Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

48
ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM Salah satu metode kontrasepsi jangka panjang yang digunakan oleh masyarakat adalah AKDR, untuk memahami tentang AKDR berikut ini akan dibahas tentang pengertian AKDR, jenis AKDR, mekanisme kerja, efektivitas, indikasi pemasangan, kontra indikasi, keuntungan, kerugian, pemasangan AKDR, periksa ulang AKDR, efek samping dan komplikasi serta pengeluaran AKDR. 1. Pengertian AKDR AKDR adalah bahan inert sintetik (dengan atau tanpa unsur tambahan untuk sinergi efektifitas) dengan berbagai bentuk dipasangkan ke dalam rongga rahim untuk menghasilkan efek kontraseptif (Saifuddin, 2003), sedangkan definisi AKDR menurut BKKBN (2000) adalah jenis alat kontrasepsi yang terkuat dari bahan plastik halus, lembut dan lentur yang diletakkan dalam rongga rahim. 2. Jenis AKDR Menurut Mochtar (1998), saat ini AKDR telah memasuki era generasi keempat, karena itu berpuluh macam AKDR telah

Transcript of Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

Page 1: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM

Salah satu metode kontrasepsi jangka panjang yang digunakan oleh masyarakat adalah

AKDR, untuk memahami tentang AKDR berikut ini akan dibahas tentang pengertian AKDR,

jenis AKDR, mekanisme kerja, efektivitas, indikasi pemasangan, kontra indikasi, keuntungan,

kerugian, pemasangan AKDR, periksa ulang AKDR, efek samping dan komplikasi serta

pengeluaran AKDR.

1.      Pengertian AKDR

AKDR adalah bahan inert sintetik (dengan atau tanpa unsur tambahan untuk sinergi

efektifitas) dengan berbagai bentuk dipasangkan ke dalam rongga rahim untuk menghasilkan

efek kontraseptif (Saifuddin, 2003), sedangkan definisi AKDR menurut BKKBN (2000) adalah

jenis alat kontrasepsi yang terkuat dari bahan plastik halus, lembut dan lentur yang diletakkan

dalam rongga rahim.

2.      Jenis AKDR

Menurut Mochtar (1998), saat ini AKDR telah memasuki era generasi keempat, karena

itu berpuluh macam AKDR telah dikembangkan mulai dari generasi pertama yang terbuat dari

benang sutera dan logam sampai pada generasi plastik (polietilen) baik yang tidak ditambahi

obat (unmedicated) maupun yang dibubuhi obat (Medicated).

a.       Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi :

1)      Bentuk terbuka (open device), misalnya lippes loop, Cu-T, Cu-7, Margulies, Spring coil,

multiload, Nova – T dan lainnya.

2)      Bentuk tertutup (closed device), misalnya ota ring, antigen, grafenberg ring, hall stone ring.

Page 2: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

b.      Menurut tambahan obat atau metal :

1)      Medicated AKDR, misalnya Cu-T 200, 220, 300, 380A, Cu-7, Nova-T Ml-Cu 250, 375,

progestasert.

2)      Unmedicated AKDR, misalnya lippes loop, margulies, saf-T coil, antigon.

AKDR yang banyak di pakai di Indonesia dewasa ini dari jenis unmedicated adalah lippes loop dan yang dari jenis medicated Cu-T, Cu-7 multiload, dan Nova-T.

3.      Mekanisme Kerja AKDR

Menurut Hartanto (2003), mekanisme kerja AKDR adalah :

a.       Timbulnya reaksi radang lokal yang non spesifik di dalam cavum uteri sehingga implantasi sel

telur yang telah di buahi terganggu. Disamping itu dengan munculnya lekosit PMN, makrofag,

foreign body giant cells, sel mononuclear dan sel plasma yang dapat mengakibatkan lysis dari

spermatozoa atau ovum dan blastocyst.

b.      Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan terhambatnya implantasi.

c.       Gangguan atau terlepasnya blastocyst yang telah berimplantasi di dalam endometrium.

d.      Pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalam tuba falopii.

e.       Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri.

f.       Dari penelitian-penelitian terakhir disangka bahwa AKDR juga mencegah spermatozoa

membuahi sel telur (mencegah fertilitas).

g.      Untuk AKDR yang mengandung Cu :

1)      Antagonisme yang spesifik terhadap Zn yang terdapat dalam enzim carbonic anhydrase,

sehingga tidak memungkinkan terjadinya implantasi dan mungkin juga menghambat aktifitas

alkali phosphatase.

2)      Mengganggu pengambilan estrogen endogenelis oleh mucosa uterus.

Page 3: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

3)      Mengganggu jumlah DNA dalam sel endometrium.

4)      Mengganggu metabolisme glikogen.

h.      Untuk AKDR yang mengandung hormon progesteron :

1)      Gangguan proses pematangan proliferatif-skretoir sehingga timbul penekanan terhadap

endometrium dan terganggunya proses implantasi (Endometrium tetap berada dalam fase

decidual atau progestational).

2)      Lendir serviks yang menjadi lebih kental atau tebal karena pengaruh progestin.

Dari uraian di atas, maka AKDR tampaknya tidak mencegah ovulasi dan menggangu

corpus luteum.

4.      Efektifitas AKDR

Menurut Mochtar (1998), efektifitas AKDR cukup tinggi untuk mencegah kehamilan

dalam jangka waktu yang lama. Angka kehamilan AKDR berkisar antara 1,5 – 3 per 100 wanita

pada tahun pertama dan angka ini akan menjadi lebih rendah untuk tahun – tahun berikutnya.

Hartanto (2003), mengemukakan tentang efektifitas AKDR yaitu :

a.       Efektifitas dari AKDR dinyatakan dalam angka kontinuitas (continuit on rate) yaitu berupa lama

AKDR tetap tinggal in-utero tanpa ekspulsi spontan, terjadinya kehamilan dan pengangkatan

atau pengeluaran karena alasan-alasan medis atau pribadi.

b.      Efektifitas dari bermacam-macam AKDR tergantung pada : AKDR nya yaitu ukuran bentuk,

mengandung Cu atau progesteron dan akseptor yaitu umur, paritas dan frekuensi senggama.

c.       Dari faktor-faktor yang berhubungan dengan akseptor yaitu umur dan paritas, diketahui :

1)      Makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi dan pengangkatan atau pengeluaran

AKDR.

Page 4: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

2)      Makin muda usia, terutama pada nulligravid, makin tinggi angka ekspulsi dan pengangkatan

atau pengeluaran AKDR.

d.      Dari uraian di atas maka use-effectiveness dari AKDR tergantung pada variabel administratif,

pasien dan medis termasuk kemudahan insersi pengalaman pemasang, kemungkinan ekspulsi

dari pihak akseptor, kemampuan akseptor untuk mengetahui terjadinya ekspulsi, kemudahan

akseptor untuk mendapatkan pertolongan medis.

5.      Indikasi Pemasangan AKDR

Menurut Mochtar (1998), pemasangan AKDR untuk tujuan kontrasepsi dapat dilakukan

pada wanita yang :

a.       Telah mempunyai anak hidup satu atau lebih.

b.      Ingin menjarangkan kehamilan.

c.       Sudah cukup anak hidup, tidak mau hamil lagi, namun takut atau menolak cara permanen

(kontrasepsi mantap).

d.      Tidak boleh atau tidak cocok memakai kontrasepsi hormonal (menghidap penyakit jantung,

hipertensi, hati).

e.       Berusia di atas 35 tahun, dimana kontrasepsi hormonal dapat kurang menguntungkan.

6.      Kontra Indikasi

Menurut Saifuddin (2003), yang tidak diperkenankan menggunakan AKDR :

a.       Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil).

b.      Perdarahan vagina yang tidak diketahui.

c.       Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis).

d.      Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik.

Page 5: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

e.       Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi

kavum uteri.

f.       Penyakit trofoblas yang ganas.

g.      Diketahui menderita TBC pelvik.

h.      Kanker alat genital.

i.        Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.

7.      Keuntungan AKDR

Menurut Saifuddin (2003), keuntungan AKDR meliputi :

a.       Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi 0,6 - 0,8 kehamilan per 100 perempuan dalam 1 tahun

pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan).

b.      AKDR dapat efektif segera setelah persalinan.

c.       Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu di ganti).

d.      Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.

e.       Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.

f.       Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A.

g.      Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.

h.      Dapat di pasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi).

i.        Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir).

j.        Tidak ada interaksi dengan obat-obat.

k.      Membantu mencegah kehamilan ektopik.

8.      Kerugian AKDR

Page 6: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

AKDR bukanlah alat kontrasepsi yang sempurna, sehingga masih terdapat beberapa

kerugian. Kerugian AKDR menurut Manuaba (1998) :

a.       Masih terjadi kehamilan dengan AKDR insitu.

b.      Terdapat perdarahan, spothing dan menometroragia.

c.       Leukore, sehingga menguras protein tubuh dan liang senggama terasa lebih basah.

d.      Dapat terjadi infeksi dan kehamilan ektopik.

e.       Tali AKDR dapat mengganggu hubungan seksual.

9.      Pemasangan AKDR

Saifuddin (2003), mengemukakan bahwa sebagian besar masalah yang berkaitan dengan

AKDR (ekspulsi infeksi dan perforasi) disebabkan oleh pemasangan yang kurang tepat. Oleh

karena itu hanya petugas klinik yang telah dilatih (dokter, bidan dan perawat), yang

diperbolehkan memasang maupun mencabut AKDR, untuk mengurangi masalah yang timbul

setelah pemasangan semua tahap proses pemasangan harus dilakukan dengan hati-hati dan

lembut, dengan menggunakan upaya pencegahan infeksi yang dianjurkan.

Waktu pemasangan AKDR yang baik adalah dalam keadaan :

Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil.

2)      Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.

3)      Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pasca persalinan,

setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenore laktasi (MAL). Perlu diingat angka

ekspulsi tinggi pada pemasangan segera atau selama 48 jam pasca persalinan.

4)      Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari ) apabila tidak ada gejala infeksi.

5)      Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi.

10.  Periksa ulang AKDR

Page 7: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

Menurut Manuaba (1998), menyatakan jadwal pemeriksaan ulang AKDR sebagai berikut

:

a.       Dua minggu setelah pemasangan.

b.      Satu bulan setelah pemeriksaan pertama.

c.       Tiga bulan setelah pemeriksaan kedua.

d.      Setiap 6 bulan sampai 1 tahun.

11.  Efek samping dan komplikasi

Menurut Mochtar (1998), efek samping dari penggunaan AKDR adalah :

a.       Nyeri dan mulas

Biasanya terjadi sehabis insersi AKDR, yang pada umumnya akan hilang dalam beberapa hari

sampai beberapa minggu.

b.      Perdarahan

Dapat terjadi perdarahan pasca insersi, bercak di luar haid (spotting) atau perdarahan meno atau

metroragia.

c.       Fluor Albus (keputihan).

d.      Dismenorea (Nyeri selama haid).

e.       Disparenia (Nyeri sewaktu koitus).

f.       Ekspulsi (AKDR keluar dengan sendirinya)

Sering dijumpai pada masa tiga bulan pertama setelah insersi, setelah satu tahun angka ekspulsi

akan berkurang. Biasanya terjadi sewaktu sedang haid.

g.       Infeksi

Page 8: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

Radang panggul dijumpai pada sekitar 2% akseptor pada tahun pertama pemakaian, namun

infeksi ini bersifat ringan.

h.      Embedment (AKDR tertanam dalam dinding rahim).

i.        AKDR dapat tertanam ke dalam mukosa rahim atau terletak lebih dalam sebagian (parsial) atau

seluruhnya (komplit).

12.  Pengeluaran AKDR

Menurut Mochtar (1998), pengeluaran AKDR dilakukan atas berbagai indikasi :

a.       Indikasi medis :

1)      Perdarahan yang hebat atau berlangsung lama.

2)      Nyeri hebat.

3)      Hamil dengan AKDR insitu.

4)      Peradangan panggul.

5)      Infeksi dan sebagainya.

b.       Atas permintaan suami isteri.

c.       AKDR telah kadaluarsa.

d.      Translokasi AKDR.

INTRA UTERINE DEVICES ( IUD / AKDR )

PENDAHULUAN

A.        LATAR BELAKANG

Page 9: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

            

             Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah Visinya dari  mewujudkan 

NKKBS menjadi Visi untuk mewujudkan “ Keluarga Berkualitas Tahun 2015 “. Keluarga yang berkualitas 

adalah keluarga yang sejahtera,  sehat,  maju, mandiri,  memiliki   jumlah anak yang  ideal,  berwawasan 

kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

            Visi tersebut di jabarkan kedalam enam misi, Yaitu :

1.      Memberdayakan masyarakat untuk membangun keluarga kecil berkualitas

2.      Menggalang kemitraan dalam peningkatan kesejahteraan, kemandirian, dan ketahanan keluarga.

3.      Meningkatkan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi

4.      Meningkatkan promosi, perlindungan dan upaya mewujudkan hak – hak reproduksi

5.      Meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender 

melalui program Keluarga Berencana

6.      Mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sejak pembuahan dalam kandungan sampai 

dengan lanjut usia.

             Berdasarkan Visi dan misi diatas, Program Keluarga Berencana Nasional mempunyai kontribusi 

penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk.Kontribusi program keluarga berencana tersebut 

dapat dilihat pada pelaksanaan Program Making Pregnency Safer.

Pencegahan  kematian dan  kesakitan   ibu  merupakan  alasan  utama diperlukannya  pelayanan 

keluarga   berencana   disamping   alsan   lain   yaitu  membebaskan  wanita   dari   rasa   khawatir   terhadap 

kehamilan. Banyak perempuan mengalami kesulitan didalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Hal 

ini  tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia tetapi   juga karena ketidak tahuan mereka 

tentang persyaratan dan keamanan dan metode kontrasepsi tersebut. Dimana kalo kita lihat pengrtian 

dari  kontrasepsi   itu adalah usaha – usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha – usaha itu 

dapat bersifat sementara. Dapat juga bersifat permanen.

Metode kontrasepsi yang disediakan secara umum ada 2 yaitu kontrasepsi tanpa menggunakan 

alat / obat, contohnya senggama terputus, pembilasan pasca senggama, perpanjangan masa menyusui 

Page 10: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

anak dan pantang berkala, dan kontrasepsi yang menggunakan alat, contohnya kondom, suntikan, pil, 

norplant dan tidak lupa IUD / AKDR.

B.        TUJUAN UMUM

             Secara   umum   tujuan   Pembuatan   makalah   ini   adalah   untuk   mengetahui   apa   itu   metode 

kontrasepsi IUD / AKDR

C.                 TUJUAN KHUSUS

 Tujuan khususnya adalah mengetahui secara rinci tentang metode kontrasepsi IUD / AKDR itu 

sendiri.

Page 11: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

BAB II

LANDASAN TEORI

             Pelayanan dan  informasi  keluarga berencana merupakan suatu  intervensi  kunci  dalam upaya 

meningkatkan   kesehatan   perempuan   dan   anak,   serta  merupakan   hak   asasi  manusia.   Telah   terjadi 

perkembangan yang berarti dalam tekhnologi kontrasepsi, misalnya transisi dari estrogen dosis tinggi ke 

dosisi   rendah   pada   pil   kombinasi,   atau   dari   AKDR   inert   ke   AKDR   yang   mengeluarkan 

levonorgestrel.Perkembangan ini telah menghasilkan pilihan lebih banyak tentang metode kontrasepsi 

yang lebih aman dan efektif.

            Salah satu alat kontrasepsi yang akan di bahas pada makalah ini adalah tentang IUD / AKDR ( alat 

kontrasepsi dalam rahim ).

Dimana profil dari AKDR itu sendiri antara lain :

-         Sangat efektif, reversibel dan berjangka waktu panjang ( Dapat sampai 10 tahun : CuT 380A

-         Haid menjadi lebih banyak dan lebih lama

-         Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan.

-         Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi

-         Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada Infeksi Menular Seksual ( IMS ).

Page 12: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

Mekanisme kerja  AKDR belum diketahui secara pasti, tetapi cara kerjanya bersifat lokal. Sebagai bukti 

dapat di jumpai kehamilan dengan AKDR.AKDR dalam keadaan kolaps membuat suasana pada fundus 

uteri  menjadi  normal dan siap menerima hasil  konsepsi.   (   Ilmu Kebidanan,  Penyakit  kandungan dan 

Keluarga Berncana untuk pendidikan bidan, Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba, DSOG )

Mekanisme kerja lokal AKDR sebagai berikut : 

1.      AKDR merupakan benda asing dalam rahim sehingga menimbulkan reaksi benda asing dengan timbunan 

Leokosit, Makrofag dan limfosit.

2.       AKDR   menimbulkan   perubahan   pengeluaran   cairan,   prostaglandin,   yang   menghalagi   kapasitras 

spermatozoa.

3.      Pemadatan endometrium oleh leokosit, makrofag dan limfosit menyebabkan blastokis mungkin dirusak 

oleh magrofag dan blastokis tidak mampu melaksanakan nidasi.

            Untuk lebih jelasnya mengenai AKDR akan kita bahas pada Bab III di Pembahasan.

Page 13: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

BAB III

PEMBAHASAN

             IUD   /  AKDR  yang  merupakan   salah   satu  metode   kontrasepsi   dalam  rahim  mempunyai   atau 

memiliki beberapa jenis yaitu :

Jenis  dari   IUD  ini  bermacam – macam,paling  umum dulu  disebut  atau  dikenal  dengan nama Spiral 

seperti contoh :

Page 14: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

-         Lippes – Loop

-         Saf-T-Coil

-         Dana – Super

-         Copper – T (Gyne-T)

-         Copper – 7 (Gravigard)

-         Multiload

-         Progesterone IUD

Dari berbagai jenis IUD diatas, saat  ini  yang umum beredar dipakai di   Indonesia ada 3 macam jenis 

Yaitu :

1.       IUD Copper T, Terbentuk dari rangka plastik yang lentur dan tembaga yang berada pada kedua lengan 

IUD dan batang IUD.

2.       IUD  Nova   T,   Terbentuk  dari   rangka  plastik  dan   tembaga.   Pada  ujung   lengan   IUD  bentuknya   agak 

melengkung tanpa ada tembaga, tembaga hanya ada pada batang IUD.

3.       IUD Mirena, terbentuk dari rangka plastik yang dikelilingi oleh silinder pelepas horman levonolgestrel 

( Hormon Progesteron ) sehingga IUD ini dapat dipakai oleh ibu menyusui karena tidak menghambat ASI.

Cara kerja dari AKDR yaitu :

-         Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii

-         Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri

-         AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit 

masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi

-         Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus

Page 15: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

             Semua  jenis  alat  kontrasepsi  pasti memiliki  keuntungan dan kerugian,  seperti halnya metode 

kontrasepsi AKDR ini, memiliki keuntungan antara lain yaitu : 

      Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi. 

      AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan

      Metode jangka panjang

      Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat

      Tidak mempengaruhi hubungan seksual

      Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil

      Tidak ada efeksamping hormonal dengan Cu AKDR

      Tidak mempengaruhi lkwalitas dan volume ASI

      Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus

      Dapat digunakan samapi menopause

      Tidak ada interaksi dengan obat-obat

      Membantu mencegah kehamilan ektopik

Kerugian dari AKDR yaitu :

      Efek samping yang umum terjadi : 

-         Perubahan siklus haid ( umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkuramng setelah 3 bulan )

-         Haid lebih lama dan banyak

-         Perdarahan ( Spoting ) antar menstruasi

-         Saat haid lebih sakit

    Komplikasi lain :

Page 16: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

-         Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan 

-         Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia

-         Perforasi dinding uterus ( Sangat jarang apabila pemasangan benar )

    Tidk mencegah IMS termasuk HIV/AIDS

      Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan

      Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR

       Prosedur   medis,   termasuk   pemeriksaan   pelvikdiperlukan   dalam   pemasangan   AKDR.   Sering   kali 

perempuan takut selama pemasangan

      Sedikit nyeri dan perdarahan 

      Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri

      Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui

      Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal

      Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu

Siapa saja yang bisa memakai AKDR adalah :

Usia reproduksi

Keadaan nulipara

Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang 

Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi

Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya

Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya in feksi

Resiko rendah dari IMS

Page 17: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

Tidak menghendaki metode hormonal

Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari

Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama

Yang tidak diperkenankan menggunakan AKDR yaitu :

Sedang hamil ( diketahui hamil atau kemungkinan hamil ) 

Perdarahan vagina yang tidak diketahui ( sampai dapat dievaluasi )

Sedang menderita infeksi alat genetalia ( Vaginitis, servisitis )

     Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi cavum uteri

     Penyakit tropoblas yang gamas

     Diketahui menderita TBC pelvik

     Kanker alat genitalia 

     Ukuran rongga rahim  kurang dari 5 cm

Efek samping dari pada AKDR ini adalah :

      Amenorhoe

      Kejang

      Perdarahan vagina yang hebat dan teratur 

      Benang yang hilang 

      Adanya pengeluaran cairan dari vagina

Page 18: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

1. Efektifitas dari IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas (continuation rate) yaitu berapa lama IUD tetap 

tinggal in-utero tanpa :

      a. Ekspulsi spontan

      b. Terjadinya kehamilan

      c. Pengangkatan/pengeluaran karena alasan-alasan medis atau pribadi

Telah diketahui angka kontinuitas pemakaian IUD adalah ;

      a. 70-90 per 100 wanita setelah satu tahun

      b. Di Indonesia 65-75% akseptor IUD masih tetap memakai IUD-nya  dibandingkan 30-40% yang 

memakai pil oral (Hanafi, 2003)

2. Efektivitas dari bermacam-macam IUD tergantung pada :

a. IUD-nya

    1) ukuran

    2) Bentuk

    3) Mengandung Cu atau progesterone

b. Akseptor

    1) umur

    2) paritas

    3) frekuensi senggama

3. Dari faktor-faktor yang berhubungan dengan akseptor yaitu umur dan paritas, diketahui :

  a. Makin tua usia, makin rendah angka kehamilan ekspulsi dan pengangkutan atau pengeluaran IUD

  b. Makin muda usia , terutama pada nulligravid, makin tinggi angka ekspulsi dan 

pengangkutan/pengeluaran IUD.

Page 19: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

Indonesian Association for Secure Contraception                             BAB  IV

KESIMPULAN

            Dari pembahasan diatas dapat kita mengambil kesimpulan umum tentang AKDR sebagai berikut :

Page 20: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

      AKDR bekerja langsung efektif segera setelah pemasangan

      AKDR dapat keluar dari uterus secara spontan, khususnya selama beberapa bulan pertama

      Kemungkinan terjadi perdarahan atau spoting beberapa hari setelah pemasangan

      Perdarahan menstruasi biasanya akan lebih banyak dan lama

      AKDR tidak melindungi diri terhadap IMS termasuk Virus AIDS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PEMASANGAN (KB) AKDR/IUD

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada pada posisi

keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relatif tinggi. Esensi tugas program

Keluarga Berencana (KB) dalam hal ini telah jelas yaitu menurunkan fertilitas agar dapat

mengurangi beban pembangunan demi terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan bagi rakyat

dan bangsa Indonesia. Seperti yang disebutkan dalam UU No.10 Tahun 1992 tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, definisi KB yakni upaya

meningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga

guna mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

Berdasarkan data dari SDKI 2002 – 2003, angka pemakaian kontrasepsi (contraceptive

prevalence rate/CPR) mengalami peningkatan dari 57,4% pada tahun 1997 menjadi 60,3% pada

tahun 2003. Pada 2015 jumlah penduduk Indonesia hanya mencapai 255,5 juta jiwa. Namun, jika

terjadi penurunan angka satu persen saja, jumlah penduduk mencapai 264,4 juta jiwa atau lebih.

Sedangkan jika pelayanan KB bisa ditingkatkan dengan kenaikan CPR 1%, penduduk negeri ini

Page 21: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

sekitar 237,8 juta jiwa (Kusumaningrum, 2009).

Pada awal tahun 70-an seorang wanita di Indonesia rata-rata memiliki 5,6 anak selama masa

reproduksinya. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan angka

TFR (Total Fertility Rate) pada periode 2002 sebesar 2,6 artinya potensi rata–rata kelahiran oleh

wanita usia subur berjumlah 2-3 anak. Pada tahun 2007, angka TFR stagnan pada 2,6 anak.

Sekarang ini di samping keluarga muda yang ketat membatasi anak, banyak pula yang tidak mau

menggunakan KB dengan alasan masing-masing seperti anggapan banyak anak banyak rezeki.

Artinya ada dua pandangan yang berseberangan, yang akan berpengaruh pada keturunan atau

jumlah anak masing-masing (Kusumaningrum, 2009).

Menurut SDKI 2002-2003 Pada tahun 2003, kontrasepsi yang banyak digunakan adalah metode

suntikan (49,1 persen), pil (23,3 persen), IUD/spiral (10,9 persen), implant (7,6 persen), MOW

(6,5 persen), kondom (1,6 persen), dan MOP (0,7 persen) (Kusumaningrum, 2009).

Alat kontrasepsi sangat berguna sekali dalam program KB namun perlu diketahui bahwa

tidak semua alat kontrasepsi cocok dengan kondisi setiap orang. Untuk itu, setiap pribadi harus

bisa memilih alat kontrasepsi yang cocok untuk dirinya. Pelayanan kontrasepsi (PK) adalah salah

satu jenis pelayanan KB yang tersedia. Sebagian besar akseptor KB memilih dan membayar

sendiri berbagai macam metode kontrasepsi yang tersedia.

Faktor lain yang mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi antara lain faktor pasangan

(umur, gaya hidup, jumlah keluarga yang diinginkan, pengalaman dengan metode kontrasepsi

yang lalu), faktor kesehatan (status kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan panggul), faktor metode kontrasepsi (efektivitas, efek samping, biaya), tingkat

pendidikan, pengetahuan, kesejahteraan keluarga, agama, dan dukungan dari suami/istri. Faktor-

faktor ini nantinya juga akan mempengaruhi keberhasilan program KB. Hal ini dikarenakan

setiap metode atau alat kontrasepsi yang dipilih memiliki efektivitas yang berbeda-beda. Strategi

peningkatan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti IUD, terlihat

kurang berhasil, yang terbukti dengan jumlah peserta KB IUD yang terus mengalami penurunan

dari tahun ke tahun. Berdasarkan data BKKBN Provinsi Jawa Tengah, jumlah peserta KB IUD

terus menurun dari tahun 2004 yakni 552.233 menjadi 529.805 pada tahun 2005, dan 498.366

pada tahun 2006. Dalam perkembangannya pemakaian IUD memang cenderung mengalami

penurunan dari tahun ke tahun (Imbarwati, 2009). Berdasarkan data di atas, IUD merupakan

salah satu jenis alat kontrasepsi yang menjadi alternative pilihan bagi masyarakat yang ingin ber-

Page 22: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

KB. Oleh karena itu penulis tertarik menyusun makalah tentang kontrasepsi IntraUterine Device

(IUD).

 

B.     RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah:

1.      Apa definisi kontrasepsi Intrauterine Device?

2.      Apa saja jenis-jenis kontrasepsi IUD?

3.      Apa kelebihan dan kekurangan alat kontrasepsi IUD?

4.      Apa efek samping dan kontara indikasi KB IUD?

5.      Bagaimana cara pemasangan IUD?

C.    TUJUAN

Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu :

1.      Mengetahui alat kontrasepsi IUD

2.      Mengetahui cara kerja, kelebihan, kelemahan dan kontra indikasi IUD

3.      Mengetahui cara kerja dan penggunaan/pemasangan IUD.

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.    KONTRASEPSI

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’ dan konsepsi

yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan

kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan

sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma. Pelayanan kontrasepsi

(PK) merupakan salah satu komponen dalam pelayanan kependudukan/KB. Selain Pelayanan

kontrasepsi (PK) juga terdapat komponen pelayanan kependudukan/KB lainnya seperti

komunikasi dan edukasi (KIE), konseling, pelayanan infertilitas, pendidikan seks (sex

Page 23: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

education), konsultasi pra-perkawinan dan konsultasi perkawinan, konsultasi genetik, tes

keganasan dan adopsi (Kusumaningrum, 2009).

Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua klien karena

masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi setiap klien. Namun

secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah sebagai berikut:

a)      Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat jika digunakan.

b)      Berdaya guna, dalam arti jika digunakan sesuai dengan aturan akan dapat mencegah kehamilan.

c)      Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan budaya di masyarakat.

d)     Terjangkau harganya oleh masyarakat.

e)      Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera kembali kesuburannya,

kecuali untuk kontrasepsi mantap (Kusumaningrum, 2009).

  Macam-macam metode kontrasepsi

1.      Metode Sederhana

Kontrasepsi sederhana tanpa alat dapat dengan senggama terputus dan pantang berkala.

Sedangkan kontrasepsi dengan alat/obat salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan

kondom (Kusumaningrum, 2009).

2.      Metode Modern/Efektif

a.       Kontrasepsi Hormonal

b.      Peroral: Pil

c.       Injeksi / suntikan

d.      Subcutis: Implant (alat kontrasepsi bawah kulit = AKBK)

e.       Intra Uterine Devices (IUD, AKDR)

f.       Kontrasepsi Mantap

g.      Pada wanita: Penyinaran, Operatif (Medis Operatif Wanita/MOW), penyumbatan tuba fallopi

secara mekanis.

h.      Pada pria: Operatif (Medis Operatif Pria/MOP), Penyumbatan vas deferens secara mekanis,

penyumbatan vas deferens secara kimiawi (Kusumaningrum, 2009).

Berdasarkan lama efektivitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi :

a.       MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah jenis

susuk/implant, IUD, MOP, dan MOW.

Page 24: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

b.      Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah

kondom, pil, suntik, dan metode-metode lain selain metode yang termasuk dalam MKJP

(Kusumaningrum, 2009).

B.     Definisi IUD

Intra Uterine device (IUD) adalah alat kecil berbentuk-T terbuat dari plastik dengan

bagian bawahnya terdapat tali halus yang juga terbuat dari plastik. Sesuai dengan namanya IUD

dimasukkan ke dalam rahim untuk mencegah kehamilan. Pemasangan bisa dengan rawat jalan

dan biasanya akan tetap terus berada dalam rahim sampai dikeluarkan lagi. IUD mencegah

sperma tidak bertemu dengan sel telur dengan cara merubah lapisan dalam rahim menjadi sulit

ditempuh oleh sperma (Kusmarjadi, 2010).

Alat kontrasepsi dalam rahim ( AKDR / IUD ) merupakan alat kontrasepsi yang dipasang

dalam rahim yang relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan metode pil, suntik dan kondom.

Alat kontrasepsi dalam rahim terbuat dari plastik elastik, dililit tembaga atau campuran tembaga

dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas dengan waktu penggunaan dapat

mencapai 2-10 tahun, dengan metode kerja mencegah masuknya sprematozoa/sel mani ke dalam

saluran tuba. Pemasangan dan pencabutan alat kontrasepsi ini harus dilakukan oleh tenaga medis

(dokter atau bidan terlatih), dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi namun tidak

boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar infeksi menular seksual (Imbarwati, 2009).

IUD yaitu alat yang terbuat dari plastik yang dimasukkan ke dalam rahim dan mencegah

kehamilan dengan cara menganggu lingkungan rahim dan menghalangi terjadinya pembuahan

maupun implantasi (ILUNI FKUI, 2010).

AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) atau spiral, atau dalam bahasa Inggrisnya Intra-Uterine

Devices, disingkat IUD adalah alat yang dibuat dari polietilen dengan atau tanpa metal/steroid

yang ditempatkan di dalam rahim. Pemasangan ini dapat untuk 3-5 tahun dan bisa dilepaskan

setiap saat bila klien berkeinginan untuk mempunyai anak. AKDR ini bekerja dengan mencegah

pertemuan sperma dengan sel telur (Kusumaningrum, 2009).

 C.    Jenis-jenis

Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah :

a.       Copper-T

Page 25: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan

kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan)

yang cukup baik (Imbarwati, 2009).

 

b.      Copper-7

IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini

mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga

luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T

(Imbarwati, 2009).

c.       Multi load

IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap

yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat

tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga

jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini (Imbarwati, 2009).

d.      Lippes loop

IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S bersambung. Untuk

memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang

berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B

27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe D berukuran 30 mm

dan tebal (benang putih). Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan

dari pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau

penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastic (Imbarwati, 2009).

Spiral bisa bertahan dalam rahim dan menghambat pembuahan sampai 10 tahun lamanya.

Setelah itu harus dikeluarkan dan diganti. Bahan spiral yang paling umum digunakan adalah

plastic atau plastic bercampur tembaga. Terdapat dua jenis IUD yaitu IUD dengan tembaga dan

IUD dengan hormon (dikenal dengan IUS = Intrauterine System). IUD tembaga (copper)

melepaskan partikel tembaga untuk mencegah kehamilan sedangkan IUS melepaskan hormon

progestin (Kusmarjadi, 2010).

Spiral jenis copper T (melepaskan tembaga) mencegah kehamilan dengan cara menganggu

Page 26: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

pergerakan sperma untuk mencapai rongga rahim dan dapat dipakai selama 10 tahun.

Progestasert IUD (melepaskan progesteron) hanya efektif untuk 1 tahun dan dapat digunakan

untuk kontrasepsi darurat (ILUNI FKUI, 2010).

D.    Cara kerja IUD

Cara kerja kontrasepasi spiral yaitu:

  Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii

  Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri

  Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma sulit

  Masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi.

  AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma

sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi

(Muhammad, 2008).

E. Kelemahan dan kelebihan

Intra uterine devise (IUD) memiliki keuntungan yaitu:

  Sangat efektif mencegah kehamilan, sekali pakai terus berfungsi sampai dibuka

  Sangat efektif. 0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125

- 170 kehamilan)

  Pencegahan kehamilan untuk jangka yang panjang sampai 5-10 tahun

  Tidak mempengaruhi hubungan seksual

  Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A

  Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

  Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi)

  Dapat digunakan sampai menopouse

  Tidak ada interaksi dengan obat-obat

  Membantu mencegah kehamilan ektopik

  Relatif tidak mahal

  Nyaman (tidak perlu diingat-ingat seperti jika memakai pil)

  Dapat dibuka kapan saja (oleh dokter)

  Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi

Page 27: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

  Segera berfungsi (AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan)

  Efek samping yang rendah

  Dapat menyusui dengan aman

  Tidak dirasakan oleh pemakai ataupun pasangannya (Kusmarjadi, 2010).

  Sangat efektif (0,5 – 1 kehamilan per 100 wanita setelah pemakaian selama satu tahun)

  Tidak terganggu faktor lupa

  Metode jangka panjang (perlindungan sampai 10 tahun dengan menggunakan Tembaga T 380A)

  Mengurangi kunjungan ke klinik

  Lebih murah dari pil dalam jangka panjang (Kusumaningrum, 2009).

IUD baik untuk wanita yang:

  Menginginkan kontrasepsi dengan tingkat efektifitas yang tinggi, dan jangka panjang

  Tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan anak

  Memberikan ASI

  Berada dalam masa postpartum dan tidak memberikan ASI

  Berada dalam masa pasca aborsi

  Mempunyai resiko rendah terhadap PMS

  Tidak dapat mengingat untuk minum sebutir pil setiap hari

  Lebih menyukai untuk tidak menggunakan metode hormonal atau yang memang tidak boleh

menggunakannya.

  Yang benar-benar membutuhkan alat kontrasepsi darurat (Kusumaningrum, 2009).

Kelemahan kontrasepsi IUD yaitu:

Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada infeksi menular

Efek samping umum terjadi perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar

mensturasi, saat haid lebih sakit

Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan, perdarahan

berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding

uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar)

Page 28: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS

Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti pasangan

Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR, PRP dapat

memicu infertilitas

Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR

Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya

menghilang dalam 1 - 2 hari

Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas terlatih yang dapat melepas

(Muhammad, 2008).

Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD dipasang segera

setelah melahirkan)

Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu (Imbarwati, 2009).

Sedangkan efeknya antara lain rasa kram dan sakit pinggang sesaat sampai beberapa jam setelah

pemasangan. Beberapa wanita mengalami perdarahan ringan dan nyeri sampai beberapa minggu

setelah pemasangan. Kadang haid bisa banyak pada IUD tembaga (Kusmarjadi, 2010).

Spiral tidak melindungi dari berbagai penyakit yang menular melalui hubungan seksual,

termasuk HIV/AIDS. Bukan hanya itu saja, spiral akan memperparah penyakit Anda,

menyebabkan komplikasi-komplikasi serius, seperti radang mulut rahim yang bisa membuat

Anda kehilangan kesuburan (mandul) (Zahra, 2008).

Penggunaan IUD sebaiknya dilakukan pada saat :

a.       Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil.

b.      Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.

c.       Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pascapersalinan;

setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea laktasi (MAL).

d.      Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi.

e.       Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi (Imbarwati, 2009).

Kelemahan dari penggunaan IUD adalah perlunya kontrol kembali untuk memeriksa posisi

benang IUD dari waktu ke waktu. Waktu kontrol IUD yang harus diperhatikan adalah :

a.       1 bulan pasca pemasangan

b.      3 bulan kemudian

c.       setiap 6 bulan berikutnya

Page 29: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

d.      bila terlambat haid 1 minggu perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya (Imbarwati,

2009).

F.     Efek Samping

Seminggu pertama, mungkin ada pendarahan kecil. Ada perempuan-perempuan pemakai

spiral yang mengalami perubahan haid, menjadi lebih ‘berat’ dan lebih lama, bahkan lebih

menyakitkan. Tetapi biasanya semua gejala ini akan lenyap dengan sendirinya sesudah 3 bulan

(Zahra, 2008). Perdarahan dan kram selama minggu-minggu pertama setelah pemasangan.

Kadang-kadang ditemukan keputihan yang bertambah banyak. Disamping itu pada saat

berhubungan (senggama) terjadi expulsi (IUD bergeser dari posisi) sebagian atau seluruhnya.

Pemasangan IUD mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman dan dihubungkan dengan resiko

infeksi rahim (Kusumaningrum, 2009). Masalah kesehatan yang paling berbahaya akibat

pemakaian spiral adalah terjadinya radang mulut rahim. Kebanyakan ini terjadi pada masa 3

bulan pertama, tetapi umumnya bukan akibat spiral itu sendiri. Pada penderitanya sudah terkena

infeksi ketika spiral dipasang. Inilah sebabnya Anda harus memeriksakan kondisi seputar vagina

dan rahim sebelum memasang spiral, sehingga jika ada tanda-tanda infeksi pemasangan spiral

bisa dibatalkan. Jika kondisi mulut rahim biasa-biasa saja tapi tak urung Anda terkena radang

juga, barangkali pemasang spiral (perawat, bidan, dokter, atau siapa saja di pos pelayanan KB

atau puskesmas) tidak memasang spiral dalam kondisi steril atau benar-benar bersih dan aman.

Hati-hatilah memilih di mana saja atau pada siapa meminta layanan ini (Zahra, 2008).

G.    Kontra Indikasi

Wanita yang boleh menggunakan kontrasepsi IUD yaitu:

         Usia reproduktif

         Keadaan nulipara

         Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang

         Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi

         Setelah melahirkan dan tidak menyusui

         Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi

         Risiko rendah dari IMS

         Tidak menghendaki metoda hormonal

Page 30: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

         Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari

         Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 - 5 hari senggama

         Perokok

         Gemuk ataupun kurus (Muhammad, 2008).

Jangan memakai spiral jika:

Sedang hamil atau kemungkinan hamil berisiko tinggi terkena penyakit yang menular lewat

hubungan seks (bila mempunyai pasangan seksual lebih dari satu, atau bila suami/pasangan

punya pasangan lain) pernah mengalami infeksi saluran peranakan atau rahim, atau infeksi

sesudah persalinan/sesudah aborsi

Pernah hamil di luar rahim (hamil dalam saluran fallopian)

  Mendapat haid yang “berat” (darah yang keluar sangat banyak) diserat rasa sakit yang hebat

sangat kekurangan darah merah (anemia) belum pernah hamil (Zahra, 2008).

  Kontra indikasi wanita pengguna kontrasepsi IUD yaitu:

  Hamil atau diduga hamil

  Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita penyakit kelamin

  Pernah menderita radang rongga panggul

  Penderita perdarahan pervaginam yang abnormal

  Riwayat kehamilan ektopik

  Penderita kanker alat kelamin (Kusumaningrum, 2009).

Kondisi dimana seorang wanita tidak seharusnya menggunakan IUD adalah :

  Kehamilan

  Sepsis

  Aborsi postseptik dalam waktu dekat

  Abnormalitas anatomi yang mengganggu rongga rahim

  Perdarahan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya

  Penyakit tropoblastik ganas

  Kanker leher rahim, kanker payudara, kanker endometrium

  Penyakit radang panggul

  PMS (premenstrual syndrome) 3 bulan terakhir dan imunokompromise (penurunan kekebalan

tubuh)

  TBC panggul (ILUNI FKUI, 2010).

Page 31: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

Wanita yang tidak diperkenankan menggunakan IUD adalah:

  Sedang hamil

  Perdarahan vagina yang tidak diketahui

  Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)

  Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik

  Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yangdapat mempengaruhi kavum

uteri

  Penyakit trofoblas yang ganas

  Diketahui menderita TBC pelvik

  Kanker alat genital

  Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm (Muhammad, 2008).

H.    Cara Penggunaan Atau Pemasangan

IUD dapat dipasang kapan saja selama periode menstruasi bila wanita tersebut tidak

hamil. Untuk wanita setelah melahirkan, pemasangan IUD segera (10 menit setelah pengeluaran

plasenta) dapat mencegah mudah copotnya IUD. IUD juga dapat dipasang 4 minggu setelah

melahirkan tanpa faktor risiko perforasi (robeknya rahim). Untuk wanita menyusui, IUD dengan

progestin sebaiknya tidak dipakai sampai 6 bulan setelah melahirkan. IUD juga dapat dipasang

segera setelah abortus spontan triwulan pertama, tetapi direkomendasikan untuk ditunda sampai

involusi komplit setelah triwulan kedua abortus. Setelah IUD dipasang, seorang wanita harus

dapat mengecek benang IUD setiap habis menstruasi (ILUNI FKUI, 2010).

Prosedur Kerja Pemasangan IUD Kebijaksanaan :

a)Petugas harus siap ditempat.

b)      Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta.

c)Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi.

d)     Alat-alat yang tersedia :

a.       Gyn bed

b.      Timbangan berat badan

c.       Tensimeter dan stetoskop

d.      IUD set steril

e.       Bengkok

Page 32: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

f.       Lampu

g.      Kartu KB (kl, K IV)

h.      Buku-buku administrasi dan registrasi KB

i.        Meja dengan duk steril

  Sym speculum

  Sonde rahim

  Lidi kipas dan kapas first aid secukupnya.

  Busi / dilatator hegar

  Kogel tang

  Pinset dan gunting

Langkah-langkah :

1)      Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan,

2)      Efek samping dan cara menanggulangi efek samping.

3)      Melaksanakan anamnese umum, keluarga, media dan kebidanan.

4)      Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan,

mengukur tensimeter.

5)      Mempersilakan calon peserta untuk mengosongkan kandung

kemih.

6)      Siapkan alat-alat yang diperlukan.

7)      Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed gynaecologi

dengan posisi Lithotomi.

8)      Petugas cuci tangan

9)      Pakai sarung tangan kanan dan kiri

10)  Bersihkan vagina dengan kapas first aid

11)  Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan

posisi uterus.

12)  Pasang speculum sym.

13)  Gunakan kogel tang untuk menjepit cervix.

14)  Masukkan sonde dalam rahim untuk menentukan ukuran, posisi

dan bentuk rahim.

Page 33: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

15)  Inserter yang telah berisi AKDR dimasukkan perlahan-lahan ke

dalam rongga rahim, kemudian plugger di dorong sehingga AKDR

masuk ke dalam inserter dikeluarkan.

16)  Gunting AKDR sehingga panjang benang ± 5 cm

17)  Speculum sym dilepas dan benang AKDR di dorong ke samping

mulut rahim.

18)  Peserta dirapikan dan dipersilakan berbaring ± 5 menit

19)  Alat-alat dibersihkan

20)  Petugas cuci tangan

21)  Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin terjadi / dialami setelah

pemasangan AKDR dan kapan harus kontrol

22)  Membuat nota pelayanan

23)  Menyerahkan nota pelayanan kepada peserta untuk diteruskan ke bagian administrasi pelayanan.

24)  Mencatat data pelayanan dalam kartu dan buku catatan untuk

dilaporkan ke bagian Rekam Medik (Imbarwati, 2009).

Catatan :

Bila pada waktu pamasangan terasa ada obstruksi, jangan dipaksa (hentikan) konsultasi dengan

dokter.

Bila sonde masuk ke dalam uterus dan bila fundus uteri tidak terasa, kemungkinan terjadi

perforasi, keluarkan sonde, dan konsultasikan ke dokter.

Keluarkan sonde dan lihat batas cairan lendir atau darah, ini adalah panjang rongga uterus. Ukuran

normal 6 – 7 cm.

Bila ukuran uterus kurang dari 5 cm atau lebih dari 9 cm jangan dipasang (Imbarwati, 2009).

Prosedur Pencabutan IUD

1.    Tujuan umum :

  Agar pasien yang akan melepas AKDR mendapat pelayanan yang cepat, puas, dan sesuai dengan

kebutuhan.

2.    Tujuan khusus :

  Mempersiapkan ibu agar cepat mengenal efek samping dilepaskan AKDR.

3.    Kebijaksanaan :

Page 34: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

  Petugas harus siap ditempat

  Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta.

  Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi.

4.    Alat-alat yang harus tersedia lengkap sesuai dengan standart yang ditentukan :

a.       Meja dengan alas duk steril.

b.      Sarung tangan kanan dan kiri

c.       Lidi kapas, kapas first aid secukupnya.

d.      Cocor bebek / speculum

e.       Tampon tang.

f.       Tutup duk steril

g.      Bengkok

h.      Lampu

i.        Timbangan berat badan

j.        Tensimeter dan

k.      Stetoskop

Langkah-langkah

1.      Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan, efek samping dan cara

menanggulangi efek samping.

2.      Melaksanakan anamnese umum, keluarga, media dan kebidanan.

3.      Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan, mengukur tensimeter.

4.      Siapkan alat-alat yang diperlukan.

5.      Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed gynaecologi dengan posisi Lithomi.

6.      Bersihkan vagina dengan lysol

7.      Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan dan posisi uterus.

8.      Pasang speculum sym.

9.      Mencari benang IUD kemudian dilepas dengan tampon tang

10.  Setelah IUD berhasil dilepas, alat-alat dibereskan.

11.  Pasien dirapikan kembali

12.  Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin

terjadi / dialami setelah AKDR dilepas dan kapan harus kontrol

Page 35: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

13.  Menyerahkan nota pelayanan dan menerima pembayaran sesuai

dengan nota

14.  Mencatat data pelayanan dalam kartu dan buku catatan, register KB untuk dilaporkan ke bagian

Rekam Medik (Imbarwati, 2009).

 

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Alat kontrasepsi susuk atau implan berisi lovonorgestrel, terdiri dari 6 kapsul yang

diinsersikan di bawah kulit lengan atas bagian dalam, kira-kira 6-10 cm dari lipat siku. Indikasi

penggunaan KB susuk adalah pemakaian KB yang jangka waktu lama, masih berkeinginan

punya anak lagi, tapi jarak antara kelahirannya tidak terlalu dekat.tidak dapat memakai jenis KB

yang lain. Banyak alasan dapat dikemukakan mengapa implant dikembangkan dan diperkenalkan

sebagai cara KB yang baru. Alasan-alasan tersebut antara lain implant merupakan cara KB yang

sangat efektif dalam mencegah kehamilan dan dapat mengembalikan kesuburan secara

sempurna, tidak merepotkan. Setelah pemasangan, akseptor tidak perlu melakukan atau

memikirkan apa-apa misalnya pada penggunaan pil. Implant merupakan cara KB yang ideal bagi

ibu yang tidak amau mempunyai anak lagi, akan tetapi belum siap untuk melakukan sterilisasi

B. Saran

Bila Anda ingin menghentikan pemakaian spiral, segera kunjungi pekerja kesehatan yang

memasangnya, atau yang terlatih. Jangan mencoba mencopot spiral sendiri di rumah. (ditambah

lagi yooo)

Read more: http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.com/2011/12/manajemen-asuhan-kebidanan-pemasangan.html#ixzz1zGzDslRn