Allah adalah kebutuhan

8
ALLAH ADALAH KEBUTUHAN Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah (Mazmur 42:2). Betapa seringnya kita membaca ayat ini. Kesimpulan apakah yang kita peroleh dari ayat-ayat dalam mazmur ini. Dikuatirkan kita tidak mencapai sasaran pengertian ayat ini. Kita memahaminya dengan baju kita atau pengertian kita yang masih dangkal. Walaupun kita bisa begitu mudah berkata: “ Sperti rusa merindukan sungai yang berair demikianlah jiwaku merindukan Engkau Tuhan…Yesus, Yesus kau berarti bagiku. Perlu dipersoalkan oleh kita sekarang adalah “seberapa perlunya kita terhadap-Nya”. Lalu juga harus dipersoalkan “mengapa kita memerlukannya?”. Ini bukan pertanyaan konyol, tetapi pertanyan prinsip yang sangat menentukan mutu atau kwalitas relasi kita dengan Tuhan. Seberapa dalam hubungan kita dengan Tuhan sangat ditentukan oleh jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut. Kita harus mempersoalkan ini dengan serius kalau kita mau sungguh- sungguh bertuhan dengan benar dan memiliki kehidupan secara benar. Dari pernyataan-pernyataan pemazmur kita dapat menangkap betapa kuatnya “rasa butuhnya” pribadi pemazmur terhadap Tuhan. Seperti rusa merindukan sungai yang berair. Perhatikan kata “sungai” dalam ayat ini. Dalam teks ibraninya “awfeek”, aliran air. Bukan sungai mati, tetapi sungai yang mengalir. Hal ini menunjukkan rusa membutuhkan air secara berlimpah dan berkesinambungan. Baginya sungai itu adalah kehidupannya.

Transcript of Allah adalah kebutuhan

Page 1: Allah adalah kebutuhan

ALLAH ADALAH KEBUTUHAN

Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau,

ya Allah (Mazmur 42:2).

Betapa seringnya kita membaca ayat ini. Kesimpulan apakah yang kita peroleh dari ayat-ayat

dalam mazmur ini. Dikuatirkan kita tidak mencapai sasaran pengertian ayat ini. Kita

memahaminya dengan baju kita atau pengertian kita yang masih dangkal. Walaupun kita bisa

begitu mudah berkata: “ Sperti rusa merindukan sungai yang berair demikianlah jiwaku

merindukan Engkau Tuhan…Yesus, Yesus kau berarti bagiku. Perlu dipersoalkan oleh kita

sekarang adalah “seberapa perlunya kita terhadap-Nya”. Lalu juga harus dipersoalkan

“mengapa kita memerlukannya?”. Ini bukan pertanyaan konyol, tetapi pertanyan prinsip yang

sangat menentukan mutu atau kwalitas relasi kita dengan Tuhan. Seberapa dalam hubungan

kita dengan Tuhan sangat ditentukan oleh jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut. Kita

harus mempersoalkan ini dengan serius kalau kita mau sungguh-sungguh bertuhan dengan

benar dan memiliki kehidupan secara benar.

Dari pernyataan-pernyataan pemazmur kita dapat menangkap betapa kuatnya “rasa

butuhnya” pribadi pemazmur terhadap Tuhan. Seperti rusa merindukan sungai yang berair.

Perhatikan kata “sungai” dalam ayat ini. Dalam teks ibraninya “awfeek”, aliran air. Bukan

sungai mati, tetapi sungai yang mengalir. Hal ini menunjukkan rusa membutuhkan air secara

berlimpah dan berkesinambungan. Baginya sungai itu adalah kehidupannya. Aliran air

tersebut bukan sekedar hobi, alat penunjang dan pelengkap hidup tetapi kehidupan itu sendiri.

Ia tidak dapat hidup tanpa aliran sungai tersebut.

Dari Mazmur 42: 1-5 kita memperoleh kesimpulam penting: Bahwa tidak ada yang

kita perlukan dalam hidup ini seperti kita memerlukan Tuhan. Kita merasa memerlukan

Tuhan bukan sekedar karena kita orang beragama maka kita datang ke gereja dan melakukan

syariatnya agama kita, ke gereja adalah bagian syariat agama yang dianggap penting. Hampir

semua agama berpendirian bahwa datang ke rumah ibadah adalah syariat penting dan sering

dianggap utama. Jadi bias dimengerti kalau banyak orang berpikir, kalau sudah datang ke

gereja berarti sudah memenugi panggilannya bersekutu dengan Tuhan. Harus memeriksa diri

dengan jujur yaitu “kita butuh Tuhan karena Tuhan sendiri, atau karena suatu kebutuhan” .

Kalau kita butuh Tuhan karena didesak persoalan hidup duniawi atau suatu kebuituhan maka

kita telah menjadikan Tuhan alat atau sarana semata-mata bukan tujuan. Bila seseorang

Page 2: Allah adalah kebutuhan

bersikap demikian terhadap Tuhan, yaitu datang ke gereja atau bertuhan memang karena ita

harus beragama, maka pada umumnya orang akan menjadikan Tuhan sekedar pelengkap

kehidupan. Tuhan menjadi tambahan yang memang dianggap penting, tetapi sepenting

apapun tetap adalah tambahan. Sesungguhnya Tuhan bukanlah pelengkap atau tambahan.

Ban serep mobil kita itu penting. Banyak orang tidak berani mengendarai mobilnya tanpa ban

serep. Tetapi tetap ban serep, bukan ban yang digunakan menggelindingkan mobil itu. Tuhan

tidak sejajar dengan ban serep mobil.

Dia adalah kehidupan itu sendiri. Kita tidak memiliki kehidupan tanpa Tuhan atau hidup ini

bukanlah sebuah kehidupan bila tanpaTuhan. Tuhan lebih penting dari nafas kita. Dia lebih

berharga dari jantung kita. Dia kita butuhkan lebih dari kita membutuhkan darah. Apalagi

harta dalam bentuk uang dan fasilitas yang lain. Tentu Tuhan kita butuhkan lebih dari kita

membutuhkan apapun dan siapapun. Tuhan adalah kehidupan kita sendiri. Bagi yang belum

menikah jodoh bukan jawaban yang utama. Bagi yang belum punya anak, keturunan

bukanlah jawaban kebutuhan kita. Bagi yang dalam problem ekonomi uang bukanlah

jawaban. Bagi yang dalam persoalan rumah tangga, Tuhanlah jawabannya. Bagi yang sakit

Tuhanlah jawabannya. Memiliki Tuhan berarti memiliki kehidupan. Cukuplah hidup ini kalau

kita memiliki Tuhan dan bersekutu dengan benar. Bila bersikap demikian maka kita benar-

benar memuliakan Tuhan dan bersikap sepantasnya. Selanjutnya sikap seperti inilah yang

menciptakan keintiman hubungan yang luar biasa dengan Tuhan. Kebenarnnya ini sukar

dikenakan, karena ketidak dewasaan kita. Kedengarannya enak, mudah kita mengamininya,

tetapi sukar melakukannya. Namun demikian kita harus melatih diri untuk mengenakan

kebenaran tersebut. Di rumah petak kecilmu hadirkan Tuhan. Maka itu lebih dari tinggal

diistana raja-raja. Semarakkan hidupmu dengan hadirat Tuhan walau tanpa celoteh anak-anak

di rumahmu. Sukacitakan jiwa kita dengan berjalan bersama Tuhan ditengah tikaman

kesunyian tanpa teman hidup. Bahkan ketika maut mengancam karena sakit penyakit atau

yang lain nikmati kabut kemuliaanNya yang menyertai kita yaitu pendampinganNya atas kita.

Hendaknya kita ke gereja atau datang kepada Tuhan bukan hanya karena kita menghadapi

suatu masalah atau suatu kebutuhan. Tuhan menjadi sumber pertolongan dan kekuatan yang

memenuhi segala kebutuhan kita. Dalam hal ini Tuhan menjadi pendukung kehidupan kita,

penopang kehidupan kita. Kedengarannya benar tetapi ini juga belum tepat. Ini bukan berarti

salah. Tuhan memang sumber pertolongan kita. Tetapi sikap seperti ini masih sikap orang

Kristen second grade. Masih orang-orang Kristen kelas dua. Kalau mau kelas satu, harus

menjadikan Tuhan sebagai kebutuhan satu-satunya dan yang paling utama. Kita datang ke

Page 3: Allah adalah kebutuhan

gereja atau mencari Tuhan bukan ketika sedang ada dalam persoalan atau kebutuhan semata-

mata. Tuhan bukan sekedar seperti supermarket yang kita kunjungi karena ada suatu

kebutuhan yang daripadanya kita dapat memperolehnya. Dalam segala keadaan kita

membutuhkan Tuahan, sebab Dialah kehidupan kita.

Kebutuhan kita sebenarnya adalah Tuhan sendiri. Bukan karena ada kebutuhan lalu

kita membutuhkan Tuhan. Tetapi Tuhan sendirilah kebutuhan kita. Bila demikian maka kita

akan merasa puas dengan apapun yang kita miliki hari ini. Sama seperti hubungan kita

dengan pasangan hidup. Bagaimana kita memperlakukan pasangan hidup kita selama ini ?.

Kita membutuhkan dia karena untuk sesuatu hal atau karena memang kita membutuhkan dia.

Coba perhatikan, kalau sepasang manusia sudah dihanyutkan oleh cinta, maka hasrat mereka

untuk membangun rumah tangga tidak didorong oleh apapun tetapi oleh cinta itu semata.

Cinta itulah yang membangun sikap hati merasa membutuhkan pasangannya. Biarpun tinggal

di gubug derita, sepiring ebrdua, tidur diatas tikar tetapi itu bukan menjadi masalah. Berbeda

dengan wanita yang mau menikah dengan pria karena oria mengendarai mobil mewah atau

karena fasilitas lain. Wanita seperti sukar setia dalam arti yang sebenarnya. Pada hakekatnya

ia tidak menikah dengan pria itu tetapi menikah dengan hartanya.

Pada akhirnya kalau kita mencari Tuhan bukan karena berkatNya bukan pul akaren

asorgaNya tetapi karena Tuhan sendiri. Tuhyan itulah sorga kita. Tuhan itulah berkat kita.

Dalam hal ini kita mengerti mengapa pemazmur berkata: “…tidak ada yang kuingini di bumi

selain Engkau (Maz 73:25-26). Seorang penginjil India yang hebat bernama Sadhu Sundar

Sigh berkata” Aku rela masuk neraka asal Tuhan ada disana. Jelas kalau Tuhan ada di Neraka

maka Neraka menjadi sorga.

Tuhan adalah kehidupan kita, adalah pernyataan penting yang melandasi seseorang

membangun hubungan dengan Tuhan. Melandasi orang bertuhan dengan benar. Kefanatikan

seperti ini adalah kefanatikan sehat yang tidak melukai orang lain, kecuali orang yang mau

binsa. Kefanatikan seperti ini harus digelorakan dalam jiwa kita. Harus dikobarkan dalam

jiwa kita. Hal ini akan menyembuhkan segala penyakit jiwa yang menggrogoti kehidupan

kita. Dengan sikap hati seperti ini bias dipastikan jiwa kita akan menjadi sehat sempurna.

Inilah jalan kesembuhan bagi jiwa yang sakit.

Page 4: Allah adalah kebutuhan

AKHIRNYA ADALAH KEMENANGAN

Di dunia yang sudah rusak dan bumi yang terkutuk ini manusia yang hidup

didalamnya akan selalu diperhadapkan dengan kesukaran-kesukaran. Kesukaran hidup

manusia bisa berasal dari diri sendiri atau orang lain. Diri sendiri yaitu kesukaran hidup

karena kesalahan kita dan kesukaran yang disebabkan karena orang lain, yaitu karena

kejahatan orang lain tersebut. Kedua-duanya merupakan kesukaran yang harus ditanggulangi

dan pada umumnya kita mengharapkan penyelesaian dengan segera. Setiap kita pasti

mengalami persoalan-persoalan yang membuat hidup terasa sukar. Pada saaat seperti ini kita

menantikan pertolongan Tuhan. Masalahnya sekarang adalah bagaimana kita menunggu dan

mengalami pertolongan Tuhan.

Dalam Alkitab kita dapat menemukan seringkali Tuhan berkata: Jangan takut. Kata

ini merupakan jaminan bagi kita, bahwa Tuhan : (1). Membela kita (2). Di pihak kita (3).

Tuhan menyertai kita. Ini adalah jaminan yang dapat dipercayai. Dengan demikian

seharusnya kita dapat menikmati hidup dengan keteduhan dan ketenangan. Dalam hal ini kita

dapat memahami mengapa Paulus berkata: Bersukacitalah kamu senantiasa. Perintah untuk

bersukacita senantiasa memberi indikasi bahwa dalam segala keadaan kita mampu menjaga

hati untuk tidak menjadi cemas. Namun kenyataan yang kita hadapi adalah ketakutan dan

kecemasan disebabkan oleh berbagai masalah hidup yang tidak kita temukan jalan keluarnya.

Kadang kita menjadi lemah dan putus asa. Untuk ini kita belajar bagaiman menunggu waktu

Tuahan dan mengalami pertolonganNya. Ada beberapa sikap hati yang harus kita miliki:

Pertama, berani menunggu waktu Tuhan. “Menunggu” merupakan pekerjaan yang sulit, yaitu

menunggu lolos dari sebuah persoalan hidup. Pada umumnya kita memiliki kecenderungan

mendesak Tuhan untuk “segera menolong”. Godaan untuk mendesak atau kadang memaksa

Tuhan ini hampir dimiliki setiap orang. Tetapi sebagai orang percaya yang berpikir dewasa

kita harus percaya bahwa Tuhan memiliki “waktu” atau saat bertindak. Disini dibutuhkan

keberanian atau kadang digunakan kata kesabaran menunggu waktu Tuhan. Menunggu waktu

Tuhan merupakan pergumulan latihan untuk percaya. Bahwa Tuhan adalah Tuhan yang tepat

waktu. Kesalahan Saul sehingga ia ditolak menjadi raja Karena ia tidak berani menunggu

waktu Tuhan menolongnya (1Sam 13:8). Menunggu waktu Tuhan adalah sebuah “seni

iman”. Dalam Ratapan 3:22-26 ditegaskan bahwa Tuhan memilikii kasih setiap yang tidak

berkesudahan. Kita harus belajar dengan diam menanti pertolongan Tuhan (to wait quietly).

Page 5: Allah adalah kebutuhan

Sementara dalam persoalan kita tidak gelisah seolah-olah persoalan tersebut akan

membinasakan kita. Kita harus percaya pertolongan Tuhan datang pada waktunya. Seni

menunggu pertolongan Tuhan ini juga dimiliki Pemazmur dalam kesaksiannya dalam

Mazmur 73:21-24. Pada akhirnya Tuhan pasti memberi pertolongan, walaupun keadaan kita

anggap sudah tidak tertolong (Yoh 11:1-6; 17-21; 32). Kalau saudara menantikan pertolongan

Tuhan pasti tidak akan dipermalukan (Maz 25:3).

Kedua, dalam hal ini kita harus menaruh pertolongan hanya dari Tuhan, kalaupun Tuhan

membuka jalan maka bukan sarana itu itu sumbernya. Sumbernya adalah Tuhan. Dalam hal

ini jangan mempertimbangkan sesuatu sebagai sumber pertolongan (Maz 124:8). Walaupun

didepana mata, orang-orang tertentu yang saudara anggap sebagai sumber kita harus

memandang Tuhan dan menganggap hanya Tuhan sumber pertolongan kita. Menaruh harapa

hanya kepada Tuhan merupakan rahasia melihat pertolongan Tuhan (Rat 4:17). Dengan

pertolongan yang datang dari Tuhan Bapa hendakmemperkenalkan dirinya kepada umat agar

terbangun keintiman.

Ketiga, percaya bahwa Tuhan adalah Tuhan yang sangat peduli terhadap kita. Kepedulian ini

lebih dari kepedulian seorang ibu terhadap anak bayinya (Yes 49:14-15). Kasih seorang ibu

yang demikian kepada anaknya sukar dipahami sebenarnya, apalagi kasih Bapa kepada kita.

Oleh sebab itu kita harus berani menguatkan percaya kita ini bahwa Tuhan itu baik. Kalau

kita merasa jauh dari Tuhan dan tidak melihat uluran tanganNya, pasti ada sesuatu yang

salah. Hal paling dominan yang membiuat kita tidak mengalami pertolongan Tuhan adalah

karena dosa kita (Yes 59). Oleh sebab itu kalau kita hendak menagalami pertolongan Tuhan

harus mau berjalan sesuai dengan kehendak Tuhan.