Alat Deteksi Gempa Dari Botol Bekas

33
Alat Deteksi Gempa dari Botol Bekas CILEGON - Seorang karyawan sebuah perusahaan di Cilegon, Banten, menciptakan alat pendeteksi sekaligus peringatan terjadinya gempa bumi. Uniknya, alat deteksi itu terbuat dari botol-botol bekas. Memang, ketika menghampiri si pemilik ide di Cilegon, Banten, Sabtu (23/2/2008), tak ada yang spesial pada alat sederhana ini. Alat pendeteksi gempa bumi ini hanya terbuat dari dua buah botol minuman yang disusun. Kedua botol mminuman itu lalu dipasangi kertas bertuliskan angka skala kekuatan gempa. Tapi siapa sangka, alat yang diberi nama botol gempa itu, bisa memperingatkan orang disekitarnya, bahwa telah terjadi gempa bumi. Sebab, botol gempa itu berfungsi sebagai alarm bahaya. Caranya cukup sederhana, jika gempa terjadi, botol gempa akan bergetar. Kemudian, tumpukan botol pun jatuh sehingga menimbulkan bunyi yang keras. Jatuhnya botol yang menimbulkan suara bising cukup membuat orang yang berada disekitarnya terkejut. "Jika ingin mendeteksi skala gempa yang lebih kecil, tak perlu repot, cukup menambahkan jumlah tumpukan botol," ujar si pencipta botol gempa, Ahyadi. Selain itu, tempat pemasangan botol gempa sangat praktis, yakni diletakan pada lantai gedung atau rumah saja. Botol gempa ini diyakini dia cukup bekerja efektif, karena telah di uji coba dengan menentukan skala gempanya. (Bayu Adi Wicaksono/Global/ism) Alat Deteksi Gempa dari Botol Bekas CILEGON - Seorang karyawan sebuah perusahaan di Cilegon, Banten, menciptakan alat pendeteksi sekaligus peringatan terjadinya gempa bumi. Uniknya, alat deteksi itu terbuat dari botol-botol bekas. Memang, ketika menghampiri si pemilik ide di Cilegon, Banten, Sabtu (23/2/2008), tak ada yang spesial pada alat sederhana ini. Alat pendeteksi gempa bumi ini hanya terbuat dari dua buah botol minuman yang disusun. Kedua botol mminuman itu lalu dipasangi kertas bertuliskan angka skala

Transcript of Alat Deteksi Gempa Dari Botol Bekas

Page 1: Alat Deteksi Gempa Dari Botol Bekas

Alat Deteksi Gempa dari Botol BekasCILEGON - Seorang karyawan sebuah perusahaan di Cilegon, Banten, menciptakan alat pendeteksi sekaligus peringatan terjadinya gempa bumi. Uniknya, alat deteksi itu terbuat dari botol-botol bekas.

Memang, ketika menghampiri si pemilik ide di Cilegon, Banten, Sabtu (23/2/2008), tak ada yang spesial pada alat sederhana ini. Alat pendeteksi gempa bumi ini hanya terbuat dari dua buah botol minuman yang disusun.

Kedua botol mminuman itu lalu dipasangi kertas bertuliskan angka skala kekuatan gempa. Tapi siapa sangka, alat yang diberi nama botol gempa itu, bisa memperingatkan orang disekitarnya, bahwa telah terjadi gempa bumi. Sebab, botol gempa itu berfungsi sebagai alarm bahaya. Caranya cukup sederhana, jika gempa terjadi, botol gempa akan bergetar. Kemudian, tumpukan botol pun jatuh sehingga menimbulkan bunyi yang keras. Jatuhnya botol yang menimbulkan suara bising cukup membuat orang yang berada disekitarnya terkejut. "Jika ingin mendeteksi skala gempa yang lebih kecil, tak perlu repot, cukup menambahkan jumlah tumpukan botol," ujar si pencipta botol gempa, Ahyadi.

Selain itu, tempat pemasangan botol gempa sangat praktis, yakni diletakan pada lantai gedung atau rumah saja. Botol gempa ini diyakini dia cukup bekerja efektif, karena telah di uji coba dengan menentukan skala gempanya. (Bayu Adi Wicaksono/Global/ism)

Alat Deteksi Gempa dari Botol BekasCILEGON - Seorang karyawan sebuah perusahaan di Cilegon, Banten, menciptakan alat pendeteksi sekaligus peringatan terjadinya gempa bumi. Uniknya, alat deteksi itu terbuat dari botol-botol bekas.

Memang, ketika menghampiri si pemilik ide di Cilegon, Banten, Sabtu (23/2/2008), tak ada yang spesial pada alat sederhana ini. Alat pendeteksi gempa bumi ini hanya terbuat dari dua buah botol minuman yang disusun.

Kedua botol mminuman itu lalu dipasangi kertas bertuliskan angka skala kekuatan gempa. Tapi siapa sangka, alat yang diberi nama botol gempa itu, bisa memperingatkan orang disekitarnya, bahwa telah terjadi gempa bumi. Sebab, botol gempa itu berfungsi sebagai alarm bahaya. Caranya cukup sederhana, jika gempa terjadi, botol gempa akan bergetar. Kemudian, tumpukan botol pun jatuh sehingga menimbulkan bunyi yang keras. Jatuhnya botol yang menimbulkan suara bising cukup membuat orang yang berada disekitarnya terkejut. "Jika ingin mendeteksi skala gempa yang lebih kecil, tak perlu repot, cukup menambahkan jumlah tumpukan botol," ujar si pencipta botol gempa, Ahyadi.

Selain itu, tempat pemasangan botol gempa sangat praktis, yakni diletakan pada lantai gedung atau rumah saja. Botol gempa ini diyakini dia cukup bekerja efektif, karena telah di uji coba dengan menentukan skala gempanya. (Bayu Adi Wicaksono/Global/ism)

QUAKE ALARM (Alat Deteksi Gempa Bumi)Rate This

Page 2: Alat Deteksi Gempa Dari Botol Bekas

Quake Alarm” adalah sebuah alat yang dirancang untuk memberikan peringatan dini pada sebuah gempa bumi tektonik dengan secara seketika mendeteksi gelombang kompresi ( P compression wave) yang selalu menjalar lebih cepat dari pada gelombang perusak ( S shear wave) . Quake Alarm” sangat sensitif untuk mendeteksi gempa bumi tektonik yang berpusat ratusan kilometer jauhnya serta dapat mendeteksi gempa-gempa susulan yang terjadi didaerah sekitar Anda.Quake Alarm” memberikan detik-detik berharga bagi Anda beserta keluarga untuk dapat beraksi cepat dan tepat dalam mengambil langkah-langkah perlindungan.Quake Alarm” sangat berguna pada malam hari karena bunyi alarm-nya dapat membangunkan Anda dari tidur sehingga Anda sekeluarga dapat segera bersiaga dan berlindung ketempat yang lebih aman.Quake Alarm” dapat mengeliminasi keraguan mengenai adanya suatu gempa bumi dikarenakan pada saat bumi bergetar, kita mengalami disorientasi keseimbangan tubuh yang mirip dengan gejala kesehatan vertigo ( kepala pening) . Suara keras dari pintu garasi yang tertutup atau gemuruh kendaraan truk besar yang lewat juga dapat mengagetkan banyak orang dan berpikir bahwa mereka sedang mengalami gempa bumi. Dengan adanya Quake Alarm” , kita dapat memastikan bahwa yang terjadi pada saat itu adalah benar-benar sebuah gempa bumi sehingga tidak ada lagi kebimbangan atau waktu yang tersia-sia untuk segera bertindak.5 KEUNGGULAN QUAKE ALARMTM: SIMPEL, MUDAH DAN TERJANGKAU MEMBANGUNKAN ANDA SAAT TIDUR MEMASTIKAN ADANYA SEBUAH GEMPA BUMI MEMBERIKAN DETIK-DETIK BERHARGA UNTUK BERLINDUNG SELAIN GEMPA, JUGA DAPAT MENDETEKSI TANAH LONGSOR

KEUNTUNGAN QUAKE ALARM

a. Memberikan Peringatan Dini Pada Sebuah Gempa Bumi Tektonik : Dirancang Untuk memberikan peringatan dini pada sebuah gempa bumi tektonik dengan secara seketika mendeteksi gelombang kompresi ” P ” sehingga memberikan detik detik berharga untuk dapat mengambil langkah perlindungan

Page 3: Alat Deteksi Gempa Dari Botol Bekas

b. Memastikan Adanya Sebuah Gempa Bumi : Dengan adanya Quake Alarm, kita dapat memastikan bahwa yang terjadi saat itu adalah gempa bumi, sehingga tidak ada waktu yang tersia-sia untuk dapat segera bertindak

c. Membangunkan Kita Saat Tidur : Quake Alarm sangat berguna pada malam hari, karena bunyi alarmnya sangat keras ( 100 dB ) sehingga dapat membangunkan kita saat tidur, sehingga kita dan keluarga dapat segera berlindung ke tempat yang lebih aman

d. Memonitor Gempa Gempa Susulan : Quake Alarm dapat memonitor gempa susulan yang terjadi di sekitar tempat kita berada

d. Dapat Juga Mendeteksi Tanah Longsor : Quake Alarm akan berbunyi jika struktur dimana ia berada mengalami kemiringan akibat bencana tanah longsor

CARA KERJA QUAKE ALARM

a. Sistem Pendulum Terbaik : Quake Alarm dilengkapi dengan komponen sistem pendulum terbaik ( reverse pendulum system USA patent no. 5475372 ) yang sangat sensitif untuk mendeteksi gelombang kompresi ” P ” pada saat sebuah gempa bumi tektonik terjadi. Pendulum bergerak memicu sirkuit elektronik yang membunyikan suara alarmb. Gelombang ” P ” dan ” S ” : Pada saat terjadi sebuah gempa bumi, terbentuk gelombang gelombang yang disebabkan oleh pergeseran plat bumi dibawah permukaan tanah. Dua gelombang utamanya adalah gelombang ” P ” dan gelombang ” S “. Gelombang ” P ” menjalar lebih cepat dan relatif tidak terlalu berbahaya, disusul oleh gelombang perusak ” S ” yang relatif lebih berbahaya karena akan menggunacangkan tempat kita berada. Menurut Badan Pengawas Geologi USA , gelombang perusak ” S ” menjalar lebih lamban 1,75 kali lipat dibandingkan dengan gelombang kompresi ” P ” atau kira kira 3,2 km/detik dibanding 4,8 km/detik . Berdasarkan fakta bahwa gelombang kompresi ” P ” selalu menjalar lebih cepat daripada gelombang perusak ” S ” , maka Quake Alarm akan berbunyi sebelum getaran gempa bumi terasa ( dalam hitungan detik sampai menit , tergantung dari faktor kekuatan gempa serta jauhnya pusat gempa )

PEMASANGAN QUAKE ALARM

Quake Alarm sangat mudah dipasang tanpa menggunakan sekrup,baut, atau peralatan lainnya. Menggunakan baterai 9 volt yang dapat bertahan sampai 3 tahun dan tidak memerlukan perawatan yang khusus. Sebelum pemasangan, tentukan lokasi penempatan unit. Kepekaan yang baik akan dihasilkan bila unit dipasang pada tiang pondasi, struktur beton, atau pada dinding yang kokoh. Tidak dianjurkan untuk dipasang pada papan gypsum atau triplek.

Alat Deteksi Gempa Bengkulu Baru Enam Unit Selasa, 09 Februari 2010 | 14:54 WIB

Page 4: Alat Deteksi Gempa Dari Botol Bekas

Besar Kecil Normal

TEMPO Interaktif, Bengkulu -  Dari 10  Kabupaten/kota di Bengkulu baru enam kabupaten/kota yang memiliki alat deteksi gempa bumi. Alat deteksi itu ada  di  Kabupaten Mukomuko, Kabupaten Bengkulu Utara tepatnya di Pulau Enggano, Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Lebong, Kabupaten Kepahiang dan Kota Bengkulu.

"Padahal ke-10 kabupaten/kota di Bengkulu  berpotensi dilanda gempa bumi," kata Kepala Pusat Geologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kepahiang, Dadang Permana,  hari ini. Dia berharap empat kabupaten lainnya,  yakni Kabupaten Kaur, Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Seluma.

Dadang mengatakan, potensi gempa bumi sangat tinggi di Bengkulu dimana pada tahun 2009 terjadi 412 kali gempa di Bengkulu. Enam alat deteksi gempa yang terpasang di enam titik tersebut berhasil mendeteksi gempa yang berkekuatan di atas 5 skala richter sedangkan dibawah skala tersebut bisa dideteksi melalui empat alat mini regional yang dikelola BMKG stasiun Kepahiang.

Gempa yang mengguncang Bengkulu, kata Dadang,  terbagi dua yakni gempa darat yang diakibatkan patahan Sumatra (Sumatran fault) dan gempa laut yang diakibatkan gesekan dua lempeng aktif yakni Eurasia dan Indoaustralia. "Setiap bulan Bengkulu diguncang gempa rata-rata sebanyak 36 hingga 40 kali," katanya.

 

Cara Prediksi Gempa

nospamy30-05-2006, 10:04 PMBeberapa ilmuwan sedang mempelajari cara prediksi gempa dengan mengamati tingkah laku hewan, deteksi gas radon / radioaktif atau dengan gelombang FM.

Apakah hal ini sudah dilakukan di Indonesia?Apakah hal ini bisa menyelamatkan ribuan nyawa?

Dari Kompas:Pada artikel ini dibahas sisi lain dari pemantulan gelombang radio di lapisan ionosfer, yang berpotensi untuk mendeteksi dini gempa dengan teknologi yang murah dan banyak tersedia. Dengan cara ini, sesungguhnya pemantulan gelombang radio di lapisan ionosfer berpotensi sebagai pendeteksi dini adanya gempa. Model teknologi yang murah dan banyak tersedia ini sangat mungkin untuk diaplikasikan di berbagai tempat di Indonesia yang memang rawan terjadi gempa.

Metode FM

Page 5: Alat Deteksi Gempa Dari Botol Bekas

Gelombang VHF, yang lebih sering kita kenal dengan gelombang FM karena sering digunakan oleh radio untuk memancarkan siarannya, sesungguhnya merupakan gelombang yang banyak fungsinya. Gelombang VHF (very high frequency) yang dipancarkan dari stasiun radio FM (frequency modulation) sebenarnya (biasanya) jangkauannya tidak lebih dari radius sekitar 100 kilometer sehingga tanpa stasiun relay, gelombang FM yang dipancarkan dari Jakarta, misalnya, tidak tertangkap stasiun penerima di Cirebon.Namun, pada kondisi tertentu, gelombang yang dipancarkan dari sebuah stasiun FM bisa menjangkau tempat yang letaknya sangat jauh. Kemampuan gelombang FM seperti inilah yang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan pendeteksian. Misalnya, ketika ada gugusan komet lewat, terjadi peningkatan kepadatan elektron di lapisan ionosfer sehingga gelombang FM yang seharusnya menembus lapisan ionosfer mengalami pemancaran (scattering) dan pemantulan (reflection) lagi ke Bumi.Dengan memonitor gelombang FM dari stasiun pemancar jauh, setelah mengalami pemantulan dan pemencaran bisa terdeteksi di stasiun penerima, bisa diperkirakan berapa jumlah komet yang telah lewat. Metode ini dikenal dengan metode FM, dan bisa dilakukan hanya dengan stasiun penerima FM biasa.Metode FM ternyata tidak hanya teori belaka. Pada sekitar Agustus 1993, pada sebuah uji coba metode FM di observatorium pegunungan Yatsugatake di Provinsi Yamanashi, Jepang, seorang ahli astronomi Jepang, Y Kushida, memonitor karakter yang agak berbeda dengan gelombang hasil pantulan yang disebabkan komet.Dia memperkirakan kelainan gelombang pada stasiun penerima FM-nya tersebut ada hubungannya dengan aktivitas lapisan bumi. Hipotesis tersebut menjadi sebuah keyakinan ketika pada Januari 1995 tercatat kelainan data yang sangat signifikan dan kontinu dari arah Kobe.Tidak lama berselang, tepatnya pada 17 Januari 1995, terjadilah gempa Kobe berkekuatan 7,3 skala Richter, yang memakan tidak kurang dari 6.400 korban jiwa. Sejak saat itu, aktivitas penghitungan kometnya dihentikan, dan menggunakan fasilitas metode FM tersebut untuk mendeteksi dini gempa. Sekarang di Jepang terdapat tidak kurang dari 50 tempat pengukuran, yang diharapkan bisa memonitor 79 persen seluruh wilayah Jepang.Tiga elemen prediksi gempaSetelah temuan Y Kushida tersebut, semakin banyak data yang menunjukkan tingginya korelasi kejadian gempa dan perubahan kondisi ionosfer. Namun, bagaimana sesungguhnya mekanisme dan validitas metode ini untuk mendeteksi dini gempa, hal itu masih menjadi tanda tanya besar di kalangan ilmuwan.Salah satu hipotesis menyebutkan, pusat gempa (episentrum) mengalirkan arus listrik yang sangat besar dan mengeluarkan gelombang elektro magnetik, yang disebabkan adanya perubahan tegangan akibat aktivitas pergeseran dan patahan pada lapisan bumi.Perubahan elektrisitas pada lapisan bumi ini berdampak pada peningkatan kepadatan elektron pada lapisan ionosfer, tepat di atas pusat gempa (episentrum) dan sekitarnya, sehingga terbentuklah partikel- partikel yang dapat memantulkan dan memencarkan gelombang FM. Maka, pada kondisi tersebut, gelombang dari pemancar radio FM bisa menjangkau daerah yang lebih jauh dari biasanya.Menurut T Moriya dari Universitas Hokkaido, metode FM hanya memonitor bisa tidaknya sinyal diterima sehingga tidak cukup untuk menjelaskan fenomena elektromagnetik yang terjadi. Untuk mempelajari lebih dalam benang merah antara fenomena elektromagnetik tersebut dan gempa, dia merintis pengukuran kekuatan gelombang dan kekuatan medan elektromagnetik menggunakan peralatan yang sedikit lebih maju.

Page 6: Alat Deteksi Gempa Dari Botol Bekas

Lain lagi dengan S Fukushima, seorang guru ilmu alam di sekolah menengah di daerah Chiba. Terilhami temuan Kushida, pada aktivitas ekstrakurikulernya dia berhasil mendeteksi fenomena elektromagnetik lain yang terjadi menjelang gempa. Yaitu berupa peningkatan level noise elektromagnetik yang cukup signifikan.Metode tersebut berhasil memprediksi sekaligus mendeteksi gempa berkekuatan 4,7 skala Richter di barat laut Chiba pada Agustus 2003. Hasil temuannya yang dipublikasikan lewat internet diakses oleh sangat banyak pengunjung. Masyarakat Jepang, terutama sekitar Tokyo, memiliki kekhawatiran cukup tinggi terhadap gempa. Karena menurut perkiraan para ahli gempa, besar kemungkinan akan terjadi gempa besar di sekitar Tokyo dalam tenggang waktu 70-100 tahun setelah bencana Kanto 1923.Gempa berkekuatan 7,9 skala Richter yang terjadi pada tengah hari 1 September 1923 ini mengakibatkan tidak kurang dari 140.000 korban jiwa dan menghancurkan lebih dari 440.000 rumah sehingga menjadi catatan sejarah yang sulit terlupakan sampai saat ini. Informasi gempa setidaknya harus mencakup tiga elemen: waktu kejadian gempa, lokasi pusat gempa, dan kekuatan gempa.Y Kushida lebih jauh memaparkan bahwa metode FM berpotensi memenuhi ketiga syarat tersebut. Untuk memprediksi waktu, berdasarkan pengalaman dan data, kelainan atmosferik biasanya mulai muncul secara kontinu tidak lebih dari dua pekan sebelum terjadinya gempa.Dimulai dengan kelainan berskala kecil, kemudian makin membesar dan membesar, dan setelah itu terhenti. Beberapa saat setelah terhenti, barulah terjadi gempa. S Fukushima juga mendeteksi noise elektromagnetik, terutama 100 jam sebelum terjadinya gempa. Dengan memperbanyak data statistik, diharapkan prediksi waktu ini bisa semakin akurat. Sementara untuk memprediksi lokasi pusat gempa mengingat metode FM hanya berdasar pada proses pemantulan gelombang pada lapisan ionosfer di atas pusat gempa dan sekitarnya, metode ini hanya mengetahui arah datangnya gelombang. Yaitu dengan melihat hubungan posisi geografis antara titik pengukuran gelombang dan stasiun pemancar radio FM.Posisi pemancar radio FM sendiri sangat mudah diketahui dari frekuensi yang dipergunakan. Untuk meningkatkan akurasi prediksi lokasi, perlu memperbanyak titik pengukuran dan menghubungkan data-data yang terkumpul satu sama lain. Mengenai kekuatan gempa, sebagian ahli memperkirakan jenis dan bentuk gelombang yang terdeteksi dipengaruhi oleh panjang retakan atau patahan, kekuatan gempa. Namun, informasi mengenai hal ini pun masih sangat sedikit sehingga perlu diteliti lebih lanjut.Kesulitan dalam memprediksi gempaBanyak ilmuwan yang telah sepakat bahwa sebelum gempa, ada fenomena-fenomena tertentu yang mendahuluinya. Misalnya, siaran televisi dan radio banyak noise-nya, telefon seluler susah terhubungi. Fenomena tersebut diperkirakan ada kaitannya dengan gelombang radio (elektromagnetik). Sering pula dilaporkan kepanikan pada hewan tertentu menjelang gempa.Di antara hewan yang secara historis dianggap peka terhadap gempa adalah lele (Silurus asotus). Pada kepercayaan lama di Jepang, bahkan lele ini yang diyakini membawa gempa karena beberapa saat sebelum gempa, hewan ini sering menunjukkan kondisi panik dan tidak tenang.Menurut sebuah studi, lele ini memiliki sensor khusus pada seluruh tubuhnya yang dapat mendeteksi aliran listrik yang sangat lemah sekalipun. Dengan demikian, diperkirakan dia bisa merasakan perubahan elektromagnetik menjelang datangnya gempa. Namun tentunya, sulit bagi kita mengatakan kepanikan lele pasti tanda datangnya gempa.Informasi prediksi gempa, karena beberapa alasan, tidak bisa disamakan dengan prediksi cuaca. Gempa itu datangnya sewaktu-waktu, bahkan belum tentu sekali seumur hidup. Selain itu, akibat

Page 7: Alat Deteksi Gempa Dari Botol Bekas

kedua atau ketiga yang ditimbulkan pun bisa jauh lebih besar daripada gempa itu sendiri. Bencana alam di Aceh beberapa saat lalu, korban akibat gelombang tsunami yang disebabkan oleh gempa jauh lebih besar daripada korban getaran gempa itu sendiri secara langsung.Dari segi biaya dan teknologi, studi lebih lanjut mengenai metode FM dan pengukuran elektromagnetik tersebut termasuk cukup memungkinkan untuk dilaksanakan di Indonesia, bahkan di berbagai pelosok daerah. Indonesia, yang secara geografis tempat bertemunya beberapa plate besar, merupakan negara yang sering terjadi gempa bumi sehingga sudah selayaknya mengembangkan metode FM yang murah ini untuk mendeteksi gempa.

Peramalan gempa di Taiwan dengan gas radon:

"The spectra of continuous monitoring of soil gas radon with an improved solid-state detector placed in an active fault zone in south central Taiwan appear to support these theoretical predictions. The observation is a quick raise in radon level about a couple of weeks before a noticeable earthquake, and a peak precursor one to seven days before the occurrence. Noticeable earthquakes occur frequently in Taiwan that permits us to recognize stressed and relaxed states of the rock formations by using the recorded radon spectrum."

Pencurian Seismograf dan Buoy

Filed under Orek-orek

Baru-baru ini kita dikagetkan oleh berita hilangnya seismograf di salah satu stasiun pengamatan Gunung Merapi di daerah kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali. Walaupun para pencurinya sekarang sudah diamankan dan sedang menuju proses pengadilan, perasaan greget, kesal, muntab dan sejenisnya tetep saja memenuhi benak dan pikiran saya. Kenapa hal seperti ini terus terjadi?. Masih belum hilang dalam ingatan kita, kasus pencurian Buoy, alat pendeteksi tsunami yang diletkakkan di lepas pantai Sumbar-Sumut. Alat pendeteksi dini tsunami hasil kerjasama anak bangsa, orang-orang BPPT, dan Jerman ini dilarikan ke arah barat pesisir pantai Sumut oleh kawanan maling dan ini diketahui oleh satelit pemantau TEWS (Tsunami Early Warning System) di Jerman yang dilaporkan kepada BPPT. Padahal, menurut penuturan Koordinator Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) wilayah Sumbar, Ir Ade Edward yang dikutip oleh POSMETRO, Kamis (23/03/2006), Buoy tersebut adalah alat pemantau tsunami tercanggih di dunia. Bahkan kalau dibandingkan dengan alat pemantau tsunami milik Jepang sekalipun, alat ini jauh lebih canggih. Karena sistem kerja Buoy ini sangat aktif, berbeda halnya dengan pemantau tsunami lain yang bersifat pasif. Informasi sekecil apapun dikirimkan alat ini ke satelit, sehingga pergerakan gelombang laut diketahui setiap saat.

Kasus-kasus pencurian kabel telkom, kabel listrik dan besi rel kerata api adalah contoh-contoh kasus lain yang tak sama tapi serupa. Entah sampai kapan kejadian pencurian alat-alat milik negara yang menyangkut kepentingan dan kesalamatan orang banyak ini akan berhenti. Entah apa pula yang hal sebenarnya yang melatarbelakangi para maling ini beraksi bahkan sampai pada alat-alat strategis seperti ini. Kalaulah para pencuri in melakukannya karena iseng, mungkin harus diberi hukuman yang berat sehingga menimbulkan efek jera bukan saja untuk dirinya tapi juga bagi yang lain yang hendak mencoba bermain-main dengan keselamatan orang banyak.

Page 8: Alat Deteksi Gempa Dari Botol Bekas

Faktor ekonomi? karena terpakasa untuk membeli sesuap nasi? Sunggih miris kalau kenyataannya seperti ini. Bagaimana tidak, alat-alat canggih seperti disebutkan di atas adalah alat-alat berteknologi tinggi dan berharga mahal, alat yang bisa membantu “menyelamatkan” ribuan nyawa orang, oleh para pencuri ini akan dihancurkan kemudian diperlakukan layaknya besi tua dikilo dan dihargai dengan uang seharga beberapa piring nasi dan lauknya.

Memang dari beberapa kasus yang terkuak, apapun alasannya, alasan ekonomi, iseng ataupun hobi mencuri, mereka semua dilandasi ketidaktahuan akan fungsi alat-alat yang mereka curi itu. Para pencuri Buoy tidak menyadari kalau pada Buoy terpasang alat yang memungkinkan buoy itu sendiri dapat terpantau oleh stasiun pemantau kemanapun perginya, sehingga pergerakan yang terlalu jauh dari asalanya , yang dicurigai digerakan manusia dapat terdeteksi seperti pada saat dicuri tersebut.

Mengapa masyarakat sampai tidak tahu seluk beluk alat-alat tersebut? Jawaban yang paling mungkin adalah : Sosialisasi tentang alat-alat ini kepada masyaraka luas sangat kurang. Lebih jauh mungkin sosialisasi tentang bencana alam dan seluk beluknya termasuk didalamnya tentang penanggulangan dini, apa yang harus dilakukan tatkala terjadi sebuah bencana alam dan hal-hal lainnya. Saya sendiri yakin instansi-instansi terkait sudah dan sedang melakukan sosialisi-sosialisi seperti ini hanya mungkin belum optimal sehingga tidak menjangkau seluruh lapisan masyarakat sampai ke pelososk-pelosok desa.

Untuk hal keteraturan dan kerapihan dalam mitigasi dan managemen bencana alam, negara Jepang harus diakui ada di garis terdepan. Termasuk di dalamnya adalah sosialisasi tentang bencana alam itu sendiri, fenomena kejadiannya, istilah-istilahnya, alat-alat, dan lain-lain yang ada hubungannya dengan bencana alam tersebut. Sosialisasi ini bukan saja kepada orang dewasa, bahkan betul-betul sejak dini, kepada anak kecil. Hal ini dialami oleh anak saya yang baru berumur 5 tahun yang sudah masuk di sebuah play group.sejak tahun lalu. Setiap 6 bulan sekali ada kunren (latihan)  berupa simulasi antara pihak play group yang diwakili oleh guru-gurunya, para anak dan orang tua. Simulasi ini memperagakan seandainya ada gempa terjadi betulan, apa yang harus dilakukan oleh pihak sekolah, beserta anak dan begitu juga orang tua dari anak-anak ini yang kebetulan sedang melakukan aktifitas sehari-hari, bekerja misalnya. Sederhana, tapi sosialisasi ini bagus juga sekaligus menjadi pendidikan bagi anak saya. Anak saya jadi tahu istilah gempa, kemana harus berlindung kalau ada gempa dan lain-lainnya.

Di masyarakat kita, istilah tsunami baru benar-benar memasyarakat setelah terjadi bencana besar tsunami tahun 2004 itu. Kecuali orang-orang yang bergelut dengan ilmu geologi dan ilmu sekerabatnya sajalah yang tahu proses terjadinya tsunami dan bahaya tsunami. Yaitu tadi sosialisi tentang tsunami sebelum terjadinya bencana tsunami itu sangatlah kurang, hanya terbatas pada lingkungan sekolah dan perguruan tinggi. Di jepang sosialisasi berbagai bencana alam dengan berbagai penanggulangannya mulai dari cara yang sederhana sampai yang paling sulit dilakukan secara sistematis dan mudah dimengerti oleh masyarakat. Menyeluruh menyentuh setiap lapisan masyarakat sampai ke pelosok desa, mulai dari anak-anak sampai orang tua dangan bahasa yang mudah dimengerti.

Adalah menjadi tugas intansi-intansi terkait bekerja sama dengan aparat pemerintah sampai lapisan terbawah untuk memberikan sosialisi-sosialisai semua hal tentang seluk-beluk tentang

Page 9: Alat Deteksi Gempa Dari Botol Bekas

bencana alam ini. Media masa baik elektronik ataupun cetak sudah semestinya turut dalam menyukseskan program-program sosialisasi ini sebagai bentuk kesadaran dan sumbangan untuk turut memberikan pencerahan kepada masyarakat. Para akademisi dan para peneliti mungkin sudah saatnya untuk turun gunung, tidak saja hanya menyepi di lab melulu melakukan penelitian (masih mending deng dari pada sibuk ngobjek….penelitian dilabpun terlantar.. ), tapi juga menulis di media-media nasional atau apapun bentuknya, yang jelas menyumbangkan pemikiran memberikan pencerahan kepada masyarakat awam khususnya tentang bencana alam dan seluk beluknya. Dengan kata lain para akademisi dan para peneliti ini termasuk di dalamnya para dosen, harus bisa membumikan bahasa enjlimet ilmu pengetahuan yang dimilikinya ke dalam bahasa yang paling mudah yang bisa dimengerti oleh masyarakat awam sehingga masyarakat tercerahkan.

Kembali lagi ke masalah pencurian seismograf tadi, pada akhirnya bicara masalah pencurian, tidak lepas dari masalah mental. Apapun alasannya, mencuri tidak dapat dibenarkan. Hak orang lain tetap menjadi hak orang lain. Hanya karena terlihat seperti tidak bertuan, tidak lantas menjadi otomatis menjadi milik aku sendiri. Walaupun misalanya nggak ketahuan kambing siapa, mentang-mentang masuk ke halaman rumah kita terus kita tangkep tuh kambing terus disembelih, inipun nggak boleh..he..he…gak nyambung Ada tidaknya mental seperti inilah yang akan memepengaruhi mencuri atau tidaknya seseorang. Masalah sulit nya ekonomi tidak akan pernah menjadikan mencuri menjadi hal yang benar. Walaupun bisa jadi karena sebuah alasan hukumannya akan menjadi ringan, atau bahkan tidak dihukum. Yang jelas mencuri adalah mencuri. Seperti yang pernah terjadi pada saat Umar r.a menjadi Khalifah. Kasus pencurian terjadi pada saat musim paceklik, orang serba susah pada saat itu. Umar r.a tidak menjatuhkan hukuman potong tangan, malah beliau membebaskan si pencuri itu. Dan tindakan selanjutnya yang diambil Umar r.a adalah memanggil semua gubernur untuk membicarakan jalan keluar supaya tidak terjadi kasus pencurian lagi.

Maka itu, mengadili dan menghukum para pencuri itu sangatlah mudah. Akan tetapi yang harus kita lukakan bukan saja menghukum dan mengadili pelaku pencurian itu, tapi bagimana agar tidak terjadi kasus serupa atau paling tidak menekan angkanya, dengan memberikan pencerahan dan pendidikan secara sitematis dan terpadu dari berbagai instansi dan orang-orang terkait kepada masyarakat luas dalam bahasa yang paling mudah dimengerti oleh mereka.

Tags: buoy, earthquake, gempa, gunung api, merapi, seismograf, volcano

Melihat Kehidupan di Puing Gempa SumbarLaporan: Kompas.comKamis, 8 Oktober 2009 | 12:48 WITA

KEAMPUHAN sistem deteksi dengan menggunakan sistem radar kembali dibuktikan pada penanganan bencana gempa Padang, Sumatera Barat. Selama ini aplikasi teknik deteksi radar sudah dilakukan pada pemantauan cuaca serta lalu lintas penerbangan dan pelayaran.

Belakangan radar digunakan dalam pencarian situs purba di bawah tanah dan pencarian obyek penting yang terpendam di bawah tanah.

Page 10: Alat Deteksi Gempa Dari Botol Bekas

Pada bencana gempa Padang akhir September lalu banyak bangunan bertingkat yang ambles sehingga memerangkap beberapa orang di bawah reruntuhannya. Untuk mencari mereka yang masih dalam kondisi hidup diterapkan alat yang disebut detektor kehidupan (life detector). Pencarian dalam misi penyelamatan pascabencana dilakukan khususnya dalam lingkungan yang sulit dan pada lokasi yang tertimbun dalam.

Menurut Emi Frizer, senior SAR Instructor di Basarnas yang mengoperasikan alat tersebut di Padang, alat buatan Meksiko ini baru pertama kali digunakan di Indonesia sejak enam bulan terakhir.

Sebelum digunakan di Padang, detektor ini digunakan untuk mencari korban yang tertimbun longsoran di Tasikmalaya dan Cianjur, Jawa Barat, saat kawasan itu dilanda gempa.

"Pada pengoperasian di Tasikmalaya selama sembilan hari alat tersebut berhasil menyelamatkan sekitar tiga orang dari dalam rumahnya yang tertimbun longsoran," ujar Emi.

Namun, Emi menyayangkan keberhasilan pendeteksian korban hidup yang terjebak dalam reruntuhan bangunan di Hotel Ambacang dan beberapa gedung lain yang runtuh tidak diikuti dengan evakuasi yang baik sehingga akhirnya nyawa mereka tidak terselamatkan.

"Penggunaan alat-alat berat dalam mengangkat puing, getarannya justru menggeser tumpukan puing bangunan sehingga mengimpit mereka," ujar Emi.

Sementara itu, menurut Gagah Prakosa, Kepala Humas Basarnas, keterbatasan alat juga membuat mereka yang terpantau di bawah puing akhirnya meninggal. Pembongkaran reruntuhan bangunan yang memerangkap korban di Hotel Ambacang memakan waktu sekitar delapan jam. Padahal saat hari pertama life detector memantau, ada empat orang yang masih hidup.

Aplikasi "life detector"

Sistem deteksi radar ini digunakan pada operasi pencarian korban yang masih hidup, tidak hanya yang dilanda gempa bumi dan tanah longsor, tetapi juga investigasi tindak kriminal di konstruksi bawah tanah.

Sistem deteksi ini memadukan teknologi radar pada kanal gelombang ultralebar dan teknologi biomedicine. Dengan penetrasi yang kuat, alat ini mampu melacak karakter kehidupan, seperti napas dan gerakan tubuh, secara tepat mengetahui jarak dan kedalaman jasad hidup yang terkubur, serta memiliki kemampuan tinggi untuk mengatasi interferensi atau gangguan sinyal.

Dibandingkan dengan teknologi deteksi menggunakan frekuensi audio atau inframerah optis, alat ini tidak terpengaruh oleh interferensi suhu lingkungan, obyek panas, dan suara.

Radar pendeteksi kehidupan telah dikembangkan untuk mendeteksi posisi korban hidup secara cepat dan tanpa dibatasi kondisi geografi, seperti reruntuhan, asap, dan daerah pertambangan yang kolaps serta kondisi korban, seperti terluka atau pingsan.

Page 11: Alat Deteksi Gempa Dari Botol Bekas

Sistem detektor ini terdiri dari bagian utama dan tampilan layar sistem pengontrol. Bagian utama sistem radar terdiri dari antena, pemancar, penerima sinyal, pengatur awal dan pengontrol sinyal, serta sistem daya.

Pada dasarnya bagian ini menangani gelombang elektromagnetik dan komunikasi data. Adapun sistem pengontrol mengaktifkan konsol remote tanpa kabel dan bagian utama radar dengan menampilkan hasil deteksi radar.

Dijelaskan Emi, dalam pengoperasiannya, alat ini harus dibebaskan dari keberadaan manusia pada radius 30 kaki atau 9 meter. Adapun kedalaman lokasi yang dapat terpantau berkisar 3 meter hingga 6 meter.

Alat berukuran 60 x 40 sentimeter dan setinggi 20 sentimeter ini mampu memantau korban berdasarkan gerakan tubuh dan detak jantung hingga kedalaman 6 meter. Adapun napas terpantau hingga kedalaman 3 meter.

Lama gelombang untuk merambat hingga mencapai obyek tergantung dari kekerasan media yang menutupi. Untuk media beton, maksimum waktu yang diperlukan 120 detik. "Bila dalam 120 detik layar monitor pada alat seukuran PDA atau telepon seluler yang dipegang operator tidak menunjukkan hasil, itu artinya obyek tidak terdeteksi atau terjangkau alat ini," jelasnya.

Saat ini alat tersebut dikembangkan oleh beberapa negara, bukan hanya negara maju, melainkan juga negara berkembang. Selain Meksiko, di pasaran juga ditemukan life detector buatan China dan Singapura.(*) 

Melihat Kehidupan di Puing

BIKEN.COMAlat pendeteksi kehidupan

Artikel Terkait:

Kamis, 8/10/2009 | 10:28 WIB

Oleh Yuni Ikawati

Page 12: Alat Deteksi Gempa Dari Botol Bekas

KOMPAS.com - Keampuhan sistem deteksi dengan menggunakan sistem radar kembali dibuktikan pada penanganan bencana gempa Padang, Sumatera Barat. Selama ini aplikasi teknik deteksi radar sudah dilakukan pada pemantauan cuaca serta lalu lintas penerbangan dan pelayaran.

Belakangan radar digunakan dalam pencarian situs purba di bawah tanah dan pencarian obyek penting yang terpendam di bawah tanah.

Pada bencana gempa Padang akhir September lalu banyak bangunan bertingkat yang ambles sehingga memerangkap beberapa orang di bawah reruntuhannya. Untuk mencari mereka yang masih dalam kondisi hidup diterapkan alat yang disebut detektor kehidupan (life detector). Pencarian dalam misi penyelamatan pascabencana dilakukan khususnya dalam lingkungan yang sulit dan pada lokasi yang tertimbun dalam.

Menurut Emi Frizer, senior SAR Instructor di Basarnas yang mengoperasikan alat tersebut di Padang, alat buatan Meksiko ini baru pertama kali digunakan di Indonesia sejak enam bulan terakhir.

Sebelum digunakan di Padang, detektor ini digunakan untuk mencari korban yang tertimbun longsoran di Tasikmalaya dan Cianjur, Jawa Barat, saat kawasan itu dilanda gempa.

”Pada pengoperasian di Tasikmalaya selama sembilan hari alat tersebut berhasil menyelamatkan sekitar tiga orang dari dalam rumahnya yang tertimbun longsoran,” ujar Emi.

Namun, Emi menyayangkan keberhasilan pendeteksian korban hidup yang terjebak dalam reruntuhan bangunan di Hotel Ambacang dan beberapa gedung lain yang runtuh tidak diikuti dengan evakuasi yang baik sehingga akhirnya nyawa mereka tidak terselamatkan.

”Penggunaan alat-alat berat dalam mengangkat puing, getarannya justru menggeser tumpukan puing bangunan sehingga mengimpit mereka,” ujar Emi.

Sementara itu, menurut Gagah Prakosa, Kepala Humas Basarnas, keterbatasan alat juga membuat mereka yang terpantau di bawah puing akhirnya meninggal. Pembongkaran reruntuhan bangunan yang memerangkap korban di Hotel Ambacang memakan waktu sekitar delapan jam. Padahal saat hari pertama life detector memantau, ada empat orang yang masih hidup.

Aplikasi ”life detector”

Sistem deteksi radar ini digunakan pada operasi pencarian korban yang masih hidup, tidak hanya yang dilanda gempa bumi dan tanah longsor, tetapi juga investigasi tindak kriminal di konstruksi bawah tanah.

Sistem deteksi ini memadukan teknologi radar pada kanal gelombang ultralebar dan teknologi biomedicine. Dengan penetrasi yang kuat, alat ini mampu melacak karakter kehidupan, seperti napas dan gerakan tubuh, secara tepat mengetahui jarak dan kedalaman jasad hidup yang terkubur, serta memiliki kemampuan tinggi untuk mengatasi interferensi atau gangguan sinyal.

Page 13: Alat Deteksi Gempa Dari Botol Bekas

Dibandingkan dengan teknologi deteksi menggunakan frekuensi audio atau inframerah optis, alat ini tidak terpengaruh oleh interferensi suhu lingkungan, obyek panas, dan suara.

Radar pendeteksi kehidupan telah dikembangkan untuk mendeteksi posisi korban hidup secara cepat dan tanpa dibatasi kondisi geografi, seperti reruntuhan, asap, dan daerah pertambangan yang kolaps serta kondisi korban, seperti terluka atau pingsan.

Sistem detektor ini terdiri dari bagian utama dan tampilan layar sistem pengontrol. Bagian utama sistem radar terdiri dari antena, pemancar, penerima sinyal, pengatur awal dan pengontrol sinyal, serta sistem daya. Pada dasarnya bagian ini menangani gelombang elektromagnetik dan komunikasi data. Adapun sistem pengontrol mengaktifkan konsol remote tanpa kabel dan bagian utama radar dengan menampilkan hasil deteksi radar.

Dijelaskan Emi, dalam pengoperasiannya, alat ini harus dibebaskan dari keberadaan manusia pada radius 30 kaki atau 9 meter. Adapun kedalaman lokasi yang dapat terpantau berkisar 3 meter hingga 6 meter.

Alat berukuran 60 x 40 sentimeter dan setinggi 20 sentimeter ini mampu memantau korban berdasarkan gerakan tubuh dan detak jantung hingga kedalaman 6 meter. Adapun napas terpantau hingga kedalaman 3 meter.

Lama gelombang untuk merambat hingga mencapai obyek tergantung dari kekerasan media yang menutupi. Untuk media beton, maksimum waktu yang diperlukan 120 detik. ”Bila dalam 120 detik layar monitor pada alat seukuran PDA atau telepon seluler yang dipegang operator tidak menunjukkan hasil, itu artinya obyek tidak terdeteksi atau terjangkau alat ini,” jelasnya.

Saat ini alat tersebut dikembangkan oleh beberapa negara, bukan hanya negara maju, melainkan juga negara berkembang. Selain Meksiko, di pasaran juga ditemukan life detector buatan China dan Singapura.

TANDA SEBELUM TSUNAMI2008-08-07 23:51

Hewan Pendeteksi Gejala   Tsunami

GEMPA bumi dan gelombang tsunami yang melanda Asia telah memicu digelarnya Konferensi Tingkat Tinggi Tsunami (KTT Tsunami) di Jakarta pada tanggal 6 Januari 2005 lalu. KTT yang dihadiri para pemimpin negara dan organisasi internasional ini telah menyepakati dibangunnya sistem peringatan dini (early warning system) untuk meminimalisasi risiko yang ditimbulkan bencana tsunami.

Page 14: Alat Deteksi Gempa Dari Botol Bekas

Pembangunan sistem peringatan dini ini memerlukan dana lebih dari 1 miliar dolar AS. Sistem ini pun membutuhkan sedikitnya 30 seismograf, sepuluh pelampung pendeteksi gelombang, dan enam alat khusus yang ditempatkan di kedalaman lautan. Jika saja manusia dapat merasakan gejala tsunami, pembangunan sistem peringatan dini ini pun tidak begitu diperlukan.

Sebenarnya, alam telah memberikan peringatan sebelum terjadinya sebuah gempa atau tsunami. Beberapa hewan memiliki kemampuan untuk mendeteksi dan merasakan gejala tsunami yang tidak dapat dilakukan manusia dan peralatan secanggih apa pun.

Kantor berita Reuters melaporkan, Taman Nasional Yala di Sri Langka telah dipenuhi mayat manusia, namun tidak satu pun ditemukan bangkai-bangkai hewan. Taman Nasional Yala merupakan rumah bagi 200 ekor gajah Asia, leopard, rusa, dan hewan liar lainnya. Gelombang tsunami yang menerjang Sri Langka sama sekali tidak membunuh hewan-hewan yang terdapat di daerah tersebut.

Seorang staf di Taman Nasional Yala mengatakan, tidak ada gajah yang mati, bahkan tidak ditemukan bangkai hewan kecil seperti kelinci sekalipun. Hewan memiliki indra keenam dan dapat merasakan gejala suatu bencana.

Di Pantai Khao Lak, Thailand, gajah-gajah tunggang yang sedang dinaiki turis terlihat gelisah dan berlarian ke arah bukit. Beberapa saat sebelum datangnya gelombang, gajah ini terus-menerus bersuara dan gelisah (agitated). Mereka ini kembali tenang dan tidak bersuara setelah berada di bukit. Setelah itu, muncul gelombang tsunami yang menghantam pantai sejauh 1 km. Gajah-gajah yang ditunggangi turis itu pun selamat dan tidak tersentuh gelombang. Gajah ini telah menyelamatkan sejumlah turis asing dari gelombang tsunami.

Ethologi sebagai ilmu

Kepercayaan yang mengatakan, hewan dapat merasakan gejala alam dan gempa telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Tahun 373 sebelum masehi, sejumlah sejarawan mencatat, hewan seperti tikus, ular, dan musang telah meninggalkan kota Helis di Yunani beberapa hari sebelum terjadinya gempa yang menghancurkan kota tersebut.

Hewan memiliki tingkah laku yang terlihat dan saling berkaitan secara individual maupun kolektif. Berbagai macam tingkah laku hewan merupakan cara bagi hewan tersebut untuk berinteraksi secara dinamik dengan lingkungannya. Tingkah laku yang dimiliki berbagai macam hewan telah melahirkan bidang ilmu tersendiri bernama ethology. Ethologi merupakan ilmu yang mempelajari gerak-gerik atau tingkah laku hewan di lingkungan alam dan di lingkungan lain hewan tersebut biasa hidup.

Para peneliti perilaku hewan (ethologist) mempelajari fisiologi perilaku dengan metode analisis dan morfologi perilaku dengan metode komparatif. Konrad Z. Lorenz dianggap sebagai Bapak Ethologi Modern. Lorenz merumuskan, perilaku hewan, adaptasi fisiknya, merupakan bagian dari usahanya untuk hidup. Dalam ethologi diakui, perilaku hewan timbul berdasarkan motivasi, hal ini menunjukkan, hewan mempunyai emosi. Etologi erat kaitannya dengan bidang ilmu lain

Page 15: Alat Deteksi Gempa Dari Botol Bekas

seperti geologi, karena ada beberapa perilaku hewan yang dapat menunjukkan akan terjadinya suatu gempa atau tsunami.

Meskipun demikian, beberapa ahli geologi di Amerika masih bersikap skeptis dalam melihat fenomena tingkah laku hewan sebelum terjadinya tsunami. Andi Michael, seorang ahli dari United States Geological Survey (USGS) menganggap, tingkah laku abnormal hewan yang terlihat sebelum terjadinya tsunami ini hanyalah sebuah anekdot.

USGS menyatakan, tidak ada hubungan antara perilaku hewan dengan terjadinya gempa. Pada tahun 1970-an, USGS pernah melakukan penelitian tentang prediksi gempa melalui pengamatan perilaku hewan, namun tidak ada hasil nyata dari penelitian tersebut.

Gempa di Haicheng dan Tangshan

Sementara itu, George Carayanis dalam artikelnya menulis, sebuah penelitian di Cina telah mengindikasikan penggunaan perilaku hewan sebagai metoda untuk memprediksi sebuah gempa. Para peneliti telah sukses memprediksi sebuah gempa di Kota Haicheng pada bulan Februari 1975 melalui pengamatan perilaku hewan yang abnormal. Ular keluar dari lubangnya di musim dingin dan terlihat pula kemunculan sejumlah besar tikus yang berlari tanpa arah. Kejadian ini diakhiri beberapa gempa pada akhir Desember 1974.

Pada bulan Januari 1975, laporan mengenai perilaku hewan yang abnormal telah diterima di berbagai tempat di kota Haicheng. Aktivitas ini semakin intensif pada tiga hari pertama di bulan Januari dan telah dilaporkan pula, hewan ternak seperti sapi, babi, kuda, dan anjing telah memperlihatkan tingkah laku yang abnormal. Setelah itu, pada tanggal 4 Februari 1975 sebuah gempa pun menghancurkan kota Haicheng di Provinsi Liaoning Cina. Namun, melalui pengamatan perilaku hewan ini, sekira 90.000 nyawa dapat diselamatkan.

Setahun kemudian, seorang peternak kuda di sekitar kota Tangshan, Cina, melaporkan, kuda dan keledai mereka tidak mau makan, namun ternak tersebut malah melompat dan menendang hingga keluar dari kandang. Beberapa detik kemudian, terlihat cahaya putih menyilaukan di angkasa dan terjadilah gempa di area tersebut. Laporan lain menyebutkan, beberapa ekor kambing menolak kembali ke kandang, kucing dan anjing membawa anak-anaknya keluar rumah, babi mengeluarkan suara-suara aneh, ayam meninggalkan kandang di tengah malam, ikan berenang tanpa tujuan, dan burung-burung meninggalkan sarangnya.

Kasus serupa terjadi pula di Jepang. Sekira 80% gempa di Jepang terjadi di tengah lautan. Hal ini menyebabkan terjadinya perilaku abnormal pada ikan. Spesies ikan yang biasa hidup di lautan dingin yang dalam, dapat tertangkap nelayan di perairan yang dangkal dan hangat beberapa saat sebelum terjadinya gempa. Ikan memiliki sensitivitas tinggi terhadap variasi medan elektrik yang terjadi sebelum gempa. Sensitivitas seperti ini memungkinkan beberapa hewan untuk dapat mendeteksi gas radon yang dikeluarkan dari tanah sebelum gempa.

Setelah diketahui, hewan dapat memprediksi terjadinya bencana alam, beberapa peneliti Cina telah melakukan survei mengenai variasi perilaku hewan sebelum terjadinya gempa. Kelompok peneliti yang terdiri dari ahli biologi, geofisika, kimia, meteorolgi dan biofisika ini melakukan

Page 16: Alat Deteksi Gempa Dari Botol Bekas

survei di kota Tangshan dan sejumlah daerah disekitarnya yang telah dilanda gempa pada tahun 1976. Setelah mengunjungi beberapa tempat dan melakukan wawancara dengan penduduk lokal, peneliti ini memperoleh 2.000 kasus tentang perilaku abnormal hewan yang terjadi sebelum gempa.

Beberapa perilaku abnormal

Berbagai fenomena dan fakta tentang perilaku abnormal hewan sebelum terjadinya gempa tertulis pula dalam artikel David Jay Brown yang berjudul Etho-Geological Forecasting. Disebutkan, seorang ahli geologi dari California,AS mengklaim dapat memprediksi sebuah gempa dengan tingkat akurasi 75% melalui penghitungan jumlah hewan peliharaan (pets) yang hilang, penghitungan ini telah dilakukan selama bertahun-tahun. Akhirnya, dapat disimpulkan, angka hilangnya hewan peliharaan (anjing dan kucing) akan naik secara signifikan selama dua minggu sebelum gempa. Kesimpulan ini terbukti ketika memprediksi gempa di Loma Prieta, Northern California, AS.

Sebelum terjadinya gempa, beberapa hewan menunjukkan perilaku abnormal dengan pola tingkah laku yang khas pada setiap spesies. Ular merupakan hewan yang biasa tidur di musim dingin (hibernate), namun ular ini akan keluar dari lubangnya sebelum terjadinya gempa, kemudian membeku di atas permukaan salju. Tikus akan terlihat linglung (dazed) beberapa saat sebelum gempa, sehingga dapat dengan mudah ditangkap tangan. Burung merpati akan memperlambat terbangnya ketika akan menuju suatu tempat. Ayam akan menghasilkan telur yang sedikit, bahkan tidak bertelur sama sekali. Babi secara agresif saling menggigit satu sama lain sebelum terjadinya gempa (Tributsch, 1982).

Lebah terlihat meninggalkan sarangnya dalam kondisi panik beberapa menit sebelum gempa, dan tidak akan kembali ke sarangnya sampai 15 menit setelah gempa berhenti. Bahkan hewan kecil seperti lintah (leechs), cumi-cumi (squid), dan semut pun memperlihatkan perilaku abnormal sebelum terjadinya gempa (Miller, 1996).

Fenomena terjadinya perilaku yang tidak lazim pada hewan sebelum terjadinya gempa dapat dijelaskan dengan berbagai teori. Sebagian besar hewan memiliki kapasitas pendengaran (auditory capacities) yang melebihi manusia. Selain itu, hewan dapat memberikan reaksi terhadap pancaran suara ultra (ultrasound) sebagai getaran mikroseismik dari patahan batuan.

Fluktuasi medan magnet bumi dapat menyebabkan perilaku abnormal pada hewan. Beberapa hewan memiliki sensitivitas terhadap variasi medan magnet bumi yang terjadi di dekat pusat gempa (episenter). Perubahan medan magnet bumi dapat memengaruhi proses migrasi burung-burung, dan menganggu kemampuan navigasi ikan. Selain itu, ion-ion yang bermuatan dapat keluar sebelum terjadinya gempa. Hal ini menyebabkan partikel ion yang bermuatan listrik dapat mengubah pemancar gelombang saraf (neurotransmitter) dalam otak hewan.

”Animal’s warning system”

Kemampuan hewan yang dapat mendeteksi sebuah gempa memberikan inspirasi pada manusia untuk membuat peralatan yang memiliki kemampuan serupa. Marsha Adams, seorang peneliti

Page 17: Alat Deteksi Gempa Dari Botol Bekas

gempa di San Fransisco, AS mengklaim dirinya telah mengembangkan sensor yang dapat menangkap sinyal elektromagnetik frekuensi rendah dengan keakuratan 90%. Peralatan itu menangkap sinyal yang sama dengan sinyal yang ditangkap hewan. Beberapa hewan memiliki reseptor untuk menangkap getaran berfrekuensi tinggi dan rendah.

Sistem peringatan dini (early warning system) dengan menggunakan pengamatan terhadap perilaku hewan memerlukan pengembangan dan penelitian lebih lanjut. Cina telah menjadi pioner dengan mendirikan stasiun percobaan (experimental station) untuk memprediksi terjadinya gempa bumi menggunakan observasi biologi di Provinsi Xingtai pada tahun 1968. Jika sistem ini telah teruji dan berkembang dengan baik, maka sistem ini dapat menghemat biaya dalam membeli berbagai instrumen dan peralatan untuk memprediksi gempa.***

Page 18: Alat Deteksi Gempa Dari Botol Bekas

Alat ini terlihat seperti gadget yang tidak ternilai harganya bagi para pendaki dan Tim SAR mana pun.Alat ini memungkinkanTim penyelamat menemukan anda dan mengeluarkan dengan

Page 19: Alat Deteksi Gempa Dari Botol Bekas

cepat.Alat ini dapat juga untuk memeriksa kesehatan Anda,seperti PDA gadget ini mengandung accelerometer yang dapat memeriksa pernapasan Anda.Alat ini membantu untuk menemukan Orang-orang yang terperangkap di dalam salju longsor maupun saat tertimpa bangunan,menunjukan Anda seberapa jauh Korban berada dari anda dan kearah mana .Alat ini menggunakan Layar LCD sederhana yang dapat dilihat dari semua sudut dan dari sinar matahari langsung.cara kerjanya : Alat ini mendeteksi Detak jantung Korban

Specifications:

* Weight with batteries: 210 grams

* Transmitting frequency: 457 kHz

* W-Link frequency: 868 / 915 MHz

* Battery type: Alkaline; 3 x AAA 1.5 Volt

* Battery life: at least 200 hours

* Range: 60 meters

* Search strip width: 40 meters

* Dimensions: 113 / 75 / 27 millimeters

Spoiler for Radar Pendeteksi kehidupan:

Page 20: Alat Deteksi Gempa Dari Botol Bekas

Proses evakuasi korban reruntuhan gedung pasca gempa, kerap menghadapi berbagai kendala di lapangan. Dari mulai sulitnya medan, minimnya peralatan, hingga curah hujan yang tinggi, seperti yang terjadi di Padang saat ini.

Dalam kondisi seperti itu kehadiran teknologi akan sangat membantu proses penyelamatan korban. Tak hanya memanfaatkan anjing dan lalat, penggunaan teknologi bernama life locator atau life detecting radar, juga bisa mempercepat upaya pencarian korban.

Page 21: Alat Deteksi Gempa Dari Botol Bekas

Life locator adalah alat yang bisa digunakan untuk melakukan pendeteksian terhadap korban yang masih bertahan. Alat ini biasanya digunakan untuk mencari korban yang selamat dari gempa bumi, tanah longsor, bencana konstruksi dalam tanah, dan bencana lainnya.

Seperti halnya perangkat pengintai tembus dinding yang kerap digunakan untuk aksi membekuk teroris atau para penjahat, perangkat life locator ini juga menggunakan sinyal Ultra Wideband.

Ultra Wideband (UWB) adalah teknologi nirkabel yang mampu mentransimisikan data digital dalam jumlah yang sangat besar melalui spektrum frekuensi yang sangat lebar dengan daya yang rendah, dalam jarak yang sangat dekat.

Tak hanya itu, kebutuhan daya yang kecil membuatnya secara teoritis tidak akan mengalami interferensi dengan sinyal lain di sekelilingnya. Sinyal UWB juga mampu membawa sinyal informasi tembus melalui rintangan-rintangan yang biasanya bersifat memantulkan sinyal narrowband (sinyal yang memiliki kapasitas data yang lebih rendah).

Namun, alat ini tak hanya menggunakan teknologi ultra wideband, melainkan juga mengkombinasikannya dengan teknologi radar dan teknologi biomedis. Oleh karenanya ia mampi mendeteksi tanda-tanda kehidupan, seperti gerak tubuh.

Ia mampu mengenali kondisi korban, apakah masih sadar, terluka, atau sedang tak sadarkan diri. Selain itu, alat ini juga mampu memprediksi secara akurat jarak dan kedalaman korban, dari lokasi alat tersebut.

Salah satu alat semacam ini yang beredar di pasaran adalah Biken-Tech SJ-3000 besutan vendor China. Alat ini sudah digunakan ketika terjadi gempa di Wenchuan China, 12 Mei 2008 lalu. Dalam 10 hari pencarian korban di berbagai puing-puing gedung TK, sekolah, kantor pemerintahan, dan pertokoan, alat ini berhasil menyelamatkan 21 nyawa manusia.

SJ-3000 terdiri dua bagian, yakni perangkat utama dan kontroler display. Perangkat utama antara lain terdiri dari antena, blok transmitter (pengirim sinyal), receiver (penerima sinyal), penyampel sinyal, sistem kontrol sinyal, serta sistem tenaga. Secara umum, bagian ini menangani emisi dan penerimaan sinyal elektromagnet untuk komunikasi dan pengolahan informasi.

Sementara bagian kontroler display berfungsi sebagai konsol display dan pengendali dari hasil pengamatan perangkat utama. SJ-3000 mampu mengukur jarak korban yang tertimbun tanah, puing batu bata, beton multilapis, hingga jarak sekitar 15 meter (dengan resolusi atau tingkat koreksi sebesar 10 cm).

Adapun teknologi biomedis dari alat ini mampu mengenali kondisi korban dalam berbagai posisi, apakah korban sedang dalam keadaan tertelungkup, berbaring miring, serta mengenali tanda-tanda vital seperti nafas dan denyut jantung. Bahkan dengan 'kepandaiannya' alat ini diklaim mampu membedakan tubuh manusia dengan tubuh binatang.

Page 22: Alat Deteksi Gempa Dari Botol Bekas

Alat sejenis ini juga telah digunakan untuk menjejaki korban gempa Tasikmalaya, maupun korban gempa Padang, di lokasi reruntuhan Hotel Ambacang.

Spoiler for Radar pendeteksi kehidupan:

Spoiler for Radar pendeteksi kehidupan:

Page 23: Alat Deteksi Gempa Dari Botol Bekas

Spoiler for Radar pendeteksi kehidupan:

Spoiler for Radar pendeteksi kehidupan:

Page 24: Alat Deteksi Gempa Dari Botol Bekas