ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA...

123
ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA TIDAK TETAP DEWAN KEAMANAN PBB PERIODE 2019-2020 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Boeike Adam Noor 11151130000014 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Transcript of ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA...

Page 1: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI

ANGGOTA TIDAK TETAP DEWAN KEAMANAN

PBB PERIODE 2019-2020

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Boeike Adam Noor

11151130000014

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Page 2: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya
Page 3: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya
Page 4: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya
Page 5: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

v

ABSTRAK

Skripsi ini menganalisis alasan Indonesia terpilih menjadi anggota tidak

tetap Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) periode 2019-

2020. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan mengapa Indonesia terpilih

menjadi anggota tidak tetap dewan keamanan PBB periode 2019-2020 dengan

menjabarkan upaya-upaya diplomasi yang dilakukan oleh Indonesia dalam masa

kampanyenya. Penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka sebagai sumber

data. Kerangka pemikiran yang digunakan dalam skripsi ini adalah konsep

Diplomasi dan Politik Luar Negeri. Dari hasil analisis dengan menggunakan konsep

tersebut ditemukan bahwa Indonesia mengupayakan diplomasi baik secara bilateral

maupun multilateral serta menggunakan Politik Luar Negeri Bebas Aktif untuk

memenangkan kursi anggota tidak tetap DK PBB periode 2019-2020. Kontribusi

Indonesia dalam perdamaian dunia juga merupakan alasan negara-negara anggota

PBB memberikan kepercayaan kepada Indonesia untuk menempati kursi tersebut.

Penelitian ini menganalisis ke dalam dua bagian. Pertama, kekuatan

diplomasi Indonesia dengan pola diplomasi bilateral dan multilateral. Dalam

menggalang dukungan komitmen suara dari negara-negara anggota PBB, Indonesia

mengupayakan kampanye dengan meminta dukungan untuk dipilih pada sesi-sesi

khusus pertemuan bilateral maupun multilateral dengan negara-negara anggota

PBB. Indonesia berhasil mendapat dukungan kuat dari negara-negara Asia, Eropa,

Afrika, dan Amerika Latin. Di sisi diplomasi multilateral, Indonesia mengupayakan

kampanyenya dalam Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), Meksiko,

Indonesia, Korea Selatan, Turki dan Australia (MIKTA), dan Indian Ocean Rim

Association (IORA). Dimana dalam ketiga forum tersebut Indonesia banyak

mendapatkan dukungan suara. Kedua, Indonesia terpilih atas kontribusinya dalam

perdamaian dunia berdasarkan politik bebas aktif. Tercatat hingga 2019, Indonesia

memiliki kontribusi personel untuk United Nations Peacekeeping Operations

(UNPKO) sebanyak 2.871 orang tersebar di sembilan misi perdamaian PBB,

dengan mayoritas melayani United Nations Hybrid Operation in Darfur

(UNAMID) dan United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL).

Kata kunci: Diplomasi, Dewan Keamanan PBB, Indonesia.

Page 6: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas

berkah, rahmat dan hidyah-Nya yang senantiasa dilimpahakan kepada penulis,

sehingga bisa menyelasaikan skripsi dengan judul “ALASAN INDONESIA

TERPILIH MENJADI ANGGOTA TIDAK TETAP DEWAN KEAMANAN PBB

PERIODE 2019-2020” sebagai syarat untuk menyelesaiakan Program Sarjana (S1)

pada Program Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politikprogram studi

Hubungan Internasional UIN Syatif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak hambatan serta rintangan yang

penulis hadapi namun pada akhirnya dapat melaluinya berkat adanya bimbingan

dan bantuan dari berbgai pihak baik secara moral maupu spiritual. Untuk itu pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Orang tua yang selalu memberi dukungan baik moral maupun materi, Bapak

Martawi S.Pd dan Ibu Nuraeni S.Pd.I serta adik-adikku Ahadi Noor Fajri

dan Alwi Noor Rohim yang selalu menemani dan memberi semangat.

2. Bapak Robi Sugara M.Sc selaku dosen mata kuliah pengkajian stratejik dan

resolusi konflik sekaligus dosen pembimbing yang selalu memberikan

arahan, saran dan bimbingan selama proses pembuatan skripsi ini dari mulai

pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala

urusannya dan dilancarkan rezekinya.

3. Dosen-dosen Hubungan Internasional UIN Jakarta. Terimakasih atas ilmu

yang sudah diberikan selama masa perkuliahan. Terlebih kepada Bapak M.

Page 7: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

vii

Adian Firnas M.Si selaku dosen pembimbing akademik saya yang selalu

memberikan bimbingan selama saya menjadi mahasiswa HI UIN Jakarta.

4. Teman-teman satu kelas dan organisasi Penulis, HI A 2015 " The Dank A

Team", PMII KOMFISIP, FORSA UIN JAKARTA, DIVISI BASKET UIN

JAKARTA atas kebersamaan, pengalaman dan pembelajaran.

5. Seseorang spesial dan memiliki tempat tersendiri di hati penulis yang telah

menemani lebih dari tiga tahun. Hana Febiani, yang memberikan support

dalam keadaan senang maupun sulit dan selalu ada di sisi dan pikiran

penulis.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan karenanya

penulis mohon maaf atas kekurangan dalam skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

Jakarta, 27 November 2019

Boeike Adam Noor

Page 8: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL............................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ..................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI .................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................................ iv

ABSTRAK ......................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Pertanyaan Penelitian .................................................................. 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 5

D. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 5

E. Kerangka Pemikiran.................................................................... 7

1. Diplomasi …………………………………………………..... 7

1.1. Diplomasi Bilateral …………………………….……..10

1.2. Diplomasi Multilateral .…………………….................11

2. Politik Luar Negeri ………………………………………..... 12

F. Metode Penelitian ..................................................................... 15

G. Sistematika Penelitian ............................................................... 17

BAB II DEWAN KEAMANAN PBB ......................................................... 19

A. Profil Dewan Keamanan PBB ................................................... 19

1. Sejarah Awal Dewan Keamanan PBB ................................... 19

2. Keanggotaan Dewan Keamanan PBB .................................... 27

3. Tanggung Jawab Utama Dewan Keamanan PBB................... 33

B. Fungsi dan Kewenangan Dewan Keamanan PBB ...................... 35

C. Sistem Pengambilan Keputusan Dewan Keamanan PBB ........... 43

Page 9: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

ix

BAB III KETERLIBATAN INDONESIA DALAM DEWAN KEAMANAN

PBB ................................................................................................. 46

A. Sejarah Indonesia dalam Keanggotaan Dewan Keamanan PBB 46

B. Tantangan dan Peluang Indonesia dalam Keanggotaan Dewan

Keamanan PBB ............................................................................... 52

C. Politik Luar Negeri Indonesia "Bebas-Aktif" …………….…….58

BAB IV ANALISIS ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI

ANGGOTA TIDAK TETAP DEWAN KEAMANAN PBB

PERIODE 2019-2020 ..................................................................... 62

A. Kekuatan Diplomasi Indonesia .................................................. 63

1. Diplomasi Bilateral ............................................................... 65

2. Diplomasi Multilateral .......................................................... 70

B. Kontribusi Indonesia dalam Perdamaian Dunia ........................... 72

C. Kepentingan Nasional Indonesia dalam Keanggotaan Dewan

Keamanan PBB ……………………………………………………..77

BAB V PENUTUP ...................................................................................... 82

A. Kesimpulan ................................................................................ 82

B. Saran ......................................................................................... 83

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... xii

Lampiran-lampiran ……………………………………………………….......xix

Page 10: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

x

DAFTAR SINGKATAN

AS Amerika Serikat

AOSIS Alliance of Small Island States

ASEAN Association of Southeast Asian Nations

DK Dewan Keamanan

DPR Dewan Perwakilan Rakyat

E10 Elected Ten

IORA Indian Ocean Rim Association

KEMLU Kementerian Luar Negeri

LBB Liga Bangsa-Bangsa

MENLU Menteri Luar Negeri

MIKTA Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki dan Australia

NAM Non-Aligned Movement

P5 Permanent Five

PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa

RI Republik Indonesia

SIDS Small Island Developing States

UNAMID United Nations Hybrid Operation in Darfur

UNIFIL United Nations Interim Force in Lebanon

UNPKO United Nations Peacekeeping Operation

Page 11: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Peta Sebaran Pasukan Perdamaian

PBB .…………………………….………………………………..40

Gambar III.1 Presiden Suharto Menghadiri Non Aligned Movement (NAM) 1995

…………………………………………….……………………...48

Gambar III.2 Menlu Ali Alatas Dalam Pertemuan Anggota DK PBB

1996…………..…………………………………………………..49

Gambar III.3 Menlu Hasan Wirajuda Dalam Pertemuan DK PBB

2007……………………………………………..……………......49

Gambar III.4 Pembagian Regional Anggota Tidak Tetap DK PBB…………....51

Gambar IV.1 Jumlah Personel UNPKO Indonesia ………………………..….. 75

Page 12: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Skripsi ini membahas alasan terpilihnya Indonesia sebagai anggota tidak

tetap Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) periode 2019-

2020. Konstelasi politik global dewasa ini berubah dengan sangat signifikan.

Sebagian besar perubahan ini dimulai sejak tahun 1990. Berakhirnya Perang Dingin

menjadi pemicu perubahan-perubahan struktur, tatanan hubungan internasional,

agenda dan isu politik global yang telah lahir sejak berakhirnya Perang Dunia II.

Misalnya, tatanan hubungan internasional kini tidak lagi berpusar kepada dua

hegemoni besar yakni Uni Soviet dan Amerika Serikat (AS) melainkan menjadi

multipolar seiring terbentuknya kekuatan-kekuatan baru yang membentuk tatanan

internasional yang baru.1

Seiring dengan adanya globalisasi yang mengakibatkan tantangan dan

ancaman bersifat multidimensional, Indonesia dituntut untuk melakukan kemitraan

secara global. Dalam melaksanakan kepentingan nasionalnya, Indonesia

melaksanakan hubungan antarnegara baik secara bilateral maupun multilateral.

Diplomasi menjadi salah satu komponen dari upaya nasional untuk menghadapi

tantangan global. Maka dari itu Indonesia bergabung dengan organisasi atau forum

internasional baik secara regional maupun internasional.2 Salah satunya yakni

1 Ganewati Wuryandari, “Politik Luar Negeri Indonesia: Refleksi dan Prediksi 10 Tahu”,

Pusat Penelitian Politik LIPI, 2008. Hal. 59, Diunduh dari

http://ejournal.politik.lipi.go.id/index.php/jpp/article/view/503/312 2 Kementerian Luar Negeri Indonesia, 2011, “Diplomasi Indonesia 2010”, Kementerian

Page 13: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

2

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menjadi organisasi internasional terbesar

di dunia. Pada 28 September 1950, Indonesia bergabung dengan PBB sebagai

anggota ke-60.3

Indonesia terhitung empat kali berhasil mendapatkan kursi sebagai anggota

tidak tetap DK PBB mewakili wilayah Asia Pasifik. Pada 2018, Indonesia kembali

dipercaya menjadi anggota tidak tetap DK PBB periode 1 Januari 2019 sampai 30

Desember 2020. Sebelumnya, Indonesia telah menempati posisi yang sama pada

periode 1973-1974, 1995-1996, dan periode 2007-2008.4 Pada 8 Juni 2018,

Indonesia yang bersaing dengan Maladewa untuk menjadi wakil regional Asia

Pasifik, memperoleh suara sebanyak 144 dari 190 negara anggota PBB yang

memberikan suaranya. Indonesia akhirnya terpilih setelah unggul dari Maladewa

yang hanya memperoleh 46 suara.5

Setiap tahun, Majelis Umum PBB memilih lima negara secara regional

untuk menempati kursi anggota tidak tetap DK PBB melalui pemungutan suara

tertutup. Setiap kandidat anggota tidak tetap DK PBB mencari janji suara dari

negara anggota PBB seringkali dalam jangka waktu bertahun-tahun sebelum

pemilihan dan dapat terus melakukannya hingga hari pemilihan. Kandidat akan

memenangkan kursi anggota tidak tetap DK PBB apabila memenuhi 2/3 suara atau

Luar Negeri Indonesia, Hal. 1 Dalam https://www.kemlu.go.id/Buku/Buku%20Diplomasi%20Indonesia%202010.pdf

3 Resolusi Majelis Umum PBB nomor A/RES/491 (V) tentang penerimaan Republik

Indonesia dalam keanggotaan di Perserikatan Bangsa Bangsa, Diunduh dari

http://www.worldlii.org/int/other/UNGARsn/1950/2.pdf 4 Humphrey Wangke, “Prioritas Diplomasi Indonesia Di Dewan Keamanan Perserikatan

Bangsa-Bangsa”, Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI, Vol. XI, No.04/II/Puslit/Februari/2019.

Hal. 7 5 Sita Hidriyah, “Peran Strategis Indonesia Menjadi Anggota Tidak Tetap Dewan

Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa” Vol. X, No. 12/II/Puslit/Juni/2018 tersedia dalam

http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-X-12-II-P3DI-Juni-2018-229.pdf

Page 14: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

3

129 suara dari seluruh 193 negara anggota PBB.6 Dalam kurun waktu ini diplomasi

dilakukan oleh negara kandidat untuk mendapatkan suara pada hari pemilihan

kelak. Berbagai kampanye juga dilakukan baik dalam bentuk website, pernyataan

resmi, dan pamphlet.

Persaingan ketat dalam pemilihan tahun 2018 terletak pada wilayah Asia-

Pasifik dimana Indonesia dihadapkan dengan Maladewa. Tantangan pertama yang

dihadapi Indonesia yakni Maladewa merupakan saingan yang berat bagi Indonesia,

karena Maladewa merupakan negara yang baru pertama kali mencalonkan diri pada

pemilihan DK PBB sehingga dianggap dapat memberikan semangat baru dalam DK

PBB. Ini adalah pertama kalinya dalam 51 tahun Keanggotaan PBB Maladewa

mengajukan pencalonannya untuk kursi tidak tetap di DK PBB. Hal tersebut

menjadi daya tarik yang amat kuat negara-negara yang baru mencalonkan diri,

seperti Maladewa untuk dipilih dalam pemilihan DK PBB.7

Tantangan kedua yakni Maladewa sebagai Small Island Developing States

(SIDS) mengkampanyekan bahwa keanggotaan DK harus mewakili keanggotaan

PBB. Sejak 1946, hanya 8 SIDS yang bertugas di Dewan, dari 57 anggota PBB.

Maladewa yakin bahwa ini adalah saatnya anggota negara dari golongan SIDS

untuk merepresentasikan diri dalam DK PBB dikarenakan SIDS mewakili 20% dari

keseluruhan keanggotaan negara di Majelis Umum PBB. Tantangan ketiga adalah

6 United Nations Security Council Report. “Security Council Elections 2018” 21 Mei 2018,

Hal. 6-9 diunduh dari https://www.securitycouncilreport.org/atf/cf/%7B65BFCF9B-6D27-4E9C-

8CD3-CF6E4FF96FF9%7D/unsc_elections_2018.pdf 7 Permanent Mission of the Republic of Maldives to the UN, “Maldives for the United

Nations Security Council 2019-2020”, 20 Juni 2018, Tersedia dalam

http://maldivesmission.com/campaign/maldives_for_the_unsc_2019_2020 diakses pada 20

September 2019

Page 15: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

4

Maladewa merupakan ketua Alliance of Small Island States (AOSIS) yang berfokus

pada pembangunan berkelanjutan dan perubahan iklim. Selain itu, Maladewa juga

tergabung dalam United Nations Human Rights Council, Executive Board of UN

Women, G77, dan Gerakan Non-Blok.8

Selain itu, signifikansi masalah pada skripsi ini terletak pada selama

terpilihnya Indonesia sebagai anggota tidak tetap DK PBB beberapa tahun silam

tidak memberikan perubahan signifikan dalam mereformasi DK PBB. Indonesia

kurang menerapkan kampanye penghapusan hak veto yang dijanjikannya. Dalam

beberapa kesempatan, Indonesia menyatakan akan mengedepankan diskusi

informal mengenai reformasi DK PBB dengan beberapa negara terkait. Hal ini

dinilai kurang efektif karena Indonesia belum berani untuk menyuarakan wacana

reformasi DK PBB pada forum terbuka atau setidaknya bergabung dengan beberapa

blok reformasi DK PBB yang ada. Dengan begitu, penelitian ini menarik untuk

dibahas karena beberapa tantangan tersebut menimbulkan sebuah pertanyaan yakni

mengapa Indonesia yang terpilih dalam pemilihan anggota DK PBB periode 2019-

2020.

B. Pertanyaan penelitian

Adapun pertanyaan yang ingin dijawab dalam skripsi ini adalah Mengapa

Indonesia Terpilih Menjadi Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB

Periode 2019-2020?

8 Permanent Mission of the Republic of Maldives to the UN, “Maldives for the United

Nations Security Council 2019-2020”, 20 Juni 2018, Tersedia dalam

http://maldivesmission.com/campaign/maldives_for_the_unsc_2019_2020 diakses pada 20

September 2019

Page 16: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain:

Mengetahui mengapa Indonesia terpilih menjadi anggota tidak tetap Dewan

Keamanan PBB periode 2019-2020.

Mendeskripsikan dan menjelaskan mengenai Dewan Keamanan PBB.

Mengetahui keterlibatan Indonesia di dalam Dewan Keamanan PBB.

Skripsi ini diharapkan memberikan manfaat untuk:

Memperkaya ilmu pengetahuan akademisi ilmu hubungan internasional,

baik dosen maupun mahasiswa serta masyarakat luas terkait dengan alasan

Indonesia terpilih kembali menjadi anggota tidak tetap DK PBB.

Memberikan informasi bagi para akademisi bidang studi Hubungan

Internasional maupun masyarakat dalam melihat posisi Indonesia di

tatanan global.

Memberikan referensi mumpuni mengenai Indonesia dan keterlibatannya

dalam DK PBB bagi pelaksana kebijakan pemerintah.

D. Tinjauan Pustaka

Indonesia as Non-Permanent Member of United Nations Security Council:

Pursuit of Peace for Rohingya and Palestine oleh Nia Norlyanti membahas

mengenai pentingnya kerjasama internasional bagi Indonesia dalam PBB.

Penelitian ini membahas latar belakang Indonesia bergabung dalam pemilihan

sebagai anggota tidak tetap di DK PBB. Menurut Menteri Luar Negeri Republik

Indonesia, Retno Marsudi, krisis Rohingya dan Konflik Palestina menjadi fokus

Page 17: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

6

keaktifan Indonesia jika terpilih sebagai anggota tidak tetap DK PBB.9

Peran Strategis Indonesia Menjadi Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan

Perserikatan Bangsa-Bangsa oleh Sita Hidriyah menyimpulkan bahwa Indonesia

perlu memainkan peran strategis ketika pada awal Januari 2019 hingga akhir 2020

dalam menjalankan tugas sebagai anggota tidak tetap DK PBB. Peran strategis

tersebut perlu diarahkan pada upaya mencari solusi damai terhadap potensi konflik

ataupun konflik-konflik yang terjadi di berbagai kawasan dunia. Indonesia harus

memperkuat ekosistem perdamaian dan stabilitas global, serta mendorong budaya

habit of dialogue, agar penyelesaian konflik dapat selalu dilakukan secara damai.

Indonesia juga harus berupaya meningkatkan sinergi antara organisasi kawasan

dengan DK PBB dalam menjaga perdamaian.10

Research Report: Security Council Elections 2018 merupakan laporan yang

dikeluarkan oleh DK PBB pada Mei 2018, merangkum mengenai kegiatan yang

akan diadakan pada 8 Juni 2018, sesi ke-72, yakni Majelis Umum PBB dijadwalkan

untuk mengadakan pemilihan untuk Dewan Keamanan. Dalam laporan peserta-

peserta yang akan berkompetisi untuk memenangkan kursi anggota tidak tetap DK

PBB dari masing-masing regional dan bagaimana kampanye yang dilakukan oleh

negara tersebut, dijelaskan pula mengenai aturan, bagaimana menjadi kandidat, dan

latar belakang secara historis pemilihan anggota tidak tetap DK PBB.11

9 Nia Norlyanti, “Indonesia as Non-Permanent Member of United Nations Security

Council: Pursuit of Peace for Rohingya and Palestine”, Atlantis Press Vol. 241 tersedia dalam

https://download.atlantis-press.com/article/25904108.pdf 10 Sita Hidriyah, “Peran Strategis Indonesia Menjadi Anggota Tidak Tetap Dewan

Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa” Vol. X, No. 12/II/Puslit/Juni/2018 tersedia dalam

http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-X-12-II-P3DI-Juni-2018-229.pdf 11 United Nations Security Council Report. “Security Council Elections 2018” 21 Mei

2018, Hal. 4 diunduh dari https://www.securitycouncilreport.org/atf/cf/%7B65BFCF9B-6D27-

4E9C-8CD3-CF6E4FF96FF9%7D/unsc_elections_2018.pdf

Page 18: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

7

Dari beberapa tinjauan pustaka di atas, terdapat persamaan yang dapat

dilihat dengan skripsi ini. Yakni pembahasan mengenai DK PBB, latar belakang

Indonesia mengajukan diri menjadi anggota tidak tetap DK PBB periode 2019-

2020, upaya-upaya yang dilakukan Indonesia dalam pemilihan tersebut, dan

bagaimana prosedur untuk menjadi negara kandidat serta mekanisme pemilihan

anggota tidak tetap DK PBB. Sedangkan perbedaannya yakni skripsi ini mencoba

untuk menjelaskan alasan terpilihnya Indonesia sebagai anggota tidak tetap DK

PBB periode 2019-2020.

E. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini menggunakan satu konsep yaitu Diplomasi dan Politik Luar

Negeri.

1. Diplomasi

Secara etimologis, kata diplomasi diserap melalui bahasa Prancis dari

bahasa Yunani kuno, yang terdiri dari dua kata, diplo berarti "dilipat menjadi dua,"

dan akhiran -ma, yang berarti "sebuah objek." Kata diploma dapat diobjetifikasikan

menjadi sebuah dokumen yang memberikan hak istimewa atau izin dalam

bepergian bagi pembawanya dan berisi perjanjian antara kerajaan.12 Diplomasi

pertama kali muncul selama revolusi Prancis dan menyebar cepat melintasi Eropa.

Di mana diplomasi selama 150 tahun sejak abad ke 18 secara bertahap menjadi

didefinisikan sebagai kebalikan dari perang dan merupakan mekanisme utama dari

kerjasama.13

12 Chas. W. Freeman dan Sally Marks, “Diplomacy”,

https://www.britannica.com/topic/diplomacy diakses pada 20 September 2019 13 Halvard Leira, 2016, “A Conceptual History of Diplomacy”, (London: SAGE

Publications) Hal. 34-35

Page 19: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

8

Mengenai definisi diplomasi para pakar memberikan definisi yang berbeda-

beda, seperti Panikkar yang menyatakan bahwa diplomasi merupakan sebuah seni

dalam mengedepankan kepentingan nasional suatu negara dalam berhubungan

dengan negara lain. Adapun White berpendapat diplomasi merupakan proses kunci

komunikasi dan negosiasi dalam politik dunia dan sebagai instrumen kebijakan luar

negeri yang digunakan oleh aktor-aktor global.14

Hubungan diplomatik dapat bersifat bilateral atau multilateral. Hubungan

bilateral secara formal menghubungkan satu negara bagian atau pemerintah dengan

negara lain. Sedangkan diplomasi multilateral dapat berbentuk konferensi dua

negara atau lebih. Dapat pula bersifat konferensi permanen yakni organisasi

internasional. Pentingnya organisasi internasional tidak terletak pada diplomasi

multilateral mereka tetapi dalam keuntungan yang mereka berikan untuk hubungan

antara dua negara. Diplomasi multilateral yang sesungguhnya adalah pelaksanaan

urusan di antara tiga negara atau lebih yang berusaha menyelesaikan masalah

bersama-sama, seperti di Majelis Umum PBB, atau menyelesaikan masalah

internasional seperti pada DK PBB.15

Fungsi diplomasi dijabarkan oleh Bull ke dalam empat poin, antara lain,

pertama adalah untuk memungkinkan komunikasi diplomatik antara berbagai

komponen dalam politik global dan di antara para pemimpin negara karena tanpa

komunikasi komunitas internasional tidak mungkin eksis. Fungsi kedua diplomasi

adalah untuk menegosiasikan perjanjian. Tugas bagi diplomat dengan demikian

14 Brian White, 2005, “The Globalization of World Politics: An Introduction to

International Relations”, 3rd edition. (Oxford: Oxford University Press) Hal. 387 15 Hedley Bull, 2012, “The Anarchical Society: A Study of Order in World Politics Fourth

edition”, (New York: Palgrave Macmillan) Hal 158-159

Page 20: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

9

yakni menentukan kepentingan melalui persuasi dan rasionalitas. Hal tersebut

dikarenakan jika perjanjian tidak dinegosiasikan, perjanjian antar negara masih

mungkin dapat terjadi, akan tetapi memiliki kemungkinan besar hanya melibatkan

pertemuan jangka pendek dan dapat menimbulkan permusuhan antara pihak-pihak

akibat kesalahan komunikasi. Ketiga, untuk mengumpulkan intelijen dan informasi

yang berkaitan dengan negara lain. Suatu negara tidak ingin negara lain untuk

mengumpulkan informasi tentang dirinya sendiri, tetapi ingin memiliki informasi

tentang negara lain atas dasar kepentingan nasionalnya. Fungsi terakhir adalah

meminimalkan efek dari gesekan dalam hubungan diplomatik. Pada hal ini, para

diplomat sebagai pelaksana diplomasi, memiliki fungsi untuk mengurangi

ketegangan dan, jika memungkinkan, mengatasinya.16

Skripsi ini menggunakan pendekatan diplomasi untuk menganalisa jawaban

pertanyaan penelitian. Diplomasi merupakan sebuah cara atau praktik dari

pelaksanaan kebijakan luar negeri untuk mencapai kepentingan nasional dimana

Indonesia mengupayakan dua pola diplomasi, yakni bilateral diplomacy dan

multilateral diplomacy. Diplomasi Indonesia dalam menjadi pemenang pada

pemilihan anggota tidak tetap DK PBB periode 2019-2020 menggunakan cara-cara

yang sesuai misalnya negosiasi sebagai representasi utama dari soft power.

Penulis membahas usaha Indonesia untuk menjadi anggota tidak tetap DK

PBB, dalam hal ini adalah diplomasi yang menjadi alasan terpilihnya Indonesia

menjadi anggota tidak tetap DK PBB periode 2019-2020. Indonesia melakukan

16 Hedley Bull, 2012, “The Anarchical Society: A Study of Order in World Politics Fourth

edition”, (New York: Palgrave Macmillan) Hal. 164-165

Page 21: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

10

sejumlah kunjungan diplomatik baik secara bilateral maupun multilateral yang

dilakukan oleh perwakilan Indonesia kepada negara-negara sahabat dalam menjalin

kerjasama baik dibidang politik, ekonomi, keamanan, dan pariwisata.

1.1 Diplomasi Bilateral

Diplomasi bilateral menurut The Oxford Handbook of Modern Diplomacy

(2013) merupakan balok pondasi dasar dalam pembangunan hubungan antar

negara. Bentuk dari pola diplomasi ini adalah dengan interaksi dua negara karena

saling membutuhkan, mempengaruhi atau dominasi, dan adanya keuntungan yang

ingin diraih pada perdagangan internasional. Tradisi diplomasi kuno ini memiliki

sifat yang empiris karena seperangkat aturan yang disepakati banyak yang tidak

tertulis, melainkan berupa dialog, pertemuan, dan interaksi sosial lainnya.

Diplomasi ini berupaya membangun hubungan yang mempromosikan

kelangsungan hidup dan keamanan masing-masing dari dua negara yang terlibat.

Diplomasi bilateral memungkinkan terjadinya aliansi. Dengan begitu, hubungan

bilateral menjadi hubungan yang strategis. Diplomasi ini menentukan kapan, di

mana, dan bagaimana hubungan negara-ke-negara tertentu akan menjadi lebih

relevan. Diplomasi bilateral adalah diskusi dan kesepakatan antara kedua negara. Ia

cenderung terfokus pada kedutaan dan dapat berupa pertukaran budaya, perjanjian

perdagangan, latihan militer bersama, atau hanya berupa dialog di antara para

kepala negara.17

17 Andrew F. Cooper, 2013, “The Oxford Handbook of Modern Diplomacy”, (Oxford:

Oxford University Press) Hal. 204

Page 22: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

11

1.2 Diplomasi Multilateral

Diplomasi Multilateral erat hubungannya dengan multilateralisme. Maka

James P. Muldoon menjabarkan pola diplomasi ini dengan memulai pembahasan

multilateralisme dalam The Oxford Handbook of Modern Diplomacy (2013).

Multilateralisme merupakan aliansi yang terdiri dari sedikitnya tiga negara dalam

mencapai tujuan atau kepentingan nasional. Multilateralisme berfungsi untuk

mengikat kekuatan-kekuatan besar, mencegah unilateralisme, dan memberikan

kekuatan-kekuatan kecil kesempatan bersuara dan memilih yang seharusnya

mereka pilih demi kelangsungan hidupnya. Multilateralisme dapat didefinisikan

sebagai pemerintahan global yang mengatur banyak negara dan prinsip utamanya

adalah meminimalisir unilateral yang diyakini akan meningkatkan potensi dominasi

pihak yang berkuasa atas yang lemah sehingga dapat meningkatkan konflik

internasional. Maka dari itu, kesenjangan kekuasaan dapat diatasi dengan cara

mengontrol negara-negara adidaya melalui tindakan kolektif sehingga tidak

cenderung bertindak tidak adil kepada negara-negara yang lebih lemah. Negara-

negara maju juga menyetujui perjanjian diplomatik multilateral dengan menulis

aturan, misalnya pada DK PBB yakni memiliki hak istimewa hak veto dan status

khusus.18

Diplomasi multilateral adalah pengelolaan hubungan internasional dengan

negosiasi di antara tiga negara atau lebih melalui perwakilan diplomatik atau

pemerintah. Idealnya, agar diplomasi multilateral berpengaruh, perlu ada satu

18 Andrew F. Cooper, 2013, “The Oxford Handbook of Modern Diplomacy”, (Oxford:

Oxford University Press) Hal. 217

Page 23: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

12

aturan untuk semua, dan semua orang perlu bekerja sama. Tujuan dari diplomasi

multilateral harus dicapai melalui debat, diskusi, dan kompromi tetapi pada

akhirnya, akan ditentukan pemilihan secara demokratis dimana suara mayoritas

yang diterapkan.19 Multilateral Diplomacy merupakan tradisi kuno diplomasi yang

berasal dari Perjanjian Westphalia. Pola diplomasi ini memiliki tujuan untuk

kebebasan negara dalam mengekspresikan kepentingannya secara berkelompok.

Terdapat satu perbedaan mendasar antara diplomasi bilateral dan diplomasi

multilateral. Pada diplomasi multilateral, kerjasama antar negara-negara di seluruh

dunia biasanya dilakukan pada suatu lembaga internasional seperti International

Non-Governmental Organizations (NGO’S), International Conferency, dan

Summit Meetings. Contohnya yakni Uni Eropa dan PBB. Sedangkan diplomasi

bilateral hanya dilakukan oleh dua negara secara non-forum.

2. Politik Luar Negeri

Menurut James N. Rosenau, politik luar negeri merupakan seperangkat

prinsip yang mendasari adanya hubungan luar negeri antar negara satu dengan yang

lain. Seperangkat prinsip ini dapat mengacu pada sebuah rencana strategis yang

akan dilakukan pemerintah dalam mencapai kepentingan nasionalnya. Akhirnya

rencana tersebut diterjemahkan menjadi langkah yang nyata yakni berupa

mobilisasi sumberdaya yang diperlukan untuk menghasilkan suatu efek dalam

pencapaian kepentingan nasional.20

19 Andrew F. Cooper, 2013, “The Oxford Handbook of Modern Diplomacy”, (Oxford:

Oxford University Press) Hal. 218 20 James N. Rosenau, 1976, “The Study of Foreign Policy” (New York: Free Press) Hal. 16

Page 24: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

13

Landasan konstitusional politik luar negeri Indonesia adalah Undang-

Undang Dasar (UUD) Republik Indonesia tahun 1945. UUD 1945 utamanya

pembukaan menjelaskan tentang cita-cita bangsa dalam bernegara di dunia

internasional. Alinea pertama dalam pembukaan UUD 1945, landasan politik luar

negeri dinyatakan, “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa

dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak

sesusi dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Kemudian pada pembukaan

UUD 1945 alinea keempat dinyatakan, “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia”.

Aktor-aktor yang berperan dalam politik luar negeri terdiri dari: 1)

Pimpinan Tertinggi Eksekutif, 2) Menteri Luar Negeri dan Menteri terkait, 3) DPR,

4) LSM, Pengusaha, Kelompok Kepentingan. Politik luar negeri harus memenuhi

tiga unsur, antara lain strategi, tujuan (kepentingan nasional), masalah

internasional. Sumber utama politik luar negeri terdiri dari empat sumber utama

yaitu systemic sources (eksternal), societal sources (internal), governmental

sources (pemerintah), idiosyncratic sources (pengalaman). Politik luar negeri

merupakan identitas suatu negara dalam melakukan hubungan dengan negara lain.21

Politik luar negeri bebas aktif dilaksanakan oleh Presiden Indonesia yang

ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dengan beberapa ciri yang konsekuen.

Pertama, Indonesia melakukan pendekatan konstruktif dalam menjalankan politik

21 Nazaruddin Nasution, 2018, “Dinamika Politik Luar Negeri Indonesia”, (Jakarta:

Yayasan Bina Insan Cita) Hal. 7

Page 25: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

14

luar negeri. Kedua, Indonesia tidak terlibat dalam persekutuan militer mana pun

kecuali Peacekeeping Operations (PKO). Ketiga, politik bebas aktif berkaitan

dengan masalah konektivitas yaitu kemampuan untuk berhubungan dengan dunia.

Keempat, bebas dan aktif menampilkan sikap identitas nasionalnya secara global.

Presiden SBY juga menyampaikan prinsip politik luar negeri bebas aktif Indonesia

ke dalam kalimat, “thousand friends, zero enemy”, yang artinya Indonesia bertujuan

untuk memiliki relasi sebanyak-banyaknya dengan tidak memiliki musuh sama

sekali.22

Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) RI, Dr. Abdurrahman Mohammad

Fachir pada konvensi Meninjau 70 Tahun Politik Bebas Aktif Indonesia,

menyatakan konstelasi politik internasional saat ini mengalami banyak dinamika.

Saat ini, Indonesia tidak lagi berpegang pada prinsip mendayung di antara dua

karang, tetapi di antara banyak karang. Fachir menyampaikan politik bebas aktif

sangat cocok dalam mengupayakan kepentingan nasional Indonesia. Terlebih,

dalam berperan demi mewujudkan perdamaian dunia. Menurut Fachir, prinsip

politik luar negeri bebas aktif diprediksi masih terus kuat. Politik bebas aktif

berkontribusi dan selalu menjadi bagian dari solusi atas persoalan bangsa-bangsa

dengan mengedepankan pendekatan win-win solution.23

22 Yanyan Mochamad Yani, “Change and Continuity In Indonesian Foreign Policy”, Hal.

19-22 terdapat dalam http://pustaka.unpad.ac.id/wp-

content/uploads/2010/01/change_and_continuity_in_indonesia_foreign_policy.pdf 23 Humas UGM. “Politik Bebas Aktif Indonesia Masih Relevan” (7 September 2018)

https://ugm.ac.id/id/berita/16997-politik-bebas-aktif-indonesia-masih-relevan diakses pada 25

November 2019

Page 26: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

15

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, politik luar negeri bebas aktif dapat

dijadikan analisis untuk menjawab pertanyaan penelitian berdasarkan identitas

Indonesia di ranah internasional. Bebas berarti tidak terikat kepada suatu blok

negara adikuasa tertentu. Sementara aktif berarti aktif dalam mengembangkan

kerjasama internasional dengan negara lain. Politik luar negeri bebas aktif

digunakan oleh Indonesia dalam mencapai kepentingan nasionalnya, dalam hal ini

khususnya, untuk memenangkan kursi anggota tidak tetap DK PBB. Indonesia

menggunakan politik luar negeri bebas aktif sebagai strategi untuk mencapai

tujuannya dengan banyak berkontribusi pada perdamaian dunia, seperti, bergabung

dengan organisasi-organisasi internasional, forum internasional, dan menyumbang

bantuan kemanusiaan serta militer melalui peacekeeping operations PBB.

F. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian

kualitatif. Menurut Creswell, penelitian kualitatif merupakan penelitian yang

digambarkan sebagai sebuah proses penyelidikan dalam memahami masalah sosial,

yang didasarkan pada pembangunan gambaran yang kompleks yang dibentuk

melalui kata-kata. Metode penelitian kualitatif menggunakan sarana naratif sebagai

penyampaian penelitiannya. Metode ini dipilih karena penelitian kualitatif bersifat

penyelidikan, yakni, topik atau yang dipelajari belum banyak ditulis dan mencoba

mencari informasi untuk membentuk gambaran berdasarkan ide-ide peneliti. Selain

itu, metode ini memfokuskan pada proses, arti, dan pemahaman yang diperoleh

melalui kata-kata atau gambaran. Karakteristik dari masalah penelitian kualitatif

adalah: (a) konsepnya belum matang karena kurangnya teori dan penelitian

Page 27: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

16

sebelumnya; (b) gagasan bahwa teori yang tersedia mungkin tidak akurat, tidak

pantas, salah, atau bias; (c) ada kebutuhan untuk mengeksplorasi dan

menggambarkan masalah lebih jauh. Sumber yang digunakan dalam penelitian

kualitatif didapatkan dengan beberapa cara, antara lain observasi, wawancara,

dokumen, dan data audio visual. 24

Selanjutnya dalam penelitian kualitatif diperlukan sumber data primer dan

sekunder. Dalam penelitian ini data primer yang di ambil berupa dokumen-

dokumen DK PBB yang berkaitan dengan pemilihan keanggotaan tidak tetap DK

PBB periode 2019-2020. Sedangkan data lainnya terdiri dari buku-buku, jurnal, dan

publikasi elektronik lainnya yang berhubungan dengan keunggulan Indonesia

sehubungan dengan alasan terpilihnya Indonesia sebagai anggota tidak tetap DK

PBB periode 2019-2020. Dalam penelitian ini dijelaskan tentang bagaimana alasan

terpilihnya Indonesia sebagai anggota tidak tetap DK PBB periode 2019-2020.

Penelitian ini menganalisis studi kasus alasan terpilihnya Indonesia dalam

pemilihan anggota tidak tetap DK PBB periode 2019-2020. Metode penelitian yang

digunakan adalah kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa pencarian

sumber pustaka. Adapun kekurangan dari skripsi ini yaitu tidak memiliki sumber

data berupa wawancara. Wawancara tidak dilakukan karena data dapat diperoleh

dari pernyataan tokoh-tokoh penting berkaitan dengan skripsi ini yang dimuat di

dalam berita. Proses pengerjaan skripsi ini berlangsung selama empat bulan dimulai

dari Juni hingga Oktober 2019.

24 John W Creswell, 2014, “Research Design: Qualitative and Quantitative Approach and

Mixed Methods”, (California: Sage Publication)

Page 28: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

17

G. Sistematika Penelitian

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari 7 bagian antara lain latar belakang, pertanyaan penelitian,

tujuan penulisan, tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, metode penelitian, dan

sistematika penulisan. Tujuan dari bab ini adalah untuk menjadi bahan pengantar

penelitian.

BAB II DEWAN KEAMANAN PBB

Dalam bab ini membahas mengenai profil, fungsi dan kewenangan, dan

sistem pengambilan keputusan DK PBB. Bab ini bertujuan untuk mendeskripsikan

tinjauan umum mengenai DK PBB.

BAB III KETERLIBATAN INDONESIA DALAM DEWAN KEAMANAN

PBB

Dalam bab ini membahas dibahas mengenai keterlibatan Indonesia dalam

DK PBB, tantangan, peluang, dan politik luar negeri Indonesia dalam menjadi

anggota tidak tetap DK PBB periode 2019-2020. Pada bab ini penulis

memfokuskan Indonesia dan DK PBB dengan tujuan untuk memberikan gambaran

bagaimana Indonesia terlibat dalam DK PBB sejak awal keanggotaan Indonesia di

PBB serta mengenai tantangan, peluang, dan bagaimana prinsip poitik luar negeri

Indonesia bebas aktif dalam menjadi anggota tidak tetap DK PBB periode 2019-

2020.

BAB IV ANALISIS ALASAN INDONESIA TERPILIH SEBAGAI

ANGGOTA TIDAK TETAP DK PBB

Dalam bab ini membahas mengenai analisis alasan mengapa Indonesia

Page 29: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

18

terpilih sebagai anggota tidak tetap DK PBB. Bab ini terdiri atas tiga sub-bab antara

lain, kekuatan diplomasi Indonesia, kontribusi Indonesia dalam perdamaian dunia,

dan kepentingan nasional Indonesia dalam keanggotaan DK PBB. Tujuan dari Bab

IV merupakan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah diajukan.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini dirangkum hasil penelitian alasan terpilihnya Indonesia

sebagai Anggota Tidak Tetap DK PBB Periode 2019-2020. Bab ini memiliki tujuan

untuk mempertegas kembali jawaban peneliti mengenai masalah yang telah

diajukan dan memberikan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya.

Page 30: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

19

BAB II

DEWAN KEAMANAN PBB

Bab II terdiri atas sub-bab profil, fungsi dan kewenangan, dan sistem

pengambilan keputusan Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB). Selain itu dalam sub-bab profil akan dijelaskan mengenai sejarah dan

keanggotaan DK PBB. Bab II bertujuan memberikan infomasi mengenai tinjauan

umum DK PBB. Terdapat perbedaan utama antara DK dan Majelis Umum PBB.

DK dapat bertindak atas nama semua negara anggota PBB lainnya (pasal 24), dan

semua anggota PBB setuju untuk menerima dan mengimplementasikan keputusan

DK (pasal 25). Resolusi Majelis Umum tidak mengikat meskipun diputuskan oleh

semua negara anggota, sedangkan keputusan DK mengikat meskipun hanya

diputuskan oleh sejumlah negara.25

A. Profil Dewan Keamanan PBB

1. Sejarah Awal Dewan Keamanan PBB

Pada 26 Juni 1945, di San Francisco War Memorial dan Performing Arts

Center, perwakilan dari lima puluh negara menandatangani Piagam PBB.26 Ketika

PBB didirikan pada 1945, Piagam PBB menyediakan 11 kursi bagi anggota Dewan

Keamanan yang terbagi atas lima anggota tetap dan enam anggota terpilih. Pasal 23

(2) termasuk ketentuan dalam pemilihan pertama anggota, tiga anggota akan dipilih

untuk satu tahun sehingga di masa depan tiga anggota baru dipilih setiap tahun.27

25 United Nations, “Charter of the United Nations”, terdapat dalam

http://legal.un.org/repertory/art51.shtml diakses pada 16 September 2019 26 Peter Nadin, 2014, “Security Council 101”, dalam

https://unu.edu/publications/articles/united-nations-security-council-101.html diakses pada 11

September 2019 27 United Nations Security Report. “Security Council Elections 2018” 21 Mei 2018, Hal.

Page 31: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

20

PBB dibentuk pada tahun 1945 di San Francisco. Tujuannya adalah untuk

mencegah terulangnya bencana seperti Perang Dunia II. DK PBB adalah organ

yang paling kuat yang bertanggung jawab atas pemeliharaan perdamaian

internasional. Lima anggota tetap DK PBB, secara kolektif disebut sebagai P5,

memiliki kekuatan veto. Komposisi dan distribusi kekuasaan di antara anggota-

anggota DK PBB tetap kontroversial sejak keberadaannya. Karena itu terdapat

permintaan yang diajukan untuk mengubah komposisi dan struktur dewan. Setelah

Perang Dunia II, lima anggota kuat dari koalisi pemenang perang yakni, Amerika

Serikat, Rusia (sebelumnya Uni Soviet), Cina, Inggris, dan Prancis memberikan diri

mereka sendiri sebuah kewenangan luar biasa: kekuatan veto, yaitu kekuatan untuk

memblokir resolusi bahkan jika disahkan oleh mayoritas anggota DK PBB.

Pada awal 1960-an, ada pertumbuhan penerimaan bahwa komposisi asli

Dewan telah menjadi tidak adil dan tidak seimbang. Antara 1945 dan 1965, PBB

keanggotaan naik dari 51 menjadi 117 anggota negara, dengan proporsi Asia,

Afrika dan negara-negara Karibia meningkat dari 25% menjadi sekitar 50%.28 Pada

periode ini mereka cenderung menerima proposal untuk perluasan DK dari 11 ke

13 dengan penambahan dua kursi tidak permanen. Namun, peningkatan dramatis

dalam sejumlah anggota Afrika dan Asia dari PBB pada periode 1960–3

menjadikan kelompok tersebut Negara-negara Afro-Asia, yang pada tahun 1963

merupakan lebih dari setengah keanggotaan PBB, lebih banyak tegas dan menuntut.

13 diunduh dari https://www.securitycouncilreport.org/atf/cf/%7B65BFCF9B-6D27-4E9C-8CD3-

CF6E4FF96FF9%7D/unsc_elections_2018.pdf 28 United Nations Security Report. “Security Council Elections 2018” 21 Mei 2018, Hal.

13 diunduh dari https://www.securitycouncilreport.org/atf/cf/%7B65BFCF9B-6D27-4E9C-8CD3-

CF6E4FF96FF9%7D/unsc_elections_2018.pdf

Page 32: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

21

Karena itu, mereka mengajukan proposal sendiri, yang menyerukan peningkatan

kursi tidak permanen dari enam menjadi sepuluh (dan dengan demikian

peningkatan kursi keanggotaan total DK dari 11 menjadi 15) dan perubahan dalam

jumlah suara yang dibutuhkan untuk keputusan Dewan Keamanan dari tujuh hingga

Sembilan.29

Dalam Piagam PBB, dalam Pasal 23, menentukan Jumlah anggota tidak

tetap menjadi terpilih, sebagaimana telah diubah pada tahun 1963: “Majelis Umum

akan memilih sepuluh Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa lain untuk menjadi

anggota tidak tetap Dewan Keamanan… Anggota tidak tetap ... dipilih untuk masa

jabatan dua tahun.”30

Pada 17 Desember 1963, Majelis Umum mengadopsi resolusi 1991 A

(XVIII), yang berisi amandemen Piagam untuk mengatasi masalah ini dengan

meningkatkan jumlah anggota terpilih menjadi sepuluh. Resolusi tersebut juga

menangani masalah distribusi geografis, yang diselesaikan sebagai berikut: lima

anggota terpilih dari Afrika dan Negara-negara Asia (kemudian dibagi lagi dalam

praktiknya menjadi dua kursi untuk Grup Asia dan tiga kursi untuk Grup Afrika);

satu dari negara-negara Eropa Timur; dua dari negara-negara Amerika Latin

(termasuk Karibia); dan dua dari Eropa Barat dan negara-negara lain (termasuk

Australia, Kanada dan Selandia Baru).31

29 Dimitris Bourantonis, 2005, “The History and Politics of UN Security Council Reform”,

(London: Routledge) Hal. 76 30 United Nations Security Report. “Security Council Elections 2018” 21 Mei 2018, Hal.

12 diunduh dari https://www.securitycouncilreport.org/atf/cf/%7B65BFCF9B-6D27-4E9C-8CD3-

CF6E4FF96FF9%7D/unsc_elections_2018.pdf 31 United Nations Security Report. “Security Council Elections 2018” 21 Mei 2018, Hal.

13 diunduh dari https://www.securitycouncilreport.org/atf/cf/%7B65BFCF9B-6D27-4E9C-8CD3-

CF6E4FF96FF9%7D/unsc_elections_2018.pdf

Page 33: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

22

Pada tahun 1965, reformasi DK PBB terjadi ketika kursi anggota tidak tetap

DK PBB diperbanyak dari enam menjadi sepuluh kursi. Akan tetapi sejak itu, tidak

ada satu pun upaya untuk mereformasi DK PBB berhasil. Meskipun perdebatan

kepemilikan kekuatan veto disambut baik dalam setiap diskusi dan Majelis Umum

PBB telah memperdebatkan reformasi DK PBB selama beberapa dekade, namun

sejauh ini belum dapat mencapai kesepakatan. Proses dari reformasi masih

menemui jalan buntu meski telah bertahun-tahun diperdebatkan dan menerima

beberapa tuntutan pembaruan.

DK PBB sering digambarkan sebagai institusi yang tidak demokratis dan

tidak mampu mewakili dunia saat ini. Kritik itu sebagian besar ditujukan pada lima

anggota tetap dan kekuatan veto mereka. Seruan reformasi DK PBB telah dibuat

selama beberapa dekade dan beberapa Sekretaris Jenderal PBB, Boutros Boutros-

Ghali, Kofi Annan, dan Ban Ki-Moon telah menyoroti pentingnya reformasi

semacam itu.32

Isu reformasi di lembaga PBB menjadi masalah yang berkelanjutan hingga

sekarang sejak beberapa tahun setelah berdirinya PBB. Reformasi yang dimaksud

diharapkan oleh pihak-pihak tertentu agar terjadi khususnya di DK PBB. Salah satu

model, yang diusulkan pada 2005 oleh G4 (Group of Four) untuk mendapatkan

giliran di kursi permanen digaungkan oleh Jerman, Jepang, Brasil, dan India. G4

juga menyarankan penambahan enam kursi baru dan penghapusan kekuasaan veto.

Kelompok Afrika mendukung proposal ini kecuali bahwa ia bersikeras tetap

32 Dimitris Bourantonis, 2005, “The History and Politics of UN Security Council Reform”

(London: Routledge) Hal. 87

Page 34: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

23

mempertahankan hak veto untuk anggota tetap yang baru. Kelompok ketiga

menyebut dirinya Uniting for Consensus, kelompok ini didominasi oleh sejumlah

kekuatan yang berpengaruh secara regional, tetapi tidak memiliki klaim kuat untuk

menduduki kursi permanen yang baru. Italia, Pakistan, Meksiko, Argentina, Korea

Selatan, dan Aljazair menentang ekspansi permanen keanggotaan. Oposisi grup ini

beresonansi dengan sejumlah besar anggota menyatakan bahwa pihak yang secara

prinsip keberatan dengan gagasan keanggotaan permanen yang baru dan merasa

bahwa pemberian hak istimewa permanen pada tahun 1945, adalah kesalahan

historis yang tidak boleh diulang. Dengan demikian opini publik cenderung

mendukung model reformasi yang akan menciptakan kategori baru bagi kursi

keanggotaan DK PBB. Sementara itu, P5 merasa nyaman dengan status quo dan

karenanya mereka skeptis terhadap gagasan reformasi.33

Pada sejarahnya, DK PBB selalu dibayangi oleh isu reformasi yang

dipelopori oleh beberapa negara. Misalnya proposal reformasi oleh G4 seperti yang

telah disinggung di atas. Pada 2005 muncul suatu proposal reformasi DK PBB oleh

G4. G4 memiliki rencana untuk meningkatkan keanggotaan DK dari lima belas

menjadi dua puluh lima anggota dengan menambahkan enam anggota tetap dan

empat anggota tidak tetap. Kursi baru akan lebih mendiversifikasi perwakilan dan

memperluas perspektif DK PBB dengan memberikan kursi anggota tetap baru

untuk kelompok-kelompok tertentu: dua dari Afrika, dua dari Asia, satu dari

Amerika Latin dan Karibia, dan satu dari Eropa Barat dan negara-negara lain. Kursi

33 Sebastian von Einsiedel, 2007b, “Security Council,” dalam “The Oxford Handbook on

the United Nations” oleh Thomas G. Weiss (Oxford: Oxford University Press) Hal. 201

Page 35: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

24

anggota tidak tetap yang baru akan menampung satu anggota dari masing-masing

Afrika, Asia, Eropa Timur, dan Amerika Latin dan Karibia. Rencana G4 tidak akan

memperpanjang hak veto kepada anggota permanen baru sampai peninjauan

seluruh rencana sebagai dilaksanakan lima belas tahun setelah implementasi

tersebut. Rencana itu juga "mendesak" DK PBB untuk bekerja lebih transparan.34

Sejak pembentukannya pada 1945, reformasi DK PBB tertuju pada empat

permasalahan yakni keanggotaan, representasi, hak veto, dan transparansi metode

kerja. Pertama, keanggotaan PBB berputar pada pertanyaan apakah anggota tetap

atau tidak tetap DK PBB jumlahnya tidak berubah atau boleh bertambah. Kedua,

representasi berkaitan dengan perwakilan DK PBB dengan anggota Majelis Umum

PBB dimana misalnya Afrika memiliki jumlah anggota Majelis Umum PBB

sebanyak 50 anggota, namun hanya dapat mewakili paling banyak 2 kursi anggota

tidak tetap dan tidak ada satu pun kursi anggota tetap pada DK PBB. Ketiga, hak

veto menjadi perdebatan sengit pada sebagian besar anggota Majelis Umum PBB.

Hak veto sering dijadikan alat perpanjangan bagi kepentingan nasional negara-

negara pemiliknya sehingga dinilai kurang dapat menyelesaikan permasalahan

dunia dengan seadil-adilnya. Terakhir, transparansi metode kerja DK PBB

menuntut keterbukaan dari sistem pengambilan keputusan DK PBB.35

34 Brian Cox, 2009, “United Nations Security Council Reform: Collected Proposals and

Possible Consequences”, South Carolina Journal of International Law and Business Volume 6, Hal.

106 tersedia dalam

https://scholarcommons.sc.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1035&context=scjilb 35 Suci Sekarwati, 2019, “Reformasi Hak Veto Anggota PBB Diimbau Realistis”, terdapat

dalam https://dunia.tempo.co/read/1165715/reformasi-hak-veto-anggota-pbb-diimbau-

realistis/full&view=ok diakses pada 26 September 2019

Page 36: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

25

Permasalahan ini menuai beberapa perdebatan mengenai harus dilakukan

reformasi atau tidak dan bagaimana konsekuensi dari reformasi tersebut. Dalam

upaya mereformasi DK PBB, negara-negara anggota menghadapi kesulitan untuk

menjaga keseimbangan antara perwakilan, legitimasi dan efisiensi. Di satu sisi,

peningkatan jumlah keanggotaan DK akan membuat badan ini lebih representatif

dan demokratis dan karenanya lebih dilegitimasi. Di sisi lain, perluasan luas

keanggotaan DK pasti akan menciptakan badan yang rumit akan memiliki kesulitan

besar dalam bertindak cepat dan secara efektif. Kemungkinan besar, perluasan

anggota semacam itu akan menyebabkan hilangnya efisiensi yang serupa seperti

yang dialami oleh Liga Bangsa-Bangsa (LBB). 36

Menurut Edward Carr, jika didapati lebih banyak representatif, maka

lembaga itu akan 'kehilangan banyak efektivitasnya sebagai instrumen politik'. Carr

mengamati karena beberapa peningkatan keanggotaan DK pada LBB, lembaga itu

menunjukkan bahwa prinsip representasi adalah prinsip yang abstrak. Carr

menggarisbawahi ‘kenyataan dikorbankan untuk prinsip abstrak [yaitu

representasi].’ Memang dapat dikatakan bahwa komposisi badan eksekutif

internasional organisasi tidak boleh ditentukan semata-mata atas dasar prinsip

abstrak representasi. Negara anggota tidak dapat dengan mudah menemukan

jawaban untuk pertanyaan berapa banyak DK PBB (dan di bawah kriteria apa) harus

diwakili sehingga membuatnya mencerminkan keanggotaan PBB yang seimbang.

Tapi terdapat satu hal yang pasti, selama tuntutan mereformasi DK PBB terus-

36 Dimitris Bourantonis, 2005, “The History and Politics of UN Security Council Reform”,

(London: Routledge) Hal. 8

Page 37: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

26

menerus diangkat tetapi tidak ditangani dengan cara memuaskan, legitimasi DK

PBB akan terus dipertanyakan.37

Masalah reformasi, yang menjadi salah satu isu terpenting di tahun 1990-

an, telah dianggap bersejarah di era pasca-Perang Dingin. Apapun hasil dari

perdebatan yang sedang berlangsung tentang masalah yang dipermasalahkan, satu

hal bisa dikatakan dengan pasti yaitu bahwa kegagalan reformasi DK PBB akan

cepat atau lambat akan menuju pada krisis yang lebih besar tentang legitimasi di

PBB. Krisis ini hampir tidak mampu diselesaikan karena terlalu lama terbawa

hingga abad ke-21 sehingga langkah-langkah penyelesaiannya sulit ditemukan

seiring perkembangan masalah-masalah dunia lainnya pada masa ini. Hal inilah

yang membuat arus debat tentang reformasi Dewan Keamanan merupakan masalah

krusial.38 Kalau saja salah satu P5 kuat tidak mau ubah status quo, reformasi tidak

mungkin terjadi sama sekali.

Hingga abad ke-21, putaran reformasi PBB saat ini masih dalam tahap awal,

dan proposal berkisar dari saran sederhana hingga penulisan ulang Piagam. Namun,

tidak ada proposal yang diajukan yang membahas efek pada fungsi utama DK PBB.

Sebaliknya, sebagian besar berbicara tentang menghilangkan veto dan

memodifikasi keanggotaan DK PBB untuk meningkatkan "keadilan" atau

"legitimasi" atau "perwakilan." Ketika ia meletakkan landasan LBB di hadapan

Senat Amerika Serikat, Woodrow Wilson mengatakan bahwa “harus ada, bukan

keseimbangan kekuasaan, tetapi sebuah komunitas kekuasaan. Yakni bukan

37 Dimitris Bourantonis, 2005, “The History and Politics of UN Security Council Reform”,

(London: Routledge) Hal. 8 38 Dimitris Bourantonis, 2005, “The History and Politics of UN Security Council Reform”,

(London: Routledge) Hal. 82

Page 38: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

27

persaingan yang terorganisir, tetapi suatu perdamaian yang terorganisir.”39 Dia bisa

saja berbicara tentang DK PBB yang mana lembaga itu harus menjadi "komunitas

kekuasaan," bukan keseimbangan.40

Dengan demikian, perwakilan geografis yang adil tidak harus dicari dalam

mereformasi DK PBB. Kursi regional permanen, baik dipegang oleh organisasi atau

negara tanpa alasan selain keadilan geografis, membuat tujuan DK PBB jauh dari

mencegah perang dunia. Tidak dapat dihindari, suatu hari DK PBB tidak akan

mencerminkan "komunitas kekuasaan" yang sebenarnya di dunia. Saat itulah

diperlukan reformasi. Oleh karena itu, keanggotaan DK PBB harus ditentukan

dengan kriteria yang sama dengan yang digunakan pada pembentukan DK PBB

antara lain: kemampuan militer, kemampuan ekonomi untuk mempertahankan

penegakan perdamaian, dan keinginan untuk melakukan tugas seperti itu.

Selanjutnya, Hak Veto harus diperluas ke anggota baru karena kewenangan ini

memungkinkan dunia untuk melihat ke akar masalah yang belum pernah tersorot

selama ini.41

2. Keanggotaan Dewan Keamanan PBB

DK PBB ditunjuk sebagai penjaga perdamaian dan keamanan internasional

seperti yang tercantum dalam Piagam PBB. Dewan memiliki 15 anggota yang

39 Woodrow Wilson, “Peace Without Victory: Presidential Address to the Senate” 22

Januari 1917 terdapat dalam http://www-personal.umd.umich.edu/~ppennock/doc-

Wilsonpeace.htm 40 Brian Cox, 2009, “United Nations Security Council Reform: Collected Proposals and

Possible Consequences”, South Carolina Journal of International Law and Business Volume 6, Hal.

125-126 tersedia dalam

https://scholarcommons.sc.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1035&context=scjilb 41 Brian Cox, 2009, “United Nations Security Council Reform: Collected Proposals and

Possible Consequences”, South Carolina Journal of International Law and Business Volume 6, Hal.

125-126 tersedia dalam

https://scholarcommons.sc.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1035&context=scjilb

Page 39: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

28

masing-masing memiliki satu suara. Dewan memiliki kekuatan untuk

mendefinisikan ancaman terhadap perdamaian dan menindak ancaman tersebut.42

DK PBB merupakan institusi yang paling otoritatif di PBB dan satu-satunya

organisasi internasional yang sah yang dapat mengeluarkan resolusi yang mengikat,

memaksakan sanksi, dan mengizinkan penggunaan kekuatan militer. Anggota tetap

DK PBB memiliki kekuatan veto yang memberikan kewenangan bagi mereka untuk

memblokir resolusi apa pun meskipun disahkan oleh mayoritas anggota.43

Keanggotaan DK PBB terbagi atas dua kategori yakni permanen atau tetap

atau Permanent Five (P5) dan non-permanen atau Elected Ten (E10). Anggota tetap

ini bertanggung jawab atas keberhasilan atau kegagalan DK PBB. Sementara itu,

anggota tidak tetap memiliki peran yang kurang vital dalam pengambilan keputusan

dibandingkan dengan kewenangan yang dimiliki oleh anggota tetap. Maka dari itu

anggota tidak tetap tidak bertanggung jawab atas kegagalan dewan dalam menjaga

perdamaian dan keamanan dunia. Sepuluh kursi tidak permanen didistribusikan

secara regional. Pembagiannya terdiri dari lima negara dari Afrika dan Asia, satu

dari negara Eropa Timur, dua dari negara Amerika Latin, dan dua dari negara Eropa

Barat dan lainnya.44 Anggota tetap DK terdiri dari lima negara adidaya dengan hak

veto, tetapi tujuan keberadaan non-permanen anggota adalah untuk memberikan

ruang khusus untuk isu-isu yang tidak memiliki sorotan atau perhatian dunia.45

42 Peter Nadin, 2014, “Security Council 101”, dalam

https://unu.edu/publications/articles/united-nations-security-council-101.html diakses pada 11

September 2019 43 Ian Hurd, “Myths of Membership: The Politics of Legitimation in U.N. Security Council

Reform,” Global Governance 14, no. 2 (April–Juni 2008) Hal. 199 diunduh dari

http://www.jstor.org.libproxy.nps.edu/stable/27800702 44 Sebastian von Einsiedel, “Security Council,” dalam “The Oxford Handbook on the

United Nations” oleh Thomas G. Weiss (Oxford: Oxford University Press, 2007b), Hal. 119 45 Nia Norlyanti, “Indonesia as Non-Permanent Member of United Nations Security

Page 40: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

29

Hak spesial yang masing-masing dimiliki oleh P5 dalam DK PBB disebut

dengan istilah veto. Veto dalam bahasa latin berarti “I forbid” atau melarang. Veto

dapat bersifat absolut dalam DK PBB dimana Cina, Prancis, Rusia, Inggris, dan

Amerika Serikat sebagai anggota tetap dapat memblokir resolusi apa pun atau dapat

membatasinya.46

Alasan diberikannya veto kepada negara-negara P5 yakni untuk mencegah

terulangnya kelemahan Liga Bangsa-Bangsa yang tidak dapat mencegah terjadinya

perang dunia kedua dan untuk memberikan kekuatan luar biasa kepada P5 sebagai

negara-negara yang paling banyak berkontribusi pada kekalahan kekuatan Axis.

Pada dasarnya tujuan kekuatan veto diberikan secara eksklusif kepada P5 untuk

menghindari konflik antar negara dan kewenangan untuk mengizinkan atau

mencegah penggunaan kekuatan melalui keputusan yang disepakati bersama. Akan

tetapi, pada prakteknya penggunaan ini cenderung disusupi kepentingan dalam

menggunakan kekuatan veto untuk menjaga perdamaian dan keamanan. Anggota

tetap cenderung sering menggunakan kekuatan veto berdasarkan kepentingan

nasional negara yang bersekutu dengan mereka.47 Misalnya, selama Perang Dingin,

Rusia menggunakan kekuatan veto untuk memblokir keanggotaan bagi negara-

negara yang baru saja memisahkan diri dari Rusia. Demikian pula, AS konsisten

menggunakan hak veto kekuatan untuk melindungi kepentingan nasional Israel.

Council: Pursuit of Peace for Rohingya and Palestine”, Atlantis Press Vol. 241, Hal. 103 tersedia

dalam https://download.atlantis-press.com/article/25904108.pdf 46 Merriam-Webster, “Veto”, tersedia dalam https://www.merriam-

webster.com/dictionary/veto diakses pada 15 September 2019 47 C. L. Lim, 2007, “The Great Power Balance, the United Nations and What the Framers

Intended: In Partial Response to Hans Köchler”, Chinese Journal of International Law, 6(2) Hal.

309-312

Page 41: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

30

Pemilihan anggota tidak tetap DK, seperti organ utama PBB lainnya,

memerlukan pemungutan suara formal bahkan jika kandidat telah disahkan oleh

kelompok regional dan menang tanpa lawan. Negara kandidat harus selalu

mendapatkan suara sedikitnya dua pertiga dari negara anggota hadir dan

memberikan suara pada sesi Majelis Umum. Artinya, negara kandidat setidaknya

harus mengantongi 129 suara diminta untuk memenangkan kursi jika semua 193

anggota PBB ikut serta dalam pemilihan. Tiap negara anggota yang menyatakan

bahwa ia abstain akan dianggap tidak memilih.48

Berdasarkan Pasal 19 dari Piagam PBB, negara anggota dapat dikecualikan

dari pemungutan suara sebagai akibat dari tunggakan pembayaran kontribusi

keuangan. Secara teori, mungkin saja suatu negara yang berjalan tanpa lawan

mungkin tidak mendapatkan yang dibutuhkan jumlah suara dari mereka yang hadir

di Majelis Umum di putaran pertama pemungutan suara. Misalnya negara kemudian

dapat ditantang di ronde selanjutnya oleh para kandidat yang sampai saat itu belum

diumumkan, dan akhirnya bisa gagal mendapatkan kursi. Namun, peristiwa ini

tidak pernah terjadi.49

Sebagian besar negara kandidat mengikuti jalur yang cukup standar dalam

mengumumkan dan mengejar mereka tawaran untuk Dewan dengan pengecualian

kandidat dari Grup Afrika, yang memiliki proses yang lebih kompleks. Jika negara

tersebut adalah anggota dari suatu kelompok subregional, ia akan sering memberi

48 United Nations Security Council Report. “Security Council Elections 2018” 21 Mei

2018, Hal. 6 diunduh dari https://www.securitycouncilreport.org/atf/cf/%7B65BFCF9B-6D27-

4E9C-8CD3-CF6E4FF96FF9%7D/unsc_elections_2018.pdf 49 United Nations Security Council Report. “Security Council Elections 2018” 21 Mei

2018, Hal. 6 diunduh dari https://www.securitycouncilreport.org/atf/cf/%7B65BFCF9B-6D27-

4E9C-8CD3-CF6E4FF96FF9%7D/unsc_elections_2018.pdf

Page 42: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

31

tahu para anggota kelompok tersebut tentang niatnya untuk menjalankan dan

mencari dukungan. Pengesahan kelompok subregional kemudian menjadi faktor

penting dalam langkah selanjutnya. Negara kandidat meresmikan niatnya untuk

mendapatkan kursi anggota Dewan dengan memberi tahu Presiden DK PBB

bulanan yang berputar dari masing-masing kelompok regional di New York.

Presiden DK PBB kemudian menggabungkan informasi itu ke dalam bagan

pencalonan PBB kelompok regional, yang dikelola oleh setiap grup dan ditinjau

pada pertemuan bulanan.50

Sebagian besar negara kandidat kemudian menyiapkan surat edaran untuk

semua bagian misi di New York guna memberi tahu mereka tentang pencalonan

itu. Negara kandidat juga mengirim catatan ke Sekretariat atau Presiden Majelis

Umum, atau keduanya, meskipun ini tidak diwajibkan oleh Rules of Procedure.

Saat mendekati tahun pemilihan yang relevan, kelompok regional dapat

memutuskan untuk memberikannya pengesahan, dan, lebih dekat ke tanggal

pemilihan, ketua kelompok regional akan menginformasikan presiden Majelis

Umum apakah pemilihan akan diperebutkan atau tidak.51

Terdapat persaingan ketat untuk kursi non-permanen dimana negara-negara

melakukan kampanye dengan biaya yang cukup tinggi untuk dipilih menjadi

anggota dewan. Kampanye yang diamati menunjukkan bahwa negara-negara ini

mungkin mengharapkan imbalan selama masa jabatan mereka. Namun, terdapat

50 United Nations Security Council Report. “Security Council Elections 2018” 21 Mei

2018, Hal. 10 diunduh dari https://www.securitycouncilreport.org/atf/cf/%7B65BFCF9B-6D27-

4E9C-8CD3-CF6E4FF96FF9%7D/unsc_elections_2018.pdf 51 United Nations Security Council Report. “Security Council Elections 2018” 21 Mei

2018, Hal. 10 diunduh dari https://www.securitycouncilreport.org/atf/cf/%7B65BFCF9B-6D27-

4E9C-8CD3-CF6E4FF96FF9%7D/unsc_elections_2018.pdf

Page 43: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

32

beberapa alasan untuk meragukan bahwa negara-negara secara sistematis

mendapatkan lebih banyak bantuan atau imbalan saat berada di kursi tidak tetap DK

PBB. Pertama, jika negara-negara P5 memberlakukan sistem sticks and carrot lalu

tongkat bukan wortel yang digunakan untuk mempengaruhi suara E10, maka

negara-negara yang bertugas di dewan mungkin khawatir bahwa bantuan asing

mereka akan dihentikan jika mereka tidak memilih seperti yang diperintahkan.

Buktinya, Yaman menderita pemotongan bantuan dari AS saat Yaman menolak

untuk memberikan suara mendukung otorisasi dewan terhadap penggunaan

kekuatan terhadap Irak pada 1991.52

Kedua, karena anggota tidak tetap dewan tidak memiliki kuasa untuk

memveto sebuah keputusan, mereka mungkin tidak layak disuap sama sekali.

Persentase daya total mengenai E10 berdasarkan pemungutan suara menunjukkan

bahwa masing-masing dari lima anggota P5 memiliki 19,6% daya kekuasaan,

sementara masing-masing dari sepuluh anggota tidak tetap E10 memiliki daya

kurang dari 0,2%. Dengan begitu banyak kritik yang menilai bahwa DK PBB belum

dapat mempresentasikan balance of power dalam sistem internasional.53

Kepemilikan veto berpengaruh signifikan atas kepentingan nasional

pemiliknya. Veto player theory menjelaskan mengapa hal tersebut dapat terjadi.

Menurut veto player theory, kebijakan DK PBB (hanya) dipengaruhi oleh pemain

atau pemilik veto. Para pemain veto akan menggunakan kekuatan mereka untuk

52 Ilyana Kuziemko, 2006, “How Much Is a Seat on the Security Council Worth? Foreign

Aid and Bribery at the United Nations”, Harvard Journal of Political Economy, Hal. 5 diunduh dari

http://www.hbs.edu/faculty/Publication%20Files/06-029.pdf 53 Ilyana Kuziemko, 2006, “How Much Is a Seat on the Security Council Worth? Foreign

Aid and Bribery at the United Nations”, Harvard Journal of Political Economy, Hal. 5 diunduh dari

http://www.hbs.edu/faculty/Publication%20Files/06-029.pdf

Page 44: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

33

mengaplikasikan kepentingan nasional mereka dan karenanya cenderung memveto

kebijakan yang bertentangan dengan kepentingannya tersebut. Gagasan teori ini

yaitu untuk membangun pilihan rasional yang komprehensif. Potensi sistem politik

untuk melakukan perubahan kebijakan terutama tergantung pada (1) jumlah pemain

veto, (2) jarak antara poin ideal kebijakan pemain ini dan (3) kohesi internal

pemain.54

3. Tanggung Jawab Utama Anggota Dewan Keamanan PBB

Dalam Bab VII, Pasal 39, DK PBB memiliki tanggung jawab utama untuk

“Menentukan keberadaan ancaman terhadap perdamaian, pelanggaran perdamaian,

atau tindakan agresi dan akan membuat rekomendasi, atau memutuskan tindakan

apa yang akan diambil untuk mempertahankan atau memulihkan perdamaian dan

keamanan internasional.”55 DK PBB bertanggung jawab untuk menyesuaikan sikap

dalam menanggapi krisis di seluruh dunia berdasarkan sifat khas dari kasusnya. DK

PBB juga memiliki berbagai opsi berbeda yang bisa digunakan. Dibutuhkan banyak

faktor yang berbeda ketika mempertimbangkan pembentukan operasi perdamaian

baru, di antaranya adalah:

1. Apakah ada gencatan senjata di tempat dan para pihak telah

berkomitmen untuk proses perdamaian yang dimaksudkan untuk

mencapai penyelesaian politik;

2. Apakah ada tujuan politik yang jelas dan apakah hal itu dapat

tercermin dalam mandat;

54 Steffen Ganghof, 2003, “Promises and Pitfalls of Veto Player Analysis”, Swiss Political

Science Review 9, Hal. 7-8 55 United Nations, “Legal Framework”, tersedia dalam

http://legal.un.org/repertory/art39.shtml diakses pada 11 September 2019

Page 45: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

34

3. Apakah mandat yang tepat untuk operasi PBB dapat dirumuskan;

4. Apakah keselamatan dan keamanan personel PBB dapat dipastikan

secara pasti, khususnya termasuk apakah terdapat jaminan yang

dapat diperoleh dari pihak-pihak utama atau fraksi-fraksi mengenai

keselamatan dan keamanan personel PBB.56

Tanggung jawab yang dimiliki oleh DK PBB diaplikasikan dalam misi

untuk menghindari permusuhan, mencegah terulangnya konflik, dan menjaga

perdamaian dan keamanan di dunia. Sejak pembentukannya pada tahun 1945, DK

PBB telah memainkan peran penting dan aktif dalam membantu menyelesaikan

perselisihan antar negara, mengelola konflik, dan mengakhiri pertempuran di antara

negara-negara. Resolusi konflik antar negara dicapai melalui berbagai alat

kebijakan seperti Resolusi DK PBB yang menuntut gencatan senjata, negosiasi

penyelesaian melalui mediasi, kontak diplomatik, penempatan pasukan penjaga

perdamaian dan misi observasi. Sejak pembentukannya, DK PBB telah

memberikan wewenang setidaknya lebih dari enam puluh misi perdamaian.57

Untuk memenuhi tanggung jawab ini DK PBB berdasarkan Pasal 39–45

Piagam PBB telah diberikan kekuatan luar biasa seperti kemampuan untuk

mengotorisasi misi militer untuk memulihkan dan menjaga perdamaian. DK PBB

juga memiliki kekuatan untuk mengambil tindakan hukuman lain yang tidak

menggunakan kekuatan militer. Untuk memaksa negara target agar taat pada

Piagam PBB dan resolusi DK PBB, contohnya dewan dapat memaksakan sanksi

56 United Nations Peacekeeping, “Role of The Security Council”, tersedia dalam

https://peacekeeping.un.org/en/role-of-security-council diakses pada 11 September 2019 57 Sebastian von Einsiedel, “Security Council,” dalam “The Oxford Handbook on the

United Nations” oleh Thomas G. Weiss (Oxford: Oxford University Press, 2007b), Hal. 119–121

Page 46: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

35

ekonomi pada negara anggota PBB. Dalam artian, dewan melalui resolusi dapat

mencegah semua anggota dari melakukan bisnis atau perdagangan dengan negara-

negara yang terkena sanksi.Misalnya, DK PBB telah menjatuhkan sanksi ekonomi

terhadap Iran, Kongo, Afghanistan, Bosnia, Angola, Rwanda, dan Irak. Selain itu,

juga terdapat cara lain yakni melalui kontak diplomatik, DK PBB memiliki

kekuatan untuk membuat rekomendasi kepada pihak-pihak yang berkonflik untuk

mencapai solusi melalui mediasi.58

B. Fungsi dan Kewenangan Dewan Keamanan PBB

Di bawah Piagam PBB, fungsi dan kekuasaan Dewan Keamanan adalah:

1. Menjaga perdamaian dan keamanan internasional sesuai dengan prinsip

dan tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa;

2. Menyelidiki setiap perselisihan atau situasi yang dapat menyebabkan

gesekan internasional;

3. Merekomendasikan metode penyesuaian sengketa atau persyaratan

penyelesaian;

4. Merumuskan rencana pembentukan sistem untuk mengatur

persenjataan;

5. Menentukan adanya ancaman terhadap perdamaian atau tindakan agresi

dan untuk merekomendasikan tindakan apa yang harus diambil;

6. Memanggil Anggota untuk menerapkan sanksi ekonomi dan tindakan

lain yang tidak melibatkan penggunaan kekuatan untuk mencegah atau

58 United Nations, “U.N. Charter”, tersedia dalam http://www.un.org/en/sections/un-

charter/chapter-vii/index.html diakses pada 11 September 2019

Page 47: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

36

menghentikan agresi;

7. Mengambil tindakan militer terhadap agresor;

8. Merekomendasikan penerimaan Anggota baru;

9. Menjalankan fungsi perwalian Perserikatan Bangsa-Bangsa di "bidang

strategis";

10. Merekomendasikan kepada Majelis Umum mengenai pengangkatan

Sekretaris Jenderal dan, bersama-sama dengan Majelis, untuk memilih

para Hakim Pengadilan Internasional.59

Sedangkan berdasarkan pasal-pasal dalam Piagam PBB, fungsi dan

wewenang utama DK PBB meliputi:

1. Menjaga perdamaian dan keamanan internasional (pasal 24 Piagam PBB)

2. Sampaikan rekomendasi negara anggota PBB yang baru kepada Majelis

Umum (Pasal 4)

3. Rekomendasikan pemecatan atau pembekuan keanggotaan suatu negara

kepada Majelis Umum (Pasal 5 dan Pasal 6)

4. Memberikan rekomendasi kepada kandidat untuk Sekretaris Jenderal PBB

(Pasal 97)

5. Pilih kandidat untuk Hakim Pengadilan Internasional (Pasal 40 dan 61)60

Fungsi DK PBB untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional

diuraikan dalam Bab VI dan Bab VIII Piagam PBB, sebagai berikut: Bab VI -

Penyelesaian Damai secara Damai. Jika ada situasi yang berpotensi membahayakan

59 United Nations. “Security Council: Function and Powers”, tersedia dalam

https://www.un.org/securitycouncil/content/functions-and-powers diakses pada 11 September 2019 60 United Nations, “Charter of the United Nations”, terdapat dalam

http://legal.un.org/repertory/art51.shtml diakses pada 16 September 2019

Page 48: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

37

perdamaian dan keamanan internasional, DK dapat meminta Para Pihak untuk

menyelesaikan perselisihan secara damai, antara lain melalui "negosiasi,

penyelidikan, mediasi, konsiliasi, arbitrasi, penyelesaian peradilan, resor ke badan-

badan regional dan pengaturan dan metode lain" (Pasal 33), melakukan

penyelidikan (Pasal 34), merekomendasikan prosedur dan metode untuk menangani

perselisihan (Pasal 36-38).61

Bab VII - Ancaman terhadap Perdamaian, Pelanggaran Damai, atau

Tindakan Agresi. Langkah-langkah yang dapat diambil DK meliputi menentukan

keberadaan ancaman terhadap perdamaian, pelanggaran perdamaian, atau tindakan

agresi mengajukan rekomendasi (Pasal 39), yang dapat berupa: (i) tanpa

menggunakan angkatan bersenjata, seperti embargo (Pasal 41), dan (ii)

menggunakan angkatan bersenjata (Pasal 42).62

Di antara alat DK PBB yang paling sering digunakan untuk mempengaruhi

perilaku suatu negara atau kelompok bersenjata adalah sanksi. Sanksi merupakan

mekanisme yang bertujuan membatasi interaksi dengan dunia luar dengan cara

tertentu, misalnya terlibat dalam perdagangan atau mendapatkan senjata. Larangan

perjalanan, pembekuan aset pribadi yang dilakukan di luar negeri, dan pembatasan

diplomatik juga merupakan jenis sanksi. Menurut Sekretaris Jenderal Ban Ki-moon,

sanksi berfungsi paling baik sebagai cara persuasi, bukan hukuman.63

DK PBB juga berfungsi dan berwenang meluncurkan pasukan bersenjata

61 United Nations, “Charter of the United Nations”, terdapat dalam

http://legal.un.org/repertory/art51.shtml diakses pada 16 September 2019 62 United Nations, “Charter of the United Nations”, terdapat dalam

http://legal.un.org/repertory/art51.shtml diakses pada 16 September 2019 63 Linda Fasulo, 2015, “An Insider’s Guide to The UN: Third Edition”, (London: Yale

University Press)

Page 49: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

38

dalam dua cara yang berbeda: peacekeeping dan peace enforcement. Peacekeeping

hanya “memungkinkan penggunaan kekuatan minimal” pada tingkat taktis “dan

hanya setelah negara atau negara-negara yang menjadi pihak untuk perselisihan

telah mengundang masuknya pasukan penjaga perdamaian”.Sedangkan peace

enforcement lebih mirip dengan perang klasik. Tidak diperlukan persetujuan oleh

negara, dan tindakan yang diambil "dapat melibatkan penggunaan kekuatan militer

di tingkat strategis atau internasional, yang biasanya dilarang untuk negara-negara

Anggota kecuali diizinkan oleh Dewan Keamanan.”64

Peacekeeping sejauh ini merupakan fungsi dan kewenangan kekuatan yang

lebih umum oleh DK PBB. Kekuatan penjaga perdamaian tidak secara tertulis

tertulis dalam Piagam PBB, tetapi wewenangnya tersirat. Sebuah misi dibentuk

oleh seruan untuk pasukan dari negara-negara anggota atau dengan adopsi misi non-

PBB yang sudah beroperasi. Penjagaan perdamaian melibatkan banyak diplomasi

daripada penggunaan kekuatan yang sebenarnya. Operasi dirancang untuk

melestarikan perdamaian danmembantu dalam mengimplementasikan perjanjian

yang dicapai oleh para pembuat perdamaian. Misi membutuhkan persetujuan dari

para pihak, ketidakberpihakan personel, dan batasan pada penggunaan kekuatan.65

Sebaliknya, peace enforcement melibatkan operasi militer untuk

mengalahkan suatu agresi. Hal itu berarti memihak, mengobarkan perang dan

64 Brian Cox, 2009, “United Nations Security Council Reform: Collected Proposals and

Possible Consequences”, South Carolina Journal of International Law and Business Volume 6, Hal.

100 tersedia dalam

https://scholarcommons.sc.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1035&context=scjilb 65 Brian Cox, 2009, “United Nations Security Council Reform: Collected Proposals and

Possible Consequences”, South Carolina Journal of International Law and Business Volume 6, Hal.

100 tersedia dalam

https://scholarcommons.sc.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1035&context=scjilb

Page 50: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

39

menerima korban serta biaya keuangan yang tidak terduga. Terdapat dua contoh

peace enforcement dalam sejarah PBB: Perang Korea dan Perang Irak Pertama. DK

PBB akan mengesahkan kewenangan ini kepada negara anggota, khususnya

Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis, yang dapat langsung melakukan operasi

yang sebenarnya di lapangan. Tanpa partisipasi aktif dari beberapa negara ini, peace

enforcement pada umumnya "di luar kemampuan" PBB karena kurangnya

keinginan negara-negara anggota untuk mempertaruhkan pasukan mereka pada

operasi militer.66

Prinsip-prinsip pemeliharaan perdamaian yang telah ditetapkan dapat

diringkas dalam lima prinsip. Pertama, PKO (Peace Keeping Operations) adalah

operasi PBB. Hal ini yang membuat PKO PBB dapat diterima oleh negara-negara

anggota yang hendak tidak akan menerima pasukan asing di wilayah mereka.

Kedua, telah ditetapkan dari waktu ke waktu bahwa PKO hanya dapat didirikan

dengan persetujuan para pihak yang terlibat konflik. Juga telah ditentukan bahwa

mereka dapat berhasil hanya dengan persetujuan dan kerja sama yang berkelanjutan

dari para pihak. Ketiga, telah ditetapkan bahwa pasukan penjaga perdamaian harus

bersikap tidak memihak di antara para pihak. Mereka tidak ada di sana untuk

memajukan kepentingan satu pihak terhadap kepentingan pihak lainnya. Prinsip

keempat terkait dengan pasukan yang dibutuhkan untuk PKO PBB. Piagam PBB

mengatur agar negara-negara anggota untuk mengadakan perjanjian yang mengikat

dengan Dewan Keamanan di mana mereka akan berkomitmen untuk

66 Brian Cox, 2009, “United Nations Security Council Reform: Collected Proposals and

Possible Consequences”, South Carolina Journal of International Law and Business Volume 6, Hal.

101 tersedia dalam

https://scholarcommons.sc.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1035&context=scjilb

Page 51: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

40

menyediakannya dengan pasukan. Prinsip kelima menyangkut penggunaan

kekuatan. Lebih dari setengah PKO organisasi sebelum tahun 1988 hanya terdiri

dari pengamat militer yang tidak bersenjata. Tetapi ketika operasi dipersenjatai,

telah menjadi prinsip yang ditetapkan bahwa mereka harus menggunakan kekuatan

hanya sejauh yang diperlukan dan bahwa biasanya penerapan kekerasan atau

pendekatan militer harus dibuka hanya dalam keadaan pertahanan diri.67

Gambar II.1.Peta Sebaran Pasukan Perdamaian PBB

Sumber: The Guardian68

Di hampir 50 zona konflik di seluruh dunia, sekitar satu setengah miliar

orang hidup di bawah ancaman kekerasan. Di banyak tempat-tempat ini, para

penegak utama ketertiban bukanlah perwira polisi atau tentara pemerintah tetapi

67 Leonard Hutabarat, 2014, “Indonesian Participation in the UN Peacekeeping as an

Instrument of Foreign Policy: Challenges and Opportunities”, Jurnal Unair Global & Strategis, Hal.

193 diunduh dari http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/jgs45b74e5c14full.pdf 68 The Guardian, 2015, “What's the point of peacekeepers when they don't keep the peace?”,

terdapat dalam https://www.theguardian.com/world/2015/sep/17/un-united-nations-peacekeepers-

rwanda-bosnia diakses pada 26 September 2019

Page 52: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

41

pasukan helm biru PBB. Dengan lebih dari 78.000 tentara dan 25.000 warga sipil

tersebar di 14 negara, pasukan penjaga perdamaian PBB merupakan pasukan militer

terbesar kedua yang dikerahkan di luar negeri, setelah militer Amerika Serikat

(AS).69

Ketika PBB dibentuk, pada tahun 1945, PBB tidak pernah dimaksudkan

untuk memiliki kekuatan tempur sendiri; Piagam PBB tidak menyebutkan tentang

pemeliharaan perdamaian. Tetapi dengan cepat menjadi jelas bahwa beberapa

kapasitas seperti itu akan sangat penting jika organisasi ingin memiliki harapan

untuk mencapai tujuan yang paling sederhana. Pada tahun 1948, mediator PBB di

Palestina meminta sekelompok kecil penjaga PBB untuk memantau gencatan

senjata antara Israel dan tetangga-tetangganya di Arab, sebuah misi ad hoc yang

menandai kelahiran penjaga perdamaian. Sebagian besar pengerahan selama

beberapa dekade berikutnya mengikuti pola yang sama: atas undangan pemerintah

tuan rumah dan dengan persetujuan semua pihak yang bertikai, PBB akan mengirim

tentara setelah gencatan senjata atau penyelesaian damai tercapai, asalkan tidak ada

permanen anggota DK PBB memveto gagasan itu.70

Namun pada 1992-1998, para pengamat mulai memberikan penilaian pada

peacekeeper. Orang-orang yang tinggal di tempat penjaga perdamaian beroperasi

tidak jauh lebih baik. Pasukan penjaga perdamaian digambarkan oleh mereka

sebagai orang asing yang lemah lembut yang tidak tertarik dengan pekerjaan

69 Séverine Autesserre, 2019, “The Crisis of Peacekeeping: Why the UN Can’t End Wars”,

terdapat dalam https://www.foreignaffairs.com/articles/2018-12-11/crisis-peacekeeping diakses

pada 26 September 2019 70 Séverine Autesserre, 2019, “The Crisis of Peacekeeping: Why the UN Can’t End Wars”,

terdapat dalam https://www.foreignaffairs.com/articles/2018-12-11/crisis-peacekeeping diakses

pada 26 September 2019

Page 53: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

42

mereka. Orang-orang Salvador menjuluki peacekepeer PBB di negara mereka

"Vacaciones Unidas" (United Vacations), Siprus mencemooh mereka dengan

sebutan "penjaga pantai," dan orang-orang Bosnia mengejek mereka sebagai

"Smurf."71

Pada 1999, DK PBB menyadari bahwa ia harus memikirkan kembali

pendekatannya. Tahun itu, para pemimpin di Kosovo, Timor Timur, Sierra Leone,

dan Republik Demokratik Kongo akhirnya mencapai kesepakatan damai dan

meminta bantuan PBB dalam mengimplementasikannya. Sekretaris jenderal

organisasi itu, Kofi Annan, yang sebelumnya mengepalai departemen pemeliharaan

perdamaiannya, ingin mencegah kegagalan baru, jadi dia meminta dua ulasan

utama intervensi internasional. Yang pertama menghasilkan laporan Brahimi

(dinamai setelah diplomat Aljazair yang memimpin inisiatif), yang merinci

reformasi untuk membuat pemeliharaan perdamaian PBB lebih efektif. Yang kedua

menghasilkan doktrin Responsibility to Protect (R2P) yaitu gagasan bahwa apa

yang disebut komunitas internasional wajib secara moral untuk membantu orang

yang tinggal di negara-negara yang tidak mampu atau tidak mau melindungi

warganya dari pelanggaran hak asasi manusia serius.72

DK PBB juga harus memikirkan kembali cara menggunakan pekerja lokal.

Seperti keadaan sekarang, orang asing cenderung membuat keputusan, sementara

staf lokal mengeksekusi perintah mereka. Praktik yang berlaku harus dibalik: orang

71 Séverine Autesserre, 2019, “The Crisis of Peacekeeping: Why the UN Can’t End Wars”,

terdapat dalam https://www.foreignaffairs.com/articles/2018-12-11/crisis-peacekeeping diakses

pada 26 September 2019 72 Séverine Autesserre, 2019, “The Crisis of Peacekeeping: Why the UN Can’t End Wars”,

terdapat dalam https://www.foreignaffairs.com/articles/2018-12-11/crisis-peacekeeping diakses

pada 26 September 2019

Page 54: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

43

lokal harus duduk di kursi pengemudi, dan orang asing harus tetap di belakang.

Alih-alih memaksakan atau sangat menganjurkan satu gagasan, penjaga

perdamaian harus menggunakan keahlian teknis mereka dengan cara yang berbeda,

di antaranya untuk menyarankan beberapa opsi, menjelaskan pro dan kontra dari

masing-masing pihak, dan menawarkan dukungan baik keuangan, logistik, militer,

dan teknis dalam menerapkan rencana mana pun yang para pemangku kepentingan

lokal sepakati.73

C. Sistem Pengambilan Keputusan Dewan Keamanan PBB

Pasal 27 Piagam PBB membedakan antara hal-hal prosedural dan non-

prosedural (substantif) dalam pengambilan keputusan Dewan. Untuk keputusan

mengenai hal-hal prosedural, seperti praktik kerja atau agenda organisasi,

setidaknya sembilan anggota harus memilih mendukung keputusan untuk itu

diresmikan. Untuk keputusan mengenai hal-hal yang bersifat substantif, seperti

membentuk pasukan penjaga perdamaian atau penerapan sanksi, keputusan tersebut

membutuhkan setidaknya sembilan anggota untuk memilih. Tetapi negara-negara

yang memberikan suara mendukung harus mencakup semua anggota tetap,

khususnya termasuk suara setuju dari anggota tetap. Sebuah resolusi juga akan

gagal jika tujuh anggota memberikan suara menentang resolusi atau abstain dari

pemungutan suara.74

73 Séverine Autesserre, 2019, “The Crisis of Peacekeeping: Why the UN Can’t End Wars”,

terdapat dalam https://www.foreignaffairs.com/articles/2018-12-11/crisis-peacekeeping diakses

pada 26 September 2019 74 Australian Department of Foreign Affairs and Trade, “The role of the United Nations

Security Council” tersedia dalam https://dfat.gov.au/international-relations/international-

organisations/un/unsc-2013-2014/Pages/the-role-of-the-united-nations-security-council.aspx

diakses pada 11 September 2019

Page 55: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

44

Terdapat 3 (tiga) jenis dokumen hasil untuk pertemuan DK PBB, yaitu:

1. Resolusi: memerlukan dukungan dari setidaknya 9 negara anggota dan

hak veto berlaku. Ini mengikat semua negara anggota (mengikat secara

hukum).

2. Pernyataan Presiden: harus disepakati melalui konsensus. Tidak

mengikat, dan akan dibaca dalam pertemuan terbuka oleh Presiden DK.

3. Pernyataan Pers: harus disetujui oleh konsensus dan tidak mengikat.

Secara umum, konsensus disetujui melalui email. 75

Selain itu, DK PBB menyelenggarakan Arria-formula Meetings dimana

diadakan pertemuan informal atas prakarsa DK PBB untuk mengumpulkan

informasi dari individu atau organisasi dengan pengetahuan tentang perkembangan

sebuah isu di lapangan. Arria-formula Meetings telah digunakan selama bertahun-

tahun untuk menjangkau dengan berbagai aktor, termasuk:

1. Delegasi tingkat tinggi dari negara-negara anggota yang tidak diwakili

dalam Dewan (pertemuan Arria kadang-kadang diadakan untuk pertemuan

khusus dengan para kepala negara yang ingin bertemu dengan Dewan —

misalnya pada 1990-an, pertemuan semacam itu diadakan dengan presiden

Kroasia dan Georgia. . "Pertemuan pribadi" formal "Dewan atau" Dialog

Interaktif Informal "lebih sering untuk tujuan seperti saat ini.);

2. Perwakilan aktor non-negara;

3. Pemegang mandat prosedur pemantauan Komisi Hak Asasi Manusia dan,

75 Kemlu RI, “Keanggotaan Indonesia pada DK PBB”, tersedia dalam

https://kemlu.go.id/portal/en/read/147/view/keanggotaan-indonesia-pada-dk-pbb diakses pada 22

September 2019

Page 56: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

45

baru-baru ini, Dewan Hak Asasi Manusia;

4. Kepala organisasi internasional;

5. Pejabat tinggi PBB;

6. Perwakilan dari LSM dan anggota masyarakat sipil lainnya; atau

7. Perwakilan wilayah yang tidak diakui sebagai negara yang merupakan

pemangku kepentingan dalam masalah di depan Dewan.76

Pada penerapannya pertemuan ini memiliki beberapa contoh yaitu, Arria-

formula Meetings yang diselenggarakan oleh Senegal pada bulan April 2016

tentang “Water, Peace and Security” menjadi langkah persiapan untuk mengadakan

debat terbuka tentang topik ini selama kepresidenannya di bulan November tahun

itu. Arria-formula Meetings 19 Oktober 2018 tentang “Silencing the Guns in

Africa” yang diselenggarakan oleh Pantai Gading, Guinea Ekuitorial, Ethiopia,

Afrika Selatan dan African Union (AU) berfungsi sebagai persiapan untuk debat

terbuka 27 Februari 2019 dan adopsi resolusi pada masalah ini (resolusi 2457).77

76 United Nations Security Council Report. “UN Security Council Working Methods:

Arria-Formula Meetings” (2 Juli 2019) terdapat dalam https://www.securitycouncilreport.org/un-

security-council-working-methods/arria-formula-meetings.php diakses pada 22 September 2019 77 United Nations Security Council Report. “UN Security Council Working Methods:

Arria-Formula Meetings” (2 Juli 2019) terdapat dalam https://www.securitycouncilreport.org/un-

security-council-working-methods/arria-formula-meetings.php diakses pada 22 September 2019

Page 57: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

46

BAB III

KETERLIBATAN INDONESIA DALAM DEWAN KEAMANAN PBB

Bab ini membahas dibahas mengenai keterlibatan Indonesia dalam DK

PBB, tantangan, peluang, dan politik luar negeri Indonesia dalam menjadi anggota

tidak tetap DK PBB periode 2019-2020. Pada bab ini penulis memfokuskan

Indonesia dan DK PBB dengan tujuan untuk memberikan gambaran bagaimana

Indonesia terlibat dalam DK PBB sejak awal keanggotaan Indonesia di PBB serta

mengenai tantangan, peluang, dan bagaimana prinsip poitik luar negeri Indonesia

bebas aktif dalam menjadi anggota tidak tetap DK PBB periode 2019-2020.

A. Sejarah Keanggotaan Indonesia dalam DK PBB

Pada 8 Juni 2018, Indonesia telah terpilih sebagai anggota tidak tetap DK

PBB untuk periode 2019-2020, bersama dengan Jerman, Afrika Selatan, Belgia dan

Republik Dominika. Indonesia memulai masa jabatannya pada 1 Januari 2019

hingga 31 Desember 2020. Keanggotaan DK Indonesia adalah yang keempat

kalinya, setelah sebelumnya Indonesia menjadi anggota tidak tetap Dewan

Keamanan PBB pada 1974-1975, 1995-1996, dan 2007-2008.78 Prinsip dasar

penerapan keanggotaan Indonesia tidak tetap di DK PBB adalah Pancasila,

Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, dan Dasasila Kota Bandung sebagai produk

diplomasi monumental Indonesia yang merupakan landasan tatanan sosial

masyarakat dunia.79

78 Kemlu RI. “Indonesia on The UN Security Council”, terdapat dalam

https://kemlu.go.id/portal/en/read/148/halaman_list_lainnya/about-indonesia-on-the-un-security-

council diakses pada 22 September 2019 79 Kemlu RI. “Indonesia on The UN Security Council”, terdapat dalam

https://kemlu.go.id/portal/en/read/148/halaman_list_lainnya/about-indonesia-on-the-un-security-

council diakses pada 22 September 2019

Page 58: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

47

Dasasila Bandung yaitu suatu pernyataan politik berisi prinsip-prinsip dasar

dalam usaha memajukan perdamaian dan kerja sama dunia. Adapun isi dari

Dasasila Bandung:

1. Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang

termuat di dalam piagam PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)

2. Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa

3. Mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa,

besar maupun kecil

4. Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soalan-soalan dalam

negeri negara lain

5. Menghormati hak-hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri secara

sendirian ataupun kolektif yang sesuai dengan Piagam PBB

6. Tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk

bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu negara besar dan tidak

melakukannya terhadap negara lain

7. Tidak melakukan tindakan-tindakan ataupun ancaman agresi maupun

penggunaan kekerasan terhadap integritas wilayah maupun kemerdekaan

politik suatu negara

8. Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti

perundingan, persetujuan, arbitrasi (penyelesaian masalah hukum) , ataupun

cara damai lainnya, menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai

dengan Piagam PBB

9. Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama

Page 59: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

48

10. Menghormati hukum dan kewajiban–kewajiban internasional.80

Dasasila Bandung mengubah pandangan dunia tentang hubungan

internasional. Bandung telah melahirkan faham Dunia Ketiga atau “Non-Aligned”

terhadap Dunia Pertama Washington, dan Dunia Kedua Moscow. Jiwa Bandung

telah mengubah juga struktur Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Forum PBB

tidak lagi menjadi forum eksklusif Barat atau Timur saja.81

Gambar III.1.Presiden Suharto Menghadiri Non Aligned Movement

(NAM) 1995

Sumber: Kemlu RI82

Presiden Suharto menghadiri pertemuan pada kaukus Gerakan Non Blok

dalam sidang keanggotaan DK PBB di New York pada 23 Oktober 1995.

80 Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, “Sejarah Singkat KAA, Kelahiran Dasasila

Bandung” terdapat dalam http://disdik.jabarprov.go.id/news/84/sejarah-singkat-kaa%2C-kelahiran-

dasasila-bandung-%28bagian-2%29 diakses pada 15 Desember 2019 81 Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, “Sejarah Singkat KAA, Kelahiran Dasasila

Bandung” terdapat dalam http://disdik.jabarprov.go.id/news/84/sejarah-singkat-kaa%2C-kelahiran-

dasasila-bandung-%28bagian-2%29 diakses pada 15 Desember 2019 82 Kemlu RI, “Indonesia For Non-permanent Membership Of The United Nations Security

Council 2019-2020”, diunduh dari https://ex.kemlu.go.id/manila/id/arsip/lembar-

informasi/Pages/Brochure%20-%20Indonesia%20for%20UN%20Security%20Council%202019-

2020.pdf

Page 60: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

49

Gambar III.2.Menlu Ali Alatas Dalam Pertemuan Anggota DK PBB

1996

Sumber: Kemlu RI83

Menteri Luar Negeri Indonesia, Ali Alatas, menyampaikan situasi di

kawasan Arab pada sidang DK PBB 27 September 1996.

Gambar III.3.Menlu Hasan Wirajuda Dalam Pertemuan DK PBB 2007

Sumber: Kemlu RI84

83 Kemlu RI, “Indonesia For Non-permanent Membership Of The United Nations Security

Council 2019-2020”, diunduh dari https://ex.kemlu.go.id/manila/id/arsip/lembar-

informasi/Pages/Brochure%20-%20Indonesia%20for%20UN%20Security%20Council%202019-

2020.pdf 84 Kemlu RI, “Indonesia For Non-permanent Membership Of The United Nations Security

Council 2019-2020”, diunduh dari https://ex.kemlu.go.id/manila/id/arsip/lembar-

informasi/Pages/Brochure%20-%20Indonesia%20for%20UN%20Security%20Council%202019-

Page 61: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

50

Menteri luar negeri Hasan Wirajuda, menjadi ketua pada pertemuan DK

yang membahas mengenai peran organisasi regional dan sub-regional dalam

perbaikan dari perdamaian dan keamanan dunia di markas DK PBB New York, AS.

Dalam pemilihan anggota tidak tetap DK PBB pada periode 2007-2008,

Indonesia didukung oleh lebih dari 80% suara negara anggota PBB. Indonesia terus

berkontribusi dalam musyawarah untuk menjadikan DK lebih demokratis,

transparan, dan akuntabel. Sepanjang keanggotaan Indonesia pada DK PBB di masa

lalu, Indonesia memainkan peran penting sebagai suara moderat dan membangun

jembatan negosiasi di antara negara-negara nggota DK dan negara-negara anggota

PBB secara lebih luas.85

Indonesia memiliki rekam jejak yang membanggakan dalam

keanggotaannya di PBB sebagaimana tercermin dalam keberadaan "Pedoman

Wisnumurti" atau Wisnumurti Guidelines sebagai panduan untuk proses pemilihan

Sekretaris Jenderal PBB yang telah digunakan sejak tahun 1996. Pada 1996, DK

PBB mengadopsi seperangkat pedoman untuk proses seleksi seketaris jenderal PBB

yang diusulkan oleh Wakil Tetap untuk PBB dari Indonesia, H.E. Duta Besar

Nugroho Wisnumurti. "Pedoman Wisnumurti". Secara formal, menurut Pasal 97

Piagam PBB, seorang sekjen wajib ditunjuk oleh Sidang Majelis Umum atas

rekomendasi dari Dewan Keamanan PBB. Pedoman ini memengaruhi proses

seleksi hingga sekarang, termasuk penggunaan persetujuan pemungutan suara

2020.pdf

85 Kemlu RI, “Indonesia For Non-permanent Membership Of The United Nations Security

Council 2019-2020”, diunduh dari https://ex.kemlu.go.id/manila/id/arsip/lembar-

informasi/Pages/Brochure%20-%20Indonesia%20for%20UN%20Security%20Council%202019-

2020.pdf

Page 62: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

51

untuk setiap kandidat yang disarankan melalui surat suara dengan kode warna atau

sering disebut color coded ballots.86

Gambar III.4.Pembagian Regional Anggota Tidak Tetap DK PBB

Wilayah Kursi yang Tersedia

pada Pemilihan 2018

Kandidat dan Historikal

Keanggotaan DK PBB

Afrika 1 Afrika Selatan (2007-

2008, 2011-2012)

Asia Pasifik 1 Indonesia (1973-1974,

1995-1996, 2007-2008),

dan Maladewa (tidak

pernah menjabat)

Amerika Latin dan

Karibia

1 Republik Dominika

(tidak pernah menjabat)

Eropa Barat 2 Belgia (1947-1948,

1955-1956, 1971-1972,

1991-1992, 2007-2008),

dan Jerman (1977-1978,

1987-1988, 1995-1996,

2003-2004, 2011-2012)

Sumber: UNSC Elections Report 201887

Pada 8 Juni 2018, sesi ke-72 dari Majelis Umum PBB dijadwalkan untuk

mengadakan pemilihan anggota tidak tetap untuk DK PBB. Lima kursi tersedia

untuk pemilihan pada 2018 menurut distribusi reguler antar wilayah dengan

komposisi sebagai berikut: satu kursi untuk Grup Afrika (saat ini dipegang oleh

Ethiopia); satu kursi untuk Grup Asia dan Small Island Developing States (SIDS)

(Asia-Pasifik) (saat ini dipegang oleh Kazakhstan); satu kursi untuk Amerika Latin

dan Karibia atau Latin American and Caribbean Group (GRULAC) (saat ini

dipegang oleh Bolivia); dua kursi untuk Eropa Barat dan Lainnya atau The Western

86 Dag Hammarskjöld Foundation, “How does the UN choose its leader?”, terdapat dalam

https://www.daghammarskjold.se/un-choose-leader/ diakses pada 22 September 2019 87 United Nations Security Council Report. “Security Council Elections 2018” 21 Mei

2018, diunduh dari https://www.securitycouncilreport.org/atf/cf/%7B65BFCF9B-6D27-4E9C-

8CD3-CF6E4FF96FF9%7D/unsc_elections_2018.pdf

Page 63: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

52

European and Others Group (WEOG) saat ini dipegang oleh Belanda dan Swedia).

Grup Eropa Timur tidak ikut serta dalam pemilihan kursi tahun ini karena jatah

kursinya dipegang oleh Polandia hingga 2019. Lima anggota terpilih tahun 2018

akan menempati jabatan mereka di 1 Januari 2019 dan akan melayani hingga 31

Desember 2020.88

Indonesia menggambarkan dirinya sebagai negara mayoritas penduduk

menganut agama Islam yang memiliki keinginan dalam melawan terorisme dan

ekstremisme kekerasan dapat memfokuskan upayanya pada DK PBB berbagai

agenda kontraterorismenya. Hal ini juga menekankan promosi diplomasi preventif

dan mungkin mencari untuk meningkatkan kerjasama DK PBB dengan pengaturan

regional, seperti Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), sebagai

dirumuskan oleh Bab VIII Piagam PBB.89

B. Tantangan dan Peluang Indonesia Dalam Keanggotaan DK PBB 2019

– 2020

Tantangan Indonesia dalam keanggotaan DK PBB periode 2019-2020

dimulai dengan bersaing bersama Maladewa sebagai kandidat kuat dalam

pemilihan anggota tidak tetap DK PBB pada 2018. Maladewa merupakan anggota

PBB sejak 1965 tidak pernah bertugas di DK. Ini pertama kalinya Maladewa

mencalonkan diri untuk kursi anggota tidak-tetap. Bahkan, Maladewa telah

mengumumkan pencalonan sejak 2008. Maladewa telah berkampanye untuk DK

88 United Nations Security Council Report. “Security Council Elections 2018” 21 Mei

2018, Hal. 5 diunduh dari https://www.securitycouncilreport.org/atf/cf/%7B65BFCF9B-6D27-

4E9C-8CD3-CF6E4FF96FF9%7D/unsc_elections_2018.pdf 89 United Nations Security Council Report. “Security Council Elections 2018” 21 Mei

2018, Hal. 5 diunduh dari https://www.securitycouncilreport.org/atf/cf/%7B65BFCF9B-6D27-

4E9C-8CD3-CF6E4FF96FF9%7D/unsc_elections_2018.pdf

Page 64: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

53

dengan bawah slogan "solusi bersama, takdir bersama" dan mengajukan lima alasan

mengapa pencalonannya layak dukungan. Alasan tersebut antara lain: bahwa

Maladewa akan menawarkan perspektif yang baru; advokasi untuk toleransi dan

moderasi; bekerja untuk membangun jembatan negosiasi dan mempromosikan

konsensus Piagam PBB; advokasi untuk lintas sektoral reformasi; dan berjanji akan

beroperasi secara transparan, efektif dan bertanggung jawab. Maladewa

mengatakan akan membawa keragaman dalam DK PBB sebagai negara yang

berasal dari Asia Selatan, berpenduduk mayoritas Muslim, memiliki wilayah

kepualauan kecil, dan merupakan negara berkembang yang juga anggota G77 dan

Gerakan Non-Blok. Maladewa akan bekerja untuk mempromosikan kepentingan

negara berkembang dalam sistem PBB dan di panggung internasional. Maladewa

menyoroti prioritasnya dalam DK PBB pada inisiatif terkait untuk keamanan

negara-negara SIDS dan dimensi perubahan iklim. Prioritas lain yakni mencakup

perlucutan senjata dan non-proliferasi, pencegahan konflik, memerangi terorisme

internasional, dan mempromosikan hak asasi manusia. Akan tetapi, Maladewa saat

ini belum memiliki pasukan perdamaian untuk misi perdamaian PBB.90

Sedangkan dalam keanggotaanya pada DK PBB periode 2019-2020, Kemlu

RI merilis beberapa tantangan yang akan dihadapi Indonesia. Tantangan pertama

adalah tantangan klasik, yaitu dominasi negara-negara anggota permanen (P5) dari

DK PBB, yaitu AS, Inggris, Prancis, Cina dan Rusia. Dalam beberapa tahun

terakhir, perpecahan antara negara-negara P5 telah mengalami peningkatan tekanan

90 United Nations Security Council Report. “Security Council Elections 2018” 21 Mei

2018, Hal. 4 diunduh dari https://www.securitycouncilreport.org/atf/cf/%7B65BFCF9B-6D27-

4E9C-8CD3-CF6E4FF96FF9%7D/unsc_elections_2018.pdf

Page 65: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

54

yang membuat Indonesia harus menghadapinya tanpa berpihak sebisa mungkin.

Tantangan kedua adalah melemahnya multilateralisme global akhir-akhir ini

sebagai akibat dari kebijakan sejumlah negara yang semakin mencari keberpihakan.

Tantangan ketiga yakni meningkatnya jumlah masalah low politics yang menjadi

perhatian DK akhir-akhir ini antara lain, isu-isu seperti perubahan iklim, dampak

penyakit (pandemi), dan pembangunan berkelanjutan.91

Untuk implementasi keanggotaan tidak tetap Indonesia pada periode 2019-

2020, Indonesia telah menetapkan 4 Masalah Prioritas dan 1 Masalah Perhatian

Khusus, yaitu:

1. Melanjutkan kontribusi Pemerintah Indonesia dalam upayanya

mewujudkan perdamaian dunia, antara lain melalui penguatan

ekosistem atau geopolitik perdamaian dan stabilitas global dengan

mempromosikan dialog damai dan penyelesaian konflik. Dalam poin ini

terdapat beberapa sub-priotas yakni promosi penyelesaian perselisihan

yang damai melalui kemitraan dan regionalisme, peningkatan

pemeliharaan perdamaian dan pembangunan perdamaian,

meningkatkan kualitas dan efektivitas misi penjaga perdamaian,

mempromosikan kemitraan dalam menjaga perdamaian, dan

meningkatkan peran wanita dalam proses perdamaian.

2. Membangun sinergi antar organisasi regional untuk menjaga

perdamaian dan stabilitas di kawasan. Dalam hal ini penekanannya

91 Kemlu RI, “Frequently Asked Questions”, tersedia dalam

https://kemlu.go.id/portal/en/read/141/halaman_list_lainnya/frequently-asked-questions-faq

diakses pada 22 September 2019

Page 66: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

55

adalah pada kebutuhan untuk memperkuat organisasi regional,

mengingat tantangan dinamis saat ini, peran organisasi regional penting

dan diperlukan untuk menangani masalah.

3. Meningkatkan kerja sama antara negara-negara dan DK PBB untuk

memerangi terorisme, ekstremisme, dan radikalisme. Dalam poin ini

terdapat dua hal yang menjadi fokus Indonesia, yakni menciptakan

pendekatan yang komprehensif, dan atasi sumber akar terorisme,

radikalisme, dan ekstremisme kekerasan.

4. Pemerintah Indonesia juga akan mencoba mensinergikan upaya

menciptakan perdamaian dengan upaya pembangunan berkelanjutan.

Indonesia berfokus pada memastikan perdamaian, keamanan dan

stabilitas untuk memastikan kepatuhan terhadap Agenda 2030, termasuk

di Afrika, membangun kemitraan global dalam membahas implikasi

keamanan ekonomi, kesehatan, dan lingkungan, dan meningkatkan

peran wanita dalam proses perdamaian. Selain itu, Indonesia juga akan

memberikan perhatian khusus pada masalah Palestina. Sejalan dengan

prinsip dasar polugri, keanggotaan Indonesia di DK PBB perlu

membawa manfaat nyata bagi rakyat, baik secara politik maupun

ekonomi. 92

Selain itu, terdapat sejumlah manfaat strategis keanggotaan DK Indonesia

meliputi:

92 Kemlu RI, “Indonesian Membership on The UN Security Council”, tersedia dalam

https://kemlu.go.id/portal/en/read/147/halaman_list_lainnya/indonesian-membership-on-the-un-

security-council diakses pada 22 September 2019

Page 67: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

56

1. Bentuk perwujudan mandat konstitusi UUD 1945 untuk ikut serta dalam

menjalankan tata dunia berdasarkan kebebasan, perdamaian abadi dan

keadilan sosial.

2. Meningkatkan peran kepemimpinan internasional Indonesia.

Meningkatkan kapasitas Indonesia untuk berbicara dalam pengambilan

keputusan internasional tentang berbagai masalah perdamaian dan

keamanan dunia.

Memungkinkan Indonesia untuk menerapkan perspektif Indonesia

sebagaimana diamanatkan oleh Sepuluh Prinsip Kota Bandung dan

prinsip polisi aktif bebas, yaitu: mendorong pendekatan yang lebih

seimbang dan menyuarakan kepentingan negara-negara berkembang.

Meletakkan fondasi yang kuat untuk "investasi politik" dengan negara-

negara maju dan berkembang

Membuka peluang yang lebih besar bagi Indonesia untuk memberikan

bantuan kerja sama teknis ke negara-negara berkembang lainnya.

3. Meningkatkan peran dan kontribusi Indonesia terhadap Misi Penjaga

Perdamaian (MPP) Indonesia. Indonesia memiliki visi untuk menjadi

bagian dari 10 negara teratas yang berkontribusi personel dan menempatkan

4.000 personel di berbagai MPP PBB. Saat ini, sepuluh target teratas telah

tercapai, dan visi 4.000 personel diharapkan akan tercapai dalam waktu

dekat. Hingga akhir November 2018, Indonesia telah menempati peringkat

ke 7 dari 124 negara yang menyumbang personil untuk misi perdamaian

PBB, dengan 3.544 personil Indonesia, 94 di antaranya wanita.

Page 68: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

57

4. Meningkatkan peluang untuk mendorong reformasi DK PBB, khususnya

metode kerja. 93

Perlu disadari bahwa keanggotaan Indonesia untuk periode 2 tahun, dan

kemudian Indonesia akan kembali berada di luar keanggotaan DK. Dalam hal ini,

salah satu masalah yang Indonesia nyatakan secara konsisten adalah perlunya

reformasi DK agar sejalan dengan tatanan global yang lebih inklusif. Oleh karena

itu, kesempatan untuk menjadi anggota DK membuka peluang yang sangat strategis

untuk mendorong proses reformasi DK dari dalam DK itu sendiri. 94

Selain itu, terdapat beberapa masalah di bawah agenda DK PBB yang perlu

perhatian khusus di bawah keanggotaan Indonesia. Pertama, Indonesia mengemban

tugas untuk memastikan semua tindakan yang diambil oleh DK PBB memang

konsisten dengan mandat dan prinsip-prinsip dasar hukum internasional. Kedua,

Indonesia perlu menyoroti isu Palestina dengan menggarisbawahi pentingnya

ketidakberpihakan masyarakat internasional dalam menyelesaikan masalah

Palestina dan mendorong proses perdamaian. Ketiga, terorisme adalah salah satu

ancaman paling menantang bagi perdamaian dunia. Dalam keterkaitannya dengan

DK PBB, Indonesia sangat mementingkan pendekatan multilateral, yang berarti

kerja sama internasional merupakan prasyarat untuk melawan kejahatan ini.

Keempat, sebagai salah satu kontributor terbesar pasukan penjaga perdamaian

militer dan polisi, Indonesia perlu secara aktif memastikan bahwa tanggapan DK

93 Kemlu RI, “Indonesian Membership on The UN Security Council”, tersedia dalam

https://kemlu.go.id/portal/en/read/147/halaman_list_lainnya/indonesian-membership-on-the-un-

security-council diakses pada 22 September 2019 94 Kemlu RI, “Indonesian Membership on The UN Security Council”, tersedia dalam

https://kemlu.go.id/portal/en/read/147/halaman_list_lainnya/indonesian-membership-on-the-un-

security-council diakses pada 22 September 2019

Page 69: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

58

PBB terhadap krisis adalah benar dengan mengintegrasikan pencegahan konflik,

penciptaan perdamaian dan pembangunan perdamaian. Indonesia juga harus terus

mempromosikan peran luar biasa yang dimainkan oleh pasukan penjaga

perdamaian PBB melalui penyediaan peningkatan kapasitas dan pengembangan

kemampuan.95

C. Politik Luar Negeri Indonesia “Bebas-Aktif”

Menlu Retno Marsudi menerapkan amanah konstitusi Indonesia

berdasarkan penggalan paragraf ke empat UUD 1945 yang harus dijalankan oleh

diplomasi dan politik luar negeri Indonesia bebas aktif. Beberapa elemen yang

merupakan amanah bagi pelaksanaan politik luar negeri, yaitu melindungi seluruh

bangsa Indonesia, melindungi tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan

umum, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.96

Sejak diterapkannya politik bebas aktif pada orde lama yang saat itu terkenal

dengan gerakan non-blok pada 1957 hingga sekarang, Indonesia telah menyumbang

lebih dari 37.000 personel untuk Operasi dan Misi Penjaga Perdamaian PBB, dan

saat ini berada di peringkat ke 8 di antara negara-negara yang Memberikan

Kontribusi Pasukan PBB, dengan 2.817 personel bertugas di 9 operasi di seluruh

dunia (per Februari 2017).97

95 Abdulkadir Jailani, 2018, “Great opportunity, great responsibility”, tersedia dalam

https://www.thejakartapost.com/academia/2018/06/11/great-opportunity-great-responsibility.html

diakses pada 26 September 2019 96 Republika, 2019, “Menlu Ungkap 5 Prioritas Politik Luar Negeri Indonesia”, tersedia

dalam https://internasional.republika.co.id/berita/q04ugr382/menlu-ungkap-5-prioritas-politik-

luar-negeri-indonesia diakses pada 27 September 2019 97 Kemlu RI, 2019, “Indonesia and Global Peace”, tersedia dalam

https://indonesia4unsc.kemlu.go.id/index.php/indonesia-global-peace diakses pada 27 September

2019

Page 70: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

59

Setelah terpilihnya Indonesia sebagai anggota tidak tetap DK PBB, Menlu

Retno menyampaikan, “Ini merupakan kepercayaan masyarakat internasional

kepada Indonesia dan hasil kerja keras seluruh komponen bangsa, khususnya para

Diplomat Indonesia, menggantikan Kazakhstan yang masa keanggotaannya

berakhir pada Desember 2018.” Menlu Retno juga menuturkan kalau terpilihnya

Indonesia karena negeri kita dipercaya sebagai negara yang penuh toleransi, di

mana Islam dan demokrasi berjalan berdampingan. Ini menjadi bukti bahwa

masyarakat internasional sangat menghargai perjalanan sejarah Indonesia.98

Dimulainya kampanye untuk pemilihan anggota tidak tetap DK PBB pada

2016 ditandai dengan pemukulan gong oleh Wapres Jusuf Kala di Markas PBB di

New York, Amerika Serikat. Wapres menjelaskan saingan utama adalah Maladewa

namun Indonesia memiliki peluang menang lebih besar. Sebelumnya Menlu Retno

Marsudi mengutarakan untuk jadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB,

Indonesia mengusung tema The True Partner for World Peace. Menlu Retno

mengatakan, "Karena kalau kita bicara mengenai diplomasi Indonesia, maka

Indonesia sebagai agen perdamaian dunia itu sudah kental. Jadi kita sudah berbuat

banyak untuk isu demokrasi. Bali Democracy Forum itu sudah merupakan satu

kegiatan mendunia. Jadi kontribusi Indonesia untuk menyebarkan value democracy

itu sudah sangat diakui,”99

98 CNBC Indonesia, 2018, “Pernyataan Menlu Usai RI Didapuk Jadi Dewan Keamanan

PBB”, tersedia dalam https://www.cnbcindonesia.com/news/20180609112449-4-

18579/pernyataan-menlu-usai-ri-didapuk-jadi-dewan-keamanan-pbb diakses 27 September 2019 99 Kompas, 2016, "Wapres Buka Kampanye Pencalonan Indonesia sebagai Anggota DK

PBB", tersedia dalam

https://nasional.kompas.com/read/2016/09/23/13174501/wapres.buka.kampanye.pencalonan.indon

esia.sebagai.anggota.dk.pbb diakses pada 27 September 2019

Page 71: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

60

Sejalan dengan politik luar negeri bebas aktif, Indonesia dapat

mengupayakan perdamaian dunia dengan sangat baik sehingga menjadi acuan bagi

negara-negara lain dalam memilih Indonesia sebagai anggota tidak tetap DK PBB

periode 2019-2020. Beberapa upaya perdamaian dunia yang dilakukan oleh

Indonesia pada kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Misalnya pada bantuan

kemanusiaan di Lebanon, Afghanistan, Myanmar, dan Palestina.

Dengan merujuk pada Rencana Jangka Menengah Pembangunan Nasional

(RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra), Kementerian Luar Negeri selama 2010-

2014 telah melaksanakan berbagai tindak prioritas bidang politik luar negeri RI dan

juga program-program kerja lainnya dalam tataran bilateral, regional maupun

multilateral. Berbagai aktivitas yang dilakukan ditujukan untuk memperkokoh

peranan Indonesia di forum internasional dengan tetap mengacu pada prinsip politik

luar negeri RI yang bebas dan aktif.100

Sasaran utama yang ingin dicapai adalah Indonesia secara konsisten dapat

melaksanakan kebijakan politik luar negeri yang bebas dan aktif dan jatidirinya

sebagai negara maritim untuk mewujudkan tatanan dunia yang semakin baik, dan

memperjuangkan kepentingan nasionalnya dalam rangka mencapai tujuan nasional

Indonesia yang diukur dari target sasaran sebagai berikut:

1. Tersusunnya karakter kebijakan politik luar negeri Indonesia yang bebas

dan aktif yang dilandasi kepentingan nasional dan jati diri sebagai negara

maritim.

100 Kemlu RI, “Renstra 2015-2019” terdapat dalam

https://kemlu.go.id/download/L3NpdGVzL3B1c2F0L0RvY3VtZW50cy9BS0lQL0tlbWVudGVya

WFuJTIwTHVhciUyME5lZ2VyaS9SZW5jYW5hJTIwU3RyYXRlZ2lzJTIwS2VtbHUlMjAyMD

E1LTIwMTkucGRm diakses pada 15 Desember 2019

Page 72: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

61

2. Menguatnya diplomasi maritim untuk mempercepat penyelesaian

perbatasan Indonesia dengan 10 negara tetangga, menjamin integritas

wilayah NKRI, kedaulatan maritim dankeamanan/kesejahteraan pulau-

pulau terdepan, dan mengamankan sumber daya alam dan ZEE.

3. Meningkatnya peran dan kontribusi Indonesia dalam mendorong

penyelesaian sengketa teritorial di kawasan.101

101 Kemlu RI, “Renstra 2015-2019” terdapat dalam

https://kemlu.go.id/download/L3NpdGVzL3B1c2F0L0RvY3VtZW50cy9BS0lQL0tlbWVudGVya

WFuJTIwTHVhciUyME5lZ2VyaS9SZW5jYW5hJTIwU3RyYXRlZ2lzJTIwS2VtbHUlMjAyMD

E1LTIwMTkucGRm diakses pada 15 Desember 2019

Page 73: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

62

BAB IV

ANALISIS ALASAN INDONESIA TERPILIH SEBAGAI ANGGOTA

TIDAK TETAP DK PBB PERIODE 2019-2020

Bab ini membahas mengenai analisis alasan mengapa Indonesia terpilih

sebagai anggota tidak tetap DK PBB. Bab ini terdiri atas tiga sub-bab antara lain,

kekuatan diplomasi Indonesia, kontribusi Indonesia dalam perdamaian dunia, dan

kepentingan nasional Indonesia dalam keanggotaan DK PBB. Tujuan dari Bab IV

merupakan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah diajukan.

Seperti yang telah dibahas pada Bab I mengenai konsep diplomasi itu

sendiri, pada Bab IV ini penulis mencoba menjawab pertanyaan masalah yang

diajukan pada rumusan masalah di Bab I. Pada Bab IV ini, penulis membahas usaha

Indonesia untuk menjadi anggota tidak tetap dewan keamanan PBB, dalam hal ini

adalah diplomasi yang menjadi alasan terpilihnya Indonesia menjadi anggota tidak

tetap DK PBB periode 2019-2020. Indonesia melakukan sejumlah kunjungan

diplomatik baik secara bilateral maupun multilateral yang dilakukan oleh

perwakilan Indonesia kepada negara-negara sahabat dalam menjalin kerjasama baik

dibidang politik, ekonomi, keamanan, dan pariwisata. Akan tetapi Indonesia juga

memanfaatkan pertemuan-pertemuan bilateral ini untuk melakukan kampanye atau

permintaan dukungan kepada negara-negara sahabat agar dapat mendukung

Indonesia dalam pemilihan anggota tidak tetap DK PBB. Selain itu, Indonesia

berkontribusi bagi perdamaian dunia yang menjadikan proses diplomasi Indonesia

ke negara lain dalam ini lebih mudah untuk dilakukan dan sebagai salah satu alasan

terpilihnya Indonesia sebagai anggota tidak tetap DK PBB periode 2019-2020.

Page 74: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

63

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, politik luar negeri bebas aktif dapat

dijadikan analisis untuk menjawab pertanyaan penelitian berdasarkan identitas

Indonesia di ranah internasional. Bebas berarti tidak terikat kepada suatu blok

negara adikuasa tertentu. Sementara aktif berarti aktif dalam mengembangkan

kerjasama internasional dengan negara lain. Politik luar negeri bebas aktif

digunakan oleh Indonesia dalam mencapai kepentingan nasionalnya, dalam hal ini

khususnya, untuk memenangkan kursi anggota tidak tetap DK PBB. Indonesia

menggunakan politik luar negeri bebas aktif sebagai strategi untuk mencapai

tujuannya dengan banyak berkontribusi pada perdamaian dunia, seperti, bergabung

dengan organisasi-organisasi internasional, forum internasional, dan menyumbang

bantuan kemanusiaan serta militer melalui peacekeeping operations PBB.

A. Kekuatan Diplomasi Indonesia

Terpilihnya Indonesia sebagai anggota tidak tetap DK PBB periode 2019-

2020 merupakan sebuah kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat internasional

kepada Indonesia yang memperoleh 144 suara dari 190 negara anggota PBB.

Kampanye yang dilakukan Indonesia ini telah dilakukan sejak 2016 dengan

diplomasi yang bersih, tidak menghamburkan banyak uang, berdasarkan rekam

jejak Indonesia dan sejalan dengan visi Indonesia untuk DK PBB. Indonesia

akhirnya terpilih setelah unggul dari Maladewa yang hanya memperoleh 46

suara.102

102 Humas Kemensetneg, 2018, “Indonesia Terpilih sebagai Anggota Tidak Tetap Dewan

Keamanan PBB” tersedia dalam

https://www.setneg.go.id/baca/index/indonesia_terpilih_sebagai_anggota_tidak_tetap_dewan_kea

manan_pbb diakses pada 27 September 2019

Page 75: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

64

Menurut Juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, Arrmanantha

Nassir, terdapat dua konteks terkait pertimbangan negara anggota PBB dalam

memberikan dukungan kepada Indonesia untuk menjadi anggota tidak tetap DK

PBB. Pertama adalah dukungan murni dimana negara tersebut biasanya melihat

kontribusi Indonesia dalam pemeliharaan perdamaian dunia dan isu-isu keamanan

lainnya. Kedua yakni dengan model imbalan dukungan. Pada model kedua, yang

paling umum adalah pemberian dukungan bagi negara yang diminta dukungannya

oleh Indonesia pada pemilihan anggota tidak tetap DK PBB di periode yang

berbeda. Selain itu juga dapat sebagai sarana saling dukung dalam forum-forum

internasional tertentu.103

Untuk mengamankan komitmen suara dari negara anggota, negara kandidat

dapat menjadi sukarelawan, atau diminta, bujukan tertentu. Misalnya, seorang

kandidat dapat menawarkan pengembangan bantuan kepada negara anggota dalam

mencari suaranya. Mungkin juga dengan menjanjikan akan memberikan dukungan

atau menghindari suatu masalah yang menjadi perhatian negara anggota itu. Seperti

pengaturan quid pro quo (pertukaran barang atau jasa atau “a favour for a favour”)

adalah hal umum dari proses kampanye. Biasanya, pada hari pemilihan, Dewan

Perwakilan ditawari hadiah oleh sebagian besar negara kandidat, bahkan oleh

negara kandidat yang bertarung pada pemilihan tanpa lawan.104

103 Victor Maulana, 2016, “Indonesia Resmi Calonkan Diri Jadi Anggota Tidak Tetap DK

PBB”, terdapat dalam https://international.sindonews.com/read/1143362/40/indonesia-resmi-

calonkan-diri-jadi-anggota-tidak-tetap-dk-pbb-1475158264 diakses pada 27 September 2019 104 United Nations Security Council Report. “Security Council Elections 2018” 21 Mei

2018, Hal. 10 diunduh dari https://www.securitycouncilreport.org/atf/cf/%7B65BFCF9B-6D27-

4E9C-8CD3-CF6E4FF96FF9%7D/unsc_elections_2018.pdf

Page 76: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

65

Komitmen dapat diperoleh secara tertulis, lisan, atau keduanya. Suara

dilemparkan melalui pemungutan suara rahasia, sehingga tidak mungkin untuk

memastikan apakah negara anggota telah menepati janji mereka. Ada beberapa

alasan mengapa komitmen suara dapat diingkari. Seorang pejabat tinggi di suatu

negara dapat menjanjikan suara negara tersebut untuk kandidat tertentu tetapi gagal

untuk menyampaikan komitmen terhadap misi permanen ke PBB di New York, di

mana suara diberikan. Atau, jika ada perubahan dalam pemerintahan, pemerintah

baru mungkin tidak menganggap dirinya terikat oleh janji dari pemerintahan

sebelumnya. Mengingat kerahasiaan surat suara, ada insentif untuk menjaminkan

semua kandidat dalam pemilihan yang kompetitif. Mengetahui bahwa komitmen

tidak selalu pasti ditepati, beberapa negara kandidat berulang kali menghubungi

negara-negara yang telah berjanji untuk memilih mereka, mencari kepastian bahwa

mereka tidak berubah pikiran. Kandidat anggota tidak tetap DK PBB sering

mencari komitmen suara dari negara-negara anggota di berbagai tingkat

pemerintahan baik secara regional maupun non-regional.105

Berikut merupakan beberapa diplomasi yang dilakukan oleh Indonesia

dalam rangka kampanyenya sebagai kandidat anggota tidak tetap DK PBB periode

2019-2020.

1. Diplomasi Bilateral

Diplomasi bilateral yang dilakukan oleh Indonesia dalam rangka

kampanyenya sebagai kandidat anggota tidak tetap DK PBB periode 2019-2020

105 United Nations Security Council Report. “Security Council Elections 2019” 14 Mei

2019, Hal. 10 diunduh dari https://www.securitycouncilreport.org/atf/cf/%7B65BFCF9B-6D27-

4E9C-8CD3-CF6E4FF96FF9%7D/unsc_elections_2019.pdf

Page 77: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

66

dimulai sejak dua tahun, yakni 2016, sebelum hari pemilihan dilakukan. Pada

Februari 2016, Indonesia telah meminta dukungan kepada Republik Ceko yang

melakukan kunjungan bilateral ke Indonesia. Dalam pertemuan bilateral tersebut

juga dibahas mengenai peningkatan perdagangan Indonesia-Ceko yang pada 2015

mencapai USD 260 juta dan beasiswa mahasiswa kedua negara lewat pola

diplomasi people to people contact.106

Selanjutnya pada Maret 2016, Menlu RI juga meminta dukungan kepada

Sierra Leone lewat Menlu Samura M.W Kamara pada Konferensi Tingkat Tinggi

Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (KTT LB OKI) 2016 di Senayan, Jakarta.

Permintaan dukungan ini disambut baik oleh Sierra Leone karena merasa memiliki

pandangan yang sama mengenai isu Palestina.107 Dukungan dari Angola

disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Angola Georges Rebelo Chicoti dalam

kunjungannya ke Gedung Pancasila pada 11 April 2017. Angola akan memberikan

dukungannya dalam berbentuk nota tertulis. Menlu Chicoti mengatakan kedua

negara memiliki visi yang sama dalam beberapa visi internasional. Dukungan ini

juga diikuti sinyal kuat dari Angola yang hendak membuka kedutaannya di

Indonesia sebagai tanda keeratan hubungan bilateral kedua negara.108

106 Fira, 2016, “Jokowi Minta Dukungan Ceko, Jadi Anggota Tak Tetap DK PBB”, tersedia

dalam https://www.obsessionnews.com/jokowi-minta-dukungan-ceko-jadi-anggota-tak-tetap-dk-

pbb/ diakses pada 27 September 2019 107 Emirald Junio, 2016, “Indonesia Minta Dukungan Sierra Leone untuk Masuk DK PBB”,

tersedia dalam https://news.okezone.com/read/2016/03/06/18/1329053/indonesia-minta-dukungan-

sierra-leone-untuk-masuk-dk-pbb diakses pada 27 September 2019 108 Medcomid, 2017, “Angola Beri Dukungan Kuat Keanggotaan Indonesia di DK PBB”,

tersedia dalam

https://www.medcom.id/internasional/asia/eN4JEwok-angola-beri-dukungan-kuat-

keanggotaan-indonesia-di-dk-pbb diakses pada 27 September 2019

Page 78: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

67

Pada 13 Maret 2018, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta dukungan

kepada Kazakhstan dalam kunjungan Delegasi senat parlemen Republik

Kazakhstan resmi menemui Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta. Dalam

permintaannya kepada perwakilan dari Kazakhstan, Presiden Jokowi berharap

Indonesia-Kazakhstan sebagai negara dengan penduduk Muslim dapat

merepresentasikan Islam yang damai dan dapat memberikan kesejahteraannya

untuk dunia. Presiden Jokowi menekankan bahwa kedua negara perlu

meningkatkan kerja samanya, terutama untuk merealisasikan kemerdekaan

Palestina. Dengan terpilihnya Indonesia dalam keanggotaan DK PBB, Indonesia

juga menjanjikan isu ini untuk lebih diperhatikan di dalam DK PBB.109

Dukungan dari negara-negara Eropa juga berdatangan kepada Indonesia.

Swedia menjadi negara Eropa yang mendukung penuh pencalonan Indonesia dalam

kontestasi anggota tidak tetap DK PBB periode 2019-2020. Pernyataan tersebut

disampaikan Peter Hultqvist kepada Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu

pada 7 April 2017. Swedia berharap Indonesia yang telah berpengalaman dalam

menjaga perdamaian dunia sekiranya dapat menjadi inspirasi dari pengalaman

tersebut, khususnya terkait peredaman konflik dan mencari simpati masyarakat di

wilayah konflik.110 Georgia juga berkomitmen untuk mendukung Indonesia dalam

kontestasi tersebut pada pertemuan bilateral Indonesia-Georgia di Georgia pada 13

Mei 2017 yang diwakili oleh Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon dan Wakil Menteri

109 Dessy Saputri, 2018, “Indonesia Minta Dukungan Jadi Anggota tak Tetap DK PBB”,

tersedia dalam https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/18/03/13/p5izcv335-indonesia-

minta-dukungan-jadi-anggota-tak-tetap-dk-pbb diakses pada 27 September 2019 110 Golda Eksa, 2017, “Swedia Dukung Indonesia Masuk Anggota Tidak Tetap Dewan

Keamanan PBB”, tersedia dalam https://mediaindonesia.com/read/detail/104165-swedia-dukung-

indonesia-masuk-anggota-tidak-tetap-dewan-keamanan-pbb diakses pada 27 September 2019

Page 79: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

68

Luar Negeri Georgia, David Zalkaliani.111

Sedangkan di wilayah Asia, Indonesia melakukan upaya diplomasi bilateral

dengan Jepang dalam pencarian dukungannya. Jepang menyatakan mendukung

Indonesia kepada Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, di kantor

Kementerian Luar Negeri Jepang, Tokyo, pada 14 April 2017. Hingga 2017,

Pemerintah Indonesia mencatat telah memperoleh komitmen dukungan dari 95

negara. Perinciannya yakni 22 dukungan unilateral, 19 dukungan lisan, dan 54

dukungan melalui pengaturan saling dukung.112

Pada April 2018, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (Menlu RI),

Retno Marsudi berkunjung ke Amerika Serikat (AS) adalah dalam rangka

pencalonan Indonesia sebagai anggota tidak tetap DK PBB. Menlu Retno

mengharapkan dukungan AS pada pemilihan di Majelis Umum PBB pada 8 Juni

2018. Permohonan ini diutarakan langsung oleh Menlu RI dalam pertemuan

bilateral dengan Menlu AS Michael Richard Pompeo di Washington DC meski

tidak tertulis secara resmi dalam agenda yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri

AS. Pada kunjungan ini Menlu RI juga menyampaikan kembali posisi Indonesia

yang mendukung Palestina. Mengingat Indonesia merupakan negara dengan

penduduk Islam terbesar di dunia, Indonesia mengharapkan AS dapat

memperhatikan kepentingan dunia Islam.113

111 Koran Sindo, 2017, “Georgia Dukung RI Jadi Anggota DK PBB”, tersedia dalam

http://koran-sindo.com/page/news/2017-05-22/0/7/Georgia_Dukung_RI_Jadi_Anggota_DK_PBB

diakses pada 27 September 2019 112 Tempo, 2017, “Jepang Dukung Indonesia Jadi Anggota Dewan Keamanan PBB”,

tersedia dalam https://nasional.tempo.co/read/866151/jepang-dukung-indonesia-jadi-anggota-

dewan-keamanan-pbb/full&view=ok diakses pada 27 September 2019 113 Natalia Santi, 2018, “Menlu RI Minta Dukungan AS untuk Jadi Anggota DK PBB”,

tersedia dalam https://www.cnnindonesia.com/internasional/20180607004605-134-304131/menlu-

ri-minta-dukungan-as-untuk-jadi-anggota-dk-pbb diakses pada 27 September 2019

Page 80: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

69

Selain itu, pada April 2018, di bulan yang sama, Ketua Dewan Perwakilan

Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Bambang Soesatyo, juga melakukan

pertemuan bilateral dengan Paskistan guna menyampaikan permintaan dukungan

bagi Indonesia dalam pemilihan anggota tidak tetap DK PBB. Ketua DPR RI

menjanjikan kepada Pakistan jika terpilih sebagai anggota tidak tetap DK PBB pada

periode mendatang maka Indonesia akan ikut berfokus menyikapi konflik yang

terjadi di duna, terutama konflik yang terjadi antara Pakistan dan India.114

Dalam kampanyenya pada pencalonan anggota tidak tetap DK PBB periode

2019-2020, pada 22 September 2016 Menlu RI setidaknya melakukan pertemuan

dengan sekitar 28 negara pada Sidang Majelis Umum PBB ke-71. Pada pertemuan

tersebut telah terdapat beberapa negara yang memang sebelumnya sudah

memberikan dukungan dan terdapat pula beberapa negara yang sudah secara resmi

memberikan dukungan, meskipun belum menyampaikan secara tertulis. Pada

Sidang Umum PBB tersebut beberapa negara anggota PBB langsung mengatakan

akan segera membuat nota tertulis.115 Satu tahun kemudian, pada Sidang Majelis

Umum PBB ke-72, Menlu RI melakukan maraton diplomasi dengan bertemu

negara-negara sahabat yang bertujuan menggalang dukungan bagi pencalonan

Indonesia sebagai anggota tidak tetap DK PBB periode 2019-2020. Menlu Retno

menghadiri kurang lebih 70 pertemuan bilateral dengan negara-negara sahabat.116

114 Anggi Martaon, 2018, “DPR Minta Dukungan Indonesia Jadi Anggota Tidak Tetap DK

PBB”, tersedia dalam https://www.medcom.id/nasional/peristiwa/8N0Vq1rk-dpr-minta-dukungan-

indonesia-jadi-anggota-tidak-tetap-dk-pbb diakses pada 27 September 2019 115 Victor Maulana, 2016, “Indonesia Resmi Calonkan Diri Jadi Anggota Tidak Tetap DK

PBB”, terdapat dalam https://international.sindonews.com/read/1143362/40/indonesia-resmi-

calonkan-diri-jadi-anggota-tidak-tetap-dk-pbb-1475158264 diakses pada 27 September 2019 116 Liputan6, 2017, “Indonesia Galakkan Dukungan untuk Jadi Anggota Tak Tetap DK

PBB”, tersedia dalam https://www.liputan6.com/global/read/3100828/indonesia-galakkan-

dukungan-untuk-jadi-anggota-tak-tetap-dk-pbb diakses pada 27 September 2019

Page 81: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

70

2. Diplomasi Multilateral

Diplomasi Multilateral yang dilakukan Indonesia yakni pada forum-forum

Internasional yang bertujuan memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk

memperoleh dukungan dari berbagai negara untuk menjadi anggota tidak tetap DK

PBB 2019-2020. Dalam setiap kesempatannya, Indonesia selalu menekankan

prioritas dan tujuannya untuk menjaga perdamaian dunia dan stabilitas di tingkat

global serta meningkatkan kerjasama global untuk melawan terorisme, radikalisme

dan gerakan ekstrimisme lainnya guna mendapatkan dukungan dari berbagai negara

di forum internasional.

Setelah peluncuran kampanye Indonesia pada DK PBB 22 September 2016

oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, Indonesia langsung mendapatkan dukungan dari

negara-negara Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). Dukungan ini

disampaikan dalam informal meeting yang berlangsung di New York pada 25

September 2016. Dalam pertemuan multilateral tersebut Indonesia menyatakan

mampu membuktikan bahwa Islam, demokrasi, modernitas dan penguatan peran

perempuan dapat terjalin dalam satu harmoni. Sehingga alasan tersebut merupakan

salah satu alasan Indonesia layak menjadi anggota tidak tetap DK PBB.117

Pada forum internasional Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, dan

Australia (MIKTA) Indonesia meminta dukungan negara-negara anggota MIKTA

untuk mendukung Indonesia dalam pencalonannya tersebut. Diplomasi multilateral

yang dilakukan Indonesia ini dilakukan pada Pertemuan Tingkat Menteri ke-8

117 Ari Faturrokhmah, 2016, “ASEAN Dukung Penuh Pencalonan Indonesia di DK PBB”,

tersedia dalam

http://rri.co.id/post/berita/311664/nasional/asean_dukung_penuh_pencalonan_indonesia_di_dk_pb

b.html diakses pada 27 September 2019

Page 82: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

71

MIKTA di Sydney 24-25 November 2016.118 Sedangkan pada pertemuan Indian

Ocean Rim Association (IORA) di Bali, Indonesia mendapatkan dua komitmen

dukungan dari Australia dan Sri Lanka. IORA merupakan sebuah organisasi dengan

anggota 21 negara di kawasan lingkar Samudera Hindia. Pada kunjungannya ke

Indonesia dalam rangka menghadiri KTT IORA Maret 2017, Menlu Australia Julie

Bisho menyatakan alasan yang membuat Indonesia layak menduduki posisi anggota

tidak tetap DK PBB. Alasan itu yakni Indonesia merupakan kekuatan ekonomi yang

signifikan. Indonesia berjuang dalam setiap forum internasional agar mencapai

kesejahteraan dan stabilitas baik dalam negeri maupun regional bahkan dunia.119

Dalam lawatan Menlu RI ke AS pada April 2018, Menlu RI menghadiri

resepsi diplomatik dalam rangka pencalonan Indonesia sebagai anggota tidak tetap

DK PBB periode 2019-2020 yang digelar di Markas PBB, New York. Pada forum

ini Menlu RI menyampaikan slogan kampanye Indonesia dalam pencalonannya

bertajuk mitra sejati perdamaian dunia (A True Partner for the World). Menlu RI

menekankan bahwa Indonesia telah memberikan banyak kontribusi bagi

perdamaian dunia karena memiliki rekam jejak yang jelas bagi perdamaian,

kemanusiaan dan kesejahteraan global. Indonesia juga berkontribusi pada bantuan

kemanusiaan misalnya pada bencana alam Haiti, Fiji dan Nepal.120

118 AntaraNEWS, 2016, “Indonesia minta MIKTA dukung pencalonan di DK-PBB”,

tersedia dalam https://www.antaranews.com/berita/597781/indonesia-minta-mikta-dukung-

pencalonan-di-dk-pbb diakses pada 27 September 2019 119 Aditya Mardiastuti, 2016, “RI dapat Dukungan Menlu Australia Jadi Anggota Tidak

Tetap Dewan Keamanan PBB”, tersedia dalam https://news.detik.com/berita/d-3331369/ri-dapat-

dukungan-menlu-australia-jadi-anggota-tidak-tetap-dewan-keamanan-pbb diakses pada 27

September 2019 120 Natalia Santi, 2018, “Menlu RI Minta Dukungan AS untuk Jadi Anggota DK PBB”,

tersedia dalam https://www.cnnindonesia.com/internasional/20180607004605-134-304131/menlu-

ri-minta-dukungan-as-untuk-jadi-anggota-dk-pbb diakses pada 27 September 2019

Page 83: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

72

Kampanye terakhir Indonesia dalam pencalonannya itu berlangsung pada

14 Mei 2018 di Markas PBB, New York. Menlu RI menyampaikan pidato yang

berisi kampanye Indonesia di hadapan seluruh anggota DK PBB di ajang "High

Level Open Debate on Respecting International Law.” Pada kesempatan itu, Menlu

Retno menyampaikan pidato debat berjudul “On Upholding International Law

Within the Context of the Maintenance of International Peace and Security” di

hadapan majelis DK PBB.121 Menlu Retno menekankan perlunya DK PBB untuk

memenuhi mandatnya dalam mewujudkan perdamaian dan keamanan internasional

dengan menjadi bagian dari solusi dan bukan bagian dari masalah itu sendiri. Ia

juga menyoroti pentingnya anggota DK PBB menegakkan hukum internasional

dengan menerapkan berbagai resolusi PBB, sehingga pekerjaan dan produk-produk

DK PBB dapat bermanfaat bagi masyarakat global.122

B. Kontribusi Indonesia dalam Perdamaian Internasional

Presiden Jokowi menyampaikan empat alasan keberhasilan Indonesia

masuk menjadi anggota tidak tetap DK PBB itu, yakni:

1. Kondisi dalam negeri Indonesia yang demokratis stabil dan damai. Kondisi

dalam negeri indonesia ini memiliki kontribusi yang besar dalam

pemenangan ini.

2. Rekam jejak dan kontribusi diplomasi Indonesia dalam turut menjaga

121 Rizky Akbar Hasan, 2018, “Kampanye Terakhir untuk Pencalonan Indonesia di DK

PBB, Menlu Bertolak ke New York”, tersedia dalam

https://www.liputan6.com/global/read/3525053/kampanye-terakhir-untuk-pencalonan-indonesia-

di-dk-pbb-menlu-bertolak-ke-new-york diakses pada 27 September 2019 122 AntaraNEWS, 2018, “Indonesia calls on UN Security Council to uphold international

law “, tersedia dalam https://en.antaranews.com/news/115773/indonesia-calls-on-un-security-

council-to-uphold-international-law diakses pada 27 September 2019

Page 84: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

73

perdamaian dunia.

3. Independensi dan netralitas politik luar negeri bebas aktif Indonesia.

4. Peran Indonesia dalam menjembatani perbedaan yang ada, termasuk

negara-negara yang sedang dilanda konflik.123

Sebagai anggota pendiri ASEAN, Indonesia telah berkontribusi dalam

menciptakan ekosistem perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di Asia Tenggara

dan di wilayah yang lebih luas. Indonesia juga secara aktif mempromosikan

perdamaian dunia dan merupakan anggota G20 yang mewakili negara-negara

berkembang. Indonesia juga merupakan salah satu pendiri dan anggota aktif

Gerakan Non-Blok dan Kelompok 77 yang berupaya memajukan kerja sama di

antara negara-negara berkembang untuk memastikan kemajuan bersama bagi

semua.124

Menurut Wapres Jusuf Kalla, terpilihnya Indonesia sebagai anggota tidak

tetap DK PBB periode 2019-2020 didasari oleh pengalaman Indonesia terlibat

dalam penjagaan perdamaian di sejumlah negara melalui pasukan perdamaian

dunia. Wapres Jusuf Kalla mengatakan, “Sejak 1950-an, Indonesia selalu mengirim

'peacekeeping force' apakah itu di Timur Tengah, dahulu di Semenanjung Sinai,

kemudian Kongo di Afrika, di Bosnia juga, di mana-mana pasukan Indonesia ikut

serta,” Kontingen Garuda, yang turut serta dalam pasukan penjaga perdamaian PBB

di negara-negara berkonflik menjadi salah satu nilai lebih terpilihnya Indonesia

123 Arys Aditya, 2018, “Jokowi Ungkap Alasan RI Berhasil Jadi Dewan Keamanan PBB”,

tersedia dalam https://www.cnbcindonesia.com/news/20180612143601-4-18915/jokowi-ungkap-

alasan-ri-berhasil-jadi-dewan-keamanan-pbb diakses pada 27 September 2019 124 United Nations Security Council Report. “Security Council Elections 2018” 21 Mei

2018, Hal. 4 diunduh dari https://www.securitycouncilreport.org/atf/cf/%7B65BFCF9B-6D27-

4E9C-8CD3-CF6E4FF96FF9%7D/unsc_elections_2018.pdf

Page 85: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

74

sebagai anggota tidak tetap DK PBB untuk keempat kalinya.125

Sejak 1957, Indonesia telah menjadi kontributor aktif bagi lebih dari 30

Operasi Penjagaan Perdamaian PBB atau UN Peacekeeping Operations (UNPKO)

dengan penyebaran lebih dari 30.000 pasukan Indonesia dan personel polisi.

Indonesia bercita-cita untuk memperbesar kontribusinya terhadap UNPKO dengan

mewujudkan “Visi 4.000 Penjaga Perdamaian”, yang membayangkan penyebaran

4.000 pasukan penjaga perdamaian Indonesia pada tahun 2019. Untuk memenuhi

visi ini, Indonesia mendirikan Perdamaian Indonesia dan Pusat Keamanan yang

menampung Pusat Pelatihan Penjaga Perdamaian terbesar di Asia Tenggara.126

Indonesia berkontribusi 2.871 Pasukan tersebar di sembilan misi perdamaian PBB,

dengan mayoritas melayani dengan United Nations Hybrid Operation in Darfur

(UNAMID) dan United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL). Indonesia

berjanji untuk meningkatkan total kontribusinya menjadi 4.000 pada akhir 2019.

Indonesia menjadi negara terbesar ke-8 pengirim pasukan perdamaian di daerah

konflik.127

125 Kabar 24, 2018, “Faktor Indonesia Menjadi Anggota Tidak Tetap DK PBB Menurut

Jusuf Kalla”, tersedia dalam https://kabar24.bisnis.com/read/20180611/19/805207/faktor-yang-

bikin-indonesia-jadi-anggota-tak-tetap-dewan-keamanan-pbb-menurut-jusuf-kalla diakses pada 29

September 2019 126 Kemlu RI, “Indonesia For Non-permanent Membership Of The United Nations Security

Council 2019-2020”, Hal. 4 diunduh dari https://ex.kemlu.go.id/manila/id/arsip/lembar-

informasi/Pages/Brochure%20-%20Indonesia%20for%20UN%20Security%20Council%202019-

2020.pdf 127 United Nations Security Council Report. “Security Council Elections 2018” 21 Mei

2018, Hal. 4 diunduh dari https://www.securitycouncilreport.org/atf/cf/%7B65BFCF9B-6D27-

4E9C-8CD3-CF6E4FF96FF9%7D/unsc_elections_2018.pdf

Page 86: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

75

Gambar IV.1.Jumlah Personel UNPKO Indonesia

Sumber: Kemlu RI128

Sepanjang kampanyenya, Indonesia telah menyoroti posisinya di komunitas

internasional sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, negara terpadat

keempat di dunia negara kepulauan terbesar, dan negara dengan populasi Muslim

terbesar di dunia. Ini juga merupakan anggota pendiri Gerakan Non-Blok, G77,

ASEAN, dan anggota G20. Indonesia bercita-cita untuk terus bermain peran

penting sebagai suara moderat dan pembangun jembatan di antara anggota DK dan

dalam sistem PBB yang lebih luas. Indonesia telah menekankan perlunya DK untuk

mereformasi menjadi lebih demokratis, responsif, dan kredibel. Indonesia telah

menguraikan tiga prioritas utama sebagai global pasangan. Ini akan mencari

“ekosistem global” dari perdamaian dan stabilitas melalui mempromosikan

penyelesaian sengketa secara pasif dan memperkuat peran pengaturan regional dan

penjagaan perdamaian dan pembangunan perdamaian PBB. Kedua, itu akan

128 Kemlu RI, “Indonesia For Non-permanent Membership Of The United Nations Security

Council 2019-2020”, Hal. 4 diunduh dari https://ex.kemlu.go.id/manila/id/arsip/lembar-

informasi/Pages/Brochure%20-%20Indonesia%20for%20UN%20Security%20Council%202019-

2020.pdf

Page 87: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

76

mencari sinergi antara yang mendukung agenda perdamaian dan pembangunan

dengan memastikan perdamaian, keamanan dan stabilitas untuk

mengimplementasikan Agenda 2030, termasuk di Afrika, dan membangun

kemitraan global untuk menangani implikasi keamanan ekonomi, kesehatan dan

tantangan lingkungan. Ketiga, Indonesia mengusulkan untuk memprioritaskan

memerangi terorisme, radikalisme dan ekstremisme kekerasan melalui

pembentukan pendekatan komprehensif global dan mengatasi akar permasalahan

terorisme.129

Kinerja Kemlu RI sejak 2010 dalam capaian Sasaran Strategis telah

melampaui 100%. Capaian organisasi Kementerian Luar Negeri pada tahun 2010

sebesar 94,47%, sedangkan pada tahun 2011 capaian kinerja organisasi telah

mencapai 114,99% dan pada tahun 2012 telah mencapai 121,27%. Dari capaian

kinerja organisasi Kementerian Luar Negeri tahun 2013 sebesar 91,82% dan tahun

2014 sebesar 95,56% telah menunjukan bahwa Kementerian Luar Negeri telah

berhasil mencapai tujuan dan sasaran strategis organisasinya yang mendukung

pencapaian visi Kementerian Luar Negeri tahun 2010-2014, yaitu ”Memajukan

Kepentingan Nasional melalui Diplomasi Total”.130

Indonesia berperan aktif dalam upaya perdamaian Palestina, yakni dengan

melakukan beberapa hal. Pertama menolak status Yerusalem sebagai Ibu Kota

129 Kemlu RI, “Indonesia For Non-permanent Membership Of The United Nations Security

Council 2019-2020”, Hal. 5 diunduh dari https://ex.kemlu.go.id/manila/id/arsip/lembar-

informasi/Pages/Brochure%20-%20Indonesia%20for%20UN%20Security%20Council%202019-

2020.pdf 130 Kemlu RI, “Renstra 2015-2019” terdapat dalam

https://kemlu.go.id/download/L3NpdGVzL3B1c2F0L0RvY3VtZW50cy9BS0lQL0tlbWVudGVya

WFuJTIwTHVhciUyME5lZ2VyaS9SZW5jYW5hJTIwU3RyYXRlZ2lzJTIwS2VtbHUlMjAyMD

E1LTIwMTkucGRm diakses pada 15 Desember 2019

Page 88: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

77

Israel. Kedua, mendesak PBB menjalankan prinsip demokrasi dari hasil voting

terhadap status quo Israel. Ketiga, menegaskan dukungan terhadap Palestina dalam

pertemuan OIC Extraordinary Summit di Istanbul, Turki. Keempat, membebaskan

biaya masuk kurma dan minyak zaitun asal Palestina ke Indonesia sejak tahun 2018

agar Palestina semakin mendapatkan keuntungan.

Selain Palestina, Indonesia juga mendorong rekonsiliasi kelompok

berseteru di Afghanistan dengan beberapa cara. Presiden Jokowi mengadakan

pertemuan trilateral dengan Afghanistan dan Pakistan terkait penyebaran bibit

perdamaian di Afghanistan yang melakukan kegiatan ekstremisme dan kekerasan.

Indonesia memberikan bantuan beasiswa pelatihan polisi, pembangunan

infrastruktur, pertukaran ulama, dan pemberdayaan perempuan di Afghanistan.

Penyelenggaraan pertemuan Trilateral Ulama Afghanistan-Pakistan-Indonesia di

Istana Presiden Bogor, 11 Mei 2019. Terakhir, Menlu RI Retno Marsudi

menandatangani perjanjian pembangunan klinik “Indonesia Islamic Center” di

Afghanistan.131

C. Kepentingan Nasional Indonesia dalam Keanggotaan Dewan

Keamanan PBB

Indonesia mewakili negara yang secara politik stabil, kuat secara ekonomi,

dan taat hukum di mana keragaman agama dan demokrasi berjalan seiring untuk

mencapai keadilan sosial bagi rakyatnya.132 Indonesia adalah negara terbesar

131 Kompas, 2018, “Politik Luar Negeri Jokowi-JK dalam 4 Tahun, Apa Saja

Pencapaiannya?”, tersedia dalam https://nasional.kompas.com/read/2018/10/20/17563621/politik-

luar-negeri-jokowi-jk-dalam-4-tahun-apa-saja-pencapaiannya diakses pada 30 September 2019 132 Kemlu RI, 2019, “Our Country at a Glance”, tersedia dalam

https://indonesia4unsc.kemlu.go.id/index.php/our-country-at-a-glance diakses pada 27 September

2019

Page 89: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

78

keempat dengan lebih dari 250 juta orang dan populasi Muslim terbesar di dunia.

Indonesia adalah negara demokrasi terbesar ketiga di dunia dan rumah bagi

masyarakat multikultural yang sangat percaya pada persatuan dalam

keanekaragaman. Kontribusi Indonesia untuk perdamaian dunia sudah ada sejak

tahun-tahun awal kemerdekaannya. Indonesia adalah salah satu penggagas

Konferensi Asia-Afrika 1955 yang mempromosikan kesetaraan dunia di antara

negara-negara, penyelesaian konflik secara damai, kerja sama antar negara, dan

menentang kolonialisme.133

Indonesia dikenal sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia setelah

Amerika Serikat dan India. Keberhasilan proses konsolidasi demokrasi di dalam

negeri, serta upaya-upaya yang dilakukan Indonesia selama ini untuk

mempromosikan dan memajukan demokrasi telah mendapatkan apresiasi dan

pengakuan dunia internasional. Selama ini Indonesia sudah melakukan promosi

demokrasi dan HAM di tingkat regional dan multilateral, misalnya melalui

penyelenggaraan Bali Democracy Forum (BDF), kontribusi Indonesia dalam

pembentukan ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights (AICHR),

dan melalui kontribusi sebagai anggota Dewan HAM PBB. Negara-negara Timur

Tengah dan ASEAN telah membuka kerjasama untuk saling berbagi pengalaman

terkait dengan pelaksanaan demokrasi. Dengan potensi tersebut, Indonesia dapat

berperan memajukan demokrasi pada tingkat regional dan global.134

133 United Nations Security Council Report. “Security Council Elections 2018” 21 Mei

2018, Hal. 4 diunduh dari https://www.securitycouncilreport.org/atf/cf/%7B65BFCF9B-6D27-

4E9C-8CD3-CF6E4FF96FF9%7D/unsc_elections_2018.pdf 134 Kemlu RI, “Renstra 2015-2019” terdapat dalam

https://kemlu.go.id/download/L3NpdGVzL3B1c2F0L0RvY3VtZW50cy9BS0lQL0tlbWVudGVya

WFuJTIwTHVhciUyME5lZ2VyaS9SZW5jYW5hJTIwU3RyYXRlZ2lzJTIwS2VtbHUlMjAyMD

Page 90: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

79

Pemerintah Indonesia menyampaikan beberapa prioritas yang menjadi

tujuan utama dalam pelaksanaan kepentingan nasional dalam keanggotaan DK

PBB. Beberapa prioritas tersebut antara lain dialog penyelesaian konflik, penguatan

sinergi organisasi internasional dan regional, penciptaan ekosistem internasional

yang damai, dan mengaitkan antara perdamaian dunia dengan pembangunan

berkelanjutan. Melalui keanggotaan DK PBB, Indonesia dapat meningkatkan peran

kepemimpinan internasionalnya terkait dalam pengambilan keputusan internasional

mengenai isu keamanan dan perdamaian dunia.135

Keanggotaan DK PBB memungkinkan Indonesia menerapkan

perspektifnya yakni prinsip politik luar negeri bebas aktif dengan memberikan

pendekatan yang lebih mewakili kepentingan middle power ataupun third world

country. Keanggotaan itu juga memberikan peluang Indonesia dalam berinvestasi

politik dengan negara maju maupun negara berkembang sehingga memberikan

peluang lebih besar bagi Indonesia dalam bekerjasama secara keseluruhan sekaligus

menjaga kedaulatan dan integritas teritorial Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI). Pada akhirnya keanggotaan DK PBB memberikan direct exposure pada

penanganan berbagai isu perdamaian dan keamanan internasional. Hal ini

memungkinkan Indonesia untuk secara lebih langsung mengamankan berbagai

kepentingan nasionalnya.136

E1LTIwMTkucGRm diakses pada 15 Desember 2019

135 AntaraNEWS, “Menilik manfaat-tantangan keanggotaan Indonesia di Dewan

Keamanan PBB,” 17 Mei 2019, terdapat dalam

https://www.antaranews.com/berita/873803/menilik-manfaat-tantangan-keanggotaan-indonesia-di-

dewan-keamanan-pbb diakses pada 15 Desember 2019 136 AntaraNEWS, “Menilik manfaat-tantangan keanggotaan Indonesia di Dewan

Keamanan PBB,” 17 Mei 2019, terdapat dalam

https://www.antaranews.com/berita/873803/menilik-manfaat-tantangan-keanggotaan-indonesia-di-

dewan-keamanan-pbb diakses pada 15 Desember 2019

Page 91: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

80

Prinsip politik luar negeri Indonesia yang mengusung politik bebas aktif

menyebabkan Indonesia diizinkan untuk memperjuangkan kepentingan nasional.

Menlu Retno menyampaikan tiga hal yang menjadi prioritas dalam kepentingan

nasional yaitu masalah perlindungan NKRI, masalah WNI di luar negeri, dan

diplomasi untuk kepentingan ekonomi Indonesia. Ia juga menyampaikan mengenai

pentingnya multilateralisme bagi antar negara, dimana tiap negara diharapkan

mampu memberikan solusi mementingkan kebutuhan kedua belah pihak.137

Dalam menjadi anggota tidak tetap DK PBB, artinya Indonesia memiliki

kesempatan untuk menyuarakan perhatiannya kepada isu-isu yang selama ini ingin

diperjuangkan. Indonesia akan memastikan bahwa isu Palestina tidak

terpinggirkan, tetap berada di radar dan bahkan menjadi pusat perhatian DK PBB.

Secara sinergis, Indonesia akan mendukung upayanya di DK PBB dengan

penguatan bantuan kemanusiaan dan peningkatan kapasitas bagi rakyat Palestina,

baik melalui mekanisme bilateral, trilateral, maupun forum multilateral.138

Selain itu, pada saat Presidensi, Indonesia akan mengangkat sejumlah isu

yang menjadi prioritas nasional, antara lain:

Peacekeeping Operations, di mana Indonesia antara lain akan mengusung

kontribusi Indonesia sebagai salah satu negara penyumbang misi

perdamaian PBB terbesar.

Penanggulangan terorisme, di mana Indonesia antara lain akan mendorong

137 Wanda Ayu, “Diplomasi Indonesia: Tantangan dan Peluang,” 26 April 2019, terdapat

dalam https://www.ui.ac.id/diplomasi-indonesia-tantangan-dan-peluang/ diakses pada 15 Desember

2019 138 Kemlu RI, “Keanggotaan Indonesia pada DK PBB,” terdapat dalam

https://kemlu.go.id/portal/id/page/47/keanggotaan_indonesia_pada_dk_pbb diakses pada 15

Desember 2019

Page 92: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

81

pendekatan yang komprehensif dalam upaya penanggulangan terorisme.

Organisasi regional, di mana Indonesia akan mengangkat peran dan

pemberdayaan organisasi-organisasi kawasan, termasuk ASEAN.

Peran Indonesia juga tidak terbatas di forum DK PBB, namun direncanakan

juga akan memberikan sejumlah bantuan teknis dan pengembangan kapasitas di

sejumlah negara, khususnya Timur Tengah, Afrika, dan negara-negara kepulauan

kecil, untuk semakin mengoptimalkan tujuan dan kepentingan nasional Indonesia

dalam mewujudkan perdamaian dunia melalui keanggotaan DK PBB.139

139 Kemlu RI, “Keanggotaan Indonesia pada DK PBB,” terdapat dalam

https://kemlu.go.id/portal/id/page/47/keanggotaan_indonesia_pada_dk_pbb diakses pada 15

Desember 2019

Page 93: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

82

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kemenangan Indonesia pada pemilihan anggota tidak tetap DK PBB

periode 2019-2020 atas Maladewa dikarenakan Indonesia mendapatkan banyaknya

perolehan suara saat berlangsungnya pemilihan 8 Juni 2018. Beberapa alasan

terpilihnya Indonesia dalam skripsi ini dianalisis ke dalam dua bagian. Pertama,

kekuatan diplomasi Indonesia dengan pola diplomasi bilateral dan multilateral.

Dalam menggalang dukungan komitmen suara dari negara-negara anggota PBB,

Indonesia mengupayakan kampanye dengan meminta dukungan untuk dipilih pada

sesi-sesi khusus pertemuan bilateral maupun multilateral dengan negara-negara

anggota PBB. Indonesia berhasil mendapat dukungan kuat dari negara-negara Asia,

Eropa, Afrika, dan Amerika Latin. Di sisi diplomasi multilateral, Indonesia

mengupayakan kampanyenya dalam Association of Southeast Asian Nations

(ASEAN), Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki dan Australia (MIKTA), dan

Indian Ocean Rim Association (IORA). Dimana dalam ketiga forum tersebut

Indonesia banyak mendapatkan dukungan.

Kedua, Indonesia terpilih atas rekam jejak kontribusinya dalam perdamaian

dunia. Tercatat hingga 2019, Indonesia kontribusi personel untuk United Nations

Peacekeeping Operations (UNPKO) sebanyak 2.871 orang tersebar di sembilan

misi perdamaian PBB, mayoritas melayani United Nations Hybrid Operation in

Darfur (UNAMID) dan United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL).

Page 94: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

83

B. Saran

Terpilihnya Indonesia sebagai anggota tidak tetap DK PBB periode 2019-2020

merupakan peluang besar bagi Indonesia dalam mempromosikan perdamaian dunia

dan melaksanakan agenda maupun visi politik internasional Indonesia. Contohnya,

isu perjuangan rakyat Palestina, krisis kemanusiaan di Rakhine State, dan konflik-

konflik lainnya. Indonesia diharapkan dapat memanfaatkan dengan sebaik-baiknya

masa jabatan dalam DK PBB dan dapat menciptakan ekosistem perdamaian dunia

yang berkelanjutan. Indonesia harus mengedepankan penyelesaian konflik melalui

dialog, konsultasi dan negosiasi.

Page 95: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

xii

DAFTAR PUSTAKA

[Buku]

Bourantonis, Dimitris, 2005, “The History and Politics of UN Security Council

Reform”, (London: Routledge)

Bull, Hedley, 2012, “The Anarchical Society: A Study of Order in World Politics

Fourth edition”, (New York: Palgrave Macmillan)

Cooper, Andrew F., 2013, “The Oxford Handbook of Modern Diplomacy”,

(Oxford: Oxford University Press)

Creswell, John W., 2014, “Research Design: Qualitative and Quantitative

Approach and Mixed Methods”, (California: Sage Publication)

Einsiedel, Sebastian von, 2007b, “Security Council,” “The Oxford Handbook on

the United Nations” oleh Thomas G. Weiss (Oxford: Oxford University

Press)

Fasulo, Linda, 2015, “An Insider’s Guide to The UN: Third Edition”, (London:

Yale University Press)

Ganghof, Steffen (2003) “Promises and Pitfalls of Veto Player Analysis”, Swiss

Political Science Review 9 (2): 1-25

Leira, Halvard, 2016, “A Conceptual History of Diplomacy”, (London: SAGE

Publications)

Lim, C. L., 2007, “The Great Power Balance, the United Nations and What the

Framers Intended: In Partial Response to Hans Köchler”, Chinese Journal of

International Law, 6(2)

Nasution, Nazaruddin, 2018, “Dinamika Politik Luar Negeri Indonesia”, (Jakarta:

Yayasan Bina Insan Cita)

Rosenau, James N, 1976, “The Study of Foreign Policy” (New York: Free Press)

White, Brian, 2005, “The Globalization of World Politics: An Introduction to

International Relations”, 3rd edition. (Oxford: Oxford University Press)

[Jurnal]

Cox, Brian, 2009, “United Nations Security Council Reform: Collected Proposals

and Possible Consequences”, South Carolina Journal of International Law

and Business Volume 6,

https://scholarcommons.sc.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1035&context=s

cjilb

Page 96: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

xiii

Hidriyah, Siti, “Peran Strategis Indonesia Menjadi Anggota Tidak Tetap Dewan

Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa” Vol. X, No. 12/II/Puslit/Juni/2018

http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-X-12-II-

P3DI-Juni-2018-229.pdf

Hurd, Ian, “Myths of Membership: The Politics of Legitimation in U.N. Security

Council Reform,” Global Governance 14, no. 2 (April–Juni 2008)

http://www.jstor.org.libproxy.nps.edu/stable/27800702

Kementerian Luar Negeri Indonesia, 2011, “Diplomasi Indonesia 2010”,

Kementerian Luar Negeri Indonesia,

https://www.kemlu.go.id/Buku/Buku%20Diplomasi%20Indonesia%202010.

pdf

Kemlu RI, “Indonesia For Non-permanent Membership Of The United Nations

Security Council 2019-2020”, https://ex.kemlu.go.id/manila/id/arsip/lembar-

informasi/Pages/Brochure%20-

%20Indonesia%20for%20UN%20Security%20Council%202019-2020.pdf

Kuziemko, Ilyana, 2006, “How Much Is a Seat on the Security Council Worth?

Foreign Aid and Bribery at the United Nations”, Harvard Journal of Political

Economy, http://www.hbs.edu/faculty/Publication%20Files/06-029.pdf

Leonard Hutabarat, 2014, “Indonesian Participation in the UN Peacekeeping as an

Instrument of Foreign Policy: Challenges and Opportunities”, Jurnal Unair

Global & Strategis,

http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/jgs45b74e5c14full.pdf

Norlyanti, Nia, “Indonesia as Non-Permanent Member of United Nations Security

Council: Pursuit of Peace for Rohingya and Palestine”, Atlantis Press Vol.

241 https://download.atlantis-press.com/article/25904108.pdf

Resolusi Majelis Umum PBB, “Resolusi nomor A/RES/491 (V) tentang

penerimaan Republik Indonesia dalam keanggotaan di Perserikatan Bangsa

Bangsa”, http://www.worldlii.org/int/other/UNGARsn/1950/2.pdf

United Nations Security Council Report. “Security Council Elections 2018” 21 Mei

2018, https://www.securitycouncilreport.org/atf/cf/%7B65BFCF9B-6D27-

4E9C-8CD3-CF6E4FF96FF9%7D/unsc_elections_2018.pdf

United Nations Security Council Report. “Security Council Elections 2019” 14 Mei

2019, https://www.securitycouncilreport.org/atf/cf/%7B65BFCF9B-6D27-

4E9C-8CD3-CF6E4FF96FF9%7D/unsc_elections_2019.pdf

Wuryandari, Ganewati, 2008, “Politik Luar Negeri Indonesia: Refleksi dan Prediksi

10 Tahun”, Pusat Penelitian Politik LIPI

http://ejournal.politik.lipi.go.id/index.php/jpp/article/view/503/312

Page 97: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

xiv

Yani, Yanyan Mochamad, “Change and Continuity In Indonesian Foreign Policy”,

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-

content/uploads/2010/01/change_and_continuity_in_indonesia_foreign_poli

cy.pdf

[Internet]

AntaraNEWS, “Menilik manfaat-tantangan keanggotaan Indonesia di Dewan

Keamanan PBB,” 17 Mei 2019, terdapat dalam

https://www.antaranews.com/berita/873803/menilik-manfaat-tantangan-

keanggotaan-indonesia-di-dewan-keamanan-pbb

AntaraNEWS, 2016, “Indonesia minta MIKTA dukung pencalonan di DK-PBB”,

tersedia dalam https://www.antaranews.com/berita/597781/indonesia-minta-

mikta-dukung-pencalonan-di-dk-pbb

AntaraNEWS, 2018, “Indonesia calls on UN Security Council to uphold

international law”, tersedia dalam

https://en.antaranews.com/news/115773/indonesia-calls-on-un-security-

council-to-uphold-international-law

Ari Faturrokhmah, 2016, “ASEAN Dukung Penuh Pencalonan Indonesia di DK

PBB”,

http://rri.co.id/post/berita/311664/nasional/asean_dukung_penuh_pencalona

n_indonesia_di_dk_pbb.html

Arys, Aditya, 2018, “Jokowi Ungkap Alasan RI Berhasil Jadi Dewan Keamanan

PBB”, https://www.cnbcindonesia.com/news/20180612143601-4-

18915/jokowi-ungkap-alasan-ri-berhasil-jadi-dewan-keamanan-pbb

Australian Department of Foreign Affairs and Trade, “The role of the United

Nations Security Council” https://dfat.gov.au/international-

relations/international-organisations/un/unsc-2013-2014/Pages/the-role-of-

the-united-nations-security-council.aspx

Autesserre, Séverine, 2019, “The Crisis of Peacekeeping: Why the UN Can’t End

Wars”, https://www.foreignaffairs.com/articles/2018-12-11/crisis-

peacekeeping

CNBC Indonesia, 2018, “Pernyataan Menlu Usai RI Didapuk Jadi Dewan

Keamanan PBB”, tersedia dalam

https://www.cnbcindonesia.com/news/20180609112449-4-

18579/pernyataan-menlu-usai-ri-didapuk-jadi-dewan-keamanan-pbb

Dag Hammarskjöld Foundation, “How does the UN choose its leader?”,

https://www.daghammarskjold.se/un-choose-leader/

Page 98: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

xv

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, “Sejarah Singkat KAA, Kelahiran Dasasila

Bandung” terdapat dalam http://disdik.jabarprov.go.id/news/84/sejarah-

singkat-kaa%2C-kelahiran-dasasila-bandung-%28bagian-2%29

Fira, 2016, “Jokowi Minta Dukungan Ceko, Jadi Anggota Tak Tetap DK PBB”,

https://www.obsessionnews.com/jokowi-minta-dukungan-ceko-jadi-anggota-tak-

tetap-dk-pbb/

Freeman, Chas. W. dan Sally Marks, “Diplomacy”,

https://www.britannica.com/topic/diplomacy

Gnanasagaran, Angaindrankumar, 2018, “What would Indonesia bring to the UN

Security Council?”, https://theaseanpost.com/article/what-would-indonesia-

bring-un-security-council

Golda, Eksa, 2017, “Swedia Dukung Indonesia Masuk Anggota Tidak Tetap

Dewan Keamanan PBB”, https://mediaindonesia.com/read/detail/104165-

swedia-dukung-indonesia-masuk-anggota-tidak-tetap-dewan-keamanan-pbb

Hasan, Rizky Akbar, 2018, “Kampanye Terakhir untuk Pencalonan Indonesia di

DK PBB, Menlu Bertolak ke New York”,

https://www.liputan6.com/global/read/3525053/kampanye-terakhir-untuk-

pencalonan-indonesia-di-dk-pbb-menlu-bertolak-ke-new-york

Humas Kemensetneg, 2018, “Indonesia Terpilih sebagai Anggota Tidak Tetap

Dewan Keamanan PBB”,

https://www.setneg.go.id/baca/index/indonesia_terpilih_sebagai_anggota_ti

dak_tetap_dewan_keamanan_pbb

Humas UGM. “Politik Bebas Aktif Indonesia Masih Relevan” (7 September 2018)

https://ugm.ac.id/id/berita/16997-politik-bebas-aktif-indonesia-masih-

relevan

Jailani, Abdulkadir, 2018, “Great opportunity, great responsibility”,

https://www.thejakartapost.com/academia/2018/06/11/great-opportunity-

great-responsibility.html

Junio, Emirald, 2016, “Indonesia Minta Dukungan Sierra Leone untuk Masuk DK

PBB”, https://news.okezone.com/read/2016/03/06/18/1329053/indonesia-minta-

dukungan-sierra-leone-untuk-masuk-dk-pbb

Kabar 24, 2018, “Faktor Indonesia Menjadi Anggota Tidak Tetap DK PBB

Menurut Jusuf Kalla”, tersedia dalam

https://kabar24.bisnis.com/read/20180611/19/805207/faktor-yang-bikin-

indonesia-jadi-anggota-tak-tetap-dewan-keamanan-pbb-menurut-jusuf-kalla

Page 99: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

xvi

Kemlu RI, “Frequently Asked Questions”,

https://kemlu.go.id/portal/en/read/141/halaman_list_lainnya/frequently-

asked-questions-faq

Kemlu RI, “Indonesian Membership on The UN Security Council”,

https://kemlu.go.id/portal/en/read/147/halaman_list_lainnya/indonesian-

membership-on-the-un-security-council

Kemlu RI, “Keanggotaan Indonesia pada DK PBB,” terdapat dalam

https://kemlu.go.id/portal/id/page/47/keanggotaan_indonesia_pada_dk_pbb

diakses pada 15 Desember 2019

Kemlu RI, “Keanggotaan Indonesia pada DK PBB”,

https://kemlu.go.id/portal/en/read/147/view/keanggotaan-indonesia-pada-

dk-pbb

Kemlu RI, “Renstra 2015-2019” terdapat dalam

https://kemlu.go.id/download/L3NpdGVzL3B1c2F0L0RvY3VtZW50cy9B

S0lQL0tlbWVudGVyaWFuJTIwTHVhciUyME5lZ2VyaS9SZW5jYW5hJT

IwU3RyYXRlZ2lzJTIwS2VtbHUlMjAyMDE1LTIwMTkucGRm diakses

pada 15 Desember 2019

Kemlu RI, 2019, “Indonesia and Global Peace”,

https://indonesia4unsc.kemlu.go.id/index.php/indonesia-global-peace

Kemlu RI, 2019, “Our Country at a Glance”,

https://indonesia4unsc.kemlu.go.id/index.php/our-country-at-a-glance

Kemlu RI. “Indonesia on The UN Security Council”,

https://kemlu.go.id/portal/en/read/148/halaman_list_lainnya/about-

indonesia-on-the-un-security-

Kompas, 2016, "Wapres Buka Kampanye Pencalonan Indonesia sebagai Anggota

DK PBB", tersedia dalam

https://nasional.kompas.com/read/2016/09/23/13174501/wapres.buka.kamp

anye.pencalonan.indonesia.sebagai.anggota.dk.pbb

Kompas, 2018, “Politik Luar Negeri Jokowi-JK dalam 4 Tahun, Apa Saja

Pencapaiannya?”, tersedia dalam

https://nasional.kompas.com/read/2018/10/20/17563621/politik-luar-negeri-

jokowi-jk-dalam-4-tahun-apa-saja-pencapaiannya

Koran Sindo, 2017, “Georgia Dukung RI Jadi Anggota DK PBB”, tersedia dalam

http://koran-sindo.com/page/news/2017-05-

22/0/7/Georgia_Dukung_RI_Jadi_Anggota_DK_PBB

Page 100: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

xvii

Liputan6, 2017, “Indonesia Galakkan Dukungan untuk Jadi Anggota Tak Tetap DK

PBB”, https://www.liputan6.com/global/read/3100828/indonesia-galakkan-

dukungan-untuk-jadi-anggota-tak-tetap-dk-pbb

Mardiastuti, Aditya, 2016, “RI dapat Dukungan Menlu Australia Jadi Anggota

Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB”, https://news.detik.com/berita/d-

3331369/ri-dapat-dukungan-menlu-australia-jadi-anggota-tidak-tetap-

dewan-keamanan-pbb

Martaon, Anggi, 2018, “DPR Minta Dukungan Indonesia Jadi Anggota Tidak Tetap

DK PBB”, https://www.medcom.id/nasional/peristiwa/8N0Vq1rk-dpr-

minta-dukungan-indonesia-jadi-anggota-tidak-tetap-dk-pbb

Maulana, Victor, 2016, “Indonesia Resmi Calonkan Diri Jadi Anggota Tidak Tetap

DK PBB”, https://international.sindonews.com/read/1143362/40/indonesia-

resmi-calonkan-diri-jadi-anggota-tidak-tetap-dk-pbb-1475158264

Medcomid, 2017, “Angola Beri Dukungan Kuat Keanggotaan Indonesia di DK

PBB”, https://www.medcom.id/internasional/asia/eN4JEwok-angola-beri-

dukungan-kuat-keanggotaan-indonesia-di-dk-pbb

Merriam-Webster, “Veto”, https://www.merriam-webster.com/dictionary/veto

Nadin, Peter, 2014, “Security Council 101”,

https://unu.edu/publications/articles/united-nations-security-council-

101.html

Nadin, Peter, 2014, “Security Council 101”,

https://unu.edu/publications/articles/united-nations-security-council-

101.html

Permanent Mission of the Republic of Maldives to the UN, “Maldives for the

United Nations Security Council 2019-2020”, 20 Juni 2018,

http://maldivesmission.com/campaign/maldives_for_the_unsc_2019_2020

Republika, 2019, “Menlu Ungkap 5 Prioritas Politik Luar Negeri Indonesia”,

tersedia dalam https://internasional.republika.co.id/berita/q04ugr382/menlu-

ungkap-5-prioritas-politik-luar-negeri-indonesia

Santi, Natalia, 2018, “Menlu RI Minta Dukungan AS untuk Jadi Anggota DK

PBB”, https://www.cnnindonesia.com/internasional/20180607004605-134-

304131/menlu-ri-minta-dukungan-as-untuk-jadi-anggota-dk-pbb

Saputri, Dessy, 2018, “Indonesia Minta Dukungan Jadi Anggota tak Tetap DK

PBB”,

https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/18/03/13/p5izcv335-

indonesia-minta-dukungan-jadi-anggota-tak-tetap-dk-pbb

Page 101: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

xviii

Sekarwati, Suci, 2019, “Reformasi Hak Veto Anggota PBB Diimbau Realistis”,

https://dunia.tempo.co/read/1165715/reformasi-hak-veto-anggota-pbb-

diimbau-realistis/full&view=ok

Tempo, 2017, “Jepang Dukung Indonesia Jadi Anggota Dewan Keamanan PBB”,

https://nasional.tempo.co/read/866151/jepang-dukung-indonesia-jadi-

anggota-dewan-keamanan-pbb/full&view=ok

The Guardian, 2015, “What's the point of peacekeepers when they don't keep the

peace?,” https://www.theguardian.com/world/2015/sep/17/un-united-

nations-peacekeepers-rwanda-bosnia

The Jakarta Post, 2019, “Indonesia’s UNSC Non-Permanent Membership Begins”,

https://www.thejakartapost.com/news/2019/01/03/indonesias-unsc-non-

permanent-membership-begins.html

United Nations Peacekeeping, “Role of The Security Council”,

https://peacekeeping.un.org/en/role-of-security-council

United Nations Security Council Report. “UN Security Council Working Methods:

Arria-Formula Meetings” (2 Juli 2019)

https://www.securitycouncilreport.org/un-security-council-working-

methods/arria-formula-meetings.php

United Nations, “Charter of the United Nations”,

http://legal.un.org/repertory/art51.shtml

United Nations, “Legal Framework”, http://legal.un.org/repertory/art39.shtml

United Nations, “U.N. Charter”, http://www.un.org/en/sections/un-

charter/chapter-vii/index.html

United Nations, “UN Security Council” http://www.un.org/en/sections/about-

un/main-organs/index.html

United Nations. “Security Council: Function and Powers”,

https://www.un.org/securitycouncil/content/functions-and-powers

Wanda Ayu, “Diplomasi Indonesia: Tantangan dan Peluang,” 26 April 2019,

terdapat dalam https://www.ui.ac.id/diplomasi-indonesia-tantangan-dan-

peluang/

Wangke, Humphrey, “Prioritas Diplomasi Indonesia Di Dewan Keamanan

Perserikatan Bangsa-Bangsa”, Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI, Vol.

XI, No.04/II/Puslit/Februari/2019

Page 102: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

Lampiran 1

Pertemuan ke-93 Majelis Umum PBB

United Nations A/72/PV.93

General Assembly Seventy-second session

93rd plenary meeting

Friday, 8 June 2018, 10 a.m. New York

Official Records

President: Mr. Lajčák . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (Slovakia)

The meeting was called to order at 10.05 a.m.

Agenda item 113 (continued)

Elections to fill vacancies in principal organs

(a) Election of five non-permanent members of the

Security Council

The President: The General Assembly will

proceed to the election of five non-permanent members

of the Security Council to replace those members

whose term of office expires on 31 December 2018. The

five outgoing non-permanent members are the

following: the Plurinational State of Bolivia, Ethiopia,

Kazakhstan, the Netherlands and Sweden. Those five

States cannot be re-elected. Their names should

therefore not appear on the ballot papers.

Apart from the five permanent members, the

Security Council will include the following States in

the year 2019: Côte d’Ivoire, Equatorial Guinea,

Kuwait, Peru and Poland. The names of those States

should therefore also not appear on the ballot papers.

Of the five non-permanent members that will remain

in office in the year 2019, three are from among African

and Asia-Pacific States, one is from among Eastern

European States and one is from among Latin

American and Caribbean States. Consequently,

pursuant to paragraph 3 of resolution 1991 A (XVIII),

of 17 December 1963, the five non-permanent members

should be elected according to the following pattern:

two from African and Asia-Pacific States, one from

Latin American and Caribbean States and two from

Western European and other States. The ballot papers

reflect this pattern.

In accordance with established practice, there is an

understanding to the effect that, of the two States to be

elected from among the African and Asia-Pacific

States, one should be from Africa and one should be

from the Asia-Pacific region.

I should like to inform the Assembly that those

candidates — their number not to exceed the number of

seats to be filled — receiving the greatest number of

votes and a two-thirds majority of those present and

voting will be declared elected. If the number of

candidates obtaining a two-thirds majority is less than

the number of members to be elected, there shall be

additional ballots to fill the remaining places, the

voting being restricted to the candidates obtaining the

greatest number of votes in the previous ballot to a

number not more than twice the places remaining to be

filled.

Also, consistent with past practice, in the case of a tie

vote, and when it becomes necessary to determine the

candidate that will proceed to the next round of restricted

balloting, there will be a special restricted ballot limited

to those candidates that have obtained an equal number of

votes.

May I take it that the General Assembly agrees to

these procedures?

It was so decided.

This record contains the text of speeches delivered in English and of the translation of speeches

delivered in other languages. Corrections should be submitted to the original languages only.

They should be incorporated in a copy of the record and sent under the signature of a member

of the delegation concerned to the Chief of the Verbatim Reporting Service, room U-0506

([email protected]). Corrected records will be reissued electronically on the Official

Document System of the United Nations (http://documents.un.org).

Page 103: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

18-17676 (E)

*1817676*

Page 104: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

A/72/PV.93 08/06/2018

The President: In accordance with rule 92 of the

rules of procedure, the election shall be held by secret

ballot.

Regarding candidatures, I have been informed by

the Chairs of the respective regional groups of the

following: for the two vacant seats from among the

African and Asia-Pacific States, three candidates have

been communicated, namely, Indonesia, Maldives and

South Africa. Of those three candidates, South Africa

is an endorsed candidate. For the one vacant seat from

among the Latin American and Caribbean States, there

is one endorsed candidate, namely, the Dominican

Republic. For the two vacant seats from among the

Western European and other States, two candidates

have been communicated, namely, Belgium and

Germany.

In accordance with rule 92 of the rules of procedure,

we shall now proceed to the election by secret ballot.

Before we begin the voting process, I should like to

remind members that, pursuant to rule 88 of the rules of

procedure of the General Assembly, no representative

shall interrupt the voting except on a point of order on

the actual conduct of the voting. In addition, ballot

papers will be given only to the representative seated

directly behind the country’s name plate.

We shall now begin the voting process. Members are

requested to remain seated until all ballots have been

collected.

Ballot papers marked “A”, “B” and “C” will now be

distributed. In accordance with resolution 71/323, of 8

September 2017, the names of the candidates that have

been communicated to the Secretariat at least 48 hours

prior to the election today have been printed on the ballot

papers for each of the regional groups. Also, additional

blank lines corresponding to the number of vacant seats

to be filled for each of the regional groups have been

provided on the ballot papers for inscribing other names,

as necessary.

I request representatives to use only those ballot

papers that have been distributed and to put an “X” in the

boxes next to the names of the candidates for which they

wish to vote and/or to write other eligible names on the

blank lines. If the box next to the name of a candidate is

checked, the name of that candidate does not have to be

repeated on the blank line. The total number of checked

boxes and/or handwritten names

should not exceed the number of vacant seats to be filled

as indicated on the ballot paper.

A ballot will be declared invalid if it contains more

names of Member States from the relevant region than the

number of seats assigned to it. Accordingly, on the ballot

papers marked “A”, for the African States and Asia-

Pacific States, the total number of checked boxes and/or

handwritten names should not exceed two; on the ballot

papers marked “B”, for the Latin American and

Caribbean States, representatives may only check the box

or write one name of an eligible Member State from the

same region in the space provided; and on the ballot

papers marked “C”, for Western European and other

States, the total number of checked boxes and/or

handwritten names should not exceed two.

If a ballot paper for a region contains one of the

following names of Member States, the ballot remains

valid but the vote for those Member States will not be

counted: first, the names of Member States that do not

belong to the region concerned or, secondly, the names

of Member States that will continue to be non-

permanent members of the Security Council next year.

At the invitation of the President, Mr. Marques

(Brazil), Ms. Houghton (Canada), Ms. Runge

(Latvia), Mr. El Jallad (Lebanon), Mr. Traore (Mali)

and Mr. Al-Kuwari (Qatar) acted as tellers.

A vote was taken by secret ballot.

The meeting was suspended at 10.15 a.m. and

resumed at 11.05 a.m.

The President: The result of the voting is

as follows:

Group A — African and Asia-Pacific States (2 seats) Number of ballot papers: 190

Number of invalid ballots: 0

Number of valid ballots: 190

Abstentions: 0

Number of members present and voting: 190

Required two-thirds majority: 127

Number of votes obtained:South Africa: 183

Indonesia: 144

Maldives 46

Group B — Latin American and Caribbean States (1

seat)

Number of ballot papers: 190

2/3 18-17676

Page 105: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

08/06/2018 A/72/PV.93

Number of invalid ballots: 0

Number of valid ballots: 190

Abstentions: 6

Number of members present and voting: 184

Required two-thirds majority: 123

Number of votes obtained:

Dominican Republic 184

Group C — Western European and other States (2

seats)

The President: I congratulate the States that have

been elected members of the Security Council. I thank the

tellers for their assistance in this election.

This concludes our consideration of sub-item (a) of

agenda item 113.

Announcement regarding the results of the election

of the Chairpersons of the Main Committees

The President: I wish to inform members that

Number of ballot papers: 190 the following representatives have been elected

Number of invalid ballots: 0 Chairpersons of the six Main Committees of the

Number of valid ballots: 190 General Assembly at its seventy-third session and are

Abstentions: 2 accordingly members of the General Committee for that session: First Committee, Mr. Ion Jinga of Romania;

Number of members present and voting: 188 Special Political and Decolonization Committee

Required two-thirds majority: 126 (Fourth Committee), Mr. Lewis Brown of Liberia;

Number of votes obtained: Second Committee, Mr. Jorge Skinner-Kleé Arenales

Germany 184 of Guatemala; Third Committee, Mr. Mahmoud Saikal

Belgium 181 of Afghanistan; Fifth Committee, Ms. Gillian Bird of

Having obtained the required two-thirds majority

and the largest number of votes, Belgium, the

Dominican Republic, Germany, Indonesia and

South Africa were elected members of the Security

Council for a two-year term beginning on 1

January 2019.

Australia; and Sixth Committee, Mr. Michel Xavier

Biang of Gabon.

I congratulate the Chairpersons of the six Main

Committees for the seventy-third session of the General

Assembly on their election.

The meeting rose at 11.10 a.m.

18-17676 3/3

Page 106: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

securitycouncilreport.org 1 Security Council Report Research Report May 2018

Lampiran 2

Pemilihan Dewan Keamanan PBB 2018

Research Report

Security Council Elections 2018

Introduction: The 2018 Elections

On 8 June, the 72nd session of the UN General

Assembly is scheduled to hold elections for the

Security Council. The five seats available for elec-

tion in 2018 according to the regular distribution

among regions will be as follows:

• one seat for the African Group (currently held

by Ethiopia);

• one seat for the

Group of Asia and

the Pacific Small

Island Developing

States (the Asia-

Pacific Group,

currently held by 2018, No. #2

21 May 2018

This report is available online at

securitycouncilreport.org.

For daily insights by SCR on evolving Security Council actions please

The delegate from Togo casts his ballot during the General Assembly meeting to elect the five non- permanent members of the Security Council, 16 October 2006. (UN Photo/ Marco Castro)

Page 107: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

2 whatsinblue.org Security Council Report Research Report May 2018

Kazakhstan);

• one seat for the Group of Latin American and

Caribbean States (GRULAC, currently held by

Bolivia); and

• two seats for the Western Europe and Others

Group (WEOG, currently held by the Nether-

lands and Sweden).

The East European Group is not contesting any

seat this year as its seat, held by Poland through 2019,

comes up for election every other year. The five new

members elected this year will take up their seats on 1

January 2019 and will serve until 31 December 2020.

Page 108: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

securitycouncilreport.org 3 Security Council Report Research Report May 2018

The 2018 Candidates

Six member states—Belgium, the Domini-

can Republic, Germany, Indonesia, the

Maldives and South Africa—are running

for the five available seats. Indonesia and

the Maldives are contesting the single Asia-

Pacific Group seat, while the other four

candidates will run unopposed. Four of the

six current candidates have served on the

Council previously: Belgium has served five

times (1947–1948, 1955–1956, 1971–1972,

1991–1992, and 2007–2008); Germany, also

five times (1977–1978, 1987–1988, 1995–

1996, 2003–2004, and 2011–2012); Indo-

nesia, three times (1973–1974, 1995–1996,

and 2007–2008); and South Africa, twice

(2007–2008 and 2011–2012). The Domini-

can Republic and the Maldives have never

served on the Council.

The table below shows the number of

seats available per region in the 2018 elec-

tion, the declared candidates, and their prior

terms on the Council.

REGION SEATS AVAILABLE IN

THE 2018 ELECTION

MEMBER STATES RUNNING AND

PREVIOUS TERMS ON THE COUNCIL

Africa 1 South Africa (2007–2008, 2011–2012)

Asia-Pacific 1 Indonesia (1973–1974, 1995–1996, 2007–

2008) and the Maldives (never served)

Latin America and Caribbean 1 The Dominican Republic (never served)

Western Europe and Others 2 Belgium (1947–1948, 1955–1956, 1971–

1972, 1991–1992, 2007–2008); Germany

(1977–1978, 1987–1988, 1995–1996,

2003–2004, 2011–2012)

Thus Belgium and Germany, having

served five terms each, have the most prior

Council experience, followed by Indonesia,

which has served three terms, then South

Africa, which has served on the Council twice.

The Dominican Republic and the Maldives

are among the 66 UN member states—over

34 percent of the total membership—that

have never served on the Council.

African Seats

Three non-permanent seats are allocated to

Africa. One seat comes up for election during

every even calendar year, and two seats are

contested during odd years. Although there

have been exceptions, elections for seats allo-

cated to Africa tend to be uncontested, as the

African Group maintains an established pat-

tern of rotation among its five sub-regions

(Northern Africa, Southern Africa, Eastern

Africa, Western Africa and Central Africa).

This year, South Africa is running unop-

posed for the Southern Africa seat.

South Africa South Africa is a founding member state of

the UN. Owing to international opposition

to the apartheid regime, South Africa’s par-

ticipation in the General Assembly was sus-

pended in 1974. The end of apartheid and

the democratic elections in South Africa in

April 1994 paved the way for the restora-

tion of South Africa’s full membership in the

UN. Since then, South Africa has served on

the Security Council twice (2007–2008 and

2011–2012) and was endorsed by the AU for

the 2019-2020 seat at the organisation’s 30th

Ordinary Session in January 2018.

During its campaign, South Africa has

stressed that as a strong proponent of multi-

lateralism and global governance, it believes

the UN remains the best place to address

major international issues, including food

security; climate change and natural disas-

ters; and refugees and migration. South

Africa has indicated that it hopes to use its

term on the Council to prioritise diploma-

cy, mediation, the pacific settlement of dis-

putes, conflict resolution, and peacebuilding

through inclusive dialogue and negotiations,

with the ultimate aim of supporting parties

to achieve sustainable peace, national unity,

and reconciliation. If elected, South Africa

plans to encourage effective partnerships

between the UN and regional and subre-

gional organisations. South Africa would aim

to highlight Africa’s priorities in the area of

peace and security, while continuing to work

with all AU and UN members in pursuit of

effective global governance, multilateralism

and reform of the UN system. Additionally,

South Africa has expressed its determination

1 Introduction: The 2018 Elections

2 The 2018 Candidates

4 Likely Council Dynamics in 2019

6 The Process of Election

6 Regional Groups and Established

Practices

9 The 2017-2018 Split Term

9 Becoming a Candidate

9 Campaigning for the Council

10 UN Documents on Security

Council Elections

11 Useful Additional Resources

11 Annex 1: Rules and Process for Election to the Council: Relevant

Charter Provisions and Rules of

Procedure

12 Annex 2: Historical Background

13 Annex 3: Results of Recent

Elections for Non-Permanent

Members of the Council

Page 109: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

4 whatsinblue.org Security Council Report Research Report May 2018

The 2018 Candidates

to work towards improving the working meth-

ods of the Security Council.

South Africa currently contributes 1,231

personnel to UN peacekeeping missions,

1,185 of whom are serving with the UN Orga-

nization Stabilization Mission in the Demo-

cratic Republic of the Congo (MONUSCO)

while the rest are serving with the UN Mis-

sion in Darfur (UNAMID) and the UN Mis-

sion in South Sudan (UNMISS).

GRULAC Seat

Two non-permanent seats are allocated to

Latin America and the Caribbean, with one

coming up for election every year. Since

2008, candidates for the GRULAC seat have

run unopposed, even when they lacked the

endorsement of the regional group.

The Dominican Republic The Dominican Republic is a founding mem-

ber of the UN, and has never served on the

Security Council. The Dominican Republic

ran unsuccessfully for the Council seat on

two previous occasions, in 2001 and 2007.

Its candidacy for the 2019-2020 seat was

endorsed by GRULAC in August 2017.

In its campaign, the Dominican Republic

has emphasised the importance of advanc-

ing protection issues, including the protection

of civilians; women, peace and security; and

children and armed conflict. It has expressed

interest in promoting the role of youth in

conflict prevention and resolution. Further-

more, the Dominican Republic has high-

lighted the link between hunger and conflict

and the importance of addressing human-

made causes of hunger before, during and

after conflict. It has emphasised its commit-

ment to mediation efforts in its region; along

these lines, it has highlighted its mediating

role between the government and the oppo-

sition in Venezuela. The Dominican Repub-

lic has stressed the importance of promoting

sustainable development and Agenda 2030,

and the interlinkages of those issues with

peace and security. Given its vulnerability to

the impact of climate change as a Caribbean

country, it has placed particular emphasis on

the environmental issues, including the impli-

cations of climate change for international

peace and security.

The Dominican Republic currently has

five nationals serving in the UN Verification

Mission in Colombia.

WEOG Seat

Two non-permanent seats are allocated to

WEOG and both come up for election every

even calendar year. This year, Belgium and

Germany are running for the two available

seats.

Belgium Belgium is a founding member of the UN and

has served on the Security Council five times

(1947–1948, 1955–1956, 1971–1972, 1991–

1992, and 2007–2008). Belgium announced

its candidacy for the current election in 2009.

Belgium has campaigned on the promise

of being a constructive and transparent part-

ner that will use its term on the Council to

benefit the entire UN membership and build

bridges between members and non-members

of the Council. Conflict prevention would be

a priority, and Belgium would aim to pro-

mote timely action, focusing on mediation

and the role of women in the maintenance

of peace and security. In UN peace opera-

tions, Belgium would work together with

regional organisations, troop- and police-

contributing countries, and neighbouring

countries to those hosting peace operations.

Belgium stresses that it would seek to pro-

mote greater efficiency of peace operations

by defining political objectives clearly; refin-

ing mandates and placing the protection of

civilians, particularly children, at their centre;

and ensuring adequate means for sustaining

peace. Other priorities that have been out-

lined by the Belgian campaign include the

elimination of landmines and curbing the

illicit flow of small arms and light weapons;

fighting impunity, particularly in instances of

mass atrocities; and countering terrorism and

violent extremism. Belgium would also strive

to build consensus on the growing impact of

climate change, and would support this as a

regular agenda item of the Council while also

seeking the appointment of a Special Envoy

on the issue.

Currently, Belgium is contributing 108

troops serving in three UN peacekeeping mis-

sions: the UN Multidimensional Stabilization

Mission in Mali (MINUSMA), MONUSCO,

and the UN Truce Supervision Organization

in the Middle East. Belgium has committed

to adding an additional 200 troops to its over-

all contribution to UN peacekeeping opera-

tions by the end of 2018.

Germany The Federal Republic of Germany and the

German Democratic Republic were admitted

to the UN on 18 September 1973. Through

the accession of the German Democratic

Republic to the Federal Republic of Germany,

effective from 3 October 1990, the two Ger-

man states united to form one sovereign state.

Germany has served on the Council five

times (1977–1978, 1987–1988, 1995–1996,

2003–2004, and 2011–2012) and announced

its current candidacy in 2013.

Germany views serving on the Council as

consistent with its increasing international

role. As Europe’s most populous country

and largest economy, Germany has high-

lighted that it has the material resources

and political will to shoulder responsibil-

ity on the world stage, particularly through

its commitment to the UN. It has cited its

membership in international forums, such

as the G7, the Organization for Security

and Co-operation in Europe and the G20,

as well as the Syria Support Group and par-

ticipation in the negotiations on the Iranian

nuclear programme, as examples of its dedi-

cation to peace and security. Germany has

said that it will seek to use all the tools avail-

able to the Council to advance the causes

of sustaining peace and conflict prevention.

Germany’s campaign has also emphasised

its contributions of personnel to UN peace

missions, notably in Mali. Its campaign has

highlighted its active involvement in peace

missions for over 30 years; its financial

contributions to humanitarian assistance,

including for Syrian refugees; and its com-

mitment to human rights.

Germany currently contributes 869 per-

sonnel spread across nine UN peace oper-

ations, the bulk of whom are serving with

MINUSMA.

Asia-Paciftc Seat

One of the two Council seats allocated to

the Asia-Pacific Group comes up for election

every year. This year, Indonesia and the Mal-

dives are running for the one available seat.

The winner will succeed Kazakhstan, joining

Kuwait as the two Council members from the

Asia-Pacific Group.

Indonesia Indonesia, a UN member since 1950, has

served on the Security Council three times

Page 110: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

securitycouncilreport.org 5 Security Council Report Research Report May 2018

The 2018 Candidates

(1973–1974, 1995–1996, and 2007–2008). It

announced its candidacy in 2009.

Throughout its campaign, Indonesia has

highlighted its place in the international com-

munity as the world’s third-largest democ-

racy, fourth most-populous country, the

largest archipelagic country, and the coun-

try with the world’s largest Muslim popu-

lation. It is also a founding member of the

Non-Aligned Movement, the Group of 77

developing countries (G77) and the Associa-

tion of Southeast Asian Nations (ASEAN), a

promoter of South-South cooperation, and

a member of the G20 from emerging econo-

mies. Indonesia aspires to continue to play

a significant role as a moderating voice and

bridge-builder among the members of the

Security Council and in the broader UN sys-

tem. Indonesia has emphasised the need for

the Security Council to reform to be more

democratic, responsive and credible. Indone-

sia has outlined three top priorities as a global

partner. It will seek a “global ecosystem” of

peace and stability through promoting the

pacific settlement of disputes and strength-

ening the roles of regional arrangements and

UN peacekeeping and peacebuilding. Second,

it will seek synergy between the sustaining

peace and development agendas by ensuring

peace, security and stability to implement the

2030 Agenda, including in Africa, and forg-

ing a global partnership for addressing the

security implications of economic, health

and environmental challenges. Third, Indo-

nesia proposes to prioritise combatting ter-

rorism, radicalism and violent extremism

through establishing a global comprehensive

approach and addressing root causes.

Indonesia is currently contributing 2,694

troops spread across nine UN peace missions,

with the majority serving with UNAMID and

the UN Interim Force in Lebanon (UNIFIL).

It has pledged to increase its total contribu-

tion to 4,000 by the end of 2018.

The Maldives The Maldives, a member of the UN since

1965, has never served on the Security

Council, and this is its first time running

for a non-permanent seat. It announced its

candidacy in 2008. If elected, it would suc-

ceed Kazakhstan.

The Maldives has campaigned for a

Council seat under the slogan “shared solu-

tions, shared destiny” and has put forward

five reasons why its candidacy deserves

support, namely that it will offer fresh and

new perspectives; advocate for tolerance and

moderation; work to build bridges and pro-

mote consensus; advocate for cross-cutting

reforms; and that it will operate in a transpar-

ent, effective and accountable manner. The

Maldives says that it would bring diversity to

the Council as a South Asian, Muslim, small

island developing state that is also a member

of the G77 and Non-Aligned Movement, and

will work to promote the interests of devel-

oping countries within the UN system and

on the international stage. The Maldives has

highlighted its work on initiatives with regard

to the security of small states and the human

dimensions of climate change, and includes

small states and climate change among its

thematic priorities if elected to the Council. It

pledges to ensure a considerate approach to

the vulnerable, and work towards an effective

UN system and a balanced Security Coun-

cil. Other priorities will include disarmament

and non-proliferation, conflict prevention,

combatting international terrorism, and pro-

moting human rights.

The Maldives is not currently a troop- or

police-contributing country.

Likely Council Dynamics in 2019

Current divisions within the Council over

issues including Syria and Israel/Palestine

are likely to persist following the departure

of the five current non-permanent members

and the arrival of the five newly elected mem-

bers. Although it is difficult to assess how the

Council’s dynamics might evolve next year,

the priorities raised in the campaigns by the

candidates as well as their longstanding inter-

ests provide an indication of some general

patterns that might emerge.

Belgium has expressed interest in issues

concerning the protection of civilians, par-

ticularly the children and armed conflict

agenda. As such, it may work to have these

agendas integrated better into the Council’s

country-specific work, and may be interested

in chairing the Council’s Working Group on

Children and Armed Conflict. Belgium also

provides multi-layered support to the coun-

tries in the Sahel region. It is currently taking

part in three operations in Mali to support

peace and security: MINUSMA, the EU

Training Mission in Mali, and the EU Capac-

ity Building Mission in Mali. As such, it is

likely that Belgium would be active on these

files while serving on the Council.

Because of its geographical location and

vulnerability to the effects of climate change,

the Dominican Republic could be expected

to join in efforts to promote addressing these

matters while on the Council. The Domini-

can Republic is also likely to take a keen inter-

est in the situation in Haiti, given its proxim-

ity. With the possibility that the UN Mission

for Justice Support in Haiti (MINUJUSTH)

may draw down or even close in the coming

years, it is likely that the Dominican Repub-

lic will seek to influence this process so as

to secure stability. It may also seek to play

a role on Colombia, as it contributes per-

sonnel to the UN Verification Mission there.

Although Venezuela is not on the Council’s

agenda, members have on several occasions

discussed the situation in the country in con-

sultations. Having played a prominent role in

mediation efforts in Venezuela, the Domini-

can Republic may want to be active in the

Council’s engagement on Venezuela should

members decide to address this issue more

substantively in the future.

Germany has expressed interest in engag-

ing closely on several issues on the Council’s

agenda. High on its list of priorities are the

Syrian conflict, Libya,Yemen, and the migra-

tion crisis. As Germany contributes the bulk

of its peacekeepers to the UN mission in Mali,

it can be expected to seek an active role on this

file as well. Having expressed keen interest in

pursuing issues pertaining to the protection

of civilians and the women, peace and secu-

rity agenda, Germany may seek involvement

with the informal expert group on women,

Page 111: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

6 whatsinblue.org Security Council Report Research Report May 2018

Likely Council Dynamics in 2019

peace and security, currently co-chaired by

Peru and Sweden. Given its involvement in

the work of the Peacebuilding Commission

(PBC), Germany may continue to promote

the sustaining peace agenda.

Indonesia, describing itself as a moderate

Muslim country with a keen interest in coun-

tering terrorism and violent extremism may,

if elected, focus its efforts on the Council on

the various aspects of its counterterrorism

agenda including the UN Global Counter-

Terrorism Strategy. It also stresses its promo-

tion of preventive diplomacy and may seek

to enhance the Council’s cooperation with

regional arrangements, such as ASEAN, as

foreseen by Chapter VIII of the UN Charter.

The Maldives can be expected to pur-

sue issues pertaining to climate change and

security. The integration of climate change

dimensions in relation to standing issues on

the Council’s agenda remains contentious

among some members, but the Maldives, if

elected, may join several other member states

that believe the Council must address the

repercussions of climate change on conflict

situations on its agenda.

South Africa can be expected to put

great emphasis on African issues, which

make up the bulk of the Council’s agenda.

It has indicated that it will work to promote

partnerships between the UN and regional

and subregional bodies. In its previous two

terms on the Council, South Africa advo-

cated for closer cooperation between the

UN Security Council and the AU Peace

and Security Council (AUPSC), based

on the belief that this would enhance the

effectiveness of the UN Security Council in

addressing challenges to peace and security

in Africa. These efforts culminated in the

adoption in 2012 of the landmark resolu-

tion 2033, which made specific recommen-

dations about strengthening the coopera-

tion between the UN Security Council and

the AUPSC. It can be expected that South

Africa will use its term on the Council to

continue to enhance this relationship.

The role of the Council in designing

and overseeing the mandates of peacekeep-

ing operations is likely to be an important

issue for several of the candidates, as most

of them contribute personnel to UN peace

missions. It is likely that these member

states will continue to build upon ongoing

efforts by the Council and the Secretariat to

conduct strategic assessments of peacekeep-

ing operations with the aim of increasing

their effectiveness and efficiency. As troop-

and police-contributing countries, if elected,

Belgium, the Dominican Republic, Germa-

ny, Indonesia and South Africa are likely to

be interested in fine-tuning the Council’s

approach to mandating, and to encourage

constructive engagement with other troop-

and police-contributors regarding peace

operations’ mandates.

The conflict prevention and sustaining

peace agenda is a common priority among

this year’s candidates, which is also in line

with the Secretary-General’s renewed

emphasis on these issues. Several candidates,

most notably Germany and Indonesia, have

been playing an active role in the PBC and

could be expected to further advance this

work if elected to the Council. Over the past

several years there has been noticeable inter-

est in strengthening the PBC, triggered in

part by the 2015 review of the UN peace-

building architecture (the PBC, Peacebuild-

ing Support Office and the Peacebuilding

Fund). Subsequently, both the General

Assembly and the Security Council adopted

comprehensive resolutions on peacebuild-

ing: these also established the notion of

“sustaining peace” and the understanding of

peacebuilding as activities to be undertaken

to prevent conflict as well as during peace-

making and peacekeeping.

Over the course of the past several years,

a growing number of the Council’s elected

members have emphasised the interlinkag-

es between development and international

peace and security. This trend is likely to con-

tinue next year since several candidates have

stressed the importance of this issue and have

supported the 2030 Agenda for Sustainable

Development. The tendency of elected mem-

bers to widen the scope of the Council’s work

on conflict prevention has led to some dif-

ficult dynamics among its members. The P3

have been receptive to Council discussions of

links between specific aspects of development

and peace and security. However, China and

Russia have been more cautious in this regard

and have advocated keeping the Council’s

agenda more narrowly focused on issues that

primarily involve situations of armed conflict.

Similarly, the Council has increasing-

ly acknowledged climate change as a root

cause of conflict in several areas on the

Council’s agenda. Belgium, the Dominican

Republic, Germany and the Maldives have

all stressed that the Council must address

climate change and security and will likely

advocate for this if elected. Some members

are resistant to integrating this issue into the

Council’s work, however.

There appears to be a strong desire

among most candidates to enhance the

transparency and inclusiveness of the Coun-

cil’s work. This has been a prominent trend

in candidates’ agendas during recent elec-

tion cycles. Although there have been some

positive developments regarding the work-

ing methods of the Council, most elected

members have continued to draw attention

to aspects of the Council’s work that need

further improvement. These include inad-

equate time to negotiate Council outcomes

and the limited interactivity of Council

meetings. In their campaigns, most mem-

bers have pledged to listen to stakeholders

not on the Council and to take their perspec-

tives into account. One continuing member,

Peru, and one candidate, the Maldives, are

members of Accountability, Coherence and

Transparency (ACT), an initiative launched

in May 2013 by a group of member states

focusing on the Council’s working meth-

ods, particularly those that enhance non-

members’ interaction with the Council. The

goals of ACT are likely to resonate with the

Council members that are not part of the

group but are nevertheless committed to

enhancing the accountability, effectiveness

and legitimacy of the Council.

The five departing Council members

serve as the chairs of six sanctions com-

mittees and three other subsidiary bodies.

Over the past few years, there has been a

trend towards increased transparency in the

work of the sanctions committees, including

public briefings by the chairs, engagement

with regional actors, and several field visits

(although there has also been resistance by

permanent members in some cases). This

will be the third time that the Council elec-

tions are held more than six months prior to

the start of the new elected members’ terms,

in line with General Assembly resolution A/

RES/68/307 making it likely that the process

of selection of chairs will take place consider-

ably earlier than was the case until 2016. After

the 2016 elections, Council members agreed

on a note by the president (S/2016/619)

Page 112: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

securitycouncilreport.org 7 Security Council Report Research Report May 2018

Likely Council Dynamics in 2019

concerning transitional arrangements for

newly elected members, which, among other

matters, called on Council members to agree

provisionally on the appointment of chairs of

subsidiary bodies by 1 October. In 2016, such

agreement was reached only on 31 October,

though this was still significantly earlier than

in previous years. In 2017, the Council incor-

porated the provisions of its 2016 note on

transitional arrangements into a comprehen-

sive document on working methods, Note by

the President S/2017/507. Later that year, the

Council agreed on the selection of chairs by

the end of the first week of October. It will be

interesting to observe how the process will

unfold this year and what positive impact it

might have on the management of the Coun-

cil’s subsidiary bodies.

The Process of Election

A country must obtain the votes of two-thirds

of the member states present and voting at the

General Assembly session in order to secure

a seat on the Council, regardless of whether

the election is contested. This means that at

least 129 votes are required to win a seat if

all 193 UN member states vote. Member

states that abstain are considered not voting.

A member state can be excluded from voting

as a result of arrears in payment of financial

contributions, in accordance with Article 19

of the UN Charter. At press time, Libya was

the only member not permitted to vote in the

General Assembly because of its arrears.

Elections to the Council, as with other prin-

cipal organs of the UN, require formal ballot-

ing, even if candidates have been endorsed by

their regional group and are running unop-

posed. If no candidate obtains the required

number of votes in the first round, voting in the

next round is restricted to the candidates that

received the most votes. In this restricted ballot,

the number of countries included is limited to

twice the number of vacant seats; for example,

if one seat is available, only the two countries

that received the most votes in the first round

can contest the next round. Any votes for other

candidates during this restricted voting round

are considered void. This restricted voting pro-

cess can continue for up to three rounds of vot-

ing. If a candidate at that point still fails to gar-

ner the required number of votes, unrestricted

voting is reopened for up to three rounds.This

pattern of restricted and unrestricted voting

continues until a candidate is successful in

securing the required two-thirds majority.

In theory, it is possible that a country

running unopposed might not garner the

required number of votes of those present

in the General Assembly in the first round

of voting. Such a country may then be chal-

lenged in subsequent rounds and could ulti-

mately fail to obtain a seat. However, this is

unlikely and has never happened.

Historically, there have been several

instances in which extended rounds of voting

were required to fill a contested seat.This was

more common before the Council’s enlarge-

ment from 11 to 15 members in 1966, and

resulted in a number of agreements to split

terms. Despite the enlargement, extended vot-

ing has still occurred, although such situations

have always been solved by the withdrawal of

one of the contenders or the election of a com-

promise candidate, rather than by agreeing on

a split term.The sole exception to this practice

since 1966 was the 2016 agreement between

Italy and the Netherlands to split the 2017-

2018 term. A summary of the recent voting

in the General Assembly elections for non-

permanent seats on the Security Council is

contained in Annex 3 of this report. A com-

plete list of voting records since 1946 is avail-

able on the Security Council Report website.

Regional Groups and Established Practices

For purposes of elections to the Security Coun-

cil, the regional groups have been governed by

a formula set out in General Assembly reso-

lution 1991 A (XVIII), which was adopted in

1963 and took effect in 1966.The main feature

of the resolution was to amend the UN Charter

to increase the number of Council members

from 11 to 15. Under this resolution, the seats

previously assigned to the African and Asia-

Pacific states were combined. In reality, how-

ever, the candidates for election to the African

and Asia-Pacific seats operate separately, and

this report reflects that customary practice.

Article 23 of the Charter, which sets the

number of Council members, also specifies

the criteria that the members of the Gener-

al Assembly are to apply when considering

which countries should be elected to serve

on the Council. It provides that due regard

shall be “specially paid, in the first instance

to the contribution of Members of the United

Nations to the maintenance of international

peace and security and to the other purpos-

es of the Organization, and also to equitable

geographical distribution”.

The Charter does not define equitable

geographic distribution, stipulate how it

should be achieved, or suggest the composi-

tion of appropriate geographical groups. The

principle of equitable geographic distribution

gave rise to the establishment of electoral

groups as a vehicle for achieving that goal,

however. The regional groups, as they now

operate, are as follows:

African Group

Asia-Pacific Group

Eastern European

Group

WEOG

Page 113: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

8 whatsinblue.org Security Council Report Research Report May 2018

Regional Groups and Established Practices

Kiribati, which had not participated in

any regional group within the UN, joined the

Asia-Pacific group in 2013. The US is not a

member of any group but attends meetings

of WEOG as an observer and is considered a

member of this group for electoral purposes.

Israel, which did not belong to any group for

many years, was given temporary member-

ship in WEOG in May 2000.

African Group

Most of the groups have informal under-

standings on internal selection processes

that are not codified into actual rules. The

African Group is an exception to this in that

it has adopted the rules of procedure of the

AU’s Ministerial Committee on Candida-

tures within the International System for the

selection of candidates to occupy the three

African seats on the Council. Subregional

groups within the African Group tend to fol-

low a rotation system, though there have been

some departures from this scheme. Theoreti-

cally, under this system every country in Afri-

ca should eventually get a turn to be a candi-

date for a seat on the Council.

In most years, this means that the UN

membership at large has little choice regard-

ing the African candidates. However, there

have been exceptions. The election in 2011

was unusual in that three candidates (Mau-

ritania, Morocco and Togo) ran for two seats.

This happened because Mauritania decided

to contest the Northern Africa/Arab swing

seat with Morocco, rather than wait its turn

in the rotational cycle. Morocco prevailed, as

did Togo, which won the seat allocated by the

African Group to the Western Africa subre-

gion. In 2000, when Sudan was the endorsed

candidate, Mauritius decided to contest the

seat and won election to the Council.

The African rotation generally follows

a systematic cycle based on the following

principle:

• Northern Africa and Central Africa rotate

running for one seat every odd calendar

year;

• Western Africa runs for one seat every odd

calendar year; and

• Eastern Africa and Southern Africa rotate

running for one seat every even calendar

year.

Nonetheless, the picture can become com-

plicated, as some countries that can claim to

straddle more than one geographic region have

at times chosen to shift from one subgroup to

another. Challengers can emerge within the

same subregional grouping, upsetting the

rotation. Candidate countries can often be

persuaded to drop out to avoid a competitive

election. However, there have been times when

rival candidacies have emerged and continued

all the way through to the election. In addition,

within a subgroup some countries may choose

to run more often, while others choose to run

infrequently or not at all.

The process of selecting a candidate in the

African Group usually follows a defined path,

in accordance with the AU rules of procedure

cited above. First, the subregional groups

select the potential candidate countries and

forward their names to the African Group for

endorsement. The group submits the candi-

dates to the Committee on Candidatures of

the African Group in New York, which trans-

mits the information to the AU Ministerial

Committee on Candidatures. This commit-

tee follows its written rules of procedure in

selecting candidates. The African Group and

the AU are made up of the same members.

(For over three decades the sole exception

was Morocco, which had been a founding

member of the Organisation of African Unity

[OAU], the AU’s precursor, but which with-

drew from membership in the OAU in 1984

after the organisation admitted the Sahrawi

Arab Democratic Republic. In January 2017,

Morocco joined the AU.) Subregional organ-

isations may add their endorsement before

the list goes to the AU Ministerial Commit-

tee.The AU Executive Committee makes the

final decision during an AU summit meet-

ing. Despite the written rules of procedure for

candidate selection, some countries have in

the past submitted their candidature directly

to the AU Ministerial Committee on Candi-

datures, bypassing the process in New York.

Overall, the system of rotation tends to

favour unopposed elections.There have been

times when this has resulted in the election

of candidates that might have struggled in a

contested election and whose presence on the

Council was perceived as counterproductive.

A factor that seems to be coming into

play is the growing desire by some mem-

ber states in the region to be elected more

often than strict adherence to the rotation

system would allow. Nigeria was elected

for the 2014-2015 term after having been

a Council member in 2010-2011. South

Africa was on the Council in 2007-2008,

again in 2011-2012, and is running for

the 2019-2020 term. Although some have

argued against the “miniaturisation” of the

Council by including too many small states,

smaller countries have stated that they too

contribute to international peace and securi-

ty and should have the opportunity to serve

on the Council.

Asia-Paciftc Group

In 2011, the Asian Group officially changed

its name to the Group of Asia and the Pacific

Small Island Developing States, also known

as the Asia-Pacific Group. The name change

was made to account for the fact that more

than 26 percent of the group’s members are

Pacific Island countries.

In the Asia-Pacific Group, there are no

formally established practices of rotation to

fill the two seats, one of which becomes avail-

able every year.While it has the same number

of countries as the African Group, the Asia-

Pacific Group’s wide geographic span—from

the Middle East to Polynesia—has led to

much looser regional coordination.

Until the mid-1990s, there was a fair-

ly consistent South Asian presence on the

Council, with Bangladesh, India, Nepal and

Pakistan rotating seats. In practice, South

Asian countries rarely run against each other.

One exception occurred in 1975 when India

and Pakistan contested the same seat and

eight rounds of voting were needed before

Pakistan prevailed.

Since 1958, Japan has also been a regular

presence on the Council. When it completed

its last term at the end of 2017, Japan had accu-

mulated 22 years on the Council, the most of

any non-permanent member. Since 1966, it

has never been off the Council for more than

six consecutive years. With a total of 20 years

on the Council, Brazil comes in second.

The absence of a formal rotation system

has meant that there is frequently competi-

tion for the Asia-Pacific seat regardless of

whether a candidate declares itself far in

advance or not. While larger member states

have tended to declare their candidacy closer

to the election year, smaller candidate coun-

tries have tended to announce their decision

to run many years ahead of time. The only

subgroup within the Asia-Pacific Group that

endorses its candidates is ASEAN, made up

of Brunei Darussalam, Cambodia, Indonesia,

Page 114: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

securitycouncilreport.org 9 Security Council Report Research Report May 2018

Regional Groups and Established Practices

Laos, Malaysia, Myanmar, the Philippines,

Singapore, Thailand and Viet Nam.

The Arab Swing Seat

There is an established practice that spans

the Asia-Pacific and African Groups. As dis-

cussed in Annex 2 below, General Assembly

resolution 1991 A (XVIII) provided five seats

for “Asia and Africa”, and in practice the seats

have been divided into three seats for Africa

and two for Asia. In 1967, after Jordan ended

its two-year term in what had been the Middle

East seat, there was a year with no Arab state

European Group for a seat. When the vot-

ing remained deadlocked betweenYugoslavia

and the Philippines after 36 rounds, the two

countries agreed to accept a split term:Yugo-

slavia served on the Council in 1956 and the

Philippines in 1957.)

Latin American and Caribbean Group

After the expansion of the Council and the

reorganisation of the regional groups that

occurred as a result of General Assembly res-

olution 1991 A (XVIII), the Latin American

Group took in the Caribbean states, several

Peru (2017), and now the Dominican Repub-

lic have all been unopposed candidates for

Council seats. One GRULAC seat is up for

election each year.

Western European and Others Group

With 28 members, WEOG is the second-

smallest regional group, and two seats become

available to it every even calendar year. Strictly

speaking, it is not a geographical group, as it

comprises Western Europe plus “others”, but

its members share broadly similar levels of eco-

nomic development and political values. The

on the Council, which coincided with the Six- of which were members of the British Com- “others” subgroup is made up of three mem-

Day War. It appears that at some point there

was an informal agreement, although there

are no known records, that one seat would be

reserved for an Arab state and that Asia and

Africa would take turns every two years to

provide a suitable candidate. As a result, this

seat is often called the “Arab swing seat”. An

Arab country has always occupied a seat on the

Council since 1968.

Eastern European Group

The Eastern European Group is the small-

est regional group, consisting of 23 member

states, with an election for one seat every

odd calendar year. This is the group that has

expanded the most in recent decades, with

15 new members added since 1991 due to

the dissolution of the Soviet Union and the

splitting of both Czechoslovakia and Yugosla-

via. Today, 11 of its countries are EU mem-

bers, four are candidates for EU membership,

and Bosnia and Herzegovina is considered a

“potential candidate”. An Eastern European

seat was included in the permanent mem-

bers’ “gentlemen’s agreement” in 1946 (see

Annex 2), but soon thereafter, the meaning

of that agreement was contested, with the

Soviet Union and the West vying for 20 years

to place their preferred candidates in this seat.

It also became a hotly contested seat among

new member states that did not have a clear

regional grouping. (For example, in 1955,

when there was no Asian seat, the Philip-

pines competed with members of the Eastern

monwealth, and became the Group of Latin

American and Caribbean States (GRULAC).

It currently has 33 members.

Like most of the other groups, GRULAC

has no formal rules regarding rotation. For

much of the last 60 years, non-Caribbean

countries have tended to dominate region-

al representation. Historically, the group

was often able to reach consensus on “clean

slates”. However, the group has also pro-

duced two of the most protracted and bit-

terly contested voting sessions in UN history.

The 1979 contest between Colombia and

Cuba went to 154 rounds and into the fol-

lowing year before Mexico was elected as a

compromise candidate in the 155th round

(the process took from 26 October 1979 until

7 January 1980). In 2006, elections for the

GRULAC seat on the Security Council were

inconclusive after 47 rounds of voting over

several weeks. With the General Assembly

unable to decide between Guatemala and

Venezuela, Panama agreed to stand and was

elected on the 48th round as the compromise

candidate, in a process lasting from 16 Octo-

ber until 7 November.

As a result of this experience, an informal

understanding developed among GRULAC

members to avoid contested elections, start-

ing with the 2007 elections for the 2008-

2009 term. Since then, Mexico (2008), Brazil

(2009), Colombia (2010), Guatemala (2011),

Argentina (2012), Chile (2013), Venezue-

la (2014), Uruguay (2015), Bolivia (2016),

bers of what was previously called the British

Commonwealth Group.The British Common-

wealth Group grew rapidly in the late 1950s as

states in Africa and Asia became independent.

Most of these newly independent states joined

the Asian and African Groups and GRULAC.

Australia, Canada and New Zealand became

the “others” in WEOG. Israel is the other non-

European state that participates in WEOG,

having been a temporary member since 2000.

With France and the UK as members and the

US attending meetings as an observer,WEOG

includes three of the five permanent members

of the Council.The Holy See is also an observ-

er in WEOG.

WEOG practices what might be called an

open-market approach to elections, which

produces a regular pattern of contested can-

didatures that is likely to remain highly com-

petitive in the coming years.

There are several subgroups within

WEOG: the Nordic countries (Denmark,

Finland, Iceland, Norway and Sweden),

CANZ (Canada, Australia and New Zea-

land), and the Benelux (Belgium, the Nether-

lands and Luxembourg). There are informal

understandings within the Nordic countries

and CANZ subgroups that have encouraged

members to support each other’s campaigns.

In its first term on the Council (1951-

1952), Turkey served as the Middle Eastern

Council member. It occupied the Eastern

European seat twice (1954-1955 and 1961)

and has since run for the WEOG seat.

Page 115: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

10 whatsinblue.org Security Council Report Research Report May 2018

The 2017-2018 Split Term

In the 2016 elections, three candidates—

Italy, the Netherlands and Sweden—ran for

the two available WEOG seats. During the

first round of voting, on 28 June, Sweden

received more than the necessary two-thirds

majority of votes to be elected (134), while

Italy and the Netherlands were tied after five

rounds of voting, whereupon the meeting

was suspended. On 29 June 2016, the Chair

of WEOG sent a letter (A/70/964) inform-

ing the president of the General Assembly

that Italy and the Netherlands had agreed

to split the 2017-2018 term in view of the

inconclusive results for the remaining non-

permanent seat.The letter indicated that the

Netherlands had withdrawn its candidacy

in favour of Italy, which was consequently

endorsed by WEOG as the group’s only can-

didate. On 30 June 2016, in a stand-alone

vote, Italy was elected to the seat. According

to the agreement, Italy relinquished its seat

on 31 December 2017 and the Netherlands

ran as the sole and endorsed WEOG candi-

date in a by-election held on 2 June 2017, the

same day as the regular elections for non-

permanent members of the Council for the

2018-2019 term.

Russia and Egypt, a non-permanent

member during the 2016-2017 term, wrote

to the president of the General Assembly

outlining their concerns over the arrange-

ment between Italy and the Netherlands

(A/70/971 and A/70/974). Both letters said

that they viewed the agreement to split the

term as an exceptional case that should not

set a precedent. They argued that a prac-

tice of split terms would have a negative

impact on the functionality and efficiency

of the Security Council in its responsibil-

ity for maintaining international peace and

security. Russia, in its letter, noted that the

last time a decision was taken on splitting a

term had been more than 50 years earlier,

following which the Council’s workload had

greatly increased, and said it was “gravely

disappointed by the inability of the Western

European and other States to designate a

candidate by consensus, which has led to the

current stalemate”.

Article 23(2) of the UN Charter states that

the non-permanent members of the Securi-

ty Council shall be elected for a term of two

years. Split terms started to appear in the

late 1950s due to disagreements regarding

regional rotation and associated Cold War

politics, as well as to accommodate the aspi-

rations of newly independent countries. Two

candidates would occasionally agree to split

the term following multiple rounds of incon-

clusive voting. The member that was elected

first would relinquish its term after one year

on the Council, thus enabling the holding of

a by-election to fill the vacant seat. By-elec-

tions are in line with Rule 140 of the Rules

of Procedure of the General Assembly, which

states: Should a member cease to belong to

a Council before its term of office expires, a

by-election shall be held separately at the next

session of the General Assembly to elect a

member for the unexpired term.

The practice of splitting terms ended in

the mid-1960s when the non-permanent

membership of the Council was enlarged

from six to ten members and regional repre-

sentation was introduced. (For further back-

ground, see “Security Council Elections: Italy

and the Netherlands Agree to a Split Term”,

What’s in Blue, 29 June 2016: www.whatsin-

blue.org/2016/06/security-council-elections-

italy-and-the-netherlands-agree-to-a-split-

term.php.)

Becoming a Candidate

Most candidate countries follow a fairly stan-

dard path in announcing and pursuing their

bids for the Council, with the exception of can-

didates from the African Group, which has a

more complex process, as described earlier. If

the country is a member of a subregional group,

it will often first inform members of that group

of its intention to run and seek support. The

endorsement of the subregional group then

becomes an important factor in the next step.

A candidate country formalises its inten-

tion to seek a Council seat by notifying

the rotating monthly chair of its respective

regional group in New York. This is done

in writing, specifying the two-year term the

country seeks. The chair then incorporates

that information into the UN candidacy chart

of the regional group, which is maintained by

each group and reviewed at monthly group

meetings. Most candidate countries then pre-

pare a circular note to all missions in New

York informing them of the candidacy. Most

also send a note to the Secretariat or the

president of the General Assembly, or both,

although this is not required by the General

Assembly’s rules of procedure.

As the relevant election year approaches,

the regional group may decide to give its

endorsement, and nearer to the election date,

the chair of the regional group will inform

the president of the General Assembly wheth-

er elections will be contested or not. This

becomes a guide to help the Secretariat pre-

pare documentation for the election process.

Campaigning for the Council

Candidates seek voting pledges from member

states, often years in advance of the election,

and may continue to do so up until the day

of the vote. Campaigning for the Council can

involve significant investments of time and

financial resources, although funds brought to

bear vary greatly depending on a number of

factors, including the wealth of the candidate

and whether the candidacy is contested. (Can-

didates predictably tend to spend less in unop-

posed elections.)

Page 116: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

securitycouncilreport.org 11 Security Council Report Research Report May 2018

Campaigning for the Council

Commitments are sought in writing, orally or

both. Member states that promise to vote for

a particular candidate do not always keep their

word, and as votes are cast by secret ballot, it

is not possible to determine which member

states have reneged on their pledges.There are

several reasons why pledges may be broken. In

some cases, there may have been inadequate

communication within the pledging govern-

ment. A high-level official in the capital may

pledge the country’s vote to a particular can-

didate but fail to convey the commitment to

the permanent mission to the UN in NewYork,

where the votes are cast. Additionally, if there is

a change in government, the new government

may not consider itself bound by the pledges

of a previous administration. Given the secrecy

of the ballot, there are incentives to pledge to

all candidates in a competitive election. Know-

ing that commitments are not always secure,

some candidate countries repeatedly cultivate

those countries that have already promised to

vote for them, seeking reassurances that they

have not changed their minds. Candidates

often seek pledges from member states at

many levels of government.

As candidate countries generally focus their

campaigns on influencing the voting decisions

of diplomats in member state capitals and at

UN headquarters, the foreign minister and

permanent representative to the UN play sig-

nificant roles in the campaign process. Addi-

tionally, particularly in contested elections,

many candidates employ special envoys who

try to secure voting pledges from high-level

officials in various capitals. These envoys are

usually former senior government officials

or diplomats. Depending on their campaign

strategies and resources, candidate countries

may use multiple envoys, often focusing their

efforts on particular regions where they lack

strong diplomatic representation.

To secure voting commitments from

member states, candidate countries may vol-

unteer, or be asked for, certain inducements.

For example, a candidate may offer develop-

ment assistance to a member state in seeking

its vote, or it may promise that while on the

Council it will bring attention to or avoid an

issue of concern to that member state. Such

quid pro quo arrangements are a not uncom-

mon element of the campaign process.

The promotion of candidacies by arrang-

ing trips to the candidate’s capital or holding

workshops on issues of interest (normally not

particularly controversial issues) in attractive

locations has been used by several candi-

dates in recent years to raise the profile of

their campaign and attract permanent rep-

resentatives (who will cast the actual vote) to

these events. “Swag bags” filled with items

imprinted with the logo of the candidate that

are handed out within UN circles are intend-

ed to increase the outreach of the campaign.

Customarily, on the day of the elections, per-

manent representatives are offered gifts by

most candidates, even those headed for an

unopposed election.

As contested elections may continue for

several rounds, candidates try to ensure that

member states that voted for them in the first

round continue to do so, while also attempt-

ing to secure support from member states

that did not commit to voting for them in the

first round.

As a result of such bids for second round

or subsequent votes, some member states

have stated when they commit their vote to

a candidate that they do so for the duration

of the electoral process, regardless of the

number of rounds. However, in protracted

elections that come down to two candidates

vying for a single seat, member states will

often eventually shift their vote if it appears

that their candidate of choice is losing ground

and appears unlikely to prevail.

UN Documents on Security Council Elections

Security Council Documents

S/2017/507 (30 August 2017) was the updated com-

pendium of Security Council working methods.

S/2016/619 (15 July 2016) was a note by the Council

president concerning transitional arrangements for

newly elected Council members, which among other

matters called on Council members to agree provi-

sionally on the appointment of chairs of subsidiary

bodies by 1 October.

General Assembly Documents

A/RES/71/323 (8 September 2017) was on the revi-

talization of the work of the General Assembly which

decided that on the day of the election in the General

Assembly or in the Main Committees, the campaign

materials distributed in the General Assembly Hall or

in the Committee meeting room shall be limited to a

single page of information regarding the candidates.

A/71/PV.86 (2 June 2017) was the record of the 2017

election of five non-permanent members.

A/70/PV.108 (30 June 2016) was the record of the

2016 elections for the remaining non-permanent

member from WEOG.

A/70/974 (30 June 2016) was the letter from Egypt

expressing its understanding that the agreement

between Italy and the Netherlands to split the 2017-

2018 term would not lay the ground for future prac-

tice and would have no legal or procedural implica-

tions on future elections to the Security Council.

A/70/971 (30 June 2016) was the letter from Russia

expressing the position that the exceptional case of

the agreement between Italy and the Netherlands to

split the term would not set a precedent, arguing that

this practice would have a negative impact on the

Security Council’s efficiency.

A/70/964 (29 June 2016) was the letter from the chair

of WEOG stating that Italy and the Netherlands had

agreed to split the term, with Italy serving in 2017 and

the Netherlands in 2018, requiring a by-election for

the remainder of the term.

A/70/PV.107 (28 June 2016) was the record of the

2016 elections of the non-permanent members for the

remaining candidates from WEOG when Italy and the

Netherlands announced that they would split the term.

A/70/PV.106 (28 June 2016) was the record of the

2016 elections of four non-permanent members.

A/70/PV.33 (15 October 2015) was the record of the

2015 elections of non-permanent members.

A/69/PV.25 (16 October 2014) was the record of the

2014 elections of non-permanent members.

A/RES/68/307 (18 September 2014) decided that

elections of the non-permanent members of the

Security Council would take place about six months

before the elected members assume their

responsibilities.

A/59/881 (20 July 2005) was a note verbale from

Costa Rica containing information on elections from

1946 to 2004.

A/RES 1991 A (XVIII) (17 December 1963) was the

resolution adopting amendments to the Charter on

the composition of the Council and establishing the

allocation of seats to various regions.

GAOR 1st Session, Part I, 14th Plenary Session and

Part II (12 January 1946) was the first election of non-

permanent members.

Other

Charter of the United Nations, http://www.un.org/en/

charter-united-nations/

Page 117: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

12 whatsinblue.org Security Council Report Research Report May 2018

UN Documents on Security Council Elections

A/520/Rev.15 and amendments 1 and 2 are the Rules

of Procedure of the General Assembly, including

amendments and additions.

Repertory of Practice of the United Nations Organs,

Supplement no. 6, Volume III on Article 23 (1979-

1984).

See http://www.un.org/en/sc/repertoire/ for the

online version of the Repertoire of the Practice of the

Security Council. (The Repertory and the Repertoire

are different resources.)

Useful Additional Resources

David L. Bosco, Five to Rule Them All: The UN Secu-

rity Council and the Making of the Modern World

(Oxford: Oxford University Press, 2009).

Andrew Boyd, Fifteen Men on a Powder Keg: A His-

tory of the UN Security Council, (New York: Stein and

Day, 1971).

Bruce Bueno de Mesquita and Alastair Smith, “The

Pernicious Consequences of UN Security Council

Membership,” Journal of Conflict Resolution, vol. 54,

no. 5 (2010), 667-686.

Terrence L. Chapman and Dan Reiter, “The United

Nations Security Council and the Rally ’Round the

Flag Effect”, Journal of Conflict Resolution vol. 48, no.

6 (2004), 886-909.

Axel Dreher et al, The Determinants of Election to

the United Nations Security Council, CESifo Working

Paper Series, no. 3902 (2012).

Jared Genser and Bruno Stagno Ugarte, eds., The

United Nations Security Council in the Age of Human

Rights (Cambridge: Cambridge University Press, 2014).

Edward C. Luck, Reforming the United Nations: Les-

sons from a History in Progress, International Rela-

tions Studies and the United Nations Occasional

Papers, no.1 (2003).

David M. Malone, “Eyes on the Prize: The Quest for

Nonpermanent Seats on the UN Security Council”,

Global Governance vol. 6, no. 1 (2000), 3-23.

Norman J. Padelford, “Politics and Change in the

Security Council”, International Organization vol. 14,

no.3 (1960), 381-401.

Ruth B. Russell, A History of the United Nations Char-

ter: The Role of the United Nations, 1940-1945, (The

Brookings Institute), 1958.

Bruce Russett, ed., The Once and Future Security

Council (New York: St Martin’s Press, 1997).

Loraine Sievers and Sam Daws, The Procedure of the

UN Security Council, Fourth Edition, (Oxford: Oxford

University Press, 2014) and its website www.scpro-

cedure.org.

Bruno Simma et al, eds., The Charter of the United

Nations, A Commentary (Oxford: Oxford University

Press, 2002).

Ramesh Thakur, ed., What is Equitable Geographic

Representation in the Twenty-first Century?, Interna-

tional Peace Academy, the United Nations University

Seminar Report, 26 March 1999.

Thomas G. Weiss and Sam Daws, eds., The Oxford

Handbook on the United Nations, (Oxford: Oxford

University Press, 2007).

Taking Stock, Moving Forward: Report to the Foreign

Ministry of Finland on the 2012 Elections to the United

Nations Security Council, International Peace Insti-

tute, April 2013.

Rules of Procedure of the AU Ministerial Committee

on Candidatures within the International System, Doc.

EX.CL/213 (VIII), African Union, (2006).

United Nations Handbook 2017-2018, New Zealand

Ministry of Foreign Affairs and Trade, (2017).

Annex 1: Rules and Process for Election to the Council: Relevant Charter Provisions and Rules of Procedure

Charter Provisions on Election to the

Council

The UN Charter, in Article 23, specifies the

number of non-permanent members to be

elected, as amended in 1963:

The General Assembly shall elect ten oth-

er Members of the United Nations to be non-permanent members of the Security

Council… Article 23(2) also stipulates the length of

their term:

The non-permanent members…shall be

elected for a term of two years. The practical impact of rotation occurring

every two years is mitigated by staggering the

cycle, so that the General Assembly elects five

members each year for the stipulated two-year

period.This was determined by rule 142 of the

rules of procedure of the General Assembly.

Despite the specification of a two-year term,

there have been exceptions when members

have served shorter terms. There have been

one-year terms, either to establish the required

rotational cycle or to break electoral deadlocks.

Article 23(2) also contains a provision that

ensures that no member can become a de

facto permanent member by being re-elected

to serve continuously in the Council:

A retiring member shall not be eligible for

immediate re-election. This is further reinforced by Rule 144 of

the Rules of Procedure of the General Assem-

bly, which also states that a retiring member

of the Council is not eligible for immediate

re-election.

In addition to the provisions stated above,

the Charter specifies the criteria that the

members of the General Assembly shall apply

when considering which countries should be

elected to serve on the Council. It provides in

Article 23 that due regard shall be:

…specially paid, in the first instance to the

contribution of Members of the United

Nations to the maintenance of interna- tional peace and security and to the other

purposes of the Organization, and also to

equitable geographical distribution.

“Contribution to the maintenance of inter-

national peace and security” is often interpret-

ed in this context as the personnel or finan-

cial contributions for peacekeeping operations

and peace processes. “Contribution to the

other purposes of the Organization”, by con-

trast, is a very wide term. In recent years, most

discussions regarding Article 23 at the Gen-

eral Assembly have focused on the criteria of

equitable geographical distribution, with issues

Page 118: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

securitycouncilreport.org 13 Security Council Report Research Report May 2018

Annex 1: Rules and Process for Election to the Council: Relevant Charter Provisions and Rules of Procedure related to the candidates’ contribution to inter-

national peace and security being left aside.

A key procedural provision of the Char-

ter that is relevant to Security Council elec-

tions is Article 18(2). This requires a two-

thirds majority vote in the General Assembly

on important questions. Under that article,

election to the Council is defined as an

important question.

In addition, Article 18(3) defines the

required majority by reference to members

present and voting. This refers to members

casting an affirmative or negative vote. Mem-

bers who abstain from voting are considered

not voting.

Relevant Rules of Procedure

Voting, especially during elections to the

Security Council, can sometimes produce

tense and dramatic situations on the floor of

the General Assembly. In such circumstances,

understanding the relevant rules of procedure

can become very important.

Rule 88 of the Rules of Procedure of the

General Assembly indicates that once the

president of the General Assembly announc-

es the commencement of voting, the process

can only be interrupted on a point of order

regarding the conduct of the vote. Further-

more, explanations of vote are not permitted

when votes are cast by secret ballot.

Elections are governed by Rules 92, 93

and 94 of the Rules of Procedure of the Gen-

eral Assembly.

Under Rule 92, elections to the Coun-

cil are held by secret ballot. Nominations

are not required. Countries simply declare

their intention to run, sometimes many years

ahead, either by circular note to all members

of the UN or to the chair of their regional

grouping, or both.

Rule 93 sets out the procedure that applies

when there is only one vacancy to be filled

and no candidate obtains the required two-

thirds majority in the first ballot. It provides

that:

…a second ballot shall be taken, which shall

be restricted to the two candidates

obtaining the largest number of votes…if a

two-thirds majority is required, the ballot- ing shall be continued until one candidate

secures two-thirds of the votes cast... What this first part of Rule 93 means is

that if there are more than two candidates

and there is no clear winner on the first bal-

lot, the lower-polling candidates drop out

and the contest then continues to a second

ballot between the top two candidates. The

effect of Rule 93 is that voting simply con-

tinues until one candidate prevails, either by

securing the required majority or because the

other withdraws.

If neither candidate receives the required

majority on the second and third ballots,

Rule 93 says that after the third inconclu-

sive ballot, votes may be cast for “an eligible

… Member”. This allows new candidates to

come into the process, and the fourth bal-

lot is therefore technically referred to as an

unrestricted ballot. (It also allows any candi-

date excluded after the first restricted ballot

to come back again.)

If a result is not achieved after three of

these unrestricted ballots, Rule 93 requires

that the pool again be reduced to the top

two. This cycle then repeats until a result is

achieved. The emergence of new candidates

during the unrestricted stage is rare but

not unprecedented. If a trend is starting to

emerge in one direction after a succession of

inconclusive ballots, it is not unusual for the

candidate with fewer votes to withdraw.

Rule 94 is similar to Rule 93 but is applied

when there are two or more seats to be filled:

When two or more elective places are to be

filled at one time under the same conditions,

those candidates obtaining in the first bal-

lot the majority required shall be elected. Rule 94 also specifies that if additional

rounds of voting are required, the pool is

reduced by a formula that says that remain-

ing candidates should not be more than twice

the number of places available.

Annex 2: Historical Background

When the UN was established in 1945, the

Charter provided for 11 members of the

Security Council: five permanent members

and six elected members.

Article 23(2) included a provision that in

the first election of Council members, three

members would be chosen for a period of one

year so that in the future three new members

could be elected annually.This was decided by

drawing lots for the one- and two-year terms.

In the first election, on 12 January 1946,

the following countries were elected: Austra-

lia, Brazil, Egypt, Mexico, the Netherlands

and Poland. The pattern of geographical

distribution was: two seats for Latin Amer-

ica, one for the Middle East, one for Eastern

Europe, one for Western Europe, and one for

the British Commonwealth.

The interpretation of what equitable geo-

graphic distribution should mean in terms of

seats was based on an informal agreement

among the permanent members, sometimes

known as the London Agreement. From the

start there was a lack of agreement about

what had been agreed to. The US saw the

1946 formula as applying only to the first

election, but the Soviet Union maintained

that there had been a gentlemen’s agreement

of a more general nature for the future mean-

ing of geographic distribution.

The Charter clearly specifies a two-year

term for elected members of the Coun-

cil, but in addition to the 1946-1947 peri-

od, split terms started to occur in the late

1950s until the Council was enlarged in

1966. This was in part driven by fallout from

the disagreement over regional rotation and

associated Cold War politics. But the aspi-

rations of newly independent countries was

also an important factor. The first example

of this was seen in 1955 when the Philip-

pines and Poland contested a seat. After four

inconclusive ballots, Poland withdrew and

Yugoslavia declared its candidacy. Howev-

er, the stalemate continued, and after two

months and more than 30 rounds of vot-

ing, it was informally agreed that the Philip-

pines would withdraw and that Yugoslavia

would resign after one year, at which point

the Philippines would run as the only can-

didate for that seat. Over the next few years,

this became a common occurrence.

By the early 1960s, there was a growing

acceptance that the original composition of

Page 119: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

14 whatsinblue.org Security Council Report Research Report May 2018

Annex 2: Historical Background

the Council had become inequitable and

unbalanced. Between 1945 and 1965, UN

membership rose from 51 to 117 member

states, with the proportion of Asian, African

and Caribbean states increasing from 25 per-

cent to about 50 percent. On 17 December

1963, the General Assembly adopted resolu-

tion 1991 A (XVIII), which contained amend-

ments to the Charter to address the issue by

increasing the number of elected members to

ten.The resolution also dealt with the issue of

geographic distribution, which was resolved

as follows:

• five elected members from the African and

Asian states—(this was subsequently sub-

divided in practice into two seats for the

Asian Group and three seats for the Afri-

can Group);

• one from the Eastern European states;

• two from the Latin American states (this

included the Caribbean); and

• two from the Western European and other

states (this included Australia, Canada

and New Zealand.)

At the same time, Article 27 was altered

so that resolutions of the Council required

the vote of nine members instead of seven.

This also meant that for the first time the

permanent members could be out-voted by

non-permanent members, although only on

procedural questions, which are not subject

to vetoes by permanent members.

Annex 3: Results of Recent Elections for Non-Permanent Members of the Security Council

The left-hand column lists the year and the

UN General Assembly Session in which

the voting was held, as well as the number

of the plenary meetings (the ordinal num-

bers) and the date of meetings. The middle

column reflects the highest number of votes

and abstentions in a given round of elections.

(The number of votes cast to fill the different

seats in a given round is not always the same.)

Candidate countries that won the election

are in bold. A table with the complete results

from 1946 on can be found at www.security-

councilreport.org.

2007 UNGA62 3 ROUNDS

26th 16-10-07 Round 1: 190 votes, 4 abstentions Burkina Faso 185, Viet Nam 183, Libyan Arab Jamahiriya 178,

Costa Rica 116, Croatia 95, Czech Republic 91, Dominican Republic

72, Mauritania 2, Senegal 1

Round 2: 190 votes, 3 abstentions, restricted Costa Rica 119, Croatia 106, Czech Republic 81, Dominican

Republic 70

Round 3: 189 votes, 9 abstentions, restricted Croatia 184, Costa Rica 179, Czech Republic 1, Dominican Republic

1

2008 UNGA63 1 ROUND

28th 17-10-08 Round 1: 192 votes, 6 abstentions Mexico 185, Uganda 181, Japan 158, Turkey 151, Austria 133,

Iceland 87, Iran (Islamic Republic of) 32, Madagascar 2, Australia 1,

Brazil 1

2009 UNGA64 1 ROUND

20th 15-10-09 Round 1: 190 votes, 7 abstentions Nigeria 186, Gabon 184, Bosnia and Herzegovina 183, Brazil 182,

Lebanon 180, Iran (Islamic Republic of) 1, Liberia 1, Sierra Leone 1,

Togo 1, Venezuela (Bolivarian Republic of) 1

2010 UNGA65 3 ROUNDS

28th 12-10-10 Round 1: 191 votes, 5 abstentions India 187, Colombia 186, South Africa 182, Germany 128, Portugal

122, Canada 114, Pakistan 1, Swaziland 1

Round 2: 191 votes, restricted Portugal 113, Canada 78

Round 3: 184 votes, 2 abstentions, restricted Portugal 150, Canada 32

2011 UNGA66 17 ROUNDS

37th 21-10-2011 Round 1: 193 votes, 2 abstentions Guatemala 191, Morocco 151, Pakistan 129, Togo 119, Mauritania

98, Azerbaijan 74, Slovenia 67, Kyrgyzstan 55, Hungary 52, Fiji 1

Round 2: 193 votes, 2 abstentions, restricted Togo 119, Slovenia 97, Azerbaijan 90, Mauritania 72

Page 120: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

securitycouncilreport.org 15 Security Council Report Research Report May 2018

Annex 3: Results of Recent Elections for Non-Permanent Members of the Security Council

Round 3: 193 votes, 1 abstention, restricted Togo 131, Slovenia 99, Azerbaijan 93, Mauritania 61

38th 21-10-11 Round 4: 192 votes, 1 abstention, restricted Slovenia 98, Azerbaijan 93

Round 5: 193 votes, 1 abstention, unrestricted Azerbaijan 98, Slovenia 93, Hungary 1

Round 6: 193 votes, 1 abstention, unrestricted Azerbaijan 96, Slovenia 95, Estonia 1

Round 7: 193 votes, 1 abstention, unrestricted Azerbaijan 100, Slovenia 91, Estonia 1

Round 8: 191 votes, 1 abstention, restricted Azerbaijan 110, Slovenia 80

Round 9: 191 votes, 1 abstention, restricted Azerbaijan 113, Slovenia 77

39th 24-10-11 Round 10: 193 votes, restricted Azerbaijan 110, Slovenia 83

40th 24-10-11 Round 11: 193 votes, 1 abstention, unrestricted Azerbaijan 110, Slovenia 82

Round 12: 193 votes, 1 abstention, unrestricted Azerbaijan 111, Slovenia 81

Round 13: 192 votes, 1 abstention, unrestricted Azerbaijan 111, Slovenia 80

Round 14: 192 votes, 1 abstention, restricted Azerbaijan 110, Slovenia 81

Round 15: 193 votes, restricted Azerbaijan 117, Slovenia 76

Round 16: 193 votes, restricted Azerbaijan 116, Slovenia 77

Round 17: 193 votes, 24 abstentions, unrestricted Azerbaijan 155, Slovenia 13, Hungary 1

2012 UNGA67 2 ROUNDS

27th 18-10-2012 Round 1: 193 votes, 8 abstentions Argentina 182, Rwanda 148, Australia 140, Luxembourg 128,

Republic of Korea 116, Finland 108, Cambodia 62, Bhutan 20,

United Republic of Tanzania 3, Barbados 1, Cuba 1, Democratic

Republic of the Congo 1

Round 2: 192 votes, restricted Republic of Korea 149, Luxembourg 131, Finland 62, Cambodia 43

2013 UNGA68 1 ROUND AND A SPECIAL ELECTION

34th 17-10-2013 Round 1: 191 votes, 5 abstentions Lithuania 187, Chile 186, Nigeria 186, Chad 184, Saudi Arabia 176

(declined), Senegal 2, The Gambia 2, Lebanon 1, Croatia 1

61st 6-12-2013 Round 1: 185 votes, 4 abstentions Jordan178, Saudi Arabia 1

2014 UNGA69 3 ROUNDS

25th 16-10-2014 Round 1: 193 votes, 10 abstentions Angola 190, Malaysia 187, Bolivarian Republic of Venezuela 181,

New Zealand 145, Spain 131, Turkey 109, Democratic Republic of

the Congo 1, Brazil 1

Round 2: 193 votes, restricted Spain 120, Turkey 73

Round 3: 192 votes, 1 abstention, restricted Spain 132, Turkey 60

2015 UNGA69 1 ROUND

33rd 15-10-2015 Round 1: 192 votes, 14 abstentions Senegal 187, Uruguay 185, Japan 184, Egypt 179, Ukraine 177

2016 UNGA70 6 ROUNDS

106th 28-06-2016 Round 1: 191 votes, 8 abstentions Ethiopia 185, Bolivia 183, Sweden 134, Netherlands 125,

Kazakhstan 113, Italy 113, Thailand 77, Colombia 1, Cuba 1, Belgium 1

Round 2: 193 votes, 2 abstentions, restricted Kazakhstan 178, Netherlands 99, Italy 92, Thailand 55

Round 3: 190 votes, 3 abstentions, restricted Netherlands 96, Italy 94

107th 28-06-16 Round 4: 191 votes, 2 abstentions, restricted Netherlands 96, Italy 95

Round 5: 190 votes, 2 abstentions, unrestricted Netherlands 95, Italy 95

108th 30-06-16 Round 6: 184 votes, 6 abstentions, unrestricted Italy 179, Netherlands 4, San Marino 1

2017 UNGA71 1 ROUND

86th 02-06-2017 Round 1: 192 votes, 5 abstentions Poland 190, Côte d'Ivoire 189, Kuwait 188, Peru 186, Equatorial

Guinea 185, Netherlands 184, Argentina 1, Guinea 1, Morocco 1

Page 121: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya
Page 122: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

securitycouncilreport.org 15 Security Council Report Research Report May 2018

Page 123: ALASAN INDONESIA TERPILIH MENJADI ANGGOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50062...pemilihan tema hingga selesainya skripsi ini. Semoga dimudahkan segala urusannya

16 whatsinblue.org Security Council Report Research Report May 2018

The material in this publication is subject to copyright ownership. Material in this publication may be

freely used as in the public domain. You are free to copy, distribute, or make derivative works of the

work under the following conditions: you must attribute the work to Security Council Report, Inc.;

you may not use this work for commercial purposes; if you alter, transform, or build upon this work,

you may distribute the resulting work only under a license identical to this one.

Security Council Report Staff

Karin Landgren

Executive Director

Joanna Weschler

Deputy Executive Director

Shamala Kandiah Thompson

Deputy Executive Director

Paul Romita

Senior Policy Analyst

Victor Casanova Abos

Policy Analyst

Lindiwe Knutson

Policy Analyst

Dahlia Morched

Policy Analyst

Vladimir Sesar

Policy Analyst

Eran Sthoeger

Policy Analyst

Vanessa Tiede

Policy Analyst

Benjamin Villanti

Policy Analyst

Robbin VanNewkirk

Website Manager

Audrey Waysse

Operations Manager

Maritza Lopez

Administrative Assistant

Kaitlyn Lynes

Research Assistant

Security Council Report is a non-

profit organisation supported by the Governments of Australia, Austria, Belgium, Denmark, Equatorial Guinea, Finland, Germany, Iceland, India, Ireland, Italy, Kazakhstan, Kuwait, Liechtenstein, Luxembourg, the Netherlands, New Zealand, Norway, Peru, Poland, Republic of Korea, Singapore, Spain, Sweden, Switzerland, Timor-Leste, Turkey and United Arab Emirates, and Carnegie Corporation, Humanity United and the John D. and Catherine T. MacArthur Foundation.

Design Point Five, NY

Security Council Report

One Dag Hammarskjöld Plaza 885 2nd Ave at 48th St, 21st Floor New York NY 10017

Telephone +1 212 759 6394

Fax +1 212 759 4038

Web securitycouncilreport.org whatsinblue.org