An-Naht (Akronim)
-
Upload
fakhri-cool -
Category
Education
-
view
783 -
download
10
Transcript of An-Naht (Akronim)
Makalah Fiqh Lughah
An-Naht (Akronim)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Arab mempunyai ciri-ciri khusus yang tidak terdapat pada
bahasa-bahasa lainnya. Kemudian dari kekhususannya ini menjadikan
bahasa Arab sebuah bahasa yang fleksibel mempunyai elastisitas yang
tinggi. Maka dalam menjalankan dan mempertahankan fungsinya sebagai
bahasa komunikasi, sarana dalam penyampaian tujuan agama, dan
pencatatan berbagai ilmu pengetahuan telah mampu disampaikan dengan
mudah dan benar.
Sebagai salah satu bahasa yang paling banyak digunakan manusia di
dunia khusunya umat islam, tentu bahasa arab pun memilki beberapa
persamaan konsep dan kajian. Dalam pembahasan Fiqih Lugah, terdapat
kajian An-Nahtu, An-Nahtu dapat diartikan sebagai formulasi dua kata
atau lebih menjadi satu ungkapan baru yang menunjukkan makna aslinya.
An-Nahtu merupakan langkah kreatif meringkas dan mempermudah
pengucapan serangkaian kata. Bentuk An-Nahtu secara sepintas
mempunyai kemiripan penyingkatan dalam bahasa Indonesia. Letak
persamaannya terletak pada upaya penyederhanaan dan meringkas kata
untuk mempermudah pengucapannya. Sedangkan perbedaannya terletak
pada corak dan semangat setiap bahasa.
Dalam Bahasa Indonesia, istilah ini dikenal dengan istilah akronim,
atau singkatan yang menjadi pola meringkas atau menyingkat dua kata
atau lebih menjadi satu ungkapan. Sebagaimana sering terdengar ungkapan
sinetron yang berasal dari gabungan kata sinema dan elektronik.
Meskipun Bahasa Arab bukanlah bahasa yang dengan luwes
menerima An-Nahtu seperti yang terjadi pada bahasa lain, sebagaimana
tertulis dalam buku-buku mereka. An-Nahtu dalam Bahasa Arab hanya
Makalah Fiqh Lughah
An-Naht (Akronim)
2
puluhan jumlahnya sedangkan dalam bahasa lain jumlahnya ratusan
bahkan ribuan.
Maka dalam makalah ini, Penyusun berupaya mengkaji An-Nahtu
dalam bahasa arab. Definisi serta seluk beluk tentang An-Nahtu Penyusun
dapatkan dari literatur-literatur yang membahas tentang An-Nahtu
tersebut.
B. Rumusan Masalah
Meruju kepada maslah belakang maslah tersebut, makalah ini dapat
disusun berdasarkan rumusan sebagai berikut :
1. Apa pengertian An-Naht secara Bahasa dan Istilah ?
2. Bagaimana perkembangan An-naht dalam bahasa modern ?
3. Terbagi ke dalam berapa bagiankan An-Naht ?
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan sesuai dengan rumusan masalah yang ada,
yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian An-NAht secara Bahasa dan Istilah
2. Untuk mengetahui perkembangan An-naht dalam bahasa modern ?
3. Untuk mengetahui klasifikasi An-Naht
D. Metode Penulisan
Adapun metode penyusunan makalah yang digunakan adalah
menggunakan metode studi analisis, yaitu dengan meneliti bahan-bahan
yang terdapat dalam teks-teks bahasa arab yang didukung dengan berbagai
referensi yang relevan dengan pembahasan makalah ini.
BAB II
Makalah Fiqh Lughah
An-Naht (Akronim)
3
PEMBAHASAN
A. Pengertian An-Naht
1. Secara Bahasa
Istilah An-Naht dari segi bahasa berasal dari kata ينحت- yang نحت
mengandung makna memahat, menata dan mematung. seperti firman Allah
dalam al-Qur’an :
أمنين بيوبا الجبال من وتنحتون
“Dan kamu pahat sebagian dari gnung-gunung untuk dijadikan
rumah-rumah dengan rajin”
Lisan Arab menulis An-Naht adalah ,(menggergaji) النشر البري
(meraut) dan Keseluruhan makna di atas terhimpun .(memotong) القطع
dalam arti “memahat” yang merupakan makna hakikat An-Naht. Hal ini
dapat dipahami karena secara umum pekerjaan menggergaji, menata,
mematung, menggergaji, meraut dan memotong adalah pekerjaan yang
saling berhubungan bagi pemahat atau seni ukir.
2. Secara Istilah
Sedangkan menurut istilah diartikan sebagai formulasi dua kata atau
lebih menjadi satu ungkapan baru yang menunjukkan makna aslinya. Kata
yang digabung tersebut dapat terdiri dari kata benda seperti basmalah, kata
kerja seperti hamdalah atau huruf seperti innama berasal dari inna dan ma,
dengan tetap mengikuti kaedah kebahasaan dan bentuk-bentuk tashrif
bahasa. Hubungan makna leksikal dengan makna istilah ialah karena An-
Naht kegiatan manata ulang kata-kata atau kalimat. Hal ini mirip dengan
kegiatan memahat atau mematung yang bekerja memotong-motong dan
membuang sebagian unsur suatu kata kemudian membuat formulasi yang
berbeda dengan forma awal.
Makalah Fiqh Lughah
An-Naht (Akronim)
4
Definisi di atas memberikan pengetian bahwa An-Naht merupakan
langkah kreatif meringkas dan mempermudah pengucapan serangkaian
kata. Bentuk An-Naht secara sepintas mempunyai kemiripan penyingkatan
dalam bahasa Indonesia (Akronim). Letak persamaannya terletak pada
upaya penyederhanaan dan meringkas kata untuk mempermudah
pengucapannya. Sedangkan perbedaannya terletak pada corak dan
semangat setiap bahasa.
Melalui telaah karya-karya linguist ditemukan bahwa pembahasan
tentang An-Naht hampir tidak mendapatkan perhatian serius di kalangan
linguist. Kalaupun ada upaya ke arah penelitian dan penemuan teori-teori
An-Naht, upaya-upaya tersebut tidak mendapat sambutan baik dari
kelompok linguist tradisional. Bahkan mendapat sorotan tajam yang
menganggap An-Naht terlalu mengada-ada. Sikap seperti itu pada
hakikatnya didasari oleh tekad untuk menjaga kemurnian bahasa Arab,
terutama karena bahasa al-Quran. Meskipun harus dipahami pula, An-Naht
telah menjadi kebutuhan zaman yang kadang-kadang dalam memberikan
informasi lisan atau tulisan membutuhkan ungkapan ringkas. Pertemuan di
antara dua pendapat berlawanan ini, yakni kelompok yang menganggap
An-Naht hanya perbuatan mengada-ada dan kelompok yang menganggap
harus ada dan perlu dikembangkan, haruslah dipelihara sehingga
senantiasa membutuhkan hadirnya kreatifitas di satu sisi sedang di sisi lain
kemurnian juga tetap terjaga.
Dalam al-Quran kata An-Naht dalam bentuk kata kerja disebutkan 4
kali, yaitu di dalam surat Al-A’raf: 74, Asy-Syu’ara’: 149, Ash-Shafat: 95
dan Al-Hijr: 82. Penelusuran penggunaan kata ini dalam al-Quran
seluruhnya bermakna memahat gunung untuk tempat tinggal atau
membuat membuat patung sebagai seni dan kebanggaan kaum Tsamud
atau menjadi sembahan kaum Nabi Ibrahim as. Para ahli mengambil istilah
An-Naht yang asal pengertiannya memahat, mematung dan menata benda
bersifat material tersebut menjadi nama bagi penggabungan dua kata atau
Makalah Fiqh Lughah
An-Naht (Akronim)
5
lebih menjadi satu ungkapan. Dalam Bahasa Indonesia, istilah ini dikenal
dengan istilah akronim, atau singkatan yang menjadi pola meringkas atau
menyingkat dua kata atau lebih menjadi satu ungkapan. Sebagaimana
sering terdengar ungkapan sinetron yang berasal dari gabungan kata
sinema dan elektronik.
Dari definisi diatas dapat kita pahami bahwa secara setructual, An-
Naht bahasa Arab dihasilkan melalui penggabungan dua unsur atau lebih
menjadi satu kata baik dengan cara menghilangkan satu unsur konsonan
atau menggabungkan semua unsur menjadi satu (ditulis/diucapkan
serangkai). An-Naht juga bisa dibentuk dari kata termasuk frase dan
kalimat.
B. Perkembangan An-Naht dalam Bahasa Modern
An-Naht mengalami pengaruh dan perkembangan kebahasaan
sebagaimana telah menjadi kecenderungan umum semua bidang ilmu
pengetahuan. Teori perkembangan bahasa menganggap bahwa
perkembangan bahasa sangat terpengaruh oleh lingkungan di mana bahasa
berkembang. Interaksi suatu bahasa dengan bahasa lain dapat melahirkan
wujud baru yang tidak ditemukan sebelumnya. Demikian pula yang terjadi
dalam An-naht ini.
B ahasa apapun di dunia ini tidak lepas dari pengaruh bahasa lain.
Apa yang dikemukakan oleh linguist Arab Mazhar dalam buku Tajdid
Al-‘Arabiyyah seperti dikutip oleh Jaroslav, bahwa Bahasa arab sebagai
bahasa derivative sudah komitmen dengan pola yang telah ada. Oleh
karena itu, Al-Naht dalam perkembangannya sudah tidak mengalami
perkembangan.
Tetapi di tempat lain seperti kata Shati Al-Husri, sebagaimana juga
dikutip Jaroslav menulis bahwa Bahasa Arab tidak tertutup dari
kemungkinan pembentukan Al-Naht, akan tetapi dapat diterapkan dalam
peristilahan modern. Sumbangan Jaroslav yang paling terkenal dalam
masalah Al-Naht adalah dalam hal kemungkinan pembentukan singkatan
Makalah Fiqh Lughah
An-Naht (Akronim)
6
bentuk prefiks. Ia melihat adanya kemungkinan membentuk gabungan kata
berupa prefiks, seperti yang banyak ditemukan dalam Bahasa Inggris.
Selanjutnya ia mengembangkan bentuk tersebut dan menganalogikan
kepada beberapa bentuk prefiks lainnya. Sebagai contoh:
1. Prefiks ,(sesudah) غب dapat dibentuk/digabung dengan kata lain,
misalnya dan غب menjadi المدرسة ,(postscholarly) غبمدرسى
sebagaimana gabungan kata dan غب menjadi البلوغ bunnyi غبلوغ
(post puberty)
2. Prefiks قبل (sebelum) dapat digabung dengan kata lain, tetapi dalam
bentuk singkatan, seperti dan قبل menjadi التاريخ bunyi قبتاريخ
(prehistory)
3. Prefiks seperti خارج adalah خامدرسى gabungan dari dan خارج
yang mengandung arti ektrascholarly (alumni sekolah) المدرسة
4. Prefiks seperti فوق ,yang mengandung arti di atas normal فوسوي
merupakan gabungan dari سوي و .فوق
5. Prefiks seperti تحت ,yang mengandung arti bawah sadar تحشعورى
adalah bgabungan dari شعورى و .تحت
6. Prefiks ال seperti الالجنسية (a sexual), الالنهائى (tiada akhir) الالعروبة
(anti Arabisme),الالبشرى (tiada harapan) الالوعي (diluar kesadaran)
dan الالسلكى (tanpa kabel jaringan).
Pola-pola seperti ini dapat dianalogikan kepada bentuk-bentuk
ungkapan lain dalam peristilahan modern. Tuntutan membuat An-Naht di
zaman modern semakin meningkat, khususnya setelah bangsa Arab mulai
mentrasfer sejumlah ilmu pengetahuan ke dalam Bahasa Arab. Oleh
karena itu Majma’ al-Lugah terpaksa mengeluarkan keputusan tentang
kebolehan melakukan Al-Naht demi kepentingan ilmiyah.
Merenungkan ungkapan Imil Badi’ Ya’qub dan dukungan dari
lembaga bahasa, mau tidak mau bahasa arab harus berhadapan dengan
Al-Naht ke depan. Dan hal ini sebenarnya bukan hal baru karena sejarah
Islam masa dahulu telah membuktikan adanya Al-Naht.
Makalah Fiqh Lughah
An-Naht (Akronim)
7
Adapun pola yang dapat dijadikan pedoman dalam upaya An-Naht
ini adalah:
1. Meletakkan satu kata ke dalam kata lain tanpa mengubah
sedikitpun huruf dan harakatnya, seperti Tumbuhan atau) برمائى
binatang yang hidup di darat dan di dalam air).
2. Mengubah sebagian harakat tanpa mengubah huruf seperti
(potongan-potongan tanaman atau kayu kering) شقحطب
3. Menetapkan salah satu dari dua kata sebagaimana sebelumnya dan
meringkas yang lain, sepertiمشلوز (potongan daging/tanaman
kering) berasal dari gabungan اللوز و المشمس
4. Melakukan singkatan yang seimbang antara dua kata, sehingga
tidak masuk ke dalam kata singkatan kecuali masing-masing dua
huruf dari kata yang disingkat, seperti تعبشم
5. Melakukan singkatan yang tidak seimbang antara dua kata seperti
(mengucap subhanallah) سبحل
6. Menghapus (menggugurkan) sebagian kata secara utuh tanpa
meninggalkan sedikitpun bekas dalam kata yang telah disingkat,
seperti االالله بقاءك dan الاله الله اطال
7. Pada kata ,Pada contoh pertama الله dan dan ال pada contoh اال
kedua telah digugurkan secara utuh dan tidak tinggal sedikitpun
bekas dalam dua kata singkatan yang telah disebutkan.
Kata kunci dari semua ini seperti ucapan Mustafa Al-Syihabiy yang
dikutip Imil Badi Ya’qub adalah bahwa bagaimanapun bentuk dan pola
yang dipakai, cabang ilmu isytiqaq adalah sebaik-baik jalan yang ditempuh
dalam pembentukan kata baru untuk makna yang baru pula. Oleh karena
itu, tidak boleh beralih menggunakan pola An-Naht kecuali telah
mengalami kesulitan dalam cabang ilmu Isytiqaq. Di samping itu, An-Naht
harus didukung oleh rasa bahasa (Adz-Dzauq) secara khusus.
Makalah Fiqh Lughah
An-Naht (Akronim)
8
C. Klasifikasi An-Naht
Imil Badi’ Ya’qub setelah mengemukakan pandangan ulama bahasa
tentang pola dan cara pembentukan An-Naht, hendak merangkum, dan
membagi Al-Naht ke dalam empat kelompok. Sedangn Ali Abdu al-Wahid
Wafi, misalnya hanya membagi An-Naht ini ke dalam tiga kelompok yaitu
An-Naht Al-Jumlah, An-Naht Murakkab Idhafi dan An-Naht dari dua kata
yang berdiri sendiri atau dari beberapa kata yang berdiri sendiri kemudian
disingkat (manhut) untuk menunjukan makna murakkab. Dalam makalah
ini dikemukakan empat jenis An-Naht, agar menjadi perbandingan.
Keempat klasifikasi itu adalah :
1. Al-Naht al-Nisbiy
yaitu menisbatkan sesorang atau suatu perbuatan kepada dua
isim, seperti:
Bentuk An-Naht An-Nisbiy Bentuk Asli
عبشمى الشمس عبد
عبدري الدار عبد
مرقسى امرااقيس
ملى الله تيم
بلحارث الحارث بنى
بلعنبر العنبر بنى
بلههجيم الهجيم بنع
ترخزى طبرستان
وخوارزم
Jenis ini jumlahnya terbatas dan hampir tidak ditemukan
kecuali seperti contoh-contoh di atas. Contoh kalimat yang
menggunakan An-Naht ini seperti ungkapan وتعبس الرجل تعبشم
Ungkapan tersebut mengandung arti bahwa laki-laki itu mengaku
Makalah Fiqh Lughah
An-Naht (Akronim)
9
keturunan Bani Abd al-Syams dan Bani Abd al-Qays atau
berafiliasi kepada dua suku itu.
Memperhatikan pola singkatan atau lebih tepat akronim ini,
kelihatannya ia melebur dua kata benda atau menggabung dua kata
benda dengan membuang sebagian dari setiap kata benda yang
digabung tersebut. Penggabungan dua kata benda ini kemudian
berubah menjadi kata kerja yang membutuhkan subyek.
2. An-Naht al-Fi’liy
yaitu menggabung jumlah (susunan kalimat) yang
menunjukkan bahwa seseorang mengucapkan jumlah (susunan
kalimat) itu. Contoh bentuk ini adalah sebagai berikut:
Bentuk An-Naht Al-Fi’liy Bentuk Asli
بسمل لله بسم
حمدل لله الحمد
حولق بالله اال قوة وال حول ال
حسبل الله حسبا
سمعل عليكم السالم
حيعلعلى على حى الصالة حىي
الفالح
دمعز عزك الله أدام
هيلل إال إله الله آل
طلبق بقاءك الله اطال
جعفد فداءك جعلت
Bagian ini seperti ditulis oleh Ali Abdu al-Wahid Wafi, tidak
ditemukan kecuali beberapa kata yang jumlahnya terbatas pula dan
kebanyakan muncul dalam sejarah umat Islam. Contoh sebagaimana
Makalah Fiqh Lughah
An-Naht (Akronim)
10
terdapat dalam Al-Qur’an antara lain kata: bentuk ini merupakan بعثر
gabungan dari kata terdapat dalam surat Al-‘Adiyat ayat عثر dan بعث
9 :
“Maka Apakah Dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa
yang ada di dalam kubur”
Arti kata dalam بعثر ayat ini adalah اخرج و اثير و بعث
(dibangkitkan, dibongkar/hambur dan dikeluarkan) Sedangkan Ibnu
Katsir hanya menafsirkan kata بعثر dengan اخرج (dikeluarkan)
3. An-Naht al-Ismiy
yaitu menggabung dua kata menjadi sebuah ungkapan dalam
bentuk kata benda (isim), seperti:
Bentuk An-Naht Al-Ismiy Bentuk Asli
عقبابيل علة و عقبي
حبقر وقر و حب
جلمود جمد و جلد
4. An-Naht al-Washfiy
yaitu dengan menyingkat dua kata menjadi satu ungkapan
yang menunjukan makna kata yang disingkat atau mempunyai
makna lebih tegas dari kata yang disingkat, seperti ungkapan ضطبر
(orang yang kuat) adalah gabungan dari kata ضبر و ضبط . An-Naht
semacam ini jarang sekali dalam bahasa Hindia, Eropa. Begitu pula
dalam bahasa Arab tidak jauh berbeda dengan bahasa-bahasa
lainnya yang masih serumpun dari bahasa Samiyah. Mufradar-
mufradat bahasa Arab yang terdiri dari dua asal yang berdiri sendiri
atau dari beberapa asa yang berdiri sendiri tidak sampai sepuluh
kata dan itu didapatkan karena jalan perkiraan. Diantara contohnya
Makalah Fiqh Lughah
An-Naht (Akronim)
11
adalah seperti yang disampaikan oleh Imam Khalil, dia
berpendapat bahwa kata " لن " terdiri dari " ال " dan " أن ".
Ibnu Faris sebagai orang yang pertama memperluas bahasan
An-Naht, patut menjadi catatan karena ia terlalu larut dalam
pikirannya sehingga beranggapan bahwa semua kata yang lebih
dari tiga huruf pada dasarnya adalah singkatan dari dua kata yang
mempunyai akar kata tiga huruf. Ibnu Faris dengan tegas menulis,
“Ketahuilah bahwa dalam masalah ruba’iy dan khumasiy terdapat
sebuah pandangan dalam kaitannya dengan qiyas”. Jika
diperhatikan secara cermat, dapat diketahui bahwa An-Naht
merupakan pengambilan dua kata, lalu menyingkat keduanya
menjadi satu kata.
Patut diamati pula dan sangat menarik direnungkan yaitu
kritik Imil Badi’ Ya’qub. Ia menulis, sesudah mengemukakan
empat pembagian Al-Naht seperti ditulis sebelumnya bahwa dari
contoh-contoh kategori dua pertama termasuk jenis An-Naht,
sedangkan kategori dua terakhir terdapat banyak takalluf
(dipaksakan), dan sangat disayangkan, karena ternyata ia hanya
merupakan temuan Ibnu Faris yang jauh dari fakta dan kenyataan.
Bahkan Ali Abd al-Wahid Wafi secara tegas menyatakan:
“Bahasa Arab tidak dapat disingkat, dan kosakata Bahasa Arab
dalam perkembangannya saat ini, sangat konsisten dengan
kemandirian dan kebebasan serta enggan larut dalam bahasa
lain’.
Peneliti lain menyebutkan:
“Bahasa Arab bukanlah bahasa yang dengan luwes menerima An-
Naht seperti yang terjadi pada bahasa lain, sebagaimana tertulis
dalam buku-buku mereka. An-Naht dalam Bahasa Arab hanya
Makalah Fiqh Lughah
An-Naht (Akronim)
12
puluhan jumlahnya sedangkan dalam bahasa lain jumlahnya
ratusan bahkan ribuan”.
Makalah Fiqh Lughah
An-Naht (Akronim)
13
BAB III
SIMPULAN & SARAN
A. Simpulan
Dari pembahasan makalah ini, dapat disimpulkan bahwa An-Naht
adalah :
1. Pengertian secara Bahasa dan Istilah
An-Naht dari segi bahasa berasal dari kata ينحت- نحت
yang artinya memahat, menata dan mematung. Sedangkan
secara istilah An-Naht adalah formulasi dua kata atau lebih
menjadi satu ungkapan baru yang menunjukkan makna aslinya.
2. Perkembangan An-Naht dalam bahasa modern
a. Lingkungan
perkembangan bahasa sangat terpengaruh oleh
lingkungan di mana bahasa tersebut berkembang. Interaksi
suatu bahasa dengan bahasa lain dapat melahirkan wujud
baru yang tidak ditemukan sebelumnya. Demikian pula
yang terjadi dalam An-naht ini.
b. Kepentingan Ilmiah
Tuntutan membuat An-Naht di zaman modern
semakin meningkat, khususnya setelah bangsa Arab mulai
mentrasfer sejumlah ilmu pengetahuan ke dalam Bahasa
Arab. Oleh karena itu Majma’ al-Lughah terpaksa
mengeluarkan keputusan tentang kebolehan melakukan Al-
Naht demi kepentingan ilmiah.
3. Klasifikasi An-Naht
Imil Badi’ Ya’qub membagi Al-Naht ke dalam empat
kelompok, yaitu :
Makalah Fiqh Lughah
An-Naht (Akronim)
14
a. An-Naht An-Nisbiy yaitu menisbatkan sesorang atau suatu
perbuatan kepada dua isim, seperti: الشمش menjadi عبد
عبشمى
b. An-Naht Al-Fi’liy yaitu menggabung jumlah (susunan
kalimat) yang menunjukkan bahwa seseorang mengucapkan
jumlah (susunan kalimat) itu, seperti : لله بسم menjadi
.بسمل
c. An-Naht Al-Ismiy yaitu menggabung dua kata menjadi
sebuah ungkapan dalam bentuk kata benda (isim), seperti:
قر و حبقر menjadi حب
d. An-Naht Al-Washfiy yaitu menyingkat dua kata menjadi
satu ungkapan yang menunjukan makna kata yang disingkat
atau mempunyai makna lebih tegas dari kata yang disingkat,
seperti : ضبر و ضبط menjadi ضطبر (orang yang kuat)
B. Saran
Terakhir, penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya jika
dalam penyusunan laporan ini terdapat kekurangan atau bahkan
kesalahan yang tanpa penyusun sadari telah tergores di kertas putih ini.
Karena tiada gading yang tak retak, tiada mawar yang tak berduri, tiada
lautan yang tak bergelombang, dan tiada gunung yang tak berjurang.
Begitu pula tiada hasil karya yang tak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Saran dan kritik yang konstruktif sangat penyusun
butuhkan demi menuju ke arah yang lebih baik. Karena penyusun
merasa banyak kekurangan pada laporan ini, “Discontent is the First
Step in Progress” (ketidakpuasan adalah langkah pertama dalam
mencapai kemajuan).
Makalah Fiqh Lughah
An-Naht (Akronim)
15
DAFTAR PUSTAKA
Jaroslav Stetkevich, The Modern Arabic Literary Language Lexical and Stylistic
Depelovment (Chicago: University Of Chicago Press, t. th).
Fakhruddin bin Dhiyauddin Umar, Tafsir Fakhru al-Razih, Mafatihu al-Gaib jilid XXXII (Cet. 1; Dar al-Fikr li al-Thibaah wa al-Nasyr wa al-Tauzi’I, Beirut).
Ibnu Katsir, Tafsir al_Qur’an al-‘Adhim juz VIII
Al-Maktabah al-Taufiqiyyah; Kairo: t. th). Ibnu Faris, Al-Shahibi fi Fiqh al-Lugah wa Khashaishuha (cet.1 Beirut; al-Maktabah al-Ma’arif: 1993).
Ibnu Faris, Mu’jam Maqayis al-Lugah ditahqiq oleh Abdu al-Salam Harun juz I (Dar Ihya al-Arabiyyah; 1366: Kairo).