pemerintah melalui Depkominfo, Ristek dan LIPI dalam hal ini sangat dibutuhkan.

Di Indonesia, Skenario pertama kita sebut sebagai skenario kemandirian. Gerakan open source, berkembangnya Software house, ISV (Independent Software vendor) dewasa ini cukup menggembirakan. Ditambah, reputasi Indonesia di dunia internasional cukup baik dalam hal SDM TI. Nama seperti Onno W Purbo sebagai pakar TI, juga banyaknya komunitas hacker dan komunitas Open Source merupakan perkembangan yang menggembirakan. Tinggal peran aktif pemerintah dalam mendukung perkembangan ini.

BAB 3 PEMBAHASAN

3.1 Definisi Technopreneurship

Sudah sangat familiar dan banyak dipublikasikan tentang Technopreneurship (Technology entrepreneurship),Technopreneurship sebenarnya adalah entrepreneurship namun mempunyai bobot dan fokus pada teknologi. Ini bermula dari pergeseran ekonomi dari old industrial economy menjadi ekonomi yang lebih berbasis enterpreneur - services.. Teknologi merupakan sutu cara yang dilakukan oleh manusia untuk merubah alam dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya. Teknologi merupakan sutu cara atau metode untuk mengolah sesuatu agar terjadi efisiensi biaya dan waktu, sehingga dapat menghasilkan produk yang lebih berkulitas. Dasar-dasar penciptaan teknologi adalah : kebutuhan pasar, solusi atas permasalahan, aplikasi berbagai bidang keilmuan, perbaikan efektivitas dan efisiensi produksi, serta modernisasi.

Entrepreneurship adalah proses mengorganisasi dan mengelola resiko untuk sebuah bisnis baru. Seorang entrepreneur melakukan hal-hal sebagai berikut : a. b. c. Mengidentifikasi dan mengevaluasi peluang pasar. Menemukan solusi-solusi yang diperlukan (uang, orang, dan peralatan) untuk menjalankan bisnis. Memperoleh sumberdaya yang diperlukan (uang, orang, dan peralatan) untuk menjalankan bisnis.

d. Mengelola sumberdaya dari tahap awal (start-up) ke fase bertahan (survival) dan fase pengembangan (ekspansi). e. Mengelola risiko-risiko yang berhubungan dengan bisnisnya.

Jadi ada dua pokok penting yang harus diperhatikan dalam mendefenisikan Tecnopreneuship itu yaitu penelitian dan komersialisasi. Pnelitian berorientasi pada penemuan dan penambahan ilmu pengetahuan. Komersialisasi dapat didefenisikan sebagai pemindahan hasil penelitian atau teknologi, yakni : lisensi, berpartner, atau menjualnya kepada pihak yang akan mengkomersialkannya.

3.2 Technopreneurship sebagai Inkubator bisnis berbasis teknologi

Perubahan demi perubahan yang terjadi dari suatu zaman ke zaman berikutnya telah mengantarkan manusia memasuki era digital, suatu era yang seringkali menimbulkan pertanyaan : apakah kita masih hidup di masa kini atau telah hidup di masa datang. Pertanyaan ini timbul karena hampir segala sesuatu yang semula tidak terbayangkan akan terjadi pada saat ini, secara tiba-tiba muncul di hadapan kita. Masa depan seolah-olah dapat ditarik lebih cepat keberadaannya dari waktu yang semestinya, berkat kemajuan teknologi informasi. Teknologi komunikasi dan informasi atau teknologi telematika (information and communication technology ICT) telah diakui dunia sebagai salah satu sarana dan prasarana utama untuk mengatasi masalah-masalah dunia. Teknologi telematika dikenal sebagai konvergensi dari teknologi komunikasi (communication), pengolahan (computing) dan informasi (information) yang diseminasikan mempergunakan sarana multimedia. Masalah di Indonesia yang paling utama adalah bagaimana memecahkan masalah kesenjangan digital yang masih sangat besar dengan menumbuh-kembangkan inovasi atau teknopreneur industri telematika. Technopreneurship atau wirausaha teknologi merupakan proses dan pembentukan usaha baru yang melibatkan teknologi sebagai basisnya, dengan harapan bahwa penciptaan strategi dan inovasi yang tepat kelak bisa menempatkan teknologi sebagai salah satu faktor untuk pengembangan ekonomi nasional. Pengusaha bidang teknologi (Technopreneur), khususnya teknologi informasi (TI) membutuhkan adanya kebebasan dalam berinovasi, tanpa harus terkekang oleh regulasi yang malah menghambat. Semakin pemerintah mengendurkan ketatnya regulasi yang mengatur gerakan grass root komunitas TI di

Indonesia, maka akan memberikan dampak positif berupa tumbuhnya TI itu sendiri dan juga aspek bisnisnya. Hal ini sangat penting karena dilandasi pengalaman di lapangan, di mana seringkali terjadi benturan antara kepentingan badan usaha sebagai unit bisnis yang menuntut untuk selalu bersikap dan berperilaku sebagai wirausahawan dan melakukan perubahan-perubahan, menyesuaikan antara fakta yang ada dengan tuntutan perubahan serta memperbesar usaha, tetapi di sisi lain ada kepentingankepentingan Pemerintah yang mungkin saja berlawanan dengan kepentingan sebagai suatu unit bisnis. Padahal dalam technopreneurship diperlukan semangat kompetisi yang dominan, agar tidak tertinggal dari turbulensi bisnis global. Dalam kurun waktu yang panjang, ilmu pengetahuan ditempatkan pada kotak tersendiri secara eksklusif, seolah-olah diasingkan dari kegiatan ekonomi. Dunia ilmu pengetahuan atau kita sebut dengan pendidikan, dianggap bukan menjadi bagian dari suatu sistem ekonomi. Dunia pendidikan dipandang sebagai suatu dunia tersendiri tempat dibangunnya nilai-nilai luhur, sementara dunia ekonomi dipandang sebagai dunia yang penuh dengan kecurangan, ketidakadilan, bahkan seolah dunia tanpai nilai (value). Cara pandang yang dikotomis tersebut, dalam kurun waktu yang lama belum dapat terjembatani secara baik. Masing-masing pihak lebih mementingkan dan meng claim sebagai pihak yang paling benar. Yang perlu kita ketahui adalah bahwa dalam era ekonomi yang berbasis ilmu pengetahuan, pendidikan merupakan wujud dari keberhasilan pembangunan nasional suatu negara. Bahkan pendidikan dapat menjadi keunggulan daya saing suatu negara. Dengan kata lain, pendidikan memegang peran strategis dalam memajukan ekonomi bangsa. Dan hal ini telah dibuktikan oleh negara-negara industri baru seperti Singapore, Taiwan dan Malaysia, di mana dengan membangun sarana dan prasarana pendidikan secara serius dalam sepuluh tahun terakhir, kualitas kehidupan bangsa-bangsa tersebut terus meningkat. Bagaimana dengan Indonesia ?. Selama berpuluh tahun, pendidikan dijadikan alat politik penguasa, mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Akibatnya pendidikan berjalan lamban (too slow), sehingga tidak dapat mengejar tuntutan perubahan. Pendidikan belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perubahan yang terjadi atau masih sangat sedikit (too little). Bahkan pendidikan seringkali terlambat (too late) dalam mengadaptasi perubahan, sehingga pendidikan tertinggal dan belum mampu menjawab tantangan masa depan. Faktor penyebabnya adalah karena kebijakan yang ada disamping tambal sulam, juga dibuat secara tergesa-gesa. Bahkan pemerintah dinilai belum memiliki visi dan komitmen yang jelas tentang pendidikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa Indonesia baru dan sedang melakukan perubahan orientasi pendidikan dari pendidikan yang berbasis akademis kepada pendidikan yang berbasis kompetensi. Disinilah pokok bahasan tentang technopreneurship tersebut perlu dikembangkan. Memang tidak mudah untuk dilaksanakan, namun menjadi sebuah tantangan bagi kita untuk memajukan bangsa ini pada masa yang akan datang.

3.4 Peranan Technopreneurship dengan masyarakat

nvensi dan inovasi yang dihasilkan, serta technopreneurship tidak hanya bermanfaat dalam pengembangan industri-industri besar dan canggih. Technopreneurship juga dapat diarahkan untuk memberikan manfaat kepada masyarakat yang memiliki kemampuan ekonomi lemah dan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Technopreneurship dapat memberikan manfaat baik secara ekonomi, sosial, maupun lingkungan. Dampak secara ekonomi adalah : a. b. c. d. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Meningkatkan pendapatan. Menciptakan lapangan kerja baru. Menggerakkan sektor-sektor ekonomi yang lain.

Manfaat dari segi sosial diantaranya adalah mampu membentuk budaya baru yang lebih produktif, dan berkontrbusi dalam memberikan solusi pada penyelesaian masalah-masalah sosial. Manfaat dari segi lingkungan antara lain adalah : a. b. Memanfaatkan bahan baku dari sumber daya alam Indonesia secara lebih produktif. Meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya terutama sumber daya energi.

Ada beberapa bidang invensi dan inovasi yang dapat diprioritaskan untuk memberikan manfaat kepada masyarakat ekonomi lemah terdiri dari: air, energi, kesehatan, pertanian, dan keanekaragaman hayati (water, energy, health, agriculture, dan biodiversity).

3.5 Definisi Technopreneur Apa itu technopreneur? Kalau kata enterpreneur sudah tidak asing bagi kebanyakan orang, sedangkan kata technopreneur tampak masih asing. Technopreneur secara sederhana dapat diartikan sebagai seorang peminat teknologi yang berjiwa enterpreneur. Tanpa jiwa enterpreneur, seorang peminat teknologi hanya menjadi teknisi dan kurang dapat menjadikan teknologi yang digelutinya sebagai sumber kehidupannya. Bill Gates yang mengawali keberhasilannya di sebuah garasi rumahnya, Linus Trovaldi yang mengawali debutnya dengan menggulirkan software open source Linux, Onno W. Purbo dan Michael Sunggiardi yang menggulirkan gagasan gagasan tentang warung internet (warnet), internet RT/RW dan majalah Neotek tampaknya dapat dinobatkan sebagai sosok sosok yang dapat menjadi panutan dalam mengembangkan jiwa technopreneur.

3.6 Menjadi seorang technopreneur

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dan dipahami oleh sesorang untuk menjadi technopreneur diantaranya : Belajar dari pengalaman para pelaku technopreneurship Mengeksplorasi ide Softskill dan mindset yang diperlukan oleh technopreneur Validasi Ide dan Penilaian Peluang Pengembangan Produk Teknologi Hak Kekayaan Intelektual Analisis Pasar Model Usaha Penyusunan Business Plan Keuangan Marketing Plan dan Penyusunan Marketing Plan

3.7 Invensi, Inovasi, dan Technopreneur Technopreneurship bersumber dari invensi dan inovasi. Invensi adalah sebuah penemuan baru yang bertujuan untuk mempermudah kehidupan. Inovasi adalah proses adopsi sebuah penemuan oleh mekanisme pasar. Invensi dan inovasi ada dua jenis, yakni : 1. 2. Invensi dan inovasi produk Invensi dan inovasi proses

Berbagai kemajuan yang dicapai diawali dengan riset dan temuan-temuan baru dal bidang teknologi (invensi) yang kemudian dikembangkan sedemikian rupa sehingga memberikan keuntungan bagi pnciptanya dan masyarakat penggunanya. Fnomena perkembangan bisnis daam bidang teknologi diawali dari ide-ide kreatif di beberapa pusat penelitian (kebanyakan dari perguruan tinggi) yang mampu dikembangkan, sehingga memiliki nilai jual di pasar. Pengagas ide dan pencipta produk dalam bidang teknologi tersebut sering dikenal dengan nama technopreneur (teknoprener), karena mereka mampu menggabungkan antara ilmu pengetahuan yang dimiliki melalui kreasi/ide produk yang diciptakan dengan kemampuan berwirausaha melalui penjualan produk yang dihasilkan di pasar. Dengan demikian, technopreneurship merupakan gabungan dari teknologi (kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi) dengan kewirausahaan (bekerja sendiri untuk mendatangkan keuntungan melalui proses bisnis).

3.8 Mendidik technopreneur Sebagai contoh misalkan saja Anda berusia 20-an tahun dan mengawali perusahaan internet pertama Anda. Lalu katakan 21 bulan kemudian Anda menjualnya seharga 1,65 miliar dollar AS. Apa yang terjadi berikutnya? (Time, Persons of the Year, 2006-2007) Kutipan di atas dari majalah Time tatkala mengisahkan situs YouTube yang fenomenal dan pendirinya, Steve Chen, Chad Hurley, dan Jawed Karim. Diperlihatkan pula bagaimana ketiga pemuda itu merancang konsep awal YouTube di garasi Chad. YouTube kemudian sukses besar pada tahun 2006. Alasannya banyak, tetapi satu yang bisa disebut khusus adalah karena ia unggul, tapi juga mudah, satu kombinasi yang langka. Anda bisa menonton video di situs tersebut tanpa perlu mengunduh perangkat lunak apa pun atau bahkan mendaftar. Di Amerika, YouTube untuk menonton video diibaratkan sama dengan WalMart Supercenter untuk belanja. Semua ada di sana dan Anda tinggal masuk saja.Ketika akhir tahun silam YouTube digelontor dengan 65.000 video baru setiap harinya, jumlah video yang bisa ditonton pun menggelembung, dari 10 juta per hari pada tahun sebelumnya, menjadi 100 juta.

Apa pun yang terjadi di antara ketiga orang muda yang terkait dengan YouTube di atas, yang jelas YouTube berkembang menjadi perusahaan sukses yang kemudian dibeli raksasa Google, Oktober 2006 dengan nilai 1,65 miliar dollar AS. Semestinya sukses YouTube, sebagaimana sukses Apple, Amazon, dan deretan start-up lainnya mengilhami orang muda tidak saja di Amerika, tetapi juga di belahan dunia lainnya. Namun, agar lingkungan menjadi kondusif bagi munculnya apa yang dikenal sebagai wirausahawan teknologi atau technopreneur ini rupanya dibutuhkan sejumlah syarat. Ketika memberi kuliah perdana di Universitas Media Nusantara (UMN) di Jakarta, 3 September lalu, Menteri Komunikasi dan Informatika Mohammad Nuh menyebut salah satunya, yakni masa kritis. Menurut Menteri, di Indonesia memang sudah ada banyak ahli ICT (teknologi informasi dan komunikasi/TIK), tetapi jumlah itu dirasa belum mampu menimbulkan efek yang terasakan.Dari segi masa kritis, jumlah SDM TIK harus ditambah, dalam hal ini melalui pendidikan. Dalam kondisi kesenjangan digital yang sudah akut dewasa ini antara negara maju dan negara berkembang, jumlah lulusan memang harus dipacu. Para lulusan juga harus bisa menjadi orang yang mampu memengaruhi agar semakin banyak warga masyarakat yang melek TIK dan bisa memanfaatkannya.

3.9 Pendidikan TI Berbasis Technopreneurship

Teknologi komunikasi dan informasi atau teknologi telematika (information and communication technologyICT) telah diakui dunia sebagai salah satu sarana dan prasarana utama untuk mengatasi masalah-masalah dunia. Teknologi telematika dikenal sebagai konvergensi dari teknologi komunikasi (communication), pengolahan (computing) dan informasi (information) yang diseminasikan mempergunakan sarana multimedia.

Technopreneurship adalah sebuah inkubator bisnis berbasis teknologi, yang memiliki wawasan untuk menumbuh-kembangkan jiwa kewirausahaan di kalangan generasi muda, khususnya mahasiswa sebagai peserta didik dan merupakan salah satu strategi terobosan baru untuk mensiasati masalah pengangguran intelektual yang semakin meningkat ( +/- 45 Juta orang). Dengan menjadi seorang usahawan terdidik, generasi muda, khususnya mahasiswa akan berperan sebagai salah satu motor penggerak perekonomian melalui penciptaan lapangan-lapangan kerja baru. Semoga dengan munculnya generasi technopreneurship dapat memberikan solusi atas permasalahan jumlah pengangguran intelektual yang ada saat ini. Selain itu juga bisa menjadi arena untuk meningkatkan kualitas SDM dalam penguasaan IPTEK, sehingga kita bisa mempersiapkan tenaga handal ditengah kompetisi global.

Disisi lain bahwa kurikulum Pendidikan TI berbasis Technopreneurship yang diberikan di perguruan tinggi memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Memberikan kontribusi kongkret dalam mensiasati masalah pengangguran intelektual di Indonesia. 2. Mengembangkan spirit kewirausahaan di dunia perguruan tinggi. 3. Meminimalisir gap antara pemahaman teori dan realita praktek dalam pengelolaan bisnis.

Manfaat bagi mahasiswa dalam proses implementasi Technopreneurship Based Curicullum adalah sebagai berikut : 1. Memperoleh pencerahan mengenai alternatif profesi sebagai wirausaha selain sebagai ekonom, manajer atau akuntan atau profesi lainnya. 2. Memiliki skill-based yang memadai dalam bidang Teknologi Informasi 3. Mendapatkan pengetahuan dasar dalam bentuk teori maupun praktek magang dalam mengelola suatu bisnis. 4. Memperoleh akses untuk membangun networking dunia bisnis.

Sedangkan bagi Perguruan Tinggi sebagai fasilitator adalah : 1. Menjadi bentuk tanggung jawab sosial sebagai lembaga pendidikan untuk berkontribusi dalam mengatasi masalah pengangguran. 2. Menjadi bagian penting dalam upaya menjembatani gap kurikulum pendidikan antara lembaga pendidikan dan industri pengguna. 3. Menjadi salah satu strategi efektif untuk meningkatkan mutu lulusan. 4. Menjadi wahana interaksi untuk komunitas Perguruan Tinggi yang terdiri dari alumni, mahasiswa, dosen, dan karyawan dengan masyarakat umum.

Berdasarkan tujuan tersebut di atas, maka Program Pengembangan Budaya Technopreneurship atau kewirausahaan di Perguruan Tinggi dirancang meliputi 6 (enam) kegiatan yang saling terkait, yaitu: 1. Pelatihan materi Techno SKILL BASED 2. Magang Kewirausahaan 3. Kuliah Kewirausahaan 4. Kuliah Kerja Usaha 5. Karya Alternatif Mahasiswa 6. Konsultasi Bisnis dan Peluang usaha

Secara teknis, implementasi pendidikan TI berbasis TECHNOPRENEURSHIP ini, sama saja seperti perkuliahan pada umumnya, hanya saja pada 2 semester pertama secara intensif para mahasiswa diberikan pelatihan (training) sebagai pondasi awal berupa penguasaan bahasa pemrograman (VB.Net/C#/Java) atau disain grafis 3D, WEB, dan ini disesuaikan dengan kebutuhan dunia industri TI saat itu.

Proses pelatihan diberikan bersamaan dengan perkuliahan reguler, sehingga mereka mendapat pembinaan secara intensif & fokus untuk mempersiapkan SKILL Based mereka. Pada saat mereka menginjak semester 3, mereka melakukan proses pemagangan di perusahaan/industri TI, setelah itu diharapkan para mahasiswa sudah bisa bekerja secara part time di beberapa perusahaan, sehingga ketika mereka telah menyelesaikan studinya, mereka memiliki asset berupa knowledge & experince

yang cukup untuk menjadi Technopreneur, atau alternatif lainnya mereka tetap bisa bersaing secara kompetitif untuk mendapatkan lapangan pekerjaan dengan bekal IPTEK yang mereka telah kuasai.

Menatap masa depan berarti mempersiapkan generasi muda yang memiliki kecintaan terhadap pembelajaran dan merupakan terapi akademis & kesehatan jiwa bagi anak bangsa, semoga munculnya generasi technopreneurship dapat memberikan solusi atas permasalahan jumlah pengangguran intelektual yang ada saat ini. Selain itu juga bisa menjadi arena untuk meningkatkan kualitas SDM dalam penguasaan IPTEK, sehingga kita bisa mempersiapkan tenaga handal di tengah kompetisi global. Mulailah dari diri sendiri untuk berbuat sesuatu guna menciptakan pendidikan kita bisa lebih baik dan berkualitas, karena ini akan menyangkut masa depan anak-anak kita dan juga Bangsa Indonesia.

3.10 Fitur Teknologi & Pengaruhnya Terhadap Struktur Bisnis Pada Perusahaan Fitur Dampak Lingkungan Bisnis Kemampuan Teknologi

Ubiquility Merubah struktur industry dengan menciptakan saluran pemasaran baru & mengekspansi ukuran pasar secara keseluruhan. Kesanggupan membuat strategi diferensiasi baru.

Global Reach Merubah struktur industry dengan merendahkan halangan ke jalan masuk tetapi mengekspansi pasar pada saat yang sama. Kesanggupan berkompetisi pada jangkauan global

Universal Standars Merubah struktur industri dengan merendahkan halangan kejalan masuk & mengintensifkan kompetisi dalam sebuah industry. Kesanggupan merencanakan startegi pada jangkauan luas Richness Merubah struktur industri dengan mengurangi kekuatan saluran distribusi dengan cara mengurangi ketergantungan pada penjualan. Mendukung strategi pendukung pos penjualan Interactive Merubah struktur industri dengan mengurangi ancaman subsitusi melalui .kustomisasi yang didukung Kesanggupan membuat strategi diferensiasi berbasis web Personalization Merubah struktur industri dengan mengurangi biaya rantai nilai dalam perusahaan dan industry dengan mengurangi ketergantungan pada kawasan penjualan. Kesanggupan membuat strategi pemasaran personal Information density Merubah struktur industry dengan memperlemah distribusi kekuatan penjualan menggeser kekuatan tawar-menawar kepada konsumen dan mengurangi biaya operasi industri seperti

memperoleh,memproses dan mendistribusikan informasi tentang pemasok dan pelanggan Kesanggupan dalam hal penemuan system dan teknologi manajemen berbasis web seperti : ERP,SCM,CRM dan database pendukung.

3.11 Pengaruh Teknologi Terhadap Persaingan Dalam Perusahaan

Sistem informasi dan teknologi telah menjadi komponen yang sangat penting bagi keberhasilan bisnis dan organisasi. Teknologi informasi dapat membantu segala jenis bisnis meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses bisnis, pengambilan keputusan manajerial, dan kerjasama kelompok kerja, hingga dapat memperkuat posisi kompetitif dalam pasar yang cepat sekali berubah. Hal ini berlaku ketika teknologi informasi digunakan untuk mendukung tim pengembangan produk, proses dukungan untuk pelanggan, transaksi e-commerce atau dalam aktivitas bisnis lainnya. Teknologi informasi berbasis internet menjadi bahan yang dibutuhkan untuk keberhasilan bisnis di lingkungan global yang dinamis saat ini.

Teknologi informasi memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, seperti mampu meringankan aktivitas bisnis serta menghasilkan informasi yang dapat dipercaya, relevan, tepat waktu, lengkap, dapat dipahami, dan teruji dalam rangka perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan manajemen. Kinerja perusahaan dan efisiensi operasi perusahaan perlu ditingkatkan,. Akibatnya perusahaan dapat tetap bertahan dalam era informasi serta mampu menghadapi persaingan pasar global. Selain itu perkembangan teknologi informasi juga dapat menimbulkan beberapa dampak negatif bagi perusahaan, seperti tertutupnya kesempatan kerja, serta timbulnya kejahatankejahatan teknologi informasi yang dapat merugikan perusahaan.

Teknologi informasi muncul sebagai akibat semakin merebaknya globalisasi dalam kehidupan organisasi, semakin kerasnya persaingan bisnis, semakin singkatnya siklus hidup barang dan jasa yang ditawarkan, serta meningkatnya tuntutan selera konsumen terhadap produk dan jasa yang ditawarkan. Untuk mengantisipasi semua ini, perusahaan mencari terobosan baru dengan memanfaatkan teknologi. Teknologi diharapkan dapat menjadi fasilitator dan

interpreter. Semula teknologi informasi digunakan hanya terbatas pada pemrosesan data. Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi tersebut, hampir semua aktivitas organisasi saat ini telah dimasuki oleh aplikasi dan otomatisasi teknologi informasi.

Teknologi informasi dapat didefinisikan sebagai perpaduan antara teknologi komputer dan telekomunikasi dengan teknologi lainnya seperti perangkat keras, perangkat lunak, database, teknologi jaringan, dan peralatan telekomunikasi lainnya. Selanjutnya, teknologi informasi dipakai dalam sistem informasi organisasi untuk menyediakan informasi bagi para pemakai dalam rangka pengambilan keputusan. Ada berbagai macam sistem informasi dengan menggunakan teknologi informasi yang muncul, antara lain Electronic Data Processing Systems, Data Processing Systems (DPS), Decision Support System (DSS), Management Information System (MIS), Executive Information Systems (EIS), Expert System (ES) dan Accounting Information System (AIS)

EDP adalah penggunaan teknologi komputer untuk menyelenggarakan pemrosesan data yang berorientasi pada transaksi organisasi. Sistem ini digunakan untuk mengolah data transaksi yang sifatnya rutin (sehari-hari). Sistem ini tidak dapat membantu pekerjaan pihak manajemen yang berkaitan dengan pengambilan keputusan. Sistem ini hanya bermanfaat untuk meningkatkan ketepatan waktu dan frekuensi penyajian laporan. Secara fundamental, EDP merupakan aplikasi sistem informasi akuntansi dalam setiap organisasi. Istilah data processing (DP) sebenarnya sama dengan EDP.

MIS merupakan penggunaan teknologi komputer untuk menyediakan informasi yang berorientasi pada manajemen level menengah. MIS mengakui adanya kenyataan bahwa para manajer dalam suatu organisasi membutuhkan informasi dalam rangka pengambilan keputusan dan bahwa sistem informasi berbasis

komputer dapat membantu penyediaan informasi bagi para manajer.

DSS adalah suatu sistem informasi yang datanya diproses dalam bentuk pembuatan keputusan bagi pemakai akhir. Karena berorientasi pada pemakai akhir, maka DSS membutuhkan penggunaan model-model keputusan dan database khusus yang berbeda dengan sistem DP.

DSS diarahkan pada penyediaan data yang nyata, khusus, dan informasi yang tidak rutin yang diminta oleh manajemen. DSS dapat digunakan untuk menganalisis kondisi pasar sekarang atau pasar potensial. DSS juga dapat membantu mengubah proses bisnis, dimana umumnya manajer membuat semua keputusan, namun dengan adanya teknologi informasi seperti decision support tools, access database, dan modelling software, pengambilan keputusan menjadi bagian setiap orang.

ES merupakan sistem informasi yang berbasis pada pengetahuan yang menggunakan pengetahuan tentang bidang aplikasi khusus untuk menjalankan kegiatan sebagai konsultan ahli bagi pemakai akhir. Seperti DSS, ES membutuhkan penggunaan modelmodel keputusan manajemen dan database khusus. Tidak seperti DSS, ES juga membutuhkan pengembangan basis pengetahuan dan inference engine. Jadi suatu perusahaan dikatakan dapat bersaing, dengan menggunakan teknologi informasi menggunakan software yang menyangkut sistem perusahaan, misalnya TPS, ERP, EIS, DSS, untuk meningkatkan daya saing perusahaan

3.12 Contoh-Contoh Inovasi Pada Beberapa Perusahaan Yang Ada Di Indonesia.

Berikut beberapa contoh inovasi pada perusahaan di Indonesia yang saya dapatkan :

Layanan korporat dari XL. Persaingan antar operator telepon mobile, dan juga antara GSM dan CDMA membuat XL melirik ke pasar korporat. Perusahaan ini meluncurkan layanan Office Zone dan GSM PABX yang cukup inovatif. Lewat fasilitas terbaru XL tersebut, XL berfungsi sebagai extention sistem komunikasi perusahaan. Staf perusahaan yang memakai layanan ini bisa menelepon ke kantor pusat tanpa dikenakan biaya sama sekali selama masih berada pada zona yang ditentukan. Keluar dari

zona tersebut, dikenakan biaya flat fee yang masih cukup murah. Solusi ini termasuk inovatif karena didasarkan atas kebutuhan korporat yang selama ini jarang diperhatikan. Solusi ini juga mampu menghemat biaya komunikasi korporat, dan sekaligus menjamin pendapatan untuk XL dari segmen yang cukup loyal tersebut. Ovale dari PT KinoCare. Produk ini dianggap inovatif karena menggabungkan dua produk, yakni: krim pembersih (face cleansing milk) dan penyegar (face toner) dalam satu produk. Perusahaan ini juga meluncurkan Ovale Maskulin yang ditawarkan untuk para pria pengendara kendaraan bermotor di Indonesia yang jumlahnya cukup besar. Produk-produk elektronik dari PT Hartono Istana Teknologi (HIT). Produsen Polytron ini telah melahirkan beberapa inovasi yang pantas untuk dicatat, antara lain teknologi Singasong (teknologi audiovisual di dalam kaset audio), kulkas dua fungsi (pendingin dan penghangat), dan TV Xcel Home Theater yang sudah dilengkapi dengan perangkat home theater dan DVDplayer. Inovasi dan kualitas Polytron membuat banyak pembeli yang tidak tahu jika merek ini adalah merek lokal.

Sabun Harmony dan Lervia dari PT Megasurya Mas. Sabun beraroma buah ini bukan saja diterima di Indonesia, namun sudah diekspor ke mancanegara. Di India dan beberapa negara Timur Tengah, merek Harmony cukup disegani. Bahkan, di negara Turki, nama Harmony sudah identik dengan kategori sabun bearoma buah. Selain Harmony, Megasurya Mas juga memproduksi Lervia Milk Soap, sabun mandi dengan ekstrak susu dan moisturizer yang juga sudah diekspor ke lebih dari 30 negara. Suplemen Stimuno dari PT Dexa Medica. Suplemen untuk meningkatkan daya tahan tubuh ini menggunakan tumbuhan khas Indonesia, meniran. Meniran, sebagaimana sudah diuji di laboratorium, mampu mengobati infeksi kronis dan viral. Saat ini, produk tersebut juga sudah diekspor ke negaranegara ASEAN lainnya seperti Kamboja, Vietnam, dan Singapura. Contoh-contoh di atas berasal dari perusahaan-perusahaan yang relatif besar. Tapi itu tentu tidak berarti inovasi tidak bisa dilahirkan dari individu-individu yang sebelumnya tidak memiliki pengalaman di dunia bisnis. Silakan simak 3 contoh di bawah ini: Smart Diva. Dua sahabat keturunan blasteran yang kebetulan berhobi sama Jessica Schwarze dan Amanda Sari mendapatkan ide untuk membuka usaha penyewaan tas pesta. Meski ide ini sudah dijalankan sebelumnya di US, namun ide tersebut mereka dapatkan sebelum mengetahui tentang perusahaan di US tersebut. Mereka juga mengatakan bahwa ide ini adalah yang pertama kali dijalankan di Asia. Meski agak ragu-ragu di awalnya, bisnis yang diberi nama Smart Diva ini sekarang sudah dikenal di Jakarta. PT Suwastama. Kala orang-orang melihat enceng gondok sebagai sesuatu yang mengganggu, perusahaan ini justru melihatnya sebagai bahan baku untuk kerajinan tangan. Produk enceng gondok tersebut bukan saja sudah diekspor ke mancanegara, tetapi perusahaan ini juga merangkul ribuan perajin di sekitarnya dan memberi mereka bantuan fasilitas kepemilikan rumah.

The Electronic Doctor Indonesia (EDI). Ide Henry Indraguna ini pantas diacungi jempol. Dengan membebankan biaya keanggotaan Rp. 100.000,-, pelanggan akan mendapatkan garansi servis setahun penuh untuk satu jenis produk elektroniknya. Untuk menjaga kualitas, Henry menjamin pemakaian spare parts asli. EDI ini juga diwaralabakan ke kota-kota lain di Indonesia. Lewat beberapa contoh di atas, saya ingin menunjukkan bahwa inovasi demi inovasi sebenarnya bisa dilahirkan di Indonesia. Tidak ada persyaratan khusus untuk menjadi seorang inovator. Teknologi tinggi dan perlindungan hak cipta tidak dibutuhkan dan ketiadaan perlindungan hukum tersebut tidak boleh dijadikan alasan. Inovasi yang sebenarnya justru bertitik tolak dari kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi dan mencari cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan cara-cara yang lebih baik dari kompetitor Anda. Pengetahuan terhadap kebutuhan lokal (seperti Ovale dan Teh Sosro) mampu dijadikan alat bersaing dengan perusahaan multinasional yang terkadang kurang sensitif terhadap perbedaan konsumen Indonesia dengan konsumen negara asalnya. Memang, tidak ada juga yang berani menjamin semua inovasi akan menghasilkan keuntungan. Secara statistik, malah lebih banyak inovasi yang gagal. Beberapa produk/layanan di atas yang sekarang menguntungkan pasti akan mengalami masa-masa surut suatu saat nanti. Inovasi hari ini akan menjadi produk umum di kemudian hari, apalagi dengan cepatnya peniruan saat ini. Akan tetapi, kegagalan dan pasang surut tersebut memang dibutuhkan sebagai upaya pembelajaran. Kegagalan sesungguhnya justru terjadi bila kita takut mencoba karena takut gagal.

BAB 4 PENUTUP

Dari Topi Pembahasan Karya Tulis ini maka penulis menyimpulkan bahwa : Perkembangan Technopreneurship melahirkan Technepreneur-Tecnhepreneur yang kreatif dan membuat ide-ide baru. Technepreneur membuat suatu teknologi memiliki guna lebih dalam suatu bisnis.

DAFTAR PUSTAKA

-

Majalah Biskom edisi September 08 hal.65 http://ti.ubaya.ac.id

-

http://www.lpmpjabar.go.id http://mustrundie.wordpress.com http://r-panuturi.blogspot.com http://universitasciputra.wordpress.com http://www.unggulcenter.co.cc http://www.nexusnexia.com

RIWAYAT HIDUP

:

Nama Tempat/tanggal lahir Jenis Kelamin Alamat

: : : :

Kiki Hendrady Wijaya Jambi 1/03/1990 Laki - Laki Jln. Kh Syahdan No 104.a

No. Telepon

:

0818724221

Riwayat Pendidikan

:

(1994-2000) SD Negeri 10,jambi (2000-2003) SMP Negeri 1,Jambi (2003-2007) SMU Xaverius 2,Jambi

Perkembangan Technopreneurship Dan Peranan Technopreneur Serta Pengaruh Teknologi Untuk Dunia Bisnis

LAPORAN TOPIK- TOPIK LANJUTAN LANJUTAN SISTEM INFORMASI

Jurusan Sistem Informasi Jenjang Pendidikan Strata-1

Oleh

Kiki Hendrady Wijaya (1100044804)

Kelas : 06 PJM

Universitas Bina Nusantara Jakarta 2010

Perkembangan Technopreneurship Dan Peranan Technopreneur Serta Pengaruh Teknologi Untuk Dunia Bisnis

Oleh :

Kiki Hendrady Wijaya

(1100044804)

Abstrak

Perkembangan teknologi yang tiada hentinya semakin lama semakin maju , memacu persaingan yang sangat ketat diantara pengelola bisnis yang menerapklan Technopreneurship sebagai incubator bisnis berbasis teknologi mereka,dimana teknologi memiliki peranan sebagai penggerak bisnisnya.

Dengan adanya teknologi tersebut,maka pasti akan lahir orang-orang yang mempunyai skil dalam bidang tersebut yang akan mengoperasikan teknologi tersebut ,seperti anak-anak lulusan IT dari perguruan tinggi contohnya,mereka itulah para calon technopreneur yang akan mengembangkan ide-ide baru untuk teknologi pada perusahaan,seorang technopreneur rela tumbuh dari bawah,untuk menambah pengalaman dan pengetahuan mereka, seorang technopreneur harus mempunyai ide-ide yang kreatif untuk mengembangkan suatu penemuannya.

Maka dalam pembahasan karya tulis kali ini akan membahas tentang tecnopreneurship sebagai teknologi bisnis yang tidak lepas dari sosok technopreneur yang berhubungan didalam teknologi tersebut, Disinilah dimana teknologi sangat berpengaruh terhadap dunia bisnis yang ada pada saat ini.

Kata kunci : Technopreneurship, technopreneur, teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Inovasi, kemampuan dalam teknologi dan kemampuan berwirausaha merupakan solusi untuk meningkatkan keadaan ekonomi Indonesia yang sedang bertumbuh. Inovasi adalah langkah-langkah yang sistematis untuk mengubah sesuatu (produk, ide, informasi, teknologi dan lainnya) menjadi sebuah sumber yang memiliki nilai tinggi. Sedangkan technopreneursip yang memadukan proses teknologi dan kemampuan berwirausaha merupakan sumber yang sesungguhnya untuk kekuatan ekonomi berbasis pengetahuan. Technopreneurship merupakan proses sintesis dalam rekayasa untuk masa depan manusia, organisasi, negara dan bangsa. Panduan strategi dan proses pengambilan keputusan menjadi makin diminati dan kompleks. Perkembangan dan penerapan Technopreneurship di era Globalisasi saat ini telah banyak membawa dampak perubahan pada area bisnis saat ini. Jika kita lihat ke 2 -3 dekade yang lalu, maka sebut saja Taiwan, Korea Selatan dan Singapura masih digolongkan sebagai Negara Berkembang. Namun sekarang

Negara-negara ini telah menjadi Negara maju dengan perekonomian yang didasarkan pada Industri teknologi. Perkembangan Korea diawali dengan industri tradisional kemudian diikuti oleh industri semikonduktor. Sedangkan Singapura memiliki kontrak di bidang elektronik dengan perusahaanperusahaan barat kemudian diikuti juga oleh manufaktur semikonduktor. Taiwan terkenal dengan industri asesoris Komputer Pribadi (PC). Rahasia lain yang membuat perkembangan negara-negara ini melejit adalah adanya inovasi. Semua inovasi tersebut pastinya datang dari seorang penggagas ide-ide baru yang kita kenal dengan Technopreneur, Technopreneur adalah gabungan dari kata technique dan entrepreneur yang artinya adalah orang yang mempunyai skill di bidang teknologi namun dapat membaca peluang usaha di bidang teknologi . Angka kelahiran technopreneur tampaknya kian meningkat dari hari ke hari. Jika datang ke pameran pameran dan presentasi teknologi informasi (TI), maka akan didapati presenter presenter yang masih muda, tetapi tampil visioner, futuristik, bersemangat, energik, penuh gagasan, dan piawai dalam mendemonstrasikan kemampuannya untuk mengoperasikan dan memanfaatkan TI dalam berbagai bidang. Kelahiran para technopreneur itu banyak didasari dengan sejumlah latar belakang, antara lain: idealisme untuk menciptakan lapangan kerja baru, mengubah peran teknologi tidak hanya sebagai alat bantu saja, melainkan sebagai sumber bisnis, menggali potensi diri untuk hidup mandiri, memiliki kebebasan berkreasi dan pendapatan tidak terbatas. Maka pada karya tulis ini,penulis akan membahas tentang perkembangan Perkembangan Technopreneurship Dan Peranan Technopreneur Serta Pengaruh Teknologi Untuk Dunia Bisnis

1.2

Ruang Lingkup

Dalam karya tulis yang berjudul Perkembangan Technopreneurship Dan Peranan Technopreneur Untuk Dunia Bisnis ini. Penulis akan membahas beberapa ruang lingkupnya pada : Definisi Technopreneurship. Technopreneurship sebagai Inkubator bisnis berbasis teknologi. Peranan Technopreneurship dengan masyarakat. Definisi Technopreneur. Menjadi seorang technopreneur. Invensi, Inovasi, dan Technopreneur. Mendidik technopreneur. Pendidikan TI Berbasis Technopreneurship.

-

Fitur Teknologi & Pengaruhnya Terhadap Struktur Bisnis Pada Perusahaan Pengaruh Teknologi Terhadap Persaingan Dalam Perusahaan Contoh-Contoh Inovasi Pada Beberapa Perusahaan Yang Ada Di Indonesia.

1.3

Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan Manfaat karya tulis tentang Perkembangan Technopreneurship Dan Peranan Technopreneur Untuk Dunia Bisnis ini adalah : Memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang perkembangan Technopreneurship pada saat ini. Membantu pembaca untuk menjadikan salah satu referensi guna memperluas informasi tentang technopreneurship. Memberikan informasi tentang perkembangan technopreneurship di Era ini. pembaca pengetahuan tentang bagaimana berperan sebagai seorang

Memberikan Technopreneur.

Menjelaskan secara keseluruhan kepada pembaca tentang pengaruh teknologi dalam dunia bisnis saat ini.

1.4

Metode Penelitian

Sebagai penulis metode penelitian yang di ambil adalah metode studi pustaka dengan Meringkas kembali referensi-referensi yang didapat baik melalui internet juga makalah yang berhubungan.

1.5

Sistematika Penelitian

Sistematika penulisan karya tulis ini diuraikan dalam empat bagian. Mengenai isi bagian-bagian tersebut dijabarkan sebagai berikut :

BAB 1 : PENDAHULUAN Pada bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang, ruang lingkup, tujuan dan manfaat, metodologi yang digunakan, dan sistematika penulisan karya tulis ini.

BAB 2 : LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan teori-teori yang berhubungan dan digunakan untuk penyusunan karya tulis ini.

BAB 3 : PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan secara menyeluruh tentang topik dari karya tulis ini, yang sesuai dengan ruang lingkup pada pendahuluan.

BAB 4 : PENUTUP Pada bab ini akan dikemukakan kesimpulan dari penjelasan yang telah dijabarkan, dan saran-saran yang diusulkan penulis untuk tindakan selanjutnya.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Sebelum berkenalan lebih jauh dengan Entrepreneur (Wirausahawan) dibidang TI, ada satu terminologi yang populer dewasa ini, yaitu Teknopreneur (Technopreneur).

Menurut definisi dari Tim Lab UKSW di Salatiga, Teknopreneur merupakan gabungan dari TEKNOLOGI (kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi) dengan KEWIRAUSAHAAN (seseorang/unit yang mampu bekerja sendiri untuk mendatangkan keuntungan melalui proses bisnis/usaha).

Sedangkan dari Merriam-Webster Online Dictionary (http://www.m-w.com/dictionary/technopreneur) Technopreneur adalah an entrepreneur whose business involves high technology. Teknologi sendiri di bagi menjadi teknologi (saja) dan high technology (hi-tech). Dalam hal ini, teknologi yang disebut adalah teknologi tinggi (hi-tech). Jadi Technopreneurship lebih luas dari IT-preneurship yang hanya dimasalah TI atau TIK saja. Teknopreneur merupakan akronim dari Technology dan Entrepreneur. Kedua istilah ini menyebut adanya komponen Teknologi dari kegiatan bisnis (wirausaha).

[b]Konsep Teknologi Informasi dalam Wirausaha[/b]

Wirausahawan berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, ataupun wirausaha (bisnis) di bidang teknologi biasa disebut sebagai seorang IT entrepreneur, IT-preneur maupun Teknopreneur (Technopreneur). Semua terminologi di atas adalah seseorang yang melakukan 'bisnis teknologi'.

Kalau pun ingin dibedakan, dapat dikatakan bahwa IT entrepreneur pastilah berhubungan dengan komputer, software dan internet (bisnis di bidang IT) sedangkan Teknopreneur adalah wirausaha di bidang teknologi yang tidak mewajibkan di bidang Sistem Informasi atau Teknologi Informasi. Bisa jadi teknologi jagung dan sayur mayur dengan varietas hasil riset baru (bioteknologi), jadi berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek).

Dapat dikatakan bahwa Teknopreneur bersifat lebih luas dari IT preneur. Seorang IT entrepreneur pun perlu dicatat bukanlah seseorang yang melulu menggunakan internet. Melainkan pertama, berbisnis dalam bidang teknologi TI misalnya software house (ISV), System Support, e-commerce, dan lain-lain, Kedua sebagai pengguna dan pemanfaat Teknologi Informasi dalam bisnisnya. Misalnya penggunaan komputer dan internet dalam mendukung kegiatan bisnis (business process) di toko miliknya, di perusahaanya (bukan perusahaan IT).

Mengapa wirausahawan di bidang IT sangat diperlukan? Secara mantap dan pasti, bisnis teknologi telah menjadi budaya baru di kehidupan manusia abad 21. Bidang teknologi yang menjanjikan keuntungan besar di bisnis ini umumnya adalah Teknologi Informasi (TI), bioteknologi, nanoteknologi dan material baru. Pengusaha-pengusaha bisnis teknologi yang terkenal dengan teknopreneur pun bermunculan menjadi jutawan baru yang menduduki ranking tertinggi orang-orang kaya dunia. Bill Gates dengan Microsoft, Steve Jobbs dengan Apple Computer, Michael Dell dengan Dell computer, siapa yang tak kenal mereka? Belum lagi kita sebut jutawan di belakang yahoo, google, youtube, amazon dan seterusnya. Padahal, waktu memulai usaha, mereka tidak mempunyai modal uang, tanah atau mesin yang besar. Mereka hanya punya 'knowledge' yaitu gagasan teknologi. Dengan cepat mereka mengakumulasi modal dari pemodal ventura sehingga menghasilkan keuntungan yang sangat besar. Ini karena teknologi yang mereka kembangkan ternyata berhasil dan diterima pasar.

Sillicon Valley, icon bisnis-bisnis teknologi informasi di dunia pun banyak ditiru di tempat lain. Asia tidak ketinggalan, bahkan berkembang sangat pesat. Taiwan dan India sebagai contoh, berkembang dan mencatat teknopreneur kelas dunia seperti Stan Shih dengan Acernya, NR Narayana Murthy dan Nandan M. Nikelani mengembangkan Infosys Technologies Ltd., yang menjadi perusahaan teknologi informasi berskala internasional dan menduduki peringkat kedua terbesar di India. India juga memiliki seorang Azim Premji, bahkan berhasil melakukan revolusi perusahaan minyak goreng bisnis keluarga, Wipro, menjadi Wipro Technologies Ltd, perusahaan perangkat lunak terbesar ketiga di

India. Lenovo di Cina, dengan sang komandan Yang Yuanqin, membuat mata dunia terbelalak ketika mengumumkan akuisisi divisi laptop korporasi besar dunia IBM Thinkpad.

Bagaimana dengan Singapura dan Malaysia? Tidak kurang dana trilyunan dolar singapura digunakan negeri singa ini membangun Bio Valley di Jurong. Sedangkan Malaysia membangun super corridor di kota baru Putra Jaya.Apa kabar Indonesia? kabar terkini dari Indonesia, pembangunan Cyber Park di daerah Bogor terkendala dana dan bangkrutnya perusahaan pengembang. Saat ini, sungguh ironis, sudah berubah fungsi menjadi ladang jagung, walau menurut penjaga lahan, hanya sementara karena keisengan dia semata.

Sudut pandang seorang Thomas L Friedman juga sama. Friedman terkejut dan kagum dengan perkembangan Teknologi Informasi di negeri Hindustan. Hal ini jelas tergambar dari apa yang ditulis dalam buku best seller dan sensasionalnya The World is Flat (2006). Mulai dari IT Evangelist, Software maupun Networking Specialist semua dipenuhi oleh IT enterpreneur dari India. Bangalore, sebuah pusat industri TI di India, tidak jauh berbeda dengan kondisi di AS, negeri asal Friedman. Banyak perusahaanperusahaan bertaraf internasional seperti Dell, Hewlett-Packard dan IBM terlihat, selain dari edunggedung perusahaan lokal India di bidang IT. Tenaga kerja di bidang IT yang berasal dari India tidak meragukan. Selain murah, keahlian dan kepandaiannya sangat mumpuni, sehingga Sillicon Valley pun diisi oleh banyak sarjana TI India.

Dari sebuah media cetak nasional, diliput wawancara dengan Carlos Patriawan, seorang IT preneur asli Indonesia yang ada di Juniper Network, yang lahir dan berkantor pusat di Sillicon Valley, AS. Pria ini memberikan informasi bahwa semuanya berawal dari orang-orang India yang 'dikirim' bekerja di Sillicon Valley. Berdasarkan pengalamannya, Carlos memberikan 3 karakteristik yang membuat mereka unggul di bidang teknologi, yakni : motivasi yang sangat tinggi, rajin mencari tahu cara kerja sebuah program atau mesin, serta kuatnya kultur berbagi (sharing culture) dan tolong menolong. Hal yang sebenarnya menurut Carlos ia temui juga di beberapa gelintir orang Indonesia. Bedanya, India di dukung oleh ekonomi, kultur, dan pemerintah.

Di Indonesia, masih menurut Carlos, orang-orang yang mempunyai talent 'terpaksa' keluar negeri karena lingkungan yang kurang supportif. Budaya kerja yang tidak sehat di Indonesia seperti saling sirik, budaya KKN yang bertentangan dengan IT entrepreneurship dan engineering, Pemerintahan juga kurang mendukung maksimal.

Ada dua skenario pengembangan bisnis teknologi di suatu negara. Skenario pertama lebih banyak dilaksanakan oleh IT preneur. Tidak terlalu mengandalkan fasilitas maupun insentif pemerintah. Ini mirip seperti yang dikembangkan oleh IT-preneurs asal negeri Hindustan. Skenario kedua, pemerintah mendukung dan berperan penuh dalam mengembangkan kawasan Iptek. Peran Pemerintah melalui Depkominfo, Ristek dan LIPI dalam hal ini sangat dibutuhkan.

Di Indonesia, Skenario pertama kita sebut sebagai skenario kemandirian. Gerakan open source, berkembangnya Software house, ISV (Independent Software vendor) dewasa ini cukup menggembirakan. Ditambah, reputasi Indonesia di dunia internasional cukup baik dalam hal SDM TI. Nama seperti Onno W Purbo sebagai pakar TI, juga banyaknya komunitas hacker dan komunitas Open Source merupakan perkembangan yang menggembirakan. Tinggal peran aktif pemerintah dalam mendukung perkembangan ini.

BAB 3 PEMBAHASAN

3.1 Definisi Technopreneurship

Sudah sangat familiar dan banyak dipublikasikan tentang Technopreneurship (Technology entrepreneurship),Technopreneurship sebenarnya adalah entrepreneurship namun mempunyai bobot dan fokus pada teknologi. Ini bermula dari pergeseran ekonomi dari old industrial economy menjadi ekonomi yang lebih berbasis enterpreneur - services.. Teknologi merupakan sutu cara yang dilakukan oleh manusia untuk merubah alam dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya. Teknologi merupakan sutu cara atau metode untuk mengolah sesuatu agar terjadi efisiensi biaya dan waktu, sehingga dapat menghasilkan produk yang lebih berkulitas. Dasar-dasar penciptaan teknologi adalah : kebutuhan pasar, solusi atas permasalahan, aplikasi berbagai bidang keilmuan, perbaikan efektivitas dan efisiensi produksi, serta modernisasi. Entrepreneurship adalah proses mengorganisasi dan mengelola resiko untuk sebuah bisnis baru. Seorang entrepreneur melakukan hal-hal sebagai berikut : a. b. Mengidentifikasi dan mengevaluasi peluang pasar. Menemukan solusi-solusi yang diperlukan (uang, orang, dan peralatan) untuk menjalankan bisnis.

c.

Memperoleh sumberdaya yang diperlukan (uang, orang, dan peralatan) untuk menjalankan bisnis.

d. Mengelola sumberdaya dari tahap awal (start-up) ke fase bertahan (survival) dan fase pengembangan (ekspansi). e. Mengelola risiko-risiko yang berhubungan dengan bisnisnya.

Jadi ada dua pokok penting yang harus diperhatikan dalam mendefenisikan Tecnopreneuship itu yaitu penelitian dan komersialisasi. Pnelitian berorientasi pada penemuan dan penambahan ilmu pengetahuan. Komersialisasi dapat didefenisikan sebagai pemindahan hasil penelitian atau teknologi, yakni : lisensi, berpartner, atau menjualnya kepada pihak yang akan mengkomersialkannya.

3.2 Technopreneurship sebagai Inkubator bisnis berbasis teknologi

Perubahan demi perubahan yang terjadi dari suatu zaman ke zaman berikutnya telah mengantarkan manusia memasuki era digital, suatu era yang seringkali menimbulkan pertanyaan : apakah kita masih hidup di masa kini atau telah hidup di masa datang. Pertanyaan ini timbul karena hampir segala sesuatu yang semula tidak terbayangkan akan terjadi pada saat ini, secara tiba-tiba muncul di hadapan kita. Masa depan seolah-olah dapat ditarik lebih cepat keberadaannya dari waktu yang semestinya, berkat kemajuan teknologi informasi. Teknologi komunikasi dan informasi atau teknologi telematika (information and communication technology ICT) telah diakui dunia sebagai salah satu sarana dan prasarana utama untuk mengatasi masalah-masalah dunia. Teknologi telematika dikenal sebagai konvergensi dari teknologi komunikasi (communication), pengolahan (computing) dan informasi (information) yang diseminasikan mempergunakan sarana multimedia. Masalah di Indonesia yang paling utama adalah bagaimana memecahkan masalah kesenjangan digital yang masih sangat besar dengan menumbuh-kembangkan inovasi atau teknopreneur industri telematika. Technopreneurship atau wirausaha teknologi merupakan proses dan pembentukan usaha baru yang melibatkan teknologi sebagai basisnya, dengan harapan bahwa penciptaan strategi dan inovasi yang tepat kelak bisa menempatkan teknologi sebagai salah satu faktor untuk pengembangan ekonomi nasional. Pengusaha bidang teknologi (Technopreneur), khususnya teknologi informasi (TI) membutuhkan adanya kebebasan dalam berinovasi, tanpa harus terkekang oleh regulasi yang malah menghambat. Semakin pemerintah mengendurkan ketatnya regulasi yang mengatur gerakan grass root komunitas TI di Indonesia, maka akan memberikan dampak positif berupa tumbuhnya TI itu sendiri dan juga aspek bisnisnya. Hal ini sangat penting karena dilandasi pengalaman di lapangan, di mana seringkali terjadi benturan antara kepentingan badan usaha sebagai unit bisnis yang menuntut untuk selalu bersikap dan berperilaku sebagai wirausahawan dan melakukan perubahan-perubahan, menyesuaikan antara fakta yang ada dengan tuntutan perubahan serta memperbesar usaha, tetapi di sisi lain ada kepentingankepentingan Pemerintah yang mungkin saja berlawanan dengan kepentingan sebagai suatu unit bisnis.

Padahal dalam technopreneurship diperlukan semangat kompetisi yang dominan, agar tidak tertinggal dari turbulensi bisnis global. Dalam kurun waktu yang panjang, ilmu pengetahuan ditempatkan pada kotak tersendiri secara eksklusif, seolah-olah diasingkan dari kegiatan ekonomi. Dunia ilmu pengetahuan atau kita sebut dengan pendidikan, dianggap bukan menjadi bagian dari suatu sistem ekonomi. Dunia pendidikan dipandang sebagai suatu dunia tersendiri tempat dibangunnya nilai-nilai luhur, sementara dunia ekonomi dipandang sebagai dunia yang penuh dengan kecurangan, ketidakadilan, bahkan seolah dunia tanpai nilai (value). Cara pandang yang dikotomis tersebut, dalam kurun waktu yang lama belum dapat terjembatani secara baik. Masing-masing pihak lebih mementingkan dan meng claim sebagai pihak yang paling benar. Yang perlu kita ketahui adalah bahwa dalam era ekonomi yang berbasis ilmu pengetahuan, pendidikan merupakan wujud dari keberhasilan pembangunan nasional suatu negara. Bahkan pendidikan dapat menjadi keunggulan daya saing suatu negara. Dengan kata lain, pendidikan memegang peran strategis dalam memajukan ekonomi bangsa. Dan hal ini telah dibuktikan oleh negara-negara industri baru seperti Singapore, Taiwan dan Malaysia, di mana dengan membangun sarana dan prasarana pendidikan secara serius dalam sepuluh tahun terakhir, kualitas kehidupan bangsa-bangsa tersebut terus meningkat. Bagaimana dengan Indonesia ?. Selama berpuluh tahun, pendidikan dijadikan alat politik penguasa, mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Akibatnya pendidikan berjalan lamban (too slow), sehingga tidak dapat mengejar tuntutan perubahan. Pendidikan belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perubahan yang terjadi atau masih sangat sedikit (too little). Bahkan pendidikan seringkali terlambat (too late) dalam mengadaptasi perubahan, sehingga pendidikan tertinggal dan belum mampu menjawab tantangan masa depan. Faktor penyebabnya adalah karena kebijakan yang ada disamping tambal sulam, juga dibuat secara tergesa-gesa. Bahkan pemerintah dinilai belum memiliki visi dan komitmen yang jelas tentang pendidikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa Indonesia baru dan sedang melakukan perubahan orientasi pendidikan dari pendidikan yang berbasis akademis kepada pendidikan yang berbasis kompetensi. Disinilah pokok bahasan tentang technopreneurship tersebut perlu dikembangkan. Memang tidak mudah untuk dilaksanakan, namun menjadi sebuah tantangan bagi kita untuk memajukan bangsa ini pada masa yang akan datang.

3.4 Peranan Technopreneurship dengan masyarakat nvensi dan inovasi yang dihasilkan, serta technopreneurship tidak hanya bermanfaat dalam pengembangan industri-industri besar dan canggih. Technopreneurship juga dapat diarahkan untuk memberikan manfaat kepada masyarakat yang memiliki kemampuan ekonomi lemah dan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

Technopreneurship dapat memberikan manfaat baik secara ekonomi, sosial, maupun lingkungan. Dampak secara ekonomi adalah : a. b. c. d. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Meningkatkan pendapatan. Menciptakan lapangan kerja baru. Menggerakkan sektor-sektor ekonomi yang lain.

Manfaat dari segi sosial diantaranya adalah mampu membentuk budaya baru yang lebih produktif, dan berkontrbusi dalam memberikan solusi pada penyelesaian masalah-masalah sosial. Manfaat dari segi lingkungan antara lain adalah : a. b. Memanfaatkan bahan baku dari sumber daya alam Indonesia secara lebih produktif. Meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya terutama sumber daya energi.

Ada beberapa bidang invensi dan inovasi yang dapat diprioritaskan untuk memberikan manfaat kepada masyarakat ekonomi lemah terdiri dari: air, energi, kesehatan, pertanian, dan keanekaragaman hayati (water, energy, health, agriculture, dan biodiversity).

3.5 Definisi Technopreneur Apa itu technopreneur? Kalau kata enterpreneur sudah tidak asing bagi kebanyakan orang, sedangkan kata technopreneur tampak masih asing. Technopreneur secara sederhana dapat diartikan sebagai seorang peminat teknologi yang berjiwa enterpreneur. Tanpa jiwa enterpreneur, seorang peminat teknologi hanya menjadi teknisi dan kurang dapat menjadikan teknologi yang digelutinya sebagai sumber kehidupannya. Bill Gates yang mengawali keberhasilannya di sebuah garasi rumahnya, Linus Trovaldi yang mengawali debutnya dengan menggulirkan software open source Linux, Onno W. Purbo dan Michael Sunggiardi yang menggulirkan gagasan gagasan tentang warung internet (warnet), internet RT/RW dan majalah Neotek tampaknya dapat dinobatkan sebagai sosok sosok yang dapat menjadi panutan dalam mengembangkan jiwa technopreneur.

3.6 Menjadi seorang technopreneur Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dan dipahami oleh sesorang untuk menjadi technopreneur diantaranya : Belajar dari pengalaman para pelaku technopreneurship

-

Mengeksplorasi ide Softskill dan mindset yang diperlukan oleh technopreneur Validasi Ide dan Penilaian Peluang Pengembangan Produk Teknologi Hak Kekayaan Intelektual Analisis Pasar Model Usaha Penyusunan Business Plan Keuangan Marketing Plan dan Penyusunan Marketing Plan

3.7 Invensi, Inovasi, dan Technopreneur Technopreneurship bersumber dari invensi dan inovasi. Invensi adalah sebuah penemuan baru yang bertujuan untuk mempermudah kehidupan. Inovasi adalah proses adopsi sebuah penemuan oleh mekanisme pasar. Invensi dan inovasi ada dua jenis, yakni : 1. 2. Invensi dan inovasi produk Invensi dan inovasi proses

Berbagai kemajuan yang dicapai diawali dengan riset dan temuan-temuan baru dal bidang teknologi (invensi) yang kemudian dikembangkan sedemikian rupa sehingga memberikan keuntungan bagi pnciptanya dan masyarakat penggunanya. Fnomena perkembangan bisnis daam bidang teknologi diawali dari ide-ide kreatif di beberapa pusat penelitian (kebanyakan dari perguruan tinggi) yang mampu dikembangkan, sehingga memiliki nilai jual di pasar. Pengagas ide dan pencipta produk dalam bidang teknologi tersebut sering dikenal dengan nama technopreneur (teknoprener), karena mereka mampu menggabungkan antara ilmu pengetahuan yang dimiliki melalui kreasi/ide produk yang diciptakan dengan kemampuan berwirausaha melalui penjualan produk yang dihasilkan di pasar. Dengan demikian, technopreneurship merupakan gabungan dari teknologi (kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi) dengan kewirausahaan (bekerja sendiri untuk mendatangkan keuntungan melalui proses bisnis).

3.8 Mendidik technopreneur

Sebagai contoh misalkan saja Anda berusia 20-an tahun dan mengawali perusahaan internet pertama Anda. Lalu katakan 21 bulan kemudian Anda menjualnya seharga 1,65 miliar dollar AS. Apa yang terjadi berikutnya? (Time, Persons of the Year, 2006-2007) Kutipan di atas dari majalah Time tatkala mengisahkan situs YouTube yang fenomenal dan pendirinya, Steve Chen, Chad Hurley, dan Jawed Karim. Diperlihatkan pula bagaimana ketiga pemuda itu merancang konsep awal YouTube di garasi Chad. YouTube kemudian sukses besar pada tahun 2006. Alasannya banyak, tetapi satu yang bisa disebut khusus adalah karena ia unggul, tapi juga mudah, satu kombinasi yang langka. Anda bisa menonton video di situs tersebut tanpa perlu mengunduh perangkat lunak apa pun atau bahkan mendaftar. Di Amerika, YouTube untuk menonton video diibaratkan sama dengan WalMart Supercenter untuk belanja. Semua ada di sana dan Anda tinggal masuk saja.Ketika akhir tahun silam YouTube digelontor dengan 65.000 video baru setiap harinya, jumlah video yang bisa ditonton pun menggelembung, dari 10 juta per hari pada tahun sebelumnya, menjadi 100 juta.

Apa pun yang terjadi di antara ketiga orang muda yang terkait dengan YouTube di atas, yang jelas YouTube berkembang menjadi perusahaan sukses yang kemudian dibeli raksasa Google, Oktober 2006 dengan nilai 1,65 miliar dollar AS. Semestinya sukses YouTube, sebagaimana sukses Apple, Amazon, dan deretan start-up lainnya mengilhami orang muda tidak saja di Amerika, tetapi juga di belahan dunia lainnya. Namun, agar lingkungan menjadi kondusif bagi munculnya apa yang dikenal sebagai wirausahawan teknologi atau technopreneur ini rupanya dibutuhkan sejumlah syarat. Ketika memberi kuliah perdana di Universitas Media Nusantara (UMN) di Jakarta, 3 September lalu, Menteri Komunikasi dan Informatika Mohammad Nuh menyebut salah satunya, yakni masa kritis. Menurut Menteri, di Indonesia memang sudah ada banyak ahli ICT (teknologi informasi dan komunikasi/TIK), tetapi jumlah itu dirasa belum mampu menimbulkan efek yang terasakan.Dari segi masa kritis, jumlah SDM TIK harus ditambah, dalam hal ini melalui pendidikan. Dalam kondisi kesenjangan digital yang sudah akut dewasa ini antara negara maju dan negara berkembang, jumlah lulusan memang harus dipacu. Para lulusan juga harus bisa menjadi orang yang mampu memengaruhi agar semakin banyak warga masyarakat yang melek TIK dan bisa memanfaatkannya.

3.9 Pendidikan TI Berbasis Technopreneurship

Teknologi komunikasi dan informasi atau teknologi telematika (information and communication technologyICT) telah diakui dunia sebagai salah satu sarana dan prasarana utama untuk mengatasi masalah-masalah dunia. Teknologi telematika dikenal sebagai konvergensi dari teknologi komunikasi (communication), pengolahan (computing) dan informasi (information) yang diseminasikan mempergunakan sarana multimedia.

Technopreneurship adalah sebuah inkubator bisnis berbasis teknologi, yang memiliki wawasan untuk menumbuh-kembangkan jiwa kewirausahaan di kalangan generasi muda, khususnya mahasiswa sebagai peserta didik dan merupakan salah satu strategi terobosan baru untuk mensiasati masalah pengangguran intelektual yang semakin meningkat ( +/- 45 Juta orang). Dengan menjadi seorang usahawan terdidik, generasi muda, khususnya mahasiswa akan berperan sebagai salah satu motor penggerak perekonomian melalui penciptaan lapangan-lapangan kerja baru. Semoga dengan munculnya generasi technopreneurship dapat memberikan solusi atas permasalahan jumlah pengangguran intelektual yang ada saat ini. Selain itu juga bisa menjadi arena untuk meningkatkan kualitas SDM dalam penguasaan IPTEK, sehingga kita bisa mempersiapkan tenaga handal ditengah kompetisi global.

Disisi lain bahwa kurikulum Pendidikan TI berbasis Technopreneurship yang diberikan di perguruan tinggi memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Memberikan kontribusi kongkret dalam mensiasati masalah pengangguran intelektual di Indonesia. 2. Mengembangkan spirit kewirausahaan di dunia perguruan tinggi. 3. Meminimalisir gap antara pemahaman teori dan realita praktek dalam pengelolaan bisnis.

Manfaat bagi mahasiswa dalam proses implementasi Technopreneurship Based Curicullum adalah sebagai berikut : 1. Memperoleh pencerahan mengenai alternatif profesi sebagai wirausaha selain sebagai ekonom, manajer atau akuntan atau profesi lainnya. 2. Memiliki skill-based yang memadai dalam bidang Teknologi Informasi 3. Mendapatkan pengetahuan dasar dalam bentuk teori maupun praktek magang dalam mengelola suatu bisnis. 4. Memperoleh akses untuk membangun networking dunia bisnis.

Sedangkan bagi Perguruan Tinggi sebagai fasilitator adalah :

1. Menjadi bentuk tanggung jawab sosial sebagai lembaga pendidikan untuk berkontribusi dalam mengatasi masalah pengangguran. 2. Menjadi bagian penting dalam upaya menjembatani gap kurikulum pendidikan antara lembaga pendidikan dan industri pengguna. 3. Menjadi salah satu strategi efektif untuk meningkatkan mutu lulusan. 4. Menjadi wahana interaksi untuk komunitas Perguruan Tinggi yang terdiri dari alumni, mahasiswa, dosen, dan karyawan dengan masyarakat umum.

Berdasarkan tujuan tersebut di atas, maka Program Pengembangan Budaya Technopreneurship atau kewirausahaan di Perguruan Tinggi dirancang meliputi 6 (enam) kegiatan yang saling terkait, yaitu: 1. Pelatihan materi Techno SKILL BASED 2. Magang Kewirausahaan 3. Kuliah Kewirausahaan 4. Kuliah Kerja Usaha 5. Karya Alternatif Mahasiswa 6. Konsultasi Bisnis dan Peluang usaha

Secara teknis, implementasi pendidikan TI berbasis TECHNOPRENEURSHIP ini, sama saja seperti perkuliahan pada umumnya, hanya saja pada 2 semester pertama secara intensif para mahasiswa diberikan pelatihan (training) sebagai pondasi awal berupa penguasaan bahasa pemrograman (VB.Net/C#/Java) atau disain grafis 3D, WEB, dan ini disesuaikan dengan kebutuhan dunia industri TI saat itu.

Proses pelatihan diberikan bersamaan dengan perkuliahan reguler, sehingga mereka mendapat pembinaan secara intensif & fokus untuk mempersiapkan SKILL Based mereka. Pada saat mereka menginjak semester 3, mereka melakukan proses pemagangan di perusahaan/industri TI, setelah itu diharapkan para mahasiswa sudah bisa bekerja secara part time di beberapa perusahaan, sehingga ketika mereka telah menyelesaikan studinya, mereka memiliki asset berupa knowledge & experince yang cukup untuk menjadi Technopreneur, atau alternatif lainnya mereka tetap bisa bersaing secara kompetitif untuk mendapatkan lapangan pekerjaan dengan bekal IPTEK yang mereka telah kuasai.

Menatap masa depan berarti mempersiapkan generasi muda yang memiliki kecintaan terhadap pembelajaran dan merupakan terapi akademis & kesehatan jiwa bagi anak bangsa, semoga munculnya generasi technopreneurship dapat memberikan solusi atas permasalahan jumlah pengangguran intelektual yang ada saat ini. Selain itu juga bisa menjadi arena untuk meningkatkan kualitas SDM dalam penguasaan IPTEK, sehingga kita bisa mempersiapkan tenaga handal di tengah kompetisi global. Mulailah dari diri sendiri untuk berbuat sesuatu guna menciptakan pendidikan kita bisa lebih baik dan berkualitas, karena ini akan menyangkut masa depan anak-anak kita dan juga Bangsa Indonesia.

3.10 Fitur Teknologi & Pengaruhnya Terhadap Struktur Bisnis Pada Perusahaan Fitur Dampak Lingkungan Bisnis Kemampuan Teknologi

Ubiquility Merubah struktur industry dengan menciptakan saluran pemasaran baru & mengekspansi ukuran pasar secara keseluruhan. Kesanggupan membuat strategi diferensiasi baru.

Global Reach Merubah struktur industry dengan merendahkan halangan ke jalan masuk tetapi mengekspansi pasar pada saat yang sama. Kesanggupan berkompetisi pada jangkauan global

Universal Standars Merubah struktur industri dengan merendahkan halangan kejalan masuk & mengintensifkan kompetisi dalam sebuah industry. Kesanggupan merencanakan startegi pada jangkauan luas Richness Merubah struktur industri dengan mengurangi kekuatan saluran distribusi dengan cara mengurangi ketergantungan pada penjualan. Mendukung strategi pendukung pos penjualan Interactive Merubah struktur industri dengan mengurangi ancaman subsitusi melalui .kustomisasi yang didukung Kesanggupan membuat strategi diferensiasi berbasis web Personalization Merubah struktur industri dengan mengurangi biaya rantai nilai dalam perusahaan dan industry dengan mengurangi ketergantungan pada kawasan penjualan. Kesanggupan membuat strategi pemasaran personal Information density Merubah struktur industry dengan memperlemah distribusi kekuatan penjualan menggeser kekuatan tawar-menawar kepada konsumen dan mengurangi biaya operasi industri seperti memperoleh,memproses dan mendistribusikan informasi tentang pemasok dan pelanggan Kesanggupan dalam hal penemuan system dan teknologi manajemen berbasis web seperti : ERP,SCM,CRM dan database pendukung.

3.11 Pengaruh Teknologi Terhadap Persaingan Dalam Perusahaan

Sistem informasi dan teknologi telah menjadi komponen yang sangat penting bagi keberhasilan bisnis dan organisasi. Teknologi informasi dapat membantu segala jenis bisnis meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses bisnis, pengambilan keputusan manajerial, dan kerjasama kelompok kerja, hingga dapat memperkuat posisi kompetitif dalam pasar yang cepat sekali berubah. Hal ini berlaku ketika teknologi informasi digunakan untuk mendukung tim pengembangan produk, proses dukungan untuk pelanggan, transaksi e-commerce atau dalam aktivitas bisnis lainnya. Teknologi informasi berbasis internet menjadi bahan yang dibutuhkan untuk keberhasilan bisnis di lingkungan global yang dinamis saat ini.

Teknologi informasi memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, seperti mampu meringankan aktivitas bisnis serta menghasilkan informasi yang dapat dipercaya, relevan, tepat waktu, lengkap, dapat dipahami, dan teruji dalam rangka perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan manajemen. Kinerja perusahaan dan efisiensi operasi perusahaan perlu ditingkatkan,. Akibatnya perusahaan dapat tetap bertahan dalam era informasi serta mampu menghadapi persaingan pasar global. Selain itu perkembangan teknologi informasi juga dapat menimbulkan beberapa dampak negatif bagi perusahaan, seperti tertutupnya kesempatan kerja, serta timbulnya kejahatankejahatan teknologi informasi yang dapat merugikan perusahaan.

Teknologi informasi muncul sebagai akibat semakin merebaknya globalisasi dalam kehidupan organisasi, semakin kerasnya persaingan bisnis, semakin singkatnya siklus hidup barang dan jasa yang ditawarkan, serta meningkatnya tuntutan selera konsumen terhadap produk dan jasa yang ditawarkan. Untuk mengantisipasi semua ini, perusahaan mencari terobosan baru dengan memanfaatkan teknologi. Teknologi diharapkan dapat menjadi fasilitator dan interpreter. Semula teknologi informasi digunakan hanya terbatas pada pemrosesan data. Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi tersebut, hampir semua aktivitas organisasi saat ini telah dimasuki oleh aplikasi dan otomatisasi teknologi informasi.

Teknologi informasi dapat didefinisikan sebagai perpaduan antara teknologi

komputer dan telekomunikasi dengan teknologi lainnya seperti perangkat keras, perangkat lunak, database, teknologi jaringan, dan peralatan telekomunikasi lainnya. Selanjutnya, teknologi informasi dipakai dalam sistem informasi organisasi untuk menyediakan informasi bagi para pemakai dalam rangka pengambilan keputusan. Ada berbagai macam sistem informasi dengan menggunakan teknologi informasi yang muncul, antara lain Electronic Data Processing Systems, Data Processing Systems (DPS), Decision Support System (DSS), Management Information System (MIS), Executive Information Systems (EIS), Expert System (ES) dan Accounting Information System (AIS)

EDP adalah penggunaan teknologi komputer untuk menyelenggarakan pemrosesan data yang berorientasi pada transaksi organisasi. Sistem ini digunakan untuk mengolah data transaksi yang sifatnya rutin (sehari-hari). Sistem ini tidak dapat membantu pekerjaan pihak manajemen yang berkaitan dengan pengambilan keputusan. Sistem ini hanya bermanfaat untuk meningkatkan ketepatan waktu dan frekuensi penyajian laporan. Secara fundamental, EDP merupakan aplikasi sistem informasi akuntansi dalam setiap organisasi. Istilah data processing (DP) sebenarnya sama dengan EDP.

MIS merupakan penggunaan teknologi komputer untuk menyediakan informasi yang berorientasi pada manajemen level menengah. MIS mengakui adanya kenyataan bahwa para manajer dalam suatu organisasi membutuhkan informasi dalam rangka pengambilan keputusan dan bahwa sistem informasi berbasis komputer dapat membantu penyediaan informasi bagi para manajer.

DSS adalah suatu sistem informasi yang datanya diproses dalam bentuk

pembuatan keputusan bagi pemakai akhir. Karena berorientasi pada pemakai akhir, maka DSS membutuhkan penggunaan model-model keputusan dan database khusus yang berbeda dengan sistem DP.

DSS diarahkan pada penyediaan data yang nyata, khusus, dan informasi yang tidak rutin yang diminta oleh manajemen. DSS dapat digunakan untuk menganalisis kondisi pasar sekarang atau pasar potensial. DSS juga dapat membantu mengubah proses bisnis, dimana umumnya manajer membuat semua keputusan, namun dengan adanya teknologi informasi seperti decision support tools, access database, dan modelling software, pengambilan keputusan menjadi bagian setiap orang.

ES merupakan sistem informasi yang berbasis pada pengetahuan yang menggunakan pengetahuan tentang bidang aplikasi khusus untuk menjalankan kegiatan sebagai konsultan ahli bagi pemakai akhir. Seperti DSS, ES membutuhkan penggunaan modelmodel keputusan manajemen dan database khusus. Tidak seperti DSS, ES juga membutuhkan pengembangan basis pengetahuan dan inference engine. Jadi suatu perusahaan dikatakan dapat bersaing, dengan menggunakan teknologi informasi menggunakan software yang menyangkut sistem perusahaan, misalnya TPS, ERP, EIS, DSS, untuk meningkatkan daya saing perusahaan

3.12 Contoh-Contoh Inovasi Pada Beberapa Perusahaan Yang Ada Di Indonesia.

Berikut beberapa contoh inovasi pada perusahaan di Indonesia yang saya dapatkan :

Layanan korporat dari XL. Persaingan antar operator telepon mobile, dan juga antara GSM dan CDMA membuat XL melirik ke pasar korporat. Perusahaan ini meluncurkan layanan Office Zone dan GSM PABX yang cukup inovatif. Lewat fasilitas terbaru XL tersebut, XL berfungsi sebagai extention sistem komunikasi perusahaan. Staf perusahaan yang memakai layanan ini bisa menelepon ke kantor pusat tanpa dikenakan biaya sama sekali selama masih berada pada zona yang ditentukan. Keluar dari zona tersebut, dikenakan biaya flat fee yang masih cukup murah. Solusi ini termasuk inovatif karena didasarkan atas kebutuhan korporat yang selama ini jarang diperhatikan. Solusi ini juga mampu menghemat biaya komunikasi korporat, dan sekaligus menjamin pendapatan untuk XL dari segmen yang cukup loyal tersebut.

Ovale dari PT KinoCare. Produk ini dianggap inovatif karena menggabungkan dua produk, yakni: krim pembersih (face cleansing milk) dan penyegar (face toner) dalam satu produk. Perusahaan ini juga meluncurkan Ovale Maskulin yang ditawarkan untuk para pria pengendara kendaraan bermotor di Indonesia yang jumlahnya cukup besar. Produk-produk elektronik dari PT Hartono Istana Teknologi (HIT). Produsen Polytron ini telah melahirkan beberapa inovasi yang pantas untuk dicatat, antara lain teknologi Singasong (teknologi audiovisual di dalam kaset audio), kulkas dua fungsi (pendingin dan penghangat), dan TV Xcel Home Theater yang sudah dilengkapi dengan perangkat home theater dan DVDplayer. Inovasi dan kualitas Polytron membuat banyak pembeli yang tidak tahu jika merek ini adalah merek lokal.

Sabun Harmony dan Lervia dari PT Megasurya Mas. Sabun beraroma buah ini bukan saja diterima di Indonesia, namun sudah diekspor ke mancanegara. Di India dan beberapa negara Timur Tengah, merek Harmony cukup disegani. Bahkan, di negara Turki, nama Harmony sudah identik dengan kategori sabun bearoma buah. Selain Harmony, Megasurya Mas juga memproduksi Lervia Milk Soap, sabun mandi dengan ekstrak susu dan moisturizer yang juga sudah diekspor ke lebih dari 30 negara. Suplemen Stimuno dari PT Dexa Medica. Suplemen untuk meningkatkan daya tahan tubuh ini menggunakan tumbuhan khas Indonesia, meniran. Meniran, sebagaimana sudah diuji di laboratorium, mampu mengobati infeksi kronis dan viral. Saat ini, produk tersebut juga sudah diekspor ke negaranegara ASEAN lainnya seperti Kamboja, Vietnam, dan Singapura. Contoh-contoh di atas berasal dari perusahaan-perusahaan yang relatif besar. Tapi itu tentu tidak berarti inovasi tidak bisa dilahirkan dari individu-individu yang sebelumnya tidak memiliki pengalaman di dunia bisnis. Silakan simak 3 contoh di bawah ini: Smart Diva. Dua sahabat keturunan blasteran yang kebetulan berhobi sama Jessica Schwarze dan Amanda Sari mendapatkan ide untuk membuka usaha penyewaan tas pesta. Meski ide ini sudah dijalankan sebelumnya di US, namun ide tersebut mereka dapatkan sebelum mengetahui tentang perusahaan di US tersebut. Mereka juga mengatakan bahwa ide ini adalah yang pertama kali dijalankan di Asia. Meski agak ragu-ragu di awalnya, bisnis yang diberi nama Smart Diva ini sekarang sudah dikenal di Jakarta. PT Suwastama. Kala orang-orang melihat enceng gondok sebagai sesuatu yang mengganggu, perusahaan ini justru melihatnya sebagai bahan baku untuk kerajinan tangan. Produk enceng gondok tersebut bukan saja sudah diekspor ke mancanegara, tetapi perusahaan ini juga merangkul ribuan perajin di sekitarnya dan memberi mereka bantuan fasilitas kepemilikan rumah. The Electronic Doctor Indonesia (EDI). Ide Henry Indraguna ini pantas diacungi jempol. Dengan membebankan biaya keanggotaan Rp. 100.000,-, pelanggan akan mendapatkan garansi servis setahun penuh untuk satu jenis produk elektroniknya. Untuk menjaga kualitas, Henry menjamin pemakaian spare parts asli. EDI ini juga diwaralabakan ke kota-kota lain di Indonesia.

Lewat beberapa contoh di atas, saya ingin menunjukkan bahwa inovasi demi inovasi sebenarnya bisa dilahirkan di Indonesia. Tidak ada persyaratan khusus untuk menjadi seorang inovator. Teknologi tinggi dan perlindungan hak cipta tidak dibutuhkan dan ketiadaan perlindungan hukum tersebut tidak boleh dijadikan alasan. Inovasi yang sebenarnya justru bertitik tolak dari kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi dan mencari cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan cara-cara yang lebih baik dari kompetitor Anda. Pengetahuan terhadap kebutuhan lokal (seperti Ovale dan Teh Sosro) mampu dijadikan alat bersaing dengan perusahaan multinasional yang terkadang kurang sensitif terhadap perbedaan konsumen Indonesia dengan konsumen negara asalnya. Memang, tidak ada juga yang berani menjamin semua inovasi akan menghasilkan keuntungan. Secara statistik, malah lebih banyak inovasi yang gagal. Beberapa produk/layanan di atas yang sekarang menguntungkan pasti akan mengalami masa-masa surut suatu saat nanti. Inovasi hari ini akan menjadi produk umum di kemudian hari, apalagi dengan cepatnya peniruan saat ini. Akan tetapi, kegagalan dan pasang surut tersebut memang dibutuhkan sebagai upaya pembelajaran. Kegagalan sesungguhnya justru terjadi bila kita takut mencoba karena takut gagal.

BAB 4