Allah Hu Akbar 1

66
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi adalah kekurangan atau peningkatan harga dal sumber daya energi. Krisis ini biasanya menunjuk ke kekurangan minyak bumi, listrik , atau sumber daya alam lainnya (wikepedia.com). Indone salah satu Negara yang terancam mengalami krisis energi, karen masyarakat Indonesia bergantung pada sumber energi fosil. Perm timbul adalah jumlah produksi energi fosil di Indonesia dengan daya kosumsi masyarakar Indonesia, yaitu produksi energ dari tahun ke tahun mengalami penurunan sedangkan kosumsi masyarakat Indonesia tiap tahunnya makin meningkat. Tabel 1.1 ata produksi minyak bumi Indonesia (skala! ribu ba Tahun Minyak Bumi Konen!at "umlah "##$ %&%.'$& $ .&$ $##.$* "##& %$ ."#% $ .$&# %*+. &$ "## %"".%&# $$. '' % +.#&# "##+ %#&. %+ $%." %$*.%$* "##* % ".$*$ $&.# %&+.&## "##' %# . % $$. &# %$ .% % "# # %##.'"% $%.' & %$$.*** "# "*'.*'' %'.%&# %"'."$' "# " "+'.$ " %&."&$ % $. umber ! itjen -I / , diolah Pusdatin

description

awa3wwawawawawyy

Transcript of Allah Hu Akbar 1

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangKrisis energiadalah kekurangan atau peningkatan harga dalam persediaan sumber dayaenergi. Krisis ini biasanya menunjuk ke kekuranganminyak bumi,listrik, atausumber daya alamlainnya (wikepedia.com). Indonesia adalah salah satu Negara yang terancam mengalami krisis energi, karena sebagian besar masyarakat Indonesia bergantung pada sumber energi fosil. Permasalahan yang timbul adalah jumlah produksi energi fosil di Indonesia berbanding terbalik dengan daya kosumsi masyarakar Indonesia, yaitu produksi energi fosil Indonesia dari tahun ke tahun mengalami penurunan sedangkan kosumsi masyarakat Indonesia tiap tahunnya makin meningkat.Tabel 1.1 Data produksi minyak bumi Indonesia (skala: ribu barel)TahunMinyak BumiKondensatJumlah

2004353.94546.541400.486

2005341.20346.450387.654

2006322.35044.699367.050

2007305.13743.211348.348

2008312.48445.016357.500

2009301.66344.650346.313

2010300.92343.965344.888

2011289.89939.350329.249

2012279.41235.254314.666

Sumber: Ditjen MIGAS, diolah Pusdatin

Salah satu pemanfaatan energi fosil di Indonesia digunakan sebagai sumber energi penggerak turbin penghasil listrik. Permasalahan krisis energi yang dialami Indonesia, secara tidak langsung akan berdampak pada jumlah produksi listrik di Indonesia. Fenomena ini memaksa para peneliti-peneliti Indonesia mencari sumber energi alternatif yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dalam Negeri khususnya kebutuhan masyarakat akan listrik. Sampai saat ini ada beberapa sumber energi alternatif yang dikembangkan di Indonesia khususnya untuk kepentingan pembangkit listrik, yaitu pemangkit listrik tenaga disel (PLTD), pembangkit listrik tenaga air (PLTA), pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTPB), pembangkit listrik tenaga angin, dan masih banyak energy alternatif yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia. Selain dari beberapa jenis pembangkit listrik yang telah ada, saat ini Indonesia sedang mengembangkan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) adalah pembangkit listrik yang memanfaatkan reaksi nuklir sebagai sumber energinya. Energi nuklir menjadi primadona utama karena nuklir memiliki efisisnsi yang sangat bagus jika dibandingkan dengan energi fosil. Karena potensi alam Indonesia banyak menyediakan bahan baku energi nuklir yaitu uranium. Pemanfaatan energi nuklir saat ini memiliki sasaran utama pada pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).Untuk menujang dan memastikan PLTN berjalan dengan baik, PLTN perlu dibangun pada daerah yang memenuhi syarat dibangunnya PLTN, dan memiliki kriteria kondisi yang disarankan adalah Jauh dari bahaya gempa, Berdekatan dengan pantai,Terhindar dari ancaman gunung api dan lain sebagainya. (keputusan kepala badan pengawas tenaga nuklir nasional). Untuk mencari daerah yang cocok untuk berdirinya PLTN, maka pelu diadakannya studi kelayakan tapak yang berpotensi sebagai daerah tempat berdirinya PLTN.Mengingat pentingya studi klayakan tapak untuk pembangunan PLTN, maka perlu dilakukan penelitian pengkajian daerah yang memiliki potensi yang baik sebagai tempat berdirinya PLTN disuatu wilayah yang nantinya diaplikasikan dalam pemilihihan metode dan kebijakan dalam proses pembangunan reaktor PLTN.Untuk melihat dan menilai serta mempersiapkan daerah tempat berdirinya PLTN, perlu kiranya untuk meninjau keadaan Indonesia secara umum yaitu Indonesia adalah negara yang memiliki potensi bencana yang sangat besar. Bencana ini terjadi karena berbagai sebab di antaranya wilayah Indonesia berada diantara tiga lempeng besar dunia yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Samudera Hindia Benua Australia dan Lempeng Samudera Pasifik.

Sumber : http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Geofisika/gempabumi.bmkg Gambar 1.1 Negara Indonesia Di Apit Oleh Tiga Lempeng Besar DuniaPergerakan lempeng besar dalam bentuk tumbukan dan gesekan menimbulkan beberapa zona subduksi dan patahan permukaan. Selain itu pergerakan ini akan membebaskan sejumlah energi yang telah terkumpul sekian lama secara tiba tiba, di mana proses pelepasan tersebut menimbulkan getaran gempabumi dengan nilai yang beragam (Kertapati, 2006), peristiwa ini disebut dengan gempabumi tektonik. Selain itu pergerakan lempeng ini menyebabkan terbentuknya gunung api dan palung laut. Gunung-gunung api dan palung laut ini membentuk lingkaran api Pasifik atau cincin api Pasifik (Ring of Fire). Disebut cincin api Pasifik karena merupakan barisan gunung api yang mengelilingi Samudra Pasifik. Aktivitas gunung api ini menyebabkan terjadinya gempa vulkanik. Bila pusat gempa terjadi di lautan maka akan terjadi badai tsunami.Hubungan antara gunung api serta bahaya seismik juga telah tertuang dalam Al-Quran surat Al-Anbiya ayat 31, yang berbunyi: Artinya:Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.Karena Indonesia adalah salah satu Negara yang memiliki ancaman terhadap bencana yang ditimbulkan dari aktifitas seismik dan aktifitas gung api, maka pada kajian ini akan dilakukan evaluasi daerah yang memungkinkan untuk dijadikan sebagai salah satu calon tapak, dan kajian ini baru bersifat kajian awal dengan mencari tempat yang berpotensi sebagai calon tapak dengan beberapa pertimbngan dasar, salah satunya adalah faktor kebencanaan khusushnya dari aspek seismisitas serta aspek kegung apiannya. Untuk kajian ini daerah yang dijadikan objek kajian adalah Pulau Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat, tetapi sebenarnya ada beberapa tapak yang telah diusulkan dan telah dilakukan kajian sebelumnya, dan hampir semua tapak yang diajukan berada di pulau Jawa, dan tapak yang terakhir dipersiapkan saat ini adalah tapak yang ada di daerah Bangka Belitung. Pulau Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat dijadikan objek kajian karena Pulau Sumbawa adalah daerah yang dekat dengan provini Bali dan Provinsi Nusa Tenggara Timur, sehingga nantinya diharapkan Provinsi Nusa Tenggara Barat dapat menjadi pemasok listrik untuk wilayah Indonesia Timur. Selain kondisi wilayah yang cukup strategis untuk memasok kebutuhan listrik wilayah Indonesia Timur, jika diliat dari data gempa yang terjadi di daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat relatif jarang terjadi, sebaran kekuatan gempa yang terjadi tdak terlalu besar. Kajian tapak yang akan dilakaukan adalah kajian mengenai aspek seismisitas dan aspek kegung apian. Untuk bahaya seismik disekitar Provinsi Nusa Tenggara Barat, khususnya Pulau Sumbawa, akan di khususkan untuk mencari besar kecepatan tanah maksimum. Perhitungan besar nilai percepatan tanah maksimum pada penelitian ini akan digunakan metode Kawasumi. Metode ini digunakan karena metode ini jarang terdengar dan jarang digunakan untuk menentukan besar percepatan tanah maksimum dibandingkan dengan metode Ricter. Sehingga nantinya hasil perhitungan dengan menggunakan metode Kawasumi dapat dibandingkan dengan pemetaan percepatan tanah yang telah dibuat oleh BMKG dengan menggunakan metode Ricter. Pulau Sumbawa sendiri adalah salah satau pulau yang terletak di daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Pulau SumbawaSumber: wordpress.comGambar 1.1 Posisi Pulau Sumbawa di Provinsi Nusa Tenggara BaratPulau Sumbawa adalah sebuah pulau yang terletak di provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Pulau ini dibatasi oleh Selat Alas di sebelah barat (memisahkan dengan Pulau Lombok), Selat Sape di sebelah timur (memisahkan dengan Pulau Komodo), Samudra Hindia di sebelah selatan, serta Laut Flores di sebelah utara. Kota terbesarnya adalah Bima, yang berada di bagian timur pulau ini. Pulau ini memiliki luas 14.386 km2, dan merupakan pulau terbesar di provinsi Nusa Tenggara Barat, serta salah satu dari dua pulau utama di provinsi tersebut. Titik tertingginya adalah Gunung Tambora (2.824 m), yang juga merupakan gunung api aktif. (Wikipedia.org)Jika dilihat dari geografisnya, Pulau Sumbawa dikelilingi oleh tiga gung api yaitu gunung api Rinjani, gunung api Sangiang dan gunung api Tambora.

Pulau Sumbawa

Sumber: wordpress.comGambar 1.2 Peta sebaran gunung api di provinsi Nusa Tenggara BaratDari peta yang disajikan diatas, terlihat bahwa Pulau Sumbawa berdampingan dengan tiga gunung apai yang besar, tetapi keaktifannya masih dapat dikatakan rendah. Utuk itu kiranya perlu dilakuakan studi kelayakan berdasarkan aspek seismisitas dan kegunung apian, agar nantinya dapat dilihat apakah Pulau Sumbawa memenuhi syarat dijadikanya calon tapak PLTN dari aspek seismisitas dan kegung apian disekitar wilayah Pulau Sumbawa.1.2 Rumusan Masalaha. Bagaimanakah tingkat kerawanan bahaya gerakan tanah di daerah Pulau Sumbawa?b. Bagaimanakah bentuk aktifitas vulkanik gunung api di sekitar Pulau Sumbawa?1.3 Tujuan Penelitiana. Mengevaluasi kondisi seismic dan tingkat kerawanan bahaya gerakan tanah di Pulau Sumbawa guna untuk calon tapak PLTN.b. Mengevaluasi kondisi aktifitas vulkanik gunung api di sekitar Pulau Sumbawa guna untuk calon tapak PLTN.1.4 Batasan PenelitianArea penelitian adalah kawasan Pulau Sumbawa, serta parameter penelitian yang digunakan adalah dari aspek seismisitas dan kegunung apian Pulau Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. 1.5 Manfaat Penelitian1.5.1 Manfaat Bagi Pemerintaha. Membantu mengevaluasi dan memberikan data berkaiatan dengan daerah bakal calon pembangunan PLTN yang ditinjau dari keadaan seismik serta aspek kegung apian disekitar Pulau Sumbawa. b. Memberikan data atau informasi mengenai tapak alternatif sebagai pembanding terhadap varian tapak yang telah ditentukan sebelumnya.1.5.2 Manfaat Bagi Masyarakata. Memberikan informasi terbaru tentang keadan seismisitas kegunung apian disekita daerah Pulau Sumbawa khususnya bagi masyarakat yang hidup disekitar Pulau Sumbawa.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Studi PustakaPenelitian ini mengambil judul identifikiasi lokasi pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) berdasarkan pendekatan seismisitas dan kegung apian. Sebagai bahan referensi, digunakan beberapa literatur atau acuan penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya. Adapun beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut :1. Penyiapan Survei Calon Tapak Potensial Penyimpanan Limbah Radioaktif Di Pulau Jawa Dan Sekitarnya.Peneliti: Budi SetiawanTahun: 2007Tujuan: Memperoleh tapak yang aan dan cocok untuk fasilitas PLLRMetode: Dekstop study, dan pembobotanHasil: Batuan yang cocok sebagai host rock PLLR adalah jenis batuan lempung, dan daerah yang memiliki potensi sebaran batuan lempung yang baik adalah daerah Krawang, Subang, Majalengka, Madura, Tambakrogo dan Tuban.2. Analisa Mikrotremr dengan Metode HVSR (Horizontal to Verttikal Spectral Ratio) untuk pemetaan Mikrozonasi di Kelurahan Kejawan Putih Tamak Surabaya.Peneliti: Reza Agus Perlindungan Harahap, dkk.Tahun: 2013Tujuan: Menganalisis karakteristik data tanah dan menghitung priode ulang terjadinya gempa, serta mencar kerentangan tanah di kelurahan Kejawan Putih Tamak Surabaya.Hasil: Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,dapat diuraikan kesimpulan sebagai berikut : Dari analisa karakteristik tanah berdasarkan data tanah didapatkan beberapa parameter tanah sehingga didapatkan 4 zona dalam mikrozonasi. Didapatkan nilai sebaran frekuensi natural tanah (fo) antara 1 2,66 Hz, Amplifikasi (Am) antara 2,20-8.037, Indeks kerentanan tanah (Kg) antara 3,25 58.82 dan Ketebalan sedimen (h) antara 50-107.53 m. Koefisien gempa (C) sebesar 2 detik dengan periode ulang gempa (T) 500 tahun berdasarkan SNI 03-1726-2002.

NoTahunPenelitiPublikasiHasil PenelitianPenelitian yang akan dilakukan.

12007Budi SetiawanSeminar Nasional Teknologi pengolahan Limbah VIBatuan yang cocok sebagai host rock PLLR adalah jenis batuan lempung, dan daerah yang memiliki potensi sebaran batuan lempung yang baik adalah daerah Krawang, Subang, Majalengka, Madura, Tambakrogo dan Tuban. Mengevaluasi dan mecari tapak yang potensial berdasarkan aspek seismisitas dan kegunungapian daerah Pulau Sumbawa dengan menggunakan metode Kawasumi, dan melakukan pemetan lokasi sesuai percepatan tanah maksimum hasil pengukuran.

22013Reza Agus, dkkJunal Teknik PomitsDidapatkan nilai sebaran frekuensi natural tanah (fo) antara 1 2,66 Hz, Amplifikasi (Am) antara 2,20-8.037, Indeks kerentanan tanah (Kg) antara 3,25 58.82 dan Ketebalan sedimen (h) antara 50-107.53 m. Koefisien gempa (C) sebesar 2 detik dengan periode ulang gempa (T) 500 tahun berdasarkan SNI 03-1726-2002.Menghitung intesitas dan percepatan tanah maksimum daerah Pulau Sumbawa, dan disesuaikan dengan standarisasi hasil keputusan badan kepala pengawas tenaga nuklir nasional.

2.2 Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir2.2.1 ReaktorSecara garis besar, reactor dibagi menjadi dua jenis, yaitu:a. Reactor daya : adalah reaktor nuklir yang memanfaatkan energi panas yang dihasilkan dari reaksi pembelahan berantai yang terkendali untuk menghasilkan listrik, panas proses dan atau uap panas.b. Reaktor penelitian : adalah reaktor nuklir yang memanfaatkan neutron yang dihasilkan dari reaksi pembelahan berantai yang terkendali, dan digunakan untuk penelitian, produksi isotop, uji bahan, serta pendidikan dan pelatihan.2.2.2 Evaluasi Tapak Reaktor DayaPeraturan kepala badan pengawas tenaga nuklir menentukan bahwa ada beberapa standarisasi evaluasi tapak reaktor daya, yaitu:a. Evaluasi tapak reaktor daya untuk aspek kegempaanb. Evaluasi tapak reaktor daya untuk aspek kegunungapianc. Evaluasi tapak reaktor daya untuk aspek penentuan disperse zat radioaktif di udara dan air, serta pertimangan distribusi penduduk di sekitar tapak reaktor dayad. Evaluasi tapak reaktor daya untuk aspek geoteknik dan pondasi reaktor daya e. Evaluasi tapak reaktor daya untuk aspek meteorologif. Evaluasi tapak reaktor daya untuk aspek kejadian eksternal akibat ulah manusia.Karena parameter yang penulis gunakan adalah seismisitas dan kegunung apian, maka penulis membatasi pembahasan mengenai evaluasi tapak reaktor daya pada batasan evaluasi reaktor daya untuk apek kegempaan dan untuk aspek kegunung apian. 2.2.2.1 Evaluasi tapak reaktor daya untuk aspek kegempaanDalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini yang dimaksud dengan: 1. Sesar/patahan aktif (Active Fault) adalah patahan yang mulai bergerak sejak zaman Kuarter (kurang 1,8 juta tahun lalu) dan cenderung berkemampuan akan menimbulkan gempa bumi. 2. Fungsi Atenuasi (Attenuation Function) adalah suatu fungsi yang menggambarkan korelasi antara intensitas gerakan tanah disuatu tempat dengan kekuatan gempa dan jarak hiposenter dari suatu sumber gempa. 3. Lapisan dasar (Basement rock) adalah batuan kopak yang telah terbentuk sejak periode Tersier atau lebih tua lagi dan tidak mengalami pelapukan. 4. Patahan kapabel (Capable Fault) adalah suatu patahan yang mempunyai potensi yang berarti pada pergeseran relatif pada atau dekat permukaan tanah. 5. Episenter (Epicentre) adalah titik di permukaan bumi tepat di atas fokus sumber gempa. 6. Sesar/patahan (Fault) adalah suatu patahan tanah yang telah mengalami pergeseran sehingga terjadi perpindahan antara bagian-bagian yang berhadapan dengan arah yang sejajar dengan bidang patahan. 7. Fokus adalah sumber gempa di dalam bumi. 8. Gelombang seismik adalah getaran gempa yang menjalar di dalam dan di permukaan bumi dengan cara longitudinal dan transfersal. 9. Gempa bumi (earthquake) adalah getaran yang disebabkan oleh proses pelepasan/pembebasan sejumlah energi yang telah terkumpul sekian lama secara tiba-tiba, baik oleh aktivitas tektonik (patahan, penujaman serta tubrukan lempeng-lempeng litosfer di darat maupun di laut), vulkanik maupun oleh runtuhan material yang besar. Dari beberapa poin diatas, kepala pengawas teknologi nuklir menyarankan rekomendasi umum mengenai evaluasi tapak reaktor daya untuk aspek kegempaan adalah:1. Untuk setiap tapak reaktor daya harus dilakukan penelitian bahaya getaran/ gerakan tanah (ground shaking / ground motion) dan patahan tanah (ground faulting) yang ditimbulkan oleh gempa dan fenomena geologi yang lain. Penelitian tersebut dibahas dalam Peraturan ini dan menjadi dasar penilaian teknis pada evaluasi tapak untuk semua tingkat bahaya seismik. 2. Karakteristik seismologi, geofisika, dan geologi di sekitar wilayah tapak dan karakteristik geoteknik di tapak harus diselidiki dan dievaluasi seperti diuraikan pada Peraturan ini. 3. Wilayah tapak dapat meliputi daerah di luar batas nasional, dan untuk tapak yang terletak di dekat garis pantai, wilayah tapak dapat meliputi daerah lepas pantai. Dengan perkataan lain, database harus sehomogen mungkin untuk seluruh wilayah, atau paling tidak, cukup lengkap untuk mengkarakterisasi corak yang relevan untuk tapak dari sudut pandang seismotektonik yang terletak di negara lain atau daerah lepas pantai. 4. Ukuran wilayah yang diselidiki, jenis informasi yang dikumpulkan dan ruang lingkup serta rincian investigasi ditentukan oleh sifat dan kerumitan dari wilayah seismotektonik tersebut. 5. Ruang lingkup dan rincian informasi yang dikumpulkan dan investigasi yang dilakukan harus cukup untuk menentukan bahaya gerakan tanah dan perpindahan patahan. 6. Sekecil apapun bahaya seismik yang terlihat, untuk praktek keselamatan yang baik, setiap reaktor daya mengadopsi harga minimum percepatan tanah horizontal puncak (peak horizontal ground acceleration) sebesar 0,1 g sebagai nilai untuk menskalakan spektrum respon (respon spectra) sesuai dengan kategori seismik.7. Pendekatan umum terhadap evaluasi bahaya gempa berorientasi pada pengurangan ketidakpastian pada berbagai langkah proses yang dilakukan. Pengalaman menunjukkan, bahwa cara yang paling efektif untuk mencapai ini adalah dengan mengumpulkan data yang andal dan relevan dalam jumlah yang memadai. Pada umumnya terdapat optimasi antara usaha yang diperlukan untuk menyusun database yang rinci, handal dan relevan dengan derajat ketidak- pastian, yang harus diambil oleh penganalisis pada setiap langkah dan proses yang dilakukan. 8. Tujuan akhir dari kompilasi data dan analisis bahaya seismik yang diterangkan di dalam Peraturan ini adalah untuk menentukan bahaya gerakan tanah (ground - motion) dan pergeseran patahan (fault displacement) terhadap tapak reaktor daya. Setiap aspek identifikasi, analisis dan karakterisasi sumber gempa dan estimasi bahaya gerakan tanah, dapat sangat tergantung pada interpretasi subyektif para pakar. Perhatian khusus diambil untuk menghindari bias. Para pakar harus menghindari promosi suatu hipotesis atau model tertentu, tetapi harus mengevaluasi semua hipotesis dan model dengan menggunakan data yang ada, dan selanjutnya mengembangkan evaluasi terintegrasi yang menggabungkan baik pengetahuan maupun ketidakpastian. Sedangkan untuk tinjauan geologi, geofisika dan geoteknik dispesifikasikan menjadi:1. Tujuan pengumpulan data skala wilayah adalah untuk memberikan pengetahuan tentang kondisi geodinamika umum dari wilayah tersebut, dan untuk mengidentifikasi serta karakterisasi fitur geologi yang mungkin mempengaruhi atau berhubungan dengan bahaya gempa pada tapak. Yang paling relevan dari fitur geologi itu yaitu struktur geologi yang berpotensi terjadinya pergeseran dan atau deformasi pada atau dekat permukaan tanah; misalnya terdapat patahan aktif (capable faults). Data tersebut biasanya akan didapatkan dari sumber data geologi dan geofisika, baik yang dipublikasikan atau yang tidak dipublikasikan (data dari galeri seperti data yang diperoleh dari penampakan, road cuts atau sumur air yang ada) dan perlu disajikan pada peta dan tampang lintang yang sesuai. Ukuran wilayah ini akan bervariasi tergantung pada kondisi geologi dan tektonik, dan bentuk wilayah sumber gempanya mungkin tidak simetrik untuk memperhitungkan sumber gempa jauh yang signifikan. Biasanya jangkauan radius sumber gempa adalah 150 km atau lebih. 2. Dalam hal tertentu, untuk investigasi potensi tsunami (lihat Peraturan Kepala BAPETEN tentang Evaluasi Tapak Reaktor Daya untuk Aspek Banjir), harus dipertimbangkan sumber dan mekanisme gempa pada jarak yang sangat jauh dari tapak. 3. Apabila data yang berkaitan dengan lokasi, tingkat dan laju tektonisme yang sedang berlangsung tidak mencukupi untuk menjelaskan struktur seismogenik, maka perlu memverifikasi dan melengkapi database dengan mencari data geologi dan geofisika yang baru. Hal ini dapat melibatkan penyelidikan pada skala (detail) wilayah dekat dan sekitar tapak untuk mengkaji potensi fitur seismogenik yang terletak di luar wilayah dekat. Untuk maksud tersebut, juga bermanfaat apabila dilakukan identifikasi efek tanah dari gempa-gempa yang lalu pada lingkungan geologi-geomorfologi.4. Biasanya data tersebut disajikan pada peta berskala 1 : 500 000 dengan tampang lintang yang sesuai.

2.2.2.1.1 Investigasi Wilayah Dekat Tapak Untuk Aspek Kegempaan1. Studi untuk wilayah dekat mencakup daerah geografi dalam radius tidak kurang dari 25 km, meskipun dimensi ini harus disesuaikan untuk mencerminkan kondisi lokal. Tujuannya adalah: a. untuk menentukan karakteristik seismotektonik wilayah dekat berdasarkan database yang lebih rinci dibandingkan dengan yang dikumpulkan pada studi geologi wilayah; b. untuk menentukan gerak patahan yang terkini dan patahan yang penting untuk kajian bahaya gempa, menentukan jumlah dan perilaku kejadian pergeseran, laju aktivitas dan bukti segmentasi. 2. Untuk melengkapi informasi yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan, maka dalam investigasi khusus skala wilayah dekat, pada umumnya meliputi definisi stratigrafi, struktur geologi dan riwayat tektonik dari wilayah dekat tersebut. Riwayat tektonik ini harus didefinisikan dengan baik untuk rezim tektonik saat ini, sebagai contoh: Upper Pleistocene -Holocene mungkin memadai untuk wilayah interplate (Lajur Megathrust), dan Pliocene Kuarter untuk wilayah intraplate (Lajur Benioff). Penentuan umur dilakukan dengan menggunakan metode yang layak. Di samping pemetaan lapangan, harus juga digunakan berbagai macam sumber data, misalnya:a. Data bawah-permukaan (subsurface) yang didapatkan dari penyelidikan geofisika (seperti teknik-teknik seismik refleksi dan refraksi, gravimetrik, teknik listrik dan magnetik) untuk mengkarakterisasi secara spasial mengenai struktur teridentifikasi yang dianggap relevan bagi suatu bahaya gempa pada tapak sehubungan dengan geometri, luasan dan laju tektonisme. Penggunaan data aliran panas bisa juga diperlukan, terutama apabila berhubungan dengan daerah lepas pantai (untuk tapak yang terletak pada atau dekat pantai). b. Data permukaan yang didapatkan dari studi formasi Quaternary atau landforms seperti analisis teras, studi pedologi dan sedimentologi. Penggunaan data dari penafsiran foto udara dan citra satelit dilakukan dalam proses ini. c. Untuk memahami laju dan jenis tektonik yang sedang berlangsung, penggunaan data lain dari teknologi terkini seperti Sistem Penentuan Posisi Global (Global Positioning System, GPS) dan data interferometri, pengukuran laju tegangan harus digunakan. 3. Untuk sejumlah struktur relevan yang teridentifikasi dalam penyelidikan wilayah dekat, diperlukan untuk melaksanakan studi tambahan geofisik dan geologi pada level sekitar tapak untuk mendapatkan rincian karakterisasi yang diharapkan.4. Investigasi dibuat cukup rinci agar penyebab dari setiap fitur geologi dan geomorfologi yang relevan (berdasarkan kerangka-waktu yang sesuai untuk lingkungan tektonik lokal) - sebagai contoh fitur topografi linier atau struktur geologi yang terlihat pada foto, data geofisika - secara tepat dapat dicakup dalam model terkini yang dapat diterima dari evolusi geologi area. 5. Data tersebut biasanya disajikan pada peta dengan skala 1 : 50.000 dengan tampang lintang yang sesuai. 2.2.2.1.2 Investigasi Area Tapak Untuk Aspek Kegempaan1. Studi area tapak harus meliputi keseluruhan area yang dicakup untuk rencana reaktor daya, yang biasanya seluas 1 km persegi. Tujuan utama dari investigasi ini adalah untuk mendapatkan pengetahuan rinci tentang potensi pergeseran tanah permanen dan mendapatkan informasi mengenai sifat dinamis material pondasi (seperti kecepatan rambat gelombang P dan S) yang digunakan dalam analisis respon tapak. 2. Database tersebut dikembangkan dari studi rinci tentang geologi, geofisika dan geoteknik yang dilengkapi lagi dengan pengujian in-situ dan laboratorium. 3. Investigasi area tapak harus dilakukan dengan menggunakan teknik geologi, geofisika, geoseismologi dan geoteknik seperti berikut ini:a. Investigasi Geologi dan Geoteknik Investigasi dengan pengeboran atau penggalian (termasuk pengujian in- situ), teknik geofisika dan pengujian laboratorium dilakukan untuk menentukan stratigrafi dan struktur daerah tapak dan untuk menentukan ketebalan, kedalaman, kemiringan dan sifat statik dan dinamik berbagai lapisan bawah-permukaan, yang nantinya diperlukan untuk model rekayasa (Rasio Poisson, Modulus Young, Modulus Geser, densitas, kepadatan relatif, kuat geser, karakteristik konsolidasi dan pemuaian, distribusi ukuran butiran, dan sebagainya.)b. Investigasi Hidrogeologi Investigasi dengan teknik pengeboran atau teknik lain dilakukan untuk menentukan sifat geometri, sifat fisika dan kimia (physico-chemical peroperties) serta perilaku keadaan tunak (recharge, transmissivitas) dari semua aquifer di area tapak, dengan tujuan khusus menentukan bagaimana interaksinya dengan pondasi. c. Investigasi efek tapakPerilaku dinamik dari batuan dan tanah pada tapak dikaji menggunakan data historis dan instrumental sebagai pedoman. 4. Semua data yang diperlukan untuk interaksi dinamik tanah-struktur diperoleh dari program investigasi ini. Untuk kelengkapan dan efisiensi, maka diintegrasikan dengan investigasi yang diperlukan untuk interaksi dinamik tanah-struktur sebagaimana disyaratkan dalam Peraturan Kepala BAPETEN tentang Evaluasi Tapak Reaktor Daya untuk Aspek Geoteknik dan Pondasi Reaktor Daya. 5. Data tersebut biasanya disajikan pada peta dengan skala 1:500 dengan tampang lintang yang sesuai. 2.2.2.2 Evaluasi tapak reaktor daya untuk aspek kegunungapianTipe fenomena vulkanik utama yang dapat mempengaruhi suatu tapak diuraikan secara singkat pada Bab ini. Masing-masing fenomena memberikan indikasi orde besaran (order of magnitude) parameter kritis untuk masing-masing fenomena seperti densitas, kecepatan, suhu dan luas penyebaran. Kuantifikasi parameter tersebut memerlukan studi terinci. Manifestasi aktivitas vulkanik yang dapat mempengaruhi tapak adalah sebagai berikut:a. proyektil balistik;b. jatuhan bahan piroklastik;c. aliran piroklastik dan gelombang piroklastik; d. kejutan udara dan petir; e. aliran lava; f. longsoran bahan rombakan, tanah longsor dan keruntuhan lereng; g. aliran bahan rombakan, lahar dan banjir; h. gas-gas vulkanik; i. deformasi tanah; j. gempa bumi; k. tsunami; l. anomali geotermal; m. anomali air tanah; n. pembukaan lubang baru. 2.2.2.2.1 Proyektil Balistik Lontaran balistik meliputi:1. Lontaran atau proyektil balistik seperti blok, bom dan fragmen padat lain disebabkan oleh letusan yang terjadi dalam kawah, kubah atau lubang rekahan. Bahan padat tersebut didorong oleh gas bertekanan tinggi dan mengikuti lintasan balistik atau peluru. Kecepatan proyektil dapat mencapai lebih dari 300 meter/detik dan jarak horisontal maksimum sampai ke titik tumbukan dapat melebihi 5 km dari titik asal. Jika ukuran proyekti cukup kecil, maka gesekan udara memperlambat dan mempengaruhi lintasannya. Proyektil berdiameter lebih dari 1 meter tidak terpengaruh secara signifikan oleh gaya gesek. 2. Fenomena ini umum terjadi pada semua letusan tetapi lebih sering teramati pada letusan dari kubah, letusan tipe vulkanian, dan letusan freatik atau freatomagmatik. Tenaga tumbukan dari satu buah proyektil dapat mencapai 1 Joule. Proyektil dengan suhu tinggi dapat menyebabkan kebakaran jika jatuh pada tumbuhan, rumah atau infrastruktur yang mudah terbakar. 3. Zona bahaya yang berhubungan dengan proyektil balistik umumnya dipetakan sebagai lingkaran-lingkaran konsentris yang berpusat pada lubang kawah. Radius zona bahaya ditentukan dari distribusi endapan proyektil balistik selama episode letusan yang lalu dan dari perkiraan probabilistik tenaga letusan.2.2.2.2.2 Jatuhan piroklastikJatuhan pirokalastik meliputi:1. Jatuhan bahan pijar atau piroklastik seperti abu, batu apung dan terak (scoria) terjadi jika partikel-partikel tersebut terdorong oleh letusan sampai suatu ketinggian tertentu dan kemudian terbawa oleh angin. Pada saat jatuh bahan tersebut mencapai kecepatan konstan (kecepatan terminal) yang ditentukan oleh ukuran, bentuk dan rapat massa partikel. Distribusinya dipengaruhi oleh arah dan kekuatan angin serta tinggi kolom abu. 2. Guguran abu yang tebal dapat menyebabkan kerusakan serius pada transportasi, pertanian, hutan dan kegiatan sosial ekonomi lainnya. Abu yang terkumpul dan membebani atap bangunan dapat menyebabkan runtuhnya bangunan tersebut terutama jika abu basah oleh air hujan. Partikel abu yang terapung di udara kadang-kadang menghalangi lalu-lintas udara, menggesek (sandblasting) bagian luar pesawat, merusak dan memacetkan mesin jet. 3. Jatuhan piroklastik yang sangat besar terjadi pada letusan tipe plinian dimana bahan piroklastik yang berjumlah besar dan bersuhu tinggi dimuntahkan ke atas dari kawah oleh semburan gas berkecepatan tinggi. Pada ketinggian tertentu, percampuran dan pemanasan udara menghasilkan kolom gas dan suspensi partikel padat yang secara cepat mengembang dan naik hingga mencapai stratosfer. Kegiatan tersebut biasanya membentuk kolom letusan berbentuk jamur yang dapat terbawa oleh arus atmosfer pada ketinggian yang sangat tinggi. Endapan jatuhan yang signifikan dari letusan tipe plinian dapat mencapai beberapa ratus kilometer atau lebih dari sumber dan dapat mencapai ketebalan beberapa puluh meter di dekat lubang kawah. Letusan tipe plinian biasanya berlangsung hanya beberapa jam atau beberapa hari tetapi dapat menghasilkan endapan jatuhan piroklastik yang sangat besar (sampai dengan 100 km3). 4. Bahaya yang disebabkan oleh jatuhan piroklastik dapat ditentukan dengan pemetaan endapan jatuhan yang waktu lampau, dengan memperhitungkan pola arah angin, atau dengan simulasi komputer. 2.2.2.2.3 Aliran piroklastik dan gelombang piroklastikAliran piroklastik dan gelombang piroklastik meliputi:1. Aliran piroklastik adalah campuran fragmen batuan, gas vulkanik dan udara bersuhu tinggi yang mengalir menuruni lereng pada kecepatan tinggi. Kecepatan aliran mencapai 10 sampai 100 meter/detik sehinga tidak memungkinkan evakuasi ketika terjadi aliran piroklastik. Suhunya dapat mendekati suhu magma asalnya (sekitar 1000oC pada banyak kasus) atau mendekati suhu lingkungan sekitarnya tergantung pada tingkat percampurannya dengan udara. Pergerakan aliran piroklastik menuruni lereng terutama disebabkan oleh gravitasi. Mobilitas tinggi dari aliran ini menunjukkan bahwa gesekan internal sangat kecil. Aliran piroklastik mempunyai momentum yang cukup untuk menyimpang dari jalur drainase dan melampui rintangan topografi. 2. Kebanyakan aliran piroklastik terdiri dari dua bagian, meskipun transisi antara keduanya bersifat gradual. Sebagian besar bahan padat yang bergerak terkonsentrasi pada bagian bawah aliran dan bagian atas merupakan campuran antara abu dan gas yang naik seperti awan debu tebal. Di bawah, bagian padat aliran piroklastik mempunyai rapat massa 0,1 - 0,5 ton/m3; awan debu di bagian atas mempunyai rapat massa mendekati 0,001 ton/m3. Awan debu di bagian atas ini sering terpisah dari bagian padat dan dapat mencapai jarak yang cukup jauh. 3. Volume bahan padat yang terbawa oleh aliran piroklastik dapat bervariasi mulai kurang dari 105 m3 sampai lebih dari 1011 m3, tergantung pada cara pembentukan dan pengendapannya. Kebanyakan aliran piroklastik berskala besar ditimbulkan oleh penggelembungan (vesiculation) besar-besaran magma felsic yang tersimpan dalam kantung magma dangkal. Sejumlah besar magma terpecah secara cepat dan terlempar dari lubang kawah karena pembentukan dan pengembangan gelembung dalam magma yang naik. Letusan semacam itu dapat menyebabkan runtuhnya kaldera (dinding kawah). Endapan tebal dan panas dapat mencapai lebih dari 200 km dari lubang kawah dan melingkupi daerah lebih dari 104 km2. Aliran piroklastik yang lebih kecil dapat terbentuk oleh runtuhnya sebagian dari kubah lava yang tumbuh atau dari aliran lava yang tebal dan berbongkah. Letusan gas dari kubah menyebabkan lontaran vertikal bahan piroklastik, yang sebagian dapat menimbulkan aliran piroklastik jika jatuh kembali ke permukaan. Aliran piroklastik skala kecil dapat terjadi pada lereng gunung api besar, tetapi tidak ada catatan sejarah mengenai aliran piroklastik sangat besar yang telah meletus dan menghasilkan kaldera dimasa lalu. Dengan massa yang besar, suhu tinggi, kecepatan dan mobilitas tinggi, aliran piroklastik dapat mendatangkan bahaya yang serius termasuk resiko tertimbun, kebakaran, sesak nafas dan benturan. Bahaya sekunder dapat terjadi jika sejumlah besar salju yang berada di gunung mencair serta menimbulkan lahar dan banjir. 4. Gelombang piroklastik dibagi dua tipe yaitu tipe panas dan dingin. Gelombang piroklastik panas dikenal sebagai gelombang (permukaan) tanah, ditimbulkan oleh proses yang hampir sama dengan aliran piroklastik dan sering mendahului aliran piroklastik. Gelombang piroklastik dingin dikenal sebagai gelombang dasar, berasal letusan hidromagmatik dimana air tanah dangkal atau air permukaan berinteraksi dengan magma. Gelombang piroklastik dingin biasanya mengandung air dan/atau uap dan suhunya sama atau di bawah titik didih air. Gelombang dasar secara umum terbatas pada radius 16 km dari lubang kawah. Gelombang piroklastik menyebabkan bermacam-macam bahaya temasuk perusakan oleh awan abu (ash-laden), benturan dengan fragmen batuan dan penimbunan. Gelombang piroklastik panas dapat menyebabkan bahaya tambahan seperti kebakaran, gas beracun dan sesak nafas.5. Bahaya yang berhubungan dengan aliran dan gelombang piroklastik dievaluasi dari pemetaan endapan masa lampau, studi sifat fisik endapan gunung api dan perkiraan suhu pengendapan. Analisa pola topografi dan drainase serta simulasi komputer juga dapat digunakan untuk memperkirakan bahaya yang berhubungan dengan fenomena ini.

2.2.2.2.4 Kejutan udara dan petirKejutan uadara dan petir meliputi:1. Letusan gunung api dapat menimbulkan gelombang kejut supersonik yang mampu memecahkan jendela pada jarak beberapa kilometer. Gelombang ini disertai oleh lontaran bom dan blok sebagaimana dibahas pada bagian terdahulu tetapi radius dampak gelombang kejut dapat lebih besar dari lontaran bahan tersebut.2. Petir sering menyertai letusan gunung api. Petir disebabkan oleh perbedaan muatan antara kolom abu letusan dan atmosfir. Dalam beberapa hal, petir dan muatan statis tinggi terjadi sampai beberapa kilometer dari gunung yang meletus. 2.2.2.2.5 Aliran LavaAliran lava meliputi:1. Aliran lava disebabkan oleh gravitasi dan mengikuti pola/lintasan drainase pada topografi. Lava berkelakuan seperti cairan pekat yang permukaannya tertutup oleh kerak setengah padat. Morfologi dan kecepatan aliran lava tergantung pada laju letusan, suhu, komposisi, geometri lubang kawah dan topografi. Tipe morfologi aliran lava yang umum diantaranya adalah pahohoe, aa, dan blok. Morfologi yang berbeda menunjukkan perbedaan viskositas magma dan kadang-kadang laju efusi yang berbeda. Panjang aliran lava dapat mencapai antara beberapa meter sampai puluhan kilometer dengan lebar kurang dari 1 meter sampai lebih dari 100 meter. Suhu lava basaltik dapat mencapai 1200oC, lava dasitik dan riolitik mencapai 1000oC atau kurang. Lava yang tidak biasa seperti karbonat hasil letusan di Ol Doinyo Lengai (Tanzania) suhunya hanya 400oC.2. Kecepatan aliran lava biasanya rendah, tetapi aliran lava silika-rendah dan/atau lava suhu tinggi dapat mencapai kecepatan lebih dari 10 meter/detik pada lereng terjal. Meskipun demikian gerak maju bagian ujung aliran lava basaltik yang paling cair biasanya lebih pelan, beberapa meter/detik atau kurang. Kebanyakan lava felsik seperti andestik, dasitik dan riolitik mengalir lebih pelan yaitu kurang dari 100 meter/hari pada lereng sedang. Jika viskositas dan yield strength lava felsik tinggi, lava dapat membentuk kubah lava dengan perbandingan tinggi dan diameter lebih besar dari lava yang mengalir. Kubah lava dapat mencapai ketinggian lebih dari 100 meter dan lebar beberapa ratus meter.3. Bahaya yang berhubungan dengan aliran lava biasanya diperkirakan dengan pemetaan distribusi aliran lava masa lalu, pemetaan pola drainase saat ini dan kondisi topografi yang dapat mempengaruhi aliran lava, serta pemetaan lubang kawah tempat asal letusan aliran lava. Simulasi komputer aliran lava telah pula digunakan untuk memperkirakan bahaya aliran lava.

2.2.2.2.6 Longsoran bahan rombakan, tanah longsor dan keruntuhan lerengLongsor bahan rombakan, tanah longsor dan keruntuhan lereng memiliki klasifikasi:1. Kebanyakan gunung api berlereng terjal sehingga menjadi tidak stabil akibat erosi atau deformasi. Keruntuhan lereng secara keseluruhan atau sebagian sering menghasilkan longsoran bahan rombakan atau puing berupa aliran turbulen berkecepatan tinggi dari fragmen batuan yang tercampur dengan udara. Cara pergerakan longsoran bahan rombakan sama dengan aliran piroklastik dimana pada kedua fenomena tersebut aliran bahan campuran menuruni lereng dipercepat oleh gravitasi. Meskipun tidak sebesar longsoran bahan rombakan, pelepasan dan runtuhnya lereng yang tidak stabil dapat menimbulkan tanah longsor dan jenis keruntuhan lereng lainnya yang mendadak, yang dipicu oleh gempa bumi atau curah hujan tinggi. 2. Suhu dari kebanyakan longsoran bahan rombakan lebih rendah dari aliran piroklastik dan berkisar antara suhu lingkungan sekitarnya sampai beberapa ratus oC tergantung pada suhu awal batuan. Endapan bersuhu tinggi dapat ditentukan berdasarkan keberadaan fragmen bahan muda yang signifikan, keberadaan kayu yang terbakar hangus atau menggunakan metode paleomagnetik. Volume runtuhan dapat mencapai lebih dari 10 km3 dan kecepatan aliran dapat melebihi 100 meter/detik.3. Runtuhan besar dapat meninggalkan tebing yang curam berbentuk tapal kuda di bagian atas lereng. Endapan dapat mencapai ketebalan beberapa puluh meter dan dapat mencapai beberapa puluh kilometer dari asalnya. Kerusakan yang disebabkan oleh longsoran bahan rombakan terutama karena tumbukan fisik, penimbunan dan kerusakan total terutama pada bagian pusat aliran.4. Bahaya longsoran bahan rombakan gunung api dan fenomena yang berkaitan dapat diperkirakan dengan melakukan pemetaan distribusi endapan dan fasies yang berhubungan seperti lahar, dan dengan mengidentifikasi kenampakan morfologi yang menunjukkan adanya runtuhan dalam skala besar yang telah terjadi di masa lalu. Studi topografi dan struktur gunung api serta analisa kejadian runtuhan gunung api dengan simulasi komputer membantu memperkirakan resiko pada suatu tapak tertentu.2.2.2.2.7 Aliran bahan rombakan, lahar dan banjirAliran bahan rombakan, lahar dan banjir memiliki spesifikasi:1. Campuran dari bahan padat gunung api, air, batuan lain, tanah dan tanaman, sering membentuk banjir-bandang yang mengalir ke lembah dan sungai yang disebabkan berlimpahnya air permukaan sesudah hujan lebat. Hal ini disebut aliran bahan rombakan (debris) dan lahar gunung api yang mencakup aliran batu-batu besar menuruni lereng curam sampai aliran lumpur yang menyapu daerah di kaki gunung. Aliran bahan rombakan dan lahar meningkat menjadi arus banjir dengan beban berat partikel pasir dan lempung. 2. Letusan campuran bahan padat dan air secara langsung dari lubang kawah aktif bukan merupakan hal yang biasa tetapi dapat disebabkan oleh letusan yang melalui air hujan yang melimpah. Letusan ini dapat juga dipicu oleh hujan sangat deras, mencairnya es dan salju, tanah longsor, penutupan lubang kawah dan kondisi lain dimana sejumlah besar bahan lepas berada di lereng gunung api. 3. Aliran bahan rombakan dan lahar memiliki ciri yang sama dengan fenomena serupa yang bersifat non-vulkanik. Kelakuan dinamik ditentukan terutama oleh keadaan dan perbadingan jumlah bahan, topografi, ukuran dan cuaca. Meskipun kecepatan alirannya lebih rendah dari pada aliran piroklastik, aliran bahan rombakan dan lahar yang besar dapat mencapai jarak 50 km atau lebih dan mencapai volume lebih dari 107 m3. Kerusakann fisik yang disebabkan oleh aliran bahan rombakan dan lahar juga sebanding dengan kerusakan akibat fenomena serupa yang bersifat non-vulkanik. 4. Banjir dapat dipicu oleh tanah longsor, aliran piroklastik, longsoran dan aliran bahan rombakan, dan lahar yang ditimbulkan oleh mencairnya es dan salju di dekat pusat vulkanik atau di tempat yang lebih jauh oleh lereng yang tidak stabil karena percepatan erosi. Tergantung pada kondisi awal sistem air, masuknya bahan vulkanik secara tiba-tiba dapat menyebabkan banjir besar di sungai bagian bawah. Pengendapan dan penyumbatan oleh sejumlah besar sedimen yang terbawa banjir ini merupakan ancaman yang serius terhadap fasilitas sungai dan persediaan air. 5. Salah satu cara mengevaluasi bahaya lahar adalah melakukan pemetaan endapan lahar tersebut. Dengan demikian, lahar yang sangat merusak akan menghasilkan endapan yang sangat kecil sehingga dapat terabaikan dalam catatan geologi. Bahaya lahar dievaluasi dengan melakukan:a. identifikasi daerah sumber lahar yang potensial, termasuk danau kawah, puncak gunung es dan curah hujan musiman yang tinggi; danb. identifikasi pola drainase yang mungkin dapat menampung lahar dan mengalirankannya ke tempat yang jauh.1.2.2.2.9 Deformasi tanahDeformasi tanah memiliki spesifikasi:Deformasi dipicu oleh runtuhnya lereng gunung api karena gravitasi, runtuhnya lubang kawah dan graben, atau intrusi magma dangkal. Meskipun perlahan, sesuai dengan berjalannya waktu, deformasi lereng dapat menyebabkan pergeseran vertikal dan horisontal yang cukup signifikan dalam bentuk patahan, retakan dan menggelombangnya permukaan. Deformasi tanah yang signifikan dapat terjadi sebagai hasil dari injeksi magma selama pembentukan gunung api monogenetik.

1.2.2.2.10 Gempa BumiMeskipun tidak mudah membedakan gempa bumi vulkanik dengan gempa bumi tektonik, yang diperhitungkan pada Peraturan Kepala ini hanya gempa bumi yang berhubungan langsung dengan aktivitas vulkanik. Gempa vulkanik umumnya terjadi dalam bentuk getaran (swarm) dan mempunyai magnitudo lebih kecil dari gempa tektonik. Gempa vulkanik cenderung bervariasi dalam panjang gelombang dan frekuensi. Gempa vulkanik dapat berjumlah banyak dan cukup besar hingga menimbulkan kerusakan tingkat menengah. Gempa tektonik dengan magnitudo 6 atau lebih pernah tercatat dapat memicu letusan gunung api tetapi batas (magnitudo) tersebut tidak jelas.1.2.2.2.11 TsunamiTsunami vulkanik dapat timbul jika tanah longsor, aliran piroklastik, longsoran bahan rombakan, dan lahar masuk ke laut atau danau besar. Tsunami vulkanik dapat juga disebabkan oleh dislokasi dasar laut oleh gunung api lepas pantai atau gempa bumi. Runtuhnya struktur bangunan gunung api yang dipicu oleh letusan gunung api atau gempa bumi dapat mengarah ke pergeseran lereng cukup besar yang selanjutnya menimbulkan tsunami. Banyak bencana besar dalam sejarah disebabkan oleh tsunami yang secara langsung berhubungan dengan aktivitas gunung api. Sebagai contoh, meletusnya gunung Krakatau. Kerusakan fisik yang disebabkan tsunami menempatkan tsunami sebagai salah satu bahaya vulkanik yang paling serius. Bahaya karena tsunami dievaluasi berdasarkan pada topografi sekitar tapak, jarak tapak dari kumpulan /volume 2.3 Gelombang SeismikGelombang seismik adalah strain dinamik atau strain elastik yang berubah terhadap waktu yang merambat melalui material elastik seperti batuan sebagai tanggapan terhadap suatu gangguan dinamik. Gelombang seismik atau gelombang elastik terdiri atas dua jenis, yaitu gelombang tubuh (body wave) dan gelombang permukaan (surface wave).2.3.1 Gelombang badan/Body wave Gelombang badan adalah gelombang yang menjalar dalam media elastik dan arah perambatannya keseluruh bagian di dalam bumi. Berdasarkan gerak partikel pada media dan arah penjalarannya gelombang dapat dibedakan menjadi gelombang P dan gelombang S.:a. P-wave atau gelombang-P/gelombang primer. Gelombang ini adalah gelombang longitudinal dimana arah pergerakan partikel akan searah dengan arah rambat gelombang.

Gambar 2.1 Ilustrasi Gerak Gelombang Primer (P)(Sumber : Elnashai dan Sarno, 2008)b. S-wave atau gelombang-S/gelombang sekunder. Gelombang ini adalah gelombang transversal dimana arah pergerakan partikel akan tegak lurus dengan arah rambat gelombang.

Gambar 2.2 Ilustrasi Gerak Gelombang Sekunder (S)(Sumber : Elnashai dan Sarno, 2008)Kecepatan gelombang-P lebih besar daripada gelombang-S (jika merambat dalam medium yang sama). Gelombang-P merupakan gelombang yang pertama kali sampai dan terdeteksi oleh receiver (hydrophone atau geophone). Sedangkan gelombang-S kadang tidak terdeteksi oleh receiver untuk jarak yang dekat dengan sumber.2.3.2 Gelombang permukaan/surface wave Gelombang permukaan merupakan salah satu gelombang seismik selain gelombang badan. Gelombang ini ada pada batas permukaan medium. Berdasarkan pada sifat gerakan partikel media elastik, gelombang permukaan merupakan gelombang yang kompleks dengan frekuensi yang rendah dan amplitudo yang besar, yang menjalar akibat adanya efek free survace dimana terdapat perbedaan sifat elastik (Susilawati, 2008). Jenis dari gelombang permukaan ada dua yaitu gelombang Rayleigh dan gelombang Love.a. Gelombang Ray Leight atau groundroll adalah gelombang yang menjalar di permukaan bumi dengan pergerakan partikelnya menyerupai ellip. Karena menjalar di permukaan, amplitudo gelombang rayleigh akan berkurang dengan bertambahaya kedalaman.

Gambar 2.3 Ilustrasi Gerak Gelombang Rayleigh(Sumber : Elnashai dan Sarno, 2008)Didalam rekaman seismik, gelombang rayleigh dicirikan dengan amplitudonya yang besar dan dicirikan dengan frekuensi rendah.b. Gelombang Love merupakan gelombang permukaan yang menjalar dalam bentuk gelombang transversal yang merupakan gelombang S horizontal yang penjalarannya paralel dengan permukaannya (Gadallah and Fisher, 2009).

Gambar 2.4 Ilustrasi Gerak Gelombang Love(Sumber : Elnashai dan Sarno, 2008)Nama Love diberikan untuk menghormati Augustus Edward Hough Love (1863-1940), matematikawan asal Oxford. Beliau dianugrahi Adam prize setelah menemukan model gelombang permukaan jenis ini.2.4 Magnitude GempaKonsep Magnitude Gempabumi sebagai skala kekuatan relatif hasil dari pengukuran fase amplitude dikemukakan pertama kali oleh K. Wadati danC. Richter sekitar tahun 1930 (Lay. T and Wallace. T.C,1995).Kekuatan gempabumi dinyatakan dengan besaran Magnitude dalam skala logaritma basis 10. Suatu harga Magnitude diperoleh sebagai hasil analisis tipe gelombang seismik tertentu (berupa rekaman getaran tanah yang tercatat paling besar) dengan memperhitungkan koreksi jarak stasiun pencatat ke episenter.

Tabel 2.1 Pembagian Zona Seismisitas Berdasarkan Nilai Magnitude GempaSkala MagnitudeKarakteristik Pengaruh Gempa

8Hancur total, gelombang terlihat dipermukaan tanah dan benda benda terlempar ke udara

Sumber : Geologi Fisik Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB

2.4.4 Magnitude Yang Digunakan BMGMenurut Tajib. S, (1986) pengamatan gempabumi di Indonesia berawal pada tahun 1898 saat pemerintah Hindia Belanda mengoperasikan seismograf mekanik Ewing di Jakarta. Kemudian tahun 1908 dipasang seismograf Wiechert komponen horizontal, yang pada tahun 1928 dilengkapi dengan seismograf Wiechert komponen vertical. Pemasangan kedua jenis seismograf tersebut dilakukan di beberapakotayaituJakarta,Medan, Bengkulu danAmbon. Dengan adanya seismograf telah dilakukan pemantauan gempabumi meskipun dengan tingkat keakuratan rendah jika dibandingkan saat ini. Pada masa pendudukan Jepang beberapa seismograf yang rusak akibat peperangan mengalami perbaikan sehingga dapat beroperasi kembali.2.5 Percepatan TanahParameter getaran gelombang gempa yang dicatat oleh seismograf umumnya adalah simpangan kecepatan atau velocity dalam satuan kine (cm/dt). Selain velocity tentunya parameter yang lain seperti displacement (simpangan dalam satuan micrometer) dan percepatan (acceleration dalam satuan gal atau cm/dt2) juga dapat ditentukan. Parameter percepatan gelombang seismik atau sering disebut percepatan tanah merupakan salah satu parameter yang penting dalam seismologi teknik atau earthquakes engineering. Besar kecilnya percepatan tanah tersebut menunjukkan resiko gempabumi yang perlu diperhitungkan sebagai salah satu bagian dalam perencanaan bangunan tahan gempa.Setiap gempa yang terjadi akan menimbulkan satu nilai percepatan tanah pada suatu tempat (site). Nilai Percepatan tanah yang akan diperhitungkan pada perencanaan bangunan adalah nilai percepatan tanah maksimum.Meskipun gempabumi yang kuat tidak sering terjadi tetapi tetap sangat membahayakan kehidupan manusia. Salah satu hal yang penting dalam penelitian seismologi adalah mengetahui kerusakan akibat getaran gempabumi terhadap bangunan-bangunan di setiap tempat. Hal ini diperlukan untuk menyesuaikan kekuatan bangunan yang akan dibangun di daerah tersebut.Bangunan-bangunan yang mempunyai kekuatan luar biasa dapat saja dibuat, sehingga bila terjadi gempabumi yang bagaimanapun kuatnya tidak akan mempunyai tanggapan / reaksi yang tidak sama terhadap kekuatan gempabumi. Nilai percepatan tanah dapat dihitung langsung dengan seismograf khusus yang disebut strong motion seismograph atau accelerograf. Namun karena begitu pentingnya nilai percepatan tanah dalam menghitung koefisien seismik untuk bangunan tahan gempa, sedangkan jaringan accelerograf tidak lengkap baik dari segi periode waktu maupun tempatnya, maka perhitungan empiris sangat perlu dibuat.Oleh sebab itu untuk keperluan bangunan tahan gempa harga percepatan tanah dapat dihitung dengan cara pendekatan dari data historis gempabumi.Beperapa formula pendekatan antara lain :2.5.1 Hubungan rumus Richter

..(2.1)

Dimana M adalah magnitude, adalah intensitas pada tempat yang akan dicari dan a adalah percepatan tanah pada tempat yang dicari dalam satuan cm/dtatau gal.2.5.2 Hubungan rumus Murphy dan OBrein

(2.2)

Dimana a adalah percepatan tanah pada tempat yang akan dicari, I adalah intensitas gempa pada tempat yang akan dicari, M adalah magnitude dan adalah jarak episenter dalam km.2.5.3 Hubungan rumus Donovan

(2.3)Di mana a adalah percepatan, M adalah magnitude dan r adalah jarak hiposenter dalam satuan km.2.5.4 Hubungan rumus Esteva

.(2.4)Dengan keterangan parameter sama dengan rumus Donovan.Untuk menghitung percepatan a pada persamaan (2.1) dan (2.2), perlu mengetahui besarnya intensitas I pada tempat yang akan dicari. Prih Haryadi dan Subardjo telah menghitung rumus attenuasi intensitas terhadap jarak gempa Flores 12 Desember 1992 dengan formula sebagai berikut :

.(2.5)

Dimana I adalah intensitas pada jarak episenter km dan Iadalah intensitas pada sumber. Dengan menggunakan data historis gempa serta mengkombinasikan persamaan (2.5), persamaan (2.1) dan (2.2) dapat dihitung.Selain rumus-rumus empiris diatas masih banyak formula lain yang memasukkan variabel periode waktu, periode dominan tanah, yaitu antara lain:

2.5.5 Model percepatan tanah pada permukaan secara empiris oleh Mc.Guirre R.K (1963)

..(2.6)dengan : = percepatan tanah pada permukaan (gal)M = magnitude permukaan (SR)R = jarak hiposenter (km)

= Jarak episenter (km) h = kedalaman sumber gempa (km)2.5.6 Model percepatan tanah rumusan Kawashumi (1950)

(2.7)dengan : = percepatan tanah pada permukaan (gal)M = magnitudo gelombang permukaan (SR)R = jarak hiposenter (km)

= jarak episenter (km) h = kedalaman sumber gempa (km)Pada kedua model percepatan tanah di atas menggunakan parameter-parameter dasar gempa yaitu : Magnitude (M) Kedalaman sumber gempa (h) Episenter (E)Bila magnitude gelombang permukaan (Ms) tidak diketahui dan hanya diketahui magnitude gelombang bodi (mb), Ms dapat dihitung dengan menggunakan rumusan empiris hubungan antara Ms dan mb.Japan Meteorological Agency (JMA) membuat hubungan antara skala intensitas JMA dan skala MMI dengan percepatan maksimum gempabumi seperti terlihat pada tabel berikut.Tabel 2.2 Hubungan antara skala JMA dn skala MMI dengan percepatan maksimum gempa bumi Skala JMA Percepatan Maksimum (gal)Skala MMI Percepatan Maksimum (gal)

0 dibawah 0.81 dibawah 1.0

1 0.8 ~ 2.52 1.0 ~ 2.0

2 2.5 ~ 8.03 2.1 ~ 5.0

3 8.0 ~ 25.04 5.0 ~ 10.0

4 25.0 ~ 80.05 10.0 ~ 21.0

5 80.0 ~ 250.06 21.0 ~ 44.0

6 250.0 ~ 400.07 44.0 ~ 94.0

7 diatas 4008 94.0 ~ 202.0

9 202.0 ~ 432.0

10,11,12 diatas 432

Perpindahan materi dalam penjalaran gelombang seismik biasa disebut displacement. Jika kita lihat waktu yang diperlukan untuk perpindahan tersebut, maka kita bisa tahu kecepatan materi tersebut. Sedangkan percepatan adalah parameter yang menyatakan perubahan kecepatan mulai dari keadaan diam sampai pada kecepatan tertentu. Pada bangunan yang berdiri di atas tanah memerlukan kestabilan tanah tersebut agar bangunan tetap stabil. Percepatan gelombang gempa yang sampai di permukaan bumi disebut juga percepatan tanah, merupakan gangguan yang perlu dikaji untuk setiap gempa bumi, kemudian dipilih percepatan tanah maksimum atau Peak Ground Acceleration (PGA) untuk dipetakan agar bisa memberikan pengertian tentang efek paling parah yang pernah dialami suatu lokasi.Efek primer gempabumi adalah kerusakan struktur bangunan baik yang berupa bangunan perumahan rakyat, gedung bertingkat, fasilitas umum, monumen, jembatan dan infrastruktur lainnya, yang diakibatkan oleh getaran yang ditimbulkannya. Secara garis besar, tingkat kerusakan yang mungkin terjadi tergantung dari kekuatan dan kualitas bangunan, kondisi geologi dan geotektonik lokasi bangunan, dan percepatan tanah di lokasi bangunan akibat dari getaran suatu gempa bumi. Faktor yang merupakan sumber kerusakan dinyatakan dalam parameter percepatan tanah. Sehingga data PGA akibat getaran gempabumi pada suatu lokasi menjadi penting untuk menggambarkan tingkat resiko gempabumi di suatu lokasi tertentu. Semakin besar nilai PGA yang pernah terjadi di suatu tempat, semakin besar resiko gempabumi yang mungkin terjadi. Pengukuran percepatan tanah dilakukan dengan accelerograf yang dipasang di lokasi penelitian. Mengingat jaringan accelerograf di Indonesia belum sebaik di negara lain seperti Jepang, Amerika, Cina, maka pengukuran percepatan tanah dilakukan dengan cara empiris, yaitu dengan pendekatan dari beberapa rumus yang diturunkan dari magnitude gempa atau / dan data intensitas. Perumusan ini tidak selalu benar, bahkan dari satu metode ke metode lainnya tidak selalu sama, namun cukup memberikan gambaran umum tentang PGA. Beberapa rumus empiris telah dijelaskan diatas.Dari beberapa perhitungan diatas, BMKG memetakan peta percepatan gerakan tanah maksimum wilayah Indonesia dengan menggunakan metode Richter yang dikombinasikan dengan formula Attenuasi Intesitas Subardjo-prih Harjadi.

Gambar 2.5. Peta percepatan tanah maksimum Indonesia formula Richter yang dikombinasi dengan formula attenuasi intensitas Subardjo-Prih Harjadi.2.6 Percepatan Getaran Tanah Maksimum (PGA) Percepatan adalah parameter yang menyatakan perubahan kecepatan mulai dari keadaan diam sampai pada kecepatan tertentu. Percepatan getaran tanah merupakan gangguan yang perlu dikaji untuk setiap gempabumi, kemudian dipilih percepatan getaran tanah maksimum atau Peak Ground Acceleration (PGA) untuk dipetakan agar bisa memberikan pengertian tentang efek paling parah yang pernah dialami suatu lokasi (Edwiza, 2008). Percepatan getaran tanah maksimum adalah nilai percepatan getaran tanah yang terbesar yang pernah terjadi di suatu tempat yang diakibatkan oleh gempabumi. Semakin besar nilai PGA yang pernah terjadi disuatu tempat, semakin besar bahaya dan resiko gempabumi yang mungkin terjadi. Efek primer gempabumi adalah kerusakan struktur bangunan baik yang berupa gedung perumahan rakyat, gedung bertingkat, fasilitas umum, monumen, jembatan dan infrastruktur struktur lainnya, yang diakibatkan oleh getaran yang ditimbulkannya. Secara garis besar, tingkat kerusakan yang mungkin terjadi tergantung dari kekuatan dan kualitas bangunan, kondisi geologi dan geotektonik lokasi bangunan, dan percepatan tanah di lokasi bangunan akibat dari getaran suatu gempabumi. Faktor yang merupakan sumber kerusakan dinyatakan dalam parameter percepatan tanah sehingga data PGA akibat getaran gempabumi pada suatu lokasi menjadi penting untuk menggambarkan tingkat bahaya gempabumi di suatu lokasi tertentu. Pengukuran percepatan tanah dilakukan dengan Accelerograph yang dipasang dilokasi penelitian. Akan tetapi apabila tidak dapat dilakukan pengukuran dilokasi penelitian pengukuran percepatan tanah dilakukan dengan cara empiris, yaitu dengan pendekatan dari beberapa rumus yang diturunkan dari magnitudo gempabumi atau/dan data intensitas. Perumusan ini tidak selalu benar bahkan dari satu metode ke metode lainnya tidak selalu sama, namun cukup memberikan gambaran umum tentang PGA.Percepatan tanah permukaan di suatu tempat yang disebabkan oleh getaran seismik bergantung pada perambatan gelombang seismik dan karakteristik lapisan tanah (alluvial deposit) di tempat tersebut (Kannai,1966). Sifat-sifat lapisan tanah ditentukan oleh periode dominan tanah (predominant period) dari lapisan tanah tersebut bila ada getaran seismik. Periode getaran seismik dan periode dominan tanah akan mempengaruhi besarnya percepatan batuan pada lapisan batuan dasar (base rock) dan pada permukaan (ground surface). Sedangkan perbedaan respon seismik pada base rock dengan respon seismik pada ground surface akan menentukan faktor perbesaran G(T).Percepatan tanah maksimum merupakan dampak gelombang gempabumi di lokasi pengukuran, sehingga bisa menjadi ukuran intensitas gempabumi yang dialami. Peta percepatan tanah maksimum diklasifikasikan menjadi 10 macam tingkat resiko berdasarkan percepatan tanah maksimum dan intensitas seperti ditunjukkan pada tabel 2.3 .

Tabel 2.3 Tingkat Resiko GempabumiNoTingkat ResikoPercepatan (gal)Intensitas (MMI)

1Resiko sangat kecilX

Sumber : Fauji dkk, 2005 dalam Edwiza, 20082.7 Metode PemetaanLangkah-langkah membuat peta percepatan tanah maksimum (PGA) di Indonesia khususnya yang dilakukan di BMG adalah sebagai berikut :1. Menyusun kembali data gempabumi yang terjadi dalam wilayah Indonesia dan sekitarnya.2. Membagi Indonesia menjadi grid dengan ukuran 0,5 derajad x 0,5 derajad.3. Menghitung percepatan tanah untuk tiap-tiap grid untuk semua data gempabumi dengan beberapa formula dan memilih satu percepatan yang paling besar pada tiap-tiap grid.4. Menghitung percepatan tanah maksimum untuk tiap-tiap grid untuk berbagai periode ulang dengan menggunakan metode Mc.Guire.5. Menentukan tingkat resiko berdasarkan nilai percepatan maksimum.6. Membuat kontur peta resiko untuk wilayah Indonesia.

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN3.1 Waktu dan Tempat Penelitian3.1.1 Waktu PenelitianKegiatanFebruariMaretAprilMei

Minggu keMinggu keMinggu keMinggu ke

1234123412341234

Penyerahan judul penelitian

Diskusi dengan dosen, terkait judul yang diajukan

Presentasi

Pengumpulan data

Pengumpulan proposal

Revisi proposal

Penglahan data

Konsultasi hasil pengolahan data

Pembuatan laporan hasil penelitian

Pengumpulan laporan hasil penelitian

3.1.2 Tempat PenelitianTempat yang akan dijadikan objek penelitian adalah Pulau Sumbawa yang terletak di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia.Sumber : ( Google Earth )Gambar 3.1 Daerah Tempat Penelitian Yang telah diberi titik bewarna merah 3.2 Alat dan Bahan Penelitian3.2.1 Alat penelitiana. Perangkat keras (Hardware)1. Laptop: 1 Buah2. Kalkulator: 1 Buahb. Perangkat Lunak ( Software )1.Microsoft Office untuk menyusun dan mengolah data

2.Global Mapper untuk membuat titik-titik yang akan diukur, dan utntuk dimasukan kedalam Google Earth.

3.Google Earth untuk penentuan titik pengukuran

4.Surfer 10 untuk mengolah hasil akhir percepatan maksimum tanah

3.2.2 Bahan Penelitian1. Peta Geologi Regional Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Sekitarnya sebagai bahan validasi dengan hasil penelitian.2. Data gempa tahun 1911 - 2006 dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika untuk menentukan percepatan tanah dan magnitude gempa.3. Data gunung api Provinsi Nusa Tenggara Barat3.3. Tahap Pengolahan Data Penelitian

Gambar 3.2 Diagram Alir Pengolahan Data Penelitiana. Menentukan Percepatan Tanah (PGA)Melalui data gempabumi pada tahun 1911 2006 dan penentuan grid daerah penelitian, maka dapat diperoleh nilai percepatan tanah daerah penelitian melalui formula Kawasumi seperti pada persamaanb. Radius bahaya gunung apiUntuk mendapatkan dan memetakan radius bahaya gunung apai, digunakan data erupsi gung apai serta lontaran material terjauh yang pernah dimuntahkan gunung api saat erjadi erupsi.c. Pemetaan percepatan tanahHasil perhitungan perceatan tanah dengan menggunakan rumusan Kawasumi, dilakukan pemetaan sesuai dengan grid yang telah dibuat.

BAB IVDATA HASIL PENELITIAN4.1 Data Percepatan Gerakan Tanah untuk Beberapa Gempa yang Terletak Dekat Dengan titik penelitianLatitudlongitudtitik PantauanPGAKeterangan

116,705715-8,105034TK125,75138602

116,838315-8,105034TK228,65822596

116,9709149-8,105034TK332,34291425

117,1035149-8,105034TK437,1728455

117,2361149-8,105034TK543,79314215

117,3687148-8,105034TK653,45303846

117,5013148-8,105034TK768,93855413

117,6339148-8,105034TK898,02969506

117,7665147-8,105034TK9174,1711237

117,8991147-8,105034TK10168,4891182

118,0317147-8,105034TK1196,27998297

118,1643146-8,105034TK1268,09246459

118,2969146-8,105034TK1352,95319147

118,4295146-8,105034TK1443,46237469

118,5621145-8,105034TK1536,93737172

118,6947145-8,105034TK1632,16649296

118,8273145-8,105034TK1728,52096602

118,9599144-8,105034TK1825,64145756

119,0925144-8,105034TK1923,30744725

116,705715-8,237634TK2025,61075389

116,838315-8,237634TK2128,45953149

116,9709149-8,237634TK2232,04896667

117,1035149-8,237634TK2336,71108879

117,2361149-8,237634TK2443,00626935

117,3687148-8,237634TK2551,94675835

117,5013148-8,237634TK2665,49246657

117,6339148-8,237634TK2787,39922881

117,7665147-8,237634TK28118,7532427

117,8991147-8,237634TK29117,5411533

118,0317147-8,237634TK3086,23365519

118,1643146-8,237634TK3164,78166431

118,2969146-8,237634TK3251,49232515

118,4295146-8,237634TK3342,6946847

118,5621145-8,237634TK3436,48504899

118,6947145-8,237634TK3531,87771037

118,8273145-8,237634TK3628,32533312

118,9599144-8,237634TK3725,5027544

119,0925144-8,237634TK3823,20549829

116,705715-8,3702339TK3925,18196061

116,838315-8,3702339TK4027,85959339

116,9709149-8,3702339TK4131,17397456

117,1035149-8,3702339TK4235,366319

117,2361149-8,3702339TK4340,79551076

117,3687148-8,3702339TK4447,97898697

117,5013148-8,3702339TK4557,5257628

117,6339148-8,3702339TK4669,38054767

117,7665147-8,3702339TK4779,71469112

117,8991147-8,3702339TK4879,42948151

118,0317147-8,3702339TK4968,85722734

118,1643146-8,3702339TK5057,06699151

118,2969146-8,3702339TK5147,63001235

118,4295146-8,3702339TK5240,53359715

118,5621145-8,3702339TK5335,1662364

118,6947145-8,3702339TK5431,01746514

118,8273145-8,3702339TK5527,73434949

118,9599144-8,3702339TK5625,07969699

119,0925144-8,3702339TK5722,89239565

116,705715-8,5028339TK5824,50973511

116,838315-8,5028339TK5926,93611854

116,9709149-8,5028339TK6029,86175858

117,1035149-8,5028339TK6133,42602801

117,2361149-8,5028339TK6237,79185323

117,3687148-8,5028339TK6343,09517576

117,5013148-8,5028339TK6449,2615412

117,6339148-8,5028339TK6555,52968164

117,7665147-8,5028339TK6659,84462631

117,8991147-8,5028339TK6759,73855836

118,0317147-8,5028339TK6855,28397284

118,1643146-8,5028339TK6948,98845747

118,2969146-8,5028339TK7042,8505267

118,4295146-8,5028339TK7137,58808901

118,5621145-8,5028339TK7233,25959988

118,6947145-8,5028339TK7329,72566366

118,8273145-8,5028339TK7426,82383001

118,9599144-8,5028339TK7524,4160313

119,0925144-8,5028339TK7622,39472924

116,705715-8,6354339TK7723,65574993

116,838315-8,6354339TK7825,79092629

116,9709149-8,6354339TK7928,28757888

117,1035149-8,6354339TK8031,2047183

117,2361149-8,6354339TK8134,57766764

117,3687148-8,6354339TK8238,36122619

117,5013148-8,6354339TK8342,31514861

117,6339148-8,6354339TK8445,84770261

117,7665147-8,6354339TK8548,00568666

117,8991147-8,6354339TK8647,95521501

118,0317147-8,6354339TK8745,71823649

118,1643146-8,6354339TK8842,1501943

118,2969146-8,6354339TK8938,19444079

118,4295146-8,6354339TK9034,42533979

118,5621145-8,6354339TK9131,07169403

118,6947145-8,6354339TK9228,17342313

118,8273145-8,6354339TK9325,69336681

118,9599144-8,6354339TK9423,57218423

119,0925144-8,6354339TK9521,75059707

116,705715-8,7680338TK9622,68488632

116,838315-8,7680338TK9724,52377353

116,9709149-8,7680338TK9826,60678155

117,1035149-8,7680338TK9928,94291696

117,2361149-8,7680338TK10031,50555738

117,3687148-8,7680338TK10134,19615148

117,5013148-8,7680338TK10236,79563493

117,6339148-8,7680338TK10338,93471555

117,7665147-8,7680338TK10440,157606

117,8991147-8,7680338TK10540,12972025

118,0317147-8,7680338TK10638,85934392

118,1643146-8,7680338TK10736,69153591

118,2969146-8,7680338TK10834,08171552

118,4295146-8,7680338TK10931,39311906

118,5621145-8,7680338TK11028,83876122

118,6947145-8,7680338TK11126,51318408

118,8273145-8,7680338TK11224,44087872

118,9599144-8,7680338TK11322,61188898

119,0925144-8,7680338TK11421,00231413

116,705715-8,9006338TK11521,65490978

116,838315-8,9006338TK11623,21603663

116,9709149-8,9006338TK11724,9314189

117,1035149-8,9006338TK11826,78480049

117,2361149-8,9006338TK11928,72846516

117,3687148-8,9006338TK12030,66526541

117,5013148-8,9006338TK12132,43350933

117,6339148-8,9006338TK12233,81226471

117,7665147-8,9006338TK12334,56963386

117,8991147-8,9006338TK12434,55261239

118,0317147-8,9006338TK12533,76485254

118,1643146-8,9006338TK12632,36465405

118,2969146-8,9006338TK12730,58508835

118,4295146-8,9006338TK12828,6451918

118,5621145-8,9006338TK12926,70380095

118,6947145-8,9006338TK13024,85558877

118,8273145-8,9006338TK13123,14658833

118,9599144-8,9006338TK13221,59206775

119,0925144-8,9006338TK13320,19017073

116,705715-9,0332338TK13420,61133968

116,838315-9,0332338TK13521,92557156

116,9709149-9,0332338TK13623,33007738

117,1035149-9,0332338TK13724,79897078

117,2361149-9,0332338TK13826,28322832

117,3687148-9,0332338TK13927,70346194

117,5013148-9,0332338TK14028,9479517

117,6339148-9,0332338TK14129,88348232

117,7665147-9,0332338TK14230,38435913

117,8991147-9,0332338TK14330,37320364

118,0317147-9,0332338TK14429,85181968

118,1643146-9,0332338TK14528,90042945

118,2969146-9,0332338TK14627,64584871

118,4295146-9,0332338TK14726,22083975

118,5621145-9,0332338TK14824,73585543

118,6947145-9,0332338TK14923,26889038

118,8273145-9,0332338TK15021,86782421

118,9599144-9,0332338TK15120,55774048

119,0925144-9,0332338TK15219,34850034

116,705715-9,1658337TK15319,5866207

116,838315-9,1658337TK15420,68880715

116,9709149-9,1658337TK15521,83802675

117,1035149-9,1658337TK15623,0070632

117,2361149-9,1658337TK15724,15313686

117,3687148-9,1658337TK15825,21585905

117,5013148-9,1658337TK15926,11935125

117,6339148-9,1658337TK16026,78131366

117,7665147-9,1658337TK16127,12961479

117,8991147-9,1658337TK16227,12190392

118,0317147-9,1658337TK16326,75915263

118,1643146-9,1658337TK16426,08532977

118,2969146-9,1658337TK16525,17340212

118,4295146-9,1658337TK16624,1056876

118,5621145-9,1658337TK16722,95753758

118,6947145-9,1658337TK16821,78859359

118,8273145-9,1658337TK16920,64091435

118,9599144-9,1658337TK17019,54113402

119,0925144-9,1658337TK17118,50408697

Mulai

Studi pendahuluan

Pengumpulan data

Penentuan Daerah Penelitian

Data gempa

Data gempa

Kawasumi

Percepatan tanah

Radius bahaya gunung api

Analisa Hasil

kesipulan

Selesai

Pemetaan percepatan tanah