Alfrida Tatsa Haifa-fkik

download Alfrida Tatsa Haifa-fkik

of 74

Transcript of Alfrida Tatsa Haifa-fkik

  • UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    FORMULASI TABLET HISAP MINYAK ATSIRI

    KEMANGI (Ocimum americanum L.) SEBAGAI

    ANTIPLAK GIGI

    SKRIPSI

    ALFRIDA TATSA HAIFA NIM. 109102000010

    PROGRAM STUDI FARMASI

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA SEPTEMBER 2013

  • ii

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    FORMULASI TABLET HISAP MINYAK ATSIRI

    KEMANGI (Ocimum americanum L.) SEBAGAI

    ANTIPLAK GIGI

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

    ALFRIDA TATSA HAIFA NIM. 109102000010

    PROGRAM STUDI FARMASI

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA SEPTEMBER 2013

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

    ABSTRAK

    Nama : Alfrida Tatsa Haifa

    Program Studi : Farmasi

    Judul : Formulasi Tablet Hisap Minyak Atsiri Kemangi

    (Ocimum americanum L.) sebagai Antiplak Gigi

    Penelitian ini bertujuan untuk membuat formulasi tablet hisap minyak atsiri

    kemangi (Ocimum americanum L.) menggunakan variasi konsentrasi

    maltodekstrin sebagai pengikat dengan menggunakan metode kempa langsung.

    Pada penelitian ini, minyak atsiri kemangi (Ocimum americanum L.) diperoleh

    dengan cara destilasi uap-air. Tablet hisap dibuat dalam 4 formula yaitu Formula

    A, Formula B, Formula C dan Formula D dengan variasi konsentrasi

    maltodekstrin sebesar 10%, 20%, 30% dan 40% sebagai bahan pengikat. Hasil

    evaluasi menunjukkan bahwa formula D dengan konsentrasi maltodekstrin

    sebesar 40% memiliki mutu fisik tablet lebih baik dibandingkan formula lainnya,

    dengan aroma bau khas kemangi, rasa sedikit manis, keragaman bobot rata-rata

    2,028 gram, keseragaman ukuran tablet yaitu dengan diameter rata-rata 2,02 cm

    dan ketebalan rata-rata 0,82 cm, kekerasan tablet rata-rata 13,35 kg/cm3, friabilitas

    0,07% dan waktu hancur tablet selama 21,74 menit serta analisis kualitatif tablet

    yang dihasilkan menunjukkan adanya minyak atsiri dalam tablet.

    Kata kunci : Ocimum americanum L., minyak atsiri, tablet hisap, maltodekstrin,

    kempa langsung.

  • vii

    ABSTRACT

    Name : Alfrida Tatsa Haifa

    Program Study : Pharmacy

    Title : Lozenges Formulation of The Essential Oils of Ocimum

    americanum L. as Dental Antiplaque

    This research aims to make a lozenges formulation of essential oils of Ocimum

    americanum L. using a variation of the concentration of maltodextrin as binders

    using direct compression method. In this study, the essential oil of Ocimum

    americanum L. was obtained using steam distillation. Lozenges were formulated

    in 4 formulas termed formula A, formula B, formula C and formula D by varying

    the concentration maltodextrin as much as 10%, 20%, 30% and 40% as a binder.

    The evaluation showed that the formula D with maltodextrin concentration of

    40% has a physical quality tablet better than other formulas, smell of Ocimum

    americanum L., it has a little sweet flavour, uniformity of weights average 2.028 grams, uniformity of size tablet with a diameters average of 2.02 cm and thickness average of 0.82 cm, hardness average 13.35 kg/cm

    3, friability 0.07%,

    and disintegration time of 21.74 minutes and the qualitative analysis of the tablet

    showed theres an essential oils in the tablet.

    Keyword : Ocimum americanum L., essential oils, lozenges, maltodextrin, direct

    compression.

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

    melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

    skripsi ini. Penulisan skripsi yang berjudul Formulasi Tablet Hisap Minyak

    Atsiri Kemangi (Ocimum americanum L.) sebagai Antiplak Gigi bertujuan untuk

    memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    Pada kesempatan ini penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan

    bimbingan dari berbagai pihak, sejak masa perkuliahan sampai pada penyusunan

    skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena

    itu saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :

    1. Ibu Sabrina, M.Farm., Apt., selaku dosen pembimbing pertama dan Ibu Eka

    Putri, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing kedua yang telah banyak

    meluangkan waktu, tenaga, pikiran, saran dan dukungan dalam penelitian ini.

    Semoga kebaikan yang telah ibu berikan kepada penulis mendapatkan balasan

    yang lebih baik dari Allah SWT.

    2. Prof. Dr. (hc) dr. M. K. Tadjudin, Sp. And., selaku Dekan Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    3. Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt selaku ketua Program Studi Farmasi Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    4. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Akademia Program Studi Farmasi Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    5. Orang tuaku Raden Slamet Prihastoni dan Idawati yang tiada henti

    mendoakan serta memberikan semangat, dukungan baik moral maupun

    material hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

    6. Kakak-kakakku yaitu Fithriana Ika Kusumaningtyas, SE., Denny Noor Rizkie

    Maulana, ST., Kakak-kakak Iparku yaitu Rully Movizar, SE,MMSi dan

  • ix

    Anugrah Verifinita, Adikku Nauval Dzulfikar Fachri dan Keponakan-

    keponakanku yaitu Muhammad Fadhil Firdaus, Muhammad Farrel Rullyana

    Putra, Muhammad Fathur Rasyid Rullyana Putra, dan Alfatih Nino Maulana

    (almarhum) yang telah selalu mendoakan, memberikan semangat serta canda

    dan tawa.

    7. Sahabat-sahabatku tersayang yang telah memberikan canda, tawa, berbagi

    ilmu, selalu ada dalam suka dan duka : Widya Larasaty, Warda Nabiella, Nur

    Fitriyani, Fauziah Utami, Qaffah Silma Azaz, Nadya Zahrayny, Nurul

    Fitrializa Rosdiani, Risda Yulianti, Gian Pertela, Istiqomah, Agung Priyanto,

    Muhammad Arif, Muchammad Irsyad, Rizky Islamy Ramadhan, Chairunnisa,

    Hani Haifa Putri, Mutia Sari Wardana dan Andy Rizky.

    8. Teman-teman seperjuangan farmasi angkatan 2009 atas kebersamaan kita

    yang tidak bisa dilupakan sampai kapan pun.

    9. Kakak-kakak laboran FKIK, kak Rachmadi, kak Eris, kak Lisna, kak Liken,

    Mba Rani, dan kak Tiwi atas dukungan dan kerjasamanya selama kegiatan

    penelitian.

    10. Kak Indah Prihandini, kak Dimas, kak Siti Ratna Juminar, kak Muhammad

    Bima Muria, kak Dwiyanti dan kak Silma Awalia yang telah memberikan

    masukan dan ilmu yang bermanfaat.

    11. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah

    memberikan dukungan hingga terwujudnya skripsi ini.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun

    penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi

    perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu Farmasi pada

    khususnya. Amin.

    Jakarta, September 2013

    Penulis

  • x

  • xi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ............................................................................ ii

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................. iii

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................... iv

    LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................. v

    ABSTRAK ............................................................................................. vi

    ABSTRACT .......................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR ........................................................................... viii

    HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR ............ x

    DAFTAR ISI ......................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL ................................................................................. xiii

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiv

    DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xv

    BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ................................................................... 1

    1.2 Perumusan Masalah ............................................................ 3

    1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 3

    1.4 Manfaat Penelitian .............................................................. 4

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 5

    2.1 Tanaman Kemangi ............................................................. 5

    2.1.1 Klasifikasi Ilmiah .................................................... 5

    2.1.2 Nama Lain .............................................................. 5

    2.1.3 Morfologi Tanaman Kemangi ................................. 5

    2.1.4 Ekologi dan Penyebaran Tanaman ........................... 6

    2.1.5 Kandungan Kimia Tanaman .................................... 7

    2.1.6 Khasiat Tanaman .................................................... 7

    2.2 Simplisia ............................................................................. 8

    2.3 Minyak Atsiri .................................................................... 8

    2.3.1 Definisi ................................................................... 8

    2.3.2 Kandungan Kimia Minyak Atsiri ............................ 9

    2.3.3 Manfaat Minyak Atsiri ............................................ 9

    2.3.4 Isolasi Minyak Atsiri ............................................... 9

    2.4 Tablet ................................................................................. 11

    2.4.1 Metode Pembuatan Tablet ....................................... 12

    2.5 Tablet Hisap ....................................................................... 13

    2.5.1 Definisi Tablet Hisap .............................................. 13

    2.5.2 Bahan Tambahan Tablet Hisap ................................ 14

    2.5.3 Permasalahan dalam Pembuatan Tablet Hisap ......... 16

    2.6 Maltodekstrin ...................................................................... 17

    2.7 Monografi Bahan Tambahan Tablet Hisap .......................... 18

    2.8 Plak gigi ............................................................................. 19

  • xii

    Halaman

    2.9 Instrumen ........................................................................... 20

    2.9.1 Gas Chromatography Mass Spectrophotometer (GCMS) .................................................................. 20

    BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 21

    3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 21

    3.2 Alat dan Bahan ................................................................... 21

    3.2.1 Alat Penelitian ........................................................ 21

    3.2.2 Bahan Penelitian ..................................................... 21

    3.3 Prosedur Penelitian ............................................................. 22

    3.3.1 Penyiapan Bahan Uji ............................................... 22

    3.3.2 Destilasi Minyak Atsiri Kemangi ............................ 22

    3.3.3 Penentuan Komponen Kimia dalam Minyak Atsiri

    Kemangi ................................................................. 22

    3.3.4 Parameter Uji Minyak Atsiri .................................... 23

    3.3.4.1 Parameter Spesifik ..................................... 23

    3.3.4.2 Parameter Non Spesifik ............................. 23

    3.4 Formulasi Tablet Hisap ...................................................... 24

    3.5 Pembuatan Tablet Hisap ..................................................... 25

    3.6 Evaluasi Massa Cetak Tablet .............................................. 25

    3.7 Evaluasi Sifat Fisik Tablet Hisap Minyak Atsiri Kemangi .. 27

    3.8 Analisis Kualitatif Tablet Hisap Minyak Atsiri Kemangi

    dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ............................ 28

    BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 30

    4.1 Determinasi Tanaman Herba Kemangi ............................... 30

    4.2 Penyiapan Herba Kemangi ................................................. 30

    4.3 Destilasi Minyak Atsiri Kemangi ........................................ 31

    4.4 Penentuan Komponen Kimia dalam Minyak Atsiri

    Kemangi dengan GCMS ...................................................... 32

    4.5 Parameter Uji Minyak Atsiri ............................................... 33

    4.6 Formulasi Tablet Hisap Minyak Atsiri Kemangi ................. 34

    4.7 Evaluasi Massa Cetak Tablet Hisap .................................... 35

    4.8 Evaluasi Tablet Hisap Minyak Atsiri Kemangi ................... 36

    4.9 Analisis Kualitatif Tablet Hisap Minyak Atsiri Kemangi

    dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ............................ 40

    BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 41

    5.1 Kesimpulan ........................................................................ 41

    5.2 Saran .................................................................................. 41

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 42

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 2.1 Penggunaan Maltodekstrin dalam Farmasetika ....................... 17

    Tabel 3.1 Komposisi Tablet Hisap Minyak Atsiri Kemangi ................. 24

    Tabel 3.2 Indeks Kompresibilitas dan Kategorinya ............................... 26

    Tabel 3.3 Laju Alir dan Sifat Alirannya ................................................ 26

    Tabel 3.4 Kategori Aliran Serbuk Berdasarkan Sudut Istirahat ............. 27

    Tabel 3.5 Penyimpangan Terhadap Bobot Tablet .................................. 27

    Tabel 4.1 Hasil Analisis Komponen Kimia Minyak Atsiri Kemangi

    dengan Analisa GCMS .......................................................... 32

    Tabel 4.2 Hasil Parameter Spesifik dan Non Spesifik Minyak Atsiri

    Kemangi ............................................................................... 34

    Tabel 4.3 Evaluasi Massa Cetak Tablet Hisap ...................................... 35

    Tabel 4.4 Pengamatan Organoleptis Tablet Hisap Minyak Atsiri

    Kemangi ............................................................................... 37

    Tabel 4.5 Evaluasi Tablet Hisap Minyak Atsiri Kemangi ..................... 38

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 Ocimum americanum L. ...................................................... 6

    Gambar 4.1 Herba Kemangi yang di layukan ......................................... 30

    Gambar 4.2 Proses Destilasi Uap-Air Minyak Atsiri Kemangi ............... 31

    Gambar 4.3 Minyak Atsiri Kemangi Hasil Destilasi Uap-Air ................. 31

    Gambar 4.4 Hasil Kromatogram Komponen Kimia Minyak Atsiri

    Kemangi dengan Analisa GCMS ........................................ 32

    Gambar 4.5 Tablet Hisap Minyak Atsiri Kemangi ................................. 37

  • xv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1 Proses Pembuatan Minyak Atsiri Kemangi ......................... 46

    Lampiran 2 Proses Pembuatan Tablet Hisap Minyak Atsiri Kemangi .... 47

    Lampiran 3 Hasil Determinasi Tumbuhan ............................................. 48

    Lampiran 4 Perhitungan Rendemen Minyak Atsiri Kemangi ................. 49

    Lampiran 5 Hasil Uji Parameter non Spesifik Minyak Atsiri Kemangi .. 50

    Lampiran 6 Hasil Uji Keragaman Bobot Tablet ..................................... 51

    Lampiran 7 Hasil Uji Keragaman Ukuran .............................................. 52

    Lampiran 8 Hasil Uji Kekerasan Tablet ................................................. 53

    Lampiran 9 Hasil Uji Analisis Kualitatif Tablet Hisap Minyak Atsiri

    Kemangi dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ............. 54

    Lampiran 10 Certificate of Analysis (CoA) Sucrose Powder .................... 55

    Lampiran 11 Certificate of Analysis (CoA) Aerosil .................................. 56

    Lampiran 12 Alat dan Bahan ................................................................... 57

  • 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Genus Ocimum family labiatae (lamiaceae) telah digunakan sebagai

    tanaman obat dan aromatik di banyak Negara yaitu Mesir, India, Yunani, Italia,

    Morocco dan Negara lainnya (E, Shadia et al., 2007). Salah satu tanaman yang

    berkhasiat adalah tanaman kemangi (Ocimum americanum L.). Di Indonesia,

    tanaman kemangi dimanfaatkan untuk sayur atau lalap sebagai pemacu selera

    makan. Sebagai obat tradisional, daun kemangi digunakan untuk mengobati

    demam, peluruh ASI dan rasa mual (Pitojo, 1996). Selain itu manfaat lain

    kemangi yaitu telah digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan beberapa

    penyakit seperti, sakit kepala, batuk, diare, sembelit, penyakit kulit, penyakit

    cacing dan gagal ginjal. Kegunaan lain, tanaman ini sering digunakan sebagai

    penambah aroma pada makanan (Nurcahyanti dkk., 2011).

    Tanaman kemangi mengandung minyak atsiri, tetapi sampai sekarang

    belum dibudidayakan untuk diolah minyaknya. Minyak atsiri yang terkandung

    dalam Ocimum americanum L. adalah eugenol, osimen, pinen, linalool, sineol,

    geraniol, metil kavikol, metil sinamat, sitral, kamfor, timol, benzoil, sitronella,

    limonene dan lain-lain (Martono dkk., 2004).

    Berdasarkan penelitian sebelumnya dari segi farmakologi Ocimum

    americanum L. (Sinonim O. canum) ditemukan bahwa minyak atsiri yang

    diperoleh dari O. americanum menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap

    Staphylococcus aureus, Streptomyces pyogenes, Escherechia coli dan Salmonella

    thyposa. Minyak atsiri dari daun O. americanum menunjukkan aktivitas

    antibakteri terhadap Xanthomonas malvacearum, Bacillus mycoides, Bacillus

    subtilis, Bacillus pumilus, Vibrio cholerae, Staphylococcus albus, Staphylococcus

    parathyph dan Xanth Campestris (E, Shadia et al.,2007).

    Sejauh ini, belum banyak penelitian tentang tumbuhan obat di Indonesia

    yang dikaitkan pada upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut. Keadaan

    demikian tentunya akan berdampak pula terhadap upaya untuk pemenuhan

    pelayanan kesehatan sebagai alternatif terhadap bahan kimia hasil sintetis. Selain

  • 2

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    itu, perlu pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat khususnya untuk

    perawatan kesehatan gigi dan mulut sebagai pendamping obat modern dalam

    sistem pelayanan kesehatan di Indonesia (Suwondo, Syarif 2007).

    Salah satu masalah tentang kesehatan mulut dan gigi yaitu plak gigi,

    disebabkan adanya pembentukan biofilm oleh mikroba mulut. Jika hal ini

    dibiarkan, maka akan terjadi penumpukan plak di gigi sehingga mengurangi

    estetika. Selain itu, plak gigi juga dapat bersifat patologis di antaranya

    menyebabkan karang gigi dan karies. Bakteri yang berperan dominan dalam

    pembentukan plak dan perkembangan karies adalah Streptococcus mutans

    (Ardani, Marisya 2010). Streptococcus mutans berperan penting dalam inisiasi

    karies gigi yang menyebabkan kolonisasi permukaan gigi (Thaweboon, 2009).

    Thaweboon (2009) telah menguji aktivitas antimikroba minyak atsiri

    Ocimum americanum L. terhadap bakteri patogen yang terdapat dalam mulut.

    Hasilnya menunjukkan bahwa minyak atsiri ini memiliki aktivitas antimikroba

    terhadap Streptococcus mutans, Lactobacillus casei dan Candida albicans. Ketiga

    bakteri memiliki nilai MIC 0,04% v/v dan masing-masing memiliki nilai MCC

    sebesar 0,08%, 0,3% dan 0,08% v/v. Mengingat besarnya potensi minyak atsiri

    Ocimum americanum L. terhadap bakteri penyebab plak gigi, maka perlu

    dilakukan penelitian lebih lanjut kedalam bentuk formulasi sediaan tablet hisap

    supaya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

    Tablet hisap merupakan bentuk sediaan tablet yang diberi penambah rasa

    untuk dihisap dan didiamkan di dalam mulut atau faring yang tidak mengalami

    kehancuran langsung di mulut tetapi akan terkikis perlahan-lahan dalam jangka

    waktu kurang dari 30 menit (Peter D, 1989; Siregar, 2010). Kemajuan ilmu

    pengetahuan dan teknologi modern yang semakin pesat dan canggih, menganggap

    cara-cara tradisional tidak praktis. Kebanyakan industri farmasi memproduksi

    obat dalam bentuk tablet. Pembuatan tablet hisap ditujukan untuk memberikan

    suatu bentuk pengobatan yang dapat diberikan dengan mudah kepada anak-anak

    atau orang tua yang sukar menelan obat utuh, serta dapat menutupi rasa tidak enak

    atau pahit dari obat (Voight, 1994). Tablet hisap juga dapat memberikan efek

    yang diinginkan lebih cepat karena zat aktif yang diabsorpsi melalui mukosa

    mulut kemudian masuk ke pembuluh darah (Kuncoro dkk., 2008). Pembuatan

  • 3

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    tablet hisap minyak atsiri kemangi diharapkan sebagai alternatif pengembangan

    produk yang praktis.

    Dalam penelitian ini digunakan maltodekstrin sebagai bahan pengikat.

    Maltodekstrin merupakan salah satu produk turunan pati yang dihasilkan dari

    proses hidrolisis parsial oleh enzim -amilase yang memiliki nilai Dextrose

    equivalent (DE) kurang dari 20. Maltodekstrin mempunyai kemampuan sebagai

    perekat sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengikat tablet (Syofyan,

    Lukman Hakim dan Arsyadi., 2009). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian

    pengaruh penggunaan maltodekstrin sebagai bahan pengikat dengan

    menggunakan berbagai variasi konsentrasi untuk mengetahui konsentrasi

    maltodekstrin yang dapat menghasilkan tablet hisap yang memenuhi syarat.

    Metode yang dipilih untuk membuat tablet hisap minyak atsiri kemangi ini

    adalah metode kempa langsung. Pemilihan metode ini dengan pertimbangan zat

    aktif merupakan minyak atsiri yang mudah menguap, maka pemanasan saat

    pengeringan granul harus dihindarkan. Bila menggunakan metode granulasi basah

    atau granulasi kering di khawatirkan zat aktif akan berkurang kadarnya selama

    proses granulasi (Priambodo, Drajad dkk., 2008).

    1.2 Perumusan Masalah

    Apakah minyak atsiri kemangi (Ocimum americanum L.) dapat dibuat

    menjadi sediaan tablet hisap menggunakan variasi konsentrasi maltodekstrin

    sebagai pengikat dengan metode kempa langsung ?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Membuat formulasi tablet hisap minyak atsiri kemangi (Ocimum

    americanum L.) menggunakan variasi konsentrasi maltodekstrin sebagai pengikat

    dengan metode kempa langsung dan menemukan formula terbaik yang sesuai

    dengan Farmakope Indonesia dan kepustakaan yang ada.

  • 4

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    1.4 Manfaat Penelitian

    1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang suatu

    formulasi tablet hisap minyak atsiri kemangi (Ocimum americanum L.)

    menggunakan variasi konsentrasi maltodekstrin sebagai pengikat dengan

    metode kempa langsung.

    2. Meningkatkan pemanfaatan minyak atsiri kemangi sebagai antiplak pada

    gigi.

  • 5 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tanaman Kemangi

    2.1.1 Klasifikasi Ilmiah (US Departement of Agriculture)

    Tanaman kemangi secara taksonomi mempunyai klasifikasi ilmiah sebagai

    berikut :

    Kingdom : Plantae

    Subkingdom : Tracheobionta

    Superdivisi : Spermatophyta

    Divisi : Magnoliophyta

    Kelas : Magnoliopsida

    Subkelas : Asteridae

    Ordo : Lamiales

    Famili : Lamiaceae

    Genus : Ocimum L.

    Spesies : Ocimum canum Sims

    2.1.2 Nama Lain (Siemonsma dan Piluek, 1994)

    a. Sinonim : Ocimum africanum Lour, Ocimum americanum L,

    Ocimum brachiatum Blume.

    b. Nama Asing : Selaseh, kemangi, ruku-ruku (Malaysia); American basil,

    Hoary basil, Lemon basil, Wild basil (Inggris); Surawung (Sunda), Selasih

    putih, kemangi (Indonesia); Maenglak (Thailand); Rau h[us]ng (Vietnam).

    2.1.3 Morfologi Tanaman Kemangi

    Kemangi merupakan tanaman tegak, bercabang banyak, tanaman

    semusim, herbal aromatik yang tingginya dapat mencapai 0,3-1 m. Batang dan

    cabangnya berbentuk segi empat, berwarna hijau kekuningan dan terdapat bulu

    pada batang terutama pada bagian batang muda (Siemonsma dan Pileuk, 1994).

    Bentuk daun sederhana dan saling berhadapan silang dengan ujung daun

    berbentuk runcing serta panjang tangkai daun mencapai 2 cm. Helai daun

  • 6

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    berbentuk bulat panjang dengan ukuran panjang daun mencapai 5 cm dan lebar

    daun mencapai 2,5 cm (Hadipoentyanti dan Wahyuni, 2008).

    Bunga kemangi merupakan bunga majemuk yang panjangnya dapat

    mencapai 15 cm, tersusun berhadapan silang dengan 6 bunga membentuk

    lingkaran (karangan semu) yang masing-masing terpisah dengan jarak mencapai 3

    cm, berbentuk sederhana atau bercabang. Ibu tangkai bunga dan porosnya

    berbentuk segi empat. Panjang daun pelindung pada bunga adalah 2-3 mm

    berbentuk bulat panjang serta berbulu. Panjang tangkai bunga mencapai 4 mm,

    sangat bengkok pada bagian atas. Kelopak bunga berbelah dua dengan panjang 2-

    2,5 cm dan berbulu putih pada bagian luarnya serta berwarna putih. Mahkota

    bunga berbentuk tabung berbibir dua dengan ukuran 4 mm dan berwarna putih.

    Terdapat 4 benang sari yang berbentuk ramping dengan 2 benang sari yang lebih

    panjang. Putik dengan 4 bakal biji dan 4 bakal buah serta 2 kepala putik

    (Siemonsma dan Piluek, 1994).

    (Sumber : Koleksi Pribadi) Gambar 2.1 Ocimum americanum L.

    2.1.4 Ekologi dan Penyebaran Tanaman

    Kemangi sering ditemukan di pinggir jalan, hutan jati, dan tempat gersang

    terbuka dekat dengan pemukiman. Tanaman ini lebih suka tempat yang cerah,

    terlindung dari angin, tumbuh baik pada dataran dengan ketinggian mencapai 500-

    2000 m dari permukaan laut, tanaman ini lebih suka tumbuh pada dataran tinggi,

    tapi tanaman ini banyak di tanam di sawah (Siemonsma dan Piluek, 1994).

  • 7

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Kemangi tumbuh secara liar dan dapat di budidayakan di seluruh Afrika

    dan Asia yang beriklim tropis. Asal tanaman ini tidak diketahui secara pasti. Di

    Asia tenggara telah dilaporkan terdapat kemangi di Indonesia dan Papua Nugini.

    Adanya kemangi di Filipina masih diragukan, namun tanaman ini juga telah

    dilaporkan terdapat di Amerika yang beriklim tropis dan beberapa kepulauan di

    Hindia Barat (Siemonsma dan Piluek, 1994).

    2.1.5 Kandungan Kimia Tanaman

    Kandungan kimia pada Ocimum americanum L. antara lain : minyak atsiri,

    karbohidrat, fitosterol, alkaloid, senyawa fenolik, tanin, lignin, pati, saponin,

    flavonoid, terpenoid dan antrakuinon (Dhale et al., 2010; Sarma dan Babu, 2011).

    Sedangkan kandungan utama minyak atsiri pada Ocimum americanum L. adalah

    Camphor, limonene, methyl cinnamate dan linalool (Hadipoeyanti dan Wahyuni,

    2008).

    2.1.6 Khasiat Tanaman

    Secara tradisional, Ocimum spp. digunakan sebagai obat untuk

    menyembuhkan beberapa penyakit seperti demam, mengurangi rasa mual, sakit

    kepala, sembelit, diare, batuk, penyakit kulit, penyakit cacing, gagal ginjal,

    epilepsi dan digunakan sebagai penambah aroma pada makanan (Nurcahyanti

    dkk., 2011; Maryati dkk., 2007).

    Penelitian yang telah ada menunjukkan bahwa Ocimum spp. mengandung

    senyawa yang bersifat insektisida, larvasida, nematisida, antipiretik, fungisida,

    antibakteri dan antioksidan (Nurcahyanti dkk., 2011; Maryati dkk., 2007).

    Thaweboon (2009) telah menguji aktivitas antimikroba minyak atsiri

    Ocimum americanum L. terhadap bakteri patogen yang terdapat dalam mulut.

    Hasilnya menunjukkan bahwa minyak atsiri ini memiliki aktivitas antimikroba

    terhadap Streptococcus mutans, Lactobacillus casei dan Candida albicans. Ketiga

    bakteri memiliki nilai MIC 0,04% v/v dan masing-masing memiliki nilai MCC

    sebesar 0,08%, 0,3% dan 0,08% v/v.

  • 8

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    2.2 Simplisia (Depkes, 2000)

    Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang

    belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia

    merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati,

    simplisia hewani dan simplisia pelikan atau mineral.

    a. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman

    atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman ialah isi sel yang secara spontan

    keluar dari selnya atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu

    dipisahkan dari tanamannya.

    b. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan

    atau zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia

    murni.

    c. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelikan

    atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan

    berupa zat kimia murni.

    2.3 Minyak Atsiri

    2.3.1 Definisi

    Minyak atsiri atau disebut juga minyak eteris adalah minyak yang bersifat

    mudah menguap, yang terdiri dari campuran zat yang mudah menguap, dengan

    komposisi dan titik didih yang berbeda-beda. (Guenter, 1987).

    Pada umumnya minyak atsiri dalam keadaan segar tidak berwarna atau

    berwarna pucat, bila di biarkan akan berwarna lebih gelap, berbau sesuai dengan

    bau tanaman penghasilnya. Umumnya larut dalam pelarut organik dan sukar larut

    dalam air (Dzulkarnain dkk., 1996).

    Minyak atsiri yang baru biasanya tidak berwarna atau berwarna kekuning-

    kuningan dan beberapa jenis ada yang berwarna kemerah-merahan atau biru, rasa

    dan bau khas. Menguap pada suhu kamar, penguapan makin banyak bila suhu

    dinaikkan. Pada umumnya larut dalam etanol, dan pelarut organik lain, kurang

    larut dalam etanol yang kadarnya kurang dari 70%.

  • 9

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    2.3.2 Kandungan Kimia Minyak Atsiri

    Minyak atsiri memiliki sifat khas yaitu tersusun atas berbagai macam

    komponen persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur karbon (C), Hidrogen

    (H), dan Oksigen (O) serta beberapa persenyawaan kimia yang mengandung unsur

    Nitrogen (N) dan Belerang (S), umumnya terdiri dari senyawa golongan terpenoid

    dan fenil propan. Minyak ini memiliki bau tanaman asalnya, bersifat tidak stabil

    terhadap pengaruh lingkungan baik pengaruh udara, sinar matahari dan panas

    (Sirait dkk., 1985).

    Minyak atsiri yang bagian utamanya terpenoid, biasanya pada bagian

    terpenoid itu terdapat pada fraksi atsiri yang tersuling-uap. Zat inilah penyebab

    wangi, harum atau bau yang khas pada tumbuhan (Harbone, J.B 1987).

    2.3.3 Manfaat Minyak Atsiri

    Kegunaan minyak atsiri bagi tanamannya sendiri untuk menarik serangga

    yang membantu proses penyerbukan, sebagai cadangan makanan, untuk

    mencegah kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan lain dan mempengaruhi

    proses transpirasi. Dalam industri sering digunakan sebagai zat tambahan dalam

    sediaan kosmetika, obat, makanan rokok dan sebagainya. Selain itu banyak

    digunakan sebagai obat anti kuman dan kapang (Dzulkarnain dkk., 1996).

    2.3.4 Isolasi Minyak Atsiri

    2.3.4.1 Metode Penyulingan (Guenter, 1987)

    Penyulingan adalah proses pemisahan yang berupa cairan atau padatan

    dari dua macam campuran, berdasarkan pendapatan titik uapnya dan proses ini

    dilakukan terhadap minyak atsiri yang tidak larut terhadap air. Cara memperoleh

    minyak atsiri dalam tanaman salah satunya adalah dengan penyulingan. Metode

    penyulingan ada 3 yaitu :

    a. Penyulingan dengan Air

    Pada metode ini, bahan yang akan disuling kontak langsung dengan air

    mendidih. Bahan tersebut mengapung diatas air atau terendam secara sempurna

    tergantung dari bobot jenis dan jumlah bahan yang di suling. Air di panaskan

    dengan metode pemanasan yang biasa dilakukan yaitu dengan panas langsung,

  • 10

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    mantel uap, pipa uap melingkar tertutup atau khas dari metode ini ialah kontak

    langsung antara bahan dengan air mendidih.

    b. Penyulingan dengan Air dan Uap

    Pada metode penyulingan ini, bahan olah di letakkan di atas rak-rak atau

    saringan berlubang. Ketel suling diisi dengan air sampai permukaan air berada

    tidak jauh di bawah saringan. Air dapat di panaskan dengan berbagai cara yaitu

    dengan uap jenuh yang basah dan bertekanan rendah. Ciri khas dari metode ini,

    adalah : 1) uap selalu dalam keadaan basah, jenuh dan tidak terlalu panas; 2)

    bahan yang disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas.

    c. Penyulingan dengan Uap

    Metode ketiga disebut penyulingan uap atau penyulingan uap langsung

    dan prinsipnya sama dengan yang telah di bicarakan di atas, kecuali air tidak

    diisikan ke dalam ketel. Uap yang digunakan adalah uap jenuh atau uap kelewat

    panas pada tekanan lebih dari 1 atmosfir. Uap di alirkan melalui pipa uap

    berlingkar yang berpori yang terletak di atas saringan .

    2.3.4.2 Metode Pengepresan

    Ekstraksi minyak atsiri dengan cara pengepresan umumnya dilakukan

    terhadap bahan berupa biji, buah atau kulit buah yang memiliki kandungan

    minyak atsiri yang cukup tinggi. Akibat tekanan pengepresan, maka sel-sel yang

    mengandung minyak atsiri akan pecah dan minyak atsiri akan mengalir

    kepermukaan bahan (Ketaren, 1985).

    2.3.4.3 Ekstraksi dengan Pelarut Menguap

    Prinsipnya adalah melarutkan minyak atsiri dalam pelarut organik yang

    mudah menguap. Ekstraksi dengan pelarut organik umumnya untuk

    mengekstraksi minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan uap dan air,

    terutama untuk mengekstraksi minyak atsiri yang berasal dari bunga misalnya

    bunga cempaka, melati, mawar dan kenanga. Pelarut yang umum digunakan

    adalah petroleum eter, karbon tetraklorida dan sebagainya (Ketaren, 1985).

  • 11

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    2.3.4.4 Ekstraksi dengan Lemak Padat

    Proses ini umumnya digunakan untuk mengekstraksi bunga-bungaan,

    untuk mendapatkan mutu dan rendemen minyak atsiri yang tinggi. Metode

    ekstraksi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu enfleurasi dan maserasi.

    a. Enfleurasi

    Pada proses ini, absorbsi minyak atsiri oleh lemak digunakan pada suhu

    rendah (keadaan dingin) sehingga minyak terhindar dari kerusakan yang

    disebabkan oleh panas. Metode ini digunakan untuk mengekstraksi beberapa jenis

    minyak bunga yang masih melanjutkan kegiatan fisiologinya dan memproduksi

    minyak setelah bunga dipetik (Ketaren, 1985).

    b. Maserasi

    Pada cara ini, absorbsi minyak atsiri oleh lemak dalam keadaan panas pada

    suhu 80C selama 1,5 jam. Cara ini digunakan terhadap bahan tumbuhan yang

    bila dilakukan penyulingan atau enfleurasi akan menghasilkan minyak atsiri

    dengan rendemen yang rendah. Setelah selesai pemanasan, campuran di saring

    panas-panas, kemudian dilakukan penyulingan untuk memperoleh minyak atsiri

    (Ketaren, 1985).

    2.4 Tablet

    Tablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam

    bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,

    mengandung satu jenis atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Depkes, 1979).

    Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat biasanya dibuat dengan

    penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat berbeda-beda

    dalam ukuran, bentuk, berat kekerasan, ketebalan, daya hancurnya dan dalam

    aspek lainnya tergantung dari cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya

    (Ansel, 1989).

    Beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk tablet berkualitas baik adalah

    sebagai berikut :

    a. Kekerasan yang cukup dan tidak rapuh, sehingga kondisinya tetap baik

    selama fabrikasi/pengemasan dan pengangkutan hingga sampai pada

    konsumen.

  • 12

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    b. Dapat melepaskan bahan obatnya sampai pada ketersediaan hayatinya.

    c. Memenuhi persyaratan keseragaman bobot tablet dan kandungan obatnya.

    d. Mempunyai penampilan yang menarik, baik pada bentuk, warna, maupun

    rasanya.

    Untuk mendapatkan tablet yang baik tersebut, maka bahan yang akan

    dikempa menjadi tablet harus memenuhi sifat-sifat sebagai berikut:

    a. Mudah mengalir, artinya jumlah bahan yang akan mengalir dalam corong alir

    ke dalam ruang cetakan selalu sama setiap saat, dengan demikian bobot tablet

    tidak akan memiliki variasi yang besar.

    b. Kompatibel, artinya bahan mudah kompak jika dikempa, sehingga dihasilkan

    tablet yang keras.

    c. Mudah lepas dari cetakan, hal ini dimaksudkan agar tablet yang dihasilkan

    mudah lepas dan tak ada bagian yang melekat pada cetakan, sehingga

    permukaan tablet halus dan licin (Sheth dkk, 1980).

    Metode pembuatan tablet ada tiga cara yaitu : metode kempa langsung,

    granulasi basah dan granulasi kering.

    2.4.1 Metode Pembuatan Tablet

    Pembuatan tablet hisap dapat dilakukan seperti pada pembuatan tablet

    pada umumnya ada tiga yaitu :

    1. Metode Kempa Langsung

    Istilah kempa langsung berlaku untuk proses umum pada pembuatan-

    pembuatan tablet yang dikompresi ketika tidak ada perlakuan pendahuluan atau

    hanya perlakuan kecil yang dibutuhkan sebelum memasukkan bahan kedalam

    mesin tablet. Beberapa bahan mempunyai karakteristik pengikatan yang penting.

    2. Metode Granulasi Basah

    Metode ini merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam

    memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah yang diperlukan dalam

    pembuatan tablet dengan metode ini dapat dibagi sebagai berikut : menimbang

    dan mencampur bahan-bahan, pembuatan granulasi basah. Menyaring granul

    basah, menjadi butiran yang lebih halus, pengeringan, pengayakan granul kering,

  • 13

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    pencampuran bahan pelikan dan bahan penghancur, pembuatan tablet dengan

    kompresi (Ansel, 1989).

    3. Metode Granulasi Kering

    Metode granulasi kering dibentuk oleh pelembaban atau penambahan

    bahan pengikat ke dalam campuran serbuk obat tetapi dengan cara memadatkan

    massa dalam jumlah yang besar dari campuran serbuk dan setelah itu

    memecahkannya dan menjadikan pecahan-pecahan kedalam massa granul yang

    kecil.

    Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan

    metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk

    mengeringkannya diperlukan temperatur yang dinaikkan (Ansel, 1989).

    2.5 Tablet Hisap

    2.5.1 Definisi Tablet Hisap

    Tablet hisap adalah suatu sediaan padat yang mengandung satu atau lebih

    bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma manis, yang dapat melarut

    atau hancur perlahan-lahan di dalam mulut (Depkes RI, 1995).

    Tablet hisap adalah bentuk lain dari tablet untuk pemakaian dalam rongga

    mulut. Tablet ini digunakan dengan tujuan memberi efek lokal pada mulut atau

    kerongkongan yang umumnya di berikan sebagai pengobatan sakit tenggorokan

    atau untuk mengurangi batuk pada influenza, atau dapat pula mengandung

    anastetika lokal, berbagai antiseptik dan antibakteri, demulsen, astrigen dan

    antitusif. Jenis tablet ini di rancang tidak hancur di dalam rongga mulut tetapi

    melarut atau terkikis secara perlahan-lahan dalam waktu 30 menit atau kurang

    (Lachman, 1994).

    Tablet hisap adalah bentuk sediaan obat tablet yang diberi penambah rasa

    untuk dihisap dan di diamkan (ditahan) di dalam mulut atau faring (Siregar,

    2010). Berbeda dengan tablet biasa, pada tablet hisap tidak digunakan bahan

    penghancur, dan bahan yang digunakan sebagian besar adalah bahan-bahan yang

    larut air. Tablet hisap cenderung menggunakan banyak pemanis (50% atau lebih

    dari berat tablet keseluruhan) seperti sukrosa, laktosa, manitol, sorbitol dan

    sebagainya. Selain itu diameter tablet hisap umumnya lebih besar yaitu >18 mm.

  • 14

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Tablet hisap yang baik memiliki kekerasan >10 kg/m3 (Hasyim, 2008; Lachman,

    1994; Parrot, 1971).

    2.5.2 Bahan Tambahan Tablet Hisap

    Bahan tambahan atau bahan pembantu tabletasi dapat di artikan sebagai

    zat-zat yang memungkinkan suatu obat atau bahan obat yang memiliki beberapa

    sifat khusus untuk dibuat menjadi suatu sediaan obat, dengan mempertimbangkan

    efek obat, kinerja obat, organoleptis, sifat kimia obat dan kemungkinan

    pengembangan jenis sediaan lain, adapun zat-zat tambahan dalam sediaan tablet

    hisap meliputi :

    a. Bahan pembawa (Siregar, 2010)

    1. Pembawa Dasar Gula

    Formulasi tablet yang paling sederhana kemungkinan menggunakan gula

    (sukrosa) sebagai pembawa dasar. Gula tidak mahal dan dapat digunakan

    untuk membentuk tablet yang memiliki karakteristik pengempaan dan raba

    mulut yang dapat diterima.

    2. Pembawa dekstrosa dan sukrosa yang di modifikasi, seperti Nu-tab atau

    Sugartab.

    3. Pembawa dasar bebas gula, seperti manitol dan sorbitol.

    4. Pengisi-pengisi lain, seperti dikalsium fosfat, kalsium sulfat, kalsium

    karbonat, laktosa.

    b. Bahan pengikat

    Bahan pengikat adalah bahan tambahan yang diperlukan untuk

    memberikan daya adhesi pada massa serbuk sewaktu granulasi dan memberikan

    sifat kohesif yang telah ada pada bahan pengisi sehingga dapat membentuk

    struktur tablet yang kompak setelah pencetakan dan meningkatkan daya tahan

    tablet, oleh karena itu bahan pengikat menjamin penyatuan beberapa partikel

    serbuk dalam sebuah butiran granulat. Bahan pengikat dapat di tambahkan ke

    dalam bahan yang akan dicetak dalam bentuk kering, cairan atau larutan,

    tergantung pada metode pembuatan tablet (Depkes RI , 1995).

  • 15

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    c. Bahan Pelincir (Voight, 1994; Lachman, 1994)

    Bahan pelincir dapat memenuhi berbagai fungsi yang berbeda sehingga

    banyak di kelompokkan menjadi bahan pengatur aliran (glidant), bahan pelincir

    (lubricant) dan bahan pemisah hasil cetakan (antiadheren).

    Bahan pengatur aliran atau glidant berfungsi untuk memperbaiki daya

    luncur dan daya gulir bahan yang akan di cetak, karena itu menjamin terjadinya

    keteraturan aliran dari corong pengisi ke dalam lubang cetakan. Glidant juga

    berfungsi untuk mengurangi penyimpangan massa, memperkecil gesekan sesama

    partikel dan meningkatkan ketepatan takaran tablet. Contoh zat yang dapat

    digunakan sebagai glidant yaitu talk, kalsium/magnesium stearat, asam stearat,

    PEG, pati dan aerosil.

    Bahan pelincir atau lubrikan berfungsi untuk mengurangi gesekan logam

    (stempel di dalam lubang ruang cetak) dan gesekan tablet dengan logam, serta

    memudahkan pengeluaran tablet dari mesin pencetak. Pada umumnya lubrikan

    bersifat hidrofobik sehingga cenderung menurunkan kecepatan disintegrasi dan

    disolusi tablet. Oleh karena itu kadar lubrikan yang berlebihan harus dihindarkan.

    Contoh lubrikan antara lain talk, kalsium, atau magnesium stearat, asam stearat,

    PEG, pati dan paraffin.

    Bahan pemisah hasil cetakan atau antiadheren adalah bahan yang

    berfungsi untuk mencegah lekatnya bahan yang dikempa pada permukaan stempel

    atas. Contoh bahan ini adalah talk, amilum maydis, cab-o-sil, natrium lauril sulfat,

    kalsium dan magnesium stearat.

    d. Zat Warna

    Penggunaan zat warna dalam tablet memberikan keuntungan yaitu

    menutupi warna obat yang kurang baik, identifikasi hasil produksi dan membuat

    suatu produk menjadi lebih menarik. Penyediaan warna alami dari tumbuh-

    tumbuhan dibatasi karena warna-warni ini sering kali tidak stabil (Lachman,

    1994).

    Zat pewarna larut air dapat ditambahkan pada campuran serbuk selama

    pembuatan pembawa granulasi basah sebelum dilakukan granulasi eksipien dan

    zat aktif. Selain itu, pewarna dapat dilarutkan dalam larutan penggranulasi dan

    ditambahkan pengikat (Siregar, 2010).

  • 16

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    e. Pemberi Rasa

    Bahan pemberi rasa biasanya pada tablet kunyah atau tablet lainnya yang

    ditujukan larut dalam mulut. Pada umumnya zat pemberi rasa yang larut dalam air

    jarang dipakai dalam pembuatan tablet oleh karena stabilitasnya kurang baik

    (Lachman, 1994).

    Untuk tablet hisap, waktu huni tablet yang lama dalam rongga mulut

    mensyaratkan agar formulator mengembangkan tidak saja produk dengan

    penambah rasa yang menyenangkan, tetapi juga produk yang penambah rasanya

    dapat menutupi dasar pahit yang mungkin dimiliki formulasi (Siregar, 2010).

    2.5.3 Permasalahan dalam Pembuatan Tablet Hisap (Siregar, 2010)

    Masalah-masalah yang terjadi dalam pembuatan tablet hisap dapat

    disebabkan oleh beberapa hal berikut :

    1. Kekerasan Tablet

    Pada pembuatan formulasi granulasi basah, penambahan jumlah pengikat

    yang tidak cukup akan menghasilkan granul yang kekurangan gaya intragranul

    atau intergranul. Pada pengempaan, tablet yang dihasilkan akan mengandung

    granul yang tidak terikat dalam area tekanan tinggi.

    2. Lembab

    Tiap granul tablet yang memiliki rentang kandungan lembab kritis tertentu

    yang membantu membentuk granul yang memiliki gaya kohesif optimum. Jika

    kandungan lembab berada dalam rentang 0,75-2,0%, granul yang terbentuk

    biasanya merupakan granul yang baik.

    3. Penjeratan Udara

    Penjeratan udara merupakan sumber masalah yang biasa menyebabkan

    kaping pada tablet berbobot tinggi. Hal yang menyebabkan laminasi tablet ini

    biasanya diperbaiki dengan memadatkan granul, yaitu dengan menambahkan

    jumlah pengikat dalam produk granulasi basah.

    4. Tekanan Berlebihan Selama Pengempaan

    Penggunaan tekanan pengempaan granul yang melebihi tekanan

    pengikatan optimum partikel-partikel mengakibatkan kerusakan ikatan

    intergranul. Sebagai penyebab kaping, laminasi, pengaruh tekanan dapat

  • 17

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    ditentukan dengan mengurangi tekanan pengempaan secara bertahap sampai

    terbentuk tablet yang dapat diterima atau sampai terbentuk tablet yang terlalu

    lunak untuk dikempa.

    5. Kegagalan lubrikan

    Kesulitan pengeluaran tablet akibat kegagalan lubrikan biasanya

    ditunjukkan oleh keberadaan garis-garis yang tidak beraturan di pinggir tablet.

    2.6 Maltodekstrin (Rowe et al., 2009)

    Maltodekstrin digunakan dalam formulasi tablet sebagai pengisi, pengikat

    dan penyalut pada formulasi dan penyalutan tablet, sebagai pembentuk lapisan

    tablet dalam proses penyalutan cair. Derajat maltodekstrin dengan nilai DE

    (Dextrose Equivalent) yang tinggi berguna dalam formulasi tablet kunyah.

    Maltodekstrin juga digunakan dalam formulasi farmasetika sebagai peningkat

    viskositas larutan dan untuk mencegah kristalisasi sirup. Maltodekstrin secara luas

    digunakan dalam farmasetika dapat dilihat pada tabel berikut :

    Tabel 2.1 Penggunaan Maltodekstrin dalam Farmasetika

    Penggunaan Konsentrasi (%)

    Lapisan penyalut cair 2 10

    Pembawa 10 99

    Penghambat kristalisasi pada tablet kunyah dan sirup 5 20

    Pengatur osmolaritas pada larutan 10 50

    Pembantu semprot kering 20 80

    Pengikat tablet (kempa langsung) 2 40

    Pengikat tablet (granulasi basah) 3 10

    Maltodekstrin memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik, dapat

    membentuk larutan dengan viskositas tertentu, mencegah pergerakan, dapat

    membentuk lapisan film yang melindungi dari pengaruh oksidasi dan mempunyai

    daya ikat yang baik.

  • 18

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    2.7 Monografi Bahan Tambahan Tablet Hisap (Depkes, 1995; Rowe et al., 2009)

    a. Avicel PH 102

    Sinonim : Microcel PH 102, microcristalin cellulose

    Fungsi : Pengisi

    Pemeriaan : Berbentuk serbuk halus, putih, tidak berbau, tidak berasa.

    Konsentrasi : Adsorben = 20-90%

    Antiadheren = 5-20%

    Disintegran Tablet = 5-15%

    Pengikat/Pengisi Tablet = 20-90%

    b. Talkum

    Sinonim : Talk, hydrous magnesium calcium silicate

    Fungsi : Sebagai zat lubrikan, antiadheren

    Pemeriaan : Serbuk putih halus dan ringan, tidak berbau, hampir

    tidak berasa.

    Konsentrasi : Zat Glidant, Lubrikan = 1-10%

    Zat Diluent = 5-10%

    Zat antiadheren = 1-3%

    c. Magnesium Stearat

    Sinonim : Mg stearat, asam oktadekanoat, garam magnesium

    Fungsi : Zat lubrikan (0,25-2 %)

    Pemeriaan : Berbentuk serbuk halus, putih, bau lemah khas, mudah

    melekat dikulit, bebas dari butiran.

    d. Aerosil

    Sinonim : Cab-o-sil, Colloidal Sillicon Dioxyde

    Fungsi umum : Aerosol, glidant, adsorben, zat pensuspensi

    Pemerian : Silika submikroskopik dengan ukuran partikel 15 nm

    hablur, ringan, warna putih, tidak berbau, tidak berasa.

    e. Sukrosa

    Sinonim : Gula bit, gula, saccharum

    Fungsi : Bahan pemanis

  • 19

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Pemeriaan : Kristal tidak berwarna atau serbuk kristal putih, tidak

    berbau dan rasanya manis.

    f. Maltodekstrin

    Sinonim : Maltodextrinum; Maltrin

    Fungsi : Pengikat tablet (2-40%)

    Pemeriaan : Hampir tidak berbau; rasa tawar seperti lendir.

    2.8 Plak Gigi

    Plak gigi adalah lapisan lunak yang terbentuk dari campuran sisa-sisa

    makanan serta bakteri yang di perantarai oleh saliva yang melekat pada

    permukaan gigi. Plak tersusun oleh 80% air dan 20% sisanya terdiri dari beberapa

    komponen seperti protein 40-50%, karbohidrat 13-17%, lipid 10-14% dan abu

    10% serta komponen mineral seperti kalsium dan posfor, yang dihitung dari berat

    kering plak (Wilkinson, 1982).

    Plak berdasarkan lokasinya dibedakan menjadi plak supragingival dan

    plak subgingiva, serta terbentuk melalui tiga tahap yaitu pembentukan pelikel,

    kolonisasi bakteri sekunder dan maturasi plak (Marsh PD, 2004). Tahap pertama

    dalam pembentukan plak adalah melekatnya pelikel pada permukaan email.

    Pelikel berfungsi sebagai lapisan pelindung, pelicin permukaan, mencegah

    kerusakan jaringan dan tempat perlekatan bakteri. Pelikel ini terutama terdiri atas

    glikoprotein yang diendapkan dari saliva dan terbentuk segera setelah penyikatan

    gigi (Kidd dan Bechall, 1987; Carranza,FA 2002; Marsh PD, 2004). Pada tahap

    kedua pembentukan plak gigi terjadi kolonisasi bakteri. Bakteri awal yang

    melekat dan berkoloni adalah bakteri gram positif. Koloni ini bersifat reversible,

    yang kemudian akan menjadi irreversible (Li Y et al., 2008). Tahap ketiga terjadi

    pertumbuhan dari koloni bakteri gram positif, disertai agregasi bakteri lain

    sehingga terjadi kolonisasi sekunder, serta peningkatan jumlah dan spesies

    bakteri. Dalam tahap ini terjadi perubahan lingkungan, dari aerob menjadi anaerob

    yang di dominasi oleh bakteri gram negatif. Pematangan plak merupakan proses

    akhir dari plak, yang umumnya terjadi dua hari setelah plak terbentuk

    (Samaranayake, 2002).

  • 20

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    S. mutans merupakan bakteri utama yang terlibat dalam proses karies gigi

    terutama pada saat awal terjadinya karies gigi terutama pada saat awal terjadinya

    karies karena kemampuannya yang cepat dalam memfermentasi karbohidrat dan

    umumnya ditemukan pada plak gigi (Kidd and Bechall, 1987; Mount dan Hume,

    2005). Mekanisme perlekatan S.mutans pada permukaan gigi merupakan potensial

    target yang penting untuk intervensi antikariogenik (Shemesh et al., 2007).

    2.9 Instrumen

    2.9.1 Gas Chromatography-Mass Spectrophotometer (GC-MS)

    Kromatografi gas digunakan untuk memisahkan komponen-komponen

    yang dapat menguap dan hasil pemisahan dapat dilihat berupa kromatogram.

    Spektroskopi massa adalah metode analisa dimana sampel yang dianalisa akan

    diubah menjadi ion-ion gasnya dan massa dari ion-ion tersebut dapat diukur

    berdasarkan hasil deteksi berupa spektrum massa.

    Pemisahan komponen senyawa GC (Chromatography Gas) terjadi di

    dalam kolom dengan melibatkan dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase

    diam merupakan zat yang berada di dalam kolom sedangkan fase gerak adalah gas

    pembawa (helium atau hydrogen). GC (Chromatography Gas) dengan teknik

    pemisahan dimana solut-solut yang mudah menguap dan stabil terhadap

    pemanasan akan bermigrasi melalui kolom yang merupakan fase diam dengan

    suatu kecepatan yang tergantung pada ratio distribusinya. Pada umumnya solut

    akan terelusi berdasarkan pada peningkatan titik didihnya (kecuali jika terjadi

    interaksi khusus antara solut dengan fase diam). Pemisahan pada kromatografi gas

    di dasarkan pada titik didih suatu senyawa dikurangi dengan semua interaksi yang

    mungkin terjadi antara solut dengan fase diam. Fase gerak yang berupa gas akan

    mengelusi solut dari ujung kolom yang akan dihantarkan ke detektor. Penggunaan

    suhu yang meningkat bertujuan untuk menjamin bahwa solut akan menguap dan

    akan cepat terelusi, suhu yang biasa digunakan berkisar 50-350C (Sudjadi,

    2007).

  • 21 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Tempat dan Waktu penelitian

    Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Formulasi Sediaan Padat,

    Laboratorium Penelitian 1, Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

    Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta serta

    Laboratorium Uji Mutu, Balitro Bogor dan Pusat Laboratorium Forensik POLRI,

    Kebayoran Baru Jakarta Selatan pada bulan Maret sampai September 2013.

    3.2 Alat dan Bahan

    3.2.1 Alat Penelitian

    Alat yang digunakan adalah timbangan analitik (Precisa), gelas ukur

    (Pyrex), beaker glass (Schott Duran), corong, pipet tetes, pipet volumetrik

    (Pyrex), lemari asam (Hycerax), pisau, kertas saring, lumpang dan alu,

    termometer, cawan penguap, chamber, kaca arloji, pinset, piringan alumunium,

    Hot Plate (Wiggen Hauser) mistar, single machine tablet (Erweka EP-1), tapped

    density (Erweka SVM 201), hardness tester (Erweka TBH 225), friabilator

    (Elektrolab EF-2), disintegration tester (Elektrolab ED-2L), moisture content

    balance (Wiggen Hauser), piknometer (Phyrex), polarimeter (Atago AP 300),

    refraktometer (Bausch & Lomb 0113823), jangka sorong (Tricle brand), alat

    destilasi, statif, spatula, batang pengaduk, oven (France Etuves C3000), vial, Gas

    Cromatography-Mass Spectrophotometer (Shimadzu), lemari pendingin

    (Samsung), serta peralatan lainnya yang lazim digunakan di Laboratorium.

    3.2.2 Bahan Penelitian

    Bahan-bahan yang digunakan adalah minyak atsiri kemangi (Ocimum

    americanum L.), Aquadest, Natrium sulfat (Na2SO4) anhidrat, Pelarut dietil eter

    (Merck), Gas pembawa helium, Pelarut n-heksan (PT Brataco), Pelarut etil asetat

    (PT Brataco), H2SO4 10%, Silica gel blue, Plat silika gel GF254 (Merck), Avicel

    PH 102 (PT Brataco), Mg stearat, Talkum, Aerosil (CV Total Equipment),

    Sukrosa (CV Total Equipment), dan Maltodekstrin (CV Pasundan Biotech).

  • 22

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    3.3 Prosedur Penelitian

    3.3.1 Penyiapan Bahan Uji

    Bahan utama yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah minyak

    atsiri kemangi (Ocimum americanum L.) yang diperoleh dari kebun kemangi Desa

    Grogol, Kecamatan Limo, Depok. Kemangi dipanen pada umur 3 bulan, dengan

    kondisi tanah gembur, tanpa pestisida dan sistem pengairan menggunakan air

    hujan dan air kali di dekat kebun. Selanjutnya kemangi di determinasi di

    Herbarium Bogoriensis, LIPI Puslit Biologi, Cibinong Jawa Barat.

    3.3.2 Destilasi Minyak Atsiri Kemangi

    Kemangi diambil dalam keadaan segar kemudian ditimbang sebanyak 97

    kg kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan segala jenis

    kotoran yang melekat. Setelah pencucian selesai, kemangi di layukan selama 24

    jam untuk mengurangi kadar air dan di rajang menjadi beberapa bagian.

    Kemudian dilakukan proses destilasi uap-air selama 6 jam dan di tampung

    tetesannya selama 6 jam untuk mendapatkan minyak atsiri dalam tanaman.

    Minyak atsiri yang telah berhasil di dapatkan di bebas-airkan dengan penambahan

    natrium sulfat (Na2SO4) anhidrat untuk menghilangkan kandungan air yang

    terdapat dalam minyak atsiri.

    3.3.3 Penentuan Komponen Kimia dalam Minyak Atsiri Kemangi

    Komponen kimia penyusun minyak atsiri di analisa dengan menggunakan

    Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (GC-MS, Shimadzu QP-5000), kolom

    DB-10 (25m, diameter 0,25 mm), gas pembawanya adalah helium dengan

    kecepatan aliran gas 3 mL/menit dan tekanan kolom 70 kpa. Suhu kolom sebesar

    70 kPa. Suhu kolom di program dari 50C sampai 250C dengan 2 tahap

    kenaikan. Pada tahap awal suhu kolom dibuat konstan 50C selama 5 menit, lalu

    dinaikkan sampai 80C dengan kecepatan kenaikan 2C/menit. Pada 80C suhu

    dipertahankan selama 1 menit dan selanjutnya di naikkan menjadi 250C dengan

    kecepatan 4C/menit. Kondisi pada suhu 250C ini di pertahankan selama 4,5

    menit. Suhu injektor selama analisis berlangsung di program konstan pada suhu

    225C, sedangkan suhu detektor (Elektron Impact) konstan pada suhu 270C

  • 23

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    dengan energi 1,25 kv. Proses analisa ini memakan waktu 68 menit. Spektrum

    massa masing-masing puncak senyawa hasil kromatogram GC-MS selanjutnya

    dibandingkan dengan spektrum massa autentik yang ada pada bank NIST

    (National Institute of Standard Technology) library (Sulianti, Sri Budi., 2008).

    3.3.4 Parameter Uji Minyak Atsiri

    3.3.4.1 Parameter Spesifik (Depkes, 2000)

    1. Identitas

    Memberikan identitas obyektif dari nama dan spesifik dari senyawa

    identitas dengan cara melihat kandungan dari minyak atsiri kemangi.

    2. Organoleptik

    Mengamati bentuk, warna, bau, dan rasa dari minyak atsiri kemangi.

    3.3.4.2 Parameter non Spesifik

    1. Bobot Jenis (Depkes 1995; Depkes 2000)

    Parameter bobot jenis adalah masa per satuan volume pada suhu kamar

    tertentu (25C) yang ditentukan dengan alat khusus. Bobot jenis dari sampel

    minyak atsiri kemangi ditentukan dengan menggunakan piknometer. Pada suhu

    ruangan, piknometer yang bersih dan kering ditimbang (A g). Kemudian diisi

    dengan air dan ditimbang kembali (A1 g). Air dikeluarkan dari piknometer dan

    piknometer dibersihkan. Minyak atsiri kemangi diisikan kedalam piknometer dan

    ditimbang (A2 g). Bobot jenis minyak dapat diukur dengan perhitungan sebagai

    berikut :

    Bobot jenis () = A2 A X Bobot jenis air (1 g/mL) A1 A

    2. Indeks Bias (Depkes, 1995; Guenther, 1987)

    Indeks bias suatu zat (n) adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam

    udara dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Indeks bias berguna untuk

    identifikasi zat dan deteksi ketakmurnian. Refraktor adalah alat yang tepat dan

    cepat untuk menetapkan nilai indeks bias. Dari beberapa tipe refraktometer maka

    yang dianggap paling baik adalah refraktometer Pulfrich Abbe. Tipe Abbe dengan

    kisaran 1,3-1,7, digunakan untuk analisis minyak atsiri secara rutin dan ketepatan

    alat ini cukup untuk keperluan praktis. Pembacaan dapat langsung dilakukan tanpa

  • 24

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    menggunakan tabel konversi; minyak yang diperlukan untuk penetapan hanya

    berjumlah 1-2 tetes dan suhu saat pembacaan dilakukan dapat diatur baik.

    3. Rotasi Optik (Depkes, 1995)

    Rotasi optik dinyatakan dalam derajat rotasi jenis. Prosedur yang

    dilakukan adalah jika zat berupa cairan, atur suhu hingga 25C dan pindahkan ke

    dalam tabung polarimeter. Lakukan sebagai berikut : mulai dengan Lakukan

    paling sedikit 5 kali pembacaan, lakukan penetapan blangko dengan tabung

    kosong yang kering.

    4. Kelarutan dalam Alkohol (Guenther, 1987)

    Kelarutan minyak atsiri dalam alkohol dapat dilakukan dengan

    memasukkan 1 mL minyak kedalam 10 mL labu silinder bertutup (dikalibrasi

    pada 0,1 mL) dan tambahkan secara perlahan-lahan sejumlah kecil alkohol dengan

    konsentrasi tertentu kemudian dikocok. Jika dihasilkan larutan berwarna jernih,

    catatlah jumlah volume dan konsentrasi alkohol yang dibutuhkan.

    3.4 Formulasi Tablet Hisap

    Minyak atsiri kemangi terlebih dahulu dikeringkan menjadi serbuk

    menggunakan aerosil dengan perbandingan antara minyak dan aerosil adalah 1 : 2.

    Kemudian dirancang empat formula tablet hisap dengan variasi konsentrasi

    maltodekstrin sebagai pengikat, 10% pada formula A, 20% pada formula B, 30%

    pada formula C, 40% pada formula D.

    Tabel 3.1 Komposisi Tablet Hisap Minyak Atsiri Kemangi (Ocimum americanum

    L.)

    Bahan

    Fungsi Bahan

    Formula

    A B C D

    Minyak atsiri

    kemangi

    Zat Aktif

    10 mg

    10 mg

    10 mg

    10 mg

    Aerosil Adsorben 1% 20 mg 20 mg 20 mg 20 mg

    Maltodekstrin Pengikat 200 mg 400 mg 600 mg 800 mg

    Mg Stearat Lubrikan 2% 40 mg 40 mg 40 mg 40 mg

  • 25

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Talkum

    Antiadheren,

    Lubrikan 5%

    100 mg

    100 mg

    100 mg

    100 mg

    Aerosil Glidant 0,5% 10 mg 10 mg 10 mg 10 mg

    Sukrosa Pemanis 35% 700 mg 700 mg 700 mg 700 mg

    Avicel PH 102 Pengisi qs 920 mg 720 mg 520 mg 320 mg

    Bobot Tablet yang Diinginkan = 2000 mg

    3.5 Pembuatan Tablet Hisap

    Tablet hisap dibuat dengan metode kempa langsung. Semua bahan

    ditimbang, kemudian minyak atsiri dikeringkan menjadi serbuk menggunakan

    aerosil. Selanjutnya ditambahkan dengan avicel PH 102 dan sukrosa lalu diaduk

    hingga homogen. Kemudian ditambahkan aerosil, talkum, mg stearat dan diaduk

    kembali hingga homogen. Semua bahan di campurkan hingga homogen. Setelah

    semua bahan tercampur secara merata, massa cetak tablet di evaluasi sebelum

    dicetak meliputi : uji laju alir, sudut henti, kompresibilitas dan kadar lembabnya.

    Selanjutnya massa cetak tablet hisap dicetak menggunakan mesin pencetak tablet

    dengan bobot hisap 2000 mg.

    3.6 Evaluasi Massa Cetak Tablet

    a. Kadar lembab (Voight, 1994)

    Sebanyak 1 gram serbuk dimasukkan ke dalam alat moisture balance. Serbuk

    diratakan dan kemudian alat dijalankan, selanjutnya diperoleh data kadar lembab

    yang terkandung dalam serbuk.

    Syarat : 2-5%

    b. Uji Kompresibilitas (Parrot, 1970)

    Massa tablet (m) ditimbang, dimasukkan ke dalam gelas ukur dan dibaca

    volumenya yang terlihat (V1). Gelas ukur diketuk-ketukkan sebanyak 300 kali

    sampai volumenya tetap (V2) kemudian dimasukkan nilainya ke dalam rumus

    indeks kompresibilitas dan kategorinya dapat dilihat pada tabel 3.2.

  • 26

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Indeks Kompresibilitas (%) = BJ Mampat BJ Bulk x 100%

    BJ Mampat

    BJ Bulk = m/V1

    BJ Mampat = m/V2

    Tabel 3.2 Tabel Indeks Kompressibilitas dan Kategorinya

    Indeks Kompresibilitas (%) Kategori

    5 11 Istimewa

    12 16 Baik

    17 27 Sedang

    28 32 Buruk

    33 40 Sangat buruk

    > 40 Amat sangat buruk

    c. Uji Laju Alir (Voight, 1994)

    Digunakan alat flowmeter. Massa tablet ditimbang, lalu di tempatkan pada

    wadah yang berbentuk corong dan alat dijalankan. Jumlah waktu yang dibutuhkan

    oleh massa cetak tablet untuk dapat melewati corong tersebut yang dihitung.

    Tabel 3.3 Tabel Laju Alir dan Sifat Alirannya

    Laju Alir Sifat Aliran

    10 Bebas mengalir

    4 10 Mudah mengalir

    1,6 4 Kohesif

    < 1,6 Sangat kohesif

    d. Sudut Henti (Voight, 1994)

    Massa tablet dimasukkan ke dalam alat flowmeter. Massa yang jatuh setelah

    alat dinyalakan akan membentuk suatu kerucut pada dasar dari corong, diukur

    tinggi (h) dan jari-jari kerucut (r) dapat dilihat pada tabel 3.4

  • 27

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    = arc tan 2h

    d

    Keterangan : h = tinggi kerucut massa cetak tablet

    r = jari-jari kerucut massa cetak tablet

    Tabel 3.4 Kategori Aliran Serbuk Berdasarkan Sudut Istirahat

    Sudut Istirahat Kategori Aliran

    < 25 Istimewa

    25 30 Baik

    30 40 Cukup

    >40 Sangat buruk

    3.7 Evaluasi Sifat Fisik Tablet Hisap Minyak Atsiri Kemangi (Depkes RI,

    1979; Lieberman, Lachman, Schwartz, 1989)

    a. Penampilan umum

    Tablet dilihat bentuknya secara visual meliputi, ukuran tablet, bentuk, warna,

    ada tidaknya bau dan bentuk permukaan.

    b. Uji Keragaman Bobot

    Dua puluh tablet ditimbang satu persatu secara seksama dan dihitung bobot

    rata-rata tablet tersebut. Syarat uji keragaman bobot pada tabel berikut :

    Tabel 3.5 Penyimpangan Terhadap Bobot Tablet

    Bobot Rata-rata

    Penyimpangan Bobot Rata-rata

    A B

    25 mg atau kurang 15% 30%

    26 mg 150 mg 10% 20%

    151 mg 300 mg 7,5% 15%

    Lebih dari 300 mg 5% 10%

    Jika ditimbang satu per satu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-

    masing bobotnya menyimpang lebih dari 5% dari bobot rata-ratanya dan tidak

  • 28

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih dari 10% dari bobot rata-

    ratanya.

    c. Uji Keseragaman Ukuran

    Sebanyak 20 tablet dipilih secara acak dikur tebal dan diameternya

    menggunakan alat jangka sorong. Syarat keseragaman ukuran, kecuali dinyatakan

    lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali atau tidak kurang dari 1 1/3 kali tebal

    tablet.

    d. Uji Kekerasan (Nursiah, Hasyim dkk., 2008)

    Sebanyak 6 tablet diuji. Pengukuran kekerasan tablet menggunakan satuan

    Kp atau kilopound atau penjepit, alat dijalankan sampai tablet pecah lalu dilihat

    angka yang tertera pada alat.

    e. Uji Keregasan (Lieberman, Lachman, Schwartz., 1989)

    Ditimbang 20 tablet yang telah di bersihkan dari debu (W1) kemudian

    dimasukkan ke dalam alat penguji friability, diatur kecepatan 25 rpm selama

    empat menit. Tablet dikeluarkan dan ditimbang kembali (W2).

    Friabilitas (%) = W1 W2 100%

    W1

    Kehilangan berat lebih kecil dari 1% masih dapat dibenarkan.

    f. Uji Waktu Hancur (Depkes,1995)

    Ambil 6 tablet, masukkan 1 tablet ke dalam masing-masing cakram pada

    keranjang lalu jalankan alatnya. Gunakan air bersuhu 37C 2C sebagai media.

    Pada akhir batas waktu yang ditetapkan, angkat keranjang dan amati semua tablet.

    Semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna,

    ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya. Tidak boleh kurang 16 tablet dari 18

    tablet yang harus hancur sempurna.

    3.8 Analisis Kualitatif Tablet Hisap Minyak Atsiri Kemangi dengan

    Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

    Pengujian kualitas tablet hisap minyak atsiri kemangi menggunakan

    kromatografi lapis tipis, digunakan plat silika gel GF254 sebagai fase diam dan

    pengembang campuran n-heksan : etil asetat = 9 : 1 sebagai fase gerak. Sebanyak

    10 mg minyak atsiri dan 1 tablet hisap dari setiap formula A, B, C dan D

    dilarutkan dalam n-heksan sebanyak 10 mL kemudian ditotolkan pada plat silika

  • 29

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    gel dengan pipa kapiler masing-masing 30 totolan, sebagai pembanding

    digunakan minyak atsiri kemangi yang telah dilarutkan dalam n-heksan.

    Kemudian plat disimpan dalam bejana tertutup rapat berisi larutan pengembang

    jenuh hingga batas atas. Selanjutnya plat dikeringkan, setelah kering plat dilihat di

    bawah sinar UV 254 nm dan sinar UV 365 nm. Kemudian plat di semprot dengan

    pereaksi semprot H2SO4 10%.

  • 30 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Determinasi Tanaman Herba Kemangi

    Berdasarkan hasil determinasi yang dilakukan di Pusat Penelitian Biologi

    LIPI Cibinong-Bogor menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah Ocimum americanum L. dengan familia Lamiaceae. Hasil

    determinasi dapat dilihat pada lampiran 3.

    4.2 Penyiapan Herba Kemangi

    Bagian tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah herba

    kemangi (Ocimum americanum L.). Herba kemangi di ambil dalam keadaan segar

    kemudian ditimbang sebanyak 97 kg. Selanjutnya herba kemangi dicuci dengan

    air mengalir untuk menghilangkan segala jenis kotoran-kotoran atau bahan asing

    lainnya yang melekat. Setelah pencucian selesai, herba kemangi di rajang dan di

    layukan di dalam ruangan terbuka tanpa terkena sinar matahari secara langsung

    selama 24 jam untuk mengurangi kadar airnya. Herba kemangi di layukan

    menggunakan alas terpal dan di atur jaraknya satu sama lain agar dapat kering

    secara merata.

    (Sumber : Koleksi Pribadi)

    Gambar 4.1 Herba kemangi yang di layukan

    Herba kemangi yang telah di layukan selama 24 jam sebanyak 97 kg

    disimpan di dalam karung, selanjutnya di lakukan proses destilasi uap-air

    menggunakan pelarut air.

  • 31

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    4.3 Destilasi Minyak Atsiri Kemangi

    Kemangi yang telah di layukan selama 24 jam sebanyak 97 kg dilakukan

    proses destilasi uap-air selama 6 jam dan ditampung tetesannya untuk

    mendapatkan minyak atsiri dalam tanaman. Minyak atsiri yang telah berhasil di

    dapatkan di bebas-airkan dengan penambahan natrium sulfat (Na2SO4) anhidrat

    untuk menghilangkan kandungan air yang terdapat dalam minyak atsiri. Minyak

    atsiri yang diperoleh dari 97 kg kemangi yaitu sebanyak 190 mL. Kemudian

    minyak atsiri dihitung rendemennya berdasarkan perbandingan volume minyak

    yang dihasilkan dari penyulingan bahan dengan bobot sampel yang disuling dan

    dinyatakan dalam satuan persen. Rendemen minyak atsiri kemangi yang diperoleh

    yaitu 0,2 % v/b (lampiran 4).

    (Sumber : Koleksi Pribadi)

    Gambar 4.2 Proses Destilasi Uap-Air Minyak Atsiri Kemangi

    (Sumber : Koleksi Pribadi)

    Gambar 4.3 minyak Atsiri Kemangi Hasil Destilasi Uap-Air

  • 32

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    4.4 Penentuan Komponen Kimia dalam Minyak Atsiri Kemangi dengan

    GCMS

    Gambar 4.1 Hasil Kromatogram Komponen Kimia Minyak Atsiri Kemangi

    dengan Analisa GCMS

    Tabel 4.1 Hasil Analisis Komponen Kimia Minyak Atsiri Kemangi dengan

    GCMS

    No. Waktu Retensi Area (%) Komponen Quality

    1. 7,99 0,23 .alpha.-Pinene 96

    2. 8,59 0,27 .beta.-Myrcene 94

    3. 9,44 0,16 dl-Limonene 96

    4. 9,57 0,99 .beta.Ocimene 97

    5. 1,62 2,64 Linalool 95

    6. 1,78 1,51 Citronella 96

    7. 12,93 1,15 -alpha-Terpineol 91

    8. 13,48 0,51 .beta.-Citronellol 96

    9. 13,61 5,62 Nerol 90

    10. 14,00 2,65 Z-Citral 96

    11. 14,16 2,25 Geraniol 94

  • 33

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    12. 14,70 32,08 Z-Citral 96

    13. 16,52 0,9 Citronellyl acetate 91

    14. 16,82 0,69 trans-Geraniol 91

    15. 18,89 3,04 trans-Caryophyllene 99

    16. 18,97 1,52 Zingiberene 90

    17. 19,22 0,62 trans-.beta.- Farnesene 96

    18. 19,74 0,65 .alpha.-Humulene 99

    19. 20,28 0,24 trans-.beta.- Farnesene 91

    20. 20,38 2,36 Germacrene-D 99

    21. 20,70 0,30 .beta.-Bisabolene 96

    22. 20,75 0,35 Bicyclogermacrene 98

    23. 21,11 0,15 Naphthalene 99

    24. 21,22 0,26 Naphthalene 99

    25. 21,48 5,46 Cis-.alpha.-Bisabolene 97

    26. 21,89 0,16 Farnesol 91

    27. 22,97 0,42 -(-)Caryophyllene oxide 91

    28. 24,93 0,25 .alpha.-Bisabolol 91

    Analisis komponen kimia dengan menggunakan Gas Chromatography

    Mass Spectrofotometry (GCMS) bertujuan untuk mengetahui komponen kimia

    yang terdapat di dalam minyak atsiri kemangi. Hasil Analisis Komponen Kimia

    Minyak Atsiri Kemangi dengan GCMS menunjukkan terdapat 28 komponen

    senyawa kimia dari minyak atsiri kemangi. Senyawa kimia yang paling dominan

    di antaranya yaitu Z-Sitral (32,08%), Z-Sitral (25,65%) dan Nerol (5,62%).

    4.5 Parameter Uji Minyak Atsiri

    Parameter uji minyak atsiri dilakukan dengan mengidentifikasi parameter

    spesifik dan parameter non spesifik. Parameter spesifik meliputi identitas dan

    organoleptik sedangkan parameter non spesifik meliputi bobot jenis, indeks bias,

    rotasi optik dan kelarutan dalam alkohol. Parameter spesifik dan non spesifik dari

    minyak atsiri kemangi diperoleh data pada tabel berikut :

  • 34

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Tabel 4.2 Hasil Parameter Spesifik dan Non Spesifik Minyak Atsiri Kemangi

    Parameter Spesifik

    Identitas Ocimum americanum L.

    Famili : Lamiaceae

    Organoleptik Bentuk Cairan

    Warna Kuning Kecoklatan

    Bau Khas Kemangi

    Rasa Kelat, Agak Sedikit Pahit

    Parameter Non Spesifik (Lampiran 5)

    Bobot Jenis 0,8572

    Indeks Bias 1,4821

    Rotasi Optik -9,12

    Kelarutan dalam Alkohol

    80%

    Larut Jernih 1: 1 ( Larut )

    4.6 Formulasi Tablet Hisap Minyak Atsiri Kemangi

    Minyak atsiri kemangi yang sudah diperoleh selanjutnya dibuat menjadi

    tablet hisap. Setelah melakukan berbagai orientasi formula di dapatkan formula

    tablet yang memenuhi syarat dengan metode kempa langsung (Tabel 3.1)

    Dalam formulasi digunakan maltodekstrin sebagai pengikat tablet hisap

    dengan metode kempa langsung karena dapat meningkatkan kekerasan pada tablet

    hisap dan mempengaruhi waktu hancur tablet. Penggunaan aerosil sebesar 1%

    berfungsi sebagai adsorben untuk mengeringkan minyak atsiri herba kemangi

    dengan perbandingan antara minyak dan aerosil adalah 1 : 2 menghasilkan serbuk

    minyak kering berwarna putih, rasanya sepat dan pahit. Serbuk minyak ini

    mengandung 0,5% minyak atsiri herba kemangi.

    Penggunaan avicel PH 102 merupakan pengisi tablet kempa langsung yang

    paling kompresibel dan dapat meningkatkan kekuatan kohesif. Sukrosa digunakan

    sebagai pemanis karena dapat menghasilkan tablet dengan tekstur licin dan halus

    serta memiliki daya kompressibilitas yang baik (Siregar, 2010). Sebagai glidant,

  • 35

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    antiadheren dan lubrikan digunakan aerosil sebesar 0,5%, talkum sebesar 5% dan

    magnesium stearat sebesar 2%. Konsentrasi talkum dan magnesium stearat yang

    digunakan adalah konsentrasi maksimal untuk mencegah menempelnya massa

    tablet pada alat pencetak (Anwar, Effionora dkk., 2007)

    4.7 Evaluasi Massa Cetak Tablet Hisap

    Hasil evaluasi laju alir, sudut henti, kompressibilitas dan kadar lembab

    massa cetak tablet hisap dapat dilihat pada tabel berikut :

    Tabel 4.3 Evaluasi Massa Cetak Tablet Hisap

    No. Parameter Formula

    A B C D

    1. Laju Alir (gr/detik) 7,48 7,97 7,02 7,12

    2. Sudut henti () 25,78 25 26,17 27,31

    3. Kompressibilitas (%) 33,37 32,63 29,97 15,09

    4. Kadar Lembab (%) 5,37 5,71 6,14 6,45

    Hasil evaluasi laju alir massa cetak tablet hisap untuk formula A, B, C dan

    D berturut-turut adalah 7,48 gr/detik, 7,97 gr/detik, 7,02 gr/detik dan 7,12

    gr/detik. Hal ini menunjukkan bahwa laju alir formula A, B, C, dan D memiliki

    sifat aliran serbuk yang mudah mengalir. Menurut Voight (1994) laju alir 4-10

    gr/detik memiliki sifat aliran serbuk yang mudah mengalir dan formula A, B, C,

    dan D masih berada di dalam rentang 4-10 gr/detik.

    Sudut henti merupakan teknik yang relatif sederhana untuk mengukur

    penahanan terhadap gerakan partikel. Sudut henti lebih relevan untuk

    memprediksikan kecepatan alir suatu serbuk (Nursiah, Hasyim dkk., 2008).

    Berdasarkan hasil evaluasi diperoleh data bahwa formula A, B, C, dan D

    mempunyai sudut henti 25,78, 25, 26,17 dan 27,31. Menurut Voight (1994),

    sudut istirahat 25-30 memiliki aliran yang baik sehingga dapat disimpulkan

    formula A, B, C, dan D memiliki kategori aliran yang baik. Pemeriksaan

    kecepatan alir dan sudut istirahat penting untuk mengetahui apakah massa cetak

  • 36

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    dapat mengalir dengan baik dari hopper pada mesin tablet (Priambodo, Drajat

    dkk.,2008).

    Nilai kompressibilitas yang diperoleh pada formula A, B, C dan D adalah

    33,37%, 32,63%, 29,97% dan 15,09%. Hal ini menunjukkan bahwa formula A

    memiliki nilai kompressibilitas yang sangat buruk, formula B dan C memiliki

    nilai kompressibilitas buruk dan formula D memiliki nilai kompressibilitas yang

    baik. Hal tersebut berpengaruh ketika proses pengempaan dengan pengaturan

    tekanan yang sama tetapi akan menghasilkan kekerasan yang berbeda dengan

    massa cetak formula D.

    Evaluasi kadar lembab massa cetak tablet hisap untuk formula A, B, C,

    dan D yaitu 5,37%, 5,71%, 6,14%, 6,45%. Kadar lembab ini tidak memenuhi

    persyaratan kadar lembab serbuk yang baik yaitu 2-5% (Voight, 1994). Karena

    jika kadar lembab serbuk 2% maka tablet yang dihasilkan akan rapuh atau

    mudah hancur dan jika kadar lembab serbuk 5% maka tablet yang dihasilkan

    akan terlalu lembab.

    Massa cetak tablet hisap minyak atsiri kemangi ini kemudian dilakukan

    proses pencetakan dengan bobot tablet yang di rencanakan 2000 mg. Metode yang

    dipilih untuk membuat tablet hisap minyak atsiri kemangi ini adalah metode

    kempa langsung. Pemilihan metode ini dengan pertimbangan zat aktif yang sangat

    kecil yaitu sebesar 10 mg, bila digunakan metode granulasi basah atau granulasi

    kering dikhawatirkan zat aktif akan berkurang kadarnya selama proses granulasi.

    Selain itu karena zat aktif merupakan minyak atsiri yang mudah menguap, maka

    pemanasan saat pengeringan granul harus dihindarkan (Priambodo, Drajat dkk.,

    2008).

    4.8 Evaluasi Tablet Hisap Minyak Atsiri Kemangi

    Pengamatan secara organoleptis terhadap tablet hisap yang dihasilkan

    terlihat warna tablet hisap putih, memiliki rasa sedikit manis, bau khas kemangi

    dan mempunyai tekstur yang halus (Tabel 4.4).

  • 37

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Tabel 4.4 Pengamatan Organoleptis Tablet Hisap Minyak Atsiri Kemangi

    Pengamatan

    Organoleptis

    Formula

    A B C D

    Bentuk Bulat, Cembung

    pada bagian

    tengah

    Bulat, Cembung

    pada bagian

    tengah

    Bulat, Cembung

    pada bagian

    tengah

    Bulat, Cembung

    pada bagian

    tengah

    Warna Putih Putih Putih Putih

    Rasa Sedikit Manis Sedikit Manis Sedikit Manis Sedikit Manis

    Bau Khas kemangi Khas Kemangi Khas Kemangi Khas Kemangi

    Tekstur Halus Halus Halus Halus

    Keterangan : 1. Formula A = Maltodekstrin 10%

    2. Formula B = Maltodekstrin 20%

    3. Formula C = Maltodekstrin 30%

    4. Formula D = Maltodekstrin 40%

    Formula A Formula B

    Formula C Formula D

    Gambar 4.5 Tablet Hisap Minyak Atsiri Kemangi

  • 38

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Keterangan : 1. Formula A = Maltodekstrin 10%

    2. Formula B = Maltodekstrin 20%

    3. Formula C = Maltodekstrin 30%

    4. Formula D = Maltodekstrin 40%

    Tabel 4.5 Evaluasi Tablet Hisap Minyak Atsiri Kemangi

    No.

    Parameter

    Formula

    A B C D

    1. Bobot rata-rata (gr) 2,061 2,041 2,029 2,028

    2.

    Keseragaman Ukuran (cm)

    Diameter 2,02 2,02 2,02 2,02

    Tebal 0,84 0,82 0,82 0,82

    3. Kekerasan (kg/cm3) 9,19 0,121 11,79 0,312 12,07 0,390 13,35 0,457

    4. Friabilitas (%) 0,06 0,15 0,16 0,07

    5. Waktu Hancur (menit) 2,56 8,30 16,39 21,74

    Keragaman bobot dari tablet tergantung pada kecepatan alir massa cetak

    dimana aliran massa cetak yang baik akan memudahkan serbuk masuk kedalam

    ruang pencetakan tablet secara tepat dan seragam sehingga akan menghasilkan

    tablet dengan ukuran yang seragam pula (Nursiah, Hasyim dkk., 2008).

    Keragaman bobot merupakan parameter yang sangat penting dalam kualitas

    tablet. Menurut Farmakope Indonesia Edisi 3 (Depkes, 1979) tablet dengan rata-

    rata berat lebih dari 300 mg, tidak boleh ada 2 tablet yang bobotnya menyimpang

    lebih dari 5% dari bobot rata-rata dan tidak satu tablet pun yang bobotnya

    menyimpang lebih dari 10% dari bobot rata-rata. Hasil evaluasi keragaman bobot

    tablet dari keempat formula memenuhi syarat yaitu bobot tablet dari keempat

    formula tidak ada yang menyimpang lebih dari 5% dan 10% dari bobot rata-rata

    masing-masing formula tablet. Keragaman bobot sangat dipengaruhi oleh baik

    tidaknya sifat alir massa tablet. Sifat alir yang baik menyebabkan volume bahan

    yang masuk ke dalam ruang kompresi akan seragam sehingga variasi berat tablet

    yang dihasilkan tidak terlalu besar (Kuswahyuning, Rina dan Sri Sulihtyowati

    Soebagyo., 2005). Data hasil uji keragaman bobot dapat dilihat pada lampiran 6.

  • 39

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Uji keseragaman ukuran bertujuan untuk memberikan pengawasan

    terhadap ketebalan tablet agar volume bahan beragam (Nursiah, Hasyim dkk.,

    2008). Uji keseragaman ukuran menggunakan jangka sorong dengan mengamati

    diameter dan tebal tablet hisap. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa formula A, B,

    C dan D memiliki diameter rata-rata 2,02 cm sedangkan tebal tablet untuk formula

    A = 0,82 cm dan formula A, B, dan C memiliki tebal tablet yang sama yaitu 0,82

    cm (lam