AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR...

97
AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL- QUR’AN (STUDI KOMPARATIF DALAM PENAFSIRAN SAYYID QUTHB DAN AL-SYA’RȂWȊ) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh Aidah fathaturrohmah NIM: 11140340000223 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H./2018 M.

Transcript of AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR...

Page 1: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-

QUR’AN (STUDI KOMPARATIF DALAM PENAFSIRAN

SAYYID QUTHB DAN AL-SYA’RȂWȊ)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh

Aidah fathaturrohmah

NIM: 11140340000223

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1440 H./2018 M.

Page 2: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN
Page 3: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN
Page 4: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN
Page 5: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

i

ABSTRAK

Aidah Fathaturrohmah

Amar ma’ruf nahi mûnkar Dalam perspektif al-Qur’an (studi komparatif dalam penafsiran Sayyid Qutbh dan Al-Sya’rāwī), 2018

ulama sepakat bahwasannya hendaklah ada dalam kalangan jamaah

muslimin itu dari suatu golongan, dalam ayat ditegaskan suatu umat yang

menyediakan diri mengadakan ajakan atau seruan, tegasnya Da’wah. Yang selalu

mesti mengajak dan membawa manusia berbuat kebaikan, menyuruh berbuat

ma’ruf, yaitu yang patut, pantas dan sopan; dan mencegah, melarang perbuatan

mûnkar, yang dibenci; dan yang tidak diterima. Di kalangan masyarakat muslim,

term ini seringkali digunakan dalam jargon dakwah islam. Perbuatan yang ma’ruf

apabila dikerjakan, dapat diterima dan difahami oleh manusia yang berakal. Yang

mûnkar artinya ialah yang dibenci; yang tidak disenangi; yang ditolak oleh

masyarakat. Sebab itu maka ma’ruf dan mûnkar tidaklah terpisah dari pendapat

umum. Dari sini penulis ingin mengkaji tentang pandangan Sayyid Qutbh dan Al-Sya’rāwī tentang amar ma’ruf nahi mûnkar. Penulis merujuk kepada Sayyid Qutbh dan Al-Sya’rāwī karena keduanya merupakan mufasir terkenal di zaman

kontemporer, dan mudah dipahami dalam menjelaskan masalah agama. Selain itu

kedua mufasir ini lahir tahun yang berbeda.

Penelitian skripsi ini, secara keseluruhan penulis menggunakan metode

penelitian kualitatif. Dalam metode pengumpulan data, penulis menggunakan

metode kepustakaan (Library Research) yaitu tehnik pengumpulan data dengan

mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-

catatan, dan laporan-laporan yang ada sehingga diperoleh data-data yang

diperlukan yang berhubungan dengan masalah yang dipecahkan. Dalam metode

analisis data, penulis mengolah data tersebut dengan menggunakan metode

tematik dan muqaran (komparatif).

Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa Sayyid Qutbh dan al-

Sya’rāwī memiliki persamaan dan perbedaan dalam menafsirkan Amar ma’ruf

nahi mûnkar Di mana persamaan dari penafsiran keduanya tersebut terletak pada

QS. Āli ‘Imrān ayat 110 dan QS. Al-A’raf ayat 157, dalam QS. Āli ‘Imrān ayat

110 bahwa keduanya sama-sama menafsirkan Amar ma’ruf nahi munkar sebaik-

baiknya ummat adalah umat terbaik yang menyeru kebaikan dengan mencegah

kemûnkaran dan menjaga masyarakat dari unsur-unsur kerusakan. Kemudian

dalam QS. Al-A’raf ayat 157 bahwa keduanya sama-sama menafsirkan Amar

ma’ruf nahi mûnkar menghalalkan untuk mereka yang baik-baik dan

mengharamkan atas mereka segala yang buruk

Kata kunci: Amar ma’ruf nahi mûnkar, Sayyid Qutbh, Al-Sya’rāwī

Page 6: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah

memberikan Taufik, Hidayah, dan Inayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul :

“Amar ma’ruf nahi munkar dalam perspektif Al-Qur’an (studi komparatif

dalam penafsiran Sayyid Qutbh dan al-Sya’rāwī)”

Sholawat dan salam tak lupa pula kita haturkan kepada Baginda Nabi

Muhammad SAW. serta keluarga dan para sahabatnya, dan juga para pengikutnya.

Kemudian, penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa

adanya bantuan dan juga dukungan dari kedua orang tua, keluarga, dosen

pembimbing, dan teman-teman yang selalu mensupport atau mendukung penulis.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Masri Mansoer, MA. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA. selaku Ketua Jurusan Ilmu al-Qur’ān dan

Tafsir dan Banun Binaningrum, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Ilmu

alQur’ān dan Tafsir.

4. Dr. Faizah Ali Syibromalisi, MA. selaku Dosen Pembimbing Skripsi penulis

yang telah banyak membimbing, memberi masukan dan saran kepada penulis

dalam penyusunan skripsi ini. Semoga ibu dan keluarga sehat selalu, panjang

umur, dan dimudahkan segala urusannya.

5. Muslih M,Ag. Sekalu dosen pembimbing Akamedik penulis yang telah

banyak membimbing, memberi masukan dan saran kepada penulis dalam

penyusunan skripsi ini. Semoga bapak dan keluarga sehat selalu, panjang

umur, dan dimudahkan segala urusannya.

6. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin, khususnya dosen-dosen jurusan Ilmu Al-

Qur’ān dan Tafsir. Yang telah sabar dalam mendidik dan telah banyak

Page 7: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

iii

memberikan berbagai macam ilmu. Mudah-mudahan ilmu yang penulis

dapatkan bermanfaat untuk kehidupan dunia dan akhirat.

7. Pimpinan dan staf Perpustakaan Fakultas Ushuluddin, Perpustakaan Utama

(PU), Perpustakaan Iman Jama’, dan Pusat Studi Al-Qur’ān.

8. Untuk orang tuaku tercinta, Papah dan Mamah, Umi dan Abah yang

senantiasa selalu mendoakan, memberikan semangat, dan juga motivasi

kepada penulis. Tanpa do’a dan dukungan dari beliau maka penulis tidak akan

menyelesaikan skripsi ini. Semoga senantiasa Allah sehatkan badannya,

panjangkan umurnya, dimurahkan rezekinya dan selalu dalam lindungan

Allah SWT. Aamiin.

9. Untuk calon suamiku Achmad Tuki S,Ag yang selalu memberikan semangat,

motivasi, memberikan saran serta membimbing untuk menyelesaikan skripsi

ini dan dukungan moral untuk hidupku.

10. Untuk saudara-saudari dan keponakan-keponakan penulis yaitu Amalia

Fitriani Nurul Janah, Jamilatus Syarifah, muslim, Muhammad Rafa Azka

Putra dan Ananda Syafa Nur Fauziah, yang selalu memberikan semangat

disaat penulis mulai merasa jenuh. Semoga kelak menjadi anak-anak yang

sholeh dan sholehah.

11. Kepada teman-teman jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir angkatan 2014

khususnya kelas TH. F, dan KKN KOPI

12. Sahabat-sahabat seperjuangan penulis yaitu Filzah Syazwana, Gina Agiana

Atma widara, Achmad Muzayyan, Munajat, Rifqi Fauzan, Tata, Elgi, teman-

teman bimbingan bersama ibu Faizah yaitu Sayyidah, Fayyadhah, Ulfah

Nurazizah, Alvi Lutfiah, Raja, dan Fawa Idul Makiyah, Mega Nur Fadilah,

Silma Latansa Haqqi. Terimakasih untuk waktu yang telah memberikan warna

dalam pertemanan ini. Semoga kita semua tetap dapat menjalin pertemanan

ini dengan baik setelah lulus kuliah.

13. Seluruh sahabat-sahabat pondok pesantrenku Wana Shinta Dewi, Eizh

Krimah, Umi Zakiyah, Hani Qisthina, Denafa dzahira. Yang sama-sama

Page 8: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

iv

sedang berjuang untuk menyelesaikan perkuliahan ini dalam mendapatkan

gelar sarjana terimakasih telah menyemangati dan memberikan dukungan ini.

14. Untuk teman selama di Ciputat Nurul Hidayati, Siti Fatimah Azzahra, Sofa,

Nur Faizah, Riza Muhammad, desi fitria, terimaksih telah menyemangati, dan

mendangarkan keluh kesah selama mengerjakan skripsi ini.

15. Kepada pihak-pihak yang turut membantu dan berperan, baik secara langsung

maupun tidak, tanpa mengurangi rasa hormat penulis mengucapkan terima

kasih yang sebanyak-banyaknya untuk membantu pengerjaan skripsi ini.

Akhir kata penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih

terdapat banyak kekurangan, bahkan kesalahan dan kekeliruan dalam

penelitian ini memungkinkan untuk terjadi. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya konstruktif, bukan dengan tujuan

destruktif atau menjatuhkan penulis agar penulisan karya ilmiah ke depannya

menjadi lebih baik. Harapan penulis semoga skripsi ini menjadi bermanfaat

bagi pembaca untuk menambah wawasan dan semoga Allah Swt. memberikan

riḍa-Nya dan balasan yang berlipat ganda atas kebaikan seluruh pihak-pihak

yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Āmīn yā Rabb al-‘Ālamīn.

Ciputat, April 2018

Aidah Fathaturrohmah

Page 9: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................... v

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Identifikasi masalah ..................................................................................... 8

C. Pembatasan dan perumusan masalah ........................................................... 8

D. Tujuan dan manfaat penelitian ..................................................................... 9

E. Kajian pustaka .............................................................................................. 9

F. Metode penelitian ....................................................................................... 10

G. Sistematika penulisan ................................................................................. 12

BAB II AMAR MA’RUF NAHI MȖNKAR DALAM KONSEP AL-QUR’AN

A. Definisi Amar ma’ruf nahi mûnkar menurut universal, bahasa, dan

istilah ........................................................................................................... 14

B. Amar ma’ruf nahi mûnkar dalam kehidupan manusia ............................... 17

C. Hukum dan syarat amar ma’ruf nahi mûnkar ............................................. 19

D. Urgensi amar ma’ruf nahi mûnkar ............................................................. 24

E. Dampak meninggalkan amar ma’ruf nahi mûnkar ..................................... 28

F. Ayat-ayat tentang amar ma’ruf nahi mûnkar ............................................. 37

BAB III BIOGRAFI SAYYID QUTBH DAN AL- SYA’RAWI DAN PROFIL

TAFSIR

A. Biografi Sayyid Qutbh dan profil tafsir ................................................. 38

1. Biografi Sayyid Qutbh ....................................................................... 38

a) Lahir, wafat, dan keluarga Sayyid Qutbh ....................................... 38

b) Pendidikan dan karir Sayyid Qutbh ............................................... 38

c) Karya-karya Sayyid Qutbh ............................................................. 40

2. Profil Tafsir ......................................................................................... 42

Page 10: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

vi

a) Motivasi Sayyid Qutbh menulis tafsir ............................................ 42

b) Sumber tafsir Sayyid Qutbh ........................................................... 42

c) Metode dan corak penafsiran Sayyid Qutbh .................................. 43

B. Biografi Al-Sya’rawi dan profil tafsir .................................................... 45

1. Biografi Al-Sya’rawi .......................................................................... 45

a) Lahir, wafat, dan keluarga Al-Sya’rawi ......................................... 45

b) Pendidikan dan karir Al-Sya’rawi .................................................. 46

c) Karya-karya Al-Sya’rawi ............................................................... 48

2. Profil Tafsir ......................................................................................... 49

a) Motivasi Al-Sya’rawi menulis tafsir ............................................. 49

b) Sumber tafsir Al-Sya’rawi ............................................................. 49

c) Metode dan corak penafsiran Al-Sya’rawi ................................... 51

BAB IV OBJEK PERINTAH AMAR MA’RUF NAHI MȖNKAR DALAM

PENAFSIRAN SAYYID QUTBH DAN AL- SYA’RAWI

A. Ciri-ciri amar ma’ruf nahi mûnkar ....................................................... 53

1. Masyarakat ideal ............................................................................ 53

2. Hubungan iman dan amar ma’ruf nahi mûnkar ............................. 55

3. Amar ma’ruf nahi mûnkar sebagai tanggung jawab sosial ............ 58

4. Rosul sebagai panutan amar ma’ruf nahi mûnkar .......................... 61

5. Amar ma’ruf nahi mûnkar sebagai keputusan bersama .................. 63

6. Amar ma’ruf nahi munkar melalui tolong menolong ..................... 65

7. Menyuruh berbuat yang munkar dan mencegah yang ma’ruf

adalah ciri-ciri orang munafik ......................................................... 69

B. Analisa penulis ...................................................................................... 71

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................. 75

B. Kritik dan saran ........................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 77

Page 11: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

vii

Pedoman Transliterasi

Dalam skripsi, tesis, dan disertasi bidang keagamaan (baca: Islam), alih

aksara atau transliterasi, adalah keniscayaan. Oleh karena itu, untuk menjaga

konsistensi, aturan yang berkaitan dengan alih aksara ini penting diberikan.

Pengetahuan tentang ketentuan ini harus diketahui dan dipahami, tidak saja oleh

mahasiswa yang akan menulis tugas akhir, melainkan juga oleh dosen, khususnya

dosen pembimbing dan dosen penguji, agar terjadi saling kontrol dalam penerapan

dan konsistensinya. Dalam dunia akademis, terdapat beberapa versi pedoman alih

aksara, antara lain versi Turabian, Library of Congress, Pedoman dari Kementian

Agama dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, serta versi

Paramadina.Umumnya, kecuali versi Paramadina, pedoman alih aksara tersebut

meniscayakan digunakannya jenis huruf (font) tertentu, seperti font Transliterasi,

Times New Roman, atau Times New Arabic. Untuk memudahkan penerapan alih

aksara dalam penulisan tugas akhir, pedoman alih aksara ini disusun dengan tidak

mengikuti ketentuan salah satu versi di atas, melainkan dengan

mengkombinasikan dan memodifikasi beberapa ciri hurufnya. Kendati demikian,

alih aksara versi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini disusun dengan logika yang

sama.

1. Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:

Huruf

Arab

Huruf

Latin

Keterangan

Tidak di lambangkan ا

b Be ب

t Te ث

ts Te dan es ث

J Je ج

ẖ h dengan garis bawah ح

kh ka dan ha ر

d De د

Page 12: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

viii

dz de dan zet ذ

r Er ر

z Zet ز

s Es س

sy es dan ye ش

s es dengan garis di bawah ص

ḏ de dengan garis di bawah ض

ṯ te dengan garis dibawah ط

ẕ zet dengan garis bawah ظ

ʿ koma terbalik di atas hadap kanan ع

gh ge dan ha غ

f Ef ف

q Ki ق

k Ka ك

l El ل

m Em م

n En ى

w We و

h Ha ھـ

Apostrof ` ء

y Ye ي

2. Vocal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari

vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk

vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vocal Arab Tanda Vocal Latin Keterangan

A Fatẖah ـــ

Page 13: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

ix

I Kasrah ـــ

U Ḏammah ـــ

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah

sebagai berikut:

Tanda Vocal Arab Tanda Vocal Latin Keterangan

ai a dan i ــ ي

au a dan u ــ و

3. Vocal panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa

Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vocal Arab Tanda Vocal Latin Keterangan

â a dengan topi di atas ىا

î i dengan topi di atas ىي

û u dengan topi di atas ىو

4. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan

dengan huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf

syamsiyah maupun huruf kamariah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-

dîwân bukan ad-dîwân.

5. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab

dilambangkan dengan sebuah tanda (ـــ (dalam alih aksara ini

dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang

diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang

menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh

huruf-huruf syamsiyah. Misalnya, kata (الضرورة) tidak ditulis ad-darûrah

melainkan al-darûrah, demikian seterusnya.

6. Ta Marbûtah

Page 14: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

x

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat

pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan

menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku

jika tamarbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na‘t) (lihat contoh 2).

Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka

huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

Ṯarîqah طریقت 1

al-jâmî’ah al-islâmiyyah الجاهعت اإلسالهيت 2

waẖdat al-wujûd وددة الوجود 3

7. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal,

dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan

mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI),

antara lain untuk menuliskan 35 permulaan kalimat, huruf awal nama

tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh

kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal

nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abû

Hâmid al-Ghazâlî bukan Abû Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-

Kindi. Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat

diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak

miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EBI, judul buku itu

ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya,

demikian seterusnya. Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama

tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak

dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya

ditulis Abdussamad al-Palimbani, tidak ‘Abd al- Samad al-Palimbânî;

Nuruddin al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.

8. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (fi‘l), kata benda (ism), maupun huruf

(harf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara

Page 15: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

xi

atas kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada

ketentuan-ketentuan di atas:

Kata Arab Alih Aksara

dzahaba al-ustâdzu ذھة األستاذ

Tsabata al- ajru ثبج األجر

al- ẖarakah al-‘ asriyyah الذرمت العصریت

Asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh أشھد أى ال إلھ إال هللا

الخ Maulânâ Malik al- Sâlih هوالنا هلل الص

Yu’ atstsirukum Allâh یؤثرمن هللا

al- maẕâhir al-‘ aqliyyah الوظاھر العقليت

Penulisan nama orang harus sesuai dengan tulisan nama diri

mereka. Nama orang berbahasa Arab tetapi bukan asli orang Arab tidak

perlu dialihaksarakan. Contoh: Nurcholish Madjid, bukan Nûr Khâlis

Majîd; Mohamad Roem, bukan Muhammad Rûm; Fazlur Rahman, bukan

Fadl al-Rahmân.

Page 16: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Islam telah menimbulkan persaudaraan, menjinakkan hati dan

menyebut umat manusia yang nyaris terbenam ke dalam neraka, maka

untuk memelihara kokohnya nikmat itu, hendaklah ada dalam kalangan

jamaah muslimin itu dari suatu golongan, dalam ayat ditegaskan suatu

umat yang menyediakan diri mengadakan ajakan atau seruan, tegasnya

Da‟wah. Yang selalu mesti mengajak dan membawa manusia berbuat

kebaikan, menyuruh berbuat ma‟ruf, yaitu yang patut, pantas dan sopan;

dan mencegah, melarang perbuatan mûnkar, yang dibenci; dan yang tidak

diterima.1

Sebagai sebuah teks agama yang juga merupakan doktrin

kebenaran mutlak, Al-Qur‟an menyatakan dirinya sebagai petunjuk

(hudan), pembeda (furqān), penjelas (bayan) sehingga dapat dijalani

kebenaran itu dengan menjadikannya tuntunan di dalam kehidupan.

Karena Al-Qur‟an berisi firman-firman Tuhan, dalil kebenaran dan

keyakinan, sanksi dan balasan, kisah-kisah dan permisalan, serta

permohonan. Karena itu, sebagai sebuah teks dan kebenaran doktrin

mutlak tersebut, ia memerlukan penafsiran.2

Salah satu term yang terdapat dalam Al-Qur‟an yaitu amar ma’ruf

nahi mûnkar. Di kalangan masyarakat muslim, term ini seringkali

digunakan dalam jargon dakwah Islam, yang mengambil bentuk doktrin

keagamaan, penyampaian kebenaran dan penentangan terhadap segala

bentuk doktrin keagamaan, penyampaian kebenaran dan penentangan

terhadap segala bentuk kezaliman dan ketidakadilan. Term ini juga sering

dijadikan justifikasi terhadap penolakan terhadap semua hal yang terkait

dengan perbuatan yang menyimpang dari norma agama, dan membenarkan

perbuatan yang dilakukan atas nama agama. Dalam sejarah politik

1 Hamka, Tafsir Al-Azhar (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983) Juzu‟ 4, H.30

2 Kusnadi Zulhilmi Zulkarnain, Makna amar ma’ruf nahi mûnkar menurut Muhammad

Asad dalam kitab the message of the Qur’an vol.18, No.2 (Palembang,2017) H.96

Page 17: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

2

keagamaan, istilah amar ma’ruf nahi mûnkar digunakan, baik dalam

bentuk mempertahankan keyakinan, atau bagian dari jihad fi sabīlillāh

maupun sebagai doktrin keagamaan yang mesti dipertahankan dan

diperjuangkan secara konsisten. Bagi kaum mu‟tazilah memperjuangkan

amar ma’ruf nahi mûnkar, yakni dengan cara mencegah perbuatan dosa,

mendorong orang yang berbuat dosa agar sadar dan memohon ampunan

kepada Allah Swt, serta dihukum jika ternyata bersalah melanggar hukum.

Pandangan golongan di atas berbeda dengan teologi Asya‟riyah yang lebih

moderat, bahwa perintah ma’ruf dan mencegah yang mûnkar tidak perlu

dengan kekerasan dan intimidasi. Akan tetapi dilakukan sikap lunak dan

bijak adalah lebih utama. Pemikiran ini juga didasari pada perintah untuk

memberikan peringatan kepada manusia dengan cara yang baik,

menyampaikan nasihat dengan bijak, dan dengan argumentasi yang

santun.3

Disini terdapat dua kata penting, yaitu menyuruh berbuat ma‟ruf,

mencegah perbuatan mûnkar. Berbuat ma‟ruf diambil dari kata uruf, yang

dikenal, atau yang dapat dimengerti dan dapat difahami serta diterima oleh

masyarakat. Perbuatan yang ma‟ruf apabila dikerjakan, dapat diterima dan

difahami oleh manusia yang berakal. Yang mûnkar artinya ialah yang

dibenci; yang tidak disenangi; yang ditolak oleh masyarakat, karena tidak

patut, tidak pantas. Tidak selayaknya yang demikian dikerjakan oleh

manusia berakal. Agama datang menuntun manusia dan memperkenalkan

mana yang ma‟ruf itu dan mana yang mûnkar. Sebab itu maka ma‟ruf dan

mûnkar tidaklah terpisah dari pendapat umum. Kalau ada yang berbuat

ma‟ruf, seluruh masyarakat, umumnya menyetujui, membenarkan, dan

memuji. Kalau ada perbuatan mûnkar, seluruh masyarakat menolak,

membenci, dan tidak menyukainya. Sebab itu bertambah tinggi kecerdasan

beragama, bertambah kenal orang akan yang ma‟ruf dan bertambah benci

orang kepada yang mûnkar. Lantaran itu wajiblah ada dalam jama‟ah

muslimin segolongan ummat yang bekerja keras menggerakkan orang

3 Kusnadi Zulhilmi Zulkarnain, Makna amar ma’ruf nahi mûnkar menurut Muhammad

Asad dalam kitab the message of the Qur’an, vol.18, No.2 (Palembang,2017) H.97

Page 18: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

3

kepada yang ma‟ruf itu dan menjauhi yang mûnkar, supaya masyarakat itu

bertambah tinggi nilainya.4

Maka dari itu, konsekuensi wajib bagi setiap masyarakat,

khususnya yang sadar dan tahu terhadap kondisi yang ada, adalah

senantiasa untuk amar ma’ruf nahi mûnkar. Amar ma’ruf nahi mûnkar

merupakan salah satu pilar ajaran Islam yang sangat fundamental (dasar).

Amar ma’ruf nahi mûnkar itu Satu sama lain saling melengkapi, mengisi,

mengukuhkan dan menyempurnakan eksistensinya. Aktivitas Amar ma‟rûf

niscaya diikuti dengan nahi mûnkar, sedangkan aktivitas nahi mûnkar

niscaya ditindak lanjuti dengan amar ma‟rûf.5

Konsep amar ma’ruf nahi mûnkar didasari dalam Al-Qur‟an surat

Alu Imrân ayat 104:

ئ كر وأول هىى عي الو ت يدعىى إلى الخير ويأهروى ببلوعروف وي كن أه ك هن الوفلحىى ولتكي ه

Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat

yang menyuruh kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan

mencegah dari yang mûnkar; merekalah orang-orang yang beruntung.

(Q.S Alu Imrân: 104)

Di dalam ayat tersebut di atas terkandung dua perintah, yakni

mengajak kebaikan dan memerintahkan yang ma‟ruf sekaligus melarang

yang mûnkar. Hal itu mengisyaratkan perlu adanya kelompok dalam

masyarakat Islam yang berbagi tugas. Kelompok pertama, mengajak

kepada kebaikan dan kelompok kedua, memerintahkan melakukan yang

ma‟ruf sekaligus melarang yang mûnkar. Amar ma‟ruf dan nahi mûnkar

adalah tugas pihak-pihak yang memiliki kekuatan dan kemampuan untuk

merealisasikan kebaikan di muka bumi.6

Istilah amar ma’rûf nahi mûnkar terdiri dari empat kosakata. Amar

ma‟rûf terdiri dari dua kosakata, yakni amar dan ma‟rûf. Amar berasal dari

kata amara-ya‟muru-amran, yang artinya menyuruh, memerintahkan,

4 Hamka, Tafsir Al-Azhar (Jakarta: Pustakaa Panjimas, 1983) Juz‟ 4, H.30

5 Kemenag RI, Amar Makruf Nahi Mûnkar (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-

Qur‟an, 2013), H.16 6 Kemenag RI, Amar Makruf Nahi Munkar (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-

Qur‟an, 2013), H.18

Page 19: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

4

mengajak, membebani sesuatu untuk dilakukan; lawan kata nahā-yanhā-

nahyan. Ma‟ruf dari akar kata „arafa-ya‟rifu-ma‟rūfan, „alima-ya‟lamu-

„ilman, yang artinya diketahui, dikenal, yang terkenal, masyhur, kebajikan,

sesuatu yang diketahui kebaikaannya dengan akal maupun syarak; lawan

kata mûnkar. 7

Istilah nahi mûnkar juga terdiri dari dua kosakata, yakni nahi dan

mûnkar. Nahi dari akar kata nahā-yanhā-nahyan, yang artinya melarang,

mencegah, menghalangi, menghentikan; lawan kata amara-ya‟muru-

amran. Mûnkar dari akar kata nakara, Ankara-yunkiru-Inkaran-mûnkaran,

artinya yang tak dikenal, perkara yang keji, mûnkar tidak diterima, yang

ditolak, yang dihukumi buruk oleh akal; lawan kata ma‟ruf. Amar ma‟ruf

mengandung arti memerintahkan orang untuk beriman kepada Allah dan

Rasul-Nya dan melaksanakan syariat-Nya. Nahi mûnkar mengandung arti

mencegah kemusyrikan, mendustakan Nabi sallallahu „alaihi wasallam dan

mencegah dari apa yang dilarang-Nya.8

Dalam ayat lain Allah Subhanahu wata„ala berfirman,

كر وتؤهىى ببلل هىى عي الو ت أخرجت للبس تأهروى ببلوعروف وت تن خير أه ولى مهي أه ك

هن الوؤهىى وأكثرهن الفبسقىى الكتبة لكبى خيرا لهن ه

Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk

manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mûnkar,

dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu

lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan

kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (Q.S.Alu Imrân : 110)

Ma‟ruf diambil dari kata ma‟rifah yang menurut Bahasa arab

maknanya ialah: segala sesuatu yang diketahui oleh hati, dan jiwa tentram

kepadanya. Dan secara syar‟i maknanya adalah segala sesuatu yang

dicintai oleh Allah Swt. Seperti taat kepada-Nya dan berbuat baik kepada

hamba-hamba-Nya.9

7 Kemenag RI, Amar Makruf Nahi Munkar (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-

Qur‟an, 2013), H.16 8 Kemenag RI, Amar Makruf Nahi Munkar (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-

Qur‟an, 2013), H.17

9 Salman Al-Audah Dan Fadil Ilahi, “Amar Ma’ruf Nahi Munkar” (Jakarta: PUSTAKA

AL-KAUTSAR, 1993), H.11

Page 20: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

5

Sedangkan mûnkar menurut Bahasa maknanya adalah sesuatu yang

diingkari oleh jiwa, tidak disukai dan tidak dikenalnya. Mûnkar adalah

lawan dari ma‟ruf, dan secara syar‟i maknanya adalah segala sesuatu yang

dikenal keburukannya secara syar‟i dan akal, seperti maksiat kepada Allah

Swt, dan zalim terhadap hamba-hamba-Nya.10

Dalam ayat lain Allah Subhanahu Wata‟ala berfirman:

لك كر واصبر على هب أصببك إى ذ ه عي الو لة وأهر ببلوعروف وا هي عزم الهىر يب بي أقن الص

Artinya: Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)

mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang

munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.

Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh

Allah). (Q.S Luqman: 17)

Dari keterangan di atas tampaklah pentingnya amar ma’ruf nahi

mûnkar dan kedudukannya dalam agama dan syariat Allah Azza wa Jalla,

pengaruh-pengaruh yang dihasilkan dari penerapannya, serta hal-hal yang

ditimbulkan akibat meninggalkannnya dari sela-sela pengetahuan tentang

sisi-sisi tersebut dapat mengetahui keutamaan dan keagungan pahalanya.

Bahwasannya Allah Subhanahu Wa Ta‟ala telah mengikatnya dengan

iman dan menyertakan keduanya dalam beberapa hal. Disamping itu, dia

juga mengkaitkan keuntungan dengan penegakkan amar ma’ruf nahi

mûnkar, oleh karena itu orang yang beruntung, maka dia benar-benar telah

mendapatkan kemenangan yang besar11

Mengenai amar ma’ruf nahi mûnkar di dalam masyarakat ada tiga

keadaan, pertama, mereka memerintahkan yang ma‟ruf dan melarang yang

mûnkar. Kedua, mereka saling menyuruh yang mûnkar dan saling

mencegah yang ma‟ruf, keadaan ini adalah keadaan orang-orang munafik.

Ketiga, mereka menyuruh sebagian yang ma‟ruf dan sebagaian yang

mûnkar. Mereka mencampuradukkan antara yang hak dan yang bathil.12

10

Salman Al-Audah Dan Fadil Ilahi, “Amar Ma’ruf Nahi Munkar” (Jakarta: PUSTAKA

AL-KAUTSAR, 1993), H.11 11

Saleh Bin Abdullah Darwis, Konsep Amar Ma’ruf Nahi Munkar Dan Relasi Dunia

Modern (Jakarta:Pedoman Ilmu Jaya, 1996) H.74 12

Salman Al-Audah Dan Fadil Ilahi, “Amar Ma’ruf Nahi Munkar” (Jakarta: Pustaka al-

kautsar, 1993), H.19

Page 21: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

6

Rasulullah saw adalah suri teladan. Oleh karena itu, beliaulah

referensi yang mesti ditukil dalam mengaplikasikan amar ma’ruf nahi

mûnkar. Cara atau model yang dilakukannya sangat bervariatif, tergantung

pada kondisi dan situasi.

Akan tetapi, akhir-akhir ini di masyarakat terdapat sekelompok

orang yang penegak amar ma’ruf nahi mûnkar melakukan perusakan

terhadap tempat-tempat hiburan malam, mengusir orang-orang yang ada di

dalamnya. Pemerintah, dalam hal ini kepolisian, terkesan membiarkan. Hal

ini menyebabkan makna amar ma’ruf nahi mûnkar mengandung konotasi

“berjuang dan menentang”, membasmi dan memberantas”. Konotasinya

adalah bentuk negatif dari suatu pejuangan. Ini berarti, tekanan makna

penyebutan istilah tersebut lebih berat aspek nahi mûnkar -nya. 13

Oleh karena itu, jika ada yang memaknai amar ma’ruf nahi mûnkar

hanya dengan melakukan pengajian atau merusak tempat-tempat

kemaksiatan, hal ini belum cukup, dan hanya mereduksi makna amar

ma’ruf nahi mûnkar.

Dengan pernyataan latar belakang di atas, mendorong penulis

untuk mengungkap permasalahan menafsirkan ayat-ayat amar ma’ruf nahi

mûnkar dalam pandangan Sayyid Quṭhb dan al-Sya‟rāwī . Dengan sebab

keduanya memiliki latar belakang situasi dan kondisi yang berbeda

sehingga akan berpengaruh kepada corak penafsirannya. Karena setiap

mufassir selalu memiliki pra-pemahaman dan subjektifitas tersendiri

sehingga berpengaruh kepada objek yang di interpretasi.

Di beberapa literature kitab tafsir klasik, modern, dan kontemporer,

penafsiran ayat yang terkait dengan istilah amar ma’ruf nahi mûnkar telah

dijelaskan dalam beberapa bagian dari kitab tafsir sehingga menambah

khazanah perkembangan keilmuan dalam Islam. Misalnya, Ibnu Katsir

menjelaskan term al-ma’ruf dengan kebaikan dan al-mûnkar dengan

keburukan. Demikian pula Musthafa al-Maraghi yang menafsikan kata al-

ma’ruf dengan semua hal yang baik sedangkan al-mûnkar dimaknai

13

Nisfu Rinaldi, Penafsiran Amar Ma’ruf Nahi Mungkar Dalam Perspektif Tafsir Al-

Azhar Dan Al-Misbah, Ciputat: Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta,2010, H. 4

Page 22: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

7

dengan semua hal yang buruk. Berbeda dengan mufasir kontemporer, M.

Quraish Shihab, menurut kata ma’ruf ditafsirkan dengan sesuatu yang baik

menurut pandangan umum satu masyarakat, sedangkan kata mûnkar

ditafsirkan dengan sesuatu yang dinilai buruk oleh suatu masyarakat serta

bertentangan dengan nilai-nilai Ilahi.14

Menurut Sayyid Quṭbh amar ma‟ruf nahi mûnkar adalah harus ada

jama‟ah yang menyeru kepada kebaikan, memerintahkan yang ma‟ruf dan

mencegah kemunkaran. Harus ada kekuasaan di muka bumi yang

mengajak kepada yang ma‟ruf dan mencegah kemunkaran. Hal yang

menegaskan keharusan adanya kekuasaan adalah makna yang terkandung

di dalam nash Al-Qur‟an itu sendiri. Di sana ada “seruan” kepada

kebaikan. Tetapi disana juga ada “memerintahkan” yang ma‟ruf, dan

“melarang” kemunkaran. Jika seruan bisa dilakukan oleh orang yang tidak

memiliki kekuasaan, tetapi “memerintahkan dan melarang” tidak mungkin

bisa dilakukan kecuali oleh orang yang memiliki kekuasaan. Itulah

konsepsi Islam tentang masalah ini. Sesungguhnya diperlukan adanya

kekuasaan yang memerintah dan melarang. Kekuasaan yang tegak atas

dasar da‟wah kepada kebaikan dan melarang kejahatan.15

Sedangkan menurut al-Sya‟rāwī amar ma’ruf nahi mûnkar adalah

perintah menjadi umat terbaik dengan cara mempersiapkan diri dan

berlatih agar terbiasa. Perintah bersiap diri dapat dipahami dalam dua

pendapat. Pendapat pertama, orang-orang yang menyeru kebaikan. Kedua,

menjadi umat yang menyeru kebaikan, dan untuk kemunkaran ada dua

cara juga. Yang pertama, agar dia tidak berbuat kemunkaran. Yang kedua

dia mengajak mencegah kemunkaran.16

Terjadi perbedaan pada penafsiran Sayyid Quṭhb dan al-Sya‟rāwī,

dalam membicarakan amar ma‟ruf nahi mungkar. Untuk mengekplorasi

lebih dalam penulis akan membandingkan serta menganalisa dalam

14

Kusnadi Zulhilmi Zulkarnain, Makna amar ma’ruf nahi mûnkar menurut Muhammad Asad dalam kitab the message of the Qur’an (Palembang,2017) H.98

15 Sayyid Quṯhb, Tafsir Fî Ẕilâl Al-Qur’an Di Bawah Naungan Al-Qur’an, Penerjemah:

As‟ad Yasin Dkk, (Jakarta: Gema Insani, 2008), Jil II, H.348

16

Syekh Muhammad Mutawalli Sya‟rāwī, Tafsir Sya’rāwī,; Renungan Seputar Kitab Suci al-Qur’ān,jilid. 2, Cet. 1 (Medan: Penerbit Duta Azhar, 2007), h. 492.

Page 23: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

8

menafsirkan ayat-ayat yang berbicara tentang amar ma’ruf nahi mûnkar,

tulisan ini berjudul, “Penafsiran Amar Ma’ruf Nahi Mûnkar Perspektif

Sayyid Quṭhb dan al-Sya’rāwī”

B. Identifikasi Masalah

1. Apa arti amar ma‟ruf nahi munkar?

2. Bagaimana terjadinya amar ma‟ruf nahi munkar ?

3. Apa penyebab terjadinya amar ma‟ruf nahi munkar?

4. Bagaimanakah pandangan Ulama tentang amar ma‟ruf nahi munkar?

5. Bagaimana penafsiran Sayyid Quṭhb dan al-Sya‟rāwī tentang amar ma‟ruf

nahi munkar?

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Di dalam Al-Qur‟an terdapat banyak ayat yang membahas masalah

amar ma‟ruf nahi mûnkar, yaitu sebanyak Sembilan kali di dalam lima

surah yang berbeda yaitu di dalam surah Alu Imrān pada ayat

104,110,114, surah Al-A’rāf pada ayat 157, surah At-Taubah pada ayat

67,71, dan 112, surah Al-Hajj pada ayat 41, surah Luqman pada ayat 17.

Ayat-ayat ini telah ditafsirkan oleh banyak mufasir. Tentu saja terdapat

perbedaan diantara mereka. Supaya fokus studi ini bisa terjaga, penulis

membatasi kajian pada ayat-ayat: Alu Imrān ayat 104, 110, 114, Luqman

ayat 17, Al-A‟rāf 157, at-Taubah 71,67.

Alasan penulis membatasi pada ayat-ayat tersebut adalah agar

pembahasan tentang amar ma‟ruf nahi munkar lebih fokus dan tidak keluar

dari tema yang dibahas. Selain itu, kajian penulis hanya membatasi pada

dua mufasir yaitu Sayyid Quṭb da al-Sya‟rāwī. Alasan penulis memilih

kedua tokoh tersebut karena keduanya merupakan mufasir terkenal di

zaman kontemporer, dan mudah dipahami dalam menjelaskan masalah

agama.

Rumusan permasalahan pokok yang akan dijawab dalam skripsi ini

sebagai berikut:

“Bagaimana amar ma‟ruf nahi munkar menurut Sayyid Quṭb dan al-

Sya‟rāwī?”

Page 24: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

9

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai

melalui penelitian ini, ialah:

1. Untuk mengetahui penafsiran Sayyid Quṭb dan al-Sya‟rāwī dalam

menafsirkan ayat-ayat amar ma‟ruf nahi munkar.

2. Untuk mengetahui cara mengaplikasikan amar ma‟ruf nahi munkar.

3. Untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar

sarjana Strata 1 (S1) dalam Fakultas Ushuluddin Program Studi Ilmu Al-

Qur‟ān dan Tafsir.

Adapun manfaat dari penelitian tentang konsep amar ma‟ruf nahi

munkar diharapkan bisa memberikan kontribusi bagi masyarakat, dan bisa

memberikan pemahaman baru yang akan merevisi cara pandang kita

terhadap masalah sehari-hari, sekaligus bisa menjadi sumbangan

sederhana dalam pengembangan studi Ilmu Al-Qur‟ān dan Tafsir.

E. Kajian pustaka

Hasil dari pada tinjauan dan penelitian, penulis mendapati ada

beberapa skripsi yang telah dibahas berkaitan dengan konsep amar ma‟ruf

nahi mungkar yang dihasilkan oleh mahasiswa dan mahasiswi di

Universitas Islam Negeri Jakarta (UIN) sebelum ini. Akan tetapi, penulis

mendapati hasil skripsi yang telah dihasilkan sebelum ini mempunyai

tinjauan dan perspektif yang berbeda-beda. Berikut akan diterangkan:

1. Konsep amar ma’ruf nahi munkar dalam Al-Qur’an: (studi kompratif

antara Tafsir al-Azhar dan al-Misbah). Karya Nisfu Rinaldi (nim

104034001217). Ditulis pada tahun 2004. Hasil daripada pembaca dan

penelitian, penulis mendapati rumusan masalah dalam kajian tersebut

adalah membandingkan dan menafsirkan ayat-ayat antara Tafsir al-Azhar

dan al-Misbah terhadap penafsiran tentang konsep amar ma’ruf nahi

munkar.17

2. Deskripsi amar ma’ruf nahi munkar menurut Al-Qur’an: (Kajian terhadap

tafsir Fî Ẕilâl Al-Qur‟an karya Sayyid Quṭb). karya Abdul Hadi Bin Mohi

17

Skripsi Konsep Amar Ma’ruf Nahi Munkar Dalam Al-Qur‟an; (Studi Kompratif Antara

Tafsir Al-Azhar Dan Al-Misbah), H.6

Page 25: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

10

(nim: 109034000106). Ditulis pada tahun 2004. Hasil daripada pembaca

dan penelitian, penulis mendapati rumusan masalah dalam kajian tersebut

adalah penulis serta penafsiran Sayyid Quṯb terhadap dakwah amar ma’ruf

nahi munkar dan pemikiran beliau di dalam mengaplikasikan serta

merencanakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar ke atas individual,

masyarakat, kelompok, maupun jamaah.18

Dengan demikian, setelah penulis meneliti karya-karya di atas,

penulis berpendapat bahwa tema yang di angkat dalam skripsi ini berbeda

dengan yang lain. Adapun yang membedakan skripsi ini dengan skripsi

yang lain yaitu bahwa skripsi ini akan mengkaji tentang menafsirkan ayat-

ayat amar ma‟ruf nahi munkar menurut pandangan Sayyid Quṭb dan al-

Sya‟rāwī.

F. Metode Penelitian

Dalam penulisan sebuah karya ilmiah harus menggunakan

metodologi penelitian. Metode adalah cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata

agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Adapun metode

yang digunakan dalam penelitian skripsi ini bersifat deskriptif analisis

(descriptive analysis) adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian Dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan metode

penelitian kualitatif. Dalam metode pengumpulan data, penulis

menggunakan metode kepustakaan (Library Research) yaitu tehnik

pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-

buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada

sehingga diperoleh data-data yang diperlukan yang berhubungan dengan

masalah yang dipecahkan. Adapun tehnik penulisan skripsi ini merujuk

kepada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi” yang

diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Sumber Data

18

Skripsi Deskripsi Amar Ma’ruf Nahi Mungkar Menurut Al-Qur‟an (Kajian Terhadap

Tafsir Fi Ẕilâl Al-Quran Karya Sayyid Quṯb), H.10

Page 26: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

11

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua sumber data yaitu

sumber data primer dan sumber data sekunder.

A. Sumber data primer dalam penulisan skripsi ini merujuk pada kitab

suci Al-Qur‟ān yang berkaitan dengan ayat-ayat amar ma‟ruf nahi

munkar. Adapun literatur pokok yang menjadi acuan dalam

penelitian ini merujuk pada kitab tafsir Tafsir Fî Ẕilâl Al-Qur’an

karya Sayyid Quṯhb dan tafsir al-Sya‟rāwī karya Muhammad

Mutawalli al-Sya‟rāwī

B. Sumber data sekunder dalam penelitian ini penulis merujuk pada

buku-buku, jurnal, tesis, disertasi, artikel, makalah yang berkaitan

dengan permasalahan yang penulis bahas.

3. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, setelah mengumpulkan data-data dari sumber

primer dan sekunder, penulis ingin mencoba mengolah data tersebut

dengan menggunakan metode tematik dan muqaran (komparatif). Metode

tematik yaitu dengan mengambil dan menghimpun ayatayat yang

berbicara tentang topik pembahasan. Semuanya diletakkan di bawah satu

judul lalu ditafsirkan dengan metode tematik, sebagaimana yang

digariskan oleh „Abdul Ḥayy al-Farmawī. Format dan prosedur Tafsir

tematik meliputi langkah-langkah:

a. Menetapkan masalah yang akan dibahas (topik).

b. Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut.

c. Menyusun runtunan ayat-ayat yang berkaitan dengan masa turunnya

disertai pengetahuan tentang asbāb al-nuzūl.

d. Memahami korelasi ayat-ayat tersebut dalam suratnya masing-

masing.

e. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna (outline).

f. Melengkapi pembahasan dengan hadits-hadits yang relevan dengan

pokok pembahasan.

g. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan

menghimpun ayat-ayat yang mempunyai pengertian yang sama, atau

mengkompromikan antara yang „ām (umum) dan yang khās

Page 27: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

12

(khusus), muṭlaq dan muqayyad atau yang pada lahirnya

bertentangan sehingga semuanya bertemu dalam satu muara, tanpa

perbedaan atau pemakasaan.19

Sedangkan muqqaran (komparatif) adalah Tafsir yang dilakukan

dengan cara membanding-bandingkan ayat-ayat al-Qur‟ān yang memiliki

redaksi berbeda padahal isi kandungannya sama, atau antara ayat-ayat

yang memiliki redaksi yang mirip padahal kandungannya berlainan. Juga

termasuk ke dalam metode komparatif , ialah menafsirkan ayat-ayat al-

Qur‟ān yang selintas tinjau tampak berlawanan dengan al-hadits, padahal

dalam hakikatnya sama sekali tidak bertentangan.20

Penulis menggunakan metode tematik karena penulis

mengumpulkan ayat-ayat terlebih dahulu, kemudian penulis

membandingkannya melalui metode muqqaran. penulis ingin mencoba

memaparkan bagaimana amar ma‟ruf nahi munkar menurut penafsiran

Sayyid Quṯhb yang kemudian dikomparasikan dengan penafsiran al-

Sya‟rāwī .

G. Sistematika Penulisan

skripsi ini terdiri dari lima bab, setiap bab masing-masing

memiliki sub bab dan disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I dimulai dengan pendahuluan, dalam bab ini tujuannya untuk

menggambarkan secara umum atau sebagai landasan dari skripsi ini,

adapun sub dari bab ini adalah membahas mengenai latar belakang

masalah, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah yang

dimaksud untuk mempertegas masalah yang akan diteliti agar lebih

terfokus, tujuan dan manfaat penelitian untuk menjelaskan pentingnya

19 ‘Abdu al-Ḥayy al-Farmawī, Metode Tafsir Mauḍū’ī, terj. Rohison Anwar

(Bandung: Pustaka Setia, 2002), h. 51-52.

20 Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, Cet. 2 (Jakarta: Rajawali Pers, 2014),

h. 383.

Page 28: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

13

penelitian ini, kajian pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika

penelitian.

BAB II membahas tentang amar ma‟ruf nahi munkar, yang meliputi

pengertian menurut bahasa dan istilah, hukum dan syarat amar ma‟ruf nahi

munkar, urgensi amar ma‟ruf nahi munkar, dan dampak meninggalkan

amar ma‟ruf nahi munkar.

BAB III Kemudian membahas tentang Sayyid Qutbh dan al-Sya‟rāwī dan

tafsirnya. Yang meliputi riwayat hidup, karir, karya-karya, motivasi,

sumber tafsir, metode penafsiran dan corak penafsirannya

BAB IV membahas tentang objek perintah amar ma‟ruf nahi munkar

dalam penafsiran Sayyid Qutbh dan al-Sya‟rāwī yakni, menjadi umat

terbaik yang melakukan amar ma‟ruf nahi munkar, amar ma‟ruf nahi

munkar setelah sholat ditunaikan, umat islam adalah umat terbaik jika

selalu melakukan amar ma‟ruf nahi munkar, amar ma‟ruf nahi munkar

menjadi ciri-ciri orang yang bertaqwa, amar ma‟ruf nahi munkar pada

kelompok Ahlu al-Kitab, amar ma‟ruf nahi munkar melalui tolong

menolong, dan menyuruh berbuat yang munkar dan mencegah yang

ma‟ruf ciri-ciri orang munafik. Di tambah dengan analisa penulis tentang

amar ma‟ruf nahi munkar terhadap penafsiran Sayyid Qutbh dan al-

Sya‟rāwī.

BAB V merupakan bab terakhir atau penutup dari penelitian skripsi ini,

yang berisi kesimpulan dengan tujuan untuk memberikan jawaban dari

hasil penelitian. Kemudian saran-saran dari peneliti untuk para peneliti

selanjutnya.

Page 29: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

14

BAB II

AMAR MA’RUF NAHI MȖNKAR DALAM KONSEP AL-QUR’AN

A. Definisi amar ma‟ruf nahi mûnkar menurut universal, bahasa dan istilah

Di dalam Al-Qur‟an, istilah amar ma‟ruf nahi munkar secara utuh

artinya tidak dipisahkan antara amar ma‟ruf nahi mûnkar berulang

sebanyak Sembilan kali di dalam lima surah yang berbeda yaitu di dalam

surah Alu Imrān pada ayat 104,110,114, surah Al-A‟rāf pada ayat 157,

surah At-Taubah pada ayat 67,71, dan 112, surah Al-Hajj pada ayat 41,

surah Luqman pada ayat 17.

Pada hakikatnya amar ma‟ruf nahi munkar merupakan bagian dari

upaya menegakkan agama dan kemaslahatan di tengah-tengah umat.

Secara spesifik amar ma‟ruf nahi mûnkar lebih dititiktekankan dalam

mengatipasi maupun menghilangkan kemunkaran, dengan tujuan

utamanya menjauhkan setiap hal negative di tengah masyaraakaat tanpa

menimbulkan dampak negative yang lebih besar.

Menerapkan amar ma‟ruf nahi mûnkar mudah dalam batas tertentu

tetapi akan sangat sulit apabila sudah terkait dengan konteks

bermasyarakat dan bernegara. Oleh karena itu orang yang melakukan amar

ma‟ruf nahi mûnkar harus mengerti betul terhadap perkara yang akan ia

tindak, agar tidak salah dan keliru dalam bertindak. Terlebih dalam

persoalan yang berpotensi menimbulkan problematika social keamanan

yang lebih besar.1

Menurut bahasa amar ma‟ruf adalah “amar” berarti suruh, perintah

sedangkan “ma‟ruf” adalah kebaikan.2 Berkisar pada segala hal yang

dianggap baik oleh manusia dan mereka mengamalkan serta tidak

mengingkarinya. Disebutkan dalam al-Mu‟jamul Wasītb bahwa al-„urfu

pengertiannya sama dengaan al-ma‟ruf yaitu lawan dari al- mûnkar, serta

1 Saleh Bin Abdullah Darwis, Konsep Amar Ma‟ruf Nahi mûnkar Dan Relasi Dunia

Modern (Jakarta:Pedoman Ilmu Jaya, 1996) H.90

2 Abdul Hadi Bin Mohd, DeskripsiAmar ma‟ruf nahi mûnkar menurut Al-Qur‟an(kajian

terhadap tafsir Fi Ẕilâl Al-Quran karya Sayyid Qutbh), Ciputat: Jurusan Tafsir Hadis Fakultas

Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2010, H. 27

Page 30: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

15

segala hal yang dikenal (dianggap baik) oleh manusia dalam adat dan

muamalah mereka.

Ibnul Atsir mengatakan, “al-ma‟ruf” adalah satu nama yang

mencakup segala apa yang dikenal berupa ketaatan kepada Allah,

pendekatan diri kepada-Nya, berbuat baik kepada manusia, dan

(melaksanakan) segala apa yang disunnahkan oleh syari‟at berupa

berbagai kebaikan dan (meninggalkaan) apa yang dilaraang olehnya

berupa segala macam kejelekan

Ibnu Jauzi mengatakan, “al-ma‟ruf” adalah apa yang dikenal

kebenarannya oleh setiap orang yang berakal, dan lawannya adalah

kemunkaraan. Ada yang mengatakan bahwa al-ma‟ruf adalah ketaatan

kepada Allah dan kemunkaran adalah berbuat maksiat kepada-Nya.3

Ar-Raghib al-Ashfahani mengatakan, “al-ma‟ruf” adalah satu

nama bagi setiap perbuatan yang diketahui kebaikannya oleh akal atau

syari‟at, sedangkan al- mûnkar adalah apa yang diingkari oleh keduanya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan, “al-ma‟ruf” adalah

satu nama yang mencakup bagi segala apa yang dicintai oleh Allah, berupa

iman dan amal shalih.4

Menurut istilah, pengertian al-ma‟ruf adalah segala perbuatan

manusia yang dapat mendekatkan dirinya kepada tuhan.5Segala hal yang

dianggap baik oleh syari‟at, diperintahkan untuk melakukannya, syari‟at

memujinya serta memuji orang yang melakukannya. Segala bentuk

ketaatan kepada Allah masuk dalam pengertian ini, dan yang paling utama

adalah mentauhidkan Allah dan beriman kepada-Nya.6

Jadi kesimpulan penulis tentang amar ma‟ruf adalah perintah

melakukan kebaikan dengan mengikuti segala yang diperintahkan Allah

dengan mengikuti syariat islam.

3 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, amar ma‟ruf nahi mûnkar menurut Ahlus Sunnah wal

Jamaah (Depok: pustaka Khazanah Fawā‟id, 2017), H. 17

4 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, amar ma‟ruf nahi mûnkar menurut Ahlus Sunnah wal

Jamaah (Depok: pustaka Khazanah Fawā‟id, 2017), H. 18

5 Abdul Hadi Bin Mohd, DeskripsiAmar ma‟ruf nahi mûnkar menurut Al-Qur‟an(kajian

terhadap tafsir Fi Ẕilâl Al-Quran karya Sayyid Qutbh), Ciputat: Jurusan Tafsir Hadis Fakultas

Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2010, H. 26

6 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, amar ma‟ruf nahi mûnkar menurut Ahlus Sunnah wal

Jamaah (Depok: pustaka Khazanah Fawā‟id, 2017), H. 18

Page 31: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

16

Mûnkar lawan dari ma‟ruf, menurut bahasa nahi mûnkar adalah

“nahi” berarti larangan, pantang sedangkan “mûnkar” adalah perbuatann

durhaka, melanggar peraturan.7 Atau segala hal yang dianggap jelek oleh

manusia, mereka mengingkari serta menolaknya.8 Dengan kata lain

“mûnkar” adalah segala apa yang dilarang oleh syari‟at berupa hal-hal

yang merusak dunia akhirat, akal, dan fitrah yang selamat.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan, “al- mûnkar” adalah

satu nama yang mencakup segala apa yang Allah larang.

Sedangkan menurut istilah atau syari‟at, al- mûnkar adalah segala

hal yang diingkari, dilarang, dan dicela oleh syari‟at serta dicela pula

orang yang melakukannya. Masuk juga kedalaam definisi munkar yaitu

segala bentuk kemaksiatan dan bid‟ah, dan yang pertamaa masuk daalam

pengertian ini adalah syirik (menyekutukan Allah serta mengingkari

keesaan rububiyah, nama-nama, dan sifat-sifat Allah).9

Jadi kesimpulan penulis tentang nahi mûnkar adalah larangan

melakukan kemunkaran yang dilarang oleh Allah dan syari‟at islam yang

dapat merusak dunia dan akhirat.

Ukuran menentukan sesuatu itu sebagai al-ma‟ruf atau al- mûnkar

adalah sebagaimana dijelaskan oleh imam Asy-Syaukani, beliau berkata,

“Dalil yang menunjukan bahwa sesuatu itu dikatakan ma‟ruf atau mûnkar

adalah Al-Qur‟an dan as-Sunnah.10

Bila penyebutan al-amru bil ma‟ruf dimutlakkan tanpa disertai

penyebutan an-nahyu „anil mûnkar, maka an-nahyu „anil mûnkar masuk

di dalamnya. Karena, meninggalkan berbagai larangan termasuk perbuatan

baik, dan melakukan kebaikan tidak akan sempurna, kecuali dengan

meninggalkan kejelekan.

7 Abdul Hadi Bin Mohd, DeskripsiAmar ma‟ruf nahi mûnkar menurut Al-Qur‟an(kajian

terhadap tafsir Fi Ẕilâl Al-Quran karya Sayyid Qutbh), Ciputat: Jurusan Tafsir Hadis Fakultas

Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2010, H. 28

8 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, amar ma‟ruf nahi mûnkar menurut Ahlus Sunnah wal

Jamaah (Depok: pustaka Khazanah Fawā‟id, 2017), H. 19

9 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, amar ma‟ruf nahi mûnkar menurut Ahlus Sunnah wal

Jamaah (Depok: pustaka Khazanah Fawā‟id, 2017), H. 18

10 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, amar ma‟ruf nahi mûnkar menurut Ahlus Sunnah wal

Jamaah (Depok: pustaka Khazanah Fawā‟id, 2017), H. 19

Page 32: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

17

Contoh dalam hal ini adalah firman Allah

Artinya : “tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia

mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang)

bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan perdamaian

dianatara manusia. Barang siapa berbuat demikian karena mencari

keridhaan Allah, maka kelak kami akan memberikannya pahala yang

besar.” (QS. An-Nisā [4]: 114)

Maka, menyuruh kepada kebaikan mengandung larangan terhadap

kemungkaran. Demikian pula halnya, bila an-nahyu anil mûnkar

dimutlakkan tanpa disertai penyebutan al-amru bil ma‟ruf, maka al-amru

bil ma‟ruf termasuk didalam-Nya.

Maka larangan mereka terhadap kejahatan mengandung perintah

mereka kepada kebaikan. Adapun pada saat penyebutan yang satu disertai

dengan yang lainnya maka al-amru bil ma‟ruf ditafsirkan dengan

melakukan berbagai perintah dan an-nahyu „anil mûnkar ditafsirkan

dengan meninggalkan berbagai larangan.11

B. Amar ma‟ruf nahi mûnkar dalam kehidupan manusia

Al-Qur‟an adalah kitab Tuhan yang universal, berlaku kapan saja,

dimana saja, dan untuk siapa saja. Dalam kehidupan kita sehari-hari,

banyak kita temui orang-orang yang selalumenyerukan kebaikan dan

melarang berbuat kemungkaran, bahkan diri kita sendiri pun disadari atau

tidak selalu menyerukan kebaikan dan melarang melakukan kejahatan,

baik melalui tulisan maupun melalui sumbang saran terhadap sesuatu.

Amar ma‟ruf nahi mûnkar tidak hanya menyangkut hal-hal yang berkaitan

dengan pokok-pokok agama saja atau ideologi semata. Amar ma‟ruf nahi

mûnkar juga bisa saja berkaitan dengan kehidupan sosial, politik, budaya

maupun hukum. Mengajak kepada kebaikan itu baik, melarang

11 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, amar ma‟ruf nahi munkar menurut Ahlus Sunnah wal

Jamaah (Depok: pustaka Khazanah Fawā‟id, 2017), H. 20

Page 33: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

18

kemungkaran juga baik. Apabila kebaikan selalu diserukan, tetapi masih

ada saja yang melakukan kemunkaran, maka kemungkaran tersebut harus

dirubah atau di perbaiki.12

1. Aspek Sosial

Mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran

merupakan ciri utama masyarakat orang-orang yang beriman, setiap kali

al-Qur'an memaparkan ayat yang berisi sifat-sifat orang-orang beriman

yang benar, dan menjelaskan risalahnya dalam kehidupan ini, kecuali ada

perintah yang jelas, atau anjuran dan dorongan bagi orang-orang beriman

untuk mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, maka tidak

heran jika masyarakat muslim menjadi masyarakat yang mengajak kepada

kebaikan dan mencegah kemungkaran, karena kebaikan negara dan rakyat

tidak sempurna. Amar ma'ruf nahi mûnkar termasuk kewajiban terpenting

dalam masyarakat muslim, selain shalat dan zakat, terutama di waktu umat

Islam berkuasa di muka bumi, dan menang atas musuh, bahkan

kemenangan tidak datang dari Allah, kecuali bagi orang-orang yang tahu

bahwa mereka termasuk orang-orang yang melakukannya. Amar ma‟ruf

merupakan tawaran konsep dan tatanan sosial yang baik (terkonsepkan

secara kongkrit), sebagai solusi yang baik berupa contoh yang sudah ada

maupun berupa usulan ketika kita mengadakan Nahi mûnkar yang

merupakan tindakan pencegahan atau penghapusan akan halal yang

jelek/salah. Sudah pasti untuk hal-hal tertentu dalam menjalankan Nahi

Munkar (atau bukan juga Amar ma‟ruf) diperlukan kemauan politik

setidaknya dorongan politik, mereka yang mempunyai otoritas. Hal ini

ibarat kepastian hukum (new enforcement) terhadap para pelaku kriminal,

lebih-lebih kriminal dalam hal social.13

2. Aspek Politik

Sudah dijelaskan dalam surat Ali Imran ayat 104, menyeru kepada

kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang

12 Nurcholis Madjid, Masyarakat Religious, (Jakarta: Paramadina, 2000),h. 91-93

13 Takdir Ali Mukti, Membangun Moralitas Bangsa,(Yogyakarta:LPPI Ummy,1998),h.63

Page 34: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

19

mûnkar, maka perlu kita pahami bersama, bahwa ajaran Amar ma‟ruf nahi

mûnkar tersebut bukan tanpa metode, dan mekanisme yang sesuai dengan

tatanan kehidupan masyarakat. Allah SWT pun telah mengajarkan

bagaimana kita seharusnya melakukan Amar Ma‟ruf Nahi mûnkar Maka,

dalam hal ini, tidak ada kebebasan bagi sembarang orang atau kelompok

untuk secara langsung melakukan tindakan kekerasan atas dasar Amar

ma‟ruf nahi mûnkar, kecuali atas dasar otoritas yang diberikan oleh

negara. Otoritas inilah yang dalam konteks kehidupan berbangsa dan

bernegara saat ini dapat dipahami sebagai makna dari “biyadihi"/dengan

tangan” dalam hadis yang dikutip sebelumnya, tentang anjuran merubah

kemungkaran.14

C. Hukum dan syarat amar ma‟ruf nahi mûnkar

Amar ma‟ruf nahi mûnkar merupakan suatu hal yang wajib

sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur‟an, hadits dan ijma‟ ulama.15

Ahlul-ilmi bersepakat tentang wajibnya amar ma‟ruf nahi mûnkar baik

farḏu ain maupun kifayah.16

Kebanyak ulama berpendapat bahwa amar

ma‟ruf nahi mûnkar hukumnya farḏu kifayah17

dan sebagian lainnya

berpendapat hukumnya farḏu „ain18

. Perbedaan ini berawal dari penafsiran

para ulama terhadap QS Āli „Imrān : 104. Berikut akan dijelaskan.

14 Takdir Ali Mukti, Membangun Moralitas Bangsa,(Yogyakarta:LPPI Ummy,1998),h.64

15 Saleh Bin Abdullah Darwis, Konsep Amar Ma‟ruf Nahi Munkar Dan Relasi Dunia

Modern (Jakarta:Pedoman Ilmu Jaya, 1996) H.81

16

Saleh Bin Abdullah Darwis, Konsep Amar Ma‟ruf Nahi Munkar Dan Relasi Dunia

Modern (Jakarta:Pedoman Ilmu Jaya, 1996) H.88

17 farḏu kifayah adalah status hukum dari sebuah aktivitas dalam Islam yang wajib

dilakukan, namun bila sudah dilakukan oleh muslim yang lain maka kewajiban untuk yang lainnya gugur dalam arti orang yang tidak melaksanakan kewajiban itu tidak berdosa cuman tidak mendapatkan pahala

18 farḏu ‘ain adalah (kewajiban perorangan) artinya kewajiban yang harus dilakukan oleh

setiap individu muslim yang telah memenuhi sarat seperti balig, berakal sehat sempurna, dapat melihat dan mendengar dalam arti tidak buta dan tuli juga terjangkau dakwah islamiyah, dan tidak bisa diwakilkan dengan orang lain.

Page 35: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

20

19 20

21

Artinya: dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang

menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah

dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS.Ālu

„Imrān[3]:104)

Mereka yang mengatakan bahwa hal tersebut adalah farḏu kifayah

berdalil dengan lafazh “minkum” yang terdapat pada ayat di atas yang

artinya “sebagian”.

Sedangkan yang berpendapat farḏu „ain mengartikan lafazh “minkum”

sebagai bayan atau untuk menjelaskan.22

Apabila umat yang disebutkan dalam ayat tersebut, yaitu

segolongan melaksanakan tugasnya maka gugurlah yang lain. Akan tetapi

dengan syarat golongan tersebut termasuk orang-orang yang mampu

melaksanakan fardlu kifayah dalam syi‟ar ini. Akan tetapi dalam beberapa

keadaan, amar ma‟ruf nahi mûnkar menjadi fardlu„ain dan disamping itu

naahi munkar dengan hati dan benci terhadap kemunkaran dan pelakunya,

hukumnya fardlu„ain terhadap semuanya berdasarkan kesepakakatan

ulama daan tidak ada seorangpun yang dikecualikan, karena hal tersebut

memungkinkan bagi setiap orang.23

19 Al-Khair adalah kebaikan yang tidak bisa semua orang mengetahuinya bahkan

menyetujuinya. Kebaikan ini tertumpu pada penjelasan dalil. Islam adalah al-khair, karena tidak

semua manusia setuju dan mengerti tentang kebaikan Islam. Dan kebaikan Islam perlu penjelasan

dan ilmu.

20 Al-Ma‟ruf adalah jenis kebaikan yang tanpa dalil-pun orang sudah tau bahwa itu suatu

kebaikan. Bahkan semua orang menyetujuinya seperti berbuat baik kepada orang tua, atau

memberi makan kepada yang kelaparan.

21

Sayyid Quṯhb, Tafsir Fî Ẕilâl Al-Qur‟an Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, Penerjemah:

As‟ad Yasin Dkk, (Jakarta: Gema Insani, 2008), cet ke 6 Jil 3, H.183

22 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, amar ma‟ruf nahi munkar menurut Ahlus Sunnah wal

Jamaah (Depok: pustaka Khazanah Fawā‟id, 2017), H. 53 23

Salman Al-Audah Dan Fadil Ilahi, “Amar Ma‟ruf Nahi Munkar” (Jakarta: PUSTAKA

AL-KAUTSAR,1993), H.50

Page 36: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

21

Ibnu Hazm Rahimahullah, berpendapaat bahwa amar ma‟ruf nahi

mûnkar hukumnya fardlu „ain berdasarkan hadits Abu said al-Khudri

yang marfu‟ :

عت رسول الل صلى الل عليو وسلم ي قول : -عن أب سعيد اخلدري رضي الل عنو قال : س

ه بيده, فإن ل يستطع فبلسانو, فإن ل يستطع فبقل ك بو, وذل من رأى منكم منكرا ف لي غي

أضعف اإليان.

Dari Abu Sa‟id Al Khudry -radhiyallahu „anhu- berkata, saya

mendengar Rasulullah shallallahu „alahi wa sallam bersabda, “Barang

siapa di antara kamu yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia

merubah (mengingkari) dengan tangannya, jika tidak mampu hendaklah ia

merubah (mengingkari) dengan lisannya, jika tidak mampu hendaklah ia

merubah dengan hatinya, dan itulah keimanan yang paling lemah.” (HR.

Muslim no. 49)

Mereka yang mengatakan bahwa hal tersebut adalah farḏu kifayah

berdalil dengan lafazh “minkum” yang terdapat pada hadist di atas yang

artinya “sebagian”.

Sedangkan yang berpendapat farḏu „ain mengartikan lafazh “minkum”

sebagai bayan atau untuk menjelaskan.24

Apabila umat yang disebutkan dalam hadits tersebut, yaitu

segolongan melaksanakan tugasnya maka gugurlah yang lain. Akan tetapi

dengan syarat golongan tersebut termasuk orang-orang yang mampu

melaksanakan fardlu kifayah dalam syi‟ar ini. Akan tetapi dalam beberapa

keadaan, amar ma‟ruf nahi mûnkar menjadi fardlu „ain dan disamping itu

naahi munkar dengan hati dan benci terhadap kemunkaran dan pelakunya,

hukumnya fardlu „ain terhadap semuanya berdasarkan kesepakakatan

ulama daan tidak ada seorangpun yang dikecualikan, karena hal tersebut

memungkinkan bagi setiap orang.25

Sedangkan menurut Ijma‟ Ulama dijelaskan sebagai berikut

24 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, amar ma‟ruf nahi munkar menurut Ahlus Sunnah wal

Jamaah (Depok: pustaka Khazanah Fawā‟id, 2017), H. 53 25

Salman Al-Audah Dan Fadil Ilahi, “Amar Ma‟ruf Nahi Munkar” (Jakarta: PUSTAKA

AL-KAUTSAR,1993), H.50

Page 37: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

22

Berkata Ibnu Hazm azh-Zhahiri, “ seluruh umat islam telah

bersepakat mengenai kewajiban Amar Ma‟ruf Nahi mûnkar, tidak

ada perselisihaan diantaraa mereka sedikitpun.

Berkata Abu Bakar al-Jashshah, “ Allah telah menegaskan

kewajiban amar ma‟ruf nahi mûnkar melalui beberapa ayat dalam

Al-Qur‟an lalu dijelaskan oleh Rasulullah dalam hadits yang

mutawatir. Dan para ulaamaa terdahulu sepakat atas wajibnya.

Berkata An-Nawawi, “ telah banyak dalil-dalil Al-Qur‟an dan

Sunnah serta Ijma‟ yang menunjukan bahwa wajibnya amar ma‟ruf

nahi mûnkar.

Berkata Asy-Syaukani “amar ma‟ruf nahi mûnkar termasuk

kewajiban pokok serta rukun terbesar dalam syari‟at Islam, yang

dengannya sempurna aturan Islam dan tegaknya kejayaaannya.26

Tentang wajibnya amar ma‟ruf nahi mûnkar, terdapat perbedaan

pendapat diantara ulama. Sebagian dari mereka mengatakan wajib „ain dan

sebagian yang lainnya mengatakan wajib kifayah.

Penyebab perbedaan pendapat ini berasal dari pemahaman terdapat

nash-nash syar‟I yang terdapat dalaam Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya

mengenai amar ma‟ruf nahi mûnkar.27

Ada beberapa keadaan dimana melakukan amar ma‟ruf nahi

mûnkar yang hukum asalnya fardlu kifayah menjadi fardlu „ain bagi setiap

muslim. Diantara keadaan tersebut ialah :

Pertama: adanya perintah dan ketentuan dari penguasa.

Amar ma‟ruf nahi mûnkar menjadi fardlu „ain atas orang yang

ditunjuk dan ditentukan oleh penguasa atau wakilnya untuk melakukan

tugasnya tersebut.28

Kedua: hanya beberapa orang saja yang mengetahui tentang hal itu

yang mengharuskan dilakukannya amar ma‟ruf nahi mûnkar.

26 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, amar ma‟ruf nahi munkar menurut Ahlus Sunnah wal

Jamaah (Depok: pustaka Khazanah Fawā‟id, 2017), H. 51

27

Yazid bin Abdul Qadir Jawas, amar ma‟ruf nahi munkar menurut Ahlus Sunnah wal

Jamaah (Depok: pustaka Khazanah Fawā‟id, 2017), H. 52

28

Yazid bin Abdul Qadir Jawas, amar ma‟ruf nahi munkar menurut Ahlus Sunnah wal

Jamaah (Depok: pustaka Khazanah Fawā‟id, 2017), H. 55

Page 38: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

23

Amar ma‟ruf nahi mûnkar menjadi fardlu „ain atas seseorang yang

memiliki pengetahuan bahwa perbuatan ma‟ruf telah ditinggalkan dan

perbuatan munkar telah dilakukan.29

Ketiga: terbatasnya kemampuan pada orang-orang tertentu saja.

Jika kemampuan untuk melakukan amar ma‟ruf nahi mûnkar

terbatas pada orang-orang tertentu saja dan orang selain mereka tidak

mampu melakukannya, maka amar ma‟ruf nahi mûnkar tersebut menjadi

fardlu „ain atas mereka.30

Keempat: berubahnya situasi dan kondisi.

Syaikh „Abdul‟Aziz bin Abdullah bin Baaz berpendapaat bahwa

amar ma‟ruf nahi mûnkar menjadi fardlu „ain ketika terjadi perubahan

keadaan, dimana beliau berkata, “ maka ketika sedikitnya para da‟i, ketika

banyaknya kemunkaran, dan ketika kebodohan telah berkuasa seperti

keadaan kita sekarang ini, maka dakwah menjadi fardlu „ain atas setiaap

orang sesuai dengan kemampuannya.31

Syarat-syarat beramar ma‟ruf nahi munkar adalah:

1. Islam

Para fuqaha telah menjadikan Islam sebagai syarat, karena

pencegahan terhadap kemunkaran merupakan tugas yang disya‟riatkan.

Oleh karena itu, orang kafir tidak dituntut dan diwajibkan amar ma‟ruf

nahi munkar sebelum dia benar-benar berpegang teguh pada Islam. Orang

kafir diperbolehkan mencegah kemunkaran tanpa harus menyuruh

perbuatan yang ma‟ruf.32

2. Taklif (baligh dan berakal)

Taklif merupakan syarat bagi seluruh ibadah kecuali zakat,

sebagaimana hal itu telah menjadi pendapat jumhur ulama. Dan maksud

dari taklif tersebut adalah baligh (cukup umur) dan „akil (berakal). Oleh

29 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, amar ma‟ruf nahi munkar menurut Ahlus Sunnah wal

Jamaah (Depok: pustaka Khazanah Fawā‟id, 2017), H. 55

30 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, amar ma‟ruf nahi munkar menurut Ahlus Sunnah wal

Jamaah (Depok: pustaka Khazanah Fawā‟id, 2017), H. 55

31 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, amar ma‟ruf nahi munkar menurut Ahlus Sunnah wal

Jamaah (Depok: pustaka Khazanah Fawā‟id, 2017), H. 56

32

Saleh Bin Abdullah Darwis, Konsep Amar Ma‟ruf Nahi Munkar Dan Relasi Dunia

Modern, penerjemah M Abdul Ghafar (Jakarta:Pedoman Ilmu Jaya, 1996) H.106

Page 39: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

24

karena itu amar ma‟ruf nahi munkar tidak diwajibkan bagi anak kecil dan

orang yaang tidak waras pikirannya, karena telah diberikan maaf bagi

mereka.33

3. Memiliki ilmu

Di antara syarat yang harus dipenuhi oleh orang yang melakukan

amar ma‟ruf nahi munkar adalah; adanya pengetahuan tentang hukum apa

yang diperintah atau dilarangnya, ini disepakati oleh para ulama. Karena

sesungguhnya kebaikan itu adalah segala hal yang dianggap baik oleh

sya‟riat, dan keburukan adalah sesuatu yang dianggap buruk oleh sya‟riat34

4. Kasih sayang

Pelaku amar ma‟ruf nahi munkar harus menghiasi dirinya dengan

sifat kasih sayang dan sabar, Karena sifat emosional terkadang bisa

mengakibatkan kegagalan dalam nahi munkar.35

5. Sabar

Sesungguhnya orang yang melakukan amar ma‟ruf nahi munkar

akan menemui bebagai dugaan, maka tidak perlu gentar, cemas, dan putus

asa. Yang demikian itu karena jalan amar ma‟ruf nahi munkar itu tidak

ditaburi oleh bunga-bunga, namun penuh dengan onak dan duri. Maka

barang siapa tidak menghiasi dirinya dengan sifat sabar, pantas bila dia

menganggap perjalanan terlampau jauh dan melelahkan.36

D. Urgensi amar ma‟ruf nahi mûnkar

Sebuah masyarakat, masyarakat manapun itu, terbentuk dari

manusia, pemikiran, perasaan, dan aturan (sistem). Jika pemikiran dan

perasaan yang mengarahkan dan mengatur prilaku manusianya bersifat

islami, dan aturan (sistem) yang diterapkan pada mereka adalah aturan

(sistem) islam, maka masyarakat tersebut bukan masyarakat islam.

Sebaliknya, walaupun seluruh warga masyarakatnya muslim, tetapi

33 Saleh Bin Abdullah Darwis, Konsep Amar Ma‟ruf Nahi Munkar Dan Relasi Dunia

Modern, penerjemah M Abdul Ghafar (Jakarta:Pedoman Ilmu Jaya, 1996) H.107

34 Saleh Bin Abdullah Darwis, Konsep Amar Ma‟ruf Nahi Munkar Dan Relasi Dunia

Modern, penerjemah M Abdul Ghafar (Jakarta:Pedoman Ilmu Jaya, 1996) H.109 35

Salman Al-Audah Dan Fadil Ilahi, “Amar Ma‟ruf Nahi Munkar” (Jakarta: PUSTAKA

AL-KAUTSAR,1993), H.74 36

Salman Al-Audah Dan Fadil Ilahi, “Amar Ma‟ruf Nahi Munkar” (Jakarta: PUSTAKA

AL-KAUTSAR,1993), H.78

Page 40: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

25

pemikiran, perasaan, dan aturan(sistem) yang diterapkan itubukan islam,

maka masyarakat tersebut bukan masyarakat islam, walaupun keseluruhan

atau mayoritas pendududknya adalah muslim. Maka islam telah

mensyariatkan Amar ma‟ruf nahi munkar. Hal ini karena kewajiban Amar

ma‟ruf mengandung arti kewajiban memelihara atau menjaga eksistensi

konsep dan standar asasi yang menjadi landasan tegaknya masyarakat,

yang dipahami benar oleh masyarakat sebagai konvensi masyarakat

(mitsaq), serta kokoh dan mapan sebagai konsep dan prinsip yang

mengatur dan mengarahkan perbuatan yang tidak boleh dilanggar.

Sedangkan kewajiban nahi munkar mengandung arti kewajiban melawan

setiap perbuatan yang salah, yakni perbuatan yang diharamkan dan

menyalahi islam, perbuatan yang bertentangan dengan keyakinan positif

yang umum dan domina ditengah-tengah masyarakat.37

amar ma‟ruf nahi mûnkar dirasa sangaat penting bagi umat

muhammad karena berbagai sebab dan factor, diantaranya yang terpenting

adalah :

1. amar ma‟ruf nahi mûnkar merupakan penyebab kebaikan umat ini dan

termasuk karakteristiknya yang Allah karuniakan kepada kita diantara

seluruh umat. Allah azza wa jalla berfirman:

Artinya: kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk

manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar,

dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu

lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan

37 Yasin bin Ali, hukum-hukum Amar ma‟ruf nahi munkar penerjemah, Uwais al-Qarni;

penyunting A.Saifullah (bogor: pustaka Thariqul Izzah, 2012), H. 90

Page 41: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

26

kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. Ālu

„Imrān[3]:110)

Menurut Sayyid Qutbh dalam tafsirnya dalam himpunan ayat ini

meletakkan kewajiban yang berat di atas pundak kaum muslimin di muka

bumi, sesuai dengan kemuliaan dan ketinggian kedudukan jamaah ini, dan

sesuai dengan posisi keistimewaan yang tidak dicapai kelompok manusia

lain.

“kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia,

menyurug kepada yang ma‟ruf, mencegah dari yang mungkar, dan

beriman kepada Allah.” Pengungkapkan kalimat dengan menggunakan

kata “ukhrijat” dikeluarkan, dilahirkan, diorbitkan‟ dalam bentuk mabni

ligharil-fail(mabni lil-majhul) perlu mendapatkan perhatian. Perkataan ini

mengesankan adanya tangan pengatur yang halus, yang mengeluarkan

umat ini, dan mendorongnya untuk tampil dari kegelapan kegaiban dan

dari balik bentangan tirai yang tidak ada yang mengetahui apa yang ada

dibaliknya itu kecuali Allah.

“kamu adalah umat terbaik yang dilahirkaan untuk manusia”

Inilah persoalan yang harus dimengerti oleh umat islam agar

mereka mengetahui hakikat diri dan nilainya, dan mengerti bahwa mereka

itu dilahirkan untuk maju ke garis depan dan memegang kendali

kepemimpinan karena mereka adalah umat terbaik. Allah menghendaki

supaya kepemimpinan dimuka bumi ini untuk kebaikan, bukan untuk

keburukan dan kejahatan. 38

“menyuruh kepada yang ma‟ruf, mencegah dari yang munkar, dan

beriman kepada Allah.”

Menjalankan tugas-tugas umat terbaik, dengan segala beban yang

ada di baliknya, dan dengan menempuh jalannya yang penuh onak dan

duri. Tugasnya adalah menghadapi kejahatan, menganjurkan kepada

kebaikan, dan menjaga masyarakat dari unsur-unsur kerusakan. Semua itu

harus disertai dengan iman kepada Allah, untuk menjadi timbangan yang

38 Sayyid Qutbh , Tafsir Fi Zhilalil Qur’an di bawah naungan Al-Qur’an Penerj As’ad Yasin,

Abdul Aziz Salim Basyarahil, Muchotob Hamzah, Jilid 3, Cet. 1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2001) H. 190

Page 42: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

27

benar terhadap tata nilai, dan untuk mengetahui dengan benar mengenai

amar ma‟ruf nahi munkar. Untuk itu, diperlukan pula patokan yang baku

mengenai kebaikan dan keburukan, keutamaan dan kehinaan, yang ma‟ruf

dan yang munkar, dengan berpijak pada kaidah lain bukan istilah buatan

manusia pada suatu generasi.39

Demikianlah sifat dan karakteristik masyarakat muslim yang

seharusnya bisa menjadikannya unggul sepanjang sejarah. Adapun

masyarakat jahiliyah yang kafir, bibit penyakitnya adalah amar ma‟ruf

nahi mûnkar (menyuruh kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran)

sepanjang sejarah manusia yang panjang dan bukti paling jelas atas hal ini

adalah : masyarakat sekarang yang rela dengan dengan kekafiran dan

kesesatan, sebab masyarakat sekarang ini kebanyakan memerangi

kebaikan dan mendukung perbuatan yang hina dengan kedok kebebasan

pribadi. 40

2. amar ma‟ruf nahi mûnkar merupakan bagian dari masa solidaritas yang

Allah tegakkan diantara orang-orang mukmin, dimana orang-orang

mukmin itu saling menjamin dan saling melengkapi diantara sesama

mereka. Sebagai contoh adalah tidak boleh ada seorang muslim yang

kelaparan sementara orang-orang muslim yang ada disekitarnya

kekenyangan, seandainya terjadi hal demikian maka orang muslim tersebut

diperkenankan meminta kebutuhannya kepada orang-orang muslim yang

ada disekitarnya dengan kekerasan dan orang-orang muslim berdosa

Karena lalai dan tidak membantunya.41

3. amar ma‟ruf nahi mûnkar merupakan jaminan bagi suatu lingkungan dari

bahaya polusi pemikiran dan akhlak.42

39 Sayyid Qutbh , Tafsir Fi Zhilalil Qur’an di bawah naungan Al-Qur’an Penerj As’ad Yasin,

Abdul Aziz Salim Basyarahil, Muchotob Hamzah, Jilid 3, Cet. 1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2001) H. 191

40 Salman Al-Audah Dan Fadil Ilahi, “Amar Ma‟ruf Nahi Munkar” (Jakarta: PUSTAKA

AL-KAUTSAR, 1993), H. 23

41

Salman Al-Audah Dan Fadil Ilahi, “Amar Ma‟ruf Nahi Munkar” (Jakarta: PUSTAKA

AL-KAUTSAR, 1993), H. 25

42 Salman Al-Audah Dan Fadil Ilahi, “Amar Ma‟ruf Nahi Munkar” (Jakarta: PUSTAKA

AL-KAUTSAR, 1993), H. 26

Page 43: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

28

4. Melakukan amar ma‟ruf nahi mûnkar merupakan jaminan terhindarnya

dari adzab illahi yang menimpa masyarakat yang didalamnya kerusakan

merajalela. Mengenai pembahasan secara rinci tentang azab-azab tersebut

akan kami bahas pada bagian berikut ini.43

E. Dampak meninggalkan amar ma‟ruf nahi mûnkar

Sunnatullah terhadap makhluknya tetap tidak berubah, tidak pilih

kasih, dan tidak akan terlewat bila faktor-faktor penyebabnya udah ada.

Diantara sunnatullah yang telah terjadi adalah menimpakan azab kepada

masyarakat-masyarakat yang mengabaikan syair amar ma‟ruf nahi mûnkar

Artinya: “telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan

lisan Daud dan Isa putera Maryam. yang demikian itu, disebabkan mereka

durhaka dan selalu melampaui batas. mereka satu sama lain selalu tidak

melarang tindakan Munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya Amat

buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” (QS.Al-Māidah [5]: 78-79)

Menurut al-Sya‟rāwī dalam tafsirannya Allah membeberkan suatu

realitas yang mendorong rasul untuk bersabar terhadap segala sikap

permusuhan dari Ahli Kitab. Permusuhan tersebut bukanlah hal yang baru

yang mengherankan sejarah panjang Ahli Kitab telah membuktikan sikap

permusuhan mereka terhadap Nabi Daud dan Nabi Isa. Itu artinya bukan

hanya Muhammad Rasul yang menghadapi hal tersebut. Karena, sikap

permusuhan telah menjadi wataak Ahli kitab. Ahli Kitab menentang

ajaran yang dibawa oleh Nabi Daud. Mereka melanggar aturan pada hari

sabtu, sehingga mereka dikutuk menjadi kera. Mereka dilaknat dalam

Zabur, karena telah menebarkan fitnah bohong terhadap Maryam. Hal ini

juga membuat mereka dilaknat dalam Kitab Injil. Untuk itulah,

43 Salman Al-Audah Dan Fadil Ilahi, “Amar Ma‟ruf Nahi Munkar” (Jakarta: PUSTAKA

AL-KAUTSAR, 1993), H. 28

Page 44: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

29

penghunjung ayat berbunyi ذلك بمب عصوا وكبوو يعتدون yang demikian itu,

disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas (QS al-

Mâidah[5]:78) kata عصوا atau melakukan maksiat adalah pembangkangan

manusia yang berkaitan dengan dirinya sendiri, tanpa berimbas pada yang

lain, layaknya seorang pendengki. Sedangkan يعتدون melampaui batas

adalah pembangkangan yang berimbas pada yang lain seperti seorang

pencuri dan penyogok.44

Di dalam jiwa manusia, Allah telah meletakkan suatu kekuatan

pencegah, yang sifatnya esensial dalam dirinya. Ketika timbul hasrat

manusia terhadap seks, harta, dan kemegahan, dia akan berusaha

meraihnya dengan segala cara. Tidak ada yang menghalanginya kecuali

dhamir/hati nurani yang menuntunnya untuk berjalan pada alur yang

benar. Dhamir tersebut adalah nilai keimanan. Iman inilah yang

mengecamnya jika dia berbuat maksiat. بووا ال يتىبهون عه مىكر ك mereka satu

sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat.

Sekilas ayat ini menunjukkan bahwa kemunkaran telah diperbuat. Jika

begitu, bagaimana cara menegurnya? Dari redaksi ayat diatas bisa

dipahami bahwa mereka sudah tidak saling melarang suatu kemunkaran

yang akan dikerjakan. Kita harus memiliki kewaspadaan dan kesadaran

iman. Setiap orang harus melakukan intropeksi sehingga dia tidak terbawa

pada perbuatan yang menyimpang. Dia juga harus peduli pada saudaranya,

agar terjadi nasihat-menasihati dan saling menegur hingga tidak terjatuh

pada kemunkaran. Kita harus mengatakan: “tidak” pada setiap ajakan

kemunkaran. لبئس مبكبوو يفعلون sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu

mereka perbuat itu. Lam yang terletak di awal berfungsi untuk

menyatakan sumpah. Sumpah yang dinyatakan oleh Allah adalah

penegasan atas suatu perkara.

Tidak menegur perbuatan munkar merupakan bentuk perbuatan

dan perkataan sekaligus. Allah tidak menyatakan يقولون مبكبووئس لب

sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka katakan, alasannya,

44 Syekh Muhammad Mutawalli Sya‟rāwī, Tafsir Sya‟rāwī; Renungan Seputar Kitab Suci

al-Qur’ān,jilid. 3, Cet. 1 (Medan: Penerbit Duta Azhar, 2007), h. 821.

Page 45: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

30

perkataan dan perbuatan adalah suatu pekerjaan. Bila perkataan

merupakan pekerjaan lisan, maka perbuatan adalah pekerjaan anggota

tubuh lainnya. Masing-masing, perkataan dan perbuatan memiliki karakter

pekerjaan.

Sebuah hadits mengatakan: barangsiapa melihat kemunkaran,

hendaklah merubahnya dengan tangan, bila tidak mampu, maka dengan

lisan. Bila tidak bisa, maka dengan hati. Yang terakhir ini adalah iman

yang paling lemah.” (HR Ahmad, Muslim, Abu Daud, Nasai)45

Kejahilan dan sedikitnya pemahaman terhadap agama sungguh

telah menutupi hati sebagian orang-orang yang ilmunya dangkal. Mereka

terpedaya oleh pengabaian Allah Azza Wa Jalla, dan mereka mengira

bahwa peringatan tentang akibat apabila bergelimang dengan

kemungkaran dan diam terhadap sesuatu kemungkaran, merupakan salah

satu bentuk terror pemikiran, bukan sesuatu yang sebenarnya.

Akan tetapi orang-orang yang mengambil cahaya wahyu dan

memperhatikan nash-nash Al-Qur‟an dan As-Sunnah betul-betul

mengetahui akibat besar yang Allah berlakukan terhadap setiap ummat

yang mengabaikan amar ma‟ruf nahi mûnkar, baik nash-nash tersebut

berupa kisah-kisah tentang binasanya ummat-ummat yang mengabaikan

syiar tersebut, atau ancaman bagi orang yang mengikuti jalan mereka.

Tidak perlu azab-azab tersebut diberi batasan bahwa akan muncul pada

hari anu atau malam anu, sebab yang menentukan waktu dan tempatnya

serta sifat-sifatnya hanyalah Allah bukan manusia.46

Akibat dan pengaruh meninggalkan amar ma‟ruf nahi mûnkar:

1. Mendapat laknat Allah Subhanahu Wataa’la

Sebagaiman firman Allah

45 Syekh Muhammad Mutawalli Sya‟rāwī, Tafsir Sya‟rāwī; Renungan Seputar Kitab Suci

al-Qur’ān,jilid. 3, Cet. 1 (Medan: Penerbit Duta Azhar, 2007), h. 823. 46

Salman Al-Audah Dan Fadil Ilahi, “Amar Ma‟ruf Nahi Munkar” (Jakarta: PUSTAKA

AL-KAUTSAR, 1993), H. 29

Page 46: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

31

Artinya: “telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan

lisan Daud dan Isa putera Maryam. yang demikian itu, disebabkan mereka

durhaka dan selalu melampaui batas. mereka satu sama lain selalu tidak

melarang tindakan Munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya Amat

buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” (QS.Al-Māidah [5]: 78-79)

Menurut al-Sya‟rāwī dalam tafsirannya Allah membeberkan suatu

realitas yang mendorong rasul untuk bersabar terhadap segala sikap

permusuhan dari Ahli Kitab. Permusuhan tersebut bukanlah hal yang baru

yang mengherankan sejarah panjang Ahli Kitab telah membuktikan sikap

permusuhan mereka terhadap Nabi Daud dan Nabi Isa. Itu artinya bukan

hanya Muhammad Rasul yang menghadapi hal tersebut. Karena, sikap

permusuhan telah menjadi watak Ahli kitab. Ahli Kitab menentang ajaran

yang dibawa oleh Nabi Daud. Mereka melanggar aturan pada hari sabtu,

sehingga mereka dikutuk menjadi kera. Mereka dilaknat dalam Zabur,

karena telah menebarkan fitnah bohong terhadap Maryam. Hal ini juga

membuat mereka dilaknat dalam Kitab Injil. Untuk itulah, penghunjung

ayat berbunyi ذلك بمب عصوا وكبوو يعتدون yang demikian itu, disebabkan

mereka durhaka dan selalu melampaui batas (QS al-Mâidah[5]:78) kata

atau melakukan maksiat adalah pembangkangan manusia yang عصوا

berkaitan dengan dirinya sendiri, tanpa berimbas pada yang lain, layaknya

seorang pendengki. Sedangkan يعتدون melampaui batas adalah

pembangkangan yang berimbas pada yang lain seperti seorang pencuri dan

penyogok.47

Di dalam jiwa manusia, Allah telah meletakkan suatu kekuatan

pencegah, yang sifatnya esensial dalam dirinya. Ketika timbul hasrat

47 Syekh Muhammad Mutawalli Sya‟rāwī, Tafsir Sya‟rāwī; Renungan Seputar Kitab Suci

al-Qur’ān,jilid. 3, Cet. 1 (Medan: Penerbit Duta Azhar, 2007), h. 821.

Page 47: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

32

manusia terhadap seks, harta, dan kemegahan, dia akan berusaha

meraihnya dengan segala cara. Tidak ada yang menghalanginya kecuali

dhamir/hati nurani yang menuntunnya untuk berjalan pada alur yang

benar. Dhamir tersebut adalah nilai keimanan. Iman inilah yang

mengecamnya jika dia berbuat maksiat.

mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan كبووا ال يتىبهون عه مىكر

munkar yang mereka perbuat. Sekilas ayat ini menunjukkan bahwa

kemunkaran telah diperbuat. Jika begitu, bagaimana cara menegurnya?

Dari redaksi ayat diatas bisa dipahami bahwa mereka sudah tidak saling

melarang suatu kemunkaran yang akan dikerjakan. Kita harus memiliki

kewaspadaan dan kesadaran iman. Setiap orang harus melakukan

intropeksi sehingga dia tidak terbawa pada perbuatan yang menyimpang.

Dia juga harus peduli pada saudaranya, agar terjadi nasihat-menasihati dan

saling menegur hingga tidak terjatuh pada kemunkaran. Kita harus

mengatakan: “tidak” pada setiap ajakan kemunkaran.

sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka لبئس مبكبوو يفعلون

perbuat itu. Lam yang terletak di awal berfungsi untuk menyatakan

sumpah. Sumpah yang dinyatakan oleh Allah adalah penegasan atas suatu

perkara.

Tidak menegur perbuatan munkar merupakan bentuk perbuatan

dan perkataan sekaligus. Allah tidak menyatakan بئس مبكىوا يقولون ل

sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka katakan, alasannya,

perkataan dan perbuatan adalah suatu pekerjaan. Bila perkataan

merupakan pekerjaan lisan, maka perbuatan adalah pekerjaan anggota

tubuh lainnya. Masing-masing, perkataan dan perbuatan memiliki karakter

pekerjaan.

Sebuah hadits mengatakan: barangsiapa melihat kemunkaran,

hendaklah merubahnya dengan tangan, bila tidak mampu, maka dengan

lisan. Bila tidak bisa, maka dengan hati. Yang terakhir ini adalah iman

yang paling lemah.” (HR Ahmad, Muslim, Abu Daud, Nasai)48

48 Syekh Muhammad Mutawalli Sya‟rāwī, Tafsir Sya‟rāwī; Renungan Seputar Kitab Suci

al-Qur’ān,jilid. 3, Cet. 1 (Medan: Penerbit Duta Azhar, 2007), h. 823.

Page 48: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

33

Maksud “dilaknat” pada ayat ini adalah dijauhkan dari rahmat Allah.

2. Orang yang meninggalkan amar ma’ruf nahi mûnkar mendapat

celaan dan kehinaan

Allah berfirman

Artinya : “mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta

mereka tidak melarang mereka mengucapkan Perkataan bohong dan

memakan yang haram? Sesungguhnya Amat buruk apa yang telah mereka

kerjakan itu” (QS.Al-Māidah [5]: 63)

Menurut al-Sya‟rāwī dalam tafsirannya kata ب بويون الر orang-orang

alim/ rabi berarti mereka yang berprilaku dengan akhlak dan ajaran

Rab/Tuhan dan األحببر pendeta berarti orang yang mendalami agama. Dua

kelompok ini tidak berusaha mencegah kemunkaran yang terjadi. Maka

bagaimana mungkin mereka dapat dijadikan simbol bagi spirit religius

masyarakat, padahal mereka tidak melaksanakan kewajiaban mereka

sebagai pemberi nasihat? Ini adalah bukti bahwa mereka hanya mencari

wibawa dan kekuasaan. Rabbanyûn/rabi adalah pemuka agama Nasrani,

dan Ahbâr/pendeta adalah pemuka agama Yahudi. Kata لوال kaulah tidak

pada awal ayat bermaksud untuk mendorong kepada sesuatu perbuatan

dosa yang seharusnya dilarang oleh para Ahbâr dan Rabbany.

Penghujung ayat memberikan suatu gambaran tentang kecermatan

tuturan Al-Qur‟an saat menyatakan: لبئس مب كبوو يصىعون sesungguhnya amat

buruk apa yang telah mereka kerjakan itu. Sedangkan ayat sebelumnya

memiliki penghujung yang berbunyi يعملون مب كبوو لبئس sesungguhnya amat

buruk apa yang telah mereka kerjakan itu.

Dalam dua ayat ini, ada perbedaan antara keburukan „amal dan

keburukan shina‟ah. Kelakuan para rabbi dan pendeta tergolong kategori

keburukan shina‟ah. Sebagaimana tiap anggota tubuh memiliki fungsi

amal masing-masing; mata untuk melihat, telinga untuk mendengar,

Page 49: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

34

tangan untuk meraba dan mengambil sesuatu, kaki berjalan, lidah

berbicara.

Karenanya perkataan dan pekerjaan Ahli Kitab disifati dengan,

sesungguhnya amat buruk apa yang mereka telah amal/kerjaan itu.

Berbeda dengan Rabbani dan ahbar, mereka sifati dengan لبئس مب كبوو

sesungguhnya amat buruk apa yang telah mereka kerjakan itu. Ini يصىعون

penting sebagai pembeda antara „amal dan shina‟ah.

Hal ini mendorong masyarakat meletakkan dan menggagas hukum

sendiri. Kesimpulan akhir menyatakan bahwa kelahiran hukum

konvensional adalah karena prilaku pendeta yang menyimpang dari

keadilan, dan sifat mereka yang memihak terhadap orang yang berani

membayar mahal, ataupun kepada para pembesar.49

Ibnu Jarir ath-Thabari berkata, “para ulama berkata, tidak ada ayat

dalam Al-Qur‟an yang lebih keras teguran dan celaannya terhadap para

ulama melainkan ayat ini yang paling ditakuti oleh mereka.”50

3. Mendapat hukuman dari Allah

Nikmat yang telah Allah berikan kepada kita sangat banyak.

Diantaranya adalah nikmat kesehatan, rasa aman, rizki, dan lain-lain.

Namun semua itu akan berubah apabila kita tidak menegakkan amar

ma‟ruf nahi mûnkar. Rasa aman menjadi ketakutan dan dikuranginya

keberkahan rizki.

Diantara bentuk hukuman yang lain adalah al-khasf, yaitu

ditenggelamkannya manusia ke dalam bumi dengan sebab banyaknya

perbuatan maksiat dan melewati batas. Khasf ini bisa berupa gempa,

banjir, wabah penyakit, ataupun bencana-bencana alam lainnya.51

4. Berkuasanya musuh

Allah Azza wa jalla terkadang menguji masyarakat yang

mengabaikan kebaikan amar ma‟ruf nahi mûnkar dengan menguasakan

49 Syekh Muhammad Mutawalli Sya‟rāwī, Tafsir Sya‟rāwī; Renungan Seputar Kitab Suci

al-Qur’ān,jilid. 3, Cet. 1 (Medan: Penerbit Duta Azhar, 2007), h. 771.

50 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, amar ma‟ruf nahi mûnkar menurut Ahlus Sunnah wal

Jamaah (Depok: pustaka Khazanah Fawā‟id, 2017), H. 58

51 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, amar ma‟ruf nahi mûnkar menurut Ahlus Sunnah wal

Jamaah (Depok: pustaka Khazanah Fawā‟id, 2017), H. 60

Page 50: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

35

musuh ekstern kepada mereka, mereka disakiti dan gadis-gadisnya

diperkosa, dan terkadang dirampas apa yang mereka miliki, dan hartanya

diperlakukan semaunya oleh musuh tersebut.

Kaum muslimin dalam sejarahnya telah diberi contoh tentang hal

tersebut, barang kali diantaranya adalah yang telah terjadi terhadap kaum

muslimin di andalus (spanyol), dimana keperkasaan dan kekuatannya telah

berubah disaat kemungkaran merajalela ditengah-tengah mereka dan tidak

ada yang mencegahnya akhirnya menjadi kehinaan. 52

5. Tidak dikabulkan do’a kita

ini adalah perkara yang mengerikan karena seseorang

hamba sangat fakir kepada Allah, maka apabila dia berdo‟a kemudian

tidak dikabulkan oleh Allah, maka dia termasuk orang yang celaka. Tidak

terkabulnya do‟a karena ditinggalkannya amar ma‟ruf. Hal ini ditunjukkan

oleh sabda Nabi,

ن عن حذي فة بن اليمان عن النب صلى اللهم عليو وسلم قال والذي ن فسي بيده لتأمر

هون عن المنكر أو عث عليكم عقاب منو ث تدعونو فل بلمعروف ولت ن أن ي ب ليوشكن الل

يستجاب لكم

Artinya: Dari Huzhaifah bin Al-Yaman dari Nabi SAW bersabda:”

Demi dzat yang jiwaku ditangan-Nya hendaknya engkau melakukan amar

ma‟ruf dan nahi mûnkar, atau jika tidak Allah hampir mengirim azabnya,

kemudian engkau berdo‟a tetapi tidak dikabulkan”(HR At-Tirmidzi dan

Ahmad).53

6. Punahnya hukum dan syiar Islam.

Ini adalah bahaya yang paling besar dari sekian bahaya

ditinggalkannya amar ma‟ruf nahi mûnkar. Karena tidaklah hukum-hukum

Islam dan syiar-syiarnya menjadi asing melainkan karena mereka tidak

52

Salman Al-Audah Dan Fadil Ilahi, “Amar Ma‟ruf Nahi mûnkar” (Jakarta: PUSTAKA

AL-KAUTSAR, 1993), H. 40

53

http://alfaqihkhutbah.blogspot.com/2011/11/pentingnya-amar-maruf-nahi-munkar.html

Page 51: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

36

mengenal Islam. Hal itu disebabkan karena tidak adanya para penyeru

kepada yang ma‟ruf dan penentang kemungkaran. Maka kita dapati saat ini

orang-orang Islam yang justru mempermainkan dan memperolok-olok

hukum dan syiar Islam. Padahal memperolok-olok dan mempermainkan

syariat Islam adalah salah satu perbuatan yang bisa mengeluarkan

seseorang dari Islam, maka hendaklah kita berhati-hati dari hal yang

demikian.54

7. Orang yang tidak mencegah kemungkaran akan disiksa oleh Allah

Allah berfirman,

Artinya : “Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu

orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada

(mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil di

antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka, dan

orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah

yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.

Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara

zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS.

Hūd [11]: 116-117)

Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata, “Allah berfirman : Apakah tidak

ditemukan orang-orang baik dari sisa-sisa generasi terdahulu yang

melarang kejahatan, kemungkaran, dan kerusakan di muka bumi yang ada

diantara mereka? Dan Firman-Nya { } “kecuali sebagian kecil”,

maksudnya, telah ditemukan orang yang mempunyai sifat seperti ini,

54 Hisbah. 2013. Akibat Meninggalkan Amar Ma’ruf Nahi mûnkar. (online) Diakses

pada tanggal 8 April 2014. www.hisbah.or.id/akibat-meninggalkan-amar-maruf-nahi-mungkar/

Page 52: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

37

sedikit dan tidak banyak, mereka adalah orang-orang yang diselamatkan

Allah disaat datang kemarahan-Nya dan siksa-Nya maka dari itu Allah

menyuruh umat yang mulia ini supaya ada diantara mereka yang menyeru

kepada kebaikan dan melarang kemungkaran. Dan firman-Nya

{ } „dan orang-orang yang dzalim hanya

mementingkan kenikmatan dan kemewahan,‟ maksudnya mereka selalu

berada dalam kemaksiatan dan kemungkaran dan tidak menggubris orang

yang menegur perbuatan mûnkar mereka itu sampai adzab datang kepada

mereka dengan serentak.55

F. Ayat-ayat tentang amar ma‟ruf nahi mûnkar

Berikut ini persebaran ayat-ayat tentang amar ma‟ruf nahi mûnkar

yang terdapat dalam Al-Qur‟an.

Tabel 1.1

PERSEBARAN AYAT-AYAT TENTANG AMAR MA‟RUF NAHI

MUNKAR YANG TERDAPAT DALAM AL-QUR‟AN.

no Surat Ayat Status

1 Ālu Imrān (3) 104,110,114. Madaniyyah

2 Al-A‟rāf (7) 157 Makiyyah

3 At-Taubah (9) 67,71, dan 112 Madaniyyah

4 Al-Hajj (22) 41 Madaniyyah

5 Luqman (31) 17 Makiyyah

55 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, amar ma‟ruf nahi munkar menurut Ahlus Sunnah wal

Jamaah (Depok: pustaka Khazanah Fawā‟id, 2017), H. 64

Page 53: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

38

BAB III

BIOGRAFI SAYYID QUTBH DAN AL-SYA’RȂWȊ DAN PROFIL TAFSIR

A. BIOGRAFI SAYYID QUTBH DAN PROFIL TAFSIR

1. `BIOGRAFI SAYYID QUTBH

a. Lahir, wafat dan keluarga Sayyid Qutbh

Nama lengkapnya adalah Sayyid Qutbh Ibrahim Husain Syadzili.

Lahir di Mausyah, salah satu wilayah Provinsi Asyuth, di dataran tinggi

Meir. Beliau lahir pada tanggal 9 Oktober 1906.1 Ia dibesarkan di dalam

sebuah keluarga yang harmonis, memiliki seorang ayah yang cinta ilmu

dan menitik beratkan pendidikan anak-anaknya pada ajaran islam dan

mencintai Al-Qur‟an. Hal ini mempengaruhi kehidupan Sayyid Qutbh dan

membentuknya menjadi orang yang terkenal baik dalam ilmu sosial,

politik, bahasa, maupun pendidikan. Sayyid Quthb bin Ibrahim, tokoh

Ikhwanul Muslimin, jurnalis, sastrawan, dan seorang syahid yang mati di

tiang gantungan, lahir di Musyah, Provinsi Asiyuth, pesisir Mesir, 9

Oktober 1906 M.2

Sebagaimana dikatakan oleh Shaleh Abdul Fatah bahwa kelebihan-

kelebihan yang ada pada ayahnya, itu sungguh sangat berpengaruh bagi

kepribadiannya. Sehingga terceminlah pada dirinya kepribadian ayahnya

yang pernah beliau terapkan dalam kehidupannya. Itulah yang

membuatnya menjadi orang yang berwibawa dan terhormat, konsisten

pada agamanya, teguh pendirian, komitmen dan dermaawan.3

b. Pendidikan dan karir Sayyid Qutbh

Sayyid Qutbh menempuh pendidikan dasarnya di desa. Di desanya

itu pula ia menamatkan hafalan Al-Qur‟annya dalam usia yang masih

1 Shalah Abdul Fatah al-Kalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fi Dilalil Qur‟an, terj

Salafuddin Abu Sayyid (Surakarta: Era Internasional, 2001), h. 23 2 Herry Muhammad, Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, (Jakarta:Gema Insani,

2006), h.296. Lihat Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an, Di Bawah Naungan Al-Qur‟an (Al

Fatihah-Al-Baqarah), Jilid I, terj. As‟ad Yassin Abdul Aziz Salim Basyarahil, Muchotob Hamzah,

(Jakarta: Gema Insani, 2000), h.406

3 Faizah Ali Syibromalisi, MA, Jauhar Azizy, MA, membahas kitab tafsir klasik-modern (

Ciputat : Lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, oktober 2011 ) H.131

Page 54: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

39

belia, karena bellum melampaui usia sebelas tahun. Al-Qur‟an (yang sudah

dihafalnya sejak kecil) mempunyai pengaruh yang besar dalam

mengembangkan kemampuan sastra dan seninya dalam usia yang masih

muda. Setelah terjadinya Revolusi Rakyat Mesir pada tahun 1919

melawan penduduk inggris, Sayyid Qutbh berangkat dari desanya menuju

Kairo untuk melanjutkan studinya kejenjang I‟dadiyah (SMP) dan

tsanawiyah (SMA) disana. Pada tahun 1930, Sayyid Qutbh masuk sebagai

mahasiwa di Institut Darul Ulum (Kuliyat Dar Al-Ulum), setelah

sebelumnya menyelesaikan tingkat tsanawiyah (tingkat menengah) dari

Tajhiziyah Darul Ulum, kemudian lulus dari perguruan tersebut pada

tahun 1933 dengan meraih gelar Lc dalam bidang sastra dan diploma

dalam bidang tarbiyah.4 Aktif dalam kegiatan akademik, ekstrakurikuler

dan keorganisasian. Tulisan-tulisannya banyak diterbitkan dalam korani

dan berbagai majalah. Ketika usianya mencapai empat puluh tahun Syyid

Qutbh dikenal sebagai kritikus sastra ternama, bukan hanya di Mesir

bahkan diseluruh Negara Arab.5 Setelah menjadi tenaga pengajar, Sayyid

Quthb kemudian berpindah kerja sebagai pegawai kantor Departemen

Pendidikan, sebagai penilik untuk beberapa waktu lamanya. Kemudian dia

pindah tugas lagi ke Lembaga Pengawasan Pendidikan Umum yang terus

berlangsung selama delapan tahun sampai akhirnya kementerian

mengirimnya ke Amerika. Tahun 1948, ia diutus Departemen Pendidikan

ke Amerika untuk mengkaji kurikulum dan sistem pendidikan Amerika. Di

Amerika selama dua tahun, lalu ia pulang ke Mesir tanggal 20 Agustus

1950 M. Setelah itu ia diangkat sebagai Asisten Pengawas Riset Kesenian

di kantor Mentri Pendidikan. Tanggal 18 Oktober 1952, ia mengajukan

permohonan pengunduran diri. Dalam masa tugasnya di Amerika, ia

membagi waktu studinya antara Wilson‟s Theacher‟s College di

Washington, Greeley College do Colorado, dan Stanford University di

California. Hasil studinya dan pengalamannya itu meluaskan

4 Shalah Abdul Fatah al-Kalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fi Dilalil Qur‟an, terj Salafuddin Abu

Sayyid(Surakarta: Era Internasional, 2001), h. 28

5 Faizah Ali Syibromalisi, MA, Jauhar Azizy, MA, membahas kitab tafsir klasik-modern (

Ciputat : Lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, oktober 2011 ) H.132

Page 55: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

40

pemikirannya mengenai problema-problema sosial kemasyarakatan yang

ditimbulkan oleh paham materialisme yang gersang akan pahan ketuhanan.

Ketika berada di Departemen pendidikan, Sayyid Quthb adalah seorang

pegawai yang tekun, pemikir yang berani, serta seorang yang mulia. Sifat-

sifat ini akhirnya banyak menyebabkan Sayyid Quthb mendapat berbagai

kesulitan dan sesudah itu akhirnya Sayyid Quthb pun melepaskan

pekerjaannya. Sayyid Quthb mengajukan surat pengunduran diri dari

pekerjaannya sekembalinya dari Amerika, karena pada tahap ini beliau

lebih memfokuskan pikiran beliau untuk dakwah dan pergerakan serta

untuk studi dan mengarang6

c. Karya-karya Sayyid Quthb

Dalam beberapa literatur biografi tokoh-tokoh Islam. Sayyid Qutb

adalah salah seorang yang aktif berjuang dengan tulisan. Karyakaryanya

selain beredar di negara-negara Islam, juga beredar di kawasan Eropa,

Afrika, Asia dan Amerika. Ia menulis lebih dari 20 buku

yangditerjemahkan dalam berbagai bahasa di dunia. Di antara bukunya

adalah:7

1. Al-Taswir Al-Fanny Fi Al-Qur‟an, Kairo, Dar Al-Maarif, 1945.

2. Thifl Min Al-Qaryah, Cairo: Lajnatu Al-Nashr Li Al-Jami‟iyyin,

1946.

3. Musyaahidat Al-Qiyamah Fi Al-Quran, Cairo: Dar Al-Maarif,

1947.

4. Fi Zhilali Al-Quran, Cairo: Dar Ihya Kutub Al-„Arabiyyah, 1986.

5. Al-Salam Al-Alamy Wa Al-Islam, Cairo: Dar Al-Kitab Al-Arabi,

1951.8

6. Al-Mustaqbal Li Hadza Al-Diin, Cairo: Maktabah Alwahbah, tt.

6 Adegabriel, Negara Tuhan (Yogyakarta: IRNIS, 2006), h. 257

7 Sri Aliyah Kaidah-kaidah Tafsir Fi ZhilaliI Al-Qur‟an JIA/Desember

2013/Th.XIV/Nomor 2/39-60

8 Sri Aliyah Kaidah-kaidah Tafsir Fi ZhilaliI Al-Qur‟an JIA/Desember

2013/Th.XIV/Nomor 2/39-60

Page 56: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

41

7. Al-„Adalah Al-Ijtima‟iyyah Fi Al-Islam, Cairo: Dar Alkitab Al-

„Arabi, Dar Al-Maarif, 1948. buku pertama Sayyid Qutb dalam hal

pemikiran Islam.

8. Hadza Ad-Din (inilah agama), Kairo, Dar Al-Qalam, 1955.

kumpulan berbagai macam artikel yang dihimpun oleh Muhibbudin al-

khatib, terbit 1953. buku ini menjelaskan secara rinci hakikat agama Islam.

JIA/Desember 2013/Th.XIV/Nomor 2/39-60

9. Dirasah Al-Islamiyyah, Kairo: Maktabah Lajnah Syabab Al-

Muslim, 1953.9

10. Al-Islam Wa Muskilah Al-Hadharah, Dar Ihya Al-Kutub Al-

„Arabiyyah, 1960/1962.

11. Khasaisu Tashawuri Al-Islami Wa Muqawwamatuhu (ciri dan nilai

visi Islam), buku dia yang mendalam yang dikhususkan untuk

membicarakan karakteristik akidah dan unsur-unsur dasarnya. Dar Ihya

Al-Kutub Al-„Arabiyyah, 1960/1962.

12. An-Naqd Al-Adabii Usuuluhu Wa Maanaahijuhu (kritik sastra,

prinsip, dasar dan metode-metode).

13. As-Syathi‟ Al-Majhul, kumpulan sajak Qutb satu-satunya, terbit

februari 1935.

14. Nadq Kitab “Mustaqbal Ats-Tsaqafah Di Mishr” Li Ad-Duktur

Thaha Husain, terbit tahun 1939.

15. Al-Athyaf Al-Arba‟ah, ditulis bersama saudara-saudaranya:

Aminah, Hamidah, Muhammad. Terbit tahun 1945.10

Beberapa ulama lainnya yang memberikan penilaian terhadap tafsir

Fi Zhilaali Al-Quran adalah Mahdi Fadhullah yang menilai bahwa tafsir

Sayyid Qutb yang tiga puluh juz itu merupakan “terobosan penafsiran

yang sederhana dan jelas.” 11

9 Sri Aliyah Kaidah-kaidah Tafsir Fi ZhilaliI Al-Qur‟an JIA/Desember

2013/Th.XIV/Nomor 2/39-60

10Sri Aliyah, Kaidah-kaidah Tafsir Fi ZhilaliI Al-Qur‟an JIA/Desember

2013/Th.XIV/Nomor 2/39-60

11 Shalah Abdul Fattah al Khalidi, Tafsir Metodologi Pergerakan Di Bawah Naungan al

Quran, terj. Asmuni Solihan Zamakhsyari, Penerbit Yayasan Bunga Karang, Jakarta, h. 17-20.

Page 57: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

42

2. PROFIL TAFSIR

a. Motivasi Sayyid Qutbh dalam menulis tafsir

Sayyid Qutbh terinspirasi untuk menulis buku tafsir seperti

makalah yang ditulisnya dimajalah. Ia berniat menulis tafsir al-Qur‟an

lengkap sebanyak tiga puluh juz, berdasarkan tertib susunan al-Qur‟an

dengan nama yang sama dan akan diterbitkan per juz setiap bulannya. Apa

yang diinginkan Sayyid Qutbh terlaksana sampai tahun 1954 dimana tafsir

Fi Dzilal al-Qur‟an terbit sebanyak enam belas juz yaitu sampai akhir

surah Thaha, sebelum Sayyid Qutbh dituduh makar dan di penjara.

Beruntung Sayyid Qutbh masih diizinkan menulis tafsirnya dipenjara

karena ia terikat kontrak dengan penerbit, kalau tidak maka pemerintah

harus memberikan ganti rugi kepada kepada penerbit. Tafsir Dzilal al-

Qur‟an berhasil diselesaikan penulisannya di akhir tahun lima puluhan.

Motivasi menanamkan tafsirnya dengan Dzilal al-Qur‟an, menurut Sayyid

Qutbh datang begitu saja tanpa dibuat-buat. Itulah kenyataan yang

dihayatinya dalam kehidupan (dibawah petunjuk al-Qur‟an). Dari masa

kemasa ia merasakan adanya keinginan yang tersimpan untuk hidup

dibawah naungan al-Qur‟an, dimana ia bisa mendapatkan ketenangan yang

tidak bisa ia dapatkan pada yang lainnya.12

b. Sumber Tafsir Sayyid Qutbh

Sayyid Qutbh sangat bersemangat untuk tidak keluar atau

menyimpang dari riwayat-riwayat yang shahih mengenai tafsir. Oleh

karena itu, beliau merujuk kepada kitab-kitab tafsir bil ma‟tsur. Beliaupun

menimbang antara berbagai riwayatyang ada serta menyatukannya,

menguatkan sebagiannya, serta mengemukakanlebih dari satu riwayat

dalam satu peristiwa.13

Contohnya : ketika menafsirkan surat An-Nisa‟ (4): 34.

Lihat Fadhullah, Mahdi, Ma‟a Sayyid Quthub Fi Fikrihi Al-Siyasah Wa Al-Din, Mua‟sasah Al-

Risalah, Beirut,1979.

12

Faizah Ali Syibromalisi, MA, Jauhar Azizy, MA, membahas kitab tafsir klasik-modern

( Ciputat : Lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, oktober 2011 ) H.135

13

Faizah Ali Syibromalisi, MA, Jauhar Azizy, MA, membahas kitab tafsir klasik-modern

( Ciputat : Lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, oktober 2011 ) H.137

Page 58: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

43

Artinya: “wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka

nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan

pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah

kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah

Maha Tinggi lagi Maha besar.”

Dari penjelasan diatas maka dapat dipahami bahwa Sayyid Qutbh

mengambil sumber tafsir bi al-ma‟tsur.Disamping sumber penafsiran bi al-

ma‟tsur, Sayyid Qutbh juga mengambil sumber tafsir bi al-ra‟yi/ dengan

logika, sebagaimana ia memberikan penafsiran tentang jihad, dalam QS

Al-Taubat ayat 44-45. Menurut Sayyid Qutbh orang-orang yang tidak mau

berperang itu sebenernya mampu melakukannya, peralatannya ada dan

persiapannya pun tersedia, “jika mereka mau berangkat, tentulah mereka

mau menyiapkan persiapan-persiapan itu untuk diberangkatkan.

Diantaranya mereka terdapat Abdullah bin Ubay bin Salul, ada al-Jadd bin

Qais, padahal mereka adalah orang-orang kaya dalam ayat ini Sayyid

Qutbh secara jelas menegaskan bahwa salah stu dari arti jihad adalah

dengan perang fisik.14

c. Metode dan corak penafsiran Sayyid Qutbh

Meskipun metode penulisan tafsir itu beragam, namun melihat

penulisan tafsir Fi Dzilal Al-Qur‟an yang mengikuti alur susunan surah

dan ayat yang termaktub dalam mushaf Al-Qur‟an, maka dari satu sisi

dikatakan bahwa Sayyid Qutbh telah menggunakan metode analisa

atau tahlili. Disisi laian sebagaimana disebutkan diatas, Sayyid Qutbh

juga tidak menggunakan metode tahlili secara mutlak, karena ia juga

menafsirkan ayat dengan ayat yang lain, baik sebagai penafsiran ayat

yang ditafsirkannya maupun sebagai penguat pendapatnya, padahal

14 Faizah Ali Syibromalisi, MA, Jauhar Azizy, MA, membahas kitab tafsir klasik-modern

( Ciputat : Lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, oktober 2011 ) H.138

Page 59: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

44

cara ini adalah menjadi ciri dari metode penulisan tematik. Namun kita

juga tidak dapat menyabutnya dengan metode semi tematik, karena

Sayyid Qutbh tidak memberi judul atau tema dari ayat-ayat yang

sedang ditafsirkan.15

Corak penafsiran Sayyid Qutbh setelah

mencermati perkembangan pemikiran Sayyid Qutbh sebelum dan

sesudah mengalami penangkapan oleh rezim pemerintah mesir,

mengharuskan kita juga melihat adanya perkembangan corak dalam

tafsirnya. Pada mulanya, sebelum penangkapan dirinya, Sayyid Qutbh

memiliki kecendrungan corak adabi ijtima‟i, yaitu corak yang

diperkenalkan oleh Muhammad Abduh, disamping ia juga telah

mengarang bukunya yang berjudul Al-Taswir Al-Fanny Fi Al-Qur‟an.

Corak inilah yang terlihat lebih menonjol dalam tafsirnya sebelum

diedit ulang. Setelah tafsir Al-Dzilal diedit ulang, dan setelah Sayyid

Qutbh mendekam lebih lama di penjara, penghayatannya terhadap Al-

Qur‟an, Islam, kehidupan dan perjuangannya berkembang. Hal ini

berimbas pada corak penafsirannya, tidak lagi hanya bernuansa adabi

ijtima‟I, tapi ia menambahkan corak lain terhadap tafsirnya yaitu corak

perjuangan (haraki) dan corak Tarbawi.

Motivasi Sayyid Qutbh memperkenalkan corak haraki dalam

tafsirnya didorong oleh obsesinya mengajak kaum muslimin untuk

betul-betul memahami Al-Qur‟an dan menghayatinya untuk kemudian

dijadikan sebagai inspiratory dalam menjalankan semua aktifitasnya di

alam nyata ini. Karena menurut Sayyid Qutbh Al-Qur‟an tidak cukup

hanya dipelajari atau ditafsirkan saja secara teori.

Sedangkan corak Tarbawinya dipicu oleh keinginan agar setiap

Muslim terdidik secara islami berdasarkan ajaran Al-Qur‟an, berakhlak

sesuai Al-Qur‟an, selalu komitmen dengan semua ajarannya. Dari

individu-individu yang dibentuk secara islami ini akan munculkan

masyarakat islami yang bercirikan sifat-sifat yang sama, sehingga

terbentuklah masyarakat yang islami berlandasan pada ajaran al-

Qur‟an keinginan Sayyid Qutbh ini bisa kita rasakan dalam tulisannya

15 Faizah Ali Syibromalisi, MA, Jauhar Azizy, MA, membahas kitab tafsir klasik-modern

( Ciputat : Lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, oktober 2011 ) H.138

Page 60: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

45

ketika ia mengatakan: “ sesungguhnya (pemahaman terhadap) ayat-

ayat al-Qur‟an tidak bisa dipahami hanya dengan berinter aksi dengan

petunjuk-petunjuk kebahasaannya saja, tetapi kita bisa memahaminya

jika kita menghidupkannya dan menghayatinya dalam ruang lingkup

sejarah pergerakannya, dalam ralitanya yang positif, dan dengan

interaksi kita (antara al-Qur‟an dengan alam nyata.16

B. BIOGRAFI AL-SYA’RȂWȊ DAN PROFIL TASIR

1. Biografi Al-Sya‟râwi

a. Lahir, wafat, dan keluarganya Al-Sya‟râwi

Nama lengkap al-Sya`râwî adalah Muhammad Mutawalli al-

Sya`râwî. Beliau adalah seorang tokoh kenamaan yang lahir di tanah

Mesir yang menjadi daerah tempat tinggalnya para ulama pembaharu

Islam (mujaddid) seperti al-Thanthawi, Jamâl al-Dîn al-Afghâni,

Muhammad `Abduh, Rasyîd Ridhâ dan lain-lain. Al-Sya`râwî yang

dikenal sebagai seorang pemikir yang populer saat itu juga termasuk

salah seorang ahli tafsir kontemporer yang telah melahirkan beberapa

karya tafsir.17

Al-Sya‟râwi lahir pada hari ahad, tanggal 17 Rabi‟ al-Tsani 1329

H bertepatan dengan 16 April 1911 M, di desa Daqadus, kecamatan

Midghamar, kabupaten Daqhaliyah, wafat pada tanggal 22 safar 1419

H bertepatan dengan tanggal 17 Juni 1998 M, dimakamkan di desa

Daqadus. Sejak kecil Al-Sya‟râwi sudah mendapat gelar dari ayahnya

sebagai al-Amin dan gelar ini dikenal dimasyarakat di daerahnya.

Beliau berasal dari keluarga yang sederhana memiliki keturunan yang

terhormat dan ayahnya adalah seorang pedagang yang sangat

mencintai ilmu pengetahuan.18

16 Faizah Ali Syibromalisi, MA, Jauhar Azizy, MA, membahas kitab tafsir klasik-modern

( Ciputat : Lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, oktober 2011 ) H.139 17

Muhammad Yasin Jazar, Muhammad Mutawalli al-Sya`râwi; `Âlim `Ashruhu fî

`Uyûn `Ashrihi, (Kairo: Maktabah al-Turâts al-Islâmiy, 1409 H), h. 15

18

Faizah Ali Syibromalisi, MA, Jauhar Azizy, MA, membahas kitab tafsir klasik-modern

( Ciputat : Lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, oktober 2011 ) H. 143

Page 61: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

46

b. Pendidikan dan karir Al-Sya‟râwi

Sejak kecil Al-Sya‟râwi sudah gemar menuntut ilmu. Hal ini tidak

terlepas dari dorongan orang tuanya yang sangat mencintai ilmu.

Pendidikan al-Sya‟rawi dimulai dari menghafal Al-Qur‟an kepada

seorang Syekh di daerahmnya yaitu Syekh Abdul Majid Pasha. Ia

berhasil menghafal Al-Qur‟an pada usia 11 tahun. Adapun pendidikan

resminya diawali dengan menuntut ilmu di sekolah dasar di lembaga

pendidikan Al-Azhar yang berada di kota Zaqaziq. Begitu juga

pendidikan SMP-Nya dilanjutkan di lembaga pendidikan ini. Pada

tahun 1927 M Syekh Muhammad Mutawalli Sya‟râwi memperoleh

ijazah SMP dari lembaga pendidikan Al-Azhar. Kemudian ia

melanjutkan ke jenjang sekolah menengah juga di Zaqaziq dan meraih

ijazah sekolah menengah dari lembaga Al-Azhar pada tahun 1931 M.

dari sini beliau melanjutkan pendidikan di Universitas Al-Azhar

jurusan Bahasa Arab tepatnya pada tahun 1937 M hingga tahun 1941

M dengan gelar Lc,. Sementara pada jenjang Doktoral berhasil

diselesaikan pada tahun 1943 M dan memperoleh gelar „Alamiyyat

(setara dengan MA) dalam bidang Bahasa dan Sastra Arab.19

Karir Al-Sya‟rawi semasa hidupnya memangku berbagai jabatan.

Adapun awal karir yang ditekuni adalah sebagai guru disekolah Al-

Azhar yang berada dikota Thantha. Dari sini dia dimutasi ke sekolah

Al-Azhar yang berada di kota Iskandaria (Alexandria) lalu

dipindahkan kembali ke kota Zaqaziq, tempat beliau menimba ilmu

sebelumnya. Lambat laun karir Al-Sya‟rawi semakin menanjak, ia

kemudian diangkat menjadi dosen jurusan Tafsir Hadis di fakultas

Syariah Universitas ini ia mengajar selama Sembilan tahun. Pada tahun

1960 M, ia diangkat menjadi wakil kepala sekolah lembaga pendidikan

Al-Azhar di Thantha. Kemudian juga memangku jabatan sebagai

direktur dalam pengembangan Dakwah Islam pada departemen wakaf

pada tahun 1961 M. pada tahun 1962 M Muhammad Mutawalli

Sya‟rawi diangkat menjadi pengawas Departemen Bahasa Arab Al-

19 Faizah Ali Syibromalisi, MA, Jauhar Azizy, MA, membahas kitab tafsir klasik-modern

( Ciputat : Lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, oktober 2011 ) H. 145

Page 62: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

47

Azhar dan ditunjuk sebagai asisten pribadi Grand Syekh Al-Azhar

Hasan Ma‟mun pada tahun 1964 M. Pada tahun 1966 M ia mengikuti

ekspedisi Al-Azhar ke Aljazair pasca kemerdekaan negeri ini.

Pada tahun1967 M, ia kembali ke kairo dan bekerja sebagai

direktur kantor Grand Syekh Al-Azhar Hasan Ma‟mun. dan pada tahun

1970 M, ia menjadi tenaga pengajar tamu di Universitas King Abdul

Aziz di Mekah dan diangkat oleh Univesitas tersebut sebagai direktur

pada program pasca sarjana. Sekembalinya ke mesir beliau mulai

terkenal sebagai seorang da‟i. dan pada tahun 1973 M, ketika Al-

Sya‟rawi ditawari mengisi acara Nur Ala Nur di stasiun televisi Mesir,

mulailah namanya mencuat ditengah masyarakat Mesir sebagai

seorang da‟i yang kondang.

Diantaranya pada tahun 1976 M beliau dipilih oleh pimpinan

Mamduh Salim sebagai materi Wakaf. Dalam bidang penelitian Al-

Sya‟râwi ditunjuk sebagai anggota litbang (penelitian dan

pengembangan ) Bahasa Arab oleh lembaga Majamma‟ Al-Khalidin

yaitu perkumpulan yang menangani organisasi perkembangan Bahasa

Arab di Kairo pada tahun 1987 M. tahun 1988 M, beliau kembali

memperoleh wisam al-Jumhuriyah (mendali kenegaraan) dari presiden

Husni Mubarak pada peringatan hari da‟i dimana tahun ini juga ia

memperoleh penghargaan Negara atas segala jasa-jasanya.

Pada tahun 1990 M, Al-Sya‟râwi mendapat gelar guru besar dari

Universitas Al-Manshurah dalam bidang adab. Selanjutnya pada tahun

1419 H yang bertepatan dengan 1998 M ia memperoleh gelar

kehormatan sebagai Al-Syakhshiyah Al-Islamiyah Al-Ula (profil

islami pertama di dunia islam) di Dubai, serta mendapat perhargaan

dalam bentuk uang dari putra mahkota Ali Nahyan namun ia

menyerahkan penghargaan ini kepada Universitas Al-Azhar dan

uangnya ia serahkan kepada para pelajar Al-Bu‟uts Al-Islamiyah

Page 63: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

48

(pelajar-pelajar yang berasal dari Negara-negara islam) di seluruh

dunia.20

c. Karya-karya Al-Sya‟rawi

Sebelum membahas karya-karya syekh Muhammad Mutawalli al-

Sya‟rawi perlu dijelaskan bahwa banyak diantara karya tulisnya

bahkan hampir seluruhnya bukan ditulis oleh beliau sendiri tetapi

ditulis oleh para muridnya. Al-Sya‟rawi tidak menulis buku-bukunya

karena beliau berpendapat bahwa kalimat yang disampaikan secara

langsung dan dipendengarkan akan lebih mengena daripada kalimat

yang disebarluaskan dengan perantara tulisan, sebab semua manusia

akan mendengar dari narasumber yang asli. Hal ini sangat berbeda

dengan bahasa tulisan karena tidak semua orang mampu membacanya.

Namun kepedulian beliau tidak menafikan kebolehan untuk

mengalihbahasakan apa yang beliau sampaikan secara lisan menjadi

bahasa tulisan sehingga tertulis dalam sebuah buku karena tindakan ini

membantu program sosialisasi pemikirannya dan juga mencakup atas

manfaat yang lebih besar bagi manusia secara keseluruhan.21

Al-Sya‟râwi mempunyai sejumlah karya tulisan, beberapa orang

yang mencintainya mengumpulkan dan menyusunnya untuk

disebarluaskan, sedangkan hasil karya yang paling populer dan yang

paling fenomenal adalah Tafsir Al-Sya‟râwi. Selain itu karya-karya

beliau antara lain:

1. Al-Islam wa al-Mar‟ah: „Aqidah wa Manhaj (Islam dan Perempuan,

Akidah dan Metode).

2. Asy-Syura wa Arkan al-Islam (Musyawarah dan Pensyariatan dalam

Islam).

3. Al-Islam wa al-Fikr al-Mu‟ashir (Islam dan Pemikiran Modern).

4. Asrar Bismillāhirrahmānirrahīm (Rahasia dibalik kalimat

Bismillāhirrahmānirrahīm).

20 Faizah Ali Syibromalisi, MA, Jauhar Azizy, MA, membahas kitab tafsir klasik-modern

( Ciputat : Lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, oktober 2011 ) H. 147

21

Ahmad al-Mursy Husein Jauhar, al-Syeh Muhammad Mutawally Sya‟rawy Imam al-

„Ashry, (kairo: Handasah Mishr,1990) H.124

Page 64: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

49

5. Al-Qadha wa al-Qadar (Qadha dan Qadar)

6. Al-Isra‟ wa al-Mi‟raj (Peristiwa Isra‟ dan Mi‟raj).22

2. Profil Tafsir

a. Motivasi al-Sya‟rawi dalam menulis tafsir

Motivasi tafsirnya adalah menjelaskan isi Al-Qu‟an yang

dipahaminya kepada orang lain, oleh sebab itu ia mengatakan bahwa

penafsirannya ini muungkin benar dan mungkin salah. Selain itu juga

beliau ingin menanamkan keyakinan kepada umat islam akan

keagungan mukjizat Al-Qur‟an dari sisi bahasa kandungan, serta

rahasia-rahasia lain yang harus diungkap dari Al-Qur‟an. Dengan

tafsirnya Syekh Sya‟rawi ingin menjaga kelestarian kemukjizatan Al-

Qur‟an sebagai kalam Allah. Karena menurutnya, kalamullah sesuai

dengan nama-nama Al-Qur‟an dan Al-Kitab. Ketika menafsirkan Al-

Qur‟an Syekh Al-Sya‟rawi berpegang pada dua aspek, yaitu :

1. Komitmen kepada islam yang dianggapnya sebagai metode atau

landasan memperbaiki kerusakan yang diderita umat islam saat ini

terutama dalam bidang pemikiran dan keyakinan.

2. Modernisasi, dimana Syekh al-Sya‟rawi menganggap/ mengikuti

perkembangan saat ini, sehingga tafsirnya bisa dikatakan bercirikan

modern.23

b. Sumber tafsir al-Sya‟rawi

Dalam melakukan kegiatan penafsiran al-Sya‟rawi menggunakan

sumber penafsiran sebagai berikut:

a. Katagori Bil ma‟tsur

1. Penafsiran Al-Qu‟ran dengan Al-Qur‟an

Tafsir ini menggunakan kaidah bahasa bukan berarti tafsir ini

hanya mengandalkan gramatikal bahasa namun kaidah bahasa ini

hanya untuk mempermudah memahami penjelasan ayat Al-Qur‟an.24

22 Faizah Ali Syibromalisi, MA, Jauhar Azizy, MA, membahas kitab tafsir klasik-modern

( Ciputat : Lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, oktober 2011 ) H. 150

23

Faizah Ali Syibromalisi, MA, Jauhar Azizy, MA, membahas kitab tafsir klasik-modern

( Ciputat : Lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, oktober 2011 ) H.153

24

Al-Sya‟râwî, Tafsir al-Sya‟râwî, vol. IV, h. 2190

Page 65: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

50

Namun, ketika penulis memahami penafsiran al-Qur‟an dengan al-

Qur‟an dengan istilah penafsiran âyat bi al-âyat, terdapat dua

kemungkinan pemahaman. Pertama, ayat al-Qur‟an ditafsirkan dengan

ayat al-Qur‟an yang lain. Pemahaman yang kedua, ayat al- Qur‟an

ditafsirkan dengan ayat Allah Swt. yang terdapat di alam semesta

dalam artian ayat di sini dipahami dengan tanda-tanda kekuasaan Allah

Swt.25

2. Penafsiran al-Qur‟an dengan Qaul al-Shahâbah

Penggunaan sumber qaul sahabat atau tabiin dalam menafsirkan

banyak digunakan al-Sya`râwi untuk menjelaskan pemahaman dan

term-term tertentu. Hal itu dilakukan untuk mencari pemahaman awal

dari mufasir sebelumnya tentang maksud suatu kata atau kalimat.26

3. Penafsiran al-Qur‟an dengan riwayat

Al-Sya‟râwi tidak menempatkan posisi hadis yang dijadikan

sumber hadis yang berisi informasi tentang tafsir suatu ayat melainkan

hadis dijadikan sumber untuk memberikan pemahaman akan maksud

ayat, dimana hadis itu tidak mesti berisi penjelasan ayat melainkan

cukup memilki kandungan isi yang sama dengan apa yang dimaksud

dalam ayat.27

b. Katagori bi al-ra‟yi

Penafsiran bi al-Ra‟yi ini mempunyai peranan penting bagi corak

tafsir `ilmî yang dilakukan al-Sya`râwi pada penafsiran ayat-ayat al-

Qur‟an. Penafsiran ilmiah yang dilakukan al-Sya`râwi banyak berasal

dari penalaran ilmiah al-Sya`râwi, yang pada awalnya menurut penulis,

adalah karena kecintaan al-Sya`râwi terhadap ilmu pengetahuan

termasuk ilmu-ilmu umum28

Berkaitan dengan sumber ilmiah penafsiran al-Sya`râwi, menurut

penulis pada awalnya berasal dari permintaannya kepada ayahnya,

untuk dibelikan buku-buku literatur termasuk buku-buku umum. Dari

25 Al-Sya`râwî, Tafsir al-Sya‟râwî, j. IV, h. 258

26

Al-Sya`râwî, Tafsir al-Sya‟râwî, j. IV, h. 258

27

Al-Sya`râwî, Tafsir al-Sya‟râwî, j. IV, h. 258

28

Al-Sya`râwî., j. IX, h.5201

Page 66: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

51

buku-buku itulah al-Sya`rawi mulai mempelajari ilmu-ilmu umum dan

sains. Selain itu, pastinya wawasannya tentang ilmu-ilmu umum terus

bertambah karena kecintaannya kepada ilmu pengetahuan mulai

bertambah seiring perkembangan keilmuannya ketika menuntut ilmu

dan mengajar di Universitas al-Azhar. Namun, yang perlu

digarisbawahi, meskipun penafsiran al-Sya`râwi bisa dikatakan

penafsiran modern, tetapi tetap saja ukuran modernnya sampai terbatas

pada waktu ketika kitab tafsir ini disusun.29

c. Metode dan corak penafsiran Al-Sya‟rawi

Salah satu ciri dari ciri-ciri metode penulisan tahlili atau analisa

adalah penafsiran yang dimulai dari surah al-Ftihah dan diakhiri pada

surah an-Nas. Atau dengan kata lain tafsir dengan metode penulisan

tahlili adalah penulisan materi tafsir yang mengikuti susunan surah-

surah dan ayat-ayat sebagaimana yang termaksud dalam Mushhaf Al-

Qur‟an. Mengamati metode penulisan tafsir al-Sya‟rawi dari sisi

runtun penafsiran, yang dimulai dari surah al-Fatihah dan nerakhir

pada surah an-Nas, bisa kita katakan metode penulisannya adalah

tahlili.

Disisi lain juga kita melihat ia membahas dan menafsirkan ayat

demi ayat dan meningkatkannya dengan ayat lain yang memiliki

keterkaitan dengan tema, karena al-Sya‟rawi yakin ada kesatuan tema

dalam Al-Qur‟an. Sistematika penafsiran yang demikian ini disebut

dengan penafsiran Al-Qur‟an dengan Al-Qur‟an yang menjadi ciri dari

tafsir bi al-ma‟tsur, dan juga bisa dikatakan sebagai aplikasi dari tafsir

tematik.30

Dalam penafsirannya, corak yang menonjol adalah Adabi Ijtima‟i.

melalui penafsirannya ini Sya‟rawi mengemukakan pemikirannya

tentang pendidikan, perhatiannya terhadap problematika masyarakat

muslim juga problematika pemerintahan. Contohnya: upaya Syekh

Sya‟rawi menyelesaikan problem masyarakat muslim adalah

29 Al-Sya`râwî, Tafsir al-Sya‟râwî, j. IV, h. 258

30

Faizah Ali Syibromalisi, MA, Jauhar Azizy, MA, membahas kitab tafsir klasik-modern

( Ciputat : Lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, oktober 2011 ) H.153

Page 67: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

52

bagaimana ia menjelaskan kepala pemerintah untuk menjauhkan

paksaan dan intimidasi kepada rakyat ketika pemerintah berusaha

melanggengkan pemerintahannya. Sesudah menafsirkan ayat

Artinya: tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);

Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.

karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman

kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul

tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar

lagi Maha mengetahui.

Syekh Sya‟rawi menjelaskan bahwa Allah tidak menghendaki

paksaan, tak ada seorangpun yang keluar dari kodratnya. Tetapi ketika

kita melihat dan kita dapati beberapa Negara atau pemerintah yang

memaksakan ideologinya kepada rakyat dengan kekerasan dan

paksaan. Akibatnya akan timbul kekacauan dan pemberontakan.

Syekh Sya‟rawi dalam penafsirannya bisa dikatakan seorang

reformer dan pejuang, meskipun Ia tidak melalaikan pendapat ulama-

ulama tafsir sebelumnya. Dia juga berkomitmen menjelaskan akidah

dan akhlak, mengaitkan penafsiran dengan kehidupan masyarakat dan

aktifitasnya. Sehingga Tarbawi mengatakan bahwa corak tafsir

Sya‟rawi adalah Tarbawi dan Islahi.31

31http://karomain.wordpress.com/2012/12/06/tafsir-al-syarawi-khawatir-al-syarawi-haula-

al-quran-al-karim/

Page 68: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

53

BAB IV

OBJEK PERINTAH AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PENAFSIRAN

SAYYID QUTHB DAN AL- SYA’RAWI

A. Ciri-ciri amar ma’ruf nahi munkar

1. Masyarakat ideal

Sebagaimana dalam surah Ālu „Imrān ayat 104

Artinya: dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang

menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah

dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.(QS. Ālu

„Imrān[3]:104)

Asbabun Nuzul:

Pada zaman jahiliyah sebelum Islam ada dua suku yaitu; Suku Aus

dan Khazraj yang selalu bermusuhan turun-temurun selama 120 tahun,

permusuhan kedua suku tersebut berakhir setelah Nabi Muhammad SAW

mendakwahkan Islam kepada mereka, pada akhirnya Suku Aus; yakni

kaum Anshar dan Suku Khazraj hidup berdampingan, secara damai dan

penuh keakraban, suatu ketika Syas Ibn Qais seorang Yahudi melihat

Suku Aus dengan Suku Khazraj duduk bersama dengan santai dan penuh

keakraban, padahal sebelumnya mereka bermusuhan, Qais tidak suka

melihat keakraban dan kedamaian mereka, lalu dia menyuruh seorang

pemuda Yahudi duduk bersama Suku Aus dan Khazraj untuk

menyinggung perang “Bu‟ast” yang pernah terjadi antara Aus dengan

Khazraj lalu masing-masing suku terpancing dan mengagungkan sukunya

masing-masing, saling caci maki dan mengangkat senjata, dan untung

Rasulullah SAW yang mendengar perestiwa tersebut segera datang dan

menasehati mereka: Apakah kalian termakan fitnah jahiliyah itu,

bukankah Allah telah mengangkat derajat kamu semua dengan agama

Islam, dan menghilangkan dari kalian semua yang berkaitan dengan

Page 69: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

54

jahiliyah?. Setelah mendengar nasehat Rasul, mereka sadar, menangis dan

saling berpalukan. Sungguh peristiwa itu adalah seburuk-buruk sekaligus

sebaik-baik peristiwa. Maka turunlah surat Ali Imran ayat 1041

Menurut Sayyid Quthb dalam tafsirannya haruslah ada segolongan

orang atau satu kekuasaan yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh

kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang munkar. Ketetapan bahwa

harus ada suatu kekuasaan adalah madlul “kandungan petunjuk” nash Al-

Qur‟an ini sendiri. Disana ada “seruan” kepada kebajikan, tetapi ada juga

“perintah” kepada yang ma‟ruf dan “larangan” dari yang munkar.

Apabila dakwah (seruan) itu dapat dilakukan oleh orang yang tidak

memiliki kekuasaan, maka “perintah dan larangan” itu tidak dapat

dilakukan kecuali oleh orang yang

memiliki kekuasaan.2

Menurut al-Sya‟rāwī dalam tafsirannya kata ة dalam ayat ini أي

mengandung bebrapa arti: pertama, segolongan umat tertentu, seperti

umat Arab, umat Parsi dan Roma. Kedua, agama dan ketiga, periode,

seperti firman Allah Swt dalam: ب ه ة وقبل انزي جب ي وادكش بعذ أي dan

berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua dan teringat

(kepada Yusuf) sesudah umat/ beberapa waktu lama (QS.Yusuf[12]:45)

orang yang diberi penafsiran mempi oleh Nabi Yusuf teringat Yusuf

setelah beberapa waktu lamanya dilupakannya. Keempat, umat artinya

yaitu manusia yang memiliki sifat-sifat yang baik seperti: ة أي إبشاهيى كب إ

sesungguhnya ibrahim adalah umat/seseorang iman yang قبحب هلل حيفب

dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. (QS.An-

Nahl[16]:120)

Kenapa demikian ? karena sifat-sifat baik itu biasanya tidak akan

mungkin seluruhnya bersatu pada satu orang. Karena itu, kita akan

1 Jalāluddīn al-Suyūṭī, Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, terj. Abdul Hayyie (Depok: Gema

Insani, 2009), h. 100

2 Sayyid Quthb , Tafsir Fi Zhilalil Qur’an di bawah naungan Al-Qur’an Penerj As’ad Yasin,

Abdul Aziz Salim Basyarahil, Muchotob Hamzah, Jilid 3, Cet. 1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2001) H. 184

Page 70: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

55

mendapati bahwa si fulan mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh

orang lain.

Kembali ke ayat utama. Kadang kala kita katakan kepada

seseorang “hendaklah kamu menjadi pemberani”. Maksudnya, dia harus

menumbuhkan rasa berani dalam dirinya dan membiasakan diri untuk jadi

pemberani dalam berbagai hal positif. Caranya, berlatih dan

membiasakan diri, sehingga akhirnya terbiasa. Begitulah kita memahami

إن انخيش ة يذعى كى أي ي dan hendaklah ada diantara kamu segolongan ونحك

umat yang menyeru kepada kebajikan, dengan cara mempersiapkan diri

dan berlatih agar terbiasa.

Perintah bersiap diri dapat dipahami dalam dua pendapat. Pertama,

hendaklah ada diantara kalian-wahai orang-orang yang mendapat seruan

ini- sekelompok orang yang menyeru kepada kebaikan. Kedua, hendaklah

kalian semua menjadi umat yang menyeru kebaikan. Namun, pendapat

kedua lebih kuat, karena, barang siapa yang mengetahui sesuatu

hendaklah dia mengajak dan menyampaikannya, ayat tersebut tidak

dikhususkan kepada orang tertentu tapi kepada seluruh umat islam.

Untuk kemunkaran, umat islam harus mengajaknya dengan dua

cara: pertama, agar dia tidak berbuat kemunkaran; kedua, dia mengajak

untuk mencegah kemunkaran.3

Para ulama telah sepakat bahwa ayat inilah yang mewajibkan amar

ma‟ruf nahi munkar kepada kaum muslim dengan wajib kifayah. Jelas

lafal minkum menunjukkan tab‟idh (sebagian) sebagaimana dikatakan

oleh Adh-dhahak dan Ath-Thabari, karena menyeru kepada kebaikan,

menyeru yang ma‟ruf dan mencegah dari yang munkar itu tidak patut

dilakukan kecuali sama orang yang mengerti mana yang ma‟ruf dan mana

yang munkar juyga mengerti bagaimana cara melaksanakannya.4

2. Hubungan iman dan amar ma‟ruf nahi mûnkar

Sebagaimana dalam surah Luqman ayat 17

3 Syekh Muhammad Mutawalli Sya‟rāwī, Tafsir Sya‟rāwī,; Renungan Seputar Kitab Suci

al-Qur’ān,jilid. 2, Cet. 1 (Medan: Penerbit Duta Azhar, 2007), h. 492.

4 Prof. DR. Ali Abdul Halim Mahmud, karakteristik umat terbaik telaah manhaj, akidah,

dan harakah, penyunting subhan cet, 1 (Jakarta, Gema Insani Press, 1996) h.245

Page 71: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

56

Artinya: Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)

mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang

mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.

Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan

(oleh Allah). (QS. Luqman[31]:17).

Asbabun Nuzul:

Ketika ayat ke-82 dari surat Al-An‟am diturunkan,para sahabat

merasa keberatan. Maka mereka datang menghadap Rasulullah

SAW,seraya berkata “ Wahai Rasulullah, siapakah diantara kami yang

dapat membersihkan keimanannya dari perbuatan zalim ?”.Jawab beliau “

Bukan begitu,bukanlah kamu telah mendengarkan wasiat Lukman Hakim

kepada anaknya : Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,

sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman

yang besar.( HR.Bukhori dari Abdillah )

Surat Al Luqman adalah termasuk surat Makkiyah, terdiri dari 34

ayat, surat ini diturunkan setelah surat Ash – Shaffat.

Luqman adalah seorang yang Sholeh dan memiliki akhlaq yang

mulia, yaitu akhlaq yang berbasiskan kepada keimanan yang kokoh.

Namanya diabadikan oleh Allah dalam salah satu surat di dalam Al Qur

an, yakni surat ke 31. Sehingga di dalam surat ini Allah memberikan

pelajaran kepada kita akan kesholehan Luqman dalam memberikan

nasehat kepada anaknya, yakni nasehat yang mengandung unsur

“keilmuan” yang mendalam, “keihklasan” yang suci dan “kecintaan”yang

tinggi. Luqman adalah sosok ayah pilihan Allah. Nasehat yang

disampaikan pada anaknya diabadikan dalam Al Qur'an.5

5 Jalāluddīn al-Suyūṭī, Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, terj. Abdul Hayyie (Depok: Gema

Insani, 2009), h. 170

Page 72: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

57

Menurut Sayyid Quthb dalam tafsirannya inilah akidah yang telah

dirumuskan. Yaitu, mengesakan Allah, merasakan pengawasan-Nya,

mengharapkan apa yang ada di sisi-Nya, yakin kepada keadilan-Nya, dan

takut terhadap pembalasan dari-Nya. Kemudian ia beralih kepada dakwah

untuk menyeru manusia agar memperbaiki keadaan mereka, serta

meyuruh mereka kepada yang ma‟ruf dan mencegah mereka dari yang

munkar. Juga bersiap-siap sebelum itu untuk menghadapi peperangan

melawan kemungkaran, dengan bekal yang pokok dan utama yaitu bekal

ibadah dan menghadap kepada-Nya (dengan mendirikan sholat, serta

sabar atas segala yang menimpa dai di jalan Allah).

“Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan

(oleh Allah).”6

Menurut al-Sya‟rāwī dalam tafsirannya ada 4 taklif yang

disampaikan Luqman kepada anaknya. Dimulai dengan shalat. Shalat

adalah rukun pertama setelah syahadat. Kita ketahui bersama bahwa

shalat karena pentingnya, ia diwajibkan langsung oleh Allah. Karena

shalat begitu penting, maka ia tidak pernah gugur walau bagaaimanapun.

Sedangkan rukun yang lain dapat gugur karena sebab alasan tertentu.

Seperti puasa, zakat, dan haji. Bila rukun ini gugur yang tinggal hanyalah

syahadat dan shalat. Untuk itu shalat dijadikan tiang agama.7

Luqman memulai dengan الة بي أقى انص hai anakku, dirikanlah يب

sholat. Karena ia merupakan keabadian pernyataan patuh kepada Allah,

lima kali sehari semalam. Kita mungkin melaksanakan sholat dengan

keadaan lapang. Boleh dengan jamak taqdim atau jamak ta‟khir. Berapa

banyak waktu yang tersisa setelah itu, apalagi bila dzuhur dan ashar di

jamak taqdim, magrib dn isya di jamak ta‟khir. Atau dzuhur dan isya di

jamak ta‟khir dan kamu sholat di akhir waktu, lalu magrib dan isya di

jamak taqdim? Jadi, masih banyak waktu tersisa dan tidak ada alasan

6 Sayyid Quthb , Tafsir Fi Zhilalil Qur’an di bawah naungan Al-Qur’an Penerj As’ad Yasin,

Abdul Aziz Salim Basyarahil, Muchotob Hamzah, Jilid 9, Cet. 1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2001) H. 177

7Syekh Muhammad Mutawalli Sya‟rāwī, Tafsir Sya‟rāwī; Renungan Seputar Kitab Suci

al-Qur‟ān, Cet. 10 (Medan: Penerbit Duta Azhar, 2007), h. 667.

Page 73: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

58

untuk meninggalkan sholat. Adapun yang beralasan, Allah tidak

membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

(QS.Al-Baqarah [2]: 286) dan saya tidak punya kelapangan waktu.” Kita

katakan: “jangan jadikan tidak lapang yang kamu miliki menjadi hukum.

Yang menjadi standar adalah bahwa taklif tuhan itu pasti dalam bingkai

kelapangan.” Selama tuhan telah mewajibkan, maka kamu pasti bisa dan

mampu melaksanakannya. Dengan bukti bila tidak mampu, kamu

mendapatkan keringanan.

الة dirikan sholat, karena shalat kesempurnaan pertama أقى انص

terhadap manhaj Allah, dengannya iman muslim sempurna. Telah kita

sebutkan, disana ada beda antara rukun islam dan rukun muslim

sempurna. Telah kita sebutkan, disana beda antara rukun islam dan rukun

muslim. Rukun islam ada lima, sedangkan rukun muslim tidak pernh

gugur hanya dua : syahadat dan sholat.

Kemudian Luqman berkata kepada anaknya : “bahwa iman tidak

hanya sholat, tapi iman yang sempurna ialah kita mencintai saudara kita

dengan apa-apa yang kita cintai terhadap diri sendiri.”

Dia berkata: كش ان ه ع عشوف وا dan suruhlah (manusia) وأيش ببن

mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang

munkar. Merupakan kesempurnaan setelah pelaksanaan sholat adalah

amar ma‟ruf nahi munkar guna meraih kesempurnaan sosial masyarakat.

Dengan sempurnanya ini, maka sempurnalah iman.

Jangan pernah menduga amar ma‟ruf nahi munkar itu hanya

membantu orang lain saja. Sebenarnya pekerjaan itu bermanfaat bagi diri

pelaku sendiri. Dengan amar ma‟ruf nahi munkar ini kita dapat

ketenangan jiwa. Karena kita telah melaksanakan taklif disaat orang lain

tidak mampu melaksanakannya. Tidak diragukan bahwa kepatuhan orang

lain terhadap manhaj Allah merupakan kedamaian bagi kita juga. Kalau

tidak niscaya seluruh masyarakat akan susah keluar dan terganggu akibat

sekelompok kecil yang keluar dari manhaj Allah ini.

Merupakan bukti nyata bahwa manusia tidak mendapatkan hasil

maksimal kecuali setelah dia beramar ma‟ruf kepada orang lain. Bila

Page 74: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

59

disembunyikan amar ma‟ruf, maka oramg lain akan mendapatkan

manfaat dari kebaikan yang kamu lakukan, dan kamu mendapatkan

kesusahan dari kejahatan mereka.

Kata ىس عزو ان hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dapat juga ي

dilihat pada هللا عهفئرا عزيث فحى كم apabila kamu telah membulatkan tekad,

maka bertakwalah kepada Allah. (QS. Ali Imran [3]:159) Azam adalah

ambisi dan kemauan keras, yang tidak ada keraguan di dalamnya. Jadi,

„azam/ambisi adalah tenaga jiwa yang memotivasi kerja seseorang.8

Ada tiga induk ibadah yang diwasiatkan Luqman pada anaknya

yaitu : (1) shalat, Perintah shalat adalah ajakan yang mulia, Luqman

berwasiat pada anaknya untuk menunaikan shalat. Yang dimaksud adalah

menunaikan shalat dengan memperhatikan batasan, kewajiban, dan

waktunya. Wasiat Luqman ini menunjukkan bahwa ajakan shalat pada

anak adalah wasiat yang utama dan amat berharga. Rasul kita sallallahu

„alaihi wa sallam pun menasihatkan demikian. (2) amar ma‟ruf nahi

munkar, Luqmanpun berwasiat kepada anaknya untuk melakukan amar

ma‟ruf nahi munkar. Amar ma‟ruf nahi munkar adalah memerintahkan

kebaajikan sedangkan nahi munkar adalah melarang dari kemungkaran.

Ibnu taimiyah menasihati bagi yang ingin melakukan amar ma‟ruf nahi

mukar hendaklah memiliki tiga bekal: (1) berilmu sebelumnya, (2) lemah

lembut ketika bertindak, dan (3) sabar terhadap cobaan yang dihadapi

nantinya9 (3) bersabar.

10

3. Amar ma‟ruf nahi mûnkar sebagai tanggung jawab sosial

Sebagaimana dalam surah Ālu „Imrān ayat 110

8 Syekh Muhammad Mutawalli Sya‟rāwī, Tafsir Sya‟rāwī; Renungan Seputar Kitab Suci

al-Qur‟ān, Cet. 10 (Medan: Penerbit Duta Azhar, 2007), h. 672.

9 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Mawqi’ Al Islam, Al Amru Bil Ma’ruf wan Nahyu ‘anil

Munkar, (Jakarta: Pustaka Pajimas 1988), h.18

10Muhammad Abduh Tuasikal,MSc, https://rumaysho.com

Page 75: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

60

Artinya: kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk

manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang

munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman,

tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman,

dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. Ālu

„Imrān[3]:110)

Menurut Sayyid Quthb dalam tafsirnya dalam himpunan ayat ini

meletakkan kewajiban yang berat di atas pundak kaum muslimin di muka

bumi, sesuai dengan kemuliaan dan ketinggian kedudukan jamaah ini,

dan sesuai dengan posisi keistimewaan yang tidak dicapai kelompok

manusia lain.

“kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyurug

kepada yang ma‟ruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada

Allah.”

Pengungkapkan kalimat dengan menggunakan kata “ukhrijat”

dikeluarkan, dilahirkan, diorbitkan‟ dalam bentuk mabni ligharil-

fail(mabni lil-majhul) perlu mendapatkan perhatian. Perkataan ini

mengesankan adanya tangan pengatur yang halus, yang mengeluarkan

umat ini, dan mendorongnya untuk tampil dari kegelapan kegaiban dan

dari balik bentangan tirai yang tidak ada yang mengetahui apa yang ada

dibaliknya itu kecuali Allah.

“kamu adalah umat terbaik yang dilahirkaan untuk manusia”

Inilah persoalan yang harus dimengerti oleh umat islam agar

mereka mengetahui hakikat diri dan nilainya, dan mengerti bahwa mereka

itu dilahirkan untuk maju ke garis depan dan memegang kendali

kepemimpinan karena mereka adalah umat terbaik. Allah menghendaki

Page 76: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

61

supaya kepemimpinan dimuka bumi ini untuk kebaikan, bukan untuk

keburukan dan kejahatan. 11

“menyuruh kepada yang ma‟ruf, mencegah dari yang munkar, dan

beriman kepada Allah.”

Menjalankan tugas-tugas umat terbaik, dengan segala beban yang

ada di baliknya, dan dengan menempuh jalannya yang penuh onak dan

duri. Tugasnya adalah menghadapi kejahatan, menganjurkan kepada

kebaikan, dan menjaga masyarakat dari unsur-unsur kerusakan. Semua itu

harus disertai dengan iman kepada Allah, untuk menjadi timbangan yang

benar terhadap tata nilai, dan untuk mengetahui dengan benar mengenai

amar ma‟ruf nahi munkar. Untuk itu, diperlukan pula patokan yang baku

mengenai kebaikan dan keburukan, keutamaan dan kehinaan, yang

ma‟ruf dan yang munkar, dengan berpijak pada kaidah lain bukan istilah

buatan manusia pada suatu generasi.12

Menurut al-Sya‟rāwī dalam tafsirnya ayat ini bercerita tentang

sebaik-baik umat, dan itu tidak terlepas dari beberapa syarat dan unsur

berikut: pertama, meyeru kepada kebaikan; kedua, mencegah

kemunkaran, dan ketiga, beriman kepada Allah. Jika ketiga sifat ini tidak

dilaksanakan, maka label sebaik-baik umat lepas dari baju seorang

hamba.

Kata عشوف yang artinya kenal, maka عشف kebaikan berasal dari ان

عشوف yaitu orang yang dikenal. Manusia itu senang jika dirinya dikenal ان

orang lain. Sedang كش keburukan adalah sifat yang tidak disenangi, dan ان

dia malu untuk memperkenalkan. Jadi, kebaikam sesuatu yang disenangi

manusia dan keburukan sesuatu yang dibenci.

Tidak dipungkiri lagi bahwa kebaikan disenangi oleh siapa saja

bahkan penjahat sekalipun menyukainya. Pencuri ketika melihat dan

mengetahui orang lain mencuri dia tidak menyukai hal itu, walaupun

11 Sayyid Quthb , Tafsir Fi Zhilalil Qur’an di bawah naungan Al-Qur’an Penerj As’ad Yasin,

Abdul Aziz Salim Basyarahil, Muchotob Hamzah, Jilid 3, Cet. 1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2001) H. 190

12 Sayyid Quthb , Tafsir Fi Zhilalil Qur’an di bawah naungan Al-Qur’an Penerj As’ad Yasin,

Abdul Aziz Salim Basyarahil, Muchotob Hamzah, Jilid 3, Cet. 1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2001) H. 191

Page 77: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

62

menurut kacamata seorang pencuri. Pada hakikatnya manusia msnspun

tidak menyukai kejahatan. Demikianlah kata kebaikan dan kemunkaran

merupakan fitrah bagi manusia. Keduanya tidak bisa dipisahkan. Kapan

ada kebaikan disitu ada kemunkaran. Hati nurani manusia menyukai hal

yang baik dan membenci kemunkaran.

Tapi apakah semua ahli kitab tidak beriman? Tidak, ada diantara

mereka yang beriman. Untuk itulah disebutkan:

وأكثشهى انفبسقى ؤيى هى ان dari mereka ada yang beriman tapi kebanyakan ي

dari mereka yang fasik.

Kata fasik datang setelah kata iman. Padahal lawan kata iman

adalah kafir bukan fasik, tapi Allah memberikan padanan yang sesuai

dengan iman yaitu fasik. Dalam ayat ini Allah berkata-kata sedetail

mungkin. Karena terdapat perbedaan antara kekufuran tanpa ilmu

pengantar keimanan dengan kufur berdasarkan ilmu pengantar keimanan

dan bukti-buktinya.13

4. Rosul sebagai panutan dalam amar ma‟ruf nahi mûnkar

Sebagaimana dalam surah Al-A‟raf ayat 157 :

Artinya: (yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, Nabi yang

Ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil

yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang

13 Syekh Muhammad Mutawalli Sya‟rāwī, Tafsir Sya‟rāwī; Renungan Seputar Kitab Suci

al-Qur’ān,jilid. 2, Cet. 1 (Medan: Penerbit Duta Azhar, 2007), h. 504.

Page 78: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

63

ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan

menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi

mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan

belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang

beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti

cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka

Itulah orang-orang yang beruntung. (QS. Al-„A‟rāf [7]:157)

Menurut Sayyid Quthb dalam tafsirnya sesungguhnya ini berita

yang besar yang memberikan kesaksian bahwa bani Israel telah diberi

informasi secara meyakinkan sejak waktu yang jauh akan datang seorang

Nabi yang ummi (buta huruf), sesudah nabi mereka Musa a.s. dan Isa a.s.

telah datang kepada mereka informasi yang meyakinkan tentang akan

diutusnya Nabi itu, sifat-sifatnya, manhaj risalahnya, dan keistimewaan-

keistimewaan agamanya.

Maka “Nabi yang ummi” itu akan menyuruh manusia berbuat yang

ma‟ruf dan melarang mereka dari mengerjakan perbuatan yang munkar.

Beliau menghalalkan untuk mereka yang baik-baik dan mengharamkan

atas mereka segala yang buruk. Beliau akan membuang dari orang-orang

bani Israel yang beriman kepadanya beban-beban berat dan belenggu-

belenggu yang Allah mengetahui bahwa beban-beban ini akan diwajibkan

atas mereka karena kemaksiatan mereka. Maka, Nabi yang ummi ini akan

membuang beban-beban itu dari mereka yang beriman kepada dirinya.14

Menurut al-Sya‟rāwī dalam tafsirnya dalam ayat ini terdapat 9 sifat

Nabi Muhammad, diantaranya: Allah mewahyukan kepadanya kitab suci

yang disebut Al-Qur‟an, pemilik mu‟jizat, penyampaian berita yang

paling sempurna berupa akidah, ibadah dan akhlak. Dialah seorang yang

ummi (buta huruf) yang belum belajar baca tulis dan belum pernah

berguru kepada seseorang. Dia tetep sebagaimana baru dilahirkan.

Allah telah menyebutkan nama, sifat, dan ciri-ciri kepada bangsa

Yahudi dan Nasrani di dalam Taurat dan Injil, namun kaum kafir telah

menyembunyikannya atau sengaja mentakwilkannya dengan salah.

Sebagaimana Allah telah mensifati dirinya dengan gemar mengajak

14 Sayyid Quthb , Tafsir Fi Zhilalil Qur’an di bawah naungan Al-Qur’an Penerj As’ad Yasin,

Abdul Aziz Salim Basyarahil, Muchotob Hamzah, Jilid 5, Cet. 1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2003) H. 34

Page 79: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

64

kepada yang baik dan membebani para pengikutnya untuk menjadi da‟i

dan mubaligh. Karena dengan itulah mereka dapat sukses dunia dan

bahagia di akhirat. Dia juga melarang setiap kemungkaran dengan tegas

dan tekad bulat.

Disamping itu juga, ia menghalaalkan hal-hal yang baik yang

diharamkan sebelumnya akibat kezaliman dan kesesatan mereka. Dia juga

mengharamkan setiap yang berbahaya dan keji seperti: makan bangkai,

makan harta secara haram: riba, suap, dan curang/korupsi.15

Demikianlah Allah memberitakan kepada para rasul sebelumnya

untuk disampaikan kepada kaumnya akan kedatangan Muhammad yang

akan mengajak kaumnya untuk beriman16

dan bertaqwa kepada tuhannya

untuk mengeluarkan zakat harta mereka, dan beriman kepada ayat-ayat

Allah.17

Datang pula berita yang meyakinkan kepada mereka bahwa

orang-orang yang beriman kepada Nabi yang ummi ini, memuliuakan dan

menghormatinya, mendukung dan menolongnya, dan mengikuti cahaya

petunjuk yang dibawah, maka “mereka itulah orang-orang yang

beruntung”.18

5. Amar ma‟ruf nahi munkar sebagai keputusan bersama.

Sebagaimana dalam surah Āli „Imrān ayat 113-114

15 Syekh Muhammad Mutawalli Sya‟rāwī, Tafsir Sya‟rāwī; Renungan Seputar Kitab Suci

al-Qur’ān,jilid. 5, Cet. 1 (Medan: Penerbit Duta Azhar, 2007), h. 117.

16 Syekh Muhammad Mutawalli Sya‟rāwī, Tafsir Sya‟rāwī; Renungan Seputar Kitab Suci

al-Qur’ān,jilid. 5, Cet. 1 (Medan: Penerbit Duta Azhar, 2007), h. 117.

17 Sayyid Qutbh , Tafsir Fi Zhilalil Qur’an di bawah naungan Al-Qur’an Penerj As’ad Yasin,

Abdul Aziz Salim Basyarahil, Muchotob Hamzah, Jilid 5, Cet. 1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2003) H. 34

18 Sayyid Qutbh , Tafsir Fi Zhilalil Qur’an di bawah naungan Al-Qur’an Penerj As’ad Yasin,

Abdul Aziz Salim Basyarahil, Muchotob Hamzah, Jilid 5, Cet. 1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2003) H. 34

Page 80: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

65

Artinya: mereka itu tidak sama; di antara ahli kitab itu ada

golongan yang Berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada

beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud

(sembahyang). Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan,

mereka menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang Munkar

dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu

Termasuk orang-orang yang saleh. (QS. Ālu „Imrān[3]:113-114).

Menurut Sayyid Quthb dalam tafsirnya “sekiranya Ahli Kitab

beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Diantara mereka ada yang

beriman, dan kebanyakan mereka adalaah orang-orang yang fasik.”

Ini adalah dorongan kepada Ahli Kitab untuk beriman. Maka,

beriman itu adalah lebih baik bagi mereka di dunia ini karena dengan

iman mereka dapat menghindarkan diri dari perpecahan dan kehancuran

akidah yang mereka peluk selama ini dan menghalangi mereka untuk

bersatu.19

“diantara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka

adalah orang-orang yang fasik.”

Memang ada sejumlah Ahli Kitab yang beriman dan memeluk

agama Islam dengan baik, seperti Abdullah bin Salam, Asad bin Ubaid,

Tsa‟labah bin Syu‟bah, dan Ka‟ab bin Malik. Inilah lukisan yang terang

bagi orang-orang beriman dari kalangan Ahli kitab. Mereka telah beriman

dengan iman yang benar dan mendalam, sempurna dan menyeluruh,

bergabung kepada barisan muslim dan berusaha menjaga agama ini.

Mereka beriman kepada hari akhir. Mereka melaksanakan tugas-tugas

iman, dan mereka wujudkan identitas umat Islam yang mereka bergabung

kepadanya-sebagai khairu ummah- dengan melaksanakan amar ma‟ruf

nahi munkar. Jiwa mereka senang kepada kebaikan secara menyeluruh.

Maka mereka jadikanlah kebaikan ini sebagai sasaran perlombaan

mereka, sehingga mereka berlomba-lomba kepada kebajikan. Semua itu

19 Sayyid Qutbh , Tafsir Fi Zhilalil Qur’an di bawah naungan Al-Qur’an Penerj As’ad Yasin,

Abdul Aziz Salim Basyarahil, Muchotob Hamzah, Jilid 3, Cet. 1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2001) H. 194

Page 81: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

66

merupakan kesaksian yang tinggi bagi mereka bahwa mereka termasuk

golongan orang-orang yang saleh.20

Menurut al-Sya‟rāwī dalam tafsirnya dalam ayat ini bener-bener

terjadi, tapi ayat Allah mana yang dibaca Ahli Kitab? Yang di baca

adalah ayat suci Al-Qur‟an.21

Ahli Kitab yang telah menyatakan Islam

adalah ummat yang beriman kepada allah, menyuruh kepada kebaikan

dan mencegah kemunkaran. Allah mensifati mereka dengan sebaik-baik

ummat yang di keluarkan untuk manusia, yaitu ummat Muhammad. Pada

ayat yang lalu telah di jelaskan bagai mana ahli kitab yang menyatakan

islam telah berusaha agar dapat masuk ke dalam derajat ikhsan, pada ayat

ini marekapun melaksanakan ajaran islam dengan baik, hingga tidak ada

beda mereka dengan ummat Muhammad lainnya. Allah menyempurnakan

sifat mereka dengan في انخيشات dan bersegera kepada ويسبسعى

(mengerjakan) berbagai kebajikan.22

6. Amar ma‟ruf nahi munkar melalui tolong menolong

Sebagaimana dalam surah at-Taubah ayat 71

Artinya: dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,

sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang

20 Sayyid Qutbh , Tafsir Fi Zhilalil Qur’an di bawah naungan Al-Qur’an Penerj As’ad Yasin,

Abdul Aziz Salim Basyarahil, Muchotob Hamzah, Jilid 3, Cet. 1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2001) H. 197

21 Syekh Muhammad Mutawalli Sya‟rāwī, Tafsir Sya‟rāwī; Renungan Seputar Kitab Suci

al-Qur’ān,jilid. 2, Cet. 1 (Medan: Penerbit Duta Azhar, 2007), h. 509.

22 Syekh Muhammad Mutawalli Sya‟rāwī, Tafsir Sya‟rāwī; Renungan Seputar Kitab Suci

al-Qur’ān,jilid. 2, Cet. 1 (Medan: Penerbit Duta Azhar, 2007), h. 510.

Page 82: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

67

lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang

munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada

Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;

Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS.at-

Taubah[9]:71)

Menurut Sayyid Quthb dalam tafsirnya apabila watak dan tabiat

kaum munafik laki-laki dan wanita adalah sama, maka orang-orang

mukmin laki-laki dan wanita, sebagian mereka menjadi wali atau

penolong bagi sebagian yang lain. Orang-orang munafik laki-laki dan

wanita, meskipun karakter dan tabiat mereka sama, mereka tidak sampai

pada tingkat sebagai penolong bagi sebagian yang lain. Karena, kewalian

itu membutuhkan keberanian, bantuan, kerja sama, dan rasa saling

menanggung beban dan rasa senasib sepenanggungan. Sedangkan, tabiat

munafik tidak mau melakukan semua ini, walaupun terhadap sesama

kaum munafik itu sendiri. Orang-orang munafik itu sendiri-sendiri, hanya

mementingkan diri sendiri, lemah, dan tidak maju. Mereka bukan sebagai

kelompok yang solid, kompak, kuat, saling menjamin, sebagaimana

tampak dalam kesamaan tabiat, akhlak, dan prilaku diantara mereka.

Ungkapan Al-Qur‟an yang cermat tidak melupakan makna ini di dalam

mensifati kaum munafik dan kaum mukmin ini,

“orang-orang munafik laki-laki dan wanita , sebagian dengan sebagian

yang lain adalah sama….” (QS.At-Taubah: 67)23

“orang-orang yang beriman, laki-laki dan wanita, sebagain mereka

adalah menjadi penolong bagi sebagian yang lain…..”

Tabiat seorang mukmin adalah tabiat umat mukmin, yaitu tabiat

bersatu dan setia kawan, tabiat saling menjamin. Tetapi, saling menjamin

di dalam merealisasikan kebaikan dan menolak kejahatan.

“….Mereka menyuruh mengerjakan yang ma‟ruf dan mencegah yang

munkar….”

Untuk merealisasikan kebaikan dan menolak kemunkaran itu

memerlukan kesetiakawanan, saling menjamin, dan saling menolong.

23 Sayyid Quthb , Tafsir Fi Zhilalil Qur’an di bawah naungan Al-Qur’an Penerj As’ad Yasin,

Abdul Aziz Salim Basyarahil, Muchotob Hamzah, Jilid 5, Cet. 1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2001) H. 377

Page 83: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

68

Karena itu, umat beriman harus berbaris dalam satu barisan, jangan

sampai dimasuki oleh unsur-unsur perpecahan. Kalau terjadi perpecahan

digolongan beriman, maka disana tentu ada unsur asing yang

menyimpang dari tabiatnya, menyimpang dari akidahnya, dan unsur

inilah yang membawa pecahan. Mungkin ada unsur kepentingan pribadi

atau penyakit hati yang menghalangi penerapan sifat utama kaum

mukmin dan menolaknya, sifat yang telah ditetapkan oleh Tuhan yang

maha mengetahui.

“sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain…”

Dengan mengarahkan kesetiakawanannya ini untuk melakukan

amar ma‟ruf nahi munkar, menjunjung tinggi kalimat Allah, dan untuk

merealisasikan pesan-pesan Allah untuk umat dimuka bumi ini.

“…..Dan mendirikan shalat…”

Sebagai tali penghubung yang menghubungkan mereka dengan

Allah.

“…..Dan menunaikan zakat….”

Sebagai kewajiban yang dapat menjalin hubungan hubungan antar

sesame anggota masyarakat muslim.

Empat sifat yang ada pada orang mukmin (amar bil ma‟ruf

“menyuruh mengerjakan kebaikan”, nahyu „anil-munkar‟ “mencegah dari

yang munkar, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat) ini merupakan

kebalikan dari sifat-sifat orang munafik. Yaitu, amar bil-munkar

„menyuruh mengerjakan yang munkar”, nahyu „anil-ma‟ruf “melarang

berbuat kebaikan”, melupakan Allah, dan menggenggam tangan (tidak

mau menunaikan zakat atau beri bantuan)…. Rahmat Allah bagi orang-

orang mukmin merupakan kebalikan laknat Allah bagi orang-orang

munafik dan orang-orang kafir.

Nah, orang-orang mukmin yang memiliki sifat-sifat seperti inilah

yang dijanjikan Allah untuk diberi pertolongan dan kekuasaandi muka

Page 84: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

69

bumi ini, agar mereka dapat melaksanakan ajaran yang benar dan lurus

kepada manusia.24

Menurut al-Sya‟rāwī dalam tafsirnya ayat ini sejalan dengan ayat

ke 67 yang lalu. Ayat ini sekaligus merupakan lawan dari ayat

sebelumnya. Seperti perkataan penyair:

Wajahnya putih laksana pagi hari

Dan rambutnya hitam laksana kegelapan malam

Dua kenyataan berlawanan

Namun dia menimbulkan keindahan

Dengan demikian setiap masing-masing kelompok akan mengikuti

jejak pemimpinnya, meniru setiap langkah dan perbuatan diantara

mereka. Munafikin yang telah mendirikan akidah atas kesesatan maka

setiap orang yang mengikuti jejak mereka akan sesat. Sedangkan umat

Islam akidah mereka berdasarkan atas kesadaran dan kebaikan. Oleh

karena itu, setiap kali ada orang mukmin yang melakukan kesalahan,

maka yang lain berkewajiban untuk menegurnya agar kembali ke jalan

yang lurus . sebab, jika dibiarkan akan menyebar dan merebak serta

merusak yang lainnya.25

Demikian juga diantara sesamea mu‟min, mereka saling mengisi

dan saling melengkapi, sebagaimana yang ditegaskan Allah: “Demi masa,

sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keraguan, kecuali orang-

orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati

supaya menaati kebenaran dan nasihati menasihati supaya menetapi

kesabaran (QS.al-„Ashr[103]: 1-3)

Allah mensifati mu‟min dengan: كش ان ع هى عشوف وي ببن يأيىس

mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma‟ruf, mencegah dari yang

munkar. Jika seorang mu‟min melakukan suatu kesalahan, maka

datanglah saudaranya untuk mengingatkan dan mencegah perbuatannya

24 Sayyid Qutbh , Tafsir Fi Zhilalil Qur’an di bawah naungan Al-Qur’an Penerj As’ad Yasin,

Abdul Aziz Salim Basyarahil, Muchotob Hamzah, Jilid 5, Cet. 1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2001) H. 378

25 Syekh Muhammad Mutawalli Sya‟rāwī, Tafsir Sya‟rāwī; Renungan Seputar Kitab Suci

al-Qur’ān,jilid. 5, Cet. 1 (Medan: Penerbit Duta Azhar, 2007), h. 696.

Page 85: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

70

itu. Demikian juga saudaranya akan mengajak dia untuk berbuat baik.

Kalau begitu, setiap kita adalah orang yang mengajak kebaikan dan

mencegah kemunkaran. Sebab, kamu tidak mungkin melarang seseorang

dari kemunkaran sedangkan kamu melakukannya atau sebaliknya. Seperti

ketika di tangan kirinya terdapat segelas minuman keras, lalu dalam

waktu yang sama dia melarang orang lain untuk meminumnya. Demikian

juga seseorang yang mengajak kebaikan namun dia tidak memberikan

contoh bagi orang lain atas ajakannya itu. Oleh karena itu, Allah

menyatakan juga bahwa setiap mu‟min itu adalah orang yang berbuat

baik dan mengajak kepada kebaikan.

Lalu Allah menyebutkan sifat lain: كبة انز انصالة ويؤجى ى ويق

mendirikan shalat, menunaikan zakat. Menegakan shalat adalah bentuk

proklamasi atas keberpihakan kepada Allah. Seorang mu‟min adalah

pelindung bagi mu‟min yang lain, namun siapa pelindung mereka semua?

Tentu Allah, oleh karena itu keberpihakan mereka haruslah kepada Allah

semata. Hal ini ditegaskan dalam firman-Nya:

“jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya dia akan menolongmu”

(QS. Muhammad[47]:7)

Dalam Al-Qur‟an selalu ditemui perintah shalat beriringan dengan

dengan perintah zakat. Sebab, dengan shalat berarti kita setia kepada

Allah dan dalam zakat terhadap kehidupan bagi orang-orang yang

mengalami kesulitan sehingga dapat terasa setia kepada Allah bersama

denganmu.

Oleh karena itu, Allah menjelaskan dalam ayat ini هللا وسسىنه ويطيعى

dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Setelah penjelasan diatas

mengenai shalat dan zakat.

Allah menyatakan هى هللا mereka itu akan diberi rahmat أونئك سيشح

oleh Allah, maksudnya adalah mu‟min dan mu‟minat yang saling

melindungi sesama mereka, dan menegakkan shalat serta membayar

zakat. Mereka itulah orang-orang yang akan mendapat kasih sayang

Allah. Huruf “sin” pada ayat tersebut menunjukkan tingginya bahasa Al-

Page 86: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

71

Qur‟an. Sebab, dengan demikian berarti umat Islam selalu dalam naungan

rahmat dari Allah.

Di tutup dengan هللا عزيز حكي ى إ sesungguhnya Allah mahaperkasa

lagi mahabijaksana. Kata عزيز mahaperkasa bahwa Allah mampu untuk

melakukan segala kehendak-Nya dan tidak ada yang mampu untuk

menghalangi-Nya. Namun, perlu diingat bahwa hal itu bukan berarti

Allah berbuat dzalim atas hamba-Nya. Sebab, Allah tidak pernah

mendzalimi makhluk-Nya, karena Dia mahaperkasa dengan hikmah,

maka keperkasaann-Nya tidak mengandung kedzaliman dan perbuatan

aniaya.26

7. Menyuruh berbuat yang munkar dan mencegah yang ma‟ruf adalah

ciri-ciri orang munafik

Sebagaimana dalam surah At-Taubah ayat 67

Artinya: orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian

dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat

yang Munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka

menggenggamkan tangannya. mereka telah lupa kepada Allah, Maka

Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah

orang-orang yang fasik. (QS.at-Taubah[9]:67)

Menurut Sayyid Quthb dalam tafsirnya kaum munafik baik laki-

laki maupun perempuan itu wataknya dan bawaannya sama, tabiatnya

sama. Orang-orang munafik itu pada semua masa dan semua lokasi,

selalu berbeda antara perkataan dan tindakannya. Akan tetapi, semuanya

kembali kepada karakter yang sama dan bersumber dari sebuah sumber.

26 Syekh Muhammad Mutawalli Sya‟rāwī, Tafsir Sya‟rāwī; Renungan Seputar Kitab Suci

al-Qur’ān,jilid. 5, Cet. 1 (Medan: Penerbit Duta Azhar, 2007), h. 702.

Page 87: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

72

Niatnya busuk, hatinya tercela. Suka memfitnah, suka menyembunyikan,

suka melakukan tipu muslihat, lemah kalau berhadapan, takut untuk

berterus terang, itulah sifat mereka.

Sedangkan, prilaku mereka ialah suka menyuruh berbuat munkar

dan mencegah dan menghalang-halangi perbuatan yang baik, bakhil

untuk menginfakkan harta kecuali dengan maksud riya(pamer) kepada

masyarakat. Ketika menyuruh berbuat ma‟ruf dan mencegah perbuatan

munkar mereka melakukannya dengan sembunyi-sembunyi, tidak terang-

terangan. Mereka melakukannya dengan penuh tipu muslihat, dengan

memfitnah dan mencela. Karena mereka tidak berani melakukannya

secara terang-terangan kecuali kalau situasinya aman. Mereka melupakan

manusia untuk mengingat tuhannya manusai. Karena itu, mereka tidak

takut dicela orang lain dalam menyampaikan dan melakukan kebenaran.

Mereka selalu diingat oleh Allah, lalu diingat dan diperhitungkan oleh

manusia.

“….sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik.”

Mereka keluar iman dan menyimpang dari jalan yang benar. Allah

mengancam mereka dengan tempat kembali sebagaimana yang

diancamkan kepada orang-orang kafir.27

Menurut al-Sya‟rāwī dalam tafsirnya Allah menjelaskan tentang

hukum taklif. Redaksi yang dipergunakan dalam ayat yang berkaitan

dengan taklif selalu menggunakan bentuk muzakkar/laki-laki kecuali

dibeberapa tempat, seperti firman-Nya dalam QSCal-Hujarat[49]: 11 dan

barang siapa yang mengerjakan amal soleh, baik laki-laki maupun

perempuan. (QS An-Nahl[16]: 97) setiap kali peryataan yang

menggunakan muzakkar/laki-laki, maka di dalamnya termasuk juga

perempuan

Dalam ayat ini disebutkan munafik laki-laki dan perempuan secara

terpisah disebabkan majlis tempat berkumpul mereka yang berbeda-beda.

Setiap mereka memiliki perbuatan yang berbeda dengan yang lain.

27 Sayyid Qutbh , Tafsir Fi Zhilalil Qur’an di bawah naungan Al-Qur’an Penerj As’ad Yasin,

Abdul Aziz Salim Basyarahil, Muchotob Hamzah, Jilid 5, Cet. 1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2001) H. 375

Page 88: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

73

Firman Allah: بعض sebagian dengan sebagian yang lain بعضهى ي

adalah sama, menunjukan bahwa mereka tidak dapat dipisahkan dalam

kejelekan dan kebpbrokan nurani. Kemudian Allah menjelelaskan secara

detail karekteristik mereka: “mereka menyuruh membuat yang munkar

dan melarang yang ma‟ruf dan saling menggengam tangan.”

Mereka melarang dan menghalang-halangi setiap orang yang

hendak berbuat baik, dan sebaliknya mereka mendukung setiap

kemunkaran serta tidak mau berinfak di jalan Allah.

Selanjutnya Allah menjelaskan hukum lain: sesungguhnya orang-

orang yang munafik itulah orang-orang yang fasik. Pernyatan ini

merupakan penjelasan dan sekaligus penegasan.28

B. Analisa penulis

Menurut Sayyid Quthb, Amar ma‟ruf nahi munkar dalam QS. Āli

„Imrān ayat 104 yang mana disimpulkan haruslah ada segolongan orang

atau satu kekuasaan yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada

yang ma‟ruf dan mencegah dari yang munkar. Disana ada “seruan” kepada

kebajikan, tetapi ada juga “perintah” kepada yang ma‟ruf dan “larangan”

dari yang munkar. Apabila dakwah (seruan) itu dapat dilakukan oleh orang

yang tidak memiliki kekuasaan, maka “perintah dan larangan” itu tidak

dapat dilakukan kecuali oleh orang yang memiliki kekuasaan. Dalam QS.

al-Luqman ayat 17 yang mana disimpulkan bahwa akidah yang telah

dirumuskan itu beralih kepada Dakwah dengan menyeru manusia berbuat

kebaikan sebelum menghadapi peperangan melawan kemunkaran. Dalam

QS. Āli „Imrān ayat 110 yang mana disimpulkan bahwa mereka itu

dilahirkan untuk maju ke garis depan dan memegang kendali

kepemimpinan karena mereka adalah umat terbaik, dengan menjalankan

tugas-tugas yang dilakukan dengan umat terbaik. Tugasnya adalah

menghadapi kejahatan, menganjurkan kepada kebaikan, dan menjaga

masyarakat dari unsur-unsur kerusakan. Dalam QS. Al-A‟raf ayat 157

yang mana disimpulkan bahwa memberikan kesaksian bahwa bani Israel

28 Syekh Muhammad Mutawalli Sya‟rāwī, Tafsir Sya‟rāwī; Renungan Seputar Kitab Suci

al-Qur’ān,jilid. 5, Cet. 1 (Medan: Penerbit Duta Azhar, 2007), h. 684.

Page 89: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

74

telah diberi informasi secara meyakinkan sejak waktu yang jauh akan

datang seorang Nabi yang ummi (buta huruf), Maka “Nabi yang ummi” itu

akan menyuruh manusia berbuat yang ma‟ruf dan melarang mereka dari

mengerjakan perbuatan yang munkar. Beliau menghalalkan untuk mereka

yang baik-baik dan mengharamkan atas mereka segala yang buruk. Dalam

QS. Āli „Imrān ayat 113-114 yang mana disimpulkan bahwa ada sejumlah

Ahli kitab yang beriman kepada Allah dengan memeluk Agama Islam

dengan baik dan beriman kepada hari akhir seperti Abdullah bin Salam,

Asad bin Ubaid, Tsa‟labah bin Syu‟bah, dan Ka‟ab bin Malik. Mereka

telah beriman dengan iman yang benar dan mendalam, sempurna dan

menyeluruh, bergabung kepada barisan muslim dan berusaha menjaga

agama ini dengan melaksanakan Amar ma‟ruf nahi munkar. Dalam QS.

At-Taubah ayat 67 yang mana disimpulkan bahwa kaum munafik itu pada

tabiatnya sama. Niatnya busuk, hatinya tercela. Suka memfitnah, suka

menyembunyikan, suka melakukan tipu muslihat, takut untuk berterus

terang, itulah sifat mereka. Sedangkan, prilaku mereka ialah suka

menyuruh berbuat munkar dan mencegah dan menghalang-halangi

perbuatan yang baik, bakhil untuk menginfakkan harta kecuali dengan

maksud riya(pamer) kepada masyarakat. Ketika menyuruh berbuat ma‟ruf

dan mencegah perbuatan munkar mereka melakukannya dengan

sembunyi-sembunyi, tidak terang-terangan. Dalam QS. at-Taubah ayat 71

yang mana disimpulkan bahwa orang mukmin sebagian dari mereka

menjadi wali atau penolong bagi sebagian yang lain. Karena, kewaliannya

itu membutuhkan keberanian, bantuan, kerja sama. Untuk merealisasikan

kebaikan dan menolak kemunkaran itu memerlukan kesetiakawanan,

saling menjamin, dan saling menolong. Karena itu, umat beriman harus

berbaris dalam satu barisan, jangan sampai dimasuki oleh unsur-unsur

perpecahan.

Menurut penafsiran al-Sya‟rāwī, dalam QS. Āli „Imrān ayat 104

yang mana disimpulkan bahwa perintah menjadi umat terbaik dengan cara

mempersiapkan diri dan berlatih agar terbiasa. Perintah bersiap diri dapat

dipahami dalam dua pendapat. Pendapat pertama, orang-orang yang

Page 90: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

75

menyeru kebaikan. Kedua, menjadi umat yang menyeru kebaikan. Dan

untuk kemunkaran ada dua cara juga. Yang pertama, agar dia tidak berbuat

kemunkaran. Yang kedua dia mengajak mencegah kemunkaran. Dalam

QS. Al-Luqman ayat 17 yang mana disimpulkan ada tiga induk yang

diwasiatkan Luqman pada anaknya. Yang pertama, shalat. Yang kedua,

melakukan amar ma‟ruf nahi munkar. Yang ketiga bersabar. Dalam QS.

Āli „Imrān ayat 110 yang mana disimpulkan bercerita tentang sebaik-baik

umat, dan itu tidak terlepas dari beberapa syarat dan unsur berikut:

pertama, meyeru kepada kebaikan; kedua, mencegah kemunkaran, dan

ketiga, beriman kepada Allah. Dalam QS. Al-A‟raf ayat 157 yang mana

disimpulkan Sebagaimana Allah telah mensifati dirinya dengan gemar

mengajak kepada yang baik dan membebani para pengikutnya untuk

menjadi da‟i dan mubaligh. Karena dengan itulah mereka dapat sukses

dunia dan bahagia di akhirat. Dia juga melarang setiap kemungkaran

dengan tegas dan tekad bulat. Disamping itu juga, ia menghalaalkan hal-

hal yang baik yang diharamkan sebelumnya akibat kezaliman dan

kesesatan mereka. Dalam QS. Āli „Imrān ayat 113-114 yang mana

disimpulkan Ahli Kitab yang telah menyatakan Islam adalah ummat yang

beriman kepada allah, menyuruh kepada kebaikan dan mencegah

kemunkaran. Allah mensifati mereka dengan sebaik-baik ummat yang di

keluarkan untuk manusia, yaitu ummat Muhammad. Dalam QS. At-

Taubah ayat 67 yang mana disimpulkan munafik laki-laki dan perempuan

secara terpisah disebabkan majlis tempat berkumpul mereka yang berbeda-

beda. Setiap mereka memiliki perbuatan yang berbeda dengan yang lain.

Mereka melarang dan menghalang-halangi setiap orang yang hendak

berbuat baik, dan sebaliknya mereka mendukung setiap kemunkaran serta

tidak mau berinfak di jalan Allah. Dalam QS. at-Taubah ayat 71 yang

mana disimpulkan Jika seorang mu‟min melakukan suatu kesalahan, maka

datanglah saudaranya untuk mengingatkan dan mencegah perbuatannya

itu. Demikian juga saudaranya akan mengajak dia untuk berbuat baik.

Kalau begitu, setiap kita adalah orang yang mengajak kebaikan dan

mencegah kemunkaran.

Page 91: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

76

Dengan demikian penulis menganalisa bahwa Sayyid Quthb dan

al-Sya‟rāwī memiliki persamaan dan perbedaan dalam menafsirkan Amar

ma‟ruf nahi munkar Di mana persamaan dari penafsiran keduanya tersebut

terletak pada QS. Āli „Imrān ayat 110 dan QS. Al-A‟raf ayat 157, dalam

QS. Āli „Imrān ayat 110 bahwa keduanya sama-sama menafsirkan Amar

ma‟ruf nahi munkar sebaik-baiknya ummat adalah umat terbaik yang

menyeru kebaikan dengan mencegah kemunkaran dan menjaga

masyarakat dari unsur-unsur kerusakan. Kemudian dalam QS. Al-A‟raf

ayat 157 bahwa keduanya sama-sama menafsirkan Amar ma‟ruf nahi

munkar menghalalkan untuk mereka yang baik-baik dan mengharamkan

atas mereka segala yang buruk. Sedangkan perbedaan penafsiran dari

keduanya bahwa Sayyid Quthb menafsirkan Amar ma‟ruf nahi munkar

dengan lebih detail dibandingkan dengan al-Sya‟rāwī.

Page 92: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

75

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Konsep Amar ma’ruf nahi munkar secara universal mufassir bersepakat

dimaknai dengan memerintahkan untuk melakukan perbuatan yang ma’ruf dan

mencegah berbuat yang munkar, sedangkan model aplikasinya bervariatif,

tergantung pada kondisi dan situasi.

Dalam konsep Sayyid Quthb, yang corak penafsirannya bersifat “hiraki”

(pergerakan) maka konsep tersebut diarahkan kepada aspek yang legal-formal.

Hal ini dapat dilihat dari aspek “psikologi” seorang mufasir karena ketika ia

menafsirkan akan bergumul dengan realitas dan kondisi keadaanya.

Maka, konsep Amar ma’ruf nahi munkar ia maknai secara prinsipil yakni

sebuah transformasi dari aspek yang menurutnya dikatakan sebagai “Aqidah” ke

arah jalan dakwah. Dengan arti menyeru manusia berbuat kebaikan sebelum

menghadapi peperangan melawan kemunkaran. Mereka dilahirkan untuk maju ke

depan, memegang kendali pemimpin karena mereka adalah umat terbaik.

Sedangkan menurut al Sya’rawi ia lebih dekat ke arah pendidikan

sekalipun ia dikenal juga seorang reformer/pejuang sehingga sikapnya dalam

menafsirkan agak sedikit lebih lentur daripada Sayyid Quthb, maka hasil

penafsirannya ada dalam konteks rekonsiliasi dan tarbawi. Hal ini terlihat dalam

penafsirannya dalam Q.S. Ali Imran: 104 bahwa untuk melakukan Amar ma’ruf

nahi munkar, masyarakat diperintahkan untuk melakukannya dengan “continue”

terus-menerus sehingga mereka terbiasa.

Berbeda dengan Sayyid Quthb yang mengartikan mesti ada satu golongan

atau kekuasaan yang menyereru kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran.

Dalam ranah ini, kekuasaan menjadi sebab hilangnya kemunkaran, bukan dari

ranah “khuluqiyah” sebagaimana yang diterapkan al Sya’rawi.

Page 93: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

76

Dengan demikian, dari segi bentuk universal kedua ulama ini memiliki

persamaan dalam kasus amar ma’ruf nahi munkar. Namun dari sisi bentuk

partikular dan substansi jelas berbeda, karena interpretasi Sayyid Quthb lebih

keras dan legal-formal sedangkan al Sya’rawi lembut dan ishlahi.

B. SARAN-SARAN

Kajian mengenai Amar ma’ruf nahi munkar sangatlah penting untuk

dikaji, sebab hampir manusia wajib melaksanakan Amar ma’ruf nahi munkar.

Karena mengajak kebaikan dengan mencegah kemunkaran itu adalah yang harus

dilaksanakan. Oleh karena itu, penelitian ini belum cukup sampai di sini, untuk itu

penulis berharap agar para pembaca yang membaca skripsi ini bersedia untuk

melajutkan penelitian ini dengan lebih meluas dan lebih baik lagi. Karena penulis

menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan ini meskipun skripsi

ini ditulis dengan semaksimal mungkin, akan tetapi penulis menyadari

kemampuan dan keterbatasan penulis.

Dengan adanya skripsi ini, penulis berharap agar kajian mengenai Amar

ma’ruf nahi munkar bisa memberikan pemahaman baru yang akan merevisi cara

pandang kita terhadap masalah-masalah yang kita hadapi sehari-hari. Āmīn.

Page 94: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

77

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Fatah al-Kalidi Shalah, Pengantar Memahami Tafsir Fi Dilalil Qur’an, terj

Salafuddin Abu Sayyid (Surakarta: Era Internasional, 2001).

Abdul Fattah al Khalidi Shalah, Tafsir Metodologi Pergerakan Di Bawah

Naungan al Quran, terj. Asmuni Solihan Zamakhsyari, Penerbit

Yayasan Bunga Karang, Jakarta, h. 17-20. Lihat Fadhullah, Mahdi,

Ma’a Sayyid Quthub Fi Fikrihi Al-Siyasah Wa Al-Din, Mua‟sasah Al-

Risalah, Beirut,1979.

Adegabriel, Negara Tuhan (Yogyakarta: IRNIS, 2006).

Ali bin Yasin, hukum-hukum Amar ma’ruf nahi munkar penerjemah, Uwais al-

Qarni; penyunting A.Saifullah (bogor: pustaka Thariqul Izzah, 2012).

Audah Salman Al Dan Fadil Ilahi, “Amar Ma’ruf Nahi Mûnkar,” (Jakarta: Pustaka

Al-Kautsar, 1993).

Darwis Saleh Bin Abdullah, Konsep Amar Ma’ruf Nahi Mûnkar Dan Relasi

Dunia Modern (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996).

-------, Saleh Bin Abdullah, Konsep Amar Ma’ruf Nahi Mûnkar Dan Relasi

Dunia Modern (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996).

Hamka. Dr, Tafsir Al-Azhar (Jakarta: Pustaka Pajimas,1983).

Hasyimi Muhammad Ali, terjemahan Muzaffar Sahidu Amar Ma’ruf Nahi

Mûnkar dalam masyarakat muslim, jurnal Islam House, 2011-1432.

Iyâzi Alî Muhammad, al-Mufassirûn Hayâtuhum wa Manhajuhum, (Teheran:

Mu‟assasah al-Thabâ`ah wa al-Nasyr, 1372 H).

Jazar Yasin Muhammad, Muhammad Mutawalli al-Sya`râwi; `Âlim `Ashruhu fî

`Uyûn `Ashrihi, (Kairo: Maktabah al-Turâts al-Islâmiy, 1409 H).

Jawas Abdul Qadir bin Yazid , amar ma’ruf nahi munkar menurut Ahlus Sunnah

wal Jamaah (Depok: pustaka Khazanah Fawā‟id, 2017).

-------, Abdul Qadir bin Yazid , amar ma’ruf nahi munkar menurut Ahlus Sunnah

wal Jamaah (Depok: pustaka Khazanah Fawā‟id, 2017).

Jauhar Husein Mursy al-Ahmad, Sya‟rawy Mutawally Muhammad al-Syeh Imam

al-„Ashry, (kairo: Handasah Mishr,1990).

Mahmud Ali Abdul Halim prof. DR, karakteristik umat terbaik telaah manhaj,

akidah, dan harakah, penyunting subhan cet, 1 (Jakarta, Gema Insani

Press, 1996).

Madjid Nurcholis, Masyarakat Religious, (Jakarta: Paramadina, 2000)

Muhammad Herry, Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20,

(Jakarta:Gema Insani, 2006), Lihat Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil

Qur’an, Di Bawah Naungan Al-Qur’an (Al Fatihah-Al-Baqarah), Jilid I,

Page 95: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

78

terj. As‟ad Yassin Abdul Aziz Salim Basyarahil, Muchotob

Hamzah, (Jakarta: Gema Insani, 2000).

Muhibbin Zainul, Amar Ma’ruf Nahi Mûnkar Mu’tazilah dalam persfektif al-

Zamakhasharî, Jurnal tasawuf dan pemikiran Islam, 2012.

Mukti Ali, Membangun Moralitas Bangsa,(Yogyakarta:LPPI Ummy,1998)

Nazir Muhammad, Metode Penelitian (Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2003).

Quṭhb Sayyid, Tafsir Fî Ẕilâl Al-Qur’an Di Bawah Naungan Al-Qur’an,

Penerjemah: As‟ad Yasin Dkk, (Jakarta: Gema Insani, 2008).

-------, Sayyid, Tafsir Fî Ẕilâl Al-Qur’an Di Bawah Naungan Al-Qur’an,

Penerjemah: As‟ad Yasin Dkk, (Jakarta: Gema Insani, 2008), Jil II.

-------, Sayyid , Tafsir Fi Zhilalil Qur’an di bawah naungan Al-Qur’an Penerj

As’ad Yasin, Abdul Aziz Salim Basyarahil, Muchotob Hamzah, Jilid 3, Cet.

1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2001).

-------, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an di bawah naungan Al-Qur’an Penerj

As’ad Yasin, Abdul Aziz Salim Basyarahil, Muchotob Hamzah, Jilid 3,

Cet. 1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2001).

-------, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an di bawah naungan Al-Qur’an Penerj

As’ad Yasin, Abdul Aziz Salim Basyarahil, Muchotob Hamzah, Jilid 9,

Cet. 1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2001).

-------, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an di bawah naungan Al-Qur‟an Penerj

As‟ad Yasin, Abdul Aziz Salim Basyarahil, Muchotob Hamzah, Jilid 3,

Cet. 1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2001).

-------, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an di bawah naungan Al-Qur‟an Penerj

As‟ad Yasin, Abdul Aziz Salim Basyarahil, Muchotob Hamzah, Jilid 5,

Cet. 1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2003).

-------, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an di bawah naungan Al-Qur‟an Penerj

As‟ad Yasin, Abdul Aziz Salim Basyarahil, Muchotob Hamzah, Jilid 3,

Cet. 1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2001).

Qurthubi Al, Tafsir Jami’ Li Ahkamil Qur’an (Damaskus, Darul Fikr, 1993).

RI Kemenag, Amar Ma’ruf Nahi Mûnkar (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf

Al-Qur‟an, 2013).

Syibromalisi Ali Faizah, MA, Azizy Jauhar, MA membahas kitab tafsir klasik-

modern ( Ciputat : Lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

oktober 2011 ).

Sya‟râwî Al, Tafsir al-Sya‟râwî, vol. IV.

Sya‟râwî Al, Tafsir al-Sya‟râwî, j. IV.

Page 96: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

79

Sya‟râwî Al, Tafsir al-Sya‟râwî, vol. IX.

Sya‟rāwī Mutawalli Muhammad Syekh, Tafsir Sya’rāwī,; Renungan Seputar

Kitab Suci al-Qur‟ān,jilid. 2, Cet. 1 (Medan: Penerbit Duta Azhar, 2007).

-------, Mutawalli Muhammad Syekh, Tafsir Sya’rāwī,; Renungan Seputar Kitab

Suci al- Qur‟ān,jilid. 2, Cet. 1 (Medan: Penerbit Duta Azhar, 2007).

-------, Mutawalli Muhammad Syekh,Tafsir Sya’rāwī; Renungan Seputar Kitab

Suci al-Qur’ān, Cet. 10 (Medan: Penerbit Duta Azhar, 2007).

-------, Mutawalli Muhammad Syekh Tafsir Sya’rāwī; Renungan Seputar Kitab

Suci al-Qur‟ān,jilid. 5, Cet. 1 (Medan: Penerbit Duta Azhar, 2007).

Taimiyah Ibnu Islam Syaikhul, Mawqi‟ Al Islam, Al Amru Bil Ma’ruf wan Nahyu

‘anil Munkar, (Jakarta: Pustaka Pajimas 1988).

-------, Ibnu, terjemahan Akhmad Hasan, Amar Ma’ruf Nahi Mûnkar

(perintah kepada kebaikan larangan dari kemungkaran), Departemen

urusan keislaman kerajaan Arab Saudi.

-------, Ibnu, Menuju Umat Amar Ma’ruf Nahi Munkar (Jakarta:Pustaka

Pajimas 1988).

Jurnal:

Abdullah Muhammad, terjemahan Muzaffar Sahidu Ajuran Menegakkan Amar

Ma’ruf Nahi Mûnkar, jurnal Islam House, 2011-1432.

-------, Bin Amin, terjemahan Muzaffar Sahidu Urgensi Amar Ma‟ruf Nahi

Mûnkar, jurnal Islam House, 2011-1432.

Aliyah Sri, Kaidah-kaidah Tafsir Fi ZhilaliI Al-Qur’an JIA/Desember

2013/Th.XIV/Nomor 2/39-60.

Artikel:

Zulkarnain Kusnadi Zulhilmi, Makna amar ma’ruf nahi mûnkar menurut

Muhammad Asad dalam kitab the message of the Qur’an, vol.18, No.2

(Palembang,2017)

Skripsi:

Mohi Bin Hadi Abdul Skripsi Deskripsi Amar Ma’ruf Nahi Mungkar Menurut Al-

Qur‟an (Kajian Terhadap Tafsir Fi Ẕilâl Al-Quran Karya Sayyid Quṯhb).

Rinaldi Nisfu, Penafsiran Amar Ma’ruf Nahi Mungkar Dalam Perspektif Tafsir

Al-Azhar Dan Al-Misbah, Ciputat: Jurusan Tafsir Hadis Fakultas

Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2010.

Website :

Tuasikal Abduh Muhammad,MSc, https://rumaysho.com

Page 97: AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42162...AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMP A RATIF DALAM PENAFSIRAN

80

http://karomain.wordpress.com/2012/12/06/tafsir-al-syarawi-khawatir-al-syarawi-

haula-al-quran-al-karim/