Alur Pikir Bioetk (2)

21
MEMBINGKAI ALUR PIKIR BIOETIKA DAN HUMANIORA YULI BUDININGSIH DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL FKUI

Transcript of Alur Pikir Bioetk (2)

MEMBINGKAI ALUR PIKIR BIOETIKA DAN HUMANIORA

YULI BUDININGSIHDEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN

FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL FKUI

• Penelitian empirik oleh Braunack-Mayer mengenai perspektif nilai keutamaan (virtue) dalam praktek dokter yang baik menyatakan bahwa keputusan klinis yang dibuat dokter yang baik selalu mengandung keputusan medis sekaligus keputusan etis.13

• Revolusi medis yang dikemukakan oleh Laurence Foss dan Kenneth Rothenberg yang kemudian diikuti oleh pandangan George Engel menghasilkan model biopsychosocial sebagai landasan kategori yang relevan dalam menilai suatu kasus untuk sampai kepada keputusan klinis.22

• Tiga kategori informasi yang diajukan oleh Eugene Bereza23 sebagai dasar membuat keputusan klinis yaitu bio-, psycho-, dan social, menginspirasi penulis untuk menjadikan 2 kelompok kategori saja yaitu kategori biomedik dan kategori bioetik (yang merupakan gabungan dari landasan kategori psycho- dan social karena kesamaan unsur-unsur yang terkandung di dalamnya).

STUDI KUALITATIF KONTINU SM

• Semua informan yang diwawancara menyatakan bahwa pemicu sengketa medis sering timbul sejak awal pertemuan antara dokter-pasien, hal ini dapat dilihat dari pernyataan-pernyataan informan sebagai berikut:

• “...kesan pertama yang tidak enak atau menyakiti itu akan menyebabkan pasien over reaksi bila ada kesalahan sedikit saja...”

• “...pasien yang datang ke UGD itu memang masalah psikologisnya juga utama untuk ditangani. Pasien kan tidak memahami penyakitnya, jadi respon dokter yang pertama itu sangat penting. Ketika dokter meresponnya acuh tak acuh, itu akan menyakiti hati pasien atau keluarganya...”

• “...pengalaman saya di MKEK dulu menunjukkan hampir 80 % pengaduan itu dasarnya adalah pasien tidak suka pada perilaku dokter...” yang datangnya terlambat gak ada minta maafnya...,yang ditanya tidak meluangkan waktunya..., pada saat kondisi dia kritis ditunggu-tunggu gak dateng-dateng alasannya juga gak jelas...ada juga anak saya dirawat 2 minggu dokternya cuma dateng 1 minggu tapi kok di billnya lengkap...,rujuk sana rujuk sini kok dokternya gak hadir...itu semua kan perilaku...”

• Pernyataan-pernyataan informan menunjukkan bahwa perhatian, rasa aman, empati, informasi yang cukup, tanggap dan cepat menolong, bisa berkomunikasi baik merupakan perilaku yang diharapkan melekat pada profesi dokter.

• Hasil FGD: sepakat bahwa dokter yang merupakan profesi luhur mempunyai kontinu tanggungjawab sejak dari awal sebelum terjalinnya hubungan dokter-pasien hingga akhir setelah hubungan dokter-pasien tersebut selesai, yaitu tanggungjawab thd diri sendiri (pihak 1) , thd sejawat, rekan kerja dan lingkungan profesinya (pihak 2) serta thd pasien,keluarga, masyarakat (pihak 3).

• Rangkaian tanggungjawab tersebut merupakan penerapan prinsip-prinsip dasar bioetik.

• Kesimpulan dari FGD: peran MKEK sesuai kewenangannya sebagai pembina etika para anggotanya bukan hanya setelah terjadi sengketa tetapi harus lebih aktif membina sejak di hulu yaitu di lingkungan pendidikan dokter dan juga memberikan refreshing berupa pelatihan-pelatihan bagi semua dokter serta mendorong peran dewan etika perhimpunan agar dapat menyelesaikan kasus sengketa yang terjadi di perhimpunannya.

• Dalam bersidang anggota MKEK harus bersikap imparsial sehingga dapat berlaku adil dalam menengahi kasus yang diadukan, anggota yang mempunyai konflik kepentingan dilarang ikut serta hadir. Pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan penerapan prinsip-prinsip bioetika sangat diperlukan dalam menjalankan tugas di MKEK.

• Kesimpulan FGD pada kelompok peserta PPDS Forensik: penggunaan kaidah dasar bioetik dalam penilaian kasus etik dan atau disiplin amat membantu memudahkan pemahaman dan penentuan jenis kasus dan prinsip apa yang terlanggar.

Metode Keputusan Etis

• Dari jawaban informan menyatakan bahwa rumah sakit sudah mempunyai alur dan tata kelola penanganan sengketa medis, yaitu melalui komite medik, komite etik dan hukum serta berkoordinasi dengan bagian hukor serta humas rumah sakit. Untuk menangani kasus medisnya sudah pula ada panduan yang jelas, namun demikian untuk kasus etis panduan yang ada masih dirasakan kurang terutama dalam hal memberikan penilaian perilaku sejawat yang belum menggunakan argumentasi kritis.

• “...untuk masalah etika, penyelesainnya sama, dibuat kronologis secara lengkap, rekam medis dipelajari, juga menghadirkan dokter-dokter yang teradu, menghadirkan peer group nya, dan bila memang ada masalah etik dokter maka tidak sungkan-sungkan diwakilkan pada hukor biasanya minta maaf pada pasien dengan mengundang pihak pasien dan keluarganya kemudian berdialog dan diskusi dalam suasana tenang dan nyaman...”

• “... anggota komite harus memenuhi korum, kemudian masing-masing anggota diberi hak yang sama untuk memberikan penilaian, sampai pada akhirnya dibuat kesimpulan secara bersama musyawarah mufakat...”

• “...ada panduan etika dan hukum rumah sakit dan juga kode etik rumah sakit...jadi pendapat anggota komite akan dirujuk ke panduan tersebut apakah bisa ditafsirkan sesuai dengan pasal-pasal yang tertera disana . Selain itu bisa juga menghadirkan peer group. Juga ada SPO-SPO tentang pelayanan kesehatan, termasuk bagaimana menangani keluarga yang marah...misalnya. Untuk tindakan medis ada panduan jelas tapi untuk etikanya masih menurut perasaan sendiri saja...kasus itu berbeda-beda dan sangat kasuistis...”

5 langkah Model Metode Keputusan Etis Dokter Penengah YB

1. kumpulkan fakta-fakta, tentukan masalah etik atau disiplin memakai alat bantu kuesioner YB.

2. buat pertanyaan etis dgn alat bantu check-list KDB AP.

3. petakan prima facie KDB dari sisi pandang dokter (B/NM) versus sisi pandang pasien (A/J).

4. analisis kasus dalam posisi justice (kesetaraan, adil, diskursus, saling mendengar, virtue, nilai di masyarakat).

5. tentukan solusi yg disepakati para pihak .

Kesimpulan:

• Untuk membingkai alur pikir bioetika dan humaniora digunakan kaidah dasar bioetik atau principles base ethics sebagai tools.