Alokasi Dana Bank (2).docx

download Alokasi Dana Bank (2).docx

of 29

Transcript of Alokasi Dana Bank (2).docx

Bank dan Lembaga Keuangan LainAlokasi Dana Bank

Disusun Oleh: Firly(1113081000012)Lita(1113081000013)Rifka Indi(1113081000014)

Manajemen AFakultas Ekonomi dan BisnisUIN Syarif HidayatullahJakarta2014

2

Kata PengantarPuji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T., karena atas berkat rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad S.A.W., beserta keluarga dan para sahabatnya.Makalah yang berjudul Alokasi Dana Bank ini kami buat untuk memenuhi kompetensi mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Dalam penyusunan makalah ini, kami telah berusaha sekuat tenaga. Namun tentu saja, makalah ini tidaklah luput dari kesalahan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun, agar makalah ini menjadi lebih baik.Dalam pembuatan makalah ini kami mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada:1. Ibu Anita, selaku dosen pembimbing kami,2. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan, baik secara moril maupun materil kepada kami, dan3. Rekan-rekan seperjuangan, yang telah memberikan energi positifnya kepada kami.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. AminJakarta, 29 Maret 2014

Penulis

Daftar IsiKata PengantariDaftar IsiiiBAB I. Pendahuluan11.1 Latar Belakang11.2 Rumusan Masalah21.3 Metode Penelitian21.3.1 Objek Penelitian21.3.2 Metode Penelitian2BAB II. Kajian Teori32.1 Pengertian Pengalokasian Dana32.2 Pengertian Kredit dan Pembiayaan32.3 Unsur-unsur Kredit42.4 Tujuan dan Fungsi Kredit52.5 Jenis-Jenis Kredit72.6 Jaminan Kredit92.7 Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit102.8 Aspek-aspek dalam penilaian kredit122.9 Prosedur dalam Pemberian Kredit132.10 Kualitas Kredit162.11 Teknik Penyelesaian Kredit Macet19BAB III. Hasil Penelitian dan Pembahasan21BAB IV. Penutup244.1 Kesimpulan Materi244.2 Kesimpulan Jurnal244.3 Saran25Daftar Pustaka26

ii

BAB I. Pendahuluan1.1 Latar BelakangPada era globalisasi seperti sekarang ini, seiring dengan pesatnya perkembangan ekonomi dalam rangka pembangunan nasional, semakin banyak industri-industri yang didirikan. Salah satu industri yang didirikan adalah industri jasa yang melayani kebutuhan masyarakat dan mendorong lajunya pertumbuhan ekonomi. Industri jasa yang muncul di antaranya adalah jasa perbankan atau keuangan. Dimana perbankan merupakan inti dari sistem keuangan di setiap negara. Perbankan di Indonesia telah diatur menurut perundang-undangan perbankan, adapun pengertian perbankan menurut Undang-undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 adalah sebagai berikut: Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Dengan pengertian diatas, bank merupakan sebuah lembaga keuangan yang berupaya meraih keuntungan dari nasabah yang memerlukan jasa perbankan. Usaha yang dilakukan oleh lembaga perbankan adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Penyaluran kredit merupakan kegiatan usaha yang mendominasi pengalokasian dana bank. Penggunaan dana untuk penyaluran kredit ini mencapai 70-80% dari volume usaha bank. Oleh karena itu sumber utama pendapatan bank berasal dari kegiatan penyaluran kredit dalam bentuk pendapatan bunga. Terkonsentrasinya usaha bank dalam penyaluran kredit tersebut disebabkan oleh beberapa alasan: Sifat usaha bank yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi antara unit surplus dengan unit defisit, artinya bank berperan menjadi perantara antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Penyaluran kredit memberikan spread yang pasti sehingga besarnya pendapatan yang diperkirakan. Melihat posisinya dalam pelaksanaan kebijakan moneter, perbankan merupakan sektor usaha yang kegiatannya paling diatur dan dibatasi. Sumber dana utama bank berasal dari dana masyarakat sehingga secara moral mereka harus menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit, Dahlan Siamat (2004:165) Namun dikarenakan karakteristik kredit yang rentan terhadap resiko kerugian maka seorang pimpinan dituntut mampu mengambil keputusan yang tepat dalam menyetujui pemberian kredit tersebut karena kelangsungan kegiatan operasional bank sangat dipengaruhi pada kesiapan bank menanggung kemungkinan timbulnya resiko kerugian (potensial risk). Dalam pengambilan keputusan tersebut seorang pimpinan memerlukan informasi yang berkaitan dengan kredit. Dengan besarnya kredit yang diberikan kepada nasabah, bank mempunyai resiko pengembalian piutang yang macet yang disebut risiko kredit (default risk) yang merupakan suatu risiko kegagalan atau ketidakmampuan nasabah mengembalikan pinjaman yang diterima dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan (Mashyud Ali: 2004:132) Karena pada masyarakat Banjar khususnya untuk Usaha Kecil Menengah (UKM) mereka lebih memilih dana pinjaman dari bank untuk membantu kelangsungan usahanya, dengan demikian permintaan kredit dari masyarakat menjadi semakin besar. Semakin besar kredit yang disalurkan oleh PT Bank Rakyat Indonesia Cabang Banjar Unit Banjar maka resiko kredit yang akan timbul dikemudian hari akan semakin besar pula, oleh karena itu pihak manajemen perlu membenahi sistem informasi yang ada guna mengeliminir resiko kerugian yang akan timbul dikemudian hari.

1.2 Rumusan MasalahUntuk memudahkan pembahasan dalam penelitian ini, penulis mengidentifikasikan masalah yang ada dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan sistem informasi kredit usaha di PT Bank Rakyat Indonesia Cabang Banjar Unit Banjar. 2. Bagaimana prosedur pemberian kredit di PT Bank Rakyat Indonesia Cabang Banjar Unit Banjar. 3. Bagaimana peranan sistem informasi kredit dalam menunjang pemberian kredit usaha di PT Bank Rakyat Indonesia Cabang Banjar Unit Banjar.

Metode PenelitianObjek PenelitianObjek yang diteliti sistem informasi kredit dan pengambilan keputusan pemberian kredit perusahaan, sedangkan yang menjadi subjek penelitian ini adalah PT. BRI (Persero) Cabang Banjar unit Banjar 1.2.1 Metode PenelitianDalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis yaitu dengan cara mencari, mengumpulkan kemudian mengolah data-data yang diperlukan. Dari data-data yang didapat tersebut, akhirnya diinterpretasikan dan diperbandingkan dengan landasan teori yang penulis peroleh dari beberapa literatur yang relevan sehingga akhirnya dapat diambil sebuah kesimpulan.

BAB II. Kajian Teori

2.1 Pengertian Pengalokasian DanaKegiatan bank yang kedua setelah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito adalah menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya. Kegiatan penyaluran dana ini dikenal juga dengan istilah alokasi dana. Pengalokasian dana dapat diwujudkan dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan kredit. Pengalokasian dana dapat pula dilakukan dengan membelikan berbagai aset yang dianggap menguntungkan bank.Arti lain dari alokasi dana adalah menjual kembali dana yang diperoleh dari penghimpunan dana dalam bentuk simpanan. Penjualan dana ini tidak lain agar perbankan dapat memperoleh keuntungan seoptimal mungkin. Dalam mengalokasikan dananya pihak perusahaan harus dapat memilih dari berbagai alternatif yang ada.Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa keuntungan utama bisnis perbankan adalah selisih antara bunga dari sumber-sumber dana dengan bunga yang diterima dari alokasi dana tertentu. Oleh karena itu, baik faktor-faktor sumber dana maupun alokasi dana memegang peranan yang sama pentingnya di dunia perbankan. Penentuan bunga sumber dana akan sangat berpengaruh terhadap bunga alokasi dana yang akan dibebankan.Pembahasan dalam bab ini hanya dikhususkan kepada alokasi dana yang paling utama dan paling penting bagi kegiatan perbankan. Kegiatan alokasi dana yang terpenting tersebut adalah alokasi dana dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan kredit bagi bank berdasarkan prinsip konvensional dan pembiayaan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah.

2.2 Pengertian Kredit dan PembiayaanMenurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sedangkan pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.Dari pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa kredit atau pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang, misalnya bank membiayai kredit untuk pembelian rumah atau mobil.Kemudian adanya kesepakatan antara bank (kreditor) dengan nasabah penerima kredit (debitur), bahwa mereka sepakat sesuai dengan perjanjian yang telah dibuatnya.Dalam perjanjian kredit tercakup hak dan kewajiban masing-masing pihak, termasuk jangka waktu serta bunga yang ditetapkan bersama.Demikian pula dengan masalah sangsi apabila si debitur ingkar janji terhadap perjanjian yang telah dibuat bersama.Yang menjadi perbedaan antara kredit yang diberikan oleh bank berdasarkan konvensional dengan pembiayaan yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip syariah adalah terletak pada keuntungan yang diharapkan.Bagi bank berdasarkan prinsip konvensional keuntungan yang diperoleh melalui bunga sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip bagi hasil berupa imbalan atau bagi hasil.Dalam artian luas kredit diartikan sebagai kepercayaan. Begitu pula dalam bahasa latin kredit berarti credere artinya percaya. Maksud dari percaya bagi si pemberi kredit adalah ia percaya kepada si penerima kredit bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit merupakan penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai jangka waktu.Sebelum kredit diberikan, untuk meyakinkan bank bahwa si nasabah benar-benar dapat dipercaya, maka bank terlebih dulu mengadakan analisis kredit.Analisis kredit mencakup latar belakang nasabah atau perusahaan, prospek usahanya, jaminan yang diberikan serta faktor-faktor lainnya.Tujuan analisis ini adalah agar bank yakin bahwa kredit yang dberikan benar-benar aman.Pemberian kredit tanpa dianalisis terlebih dulu akan sangat membahayakan bank. Nasabah dalam hal ini dengan mudah memberikan data-data fiktif sehingga kredit tersebut sebenarnya tidak layak untuk diberikan. Akibatnya jika salah dalam menganalisis, maka kredit yang disalurkan akan sulit untuk ditagih alias macet. Namun, faktor salah analisis ini bukanlah merupakan penyebab utama kredit macet walaupun sebagian terbesar kredit macet diakibatkan salah dalam mengadakan analisis.Penyebab lainnya mungkin disebabkan oleh bencana alam yang memang tidak dapat dihindari oleh nasabah.Misalnya kebanjiran atau gempa bumi atau dapat pula kesalahan dalam pengelolaan.Jika kredit yang disalurkan mengalami kemacetan, maka langkah yang dilakukan untuk penyelamatan kredit tersebut beragam.Dikatakan beragam karena dilihat terlebih dulu penyebabnya. Jika memang masih bisa dibantu, maka tindakan membantu apakah dengan menambah jumlah kredit atau dengan memperpanjang jangka waktunya. Namun, jika memang sudah tidak dapat diselamatkan kembali, maka tindakan terakhir bagi bank adalah menyita jaminan yang telah dijaminkan oleh nasabah.

2.3 Unsur-unsur KreditDari penjelasan diatas dapat diuraikan hal-hal apa saja yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit. Atau dengan kata lain pengertian kata kredit jika dilihat secara utuh mengandung makna apa saja sehingga jika kita bicara kredit, maka termasuk membicarakan unsur-unsur yang terkandung di dalamnya.Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut:

1. Kepercayaan Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu dimasa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, di mana sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah baik secara interen maupun eksteren.Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah permohon kredit.2. KesepakatanDi samping unsur percaya di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit.Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.3. Jangka waktuSetiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati.Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang.4. Risiko Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya.Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun oleh risiko yang tidak disengaja.Misalnya terjadi bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya.5. Balas jasa Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank.Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.

2.4 Tujuan dan Fungsi KreditPemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pemberian kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi bank tersebut didirikan.Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit adalah sebagai berikut.1. Mencari keuntunganYaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut.Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank. Jika bank yang terus menerus menderita kerugian, maka besar kemungkinan bank tersebut akan dilikuidasi (dibubarkan).2. Membantu usaha nasabah Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluaskan usahanya.3. Membantu pemerintahBagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor.Keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarnya pemberian kredit adalah sebagai berikut: Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit pembangunan usaha baru atau perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru sehingga dapat menyedot tenaga kerja yang masih menganggur. Meningkatkan jumlah barang dan jasa, jelas sekali bahwa sebagian besar kredit yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah barang dan jasa yang beredar di masyarakat. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi didalam negeri dengan fasilitas kredit yang ada jelas akan dapat menghemat devisa negara. Meningkatkan devisa negara, apabila produk dari kredit yang dibiayai untuk keperluan ekspor.

Kemudian di samping tujuan diatas suatu fasilitas kredit memiliki fungsi sebagai berikut.1. Untuk meningkatkan daya guna uang.Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang maksudnya jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit.2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.3. Untuk meningkatkan daya guna barang.Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.

4. Meningkatkan peredaran barang.Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga jumlah barang yang beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah barang yang beredar.5. Sebagai alat stabilitas ekonomi.Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakt. Kemudian dapat pula kredit membantu dalam mengekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri sehingga meningkatkan devisa negara.6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha.Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apalagi bagi si nasabah yang memang modalnya pas-pasan.7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan.Semakin banyak kredit yang disalurkan, akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut tentu membutuhkan tenaga kerja sehingga dapat pula mengurangi pengangguran. Di samping itu, bagi masyarakat sekitar pabrik juga akan dapat meningkatkan pendapatannya seperti membuka warung atau menyewa rumah kontrakan atau jasa lainnya.8. Untuk meningkatkan hubungan internasional.Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara si penerima kredit dengan si pemberi kredit. Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerja sama di bidang lainnya.

2.5 Jenis-Jenis KreditKredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk masyarakat terdiri atas berbagai jenis.Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lainsebagaiberikut:1. Dilihat dari segi kegunaana. Kredit investasiBiasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/ pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. Contoh kredit investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli mesin mesin. Pendek kata masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama.b. Kredit modal kerjaDigunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.

2. Dilihat dari segi tujuan kredita. Kredit produktifKredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Sebagai contohnya kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang, kredit pertanian akan menghasilkan produk pertanian atau kredit pertambangan menghasilkan bahan tambang atau kredit industri lainnya.b. Kredit konsumtifKredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, kredit perabotan rumah tangga, dan kredit konsumtif lainnya.c. Kredit perdaganganKredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya di harapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor dan impor.

3. Dilihat dari segi jangka waktua. Kredit jangka pendekMerupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. Contohnya untuk peternakan misalnya kredit pertenakan ayam atau jika untuk pertanian misalnya tanaman padi atau palawija.b. Kredit jangka menengahJangka waktu kreditnya berkisar antara satu tahun sampai dengan 3 tahun, biasanya untuk investasi. Sebagai contoh kredit untuk pertanian seperti jeruk, atau peternakan kambing.c. Kredit jangka panjangMerupakan kredit yang masa pembeliannya paling panjang. Kredit jangka panjang waktu pengembaliannya di atas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kepala sawit atau manufaktur dan untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan.4. Dilihat dari segi jaminana. Kredit dengan jaminanKredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan di lindungi senilai jaminan yang di berikan si calon debitur.b. Kredit tanpa jaminanMerupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama ini.

5. Dilihat dari segi sektor usahaa. Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sector perkebunan atau pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang. b. Kredit peternakan, dalam hal ini dalam jangka pendek misalnya peternakan ayam dan jangka panjang kambing atau sapi.c. Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai industri kecil, menengah atau atas.d. Kredit pertambangan, jenis usaha tambang yang dibiayainya biasanya dalam jangka panjang , seperti tambang emas, minyak atau timah.e. Kredit pendidikan, merupakan kredit yang di berikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa. f. Kredit profesi, diberikan kepada professional seperti, dosen, dokter, atau pengacara.g. Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan.h. Dan sektor-sektor lainnya.

2.6 Jaminan KreditSeperti sudah dibahas di atas bahwa kredit dapat diberikan dengan jaminan atau tanpa jaminan. Kredit tanpa jaminan sangat membahayakan posisi bank, mengingat jika nasabah mengalami suatu kemacetan, maka akan sulit untuk menutupi kerugian terhadap kredit yang di salurkan. Sebaliknya dengan jaminan, kredit relatif lebih aman mengingat setiap kredit macet akan dapat ditutupi oleh jaminan tersebut. Adapun jaminan yang dapat dijadikan jaminan kredit oleh calon debitur adalah sebagai berikut.1. Dengan jaminan a. Jaminan benda berwujud, yaitu barang-barang yang dapat dijadikan jaminan seperti : Tanah Bangunan Kendaraan bermotor Mesin-mesin/peralatan Barang dagangan Tanaman/kebun/sawah Dan lainnyab. Jaminan benda tidak berwujud yaitu benda-benda yang merupakan surat-surat yang dijadikan jaminan seperti : Sertifikat saham Sertifikat obligasi Sertifikat tanah Sertifikat deposito Rekening tabungan yang dibekukan Rekening giro yang di bekukan Promes Wesel Dan surat tagihan lainnyac. Jaminan orang Yaitu jaminan yang diberikan oleh seseorang dan apabila kredit tersebut macet, maka orang yang memberikan jaminan itulah yang menanggung risikonya.2. Tanpa jaminan Kredit tanpa jaminan maksudnya adalah bahwa kredit yang diberikan bukan dengan jaminan barang tertentu. Biasanya diberikan untuk perusahaan yang memang benar-benar bonafid dan profesional sehingga kemungkinan kredit tersebut macet sangat kecil. Dapat pula kredit tanpa jaminan hanya dengan penilaian terhadap prospek usahanya atau dengan pertimbangan untuk pengusaha-pengusaha ekonomi lemah.

2.7 Prinsip-Prinsip Pemberian KreditSebelum suatu fasilitas kredit diberikan, bank harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut di salurkan. Penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya, seperti melalui prosedur penilaian yang benar.Dalam melakukan penilaian kriteria-kriteria serta aspek penilaiannya tetap sama. Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan sudah menjadi standar penilaian setiap bank. Biasanya kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisis 5 C Dan 7 P.Adapun penjelasan untuk analisis 5 C kredit adalah sebagai berikut.1. CharacterSuatu keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya,hal ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti : cara hidup atau gaya hidup yang di anutnya, keadaan keluarga,hoby dan sosial standingnya. Ini semua merupakan ukuran kemauan membayar.2. Capacity Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga di ukur dengan kemampuannya dalam memahami ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu pula dengan kemampuannya dalam menjalankan usahanya selam ini. Pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang di salurkan.

3. Capital Untuk melihat penggunaan modal apakah efekti, dilihat laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan ukuran lainnya. Capital juga dapat dilihat dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini.4. Colleteral Merupakanan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus di teliti keabhasannya sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang di titipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.5. Condition Dalam menilai kredit, hendaknya juga di nilai kondisi ekonomi dan politik sekarang dan dimasa yang akan datang sesuai dengan sektor masing-masing, serta prospek usaha dari sektor yang ia jalankan. Penilaian prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.

Kemudian penilaian kredit dengan metode analisis 7 P adalah sebagai berikut :1. PersonalityYaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-sehari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap,emosi,tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.2. PartyYaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.3. Perpose Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit,termasuk jeniskredit yang di inginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam. Sebagai contoh apakah untuk modal kerja atau investasi, konsumtif atau produktif, dan lain sebagainya.4. Prospect Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain, mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospe, bukan hanya bank yang rugi, tetapi juga nasabah.5. Payment Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah di ambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit.Semakin banyak penghasilan debitur, akan semakin baik. Dengan demikian, jika salah satu usahanya merugi akan di tutupi oleh sektor lainnya.

6. ProfitabilityUntuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability di ukur dari priode ke priode apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan di perolehnya.7. Protection Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.

2.8 Aspek-aspek dalam penilaian kredit Di samping menggunakan 5 C dan 7 P, maka penilaian suatu kredit layak atau tidak untuk diberikan dapat dilakukan dengan menilai seluruh aspek yang ada. Penilaian dengan seluruh aspek yang ada dikenal dengan nama study kelayakan usaha. Penilaian dengan modal ini biasanya digunakan untuk proyek-proyek yang bernilai besar dan berjangka waktu panjang.Aspek-aspek yang dinilai antara lain sebagai berikut.1. Aspek yuridis/hukumYang kita nilai dalam aspek ini adalah masalah legalitas badan usaha serta izin-izin yang dimiliki perusahaan yang mengajukan kredit. Penilaian di mulai dari akte pendirian perusahaan sehingga dapat diketahui siapa-siapa pemilik dan besarnya modal masing-masing pemilik. Kemudian juga diteliti keabhasannya adalah seperti : Surat izin usaha industry (SIUI) untuk sector industry; Surat izin usaha perdgangan (SIUP) untuk sektor perdagangan; Tanda daftar perusahaan(TDP) Nomor pokok wajib pajak (NPWP) Keabsahan surat-surat yang dijaminkan misalnya sertifikat tanah; Serta hal-hal yang di anggap penting lainnya.2. Aspek pemasaran Dalam aspek ini yang kita nilai adalah permintaan terhadap produk yang dihasilkan sekarang ini dan dimasa yang akan datang prospeknya bagaimana. Yang perlu diteliti dalam aspek ini adalah: Pemasaran produknya minimal tiga bulan yang lalu atau tiga tahun yang lalu; Rencana penjualan dan produksi minimak tiga bulan atau tiga tahun yang akan datang; Peta kekuatan pesaing yang ada; Prospek produk secara keseluruhan3. Aspek keuangan Aspek yang dinilai adalah sumber-sumber dana yang dimiliki untuk membiayai usahanya dan bagaimana penggunaan dana tersebut. Di samping itu, hendaknya dibuatkan cash flow dari pada keuangan perusahaan.

Penilaian bank dari segi aspek keuangan biasanya dengan suatu kriteria kelayakan investasi yang mencakup antara lain: Rasio-rasio keuangan Payback period Net present value (NPV) Profitability indek (PI) Internal rate of return (IRR) Dan break even point (BEP)

4. Aspek teknis/operasi Aspek ini membahas masalah yang berkaitan dengan produksi seperti kapasitas mesin yang digunakan, masalah lokasi,lay out ruangan, dan mesin-mesin termasuk jenis mesin yang digunakan.

5. Aspek manejemenUntuk menilai struktur organisasi perusahaan, sumber daya manusia yang dimiliki serta latar belakang pengalaman sumber daya manusianya. Pengalaman perusahaan dalam mengelola berbagai proyek yang ada dan pertimbangan lainnya.6. Aspek sosial ekonomi Menganalisis dampaknya terhadap perekonomian dan masyarakat umum seperti: Meningkatkan ekspor barang Mengarungi pengangguran atau lainnya Meningkatkan pendapatan masyarakat Tersedianya sarana dan prasarana Membuka isolasi daerah tertentu

7. Aspek amdal Menyangkut analisis terhadap lingkungan baik darat,air,atau udara jika proyek atau usaha tersebut dijilankan. Analisis ini dilakukan secara mendalam apakah apabila kredit tersebut disalurkan, maka proyek yang dibiayai akan mengalami pencemaran lingkungan di sekitar nya. Pencemaran yang sering terjadi antara lain terhadap: Tanah/darat menjadi gersang Air, menjadi limbah berbau busuk, berubah warna atau rasa ; Udara mengakibatkan polusi, berdebu, bising dan panas

2.9 Prosedur dalam Pemberian KreditProsedur pemberian dan penilaian kredit oleh dunia perbankan secara umum antarbank yang satu dengan yang lain tidak jauh berbeda. Yang menjadi perbedaan mungkin hanya terletak pada prosedur dan persyaratan yang ditetapkannya dengan pertimbangan masing-masing.Prosedur pemberian kredit secara umum dapat dibedakan antara pinjaman perseorangan dengan pinjaman oleh suatu badan hukum, kemudian dapat pula ditinjau dari segi tujuannya apakah untuk konsumtif atau produktif.Secara umum akan dijelaskan prosedur pemberian kredit oleh badan hukum sebagai berikut.1. Pengajuan berkas-berkasDalam hal ini pemohon kredit mengajukan permohonan kredit yang dituangkan dalam suatu proposal. Kemudian dilampiri dengan berkas-berkas lainnya yang dibutuhkan. Pengajuan proposal kredit hendaknya yang berisi antara lain sebagai berikut. Latar belakang perusahaan seperti riwayat hidup singkat perusahaan, jenis bidang usaha, identitas perusahaan, nama pengurus berikut pengetahuan dan pendidikannya, perkembangan perusahaan serta relasinya dengan pihak-pihak pemerintah dan swasta. Maksud dan tujuan Apakah untuk memperbesar omset penjualan atau meningkatkan kapasitas produksi atau mendirikan pabrik baru (perluasan) serta tujuan lainnya. Besarnya kredit dan jangka waktuDalam hal ini pemohon menentukan besarnya jumlah kredit yang ingin diperoleh dan jangka waktu kreditnya. Penilaian kelayakan besarnya kredit dan jangka waktunya dapat kita lihat dari cash flow serta laporan keuangan (neraca dan laporan laba dan rugi) tiga tahun terakhir. Jika dari hasil analisis tidak sesuai dengan permohonan, maka pihak bank tetap berpedoman terhadap hasil analisis mereka dalam memutuskan jumlah kredit dan jangka waktu kredit yang layak diberikan kepada si pemohon. Cara pemohon mengembalikan kredit, dijelaskan secara rinci cara-cara nasabah dalam mengembalikan kreditnya apakah dari hasil penjualan atau cara lainnya. Jaminan kredit. Hal ini merupakan jaminan untuk menutupi segala resiko terhadap kemungkinan macetnya suatu kredit baik yang ada unsur kesengajaan, palsu, dan sebagainya. Biasanya jaminan diikat dengan suatu asuransi tertentu. Selanjutnya proposal ini dilampiri dengan berkas-berkas yang telah dipersyaratkan seperti: Akte notaris TDP (Tanda Daftar Perusahaan) NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) Naraca dan laporan laba rugi tiga tahun terakhir Bukti diri dari pimpinan perusahaan Foto kopi sertifikat jaminanPenilaian yang dapat kita lakukan untuk sementara adalah dari neraca dan laporan laba rugi yang ada dengan menggunakan rasio-rasio sebagai berikut: Current ratio Acid test ratio Inventory turn over Sales to receivable ratio Profit margin ratio Return on net worth Working capital2. Penyelidikan berkas pinjamanTujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar. Jika menurut pihak perbankan belum lengkap atau cukup, maka nasabah diminta untuk segera melengkapinya dan apabila sampai batas tertentu nasabah tidak sanggup melengkapi kekurangan tesebut, maka sebaiknya permohonan kredit dibatalkan saja. 3. Wawancara IMerupakan penyidikan kepada calon peminjam, untuk meyakinkan apakah berkas-berkas tersebut sesuai dan lengkap seperti dengan yang bank inginkan. Wawancara ini juga untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah yang sebenarnya. Hendaknya dalam wawancara ini dibuat serileks mungkin sehingga diharapkan hasil wawancara akan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.4. On the SpotMerupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau berbagai objek yang akan dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian hasil on the spot dicocokkan dengan hasil wawancara I. Pada saat akan melakukan on the spot hendaknya jangan diberitahu kepada nasabah. Sehingga apa ypakaang kita lihat di lapangan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.5. Wawancara IIMerupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan-kekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot di lapangan. Catatan yang ada pada permohonan dan pada saat wawancara I dicocokkan dengan pada saat on the spot apakah ada kesesuaian dan mengandung suatu kebenaran.6. Keputusan kreditKeputusan kredit dalam hal ini adalah menentukan apakah kredit akan diberikan atau ditolak, jika diterima, maka dipersiapkan administrasinya, biasanya keputusan kredit yang akan mencakup: Jumlah uang yang diterima Jangka waktu kredit Dan biaya-biaya yang harus dibayar.Keputusan kredit biasanya merupakan keputusan team. Begitu pula bagi kredit yang ditolak, maka hendaknya dikirim surat penolakan sesuai dengan alasannya masing-masing.7. Penandatanganan akad kredit/perjanjian lainnyaKegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit, maka sebelum kredit dicairkan maka terlebih dahulu calon nasabah menandatangani akad kredit, mengikat jaminan dengan hipotek dan surat perjanjian atau pernyataan yang dianggap perlu. Penandatanganan dilaksanakan: Antara bank dengan debitur secara langsung batau Dengan melalui notaris8. Realisasi kreditRealisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang bersangkutan.9. Penyaluran/penarikan danaAdalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan kredit yaitu: Sekaligus atau Secara bertahap

2.10 Kualitas KreditHidup matinya suatu bank sangatlah dipengaruhi oleh jumlah kredit yang disalurkan dalam suatu periode. Artinya, semakin banyak kredit yang disalurkan, semakin besar pula perolehan laba dari bidang ini. Bahkan hamper semua bank masih mengandalkan penghasilan utamanya dari jumlah penyaluran kreditnya (spread based), di samping dari penghasilan atas fee based yang berupa biaya-biaya dari jasa-jasa bank lainnya yang dibebankan ke nasabah.Dalam praktiknya banyaknya jumlah kredit yang disalurkan juga harus memerhatikan kualitas kredit tersebut. Artinya, semakin berkualitas kredit yang diberikan atau memang layak untuk disalurkan, akan memperkecil risiko terhadap kemungkinan kredit tersebut bermasalah. Dalam hal ini pinsip kehati-hatian bank dalam menyalurkan kredit perlu memerhatikan kualitas kredit. Bukan tidak mungkin kredit yang jumlahnya cukup banyak akan mengakibatkan kerugian apabila kredit yang disalurkan tersebut ternyata tidak berkualitas dan mengakibatkan kredit tersebut bermasalah.Oleh karena itu, dalam melepas kreditnya agar berkualitas pihak perbankan perlu memerhatikan pihak perbankan perlu memerhatikan dua unsure, yaitu sebagai berikut.1. Tingkat perolehan laba (return), artinya jumlah laba yang akan diperoleh atas penyaluran kredit. Jumlah perolehan laba tersebut harus memnuhi ketentuan yang berlaku apabila ingin dinilai baik kesehatannya.2. Tingkat resiko (risk). Artinya tingkat risikon yang akan dihadapi terhadap kemungkinan melesetnya perolehan laba baik dari kredit yang disalurkan.Dalam memenuhi tingkat perolehan laba bank agar dapat dikatakan memenuhi kriteria ketentuan yang berlaku, perbankan harus memerhatikan empat faktor seperti di bawah ini agar kesehatan bank dapat diukur sesuai ketentuan tersebut:1. Tingkat Return On Assets (ROA)2. Return Onn Equity (ROA)3. Timing of Return (waktu perolehan laba)4. Dan Future Prospect (prospek ke depan/di masa yang akan dating)Selanjutnya, tingkat perolehan laba bank juga harus mengetahui resiko-resiko yang akan dihadapinya. Resiko ini merupakan kondisi dan situasi yang akan dihadapi di masa yang akan datang yang sangat besar pengaruhnya terhadap persoalan laba bank. Secara umum jenis-jenis risiko yang mungkin atau bakal dihadapi meliputi sebagai berikut.1. Risiko LingkunganRisiko lingkungan, artinya risiko yang berkaitan dengan lingkungan perbankan terutama yang berkaitan dengan lingkungan luar (eksternal) perbankan. Risiko lingkungan terdiri dari beberapa risiko antara lain: risiko ekonomi, risiko kompetisi, dan risiko peraturan.2. Risiko ManajemenRisiko manajemen, artinya risiko yang berkaitan dengan risiko dalam perusahaan (internal) seperti risiko organisasi, risiko kemampuan, dan risiko kegagalan.3. Risiko PenyerahanRisiko penyerahan juga lebih terpengaruh oleh internal bank seperti operasional, risiko teknologi, dan risiko strategik.4. Risiko KeuanganRisiko keuangan berkaitan erat dengan pengaruh internal dan eksternal bank seperti risiko kredit, risiko likuiditas, risiko suku bunga, risiko leverage, dan risiko internasional.Agar kredit yang disalurkan oleh suatu bank memiliki kualitas kredit yang baik, perlu dilakukan pemisahan fungsi dalam organisasi kredit. Pemisahan ini dilakukan agar masing-masing fungsi dapat bekerja secara baik dan memperkecil terjadinya penilaian yang tidak objektif dengan berbagai sebab yang berpotensi terjadinya penyimpangan yang akhirnya akan menyebabkan kredit yang disalurkan bermasalah.Seperti diketahui bahwa di dalam manajemen kredit terdapat beberapa fungsi sehingga memudahkan bank untuk menjalankan aktivitas kreditnya. Oleh karena itu, pemisahan fungsi dalam organisasi kredit juga harus memerhatikan keberadaan fungsi tersebut. Berikut ini pemisahan fungsi dalam organisasi kredit pada umumnya terdiri dari:1. Pemasaran kredit;2. Analisis kredit;3. Taksasi jaminan;4. Administrasi kredit;5. Audit kreditTujuannya pemisahan fungsi kredit ini tidak lain adalah agar pengelolaan suatu permohonan kredit dapat diproses secara benar, lengkap, teliti, dan sempurna sehungga memiliki risiko rendah dan tidak menimbulkan masalah. Penilaian dimulai dari pertama sekali permohonan kredit diajukan sampai dengan kredit berjalan dan berakhir.Sekalipun terjadi pemisahan fungsi kredit, semua fungsi harus berjalan seiring dengan satu tujuan sehingga sesuai dengan harapan manajemen sebelumnya. Semua bagian juga harus bekerja sama, bukan saling menjatuhkan.Banyak cara agar kredit yang diberikan oleh perbankan memiliki kualitas. Dalam memutuskan suatu permohonan kredit yang akan diberikan kepada nasabah agar berkualitas, sebaiknya perlu dibentuk komite kredit (loan committees). Komite ini bertugas memberikan pelayanan hal-hal yang berkaitan dengan kredit yang disalurkan. Secara umum tugas komite kredit ini adalah sebagai berikut. Membuat keputusan dan penelaahan kredit baru, artinya setiap adanya permohonan kredit baru, perlu ditelaah secara benar tentang kelayakan kredit sebelum diambil keputusan. Memastikan kelengkapan dokuman kredit, artinya dalam pengajuan kredit, apa pun syarat kelengkapan dokumen mutlak untuk diserahkan. Syarat ini merupakan salah satu aspek penilaian kelayakan suatukredit sehingga tidak menimbulkan masalah ke depan. Persetujuan perpanjangan kredit, artinya bagi kredit yang sudah berakhir pinjamannya dan nasabah tersebut masih ingin memperpanjang kredit karena sesuatu hal, komite kembali harus memberikan persetujuan apakah kredit tersebut layak atau tidak untuk diperpanjang dengan pertimbangan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Perubahan kondisi dan syarat kredit, artinya kalau kondisi nasabah dengan situasi yang berkembang di luar menyebabkan nasabah mengalami kesulitan, pihak perbankan perlu melakukan perubahan tentang kondisi dan syarat kredit, misalnya perubahan jangka waktu pembayaran, atau bunga yang dibebankan ke nasabah.Untuk menentukan berkualitas atau tidaknya suatu kredit perlu diberikan ukuran-ukuran tertentu. Bank Indonesia menggolongkan kualitas kredit menurut ketentuan sebagai berikut.1. Lancar (pas)Suatu kredit dapat dikatakan lancar apabila:a. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu; danb. Memiliki mutasi rekening yang aktif atau;c. Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral)2. Dalam Perhatian Khusus (special mention)Dikatakan dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria di antaranya:a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 90 hari; ataub. Kadang-kadang terjadi cerukan; atauc. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; ataud. Mutasi rekening reklatif aktif; ataue. Didukung pinjaman yang baru.3. Kurang Lancar (doubtful)Dikatakan diragukan apabila memenuhi criteria di antaranya:a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 90 hari; ataub. Sering terjadi cerukan; atauc. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari;d. Frekuensi mutasi rekening reklatif rendah; ataue. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur; atauf. Dokumen pinjaman yang lemah.4. Diragukan (doubtful)a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/ atau bunga yang telah melampaui 180 hari; ataub. Terjadi cerukan yang bersifat permanen; atauc. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; ataud. Terjadi kapitalisasi bunga;e. Dokumen hukum yang lemah, baik untuk perjanjian 5. MacetDikatakan macet apabila memenuhi criteria antara lain:a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/ atau bunga yang telah melampaui 270 hari; ataub. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru;c. Dari segi hukum dan kondisi pasar, jaminan tidak dicairkan pada nilai yang wajar.Selanjutnya, dalam rangka penetapan kriteria kualitas kredit serta penentuan tingkat kesehatan bank, dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

NoKriteriaBobot

12

3

4

5Permodalan (Capital Adequacy Ratio)Aktiva Produktifa. Non Perfoming (NPL)b. Pemenuhan PPAPRentabilitasc. Return On Average Assetsd. Return On Average EquityLikuiditasa. Loan to Deposit Ratio (LDR)b. Pertumbuhan Kredit/Pertmbuhan DanaEfisiensia. Beban Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO)b. Net Interest Margin (NIM)20,0%

12,5 %7,5 %

10,0 %10,0 %

15,0 %5,0 %

10,0 %10,0 %

TOTAL100 %

2.11 Teknik Penyelesaian Kredit MacetSepandai apa pun analisa kredit dalam menganalisis setiap permohonan kredit, kemungkinan kredit tersebut macet pasti ada, hal ini disebabkan oleh dua unsur sebagai berikut:1. Dari pihak perbankanArtinya dalam melakukan analisinya, pihak analisis kurang teliti sehingga apa yang seharusnya terjadi, tidak diprediksi sebelumnya. Dapat pula terjadi akibat kolusi dari pihak analis kredit dengan pihak debitur sehingga dalam analisisnya dilakukan secara subjektif.2. Dari pihak nasabahDari pihak nasabah kemacetan kredit dapat dilakukan akibat dua hal yaitu: Adanya unsure kesengajaan. Dalam hal ini nasabah sengaja untuk tidak bermaksud membayar kewajibannya kepada bank sehingga kredit yang diberikan macet. Dapat dikatakan tidak adanya unsur kemauan untuk membayar. Adanya unsur tidak sengaja. Artinya si debitur mau membayar, tetapi tidak mampu. Sebagai contoh kredit yang dibiayai mengalami musibah seperti kebakaran, kena hama, kebanjiran, dan sebagainya. Sehingga kemampuan untuk membayar kredit tidak ada.Dalam hal kredit macet pihak bank perlu melakukan penyelamatan sehingga tidak akan menimbulkan kerugian. Penyelamatan yang dilakukan apakah dengan memberikan keringanan berupa jangka waktu atau angsuran terutama bagi kredit terkena musibah atau melakukan penyitaan bagi kredit yang sengaja lalai untuk membayar. Terhadap kredit yang mengalami kemacetan sebaiknya dilakukan penyelamatan sehingga bank tidak mengalami kerugian.

Penyelamatan terhadap kredit macet dilakukan dengan cara sebagai berikut.1. Reschedulinga. Memperpanjang jangka waktu kreditDalam hal ini si debitur diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu kredit misalnya perpanjangan jangka waktu kredit dari 6 bulan menjadi satu tahun sehingga si debitur mempunyai waktu yang lebih lama untuk mengembalikannya.b. Memperpanjang jangka waktu angsuranMemperpanjang angsuran hamper sama dengan jangka waktu kredit. Dalam hal ini jangka waktu angsuran kreditnya diperpanjang pembayarannya pun misalnya dari 36 kali menjadi 48 kali dan hal ini tentu saja jumlah angsuran pun menjadi mengecil seiring dengan penambahan jumlah angsuran.2. ReconditioningDengan cara mengubah berbagai persyaratan yang ada seperti berikut ini.a. Kapitalisasi bunga, yaitu bunga dijadikan uang pokok.b. Penundaaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu.Dalam hal penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu, maksudnya hanya bunga yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok pinjamannya tetap harus dibayar seperti biasa.c. Penurunan suku bungaPenurunan suku bunga dimaksudkan agar lebih meringankan beban nasabah. Sebagai contoh jika bunga per tahun sebelumnya dibebankan 20% diturunkan menjadi 18, hal ini tergantung dari pertimbangan yang bersangkutan. Penurunan suku bunga akan memengaruhi jumlah angsuran yang semakin mengecil sehingga diharapkan dapat membantu meringankan nasabah.d. Pembebasan bungaDalam pembebasan suku bunga diberikan kepada nasabah dengan pertimbangan kepada nasabah sudah akan mampu lagi membayar kredit tersebut. Akan tetapi, nasabah tetap mempunyai kewajiban untuk membayar pokok pinjamannya sampai lunas.3. Restructuringa. Dengan menambah jumlah kreditb. Dengan menambah equity: Dengan menyetor uang tunai Tambahan dari pemilik4. KombinasiMerupakan kombinasi dari ketiga jenis yang di atas.5. Penyitaan jaminanPenyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah benar-benar tidak punya etiket, baik uang ataupun sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua utang-utangnya.

BAB III. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dalam suatu perusahaan jasa perbankan atau keuangan, penyaluran dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit merupakan aktifitas atau kegiatan yang dapat meraih keuntungan dari nasabah dalam bentuk pendapatan bunga. Kegiatan tersebut merupakan sumber utama pendapatan bank. Namun dikarenakan karakteristik kredit yang rentan terhadap resiko kerugian yang diakibatkan oleh kredit yang bermasalah maka seorang pimpinan harus dengan teliti dalam hal menyalurkan dananya kepada masyarakat agar tidak timbulnya kredit yang bermasalah, karena sebagian dana yang digunakan untuk melakukan aktifitas perkreditan merupakan dana yang dihimpun dari masyarakat dalam bentuk tabungan. Itu semua dilakukan, untuk menjaga kepercayaan masyarakat yang telah diberikan kepada pihak bank. Oleh karena itu untuk dapat meminimalisir resiko tersebut perlu adanya sistem informasi kredit guna membantu pimpinan dalam hal pengambilan keputusan. Karena dengan pemberian kredit tepat sasaran maka diharapkan modal kerja bank dari segi pendapatan bunga kredit akan terus meningkat, itu semua dikarenakan para nasabah melakukan pembayaran cicilan kreditnya dengan tertib. Demikian pula halnya pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Banjar Unit Banjar, sistem informasi pada perusahaan ini mengenai kredit telah dilakukan oleh pihak manajemen dalam menunjang pemberian Kupedes. Dokumen-dokumen mengenai kredit secara langsung memberikan informasi berupa data-data dari calon nasabah, yang digunakan untuk mendukung dalam proses pengambilan keputusan. Dalam perusahaan jasa ini untuk menghasilkan suatu informasi kredit yang baik dilakukan dengan cara mengumpulan data dan mengolah data dengan tertib, yang meliputi unsur-unsur yang dapat menunjang informasi yang di antaranya: kelengkapan, efisien, informatif, sistematis, dan aman. Prosedur pemberian kredit dimulai dari pengajuan permohonan kredit oleh nasabah atau calon nasabah sampai dengan pihak bank memberikan / menyalurkan kredit sesuai dengan tujuannya. Adapun prosedur pemberian kredit yang dilakukan oleh PT.(Persero) BRI Cabang Banjar Unit Banjar adalah sebagai berikut : 1. Persiapan Kredit a) Calon debitur datang ke BRI unit menghubungi dan memberitahukan kepada Deskman bahwa yang bersangkutan akan mengajukan permohonan kredit (Kupedes) b) Debitur mengisi surat permohonan Kupedes, yaitu SKPP Model 72 atau model lainnya yang telah ditetapkan yang berisi mengenai perkiraan flafond yang diminta, jangka waktu pinjaman dan keperluan Kupedes. Kemudian menyerahkan dokumen-dokumen sesuai yang dipersyaratkan yaitu bukti diri, bukti agunan, dan lain sebagainya. c) Kemudian debitur mengisi formulir tanda terima bukti kepemilikan agunan yaitu dengan model 72a Kupedes atau formulir lainnya yang telah ditetapkan. 2. Analisa Kredit a) Setelah debitur menyerahkan SKPP dan tanda bukti diri, selanjutnya Deskman meneliti dan memastikan bahwa calon debitur yang bersangkutan tersebut tidak termasuk ke dalam Daftar Hitam BRI atau menjadi nasabah unit kerja BRI lainnya, kecuali yang ditetapkan oleh ketentuan yang berlaku. b) Pada hari yang sama sesuai dengan tanggal pendaftaran SKPP, Kepala unit menerima berkas pengajuan Kupedes disertai dengan register Model 35 dari Deskman dan memeriksa kelengkapan isi berkas SKPP. Apabila telah sesuai dengan Pasar Sasaran (PS) dan Kriteria Risiko yang dapat Diterima (KRD), maka Kepala Unit menunjuk pejabat atau petugas (biasanya oleh seorang mantri) dengan disposisi pada model 72. c) Pemeriksaan lapangan atau on the spot dilakukan oleh Mantri dengan tujuan untuk memberikan keyakinan bahwa : Calon debitur benar-benar sesuai dengan keterangan pada model 72 Kupedes. Calon debitur yang akan menerima kredit benar-benar memiliki karakter yang baik. Usaha yang dilakukan oleh pihak calon debitur telah sesuai dengan yang tertera pada Model 72 dan memiliki prospek usaha yang baik. Kebenaran agunan dan melakukan penaksiran atas nilai agunan tersebut. 3. Tahap Putusan Kupedes Proses putusan Kupedes dilakukan oleh pejabat pemutus Kupedes (Kaunit / Pinca) yang mempunyai Kewenangan dan limit putusan sesuai Putusan Delegasi Wewenang Kredit (PDWK). Sebelum pemberian putusan Kupedes, pejabat pemutus Kupedes wajib meneliti dan memastikan bahwa dokumen-dokumen yang mendukung pemberian putusan Kupedes masih berlaku lengkap, sah dan berkekuatan hukum. Uraian kegiatan yang harus dilaksanakan dan diperhatikan oleh pejabat pemutus Kupedes adalah sebagai berikut : Meneliti hasil analisa dan pemeliharaan SKPP yang dilakukan oleh pejabat Pemrakarsa melalui berkas SKPP. Apabila menurut Kaunit hasil pemeriksaan pejabat pemrakarsa tersebut sudah benar, Kaunit dapat langsung memberikan putusan sesuai dengan PDWK-nya pada Model 70. Apabila Kaunit merasa ragu atau tidak sependapat dengan hasil pemeriksaan pejabat pemrakarsa, pejabat pemutus dapat melakukan pemeriksaan ulang. Apabila setelah diperiksa ulang oleh Kaunit ternyata jumlah Kupedes yang diberikan lebih kecil, sama atau lebih besar dari jumlah yang diusulkan pejabat pemrakarsa, maka terhadap SKPP tersebut harus diputus oleh pejabat pemutus setingkat lebih tinggi, maksimal Pinca. Sedangkan apabila ditolak, Kaunit memberikan catatan alasan penolakan pada Model 70. 4. Tahap Pencairan Kupedes Tahap pencairan Kupedes adalah merupakan tahapan akhir dari suatu proses pelayanan Kupedes yang dimulai sejak tahap pendaftaran sampai dengan fasilitas Kupedes tersebut dibukukan dan dibayarkan. Adapun urutan tahap pencairan Kupedes adalah sebagai berikut : a. Persiapan Pencairan i) Menerima berkas SKPP yang telah diputus oleh pejabat pemutus yang berwenang dan kemudian mencatatnya pada Register Model 35. ii) Menyiapkan Surat Pengakuan Hutang (SPH) Model SH-03 / Kupedes. iii)Penandatanganan pengikatan agunan oleh debitur sebagai kelengkapan berkas SKPP, yaitu antara lain : a. Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMTH). b. Akta Pembebanan Hak Tanggungan (APHT). c. Pengikatan agunan barang bergerak, termasuk bangunan yang berdiri di atas tanah orang lain. d. Akta gadai. iv)Deskman mengisi kuitansi pencairan Kupedes yang dibuat rangkap tiga, dengan distribusi : a. Lembar pertama bermaterai untuk bukti kas. b. Lembar kedua untuk debitur. c. Lembar ketiga untuk berkas Kupedes. v) Meminta debitur menandatangani Surat Pengakuan Hutang (SPH) dan surat-surat pengikat agunan. vi) Meminta pengesahan SPH kepada pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. vii) Menyerahkan kuitansi dan tanda bukti diri serta semua berkas pencairan kepada Kaunit untuk difiat bayar. b. Fiat Bayar Kepala unit / Kaunit kemudian melakukan kegiatan sebagai berikut: i) Menerima kuitansi dan memeriksa kelengkapan serta kebenaran pengisian berkas Kupedes untuk dicocokkan dengan syarat-syarat yang disebutkan dalam putusan Kupedes. ii) Apabila telah sesuai dan cocok maka Kaunit membubuhkan tanda tangan sebagai persetujuan bayar atau fiat bayar pada kuitansi pencairan Kupedes. c. Pembayaran Pencairan Kupedes Pembayaran pencairan Kupedes kepada debitur dilakukan oleh Teller, yaitu dengan kegiatan sebagai berikut: i) Menerima dan meneliti keabsahan kuitansi pencairan Kupedes serta tanda bukti diri asli dari Kaunit. ii) Melakukan validasi pada kuitansi pencairan Kupedes serta lembar kedua kuitansi pembayaran. Sedangkan lembar pertama dan ketiga diserahkan kepada Deskman untuk diverifikasi.

BAB IV. Penutup4.1 Kesimpulan MateriBank adalah lembaga keuangan yang berfungsi menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Penyaluran kredit merupakan kegiatan usaha yang mendominasi pengalokasian dana bank. Sehingga sumber utama pendapatan bank berasal dari kegiatan penyaluran kredit dalam bentuk pendapatan bunga. Namun dikarenakan karakteristik kredit yang rentan terhadap resiko kerugian maka diperlukan penilaian serta prosedur pemberian kredit untuk melihat kualitas kredit yang diberikan. 4.2 Kesimpulan JurnalBerdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan didukung oleh teori-teori yang ada, penulis mengambil kesimpulan bahwa PT.(Persero) BRI Cabang Banjar Unit Banjar telah melakukan sistem informasi kredit dengan menerapkan unsur-unsur dalam menunjang pemberian kredit usaha secara baik sehingga dalam pelaksanaannya dapat membantu proses pengelolaan perkreditan untuk mengambil keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan, hal ini terlihat dari : 1. Sistem informasi kredit yang terdapat di PT. (Persero) BRI Cabang Banjar Unit Banjar, khususnya informasi Kupedes tersebut telah berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dari pengumpulan data atau dokumentasi mengenai Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) oleh BRI Cabang Banjar Unit Banjar dilaksanakan dengan baik, tertib, dan lengkap. Jadi dokumen kupedes yang diperlukan dikumpulkan didalam satu berkas khusus dan tidak ada dokumen yang terlewat baik itu dokumen internal maupun eksternal lalu dokumen-dokumen tersebut disimpan dalam suatu ruangan khusus yang telah disediakan agar terhindar dari kebakaran maupun pencurian. Sistem informasi kredit yang baik akan mendukung terhadap keefektifan dan keefisienan pengolahan dan analisis data yang memungkinkan suatu informasi dapat menjadi alat untuk memperoleh keyakinan yang memadai terhadap keputusan untuk menerima atau menolak permohonan Kupedes. 2. Pemberian Kupedes di BRI Cabang Banjar Unit Banjar, yaitu mulai tahap prakarsa atau tahap pendaftaran sampai dengan pencairan dana kredit, kemudian pengambilan keputusan, pengawasan dan pembinaan kredit, telah berjalan dengan baik sesuai dengan peraturan perbankan. Hal ini terlihat dari meningkatnya pencapaian realisasi kredit yang telah ditetapkan dalam Rencana Anggaran Kerja (RAK) pada tahun 2005. Pelaksanaan proses Kupedes tersebut yang jika dijalankan dengan baik tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat kesehatan dan likuiditas BRI Cabang Banjar Unit Banjar. 3. Sistem informasi kredit sangat berperan dalam menunjang pemberian kredit umum pedesaan dan realisasi kredit yang direncanakan pada Rencana Anggaran Kerja (RAK) oleh PT. (Persero) BRI Cabang Banjar Unit Banjar. Selain itu juga sistem informasi kredit mampu meminimalisir kerugian yang mungkin timbul karena terjadinya kredit yang bermasalah. Hal ini dikarenakan antisipasi dari sistem informasi kredit dalam mencegah penyaluran Kupedes kepada nasabah yang mempunyai track record yang jelek dengan cara melihat dari catatan yang berisi tentang data-data nasabah kupedes selama ini, karena setiap ada transaksi permohonan kupedes pihak bank selalu mencatat transaksi tersebut kedalam buku khusus, selain dari itu setiap nasabah wajib memenuhi semua dokumen yang berkaitan dengan nasabah yaitu mulai dari bukti identitas diri sampai surat kepemilikan agunan yang akan dijadikan jaminan.

4.3 SaranBerdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, penulis mengajukan beberapa saran dengan aktivitas pelaksanaan sistem informasi kredit dalam menunjang pemberian kredit usaha pada PT. BRI Cabang Banjar Unit Banjar yaitu: 1. Dilakukannya pengawasan atau pemantauan dan pembinaan dari pihak bank BRI terhadap debitur secara umum dengan cara memberikan suatu pelatihan manajemen usaha. 2. Manajemen bank BRI perlu mempertahankan sistem prosedur pemberian kredit yang selama ini telah berjalan.

Daftar Pustaka

Kasmir. 2011. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT RajaGrafindo PersadaSuherman, Maman dan Chandra Christiana. 2008. Peranan Sistem Informasi Kredit dalam Menunjang Pemberian Kredit Usaha di PT. BRI (Persero) Cabang Banjar Unit Banjar. Jurnal Akuntansi FE Unsil. Volume 3, No. 1

1