Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
Transcript of Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM
Salah satu metode kontrasepsi jangka panjang yang digunakan oleh masyarakat adalah
AKDR, untuk memahami tentang AKDR berikut ini akan dibahas tentang pengertian AKDR,
jenis AKDR, mekanisme kerja, efektivitas, indikasi pemasangan, kontra indikasi, keuntungan,
kerugian, pemasangan AKDR, periksa ulang AKDR, efek samping dan komplikasi serta
pengeluaran AKDR.
1. Pengertian AKDR
AKDR adalah bahan inert sintetik (dengan atau tanpa unsur tambahan untuk sinergi
efektifitas) dengan berbagai bentuk dipasangkan ke dalam rongga rahim untuk menghasilkan
efek kontraseptif (Saifuddin, 2003), sedangkan definisi AKDR menurut BKKBN (2000) adalah
jenis alat kontrasepsi yang terkuat dari bahan plastik halus, lembut dan lentur yang diletakkan
dalam rongga rahim.
2. Jenis AKDR
Menurut Mochtar (1998), saat ini AKDR telah memasuki era generasi keempat, karena
itu berpuluh macam AKDR telah dikembangkan mulai dari generasi pertama yang terbuat dari
benang sutera dan logam sampai pada generasi plastik (polietilen) baik yang tidak ditambahi
obat (unmedicated) maupun yang dibubuhi obat (Medicated).
a. Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi :
1) Bentuk terbuka (open device), misalnya lippes loop, Cu-T, Cu-7, Margulies, Spring coil,
multiload, Nova – T dan lainnya.
2) Bentuk tertutup (closed device), misalnya ota ring, antigen, grafenberg ring, hall stone ring.
b. Menurut tambahan obat atau metal :
1) Medicated AKDR, misalnya Cu-T 200, 220, 300, 380A, Cu-7, Nova-T Ml-Cu 250, 375,
progestasert.
2) Unmedicated AKDR, misalnya lippes loop, margulies, saf-T coil, antigon.
AKDR yang banyak di pakai di Indonesia dewasa ini dari jenis unmedicated adalah lippes loop dan yang dari jenis medicated Cu-T, Cu-7 multiload, dan Nova-T.
3. Mekanisme Kerja AKDR
Menurut Hartanto (2003), mekanisme kerja AKDR adalah :
a. Timbulnya reaksi radang lokal yang non spesifik di dalam cavum uteri sehingga implantasi sel
telur yang telah di buahi terganggu. Disamping itu dengan munculnya lekosit PMN, makrofag,
foreign body giant cells, sel mononuclear dan sel plasma yang dapat mengakibatkan lysis dari
spermatozoa atau ovum dan blastocyst.
b. Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan terhambatnya implantasi.
c. Gangguan atau terlepasnya blastocyst yang telah berimplantasi di dalam endometrium.
d. Pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalam tuba falopii.
e. Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri.
f. Dari penelitian-penelitian terakhir disangka bahwa AKDR juga mencegah spermatozoa
membuahi sel telur (mencegah fertilitas).
g. Untuk AKDR yang mengandung Cu :
1) Antagonisme yang spesifik terhadap Zn yang terdapat dalam enzim carbonic anhydrase,
sehingga tidak memungkinkan terjadinya implantasi dan mungkin juga menghambat aktifitas
alkali phosphatase.
2) Mengganggu pengambilan estrogen endogenelis oleh mucosa uterus.
3) Mengganggu jumlah DNA dalam sel endometrium.
4) Mengganggu metabolisme glikogen.
h. Untuk AKDR yang mengandung hormon progesteron :
1) Gangguan proses pematangan proliferatif-skretoir sehingga timbul penekanan terhadap
endometrium dan terganggunya proses implantasi (Endometrium tetap berada dalam fase
decidual atau progestational).
2) Lendir serviks yang menjadi lebih kental atau tebal karena pengaruh progestin.
Dari uraian di atas, maka AKDR tampaknya tidak mencegah ovulasi dan menggangu
corpus luteum.
4. Efektifitas AKDR
Menurut Mochtar (1998), efektifitas AKDR cukup tinggi untuk mencegah kehamilan
dalam jangka waktu yang lama. Angka kehamilan AKDR berkisar antara 1,5 – 3 per 100 wanita
pada tahun pertama dan angka ini akan menjadi lebih rendah untuk tahun – tahun berikutnya.
Hartanto (2003), mengemukakan tentang efektifitas AKDR yaitu :
a. Efektifitas dari AKDR dinyatakan dalam angka kontinuitas (continuit on rate) yaitu berupa lama
AKDR tetap tinggal in-utero tanpa ekspulsi spontan, terjadinya kehamilan dan pengangkatan
atau pengeluaran karena alasan-alasan medis atau pribadi.
b. Efektifitas dari bermacam-macam AKDR tergantung pada : AKDR nya yaitu ukuran bentuk,
mengandung Cu atau progesteron dan akseptor yaitu umur, paritas dan frekuensi senggama.
c. Dari faktor-faktor yang berhubungan dengan akseptor yaitu umur dan paritas, diketahui :
1) Makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi dan pengangkatan atau pengeluaran
AKDR.
2) Makin muda usia, terutama pada nulligravid, makin tinggi angka ekspulsi dan pengangkatan
atau pengeluaran AKDR.
d. Dari uraian di atas maka use-effectiveness dari AKDR tergantung pada variabel administratif,
pasien dan medis termasuk kemudahan insersi pengalaman pemasang, kemungkinan ekspulsi
dari pihak akseptor, kemampuan akseptor untuk mengetahui terjadinya ekspulsi, kemudahan
akseptor untuk mendapatkan pertolongan medis.
5. Indikasi Pemasangan AKDR
Menurut Mochtar (1998), pemasangan AKDR untuk tujuan kontrasepsi dapat dilakukan
pada wanita yang :
a. Telah mempunyai anak hidup satu atau lebih.
b. Ingin menjarangkan kehamilan.
c. Sudah cukup anak hidup, tidak mau hamil lagi, namun takut atau menolak cara permanen
(kontrasepsi mantap).
d. Tidak boleh atau tidak cocok memakai kontrasepsi hormonal (menghidap penyakit jantung,
hipertensi, hati).
e. Berusia di atas 35 tahun, dimana kontrasepsi hormonal dapat kurang menguntungkan.
6. Kontra Indikasi
Menurut Saifuddin (2003), yang tidak diperkenankan menggunakan AKDR :
a. Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil).
b. Perdarahan vagina yang tidak diketahui.
c. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis).
d. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik.
e. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi
kavum uteri.
f. Penyakit trofoblas yang ganas.
g. Diketahui menderita TBC pelvik.
h. Kanker alat genital.
i. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.
7. Keuntungan AKDR
Menurut Saifuddin (2003), keuntungan AKDR meliputi :
a. Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi 0,6 - 0,8 kehamilan per 100 perempuan dalam 1 tahun
pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan).
b. AKDR dapat efektif segera setelah persalinan.
c. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu di ganti).
d. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
e. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
f. Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A.
g. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
h. Dapat di pasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi).
i. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir).
j. Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
k. Membantu mencegah kehamilan ektopik.
8. Kerugian AKDR
AKDR bukanlah alat kontrasepsi yang sempurna, sehingga masih terdapat beberapa
kerugian. Kerugian AKDR menurut Manuaba (1998) :
a. Masih terjadi kehamilan dengan AKDR insitu.
b. Terdapat perdarahan, spothing dan menometroragia.
c. Leukore, sehingga menguras protein tubuh dan liang senggama terasa lebih basah.
d. Dapat terjadi infeksi dan kehamilan ektopik.
e. Tali AKDR dapat mengganggu hubungan seksual.
9. Pemasangan AKDR
Saifuddin (2003), mengemukakan bahwa sebagian besar masalah yang berkaitan dengan
AKDR (ekspulsi infeksi dan perforasi) disebabkan oleh pemasangan yang kurang tepat. Oleh
karena itu hanya petugas klinik yang telah dilatih (dokter, bidan dan perawat), yang
diperbolehkan memasang maupun mencabut AKDR, untuk mengurangi masalah yang timbul
setelah pemasangan semua tahap proses pemasangan harus dilakukan dengan hati-hati dan
lembut, dengan menggunakan upaya pencegahan infeksi yang dianjurkan.
Waktu pemasangan AKDR yang baik adalah dalam keadaan :
Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil.
2) Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
3) Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pasca persalinan,
setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenore laktasi (MAL). Perlu diingat angka
ekspulsi tinggi pada pemasangan segera atau selama 48 jam pasca persalinan.
4) Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari ) apabila tidak ada gejala infeksi.
5) Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi.
10. Periksa ulang AKDR
Menurut Manuaba (1998), menyatakan jadwal pemeriksaan ulang AKDR sebagai berikut
:
a. Dua minggu setelah pemasangan.
b. Satu bulan setelah pemeriksaan pertama.
c. Tiga bulan setelah pemeriksaan kedua.
d. Setiap 6 bulan sampai 1 tahun.
11. Efek samping dan komplikasi
Menurut Mochtar (1998), efek samping dari penggunaan AKDR adalah :
a. Nyeri dan mulas
Biasanya terjadi sehabis insersi AKDR, yang pada umumnya akan hilang dalam beberapa hari
sampai beberapa minggu.
b. Perdarahan
Dapat terjadi perdarahan pasca insersi, bercak di luar haid (spotting) atau perdarahan meno atau
metroragia.
c. Fluor Albus (keputihan).
d. Dismenorea (Nyeri selama haid).
e. Disparenia (Nyeri sewaktu koitus).
f. Ekspulsi (AKDR keluar dengan sendirinya)
Sering dijumpai pada masa tiga bulan pertama setelah insersi, setelah satu tahun angka ekspulsi
akan berkurang. Biasanya terjadi sewaktu sedang haid.
g. Infeksi
Radang panggul dijumpai pada sekitar 2% akseptor pada tahun pertama pemakaian, namun
infeksi ini bersifat ringan.
h. Embedment (AKDR tertanam dalam dinding rahim).
i. AKDR dapat tertanam ke dalam mukosa rahim atau terletak lebih dalam sebagian (parsial) atau
seluruhnya (komplit).
12. Pengeluaran AKDR
Menurut Mochtar (1998), pengeluaran AKDR dilakukan atas berbagai indikasi :
a. Indikasi medis :
1) Perdarahan yang hebat atau berlangsung lama.
2) Nyeri hebat.
3) Hamil dengan AKDR insitu.
4) Peradangan panggul.
5) Infeksi dan sebagainya.
b. Atas permintaan suami isteri.
c. AKDR telah kadaluarsa.
d. Translokasi AKDR.
INTRA UTERINE DEVICES ( IUD / AKDR )
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah Visinya dari mewujudkan
NKKBS menjadi Visi untuk mewujudkan “ Keluarga Berkualitas Tahun 2015 “. Keluarga yang berkualitas
adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan
kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Visi tersebut di jabarkan kedalam enam misi, Yaitu :
1. Memberdayakan masyarakat untuk membangun keluarga kecil berkualitas
2. Menggalang kemitraan dalam peningkatan kesejahteraan, kemandirian, dan ketahanan keluarga.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi
4. Meningkatkan promosi, perlindungan dan upaya mewujudkan hak – hak reproduksi
5. Meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender
melalui program Keluarga Berencana
6. Mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sejak pembuahan dalam kandungan sampai
dengan lanjut usia.
Berdasarkan Visi dan misi diatas, Program Keluarga Berencana Nasional mempunyai kontribusi
penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk.Kontribusi program keluarga berencana tersebut
dapat dilihat pada pelaksanaan Program Making Pregnency Safer.
Pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupakan alasan utama diperlukannya pelayanan
keluarga berencana disamping alsan lain yaitu membebaskan wanita dari rasa khawatir terhadap
kehamilan. Banyak perempuan mengalami kesulitan didalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Hal
ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia tetapi juga karena ketidak tahuan mereka
tentang persyaratan dan keamanan dan metode kontrasepsi tersebut. Dimana kalo kita lihat pengrtian
dari kontrasepsi itu adalah usaha – usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha – usaha itu
dapat bersifat sementara. Dapat juga bersifat permanen.
Metode kontrasepsi yang disediakan secara umum ada 2 yaitu kontrasepsi tanpa menggunakan
alat / obat, contohnya senggama terputus, pembilasan pasca senggama, perpanjangan masa menyusui
anak dan pantang berkala, dan kontrasepsi yang menggunakan alat, contohnya kondom, suntikan, pil,
norplant dan tidak lupa IUD / AKDR.
B. TUJUAN UMUM
Secara umum tujuan Pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui apa itu metode
kontrasepsi IUD / AKDR
C. TUJUAN KHUSUS
Tujuan khususnya adalah mengetahui secara rinci tentang metode kontrasepsi IUD / AKDR itu
sendiri.
BAB II
LANDASAN TEORI
Pelayanan dan informasi keluarga berencana merupakan suatu intervensi kunci dalam upaya
meningkatkan kesehatan perempuan dan anak, serta merupakan hak asasi manusia. Telah terjadi
perkembangan yang berarti dalam tekhnologi kontrasepsi, misalnya transisi dari estrogen dosis tinggi ke
dosisi rendah pada pil kombinasi, atau dari AKDR inert ke AKDR yang mengeluarkan
levonorgestrel.Perkembangan ini telah menghasilkan pilihan lebih banyak tentang metode kontrasepsi
yang lebih aman dan efektif.
Salah satu alat kontrasepsi yang akan di bahas pada makalah ini adalah tentang IUD / AKDR ( alat
kontrasepsi dalam rahim ).
Dimana profil dari AKDR itu sendiri antara lain :
- Sangat efektif, reversibel dan berjangka waktu panjang ( Dapat sampai 10 tahun : CuT 380A
- Haid menjadi lebih banyak dan lebih lama
- Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan.
- Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi
- Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada Infeksi Menular Seksual ( IMS ).
Mekanisme kerja AKDR belum diketahui secara pasti, tetapi cara kerjanya bersifat lokal. Sebagai bukti
dapat di jumpai kehamilan dengan AKDR.AKDR dalam keadaan kolaps membuat suasana pada fundus
uteri menjadi normal dan siap menerima hasil konsepsi. ( Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan dan
Keluarga Berncana untuk pendidikan bidan, Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba, DSOG )
Mekanisme kerja lokal AKDR sebagai berikut :
1. AKDR merupakan benda asing dalam rahim sehingga menimbulkan reaksi benda asing dengan timbunan
Leokosit, Makrofag dan limfosit.
2. AKDR menimbulkan perubahan pengeluaran cairan, prostaglandin, yang menghalagi kapasitras
spermatozoa.
3. Pemadatan endometrium oleh leokosit, makrofag dan limfosit menyebabkan blastokis mungkin dirusak
oleh magrofag dan blastokis tidak mampu melaksanakan nidasi.
Untuk lebih jelasnya mengenai AKDR akan kita bahas pada Bab III di Pembahasan.
BAB III
PEMBAHASAN
IUD / AKDR yang merupakan salah satu metode kontrasepsi dalam rahim mempunyai atau
memiliki beberapa jenis yaitu :
Jenis dari IUD ini bermacam – macam,paling umum dulu disebut atau dikenal dengan nama Spiral
seperti contoh :
- Lippes – Loop
- Saf-T-Coil
- Dana – Super
- Copper – T (Gyne-T)
- Copper – 7 (Gravigard)
- Multiload
- Progesterone IUD
Dari berbagai jenis IUD diatas, saat ini yang umum beredar dipakai di Indonesia ada 3 macam jenis
Yaitu :
1. IUD Copper T, Terbentuk dari rangka plastik yang lentur dan tembaga yang berada pada kedua lengan
IUD dan batang IUD.
2. IUD Nova T, Terbentuk dari rangka plastik dan tembaga. Pada ujung lengan IUD bentuknya agak
melengkung tanpa ada tembaga, tembaga hanya ada pada batang IUD.
3. IUD Mirena, terbentuk dari rangka plastik yang dikelilingi oleh silinder pelepas horman levonolgestrel
( Hormon Progesteron ) sehingga IUD ini dapat dipakai oleh ibu menyusui karena tidak menghambat ASI.
Cara kerja dari AKDR yaitu :
- Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
- Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri
- AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit
masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi
- Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
Semua jenis alat kontrasepsi pasti memiliki keuntungan dan kerugian, seperti halnya metode
kontrasepsi AKDR ini, memiliki keuntungan antara lain yaitu :
Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi.
AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
Metode jangka panjang
Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
Tidak mempengaruhi hubungan seksual
Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil
Tidak ada efeksamping hormonal dengan Cu AKDR
Tidak mempengaruhi lkwalitas dan volume ASI
Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
Dapat digunakan samapi menopause
Tidak ada interaksi dengan obat-obat
Membantu mencegah kehamilan ektopik
Kerugian dari AKDR yaitu :
Efek samping yang umum terjadi :
- Perubahan siklus haid ( umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkuramng setelah 3 bulan )
- Haid lebih lama dan banyak
- Perdarahan ( Spoting ) antar menstruasi
- Saat haid lebih sakit
Komplikasi lain :
- Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan
- Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia
- Perforasi dinding uterus ( Sangat jarang apabila pemasangan benar )
Tidk mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan
Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR
Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvikdiperlukan dalam pemasangan AKDR. Sering kali
perempuan takut selama pemasangan
Sedikit nyeri dan perdarahan
Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri
Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui
Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal
Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu
Siapa saja yang bisa memakai AKDR adalah :
Usia reproduksi
Keadaan nulipara
Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya in feksi
Resiko rendah dari IMS
Tidak menghendaki metode hormonal
Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari
Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama
Yang tidak diperkenankan menggunakan AKDR yaitu :
Sedang hamil ( diketahui hamil atau kemungkinan hamil )
Perdarahan vagina yang tidak diketahui ( sampai dapat dievaluasi )
Sedang menderita infeksi alat genetalia ( Vaginitis, servisitis )
Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi cavum uteri
Penyakit tropoblas yang gamas
Diketahui menderita TBC pelvik
Kanker alat genitalia
Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
Efek samping dari pada AKDR ini adalah :
Amenorhoe
Kejang
Perdarahan vagina yang hebat dan teratur
Benang yang hilang
Adanya pengeluaran cairan dari vagina
1. Efektifitas dari IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas (continuation rate) yaitu berapa lama IUD tetap
tinggal in-utero tanpa :
a. Ekspulsi spontan
b. Terjadinya kehamilan
c. Pengangkatan/pengeluaran karena alasan-alasan medis atau pribadi
Telah diketahui angka kontinuitas pemakaian IUD adalah ;
a. 70-90 per 100 wanita setelah satu tahun
b. Di Indonesia 65-75% akseptor IUD masih tetap memakai IUD-nya dibandingkan 30-40% yang
memakai pil oral (Hanafi, 2003)
2. Efektivitas dari bermacam-macam IUD tergantung pada :
a. IUD-nya
1) ukuran
2) Bentuk
3) Mengandung Cu atau progesterone
b. Akseptor
1) umur
2) paritas
3) frekuensi senggama
3. Dari faktor-faktor yang berhubungan dengan akseptor yaitu umur dan paritas, diketahui :
a. Makin tua usia, makin rendah angka kehamilan ekspulsi dan pengangkutan atau pengeluaran IUD
b. Makin muda usia , terutama pada nulligravid, makin tinggi angka ekspulsi dan
pengangkutan/pengeluaran IUD.
Indonesian Association for Secure Contraception BAB IV
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat kita mengambil kesimpulan umum tentang AKDR sebagai berikut :
AKDR bekerja langsung efektif segera setelah pemasangan
AKDR dapat keluar dari uterus secara spontan, khususnya selama beberapa bulan pertama
Kemungkinan terjadi perdarahan atau spoting beberapa hari setelah pemasangan
Perdarahan menstruasi biasanya akan lebih banyak dan lama
AKDR tidak melindungi diri terhadap IMS termasuk Virus AIDS
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PEMASANGAN (KB) AKDR/IUD
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada pada posisi
keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relatif tinggi. Esensi tugas program
Keluarga Berencana (KB) dalam hal ini telah jelas yaitu menurunkan fertilitas agar dapat
mengurangi beban pembangunan demi terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan bagi rakyat
dan bangsa Indonesia. Seperti yang disebutkan dalam UU No.10 Tahun 1992 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, definisi KB yakni upaya
meningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga
guna mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
Berdasarkan data dari SDKI 2002 – 2003, angka pemakaian kontrasepsi (contraceptive
prevalence rate/CPR) mengalami peningkatan dari 57,4% pada tahun 1997 menjadi 60,3% pada
tahun 2003. Pada 2015 jumlah penduduk Indonesia hanya mencapai 255,5 juta jiwa. Namun, jika
terjadi penurunan angka satu persen saja, jumlah penduduk mencapai 264,4 juta jiwa atau lebih.
Sedangkan jika pelayanan KB bisa ditingkatkan dengan kenaikan CPR 1%, penduduk negeri ini
sekitar 237,8 juta jiwa (Kusumaningrum, 2009).
Pada awal tahun 70-an seorang wanita di Indonesia rata-rata memiliki 5,6 anak selama masa
reproduksinya. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan angka
TFR (Total Fertility Rate) pada periode 2002 sebesar 2,6 artinya potensi rata–rata kelahiran oleh
wanita usia subur berjumlah 2-3 anak. Pada tahun 2007, angka TFR stagnan pada 2,6 anak.
Sekarang ini di samping keluarga muda yang ketat membatasi anak, banyak pula yang tidak mau
menggunakan KB dengan alasan masing-masing seperti anggapan banyak anak banyak rezeki.
Artinya ada dua pandangan yang berseberangan, yang akan berpengaruh pada keturunan atau
jumlah anak masing-masing (Kusumaningrum, 2009).
Menurut SDKI 2002-2003 Pada tahun 2003, kontrasepsi yang banyak digunakan adalah metode
suntikan (49,1 persen), pil (23,3 persen), IUD/spiral (10,9 persen), implant (7,6 persen), MOW
(6,5 persen), kondom (1,6 persen), dan MOP (0,7 persen) (Kusumaningrum, 2009).
Alat kontrasepsi sangat berguna sekali dalam program KB namun perlu diketahui bahwa
tidak semua alat kontrasepsi cocok dengan kondisi setiap orang. Untuk itu, setiap pribadi harus
bisa memilih alat kontrasepsi yang cocok untuk dirinya. Pelayanan kontrasepsi (PK) adalah salah
satu jenis pelayanan KB yang tersedia. Sebagian besar akseptor KB memilih dan membayar
sendiri berbagai macam metode kontrasepsi yang tersedia.
Faktor lain yang mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi antara lain faktor pasangan
(umur, gaya hidup, jumlah keluarga yang diinginkan, pengalaman dengan metode kontrasepsi
yang lalu), faktor kesehatan (status kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan panggul), faktor metode kontrasepsi (efektivitas, efek samping, biaya), tingkat
pendidikan, pengetahuan, kesejahteraan keluarga, agama, dan dukungan dari suami/istri. Faktor-
faktor ini nantinya juga akan mempengaruhi keberhasilan program KB. Hal ini dikarenakan
setiap metode atau alat kontrasepsi yang dipilih memiliki efektivitas yang berbeda-beda. Strategi
peningkatan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti IUD, terlihat
kurang berhasil, yang terbukti dengan jumlah peserta KB IUD yang terus mengalami penurunan
dari tahun ke tahun. Berdasarkan data BKKBN Provinsi Jawa Tengah, jumlah peserta KB IUD
terus menurun dari tahun 2004 yakni 552.233 menjadi 529.805 pada tahun 2005, dan 498.366
pada tahun 2006. Dalam perkembangannya pemakaian IUD memang cenderung mengalami
penurunan dari tahun ke tahun (Imbarwati, 2009). Berdasarkan data di atas, IUD merupakan
salah satu jenis alat kontrasepsi yang menjadi alternative pilihan bagi masyarakat yang ingin ber-
KB. Oleh karena itu penulis tertarik menyusun makalah tentang kontrasepsi IntraUterine Device
(IUD).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah:
1. Apa definisi kontrasepsi Intrauterine Device?
2. Apa saja jenis-jenis kontrasepsi IUD?
3. Apa kelebihan dan kekurangan alat kontrasepsi IUD?
4. Apa efek samping dan kontara indikasi KB IUD?
5. Bagaimana cara pemasangan IUD?
C. TUJUAN
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui alat kontrasepsi IUD
2. Mengetahui cara kerja, kelebihan, kelemahan dan kontra indikasi IUD
3. Mengetahui cara kerja dan penggunaan/pemasangan IUD.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONTRASEPSI
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’ dan konsepsi
yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan
kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma. Pelayanan kontrasepsi
(PK) merupakan salah satu komponen dalam pelayanan kependudukan/KB. Selain Pelayanan
kontrasepsi (PK) juga terdapat komponen pelayanan kependudukan/KB lainnya seperti
komunikasi dan edukasi (KIE), konseling, pelayanan infertilitas, pendidikan seks (sex
education), konsultasi pra-perkawinan dan konsultasi perkawinan, konsultasi genetik, tes
keganasan dan adopsi (Kusumaningrum, 2009).
Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua klien karena
masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi setiap klien. Namun
secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah sebagai berikut:
a) Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat jika digunakan.
b) Berdaya guna, dalam arti jika digunakan sesuai dengan aturan akan dapat mencegah kehamilan.
c) Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan budaya di masyarakat.
d) Terjangkau harganya oleh masyarakat.
e) Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera kembali kesuburannya,
kecuali untuk kontrasepsi mantap (Kusumaningrum, 2009).
Macam-macam metode kontrasepsi
1. Metode Sederhana
Kontrasepsi sederhana tanpa alat dapat dengan senggama terputus dan pantang berkala.
Sedangkan kontrasepsi dengan alat/obat salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan
kondom (Kusumaningrum, 2009).
2. Metode Modern/Efektif
a. Kontrasepsi Hormonal
b. Peroral: Pil
c. Injeksi / suntikan
d. Subcutis: Implant (alat kontrasepsi bawah kulit = AKBK)
e. Intra Uterine Devices (IUD, AKDR)
f. Kontrasepsi Mantap
g. Pada wanita: Penyinaran, Operatif (Medis Operatif Wanita/MOW), penyumbatan tuba fallopi
secara mekanis.
h. Pada pria: Operatif (Medis Operatif Pria/MOP), Penyumbatan vas deferens secara mekanis,
penyumbatan vas deferens secara kimiawi (Kusumaningrum, 2009).
Berdasarkan lama efektivitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi :
a. MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah jenis
susuk/implant, IUD, MOP, dan MOW.
b. Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah
kondom, pil, suntik, dan metode-metode lain selain metode yang termasuk dalam MKJP
(Kusumaningrum, 2009).
B. Definisi IUD
Intra Uterine device (IUD) adalah alat kecil berbentuk-T terbuat dari plastik dengan
bagian bawahnya terdapat tali halus yang juga terbuat dari plastik. Sesuai dengan namanya IUD
dimasukkan ke dalam rahim untuk mencegah kehamilan. Pemasangan bisa dengan rawat jalan
dan biasanya akan tetap terus berada dalam rahim sampai dikeluarkan lagi. IUD mencegah
sperma tidak bertemu dengan sel telur dengan cara merubah lapisan dalam rahim menjadi sulit
ditempuh oleh sperma (Kusmarjadi, 2010).
Alat kontrasepsi dalam rahim ( AKDR / IUD ) merupakan alat kontrasepsi yang dipasang
dalam rahim yang relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan metode pil, suntik dan kondom.
Alat kontrasepsi dalam rahim terbuat dari plastik elastik, dililit tembaga atau campuran tembaga
dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas dengan waktu penggunaan dapat
mencapai 2-10 tahun, dengan metode kerja mencegah masuknya sprematozoa/sel mani ke dalam
saluran tuba. Pemasangan dan pencabutan alat kontrasepsi ini harus dilakukan oleh tenaga medis
(dokter atau bidan terlatih), dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi namun tidak
boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar infeksi menular seksual (Imbarwati, 2009).
IUD yaitu alat yang terbuat dari plastik yang dimasukkan ke dalam rahim dan mencegah
kehamilan dengan cara menganggu lingkungan rahim dan menghalangi terjadinya pembuahan
maupun implantasi (ILUNI FKUI, 2010).
AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) atau spiral, atau dalam bahasa Inggrisnya Intra-Uterine
Devices, disingkat IUD adalah alat yang dibuat dari polietilen dengan atau tanpa metal/steroid
yang ditempatkan di dalam rahim. Pemasangan ini dapat untuk 3-5 tahun dan bisa dilepaskan
setiap saat bila klien berkeinginan untuk mempunyai anak. AKDR ini bekerja dengan mencegah
pertemuan sperma dengan sel telur (Kusumaningrum, 2009).
C. Jenis-jenis
Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah :
a. Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan
kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan)
yang cukup baik (Imbarwati, 2009).
b. Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini
mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga
luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T
(Imbarwati, 2009).
c. Multi load
IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap
yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat
tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga
jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini (Imbarwati, 2009).
d. Lippes loop
IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S bersambung. Untuk
memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang
berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B
27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe D berukuran 30 mm
dan tebal (benang putih). Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan
dari pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau
penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastic (Imbarwati, 2009).
Spiral bisa bertahan dalam rahim dan menghambat pembuahan sampai 10 tahun lamanya.
Setelah itu harus dikeluarkan dan diganti. Bahan spiral yang paling umum digunakan adalah
plastic atau plastic bercampur tembaga. Terdapat dua jenis IUD yaitu IUD dengan tembaga dan
IUD dengan hormon (dikenal dengan IUS = Intrauterine System). IUD tembaga (copper)
melepaskan partikel tembaga untuk mencegah kehamilan sedangkan IUS melepaskan hormon
progestin (Kusmarjadi, 2010).
Spiral jenis copper T (melepaskan tembaga) mencegah kehamilan dengan cara menganggu
pergerakan sperma untuk mencapai rongga rahim dan dapat dipakai selama 10 tahun.
Progestasert IUD (melepaskan progesteron) hanya efektif untuk 1 tahun dan dapat digunakan
untuk kontrasepsi darurat (ILUNI FKUI, 2010).
D. Cara kerja IUD
Cara kerja kontrasepasi spiral yaitu:
Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma sulit
Masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi.
AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma
sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi
(Muhammad, 2008).
E. Kelemahan dan kelebihan
Intra uterine devise (IUD) memiliki keuntungan yaitu:
Sangat efektif mencegah kehamilan, sekali pakai terus berfungsi sampai dibuka
Sangat efektif. 0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125
- 170 kehamilan)
Pencegahan kehamilan untuk jangka yang panjang sampai 5-10 tahun
Tidak mempengaruhi hubungan seksual
Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A
Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi)
Dapat digunakan sampai menopouse
Tidak ada interaksi dengan obat-obat
Membantu mencegah kehamilan ektopik
Relatif tidak mahal
Nyaman (tidak perlu diingat-ingat seperti jika memakai pil)
Dapat dibuka kapan saja (oleh dokter)
Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi
Segera berfungsi (AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan)
Efek samping yang rendah
Dapat menyusui dengan aman
Tidak dirasakan oleh pemakai ataupun pasangannya (Kusmarjadi, 2010).
Sangat efektif (0,5 – 1 kehamilan per 100 wanita setelah pemakaian selama satu tahun)
Tidak terganggu faktor lupa
Metode jangka panjang (perlindungan sampai 10 tahun dengan menggunakan Tembaga T 380A)
Mengurangi kunjungan ke klinik
Lebih murah dari pil dalam jangka panjang (Kusumaningrum, 2009).
IUD baik untuk wanita yang:
Menginginkan kontrasepsi dengan tingkat efektifitas yang tinggi, dan jangka panjang
Tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan anak
Memberikan ASI
Berada dalam masa postpartum dan tidak memberikan ASI
Berada dalam masa pasca aborsi
Mempunyai resiko rendah terhadap PMS
Tidak dapat mengingat untuk minum sebutir pil setiap hari
Lebih menyukai untuk tidak menggunakan metode hormonal atau yang memang tidak boleh
menggunakannya.
Yang benar-benar membutuhkan alat kontrasepsi darurat (Kusumaningrum, 2009).
Kelemahan kontrasepsi IUD yaitu:
Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada infeksi menular
Efek samping umum terjadi perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar
mensturasi, saat haid lebih sakit
Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan, perdarahan
berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding
uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar)
Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti pasangan
Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR, PRP dapat
memicu infertilitas
Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR
Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya
menghilang dalam 1 - 2 hari
Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas terlatih yang dapat melepas
(Muhammad, 2008).
Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD dipasang segera
setelah melahirkan)
Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu (Imbarwati, 2009).
Sedangkan efeknya antara lain rasa kram dan sakit pinggang sesaat sampai beberapa jam setelah
pemasangan. Beberapa wanita mengalami perdarahan ringan dan nyeri sampai beberapa minggu
setelah pemasangan. Kadang haid bisa banyak pada IUD tembaga (Kusmarjadi, 2010).
Spiral tidak melindungi dari berbagai penyakit yang menular melalui hubungan seksual,
termasuk HIV/AIDS. Bukan hanya itu saja, spiral akan memperparah penyakit Anda,
menyebabkan komplikasi-komplikasi serius, seperti radang mulut rahim yang bisa membuat
Anda kehilangan kesuburan (mandul) (Zahra, 2008).
Penggunaan IUD sebaiknya dilakukan pada saat :
a. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil.
b. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
c. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pascapersalinan;
setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea laktasi (MAL).
d. Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi.
e. Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi (Imbarwati, 2009).
Kelemahan dari penggunaan IUD adalah perlunya kontrol kembali untuk memeriksa posisi
benang IUD dari waktu ke waktu. Waktu kontrol IUD yang harus diperhatikan adalah :
a. 1 bulan pasca pemasangan
b. 3 bulan kemudian
c. setiap 6 bulan berikutnya
d. bila terlambat haid 1 minggu perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya (Imbarwati,
2009).
F. Efek Samping
Seminggu pertama, mungkin ada pendarahan kecil. Ada perempuan-perempuan pemakai
spiral yang mengalami perubahan haid, menjadi lebih ‘berat’ dan lebih lama, bahkan lebih
menyakitkan. Tetapi biasanya semua gejala ini akan lenyap dengan sendirinya sesudah 3 bulan
(Zahra, 2008). Perdarahan dan kram selama minggu-minggu pertama setelah pemasangan.
Kadang-kadang ditemukan keputihan yang bertambah banyak. Disamping itu pada saat
berhubungan (senggama) terjadi expulsi (IUD bergeser dari posisi) sebagian atau seluruhnya.
Pemasangan IUD mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman dan dihubungkan dengan resiko
infeksi rahim (Kusumaningrum, 2009). Masalah kesehatan yang paling berbahaya akibat
pemakaian spiral adalah terjadinya radang mulut rahim. Kebanyakan ini terjadi pada masa 3
bulan pertama, tetapi umumnya bukan akibat spiral itu sendiri. Pada penderitanya sudah terkena
infeksi ketika spiral dipasang. Inilah sebabnya Anda harus memeriksakan kondisi seputar vagina
dan rahim sebelum memasang spiral, sehingga jika ada tanda-tanda infeksi pemasangan spiral
bisa dibatalkan. Jika kondisi mulut rahim biasa-biasa saja tapi tak urung Anda terkena radang
juga, barangkali pemasang spiral (perawat, bidan, dokter, atau siapa saja di pos pelayanan KB
atau puskesmas) tidak memasang spiral dalam kondisi steril atau benar-benar bersih dan aman.
Hati-hatilah memilih di mana saja atau pada siapa meminta layanan ini (Zahra, 2008).
G. Kontra Indikasi
Wanita yang boleh menggunakan kontrasepsi IUD yaitu:
Usia reproduktif
Keadaan nulipara
Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
Setelah melahirkan dan tidak menyusui
Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
Risiko rendah dari IMS
Tidak menghendaki metoda hormonal
Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 - 5 hari senggama
Perokok
Gemuk ataupun kurus (Muhammad, 2008).
Jangan memakai spiral jika:
Sedang hamil atau kemungkinan hamil berisiko tinggi terkena penyakit yang menular lewat
hubungan seks (bila mempunyai pasangan seksual lebih dari satu, atau bila suami/pasangan
punya pasangan lain) pernah mengalami infeksi saluran peranakan atau rahim, atau infeksi
sesudah persalinan/sesudah aborsi
Pernah hamil di luar rahim (hamil dalam saluran fallopian)
Mendapat haid yang “berat” (darah yang keluar sangat banyak) diserat rasa sakit yang hebat
sangat kekurangan darah merah (anemia) belum pernah hamil (Zahra, 2008).
Kontra indikasi wanita pengguna kontrasepsi IUD yaitu:
Hamil atau diduga hamil
Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita penyakit kelamin
Pernah menderita radang rongga panggul
Penderita perdarahan pervaginam yang abnormal
Riwayat kehamilan ektopik
Penderita kanker alat kelamin (Kusumaningrum, 2009).
Kondisi dimana seorang wanita tidak seharusnya menggunakan IUD adalah :
Kehamilan
Sepsis
Aborsi postseptik dalam waktu dekat
Abnormalitas anatomi yang mengganggu rongga rahim
Perdarahan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya
Penyakit tropoblastik ganas
Kanker leher rahim, kanker payudara, kanker endometrium
Penyakit radang panggul
PMS (premenstrual syndrome) 3 bulan terakhir dan imunokompromise (penurunan kekebalan
tubuh)
TBC panggul (ILUNI FKUI, 2010).
Wanita yang tidak diperkenankan menggunakan IUD adalah:
Sedang hamil
Perdarahan vagina yang tidak diketahui
Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik
Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yangdapat mempengaruhi kavum
uteri
Penyakit trofoblas yang ganas
Diketahui menderita TBC pelvik
Kanker alat genital
Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm (Muhammad, 2008).
H. Cara Penggunaan Atau Pemasangan
IUD dapat dipasang kapan saja selama periode menstruasi bila wanita tersebut tidak
hamil. Untuk wanita setelah melahirkan, pemasangan IUD segera (10 menit setelah pengeluaran
plasenta) dapat mencegah mudah copotnya IUD. IUD juga dapat dipasang 4 minggu setelah
melahirkan tanpa faktor risiko perforasi (robeknya rahim). Untuk wanita menyusui, IUD dengan
progestin sebaiknya tidak dipakai sampai 6 bulan setelah melahirkan. IUD juga dapat dipasang
segera setelah abortus spontan triwulan pertama, tetapi direkomendasikan untuk ditunda sampai
involusi komplit setelah triwulan kedua abortus. Setelah IUD dipasang, seorang wanita harus
dapat mengecek benang IUD setiap habis menstruasi (ILUNI FKUI, 2010).
Prosedur Kerja Pemasangan IUD Kebijaksanaan :
a)Petugas harus siap ditempat.
b) Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta.
c)Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi.
d) Alat-alat yang tersedia :
a. Gyn bed
b. Timbangan berat badan
c. Tensimeter dan stetoskop
d. IUD set steril
e. Bengkok
f. Lampu
g. Kartu KB (kl, K IV)
h. Buku-buku administrasi dan registrasi KB
i. Meja dengan duk steril
Sym speculum
Sonde rahim
Lidi kipas dan kapas first aid secukupnya.
Busi / dilatator hegar
Kogel tang
Pinset dan gunting
Langkah-langkah :
1) Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan,
2) Efek samping dan cara menanggulangi efek samping.
3) Melaksanakan anamnese umum, keluarga, media dan kebidanan.
4) Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan,
mengukur tensimeter.
5) Mempersilakan calon peserta untuk mengosongkan kandung
kemih.
6) Siapkan alat-alat yang diperlukan.
7) Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed gynaecologi
dengan posisi Lithotomi.
8) Petugas cuci tangan
9) Pakai sarung tangan kanan dan kiri
10) Bersihkan vagina dengan kapas first aid
11) Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan
posisi uterus.
12) Pasang speculum sym.
13) Gunakan kogel tang untuk menjepit cervix.
14) Masukkan sonde dalam rahim untuk menentukan ukuran, posisi
dan bentuk rahim.
15) Inserter yang telah berisi AKDR dimasukkan perlahan-lahan ke
dalam rongga rahim, kemudian plugger di dorong sehingga AKDR
masuk ke dalam inserter dikeluarkan.
16) Gunting AKDR sehingga panjang benang ± 5 cm
17) Speculum sym dilepas dan benang AKDR di dorong ke samping
mulut rahim.
18) Peserta dirapikan dan dipersilakan berbaring ± 5 menit
19) Alat-alat dibersihkan
20) Petugas cuci tangan
21) Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin terjadi / dialami setelah
pemasangan AKDR dan kapan harus kontrol
22) Membuat nota pelayanan
23) Menyerahkan nota pelayanan kepada peserta untuk diteruskan ke bagian administrasi pelayanan.
24) Mencatat data pelayanan dalam kartu dan buku catatan untuk
dilaporkan ke bagian Rekam Medik (Imbarwati, 2009).
Catatan :
Bila pada waktu pamasangan terasa ada obstruksi, jangan dipaksa (hentikan) konsultasi dengan
dokter.
Bila sonde masuk ke dalam uterus dan bila fundus uteri tidak terasa, kemungkinan terjadi
perforasi, keluarkan sonde, dan konsultasikan ke dokter.
Keluarkan sonde dan lihat batas cairan lendir atau darah, ini adalah panjang rongga uterus. Ukuran
normal 6 – 7 cm.
Bila ukuran uterus kurang dari 5 cm atau lebih dari 9 cm jangan dipasang (Imbarwati, 2009).
Prosedur Pencabutan IUD
1. Tujuan umum :
Agar pasien yang akan melepas AKDR mendapat pelayanan yang cepat, puas, dan sesuai dengan
kebutuhan.
2. Tujuan khusus :
Mempersiapkan ibu agar cepat mengenal efek samping dilepaskan AKDR.
3. Kebijaksanaan :
Petugas harus siap ditempat
Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta.
Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi.
4. Alat-alat yang harus tersedia lengkap sesuai dengan standart yang ditentukan :
a. Meja dengan alas duk steril.
b. Sarung tangan kanan dan kiri
c. Lidi kapas, kapas first aid secukupnya.
d. Cocor bebek / speculum
e. Tampon tang.
f. Tutup duk steril
g. Bengkok
h. Lampu
i. Timbangan berat badan
j. Tensimeter dan
k. Stetoskop
Langkah-langkah
1. Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan, efek samping dan cara
menanggulangi efek samping.
2. Melaksanakan anamnese umum, keluarga, media dan kebidanan.
3. Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan, mengukur tensimeter.
4. Siapkan alat-alat yang diperlukan.
5. Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed gynaecologi dengan posisi Lithomi.
6. Bersihkan vagina dengan lysol
7. Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan dan posisi uterus.
8. Pasang speculum sym.
9. Mencari benang IUD kemudian dilepas dengan tampon tang
10. Setelah IUD berhasil dilepas, alat-alat dibereskan.
11. Pasien dirapikan kembali
12. Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin
terjadi / dialami setelah AKDR dilepas dan kapan harus kontrol
13. Menyerahkan nota pelayanan dan menerima pembayaran sesuai
dengan nota
14. Mencatat data pelayanan dalam kartu dan buku catatan, register KB untuk dilaporkan ke bagian
Rekam Medik (Imbarwati, 2009).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alat kontrasepsi susuk atau implan berisi lovonorgestrel, terdiri dari 6 kapsul yang
diinsersikan di bawah kulit lengan atas bagian dalam, kira-kira 6-10 cm dari lipat siku. Indikasi
penggunaan KB susuk adalah pemakaian KB yang jangka waktu lama, masih berkeinginan
punya anak lagi, tapi jarak antara kelahirannya tidak terlalu dekat.tidak dapat memakai jenis KB
yang lain. Banyak alasan dapat dikemukakan mengapa implant dikembangkan dan diperkenalkan
sebagai cara KB yang baru. Alasan-alasan tersebut antara lain implant merupakan cara KB yang
sangat efektif dalam mencegah kehamilan dan dapat mengembalikan kesuburan secara
sempurna, tidak merepotkan. Setelah pemasangan, akseptor tidak perlu melakukan atau
memikirkan apa-apa misalnya pada penggunaan pil. Implant merupakan cara KB yang ideal bagi
ibu yang tidak amau mempunyai anak lagi, akan tetapi belum siap untuk melakukan sterilisasi
B. Saran
Bila Anda ingin menghentikan pemakaian spiral, segera kunjungi pekerja kesehatan yang
memasangnya, atau yang terlatih. Jangan mencoba mencopot spiral sendiri di rumah. (ditambah
lagi yooo)
Read more: http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.com/2011/12/manajemen-asuhan-kebidanan-pemasangan.html#ixzz1zGzDslRn