AMFETAMIN

25
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba (Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif berbahaya lainnya) adalah zat psikoaktif yang bekerja pada SSP (Susunan Syaraf Pusat) dan berpengaruh terhadap proses mental. Zat adiktif akan mengakibatkan seseorang yang mengkonsumsinya menjadi senang atau hilang rasa nyerinya. Namun yang patut dicatat adalah adanya proses neuroadaptasi yaitu beradaptasinya sel syaraf terhadap pasokan zat adiktif karena struktur kimia yang serupa antara neurotransmitter dengan zat tersebut. Efek lebih jauh adalah terjadinya toleransi yaitu diperlukan jumlah zat yang lebih dari biasanya guna memberikan efek yang diharapkan, yang kemudian akan menimbulkan gejala putus obat ataupun intoksikasi 1 . Bila zat adiktif digunakan dengan benar di bawah pengawasan medis, maka efeknya dimaksud sebagai terapi. Tetapi bila zat itu dikonsumsi oleh seseorang di luar maksud medis dan atau penelitian, hal tersebut dapat disebut sebagai salah guna (“drug/substance abuse”) yaitu penggunaan yang persisten atau sporadis berlebih dan inkonsisten dengan atau tak berhubungan dengan pemakaian medis yang diterima. Hal ini menuntun pada definisi zat adiktif yang dikembangkan oleh WHO yaitu menjadi zat psikoaktif yang dipakai dan menyebabkan kerusakan kesehatan, baik mental maupun fisik (harmful use). Dalam DSM IV (Diagnostic Statistical on Mental Disorders) yang dimaksud dengan penyalahgunaan adalah apabila individu menggunakan zat 1

description

referat

Transcript of AMFETAMIN

Page 1: AMFETAMIN

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Narkoba (Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif berbahaya lainnya) adalah

zat psikoaktif yang bekerja pada SSP (Susunan Syaraf Pusat) dan berpengaruh terhadap

proses mental. Zat adiktif akan mengakibatkan seseorang yang mengkonsumsinya menjadi

senang atau hilang rasa nyerinya. Namun yang patut dicatat adalah adanya proses

neuroadaptasi yaitu beradaptasinya sel syaraf terhadap pasokan zat adiktif karena struktur

kimia yang serupa antara neurotransmitter dengan zat tersebut. Efek lebih jauh adalah

terjadinya toleransi yaitu diperlukan jumlah zat yang lebih dari biasanya guna memberikan

efek yang diharapkan, yang kemudian akan menimbulkan gejala putus obat ataupun

intoksikasi1.

Bila zat adiktif digunakan dengan benar di bawah pengawasan medis, maka efeknya

dimaksud sebagai terapi. Tetapi bila zat itu dikonsumsi oleh seseorang di luar maksud medis

dan atau penelitian, hal tersebut dapat disebut sebagai salah guna (“drug/substance abuse”)

yaitu penggunaan yang persisten atau sporadis berlebih dan inkonsisten dengan atau tak

berhubungan dengan pemakaian medis yang diterima. Hal ini menuntun pada definisi zat

adiktif yang dikembangkan oleh WHO yaitu menjadi zat psikoaktif yang dipakai dan

menyebabkan kerusakan kesehatan, baik mental maupun fisik (harmful use). Dalam DSM IV

(Diagnostic Statistical on Mental Disorders) yang dimaksud dengan penyalahgunaan adalah

apabila individu menggunakan zat psikoaktif sedikitnya dalam satu bulan dengan pola yang

menetap.1

Salah satu contoh dari Zat-Zat Psikoaktif  yang menyebabkan ketagihan misalnya

adalah Amfetamin atau lebih dikenal dengan sebutan Shabu-Shabu. Amfetamin

merupakan  satu jenis narkoba yang dibuat secara sintetis dan kini terkenal di wilayah Asia

Tenggara. Amfetamin dapat berupa bubuk putih, kuning, maupun coklat, atau bubuk putih

kristal kecil. Dengan amfetamin, para atlet olahraga dapat meningkatkan penampilannya,

misalnya berlari dengan kecepatan yang luar biasa. Amfetamin juga mempengaruhi organ-

organ tubuh lain yang berhubungan dengan hipotalamus, seperti peningkatan rasa haus,

ngantuk ataupun lapar. 1

1

Page 2: AMFETAMIN

Oleh karena hal tersebut, penulis tertarik untuk membuat suatu tulisan yang

berhubungan dengan salah satu contoh dari Zat-Zat Psikoaktif  yang menyebabkan ketagihan

yaitu Amfetamin atau lebih dikenal dengan sebutan Shabu-Shabu. 1

2

Page 3: AMFETAMIN

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Amfetamin

Amfetamin adalah kelompok obat psikoaktif sintetis yang disebut stimulan sistem

saraf pusat (SSP) (stimulants). Amfetamin merupakan  satu jenis narkoba yang dibuat secara

sintetis dan kini terkenal di wilayah Asia Tenggara. Amfetamin dapat berupa bubuk putih,

kuning, maupun coklat, atau bubuk putih kristal kecil.2,3

Senyawa ini memiliki nama kimia α–methylphenethylamine merupakan suatu

senyawa yang telah digunakan secara terapetik untuk mengatasi obesitas, attention-deficit

hyperactivity disorder (ADHD), dan narkolepsi. Amfetamin meningkatkan pelepasan

katekolamin yang mengakibatkan jumlah neurotransmiter golongan monoamine (dopamin,

norepinefrin, dan serotonin) dari saraf pra-sinapsis meningkat. Amfetamin memiliki banyak

efek stimulan diantaranya meningkatkan aktivitas dan gairah hidup, menurunkan rasa lelah,

meningkatkan mood, meningkatkan konsentrasi, menekan nafsu makan, dan menurunkan

keinginan untuk tidur.  Akan tetapi, dalam keadaan overdosis, efek-efek tersebut menjadi

berlebihan. 2,3

Secara klinis, efek amfetamin sangat  mirip dengan kokain, tetapi amfetamin memiliki

waktu paruh lebih panjang dibandingkan dengan kokain (waktu paruh amfetamin 10 – 15

jam) dan durasi yang memberikan efek  euforianya 4 – 8 kali lebih lama dibandingkan

kokain. Hal ini disebabkan oleh stimulator-stimulator tersebut mengaktivasi “reserve powers”

yang ada di dalam tubuh manusia dan ketika efek yang ditimbulkan oleh amfetamin

melemah, tubuh memberikan “signal” bahwa tubuh membutuhkan senyawa-senyawa itu

lagi.  Berdasarkan ICD-10 (The International Statistical Classification of Diseases and

Related Health Problems), kelainan mental dan tingkah laku yang disebabkan oleh

amfetamin diklasifikasikan ke dalam golongan F15 (Amfetamin yang menyebabkan

ketergantungan psikologis). 2,3

Cara yang paling umum dalam menggunakan amfetamin adalah dihirup melalui

tabung. Zat tersebut mempunyai mempunyai beberapa nama lain: ATS, SS, ubas, ice, Shabu,

Speed, Glass, Quartz, Hirropon dan lain sebagainya. Amfetamin terdiri dari dua senyawa

yang berbeda: dextroamphetamine murni dan levoamphetamine murni. Karena

dextroamphetamine lebih kuat daripada levoamphetamine, dextroamphetamine juga lebih

kuat daripada campuran amfetamin. 2,3

3

Page 4: AMFETAMIN

Amfetamin dapat membuat seseorang merasa energik. Efek amfetamin termasuk rasa

kesejahteraan, dan membuat seseorang merasa lebih percaya diri. Perasaan ini bisa bertahan

sampai 12 jam, dan beberapa orang terus menggunakan untuk menghindari kehilangan efek

obat. Pada dosis tertentu, hampir semua pecandu menjadi psikotik, karena amfetamin dapat

menyebabkan kecemasan hebat, paranoia dan gangguan pengertian terhadap kenyataan

hidup. Reaksi psikotik meliputi halusinasi dengar dan lihat (melihat dan mendengar benda

yang sebenarnya tidak ada) dan merasa sangat berkuasa. Efek tersebut bisa terjadi pada siapa

saja, tetapi yang lebih rentan adalah pengguna dengan kelainan psikiatri (misalnya

skizofrenia).

Ada dua jenis amfetamin, yaitu:

o Methamfetamin ice, dikenal sebagai shabu. Nama lainnya shabu-shabu. SS, ice,

crystal, crank. Cara penggunaannya dibakar dengan menggunakan kertas alumunium

foil dan asapnya dihisap, atau dibakar dengan menggunakan botol kaca yang

dirancang khusus (bong). Ice adalah bentuk murni dari methamphetamine yang dapat

diinhalasi, diisap seperti rokok, atau disuntikkan secara intravena oleh pelaku

penyalahgunaan zat. Ice paling banyak digunakan di Pantai Barat di Amerika Serikat

dan di Hawaii. Efek psikologis dari Ice berlangsung selama beberapa jam dan

digambarkan cukup kuat. Tidak seperti crack cocaine, yang harus diimpor, ice adalah

suatu obat sintetik yang dapat dibuat dalam laboratorium gelap setempat. Beberapa

badan hukum dan dokter ruang gawat darurat perkotaan berpendapat bahwa ice dapat

menjadi obat yang disalahgunakan secara luas selama lima tahun mendatang.

o MDMA (methylene dioxy methamphetamin), mulai dikenal sekitar tahun 1980 dengan

nama Ekstasi atau Ecstacy. Nama lain : XTC, fantacy pils, inex, cece, cein, Terdiri

dari berbagai macam jenis antara lain : white doft, pink heart, snow white, petir yang

dikemas dalam bentuk pil atau kapsul. Obat amfetamin klasik (dextroamphetamine,

methamphetamine, dan methylphenidate) mempunyai efek utamanya melalui sistem

dopaminergik. Sejumlah obat yang disebut dengan amfetamin racikan / designer

amphetamine (MDMA, ecstacy, XTC, Adam, MDEA/Eve, MMDA, DOM/STP) telah

dibuat dan mempunyai efek neurokimiawi pada sistem serotonergik dan dopaminergik

dan efek perilaku yang mencerminkan suatu kombinasi aktifitas obat mirip amfetamin

dan mirip halusinogen. Beberapa ahli farmakologis mengklasifikasikan amfetamin

racikan sebagai halusinogen; tetapi, Kaplan dan Sadock mengklasifikasikan obat

tersebut dengan amfetamin karena strukturnya yang sangat berhubungan. MDMA

4

Page 5: AMFETAMIN

merupakan yang paling banyak diteliti dan kemungkinan merupakan yang paling

banyak tersedia.

2.2 Epidemiologi

Pada banyak Negara, penggunaan obat terlarang lebih sering terjadai pada orang

yang berusia muda, laki-laki lebih sering dari npada perempuan, dan pada orang dengan

social ekonomi yang rendah, pada daerah dengan rata-rata masalah social yang lebih

tinggi4. Dilaporkan pada masa anak usia SMA (senior high school) penggunaan

stimulan lebih tinggi dari pada penggunaan kokain.1,3

National Household Survey and Drug Abuse (NHSDA) melporkan pada tahun

1997 terdapat 4,5% dari orang yang berusia 12 tahun atau lebih menggunakan stimulan

bukan atas indikasi medis, hal ini menunjukkan peningkatan yang drastic dari pada tahun

sebelumnya. Persentasi yang paling tinggi setelah penggunaan dalam 1 tahun (1,5%)

antara umur 18-25 tahun, kemudian diikuti oleh umur 12-17 tahun. Sample ini tidak

cukup luas untuk mendeteksi peningkatan dalam penggunaan amfetamin ini disesuaikan

dengan data dari ruang emergensi untuk keracunan yang berkaitan dengan amfetamin

atau program tes panghentian obat. 1,3

Survei dua populasi digunakan sebagai kriteria dianostik yang dapat diterima

untuk mengukur besernya penyalahgunaan dan ketergantungan yaitu studi

Epidemiologic Catchment Area (ECA). ECA melaporkan kombinasi kategori antara

ketergantungan dan penyalahgunaan amfetamin dan obat yang mirip amfetamin, yaitu:

prevalensi 1 bulan, 6 bulan, dan seumur hidup berturut-turut 0,1; 0,2; dan 1,7 persen.

Rata-rata ketergantungan seumur hidup untuk umur 15-54 tahun yaitu 1,7%; 15%

responden memiliki kebiasaan penggunaan stimulant tanpa indikasi medis. Diantara

yang dilaporkan tanpa indikasi medis 11% ditemukan criteria ketergantungan. 1,3

2.3 Mekanisme Kerja

Amfetamin bekerja merangsang susunan saraf pusat melepaskan katekolamin

(epineprin, norepineprin, dan dopamin) dalam sinaps pusat dan menghambat dengan

meningkatkan rilis neurotransmiter entecholamin, termasuk dopamin. Sehingga

neurotransmiter tetap berada dalam sinaps dengan konsentrasi lebih tinggi dalam jangka

5

Page 6: AMFETAMIN

waktu yang lebih lama dari biasanya. Semua sistem saraf akan berpengaruh terhadap

perangsangan yang diberikanel.4,5

Efek klinis amfetamin akan muncul dalam waktu 2-4 jam setelah penggunaan.

Senyawa ini memiliki waktu paruh 4-24 jam dan dieksresikan melalui urin sebanyak

30% dalam bentuk metabolit. Metabolit amfetamin terdiri dari p-hidroksiamfetamin, p-

hidroksinorepedrin, dan penilaseton. 4,5

Karena waktu paruhnya yang pendek menyebabkan efek dari obat ini relatif cepat

dan dapat segera terekskresikan, hal ini menjadi salah satu kesulitan tersendiri untuk

pengujian terhadap pengguna, bila pengujian dilakukan lebih dari 24 jam jumlah

metabolit sekunder yang di terdapat pada urin menjadi sangat sedikit dan tidak dapat lagi

dideteksi dengan KIT. 4,5

2.4 Gambaran Klinik

Pengaruh amfetamin terhadap pengguna bergantung pada jenis amfetamin, jumlah

yang digunakan, dan cara menggunakannya. Dosis kecil semua jenis amfetamin akan

meningkatkan tekanan darah, mempercepat denyut nadi, melebarkan bronkus,

meningkatkan kewaspadaan, menimbulkan euforia, menghilangkan kantuk, mudah

terpacu, menghilangkan rasa lelah dan rasa lapar, meningkatkan aktivitas motorik,

banyak bicara, dan merasa kuat.2,5,6

Dosis sedang amfetamin (20-50 mg) akan menstimulasi pernafasan, menimbulkan

tromor ringan, gelisah, meningkatkan aktivitas montorik, insomnia, agitasi, mencegah

lelah, menekan nafsu makan, menghilangkan kantuk, dan mengurangi tidur. 2,5,6

Penggunaan amfetamin berjangka waktu lama dengan dosis tinggi dapat

menimbulkan perilaku stereotipikal, yaitu perbuatan yang diulang terus-menerus tanpa

mempunyai tujuan, tiba-tiba agresif, melakukan tindakan kekerasan, waham curiga, dan

anoneksia yang berat. 2,5,6

2.4.1. Amfetamin Klasik

Pada seseorang yang sebelumnya belum pernah menggunakan amfetamin, dosis

tunggal 5 mg meningkatkan rasa kesehatannya dan menyebabkan elasi, euforia, dan

keramahan. Dosis kecil biasanya memperbaiki pemusatan perhatian mereka dan

meningkatkan kinerja dalam tugas menulis, oral, dan kinerja. Terdapat juga penurunan

6

Page 7: AMFETAMIN

kelelahan, menyebabkan anoreksia, dan peningkatan ambang rasa nyeri. Efek yang tidak

diharapkan menyertai penggunaan dosis tinggi untuk periode waktu yang lama.2,7,8

2.4.2. Amfetamin Racikan

Karena efeknya pada sistem dopaminergik, amfetamin racikan memiliki sifat

mengaktifkan dan memberikan energi. Tetapi, efeknya pada sistem serotonergik, mewarnai

pengalaman dengan obat tersebut dengan suatu karakter halusinogenik. Amfetamin racikan

dikaitkan dengan disorientasi dan distorsi persepsi yang lebih sedikit daripada halusinogen

klasik seperti lysergic acid diethylamine (LSD). Rasa keakraban dengan orang lain dan rasa

nyaman pada diri sendiri dan peningkatan kecerahan objek adalah merupakan efek yang

sering dilaporkan pada MDMA. Beberapa ahli psikoterapi telah menggunakan dan

menganjurkan penelitian lebih lanjut tentang amfetamin racikan sebagai adjuvan terhadap

psikoterapi. Anjuran tersebut adalah kontroversial; dokter lain menekankan kemungkinan

bahaya dari penggunaan obat tersebut. 2,7,8

Sensasi yang ditimbulkan oleh amfetamin

Sensasi yang ditimbulkan akan membuat otak lebih jernih dan bisa berpikir lebih

fokus. Otak menjadi lebih bertenaga untuk berpikir berat dan bekerja keras, namun akan

muncul kondisi arogan yang tanpa sengaja muncul akibat penggunaan zat ini. Pupil akan

berdilatasi (melebar). Nafsu makan akan sangat ditekan. Hasrat ingin pipis juga akan ditekan.

Tekanan darah bertendensi untuk naik secara signifikan.  Secara mental, pengguna akan

mempunyai rasa percaya diri yang berlebih dan merasa lebih happy. Pengguna akan lebih

talkative, banyak ngomong dan meningkatkan pola komunikasi dengan orang lain. Karena

seluruh sistem saraf pusat terstimulasi maka kewaspadaan dan daya tahan tubuh juga

meningkat. Pengguna seringkali berbicara terus dengan cepat dan terus menerus. Amfetamin

dosis rendah akan habis durasinya di dalam tubuh kita antara 3 sampai 8 jam, Setelah itu

pengguna akan merasa kelelahan. Kondisi ini akan membuat dorongan untuk kembali “speed-

up” dan kembali mengkonsumsi satu dosis kecil lagi, begitu seterusnya. Penggunaan bagi

social user dimana biasanya hanya menggunakan amfetamin pada akhir minggu biasanya

menjadi tidak bisa mengontrol penggunaannya dan banyak yang berakhir dengan penggunaan

sepanjang  minggu penuh, mulai dari Sabtu ke Jumat, begitu seterusnya. 2,7,8

7

Page 8: AMFETAMIN

2.5. Efek Mengkonsumsi Amfetamin7

Karena efeknya yang menimbulkan kecanduan dengan adanya toleransi dari zat yang

dikonsumsi, maka zat ini juga akan menimbulkan efek secara fisik. Begitu seseorang telah

kecanduan amfetamin, maka orang tersebut harus kembali menggunakan amfetamin untuk

mencegah sakaw (withdrawal). Karena efek yang ditimbulkan amfetamin bisa boosting

energi pada penggunanya, maka efek withdrawal  yang paling sering muncul adalah

kelelahan. Pengguna zat ini kemungkinan juga akan membutuhkan waktu tidur yang lebih

lama dan sangat sensitif/mudah marah pada saat dibangunkan. Begitu efek obatnya hilang,

pengguna yang tadinya tidak merasa lapar kemudian menjadi sangat lapar. Pada beberapa

kalangan selebriti, penggunaan zat ini sering digunakan sebagai obat untuk menurunkan

nafsu makan. Namun sebenarnya sama saja karena nafsu makan akan kembali meningkat

setelah efek obatnya hilang. Itulah sebabnya banyak selebriti perempuan yang mati-matian

menjaga berat badannya dan akhirnya berakhir pada kecanduan amfetamin.

Depresi juga merupakan efek withdrawal yang paling sering pada pengguna

amfetamin. Pada kasus-kasus yang berat malahan dapat menimbulkan tentamen suicide

(hasrat ingin bunuh diri). Karena efek depresinya ini terkadang pengguna dapat menjadi

orang yang berlaku sangat kasar.

2.5.1. Efek Jangka Pendek dari Amfetamin

Berikut ini adalah beberapa efek dari mengkonsumsi Amfetamin, yaitu :

Meningkatkan suhu tubuh

Kerusakan sistem kardiovaskular

Paranoia

Meningkatkan denyut jantung

Meningkatkan tekanan darah

Menjadi hiperaktif

Mengurangi rasa kantuk

Tremor

Menurunkan nafsu makan

Euforia

Mulut kering

Dilatasi pupil

Mual

Sakit kepala

Perubahan perilaku seksual

2.5.2. Efek Jangka Panjang dari Amfetamin

Selama jangka panjang, seseorang yang menggunakan amfetamin secara teratur akan

menemukan tanda-tanda efek samping jangka panjang yang biasanya terdiri dari :

8

Page 9: AMFETAMIN

Pandangan kabur

Pusing

Peningkatan detak jantung

Sakit kepala

Tekanan darah tinggi

Kurang nafsu makan

Nafas cepat

Gelisah

Pada  penggunaan zat terus menerus akhirnya akan menimbulkan gangguan gizi dan

gangguan tidur. Pengguna akan lebih rentan untuk sakit apapun karena kondisi kesehatan

yang secara keseluruhannya buruk.

2.5.3. Intoksikasi Amfetamin

Sindrom intoksikasi oleh kokain (yang menghambat reuptake dopamin) dan

amfetamin (yang menyebabkan pelepasan dopamin) adalah serupa. Dalam DSM IV kriteria

diagnostik intoksikasi amfetamin dan intoksikasi kokain dipisahkan tetapi sebenarnya adalah

sama. DSM-IV memungkinkan spesifikasi adanya gangguan perseptual. Jika tes realitas yang

utuh tidak didapatkan, diagnosis gangguan psikotik akibat amfetamin dengan onset selama

intoksikasi diindikasikan. Gejala intoksikasi amfetamin hampir menghilang sama sekali

setelah 24 jam dan biasanya menghilang secara lengkap setelah 48 jam. 2,5,8

Kriteria diagnostik untuk intoksikasi amfetamin menurut DSM-IV: 2,5,8

A. Pemakaian amfetamin atau zat yang berhubungan (misalnya methylphenidate) yang

belum lama terjadi.

B. Perilaku maladaptif atau perubahan perilaku yang bermakna secara klinis (misalnya

euforia atau penumpulan afektif, perubahan sosiabilitas, kewaspadaan berlebihan, kepekaan

interpersonal, kecemasan, ketegangan, atau kemarahan, perilaku stereotipik, gangguan

pertimbangan, atau gangguan fungsi sosial atau pekerjaan) yang berkembang selama atau

segera setelah pemakaian amfetamin atau zat yang berhubungan.

C. Dua (atau lebih) hal berikut berkembang selama atau segera sesudah pemakaian

amfetamin atau zat yang berhubungan;

(1) takikardia atau bradikardia

(2) dilatasi pupil

9

Page 10: AMFETAMIN

(3) peninggian atau penurunan tekanan darah

(4) berkeringat atau menggigil

(5) mual atau muntah

(6) tanda-tanda penurunan berat badan

(7) agitasi atau retardasi psikomotor

(8) kelemahan otot, depresi pernapasan, nyeri dada, atau aritmia jantung

(9) konfusi, kejang, diskinesia, distonia, atau koma

D. Gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan

oleh gangguan mental lain

Sebutkan jika: dengan gangguan persepsi

2.5.4. Putus Amfetamin

Keadaan setelah intoksikasi amfetamin dapat disertai kecemasan, gemetar, mood

disforik, letargi, fatigue, mimpi menakutkan (disertai oleh rebound tidur REM), nyeri kepala,

keringat banyak, kram otot, kram lambung, dan rasa lapar yang tidak pernah kenyang. Gejala

putus biasanya memuncak dalam dua sampai empat hari dan menghilang dalam satu minggu.

Gejala putus amfetamin yang paling serius adalah depresi, yang dapat berat setelah

penggunaan amfetamin dosis tinggi secara terus menerus dan yang dapat disertai dengan ide

atau usaha untuk bunuh diri. Kriteria diagnostik DSM-IV untuk putus amfetamin

menyebutkan bahwa suatu mood disforik dan sejumlah perubahan fisiologis diperlukan untuk

diagnosis putus amfetamin.2,8,9

Kriteria diagnostik untuk putus amfetamin menurut DSM-IV:

A. Penghentian (atau penurunan) amfetamin (atau zat yang berhubungan) yang sudah

lama atau berat

B. Mood disforik dan dua (atau lebih) perubahan fisiologis berikut, yang berkembang

dalam beberapa jam sampai beberapa hari setelah kriteria A:

(1) kelelahan

(2) mimpi yang gamblang dan tidak menyenangkan

(3) insomnia atau hipersomnia

(4) peningkatan nafsu makan

(5) retardasi atau agitasi psikomotor

C. Gejala dalam kriteria B menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau

gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain

10

Page 11: AMFETAMIN

D. Gejala bukan karena kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan oleh

gangguan mental lain

2.5.5. Amfetamin Psikosis

Efek penggunaan jangka panjang bisa menimbulkan kondisi yang disebut dengan

amfetamin psikosis. Gangguan mental ini sangat mirip sekali dengan paranoid schizophrenia.

Efek psikosis ini juga bisa muncul pada penggunaan jangka pendek dengan dosis yang besar. 

Kondisi psikosis inilah yang tidak disadari oleh kebanyakan pengguna amfetamin. Karena

efeknya baru muncul jangka panjang maka sering kali efek ini disalah artikan. Pengalaman

dari negara-negara lain yang sudah lebih lama muncul penggunaan amfetamin, telah banyak

korban dengan gangguan psikosis atau gangguan kejiwaan yang parah. Tanda utama dari

gangguan psikotik akibat amfetamin adalah adanya paranoia. Skizofrenia dapat dibedakan

dari gangguan psikotik akibat amfetamin oleh sejumlah karakteristik seperti menonjolnya

halusinasi visual, afek yang biasanya sesuai, hiperaktifitas, hiperseksualitas, konfusi dan

inkoherensi, dan sedikit bukti gangguan berpikir (sebagai contohnya, asosiasi longgar).

Beberapa penelitian juga menemukan bahwa, walaupun gejala positif skizofrenia dan

gangguan psikotik akibat amfetamin adalah serupa, pendataran afek dan alogia dari

skizofrenia biasanya tidak ditemukan pada gangguan psikotik akibat amfetamin. Tetapi,

secara klinis, gangguan psikotik akibat amfetamin akut mungkin sama sekali tidak dapat

dibedakan dari skizofrenia, dan hanya resolusi gejala dalam beberapa hari atau temuan positif

pada uji saring urine yang akhirnya mengungkapkan diagnosis yang tepat. Beberapa bukti

menyatakan bahwa penggunaan amfetamin jangka panjang adalah disertai dengan

peningkatan kerentanan terhadap perkembangan psikosis di bawah sejumlah keadaan,

termasuk intoksikasi alkohol dan stres. Pengobatan terpilih untuk gangguan psikotik akibat

amfetamin adalah penggunaan jangka pendek antagonis reseptor dopamin seperti haloperidol.

DSM-IV menuliskan kriteria diagnostik untuk gangguan psikotik akibat amfetamin dengan

gangguan psikotik lainnya. DSM-IV memungkinkan dokter menyebutkan apakah waham

atau halusinasi adalah merupakan gejala yang menonjol. 2,5,8

2.5.6. Gangguan Lain Berhubungan Amfetamin

Gangguan lainnya yang berhubungan dengan amfetamin antara lain delirium,

gangguan mood, gangguan kecemasan, gangguan tidur, dan disfungsi seksual.

11

Page 12: AMFETAMIN

2.6. Efek Merugikan

2.6.1. Amfetamin Klasik

Efek pada serebrovaskular, jantung, dan gastrointestinal adalah salah satu di antara

efek merugikan yang paling sering yang berhubungan dengan penyalahgunaan amfetamin.

Keadaan spesifik yang mengancam kehidupan adalah infark miokardium, hipertensi berat,

penyakit kardiovaskular, dan kolitis iskemik. Gejala neurologis yang terjadi terus menerus,

dari kedutan, tetani, kejang sampai koma dan kematian disertai dengan dosis amfetamin yang

semakin tinggi. Penggunaan amfetamin intravena berhubungan dengan transmisi HIV dan

hepatitis. Efek merugikan yang kurang mengancam kehidupan adalah kemerahan, pucat,

sianosis, demam, nyeri kepala, takikardi, palpitasi, mual, muntah, bruxism (menggesekkan

gigi), napas sesak, tremor, dan ataksia. Penggunaan amfetamin oleh wanita hamil didapatkan

berat badan lahir rendah, lingkar kepala kecil, prematur, dan retardasi pertumbuhan.

Efek psikologis yang merugikan dari amfetamin adalah kegelisahan, insomnia,

iritabilitas, sikap permusuhan, dan konfusi. Gejala gangguan kecemasan, seperti gangguan

kecemasan menyeluruh dan gangguan panik, dapat diinduksi oleh penggunaan amfetamin.

Waham rujukan, waham paranoid, dan halusinasi dapat disebabkan oleh pemakaian

amfetamin.

2.6.2. Amfetamin racikan

Amfetamin racikan mempunyai banyak efek merugikan yang sama dengan amfetamin

klasik. Tetapi, berbagai efek lainnya juga didapatkan pada amfetamin racikan. Secara klinis,

suatu efek merugikan yang berat yang berhubungan dengan MDMA adalah hipertermia yang

disebabka oleh obat dan selanjutnya dieksaserbasi oleh aktifitas yang berlebihan (seperti

berdansa dengan liar di dalam klub dansa yang panas dan padat). Terdapat sejumlah laporan

klinis tentang kematian yang berhubungan dengan pemakaian MDMA di bawah situasi

tersebut.

 

2.7. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium :6

Elektrolit : akut bisa memberikan gambaran hipokalemi sedangkan pada intoksikasi

amfetamin yang berat memberikan gambaran hiperkalemi.

Glukosa darah : pada pemeriksaan gula darah memberikan gambaran hipoglikemi

Fungsi ginjal : gagal ginjal berhubungan dengan rhabdomyolisis dan trombosis arteri

ginjal pernah dilaporkan pada penyalahgunaan amfetamin.

12

Page 13: AMFETAMIN

Urinalisis untuk skrining amfetamin atau zat adiktif lain yang digunakan bersama-

sama,

Tes kehamilan : semua wanita yang berada dalam usia subur sbaiknya dilkukan tes

kehamilan

Fungsi hati : kerusakan hati mungkin terjadi pada intoksikasi akut. Sebagai tambahan,

pasien yang menggunakan amfetamin beresiko untuk terinfeksi hepatitis, yang pada

akirnya bias menyebabkan perubahan mental.

Jumlah sel darah : anemia, lekositosis, dan leucopenia

Toksikologi : Urine drug screens : Benzoylecogonine (bentuk metabolic kokain) bisa

ditemukan pada urin  60 jam setelah menggunakan amfetamin. Pada pengguna

amfetamin yang berat bisa ditemukan sampai 22 hari.

Enzim jantung : pada pengguna amfetamin terdapat angka prevalensi yang tinggi

untuk terjadinya myocardial infection, pasien yang dating dengan nyeri dada dan

riwayat penggunaan amfetamin bisa dipikirkan untuk melakukan pemeriksaan enzim

jantung.

2.   Gambaran Radiologi :

Chest x-Ray

CT-Scan.

3.   Tes lain : Analisa gas darah, ECG

2.8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan intoksikasi amfetamin:7

a. Bila suhu badan naik, berikan kompres dingin, minum air dingin, atau selimut

hipotermik.

b. Bila kejang, berikan diazepam 10-30 mg per oral atau parenteral; atau klordiazepoksid

10-25 mg per oral secara perlahan-lahan dan dapat diulang setiap 15-20 menit.

c. Bila tekanan darah naik, berikan obat anti hipertensi.

d. Bila terjadi takikardma, berikan beta-blocker, seperti propanolol, yang sekaligus juga

untuk menurunkan tekanan darah.

13

Page 14: AMFETAMIN

e. Untuk mempercepat ekskresi amfetamin, lakukan asidifikasi air seni dengan memberi

amonium klorida 500 mg per oral setiap 3-4 jam.

f. Bilatimbul gejala psikosis atau agitasi, beri halopendol 3 kali 2-5 mg.

Penatalaksanaan putus amfetamin:7

a. Rawat di tempat yang tenang dan biarkan pasien tidur dan makan sepuasnya.

b. Waspada terhadap kemungkinan timbulnya depresi dengan ide bunuh diri.

c. Dapat diberikan anti depresi.

2.9. Pencegahan

Banyak yang masih bisa dilakukan untuk mencegah remaja menyalahgunakan

narkoba dan membantu remaja yang sudah terjerumus Penyalahgunaan Narkoba. Ada tiga

tingkat intervensi, yaitu1

1.      Primer, sebelum penyalahgunaan terjadi, biasanya dalam bentuk pendidikan,

penyebaran informasi mengenai bahaya narkoba, pendekatan melalui keluarga, dll. Instansi

pemerintah, seperti halnya BKKBN, lebih banyak berperan pada tahap intervensi ini.

kegiatan dilakukan seputar pemberian informasi melalui berbagai bentuk materi KIE yang

ditujukan kepada remaja langsung dan keluarga.

2.      Sekunder, pada saat penggunaan sudah terjadi dan diperlukan upaya

penyembuhan (treatment). Fase ini meliputi: Fase penerimaan awal (initial intake)antara 1 – 3

hari dengan melakukan pemeriksaan fisik dan mental, dan Fase detoksifikasi dan terapi

komplikasi medik, antara 1 – 3 minggu untuk melakukan pengurangan ketergantungan

bahan-bahan adiktif secara bertahap.

3.      Tersier, yaitu upaya untuk merehabilitasi mereka yang sudah memakai dan

dalam proses penyembuhan. Tahap ini biasanya terdiri atas Fase stabilisasi, antara 3-12

bulan, untuk mempersiapkan pengguna kembali ke masyarakat, dan Fase sosialiasi dalam

masyarakat, agar mantan penyalahguna narkoba mampu mengembangkan kehidupan yang

bermakna di masyarakat. Tahap ini biasanya berupa kegiatan konseling, membuat kelompok-

kelompok dukungan, mengembangkan kegiatan alternatif, dll.

14

Page 15: AMFETAMIN

BAB 3

PENUTUP

Kesimpulan

Amfetamin adalah kelompok obat psikoaktif sintetis yang disebut stimulan sistem

saraf pusat (SSP). Amfetamin merupakan  satu jenis narkoba yang dibuat secara sintetis dan

kini terkenal di wilayah Asia Tenggara. Amfetamin dapat berupa bubuk putih, kuning,

maupun coklat, atau bubuk putih kristal kecil.  Senyawa ini memiliki nama kimia α–

methylphenethylamine merupakan suatu senyawa yang telah digunakan secara terapetik

untuk mengatasi obesitas, attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD), dan narkolepsi

Amphetamine menyebabkan efek-efek perilaku karena efeknya pada neurotransmitter

di otak termasuk dopamin ,serotonin , dan norepinefrin. Ketika seseorang menggunakan

“upper”, zat tersebut akan merangsang sistem saraf pusat penggunanya. Zat  bekerja pada

sistem neurotransmiter  norepinefrin dan dopamin otak. Menggunakan amfetamin dapat

menyebabkan otak untuk menghasilkan tingkat dopamin yang lebih tinggi. Jumlah dopamin

yang berlebih di dalam otak akan menghasilkan perasaan euforia dan kesenangan yang biasa

dikenal sebagai “high.”

Begitu seseorang telah kecanduan amfetamin, maka orang tersebut harus kembali

menggunakan amfetamin untuk mencegah sakaw (withdrawal). Karena efek yang

ditimbulkan amfetamin bisa boosting energi pada penggunanya, maka efek withdrawal  yang

paling sering muncul adalah kelelahan.

Penggunaan terus menerus dan berlanjut akan menyebabkan Ketergantungan atau

Dependensi, yang bisa juga disebut dengan Kecanduan. Tingkatan penyalahgunaan biasanya

sebagai berikut:

1. Coba-coba

2. Senang-senang

3. Menggunakan pada saat atau keadaan tertentu

4. Penyalahgunaan

5. Ketergantungan

Banyak yang masih bisa dilakukan untuk mencegah remaja menyalahgunakan

narkoba dan membantu remaja yang sudah terjerumus Penyalahgunaan Narkoba. Ada tiga

tingkat intervensi, yaitu

1. Primer,

2. Tertier

3. Sekunder

15

Page 16: AMFETAMIN

DAFTAR PUSTAKA

1. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Indonesia. 2014. Gambaran Umum

Penyalahgunaan Narkoba.Jakarta

2. Kaplan, Sadock. 2010. Sinopsis psikiatri. Ilmu pengetahuan perilaku psikitri klinis edisi

10. Alih bahasa: Widjaja kusuma. Jawa barat: Binarupa aksara 

3. Badan Narkotika Provinsi Kalimantan timur. 2008. Pengenalan Jenis-Jenis Narkoba.

4. Elvira, Sylvia D. dan Hadisukanto, Gitayanti. 2007. Buku Ajar PSIKIATRI. Edisi ke III.

Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

5. Departemen Kesehatan R I. 2013. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan

Jiwa di Indonesia (PPDGJ). Edisi ke III. Jakarta.

6. Kusminarno, Ketut. 2002. Penanggulangan penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan

zat adiktif lainnya (NAPZA). Cermin dunia kedokteran no. 135 hal 17-20. Jakarta.

7. Drug Abuse Handbook, editor in chief: Steven B Karch, M.D, San Francisco-California,

1998 http://www.cesar.umd.edu/cesar/drugs/amphetamines.pdf

8. Elvira, Sylvia D. dan Hadisukanto, Gitayanti. 2007. Buku Ajar PSIKIATRI. Edisi ke III.

Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

9. Thomb, David A. 2006. Buku Saku PSIKIATRI. Edisi ke 6. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC

10. Amphetamine Use Disorders in : Diagnostic and Statitical Manual of Mental Disorders.

Edisi ke IV. Washington DC : Penerbit American Psychiatric Association

16