an Intake Dan Instalasi Pengolahan Air Minum

download an Intake Dan Instalasi Pengolahan Air Minum

of 30

Transcript of an Intake Dan Instalasi Pengolahan Air Minum

I.

Latar Belakang Kabupaten Kubu Raya merupakan salah satu kabupaten yang ada di

Kalimantan Barat dengan luas wilayah 6.985,24 km2. Kabupaten Kubu Raya meliputi Kecamatan Batu Ampar, Kecamatan Terentang, Kecamatan Kubu, Kecamatan Teluk Pakedai, Kecamatan Sungai Kakap, Kecamatan Rasau Jaya, Kecamatan Sungai Ambawang, Kecamatan Kuala Mandor, dan Kecamatan Sungai Raya. Kabupaten Kubu Raya sesuai dengan usianya yang masih muda perlu dipersiapkan infrastruktur yang memadai baik itu sarana transportasi jalan, penerangan listrik, telekomunikasi dan air bersih. Salah satu kebijakan pemerintah saat ini yang mengacu kepada penjabaran Undang-Undang No. 7/2004 tentang Sumber Daya Air, bahwa pemanfaatan air baku diusahakan didekatkan dengan unit-unit pengguna, artinya kebijakan yang dibuat dewasa ini mengarah kepada masyarakat di kecamatan-kecamatan, dimana diharapkan disetiap kecamatan yang ada dapat memanfaatkan sumber -sumber air bakunya menjadi unit-unit pelayanan yang dapat melayani masyarakat sekitar. Kebijakan lain yaitu PP No. 16/2005 tentang Sistem Penyediaan Air Minum yang mengamanatkan pada tahun 2008 air produksi PDAM harus siap minum. Penyebaran penduduk di Kubu Raya belum merata dimana kecamatan memiliki kepadatan penduduk tertinggi yaitu Kecamatan Sungai Raya dengan kepadatan penduduk sebesar 223 jiwa/km2 dan laju pertumbuhan tertinggi yaitu 1,52 % (BPS Kabupaten Kubu Raya, 2008). Tingginya pertumbuhan penduduk ini dilatarbelakangi oleh bahwa Kecamatan Sungai Raya merupakan ibukota Kabupaten Kubu Raya dengan sendirinya berimplikasi perkembangan di Kecamatan ini cukup pesat karena disamping sebagai pusat pemerintahan juga sebagai pusat ekonomi disamping itu juga wilayah kecamatan Sungai Raya berbatasan langsung dengan kota Pontianak. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi di Kecamatan Sungai Raya akan berdampak pada kebutuhan air bersihnya. Menurut pengamatan penulis yang juga berdomisili di daerah ini, pelayanan air bersih di Kecamatan Sungai Raya masih1

belum memuaskan. Kualitas air yang dihasilkan belum sesuai standar baku mutu air minum dan kapasitas pengolahannya belum bisa melayani masyarakat secara keseluruhan yaitu sekitar 13,18 % sehingga sering kali terjadi complain dan protes masyarakat terhadap air bersih (PDAM Kubu Raya). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2007 tentang

Pembentukan Kabupaten Kubu Raya di Propinsi Kalimantan Barat, maka kabupaten tersebut harus dapat mendorong peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan, serta memberikan kesempatan untuk memanfaatkan dan mengembangkan potensi daerah. Dalam upaya mendukung program pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat ini diperlukan keterlibatan semua pihak dan juga instansi teknis terkait serta pihak akademisi, maka penulis melakukan suatu kajian mengenai pengembangan fasilitas penyediaan air bersih bagi penduduk di Kecamatan Sungai Raya dengan membuat suatu prediksi mengenai laju kebutuhan air penduduk, memperkirakan besarnya jumlah kebutuhan air yang akan diolah dan jenis Instalasi Pengolahan Air Bersih, serta menganalisa jenis intake yang akan digunakan untuk mendapatkan air baku.

II.

Perumusan Permasalahan Seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembangan Kabupaten Kubu

Raya dan sesuai dengan visi misi Kabupaten Kubu Raya yaitu terwujudnya Kabupaten Kubu Raya yang terdepan, maju dan sejahtera maka dipandang perlu untuk menyempurnakan sarana dan prasarana dasar yang yang ada di kabupaten Kubu Raya. Salah satu prasarana dasar yang sangat utama dan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi adalah air bersih, akibatnya sistem pengolahan air bersih yang lama perlu disempurnakan sehingga dapat meningkatkan kepuasan masyarakat akan air yang dihasilkan. Sumber air baku yang dapat dimanfaatkan di Kecamatan Sungai Raya yaitu air Sungai Kapuas. Untuk mengalirkan air baku tersebut dengan kualitas yang baik, jumlah yang cukup dan berkelanjutan dibutuhkan Instalasi Pengolahan2

Air Bersih yang memadai. Oleh karena itu dirasa perlu untuk melakukan suatu kajian terhadap sistem penyediaan air bersih dengan merencanakan bangunan intake dan Instalasi Pengolahan Air Minum agar mampu memenuhi kebutuhan penduduk Kecamatan Sungai Raya dengan kualitas air yang memenuhi standar baku mutu air minum. Dimana kajian berupa perencanaan teknis yang menggunakan data sekunder.

III.

Tujuan Perencanaan Adapun tujuan perencanaan adalah membuat rancangan intake, IPA dan

reservoir agar dapat mengalirkan sumber air baku Sungai Kapuas dan mengolahnya sehingga menghasilkan air bersih yang memenuhi standar baku mutu air minum dan dapat memenuhi kebutuhan air bersih warga Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya.

IV.

Pembatasan Masalah Perencanaan ini dibatasi pada : 1. Rancangan Desain Intake 2. Rancangan Sistem Transmisi 3. Rancangan Instalasi Pengolahan Air (tidak termasuk rancangan sipilnya) 4. Rancangan Reservoir 5. Data yang digunakan adalah data sekunder 6. Umur perencanaan 25 tahun 7. Perencanaan untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Kecamatan Sungai Raya.

V. 5.1

Tinjauan Pustaka Umum Pengertian air bersih menurut Permenkes RI No

416/Menkes/PER/IX/1990 adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan dapat diminum setelah dimasak. Sedangkan pengertian air minum menurut3

Kepmenkes RI No 907/MENKES/SK/VII/2002 adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan (bakteriologis, kimiawi, radioaktif, dan fisik) dan dapat langsung diminum. Air baku adalah air yang digunakan sebagai sumber/bahan baku dalam penyediaan air bersih. Sumber air baku yang dapat digunakan untuk penyediaan air bersih yaitu air hujan, air permukaan (air sungai, airdanau/rawa), air tanah (air tanah dangkal, airtanah dalam, mata air). Kebutuhan air bersih bagi manusia semakin meningkat sesuai dengan tingkat kehidupan manusia. Penyediaan air bersih yang cukup dapat menjamin terpeliharanya kesehatan masyarakat terutama pencegahan terhadap penyakit yang ditularkan melalui air seperti : Cholera, Typus dan Dysentri. Meskipun harus kita akui bahwa penyediaan air yang ada sekarang ini belum seluruhnya menjangkau kebutuhan masyarakat secara merata.

5.2

Kualitas Air Dalam usaha pemenuhan kebutuhan dan peningkatan pelayanan air bersih

bagi penduduk maka diperlukan sumber air baku dengan kualitas yang memadai dan kuantitasnya cukup untuk dapat diolah sebagai air bersih. Standar kualitas air bersih yang ada di Indonesia saat ini menggunakan Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat Syarat dan Pengawasan Kualitas Air dan PP RI No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, sedangkan standar kualitas air minum menggunakan Kepmenkes RI No.907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Jenis air berdasarkan penyampaiannya dan pendistribusiannya menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia, meliputi : a. Air yang didistribusikan melalui pipa b. Air yang didistribusikan melalui tangki air c. Air dalam kemasan

4

d. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang disajikan kepada masyarakat. Air-air tersebut harus memenuhi persyaratan kesehatan untuk air bersih dan air minum. Kualitas air ini harus memenuhi persyaratan kesehatan sesuai dengan kriteria kelas satu menurut Klasifikasi Mutu Air Berdasarkan PP No. 82 tahun 2001. Berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 kelas: 1. Kelas Satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum dan peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 2. Kelas Dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk sarana dan prasarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan air, untuk 3. Kelas mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama untuk kegunaan tersebut. Tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 4. Kelas Empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kualitas air yang akan digunakan untuk air baku Kecamatan Sungai Raya ini harus sesuai dengan kelas satu menurut klasifikasi di atas. Persyaratan kualitatif menggambarkan mutu/kualitas dari air bersih. Air yang sehat harus memenuhi standar air minum yang ditetapkan oleh salah satu departemen yang berkepentingan dengan masalah kesehatan yaitu standar Kepmenkes RI No.907/MENKES/SK/VII/2002. 1. Parameter Fisik5

Parameter-parameter yang digunakan sebagai

standar kualitas air menurut Tri joko, 2010 antara lain :

Air bersih/minum secara fisik harus jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Syarat lain yang harus dipenuhi adalah suhu. a. Bau Bau disebabkan oleh adanya senyawa lain yang terkandung dalam air seperti gas H2S, NH3, senyawa fenol, klorofenol dan lain-lain. b. Kekeruhan Kekeruhan disebabkan oleh adanya kandungan Total Suspended Solid baik yang bersifat organik maupun anorganik. Kekeruhan dalam air minum/air bersih tidak boleh lebih dari 5 NTU. c. Rasa Syarat air bersih/minum adalah air tersebut tidak boleh berasa. Air yang berasa dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan. d. Suhu Suhu air sebaiknya sama dengan suhu udara (25C), dengan batas toleransi yang diperbolehkan yaitu 25C 3C. e. Warna Air minum sebaiknya tidak berwarna, bening dan jernih untuk alas an estetika dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun organisme yang berwarna. 2. Parameter Kimia Air bersih/minum tidak boleh mengandung bahan bahan kimia dalam jumlah tertentu yang melampaui batas. Bahan kimia yang dimaksud tersebut adalah bahan kimia yang mempunyai pengaruh langsung pada kesehatan. Beberapa persyaratan kimia tersebut antara lain : a. pH pH merupakan faktor penting bagi air minum, pada pH < 6,5 dan > 8,5 akan mempercepat terjadinya korosi pada pipa distribusi air bersih/ minum. b. Zat padat total (Total Solid)6

Total solid merupakan bahan yang tertinggal sebagai residu pada penguapan dan pengeringan pada suhu 103-105 C. c. Zat Organik sebagai KMnO4 Zat organik dalam air berasal dari alam (tumbuh-tumbuhan, alkohol, sellulosa, gula dan pati), sintesa (proses-proses produksi) dan fermentasi. d. CO2 agresif CO2 yang terdapat dalam air berasal dari udara dan hasil dekomposisi zat organik. CO2 agresif yaitu CO2 yang dapat merusak bangunan, perpipaan dalam distribusi air bersih. e. Kesadahan Total (Total Hardness) Kesadahan adalah sifat air yang disebabkan oleh adanya ion-ion (kation) logam valensi, misalnya Mg2+, Ca2+, Fe2+, dan Mn+. Kesadahan total adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya ion ion Mg2+ dan Ca2+ secara bersama-sama. f. Besi Keberadaan besi dalam air bersifat terlarut, menyebabkan air menjadi merah kekuning-kuningan, menimbulkan bau amis dan membentuk lapisan seperti minyak. proses desinfeksi. g. Mangan Mangan dalam air bersifat terlarut, biasanya membentuk MnO2. Adanya mangan yang berlebihan dapat menyebabkan flek pada bendabenda putih oleh deposit MnO2, menimbulkan rasa dan menyebabkan warna (ungu/hitam) pada air minum, serta bersifat toksik. h. Tembaga (Cu) Pada kadar yang lebih besar dari 1 mg/L akan menyebabkan rasa tidak enak pada lidah dan dapat menyebabkan gejala ginjal, muntaber, Besi merupakan logam yang menghambat Zat organik yang berlebihan dalam air akan mengakibatkan timbulnya bau tidak sedap.

7

pusing, lemah dan dapat menimbulkan kerusakan pada hati. Dalam dosis rendah menimbulkan rasa kesat, warna dan korosi pada pipa. i. Seng (Zn) Pada air minum kelebihan kadar Zn > 3 mg/L dalam air minum menyebabkan rasa kesat/pahit dan bila dimasak timbul endapan seperti pasir dan menyebabkan muntaber. j. Klorida Klorida mempunyai tingkat toksisitas yang tergantung pada gugus senyawanya. Klor biasanya digunakan sebagai desinfektan dalam Kadar klor yang melebihi 250 mg/L akan penyediaan air minum. k. Nitrit Kelemahan nitrit dapat menyebabkan methamoglobinemia terutama pada bayi yang mendapat konsumsi air minum yang mengandung nitrit. l. Flourida (F) Kadar F < 2 mg/L menyebabkan kerusakan pada gigi, sebaliknya bila terlalu banyak juga akan menyebabkan gigi berwarna kecoklatan. m. Logam-logam berat (Pb, As, Se, Cd, Hg, CN) Adanya logam-logam berat dalam air akan menyebabkan gangguan pada jaringan syaraf, pencemaran, metabolism oksigen dan kank 3. Parameter Biologi Air minum tidak boleh mengandung kuman-kuman pathogen dan parasit seperti kuman-kuman thypus, kolera, dysentri, dan gastroenteritis. Untuk menegtahui adanya bakteri patogen dapat dilakukan dengan pengamatan terhadap ada tidaknya bakteri E.Coli yang merupakan bakteri indicator pencemar air. Parameter ini terdapat pada air yang tercemar oleh tinja manusia dan dapat menyebabkan gangguan pada manusia berupa penyakit perut (diare) karena mengandung bakteri pathogen. Proses

menyebabkan rasa asin dan korosif pada logam.

penghilangannya dilakukan dengan desinfeksi.8

5.3

Kebutuhan Air Bersih Kebutuhan air bersih suatu wilayah akan tergantung pada beberapa faktor

yang mempengaruhi dalam wilayah tersebut. Faktor tersebut antara lain, taraf hidup masyarakat, kebiasaan sehari-hari dan kemudahan mendapatkan air. Kebutuhan air untuk air bersih meliputi, kebutuhan air domestik dan non domestik. Kebutuhan air domestik adalah kebutuhan air yang dialokasikan untuk kebutuhan rumah tangga dan kran umum. diantaranya : Industri Sarana peribadatan Sarana pendidikan Sarana kesehatan Sarana perdagangan Sarana perkantoran Pelayanan jasa umum dan lain-lain. Kebutuhan non domestik adalah kebutuhan yang dialokasikan untuk kebutuhan sosial maupun kebutuhan komersil,

Besarnya kebutuhan air yang dipakai dalam perencanaan dihitung berdasarkan standar Direktorat Air Bersih sebagaimana yang dikutip oleh Eka Susanti,2006 sesuai dengan kategori kota sebagai berikut.

9

Tabel 5.1 Kriteria Perencanaan Kebutuhan Domestik

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Uraian Konsumsi unit SR, L/org/hari Konsumsi unit HU, L/org/hari Konsumsi unit non domestik Kehilangan air (%) Faktor max - day Faktor peak - hour Jumlah jiwa/SR Jumlah jiwa/HU Volume Reservoir (% max - day) SR : HU

100.000-500.00 jiwa (Kota Sedang) 100 - 200 30 - 40 20 1,15 - 1,25 1,75 6- 7 100-200 20 90 : 10

10-5 dan bilangan Reynold Re < 500.

5.7.5 Filtrasi Proses filtrasi adalah mengalirkan air hasil sedimentasi atau air baku melalui media pasir. Proses yang terjadi selama penyaringan adalah pengayakan (straining), flokulasi antar butir, sedimentasi antar butir, dan proses biologis.21

Dilihat dari segi desain kecepatan, filtrasi dapat digolongkan menjadi saringan pasir cepat (filter bertekanan dan filter terbuka) dan saringan pasir lambat. Setelah filter digunakan beberapa saat, filter akan mengalami penyumbatan. Untuk itu perlu pembersihan, yang dapat dilakukan dengan pencucian dengan udara dan pencucian dengan air (pencucian permukaan filter dengan penyemprotan dan pencucian dengan backwash). Sedangkan tenaga untuk pencucian dapat dilakukan dengan cara pompa (memompa air yang ada di reservoir penampung ke dasar filter), menggelontor air yang ada di reservoir atas (elevated tank) secara gravitasi ke dasar filter, dan menggelontor air yang ada di filter sebelahnya ke filter yang sudah jenuh (interfilter). Hal yang dipertimbangkan dalam mendesain proses filtrasi adalah media filter dan hidrolika filtrasi.

5.7.6 Desinfeksi Desinfeksi air minum bertujuan membunuh bakteri patogen yang ada dalam air. Desinfektan air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: pemanasan, penyinaran antara lain dengan sinar UV, ion-ion logam antara lain dengan copper dan silver, asam atau basa, senyawa-senyawa kimia, dan chlorinasi (Sutrisno, 2002). Proses desinfeksi dengan klorinasi diawali dengan penyiapan larutan kaporit dengan konsentrasi tertentu serta penetapan dosis klor yang tepat. Metode pembubuhan dengan kaporit yang dapat diterapkan sederhana dan tidak membutuhkan tenaga listrik tetapi cukup tepat pembubuhannya secara kontinu adalah: metoda gravitasi dan metode dosing proporsional.

5.8

Reservoir Reservoir distribusi merupakan bangunan penampungan air minum

sebelum dilakukan pendistribusian ke pelanggan/masyarakat, yang dapat ditempatkan di atas permukaan tanah maupun di bawah permukaan tanah. Bangunan reservoir umumnya diletakkan di dekat jaringan distribusi pada ketinggian yang cukup untuk mengalirkan air secara baik dan merata ke seluruh

22

daerah konsumen. Reservoir digunakan pada sistem distribusi untuk meratakan aliran, untuk mengatur tekanan, dan sebagai cadangan air pada keadaan darurat. Reservoir yang digunakan pada instalasi pengolahan air bersih berfungsi untuk menampung air hasil pengolahan sebelum didistribusikan, serta melindungi air hasil pengolahan dari kontaminasi oleh air hujan, debu, algae maupun sinar matahari langsung. Kedalaman efektif reservoar umumnya berkisar antara 3 hingga 6 meter. Reservoir diletakkan pada akhir instalasi dengan muka level air lebih rendah dari muka air unit filter, dan diusahakan tidak ada fluktuasi (Noerbambang, 2000). Kebutuhan air biasanya akan bervariasi antara pagi dan malam hari. Apabila penampungan air bersih tidak tersedia, maka instalasi pengolah air harus mampu memasok kebutuhan yang sangat besar terutama pada saat puncak. Untuk itu kemungkinan bahwa instalasi pengolah air harus mempunyai kapasitas sekitar 2 kalinya dari kebutuhan rata-rata harian, jika tidak tersedia reservoir. Dengan tempat penampungan air (reservoir) yang memadai, maka air yang diolah dan didistribusikan ke jaringan distribusi hanya dengan besaran sesuai dengan kebutuhan rata-rata harian. Volume reservoir dirancang sebesar 15-20% dari kebutuhan air per hari (Tri joko, 2010).

VI. 6.1

Metodologi Perencanaan Lokasi dan Waktu Perencanaan Perencanaan ini akan dilakukan di Kecamatan Sungai Raya K abupaten

Kubu Raya yang meliputi kawasan permukiman, pusat perdagangan dan komersil, perkantoran, sekolah, industri, jalan dan taman, dan fasilitas umum. Perencanaan ini akan dilaksanakan selama lebih kurang 4 bulan yang akan dimulai pada bulan Januari 2011 dan berakhir pada bulan April 2011.

6.2

Jenis Data 1. Data Primer

23

Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil observasi lapangan, kegiatan survey dan pengukuran di lapangan. 2. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang didapatkan dalam bentuk dokumen dokumen atau dapat juga dalam bentuk hasil penelitian/perencanaan orang lain. Pada penulisan skripsi ini data sekunder didapat dari instansi-instansi antara lain :i.

Data penduduk dan perkembangan perekonomian warga kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya dari Badan Pusat Statistik.

ii. Data penampang sungai iii. Data debit iv. Data kualitas air dari BLHD v. Data elevasi dan jarak dari intake ke pengolahan air bersih

6.3

Tahap Perencanaan Tahap-tahap perencanaan perlu sekali dilaksanakan untuk memudahkan

dalam proses penyusunan hasil perancangan. Adapun tahap-tahap perencanaan tersebut antara lain :

6.3.1 Identifikasi Masalah Sebelum melakukan perencanaan, terlebih dahulu dilakukan identifikasi masalah terhadap objek. Objek dalam perencanaan ini adalah intake dan instalasi pengolahan air baku Sungai Kapuas menjadi air bersih yang berada di Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya. pustaka, observasi dan wawancara. Masalah diidentifikasi melalui studi Identifikasi masalah bertujuan untuk Identifikasi

menemukan permasalahan yang harus dicarikan pemecahannya.

masalah harus sesuai dengan masalah yang telah dipillih. Identifikasi masalah dalam skripsi ini adalah mengetahui kapasitas instalasi pengolahan air dalam melayani kebutuhan air masyarakat serta kualitas yang dihasilkan di Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya.24

6.3.2 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada perencanaan ini dilakukan dengan cara observasi dan dokumentasi. 1. Observasi Observasi dimaksudkan untuk melihat secara langsung fenomena empirik yang ada secara faktual mengenai objek dan subyek penelitian. Masalah pengolahan, pendistribusian. Observasi dilakukan di lokasi penelitian, yaitu sumber air baku Sungai Kapuas di Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya. 2. Dokumentasi Dokumentasi yang dimaksud disini adalah melakukan pengumpulan data berdasarkan dokumen-dokumen yang ada, baik berupa laporan catatan, berkas, atau bahan-bahan tertulis lainnya dari pihak yang berkompeten yang merupakan dokumen resmi yang relevan dengan ruang lingkup penelitian dan dapat dijadikan referensi.

6.3.3 Tahap Analisa Data Tahapan untuk menganalisa data adalah sebagai berikut : 6.3.3.1 Menganalisa Kebutuhan air 1. Proyeksi Jumlah Penduduk Analisa data kependudukan diperlukan untuk menentukan metode yang akan digunakan untuk menghitung proyeksi jumlah penduduk. Proyeksi penduduk merupakan parameter penting, karena berkaitan erat dengan perkiraan jumlah kebutuhan air. Dasar utama dalam menentukan proyeksi penduduk adalah jumlah penduduk beberapa tahun terakhir dan jumlah penduduk saat ini. Secara teoritis metode proyeksi ada beberapa macam, diantaranya metode Aritmatik, Geometrik serta Exponential. Penentuan metode proyeksi yang digunakan berdasarkan pada pendekatan matematis dengan mempertimbangkan nilai korelasi (R) dan standar deviasi (S). Dari pertimbangan tersebut, maka metode proyeksi25

yang paling mendekati untuk memprediksi jumlah penduduk

dapat

ditentukan. Tapi apabila data jumlah penduduk beberapa tahun terakhir tidak ada atau tidak lengkap maka dapat digunakan angka pertumbuhan penduduk yang digunakan oleh BPS Kabupaten Kubu Raya. perencanaan menggunakan metode Geometri. 2. Perhitungan Kebutuhan Air Kebutuhan air untuk air bersih terbagi atas : a. Kebutuhan air untuk domestik yaitu kebutuhan air untuk rumah tangga. b. Kebutuhan air untuk non domestik (industri, sosial, pendidikan, perkantoran, peribadatan, dll). Untuk menentukan besarnya kebutuhan air di Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya yaitu dengan cara : jumlah pemakaian air x jumlah penduduk. 6.3.3.2 Menganalisa ketersediaan air Untuk mengetahui banyaknya air yang tersedia di sungai dibutuhkan data debit sungai Kapuas. Untuk mengetahui data debit sungai tersebut dapat dihitung secara analitis, diukur secara langsung dengan menggunakan alat ukur Current Meter dan didapatkan dari hasil perencanaan sebelumnya. Dalam perencanaan ini, hasil pengukuran debit didapakan dari hasil perencanaan sebelumnya. 6.3.3.3 Menganalisa kualitas air Untuk mengetahui kualitas air di sungai dibutuhkan data kualitas air Sungai Kapuas di Kabupaten Kubu Raya. Data ini didapatkan dari pengamatan dan data sekunder yang diperoleh dari Badan Lingkungan Hidup. Analisa kualitas air ini digunakan untuk mengetahui jenis pengolahan yang tepat sehingga menghasilkan air bersih yang sesuai dengan standar baku mutu air minum. 6.3.3.4 Menganalisa letak dan jenis intake26

Karena

angka pertumbuhan penduduk sama untuk setiap tahunnya maka untuk

Informasi yang harus dimiliki dalam menganalisa jenis intake yaitu keadaan elevasi dasar sungai rata-rata, keadaan dan jenis batuan dasar sungai, kebutuhan penyadapan aliran ke intake, keadaan debit banjir sungai tahunan yang terjadi dan sebagainya.

6.3.4 Tahap Perencanaan Tahapan untuk perencanaan adalah sebagai berikut : 6.3.4.1 Perencanaan bangunan intake Proses perencanaan bangunan intake terdiri dari menentukan elevasi dasar intake, elevasi pipa, menentukan jenis bahan bangunan intake serta menggambarkan trase pipa. 6.3.4.2 Perencanaan IPA dan reservoir Proses perencanaan IPA dan reservoir terdiri dari menentukan letak IPA dan reservoir, menentukan layout bangunan, menentukan urutan sistem pengolahan, menentukan jenis bangunan pengolahan, melakukan perhitungan hidroulik serta membuat gambar rancangan. 6.3.4.3 Perhitungan biaya kerja Proses perhitungan biaya kerja terdiri dari : Biaya alat untuk memproduksi air bersih Kuantitas masing-masing bahan dasar sesuai spesifikasi Biaya tenaga kerja untuk memproduksi bangunan pengolahan air bersih.

VII.

Sistematika Penulisan Skripsi Untuk mempermudah pemahaman dan pembahasan yang dilakukan lebih

sistematis, maka penulisan tugas akhir ini disusun menurut sistematika sebagai berikut :

27

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR INTI SARI BAB I. PENDAHULUAN 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5. Latar Belakang Perumusan Masalah Pembatasan Masalah Maksud dan Tujuan Sistematika Penulisan

BAB II.

GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI 2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. 2.6. 2.7. 2.8. 2.10. Batas Administrasi Iklim Penduduk Tata Guna Lahan Perekonomian Pendidikan Agama Kesehatan Ketersediaan Air

2.9.2.9 Kebutuhan air

BAB III.

TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Kualitas Air

28

3.2. 3.3. 3.4. 3.5 3.6 3.7

Kebutuhan Air Bersih Proyeksi Penduduk Intake Pipa Transmisi Instalasi Pengolahan Air Reservoir

BAB IV.

PERANCANGAN INTAKE, IPA DAN RESERVOIR 4.1. 4.2. 4.3. Intake IPA dan Reservoir Struktur Bangunan IPA dan Reservoir

BAB V.

RANCANGAN ANGGARAN BIAYA 5.1. 5.2. 5.3. Rancangan Anggaran Biaya Bangunan Intake Rancangan Anggaran Biaya Pipa Transmisi Rancangan Anggaran Biaya IPA dan Reservoir

BAB VI.

PENUTUP 6.1. 6.2. Kesimpulan. Saran

VIII. Jadwal Perencanaan Berikut ini ditampilkan tabel yang berisi jadwal penelitian.No. 1 2 3 4 5 6 7 Kegiatan Pelaksanaan Penelitian Persiapan Observasi lapangan Pengumpulan Data Sekunder Analisa Data Perancangan Intake dan IPA Perhitungan Rencana Anggaran Biaya Penyusunan Hasil Perancangan29

1

2

3

4

5

Waktu (Minggu) 6 7 8

9

10

11

12

IX.

Daftar Pustaka

Eka Susanti, 2006, Studi Penyediaan Air Baku di kota Ledo Kabupaten Bengkayang, Skripsi Penelitian, Pontianak: Fakultas Teknik Fair, 1968, Water and Wastewater Engineering Vol 2. Water Purification and Wastewater Treatment and Disposal, New York:John Wiley & Sons, Inc Kawamura, 1991, Integrated Design of Water Treatment Facilities, New York: John Wiley & Sons, Inc Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 907 /MENKES /SK/VII / 2002 Linsley, Kohler dan Paulhus,1989, Hidrologi untuk Insinyur, Jakarta: Erlangga Noerbambang, 2000, Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, Jakarta: PT Pradnya Paramita Peavy, Rowe dan Tchobanoglous, 1985, Environmental Engineering, Singapore: McGraw-Hill, Inc Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 416 /MENKES /PER/IX /1990 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 tahun 2001 Reynolds, 1982, Unit Operations and Processes In Environmental Engineering, California: Wadsworth,Inc Sutrisno, 2002, Teknologi Penyediaan Air Bersih, Jakarta: PT Rineka Cipta Tri Joko, 2010, Unit Produksi dalam Sistem Penyediaan Air Minum, Yogyakarta: Graha Ilmu

30