Alkohol Dan Fermentasi

20
INDUSTRI FERMENTASI Disusun untuk memenuhi Tugas Proses Industri Kimia 1 Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. Chandrawati Cahyani, M.S. Oleh : Sandy Kurnia A.R (135061107111020) Kelas B PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK Pengumpulan Rabu, 17 Desember 2014

description

Proses Industri Kimia 1 : Alkohol Dan Fermentasi

Transcript of Alkohol Dan Fermentasi

Page 1: Alkohol Dan Fermentasi

INDUSTRI FERMENTASI

Disusun untuk memenuhi Tugas Proses Industri Kimia 1

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Ir. Chandrawati Cahyani, M.S.

Oleh :

Sandy Kurnia A.R (135061107111020)

Kelas B

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2014

PengumpulanRabu,

17 Desember 2014

Page 2: Alkohol Dan Fermentasi

INDUSTRI FERMENTASI

Industri alkohol tidak hanya dikembangkan untuk memproduksi minuman

beralkohol., tetapi juga digunakan sebagai pelarut kedua setelah air, dan hampir digunakan di

seluruh industri. Selain itu, alkohol dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk sintesis

bahan-bahan kimia seperti asetaldehid, etil asetat, asam asetat, etilen dibromida, glikol, etil

klorida dan semua etil ester. Alkohol biasanya dijual dalam bentuk tax-paid alkohol, namun

kebanyakan dalam bentuk nontaxed denatured alkohol. Bentuk denaturasinya yaitu campuran

pada substansi yang sulit dipisahkan dari alkohol serta memiliki bau dan rasa yang tidak

enak, yang didesain untuk tidak diminum. Alkohol juga dapat digunakan untuk pembuatan

gasohol, yaitu bahan bakar dari campuran bensin dan alkohol. Alkohol yang digunakan harus

memiliki kemurnian di atas 99,5%, karena alkohol 95% tidak dapat larut dalam bensin. Selain

itu, etanol dapat digunakan untuk meningkatkan nilai oktan pada bensin.

Faktor yang mempengaruhi fermentasi adalah pH, suhu, aerasi-agitasi, kultur-murni

fermentasi dan keseragaman hasil produk. Mikroorganisme harus berkembang relatif mudah

dan dapat diterapkan pada kondisi lingkungan.

Alkohol (Etanol)

Bahan Baku

Alkohol dapat dibuat dari etilen dan berbagai macam pengolahan senyawa sintesis

lainnya. Alkohol juga dapat dibuat dari hidrolisis material selulosa, kayu, libah kayu dan

sulfit liquor. Bahan baku lainnya yang dapat digunakan dalam proses fermentasi alkohol

yaitu molasses, jagung dan berbagai macam sumber karbohidrat lainnya.

Karbohidrat harus dipecah terlebih dahulu menjadi monosakarida berupa glukosa

dengan bantuan enzim. Glukosa yang didapatkan kemudian dikonversi menjadi alkohol

dalam proses fermentasi.

Reaksi pemecahan polisakarida menjadi monosakarida

Page 3: Alkohol Dan Fermentasi

Reaksi fermentasi alkohol

Pada proses fermentasi selalu mengandung gliserin dalam jumlah yang kecil,

sehingga di akhir proses fermentasi, kadar gliserin dan keasamannya akan meningkat.

Proses Pembuatan Alkohol (Etanol)

Gambar 1. Diagram alir industri alkohol

Jagung atau molases sebagai bahan baku fermentasi harus dilakukan proses

degerminated, dehulled dan demilled untuk mendapatkan bahan baku dalam bentuk serbuk.

Bahan baku kemudian dicampur dengan air dan stillage (beer hasil fermentasi dengan kadar

alkohol sedikit dari keluaran bagian bawah penyulingan beer). Bahan baku yang telah

menjadi bubur (mash) tersebut mengalami precooked selama 1 sampai 5 menit. Mash masuk

ke dalam pemanas steam selama 1,5 menit dengan tekanan 60 sampai 100 kPa yang akan

menaikan suhunya menjadi 175ºC. Kemudian mash masuk ke dalam flash chamber untuk

memisahkan uap yang terbentuk. Suhu mash yang keluar dari flash chamber menjadi 60ºC.

Gelatin mash kemudian dicampurkan dengan barley malt dan air. Campuran tersebut

dipompakan ke dalam konverter selama 2 menit pada 60ºC. Didalam konverter akan terjadi

reaksi hidrolisis karbohidrat menjadi 70% maltosa dan 30% dekstrin dengan bantuan enzim

amilase dalam bentuk barley malt amylase. 20-25% stillage ditambahkan ke dalam mash

Page 4: Alkohol Dan Fermentasi

yang telah dikonversi untuk menurunkan pH, pelengkap nutrisi bagi yeast dan sebagai buffer.

Campuran tersebut kemudian masuk ke daam fermentor melalui pipa pendingin.

Sementa itu, yeast telah diaktifkan di dalam yeast tube dengan ditambahkan mash

yang telah dikonversi yang sebelumnya telah mengalami sterilisasi pada tekanan rendah dan

telah didinginkan. Yeast yang digunakan hanya 10% dari total volume. pH awal diatur

sebesar 4,8-5 dengan adanya asam sulfat atau stillage. Reaksi fermentasi merupakan reaksi

eksotermis sehingga memerlukan pendinginan agar suhu tidak melebihi suhu maksimum bagi

yeast yaitu sebesar 32ºC. Fermentasi berlangsung selama 40-72 jam.

Cairan yang terbentuk dari hasil fermentasi disebut beer. Kemudian beer didistilasi

untuk memisahkan alkohol. Beer mengandung 6,5-11% volume alkohol dan dipompa ke

bagian atas penyulingan, setelah melewati beberapa heat exchanger. Produk bagian bawah

penyulingan berupa cairan yang telah kehilangan komponen bertitik didih rendah yang

dikeluarkan dari bawah kolom penyulingan (stillage). Stillage ini mengandung protein, residu

gula, dan beberapa produk vitamin. Produk atas yang mengandung alkohol, air dan aldehyde

dikondensasi. Kondensat masuk ke dalam kolom penyulingan ke dua untuk memisahkan

impuritis bertitik didih rendah terutama aldehid.

Pada kolom penyulingan ke tiga, alkohol mengalami proses pemurnian kembali.

Produk atas kolom akan melewati dephlegmator yang akan mengkondensasi sebagian untuk

mendapatkan alkohol yang lebih murni. Produk yang lebih volatil mengandung aldehid dan

tentunya alkohol dikondensasi seluruhnya dan masuk kembali ke dalam kolom penyulingan

aldehid. Di dekat kolom atas akan terbentuk 95-95,6% alkohol yang melewati kondensor

untuk disimpan dan dijual. Di dekat kolom bawah akan terbentuk fusel oil yang kemudian

didinginkan dan dipisahkan dari alkohol yang terdapat di dalamnya sebelum dijual sebagai

amyl alkohol yang digunakan sebagai pelarut. Kolom bagian bawah akan menghasilkan air.

Page 5: Alkohol Dan Fermentasi

Gambar 2. Suhu vs komposisi uap dan zat cair untuk alkohol-air pada tekanan 101

kPa

Campuran alkohol air direktifikasi untuk menambah komponen alcohol. Gambar 2

menunjukkan kurva di mana komposisi uap air berada dalam kesetimbangan dengan zat cair

yang ditunjukkan dengan garis horizontal. Alcohol yang dihasilkan dari proses rektifikasi

tidak dapat lebih dari 95.6% karena seperti yang terlihat pada gambar 2, air berwujud

campuran constant-boiling biner, di mana mempunyai titik didih lebih rendah daripada

absolute atau anhydrous alcohol.

Alkohol Absolut

Alkohol absolut merupakan alkohol yang terbentuk dari penghilangan 4-5% dalam

95-96% alkohol dengan cara distilasi. Etil alcohol dan air berwujud azeotrop dengan 95%

volume alcohol. Berbagai metode sudah disarankan untuk menghilangkan 5% air untuk

menghasilkan 100% alcohol.

Page 6: Alkohol Dan Fermentasi

Gambar 3. Diagram ternary air-alkohol-benzena

Gambar 3. menunjukkan tiga campuran pada sistem yang menggunakan benzena

sebagai komponen ketiga, campuran dua homogen, satu heterogen, dan satu ternery.

Campuran ternery adalah komposisi yang memiliki titik didih paling rendah pada sistem yaitu

64,85ºC yang ditujukan pada titik F. Komposisi awal campuran dimulai dari garis lurus

terletak pada garis CF yang memastikan penghilangan campuran konstan-titik didih yang

akan meninggalkan alkohol anhidrous dalam penyulingan. Jika pemulaian campuran disusun

dengan menambahkan benzen ke dalam 95% alkohol, maka komposisi harus terletak pada

garis EB, oleh sebab itu komposisi dimulai pada titik G, distilasi kontinyu memberikan

ternery campuran konstan-titik didih (64,85ºC) pada kolom bagian atas dan absolut alkohol

(78,3ºC) pada kolom bagian bawah.

Page 7: Alkohol Dan Fermentasi

Gambar 4. Diagram alir pembuatan alkohol absolut

Alkohol 96% masuk ke dalam kolom A dengan adanya penambahan benzen. Setelah

mengalami proses distilasi, campuran ternery akan menguap dan menjadi produk atas pada

kolom dan alkohol absolut diperoleh di bagian bawah kolom. Campuran ternery

dikondenssasi dan dilewatkan pada separator B sehingga membentuk 2 lapisan cairan.

Lapisan atas kaya akan benzena yang dikembalikan pada kolom A sebagai refluks, sedangkan

lapisan bawah akan masuk ke dalam kolom C yang menghasilkan campuran ternery sebagai

produk atas dan benzena yang tidak mengandung alkohol sebagai produk bawah. Produk

akhir dialirkan ke dama kolom D yang menghasilkan 95% alcohol dan produk bawahnya

berupa air yang hampir murni. Dalam proes ini, benzene direcycle dan hanya dibutuhkan

ketika benzene hilang dari system.

Selain metode distilasi, terdapat metode baru dalam menghasilkan absolut alkohol

yaitu dengan menggunakan selulosa atau cornmeal untuk mengadsorb air. Aluminium oksida

dan silicon oksida merupakan absorben yang biasa digunakan. Metode lain yang menjanjikan

adalah menggunakan CO2 cair untuk mengekstrak etanol dan kemudian didepressurisasi

untuk memadamkan CO2. Pelarut lain seperti dibutil phtalat yang tidak larut dengan air tetapi

merupakan pelarut yang baik untuk etanol.

Beer, Wine and Liquor

Bahan Baku

Biji-bijian dan buah-buahan yang mengandung karbohidrat tinggi merupakan bahan

baku utama dari pembuatan minuman beralkohol. bahan baku yang sering digunakan adalah

sereal, jagung, gandum, nasi dan buah anggur.

Proses Pembuatan Beer

Beer merupakan minuman beralkohol dengan kadar alkohol rendah yaitu sekitar 2-7%

yang terbuat dari sereal dan beberapa bahan tambahan (malt adjunct) seperti nasi atau jagung.

Sereal yang digunakan yaitu gandum (barley). Barley harus dikonversi terlebih dahulu

menjadi malt (kecambah biji-bijian yang telah dikeringkan) dengan cara germinasi parsial.

Malt ini merupakan enzim yang dihasilkan dari pertumbuhan kecambah pada barley.

Page 8: Alkohol Dan Fermentasi

Malt dibuat dengan cara merendam barley di air dingin kemudian ditebarkan di lantai

dan ditunggu selama 5-8 hari. Lapisan akan menipis secara berangsur-angsur selama proses

germinasi berlangsung. Ketika enzim telah terbentuk, pertumbuhan kecambah dihentikan

dengan cara pemanasan. Selama pertumbuhan, oksigen diadsorb, CO2 dikeluarkan dan enzim

diastase terbentuk. Enzim ini yang berperan dalam mengubah karbohidrat terlarut menjadi

maltosa yang akan dipecah kembali oleh enzim maltase menjadi monosakarida glukosa yang

siap difermentasi oleh yeast.

Gambar 5. Diagram alir proses pembuatan beer

Terdapat tiga proses utama dalam pembuatan beer yaitu pembuatan mash, fermentasi

dan penyimpanan. Mash dibuat dengan cara ekstraksi bahan baku. Ekstraksi dilakukan

dengan merendam bahan baku di dalam air. Perendaman ini juga berfungsi agar pH tidak

naik yang akan memberikan warna hitam pada beer. Mash kemudian dimasak dalam tangki

pemasak bertekanan. Pada proses ini, karbohidrat yang tidak larut dikonversi menjadi cairan

karbohidrat (liquefied starch) dan karbohidrat yang larut dikonversi menjadi dextrin dan gula.

Setelah dimasak, mash masuk ke dalam mash tube untuk meningkatkan temperaturnya

menjadi 75ºC untuk melarutkan semua ekstrak malt cair (wort) dari bahan baku. Wort ini

kemudian dipisahkan dari biji-bijian yang mungkin masih tertinggal.

Wort dimasak selama 1-1,5 jam yang bertujuan untuk memekatkannya, mensterilisasi,

merusak semua enzim dan untuk menggumpalkan protein pada suhu 82ºC. Selama

pemasakan, penambahan hop dilakukan. Penambahan tersebut bertujuan untuk menambah

rasa pada beer yang dihasilkan. Setelah proses pemanasan selesai, wort dipisahkan dari hop

di dalam whirlpoor separator. Wort didinginkan didalam plate heat exchanger hingga

Page 9: Alkohol Dan Fermentasi

mencapai suhu 48ºC yang dilanjutkan dengan proses aerasi. Proses pendinginan ini tidak

hanya dengan menurunkan temperatur tetapi juga membiarkan wort agar mengadsorb udara

untuk memfasilitasi permulaan proses fermentasi. Udara yang digunakan harus disterilisasi

terlebih dahulu untuk mencegah adanya kontaminan.

Wort yang telah didinginkan kemudian dicampur dengan yeast ke dalam fermentor.

Selama proses fermentasi berlangsung, temperatur larutan akan semakin meningkat, sehingga

perlu adanya pendingin untuk menjaga temperatur agar tetap tidak melebihi batas maksimum

bagi yeast.

Yeast secara berangsur-angsur akan mengendap di bawah fermentor dalam 7-10 hari

sehingga menghasilkan cairan bening yang di atasnya ditutupi dengan busa. Beer yang telah

terbentuk masuk ke dalam lagering tank yang biasanya merupakan tempat terjadinya proses

fermentasi kedua. Pada proses ini, suhu tetap dibiarkan tinggi untuk memulai proses

fermentasi yang kemudian didinginkan dan disimpan pada suhu 0-2ºC selama 1 sampai 4

bulan. Selama proses penyimpanan ini, kualitas rasa dan aroma beer akan meningkat dan

resin serta protein akan mengendap. Beer kemudian disaring melewati membran yang akan

menghilangkan residu sel yeast. Selama proses fermentasi juga ditambahkan enzim gloko

amilase yang dapat mengkonversi karbohidrat yang tidak terfermentasi menjadi glukosa yang

kemudian difermentasi menjdai etanol.

Beer mengandung 90% air dan dapat dipekatkan dengan cara dehidrasi menjadi ¼

dari volume awalnya. Kristal es akan terbentuk di bawah titik beku air dan dipisahkan dari

beer.

Proses Pembuatan Wine

Wine pada saat ini dibuat dari fermentasi buah anggur. Red wine terbuat dari buah

anggur berwarna merah atau hitam.Warna dari wine yang dihasilkan tergantung dari warna

alami dari buah anggur yang digunakan. Buah anggur masuk ke dalam crusher untuk

dihancurkan menjadi pulp dan dipisahkan dari batagnya. Pulp tersebut dipompa ke dalam

tangki fermentasi. Yeast sejumlah 3-5% dan asam sulfat ditambahkan ke dalam tangki

fermentasi. Asam sulfat berfungsi untuk menurunkan pH dari larutan, karena yeast yang

digunakan dapat tumbuh optimum dalam kondisi asam. Selama fermentasi, temperatur akan

semakin meningkat sehingga perlu adanya koil pendingin untuk menjaga suhu larutan agar

tidak melebihi 30ºC yang merupakan batas maksimum untuk yeast tumbuh optimum.

Page 10: Alkohol Dan Fermentasi

Gas karbondioksida yang dihasilkan akan membawa biji anggur ke permukaan

sehingga warna dan tannin dari biji anggur dapat terekstraksi. Ketika proses fermentasi akan

berakhir, larutan bagian bawah dipompa ke atas sehingga dapat teraduk dan merata. Pada

akhirnya, wine di simpan dan didiamkan kembali selama 2-3 minggu agar gula yang masih

tersisa dapat terfermentasi. Wine masih harus dilakukan cellar treatment yaitu pendiaman

wine kembali selama 6 minggu untuk menghilangkan bahan-bahan yang mudah mengendap.

Wine yang dikomersialkan pada umumnya akan ditambahkan dengan wine jenis lainnya,

gula, asam dan tannin.

BUTIL ALKOHOL DAN ASETON

Perang dunia I: aseton dibuat dari distilasi kalsium asetat dari asam poligneous.

Aseton yang digunakan untuk manufaktur smokeless powder, dihasilkan dari proses

pemanfaatan fermentasi pati yang mengandung grains untuk menghasilkan yield aseton dan

butil alkohol dengan strain Clostridium acetobutylicum. Fermentasi tersebut menghasilkan

dua butil alkohol terhadap satu aseton. Saat ini, bahan baku menggunakan molases sedang

dikembangkan di mana bahan ini menghasilkan rasio pelarut 3 butil alkohol terhadap 1

aseton. Selain itu, aseton juga diproduksi dengan fenol melalui oksidasi kumen atau

dehidrogenasi isopropil alkohol.

Riboflavin diproduksi secara komersial sebagai by-product dari fermentasi aseton-

butil-alkohol, tetapi dengan konsentrasi rendah. Saat ini terdapat banyak pengembangan

proses biologi yang lebih efisien dibandingkan proses-proses yang telah ada.

VINEGAR DAN ASAM ASETAT

Proses oksidasi alkohol dari bakteri aerobik (genus Acetobacter) untuk menghasilkan

asam asetat (8%), merupakan metode kuno. Apabila alkohol murni difermentasi, maka asam

asetat encer murni akan dihasilkan pula. Secara teori, akan menghasilkan yield antara 80-

90%. Air harus disupply sebagaimana persamaan berikut:

Karena reaksinya eksotermis, alkohol dapat hilang secara perlahan dari peralatan,

melepaskan panas hilang, atau dapat di resirkulasi dengan pendinginan khusus. Apabila sari

Page 11: Alkohol Dan Fermentasi

buah apel, gandum, atau wine difermentasi, kandungan asam asetat yang dihasilkan memiliki

komposisi vinegar tidak lebih dari 5% karena keterbatasan kandungan gula. Apabila alkohol

encer digunakan sebagai raw material, asam asetat yang dihasilkan mencapai 12 atau 14%

yang mana kadar keasaman dari bakteria mencapai titik maksimum. Apabila jus buah

dikembalikan menjadi vinegar, maka akan terbentuk ester tertentu, yang bahan dasarnya

bervariasi. Dengan demikian, memberikan karakteristik aroma. Asam asetat sintetis dibuat

dari etilen, atau melalui trating metanol dengan karbon monoksida.

ASAM SITRAT

Asam sitrat merupakan asam organik yang serbaguna. Ini banyak digunakan sebagai

agen pengasam pada minuman berkarbonasi, selai, jely, dan bahan makanan. Selain itu juga

digunakan dalam bidang medis, termasuk manufaktur sitrat dan garam berbusa. Pada industri,

asam sitrat berperan sebagai agen buffer penukar ion dan asetil tributil sitrat, vinil resin

plasticizer. Asam sitrat bersaing dengan asam fumarat, maleat, dan adipat.

Kecuali untuk jumlah kecil (kurang dari 7 persen) yang dihasilkan dari limbah buah

sitrus, asam sitrat dimanufaktur dengan fermentasi aerobik gula mentah atau gula jagung

dengan strain khusus Aspergillus niger.

Fermentasi mengubah gula dan dekstrosa, senyawa rantai lurus menjadi bercabang.

Proses yang paling kuno digunakan adalah dengan mengguanakan fermentasi shallow-tray.

Proses perendaman untuk manufaktur asam sitrat, dijelaskan pada gambar berikut:

Page 12: Alkohol Dan Fermentasi

Proses paling dasar adalah purifikasi sirup gula dekstrosa (2-8) yang melibatkan

rotary vacuum filter (3) untuk menghilangkan padatan yang mengendap setelah partial

dilution. Kemudian diikuti dengan sel penukar-kation (6) untuk reduksi trace elemen dan

pemanas flash pasteurisasi (7), menahan loop (7a), dan pendingin sirup (8). Sirup dipompa

menuju fermentor (9) dan inokulum (1). pH diatur dan nutrien ditambahkan. Udara setril (11)

ASAM LAKTAT

Asam laktat merupakan salah satu asam organik tertua yang pernah diketahui. Asam ini

merupakan kandungan asam utama dalam susu asam, dimana dilihat dari namanya, asam ini

dibentuk dari fermentasi gula susu (laktosa) oleh Streptococcus lactis. Secara komersial,

asam laktat diproduksi dari fermentasi gula heksosa dari molase, jagung, atau susu. Laktat

yang dibuat dengan metode sintetik berasal dari asetaldehid dan laktonitril. Sejak tahun 1930

asam laktat telah diproduksi secara komersial dari whey hasil samping susu. Asam laktat tipe

teknis digunakan untuk deliming kulit (leather) dalam proses tanning. Tipe yang dapat

dikonsumsi (edible grades) digunakan sebagai asidulan (pengasam) untuk sejumlah makanan

dan minuman. Sejumlah kecil asam laktat yang tersisa dikonversi menjadi plastik, pelarut,

dan produk kimia tertentu lainnya. Kelas proses hulu (USP) merupakan produk farmasi

standard yang kuno namun banyak diperdagangkan.

Page 13: Alkohol Dan Fermentasi

SENYAWA-SENYAWA LAIN

Monosodium Glutamate

Asam amino asam glutamat dapat dibuat secara sintetis, namun persiapan kimia

menghasilkan campuran rasemat. Karena hanya garam natrium dari asam L-glutamat alami

yang diinginkan untuk peningkatan rasa makanan, ini memerlukan langkah resolusi mahal.

Glutamat dapat diperoleh langsung dari fermentasi karbohidrat dengan Micrococcus

glutamicus atau Breoibacterium dioaricatum.

L-Lysine

L-Lysine dapat dibentuk oleh mikroorganisme yang bekerja pada karbohidrat. Organisme

yang digunakan adalah Micrococcus glutamicus, Brevtbaderium fiaoum, Corynebacterium

aoetoglu-tamicum, dan Microbacterium ammoniaphitum. Masing-masing organisme ini

memerlukan kondisi khusus dan / atau aditif khusus untu menghasilkan produk dengan hasil

yang baik.

Dihyoroxyacetone

Dihidroksiaseton (HOCH2COCH2OH) dihasilkan oleh sorbose bakteri fermentasi

gliserin. Ini merupakan bahan dari suntan lotion yang menciptakan tan buatan. Hal ini juga

berharga sebagai perantara kimia dan sebagai katalis dalam polimerisasi buta-diena-stirena.

Ester asam lemak dari gugus hidroksi adalah agen pengemulsi baik.

Produk Farmasi

Industri farmasi telah lama menggunakan fermentasi (biosintesis) untuk memproduksi

beberapa obat-obatan yang paling penting. Dimana fermentasi disajikan untuk antibiotik,

vitamin, hormon, dll.

Enzim

Enzim umumnya dapat disimpan kering dan sejuk selama beberapa bulan atau bahkan

bertahun-tahun, tetapi dalam larutan mungkin kehilangan kemampuan katalitik dalam menit

atau jam. Upaya untuk menstabilkan kemampuan katalitik enzim telah mengakibatkan

imobilisasi mereka pada keadaan yang solid yang membuat mereka lebih tahan terhadap pH

dan perubahan suhu.

Page 14: Alkohol Dan Fermentasi

Ketika lumpuh, enzim dapat tetap aktif selama berbulan-bulan, bahkan ketika tersuspensi

dalam air. Beberapa metode tersedia untuk melumpuhkan enzim, metode lama yaitu adsorpsi

pada resin pertukaran ion. Untuk menghilangkan kerugian selama penggunaan enzim

molekuler, air direaksikan dengan ikatan kovalen pada permukaan kimia reaktif. Salah satu

aplikasi terbaru adalah penggunaan glukosa isomerase yang mengubah glukosa menjadi

fruktosa. Enzim ini sering dibuat melalui fermentasi terendam, dimulai dengan cairan jagung

dan tepung maizena. Campuran ini, setelah sterilisasi yang tepat dan pendinginan, diinokulasi

dengan Bacillus subtilis dan difermentasi. Amilase dapat diisolasi oleh pengendapan dengan

alkohol isoamil dan ligasi centrif. Amilase lebih diproduksi secara komersial daripada enzim

lainnya.

SENYAWA-SENYAWA LAIN

Monosodium Glutamate

Asam amino asam glutamat dapat dibuat secara sintetis, namun persiapan kimia

menghasilkan campuran rasemat. Karena hanya garam natrium dari asam L-glutamat alami

yang diinginkan untuk peningkatan rasa makanan, ini memerlukan langkah resolusi mahal.

Glutamat dapat diperoleh langsung dari fermentasi karbohidrat dengan Micrococcus

glutamicus atau Breoibacterium dioaricatum.

L-Lysine

L-Lysine dapat dibentuk oleh mikroorganisme yang bekerja pada karbohidrat. Organisme

yang biasanya adalah Micrococcus glutamicus, Brevtbaderium fiaoum, Corynebacterium

aoetoglu-tamicum, dan Microbacterium ammoniaphitum. Masing-masing organisme ini

memerlukan kondisi khusus dan / atau aditif khusus untu menghasilkan produk dalam hasil

yang baik.

Dihyoroxyacetone

Dihidroksiaseton (HOCH2COCH2OH) dibuat oleh aksi sorbose bakteri fermentasi

gliserin. Ini merupakan bahan dari suntan lotion yang menciptakan tan buatan. Hal ini juga

berharga sebagai perantara kimia dan sebagai katalis dalam polimerisasi buta-diena-stirena.

Ester asam lemak dari gugus hidroksi adalah agen pengemulsi baik.