Alin Maryanti, Sukijan, Heri Effendi dan Susanto_dkk.pdfpemancangan patok untuk blok II dilakukan...

12
79 PEMBANGUNAN KEBUN BENIH SEMAI SENGON (Falcataria moluccana) Establihsment of Sengon (Falcataria moluccana) Seedling Seed Orchard Alin Maryanti, Sukijan, Heri Effendi dan Susanto Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta Jl. Palagan Tentara Pelajar Km. 15 Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta- 55582 I. PENDAHULUAN Sengon (Falcataria moluccana) dalam literatur lama dikenal sebagai Paraserianthes falcataria adalah tanaman yang termasuk dalam suku Fabaceae. Tumbuhan ini tersebar alami di India, Asia Tenggara, Cina Selatan dan Indonesia. Di Indonesia, jenis sengon menyebar di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Di beberapa daerah di Indonesia dikenal dengan nama Singon, Sengon Jawa (Jawa), Jeunjing (Sunda), Mareuta, Neura (Sumba) dan lain-lain. Pohon sengon dapat dijumpai secara alami di hutan- hutan primer, namun juga ada di hutan-hutan sekunder, di tepian sungai dan hutan pantai. Tanaman sengon tumbuh di tempat yang beriklim basah hingga agak kering, mulai dataran rendah hingga pengunungan pada ketinggian 1.500 dpl. Pohon ini juga dapat tumbuh di tanah yang tidak subur, tanah becek maupun tanah yang agak asin. Pohon sengon juga dapat bercampur dengan tanaman lain seperti padi, cabe, kapulaga dan juga salak pondoh (Wikipedia, 2013). Tanaman sengon banyak sekali manfaatnya mulai dari daun, batang sampai akarnya. Daun sengon dapat digunakan untuk pakan ternak, sedangkan sistem perakaran sengon banyak mengandung nodul akar yang bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium. Adanya bakteri Rhizobium ini dapat membantu porositas tanah dan penyediaan unsur nitrogen dalam tanah. Hal ini menjadikan tanah di sekitar tanaman sengon menjadi subur. Kegunaan yang paling besar ada pada batangnya yang dapat digunakan untuk industri kayu lapis dan furniture. Saat ini permintaan kayu sengon di Jawa untuk industri kayu lapis dan furnitur sangat tinggi. Menurut data tahun 2005, ada 13 propinsi di Indonesia yang dilaporkan mengembangkan HTI dan hutan rakyat sengon, dengan areal terluas terdapat di Pulau Jawa yang mencapai lebih dari 1,2 juta ha. (RLPS, 2005). Kini luasan tersebut diperkirakan semakin bertambah. Namun demikian, potensi bertambahnya luasan pertanaman sengon saat ini sedang menghadapi ancaman yang sangat serius dengan muncul dan menyebarnya serangan penyakit karat tumor (gall rust). Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan melalui program pemuliaan

Transcript of Alin Maryanti, Sukijan, Heri Effendi dan Susanto_dkk.pdfpemancangan patok untuk blok II dilakukan...

79

PEMBANGUNAN KEBUN BENIH SEMAI SENGON (Falcataria moluccana)

Establihsment of Sengon (Falcataria moluccana) Seedling Seed Orchard

Alin Maryanti, Sukijan, Heri Effendi dan Susanto

Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta Jl. Palagan Tentara Pelajar Km. 15 Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta- 55582

I. PENDAHULUAN

Sengon (Falcataria moluccana) dalam literatur lama dikenal sebagai

Paraserianthes falcataria adalah tanaman yang termasuk dalam suku Fabaceae.

Tumbuhan ini tersebar alami di India, Asia Tenggara, Cina Selatan dan Indonesia. Di

Indonesia, jenis sengon menyebar di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Di beberapa daerah

di Indonesia dikenal dengan nama Singon, Sengon Jawa (Jawa), Jeunjing (Sunda),

Mareuta, Neura (Sumba) dan lain-lain. Pohon sengon dapat dijumpai secara alami di

hutan- hutan primer, namun juga ada di hutan-hutan sekunder, di tepian sungai dan hutan

pantai. Tanaman sengon tumbuh di tempat yang beriklim basah hingga agak kering, mulai

dataran rendah hingga pengunungan pada ketinggian 1.500 dpl. Pohon ini juga dapat

tumbuh di tanah yang tidak subur, tanah becek maupun tanah yang agak asin. Pohon

sengon juga dapat bercampur dengan tanaman lain seperti padi, cabe, kapulaga dan juga

salak pondoh (Wikipedia, 2013). Tanaman sengon banyak sekali manfaatnya mulai dari

daun, batang sampai akarnya. Daun sengon dapat digunakan untuk pakan ternak,

sedangkan sistem perakaran sengon banyak mengandung nodul akar yang bersimbiosis

dengan bakteri Rhizobium. Adanya bakteri Rhizobium ini dapat membantu porositas tanah

dan penyediaan unsur nitrogen dalam tanah. Hal ini menjadikan tanah di sekitar tanaman

sengon menjadi subur. Kegunaan yang paling besar ada pada batangnya yang dapat

digunakan untuk industri kayu lapis dan furniture. Saat ini permintaan kayu sengon di

Jawa untuk industri kayu lapis dan furnitur sangat tinggi.

Menurut data tahun 2005, ada 13 propinsi di Indonesia yang dilaporkan

mengembangkan HTI dan hutan rakyat sengon, dengan areal terluas terdapat di Pulau

Jawa yang mencapai lebih dari 1,2 juta ha. (RLPS, 2005). Kini luasan tersebut

diperkirakan semakin bertambah. Namun demikian, potensi bertambahnya luasan

pertanaman sengon saat ini sedang menghadapi ancaman yang sangat serius dengan

muncul dan menyebarnya serangan penyakit karat tumor (gall rust). Balai Besar

Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan melalui program pemuliaan

Informasi Teknis Vol.11 No. 2, September 2013, 79 - 90

80

melakukan penelitian pemuliaan sengon yang memfokuskan pada ketahanan terhadap

penyakit karat tumor. Untuk melaksanakan penelitian tersebut, telah dibangun kebun

benih semai uji keturunan sengon di Lumajang, Jember dan Bondowoso, serta kebun uji

resistensi sengon di Ciamis, Jawa Barat dan Candiroto, Jawa Tengah.

Tulisan ini disusun untuk memberikan gambaran dan informasi tentang teknik

pembangunan kebun benih semai uji keturunan sengon mulai dari proses penanganan

benih di laboratorium sampai dengan proses penanaman di lapangan.

II. BAHAN DAN PERALATAN

Bahan dan peralatan yang dibutuhkan :

a. Untuk penanganan benih di laboratorium: benih sengon, timbangan analitik, kantong

benih, label dan alat tulis.

b. Untuk pembuatan persemaian: bak kecambak, media tabur (tanah pasir) media sapih

(tanah, pasir, kompos, pupuk TSP), polybag pinset, label, gunting, selang plastik,

bambu , plastik sungkup, sprayer, sarlon.

c. Untuk survey, identifikasi dan pemetaan lokasi: GPS, kompas, rol meter, kertas

milimeter, alat tulis, tambang plastik, patok batas (bambu)

d. Untuk penanaman : ajir, pupuk (pupuk kandang), cangkul, golok

III. PENANGANAN BENIH DAN PRODUKSI BIBIT

A. Penanganan Benih di Laboratorium

Penanganan benih hasil eksplorasi terdiri dari beberapa kegiatan antara lain

ekstraksi, sortasi, penyimpanan, perlakuan pendahuluan dan pengecambahan benih.

Kegiatan pengecambahan benih diawali dengan pengambilan benih dari botol – botol

penyimpanan benih. Selanjutnya dilakukan penimbangan benih sesuai dengan

kebutuhannya per famili/provenans.

Pembangunan Kebun Benih Semai Sengon (Falcataria moluccana) Alin Maryanti, Sukijan, Heri Effendi dan Susanto

81

(Photo oleh : Liliana B)

Gambar 1. Kegiatan sortasi, penimbangan dan penyimpanan benih dalam botol plastik

B. Pengecambahan Benih

Penyemaian dilaksanakan di persemaian BBPBPTH Yogyakarta. Benih sengon

yang disemaikan berasal dari provenan Papua dan Solomon yang terdiri dari 100 famili

dengan berat benih masing-masing sebanyak 15 gram. Sebelum ditabur, terlebih dahulu

dihitung jumlah benih setiap famili sehingga akan diketahui daya kecambah masing-

masing famili tersebut.

(Photo oleh : Liliana B)

Gambar 2. Kegiatan pengecambahan benih Sengon dari 100 famili.

Informasi Teknis Vol.11 No. 2, September 2013, 79 - 90

82

Media tabur yang dipergunakan adalah tanah pasir. Media tabur diayak terlebih

dahulu sampai halus dengan tujuan untuk memudahkan proses perkecambahan. Perlakuan

awal sebelum ditabur yaitu perendaman dalam air panas (+80oC) selama kurang lebih 5

menit dan kemudian direndam air dingin kurang lebih 24 jam. Selanjutnya, benih ditabur

di bak kecambah yang telah berisi media pasir halus steril. Setelah penaburan, bak

kecambah diletakkan di atas rak bambu dan di atasnya ditutup platik transparans. Hal ini

bertujuan untuk menghindari adanya gangguan dari serangga atau hewan yang dapat

menganggu perkecambahan. Selama pengecambahan, label identitas famili tidak boleh

tertukar atau hilang. Pemeliharaan kecambah di bak plastik dilakukan dengan cara

menyiram setiap pagi. Pemeliharaan berupa pembersihan gulma yang tumbuh pada media

perlu dilakukan secara rutin. Setelah mencapai umur sapih, kurang lebih umur 14 hari

setelah penaburan, dapat dilakukan penyapihan ke dalam media sapih.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pertumbuhan semai pada setiap famili

cukup bervariasi. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan kualitas benih baik fisik,

fisiologis maupun kualitas genetik. Perbedaan kualitas fisik dan fisiologis dapat

disebabkan oleh waktu pengunduhan yang tidak sama antar famili. Bervariasinya kondisi

fisik sumber benih dan perubahan pola musim hujan serta musim kemarau akan menjadi

kendala untuk menentukan waktu pemanenan yang tepat. Penyebab lainnya adalah

penurunan kualitas benih sewaktu penyimpanan, serangan hama penyakit dan faktor

lainnya. Selain itu, Zanzibar (1997) menjelaskan bahwa perbedaan ukuran benih dapat

mempengaruhi perkecambahan dan vigor benih.

C. Pengisian Media Sapih dan Penyapihan

Media yang digunakan untuk penyapihan adalah campuran tanah, pasir dan kompos

(2:1:1) dan setiap 1 m3 media diberi pupuk TSP sebanyak 500 gr yang dilarutkan dalam

25 liter air dan disiramkan pada media sapih. Polybag yang digunakan berukuran 10 x 15

cm serta diperlukan naungan/sungkup plastik. Penyapihan mulai dikerjakan apabila media

sudah terlihat gembur. Media disiram air sebelum pekerjaan penyapihan. Penyapihan

dilakukan dengan hati-hati agar akar tidak patah. Penyapihan dilakukan pagi hari mulai

pukul 06.00 hingga 10.00 dan sore hari mulai pukul 16.00 hingga 18.00 setelah

penyapihan, semai disiram air menggunakan semprotan berukuran lembut. Setiap bibit

diberi label untuk menjaga identitas provenan supaya tidak tertukar. Setiap petugas harus

menyelesaikan satu ulangan sebelum pindah ke ulangan atau provenan lain.

Pembangunan Kebun Benih Semai Sengon (Falcataria moluccana) Alin Maryanti, Sukijan, Heri Effendi dan Susanto

83

(Photo oleh : Liliana B)

Gambar 3. Kegiatan pembuatan bibit di persemaian untuk pembangunan plot uji Sengon

D. Pelabelan Bibit

Kegiatan pelabelan dilakukan setelah bibit mencapai umur 3 bulan sebelum

penanaman. Pelabelan dilaksanakan berdasarkan desain penanaman yang sudah dibuat,

sehingga label dibuat berdasarkan nomor baris-kolom-nomor famili-nomor seedlot.

Pelabelan dilakukan untuk identifikasi individu pohon sehingga sesuai dengan desain

penanaman pada waktu ditanam di lapangan.

Informasi Teknis Vol.11 No. 2, September 2013, 79 - 90

84

(Photo oleh : Liliana B)

Gambar 4. Kegiatan pelabelan semai untuk pembangunan plot uji Sengon.

IV. PENANAMAN DI LAPANGAN

A. Survey, Identifikasi dan Pemetaan Lokasi

Pengukuran lokasi kegiatan dilakukan berdasarkan kebutuhan lahan dan rancangan/

desain penanaman serta hasil identifikasi sebelumnya sesuai dengan persyaratan yang

telah ditetapkan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat yang sederhana yaitu

rol meter (50 m), kompas, kertas milimeter dan alat tulis. Batas lokasi yang telah diukur

diberi patok sementara. Hasil pengukuran ini kemudian dipetakan dan akan dijadikan

dasar dalam pembuatan desain penanaman, selain juga didasarkan pada jumlah bibit yang

tersedia.

Pembangunan Kebun Benih Semai Sengon (Falcataria moluccana) Alin Maryanti, Sukijan, Heri Effendi dan Susanto

85

(Photo oleh : Liliana B)

Gambar 5. Pengukuran dan penandaan batas calon lokasi

B. Pembersihan Lahan dan Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah diawali dengan kegiatan pembersihan lahan. Pembersihan lahan

dilakukan secara total dengan cara manual dan kimiawi. Kegiatan awal dilakukan

dengan membersihkan tanaman dan semak yang berukuran besar. Selain itu, dilakukan

penebangan terhadap pohon yang dianggap akan mengganggu tanaman pokok.

Selanjutnya dilakukan pembersihan rumput/gulma pada seluruh lokasi. Tanaman sisa

pembersihan kemudian dikumpulkan dan dibakar. Tahapan selanjutnya adalah

penyemprotan dengan menggunakan herbisida.

C. Pembuatan Blok Tanaman dan Pemasangan Patok

Pembuatan blok tanaman dilakukan setelah kegiatan pembersihan dilakukan. Blok

dibuat di lokasi berdasarkan desain penanaman yang telah direncanakan sebelumnya.

Pelaksanaan pembuatan plot, blok, dan petak adalah sebagai berikut :

1. Pengukuran batas luar tapak yang dapat digunakan untuk penanaman. Hindarkan

tapak yang tergenang air, tapak yang curam, dan tapak-tapak yang diperkirakan

tidak sesuai untuk pertumbuhan pohon.

2. Pemetaan batas luar lahan pada kertas milimeter menjadi sketsa peta.

3. Menggambar blok pada sketsa peta tersebut. Pada tahap pekerjaan ini, jumlah blok

yang telah direncanakan dalam desain penanaman disesuaikan dengan luas tapak

yang telah diukur dan jumlah bibit yang tersedia. Pada percobaan ini, jumlah blok

sebanyak 7 blok. Jumlah famili sebanyak 100 famili dengan tree plot berjumlah 4

pohon yang ditanam secara acak.

Informasi Teknis Vol.11 No. 2, September 2013, 79 - 90

86

4. Pancang patok-patok di lokasi sesuai dengan sketsa peta yang telah berisi gambar

blok. Titik dimana patok ditancapkan diukur dengan GPS. Patok diberi warna dengan

cat (warna terang) dan selanjutnya dilakukan penomoran. Penomoran dikerjakan

setelah titik plot selesai ditetapkan oleh juru ukur dan ditancapkan pada titik tersebut.

5. Urutan pemancangan patok dilaksanakan menurut urutan blok. Misalnya,

pemancangan patok untuk blok II dilakukan setelah patok-patok untuk blok I selesai

dikerjakan.

6. Pada setiap blok digunakan patok bambu dengan ukuran 1,5 meter. Setelah

penanaman, digunakan patok permanen dari semen.

(Photo oleh : Liliana B)

Gambar 6. Kegiatan pembuatan blok dan batas blok untuk pembangunan plot uji Sengon.

D. Pemasangan Ajir, Pembuatan Lubang Tanam dan Pemupukan

Jumlah kebutuhan bahan dan alat penanaman diketahui dengan pasti setelah peta

blok selesai dikerjakan. Pemasangan ajir dilakukan dengan hati-hati pada setiap plot. Ajir

harus ditancapkan selurus mungkin karena posisi ajir akan sangat menentukan posisi

lubang tanam dan posisi tanaman. Penancapan ajir harus diselesaikan per plot.

Penancapan ajir dapat pindah ke plot lainnya apabila satu plot selesai dikerjakan. Cara

pemasangan ajir adalah sebagai berikut:

1. Rentangkan tali pada dua sisi panjang dan satu sisi lebar sebuah plot.

2. Ukur sisi sehingga sesuai dengan panjang dan lebar plot di peta

3. Tancap ajir pada sisi-sisi tersebut

4. Tancap ajir seluruh plot, dimulai sebaris sisi lebar tersebut bergerak menuju sisi lebar

lainnya.

Pembangunan Kebun Benih Semai Sengon (Falcataria moluccana) Alin Maryanti, Sukijan, Heri Effendi dan Susanto

87

Pembuatan lubang tanam dilakukan setelah penancapan ajir selesai dikerjakan.

Lubang tanam dibuat pada ajir dengan terlebih dahulu mencabut ajir. Ajir ditancapkan

kembali setelah lubang tanam selesai dibuat.

Pupuk kandang diberikan pada lubang tanam yang telah dibuat. Pupuk yang

digunakan antara lain pupuk kandang (kotoran kambing) dengan dosis 1 kg/pohon dan

Furadan 10 gram/pohon. Pupuk kandang diberikan minimal seminggu sebelum

penanaman, sedangkan Furadan diberikan sehari sebelum penanaman. Pupuk kandang

diusahakan diaduk dengan tanah sebelum kegiatan penanaman dilakukan.

(Photo oleh : Liliana B)

Gambar 7. Kegiatan pemasangan ajir, pembuatan lubang tanam dan pemupukan.

E. Pengangkutan Bibit dan Penanaman

Pengambilan bibit dan pengangkutannya harus memperhatikan nomor provenan

yang akan ditanam dalam plot. Pengawasan harus benar-benar dilakukan agar nomor

provenan di persemaian sama dengan nomor provenan pada peta. Pengangkutan bibit

Informasi Teknis Vol.11 No. 2, September 2013, 79 - 90

88

dilakukan per blok penanaman yang dikemas dalam kantong plastik (25 bibit) dan diberi

identitas sesuai dengan plot/blok masing-masing.

Cara penentuan arah tanam dilakukan sama dengan metoda pemasangan ajir.

Pengukuran ulang perlu dilakukan karena ajir telah berubah posisi ketika pembuatan

lubang tanam. Arah tanam harus diukur dengan seksama agar pertanaman yang akan

dihasilkan tumbuh lurus sesuai harapan. Pertanaman yang lurus akan memudahkan

evaluasi dan pengukuran selanjutnya. Penggalian lubang tanam dilakukan lagi karena

lubang tanam yang telah dibuat telah tertutup tanah. Penggalian lubang tanam terkadang

bergeser dari lubang tanam yang telah dibuat.

Setelah bibit diangkut, arah tanam ditentukan dan lubang tanam digali, maka

penanaman dapat dilakukan. Kantong plastik disayat atau dirobek dan diusahakan agar

medianya tetap kompak. Setelah bibit diletakkan, lubang ditutup tanah kemudian

dipadatkan. Supaya barisan tanaman lurus, pada saat penanaman, dipandu dengan

tali/tambang. Kantong plastik kemudian diikatkan di ujung ajir sebagai tanda bahwa

kantong telah dilepas dan bibit telah ditanam. Penanaman harus memperhatikan kondisi

cuaca. Penanaman dilakukan pada pagi hari dan dilanjutkan pada sore hari. Apabila tidak

turun hujan beberapa hari dan tanah terlihat kering maka penanaman harus ditunda.

Setelah penanaman selesai, selanjutnya dilakukan pengecekan kembali nomor pohon/

provenan sesuai dengan desain penanaman, yang dimaksudkan untuk menghindari

kesalahan.

(Photo oleh : Liliana B) Gambar 8. Kegiatan pengangkutan dan langsir bibit

Pembangunan Kebun Benih Semai Sengon (Falcataria moluccana) Alin Maryanti, Sukijan, Heri Effendi dan Susanto

89

(Photo oleh : Liliana B)

Gambar 9. Kegiatan penanaman

V. PENUTUP

1. Kegiatan pembangunan kebun benih semai sengon ini merupakan langkah awal untuk

penelitian pemuliaan jenis sengon yang resisten terhadap penyakit karat tumor.

2. Melalui kegiatan ini nantinya diharapkan akan diperoleh provenans-provenans yang

tahan terhadap penyakit karat tumor.

VI. UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapakan terima kasih kepada Dr. Liliana Baskorowati, S.Hut, MP

selaku ketua tim penelitian Populasi Pemuliaan untuk Kayu Pertukangan Daur Pendek

(Sengon) dan teman-teman peneliti dan teknisi lain yang terlibat dalam pelaksanaan

kegiatan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, D. 2012.Kegunaan Tanaman Sengon.http://pemberdayaan-manfaatsengon. blogspot.com /2012/04/kegunaan-tanaman-sengon.html Diakses pada tanggal 17 Juni 2013

RLPS., 2005. Data Potensi Hutan Rakyat. Diakses dari http://www.dephut.go.id /INFORMASI/RRI/RLPS/htnrkyt.htm pada tanggal 25 Oktober 2009.

Wikipedia. 2013. Sengon. http://id.wikipedia.org/wiki/Sengon. Diakses pada tanggal 15 Juli 2013 Zanzibar, M. 1997. Teknologi Perbenihan Sengon (Paraserianthes falcataria) Sylvatropika, No.

8, Februari 1997. FORDA. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta.

Informasi Teknis Vol.11 No. 2, September 2013, 79 - 90

90