ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

184
i ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM DIALOG INTERAKTIF REPUBLIK SENTILAN SENTILUN METRO TV PERIODE JANUARI FEBRUARI 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Disusun oleh: Maria Kiki Adhy S 131224027 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

Page 1: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

i

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM

DIALOG INTERAKTIF REPUBLIK SENTILAN SENTILUN METRO TV

PERIODE JANUARI – FEBRUARI 2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Disusun oleh:

Maria Kiki Adhy S

131224027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

iv

MOTTO

Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang

tiada berdaya.

(Yesaya 40:29)

Kau tak akan pernah mampu menyebrangi lautan sampai kau berani berpisah

dengan daratan.

(Christoper Colombus)

Sebab Tuhan tahu mana yang akan singgah, serta mana yang akan hidup dan tetap

tinggal di hidupmu.

(Maria Kiki Adhy S)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa memberkati dan memberi berkat dalam

setiap langkah saat proses pembuatan karya ini.

Kedua orang tua, IPTU. Aloysius Setyo Haryanto dan Maria Tri Handayani yang

selalu memberikan doa dan semangat dalam menjalani proses dalam hidup.

Kakak tersayang Dominicus Noven Adi Prasetyo dan Angela Merici Ellya Mega

Mustika yang selalu memberi doa, semangat dan dukungan dalam setiap pilihan

langkah saya.

Keluarga Besar Eyang Oe.Widyo Utomo dan Drs.Titus Ngadiman yang telah

memberi dukungan hingga karya ini dapat terselesaikan dengan baik.

Kekasih hati tersayang Alm. Metadius David Revi Prakosa yang sampai tutup usia

selalu memberi semangat serta dorongan untuk terus berjuang untuk

menyelesaikan karya ini.

Keluarga Bapak Paulus Tavip Mursono dan Ibu Endang Retnaningsih

Adik tersayang Dionisia Devi Revita Destu yang selalu mengingatkan untuk tidak

putus asa dalam menyelesaikan karya ini.

Sahabat terbaik Laurencia Dina Dwi Rahmawati, Vicka Septianingsih Repi,

Faradhita Dian, Fransisca Kumala, Indah Rahayu, Natalia Kartika, Riska Safitri,

Yuliana Herwinda, Lukas Budi Husada, Timotius Tri, Alfonsius Lintang, dan

Andreas Novian, kalian adalah bagian terhebat dalam hidupku.

Teman-teman PBSI 2013 Kelas A dan B yang sama-sama berjuang untuk

menyelesaikan karya ini, kalian luar biasa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

vi

ABSTRAK

Setyani, Maria Kiki Adhy. 2018. Alih Kode dan Campur Kode Serta Tujuannya

dalam Dialog Interaktif Republik Sentilan Sentilun Metro TV Periode

Januari-Februari 2017. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan

Bahasa Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini membahas tentang wujud alih kode (AK) dan campur kode

(CK), serta tujuan terjadinya AK dan CK dalam acara dialog interaktif. Penelitian

ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan wujud (AK) dan (CK),

tujuan terjadinya AK dan CK dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan

Sentilun Metro TV. Subjek dalam penelitian ini adalah tokoh-tokoh yang ada

dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun Metro TV.

Penelitian alih kode dan campur kode dalam acara dialog interaktif

Republik Sentilan Sentilun Metro TV ini termasuk dalam penelitian deskriptif

kualitatif, karena penelitian ini berisi tuturan yang mengandung AK dan CK.

Penelitian ini juga memaparkan tujuan terjadinya alih kode dan campur kode pada

dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun. Metode pengumpulan data yang

digunakan peneliti yaitu metode rekam, metode simak, dan metode catat. Dalam

analisis data penelitian ini menggunakan metode kontekstual. Metode kontekstual

ini terperinci pada konteks Sosiolinguistik. Sebuah konteks yang memerantikan

dimensi-dimensi konteks sosial seperti percakapan sehari-hari dalam masyarakat,

penggunaan ragam baku, serta dialek-dialek kedaerahan yang digunakan sebagai

media mengidentifikasi data, klasifikasi data, dan menginterpretasi data.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wujud alih kode yang terdiri 7

tuturan alih kode internal dan 10 tuturan alih kode eksternal. Wujud campur kode

yang terdiri dari 29 tuturan campur kode ke dalam dan 22 tuturan campur kode

keluar. Selain itu, adapun tujuan terjadinya AK dan CK dalam acara dialog

interaktif Republik Sentilan Sentilun Metro TV yaitu untuk menjelaskan sesuatu,

untuk memberitahukan sesuatu, perubahan topik pembicaraan, kebiasaan penutur,

untuk membangkitkan rasa humor, sekedar bergengsi, untuk menunjukkan

kedekatan penutur dan mitra tutur, untuk menunjukkan keterpelajarannya, dan

untuk mempertegas sesuatu.

Kata Kunci: alih kode, campur kode, tujuan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

vii

ABSTRACT

Setyani, Maria Kiki Adhy. 2018. Code-Switching and Code-Mixing and Their

Purposes in the Interactive Dialogues of Republik Sentilan Sentilun on

Metro TV in January–February 2017. Undergraduate Thesis. Yogyakarta:

Indonesian, Local Language and Literature Education Program,

Department of Languages and Arts Education, Faculty of Teacher Training

and Education, Sanata Dharma University.

This research discusses the forms of code-switching (CS) and code-mixing

(CM), as well as the purposes of CS and CM in interactive dialogue. This

research aims to describe and explain the forms of CS and CM as well as the

purposes of CS and CM in interactive dialogues of Republik Sentilan Sentilun on

Metro TV. The subjects in this research are the characters in the interactive

dialogues of Republik Sentilan Sentilun on Metro TV.

This research on the code-switching and code-mixing in the interactive

dialogues of Republik Sentilan Sentilun on Metro TV is a qualitative descriptive

research, as it discusses utterances that display CS and CM. This research also

elaborates the purposes of code-switching and code-mixing in the interactive

dialogues of Republik Sentilan Sentilun. The data collection methods employed by

the researcher are recording, listening, and note-taking. In terms of data analysis,

this research uses contextual method, which is detailed in the context of

sociolinguistics. A context that takes into account social contextual dimensions

such as daily conversations in society, the use of standard variation, as well as

regional dialects is used as a medium for identifying, classifying, and interpreting

data.

The results of this research indicate that the forms of code-switching are 7

utterances of internal code-switching and 10 utterances of external code-

switching. The forms of code-mixing are 29 inner code-mixing and 22 outer code-

mixing. In addition, the purposes of CS and CM in the interactive dialogues of

Republik Sentilan Sentilun on Metro TV are explaining something, informing

about something, changing topic of conversation, the habits of the speakers,

generating sense of humor, mere prestige, showing intimacy between speakers,

showing one’s learnedness, and reinforcing something.

Keywords: code-switching, code-mixing, purpose

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

senantiasa memberi berkat dan kasih, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Alih Kode dan Campur Kode Serta Tujuannya Dalam

Acara Dialog Interaktif Republik Sentilan Sentilun Metro TV Periode Januari –

Februari 2017”. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi

dalam kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia (PBSI),

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni (JPBS), Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini berhasil diselesaikan karena bantuan

dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

2. Rishe Purnama Dewi S.Pd. M.Hum. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah membantu kelancaran

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Danang Satria Nugraha, M.A. selaku Wakil Ketua Program Studi

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah membantu dan mendukung

penulis.

4. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. sebagai dosen pembimbing yang dengan sabar,

bijaksana, dan penuh perhatian dalam membimbing, mengarahkan,

memotivasi, dan memberikan berbagai masukan yang sangat berharga

bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh dosen Program Studi PBSI yang penuh dedikasi mendidik,

mengarahkan, membimbing, membagi ilmu pengetahuan, memberikan

dukungan, dan bantuan kepada penulis dari awal perkuliahan sampai

selesai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii

HALAMAN MOTTO ............................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... v

ABSTRAK ................................................................................................. vi

ABSTRACT ............................................................................................... vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................... viii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................... ix

KATA PENGANTAR ............................................................................... x

DAFTAR ISI .............................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 5

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 5

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 6

1.5 Batasan Istilah ....................................................................................... 6

1.6 Sistematika Penulisan ........................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori ...................................................................................... 11

2.1.1 Sosiolinguistik ............................................................................. 11

2.1.2 Kode…........................................................................................ 13

2.1.3 Variasi Bahasa ............................................................................ 14

2.1.4 Alih Kode ................................................................................... 21

2.1.5 Campur Kode .............................................................................. 26

2.1.6 Tuturan….................................................................................... 32

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

xiii

2.1.7 Interferensi .................................................................................. 33

2.1.8 Kedwibahasaan………................................................................ 34

2.1.9 Kontak Bahasa ........................................................................... 37

2.1.10 Konteks..................................................................................... 38

2.1.11 Kerangka Berpikir .................................................................... 39

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ...................................................................................... 40

3.2 Sumber Data dan Data Penelitian ........................................................ 40

3.3 Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 40

3.3.1 Rekam ......................................................................................... 41

3.3.2 Simak ......................................................................................... 41

3.3.3 Catat ........................................................................................... 41

3.4 Instrumen Penelitian ............................................................................. 42

3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................ 43

3.6 Triangulasi ............................................................................................ 44

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data ....................................................................................... 45

4.2 Analisis Data ......................................................................................... 46

4.2.1 Wujud Alih Kode Internal ............................................................ 47

4.2.1.1 Alih Kode Internal Antarragam ........................................... 49

4.2.1.2 Alih Kode Internal Antarbahasa .......................................... 50

4.2.2 Wujud Alih Kode Eksternal ......................................................... 54

4.2.3 Wujud Campur Kode ke Dalam ................................................... 58

4.2.4 Wujud Campur Kode ke Luar ...................................................... 63

4.2.5 Tujuan Alih Kode ......................................................................... 68

4.2.6 Tujuan Campur Kode ................................................................... 77

4.3 Pembahasan .......................................................................................... 91

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

xiv

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan ............................................................................................... 94

5.2 Saran ...................................................................................................... 96

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 97

LAMPIRAN ............................................................................................... 99

BIOGRAFI PENULIS .............................................................................. 168

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan sarana komunikasi yang penting bagi masyarakat.

Begitu juga dengan dunia pendidikan, bahasa merupakan alat atau sarana

komunikasi dalam proses belajar mengajar. Bahasa adalah sistem lambang bunyi

yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja

sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 1983). Oleh

karena itu, dalam dunia pendidikan bahasa itu menjadi alat utama dalam

penyampaian materi dan sarana interaksi guru dengan siswa. Bahasa digunakan

oleh masyarakat tutur untuk menyampaikan segala informasi supaya mereka dapat

memahami apa yang telah disampaikan oleh seorang penutur. Bahasa juga dapat

digunakan oleh manusia di segala bidang kehidupannya. Dengan demikian,

bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan atau

maksud pembicara kepada pendengar (Nababan, 1984:66).

Penggunaan bahasa di Indonesia tidak berhenti pada satu varian bahasa. Di

dalam masyarakat multilingual penggunaan bahasa Indonesia yang tidak sesuai

dengan kaidah yang diberlakukan kadang-kadang mengakibatkan terjadinya

campur kode. Dengan adanya penggunaan bahasa Indonesia yang tidak sesuai

kaidah tersebut, muncul ragam campur kode. Campur kode menurut Nababan

(1984:32) suatu keadaan berbahasa lain ialah bilamana orang mencampur dua

(atau lebih) bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa (speech act atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

2

discourse) tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut

pencampuran bahasa itu. Dari pernyataan tersebut dapat dinyatakan bahwa

pencampuran bahasa tidak dipengaruhi oleh situasi bahasa. berdasarkan konsep

Nababan mengenai campur kode, situasi tutur tidak berperan penting dalam

mempengaruhi campur kode, melainkan kesantaian dan kebiasaaanlah yang

menentukan atau mempengaruhi seseorang dalam melakukan campur kode.

Menurut Appel (dalam Chaer dan Agustina, 2010: 107) alih kode adalah

gejala penutur menyelipkan serpihan-serpihan bahasa daerah atau bahasa asing.

Penggunaan serpihan-serpihan bahasa daerah dan bahasa asing dalam sebuah

tuturan biasanya disadari oleh penuturnya. Alasan penutur menggunakan kata-

kata dalam bahasa asing atau daerah yaitu bertujuan untuk mempermudah penutur

untuk menjelaskan maksud tuturannya.

Pada acara Dialog Interaktif Republik Sentilan Sentilun tidak jarang muncul

fenomena alih kode dan campur kode. Keberagaman bahasa menjadi salah satu

penunjang munculnya alih kode dan campur kode dalam komunikasi antara yang

satu dengan yang lain. Selain itu, penguasaan dan penggunaan bahasa yang lebih

dari satu akan mengakibatkan kedwibahasaan dalam komunikasi. Kedwibahasaan

atau bilingualisme secara sosiolinguistik ialah pemakaian dua bahasa oleh seorang

penutur atau masyarakat ujaran Hartman dan Strok (dalam Pranowo, 1996: 7).

Jika melihat batasan bilingualisme atau kedwibahasaan yang dipaparkan

oleh Bloomfield ( dalam Aslinda, 2007:23), seseorang dapat disebut sebagai

bilingual apabila mampu menggunakan B1 (bahasa pertama atau bahasa ibu) dan

B2 (bahasa kedua) dengan sama baiknya. Namun, tidak semua orang dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

3

menggunakan bahasa pertama maupun bahasa kedua dengan baik. Permasalahan

yang kerap muncul yaitu kemungkinan seseorang dapat menggunakan B2-nya

dengan kualitas yang sama baik dengan penggunaan B1-nya. Jika melihat penutur

yang mampu menguasai B2-nya sama baik dengan B1-nya, maka penutur tersebut

tentunya mempunyai kesempatan yang sama untuk mempelajari dan

menggunakan kedua bahasa tersebut.

Republik Sentilan Sentilun merupakan salah satu acara dialog interaktif yang

dibawakan oleh Butet Kertaradjasa dan Slamet Rahardjo. Tayangan ini

merupakan sarana untuk menyampaikan aspirasi rakyat dan kritikan untuk

pemerintahan Indonesia. Bahasa yang digunakan dalam acara ini pun

mengandung humor-humor yang sesekali menyentil kehidupan pemerintahan

negeri ini. Acara yang tayang setiap hari Sabtu, pukul 20.30 WIB di Metro TV ini

memiliki durasi tayangan 90 menit. Bintang tamu pada acara Republik Sentilan

Sentilun selalu berganti setiap episodenya. Perbedaan penguasaan bahasa yang

dimiliki oleh bintang tamu dengan pembawa acara mejadi salah satu tanda-tanda

kemunculan alih kode dan campur kode. Selain itu, wujud dari alih kode dan

campur kode tersebut dapat berupa kata, frasa, pengulangan kata. Bentuk-bentuk

tersebut terselip pada setiap tuturan yang diungkapkan tokoh dalam acara dialog

interaktif Republik Sentilan Sentilun. Pada umumnya campur kode dapat terjadi

saat komunikasi nonformal. Kemunculan wujud campur kode pada komunikasi

formal jarang sekali ditemui, kalaupun terjadi campur kode itu hanya sebagai

akibat tidak adanya padanan yang tepat dalam bahasa yang sedang digunakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

4

Melihat kemunculan alih kode dan campur kode dalam bahasa, hal itu tidak

lepas dari adanya interferensi. Interferensi adalah bagaimana seseorang yang

menganut bilingualisme menjaga bahasa-bahasa itu sehingga terpisah dan

seberapa jauh seeorang itu mampu mencampuradukkan serta bagaimana pengaruh

bahasa yang satu dalam penggunaan bahasa lainnya. Interferensi berarti adanya

saling mempengaruhi antarbahasa. Interferensi bisa terjadi pada pengucapan, tata

bahasa, kosakata dan makna bahkan budaya, baik dalam ucapan maupun tulisan

terutama kalau seseorang sedang mempelajari bahasa kedua (Alwasilah,

1990:131). Ciri yang menonjol dalam interferensi adalah peminjaman kosakata

dari bahasa lain, alasannya adalah perlunya kosakata untuk mengacu pada obyek,

konsep, atau tempat baru. Maka, meminjam kosakata dari bahasa lain akan lebih

mudah daripada menciptakan kosakata baru. Hanya saja, kosakata-kosakata hasil

pinjaman yang biasa dipakai dalam bahasa Indonesia telah disesuaikan ejaannya

dengan ejaan yang baik dan benar dalam bahasa Indonesia.

Peristiwa variasi bahasa yang muncul dalam masyarakat dalam bentuk alih

kode dan campur kode, terutama dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan

Sentilun. Alih kode dan campur kode yang terdapat dalam dialog antara pembawa

acara dengan bintang tamu sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam. Maka

dari itu berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengajukan

topik “Alih Kode dan Campur Kode Serta Tujuannya Dalam Acara Dialog

Interaktif Republik Sentilan Sentilun Metro TV Periode Januari-Februari 2017”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalah

utama yaitu alih kode dan campur kode apa sajakah yang terjadi dalam acara dialog

interaktif Republik Sentilan Sentilun? Dari rumusan masalah utama tersebut dapat di

rumuskan sub masalah sebagai berikut.

1. Alih kode apa sajakah yang terjadi dalam acara dialong interaktif Republik

Sentilan Sentilun?

2. Campur kode apa sajakah yang terjadi dalam acara dialog interaktif Republik

Sentilan Sentilun?

3. Tujuan apa yang menyebabkan terjadinya alih kode dan campur kode dalam

acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan titik tolak sebelum kegiatan dilaksanakan.

Dengan demikian penelitian ini bertujuan sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan bentuk alih kode dalam acara dialog interaktif Republik

Sentilan Sentilun.

2. Mendeskripsikan bentuk campur kode dalam acara dialog interaktif Republik

Sentilan Sentilun.

3. Mendeskripsikan tujuan terjadinya alih kode dan campur kode dalam acara

dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

6

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis

maupun praktis dalam perkembangan linguistik umumnya dan sosiolinguistik

khususnya.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis untuk

memperdalam pemahaman tentang kajian sosiolinguistik, lebih khusus mengenai

alih kode dan campur kode yang terdapat dalam acara dialog interaktif Republik

Sentilan Sentilun periode Januari-Februari 2017.

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis yang diperoleh dari hasil penelitian ini yaitu:

a. Bagi peneliti lainnya, skripsi ini dapat digunakan sebagai referensi dalam

penelitian lainnya khususnya di bidang sosiolinguistik.

b. Bagi pembaca dapat menambah wawasan dan pemahaman tindak tutur

dalam masyarakat.

1.5 Batasan Istilah

Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dan salah penafsiran yang

dapat menimbulkan ketidakjelasan dalam penelitian, maka perlu pembatasan

istilah. Istilah-istilah yang dibatasi adalah sebagai berikut :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

7

1. Kode

Poedjosoedarmo (1974 : 4) memberikan batasan kode sebagai suatu sistem

tutur yang penerapan unsur bahasanya mempunyai ciri-ciri khas sesuai dengan

latar belakang si penutur, relasi penutur dengan mitra tutur dan situasi tutur yang

ada. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dalam sebuah kode terdapat

beberapa unsur bahasa seperti kalimat, kata, morfem dan fonem yang

pemakaiannya dikendalikan oleh semacam pembatasan umum yang berupa faktor-

faktor nonlinguistik, dan faktor tersebut disebut dengan komponen tutur.

2. Dialek

Menurut (Poedjosoedarmo 1978 : 31-32) ada enam variansi bahasa yang

disebut dialek, yaitu dialek geografis, dialek sosial, dialek aliran, dialek usia,

dialek jenis, dan dialek suku.Dialek adalah variasi bahasa dari sekelompik penutur

yang jumlahnya relatif, yang berada dalam satu tempat, wilayah, atau area

tertentu.

3. Alih Kode

Alih kode adalah peristiwa peralihan dari kode yang satu ke kode yang lain,

umpamanya dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia, dari bahasa Indonesia ke

bahasa asing (Suwito, 1985:68).

4. Campur Kode

Campur kode adalah suatu keadaan berbahasa di mana orang mencampur dua

bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa tanpa sesuatu dalam situasi

berbahasa itu yang menuntut pencampuran itu (Nababan, 1991:32).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

8

5. Tuturan

Tuturan adalah hasil komunikasi yang berupa ucapan atau ujaran (Abdul

Chaer dan Leonie Agustina, 2004:47).

6. Interfrensi

Interferensi adalah digunakannya unsur bahasa lain dalam menggunakan

suatu bahasa, yang dianggap sebagai suatu kesalahan karena menyimpang dari

kaidah atau aturan bahasa yang digunakan (Chaer dan Agustina, 2010: 120).

Weinreich (dalam Chaer dan Agustina, 2010: 120) mengemukakan bahwa

interferensi adalah perubahan sistem atau bahasa sehubungan dengan adanya

persentuhan bahasa tersebut dengan usnur-unsur bahasa lain yang dilakukan oleh

penutur yang bilingual.

7. Kedwibahasaan

Menurut Robert Lado (1964-214) kedwibahasaan merupakan kemampuan

berbicara dua bahasa dengan sama atau hampir sama baiknya. Secara teknis

pendapat ini mengacu pada pengetahuan dua bahasa, bagaimana tingkatnya, oleh

seseorang. Sedangkan menurut MacKey (1956: 155), kedwibahasaan adalah

pemakaian yang bergantian dari dua bahasa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

9

1.6 Sistematika Penulisan

Hasil penelitian ini akah dipaparkan dalam 5 bab, yaitu bab I pendahuluan,

bab II Landasan teori, bab III metodologi penelitian, bab IV hasil penelitian, dan

bab V penutup.

Bab I adalah pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika

penyajian.

Bab II adalah landasan teori. Bab ini berisi penelitian terdahulu dan landasan

teori yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun landasan teori yang digunakan

ialah (1) sosiolingistik, (2) kode, (3) variasi bahasa, (4) alih kode, (5) campur

kode, (6) tuturan, (7) interferensi, (8) kedwibahasaan, (9) konteks, (10) kerangka

berpikir.

Bab III memuat mtodologi penelitian. Bab ini berisi hal-hal yang berkaitan

dengan metode dalam penelitian ini, yaitu jenis penelitian, sumber data dan data

penelitian, metode pengumpulan data, instrument penelitian, teknik analisis data,

dan triangulasi.

Bab IV berisi hasil penelitian. Bab ini berisi hasil analisis data dan

pembahasan. Pada bab ini pertama-tama disajikan deskripsi data, kemudian

disajikan hasil pembahasan dari hasil analisis data sesuai dengan rumusan

masalah yang telah ditentukan, yakni tentang alih kode dan campur kode yang

meliputi bentuk, ciri, dan faktor yang menyebabkan terjadinya alih kode dan

campur kode.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

10

Bab V adalah penutup. Bab ini berisi kesimpulan penelitian, implikasi hasil

penelitian yang meliputi aspek fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada kajian teori ini diuraikan tentang teori-teori yang mendasari

permasalahan pada penelitian ini. Teori ini digunakan untuk mendukung

penelitian yang dilakukan yang diharapkan dapat memperkuat keakuratan data.

Teori-teori tersebut adalah sosiolinguistik, kode, dialek, alih kode, campur kode,

tuturan, interferensi, kedwibahasaan, dan kontak bahasa. Kajian alih kode

meliputi; pengertian alih kode, perbedaan alih kode dan campur, jenis alih kode

dan campur kode, dan tujuan alih kode dan campur kode. Selain itu, setiap kajian

yang terdapat dalam penelitian ini tidak luput dati penelitian terdahulu. Adapun

uraian selanjutnya disampaikan pada paparan sebagai berikut.

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Sosiolinguistik

Penelitian ini menggunakan teori sosiolinguistik. Oleh karena itu perlu

dikemukakannya konsep-konsep yang berhubungan dengan teori sosiolinguistik.

Adapun teori yang dibutuhkan yakni mengenai kedwibahasaan ataupun

multibahasa serta peristiwa alih kode dan campur kode ataupun teori-teori lain

yang relevan dengan penelitian ini.

Sosiolinguistik merupakan cabang ilmu yang mempelajari hubungan antar

bahasa. Sosiolonguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dan

linguistik, dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan yang sangat erat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

12

Mengenai ilmu Sosiologi, menurut Abdul Chaer ilmu ini mengandung pengertian

sebagai kajian objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam masyarakat, dan

mengenai lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat.

linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa, atau bidang ilmu yang

mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian, dapat dikatakan

pengertian sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari

bahasa dalam kaitannya dengan penggunaab bahasa di dalam masyarakat.

Sebagai objek dalam kajian sosiolinguistik, bahasa tidak dilihat atau didekati

sebagai bahasa, sebagaimana dilakukan oleh linguistik umum, melainkan dilihat

atau didekati sebagai sarana interaksi atau komunikasi di dalam masyarakat.

Setiap kegiatan yang dilakukan masyarakat, mulai dari bekerja, belajar, berkarya

tentu saja tidak lepas dari penggunaan bahasa. Sosiolinguistik diartikan sebagai

ilmu yang mempelajari ciri dan berbagai variasi bahasa, serta hubungan diantara

para bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat

bahasa (Kridalaksana 1978:94).

Dalam penelitian ini peristiwa kebahasaan yang akan dibahas adalah alih

kode dan campur kode dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun

periode Januari-Februari 2017. Peristiwa alih kode dan campur kode yang

dimaksudkan adalah berupa tuturan yang mengandung alih kode, serta tuturan

tokoh yang menyebabkan alih kode. Sebagaimana telah disebutkan pada bab

sebelumnya, bahwa ada beberapa peristiwa kebahasaan yang muncul dalam acara

dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun periode Januari-Februari 2017

diantaranya peristiwa alih kode dan campur kode.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

13

2.1.2 Kode

Pada suatu aktivitas bicara yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari,

seseorang yang melakukan pembicaraan sebenarnya mengirimkan kode-kode

kepada lawan bicaranya (Pateda 1990 : 83). Selain itu, menurut Brooks (1990 : 4)

memberikan pernyataan tentang proses pengkodean sebagai variasi yang

dimaksud, yaitu lembut, keras, cepat, lambat, bernada dan sebagainya sesuai

dengan situasi hati pembicara. Poedjosoedarmo (1974 : 4) memberikan batasan

kode sebagai suatu sistem tutur yang penerapan unsur bahasanya mempunyai ciri-

ciri khas sesuai dengan latar belakang si penutur, relasi penutur dengan mitra tutur

dan situasi tutur yang ada. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dalam

sebuah kode terdapat beberapa unsur bahasa seperti kalimat, kata, morfem dan

fonem yang pemakaiannya dikendalikan oleh semacam pembatasan umum yang

berupa faktor-faktor nonlinguistik, dan faktor tersebut disebut dengan komponen

tutur.

Pada kajian kode tersebut, terdapat penelitian yang mengkaji mengenai

pemakaian kode. Pemakaian kode dalam penelitian ini disusun menjadi jurnal

yang dibuat oleh Herawati yang berjudul “Campur Kode Dalam Peristiwa

Komunikasi Di Lingkungan Sekolah SMA Negeri 1 Kabangka”. Dalam jurnal

tersebut, Herawati memaparkan bahwa penggunaan kode dalam percakapan

sehari-hari di SMA Negeri 1 Kabangka tersebut berasal dari persamaan latar

belakang kehidupan mereka dan bahasa ibu yang dimiliki oleh masing-masing

siswa. Selain itu, budaya juga menjadi salah satu faktor pendorong munculnya

campur kode dalam komunikasi antara satu dengan yang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

14

Kode biasanya berbentuk varian-varian bahasa yang secara nyata dipakai

dalam berkomunikasi dan berinteraksi antara orang satu dengan orang lain. Bagi

masyarakat yang monolingual, kode terjadi dari varian-varian satu bahasa, tetapi

bagi masyarakat yang multilingual kode terjadi dari varian satu bahasa atau lebih

dari dua bahasa atau lebih. Secara garis besar, kode dapat dibedakan menjadi tiga,

dialek, ragam, dan tingkat tutur atau undha usuk. Kode menurut Suwito (1985:67-

69) adalah untuk menyebutkan salah satu varian didalam hierarki kebahasaan,

misalnya varian regional, kelas sosial, raga,gaya, kegunaan dan sebagianya.

2.1.3 Variasi Bahasa

Bahasa mempunyai sistem dan subsistem yang dipahami sama oleh semua

penutur bahasa, tetapi meski berada dalam masyarakat tutur, tidak merupakan

kumpulan manusia yang homogeny, maka wujud bahasa yang nyata menjadi tidak

seragam atau bervariasi. Terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa ini bukan

hanya disebabkan oleh penuturnya yang tidak homogeni, tetapi juga karena

kegiatan interaksi sosial yang dilakukan setiap manusia berbeda-beda atau

beragam. Keragaman ini akan semakin bertambah apabila bahasa tersebut

digunakan oleh penutur yang sangat banyak, serta dalam wilayah yang sangat

luas.

Dalam hal variasi atau ragam bahasa ini ada dua pandangan. Pertama

variasi atau ragam bahasa itu dilihat sebagai adanya keragaman sosial penutur

bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Jadi variasi atau ragam bahasa itu

terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

15

Andaikata penutur bahasa itu adalah kelompok yang homogen baik dari etnis,

status sosial maupun lapangan pekerjaannya, maka variasi atau keragaman itu

tidak aka nada, dalam hal ini bahasa itu menjadi seragam. Pandangan yang kedua,

variasi atau ragam bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat

interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam. Pada intinya, variasi

atau ragam bahasa itu dapat diklasifikasikan berdasarkan adanya keragaman sosial

dan fungsi kegiatan di dalam masyarakat sosial.

Chaer dan Agustina (2004) membagi variasi bahasa dalam menjadi empat,

yaitu variasi bahasa dari segi penutur, pemakaian, keformalan, dan segi sarana.

A. Variasi Bahasa dari Segi Penutur

Dalam variasi bahasa dari segi penutur mempunyai beberapa macam

keragaman di dalamnya, dimana keragaman ini berkaitan langsung dari

penuturnya. Setidaknya ada empat dari segi penutur, yaitu idiolek, dialek,

kronolek, dan sosiolek.

a. Idiolek

Idiolek merupakan variasi bahasa yang bersifat perseorangan, karena

setiap orang mempunyai variasi bahasanya masing-masing. Variasi idiolek ini

berkenaan dengan “warna” suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat,

dan sebagainya. Namun, yang paling dominan adalah “warna” suara itu,

sehingga jika kita cukup akrab dengan seseorang, dengan mendengar suara

bicaranya tanpa melihat orangnya, kita sudah mengenalinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

16

b. Dialek

Variasi bahasa kedua berdasarkan penuturnya adalah dialek, yakni

variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relative, yang berada

pada satu tempat, wilayah atau area tertentu. Karena dialek ini didasarkan

pada wilayah atau area tempat tinggal penutur, maka dialek ini lazim disebut

dialek areal, dialek regional, atau dialek geografi. Para penutur dalam suatu

dialek, meskipun mereka mempunyai idioleknya masing-masing, memiliki

kesamaan ciri yang menandai bahwa mereka berada pada satu dialek, yang

berbeda dengan kelompok penutur lain, yang berada dalam dialeknya sendiri

dengan ciri lain yang menandai dialeknya juga. Misalnya bahasa Jawa dialek

Tegal memiliki ciri tersendiri yang berbeda dengan ciri yang dimiliki bahasa

Jawa Solo, dialek Semarang atau Yogyakarta. Para penutur bahasa Jawa

dialek Tegal dapat berkomunikasi dengan baik dengan para penutur bahasa

Jawa dialek Solo, dialek Semarang, dialek Yogyakarta, atau juga bahasa Jawa

dielek lainnya, karena walaupun dialek mereka berbeda-beda tetapu mereka

saling mengertu dari bahasa yang sama yaitu Bahasa Jawa.

Halliday (1972 : 141) menyebut dialek sebagai the variety acconding to

users, bahwa dialek adalah variasi bahasa yang ditentukan menurut pengguna

bahasa. Dalam rangka pembicaraan kode, varian bahasa yang berupa dialek

dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Menurut Poedjosoedarmo (1978 :

31-32) ada enam variansi bahasa yang disebut dialek, yaitu dialek geografis,

dialek sosial, dialek aliran, dialek usia, dialek jenis, dan dialek suku.Dialek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

17

adalah variasi bahasa dari sekelompik penutur yang jumlahnya relatif, yang

berada dalam satu tempat, wilayah, atau area tertentu.

Pada skripsi ini, terdapat penelitian relevan yang mengkaji tentang

dialek. Skripsi karya Mardiana mahasiswi lulusan Universitas Sanata Dharma

yang berjudul “Interferensi Fonologis Dialek Melayu Bangka Sub Dialek

Pangkal Pinang Pada Penggunaan Bahasa Indonesia Oleh Siswa SMA Di

Pangkal Pinang”. Penelitian yang dilakukan oleh Mardiana ini mengkaji

tentang dialek yang terjadi dalam suatu daerah, terutama daerah Pangkal

Pinang. Selain itu, objekyang dipilih yaitu dialek siswa SMA di Pangkal

Pinang.

c. Kronolek

Kronlek atau dialek temporal yaitu variasi bahasa yang digunakan

oleh kelompok sosial pada masa tertentu. Misalnya, variasi bahasa

Indonesia pada masa tahun tiga puluhan atau lima puluhan yang cenderung

menggunakan penulisan kata dengan huruf “d” dan “j”. Variasi bahasa itu

tentunya cenderung kearah perbedaan dari lafal, ejaan, morfologi, maupun

sintaksis.

d. Sosiolek

Sosiolek yaitu variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan,

dan kelas sosial para penuturnya. Perbedaan pekerjaan, profesi, jabatan,

atau tugas para penutur dapat juga menyebabkan adanya variasi sosial.

Bahasa yang digunakan sehari-hari para buruh tentunya berbeda bahasa

yang digunakan para pejabat negara, perbedaan bahasa itu terjadi karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

18

perbedaan lingkungan tugas mereka dan apa yang mereka kerjakan.

Perbedaan variasi bahasa itu tampak pada bidang kosakata yang mereka

gunakan.

B. Variasi dari Segi Pemakaian

Variasi bahasa berkenaan dengan penguasaannya, pemakaiannya. Atau fungsi

disebut fungsiolek (Nababan 1984), ragam, atau register. Variasi ini condong pada

pembicaraan bidang penggunaan, gaya, atau tingkat keformalan, dan sarana

penggunaan. Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini adalah

menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya,

bidang sastra, jurnalistik, militer, pertanian, pelayaran, perekonomian, pergangan,

pendidikan, dan kegiatan keilmuan.

Dalam bidang sastra, variasi bahasa pemakaiannya cenderung diungkapkan

secara estetis. Selain itu, dalam bidang jurnalistik variasi bahasa cenderung

bersifat sederhana, komunikatif, dan ringkas. Sederhana karena harus dipahami

dengan mudah, komunikatif karena jurnalistik harus menyampaikan berita secara

tepat, dan ringkas karena keterbatasan ruang (dalam media cetak), dan

keterbatassan waktu (dalam media elektronik). Dalam bahasa Indonesia ragam

jurnalistik ini dikenal dengan sering ditinggalkannya awalan me- atau awalan ber-

yang di dalam ragam bahasa baku harus digunakan. Umpamanya kalimat, “Bupati

tinjau daerah tanah longsor” (dalam bahasa baku berbunyi, “Bupati meninjau

daerah tanah longsor”).

Variasi berdasarkan fungsi ini lazim disebut register. Pengertian dari

register ini biasanya berhubungan dengan masalah. Dialek berkenaan dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

19

bahasa itu digunakan oleh siapa, di mana, dan kapan, maka register berkenaan

dengan masalah bahasa itu digunakan untuk kegiatan apa.

C. Variasi dari Segi Keformalan

Martin Joos (dalam Chaer dan Agustina, 2004) membagi variasi bahasa dari

segi keformalannya menjadi lima macam gaya ragam, yaitu gaya raga beku

(frozen), ragam resmi (formal), ragam usaha (konsultatif), ragam santai (casual),

dan ragam akrab (intimate).

1. Ragam Beku

Ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang

digunakan dalam situasi-situasi khidmat, dan upacara-upacara resmi,

misalnya, dalam upacara kenegaraan, khotbah di masjid, tata cara

pengambilan sumpah, kitab-kitab undang-undang, akte notaris, dan

surat-surat keputusan. Disebut ragam beku karena pola dan kaidahnya

sudah ditetapkan secara mantap, tidak boleh diubah. Dalam bentuk

tertulis ragam beku ini kita dapati dalam dokumen-dokumen bersejarah,

seperti undang-undang dasar, akte notaris, naskah-naskah, perjanjian

jual beli, atau sewa menyewa.

2. Ragam Resmi atau Formal

Ragam resmi atau formal adalah variasi bahasa yang digunakan

dalam pidato kenegaraan, rapat dinas, surat dinas, ceramah keagamaan,

buku-buku pelajaran, dan sebagainya. Pola dan kaidah ragam resmi

sudah ditetapkan secara mantap sebagai suatu standar. Ragam resmi itu

pada dasarnya sama dengan ragam bahasa baku atau standar yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

20

digunakan dalam situasi resmi. Pembicaraan dalam acara peminangan,

pembicaraan dengan seorang dekan di kantornya, atau diskusi dalam

ruang kuliah adalah mengunakan ragam resmu ini.

3. Ragam Usaha atau Ragam Konsultatif

Ragam ini adalah ragam variasi bahasa yang lazim digunakan

dalam pembicaraan biasa di sekolah, dan rapat-rapat atau pembicaraan

yang berorientasi pada hasil atau produksi. Ragam usaha ini adalah

ragam bahasa yang paling operasional karena raga mini berada di antara

ragam formal dan informal.

4. Ragam Santai atau Ragam Casual

Ragam santai aalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi

tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman

karib pada waktu beristirahat, berolahraga, berekreasi, dan sebagainya.

Ragam santai ini banyak menggunakan alegro, yakni bentuk kata atau

ujaran yang dipendekan. Kosakatanya banyak dipenuhi unsur leksikal

dialek dan unsur bahasa daerah.

5. Ragam Akrab atau Ragam Intim

Pengertian ragam akrab hamper mirip dengan ragam santai, tapi

variasi bahasa ini biasanya digunakan penutur yang hubungannya sudah

akrab, seperti antar anggota keluarga, atau antar teman yang sudah lama

menjalin pertemanan. Ragam ini ditandai dengan penggunaan bahasa

yang tidak lengkap, pendek-pendek, dan dengan artikulasi yang

seringkali tidak jelas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

21

D. Variasi dari Segi Sarana

Variasi yang terakhir adalah variasi bahasa yang meliputi sarana atau jalur

yang digunakan. Dalam hal ini dapat disebut adanya ragam lisan atau ragam tulis,

atau juga ragam berbahasa dengan menggunakan sarana atau alat tertentu,

misalnya menggunakan surat, telepon atau telegram.

2.1.4 Alih Kode

Hymes (dalam Rahardi 2001: 20), menyebutkan bahwa alih kode adalah

istilah umum untuk menyebut pergantian atau peralihan pemakaian dua bahasa

atau lebih, beberapa variasi dari satu bahasa atau bahkan beberapa gaya dari suatu

ragam. Alih bahasa ini sepenuhnya terjadi karena perubahan-perubahan

sosiokultural dalam situasi berbahasa. Perubahan-perubahan yang dimaksud

meliputi faktor-faktor seperti hubungan antara pembicara dan pendengar, variasi

bahasa, tujuan berbicara, topik yang dibahas, waktu dan tempat berbincang.

Kemudian, Apple (dalam Chaer (2004:107), mengatakan alih kode yaitu gejala

peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi. Selanjutnya, Hymes

menambahkan bahwa alih kode bukan hanya terbagi antara bahasa, tetapi dapat

juga terjadi antar ragam-ragam atau gaya yang terdapat dalam satu bahasa.

Alih kode merupakan salah satu kajian dalam sosiolinguistik. Lebih lanjut

Apple (dalam Chaer dan Agustina, 2010:107) menyatakan, alih kode yaitu gejala

peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi. Sedangkan Thealander

(dalam Chaer dan Agustina, 2010:115) mengatakan alih kode sebagai peristiwa

tutur terjadi peralihan dari satu klausa suatu bahasa ke klausa bahasa lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

22

Dalam kemunculannya alih kode sangat sering dijumpai dalam pemilihan

topik skripsi maupun jurnal ilmiah. Pada penelitian ini, terdapat penelitian yang

relevan yaitu berupa jurnal ilmiah. Jurnal karya Mohammad Rohmadi dan Edy Tri

Sulistiyo ini berjudul “Alih Kode dan Campur Kode Dalam Pembelajaran Bahasa

Indonesia Di SMA”. Dalam jurnal ini, penulis banyak mengutarakan alih kode

dan campur kode yang sering digunakan guru saat proses belajar mengajar.

Menurut Kunjana Rahardi (2010), alih kode bisa terjadi apabila penutur dan mitra

tutur ingin menyampaikan sesuatu atau menjelaskan maksud tujuan tertentu pada

mitra tuturnya. Penggunaan alih kode dan campur kode ini biasanya digunakan

untuk keperluan pembelajaran, misalnya untuk pemaparan materi.

Alih kode biasanya digunakan secara sadar atau secara sengaja. Hal ini

dikarenakan alih kode sebagian besar digunakan untuk menghormati lawan bicara

dan ingin membuat percakapan tersebut menjadi lebih mendalam. Menurut I

Dewa Putu Wijaya (2012) yang mengatakan bahwa alih kode berkaitan erat

dengan siapa kita berbicara, tujuannya apa, dan untuk apa kita berbicara. Peristiwa

alih kode juga dipengaruhi oleh perubahan situasi dan topik pembicaraan.

Misalnya, dua orang yang berasal dari Jawa sedang bercakap-cakap menggunakan

bahasa Jawa tiba-tiba teman mereka yang berasal dari Padang ingin bergabung

dalam percakapan mereka dengan menyapa menggunakan bahasa Indonesia

karena tidak dapat berbahasa Jawa. Tidak lama kemudian masuk pula teman-

teman lainnya, sehingga suasana menjadi riuh, dengan percakapan yang tidak

tentu arah dan topiknya dengan menggunakan bahasa Indonesia ragam santai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

23

Peristiwa pergantian bahasa yang digunakan dalam ilustrasi di atas dari bahasa

Jawa ke Bahasa Indonesia inilah yang disebut peristiwa alih kode.

Sejalan dengan pendapat Suwito (1985: 68), bahwa alih kode adalah

peristiwa peralihan dari kode yang satu ke kode yang lain. Berdasarkan jenisnya,

alih kode dibagi menjadi dua macam, yaitu alih kode intern dan alih kode ekstern,

menurut Suwito (1985:69). Alih kode intern adalah alih kode yang terjadi antar

bahasa-bahasa daerah dalam satu bahasa nasional, antara dialek-dialek dalam satu

bahasa daerah, atau antara beberapa ragam dan gaya yang terdapat dalam satu

dialek. Sedangkan alih kode ekstern adalah alih kode yang terjadi antara bahasa

asli dengan bahasa asing. Meskipun demikian, dalam prakteknya dimungkinkan

terjadi alih kode intern dan ekstern secara beruntun.

Selain sikap kemultibahasaan yang dimiliki oleh masyarakat tutur, terdapat

beberapa faktor penyebab terjadinya peristiwa alih kode, seperti yang

dikemukakan Chaer (2004:108), adapun beberapa faktor tersebut yaitu sebagai

berikut:

a. Penutur

Seorang penutur kadang dengan sengaja beralih kode terhadap mitra

tutur karena adanya suatu tujuan. Misalnya mengubah situasi dari resmi

menjadi tidak resmi atau sebaliknya. Adapun contoh alih kode yang sering

dijumpai dalam kegiatan sehari-hari, yaitu diantaranya.

Contoh:

Saat terjadi kegiatan jual beli di pasar tradisional, tak jarang kita

jumpai pembeli Warga Negara Asing. Penjual yang kebanyakan asli

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

24

Indonesia yang memiliki bahasa ibu yang berbeda-beda, mau tidak mau

harus menyesuaikan bahasanya dengan bahasa yang digunakan oleh

pembeli tersebut. Perubahan bahasa yang satu ke bahasa yang lain terjadi

karena adanya faktor pendorong yang kuat.

b. Mitra Tutur

Setiap penutur biasanya ingin mengimbangi bahasa yang digunakan

oleh lawan tuturnya dalam masyarakat. Penutur mungkin harus beralih

kode untuk mengimbangi. Suwito (dalam Chaer dan Agustina, 2004:73)

lawan tutur dibedakan menjadi dua golongan, yaitu 1) Penutur yang

berlatar belakang kebahasaan yang sama dengan lawan tutur, 2) Lawan

tutur yang berlatar belakang berlainan alih gaya.

c. Hadirnya Penutur Ketiga

Untuk menetralisir situasi dan menghormati mitra tutur ketiga, biasanya

penutur dan mitra tutur beralih kode, apalagi bila latar belakang

kebahasaan mereka berbeda.

d. Perubahan Situasi

Perubahan situasi pembicaraan juga dapat mempengaruhi terjadinya

alih kode. Situasi tersebut dapat berupa situasi formal ke informal ataupun

sebaliknya.

e. Pokok Pembicaraan (Topik)

Pokok pembicaraan atau topik merupakan faktor yang dominan dalam

menentukan terjadinya alih kode. Pokok pembicaraan yang bersifat formal

biasanya diungkapkan dengan ragam baku, dengan gaya netral dan serius.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

25

Sedangkan pokok pembicaraan yang bersifat informal disampaikan dengan

bahasa tak baku, gaya sedikit emosional, dan serba seenaknya.

Selain itu, penyebab terjadinya alih kode berdasarkan komponen tutur

Hymes (dalam Chaer dan Agustina, 2004:48) yaitu SPEAKING sebagai

berikut.

S = Setting and Scene (Situas) (act situation), mencakup latar dan

suasana

P = Partisipant, mencakup penutur, pengirim, pendengar, dan penerima.

E = End (tujuan), mencakup bentuk pesan dan isi pesan.

A= Act Sequence (urutan tindak), mencakup bentuk pesan dan isi pesan

K= Key (kunci)

I = Instrumentalities (peranti, perabotan), mencakup saluran dan bentuk

tutur.

N = Norms (norma), mencakup norma interaksi dan norma interpretasi

G = Genre (bentuk dan ragam bahasa) Macam-macam alih kode yang

berwujud alih bahasa tidak hanya satu atau dua bahasa, namun ada banyak

bahasa yang digunakan dalam bertutur, diantaranya;

1) Alih kode bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa.

2) Alih kode bahasa Jawa ke bahasa Indonesia.

3) Alih kode bahasa Jawa ke bahasa Asing.

4) Alih kode bahasa Indonesia ke dalam bahasa Asing.

5) Alih kode bahasa Asing ke dalam bahasa Indonesia.

6) Alih kode bahasa Asing ke dalam bahasa Jawa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

26

Alih kode dilakukan seseorang dikarenakan ada beberapa macam tujuan

yang ingin disampaikan dalam suatu tuturan. Penutur tidak asal bertutur

dalam melakukan pengalihan bahasa yang digunakan. Tujuan yang ingin

disampaikan oleh penutur, sebagai berikut:

a. Ingin membina keakraban.

b. Ingin memperjelas maksud pembicaraan.

c. Ingin menyesuaikan pembicaraan.

d. Ingin menyembunyikan atau merahasiakan pembicaraan.

e. Ingin menimbulkan rasa humor.

f. Ingin beralih kode karena marah atau emosi.

Hymes (dalam Chaer dan Agustina, 2004:107) menyatakan bahwa alih kode

bukan hanya terjadi antar bahasa, tetapi juga terjadi antara ragam ragam atau

gaya-gaya yang terdapat dalam satu bahasa. Fasold (dalam Chaer dan Agustina,

2004:115) mengatakan bahwa apabila satu klausa jelas-jelas memiliki struktur

gramatikal satu bahasa, dan klausa berikutnya disusun menurut struktur

gramatikal bahasa lain, maka peristiwa yang terjadi adalah alih kode.

2.1.5 Campur Kode

Campur kode adalah suatu keadaan berbahasa di mana orang mencampur

dua bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa tanpa sesuatu dalam

situasi berbahasa itu yang menuntut pencampuran itu (Nababan, 1991:32).

Maksudnya adalah keadaan yang tidak memaksa atau menuntut seseorang untuk

mencampur suatu bahasa ke dalam bahasa lain saat peristiwa tutur sedang

berlangsung. Fenomena campur kode berbeda dengan alih kode.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

27

Sebagian besar peristiwa campur kode dilakukan seseorang secara tidak

sengaja atau tidak sadar. Hal ini dikarenakan sikap kemultibahasaan orang

tersebut mengandung beberapa frase bahasa asing ke bahasa asli. Walaupun

begitu, peristiwa campur kode juga dapat dilakukan dengan sengaja, yakni karena

alasan akademis, keterbatasan istilah dalam bahasa asli dan sebagainya. Misalnya

dalam siaran radio, si penyiar dalam berbahasa Indonesia banyak menyelipkan

bahasa daerahnhya, maka penutur tersebut dapat dikatakan telah melakukan

campur kode. Campur kode dan alih kode ini diakibatkan adanya penguasaan dua

bahasa atau lebih dari satu bahasa ini dinamakan multilingual. Contoh campur

kode dalam tayangan Republik Sentilan Sentilun yaitu:

Mucle : “Ah, ini rupanya ada gadis cantik lagi dirayu sama portal

komplek. Oh oh oh Jarwo”.

Jarwo : “Oh oh oh Mucle”. Saya itu punya teman, jagoan”.

Mucle : “Wah sombong”.

Jarwo : “Superhero siapa yang nggak teman saya”.

Mucle : “Siapa”?

Jarwo : “Batman itu teman saya”.

Mucle : “Terus?”

Jarwo : “Hebat orangnya”.

Mucle : “Batman, mana mau Batman berteman dengan bad mood”.

Pada kutipan “Batman, mana mau Batman berteman dengan bad mood”, jika

diperhatikan pada tuturan tersebut mengandung campur kode. Campur kode yang

terdapat pada tuturan tersebut termasuk dalam kategori campur kode ekstern atau

campur kode keluar. Kata “bad mood” yang berarti “perasaan sedang buruk”

disisipkan pada tuturan tokoh Mucle.

Campur kode sebagai salah satu fenomena yang terjadi pada penyiar radio

juga tidak mungkin dihindarkan. Penelitian yang bisa dijadikan sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

28

pandangan yang relevan dengan penelitian ini yaitu skripsi karya Ardian Pitra

Satya Purnama, mahasiswa angkatan 2009 program studi Pendidikan Bahasa

Sastra Indonesia di Universitas Sanata Dharma. Skripsi karya Ardian yang

berjudul “Alih Kode dan Campur Kode Iklan Obat di Siaran Radio Kedaulatan

Rakyat Yogyakarta”. Pada penelitian relevan ini, penulis memaparkan

penggunaan alih kode dan campur kode yang muncul berdasarkan fungsinya. Alih

kode dan campur kode pada iklan obat di siaran radio digunakan untuk

menawarkan produk, mempermudah pemahaman bagi pendengar yang memiliki

dwibahasa.

Campur kode ini merupakan fenomena pemakaian dua bahasa atau lebih,

dengan saling memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa lain

secara konsisten Kachru (1978). Campur kode di Indonesia sering terjadi dalam

situasi orang sedang berbincang-bincang di mana orang sedang berbicara dengan

menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah (Nababan, 1991:31).

Selain itu, campur kode dapat terjadi antarbahasa, antardialek, dan

antarragam. Campur kode antarbahasa adalah percampuran yang dilakukan saat

menggunakan bahasa pokok yang disisipi oleh bahasa asing. Campur kode

antardialek adalah percampuran bahasa pokok yang disisipi oleh bahasa daerah

dialek Jawa, Madura, Jakarta sehingga muncul bahasa Indonesia yang kejawa-

jawaan, kemadura-maduraan, atau kejakarta-jakartaan. Lain halnya dengan

campur kode antarragam yang ditentukan oleh bahasa di mana seorang penutur

melakukan campur kode yang akan menempatkan penutur di dalam hirarki status

sosialmya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

29

Suwito (1983: 76) membedakan jenis campur kode menjadi dua golongan.

Yaitu campur kode ke dalam (inner code mixing) dan campur kode keluar (outer

code mixing). Campur kode ke dalam adalah campur kode yang menggunakan

bahasa asli, dan campur kode keluar adalah campur kode yang menggunakan

bahasa asing. Selain itu, menurut Tarigan (1985:19) kata dapat diartikan sebagai

satuan bebas yang paling kecil. Kata adalah bentuk bebas yang paling kecil, yaitu

kesatuan terkecil yang dapata diucapkan secara berdikari, Bloomfield (dalam

Tarigan, 1985:6). Suwito (1985:79) membedakan campur kode menjadi beberapa

macam, antara lain:

1. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata.

Menurut bentuknya, kata dapat dibagi menjadi 4 kategori. Empat

kategori itu sebagai berikut.

1) Kata Dasar

Kata dasar adalah satuan terkecil yang mendasari pembentukan

kata yang lebih kompleks (Tarigan, 1985:9). Contohnya adalah

“malam” dalam kata “bermalam”, kata dasar “tidur” memperoleh

afiks –an menjadi “tiduran”.

2) Kata Berimbuhan

Kata berimbuhan yaitu kata yang mengalami perubahan akibar

melekannya afiks (imbuhan) baik di awal (prefiks), di tengah

(infiks), di akhir (sufiks). Prefiks adalah suatu unsur yang

diletakkan di depan kata dasar. Infiks adalah morfem yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

30

diselipkan di tengah kata dasar. Sufiks adalah morfem terikat yang

diletakkan di belakang kata dasar.

3) Kata Ulang

Kata ulang adalah pengulangan satuan gramatik baik seluruhnya

maupun sebagian, baik fonem maupun tidak (Ramlan, 1981:83).

Pengulangan kata dapat dibagi menjadi empat, yaitu (1) kata ulang

seluruh, yaitu pengulangan seluruh bentuk dasar, seperti buku-buku,

malam-malam, rumah-rumah, dan sebagainya; (2) kata ulang

sebagian, yaitu pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya, seperti

melambai-lambai, membaca-baca, bernyanyi-nyanyi; (3) kata ulang

berkombinasi dengan afiks yaitu kata ulang dasar yang

dikombinasikan dengan afiks seperti, mobil-mobilan, kuda-kudaan;

(4) kata ulang perubahan fonem, seperti bolak-balik, gerak-gerik,

serba-serbi.

4) Kata Majemuk

Ramlan (2009: 76) mengatakan bahwa kata majemuk adalah

gabungan dua kata yang menimbulkan suatu kata baru. Kata yang

terjadi gabungan dua kata itu lazim dengan kata majemuk.

Misalnya rumah sakit, meja makan, keras hati, panjang tangan,

dapat disimpulkan bahwa kata majemuk ialah kata yang terdiri dari

dua kata sebagai unsurnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

31

2. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa

Penyisipan frasa adalah penyisipan unsur frasa yang berasan dari

bahasa asing atau bahasa daerah yang masuk ke dalam tuturan yang

menggunakan suatu bahasa pokok tertentu. (Ramlan, 1987: 151) Frasa

ialah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak

melampaui batas fungsi klausa. Unsur klausa yang terdiri dari dua atau

lebih yang tidak melampaui batas fungsi itu merupakan satuan gramatik

yang disebut frasa.

3. Penyisipan unsur-unsur berwujud ungkapan atau idiom

Ungkapan adalah konstruksu dari unsur-unsur yang saling memilih,

masing-masing anggota memiliki makna yang ada bersama yang lain

(Kridalaksana, 2001: 81).Ungkapan dapat berfungsu untuk menghidupkan

dan mendorong perkembangan bahasa dan akan menciptakan keindahan

bahasa agar tidak membosankan.

Selain itu, ada pula faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode.

Menurut Suwito (1983) ada beberapa faktor penyebab terjadinya campur kode

yaitu sebagai berikut:

1) Identifikasi peranan adalah sosial, registral, dan edukasional. Campur kode

yang terjadi ditunjukkan untuk mengidentifikasi peranan penutur, baik

secara sosial, pendidikan, serta golongan dari peserta bicara atau penutur

bahasa tersebut. Misalnya dalam pemakaian bahasa Jawa, pemilihan

variasi bahasa dan cara mengekspresikan variasi bahasa itu dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

32

memberikan kesan tertentu baik tentang status sosial ataupun tingkat

pendidikan penuturnya.

2) Identifikasi ragam ditentukan oleh bahasa yang digunakan penutur pada

waktu melakukan campur kode, yang akan menempatkan penutur dalam

hierarki status sosial.

3) Identifikasi keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan tampak dalam

sikap terhadap penutur. Yang termasuk dalam faktor ini adalah tampak

pada peristiwa campur kode yang menandai sikap dan hubungan orang

lain, dan hubungan orang lain terhadapnya.

2.1.6 Tuturan

Tuturan adalah hasil komunikasi yang berupa ucapan atau ujaran (Chaer

dan Agustina, 2004:47). Komunikasi dalam bentuk tuturan dapat terjadi dalam

acara diskusi, rapat, sidang, serta proses pembelajaran di kelas antara guru dengan

siswa, dan lain sebagainya. Komunikai ini berupa ucapan atau ujaran

menyampaikan informasi berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan, maupun

emosi secara langsung. Dengan ini dapat dikatakan bahwa tuturan merupakan

suatu peristiwa yang terjadi atau sedang berlangsung interaksi linguistik dalam

suatu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan

lawan tutur yang melibatkan suatu waktu, tempat, dan situasi tertentu untuk saling

tukar informasi.

Pada penelitian ini, skripsi yang terbilang relevan dengan skripsi yang

sedang dibuat yaitu skripsi karya Maria Enny Hirawati, mahasiswi angkatan 1991

program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

33

Skripsi yang berjudul “Analisis Bentuk Sapaan Dalam Tuturan Antartokoh Cerita

Nover Para Priyayi Karya Umar Kayam (Pendekatan Sosiolingusitik) ini berisi

tentang bentuk-bentuk tuturan tokoh cerita yang mengandung sapaan.

Selain itu (Suwito, (1983:30) menyebutkan lima faktor yang menentukan

suatu tuturan, yaitu penutur, lawan tutur, pokok pembicaraan, tempat, dan

suasana. Faktor ini menentukan terjadinya suatu kontak bahasa. Kontak bahasa

yang dapat dijumpai pada peristiwa persentuhan bahasa antara beberapa bahasa

yang dikuasai penutur dan mitra tutur. Hal ini dapat berakibat pada munculnya

kemungkinan pergantian pemakaian bahasa oleh penutur dalam konteks sosialnya.

Peristiwa atau gejala semacam itu terlihat dalam wujud kedwibahasaan.

2.1.7 Interferensi

Interferensi adalah digunakannya unsur bahasa lain dalam menggunakan

suatu bahasa, yang dianggap sebagai suatu kesalahan karena menyimpang dari

kaidah atau aturan bahasa yang digunakan (Chaer dan Agustina, 2010: 120).

Weinreich (dalam Chaer dan Agustina, 2010: 120) mengemukakan bahwa

interferensi adalah perubahan sistem atau bahasa sehubungan dengan adanya

persentuhan bahasa tersebut dengan usnur-unsur bahasa lain yang dilakukan oleh

penutur yang bilingual. Berdasarkan hal tersebut interferensi dapat diartikan

sebagai penggunaan sistem BI dalam menggunakan B2 sedangkan sistem tersebut

tidak sama dalam kedua bahasa tersebut. Interferensi berarti adanya saling

berpengaruh antarbahasa (Alwasilah dalam Aslinda dan Syafyahya, 2010:

66).dapat terjadi pada pengucapan, tata bahasa, kosakata, dan makna budaya baik

dalam ucapan maupun tulisan, terutama jika seseorang sedang mempelajari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

34

bahasa kedua (Alwasilah, 1993: 114). Pengaruh itu dalam benuk paling sederhana

berupa pengambilan suatu unsur dari satu bahasa dan digunakan dalam

hubungannya dengan bahasa lain. Interferensi dapat terjadi pada pengucapan, tata

bahasa, kosakata, dan makna bahasa lain. Interferensi dianggap sebagai gejala

tutur, terjadi hanya pada dwibahasan dan peristiwanya dianggap sebagai

penyimpangan, jika sekiranya dwibahasawan itu dapat memisahkan kedua bahasa

yang dikuasai dalam arti dwibahasawan adalah dua pmbicara yang terpisah dalam

diri atau orang, berarti tidak akan terjadi penyimpangan atau interferensi (Aslinda

dan Syafyahya, 2010: 65).

Adapun penelitian yang relevan dengan skripsi ini, yaitu skripsi karya

Mardiana mahasiswi lulusan Universitas Sanata Dharma yang berjudul

“Interferensi Fonologis Dialek Melayu Bangka Sub Dialek Pangkal Pinang Pada

Penggunaan Bahasa Indonesia Oleh Siswa SMA Di Pangkal Pinang”.

Interferensi yang ditemui dalam penelitian ini adalah interferensi pada tataran

fonologis.

2.1.8 Kedwibahasaan

Istilah bilingualisme (Inggris: bilingualism) dalam bahasa Indonesia disebut

juga kedwibahasaan. Untuk dapat menggunakan dua bahasa tentunya seseorang

harus menguasai kedua bahasa itu. Pertama, bahasa ibunya sendiri atau bahasa

pertamanya (disingkat B1), dan yang kedua adalah bahasa lain yang menjadi

bahasa keduanya (disingkat B2).

Istilah bilingualisme adalah istilah yang pengertiannya bersifat relatif.

Kerelativitasan ini muncul disebabkan batasan seseorang disebut multilingual

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

35

bersifat arbitrer dan hampir tidak dapat ditentukan secara pasti. Mula-mula

bilingualisme diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan dua bahasa sama

baiknya oleh seorang penutur, namun pendapat ini makin lama makin tidak

populer karena kriteria untuk menentukan sejauh mana seorang penutur dapat

menggunakan bahasa sama baiknya tidak ada dasarnya sehingga sukar diukur dan

hampir-hampir tidak dapat dilakukan (Suwito, 1983:40). Istilah bilingualisme

dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasaan (Chaer, 2004:84). Dari

istilah yang dikemukakan oleh Chaer tersebut, dapat dipahami bahwa

bilingualisme atau kedwibahasaan berkenaan dengan pemakaian dua bahasa oleh

seorang penutur dalam aktivitasnya sehari-hari.

Ada beberapa ahli yang menerangkan tentang pengertian kedwibahasaan atau

bilingualisme. Salah satunya adalah Weinrich (Aslinda, dkk., 2007:23), ia

menyebutkan kedwibahasaan sebagai ‘The practice of alternately using two

language’, yaitu kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih secara bergantian.

Dalam penggunaan dua bahasa atau lebih, jika melihat pengertian menurut

Weinrich, penutur tidak diharuskan menguasai kedua bahasa tersebut dengan

kelancaran yang sama. Artinya bahasa kedua tidak dikuasai dengan lancar seperti

halnya penguasaan terhadap bahasa pertama. Namun, penggunaan bahasa kedua

tersebut kiranya hanya sebatas penggunaan sebagai akibat individu mengenal

bahasa tersebut.

Hal di atas tidak sejalan dengan pengertian bilingualisme menurut Bloomfield

(Chaer, 2004:85) yang mengemukakan bahwa kedwibahasaan adalah native like

control of two languages. Menurut Bloomfiled mengenal dua bahasa berarti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

36

mampu menggunakan dua sistem kode secara baik. Pendapat Bloomfiled tersebut

tidak disetujui atau masih banyak dipertanyakan karena syarat dari native like

control of two languages berarti setiap bahasa dapat digunakan dalam setiap

keadaan dengan kelancaran dan ketepatan yang sama seperti bahasa pertama yang

digunakan penuturnya.

Selain kedua pengertian menurut dua ahli di atas, ada juga Diebold (dalam

Chaer, 2004:86) yang menyebutkan adanya bilingualisme atau kedwibasaan pada

tingkat awal (incipient bilingualism). Menurut Diebold, bilingualisme tingkat

awal ini ‘…yaitu bilingualisme yang dialami oleh orang-orang, terutama oleh

anak-anak yang sedang mempelajari bahasa kedua pada tahap permulaan. Pada

tahap ini bilingualisme masih sederhana dan dalam tingkat rendah’.

Jika melihat pernyataan Diebold, benar kiranya apabila kedwibahasaan yang

banyak digunakan oleh orang-orang adalah kedwibahasaan atau bilingualisme

pada tingkat awal. Dalam kegiatan sehari-hari tentunya kita pun tanpa disadari

hampir selalu melaksanakan bilingualisme pada tingkat awal ini. Namun,

kebanyakan orang pada masa sekarang cenderung tidak menguasai kedua bahasa

yang digunakannya dengan tepat.

Apabila melihat pengertian kedwibahasaan menurut ahli, dari penelitian ini,

dapat diambil penelitian yang relevan karya Daman Huri. Jurnal ilmiah dari

UNSIKA yang berjudul “Penguasaan Kosakata Kedwibahasaan Antara Bahasa

Sunda dan Bahasa Indonesia Pada Anak-anak (Sebuah Analisis Deskriptif-

Komparatif) ini berisikan tentang penguasaan dwibahasa yang dimiliki oleh anak-

anak, terutama dalam Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

37

Pada acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun, kedwibahasaan kerap

muncul saat acara berlangsung. Munculnya kedwibahasaan dalam acara ini

berawal dari tokoh atau pembawa acara yang menguasai lebih dari satu bahasa.

Pembawa acara yang berasal dari Jawa menjadikan penguasaan bahasa Jawa yang

baik dan lancer. Hal itu membuat tokoh tersebut sering menggunakan bahasa Jawa

saat tayangan Republik Sentilan Sentilun berlangsung. Selain itu, tidak jarang pula

saat tokoh-tokoh dalam acara itu berdialog, mereka menggunakan bahasa asing

yang diselipkan pada tuturannya. Hal ini juga menunjukkan bahwa, penguaasan

bahasa yang lebih dari satu dapat menjadi salah satu faktor munculnya alih kode

dan campur kode.

2.1.9 Kontak Bahasa

Dalam membicarakan masalah kedwibahasaan atau bilingualisme, tidak

mungkin terpisahkan adanya peristiwa kontak bahasa. Seorang dwibahasawan

sangat mungkin sebagai awal terjadinya interferensi dalam bahasa, sehingga

antara kontak bahasa dan dwibahasawan sangat erat hubungannya. Interferensi

merupakan salah satu peristiwa kebahasaan yang mungkin terjadi sebagai akibat

adanya kontak bahasa.

Menurut Thomason (2001:1), kontak bahasa adalah penggunaan lebih dari

satu bahasa dalam tempat dan waktu yang sama. Penggunaan bahasa ini tidak

menuntut penutur untuk berbicara dengan lancar sebagai dwibahasawan atau

multibahasawan, namun terjadinya komunikasi antara penutur dua bahasa yang

berbeda pun sudah dikategorikan sebagai peristiwa kontak bahasa. Sebagai

contoh, ketika dua kelompok wisatawan saling meminjamkan alat masak selama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

38

dua atau tiga jam, mereka pasti akan berusaha untuk saling berkomunikasi satu

sama lain. Peristiwa komunikasi ini, meskipun mungkin dalam bentuk yang

sangat sederhana, sudah masuk dalam kategori kontak bahasa.

2.1.10 Konteks

Menurut Keraf (dalam Smarapradhipa, 2005:1), memberikan dua

pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat

komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh

alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang

mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.

Penelitian ini tidak lepas dari adanya konteks dalam sebuah tuturan. Konteks

menurut KBBI (2007), konteks sebagai situasi yang ada hubungannya dengan

suatu kejadian. Dalam setiap peristiwa tutur, konteks sangat diperlukan untuk

menafsirkan maksud dari tuturan penutur.

Sebagai deskripsi konteks, penutur akan cenderung menggunakan bahasa

Indonesia dalam suasana tuturan formal. Namun dalam penelitian ini, konteks

dalam tuturan tokoh di acara dialog interaktif Repulik Sentilan Sentilun dapat

terjadi dengan menggunakan bahasa Indonesia maupun bahasa daerah. Menurut

Hymes (dalam Aslinda dan Syafahya, 2007: 34), menyatakan bahwa menurut

pengamatannya situasi tutur adalah situasi ketika tuturan dapat dilakukan dan

dapat pula tidak dilakukan, situasi tidak murni komunikatif dan tidak mengatur

adanya aturan berbicara, tetapi mengacu pada konteks yang menghasilkan aturan

berbicara. Sebuah peristiwa tutur terjadi dalam satu situasi tutur dan peristiwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

39

tutur itu mengandung satu atau lebih tindak tutur. Dari pendapat di atas, dapat

diketahui bahwa dalam suatu komunikasi, tuturan tidak lepas dari konteks yang

saling mempengaruhi terhadap tindak komunikasi. Poedjosoedarmo (dalam

Rahardi, 2001), menyatakan konsep tuturan yang sebetulnya merupakan

pengembangan dari konsep tuturan yang disampaikan oleh Hymes di atas.

2.1.10 Kerangka Berpikir

Penelitian mengenai alih kode dan campur kode dalam acara dialog

interaktif Republik Sentilan Sentilun memiliki kerangka berpikir. Kerangka

berpikir digunakan sebagai dasar teori dan pemikiran dari seluruh proses

penelitian yang akan dilakukan. Tujuan dari adanya kerangka berpikir ini adalah

untuk memudahkan peneliti dalam menjelaskan alur penelitian alih kode dan

campur kode dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun. Dalam

kerangka berpikir ini, peneliti berusaha membahas permasalahan yang diangkat,

yakni wujud alih kode dan campur kode dan faktor penyebab terjadinya alih kode

fan campur kode. Pembahasan masalah tersebut akan dijelaskan dengan konsep,

teori, dan metode yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Peneliti menggunakan teori sosiolinguistik sebagai pisau analisis dalam

penelitian. Permasalahan dalam penelitian ini adalah alih kode dan campur kode

dalam tuturan tokoh, maka peneliti berpikir bahwa teori sosiolinguistik sangat

tepat digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini. Komponen penting

dalam teori sosiolinguistik yang menjadi fokus peneliti adalah tuturan yang

mengandung alih kode dan campur kode. Penelitian ini menggunakan metode

penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang hasil datanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

40

berupa data deskriptif dalam bentuk lisan maupun tuturan. Peneliti memberi

gambaran menyeluruh mengenai data penelitian berdasarkan proses pengumpulan

data dan analisis data.

Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan memperoleh informasi

mengumpulkan data-data untuk menjawab permasalahan yang diangkat oleh

peneliti. Data yang telah terkumpul dari sumber data akan diproses melalui

analisis data. Analisis data merupakan penelusuran melalui temuan-temuan yang

diperoleh peneliti. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data

yang telah didapatkan dari sumber data. Analisis data merupakan cara peneliti

untuk mengolah data yang sudah terkumpul guna menjawab permalahan dalam

penelitian. Dari hasil kegiatan pengumpulan data dan analisis data, peneliti

berupaya untuk menuliskan hasil penelitian tersebut. Hasil penelitian merupakan

sasaran yang ingin dicapai dalam penelitiannya. Dalam hasil penelitian, peneliti

menguraikan secara runtut proses penelitian yang kemudian mendeskripsikan

secara singkat dalam butir-butir yang spesifik. Secara ringkas, alur penelitian ini

adalah sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

41

Kerangka Berpikir

KODE

ALIH

KODE

CAMPUR

KODE

DIALOG

INTERAKTIF

REPUBLIK

SENTILAN

SENTILUN

TUJUAN

SOSIOLINGUISTIK

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

42

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Menurut

Sukmadinata (2009:53), penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan

untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial,

sikap, kepercayaan, presepsi, dan orang secara individual maupun kelompok.

Selain itu, Sukmadinata (2009:18), menyatakan bahwa penelitian deskriptif

bertujuan mendefinisikan suatu keadaan atau fenomena secara apa adanya. Hal ini

menunjukkan bahwa suatu kejadian yang terjadi dan sedang diteliti akan

dipaparkan sejara nyata, tanpa ada rekayasa dalam proses penelitian.

3.2 Sumber Data dan Data Penelitian

Sumber data penelitian ini adalah video mengenai Republik Sentulan Sentilun.

Adapun data yang didapat yaitu tuturan tokoh dalam acara dialog interaktif

Republik Sentulan Sentilun yang mengandung alih kode dan campur kode. Data

yang dianalisis dalam penelitian ini adalah tuturan tokoh atau pemain dalam

bentuk satuan lingual yang tersisipi bahasa daerah (Bahasa Jawa) dan bahasa

asing (Bahasa Inggris) pada dialog antara pembawa acara dengan bintang tamu.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam sebuah penelitian, data merupakan fakta atau keterangan mengenai

sesuatu yang dapat digunakan untuk menyusun informasi. Setiap data atau fakta

yang dikumpulkan harus bisa memberikan gambaran maupun keterangan yang

jelas. Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti berupaya untuk memilih teknik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

43

pengumpulan data yang tepat suapaya dapat memperoleh data yang tepat. Teknik

pengumpulan data adalah cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh data

yang akan dikupas, guna menjawab permasalahan dalam penelitian.

3.3.1 Rekam

Teknik rekam adalah teknik pengumpulan data yang digunakan dengan

cara merekam percakapan informan, terutama yang berhubungan dengan masalah

yang diteliti. Teknik rekam digunakan dengan pertimbangan bahwa data yang

diteliti berupa data lisan. Teknik ini dilakukan dengan terencana, sistematis

maupun dengan serta merta. Dengan menggunakan teknik rekam, peneliti akan

merekam tuturan tokoh dalam acara dialog intraktif Republik Sentilan Sentilun

menggunakan tape recorder.

3.3.2 Simak

Metode simak adalah metode yang digunakan untuk memperoleh data

dengan melakukan penyimakan terhadap penggunaan bahasa. Menurut Mahsun

(dalam buku Muhammad 2014:192) metode ini memiliki teknik lanjutan, yaitu

teknik simak libat cakap, teknik simak bebas libat cakap, teknik catat, teknik

sadap.

3.3.3 Catat

Teknik catat ini merupakan teknik lanjutan yang dilakukan ketika

menerapkan metode simak dengan teknik lanjutan (teknik simak libat cakap dan

teknik simak bebas libat cakap), yaitu mencatat data yang dapat diperoleh dari

informan pada kartu data (Mahsun, 2007 : 131). Teknik catat dilakukan dengan

melakukan pencatatan pada kartu data dengan menggunakan alat tulis tertentu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

44

(Sudaryanto 1993:135). Teknik catat ini dilakukan dengan cara mencatat tuturan

percakapan yang ada dalam acara dialog interaktif “Republik Sentilan Sentilun”

ke dalam kartu data yang telah dibuat sebelumnya. Di bawah ini adalah gambar

kartu data.

Kartu Data Alih Kode dalam Acara Dialog Interaktif “Republik

Sentilan Sentilun” Metro TV

Gambar 1. Kartu Data

Keterangan:

Ttr : Tuturan

01 : Nomor Data

28-01-2017 : Tanggal Penayangan

3.4 Insturmen Penelitian

Sebagaimana penelitian kualitatif, penelitian ini pun instrumennya adalah

peneliti itu sendiri. Peneliti menjadi instrumen dalam penelitian ini berbekal

No Data : 01/28-01-2017

Ttr : Jarwo : “Batman itu teman saya”.

Mucle : “Terus”?

Jarwo : “Hebat orangnya”.

Mucle : “Batman, mana mau Batman berteman dengan

bad mood”.

Jenis AK : Ekstern (BI-Bing)

F AK : Sekedar bergengsi

F AK : Sekedar bergengsi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

45

pemahaman teori sosiolinguistik, khususnya alih kode dan camur kode serta

faktor penyebabnya dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun

Metro TV.

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis

kualitatif. Untuk menganalisis data dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa

langkah, yaitu sebagai berikut.

a. Mengidentifikasi proses terjadinya alih kode dan campur kode yang

ada dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun.

b. Mengidentifikasi bentuk-bentuk alih kode dan campur kode yang ada

dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun.

c. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya alih kode

dan campur kode dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan

Sentilun.

d. Mengklasifikasikan bentuk-bentuk alih kode dan campur kode yang

ada dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun.

e. Mengklasifikasikan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya alih

kode dan campur kode dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan

Sentilun.

f. Menginterpretasikan hasil dari klasifikasi bentuk-bentuk alih kode dan

campur kode yang ada dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan

Sentilun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

46

g. Menginterpretasikan hasil dari klasifikasi faktor-faktor yang

menyebabkan terjadinya alih kode dan campur kode dalam acara

dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun.

3.5 Triangulasi

Untuk menguji tingkat keabsahan temuan data, peneliti akan melakukan

teknik triangulasi data. Menurut Lexy Moleong (2007), triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu

untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Kemudian menurut Sugiyono, trianggulasi dibagi menjadi empat jenis yaitu

trianggulasi teknik atau metode, trianggulasi sumber, dan triangulasi waktu.

Pada penelitian ini, trianggulasi yang dipakai yaitu trianggulasi sumber.

Trianggulasi sumber dipilih karena trianggulasi ini digunakan untuk pengecekan

kredibilitas data yang dilakukan dengan memeriksa data yang didapatkan melalui

beberapa sumber. Triangulasi sumber data, yaitu sumber data yang digunakan

dalam penelitian ini merupakan 6 episode yang memiliki topik berbeda-beda

dalam setiap episode acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun. Perbedaan

topik pada setiap episodenya juga ditunjukkan dengan tokoh-tokoh yang berbeda

pula, sehingga potensi munculnya alih kode dan campur kode yang digunakan

sebagai data dalam penelitian ini menjadi lebih bervariasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Data penelitian ini berupa tuturan dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun

Metro TV periode Januari-Februari 2017. Data setiap percakapan dibagi menjadi

beberapa dialog untuk dianalisis dan dikategorikan ke dalam bentuk kode yang

termasuk alih kode dan campur kode beserta faktor penyebab, sehingga

didapatkan 68 data yang ditabulasikan. Data tersebut kemudian dianalisis dan di

kategorikan ke dalam jenis kode yang termasuk alih kode atau campur kode

beserta faktor penyebabnya, sehingga data tersebut terbagi ke dalam 17 data alih

kode dan 51 data campur kode.

Alih kode dibagi menjadi dua jenis, yaitu alih kode internal dan eksternal

yang dibagi lagi menjadi dua substansi yaitu antarragam dan antarbahasa. Dalam

penelitian ini, didapat hanya satu macam yaitu alih kode internal antarragam

formal ke informal. Pada campur kode dibagi menjadi dua jenis yaitu campur

kode dalam dan campu kode keluar. Kedua jenis alih kode tersebut dibagi lagi

menjadi dua subtansi yaitu antarragam dan antarbahasa. Dalam penelitian ini

campur kode ke dalam dan keluar terbagi menjadi tiga jenis bentuk penyisipan

bahasa dalam komunikasi. Penyisipan yang ditemukan dalam campur kode ke

dalam yaitu penyisipan kata, penyisipan frasa, dan pengulangan kata.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

48

4.2 Hasil Analisis Data

Analisis data ini sejalan dengan pandangan Spradley (dalam Sugiyono,

2006: 89), yang menyatakan bahwa analisis dalam penelitian jenis apapun

merupakan cara berpikir kritis. Hal itu berkaitan dengan pengujian secara

sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan antar bagian, dan

hubungannya dengan keseluruhan. Kaitannya dengan penelitian ini adalah tuturan

dari tokoh yang ada dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun

Metro TV. Peneliti memperhatikan tuturan para tokoh dan menentukan bagian dari

tuturan tersebut yang masuk dalam alih kode dan campur kode.

Alih kode sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa karena perubahan

situasi atau suasana berbicara. Artinya, setiap tokoh yang melakukan percakapan

dan kemudian beralih kode menggunakan bahasa lain yang disesuaikan dengan

situasi atau suasana berbicara. Selain itu, campur kode yang merupakan suatu

keadaan berbahasa di mana orang mencampur dua bahasa atau ragam bahasa

dalam suatu tindak bahasa tanpa sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang

menuntut pencampuran itu. Artinya, setiap percakapan yang dilakukan oleh tokoh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

49

dalam acara tersebut, para tokoh tanpa sengaja menggunakan bahasa lain dalam

tuturannya.

4.2.1 Wujud Alih Kode Internal

Menurut Chaer (2010), alih kode sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa

karena perubahan situasi atau suasana pembicaraan. Dalam acara dialog interaktif

Republik Sentilan Sentilun Metro TV peneliti menemukan alih kode internal. Alih

kode internal dibagi menjadi dua jenis yaitu, alih kode internal ant arragam, dan

alih kode internal antarbahasa. Pada alih kode internal antarragam dibagi lagi

menjadi dua jenis yaitu, ragam formal ke informal, dan ragam informal ke formal.

Namun, alih kode internal antarragam yang terjadi pada tuturan tokoh dalam acara

ini hanya alih kode internal antarragam formal ke informal. Hal ini terjadi karena

beberapa bintang tamu yang ada dalam acara tersebut memiliki tingkat pendidikan

yang lebih tinggi.

Hymes (dalam Rahardi 2001: 20), mengatakan bahwa yang disebut sebagai

alih kode internal (internal code switching), yakni yang terjadi antar bahasa

daerah dalam suatu bahasa nasional antar dialek dalam satu bahasa daerah, atau

antara beberapa ragam dan gaya yang terdapat dalam suatu dialek. Dalam tuturan

tokoh acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun, kertika para tokoh sedang

melakukan percakapan, para tokoh sengaja menggunakan beberapa bahasa dalam

tuturannya, suasana percakapan formal. Misalnya percakapan antara tokoh

Sentilun dengan Gareng berikut ini:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

50

1. Sentilun : “Ingat, kalau bapak ini pidato, simak yang baik-baik. Ning

balikno lho yo”.

Gareng : “Lho mas, kok sampeyan banyak sendiri?”

Sentilun: “Saya sebagai koordinator lapangan”. (DATA AK/RSS/03/040217)

Konteks: Percakapan dilakukan oleh Sentilun dan Gareng dalam acara

Republik Sentilan Sentilun Metro TV yang tayang pada 4 Februari

2017 dengan tema Indonesia Damai. Sentilun mengatakan dan

memberikan pada Gareng untuk menyimak pidato yang dilakukan

oleh salah satu calon pemimpin daerah.

Data di atas merupakan percakapan antara tokoh Sentilun dengan tokoh

Gareng pada acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun. Sentilun yang

berperan sebagai penutur dan Gareng sebagai mitra tutur. Data yang ditemukan

oleh peneliti terdapat pada tuturan penutur dan mitra tuturnya. Data di atas

merupakan alih kode internal karena penutur beralih kode dengan menggunakan

bahasa Jawa. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Suwito (1985)

yang membagi alih kode menjadi dua, yaitu alih kode internal dan alih kode

eksternal.

Data pada percakapan penutur di atas yaitu tuturan yang mengandung alih

kode internal bahasa Jawa. Hal ini dapat dilihat dari tuturan tokoh Sentilun yang

awalnya menggunakan bahasa Indonesia, namun beralih menggunakan bahasa

Jawa yaitu “Ning balikno lho yo”. Kemudian Gareng sebagai mitra tutur ikut

menjawab menggunakan bahasa Jawa “Lho mas, kok sampeyan banyak sendiri”.

Peralihan dari penggunaan bahasa Indonesia ke bahasa Jawa dalam tuturan tokoh

tersebut yang membuat tuturan tersebut masuk dalam kategori alih kode internal.

Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Suwito (1985: 69), alih kode

yang terjadi antar bahasa-bahasa dalam satu bahasa nasional, antara dialek-dialek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

51

dalam satu bahasa daerah, atau antara beberapa ragam dan gaya yang terdapat

dalam satu dialek.

4.2.1.1 Alih Kode Internal Antarragam

a) Alih Kode Antarragam Formal ke Informal

Salah satu jenis alih kode antarragam adalah antarragam formal ke informal.

Alih kode antarragam formal ke informal biasa digunakan untuk menghormati

mitra tuturnya. Pada acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun, terdapat

tuturan tokoh yang dapat di kategorikan ke dalam alih kode antarragam formal ke

informal. Tokoh pada acara tersebut menggunakan alih kode antarragam formal

ke informal untuk bercakap-cakap dengan beberapa bintang tamu penting, atau

saat topik pembicaraan yang serius. Hal ini sejalan dengan teori yang

dikemukakan oleh Chaer (2014: 108), yang menegaskan bahwa salah satu

penyebab terjadinya alih kode ialah pembicara atau penutur yang mempunyai

maksud atau tujuan tertentu yaitu menghormati mitra tutur. Misalnya dalam

contoh percakapan antara tokoh Asty, Marwoto, dan Gareng sebagai berikut:

2. Asty : “Mas Marwoto, Mas Gareng?”

Marwoto : “Opo sayang?”

(Apa sayang)

Gareng : “Dalem Bu”. (AK/RSS/09/040217)

(Iya bu)

Konteks: Peristiwa tutur terjadi dalam Republik Sentilan Sentilun

Metro TV yang tayang pada 4 Februari 2017 dengan

tema Indonesia Damai. Percakapan dilakukan oleh

Asty, Marwoto, dan Gareng. Asty memanggil Marwoto

dan Gareng karena ingin membicarakan sesuatu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

52

Data di atas merupakan contoh alih kode atarragam formal ke informal.

Dalam percakapan di atas, tokoh Asty menggunakan bahasa Jawa ragam formal

“Mas Marwoto, mas Gareng”. Hal ini dimaksudkan untuk memanggil orang yang

lebih tua. Kemudian tokoh Marwoto sebagai mitra tutur menjawab menggunakan

ragam informal “Opo sayang”. Hal ini menunjukan bahwa mitra tutur

menganggap lawan tuturnya lebih muda. Namun tokoh Gareng menjawab dengan

ragam formal “Dalem bu”. Jawaban yang diungkapkan Gareng bermaksud untuk

menghormati mitra tuturnya.Data di atas merupakan alih kode internal antarragam

formal ke informal, karena penutur beralih kode untuk menghormati mitra

tuturnya. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Chaer (2014: 108),

yang menegaskan bahwa salah satu penyebab terjadinya alih kode ialah pembicara

atau penutur yang mempunyai maksud atau tujuan tertentu yaitu menghormati

mitra tutur.

4.2.1.2 Alih Kode Internal Antarbahasa

a) Alih Kode Internal Antarbahasa Indonesia ke Bahasa Jawa

Salah satu jenis alih kode internal antarbahasa yaitu antarbahasa Indonesia ke

bahasa Jawa. Dalam alih kode internal ini penutur menggugunakan bahasa

Indonesia yang kemudian beralih ke bahasa Jawa. Suasana yang tejadi dalam

percakapan ini yaitu suasana tuturan formal. Penutur beralih kode menggunakan

bahasa Jawa karena ingin memberitahukan sesuatu kepada mitra tuturnya. Hal ini

sejalan dengan pendapat Suwito (1985: 68), bahwa alih kode adalah peristiwa

peralihan dari kode yang satu ke kode yang lain. Misalnya dalam contoh

percakapan di bawah ini.

3. Sentilun : “Ingat, kalau bapak ini pidato, simak yang baik-baik. Ning

balikno lho yo”.

(Tapi dikembalikan ya)

Gareng : “Lho mas, kok sampeyan banyak sendiri”?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

53

(Anda)

Sentilun : “Saya sebagai koordinator lapangan”. (AK/RSS/03/040217)

Konteks: Peristiwa tutur terjadi dalam acara Republik Sentilan Sentilun

Metro TV dengan pelaku tutur Sentilun dan Gareng yang tayang

pada 4 Februari 2017 dengan tema Indonesia Damai. Sentilun

mengatakan dan memberikan pada Gareng untuk menyimak

pidato yang dilakukan oleh salah satu calon pemimpin daerah.

Pada data di atas, terjadi percakapan antara tokoh Sentilun dan Gareng.

Dalam percakapan tersebut, tokoh Sentilun mengawali percakapan dengan

menggunakan bahasa Indonesia. Namun pada tengah tuturannya, ia beralih

menggunakan bahasa Jawa “ning balikno lho yo”. Maksud tuturan tokoh tersebut

yaitu memberitahu agar mengembalikan sesuatu, suasana tuturan formal. Tuturan

yang terjadi menunjukkan bahwa penutur beralih dari satu kode bahasa ke kode

bahasa lain.

Hal serupa juga terjadi pada peristiwa alih kode pada data yang ada di bawah

ini:

4. Marwoto : “Gareng, kamu menuduh saya. Akan segera saya laporkan

kalian semua”.

Gareng : “Mau lapor ke mana?”

Marwoto : Saptol PP, biar kalian semua digaruk. Saya akan menuntut

kalian dengan undang-undang ITE, ITE macane opo?”

(Bacanya apa)

Sentilun : “Macane ITE”.

(Bacanya)

Marwoto :“ITE deng. Kalian telah menjelek-jelekkan saya”.

(Deh) (AK/RSS/04/040317)

Konteks: Peristiwa tutur di atas terjadi dalam acara Republik

Sentilan Sentilun Metro TV yang tayang pada 4

Februari 2017 dengan tema Indonesia Damai.

Tuturan yang di tuturkan oleh Marwoto

bermaksud untuk melaporkan Gareng karena

kasus pelecehan nama baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

54

Data di atas merupakan penggalan percakapan yang terjadi dalam acara

dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun Metro TV. Tokoh yang melakukan

percakapan tersebut yaitu Gareng, Marwoto, dan Sentilun. Peristiwa tutur tersebut

mengalami alih kode, yaitu pada tuturan Marwoto. Tokoh Marwoto di awal

tuturannya menggunakan bahasa Indonesia. Tapi pada akhir tuturannya, ia beralih

menggunakan bahasa Jawa. Beralihnya bahasa yang digunakan tokoh Marwoto

menyebabkan beralihnya pula bahasa yang digunakan mitra tuturnya. Sentilun

sebagai mitra tutur ikut beralih kode karena menyesuaikan mitra tuturnya. Hal ini

sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh I Dewa Putu Wijaya (2013), yang

mengatakan bahwa alih mode berkaitan erat dengan siapa kita berbicara,

tujuannya apa, dan untuk apa kita berbicara. Beralihnya bahasa yang dugunakan

tokoh Sentilun bermaksud untuk menjelaskan sesuatu kepada tokoh Marwoto.

b) Alih Kode Antarbahasa Indonesia ke Bahasa Betawi

Berdasarkan hasil penelitian, selain alih kode antarbahasa Indonesia ke

bahasa Jawa, ada pula alih kode antarbahasa Indonesia ke bahasa Betawi. Dalam

alih kode internal ini penutur menggunakan bahasa Indonesia yang kemudian

beralih ke bahasa Betawi. Penutur beralih kode menggunakan bahasa Betawi

karena ingin menjelaskan sesuatu kepada mitra tuturnya. Hal ini sejalan dengan

pendapat I Dewa Putu Wijaya (2013), yang mengatakan bahwa alih mode

berkaitan erat dengan siapa kita berbicara, tujuannya apa, dan untuk apa kita

berbicara. Misalnya dalam contoh percakapan di bawah ini.

5. JJ Riza : “Mereka bergerak dalam model masyarakat yang ada kelas-

kelasnya. Karena dulu zaman kolonial itu yang paling tinggi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

55

itu European, kemudian yang kedua Primdeosterlingen, ketiga

Inlander”.

Sentilun : “Kite?”

(Kita)

JJ Riza : “Iya kite, kalau Primdeosterlingen itu Cina, India. Jepang masuk

European, kalau kita ini pribumi”.

(Kita)

Sentilan : “Betawi?”

JJ Riza : “Betawi ini misalnya, kita masuk kolam renang, masuk stadion

sepak bola, ada tulisan “Verboden voor horden en inlander”.

Anya : “Wah”.

Sentilun : “Berarti ada kelas ada diskriminasi”.

JJ Riza : “Iya, jadi ada pengkelasan, ada diskriminasi dan itu memang

dibuat gitu. Jadi dianggap kelompok tersendiri, terpisah,

makanya merasa jadi orang lain”. (AK/RSS/03/280117)

Konteks: Acara Republik Sentilan Sentilun Metro TV mengundang ahli

sejarah bernama JJ Riza, tayang pada 28 Januari 2017 dengan

tema Keberagaman adalah kita. JJ Riza menjelaskan

mengenai sejarah zaman kolonial, saat masyarakat masih

dibagi-bagi dalam kelas sosial dan masih adanya

diskriminasi.

Data di atas merupakan percakapan antara tokoh JJ Riza, Sentilun, Sentilan,

dan Anya. JJ Riza yang seorang sejarahwan menjelaskan suatu topik pembicaraan.

Peristiwa tutur tersebut mengalami alih kode antarbahasa Indonesia ke bahasa

Betawi, yaitu pada tuturan tokoh Sentilun “kite”. Menjawab tuturan tokoh

Sentilun, JJ Riza ikut beralih kode menggunakan bahasa Betawi. Hal tersebut

terjadi karena JJ Riza menyesuaikan dengan mitra tuturnya yang menggunakan

bahasa Betawi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

56

4.2.2 Wujud Alih Kode Eksternal

Suwito (1985: 69), mengemukakan bahwa alih kode adalah yang terjadi

antara bahasa asli dengan bahasa asing. Dalam penelitian ini, alih kode eksternal

dibagi menjadi tiga jenis pengalihan kode. Tiga jenis pengalihan kode tersebut

adalah alih kode penggunaan bahasa Indonesia ke bahasa Inggris, bahasa

Indonesia ke bahasa Belanda, dan bahasa Indonesia ke bahasa Mandarin. Pada

penggunaan bahasa Indonesia ke bahasa Inggris, penutur menggunakan bahasa

Inggris di dalam tuturan bahasa Indonesia. Kode dalam bahasa Inggris tersebut

dimaksudkan untuk menjelaskan sesuatu kepada mitra tuturnya. dalam

percakapan di bawah ini, suasana tuturan formal. Misalnya peralihan bahasa

Indonesia ke bahasa Inggris seperti di bawah ini:

6. Marwoto : “Dengan adat ketimuran, kalau Ronggo Warsito pernah

bilang, “all true is not always to be told”. Semua yang

benar tidak harus dikatakan. Jadi benar saya jelek, tapi

jangan dikatakan jelek, itu akan menusuk peranakan saya”.

(Semua yang benar tidak harus dikatakan)

Gareng : “Pak, kalau bapak jelek itu ada solusinya, operasi plastik atau

suntik solikin”.

Marwoto : “Silikon”. (AK/RSS/05/040217)

Konteks: Peristiwa tutur terjadi dalam acara Republik Sentilan Sentilun

Metro TV dengan tokoh Marwoto dan Gareng, yang tayang

pada 4 Februari 2017 dengan tema Indonesia Damai. Marwoto

mengatakan kepada Gareng bahwa tidak semua kebenaran

harus dikatakan. Kemudian Gareng menjawab dengan kalimat

yang cenderung mengejek mitra tuturnya.

Peristiwa tutur di atas merupakan contoh alih kode eksternal antarbahasa

Indonesia ke bahasa Inggris. Pada percakapan tersebut tokoh Marwoto mengawali

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

57

tuturannya dengan menggunakan bahasa Indonesia. Di tengah tuturannya, ia

beralih kode menggunakan bahasa Inggris “all true is not always to be told” yang

artinya “semua yang benar tidak harus dikatakan”. Hal ini dimaksudkan untuk

menjelaskan kepada mitra tuturya. Namun setelah tuturan tersebut, mitra tutur

tetap menjawab dengan bahasa Indonesia. Alasan tokoh Gareng menjawab dengan

menggunakan bahasa Indonesia, karena dalam tuturan Marwoto penggunaan

bahasa Indonesia masih dominan untuk menjelaskan maksud dari tuturannya.

Selain peralihan bahasa Indonesia ke bahasa Inggris, peneliti juga

menemukan peralihan kode dari bahasa Mandarin ke bahasa Indonesia. Peralihan

bahasa tersebut dapat terjadi karena terdapat salah satu tokoh yang memiliki latar

belakang sebagai orang China. Berdasarkan latar belakang tersebut, tuturan tokoh-

tokoh yang ada dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun Metro TV

mulai mengikuti bahasa Mandarin yang dipahami oleh orang tersebut, dalam

suasana tuturan informal. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh

Suwito (1985: 69), yang mengatakan bahwa alih kode yang bersifat ektern apabila

terjadi antara bahasa asli dengan bahasa asing. Misalnya peralihan antara bahasa

Indonesia ke bahasa mandarin berikut ini:

7. Jarwo : “Gong Xi Fa Cai”.

(Selamat Imlek)

Anya : “Gong xi, gong xi”.

(Selamat Imlek)

Sentilan : “Kenapa? Ngajakin berantem?”

Jarwo : “Nggak, gong xi fa cai”.

(Selamat hari raya Imlek)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

58

Leony : “Artinya?”

Jarwo : “Selamat Imlek”. (AK/RSS/06/280117)

Konteks: Pada acara Republik Sentilan Sentilun Metro TV yang tayang

pada 28 Januari 2017 dengan tema keberagaman adalah kita,

percakapan dilakukan oleh Jarwo, Anya, Sentilun, dan

Leony. Jarwo mengucapkan selamat Imlek kepada Anya,

kemudian Anya menjawab dengan menggunakan bahasa

Mandarin. Tokoh Sentilan bertanya kepada Jarwo, apa

maksud dari tuturannya tersebut. Kemudian tokoh jarwo

kembali menjawab dengan bahasa mandarin, dan Leony

menanyakan apa arti dari tuturan Jarwo.

Dari data di atas, peristiwa alih kode dimulai saat tokoh Jarwo dan Anya

megucapkan selamat Imlek menggunakan bahasa Mandarin. Kemudian tokoh

Sentilun menjawab menggunakan bahasa Indonesia dan beralih kode

menggunakan bahasa Mandarin. Maksud dari tuturan tokoh Jarwo dan Anya pada

percakapan di atas adalah untuk menjelaskan sesuatu kepada tokoh Sentilun.

Munculnya bahasa Mandarin yang digunakan beberapa tokoh di atas beralasan

untuk menghormati Leony sebagai mitra tuturnya yang sedang merayakan Imlek.

Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh I Dewa Putu Wijaya (2013),

yang mengatakan bahwa alih kode berkaitan erat dengan siapa kita berbicara,

tujuannya untuk apa, dan untuk apa kita berbicara.

Berdasarkan temuan peneliti, peralihan kode ekstrnal antarbahasa yang

terakhir yaitu peralihan kode antarbahasa Indonesia ke bahasa Belanda. Pada

penelitian ini, peneliti menemukan tuturan yang menunjukkan alih kode ekstern

bahasa Belanda. Tuturan tersebut terjadi karena penutur ingin menjelaskan suatu

topik pembicaraan. Tuturan tersebut dituturkan oleh tokoh JJ Riza yang ingin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

59

menjelaskan mengenai suatu sejarah, suasana tuturan formal ke informal.

Misalnya peralihan bahasa Indonesia ke bahasa Belanda berikut ini:

8. JJ Riza : “Mereka bergerak dalam model masyarakat yang ada kelas-

kelasnya. Karena dulu zaman kolonial itu yang paling

tinggi itu European, kemudian yang kedua

Primdeosterlingen, ketiga Inlander”.

Sentilun : “Kite?”

JJ Riza : “Iya kite, kalau Primdeosterlingen itu Cina, India. Jepang

masuk European, kalau kita ini pribumi”.

Sentilan : “Betawi?”

JJ Riza : “Betawi ini misalnya, kita masuk kolam renang, masuk

stadion sepak bola, ada tulisan “Verboden voor horden en

inlander”.

Anya : “Wah”.

Sentilun : “Berarti ada kelas ada diskriminasi”.

JJ Riza : “Iya, jadi ada pengkelasan, ada diskriminasi dan itu memang

dibuat gitu. Jadi dianggap kelompok tersendiri, terpisah,

makanya merasa jadi orang lain”.

(DATA AK/RSS/03/280117)

Konteks: Acara Republik Sentilan Sentilun Metro TV mengundang ahli

sejarah bernama JJ Riza, tayang pada 28 Januari 2017 dengan

tema Keberagaman adalah kita. JJ Riza menjelaskan

mengenai sejarah zaman kolonial, saat masyarakat masih

dibagi-bagi dalam kelas sosial dan masih adanya

diskriminasi.

Dari data di atas, tuturan JJ Riza yang menggunakan bahasa Belanda

dilakukan dengan tujuan untuk menjelaskan sesuatu. Hal ini dimaksudkan untuk

memberitahu mitra tuturnya, dengan kemungkinan mitra tutur belum mengetahui

istilah dalam bahasa Belanda tersebut, dan itu digunakan sebagai bahasa pertama

untuk menunjukkan istilah. Kemudian setelah tuturan dalam bahasa Belanda

tersebut, penutur menggunakan bahasa kedua yaitu bahasa Indonesia sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

60

penjelas dari tuturan bahasa Belanda tersebut. Hal in sejalan dengan pendapat dari

Chaer (2010), yang mengemukakan pendapat bahwa Alih Kode sebagai gejala

pemilihan pemakaian bahasa karena perubahan situasi atau suasana pembicaraan.

Perubahas situasi yang terdapat dalam percakapan di atas adalah situasi di mana

penutur harus menggunakan bahasa Belanda untuk menjelaskan suatu topik

pembicaraan.

4.2.3 Wujud Campur Kode ke Dalam (Inner Code-Mixing)

Campur kode ialah bilamana orang mencampur dua (atau lebih) bahasa

atau ragam bahasa dalam satu tindak bahasa (speech act atau discourse) tanpa ada

sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut percampuran bahasa itu

(Nababan, 1986: 32). Dalam keadaan demikian, hanya kesantaian yang penutur

dan atau kebiasaannya yang dituruti. Tindak bahasa yang demikian yang disebut

campur kode. Fasold (dalam Chaer dan Agustina, 2010: 115), menjelaskan

kriteria gramatika campur kode yaitu apabila seseorang menggunakan satu kata

atau frasa dari suatu bahasa. Selain itu, Suwito (1983: 75), membedakan campur

kode menjadi dua, yaitu campur kode ke dalam dan keluar. Campur kode ke

dalam terbagi menjadi tiga jenis bentuk penyisipan bahasa dalam komunikasi.

Ketiga penyisipan tersebut adalah penyisipan kata, penyisipan frasa dan

pengulangan kata. Dari ketiga penyisipan tersebut, masing-masing memiliki

faktor-faktor yang menyebabkan penutur harus menyisipkan kode-kode tersebut

dalam berkomunikasi. Pada penelitian ini, peneliti menemukan 26 data campur

kode ke dalam.

A. Penyisipan Kata

Penyisipan kata yang dimaksud dalam peristiwa campur kode ini adalah

penyisipan yang menggunakan kata tidak baku, kata yang bercampur dialek, dan

kata yang tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonsia. Akan tetapi kata

tersebut digunakan agar mitra tutur mengerti maksud dari apa yang diinginkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

61

dan dibicarakan penutur. Penyisipan kata pada campur kode keluar dalam acara

dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun banyak ditemukan pada tuturan

tokohnya. Pada penelitian ini, peneliti menemukan 23 data campur kode

penyisipan kata, yaitu sebagai berikut.

9. Jarwo : “Itu mabok apa gejala stroke?”

Mucle : “Sepertinya dia sedang kebelet pak”. (DATA CK/RSS/01/140117)

Konteks: Peristiwa tutur dilakukan oleh Jarwo dan Mucle dalam acara

Republik Sentilan Sentilun Metro TV yang tayang pada 14

Februari 2017 dengan tokoh percakapan Jarwo dan Mucle.

Jarwo menanyakan kepada Mucle, apakah dia mabuk atau

gejala penyakit stroke.

Data di atas merupakan contoh percakapan campur kode penyisipan kata. Hal

tersebut dapat dilihat pada tuturan “itu mabok apa gejala struk”? Dalam tuturan

tersebut terdapat penyisipan kata ragam tidak baku “mabok” yang dalam bentuk

baku “mabuk”. Hal ini sejalan dengan pendapat (Nababan, 1991:32), yang

mengatakan campur kode adalah suatu keadaan berbahasa di mana orang

mencampur dua bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa tanpa

sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut pencampuran itu. Maksudnya

adalah keadaan yang tidak memaksa atau menuntut seseorang untuk mencampur

suatu bahasa ke dalam bahasa lain saat peristiwa tutur sedang berlangsung.

Hal ini juga terdapat pada contoh data yang telah ditemukan peneliti, yaitu

sebagi berikut.

10. Mucle : “Ini yang saya suka dari Mas Sentilun, saya senang

berteman dengan dia, cerdas. Saya setuju dengan kata-

katanya, bahwa perbedaan itu indah”.

Sentilun : “Jadi kalo kita berjuang itu tanpa membeda-bedakan, kita

ini siapa, warna kulitnya apa, kita itu Jawa, Sunda,

Cina, Madura, Batak, Minang, nggak ada urusannya,

yang penting kita itu adalah manusia, sama-sama

sebagai warga bangsa. (CK/RSS/04/280117)

Konteks: Peristiwa tutur terjadi pada acara dialog interaktif

Republik Sentilan Sentilun Metro TV tanggal 28 Januari

2017 dengan tema kebersamaan adalah kita. Tokoh

yang telibat dalam percakapan tersebut adalah Mucle

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

62

dan Sentilun. Tuturan campur kode terjadi pada tuturan

Sentilun. Sentilun mengatakan bahwa perjuangan itu

tidak boleh membeda-bedakan suku dan ras.

Di atas merupakan contoh percakapan campur kode yang mengandung

penyisipan kata pada acara dialog Interaktif Republik Sentilan Sentilun Metro TV.

Terlihat pada tuturan tokoh Sentilun yang menggunakan kata ragam tidak baku

“kalo”, yang seharusnya “kalau”. Penyisipan kata pada tuturan tersebut

bermaksud untuk menegaskan sesuatu kepada mitra tuturnya. Hal tersebut sejalan

dengan pendapat (Nababan, 1991:31), campur kode di Indonesia sering terjadi

dalam situasi orang sedang berbincang-bincang di mana orang sedang berbicara

dengan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah.

B. Penyisipan Frasa

Ramlan (1981: 121), mengatakan bahwa frasa adalah satuan gramatikal yang

terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui dari suatu batas fungsi yang

terdapat dalam unsur klausa. Selain itu, dalam campur kode ke dalam, peneliti

menemukan penyisipan frasa di dalam tuturan campur kode tersebut Penyisipan

frasa pada campur kode keluar dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan

Sentilun Metro TV ditemukan pada tuturan tokohnya, dalam suasana tuturan

formal. Pada penelitian ini, peneliti menemukan 2 data campur kode penyisipan

frasa, yaitu sebagai berikut.

11. Polo : “Tapi ada jenis narkoba baru, orang nggak pake aja, gue sentuh

begini kayak di hipnotis”. (Tidak Pakai)

Mucle : “Ada narkoba jenis begitu?”

Polo : “ada ini bisa di lihat hasilnya”. (CK/RSS/02/140117)

Konteks: Percakapan terjadi dalam acara dialog interaktif Republik

Sentilan Sentilun Metro TV tayang pada 14 Januari 2017

dengan tokoh Polo dan Mucle. Polo menjelaskan kepada

Mucle tentang adanya narkoba jenis baru, yang walaupun

orang tidak memakainya orang itu bisa terhipnotis. Mucle

menanyakan apa ada jenis narkoba seperti itu. Polo

mengatakan ada dan bisa dlihat hasilnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

63

Di atas merupakan contoh percakapan yang mengandung campur kode

penyisipan frasa. Hal ini dapat dilihat dari kalimat “Tapi ada jenis narkoba baru,

orang nggak pake aja, gue sentuh begini kayak di hipnotis”. Pada tuturan tokoh

tersebut, tokoh itu menggunakan penyisipan frasa dalam ragam tidak baku. Dalam

suasana tuturan formal tersebut penutur bermaksud menjelaskan sesuatu kepada

mitra tuturnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Fasold (dalam Chaer dan

Agustina, 2010: 115), menjelaskan kriteria gramatika campur kode yaitu apabila

seseorang menggunakan satu kata atau frasa dari suatu bahasa.

Hal serupa juga tedapat pada data lain yang ditemukan peneliti, yaitu

sebagai berikut.

12. Sentilun : “Ada apa ini, rebut mulu”.

Leony : “Tau nih berantem terus berdua”.

(Tahu ini)

Sentilun : “Berantem kenapa”?

Jarwo : “Ini ni mas, dia ini merebut kekasih saya”.

Mucle : “Ini kekasih saya”. (CK/RSS/03/280117)

Konteks: Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif

Republik Sentilan Sentilun Metro TV tayang pada 28

Januari 2017 dengan tema keberagaman adalah kita.

Sentilun menanyakan suasana ribut yang terjadi antara

Leony, Jarwo, dan Mucle. Leony mengatakan bahwa

Jarwo dan Mucle sedang berantem. Jarwo mengatakan

bahwa Mucle merebut kekasihnya.

Pada data di atas, penyisipan frasa ditunjukan pada tuturan tokoh Leony.

Tokoh tersebut menggunakan frasa dalam ragam tidak baku “tau nih” yang

seharusnya “tahu ini”. Suasana tuturan dari data di atas adalah suasana tuturan

informal. Maksud dari penutur menggunakan frasa tersebut adalah untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

64

menjelaskan kejadian yang sedang terjadi saat itu. Penggunaan frasa pada campur

kode tersebut, sejalan dengan pendapat yang diutarakan oleh Fasold (dalam Chaer

dan Agustina, 2010: 115), menjelaskan kriteria gramatika campur kode yaitu

apabila seseorang menggunakan satu kata atau frasa dari suatu bahasa.

C. Pengulangan Kata

Kata ulang atau reduplikasi adalah proses pengulangan satuan gramatik, baik

seluruhnya atau sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil

pengulangan itu disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan

bentuk dasarnya (Ramlan, 2001: 64). Pada penelitian ini, peneliti menemukan

adanya pengulangan kata yang ada pada tuturan tokoh dalam acara dialog

interaktif Republik Sentilan Sentilun Metro TV, suasana yang terjadi dalam data di

bawah ini adalah suasana tuturan formal. Peneliti menemukan 1 data campur kode

pengulangan kata.

13. Jarwo : “Ndoro, apa kabar dengan elektabilitas hari ini?”

Sentilun: “Kamu, ujug-ujug menanyakan elektabilitas kamu ini mau

apa”? (Tiba-tiba)

(CK/RSS/05/180217)

Konteks: Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif Republik

Sentilan Sentilun Metro TV tayang pada 18 Februari 2017

dengan tema demam lembaga survai. Jarwo menanyakan kabar

elektabilitas kepada Sentilun. Kemudian Sentilun balik

bertanya kepada Jarwo yang tiba-tiba menanyankan

elektabilitas.

Dari satu data diatas yang ditemukan, peneliti menemukan adanya campur

kode pengulangan kata. Pengulangan kata yang digunakan dalam tuturan tersebut

adalah pengulangan kata dalam bahasa jawa. Kata yang diulang yaitu “ujug-ujug,

yang dalam bahasa Indonesia berarti “tiba-tiba”. Maksud penutur menggunakan

pengulangan kata dalam tuturannya tersebut adalah untuk memberitahukan

sesuatu kepada mitra tuturnya. Hal ini sejalan dengan pendapat (Ramlan, 2001:

64), yang mengatakan kata ulang atau reduplikasi adalah proses pengulangan

satuan gramatik, baik seluruhnya atau sebagian, baik dengan variasi fonem

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

65

maupun tidak. Hasil pengulangan itu disebut kata ulang, sedangkan satuan yang

diulang merupakan bentuk dasarnya.

4.2.4 Wujud Campur Kode ke Luar (Outer Code-Mixing)

Seperti yang kita ketahui, campur kode di Indonesia sering terjadi dalam

situasi orang sedang berbincang-bincang di mana orang sedang berbicara dengan

menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah (Nababan, 1991:31).

Seseorang yang melakukam campur kode biasanya tidak menyadari kejadian

tersebut. Karena munculnya campur kode lebih banyak terjadi dalam

ketidaksengajaan, suasana tuturan formal. Pada penelitian ini, peneliti

menemukan 21 data campur kode keluar.

14. Slamet : “Kira-kira menghadapi tujuan omongan yang sifatnya

fitnah, memberikan suasana tidak aman, tujuannya kemana

itu pak?”

Brigjen Pol.

Rikwanto : “Tidak mungkin tidak ada tujuannya, pasti itu ada

dasarnya”.

Slamet : “Dasarnya jelas ya?”

Brigjen Pol.

Rikwanto : “Kata-kata yang diucapkan itu biasanya berulang itu-itu

saja, kami pelajari itu. Kenapa sekarang namanya

beda, dia membangun beberapa akun, puluhan,

bahkan ratusan, sebenarnya untuk saling cakap bicara,

talking-talking di media sosial antara dia saja, tapi

sifatnya mempengaruhi publik, mempengaruhi

pikiran, seolah-olah disiarkan berita hoax. Semua

pada membenarkan dan yang ikut dalam grup itu

mulai menyebarkan berita yang di share pada grup

tersebut”.

(Palsu)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

66

(CK/RSS/05/040217)

Konteks: Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif

Republik Sentilan Sentilun Metro TV tayang pada 4

Februari 2017. Slamet menanyakan tujuan dari fitnah

ke orang lain itu apa. Brigjen Pol Rikwanto

mengatakan bahwa fitnah dilakukan pasti memiliki

dasar, serta kata-kata yang digunakan tidak jauh

berbeda.

Pada data di atas, peneliti menemukan campur kode keluar dalam bahasa

asing. Penutur menggunakan kata “hoax” yang berarti “palsu”. Penggunaan kata

asing tersebut yang membuat peneliti mengkategorikan tuturan tersebut ke dalam

campur kode keluar. Maksud dari penutur menggunakan kata tersebut dalam

tuturannya adalah untuk menjelaskan suatu topik pembicaraan yang sedang ingin

dijelaskan. Hal ini sejalan dengan pendapat Suwito (1983: 76), yang mengatakan

campur kode keluar adalah campur kode yang menggunakan bahasa asing.

A. Penyisipan Kata

Penyisipan kata yang dimaksud dalam peristiwa campur kode ini adalah

penyisipan yang menggunakan kata tidak baku, kata yang bercampur dialek, dan

kata yang tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonsia. Akan tetapi kata

tersebut digunakan agar mitra tutur mengerti maksud dari apa yang dinginkan dan

dibicarakan penutur. Penyisipan kata pada campur kode keluar dalam acara dialog

interaktif Republik Sentilan Sentilun banyak ditemukan pada tuturan tokohnya.

Pada penelitian ini, peneliti menemukan 13 data campur kode keluar penyisipan

kata.

15. Sentilun : “Jadi ini semua sudah bersih ya”?

Jarwo : “Sudah”.

Polo : “Sudah clean”.

Sentilun : “Jadi sudah di jamin bersih ya”?

Polo : “Sudah jamin clean”. (CK/RSS/13/140117)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

67

Konteks: Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif Republik

Sentilan Sentilun Metro TV tayang pada 14 Januari 2017.

Sentilun menanyakan kebersihan tubuh Jarwo dan Polo dari

pengaruh narkoba.

Data di atas merupakan contoh percakapan campur kode keluar penyisipan

kata. Pada data tersebut tokoh Polo menggunakan penyisipan kata dalam bahasa

Inggris. Tuturan tokoh Polo yang menggunakan kata “clean” yang dalam bahasa

Indonesia “bersih”, bermaksud untuk memberitahukan sesuatu kepada mitra

tuturnya. Dilihat dari campur kode yang terjadi dalam tuturan di atas, hal ini

sejalan dengan pendapat (Nababan, 1991:32), yang mengatakan campur kode

adalah suatu keadaan berbahasa di mana orang mencampur dua bahasa atau ragam

bahasa dalam suatu tindak bahasa tanpa sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang

menuntut pencampuran itu.

B. Penyisipan Frasa

Menurut Ramlan (dalam Bagus, 2008: 2), mengatakan bahwa frasa adalah

satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui dari

suatu batas fungsi yang terdapat dalam unsur klausa. Selain itu, dalam campur

kode ke dalam, peneliti menemukan penyisipan frasa di dalam tuturan campur

kode tersebut Penyisipan frasa pada campur kode keluar dalam acara dialog

interaktif Republik Sentilan Sentilun Metro TV ditemukan pada tuturan tokohnya,

dalam suasana tuturan formal. Pada penelitian ini, peneliti menemukan 5 data

campur kode penyisipan frasa, yaitu sebagai berikut.

16. Butet : “Pak Polisi, ini gimana, kalau ada laporan,”ini

pencemaran nama baik”, yang merasa namanya baik

padahal belum tentu baik”.

Brigjen Pol.

Rikwanto : “Jadi ada memang klasifikasi di masyarakat, ada

masyarakat kelas tertentu, daerah tertentu

menggunakan kata-kata kasar mungkin sudah biasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

68

ya, itu jika diangkat ke level atas mungkin akan

dianggap penghinaan. Tapi kami punya Cyber Patrol,

Cyber Army, jadi kami awasi itu”.

(CK/RSS/03/040217)

Konteks: Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif

Republik Sentilan Sentilun Metro TV tayang pada 4

Februari 2017 dengan tema Indonesia damai. Butet

menanyakan tentang laporan pencemaran nama baik,

Brigjen Pol Rikwanto mengatakan jika ada klasifikasi

kelas-kelas masyarakat.

Data di atas merupakan contoh percakapan campur kode keluar penyisipan

frasa. Pada data teresebut, penutur menggunakan frasa dalam bahasa Inggris.

Penutur menggunakan frasa “Cyber Patrol” dan “Cyber Army” yang berarti

“patrol dunia maya” dan “tentara dunia maya”. Penutur melakukan penyisipan

frasa dalam bahasa asing karena bermaksud untuk menjelaskan suatu topik

pembicaraan, suasana tuturan formal. Hal ini sejalan dengan pendapat Fasold

(dalam Chaer dan Agustina, 2010: 115), menjelaskan kriteria gramatika campur

kode yaitu apabila seseorang menggunakan satu kata atau frasa dari suatu bahasa.

C. Pengulangan Kata

Pengulangan kata yang dimaksud dalam peristiwa Campur Kode ini yaitu

terdapat pengulangan kata-kata dalam kalimat. Berdasarkan proses terjadinya,

pengulangan kata terbagi menjadi beberapa bentuk. Misalnya pengulangan bunyi

kata, pengulangan semu, pengulangan kata berimbuhan, dan pengulangan

sebaguan kata. Pengulangan kata tersebut tidak termasuk dalam bahasa Indonesia

baku, tetapi dengan menggunakan pengulangan kata tersebut mitra tutur dapat

lebih mengerti apa yang diinginkan oleh penutur. Menurut (Ramlan, 2001: 64)

kata ulang atau reduplikasi adalah proses pengulangan satuan gramatik, baik

seluruhnya atau sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil

pengulangan itu disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan

bentuk dasarnya. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan 2 data campur kode

keluar pengulangan kata.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

69

17. Sentilan : “Kira-kira menghadapi tujuan omongan yang sifatnya

fitnah, memberikan suasana tidak aman, tujuannya kemana

itu pak”?

Brigjen Pol.

Rikwanto : “Tidak mungkin tidak ada tujuannya, pasti itu ada

dasarnya”.

Sentilan : “Dasarnya jelas ya”?

Brigjen Pol.

Rikwanto : “Kata-kata yang diucapkan itu biasanya berulang itu-itu

saja, kami pelajari itu. Kenapa sekarang namanya

beda, dia membangun beberapa akun, puluhan,

bahkan ratusan, sebenarnya untuk saling cakap bicara,

talking-talking di media sosial antara dia saja, tapi

sifatnya mempengaruhi public, mempengaruhi

pikiran, seolah-olah disiarkan berita hoax. Semua

pada membenarkan dan yang ikut dalam grup itu

mulai menyebarkan berita yang di share pada grup

tersebut”. (Ngomong-ngomong)

(CK/RSS/04/040217)

Konteks: Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif

Republik Sentilan Sentilun Metro TV tayang pada 4

Februari 2017 dengan tema Indonesia damai. Slamet

menanyakan tujuan dari fitnah ke orang lain itu apa.

Brigjen Pol Rikwanto mengatakan bahwa fitnah

dilakukan pasti memiliki dasar, serta kata-kata yang

digunakan tidak jauh berbeda.

Pada data di atas, peristiwa tutur campur kode keluar pengulangan kata

dapat dilihat dalam tuturan tokoh Brigjen. Pol. Rikwanto. Pada tuturan tersebut

penutur menggunakan pengulangan kata dalam bahasa Inggris “talking-talking”

yang dalam bahasa Indonesia “ngomong-ngomong”. Maksud tuturan tokoh

tersebut adalah menjelaskan suatu permasalahan yang sedang hangat di

lingkungan masyarakat. Pengulangan kata yang dilakukan tokoh tersebut juga

untuk menekankan suatu hal penting yang akan disampaikan. Hal ini sejalan

dengan pendapat (Ramlan, 2001: 64), yang mengatakan kata ulang atau

reduplikasi adalah proses pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

70

sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan itu disebut

kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasarnya.

4.2.5 Tujuan Alih Kode

A. Tujuan Alih Kode Internal

a. Tujuan untuk Menjelaskan Sesuatu

Dalam alih kode internal, penutur biasanya menggunakan bahasa

daerah sebagai peralihannya. Dalam data percakapan alih kode internal di

bawah ini, peneliti menemukan penutur beralih kode dengan menggunakan

faktor untuk menjelaskan sesuatu.

18. JJ Riza : “Mereka bergerak dalam model masyarakat yang ada

kelas-kelasnya. Karena dulu zaman kolonial itu yang

paling tinggi itu European, kemudian yang kedua

Primdeosterlingen, ketiga Inlander”.

Sentilun : “Kite?”

(Kita)

JJ Riza : “Iya kite, kalau Primdeosterlingen itu Cina, India. Jepang

masuk European, kalau kita ini pribumi”.

(Kita)

Sentilan : “Betawi?”

JJ Riza : “Betawi ini misalnya, kita masuk kolam renang, masuk

stadion sepak bola, ada tulisan “Verboden voor horden

en inlander”.

Anya : “Wah”.

Sentilun : “Berarti ada kelas ada diskriminasi”.

JJ Riza : “Iya, jadi ada pengkelasan, ada diskriminasi dan itu

memang dibuat gitu. Jadi dianggap kelompok

tersendiri, terpisah, makanya merasa jadi orang lain”.

(DATA AK/RSS/03/280117)

Konteks: Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif

Republik Sentilan Sentilun Metro TV tanggal 28 Januari

2017 dengan tema keberagaman adalah kita. JJ Riza

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

71

menjelaskan mengenai model masyatakat zaman

kolonial yang memiliki kelas-kelas atau bisa dibilang

adanya diskriminasi masyarakat.

Data di atas menunjukan peristiwa tutur yang sedang terjadi dalam

acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun Metro TV. Dalam

percakapan tersebut terdapat 4 tokoh yang terlibat dalam percakapan

tersebut. Tokoh tersebut yaitu JJ Riza, Sentilan, Sentilun, dan Anya. Pada

percakapan di atas suasana yang ditunjukan adalah suasana tuturan formal

ke informal. Alih kode yang ditunjukan pada data di atas dapat dilihat pada

tuturan Sentilun yang beralih kode menggunakan kata “kite” bahasa Betawi,

yang dalam bahasa Indonesia berarti “kita”. Penggunaan bahasa Betawi

dalam tuturan tokoh Sentilun kemudian di jawab oleh JJ Riza dengan

menggunakan bahasa Betawi. Tuturan dari JJ Riza bermaksud menjelaskan

suatu topik pembicaraan yang sedang dibahas. Peralihan kode yang terjadi

dalam percakapan diatas dapat terjadi karena penutur menggunakan bahasa

daerah untuk menjelaskan sesuatu. Hal ini sejalan dengan pendapat Suwito

(1985: 69), yang mengatakan alih kode yang terjadi antar bahasa-bahasa

dalam satu bahasa nasional, antara dialek-dialek dalam satu bahasa daerah,

atau antara beberapa ragam dan gaya yang terdapat dalam satu dialek.

b. Tujuan untuk Memberitahukan Sesuatu

Dalam penelitian ini, peneliti menemukan faktor penyebab alih kode

internal yaitu tujuan untuk memberitahukan sesuatu. Faktor tersebut muncul

karena penutur bermaksud menjelaskan suatu topik pembicaraan kepada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

72

mitra tuturnya. Di bawah ini, peneliti menemukan data yang menunjukkan

faktor tujuan untuk memberihukan sesuatu.

19. Gareng :“Seandainya bisa mengubah perjalanan waktu, akan aku

tunda kelahiranmu sampai kelahiranmu nanti. Aku malah

isin dewe”.

(Aku jadi malu sendiri)

Marwoto : “La! Lala!”

Lala : “Iya pak, jangan marah-marah”.

Marwoto : “Stand in here”. (AK/RSS/06/040217)

Konteks: Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif

Republik Sentilan Sentilun Metro TV tanggal4 Februari

2017 dengan tema Indonesia damai. Gareng sedang

merayu Lala, kemudian Marwoto datang dan memarahi

Lala.

Peristiwa tutur yang terjadi pada data di atas terjadi dalam suasana

formal ke informal. Pada percakapan di atas, terdapat 3 tokoh yang terlibat

dalam percakapan tersebut. Tokoh tersebut adalah Gareng, Lala, dan

Marwoto. Pada tuturan Gareng, tokoh tersebut menggunakan alih kode

dalam bahasa Jawa. Tuturan “aku malah isin dewe” yang dalam bahasa

Indonesia berarti “aku jadi malu sendiri”, menunjukkan bahwa penutur

ingin memberitahukan apa yang dirasakan penutur. Beralihnya bahasa yang

digunakan oleh Gareng karena penutur bermaksud memberitahukan sesuatu

kepada mitra tuturnya. Penggunaan bahasa daerah dalam tuturan tokoh

tersebut yang menjadikan percakapan di atas masuk dalam jenis alih kode

internal dengan faktor penyebab ingin memberitahukan sesuatu. Hal ini

sejalan dengan pendapat I Dewa Putu Wijaya (2013), yang mengatakan

bahwa alih kode berkaitan dengan siapa kita berbicara, tujuannya apa, dan

unutk apa kita berbicara.

c. Perubahan Topik Pembicaraan

Faktor perubahan topik pembicaraan dalam alih kode internal juga

ditemukan peneliti pada penelitian ini. Tokoh dalam acara dialog interaktif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

73

melakukan perubahan topik pembicaraan dengan maksud untuk merubah

suasana formal ke informal. Di bawah ini merupakan contoh data yang

memiliki faktor perubahan topik pembicaraan.

20. Marwoto : “Inilah salah satu perjuangan yang kita pertahankan,

right or wrong my country”.

Sentilun : “Kata siapa itu?”

Marwoto : “John F. Kennedy menyatakan bahwa becik ketitik ala

ketara”.

(Yang baik akan kelihatan dan yang buruk akan

tampak)

(AK/RSS/01/040217)

Konteks: Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif

Republik Sentilan Sentilun Metro TV tanggal 4 Februari

2017 dengan tema Indonesia damai. Marwoto

mengatakan untuk selalu berjuang dalam membela

negara dalam keadaan benar maupun salah, kemudian

Sentilun menanyakan siapa yang mengatakan

pernyataan itu. Marwoto menjawab dengan suasana

humor, dan mengatakan pernyataan lain dalam bahasa

Jawa.

Data dalam percakapan di atas yaitu alih kode internal dengan faktor

penyebab perubahan topik pembicaraan. Dalam tuturan kedua tokoh

Marwowo, ia menggunakan bahasa Indonesia kemudian di akhir tuturannya

beralih menggunakan bahasa Jawa. Hal ini dapat dilihat dari tuturan “becik

ketitik ala ketara” yang dalam bahasa Indonesia “Yang baik akan kelihatan

dan yang buruk akan tampak”. Dari suasana yang terlihat dalam percakapan

di atas, hal ini sejalan dengan pendapat yang diutarakan Chaer (2010), yang

mengatakan alih kode sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa karena

perubahan situasi atau suasana pembicaraan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

74

d. Kebiasaan Penutur

Pada contoh peristiwa tutur yang memiliki faktor kebiasaan penutur

sebagai penyebab terjadinya alih kode internal berikut misalnya, peralihan

yang terjadi dalam percakapan di bawah ini dilakukan karena kebiasaan

penutur. Dalam percakapan ini, terdapat 3 tokoh yang melakukan

percakapan. Tokoh tersebut adalah Asty, Marwoto, dan Gareng, suasana

tuturan formal ke informal. Data ini merupakan alih kode internal karena

penutur beralih menggunakan bahasa Jawa yang masih dalam satu lingkup

bahasa nasional. Berikut data percakapan yang ditemukan peneliti dalam

acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun.

21. Asty : “Pak Marwoto, Mas Gareng?”

(Kakak laki-laki)

Marwoto : “Opo sayang?”

(Apa sayang)

Asty : “Mas Gareng?”

(Kakak laki-laki)

Gareng : “Dalem Bu”.

(Saya)

(AK/RSS/09/040217)

Konteks: Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif

Republik Sentilan Sentilun Metro TV tanggal 4 Februari

2017 dengan tema Indonesia damai. Asty memanggil

Marwoto dan Gareng dengan suasana formal, dan di

tanggapi dengan suasana tuturan informal.

Data dalam percakapan di atas yaitu alih kode yang dilakukan oleh

penutur dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Hal ini dapat dilihat dari

tuturan tokoh Asty “Pak Marwoto, Mas Gareng”, pada tuturan tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

75

awalnya penutur menggunakan bahasa Indonesia dan beralih menggunakan

bahasa Jawa. Kemudian mitra tutur menjawab menggunakan bahasa Jawa

“Opo sayang” dan “Dalem Bu”. Jawaban mitra tutur yang menggunakan

bahasa Jawa dapat terjadi karena kebiasaan penutur yang sering

menggunakan bahasa daerah, khususnya bahasa Jawa. Hal ini sejalan

dengan teori yang dikemukakan oleh Suwito (1985: 69), yang mengatakan

alih kode yang terjadi antar bahasa-bahasa dalam satu bahasa nasional,

antara dialek-dialek dalam satu bahasa daerah, atau antara beberapa ragam

dan gaya yang terdapat dalam satu dialek.

B. Tujuan Alih Kode Eksternal

Alih kode eksternal menurut Suwito (1985: 69), yang mengatakan bahwa

alih kode yang terjadi antara bahasa asli dengan bahasa asing. Pada penelitian ini,

munculnya alih kode eksternal dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan

Sentilun disebabkan oleh beberapa faktor penyebab. Faktor-faktor tersebut

diantaranya sebagai berikut.

a. Tujuan untuk Menjelaskan Sesuatu

Pada penelitian ini, peneliti menemukan faktor tujuan untuk

menjelaskan sesuatu yang menyebabkan terjadinya alih kode eksternal.

Percakapan yang sesuai dengan faktor ini dilakukan oleh 2 tokoh, yaitu

Jarwo dan Mucle. Suasanan dalam percakapan tersebut adalah suasana

formal ke informal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

76

22. Jarwo : “Tadi Pak Budi Waseso sudah menjelaskan ke kita semua

bagaimana peredaran narkoba, akibatnya, resikonya, dan

bahayanya”.

Mucle : “That’s right itu kanan, that’s right”.

(Betul)

Jarwo : “That’s right sama dengan betul itu!”

Mucle : “Kirain itu kanan”. (AK/RSS/01/140117)

Konteks: Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif

Republik Sentilan Sentilun Metro TV tanggal 14 Januari

2017. Jarwo menekankan kembali apa yang telah

disampaikan oleh Budi Waseso tentang peredaran

narkoba, akibatnya, resikonya, dan bahayanya.

Kemudian Mucle menanggapi dengan bercanda dan

membangun suasana informal.

Data di atas merupakan peristiwa tutur yang ada di acara dialog

Interaktif Republik Sentilan Sentilun Metro TV. Peralihan kode yang terjadi

dalam percakapan di atas dilakukan oleh 2 tokoh, yaitu Jarwo dan Mucle.

Pada awalnya tuturan tokoh Jarwo menggunakan bahasa Indonesia dan

bermaksud untuk menjelaskan kepada Mucle sebagai mitra tuturnya.

kemudian Mucle sebagai mitra tutur menjawab dengan menggunakan

bahasa Inggris. Hal ini dapat dilihat dari tuturan “That’s right itu kanan,

that’s right”, yang artinya “betul”. Namun pada percakapan di atas, Mucle

sebagai mitra tutur berbeda dalam mengartikan tuturan tokoh Jarwo.

Penggunaan bahas Inggris tersebut bermaksud untuk menjelaskan bahwa

mitra tutur membenarkan tuturan tokoh Jarwo. Hal ini sejalan dengan teori

dari Suwito (1985: 69), yang mengatakan alih kode yang terjadi antara

bahasa asli dengan bahasa asing.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

77

b. Tujuan untuk Memberitahukan Sesuatu

Pada faktor penyebab alih kode eksternal, peneliti menemukan faktor

tujuan untuk memberitahukan sesuatu. Dalam contoh data di bawah ini,

peneliti menemukan 4 tokoh dalam percakapan tersebut. Tokoh tersebut

adalah Chacha, Philips, Jarwo, dan Mucle. Percakapan tersebut terjadi

dalam suasana formal ke informal. Berikut contoh percakapan yang

memiliki faktor tujuan untuk memberitahukan sesuatu.

23. Chacha : “Saya harus ketemu masyarakat?”

Philips : “Ya harus, jangan lewat survai saja”.

Chacha : “Itu daddy, I need to meet the people tahu”.

(Ayah, saya perlu bertemu orang-orang)

Jarwo : “Nice to meet you”.

(Senang bertemu denganmu)

Mucle : “ Artinya?”

Jarwo : “Tumit kamu manis”. (AK/RSS/01/180217)

Konteks: Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif

Republik Sentilan Sentilun Metro TV tanggal 18

Februari 2017 dengan tema demam lembaga survai.

Pemilihan kepala daerah, Chacha menanyakan kepada

Philips apakah dia harus bertemu langsung dengan

masyarakat saat mencalonkan diri sebagai pemimpin

daerah.

Data di atas merupakan contoh peristiwa tutur yang mengandung faktor

penyebab tujuan untuk memberitahukan sesuatu. Pada data di atas, tokoh

chacha beralih kode yang ada awalnya menggunakan bahasa Indonesia

menjadi bahasa Inggris. Hal tersebut dapat dilihat dalam tuturan “Itu daddy,

I need to meet the people tahu”. Kemudian Jarwo sebagai mitra tuturnya

ikut mejawab dengan menggunakan bahasa Inggris “Nice to meet you”.

Maksud dari tuturan tokoh Chacha dalam percakapan di atas adalah untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

78

memberitahukan keingannya kepada mitra tuturnya. Beralihnya tuturan

Jarwo pada data di atas karena Jarwo mengikuti tuturandari tokoh Chacha.

Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh I Dewa Putu Wijaya

(2013), yang mengatakan bahwa alih kode berkaitan dengan siapa kita

berbicara, tujuannya apa, dan untuk apa.

c. Perubahan Topik Pembicaraan

Faktor perubahan topik pembicaraan dalam alih kode eksternal juga

ditemukan peneliti pada penelitian ini. Pada data di bawah ini, terdapat 2

tokoh yang melakukan percakapan, yaitu Marwoto dan Sentilun. Tokoh

dalam acara dialog interaktif melakukan perubahan topik pembicaraan

dengan maksud untuk merubah suasana formal ke informal. Di bawah ini

merupakan contoh data yang memiliki faktor perubahan topik pembicaraan.

24. Marwoto : “Inilah salah satu perjuangan yang kita pertahankan,

right or wrong my country”.

(Benar atau salah adalah negara saya)

Sentilun : “Kata siapa itu”?

Marwoto : “John F. Kennedy menyatakan bahwa becik ketitik ala

ketara”. (AK/RSS/01/040217)

Konteks: Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif

Republik Sentilan Sentilun Metro TV tanggal 4 Februari

2017 dengan tema Indonesia damai. Marwoto

mengatakan untuk selalu berjuang dalam membela

negara dalam keadaan benar maupun salah, kemudian

Sentilun menanyakan siapa yang mengatakan

pernyataan itu. Marwoto menjawab dengan suasana

humor, dan mengatakan pernyataan lain dalam bahasa

Jawa.

Data dalam percakapan di atas yaitu alih kode eksternal dengan faktor

penyebab perubahan topik pembicaraan. Dalam tuturan tokoh Marwoto, ia

menggunakan bahasa Indonesia kemudian di akhir tuturannya beralih

menggunakan bahasa Inggris. Hal ini dapat dilihat dari tuturan “Inilah salah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

79

satu perjuangan yang kita pertahankan, right or wrong my country” yang

dalam bahasa Indonesia “benar atau salah adalah negara saya”. Maksud dari

tuturan tokoh tersebut adalah untuk memberitahu mitra tuturnya tentang

suatu topik pembicaraan. Dari suasana formal ke informal yang terlihat

dalam percakapan di atas, hal ini sejalan dengan pendapat yang diutarakan

Chaer (2010), yang mengatakan alih kode sebagai gejala peralihan

pemakaian bahasa karena perubahan situasi atau suasana pembicaraan.

4.2.6 Tujuan Campur Kode

A. Tujuan Campur Kode ke Dalam

a. Membangkitkan Rasa Humor

Salah satu faktor penyebab terjadinya campur kode ke dalam adalah

untuk membangkitkan rasa humor. Menurut ababan (1991: 32), campur

kode adalah suatu keadaan di mana orang mencampur dua bahasa atau

ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa dalam situasi berbahasa yang

menuntut percampuran itu. Percampuran dua bahasa pada percakapan di

bawah ini dilakukan oleh 3 tokoh, yaitu Leony, Mucle, dan Jarwo. Tuturan

ketiga tokoh pada data di bawah ini mengarah pada suasana formal ke

informal. Pada peristiwa tutur di bawah ini, peneliti menemukan salah satu

faktor penyebab alih kode adalah untuk membangkitkan rasa humor.

Berikut adalah contoh data percakapan campur kode dengan faktor

penyebab untuk membangkitkan rasa humor.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

80

25. Mucle : “Ah ini rupanya ada gadis cantik lagi dirayu sama portal

komplek”.

Leony : “Ini ni mas, suka ganggu-ganggu nih”.

(Ini)

Mucle : “Oh oh oh Jarwo”.

Jarwo : “Oh oh oh Mucle. Saya itu punya teman, jagoan”.

Mucle : “Wah sombong”.

Jarwo : “Superhero siapa yang nggak teman saya, betman itu teman

saya, hebat orangnya”.

Mucle:“Mana mau betman berteman sama bad mood”.

(CK/RSS/01/280117)

Konteks: Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif

Republik Sentilan Sentilun Metro TV tanggal 28 Januari

2017 dengan tema keberagaman adalah kita. Mucle

memuji Leony yang sedang di rayu oleh Jarwo dalam

suasana santai di studio Metro TV.

Pada peristiwa tutur di atas, merupakan salah satu contoh campur kode

ke dalam dengan faktor penyebab untuk membangkitkan rasa humor. Pada

awal tuturannya, tokoh Leony sudah menggunakan campur kode penyisipan

kata ragam tidak baku. Hal ini dapat dilihat pada tuturan “Ini ni mas, suka

ganggu-ganggu nih”. Penyisipan kata ragam tidak baku “ni” dan “nih” yang

dalam ragam baku “ini”, digunakan penutur untuk menunjukkan sesuatu.

Kemudian Jarwo dan Mucle sebagai mitra tututur menjawab dengan

menggunakan ragam informal dengan maksud untuk membangkitkan rasa

humor. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Nababan (1991:

32), yang mengatakan campur kode adalah suatu keadaan di mana orang

mencampur dua bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa dalam

situasi berbahasa yang membuat percampuran itu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

81

b. Tujuan untuk Menjelaskan Sesuatu

Pada data di bawah ini, faktor yang menyebabkan tejadinya campur

kode adalah tujuan untuk menjelaskan sesuatu. Peristiwa tutur pada data ini

dilakukan oleh 2 tokoh, yaitu Polo dan Mucle. Pada percakapan tersebut,

tokoh Polo menjelaskan ssesuatu kepada mitra tutur. Dalam tuturannya,

tanpa disadari bahasa yang dipakai mengalami campur kode penyisipan kata

ragam tidak baku. Hal tersebut dapat dilihat dalam data percakapan di

bawah ini.

26. Polo : “Tapi ono jenis narkoba baru, orang nggak pake aja, gue

sentuh begini kayak di hipnotis”.

(Seperti)

Mucle : “Ada narkoba jenis begitu?”

Polo : “Ada ini bisa di lihat hasilnya”. (CK/RSS/04/140117)

Konteks: Percakapan terjadi dalam acara dialog interaktif Republik

Sentilan Sentilun Metro TV tayang pada 14 Januari 2017

dengan tokoh Polo dan Mucle. Polo menjelaskan kepada

Mucle tentang adanya narkoba jenis baru, yang walaupun

orang tidak memakainya orang itu bisa terhipnotis. Mucle

menanyakan apa ada jenis narkoba seperti itu. Polo

mengatakan ada dan bisa dlihat hasilnya.

Pada data di atas, peneliti menemukan faktor tujuan untuk menjelaskan

sesuatu dala percakapan tersebut. Dalam suasana tuturan formal ke

informal, tokoh Polo bercampur kode menggunakan penyisipan kata ragam

tidak baku “kayak” yang dalam bentuk ragam baku “seperti”. Maksud

penutur menggunakan penyisipan tersebut karena penutur ingin menjelaskan

topik pembicaraannya mengenai narkoba kepada mitra tuturnya. Hal ini

sejalan dengan teori yang dikemukakan Chaer (2010), yang mengatakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

82

bahwa campur kode dapat terjadi karena penutur ingin menafsirkan atau

menjelaskan sesuatu kepada mitra tutur.

c. Sekedar Bergengsi

Pada data di bawah, percakapan yang ditemukan peneliti dalam acara

dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun menunjukkan sebagai faktor

sekedar bergengsi yang menyebabkan munculnya campur kode. Campur

kode dapat terjadi apabila penutur kesulitan menyampaikan kata yang ingin

disampaikan pada mitra tutur (Nababan, 1984). Pada data di bawah ini,

percakapan yang dilakukan oleh 2 tokoh, yaitu Polo dan Mucle. Tokoh Polo

menggunakan penyisipan kata ragam tidak baku untuk sekedar bergengsi.

Hal tersebut dapat dilihat pada percakapan di bawah ini.

27. Polo : “Tapi ono jenis narkoba baru, orang nggak pake aja, gue

sentuh begini kayak di hipnotis”.

(Saya)

Mucle : “Ada narkoba jenis begitu?”

Polo : “Ada ini bisa di lihat hasilnya”. (CK/RSS/03/140117)

Konteks: Percakapan terjadi dalam acara dialog interaktif Republik

Sentilan Sentilun Metro TV tayang pada 14 Januari 2017

dengan tokoh Polo dan Mucle. Polo menjelaskan kepada

Mucle tentang adanya narkoba jenis baru, yang walaupun

orang tidak memakainya orang itu bisa terhipnotis. Mucle

menanyakan apa ada jenis narkoba seperti itu. Polo

mengatakan ada dan bisa dlihat hasilnya.

Data di atas merupakan contoh peristiwa tutur campur kode ke dalam

dengan faktor penyebab untuk sekedar bergengsi. Dalam suasana tuturan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

83

informal, penutur menggunakan penyisipa kata ragam tidak baku. Maksud

penutur menggunakan penyisipan kata tersebut adalah untuk sekedar

bergengsi pada mitra tuturnya. penggunaan kata ragam tidak baku “gue”

yang dituturkan tokoh Polo menunjukkan bahwa hal tersebut sejelan dengan

teori yang dikemukakn oleh Nababan (1984), yang mengatakan campur

kode dapat terjadi karena penutur ingin menunjukkan keterpelajarannya,

tetapi tanpa disadari justru bahasa yang diucapkan merupakan kata yang

tidak baku atau tidak tepat pengucapannya.

d. Menunjukkan Kedekatan Penutur dan Mitra Tutur

Peristiwa tutur yang terdapat dalam acara dialog interaktif Republik

Sentilan Sentilun tidak luput dari campur kode ke dalam dengan faktor

penyebab untuk menunjukkan kedekatan penutur dan mitra tutur. Pada data

di bawah ini, percakapan dilakukan oleh 2 orang yaitu Jarwo dan Mucle.

Suasana yang terjadi dalam percakapan tersebut adalah suasana informal.

Penutur menggunakan penyisipan kata ragam tidak baku dalam tuturannya.

Hal ini dapat dilihat pada percakapan di bawah ini.

28. Jarwo : “Lo Jarwo ya? Kok bisa ganteng begitu”.

(Kamu)

Mucle : “Yang Jarwo lo!”

(Kamu)

Jarwo : “Terus lo siapa?”

(Kamu)

Mucle : “Polo!” (CK/RSS/06/140117)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

84

Konteks: Percakapan terjadi dalam acara dialog interaktif Republik

Sentilan Sentilun Metro TV tayang pada 14 Januari 2017.

Jarwo mememuji diri sendiri ganteng melalui Mucle.

Data di atas merupakan data campur kode ke dalam dengan

menggunakan penyisipan kata ragam tidak baku. Tokoh Jarwo

menggunakan kata ragam tidak baku “lo” yang dalam bentuk baku “kamu”.

Maksud dari penggunaan kata ragam tidak baku tersebut adalah untuk

menunjukkan kedekatan penutur dengan mitra tuturnya. kemudian Mucle

sebagai mitra tutur ikut menjawab menggunakan kata ragam tidak baku

yang sama. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh

Nababan (1984), yang mengatakan campur kode dapat terjadi karena

penutur ingin menunjukkan keterpelajarannya, tetapi tanpa disadari justru

bahasa yang diucapkan merupakan kata yang tidak baku atau tidak tepat

pengucapannya.

e. Tujuan untuk Memberitahukan Sesuatu

Campur kode di Indonesia sering terjadi dalam situasi orang sedang

berbincang-bincang di mana orang sedang berbicara dengan menggunakan

bahasa Indonesia dan bahasa daerah (Nababan, 1991: 31). Pada data di

bawah ini, percakapan dilakukan oleh 2 tokoh dalam acara dialog interaktif

Republik Sentilan Sentilun. Kedua tokoh itu adalah Mucle dan Asty,

percakapan tersebut terjadi dalam suasana tutur informal. Hal ini dapat

dilihat pada percakapan di bawah ini.

29. Mucle : “Ini liat ada Jarwo”.

(Lihat)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

85

Asty : “Aduh maaf ini pada kenapa?” (CK/RSS/09/140117)

Konteks: Percakapan terjadi dalam acara dialog interaktif Republik

Sentilan Sentilun Metro TV tayang pada 14 Januari 2017.

Mucle menunjukkan keberadaan Jarwo kepada Asty, dan

Asty menanyakan apa yang terjadi saat itu.

Pada data di atas, penutur menggunakan penyisipan kata ragam tidak

baku yang menyebabkan terjadinya campur kode ke dalam. Data di atas

menunjukkan salah satu faktor penyebab terjadinya campur kode ke dalam

adalah tujuan untuk memberitahukan sesuatu. Hal tersebut dapat dilihat dari

tuturan tokoh Mucle yang mengatakan, “ini liat ada Jarwo”. Dalam tuturan

tersebut, tokoh Mucle menyisipkan kata ragam tidak baku “liat” yang

seharusnya “lihat”. Dalam suasana tuturan informal dan santai, percampuran

kode yang terjadi dalam percakapan tersebut karena penutur bermaksud

ingin menunjukkan sesuatu kepada mitra tuturnya. Hal ini sejalan dengan

teori yang dikemukakan oleh Nababan (1984), yang mengatakan campur

kode dapat terjadi karena suasana kesantaian antara penutur dengan mitra

tutur, sehingga apa yang dikatakan tanpa disadari telah mengalami

interferensi atau kesalahan berbahasa dalam percakapannya.

f. Menunjukkan Keterpelajarannya

Pada data di bawah ini, percakapan dilakukan oleh 3 orang tokoh dalam

acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun Metro TV, yaitu Jarwo,

Mucle, dan Asty. Percakapan itu terjadi dalam suasana informal. Tokoh

Asty bercampur kode dengan menggunakan penyisipan kata dalam bahas

daerah Jawa. Hal itu dapat dilihat pada percakapan di bawah ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

86

30. Jarwo : ‘Slamet!”

Mucle : “Peace man!”

Asty : “Aduh, itu ndoro!”

(Majikan)

Mucle : “Peace man, tempat pipis di mana man?”

(CK/RSS/11/140117)

Konteks: Percakapan terjadi dalam acara dialog interaktif Republik

Sentilan Sentilun Metro TV tayang pada 14 Januari

2017. Jarwo dan Mucle memanggil ndoro Sentilun

dengan suasana tutur informal. Kemudian Asty

mengingatkan bahwa itu adalah majikan di dalam acara

Republik Sentilan Sentilun.

Data di atas penutur menggunakan penyisipan kata dalam bahasa Jawa.

Pada percakapan di atas, penyisipan kata “ndoro” dalam tuturan tokoh Asty

menunjukkan adanya campur kode ke dalam. Penyisipan kata tersebut

terjadi dalam suasana tuturan informal. Kata “ndoro” yang berarti

“majikan” digunakan tokoh Asty untuk menunjukkan sesuatu kepada mitra

tuturnya. Peristiwa campur kode di atas sejalan dengan pendapat Nababan

(1991: 32), yang mengatakan campur kode adalah suatu keadaan di mana

orang mencampur dua bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa

dalam situasi berbahasa yang menuntut percampuran itu.

g. Mempertegas Sesuatu

Peristiwa campur kode dalam data di bawah ini disebabkan karena

faktor penutur ingin mepertegas sesuatu. Tuturan yang dilakukan dalam

suasana informal ini dilakukan oleh 4 tokoh, yaitu Sentilun, Leony, Jarwo,

dan Mucle. Campur kode yang terjadi pada percakapan di bawah adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

87

campur kode penyisipan kata. Percampuran kode tersebut dapat terjadi

karena penutur ingin mepertegas sesuatu kepada mitra tuturnya. hal itu

dapat dilihat pada percakapan di bawah ini.

31. Sentilun : “Ada apa ini, ribut mulu”.

(Terus)

Leony : “Tau nih berantem terus berdua”.

(Ini)

Sentilun : “Berantem kenapa”?

Jarwo : “Ini ni mas, dia ini merebut kekasih saya”.

(Ini)

Mucle : “Ini kekasih saya”. (CK/RSS/02/280117)

Konteks: Percakapan terjadi dalam acara dialog interaktif

Republik Sentilan Sentilun Metro TV tayang pada 28

Januari 2017 dengan tema keberagaman adalah kita.

Sentilun menanyakan suasana ribut yang terjadi antara

Leony, Jarwo, dan Mucle. Leony mengatakan bahwa

Jarwo dan Mucle sedang berantem. Jarwo

mengatakan bahwa Mucle merebut kekasihnya.

Data di atas merupakan peristiwa campur kode ke dalam dengan

faktor penyebab penutur ingin mempertegas sesuatu. Dalam data di atas,

tokoh Sentilun menggunakan penyisipan kata ragam tidak baku. Dalam

tuturannya, tokoh Sentilun menggunakan kata “mulu” yang seharusnya

“terus”. Penyisipan kata yang digunakan tokoh Sentilun bermaksud untuk

mempertegas tuturannya. Kemudian tokoh Leony dan Jarwo tanpa disadari

kut bercampur kode menggunakan penyisipan kata ragam tidak baku “ni”

dan ”nih”. Peristiwa campur kode di atas tejadi karena suasana tuturan yang

santai. Hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Nababan

(1984), yang mengatakan bahwa campur kode dapat terjadi karena suasana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

88

kesantaian antara penutur dengan mitra tutur, sehingga apa yang dikatakan

tanpa disadari telah mengalami interferensi atau kesalahan berbahasa dalam

percakapannya.

B. Tujuan Campur Kode Keluar

Campur kode adalah suatu keadaan di mana orang mencampur dua bahasa

atau ragam bahasa dalam suaty tindak bahasa dalam situasi berbahasa yang

menuntut percampuran itu (Nababan, 1991: 32). Peristiwa campur kode tidak

luput dari beberapa faktor penyebab terjadinya campur kode itu. Terdapat tiga

faktor yang ditemukan peneliti sebagai penyebab campur kode keluar pada

penelitian ini, yaitu sebagai berikut.

1. Membangkitkan Rasa Humor

Pada peristiwiwa campur kode, salah satu faktor penyebab yang

ditemukan peneliti yaitu faktor untuk membangkitkan rasa humor. Menurut

Nababan (1984), campur kode dapat terjadi karena suasana kesantaian

antara penutur dengan mitra tutur, sehingga apa yang dikatakan tanpa

disadari telah mengalami interferensi atau kesalahan berbahasa dalam

percakapannya. Hal tersebut juga terjadi dalam percakapan yang dilakukan

oleh dua tokoh yang ada dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan

Sentilun. Suasana yang terdapat dalam percakapan tersebut adalah suasana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

89

formal ke informal. Campur kode yang terjadi dalam percakapan di bawah

ini adalah campur kode penyisipan frasa.

32. Mucle : “Pak Jarwo”.

Jarwo : “Yes man”.

(Ya manusia; laki-laki)

Mucle : “Bagaimana soal perkara yang kemarin kita bicarakan itu?

Apa bisa diatur?”

Jarwo : “Itu gampang Pak Mucle”. (CK/RSS/01/250217)

Konteks: Percakapan terjadi dalam acara dialog interaktif Republik

Sentilan Sentilun Metro TV tayang pada 25 Februari 2017

dengan tema godaan penegak hukum. Mucle

menanyakan soal perkara yang akan diselesaikan oleh

Jarwo.

Data di atas merupakan peristiwa campur kode keluar dengan faktor

penyebab untuk membangkitkan rasa humor. Penggunaan bahasa asing

dalam tuturan tokoh Jarwo menunjukkan bahwa ia ingin membangkitkan

rasa humor kepada mitra tuturnya. Pada awal percakapan, tokoh Mucle

menggunakan bahasa Indonesia, kemudian tokoh Jarwo sebagai mitra tutur

menjawab menggunakan bahasa Inggris. Penggunaan bahasa asing dalam

tuturan tokoh tersebut bermaksud untuk membangkitkan rasa humor dalam

suasana santai. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh

Nababan (1984), campur kode dapat terjadi karena suasana kesantaian

antara penutur dengan mitra tutur, sehingga apa yang dikatakan tanpa

disadari telah mengalami interferensi atau kesalahan berbahasa dalam

percakapannya. Selain data di atas, terdapat pula percakapan campur kode

lain yang memiliki faktor penyebab ingin membangkitkan rasa humor, yaitu

sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

90

33. Mucle : “Pak, yang saya curi itu anak kambing tetangga, masa saya

tega mengawini anak kambing tetangga”.

Jarwo : “Why not?”

Mucle : “Saya tahu artinya why not apa”.

Jarwo : “Apa?”

Mucle : “Kenapa kacang”. (CK/RSS/02/250217)

Konteks: Percakapan terjadi dalam acara dialog interaktif Republik

Sentilan Sentilun Metro TV tayang pada 25 Februari 2017

dengan tema godaan penegak hokum. Mucle mengatakan

bahwa ia melakukan tindak kriminal pencurian, dan

diminta untuk bertanggung jawab.

Pada data di atas, terdapat dua tokoh yang terlibat dalam percakapan.

Kedua tokoh tersebut bercakap-cakap dalam suasana tutur formal. Tuturan

campur kode di atas mengalami penyisipan frasa dalam bahasa asing “why

not” yang artinya “kenapa tidak”. Penutur menggunakan penyisipan tersebut

karena bermaksud untuk membangkitkan rasa humor dengan mitra tuturnya.

Campur kode keluar seperti pada percakapan di atas sejalan dengan

pendapat dari Nababan (1991: 32), yang mengatakan campur kode adalah

suatu keadaan di mana orang mencampur dua bahasa atau ragam bahasa

dalam suatu tindak bahasa dalam situasi berbahasa yang menuntut

percampuran itu.

2. Tujuan untuk Menjelaskan Sesuatu

Peristiwa campur kode biasanya muncul disebabkan oleh penutur dan

lawan tutur yang menyisipkan bahasa asing atau ragam bahasa yang tidak

baku. Seperti apa yang diutarakan oleh Nababan (1991: 32), yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

91

mengatakan campur kode adalah suatu keadaan di mana orang mencampur

dua bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa dalam situasi

berbahasa yang menuntut percampuran itu. Data di bawah ini, percakapan

dilakukan oleh dua tokoh dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan

Sentilun yaitu Butet dan Tompi. Topik pembicaraan yang dibicarakan

adalah Pilkada 2017. Pada percakapan di bawah ini, campur kode terjadi

karena faktor penyebab penutur ingin menjelaskan sesuatu kepada mitra

tutur.

34. Butet : “Kalau sikapnya Mas Tompi gimana? Sikap kepada

pemenang nanti entah siapa”.

Tompi : “Kita boleh berdarah-darah pada saat menjelang

pemilihan. Tapi siapapun yang akan menang, dan ini

statement saya jelas jauh-jauh hari, siapapun yang akan

tampil menjadi pemenangnya, ya kita harus support,

mengawal ya itu tetap kritis, event juga dengan orang-

orang yang kita pilih”. (CK/RSS/02/120217)

Konteks: Percakapan terjadi dalam acara dialog interaktif Republik

Sentilan Sentilun Metro TV tayang pada 12 Februari

2017. Butet menanyakan sikap Tompi jika calon kepala

daerah yang ia dukung tidak menang. Tompi mengatakan

bahwa harus menerima kekalahan dan mendukung

siapapun yang akan menjadi pemimpin.

Pada data di atas, tuturan terjadi dalam suasana formal. Tuturan yang

mengandung campur kode keluar adalah tuturan dari tokoh Tompi. Tompi

menggunakan penyisipan kata dalam bahas Inggris yaitu kata “support”

yang berarti “dukungan”. Penyisipan kata dalam bahasa asing tersebut

dimaksudkan untuk menjelaskan sesuatu yang ingin disampaikan oleh

penutur. Penutur menggunakan kata tersebut karena penutur juga ingin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

92

menunjukkan keterpelajarannya dalam berbahasa. Hal itu sejalan dengan

teori yang dikemukakan oleh Nababan (1984), yang mengatakan bahwa

campur kode dapat terjadi karena penutur ingin menunjukkan

keterpelajarannya, tetapi tanpa disadari justru bahasa yang diucapkan tidak

baku atau tidak tepat penggunaannya.

3. Tujuan untuk Memberitahukan Sesuatu

Campur kode menurut Chaer (2010), campur kode dapat terjadi karena

penutur ingin menafsirkan atau menjelaskan sesuatu kepada mitra tuturnya.

Pada data ini, peneliti menemukan salah satu faktor penyebab terjadinya alih

kode yaitu untuk memberitahukan sesuatu. Percakapan di bawah ini

dilakukan oleh dua tokoh, yaitu Butet dan Philips. Penyisipan kata dalam

bahasa asing dalam tuturan tokoh Philips yang menjadi penunjuk

munculnya alih kode. Di bawah ini adalah percakapan campur kode dengan

faktor penyebab untuk memberitahukan sesuatu.

35. Butet : “Cuma masalahnya jarang yang mau berkaca, melihat

secara jujur apa yang ada dalam dirinya”.

Philips : “Kadang yang membuat rumit adalah media. Jadi media

mungkin mengambil angle di survai itu, tapi tidak

dilaporkan semua”. (CK/RSS/07/180217)

Konteks: Percakapan terjadi dalam acara dialog interaktif Republik

Sentilan Sentilun Metro TV tayang pada 18 Februari 2017

dengan tema demam lembaga survai. Butet mengatakan

seseorang terkadang tidak mau melihat diri sendiri,

kemudian Philips mengatakan terkadang media juga

membuat suatu masalah semakin rumit karena melaporkan

sebagian info yang didapatkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

93

Peristiwa tutur di atas terjadi dalam suasana tuturan formal. Tuturan

yang menunjukkan terjadinya campur kode adalah tuturan dari tokoh

Philips. Tuturan yang mengandung penyisipan kata dalam bahasa Inggris

“angle” atau dalam bahasa Indonesia berarti “sudut”. Penutur menggunakan

kata dalam bahasa asing karena ingin memberi sesuatu kepada mitra

tuturnya, serta ingin menunjukkan keterpelajarannya dalam menguasai

bahasa. hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Nababan (1991:

32), yang mengatakan bahwa campur kode adalah suatu keadaan di mana

orang mencampur dua bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa

dalam situasi berbahasa yang menuntut percampuran itu.

4.3 Pembahasan

Dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun yang tayang di

Metro TV, peneliti menemukan alih kode dan campur kode. Pada acara tersebut

peneliti banyak mendapatkan informasi baru, penjelasan mengenai suatu topik

hangat yang sedang dibicarakan, kritikan atau sindiran kepada pemerintahan di

Indonesia dan lain sebagainya. Berdasarkan data yang didapatkan, data campur

kode paling banyak ditemukan dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan

Sentilun. Data campur kode ke dalam berjumlah 29 data dan data campur kode

keluar sebanyak 22 data. Selain itu, peneliti juga menemukan data alih kode

internal sebanyak 7 data dan alih kode eksternal sebanyak 10 data.

Dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun, menemukan

beberapa tujuan terjadinya alih kode dan campur kode. Terdapat 7 data dan 24

data campur kode dengan tujuan untuk menjelaskan sesuatu. Untuk mengkaji

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

94

tuturan-tuturan yang mengandung alih kode dan campur kode dalam acara dialog

interaktif Republik Sentilan Sentilun peneliti menggunakan teori dari Abdul

Chaer, Suwito, I Dewa Putu Wijaya, Suwito, dan Nababan.

Dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun adalah salah satu program di

Metro TV yang mendapat tanggapan yang cukup baik dari penonton. Republik

Sentilan Sentilun selalu menyuguhkan tema yang berbeda di setiap episodenya.

Tema yang diangkat selalu topik dan isu yang masih hangat diperbincangkan

dikalangan masyarakat. topik yang diangkat tidaklah lepas dari masalah-masalah

yang ada di Indonesia, seperti kasus politik, hokum, ekonomi, dan sebagainya.

Salah satu ruang lingkup sosiolinguistik adalah alih kode dan campur kode

yang pasti tidak bisa terlepas dari konteks. Konteks menurut KBBI (2007),

konteks sebagai situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian. Dalam

acara dialog interaktif Repulik Sentilan Sentilun Metro TV, untuk memahami setiap

tuturan tokoh dalam acara tersebut, setiap tokoh harus memahami setiap konteks

tuturan yang ada.

Menurut Chaer (2010), alih kode sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa

karena perubahan situasi atau suasana pembicaraan. Pengertian lain dikemukakan

oleh Suwito (1985: 69), yang mengatakan bahwa alih kode yang terjadi antar

bahasa-bahasa dalam satu bahasa nasional, antara dialek-dialek dalam satu bahasa

daerah, atau antara beberapa ragam dan gaya yang terdapat dalam satu dialek.

Menurut Nababan (1991: 31), campur kode di Indonesia sering terjadi

dalam situasi orang sedang berbincang-bincang di mana orang sedang berbicara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

95

dengan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Selain itu, Suwito

(1983: 76) membagi campur kode menjadi dua, yaitu campur kode ke dalam dan

campur kode kode keluar. Campur kode ke dalam adalah campur kode yang

menggunakan bahasa daerah, sedangkan campur kode keluar adalah campur kode

yang menggunakan bahasa asing. Kemudian Nababan (1984) mengatakan bahwa

campur kode dapat terjadi karena penutur ingin menunjukkan keterpelajarannya,

tetapi tanpa disadari justru bahasa yang diucapkan merupakan kata yang tidak

baku atau tidak tepat pengucapannya.

Dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun, peneliti

menemukan tujuan terjadinya alih kode dan campur kode. Tujuan alih kode

terbagi menjadi faktor alih kode internal dan eksternal. Sedangkan tujuan campur

kode dibagi menjadi tujuan campur kode ke dalam dan tujuan campur kode

keluar. Dalam alih kode internal, tujuan yang ditemukan peneliti dalam penelitian

ini adalah tujuan untuk menjelaskan sesuatu, perubahan topik pembicaraan, untuk

memberitahukan sesuatu, dan kebiasaan penutur. Kemudian tujuan terjadinya alih

kode eksternal yang ditemukan peneliti adalah untuk menjelaskan sesuatu,

perubahan topik pembicaraan, dan untuk memberitahukan sesuatu. Selain itu,

peneliti menemukan tujuan terjadinya alih kode ke dalam, yaitu untuk

membangkitkan rasa humor, untuk menjelaskan sesuatu, sekedar bergengsi,

menunjukkan kedekatan penutur dan mitra tutur, memberitahukan sesuatu,

menunjukkan keterpelajarannya, dan mempertegas sesuatu. Kemudian tujuan

terjadinya campur kode keluar adalah membangkitkan rasa humor, sekedar

bergengsi, untuk menjelaskan sesuatu, dan untuk memberitahukan sesuatu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

96

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Wujud Alih kode pada tuturan tokoh dalam acara dialog interaktif Republik

Sentilan Sentilun Metro TV terbagi dalam dua jenis, yaitu alih kode internal dan

alih kode eksternal yang terbagi lagi menjadi dua substansi yaitu alih kode

antarragam dan alih kode antarbahasa. Dalam penelitian ini, peneliti hanya

menemukan satu subsatansi alih kode yaitu antarragam formal ke informal.

Kemudian pada penelitian ini, wujud campur kode pada tuturan tokoh dalam

acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun Metro TV periode Januari-

Februari 2017 terbagi dalam dua jenis yaitu campur kode ke dalam dan campur

kode keluar. Kedua jenis campur kode tersebut dibagi lagi menjadi dua substansi

yaitu antarragam dan antarbahasa. Dalam penelitian ini campur kode ke dalam

dan campur kode keluar terbagi menjadi tiga jenis bentuk penyisipan bahasa

dalam komunikasi. Penyisipan yang ditmukan dalam campur kode yaitu

penyisipan kata penyisipan frasa, dan pengulangan kata.

Peneliti menemukan empat tujuan terjadinya alih kode pada tuturan tokoh

dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun. Keempat tujuan tersebut

adalah untuk menjelaskan sesuatu, memberitahukan sesuatu, perubahan topik

pembicaraan, dan kebiasaan penutur. Sedangkan dalam campur kode, peneliti

menemukan tujuh tujuan terjadinya campur kode. Ketujuh tujuan tersebut adalah

tujuan untuk membangkitkan rasa humor, menjelaskan sesuatu, sekedar

bergengsi, menunjukkan kedekatan penutur dan mitra tutur, memberitahukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

97

sesuatu, menunjukkan keterpelajarannya, dan mempertegas sesuatu. Dari tujuan-

tujuan yang ditemukan peneliti, yang paling sering menjadi tujuan terjadinya alih

kode dan campur kode adalah tujuan untuk menjelaskan sesuatu.

Keberagaman jenis alih kode dan campur kode dapat dilihat melalui analisis

data berupa tuturan-tuturan yang diungkapkan oleh tokoh-tokoh dalam acara

tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa wujud alih kode dan campur kode

berdasarkan teori dari Abdul Chaer, Suwito, I Dewa Putu Wijaya, Suwito, dan

Nababan dapat ditemukan melalui dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan alih

kode dan campur kode dalam percakapan dalam acara dialog interaktif Republik

Sentilan Sentilun tersebut digunakan penutur untuk membahas topik atau isu-isu,

permasalahan, atau mengemukakan pendapat yang diangkat dalam dialog.

Kebaharuan yang ditemukan dalam penelitian ini terletak pada peristiwa

campur kode. Dari beberapa skripsi yang telah dibaca oleh peneliti, penelitian

pada skripsi alih kode dan campur kode sebelumya menganalisis penyisipan kata,

frasa, dan klausa. Namun pada penelitian ini peneliti menganalisis pengulangan

kata yang terdapat pada tuturan campur kode. Selain itu, kebaharuan penelitian ini

dari penelitian alih kode dan campur kode sebelumnya adalah penggunaan teknik

pengumpulan data. Pada penelitian-penelitian sebelumnya, peneliti kebanyakan

menggunakan teknin rekam, catat, dan wawancara. Namun pada penelitian ini,

peneliti menggunakan teknik rekam, simak, dan catat. Kemudian, dalam

penelitian ini peneliti menemukan tujuan terjadinya alih kode dan campu kode

yang terdapat dalam acara Republik Sentilan Sentilun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

98

5.2 Saran

Berdasarkan hasil yang telah ditemukan, peneliti memberi beberapa saran bagi

peneliti lanjutan yang ingin meneliti topik serupa dengan penelitian ini.

a) Penelitian ini meneliti tentang wujud Alih Kode dan Campur Kode, serta

faktor terjadinya Alih Kode dan Campur Kode pada tuturan tokoh-tokoh di

Republik Sentilan Sentilun. Peneliti lanjutan dapat meneliti wujud Alih

Kode maupun Campur Kode dalam ranah pendidikan, atau ranah lainnya

yang menunjang bagi penelitian, dan menunjang sebagai contoh penelitian

kajian Sosiolinguistik.

b) Penelitian ini menemukan sembilan faktor penyebab terjadinya Alih Kode

dan Campur Kode. Diharapkan peneliti lanjutan menemukan faktor lainya

agar dapat menyempurnakan penelitian terdahulu.

c) Selain bidang ilmu sosiolinguistik, data yang dianalisis nantinya bisa dikaji

bukan hanya dari segi sosiolinguistik melainkan bisa dikaji dari bidang

ilmu lainnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

99

DAFTAR PUSTAKA

Abdulah, Alek. H. Achmad HP. 2012. Linguistik Umum. Jakarta:

Erlangga.

Aslinda dan Leni Syafahya. 2007. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung:

Refika Aditama.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan

Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta:

Rajagrafindo Persada.

Hirawati. Maria Enny.1997. Analisis Bentuk Sapaan Dalam Tuturan

Antartokoh Cerita Nover Para Priyayi Karya Umar Kayam

(Pendekatan Sosiolingusitik). (Skripsi). Yogyakarta: Sanata

Dharma.

Kridalaksana, Harimurti. 1994. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia.

Jakarta: PT. Gramedia.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Mardiana. 1985. Interferensi Fonologis Dialek Melayu Bangka Sub Dialek

Pangkal Pinang Pada Penggunaan Bahasa Indonesia Oleh Siswa

SMA Di Pangkal Pinang. (Skripsi). Yogyakarta: Sanata Dharma.

Muhammad. 2014. Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: AR- RUZZ

MEDIA.

Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Nababan. 1991. Sosiolinguistik. (Suatu Pengantar). Jakarta: PT Gramedia.

Prastowo, Andi. 2014. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif

Rancangan Penelitian. Yogyakarta: AR- RUZZ MEDIA.

Purnama, Ardian Pitra Satya.2015. Alih Kode dan Campur Kode Iklan

Obat di Siaran Radio Kedaulatan Rakyat Yogyakarta. (Skripsi).

Yogyakarta: Sanata Dharma.

Rahardi, Kunjana. 2001. Sosiolinguistik, Kode dan Alih Kode. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

100

Rohmadi, Mohammad dan Edy Tri Sulistyo. 2014. Alih Kode dan Campur

Kode Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Di SMA. (Jurnal).

Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Suwito. 1985. Sosiolinguistik: Pengantar Awal. Surakarta: Henary Offset.

Wijana, I Dewa Putu dan Rohmadi Muhammad. 2013. Semantik: Teori

dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka.

Yuliasari, Chindi. 2015. Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam

Dialog Interaktif “Kick Andy” Di Metro TV Episode 06 Maret – 24

April. (Jurnal). Tanjungpinang: Universitas Maritim Raja Ali Haji.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

101

TRIANGULASI HASIL PENELITIAN

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM DIALOG INTERAKTIF REPUBLIK

SENTILAN SENTILUN METRO TV PERIODE JANUARI-FEBRUARI 2017

Triangulator dimohon untuk memeriksa kembali data yang diperoleh peneliti untuk keperluan keabsahan data.

Triangulator yang dipercaya untuk memeriksa data penelitian adalah penyidik yang memiliki kemampuan dalam bidang

sosiolinguistik.

Petunjuk Pengisian:

1. Triangulator dimohon untuk memberikan tanda centang (√) pada kolom ya atau tidak berdasarkan jenis, faktor

penyebab alih kode dan campur kode dalam tuturan tokoh-tokoh Republik Sentilan Sentilun.

2. Triangulator dimohon untuk memberikan kritik dan masukan pada kolom keterangan.

Keterangan:

AK : Alih Kode

CK : Campur Kode

RSS : Republik Sentilan Sentilun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

102

No No. Data Tuturan

Perubahan

Kode

Jenis

Alih

Kode

Faktor

Penyebab

Alih Kode

Indikator Konteks

Suasana

Triangulator Komentar

I E Setuju Tidak

Setuju

1 AK/RSS/01/

140117

Jarwo : “Tadi

Pak Budi Waseso

sudah

menjelaskan ke

kita semua

bagaimana

peredaran

narkoba,

akibatnya,

resikonya, dan

bahayanya”.

Mucle : “That’s

right”! itu kanan,

that’s right”.

Jarwo : “That’s

right sama dengan

betul itu”!

Mucle : “Kirain

itu kanan”.

Bahasa

Indonesia –

Bahasa

Inggris

√ Menjelaska

n sesuatu

Dalam

percakapan

tersebut,

tokoh Jarwo

menjelaskan

suatu topik

pembicaraan.

Kemudian

oleh tokoh

Mucle di

tanggapi

menggunaka

n Bahasa

Inggris,

kemudian

tokoh Jarwo

menjawab

menggunaka

n Bahasa

Inggris.

Membahas

tentang topik

pembicaraan

dalam suasana

santai.

2 AK/RSS/01/

280117

Sentilun : “Pak

Jarwo xie-xie”.

Jarwo : “Xie-

xie”.

Bahasa

Indonesia –

Bahasa

Mandarin

√ Perubahan

topik

pembicaraa

n

Dalam

percakapan

antara tokoh

sentilan,

Membahas

tentang

perayaan

Imlek dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

103

Anya :

“Angpaonya

belum. Aduh,

aduh, aduh

Ndoro, kalo

ngelihat rakyat di

RSS ini rukun

kayak begini,

menyenangkan

sekalo hati ini,

melihat hidup

damai

berdampingan,

enak gitu

dilihatnya”.

Jarwo, dan

Anya,

mereka

menggunaka

n kata-kata

dari bahasa

asing, seperti

Xie-xie dan

angpao.

Munculnya

kata-kada

dalam bahasa

mandarin

tersebut

menjadi

tanda

terjadinya

alih kode

eksternal

pada tuturan

tersebut.

percakapan

santai dan

menggunakan

alih kode .

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

104

3 AK/RSS/02/

280117

Anya : “Tapi

benar, kalau

melihat suasana

rukun begini jadi

enak

dipandangnya”.

Sentilan : “Betul-

betul”.

Sentilun : “Enak,

enak”

Jarwo :”Kita

semua enak

dipandang,

kecuali Mucle”.

Sentilan : “Nggak

boleh”.

Mucle : “Saya ini

memang tidak

untuk dipandang,

tapi disentuh”.

Sentilan : “Nggak

Bahas

Indonesia-

Bahasa

Betawi

√ Menjelaska

n sesuatu

Dalam

percakapan

antara para

tokoh,

muncul kata

yang

menunjukkan

bahasa

daerah

Betawi, yaitu

sononye yang

mempengaru

hi terjadinya

alih kode.

Memperlihatka

n suasana

santai dan

nyaman saat

melakukan

percakapan,

sehingga tanpa

disadari

menggunakan

alih kode

internal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

105

boleh, walaupun

begitu, ini

ragangan dari

sononya udeh

begitu. Iya jadi

tidak boleh saling

mengucilkan”.

Anya : “Ndoro

kok jadi betawi

sih”.

4 AK/RSS/03/

280117

JJ Riza : “Mereka

bergerak dalam

model masyarakat

yang ada kelas-

kelasnya. Karena

dulu zaman

kolonial itu yang

paling tinggi itu

European,

kemudian yang

kedua

Bahasa

Indonesia -

Bahasa

Inggris -

Bahasa

Betawi -

Bahasa

Belanda

√ √ Menjelaska

n sesuatu

Dalam

percakapan JJ

Riza dan

Sentilun,

terdapat

penggunaan

kata dalam

bahasa asing

yang

berdampak

terjadinya

Memperlihatka

n suasana

santai tapi

serius saat

melakukan

percakapan,

sehingga tanpa

disadari

menggunakan

alih kode

eksternal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

106

Primdeosterlinge

n, ketiga

Inlander”.

Sentilun : “Kite”?

JJ Riza : “Iya

kite, kalau

Primdeosterlinge

n itu Cina, India.

Jepang masuk

European, kalau

kita ini pribumi”.

Sentilan :

“Betawi”?

JJ Riza : “Betawi

ini misalnya, kita

masuk kolam

renang, masuk

stadion sepak

bola, ada tulisan

“Verboden voor

horden en

alih kode dan

bertujuan

untuk

menjelaskan

sesuatu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

107

inlander”.

Anya : “Wah”.

Sentilun : “Berarti

ada kelas ada

diskriminasi”.

JJ Riza : “Iya, jadi

ada pengkelasan,

ada diskriminasi

dan itu memang

dibuat gitu. Jadi

dianggap

kelompok

tersendiri,

terpisah, makanya

merasa jadi orang

lain”.

5 AK/RSS/04/

280117

Sentilun : “Iya,

jadi cinta itu tetap

indah meski

sering diucapkan

berbeda-beda

Bahas

Indonesia -

Bahasa

Inggris

√ √ Menjelaska

n sesuatu

Dalam

percakapan

ini, tokoh

menjelaskan

topik

Memperlihatka

n suasana

santai dan

nyaman saat

melakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

108

dalam banyak

bahasa”.

Anya : “Seperti

apa contohnya”?

Sentilun : “Kalau

Bahasa Inggris

love, dalam

Bahasa Jawa

tresno”.

Mucle : “Bahasa

Betawi”?

Sentilun : “I Love

You”.

pembicaraan

dengan

menggunaka

n berbagai

kata dalam

bahasa asing.

percakapan,

sehingga tanpa

disadari

menggunakan

alih kode

eksternal.

6 AK/RSS/05/

280117

Mucle : “Jadi

keberagaman itu

justru

mempersatukan

kita”.

Jarwo : “Yes”.

Mucle : “That’s

right brother”.

Bahas

Indonesia –

Bahasa

Inggris

√ Menjelaska

n sesuatu

Dalam

percakapan

ini, tokoh

menggunaka

n bahasa

asing saat

berbincang-

bincang.

Memperlihatka

n suasana yang

santai dan

nyaman saat

melakukan

percakapan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

109

7 AK/RSS/06/

280117

Jarwo : “Gong Xi

Fa Cai”.

Anya : “Gong xi,

gong xi”.

Sentilan :

“Kenapa?

Ngajakin

berantem”?

Jarwo : “Nggak,

gong xi fa cai”.

Leony :

“Artinya”?

Jarwo : “Selamat

Imlek”.

Bahasa

Mandarin –

Bahasa

Indonesia

√ Menjelaska

n sesuatu

Dalam

percakapan

antara tokoh

sentilan,

Jarwo, dan

Anya,

mereka

menggunaka

n kata-kata

dari bahasa

asing,

Munculnya

kata-kada

dalam bahasa

Mandarin

tersebut

menjadi

tanda

terjadinya

alih kode

eksternal

Membahas

tentang

perayaan

Imlek dengan

percakapan

santai dan

menggunakan

alih kode .

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

110

pada tuturan

tersebut.

8 AK/RSS/01/

040217

Marwoto : “Inilah

salah satu

perjuangan yang

kita pertahankan,

right or wrong

my country”.

Sentilun : “Kata

siapa itu”?

Marwoto : “John

F. Kennedy

menyatakan

bahwa becik

ketitik ala

ketara”.

Bahasa

Indonesia –

Bahasa

Inggris –

Bahasa

Jawa

√ √ Perubahan

topik

pembicaraa

n

Dalam

percakapan

ini, tokoh

menjelaskan

topik

pembicaraan

dengan

menggunaka

n berbagai

kata dalam

bahasa asing

dan bahasa

daerah.

Memperlihatka

n suasana

santai dan

nyaman saat

melakukan

percakapan,

sehingga tanpa

disadari

menggunakan

alih kode

internal dan

eksternal.

9 AK/RSS/02/

040217

Sentilun : “Pak,

kok bapak

ngomong

dicuekin

semuanya pak?

Bahasa

Indonesia –

Bahasa

Jawa

√ Memberitah

ukan

sesuatu

Dalam

percakapan

ini tokoh

Sentilun

menggunaka

Memperlihatka

n suasana yang

santai dan

nyaman saat

melakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

111

Sampai bapak

ngomongnya

berbuih-buih,

munthuk tok e”.

Marwoto :

“Dengan

menggunakan

jurus-jurus lama”.

n bahasa

daerah jawa

di tengah-

tengah

tuturannya

yang

menggunaka

n bahasa

Indonesia.

percakapan,

10 AK/RSS/03/

040217

Sentilun : “Ingat,

kalau bapak ini

pidato, simak

yang baik-baik.

Ning balikno lho

yo”.

Gareng : “Lho

mas, kok

sampeyan banyak

sendiri”?

Sentilun : “Saya

sebagai

Bahasa

Indonesia –

Bahasa

Jawa

√ Memberitah

ukan

sesuatu

Dalam

percakapan

ini tokoh

Sentilun

menggunaka

n bahasa

daerah jawa

di tengah-

tengah

tuturannya

yang

menggunaka

Memperlihatka

n suasana yang

santai dan

nyaman saat

melakukan

percakapan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

112

koordinator

lapangan”

n bahasa

Indonesia.

11 AK/RSS/04/

040317

Marwoto :

“Gareng, kamu

menuduh saya.

Akan segera saya

laporkan kalian

semua”.

Gareng : “Mau

lapor ke mana”?

Marwoto : Saptol

PP, biar kalian

semua digaruk.

Saya akan

menuntut kalian

dengan undang-

undang ITE, ITE

macane opo”?

Sentilun :

“Macane ITE”.

Bahasa

Indonesia –

Bahasa

Jawa

√ Menjelaska

n sesuatu

Dalam

percakapan

ini, tokoh

menjelaskan

topik

pembicaraan

dengan

menggunaka

n kata dalam

bahasa asing

dan bahasa

daerah.

Memperlihatka

n suasana yang

santai dan

nyaman saat

melakukan

percakapan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

113

Marwoto : “ITE

deng. Kalian

telah menjelek-

jelekkan saya”.

12 AK/RSS/05/

040217

Marwoto :

“Dengan adat

ketimuran, kalau

Ronggo Warsito

pernah bilang,

“all true is not

always to be

told”. Semua

yang benar tidak

harus dikatakan.

Jadi benar saya

jelek, tapi jangan

dikatakan jelek,

itu akan menusuk

peranakan saya”.

Gareng : “Pak,

kalau bapak jelek

Bahasa

Indonesia –

Bahasa

Inggris

√ Menjelaska

n sesuatu

Dalam

percakapan

ini, tokoh

menjelaskan

topik

pembicaraan

dengan

menggunaka

n bahasa

asing.

Memperlihatka

n suasana yang

santai dan

nyaman saat

melakukan

percakapan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

114

itu ada solusinya,

operasi plastik

atau suntik

solikin”.

Marwoto :

“Silikon”.

13 AK/RSS/06/

040217

Gareng :

“Seandainya bisa

mengubah

perjalanan waktu,

akan aku tunda

kelahiranmu

sampai

kelahiranmu

nanti. Aku malah

isin dewe”.

Marwoto : “La!

Lala”!

Lala : “Iya pak,

jangan marah-

Bahasa

Indonesia –

Bahasa

Jawa –

Bahasa

Inggris

√ √ Memberitah

ukan

sesuatu

Dalam

percakapan

ini, tokoh

menjelaskan

topik

pembicaraan

dengan

menggunaka

n berbagai

kata dalam

bahasa asing

dan bahasa

daerah.

Memperlihatka

n suasana

santai dan

nyaman saat

melakukan

percakapan,

sehingga tanpa

disadari

menggunakan

alih kode

internal dan

eksternal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

115

marah”.

Marwoto :

“Stand in here”.

14 AK/RSS/07/

040217

Marwoto :

“Jangan dekat

saya”!

Asty : “Nah kalo

yang seperti ini

nyuwun sewu

ndoro, tidak bisa

di nasihati dengan

cara seperti itu.

Harus dengan

kelembutan,

kecantikan. Saya

coba ya ndoro.

Bahasa

Indonesia –

Bahasa

Jawa

√ Memberitah

ukan

sesuatu

Dalam

percakapan

ini tokoh

Sentilun

menggunaka

n bahasa

daerah jawa

di tengah-

tengah

tuturannya

yang

menggunaka

n bahasa

Indonesia.

Memperlihatka

n suasana yang

santai dan

nyaman saat

melakukan

percakapan,

15 AK/RSS/08/

040217

Sentilan : “Untuk

menghadapi

orang yang

bersumbu pendek,

Bahasa

Indonesia –

Bahasa

Jawa

√ Menjelaska

n sesuatu

Dalam

percakapan

ini tokoh

Sentilun

Memperlihatka

n suasana

santai tapi

serius saat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

116

kita harus sabar”.

Sentilun :

“Panjang

ususnya”.

Sentilan : “Betul.

Nanti mereka kita

ajak untuk

berunding baik-

baik. Sebetulnya

cerdas juga tidak,

tapi tadi kamu

dengan cara kata

lembut tapi

aslinya menjelek-

jelekkan. Iya tapi

karena sedikit

kurang

penangkapannya,

ini juga mereka

tidak tau bahwa

sebetulnya

menggunaka

n bahasa

daerah jawa

di bagian

akhir

percakapan

tuturannya.

melakukan

percakapan,

sehingga tanpa

disadari

menggunakan

alih kode

internal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

117

menasihati dia

supaya sadar.

Jujurlah pada

dirimu, bahwa

wajahmu itu

sebetulnya

ambyar”.

Sentilun : “Iya

ambyar”.

16 AK/RSS/09/

040217

Asty : “Mas

Marwoto, Mas

Marwoto”?

Marwoto : “Opo

sayang”?

Asty : “Mas

Gareng”?

Gareng : “Dalem

Bu”.

Bahasa

Indonesia –

Bahasa

Jawa

√ Kebiasaan

penutur

Dalam

percakapan

ini, tokoh

Asty ang

sering

menggunaka

n kata Mas

saat

bercakap-

cakap dengan

tokoh laki-

laki. Serta

Memperlihatka

n suasana yang

santai dan

nyaman saat

melakukan

percakapan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

118

tokoh

Marwoto dan

Gareng yang

sering

menggunaka

n bahasa

daerah jawa.

17 AK/RSS/01/

120217

Rustika : “Tapi

saya mau bicara

tentang

kebenaran, kita

bicara tentang

kebenaran di

zaman yang

namanya “post

truth society”.

Butet : “Apa-apa?

Post truth”?

Rustika : “Iya,

post truth society.

Ini adalah

Bahasa

Indonesia –

Bahasa

Inggris

√ Menjelaska

n sesuatu

Dalam

percakapan

ini, tokoh

Rustika

menggunaka

n Bahasa

Inggris untuk

menjelaskan

sebuah topik

pembicaraan.

Memperlihatka

n suasana

serius tapi

tetap santai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

119

fenomena baru

yang terjadi di

Pilkada DKI. Di

mana kebenaran

itu kadang-

kadang menjadi

kebenaran diri

sendiri.

18 AK/RSS/01/

180217

Chacha : “Saya

harus ketemu

masyarakat”?

Philips : “Ya

harus, jangan

lewat survai saja”.

Chacha : “Itu

daddy, I need to

meet the people

tahu”.

Jarwo : “Nice to

meet you”.

Mucle : “

Bahasa

Indonsia-

Bahasa

Inggris

√ Memberitah

u sesuatu

Dalam

percakapan

tersebut,

tokoh Chacha

mengungkap

kan

keinginannya

dengan

menggunaka

n Bahasa

Inggris, dan

mitra

tuturnya

Memperlihatka

n suasana

serius tapi

tetap santai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

120

Artinya”?

Jarwo : “Tumit

kamu manis”.

menjawab

dengan

Bahasa

Inggris.

19 AK/RSS/01/

250217

Jarwo : “By the

way, itu sekertaris

kamu ya? Cantik

juga cocoklah

buat saya. Saya

ini duda beristri”.

Mucle : “Pak,

duda itu tidak

punya istri. Bapak

duda beristri

gimana

ceritanya”?

Jarwo : “Grogi

saya kalau dekat

wanita cantik”.

Bahasa

Indonesia –

Bahasa

Inggris

√ Untuk

sekedar

bergengsi

Dalam

percakapan

tersebut,

tokoh Jarwo

menggunaka

n ungkapan

dalam Bahasa

Inggris.

Memperlihatka

n suasana

santai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

121

No Nomor

Data

Tuturan

Perubahan

Kode

Jenis

Campur

Kode

Faktor

Penyebab

dan

Tujuan

Campur

Kode

Indikator Konteks

Suasana Triangulator Koment

ar

I E Setuju Tidak

Setuju

1 CK/RSS/01/

140117

Jarwo : “Itu

mabok apa

gejala struk”?

Mucle :

“Sepertinya dia

Penyisipan

Kata

√ Untuk

membangkit

kan rasa

humor.

Pada

percakpan

tersebut

tokoh Jarwo

menggunaka

Membahas

tentang suatu

kejadian yang

dialami

seorang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

122

sedang kebelet

pak”.

n kata ragam

tidak baku

“mabok”

yang

seharusnya

“mabuk”.

tokoh dalam

suasana

santai.

2 CK/RSS/02/

140117

Polo : “Tapi ada

jenis narkoba

baru, orang

nggak pake aja,

gue sentuh begini

kayak di

hipnotis”.

Mucle : “Ada

narkoba jenis

begitu”?

Polo : “ada ini

bisa di lihat

hasilnya”.

Penyisipan

Frasa

√ Untuk

menjelaskan

sesuatu.

Pada

percakapan

tersebut,

tokoh Polo

menggunaka

n frasa

Membahas

tentang

tentang suatu

topik

pembicaraan

dalam

suasana

santai.

3.1 CK/RSS/03/

140117

Polo : “Tapi ono

jenis narkoba

baru, orang nggak

pake aja, gue

sentuh begini

kayak di

hipnotis”.

Mucle : “Ada

narkoba jenis

begitu”?

Polo : “ada ini

bisa di lihat

hasilnya”.

Penyisipan

Kata

√ Untuk

sekedar

bergengsi.

Pada

percakapan

tersebut,

tokoh Polo

menggunaka

n kata ragam

tidak baku

pada

tuturannya.

Membahas

tentang suatu

topik

pembicaraan

dalam

suasana

santai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

123

3.2 CK/RSS/04/

140117

Polo : “Tapi ono

jenis narkoba

baru, orang nggak

pake aja, gue

sentuh begini

kayak di

hipnotis”.

Mucle : “Ada

narkoba jenis

begitu”?

Polo : “ada ini

bisa di lihat

hasilnya”.

Penyisipan

Kata

√ Untuk

menjelaskan

sesuatu.

Pada

percakapan

tersebut,

tokoh Polo

menggunaka

n kata ragam

tidak baku

pada

tuturannya.

Membahas

tentang suatu

topik

pembicaraan

dalam

suasana

santai.

4 CK/RSS/05/

140117

Polo : “Lagi mau

coba narkoba

jenis baru, mau

coba”?

Jarwo : “Wah

gila, aduh maaf

narkoba itu

bahaya. Tahu

nggak arti

narkoba”?

Jarwo : “Benar-

benar banyak

korban”.

Penyisipan

Kata

√ Untuk

menjelaskan

seusatu.

Pada

percakapan

tersebut,

tokoh Jarwo

menggunaka

n kata ragam

tidak baku.

Membahas

suatu topik

pembicaraan

dalam

suasana

santai tapi

serius.

5 CK/RSS/06/

140117

Jarwo : “Lo

Jarwo ya? Kok

bisa ganteng

begitu”.

Mucle : “Yang

Jarwo lo”!

Penyisipan

Kata

√ Untuk

menunjukka

n kedekatan

penutur dan

mitra tutur.

Pada

percakapan

tersebut,

tokoh Jarwo

dan Mucle

sama-sama

Membahas

tentang suatu

topik

pembicaraan

dalam

suasana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

124

Jarwo : “Terus lo

siapa”?

Mucle : “Polo”!

menggunaka

n kata ragam

tidak baku

saat

melakukan

percakapan.

santai.

6 CK/RSS/07/

140117

Jarwo : “Aduh,

asik juga

sentuhan lo ya.

Itu narkoba apa

handphone touch

screen, langsung

bisa nular”.

Polo : “Ini jenis

baru”.

Penyisipan

Kata

√ Untuk

sekedar

bergengsi.

Pada

percakapan

tersebut,

tokoh Jarwo

menggunaka

n kata ragam

tidak baku.

Membahas

suatu topik

pembicaraan

dalam

suasana

santai.

6.1 CK/RSS/08/

140117

Jarwo : “Aduh,

asik juga

sentuhan lo ya.

Itu narkoba apa

handphone

touch screen,

langsung bisa

nular”.

Polo : “Ini jenis

baru”.

Penyisipan

Frasa

√ Untuk

membangkit

kan rasa

humor.

Pada

percakapan

tersebut,

tokoh Jarwo

menggunaka

n bahasa

asing dalam

tuturannya.

Membahas

suatu topik

pembicaraan

dalam

suasana

santai.

7 CK/RSS/09/

140117

Mucle : “Ini liat

ada Jarwo”.

Asty : “Aduh

maaf ini pada

kenapa”?

Penyisipan

Kata √ Untuk

memberitah

u sesuatu.

Pada

percakapan

tersebut,

tokoh Mucle

menggunaka

n kata ragam

tidak baku.

Membahas

suatu topik

pembicaraan

dalam

suasana

santai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

125

8 CK/RSS/10/

140117

Jarwo : ‘Slamet”!

Mucle : “Peace

man”!

Asty : “Aduh, itu

ndoro”!

Mucle : “Peace

man, tempat pipis

di mana man”?

Penyisipan

Frasa √ Untuk

sekedar

bergengsi.

Pada

percakapan

tersebut,

tokoh Mucle

menggunaka

n bahasa

asing dalam

tuturannya.

Membahas

suatu topik

pembicaraan

dalam

suasana

santai.

8.1 CK/RSS/11/

140117

Jarwo : ‘Slamet”!

Mucle : “Peace

man”!

Asty : “Aduh, itu

ndoro”!

Mucle : “Peace

man, tempat pipis

di mana man”?

Penyisipan

Kata √ Untuk

menunjukka

n

keterpelajar

annya.

Pada

percakapan

tersebut,

tokoh Asty

menggunaka

n kata dalam

Bahasa Jawa

“ndoro” yang

berarti

“tuan”.

Membahas

suatu topik

pembicaraan

dalam

suasana

santai.

9 CK/RSS/12/

140117

Slamet : “Sudah?

Yang sudah

sembuh kemari,

dia biar di sana”.

Butet : “Sini-

sini”.

Slamet : “Gimana

lun? Ndak apa-

apa”?

Butet : “Ndak

apa-apa”.

Penyisipan

Kata √ Untuk

menunjukan

kedekatann

ya dengan

mitra tutur.

Pada

percakapan

tersebut,

tokoh Slamet

dan Butet

menggunaka

n kata ragam

tidak baku”.

Membahas

suatu topik

pembicaraan

dalam

suasana

santai tapi

serius.

10 CK/RSS/13/

140117

Sentilun : “Jadi

ini semua sudah

bersih ya”?

Penyisipan

Kata √ Untuk

menjelaskan

sesuatu.

Pada

percakapan

tersebut,

Membahas

suatu topik

pembicaraan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

126

Jarwo : “Sudah”.

Polo : “Sudah

clean”.

Sentilun : “Jadi

sudah di jamin

bersih ya”?

Polo : “Sudah

jamin clean”.

tokoh Polo

menggunaka

n kata dalam

Bahasa

Inggris.

dalam

suasana

santai tapi

serius.

11 CK/RSS/01/

280117

Mucle : “Ah ini

rupanya ada gadis

cantik lagi dirayu

sama portal

komplek”.

Leony : “Ini ni

mas, suka

ganggu-ganggu

nih”.

Mucle : “Oh oh

oh Jarwo”.

Jarwo : “Oh oh oh

Mucle. Saya itu

punya teman,

jagoan”.

Mucle : “Wah

Penyisipan

Kata

√ Untuk

membangkit

kan rasa

humor.

Pada

percakapan

tersebut,

tokoh Mucle

menggunaka

n 2 kata

ragam tidak

baku yaitu

“ah” dan

“wah”.

Sedangkan

Leony

menggunaka

n kata ragam

tidak baku

nih.

Membahas

tentang tokoh

pahlawan

dalam film,

dengan

menggunaka

n kata ragam

tidak baku.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

127

sombong”.

Jarwo :

“Superhero siapa

yang nggak teman

saya, betman itu

teman saya, hebat

orangnya”.

Mucle : “Mana

mau betman

berteman sama

bad mood”.

12 CK/RSS/02/

280117

Sentilun : “Ada

apa ini, ribut

mulu”.

Leony : “Tau nih

berantem terus

berdua”.

Sentilun :

“Berantem

kenapa”?

Penyisipan

Kata

√ Untuk

mempertega

s sesuatu

Dalam

percakapan

ini, tokoh

sentilun

menegaskan

sesuatu

dengan

menggunaka

n kata tidak

Membahas

tentang

kejadian yang

sedang terjadi

saat

percakapan

itu

berlangsung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

128

Jarwo : “Ini ni

mas, dia ini

merebut kekasih

saya”.

Mucle : “Ini

kekasih saya”.

baku “mulu”.

12.

1

CK/RSS/03/

280117

Sentilun : “Ada

apa ini, rebut

mulu”.

Leony : “Tau nih

berantem terus

berdua”.

Sentilun :

“Berantem

kenapa”?

Jarwo : “Ini ni

mas, dia ini

merebut kekasih

Penyisipan

Frasa

√ Untuk

menjelaskan

sesuatu

Dalam

percakapan

ini, tokoh

Leony

menjelaskan

kejadian yang

sedang

dialaminya.

Ia

menggunaka

n kata frasa

“tau nih”

Membahas

tentang

kejadian yang

sedang terjadi

saat

percakapan

itu

berlangsung

dengan

menggunaka

n frasa “tau

nih”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

129

saya”.

Mucle : “Ini

kekasih saya”.

untuk

menekankan

perkataannya.

13 CK/RSS/04/

280117

Mucle : “Ini yang

saya suka dari

Mas Sentilun,

saya senang

berteman dengan

dia, cerdas. Saya

setuju dengan

kata-katanya,

bahwa perbedaan

itu indah”.

Sentilun : “Jadi

kalo kita berjuang

itu tanpa

membeda-

bedakan, kita ini

siapa, warna

kulitnya apa, kita

itu Jawa, Sunda,

Penyisipan

Kata

√ Untuk

mempertega

s sesuatu

Dalam

percakapan

ini tokoh

Mucle

mempertegas

pernyataan

dari tokoh

sentilun.

Tokoh

sentilun

mengutarajan

maksudnya

dengan

menggunkan

beberapa kata

ragam tidak

baku “kalo”

yang

Membahas

tentang topik

pembicaraan

yang sangat

menarik

untuk di

cermati.

Sehingga

penutur

menggunaka

n kata ragam

tidak baku

untuk

memudahkan

nya dalam

mempertegas

pembicaraan

nya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

130

Cina, Madura,

Batak, Minang,

nggak ada

urusannya, yang

penting kita itu

adalah manusia,

sama-sama

sebagai warga

bangsa.

seharusnya

“kalau”.

13.

1

CK/RSS/05/

280117

Mucle : “Ini yang

saya suka dari

Mas Sentilun,

saya senang

berteman dengan

dia, cerdas. Saya

setuju dengan

kata-katanya,

baha perbedan itu

indah”.

Sentilun : “Jadi

Penyisipan

Kata

√ Untuk

menjelaskan

sesuatu.

Dalam

percakapan

ini tokoh

Mucle

mempertegas

pernyataan

dari tokoh

sentilun.

Tokoh

sentilun

mengutarajan

Membahas

tentang topik

pembicaraan

yang sangat

menarik

untuk di

cermati.

Sehingga

penutur

menggunaka

n kata ragam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

131

kalo kita berjuang

itu tanpa

membeda-

bedakan, kita ini

siapa, warna

kulitnya apa, kita

itu Jawa, Sunda,

Cina, Madura,

Batak, Minang,

nggak ada

urusannya, yang

penting kita itu

adalah manusia,

sama-sama

sebagai warga

bangsa.

maksudnya

dengan

menggunkan

beberapa kata

ragam tidak

baku “nggak”

yang

seharusnya

“tidak”.

tidak baku

untuk

memudahkan

nya dalam

mempertegas

pembicaraan

nya.

14 CK/RSS/05/

280117

Butet : “Jadi

kalau soal makan

ya ndoro ya, saya

justru ini pengen

Penyisipan

Kata

√ Untuk

mempertega

s sesuatu

Pada

percakapan

tersebut

tokoh Butet

Membahas

suatu topik

pembicaraan

dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

132

mendengarkan

penjelasan dari

bang Riza lagi.

Kira-kia apa sih

yang dilakukan

oleh pemerintah

RSS dan republik

sampean itu atas

situasi untuk

menciptakan

suasana Imlek

yang asik supaya

jadi momentum”.

JJ Riza : “Di

republic saya itu,

para pendirinya

waktu bikin

republic itu punya

reason tersendiri”.

Anya : “Apa itu”?

JJ Riza : “Alasan

menggunaka

n kata dalam

Bahasa Jawa.

suasana

santai tapi

serius.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

133

kenapa mereka

membuat

Republik

Indonesia salah

satunya itu ada

dalam rumusan

dasar negara”.

14.

1

CK/RSS/06/

280117

Butet : “Jadi

kalau soal makan

ya ndoro ya, saya

justru ini pengen

mendengarkan

penjelasan dari

bang Riza lagi.

Kira-kia apa sih

yang dilakukan

oleh pemerintah

RSS dan republik

sampean itu atas

situasi untuk

menciptakan

Penyisipan

Kata

√ Untuk

menjelaskan

sesuatu.

Pada

percakapan

tersebut,

tokoh butet

menggunaka

n kata ragam

tidak baku

berupa kata

“sih”. Kata

penegas

tersebut

digunakan

untuk

menanyakan

Membahas

tentang topik

pembicaraan

dalam

suasana

santai tapi

serius.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

134

suasana Imlek

yang asik supaya

jadi momentum”.

JJ Riza : “Di

republic saya itu,

para pendirinya

waktu bikin

republic itu punya

reason tersendiri”.

Anya : “Apa itu”?

JJ Riza : “Alasan

kenapa mereka

membuat

Republik

Indonesia salah

satunya itu ada

dalam rumusan

dasar ngara”.

sesuatu.

15 CK/RSS/06/

280117

JJ Riza :

“Makanya tadi

saya bilang

Penyisipan

Kata

√ Untuk

menjelaskan

sesuatu

Pada

percakapan

ini, tokoh JJ

Membahas

tentang topik

pembicaraan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

135

durhaka kalo para

leluhur kita inikan

lagi ngerayain

Imlek, ini acara

mengingat

leluhur. Makanya

saat Imlek orang-

orang nyari abu,

di mana ada abu

disimpen, tempat

orang tua yang

ada abunya, terus

mereka datengin.

Untuk mengingat

para leluhur, nah

leluhur republik

ini yang namanya

Soekarno itu

ngingetin, kita

bikin bangsa itu

bukan karena kita

Riza

menjelaskan

topik

pembicaraan

dengan

menngunaka

n kata ragam

tidak baku.

yang sangat

menarik

untuk di

cermati.

Sehingga

penutur

menggunaka

n kata ragam

tidak baku

untuk

memudahkan

nya dalam

mempertegas

pembuicaraa

nnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

136

dasarnya etnis,

bukan ras, tapi

dasarnya sejarah,

karena kita

pernah sama-

sama menderita”.

Sentilun : “Juga

bukan

berdasarkan

agama ya”?

JJ Riza : “Bukan

berdasarkan

agama”.

15.

1

CK/RSS/07/

280117

JJ Riza :

“Makanya tadi

saya bilang

durhaka kalo para

leluhur kita inikan

lagi ngerayain

Imlek, ini acara

mengingat

Penyisipan

Kata

√ Untuk

menjelaskan

sesuatu.

Pada

percakapan

ini, tokoh JJ

Riza

menjelaskan

topik

pembicaraan

dengan

Membahas

tentang topik

pembicaraan

yang sangat

menarik

untuk di

cermati.

Sehingga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

137

leluhur. Makanya

saat Imlek orang-

orang nyari abu,

di mana ada abu

disimpen, tempat

orang tua yang

ada abunya, terus

mereka datengin.

Untuk mengingat

para leluhur, nah

leluhur republik

ini yang namanya

Soekarno itu

ngingetin, kita

bikin bangsa itu

bukan karena kita

dasarnya etnis,

bukan ras, tapi

dasarnya sejarah,

karena kita

pernah sama-

menngunaka

n kata ragam

tidak baku.

penutur

menggunaka

n kata ragam

tidak baku

untuk

memudahkan

nya dalam

mempertegas

pembuicaraa

nnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

138

sama menderita”.

Sentilun : “Juga

bukan

berdasarkan

agama ya”?

JJ Riza : “Bukan

berdasarkan

agama”.

15.

2

CK/RSS/08/

280117

JJ Riza :

“Makanya tadi

saya bilang

durhaka kalo para

leluhur kita inikan

lagi ngerayain

Imlek, ini acara

mengingat

leluhur. Makanya

saat Imlek orang-

orang nyari abu,

di mana ada abu

disimpen, tempat

Penyisipan

Kata

√ Untuk

menjelaskan

sesuatu.

Pada

percakapan

ini, tokoh JJ

Riza

menjelaskan

topik

pembicaraan

dengan

menngunaka

n kata ragam

tidak baku.

Membahas

tentang topik

pembicaraan

yang sangat

menarik

untuk di

cermati.

Sehingga

penutur

menggunaka

n kata ragam

tidak baku

untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

139

orang tua yang

ada abunya, terus

mereka datengin.

Untuk mengingat

para leluhur, nah

leluhur republik

ini yang namanya

Soekarno itu

ngingetin, kita

bikin bangsa itu

bukan karena kita

dasarnya etnis,

bukan ras, tapi

dasarnya sejarah,

karena kita

pernah sama-

sama menderita”.

Sentilun : “Juga

bukan

berdasarkan

agama ya”?

memudahkan

nya dalam

mempertegas

pembuicaraa

nnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

140

JJ Riza : “Bukan

berdasarkan

agama”.

15.

3

CK/RSS/09/

280117

JJ Riza :

“Makanya tadi

saya bilang

durhaka kalo para

leluhur kita inikan

lagi ngerayain

Imlek, ini acara

mengingat

leluhur. Makanya

saat Imlek orang-

orang nyari abu,

di mana ada abu

disimpen, tempat

orang tua yang

ada abunya, terus

mereka datengin.

Untuk mengingat

para leluhur, nah

Penyisipan

Kata

√ Untuk

menjelaskan

sesuatu.

Pada

percakapan

ini, tokoh JJ

Riza

menjelaskan

topik

pembicaraan

dengan

menngunaka

n kata ragam

tidak baku.

Membahas

tentang topik

pembicaraan

yang sangat

menarik

untuk di

cermati.

Sehingga

penutur

menggunaka

n kata ragam

tidak baku

untuk

memudahkan

nya dalam

mempertegas

pembuicaraa

nnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

141

leluhur republik

ini yang namanya

Soekarno itu

ngingetin, kita

bikin bangsa itu

bukan karena kita

dasarnya etnis,

bukan ras, tapi

dasarnya sejarah,

karena kita

pernah sama-

sama menderita”.

Sentilun : “Juga

bukan

berdasarkan

agama ya”?

JJ Riza : “Bukan

berdasarkan

agama”.

15.

4

CK/RSS/10/

280117

JJ Riza :

“Makanya tadi

Penyisipan

Kata

√ Untuk

menjelaskan

Pada

percakapan

Membahas

tentang topik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

142

saya bilang

durhaka kalo para

leluhur kita inikan

lagi ngerayain

Imlek, ini acara

mengingat

leluhur. Makanya

saat Imlek orang-

orang nyari abu,

di mana ada abu

disimpen, tempat

orang tua yang

ada abunya, terus

mereka datengin.

Untuk mengingat

para leluhur, nah

leluhur republik

ini yang namanya

Soekarno itu

ngingetin, kita

bikin bangsa itu

sesuatu. ini, tokoh JJ

Riza

menjelaskan

topik

pembicaraan

dengan

menngunaka

n kata ragam

tidak baku.

pembicaraan

yang sangat

menarik

untuk di

cermati.

Sehingga

penutur

menggunaka

n kata ragam

tidak baku

untuk

memudahkan

nya dalam

mempertegas

pembuicaraa

nnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

143

bukan karena kita

dasarnya etnis,

bukan ras, tapi

dasarnya sejarah,

karena kita

pernah sama-

sama menderita”.

Sentilun : “Juga

bukan

berdasarkan

agama ya”?

JJ Riza : “Bukan

berdasarkan

agama”.

16 CK/RSS/01/

040217

Marwoto :

“Bayangkan,

bayangkan, kalo

masalah ini tidak

segera kita

eliminasi”.

Sentilun : “Susah

Penyisipan

Kata

√ Tujuan

untuk

memberitah

u sesuatu

Pada tuturan

tokoh

Marwoto dan

Butet

tersebut,

mereka

menggunaka

Membahas

sebuah topik

pembicaraan

dengan

suasana

santai dan

nyaman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

144

ngomongnya ya”.

Marwoto : “Akan

menjadikan

kehancuran secara

plural”.

Sentilun : “Pak,

kalo memilih kata

itu yang

sederhana, nanti

kalau nyangkut di

gigi pak”.

n kata ragam

tidak baku

“kalo”.

17 CK/RSS/02/

040217

Gareng : “Bapak

itu kata-katanya

cuma membuai

masyarakat, tidak

ada

kontrasepsinya

terhadap republik

setempat”.

Butet : “Apa?

Kontrasepsi”?

Penyisipan

Kata

√ Tujuan

untuk

menjelaskan

sesuatu

Pada

percakpan

tersebut

tokoh Butet

menggunaka

n kata

“keleru”

dalam bahasa

jawa, yang

artinya

Membahas

topik

pembicaraan

saat saat

suasana

serius tapi

tetap santai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

145

Gareng :

“Maksudku itu

manfaat bagi

penduduk”.

Butet :

“Kontribusi”.

Marwoto :

“Manfaat bagi

penduduk,

distribusi ide-

ide”.

Butet : “Keleru,

kontribusi”.

Marwoto : “Nah

ini, ya paling

tidak semua

tahu”.

keliru.

18 CK/RSS/03/

040217

Butet : “Pak

Polisi, ini gimana,

kalau ada

laporan,”ini

Penyisipan

Frasa

√ Tujuan

untuk

menjelaskan

sesuatu

Pada tuturan

Brigjen Pol.

Rikwanto,

beliau

Membahas

senuah topik

pembicaraan

dengan serius

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

146

pencemaran nama

baik”, yang

merasa namanya

baik padahak

belum tentu

baik”.

Brigjen Pol.

Rikwanto : “Jadi

ada memang

klasifikasi di

masyarakat, ada

masyarakat kelas

tertentu, daerah

tertentu

menggunakan

kata-kata kasar

mungkin sudah

biasa ya, itu jika

diangkat ke level

atas mungkin

akan dianggap

menggunaka

n campur

kode dalam

Bahasa

Inggris

“Cyber

Patrol” dan

“Cyber

Army”. Hal

itu digunakan

untuk

menunjukkan

keterpeajaran

nya.

tapi tetap

santai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

147

penghinaan. Tapi

kami punya

Cyber Patrol,

Cyber Army,

jadi kami awasi

itu”.

19 CK/RSS/04/

040217

Sentilan : “Kira-

kira menghadapi

tujuan omongan

yang sifatnya

fitnah,

memberikan

suasana tidak

aman, tujuannya

kemana itu pak”?

Brigjen Pol.

Rikwanto :

“Tidak mungkin

tidak ada

tujuannya, pasti

Penyisipan

Pengulanga

n Kata

√ Tujuan

untuk

menjelaskan

sesuatu

Pada tuturan

tokoh Brigjen

Pol.

Rikwanto,

beliau

menggunaka

n

pengulangan

kata dalam

bahasa asing

yaitu

“talking-

talking” yang

menunjukkan

Membahas

suatu topik

pembicaraan

dengan serius

tapi tetap

santai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

148

itu ada dasarnya”.

Sentilan :

“Dasarnya jelas

ya”?

Brigjen Pol.

Rikwanto : “Kata-

kata yang

diucapkan itu

biasanya berulang

itu-itu saja, kami

pelajari itu.

Kenapa sekarang

namanya beda,

dia membangun

beberapa akun,

puluhan, bahkan

ratusan,

sebenarnya untuk

saling cakap

bicara, talking-

talking di media

munculnya

campur kode.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

149

sosial antara dia

saja, tapi sifatnya

mempengaruhi

public,

mempengaruhi

pikiran, seolah-

olah disiarkan

berita hoax.

Semua pada

membenarkan dan

yang ikut dalam

grup itu mulai

menyebarkan

berita yang di

share pada grup

tersebut”.

20 CK/RSS/05/

040217

Slamet : “Kira-

kira menghadapi

tujuan omongan

yang sifatnya

fitnah,

Penyisipan

Kata

√ Tujuannya

untuk

menjelaskan

ke mitra

tutur.

Tokoh

Brigjen Pol.

Rikwanto

menggunaka

n kata dalam

Membahas

suatu topik

pembicaraan

dengan serius

tapi tetap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

150

memberikan

suasana tidak

aman, tujuannya

kemana itu pak”?

Brigjen Pol.

Rikwanto :

“Tidak mungkin

tidak ada

tujuannya, pasti

itu ada dasarnya”.

Slamet :

“Dasarnya jelas

ya”?

Brigjen Pol.

Rikwanto : “Kata-

kata yang

diucapkan itu

biasanya berulang

itu-itu saja, kami

pelajari itu.

Kenapa sekarang

bahasa

Inggris untuk

menekankan

topik

pembicaraan.

santai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

151

namanya beda,

dia membangun

beberapa akun,

puluhan, bahkan

ratusan,

sebenarnya untuk

saling cakap

bicara, talking-

talking di media

sosial antara dia

saja, tapi sifatnya

mempengaruhi

publik,

mempengaruhi

pikiran, seolah-

olah disiarkan

berita hoax.

Semua pada

membenarkan dan

yang ikut dalam

grup itu mulai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

152

menyebarkan

berita yang di

share pada grup

tersebut”.

21.

1

CK/RSS/06/

040217

Slamet : “Kira-

kira menghadapi

tujuan omongan

yang sifatnya

fitnah,

memberikan

suasana tidak

aman, tujuannya

kemana itu pak”?

Brigjen Pol.

Rikwanto :

“Tidak mungkin

tidak ada

tujuannya, pasti

itu ada dasarnya”.

Slamet :

“Dasarnya jelas

Penyisipan

Kata

√ Tujuannya

untuk

menjelaskan

ke mitra

tutur

Tokoh

Brigjen Pol.

Rikwanto

menggunaka

n kata dalam

bahasa

Inggris untuk

menekankan

topik

pembicaraan

Membahas

suatu topik

pembicaraan

dengan serius

tapi tetap

santai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

153

ya”?

Brigjen Pol.

Rikwanto : “Kata-

kata yang

diucapkan itu

biasanya berulang

itu-itu saja, kami

pelajari itu.

Kenapa sekarang

namanya beda,

dia membangun

beberapa akun,

puluhan, bahkan

ratusan,

sebenarnya untuk

saling cakap

bicara, talking-

talking di media

sosial antara dia

saja, tapi sifatnya

mempengaruhi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

154

publik,

mempengaruhi

pikiran, seolah-

olah disiarkan

berita hoax.

Semua pada

membenarkan dan

yang ikut dalam

grup itu mulai

menyebarkan

berita yang di

share pada grup

tersebut”.

22 CK/RSS/01/

120217

Butet : “Kalau

sikapnya Mas

Tompi gimana?

Sikap kepada

pemenang nanti

entah siapa”.

Tompi : “Kita

boleh berdarah-

Penyisipan

Kata

√ Tujuan

untuk

menjelaskan

sesuatu.

Pada

percakapan

tersebut,

tokoh Tompi

menggunaka

n kata

berbahasa

Inggris untuk

Membahas

topik

pembicaraan

saat saat

suasana

serius tapi

tetap santai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

155

darah pada saat

menjelang

pemilihan. Tapi

siapapun yang

akan menang, dan

ini statement

saya jelas jauh-

jauh hari,

siapapun yang

akan tampil

menjadi

pemenangnya, ya

kita harus

support,

mengawal ya itu

tetap kritis, event

juga dengan

orang-orang yang

kita pilih”.

menekankan

pernyataanny

a.

22.

1

CK/RSS/02/

120217

Butet : “Kalau

sikapnya Mas

Penyisipan

Kata

√ Tujuan

untuk

Pada

percakapan

Membahas

topik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

156

Tompi gimana?

Sikap kepada

pemenang nanti

entah siapa”.

Tompi : “Kita

boleh berdarah-

darah pada saat

menjelang

pemilihan. Tapi

siapapun yang

akan menang, dan

ini statement saya

jelas jauh-jauh

hari, siapapun

yang akan tampil

menjadi

pemenangnya, ya

kita harus

support,

mengawal ya itu

tetap kritis, event

menjelaskan

sesuatu.

tersebut,

tokoh Tompi

menggunaka

n kata

berbahasa

Inggris untuk

menekankan

tuturannya.

pembicaraan

saat saat

suasana

serius tapi

tetap santai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

157

juga dengan

orang-orang yang

kita pilih”.

22.

2

CK/RSS/03/

120217

Butet : “Kalau

sikapnya Mas

Tompi gimana?

Sikap kepada

pemenang nanti

entah siapa”.

Tompi : “Kita

boleh berdarah-

darah pada saat

menjelang

pemilihan. Tapi

siapapun yang

akan menang, dan

ini statement saya

jelas jauh-jauh

hari, siapapun

yang akan tampil

menjadi

Penyisipan

Kata

√ Tujuan

untuk

menjelaskan

sesuatu.

Pada

percakapan

tersebut,

tokoh Tompi

menggunaka

n kata

berbahasa

Inggris untuk

menekankan

tuturannya..

Membahas

topik

pembicaraan

saat saat

suasana

serius tapi

tetap santai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

158

pemenangnya, ya

kita harus

support,

mengawal ya itu

tetap kritis, event

juga dengan

orang-orang yang

kita pilih”.

23 CK/RSS/04/

120217

Tompi : “Begini,

sebuah aset akan

menjadi milik

Pemerintah

Daerah jika

dibangun

memakai uang

pribadi,

katakanlah beliau

pengusaha hebat

yang uangnya

tidak terhitung,

itu jadi aset

Penyisipan

Kata

√ Tujuannya

untuk

menjelaskan

sesuatu.

Pada

percakapan

tersebut

tokoh Tompi

menggunaka

n kata dalam

Bahasa

Inggris.

Membahas

topik

pembicaraan

dengan

serius.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

159

pribadi. Jadi, kita

harus cerdas

jangan jadi

sembarang

followers”.

Butet : “Jadi

begitu

seharusnya”.

24 CK/RSS/05/

120217

Asty : “Kalau tadi

tentang job sudah

terjawab, job juga

tetap ada”.

Tompi : “Tapi

satu hal ya, job

saya tidak

bertambah gara-

gara ini. Karena

saya tidak

mencari uang di

Pilkada, sorry”.

Penyisipan

Kata

√ Tujuannya

untuk

memberitah

u sesuatu..

Pada

percakapan

ini, tokoh

Asty dan

Tompi

menegaskan

mengenai

“job” atau

“pekerjaan”.

Membahas

topik

pembicaraan

dengan

suasana

serius.

25 CK/RSS/06/ Asty : “Kalau tadi Penyisipan √ Tujuannya Pada Membahas √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

160

120217 tentang job sudah

terjawab, job juga

tetap ada”.

Tompi : “Tapi

satu hal ya, job

saya tidak

bertambah gara-

gara ini. Karena

saya tidak

mencari uang di

Pilkada, sorry”.

Kata untuk

memberitah

u sesuatu.

percakapan

ini, tokoh

Tompi

menegaskan

pernyataanya

menggunaka

n Bahasa

Inggris.

topik

pembicaraan

dengan

suasana

serius.

26 CK/RSS/07/

120217

Slamet :

“Robotnya mulai

tidak laku atau

insyaf”.

Rustika : “Kenapa

robotnya insyaf,

karena netizen

mulai

menyampaikan

inspirasinya”.

Penyisipan

Kata

√ Tujuannya

untuk

menjelaskan

sesuatu.

Pada

percakapan

tersebut, kata

yang

digunakan

adalah

“netizen”

yang artinya

adalah

Internet dan

Membahas

tentang topik

pembicaraan

dengan

suasana

santai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 175: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

161

Butet : “Semakin

cerdas ya berarti”.

Rustika : “Iya

semakin cerdas.

Kita yang

dibilang sebagai

silence mayority

atau apapun harus

bersuara, karena

kalau tidak ruang

kita akan direbut

oleh robot”.

Citizen

(warga).

27 CK/RSS/08/

120217

Sentilan :

“Robotnya mulai

tidak laku atau

insyaf”.

Rustika : “Kenapa

robotnya insyaf,

karena netizen

mulai

menyampaikan

Penyisipan

Frasa

√ Tujuannya

untuk

memberitah

ukan

sesuatu

Pada

percakapan

tersebut,

tokoh Rustika

menggunaka

n frasa

“silence

mayority”

untuk

Membahas

suatu topik

dengan

suasana

santai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 176: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

162

inspirasinya”.

Sentilun :

“Semakin cerdas

ya berarti”.

Rustika : “Iya

semakin cerdas.

Kita yang

dibilang sebagai

silence mayority

atau apapun harus

bersuara, karena

kalau tidak ruang

kita akan direbut

oleh robot”.

menunjukkan

keterpelajara

nnya.

28 CK/RSS/01/

180217

Slamet :

“Gedung-gedung

kita ini sekarang

sudah menyamai

gedung-gedung

negara sebelah”.

Butet :

Penyisipan

Kata

√ Tujuannya

untuk

memberitah

u sesuatu.

Pada

percakapan

tersebut,

tokoh Slamet

menggunaka

n kata Bahasa

Inggris untuk

Membahas

suatu topik

pembicaraan

dengan

suasana

santai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 177: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

163

Pembangunan

infrastruktur

negeri kita ini luar

biasa. Bahkan

landmarknya

saja meniru

negeri sebelah”.

Asty : “Bukan

meniru, tapi

terinspirasi”.

memperjelas

topik

pembicaraan

nya.

29 CK/RSS/02/

180217

Slamet : “Kalau

kayak begini,

blusukan saya

gimana ini, naik

apa”?

Asty : “Tanya ibu

Sekertaris

Gubernur saja,

ada jadwalnya”.

Penyisipan

Kata

√ Tujuannya

untuk

memberitah

u sesuatu.

Pada

percakapan

tersebut,

tokoh Slamet

menggunaka

n kata ragam

tidak baku.

Membahas

topik

pembicaraan

dengan

suasana

santai.

30 CK/RSS/03/

180217

Slamet : “Kalau

kayak begini,

Penyisipan

Kata

√ Tujuannya

untuk

Pada

percakapan

Membahas

tentang suatu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 178: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

164

blusukan saya

gimana ini, naik

apa”?

Asty : “Tanya ibu

Sekertaris

Gubernur saja,

ada jadwalnya”.

memperjela

s sesuatu

tersebut,

tokoh Slamet

menggunaka

n kata dalam

Bahasa Jawa.

topik

pembicaraan

dengan

suasana

santai.

31 CK/RSS/04/

180217

Butet : “Tapi

persoalannya,

mantan saya ini

suka cari-cari

perhatian”.

Asty : “Namanya

juga mantan, jadi

harus bisa move

on”.

Penyisipan

Frasa

√ Tujuannya

untuk

menjelaskan

sesuatu.

Pada

percakapan

tersebut,

tokoh Asty

menggunaka

n kata dalam

Bahasa

Inggris.

Membahas

suatu topik

pembicaraan

dengan

suasana

santai dan

nyaman”.

32 CK/RSS/05/

180217

Jarwo : “Ndoro,

apa kabar dengan

elektabilitas hari

ini”?

Sentilun: “Kamu,

Penyisipan

Pengulanga

n Kata

√ Tujuannya

untuk

menjelaskan

sesuatu.

Pada

percakapan

tersebut,

tokoh Butet

menggunakn

Membahas

tentang topik

pembicaraan

dalam

suasana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 179: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

165

ujug-ujug

menanyakan

elektabilitas kamu

ini mau apa”?

an

pengulangan

kata dalam

Bahasa Jawa.

santai.

33 ; Mucle : “Begini

Mas Sentilun,

tidak usah marah,

kalau dulu ada

tamu kabarnya

gimana? Kalau

sekarang beda,

musimnya

lembaga survai.

Jadi yang ditanya

bagaimana

elektabilitasmu”?

Slamet : ”Luar

biasa”.

Asty : “Ini Mas

Jarwo”?

Jarwo : “Bukan,

Penyisipan

Kata

√ Tujuannya

untuk

memberitah

u sesuatu.

Pada

percakapan

tersebut,

tokoh Mucle

menggunaka

n kata dalam

Bahasa

Inggris.

Membahas

tentang suatu

topik

pembicaraan

dalam

suasana

santai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 180: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

166

saya Aliando”.

Mucle : “Asty,

jangan terlalu

begitu, ini client

saya”.

34 CK/RSS/07/

180217

Butet : “Cuma

masalahnya

jarang yang mau

berkaca, melihat

secara jujur apa

yang ada dalam

dirinya”.

Philips : “Kadang

yang membuat

rumit adalah

media. Jadi media

mungkin

mengambil angle

di survai itu, tapi

tidak dilaporkan

semua”.

Penyisipan

Kata

√ Tujuannya

untuk

memberitah

ukan

sesuatu.

Pada

percakapan

tersebut,

tokoh Philips

menggunaka

n kata dalam

Bahasa

Inggris.

Membahas

tentang suatu

topik

pembicaraan

dalam

suasana

santai tapi

serius.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 181: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

167

35 CK/RSS/01/

250217

Mucle : “Pak

Jarwo”.

Jarwo : “Yes

man”.

Mucle :

“Bagaimana soal

perkara yang

kemarin kita

bicarakan itu?

Apa bisa diatur”?

Jarwo : “Itu

gampang Pak

Mucle”.

Penyisipan

Frasa

√ Tujuannya

untuk

membangkit

kan rasa

humor.

Pada

percakapan

tersebut,

tokoh Jarwo

menggunaka

n penyisipan

frasa pada

tuturannya.

Membahas

suatu topik

pembicaraan

dalam

suasana

santai.

36 CK/RSS/02/

250217

Mucle : “Pak,

yang saya curi itu

anak kambing

tetangga, masa

saya tega

mengawini anak

kambing

tetangga”.

Penyisipan

frasa

√ Tujuannya

untuk

membangkit

kan rasa

humor.

Pada

percakapan

tersebut,

tokoh Jarwo

dan Mucle

menggunaka

n Bahasa

Inggris dalam

Membahas

suatu topik

pembicaraan

dalam

suasana

santau dan

nyaman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 182: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

168

Jarwo : “Why

not”?

Mucle : “Saya

tahu artinya why

not apa”.

Jarwo : “Apa”?

Mucle : “Kenapa

kacang”.

tuturannya.

37 CK/RSS/10/

250217

Butet : “Yang

mengherankan

itu, Pak Mucle

sampean itu

pengusaha, di sini

Hakim, kenapa

main suap-

suapan”.

Penyisipan

Kata

√ Tujuannya

untuk

memberitah

ukan

sesuatu.

Pada

percakapan

tersebut,

tokoh Butet

menggunaka

n kata dalam

Bahasa Jawa.

Membahas

suatu topik

pembicaraan

dalam

suasana

santai tapi

tetap serius.

Yogyakarta, 15 Desember 2017

Triangulator Peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 183: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

169

Danang Satria Nugraha, M.A. Maria Kiki Adhy Setyani

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 184: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM …

170

BIOGRAFI PENULIS

Maria Kiki Adhy Setyani lahir di Sragen, Jawa Tengah, 25 Oktober 1994.

Pendidikan dasar ditempuh di SD Santo Fransiskus pada tahun 2001-2006. Pada

tahun 2007-2009, ia melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP N 2

Sragen. Selanjutnya, pada tahun 2010-2012 ia menempuh pendidikan menengah

atas di SMA Saverius Sragen, Jawa Tengah.

Pada tahun 2013, ia tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan

Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta. Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma

diakhiri dengan menulis skripsi sebagai tugas akhir dengan judul Alih Kode dan

Campur Kode Serta Tujuannya dalam Acara Dialog Interaktif Republik Sentilan

Sentilun Metro TV Periode Januari-Februari 2017.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI