Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Timur

23
Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Timur – Beberapa waktu lalu saya telah menulis tentang alat musik tradisional yang berasal dari Provinsi Nusa Tenggara Barat . Nah, pada artikel kali ini giliran yang saya akan informasikan mengenai alat musik tradisionalnya adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur yang dari segi tata letak tentunya bersebelahan dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jika dibahas lebih lanjut dari segi letak secara geografis, maka Provinsi Nusa Tenggara Timur ini dalah provinsi yang berada di bagian tenggara Indonesia. Nusa Tenggara Timur juga termasuk provinsi yang berbentuk kepulauan yang memiliki beberapa pulau, yaitu pulau Sumba, pulau Komodo, pulau Flores, pulau Timor, pulau Alor, pulau Rote, pulau Palue, pulau Alor, pulau Lembata, pulau Sabu, dan pulau Adonara. Sedangkan kota Kupang berupakan ibu kota dari Provinsi Nusa Tenggara Timur ini yang terletak di bagian daerah Timor Barat. Jika dilihat lebih jauh lagi, sebenarnya Nusa Tenggara Timur ini memiliki 550 pulau, yang menjadi pulau utamanya adalah Pulau Sumba, Flores dan juga Timor Barat. Nusa Tenggara Timur ini juga berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste yang dahulunya adalah Provinsi Timor-timur yang memisahkan diri dari Indonesia pada tahun 2002 silam. Inilah Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Timur

description

aaa

Transcript of Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Timur

Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Timur – Beberapa waktu lalu saya telah menulis tentang alat musik tradisional yang berasal dari Provinsi Nusa Tenggara Barat. Nah, pada artikel kali ini giliran yang saya akan informasikan mengenai alat musik tradisionalnya adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur yang dari segi tata letak tentunya bersebelahan dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jika dibahas lebih lanjut dari segi letak secara geografis, maka Provinsi Nusa Tenggara Timur ini dalah provinsi yang berada di bagian tenggara Indonesia.

Nusa Tenggara Timur juga termasuk provinsi yang berbentuk kepulauan yang memiliki beberapa pulau, yaitu pulau Sumba, pulau Komodo, pulau Flores, pulau Timor, pulau Alor, pulau Rote, pulau Palue, pulau Alor, pulau Lembata, pulau Sabu, dan pulau Adonara. Sedangkan kota Kupang berupakan ibu kota dari Provinsi Nusa Tenggara Timur ini yang terletak di bagian daerah Timor Barat.

Jika dilihat lebih jauh lagi, sebenarnya Nusa Tenggara Timur ini memiliki 550 pulau, yang menjadi pulau utamanya adalah Pulau Sumba, Flores dan juga Timor Barat. Nusa Tenggara Timur ini juga berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste yang dahulunya adalah Provinsi Timor-timur yang memisahkan diri dari Indonesia pada tahun 2002 silam.

Inilah Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Timur

Berikut ini adalah daftar nama alat musik tradisional yang berasal dari Nusa Tenggara Timur. Menurut informasi yang saya dapat dari beberapa sumber, ternyata beberapa alat musik tradisional yang berasal dari Nusa Tenggara Timur ini terancam hampir punah. Berikut daftarnya :

1. Sasando2. Heo3. Foy Doa4. Foy Pay5. Knobe Khabetas

Wah, nama alat-alat musik di atas cukup unik, bukan? Hampir sesuai dengan dialek bahasa daerah di sana. Supaya tidak penasaran, langsung saja simak penjelasan dari masing-masing alat musik tersebut di bawah ini.

Penjelasan Tentang Alat Musik Nusa Tenggara Timur

SasandoKalau ingat tentang alat musik satu ini, maka saya yakin sebagian besar dari kita ingat dengan pecahan uang kertas Rp. 5000 yang dulu. Karena di uang pecahan Rp. 5000 itu ada gambar alat musik yang satu ini.

Sasando ini adalah alat musik jenis petik yang memiliki senar banyak. Senar yang dipakai di Sasando ini jumlahnya ada 28. Cara memainkannya hampir sama dengan bermain gitar atau kecapi. Hanya saja bentuk Sasando sedikit lebih unik dari alat musik petik lainnya.

HeoDari bentuknya, alat musik Heo ini seperti alat musik biola dalam versi yang masih sangat tradisional. Heo memang merupakan alat musik gesek seperti biola. Heo biasanya terbuat dari kayu. Namun alat penggeseknya agak unik karena terbuat dari ekor kuda yang dililitkan pada kayu sedemikian rupa, sehingga menyerupai busur panah.

Foy DoaFoy Doa adalah termasuk alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur yang dinilai usianya sangat tua. Foy Doa ini merupakan alat musik jenis tiup seperti seruling. Alat musik ini juga dibuat dari bambu dengan beberapa lubang di bagian atasnya. Bedanya dengan seruling biasa adalah Foy Doa dianggap seruling ganda karena terdiri dari dua seruling atau lebih yang diikat sejajar menjadi satu.

Foy PayFoy Pay hampir mirip dengan Foy Doa yang juga merupakan alat musik jenis tiup seperti seruling. Biasanya Foy Pay juga dimainkan bersamaan dengan Foy Doa untuk mengiringi musik-musik tradisional Nusa Tenggara Timur dalam berbagai acara adat atau untuk acara hiburan.

Knobe KhabetasNamanya cukup unik. Alat musik ini sebenarnya sejenis alat musik tiup. Namun dibuat berbentuk seperti busur panah. Juga terdapat tali pengikatnya seperti tali busur. Cara memainkannya yaitu dengan cara meniup salah satu ujung busur sambil menggetarkan tali busurnya. Orang-orang di Provinsi Nusa Tenggara Timur biasanya menggunakan Knobe Khabetas ketika bercocok tanam atau ketika menggembala ternak.

Itulah beberapa alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur. Seperti yang tadi saya katakan di atas, alat-alat musik tersebut menurut beberapa sumber informasi ternyata hampir punah. Tentu hal ini menjadi tugas kita selaku anak bangsa untuk turut membantu melestarikannya.

 

ALAT MUSIK TRADISIONAL NTT [ NUSA TENGGARA TIMUR ]

ALAT MUSIK TRADISIONAL NTT [ NUSA TENGGARA TIMUR ]Wacana Seni Yang Berlatar Belakang Kebudayaan Dari Setiap Daerah Yang Ada Di Indonesia, Selalu Menjadi Hal Yang Menarik Untuk Disimak. Demikian Halnya Dengan Warna Seni Musik Tradisional Yang Ada Di Wilayah NTT [ Nusa Tenggara Timur ]. Dengan Keanekaragaman Alat Musik Tradisional Yang Ada Di NTT [ Nusa Tenggara Timur ]. Juga Menjadi Pembuktian Tersendiri Bagi Generasi Pencinta Musik Modern Sekarang Ini Di NTT [ Nusa Tenggara Timur ], Bahwa Para Pendahulunya Bukanlah Generasi Yang Buta Akan Nilai Seni Dan Juga Bukan Biduan Yang Mandul Dalam Berkarya Seni. Salah Satunya Adalah Beranekaragamnya Alat Musik Tradisional NTT Yang Mereka Tinggalkan Sampai Saat Ini.

Alat Musik Tradisional NTT || Musik Tradisional NTT

ALAT MUSIK TRADISIONAL NTT [ NUSA TENGGARA TIMUR ]

ALAT MUSIK TRADISIONAL NTT [ NUSA TENGGARA TIMUR ]Wacana Seni Yang Berlatar Belakang Kebudayaan Dari Setiap Daerah Yang Ada Di Indonesia, Selalu Menjadi Hal Yang Menarik Untuk Disimak. Demikian Halnya Dengan Warna Seni Musik Tradisional Yang Ada Di Wilayah NTT [ Nusa Tenggara [....]

[12] KomentarSat, 29 Jan 2011 05:58:37 GMTPost by admin nttuWEB

Alat Musik Tradisional || NTT || FOY DOA

ALAT MUSIK TRADISIONAL » NTT » NGADA » FOY DOA

ALAT MUSIK TRADISIONAL FOY DOA » ALAT MUSIK TIUPAlat Musik Tradisional NTT [ Nusa Tenggara Timur ], Sama Seperti Banyak Wilayah Lain Di Indonesia Yang Kaya Akan Pesona Musik Tradisional. Sebagai Warisan Budaya Dari Sebuah Bangsa Berbudaya, Sudah Sepantasnya [....]

[1] KomentarSun, 29 May 2011, 17:18:45 GMTPost by admin nttuWEB

Alat Musik Tradisional || NTT || KNOBE KHABETAS

ALAT MUSIK TRADISIONAL » NTT » TIMOR » KNOBE KHABETAS

ALAT MUSIK TRADISIONAL KNOBE KHABETAS » ALAT MUSIK TIUPAlat Musik Tradisional NTT [ Nusa Tenggara Timur ] Yang Bernama KNOBE KHABETAS Ini, Adalah Alat Musik Tradisional Khas Suku Dawan, Yaitu Salah Satu Suku Asli Yang Mendiami Daratan Pulau Timor.

 

 

 

 

 

 

 Berikut ini adalah alat-alat musik dan bunyi-bunyian yang berasal dari daerah Nusa Tenggara Timur, alat-alat musik ini memiliki ciri khas khusus dan bunyi yang sangat menarik

FOY DOA

Kabupaten Ngada Flores yang beribukota Bajawa mempunyai banyak ragam kesenian daerah. antara lain musik Foy Doa.Seberapa lama usia musik Foy Doa tidaklah diketahui dengan pasti karena tidak ada peninggalan- peninggalan yang dapat dipakai untuk mengukurnya. Foy Doa berarti suling berganda yang terbuat dari buluh/bamabu keil yang bergandeng dua atau lebih.Mungkin musik ini biasanya digunakan oleh para muda-mudi dalam permainan rakyat di malam hari dengan membentuk lingkaran. Sistem penalaan, Nada-nada yang diproduksi oleh musik Foy Doa adalah nada-nada tunggal dan nada-nada ganda atau dua suara, hak ini tergantung selera si pemain musik Foy Doa.Bentuk syair, umumnya syair-syair dari nyanyian musik Foy Doa bertemakan kehidupan , sebagai contoh : Kami bhodha ngo kami bhodha ngongo ngangi rupu-rupu, go-tuka ate wi me menge, yang artinya kami harus rajin bekerja agar jangan kelaparan.Cara Memainkan, Hembuskan angin dari mulut secara lembut ke lubang peniup, sementara itu jari-jari tangan kanan dan kiri menutup lubang suara.Perkembangan Musik Foy Doa, Awal mulanya musik Foy Doa dimainkan seara sendiri, dan baru sekitar 1958 musisi di daerah setempat mulai memadukan dengan alat-alat musik lainya seperti : Sowito, Thobo, Foy Pai, Laba Dera, dan Laba Toka. Fungsi dari alat-alat musik tersebut di atas adalah sebagai pengiring musik Foy Doa.

FOY PAYAlat musik tiup dari bambu ini dahulunya berfungsi untuk mengiringi lagu-lagu tandak seperti halnya musik Foy Doa.Dalam perkembangannya waditra ini selalu berpasangan dengan musik Foy Doa. Nada-nada yang diproduksi oleh Foy Pai : do, re, mi, fa, sol.

KNOBE KHABETAS

Masyarakat Dawan peraya bahwa alat musik Knobe Kbetas telah ada sejak nenek moyang mereka berumah di gua-gua. Bentuk alat musik ini sama dengan busur panah. Cara memainkannya ialah, salah satu bagian ujung busur ditempelkan di antara bibir atas dan bibir bawah, dan kemudian udara dikeluarkan dari kerongkongan, sementara tali busur dipetik dengan jari. Meripakan kebiasaaan masyarakat dawan di pedesaan apabila pergi berook tanam atau mengembala hewan mereka selalu membawa alat-alat musik seperti Leku, Heo, Knobe Kbetas, Knobe Oh, dan Feku. Sambil mengawasi kebun atau mengawasi hewan-hewan, maka musik digunakan untuk melepas kesepian. Selain digunakan untuk hiburan pribadi, alat

musik ini digunakan juga untuk upacara adat seperti, Napoitan Li'ana (anak umur 40), yaitu bayi yang baru dilahirkan tidak diperkenankan untuk keluar rumah sebelum 40 hari. Untuk menyonsong bayi tersebut keluar rumah setelah berumur 40 hari, maka diadakan pesta adat (Napoitan Li'ana).

KNOBE OH

Nama alat musik yang terbuat dari kilit bambu dengan ukuran panjang lebih kurang 12,5 cm. ditengah-tengahnya sebagian dikerat menjadi belahan bambu yang memanjang (semacam lidah) sedemikian halusnya, sehingga dapat berfungsi sebagai vibrator (penggetar). Apabila pangkal ujungnya ditarik dengan untaian tali yang terkait erat pada pangkalujung terseut maka timbul bunyi melalui proses rongga mulut yang berfungsi sebagai resonator

NUREN

Alat musik ini terdapat di Solor Barat. Orang Talibura di Sikka Timur menyebut alat musik ini dengan nama Sason, apabula disebut seara puitis menjadi Sason Nuren. Secara etimologi Sason berarti jantan, dan Nuren berarti perempuan. Sason Nuren merupakan dua buha suling yang dimainkan oleh seorang sendirian, merupakan sebutan keramat, sakral, kesayangan, alat hiburan. Menurut cerita tua, seorang tokoh legendaris Solor Barat konon berkepala dua sekaligus memiliki rmulut dua. Orang Solor Barat menyebutnya dengan nama Edoreo sedangkan di bagian tengah Solor Barat menyebutnya dengan nama Labaama Kaha. Konon menurut erita ia pernah hidup 3-4 abad yang lalu. Konon menurut erita pula ia mampu meminkan Sason Nuren sekaligus, sehingga apabila sedang maminkan lat musik ini orang mengira ada dua pribadi yang sedang memainkan Sason Nuren. Menurut keperayaan penduduk setempat Sason Nuren merupakan suara para peri (nitun).

SUNDING TONGKENG

Nama alat musik tiup ini berhubungan dengan bentuk serta ara memainkannya, yaitu seruas bambu atau buluh yang panjangnya kira-kira 30 cm. Buku salah satu ujung jari dari ruas bambu dibiarkan. Lubang suara berjumlah 6 buah dan bmbu berbuku. Sebagian lubang peniutp dililitkan searik daun tala. Cara memainkan alat musik ini seperti memainkan flute. Karena posisi meniup yang tegak itu orang Manggarai menyebutnya Tongkeng, sedangkan sunding adalah suling., sehingga alat musik ini disebut dengan nama Sunding Tongkeng. Alat musik ini bisanya digunakan pada waktu malam hari sewaktu menjaga babi hutan di kebun. Memainkan alat musik ini tidak ada pantsngan, keuali lagu memanggil roh halus yaitu Ratu Dita

PRERE

Alat bunyi-bunyian dari Manggarai ini terbuat dari seruas bambu keil sekeil pensil yang panjangnya kira-kira 15 cm. Buku ruas bagian bawah dibiarkan tertutup, tetapi bagian atasnya dipotong untuk tempat meniup. Buku ruaw bagian bawah dibelah untuk menyaluirkan udara tiupan mulut dari tabung bambu bagian atas, sekaligus bagian belahan bambu itu untuk melilit daun pandan sehingga menyerupai orong terompet yang berfungsi memperbesar suaranya. Alat musik ini selain digunakan untuk hiburan pribadi, juga digunakan untuk mengiringi musik gong gendang pada permainan penak silat rakyat setempat. Nada-nada yang dihasilkan adalah do dan re, sehingga nama alat ini disebut Prere.

SULING

Umumnya seluruh kabupaten yang ada di NTT memiliki instrumen suling bambu, seperti di Sumba terdapat suling hidung. Namanya demikian karena suling ini ditiup dari hidung. Kalau di Kabupaten Belu terdapat orkes suling dengan jumlah pemain ( 40 orang. Orkes suling ini terdiri dari suling pembawa melodi (suling keil), dan suling pengiring yang berbentuk silinder yaitu, suling alto, tenor, dan bass. Suling pengiring ini terdiri dari 2 bambu yang berbentuk silinder yaitu, bambu peniup berukuran keil dan bambu pengatur nada berbentuk besar.Suling melodi bernada 1 oktaf lebih, suling pengiring bernada 2 oktaf. Dengan demikian untuk meniptakan harmoni atau akord, maka suling alto bernada mi, tenor bernada sol, dan bass bernada do, atau suling alto bernada sol, tenor mi,dan dan bass bernada do.Cara memainkan : suling sopran atau pembawa melodi seperti memainkan suling pada umumnya, dan suling pengiring sementar bambu peniup dibunyikan, maka bambu pengatur nada digerakkan turun dan naik, yaitu sesuai dengan nada yang dipilih. Keualui pada sulign bass, bambu peniup yang digerakkan turun dan naik.Fungsi alat musik suling ini untuk menyambut tamu atau untuk memeriahkan hari-hari nasional.

Alat Musik Petik

HEO

Alat gesek (heo) terbuat dari kayu dan penggeseknya terbuat dari ekor kuda yang dirangkai menjadi satu ikatan yang diikat pada kayu penggesek yang berbentuk seperti busur (dalam istilah masyarakat Dawan ini terbuat dari usus kuskus yang telah dikeringkan). Alat ini mempunyai 4 dawai, dan masing-masing bernama :

dawai 1 (paling bawah) Tain Mone, artinya tali laki-laki dawai 2 Tain Ana, artinya tali ana dawai 3 Tain Feto, artinya tali perempuan dawai 4 Tain Enf, artinya tali induk

Tali 1 bernada sol, tali 2 bernada re, tali tiga bernada la dan tali 4 bernada do.

LEKO BOKO / BIJOL

Alat musik petik ini terbuat dari labu hutan (wadah resonansi), kayu (bagian untuk merentangkn dawai), dan usus kuskus sebagai dawainya. Jumlah dawai sama dengan Heo yaitu 4, serta nama dawainya pun seperti yang ada pada Heo. Fungsi Leko dalam masyarakat Dawan untuk hiburan pribadi dan juga untuk pesta adat. Alat musik ini selalu berpasangan dengan heo dalam suatu pertunjukan, sehingga dimana ada heo, disitu ada Leko. Dalam penggabungan ini Lelo berperan sebagai pembei harmoni, sedangkan Heo berperan sebagi pembawa melodi atau kadang-kadang sebagai pengisi (Filter) Nyanyian-nyayian pada msyarkat Dawan umumnya berupa improvisasi dengan menuturkan tentang kejadian-kejadi an tang telah terjadi pda masa lampau maupun kejadian yang sedang terjadi (aktual).Dalam nyanyian ini sering disisipi dengan Koa (semaam musik rap). Koa ada dua macam yaitu, Koa bersyair dan Koa tak bersyair.

SOWITO

Alat musik pukul dari bambu dari Kabupaten Ngada. Seruas bambu yang dicungkil kulitnya berukuran 2 cm yang kemudian diganjal dengan batangan kayu kecil. Cungkilan kulit bambu ini berfungsi sebagai dawai. Cara memainkan dipukul dengan sebatang kayu sebesar jari tangan yang panjangnya kurang dari 30 cm. Sertiap ruas bambu menghasilkn satu nada. Untuk keperluan penggiringan, alat musik ini dibuat beberapa buah sesuai kebutuhan.

REBA Alat musik ini berdawai tunggal ini, terbuat dari tempurung kelapa/labu hutan sebagai wadah resonansi yang ditutupi dengan kulit kambing yang ditengahnya telah dilubangi. Dawainya terbuat dari benang tenun asli yang telah digosok dengan lilin lebah. Penggeseknya terbuat dari sebilah bambu yang telah diikat dengan benang tenun yang juga telah digosok dengan lilin lebah.

Dalam pengembangannya alat ini dari jenis gesek menjadi alat musik petik, yang juga berdawai satu dimodifikasikan menjadi 12 dawai, serta dawainya pun diganti dengan senar plastik. Reba tiruan ini berfungsi untuk mengiringi lagu-lagu daerah populer.

MENDUT

Alat musik petik/pukul dari bambu ini berasal dari Manggarai. Seruas bambu betung yang 1,5 tahun yang panjangnya kira-kira 40 m. Kedua ujung bambu dibiarkan, namun salah satunya dilubangi.Cara pembuatannya, di tengah bambu dilubangi persegi empat dengan ukuran 5 x 4 m. Disamping kiri kanan lubang masing-masing dicungkil satu kulit bambu yang kemudian diganjal dengn batangan kayu hingga berfungsi sebagai dawai.Cara memainkan alat musik ini adalah dengan dipetik atau dipukul-pukul dengan kayu kecil.

KETADU MARA

Alat musik petik dua dawai yang biasa digunakan untuk menghibur diri dan juga sebagai sarana menggoda hati wanita. Alat musik ini dipercayai pula dapat mengajak cecak bernyanyi dan juga suaranya disenangi makluk halus.

SASANDO

 

Fungsi musik sasando gong dalam masyarakat pemiliknya sebagi alat musik pengiring tari, menghibur keluarga yang sedang berduka, menghibur keluarga yang sedang mengadakan pesta, dan sebagai hiburan pribadi. Sasando gong yang pentatonis ini mempunyai banyak ragam cara memainkannya, antara lain : Teo renda, Ofalangga, Feto boi, Batu matia, Basili, Lendo Ndao, Hela, Kaka musu, Tai Benu, Ronggeng, Dae muris, Te'o tonak.Ragam-ragam tersebut sudah merupakan ragam yang baku, namun dengan sedikit perbedaan ini dikarenakan :(a). Rote terdiri dalam 18 Nusak adat dan terbagi dalam 6 keamatan. Dengan sendirinya setiap nusak mempunyai gaya permainan yang berbeda-beda. (b). Perbedaan-perbendaan ini dipengaruhi oleh kemampuan musikalis dari masing-masing pemain sasando gong. (c). Belum adanya sistem notasi musik sasando gong yang baku. Perkembangan SansandoSasando pada mulanya menggunakan tangga nada pentatonis. Diperkirakan akhir abad ke-18 sansando mengalami perkembangan sesuai tuntutn zaman, yaitu menggunakan tangga nada diatonis. Sasando diatonis khusunya berkembang di Kabupaten Kupang.Jumlah dawai yang digunakan oleh sasando diatonis bervariasi yaitu, 24 dawai, 28 dawai, 30 dawai, 32 dawai, dan 34 dawai. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya yaitu kira-kira 1960 untuk pertam kalinya sasando menggunakan listrik. Ide ini datang dari seorang yang bernama Bapak edu Pah, yaitu salah seorang pakar pemain sasando di Nusa Tenggara Timur.

SASANDO LISTRIK 

 

Alat musik Bunyi-bunyian

KELONTANG

Pada jaman lampau wilayah pulau komodo masih berhutan, karena itu masih banyak binatang buas perusak tanaman seperti Kera. Untuk mengusir binatang pengganggu tanaman, terciptalah alat musik ini. Alat musik bunyi-bunyian ini terbuat dari tiga belahan kayu bulat kering yang panjangnya 30 cm. Ketiga belahan kayu ini diletakkan di atas kaki pemain yang sedang duduk dan kemudian dipikul dengan batangan kayu sebesar jari tengah.

TATABUANG

Di Tanalein alat musik ini disebut Leto, di Desa Lamanole Flores Timur disebut Tatabuang. Rupanya mirip dengan nama Totobuang alat musik dari Maluku. Kemungkinan besar alat musik ini dibawa oleh suku Kera (Keraf) dari Maluku. Sebutan Tatabuang hanya terdapat di Lemonale, dan di desa ini banyak terdapat orang suku Kera yang menyebut dalam sejarah pelayaran menggunakan perahu kora-kora. Terdapat sebuah erita bahwa asal muasal alat musik ini dari seorang anak yang selalu mau mengikuti orang tuanya ke kebun. Setiap hari sang anak selalu menangis, dan ini sangat mengganggu kepergian mereka kek kebun. Untuk mengatasinya sang ayah membuat alat musik ini untuk sang anak.Di Lemonale permainan Tatabuang melalui dua cara, yaitu digantung seperti Leto dan yang lain diletakkan di atas pangkuan.Tatabuang dibuat dari batangan kayu Sukun yang digantung berbentuk bulat dan hati dari kayu tersebut dikeluarkan. Tatabuang yang digantung bernama Letor di Sikka dan yang dipangku bernama Preson di Wulanggintang.

THOBOAlat musik tumbuk dari bambu ini berasal Kabupaten Ngada. Seruas Bambu betung yang buku bagian bawahnya dibiarkan, sedangkan bagian atasnya dilubangi. Ara memainkannya ditumbuk ke lantai atau tanah (seperti menumbuk padi). Alat musik ini berfungsi sebagai bass dalam mengiringi musik Foy doa.

GONG Gong merupakan alat musik yang umum terdapat pada masyarakat Nusa Tenggara Timur yang terbuat dari tembaga, kuningan, atau dari besi. Biasanya digunakan untuk berbagai tujuan, misalnya untuk pesta adat, mengiringi tarian dalam penerimaan tamu dan sebagainya.Perbedaan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain antara lain jumlah gong , ukurannya, cara memainkannya, serta penglarasnya. Khusus penglaras umunya berkisar pada laras pelog dan slendro.

Nama-nama gong pada masing-masing daerah tidak sama, untuk jelas lihat ontoh berikut : a. Gong Sumba Barat Kelompok pertama yang terdiri dari 4 buah gong kecil (katala meduk) dengan urutan pemukulan sebagai berikut :Mamaalu/gong pertama yaitu gong yang ditabuh/dibunyikan paling pertama, Pahimangu/gong kedua yaitu gong yang dibunyikan setelah mamaulu berbunyi, Pahelungu/gong ketiga yaitu gong yang dibunyikan dengan kecepatan dua kali lebih epat dari gong yang terdahulu, Kabokang/gong keempat yaitu gong yang dibunyikn sama epatnya dengan gong ketiga dan saling mengisi sehingga terdengar bunyi yang harmonis. Kelompok kedua yang terdiri dari dua gong besar, yang dalam bahasa Anakalang disebut Katalla bakul, namun ada juga menyebut dengan nama Gasa. Katalla Bakul atau Gasa dibunyikan seara berganti-ganti untuk mengimbangi keempat gong di atas (kelompok pertama). b. Gong Sabu Nama-nama gong sesuai dengan cara menabuhnya, ontoh gong pengiring tari Ledo Hawu :Leko yaitu dua buah gong yang mula-mula ditabuh seara bergantian, Didale ae, Didala Iki, dan Gaha yaitu tiga buah gong yang berukuran agak besar (gong bass) yang juga ditabuh secara bergantian, Wo Peibho Abho yaitu dua buah gong yang ditabuh sebagai pengiring gong Leko, Wo Paheli yaitu dua buah gong yang ditabuh sebagai pengiring Leko dan We Peibho Abho.c. Gong Alor Nama-nama gong :- Kingkang yaitu dua buah gong kecil.

- Dung-dung/kong-kong yaitu dua buah gong sedang.- Posa yaitu tiga buah gong besar. d. Gong Ngada Gong Ngada terdiri dari lima buah dan umumnya berukuran kecil. Nama-nama gong :- Doa yaitu dua buah gong yang dimainkan seara silih berganti.- Dhere yaitu terdiri dari satu gong- Uto-uto yang juga hanya satu gong- Wela yaitu gong yang paling tingi suaranya.e. Gong Dawan Gong Dawan yang dimaksudkan di sini adalah dari Amanuban tepatnya di Desa Nusa Timor Tengah Selatan. Gong yang digunakan umumnya berjumlah 6 buah. Nama-nama gong :Tetun yaitu dua buah gong keil, namun apabila dari kedua gong ini hanya dibunyikan salah satunya maka namnya berubah menjadi Toluk, Ote' yaitu dua buah gong sedang. Kedua gong ini dibunyikan dengan penuh perasaan, Kbolo' yaitu dua buah gong besar yang dimainkan dengan tidak terlalu cepat.

 

 

 

 

 

 

Macam-Macam Alat Musik dari Nusa Tenggara Timur Yang Unik dan Terlupakan :.

Kita tahu bahwasanya negara kita adalah negara yang beragam kan nah salah satu keberagamannya adalah seni musik yang berkembang di negara kita. Kali ini yang saya bahas

adalah seni musik dari Nusa Tenggara Timur yang memiliki alat musik yang unik-unik tapi

sayangnya terlupakan oleh waktu

Quote:Quote:Sasando

Kalau alat musik ini pasti sudah banyak yang tau. Apalagi dulu sempat tampil di acara tv : Dan di kaskus ini sendiri juga pernah ada yang bahas sasando atau mungkin beberapa alat musik yang

lain, jadi ane disini bahas yang beda aja ya

Ambil uang Rp 5000,- dan terawanglah tanda airnya. Apa yang terlihat? Benda yang terlihat adalah alat musik Sasando. Sebuah alat musik petik asal Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Secara umum, bentuk sasando serupa dengan instrumen petik lainnya seperti gitar, biola, dan kecapi.

Bagian utama sasando berbentuk tabung panjang yang biasa terbuat dari bambu. Lalu pada bagian tengah, melingkar dari atas ke bawah diberi ganjalan-ganjalan di mana senar-senar (dawai-dawai) yang direntangkan di tabung, dari atas ke bawah bertumpu. Ganjalan-ganjalan ini memberikan nada yang berbeda-beda kepada setiap petikan senar. Lalu tabung sasando ini ditaruh dalam sebuah wadah yang terbuat dari semacam anyaman daun lontar yang dibuat seperti kipas. Wadah ini merupakan tempat resonansi sasando.

Sasando memang punya banyak senar. Sasando dengan 28 senar ini diistilahkan dengan Sasando Engkel. Jenis lain; Sasando Dobel namanya, punya 56 senar. Bahkan ada yang 84 senar. Cara memainkan sasando dengan dipetik. Mirip dengan gitar. Hanya saja sasando tanpa chord (kunci) dan senarnya harus dipetik dengan dua tangan, sehingga lebih mirip Harpa.

Bagian utama dari sasando berbentuk seperti harpa, dengan media pemantul suara terbuat dari daun Pohon Gebang (sejenis Pohon Lontar yang banyak tumbuh di Pulau Timor dan Pulau Rote) yang dilekuk menjadi setengah melingkar. Tempat senar-senar diikat terbuat dari bambu yang keras, penahan senar yang sekaligus sebagai pengatur nada senar juga terbuat dari bambu. Batang bambu itu lalu diikat menyatu dengan daun Gebang yang dibuat melingkar tadi.

Pemain Sasando dalam upacara-upacara adat biasanya mengenakan pakaian adat khusus, lengkap dengan topi TiiLangga, yaitu topi tradisional yang bentuknya menyerupai topi koboi. Sasando umumnya dimainkan bersamaan dengan gong dan gendang yang terbuat dari kulit kambing, untuk mengiringi tarian kebalai. Pada perkembangannya Sasando juga digunakan sebagai pengiring tari tradisional lain.

Saat ini sasando sudah mulai di modifikasi. Pemantul bunyi dari daun gebang sudah diganti dengan spul gitar listrik yang ditempelkan pada batang bambu ditengah sasando. Tentu sasando model ini hanya bisa mengeluarkan bunyi keras dengan bantuan sound system.

Ini gan video yang asik :

Quote:Quote:HEO

Alat Musik Tradisional NTT [ Nusa Tenggara Timur ] Yang Bernama HEO Ini, Adalah Sebuah Alat Musik Gesek Tradisional NTT [ Nusa Tenggara Timur ]. Alat Musik Tradisional HEO Ini Adalah Alat Musik Gesek Tradisional Khas NTT Yang Berasal Dari Daratan Pulau Timor, Tepatnya Adalah Alat Musik Tradisional Khas Suku Dawan Timor.

Alat Musik Gesek Tradisional HEO Ini, Terbuat Dari Kayu, Sedangkan Bagian Yang Digunakan Sebagai Penggeseknya Terbuat Dari Ekor Kuda Yang Telah Dirangkai Menjadi Sebuah Ikatan Pada Kayu Penggesek Yang Berbentuk Seperti Busur

Dawai Dari Alat Musik Gesek Tradisional HEO Ini Terbuat Dari Usus Kuskus Yang Telah Dikeringkan. Alat Musik Gesek Tradisional HEO Ini Mempunyai 4 Dawai, Dan Masing-Masing Diberi Nama :- Dawai 1 [ Paling Bawah ] Tain Mone, Artinya Tali Laki-Laki- Dawai 2 Tain Ana, Artinya Tali Anak [ Kecil ]- Dawai 3 Tain Feto, Artinya Tali Perempuan- Dawai 4 Tain Ena, Artinya Tali IndukDawai Pertama Bernada Sol, Dawai Kedua Bernada Re, Dawai Ketiga Bernada La Dan Dawai

Keempat Bernada Do.

Quote:Quote:Foy Doa

Alat musik tradisional FOY DOA, adalah nama sebuah alat musik tradisional NTT [ Nusa Tenggara Timur ], yang berasal dari pulau Flores, lebih tepatnya lagi berasal dari Kabupaten Ngada.

Seberapa lama usia musik Foy Doa tidaklah diketahui dengan pasti karena tidak ada peninggalan- peninggalan yang dapat dipakai untuk mengukurnya. Foy Doa berarti suling berganda yang terbuat dari buluh/bamabu keil yang bergandeng dua atau lebih.Mungkin musik ini biasanya digunakan oleh para muda-mudi dalam permainan rakyat di malam hari dengan membentuk lingkaran. FOY DOA terdiri dari 2 atau bisa saja lebih suling yang digandeng dan dalam memainkannya digunakan secara bersama-sama.

Sistem penadaan, Nada-nada yang diproduksi oleh musik Foy Doa adalah nada-nada tunggal dan nada-nada ganda atau dua suara, hak ini tergantung selera si pemain musik Foy Doa. Bentuk syair, umumnya syair-syair dari nyanyian musik Foy Doa bertemakan kehidupan , sebagai contoh : Kami bhodha ngo kami bhodha ngongo ngangi rupu-rupu, go-tuka ate wi me menge, yang artinya kami harus rajin bekerja agar jangan kelaparan. Cara Memainkan, Hembuskan angin dari mulut secara lembut ke lubang peniup, sementara itu jari-jari tangan kanan dan kiri menutup lubang suara.

Perkembangan Musik Foy Doa, Awal mulanya musik Foy Doa dimainkan seara sendiri, dan baru sekitar 1958 musisi di daerah setempat mulai memadukan dengan alat-alat musik lainya seperti : Sowito, Thobo, Foy Pai, Laba Dera, dan Laba Toka. Fungsi dari alat-alat musik tersebut di atas adalah sebagai pengiring musik Foy Doa.

Quote:Quote:Foy Pay

Alat musik tiup dari bambu ini dahulunya berfungsi untuk mengiringi lagu-lagu tandak seperti halnya musik Foy Doa. Dalam perkembangannya waditra ini selalu berpasangan dengan musik Foy Doa. Nada-nada yang diproduksi oleh Foy Pai : do, re, mi, fa, sol.

Quote:Quote:Knobe Khabetas

Bentuk alat musik ini sama dengan busur panah. Cara memainkannya ialah, salah satu bagian ujung busur ditempelkan di antara bibir atas dan bibir bawah, dan kemudian udara dikeluarkan dari kerongkongan, sementara tali busur dipetik dengan jari. Merupakan kebiasaaan masyarakat dawan di pedesaan apabila pergi berook tanam atau mengembala hewan mereka selalu membawa alat-alat musik seperti Leku, Heo, Knobe Kbetas, Knobe Oh, dan Feku. Sambil mengawasi kebun atau mengawasi hewan-hewan, maka musik digunakan untuk melepas kesepian. Selain digunakan untuk hiburan pribadi, alat musik ini digunakan juga untuk upacara adat seperti, Napoitan Li'ana (anak umur 40), yaitu bayi yang baru dilahirkan tidak diperkenankan untuk keluar rumah sebelum 40 hari. Untuk menyonsong bayi tersebut keluar rumah setelah berumur 40 hari, maka diadakan pesta adat (Napoitan Li'ana)

Nama alat musik yang terbuat dari kulit bambu dengan ukuran panjang lebih kurang 12,5 cm.

ditengah-tengahnya sebagian dikerat menjadi belahan bambu yang memanjang (semacam lidah) sedemikian halusnya, sehingga dapat berfungsi sebagai vibrator (penggetar). Apabila pangkal ujungnya ditarik dengan untaian tali yang terkait erat pada pangkal ujung tersebut maka timbul bunyi melalui proses rongga mulut yang berfungsi sebagai resonator.

Quote:Quote:Prere

Alat bunyi-bunyian ini terbuat dari seruas bambu kecil sekecil pensil yang panjangnya kira-kira 15 cm. Buku ruas bagian bawah dibiarkan tertutup, tetapi bagian atasnya dipotong untuk tempat meniup. Buku ruas bagian bawah dibelah untuk menyaluirkan udara tiupan mulut dari tabung bambu bagian atas, sekaligus bagian belahan bambu itu untuk melilit daun pandan sehingga menyerupai orong terompet yang berfungsi memperbesar suaranya.

Alat musik ini selain digunakan untuk hiburan pribadi, juga digunakan untuk mengiringi musik gong gendang pada permainan penak silat rakyat setempat. Nada-nada yang dihasilkan adalah do dan re, sehingga nama alat ini disebut

Quote:Quote:Leko Boko / Bijol

Alat musik petik ini terbuat dari labu hutan (wadah resonansi), kayu (bagian untuk merentangkn dawai), dan usus kuskus sebagai dawainya. Jumlah dawai sama dengan Heo yaitu 4, serta nama dawainya pun seperti yang ada pada Heo. Fungsi Leko dalam masyarakat Dawan untuk hiburan pribadi dan juga untuk pesta adat. Alat musik ini selalu berpasangan dengan heo dalam suatu pertunjukan, sehingga dimana ada heo, disitu ada Leko. Dalam penggabungan ini Lelo berperan sebagai pembei harmoni, sedangkan Heo berperan sebagi pembawa melodi atau kadang-kadang sebagai pengisi (Filter) Nyanyian-nyayian pada masyarakat Dawan umumnya berupa improvisasi dengan menuturkan tentang kejadian-kejadian yang telah terjadi pda masa lampau maupun kejadian yang sedang terjadi (aktual).Dalam nyanyian ini sering disisipi dengan Koa (semacam musik rap). Koa ada dua macam yaitu, Koa bersyair dan Koa tak bersyair.

Quote:Quote:Sowito

Merupakan seruas bambu yang dicungkil kulitnya berukuran 2 cm yang kemudian diganjal dengan batangan kayu kecil. Cungkilan kulit bambu ini berfungsi sebagai dawai. Cara memainkan dipukul dengan sebatang kayu sebesar jari tangan yang panjangnya kurang dari 30 cm. Sertiap ruas bambu menghasilkn satu nada. Untuk keperluan penggiringan, alat musik ini dibuat beberapa buah sesuai kebutuhan.

Quote:Quote:Mendut

Alat musik petik/pukul dari bambu ini berasal dari Manggarai. Seruas bambu betung yang 1,5 tahun yang panjangnya kira-kira 40 m. Kedua ujung bambu dibiarkan, namun salah satunya dilubangi

Cara pembuatannya, di tengah bambu dilubangi persegi empat dengan ukuran 5 x 4 m. Disamping kiri kanan lubang masing-masing dicungkil satu kulit bambu yang kemudian diganjal dengan batangan kayu hingga berfungsi sebagai dawai. Cara memainkan alat musik ini adalah dengan dipetik atau dipukul-pukul dengan kayu kecil.

Quote:Quote:Ketadu Mara

Alat musik petik dua dawai yang biasa digunakan untuk menghibur diri dan juga sebagai sarana menggoda hati wanita. Alat musik ini dipercayai pula dapat mengajak cecak bernyanyi dan juga suaranya disenangi makluk halus.

Lanjutan, ini ada artikel menarik gan

Quote:Quote:Kaya Alat Musik, Lupa Konservasi

Nusa Tenggara Timur tidak hanya provinsi yang memiliki 566 pulau, tetapi juga memiliki ratusan nyanyian dan instrumen musik yang unik. Sayangnya, kekayaan budaya itu tak terurus dan semakin tergerus modernisasi.

J Kunst, etnograf asal Belanda, pernah meneliti lagu dan musik instrumental pada suku-suku di Pulau Flores. Hasilnya diterbitkan di Leiden, 1942. Dari Pulau Flores saja, ia mengumpulkan 200 nyanyian dan menemukan 59 jenis instrumen musik yang berbeda. Sasando, yang semakin populer, adalah salah satu dari alat musik yang dikaji Kunst kala itu.

Tidak banyak orang Indonesia yang mengkaji alat musik tradisional. Dosen Sastra dan Seni Musik dari Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang, Agus Beda Ama, mengaku kesulitan mendapatkan literatur tentang etnomusikologi di NTT. Sepengetahuan dia, belum ada satu lembaga pun di Tanah Air ini yang mendokumentasikan secara lengkap berbagai alat musik etnik NTT.

Situs resmi Pemerintah Provinsi NTT hanya menyebut sebagian kecil dari alat musik tradisional NTT. Di antara alat musik tiup ada foy doa, foy pay, knobe khabetas, nuren, sunding tongkeng, prere, dan suling hidung. Ada juga alat musik petik, seperti gambus, knobe oh, heo, leko boko/bijol, reba, mendut, ketadu mara, serta sejumlah alat musik lain, misalnya sowito, kelontang, tata buang, thobo, dan sejumlah gong.Menurut Beda Ama, musik rakyat NTT tergerus karena tidak mampu bersaing dengan budaya pop. ”Karena itu, harus ada strategi pelestarian,” katanya.

Beda Ama mengusulkan ada semacam program jumpa ”empu” peduli musik kuno di sekolah-sekolah secara berkala untuk memperkenalkan cara membuat dan bermain alat musik tradisional. ”Perlu intervensi akademis untuk melakukan inventarisasi, dokumentasi, notasi, dan analisis musikal untuk dipakai sebagai bahan belajar di sekolah-sekolah. Pemerintah harus lebih aktif karena masyarakat masih harus mengurus kebutuhan perutnya,” katanya.

Di tengah berbagai keterbatasan, ada sebagian masyarakat NTT yang melestarikan alat musik tradisionalnya. Di Kecamatan Sasita Mean, Kabupaten Belu, Pulau Timor, setidaknya ada enam sekolah yang aktif mempertahankan musik suling atau musik bambu, antara lain SD Negeri As Manulea, SD Inpres Bikane, dan SMP Keputu.

Ketika berkunjung ke SD As Manulea, sebanyak 25 anak kelas III dan IV tengah bersiap menyuguhkan alunan musik bambu kepada tamu yang akan datang dari Jakarta. Namun, karena tamu itu batal berkunjung, mereka mempertontonkan kebolehannya kepada tim Ekspedisi Jejak Peradaban NTT Kompas. Dipimpin kepala sekolahnya, Anton Massan, kelompok siswa tersebut dengan lincah memainkan beberapa lagu.

”Musik bambu di daerah lain di NTT mungkin sudah sangat langka, tetapi di Belu, terutama di As Manulea dan sekitarnya, musik bambu tetap bertahan dan hidup,” kata Anton Massan.

Sejumlah sekolah tak jarang menggelar festival musik bambu tingkat kecamatan pada perayaan Hari Kemerdekaan, acara adat di kampung tua As Manulea atau acara lain. ”Dengan festival seperti itu, sekolah terpacu untuk menjadi yang terbaik dalam bermusik bambu,” kata Manuel Un Bria, pensiunan guru SD As Manulea. (Frans Sarong)