Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Barat

19
Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Barat - Provinsi Nusa Tenggara Barat yang terletak di wilayah Barat dari Kepualauan Nusa Tenggara memiliki beranekaragam kesenian daerah, mulai dari seni tari, seni musik, rumah adat, upacara adat, pakaian adat, kebudayaan dan kebiasaan hidup masyarakatnya yang khas. Dibidang seni musik, ada beberapa alat musik tradisional yang berasal dari Provinsi Nusa Tenggara Barat ini. Alat musik tradisional dari Nusa Tenggara Barat ini yang dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Nusa Tenggara Barat, antara lain : 1. Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Barat - "Silu" Silu adalah salah satu jenis alat musik tradisional dari daerah Bima Dompu. alat musik ini termasuk dalam kategori jenis alat musik aerofon tipe hobo, karena silu memiliki lidah lebih dari satu. Lidah pada silu disebut pipi silu terdiri atas 4 lidah. Di daerah Bima ini, masyarakat mengenal beberapa golongan alat musik berdasarkan cara memainkannya. Golongan ini antara lain adalah Ufi (alat musik tiup), Bo-e (alat musik yang dipukul dengan tangan), Ko-bi (alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik), toke (alat musik yang dipukul dengan alat pemukul) dan Ndiri (alat musik yang dimainkan dengan cara digesek seperti biola). Dan Silu ini masuk dalam kategori alat musik ufi. Bahan untuk membuat silu adalah kayu sawo yang sudah tua dan besarnya sesuai dengan keperluan, perak dan daun lontar. Pada alat musik Silu, hal yang ditonjolkan adalah unsur musikal (suara), hal ini dapat dilihat dari tampilan Silu sendiri yang tidak memiliki ornamen atau warna-warna buatan kecuali warna asli dari bahan pembuat Silu itu sendiri. Dalam pembuatan silu tidak ada ukuran yang standar. Di dalam membuat silu yang diutamakan adalah produksi suaranya. Salah satu ukuran silu , yaitu silu Goa yang terdapat di Istana Bima adalah sebagai berikut : Panjang silu seluruhnya mulai dari ujung pipi silu sampai pangkal ponto silu adalah 570 mm. Lebar pipi silu 15 mm,

description

r

Transcript of Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Barat

Page 1: Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Barat

Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Barat - Provinsi Nusa Tenggara Barat yang terletak di wilayah Barat dari Kepualauan Nusa Tenggara memiliki beranekaragam kesenian daerah, mulai dari seni tari, seni musik, rumah adat, upacara adat, pakaian adat, kebudayaan dan kebiasaan hidup masyarakatnya yang khas. Dibidang seni musik, ada beberapa alat musik tradisional yang berasal dari Provinsi Nusa Tenggara Barat ini.

Alat musik tradisional dari Nusa Tenggara Barat ini yang dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Nusa Tenggara Barat, antara lain :

1. Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Barat - "Silu"

Silu adalah salah satu jenis alat musik tradisional dari daerah Bima Dompu. alat musik ini termasuk dalam kategori jenis alat musik aerofon tipe hobo, karena silu memiliki lidah lebih dari satu. Lidah pada silu disebut pipi silu terdiri atas 4 lidah. Di daerah Bima ini, masyarakat mengenal beberapa golongan alat musik berdasarkan cara memainkannya. Golongan ini antara lain adalah Ufi (alat musik tiup), Bo-e (alat musik yang dipukul dengan tangan), Ko-bi (alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik), toke (alat musik yang dipukul dengan alat pemukul) dan Ndiri (alat musik yang dimainkan dengan cara digesek seperti biola). Dan Silu ini masuk dalam kategori alat musik ufi.

Bahan untuk membuat silu adalah kayu sawo yang sudah tua dan besarnya sesuai dengan keperluan, perak dan daun lontar. Pada alat musik Silu, hal yang ditonjolkan adalah unsur musikal (suara), hal ini dapat dilihat dari tampilan Silu sendiri yang tidak memiliki ornamen atau warna-warna buatan kecuali warna asli dari bahan pembuat Silu itu sendiri.

Dalam pembuatan silu tidak ada ukuran yang standar. Di dalam membuat silu yang diutamakan adalah produksi suaranya. Salah satu ukuran silu, yaitu silu Goa yang terdapat di Istana Bima adalah sebagai berikut : Panjang silu seluruhnya mulai dari ujung pipi silu sampai pangkal ponto silu adalah 570 mm. Lebar pipi silu 15 mm, panjangnya 14 mm. Nali silu panjangnya 100 mm. Wata silu memiliki garis tengah 15 mm ( pangkal) sedang ujungnya bergaris tengah 17 mm. Satompa silu garis tengahnya 34 mm. Penampang ponto silu garis tengahnya 120 mm. Lubang – lubangnya bergaris tengah 4 mm. Jarak antara lubang yang satu dengan lubang yang lainnya antara 25 – 30 mm. jarak ini tidak ada standar karena sangat tergantung pada produksi suara yang dihasilkan.

Page 2: Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Barat

2. Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Barat - "Sarone"

Sarone adalah sebuah alat musik tiup dari Kabupaten Bima Dompu yang termasuk golongan aerofon yang berlidah dan dimainkan dengan cara ditiup / ufi.

Alat musik tradisional Sarone dibuat dari dua bahan pokok yaitu buluh ( jenis bambu kecil) dan daun lontar. Lolo dan anak lolo terdiri atas bulu.. Pada lolo terdapat 6 (enam) bongkang ( lubang) di atas, dan satu lubang di bawah. Cara melubangi dilakukan dengan menggunakan kawat besar yang dibakar. Jarak antara lubang yang satu dengan yang lainnya diukur dengan mengambil ukuran keliling lolo. Sedang lubang yang ada di bawah, jaraknya ½ (setengah)dari jarak antara dua lubang diatas.

Sarone ada yang berlubang lima di atas dan ada yang berlubang 6 (enam) di atas. Sedang lubang dibawah tetap satu. Untuk yang mempunyai lima lubang, nada – nadanya adalah, do, re, mi, fa dan sol. Bila sarone ditup, nada do diperoleh dengan menutup semua lubang, baik lubang diatas maupun lubang di bawah. Nada rediperoleh dengan membuka lubang paling bawah.Nada mi diperoleh dengan membuka dua lubang nada fa dengan membuka tiga lubang. Sedang nada sol diperoleh dengan menutup lubang kedua dari atas, sementara lubang – lubang yang lain dibuka. Pada serune yang memiliki enam lubang, bertambah satu nada yaitu nada si.

Page 3: Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Barat

3. Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Barat - "Satong Srek"

Satong Srek adalah sejenis alat musik Nusa Tenggara Barat yang terbuat dari bambu dan seng. Salah satu bagiannya diberi penampang berupa lempengan seng yang dibuat tajam dan kasar permukaannya. Jika permukaan seng digesek atau dipukul akan mengeluarkan bunyi. Alat musik ini dilengkapi dengan pemukul atau penggesek untuk membunyikannya.

Satong srek dimainkan sebagai alat musik tambahan dalam suatu bentuk orkestra kesenian tradisional dan dapat pula dimainkan secara solo / individual. Alat musik ini biasanya untuk mengiringi tarian nguri, syier male, badede, bulan kasandung, ngumang rame. Satong srek dapat juga dipadukan dengan alat-alat musik modern.

4. Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Barat - "Palompong"

Palompong adalah salah satu jenis alat musik tradisional dari Nusa Tenggara Barat yang dibunyikan dengan cara dipukul. Palompong, atau juga kerap disebut garompong, yakni alat musik tradisional yang biasa ditabuh saat menyambut musim panen di Kabupaten Sumbawa dan Sumbawa Barat.

Palompong yang mirip dengan alat musik saron khas Sunda atau cungklik khas Bali, terdiri atas tiga hingga lima bilah kayu pipih sepanjang 40 cm lebar lima cm. Bilah-bilah kayu dengan nadanya masing-masing, diletakkan di atas membran pemantul gema yang juga terbuat dari kayu. Cara menabuhnya, bilah-bilah tersebut dipukul menggunakan alat serupa palu yang juga terbuat dari kayu. Adapun bahan dasar alat musik palompong ini adalah sejenis kayu “kaleang” atau “elang”, yang kini sudah tidak banyak lagi tumbuh di hutan atau di ladang milik warga

Alunan tabuh palompong biasanya dilengkapi dengan alat musik kendang, gong dan terompet, yang lagi-lagi terbuat dari kayu.

Page 4: Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Barat

Demikian Sobat, 4 alat musik tradisional dari Provinsi Nusa Tenggara Barat. Semoga bisa menambah referensi dan pengetahuan Sobat semua. Jangan lupa berbagi dengan teman apabila artikel ini bermanfaat.. 

ALAT MUSIK TRADISIONAL NUSA TENGGARA TIMUR (NTT)

 GPS Wisata Indonesia  09.05

Jenis alat musik tradisional kerakyatan Nusa Tenggara Timur dapat dijumpai di wilayah Kabupaten Flores, Kabupaten Sumba, Kabupaten Rote, Kabupaten Sabu, Kabupaten Ngada, Kabupaten Alor, Kabupaten Sikka, Kabupaten TTS (timur tengah selatan) maupun TTU (timur tengah utara). Masing-masing jenis kesenian alat musik tradisional tersebut memiliki kekhususan, keunikan dan karakteritas tersendiri, yang mencerminkan kehidupan dan kepribadian masyarakatnya tersendiri. 

Sasando 

Page 5: Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Barat

Sasando (https://stresseffect.wordpress.com)

Merupakan alat musik tradisional khas Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Di Pulau Rote, istilah sasando sering disebut sasandu yang berarti alat yang bergetar atau berbunyi, sedangkan di Kupang disebut Sasando. Cara memainkan alat musik ini dengan dipetik, hampir sama dengan kecapi dan gitar. Bahan pembuat sasando secara keseluruhan terbuat dari pohon daun lontar, yang dilengkungkan setengah lingkaran yang berfungsi sebagai resonansi. 

Sasando Elektrik (http://www.kaskus.co.id)

Dari ujung ke ujung daun tersebut terlentang potongan bambu yang terlihat sebagai garis tengah bundaran, yang di letakan ganjalan di tengahnya untuk mengikat atau meletakan dawai atau senar, nada yang dihasilkan akan berbeda yang dipengaruhi oleh ganjalan. Meski sesando hampir sama dengan alat musik petik lainnya, namun sesando memiliki keunikan sendiri dengan musik atau nada yang bervariasi, sebab sesando memiliki senar yang banyak, mulai dari 28, 56 dan 84 dawai atau senar. 

Page 6: Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Barat

Pitung Ong

Pitung Ong (http://www.indonesiaheritage.org)

Alat Musik ini berasal dari Alor, terbuat dari kayu dan bambu. Alat musik ini secara lengkap mewakili bagian dari gong asli (perunggu). Pitung ong biasanya dimainkan di ladang sebagai ungkapan rasa bahagia setelah menyelesaikan kegiatan berkebun secara gotong royong, misalnya sehabis tanam dan selesai panen. permainan alat musik ini juga sering diselingi dengan tarian untuk menambah semarak suasana.

Edang / Ti / Harabili

Edang / Ti / Harabili (http://budaya-indonesia.org)

Alat musik ini terbuat dari kayu, dengan panjang 20,5 cm dan lebar 2 cm. Alat musik jenis harpa mulut, terbuat dari belahan bambu yang tipis. Bagian tengah belahan terdapat lidah sebagai sumber bunyi. Pangkal lidah dipasang tali yang berfungsi untuk menggetarkan bagian lidah apabila ditarik ke arah kanan. Edang biasa dimainkan oleh para petani saat waktu senggang

Page 7: Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Barat

ketika di sawah.

Kediding (Adiding)

Kediding (Adiding) - (http://www.indonesiaheritage.org)

Alat musik ini berasal dari Alor, terbuat dari bambu. kediding termasuk dalam kelompok alat musik petik. Di sebelah kanan dan kiri lubang resonansi terdapat masing-masing 3 buah dawai. Alat musik ini sangat populer bagi masyarakat Kabupaten Alor yang berprofesi sebagai petani ladang. Mereka memainkan kediding saat menjaga ladang pada malam hari dan untuk menghilangkan rasa sepi.

Tambur Terompet (Bi)

Tambur Terompet (Bi) - (http://budaya-indonesia.org)

Alat musik ini terbuat dari kayu, rotan dan kulit binatang. Tambur terompet dibuat dari kayu lai (sejenis kurma hutan) dan kulit rusa. Alat musik ini dimainkan saat berlangsung upacara adat dan untuk mengiringi lego-legi (tari tradisional) bagi kalangan bangsawan. Konon, tambur seperti ini pertama kali ditemukan oleh Agustinus. benda aslinya sekarang tersimpan di suku bangsa Alalu, Desa Aramaba, Kecamaan Pantar Tengah.

Page 8: Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Barat

Mendut

Alat musik dari bamboo, petik atau dipukul dengan menggunakan sepotong kayu yang berukuran kecil, berasal dari Manggarai. Seruas bambu betung yang berumur 1,5 tahun, panjangnya kira-kira 40 m. Kedua ujung bambu dibiarkan, namun salah satunya dilubangi. 

Cara pembuatannya, di tengah bambu dilubangi persegi empat dengan ukuran 5 x 4 m. Disamping kiri kanan lubang masing-masing dicungkil satu kulit bambu yang kemudian diganjal dengan batangan kayu hingga berfungsi sebagai dawai. Cara memainkan alat musik ini adalah dengan dipetik atau dipukul-pukul dengan kayu kecil.

Page 9: Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Barat

ALAT MUSIK TRADISIONAL MALUKU

Sejak dahulu, masyarakat Maluku senang bermain musik dan bernyanyi dalam mengiringi tari-tarian tradisional. Tak ayal bila sekarang terdapat banyak penyanyi terkenal yang lahir dari kepulauan ini. Sebut saja para legenda seperti Broery Pesoelima dan Harvey Malaihollo. Belum lagi para penyanyi kaliber dunia lainnya seperti Daniel Sahuleka, Ruth Sahanaya, Monica Akihary, Eric Papilaya, Danjil Tuhumena, Romagna Sasabone, Harvey Malaihollo serta penyanyi-penyanyi muda berbakat seperti Glen Fredly, Ello Tahitu dan Moluccas.GPS Wisata Indonesia, mencoba mengumpulkan alat musik tradisional Maluku dari berbagai sumber.Tahuri

Tahuri adalah alat musik dan komunikasi yang dikenal didaerah pesisir kepulauan Maluku. Alat musik ini terbuat dari kulit kerang dan dibunyikan dengan cara ditiup. jika ditiup bunyinya akan terdengar nyaring. Semakin kecil ukuran kerangnya, semakin

Page 10: Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Barat

nyaring bunyinya dan semakin besar kerangnya bunyinya pun semakin rendah.

Sedang meniup Tahuri (http://www.kaskus.co.id)

Pada awalnya alat musik tahuri berfungsi sebagai alat komunikasi antara raja dan masyarakat, antara Raja dengan staf-staf negeri. Kemudian dalam perkembangannya tahuri juga berfungsi :1. Beberapa tata cara adat masih menggunakan Tahuri sebagai pemandu berlangsungnya acara adat istiadat.2. Salah satu benda arkeologi.3. Salah satu alat musik tradisional masyarakat Maluku 4. Sebagai cendramata atau souvenir baik untuk lokal maupun non lokal.

Jukulele

Jukulele adalah alat musik tradisional yang dapat ditemui di Provinsi Maluku. Alat musik ini terbuat dari kayu dan kulit binatang. Jukulele atau juk termasuk alat musik petik berdawai 4

Page 11: Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Barat

dan di stem dengan nada 5,1,3,6 (sol, do, mi, la). Jukulele merupakan salah satu alat musik yang berasal dari Portugis dan telah dipergunakan oleh masyarakat Maluku sejak abad 15 sehingga saat ini sudah menjadi bagian alat musik tradisional Maluku.

Jukulele berfungsi sebagai pengiring musik Hawaian, keroncong dan lain-lain. Modifikasi jukulele kayu ke tempurung kelapa merupakan hasil masyarakat setempat.

Rumba

Rumba adalah sejenis alat musik yang terbuat dari kayu dan buah labu. Rumba adalah alat musik ritmis yang digolongkan dalam jenis perkusi. Rumba merupakan alat musik khas Cuba, kemungkinan dibawa ke Ambon oleh pedagang Spanyol atau Portugis. Rumba terbuat dari tempurung kelapa yang diisi dengan pasir kasar atau batu kecil-kecil dan diberi pegangan dari kayu, kemudian digoyang-goyang mengiringi irama lagu gembira. Rumba dimainkan secara berpasangan sebagai pengiring musik Hawaian.

Hawaian

Page 12: Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Barat

Alat musik ini terbuat dari kayu dan logam. Hawaian termasuk alat musik non tradisional yang terbuat dari kayu dan mempergunakan aliran listrik sehingga fungsinya sama dengan gitar listrik. Alat musik ini mempunyai 8 dawai kawat dan menyetelnya mempergunakan nada tinggi 3,1,6,5 (mi, do, la, so) dan nada rendah 3,1,5,1 (mi, do, sol, do0. hawaian dimainkan dengan cara dipetik dengan alat pemetik berbentuk kuku jari yang terbuat dari kulit kerang/plastik.

Cara membunyikan dawainya harus ditekan menggunakan alat khusu yang terbuat dari plat besi dan kaca sebesar ibu jari. gema suaranya khas, panjang, meliuk-liuk dan digunakan untuk musik Hawaian, irama lautan teduh dan irama musik lainnya. walaupun musik ini diadopsi dari bangsa Eropa sejak abad ke 16 M, namun sudah menjadi bagian dari kebudayaan Maluku. Perangkat musik hawaian terdiri dari hawaian, gitar, jukulele, rumba dan tifa. pada perkembangannya sat ini, musik hawaian dikreasikan dengan tambahan alat musik barum yaitu gitar bas listrik.Gong Sedang

Page 13: Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Barat

Alat musik ini terbuat dari kuningan. Gong dihias dengan motif 2 ekor naga yang menjelaskan tentang kekuatan dan pengaruh motif dari negeri Cina. Dahulu, gong berfungsi sebagai alat barter cengkeh dan pala, cenderamata yang diberikan oleh pedagang Jawa kepada raja-raja di Maluku, alat komunikasi, mahar dan harta kekayaan. Gong juga dimainkan sebagai pengiring tari-tarian (seperti tari Cakalele). Setiap tabuhan bunyi gong memiliki makna tersendiri. Dengan demikian, para leluhur orang Maluku secara arif tidak menutup diri terhadap pengaruh budaya dari luar.

Gong Totoboang

Alat musik ini terbuat dari kuningan. Totoboang berasal dari kata tetabuhan yang dalam terminologi bahasa Jawa berarti bermain gamelan. Genre musik ini terdiri dari gong atau dalam bahasa Melayu Ambon disebut "totobuang" yang ditata secara diatonik (diatonic scale), berjumlah 12 - 14 buah. Selain gong terdapat juga

Page 14: Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Barat

minimal 4 jenis tifa (gendang), yakni tifa fikir, tifa fasa, tifa potong dan tifa bas.Masing-masing tifa memiliki nada ritem sendiri. Empat pola ritme pokok itu dapat dikembangkan menjadi beberapa ritme lain, tergantung kualitas pemain. Dalam perangkat musik ini leluhur Maluku dapat menggabungkan tiga kebudayaan besar dunia seperti gong dari Birma, tifa Indo Cina Kuno dan tangga nada diatonik dari Eropa.Rebana

Alat musik ini terbuat dari kayu, kulit binatang dan rotan. Sufisme yang berkembang pada abad ke-9 M percaya bahwa musik memiliki kekuatan sebagai proses penyatuan manusia dengan Tuhan. Salah satu musik yang digunakan kaum Sufi adalah rebana atau terbangtan yang berkembang di Nusantara dan masuk ke Maluku pada abad ke 14 bersamaan dengan penyebaran agama Islam di wilayah ini. Modifikasi ini musik perkusi / rebana disesuaikan dengan kondisi alam masyarakat setempat. selain itu, rebana juga dapat dikolaborasikan dengan alat musik lain seperti suling, gong dan tifa dalam irama musik Sawat.Suling Melintang (Floit)

Page 15: Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Barat

Alat musik ini terbuat dari bambu. Suling melinang sangat terkenal di daerah Maluku dengan nama Floit. Alat musik ini dimainkan lebih dari 30 orang dalam bentuk akord suara 1,2,3,4. Cara mempergunakannya sama dengan di dunia barat, sebab memiliki suara sopran, alto, tenor dan bass. Suling ini merupakan alat musik impor yang mendapat pengaruh bangsa Portugis dan Belanda yang sangat digemari masyarakat tradisional. Alat musik ini dibuat dari seruas bambu yang salah satu ujungnya diberi penyekat sesuai dengan diameter suling yang dilengkapi dengan 6 lubang nada dan satu lubang tiup. Permainan musik ini ditampilkan pada saat penyambutan tamu, pengiring orkes, resepsi, dan pengiring lagu gerejawi. Selain itu, suling dapat dipadukan dengan alat musik tradisional lain dan alat musik modern.

Suling Paruh

Page 16: Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Barat

Alat musik ini terbuat dari bambu. suling paruh terbuat dari seruas bambu dengan salah satu ujungnya disumbat kayu dengan irisan miring berbentuk paruh, yang sekaligus berfungsi sebagai celah udara untuk meniup. Terdapat 7 lubang nada pada sisi depan dan satu lubang di sisi belakang sebagai lubang jari. suling ini berfungsi untuk mengiring musik Sawat.Pola ritme suling sangat rumit, namun kerumitan itu tidak menghasilkan karakter bunyi dari musik lain. Melodi suling dalam musik Sawat yang mengandung berbagai ornamen mengindikasikan bahwa leluhur Maluku memiliki cara berfikir dan pola tingkah laku yang adaptif dan tebuka.

Tifa

Alat musik ini terbuat dari kayu, rotan dan kulit binatang. Tifa ini dilengkapi dengan alat pukul. Gendang berasal dari kebudayaan Indo Cina Kuno, kemudian menyebar ke daerah bersamaan dengan migrasi leluhur Maluku. Modifikasi model tifa dapat dibuat sesuai karakter masyarakat setempatm tetapi bunyi perkusi ini tetap sama.

Model tifa di Maluku Tengah berbentuk bulat pendek dengan anyaman ikatan tali rotan serta bidang pukul terbuat dari kulit kambing, berbeda dengan model tifa di Maluku Tenggara. Sejak

Page 17: Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Barat

dulu sampai saat ini, tifa berfungsi sebagai alat komunikasi, pengiring tarian, sekaligus penambah semangat sesuai ritme tifa dalam tarian Cakalele, pertandingan perahu belang / arumbai, dan pengiring musik. Tifa ini dimainkan dengan tongkat pemukul terbuat dari gaba-gaba (pelepah dahan sagu).