alur pengolahan sabut kelapa

Click here to load reader

Transcript of alur pengolahan sabut kelapa

Meningkatkan Pendapatan Petani Kelapa di NAD Pasca-TsunamiTsunami menyebabkan 9,28% areal kelapa di NAD rusak dengan kerugian mencapai Rp52,8 miliar. Oleh karena itu, diperlukan berbagai upaya untuk memulihkannya. Dalam jangka pendek upaya ditempuh melalui peningkatan nilai tambah produk kelapa dengan memanfaatkan hasil samping seperti mengolah air kelapa menjadi nata de coco, tempurung menjadi arang, dan sabut menjadi serat dan cocopeat.

tiran. Rendahnya harga, berkurangnya produksi akibat Tsunami, dan kebiasaan petani dalam pengolahan kelapa merupakan rangkaian permasalahan yang dihadapi dalam usaha meningkatkan pendapatan petani pasca-T sunami. Kerusakan Kelapa dan Kerugian Pasca-Tsunami Gempa bumi yang diikuti oleh gelombang Tsunami di NAD menyebabkan kerusakan areal tanaman kelapa seluas 10.282 ha (9,28%) dengan nilai Rp52,8 miliar. Pendapatan petani yang hilang mencapai Rp12,5 miliar lebih per tahun dari kehilangan produksi hampir 35 juta butir/tahun atau rata-rata tiap keluarga petani Rp1.190.000/tahun. Daerah dengan kerusakan terparah adalah Kabupaten Aceh Jaya, Aceh Besar, Aceh Selatan, Aceh Barat, dan Semelue, masing-masing 52,10%, 37,41%, 24,12%, 9,75%, dan 2,92%, di mana 75,82% areal kelapa di NAD berada di daerah ini. Berkaitan dengan kerusakan areal kelapa yang cukup luas, pembangunan industri pengolahan kelapa untuk meningkatkan nilai tambah perlu mempertimbangkan lokasi yang tepat. Jumlah petani kelapa yang mengalami musibah terbanyak adalah di Kabupaten Aceh Besar (52,03%), kemudian di Kabupaten Aceh Jaya (14,48%) dan Aceh Selatan (12,69%). Kabupa-

B

agi Provinsi NAD kelapa merupakan komoditas unggulan daerah yang melibatkan 178.928 keluarga petani atau 894.640 jiwa (28%) dari 3,2 juta penduduk. Areal tanaman kelapa pada tahun 2004 mencapai 1 16.642 ha, terdiri atas tanaman belum menghasilkan (TBM) 10.407 ha (8,9%), tanaman menghasilkan (TM) 99.420 ha (85,2%) dengan produksi 74.743 ton setara kopra, dan tanaman rusak (TR) 6.815 ha (5,9%). Sentra produksi terdapat di Kabupaten Biruen, Aceh Besar, Pidie, Aceh Utara, dan Aceh Selatan yang terletak di daerah pantai. Pada umumnya petani menjual kelapa dalam bentuk butiran dan kelapa congkel segar. Kelapa butiran untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, sedangkan kelapa congkel segar untuk bahan baku pabrik minyak goreng. Pabrik minyak goreng umumnya terletak di daerah pantai timur seperti Aceh

Timur, Aceh Utara, Biruen, Pidie, dan Aceh Besar. Di daerah pantai barat seperti Aceh Selatan, Meulaboh, Aceh Barat, dan Aceh Jaya keberadaan pabrik pengolah kelapa sangat kurang sehingga kelapa harus dipasarkan ke daerah pantai timur. Kondisi ini menyebabkan biaya angkut menjadi mahal sehingga harga di tingkat petani lebih murah dibandingkan di daerah lain. Pengolahan arang tempurung pernah diusahakan oleh petani dengan bimbingan perusahaan Pupuk Iskandar Muda (PIM). Namun usaha ini tidak berkembang, antara lain karena kebiasaan petani menjual kelapa congkel segar. Pemisahan daging kelapa dari batok dan sabut dilakukan dengan membelah kelapa menjadi dua kemudian daging buah tersebut dicongkel. Cara ini menyebabkan tempurung masih bersatu dengan sabut dan untuk memisahkannya lebih sulit dibandingkan kalau kelapa masih dalam bentuk bu-

14

ten Aceh Besar merupakan wilayah pengembangan industri, sedangkan Aceh Jaya dan Aceh Selatan merupakan wilayah pertanian. Program Dinas Perkebunan NAD Pemulihan pertanaman kelapa yang rusak akibat Tsunami dilakukan melalui rehabilitasi dan rekonstruksi. Program rehabilitasi dirancang untuk mengembalikan usaha tani kelapa rakyat menjadi normal kembali dan memenuhi standar teknis. Fokus rehabilitasi adalah areal kelapa kategori rusak ringan seluas 8.977 ha. Di sektor publik yang bersifat penunjang, kegiatan utamanya adalah rehabilitasi berbagai aset bangunan yang mengalami rusak parah seperti kantor UPP Kelapa di Kabupaten Aceh Besar dan Aceh Barat. UPP Kelapa beraktivitas dalam pelayanan masyarakat perkelapaan. Di sektor nonpublik, kegiatannya meliputi rehabilitasi tanaman kelapa rakyat 4.000 ha, yaitu Aceh Besar 2.300 ha, Aceh Jaya 1.000 ha dan Aceh Barat 700 ha, serta pelatihan dan peningkatan keterampilan budi daya serta pengolahan kelapa bagi pengungsi. Program rekonstruksi bertujuan untuk membangun kembali kebun kelapa dan sarana penunjangnya yang telah hancur total. Fokus rekonstruksi adalah areal kelapa

kategori rusak berat seluas 825 ha. Kegiatannya meliputi pengembangan tanaman kelapa rakyat seluas 300 ha di Kabupaten Aceh Jaya serta pengadaan sarana pengolahan hasil kelapa di Kabupaten Aceh Besar dan Aceh Barat. Pemanfaatan Air, Tempurung, dan Sabut Kelapa Buah kelapa dapat menghasilkan berbagai produk yang bernilai ekonomi tinggi seperti minyak, tempurung, dan sabut. Pengolahan buah kelapa menjadi berbagai produk tersebut dapat meningkatkan pendapatan petani 5-6 kali lipat. Hasil analisis finansial Puslitbang Perkebunan di Lampung dan Jawa Barat pada tahun 2004 menunjukkan: 1. Agroindustri nata de coco rakyat dengan harga produk nata de coco Rp2.000/kg memberikan B/C ratio 1,32, NPV Rp953.950, dan IRR 32%. 2. Agroindustri arang tempurung rakyat dengan harga arang tempurung Rp500/kg memberikan B/C ratio 1,11, NPV Rp69.249, dan IRR 23%. 3. Agroindustri sabut rakyat dengan harga bahan baku Rp50 per butir sabut dan harga produk sabut Rp900/kg serta harga debu sabut Rp400/kg memberikan B/C ratio 3,58, NPV Rp50.408.605, dan IRR 76%.

Air Kelapa Nata de coco diolah dalam skala rumah tangga oleh petani atau kelompok yang telah mengikuti pelatihan pengolahan nata de coco. Pengolahan yang dilakukan sangat sederhana, dengan sedikit variasi dalam campuran yang digunakan. Diagram alir proses pengolahan nata de coco dapat dilihat pada Gambar 1. T empurung Pengolahan arang skala kecil dan skala rumah tangga dilakukan dengan menggunakan drum kapasitas 200 liter atau lubang yang disemen. Proses pengolahan dimulai dengan mengisi dasar drum atau lubang dengan beberapa tempurung lalu dibakar, kemudian tempurung ditambahkan sampai drum penuh. Apabila tempurung telah terbakar sempurna, api dimatikan dengan cara menutup drum atau lubang pengarangan. Drum atau lubang diberi

Air kelapa segar Penyaringan Penambahan stater, gula dan asam asetat glasial Pencampuran Penyimpanan suhu kamar selama 8-10 hari Panen nata pada air mengalir Pencucian Perebusan selama 30 menit Pemotongan nata dalam bentuk dadu Penambahan sirup dan perasa Pengemasan

Searah jarum jam daerah pertanaman kelapa di pantai NAD yang masih berproduksi, serat hasil ekstraksi sabut kelapa, dan nata de coco hasil pengolahan rumah tangga petani.

Gambar 1. Diagram alir proses pengolahan nata de coco.

15

sedikit ventilasi untuk mengeluarkan asap. Waktu yang dibutuhkan untuk proses pembakaran bergantung pada ukuran tempat pembakaran dan jumlah tempurung yang diarangkan. Tempurung yang seragam dan pembakaran secara perlahan akan menghasilkan produk yang seragam, sedangkan pembakaran secara cepat akan menghasilkan arang dengan semikarbon yang tinggi. Produk pembakaran yang baik mempunyai kadar air 10%, kadar abu terhadap bobot kering 3%, dan karbon terikat terhadap bobot kering 80%. Sabut Serat diekstraksi dari sabut kelapa melalui unit pengolahan skala menengah. Serat diolah secara mekanis dan menghasilkan serat campuran yang dikenal dalam perdagangan sebagai decorticator fiber, terdiri atas campuran serat panjang dan

Sabut

Dimasukkan ke dalam penghancur (crusher) penyerat (dan decorticator)

Campuran serat dan debu sabut

Pengayakan

Serat

Debu sabut

pendek. Diagram alir pengolahan serat dalam skala menengah dapat dilihat pada Gambar 2. Serat yang berkadar air 2530% dikeringkan dengan sinar matahari pada lantai jemur, kemudian dipres dalam karung dengan bobot 200 kg. Kualitas serat dikategorikan dengan fair average quality (FAQ). Jika kadar air serat lebih dari 30% atau di atas batas FAQ, produk harus dikeringkan dengan sinar matahari selama 6-8 jam (Zaenal Mahmud). Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Perkebunan Jalan Tentara Pelajar No. 3 Bogor 16111 T elepon : (0251) 321879 327010 Faksimile : (0251) 327010 E-mail : [email protected]

Pengeringan

Pengepakan/ pengarungan Gambar 2. Diagram alir proses pengolahan serat sabut kelapa skala menengah.

Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 27, No. 5, 2005