AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

229
AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT DISERTASI Oleh SYAHMINAR NIM : 098104001 Program Doktor (S3) Ilmu Pertanian PROGRAM DOKTOR ILMU PERTANIAN SEKOLAH PASCA SARJANA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2020 Universitas Sumatera Utara

Transcript of AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

Page 1: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT

DISERTASI

Oleh

SYAHMINAR

NIM : 098104001

Program Doktor (S3) Ilmu Pertanian

PROGRAM DOKTOR ILMU PERTANIAN

SEKOLAH PASCA SARJANA FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2020

Universitas Sumatera Utara

Page 2: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT

RINGKASAN DISERTASI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Doktor dalam

Program Doktor Ilmu Pertanian pada Program Pascasarjana Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara di bawah pimpinan Rektor Universitas Sumatera Utara

Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. untuk dipertahankan dihadapan Sidang

Terbuka Senat Universitas Sumatera Utara pada tanggal 24 Januari 2020

Oleh

SYAHMINAR

NIM : 098104001

Program Doktor (S3) Ilmu Pertanian

PROGRAM DOKTOR ILMU PERTANIAN

SEKOLAH PASCA SARJANA FAKULTAS PERTANIN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2020

Universitas Sumatera Utara

Page 3: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Ameliorasi dan Pemupukan pada Lahan Gambut Untuk Pening

katan Produktivitas Kelapa Sawit

N a m a : S y a h m i n a r

N I M : 098104001

Program Studi : Ilmu Pertanian

Menyetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Erwin Masrul Harahap, M.S

Promotor

Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, M.P Ir. Ali Jamil, MP, PhD

Co-Promotor Co-Promotor

Ketua Program Studi, Dekan,

Prof. Ir. Edison Purba, PhD Dr. Ir. Hasanuddin, MS

Universitas Sumatera Utara

Page 4: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

Lembar Penetapan Panitia Penguji

Diuji pada Ujian Disertasi Terbuka (Promosi Doktor)

Tanggal : 24 Januari 2020

PANITIA PENGUJI DISERTASI PEMIMPIN SIDANG : Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.,Hum (Rektor Universitas Sumatera Utara) TIM PROMOTOR : Prof. Dr. Ir. Erwin Masrul Harahap, MS Promotor Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP Co-Promotor Ir. Ali Jamil, MP, Ph.D Co-Promotor TIM PENGUJI LUAR KOMISI Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, MS Dr. Ir. Mukhlis, MSi Prof. Dr. Ir. Basyaruddin, MS

Universitas Sumatera Utara

Page 5: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

PERNYATAAN

JUDUL DISERTASI

AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT

Dengan ini penulis menyatakan bahwa disertasi ini sebagai syarat untuk mempero leh

gelar Doktor pada Program Studi Doktor (S3) Ilmu Pertanian pada Program Pascasarjana

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis

sendiri. Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu

dari hasil karya orang lain dalam penulisan disertasi ini, penulis cantumkan sumbernya secara

jelas sesuai degan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah,

Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian disertasi ini bukan

hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia

menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Medio Januari 2020

Penulis,

SYAHMINAR

098104001

Universitas Sumatera Utara

Page 6: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

Bismillahirrahmanirrahim

“ Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan,

tetapi mereka tidak sadar ” (Surat Al-Baqarah, ayat : 12)

“ Telah muncul kerusakan di darat dan di laut akibat ulah tangan manusia,

sehingga Tuhan rasakan kepada mereka, akibat perbuatan mereka itu, agar

mereka kembali kejalan yang lurus ” (Surat Ar-Rum, ayat : 41)

“ Telitilah semua yang ada di langit maupun di bumi ”

(Surat Yunus, ayat : 101)

“ Maka, sudahkah kamu teliti tentang bibit (benih) yang kamu tanam ! ”

(Surat Al-Waqiah, ayat : 63)

“ Maka, sudahkah kamu teliti tentang air yang kamu minum !”

(Surat Al-Waqiah, ayat : 68)

“ Dan dari tanah yang subur dihasilkan tetanaman yang produktif dengan izin Allah dan dari tanah yang tidak subur (tandus) tidak dihasilkan, kecuali dengan payah ” (Surat Al-A’raf, ayat : 58)

“ Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu untuk memakmur

kannya ” (Surat Hud, ayat : 61)

“ Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukurannya ” (Surat Al-Hijr, ayat : 19)

“ Dan Dialah yang menurunkan air dari langit, lalu kami keluarkan dengan air itu segala macam tetumbuhan. Maka kami keluarkan sebagiannya tanaman yang menghijau itu bebijian yang banyak. Dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangakai yang menju lai dan kebun-kebun anggur, zaitun dan delima serupa dan tidak serupa. Perhatikanlah buahnya ketika berbuah dan masaknya. Sesungguhnya dalam hal yang demikian itu menjadi tanda-tanda bagi kamu yang beriman ” (surat Al-An’am, ayat : 99).

Kepersembahkan buat :

Ayahanda/ibunda (alm/almh), seluruh keluarga (kakanda dan abangda), bapak dan ibu

mertua, serta Isteri dan anak-anak-ku tercinta.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

i

RINGKASAN

Syahminar. Ameliorasi dan Pemupukan pada Lahan Gambut Untuk Peningka

tan Produktivitas Kelapa Sawit. Dibimbing oleh Erwin Masrul Harahap, Abdul Rauf

dan Ali Jamil.

Penelitian dilakukan atas tiga tahapan kegiatan yaitu tahapan pertama (penelitian-I)

merupakan percobaan inkubasi dari aplikasi bahan amelioran yang terdiri dari dolomit, batu

an fosfat dan tanah mineral pada media tanam gambut di polibag, tahapan kedua (penelitian-

II) merupakan percobaan aplikasi bahan amelioran yang sama terhadap perbaikan sifat kimia

tanah dan pertumbuhan vegetatif bibit kelapa sawit di pembibitan utama, penelitian I dan II

dilakukan secara bersamaan dan tahapan ketiga (penelitian-III) bertujuan untuk melihat penga

ruh ameliorasi (dolomit, batuan fosfat dan tanah mineral) dan pemupukan terhadap pertum

buhan dan peningkatan produktivitas kelapa sawit di lahan gambut. Penelitian I dan II dila

kukan di Kelurahan Sijambi Kecamatan Datuk Bandar Kota Tanjungbalai, sedang penelitian

III di laksanakan di kebun PT. Grahadura, desa Sukarame Baru, Kecamatan Kualuhhulu-Aek

Kanopan, Kabupaten Labuhan.atu Utara-Sumatera Utara.

Penelitian I dan II menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non Faktorial,

terdiri dari tiga ulangan dengan sembilan perlakuan kombinasi jenis dan dosis bahan ameli

oran yang terdiri dari dolomit, batuan fosfat dan tanah mineral yang sama, yaitu pemberian

dolomit, dibagi 3 taraf yaitu: D1=0,45 kg.polibag-1

; D2=0,90 kg.polibag-1

; dan D3=1,35 kg

.polibag-1

; pemberian batuan fosfat dibagi 3 taraf yaitu: F1=0,45 kg.polibag-1

; F2= 90 kg.

polibag-1

; dan F3=1,35 kg.polibag-1

; serta pemberian tanah mineral, juga dibagi 3 taraf yaitu:

M1=0,45 kg.polibag-1

; M2=0,90 kg.polibag-1

; dan M3=1,35 kg.polibag-1

. Penelitian I bertuju

an untuk melihat pengaruh bahan amelioran yang diinkubasi, terhadap perubahan sifat kimia

tanah media tanam gambut, sedang penelitian II bertujuan untuk melihat respon pertumbuhan

vegetatif bibit kelapa sawit di pembibitan utama dan perubahan sifat kimia tanah terhadap

pemberian bahan amelioran. Sedang penelitian tahap III disusun dengan menggunakan Ranca

ngan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari dua faktor dengan tiga ulangan.

Faktor pertama adalah pemberian jenis dan dosis bahan amelioran dibagi atas sembilan

macam kombinasi perlakuan yaitu: pemberian dolomit dengan sandi: D1= 14 kg.phn-1

(2

ton.ha-1

thn-1

); D2= 28 kg.phn-1

(4 ton.ha-1

thn-1

); D3= 42 kg.phn-1

(6 tont.ha-1

thn-1

); pemberian

batuan fosfat dengan kode: F1= 14 kg.phn-1

(2 ton.ha-1

thn-1

); F2= 28 kg.phn-1

(4 ton.ha-1

thn-

1), F3= 42 kg.phn

-1 (6 ton.ha

-1thn

-1); dan pemberian tanah mineral dengan kode: M1= 14 kg.

phn-1

(2 ton.ha-1

thn-1

); M2= 28 kg.phn-1

(4 ton.ha-1

thn-1

); dan M3= 42 kg.phn-1

(6 ton.ha-1thn

-

1). Sedang faktor kedua adalah aplikasi paket pemupukan dibagi atas 3 macam, yaitu: P1= pa

ket pemupukan Pusat Perkebunan Kelapa Sawit (PPKS) Medan; P2=paket pemupukan Tek

nologi Masukan Rendah (TMR), dan P3= paket pemupukan Kebun PT.Grahadura (PTG), se

hingga diperoleh 27 kombinasi perlakuan.

Hasil penelitian I menunjukkan bahwa secara umum pemberian ketiga jenis dan dosis

bahan amelioran (dolomit, batuan fosfat, dan tanah mineral) beragam, untuk dosis 1,35 kg.

dolomit.polibag-1

(D3) tertinggi meningkatkan pH-tanah, K-dd, Ca-dd dan Mg-dd, sedang

dosis 1,35 kg.batuan fosfat.polibag-1

(F3) tertingggi meningkatkan kadar P-tersedia, semen

tara pemberian tanah mineral dosis 0,90-1,35 kg.polibag-1

(M2-M3) tertingggi meningkatkan

KTK-tanah.

Hasil penelitian II menunjukkan bahwa pemberian (dolomit, batuan fosfat dan tanah

mineral) secara umum juga beragam untuk semua umur pengamatan. Pemberian dolomit do

sis 0,90-1,35 kg.polibag-1

(D2 dan D3) dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi bibit dan

Universitas Sumatera Utara

Page 8: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

ii

jumlah daun; sedang untuk pemberian batuan fosfat dan tanah mineral dosis yang sama 0,90-

1,35 kg.polibag-1

(F2;F3 dan M2; M3) selain mempengaruhi pertumbuhan tinggi bibit dan

jumlah daun bibit juga diameter bibit. Pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran juga

dapat memperbaiki sifat kimia tanah media tanam gambut setelah pelaksanaan pembibitan

utama berakhir bila dibandingkan dengan analisis tanah awal, meliputi pH tanah, N-total, P-

tersedia, KTK tanah dan kation basa meliputi K,dd, Ca-dd dan Mg-dd. Hasil analisis tanah ter

tinggi untuk pH terdapat pada pemberian dolomit dosis 0,90-1,35 kg.polibag-1

(D2 dan D3);

N terdapat pemberian dolomit dosis 0,45-0,90 kg.polibag-1

(D1 dan D2) dan pemberian batu

an fosfat dosis 0,45 kg.polibag-1

(F1); P-tersedia tertinggi pada pemberian batuan fosfat untuk

semua dosis (F1;F2 dan F3); sedang untuk K, Ca, Mg dan KTK tertinggi terdapat pada pem

berian dolomit dosis 1,35 kg.polibag-1

(D3). Pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelio

ran tersebut juga menunjukkan adanya peningkatan terhadap kadar hara N,K,Ca dan Mg daun

bibit kelapa sawit, kecuali P. Kadar hara K dan Mg tertinggi pada pemberian tanah mineral

dosis 1,35 kg.polibag-1

(M3), kadar Ca tertinggi pada pemberian dolomit dan batuan fosfat

dosis 90-1,35 kg.polibag-1

(D2;D3 dan F2; F3), sementara untuk kadar N merata untuk semua

pemberain bahan amelioran.

Hasil penelitian III menunjukkan bahwa pemberian pemupukan Teknologi Masukan

Rendah (TMR/P2) dosis 3,25 kg.phn-1

thn-1

disertai pemberian tanah mineral dosis 42 kg.phn-

1 (6 ton.ha

-1thn

-1/M2) [M2P2], dan bersamaan dengan batuan fosfat dosis 14 kg.phn

-1 (2

ton.ha-1

thn-1

/F1) [F1P2] dan dolomit dosis 42 kg.phn-1

(6 ton.ha-1

thn-1

/D3) [D3P2] berpenga

ruh terhadap kadar hara K, Ca, dan Mg daun kelapa sawit umur 14 tahun di lahan gambut.

Pemberian interaksi reaktan (pemupukan dan bahan amelioran) tidak berpengaruh nyata ter

hadap kadar hara P, tetapi berpengaruh terhadap kadar hara N daun secara mandiri, baik pem

berian pemupukan (P) maupun bahan amelioran (A). Kadar hara N daun tertinggi terdapat

pada pemupukan PPKS dosis 6,25 kg.phn-1

ha-1

(P1) yaitu 2,78 %, sedang pada bahan ameli

oran terdapat pada pemberian dolo mit 28 kg.phn-1

(4 ton.ha-1

thn-1

/F2) yaitu 2,95 %.

Produksi TBS kelapa sawit varietas D x P Marihat umur 14 tahun di lahan gambut sub

grup Typic Haplosaprist tertinggi terdapat pada pemberian batuan fosfat dosis 42 kg.phn-1

(4

ton.ha-1

thn-1

/F3) yaitu 38,34 ton TBS.ha-1

thn-1

(rataan 3,20 ton.TBS.ha-1

). Sedang untuk paket

pemupukan terbaik/tertinggi terdapat pada pemberian paket pemupukan PPKS (P1) dosis 6,2

5 kg-1

phn-1

terdiri dari (1,50 kg urea; 1,50 kg TSP; 2,00 kg MoP; 1,25 kg kieserit) yaitu 37,36

ton TBS.ha-1

thn-1

(rataan 3,11 ton TBS.ha-1

). Sedang untuk interaksinya tidak menunjukkan

adanya pengaruh yang nyata, namun hasilnya cenderung yang terbaik terdapat pada pem

berian batuan fosfat disertai paket pemupukan PPKS [F3P1]. Untuk panjang pelepah dan

jumlah anak daun tertinggi terdapat pada interaksi pemberian tanah mineral dosis 28 kg.phn-1

(4 ton.ha-1

thn-1

/M2) disertai dengan paket pemupukan PPKS/P1 dosis 6,25 kg. phn

-1thn

-1

(1,50 kg urea; 1,50 kg TSP; 2,00 kg MoP dan 1,25 kg kieserit) [M2P1] yaitu 5,73 m dan

untuk jumlah anak daun yaitu 317,67 helai. Untuk jumlah pelepah dan rataan berat tandan

tertinggi terdapat pada pemberian tanah mineral secara tunggal dosis 28 kg.phn-1

(4 ton.ha-

1thn

-1/M2) yaitu 42,93 pelepah dan rataan berat tandan (M2) yaitu 30,56 kg.phn

-1. Sedang

untuk jumlah tandan terbanyak terdapat pada pemberian batuan fosfat secara tunggal dosis 42

kg. phn-1

(6 ton.ha-1

thn-1

/F3) yaitu 1,11 tandan.

Kata kunci : Lahan gambut, bahan amelioran (dolomit, batuan fosfat dan tanah mineral),

pupuk kimia (urea, TSP, MoP dan kieserit), bibit, polibag dan tanaman kelapa

sawit

Universitas Sumatera Utara

Page 9: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

iii

SUMMARY

Syahminar. Amelioration and Fertilization on Peatlands for Increasing the Productivity

of Oil Palm. Supervised by Erwin Masrul Harahap, Abdul Rauf and Ali Jamil.

The research was conducted in three stages. The first stage (research-I) is an incu

bation experiment of ameliorant materials including dolomite, rock phosphate and mineral

soil on peat planting media in polybags. The second stage (research-II) is an experimental

application of ameliorant material to improve soil chemical properties and vegetative growth

of oil palm seedlings in the main nursery. Research I and II were conducted simultaneously.

The third stage (research-III) aims to determine the effect of amelioration (dolomite, rock

phosphate and mineral soil) and fertilization on the growth and productivity of oil palm in

peatlands. Research I and II were conducted in Sijambi Village, Datuk Bandar Subdistrict,

Tanjungbalai City, while Research III was carried out in Grahadura Company, Sukarame

Baru Village, Kualuhhulu-Aek Kanopan Subdistrict, Labuhanbatu Utara District, North

Sumatra.

Research I and II used a non-factorial randomized block design, consisting of three

replications with nine treatment combinations of types and doses of ameliorant material

including dolomite, rock phosphate and mineral soil. Dolomite application consist of 3 levels:

D1 = 0.45 kg polybag-1

; D2 = 0.90 kg polybag-1

; and D3 = 1.35 kg polybag-1

. Rock phosphate

application consist of 3 levels: F1 = 0.45 kg polybag-1

; F2 = 90 kg polybag-1

; and F3 = 1.35

kg polybag-1

. Mineral soil applications also consist of 3 levels: M1 = 0.45 kg polybag-1

; M2 =

0.90 kg polybag-1

; and M3 = 1.35 kg polybag-1

. The research I aims to determine the effect of

incubated ameliorant material on changes in soil chemical properties of peat planting media.

Research II aims to determine the response of vegetative growth of oil palm seedlings in the

main nursery and changes in soil chemical properties to the ameliorant material application.

Research III was compiled using a factorial randomized block design consisting of two

factors with three replications. The first factor is the application of the type and dosage of

ameliorant material consisting of nine treatment combinations. Dolomite application: D1 = 2

tons ha-1

(14 kg plant-1

); D2 = 4 tons ha-1

(28 kg plant-1

); D3 = 6 tons ha-1

(42 kg plant-1

).

Rock phosphate applications: F1 = 2 tons ha-1

(14 kg plant-1

); F2 = 4 tons ha-1

(28 kg plant-1

),

F3 = 6 tons ha-1

(42 kg plant-1

). Mineral soil application: M1 = 2 tons ha-1

(14 kg plant-1

); M2

= 4 tons ha-1

(28 kg plant-1

); M3 = 6 tons ha-1

(42 kg plant-1

). The second factor was fertile

zation application consisting of three types, namely: P1 = fertilizer package for the Center for

Oil Palm Plantation (PPKS) Medan; P2 = fertilizer package Low Input Technology (TMR),

and P3 = fertilizer package Grahadura Company Plantation (PTG), so we get 27 treatment

combinations.

The results of the research I showed the application of the three types and doses of

ameliorant material (dolomite, rock phosphate, and mineral soil) vary. For the highest dose of

dolomite 1.35 kg polybag-1

(D3) increases the soil pH, K-exchangeable, Ca-exchangeable,

and Mg-exchangeable. Rock phosphate application at a dose of 1.35 kg of polybag-1

(F3)

increases the level of available P. While the mineral soil application dosage from 0.90 to 1.35

kg polybag-1

(M2-M3) is the highest in increasing CEC-soil.

The results of research II showed the application of ameliorant material (dolomite,

rock phosphate and mineral soil) varied for all ages of observation. Dolomite application with

a dose of 0.90-1.35 kg polybag-1

(D2 and D3) has been shown to increase the growth of

seedling height and number of leaves. Application of rock phosphate and mineral soil

dosages from 0.90 to 1.35 kg polybag-1

(F2; F3 and M2; M3) affect the growth of seedling

Universitas Sumatera Utara

Page 10: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

iv

height, the number of seedling leaves, and seedling diameter. Application of the three types

and dosages of ameliorant material also improves the chemical properties of peat planting

media after the implementation of the main nursery ends compared to the initial soil analysis,

including soil pH, N-total, P-available, CEC and alkaline cation including K-exchangeable,

Ca-exchangeable, and Mg-exchangeable. The results of the analysis for the highest soil pH

was found in dolomite applications with doses of 0.90-1.35 kg polybag-1

(D2 and D3). The

highest N was found in dolomite application with a dose of 0.45 to 0.90 kg polybag-1

(D1 and

D2) and rock phosphate dose of 0.45 kg polybag-1

(F1). The highest available P was found in

rock phosphate applications for all doses (F1; F2 and F3). While for the highest K, Ca, Mg

and CEC were found in dolomite applications at a dose of 1.35 kg polybag-1

(D3). The

application of the three types and dosages of ameliorant material also showed an increase in

N, K, Ca and Mg nutrient uptake of seedling leaves, except P. The highest K and Mg nutrient

uptake was found in mineral soil applications with a dose of 1.35 kg polybag-1

(M3). The

highest Ca uptake was found in dolomite and rock phosphate applications in doses of 90-1.35

kg polybag-1

(D2; D3 and F2; F3), while for N uptake there was no difference for all

ameliorant material applications.

The results of the research III showed the application of Low Input Technology (TMR

/ P2) fertilization with a dose of 3.25 kg plant-1

year-1

accompanied by application of mineral

soil with a dose of 42 kg plant-1

(M3P2), simultaneously with the application of rock

phosphate with a dose of 14 kg plant-1

(F1P2) and dolomite application at a dose of 42 kg

plant-1

(D3P2) affect the nutrient uptake of K, Ca, and Mg leaves of 14-year-old oil palm in

peatlands. The application of reactant interactions (fertilization and ameliorant material) not

significantly affect the nutrient uptake of P, but it affect the uptake of N nutrients in leaves,

both in the application of fertilization (P) and ameliorant material (A). The highest nutrient

uptake of N in the leaves was found in PPKS fertilization package at a dose of 6.25 kg plant-1

ha-1

(P1) which was 2.78%, while the ameliorant material was found in dolomite application

at a dose of 28 kg plant-1

(F2), which was 2.95%.

The highest production of fresh fruit bunches (FFB) of 14-year-old oil palm in typic

haplo saprist subgroup peatlands was found in October 2015 observations in the dolomite

application at a dose of 28 kg plant-1

(4 tons ha-1

/D2) accompanied by TMR fertilizer dose of

3.25 kg plant-1

(1.00 kg urea; 0.5 kg TSP; 1.00 kg MoP and 0.75 kg kieserite/D2P2) which

was 3.92 tons FFB ha-1

. For the highest measurement results of stem length and number of

leaflets found in the interaction of mineral soil dosage of 28 kg plant-1

and PPKS fertilization

dose of 6.25 kg plant-1

year-1

(150 kg urea; 150 kg TSP; 2.00 kg MoP and 1.25 kg

kieserite/M2P1) which was 5.73 m and for the number of leaflets was 317.67 strands,

respectively in February and April 2016. The highest number of stem and average bunch

weight were found in April and March 2016 independently applied mineral soil at a dose of

28 kg plant-1

(M2), which was 42.93 stem, and the average bunch weight (M2) was 30.56 kg

plant-1

. Whereas the highest number of bunches was found in rock phosphate application with

a dose of 42 kg plant-1

(6 tons ha-1

/F3) which was 1.11 bunches in September 2015

observations.

Keywords: peatland, ameliorant material (dolomite, rock phosphate and mineral soil),

chemical fertilizer (urea, TSP, MoP, kieserite), seedling, polybag, oil palm

Universitas Sumatera Utara

Page 11: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kelurahan dan Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang

Bedagai, pada hari Senin tanggal 14 Agustus 1962, merupakan putra ke-enam dari enam ber

saudara dari Bapak Muhammad Djasimsyah Batubara (Almarhum) dan ibunda Mariatun

Kabatiah Hasibuan (almarhumah). Pada hari Rabu, tanggal 29 September 1991 penulis meni

kah dengan Ir. Cik Zulia Lubis, MP, bapak mertua bernama Zulkarnain Mukhtar Lubis dan

ibu mertua bernama Halawiyah. Dikaruniai empat orang anak, tiga orang putra dan seorang

putri, yaitu Zulfakar Adi Putra, S.Kom (F-MIPA USU/mahasiswa S2 Ilmu Komputer USU),

bekerja sebagai PNS di kantor Kejaksaan Negeri P. Siantar. Aulia Fikri Ariq Putra, S.Pt (FP-

USU), Najla Huwaida Putri, Amd, SE [Program Diploma Akuntansi LP3I/S1 Perpajakan

STMIK-SUKMA] dan Addarsyah Dhia Putra mahasiswa S1 Program Studi bahasa Inggris di

Aligarh Muslim University-India. Ke-empatnya mengikuti pendidikan di Pesantren Darul Ara

fah, Kabupaten Deli Serdang selama enam tahun sejak SMP/Tsanawiyah sampai SMA/Ali

yah dengan pilihan rumpun IPA.

Pendidikan dasar ditempuh di Sekolah Dasar Negeri (SDN)-2 Dolok Masihul lulus

pada tahun 1974, SMP-Alwashliyah Dolok Masihul lulus tahun 1977, SMA Negeri-1 Tebing

Tinggi Deli Jurusan IPA, lulus tahun 1981 (penambahan masa studi setengah tahun), Prog

ram Strata satu (S1) pada Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara (UISU)

Medan jurusan Ilmu Tanah, lulus Sarjana Muda (BSc) tahun 1984 dan lulus Sarjana Perta

nian lengkap (Ir) pada tahun 1986, mengikuti program Strata dua (S2) pada program studi

Ilmu Tanah Universitas Sumatera Utara (USU) Medan dan lulus Magister Pertanian (MP)

tahun 2004 dan mengikuti Program Strata tiga (S3) pada Program Studi Ilmu Pertanian

Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara (USU) mulai tahun 2009 sampai sekarang.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

vi

Penulis adalah Dosen pada Fakultas Pertanian Universtas Asahan (UNA) Kisaran mulai

tahun 1988-sekarang

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan mengucapkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT serta rahmat dan

karuniaNya, disertasi dengan judul: “Ameliorasi dan Pemupukan pada Lahan Gambut

Untuk Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit” ini dapat disusun. Disertasi ini merupa

kan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi startum tiga (S3) pada Sekolah Pasca Sar

jana (SPS) Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

Dalam penulisan disertasi ini, yang diawali dengan penyusunan usulan penelitian/ren

cana penelitian, pelaksanaan penelitian di lapangan maupun laboratorium serta penyusunan

laporan berupa disertasi, banyak pihak yang memberikan kontribusi dan andil atas terselesai

kannya tulisan ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih

dan penghargaan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Erwin Masrul Harahap, MS, selaku Promotor/ketua komisi pem

bimbing atas bimbingan, arahan dan masukannya selama proses penelitian, beserta ke

luarga.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Abdul Rauf, MP, yang sangat banyak memberikan bimbingan,

saran dan sumbangan pemikiran dan Bapak Ir. H.Ali Jamil Harahap, MP, PhD yang telah

memberikan bimbingan, dorongan dan semangat, masing-masing sebagai Co-Promotor/

anggota pembimbing, beserta keluarga.

3. Ibu Prof.Dr.Ir.Asmarlaili, MS,DAA, Dr.Dra.Ir.Chairani Hanum, MS dan Dr.Ir.Edi Sigit

Sutarta,MSc, masing-masing sebagai dosen penguji dalam pelaksanaan seminar hasil dan.

Bapak Prof.Dr.Ir.Basyaruddin, MS, ibu Dr.Dra.Ir.Chairani Hanum, MS dan Bapak Dr.Ir.

Mukhlis,MSi masing-masing sebagai penguji dalam pelaksanaan ujian tertutup yang telah

banyak memberikan masukan dan saran dalam perbaikan disertasi ini.

4. Para pendukung finansial dalam penelitian ini, baik yang berasal dari beasiswa on Going

dari Pemerintah cq Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Republik Indonesia maupun da

ri Pimpinan Yayasan Universitas Asahan dan Rektor Universitas Asahan.

5. Rektor Universitas Sumatera Utara Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum beserta

seluruh jajarannya atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk me

ngikuti pendidikan Program Doktor Ilmu Pertanian.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

vii

6. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Bapak Dr.Ir.Hasanuddin,M.S.,

Ketua Program Studi Doktor Ilmu Pertanian Bapak Prof.Ir.Edison Purba, Ph.D dan Sekre

taris Program Studi Doktor Ilmu Pertanian Ibu Dr.Ir.Lisnawita Muis,M.Sc beserta jaja

rannya yang telah memberi izin, kesempatan dan pelayanan akademik yang cukup baik

kepada penulis selama menempuh pendidikan di Program Doktor Ilmu Pertanian.

7. Komisi pembimbing skripsi (baca: thesis) penulis sewaktu mengikuti pendidikan program

S1 pada Fakultas Pertanian UISU Medan (Bapak Dr.Ir.Y.T. Adiwiganda, M.Agr.Sc/ketua

dan Bapak Ir.H.Kosasih/anggota, Ketua Jurusan Ilmu Tanah Bapak Ir.Abdul Muin Lubis,

M.Agr.Sc (Alm); Dekan FP UISU Bapak Ir.Zainal Abidin, MS) dan Komisi pembimbing

thesis penulis pada jenjang S2 Program Pasca Sarjana USU Medan (Bapak Dr.Ir.M.R.

Adiwiganda, MSc/ketua, Bapak Dr.Ir.Alexander Manurung, MS (Alm)/anggota dan Ba

pak Dr.Ir.Erwin Masrul Harahap, MS/anggota; dan Ibu Prof.Dr.Ir.Asmarlaily, MS, DAA/

tim penguji merangkap sebagai Ketua Program Studi Ilmu Tanah, Prof.Dr.Ir.Abu Dardak,

MSc/penguji); dan Direktur Program Pascasarjana Bapak Prof.Dr.Ir.Sumono, MS, yang

telah banyak memberi ilmu pengetahuan, bimbingan, arahan, dan motivasi bagi penulis

untuk terus belajar dan melanjutkan studi.

8. Para dosen/guru yang telah banyak memberikan inspirasi dan meletakkan dasar-dasar ke

ahlian dalam ilmu pertanian (MKDK) dan keahlian dalam bidang Ilmu Tanah (MKK)

yang telah penulis lalui semenjak mengikuti pendidikan program S1 yang telah berjasa/

elitis dalam membekali penulis, antara lain: Bapak Ir.A.Halim Sulaiman,MSc; Ir.Dartius,

MS; Ir.Darun, MS; Ir.Ahmad Huzaini, MS (alm); Ir.Yenimar, MS; Ir.Musa Sembiring,

MS (alm); Ir.Lahuddin Musa,MS; dan Ir.M.Djamil Ritonga,MSc (alm) dari Fakultas Per

tanian USU; dan Bapak Dr.Ir.Mustafa Majnu, MSc (alm); Dr.Ir.Arifin Djamin (alm); Dr.

Ir.Usman Nasution; Ir.Arifin Kamdi, MS (alm); Dr.Ir.M.R.Adiwiganda,MSc; Dr.Ir.

Djohar Arifin; Dr.Ir.A.Hadi Idris; dan lain-lain yang berasal dari Kopertis wilayah-1 dan

Balai Penelitian PPKS Medan.

9. Bapak pimpinan Perkebunan PT. Grahadura, Asisten Kepala (Ir.Suyatno/Ir.Darius), Asis

ten Kebun (Abdul Hadi, SP) dan seluruh jajarannya yang telah memberikan kemudahan

dan memberikan lokasi izin melakukan praktik selama satu tahun.

10. Kepala Laboratorium Tanah dan Pupuk Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan

dan Laboratorium Research and Development Asian Agri Bahilang Estate Tebing Tinggi

beserta jajarannya yang telah membantu menganalisis tanah, bahan amelioran dan kadar

hara daun bibit dan tanaman kelapa sawit menghasilkan.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

viii

11. Kepala Perpustakaan Sentral USU, Perpustakaan/Publikasi PPKS Medan dan Perpusta

kaan BPTP Medan yang telah berkenan membantu dan memberi kemudahan dalam mem

peroleh bahan bacaan.

12. Kabag Pendidikan Biro rektor USU Ibu Dra.Rini Efri Leni, MSi yang telah membantu pe

nulis dalam proses penyelesaian administrasi ujian terbuka.

13. Saudara Surianto, SP, Ismail, SP, dan Surya Fajri, SP masing-masing sebagai alumni dan

Asisten Praktikum serta adik-adik mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Asahan

yang ikut dalam penjajakan lokasi penelitian, mengambil media tanam gambut, contoh

tanah komposit dan tanah mineral Ultisol sebagai bahan amelioran.

14. Kedua orang tua yang tidak sempat menyaksikan akhir perjuangan ini, bapak dan ibu

mertua, istri, anak-anak, kakak, abang dan seluruh keluarga tercinta atas segala dorongan

dan doa yang telah diberikan kepada penulis.

15. Semua pihak yang telah mendukung dalam perkuliahan dan penyusunan disertasi ini

yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Semoga budi baik yang telah diberikan mendapat anugrah yang berlipat ganda dari

Allah SWT. Atas segala kekurangannya, kami ucapkan mohon maaf. Akhirnya semoga diser

tasi ini memberi sumbangsih walaupun hanya bagaikan sebutir pasir di lautan bagi perkem

bangan ilmu pengetahuan.

Medan, Medio Januari 2020

Penulis

Universitas Sumatera Utara

Page 15: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

ix

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ................................................................................................................ i

SUMMARY ........................................................................................................................ iii

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................................ v

UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................................... vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

Latar Belakang ................................................................................................. 1

Rumusan Masalah ............................................................................................ 4

Tujuan Penelitian .............................................................................................. 6

Manfaat Penelitian ............................................................................................ 6

Kebaharuan/Keluaran Yang Diharapkan ........................................................ 6

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 7

Pengertian Gambut dan Penggolongannya .................................................... 7

Kesesuaian Lahan Gambut Untuk Tanaman Kelapa Sawit ................................. 9

Karakteristik Fisik dan Kimia Tanah Gambat ................................................. 12

Potensi, Kendala dan Keberhasilan Ekspansi Tanaman Perkebunan di Lahan

Gambut .................................................................................................. 17

Sifat dan Tujuan Aplikasi Bahan Amelioran pada Lahan Gambut .................... 21

Sifat dan Peranan Pupuk N, P, K dan Mg pada Tanah dan Tanaman ................ 25

Universitas Sumatera Utara

Page 16: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

x

Hipotesis ...................................................................................................... 30

Kerangka Pemikiran .................................................................................. 30

Kondisi Umum Lokasi Penelitian ................................................................... 33

METODOLOGI PENELITIAN ................................................................................. 38

Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................... 38

Bahan dan Alat ............................................................................................... 38

Rancangan Penelitian ..................................................................................... 39

Pelaksanaan Penelitian ................................................................................... 41

Peubah Amatan ............................................................................................ 50

HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 53

Kajian Sifat Kimia Media Tanam Gambut terhadap Ameliorasi yang Di-inkubasi

di Polibag ............................................................................ 53

Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit pada Media Tanam Gambut di Polibag ... 63

Kajian Sifat Kimia Media Tanam Gambut pada Pembibitan Kelapa Sawit di

Polibag ................................................................................................................ 73

Kajian Kadar Hara Daun Bibit Kelapa Sawit di Pembibitan Utama .............. 84

Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kelapa Sawit di Lahan Gambut ..... . 93

Kajian Kadar Hara Daun Tanaman Kelapa Sawit di Lahan Gambut .................... 119

Pembahasan Umum ........................................................................................... 132

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 148

Kesimpulan ..................................................................................................... 148

S a r a n ........................................................................................................... 148

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 150

LAMPIRAN ..................................................................................................... 160

Universitas Sumatera Utara

Page 17: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

xi

DAFTAR TABEL

Nomor J u d u l Halaman

1. Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa sawit pada lahan gambut ......... 12

2. Kombinasi jenis dan dosis bahan amelioran dengan paket pemupukan ................. 41

3. Rekomendasi pemupukan tanaman kelapa sawit menghasilkan berdasakan penge lompokan umur pada lahan gambut (PPKS) ................................................ 48 4. Rekomendasi pemupukan tanaman kelapa sawit menghasilkan berdasarkan tekno logi masukan rendah (TMR) ............................................................................... 49

5. Rekomendasi pemupukan tanaman kelapa sawit menghasilkan kebun PT.Graha dura Kabupaten Labuhanbatu Utara (PTG) ........................................................ 49

6. Hasil analisis pH-tanah inkubasi akibat perlakuan jenis dan dosis bahan amelioran ada media tanam gambut di polibag ................................................................... 53 7. Hasil analisis N-tanah inkubasi akibat perlakuan jenis dan dosis bahan amelioran pada media tanam gambut di plolibag ................................................................. 54 8. Hasil analisis P-tersedia tanah inkubasi (ppm) akibat perlakuan jenis dan dosis ame lioran pada media tanam gambut di polibag ....................................................... 56 9. Hasil analisis K-dd tanah inkubasi (me.100 g-1) akibat perlakuan jenis dan dosis ame lioran pada media tanam gambut di polibag ....................................................... 57 10. Hasil analisis Ca-dd tanah inkubasi (me.100 g-1) akibat perlakuan jenis dan dosis amalioran pada media tanam gambut di polibag .............................................. 59 11. Hasil analisis Mg-dd tanah inkubasi (me.100 g-1) akibat perlakuan jenis dan dosis amelioran pada media tanam gambut di polibag .............................................. 60 12. Hasil analisis KTK-tanah inkubasi (me.100 g-1) akibat perlakuan jenis dan dosis amelioran pada media tanam gambut di polibag ....................................... 62 13. Tinggi bibit kelapa sawit (cm) di pembibitan utama umur 5 BST-16 BST akibat per lakuan jenis dan dosis amelioran pada media tanam gambut di polibag ......... 66 16. Diameter bibit kelapa sawit (mm) di pembibitan utama umur 5 BST-16 BST akibat perlakuan jenis dan dosis amelioran pada media tanam gambut di polibag ........ 69

Universitas Sumatera Utara

Page 18: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

xii

15. Jumlah daun bibit kelapa sawit (helai) di pembibitan utama umur 5 BST-16 BST akibat perlakuan jenis dan dosis amelioran pada media tanam gambut di polibag .. 72 16. Hasil analisis pH-tanah pembibitan utama akibat perlakuan jenis dan dosis amelio ran pada media tanam gambut di polibag .................................................. 73 17. Hasil analisis N-tanah (%) pembibitan utama akibat perlakuan jenis dan dosis ame lioran pada media tanam gambut di polibag ...................................................... 75 18. Hasil analisis P-tersedia tanah (ppm) pembibitan utama akibat perlakuan jenis dan dosis amelioran pada media tanam gambut di polibag ......................................... 76 19. Hasil analisis K-dd tanah (me.100 g-1) pembibitan utama akibat perlakuan jenis dan dosis amelioran pada media tanam gambut di polibag ................................ 78 20. Hasil analisis Ca-dd tanah (me.100 g-1) pembibutan utama akibat perlakuan jenis dan dosis amelioran pada media tanam gambut di polibag ................................. 79 21. Hasil analisis Mg-dd tanah (me.100 g-1) pembibitan utama akibat perlakuan jenis dan dosis amelioran pada media tanam gambut di polibag ............................... 81 22. Hasil analisis KTK-tanah (me.100 g-1) pembibitan utama akibat perlakuan jenis dan dosis melioran pada media tanam gambut di polibag ...................................... 82 23. Hasil analisis kadar hara N (%) daun bibit kelapa sawit akibat perlakuan jenis dan dosis amelioranpada media tanam gambut di polibag ...................................... 84 24. Hasil analisis kadar hara P (%) daun bibit kelapa sawit akibat perlakuan jenis dan dosis amelioran pada media tanam gambut di polibag ........................................ 86 25. Hasil analisis kadar hara K (%) daun bibit kelapa sawit akibat perlakuan jenis dan dosis amelioran pada media tanam gambut di polibag ........................................ 88 26. Hasil analisis kadar hara Ca (%) daun bibit kelapa sawit akibat perlakuan jenis dan dosis amelioran pada media tanam gambut di polibag ...................................... 90 27. Hasil analisis kadar hara Mg (%) daun bibit kelapa sawit akibat perlakuan jenis dan dosis amelioran pada mdia tanam gambut di polibag ....................................... 91 28. Rataan panjang pelepah (m) kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun akibat pem berian paket pemupukan dan bahan amelioran di lahan gambut (enam bulan pertama Mei 2015 s/d Oktober 2015) ................................................................ 96 29. Rataan panjang pelepah (m) kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun akibat pem berian paket pemupukan dan bahan amelioran di lahan gambut (enam bulan ber ikutnya November 2015 s/d April 2016) ........................................................... 97

Universitas Sumatera Utara

Page 19: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

xiii

30. Rataan jumlah pelepah (pelepah) kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun akibat pemberian paket pemupukan dan bahan amelioran di lahan gambut (enam bulan pertama Mei 2015 s/d Oktober 2015) ............................................................... 100 31. Rataan jumlah pelepah (pelepah) kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun akibat pemberian pakket pemupukan dan bahan amelioran di lahan gambut (enam bulan berikutnya November 2015 s/d April 2016) ..................................................... 101 32. Rataan jumlah anak daun (helai) kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun akibat pemberian paket pemupukan dan bahan amelioran di lahan gambut (enam bulan pertama Mei 2015 s/d Oktober 2015) .................................................................... 103 33. Rataan jumlah anak daun (helai) kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun akibat pemberian paket pemupukan dan bahan amelioran di lahan gambut (enam bulan berikutnya November 2015 s/d April 2016) ................................................... 104 34. Rataan jumlah tandan (tandan.phn-1) kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun akibat pemberian paket pemupukan dan bahan amelioran di lahan gambut (enam bulan pertama Mei 2015 s/d Oktober 2015) ......................................................... 107 35. Rataan jumlah tandan (tandan.phn-1) kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun akibat pemberian paket pemupukan dan bahan amelioran di lahan gambut (enam bulan berikutnya November 2015 s/d April 2016) .............................................. 108 36. Rataan berat tandan (kg.phn-1) kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun akibat pemberian paket pemupukan dan bahan amelioran di lahan gambut (enam bulan pertama Mei 2015 s/d Oktober 2015) .................................................................... 110 37. Rataan berat tandan (kg.phn-1) kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun akibat pemberian paket pemupukan dan bahan amelioran di lahan gambut (enam bulan berikutnya November 2015 s/d April 2016) ....................................................... 111 38. Rataan produksi TBS (ton.ha-1) kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun akibat pemberian paket pemupukan dan bahan amelioran di lahan gambut (enam bulan pertama Mei 2015 s/d Oktober 2015) .................................................................. . 114 39. Rataan produksi TBS (ton.ha-1) kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun akibat pemberian paket pemupukan dan bahan amelioran di lahan gambut (enam bu- lan berikutnya November 2015 s/d April 2016) ................................................... 115 40. Produksi Tandan Buah Segar (ton.ha-1thn-1) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun terhadap Pemberian Bahan Amelioran dan Paket Pemupukan pada Lahan Gambut .................................................................................................. 117 41. Hasil analisis kadar hara N (%) daun tanaman kelapa sawit menghasilkan akibat pemberian paket pemupukan dan bahan amelioran pada lahan gambut .............. 121 42. Hasil analisis kadar hara P (%) daun tanaman kelapa sawit menghasilkan akibat

Universitas Sumatera Utara

Page 20: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

xiv

pemberian paket pemupukan dan bahan amelioran pada lahan gambut .............. 123 43. Hasil analisis kadar hara K (%) daun tanaman kelapa sawit menghasilkan akibat pemberian paket pemupukan dan bahan amelioran pada lahan gambut ............... 126 44. Hasil analisis kadar hara Ca (%) daun tanaman kelapa sawit menghasilkan akibat pemberian paket pemupukan dan bahan amelioran pada lahan gambut ................ 128 45. Hasil analisis kadar hara Mg (%) daun tanaman kelapa sawit menghasilkan akibat pemberian paket pemupukan dan bahan amelioran pada lahan gambut ................. 131 46. Rangkuman Hasil Analisis Tanah Inkubasi dan Sifat Tanah di Pembibitan Utama Akibat Perlakuan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran pada Media Tanam Gambut di Polibag ...................................................................................................... 135 47. Rangkuman Hasil Pertambahan Tinggi Bibit Kelapa Sawit (cm), Diameter Bibit (cm) dan Jumlah Daun (helai) Bibit di Pembibitan Utama Umur 5 BSt s/d 16 BST terhadap perlakuan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran pada Media Tanam Gambut di Polibag .................................................................................................. 138 48. Rangkuman Hasil Analisis Kadar Hara N, P, K, Ca dan Mg (%) Daun Bibit Kelapa Sa wit di Pembibitan Utama terhadap Jenis dan Dosis Bahan Amelioran pada Media Tanam Gambut di Polibag ............................................................................. 142 49. Rangkuman Hasil Analisis Kadar Hara N, P, K, Ca dan Mg (%) Daun Kelapa Sawit Menghasilkan Umur 14 tahun terhadap Pemberian Bahan Amelioran dan Paket Pemupukan pada Lahan Gambut ...................................................................... 146

Universitas Sumatera Utara

Page 21: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

xv

DAFTAR GAMBAR

Nomor J u d u l Halaman

1. Bagan alur pikir penelitian ameliorasi dan pemupukan pada lahan gambut untuk penigkatan produktivitas kelapa sawit ........................................ 33

2. Peta sebaran jenis tanah di provinsi Sumatera Utara .............................. 36

3. Peta Pemerintahan Kabupaten Labuhanbatu Utara ............................. 37

4. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap nilai pH-tanah

Inkubasi di Polibag ............................................................................. 51

5. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap N total Tanah

Inkubasi pada Media Tanam Gambut di Polibag ................................. 53

5. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap P-tersedia Inkubasi pada Media Tanam Gambut di Polibag ....................................... 56

6. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap K-dd Tanah inkubasi pada Media Tanam Gambut di Polibag ................................... 57

7. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap Ca-dd Tanah inkubasi pada Media Tanam Gambut di Polibag .................................. 59

8. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap Mg-dd Tanah inkubasi pada Media Tanam Gambut di Polibag ....................................... 61

9. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap KTK Tanah inkubasi pada Media Tanamn Gambut di Polibag ................................... 62

10. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap Pertambuhan Tinggi Bibit Kelapa Sawit pada Media Tanaman Gambut di Polibag .......... 67

11. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap Pertumbuhan Diameter Batang Bibit Kelapa Sawit pada Media Tanam Gambut di Polibag 70

12. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap Pertumbuhan Jumlah Daun Bibit Kelapa Sawit pada Media Tanam Gambut di Polibag ... 73

13. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap pH-Tanah Media Tanam Gambut Bibit Kelapa Sawit di Polibag ........................................ 74

14. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Anelioran terhadap N-Total Tanah Media Tanam Gambut Bibit Kelapa Sawit di Polibag ........................... 75

Universitas Sumatera Utara

Page 22: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

xvi

15. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap P-Tersedia Tanah Media Tanam Gambut Bibit Kelapa Sawit di Polibag .................................. 77

16. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap K-dd Tanah Media Tanam Gambut Bibit Kelapa Sawit di Polibag ........................................ 78

17. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap Ca-dd Tanah Media Tanam Gambut Bibit Kelapa Sawit di Polibag ........................................ 80

18. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap Mg-dd Tanah Media Tanam Gambut Bibit Kelapa Sawit di Polibag ............................................ 81

19. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap KTK Tanah Media Tanam Gambut Bibit Kelapa Sawit di Polibag ........................................... 83

20. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap Kadar Hara N Daun Bibit Kelapa Sawit di Polibag ............................................................ 85

21. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap Kadar Hara P Daun Bibit Kelapa Sawit di Polibag .................................................................. 87

22. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap Kadar Hara K Daun Bibit Kelapa Sawit di Polibag ............................................................. 88

23. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap Kadar Hara Ca Daun Bibit Kelapa Sawit di Polibag ...................................................... 90

24. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap Kadar Hara Mg Daun Bibit Kelapa Sawit di Polibag ......................................................... 92

26. Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap Produksi TBS Kelapa Sawit Menghasilkan ................................................................................ 117

27. Hubungan Paket Pemupukan terhadap Produksi TBS Kelapa Sawit Menghasil kan ......................................................................................................... 117

28. Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap Kadar Hara N Daun Kelapa Sawit Menghasikan di Lahan Gambut .............................................. 121

29. Hubungan Paket Pemupukan terhadap Kadar Hara N Daun Kelapa Sawit Meng hasilkan di Lahan Gambut ............................................................ 121 30. Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran dan Paket Pemupukan terhadap Kadar Hara K Daun Kelapa Sawit Menghasilkan di Lahan Gambut .............. 126

31. Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran dan Paket Pemupukan terhadap

Universitas Sumatera Utara

Page 23: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

xvii

Kadar Hara Ca Daun Kelapa Sawit Menghasilkan di Lahan Gambut ........... 128

32. Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran dan Paket Pemupukan terhadap Kadar Hara Mg Daun Kelapa Sawit Menghasilkan di Lahan Gambut .................. 131

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor J u d u l Halaman 1. Hasil analisis contoh tanah gambut PT.Grahadura Kecamatan Kualuhhulu Kabu

paten Labuhanbatu Utara ............................................................................... 160 2. Hasil analisis tanah mineral Ultisol asal desa Kongsi Enam, Kecamatan Aek Natas

Kabupaten Labuhanbatu Utara ........................................................................ 161 3. Hasil analisis dolomit dan batuan fosfat ........................................................... 162

4. Kriterai kadar hara daun tanaman kelapa sawit menghasilkan ........................... 162

5. Rekomendasi pemupukan bibit kelapa sawit di pembibitan utama .................... 163

6. Nilai kritis sifat kimia tanah pada tanaman kelapa sawit ...................................... 163

7. Konsentrasi kritis hara N, P dan K pada daun kelapa sawit ................................. 163

8. Letak Bagan Penelitian Tanaman Kelapa Sawit di Lapangan .............................. 164 9. Daftar sidik ragam pengamatan hasil analisis pH-tanah inkubasi pada media

tanam gambut di Polibag ........................................................................ 165 10. Daftar sidik ragam pengamatan hasil analisis N-tanah (%) inkubasi pada media

tanam gambut di Polibag ................................................................................... 165 11. Daftar sidik ragam pengamatan hasil analisis P-tersedia tanah (ppm) inkubasi

pada media tanam gambut di Polibag .............................................................. 165 12. Daftar sidik ragam pengamatan hasil analisis K-dd tanah (me.100 g-1) inkubasi

pada media tanam gambut di Polibag ............................................................... 165 13. Daftar sidik ragam pengamatan hasil analisis Ca-dd tanah (me.100 g-1) inkubasi

pada media tanam gambut di Polibag .............................................................. 166 14. Daftar sidik ragam pengamatan hasil analisis Mg-dd tanah (me.100 g-1) inkubasi

pada media tanam gambut di Polibag .................................................................. 166 15. Daftar sidik ragam pengamatan hasil analisis KTK tanah (me.100 g-1) inkubasi

pada media tanam gambut di Polibag ................................................................ 166

Universitas Sumatera Utara

Page 24: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

xviii

16. Daftar sidik ragam pengamatan tinggi bibit (cm) kelapa sawit di pembibitan utama umur 5 BST ............................................................................................ 166

17. Daftar sidik ragam pengamatan tinggi bibit (cm) kelapa sawit di pembibitan

utama umur 6 BST ............................................................................................... 167 18. Daftar sidik ragam pengamatan tinggi bibit (cm) kelapa sawit di pembibitan

utama umur 7 BST ........................................................................................... 167 19. Daftar sidik ragam pengamatan tinggi bibit (cm) kelapa sawit di pembibitan

utama umur 8 BST ............................................................................................. 167 20. Daftar sidik ragam pengamatan tinggi bibit (cm) kelapa sawit di pembibitan

utama umur 9 BST ........................................................................................ 167 21. Daftar sidik ragam pengamatan tinggi bibit (cm) kelapa sawit di pembibitan

utama umur 10 BST ......................................................................................... 168 22. Daftar sidik ragam pengamatan tinggi bibit (cm) kelapa sawit di pembibitan

utama umur 11 BST .......................................................................................... 168 23. Daftar sidik ragam pengamatan tinggi bibit (cm) kelapa sawit di pembibitan

utama umur 12 BST ......................................................................................... 168 24. Daftar sidik ragam pengamatan tinggi bibit (cm) kelapa sawit di pembibitan

utama umur 13 BST ...................................................................................... 168 25. Daftar sidik ragam pengamatan tinggi bibit (cm) kelapa sawit di pembibitan

utama umur 14 BST ..................................................................................... 169 26. Daftar sidik ragam pengamatan tinggi bibit (cm) kelapa sawit di pembibitan

utama umur 15 BST ...................................................................................... 169 27. Daftar sidik ragam pengamatan tinggi bibit (cm) kelapa sawit di pembibitan

utama umur 16 BST ................................................................................. 169 28. Daftar sidik ragam pengamatan diameter bibit (cm) kelapa sawit di pembibi

tan utama umur 5 BST ... ............................................................................... 169 29. Daftar sidik ragam pengamatan diameter bibit (cm) kelapa sawit di pembibi

tan utama umur 6 BST ................................................................................. 170 30. Daftar sidik ragam pengamatan diameter bibit (cm) kelapa sawit di pembibi

tan utama umur 7 BST ................................................................................... 170 31. Daftar sidik ragam pengamatan diameter bibit (cm) kelapa sawit di pembibi

tan utama umur 8 BST .................................................................................. 170

Universitas Sumatera Utara

Page 25: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

xix

32. Daftar sidik ragam pengamatan diameter bibit (cm) kelapa sawit di pembibi

tan utama umur 9 BST .................................................................................... 170

33. Daftar sidik ragam pengamatan diameter bibit (cm) kelapa sawit di pembibi tan utama umur 10 BST .................................................................................. 171

34. Daftar sidik ragam pengamatan diameter bibit (cm) kelapa sawit di pembibi

tan utama umur 11 BST ................................................................................... 171 35. Daftar sidik ragam pengamatan diameter bibit (cm) kelapa sawit di pembibi

tan utama umur 12 BST ...................................................................................... 171 36. Daftar sidik ragam pengamatan diameter bibit (cm) kelapa sawit di pembibi

tan utama umur 13 BST .................................................................................. 171 37. Daftar sidik ragam pengamatan diameter bibit (cm) kelapa sawit di pembibi

tan utama umur 14 BST ..................................................................................... 172 38. Daftar sidik ragam pengamatan diameter bibit (cm) kelapa sawit di pembibi

tan utama umur 15 BST ............................................................................... 172 39. Daftar sidik ragam pengamatan diameter bibit (cm) kelapa sawit di pembibi

tan utama umur 16 BST .................................................................................. 172 40. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah daun bibit (helai) kelapa sawit di pem

bibitan utama umur 5 BST ............................................................................... 172 41. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah daun bibit (helai) kelapa sawit di pem

bibitan utama umur 6 BST ................................................................................. 173 42. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah daun bibit (helai) kelapa sawit di pem

bibitan utama umur 7 BST .............................................................................. 173 43. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah daun bibit (helai) kelapa sawit di pembi

bitan utama umur 8 BST ................................................................................ 173 44. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah daun bibit (helai) kelapa sawit di pembi

bitan utama umur 9 BST ................................................................................. 173 45. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah daun bibit (helai) kelapa sawit di pembi

bitan utama umur10 BST ................................................................................ 174 46. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah daun bibit (helai) kelapa sawit di pembi

bitan utama umur 11 BST ................................................................................. 174

Universitas Sumatera Utara

Page 26: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

xx

47. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah daun bibit (helai) kelapa sawit di pembi bitan utama umur 12 BST ............................................................................... 174

48. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah daun bibit (helai) kelapa sawit di pembi

bitan utama umur13 BST .................................................................................. 174 49. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah daun bibit (helai) kelapa sawit di pembi

bitan utama umur 14 BST .............................................................................. 175 50. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah daun bibit (helai) kelapa sawit di pembi

bitan utama umur 15 BST ................................................................................. 175 51. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah daun bibit (helai) kelapa sawit di pembi

bitan utama umur 16 BST .............................................................................. 175 52. Daftar sidik ragam pengamatan hasil analisis pH-tanah pada pembibitan kelapa

sawit di polibag ............................................................................................. 175 53. Daftar sidik ragam pengamatan hasil analisis N-total tanah (%) pada pembibi

tan kelapa sawit di polibag ................................................................................. 176 54. Daftar sidik ragam pengamatan hasil analisis P-tersedia (ppm) pada pembibi

tan kelapa sawit di polibag . ......................................................................... 176 55. Daftar sidik ragam pengamatan hasil analisis K-dd tanah (me.100 g-1) pada

pembibitan kelapa sawit di polibag .............................................................. 176

56. Daftar sidik ragam pengamatan hasil analisis Ca-dd tanah (me.100 g-1) pada pembibitan kelapa sawit di polibag ................................................................ 176 57. Daftar sidik ragam pengamatan hasil analisis Mg-dd tanah (me.100 g-1) pada

pembiitan kelapa sawit di polibag ................................................................. 177 58. Daftar sidik ragam pengamatan hasil analisis KTK-tanah (me.100 g-1) pada

pembibitan kelapa sawit di polibag ................................................................ 177 59. Daftar sidik ragam pengamatan kadar hara N (%) daun kelapa sawit di pembi

bitan utama ................................................................................................... 177 60. Daftar sidik ragam pengamatan kadar hara P (%) daun kelapa sawit di pembi

bitan utama ................................................................................................. 177 61. Daftar sidik ragam pengamatan kadar hara K (%) daun kelapa sawit di pembi

bitan utama ..... ............................................................................................... 178 62. Daftar sidik ragam pengamatan kadar hara Ca (%) daun kelapa sawit di pembi

bitan utama ........................................................................................................ 178

Universitas Sumatera Utara

Page 27: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

xxi

63. Daftar sidik ragam pengamatan kadar hara Mg (%) daun kelapa sawit di pembi bitan utama. ....................................................................................................... 178 64. Daftar sidik ragam pengamatan panjang pelepah (m) kelapa sawit menghasil

kan bulan Mei 2015 umur 14 tahun di lahan gambut .......................................... 178 65. Daftar sidik ragam pengamatan panjang pelepah (m) kelapa sawit menghasil

kan bulan Juni 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ..................................... 179 66. Daftar sidik ragam pengamatan panjang pelepah (m) kelapa sawit menghasil

kan bulan Juli 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ........................................ 179 67. Daftar sidik ragam pengamatan panjang pelepah (m) kelapa sawit menghasil

kan bulan Agustus 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ................................ 179 68. Daftar sidik ragam pengamatan panjang pelepah (m) kelapa sawit menghasil

kan bulan September 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ............................ 179 69. Daftar sidik ragam pengamatan panjang pelepah (m) kelapa sawit menghasil

kan bulan Oktober 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ............................ 180 70. Daftar sidik ragam pengamatan panjang pelepah (m) kelapa sawit menghasil

kan bulan November 2015 umur 14 tahun di lahan gambut .......................... 180

71. Daftar sidik ragam pengamatan panjang pelepah (m) kelapa sawit menghasil kan bulan Desember 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ........................... 180

72. Daftar sidik ragam pengamatan panjang pelepah (m) kelapa sawit menghasil

kan bulan Januari 2016 umur 14 tahun di lahan gambut .............................. 180 73. Daftar sidik ragam pengamatan panjang pelepah (m) kelapa sawit menghasil

kan bulan Februari 2016 umur 14 tahun di lahan gambut ........................... 181 74. Daftar sidik ragam pengamatan panjang pelepah (m) kelapa sawit menghasil

kan bulan Maret 2016 umur 14 tahun di lahan gambut ................................ 181 75. Daftar sidik ragam pengamatan panjang pelepah (m) kelapa sawit menghasil

kan bulan April 2016 umur 14 tahun di lahan gambut .................................. 181 76. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah pelepah (pelepah) kelapa sawit meng

hasilkan bulan Mei 2015 umur 14 tahun di lahan gambut .............................. 181 . 77. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah pelepah (pelepah) kelapa sawit meng

hasilkan bulan Juni 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ........................... 182 78. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah pelepah (pelepah) kelapa sawit meng

hasilkan bulan Juli 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ............................. 182

Universitas Sumatera Utara

Page 28: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

xxii

79. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah pelepah (pelepah) kelapa sawit meng hasilkan bulan Agustus 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ............................ 182

80. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah pelepah (pelepah) kelapa sawit meng

hasilkan bulan September 2015 umur 14 tahun di lahan gambut .................. 182 81. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah pelepah (pelepah) kelapa sawit meng hasilkan bulan Oktober 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ...................... 183 82. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah pelepah (pelepah) kelapa sawit meng hasikan bulan November 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ......................... 183 83. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah pelepah (pelepah) kelapa sawit meng hasilkan bulan Desember 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ..................... 183 84. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah pelepah (pelepah) kelapa sawit meng hasilkan bulan Januari 2016 umur 14 tahun di lahan gambut ........................ 183 85. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah pelepah (pelepah) kelapa sawit meng hasikan bulan Februari 2016 umur 14 tahun di lahan gambut ...................... 184 86. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah pelepah (pelepah) kelapa sawit meng hasilkan bulan Maret 2016 umur 14 tahun di lahan gambut ........................ 184 87. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah pelepah (pelepah) kelapa sawit meng hasilkan bulan April 2016 umur 14 tahun di lahan gambut ........................ 184 88. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah anak daun (helai) kelapa sawit meng hasikan bulan Mei 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ......................... 184 89. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah anak daun (helai) kelapa sawit meng hasikan bulan Juni 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ......................... 185 90. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah anak daun (helai) kelapa sawit meng hasikan bulan Juli 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ........................... 185 91. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah anak daun (helai) kelapa sawit meng hasikan bulan Agustus 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ...................... 185 92. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah anak daun (helai) kelapa sawit meng hasilkan bulan September 2015 umur 14 tahun di lahan gambut .................. 185 93. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah anak daun (helai) kelapa sawit meng hasikan bulan Oktober 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ..................... 186 94. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah anak daun (helai) kelapa sawit meng hasilkan bulan November 2015 umur 14 tahun di lahan gambut .................. 186

Universitas Sumatera Utara

Page 29: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

xxiii

95. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah anak daun (helai) kelapa sawit meng hasilkan bulan Desember 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ................. 186 96. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah anak daun (helai) kelapa sawit meng hasilkan bulan Januari 2016 umur 14 tahun di lahan gambut .................... 186 97. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah anak daun (helai) kelapa sawit menghasil kan bulan Februari 2016 umur 14 tahun di lahan gambut .......................... 187 98. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah anak daun (helai) kelapa sawit menghasil kan bulan Maret 2016 umur 14 tahun di lahan gambut ............................... 187 99. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah anak daun (helai) kelapa sawit menghasil kan bulan April 2016 umur 14 tahun di lahan gambut ..................................... 187 100. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah tandan (tandan.phn-1) kelapa sawit meng hasilkan bulan Mei 2015 umur 14 tahun di lahan gambut .......................... 187 101. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah tandan (tandan.phn-1) kelapa sawit meng hasilkan bulan Juni 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ........................... 188 102. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah tandan (tandan.phn-1) kelapa sawit meng hasillkan bulan Juli 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ............................. 188 103. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah tandan (tandan.phn-1) kelapa sawit meng hasilkan bulan Agustus 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ..................... 188 104. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah tandan (tandan.phn-1) kelapa sawit meng hasilkan bulan September 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ....................... 188 105. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah tandan (tandan.phn-1) kelapa sawit meng hasilkan bulan Oktober 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ..................... 189 106. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah tandan (tandan.phn-1) kelapa sawit meng hasilkan bulan November 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ....................... 189 107. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah tandan (tandan.phn-1) kelapa sawit meng hasilkan bulan Desember 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ................ 189 108. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah tandan (tandan.phn-1) kelapa sawit meng hasilkan bulan Januari 2016 umur 14 tahun di lahan gambut ...................... 189 109. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah tandan (tandan.phn-1) kelapa sawit meng hasil kan bulan Februari 2016 umur 14 tahun di lahan gambut .................. 190 110. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah tandan (tandan.phn-1) kelapa sawit meng hasilkan bulan Maret 2016 umur 14 tahun di lahan gambut ........................ 190

Universitas Sumatera Utara

Page 30: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

xxiv

111. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah tandan (tandan.phn-1) kelapa sawit meng hasilkan bulan April 2016 umur 14 tahun di lahan gambut ......................... 190 112. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah tandan (tandan.phn-1) kelapa sawit meng hasilkan bulan Mei 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ............................. 190 113. Daftar sidik ragam pengamatan berat tandan (kg.phn-1) kelapa sawit menghasil kan bulan Juni 2015 umur 14 tahun di lahan gambut .................................... 191 114. Daftar sidik ragam pengamatan berat tandan (kg.phn-1) kelapa sawit menghasil kan bulan Juli 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ................................... 191 115. Daftar sidik ragam pengamatan berat tandan (kg.phn-1) kelapa sawit menghasil kan bulan Agustus 2015 umur 14 tahun di lahan gambut .............................. 191 116. Daftar sidik ragam pengamatan berat tandan (kg.phn-1) kelapa sawit menghasil kan bulan September 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ........................... 191 117. Daftar sidik ragam pengamatan berat tandan (kg.phn-1) kelapa sawit menghasil kan bulan Oktober 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ............................... 192 118. Daftar sidik ragam pengamatan berat tandan (kg.phn-1) kelapa sawit menghasil kan bulan November 2015 umur 14 tahun di lahan gambut .......................... 192 119. Daftar sidik ragam pengamatan berat tandan (kg.phn-1) kelapa sawit menghasil kan bulan Desember 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ............................ 192 120. Daftar sidik ragam pengamatan berat tandan (kg.phn-1) kelapa sawit menghasil kan bulan Januari 2016 umur 14 tahun di lahan gambut ............................. 192 121. Daftar sidik ragam pengamatan berat tandan (kg.phn-1) kelapa sawit menghasil kan bulan Februari 2016 umur 14 tahun di lahan gambut ............................. 193 122. Daftar sidik ragam pengamatan berat tandan (kg.phn-1) kelapa sawit menghasil kan bulan Marer 2016 umur 14 tahun di lahan gambut .................................. 193 123. Daftar sidik ragam pengamatan berat tandan (kg.phn-1) kelapa sawit menghasil kan bulan April 2016 umur 14 tahun di lahan gambut ................................... 193

124. Daftar sidik ragam pengamatan berat tandan (kg.phn-1) kelapa sawit menghasil kan bulan Mei 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ..................................... 193

125. Daftar sidik ragam pengamatan produksi TBS (ton.ha-1) kelapa sawit menghasil kan bulan Juni 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ................................ 194 126. Daftar sidik ragam pengamatan produksi TBS (ton.ha-1) kelapa sawit menghasil kan bulan Juli 2015 umur 14 tahun di lahan gambut .................................. 194

Universitas Sumatera Utara

Page 31: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

xxv

127. Daftar sidik ragam pengamatan produksi TBS (ton.ha-1) kelapa sawit menghasil kan bulan Agustus 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ......................... 194 128. Daftar sidik ragampengamatan produksi TBS (ton.ha-1) kelapa sawit menghasil kan bulan September 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ..................... 194 129. Daftar sidik ragam pengamatan produksi TBS (ton.ha-1) kelapa sawit menghasil kan bulan Oktober 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ......................... 195 130. Daftar sidik ragam pengamatan produksi TBS (ton.ha-1) kelapa sawit menghasil kan bulan November 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ...................... 195 131. Daftar sidik ragam pengamatan produksi TBS (ton.ha-1) kelapa sawit menghasil kan bulan Desember 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ....................... 195 132. Daftar sidik ragam pengamatan produksi TBS (ton.ha-1) kelapa sawit menghasil kan bulan Januari 2016 umur 14 tahun di lahan gambut .......................... 195 133. Daftar sidik ragam pengamatan produksi TBS (ton.ha-1) kelapa sawit menghasil kan bulan Februari 2016 umur 14 tahun di lahan gambut ........................ 196 134. Daftar sidik ragam pengamatan produksi TBS (ton.ha-1) kelapa sawit menghasil kan bulan Maret 2016 umur 14 tahun di lahan gambut ........................... 196 135. Daftar sidik ragam pengamatan produksi TBS (ton.ha-1) kelapa sawit menghasil kan bulan April 2016 umur 14 tahun di lahan gambut ............................. 196 136.Daftar sidik ragam Produksi Tandan Buah Segar (ton TBS.ha-1thn-1) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur 14 tahun (bulan Mei 2015 d/d bulan Afril 2016) ............. 196 137. Daftar sidik ragam hasil analisis kadar hara N (%) daun kelapa sawit menghasil kan di lahan gambut ................................................................................. 197 138. Daftar sidik ragam hasil analisis kadar hara P (%) daun kelapa sawit menghasil kan di lahan gambut ................................................................................ 197 139. Daftar sdik ragam hasil analisis kadar hara K (%) daun kelapa sawit menghasil kan di lahan gambut ............................................................................... 197 140. Daftar sidik ragam hasil analisis kadar hara Ca (%) daun kelapa sawit menghasil kan di lahan gambut ................................................................................. 197 141. Daftar sidik ragam hasil analisis kadar hara Mg (%) daun kelapa sawit menghasil kan di lahan gambut .................................................................................. 198

Universitas Sumatera Utara

Page 32: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

1

P E N D A H U L U A N

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) sebagai tanaman pendatang dari Afrika Barat,

kini menjadi tanaman utama disektor perkebunan di Indonesia. Sejak tahun 1911 kelapa sawit

telah dibudidayakan dan berkembang sangat pesat, dari luasan 0,12 juta ha tahun 1968 men

jadi 14,03 juta ha pada tahun 2018, tersebar di-23 provinsi, meningkat rataan sebesar 298 %.

thn-1

dalam lima dekade/50 tahun terakhir.

Di Indonesia kelapa sawit merupakan tanaman penghasil devisa negara dari sektor per

kebunan, di luar gas bumi dan batubara. Dilaporkan bahwa produksi minyak sawit (crude

palm oil/CPO) tahun 1981 sebesar 0,19 juta ton dan bertambah menjadi 43 juta ton pada ta

hun 2018, meningkat 609 %.thn-1

yang telah menyumbangkan terhadap devisa negara sebesar

106,94 ribu dollar US tahun 1981 meningkat menjadi 22,97 juta dollar US (Rp.314,5 triliun)

pada tahun 2017, naik menjadi 594 %.thn-1

(Dirjenbun, 2017).

Terbukanya peluang pengembangan budidaya kelapa sawit di Indonesia, disebabkan

oleh: (1) permintaan pasar di-50 negara yang tergolong tinggi, (2) didukung sumber daya

lahan yang cukup luas, (3) tersedianya tenaga kerja yang melimpah dan relatif murah; (4)

tersedianya teknologi budidaya yang siap pakai, (5) tersedianya bahan tanaman unggul baru,

seperti Topaz dan DxP PPKS 239 serta (6) daya saing minyak sawit (minyak nabati tropika)

yang relatif lebih tinggi bila dibandingkan minyak nabati dari komoditas substitusi lainnya

seperti kedelai, kacang tanah, zaitun, kanola, jagung, dan biji bunga matahari yang berasal

dari negara sub tropika.

Dilaporkan terdapat areal seluas 31,77 juta ha yang sesuai untuk pengembangan perke

bunan kelapa sawit di Indonesia, sementara yang telah dimanfaatkan mencapai 14,03 juta ha

tahun 2018. Artinya terdapat sekitar 17,74 juta ha lahan yang masih tersedia dan berpotensi

untuk perluasan perkebunan kelapa sawit, termasuk lahan gambut.

Menurut Ariani, dkk, (2012) luas lahan gambut di dunia sekitar 424 juta ha (3% dari

luas daratan) yang tersebar di 180 negara, diantaranya sekitar 38 juta ha terdapat di wilayah

tropika. Di kawasan Asia Tenggara total lahan gambut diperkirakan 26 juta ha (Noor, 2010.,

Utami, 2012). Dari luasan lahan gambut yang ada di Indonesia, sekitar 9,00 juta ha berpotensi

sebagai lahan pertanian dan 4,20 juta ha diantaranya sudah direklamasi (Sopiawati, dkk,

2012). Paling tidak sepertiga dari sumber daya lahan basah (wetland) di dunia adalah lahan

gambut. Di Indonesia luas lahan rawa sekitar 33,40 juta ha, ditaksir 14,90 juta ha diantaranya

termasuk lahan gambut (Budianto dan Setyawan, 2006., Las, dkk, 2012).

Universitas Sumatera Utara

Page 33: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

2

Saat ini terdapat lima sub ordo, 19 great grup dan 71 sub grup/macam tanah Histosol

di dunia (Rahim dan Arifin, 2011). Dilaporkan terdapat 10 macam tanah gambut di Indonesia

diantaranya Fluvaquantic Haplosaprist, Hemic Haplosaprist, Typic Haplosaprist (Adiwigan

da, 2007), Fluvaquantic Haplohemist, Typic Haplohemist, Sapric Haplohemist dan Fibrik

Haplohemist (Firmansyah, dkk, 2012) serta Hemic Haplofibrist, Typic Haplofibrist dan Typic

Sulfihemist (Winarna dan Rahutomo, 2008).

Ditinjau dari kesuburan tanahnya, gambut sangat beragam, sifat dan watak tanahnya

sangat dipengaruhi oleh ekosistem, sifat kimia, fisika dan biologi tanahnya. Karakteristik dan

ciri kimia tanah pada lahan gambut di lokasi penelitian meliputi, pH tanah 3,60 (sangat ma

sam); C-organik 54,19 (sangat tinggi); N-total 1,39% (sangat tinggi); C/N 39,00 (sangat ting

gi); P2O5 total 0,025% (rendah); P-tersedia 4,37 ppm (sangat rendah); K-dd 0,09 me.100 g-1

(sangat rendah); Ca-dd 14,66 me.100 g-1

(tinggi); Mg-dd 2,70 me.100 g-1

(tinggi); Na-dd 0,29

me.100 g-1

(tinggi); KTK 155,30 me.100 g-1

(sangat tinggi); KB 11,00% (sangat rendah);

ESP 0,19% (sangat rendah); EC/DHL 0,17 μs.cm-1

(rendah); dan hara mikro Cu˂ 1,01 ppm

(rendah); Zn 1,11 ppm (rendah): dan B 33,52 ppm (sedang/Lampiran 1). Secara umum kondi

si kesuburan dan tingkat kemasaman gambut tergolong rendah.

Sedang kendala fisik tanah gambut umumnya, meliputi kerapatan lindak/BD (bulk den

sity) rendah (0,1-0,2 g.cm-3

), daya dukung/tumpu (bearing capasity) rendah, sehingga tanam

an mudah doyong/tumbang (lodging), sangat ringan, lepas, rapuh (fragile), dan mudah terba

kar. Bersifat kering tak balik (irreversible drying) dalam kondisi kering, gambut akan beru

bah wujud menjadi pasir semu (pseudosand) yang sangat peka terhadap erosi angin, akibat

sifat suka air (hidrophylic) dari gambut berubah menjadi menolak air (hidrophobic). Jika kem

bali tergenang, gambut akan mengapung sehingga tidak dapat berfungsi sebagai media tum

buh tanaman. Warna tanah coklat tua/kelam tergantung tingkat dekomposisinya, porositas

dan kapasitas memegang air tinggi (15-30 kali bobot keringnya).

Potensi produksi kelapa sawit di lahan gambut umumnya tergolong rendah dan bera

gam. Winarna dan Rahutomo (2008) melaporkan rataan produktivitas kelapa sawit umur 6-10

tahun pada enam perkebunan kelapa sawit di lahan gambut di kabupaten Labuhanbatu, ma

sing-masing kebun Ajamu 12,5-22 ton TBS.ha-1

.thn-1

; Sei Tampang 17,5-20 ton TBS.ha-1

.thn-

1; Teluk Panji 7-23 ton TBS.ha

-1.thn

-1; Torgamba 17,5-23 ton TBS.ha

-1.thn

-1; Merbau 11-20

ton TBS.ha-1

.thn-1

; dan kebun Adipati 17-18,5 ton TBS.ha-1

.thn-1

. Sedang produksi kelapa

sawit di gambut tebal di Kalimantan Barat pada tanaman tahun ke-8 sekitar 14 ton TBS.ha-1

(Saragih, dkk, 2013). Dilaporkan bahwa produksi kelapa sawit pada lahan gambut dalam di

Universitas Sumatera Utara

Page 34: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

3

lokasi penelitian yang berada pada kelas kesesuaian lahan S3/sesuai marjinal bervariasi di

enam afdeling antara 9-16 ton TBS ha-1

.thn-1

(Suyatno, 2012).

Kendala utama yang membatasi rendahnya produksi kelapa sawit di lahan gambut ada

lah rendahnya ketersediaan hara dan tingginya kandungan asam organik, seperti asam fenolat

yang bersifat fitotoksik. Beberapa jenis asam fenolat yang umum dijumpai dalam tanah ada

lah asam vanilat, p-kumarat, p-hidroksi benzoat, salisilat, galat, sinapat, gentisat, proto kate

kuat, ferulat, dan asam siringat (Tsutsaki, 1984., Stevenson, 1994., Barchia, 2006).

Pemberian bahan amelioran dan pemupukan dapat dilakukan untuk mengatasi perma

salahan kemasaman tanah dan rendahnya kesuburan pada tanah gambut. Bahan amelioran

yang digunakan dapat berupa kapur dolomit, batuan fosfat dan tanah mineral. Dilaporkan bah

wa pemberian tanah mineral 10-20 ton.ha-1

.thn-1

dapat mengurangi fitotoksik asam organik

dan meningkatkan kadar hara makro dan mikro dalam tanah dan tanaman serta meningkatkan

bobot kering tanaman. Pemberian kapur/dolomit 1-2 ton.ha-1

.thn-1

dapat meningkatkan sejum

lah kation basa dan pH tanah. Pemberian batuan fosfat dapat meningkatkan KTK tanah dan

mengurangi pencucian hara kelompok kation basa. Selain itu batuan fosfat juga mengandung

Ca, P, Fe yang diperlukan pada tanah gambut (Syahbuddin dan Alwi, 2012).

Produktivitas kelapa sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya faktor

internal, perlakuan kultur teknis dan faktor eksternal/lingkungan. Faktor lingkungan terdiri

dari iklim dan tanah. Faktor tanah yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman

adalah karakteristik lahan, tanah dan spesifik tanah yang sangat berbeda pada setiap wilayah.

Tanah gambut memiliki karakteristik spesifik, diantaranya tersusun atas material organik, ke

tebalan dan tingkat kematangannya sangat beragam, bobot isi/BD sangat ringan (0,05-0,2 g.

cm-3

), sehingga memiliki kapilaritas yang rendah, bersifat ringan, lepas, mudah kering, terba

kar dan tanaman mudah doyong.

Faktor lain yang menentukan produktivitas tanaman kelapa sawit adalah tindakan kul

tur teknis. Dilaporkan produktivitas kelapa sawit sangat ditentukan oleh pemupukan. Sekitar

40-60 % biaya pemeliharaan berasal dari pemupukan dan 30 % dari total biaya produksi.

Jenis pupuk yang lazim diberikan pada tanaman kelapa sawit menghasilkan adalah pupuk

urea/ZA, TSP/SP-36/RP, MoP/ZK, dan kieserit/dolomit.

Kebutuhan hara pada tanaman kelapa sawit telah banyak dikemukakan oleh para pe

neliti. Kebutuhan minimal unsur hara pada tanaman kelapa sawit menghasilkan menurut Von

Uexkull dan Fairhurst (1991) bahwa unsur hara yang terangkut bersama panen untuk 1 ton

TBS setara dengan 2,94 kg N (6,50 kg urea), 0,44 kg P (2,20 kg TSP), 3,71 kg K (7,60 kg

MoP), 0,77 kg Mg (4,80 kg kieserit), dan 0,81 kg Ca (2,00 kg kalsit).

Universitas Sumatera Utara

Page 35: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

4

Berangkat dari penjelasan di atas Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan telah

membuat rekomendasi pemupukan pada tanaman kelapa sawit menurut umur dan jenis tanah

nya. Menurut Rahutomo, dkk, (2006) dosis pupuk tunggal yang diberikan pada tanaman kela

pa sawit menghasilkan pada tanah gambut umur 14-20 tahun adalah 6,25 kg.phn-1

ha-1

thn-1

,

yang terdiri dari 1,50 kg urea, 1,50 kg TSP, 2,00 kg MoP dan 1,25 kg kieserit.phn-1

thn-1

.

Dilain pihak rekomendasi pemupukan untuk tanaman kelapa sawit menghasilkan da

pat dilakukan dengan teknologi masukan rendah. Prinsipnya, kebutuhan hara dihitung dengan

konsep keseimbangan/neraca hara (balanced nutrition), dimana dosis pupuk yang diberikan

diperhitungkan dengan kebutuhan hara tanaman dan kemampuan lingkungan untuk menye

diakan hara. Berdasarkan konsep ini, dosis pupuk hanya diberikan untuk menambah unsur

hara yang kurang/tidak disediakan oleh lingkungan. Kebutuhan hara diketahui dari analisis

jaringan tanaman, sehingga diperoleh dosis pupuk N, P, K dan Mg untuk tanaman kelapa

sawit sebesar 3,25 kg.phn-1

.ha-1

thn-1

, yang terdiri dari 1,00 kg urea, 0,50 kg TSP, 1,00 kg

MoP dan 0,75 kg kieserit.

Berdasarkan uraian diatas, penelitian penggunaan bahan amelioran (dolomit, batuan

fosfat dan tanah mineral) sebagai bahan pembenah (amendment) tanah dan aplikasi pupuk

an-organik (urea, TSP, MoP dan kieserit) untuk meningkatkan pertumbuhan dan produkti

vitas tandan buah segar kelapa sawit pada lahan gambut dilaksanakan.

Rumusan Masalah

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas andalan disektor perkebunan yang

memberikan kontribusi cukup besar terhadap devisa negara di luar gas bumi dan batubara.

Oleh karena itu produktivitasnya perlu ditingkatkan, sejalan dengan laju pertambahan pendu

duk dan permintaan pasar di-50 negara akan minyak nabati tropika, baik untuk kebutuhan

domestik maupun untuk di ekspor.

Tanaman kelapa sawit mampu beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis lahan, ter

masuk lahan gambut. Ekosistem lahan gambut sangat unik, kompleks dan khas, terdapat di

dataran rendah be-rawa, jenuh air yang mudah rusak bila terusik. Pengelolaan dan pengem

bangannya harus memperhatikan karakteristik gambut, baik ekosistem, sifat kimia, fisik mau

pun biologi tanahnya. Secara kimia, lahan gambut tropika memiliki kesuburan tanah yang ren

dah, baik makro maupun mikro, kejenuhan basa/KB rendah dengan tingkat kemasaman tanah

yang tinggi.

Secara fisik, gambut bersifat sangat spesifik, mudah amblas, mudah kering dan mudah

terbakar bila kering. Gambut memiliki sifat sangat ringan, lepas dan rapuh (fragile) bila ter

Universitas Sumatera Utara

Page 36: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

5

usik. Dengan teknologi pengelolaan air yang mumpuni dan terarah, disertai pemberian reak

tan (bahan amelioran dan pemupukan) yang tepat, lahan gambut dapat dimanfaatkan. Pembe

rian bahan amelioran bertujuan: (1) memasok sejumlah hara makro maupun mikro; (2) me

ningkatkan pH-tanah dan KB; dan (3) kation polivalen yang terdapat dalam bahan amelioran

dapat mengkelasi asam organik/asam monomer, yang bersifat toksik membentuk asam poli

mer/kopolimer dengan rantai karbon yang panjang dengan berat molekul yang besar yang ber

sifat non-toksik. Ikatan kompleks organo kation yang terbentuk menyebabkan tanah gambut

tidak mudah terdegradasi, sehingga laju emisi gas rumah kaca/GRK dapat ditekan.

Karakteristik lahan gambut memiliki kesuburan rendah, baik makro maupun mikro,

KB rendah dengan kemasaman tinggi. Pemberian bahan amelioran dan pemupukan dapat

dilakukan untuk mengatasi masalah kemasaman tanah dan rendahnya ketersediaan hara pada

tanah gambut. Dolomit, batuan fosfat dan tanah mineral dapat digunakan sebagai bahan ameli

oran, sedang pupuk urea, TSP, MoP dan kieserit sebagai sumber hara N, P, K dan Mg sering

digunakan sebagai pupuk kimia. Tanaman kelapa sawit memerlukan pupuk an-organik dalam

jumlah besar, mengingat dalam 1 ton TBS yang dihasilkan setara 6,3 kg urea, 2,1 kg TSP, 7,3

kg MoP, dan 4,9 kg kieserit (Sutarta dan Winarna, 2002., Rahutomo, dkk, 2006 ).

Tanaman kelapa sawit telah berhasil dibudidayakan secara komersial sejak tahun

1911, saat ini memasuki generasi kelima dan terus berkembang sangan pesat. Dari luasan

0,12 juta ha pada tahun 1968 menjadi 14,03 juta ha pada tahun 2018, meningkat 117 kali

lipat, dengan perincian pada tahun 2016 perkebunan yang dikelola Perusahaan Besar Swasta

(PBS) sebesar 52 %, Perkebunan Rakyat (PR) sebesar 41 % dengan luas hampir 5 juta ha dan

Perusahaan Besar Nasional (PBN) sebesar 7 %, dengan produksi minyak sawit yang disum

bangkan dari sektor PBS sebesar 57 %, PR sebesar 35 % dan PBN sebesar 8 %. Ini menunjuk

kan bahwa minyak sawit/CPO memiliki prospek pasar yang baik. Dengan perkataan lain mi

nyak sawit sangat diminati oleh konsumen, mengingat keunggulan kompetitif dan kompara

tif yang dimilikinya dengan tingkat harga yang dapat bersaing dengan minyak nabati lainnya

(Pamin, dkk, 1999., PASPI, 2016).

Saragih, dkk, (2013) melaporkan bahwa di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi pem

bangunan kebun kelapa sawit di lahan gambut yang dilakukan pada kedalaman 1-5 m, dipero

leh produksi bervariasi sekitar 12-25 ton TBS.ha-1

thn-1

. Sedang Koedadiri, dkk, (1998) mela

porkan tingkat produksi kelapa sawit pada berbagai ketebalan gambut (50 cm; 75 cm dan 100

cm) pada tanah Fluvaquantic Troposaprist di kebun Sei Galuh PTP.Nusantara V Riau dengan

kerapatan tanaman 130 phn.ha-1

adalah 16,9; 14,5; dan 14,1 ton TBS.ha-1

.thn-1

. Sementara

Universitas Sumatera Utara

Page 37: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

6

Pangudijatno (1998) melaporkan bahwa tanaman kelapa sawit di tanah gambut ombrogen

(kesuburan rendah) masih memberikan produksi 15,7 ton TBS selama 13 tahun masa panen.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengevaluasi penggunaan bahan amelioran dalam memperbaiki karakteristik tanah,

pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit di lahan gambut.

2. Untuk mengevaluasi pengaruh paket pemupukan terhadap karakteristik tanah, pertumbuh

an dan produktivitas kelapa sawit di lahan gambut.

3. Untuk mengevaluasi pengaruh interaksi antara penggunaan bahan amelioran dan paket pe

mupukan terhadap karakteristik tanah, pertumbuhan dana produktivitas kelapa sawit di

lahan gambut.

Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada pekebun/pembudidaya kelapa sawit, praktisi perkebunan,

penyuluh perkebunan, pegiat/pemerhati perkebunan, pelaksana teknis perkebunan, institu

si pemerintah maupun swasta dan pemangku kepentingan (stake horder/user) dibidang per

kebunan tentang jenis/sumber dan dosis bahan amelioran dan aplikasi paket pemupukan

yang tepat sebagai bahan pembenah tanah dan sumber hara untuk meningkatkan pertum

buhan dan produktivitas TBS kelapa sawit pada lahan gambut.

2. Memberikan masukan dan saran kepada pengambil kebijakan (desition maker) dan pelaku

produksi/pekebun tentang pemanfaatan sumber/jenis dan dosis bahan amelioran dalam

rangka perbaikan sifat kimia tanah, kadar hara daun dan pertumbuhan vegetatif bibit ke

lapa sawit di pembibitan utama pada media tanam gambut di polibag

.

Kebaharuan/Keluaran Yang Diharapkan

Penggunaan tanah mineral dapat menggantikan peran bahan amelioran, baik dolomit

maupun batuan fosfat. Pemberian tanah mineral sebanyak 28 kg.phn-1

.thn-1

(4 ton.ha-1

thn-1

) di

sertai paket pemupukan dapat menggantikan peran dolomit dan batuan fosfat dosis 14 kg.phn-

1 (2 ton.ha

-1thn

-1) dapat meningkatkan produksi TBS kelapa sawit pada lahan gambut sub

grup Typic Haplosaprist, dengan hasil 36 ton TBS.ha-1

thn-1

(3 ton TBS.ha-1

). Secara ekono

mis penggunaan tanah mineral 5 kali lipat (79 %) lebih murah bila dibandingkan dengan peng

gunaan dolomit, dan 12 kali lipat (92 %) lebih murah bila dibandingkan dengan penggunaan

batuan fosfat, dengan kondisi harga kedua bahan amelioran tersebut saat ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 38: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

7

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Gambut dan Penggolongannya

A.. Pengertian Gambut

Gambut mempunyai banyak istilah, ditiap daerah/suku di Indonesia sering mengguna

kan sebutan tersendiri masing-masing disebut dengan tanah hitam (Jawa), tanah rawang/tanah

payo (Riau dan Jambi), ambul (Kalimantan Selatan), sepuk (Kalimantan Barat), tanah daun/

tanah gelam (Sumatera Utara). Di masing-masing negara juga menggunakan istilah gambut

yang berbeda, misalnya peat (Inggris/UK), fen (Amerika Utara), musked (Kanada), bog (Irlan

dia, Rusia, Amerika), mire (Finlandia), more (Jerman) dan veen (Belanda). Ragam istilah ter

sebut boleh jadi menunjukkan kekhasan dari ciri dan sifat gambut tersebut yang berbeda

bahan penyusun, ketabalan, kematangan, atau lingkungan fisiknya (Noor, 2010).

Istilah gambut sendiri diambil dari kosa kata bahasa daerah Kalimantan Selatan, suku

Banjar, yang sebetulnya adalah nama salah satu ibukota kecamatan di Kabupaten Banjar yai

tu Kecamatan Gambut. Gambut diartikan sebagai material organik yang tertimbun secara ala

mi dalam keadaan basah berlebihan, bersifat tidak mampat dan tidak atau hanya sedikit me

ngalami perombakan (Noor, 2001).

Menurut Andriesse (1992) dalam Subardja, dkk, (2006) gambut adalah tanah organik

(organic soil), tetapi tidak berarti bahwa tanah organik adalah tanah gambut. Tanah organik

yang telah mengalami perombakan secara sempurna sehingga bagian tumbuhan aslinya tidak

dikenali lagi dan kandungan mineralnya tinggi dengan ketebalan ˂50 cm disebut tanah ber

gambut (peaty soil/peaty muck). Sedang Kanapathy (1975) dalam Barchia (2006) mendefini

sikan tanah gambut sebagai tanah organik, tebalnya minimal 1 m dengan luas minimal 1 hek

tar dan mengandung bahan mineral ˂70 %.

Menurut Soil Survey Staff (2010) tanah gambut terbentuk dari bahan tanah organik,

umumnya jenuh air, mengandung C-organik 18 % atau lebih bila fraksi mineral mengandung

liat 60 % atau lebih, atau memiliki 12 % atau lebih C-organik bila fraksi mineral tidak meng

andung liat, atau mengandung C-organik 12-18 % bila kandungan liat diantara 0-60 %. Bila

tidak pernah jenuh air alami minimal mengandung C-organik 20 %. Kedalaman tanah gam

but minimal 40 cm bila bahan telah terdekomposisi sedang/hemik sampai lanjut/saprik atau

minimal 60 cm jika belum/sedikit terdekomposisi (fibrik) atau setidak-tidaknya tanah gambut

memiliki lebih dari setengah lapisan tanah teratas 80 cm merupakan bahan tanah organik.

7

Universitas Sumatera Utara

Page 39: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

8

Hardjowigeno dan Abdullah (1987) mendefinisikan tanah gambut sebagai tanah yang

terbentuk dari timbunan sisa vegetasi yang telah mati, baik yang sudah lapuk maupun belum.

Tanah gambut mengandung maksimal 20 % bahan organik (berat kering), apabila kandungan

bagian zarah berukuran clay (˂2 μ) mencapai 0% atau maksimal 30 % bahan organik, apabila

kandungan clay 60 %, ketebalan bahan organik ≥50 cm.

Subagyo (1997) menambahkan, disebut sebagai tanah gambut apabila memenuhi ke

tentuan: (1) terdiri atas bahan organik, (2) jenuh air selama ≥1 bulan dalam setiap tahun, (3)

ketebalan minimal 60 cm, apabila tersusun dari bahan fibrik atau jika BD ˂0,1 g.cm-3

dan (4)

ketebalan minimal 40 cm, apabila tersusun dari bahan saprik/hemik atau jika terdiri dari ba

han fibrik dengan kadar serat ˂75 % bagian volume dan BD ≥ 0,1 g.cm-3

.

Lahan gambut (peat land) menurut hasil rumusan Semiloka Nasional Pemanfaatan La

han Gambut Berkelanjutan di Bogor (2010) adalah: (1) lahan yang dibatasi sebagai suatu area

yang ditutupi endapan bahan organik dengan ketebalan ˃50 cm yang sebagian besar belum

melapuk secara sempurna dan tertimbun dalam waktu lama serta mempunyai kandungan C-

organik ˃18%; dan (2) Lahan gambut yang mempunyai ketebalam ˃3 m berada di luar kawa

san hutan dan bukan sebagai kubah gambut, serta luas pemanfataannya berada di dalam satu

an pemanfaatan lahan sesuai kebijakan penggunaan lahan yang terkait dengan perencanaan

pembangunan daerah, masih dapat digunakan untuk keperluan lain, terutama untuk pertanian/

perkebunan (Sabiham dan Sukarman, 2012).

B.. Penggolongan Gambut

Dalam klasifikasi tanah, gambut dikelompokkan kedalam ordo/golongan Histosol (Or

ganosol) yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan tanah mineral. Sifat dan ciri tanah

gambut (peat soil) beragam tergantung pada bahan asal, proses dan lingkungan pembentu

kannya, sehingga gambut dapat dibedakan berdasarkan bahan penyusunnya, gambut dibeda

kan atas: (1) gambut lumutan, terdiri atas campuran tanaman air termasuk plankton; (2) gam

but seratan, terdiri dari campuran sphagnum dan rumputan; dan (3) gambut kayuan, berasal

dari jenis pepohonan dan semak. Berdasarkan tingkat kesuburannya, gambut dibedakan atas:

(1) gambut eutrofik, tingkat kesuburan tinggi, dipengaruhi air payau dan air sungai; (2) gam

but oligotrofik, tingkat kesuburan rendah, dipengaruhi air hujan; dan (3) gambut mesotrofik,

tingkat kesuburan sedang, dipengaruhi air sungai. Berdasarkan wilayah iklimnya, gambut di

bedakan atas: (1) gambut tropik, terdapat di kawasan tropika atau sub tropika, dan (2) gambut

iklim sedang, terdapat di kawasan temprate yang memiliki empat musim. Berdasarkan proses

pembentukannya, gambut dibedakan atas: (1) gambut ombrogen, pembentukannya dipengaru

7

Universitas Sumatera Utara

Page 40: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

9

hi air hujan/miskin hara, dan (2) gambut topogen, dipengaruhi topografi dan luapan air sungai

/lebih subur. Berdasarkan lingkungan pembentukannya/fisiografi, gambut dibedakan atas: (1)

gambut cekungan, terbentuk di daerah depresi, lembah sungai dan rawa burit (back swamps);

dan (2) gambut sungai, terbentuk di sepanjang sungai; (3) gambut dataran tinggi, terbentuk di

punggung bukit/pegunungan, dan (4) gambut dataran pesisir, terbentuk disepanjang garis pan

tai. Berdasarkan ketebalan lapisan bahan organiknya, gambut dibedakan atas: (1) gambut

dangkal, dengan ketebalan 50-100 cm; (2) gambut tengahan/sedang, ketebalan 100-200 cm;

(3) gambut dalam, ketebalan 200-400 cm; dan (4) gambut sangat dalam, dengan ketebalan

˃400 cm. Berdasrkan tingkat kematangannya, gambut dibedakan atas: (1) gambut fibrik, gam

but mentah dengan ciri sisa jaringan tanaman masih asli; (2) gambut hemik, gambut separoh

matang; dan (3) gambut saprik, gambut matang yang telah mengalami perombakan sangat lan

jut. Berdasarkan lingkungan fisiknya, gambut dibedakan atas: (1) gambut dataran rawa pan

tai; (2) gambut rawa lagun; (3) gambut depresi/pelembahan; (4) gambut terisolasi pada lem

bah sungai; (5) gambut endapan karang/kawasan salin; dan (6) gambut rawa delta (Noor,

2001., Soekardi dan Hidayat, 1988).

Berdasarkan ekosistemnya lahan gambut dibedakan atas: (1) ekosistem hutan rawa,

(swamps forest) dan (2) ekosistem perairan (aquatic). Berdasarkan kekuatan aliran dan jarak

dari muara sungai, gambut dibedakan atas: (1) zona wilayah aliran air/rawa payau (brackish

swamps); (2) zona aliran air tawar yang dipengaruhi ayunan pasang surut permukaan air su

ngai/laut (tidal wetland); dan (3) zona air tawar pedalaman yang tidak dipengaruhi ayunan

pasang surut air (fresh water). Berdasarkan kondisi hidrologi dan letak wilayahnya, lahan

gambut dibedakan atas; (1) gambut pantai; (2) gambut pasang surut (tidal swampsland); dan

(3) gambut pedalaman (swampyland) (Mawardi, dkk, 2013). Berdasarkan bentang lahan

(terrain) dan hidrologi kawasan lahan gambut dibedakan atas: (1) zona kawasan budidaya,

dan (2) zona kawasan adaptif (Wijaya-Adhi, 1988., Noor, 2010).

Kesesuaian Lahan Gambut Untuk Tanaman Kelapa Sawit

Indonesia termasuk negara kepulauan terbesar di dunia, pemilik hutan hujan tropika

(tropica rain forest) terluas ketiga setelah Brazil dan Kongo yang memiliki biodiversitas/kera

gaman hayati terlengkap kedua setelah Brazil dengan total luas lahan gambut 20 juta ha (4,72

% gambut dunia) terbesar ke-empat setelah Kanada (170 juta ha), Rusia (150 juta ha) dan

Amerika Serikat seluas 40 juta ha (Purnomo,2010., Ritung, dkk, 2012., Subardja dan Suryani,

2012).

Universitas Sumatera Utara

Page 41: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

10

Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman komersial diberbagai belahan bumi, teruta

uma di daerah tropika yang berada di kawasan antara 10⁰ LU dan 10⁰ LS, seperti pantai Barat

Afrika, wilayah tropika Amerika Selatan, Indo Pasifik Selatan dan Asia Tenggara (Piggot,

1990). Di Indonesia kelapa sawit tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi (minus Sulawe

si Utara dan Gorontalo), Papua dan Jawa (Banten dan Jawa Barat) (Rahutomo, dkk, 2008).

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai tingkat keragaman karakteristik

tanah, seperti Ultisiol (Podsolik), Inceptisol (Latosol), Entisol (Aluvial), Andisol (Andosol),

dan Histosol (Organosol/Gambut). Berbeda dengan tanaman perkebunan lainnya, kelapa sa

wit dapat dibudidayakan pada tanah mineral sampai dengan lahan gambut (Pahan, 2007., Adi

wiganda, 2007., Sunarko, 2014).

Bentuk wilayah yang sesuai untuk kelapa sawit adalah datar sampai berombak, de

ngan kemiringan 0-8% (0-4⁰). Pada wilayah bergelombang sampai berbukit dengan kemiri

ngan 8-30% (4⁰-16⁰). Kelapa sawit masih dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik melalui

upaya pengelolaan tertentu seperti pembuatan teras. Pada wilayah berbukit dengan kemiri

ngan ˃30% (˃16⁰) tidak dianjurkan untuk kelapa sawit karena akan memerlukan biaya yang

besar untuk pengelolaannya, sedang produksi yang dihasilkan relatif rendah (Pahan, 2007.,

Sulistyo, dkk, 2010., Hidayat, dkk, 2013).

Kemasaman tanah optimal untuk kelapa sawit adalah pH 5,0-6,0, tetapi masih toleran

hidup pada pH˂5,0, seperti pada tanah gambut dengan pH 3,5-4,0. Pengelolaan tingkat kema

saman tanah dapat dilakukan melalui tindakan pemupukan dengan menggunakan jenis-jenis

pupuk yang berkemampuan meningkatkan pH-tanah seperti dolomit, kapur kalsit/karbonat

dan batuan fosfat (Sulistyo, dkk, 2010., Malangyoedo, 2014).

Sedang persyaratan iklim yang sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, meliputi

temperatur udara 22-33⁰C (optimal 24-27⁰C), rataan curah hujan 1750-3000 mm.thn-1

(opti

mal 1750-2500 mm.thn-1

), dengan penyebaran merata sepanjang tahun tanpa bulan kering

(˂60 mm.bln-1

/Schmidt dan Ferguson; ˂100 mm.bln-1

/Oldeman), kebutuhan air optimal di

lapangan 120-140 mm.bln-1

(4,1-4,65 mm.hr-1

), kelembaban udara 50-90% (optimal 80%),

lama penyinaran minimal 1825 jam.thn-1

atau 5 jam.hr-1

(optimal 6 jam.hr-1

), kecepatan angin

5-6 km.jam-1

, dengan elevasi ≤400 m di atas permukaan laut (Harahap, dkk, 2000., Siregar,

dkk, 2006., Sunarko, 2014). Kelembaban udara bersama temperatur mempengaruhi permu

kaan stomata yang berperan dalam pertukaran gas, terutama CO2 yang dibutuhkan dalam

proses fotosintesis (Gardner, dkk, 1991., Soepandi, 2014).

Universitas Sumatera Utara

Page 42: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

11

Menurut Rahutomo, dkk, (2008) karakteristik lahan yang diperlukan dalam penilaian

lahan gambut untuk penggunaan kelapa sawit adalah: (1) curah hujan per tahun (mm); (2)

jumlah bulan kering (bln); (3) temperatur rataan tahunan (⁰C); (4) kedalaman muka air tanah

(cm); (5) kematangan gambut (fibrik, hemik, saprik); (6) kedalaman gambut (cm), (7) kandu

ngan bahan kasar (%-volume); dan (8) reaksi tanah (pH). Oleh Wiratmoko, dkk, (2008) di

tambahkan tiga faktor lagi, yaitu: (9) kedalaman sulfidik/pirit (cm); (10) kadar abu (%) dan

(11) salinitas (mmhos.cm-1

; ds.m-1

).

Pengelolaan yang tepat sangat diperlukan untuk mewujudkan keberhasilan budidaya

kelapa sawit pada lahan gambut. Menurut Rahutomo, dkk, (2008) ada delapan kunci sukses

yang perlu diperhatikan dalam pengembangan lahan gambut untuk tanaman kelapa sawit yai

tu: (1) identifikasi dan kesesuaian, (2) pembukaan lahan gambut tanpa bakar, (3) pemadatan

jalur tanam, (4) pengelolaan air, (5) pembangunan dan peningkatan kualitas jalan, (6) pemu

pukan, (7) pelaksanaan kultur teknis yang baik, dan (8) pengawasan kebakaran.

Menurut Sunarko (2014) lahan gambut yang dapat digunakan untuk budidaya kelapa

sawit harus memenuhi kriteria: (1) berada dalam kawasan budidaya, dapat berasal dari kawas

an hutan yang telah dilepas atau areal penggunaan lain; (2) ketebalan lapisan gambut ˂4 m,

dapat berupa hamparan atau proporsi lahan minimal 70 % dari luas areal yang akan diusaha

kan; (3) lapisan substratum (lapisan tanah mineral dibawah gambut) menentukan kemampuan

lahan gambut sebagai media tumbuh tanaman; (4) tingkat kematangan gambut yang direko

mendasikan adalah gambut matang/saprik dan setengah matang/hemik; (5) tingkat kesuburan

tanah gambut tergolong eutropik/cukup subur untuk budidaya kelapa sawit, karena adanya

pengaruh luapan air sungai/pasang surut air laut; (6) tata air harus diperhatikan karena sifat

tanah gambut bersifat tak balik, tujuan pengelolaan air antara lain mengatur muka air yang di

pertahankan pada 50-70 cm untuk ruang akar; mencegah pengeringan dan penurunan muka

gambut; mencegah oksidasi pirit dan akumulasi garam/salinitas.

Oleh Adiwiganda (2007) ditambahkan dua faktor lagi yaitu (7) kandungan bahan

kasar berupa kayu-kayuan optimal ˂15 %, kandungan bahan kasar 15-35 % sudah merupakan

pembatas untuk pertumbuhan perakaran dan daya pegang air, sedang lahan dengan bahan

kasar ˃35 % tidak direkomendasikan untuk kelapa sawit; (8) kelapa sawit di lahan gambut

memiliki toleransi yang tinggi terhadap kelas drainase tanah. Gambut agak basah (drainase

agak terhambat) merupakan tempat yang sesuai untuk kelapa sawit. Gambut kering biasanya

mengandung pasir semu (pseudo sand) yang tinggi tidak sesuai untuk kelapa sawit.

Universitas Sumatera Utara

Page 43: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

12

Menurut Winarna dan Rahutomo (2008) dan Sulistyo, dkk, (2010) karakteristik lahan

gambut yang diperlukan dalam penilaian lahan untuk kelapa sawit dapat di lihat pada Tabel 1

di bawah ini

Tabel 1. Kriteria kesesuaian lahan untuk kelapa sawit pada tanah gambut

No

Karakteristik Lahan

Sim

Bol Intensitas Faktor Pembatas

S1/Tanpa

(0) S2/Ringan

(1) S3/Sedang

(2) N/Berat

(3) 1 Curah hujan (mm.thn

-1) W 1.750-3000 1.750-1.500

˃3000

1.500-1250 ˂1.250

2 Temperatur rataan tahunan

(⁰C)

T 25-28 22-25

28-32

20-22

32-35

˂20

˃35

3 Bulan kering (bln) K ˂1 1-2 2-3 ˃3

4 Ketinggian di atas permuka

an laut ( m dpl)

L ˂200 200-300 300-400 ˃400

5 Kandungan bahan kasar

(%-volume)

B ˂3 3-15 15-40 ˃40

6 Ketebalan gambut (cm) S ˂60 60-150 150-300 ˃300

7 Tingkat pelapukan gambut T Saprik Hemosaprik;

Saprohemik

Hemik;Fibro

hemik; Hemofibrik

Fibrik

8 Kelas drainase D Baik, Sedang Agak terhambat Terhambat; Agak

cepat

Sangat terhambat;

Cepat; Tergenang

9 Kemasaman tanah/pH (H2O) A 5,0-6,0 4,0-5,0 3,5-4,0 ˂3,5

10 Salinitas (ds.m-1

) C ˂2 2-3 3-4 ˃4

11 Kedalaman sulfidik (cm) X ˃125 100-125 90-100 ˂90

12 ESP (% Na) N ˂5

5-10 10-15 ˃15

13 Defisit air (mm.thn-1

) W ˂150 150-250 250-400 ˃400

14 Bahaya banjir/genangan F F0/tanpa F1/ringan F2/sedang ≥F3/agak berat

15 Lama penyinaran (jam/hari) N 6,0 5,5-6,0 5,0-6,0 ˂5,0

Sumber : diolah dari Mahi (2015); Sulistyo, dkk, (2010) Winarna dan Rahutomo (2007); Hardjowigeno

dan Widiatmaka (2007).

Karakteristik Fisik dan Kimia Tanah Gambut

A. Sifat Fisik Tanah Gambut

1. Kematangan Gambut

Kematangan gambut adalah tingkat pelapukan bahan organik yang akan menjadi kom

ponen utama dari tanah gambut yang sangat menentukan tingkat produktivitas, kesuburan dan

ketersediaan hara. Ketersediaan hara pada lahan gambut yang lebih matang relatif lebih ter

sedia dibandingkan lahan gambut mentah. Struktur gambut relatif lebih matang dan lebih

baik untuk pertumbuhan tanaman. Berdasarkan tingkat kematangannya, gambut dibedakan

atas saprik/matang, hemik/setengah matang dan fibrik/mentah (Barchia, 2006).

2. Kadar Air

Lahan gambut memiliki kemampuan menyerap dan menyimpan air jauh lebih tinggi di

bandingkan tanah mineral. Hal ini disebabkan gugus fungsional/bagian aktif dari tanah gam

but yang berperan dalam menyerap air. Gambut dapat menyimpan air 850 l.m-3

(88,60 juta l.

ha-1

) (Noor, 2010). Komposisi bahan organik yang dominan menyebabkan gambut mampu

Universitas Sumatera Utara

Page 44: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

13

menyerap air dalam jumlah yang relatif tinggi. Elon, et al, (2011) menyatakan air yang ter

kandung dalam tanah gambut dapat mencapai 300-3000 % bobot keringnya, jauh lebih ting

gi dibandingkan tanah mineral yang kemampuan menyerap airnya hanya berkisar 20-35 %

bobot keringnya. Mutalib, et al, (1991) melaporkan kadar air gambut pada kisaran yang lebih

rendah yaitu 100-1300 %, artinya gambut mampu menyerap air 1-13 kali bobot keringnya.

Kemampuan gambut yang tinggi dalam menyimpan air antara lain ditentukan oleh porositas

gambut yang bisa mencapai 95 % (Widjaya-Adhi, 1988).

3. Berat Isi/Kerapatan Lindak

Berat isi [bobot volume/kerapatan lindak/bulk density (BI/BV/BD)] menunjukkan be

rat massa padatan dalam suatu volume tertentu yang umumnya dinyatakan dalam satuan g.

cm-³ (kg.dm

-³; ton.m

-³). Berat isi sangat erat hubungannya dengan porositas, daya menahan be

ban, dan potensi daya menyimpan air. Tanah dengan nilai BD relatif rendah umumnya mem

punyai daya mendah umumnya porositas yang tinggi, sehingga potensi menyerap dan menya

lurkan air menjadi tinggi, namun jika nilai BD terlalu rendah menyebabkan tanah mempunyai

daya menahan beban yang rendah. BD tanah gambut yang sangat rendah yaitu ˂0,1 g.cm-³

(gambut fibrik/mentah). Sedang gambut pantai dan gambut yang terletak pada jalur aliran su

ngai mempunyai BD lebih tinggi yaitu ˃0,2 g.cm-³, semakin matang gambut, rataan BD gam

but menjadi lebih tinggi (Noor, 2010., Sabiham, 2009).

4. Subsiden/Penurunan Permukaan (Subsidence)

Penurunan permukaan lahan sering dialami lahan gambut yang telah direklamasi/drai

nase. Proses drainase menyebabkan air yang berada diantara massa gambut mengalir keluar

(utamanya bagian air yang bisa mengalir dengan kekuatan gravitasi), akibatnya gambut meng

empis/menyusut. Subsiden juga bisa terjadi karena: (1) massa gambut mengalami pengerutan

akibat berkurangnya air dalam bahan gambut; (2) terjadinya proses pelapukan dan; (3) proses

pemadatan karena perubahan berat isi/BD gambut. Subsiden menyebabkan keterbatasan ru

ang penyimpan air, sehingga fungsi gambut sebagai pengatur tata air bisa menurun. Menurut

Dariah, dkk, (2012) pada lahan gambut yang telah di drainase dan digunakan budidaya kelapa

sawit di Riau dan Jambi, nenas di Kalimantan Barat dan Karet di Kalimantan Tengah, laju

subsiden berkisar antara 2,7-5,6 cm.thn-1

5. Daya Menahan Beban (Bearing Capasity)

Daya menahan beban gambut tergolong rendah, sehingga merupakan faktor pengham

Universitas Sumatera Utara

Page 45: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

14

bat pembatas tanaman tahunan seperti kelapa sawit, akibatnya tanaman mudah doyong/tum

bang. Daya menahan beban pada tanah gambut dipengaruhi oleh tingkat kematangan gambut.

Gambut yang reaktif lebih matang umumnya lebih padat, sehingga daya menahan beban lebih

tinggi. Bebarapa perkebunan besar melakukan peningkatan daya menahan beban melalui pro

ses pemadatan dengan alat mekanisasi. Kondisi gambut yang lunak/lembek akibat kadar air

yang tinggi berkontribusi terhadap rendahnya daya menahan beban tanah gambut. Oleh kare

na itu drainase, selain bertujuan menghilangkan kelebihan air juga untuk meningkatkan daya

menahan beban. Daya menahan beban pada lahan gambut sangat dipengaruhi oleh: (1) ting

kat kematangan gambut, (2) ketebalan gambut, dan (3) kondisi gambut yang terlalu lunak aki

bat kadar air yang terlalu tinggi (Valat, et al, 1991., Noor, 2001).

6. Kering Tak Balik (Irreversible Drying)

Gambut dengan kadar air ˂100% berdasarkan berat, umumnya telah mengalami pro

ses kering tak balik. Pada kondisi ini gambut menjadi mudah terbakar dan hanyut terbawa

aliran air (Widjaya-Adhi, 1988). Gambut juga tidak mempunyai kemampuan lagi untuk me

nyerap air dan unsur hara, sehingga menjadi tidak sesuai lagi sebagai media tanaman. Dalam

kondisi kering tak balik, gambut nampak seperti pasir, dikenal sebagai pasir semu (pseudo

sand) yang sulit diakses mikrobia dekomposer.

Menurut Sabiham (2007) penurunan kemampuan gambut menyerap air berkaitan de

ngan penurunan ketersediaan gugus karboksilat (-COOH) dan OH-fenolat dalam gambut.

Komponen organik ini merupakan senyawa yang bersifat hidrofilik (suka air), sehingga jika

fase cair telah hilang maka gambut yang pada mulanya bersifat hidrofilik berubah menjadi

hidrofobik (menolak air).

B. Sifat Kimia Tanah Gambut

1. Kemasaman Tanah (pH)

Kemasaman tanah gambut tropika umumnya tinggi (pH 3-5) yang disebabkan oleh

jeleknya kondisi drainase dan hidrolisis asam-asam organik yang didominasi oleh asam fulfat

dan humat (Widjaya-Adhi, 1988., Rumawas, 1985). Bahan organik yang telah terdekompo

sisi mempunyai gugus reaktif seperti karboksilat (-COOH) dan fenolat (C₆H₄OH) yang men

dominasi kompleks pertukaran dan bersifat sebagai asam lemah, sehingga dapat terdisosiasi

dan menghasilkan ion H+ dalam jumlah banyak. Kemasaman tanah yang tinggi mempenga

ruhi ketersediaan hara P,K,Ca dan unsur mikro. Kemasaman tanah gambut cenderung makin

Universitas Sumatera Utara

Page 46: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

15

tinggi jika gambut makin tebal. Tingkat kemasaman gambut (pH 3,30) disekitar kubah lebih

rendah dibandingkan gambut yang berada dipinggir/mendekati sungai dengan pH rataan 4,30.

Gambut mentah/fibrik belum terurai mengandung kadar asam organik yang lebih tinggi dari

pada gambut saprik yang umumnya mengandung abu/sumber basa-basa (Adji, dkk, 2005.,

Dzaytekin and Barau, 2009).

2. Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Kapasitas Tukar Kation (KTK) pada tanah gambut sangat tinggi, berkisar 100-300

me.100 g-1

berdasarkan berat kering mutlak (Hartatik dan Suriadikarta, 2006). Tingginya nilai

KTK tersebut disebabkan oleh muatan negatif tergantung pH yang sebagian besar berasal dari

gugus karboksilat (-COOH) dan fenolat (OH-fenol) dengan kontribusi terhadap KTK sebesar

10-30 % dan penyumbang terbesarnya adalah derivat fraksi lignin yang tergantung muatan 64

-74 % (Charman, 2002). Tingginya nilai KTK menyebabkan tanggapan tanah terhadap reaksi

asam-basa dalam larutan tanah untuk mencapai kesetimbangan memerlukan lebih banyak

reaktan (bahan amelioran dan pupuk).

3. Kadar Asam Organik

Tanah gambut tropika Indonesia mempunyai kandungan lignin lebih tinggi daripada

gambut beriklim sub-tropika. Dekomposisi lignin menghasilkan asam-asam organik seperti

asam fenolat, sedangkan selulosa dan hemi selulosa terdekomposisi menjadi senyawa karbok

silat. Hampir semua mekanisme kimiawi yang terjadi dalam bahan gambut berlangsung pada

tapak reaktif gugus fungsi, terutama COOH (karboksil), OH-fenol (fenolik), dan OH-alkohol

(hidroksi alkohol) yang sangat stabil tergantung keadaan redoks dan pH-tanah. Dalam kema

saman oksidatif, gugus fungsional akan mengalami proses oksidasi dan dekarboksilasi mem

bentuk C=O quinon yang kurang/tidak reaktif, sehingga reaksi pertukaran kation tidak ber

jalan, bahkan kation tidak dapat terjerap, sehingga mudah hilang akibat pencucian. Stabilitas

bahan gambut yang dominan berasal dari ikatan-CHO (formil/aldehid) umumnya rendah, ka

rena mudah terdekomposisi membentuk CO₂, CH₄ dan H₂O (Sabiham, 2007).

Sabiham dan Ismangun (1997) melaporkan enam derivat asam-asam fenolat yang sa

ngat penting dalam tanah gambut di Jambi dan Kalimantan Tengah yaitu asam ferulat, sina

pat, p-kumarat, vanilat, siringat dan asam p-hidroksi benzoat. Asam-asam fenolat tersebut

mempunyai pengaruh langsung terhadap proses biokimia dan fisiologi tanaman serta keterse

diaan hara dalam tanaman. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa asam-asam fenolat ber

Universitas Sumatera Utara

Page 47: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

16

sifat toksik bagi tanaman (fitotoxic) dan menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi ter

hambat.

4. Ketersediaan Hara Makro

Ketersediaan hara N, P, K, Ca dan Mg dalam tanah gambut umumnya rendah, meski

pun kandungan N, P, K-total tergolong tinggi, tetapi berada dalam bentuk organik (Mutalib,

et al, 1991). Kandungan N-total tanah gambut tropika di beberapa daerah di Indonesia tergo

long rendah, berkisar antara 0,30-2,10 %, di Malaysia 0,90-1,70 % dan Brunei 0,30-2,20 %.

Perbedaan tersebut terkait sifat N pada lahan gambut yang memiliki keragaman tinggi dan di

pengaruhi oleh proses translokasi maupun emisi. Dari kisaran tersebut N-mineral yang terse

dia bagi tanaman kurang dari 1%.

Tanah gambut mempunyai kemampuan menjerap pupuk P relatif rendah, karena ta

nah gambut banyak mengandung gugus fungsional dengan berat molekul tinggi (asam humat

dan fulfat). Gugus tersebut mempunyai muatan negatif, sehingga diperlukan jembatan kation

agar unsur P dapat bertahan dalam kompleks pertukaran (Litoar, et al, 2005., Barchia, 2006).

Ketersediaan K pada tanah gambut berbeda, tergantung tingkat dekomposisi gambut.

Pada gambut saprik yang telah direklamasi terjadi penurunan kadar K-tersedia antara 38-50

% pada kondisi tergenang, sedang pada gambut alamiah/fibrik penurunan kadar K-tersedia

dalam tanah sebesar 34 %. Hal ini diduga berkaitan dengan kandungan abu gambut saprik

yang lebih besar dari pada gambut fibrik. Pembukaan lahan, drainase dan kebakaran lahan da

pat menambah sumber K (Lappalainen, 1996., Dariah, dkk, 2012).

Kejenuhan basa (KB) Ca,Mg,K dan Na dalam tanah gambut tergolong rendah antara

5-10%, pada hal secara umum KB yang baik agar tanaman dapat menyerap basa-basa dengan

mudah adalah sekitar 30 %. Hal ini disebabkan lahan gambut Indonesia terbentuk di atas

tanah miskin hara dan/atau hanya mendapat hara dari air hujan (gambut ombrogen). Kejenu

han basa tanah gambut di Kalimantan Tengah rataan ˂10 %. Meskipun lahan gambut memi

liki KTK yang sangat tinggi (90-200 me.100 g-1

), tetapi KB sangat rendah, yang berakibat

terhadap rendahnya ketersediaan hara terutama K, Ca, dan Mg (Noor, dkk, 2013).

5. Ketersediaan Hara Mikro

Selain hara makro, lahan gambut juga kahat hara mikro seperti Cu, Zn, Fe, Mn, B

dan Mo. Kadar unsur hara Cu, Zn, dan B di lahan gambut umumnya sangat rendah dan sering

terjadi defisiensi (Mutalib,et al, 1991). Pembentukan senyawa organik metalik kompleks me

Universitas Sumatera Utara

Page 48: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

17

nyebabkan unsur mikro tidak/kurang tersedia. Keberadaan asam-asam karboksilat dan fenolat

dalam gambut berfungsi sebagai pengikat logam dengan urutan pengikatan adalah Cu>Pb>

Zn>Ni>Co>Mn. Tingginya kadar asam fenolat menyebabkan tanah gambut kahat Cu. Keter

sediaan hara Cu dan Zn yang rendah pada tanah gambut juga dapat disebabkan pH yang ren

dah (Ambak and Tadano, 1991).

6. Kadar Abu

Kadar abu merupakan salah satu penciri kesuburan tanah gambut. Kadar abu pada ta

nah gambut oligotropik umumnya ˂1 %, kecuali pada tanah gambut yang telah mengalami ke

bakaran/dibudidayakan intensif dapat mencapai 2-4 %. Makin tebal gambut, kandungan abu

dan basa-basa makin rendah. Rendahnya kandungan basa-basa pada gambut ombrogen (ku

rang subur) dipengaruhi oleh proses pembentukan yang banyak dipengaruhi oleh air hujan

dan proses pencucian hara keluar sistem selama pembentukan gambut.

Kandungan bahwa mineral gambut (% kadar abu) bervariasi, sehingga kandungan C-

organiknya juga beragam. Gambut tropik umumya mengandung C-organik 18-55 %, rataan

30-45 % (% berat). Bahan mineral/kadar abu gambut mengandung Fe2O3 relatif tinggi ˃3 %.

Kadar abu gambut mengandung 1,22 % N, 122,16 ppm P, 1,55 me.100 g-1

K, 84,62 me.100

g-1 Ca, dan 4,80 me.100 g

-1 Mg (Barchia, 2006).

Potensi, Kendala dan Keberhasilan Ekspansi Tanaman Perkebunan di Lahan Gambut

A.. Potensi Lahan Gambut Untuk Ekspansi Tanaman Perkebunan

Total luas lahan rawa di Indonesia sekitar 33,40 juta ha, terdiri dari lahan rawa pasang

surut (tidal swampsland) 20,10 juta ha dan lahan rawa non pasang surut/lahan rawa labak/

lahan rawa pedalaman (swampyland) 13,30 juta ha. Lahan rawa pasang surut terdiri dari 6,7

juta ha lahan sulfat masam (acid sulphate land), 11,00 juta ha lahan gambut (peat land), 0,43

juta ha lahan salin (saline land) dan sisanya sekitar 2 juta ha berupa tanah pertanian potensial

(Budianto dan Setyawan, 2006., Noor, 2007., Las, dkk, 2012).

Menurut Noor (2004) luas lahan rawa lebak tersebut berdasarkan tipologi lahan dan

jenis tanahnya terdiri dari lebak dangkal seluas 4,17 juta ha, lebak tengahan seluas 6,08 juta

ha, terdiri dari tanah Aluvial 3,45 juta ha dan tanah bergambut seluas 2,63 juta ha. Sedang

lebak dalam seluas 3,03 juta ha, terdiri dari tanah aluvial 0,67 juta ha dan gambut dangkal

seluas 2,36 juta ha. Sebaran lahan rawa lebak menurut pulau, di Sumatera 2,77 juta ha, Kali

mantan 3,58 juta ha, Papua 6,31 juta ha dan Sulawesi 0,64 juta ha.

Universitas Sumatera Utara

Page 49: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

18

Menurut Noor (2010) lahan gambut di Indonesia terdiri dari lahan bergambut (tebal ˂

50 cm) seluas 1,60 juta ha dan lahan gambut seluas 20 juta ha. Lahan bergambut dan gam

but dangkal (tebal 50-100 cm) cocok untuk budidaya tanaman pangan, seperti padi dan pala

wija. Gambut sedang (tebal 100-200 cm) sesuai untuk sayuran dan hortikultura. Gambut da

lam (tebal 200-400 cm) dapat digunakan untuk perkebunan dengan budidaya terbatas, sele

bihnya berupa gambut sangat dalam (tebal ˃400 cm) diarahkan sebagai kawasan lindung.

Tanaman kelapa sawit berpotensi untuk dikembangkan di lahan gambut, karena memi

liki beberapa keunggulan, diantaranya: (1) tingkat kemiringan hidro-topografi tanah relatif

datar dengan struktur tanah berpori (spons); (2) kemampuan menyerap air tinggi, dapat me

nyimpan air sangat besar mencapai 90 % dari volumenya; (3) kaya akan bahan organik, deng

an C-organik 12-18 % (20-30 % bahan organik); (4) sebarannya cukup luas mencapai 20 juta

ha, diantaranya 9,00 juta ha sesuai untuk perluasan pertanian, dan 1,70 juta ha telah di buka

untuk perkebunan kelapa sawit; (5) pengembangan perkebunan kelapa sawit di lahan gambut

memberikan kesempatan kerja sebanyak 1 orang/4 ha, berarti untuk kegiatan on farm/off farm

dari luas 1,70 juta ha dapat menyerap 425 ribu orang tenaga kerja; (6) industri kelapa sawit

mampu menyerap 16,20 juta orang tenaga kerja, dengan rincian 4,2 juta tenaga kerja lang

sung dan 12 juta tenaga kerja tidak langsung; (7) meski pengembangan kelapa sawit berada

pada kelas kesesuaian lahan S3/sesuai marjinal, potensi produksinya dapat menghasilkan 24,5

ton TBS.ha-1

.thn-1

, rataan berat tandan 20,6 kg.ha-1

, dengan rataan rendemen minyak sawit

21-23 %, lebih rendah 2 % dari tanah mineral; dan (8) berfungsi sebagai kawasan penyangga

hidrologi, pada kawasan insitu/setempat, dapat mencegah banjir di musim hujan, penyuplai

air di musim kemarau, dan mencegah intrusi air laut ke daratan (Henson, 1999., Mawardi,

dkk, 2013., Noor, dkk, 3013).

B. Kendala Pengembangan Ekspansi Perkebunan di Lahan Gambut

Dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit di lahan gambut secara berkelanjutan per

lu diperhatikan beberapa faktor berikut : (1) lahan gambut yang diusahakan berada pada la

han masyarakat dan kawasan budidaya atau areal penggunaan lain (APL); (2) ketebalan lapi

san gambut yang dikelola ˂ 400 cm, makin tebal gambut, makin besar kendala biofisiknya

dan makin rendah produktivitas lahannya; (3) substratum, tanah mineral di bawah lapisan

gambut dapat berupa pasir kuarsa dan lapisan pirit, apabila terusik tanah gambut akan beru

bah menjadi Entisol berpasir (psamment) dan Entisol berbahan sulfidik/pirit (sulfaquent).

Kajian karakteristik di perkebunan kelapa sawit di Sumatera Selatan, pada pengamatan profil,

dijumpai lapisan pirit pada kedalaman sekitar 50 cm disebut Typic Sulfaquent, sedang bila di

Universitas Sumatera Utara

Page 50: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

19

jumpai pada kedalaman sekitar 100 cm disebut Sulfic Endoquent; kelapa sawit semakin baik

per tumbuhan dan produksinya, apabila posisi lapisan pirit semakin dalam; (4) tingkat

kematang an gambut tergolong saprik/matang atau hemik/setengah matang; tingkat

kematangan fibrik tidak direkomendasikan untuk dibuka (Noor, 2004., Subardja, dkk, 2006.,

Ritung, dkk, 2012).

Sunarko (2014) menambahkan faktor lain yang perlu diperhatikan adalah: (5) tingkat

kesuburan tanah gambut tergolong eutrofik, yang mengandung hara makro dan mikro yang

cukup untuk budidaya kelapa sawit; (6) tergolong gambut topogen, terbentuk dipengaruhi air

tanah dan luapan air sungai yang lebih subur, katimbang gambut ombrogen yang hanya dipe

ngaruhi air hujan; (7) ekosistem lahan gambut sangat spesifik, selalu jenuh air/an-aerob (satu

rated water), bila direklamasi terjadi oksidasi terhadap bahan gambut yang dapat memperce

pat proses penurunan muka tanah/amblasan (subsidence) dan pemadatan tanah (compaction)

(Saragih, dkk, 2013).

Dilain pihak permasalahan/kendala utama pemanfaatan lahan gambut untuk perkebun

an kelapa sawit adalah: (1) terjadi penurunan permukaan air tanah apabila lahan gambut di

reklamasi, pembukaan lahan (land clering) dan kanalisasi (drainage), sehingga tinggi permu

kaan air perlu dipertahankan pada level 50-70 cm, agar ketebalan 40-70 cm pada lapisan per

mukaan lahan, kondisi tanahnya bersifat aerobik/tetap kering, untuk memungkinkan bagi per

tumbuhan tanaman diatasnya; (2) terjadi penurunan muka tanah (amblasan/subsidance), apa

bila gambut direklamasi/teroksidasi; (3) terjadi kering tak balik (irreversible drying) apabila

gambut tersingkap, berada dalam kondisi kering, gambut akan menolak air (hidrophobic), se

hingga terjadi penurunan kemampuan menahan air; (4) daya dukung/tumpu gambut rendah,

kerapatan lindak/BD rendah (fibrik sampai saprik 0,11-0,21 g.cm-3

), sehingga menyebabkan

kelapa sawit doyong/rebah; (5) gambut bersifat lepas, ringan dan rapuh (fragile), sehingga

mudah rusak, apabila terusik (terbakar/dibakar, diolah intensif/di drainase), sehingga terben

tuk lahan tidur/piasan/bongkor/terdegradasi yang sulit untuk diperbaiki kembali (Barchia, 20

06., Noor, 2010).

C. Faktor Keberhasilan Ekspansi Tanaman Perkebunan di Lahan Gambut

Menurut Saragih, dkk, (2013) keberhasilan pengembangan tanaman perkebunan di

lahan gambut sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kimia tanah gambut, meliputi: (1) ke

tebalan gambut yang diizinkan direklamasi untuk lahan pertanian/perkebunan ˂400 cm; (2)

tingkat kesuburan rendah, baik makro maupun mikro; (3) tingkat kemasaman tanah relatif

tinggi, pH ≤ 3,5 (sangat masam), dengan kandungan asam organik tergolong tinggi, terutama

Universitas Sumatera Utara

Page 51: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

20

asam fenolat; (4) substratum, tanah mineral di bawah lapisan gambut dapat berupa pasir ku

arsa atau lapisan pirit/endapan liat marine (fluviatil marine sediment); (5) daya dukung/sang

ga tanah gambut relatif rendah, BD ˂1 g.cm-3

, sehingga tanaman kelapa sawit doyong/rebah,

dan (6) penurunan dan pemadatan gambut setelah direklamasi.

Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah: (7) komposisi penyusun dan kematangan

gambut. Tanah gambut hemik di Indonesia penyebarannya paling luas 10,60 juta ha, gambut

fibrik 1,10 juta ha, gambut saprik 1,50 juta ha, dan gambut hemik bersulfat masam (sulfihe

mist) sekitar 2,10 juta ha, sekitar 8,40 juta ha gambut hemik potensial untuk dikembangkan

menjadi areal pertanian; (8) gambut bersifat kering tak balik, dalam kondisi kering akan mena

rik air (hidrophobic). Tanah gambut alami memiliki sifat hidrofilik dan mampu menahan air

sampai 13 kali bobot keringnya; (9) gambut bersifat lepas, ringan dan rapuh, sehingga mudah

rusak/terbakar bila terusik; (10) berada dalam kawasan budidaya dan lahan masyrakat (Noor,

2010., Subardja dan Suryani, 2012).

Disisi lain, beberapa faktor yang menyebabkan ketidakberhasilan pengembangan tana

man perkebunan di lahan gambut adalah: (1) perencanaan yang kurang/tidak matang, sehing

ga terjadi banyak pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya; (2) kurangnya

implementasi dari kaidah-kaidah konservasi lahan, dan (3) kurangnya pemahaman terhadap

perilaku/watak lahan gambut, sehingga penggunaan teknologi cenderung kurang tepat (Bar

chia, 2006., Noor, 2010).

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang mampu beradaptasi dengan baik

pada berbagai jenis lahan termasuk lahan gambut. Dengan pengelolaan yang tepat disertai

pemberian pupuk, maka pemanfaatan lahan gambut dapat memberikan manfaat yang besar.

Dilaporkan bahwa produktivitas tanaman kelapa sawit di lahan gambut sangat beragam dari

12-25 ton TBS.ha-1

.thn-1

. Untuk meningkatkan produktivitas kelapa sawit diperlukan hara

makro N,P,K,Ca, dan Mg yang selalu berada dalam keadaan kekurangan pada lahan gambut

(Tarigan dan Sipayung, 2011., Noor, dkk, 2013).

Secara umum pupuk yang rutin diberikan pada tanaman kelapa sawit adalah urea/ZA,

TSP/SP-36, MoP dan kieserit/dolomit. Dilaporkan bahwa biaya pemupukan di perkebunan

kelapa sawit tergolong cukup tinggi mencapai 30 % dari total biaya produksi (Rahutomo,

dkk, 2006). Banyaknya kebutuhan pupuk yang diperlukan tanaman berhubungan erat dengan

besarnya unsur hara yang terangkut pada saat panen (Pahan, 2007., Sunarko, 2014).

Terdapat beberapa paket pemupukan untuk tanaman kelapa sawit menghasilkan di

lahan gambut. Menurut Bahri (1996) pemupukan pada tanaman kelapa sawit dibedakan atas

tiga kelompok umur, yaitu 2-5 tahun, 5-15 tahun dan ˃15 tahun. Untuk kelompok umur 5-15

Universitas Sumatera Utara

Page 52: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

21

tahun dianjurkan dosis total N,P,K,Mg dari kisaran minimal ke maksimal yaitu 5,50-11,50

kg.phn-1

thn-1

terdiri dari (1,50-3,00 kg urea; 1,00-3,00 kg TSP; 2,00-3,50 kg MoP; dan 1,00-

2,00 kg kieserit). Publikasi PT.Pusri membagi pemupukan pada tanaman kelapa sawit atas

empat kelompok umur, yaitu 3-8 tahun, 9-13 tahun, 14-20 tahun dan 21-25 tahun. Untuk

umur 14-20 tahun direkomendasikan dosis total N,P,K,Mg yaitu 6,00 kg.phn-1

.thn-1

, terdiri

dari (1,50 kg urea; 1,50 kg TSP; 2,00 kg MoP; dan 1,00 kg kieserit) (Malangyoedo, 2014).

Adiwiganda (2007) melaporkan rekomendasi pemupukan pada tanaman kelapa sawit

dibedakan atas dasar kelas lahan, masing-masing untuk lahan kelas-1 dianjurkan mengguna

kan dosis total N,P,K,Mg yang berasal dari pupuk tunggal yaitu 5 kg.phn-1

thn-1

terdiri dari

(1,50 kg urea; 0,75 kg TSP; 2,00 kg MoP dan 0,75 kg kieserit). Untuk lahan kelas-2 dosis

total sebesar 6,25 kg.phn-1

thn-1

terdiri dari (2,00 kg urea; 0,75, kg TSP; 2,50 kg MoP dan 1,0

0 kg kieserit). Sedang untuk lahan kelas-3 dosis total sebesar 8,00 kg.phn-1

.thn-1

, terdiri dari

(2,50 kg urea; 1,00 kg TSP; 3,25 kg MoP dan 1,25 kg kieserit).

Sifat dan Tujuan pemberian bahan Amelioran pada Lahan Gambut

A. Batuan Fosfat/Fosfat Alam

Amelioran adalah bahan organik/an-organik yang dapat meningkatkan kondisi kesubur

an tanah melalui perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Kriteria amelioran yang baik

bagi lahan gambut adalah memiliki KB yang tinggi, dapat meningkatkan derajat pH-tanah se

cara nyata, memperbaiki struktur tanah, memiliki kandungan hara yang lengkap dan mampu

mengusir senyawa beracun, terutama asam organik (Ariani, dkk, 2011).

Pemberian bahan amelioran seperti tanah mineral, dolomit, batuan fosfat, zeolit, pu

gam, kapur, abu bakaran (gambut, sekam padi, kayu, serbuk gergaji, serasah, janjang sawit,

purun tikus), terak baja, lumpur (laut, payau dan sungai), biokar, pukan, limbah ikan dan

udang, dapat meningkatkan pH-tanah dan basa-basa dalam tanah. Pemberian batuan fosfat

sebagai bahan amelioran pada lahan gambut bertujuan: (1) untuk meningkatkan kadar hara,

terutama Ca, P, Fe; (2) dapat meningkatkan reaksi tanah/pH (setiap kuintal batuan fosfat

setara sepertiga ton kapur kalsit); (3) dapat menekan kelarutan asam organik, karena batuan

fosfat mengandung kation logam; (4) memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah; dan

(5) meningkatkan produktivitas tanah dan tanaman (Barchia, 2006., Susilawati, dkk, 2012).

Menurut Sulistyo, dkk, (2010) batuan fosfat memiliki sifat-sifat: (1) tergolong garam

normal dengan rumus molekul Ca3(PO4)2; (2) kadar hara beragam tergantung sumbernya 25-

38 % P2O5, larut dalam asam sitrat 2 %, minimal 8-10 %; (3) Ca+Mg (setara CaO) minimal

Universitas Sumatera Utara

Page 53: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

22

40 %; (4) Al2O3+Fe2O3 maksimal 3% (5) kadar air maksimal 3 %; (6) kehalusan (lolos saring

an 80 % mesh) minimal 50 % dan kehalusan (lolos saringan 25 %) minimal 80 %. Sedang

Malangyoedo (2014) menambahkan sifat batuan fosfat yang lain adalah (7) reaksi kemasa

man bersifat netral sampai basa; (8) berbentuk tepung/serbuk; (9) warna tergantung sumber

nya, abu-abu keputihan sampai merah kecoklatan; (10) kelarutan dalam air sangat rendah;

(11) bersifat tidak higroskopis; (12) kandungan Al2O3+Fe2O3 0,2 % (RP-Gafsa); 0,18 % (RP-

Maroko) dan 9,3 % (CIRP); (13) kehalusan (lolos saringan 80 mesh) 63 % dan (lolos saring

an 100 mesh) 91 % untuk RP-Gafsa; (lolos saringan 80 mesh) 29 % dan (lolos saringan 100

mesh) 80 % untuk RP-Maroko dan (lolos saringan 80 mesh) 60 % serta (lolos saringan 100

mesh) 99 % untuk CIRP. Dalam batuan fosfat juga terdapat sejumlah hara mikro seperti Cu

(100 ppm), Zn (200 ppm) dan Mn (0,5 ppm) (Mukhlis, dkk, 2011).

Menurut Boughton (2000) batuan fosfat impor yang umum di Indonesia berasal dari Jor

dania (JRP), China (CRP), Australia (CIRP), Amerika (NCRP dan CFRP), dan Afrika Utara

(Agrophos dari Aljazair; Gafsa-RP dari Tunisia; dan RP-Maroko). Batuan fosfat di alam ber

sumber dari; (1) aktivitas gunung berapi (fosfat volkanik); (2) fosfat sedimentasi berasal dari

bangkai binatang laut seperti ikan dan organisma air, dan (3) fosfat guano yang berasal dari

kotoran burung dan kelelawar. Fosfat yang paling banyak digunakan adalah jenis sedimen

tasi. Semua mineral batuan fosfat mempunyai struktur dasar mineral apatit Ca10(PO4)6F2 deng

an beberapa tambahan CO3 dan OH yang kehadirannya sangat mempengaruhi stabilitas mine

ral dan reaktivitasnya.

Menurut Damanik, dkk, (2010) terdapat lima varietas apatit di alam yaitu: (1) karbo

nat apatit, [Ca3(PO4)2]3.CaCO3; (2) fluor apatit, [Ca3(PO4)2]3.CaF2; (3) klor apatit, [Ca3

(PO4)2]3.CaCl2; (4) hidroksi apatit, [Ca3(PO4)]3.Ca(OH)2; dan (5) sulfat apatit, [Ca3(PO4)2]3.

CaSO4. Umumnya reaktivitas batuan fosfat lebih rendah daripada superfosfat (TSP, SP-36

dan SP-18), reaktivitas batuan fosfat berhubungan dengan kehalusan butir, senyawa penyu

sunnya, sifat kimia tanah dan substitusi isomorfik.

Penggunaan batuan fosfat sebagai sumber P dan bahan amelioran pada perkebunan di

lahan gambut telah dilaporkan Rahutomo, dkk, (2006) yang menyatakan bahwa penggunaan

batuan fosfat pada lahan gambut memberikan respon yang baik terhadap tanaman kelapa

sawit, kakao, karet dan tebu.

Pengaruh batuan fosfat terhadap ketersediaan P pada tiga jenis tanah (Gambut, Incep

tisol dan Oksisol) telah diteliti Hasibuan (1997) dalam Damanik, dkk, (2010) yang menya

takan bahwa ketersediaan P-tanah pada tanah Histosol/Gambut lebih tinggi dibandingkan

kedua jenis tanah lainnya (Oksisol dan Inceptisol). Efektivitas Histosol dalam mempercepat

Universitas Sumatera Utara

Page 54: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

23

pelarutan P dari batuan fosfat 11 kali lebih tinggi dari pada Inseptisol dan empat kali diban

dingkan dengan Oksisol.

B. Dolomit (Calmag)

Pemberian bahan amalioran dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan kemasam

an tanah dan rendahnya ketersediaan hara pada lahan gambut. Pemberian dolomit sebagai

bahan amelioran bertujuan: (1) untuk meningkatkan pH tanah; (2) meningkatkan KB/kation

basa; (3) menekan total emisi GRK, terutama gas rawa/metana CH4; (4) meningkatkan penam

batan/rosot karbon (sequaster/sink), dan (5) meningkatkan produktivitas tanah gambut yang

berkelanjutan. Kejenuhan basa tanah gambut umumnya ˂15 %. Sementara secara umum keje

nuhan basa tanah gambut harus mencapai 30 %, agar tanaman dapat menyerap basa tukar

dengan mudah (Barchia, 2006; Suriadikarta, 2012).

Menurut Malangyoeda (2014) dolomit yang beredar di pasaran memiliki beberapa

sifat antara lain: (1) tergolong garam rangkap dengan rumus molekul CaMg(CO3)2; (2) meng

andung 18-22 % MgO dan 40 % CaO; (3) reaksi pupuk bersifat basa; (4) berbentuk tepung/

serbuk; (5) berwarna putih/keabu-abuan; (6) sukar larut dalam air; (7) bersifat tidak higros

kopis. Sulistyo, dkk, (2010) menjelaskan bahwa spesifikasi dolomit berdasarkan Standar Nasi

onal Indonesia (SNI) antara lain: (8) mengandung MgO minimal 18 %; (2) mengandung CaO

minimal 30 %; (3) Al2O3+Fe2O3 maksimal 3 %, (4) SiO2 maksimal 3 %; (5) kadar air maksi

mal 5 %; (6) Ni maksimal 5 ppm; (7) kehalusan (lolos saringan 80 mesh) 100 %; lolos saring

an 25 mesh minimal 50 %. Menurut Alloway (1990) dalam kapur juga terdapat logam berat

Cr (10-15 ppm), Co (0,4-3 ppm), Cd (0,04-0,1 ppm), Ni (10-20 ppm), dan Pb (20-1250 ppm).

Pemberian dolomit sebagai bahan amelioran pada lahan gambut telah diteliti oleh

Noor (2001) yang menyatakan bahwa pemberian dolomit 4 ton dolomit.ha-1

dapat meningkat

kan pH-tanah dari 3,30 menjadi 4,80 dan meningkatkan kejenuhan basa/KB dari 23 % menja

di 35,60 %. Kejenuhan basa yang ideal untuk tanaman budidaya berkisar 30 %.

Juga dilaporkan bahwa pemberian bahan amelioran dan pupuk yang cukup sangat di

perlukan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Umumnya lahan gambut bersifat masam

dan kahat hara, dengan tingkat kesuburan sangat beragam. Oleh sebab itu pemberian bahan

amelioran seperti kapur dolomit dan batuan fosfat diperlukan untuk memperbaiki kemasaman

tanah, sekaligus meningkatkan ketersediaan Ca dan Mg serta mengefisienkan pemberian pu

puk (Barchia, 2006., Sabiham, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Page 55: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

24

C. Tanah Mineral

Tanah mineral adalah salah satu bahan amelioran yang kaya akan kation polivalen, Fe,

Al, Mn, Cu, sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan kestabilan lahan gambut dan me

ngatasi bahaya asam organik. Pemberian tanah mineral juga dapat memperkuat ikatan kation

dan anion, sehingga konservasi terhadap hara yang berasal dari pupuk menjadi lebih baik.

Selain itu, ikatan dengan koloid an-organik menyebabkan degradasi bahan gambut menjadi

terhambat, sehingga gambut sebagai sumber daya alam dapat digunakan dalam jangka waktu

yang lama. Penggunaan kation Fe sangat baik bagi pengikatan P, sehingga dapat mengkon

versi dan meningkatkan ketersediaan P (Hartatik, dkk, 2004., Suastika, dkk, 2006).

Secara umum pemberian tanah mineral sebagai bahan amelioran bertujuan: (1) untuk

meningkatkan kadar hara makro dan mikro; (2) untuk mengkelasi asam-asam organik, asam

monomer yang bersifat toksik melalui pembentukan ikatan kompleks organo kation yang

berantai karbon lebih panjang dengan berat molekul yang lebih besar berupa asam polimer

yang bersifat non toksik, sehingga tanah gambut tidak mudah terdegradasi dan menekan terja

dinya laju emisi GRK; (3) pemberian kation polivalen (Fe, Mn, Cu, Zn) yang cukup dapat

meningkatkan muatan positif gambut yang mampu mengadsorpsi anion hara seperti P dan S,

sehingga dapat meningkatkan efisiensi terhadap pemupukan P; (4) memperbaiki sifat fisik,

kimia dan biologi tanah; (5) mampu mengusir senyawa beracun, terutama asam organik; dan

(6) meningkatkan produksi pertanian (Sopiawati, dkk, 2012., Syahbuddin dan Alwi, 2012).

Pemberian tanah mineral sebagai bahan amelioran pada lahan gambut telah dilaporkan

Zubaidah, dkk, (1979) yang menyatakan bahwa pemberian tanah mineral pada tanah gambut

dengan takaran 60 ton.ha-1

mampu meningkatkan pH-tanah sekitar 0,16 , Al-dd 0,5 me.100 g-

1, kation basa (K-dd 0,26 me.100 g

-1, Na-dd 0,51 me.100 g

-1, Ca-dd 2,25 me.100 g

-1) dan

menurunkan KTK tanah 13,54 me.100 g-1

, C-organik 2,9 % dan P-tersedia 13,63 ppm.

Pemberian tanah mineral penting dalam pembentukan organo metalic immobile com

plexes. Reaksi antara kation logam dan ligan melalui penggunaan pasangan elektron memung

kinkan beberapa kation dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan reaktivitas asam fenolik,

sehingga tidak membahayakan tanaman. Bahan yang kaya akan kation polivalen seperti tanah

mineral dapat digunakan untuk meningkatkan kestabilan lahan gambut dalam mengatasi baha

ya asam organik (Stevenson dan Vitch, 1997., Barchia,2006., Noor, 2010).

Halim dan Seopardi (1986) juga melaporkan bahwa pencampuran tanah mineral dan

basa pada tanah gambut pedalaman Berengbengkel Kalimantan Tengah dapat meningkatkan

jumlah dan KB dapat tukar. Usaha pemberian tanah mineral pada lahan gambut pedalaman

lebih mengefisienkan pemberian basa.

Universitas Sumatera Utara

Page 56: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

25

Hasil penelitian Hartatik (2012) menunjukkan bahwa efektivitas pengendalian asam

fenolat pada lahan gambut dapat ditingkatkan dengan pemberian tanah mineral yang berkadar

Fe-tinggi melalui pembentukan senyawa komplek organik-kation Fe.

Sifat dan Peranan Pupuk N, P, K dan Mg pada Tanah dan Tanaman

A . Sifat Umum Pupuk An-Organik

1. Sifat Umum Pupuk Urea

Secara umum pupuk urea memiliki sifat: (1) rumus molekul CO[NH2]2; (2) kandung

an N total 45-46 % N; (3) tergolong pupuk organik buatan; (4) berbentuk butiran bulat kecil

dengan diameter ± 1 mm; (5) reaktivitas pupuk dalam air larut/mudah tersedia (1030 g.ltr-1

);

(6) bersifat sangat higroskopis, mulai menarik air dari udara pada kelembaban nisbi 73 %

pada suhu 30⁰C; (7) tidak bersifat mengionisir dalam larutan, sehingga mudah mengalami

pencucian; (8) Indeks garam/salt index pupuk urea 75,4; (9) radius ion NH4+

1,43⁰A (0,143

nm), diserap tanaman melalui aliran massa 98,8 % (Damanik, dkk, 2010., Donahue, et al,

1977).

Hardjowigeno (2010) menambahkan sifat pupuk urea yang lain adalah; (10) reaksi ke

masaman pupuk sedikit masam (EA=80); Artinya untuk menghilangkan kemasaman yang di

sebabkan 100 kg urea perlu ditambahkan 80 kg CaCO3 kedalam tanah; (11) bentuk N yang di

lepas kedalam tanah yang diserap tanaman dalam bentuk ion amonium (NH4+) dan ion nitrat

(NO3-); (12) kadar biuret dalam pupuk harus lebih kecil dari 1,5-2 %; (13) urea memiliki

bentuk: (a) prill, bentuk butiran halus berwarna putih; (b) Urea Super Granuler (USG) ben

tuk hampir sama dengan urea prill, hanya ukurannya lebih besar; (c) urea ball fertilizer, ber

bentuk bola-bola kecil; (d) urea briket, bentuknya pipih seperti cakram, dan (e) urea tablet,

berbentuk tablet yang diaplikasi dengan alat aplikator; (14) karena urea tergolong pupuk orga

nik, sehingga tidak dapat terionisasi, dan harus diubah dulu menjadi amonium karbonat deng

an bantuan reaksi enzim urease melalui proses hidrolisis yaitu: CO[NH2]2 + 2 H2O

[NH4]2CO3; (15) hara N dalam tanah dan tanaman bersifat mobil.

2. Sifat Umum Pupuk TSP

Menurut Hardjowigeno (2010) pupuk TSP (Triple Super Phosphate) memiliki sifat

meliputi:(1) termasuk garam asam dengan rumus molekul Ca[H2PO4]2.H2O; (2) kadar P2O5

pupuk 46-48%, CaO 20%; (3) berbentuk butiran kecil berwarna abu-abu; (4) tergolong pupuk

super fosfat sama seperti SP-36; SSP/SP-18 dan DSP (super fosfat rangkap) dan ESP (super

Universitas Sumatera Utara

Page 57: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

26

fosfat tunggal); (5) mobilitas ion hara P dalam tanah bersifat mobil, sedang dalam tana man

bersifat immobil.

Oleh Malangyoedo (2014) sifat-sifat pupuk TSP yang lainnya adalah: (6) reaktivitas

pupuk larut dalam air (99 g.ltr-1

); (7) diserap dalam bentuk ion ortofosfat, yaitu: H2PO4- dan

HPO4=; (8) reaksi kemasaman pupuk bersifat netral; (9) tidak bersifat higrokopis; (10) berba

han dasar asam fosfat dan kalsium yang menghasilkan kalsium fosfat; (11) Salt indeks pupuk

TSP 10,08. Ion fosfat diserap tanaman melalui proses difusi 90,9 %. (Donahue, et al, 1977).

Oleh Pathak, et al, (2002) dijelaskan dalam TSP juga terdapat kandungan hara mikro seperti

Cu (7 ppm), Zn (75 ppm), dan Mn (200 ppm). Sedang Alloway (1990) menjelaskan bahwa

dalam pupuk P juga terdapat logam berat seperti Cr (66-245 ppm), Co (1-12 ppm), Cd (0,1-

170 ppm), Ni (7-38 ppm), dan Pb (7-225 ppm).

3. Sifat Umum Pupuk MoP

Menurut Damanik, dkk, (2010) pupuk MoP (Muriate of Potash) memiliki sifat antara

lain: (1) termasuk garam normal dengan rumus molekul KCl; (2) KCl-80 mengandung 52-53

% K2O dan KCl-90 mengandung 55-58 % K2O dengan kadar Cl 47 %; (3) reaktivitas pupuk

dalam air mudah larut/tersedia; (4) diserap tanaman dalam bentuk ion K+

dan Cl-); (5) kurang

baik diberikan pada tanaman yang peka/reaktif terhadap klor seperti tanaman tembakau; (6)

reaksi kemasaman pupuk tergolong agak masam/asam lemah; (7) bersifat sedikit higroskopis

pada kelembaban nisbi 84 %; (8) Salt indeks pupuk MoP 116,16. Kalium diserap tanaman

lebih banyak melalui difusi 77,7%; (9) Kalium termasuk hara makro primer kelompok logam

ringan; (10) radius ion K+

1,33oA (0,133 nm) (Donahue, et al, 1977)

Malangyoedo (2014) menambahkan sifat pupuk MoP yang lain adalah: (11) MoP yang

berasal dari hasil tambang, biasanya berwarna kemerah-merahan sampai kecoklatan, sedang

yang dibuat di pabrik berwarna putih; (12) karena pupuk MoP tersusun dari gugusan basa ke

ras dan asam keras, maka reaksi kemasaman pupuk bersifat netral sampai agak masam, tetapi

jika pupuk MoP terus menerus digunakan, lambat laun dapat mengasamkan tanah, akibat dari

sisa anion klor/Cl- yang tertinggal; (13) ion hara K

+ dalam tanah dan tanaman bersifat mobil.

Mukhlis, dkk, (2011) menambahkan bahwa dalam pupuk MoP juga dapat mengandung hara

mikro seperti Cu (3 ppm), Zn (3 ppm), Mn (8 ppm), Cd (14 ppm) dan Pb (88 ppm).

4. Sifat Umum Pupuk Kieserit

Menurut Hardjowigeno (2010) pupuk kieserit memiliki sifat antara lain: (1) termasuk

garam normal terhidrat dengan rumus molekul MgSO4.H2O; (2) kieserit murni mengandung

Universitas Sumatera Utara

Page 58: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

27

29 % MgO dan 23 % S; dalam perdagangan mengandung 27 % MgO dan 22 % S; (3) bahan

dasar pembuatan pupuk adalah Mg(OH)2 (brucit) dan MgCO3 (magnesit); (4) pupuk berwar

na putih keabu-abuan/putih. Radius ion Mg 0,66 ⁰A (0,066 nm), (5) Mg termasuk hara makro

sekunder kelompok logam ringan, (6) diserap tanaman melalui aliran massa dan intersepsi

akar (Tisdale, el al, 1993., Gardner, et al, 1991)

Sifat pupuk kieserit yang lain adalah: (7) bentuk pupuk tergantung sumbernya, kristal

dan tepung; (8) reaktivitas pupuk dalam air tergantung sumbernya, agak sukar larut sampai

dapat larut; (9) diserap tanaman dalam bentuk ion Mg++

; (10) bersifat tidak higroskopis; (11)

mobilitas ion hara Mg++

dalam tanah dan tanaman bersifat mobil; (12) karena pupuk tersusun

dari gugusan basa lemah dan asam keras, maka reaksi kemasaman pupuk bersifat agak ma

sam. Penggunaannya secara terus menerus dapat menyebabkan tanah menjadi masam, akibat

dari pengaruh anion sisa sulfat yang tertinggal (Malangyoedo, 2014).

B. Peranan Hara N, P, K dan Mg pada Tanaman

1. Peranan Hara N pada Tanaman

Menurut Gardner, et al (1991) N merupakan komponen utama berbagai senyawa orga

nik di dalam tubuh tanaman, meliputi asam amino, amida, protein, enzim, hormon, vitamin,

klorofil dan alkaloid, 40-45 % dari protoplasma tersusun dari senyawa yang mengan dung N.

Peranan N yang lain oleh Wijaya (2008) ditambahkan: (1) penting untuk mendorong

pertumbuhan daun yang memiliki helaian yang lebih luas dengan kandungan klorofil yang le

bih tinggi, sehingga tanaman mampu menghasilkan karbohidrat/asimilat dalam jumlah yang

cukup untuk menopang pertumbuhan vegetatif; (2) penting dalam mempengaruhi pertumbuh

an akar tanaman, memacu percabangan akar dan batang; (3) terlibat dalam inisiasi bunga dan

perkembangan buah yang diinduksi oleh hormon ABA; (4) penting dalam meningkatkan resis

tensi/ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit; (5) mempengaruhi pembentu

kan jaringan penguat (selulosa dan lignin) pada sel-sel tanaman.

Menurut Von Uexkull dan Fairhurst (1991) kriteria kadar hara N daun tanaman kelapa

sawit menghasilkan adalah ˂2,30 % tergolong defisiensi, 2,40-2,80 % tergolong optimal, dan

˃3,00 % tergolong tinggi.

2. Peranan Hara P pada Tanaman

Salisbury dan Ross (1995) menjelaskan bahwa unsur hara P dalam tanaman berperan:

(1) penting dalam transfer energi, metabolisma karbohidrat dan protein serta transfer karbo

Universitas Sumatera Utara

Page 59: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

28

hidrat didalam sel daun, seperti proses hidrolisis ATP dan ADP melepaskan energi; (2) terli

bat dalam pembentukan membran sel tanaman, seperti fosfolipid penyusun enzim, ko-enzim,

nukleotida (bahan penyusun asam nukleat) dan fitin; (3) meningkatkan efisiensi fungsi dan

penggunaan N.

Oleh Gardner, et al, (1991) ditambahkan bahwa P dalam tanaman: (4) penting dalam pro

ses penangkapan energi cahaya matahari dan mengubahnya menjadi energi biokimia; (5) terli

bat dalam sintesis protein, terutama yang terdapat pada jaringan hijau, sintesis karbohidrat,

memacu pertumbuhan bunga dan biji serta menentukan kemampuan berkecambah dari biji be

nih; (6) memperbaiki pertumbuhan akar tanaman, densitas/kerapatan akar, memacu pertum

buhan memanjang akar lateral; (7) penting dalam proses metabolisma, termasuk fotosintesis

dan sebagai komponen pembentukan struktur asam nukleat, ko-enzim, fosfolipid dan fosfo-

protein; (8) memacu pertumbuhan awal tanaman, memperkuat batang dan perkembangan per

akaran serta memperbaiki kualitas produksi tanaman.

Menurut Von Uexkull dan Fairhurst (1991) kriteria kadar hara P daun tanaman kelapa

sawit menghasilkan adalah ˂0,14 % tergolong defisiensi, 0,15-0,18 % tergolong optimal, dan

˃0,25 % tergolong tinggi. Oleh Dierolf, et al, (2001) dijelaskan bahwa untuk kriteria nilai

kritis P-tersedia sifat kesuburan kimia tanah pada tanaman kelapa sawit dibedakan atas 15

ppm tergolong rendah, 20 ppm tergolong sedang dan 25 ppm tergolong tinggi.

3. Peranan Hara K pada Tanaman

Peranan fisiologis pupuk K pada tanaman dijelaskan Gardner, et al, (1991) antara

lain: (1) penting sebagai kofaktor dan aktivator enzim-enzim dalam metabolisma karbohidrat

dan protein, serta membantu mengatur tekanan osmotik dan keseimbangan ion di dalam tana

man; (2) memacu translokasi karbohidrat dari daun ke organ tanaman yang lain, terutama

organ tanaman penyimpan karbohidrat seperti ubi; (3) berpengaruh langsung terhadap ting

kat semi permeabel membran dan fosforilasi di dalam kloroplast; (4) mengaktifkan kerja bebe

rapa enzim dalam metabolisma dan biosintesis seperti asetik thiokinase, aldolase, piruvat

kinase, glutamil sistein sintetase, formil tetrahidrofolat sintetase, suksinil Co-A sintetase,

induksi nitrat reduktase, sintesis tepung dan ATP-ase.

Selanjutnya peranan K terhadap tanaman ditambahkan oleh Wijaya (2008) antara lain:

(5) penting dalam menjaga tekanan osmotis dan turgor sel, jika konsentrasi K dalam tanaman

turun, tekanan turgor sel tanaman termasuk sel penutup stomata berkurang, akibatnya stomata

menutup, sehingga penyerapan air melalui tarikan transpirasi berkurang, akibatnya tanaman

cepat layu; (6) memperbaiki transpirasi asimilat dan daya simpan hasil; (7) meningkatkan

Universitas Sumatera Utara

Page 60: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

29

ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit dan frost; (8) menghemat pengguna

an air melalui pengaturan membuka menutupnya stomata; (9) mengoptimalkan pemanfaatan

cahaya matahari dan tanaman tahan rebah; dan (10) memacu sintesis protein, gula, lemak,

pati dan selulosa. Kalium sangat dibutuhkan beberapa spesies tanaman penghasil protein, kar

bohidrat, lemak/minyak, penghasil gula dan vitamin C.

Menurut Von Uexkull dan Fairhurst (1991) kriteria kadar hara K daun tanaman kelapa

sawit menghasilkan adalah ˂0,75 % tergolong defisiensi, 0,90-1,20 % tergolong optimal, dan

˃1,60 % tergolong tinggi. Oleh Dierolf, et al, (2001) dijelaskan bahwa untuk kriteria nilai

kritis K-dd sifat kesuburan kimia tanah pada tanaman kelapa sawit dibedakan atas 0,2 cmol.

kg-1

tergolong rendah, 0,2 cmol.kg-1

tergolong sedang, dan 0,4 cmol.kg-1

tergolong tinggi. Ka

dar Mg dan K tanah yang ideal untuk tanaman kelapa sawit adalah Mg-dd 0,4-1,0 cmol.kg-1

dan K-dd 0,15-0,20 cmol.kg-1

, dengan Mg/K˃2, K-tersedia bagi tanaman (Purba, dkk, 1992.,

PTP Nusantara IV, 2007).

4. Peranan Hara Mg pada Tanaman

Salisbury dan Ross (1995) menjelaskan bahwa peranan hara Mg secara fisiologis

dalam tanaman adalah: (1) sebagai komponen penyusun klorofil dan pembawa fosfat, ter

utama dalam pembentukan biji berkadar minyak tinggi yang mengandung lesitin: (2) aktif di

dalam fungsi penggabungan antara enzim dan substrat site, seperti memompa Mg++

dari tila

koid ke stroma pada keadaan ada cahaya dapat mengaktifkan RuBP-karboksilase; (3) bertin

dak sebagai kofaktor pada banyak reaksi enzimatik. Mg juga berfungsi mengatur pH-sel tana

man dan menjadi unsur perantara pada sintesis protein.

Peranan Mg selanjutnya ditambahkan oleh Wijaya (2008) antara lain: (4) penting dalam

sintesis protein dan pembentukan RNA di dalam inti sel. Kinerja enzim fosfatase; ATP-ase;

dan karboksolase akan lebih baik jika ada ion Mg++

; (5) merupakan komponen ribosom, yang

penting dalam sintesis protein, sehingga jika terjadi defisiensi Mg dapat menurunkan kualitas

hasil.

Menururt Von Uexkull dan Fairhurst (1991) kriterai kadar hara Mg daun tanaman

kelapa sawit menghasilkan adalah ˂0,20 % tergolong defisiensi, 0,25-0,40 % tergolong opti

mal, dan ˃0,70 % tergolong tinggi. Oleh Dierolf, et al (2001) dijelaskan bahwa untuk kriteria

nilai kritis Mg-dd sifat kesuburan kimia tanah pada tanaman kelapa sawit dibedakan atas 0,2

cmol. kg-1

tergolong rendah, 0,3 cmol.kg-1

tergolong sedang, dan ˃0,3 cmol.kg-1

tergolong

tinggi. Keseimbangan Ca dan Mg dalam tanah penting dalam kesuburan tanah, karena ber

dampak terhadap ketersediaan hara, pertumbuhan dan produksi tanaman. Rasio keseimba

Universitas Sumatera Utara

Page 61: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

30

ngan Ca/Mg/K=75/17/8 (9:2:1) atau Ca/Mg˃5 ideal untuk kebanyakan tanaman, Ca/K˃4

pupuk K sangat diperlukan pada tanah gambut (Nurhidayati, 2017).

Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini bahwa :

1. Penggunaan berbagai jenis dan dosis bahan amelioran berpengaruh nyata terhadap karak

teristik tanah, pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit di lahan gambut.

2. Penggunaan beberapa paket pemupukan berpengaruh nyata terhadap karakteristik tanah,

pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit di lahan gambut.

3. Interaksi pemberian berbagai jenis dan dosis bahan amelioran dan paket pemupukan da

pat memperbaiki secara nyata karakteristik tanah, pertrumbuhan dan produktivitas kelapa

sawit di lahan gambut.

Kerangka Pemikiran

Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2018 ditaksir 14.03 juta ha,

sebagian besar dikembangkan pada tanah mineral dan sisanya pada lahan gambut dengan luas

1,70 juta ha. Setiap jenis tanah mempunyai tingkat kesuburan tanah yang berbeda, baik fisik

maupun kimia yang merupakan faktor penting dalam menentukan produktivitas tanaman.

Terdapat 15 macam tanah yang ditemukan di areal perkebunan kelapa sawit di Indone

sia, diantaranya yang terluas adalah Typic Haplosaprist. Karakteristik tanah gambut diperke

bunan kelapa sawit secara umum memiliki sifat kimia: (1) tingkat kesuburan rendah; (2) ke

masaman tergolong tinggi; (3) C-organik 12-18 % (bahan organik 20-30 %); (4) KB rendah

(˂10 %) ; (5) kation basa rendah; (6) KTK tergolong tinggi (100-300 me.100 g-1

); (7) memi

liki tipe koloid gambut yang melayang dan terintegrasi dengan air gambut yang terdiri dari

asam-asam organik alifatik dan aromatik yang memiliki gugus fungsional yang aktif; (8) kua

litas gambut tergantung dari pengaruh intrusi air sungai/laut dan bahan substratum, dan (9)

kualitas air gambut sangat dipengaruhi oleh sifat internal (karakteristik hidrologi dan kesubur

an tanahnya) dan sifat eksternal (lingkungan fisik bagian hulu dan insitu serta aktivitas manu

sia). Secara fisik gambut bersifat lepas, rapuh, ringan, mudah rusak dan terbakar bila terusik,

sehingga pengembangannya memerlukan konsep pembangunan konstruktif-adaptif.

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang mampu beradaptasi dengan baik

pada berbagai jenis lahan, termasuk lahan gambut. Dengan pengelolaan air yang tepat diser

tai pemberian bahan amelioran untuk peningkatan stabilitas bahan gambut dan perbaikan ke

Universitas Sumatera Utara

Page 62: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

31

suburan tanah melalui pemupukan, maka pemanfaatan lahan gambut dapat memberikan man

faat yang besar, tidak hanya masa kini, tetapi juga untuk masa yang akan datang. Dilaporkan

bahwa produktivitas tanaman kelapa sawit di lahan gambut sangat beragam dari 12-25 ton

TBS.ha-1

.thn-1

(Tarigan dan Sipayung, 2011., Saragih, dkk, 2013)

Pemberian bahan amelioran dan pupuk an-organik sangat diperlukan untuk memper

baiki karakteristik lahan gambut. Pemberian bahan amelioran bertujuan untuk menurunkan

tingkat kemasaman tanah yang tergolong tinggi yang didominasi oleh asam fenolat. Pemberi

an dolomit 1-2 ton.ha-1

dapat meningkatkan basa dan pH tanah gambut, sedang pemberian

tanah mineral 10-20 ton.ha-1

dapat mengurangi keracunan tanaman/fitotoksik dari asam orga

nik dan meningkatkan kadar hara, baik makro maupun mikro (Syahbuddin dan Alwi, 2012).

Dilain pihak, pemupukan bertujuan untuk memasok sejumlah hara agar konsentrasi

nya dalam tanah meningkat, mempertahankan tingkat kesuburan tanah yang optimal untuk

mendukung pertumbuhan, perkembangan dan produktivitas tanaman, terutama yang berasal

dari hara makro N, P, K, Ca, dan Mg yang selalu berada dalam keadaan kekurangan pada

tanah gambut, yang peranannya terlibat dalam penyusunan jaringan tanaman.

Secara umum pupuk yang rutin diberikan pada tanaman kelapa sawit adalah urea, SP-

36/TSP, MoP/ZK dan kieserit. Dilaporkan bahwa biaya pemupukan di perkebunan kelapa

sawit tergolong cukup tinggi mencapai 60 % dari biaya pemeliharaan (Adiwiganda, 2007).

Banyaknya kebutuhan pupuk yang diperlukan tanaman berhubungan erat dengan besarnya

hara yang terangkut pada saat panen.

Dilaporkan bahwa untuk meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit sebesar

25 ton TBS.ha-1

, terangkut sejumlah hara bersama TBS sebesar 73,20 kg N (159 kg urea),

11,60 kg P (58 kg TSP), 93,40 kg K (191 kg MoP/KCl), 20,80 kg Mg (130 kg kieserit), dan

19,50 kg Ca (49 kg kalsit) (Ng dan Thmaboo, 1967).

Sedang Anwar (2000) menambahkan selain hara makro juga terangkut hara mikro ber

sama hasil panen untuk setiap 1 ton TBS sebesar 2,89 kg N (6,28 kg urea), 0,43 kg P (2,15kg

TSP), 3,65 kg K (7,65 kg MoP), 0,80 kg Ca (2,00 kg kalsit), 0,76 kg Mg (4,75 kg kieserit).

Sedang hara mikro yang terangkut adalah 2,43 g Fe (7,36 g Fero sulfat/FeSO4.7H2O), 1,49 g

Mn (76,48 g Mangan sulfat/MnSO4), 4,69 Cu (13,40 g Tembaga sulfat/CuSO4.H2O), 4,85 g

Zn (16,17 g Zinc sulfat/ZnSO4.7H2O), 2,12 g B (19,27 g Na-tetra borat dekahidrat/Na2B4O7.

10H2O), dan 0,0083 g Mo (0,015 g Amonium molibdat/[(NH4)6Mo7O24.14H2O].

Dari interpretasi analisis hara di atas dapat di lihat bahwa sebaran hara makro yang ter

angkut bersama hasil panen terbanyak adalah N dan K, sedang yang berasal dari hara mikro

adalah Cu dan Zn. Secara fisiologis N penting dalam pembentukan protein, asam nukleat,

Universitas Sumatera Utara

Page 63: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

32

alkaloid dan klorofil, serta terlibat dalam inisiasi bunga dan perkembangan buah, sedang K

berpengaruh terhadap fotosintesis dan respirasi serta berfungsi sebagai katalisator dalam ber

bagai reaksi biokoimia. Kalium banyak dijumpai dalam tandan buah, serabut dan cangkang.

Kekurangan K akan membatasi produksi. Tembaga penting dalam sintesis protein dan pem

bentukan klorofil. Sedang Zn selain penting dalam pembentukan klorofil dan protein, juga ter

libat dalam proses metabolisme N, hormon tumbuh dan pembentukan berbagai enzim.

Bila Zn berada dalam keadaan defisiensi (˂10 ppm Zn) dapat menyebabkan sintesis/

kandungan protein akan menurun. Demikian pula bila terjadi kekahatan Cu (˂3 ppm Cu) da

pat mengganggu sintesis protein dan pembentukan klorofil yang menyebabkan ukuran tandan

mengecil. Pemberian 150 g CuSO4.phn-1

dapat meningkatkan bobot TBS sebesar 12,70-29,

50%, sedang aplikasi ZnSO4 dapat meningkatkan produksi TBS sebesar 22-29% bila diban

dingkan dengan kontrol (Anwar, 2000).

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat dibuat sistematikanya dalam bentuk bagan

alur pikir sebagaimana tertera pada Gambar 1 di bawah ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 64: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

33

Inkubasi bahan amelioran penelitian-I

(dolomit, FA & tanah mine

ral) pada media tanam gam

but di polibag (Penelitian-I)

Penelitian-II Ameliorasi (dolomit; FA & Peubah amatan :

tanah mineral) di pembibi 1.Pertumbuhan vegetatif

an utama pada media tanam bibit kelapa sawit;

gambut 2. Kadar hara daun bibit

kelapa sawit;

3. Sifat kimia tanah di pem

bibitan utama;

Penelitian-III Ameliorasi (dolomit; FA & Peubah amatan :

tanah mineral) dan pemu- 1.Kadar hara daun kelapa

pukan (urea,TSP; MoP & sawit menghasilkan;

kieserit) pd lahan gambut 2.Pertumbuhan vegetatif;

3.Produktivitas (tTBS.ha-1

)

Teknologi ameliorasi dan

pemupukan an-organik pd

kelapa sawit menghasilkan

di lahan gambut

Gambar 1. Bagan alur pikir penelitian Amaliorasi dan Pemupukan pada Lahan Gambut untuk

Meningkatkan Produktivitas Kelapa Sawit.

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Dalam sistem klasifikasi tanah baru, taksonomi tanah USDA (1975/1999) terdiri dari

enam katagori dengan sifat-sifat faktor pembeda mulai dari kategori tinggi ke kategori rendah

,meliputi ordo/golongan terdiri dari 11 taksa, sub ordo/kumpulan 53 taksa, great grup/jenis

tanah 250 taksa, subgrup/macam tanah dan famili/rupa dengan jumlah yang terus bertambah

serta seri tanah di Amerika saja terdapat sekitar 12 ribu taksa (Hardjowigeno, 1993).

Menurut Rachim dan Arifin (2011) pada tahun 2010 terdapat penambahan jumlah

taksa dari enam kategori tanah, meliputi jumlah ordo menjadi 12 taksa, sub ordo menjadi 70

taksa, great grup menjadi 343 taksa, dan sub grup menjadi 2607 taksa. Untuk ordo Histosol

Universitas Sumatera Utara

Page 65: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

34

terdapat lima sub ordo, 19 jenis tanah dan 71 macam tanah. Typic Haplosaprist adalah salah

satu macam tanah gambut, tempat penelitian berlangsung (Adiwiganda, dkk, 1996).

Typic Haplosaprist adalah macam tanah gambut yang mempunyai tingkat kematang

an saprik, telah mengalami pelapukan lanjut yang bersifat matang hingga sangat matang ber

kembang pada regim temperatur isohipertermik (suhu tanah tahunan rataan ≥ 22 ⁰C dengan

perbedaan temperatur tanah rataan musim panas dan musim dingin ˂ 6 ⁰C) pada kedalaman

50 cm dengan regim kelembaban udik (tanah tidak pernah kering selama 90 hari kumulatif

setiap tahun normal). Jika suhu tanah tahunan rataan ˂22 ⁰C dan perbedaan suhu tanah rataan

musim panas dan dingin pada kedalaman 50 cm dari permukaan tanah ≥6 ⁰C (Hardjowigeno,

1993; Adiwiganda, dkk, 1996., Soil Survey Staff, 2010).

Menurut Noor (2010) penyebaran lahan gambut di Indonesia ditaksir seluas 20 juta

ha. Penyebarannya terluas terdapat di Provinsi Papua (5,51 juta ha), Riau (3,96 juta ha), Kali

mantan Tengah (2,93 juta ha), Kalimantan Barat (1,69 juta ha), Sumatera Selatan (1,32 juta

ha), dan Papua Barat (1,31 juta ha). Di Sumatera sekitar 1,58 juta ha telah dikonversi menjadi

perkebunan kelapa sawit, di Kalimantan 307,51 ribu ha dan sisanya di Papua sekitar 1.727 ha.

Areal perkebunan kelapa sawit terbesar di lahan gambut di Sumatera terdapat di Riau (728,61

ribu ha), Sumatera Selatan (330,38 ribu ha) dan Sumatera Utara (209,42 ribu ha) (Barus, dkk,

2012).

Di Sumatera Utara luas lahan gambut sekitar 325 ribu ha dan tersebar di daerah pan

tai Timur Sumatera/Labuhanbatu. Kebun PT Grahadura terletak di desa Sukarame Baru, keca

matan Kualuhulu Aek Kanopan kabupaten Labuhanbatu Utara. Menurut Adiwiganda, dkk,

(1996) kawasan lokasi penelitian termasuk ke dalam macam tanah Typic Haplosaprist deng

an karakteristik lahan termasuk formasi geologi Halosen-Pleistosin (zaman kuarter), berba

han induk endapan organik, fisiografi kubah gambut, dengan bentuk wilayah datar sampai ce

kung/depresi. Tergolong tanah gambut matang dan dalam (≥4 m), kandungan serat (fibrik)

rendah sampai sedang dengan sifat fisik dan kesuburan kimia rendah.

Kondisi umum sifat fisik tanah, mulai dari lapisan atas dan bawah berwarna hitam

(5YR 2,5/I), topografi datar, tekstur tanah lempung organik, struktur spons, konsistensi tidak

lekat, drainase tergenang/lambat dengan kerapatan lindak rendah (BD 0,10-0,20 g.cm-3

). Se

dang kondisi sifat kimia tanahnya memiliki pH-tanah 3,1-4,0 (rendah), C-organik ˃300 %

(tinggi), N 2,0-4,0 % (tinggi), C/N 20-24 (tinggi), P-tersedia 1-10 ppm (rendah-agak rendah),

kation tukar K 0,2-0,3 me.100 g-1

(agak rendah); Ca ˂0,7 me.100 g-1

(rendah), Mg 0,1-0,4

Universitas Sumatera Utara

Page 66: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

35

me.100 g-1

(rendah), KTK 12-84 me.100 g-1

(sedang-tinggi), KB 1-10% (rendah), status kesu

buran tanah tergolong rendah (Adiwiganda, dkk, 1994).

Secara klimatologis berdasarkan karakteristik pola hujan, daerah tempat penelitian ter

masuk tipe iklim ekuatorial, yang dicirikan oleh pola hujan dengan bentuk bimodal (dua pun

cak hujan) yang biasa terjadi sekitar bulan Maret dan Oktober yaitu pada saat matahari berada

dekat ekuator. Pola curah hujan seperti ini umum dijumpai pada kebun-kebun kelapa sawit di

Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Kalimantan Barat dan Papua, yang ditandai dengan

jumlah bulan kering ˂1 bulan (curah hujan ˂60 mm.bln-1

) dengan jumlah curah hujan sebesar

1700 mm-3000 mm.thn-1

dengan penyebaran relatif merata sepanjang tahun (tipe iklim B me

nurut Schmidt-Fergusson) (Adiwiganda, dkk, 1999).

Sumatera Utara bagian Timur merupakan sentra perkebunan berbagai komoditas, ter

utama kelapa sawit (daerah tempat penelitian). Menurut Malangyoedo (2014) peta pewilaya

han kelapa sawit daerah ini tergolong unit kesesuaian agroklimat zone-1, sangat sesuai agro

klimat dengan tanpa/atau satu faktor pembatas ringan (SA1-n), distribusi curah hujan sebesar

1750-3000 mm.thn-1

, tanpa bulan kering, radiasi surya 6 jam.hari-1

, dengan defisit air/ceka

man kekeringan/water deficit) ≤200 mm.thn-1

. Defisit air merupakan salah satu parameter

yang mewakili kondisi iklim yang merupakan interaksi kompleks dari elevasi, bulan kering,

curah hujan dan penyinaran matahari yang sangat berpengaruh pada proses pembungaan/pem

buahan atau produktivitas kelapa sawit 18-30 bulan yang akan datang. Dampak besarnya defi

sit air per tahun menyebabkan produktivias kelapa sawit menurun. Bila terjadi difisit air ˃500

mm.thn-1

dapat menyebabkan penurunan produktivitas kelapa sawit sebesar 15-100 % (Purba,

dkk, 1989; PTP-Nusantara IV, 2007).

Sopandie (2014) menjelaskan cekaman kekeringan akan menurunkan fotosintesis, per

tumbuhan dan produksi. Penurunan aktifitas fotosintesis pada kondisi kekeringan disebabkan

oleh penutupan stomata yang akan menurunkan konsentrasi CO2 dalam sel, dan dehidrasi sel

mesofil daun yang dapat menyebabkan kerusakan organ fotosintesis.

Universitas Sumatera Utara

Page 67: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

36

Gambar 2. Peta sebaran jenis tanah di provinsi Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Page 68: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

37

Gambar 3. Peta pemerintahan kabupaten Labuhanbatu Utara

Universitas Sumatera Utara

Page 69: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

38

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan atas tiga tahapan kegiatan yaitu: (1) tahapan pertama (penelitian

-I) merupakan percobaan inkubasi dari aplikasi bahan amelioran yang terdiri dari dolomit,

batuan fosfat dan tanah mineral pada media tanam gambut di polibag; (2) tahapan kedua (pe

nelitian-II) merupakan percobaan aplikasi bahan amelioran (dolomit, batuan fosfat dan tanah

mineral) terhadap pertumbuhan vegetatif dan serapan hara daun kelapa sawit di pembibitan

utama pada media tanam gambut di polibag, penelitian satu dan dua dilakukan secara bersa

maan, dan; (3) tahapan ketiga (penelitian-III) bertujuan untuk melihat pengaruh pemanfaatan

bahan amelioran (dolomit, batuan fosfat dan tanah mineral) dan aplikasi pemupukan an-orga

nik urea, TSP, MoP dan kieserit terhadap pertumbuhan, kadar hara dan produktivitas kelapa

sawit pada lahan gambut.

Penelitian tahap-I dan-II dilakukan di kelurahan Sijambi kecamatan Datuk Bandar

Kota Tanjungbalai, dilaksanakan secara bersamaan, sedang penelitian tahap-III dilaksanakan

di PT.Grahadura desa Sukarame Baru, kecamatan Kualuhhulu Aek Kanopan, Kabupaten La

buhanbatu Utara-Sumatera Utara.

Penelitian dilaksanakan mulai bulan April 2015 sampai dengan bulan April tahun 2016.

Tanah sebagai media tanam dalam percobaan inkubasi dan media tanam gambut di pembibit

an utama kelapa sawit yang digunakan berasal dari lokasi penelitian yang terletak pada eleva

si 2-3 m di atas permukaan laut, 20 km dari pinggir laut pantai Timur Sumatera (gambut tran

sisi yang dipengaruhi air pasang surut), berada pada tipe iklim C1 (Oldeman) dan tipe iklim B

(Schmidt-Fergusson).

Areal penelitian-III terdapat pada divisi V Blok F-8 dengan luas blok 28 ha. Objek

tanaman yang diamati berasal dari bahan tanaman varietas D x P Marihat, tahun tanam 2000,

umur 14 tahun, yang ditanam dengan kerapatan (SPH/stems per hectare) 150 tanaman.ha-1

,

jarak tanam 7,6 m x 8,8 m berada pada lahan gambut dengan sub grup Typic Haplosaprist,

kelas kesesuaian lahan S3-s3a2 (sesuai marjinal, tergolong gambut dalam dengan tingkat ke

masaman tinggi, pH 3,60). Jumlah unit percobaan di lapangan sebanyak 27 plot dengan tiga

ulangan. Setiap plot percobaan terdiri atas 12 tanaman dengan tiga tanaman sampel dan sem

bilan tanaman penyangga. Luas areal percobaan seluruhnya 6,80 ha.

Analisis awal contoh tanah gambut dan tanah mineral sebagai bahan amelioran di ana

lisis di Laboratorium Tanah dan Pupuk Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)-Medan, sedang

38

Universitas Sumatera Utara

Page 70: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

39

analisis kadar hara daun pada tanaman kelapa sawit, dolomit dan batuan fosfat di analisis di

Laboratorium Reaserach and Development Asian Agri-Bahilang Estate Tebing Tinggi

.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian I dan II adalah bibit kelapa sawit di pembibi

tan awal umur 4-5 bulan yang telah berdaun 4-5 helai, media tanam gambut, polibag hitam

ukuran 40 cm x 45 cm, tebal 0,20 mm, bahan amelioran dolomit (19% MgO; 34% CaO dan

0,1% Fe2O3); batuan fosfat (23% P2O5; 34% CaO dan 2,47% Fe2O3) [Lampiran 3]; dan tanah

mineral Ultisol, pupuk multihara (15:15:6:4) dan (12:12:17:2); kieserit (27% MgO; 22% S);

insektisida Sevin 45 WP (ba.karbaril 85%), Decis 2,5 EC (ba.Deltametrin 2,5%), fungisida

Dithane-M 45 (ba.mankozeb) dan bahan-bahan kimia yang digunakan dalam analisis di labo

ratorium dalam penetapan contoh tanah awal gambut, tanah mineral, dan kadar hara daun.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian I-II adalah alat-alat yang digunakan di lapangan

untuk mengambil contoh tanah sebagai media dan sejumlah alat laboratorium yang diperlu

kan seperti pH-meter, oven, hydrometer, shaker, alat destilasi, timbangan analititk, kalori

meter, alat destruksi, pembakar, AAS, dan sejumlah peralatan gelas lainnya. Sedang alat-alat

yang digunakan dalam pengamatan di pembibitan utama adalah plat tanaman sampel, kode

perlakuan, meteran, beaker gelas, gembor, sendok plastik, hand counter dan schalifer.

Bahan yang digunakan dalam penelitian-III adalah tanaman kelapa sawit varietas DxP

Marihat sebagai objek penelitian, tahun tanam 2000, dengan produktivitas 16 ton TBS.ha-1

.

Bahan lainnya adalah bahan amelioran (dolomit, batuan fosfat dan tanah mineral), pupuk an-

organik [urea 45% N, TSP (46 % P2O5; 20% CaO) MoP (60% K2O; 47% Cl) dan kieserit

(27% MgO; 22% S)], pupuk mikro Cu-sulfat/CuSO4.4H2O [(25% Cu dan13% S), dan Zn-

sulfat/ZnSO4H2O (36% Zn;17% S)] dan herbisida Gromoxone. Bahan yang digunakan dalam

pengambilan contoh daun kelapa sawit adalah aquades, amplop berlobang dan kapas. Alat-

alat yang digunakan dalam penelitian di lapangan adalah angkong, plat kode perlakuan, pa

rang, egrek, galah, kampak, timbangan, dan sejumlah peralatan yang diperlukan untuk penga

mbilan contoh daun kelapa sawit, seperti gunting tanaman, pelubang amplop, dan alat-alat

lain yang mendukung penelitian ini.

Rancangan Penelitian

Penelitian-I : Kajian sifat kimia media tanam gambut terhadap ameliorasi yang di

inkubasi di polibag

Universitas Sumatera Utara

Page 71: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

40

Penelitian kajian sifat kimia media tanam gambut terhadap ameliorasi yang di inku

basi di polibag (tanpa menggunakan tanaman indikator), menggunakan Rancangan Acak Ke

lompok (RAK) non Faktorial, tiga ulangan dengan sembilan perlakuan kombinasi jenis dan

dosis bahan amelioran yang terdiri dari:

D1= 0,45 kg dolomit.polibag-1

D2= 0,90 kg.dolomit.polibag-1

D3= 1,35 kg dolomit.polibag-1

F1= 0,45 kg.batuan fosfat.polibag

-1

F2= 0,90 kg.batuan fosfat.polibag-1

F3= 1,35 kg.batuan fosfat.polibag-1

M1= 0,45 kg.tanah mineral.polibag-1

M2= 0,90 kg.tanah mineral.polibag

-1

M3= 1,35 kg.tanah mineral.polibag-1

.

Untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan tersebut, data akan dianalisis secara statis

tika dengan menggunakan model linier sebagai berikut :

Yij = μ + Ƭi + βj + ∑ij

Үij = respon/nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

μ = nilai tengah umum

Ƭi = pengaruh perlakuan ke-i

Βj = pengaruh blok ke-j

∑ij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Apabila hasil daftar sidik ragam perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata, maka

dilanjutkan dengan uji lanjutan berdasarkan uji jarak Duncan (Duncans Multiple Range Test/

DMRT) (Gomez dan Gomez, 1995).

Penelitian-II : Kajian sifat kimia media tanam gambut dan respon pertumbuhan bibit

kelapa sawit terhadap ameliorasi di polibag

Penelitian kajian sifat kimia media tanam gambut terhadap ameliorasi dan respon per

tumbuhan bibit kelapa sawit di polibag, disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok

(RAK) non faktorial dengan sembilan perlakuan kombinasi jenis dan dosis bahan amelioran

dengan tiga ulangan sebagai berikut :

D1= 0,45 kg dolomit.polibag-1

D2= 0,90 kg.dolomit.polibag-1

D3= 1,35 kg dolomit.polibag-1

Universitas Sumatera Utara

Page 72: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

41

F1= 0,45 kg.batuan fosfat.polibag-1

F2= 0,90 kg.batuan fosfat.polibag-1

F3= 1,35 kg.batuan fosfat.polibag-1

M1= 0,45 kg.tanah mineral.polibag-1

M2= 0,90 kg.tanah mineral.polibag-1

M3= 1,35 kg.tanah mineral.polibag-1

.

Untuk mengetahui respon dari perlakuan tersebut, data akan dianalisis secara statistik

dengan menggunakan model linier sebagai berikut :

Yij = μ + Ƭi + βj + ∑ij

Yij = respon/nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

μ = nilai tangah umum

Ƭi = pengaruh perlakuan ke-i

Βj = pengaruh blok ke-j

∑ij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Apabila dari hasil daftar sidik ragam perlakuan berbeda nyata, maka akan dilanjutkan

dengan uji lanjutan berdasarkan Uji Jarak Duncans (Duncant Multiple Range Test/DMRT)

(Gomez dan Gomez, 1995).

Penelitian-III : Ameliorasi dan Pemupukan pada Lahan Gambut untuk Meningkatkan

Pertumbuhan dan Produktivitas Kelapa Sawit.

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial, terdiri dari 2 faktor 3

ulangan. Faktor pertama, terdiri dari 9 taraf pemberian dosis dan jenis bahan amelioran,

sedang faktor kedua terdiri dari 3 paket pemupukan seperti yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 2. Kombinasi jenis dan dosis bahan amelioran dengan paket pemupukan

Bahan

amelioran

(Faktor-I)

Dosis

bahan amelioran Paket

pemupukan

(Faktor-II)

Dosis paket pemupukan (kg.phn-1

thn1) (ton.ha

-1

thn-1

)

(kg.phn-1

thn-1

)

D1

D2

D3

F1

F2

F3

M1

M2

M3

2

4

6

2

4

6

2

4

6

14

28

42

14

28

42

14

28

42

P1 (PPKS)

P2 (TMR)

P3 (PTG)

6,25 kg; terdiri dari : (1,50 kg urea+

1,50 kg TSP+2,00 kg MoP+1,25 kg

kieserit)

3,25 kg; terdiri dari : (1,00 kg urea+

0,50 kg TSP+1,00 kg MoP+0,75 kg

kieserit)

5,60 kg; (1,50 kg urea+1,25 kg TSP+

2,00 kg MoP+0,75 kg ki eserit+0,05kg

Cu-sulfat+0,05 kg Zn-sulfat)

Universitas Sumatera Utara

Page 73: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

42

Keterangan :D=dolomit; F=batuan fosfat; M=tanah mineral; P1=paket pemupukan dari PPKS; P2=paket

pemupukan Teknologi Masukan Rendah (TMR); dan P3=paket pemupukan Kebun (PTG).

Dari kedua faktor perlakuan di atas diperoleh kombinasi perlakukan sebanyak 27 unit,

yaitu : D1P1; D1P2; D1P3; D2P1; D2P2; D2P3; D3P1; D3P2; D3P3; F1P1; F1P2; F1P3; F2P1; F2P2;

F2P3; F3P1; F3P2; F3P3; M1P1; M1P2; M1P3; M2P1; M2P2; M2P3; M3P1; M3P2; dan M3P3.

Untuk mengetahui pengaruh tunggal dan interaksi dari perlakuan jenis dan dosis ba

han amelioran tersebut, data dianalisis secara statistik dengan menggunakan model linier seba

gai berikut :

Y ijk = μ + ᾳi + βj + ɤk + (βɤ) jk + ∑ ijk

Y ijk = hasil pengamatan dari faktor bahan amelioran pada taraf ke-j dan faktor pupuk an-

organik pada taraf ke-k pada ulangan ke-i

μ = efek nilai tengah umum

ᾳi = efek dari blok ke-i

βj = efek dari faktor bahan amelioran pada taraf ke-j

ɤk = efek dari faktor pupuk an-organik pada taraf ke-k

(βɤ) jk = efek interaksi faktor bahan amelioran pada taraf ke-j dan pupuk an-organik pada

taraf ke-k

∑ ijk = efek galat dari faktor bahan amelioran pada taraf ke-j dan pupuk an-organik pada

taraf ke-k pada blok ke-i

Peubah amatan yang diamati akan dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji

F/Anova. Apabila hasil daftar sidik ragam berbeda nyata akan dilanjutkan dengan uji lanju

tan berdasarkan Uji Jarak Duncans (Duncant Multiple Range Test/DMRT) (Gomez dan

Gomez, 1995).

A. Pelaksanaan Penelitian-I

1. Persiapan Areal Inkubasi

Lahan yang digunakan untuk areal inkubasi dibersihkan, selanjutnya diratakan, seba

gai tempat tegaknya polibag. Setiap perlakuan jenis dan dosis dari bahan amelioran (dolomit,

batuan fosfat dan tanah mineral) dicampur dengan media tanam gambut sesuai perlakuan.

2. Pengisisan Media Tanam dan Bahan Amelioran ke Polibag

Media tanam gambut dibersihkan dari bahan-bahan kasar yang terbawa pada saat

pengambilan. Selanjutnya media gambut dicampur dengan bahan amelioran (dolomit, batuan

fosfat dan tanah mineral) sesuai jenis dan dosis perlakuan. Kemudian media campuran diisi

Universitas Sumatera Utara

Page 74: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

43

kedalam polibag dengan cara mengguncang polibag agar tanahnya menjadi padat. Polibag

yang telah diisi, disusun sesuai perlakuan dan ulangan percobaan. Media hasil campuran

selanjutnya diinkubasi/dibiarkan selama satu tahun.

3. Peubah Amatan

Sifat kimia tanah yang diamati dari percobaan inkubasi bahan amelioran pada media

tanam gambut adalah :

1). pH (H2O) tanah perbandingan (1: 2,5) dengan metode Elektrometri

2). N-tanah dengan menggunakan metode Kjeldahl

3). P-tersedia dengan metode Bray No.2

4). Kation dapat ditukar (K, Ca, Mg) dengan metode perkolasai NH4OAc 1N pH 7,0; AAS

5). KTK-tanah dengan metode ekstraksi NH4OAc 1N pH 7,0

B. Pelaksanaan Penelitian-II

1. Persiapan Areal Pembibitan di Pembibitan Utama

Lahan yang akan digunakan untuk areal pembibitan dibersihkan dari segala bebatuan,

gulma/tunggul dan kotoran lainnya, selanjutnya areal diratakan agar dapat menyokong ber

diri/tegaknya polibag. Selanjutnya dibuat parit drainase di sekitarnya untuk mencegah terja

dinya genangan air dalam areral penelitian. Setiap plot penelitian terdiri dari empat polibag

bibit kelapa sawit, sehingga dalam satu ulangan terdapat 36 polibag. Karena dalam penelitian

ini ada tiga ulangan, sehingga jumlah bibit kelapa sawit ada 144 polibag. Bibit ditanam

dengan jarak antar polibag 70 cm x 70 cm.

2. Pengisian Media Tanam ke Polibag dan Aplikasi bahan Amelioran

Media tanam yang dicampur adalah tanah gambut dan bahan amelioran (dolomit,

batuan fosfat dan tanah mineral) disesuaikan dengan jenis dan dosis perlakuan masing-ma

sing. Media diisikan ke dalam polibag, dilakukan sampai 2-3 cm dari bibir polibag, dengan

cara mengguncang polibag agar tanahnya menjadi padat dan penuh. Polibag yang telah diisi

disusun sesuai bagan percobaan pada areal yang telah disediakan.

3. Penanaman Bibit dari Pembibitan Awal ke Pembibitan Utama

Pemindahan bibit dari pembibitan awal (pre nursery) ke pembibitan utama (main nur

sery) dilakukan pada umur 4-5 bulan (bibit telah berdaun 4-5 helai). Penyiapan lubang tanam

pada polibag pembibitan utama dilakukan dengan ukuran yang sama dengan besar polibag

Universitas Sumatera Utara

Page 75: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

44

pembibitan awal. Kemudian bibit pembibitan awal dimasukkan kedalam lubang tanam sete

lah kantong plasik, polibag kecil dibuang. Tanah di sekeliling lubang ditekan agar padat mera

ta, selanjutnya dilakukan penambahan tanah hingga sebatas leher akar atau setinggi 2-3 cm

dari bibir polibag dibiarkan kosong sebagai tempat meletakkan pupuk dan air penyiraman.

4. Pemeliharaan

a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Pada saat hujan˃5 mm

.hari-1

tidak dilakukan penyiraman, karena curah hujan tersebut cukup untuk memenuhi ke

butuhan bibit. Penyiraman dilakukan merata pada seluruh bibit dengan menggunakan gelas

ukur sebayak 1 ltr.polibag-1

umur 4-6 bulan. Kebutuhan air akan meningkat sejalan dengan

pertambahan umur bibit. Untuk umur bibit tanaman ˃6 bulan diberi 1,5 ltr.polibag-1

hari-1

.

b. Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma dilakukan dengan cara mencabut gulma yang ada di dalam poli

bag secara manual, sedang gulma yang terdapat diluar polibag dibersihkan dengan cara meng

garuk dengan tajak/cangkul.

c. Pemupukan di Pembibitan Utama

Aplikasi pemupukan di pembibitan utama dapat dilakukan dengan menggunakan pu

puk majemuk NPKMg formulasi (15:15:6:4) dan (12:12:17:2) dan kieserit sesuai rekomen

dasi dari pemupukan di pembibitan utama (Lampiran-4). Pupuk majemuk tersebut disebar

secara merata di polibag dengan jarak 5 cm dari bonggol bibit. Pupuk diberikan tepat waktu

sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

d. Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama yang sering menyerang bibit di pembibitan utama adalah uret, Apogonia, ulat

kantong, ulat api dan belalang. Untuk menghindari serangan Apogonia sp bibit di semprot

dengan Sevin 45 WP (ba.karbaril 85%). Khusus uret dapat dikendalikan dengan Decis 2,5

EC (ba.Deltametrun 2,5%) dengan konsentrasi 5-10 cc.bibit-1

. Penyakit yang sering dijumpai

adalah penyakit Curvularia, Helminthosporia dan Antracnose. Fungisida yang digunakan ada

lah Dithane-M 45 (ba.Mancozeb) atau Daconil (ba.klorotalonil), atau Antracol (ba.Propi neb)

dengan konsentrasi 0,1-0,2% dengan frekuensi 10-14 hari.

Universitas Sumatera Utara

Page 76: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

45

5. Peubah Amatan

a. Kompoenen Pertumbuhan Bibit

1). Tinggi Bibit (cm)

Pengukuran tinggi bibit dilakukan setelah tanaman berumur 2 MST di pembibitan

utama. Tinggi bibit di ukur dari permukaan tanah/leher akar sampai ujung daun tertinggi deng

an menggunakan meteran. Untuk menjaga ketepatan dalam pengukuran, pada setiap tanaman

sampel diberi patok standar setinggi 1 cm. Interval waktu pengukuran satu bulan sekali sela

ma satu tahun.

2). Diameter Batang (mm)

Pengukurannya dilaksanakan satu bulan sekali dengan menggunakan schalifer. Setiap

kali pengukuran dilakukan dua kali dengan arah yang berlawanan kemudian diambil rataan

nya untuk mendapatkan angka/data yang akurat. Pengamatan dilakukan mulai umur 5 bulan

selama satu tahun dengan interval satu bulan sekali.

3). Jumlah Daun (helai)

Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan menghitung jumlah daun yang telah mem

buka sempurna. Pengamatan dilakukan mulai 2 MST di pembibitan utama dengan interval

satu bulan sekali selama satu tahun.

b. Komponen Sifat Kimia Tanah di Pembibitan

1). pH (H2O) tanah dengan perbandingan (1: 2,5) dengan metode Elektrometri

2). N-tanah dengan menggunakan metode Kjeldahl

3). P-tersedia dengan metode Bray no.2

4). Kation basa tukar (K, Ca, Mg); metode perkolasai NH4OAc 1N pH 7,0; AAS

5). KTK-tanah dengan metode ekstraksi NH4OAc 1N pH 7,0

6. Pengambilan Contoh Daun

Syarat bibit tanaman yang diambil sebagai tanaman contoh tidak merupakan tanaman

sisipan, bukan tanaman pinggir, dan tanaman normal tidak terkena penyakit. Contoh daun

yang dimbil untuk tanaman di pembibitan (berumur ˂2 tahun) berasal dari anak daun dari

pelepah ke-4, sebanyak jumlah daun yang dibutuhkan. Helaian daun yang diambil adalah dua

helai pada bagian dibelah kiri dan kanan, kemudian dibersihkan, jika permukaan daunnya

kotor. Sepertiga bagian dari ujung anak daun dan sepertiga bagian bawah dibuang. Bagian

Universitas Sumatera Utara

Page 77: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

46

yang diambil adalah helaian daun sepertiga bagian tengah. Lidi dari daun dibuang. Helaian

daun dari kesatuan contoh daun diikat dan dijadikan satu contoh, selanjutnya dimasukkan

kedalam kantong plastik/amplop berlubang untuk selanjutnya dikirim ke laboratorium. Con

toh daun diambil pagi hari sekitar jam 07:00-13:00 WIB (Darmosarkoro dan Suwandi, 1999.,

Muklis, 2007). Macam analisis serapan hara daun adalah :

a. Komponen Serapan Hara Daun di Pembibitan

1). Serapan hara N, dengan menggunakan metode Kjeldahl

2). Serapan hara P, dengan menggunakan metode Spectrophotometry

3). Serapan hara K, dengan menggunakan metode Flamephotometry

4). Serapan hara Ca, dengan menggunakan metode AAS

5). Serapan hara Mg, dengan menggunakan metode AAS

C. Pelaksanaan Penelitian-III

1. Bahan Tanaman

Karakteristik bahan tanaman D x P Marihat memiliki rataan jumlah tandan sebanyak

12 tandan.phn-1

thn-1

, rataan berat tandan 17 kg, rataan produksi 24-25 ton TBS.ha-1

thn-1

deng

an potensi hasil 31 ton.ha-1

thn-1

, kadar rendemen 23-25 %, rataan (kadar minyak sawit/crude

palm oil/CPO) 6,0-6,3 ton.ha-1

thn-1

dengan potensi CPO 7,9 ton.ha-1

thn-1

, minyak inti (palm

karnel oil/PKO) 7,1 %.thn-1

. Pertumbuhan meninggi 70-80 cm.thn-1

, dengan panjang pelepah

6,12 m. Keunggulan panjang buah besar dan mesocarp tebal (Purba, dkk, 2005; Sipayung dan

Liwang, 2011).

2. Pemeliharaan

a. Penyiangan Gulma

Pengendalian gulma dilaksanakan di piringan pohon, pasar pikul/jalan panen dan di

gawangan. Tujuan pengendalian gulma di piringan adalah: (1) untuk memudahkan dalam

pengutipan berondolan dan (2) meningkatkan efektivitas pemupukan. Pengendalian gulma di

pasar pikul bertujuan agar memudahkan dilalui pekerja, sedang pengendalian di gawangan

untuk mengurangi persaingan terhadap penyerapan air, hara dan menjaga kelembaban kebun.

Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual (membabat dan mendongkel anak kayu)

dan kimia.

Terdapat 35 jenis gulma penting di perkebunan kelapa sawit dengan 13 suku, diantara

nya kelompok rerumputan 11 suku, paku-pakuan enam suku, compositae empat suku, legumi

nosae tiga suku, masing-masing bawangan, meniran dan herandong dua suku. Selain di atas

Universitas Sumatera Utara

Page 78: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

47

tanah, terdapat juga gulma epifit (Ficus sp dan Aspleinum nidus) yang hidup dari batang

pohon (Mangoensoekarjo dan Soejono, 2016).

Pengendalian gulma dilakukan tiga kali dalam setahun, masing-masing satu kali secara

manual dan dua kali secara kimia dengan menggunakan herbisida Gramoxone 276 XL (bahan

aktif Paraquat diklorida 2,76 g.ltr-1

) dengan dosis 1,5 L+75 g Ally 20 WDG.ha-1

blanket.

b. Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama utama yang sering terdapat pada Tanaman Menghasilkan di perkebunan kela

pa sawit adalah ulat pemakan daun (ulat api, ulat kantong dan ulat bulu). Ulat api yang sering

dijumpai adalah Setohtosea asigna, Setora nitens, Darma trima dan D.diducta, sedang ulat

kantong yang sering dijumpai adalah Mahasena corbetti dan Metisa plana. Ulat bulu yang

sering dijumpai antara lain Dasychira inclusa, D.Mendosa dan Amathusa phidippus. Insekti

sida yang digunakan adalah Turicide HP (ba Bacillus turingiensis dengan dosis 300-500 g.ha-

1) atau Decis 2,5 EC (ba.Deltrametin dengan dosis 200-300 ltr.ha

-1). Hama lainnya adalah

kumbang penggerek pucuk Oryctes rhynoceros diberantas dengan menabur insektisida butir

an Karbosulfat 0,05-0,10 g ba.pohon-1

setiap 2 minggu atau 3 butir kapur barus.pohon-1

tiap

1-2 kali.bulan-1

pada pucuk kelapa sawit. Penggerek Tandan Buah yang disebab kan ulat

Tirathaba mundella dan T.rufivena dikendalikan dengan insektisida Turicide 500 g ba.ha-1

,

Dimillin 105 g ba.ha-1

atau Baythroid 13,5 g ba.ha-1

.

Penyakit yang umum menyerang tanaman menghasilkan adalah busuk pangkal batang

yang disebabkan oleh jamur patogen Ganoderma bonimnence dikendalikan dengan Marfu-P.

Pada lahan gambut serangan penyakit ini dapat mencapai 25-45 % (Sulistyo, dkk, 2010).

Pengendalian sebaiknya dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan dengan sanitasi

kebun dan tegakan. Pihak kebun melakukan dengan cara penimbunan tanah pada pangkal ba

tang, cara lain dengan menanam kultivar resisten untuk lahan gambut seperti varietas Topaz.

Secara kimia dengan fungisida sistemik kelompok Triazol seperti Triadimenol dan Triadi

mefon.

Penyakit karat daun disebabkan jamur karat oleh alga Cephaleuros virescens yang biasa

nya menyerang daun tua pada tanaman menghasilkan umur >5 tahun. Penyebabnya karena

kelembaban tinggi, titik embun dipermukaan daun dan debu. Di tanah gambut sering dijum

pai serangan berat hingga 40 % dari jumlah total mulai dari daun terbawah, sehingga meng

hambat fotosintesis. Secara kimia dilakukan dengan fungisida klorotalonil, Mankozeb dan

koper oksiklorida dengan konsentrasi 0,2-0,3 % disemprotkan kepermukaan atas daun tiap

Universitas Sumatera Utara

Page 79: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

48

10-14 hari. Pengendalian hama dan penyakit secara kimia intensitas dan frekuensinya dila

kukan tergantung kemampuan finansial kebun.

c. Penunasan/Pemangkasan Pelepah

Untuk memudahkan panen, daun tua dipangkas. Penunasan (pruning) tidak boleh ter

lalu banyak karena dapat menurunkan produksi. Penunasan bertujuan: (1) untuk mengatur

jumlah pelepah yang perlu dipertahankan/ditinggal di pohon, (2) menjaga keseimbangan fisio

logis tanaman dan sanitasi, (3) memperlancar penyerbukan, (4) memudahkan panen dan peng

amatan tandan matang. Jumlah pelepah per pohon berpengaruh terhadap pertumbuhan akar,

bobot tandan dan produksi TBS. Standar umum jumlah pelepah tanaman umur≥8 tahun

adalah 40-48 pelepah.phn-1

dan umur <8 tahun sebanyak 48-54 pelepah.phn-1

. Tanaman yang

mempunyai jumlah <40 pelepah.phn-1

dapat merangsang terbentuknya bunga jantan yang

lebih banyak. Sebaliknya >56 pelepah.phn-1

dapat merangsang timbulnya penyakit busuk tan

dan dan menyulitkan panen (Sulistyo, dkk, 2010).

Penunasan pelepah dilakukan pada saat rotasi panen. Kebun menganut sistem songgo

dua yang meninggalkan dua pelepah di atas tandan yang akan dipanen dengan rotasi panen 10

hari sekali.

d. Pemupukan

Untuk mendapatkan produksi TBS yang tinggi diperlukan pemupukan yang cukup ting

gi (40-60 %) dari biaya pemeliharaan, (15-30 %) dari biaya produksi. Agar pemupukan dapat

digunakan secara efisien dan tepat sasaran, perlu diperhatikan penentuan jenis pupuk, dosis

pupuk, metode pemupukan, waktu dan frekuensi pemupukan serta pengawasan mutu pupuk

(Rahutomo, dkk, 2006., Adiwiganda, 2007)

Jenis pupuk an-organik yang diberikan berasal dari pupuk tunggal masing masing kebu

tuhan hara N,P,K dan Mg berasal dari urea (45 % N), TSP (46 % P2O5), MoP (60 % K2O)

dan kieserit (27 % MgO). Dalam penelitian ini dosis pupuk N,P,K dan Mg yang diberikan ber

asal dari tiga sumber yaitu :

(1). Berdasarkan rekomendasi umum untuk kelapa sawit pada lahan gambut yang dikeluarkan

PPKS Medan yang didasarkan pada pengelompokan umur tanaman (Winarna, dkk, 2003)

seperti Tabel 2 di bawah ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 80: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

49

Tabel 3. Rekomendasi Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan Berdasarkan

Pengelompokan Umur pada Lahan Gambut

Kelompok

Umur (thn)

Dosis Pupuk (kg.phn-1

thn-1

)

Urea/ZA TSP/SP-36 MoP/ZK Kies/dolomit Jumlah

4-8

2,00/4,25

1,25/1,50

1,50/1,75

1,00/1,50

5,75/9,00

9-13

2,50/5,50

1,75/2,50

2,25/2,75

1,25/2,00

7,75/12.75

14-20

1,50/3,25

1,50/2,00

2,00/2,50

1,25/2,00

6,25/9,75

21-25

1,50/3,25

1,00/1,50

1,25/1,50

1,00/1,50

4,75/7,75

(2). Pemberian dosis pupuk berdasarkan Teknologi Masukan Rendah (TMR) dilakukan

dengan penerapan konsep neraca hara, dimana dosis pupuk yang diberikan didasarkan pada

perhitungan kebutuhan hara yang diperlukan tanaman dan kemampuan lingkungan dalam

menyediakan hara. Berdasarkan konsep tersebut dosis pupuk hanya diberikan untuk menam

bah unsur hara yang kurang/tidak dapat disediakan oleh lingkungan (Ng dan Thamboo, 1967;

Pahan, 2007).

Dari hasil perhitungan unsur hara dengan melihat potensi produktivitas TBS.ha-1

.thn-1

diperoleh kebutuhan unsur hara untuk kebutuhan kelapa sawit sebagai berikut:

Tabel 4. Rekomendasi Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan Berdasarkan Tekno

logi Masukan Rendah

Jenis Pupuk Dosis Pupuk

(kg.thn-1) (kg.phn-1.thn-1)

Pupuk N (58,56 kg N.ha-1

)

1.Urea (46 % N)

2.ZA (21 % N)

127,30 (130) urea

278,85 (275) ZA

O,89 (1,00) urea

1,95 (2,00) ZA

Pupuk P (9,28 kg P.ha-1

)

1.TSP (46 % P205; 20% P)

2.SP-36 (36 % P205;15% P)

46,40 (50) TSP

61,87 (75) SP-36

0,32 (0,50) TSP

0,43 (0,50) SP-36

Pupuk K (74,72 kg K.ha-1

)

1.MoP (60 % K2O; 49% K)

2.ZK (50 % K20: 41% K)

152,49 (150) MoP

182,24 (175) ZK

1,07 (1,00) MoP

1,27 (1,25) ZK

Pupuk Mg (16,64 kg Mg.ha-1

)

1.Kieserit (27 % Mg0; 16% Mg)

2.Dolomit (18 % Mg0; 10% Mg)

104,00 (100) kieserit

166,40 (175) dolomit

0,72 (0,75) kieserit

1,16 (1,00) dolomit

Jumlah 430 kg 3,25 kg

Keterangan: angka dalam kurung ( ) adalah angka pembulatan.

(3) Pemberian dosis pupuk an-organik N,P,K dan Mg yang direkomendasikan pihak kebun

dan telah digunakan pada tahun 2008 sampai 2011 sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 81: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

50

Tabel 5. Rekomendasi Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Menghasilakn PT.Grahadura

Jenis Pupuk

Dosis Pupuk

(kg.phn-1

.thn-1

) (kg.phn-1

.thn-1

)

Urea/ZA (46 % N; 21 % N) 1,50 urea 3,25 ZA

TSP/RP (20 % P; 13 % P) 1,25 TSP 2,00 RP

MoP/ZK (49 % K; 41 % K) 2,00 MoP 2,50 ZK

Kies/dol (16%Mg: 10%Mg) 0,75 kieserit 1,00 dolomit

Cooper-sulfat (25 % Cu) 0,05 Cu-sulfat 0,05 Cu-sulfat

Zinc-sulfat (36 % Zn) 0,05 Zn-sulfat 0,05 Zn-sulfat

Jumlah 5,60 kg 8,85 kg

Ketiga paket pemupukan di atas diberikan mulai dari tengah piringan (100 cm dari

pohon) sampai ke bagian dalam piringan dengan cara ditabur merata. Waktu pemupukan dila

kukan pagi hari (sebaiknya dilaksanakan pada saat curah hujan 60-200 mm. bln-1

) dengan fre

kuensi 6 bulan untuk semua jenis pupuk, ditambah pupuk mikro Cu dan Zn masing-masing

50 g.phn-1

untuk rekomendasi pemupukan kebun (PTP-Nusantara IV, 2007; Sulistyo, dkk,

2010). Sejak tahun 2012 sampai dengan saat penelitian dilaksanakan pihak kebun tidak

pernah lagi memberikan keenam jenis dan dosis pupuk an-organik diatas.

3. Peubah Amatan

a. Komponen Tanaman

1) .Panjang Pelepah Daun (m)

Pengamatan panjang pelepah dilakukan dengan cara mengukur panjang pelepah daun

dari tanaman sampel, mulai dari anak daun yang terdapat pada pangkal racis sampai ujung

daun dengan cara meluruskan anak daun dengan menggunakan meteran, kemudian diambil

rataannya. Pengamatan dilakukan selama satu tahun.

2). Jumlah Pelepah Daun (pelepah)

Pengamatan jumlah pelepah dilakukan dengan cara menghitung jumlah pelepah daun

yang telah membuka sempurna dengan mengikuti rumus filotaksis (susunan anak daun pada

batang) 3/8. Artinya dalam tiga kali putaran batang tanaman terdapat/dilalui delapan pelepah

daun. Bila diketahui filotaksis dan jumlah daun pada umur dan jenis tanaman, maka dapat

ditetapkan daun yang terletak ditengah. Pengamatan dilakukan pada rotasi panen tiap 10 hari

Universitas Sumatera Utara

Page 82: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

51

(tiga kali pengamatan dalam tiap bulan) kemudian diambil rataaannya. Pengamatan dilaku

kan selama satu tahun.

3). Jumlah Anak Daun (helai/pelepah)

Pengamatan jumlah anak daun dilakukan dengan cara menghitung jumlah anak daun

tanaman sampel yang terdapat pada rachis disebelah kiri dan kanan pelepah dengan menggu

nakan hand counter, diamati pada saat rotasi panen tiap 10 hari (tiga kali pengamatan dalam

tiap bulan) kemudian diambil rataannya. Pengamatan dilakukan selama satu tahun.

4). Rataan Berat Tandan (kg.pohon-1

)

Pengamatan berat tandan (BT) dilakukan dengan cara menghitung berat tandan kelapa

sawit/TBS tanaman sampel dari tiga kali penimbangan pada saat rotasi panen tiap 10 hari

dalam tiap bulan, dengan timbangan kapasitas 60 kg, kemudian dihitung rataan berat

tandannya. Pengamatan dilakukan selama satu tahun

5). Rataan Jumlah Tandan (tandan.pohon-1

)

Pengamatan jumlah tandan (JT) dilakukan dengan cara menghitung jumlah sampel tan

dan kelapa sawit dari tiga kali perhitungan rotasi panen tiap 10 hari dalam tiap bulan kemu

dian di hitung rataan jumlah tandannya. Pengamatan dilakukan selama setahun.

6). Produksi Tandan Buah Segar (kg TBS.ha-1

bln-1

)

Estimasi perhitungan berat/produksi TBS kelapa sawit pada luasan satu hektar dalam

kurun waktu satu bulan diperoleh dari hasil perkalian antara rataan jumlah tandan (JT), rataan

berat tandan (BT) dan kerapatan tanam dalam 1 hektar (SPH/stems per hectare=135 tan.ha-1

).

Penimbangan total berat TBS tiap bulan berasal dari penjumlahan berat TBS dengan interval

10 hari (3 kali dalam tiap bulan) selama satu tahun.

7). Produksi Tandan Buah Segar (ton TBS.ha-1

thn-1

)

Perhitungan berat/produksi TBS kelapa sawit dalam satu tahun, dihitung dengan cara

mengalikan hasil penimbangan berat TBS kelapa sawit tiap bulan pada luasan satu hetar da

lam kurun waktu satu tahun (12 bulan).

Universitas Sumatera Utara

Page 83: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

52

b. Komponen Kadar Hara Daun

Di akhir pengamatan dilakukan pengambilan contoh daun kelapa sawit untuk di analisis

Pengambilan contoh daun didasarkan pada Kesatuan Contoh Daun (KCD) yang mencermin

kan keseragaman umur tanaman, jenis tanah, tindakan kultur teknis dan topografi/drainase.

Dilakukan dengan sistem terpusat, dimana pohon contoh diambil pada wilayah tertentu dari

satu KCD yang dianggap mewakili dari areal dengan topografi datar-berombak, yang terdiri

dari 2-3 baris tanaman yang terletak di tengah areal. Syarat pohon contoh: (1) tidak dekat

dengan jalan, sungai, parit, dan bangunan; (2) bukan pohon sisipan, (3) tidak berdekatan deng

an hiaten (areal terbuka), dan (4) pohon normal tidak terserang penyakit. Contoh daun tanam

an menghasilkan yang di ambil berasal dari pelepah ke-17 yang letaknya di bawah daun ke-9

agak kesebelah kiri pada susunan pelepah pohon dengan spiral kanan dan agak kesebelah

kanan jika susunan pelepah dengan spiral kiri. Pengambilan contoh daun diambil pagi hari-

tengah hari jam 07.00-13.00 WIB. Pengambilan helai daun berasal dari titik ujung permukaan

datar dari permukaan atas pelepah, diambil masing-masing tiga helai pada bagian sebelah

kanan maupun sebelah kiri. Selanjutnya helai anak daun di potong menjadi tiga bagian, seper

tiga bagian tengah akan dikirim ke laboratorium. Bagian helaian daun yang kotor, berdebu,

dan berjamur dibersihkan dengan kapas yang dibasahi aquadest, kemudian lidinya dipisah

kan/dibuang dari daun. Helaian daun dari satu KCD dijadikan satu contoh daun dan dima

sukkan kedalam amplop berlubang yang telah diberi label sandi perlakuan. Contoh daun yang

telah disiapkan dalam amplop berlubang dikeringkan dengan oven pada temperatur 80⁰C

selama 12 jam untuk menghindari timbulnya jamur. Selanjutnya contoh daun yang telah

kering dikirim ke laboratorium (Darmosarkoro dan Suwandi, 1999., Mukhlis, 2007). Jenis

peubah amatan yang di analisis dari contoh daun antara lain :

1). Kadar hara N dengan menggunakan metode Kjeldahl

2). Kadar hara P dengan menggunakan metode Spectrophotometry

3). Kadar hara K dengan menggunkan metode Flamephotometry

4). Kadar hara Ca dengan menggunakan metode AAS

5). Kadar hara Mg dengan menggunakan metode AAS

Universitas Sumatera Utara

Page 84: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

53

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian I

Kajian Sifat Kimia Media Tanam Gambut terhadap Ameliorasi yang di-inkubasi di

Polibag

1 . Reaksi Tanah (pH-Tanah)

Daftar sidik ragam tanah inkubasi media tanam gambut di polibag selama satu tahun

dapat di lihat pada Lampiran 9. Rataan nilai pH-tanah pada media tanam gambut di polibag

disajikan pada Tabel 6, sedang hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran terhadap

pH-tanah ditampilkan pada Gambar 4 di bawah ini.

Tabel 6. Hasil analisis pH-tanah inkubasi akibat perlakuan jenis dan dosis bahan amelioran

pada media tanaman gambut di polibag

Perlakuan bahan amelioran pH tanah Kriteria

D1 (0,45 kg dolomit.polibag-1

)

D2 (0,90 kg dolomit.polibag-1

)

D3 (1,35 kg dolomit.polibag-1

)

F1 (0,45 kg batuan fosfat.polibag-1

)

F2 (0,90 kg batuan fosfat.polibag-1

)

F3 (1,35 kg batuan fosfat.polibag-1

)

M1 (0,45 kg tanah mineral.polibag-1

)

M2 (0,90 kg tanah mineral.polibag-1

)

M3 (1,35 kg taneh mineral.polibag-1

)

6,15 c

6,40 b

6,63 a

4,51 f

4,96 e

5,65 d

4,13 h

4,24 g

4,28 g

Agak masam

Agak masam

Netral

Masam

Masam

Agak masam

Sangat masam

Sangat masam

Sangat masam

KK = 1,21 %

Keterangan: 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ber-

beda nyata pada taraf 5% dengan menggunakan Uji Jarak Duncans/DMRT. .

2. Kriteria Penilaian Sifat Tanah berdasarkan Staf Pusat Penelitian Tanah Bogor (1983) dan BPP

Medan (1982).

Gambar 4. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap Niali pH Tanah Inkubasi pada Media Tanam Gambut di Polibag

Dari Tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa ada pengaruh yang nyata dari pemberian ke

tiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan terhadap reaksi tanah/pH-tanah inkubasi

3.50

4.00

4.50

5.00

5.50

6.00

6.50

7.00

0 0.45 0.9 1.35 1.8

pH

Tan

ah

Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.polibag-1)

D (Dolomit)

F (Batuan Fosfat)

M (Tanah Mineral)

53

Universitas Sumatera Utara

Page 85: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

54

media tanam gambut di polibag, dengan nilai pH-tanah tertinggi terdapat pada perlakuan pem

berian dolomit dosis 1,35 kg.polibag-1

(D3) yaitu 6,63, meningkat 1,61 kali lipat (D3 vs M1),

lebih tinggi 1,84 kali lipat bila dibandingkan dengan analisis tanah awal (A3 vs TA), berbeda

nyata dengan pemberian dolomit dosis 0,45 kg.polibag-1

(D1) dan dosis 0,90 kg.polibag-1

(A2), demikian pula terhadap kedua jenis dan dosis bahan amelioran lainnya (F1-F3 dan M1-

M3).

Dari Gambar 4 di atas tampak bahwa pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelio

ran menunjukkan adanya peningkatan terhadap nilai pH-tanah inkubasi dengan semakin ting

ginya dosis bahan amelioran yang diberikan, polanya berbanding lurus. Jenis bahan amelio

ran tertinggi nilai pH-tanahnya pada dosis rendah (0,45 kg.polibag-1

) dimulai dari dolomit,

diikuti batuan fosfat dan tanah mineral (D1; F1 dan M1), sedang untuk nilai pH-tanah ter

tinggi pada dosis tinggi (1,35 kg.polibag-1

) polanya juga sama, dimulai dari dolomit, diikuti

batuan fosfat dan terendah tanah mineral (D3; F3 dan M3).

Hardjowigeno (2010) menjelaskan bahwa dolomit termasuk salah satu bahan kapur

yang dapat digunakan sebagai bahan amelioran untuk memperbaiki kondisi sifat kimia tanah,

teruatama pH-tanah. Bahan lain yang dapat diguanakan adalah kapur karbonat, kapur tohor

kapur bakar dan kapur sirih/kapur tembok, terak baja dan batuan fosfat.

2 . Nitrogen Total Tanah (%)

Daftar sidik ragam tanah inkubasi pada media tanam gambut di polibag dapat di lihat

pada Lampiran 10. Rataan kandungan N-tanah pada media tanam gambut di polibag disaji

kan pada Tabel 7, sedang hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran terhadap N-total

tanah ditampilkan pada Gambar 5 di bawah ini.

Tabel 7. Hasil analisis N-tanah (%) inkubasi akibat perlakuan jenis dan dosis bahan amelio

ran pada media tanam gambut di polibag

Perlakuan bahan amelioran N-tanah (%) Kriteria

D1 (0,45 kg dolomit.polibag-1

)

D2 (0,90 kg dolomit.polibag-1

)

D3 (1,35 kg dolomit.polibag-1

)

F1 (0,45 kg batuan fosfat.polibag-1

)

F2 (0,90 kg batuan fosfat.polibag-1

)

F3 (1,35 kg batuan fosfat.polibag-1

)

M1 (0,45 kg tanah mineral.polibag-1

)

M2 (0,90 kg tanah mineral.polibag-1

)

M3 (1,35 kg tanah mineral.polibag-1

)

1,30 a

0,89 d

0,37 e

1,05 bc

0,95 cd

0,73 e

1,12 b

0,88 d

0,74 e

Sangat tinggi

Sangat tinggi

Sedang

Sangat tinggi

Sangat tinggi

Tinggi

Sangat tinggi

Sangat tinggi

Tinggi

KK = 7,08 %

Keterangan: 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ber

beda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan/DMRT.

2.. Kriteria Penilaian Sifat Tanah berdasarkan Staf Pusat Penelitian Tanah Bogor (1983) dan BPP

Medan (1982).

Universitas Sumatera Utara

Page 86: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

55

Gambar 5. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap Kandungan N-Total Tanah Inkubasi pada Media Tanam Gambut di Polibag

Dari Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari pemberian ke

tiga jenis bahan amelioran yang dicobakan terhadap hasil analisis N-tanah inkubasi media

tanam gambut di polibag, dengan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian bahan

amelioran 0,45 kg dolomit.polibag-1

(D1) dengan nilai 1,30 % N, meningkat 3,51 kali lipat

(D1 vs D3), akan tetapi lebih rendah/turun 6,47 % bila dibandingkan dengan analisis tanah

awal (A1 vs TA), berbeda nyata dengan perlakuan pemberian dolomit yang lebih tinggi, baik

dengan dosis 0,90 kg dolomit.poolibag-1

(D2) maupun dosis 1,35 kg dolomit.polibag-1

(D3),

demikian pula berbeda nyata dengan kedua jenis dan dosis bahan amelioran lainnya (F1-F3;

dan M2-M3).

Dari Gambar 5 di atas tampak bahwa pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelio

ran menunjukkan adanya penurunan kadar N-total tanah inkubasi dengan semakin tingginya

dosis bahan amelioran yang digunakan, polanya berbanding terbalik. Untuk nilai N-total ta

nah tertinggi pada dosis rendah (0,45 kg.polibag-1

) adalah dolomit diikuti batuan fosfat dan

tanah mineral (D1; F1 dan M1), sedang untuk nilai N-total tanah tertinggi pada dosis tinggi

(1,35 kg.poli bag-1

) dimulai dari batuan fosfat, tanah mieral dan dolomit (F3; M3 dan D3).

Leiwakabessy (1988) menyatakan bahwa ada korelasi antara ketersediaan N-total

tanah dengan kondisi pH-tanah. Tanah-tanah yang memiliki reaksi/pH tanah menuju netral

sampai basa (pH 5,5-10), ketersedian N-total tanahnya agak lebih rendah dari pada tanah-

tanah bereaksi yang agak lebih masam. Tan (1993) menambahkan tingginya konsentrasi Ca

dalam tanah yang berasal dari dolomit dosis tinggi, dan kadar Ca-tanah yang tergolong tinggi,

dapat menghambat ketersediaan dan kadar hara N bagi tanaman (sifat antagonisme hara

antara Ca tinggi dengan ketersediaan N tanah).

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

0 0.45 0.9 1.35 1.8

N-T

ota

l tan

ah (

%)

Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.polibag-1)

D (Dolomit)

F (Batuan Fosfat)

M (Tanah Mineral)

Universitas Sumatera Utara

Page 87: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

56

3 . Fosfor Tersedia (ppm)

Daftar sidik ragam tanah inkubasi pada media tanam gambut di polibag dapat di lihat

pada Lampiran 11. Rataan kadar P-tersedia tanah pada media tanam gambut di polibag disaji

kan pada Tabel 8, sedang hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran terhadap P-ter

sedia tanah ditampilkan pada Gambar 6 di bawah ini.

Tabel 8. Hasil analisis P-tersedia tanah inkubasi (ppm) akibat perlakuan jenis dan dosis

amelioran pada media tanam gambut di polibag

Perlakuan bahan amelioran P-tersedia (ppm) Kriteria

D1 (0,45 kg dolomit.polibag-1

)

D2 (0,90 kg dolomit.polibag-1

)

D3 (1,35 kg dolomit.polibag-1

)

F1 (0,45 kg batuan fosfat.polibag-1

)

F2 (0,90 kg batuan fosfat.polibag-1

)

F3 (1,35 kg batuan fosfat.polibag-1

)

M1 (0,45 kg tanah mineral.polibag-1

)

M2 (0,90 kg tanah mineral.polibag-1

)

M3 (1,35 kg tanah mineral.polibag-1

)

23,01 e

54,14 de

56,20 de

90,69 c

113,51 b

131,49 a

51,79 de

64,06 de

72,56 d

Sedang

Sangat tinggi

Sangat tinggi

Sangat tinggi

Sangat tinggi

Sangat tinggi

Sangat tinggi

Sangat tinggi

Sangat tinggi

KK = 9,78 %

Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ber

beda nyata pada tara 5 % menurut Uji Jarak Duncan/DMRT.

2. Kriteria Penilaian Sifat Tanah berdasarkan Staf Pusat Penelitian Tanah Bogor (1983) dan BPP

Medan (1982).

Gambar 6. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap P-tersedia Tanah Inkubasi pada Media Tanam Gambut di Polibag

Dari Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari pemberian

batuan fosfat yang digunakan terhadap kadar P-tersedia tanah inkubasi media tanam gambut

di polibag, dengan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian batuan fosfat dengan do

sis 1,35 kg.polibag-1

(F3) yaitu 131,49 ppm, meningkat 5,71 kali lipat (F3 vs D1), dan lebih

tinggi 30,09 kali lipat bila dibandingkan dengan analisis tanah awal/TA (F3 vs TA), berbeda

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

0 0.45 0.9 1.35 1.8

P-t

erse

dia

tan

ah (

pp

m)

Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.polibag-1)

D (Dolomit)

F (Batuan Fosfat)

M (Tanah Mineral)

Universitas Sumatera Utara

Page 88: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

57

nyata terhadap kedua perlakuan pemberian batuan fosfat dengan dosis 0,45 kg.polibag-1

(F1)

maupun dosis 0,90 kg.polibag-1

(F2), demikian pula terhadap kedua jenis dan dosis perlakuan

bahan amelioran lainnya (D1-D3 dan M1-M3).

Dari Gambar 6 di atas tampak bahwa pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelio

ran menunjukkan adanya peningkatan kadar P-tersedia tanah inkubasi dengan semakin tinggi

nya dosis bahan amelioran yang digunakan (pola hubungan bersifat berbanding lurus). Jenis

bahan amelioran tertinggi untuk P-tersedia tanah pada dosis rendah (0,45 kg.polibag-1

) dimu

lai dari batuan fosfat, diikuti tanah mineral dan dolomit (F1; M1 dan D1), demikian pula

untuk ketersediaan P-tanah pada dosis tinggi (1,35 kg.polibag-1

) polanya adalah sama, yaitu

batuan fosfat, diikuti tanah mineral dan dolomit (F3; M3 dan D3).

Munawar (2011) menjelaskan konsentrasi P dalam tanah sangat dipengaruhi oleh fak

tor pelapukan yang berasal dari P-organik, berupa sisa flora dan fauna serta jasad renik dalam

tanah, reaksi tanah/pH-tanah, dan ketersediaan kation logam (Al, Fe dan Ca, Mg). Jumlah P-

organik total dalam tanah beragam antara 20-80 %, yang terdapat sebagai inositol-P (2-50

%), asam nukleat (0,2-2,5 %) dan fosfolipid (1-5 %) serta fosfoprotein dalam jumlah sangat

sedikit.

4 . Kalium dapat ditukar (me.100 g-1

)

Daftar sidik ragam tanah inkubasi pada media tanam gambut di polibag dapat di lihat

pada Lampiran 12. Rataan kadar K-dd tanah pada media tanam gambut di polibag disajikan

pada Tabel 9 sedang hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran terhadap K-dd tanah

ditampikan pada Gambar 7 di bawah ini.

. Tabel 9. Hasil analisis K-dd tanah inkubasi (me.100 g-1

) akibat perlakuan jenis dan dosis

bahan amelioran pada media tanam gambut di polibag

Perlakuan bahan amelioran K-dd (me.100 g

-1) Kriteria

D1 (0,45 kg dolomit.polibag-1

)

D2 (0,90 kg dolomit.polibag-1

)

D3 (1,35 kg dolomit.polibag-1

)

F1 (0,45 kg batuan fosfat.polibag-1

)

F2 (0,90 kg batuan fosfat.polibag-1

)

F3 (1,35 kg batuan fosfat.polibag-1

)

M1 (0,45 kg tanah mineral.polibag-1

)

M2 (0,90 kg tanah mineral.polibag-1

)

M3 (1,35 kg tanah mineral.polibag-1

)

0,35 d

0,39 cd

0,55 a

0,25 e

0,39 cd

0,49 b

0,40 cd

0,43 bc

0,48 b

Sedang

Sedang

Sedang

Rendah

Sedang

Sedang

Sedang

Sedang

Sedang

KK = 7,64 %

Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ber-

beda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan/DMRT.

2. Kriteria Penlilaian Sifat Tanah berdasarkan Staf Pusat Penelitian Tanah Bogor (1983) dan BPP

Medan (1982).

Universitas Sumatera Utara

Page 89: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

58

Gambar 7. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap K-dd tanah Inkubasi pada Media Tanam Gambut di Polibag

Dari Tabel 9 di atas dapat di lihat bahwa ada pengaruh yang nyata dari perlakuan pem

berian ketiga bahan amelioran terhadap kandungan K-dd tanah inkubasi pada media tanam

gambut di polibag, dengan nilai K-dd tanah tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian

dolomit dengan dosis 1,35 kg.polibag-1

(D3) yaitu 0,55 me.100 g-1

, meningkat 2,20 kali lipat

(D3 vs F1), dan lebih tinggi 6,11 kali lipat bila dibandingkan dengan analisis tanah awal/TA

(D3 vs TA), berbeda nyata dengan kedua perlakuan dolomit dengan dosis 0,45 kg.polibag-1

(D1) maupun dengan dosis 0,90 kg.polibag-1

(D2), demikian pula terhadap kedua jenis dan

dosis bahan amelioran lainnya, masing-masing untuk batuan fosfat dengan peningkatan dosis

0,45 kg.polibag-1

sampai 1,35 kg.polibag-1

(F1-F3), maupun pada perlakuan bahan amelioran

tanah mineral (M1-M3).

Dari Gambar 7 di atas tampak bahwa pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelio

ran menunjukkan adanya peningkatan kadar K-dd tanah inkubasi dengan semakin tingginya

dosis bahan amelioran yang digunakan (pola hubungannya berbanding lurus). Jenis bahan

amelioran tertinggi untuk K-dd tanah pada dosis rendah (0,45 kg.polibag-1

) dimulai dari tanah

mineral, diikuti dolomit dan batuan fosfat (M1; D1 dan F1) , sedang nilai akhir K-dd tanah ter

tinggi pada dosis tinggi (1,35 kg.polibag-1

) dimulai dari dolomit, diikuti batuan fosfat dan di

akhiri tanah mineral (D3; F3 dan M3).

Menurut Winarso (2005) ketersediaan K-dd dalam tanah sangat dipengaruhi oleh

bahan induk/jenis bahan organik tanah dan intrusi air laut/sungai. Sumber K pada tanah gam

but sangat dipengaruhi oleh K dalam jaringan tanaman yang bervariasi antara 1,7 %-2,7 %

dari berat kering daun.

5. Kalsium dapat ditukar (me.100 g-1

)

Daftar sidik ragam tanah inkubasi pada media tanam gambut di polibag dapat di lihat

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

0 0.45 0.9 1.35 1.8K-d

d t

anah

(m

e.10

0g-1

)

Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.polibag-1)

D (Dolomit)

F (Batuan Fosfat)

M (Tanah Mineral)

Universitas Sumatera Utara

Page 90: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

59

pada Lampiran 13. Rataan kadar Ca-dd tanah pada media tanam gambut di polibag disajikan

pada Tabel 10 sedang hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran terhadap Ca-dd tanah

ditampilkan pada Gambar 8 di bawah ini.

Tabel 10. Hasil analisis Ca-dd tanah inkubasi (me.100 g-1

) akibat perlakuan jenis dan dosis

amelioran pada media tanam gambut di polibag

Perlakuan bahan amelioran Ca-dd (me.100 g

-1) Kriteria

D1 (0,45 kg dolomit.polibag-1

)

D2 (0,90 kg dolomit.polibag-1

)

D3 (1,35 kg dolomit.polibag-1

)

F1 (0,45 kg batuan fosfat.polibag-1

)

F2 (0,90 kg batuan fosfat.polibag-1

)

F3 (1,35 kg batuan fosfat.polibag-1

)

M1 (0,45 kg tanah mineral.polibag-1

)

M2 (0,90 kg tanah mineral.polibag-1

)

M3 (1,35 kg tanah mineral.polibag-1

)

25,65 b

27,41 b

29,61 a

10,49 e

13,48 d

17,31 c

3,48 f

3,81 f

3,99 f

Sangat tinggi

Sangat tinggi

Sangat tinggi

Sedang

Tinggi

Tinggi

Rendah

Rendah

Rendah

KK = 6,16 %

Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ber-

beda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan/DMRT.

2.. Kriteria Penilaian Sifat Tanah berdasarkan Staf Pusat Penelitian Tanah Bogor (1983) dan BPP

Medan (1982).

Gambar 8. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap Ca-dd Tanah Inkubasi pada Media Tanam Gambut di Polibag

Dari Tabel 10 di atas dapat di lihat bahwa ada pengaruh yang nyata dari perlakuan

pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran, masing-masing dolomit, batuan fosfat dan

tanah mineral. untuk berbagai peningkatan dosis terhadap kandungan Ca-dd tanah inkubasi

pada media tanam gambut di polibag, dengan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan pem

berian bahan amelioran dolomit 1,35 kg.polibag-1

(D3) yaitu 29,61 me.100 g-1

, meningkat

8,51 kali lipat (D3 vs M1) dan lebih tinggi 2,02 kali lipat bila dibandingkan dengan analisis

tanah awal/TA (D3 vs TA), berbeda nyata dengan perlakuan bahan amelioran dolomit dosis

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

0 0.45 0.9 1.35 1.8

Ca-

dd

tan

ah (

me.

100g

-1)

Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.polibag-1)

D (Dolomit)

F (Batuan Fosfat)

M (Tanah Mineral)

Universitas Sumatera Utara

Page 91: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

60

0,45 kg.polibag-1

(D1) maupun dosis 0,90 kg.polibag-1

(D2), demikian pula terhadap perla

kuan bahan amelioran lainnya, baik batuan fosfat (F1-F3) maupun tanah mineral (M1-M3).

Dari Gambar 8 tampak bahwa pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran me

nunjukkan adanya peningkatan kadar Ca-dd tanah inkubasi dengan semakin tingginya dosis

bahan amelioran yang digunakan (pola hubungannya berbanding lurus). Jenis bahan amelio

ran tertinggi untuk Ca-dd tanah pada dosis rendah (0,45 kg.polibag-1

) dimulai dari dolomit,

diikuti batuan fosfat dan tanah mineral (D1; F1 dan M1). Sedang untuk nilai Ca-dd tanah ter

tinggi pada dosis tinggi (1,35 kg.polibag-1) dimulai dari dolomit, diikuti batuan fosfat dan

tanah mineral (D3; F3 dan M3).

Munawar (2011) menjelaskan bahwa ketersediaan Ca-dd dalam larutan tanah sangat

dipengaruhi beberapa faktor yaitu pasokan Ca-total, pH-tanah, KTK, derajat kejenuhan Ca, ti

pe koloid, dan rasio Ca dengan kation-kation lain dalam tanah (Ca/Mg dan Ca/K). Rasio Ca/

Mg˂6,6 dan Ca/K˂13 terjadi defisiensi Mg dan K, sehingga diperlukan pemupukan Mg dan

K.

6 . Magnesium dapat ditukar (me.100 g-1

)

Daftar sidik ragam tanah inkubasi pada media tanam gambut di polibag dapat di lihat

pada Lampiran 14. Rataan kadar Mg-dd tanah pada media tanam gambut di polibag disaji

kan pada Tabel 11, sedang hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran terhadap Mg-dd

tanah ditampilkan pada Gambar 9 di bawah ini.

Tabel 11. Hasil analisis Mg-dd tanah inkubasi (me.100 g-1

) akibat perlakuan jenis dan dosis

amelioran pada media tanam gambut di polibag

Perlakuan bahan amelioran Mg-dd (me.100 g

-1) Kriteria

D1 (0,45 kg dolomit.polibag-1

)

D2 (0,90 kg dolomit.polibag-1

)

D3 (1,35 kg dolomit.polibag-1

)

F1 (0,45 kg batuan fosfat.polibag-1

)

F2 (0,90 kg batuan fosfat.polibag-1

)

F3 (1,35 kg batuan fosfat.polibag-1

)

M1 (0,45 kg tanah mineral.polibag-1

)

M2 (0,90 kg tanah mineral.polibag-1

)

M3 (1,35 kg tanah mineral.polibag-1

)

13,29 c

16,42 b

20,99 a

1,54 e

2,71 e

7,65 d

1,32 e

1,74 e

2,78 e

Sangat tinggi

Sangat tinggi

Sangat tinggi

Sedang

Tinggi

Tinggi

Sedang

Sedang

Tinggi

KK = 12,89 %

Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ber-

beda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan/DMRT.

2..Kriteria Penilaian Sifat Tanah berdasarkan Staf Pusat Penelitian Tanah Bogor (1983) dan BPP

Medan (1982).

Universitas Sumatera Utara

Page 92: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

61

Gambar 9. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap Mg-dd Tanah Inkubasi pada Media Tanam Gambut di Polibag

Dari Tabel 11 di atas dapat di lihat bahwa ada pengaruh yang nyata dari pemberian

ketiga bahan amelioran (dolomit, batuan fosfat dan tanah mineral) terhadap kadar Mg-dd

tanah inkubasi pada media tanam gambut di polibag dengan nilai tertinggi terdapat pada pem

berian bahan amelioran dolomit 1,35 kg.polibag-1

(D3) yaitu 20,99 me.100 g-1

, meningkat 15,

90 kali lipat (D3 vs M1), dan lebih tinggi 7,77 kali lipat bila dibandingkan dengan analisis

tanah awal (D3 vs TA), berbeda nyata dengan kedua bahan amelioran dolomit lainnya, baik

dosis 0,45 kg.polibag-1

(D1) maupun dosis 0,90 kg.polibag-1

(D2), demikian pula terhadap

bahan amelioran lainnya (batuan fosfat dan tanah mineral).

Dari Gambar 9 tampak bahwa pemberain ketiga jenis dan dosis bahan amelioran me

nunjukkan adanya peningkatan kadar Mg-dd tanah inkubasi dengan semakin tingginya dosis

bahan amelioran yang digunakan (pola hubungan berbanding lurus). Jenis bahan amelioran

tertinggi untuk Mg-dd tanah pada dosis rendah 0,45 kg.polibag-1

dimulai dari dolomit, diikuti

batuan fosfat dan tanah mineral (D1; F1 dan M1). Sedang nilasi Mg-dd tertinggi pada dosis

tinggi 1,35 kg.polibag-1

dimulai dari dolomit, batuan fosfat dan tanah mineral (D3; F3 dan

M3).

Munawar (2011) menjelaskan bahwa ada korelasi antara kadar Mg-dd tanah dengan

sumber Mg dalam tanah. Dalam tanaman Mg-organik sangat beragam antara 0,1-0,4% Mg,

sehingga konsentrasi dalam larutan tanah juga bervariasi. Ketersediaannya sangat dipenga

ruhi oleh pasokan Mg, pH-tanah, derajat kejenuhan Mg, sifat-sifat dari ion dapat tukar dan

tipe koloid.

7 . Kapasitas Tukar Kation (me.100 g-1

)

Daftar sidik ragam tanah inkubasi pada media tanam gambut di polibag dapat di lihat

pada Lampiran 15. Rataan nilai KTK tanah inkubasi pada media tanam gambut di polibag di

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

0 0.5 1 1.5Mg-

dd

tan

ah (

me.

100

-1)

Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.polibag-1)

D (Dolomit)

F (Batuan Fosfat)

M (Tanah Mineral)

Universitas Sumatera Utara

Page 93: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

62

sajikan pada Tabel 12 sedang hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran terhadap

KTK tanah ditampilkan pada Gambar 10 di bawah ini.

Tabel 12. Hasil analisis KTK tanah inkubasi (me.100 g-1

) akibat perlakuan jenis dan dosis

amelioran pada media tanam gambut di polibag

Perlakuan bahan amelioran KTK (me.100 g-1

) Kriteria

D1 (0,45 kg dolomit.polibag-1

)

D2 (0,90 kg dolomit.polibag-1

)

D3 (1,35 kg dolomit.polibag-1

)

F1 (0,45 kg batuan fosfat.polibag-1

)

F2 (0,90 kg batuan fosfat.polibag-1

)

F3 (1,35 kg batuan fosfat.polibag-1

)

M1 (0,45 kg tanah mineral.polibag-1

)

M2 (0,90 kg tanah mineral.polibag-1

)

M3 (1,35 kg tanah mineral.polibag-1

)

24,65 e

35,62 c

37,11 c

32,31 d

35,70 c

40,41 b

36,47 c

48,23 a

49,54 a

Sedang

Tinggi

Tinggi

Tinggi

Tinggi

Sangat tinggi

Tinggi

Sangat tinggi

Sangat tinggi

KK = 12,89 %

Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ber-

beda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan/DMRT.

2. Kriteria Penilaian Sifat Tanah berdasarkan Staf Pusat Penelitian Tanah Bogor (1983) dan BPP

Medan (1982)

Gambar 10. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap KTK Tanah Inkubasi pada Media Tanam Gambut di Polibag

Dari Tabel 12 di atas dapat di lihat bahwa ada pengaruh yang nyata dari ketiga jenis

dan dosis bahan amelioran yang digunakan (dolomit; batuan fosfat dan tanah mineral) terha

dap nilai KTK tanah inkubasi pada media tanam gambut di polibag, dengan nilai KTK ter

tinggi terdapat pada pemberian bahan amelioran tanah mineral dengan dosis 1,35 kg. polibag-

1 (M3) yaitu 49,54 me.100 g

-1, meningkat 2,01 kali lipat (M3 vs D1), lebih rendah/turun 68,

10 % bila dibandingkan dengan analisis tanah awal (M3 vs TA), berbeda nyata dengan pem

berian perlakuan bahan amelioran tanah mineral dengan dosis 0,45 kg.polibag-1

(M1), demi

kian pula terhadap kedua jenis dan dosis perlakuan bahan ameli oran lainnya (dolomit dan

batuan fosfat).

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

45.00

50.00

55.00

0 0.45 0.9 1.35 1.8

KTK

tan

ah (

me.

100g

-1)

Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.polibag-1)

D (Dolomit)

F (Batuan Fosfat)

M (Tanah Mineral)

Universitas Sumatera Utara

Page 94: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

63

Dari Gambar 10 tampak bahwa pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran

menujukkan adanya peningkatan terhadap nikai KTK tanah inkubasi dengan semakain tinggi

nya dosis bahan amelioran yang digunakan (pola hubungannya berbanding lurus). Jenis

bahan amelioran tertinggi untuk nilai KTK tanah pada dosis rendah 0,45 kg.polibag-1

dimulai

dari tanah mineral, diikuti batuan fosfat dan dolomit (M1; F1 dan D1). Sedang nilai KTK

tanah tertinggi pada dosis tinggi 1,35 kg.polibag-1

dimulai dari tanah mineral, batuan fosfat

dan dolomit (M3; F3 dan D3).

Nurhidayati (2017) menjelaskan bahwa tingginya nilai KTK suatu jenis tanah, ter

utama tanah gambut, sangat dipengaruhi oleh reaksi tanah/pH-tanah, kejenuhan basa/KB,

jumlah kation basa, jenis bahan organik, pengapuran dan pemupukan.

Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa secara umum pemberian ketiga

jenis dan dosis bahan amelioran (dolomit, batuan fosfat dan tanah mineral) hasilnya bervari

asi, untuk pemberian dolomit dosis tinggi 1,35 kg.polibag-1

(D3) dapat meningkatkan pH

tanah sebesar 6,63, K-dd sebesar 0,55 me.100 g-1

, Ca-dd sebesar 29,61 me.100 g-1

dan Mg-dd

sebesar 20,99 me.100 g-1

, sedang untuk pemberian batuan fosfat dosis tinggi 1,35 kg.polibag-

1 (F3) terdapat pada pengamatan kadar P-tersedia sebesar 131,49 ppm, sementara pemberian

tanah mineral dosis sedang sampai tingggi 0,90-1,35 kg.polibag-1

(M2-M3) dapat meningkat

kan KTK-tanah masing-masing sebesar 48,23 me.100 g-1

dan 49,54 me.100 g-1

.

Penelitian-II

Kajian Sifat Kimia Media Tanam Gambut dan Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa

Sawit terhadap Ameliorasi di Polibag

A. Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit pada Media Tanam Gambut di Polibag

1 . Tinggi Bibit (cm)

Daftar sidik ragam pengamatan tinggi bibit kelapa sawit di pembibitan utama (main

nursery) pada penelitian-II dapat di lihat pada Lampiran 16-27. Rataan pertambahan tinggi

bibit kelapa sawit di pembibitan utama umur 5 BST-16 BST terdapat pada Tabel 13, sedang

hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan terhadap pertam bahan

tinggi bibit kelapa sawit disajikan pada Gambar 11 di awah ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 95: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

64

Dari Tabel 13 dan Gambar 11 di atas menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata

dari perlakuan ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan (dolomit/D1-D3; batu

an fosfat/F1-F3 dan tanah mineral/M1-M3) pada media tanam gambut di polibag terhadap per

tambahan tinggi bibit kelapa sawit umur 5 BST sampai 16 BST selama satu tahun.

Secara umum tampak bahwa pertambahan tinggi bibit kelapa sawit di pembibitan

utama dari umur 5 BST sampai 16 BST polanya selalu bersifat berbanding lurus antara dosis

perlakuan bahan amelioran, baik dolomit, batuan fosfat maupun tanah mineral, bila diban

dingkan dengan dosis taraf 0,45 kg.polibag-1

(D1; F1 dan M1) dengan dosis 0,90 kg.polibag-1

(D2; F2 dan M2) menunjukkan adanya pengaruh yang nyata, akan tetapi pada dosis perla

kuan bahan amelioran yang semakin tinggi, yaitu 1,35 kg.polibag-1

(D3; F3 dan M3) tidak me

nunjukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap pertambahan tinggi bibit kelapa sawit di

pembibitan utama.

Bila dibandingkan pertambahan tinggi bibit kelapa sawit di pembibitan utama umur

16 BST (pengamatan terakhir) pada perlakuan dolomit taraf 0,90 kg.polibag-1

(D2) dengan

perlakuan dolomit dengan dosis 0,45 kg.polibag-1

(D1) terdapat pertambahan tinggi bibit

kelapa sawit sebesar 19,04 %, meningkat 1,19 kali lipat (D2 vs D1), sedang untuk perlakuan

batuan fosfat dengan dosis yang sama (F2 vs F1) terdapat peningkatan pertambahan tinggi

bibit kelapa sawit sebesar 25,20 %, meningkat 1,25 kali lipat (F2 vs F1), demikian pula untuk

perlakuan tanah mineral dengan dosis yang sama (M2 vs M1) terdapat pertambahan tinggi

bibit kelapa sawit sebesar 25,42 %, meningkat 1,25 kali lipat (M2 vs M1).

Adanya respon pertambahan tinggi bibit kelapa sawit di pembibitan utama umur 16

BST akibat perlakuan ketiga jenis dan dosis bahan amelioran, taraf 0,90 kg.polibag-1

(D2; F2

dan M2) bila dibandingkan dengan dosis taraf 0,45 kg.polibag-1

(D1; F1 dan M1) disebabkan

karena adanya sumbangan ion hara Ca dan Mg yang berasal dari dolomit, hara Ca dan P dari

batuan fosfat, tanah mineral serta adanya pemberian rekomendasi pemupukan pupuk maje

muk dan kieserit di pembibitan utama selama satu tahun (Lampiran 5). Pemberian jenis dan

bahan amelioran dengan dosis yang lebih tinggi 1,35 kg.polibag-1

, baik dolomit, batuan fosfat

maupun tanah mineral (D3; F3 dan M3) tidak menunjukkan adanya pertambahan terhadap

tinggi bibit kelapa sawit di pembibitan utama, diduga karena tingginya konsentrasi ion hara

dalam larutan tanah yang disumbangkan dari ketiga jenis bahan amelioran menyebabkan

terjadinya antagonisme hara, yang menyebabkan beberapa ion hara lain menjadi tidak terse

dia bagi tanaman.

Tan (1993) menjelaskan salah satu faktor ekternal, terutama sifat kimiawi tanah yang

dapat mempengaruhi ketersediaan ion hara disebabkan oleh sifat-sifat ion hara (ukuran/

Universitas Sumatera Utara

Page 96: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

65

radius ion, muatan ion, mobilitas ion, kekuatan ion) seperti kesetimbangan hara, antagonisme

ion hara dan sinergisme. Anion hara memiliki radius ion lebih besar daripada kation, mobili

tas ion lebih tinggi pada kelompok ion monovalen dibandingkan kelompok ion polivalen.

Universitas Sumatera Utara

Page 97: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

66

Tabel 13. Tinggi bibit kelapa sawit (cm) di pembibitan utama (main nursery) umur 5 BST sampai 16 BST akibat perlakuan jenis dan dosis

bahan amelioran pada media tanam gambut di polibag

Perlakuan

bahan

amelioran

Bulan Setelah Tanam (BST)

Mei

2015

Juni

2015

Juli

2015

Agustus

2015

Septem

2015

Oktober

2015

Novem

2015

Desem

2015

Januari

2016

Februari

2016

Maret

2016

April

2016

D1

D2

D3

F1

F2

F3

M1

M2

M3

26,03 bc

28,48 ab

27,78 ac

25,62 c

28,60 ab

28,00 ac

25,53 c

29,17 a

29,13 a

31,05 bc

34,52 a

33,77 a

29,97 c

33,48 ab

33,55 ab

30,55 c

33,80 a

34,77 a

36,47 b

40,57 a

40,49 a

35,35 b

41,10 a

40,42 a

35,82 b

39,73 a

41,12 a

42,37 b

47,72 a

47,47 a

41,30 b

47,68 a

47,48 a

41,60 b

48,17 a

48,63 a

49,32 b

56,18 a

55,47 a

48,93 b

56,12 a

55,68 a

49,18 b

56,90 a

57,02 a

56,97 b

63,35 a

63,67 a

56,85 b

64,43 a

63,90 a

55,92 b

64,92 a

65,08 a

72,48 b

84,17 a

83,78 a

71,85 b

84,13 a

83,20 a

72,17 b

84,15 a

84,03 a

83,00 b

96,15 a

95,67 a

82,37 b

96,50 a

95,93 a

83,22 b

97,08 a

96,28 a

93,77 b

111,03 a

109,60 a

94,37 b

111,42 a

110,87 a

94,35 b

111,97 a

111,67 a

106,30 b

129,23 a

127,95 a

106,22 b

128,87 a

127,43 a

106,32 b

129,10 a

128,90 a

119,17 b

146,35 a

145,65 a

119,33 b

146,75 a

146,13 a

118,90 b

147,37 a

146,63 a

138,67 b

165,07 a

147,78 ab

132,17 b

165,48 a

165,47 a

132,75 b

166,50 a

166,05 a

KK (%) 4,91 4,09 3,55 2,27 1,74 1,57 1,10 1,08 1,12 1,04 0,68 6,29

Keterangan : 1. Angka yang di ikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak Duncans/

DMRT.

2. D1=0,45 kg dolomit.polibag-1; D2=0,90 kg dolomit.polibag-1; D3=1,35 kg dolomit.polibag-1; F1=0,45 kg batuan fosfat.polibag-1; F2=0,90 kg batuan fosfat.polibag-1; F3=1,35 kg

batuan fosfat. polibag-1; M1=0,45 kg tanah mineral.polibag-1; M2=0,90 kg tanah mineral.polibag-1; dan M3=1,35 kg tanah mineral.polibag-1; KK = Koefisien Keragaman

53

Universitas Sumatera Utara

Page 98: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

67

Gambar 11. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap Pertambahan Tinggi Bibit Kelapa Sawit pada Media Tanam Gambut di Polibag

2. Diameter bibit (cm)

Daftar sidik ragam pengamatan diameter bibit kelapa sawit di pembibitan utama

dapat di lihat pada Lampiran 28-39. Rataan pertambahan diameter bibit kelapa sawit di pem

bibitan utama umur 5 BST sampai 16 BST terdapat pada Tabel 14, sedang hubungan antara

jenis dan dosis bahan amelioran terhadap pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit

disajikan pada Gambar 12 di bawah ini.

Dari Tabel 14 dan Gambar 12 di atas menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata

dari perlakuan ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan (dolomit, batuan fosfat

dan tanah mineral) pada media tanam gambut di polibag terhadap pertambahan diameter bibit

kelapa sawit umur 5 BST sampai 16 BST.

Bila di lihat dari tabel tersebut tampak bahwa respon pertambahan diameter bibit

kelapa sawit di pembibitan utama dari umur 5 BST sampai 16 BST (selama satu tahun) pola

nya hampir sama dengan pengamatan pertambahan tinggi bibit, cenderung berkorelasi positif,

dari dosis perlakuan bahan amelioran taraf awal yaitu 0,45 kg.polibag-1

(D1, F1 dan M1) de

ngan dosis taraf 0,90 kg.polibag-1

(D2, F2 dan M2) menunjukkan adanya perbedaan yang

nyata secara statistik, dengan perolehan diameter bibit kelapa sawit terbesar yaitu 8,87 cm

(dolomit/D2), 8,88 cm (F2) dan 8,97 cm (M2), akan tetapi tidak berpengaruh nyata pada do

sis perlakuan bahan amelioran yang semakin tinggi yaitu 1,35 kg.polibag-1

(D3, F3 dan M3).

Bila dibandingkan pertambahan diameter bibit kelapa sawit di pembibitan utama

umur 16 BST (pengamatan terakhir) antara perlakuan bahan amelioran dengan dosis terbaik/

level dua yaitu 0,90 kg.polibag-1

(D2; F2 dan M2) dengan dosis taraf 0,45 kg.polibag-1

(D1;

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

160.00

180.00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Tin

ggi b

ibit

kel

apa

saw

it (

cm)

Bulan Pengamatan (Mei 2015 s/d April 2016)

D1

D2

D3

F1

F2

F3

M1

M2

M3

Universitas Sumatera Utara

Page 99: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

68

F1 dan M1) terdapat pertambahan diameter bibit kelapa sawit, masing-masing untuk per

lakuan dolomit sebesar 14,90 %, meningkat 1,15 kali lipat (D2 vs D1), batuan fosfat sebesar

14,29 %, meningkat 1,14 kali lipat (F2 vs F1), dan untuk tanah mineral sebesar 15,44 %,

meningkat 1,15 kali lipat (M2 vs M1), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan jenis dan

dosis bahan amelioran yang semakin tinggi, yaitu 1,35 kg.polibag-1

(D3; F3 dan M3).

Adanya respon pertambahan diameter bibit kelapa sawit di pembibitan utama umur 16

BST akibat perlakuan ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan (dolomit; batu

an fosfat dan tanah mineral) pada dosis level dua yaitu 0,90 kg.polibag-1

(A2; A5 dan A8)

bila dibandingkan dengan dosis di bawahnya yaitu 0,45 kg.polibag-1

(D1; F1 dan M1) dise

babkan karena pada dosis level kedua tersebut diduga terdapat kondisi ion hara yang seim

bang dan optimal dalam menyediakan/memasok hara Ca, Mg, P dari dolomit, batuan fosfat,

dan tanah mineral maupun ion hara lainnya yang berasal dari pupuk multihara (15; 15:6:4)

dan (12:12:17:2) dan kieserit dari rekomendasi pemupukan di pembibitan utama, yang konse

kuensinya dapat diserap dalam mendukung pertumbuhan diameter bibit kelapa sawit.

Munawar (2011) menjelaskan bahwa terdapat hubungan ketersediaan stok hara dalam

laruran tanah dengan tampilan pertumbuahan tanaman. Status ion hara yang diserap tanaman

sangat dipengaruhi oleh kesetimbangan hara, kation/anion pengikat hara, reaktivitas, reaktan

(bahan amelioran/pupuk) yang diberikan baik dalam air atau asam, mobilitas ion hara, sifat

antagonisme hara dan efek Viets.

Universitas Sumatera Utara

Page 100: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

69

Tabel 14. Diameter bibit kelapa sawit (cm) di pembibitan utama (main nursery) umur 5 BST sampai 16 BST akibat perlakuan jenis dan dosis

bahan amelioran pada media tanam gmbut di polibag

Perlakuan bahan amelioran

Bulan Setelah Tanam (BST)

Mei 2015

Juni 2015

Juli 2015

Agustus 2015

Septem 2015

Oktober 2015

Novem 2015

Desem 2015

Januari 2016

Februari 2016

Maret 2016

April 2016

D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2

M3

1,72 e 2,08 cd 1,95 de 1,98 de 2,37 abc 2,25 a-d 2,10 bcd 2,48 a 2,43 ab

2,17 d 2,53 bc 2,53 bc 2,28 d 2,57 ab 2,50 cd 2,55 bc 2,65 a 2,67 a

2,45 d 2,80 bcd 2,93 abc 2,62 cd 3,10 ab 2,93 abc 2,58 cd 3,30 a 3,28 a

3,17 b 3,73 a 3,73 a 3,28 b 3,90 a 3,88 a 3,28 b 3,92 a 3,93 a

3,63 c 4,45 a 4,25 b 3,62 c 4,33 ab 4,33 ab 3,67 c 4,48 a 4,43 a

4,13 b 4,75 a 4,80 a 4,27 b 4,87 a 4,82 a 4,22 b 4,92 a 4,90 a

4,60 c 5,17 b 5,03 b 4,70 c 5,82 a 5,85 a 5,18 b 5,92 a 5,93 a

5,70 c 6,40 a 6,38 a 5,73 c 6,47 a 6,43 a 5,85 b 6,45 a 6,47 a

6,03 c 6,90 a 6,83 a 6,20 b 6,90 a 6,83 a 6,23 b 6,95 a 6,88 a

6,53 d 7,25 bc 7,18 c 6,55 d 7,25 bc 7,22 c 6,60 d 7,45 a 7,38 ab

7,17 b 7,90 a 7,87 a 7,23 b 7,90 a 7,85 a 7,25 b 7,93 a 7,93 a

7,72 b 8.87 a 8,88 a 7,77 b 8,88 a 8,82 a 7,77 b 8,97 a 8,93 a

KK (%) 7,98 8,15 6,63 3,00 2,26 2,54 1,57 0,75 0,98 1,06 0,87 1,41

Keterangan : 1. Angka yang di ikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak Duncans/

DMRT.

2 . A1=0,45 kg dolomit.polibag-1

; A2=0,90 kg dolomit.polibag-1

; A3=1,35 kg dolomit.polibag-1

; A4=0,45 kg batuan fosfat.polibag-1

; A5=0,90 kg batuan fosfat.polibag-1

; A6=1,35 kg

batuan fosfat.polibag-1

; A7=0,45 kg tanah mineral.polibag-1

; A8=0,90 kg tanah mineral.polibag-1

; dan A9=1,35 kg tanah mineral.polibag-1

; KK=Koefisien Keragaman.

Universitas Sumatera Utara

Page 101: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

70

Gambar 12. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap Pertambahan Diameter Bibit Kelapa Sawit pada Media Tanam Gambut di Polibag

3. Jumlah Daun (helai)

Daftar sidik ragam pengamatan jumlah daun bibit kelapa sawit di pembibitan utama

dapat di lihat pada Lampiran 40-51. Rataan pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit di

pembibitan utama umur 5 BST sampai 16 BST terdapat pada Tabel 15, sedang hubungan

antara jenis dan dosis bahan amelioran terhadap pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit

di polibag disajikan pada Gambar 13 di bawah ini.

Dari Tabel 15 dan Gambar 13 di atas dapat di lihat bahwa ada pengaruh yang nyata

dari perlakuan ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan (dolomit, batuan fosfat

dan tanah mineral) pada media tanam gambut di polibag terhadap pertambahan jumlah daun

bibit kelapa sawit umur 5 BST sampai 16 BST.

Dari tabel tersebut menunjukan bahwa respon dari pertambahan jumlah daun bibit

kelapa sawit di pembibitan utama umur 5 BST sampai 16 BST (selama satu tahun) mengikuti

pola penyebaran yang hampir sama dengan trend pertambahan tinggi bibit dan diameter bibit

kelapa sawit di pembibitan utama, dimana terdapat korelasi yang berbanding lurus antara

jenis dan dosis bahan amelioran yang semakin tinggi sampai taraf dosis 0,90 kg.polibag-1

(D2; F2 dan M2) dengan taraf dosis di bawahnya 0,45 kg.polibag-1

(D1; F1 dan M1) menun

jukkan adanya pengaruh yang nyata, akan tetapi tidak berpengaruh nyata bila dibandingkan

dengan perlakuan jenis dan dosis bahan amelioran yang semakin tinggi sampai taraf dosis

1,35 kg. polibag-1

(D3; F3 dan M3).

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

10.00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Dia

met

er B

ibit

Kel

apa

Saw

it (

cm)

Bulan Pengamatan (Mei 2015 s/d April 2016)

D1

D2

D3

F1

F2

F3

M1

M2

M3

Universitas Sumatera Utara

Page 102: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

71

Secara statistik dari tabel di atas juga dapat di lihat bahwa jumlah daun bibit kelapa

sawit di pembibitan utama (pengamatan terakhir) yang terbanyak terdapat pada jenis dan

dosis bahan amelioran pada taraf dosis 0,90 kg.polibag-1

(D2; F2 dan M2) berturut turut yaitu

16,78 helai (D2 dan F2) dan 16,89 helai (M2). Bila dibandingkan dengan perlakuan dan

dosis bahan amelioran di bawahnya 0,45 kg.polibag-1

(D1; F1 dan M1) terdapat pertambahan

jumlah daun bibit kelapa sawit sebesar 4,88 %, meningkat 1,05 kali lipat (D2 vs D1), 3,45 %,

meningkat 1,03 kali lipat (F2 vs F1) dan 2,74 %, meningkat 1,03 kali lipat (M2 vs M1), tidak

berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan jenis dan dosis bahan amelioran, dengan

dosis yang semakin tinggi yaitu 1,35 kg.polibag-1

(D3; F3 dan M3).

Adanya respon pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit di pembibitan utama

umur 16 BST akibat perlakuan dari ketiga jenis dan bahan amelioran yang digunakan (dolo

mit, batuan fosfat dan tanah mineral) pada taraf dosis 0,90 kg.polibag-1

(D2; F2 dan M2)

dengan dosis di bawahnya yaitu 0,45 kg.polibag-1

(D1; F1 dan M1) disebabkan karena pada

dosis tersebut diduga ketersediaan ion hara berada dalam kondisi optimal/seimbang dalam

larutan tanah, sehingga terbanyak dapat diserap akar tanaman.

Foth (1994) menjelaskan bahwa jumlah ion hara yang dapat diserap oleh akar tanam

an sangat dipengaruhi oleh bentuk ion hara, posisi ion hari dari jangkuan perakaran, keterse

diaannya, berkesinambungan dalam satu siklus hidup tanaman, tidak mengandung kation lo

gam beracun yang dapat menekan ketersediaan anion hara, terutama P, S, B dan Mo.

Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian ketiga jenis bahan ameli

oran (dolomit, batuan fosfat dan tanah mineral) secara umum hasilnya beragam untuk semua

peubah amatan yang diamati. Pemberian dolomit dosis 0,90-1,35 kg.polibag-1

(D2 dan D3)

dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi dan jumlah daun bibit kelapa sawit merata dalam

setiap bulan pengamatan, sedang untuk pemberian batuan fosfat dan tanah mineral pada dosis

yang sama yaitu 0,90-1,35 kg.polibag-1

(F2-F3 dan M2-M3) dapat mempengaruhi/meningkat

kan semua pengamatan pertumbuhan vegetatif, meliputi tinggi, diameter dan jumlah daun

bibit kelepa sawit yang merata untuk setiap bulan pengamatan.

Universitas Sumatera Utara

Page 103: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

72

Tabel 15. Jumlah daun bibit kelapa sawit (helai) di pembibitan utama (main nursery) umur 5 BST sampai 16 BST akibat perlakuan jenis dan

dosis bahan amelioran pada media tanam gambut di polibag

Perlakuan bahan amelioran

Bulan Setelah Tanam (BST)

Mei 2015

Juni 2015

Juli 2015

Agustus 2015

Septem 2015

Oktober 2015

Novem 2015

Desem 2015

Januari 2016

Februari 2016

Maret 2016

April 2016

D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2

M3

5,33 b 5,74 ab 5,33 b 5,33 b 5,44 ab 5,78 a 5,56 ab 5,78 a 5,78 a

6,22 c 6,56 abc 6,56 abc 6,22 c 6,78 a 6,67 ab 6,33 bc 6,78 a 6,78 a

7,33 d 7,67 bc 7,67 bc 7,33 d 7,67 bc 7,67 bc 7,44 cd 7,78 ab 7,89 a

8,33 c 8,78 ab 8,67 abc 8,33 c 8,67 abc 8,78 ab 8,44 bc 8,78 ab 8,89 a

9,33 b 9,78 a 9,89 a 9,33 b 9,89 a 9,78 a 9,22 b 9,78 a 9,78 a

10,22 c 10,67 ab 10,78 a 10,33 bc 10,67 ab 10,89 a 10,33 bc 10,78 a 10,89 a

11,00 b 11,89 a 11,78 a 11,22 b 11,89 a 11,76 a 11,33 b 11,89 a 11,78 a

11,78 c 12,89 a 12,45 ab 12,00 bc 12,89 a 12,78 a 12.33abc 12,78 a 12.78 a

13,11 c 13,56abc 13,89 a 13,33 bc 13,78 ab 13,78 ab 13,44abc 13,89 a 13,78 ab

14,00 b 14,89 a 14,67 a 14,22 b 14,89 a 14,78 a 14,22 b 14,89 a 14,67 a

15,00 b 15,89 a 15,78 a 15,22 b 15,89 a 15,78 a 15.33 b 15,78 a 15,78 a

16,00 d 16,78 ab 16,78 ab 16,22 cd 16,78 ab 16,78 ab 16,44 bc 16,89 a 16,78 a

KK (%) 3,93 3,22 3,26 2,08 1,97 1,71 1,81 2,54 2,05 1,29 1,36 1,26

Keterangan : 1. Angka yang di ikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak Duncans/

DMRT

2. D1=0,45 kg dolomit.polibag-1

; D2=0,90 kg dolomit.polibag-1

; D3=1,35 kg dolomit.polibag-1

; F1=0,45 kg batuan fosfat.polibag-1

; F2=0,90 kg batuan fosfat.polibag-1

; F3=1,35 kg

batuan fosfat.polibag-1

; M1=0,45 kg tanah mineral.polibag-1

; M2=0,90 kg tanah mineral.polibag-1

; dan M3=1,35 kg tanah mineral.polibag-1

; KK=Koefisien Keragaman.

Universitas Sumatera Utara

Page 104: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

73

Gambar 13. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap Pertambahan Jumlah Daun Bibit Kelapa Sawit pada Media Tanam Gambut di Polibag

B. Kajian Sifat Kimia Media Tanam Gambut di Pembibitan Kelapa Sawit di Polibag

1. Reaksi Tanah (pH-tanah)

Daftar sidik ragam tanah pembibitan kelapa sawit di polibag terdapat pada Lampiran

52. Rataan nilai pH-tanah media tanam gambut pada pembibitan kelapa sawit dapat dilihat

pada Tabel 16, sedang hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran terhadap pH-tanah

disajikan pada Gambar 14 bawah ini.

Tabel 16. Hasil analisis pH tanah pada pembibitan kelapa sawit akibat perlakuan jenis dan dosis bahan amelioran pada media tanam gambut di polibag

Perlakuan bahan amelioran pH tanah Kriteria

D1 (0,45 kg dolomit.polibag-1

)

D2 (0,90 kg dolomit.polibag-1

)

D3 (1,35 kg dolomit.polibag-1

)

F1 (0,45 kg batuan fosfat.polibag-1

)

F2 (0,90 kg batuan fosfat.polibag-1

)

F3 (1,35 kg batuan fosfat.polibag-1

)

M1 (0,45 kg tanah mineral.polibag-1

)

M2 (0,90 kg tanah mineral.polibag-1

)

M3 (1,35 kg tanah mineral.polibag-1

)

6,39 b

6,67 a

6,75 a

5,25 e

5,92 cd

6,06 c

5,79 d

5,88 cd

6,08 c

Agak masam

Netral

Netral

Masam

Agak masam

Agak masam

Agak masam

Agak masam

Agak masam

KK 1,78 %

Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ber-

beda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncans/DMRT. 2..Kriteria Penilaian Sifat Tanah berdasarkan Staf Pusat Penelitian Tanah Bogor (1983) dan BPP

Medan (1982).

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

18.00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Jum

ah d

aun

bib

it K

elap

a Sa

wit

(h

elai

)

Bulan Pengamatan (Mei 2015 s/d April 2016)

D1

D2

D3

F1

F2

F3

M1

M2

M3

Universitas Sumatera Utara

Page 105: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

74

Gambar 14. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap pH Tanah Media Tanam Gambut Bibit Kelapa Sawit di Polibag

Dari Tabel 16 di atas menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari pemberian

ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan terhadap reaksi tanah/pH tanah pem

bibitan utama pada media tanam gambut di polibag, dengan nilai pH tanah tertinggi terdapat

pada pemberian dolomit dosis 0,90 kg.polibag-1

(D2) yaitu 6,67, meningkat 1,27 kali lipat

(D2 vs F1) dan lebih tinggi 1,85 kali lipat bila dibandingkan dengan analisis tanah awal/TA

(D2 vs TA), tidak berbeda nyata dengan pemberian dolomit dosis 1,35 kg.polibag-1

(D3) teta

pi berbeda dengan pemberian dolomit dosis 0,45 kg.polibag-1

(D1), demikian pula terha dap

kedua jenis dan dosis bahan amelioran lainnya (F1-F3 dan M1-M3).

Dari Gambar 14 tampak bahwa pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran me

nunjukkan adanya peningkatan terhadap nilai pH-tanah pembibitan kelapa sawit di polibag de

ngan semakin tingginya dosis bahan amelioran yang digunakan (pola hubungan berbanding

lurus). Jenis bahan amelioran tertinggi untuk nilai pH-tanah pada dosis terendah (0,45 kg.

polibag-1

) dimulai dari dolomit, diikuti tanah mineral dan batuan fosfat (D1; M1 dan F1).

Sedang nilai pH-tanah tertinggi pada dosis tinggi (1,35 kg.polibag-1

) dimulai dari dolomit,

diikuti tanah mineral dan batuan fosfat yang hampir berimpit (D3; M3 dan F3).

Hakim (2006) menjelaskan bahwa dolomit termasuk bahan pengapuran yang dapat

digunakan untuk menaikkan nilai pH tanah bereaksi masam. Selain dolomit, kapur (pertani

an/kalsit, kapur tohor/kapur bakar, dan kapur tembok/kapur sirih) juga dapat digunakan seba

gai bahan amelioran, yang kemampuannya dapat menaikkan pH tanah, dan sangat tergantung

pada nilai netralisasi bahan kapur/grade, bentuk/mutu kapur dan kehalusan/ukuran besar butir

kapur.

2.. Nitrogen Total Tanah (%)

Daftar sidik ragam tanah pembibitan kelapa sawit di polibag terdapat pada Lampiran

4.50

5.00

5.50

6.00

6.50

7.00

0 0.45 0.9 1.35 1.8

pH

Tan

ah

Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.polibag-1)

D (Dolomit)

F (Batuan Fosfat)

M (Tanah Mineral)

Universitas Sumatera Utara

Page 106: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

75

53. Rataan kadar N total tanah media tanam gambut pada pembibitan kelapa sawit dapat

dilihat pada Tabel 17, sedang hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran terhadap N-

total tanah disajikan pada Gambar 15 di bawah ini.

Tabel 17. Hasil analisis N tanah (%) pada pembibitan kelapa sawit akibat perlakuan jenis dan

dosis bahan amelioran pada media tanam gambut di polibag

Perlakuan bahan amelioran N tanah (%) Kriteria

D1 (0,45 kg dolomit.polibag-1

)

D2 (0,90 kg dolomit.polibag-1

)

D3 (1,35 kg dolomit.polibag-1

)

F1 (0,45 kg batuan fosfat.polibag-1

)

F2 (0,90 kg batuan fosfat.polibag-1

)

F3 (1,35 kg batuan fosfat.polibag-1

)

M1 (0,45 kg tanah mineral.polibag-1

)

M2 (0,90 kg tanah mineral.polibag-1

)

M3 (1,35 kg tanah mineral.polibag-1

)

0,77 ab

0,73 abc

0,66 cd

0,82 a

0,71 bc

0,58 de

0,54 e

0,48 ef

0,39 f

Tinggi

Tinggi

Tinggi

Sangat tinggi

Tinggi

Tinggi

Tinggi

Sedang

Sedang

KK 8,59 %

Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ber-

beda nyata pada tara 5 % menurut Uji Jarak Duncan/DMRT.

2..Kriteria Penilaian Sifat Tanah berdasarkan Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) Bogor dan BPP

Medan (1982).

Gambar 15. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap N-Total Tanah Media Tanam Gambut Bibit Kelapa Sawit di Polibag

Dari Tabel 17 di atas dapat di lihat bahwa ada pengaruh yang nyata dari pemberian

ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan terhadap kadar N total tanah pembi

bitan kelapa sawit di polibag, dengan nilai N total tanah tertinggi terdapat pada pemberian

batuan fosfat dengan dosis 0,45 kg.polibag-1

(F1) yaitu 0,82 % N, meningkat 2,10 kali lipat

(F1 vs M3), akan tetapi lebih rendah/menurun 41,01 % bila dibandingkan dengan analisis ta

nah awal/TA (F1 vs TA), berbeda nyata dengan pemberian sesama batuan fosfat dengan do

sis yang lebih tinggi, baik 0,90 kg.polibag-1

maupun 1,35 kg.polibag-1

(F2-F3), demikian pula

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kedua jenis dan dosis bahan amelioran lainnya (D1-

D3 dan M1-M3).

0.30

0.40

0.50

0.60

0.70

0.80

0.90

0 0.45 0.9 1.35 1.8

N-T

ota

l tan

ah (

%)

Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.polibag-1)

D (Dolomit)

F (Batuan Fosfat)

M (Tanah Mineral)

Universitas Sumatera Utara

Page 107: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

76

Dari Gambar 15 tampak bahwa pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran me

nunjukkan adanya penurunan kadar N-total tanah pada pembibitan kelapa sawit di polibag de

ngan semakin tingginya dosis bahan amelioran yang digunakan (pola hubungan bersifat ber

banding terbalik). Jenis bahan amelioran tertinggi untuk kadar N-total tanah pada dosis ren

dah (0,45 kg.polibag-1

) dimulai dari batuan fosfat, diikuti dolomit dan tanah mineral (F1; D1

dan M1). Sedang kadar N-total tanah terendah pada dosis tinggi (1,35 kg.polibag-1

) dimulai

dari dolomit, diikuti batuan fosfat dan tanah minral (D3; F3 dan M3).

Winarso (2005) melaporkan bahwa kadar N-total tanah sangat dipengaruhi oleh sum

ber N-organik (95 % tidak tersedia), C/N rasio/laju mineralisasi, pemupukan, curah hujan,

dan lingkungan (kelembaban, aerasi, pH tanah). Bentuk N organik dalam tanah dapat berupa

asam amino/protein, amida, gula amino, heksosamin, derivat purin dan pirimidin.

3.. Fosfor Tersedia (ppm)

Daftar sidik ragam tanah pembibitan kelapa sawit di polibag terdapat pada Lampiran

54. Rataan kadar P-tersedia tanah media tanam gambut pada pembibitan kelapa sawit dapat

dilihat pada Tabel 18, sedang hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran terhadap P-

tersedia tanah disajikan pada Gambar 16 di bawah ini.

Tabel 18. Hasil analisis P-tersedia tanah (ppm) pada pembibitan kelapa sawit akibat jenis

dan dosis bahan amelioran pada media tanam gambut di polibag

Perlakuan bahan amelioran P-tersedia (ppm) Kriteria

D1 (0,45 kg dolomit.polibag-1

)

D2 (0,90 kg dolomit.polibag-1

)

D3 (1,35 kg dolomit.polibag-1

)

F1 (0,45 kg batuan fosfat.polibag-1

)

F2 (0,90 kg batuan fosfat.polibag-1

)

F3 (1,35 kg batuan fosfat.polibag-1

)

M1 (0,45 kg tanah mineral.polibag-1

)

M2 (0,90 kg tanah mineral.polibag-1

)

M3 (1,35 kg tanah mineral.polibag-1

)

38,03 g

59,39 f

87,47 cd

102,31 ab

111,45 a

112,29 a

90,71 bc

77,22 de

70,06 ef

Sangat tinggi

Sangat tinggi

Sangat tinggi

Sangat tinggi

Sangat tinggi

Sangat tinggi

Sangat tinggi

Sangat tinggi

Sangat tinggi

KK 7,71 %

Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ber-

beda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan/DMRT. 2..Kriteria Penilaian Sifat Tanah berdasarkan Staf Pusat Penelitian Tanah Bogor (1983) dan BPP

Medan (1982).

Universitas Sumatera Utara

Page 108: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

77

Gambar 16. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap P-Tersedia Tanah Media Tanam Gambut Bibit Kelapa Sawit di Polibag

Dari Tabel 18 di atas menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari pemberian

ketiga jenis dan dosis bahan bahan amelioran yang digunakan terhadap kadar P-tersedia tanah

pembibitan kelapa sawit di polibag, dengan kadar P-tersedia tanah tertinggi terdapat pada

pemberian batuan fosfat dosis 0,90 kg.polibag-1

(F2), namun tidak berbeda nyata, baik de

ngan dosis rendah 0,45 kg.polibag-1

(F1) maupun dosis tinggi 1,35 kg.polibag-1

(F3), dengan

nilai P-tersedia tanah tertinggi yaitu 111,45 ppm, meningkat 2,93 kali lipat (F2 vs D1) dan

lebih tinggi 25,50 kali lipat bila dibandingkan dengan analisis tanah awal/TA (F2 vs TA), ber

beda nyata terhadap kedua jenis dan dosis bahan amelioran lainnya (D1-D3 dan M1-M3).

Dari Gambar 16 tampak bahwa pemberian kedua jenis dan dosis bahan amelioran me

nunjukkan adanya peningkatan terhadap kadar P-tersedia tanah pembibitan kelapa sawit di po

libag dengan semakin tingginya dosis bahan amelioran batuan fosfat dan dolomit yang diguna

kan (pola hubungan bersifat berbanding lurus). Sedang untuk pemberian tanah mineral terjadi

penurunan (pola hubungan bersifat berbanding lurus). Jenis bahan amelioran tertinggi untuk

kadar P-tersedia tanah dosis rendah (0,45 kg.polibag-1

) dimulai dari batuan fosfat diikuti

tanah mineral dan dolomit (F1; M1 dan D1). Sedang kadar P-tersedia tanah tertinggi pada

dosis tinggi (1,35 kg.polibag-1

) dimulai dari batuan fosfat diikuti dolomit (F3 dan D3), semen

tara untuk tanah mineral terjadi penurunan kadar P-tersedia tanah (M3).

Damanik, dkk, (2010) menjelaskan bahwa P-tersedia dalam larutan tanah sangat ber

gantung pada reaksi/pH tanah, cadangan/sumber bahan organik tanah, C/P rasio, kalarutan

reaktivitas kation logam Fe/Al, dan lingkungan (suhu tanah, aerasi dan kelembaban tanah).

4.. Kalium dapat ditukar (me.100 g-1

)

Daftar sidik ragam tanah pembibitan kelapa sawit di polibag terdapat pada Lampiran

30.00

50.00

70.00

90.00

110.00

130.00

0 0.45 0.9 1.35 1.8

P-

Ters

ed

ia (

pp

m)

Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.polibag-1)

D (Dolomit)

F (Batuan Fosfat)

M (Tanah Mineral)

Universitas Sumatera Utara

Page 109: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

78

55. Rataan kadar K-dd tanah media tanam gambut pada pembibitan kelapa sawit dapat di

lihat pada Tabel 19, sedang hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran terhadap K-dd

tanah disajikan pada Gambar 17 di bawah ini.

Tabel 19. Hasil analisis K-dd tanah (me.100 g-1

) pada pembibitan kelapa sawit akibat jenis

dan dosis bahan amelioran pada media tanam gambut di polibag

Perlakuan bahan amelioran K-dd (me.100 g-1

) Kriteria

D1 (0,45 kg dolomit.polibag-1

)

D2 (0,90 kg dolomit.polibag-1

)

D3 (1,35 kg dolomit.polibag-1

)

F1 (0,45 kg batuan fosfat.polibag-1

)

F2 (0,90 kg batuan fosfat.polibag-1

)

F3 (1,35 kg batuan fosfat.polibag-1

)

M1 (0,45 kg tanah mineral.polibag-1

)

M2 (0,90 kg tanah mineral.polibag-1

)

M3 (1,35 kg tanah mineral.polibag-1

)

0,77 e

1,81 d

2,13 d

0,73 e

2,85 c

4,31 b

1,93 d

3,10 c

5,02 a

Tinggi

Sangat tinggi

Sangat tinggi

Tinggi

Sangat tinggi

Sangat tinggi

Sangat tinggi

Sangat tinggi

Sangat tinggi

KK 8,63 %

Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ber-

beda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan/DMRT. 2..Kriteria Penilaian Sifat Tanah berdasarkan Staf Pusat Penelitian Tanah Bogor (1983) dan

BPP Medan (1982).

Gambar 17. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap K-dd Tanah Media Tanam Gambut Bibit Kelapa Sawit di Polibag

Dari Tabel 19 di atas menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari pemberian

ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan terhadap kadar K-dd tanah pembibi

tan kelapa sawit di polibag, dengan kadar K-dd tertinggi terdapat pada pemberian tanah mine

ral dosis 1,35 kg.polibag-1

(M3) yaitu 5,02 me.100g-1

, meningkat 6,88 kali lipat (M3 vs F1),

dan lebih tinggi 55,78 kali lipat bila dibandingkan dengan analisis tanah awal/TA (M3 vs

TA), berbeda nyata terhadap kedua jenis dan dosis bahan amelioran lainnya (D1-D3 dan F1-

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

0 0.45 0.9 1.35 1.8

K-d

d t

anah

(m

e.10

0g-1

)

Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.polibag-1)

D (Dolomit)

F (Batuan Fosfat)

M (Tanah Mineral)

Universitas Sumatera Utara

Page 110: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

79

F3), demikian pula terhadap sesama tanah mineral dengan dosis yang lebih rendah, masing-

masing dengan dosis 0,45 kg. polibag-1

(M1) dan dosis 0,90 kg.polibag-1

(M2).

Dari Gambar 17 tampak bahwa pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran me

nunjukkan adanya peningkatan kandungan K-dd tanah pembibitan kelapa sawit di polibag

dengan semakin tingginya dosis bahan amelioran yang digunakan (pola hubungan bersifat

berbanding lurus). Jenis bahan amelioran tertinggi untuk kandungan K-dd tanah pada dosis

rendah (0,45 kg.polibag-1

) dimulai dari tanah mineral, diikuti batuan fosfat dan dolomit (M1;

F1 dan D1). Sedang kandungan K-dd tertinggi pada dosis tinggi (1,35 kg.polibag-1

) dimulai

dari tanah mineral, diikuti batuan fosfat dan dolomit (M3; F3 dan D3).

Tisdale, et al, (1993) menjelaskan bahwa tingginya nilai K-dd suatu tanah sangat di

pengaruhi oleh tipe koloid, tingkat pelapukan bahan organik, reaksi/pH tanah, jumlah kation

basa, kejenuhan basa/KB, suhu, dan pemupukan.

5. Kalsium dapat ditukar (me.100 g-1

)

Daftar sidik ragam tanah pembibitan kelapa sawit di polibag terdapat pada Lampiran

56. Rataan kadar Ca-dd tanah media tanam gambut pada pembibitan kelapa sawit dapat di

lihat pada Tabel 20, sedang hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran terhadap Ca-dd

tanah disajikan pada Gambar 18 di bawah ini.

Tabel 20. Hasil analisis Ca-dd tanah (me.100 g-1

) pada pembibitan kelapa sawit akibat jenis

dan dosis bahan amelioran pada media tanam gambut di polibag

Perlakuan bahan amelioran Ca-dd (me.100 g-1

) Kriteria

D1 (0,45 kg dolomit.polibag-1

)

D2 (0,90 kg dolomit.polibag-1

)

D3 (1,35 kg dolomit.polibag-1

)

F1 (0,45 kg batuan fosfat.polibag-1

)

F2 (0,90 kg batuan fosfat.polibag-1

)

F3 (1,35 kg batuan fosfat.polibag-1

)

M1 (0,45 kg tanah mineral.polibag-1

)

M2 (0,90 kg tanah mineral.polibag-1

)

M3 (1,35 kg tanah mineral.polibag-1

)

11,58 cd

12,22 b

13,54 a

10,42 d

12,27 b

14,14 a

6,46 f

6,74 f

7,88 e

Tinggi

Tinggi

Tinggi

Tinggi

Tinggi

Tinggi

Sedang

Sedang

Sedang

KK 5,80 %

Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ber-

beda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan/DMRT.

2. .Kriteria Penilaian Sifat Tanah berdasarkan Staf Pusat Penelitian Tanah Bogor (1983) dan

BPP Medan (1982).

Universitas Sumatera Utara

Page 111: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

80

Gambar 18. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap Ca-dd Tanah Media Tanam Gambut Bibit Kelapa Sawit di Polibag

Dari tabel 20 di atas menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari pemberian

ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan terhadap kadar Ca-dd tanah pembibit

an kelapa sawit di polibag, dengan kadar Ca-dd tertinggi terdapat pada pemberian batuan fos

fat dosis 1,35 kg.polibag-1

(F3) yaitu 14,14 me.100 g-1

, meningkat 2,19 kali lipat (F3 vs M1),

akan tetapi berbeda nyata dengan pemberian dolomit dosis 1,35 kg.polibag-1

(D3), akan tetapi

lebih rendah 0,96 kali lipat (3,55 %) bila dibandingkan dengan analisis tanah awal/TA (F3 vs

TA), berbeda nyata dengan kedua jenis dan dosis bahan amelioran lainnya (D1-D2 dan M1-

M3), demikian pula terhadap sesama batuan fosfat dengan dosis 0,45 kg.polibag-1

dan 0,90

kg.polibag-1

(F1 dan F2).

Dari Gambar 18 tampak bahwa pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran me

nunjukkan adanya peningkatan terhadap kandungan Ca-dd tanah pembibitan kelapa sawit di

polibag dengan semakin tingginya dosis bahan amelioran yang digunakan (pola hubungan ber

sifat berbanding lurus). Jenis bahan amelioran tertinggi untuk kandungan Ca-dd tanah pada

dosis rendah (0,45 kg.polibag-1) dimulai dari dolomit, diikuti batuan fosfat dan tanah mineral

(D1; F1 dan M1). Sedang kandungan Ca-dd tertinggi pada dosis tinggi (1,35 kg. polibag-1

)

dimulai dari batuan fosfat, diikuti dolomit dan tanah mineral (F3; D3 dan M3).

Munawar (2011) melaporkan bahwa tingginya nilai Ca-dd suatu tanah sangat dipenga

ruhi oleh sumber Ca dalam bahan organik (garam Ca-pektat, Ca-oksalat), reaksi/pH-tanah,

nilai KTK, kejenuhan basa/KB dan dominasi kation basa seperti ion K, Ca, Mg dan Na.

6. Magnesium dapat ditukar (me.100 g-1

)

Daftar sidik ragam tanah pembibitan kelapa sawit di polibag terdapat pada Lampi

ran 57. Rataan kadar Mg-dd tanah media tanam gambut pada pembibitan kelapa sawit dapat

5.00

7.00

9.00

11.00

13.00

15.00

0 0.45 0.9 1.35 1.8

Ca

-dd

tan

ah (

me.

100g

-1)

Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.polibag-1)

D (Dolomit)

F (Batuan Fosfat)

M (Tanah Mineral)

Universitas Sumatera Utara

Page 112: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

81

di lihat pada Tabel 21, sedang hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran terhadap Mg-

dd tanah disajikan pada Gambar 19 di bawah ini.

Tabel 21. Hasil analisis Mg-dd tanah (me.100 g-1

) pada pembibitan kelapa sawit akibat jenis

dan dosis bahan amelioran pada media tanam gambut di polibag

Perlakuan bahan amelioran Mg-dd (me.100 g-1

) Kriteria

D1 (0,45 kg dolomit.polibag-1

)

D2 (0,90 kg dolomit.polibag-1

)

D3 (1,35 kg dolomit.polibag-1

)

F1 (0,45 kg batuan fosfat.polibag-1

)

F2 (0,90 kg batuan fosfat.polibag-1

)

F3 (1,35 kg batuan fosfat.polibag-1

)

M1 (0,45 kg tanah mineral.polibag-1

)

M2 (0,90 kg tanah mineral.polibag-1

)

M3 (1,35 kg tanah mineral.polibag-1

)

22,45 d

27,93 b

38,89 a

18,56 e

19,62 e

25,33 c

15,53 f

19,38 e

21,30 d

Sangat tinggi

Sangat tinggi

Sangat tinggi

Sangat tinggi

Sangat tinggi

Sangat tinggi

Sangat tinggi

Sangat tinggi

Sangat tinggi

KK 3,07 %

Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan/DMRT. 2. Kriteria Penilaian Sifat Tanah berdasarkan Staf Pusat Penelitian Tanah Bogor (1983]) dan

BPP Medan (1982).

Gambar 19. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap Mg-dd Tanah Media Tanam Gambut Bibit Kelapa Sawit di Polibag

Dari Tabel 21 di atas menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari pemberian

ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan terhadap kadar Mg-dd tanah pembi

bitan kelapa sawit di polibag, dengan nilai Mg-dd tanah tertinggi terdapat pada pemberian

dolomit dengan dosis 1,35 kg.polibag-1

(D3) yaitu 38,89 me.100 g-1

, meningkat 2,50 kali lipat

(D3 vs M1) dan lebih tinggi 14,40 kali lipat bila dibandingkan dengan analisis tanah awal

(D3 vs TA), berbeda nyata dengan semua reaktan/bahan amelioran lainnya, bila dibanding

kan dengan ketiga jenis dan dosis bahan amelioran lainnya (F1-F3 dan M1-M3), demikian

pula terhadap sesama dosis dolomit lainnya mulai dari dosis 0,45 kg.polibag-1

dan dosis 0,90

kg.polibag-1

(D1 vs D2 dan D3).

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

45.00

0 0.45 0.9 1.35 1.8Mg-

dd

tan

ah (

me.

100g

-1)

Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.polibag-1)

D (Dolomit)

F (Batuan Fosfat)

M (Tanah Mineral)

Universitas Sumatera Utara

Page 113: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

82

Dari Gambar 19 tampak bahwa pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran me

nunjukkan adanya peningkatan terhadap kandungan Mg-dd tanah pembibitan kelapa sawit di

polibag dengan semakin tingginya dosis bahan amelioran yang digunakan (pola hubungan ber

sifat berbanding lurus). Jenis bahan amelioran tertinggi untuk kandungan Mg-dd tanah pada

dosis rendah (0,45 kg.polibag-1

) dimulai dari dolomit, diikuti batuan fosfat dan tanah mineral

(D1; F1 dan M1). Sedang kandungan Mg-dd tanah tertinggi pada dosis tinggi (1,35 kg.poli

bag-1

) dimulai dari dolomit, diikuti batuan fosfat dan tanah mineral (D3; F3 dan M3).

Foth (1984) menjelaskan bahwa ketersediaan Mg-dd tanah sangat dipengaruhi oleh

sumber bahan organik/klorofil daun, reaksi/pH tanah, KTK tanah, kejenuhan basa/KB, jenis

kation basa dan lingkungan (suhu, aerasi dan kelembaban tanah).

7. Kapasitas Tukar Kation (me.100 g-1

)

Daftar sidik ragam tanah pembibitan kelapa sawit di polibag terdapat pada Lampiran

58. Rataan nilai KTK tanah media tanam gambut pada pembibitan kelapa sawit dapat di lihat

pada Tabel 22, sedang hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran terhadap KTK tanah

disajkkan pada Gambar 20 di bawah ini.

Tabel 22. Hasil analisis KTK tanah (me.100 g-1

) pada pembibitan kelapa sawit akibat jenis

dan dosis bahan amelioran pada media tanam gambut di polibag

Perlakuan bahan amelioran KTK tanah (me.100 g-1

) Kriteria

D1 (0,45 kg dolomit.polibag-1

)

D2 (0,90 kg dolomit.polibag-1

)

D3 (1,35 kg dolomit.polibag-1

)

F1 (0,45 kg batuan fosfat.polibag-1

)

F2 (0,90 kg batuan fosfat.polibag-1

)

F3 (1,35 kg batuan fosfat.polibag-1

)

M1 (0,45 kg tanah mineral.polibag-1

)

M2 (0,90 kg tanah mineral.polibag-1

)

M3 (1,35 kg tanah mineral.polibag-1

)

30,38 d

33,42 c

36,25 a

29,57 d

33,25 c

34,95 b

24,52 e

29,43 d

34,18 bc

Tinggi

Tinggi

Tinggi

Tinggi

Tinggi

Tinggi

Sedang

Tinggi

Tinggi

KK 1,89 %

Keterangan : 1.Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan/DMRT.

2.Kriteria Penilaian Sifat Tanah berdasarkan Staf Pusat Penelitian Tanah Bogor (1983) dan

BPP Medan (1982)

Universitas Sumatera Utara

Page 114: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

83

.

Gambar 20. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap KTK Tanah Media Tanam Gambut Bibit Kelapa Sawit di Polibag

Dari Tabel 22 di atas menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari pemberian

ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan terhadap kandungan KTK tanah ter

tinggi terdapat pada pemberian dolomit dosis 1,35 kg.polibag-1

(D3) yaitu 36,25 me.100 g-1 ,

meningkat 1,48 kali lipat (D3 vs M1), namun lebih rendah/menurun 76,66 % bila dibanding

kan dengan analisis tanah awal/TA (A3 vs TA), berbeda nyata dengan kedua jenis dan dosis

bahan amelioran lainnya (F1-F3 dan M1-M3), demikian pula terhadap sesama dolomit deng

an dosis 0,45 kg.polibag-1

(D1) dan dosis 0,90 kg.polibag-1

(D2).

Dari Gambar 20 tampak bahwa pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran me

nunjukkan adanya peningkatan kandungan KTK tanah pembibitan kelapa sawit di polibag de

ngan semakin tingginya dosis bahan amelioran yang digunakan (pola hubungan bersifat ber

banding lurus). Jenis bahan amelioran tertinggi untuk kandungan KTK tanah pada dosis ren

dah (0,45 kg.polibag-1

) dimulai dari dolomit, diikuti batuan fosfat dan tanah mineral (D1; F1

dan M1). Demikina pula untuk kandungan KTK tanah tertinggi pada dosis tinggi (1,35 kg.

polibag-1

) dimulai dari dolomit, diikuti batuan fosfat dan tanah mineral (D3; F3 dan M3).

Nurhidayati (2017) menjelaskan bahwa tingginya nilai KTK suatu tanah sangat di

pengaruhi oleh jenis kation basa, kejenuhan basa/KB, kandungan bahan organik dan lingku

ngan proses dekomposisi bahan organik seperti suhu, kelembaban, dan pH tanah.

Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian ketiga jenis dan dosis

bahan amelioran (dolomit, batuan fosfat dan tanah mineral) dapat memperbaiki sifat kimia

media tanam gambut meliputi pH-tanah, N-total, P-tersedia, KTK dan kation basa K-dd, Ca-

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

0 0.45 0.9 1.35 1.8

KTK

tan

ah (

me.

100g

-1)

Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.polibag-1)

D (Dolomit)

F (Batuan Fosfat)

M (Tanah Mineral)

Universitas Sumatera Utara

Page 115: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

84

dd dan Mg-dd. Hasil analisis tanah tertinggi untuk pengamatan pH-tanah terdapat pada pem

berian dolomit dosis 0,45-0,90 kg polibag-1

(D2 dan D3) yaitu 6,67 dan 6,75; N total tanah

terdapat pada pemberian batuan fosfat dosis 0,45 kg.polibag-1

(F1) yaitu 0,82 % N, P-tersedia

tertinggi terdapat pada pemberian batuan fosfat untuk semua dosis 0,90 kg polibag-1

(F2),

yaitu 111,45 ppm; sedang untuk kation basa Ca-dd., Mg-dd dan KTK tertinggi terdapat pada

pemberian dolomit dosis 1,35 kg.polibag-1

(D3) yaitu 13,54 me.100 g-1

Ca dan 36,25 me.100

g-1

KTK; sedang untuk K-dd tertingi terdapat pada pemberian tanah mineral dosis 1,35 kg

polibag-1

(M3) yaitu 5,02 me.100 g-1

K.

A.. Kajian Kadar Hara Daun Bibit Kelapa Sawit di Pembibitan Utama

1 . Kadar Hara N (%)

Daftar sidik ragam kadar hara N daun bibit kelapa sawit pada media tanam gambut di

polibag terdapat pada Lampiran 59. Rataan kadar hara N daun bibit kelapa sawit umur 16

BST disajikan pada Tabel 23, sedang hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran terha

dap kadar hara N dapat di lihat pada Gambar 21 di bawah ini.

Tabel 23. Hasil analisis kadar hara N (%) daun bibit kelapa sawit akibat perlakuan jenis dan

dosis bahan amelioran pada media tanam gambut di polibag.

Perlakuan bahan amelioran Kadar hara N (%) Kondisi hara dalam daun

D1 (0,45 kg dolomit.polibag-1

)

D2 (0,90 kg dolomit.polibag-1

)

D3 (1,35 kg dolomit.polibag-1

)

F1 (0,45 kg batuan fosfat.polibag-1

)

F2 (0,90 kg batuan fosfat.polibag-1

)

F3 (1,35 kg batuan fosfat.polibag-1

)

M1 (0,45 kg tanah mineral.polibag-1

)

M2 (0,90 kg tanah mineral.polibag-1

)

M3 (1,35 kg tanah mineral.polibag-1

)

1,98 b

2,31 a

2,54 a

2,33 a

2,54 a

2,58 a

2,48 a

2,58 a

2,56 a

Defisiensi

Defisiensi

Optimal

Defisiensi

Optimal

Optimal

Defisiensi

Optimal

Optimal

KK 6,48 %

Keterangan : 1 .Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan/DMRT.

2...Kriteria Penilaian Kadar Hara Kelapa Sawit Umur ˂6 tahun oleh Von Uexkull dan

Fairhurst (1991).

Universitas Sumatera Utara

Page 116: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

85

Gambar 21. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap Kadar Hara N Daun Bibit Kelapa Sawit di Polibag

Dari Tabel 23 di atas menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari pemberian

ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan terhadap kadar N daun bibit kelapa

sawit di polibag, dengan nilai tertinggi terdapat pada pemberian batuan fosfat dosis tinggi

1,35 kg.polibag-1

(F3) dan pemberian tanah mineral dosis sedang 0,90 kg.polibag-1

(M2) yaitu

2,58 % N, meningkat 1,30 kali lipat bila dibandingkan dengan pemberian dolomit dosis ren

dah 0,45 kg.polibag-1

(F3 dan M2 vs D1), akan tetapi tidak berbeda nyata bila dibandingkan

dengan semua kombinasi jenis dan dosis bahan amelioran lainnya (D2-D3; F1-F2 dan M1-

M3).

Dari Gambar 21 tampak bahwa pemberian dolomit dosis rendah (0,45 kg.polibag-1

/D1) menunjukkan adanya peningkatan terhadap kadar N daun bibit kelapa sawit di polibag

dengan semakin tingginya dosis bahan amelioran yang diberikan, dimulai dari tanah mineral,

diikuti batuan fosfat dan dolomit (M1; F1 dan D1), sedang untuk kadar N daun tertinggi pada

dosis tinggi (1,35 kg.polibag-1

) dimulai dari batuan fosfat dan dolomit, sedang tanah mineral

tampak cenderung menurun, meski berada pada posisi teratas.

Rendahnya kadar N daun bibit kelapa sawit di polibag pada pemberian dolomit dosis

rendah 0,45 kg.polibag-1

(D1) karena ketersediaan hara N tanah tergolong rendah (Tabel 22),

meski N total tanah gambut tergolong sangat tinggi, namun C/N-nya tergolong tinggi (Lampi

ran-1), akan tetapi kadar N tanah pada pembibitan kelapa sawit meningkat menjadi lebih

tinggi. Hal ini diduga karena adanya pemberian pupuk dasar multihara (15:15:6:4) dan (12:

12:17:2) serta keiserit yang rutin diberikan dua kali dalam setiap bulan, sehingga ada penam

bahan hara N kedalam tanah dan tanaman.

Bila dibandingkan jumlah kadar hara N daun bibit kelapa sawit dengan perlakuan

pemberian dolomit dosis rendah 0,45 kg.polibag-1

(D1) yaitu 1,98 % N dengan konsentrasi ha

1.50

1.70

1.90

2.10

2.30

2.50

2.70

0 0.45 0.9 1.35 1.8

Kad

ar N

dau

n (

%)

Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.polibag-1)

D (Dolomit)

F (Batuan Fosfat)

M (Tanah Mineral)

Universitas Sumatera Utara

Page 117: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

86

ra dalam daun kelapa sawit umur ˂6 tahun yang dikemukakan oleh Fairhurst (1991) yaitu

˂2,5% N, maka pertumbuhan bibit kelapa sawit yang ditanam di polibag dikategorikan ber

ada dalam kondisi defisiensi N, akan tetapi untuk perlakuan pemberian jenis dan dosis bahan

amelioran yang lebih tinggi, masing-masing pada perlakuan pemberian dolomit dosis 1,35 kg.

polibag-1

(D3), pemberian batuan fosfat dosis 0,90 kg.polibag-1

dan 1,35 kg.polibag-1

(F2-F3)

dan pemberian tanah mineral dengan dosis 0,90 kg.polibag-1

dan 1,35 kg.polibag-1

(M2M3)

kadar hara N pada daun umumnya ˃2,5% N yang berarti kondisi tanaman tidak mengalami

defisiensi N (normal/optimal).

Fairhurst (1991) menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara status hara dalam

daun kelapa sawit umur ˂6 tahun dengan kondisi pertumbuhan tanaman. Bila N dalam daun

kelapa sawit mengandung ˂2,5 % N, tanaman berada dalam kondisi kahad/defisiensi hara N.

Bila mengandung 2,6-2,9% N, tanaman berada dalam kondisi pertumbuhan optimal/normal,

sedang bila ˃3,1% N, maka tanaman berada dalam kondisi ekses/berlebihan.

2 . Kadar Hara P (%)

Daftar sidik ragam kadar hara P daun bibit kelapa sawit pada media tanam gambut di

polibag terdapat pada Lampiran 60. Rataan kadar hara P daun bibit kelapa sawit umur 16

BST disajikan pada Tabel 24, sedang hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran terha

dap kadar hara P dapat di lihat pada Gambar 22 di bawah ini.

Tabel 24. Hasil Analisis Kadar Hara P (%) daun bibit kelapa sawit akibat perlakuan jenis

dan dosis bahan amelioran pada media tanam gambut di polibag

. Perlakuan bahan amelioran Kadar hara P (%) Kondisi hara dalam daun

D1 (0,45 kg dolomit.polibag-1

)

D2 (0,90 kg dolomit.polibag-1

)

D3 (1,35 kg dolomit.polibag-1

)

F1 (0,45 kg batuan fosfat.polibag-1

)

F2 (0,90 kg batuan fosfat.polibag-1

)

F3 (1,35 kg batuan fosfat.polibag-1

)

M1 (0,45 kg tanah mineral.polibag-1

)

M2 (0,90 kg tanah mineral.polibag-1

)

M3 (1,35 kg tanah mineral.polibag-1

)

0,17 a

0,18 a

0,51 a

0,21 a

0,22 a

0,25 a

0,19 a

0,22 a

0,20 a

Optimal

Optimal

Berlebihan

Optimal

Optimal

Optimal

Optimal

Optimal

Optimal

KK 7,32 %

Keterangan : 1.Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ber

beda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan/DMRT

2.Kriteria Penilaian Kadar Hara Kelapa Sawit Umur˂6 tahun oleh Von Uexkull dan Fairhurst

(1991).

Universitas Sumatera Utara

Page 118: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

87

Gambar 22. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap Kadar Hara P Daun Bibit Kelapa Sawit di Polibag

Dari Tabel 24 dan Gambar 22 diatas tampak bahwa pemberian ketiga jenis dan dosis

bahan amelioran yang digunakan (dolomit, batuan fosfat dan tanah mineral) terhadap kadar P

daun bibit kelapa sawit di polibag tidak/belum menunjukkan adanya pengaruh yang nyata,

akan tetapi bila di lihat secara umum rataan kadar hara P pada daun kelapa sawit di polibag

dari terendah sampai tertinggi yaitu 0,17 % P (D1) dan 0,51 % P (D3) bila dibandingkan

dengan konsentrasi hara dalam daun kelapa sawit umur ˂6 tahun [˂0,15% P, artinya kadar P

daun berada pada kondisi kahad] diperoleh informasi bahwa kondisi bibit kelapa sawit di

pembibitan berada dalam kondisi optimal/normal (berada pada kisaran 0,16-0,19% P).

Dengan perkataan lain bahwa pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang

digunakan dapat memberikan pertumbuhan bibit kelapa sawit di polibag secara optimal. Hal

ini didukung dari perolehan nilai P-tersedia tanah inkubasi yang tergolong sedang sampai

sangat tinggi (Tabel 8), kecuali pada pemberian dolomit dosis rendah 0,45 kg.polibag-1

(D1)

dan P-tersedia tanah setelah selesai pelaksanaan pembibitan di pembibitan, dimana P-tersedia

tergolong sangat tinggi (Tabel 17).

Fairhurst (1991) melaporkan bahwa terdapat korelasi antara status hara dalam daun

kelapa sawit umur ˂6 tahun dengan kondisi pertumbuhan tanaman. Bila P dalam daun kelapa

sawit mengandung ˂0,15% P, tanaman berada dalam kondisi defisiensi, bila mengandung

0,16-0,19% P tanaman berada dalam kondisi pertumbuhan optimal/normal, sedang bila meng

andung ˃3,1% P status P dalam tanaman berada dalam kondisi berlebihan.

3 . Kadar Hara K (%)

Daftar sidik ragam kadar hara K daun bibit kelapa sawit pada media tanam gambut di

polibag terdapat pada Lampiran 61. Rataan kadar hara K daun bibit kelapa sawit umur 16

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

0 0.45 0.9 1.35 1.8

Kad

ar P

dau

n (

%)

Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.polibag-1)

D (Dolomit)

F (Batuan Fosfat)

M (Tanah Mineral)

Universitas Sumatera Utara

Page 119: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

88

BST disajikan pada Tabel 25, sedang hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran terha

dap kadar hara K dapat di lihat pada Gambar 23 di bawah ini

Tabel 25. Hasil analisis kadar hara K (%) daun bibit kelapa sawit akibat perlakuan jenis dan

dosis bahan amelioran pada media tanam gambut di polibag.

Perlakuan bahan amelioran Kadar hara K (%) Kondisi hara dalam daun

D1 (0,45 kg dolomit.polibag-1

)

D2 (0,90 kg dolomit.polibag-1

)

D3 (1,35 kg dolomit.polibag-1

)

F1 (0,45 kg batuan fosfat.polibag-1

)

F2 (0,90 kg batuan fosfat.polibag-1

)

F3 (1,35 kg batuan fosfat.polibag-1

)

M1 (0,45 kg tanah mineral.polibag-1

)

M2 (0,90 kg tanah mineral.polibag-1

)

M3 (1,35 kg tanah mineral.polibag-1

)

1,60 e

1,69 de

1,78 cd

1,63 e

1,76 cd

1,96 ab

1,69 de

1,86 bc

2,00 a

Optimal

Optimal

Optimal

Optimal

Optimal

Berlebihan

Optimal

Optimal

Berlebihan

KK 3,26 %

Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan/DMRT.

2.. Kriteria Penilaian Kadar Hara Kelapa Sawit Umur˂6 tahun oleh Von Uexkull dan Fairhurst

(1991).

Gambar 23. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap

Kadar Hara K Daun Bibit Kelapa Sawit di Polibag

Dari Tabel 25 di atas menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari pemberian

ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan (dolomit, batuan fosfat dan tanah

mineral) terhadap kadar K daun bibit kelapa sawit di polibag, dengan kadar K daun tertinggi

terdapat pada pemberian tanah mineral dosis tinggi 1,35 kg.polibag-1

(M3) yaitu 2,00 %, me

ningkat rataan 1,24 kali lipat (M3 vs D1 dan F1), akan tetapi tidak berbeda nyata dengan pem

berian batuan fosfat dosis tinggi 1,35 kg.polibag-1

(F3).

Dari Gambar 23 tampak bahwa pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran me

nunjukkan adanya peningkatan kadar K daun bibit kelapa sawit di polibag dengan semakin

1.40

1.50

1.60

1.70

1.80

1.90

2.00

2.10

0 0.45 0.9 1.35 1.8

Kad

ar K

dau

n(%

)

Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.polibag-1)

D (Dolomit)

F (Batuan Fosfat)

M (Tanah Mineral)

Universitas Sumatera Utara

Page 120: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

89

tingginya dosis bahan amelioran yang digunakan (pola korelasi bersifat positif). Jenis ba han

amelioran tertinggi untuk kadar K daun pada dosis rendah 0,45 kg.polibag-1

dimulai dari

tanah mineral, diikuti batuan fosfat dan dolomit (M1; F1 dan D1), demikian pula untuk kadar

K daun tertinggi pada dosis tinggi 1,35 kg.polibag-1

polanya sama, dimulai dari tanah mine

ral, diikuti batuan fosfat dan dolomit (M3; F3 dan D3).

Tingginya kadar hara K daun bibit kelapa sawit pada pemberian tanah mineral dosis

tinggi 1,35 kg.polibag-1

(M3) diduga karena pada perlakuan ini mendapat tambahan hara K

yang berasal dari pupuk dasar multihara NPKMg formulasi (15:15:6:4) dan (12:12:17:2) serta

pupuk kieseri (sumber Mg dan S). Selain itu tanah mineral juga diprediksi mengandung hara

K (Lampiran-2) dan mineral K bentuk tidak larut yang apabila bereaksi dengan asam-asam

organik yang berasal dari tanah gambut dapat menghasilkan ion hara K yang dapat diserap

oleh akar tanaman.

Umumnya rataan kadar K daun pada bibit kelapa sawit di polibag dari jenis dan

dosis bahan amelioran yang digunakan, mulai dosis rendah 0,45 kg.polibag-1

(D1, F1 dan

M1) sampai dosis tinggi 1,35 kg.polibag-1

yaitu 1,78 % K (D3), berada dalam kondisi optimal

/normal, sedang 1,96% K (F3) dan 2,00% K (M3), kadar K daun berada dalam kondisi

berlebihan/ekses.

Fairhurst (1991) melaporkan bahwa terdapat hubungan antara kadar hara daun kela

pa sawit umur ˂6 tahun dengan kondisi pertumbuhan tanaman. Bila kadar K daun mengan

dung ˂1,00 % K, tanaman berada dalam kondisi kahad/defisiensi hara K, bila mengandung

1,00-1,30 % K tanaman berada dalam kondisi optimal/normal, sedang bila mengandung ˃

1,80 % K, tanaman berada dalam kondisi berlebihan/ekses.

4 . Kadar Hara Ca (%)

Daftar sidik ragam kadar hara Ca daun bibit kelapa sawit pada media tanam gambut di

polibag terdapat pada Lampiran 62. Rataan kadar hara Ca daun bibit kelapa sawit umur 16

BST disajikan pada Tabel 26, sedang hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran terha

dap kadar hara Ca dapat di lihat pada Gambar 24 di bawah ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 121: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

90

Tabel 26. Hasil analisis kadar hara Ca (%) daun bibit kelapa sawit akibat perlakuan jenis

dan dosis bahan amelioran pada media tanam gambut di polibag.

Perlakuan bahan amelioran Kadar hara Ca (%) ` Kondisi hara dalam daun

D1 (0,45 kg dolomit.polibag-1

)

D2 (0,90 kg dolomit.polibag-1

)

D3 (1,35 kg dolomit.polibag-1

)

F1 (0,45 kg batuan fosfat.polibag-1

)

F2 (0,90 kg batuan fosfat.polibag-1

)

F3 (1,35 kg batuan fosfat.polibag-1

)

M1 (0,45kg tanah mineral.polibag-1

)

M2 (0,90kg tanah mineral.polibag-1)

M3 (1,35kg tanah mineral.polibag-1)

0,28 ab

0,27 abc

0,30 a

0,20 c

0,28 ab

0,30 a

0,22 bc

0,24 abc

0,24 abc

Defisiensi

Defisiensi

Defisiensi

Defisiensi

Defisiensi

Defisiensi

Defisiensi

Defisiensi

Defisiensi

KK 13,31 %

Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan/DMRT.

2. Kriteria Penilaian Kadar Hara Kelapa Sawit Umur˂6 tahun oleh Von Uexkull dan Fairhurst

(1991).

Gambar 24. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap Kadar Hara Ca Daun Bibit Kelapa Sawit di Polibag

Dari Tabel 26 di atas menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari pemberian

ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan (dolomit, batuan fosfat dan tanah

mineral) terhadap kadar Ca daun bibit kelapa sawit di polibag, dengan nilai tertinggi terdapat

pada pemberian dolomit dan batuan fosfat dosis tinggi 1,35 kg.polibag-1

(D3 dan F3) yaitu

0,30 % Ca, meningkat 1,50 kali lipat, lebih tinggi 50 % bila dibandingkan dengan pemberian

batuan fosfat dosis rendah (0,45 kg.polibag-1

/F1) [D3/F3 vs F1], tidak berbeda nyata dengan

pemberian dolomit (dosis rendah dan sedang); batuan fosfat (dosis sedang) dan tanah mineral

(dosis sedang dan tinggi) [ D3/F3 vs D1-D2; F2; dan M2-M3].

Dari Gambar 24 tampak bahwa pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran me

nunjukkan adanya peningkatan terhadap kadar Ca daun bibit kelapa sawit di polibag dengan

semakin tingginya dosis bahan amelioran yang digunakan (pola korelasi bersifat positif).

0.15

0.17

0.19

0.21

0.23

0.25

0.27

0.29

0.31

0 0.45 0.9 1.35 1.8

Kad

ar C

a d

aun

(%

)

Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.polibag-1)

D (Dolomit)

F (Batuan Fosfat)

M (Tanah Mineral)

Universitas Sumatera Utara

Page 122: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

91

Jenis bahan amelioran tertinggi untuk kadar Ca daun pada dosis rendah (0,45 kg.polibag-1

) di

mulai dari dolomit, diikuti tanah mineral dan batuan fosfat (D1; M1 dan F1), sedang untuk

kadar Ca daun tertinggi pada dosis tinggi 1,35 kg.polibag-1

dimulai dari batuan fosfat, diikuti

dolomit dan tanah mineral (F3; D3 dan M3).

Meski kadar Ca daun bibit kelapa sawit di polibag akibat pemberian dolomit dan batu

an fosfat dosis tinggi 1,35 kg.polibag-1

(D3 dan F3) yaitu 0,30 % Ca tergolong tertinggi kadar

nya bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya, namun statusnya untuk mendukung pertum

buhan tanaman tergolong kahad/kekurangan. Hal ini diduga karena Ca termasuk kelompok

hara imobil dalam tanaman, sehingga sukar berpindah dari jaringan/daun tua yang terletak di

pelepah bagian bawah kanopi ke jaringan/daun lebih muda pada pelepah keempat dibagian

atas tanaman dimana daun sampel untuk analisis daun diambil. Faktor lainnya diduga Ca

yang terdapat dalam tanah yang berasal dari bahan amelioran, sebagian terikat kembali de

ngan ion ortofosfat (H2PO4-1

dan HPO4-2

) membentuk persenyawaan sukar larut atau mem

bentuk kelat dengan asam-asam organik berupa Ca-humat.

Fairhurst (1991) melaporkan bahwa terdapat hubungan antara status hara dalam daun

bibit kelapa sawit umur ˂6 tahun dengan kondisi pertumbuhan tanaman. Bila konsentrasi Ca

dalam daun kelapa sawit mengandung ˂0,30 % Ca tanaman berada dalam kondisi kahad/keku

rangan hara. Bila mengandung 0,50-0,75 % Ca tanaman berada dalam kondisi optimal/nor

mal, sedang bila mengandung ˃1,00% Ca tanaman berada dalam kondisi berlebihan/ekses.

5 . Kadar Hara Mg (%)

Daftar sidik ragam kadar hara Mg daun bibit kelapa sawit pada media tanam gambut

di polibag terdapat pada Lampiran 63. Rataan kadar hara Mg daun bibit kelapa sawit umur 16

BST disajikan pada Tabel 27, sedang hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran terha

dap kadar hara Mg dapat di lihat pada Gambar 25 di bawah ini.

Tabel 27. Hasil analisis kadar hara Mg (%) daun bibit kelapa sawit akibat perlakuan jenis

dan dosis bahan amelioran pada media tanam gambut di polibag.

Perlakuan bahan amelioran Kadar hara Mg (%) Kondisi hara dalam daun

D1 (0,45 kg dolomit.polibag-1

)

D2 (0,90 kg dolomit.polibag-1

)

D3 (1,35 kg dolomit.polibag-1

)

F1 (0,45 kg batuan fosfat.polibag-1

)

F2 (0,90 kg batuan fosfat.polibag-1

)

F3 (1,35 kg batuan fosfat.polibag-1

)

M1 (0,45 kg tanah mineral.polibag-1

)

M2 (0,90 kg tanah mineral.polibag-1

)

M3 (1,35 kg tanah mineral.polibag-1)

0,27 c

0,28 c

0,32 c

0,20 c

0,23 c

0,25 c

0,26 c

1,28 b

1,98 a

Defisiensi

Defisiensi

Optimal

Defisiensi

Defisiensi

Defisiensi

Defisiensi

Berlebihan

Berlebihan

KK 13,15 %

Universitas Sumatera Utara

Page 123: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

92

Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan/DMRT.

2. Kriteria Penilaian Kadar Hara Daun Kelapa Sawit Umur˂6 tahun oleh Von Uexkull dan

Fairhurst (1991).

Gambar 25. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap

Kadar Hara Mg Daun Bibit Kelapa Sawit di Polibag

Dari Tabel 27 di atas menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari pemberian

ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan (dolomit, batuan fosfat dan tanah

mineral) terhadap kadar Mg daun bibit kelapa sawit di polibag dengan nilai tertinggi terdapat

pada pemberian tanah mineral dosis tinggi (1,35 kg.polibag-1

/M3) yaitu 1,98 %, meningkat

9,90 kali lipat bila dibandingkan dengan pemberian dolomit dosis rendah (0,45 kg.polibag-1

/

F1) [M3 vs F1], berbeda nyata dengan semua jenis dan dosis bahan amelioran lainnya (M3 vs

M1-M2; F1-F3 dan D1-D3).

Dari Gambar 25 tampak bahwa pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran me

nunjukkan adanya peningkatan kadar Mg daun binit kelapa sawit di polibag dengan semakin

tingginya dosis bahan aamelioran yang digunakan (pola korelasi bersifat positif). Jenis bahan

amelioran tertinggi untuk kadar Mg daun pada dosis rendah 0,45 kg.polibag-1

dimulai dari ba

tuan fosfat, diikuti tanah mineral dan dolomit (F1; M1 dan D1), sedang kadar Mg daun

tertinggi pada dosis tinggi 1,35 kg.polibag-1

dimulai dari tanah mineral, diikuti dolomit dan

batuna fosfat (M3; D3 dan F3).

Secara umum dari tabel di atas juga menunjukkan bahwa kedua jenis dan dosis ba

han amelioran lainnya (dolomit dan batuan fosfat), mulai dari dosis rendah sampai tinggi

(D1-D3 dan F1-F3) tidak menunjukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap kadar hara Mg

daun bibit kelapa sawit di polibag, meski secara visual/matematik terjadi peningkatan kadar

Mg daun dengan semakin tingginya dosis dari kedua bahan amelioran yang diberikan.

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

0 0.45 0.9 1.35 1.8

Kad

ar M

g d

aun

(%

)

Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.polibag-1)

D (Dolomit)

F (Batuan Fosfat)

M (Tanah Mineral)

Universitas Sumatera Utara

Page 124: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

93

Dari tabel di atas juga dapat diketahui bahwa pemberian dolomit dosis tinggi 1,35 kg.

polibag-1

(D3) diperoleh kadar Mg 0,32 % (tergolong optimal), demikian pula pada pembe

rain tanah mineral dosis tinggi 1,35 kg.poli bag-1

(M3) diperoleh kadar Mg 1,98 % (tergolong

berlebihan) dalam mendukung pertumbuhan tanaman berdasarkan kriteria kadar hara daun

kelapa sawit umur ˂ 6 tahaun. Namun pada pemberian batuan fosfat dosis tinggi 1,35 kg.poli

bag-1

(F3) diperoleh kadar Mg 0,25 % (tergolong kahad/kekurangan). Rendahnya kadar Mg

daun pada perlakuan pemberian batuan fosfat diduga karena tingginya kadar Ca yang berasal

dari batuan fosfat, dapat menghambat serapan Mg oleh akar tanaman, disebabkan pengaruh

antagonisme hara. Faktor lainnya disebabkan Mg tanah dapat membentuk kelat membentuk

persenyawaan makro molekul yang sulit diserap oleh akar tanaman.

Menurut Fairhurst (1991) bila daun kelapa sawit mengandung ˂0,20 % Mg tanaman

berada dalam kondisi kahad/defisiensi hara. Bila mengandung 0,30-0,45 % Mg tanaman bera

da dalam kondisi normal/optimal, sedang bila mengandung ˃0,70% Mg, tanaman berada

dalam kondisi berlebihan/ekses.

Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian ketiga jenis dan dosis ba

han amelioran (dolomit, batuan fosfat dan tanah mineral) pada media tanam gambut menun

jukkan adanya peningkatan terhadap kadar hara N, K, Ca dan Mg daun bibit kelapa sawit,

kecuali kadar P. Kadar hara K dan Mg tertinggi terdapat pada pemberian tanah mineral dosis

1,35 kg.polibag-1

(M3) yaitu 2,00 me.100 g-1

K dan 1,98 me.100 g-1

Mg; kadar hara Ca ter

tinggi pada pemberian dolomit dan batuan fosfat dosis 1,35 kg.polibag-1

(D3 dan F3) yaitu

0,30 me.100 g-1

Ca akan tetapi tidak berbeda nyata dengan pemberain dolomit dosis 0,45-

0,90 kg polibag-1

(D1 dan D2); sementara untuk kadar hara N tertinggi merata diperoleh di

semua jenis dan dosis bahan amelioran, kecuali pada pemberian dolomit dosis 0,45 kg poli

bag-1

(D1).

Penelitian III

Ameliorasi dan Pumupukan pada Lahan Gambut Terhadap Pertumbuhan dan

Produksi Kelapa Sawit

A.. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kelapa Sawit di Lahan Gambut

1.. Panjang Pelepah (m)

Universitas Sumatera Utara

Page 125: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

94

Daftar sidik ragam pengamatan panjang pelepah kelapa sawit menghasilkan dapat di

lihat pada Lampiran 64-75. Sedang rataan panjang pelepah kelapa sawit umur 14 tahun di

lahan gambut ditampilkan pada Tabel 28 dan 29 di bawah ini.

Dari Tabel 28 dan 29 menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari perlakuan

pemberian paket pemupukan dan pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran (dolomit;

batuan fosfat dan tanah mineral) yang digunakan, baik secara mandiri (P) atau (A) maupun

interaksinya (P/A) untuk pengamatan bulan Mei, Juni, Juli 2015 dan bulan Februari 2016,

sedang untuk interak sinya tidak berpengaruh.

Ada pengaruh yang nyata dari pemberian paket pemupukan PPKS dosis 6,25 kg.phn-

1thn

-1 (1,50 kg urea+1,50 kg TSP+2,00 kg MoP+1,25 kg kieserit.phn

-1thn

-1) disertai dengan

pemberian tanah mineral dengan dosis 14 kg.phn-1

(2 ton.ha-1

) [P1M1] yaitu 5,40 m untuk

pengamatan bulan Juni 2015, dengan batuan fosfat dosis 42 kg.phn-1

(6 ton.ha-1

) [P1F2] yaitu

5,50 m untuk bulan Juli 2015 dan paket pemupukan kebun PTG dengan dosis 5,60 kg.phn-

1thn

-1 (1,50 kg urea+1,25 kg TSP+2,00 kg MoP+0,75 kg kieserit+0,05 kg Cu-sulfat+0,05 kg

Zn-sulfat) disertai dengan pemberian tanah mineral dosis 42 kg.phn-1

(6 ton.ha-1

) [P3M2] yai

tu 5,33 m untuk penga matan bulan Mei 2015.

Secara umum bila di lihat pola penyebaran respon tertinggi dari panjang pelepah kela

pa sawit menghasilkan umur 14 tahun di lahan gambut akibat pemberian paket pemupukan

dengan ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan terdapat pada bulan Febru ari

2016 yaitu pada paket pemupukan PPKS dengan dosis 6,25 kg.phn-1

(1,50 kg urea+1,50 kg

TSP+2,00 kg MoP+1,25 kg kieserit) disertai tanah mineral dengan dosis 28 kg.phn-1

(4

ton.ha-1

) [P1M2] yaitu 5,73 m, meningkat 1,07 kali lipat (P1M2 vs P3D1). Namun apabila di

bandingkan dengan deskripsi panjang pelepah varietas D x P Marihat terdapat penurunan

sebesar 0,94 kali lipat. Hal ini diduga karena kondisi keragaman bahan tanaman yang tumbuh

di lapangan, akibat adanya tanaman sisipan, sehingga berbeda umurnya, serta dugaan lain pa

da saat pembukaan lahan, pihak pemilik kebun menggunakan bahan tanaman sembarang

yang tidak jelas asal usul tetua dari induknya. Menurut Sipayung dan Liwang (2011) bahan

tanaman varietas D x P Marihat hasil persilangan memiliki panjang pelepah 6,12 m.

Tingginya hasil rataan panjang pelepah kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun di

lahan gambut pada pengamatan bulan Februari 2016 akibat pemberian paket pemupukan

PPKS dosis 6,25 kg.phn-1

(1,50 kg urea+1,50 kg TSP+2,00 kg MoP+1,25 kg kieserit) disertai

dengan pemberian tanah mineral dengan dosis 28 kg.phn-1

(4 ton.ha-1

thn-1

) [P1M2] karena

pada kombinasi kedua perlakuan tersebut terdapat konsenrrasi ion hara esensial yang optimal

Universitas Sumatera Utara

Page 126: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

95

dalam mendukung pertumbuhan panjang pelepah. Diperkirakan terdapat sejumlah unsur hara

dalam larutan tanah yang seimbang pada tanah tersebut, akibat adanya sumbangan unsur ha

ra, baik berasal dari paket pemupukan PPKS yaitu 6,25 kg.phn-1

.ha-1

thn-1

(1,50 kg urea+1,50

kg TSP+2,00 kg MoP+1,25 kg kieserit) maupun yang berasal dari tanah mineral, berupa kati

on basa (K, Ca dan Mg) dan kation polivalen/unsur mikro (Fe, Zn, Cu dan Mn).

Hartatik (2012) menyatakan bahwa pemberian tanah mineral pada tanah gambut dapat

meningkatkan ikatan kation dan anion, sehingga konservasi unsur hara yang berasal dari pu

puk menjadi lebih baik. Distribusi bentuk-bentuk ikatan (terlarut, dapat tukar dan residual/

persenyawaan tidak larut) dari kation Fe yang tererap berperan dalam menentukan efekti vitas

asam fenolat.

Universitas Sumatera Utara

Page 127: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

96

Tabel 28. Rataan Panjang Pelepah (m) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Akibat Pemberian Paket Pemupukan dan Perlakuan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran di Lahan

Gambut (Enam bulan pertama Mei 2015 s/d Oktober 2015)

Paket Pemupukan

Jenis dan dosis bahan amelioran (kg.phn-1

)

D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Rataan P

P1 Mei 2015 5,20 a-d 5,13 cd 5,20 a-d 5,20 a-d 5,27 ab 5,20 a-d 5,23 cd 5,13 a-d 5,20 cd 5,20 Juni 5,23 b-e 5,13 de 5,17 cde 5,20 cde 5,27 a-d 5,20 cde 5,40 a 5,23 b-e 5,13 de 5,18 Juli 5,27 bcd 5,17 cd 5,23 bcd 5,23 bcd 5,30 bcd 5,50 a 5,27 bcd 5,17 cd 5,23 bcd 5,26 Agustus 5,27 4,50 5,30 5,40 5,20 5,37 5,33 5,20 5,23 5,20 September 5,27 5,23 5,37 5,37 5,23 5,37 5,37 5,23 5,27 5,30 b Oktober 5,30 5,27 5,40 5,37 5,30 5,50 5,40 5,27 5,27 5,34

P2 Mei 2015 5,13 cd 5,23 c-d 5,13 cd 5,17 bcd 5,17 bcd 5,20 a-d 5,20 a-d 5,20 a-d 5,27 ab 5,19 Juni 5,13 de 5,20 de 5,13 de 5,13 de 5,13 de 5,20 cde 5,27 a-d 5,23 b-e 5,20 cde 5,18 Juli 5,23 bcd 5,13 d 5,17 cd 5,13 d 5,18 bcd 5,23 bcd 5,37 ab 5,23 bcd 5,20 bcd 5,21 Agustus 5,30 5,20 5,23 5,17 5,22 5,20 5,33 5,30 5,23 5,24 September 5,30 5,20 5,27 5,27 5,27 5,37 5,37 5,33 5,30 5,30 b Oktober 5,33 5,23 5,33 5,40 5,27 5,33 5,40 5,43 5,30 5,34

P3 Mei 2015 5,19 a-d 5,13 cd 5,12 d 5,10 d 5,17 bcd 5,30 ab 5,13 cd 5,27 abc 5,33 a 5,19 Juni 5,17 cde 5,20 cde 5,17 cde 5,10 e 5,17 cde 5,30 abc 5,13 de 5,30 abc 5,37 ab 5,21 Juli 5,17 cd 5,17 cd 5,20 bcd 5,23 bcd 5,20 bcd 5,37 ab 5,17 cd 5,33 abc 5,37 ab 5,24 Agustus 5,23 5,30 5,30 5,33 5,27 5,33 5,33 5,40 5,40 5,32 September 5,27 5,33 5,40 5,43 5,30 5,33 5,37 5,40 5,47 5,37 a Oktober 5,30 5,33 5,43 5,43 5,33 5,50 5,37 5,43 5,47 5,40

Rataan BA Mei 2015 5,18 bc 5,17 be 5,15 c 5,16 bc 5,20 abc 5,23 ab 5,19 abc 5,20 abc 5,27 a KK=1,41 % Juni 5,18 c 5,18 c 5,16 c 5,14 c 5,19 bc 5,30 a 5,21 bc 5,22 abc 5,27 ab KK=1,44 % Juli 5,22 bc 5,16 bc 5,20 bc 5,20 bc 5,23 bc 5,39 a 5,27 ab 5,24 bc 5,27 ab KK=1,79% Agustus 5,27 5,00 5,28 5,30 5,23 5,30 5,33 5,30 5,29 KK=4,54% September 5,28 5,26 5,34 5,36 5,27 5,36 5,37 5,32 5,34 KK=2,06% Oktober 5,31 5,28 5,39 5,40 5,30 5,44 5,39 5,38 5,34 KK=2,36%

Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak

Duncans/DMRT.

2. P1=Paket pemupukan rekomendasi (PPKS); P2=Paket pemupukan Teknologi Masukan Rendah [TMR]; P3=Paket pemupukani PT.Perkebunan Grahadura (PTG); D1= 2 ton

dolomit.ha-1

(14 kg.phn-1

); D2= 4 ton dolomit.ha-1

(28 kg.phn-1

); D3= 6 ton dolomit.ha-1

(42 kg.phn-1

]; F1= 2 ton batuan fosfat.ha-1

(14 kg.phn-1

); F2= 4 ton batuan fosfat.ha-1

(28 kg.phn-1

); F3= 6 ton batuan fosfat.ha-1

(42 kg.phn-1

); M1= 2 ton tanah mineral.ha-1

(14 kg.phn-1

); M2= 4 ton mineral.ha-1

(28 kg.phn-1

); dan M3= 6 ton tanah mineral.ha-1

(42 kg.phn

-1); BA=bahan amalioran;

Universitas Sumatera Utara

Page 128: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

97

Tabel 29. Rataan Panjang Pelepah (m) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Akibat Pemberian Paket Pemupukan dan Perlakuan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran di Lahan

Gambut (Enam bulan berikutnya November 2015 s/d April 2016)

Paket Pemupukan

Jenis dan dosis bahan amelioran (kg.phn-1) D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Rataan P

P1 November 2015 5,37 5,37 5,37 5,47 5,40 5,50 5,43 5,33 5,53 5,42 Desember 5,35 5,38 5,43 5,30 5,27 5,37 5,51 5,46 5,54 5,40 Januari 2016 5,63 5,60 5,53 5,53 5,43 5,67 5,57 5,53 5,47 5,55 a Februari 5,60 a-d 4,60 a-d 5,43 abc 5,63 a-d 5,57 abc 5,63 abc 5,60 a-d 5,73 a 5,63 abc 5,60 a Maret 5,70 5,70 5,53 5,63 5,50 5,70 5,57 5,63 5,70 5,63 April 5,63 5,60 5,53 5,70 5,53 5,67 5,53 5,53 5,53 5,59 a

P2 November 2015 5,47 5,23 5,40 5,50 5,50 5,30 5,43 5,50 5,47 5,42 Desember 5,30 5,37 5,28 5,29 5,29 5,33 5,43 5,45 5,35 5,34 Januari 2016 5,43 5,50 5,37 5,57 5,43 5,57 5,60 5,60 5,60 5,52 a Februari 5,60 a-d 5,63 abc 5,26 a-d 5,57 a-d 5,53 bcd 5,67 abc 5,70 ab 5,70 ab 5,63 ? 5,63 a Maret 5,57 5,53 5,60 5,63 5,60 5,60 5,57 5,63 5,63 5,60 April 5,47 5,53 5,37 5,57 5,47 5,57 5,60 5,60 5,60 5,53 a

P3 November 2015 5,30 5,40 5,40 5,33 5,53 5,40 5,40 5,53 5,47 5,42 Desember 5,25 5,30 5,33 5,33 5,40 5,34 5,39 5,27 5,47 5,35 Januari 2016 5,40 5,37 5,43 5,60 5,43 5,33 5,47 5,33 5,43 5,42 b Februari 5,37 e 5,43 de 5,53 bcd 5,60 a-d 5,63 abc 5,60 a-d 5,50 cde 5,57 a-d 5,60 a-d 5,54 b Maret 5,67 5,57 5,60 5,53 5,60 5,57 5,50 5,60 5,60 5,42 April 5,40 5,37 5,43 5,60 5,43 5,33 5,47 5,33 5,43 5,42 b

Rataan BA November 2015 5,38 5,33 5,39 5,43 5,48 5,40 5,42 5,46 5,49 KK=2,79% Desember 5,30 5,35 5,35 5,31 5,32 5,38 5,44 5,39 5,45 KK=2,31% Januari 2016 5,49 5,49 5,44 5,57 5,43 5,52 5,54 5,49 5,50 KK=2,75% Februari 5,52 c 5,56 be 5,52 c 5,60 abc 5,58 abc 5,63 ab 5,60 abc 5,67 a 5,62 ab KK=1,61% Maret 5,64 5,60 5,58 5,60 5,57 5,62 5,54 5,62 5,64 KK=2,05% April 5,50 5,50 5,44 5,62 5,48 5,52 5,53 5,49 5,52 KK=2,65%

Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak

Duncans/DMRT.

2. P1=Paket pemupukan rekomendasi( PPKS); P2=Paket pemupukan Teknologi Masukan Rendah (TMR); P3=Paket pemupukan PT.Perkebunan Grahadura (PTG); D1= 2 ton

dolomit.ha-1

(14 kg.phn-1

); D2= 4 ton dolomit.ha-1

(28 kg.phn-1

); D3= 6 ton dolomit.ha-1

(42 kg.phn-1

); F1= 2 ton batuan fosfat.ha-1

(14 kg.phn-1

); F2= 4 ton batuan fosfat.ha-1

(28 kg.phn-1

); F3= 6 ton batuan fosfat.ha-1

(42 kg.phn-1

) M1= 2 ton tanah mineral.ha-1

(14 kg.phn-1

); M2= 4 ton mineral.ha-1

(28 kg.phn-1

; dan M3= 6 ton tanah mineral.ha-1

(42 kg.phn-1

); BA=bahan amelioran;

Universitas Sumatera Utara

Page 129: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

98

2.. Jumlah Pelepah (pelepah)

Daftar sidik ragam pengamatan jumlah pelepah kelapa sawit menghasilkan dapat di

lihat pada Lampiran 75-87. Sedang rataan jumlah pelepah kelapa sawit menghasilkan umur

14 tahun di lahan gambut ditampilkan pada Tabel 30 dan 31 di bawah ini.

Dari Tabel 30 dan 31 tersebut dapat di lihat bahwa ada pengaruh yang nyata secara

faktor tunggal dari pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran (dolomit; batu an fosfat

dan tanah mineral/A) yang digunakan terhadap jumlah pelepah kelapa sawit menghasilkan

umur 14 tahun pada lahan gambut selama satu tahun, masing-masing terdapat pada pengama

tan bulan Mei, Agustus, September, Oktober, November tahaun 2015 dan bulan Februari dan

April tahun 2016.

Adanya pengaruh yang nyata dari pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran

yang digunakan secara mandiri terhadap pengamatan terakhir bulan April 2016 terdapat pada

pemberian tanah mineral dosis sedang 28 kg.phn-1

(4 ton.ha-1

/M2) yaitu 42,93 pelepah, berbe

da nyata bila dibandingkan dengan pemberian dolomit dosis rendah dan sedang, mulai 14 kg.

phn-1

-28 kg.phn-1

(2-4 ton.ha-1

) [D1 dan D2], selebihnya tidak berbeda nyata terhadap semua

perlakuan lainnya.

Secara umum dari tabel di atas tampak bahwa pola penyebaran respon jumlah pelepah

kelapa sawit menghasilkan tertinggi akibat pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran

(dolomit; batuan fosfat dan tanah mineral) pada pengamatan bulan April 2016 terdapat pada

pemberian tanah mineral dengan dosis sedang 28 kg.phn-1

(4 ton.ha-1

/M2) yaitu 42,93 pele

pah, meningkat 1,02 kali lipat bila dibandingkan dolomit dosis rendah 14 kg.phn-1

(2 ton.ha-1

/

D1) [M2 vs D1], akan tetapi tidak berbeda nyata dengan pemberian bahan amelioran lainnya

(D3; F1-F3; M1 dan M3).

Tingginya jumlah pelepah kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun di lahan gambut

pada akhi pengamatan bulan April 2016 akibat pemberian tanah mineral dengan dosis 28 kg.

phn-1

(4 ton.ha-1

/M2) karena adanya sumbangan ion hara kedalam larutan tanah yang berasal

dari kation basa (K, Ca, Mg) dan kation polivalen kelompok hara mikro yang terdapat dalam

tanah mineral. Selain itu pemberian tanah mineral kedalam tanah gambut juga dapat menam

bahkan sejumlah koloid mineral yang berperan dalam memegang kation hara, sehingga dapat

menahan proses pencucian hara. Tambahan pula pemberian tanah mineral juga dapat mengu

rangi kemaman tanah, sehingga menekan asam-asam yang bersifat toksik

Silistyo, dkk, (2010) menambahkan bahwa batas minimal jumlah pelepah tanaman

kelapa sawit menghasilkan umur ≥ 8 tahun untuk mendukung pertumbuhan dan produktivi

Universitas Sumatera Utara

Page 130: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

99

tas TBS yang optimal adalah 40 pelepah.phn-1

. Tanaman yang memiliki jumlah ˂40 pele

pah.phn-1

dapat merangsang terbentuknya bunga jantan yang lebih banyak.

Hartatik (2012) menjelaskan bahwa efektivitas pengendalian asam fenolat dalam

tanah gambut dapat ditingkatkan dengan pemberian bahan amelioran yang berasal dari tanah

mineral berkadar Fe, Al tinggi, melalui pembentukan senyawa/ikatan kompleks organik-kati

on Fe/Al (senyawa organo metalik kompleks).

Universitas Sumatera Utara

Page 131: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

100

Tabel 30. Rataan Jumlah Pelepah (pelepah) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Akibat Pemberian Paket Pemupukan dan Perlakuan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran di Lahan

Gambut (Enam bulan pertama Mei 2015 s/d Oktober 2015)

Paket Pemupukan

Jenis dan dosis bahan amelioran (kg.phn-1

) D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Rataan P

P1 Mei 2015 40,00 40,23 40,11 40,11 40,11 40,22 40,33 40,44 40,44 40,22 Juni 40,00 40,44 40,11 40,33 40,44 40,33 40,44 40,67 40,56 40,37 Juli 40,00 40,44 40,55 40,44 40,22 40,22 40,11 40,44 40,22 40,29 Agustus 40,11 40,78 40,55 41,22 40,89 40,44 40,44 41,11 41,22 40,75 September 40,33 41,11 41,22 40,94 41,11 40,22 40,44 41,33 41,22 40,88 Oktober 40,00 41,11 41,50 41,56 41,56 41,22 40,89 41,56 41,44 41,20

P2 Mei 2015 40,00 40,00 40,22 40,11 40,33 40,44 40,39 40,33 40,50 40,22 Juni 40,22 40,67 40,22 40,22 40,44 40,33 40,44 40,45 40,33 40,37 Juli 40,44 40,22 40,22 40,89 40,56 40,56 40,22 40,55 40,50 40,46 Agustus 40,11 40,89 40,11 40,22 41,11 40,89 40,56 41,11 40,56 40,62 September 40,22 41,11 40,33 40,11 41,22 41,44 40,44 41,33 40,67 40,76 Oktober 40,55 41,44 40,55 40,55 41,89 41,56 40,89 41,78 41,67 41,21

P3 Mei 2015 40,00 40,22 40,22 40,22 40,39 40,44 40,56 40,33 40,45 40,31 Juni 40,22 40,28 40,33 40,44 40,22 40,56 40,33 40,31 40,39 40,34 Juli 40,00 40,55 44,66 40,22 40,67 40,71 40,44 40,44 40,70 40,49 Agustus 40,00 41,78 40,55 40,00 40,67 40,78 40,22 41,11 41,22 40,58 September 40,22 41,22 40,67 40,22 40,89 41,11 41,78 41,22 41,89 41,02 Oktober 40,44 41,33 41,33 40,89 40,56 24,11 41,33 41,33 32,78 41,12

Rataan BA Mei 2015 40,00 e 40,22 bcd 40,18 cde 40,15 de 40,28 a-d 40,37 abc 40,43 ab 40,37 abc 40,46 a KK=0,49% Juni 40,46 40,46 40,22 40,33 40,37 40,41 40,41 40,48 40,43 KK=0,80% Juli 40,15 40,41 40,48 40,52 40,48 40,50 40,26 40,48 40,47 KK=1,28% Agustus 40,07 d 40,81 abc 40,41 cd 40,48 bcd 40,89 ab 40,70 abc 40,41 cd 41,07 a 41,00 a KK=0,99% September 40,26 c 41,15 a 40,74 abc 40,43 bc 41,07 ab 40,92 ab 40,89 abc 41,30 a 41,26 a KK=1,55% Oktober 40,33 b 41,30 a 41,13 a 41,00 a 41,33 a 41,30 a 41,04 a 41,56 a 41,63 a KK=1,88%

Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak

Duncans/DMRT.

2. P1=Paket pemupukan rekomendasi (PPKS); P2=Paket pemupukan Teknologi Masukan Rendah (TMR); P3=Paket pemupukan PT.Perkebunan Grahadura (PTG); D1= 2 ton

dolomit.ha-1

(14 kg.phn-1

); D2= 4 ton dolomit.ha-1

(28 kg.phn-1

); D3= 6 ton dolomit.ha-1

(42 kg.phn-1); F1= 2 ton batuan fosfat.ha-1

(14 kg.phn-1

); F2= 4 ton batuan fosfat.ha-1

(28 kg.phn-1

); F3= 6 ton batuan fosfat.ha-1

(42 kg.phn-1

); M1= 2 ton tanah mineral.ha-1

(14 kg.phn-1

); M2= 4 ton mineral.ha-1

(28 kg.phn-1

); dan M3= 6 ton tanah mineral.ha-1

(42 kg.phn-1

); BA=bahan amelioran;

Universitas Sumatera Utara

Page 132: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

101

Tabel 31. Rataan Jumlah Pelepah (pelepah) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Akibat Pemberian Paket Pemupukan dan Perlakuan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran di Lahan

Gambut (Enam bulan berikutnya November 2015 s/d April 2016)

Paket Pemupukan

Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.phn-1

) D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Rataan P

P1 November 2015 41,07 41,22 41,11 41,39 41,17 41,61 41,22 41,67 41,45 41,32

Desember 41,41 41,26 41,50 41,67 41,61 41,72 41,72 41,83 41,67 41,60 Januari 2016 41,56 41,78 41,72 41,89 41,89 41,89 41,89 42,00 41,96 41,84 Februari 41,78 42,11 42,00 42,02 42,11 42,33 42,00 42,39 42,22 42,11 Maret 41,89 42,22 42,39 42,33 42,55 42,56 42,22 42,78 42,56 42,46 April 42,39 42,11 42,39 42,72 42,67 42,61 42,89 42,89 42,67 42,59

P2 November 2015 40,72 41,39 40,89 40,96 41,61 41,39 41,56 41,50 41,41 41,32 Desember 41,56 41,78 41,61 41,61 41,74 41,74 41,74 41,85 41,85 41,72 Januari 2016 41,83 42,06 41,89 41,89 41,89 42,11 42,06 42,18 42,00 41,99 Februari 42,11 42,33 42,17 42,00 42,17 42,11 42,33 42,45 42,22 42,21 Maret 42,39 42,61 42,33 42,22 42,44 42,67 42,50 42,56 42,44 42,46 April 42,33 42,67 42,44 42,39 42,61 42,89 42,56 42,78 42,64 42,59

P3 November 2015 40,89 41,67 40,96 40,95 40,95 41,39 41,41 41,79 42,00 41,33 Desember 41,63 41,72 41,89 41,61 41,57 41,78 41,72 41,89 42,06 41,76 Januari 2016 41,89 42,00 42,02 42,00 41,78 42,22 42,02 42,40 42,17 42,05 Februari 42,00 42,22 42,11 42,11 42,33 42,44 42,45 42,50 42,33 42,28 Maret 42,22 42,33 42,44 42,28 42,83 42,61 42,67 42,72 42,67 42,53 April 42,22 42,45 42,78 42,50 42,72 42,89 42,83 43,11 43,11 42,74

Rataan P November 2015 40,90 c 41,43 abc 40,99 bc 41,10 abc 41,24 abc 41,46 ab 41,40 abc 41,65 a 41,62 a KK=1,23% Desember 41,53 41,59 41,67 41,63 41,64 41,75 41,73 41,86 41,86 KK=0,67% Januari 2016 41,76 41,95 41,88 41,93 41,85 41,07 41,99 42,20 42,04 KK=0,78% Februari 41,96 c 41,22 abc 42,09 bc 42,04 bc 42,20 abc 42,29 ab 42,26 abc 42,44 a 42,26 a KK=0,68% Maret 42,16 42,39 42,39 42,28 42,61 42,61 42,46 42,69 42,56 KK=0,90% April 42,31 c 42,41 bc 42,54 abc 42,54 abc 42,67 abc 42,80 ab 42,76 ab 42,93 a 42,80 ab KK=0,96%

Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak

Duncans/DMRT.

2. P1=Paket pemupukan rekomendasi (PPKS); P2=Paket pemupukan Teknologi Masukan Rendah (TMR); P3=Paket pemupukan PT.Perkebunan Grahadura (PTG); D1= 2 ton

dolomit.ha-1

(14 kg.phn-1

); D2= 4 ton dolomit.ha-1

(28 kg.phn-1

); D3= 6 ton dolomit.ha-1

(42 kg.phn-1

); F1= 2 ton Rbatuan fosfat.ha-1

(14 kg.phn-1

); F2= 4 ton batuan fosfat.ha-1

(28 kg.phn-1

); F3= 6 ton batuan fosfat.ha-1

(42 kg.phn-1

); M1= 2 ton tanah mineral.ha-1

(14 kg.phn-1

); M2= 4 ton mineral.ha-1

(28 kg.phn-1

); dan M3= 6 ton tanah mineral.ha-1

(42 kg.phn-1

); BA=bahan amelioran;

Universitas Sumatera Utara

Page 133: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

102

3 . Jumlah Anak Daun (helai.pelepah-1

)

Daftar sidik ragam pengamatan jumlah anak daun kelapa sawit menghasilkan dapat di

lihat pada Lampiran 88-99. Sedang rataan jumlah anak daun kelapa sawit menghasilkan

umur 14 tahun di lahan gambut ditampilkan pada Tabel 32 dan 33 di bawah ini.

Dari Tabel 32 dan 33 tersebut dapat di lihat bahwa ada pengaruh yang nyata dari pem

berian paket pemupukan PPKS dengan ketiga jenis dan dosis bahan amelioran (dolomit; batu

an fosfat dan tanah mineral) yang digunakan, baik secara mandiri (P) atau (A) maupun inter

aksinya (P/A) untuk pengamatan terakhir bulan April 2016.

Adanya pengaruh yang nyata dari pemberian paket pemupukan dan ketiga jenis dan

dosis bahan amelioran yang digunakan terhadap pengamatan jumlah anak daun kelapa sawit

menghasilkan umur 14 tahun di lahan gambut pada pengamatan bulan April 2016, dengan

jumlah anak daun terbanyak terdapat pada perlakuan pemberian paket pemupukan PPKS do

sis 6,25 kg.phn-1

thn-1

(1,50 kg urea+1,50 kg TSP+2,00 kg MoP+1,25 kg kieserit) disertai pem

berian tanah mineral dosis sedang 28 kg.phn-1

(4 ton.ha-1

) [P1M2] yaitu 317,67 helai, berbeda

nyata bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya (P1D1, P1D3, P3F1, P1F2, P1M1 , P2D3,

P2 M1, P3D2, P3D3, P3F3, P3M1 dan P3M2).

Secara umum bila di lihat dari pola penyebaran respon jumlah anak daun kelapa sawit

menghasilkan akibat pemberian paket pemupukan dan ketiga jenis dan dosis bahan amelioran

yang digunakan, tertinggi terdapat pada paket pemupukan PPKS dosis 6,25 kg.phn-1

thn-1

(1,50 kg urea+1,50 kg TSP+2,00 kg MoP+1,25 kg kieserit) disertai dengan pemberian tanah

mineral dosis sedang 28 kg.phn-1

(4 ton.ha-1

) [P1M2] yaitu 317,67 helai, meningkat 1,03 kali

lipat (P1M2 vs P3D1) untuk pengamatan terakhir bulan April 2016.

Tingginya jumlah anak daun kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun di lahan gam

but pada pengamatan terakhir bulan April 2016 akibat pemberian paket pemupukan PPKS

dosis 6,25 kg.phn-1

thn-1

(1,50 kg urea+1,50 kg TSP+2,00 kg MoP+1,25 kg kieserit) disertai

pemberian tanah mineral dosis sedang 28 kg.phn-1

(4 ton.ha-1

) [P1M2] karena ketersediaan

unsur hara esensial pada kombinasi kedua perlakuan tersebut berada dalam kondisi optimal

untuk mendukung pertumbuhan jumlah anak daun.

Syahbudin dan Alwi (2102) menjelaskan bahwa pemberian reaktan berupa bahan ame

lioran tanah mineral dosis 10-20 ton.ha-1

thn-1

dapat mengurangi fitotoksik dari asam organik

dan meningkatkan kadar hara makro dan mikro dalam tanah.

Universitas Sumatera Utara

Page 134: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

103

Tabel 32. Rataan Jumlah Anak Daun (helai) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Akibat Pemberian Paket Pemupukan dan Perlakuan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran di Lahan

Gambut (Enam bulan pertama Mei 2015 s/d Oktober 2015)

Paket Pemupukan

Jenis dan dosis bahan amelioran (kg.phn-1

) D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Rataan P

P1 Mei 2015 284,11 e 306,89 abc 292,89 cde 316,11 a 300,89 a-d 298,67 b-e 301,00 a-d 313,44 ab 309,56 ab 302,62 ab Juni 305,44 ghi 311,33 b-e 308,22 efg 314,78 a 308,33 efg 305,00 hi 309,44 def 314,33 ab 314,22 ab 310,12 a Juli 310,00 315,22 308,22 310,67 308,89 304,89 311,44 316,33 316,78 311,38 a Agustus 309,67 314,89 312,44 313,00 308,11 306,22 310,00 316,89 315,67 311,88 a September 309,67 313,11 311,00 310,89 309,11 308,11 311,00 313,67 313,56 311,12 Oktober 305,33 310,89 307,44 312,00 309,11 306,89 307,44 311,55 311,89 309,17

P2 Mei 2015 300,89 a-d 308,22 abc 305,22 abc 285,22 de 298,78 b-e 306,67 abc 292,67 cde 303,33 abc 298,22 b-e 299,91 b Juni 309,44 def 313,00 abc 310,33 c-f 308,45 efg 304,22 i 303,67 i 303,56 i 310,78 c-f 310,45 c-f 308,21 b Juli 307,33 313,78 310,67 306,33 304,11 301,11 306,00 313,00 312,78 308,35 b Agustus 308,78 313,56 310,00 308,56 306,11 304,11 308,78 321,11 313,44 309,49 b September 308,89 313,78 311,67 309,67 307,78 306,67 310,33 312,44 313,33 310,51 Oktober 306,78 312,67 310,89 311,33 311,11 308,67 307,44 310,67 311,67 310,14

P3 Mei 2015 297,67 b-e 313,00 ab 309,44 ab 307,67 abc 304,78 abc 301,67 abc 303,67 abc 308,67 abc 311,00 ab 306,39 a Juni 309,55 def 314,22 ab 312,33 a-d 309,55 def 307,89 fgh 306,22 ghi 307,55 fgh 312,67 a-d 312,00 a-d 310,22 a Juli 310,11 315,00 312,22 311,56 309,44 307,67 308,00 315,00 316,89 311,77 a Agustus 309,44 313,22 311,00 310,33 308,45 306,56 311,44 314,56 314,67 311,07 a September 309,44 313,22 311,00 310,33 308,45 306,56 311,44 314,56 314,67 311,07 Oktober 307,33 311,78 309,44 310,78 308,22 305,66 306,89 314,00 314,11 309,80

Rataan BA Mei 2015 294,22 d 309,37 a 302,52 abc 303,00 ab 301,48 abc 302,33 abc 299,11 cd 308,48 a 306,26 ab KK=2,69% Juni 308,15 d 312,85 a 310,30 c 310,93 bc 306,82 d 304,96 e 306,85 d 312,59 ab 312,22 ab KK=0,52% Juli 309,15 d 314,67 c 310,37 bc 309,52 bc 307,48 bc 304,56 b 308,48 a 314,78 a 315,48 a KK=0,87% Agustus 309,30 bc 313,89 a 311,15 b 310,63 b 307,56 c 305,63 d 310,07 b 314,52 a 314,59 a KK=0,62% September 309,33 cd 313,37 a 311,22 b 310,30 bc 308,44 d 307,11 e 310,93 bc 313,56 a 313,85 a KK=0,56% Oktober 306,48 d 311,78 a 309,26 bc 311,37 ab 309,48 b 307,07 d 307,26 cd 312,07 a 312,56 a KK=0,64%

Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak

Duncans/DMRT.

2.. P1=Paket pemupukan rekomendasi( PPKS); P2=Paket pemupukan Teknologi Masukan Rendah (TMR); P3=Paket pemupukan PT.Perkebunan Grahadura (PTG); D1= 2 ton

dolomit.ha-1

(14 kg.ha-1

); D2= 4 ton dolomit.ha-1

(28 kg.phn-1

); D3= 6 ton dolomit.ha-1

(42 kg.phn-1

); F1= 2 ton batuan fosfat.ha-1

(14 kg.phn-1

); F2= 4 ton batuan fosfat.ha-1

(28 kg.phn-1

); F3= 6 ton batuan fosfat.ha-1

(42 kg.phn-1

); M2= 4 ton mineral.ha-1

(28 kg.phn-1

; dan M3= 6 ton tanah mineral.ha-1

(42 kg.phn-1

); BA=bahan amelioran;

Universitas Sumatera Utara

Page 135: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

104

Tabel 33. Rataan Jumlah Anak Daun (helai) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Akibat Pemberian Paket Pemupukan dan Perlakuan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran di Lahan

Gambut (Enam bulan berikutnya November 2015 s/d April 2016)

Paket Pemupukan

Jenis dan dosis bahan amelioran (kg.phn-1

) D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Rataan P

P1 November 2015 301,44 306,44 309,44 306,00 306,33 302,00 308,00 302,33 310,89 305,88 b Desember 310,89 313,22 308,89 312,89 310,11 309,56 312,00 312,11 311,22 311,21 Januari 2016 312,67 312,67 312,22 312,45 315,33 312,78 313,33 312,33 314,00 313,09 a Februari 312,67 313,34 311,55 315,34 312,89 314,00 312,33 315,00 314,67 313,64 Maret 313,44 317,11 311,00 313,56 315,00 313,33 309,55 314,11 314,00 313,46 April 312,67 b-e 314,00 a-d 312,22 313,78 bcd 312,22 c-f 314,00 a-d 314,33 b-e 317,67 a 315,89 ab 313,98 a

P2 November 2015 302,11 312,67 308,22 310,89 311,89 305,56 306,00 311,33 309,89 308,63 a Desember 308,78 311,78 308,78 308,78 308,89 309,33 308,11 309,67 310,33 309,38 Januari 2016 310,11 311,89 309,33 312,78 310,89 309,44 313,44 313,44 315,89 311,91 b Februari 312,22 313,89 312,78 315,55 312,78 313,33 312,00 313,55 313,67 313,31 Maret 312,67 314,45 312,89 313,67 312,22 312,33 314,11 313,00 314,33 313,30 April 314,00 ad 314,56 abc 312,89 b-e 314,67 314,89 abc 313,67 bcd 312,78 b-e 313,67 bcd 314,67 abc 313,98 a

P3 November 2015 304,67 308,45 307,67 308,56 306,78 307,22 307,44 307,00 311,00 307,64 ab Desember 305,44 309,11 307,67 315,44 312,78 310,67 308,11 313,55 315,11 310,88 Januari 2016 311,55 315,56 313,50 314,78 313,44 312,78 311,44 315,00 315,67 313,75 a Februari 310,22 314,22 313,00 313,56 313,00 311,55 312,00 313,67 313,66 312,76 Maret 312,11 316,22 315,11 314,89 314,89 313,44 312,67 314,00 314,11 314,16 April 308,22 g 313,00 b-e 312,22 b-f 315,00 abc 314,11 a-d 309,89 efg 308,89 fg 310,78 d-g 314,11 a-d 311,80 b

Rataan BA November 2015 302,74 c 309,19 ab 308,44 ab 308,48 ab 308,04 ab 304,93 bc 307,15 ab 306,89 ab 310,59 a KK=1,27% Desember 308,37 b 311,37 ab 308,44 b 312,37 a 310,59 ab 309,85 ab 309,41 ab 311,78 a 312,22 a KK=0,97% Januari 2016 311,44 c 313,37 abc 311,68 bc 313,33 abc 313,22 abc 311,67 bc 312,74 bc 313,59 ab 315,19 a KK=0,62% Februari 311,70 d 313,82 ab 312,44 cd 314,82 a 312,89 cd 312,96 abc 312,44 cd 314,07 ab 314,00 ab KK=0,56% Maret 312,74 b 315,93 a 313,00 b 314,04 ab 314,04 ab 313,04 b 312,11 b 313,70 ab 314,15 ab KK=0,66% April 311,63 d 313,85 abc 312,44 cd 314,48 ab 313,74 abc 312,52 bcd 311,67 d 314,04 abc 314,89 a KK=0,58%

Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak

Duncans/DMRT.

2.. P1=Paket pemupukan rekomen( PPKS); P2=Paket pemupukan Teknologi Masukan Rendah (TMR); P3=Paket pemupukan PT.Perkebunan Grahadura (PTG); D1= 2 ton

dolomit.ha-1

(14 kg.phn-1

); D2= 4 ton dolomit.ha-1

(28 kg.phn-1

); D3= 6 ton dolomit.ha-1

(42 kg.phn-1

); F1= 2 ton batuan fosfat.ha-1

(14 kg.phn-1

); F2= 4 ton batuan fosfat.ha-1

(28 kg.phn-1

); F3= 6 ton batuan fosfat.ha-1

(42 kg.phn-1

); AF4= 2 ton tanah mineral.ha-1

(14 kg.phn-1

); F5= 4 ton mineral.ha-1

(28 kg.phn-1

); dan F6= 6 ton tanah mineral.ha-1

([42 kg.ha

-1); BA=bahan amelioran;

Universitas Sumatera Utara

Page 136: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

105

4. Rataan Jumlah Tandan (tandan.phn-1

)

Daftar sidik ragam pengamatan jumlah tandan kelapa sawit menghasilkan dapat di

lihat pada Lampiran 100-111. Sedang rataan jumlah tandan kelapa sawit menghasilkan umur

14 tahun di lahan gambut disajikan pada Tabel 34 dan 35 di bawah ini.

Dari Tabel 34 dan 35 tersebut menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang nyata

dari pemberian paket pemupukan (PPKS; TMR dan PTG) dan pemberian ketiga jenis dan do

sis bahan amelioran yang digunakann (dolomit; batuan fosfat dan tanah mineral) terhadap

pengamatan jumlah tandan kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun di lahan gambut, baik

secara tunggal dari masing-masing perlakuan paket pemupukan (P) dan pemberian bahan

amelioran (A) maupun interaksinya (P/A) untuk semua umur pengamatan, akan tetapi terda

pat perbedaan yang nyata dari perlakuan pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran

yang digunakan (A) pada pengamatan bulan September 2015.

Tidak adanya pengaruh yang nyata dari pemberian ketiga paket pemupukan dan pem

berian bahan amelioran baik secara tunggal (P atau A) maupun interaksinya (P/A) terhadap

pengamatan jumlah tandan kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun pada lahan gambut,

karena banyaknya jumlah tandan per pohon yang dihasilkan oleh tanaman dalam satuan wak

tu sangat dipengaruhi oleh sifat genatis/hereditas dari tanaman.

Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa fenotif/tampilan produktivitas tanaman

seperti jumlah tandan, sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya faktor internal/

(genetik/hereditas/innate), faktor eksternal/lingkungan (enforce) yang terdiri dari tanah (eda

fik) dan iklim (klimatik), dan pemeliharaan (tindakan kultur teknis/induce). Faktor kedua dan

ketiga (ekternal dan kultur teknis) dapat diperbaiki dan dimodifikasi disesuaikan dengan ke

butuhan tanaman, meski dalam skala terbatas, seperti praktik bertanam di rumah kaca atau

rumah kasa (green house atau screening house). Sedang faktor genetis amat sulit untuk di

ubah, meski juga tidak menutup kemungkinan untuk berubah, karena faktor lain, seperti ada

nya radiasi dari unsur radio aktif, konsentrasi hara yang terlalu tinggi, kehadiran logam berat,

dan suhu yang terlalu tinggi/ekstrim. Dalam hal ini, tingginya konsentrasi hara P yang berasal

dari reaktivitas/ionisasi batuan fosfat dosis tinggi 42 kg.phn-1

(6 ton.ha-1

thn-1

/F3) akan dapat

me nambah pembentukan jumlah tandan yang dihasilkan.

Terdapat pengaruh yang berbeda nyata dari pemberian ketiga jenis dan dosis bahan

amelioran dosis tinggi terhadap jumlah tandan kelapa sawit menghasilkan pada pengamatan

bulan September 2015 akibat pemberian bahan amelioran batuan fosfat dosis tinggi 42 kg.

phn-1

(6 ton.ha-1

thn-1

/F3) yaitu 1,11 tandan, meningkat 1,16 kali lipat (F1 vs D2), akan tetapi

Universitas Sumatera Utara

Page 137: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

106

tidak berbeda nyata bila dibandingkan dengan pemberian bahan amelioran tanah mineral do

sis rendah 14 kg.phn-1

(2 ton.ha-1

/M1). Hal ini diduga karena tingginya konsentrasi ion hara P

dan Ca dalam larutan tanah yang berasal dari ionisasi batuan fosfat dapat menghasilkan jum

lah tandan kelapa sawit yang lebih banyak bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya, se

hingga dapat memicu terhadap pembentukan tandan. Dilaporkan bahwa sumbangan hara P

dan Ca dalam menghasilkan 1 ton TBS setara dengan 2,10 kg pupuk TSP dan 2,81 kg dolo

mit (Rahutomo, dkk, 2006).

Bila dibandingkan hasil pengamatan jumlah tandan pada pemberian bahan amelioran

batuan fosfat dosis tinggi 42 kg.phn-1

(6 ton.ha-1

/F3) diatas dengan jumlah tandan sesuai des

kripsi varietas D x P Marihat sebanyak 12 tandan.phn-1

thn-1

, rataan 1 tandan.bln-1

(Sipayung

dan Liwang, 2011) terdapat peningkatan jumlah tandan pada pengamatan bulan September

2015 sebesar 11%. Hal ini diduga disebabkan pengaruh dosis pemberian batuan fosfat yang

cukup tinggi, sehingga menyebabkan ketersediaan ion hara P (ion ortofosfat, H2PO4- dan

HPO4=) dalam larutan tanah cukup tersedia, akibat pemberian batuan fosfat per tama kali

pada bulan April, yang diperkirakan telah memicu pembentukan calon tandan kelapa sawit.

Universitas Sumatera Utara

Page 138: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

107

Tabel 34. Rataan Jumlah Tandan (tandan.phn-1

) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Akibat Pemberian Paket Pemupukan dan Perlakuan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran di

Lahan Gambut (Enam bulan pertama Mei 2015 s/d Oktober 2016)

Paket Pemupukan

Jenis dan dosis bahan amelioran (kg.phn-1

) D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Rataan P

P1 Mei 2015 1,11 1,00 1,11 1,00 1,11 1,11 1,11 1,00 1,11 1,07 Juni 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,11 1,11 1,02 Juli 1,11 1,11 1,00 1,11 1,11 1,00 1,00 1,11 1,00 1,06 Agustus 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,11 1,00 1,00 1,01` September 1,00 0,89 1,00 1,00 1,00 1,11 1,00 1,00 1,00 1,00 Oktober 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,89 0,99

P2 Mei 2015 1,11 1,00 1,00 1,00 1,00 1,11 1,11 1,11 1,11 1,06 Juni 1,00 1,00 1,00 0,89 1,00 1,00 1,00 1,11 1,11 1,01 Juli 1,00 1,00 1,00 1,00 1,11 1,00 1,00 1,11 1,00 1,02 Agustus 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,11 1.,11 1,00 1,00 1,02 September 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,11 1,11 1,00 0,89 1,01 Oktober 1,00 0,89 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,89 0,98

P3 Mei 2015 1,11 1,00 1,00 1,00 1,00 1,11 1,11 1,11 1,00 1,06 Juni 1,00 1,00 1,11 1,00 1,00 1,00 1,00 1,11 1,10 1,02 Juli 1,00 1,11 1,00 1,11 1,00 1,11 1,00 1,00 1,00 1,04 Agustus 1,11 1,00 1,00 1,00 1,00 1,11 1,11 1,11 1,00 1,04 September 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,11 1,11 1,00 1,00 1,02 Oktober 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,89 1,11 1,00 1,00

Rataan BA Mei 2015 1,11 1,00 1,04 1,00 1,04 1,11 1,11 1,07 1,11 KK=13,77% Juni 1,00 1,00 1,04 0,96 1,00 1,00 1,00 1,11 1,07 KK= 9,59 % Juli 1,04 1,11 1,04 1,07 1,07 1,04 1,00 1,04 1,00 KK=11,33% Agustus 1,04 1,00 1,00 1,00 1,00 1,07 1,11 1,04 1,00 KK= 9,51 % September 1,00 bc 0,96 c 1,00 b 1,00 bc 1,00 bc 1,11 a 1,07 ab 1,00 bc 0,96 c KK= 9,77 % Oktober 1,00 0,96 1,00 1,00 1,00 1,00 0,96 1,04 0,93 KK=10,62%

Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak

Duncans/DMRT.

2. P1=Paket pemupukan rekomendasi( PPKS); P2=Paket pemupukan Teknologi Masukan Rendah (TMR); P3=Paket pemupukan PT.Perkebunan Grahadura (PTG); D1= 2 ton

dolomit.ha-1

(14 kg.phn-1

);D2= 4 ton dolomit.ha-1

(28 kg.phn-1

); D3= 6 ton dolomit.ha-1

42 kg.phn-1

); F1= 2 ton batuan fosfat.ha-2

(14 kg.phn-1

); F2= 4 ton batuan fosfat.ha-1

(28 kg.phn-1

); F3= 6 ton batuan fosfat.ha-1

(42 kg.phn-1); M1= 2 ton tanah mineral.ha-1

(14 kg.phn-1

); M2= 4 ton mineral.ha-1

28 kg.phn-1

; dan M3= 6 ton tanah mineral.ha-1

(42 kg.phn-1

); BA=bahan amelioran;

Universitas Sumatera Utara

Page 139: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

108

Tabel 35. Rataan Jumlah tandan (tandan.phn-1

) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Akibat Pemberian Paket Pemupukan dan Perlakuan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran di

Lahan Gambut (Enam bulan berikutnya November 2015 s/d April 2016)

Paket Pemupukan

Jenis dan dosis bahan amelioran (kg.phn-1

) D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Rataan P

P1 November 2015 1,00 1,00 1,00 0,89 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,99 Desember 1,00 1,00 1,00 1,11 1,11 1,00 1,00 1,00 1,00 1,02 Januari 2016 1,00 1,00 1,00 0,89 1,00 1,00 1,00 1,00 0,89 0,89 Februari 1,00 1,00 1,00 1,00 0,89 1,00 1,11 1,00 1,00 1,00 Maret 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 April 0,89 0,89 1,00 0,89 0,89 1,00 1,00 0,89 0,89 0,93

P2 November 2015 1,00 1,00 1,00 0,89 1,00 1,00 0,89 1,00 1,00 0,94 Desember 1,00 1,00 1,00 1,11 1,00 1,00 1,00 1,11 1,00 1,02 Januari 2016 1,00 1,00 0,89 0,89 1,00 1,11 1,00 1,00 1,00 0,99 Februari 1,00 0,89 1,00 1,00 0,89 1,00 1,00 0,89 1,00 0,96 Maret 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 April 1,00 0,89 0,89 0,89 0,89 1,00 1,00 0,89 1,00 0,94

P3 November 2015 1,00 0,89 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,89 1,00 1,00 Desember 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,11 1,00 1,89 Januari 2016 1,00 1,00 1,00 0,89 1,00 1,00 1,11 1,00 1,00 1,00 Februari 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,11 1,00 1,00 0,89 1,00 Maret 1,00 1,00 1,00 1,00 1,11 1,00 1,00 1,00 1,00 1,01 April 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00

Rataan BA November 2015 1,00 0,96 1,00 0,93 1,00 1,00 0,96 0,96 1,00 KK=8,50% Desember 1,00 1,00 1,00 1,07 1,04 1,00 1,00 1,07 1,00 KK=8,07% Januari 2016 1,00 1,00 0.96 0,89 1,00 1,04 1,04 1,04 0,96 KK=9,93% Februari 1,00 0,96 1,00 1,00 0,93 1,04 1,04 0,96 0,96 KK=9,44% Maret 1,00 1,00 1,00 1,00 1,04 1,00 1,00 1,00 1,00 KK=3,65% April 0,96 0,93 0,96 0,93 0,93 1,00 1,00 0,93 0,89 KK=12,89%

Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak

Duncans/DMRT.

2. P1=Paket pemupukan rekomendasi (PPKS); P2=Paket pemupukan Teknologi Masukan Rendah (TMR); P3=Paket pemupukan PT.Perkebunan Grahadura (PTG); D1= 2 ton

dolomit.ha-1

(14 kg.phn-1

); D2= 4 ton dolomit.ha-1

(28 kg.phn-1

); D3= 6 ton dolomit.ha-1

(42 kg.phn-1

); F1= 2 ton batuan fosfat.ha-1

(14 kg.phn-1

); F2= 4 ton batuan fosfat.ha-1

(28 kg.phn-1

); F3= 6 ton batuan fosfat.ha-1

(42 kg.phn-1

); A7= 2 ton tanah mineral.ha-1

(14 kg.phn-1

); A8= 4 ton mineral.ha-1

(28 kg.phn-1

); dan A9= 6 ton tanah mineral.ha-1

(42 kg.phn-1

); BA=bahan amelioran;

Universitas Sumatera Utara

Page 140: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

109

5. Rataan Berat Tandan (kg.phn-1

)

Daftar sidik ragam pengamatan berat tandan kelapa sawit menghasilkan dapat di lihat

pada Lampiran 112-123. Sedang rataan berat tandan kelapa sawit umur 14 tahun di lahan

gambut disajikan pada Tabel 36 dan 37 di bawah ini.

Dari Tabel 36 dan 37 tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari pem

berian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran (dolomit; batuan fosfat dan tanah mineral)

secara tunggal (A) yang digunakan terhadap hasil berat tandan kelapa sawit menghasilkan

umur 14 tahun di lahan gambut, akan tetapi tidak berbeda terhadap peket pemupukan secara

tunggal (P) maupun interaksinya (A/P).

Adanya pengaruh yang nyata dari pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran

yang digunakan terhadap berat tandan kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun pada lahan

gambut sejak pengamatan bulan bulan Juni, Agustus, September, Oktober 2015 sampai bulan

Januari, Februari dan Maret 2016. Respon berat tandan kelapa sawit menghasilkan akibat

pemberian bahan amelioran yang digunakan selama satu tahun pada pengamatan terakhir bu

lan Maret 2016 tertinggi terdapat pada pemberian batuan fosfat dosis sedang 28 kg.phn-1

(4

ton.ha-1

/F2) yaitu 30,89 kg.tandan-1

, dan pemberian tanah mineral dosis sedang 28 kg.phn-1

(4

ton.ha-1

/M2) yaitu 30,56 kg.tandan-1

serta terendah terdapat pada pemberian dolomit dosis

rendah 14 kg.phn-1

(2 ton.ha-1

/D1) yaitu 23,89 kg.tandan-1

, meningkat 1,28-1,29 kali lipat (F2

dan M2 vs D1)

Tingginya berat tandan kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun di lahan gambut

pada pengamatan bulan Maret 2016 akibat pemberian bahan amelioran batuan fosfat dengan

dosis sedang 28 kg.phn-1

(4 ton.ha-1

/F2) dan tanah mineral dosis sedang 28 kg.phn-1

(4 ton.ha-

1/M2) karena adanya ionisasi dari batuan fosfat dalam tanah yang akan menghasilkan ion

hara P dan Ca, bahkan kation Fe (Lampiran 3), terkadang dapat mengandung kation logam

kelompok hara mikro lainnya seperti Cu, Zn dan Mn (Mukhlis, dkk, 2011). Sementara dalam

tanah mineral terdapat sumber hara berupa kation basa (K, Ca dan Mg) dan Fe (Lampiram 3)

dan sumber kation logam polivalen seperti Fe, Al, Mn, Zn, dan Cu (Lampiran 2).

Halim dan Soepardi (1986) melaporkan bahwa pemberian pencampuran tanah mineral

dan basa (dolomit, kapur, batuan fosfat) pada tanah gambut Kalimantan Tengah dapat mening

katkan jumlah kation basa dan kejenuhan basa.

Universitas Sumatera Utara

Page 141: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

110

Tabel 36. Rataan Berat Tandan (kg.phn-1

) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Akibat Pemberian Paket Pemupukan dan Perlakuan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran di Lahan

Gambut (Enam bulan pertama Mei 2015 s/d Oktober 2015) 83

Paket Pemupukan

Jenis dan dosis bahan amelioran (kg.phn-1

) D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Rataan P

P1 Mei 2015 19,33 21,00 18,17 22,00 19,33 20,33 19,67 20,83 21,00 20,19 Juni 18,17 22,33 19,33 22,17 21,67 19,00 21,00 22,33 19,83 20,65 Juli 21,50 20,50 22,83 20,00 20,83 19,83 23,50 22,17 26,67 21,98 Agustus 20,33 23,83 24,33 24,67 25,83 21,50 21,67 26,33 23,83 23,59 September 24,00 26,00 24,00 29,00 22,83 24,00 24,17 27,17 28,00 25,46 Oktober 22,50 27,17 26,83 27,17 29,83 23,83 26,17 27,33 27,33 26,46

P2 Mei 2015 19,33 21,00 18,17 21.00 18,33 21,83 19,67 21,00 21,00 20,15 Juni 19,00 22,33 22,00 22,23 21,83 17,83 19,67 21,00 21,00 20,78 Juli 23,83 22,83 22,67 22,33 19,83 22,50 22,17 23,50 24,67 22,70 Agustus 20,50 21,83 28,,67 24,67 25,83 19,83 21,00 24,83 26,50 23,74 September 24,00 26,00 23,83 27,83 25,83 22,50 26,33 25,83 27,33 25,72 Oktober 25,33 27,33 30,17 30,33 28,33 24,00 26,00 28,67 29,50 27,74

P3 Mei 2015 18,00 21,00 19,00 21,00 18,17 19,83 19,67 22,00 21,00 19,96 Juni 18,33 22,33 24,33 23,33 24,00 19,00 20,00 20,00 20,00 21,26 Juli 22,67 22,83 21,50 21,17 21,50 23,17 22,33 24,67 24,67 22,72 Agustus 18,50 24,67 23,17 24,67 24,33 22,67 21,50 26,67 27,83 23,78 September 22,50 29,00 27,00 23,00 25,17 22,50 26,33 29,33 29,33 26,02 Oktober 22,50 28,67 29,67 27,33 28,17 24,00 25,83 30,67 32,83 27,74

Rataan BA Mei 2015 18,89 21,00 18,44 21,33 18,61 20,67 19,67 21,28 21,00 KK=11,14% Juni 18,50 b 22,33 a 21,89 a 22,61 a 22,50 a 18,61 b 20,22 ab 21,11 ab 20,28 ab KK=12,95% Juli 22,67 22,06 22,33 21,17 20,72 21,83 22,67 23,44 25,33 KK=14,22% Agustus 19,78 b 23,44 ab 25,39 a 24,67 a 25,33 a 21,33 b 21,39 ab 25,94 a 26,06 a KK=15,92% September 23,50 bc 27,00 ab 25,61 abc 26,67 abc 24,61 abc 23,00 c 25,61 abc 27,44 a 28,22 a KK=13,61% Oktober 23,44 b 27,72 a 28,89 a 28,28 a 28,78 a 23,94 b 26,00 ab 28,89 a 29,89 a KK=13,27%

Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak

Duncans/DMRT.

2. P1=Paket pemupukan rekomendasi (PPKS); P2=Paket pemupukan Teknologi Masukan Rendah [TMR]; P3=Paket pemupukan PT.Perkebunan Grahadura (PTG); D1= 2 ton

dolomit.ha-1

(14 kg.phn-1

); D2= 4 ton dolomit.ha-1

(28 kg.phn-1

); D3= 6 ton dolomit.ha-1

(42 kg.phn-1

); F1= 2 ton batuan fosfat.ha-1

(14 kg.phn-1

); F2= 4 ton batuan fosfat.ha-1

(28 kg.phn-1

); F3= 6 ton batuan fosfat.ha-1

(42 kg.phn-1

); M1= 2 ton tanah mineral.ha-1 (14 kg.phn-1

); M2= 4 ton mineral.ha-1

(28 kg.phn-1

); dan M3= 6 ton tanah mineral.ha-1

(42 kg.phn-1

); BA=bahan amelioran;

Universitas Sumatera Utara

Page 142: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

111

Tabel 37. Rataan Berat Tandan (kg.phn-1

) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Akibat Pemberian Paket Pemupukan dan Perlakuan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran di Lahan

Gambut (Enam bulan berikutnya November 2015 s/d April 2016)

Paket Pemupukan

Jenis dan dosis bahan amelioran (kg.phn-1

) D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Rataan P

P1 November 2015 22,17 22,33 23,00 21,00 23,17 22,17 23,17 21,00 22,40 22,27 Desember 22,33 26,33 25,40 24,67 25,57 22,33 23,90 24,67 26,33 24,61 Januari 2016 23,33 24,67 24,00 22,00 24,00 23,00 22,00 23,87 26,73 23,73 Februari 23,33 27,60 25,00 22,00 30,40 24,67 25,67 30,60 30,80 26,67 Maret 23,67 30,33 27,67 28,67 32,00 25,33 24,67 30,67 28,67 27,96 April 24,67 25,80 26,47 24,67 22,00 27,00 24,67 28,60 25,80 25,52

P2 November 2015 23,17 22,33 24,50 22,33 24,50 23,17 23,17 21,00 21,17 22,81 Desember 22,33 24,50 24,40 24,67 25,40 22,67 20,00 24,67 26,33 23,89 Januari 2016 24,33 29,00 23,00 21,00 24,00 23,33 23,67 26,73 27,73 24,76 Februari 23,33 27,60 26,80 24,80 30,40 23,67 25,67 30,60 30,80 27,07 Maret 23,33 30,33 29,47 29,00 32,00 26,33 26,33 30,67 27,33 28,31 April 22,33 27,60 25,13 24,87 24,33 25,67 24,33 27,60 26,80 25,41

P3 November 2015 23,17 22,33 21,83 21,17 21,67 23,17 23,17 20,00 22,83 22,15 Desember 22,33 24,67 25,40 24,67 24,23 22,67 22,33 26,33 26,33 24,33 Januari 2016 23,33 24,00 24,00 22,00 23,00 23,33 28,40 22,00 26,33 24,04 Februari 25,00 27,60 26,80 24,80 30,13 24,33 24,33 26,33 30,80 27,38 Maret 24,67 29,00 28,00 27,00 28,67 25,67 29,93 30,33 28,67 27,99 April 25,33 30,43 26,80 26,53 22,67 26,00 27,53 27,60 28,93 26,87

Rataan BA November 2015 22,83 22,33 23,11 21,50 23,11 22,83 23,17 20,67 22,13 KK=11,46% Desember 22,33 25,17 25,07 24,67 25,07 22,56 22,08 25,22 26,33 KK=13,41% Januari 2016 23,67 bcd 25,89 ab 23,67 bcd 21,67 d 23,67 bcd 23,22 cd 24,69 abc 24,20 bc 26,93 a KK= 9,74% Februari 23,89 d 27,60 d 26,20 cd 23,87 cd 30,31 cd 24,22 bc 25,89 ab 30,60 ab 30,80 ab KK=10,66% Maret 23,89 d 29,89 ab 28,38 abc 28,22 abc 30,89 a 25,78 cd 26,98 bcd 30,56 a 28,22 abc KK=11,14% April 24,11 27,94 26,13 25,36 23,00 26,22 25,51 27,93 27,18 KK=13,86%

Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak

Duncans/DMRT.

2.. P1=Paket pemupukan rekomendasi (PPKS); P2=Paket pemupukan Teknologi Masukan Rendah [TMR]; P3=Paket pemupukan PT.Perkebunan Grahadura PTG); D1= 2 ton

dolomit.ha-1

[14 kg.phn-1

]; D2= 4 ton dolomit.ha-1

(28 kg.phn-1

]; D3= 6 ton dolomit.ha-1

(42 kg.phn-1

); F1= 2 ton batuan fosfat.ha-1

(14 kg.phn-1

); F2= 4 ton batuan fosfat.ha-1

(28 kg.phn-1

); F3= 6 ton batuan fosfat.ha-1

(42 kg.phn-1

); M1= 2 ton tanah mineral.ha-1

(14 kg.phn-1

); M2= 4 ton mineral.ha-1

(28 kg.phn-1

); dan M3= 6 ton tanah mineral.ha-1

(42 kg.phn-1

); BA=bahan amelioran;

Universitas Sumatera Utara

Page 143: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

112

6.. Produksi Tandan Buah Segara (ton.TBS.ha-1

)

Daftar sidik ragam pengamatan produksi TBS kelapa sawit menghasilkan dapat di

lihat pada Lampiran 124-135. Sedang rataan produksi kelapa sawit menghasilkan umur 14

tahun di lahan gambut disajikan pada Tabel 38 dan 39 di bawah ini.

Dari Tabel 38 dan 39 tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh interaksi dari pem

berian paket pemupukan dengan ketiga jenis dan dosis bahan amelioran (dolomit; batuan fos

fat dan tanah mineral) yang digunakan (A/P) terhadap produksi TBS kelapa sawit mengha

silkan per hektar pada pengamatan bulan Oktober 2015, demikian pula terhadap pemberian

bahan amelioran secara tunggal (A) terdapat pada pengamatan mulai bulan Agustus, Okto

ber, Desember 2015 diikuti bulan Januari sampai bulan April tahun 2016, akan tetapi tidak

berbeda nyata pada pemberian paket pemupukan secara tunggal (P).

Adanya pengaruh yang nyata dari pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran

yang digunakan secara tunggal pada pengamatan bulan April 2016 terhadap produksi tandan

buah segar/TBS kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun di lahan gambut, dengan hasil

tertinggi masing-masing terdapat pada pemberian batuan fosfat dosis sedang 28 kg.phn-1

(4

ton.ha-1

thn-1

) [F2] yaitu 4,17 ton.ha-1

meningkat 1,25 kali lipat (F2 vs D1), akan tetapi tidak

berbeda nyata dengan pemberian tanah mineral dosis sedang sampai tinggi 28 kg.phn-1

-42 kg.

phn-1

(4-6 ton.ha-1

thn-1

) [M2 dan M3] yaitu 4,11 dan 3,81 ton.ha-1

dan pada pemberian batuan

fosfat dosis rendah 14 kg.phn-1

(2 ton.ha-1

thn-1

) [F1] yaitu 3,81 ton.ha-1

serta pemberian

dolomit dosis sedang sampai tinggi 28-42 kg.phn-1

(4-6 ton.ha-1

thn-1

) [D2 dan D3] yaitu 4,04

dan 3,83 ton.ha-1

. Bila dibandingkan dengan potensi TBS kebun yang tidak pernah dilakukan

pemupukan selama tiga tahun terakhir sejak tahun 2012 sebesar 16 ton.ha-1

thn-1

(rataan 1,33

ton.ha-1

) terdapat pening katan 3,18 kali lipat (meningkat sebesar 88,79 %.thn-1

).

Secara umum bila dilihat pola penyebaran respon peningkatan produksi tandan buah

segar/TBS kelapa sawit akibat interaksi pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran

dengan paket pemupukan serta pengaruh tunggal dari pemberian paket pemupukan selama

satu tahun pengamatan tidak menunjukkan adanya pengaruh yang nyata, kecuali pada penga

matan bulan Oktober 2015, dimana interaksi pemberian paket pemupukan TMR (P2) disertai

pemberian dolomit dosis sedang 28 kg.phn-1

(4 ton.ha-1

thn-1

/D2) [P2D2] yaitu 3,92 ton.ha-1

,

meningkat 1,32 kali lipat bila dibandingkan dengan hasil terendah (P2D2 vs P1M1); tidak ber

beda nyata dengan P2M2, P2M3, P2D3, P1D1, P1D2, P1M2, P1M3, P3,F2, P3 M1, P3M2,

dan P3M3.

Universitas Sumatera Utara

Page 144: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

113

Tingginya produksi TBS kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun di lahan gambut

pada pengamatan bulan Oktober 2015 (pengamatan bulan ke-enam) akibat interaksi pembe

rian tanah mineral dosis sedang 28 kg.phn-1

(4 ton.ha-1

/M2) dan pemberian dolomit dosis se

dang 28 kg.phn-1

(4 ton.ha-1

/D2) yang disertai dengan pemberian paket pemupukan TMR

(P2) dosis 3,25 kg.phn-1

(1.00 kg urea+0,5 kg TSP+1,00 kg MoP+0,75 kg kieserit) [P2D2 dan

P2M2]. Pemberian pupuk kimia N,P,K dan Mg yang masing-masing ber asal dari pupuk

urea, TSP, MoP dan kieserit dapat mensuplai hara, demikian pula yang ber asal dari bahan

amelioran, berupa tanah mineral dan dolomit, sehingga konsentrasi hara esen sial dalam laru

tan tanah menjadi optimal dan seimbang dalam mendukung pembentukan TBS.

Pemberian tanah mineral diperkirakan dapat memasok sejumlah ion hara kelompok

kation basa dan kation polivalen kelompok logam/hara mikro. Pemberian tanah mineral juga

dapat menambah koloid mineral yang mampu berperan menjerap kation hara sehingga dapat

mencegah pencucian. Adanya tambahan kation polivalen ke dalam tanah gambut dapat pula

menonaktifkan sejumlah asam-asam organik yang bersifat toksik dari reaksi kelasi yang ter

bentuk.

Hartatik (2012) menjelaskan bahwa produktivitas lahan gambut dapat ditingkatkan

melalui pemberian bahan amelioran, berupa tanah mineral. Kation logam, Fe, Mn, Cu, Zn, Co

yang terdapat dalam tanah mineral tersebut dapat mengurangi pengaruh buruk dari asam feno

lat, melalui adsorpsi/jerapan kation pada tapak reaktif gambut.

Universitas Sumatera Utara

Page 145: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

114

Tabel 38. Rataan Produksi TBS (ton.ha-1

) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Akibat Pemberian Paket Pemupukan dan Perlakuan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran di Lahan

Gambut (Enam bulan pertama Mei 2015 s/d Oktober 2015)

Paket Pemupukan

Jenis dan dosis bahan amelioran (kg.phn-1

) D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Rataan P

P1 Mei 2015 2,70 3,0 2 3,15 2,99 3,19 2,82 3,10 3,02 2,68 2,96 Juni 3,00 3,30 3,10 2,84 3,13 3,00 3,13 3,12 3,30 3,17 Juli 3,17 3,03 3,06 2,96 3,08 2,95 3,17 3,27 3,60 3,12 Agustus 2,75 3,22 3,29 3,33 3,49 3,24 3,18 3,56 3,22 3,25 September 3,30 3,56 3,40 3,33 3,45 3,02 3,54 3,33 3,56 3,39 Oktober 3,45 a-e 3,64 a-e 3,24 cde 2,97 c 3,24 cd 3,11 de 2,97 e 3,85 ab 3,59 a-d 3,34

P2 Mei 2015 2,82 3,02 2,97 3,02 2,95 2,90 2,90 2,84 2,84 2,92 Juni 3,02 3,30 3,31 3,02 3,31 3,32 3,13 3,12 3,14 3,17 Juli 3,22 3,34 3,06 3,02 2,94 3,04 2,99 3,17 3,33 3,12 Agustus 2,77 2,95 3,87 3,33 3,49 2,94 3,10 3,35 3,58 3,26 September 3,30 3,31 3,29 3,33 3,76 3,06 3,32 3,67 3,56 3,40 Oktober 3,29 b-e 3,92 a 3,34 a-e 3,15 de 3,24 cde 3,15 de 3,13 de 3,90 a 3,75 ab 3,44

P3 Mei 2015 2,99 3,02 3,28 3,15 3,24 2,82 2,96 2,70 2,70 2,99 Juni 3,13 3,02 2,95 2,86 2,92 3,13 3,13 3,26 3,37 3,09 Juli 3,06 3,34 2,90 3,12 2,90 3,40 3,02 3,33 3,33 3,16 Agustus 2,76 3,33 3,13 3,33 3,29 3,24 3,19 3,91 3,76 3,34 September 3,02 3,33 3,43 3,33 3,27 3,06 3,30 3,90 3,56 3,36 Oktober 3,15 de 3,24 cde 3,24 cde 3,28 b-e 3,42 a-e 3,15 de 3,84 ab 3,59 a-d 3,53 a-e 3,38

Rataan BA Mei 2015 2,84 3,02 3,13 3,05 3,13 2,85 2,99 2,85 2,74 KK=11,68% Juni 3,05 3,20 3,12 2,90 3,12 3,12 3,13 3,17 3,27 KK= 9,68% Juli 3,15 3,24 3,01 3,03 2,97 3,13 3,06 3,26 3,42 KK=10,80% Agustus 2,76 b 3,17 ab 3,43 a 3,33 a 3,42 a 3,17 ab 3,16 ab 3,61 a 3,52 a KK=14,43% September 3,20 3,40 3,37 3,33 3,50 3,05 3,05 3,63 3,56 KK=12,60% Oktober 3,30 cd 3,60 abc 3,31 cd 3,14 d 3,30 cd 3,14 d 3,14 d 3,78 a 3,62 ab KK= 8,37%

Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak

Duncans/DMRT.

2. P1=Paket pemupukan rekomendasi (PPKS); P2=Paket pemupukan Teknologi Masukan Rendah (TMR); P3=Paket pemupukan PT.Perkebunan Grahadura (PTG); D1= 2 ton

dolomit.ha-1

[14 kg.phn-1

]; D2= 4 ton dolomit.ha-1

(28 kg.phn-1

); D3= 6 ton dolomit>ha-1

(42 kg.phn-1

); F1= 2 ton batuan fosfat.ha-1

(14 kg.phn-1

); F2= 4 ton batuan fosfat.ha-1

(28 kg.phn-1

); F3= 6 ton batuan fosfat.ha-1

(42 kg.phn-1

); M1= 2 ton tanah mineral.ha-1

(14 kg.phn-1

); M2= 4 ton mineral.ha-1

(28 kg.phn-1

); dan M3= 6 ton tanah mineral.ha-1

(42 kg.phn-1

); BA=bahan amelioran;

Universitas Sumatera Utara

Page 146: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

115

Tabel 39. Rataan Prpduksi TBS (ton.ha-1

) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Akibat Pemberian Paket Pemupukan dan Perlakuan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran di Lahan

Gambut (Enam bulan berikutnya November 2015 s/d April 2016)

Paket Pemupukan

Jenis dan dosis bahan amelioran (kg.phn-1

) D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Rataan P

P1 November 2015 3,24 3,51 3,24 3,92 3,08 3,57 2,93 3,67 3,75 3,44 Desember 3,30 3,47 3,57 3,64 3,27 3,65 3,33 3,86 3,48 3,51 Januari 2016 2,97 3,65 3,62 3,67 4,03 3,22 3,53 3,69 3,69 3,56 Februari 3,15 4,05 3,38 3,62 4,10 3,63 3,47 4,11 4,16 3,74 Maret 3,20 4,10 3,74 3,83 4,32 3,42 3,30 4,11 3,87 3,77 April 3,20 4,10 3,74 3,87 4,32 3,42 3,33 4,11 3,87 3,78

P2 November 2015 3,24 3,51 3,49 3,76 3,49 3,04 3,56 3,49 3,69 3,47 Desember 3,02 3,72 3,39 3,67 3,47 3,47 3,29 4,05 3,62 3,50 Januari 2016 3,42 3,69 4,07 4,10 3,24 3,24 3,51 3,87 3,99 3,75 Februari 3,15 3,73 3,62 3,67 3,20 3,20 3,47 3,84 4,16 3,66 Maret 3,15 4,10 3,98 3,92 3,56 3,56 3,56 4,14 3,69 3,82 April 3,49 4,10 3,98 3,92 3,56 3,56 3,56 4,10 3,69 3,86

P3 November 2015 3,04 3,92 3,65 3,10 3,40 3,04 3,56 3,96 3,96 3,51 Desember 3,42 4,11 3,62 3,59 3,06 3,51 3,69 4,05 3,90 3,66 Januari 2016 2,95 3,87 4,10 3,69 3,80 3,24 3,49 4,14 4,44 3,74 Februari 3,38 4,05 3,62 3,67 4,07 3,58 3,56 4,13 4,16 3,80 Maret 3,33 3,92 3,78 3,65 4,20 3,47 4,04 4,10 3,87 3,82 April 3,33 3,92 3,78 3,65 3,87 3,47 4,04 4,10 3,87 3,78

Rataan BA November 2015 3,17 3,65 3,46 3,59 3,32 3,32 3,35 3,71 3,80 KK=14,40% Desember 3,26 c 3,77 ab 3,53 abc 3,63 abc 3,21 c 3,54 abc 3,44 bc 3,99 a 3,67 abc KK=12,08% Januari 2016 3,11 c 3,74 ab 3,90 a 3,82 a 3,89 a 3,23 bc 3,51 abc 3,90 a 4,04 a KK=13,45% Februari 3,23 d 3,94 ab 3,54 cd 3,66 bc 4,09 a 3,47 cd 3,50 cd 4,03 a 4,16 a KK= 8,86% Maret 3,23 e 4,04 abc 3,83 bc 3,80 bcd 4,28 a 3,48 de 3,63 cd 4,13 ab 3,81 bcd KK=10,37% April 3,34 d 4,04 ab 3,83 ab 3,81 abc 4,17 a 3,48 cd 3,64 bcd 4,11 a 3,81 abc KK=11,01%

Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak

Duncans/DMRT.

2.. P1=Paket pemupukan rekomendasi (PPKS); P2=Paket pemupukan Teknologi Masukan Rendah (TMR); P3=Paket pemupukan PT.Perkebunan Grahadura (PTG); D1= 2 ton

dolomit.ha-1 (14 kg.phn-1

]; D2= 4 ton dolomit.ha-1

(28 kg.phn-1

); D3= 6 ton dolomit.ha-1

(42 kg.phn-1

); F1= 2 ton batuan fosfat.ha-1

(14 kg.phn-1

); F2= 4 ton batuan fosfat.ha-1

(28 kg.phn-1

); F3= 6 ton batuan fosfat.ha-1

(42 kg.phn-1

); M1= 2 ton tanah mineral.ha-1

(14 kg.phn-1

); M2= 4 ton mineral.ha-1

(28 kg.phn-1

); dan M3= 6 ton tanah mineral.ha-1

(42 kg.phn-1

); BA=bahan amelioran;

Universitas Sumatera Utara

Page 147: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

116

7. Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit (ton.TBS.ha-1.

thn-1

)

Daftar sidik ragam pengamatan produksi TBS kelapa sawit menghasilkan dapat di

lihat pada Lampiran 136. Rataan produksi kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun di la

han gambut disajikan pada Tabel 40, sedang hubungan antara ketiga jenis dan dosis bahan

amelioran dengan pemberian paket pemupukan terhadap produksi TBS kelapa sawit mengha

silkan dapat di lihat pada Gambar 26 dan Gambar 27 di bawah ini

Dari Tabel 40 tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari pemberian

paket pemupukan (P) dan ketiga jenis dan dosis bahan amelioran (D/F/M) yang digunakan

secara tunggal terhadap produksi TBS kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun di lahan

gambut, masing-masing untuk produksi TBS kelapa sawit menghasilkan tertinggi terdapat

pada paket pemupukan PPKS dosis 6,25 kg.phn-1

thn-1

(1,50 kg urea+1,50 kg TSP+2,00 kg

MoP+1,25 kg kieserit) [P1] yaitu 37,36 ton.TBS ha-1

thn-1

, berbeda nyata/meningkat 1,00 kali

lipat bila dibandingkan dengan paket pemupukan TMR (P2), akan tetapi tidak berbeda nyata

deng an paket pemupukan kebun PTG (P3). Sedang untuk jenis dan dosis bahan amelioran

terting gi terdapat pada pemberian batuan fosfat dosis tinggi 42 kg.phn-1

(6 ton.ha-1

thn-1

/F3)

yaitu 38,34 ton.TBS ha-1

thn-1

, berbeda nyata/meningkat 1,08 kali lipat bila dibandingkan

dengan hasil produksi TBS terendah pada pemberian tanah mineral dosis rendah (M1), akan

tetapi tidak berbeda nyata bila dibandingkan dengan pemberian batuan fosfat dosis sedang

(F2), dolomit dosis sedang dan tinggi (D2 dan D3). Bila dibandingkan produksi kelapa sawit

tertinggi ter sebut dengan produktsi rataan kelapa sawit yang dikelola secara baik di Indone

sia 30 ton TBS.ha-1

thn-1

(Malangyoedo, 2014), meningkat 1,28 kali lipat/meningkat sebesar

27,80 %. Tingginya produksi TBS kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, dian

taranya faktor internal, ekternal/lingkungan dan kultur teknis

Menurut Sulistyo, dkk, (2010) faktor internal, meliputi kualitas bibit/bahan tanaman,

umur tanaman dan jumlah pelepah, sedang faktor eksternal adalah kesuburan tanah, kelas ke

sesuaian lahan dan iklim. Sedang faktor kultur teknis dipengaruhi oleh manajemen produksi,

meliputi serangga penyerbuk, kerapatan tanam, pemupukan dan pemahaman kriteria panen.

Dari Gambar 26 tampak bahwa produksi TBS kelapa sawit menghasilkan umur 14 ta

hun di lahan gambut tertinggi terdapat pada pemberian batuan fosfat dosis tingg 42 kg.phn-1

.

(6 ton.ha-1

thn-1

/F3), diikuti dolomit (D3) dan terendah pada tanah mineral (M3). Sedang pada

Gambar 27 menunjukkan bahwa produksi TBS kelapa sawit tertinggi terdapat pada paket

pemupukan PPKS (P1), kemudian diikuti paket kebun PTG (P3) dan terendah pada paket

TMR (P2).

Universitas Sumatera Utara

Page 148: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

117

Tabel 40. Produksi Tandan Buah Segar (ton.ha-1.thn-1) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur 14 tahun terhadap Pemberian Bahan Amelioran dan Paket Pemupukan pada Lahan Gambut

Paket pemupukan

Jenis dan dosis bahan amelioran (kg.phn-1)

D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Rataan P

P1 (PPKS) 36,13 37,96 38,50 36,98 38,75 38,71 35,99 36,77 36,45 37,36 a P2 (TMR) 35,54 36,53 36,56 36,24 36,98 37,71 35,18 35,21 35,37 36,15 b P3 (PTG) 35,99 37,06 38,05 36,74 37,75 38,62 35,35 36,09 35,71 36,82 ab

Rataan BA 35,89 cd 37,19 abc 37,70 ab 36,65 bcd 37,83 ab 38,34 a 35,51 d 36,02 cd 35,84 cd KK=4,13% Keterangan : 1. Angka yang di ikuti oleh dua huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak

Duncans/DMRT.

2. P1=Paket pemupukan rekomendasi (PPKS); P2=Paket pemupukan Teknologi Masukan Rendah [TMR]; P3=Paket pemupukan PT.Perkebunan Grahadura (PTG); A1= 2 ton do

lomit.ha-1

(14 kg.phn-1

); A2= 4 ton dolomit.ha-1

(28.phn-1

); A3= 6 ton dolomit.ha-1

(42 kg.phn-1

); F1= 2 ton batuan fosfat.ha-1

(14 kg.phn-1

); A5= 4 ton batuan fosfat.ha-1

(28 kg.

phn-1

); A6=6 ton batuan fosfat.ha-1

(42 kg.phn-1

); A7= 2 ton tanah mineral.ha-1

(14 kg.phn-1

); A8= 4 ton mineral.ha-1

(28 kg.phn-1

); A9= 6 ton tanah mineral.ha-1

(42 kg.phn-1

);

BA=bahan amelioran;

35.5

36

36.5

37

37.5

PPKS TMR PTG

Pro

du

ksi T

BS

(t.h

a-1

.th

n-1

)

Paket pemupukan (kg.phn-1.thn-1)

Gambar 26 . Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap Produksi TBS Kelapa Sawit Menghasilkan

Gambar 27. Hubungan Paket Pemupukan Terhadap Produksi TBS Kelapa Sawit Menghasilkan

34

35

36

37

38

39

D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3

Pro

du

ksi T

BS

(t.h

a-1

.th

n-1

)

Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.phn-1)

Universitas Sumatera Utara

Page 149: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

118

Secara umum bila dilihat pola penyebaran peningkatan produksi tandan buah segar/

TBS kelapa sawit menghasilkan pada lahan gambut akibat interaksi pemberian paket pemupu

kan dengan ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan (P/A) selama satu tahun

menunjukkan bahwa tidak/belum adanya pengaruh yang nyata, akan tetapi secara matematis

memiliki kecenderung terhadap peningkatan produksi TBS terdapat pada kombinasi perlaku

an P1D3, P1F3, P3D3 dan P3F3.

Tingginya produktivitas TBS kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun di lahan gam

but akibat pemberian batuan fosfat dosis tinggi 42 kg.phn-1

(6 ton.ha-1

thn-1

/F3) disebabkan

karena adanya penambahan ion ortofosfat (H2PO4-

dan HPO4=) dalam tanah gambut yang

memiliki kadar P-total dan P-tersedia dalam tanah tergolong sangat rendah (Lampiran-1).

Tersedianya ion fosfat dalam tanah yang berasal dari ionisasi batuan fosfat, dan didukung

stok air/curah hujan, temperatur dan lama penyinaran matahari yang optimal akan menjamin

tingginya pro duktivitas TBS kelapa sawit. Sedang tingginya produktivitas TBS kelapa sawit

akibat pembe rian paket pemupukan PPKS (P1) disebabkan karena adanya tambahan ion

fosfat yang bera sal dari pemberian paket pemupukan dengan dosis 6,25 kg.phn-1

thn-1

yang

terdiri dari 1,50 kg urea+1,50 kg TSP+2,00 kg MoP+1,25 kg kieserit. Tersedianya aneka

macam ion hara makro yang sangat dibutuhkan tanaman dalam mendukung produktivitas

TBS kelapa sawit, meli puti N dari urea, P dan Ca dari TSP, K dan Cl dari MoP dan Mg dan

S dari kieserit.

Sunarko (2014) menjelaskan bahwa produktivitas lahan gambut dapat ditingkatkan

melalui pemberian berbagai bahan amelioran/pembenah tanah yang berperan untuk memper

baiki kondisi sifat kimia tanah seperti reaksi tanah/pH tanah dan memasok sejumlah ion hara

ke dalam tanah. Sementara pemberian paket pemupukan PPKS yang terdiri dari gabungan be

berapa jenis pupuk tunggal dapat memasok sejumlah ion hara makro, meliputi N, P, Ca, K,

Cl, Mg dan S yang berasal dari pupuk urea, TSP, MoP dan kieserit yang amat dibutuhkan

untuk pembentukan TBS kelapa sawit.

Universitas Sumatera Utara

Page 150: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

119

B.. Kajian Kadar Hara Daun Kelapa Sawit Menghasilkan di Lahan Gambut

1.. Kadar Hara N (%)

Daftar sidik ragam kadar hara N daun tanaman kelapa sawit menghasilkan di lahan

gambut pada penelitian-III dapat di lihat pada Lampiran 137. Rataan kadar N daun tanaman

kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun di lahan gambut disajikan pada Tabel 41, sedang

hubungan antara ketiga jenis dan dosis bahan amelioran dengan pemberian paket pemupukan

terhadap kadar N daun dapat di lihat pada Gambar 28 dan Gambar 29 di bawah ini.

Dari Tabel 41 tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari pemberian

paket pemupukan (P) dan ketiga jenis dan dosis bahan amelioran (D/F/M) yang digunakan

secara tunggal terhadap kadar N daun tanaman kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun di

lahan gambut, masing-masing untuk kadar N daun tertinggi terdapat pada paket pemupukan

PPKS dosis 6,25 kg.phn-1

thn-1

(1,50 kg urea+1,50 kg TSP+2,00 kg MoP+1,25 kg kieserit)

[P1] yaitu 2,78 % N, berbeda nyata/meningkat 1,03 kali lipat bila dibandingkan dengan paket

kebun PTG (P3), akan tetapi tidak berbeda nyata dengan paket TMR (P2). Sedang untuk jenis

dan dosis bahan amelioran tertinggi terdapat pada pemberian batuan fosfat dosis sedang 28

kg.phn-1

(4 ton.ha-1

thn-1

) [F2] yaitu 2,95% N, berbeda nyata/meningkat 1,17 kali lipat bila di

bandingkan dengan pemberian dolomit dosis tinggi (D3), akan tetapi tidak berbeda nyata bila

dibandingkan dengan perlakuan jenis dan dosis bahan amelioran lainnya, kecuali pada pembe

rian dolomit dosis sedang (D2).

Dari Gambar 28 tampak bahwa kadar Mg daun pada tanaman kelapa sawit menghasil

kan tertinggi terdapat pada pemberian batuan fosfat dosis sedang 28 kg.phn-1

(4 ton.ha-1

thn-1

)

[F2], diikuti dolomit dan terendah pada tanah mineral. Sedang pada Gambar 29 menunjukkan

bahwa kadar N daun tertinggi terdapat pada paket pemupukan PPKS (P1), kemudian diikuti

paket TMR (P2) dan terendah pada paket PTG (P3).

Belum/tidak adanya pengaruh terhadap kadar N daun tanaman kelapa sawit mengha

silkan akibat interaksi dari pemberian paket pemupukan disertai dengan pemberian ketiga je

nis dan dosis bahan amelioran (P/A) diduga karena kadar N daun tanaman kelapa sawit meng

hasilkan tergolong optimal dalam mendukung pertumbuhan tanaman dengan kisaran N daun

tanaman kelapa sawit umur ˃6 tahun berkisar antara 2,4-2,8 % N.

Fairhurst (1991) melaporkan bahwa terdapat korelasi antara kad hara dalam daun

tanaman kelapa sawit menghasilkan umur ˃6 tahun dengan kondisi pertumbuhan tanaman.

Bila kadar N daun tanaman kelapa sawit menghasilkan mengandung ˂2,30 % N, tanaman

berada dalam kondisi kahad/defisiensi N. Bila mengandung 2,4-2,8 % N, tanaman berada da

Universitas Sumatera Utara

Page 151: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

120

lam kondisi optimal/normal, sedang bila mengandung ˃3,0 % N, maka tanaman berada dalam

kondisi berlebihan/eksesif.

Bila dibandingkan pemberian paket pemupukan TMR (P2) dosis 3,25 kg.phn-1

thn-1

dengan kedua paket pemupukan lainnya, masing-masing paket PPKS (P1) dosis yaitu 6,25

kg.phn-1

thn-1

dan paket pemupukan PTG (P3) dosis 5,60 kg.phn-1

(1,50 kg urea+1,25 kg

TSP+1,25 kg MoP+0,75 kg kieserit) menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata terha

dap kadar N daun tanaman kelapa sawit (umur ˃ 6 tahun). Hal ini disebabkan karena tinggi

nya dosis pupuk kimia yang diberikan kedalam tanah, tidak selalu berbanding lurus dengan

kadar hara yang terdapat pada tanaman, terutama N daun. Diduga tingginya kadar hara pada

daun yang berasal dari pupuk dalam tanah dapat menekan ketersediaan beberapa ion hara

lainnya yang dibutuhkan tanaman.

Nurhidayati (2017) melaporkan bahwa tingginya konsentrasi hara N tanah dapat me

nekan ketersediaan hara mikro Cu dan mempersulit serapan hara mikro Mn. Demikian pula

halnya, jika ion sulfat (SO4=) yang berasal dari pupuk kieserit terlalu tinggi dalam larutan

tanah dapat menghambat penyerapan hara mikro Mo. Dan tingginya konsentrasi hara P yang

berasal dari batuan fosfat dan TSP dapat menyebabkan terjadinya kekurangan hara mikro

kelompok logam seperti Zn, Fe dan Cu.

Universitas Sumatera Utara

Page 152: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

121

Tabel 41. Hasil Analisis Kadar Hara N (%) Daun Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan Akibat Pemberian Paket Pemupukan dan Perlakuan Jenis dan

Dosis Bahan Amelioran pada Lahan Gambut

Paket pemupukan

Jenis dan dosis bahan amelioran (kg.phn-1)

D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Rataan P

P1 (PPKS) P2 (TMR) P3 (PTG)

2,74 (O) 2,77 (O) 2,72 (O)

2,91 (O) 2,85 (O) 2,79 (O)

2,67 (O) 2,36 (O) 2,57 (O)

2,80 (O) 2,85 (O) 2,70 (O)

3,03 (L) 2,98 (O) 2,82 (O)

2,72 (O) 2,72 (O) 2,70 (O)

2,71 (O) 2,62 (O) 2,71 (O)

2,73 (O) 2,69 (O) 2,84 (O)

2,66 (O) 2,60 (O) 2,44 (O)

2,78 a (O) 2,72 ab (O) 2,70 b (O)

Rataan BA 2,74 bc (O) 2,85 ab (O) 2,53 d (O) 2,79 bc (O) 2,95 a (O) 2,71 c (O) 2,68 c (O) 2,75 bc (O) 2,57 d (O) KK=3,91% Keterangan : 1. Angka yang di ikuti oleh dua huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak

Duncans/DMRT.

2. P1=Paket pemupukan rekomendasi (PPKS); P2=Paket pemupukan Teknologi Masukan Rendah [TMR]; P3=Paket pemupukan kebun (PTG); A1=2 ton dolomit.ha-1

(14kg.phn-1

);

A2= 4 ton dolomit.ha-1

(28.phn-1

); A3= 6 ton dolomit.ha-1

(42 kg.phn-1

); F1= 2 ton batuan fosfat.ha-1

(14 kg.phn-1

); A5= 4 ton batuan fosfat.ha-1

(28 kg.phn-1

); A6=6 ton batuan

fosfat.ha-1

(42 kg.phn-1

); A7= 2 ton tanah mineral.ha-1

(14 kg.phn-1

); A8= 4 ton mineral.ha-1

(28 kg.phn-1

); A9= 6 ton tanah mineral.ha-1

(42 kg.phn-1

); BA=bahan amelioran;

3..Huruf yang terdapat dibelakang angka rataan statistik menunjukkan kriteria kadar hara daun kelapa sawit menghasilkan (umur ˃6 tahun) menurut Von Uexkull dan Fairhurst

(1991), dimana : K= Kahad/defisiensi; O= Optimal/normall; L= Berlebihan/eksesif.

2.65

2.70

2.75

2.80

PPKS TMR PTG

Kad

ar N

dau

n (

%)

Paket Pemupukan (kg.phn-1)

Gambar 28. Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap Kadar N daun Kelapa Sawit Menghasilkan

Gambar 29. Hubungan Paket Pemupukan Terhadap Kadar N Daun Kelapa Sawit Menghasilkan

2.3

2.4

2.5

2.6

2.7

2.8

2.9

3

D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3

Kad

ar N

Dau

n (

%)

Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.phn-1)

Universitas Sumatera Utara

Page 153: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

122

2.. Kadar Hara P (%)

Daftar sidik ragam kadar hara P daun tanaman kelapa sawit menghasilkan di lahan

gambut dapat di lihat pada Lampiran 138. Rataan kadar hara P daun tanaman kelapa sawit

menghasilkan umur 14 tahun di lahan gambut disajikan pada Tabel 42 di bawah ini.

Dari Tabel 42 tersebut menunjukkan bahwa pemberian paket pemupukan (PPKS/P1;

TMR/P2 dan PTG/P3) dengan ketiga jenis dan dosis bahan amelioran (dolomit/D; batuan fos

fat/F dan tanah mineral/M) baik secara tunggal maupun interaksinya (P/A) tidak/belum mem

berikan adanya pengaruh yang nyata terhadap kadar P daun tanaman kelapa sawit mengha

silkan umur 14 tahun di lahan gambut.

Tidak/belum adanya pengaruh yang nyata terhadap kadar hara P daun tanaman kelapa

sawit menghasilkan akibat dari pengaruh pemberian paket pemupukan dengan ketiga jenis

dan dosis bahan amelioran, baik secara tunggal (P) atau (A) maupun interaksinya (P/A), kare

na semua kombinasi perlakuan yang dicobakan mendapat tambahan hara dari pupuk kimia

yang sama, meliputi N-amonium/nitrat dari urea, ion Ca dan ion ortofosfat dari TSP, ion K

dan Cl dari MoP dan ion Mg dan sulfat dari kieserit. Sementara dalam bahan amelioran yang

dicobakan juga mengandung sejumlah hara seperti ion Ca, Mg dan Fe dari dolomit, ion Ca,

Fe dan ortofosfat dari batuan fosfat dan ion amonium/nitrat, fosfat, kation polivalen/kation

logam dari tanah mineral [Lampiran 2 dan 3].

Fairhurst (1991) menjelaskan bahwa ada hubungan konsentrasi hara dalam daun tana

man kelapa sawit menghasilkan umur ˃6 tahun dengan kondisi status hara dalam daun. Bila

kadar hara P daun ˂0,14 % P, tanaman berada dalam kondisi defisiensi/kekurangan, bila

mengandung 0,15-0,18 % P, kadar hara berada dalam kondisi optimal/cukup untuk mendu

kung pertumbuhan tanaman. Sedang bila mengandung ˃0,25 % P, kondisi hara dalam tanam

an berada dalam keadaan berlebihan/eksesif.

Namun bila di lihat dari tabel tersebut di atas, secara umum sebaran rataan kadar hara

P daun tanaman kelapa sawit menghasilkan di lahan gambut berada dalam kategori optimal

dengan kisaran 0,15-0,18 % P. Artinya semua daun tanaman kelapa sawit menghasilkan ber

ada dalam kondisi optimal/cukup dalam mendukung pertumbuhan tanaman, dengan kisaran

kadar hara P daun 0,15-1,31 % P, lebih tinggi 72,22 % bila dibandingkan dengan rataan ter

tinggi kadar hara P daun dengan kondisi berlebih/eksesif yang terdapat pada perlakuan inter

aksi (P2M3 dan P3M3).

Universitas Sumatera Utara

Page 154: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

123

Tabel 42. Hasil Analisis Kadar Hara P (%) Daun Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan Akibat Pemberian Paket Pemupukan dan Perlakuan Jenis dan

Dosis Bahan Amelioran pada Lahan Gambut

Paket pemupukan

Jenis dan dosis bahan amelioran (kg.phn-1)

D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Rataan P

P1 (PPKS) P2 (TMR) P3 (PTG)

0,18 (O) 0,19 (O) 0,19 (O)

0,21 (O) 0,21 (O) 0,20 (O)

0,19 (O) 0,15 (O) 0,19 (O)

0,19 (O) 0,20 (O) 0,19 (O)

0,21 (O) 0,22 (O) 0,20 (O)

0,17 (O) 0,18 (O) 0,18 (O)

0,20 (O) 0,20 (O) 0,21 (O)

0,19 (O) 0,19 (O) 0,19 (O)

0,18 (O) 0,38 (L) 0,38 (L)

0,19 (O) 0,21 (O) 0,21 (O)

Rataan BA 0,19 (O) 0,21 (O) 0,18 (O) 0,19 (O) 0,21 (O) 0,18 (O) 0,20 (O) 0,19 (O) 0,31 (L) KK=4,69%

Keterangan : 1. Angka yang di ikuti oleh dua huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak

Duncans/DMRT.

2 P1=Paket pemupukan rekomendasi PPKS-Medan; P2=Paket pemupukan Teknologi Masukan Rendah (TMR); P3=Paket pemupukan PT.Perkebunan Grahadura (PTG); A1= 2

ton dolomit.ha-1 (14 kg.phn-1

); A2= 4 ton dolomit.ha-1

(28 kg.phn-1

); A3= 6 ton dolomit.ha (42 kg.phn-1

); A4= 2 ton batuan fosfat.ha-1

(14 kg.phn-1

); A5= 4 ton batuan fosfat.

ha-1

(28 kg.phn-1

); A6= 6 ton batuan fosfat.ha-1

(42 kg.phn-1

); A7= 2 ton tanah mineral.ha-1

(14 kg.phn-1

); A8= 4 ton mineral.ha-1

[28 kg.phn-1

]; A9= 6 ton tanah mineral.ha-1

(42 kg.phn-1

); BA=bahan amelioran;

3. Huruf dalam kurung yang terdapat dibelakang angka rataan statistik menunjukkan kriteria hara daun kelapa sawit menghasilkan (umur ˃ 6 tahun) menurut Von Uexkull dan Fairhurst (1991) dimana, K=kahad/defisiensi ; O=optimal/normal dan L=berlebih/eksesif.

Universitas Sumatera Utara

Page 155: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

124

3.. Kadar Hara K (%)

Daftar sidik ragam kadar K daun tanaman kelapa sawit menghasilkan pada lahan gam

but dapat di lihat pada Lampiran 139. Rataan kadar K daun tanaman kelapa sawit menghasil

kan umur 14 tahun di lahan gambut disajikan pada Tabel 43 sedang hubungan antara ketiga

jenis dan dosis bahan amelioran disertai paket pemupukan terhadap kadar hara K daun dapat

dilihat pada Gambar 30 di bawah ini.

Dari Tabel 43 tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari interaksi

pemberian paket pemupukan (PPKS/P1; TMR/P2 dan PTG/P3) disertai pemberian ketiga je

nis dan dosis bahan amelioran yang digunakan (dolomit/D; batuan fosfat/F dan tanah mine

ral/M) terhadap kadar K daun tanaman kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun di lahan

gambut dengan kadar K daun tertinggi terdapat pada paket pemupukan PPKS (P1) dosis 6,25

kg.thn-1

(1,50 kg urea+1,50 kg TSP+2,00 kg MoP+1,25 kg kieserit) disertai pemberian dolo

mit dosis sedang 28 kg.phn-1

(4 ton.ha-1

/D2) [P1D2], yaitu 1,35 % K, meningkat 1,93 kali

lipat bila dibandingkan dengan perlakuan kadar K daun terendah (P1D2 vs P3D3), berbeda

nyata terhadap semua kombiasi perlakuan, kecuali P2M3 dan P3M3.

Dari Gambar 30 tersebut tampak bahwa kadar K daun kelapa sawit menghasilkan di

lahan gambut tertinggi terdapat pada interaksi paket pemupukan TMR (P2) dosis 3,25 kg.phn-

1thn

-1 (1,00 kg urea+0,5 kg TSP+1,00 kg MoP+0,75 kg kieserit) disertai pemberian tanah

mineral dosis sedang 28 kg.phn-1

(4 ton.ha-1

/M2) [P2M2] yaitu 1,36 % K, meningkat 1,94 kali

lipat bila dibandingkan dengan kadar K terendah (P2M2 vs P3D3), berbeda nyata terhadap

semua kombinasi perlakuan, kecuali dengan P1D2 dan P3M3.

Tingginya kadar K daun kelapa sawit menghasilkan (umur ˃6 tahun) di lahan gam

but pada paket pemupukan TMR (P2) dosis 5,60 kg.phn-1

(1,50 kg urea+1,25 kg TSP+2,00

kg MoP+0,75 kg kieserit) disertai dengan pemberian tanah mineral dosis tinggi 42 kg.phn-1

(6

ton.ha.-1

/M3) [P2M3] yaitu 1,36 % K, karena adanya tambahan hara K yang berasal dari pu

puk MoP dan tanah mineral (Lampiran 2). Adanya penambahan koloid liat dari tanah mine

ral kedalam tanah gambut dapat pula berperan sebagai sumber koloid tanah yang dapat menje

rap beberapa kation hara, sehingga dapat mengurangi pencucian hara. Hartatik (2012) mela

porkan bahwa pemberian tanah mineral pada tanah gambut bersama dengan pupuk kimia

dapat meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah, baik yang berasal dari pupuk maupun

yang dibebaskan melalui pelapukan batuan/mineral sukar lapuk menjadi bentuk hara yang

tersedia akibat bereaksi dengan asam-asam organik yang berasal dari tanah gambut.

Universitas Sumatera Utara

Page 156: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

125

Fairhurst (1991) menjelaskan terdapat hubungan antara kadar hara tanah dengan ka

dar hara daun tanaman tanaman kelapa sawit menghasilkan umur ˃6 tahun. Bila kadar hara K

daun mengandung ˂0,75, maka kondisi hara dalam tanaman berada dalam kondisi kahad/

kekurangan. Bila mengandung 0,9-1,2 % K, tanaman berada dalam kondisi optimal, sedang

jika mengandung ˃1,6 % K, kadar hara K tanaman berada dalam kondisi berlebihan/eksesif.

Universitas Sumatera Utara

Page 157: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

126

Tabel 43. Hasil Analisis Kadar Hara K (%) Daun Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan Akibat Pemberian Paket Pemupukan dan Perlakuan Jenis dan

Dosis Bahan Amelioran pada Lahan Gambut

Paket pemupukan

Jenis dan dosis bahan amelioran (kg.phn-1

)

D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Rataan P

P1 (PPKS) P2 (TMR) P3 (PTG)

0,96 f-i (O) 0,99 d-g (O) 1,01 c-f (O)

1,35 a (O) 0,81 i-m (K) 0,89 ijk (K)

0,92 hij (O) 0,71 lm (K) 0,70 m (K)

0,80 j-m (O) 0,88 ijk (O) 1,15 bc (O)

0,88 ijk (O) 0,96 ghi (O) 0,92 hij (O)

0,76 klm (O) 0,85 i-l (O) 0,84 i-l (O)

0,97 e-h (O) 1,00 c-g (O) 0,95 ghi (O)

1,02 cde (O) 1,12 bcd (O)

1,15 bc (O)

0,85 i-l (O) 1,36 a (O)

1,26 ab (O)

0,94 (O) 0,96 (O) 0,99 (O)

Rataan BA 0,99 cd (O) 1,01 bc (O) 0,78 e (K) 0,94 cd (O) 0,92 d (O) 0,82 e (O) 0,97 cd (O) 1,10 ab (O) 1,15 a (O) KK=8,02%

Keterangan : 1. Angka yang di ikuti oleh dua huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uj Jarak

Duncans/DMRT.

2. P1=Paket pemupukan rekomendasi (PPKS); P2=Paket pemupukan Teknologi Masukan Rendah (TMR); P3=Paket pemupukan PT.Perkebunan Grahadura (PTG); A1= 2 ton dolo

mit.ha-1

(14 kg.phn-1

); kg.phn-1

); A2= 4 ton dolomit.ha-1

(28 kg.phn-1

); A3= 6 ton dolomit.ha-1

(42 kg.phn-1

); F1= 2 ton batuan fosfat.ha-1

(14 kg.phn-1

); A5= 4 ton batuan fosfat.

ha-1

(28 kg.phn-1

); A6= 6 ton batuan fosfat.ha-1

(42 kg.phn-1

); A7= 2 ton tanah mineral.ha-1

(14 kg.phn-1

); A8= 4 ton mineral.ha-1

(28 kg.phn-1

); A9= 6 ton tanah mineral.ha-1

(42 kg.phn-1

);

3.. Huruf dalam kurung yang terdapat dibelakang angka rataan statistik menunjukkan kriteria hara daun kelapa sawit menghasilkan (umur ˃ 6 tahun) menurut Von Uexkull

dan Fairhurst (1991) dimana, K= kahad/defisiensi ; O= optimal/normal dan L= berlebihan/eksesif.

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3

Ka

da

r K

da

un

(%

)

Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.phn-1)

PPKS

TMR

PTG

Gambar 30. Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran dan Paket Pemu pukan Terhadap Kadar K daun Kelapa Sawit Menghasilkan

Universitas Sumatera Utara

Page 158: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

127

4.. Kadar Hara Kalsium (%)

Daftar sidik ragam kadar Ca daun pada tanaman kelapa sawit menghasilkan di lahan

gambut terdapat pada Lampiran 140. Rataan kadar Ca daun kelapa sawit menghasilkan umur

14 tahun di lahan gambut disajikan pada Tabel 44, sedang hubungan antara ketiga jenis dan

dosis bahan amelioran dan paket pemupukan terhadap kadar Ca daun dapat di lihat pada Gam

bar 31 di bawah ini.

Dari Tabel 44 tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari interaksi

pemberian paket pemupukan (PPKS/P1; TMR/P2 dan PTG/P3) disertai dengan pemberian ke

tiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan (dolomit/D; batuan fosfat/F dan tanah

mineral/M) terhadap kadar Ca daun tanaman kelapa sawit menghasilkan pada lahan gambut

dengan kadar Ca tertinggi terdapat pada paket pemupukan TMR (P2) dosis 3,25 kg.phn-1

thn-1

(1,00 kg urea+0,5 kg TSP+1,00 kg MoP+0,75 kg kieserit) disertai pemberian batuan fosfat do

sis (14 kg.phn-1

thn-1

/F1) [P2F1] yaitu 0,91% Ca, meningkat 1,90 kali lipat bila dibandingkan

dengan kadar Ca terendah (P2F1 vs P1D3), berbeda nyata dengan semua kombinasi perla

kuan yang ada, kecuali [P1F1].

Dari Gambar 31 tampak bahwa kadar Ca daun kelapa sawit menghasilkan tertinggi ter

dapat pada interaksi paket pemupukan TMR (P2) dengan pemberian dolomit dosis rendah,

sedang pada pemberian batuan fosfat dengan dosis yang semakin tinggi, berbanding terbalik

terhadap peningkatan kadar Ca daun (polanya berkorelasi negatif) yaitu P2F1, tidak berbeda

nyata dengan perlakuan interaksi P1F1.

Tingginya kadar Ca daun tanaman kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun di lahan

gambut pada kombinasi pemberian paket pemupukan TMR (P2) dosis 3,25 kg.thn-1

(1,00 kg

urea+0,50 kg TSP+1,00 kg MoP+0,75 kg kieserit) disertai pemberian batuan fosfat dosis 14

kg.phn-1

(2 ton.ha-1

/F1) [P2F1] yaitu 0,91 %, karena adanya tambahan ion hara Ca yang ber

asal dari batuan fosfat (Lampiran-3) dan dari pupuk TSP, yang menyebabkan ketersediaan

ion hara Ca meningkat dalam larutan tanah.

Menurut Fairhurst (1991) terdapat hubungan antara status kadar hara daun tanaman

kelapa sawit menghasilkan umur ˃6 tahun dengan kondisi pertumbuhan tanaman. Bila kadar

Ca daun mengandung 0,25 % Ca, tanaman berada dalam kondisi kahad/kekurangan hara. Bila

mengandung 0,5-0,75 % Ca, tanaman berada dalam kondisi optimal/normal, sedang bila me

ngandung ˃1,00 % Ca, tanaman berada dalam kondisi berlebihan/eksesif.

Universitas Sumatera Utara

Page 159: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

128

Tabel 44. Hasil Analisis Kadar Hara Ca (%) daun Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan Akibat Pemberian Paket Pemupukan dan Perlakuan Jenis dan

Dosis Bahan Amelioran pada Lahan Gambut

Paket pemupukan

Jenis dan dosis bahan amelioran (kg.phn-1

)

D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Rataan P

P1 (PPKS) P2 (TMR) P3 (TPG)

0,45 i (O) 0,51 hi (O) 0,50 hi (O)

0,71 bcd (L) 0,70 b-e (L) 0,70 bcd (L)

0,48 i (O) 0,65 c-g (O) 0,66 c-f (O)

0,80 ab (L) 0,91 a (L) 0,77 bc (L)

0,68 b-f (O) 0,68 b-f (O) 0,56 e-i (O)

0,55 f-i (O) 0,56 e- (O) 0,47 i (O)

0,46 i (O) 0,51 hi (O) 0,52 ghi (O)

0,62 d-h (O) 0,67 c-f (O) 0,65 c-g (O)

0,74 bcd (L) 0,66 c-g (O) 0,52 ghi (O)

0,61 ab (O) 0,65 a (O) 0,59 b (O)

Rataan BA 0,49 d (O) 0,70 b (L) 0,60 c (O) 0,83 a (L) 0,64 bc (O) 0,53 d (O) 0,50 d (O) 0,64 bc (O) 0,64 bc (O) KK=11,02%

Keterangan : 1. Angka yang di ikuti oleh dua huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak

Duncans/DMRT.

2. P1=Paket pemupukan rekomendasi (PPKS); P2=Paket pemupukan Teknologi Masukan Rendah (TMR); P3=Paket pemupukan PT.Perkebunan Grahadura (PTG); D1= 2 ton

dolomit.ha-1

(14 kg.phn-1

); D2= 4 ton dolomit.ha-1

(28 kg.phn-1

); D3= 6 ton dolomit.ha-1

(42 kg.phn-1

); F1= 2 ton batuan fosfat.ha-1

(14 kg.phn-1

); F2= 4 batuan fosfat.ha-1

(28

kg.phn-1

); A6= 6 ton batuan fosfat.ha-1

(42 kg.phn-1

); M1= 2 ton tanah mineral.ha-1

(14 kg.phn-1

); M2= 4 ton mineral.ha-1

(28 kg.phn-1

); M3= 6 ton tanah mineral.ha-1

(42

kg.phn-1

); BA=bahan amelioran;

3. Huruf dalam kurung yang terdapat dibelakang angka rataan statistik menunjukkan kriteria hara daun kelapa sawit menghasilkan (umur ˃ 6 tahun) menurut Von Uexkull

dan Fairhurst (1991) dimana, K= kahad/defisiensi ; O= optimal/normal dan L= berlebih/eksesif.

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3

Kad

ar C

a d

aun

(%

)

Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.phn-1)

PPKS

TMR

PTG

Gambar 31. Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran dan Paket Pemu pukan Terhadap Kadar Ca daun Kelapa Sawit Menghasilkan

Universitas Sumatera Utara

Page 160: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

129

5.. Kadar Hara Mg (%)

Daftar sidik ragam kadar Mg daun pada tanaman kelapa sawit menghasilkan dapat di

lihat pada Lampiran 141. Rataan kadar Mg daun tanaman kelapa sawit menghasilkan umur

14 tahun pada lahan gambut disajikan pada Tabel 45, sedang hubungan antara ketiga jenis

dan dosis bahan amelioran dengan paket pemupukan terhadap kadar Mg daun ditampilkan

pada Gambar 32 di bawah ini.

Dari Tabel 45 menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari interaksi pemberian

paket pemupukan (PPKS/P1; TMR/P2 dan PTG/P3) disertai pemberian ketiga jenis dan dosis

bahan amelioran (dolomit/D; batuan fosfat/F dan tanah mineral/M) terhadap kadar Mg daun

tanaman kelapa sawit menghasilkan di lahan gambut, dengan kadar Mg daun tertinggi terda

pat pada paket pemupukan TMR (P2) dosis 3,25 kg.phn-1

thn-1

(1,00 kg urea+ 0,50 TSP+1,00

kg MoP+0,75 kg kieserit) disertai pemberian dolomit dosis 42 kg.phn-1

(6 ton.ha-1

/D3) [P2

D3] yaitu 0,57 % Mg, meningkat 1,90 kali lipat bila dibandingkan dengan kadar Mg daun ter

endah (P2D3 vs P2M1), berbeda nyata terhadap semua kombinasi perlakuan, kecuali pada

interaksi P1 F1, P2F1, P3F1.dan P1D2.

Dari Gambar 32 tersebut tampak bahwa kadar Mg daun tanaman kelapa sawit mengha

silkan tertinggi terdapat pada interaksi paket pemupukan TMR (P2) disertai dengan dosis

dolomit yang semakin tinggi (polanya berkorelasi positif) yaitu P2D3, diikuti P3D3, sedang

P1D3 cendrung menurun dengan semakin tingginya dosis dolomit yang digunakan..

Tingginya kadar Mg daun pada tanaman kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun di

lahan gambut pada interaksi paket pemupukan TMR (P2) dengan pemberian dolomit dosis

tinggi/D3 [P2D3] diduga karena adanya penambahan ion Mg yang berasal dari dolomit dan

pupuk kieserit, sehingga ketersediaan hara Mg dalam tanah meningkat, yang pada gilirannya

dapat meningkatkan kadar Mg daun dalam mendukung pertumbuhan tanaman kelapa sawit

yang optimal/normal.

Fairhurst (1991) melaporkan bahwa terdapat hubungan antara status hara Mg daun

tanaman kelapa sawit menghasilkan (umur˃6 tahun) dengan kondisi pertumbuhan tanaman.

Bila kadar Mg-daun pada tanaman ˂0,20 % Mg, tanaman berada dalam keadaan defisiensi/

kekurangan hara, bila mengandung 0,25-0,40 % Mg, tanaman berada dalam kondisi optimal/

cukup dalam mendukung pertumbuhan tanaman, sedang bila mengandung ˃0,7% Mg, tanam

an berada dalam kondisi berlebihan hara/eksesif.

Universitas Sumatera Utara

Page 161: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

130

Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian paket pemupukan TMR

(P2) dosis 3,25 kg.phn-1

disertai pemberian tanah mineral dosis 42 kg.phn-1

(6 ton.ha-1

thn-1

/

M3) [P2M3], batuan fosfat dosis 14 kg.phn-1

thn-1

(2 ton.ha-1

thn-1

/F1) [P2F1] dan dolomit

dosis 42 kg.phn-1

thn-1

(6 ton.ha-1

thn-1

/D3) [P2D3] memberikan pengaruh terhadap kadar hara

K, Ca dan Mg daun kelapa sawit umur 14 tahun (˃6 tahun) di lahan gambut. Kadar hara K,

Ca dan Mg daun tertinggi masing-masing sebesar 1,36 % K, 0,91 % Ca, dan 0,57 % Mg.

Ketiga status hara K, Ca dan Mg daun berada dalam kondisi optimal dalam mendukung

pertumbuhan tanaman. Pemberian interaksi paket pemupukan dengan ketiga bahan amelioran

(P/A) tidak berpenga ruh terhadap kadar hara P, tetapi berpengaruh terhadap kadar N daun

secara tunggal, baik pada paket pemupukan (P) maupun bahan amelioran (A). Kadar hara

daun tertinggi pada pa ket pemupukan PPKS dosis 6,20 kg.phn-1

(P1) yaitu 2,78 % N, sedang

pada pemberian dolomit 28 kg.phn-1

thn-1

(4 ton.ha-1

thn-1

/F2) yaitu 2,95 % N.

Universitas Sumatera Utara

Page 162: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

131

Tabel 45. Hasil Analisis Kadar Hara Mg (%) Daun Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan Akibat Pemberian Paket Pemupukan dan Perlakuan Jenis dan

Dosis Bahan Amelioran pada Lahan Gambut

Paket pemupukan

Jenis dan dosis bahan amelioran (kg.phn-1

)

D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Rataan P

P1 (PPKS) P2 (TMR) P3 (PTG)

0,38 g-k (O) 0,45 c-i (O) 0,39 g-k (O)

0,50 a-e (O) 0,49 b-f (O) 0,45 e-i (O)

0,37 i-l (O) 0,57 a (O) 0,51 abc (O)

0,56 ab (O) 0,50 a-d (O) 0,52 abc (O)

0,48 b-f (O) 0,44 c-i (O) 0,44 c-i (O)

0,40 f-k (O) 0,39 g-k (O) 0,40 f-k (O)

0,33 kl (O) 0,30 l (O) 0,33 jkl (O)

0,49 b-f (O) 0,41 e-j (O) 0,37 h-l (O)

0,45 c-h (O) 0,42 d-i (O) 0,47 c-g (O)

0,44 (O) 0,44 (O) 0,43 (O)

Rataan BA 0,41 de (O) 0,48 b (O) 0,48 ab (O) 0,53 a (O) 0,46 bc (O) 0,40 e (O) 0,32 f (O) 0,42 cde (O) 0,45 bcd (O) KK=9,76%

Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak

Duncans/DMRT.

2. P1=Paket pemupukan rekomendasi (PPKS); P2=Paket pemupukan Teknologi Masukan Rendah (TMR); P3=Paket pemupukan PT.Perkebunan Grahadura (PTG); A1= 2 ton

dolomit.ha-1

(14 kg.phn-1

); A2= 4 ton dolomit.ha-1

(28 kg.phn-1

); A3= 6 ton dolomit.ha-1

(42 kg.phn-1

); A4= 2 ton batuan fosfat.ha-1

(14 kg.phn-1

); A5= 4 ton batuan fosfat.ha-1

(28 kg.phn-1

); A6= 6 ton batuan fosfat.ha-1

(42 kg.phn-1

); M1= 2 ton tanah mineral.ha-1

(14 kg.phn-1

); M2= 4 ton mineral.ha-1

(28 kg.phn-1

); M3= 6 ton tanah mineral.ha-1

(42

kg.phn-1

); BA=bahan amelioran;

3. Huruf dalam kurung yang terdapat dibelakang angka rataan statistik menunjukkan kriteria hara daun kelapa sawit menghasilkan (umur ˃ 6 tahun) menurut Von Uexkull

dan Fairhurst (1991) dimana, K= kahad/defisiensi ; O= optimal/normal dan L= berlebih/eksesif.

0.00

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3

Kad

ar M

g d

aun

(%

)

Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.phn-1)

PPKS

TMR

PTG

Gambar 32. Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran dan Paket Pemu pukan Terhadap Kadar Mg daun Kelapa Sawit Menghasilkan

Universitas Sumatera Utara

Page 163: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

132

Pembahasan Umum

Dari tabel rangkuman sifat tanah inkubasi pada media tanam gambut selama satu ta

hun di pembibitan utama akibat perlakuan pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran

yang digunakan (dolomit, batuan fosfat dan tanah mineral) terhadap kajian sifat kimia tanah

pada media tanam gambut disajikan pada Tabel 46.

Dari Tabel 46 tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari pemberian

ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan pada media tanam gambut di polibag

terhadap semua parameter sifat kimia tanah yang diamati, meliputi pH tanah, N-total, P-terse

dia, kation basa (K, Ca, Mg) dan KTK tanah bila dibandingkan dengan hasil analisis tanah

awal (Lampiran-1).

Pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran (dolomit, batuan fosfat dan tanah

mineral) pada media tanam gambut menunjukan adanya pengaruh yang nyata terhadap nilai

pH-tanah inkubasi, dengan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian dolomit, diikuti

batuan fosfat dan tanah mineral (Gambar 4), demikian pula halnya untuk tanah pembibitan

kelapa sawit di polibag (Gambar 14). Meningkatnya nilai pH-tanah pada media tanam gam

but, baik untuk tanah inkubasi maupun pada tanah pembibitan kelapa sawit di polibag dari

dosis 0,45 kg.polibag-1

sampai 1,35 kg.polibag-1

(D1-D3) disebabkan pemberian dolomit pada

media tanamn gambut dapat menghasilkan senyawa, berupa kation Ca++

dan Mg++

, ion bikar

bonat (HCO3-) dan ion hidroksil (OH

-). Banyaknya ion hidoksil yang dihasilkan merupakan

penyebab naiknya nilai pH-tanah. Selain itu ion bikarbonat yang dihasilkan dapat pula me

nonaktifkan kation logam seperti Al, Fe, Mn yang terdapat dalam larutan tanah membentuk

Al/Fe/Mn-bikarbonat yang tidak larut. Ion bikarbonat dapat pula berikatan dengan ion H+

membentuk molekul air dan karbon dioksida yang menyebabkan nilai pH-tanah meningkat

/naik.

Hardjowigeno (2010) menjelaskan bahwa dolomit termasuk salah satu bahan kapur

yang dapat digunakan untuk meningkatkan nilai pH-tanah. Bahan kapur lainnya yang dapat

digunakan adalah kapur pertanian (kapar karbonat), kapur oksida (kapur bakar/tohor) dan ka

pur hidrat (kapur sirih/kapur tembok) yang dosisnya sangat dipengaruhi oleh nilai pH-tanah

awal, kadar bahan organik, mutu kapur/kehalusan dan jenis tanaman.

Pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran pada media tanam gambut di poli

bag menunjukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap kadar N-total tanah inkubasi, dengan

nilai tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian dolomit dosis 0,45 kg.polibag-1

(D1), ber

beda nyata bila dibandingkan dengan semua jenis dan dosis bahan amelioran lainnya (Gam

Universitas Sumatera Utara

Page 164: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

133

bar 5), demikian pula untuk media tanam gambut pada pembibitan kelapa sawit di polibag

(Gambar 15). Dengan perkataan lain, pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang

semakin tinggi (D2-D3; F2-F3 dan M2-M3) berbanding terbalik terhadap kadar N-total tanah

pada dosis rendah (D1;F1;M1), artinya terjadi penurunan kadar N-total tanah dengan semakin

tingginya dosis bahan amelioran yang digunakan.

Menurunnya kadar N-total tanah, dengan semakin tingginya dosis ketiga bahan ameli

oran yang digunakan, baik pada tanah inkubasi maupun tanah pada pembibitan kelapa sawit,

disebabkan karena meningkatnya nilai pH-tanah, akibat pemberian dolomit. Kehadiran ion

hidroksil (OH-1

) dalam tanah dapat bereaksi dengan ion amonium (N-NH4+) yang berasal da

ri mineralisasi/amonifikasi bahan organik, membentuk amonium hidroksida (NH4OH), yang

dapat pula terionisasi menghasilkan molekul air (H2O) dan gas amonia (NH3) yang menguap

ke atmosfir. Faktor lain diduga terjadi reaksi denitrifikasi dalam tanah, dengan kondisi tanah

kaya bahan organik, kelembaban tinggi, rendahnya kadar oksigen dan tingginya suhu/terik

matahari, menyebabkan ion nitrat (N-NO3-1

) yang dihasilkan dari proses nitrifikasi tereduksi

menjadi N yang dapat hilang menguap ke atmosfer dalam bentuk N2O, NO dan N2.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Leiwakabessy (1988) yang menyatakan bah

wa ketersediaan N-total tanah makin menurun/rendah dengan semakin tingginya dosis bahan

amelioran yang digunakan. Artinya kadar N-total tanah tertinggi terdapat pada dosis bahan

amelioran yang paling rendah (D1;F1;M1) dengan nilai pH tanah yang lebih rendah/bereaksi

lebih masam.

Winarso (2005) menambahkan bahwa tanah-tanah yang diberi kapur akan mengura

ngi ketersediaan N yang menjadi lebih rendah dalam tanah daripada tanah-tanah yang tidak

diberi kapur/dolomit.

Pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran pada media tanam gambut di poli

bag menunjukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap kadar P-tersedia tanah inkubasi, de

ngan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan batuan fosfat dosis tinggi yaitu 1,35 kg.polibag-1

(F3), diikuti D3 dan M3, berbeda nyata bila dibandingkan dengan semua perlakuan bahan

amelioran lainnya (Gambar 6), demikian pula untuk tanah pada pembibitan kelapa sawit di

polibag, mengikuti pola yang sama (Gambar 16), kecuali untuk perlakuan bahan amelioran ta

nah mineral, dimana pada pemberian dosis yang semakin tinggi tidak diikuti dengan keterse

diaan P tanah yang semakin tinggi (berbanding lurus). Dengan perkataan lain pemberian ke

tiga jenis dan dosis yang semakin tinggi pada tanah inkubasi berbanding lurus dengan kenai

kan P-tersedia tanah, demikian pula untuk tanah pada pembibitan kelapa sawit di polibag, ke

cuali untuk perlakuan pemberian tanah mineral terdapat pola yang berbanding terbalik.

Universitas Sumatera Utara

Page 165: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

134

Hal ini karena semakin banyak tanah mineral yang diberikan pada media tanam gam

but di polibag, ketersediaan P-tanah relatif berkurang akibat kehadiran kation-kation logam

(Al;Fe;Mn) yang terdapat dalam tanah mineral yang dapat memfiksasi P membentuk perse

nyawaan tidak,larut

Nurhidayati (2017) menyatakan bahwa ketersediaan P dalam tanah sangat dipenga

ruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah reaksi tanah/pH-tanah, jumlah kation logam, ka

dar bahan organik, dan jenis bahan kapur.

Pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran pada media tanam gambut di poli

bag menunjukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap kation basa tukar (K, Ca dan Mg)

tanah inkubasi, dengan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian dosis bahan amelio

ran 1,35 kg.polibag-1

(D3;F3;M3) berbeda nyata untuk setiap peningkatan dosis, terutama

untuk bahan amelioran dolomit dan batuan fosfat, demikian pula pada media tanam pembi

bian kelapa sawit di polibag selalu berbanding lurus. Dengan perkataan lain semakin tinggi

dosis ketiga jenis dan dosis bahan amelioran, diikuti dengan semakin meningkatnya kation

basa tukar tanah (K,Ca, dan Mg). Tingginya kadar Ca dan Mg tanah, selain disebabkan oleh

pemberian bahan amelioran (dolomit, batuan fosfat dan tanah mineral) juga dapat dipengaru

hi oleh bahan induk tanah yang tergolong tinggi (Lampiran 1).

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Munawar (2011) bahwa jenis dan komposisi

hara/basa tukar yang disumbangkan kedalam tanah kerap berbanding lurus dengan kadar hara

yang terdapat dalam bahan pembenah tanah.

Pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran pada media tanam gambut di poli

bag menunjukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap nilai KTK tanah inkubasi, dengan

nilai tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian bahan amelioran dosis tinggi yaitu 1,35 kg.

polibag-1

(D3;F3;M3) berbeda nyata bila dibandingkan dengan semua jenis dan dosis bahan

amelioran lainnya (Gambar 10), demikian pula untuk media tanam gambut pada pembibitan

kelapa sawit (Gambar 20).

Secara umum pemberian jenis dan dosis bahan amelioran terhadap nilai KTK tanah

mengikuti pola berbanding lurus. Dengan perkataan lain, pemberian jenis dan dosis bahan

amelioran yang semakin tinggi akan diikuti oleh peninhkatan nilai KTK tanah.

Hardjowigeno (2010) menyatakan bahwa nilai KTK suatu tanah sangat dipengaruhi

oleh bahan induk tanah, reaksi tanah/pH tanah, jenis dan dosis bahan amelioran/pembenah

tanah, pemupukan dan resapan/intrusi air laut atau sungai.

Universitas Sumatera Utara

Page 166: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

135

Tabel 46. Rangkuman Hasil Analisis Tanah Inkubasi dan Sifat Tanah di Pembibitan Utama Akibat Perlakuan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran pada Media

Tanam Gambut di Polibag

Macam Analisis Jenis dan Bahan Amelioran (kg.polibag-1)

D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Sifat Tanah Awal

A.pH-Tanah 3,60 (SM) 1.Tanah Inkubasi 6,15 c (AM) 6,40 b (AM) 6,63 a (N) 4,51 f (M) 4,96 e (M) 5,65 d (AM) 4,13 h (SM) 4,24 g (SM) 4,28 g (SM)

2.Tanah Bibitan 6,39 b (AM) 6,67 a (N) 6,75 a (N) 5,25 e (M) 5,92 cd (AM) 6,06 c (AM) 5,79 d (AM) 5,88 cd (AM) 6,08 c (AM) B .N-Total 1,39 % (ST) 1.Tanah Inkubasi 1,30 a (ST) 0,89 d (ST) 0,37 e (S) 1,05 bc (ST) 0,95 cd (ST) 0,73 e (T) 1,12 b (ST) 0,88 d (ST) 0,74 e (T) 2.Tanah Bibitan 0,77 ab (T) 0,73 abc (T) 0,66 cd (T) 0,82 a (ST) 0,71 bc (T) 0,58 de (T) 0,54 e (T) 0,48 ef (S) 0,39 f (S) C.P-Tersedia 4,37 ppm (SR) 1.Tanah Inkubasi 23,01 f (S) 54,14 e (ST) 56,20 e (ST) 90,69 c (ST) 113,51 b (ST) 131,49 a (ST) 51,79 e (ST) 64,06 de (ST) 92,56 d (ST) 2.Tanah Bibitan 38,03 g (ST) 59,39 f (ST) 87,47 cd (ST) 102,31 ab (ST) 111,45 a (ST) 112,29 a (ST) 90,71 bc (ST) 77,22 de (ST) 70,06 ef (ST) D. K-dd 0,09 me/100 g (SR) 1.Tanah Inkubasi 0,35 d (S) 0,39 cd (S) 0,55 a (S) 0,25 e (R) 0,39 cd (S) 0,49 b (S) 0,40 cd (S) 0,43 bc (S) 0,48 b (S)

2.Tanah Bibitan 0,77 e (T) 1,81 d (ST) 2,13 d (ST) 0,73 e (T) 2,85 c (ST) 4,32 b (ST) 1,93 d (ST) 3,10 c (ST) 5,02 a (ST) E. Ca-dd 14,66 me/100g (T) 1.Tanah Inkubasi 25,65 b (ST) 27,41 b (ST) 29,61 a (ST) 10,49 e (S) 13,48 d (T) 17,31 c (T) 3,48 f (R) 3,81 f (R) 3,99 f (R)

2.Tanah Bibitan 11,58 cd (T) 12,22 b (T) 13,54 a (T) 10,42 d (T) 12,27 b (T) 14,14 a (T) 6,46 f (S) 6,74 f (S) 7,88 e (S) F.Mg-dd 2,70 me/100 g (T) 1.Tanah Inkubasi 13,29 c (ST) 16,42 b (ST) 20,99 a (ST) 1,54 e (S) 2,71 e (T) 7,65 d (T) 1,32 e (S) 1,74 e (S) 2,78 e (T)

2.Tanah Bibitan 22,45 d (ST) 27,93 b (ST) 38,89 a (ST) 18,56 e (ST) 19,62 e (ST) 25,33 c (ST) 15,53 f (ST) 19,38 e (ST) 21,30 d (ST) G.KTK Tanah 155,30 me/100 g (ST) 1.Tanah Inkubasi 24,65 e (S) 35,62 c (T) 37,11 c (T) 32,31 d (T) 35,70 c (T) 40,41 b (ST) 36,47 c (T) 48,23 a (ST) 49,54 a (ST)

2.Tanah Bibitan 30,38 d (T) 33,42 c (T) 36,25 a (T) 29,57 d (T) 33,25 c (T) 34,95 b (T) 24,52 e (S) 29,43 d (T) 34,18 bc (T)

Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dengan menggunakan Uji Jarak Duncans/DMRT.

2 .Kriteria penilaian sifat tanah berdasarkan staf Pusat Penelitian Tanah Bogor (1983) dan BPP Medan (1982) yaitu : SM=sangat masam; M=masam;AM=agak

masam;N=netral; SR=sangat rendah; R=rendah; S=sedang; T=tinggi dan ST=sangat tinggi; Sedang huruf dalam kurung dibelakang notasi statistik adalah kriteria kadar hara

daun kelapa sawit umur ˂ 6 tahun menurut Von Uexkull dan Fairthurst (1991) adalah K=kahad/defisiensi; O=optimal/cukup; L=berlebihan/Eksesif;

3..Pemberian dolomit; D1=2 ton.ha-1 (14 kg.phn-1); D2=4 ton.ha-1(28 kg.phn-1); D3=6 ton.ha-1 (42 kg.phn-1); pemberian batuan fosfat; F1=2 ton.ha-1 (14 kg.phn-1); F2=4 ton.ha-1

(28 kg.phn-1); F3=6 ton.ha-1 (42 kg.phn-1); Pemberian tanah mineral; M1=2 ton.ha-1 (14 kg.phn-1); M2=4 ton.ha-1 (28 kg.pgn-1); M3=6 ton.ha-1 (42 kg.phn-1);

::

Universitas Sumatera Utara

Page 167: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

136

Dari tabel rangkuman hasil pengamatan pertumbuhan vegetatif bibit kelapa sawit di

pembibitan umur 5 BST sampai 16 BST selama satu tahun di polibag terhadap pemberian ke

tiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan (dolomit, batuan fosfat dan tanah mine

ral) terhadap pertambahan tinggi, diameter dan jumlah daun bibit kelapa sawit dapat dilihat

pada Tabel 47.

Bila dilihat dari Tabel 47 dan Tabel 13-15 menunjukkan bahwa ada pengaruh yang

nyata dari pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan pada media ta

nam gambut di polibag terhadap semua parameter pertumbuhan vegetatif bibit kelapa sawit

yang diamati, meliputi pertumbuhan tinggi, diameter dan jumlah daun bibit kelapa sawit un

tuk semua taraf pemberian bahan amelioran yang dicobakan. Pertambahan tinggi bibit kelapa

sawit tertinggi umur 16 BST (pengamatan terakhir) di pembibitan utama terdapat pada pem

berian tanah mineral dosis sedang (M2), yaitu 166,50 cm, diikuti batuan fosfat dan dolo mit

dosis sedang (F2 dan D2), berbeda nyata dengan pemberian tanah mineral; batuan fosfat dan

dolomit dosis rendah (M2;F2;D2) vs (M1;F1;D1); akan tetapi ketiganya berbeda nyata bila

dibandingkan dengan pengamatan umur 5 BST (pengamatan pertama) pada pemberian tanah

mineral dosis sedang (M2) yaitu 29,17 cm, diikuti batuan fosfat dan dolomit dosis sedang

(F2;D2), [M2;F2;D2/pengamatan terakhir vs M2;F2;D2/pengamatan pertama], terjadi pe

nambahan tinggi bibit 5,71 kali lipat/meningkat 39,36 % tiap bulan. Sedang bila dibanding

kan dengan standar pertumbuhan tinggi bibit kelapa sawit umur 9 BST di pembibitan utama/

main nursery (umur 1 tahun dihitung dari pembibitan awal/prenursery) dengan rataan tinggi

bibit kelapa sawit 132,50 cm (Sunarko, 2014), terdapat peningkatan pertambahan tinggi bibit

sebesar 0,97 kali lipat/meningkat 31,54 % tiap bulan bila dibandingkan tinggi bibit umur 9

BST (bibit standar) dengan tinggi tanaman indikator umur 1 BST di pembibitan utama (umur

4 bulan).

Untuk pengamatan pertambahan diameter bibit kelapa sawit pada media tanam gam

but di pembibitan utama umur 16 BST terbesar juga terdapat pada pemberian tanah mineral,

batuan fosfat dan dolomit dosis sedang (M2;F2;D2), tidak berbeda nyata dengan pemberian

ketiga bahan amelioran dosis tinggi (M3;F3;D3), tetapi berbeda nyata bila dibandingkan deng

an pemberian tanah mineral, batuan fosfat dan dolomit dosis rendah (M2;F2;D2 vs M1;F1;

D1). Bila dibandingkan dengan [M2;F2;D2/pengamatan terakhir vs M2;F2;D2/pengamatan

pertama], yaitu 8,97 cm dengan 2,48 cm, terjadi penambahan diameter bibit sebesar 3,62 kali

lipat/meningkat 21,81 % tiap bulan. Sedang apabila dibandingkan dengan standar pertumbuh

Universitas Sumatera Utara

Page 168: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

137

an diameter bibit kelapa sawit umur 9 BST di pembibitan utama (umur 1 tahun dihitung dari

pembibitan awal) dengan rataan diameter bibit 9,05 cm (Sunarko, 2014), terdapat peningka

tan pertambahan diameter bibit sebesar 0,77 kali lipat/meningkat 29,44 % tiap bulan bila di

bandingkan diameter bibit umur 9 BST (bibit standar) dengan diameter tanaman indikator

umur 1 BST di pembibitan utama (umur 4 bulan).

Sedang untuk pengamatan pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit di pembibitan

utama umur 16 BST terbanyak juga terdapat pada pemberian tanah mineral dosis sedang

(M2) yaitu 16,89 helai, berbeda nyata dengan pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelio

ran dosis rendah (M1;F1;D1), akan tetapi tidak berbeda dengan kombinasi pemberian ketiga

jenis dan dosis bahan amelioran lainnya (M2 vs M3;D2-D3;F2-F3). Bila diandingkan jumlah

daun bibit umur 15 BST akibat pemberian tanah mineral dosis sedang (M2/pengamatan terak

hir) yaitu 16,89 helai dengan pemberian tanah mineral dan dosis yang sama (M2/pengamatan

pertama) terjadi penambahan jumlah daun bibit sebesar 2,92 kali lipat/meningkat 16,02 %

tiap bulan. Sedang apabila dibandingkan dengan standar pertumbuhan jumlah daun bibit kela

pa sawit umur 9 BST di pembibitan utama (umur 1 tahun dihitung dari pembibitan awal) de

ngan rataan jumlah daun 18,50 helai (Sunarko, 2014), terdapat peningkatan pertambahan

jumlah daun bibit sebesar 3,20 kali lipat/meningkat 24,45 % tiap bulan bila dibandingkan

jumlah daun bibit umur 9 BST (bibit standar) dengan jumlah daun tanaman indikator umur 1

BST di pembibitan utama (umur 4 bulan).

Terdapatnya respon pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran (dolomit, batu

an fosfat dan tanah mineral) terhadap semua peubah amatan, meliputi pertambahan tinggi, dia

meter dan jumlah daun bibit kelapa sawit pada media tanam gambut di pembibitan utama ka

rena adanya pasokan ion hara dari ketiga jenis bahan amelioran dan tambahan ion hara dari

pupuk dasar multihara formula (15:15:6-4), formulasi (12:12:17:2) dan kieserit. Pemberian

bahan amelioran bertujuan untuk memperbaiki sifat kimia tanah seperti pH-tanah, kejenuhan

basa dan status hara. Ion hara N, P, K, Mg (dari pupuk multihara); Mg dan S (dari pupuk kie

serit), sedang kation Ca, Mg dan Fe (dari dolomit); P, Ca dan Fe (dari batuan fosfat) dan N,

P, kation basa, dan hara mikro logam yang berasal dari tanah mineral (Lampiran-1, 2 dan 3).

Leiwakabessy (1988) menjelaskan bahwa tujuan utama dari pemberian bahan amelio

ran adalah untuk memperbaiki sifat kimia tanah, utamanya pH-tanah, kejenuhan basa, dan

mengeleminir logam-logam tertentu melalui pembentukan senyawa kompleks organo-kation,

disamping itu juga dapat berperan sebagai menyumbangkan sejumalah kation hara.

Universitas Sumatera Utara

Page 169: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

138

Tabel 47. Rangkuman Hasil Pertumbuhan Tinggi Bibit Kelapa Sawit (cm), Diameter Bibit (cm) dan Jumlah Daun (helai) Bibit Kelapa Sawit di

Pembibitan Utama Umur 5 BST s/d 16 BST terhadap Perlakuan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran pada Media Tanam Gambuit di

Polibag

Pertumbuhan Bibit

kelapa sawit

Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.phn-1)

D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 KK (%)

Tinggi Bibit (cm)

● Mei 2015 (bln-1) 26,03 bc 28,48 ab 27,78 ac 25,62 c 28,60 ab 28,00 ab 25,53 c 29,17 a 29,13 a 4,91

● April 2016(bln-12) 138,67 b 165,07 a 147,78 ab 132,17 b 165,48 a 165,47 a 132,75 b 166,50 a 166,05 a 6,29

Diameter Bibit (cm)

● Mei 2015 (bln-1) 1,72 e 2,08 cd 1,95 de 1,98 de 2,37 a-c 2,25 a-d 2,10 b-d 2,48 a 2,43 ab 7,98

● April 2016 (bln-12) 7,72 b 8,87 a 8,88 a 7,77 b 8,88 a 8,82 a 7,77 b 8,97 a 8,93 a 1,41

Jumlah Daun (helai)

● Mei 2015 (bln-1) 5,33 b 5,74 ab 5,33 b 5,33 b 5,44 ab 5,78 a 5,56 ab 5,78 a 5,78 a 3,93

● April 2016 (bln-12) 16,00 d 16,78 ab 16,78 ab 16,22 cd 16,78 ab 16,78 ab 16,44 bc 16,89 a 16,78 a 1,26

Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dengan menggunakan Uji Jarak Duncans/

DMRT.

2...Jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan yaitu : pemberian dolomit, D1= 0,45 kg.polibag-1; D2= 0,90 kg.polibag-1; D3= 1,35 kg.polibag-1; pemberian batuan fosfat, F1=

0,45 kg.polibag-1; F2= 0,90 kg.polibag-1; F3= 1,35 kg.polibag-1; pemberiamn tanah mineral, M1= 0,45 kg.polibag-1; M2= 0,90 kg.polibag -1; M3= 1,35 kg.polibag-1; dan KK=

Koefisien keragaman.

Universitas Sumatera Utara

Page 170: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

139

Dari tabel rangkuman kadar hara daun bibit kelapa sawit pada media tanam gambut di

polibag selama satu tahun akibat pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang di

gunakan (dolomit, batuan fosfat dan tanah mineral) terhadap kadar N, P, K, Ca dan Mg daun

bibit kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 48.

Dari Tabel 48 tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari pemberian

ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan pada media tanam gambut di polibag

terhadap semua parameter kadar hara daun yang diamati, meliputi kadar N, P, K, Ca dan Mg

daun bibit kelapa sawit untuk semua taraf perlakuan yang dicobakan, kecuali kadar hara P.

Tidak adanya perbedaan kadar P daun diantara semua perlakuan dari ketiga jenis dan dosis

bahan amelioran yang digunakan, karena kadar P-tersedia pada media tanam gambut di pem

bibitan tergolong sangat tinggi (Tabel-18), sehingga berkorelasi dengan kadar P-daun (Tabel

24) dan bila dilihat statusnya dalam daun, kadarnya tergolong optimal untuk mendukung per

tumbuhan bibit tanaman kelapa sawit di polibag. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan

Munawar (2011) bahwa kadar P dalam tanah dan tanaman bersifat mobil, karena itu kadar P

tanah dengan tanaman berkorelasi positif.

Pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran pada media tanam gambut menun

jukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap kadar N daun bibit kelapa sawit, dengan kadar

tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian tanah mineral dosis sedang (M2), diikuti batuan

fosfat dosis tinggi (F3) dan dolomit dosis tinggi (D3), berbeda nyata dengan pemberian dolo

mit dosis rendah (D1), akan tetapi tidak berbeda terhadap perlakuan pemberian bahan ame

lioran lainnya (D2; F1-F2,M1-M3). Tingginya kadar N-daun pada semua perlakuan pemberi

an ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan (D2-D3; F1-F3 dan M1-M3) bila

di bandingkan dengan pemberian dolomit dosis rendah (D1) disebabkan karena tingginya

kadar P pada media tanam gambut (Tabel-18) diikuti dengan meningkatnya kadar P-daun

(Tabel-24) dapat meningkatkan serapan kation basa (K, Ca dan Mg/muatan positif)

berdasarkan kese imbangan muatan, sehingga dapat menghambat serapan anion N-nitrat

(muatan negatif), ter utama terlihat pada perlakuan (D1-D2; diikuti F1 dan M1) bila dilihat

kadar N-daun berada dalam kondisi kahad/defisiensi.

Winarso (2005) menjelaskan bahwa rendahnya kadar hara pada duan, dapat dipengaru

hi oleh keseimbangan muatan ion yang diserap, sifat antagonisme dan sinergisme ion hara,

mobolitas ion hara dalam tanah dan tanaman serta ukuran ion.

Pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran pada media tanam gambut menun

jukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap kadar K-daun bibit kelapa sawit, dengan kadar

tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian tanah mineral dosis tinggi (1,35 kg.polibag-1

/

Universitas Sumatera Utara

Page 171: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

140

M3), yaitu 2,00 % K berbeda nyata/lebih tinggi 1,25 kali lipat/meningkat 25 % bila diban

dingkan dengan pemberian dolomit dosis rendah (0,45 kg.polibag-1

/D1) [M3 vs D1], berbeda

nyata terdahap semua kombinasi perlakuan dari ketiga jenis dan dosis bahan amelioran lain

nya (D1-D3; F-1-F2; dan M1-M2), akan tetapi tidak berbeda nyata dengan pemberian batuan

fosfat dosis tinggi (F3). Berdasarkan kriteria penilaian kadar hara daun bibit kelapa sawit

(umur˂6 tahun) tampak bahwa semua perolehan nilai kadar K-daun tergolong optimal dalam

mendukung pertumbuhan bibit kelapa sawit di polibag, bahkan untuk perlakuan pemberian

tanah mineral dan batuan fosfat dosis tinggi (M3 dan F3) diperoleh kadar K-daun dengan

kategori berlebihan.

Menurut Von Uexkull dan Fairhurst (1991) menjelaskan bila kadar K-daun bibit kela

pa sawit (umur˂6 tahun) mengandung ˂1,00 %, tanaman tergolong kahad/defisiensi hara,

bila mengandung 1,10-1,30 % tergolong optimal/normal dan bila mengandung ˃1,90 % tergo

long berlebihan/eksesif.

Pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran pada media tanam gambut menun

jukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap kadar Ca-daun bibit kelapa sawit di polibag, de

ngan kadar tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian batuan fosfat dan dolomit dosis ting

gi yaitu 1,35 kg.polibag-1

(F3 dan D3), yaitu 0,30 % Ca berbeda/lebih tinggi 1,50 kali lipat/

meningkat 50 % bila dibandingkan dengan pemberian batuan fosfat dosis rendah (0,45 kg.

polibag-1

/F1) [F3 dan D3 vs F1], berbeda nyata dengan pemberian batuan fosfat dan tanah

mineral dosis rendah (F3;D3 vs F1 dan M1), tidak berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya

(D1-D2; F2; M2-M3). Meski pada perlakuan (F3 dan D3) terdapat kadar Ca-daun tertinggi,

namun secara keseluruhan pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran tersebut terha

dap kadar Ca-daun berada dalam kondisi kahad/defisiensi hara. Rendahnya kadar Ca pada

daun bibit kelapa sawit diduga karena adanya pengaruh antagonisme ion hara. Tingginya ion

K dan Cl yang berasal dari ionisasi pupuk MoP dan kadar N-tanah yang berasal dari pupuk

urea, dapat menghambat serapan Ca oleh tanaman. Munawar (2011) menjelaskan bahwa ting

ginya konsentrasi suatu ion hara dalam tanah, dapat menghambat terhadap proses serapan ion

hara lainnya oleh tanaman.

Sedang untuk pengamatan kadar Mg-daun tertinggi terdapat pada pemberian tanah

mineral dosis tinggi 1,35 kg.polibag-1

(M3) yaitu 1,98 % Mg, naik 9,90 kali lipat bila diban

dingkan dengan perlakuan pemberian batuan fosfat dosis rendah (M3 vs F1), berbeda nyata

terhadap semua perlakuan pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan

(M3 vs D1-D3; F1-F3 dan M1-M2). Tingginya kadar Mg-daun pada pemberian tanah mine

ral dosis tinggi diduga disebabkan karena tingginya kadar Mg-tanah gambut dapat diadsorpsi

Universitas Sumatera Utara

Page 172: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

141

oleh tanah mineral dosis tinggi yang diberikan kedalam tanah, sehingga akar tanaman dapat

mengabsorsinya melalui proses aliran massa, sisanya melalui intersepsi akar. Sedang rendah

nya kadar Mg-daun pada pemberian kedua jenis dan dosis bahan amelioran lainnya (D1-D3

dan F1-F3) diduga karena ion Mg-tanah dapat terikat dengan anion sisa asam organik mem

bentuk kelat berupa Mg-humat, sehingga membentuk persenyawaan dengan molekul besar,

dan tidak dapat diserap oleh akar tanaman.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Leiwakabessy (1988) bahwa logam ringan

seperti Ca dan Mg yang terdapat dalam larutan tanah, ketersediaannya sangat dipengaruhi

oleh banyak faktor, diantaranya dipengaruhi oleh tingginya konsentrasi ion hara lain, yang

dapat menimbulkan efek antagonis. Tingginya konsentrasi ion hara K, Ca dan Cl dalam tanah

dapat menghambat serapan hara Mg, demikian pula jika kadar N-amonium dalam tanah bera

da cukup tinggi yang berasal dari aktivitas pemupukan, juga dapat mengganngu serapan Mg

oleh tanaman

Universitas Sumatera Utara

Page 173: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

142

Tabel 48. Rangkuman Hasil Analisis Kadar Hara N, P, K, Ca dan Mg Daun Bibit Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Terhadap Jenis dan Dosis Bahan Amalioran

pada Media Tanam Gambut di Polibag

Macam Kadar Hara Daun (%)

Jenis dan Dosis Bahan Ameioran (kg.polibag-1

)

D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 KK (%)

Hara N 1,98 b (K) 2,31 a (K) 2,54 a (O) 2,33 a (K) 2,54 a (O) 2,58 a (O) 2,48 a (K) 2,58 a (O) 2,56 a (O) 6,48 Hara P 0,17 (O) 0,18 (O) 0,51 (L) 0,21 (O) 0,22 (O) 0,25 (O) 0,19 (O) 0,22 (O) 0,20 (O) 7,32 Hara K 1,60 e (O) 1,69 de (O) 1,78 cd (O) 1,63 e (O) 1,76 cd (O) 1,96 ab (L) 1,69 de (O) 1,86 bc (O) 2,00 a (L) 3,26 Hara Ca 0,28 ab (K) 0,27 abc (K) 0,30 a (K) 0,20 c (K) 0,28 ab (K) 0,30 a (K) 0,22 bc (K) 0,24 abc (K) 0,24 abc (K) 13,31 Hara Mg 0,27 c (K) 0,28 c (K) 0,32 c (O) 0,20 c (K) 0,23 c (K) 0,25 c (K) 0,26 c (K) 1,28 b (L) 1,98 a (L) 13,15

Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dengan menggunakan Uji

Jarak Duncans/DMRT.

2. Huruf dalam kurung dibelakang notasi statistik adalah kriteria kadar hara daun bibit kelapa sawit umur ˂ 6 tahun menurut Von Uexkull dan Fairthurst

(1991), dimana : K=kahad/defisensi; O=optimal/normal; L=berlebihan/eksesif;

3. Pemberian dolomit; D1=2 ton.ha-1

(14 kg.phn-1

); D2=4 ton.ha-1

(28 kg.phn-1

); D3=6 ton.ha-1

(42 kg.phn-1

); pemberian batuan fosfat; F1=2 ton.ha-1

(14 kg.phn-

1); F2=4 ton.ha

-1 (28 kg.phn

-1); F3=6 ton.ha

-1 (42 kg.phn

-1); Pemberian tanah mineral; M1=2 ton.ha

-1 (14 kg.phn

-1); M2=4 ton.ha

-1 (28 kg.pgn

-1); M3=6

ton.ha-1

(42 kg.phn-1

); KK= Koefisien Keragaman.

Universitas Sumatera Utara

Page 174: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

143

Dari tabel rangkuman kadar hara daun kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun pada

lahan gambut selama satu tahun akibat pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran

yang digunakan (dolomit, batuan fosfat dan tanah mineral) terhadap kadar N, P, K, Ca dan

Mg-daun kelapa sawit menghasilkan dapat di lihat pada Tabel 49.

Dari Tabel 49 tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian ketiga jenis dan

dosis bahan amelioran yang digunakan disertai aplikasi paket pemupukan pada lahan gambut

terhadap semua peubah amatan, meliputi kadar hara N, P, K, Ca dan Mg-daun kelapa sawit

menghasilkan untuk semua taraf perlakuan pemberian, kecuali kadar N dan P-daun, akan teta

pi berpengaruh nyata secara tunggal terhadap pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelio

ran (A) dan paket pemupukan (P) terhadap kadar N-daun. Hasil analisis kadar N-daun terting

gi terdapat pada pemberian batuan fosfat dosis sedang 28 kg.phn-1

(4 ton.ha-1

/F2) yaitu 2,95%

N, berbeda nyata/lebih tinggi 1,17 kali lipat/meningkat 16,60 % bila dibandingkan dengan

pemberian dolomit dosis tinggi (F2 vs D3), akan tetapi tidak berbeda nyata dengan pemberian

dolomit dosis sedang (D2).

Sedang kadar N-daun tertinggi pada paket pemupukan PPKS (P1) dengan dosis 6,25

kg.phn-1

(1,50 kg urea+1,50 kg TSP+2,00 kg MoP+1,25 kg kieserit) yaitu 2,78 % N, berbeda/

lebih tinggi 1,03 kali lipat/meningkat 2,96 % bila dibandingkan dengan paket pemupukan ke

bun PTG (P1 vs P3), tidak berbeda dengan paket pemupukan TMR (P2). Tingginya N-daun

diduga, karena N-tersedia dalam tanah akibat pemberian paket pemupukan berkorelasi positif

de ngan kadar N-daun tanaman. Hal ini dapat di lihat dari analisis kadar N-daun pada

tanaman yang berada dalam kondisi optimal dalam mendukung pertumbuhan tanaman kelapa

sawit.

Menurut Von Uexkull dan Fairhurst (1991) kadar N-daun optimal untuk mendukung

pertumbuhan tanaman kelapa sawit menghasilkan (umur ˃6 tahun) berada pada kisaran 2,4-

2,8 % N, bila mengandung ˂2,3 % N berada dalam kondisi kahad/defisiensi, sedang bila me

ngandung ˃3,0 % kondisi N-daun berada dalam kondisi berlebihan/eksesif.

Tidak/belum adanya pengaruh kadar P-daun kelapa sawit menghasilkan untuk semua

kombinasi perlakuan, baik pengaruh tunggal maupun interaksinya, diduga karena kadar P-ta

nah, akibat adanya pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran disertai pemberian ke

tiga paket pemupukan telah dapat memasok sejumlah ion hara P yang diperlukan untuk men

dukung pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat di lihat dari hasil analisis kadar P-daun untuk

semua kombinasi perlakuan, dimana kadarnya berada pada kisaran 0,15 %-0,38 % P (opti

mal sampai berlebihan). Von Uexkull dan Fairhurst melaporkan (1991) bahwa kadar P-daun

yang optimal untuk mendukung pertumbuhan kelapa sawit menghasilkan (umur ˃6 tahun)

Universitas Sumatera Utara

Page 175: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

144

berada pada kisaran 0,15-0,18 % P, sedang jika ˂0,14 % P menunjukkan gejala kahad/defisi

ensi, dan bila ˃0,25 % P menunjukkan P-daun berada dalam kondisi berlebihan/eksesif.

Pemberian interaksi ketiga jenis dan dosis bahan amelioran disertai paket pemupukan

terhadap kadar hara daun kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun pada lahan gambut me

nunjukkan adanya pengaruh yang nyata, dengan kadar K tertinggi terdapat pada pemberian

paket pemupuka PPKS dosis 6,25 kg.phn-1

(1,50 kg urea+1,50 kg TSP+2,00 kg MoP+1,25 kg

kieserit) disertai pemberian dolomit dosis sedang 28 kg.phn-1

(4 ton.ha-1

thn-1

) [P1D2] yaitu

1,35 % K, berbeda/lebih tinggi 1,93 kali lipat/meningkat 92,86 % bila diban dingkan dengan

pembe rian paket pemupukan kebun PTG disertai pemberian dolomit dosis tinggi 42 kg.phn-1

(6 ton.ha-1

thn-1

) [P1D2 vs P3D3], berbeda nyata terhadap semua kombinasi perlakuan dari

ketiga jenis dan dosis bahan amelioran dengan paket pemupukan, kecuali (P2M3 dan P3M3).

Tingginya kadar K-daun pada kombinasi perlakuan (P1D1; P2M3 dan P3M3) dise

babkan tanah mendapatkan tambahan ion K+ yang berasal dari paket pemupukan/pupuk MoP,

selain itu adanya tambahan aneka jenis hara dari tanah mineral yang diberikan sebagai bahan

amelioran, yang menyebabkan konsentrasi ion K+ dalam tanah bertambah dan kadar K-daun

pada tanaman juga meningkat, korelasinya bersifat positif/berbanding lurus, dengan kisaran

K-daun 0,70 % K (P3D3/K-daun rendah/kahad) sampai 1,35 % K (P1D2/K-daun berlebihan).

Von Uexkull dan Fairhurst (1991) menjelaskan bahwa kriteria kadar K-daun pada ta

naman kelapa sawit menghasilkan (umur ˃6 tahun) dibedakan atas tiga kategori, bila ˂0,75 %

K tergolong kekurangan/defisiensi, bila 0,90 % K˗1,20 % K tergolong optimal/normal dalam

mendu kung pertumbuhan tanaman, sedang bila ˃1,90% K tergolong berlebihan/eksesif.

Untuk kadar Ca-daun kelapa sawit menghasilkan pada lahan gambut tertinggi terda

pat pada pemberian paket pemupukan TMR dosis 3,25 kg.phn-1

(1,00 kg urea+0,50 kg TSP

+1,00 kg MoP+0,75 kg kieserit) disertai pemberian batuan fosfat dosis rendah 14 kg.phn

-1 (2

ton.ha-1

thn-1

) [P2F1] yaitu 0,91 % Ca, berbeda nyata/lebih tinggi 2,02 kali lipat/meningkat

102,22 % Ca bila dibandingkan dengan pemberian paket pemupukan PPKS dosis 6,25 kg.

phn-1

(1,50 kg urea+1,50 kg TSP+2,00 kg MoP+1,25 kg kieserit) disertai pemberian dolomit

dosis rendah 14 kg.ha-1

(2 ton.ha-1

thn-1

) [P2F1 vs P1D1], berbeda nyata terhadap semua kom

binasi perla kuan dari ketiga jenis dan dosis bahan amelioran dengan paket pemupukan,

kecuali (P1D1).

Tingginya kadar Ca-daun pada kombinasi perlakuan (P1D1 dan P2F1) disebabkan ta

nah mendapatkan tambahan ion Ca++

yang berasal dari paket pemupukan/pupuk TSP, selain

itu adanya tambahan aneka jenis hara dari tanah mineral yang diberikan sebagai bahan ame

lioran, yang menyebabkan konsentrasi ion K+ dalam tanah bertambah dan kadar Ca-daun

Universitas Sumatera Utara

Page 176: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

145

juga meningkat, korelasinya bersifat positif/berbanding lurus, dengan kisaran Ca-daun 0,45

% Ca (P1D1/K-daun optimal/normal) sampai 0,91 % Ca (P2F1/K-daun berlebihan).

Menurut Von Uexkull dan Fairhurst (1991) terdapat hubungan kondisi/status hara de

ngan konsentrasi hara dalam daun, dimana bila kadar Ca ˂0,25 % kondisi hara berada dalam

keadaan kekurangan/defisiensi, bila 0,50-0,75 % Ca kondisi hara berada dalam keadaan opti

mal, sedang bila ˃1,00 % Ca, kondisi hara berada dalam keadaan berlebihan/eksesif.

Pemberian interaksi ketiga jenis dan dosis bahan amelioran disertai paket pemupukan

terhadap kadar hara daun kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun selama satu tahun pada

lahan gambut menunjukkan adanya pengaruh yang nyata, dengan kadar Mg daun tertinggi

terdapat pada pemberian paket pemupuka TMR dosis 3,25 kg.phn-1

(1,00 kg urea+0,50 kg

TSP+1,00 kg MoP+0,75 kg kieserit) disertai pemberian dolomit dosis tinggi 42 kg.phn-1

(6

ton.ha-1

thn-1

) [P2D3] yaitu 0,57% Mg, berbeda nyata/lebih tinggi 1,90 kali lipat/meningkat 90

% bila dibandingkan dengan pemberian paket pemupukan TMR disertai pemberian tanah

mine ral dosis rendah 14 kg.phn-1

(2 ton.ha-1

thn-1

) [P2D3 vs P2M1], berbeda nyata terhadap

semua kombinasi perlakuan dari ketiga jenis dan dosis bahan amelioran dengan paket pemu

pukan (P1 D2; P1F1; P2F1; P3D3 dan P3F1).

Tingginya kadar Mg-daun pada kombinasi perlakuan (P2D3) disebabkan tanah men

dapatkan tambahan ion Mg++

yang berasal dari paket pemupukan/pupuk kieserit (MgSO4),

selain itu juga yang berasal dari dolomit [CaMg(CO3)2] yang diberikan sebagai bahan amelio

ran, yang menyebabkan konsentrasi ion Mg++

dalam tanah dan Mg-daun tanaman juga me

ningkat, hubungannya berkorelasi positif/berbanding lurus, dengan kisaran Mg-daun terendah

0,30 % Mg (P2M1) sampai tertinggi 0,57 % Mg (P2D3), keduanya tergolong optimal dalam

mendukung pertumbuhan tanaman. Hal ini juga didukung oleh sifat Mg dalam tanah dan tana

man yang bersifat mobil.

Von Uexkull dan Fairhurst (1991) menjelaskan bahwa kriteria kadar Mg-daun pada ta

naman kelapa sawit menghasilkan (umur ˃6 tahun) dibedakan atas tiga kategori, bila ˂0,20 %

Mg tergolong kekurangan/kahad, bila 0,25 % Mg˗0,40 % Mg tergolong optimal/normal da

lam mendukung pertumbuhan tanaman, sedang bila ˃0,70% Mg tergolong berlebihan/eksesif.

Universitas Sumatera Utara

Page 177: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

146

Tabel 49. Rangkuman Hasil Analisis Kadar Hara N, P, K, Ca dan Mg (%) Daun Kelapa Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun terhadap Pemberian Bahan

Amelioran dan Paket Pemupukan pada Lahan Gambut

Paket Pemupukan/ Kadar Hara (%)

Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.phn-1

)

D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Rataan P

P1 ( paket PPKS) Kadar N 2,74 (O) 2,91 (O) 2,67 (O) 2,80 (O) 3,03 (T) 2,72 (O) 2,71 (O) 2,73 (O) 2,66 (O) 2,78 a (O) Kadar P 0,18 (O) 0,21 (O) 0,19 (O) 0,19 (O) 0,21 (O) 0,17 (O) 0,20 (O) 0,19 (O) 0,18 (O) 0,19 (O) Kadar K 0,96 f-i (O) 1,35 hij (O) 0,92 hij (O) 0,80 j-m (O) 0,88 ijk (O) 0,76 klm (O) 0,97 e-h (O) 1,02 cde (O) 0,85 i-l (O) 0,94 (O)

Kadar Ca 0,45 i (O) 0,71 bcd (T) 0,48 i (O) 0,80 ab (T) 0,68 b-f (O) 0,55 f-i (O) 0,46 i (O) 0,62 d-h (O) 0,74 bcd (T) 0,61 ab (O) Kadar Mg 0,38 g-k (O) 0,50 a-e (O) 0,37 i-l (O) 0,56 ab (O) 0,48 b-f (O) 0,40 f-k (O) 0,33 kl (O) 0,49 b-f (O) 0,45 c-h (O) 0,44 (O)

P2 (paket TMR) Kadar N 2,77 (O) 2,85 (O) 2,36 (O) 2,85 (O) 2,98 (O) 2,72 (O) 2,62 (O) 2,69 (O) 2,60 (O) 2,72 ab (O) Kadar P 0,19 (O) 0,21 (O) 0,15 (O) 0,20 (O) 0,22 (O) 0,18 (O) 0,20 (O) 0,19 (O) 0,38 (O) 0,21 (O) Kadar K 0,99 d-g (O) 0,81 i-m (O) 0,71 lm (K) 0,88 ijk (O) 0,96 ghi (O) 0,85 i-l (O) 1,00 c-g (O) 1,12 bcd (O) 1,36 a (O) 0,96 (O) Kadar Ca 0,51 hi (O) 0,70 b-e (O) 0,65 c-g (O) 0,91 a (T) 0,68 b-f (O) 0,56 e-i (O) 0,51 hi (O) 0,67 c-f (O) 0,66 c-g (O) 0,65 a (O) Kadar Mg 0,45 c-i (O) 0,49 b-f (O) 0,57 a (O) 0,50 a-d (O) 0,44 c-i (O) 0,39 g-k (O) 0,30 l (O) 0,41 e-j (O) 0,42 d-i (O) 0,44 (O) P3 (paket kebun PTG) Kadar N 2,72 (O) 2,79 (O) 2,57 (O) 2,70 (O) 2,82 (O) 2,70 (O) 2,71 (O) 2,84 (O) 2,44 (O) 2,70 b (O) Kadar P 0,19 (O) 0,20 (O) 0,19 (O) 0,19 (O) 0,20 (O) 0,18 (O) 0,20 (O) 0,19 (O) 0,38 (T) 0,21 (O) Kadar K 1,01 c-f (O) 0,89 ijk (O) 0,70 m (K) 1,15 bc (O) 0,92 hij (O) 0,84 i-l (O) 0,95 ghi (O) 1,15 bc (O) 1,26 ab (O) 0,99 (O) Kadar Ca 0,50 hi (O) 0,70 bcd (O) 0,66 c-f (O) 0,77 bc (O) 0,56 e-i (O) 0,47 i (O) 0,52 gh i (O) 0,65 c-g (O) 0,52 ghi (O) 0,59 b (O) Kadar Mg 0,39 g-k (O) 0,45 e-i (O) 0,51 abc (O) 0,52 abc (O) 0,44 c-i (O) 0,40 f-k (O) 0,33 jkl (O) 0,37 h-l (O) 0,47 c-g (O) 0,43 (O)

Rataan Bhn Amelioran

Kadar N 2,74 bc (O) 2,85 ab (O) 2,53 d (O) 2,79 bc (O) 2,95 a (O) 2,71 c (O) 2,68 c (O) 2,75 bc (O) 2,57 d (O) KK= 3,91 %

Kadar P 0,19 (O) 0,21 (O) 0,18 (O) 0,19 (O) 0,21 (O) 0,18 (O) 0,20 (O) 0,19 (O) 0,31 (T) KK= 4,69 % Kadar K 0,99 cd (O) 1,01 bc (O) 0,78 e (O) 0,94 cd (O) 0,92 d (O) 0,82 e (O) 0,97 cd (O) 1,10 ab (O) 1,15 a (O) KK= 8,02 % Kadar Ca 0,49 d (O) 0,70 b (O) 0,60 c (O) 0,83 a (T) 0,64 bc (O) 0,53 d (O) 0,50 d (O) 0,64 bc (O) 0,64 bc (O) KK=11,02 % Kadar Mg 0,41 de (O) 0,48 ab (O) 0,48 ab (O) 0,53 a (O) 0,46 bc (O) 0,40 e (O) 0,32 f (O) 0,42 cde (O) 0,45 bcd (O) KK= 9,76 %

Keterangan: 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dengan menggunakan Uji Jarak Duncans

/DMRT

2.. Huruf dalam kurung dibelakang notasi statistik adalah kriteria penilaian kadar hara daun kelapa sawit menghasilkan (umur ˃6 tahun), menurut Von Uexkull dan Fairhurst (1991)

dimana, K= Kahad/Defisiensi, O= Optimal/normal; dan L= Berlebihan/Eksesif.

3.. P1=paket pemupukan (PPKS); P2=paket pemupukan Teknologi Masukan Rendah (TMR); P3=paket pemupukan Kebun (PTG); Pemberian dolomit, D1= 2 ton.ha -1 (14 kg.phn-

1); D2= 4 ton.ha-1 (28 kg.phn-1); D3= 6 ton.ha-1 (42 kg.phn-1); pemberian batuan fosfat, F1= 2 ton.ha-1 (14 kg.hn-1); F2= 4 ton.ha-1 (28 kg.phn-1); F3= 6 ton.ha-1 (42 kg.ph-1);

pemberian tanah mineral, M1= 2 ton.ha-1 (14 kg.phn-1); M2= 4 ton.ha-1 (28 kg.phn-1); M3= 6 ton.ha-1 (42 kg.phn-1); dan KK= Koefisien Keragaman.

Universitas Sumatera Utara

Page 178: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

147

Dari Tabel 40 menunjukkan ada pengaruh dari pemberian paket pemupukan (P) dan

ketiga jenis dan dosis bahan amelioran (A) yang digunakan secara tunggal terhadap produksi

TBS kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun di lahan gambut, tertinggi terdapat pada paket

pemupukan PPKS/P1 dosis 6,25 kg.phn-1

thn-1

(1,50 kg urea+1,50 kg TSP+2,00 kg MoP+1,25

kg kieserit) yaitu 37,36 ton.ha-1

thn-1

, berbeda nyata/lebih tinggi 1,00 kali lipat/meningkat 3,35

% bila dibanding dengan paket pemupukan TMR/P2, akan tetapi tidak berbeda dengan paket

pemupukan kebun PTG/P3. Sedang untuk jenis dan dosis bahan amelioran tertinggi terdapat

pada pemberian batuan fosfat dosis tinggi 42 kg.phn-1

(6 ton.ha-1

thn-1

/F3) yaitu 38,34 ton.ha-

1thn

-1, berbeda nyata/lebih tinggi 1,08 kali lipat/meningkat 9,35 % bila dibanding dengan pem

berian tanah mineral dosis rendah (M1), akan tetapi tidak berbeda bila dibandingkan dengan

pemberian batuan fosfat dan dolomit dosis sedang-tinggi (F2: D2-D3). Bila dibandingkan

produksi TBS kelapa sawit tertinggi masing-masing untuk paket pemupukan PPKS dan pem

berian batuan fosfat dengan produktsi rataan TBS kelapa sawit yang dikelola secara baik di

Indonesia (3 ton.ha-1

/36 ton TBS.ha-1

thn-1

), terdapat peningkatan 1,04-1,07 kali lipat/naik

sebesar 3,78 %-6,50 %. Sedang bila dibandingkan dengan produksi TBS kelapa sawit rataan

kebun PTG yang dicapai sebelumnya (16 ton.ha-1.

thn-1

), terdapat peningkatan 2,34-2,40 kali

lipat.

Dilaporkan Sunarko (2014) bahwa produksi TBS kelapa sawit, jika dikelola secara

baik dapat menghasilkan TBS 6 ton.ha-1

. Hasil yang telah dicapai ini juga telah melampaui

ambisi visi baru menuju era “35-26” [produktivias kelapa sawit 35 ton TBS.ha-1

dan rende

men CPO 26 %] yang dicetuskan dalam acara peringatan 100 tahun Perkebunan Kelapa Sa

wit di Indonesia yang diselenggarakan oleh GAPKI di Medan (Rahutomo, 2011). Namun

bila dibandingkan dengan produktivitas TBS kelapa sawit di Malaysia yang dikelola intensif,

dengan biaya pemeliharaan/pemupukan ≥65 % atau ≥35 % dari total biaya produksi dapat

menghasilkan TBS 12 ton.ha-1

thn-1

(4 kali lipat lebih tinggi dari produksi TBS kelapa sawit

Indonesia), sehingga produksi TBS kelapa sawit di Indonesia masih memiliki peluang untuk

ditingkatkan. Meningkatnya produksi TBS kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh banyak fak

tor, diantaranya faktor internal/innate, eksternal/enforce dan kultur teknis/induce.

Pahan (2007) menjelaskan faktor internal, meliputi kualitas bahan tanaman (varietas,

umur tanaman dan jumlah pelepah), sedang faktor eksternal adalah iklim dan tanah (jenis ta

nah, kesuburan tanah, kesesuaian lahan, pengawetan tanah). Sedang faktor kultur teknis dipe

ngaruhi oleh teknis agronomis (kerapatan/SPH, serangga penyerbuk, ablasi/kastrasi, tanaman

penutup tanah/LCC, pemupukan, pengendalian OPT, alat panen, teknis pemanenan dan krite

ria panen kelapa sawit).

Universitas Sumatera Utara

Page 179: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

148

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pemberian bahan amelioran dan pupuk kimia (urea, TSP,

MoP dan kieserit) dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Bahan amelioran yang terbaik untuk meningkatkan hasil tanaman kelapa sawit varie

tas D x P Marihat umur 14 tahun pada lahan gambut subgrup Typic Haplosaprist,

dapat meningkatkan produktivitas kelapa sawit sebesar 38,34 ton TBS.ha-1

thn-1

(rata

an 3,20 ton.TBS.ha-1

) dengan menggunakan batuan fosfat dosis 42 kg.phn-1

thn-1

(6

ton.ha-1

thn-1

) [F3], diikuti perlakuan pemberian dolomit (D3) dan tanah mineral (M2).

2. Paket pemupukan yang terbaik untuk meningkatkan hasil tanaman kelapa sawit varie

tas D x P Marihat umur 14 tahun pada lahan gambut subgrup Typic Haplosaprist,

dapat meningkatkan produktivitas kelapa sawit sebesar 37,36 ton.TBS.ha-1

thn-1

(rata

an 3,11 ton.TBS.ha-1

) dengan menggunakan paket pemupukan PPKS (P1) dosis 6,25

kg.phn-1

thn-1

, yang terdiri dari 1,50 kg urea, 1,50 kg TSP, 2,00 kg MoP, dan 1,25 kg

kieserit, diikuti paket pemupukan kebun PTG (P3) dan paket pemupukan TMR (P2).

3. Pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan disertai paket pe

mupukan tidak menunjukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap peningkatkan pro

duktivitas TBS kelapa sawit umur 14 tahun pada lahan gambut subgrup Typic Haplo

saprist, namun hasil yang terbaik cenderung diperoleh pada interaksi pemberian batu

an fosfat dosis sedang dan tinggi disertai paket pemupukan PPKS (F2P1-F3P1).

4. Penggunaan tanah mineral sebagai bahan amelioran sebanyak 28 kg.phn-1

thn-1

(4

ton.ha-1

thn-1

) disertai paket pemupukan dapat menggantikan peran dolomit dan batu

an fosfat dosis rendah 14 kg.phn-1

thn-1

(2 ton.ha-1

thn-1

) dalam meningkatkan potensi

hasil TBS kelapa sawit pada lahan gambut subgrup Typic Haplosaprist, dengan hasil

36 ton TBS.ha-1

thn-1

(rataan 3 ton.ha-1

). Secara ekonomis penggunaan tanah mineral

5 kali lipat (79 %) lebih murah bila dibandingkan dengan penggunaan dolomit, dan 12

kali lipat (92 %) lebih murah bila dibandingkan dengan penggunaan batuan fosfat,

dengan harga kedua bahan amelioran tersebut saat ini.

148

Universitas Sumatera Utara

Page 180: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

149

S a r a n

1.. Untuk meningkatkan produksi TBS kelapa sawit varietas D x P Marihat umur 14 tahun

pada lahan gambut subgrup Typic Haplosaprist yang terdapat di kabupaten Labuhanbatu

Utara dapat digunakan batuan fosfat sebanyak 42 kg.phn-1

thn-1

(6 ton.ha-1

thn-1

) [F3] di

sertai paket pemupukan PPKS [P1] sebanyak 6,25 kg.phn-1

yang terdiri dari 1,50 kg

urea 1,50 kg TSP; 2,00 kg MoP; dan 1,25 kg kieserit [F3P1].

2..Mengingat kemasaman tanah pada lahan gambut subgrup Typic Haplosaprist sanga ma

sam (pH 3,60) dengan kandungan hara N,P,K dan KB rendah, disarankan agar dalam me

ngelola perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut perlu dilakukan pemberian bahan ame

lioran dan pupuk kimia untuk memperbaiki sifat kimia tanah, meliputi pH, KB, menekan

dominasi asam organik dan memasok sejumlah hara yang diperlukan tanaman. Pengguna

an batuan fosfat sebagai sumber hara P yang ketersediaannya sangat rendah pada tanah

gambut, sangat penting dalam meningkatkan produktivitas TBS kelapa sawit dan menekan

dominasi asam organik/asam monomer yang bersifat fitotoksik menjadi asam polimer yang

bersifat non-toksik, menekan laju emisi GRK, sehingga meningkatkan stabilitas tanah dan

menghambat laju dekomposisi bahan gambut

.

Universitas Sumatera Utara

Page 181: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

150

DAFTAR PUSTAKA

Adiwiganda, R., A.U. Lubis dan P. Purba. 1994. Karakteristik Tanah pada Beberapa Tingkat

Famili di Areal Kelapa Sawit Indonesia. Berita Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan

vol.2 : 175-187.

____________., A. Purba dan Z. Poeloengan. 1996. Pengolahan Tanah Areal Peremajaan Ke

lapa Sawit Berdasarkan Sifat Tanah pada Tingkat Sub Grup/Macam.Warta Pusat Pene

litian Kelapa Sawit-Medan, vol. 4 (1): 9-22.

____________, H.H.Siregar, and E.S. Sutarta. 1999. Agroclimatic Zones for Oil Palm (Elaeis

guineensis Jacq) Plantation in Indonesia. In Proceedings 1999 PORIM International

Palm Oil Congress, Emerging Technologies and Opportunities in Next Millinium.

Palm Oil Research Institute of Malaysia, Kuala Lumpur, pp : 387-401.

____________. 2007. Manajemen Tanah dan Pemupukan Perkebunan Kelapa Sawit. Dalam

Manajemen Tanah dan Pemupukan Budidaya Perkebunan. Gadjah Mada University

Press, Yogyakarta, hlm 19-118.

Adji, F.F., B.D. Kertanegoro and A.Maas. 2005. Relationship Between the Depth of Groun

Water Table Dynamic and Peats Degradation in Klampangan Centre Kalimanatn. In

Waste and B. Radjagukguk (Eds). Proceeding of the Session on the Role Tropical

Peatlands in Global Change Processes, Yogyakarta-Indonesia, 21-30 p.

Agus, F dan I. M. G. Subiksa. 2008. Lahan Gambut: Potensi Untuk Pertanian dan Aspek Ling

kungan. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre (ICRAF). Bogor.

Indonesia, 36 hlm.

Alloway, B.J. 1990. The Origin of Heavy Metal in Soils. In B.J. Alloway (Ed) Heavy Metals

in Soil. Jhon Willey & Sons. Inc.New York, p : 29-39.

Ambak, K and T.Tadano. 1991. Effect of Micronutrient Application on the Grouth and Occur

rence of Sterility In Barley and Rice a Malaysian Deep Peat Soil. Soil Sci. Plant Nutr.

37 (4): 715-724.

Anwar, S. 2000. Fungsi, Gejala dan Penyebab Terjadinya Defisiensi Unsur Hara Mikro pada

Kelapa Sawit. Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit-Medan, vol.8 (2) : 87-97.

Ariani, M., R.Kartikawati, dan P. Setyanto. 2011. Ameliorasi Tanah Gambut Meningkatkan

Produksi Padi dan Menekan Emisi Gas Rumah Kaca. Edisi 6, Tabloid Sinar Tani, 2

Maret 2011, Jakarta.

_____., W.A.Nugraha, A.Firmansyah, D.Nursyamsi, dan P.Setyanto. 2012. Pengurangan

Emisi CO2 Melalui Ameliorasi pada Intercopping Karet dan Nanas di Lahan Gambut

Jabiren Kalimantan Tengah. Dalam Pros.Sem.Nas. Pengelolaan Lahan Gambut Ber

kelanjutan, Balitbangtan, Kementan, Bogor, hlm : 275-283.

Bahri, S..1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan, Gadjah Mada University

Press, Yogyakarta, 318 hlm.

151

Universitas Sumatera Utara

Page 182: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

151

Barchia, M. F. 2006. Gambut Agroekosistem dan Transformasi Karbon. Gadjah Mada Univer

sity Press, Yogyakarta, 196 hlm.

Barus, B., D.Shiddiq, I.S. Iman, B.H.Trisasongko, Komarsa,G, dan R.Kusumo. 2012. Sebar

an Kebun Kelapa Sawit Aktual dan Potensi Pengembangannya di Lahan Bergambut

di Pulau Sumatera. Dalam Pros.Sem. Nas. Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanju

tan, BP3 Kementan Pertanian, Bogor, hlm : 223-232.

Boughton, T. 2000. Petunjuk Memilih Fosfat Alam Bermutu. Dalam Pros.Pertemuan Teknis

Kelapa Sawit-I. Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit Melalui Penerapan Kultur

Teknis Terkini dan Pengawasan Mutu Pupuk, PPKS Medan, hlm : 35-42.

Charman, D. 2002. Peatlands and Enviranment Change. Jhon Wiley & Sons. Ltd England.

Damanik, M.M.B., B.E.Hasibuan, Fauzi, Safruddin dan H.Hanum. 2010. Kesuburan Tanah

dan Pemupukan. Univeristas Sumatera Utara press, Medan, 303 hlm.

Dariah, A., E.Susanti, dan F.Agus. 2012. Baseline Survey: Cadangan Karbon pada Lahan

Gambut di Lokasi Demplot Penelitian ICCTF (Riau, Jambi, Kalimantan Tengah dan

Kalimantan Selatan). Dalam Pros.Sem.Nas.Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanju

tan, Balitbangtan Kementan, Bogor, hlm : 445-459.

Darmosarkoro, W., Akiyat, Sugiono, E.Sutarta. 2008. Pembibitan Kelapa Sawit. Bagaimana

Memperoleh Bibit yang Jagur. Pusat Penelitian Kelapa Sawit-Medan, 52 hlm.

_______________., dan Suwandi. 1999. Pedoman Teknis Pedoman Pengambilan Contoh

Daun Tanaman Kelapa Sawit. No.1.2-Pub-99, PPKS Medan, 14 hlm.

Dierolf, T.S., T.H.Fairhurt and E.W.Mutert. 2001. Soil Fertility Kit: a Tool Kit for Acid,

Upland Soil Fertility Management in South East Asia. Potash and Phosphate Institute

of Canada, Potash and Phosphate Institute. Food andAgriculture Organisation and

Gesellschaft fur Technische Zusammenarbeit.

Direktorat Jenderal Perkebunan [Dirjenbun]. 2017. Statistik Perkebunan Indonesia, Direkto

rat Jenderal Perkebunan, Kementrian, Jakarta.

Dradjat, B. 2012. Upaya Mengatasi Black Champaign Kelapa Sawit dan Langkah Strategis

ke Depan. Dalam Pros. Sem. Nas. Petani dan Pembangunan Pertanian. Balitbangtan,

Kementrian Pertanian, hlm: 276-292.

Donahue,R.L., R.W. Miller and J.C.Shickluna. 1997. Soils An Introduction to Soils and Plant

Growth. Fourth edition. Prentice Hall Inc. New Jersey.

Dzaytekin, H.H and A.Barau. 2009. Characteristics, Genesis and Close Fication of a Basin

Peat Soil Under Negative Human Impact in Turkey. Original Article. Environ Goal

56: 1057-1063

Elon, S.V., D.H.Boelter, J.Palvanen, D.S.Nichols, T.Malterer, and A.Gafni. 2011. Physical

Propertiesof Organis Soils. Taylor and Francis Group, LLC.

Universitas Sumatera Utara

Page 183: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

152

Fadli,M.L., E.S.Sutarta, P.Purba, Sugiyono, W.Darmosarkoro dan E.N.Ginting.2006. Kelapa

Sawit pada Lahan Gambut. Pusat Penelitian Kelapa Sawit-Medan, 51 hlm.

Fairhurst, T. 1991. Pocket Guide Nutrient Deficiency Symptoms and Disorder in Oil Palm

Elaeis guineensis Jacq, Potash and Phosphate Institute, Singapore, 31 p.

Firmansyah, M.A., W.A.Nugriho dan M.S.Mokhtar. 2012. Penegelolaan Lahan Gambut Ber

kelanjutan: Studi Kasus Pengembangan Karet dan Tanaman Sela di Desa Jabiren

Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah. Dalam Pros.Sem.Nas Pengelolaan

Lahan Gambut Berkelanjutan, Balitbangtan Kementan, Bogor, hlm : 233-243.

Foth,H.D. 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah.Ed 6. Terjemahan dari Fundamental of Soil Science

oleh Soenarto Adisoemarto, Aksara Pratama, Erlangga, Jakarta, 374 hlm,

Gardner,F.P., R.B.Pearce dan R.L.Mitchell. 1991.Fsiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan

dari Physiology of Crop Plants oleh : Herawati Susilo. UI Press, Jakarta, 428 hlm.

Gomez, K.A., dan A.A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. Ed.2

Terjemahan dari : Statistical Procedures for Agricultural Research oleh E.Sjamsuddin,

J.S.Baharsjah dan A.H.Nasution. UI Press, Jakarta, 698 hlm.

Hakim,N. 2006. Pengelolaan KesuburanTanah Masam dengan Teknologi Pengapuran Ter

padu. Andalas University Press, Padang, 204 hlm.

Halim, A, dan G.Soepardi. 1986. Pengaruh Pencampuran Tanah Mineral dan Basa dengan

Tanah Gambut Pedalaman Kalimantan Tengah dalam Budidaya Tanaman Kedelai.

Dalam Pros.Kongres Nasional IV HITI. Vol.2 hal: 473-494.

Hanafiah, K.A. 2013. Dasar-dasar Ilmu Tanah . PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 360 hlm.

Harahap, I.Y.,Winarna dan E.S. Sutarta. 2000. Produktifitas Tanaman Kelapa Sawit Tinjauan

Dari Aspek Tanah dan Iklim. Pros. Pertemuan Teknis Kelapa Sawit 2000-I (Darmo

sarkoro, et al, eds) Pusat Penelitian Kelapa Sawit-Medan, hlm 13-34.

___________ Y.Pangaribuan, E.S.Sutarta dan T.C.Hidayat. 2008. Kelapa Sawit dan Lingku

ngan, Menurut Kajian Riset dan Pengamatan Lingkungan. Pusat Penelitian Kelapa

Sawit, Medan, 24 hlm.

Hardjowigeno, S, and Abdullah. 1987. Suitable of Peat soil of Sumatera for Agricultural

Development. International Peat Society Symposium on Tropical Peat and Peatland

for Development, Yogyakarta, 9-14 Februari 1987.

_____________. 1993. Klasifiasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo, Jakarta, 274

hlm.

_____________., dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan & Perencanaan Tata

Guna Lahan Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 352 hlm..

_____________. 2010. Ilmu Tanah. C.V.Akademika Psessindo, Cet ke-7, Jakarta, 288 hlm.

Universitas Sumatera Utara

Page 184: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

153

Hartatik, W., K.Idris, S.Sabiham, S.Djuniwati, dan J.Sri Adiningsih. 2004. Peningkatan

Ikatan Fosfat dalam Kolom Tanah Gambut yang Diberi Bahan Amelioran Tanah

Mineral dan Beberapa Jenis Fosfat Alam. Jurnal Tanah dan Lingkungan 6 (1) : 22-30.

_________, dan D.A.Suriadikarta. 2006. Teknologi pengelolaan Hara Lahan Gambut. Dalam

Karakteristik dan Pengelolaan Lahan Rawa.Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Sumber Daya Lahan Pertanian. Balitbangtan Deptan, Bogor.

_______., 2012. Distribusi Bentuk-bentuk Besi dan Kelarutan Amelioran Tanah Mineral

dalam Gambut. Dalam Pros.Sem. Nas. Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementan, Bogor, hlm : 261-273.

Henson, I.E. 1999. Comparative Eco-Physiology of Oil Palm of Oil Palm and Tropical Rain

Forest. Oil and Environtment: A Malaysian Prespective. Kuala Lumpur: MPOG.

Hidayat, T.C., I.Y. Harahap, Y. Pangaribuan, S. Rahutomo, W.A. Harsanto, dan W.R. Fauzi.

2013. Air & Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit-Medan, 47 hlm.

___________, 2013. Bunga, Buah, dan Produksi Kelapa Sawit. Seri Kelapa Sawit Populer-

13, Pusat Penelitian Kelapa Sawit-Medan, 42 hlm.

Koedadiri, A.D., Winarna dan B.H. Sitanggang. 1998. Keragaan dan Produktivitas Tanaman

Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Berbagai Tingkat Ketebalan Gambut

Fluvaquentic Troposaprist. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit 6 (2): 129-139.

Lappalainen, E. 1996. General Review on World Peatland and Peat Resources. In: E. Lappa

lainen (Ed.) Global Peat Resources. IPS-GSF, p : 53-56.

Las. I., Sakarman, K. Subagyono, D.A. Suriadikarta, M. Noor dan A. Jumberi. 2007. Grand

Design Lahan Rawa. Dalam Pros.Sem.Nas.Pertanian Lahan Rawa, Balit bangtan-

Pemkab Kapuas Kalimantan Tengah, hlm: 29-48.

____., M.Sarwani, A.Mulyani, dan M.F.Saragih. 2012. Dilema dan Rasionalisasi Kebijakan

Pemanfaatan Lahan Gambut Untuk Areal Pertanian. Dalam Prosiding Seminar

Nasional Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan. Balitbangtan, Kementrian Perta

niann, Bogor, hlm : 17-27.

Leiwakabessy, , F.M. 1988. Kesuburan Tanah. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB,

Bogor, 294 hlm.

Litaor, M.I., O.Reichmann, A.Haim, K.Auerswald and M. Shenker. 2005. Sorption Charac

teristics of Phosphorous in Peat Soil of a Semiarid Altered Wetland. Soil Sci. Soc.of

American Journal, 69: 1658-1665.

Lubis, A.U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia. Pusat Penelitian Perke

bunan Marihat-Bandar Kuala. P. Siantar Sumatera Utara, 421 hlm.

Malangyoedo, A. 2014. Sukses Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit Produktivitas Tinggi.

Lily Publisher. Andi Offset. Yogyakarta, 153 hlm.

Universitas Sumatera Utara

Page 185: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

154

Mangoensoekarjo, S dan A.T. Soejono 2015. Ilmu Gulma dan Pengelolaan pada Budidaya

Perkebunan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 156 hlm.

Mawardi, E.Maftu’ah dan K.Anwar. 2013. Ekosistem Lahan Gambut. Dalam Lahan Gambut:

Pemanfaatan dan Pengembangannya untuk Pertanian. Kanisius,Yogyakarta,hlm: 1-20.

Mukhlis. 2007. Analisis Tanah Tanaman. Universitas Sumatera Utara Press, Medan, 155 hlm.

_______., Sarifuddin dan H. Hanum. 2011. Kimia Tanah Teori dan Aplikasi. Universitas Su

matera Utara Press, Medan, 287 hlm.

Mulyani, A dan I.Las. 2008. Potensi Sumber Daya Lahan dan Optimatisasi Pengembangan

Komoditas Penghasil Bioenergi di Indonesia. Jurnal Penelitian dan Pengembangan

Pertanian. Balitbangtan, Deptan, Bogor 27 (1) : 31-41.

_________, S. Ritung dan Irsal Kas. 2011. Potensi dan Ketersediaan Sumber Daya Lahan Un

tuk Mendukung Ketahanan Pangan. Jurnal Litbang Pertanian 30 (2): 73-80.

Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB Press, Bogor, 240 hlm.

Mutalib, A. A., L. S. Lim, M. H. Wong and L. Kononvai. 1992. Characteristics Distribution

and utilization of Peat in Malaysia. p 7-16 in Aminuddin (ed.). Proc. Int. Symp. On

Tropic Peatland, Kuching, Malaysia, 6-10 May 1991.

Ng, SK and S.Thamboo.1967. Nutrients Contents of Oil Palms in Malaya. In Nutrients Requ

ired for Reproduction: Fruit Buncesh and male inflorescences. Malay. Agric. J.

46.3/45.

Noor, M. 2001. Pertanian Lahan Gambut, Potensi dan Kendala. Kanisius, Yogyakarta, 174

hlm.

_______. 2004. Lahan Rawa, Sifat dan Pengelolaan Tanah Bermasalah Sulfat Masam. PT.

Raja Grafindo Persada, Jakarta, 238 hlm.

_______. 2007.Rawa Lebak, Ekologi, Pemanfaatan dan Pengembangannya. PT. Raja Grafin

do Persada, Jakarta, 270 hlm.

_______. 2010. Lahan Gambut, Pengembangan, Konservasi dan Perubahan Iklim. Gadjah

Mada University Press, Yogyakarta, 212 hlm.

_______, M. Saleh dan H. Syahbuddin. 2013. Penggunaan dan Permasalahan Lahan Gambut.

Dalam Lahan Gambut: Pemanfaatan dan Pengembangannya untuk Pertanian. Kani

sius, Yogyakarta, hlm: 63-88.

Nurhidayati. 2017. Kesuburan dan Kesehatan Tanah, Suatu Pengantar Penilaian Kualitas Ta

nah Menuju Pertanian Berkelanjutan. Intimedia, Malang, 293 hlm.

Pahan, I. 2007. Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Manajemen Agribisnis Dari Hulu Hingga

Hilir. Penebar Swadaya, Jakarta, 411 hlm.

Universitas Sumatera Utara

Page 186: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

155

Pamin, K., T.Wahyono dan P.Guritno. 1999. Prospek Pemasaran Minyak Sawit Indonesia.

Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit-Medan, 5 (1) : 47-53.

Pangudijatno, G.1998. Sebuah Kajian Tentang Pertanaman Kelapa Sawit pada Tanah

Gambut. Bul.Pertanian 7 (1): 1-6.

PASPI- 2016. Mitos dan Fakta Industri Minyak Sawit Indonesia dalam Isu Sosial, Ekonomi

dan Lingkungan Global. Alumni Insitut Pertanian Bogor, Bogor 152 hlm.

Pathak, H., D.R.Biswas and Ramandeep Singh. 2002. Fertilizer Use and Environmental Quali

ty, Fertilizer News. 47 (11) : 13-20.

Piggot, C.J. 1990. Growing Oil Palm an Illustrated Guide Society of Planters, Kuala Lumpur,

460 p.

Prihandana, R dan R, Hendroko. 2008. Energi Hijau, Pilihan Bijak Menuju Negeri Mandiri

Energi. Penebar Swadaya, Jakarta, 248 hlm.

Perusahaan Terbatas Perkebunan Nusantara [PTP Nusantara] IV. 2007. Standar Prosedur

Operasi (SPO) Tanaman Kelapa Sawit. PTP Nusantara IV (Persero), Sumatera Utara-

Indonesia.

Purba, P., A.U. Lubis, dan E.L. Tobing. 1989. Pemetaan dan Jenis Tanah Perkebunan Kelapa

sawit di Sumatera Utara. Dalam Budidaya Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)

Kumpulan Kertas Kerja PPM, PT.Perkebunan VI-VII Pusat Penelitian Marihat,

P.Siantar-Indonesia, hlm : 99-115.

_______., I.Y.Harahap dan M.L.Fadli.1992.Agihan dan Keadaan Hara Tanah pada Perke

bunan Kelapa Sawit di Indonesia Bagian Barat, Bul.Puslitbun Marihat, 12 (2) : 1-8.

Purba, A.R., E.Suprianto,Y.Yenni,Sujadi dan N. Supena. 2005. Karateristik Bahan Tanaman

Unggul PPKS dan Pola Pengelompokannya di Pembibitan. Pusat Penelitian Kelapa

Sawait-Medan, 37 hlm.

Purnomo, A. 2012. Menjaga Hutan Kita, Prakontra Kebijakan Moratorium Hutan dan Gam

but. Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta, 120 hlm.

Rahim, D.A.dan M.Arifin. 2011. Dasar-dasar Klasifikasi Tanah. Pustaka Reka Cipta,

Bandung, 383 hlm.

Rahutomo, S., M.L.Fadli dan E.S. Sutarta. 2006. Prediksi Kebutuhan Pupuk Untuk Perkebu

nan Kelapa Sawit di Indonesia Hingga 2010. Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit 14

(2) : 23-34.

________, Winarna, O.Wiratmoko, N.H.Darlan, M.L.Fadli dan Sugiyono. 2008. Delapan

Kunci Sukses Pengembangan Lahan Gambut Untuk Tanaman Kelapa Sawit. Pusat

Penelitian Kelapa Sawit-Medan, 24 hlm.

Rajagukguk,B. 2000. Perubahan Sifat-Sifat Fisik dan Kimia Tanah Gambut Akibat Rekla

masi Lahan Gambut Pertanian. Ilmu Tanah dan Lingkungan. V (2) : 1-15.

Universitas Sumatera Utara

Page 187: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

156

Rieley, J.O., A.A. Ahmadshah, and M. A. Brady. 1996. The Extern and Nature of Tropical

Peat Swamps. In : E. Maltby et al. (Eds.). Pros of a Workshop on Integrated Planning

and Management of Tropical Lowland Peatland. IUCN. 17–54 p.

Ritung, S., Wahyunto, dan K.Nugroho. 2012. Karakteristik dan Sebaran Lahan Gambut di

Sumatera, Kalimantan dan Papua. Dalam Pros.Sem.Nas. Pengelolaan Lahan Gambut

Berkelanjutan, Balitbangtan, Kementan, Bogor, hlm : 47-61.

Rumawas, F.1985. Reclamation of Degraded Acid Tropical Soil Indonesia. Proc.of on

ISRAM Inaugural Work Shop Yurumaguas Peru and Brazilia, p : 206-215.

Sabiham, S. dan M.Ismangun. 1997. Potensi dan Kendala Pengembangan Lahan Gambut

Untuk Pertanian. Dalam Prosiding Simposium Nasional dan Kongres V PERAGI,

Jakarta, 25–27 Januari 1996 hlm 63 – 84.

__________. 2007. Potensi dan Pemanfaatan Lahan Gambut Berkelanjutan untuk Pertanian.

Dalam Pros.Sem.Nas. Pertanian Lahan Rawa. Buku 1. Balitbangtan-Pemkab Kapuas

Kalimantan Tengah, hlm 63-85.

___________. 2009. Pengelolaan Lahan Gambut Indonesia Berbasis Keunikan Ekosistem.

Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Pengelolaan Tanah. Fakultas Pertanian IPB, Bogor, 16

September 2009. 107 hlm.

___________, dan Sukarman. 2012. Pengelolaan Lahan Gambut Untuk Pengembangan

Kelapa Sawit di Indonesia. Dalam Pros.Semnas. Pengelolaan Lahan Gambut Berke

lanjutan, Balitbangtan, Kementan, Bogor, hlm : 1-15.

Salisbury, F.B. dan C.W.Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan, jilid-1, Sel : Air, Larutan dan

Permukaan, ed-4, ITB, Bandung, 241 hlm.

Saragih, S., M. Alwi dan M. Thamrin. 2013. Teknologi Budidaya Tanaman Perkebunan di

Lahan Gambut. Dalam Lahan Gambut: Pemanfaatan dan Pengembangannya untuk

Pertanian, Kanisius, Yogyakarta, hlm: 149-185.

Silvius, M.J. and W.Giesen. 1996. Toard Integrated Management of Swamp Forest. A Case

Study from Sumatera. In Tropical Island Peatlands of South East Asia (E. Malby,

C.Immirize and R.J. Sufford, Eds. LUCN Gland Swizerland, p: 247-267

Sipayung, H.H dan T. Liwang. 2011. Kunci Sukses Mendapatkan Benih Sawit Unggul. Lily

Publisher Andi Offset, Yogyakarta, 156 hlm.

Siregar, H.H., N.H. Darlan, T.C. Hidayat, W. Darmosarkoro, dan I.Y. Harahap. 2006. Hujan

Sebagai Faktor Penting untuk Perkebunan Kelapa Sawit. PPKS Medan, 41 hlm.

Soekardi,M dan A.Hidayat. 1988. Ekstent and Distribution of Peatsoil of Indonesia. In Paper

Presented at Third Meeting of the Cooperative Research on Problem Soil, 22 – 26

August 1988. Bogor.

Soil Survey Staff. 2010. Keys to Soil Taxonomy.11th

Edition USDA (United States Depar

tment of Agriculture)-Natural Resources Conservation Service. Washington DC.

Universitas Sumatera Utara

Page 188: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

157

Sopandie, D. 2013. Fisiologi Adaptasi Tanaman terhadap Cekaman Abiotik pada Agro ekosis

tem Tropika, Institut Pertanian Bogor Press, Bogor, 228 hlm.

Sopiawati, T., H.L.Susilawati, A.Hervani, D.Nursyamsi, P.Setyanto dan Nurhayati. 2012.

Pengaruh Pemberian Bahan Amelioran terhadap Penurunan Emisi Gas Karbon

dioksida pada Perkebunan Sawit dengan Tanaman Sela di Lahan Gambut. Dalam

Pros. Semnas. Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan. Balitbangtan, Kementan,

Bogor, hal : 305-319.

Stevenson, F.J. 1994. Humus Chemistry, Genesis, Composition and Practions, John Wiley

and son, Inc. New York, 443 p.

____________. dan A.Fitch. 1997. Kimia Pengomplekan Ion Logam dengan Organik Larutan

Tanah Dalam Interaksi Mineral Tanah dengan Organik Alami dan Mikroba. Univer

sitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta, hlm 32–90.

Suastika, I.W., S.Sabiham, dan D.A.Suriadikarta. 2006. Pengaruh Pencampuran Tanah Mine

ral Berpirit pada Tanah Gambut terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi. Jurnal Ilmu-

ilmu Pertanian Indonesia 8 (2): 99-109.

Subagyo, H. 1997. Potensi Pengembangan dan Tata Ruang Lahan Rawa untuk Pertanian.

Dalam Pros.Simposium Nasional dan Kongres VI PERAGI, Jakarta, hlm : 17-55.

Subardja, D., Irsal Las, dan Arsil Saleh. 2006. Distribution of Land Potential for Oil Palm

Extensification in Indonesia. International Oil Palm Conferemce 2006, Bali 19 – 23

June 2006, 7 p.

__________ dan E.Suryani. 2012. Klasifikasi dan Distribusi Tanah Gambut Indonesia Serta

Pemanfaatannya Untuk Pertanian. Dalam Pros.Seminar Nasional Pengelolaan Lahan

Gambut Berkelanjutan, BP3 Kementan Pertanian, Bogor, hlm : 87-93.

Sulistyo D.H, B., A. Purba, D. Siahaan, J. Efendi dan A. Sidik. 2010. Budidaya Kelapa Sawit.

PT. Balai Pustaka dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Jakarta, 190 hlm.

Sunarko. 2014. Budidaya Kelapa Sawit di Berbagai Jenis Lahan. PT.Agro Media Pustaka.

Jakarta, 200 hlm.

Suriadikarta, D.A dan M.T.Sutriadi. 2007. Jenis-jenis Lahan Berpotensi Untuk Pengembang

an Pertanian di Lahan Rawa. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balit

bangtan, Deptan, Bogor, 26 (3): 115-122.

_______________. 2012. Teknologi Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan. Dalam Pros.

Semnas Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan, BP3 Kementan Pertanian, Bogor,

hlm : 197-211.

Susilawati, H.L., M.Noor, T.Sopiawati, A.Pramono, dan P.Setyanto. 2012. Peranan Pembe

rian Bahan Organik dan Dolomit terhadap Emisi GRK (CO2 dan CH4) dan Neraca

Karbon pada Lahan Padi Sawah di Tanah Gambut Kalimantan Selatan. Dalam Pros.

Sem.Nas.Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan, Balitbangtan, Kementan, Bogor,

hlm : 357-368.

Universitas Sumatera Utara

Page 189: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

158

Sutarta, E.S., dan Winarna. 2002. Upaya Peningkatan Efisiensi dan Langkah Alternatif

Pemupukan pada Tanaman Kelapa Sawit. Warta PPKS Medan 10 (2-3): 23-32.

Suyatno. 2012. Tantangan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit di Lahan Gambut. Estate Head

Area Sumut-2, PT. Bakrie Sumatera Plantation, 12 hlm.

Syahbuddin, H dan M.Alwi. 2012. Potensi dan Pengembangan Lahan Gambut dalam Perspek

tif Pengembangan Untuk Pertanian Tanaman Pangan. Dalam Prosiding Sem.Nas.Peng

elolaan Lahan Gambut Berkelanjutan, Balitbangtan Kementan, Bogor, hlm: 75-86.

Tan, K.H.1993. Principles oil Chemistry. Marcel Dekker Inc. New York, 362 p.

Tarigan, B dan T.Sipayung. 2011. Kontribusi Perkebunan Kelapa Sawit dalam Perekonomian

dan Lingkungan Hidup Sumatera Utara. Institut Pertanian Bogor Press, Bogor, 128

hlm.

Tisdale, S.L., W.L. Nelson, J.D. Beaton, J.L. Havlin. 1993. Soil Fertility andFertilizers, 4 th

Ed. Macmillan Publishing Company, New York, 634 p.

Tsutsuki, K. 1984. Volatile Produce and Low Moleculer Weight Product of the An-aerobic

Decomsiti on of Organic Matter. Inter Rice Res. Inst. Soil Organic Matter, p: 329-43.

Utami, S.N.H. 2012. Lahan Gambut Terdegradasi. Dalam Pros.Sem.Nas.Pengelolaan Lahan

Gambut Berkelanjutan, Balitbangtan, Kementan, Bogor, hlm : 185-196.

Valat, B. C. Jouany and L. M. Riviere. 1991. Characterization of The Wetting Properties of

Air Dried Peat and Compost. Soil Sci. 152 (2): 100–107.

Von Uexkull, H.R., and T.H.Fairhurst. 1991. Fertilizing for High Yield and Quality the oil

palm. IPI Bulletin, no. 12.

Widjaya Adhi, IPG. 1988. Physical and Chemical Characteristic of Peatsoils of Indonesia. In

Indonesian Agric. Res. And Dev. Jour. 10 (3): 59–64. AARD, Bogor.

________________, K. Nugroho, D. S. Ardi, dan K. A. A. Syarifuddin. 1992. Sumber Daya

Lahan Rawa: Potensi, Keterbatasan dan Pemanfaatan. Dalam: Partohardjono dan M.

Syam (Eds.) Risalah Pertemuan Nasional Perkembangan Pertanian Lahan Rawa

Pasang Surut dan Lebak. Puslitbangtan. Bogor, hlm 19–38.

Wijaya, K.A. 2008. Nutrisi Tanaman Sebagai Penentu Kualitas Hasil dan Resistensi Alami

Tanaman. Prestasi Pustaka, Jakarta, 120 hlm.

Winarna., D. Wiratmoko, E.S. Sutarta, S. Rahutomo dan Sujadi. 2007. Potensi dan Kendala

Lahan Rawa Pasang Surut untuk Budidaya Kelapa Sawit. Dalam Pros.Sem.Nas.

Lahan Rawa,Buku1 Balitbangtan-Pemkab.Kapuas Kalimantan Tengah, hlm: 223-235.

_______, dan S. Rahutomo. 2008. Hubungan Karakteristik Lahan Gambut dengan Produksi

Kelapa Sawit, Jurnal Penelitian Kelapa Sawit 16 (1): 27-35.

Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah, Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Gava Media, Yog

yakarta, 269 hlm.

Universitas Sumatera Utara

Page 190: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

159

Wiratmoko,D., Winarna dan E.S. Sutarta. 2007. Analisis Hubungan Karakteristik Lahan Gam

but Dengan Produksi Kelapa Sawit. Dalam Pros.Sem.Nas. Pertanian Lahan Rawa,

Buku 1 Balitbangtan-Pemkab Kapuas Kalimantan Tengah, hlm: 211-221

Wong, L.S., R. Hashim and F.H. Ali. 2008. Strength and Permeability of Stabilized Peatsoil Journal of Applied Sciences 8 (21): 3986-3990.

Zubaidah, Y.,Burhanuddin dan Hafshah.1979. Pemberian Tanah Mineral pada Tanah Gambut

terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays). Jerami (2) : 25-30.

Universitas Sumatera Utara

Page 191: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

160

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Analisis Contoh Tanah Gambut PT.Perkebunan Grahadura Kecamatan

Kualuh Hulu, Kabupaten Labuhanbatu Utara

No Sifat Tanah Satuan Hasil Kriteria Metode

1 pH (H2O) - 3,60 SM Potensiometri

2

C-Organik % 54,19 ST Volumetri/Walkley & Black

3

N-Total % 1,39 ST Volumetri/Kjeldahl

4

C/N 39,00 ST Hasil perhitungan

5

6

P2O5-Total

P-tersedia

%

ppm

0,025

4,37

SR

SR

Spektrofotometri/HCl 25%

Bray-2

7 Basa-dd

K-dd

Ca-dd

Mg-dd

Na-dd

me.100 g-1

me.100 g-1

me.100 g-1

me.100 g-1

me.100 g-1

-

0,09

14,66

2,70

0,29

-

SR

T

T

T

AAS/Amonium-OAc 1 N

AAS/Amonium-OAc 1 N

AAS/Amonium-OAc 1 N

AAS/Amonium-OAc 1 N

8 JKB me.100 g-1

17,74 - Amonium-OAc 1 N

9 KTK/CEC me.100 g-1

155,30 ST Volumetri/NaCl 10%

10 KB/BS % 11,00 SR

Perhitungan

11 Cu ppm ˂ 1,01 - AAS

12 Zn ppm 1,11 - AAS

13 B ppm 33,52 - Spektrofotometri

14 DHL/EC ms.cm-1

0,17 R Potensiometri

Keterangan: 1. Hasil analisis contoh tanah di analisis di Laboratorium Tanah dan Pupuk Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan,dengan kriteria Pusat Penelitian Tanah, Bogor (1983).

2..ST=Sangat tinggi; T=Tinggi; S=Sedang; R=Rendah; SR=Sangat rendah; SM=Sa ngat masam; JKB=Jumlah Kation Basa; KB=Kejenuhan Basa (BS=Base Saturation); KTK=Kapasitas Tukar Kation (CEC=Cation Exchange Capasity); DHL=Daya Hantar Listrik (EC=Electrical Conductivity); AAS=Atomic Absortion Spectrophotometer;

[me.100 g-1

= me%=c.mol (+).kg-1

].

149

160

Universitas Sumatera Utara

Page 192: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

161

Lampiran 2. Hasil Analisis Tanah Mineral Ultisol asal desa Kongsi Enam, kecamatan Aek

Natas, Kabupaten Labuhanbatu Utara

No

Sifat Tanah

Satuan

Hasil

Kriteria

Metode

1 Pasir

% 46 - Hydrometer

2

Debu % 16 Liat Hydrometer

3

Liat % 38 - Hydrometer

4

pH (H2O; 1 :

2,5)

- 5,30 SR/M Potensiometri

5

C-Organik % 0,07 SR Volumetri/Walkley dan Black

6 N-Total % 0,04 SR Volumetri/Kjeldahl

7 C/N - 2,00 SR Perhitungan

8 P-tersedia ppm 1,01 SR Spektrofotometri/Bray-2

9 K-dd me.100g-1

0,11 R AAS/Amonium-OAc 1N

10 Ca-dd me.100g-1

0,51 R AAS/Amonium-OAc 1N

11 Mg-dd me.100g-1

0,56 R AAS/Amonium-OAc 1N

12 Na-dd me.100g-1

0,06 R AAS/Amonium-OAc 1N

13 JKB me.100g-1

1,24 - Amonium-OAc 1 N

14 KTK/CEC me.100g-1

6,62 R Volumetri/NaCl 10 %

15 KB/BS % 18,73 SR Amonium-OAc 1 N

16 Al-dd me.100g-1

0,03 - Volumetri/KCl 1 N

17 Cu ppm 0,05 - Volumetri/KCl 1 N

18 Mn ppm 14,15 - AAS

19 Zn ppm 4,09 - AAS

20 Fe ppm 2,00 - AAS

Keterangan: 1. Hasil analisis contoh tanah di analisis di Laboratorium Tanah dan Pupuk Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, dengan kriteria Pusat Penelitian Tanah, Bogor (1983).

2. ST=Sangat tinggi; T=Tinggi; S=Sedang; R=Rendah; SR=Sangat rendah; M=Masam; JKB=Jumlah Kation Basa; KB=Kejenuhan Basa (BS=Base Saturation); KTK= Kapa sitas Tuklar Kation (CEC=Cation Exchange Capasity); AAS=Atomic Absorptipon Spectrophotometer; (me.100 g

-1=me%=c.mol (+).kg

-1).

Universitas Sumatera Utara

Page 193: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

162

Lampiran 3. Hasil Analisis Dolomit dan Fosfat Alam/Batuan Fosfat

No Macam analisis Parameter Hasil (%) Metode

1

Dolomit

Kelembaban

MgO

CaO

Fe2O3

12,03

19,10

34,32

0,10

Oven (103±2⁰C)

AAS

AAS

AAS

2

Fosfat Alam/RP

Kelembaban

P2O5-total

CaO

Fe2O5

14,19

22,64

33,51

2,47

Oven (103±2⁰)

Spectrophotometry

AAS

AAS

Keterangan : Hasil Analisis Contoh Dolomit dan Fosfat Alam di analisis di Laboratorium Tanah dan Tanam

an PT. Asian Agri Bahilang Estate Tebing Tinggi.

Lampiran 4. Kriteria Kadar Hara Daun Kelapa Sawit Tanaman Menghasilkan

Sumber : Uexkull and Fairhurst (1991)

Unsur Hara Defisiensi Optimal Tinggi

.......... (%).......

N

P

K

Ca

Mg

S

Cl

˂2,30

˂0,14

˂0,75

˂0,25

˂0,20

˂0,20

˂0,25

2,40-2,80

0,15-0,18

0,90-1,20

0,50-0,75

0,25-0,40

0,25-0,35

0,50-0,70

˃3,00

˃0,25

˃1,60

˃1,00

˃1,70

˃0,60

˃1,00

......... (ppm) .......

B

Cu

Zn

˂8,00

˂3,00

˂10

15-25

5-8

2-18

˃40

˃15

˃80

Universitas Sumatera Utara

Page 194: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

163

Lampiran 5. Rekomendasi Pemupukan Bibit Kelapa Sawit di Pembibitan Utama (main nur sery)

Umur Bibit (minggu)

Jenis dan dosis pupuk

NPKMg 15:15:6:4 (g.bibit-1)

NPKMg 12:12:17:2 (g.bibit-1)

Kieserit (g.bibit-1)

14-15 2,5 - - 16-17 5,0 - 5,0 18,20 7,5 - - 22-24 10,0 - 5,0 26 - 10 - 28 - 10 7,5 30 - 10 - 32 - 10 7,5 34 - 15 - 36 - 15 10 38 - 15 - 40 - 15 10 42 - 20 - 44 - 20 15 46 - 20 - 48 - 20 15 50 - 25 - 52 - 25 15

Sumber : Darmosaskoro, W., Akiyat, Sugiyono dan E.S. Sutarta (2008) PPKS-Medan.

Lampiran 6. Nilai Kritis Sifat Kimia Tanah pada Tanaman Kelapa Sawit

Macam Analisis Kriteria Kesuburan

Rendah Sedang Tinggi P-tersedia (mg.kg-1) 15 20 25 K-dd (cmol (+) kg-1) 0,2 0,3 0,4 Ca-dd (cmol (+) kg-1) 0,4 1-2 ˃2 Mg-dd (cmol (+) kg-1) 0,2 0,3 ˃0,3 Kej.Al (%) 20 25-30 50

Sumber : Dierolf, Fairhurst dan Mutert (2001)

Lampiran 7. Konsentrasi Kritis Hara N, P dan K pada Daun Kelapa Sawit

Macam Analisis [% bobot kering]

Kriteria Kesuburan

Rendah Sedang Tinggi Nitrogen (N) ˂2,5 2,5-3,0 ˃3,0 Posfor (P) ˂0,15 0,17-0,18 ˃0,2 Kalium (K) ˂1,0 1,0-1,3 ˃1,3

Sumber : Dierolf, Fairhurst dan Murtert (2001)

Universitas Sumatera Utara

Page 195: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

164

Lampiran 8. Letak Bagan Penelitian Tanaman Kelapa Sawit di Lapangan

= Tanaman sampel = Tanaman penyangga = Tanaman bukan sampel Keterangan : Jumlah tanaman per plot = 12 tanaman Jumlah tanaman sampel = 3 tanaman Jumlah tanaman penyangga = 9 tanaman Jarak tanam =7,6 m x 8,8 m sistem segi tiga sama sisi Jumlah populasi = 150 tanaman.ha

-1

Universitas Sumatera Utara

Page 196: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

165

Lampiran 9 Daftar Sidik Ragam Pengamatan Nilai pH Tanah Inkubasi pada Media Tanam Gambut di Polibag

SK DB JK KT Fhitung Ftabel (0,5)

Ulangan 2 0,00 0,00 0,21 tn 3,63

Amelioran (A) 8 24,13 3,02 755,97 * 2,59

Galat 16 0,06 0,00

Total 26 24,19

KK = 1,21 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 10. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Kadar N Tanah (%) Inkubasi pada Media Tanam Gambut di Polibag

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 0,00 0,00 0,26

tn 3,63

Amelioran

(A) 8 1,73 0,22 54,28 * 2,59

Galat 16 0,06 0,00

Total 26 1,80

KK = 7,08 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 11. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Kadar P-tersedia (ppm) Tanah Inkubasi pada Media Tanam Gambut di Polibag

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 10.203,85 5.101,93 3,16 tn 3,63

Amelioran (A) 8 7.025.919,90 878.239,99 543,34 * 2,59

Galat 16 25.861,92 1.616,37

Total 26 7.061.985,67

KK = 9,78 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5%

Lampiran 12. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Kadar K-dd (me.100 g-1

) Tanah Inkubasi pada Media Tanam Gambut di Polibag

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 0,00 0,00 1,47 tn 3,63

Amelioran (A) 8 0,19 0,02 23,09 * 2,59

Galat 16 0,02 0,00

Total 26 0,20

KK = 7,64 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5%

Universitas Sumatera Utara

Page 197: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

166

Lampiran 13. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Kadar Ca-dd (me.100 g-1

) Tanah Inkubasi pada Media Tanam Gambut di Polibag

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 7,36 3,68 4,30 * 3,63

Amelioran (A) 8 2.665,07 333,13 389,32 * 2,59

Galat 16 13,69 0,86

Total 26 2.686,12

KK = 6,16 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 14. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Kadar Mg-dd (me.100 g-1

) Tanah Inkubasi pada Media Tanam Gambut di Polibag

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 9,66 4,83 5,03 * 3,63

Amelioran (A) 8 1.341,55 167,69 174,70 * 2,59

Galat 16 15,36 0,96

Total 26 1.366,57

KK = 12,89 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 15. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Kadar KTK (me.100 g-1

) Tanah Inkubasi pada Media Tanam di Polibag

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 50,50 25,25 18,32 * 3,63

Amelioran (A) 8 1.403,70 175,46 127,30 * 2,59

Galat 16 22,05 1,38

Total 26 1.476,26

KK = 3,11 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 16. Kadar Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 5 BST

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 9,56 4,78 2,60 tn 3,63

Amelioran (A) 8 52,32 6,54 3,56 * 2,59

Galat 16 29,37 1,84

Total 26 91,24

KK = 4,91 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Universitas Sumatera Utara

Page 198: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

167

Lampiran 17. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 6 BST

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 0,01 0,01 0,00 tn 3,63

Amelioran (A) 8 77,77 9,72 5,49 * 2,59

Galat 16 28,36 1,77

Total 26 106,14

KK = 4,06 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 18. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibtan Utama Umur 7 BST

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 1,93 0,97 0,50 tn 3,63

Amelioran (A) 8 137,98 17,25 8,99 * 2,59

Galat 16 30,69 1,92

Total 26 170,60

KK = 3,55 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 19. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 8 BST

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 1,34 0,67 0,62 tn 3,63

Amelioran (A) 8 228,36 28,55 26,30 * 2,59

Galat 16 17,37 1,09

Total 26 247,07

KK = 2,27 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 20. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Bibit (cm) Tanaman Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 9 BST

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 5,64 2,82 3,21 tn 3,63

Amelioran (A) 8 307,16 38,40 43,67 * 2,59

Galat 16 14,07 0,88

Total 26 326,86

KK = 1,74%; tn = tidak berbeda naya pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Universitas Sumatera Utara

Page 199: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

168

Lampiran 21. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 10 BST

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 8,18 4,09 4,38 * 3,63

Amelioran (A) 8 360,19 45,02 48,19 * 2,59

Galat 16 14,95 0,93

Total 26 383,32

KK = 1,57 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 22. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 11 BST

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 3,53 1,77 2,30 tn 3,63

Amelioran (A) 8 830,32 103,79 134,87 * 2,59

Galat 16 12,31 0,77

Total 26 846,16 KK = 1,10%; tn = tidak berbeda nyata; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 23. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 12 BST

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 6,06 3,03 3,06 tn 3,63

Amelioran (A) 8 1.083,49 135,44 136,68 * 2,59

Galat 16 15,85 0,99

Total 26 1.105,41 KK = 1,08 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 24. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Bibit (cm) Tanaman Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 13 BST

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 3,40 1,70 1,22 tn 3,63

Amelioran (A) 8 1.731,01 216,38 154,72 * 2,59

Galat 16 22,38 1,40

Total 26 1.756,78

KK = 1,12 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Universitas Sumatera Utara

Page 200: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

169

Lampiran 25. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 14 BST

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 7,77 3,89 2,43 tn 3,63

Amelioran (A) 8 2.992,28 374,04 233,69 * 2,59

Galat 16 25,61 1,60

Total 26 3.025,66 KK = 1,04 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 26. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 15 BST

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 3,79 1,90 2,20 tn 3,63

Amelioran (A) 8 4.492,64 561,58 651,75 * 2,59

Galat 16 13,79 0,86

Total 26 4.510,21

KK = 0,68 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 27. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 16 BST

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 323,59 161,80 1,74 tn 3,63

Amelioran (A) 8 5.655,60 706,95 7,59 * 2,59

Galat 16 1.489,54 93,10

Total 26 7.468,73 KK = 6,29 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 28. Daftar Sidik RagamPengamatan Diameter Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 5 BST

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 0,11 0,06 1,93 tn 3,63

Amelioran (A) 8 1,53 0,19 6,50 * 2,59

Galat 16 0,47 0,03

Total 26 2,12

KK = 7,98 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Universitas Sumatera Utara

Page 201: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

170

Lampiran 29. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Diameter Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 6 BST

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 0,22 0,11 2,71 tn 3,63

Amelioran (A) 8 0,65 0,08 2,67 * 2,59

Galat 16 0,66 0,04

Total 26 1,54

KK = 8,15 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 30. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Diameter Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibit an Utama Umur 7 BST

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 0,29 0,14 3,91 * 3,63

Amelioran (A) 8 2,22 0,28 7,58 * 2,59

Galat 16 0,59 0,04

Total 26 3,10 KK = 6,63 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 31. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Diameter Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 8 BST

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan

2 0,09 0,04 3,63 tn 3,63

Amelioran (A) 8 2,35 0,29 24,59 * 2,59

Galat 16 0,19 0,01

Total 26 2,63

KK = 3,00 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 32. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Diameter Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 9 BST

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 0,00 0,00 0,13 tn 3,63

Amelioran (A) 8 3,42 0,43 40,10 * 2,59

Galat 16 0,14 0,01

Total 26 2,63

KK = 2,26 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Universitas Sumatera Utara

Page 202: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

171

Lampiran 33. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Diameter Bibit [cm] Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 10 BST

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 7,82 3,91 2,43 tn 3,63

Amelioran (A) 8 13,05 1,63 1,01 * 2,59

Galat 16 25,73 1,61

Total 26 46,60

KK = 2,53 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 34. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Diameter Bibit [cm] Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 11 BST

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 0,08 0,04 5,83 * 3,63

Amelioran (A) 8 6,83 0,85 121,06 * 2,59

Galat 16 0,11 0,01

Total 26 7,02 KK = 1,57 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 35. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Diameter Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 12 BST

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 0,03 0,02 7,70 * 3,63

Amelioran (A) 8 2,77 0,35 158,95 * 2,59

Galat 16 0,03 0,00

Total 26 2,84

KK = 0,75 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 36. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Diameter Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 13 BST

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 0,08 0,04 8,96 * 3,63

Amelioran (A) 8 3,28 0,41 96,96 * 2,59

Galat 16 0,07 0,00

Total 26 3,42 KK = 0,98 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Universitas Sumatera Utara

Page 203: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

172

Lampiran 37. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Diameter Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 14 BST

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 0,03 0,01 2,46 tn 3,63

Amelioran (A) 8 3,35 0,42 75,02 * 2,59

Galat 16 0,09 0,01

Total 26 3,46 KK = 1,06 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 38. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Diameter Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 15 BST

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 0,02 0,01 1,89 tn 3,63

Amelioran (A) 8 2,81 0,35 78,56 * 2,59

Galat 16 0,07 0,00

Total 26 2,90

KK = 0,87 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 39. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Diameter Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 16 BST

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 0,07 0,04 2,46 tn 3,63

Amelioran (A) 8 7,87 0,98 68,57 * 2,59

Galat 16 0,23 0,01

Total 26 8,17 KK = 1,41 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 40. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Jumlah Daun Bibit (helai) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 5 BST

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 0,31 0,16 3,26 tn 3,63

Amelioran (A) 8 1,03 0,13 2,70 * 2,59

Galat 16 0,76 0,05

Total 26 2,11 KK = 3,93 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Universitas Sumatera Utara

Page 204: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

173

Lampiran 41. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Jumlah Daun Bibit (helai) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 6 BST

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 0,03 0,02 0,37 tn 3,63

Amelioran (A) 8 1,31 0,16 3,69 * 2,59

Galat 16 0,71 0,04

Total 26 2,05 KK = 3,22 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 42. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Jumlah Daun Bibit (helai) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 7 BST

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 0,13 0,07 1,09 tn 3,63

Amelioran (A) 8 0,90 0,11 1,84 * 2,59

Galat 16 0,99 0,06

Total 26 2,03 KK = 3,26 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 43. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Jumlah Daun Bibit (helai) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 8 BST

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 0,08 0,04 1,17 tn 3,63

Amelioran (A) 8 1,05 0,13 4,08 * 2,59

Galat 16 0,52 0,03

Total 26 1,65 KK = 2,08 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 44. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Jumlah Daun Bibit (helai) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 9 BST

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 0,16 0,08 2,15 tn 3,63

Amelioran (A) 8 1,71 0,21 5,92 * 2,59

Galat 16 0,58 0,04

Total 26 2,44 KK = 1,97 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Universitas Sumatera Utara

Page 205: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

174

Lampiran 45. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Jumlah Daun Bibit (helai) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama umur 10 BST

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 0,06 0,03 0,87 tn 3,63

Amelioran (A) 8 1,59 0,20 6,00 * 2,59

Galat 16 0,53 0,03

Total 26 2,18 KK = 1,71 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 46. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Jumlah Daun Bibit (helai) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 11 BST

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 0,03 0,02 0,40 tn 3,63

Amelioran (A) 8 2,76 0,34 7,83 * 2,59

Galat 16 0,70 0,04

Total 26 3,50 KK = 1,81 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 47. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Jumlah Daun Bibit (helai) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 12 BST

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 0,66 0,33 3,28 tn 3,63

Amelioran (A) 8 4,01 0,50 4,95 * 2,59

Galat 16 1,62 0,10

Total 26 6,30 KK = 2,54 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 48. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Jumlah Daun Bibit (helai) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 13 BST

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 0,01 0,00 0,05 tn 3,63

Amelioran (A) 8 1,79 0,22 2,86 * 2,59

Galat 16 1,25 0,08

Total 26 3,05 KK = 2,05 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Universitas Sumatera Utara

Page 206: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

175

Lampiran 49. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Jumlah Daun Bibit (helai) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 14 BST

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 0,01 0,00 0,10 tn 3,63

Amelioran (A) 8 2,82 0,35 8,74 * 2,59

Galat 16 0,65 0,04

Total 26 3,47 KK = 1,29 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 50. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Jumlah Daun Bibit (helai) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 15 BST

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 0,01 0,00 0,09 tn 3,63

Amelioran (A) 8 2,62 0,33 7,31 * 2,59

Galat 16 0,72 0,04

Total 26 3,35 KK = 1,36 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 51. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Jumlah Daun Bibit (helai) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 16 BST

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 0,11 0,05 1,22 tn 3,63

Amelioran (A) 8 2,32 0,29 6,67 * 2,59

Galat 16 0,70 0,04

Total 26 3,13

KK = 1,26 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 52. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Hasil Nilai pH Tanah pada Pembibitan Kelapa Sawit di Pembibitan Utama

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 0,01 0,01 0,49 tn 3,63

Amelioran (A) 8 5,17 0,65 55,07 * 2,59

Galat 16 0,19 0,01

Total 26 5,37 KK = 1,78 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Universitas Sumatera Utara

Page 207: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

176

Lampiran 53. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Kadar N Total (%) Tanah pada Pembibitan Kelapa Sawit di Pembibitan Utama

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 0,00 0,00 0,37 tn 3,63

Amelioran (A) 8 0,50 0,06 21,25 * 2,59

Galat 16 0,05 0,00

Total 26 0,55 KK = 8,59 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 54. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Kadar P tersedia (ppm) pada Pembibitan Kelapa Sawit di Pembibitan Utama

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 7.131,73 3.565,86 0,87 tn 3,63

Amelioran

(A) 8 1.469.903,07 183.737,88 44,68 * 2,59

Galat 16 65.796,89 4.112,31

Total 26 1.542.831,68 KK = 7,71 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 55. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Kadar K-dd (me.100 g-1

) pada Pembibitan Kelapa Sawit di Pembibitan Utama

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 0,11 0,05 1,16 tn 3,63

Amelioran (A) 8 51,43 6,43 135,94 * 2,59

Galat 16 0,76 0,05

Total 26 52,30 KK = 8,63 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 56. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Kadar Ca-dd (me.100 g-1

) pada Pembibitan Kelapa Sawit di Pembibitan Utama

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 1,26 0,63 1,67 tn 3,63

Amelioran

(A) 8 200,92 25,12 66,62 * 2,59

Galat 16 6,03 0,38

Total 26 208,22 KK = 5,80 %’ tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Universitas Sumatera Utara

Page 208: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

177

Lampiran 57. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Kadar Mg-dd (me.100 g-1

) Pembibitan Kelapa Sawit di Pembibitan Utama

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 0,03 0,01 0,03 tn 3,63

Amelioran

(A) 8 1.154,74 144,34 283,66 * 2,59

Galat 16 8,14 0,51

Total 26 1.162,91 KK = 3,07 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 58. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Kadar KTK (me.100 g-1

) pada Pembibitan Kelapa Sawit di Pembibitan Utama

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 0,11 0,05 1,16 tn 3,63

Amelioran (A) 8 51,43 6,43 135,94 * 2,59

Galat 16 0,76 0,05

Total 26 52,30 KK = 8,63 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 59. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Analisis Kadar Hara N (%) pada Pembibitan Kelapa Sawit di Pembibitan Utama

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 0,07 0,04 1,45 tn 3,63

Amelioran (A) 8 0,93 0,12 4,67 * 2,59

Galat 16 0,40 0,02

Total 26 1,40 KK = 6,48 %’ tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 60. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Analisis Kadar Hara P (%) pada Pembibit an Kelapa Sawit di Pembibitan Utama

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 0,10 0,05 1,47 tn 3,63

Amelioran (A) 8 0,27 0,03 1,00 tn 2,59

Galat 16 0,55 0,03

Total 26 0,92

KK = 77,32 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %

Universitas Sumatera Utara

Page 209: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

178

Lampiran 61. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Analisis Kadar Hara K (%) pada Pembibitan

Kelapa Sawit di Pembibitan Utama

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 0,01 0,00 1,07 tn 3,63

Amelioran

(A) 8 0,47 0,06 14,33 * 2,59

Galat 16 0,07 0,00

Total 26 0,55

KK = 3,62 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 62. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Analisis Kadar Hara Ca (%) pada Pembibitan

Kelapa Sawit di Pembibitan Utama

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 0,00 0,00 0,34 tn 3,63

Amelioran (A) 8 0,03 0,00 2,93 * 2,59

Galat 16 0,02 0,00

Total 26 0,05

KK = 13,31 %’ tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 63. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Analisis Kadar Hara Mg (%) pada Pembibitan

Kelapa Sawit di Pembibitan Utama

SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)

Ulangan 2 0,03 0,01 2,69 tn 3,63

Amelioran (A) 8 9,56 1,19 217,56 * 2,59

Galat 16 0,09 0,01

Total 26 9,67

KK = 13,15 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 64. Daftar Sidik Ragam Panjang Pelepah (m) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur

14 Tahun Bulan Mei 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,00 0,00 0,30 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,00 0,00 0,07 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,10 0,01 2,40 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,16 0,01 2,40 * 1,84 Galat 52 0,28 0,01 1,91 * -

Total 80 0,55 - - -

KK = 1,41 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Universitas Sumatera Utara

Page 210: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

179

Lampiran 65. Daftar Sidik Ragam Panjang Pelepah (m) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur

14 Tahun Bulan Juni 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,01 0,00 0,68 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,02 0,01 2,13 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,19 0,02 4,21 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,22 0,01 2,50 * 1,84 Galat 52 0,29 0,01 - -

Total 80 0,74 - - -

KK = 1,44 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 66. Daftar Sidik Ragam Panjang Pelepah (m) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur

14 Tahun Bulan Juli 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,01 0,00 0,52 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,04 0,02 2,31 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,25 0,03 3,65 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,28 0,02 2,04 * 1,84 Galat 52 0,45 0,01 - -

Total 80 1,04 - - -

KK = 1,78 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 67. Daftar Sidik Ragam Panjang Pelepah (m) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur

14 Tahun Bulan Agustus 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,11 0,06 1,01 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,21 0,10 1,82 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,72 0,09 1,57 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 1,20 0,08 1,32 tn 1,84 Galat 52 2,96 0,06 - -

Total 80 5,21 - - -

KK = 4,54 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 68. Daftar Sidik Ragam Panjang Pelepah (m) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur

14 Tahun Bulan September 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,03 0,02 1,36 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,08 0,04 3,51 * 3,18 Amelioran (A) 8 0,13 0,02 1,37 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,14 0,01 0,71 tn 1,84 Galat 52 0,63 0,01 - -

Total 80 1,01 - - -

KK = 2,06 %%; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Universitas Sumatera Utara

Page 211: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

180

Lampiran 69. Daftar Sidik Ragam Panjang Pelepah (m) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur

14 Tahun Bulan Oktober 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,15 0,07 4,45 * 3,18 Pemupukan (P) 2 0,07 0,03 2,07 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,21 0,03 1,63 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,16 0,01 0,62 tn 1,84 Galat 52 0,85 0,02 - -

Total 80 1,44 - - -

KK = 2,38 %%; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 70. Daftar Sidik Ragam Panjang Pelepah (m) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur

14 Tahun Bulan November 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,02 0,01 0,54 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,00 0,00 0,01 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,18 0,02 1,02 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,31 0,02 0,86 tn 1,84 Galat 52 1,16 0,02 - -

Total 80 1,67 - - -

KK = 2,75 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 71. Daftar Sidik Ragam Panjang Pelepah (m) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur

14 Tahun Bulan Desember 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,05 0,03 1,63 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,05 0,03 1,74 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,22 0,03 1,81 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,21 0,01 0,83 tn 1,84 Galat 52 0,80 0,02 - -

Total 80 1,33 - - -

KK = 2,31%; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 72. Daftar Sidik Ragam Panjang Pelepah (m) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur

14 Tahun Bulan Januari 2016

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,02 0,01 0,49 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,24 0,12 5,34 * 3,18 Amelioran (A) 8 0,13 0,02 0,73 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,35 0,02 0,95 tn 1,84 Galat 52 1,19 0,02 - -

Total 80 1,94 - - - KK = 2,75 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Universitas Sumatera Utara

Page 212: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

181

Lampiran 73. Daftar Sidik Ragam Panjang Pelepah (m) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur

14 Tahun Bulan Februari 2016

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,05 0,02 2,89 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,12 0,06 7,15 * 3,18 Amelioran (A) 8 0,18 0,02 2,72 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,24 0,02 1,87 * 1,84 Galat 52 0,42 0,01 -

Total 80 1,00 - -

KK = 1,61 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 74. Daftar Sidik Ragam Panjang Pelepah (m) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur

14 Tahun Bulan Maret 2016

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,03 0,01 1,02 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,03 0,02 1,24 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,09 0,01 0,82 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,15 0,01 0,70 tn 1,84 Galat 52 0,69 0,01 - -

Total 80 0,98 - - -

KK = 2,05 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 75. Daftar Sidik Ragam Panjang Pelepah (m) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur

14 Tahun Bulan April 2016

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,04 0,02 1,01 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,37 0,19 8,68 * 3,18 Amelioran (A) 8 0,17 0,02 1,02 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,25 0,02 0,73tn 1,84 Galat 52 1,11 0,02 - -

Total 80 1,95 - - -

KK = 2,65 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 76. Daftar Sidik Ragam Jumlah Pelepah Daun (pelepah) Kelapa Sawit Menghasil

kan Umur 14 Tahun Bulan Mei 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,10 0,05 1,32 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,12 0,06 1,51 tn 3,18 Amelioran (A) 8 1,61 0,20 5,25 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,27 0,02 0,45 tn 1,84 Galat 52 1,99 0,04 - -

Total 80 4,09 - - -

KK = 0,49 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Universitas Sumatera Utara

Page 213: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

182

Lampiran 77. Daftar Sidik Ragam Jumlah Pelepah Daun (pelepah) Kelapa Sawit Menghasil

kan Umur 14 Tahun Bulan Juni 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,11 0,06 0,54 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,01 0,01 0,06 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,88 0,11 1,07 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,97 0,06 0,59 tn 1,84 Galat 52 5,36 0,10 - -

Total 80 7,33 - - -

KK = 0,80 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 78. Daftar Sidik Ragam Jumlah Pelepah Daun (pelepah) Kelapa Sawit Menghasil

kan Umur 14 Tahun Bulan Juli 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,66 0,33 1,24 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,60 0,30 1,13 tn 3,18 Amelioran (A) 8 1,17 0,15 0,55 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 2,23 0,14 0,52 tn 1,84 Galat 52 13,86 0,27 - -

Total 80 18,53 - - -

KK = 1,28 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 79. Daftar Sidik Ragam Jumlah Pelepah Daun (pelepah) Kelapa Sawit Menghasil

kan Umur 14 Tahun Bulan Agustus 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,22 0,11 0,68 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,45 0,22 1,39 tn 3,18 Amelioran (A) 8 7,83 0,98 6,06 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 4,25 0,27 1,65 tn 1,84 Galat 52 8,39 0,16 - -

Total 80 21,14 - - -

KK = 0,99 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 80. Daftar Sidik Ragam Jumlah Pelepah Daun (pelepah) Kelapa Sawit Menghasil

kan Umur 14 Tahun Bulan September 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 1,63 0,82 2,03 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,91 0,46 1,14 tn 3,18 Amelioran (A) 8 9,36 1,17 2,91 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 9,98 0,62 1,55 tn 1,84 Galat 52 20,90 0,40 - -

Total 80 42,78 - - -

KK = 1,55 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Universitas Sumatera Utara

Page 214: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

183

Lampiran 81. Daftar Sidik Ragam Jumlah Pelepah Daun (pelepah) Kelapa Sawit Menghasil

kan Umur 14 Tahun Bulan Oktober 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,53 0,27 0,82 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,12 0,06 0,19 tn 3,18 Amelioran (A) 8 10,51 1,31 4,05 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 7,74 0,48 1,49 tn 1,84 Galat 52 16,86 0,32 - -

Total 80 35,77 - - -

KK = 1,88 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 82. Daftar Sidik Ragam Jumlah Pelepah Daun (pelepah) Kelapa Sawit Menghasil

kan Umur 14 Tahun Bulan November 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,03 0,01 0,05 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,06 0,03 0,12 tn 3,18 Amelioran (A) 8 5,23 0,65 2,55 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 2,61 0,16 0,64 tn 1,84 Galat 52 13,37 0,26 - -

Total 80 21,30 - - -

KK = 1,23 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 83. Daftar Sidik Ragam Jumlah Pelepah Daun (pelepah) Kelapa Sawit Menghasil

kan Umur 14 Tahun Bulan Desember 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,20 0,10 1,27 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,40 0,20 2,55 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,93 0,12 1,49 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,71 0,04 0,57 tn 1,84 Galat 52 4,05 0,08 - -

Total 80 6,28 - - -

KK = 0,67 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 84. Daftar Sidik Ragam Jumlah Pelepah Daun (pelepah) Kelapa Sawit Menghasil

kan Umur 14 Tahun Bulan Januari 2016

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,02 0,01 0,30 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,64 0,32 3,04 tn 3,18 Amelioran (A) 8 1,22 0,15 1,44 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,39 0,02 0,23 tn 1,84 Galat 52 5,51 0,11 - -

Total 80 7,78 - - -

KK = 0,78 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Universitas Sumatera Utara

Page 215: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

184

Lampiran 85. Daftar Siaki Ragam Jumlah Pelepah Daun (pelepah) Kelapa Sawit Menghasil

kan Umur 14 Tahun Bulan Februari 2016

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,50 0,25 3,00 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,40 0,20 2,43 tn 3,18 Amelioran (A) 8 1,52 0,19 2,29 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,53 0,03 0,40 tn 1,84 Galat 52 4,33 0,08 - -

Total 80 7,28 - - -

KK = 0,68 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 86. Daftar Sidik Ragam Jumlah Pelepah Daun (pelepah) Kelapa Sawit Menghasil

kan Umur 14 Tahun Bulan Maret 2016

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,49 O,24 1,67 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,27 0,14 0,95 tn 3,18 Amelioran (A) 8 2,14 0,27 1,84 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 1,12 0,07 0,48 tn 1,84 Galat 52 7,54 0,15 - -

Total 80 11,56 - - -

KK = 0,90 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 87. Daftar Sidik Ragam Jumlah Pelepah Daun (pelepah) Kelapa Sawit Menghasil

kan Umur 14 Tahun Bulan April 2016

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,31 0,15 0,91tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,38 0,19 1,14 tn 3,18 Amelioran (A) 8 2,96 0,37 2,20 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 1,57 0,10 0,58 tn 1,84 Galat 52 8,74 0,17 - -

Total 80 13,97 - - -

KK = 0,96%; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 88. Daftar Sidik Ragam Jumlah Anak Daun (helai) Kelapa Sawit Menghasilkan

Umur 14 Tahun Bulan Mei 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 128,79 64,39 0,97 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 572,32 286,16 4,31 * 3,18 Amelioran (A) 8 1.587,66 198,46 2,99 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 2.736,93 171,06 2,58 * 1,84 Galat 52 3.448,62 66,32 - -

Total 80 8.474,31 - - -

KK = 2,69 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Universitas Sumatera Utara

Page 216: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

185

Lampiran 89. Daftar Sidik Ragam Jumlah Anak Daun (helai) Kelapa Sawit Menghasilkan

Umur 14 Tahun Bulan Juni 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 21,66 10,83 4,11* 3,18 Pemupukan (P) 2 69,44 34,72 13,19 * 3,18 Amelioran (A) 8 607,68 75,96 28,85 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 205,22 12,83 4,87 * 1,84 Galat 52 136,90 2,83 - -

Total 80 136,90 - - -

KK= 0,52%; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 90. Daftar Sidik Ragam Jumlah Anak Daun (helai) Kelapa Sawit Menghasilkan

Umur 14 Tahun Bulan Juli 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 12,19 6,10 0,84 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 189,57 94,79 13,00 * 3,18 Amelioran (A) 8 1.006,11 125,76 17,24 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 111,94 7,00 0,96 tn 1,84 Galat 52 379,24 7,29 - -

Total 80 1.699,05 - - -

KK = 0,87 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 91. Daftar Sidik Ragam Jumlah Anak Daun (helai) Kelapa Sawit Menghasilkan

Umur 14 Tahun Bulan Agustus 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 1,78 0,89 0,24 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 79,41 39,71 10,65 * 3,18 Amelioran (A) 8 701,58 87,70 23,53 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 38,15 2,38 0,64 * 1,84 Galat 52 193,81 3,73 - -

Total 80 1.014,74 - - -

KK = 0,62%; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 92. Daftar Sidik Ragam Jumlah Anak Daun (helai) Kelapa Sawit Menghasilkan

Umur 14 Tahun Bulan September 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,84 0,42 0,14 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 6,36 3,18 1,03 tn 3,18 Amelioran (A) 8 406,69 50,84 16,52 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 17,37 1,09 0,35 tn 1,84 Galat 52 160,04 3,08 - -

Total 80 691,30 - - -

KK = 0,56%; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Universitas Sumatera Utara

Page 217: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

186

Lampiran 93. Daftar Sidik Ragam Jumlah Anak Daun (helai) Kelapa Sawit Menghasilkan

Umur 14 Tahun Bulan Oktober 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 11,20 5,60 1,41 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 12,90 6,45 1,63 tn 3,18 Amelioran (A) 8 399,30 49,91 12,58 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 74,69 4,67 1,18 tn 1,84 Galat 52 206,33 3,97 - -

Total 80 704,42 - - -

KK = 0,64%; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 94. Daftar Sidik Ragam Jumlah Anak Daun (helai) Kelapa Sawit Menghasilkan

Umur 14 Tahun Bulan November 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 56,99 28,49 1,86 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 105,09 52,55 3,43 * 3,18 Amelioran (A) 8 397,90 49,74 3,25 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 226,41 14,15 0,92 tn 1,84 Galat 52 796,05 15,31 -

Total 80 1.582,44 - -

KK = 1,27%; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 95. Daftar Sidik Ragam Jumlah Anak Daun (helai) Kelapa Sawit Menghasilkan

Umur 14 Tahun Bulan Desember 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,68 0,34 0,04 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 51,15 25,58 2,85 tn 3,18 Amelioran (A) 8 173,18 21,65 2,41 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 209,73 13,11 1,46 tn 1,84 Galat 52 467,18 8,98 - -

Total 80 901,92 - - -

KK = 0,97 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 96. Daftar Sidik Ragam Jumlah Anak Daun (helai) Kelapa Sawit Menghasilkan

Umur 14 Tahun Bulan Januari 2016

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 4,60 2,30 0,61 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 46,56 23,28 6,17 * 3,18 Amelioran (A) 8 102,30 12,79 3,39 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 99,41 6,21 1,65 tn 1,84 Galat 52 196,19 3,77 - -

Total 80 449,07 - - -

KK = 0,62%; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Universitas Sumatera Utara

Page 218: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

187

Lampiran 97. Daftar Sididk Ragam Jumlah Anak Daun (helai) Kelapa Sawit Menghasilkan

Umur 14 Tahun Bulan Februari 2016

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 6,73 3,37 1,11 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 10,59 5,29 1,24 tn 3,18 Amelioran (A) 8 71,19 8,90 2,93 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 30,73 1,92 0,63 tn 1,84 Galat 52 158,01 3,04 - -

Total 80 277,26 - - -

KK = 0,56 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 98. Daftar Sidik Ragam Jumlah Anak Daun (helai) Kelapa Sawit Menghasilkan

Umur 14 Tahun Bulan Maret 2016

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,41 0,21 0,05 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 11,41 5,70 1,33 tn 3,18 Amelioran (A) 8 87,54 10,94 2,56 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 83,06 5,19 1,21 tn 1,84 Galat 52 222,37 4,28 - -

Total 80 404,79 - - -

KK = 0,66 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 99. Daftar Sidik Ragam Jumlah Anak Daun (helai) Kelapa Sawit Menghasilkan

Umur 14 Tahun Bulan April 2016

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 20,28 10,14 3,02 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 85,04 42,52 12,67 * 3,18 Amelioran (A) 8 105,71 13,21 3,94 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 131,47 8,22 2,45 * 1,84 Galat 52 174,48 3,36 - -

Total 80 516,98 - - -

KK = 0,58 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 100. Daftar Sidik Ragam Jumlah Tandan (tandan) Kelapa Sawit Menghasilkan

Umur14 Tahun Bulan Mei 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,04 0,02 1,00 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,00 0,00 0,06 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,16 0,02 0,95 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,07 0,00 0,20 tn 1,84 Galat 52 1,12 0,02 - -

Total 80 1,40 - - -

KK = 13,77 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %;

Universitas Sumatera Utara

Page 219: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

188

Lampiran 101. Daftar Sidik Ragam Jumlah Tandan (tandan) Kelapa Sawit Menghasilkan

Umur 14 Tahun Bulan Juni 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,01 0,01 0,56 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,00 0,00 0,14 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,15 0,15 1,93 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,07 0,07 0,46 tn 1,84 Galat 52 0,50 0,50 -

Total 80 0,73 - -

KK = 5,59 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %;

Lampiran 102. Daftar Sidik Ragam Jumlah Tandan (tandan) Kelapa Sawit Menghasilkan

Umur 14 Tahun Bulan Juli 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,00 0,00 0,10 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,02 0,01 0,68 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,11 0,01 0,97 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,10 0,01 0,46 tn 1,84 Galat 52 0,72 0,01 - -

Total 80 0,95 - - -

KK = 11,33 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %;

Lampiran 103. Daftar Sidik Ragam Jumlah Tandan (tandan) Kelapa Sawit Menghasilkan

Umur 14 Tahun Bulan Agustus 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,01 0,01 0,56 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,02 0,01 0,98 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,12 0,01 1,51 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,05 0,00 0,35 tn 1,84 Galat 52 0,50 0,01 - -

Total 80 0,70 - - -

KK = 9,51 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %;

Lampiran 104. Daftar Sidik Ragam Jumlah Tandan (tandan) Kelapa Sawit Menghasilkan

Umur 14 Tahun Bulan September 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,00 0,00 0,00 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,01 0,00 0,41 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,17 0,02 2,17 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,06 0,00 0,41 tn 1,84 Galat 52 0,51 0,01 - -

Total 80 0,75 - - -

KK = 9,77 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Universitas Sumatera Utara

Page 220: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

189

Lampiran 105. Daftar Sidik Ragam Jumlah Tandan (tandan) Kelapa Sawit Menghasilkan

Umur 14 Tahun Bulan Oktober 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,01 0,00 0,37 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,01 0,00 0,37 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,07 0,01 0,82 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,09 0,01 0,50 tn 1,84 Galat 52 0,57 0,01 - -

Total 80 0,75 - - -

KK = 10,62 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %;

Lampiran 106. Daftar Sidik Ragam Jumlah Tandan (tandan) Kelapa Sawit Menghasilkan

Umur 14 Tahun Bulan November 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,00 0,00 0,19 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,00 0,00 0,19 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,05 0,01 0,92 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,09 0,01 0,85 tn 1,84 Galat 52 0,36 0,01 - -

Total 80 0,51 - - -

KK = 8,50 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %;

Lampiran 107. Daftar Sidik Ragam Jumlah Tandan (tandan) Kelapa Sawit Menghasilkan

Umur 14 Tahun Bulan Desember 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,01 0,01 0,79 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,00 0,00 0,20 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,08 0,01 1,39 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,07 0,00 0,65 tn 1,84 Galat 52 0,35 0,01 - -

Total 80 0,51 - - -

KK = 8,07 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %;

Lampiran 108. Daftar Sidik Ragam Jumlah Tandan (tandan) Kelapa Sawit Menghasilkan

Umur 14 Tahun Bulan Januari 2016

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,01 0,00 0,42 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,01 0,00 0,42 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,15 0,02 1,89 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,09 0,01 0,58 tn 1,84 Galat 52 0,50 0,01 - -

Total 80 0,75 - - -

KK = 9,93 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %;

Universitas Sumatera Utara

Page 221: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

190

Lampiran 109. Daftar Sidik Ragam Jumlah Tandan (tandan) Kelapa Sawit Menghasilkan

Umur 14 Tahun Bulan Februari 2016

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,06 0,03 3,25 3,18 Pemupukan (P) 2 0,02 0,01 1,39 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,10 0,01 1,39 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,12 0,01 0,87 tn 1,84 Galat 52 0,45 0,01 - -

Total 80 0,75 - - -

KK = 9,44 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 110. Daftar Sidik Ragam Jumlah Tandan (tandan) Kelapa Sawit Menghasilkan

Umur 14 Tahun Bulan Maret 2016

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,01 0,00 1,00 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,08 0,00 1,00 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,01 0,00 1,00 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,02 0,00 1,00 tn 1,84 Galat 52 0,07 0,00 -

Total 80 0,11 - -

KK = 3,65 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %;

Lampiran 111. Daftar Sidik Ragam Jumlah Tandan (tandan) Kelapa Sawit Menghasilkan

Umur 14 Tahun Bulan April 2016

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,01 0,01 0,35 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,08 0,04 2,75 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,07 0,01 0,55 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,09 0,01 0,35 tn 1,84 Galat 52 0,79 0,02 - -

Total 80 1,04 - - -

KK = 12,89 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %;

Lampiran 112. Daftar Sidik Ragam Rataan Berat Tandan (kg) Kelapa Sawit Menghasilkan

Umur 14 Tahun Bulan Mei 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 4,56 2,28 0,23 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 2,01 1,01 0,10 tn 3,18 Amelioran (A) 8 373,49 46,69 4,77 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 87,85 5,49 0,56 tn 1,84 Galat 52 908,72 9,78 - -

Total 80 976,64 - - -

KK = 11,14 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Universitas Sumatera Utara

Page 222: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

191

Lampiran 113. Daftar Sidik Ragam Rataan Berat Tandan (kg) Kelapa Sawit Menghasilkan

Umur 14 Tahun Bulan Juni 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 29,15 14,58 1,99 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 5,60 2,80 0,38 tn 3,18 Amelioran (A) 8 183,69 22,96 3,14 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 183,69 3,87 0,53 tn 1,84 Galat 52 61,90 7,32 - -

Total 80 380,51 - - -

KK = 12,95 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 114. Daftar Sidik Ragam Rataan Berat Tandan (kg) Kelapa Sawit Menghasilkan

Umur 14 Tahun Bulan Juli 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 19,71 9,85 0,97 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 9,64 4,82 0,47 tn 3,18 Amelioran (A) 8 131,17 16,40 1,61 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 64,20 4,01 0,39 tn 1,84 Galat 52 530,96 10,21 -

Total 80 755,67 - -

KK = 14,22 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 115. Daftar Sidik Ragam Berat Jumah Tandan (kg) Kelapa Sawit Menghasilkan

Umur 14 Tahun Bulan Agustus 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 12,74 6,37 0,45 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,52 0,26 0,02 tn 3,18 Amelioran (A) 8 390,89 48,86 3,43 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 117,98 7,37 0,52 tn 1,84 Galat 52 740,76 14,25 - -

Total 80 1.262,89 - - -

KK = 15,92 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 116. Daftar Sidik Ragam Rataan Berat Tandan (kg) Kelapa Sawit Menghasilkan

Umur 14 Tahun Bulan September 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 21,95 10,98 0,98 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 4,17 2,09 0,17 tn 3,18 Amelioran (A) 8 227,21 28,40 2,31 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 146,49 9,16 0,75 tn 1,84 Galat 52 638,22 12,27 - -

Total 80 1.038,04 - - -

KK =13,61%; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Universitas Sumatera Utara

Page 223: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

192

Lampiran 117. Daftar Sidik Ragam Rataan Berat Tandan (kg) Kelapa Sawit Menghasilkan

Umur 14 Tahun Bulan Oktober 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 38,02 19,01 1,45 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 29,39 14,69 1,12 tn 3,18 Amelioran (A) 8 385,94 48,24 3,67 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 97,39 6,09 0,46 tn 1,84 Galat 52 683,48 13,14 - -

Total 80 1.234,22 - - -

KK = 13,27%; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 118. Daftar Sidik Ragam Rataan Berat Tandan (kg) Kelapa Sawit Menghasilkan

Umur 14 Tahun Bulan November 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 12,74 6,37 0,97 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 6,83 3,42 0,52 tn 3,18 Amelioran (A) 8 52,77 6,60 1,00 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 29,60 1,85 0,28 tn 1,84 Galat 52 342,78 6,59 -

Total 80 444,73 - -

KK = 011,46 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 119. Daftar Sidik Ragam Rataan Berat Tandan (kg) Kelapa Sawit Menghasilkan

Umur 14 Tahun Bulan Desember 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 14,62 7,31 0,69 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 7,30 3,65 0,34 tn 3,18 Amelioran (A) 8 170,01 21,25 2,00 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 32,92 2,06 0,19 tn 1,84 Galat 52 551,24 10,60 - -

Total 80 776,09 - - -

KK= 13,41%; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 120. Daftar Sidik Ragam Rataan Berat Tandan (kg) Kelapa Sawit Menghasilkan

Umur 14 Tahun Bulan Januari 2016

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 6,46 3,23 0,58 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 14,83 7,41 1,34 tn 3,18 Amelioran (A) 8 169,07 21,13 3,81 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 140,99 8,81 1,59 tn 1,84 Galat 52 288,34 5,55 - -

Total 80 619,68 - - -

KK= 9,74 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Universitas Sumatera Utara

Page 224: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

193

Lampiran 121. Daftar Sidik Ragam Rataan Berat Tandan (kg) Kelapa Sawit Menghasilkan

Umur 14 Tahun Bulan Februari 2016

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 4,99 2,50 0,30 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 6,73 3,36 0,40 tn 3,18 Amelioran (A) 8 610,16 76,27 9,17 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 23,58 1,47 0,18 tn 1,84 Galat 52 432,29 8,31 - -

Total 80 1.077,74 - - -

KK = 10,66 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 122. Daftar Sidik Ragam Rataan Berat Tandan (kg) Kelapa Sawit Menghasilkan

Umur 14 Tahun Bulan Maret 2016

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 4,56 2,28 0,23 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 2,01 1,01 0,10 tn 3,18 Amelioran (A) 8 373,49 46,69 4,77 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 87,85 5,49 0,56 tn 1,84 Galat 52 508,72 9,78 - -

Total 80 976,64 - - -

KK= 11,14 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 123. Daftar Sidik Ragam Rataan Berat Tandan (kg) Kelapa Sawit Menghasilkan

Umur 14 Tahun Bulan April 2016

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,19 0,09 0,01 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 35,82 17,91 1,39 tn 3,18 Amelioran (A) 8 199,38 24,92 1,93 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 70,27 4,39 0,34 tn 1,84 Galat 52 671,58 12,91 - -

Total 80 977,24 - - -

KK = 13,86 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 124. Daftar Sidik Ragan Produksi Tandan Buah Segar (kg TBS.ha-1

) Kelapa Sawit

Menghasilkan Umur 14 Tahun Bulan Mei 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,16 0,08 0,69 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,07 0,03 0,28 tn 3,18 Amelioran (A) 8 1,42 0,18 1,49 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,67 0,04 0,35 tn 1,84 Galat 52 6,19 0,12 -

Total 80 8,51 - -

KK = 11,68 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %;

Universitas Sumatera Utara

Page 225: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

194

Lampiran 125. Daftar Sidik Ragam Produksi Tandan Buah Segar (kg TBS.ha-1

) Kelapa

Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Bulan Juni 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,37 0,18 2,01 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,12 0,06 0,64 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,75 0,09 1,03 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,75 0,05 0,51 tn 1,84 Galat 52 4,74 0,09 - -

Total 80 6,72 - - -

KK = 9,68 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %;

Lampiran 126. Daftar Sidik Ragam Produksi Tandan Buah Segar (kg TBS.ha-1

) Kelapa

Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Bulan Juli 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,46 0,23 1,99 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,01 0,01 0,06 tn 3,18 Amelioran (A) 8 1,50 0,19 1,63 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,94 0,06 0,51 tn 1,84 Galat 52 5,99 0,12 - -

Total 80 8,91 - - -

KK = 10,80 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %;

Lampiran 127. Daftar Sidik Ragam Produksi Tandan Buah Segar (kg TBS.ha-1

) Kelapa

Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Bulan Agustus 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,27 0,13 0,59 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,12 0,06 0,26 tn 3,18 Amelioran (A) 8 4,70 0,59 2,62 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 2,33 0,15 0,65 tn 1,84 Galat 52 11,69 0,22 - -

Total 80 19,69 - - -

KK = 14,43 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 128. Daftar Sididk Ragam Produksi Tandan Buah Segar (kg TBS.ha-1

) Kelapa

Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Bulan September 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,07 0,03 0,18 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,03 0,01 0,08 tn 3,18 Amelioran (A) 8 2,28 0,29 1,57 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 1,23 0,08 0,42 tn 1,84 Galat 52 9,44 0,18 - -

Total 80 13,04 - - -

KK = 12,60 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %;

Universitas Sumatera Utara

Page 226: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

195

Lampiran 129. Daftar Sididk Ragam Produksi Tandan Buah Segar (kg TBS.ha-1

) Kelapa

Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Bulan Oktober 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,03 0,01 0,18 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,14 0,07 1,85 tn 3,18 Amelioran (A) 8 3,65 0,46 5,68 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 2,49 0,16 1,94 * 1,84 Galat 52 4,18 0,08 - -

Total 80 10,49 - - -

KK = 8,37 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 130. Daftar Sidik Ragam Produksi Tandan Buah Segar (kg TBS.ha-1

) Kelapa

Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Bulan November 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,41 0,20 0,82 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,08 0,04 0,16 tn 3,18 Amelioran (A) 8 3,62 0,45 1,81 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 3,80 0,24 10,95 tn 1,84 Galat 52 13,01 0,25 - -

Total 80 20,91 - - -

KK = 14,40 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %;

Lampiran 131. Daftar Sidik Ragam Produksi Tandan Buah Segar (kg TBS.ha-1

) Kelapa

Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Bulan Desember 2015

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,11 0,06 0,30 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,43 0,22 1,17 tn 3,18 Amelioran (A) 8 4,26 0,53 2,88 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 1,35 0,08 0,46 tn 1,84 Galat 52 9,62 0,18 - -

Total 80 15,77 - - -

KK = 12,08 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 132. Daftar Sidik Ragam Produksi Tandan Buah Segar (kg TBS.ha-1

) Kelapa

Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Bulan Januari 2016

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,63 0,32 1,28 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,57 0,28 1,16 tn 3,18 Amelioran (A) 8 7,57 0,95 3,85 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 1,88 0,12 0,48 tn 1,84 Galat 52 12,76 0,25 - -

Total 80 23,40 - - -

KK = 13,45 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Universitas Sumatera Utara

Page 227: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

196

Lampiran 133. Daftar Sididk Ragam Produksi Tandan Buah Segar (kg TBS.ha-1

) Kelapa

Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Bulan Februari 2016

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,45 0,23 2,05 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,28 0,14 1,26 tn 3,18 Amelioran (A) 8 7,77 0,97 8,87 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,67 0,04 0,38 tn 1,84 Galat 52 5,70 0,11 - -

Total 80 14,86 - - -

KK = 8,86 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 134. Daftar Sididk Ragam Produksi Tandan Buah Segar (kg TBS.ha-1

) Kelapa

Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Bulan Maret 2016

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,15 0,08 3,49 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,05 0,02 0,16 tn 3,18 Amelioran (A) 8 7,64 0,95 6,14 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 1,25 0,08 0,50 tn 1,84 Galat 52 8,09 0,16 - -

Total 80 17,18 - - -

KK = 10,37 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 135. Daftar Sidik Ragam Produksi Tandan Buah Segar (kg TBS.ha-1

) Kelapa

Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Bulan April 2016

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,13 0,07 0,37 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,11 0,05 0,30 tn 3,18 Amelioran (A) 8 5,65 0,71 4,03 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 1,59 0,10 0,57 tn 1,84 Galat 52 9,13 0,18 - -

Total 80 16,61 - - -

KK = 11,01 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 136. Daftar Sidik Ragam Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit Menghasil

kan Umur 14 tahun (Mei 2015 s/d April 2016)

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 6,42 3,21 1,39 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 19,93 9,97 4,33 * 3,18 Amelioran (A) 8 76,03 9,50 4,13 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 3,96 0,25 0,11 tn 1,84 Galat 52 119,79 2,30 - -

Total 80 226,14 - - -

KK = 4,13 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Universitas Sumatera Utara

Page 228: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

197

Lampiran 137. Daftar Sididk Ragam Analisis Kadar Hara N (%) pada Tanaman Kelapa

Sawit Umur 14 Tahun

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,21 0,11 9,35 * 3,18 Pemupukan (P) 2 0,09 0,04 3,80 * 3,18 Amelioran (A) 8 1,20 0,15 13,12 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,32 0,02 1,78 tn 1,84 Galat 52 0,59 0,01 - -

Total 80 2,41 - - -

KK = 3,91 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 138. Daftar Sididk Ragam Analisis Kadar Hara P (%) pada Tanaman Kelapa

Sawit Umur 14 Tahun

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,04 0,02 2,10 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,01 0,01 0,57 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,12 0,02 1,63 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,07 0,00 0,50 tn 1,84 Galat 52 0,48 0,01 -

Total 80 0,73 - -

KK = 46,91 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 139. Daftar Sidik Ragam Analisis Kadar Hara K (%) pada Tanaman Kelapa

Sawit Umur 14 Tahun

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,15 0,08 12,69 * 3,18 Pemupukan (P) 2 0,03 0,01 2,16tn 3,18 Amelioran (A) 8 1,05 0,13 22,02 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 1,28 0,08 13,35 * 1,84 Galat 52 0,31 0,01 - --

Total 80 2,82 - - -

KK = 8,02 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Lampiran 140. Daftar Sidik Ragam Analisis Kadar Hara Ca (%) pada Tanaman Kelapa

Sawit Umur 14 Tahun

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,14 0,07 14,81* 3,18 Pemupukan (P) 2 0,04 0,02 4,24 * 3,18 Amelioran (A) 8 0,83 0,10 22,45 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,19 0,01 2,54 * 1,84 Galat 52 0,24 0,00 - -

Total 80 1,44 - - -

KK= 11,02 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Universitas Sumatera Utara

Page 229: AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK ...

198

Lampiran 141. Daftar Sidik Ragam Analisis Kadar Hara Mg (%) pada Tanaman Kelapa

Sawit Umur 14 Tahun

SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)

Ulangan 2 0,02 0,01 4,50 * 3,18 Pemupukan (P) 2 0,00 0,00 0,58 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,25 0,03 17,10 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,11 0,01 3,78 * 1,84 Galat 52 0,09 0,00 - -

Total 80 0,47 - - -

KK = 9,76 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %

Universitas Sumatera Utara