AMFETAMIN

24
AMFETAMIN Obat ini adalah salah satu amin simpatomimetik yang paling kuat dalam merangsang SSP, di samping mempunyai kerja' perifer (5ada reseptor a dan p melaiui penglepasan NE endogen. Amfetamin mera.ngsang pusat napas di medula oblongata dan mengurangi depresi sentrai yang ditimbulkan oleh berbagai obat. Efek ini disebabkan oleh perangsangan pada korteks dan sistem aktivasi retikular. Sebagai perangsang SSP, isomer d (dekstroamfetamin) 3-4 kali lebih kuat daripada isomer / -nya. Pada manusia, efek psikis dosis 10-30 mg dapat berupa peningkatan kewaspadaan, hilangnya rasa ngantuk, dan berkurangnya rasa lelah; perbaikan mood, bertambahnya inisiatif, percaya din, dan daya konsentrasi; seringkali euforia; dan peningkatan aktivitas motonk dan aktivitas bicara. Kinerja mental yang sederhana lebih banyak dapat diselesaikan, tetapi jumlah kesalahan mungkin bertambah. Prestasi fisik, misalnya pada atlit, meningkat. Tetapi efek ini sangat bervariasi dan dapat terjadi hal-hal yang sebaliknya pada dosis yang berlebihan atau penggunaan berulang-ulang. Penggunaan lama atau dosis besar hampir selalu diikuti oleh depresi mental dan kelelahan fislk. Banyak juga orang yang pada pemberian amfetamin, mengalami sakit kepala, palpitasi, pusing, gangguan vasomotor, agitasi, kacau

Transcript of AMFETAMIN

Page 1: AMFETAMIN

AMFETAMIN

Obat ini adalah salah satu amin simpatomimetik yang paling kuat dalam

merangsang SSP, di samping mempunyai kerja' perifer (5ada reseptor a dan p

melaiui penglepasan NE endogen. Amfetamin mera.ngsang pusat napas di medula

oblongata dan mengurangi depresi sentrai yang ditimbulkan oleh berbagai obat.

Efek ini disebabkan oleh perangsangan pada korteks dan sistem aktivasi retikular.

Sebagai perangsang SSP, isomer d (dekstroamfetamin) 3-4 kali lebih kuat

daripada isomer / -nya.

Pada manusia, efek psikis dosis 10-30 mg dapat berupa peningkatan

kewaspadaan, hilangnya rasa ngantuk, dan berkurangnya rasa lelah; perbaikan

mood, bertambahnya inisiatif, percaya din, dan daya konsentrasi; seringkali

euforia; dan peningkatan aktivitas motonk dan aktivitas bicara.

Kinerja mental yang sederhana lebih banyak dapat diselesaikan, tetapi

jumlah kesalahan mungkin bertambah. Prestasi fisik, misalnya pada atlit,

meningkat. Tetapi efek ini sangat bervariasi dan dapat terjadi hal-hal yang

sebaliknya pada dosis yang berlebihan atau penggunaan berulang-ulang.

Penggunaan lama atau dosis besar hampir selalu diikuti oleh depresi mental dan

kelelahan fislk. Banyak juga orang yang pada pemberian amfetamin, mengalami

sakit kepala, palpitasi, pusing, gangguan vasomotor, agitasi, kacau pikir, disforia,

delirium dan/atau rasa lelah. Penggunaan amfetamin menimbulkan adiksi.

Amfetamin seringkali digunakan untuk menunda kelelahan. Dalam hal ini

amfetamin mengurangi frekuensi hilangnya perhatian akibat kurang tidur

sehingga memperbaikl pelaksanaan tugas yang memerlukan perhatian yang terus

menerus. Kebutuhan untuk tidur dapat ditunda, tetapi tidak dapat terus menerus

dihindarkan. Bila obat ini dihentikan setelah penggunaan kronik, kembalinya pola

tidur yang normal dapat makan waktu sampai 2 bulan. Efek anoreksik amfetamin

juga merupakan efek sentral, yakni pada. pusat makan di hipotalamus lateral, dan

bukan pada pusat kenyang di hipotalamus ventromedial. Berkurangnya nafsu

makan menyebabkan berkurangnya Jumlah kalori yang masuk; Inilah yang

merupakan faktor penting pada penggunaan amfetamin untuk mengurangi berat

badan. Dalam hal Ini peningkatan metsbolisme sangat kecil perannya. Toleransi

Page 2: AMFETAMIN

terhadap efek anoreksik ini timbul dengan cepat. Jadi, penurunan berat badan

tidak terjadi pada orang obese tanpa restriksi diet.

Mekanlsme kerja amfetamin di SSP semuanya atau hampir semuanya

melalui penglepasan amin blogenik dari ujung saraf yang bersangkutan di otak.

Peningkatan kewaspadaan, efek anoreksik dan sebagian aktivitas lokomotor

melaiui penglepasan NE. Dosis yang lebih tinggi melepaskan dopamin, terutama

di neostriatum, dan menimbulkan aktivitas lokomotor serta perilaku yang

stereotipe. Dosis yang lebih tinggi lagi melepaskan serotonin (5-HT) dan dopamin

di mesolimbik, di samping bekerja langsung sebagai serotonin-agonis, dan

menimbulkan gangguan persepsi serta perilaku psikotik. Pada sistem

kardiovaskular, amfetamin yang diberikan secara oral, meningkatkan tekanan

sistolik dan diastolik. Denyut jantung diperlambat secara refleks. Pada dosis

besar, dapat terjadi aritmia jantung. Curah jantung tidak bertambah pada dosis

terapi, dan aliran darah otak hampir tidak berubah. Isomer / sedikit lebih poten

daripada isomer d dalam menimbulkan efek kardiovaskular. Sibutramln, suatu

obat antiobesitas yang ken'a-nya menghambat ambilan serotonin dan

noradrenalin, dan secara lebih lemah juga dopamin.

METAMFETAMIN.

Efek fanmakodinamik metamfetamin seaipa dengan amfetamin, bedanya

dalam pertandingan antara efek sentral dan efek perifer. Dosis kecil menimbulkan

efek perangsangan sentral yang nyala tanpa menimbulkan efek perifer yang

berarti. Dosis yang lebih besar menimbulkan peningkatan tekanan sistolik dan

diastolik, terutama akibat stimulasl jantung. Konstriksi vena meningkatkan alir

balik vena, yang bersama stimulasl Jantung meningkatkan curah jantung. Denyut

Jantung diperlambat secara refleks. Obat ini digunakan terutama untuk ofek

sentralnya, yang lebih kuat dibanding amfetamin, dan disertai dengan efek perifer

yang kurang. Di samping itu, harganya yang murah dan mudah dlperoleh

menyebabkan obat ini banyak disalahgunakan.

Metilfenidat. Obat ini mempunyai struktur kimia mirip amfetamin, dengan

efek farmakologik praktis sama dengan amfetamln. Sebagai perangsang SSP

yang, lemah, efeknya lebih nyata pada aktivitas mental daripada aktivitas motorik.

Page 3: AMFETAMIN

Dosis besar menimbulkan stimulasi SSP secara umum dan dapat terjadi kejang.

Seperti halnya dengan amfetamin, penyalahgunaan obat ini dapat terjadi.

Pemolin. Struktur kimla obat ini tidak sama dengan metilfenidat tetapi

menimbulkan efek sentral yang sama dengan efek kardiovaskular yang minimal.

EFEDRIN, PSEUDOEFEDRIN DAN FENILPRO-PANOLAMIN

Efedrin adalah alkaloid yang terdapat dalam tumbuhan yang disebut efedra

atau ma huang. Bahan herbal yang mengandung efedrin telah digunakan di Cina

selama 2000 tahun, dan sejak puluhan tahun merupakan komponen obat herbal

Cina untuk berbagai klaim misalnya obat pelangsing, obat penyegar atau pelega

napas. Efek farmakodinamik efedrin banyak menyerupai efek Epi. Perbedaannya

ialah bahwa efedrin bukan katekolamin, maka efektif pada pemberian oral, masa

kerjanya Jauh lebih panjang, efek sentralnya lebih kuat, tetapi diperlukan dosis

yang jauh lebih besar daripada dosis Epi.

Seperti halnya dengan Epi, efedrin bekerja pada reseptor 1 dan 2 Efek

perifer efedrin melalui kerja langsung dan melalui penglepasan NE endogen.

Kerja tidak langsungnya mendasari timbulnya takifilaksis terhadap efek

perifernya. Hanya l-efedrin dan efedrin rasemik yang digunakan dalam klinik.

Efek kardiovaskular efedrin menyerupai efek Epi tetapi berlangsung kira-

kira 10 kali lebih lama. Tekanan sistolik meningkat, dan biasanya juga tekanan

diastolik, serta tekanan nadi membesar. Peningkatan tekanan darah ini sebagian

disebabkan oleh vasokonstriksi, tetapi terutama oleh stimulasl Jantung yang

meningkatkan kekuatan kontraksi jantung dan curah jantung. Denyut jantung

mungkin tidak berubah akibat refleks kompensasi vagal terhadap kenaikan

tekanan darah. Aliran darah ginjal dan viseral berkurang, sedangkan aliran darah

koroner, otak dan otot rangka meningkat. Berbeda dengan Epi, penurunan tekanan

darah pada dosis rendah tidak nyata pada efedrin.

Bronkorelaksasi oleh efedrin lebih lemah tetapi berlangsung lebih lama

daripada oleh Epi. Penetesan larutan efedrin pada mata menimbulkan mldriasis.

Refleks cahaya, daya akomodasl, dan tekanan intraokular tidak berubah. Aktivitas

uterus biasanya dikurangi oleh efedrin.

Page 4: AMFETAMIN

Efek sentral efedrin menyerupai efek amfetamln tatapi lebih lemah.

Fenlipropanolamln. Efek farmakodlnamlk fenlipropanolamin menyerupai efedrin

dan potensinya hampir sama dengan efedrin kecuali bahwa obat Ini kurang

menimbulkan perangsangan SSP.

Pseudoefedrln. Merupakan salah satu dari enantiomer efedrin. Cara

kerjanya serupa ofedrin tetapi potensinya lebih rendah.

AGONIS SELEKTIF RESEPTOR

Dobutamin. Struktur senyawa ini mirip dopamin, tetapi dengan substitusi

aromatik yang besar pada gugus amlno. Dobutamin merupakan campuran rasemik

dari kedua isomer / dan d. Isomer / adalah d-agonls yang poten sedangkan isomer

d 1-bloker yang poten. Sifat agonis isomer / dominan, sehingga terjadi

vasokonstriksi yang lemah melalui aktivasl reseptor 1 Isomer d 10 kali lebih

poten sebagai agonis reseptor daripada isomer / dan lebih selektlf untuk reseptor

1 daripada 2.

Dobutamin menimbulkan efek Inotropik yang lebih kuat daripada efek

kronotropik diban-dingkan isoproterenol. Hal ini mungkin disebabkan karena

resistenf perifer yang relatif tidak berubah (akibat vasokonstriksi melalui reseptor

1 diimbangi oleh vasodilatasi melalui reseptor 2) sehingga tidak menimbulkan

refleks takikardi, atau karena reseptor 1 di jantung menambah efek inotropik obat

ini. Pada dosis yang menimbulkan efek inotropik yang sebanding, efek dobutamin

dalam meningkatkan automatisitas nodus SA kurang dibanding isoproterenol,

tetapi peningkatan konduksi AV dan intraventrikular oleh ke-2 obat ini sebanding.

Dengan demikian, infus dobutamin akan meningkatkan kontraktilltas Jantung dan

curah jantung, hanya sedikit meningkatkan denyut jantung, sedangkan resistensi

perifer relatif tidak berubah.

AGONIS SELEKTIF RESEPTOR 2

2-agonis. Dalam golongan ini termasuk metaproterenol (orsiprenalin),

salbutamol (albuterol), terbutalln, fenoterol, formoterol, prokaterol, salmeterol,

pirbuterol, bitolterol, Isoetarln, dan ritodrin. Pada dosis kecil, kerja obat-obat ini

pada reseptor 2 Jauh lebih kuat daripada kerjanya pada reseptor 1. Tetapi bila

Page 5: AMFETAMIN

dosisnya ditinggikan, selektivitas Ini hilang, Misalnya, pada pasten asma,

salbutamol kira-kira sama kuat dengan isoproterenol sebagai bronkodilator (bila

diberikan sebagai aerosol), tetapi jauh lebih lemah dari isoprolerenol sebagai

stlmulan jantung. Tetapi bila dosis salbutamol ditinggikan 10 kali lipat, diperoleh

efek stimulan jantung yang menyamai efek isoproterenol.

Melalul aktivitas reseptor 2, obat-obat ini menimbulkan relaksasi otot

polos bronkus, uterus dan pembuluh darah otot rangka. Aktivasi reseptor 1 yang

menghasilkan stimulasi jantung, oleh dosis yang sama, Jauh lebih lemah. Obat-

obat ini, yang hanya menimbulkan sedikit perubahan tekanan darah,

dikembangkan terutama untuk pengobatan asma bronkial. Selektivitas obat-obat

ini terhadap reseptor 2 tidak sama untuk setiap obat, misalnya metaproterenol

kurang selektif dibandingkan dengan salbutamol.

Ritodrln, terbutalin dan fenoterol digunakan (sebagai Infus) untuk

menunda kelahiran prematur.

AGONIS SELEKTIF RESEPTOR 1

1-agonis. Dalam golongan ini termasuk metoksamin. fenilefrin,

mefentermin, metaraminol dan midodrin. Obat-obat ini digunakan untuk menaik-

kan tekanan darah pada hipotensi atau syok, berdasarkan kerjanya pada reseptor

1 pembuluh darah. Metoksamin dan fenilefrin bekerja secara langsung pada

reseptor 1 sedangkan mefentermin dan metaraminol bekerja secara langsung dan

tidak langsung. Midodrin adalah prodrug yang, setelah pemberian oral, diubah

menjadi desglimidodrin, suatu 1-agonis yang bekerja langsung.

Metoksamin. Metoksamin merupakan agonis reseptor 1 yang hampir

murnl, dan kerjanya secara langsung. Obat ini tidak mempengaruhi reseptor 1

maupun 2 dan tidak mempunyai efek sentral. Efeknya berupa peningkatan

tekanan darah diastolik dan sistolik yang seluruhnya berdasarkan vasokonstriksi,

disertai dengan refleks bradikardla yang dapat diblok dengan atropin. Obat Ini

digunakan untuk pengobatan hipotensi atau untuk menghentikan serangan

takikardla atrial paroksismal. terutama yang menyertai hipotensi.

Page 6: AMFETAMIN

Fenilefrin.

Fenilefrin adalah agonis selektif reseptor 1 dan hanya sedikit

mempengaruhi reseptor p. Efeknya mirip metoksamin dan digunakan untuk

indikasl yang sama. Obat ini juga digunakan sebagai dekongestan nasal dan

sebagai midriatik.

Mefentermin.

Mefentermin bekerja langsung maupun melalul penglepasan NE endogen,

dan mempunyai banyak persamaan dengan efedrin. Obat ini memperkuat

kontraksi jantung dan menimbulkan vasokonstriksi perifer schingga

meningkatkan curah jantung, tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Pada dosis

terapi, efek sentralnya lemah, tetapi menjadi nyata pada dosis yang lebih besar.

Obat ini digunakan untuk mencegah hipotensi, yang seringkali menyertai

anestesia spinal.

Metaraminol.

Metaraminol mempunyai kerja langsung pada reseptor vaskular dan

kerja tidak langsung. Obat ini digunakan unluk pengobatan hipotensi atau untuk

menghentikan serangan taki-kardia atrial paroksismal, terutama yang menyertai

hipotensi.

AGONIS SELEKTIF RESEPTOR , (2-agonis)

Hipotalamus dan nukleus traktus solitarius umumnya dianggap sebagai

tempat utama untuk integrasi berbagai fungsi saraf otonom, termasuk tekanan

darah. Fungsi simpatis diintegrasi oleh nukleus hipotalamus bagian posterior dan

lateral Reseptor A2A adalah reseptor adrenergitiyang paling dominan di SSP.

Perangsangan reseptor 2A oleh 2-agonis, melalui protein G inhibisi (G1)

menurunkan pembentukan cAMP sehingga mensupresi outflow aktivitas saraf

simpatis dari otak dan dengan demikian menimbulkan hipotensi. Di samping Itu,

di perifer, aktfvasi reseptor 2 di ujung saraf adreoergik menghambat penglepasan

NE dari ujung saraf, sehingga memperkuat efek hipotensi dari SSP. Akan tetapi

reseptor 2 juga terdapat di pascasinaps otot polos pembuluh darah, dan

aktlvasinya menyebabkan vasokonstriksi.

Page 7: AMFETAMIN

Klonidin adalah prototipe aragonls, awalnya dikembangkan sebagai

dekongestan nasal karena efek vaskonstriksinya.

Klonidin. Klonidin lalah antihipertensi yang merupakan 2-agonis. Obat

Ini merangsang adrenoseptor A2 di SSP maupun dl perifer, tatapl efek

antihipertensinya terutama akibat perangsangan reseptor A2 di SSP. Obat lain

yang bekerja serupa dengan klonidin ialah guanabenz dan guanfasin. Klonidin

menyebabkan kenaikan tekanan darah segera setelah pemberlan IV. Efek Ini

tampaknya akibat perangsangan reseptor 2 pada otot polos pembuluh darah yang

menlmbulkan vasokonstriksi.

Klonidin mempunyai afinitas yang tinggl untuk reseptor di sini meskipun

dengan efektivitas yang rendah. Efek vasokonstriksl Inl hanya sebentar dan tidak

terlihat pada pemberlan oral. Lalu disusul dengan efek hipotenslf akibat

perangsangan adrenoseptor 2 di SSP.

Efek hipolensif klonldin menetap setelah deplesl katekolamin di SSP

dengan reserpin. Ini menunjukkan bahwa adrenoseptor 2 di batang otak terletak

dl pascasinaps dan bahwa aktivasinya menyebabkan hambatan aktivitas neuron

adrenergik dl batang otak tersebut. Ini berakibat menurunnya aktivitas saraf

adrenergik di perifer, yang selanjutnya menyebabkan berkurangnya penglepasan

NE dari ujung saraf adrenergik. Efek inl dlhambat oleh 2-bloker yohimbin

Klonidin juga bekerja sebagai ajagonls di perifer. Akttvasi reseptor 2 di ujung

saraf adrenergik menyebabkan hambatan penglepasan NE dari ujung saraf

tersebut. Jadi, efek perifer ini akan memperkuat efek sentral, tetapi tampaknya

efek sentral klonidin lebih penting daripada efek perifernya.

Klonidin juga merangsang saraf paraslmpatis sentral Sehingga

meningkatkan tonus vagai yang menambah perlambatan denyut jantung.

Guanfasin.

Obat ini adalah 2-agonis yang lebih selektif dibanding klonidin. Seperti

klonidin, guanfasin menurunkan tekanan darah melalui aktlvasi reseptor 2 sentral

sehingga mengurangl aktivitas sistem simpatis.

Guanabenz

Page 8: AMFETAMIN

Obat ini mirip dengan guanfasln, baik slruktur kimianya maupun efek

farmakologiknya. Kerjanya juga sebagai 2-agonis sentral yang menurunkan

tekanan darah dengan mekanisme yang sama dengan guanfasin dan klonidin.

Metildopa

Obat ini masuk ke SSP dengan mudah dan mengalaml dekarboksilasl

menjadi -metildopamin dan kemudian mengalami hidroksllasi menjadi -

metilnorepinefrin dalam neuron adrenergik sentral. Alfa-metil NE tersebut yang

dilepaskan dari neuron adrenergik sentral merupakan 2-agonis yang menghambat

aktivitas adrenergik di SSP dengan cara yang sama seperti klonidin.

Uraian lebih lanjut mengenai obat-obat 2-agonis sebagai anthipertensi

dapat dllihat pada Bab 21.

Apraklonidin dan brimonidin adalah derivat klonidin yang digunakan topikal pada

mata untuk mengurangi tekanan intraokular berdasarkan kerjanya pada reseptor 2

yang mengurangi pembentukan cairan bola mata.

Tinazidin

Suatu 2-agunis yang merupakan relaksan otot untuk pengobatan

spastisitas yang menyertai kelainan otak dan spinal.

ADRENERGIK LOKAL PADA HIDUNG ATAU MATA

Agonlt reseptor 1. Obat-obat edrenergik yang terutama digunakan sebagai

vasokonstriktor untuk pemakaian lokal pada lapisan mukosa hidung atau pada

mata adalah propilheksedrin, nafazolin, tetrahidrozolin, oksimelazolin, dan

xilometazolin.

FARMAKOKINETIK

Norepinefrin, Isoproterenol, dopamin, dan dobutamin, sebagai

katekolamin, tidak efeklif pada pemberian oral. NE tidak diabsorpsi dengan baik

pada pemberian SK. Isoproterenol diabsorpsi dengan balk pada pemberian

parenteral atau sebagai aerosol, tetapi tidak dapat diandalkan pada pemberian oral

atau sublingual sehingga tidak dianjurkan. Obat hi merupakan substrat yang

baik untuk COMT tetapi bukan substrat yang baik untuk MAO, sehingga

Page 9: AMFETAMIN

kerjanya sedikit lebih panjang daripada Epi. Isoproterenol diambil oleh ujung

saraf adrenergik tetapi tidak sebaik Epi dan NE.

Nonkatekolamin yang digunakan dalam klinik pada umumnya efektif pada

pemberian oral dan kerjanya lama, karena obat-obat ini reslsten terhadap COMT

dan MAO ying banyak terdapat pada dinding usus dan hati sehingga efektif per

oral. Amfetamin, metamfetamin dan efedrin adalah obat-obat oral. Demikian juga

fenilpropanolamin, fenilefrin, dan pseudoefednn merupakan obat simpatomimetik

yang paling sering diberikan per oral untuk dekongesti nasal dan sinus.

Metilfenidat dan pemolin juga diberikan per oral. Kadar metilfenidat dalam otak

melebihi kadamya dalam plasma. Pemolin diberikan sekali sehari karena waktu

paruhnya yang panjang.

Golongan 1-agonis metoksamin, mefentermin, metaraminol dan fenilefrin

yang digunakan untuk pengobatan hipotensi, diberikan secara infus IV atau IM.

Sedangkan midodrin diberikan per oral, sebagai prodrug yang dihidrolisis

menjadi metabolit aktif desglimidodrin, yang merupakan suatu agonis reseptor 1.

Golongan B2-agonis, selaln efektif pada pemberian oral, juga diabsorpsi dengan

balk dan cepat pada pemberian sebagai aerosol. Obat-obat ini bukan katekolamin,

maka resisten terhadap COMT, kecuali isoetarin yang msrupakan katekolamin.

Terbutalin merupakan satu-satunya 2-agonis yang mempunyai sediaan parenteral

untwk pengobatan darurat status asmatikus. Formoterol dan salmeterol

mempunyai masa kerja yang panjang (> 12 jam) sehingga disebut long-acting 2-

agonlst (LABA).

Semua 2-agonis adalah obat-obat oral. Klonidin juga diberikan sebagai

patch transdermal untuk selama 1 minggu.

INTOKSIKASI, EFEK SAMPING DAN KONTRAINDIKASI

NOREPINEFRIN. Efek samping NE serupa dengan efek samping Epi,

tetapi NE menimbulkan pening-katan tekanan darah yang lebih tinggi. Efek sam-

ping yang paling umum berupa rasa kuatir, sukar bernapas. denyut jantung yang

lambat tetapi kuat. dan nyeri kepala selintas Dosis berlebih atau dosis biasa pada

pasien yang hiper-reaktif (misalnya pasien hipertiroid) menyebabkan hipertensi

berat dengan nyeri kepala yang hebat, fotofobia, nyeri dada, pucat, berkeringat

Page 10: AMFETAMIN

banyak, dan muntah. Obat ini dikontraindlkaslkan pada anestesia dengan obat-

obat yang menyebabkan sensitisasi jantung karena dapat timbul aritmia.

Ekstravasasl obat sewaktu penyuntikan IV atau infus dengan NE dapat

menimbulkan nekrosis jaringan. Gangguan sirkulasi pada tempat suntikan, dengan

maupun tanpa ekstravasasi NE, dapat diobati dengan fentolamin. Berkurangnya

aliran darah ke organ-organ merupakan bahaya yang selalu ada pada penggunaan

NE. Obat Ini dikontralndikaslkan pada wanita hamil karena menimbulkan

kontraksl uterus hamil.

ISOPROTERENOL

Efek samping yang umum berupa palpitasi, takikardi, nyeri kepala dan

muka merah. Kadang-kadang terjadi aritmia dan serangan angina, terutama pada

pasien dengan penyakit arteri koroner. Inhalasi isoproterenol dosis berlebih dapat

menimbulkan aritmia ventrikel yang fatal.

DOPAMIN.

Sebelum dopamin diberikan pada pasien syok, hipovolemla harus

dikoreksi teriebih dulu. Dosis berlebih menimbulkan efek adrenergik yang

berlebihan. Selama infus dopamin dapat terjadi mual. muntah, takikardia, aritmia,

nyeri dada, nyeri kepala, hipertensi dan peningkatan tekanan dissiotik.

Ekstravasasi dopamin dalam jumlah besar selama infus dapat menyebabkan

nekrosis iskemik dan kulit terkelupas. Dopamin harus dihindarkan atau dosisnya

sangat dikurangi (menjadi 1/10 atau kurang) pada pasien yang sedang diobati

dengan penghambat MAO. Dosis dopamin juga harus di-sesualkan pada pasien

yang mendapat antidepresi trisiklik.

DOBUTAMIN

Obat ini mempercepat konduksi AV, maka sebaiknya dlhindarkan pada

fibrllasi atrium. Tekanan darah dan denyut jantung dapat sangat meningkat selama

pemberian dobutamin. Bila ini terjadi, kurangi kecepatan infus obat. Seperti obat

inotropik lainnya, dobutamin dapat memperluas ukuran infark miokard dengan

meningkatkan kebutuhan oksigen miokard. Pemberian lebih dari beberapa hari

dapat menimbulkan toleransi.

Page 11: AMFETAMIN

METOKSAMIN

Dosis terapi menlmbulkan perangsangan pilomotor dan keinginan kencing

(hesitancy). Pada penyuntikan IV kadang-kadang timbul rasa saklt pada

ekstremitas dan perasaan dingin.

MEFENTERMIN

Efek samping obat ini berhubung-an dengan stimulasi SSP, peningkatan

tekanan darah berleblhan, dan aritmia.

TIRAMIN

Tiramin tidak digunakan sebagai obat; terdapat dalam pisang dan buah-

buahan lain yang terlalu ranum dan makanan beragi misalnya keju. Pasien yang

sedang diobati dengan menghambat MAO tidak boleh diberi nonkatekoiamin atau

makan makanan yang beragi, seperti keju, blr dan anggur. Makanan beragi

mengandung tiramin dalam jumlah yang bervariasi (Tabel 4-2), biasanya dirusak

oleh MAO di dinding usus dan hati sehingga tidak pernah mencapai sirkulasi

sistemik. Dengan adanya penghambat MAO, tiramin dalam Jumlah 20-50 mg

akan mencapai sirkulasi sistemik, masuk ke vesikel saraf adrenergik dan

melepaskan NE yang sama banyaknya dari ujung saraf adrenergik, akibatnya

dapat terjadi krisis hipertensi. Nonkatekolamin yang resisted terhadap MAO

sekalipun Jangan diberikan bersama penghambat MAO karena penghambat MAO

akan menyebabkan efek NE endogen yang dilepaskan oleh obat tadi tidak

dipecah.

Makanan Kadar/sajian Keterangan

Ikan hering asap

Kaju

Salami

Anggurmerah

Ragi

Coklat

0 -198 mg

0 -130 mg

0- 74 mg

0 - 3 mg

2- 68 mg

0

tergantung proses

peragian

mengandung

feniletilamin

Page 12: AMFETAMIN

AGONIS SELEKTIF RESEPTOR 2

Efek samping berupe tremor, rasa gugup, khawatir, takikardia, palpitasl,

nyeri kepala, mual dan muntah, terutama pada pemberian oral. Efek samping

sistemik Ini jarang terjadi pada pemberian secara inhalasi. Infus ritodrin,

terbutalin, fenoterol, atau 2-agonis lainnya untuk menunda kelahiran prematur

menimbulkan efek samping berupa takikardia, hiperglikemia, hipokalemia, edema

paru (bila hidrasi berlebihan), dan lain-lain pada sang ibu, sedangkan bayinya

dapat mengalami hipoglikemia.

Penggunaan 2-agonis sebagai bronkodilator harus hati-hati pada pasien

dengan hipertensi. penyakit Jantung koroner, gagal jantung kongestif, hipertiroid,

atau diabetes. Di samping itu, penggunaan 2-agonis untuk menunda kelahiran

dikontra-indikaslkan pada pasien dengan penyakit jantung atau diabetes yang

bergantung pada insulin.

AGONIS SELEKTIF RESEPTOR α2.

Efek samping utama adalah mulut kering dan sedasi. Dapat juga terjadi

disfungsi seksual dan bradikardia. Klonidin yang digunakan transdermal

menimbulkan dermatitis kontak pada 15-20% pasien. Penghentian mendadak

dapat menimbulkan gejala putus obat berupa hlpertensl rebound, yang berat

dengan klonidin, dan lebih ringan dengan guanfasin.

OBAT ADRENERGIK LOKAL SEBAGAI DEKONGESTAN NASAL

Penggunaannya dapat diikuti dengan kongesti susulan, dan penggunaan

lama sering menimbulkan rinitis kronik. Nafazolin juga merangsang mukosa

hidung, sehingga menimbulkan rasa sakit seperti ditusuk pada pemakaian

pertama. Derivat imidazolin (nafazolin, tetrahidrozolin, oksimetazolin dan xilo-

metazolin) bila cukup banyak terabsorpsl dapat menimbulkan depresl SSP dengan

aklbat koma dan penurunan suhu tubuh yang hebat, terutama pada bayi.

Karenanya, obat-obat ini tidak boleh diberikan pada bayi dan anak kecil.

Dekongestan nasal yang efektif pada pemberian oral (misalnya

feniliropanolamin) selaln menimbulkan konsiriksi pembuluh darah mukosa

Page 13: AMFETAMIN

hidung, juga menimbulkan konstriksi pembuluh darah lain sehingga dapat

meningkatkan tekanan darah, dan mungkin juga menimbulkan stimulasi jantung.

OBAT LOKAL PADA MATA.

Penggunaan rutin obat tetes mata yang bekerja sebagai vasokon-striktor

lokal berpotensi menimbulkan kekeringan pada mata dan berpengaruh buruk pada

epitel konjungtiva bulbi dan kornea. Brimonidin tetes mata yang digunakan untuk

menurunkan tekanan intraokuler dapat menembus sawar darah otak sehingga

dapat menimbulkan hipotensi dan sedasi.

OBAT ADRENERGIK YANG BEKERJA Dl SSP.

Amfetamin. Intoksikasi akut amfeiamin disebabkan oleh dosis berlebih

dan merupakan kelanjutan dan efek farmakodinamiknya. Gejala sentral berupa

kegelisahan, pusing, tremor, refleks hiperaktif, suka bicara, rasa tegang, mudah

tersinggung. insomnia, dan kadang-kadang eufoha. Stimulasi sentral biasanya

dilkuti dengan kelelahan fislk dan depresi mental. Gejala kardiovaskular berupa

nyeri kepala, xasa dingin, palpitasi, aritmia jantung, serangan angina, hipertensi

atau hipotensi dan kolaps kardio-vaskular. Pengeluaran keringat yang berlebihan

dan gejala saluran cerna juga dapat timbul. Keracunan yang hebat berakhir dengan

konvulsi, koma dan kematian karena perdarahan otak.

Pengobatan keracunan akut termasuk pengasaman urin dengan amonium

klorida untuk mempercepat ekskresinya. Gejala-gejala sentralnya dapat diatasi

dengan sedatif, sedangkan hipertensi yang berat membutuhkan natrium

nitroprusid atau suatu α-bloker.

Intoksikasi kronik menimbulkan gejala yang serupa dengan gejala

intoksikasi akut, tetapl gejala mental lebih umum terjadi. Gejala yang berat

umumnya berupa reaksi psikotik dengan halusinasi dan delusi paranoid,

menyerupai skizofrenia. Berat badan turun dengan nyata. Bila obat dihentikan,

biasanya pasien sembuh dengan cepat.

Penyalahgunaan obat ini untuk mengatasi rasa ngantuk dan untuk

menambah tenaga atau kewaspadaan harus dicegah. Amfetamin sebaiknya jangan

diberikan pada pasien. dengan anoreksia, Insomnia, astenla, kepribadian yang

Page 14: AMFETAMIN

pslkopat atau yang labil. Kontraindikasi dan perhatlan lain pada penggunaan obat

ini umumnya sama dengan Epi.

Amfetamin sering menimbulkan adiksi. Toleransi terhadap efek

gnoreksigenik hampir selalu timbul. Sensitivitas muncul kembali bila obat

dihentikan. Pada pengobatan narkolepsi, toleransi tidak timbul meskipun

pengobatan telah berlangsung selama bertahun-tahun.

Metilfenidat

Metilfenidat sama efektifnya dengan amfetamin dan kurang menimbulkan

hambatan pertumbuhan. Penggunaan metilfenidat pada anak yang sedang tumbuh

tetap berpotensi menyebabkan gahgguan pertumbuhan.

Sibutramin. Sibutramin potensial dapat menimbulkan efek samping serupa

amfetamin tetapl dalam frekuensi kejadian yang lebih Jarang.

Efedrin. Efek samping pada penggunaan efedrin serupa dengan efek

samping epinefrin, dengan tambahan efek sentral pada efedrin. Insomnia, yang

soring terjadi pada pengobatan kronik, mudah diatasi dengan pemberian sedatif.

Perhatian pada penggunaan obat Ini sama dengan pada epinefrin dan amfetamin.