Al-Tadhad (Antonim / Antitesis Polisemi)

22
ا د ض ت ل اAntonim / Antitesis Polisemi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keunikan sistem semantik dalam bahasa Arab sangat menarik untuk dikaji, terutama mengenai relasional makna. Karena ada beberapa bagian sistem semantik Arab yang konsepnya berbeda dengan sistem semantik bahasa yang lain. Selain itu dalam bahasa Arab, banyak sekali ditemukan fenomena khusus kebahasaan yang telah mendorong para ahli bahasa melakukan kajian untuk mengungkap rahasia dibaliknya, terutama mengenai kajian leksikal. Dalam fenomena kebahasaan, bahasa Arab merupakan salah satu bahasa yang paling unik. Hal ini dikarenakan bahasa Arab mempunyai karakter dalam sistem kebahasaannya sendiri yang berbeda dengan sistem bahasa yang lain. Namun dengan minimnya referensi yang ada, akan mempersulit pelajar maupun mahasiswa untuk mengkaji hal tersebut. Sehingga kami ingin menyumbangkan karya kami yaitu sebuah makalah yang berjudul “ Al-Tadhad “ yang artinya antonim atau lawan kata ini untuk memberikan sumbangsi tersendiri dalam memberikan sedikit referensi sebagai media untuk mengkaji antonym tersebut. Mudah- 1

Transcript of Al-Tadhad (Antonim / Antitesis Polisemi)

Page 1: Al-Tadhad (Antonim / Antitesis Polisemi)

التــضا دAntonim / Antitesis Polisemi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keunikan sistem semantik dalam bahasa Arab sangat menarik untuk dikaji,

terutama mengenai relasional makna. Karena ada beberapa bagian sistem

semantik Arab yang konsepnya berbeda dengan sistem semantik bahasa yang lain.

Selain itu dalam bahasa Arab, banyak sekali ditemukan fenomena khusus

kebahasaan yang telah mendorong para ahli bahasa melakukan kajian untuk

mengungkap rahasia dibaliknya, terutama mengenai kajian leksikal.

Dalam fenomena kebahasaan, bahasa Arab merupakan salah satu bahasa yang

paling unik. Hal ini dikarenakan bahasa Arab mempunyai karakter dalam sistem

kebahasaannya sendiri yang berbeda dengan sistem bahasa yang lain.

Namun dengan minimnya referensi yang ada, akan mempersulit pelajar

maupun mahasiswa untuk mengkaji hal tersebut. Sehingga kami ingin

menyumbangkan karya kami yaitu sebuah makalah yang berjudul “ Al-Tadhad “

yang artinya antonim atau lawan kata ini untuk memberikan sumbangsi tersendiri

dalam memberikan sedikit referensi sebagai media untuk mengkaji antonym

tersebut. Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan kemudahan untuk para

pembacanya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, kami dapat merumuskan berbagai

permasalahan yaitu :

1) Apa yang dimaksud dengan Al-Tadhad?

2) Ada berapa macam Al-Tadhad?

3) Bagaimana pendapat Ulama mengenai Al-Tadhad?

4) Apa sebab adanya lafadz Al-Tadhad?

5) Bagaimana lafadz al-Tadhad dalam Al-qur’an?

1

Page 2: Al-Tadhad (Antonim / Antitesis Polisemi)

التــضا دAntonim / Antitesis Polisemi

C. Tujuan Penulisan

Tujuan ditulisnya makalah ini sesuai dengan rumusan permasalahan diatas,

yaitu :

1) Untuk mengetahui pengertian Al-Tadhad

2) Untuk mengetahui macam-macam Al-Tadhad

3) Untuk mengetahui pendapat Ulama mengenai Al-Tadhad

4) Untuk mengetahui sebab adanya lafadz Al-Tadhad

5) Untuk mengetahui lafadz al-Tadhad dalam Al-qur’an

D. Metode Penulisan

Dalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan metode deskritif yang

pada intiya “bersifat menggambarkan atau menguraikan sesuatu hal apa adanya”

(Tn,2006:85). Hal ini juga mengindikasikan bahwa dalam penyusunan makalah

ini, kami menggunakan teknik studi kepustakaan. Adapun yang dimaksud dengan

studi kepustakaan itu sendiri adalah “mengumpulkan keterangan-keterangan dan

berbagai literatur sebagai bahan perbandingan atau acuan yang relevan degan

peristiwa yang dikaji”. (Usep, 2006:12).

2

Page 3: Al-Tadhad (Antonim / Antitesis Polisemi)

التــضا دAntonim / Antitesis Polisemi

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Tadhad

Menurut bahasa idhdhad ( Antonim ) berasal dari kata ضد يضد yang ضد

berarti menolak, berlawanan, atau kontradiksi. Sedangkan menurut istilah idhdhad

( Antonim ) adalah sebuah lapadz yang menghendaki makna dan lwan katanya,

ada dua kata yang berlawanan maknanya. Antonymy berasal dari bahasa yunani

kuno, onoma “ nama” dan anti “melawan” secara harfiah adalah nama lain untuk

benda yang lain. Ada yang mengatakan bahwa antonimi adalah oposisi makna

dalam pasangan leksikal yang dapat dijenjangkan (kridalaksana, 1982). Antonimi

merupakan hubungan diantara kata-kata yang dianggap memiliki pertentangan

makna.

Dalam bahasa arab, taufiqurrochman menyebutkan dalam bukunya, bahwa

antonim disebut denganالتضاد atau األضداد yaitu

التضاد : هو عبارة عن وجود كلمتين فاكثر لها داللة متضادة

Antonimi ( Al-tadhad ) adalah dua buah kata atau lebih yang maknanya

“dianggap” berlawanan.

Disebut “dianggap” karena sifat berlawanan dari dua kata yang berantonim ini

sangat relatif. Ada kata-kata yang mutlak berlawanan, seperti kata hidup dengan

mati, kata siang dengan malam. Ada juga yang tidak mutlak, seperti kata jauh

dengan dekat, kata kaya dengan miskin. Seseorang yang tidak kaya belum tentu

miskin, begitu juga sesuatu yang tidak tinggi belum tentu rendah.

Al-Tadhad adalah lafadz yang mempunyai makna ganda tetapi berlawanan

atau lapadz yang menunjukkan makna lawan katanya. Seperti kata الجون berarti

putih dan berarti hitam, lafadz الجلل berarti agung dan berarti hina. Contoh dalam

kalimat berikut:

جلل تخطأ تك مصيبة كل جلل مصاب هذا

Dalam kalimat yang pertama lafadzجلل berarti agung, sedangkan kalimat

yang kedua lafadz berarti جلل hina. Lafadz berarti أسر menyembunyikan dan

3

Page 4: Al-Tadhad (Antonim / Antitesis Polisemi)

التــضا دAntonim / Antitesis Polisemi

memperlihatkan, lafadz berarti البين berpisah dan menyambungkan, lafadz

berarti السبيل halal dan haram, lafadz berarti الرجاء harapan dan takut, lafadz

Berarti hamba sahaya dan المولىberarti air dingin dan air panas, lafadz الحميم

tuan, lafadz الذوح berarti berkumpul dan berpisah, lafadz الرسberarti

memperbaiki dan merusak, lafadz الرعيب berarti pemberani dan penakut, lafadz

البسل ,( kuat dan lemah ) األرز ,berarti tanah tinggi dan tanah yang rendah الرهوة

( halal dan haram ), الباب membuka keseluruhan dan menguncinya dengan ) بلق

cepat ), Dثل ( tinggi dan rendah ), الحميم ( air yang dingin dan panas ). Al-Tadhad

merupakan bagian dari Musytarak al-Lafdzi tetapi Musytarak al-Lafdzi tidak bisa

disebut Al-Tadhad.

B. Macam-Macam Al-Tadhad

Idhdhad ( Antonim ) terdiri dari :

1) Perlawanan makna binary ( pasangan )

Contoh :

a. ( kehidupan ) حياة yang berlawanan makna dengan ( kematian ) موت

b. ( wanita ) مرأة yang berlawanan makna dengan ( laki-laki ) رجل

c. ( cahaya ) نور yang berlawanan makna dengan ( gelap ) ظلم

2) Perlawanan makna bertingkat ( gradable )

a. ( kecil ) صغير ,( sedang ) متوسط ,( besar ) كبير

b. ,( musim kemarau ) جفف ,( musim semi ) ربيع,( musim hujan ) امطار

خريف

( musim gugur), شتاء ( musim dingin ), صيف ( musim panas )

3) Perlawanan makna timbal balik ( converse )

a. ( istri ) زوجة berlawanan makna timbal balik dengan ( suami ) زوج

b. ( pasien ) مريض berlawanan makna timbal balik dengan ( dokter )طبيب

c. ( murid ) تلميذ berlawanan makna timbal balik dengan ( guru ) أستاذ

4) Perlawanan makna berhubungan dengan gerak dan arah ( reverse )

a. ( bawah ) تحت berlawanan makna dengan ( atas ) فوق

b. ( kiri ) شمال berlawanan makna dengan ( kanan ) يمين

c. ( masuk ) دخول berlawanan makna dengan ( keluar ) خروج

4

Page 5: Al-Tadhad (Antonim / Antitesis Polisemi)

التــضا دAntonim / Antitesis Polisemi

C. Pendapat Ulama Tentang Al-Tadhad

Al-Tadhad merupakan bentuk khusus dari bentuk-bentuk Isytirok al-lafdzi

yang telah disebutkan sebelumnya, dengan demikian para peneliti berbeda

pendapat sebagaimana mereka berbeda pendapat tentang adanya lafadz

musytarak. Sebagian ulama berpendapat bahwa Al-Tadhad tidak ada. Diantara

yang berpendapat seperti itu adalah Ibnu Darastawih, Ibnu Darastawih menentang

Al-Tadhad dengan segala bentuknya. Dia menulis kitab yang judulnya أبطل”

meriwayatkan bahwa salah satu ”المخصص“ Ibnu Sidah dalam kitabnya .”األضداد

gurunya mengingkari adanya Al-Tadhad sebagaimana diberitakan oleh ahli

bahasa.

Sebagian ulama berpendapat bahwa Al-Tadhad itu ada, mereka pun

memberikan contoh-contoh yang banyak. Diantara yang berpendapat seperti ini

adalah al-khalil, Sibaweih, Abu Ubaidah, Abu Zaid Al-Anshari, Ibnu Faris, Ibnu

Sidah, Ibnu Juraji, Tsa’labi, Mubarrad dan Suyuthi. Suyuthi dan Dured telah

menghitung Al-Tadhad mencapai 100 kata. Ulama kelompok ini banyak

menyusun kitab yang terkenal diantaranya: “ األضداد susunan ”كتاب Ibnu al-

Anbari yang didalamnya terhitung lafadz Al-Tadhad kurang lebih 400 kata.

Kedua kelompok ini terkadang menyimpang dari apa yang mereka sampaikan.

Dan yang disesalkan adalah mengingkari adanya Al-Tadhad dan mereka

menta’wil contoh-contoh dengan ta’wilan yang keluar dari bab ini sebagaimana

telah dilakukan oleh kelompok pertama yakni kelompok yang mengingkari

adanya Al-Tadhad.

D. Sebab-Sebab Adanya Lafadz Al-Tadhad

Diantara yang menjadi sebab munculnya lafadz Al-Tadhad adalah sebagai

berikut:

1) Makna asal suatu lafadz digunakan pada makna umum yang berlawanan,

sebagian orang lupa pada penggunaan makna tersebut sehingga menduga

bahwa itu bagian dari lafadz yang mempunyai dua makna yang berlawanan.

Contoh seperti lafadz (الصريم) digunakan dalam ungkapan ( صريم ) dan ( ليل

صريم (نـهار padahal makna asal dari (صريم) adalah ,(putus) القطع

5

Page 6: Al-Tadhad (Antonim / Antitesis Polisemi)

التــضا دAntonim / Antitesis Polisemi

penggunaan makna tersebut karena melihat kenyataan bahwa apabila siang

datang malam pun menghilang, tidak ada dan begitu pun sebaliknya apabila

malam dating siang tidak ada. Begitu juga lafadz (السدفة) berarti gelap dan

terang padahal makna (السدفة ) aasalnya adalahالستر (tertutup).

2) Perubahan makna suatu lafadz dari makna asli kepada makna majazi karena

alasan tafa’ul (berharap kebaikan), seperti contoh lafadz (البصير) sebutan bagi

orang buta dan lafadz (السليم) bagi orang yang digigit ular, dan karena alasan

) seperti lafadz ,(mengejek)تـهكم البيضاء sebutan bagi orang yang berkulit (أبو

hitam, atau perubahan makna tersebut karena tujuan menjauhi pengungkapan

yang kurang disukai, seperti penyebutan (السيد) dan (عبد) bagi (المولى)

3) Kesesuaian antara dua lafadz dalam satu shighat sharfiyah (bentuk perubahan

kata), seperti lafadz (مجتث) bisa berarti ( الشيئ يجتث ) dan berarti pula(الذي

يجتث dan isim (مجتثث) adalah (اجتث) adapun isim fa’il dari lafadz ,(الذي

maf’ulnya adalah (مجتث) lalu berkembang kesesuaian antara dua lafadz baik

isim fa’il dan isim maf’ul karena alasan idgham. Contoh lain seperti lafadz (

) yang berarti (المختار يختار ) dan (الذي يختار yang (المبتاع) dan lafadz (الذي

berarti (البائع) dan (المبيع)

4) Perbedaan kabilah-kabilah arab dalam menggunakan suatu lafadz, seperti

lafadz (وثب) yang digunakan oleh kabilah Himyar dengan arti (قعد) dan

kabilah Mudlar dengan arti (طفر) lafadz (السدفة) digunakan oleh kabilah

Tamim dengan arti (الظلمة) dan menurut kabilah Qais berarti (الضوء), dan

lafadz (سجد) berarti ,(انتصب) menurut kabilah Thai dan berarti (انحى)

menurut kabilah-kabilah lain.

E. Al-Tadhad Dalam Al-Qur’an

Salah satu fenomena kebahasaan yang menarik dalam bahasa Arab, terutama

mengenai relasi makna terhadap kata adalah konsep Al-Addad. Konsep ini, tidak

ditemukan dalam semantik bahasa manapun termasuk dalam kajian lingustik

modern saat ini. Kata Al-Addad (األضداد) adalah bentuk jamak dari kata al-didd (

.(الضد Konsep al-Addad berbeda dengan konsep Taddad (تضاد) yang dalam

semantik modern disebut antonimi. Sebenarnya konsep tadad pengertiannya

6

Page 7: Al-Tadhad (Antonim / Antitesis Polisemi)

التــضا دAntonim / Antitesis Polisemi

menjadi sama dengan konsep antonimi itu karena didasarkan pada pandangan

para fakar bahasa saat ini, yang mengartikannya sebagai dua kata yang berbeda

dan mempunyai makna yang bertentangan.

Dalam kontek mengenai dua makna yang bertentangan, sebenarnya ada teori

lain dalam relasional makna yang telah dikemukakan oleh para ulama lughah

terdahulu, terutama linguistik Arab yaitu istilah Al-Addad. Al-Addad adalah satu

kata yang memiliki dua makna yang bertentangan (huwa al-Lafdzul al-Wahid ad-

Dallu ‘ala ma’nayain mutadaddain) (Umar, 1992: 191).

هو اللفظ الواحد الد�اّل� على معنيين متضدان

Seperti contoh kata dapat memiliki القرء makna dan الطهر .الحيض Kedua

makna tersebut adalah bertentangan. Contoh lain adalah kata yang الجون

memiliki arti atau makna األبيض dan األسواد. Sepintas konsep al-Addad ini mirip

dengan konsep polisemi atau musytarak lafdzy akan tetapi sebenarnya berbeda.

Musytarak ladfzi adalah kata yang memiliki beberapa makna yang berbeda

akan tetapi makna tersebut tidak bertentangan. Sementara dalam Al-Tadhad

masing-masing maknanya bertentangan.

Mengenai konsep al-Adhaah dan musytarak lafdzi ini telah menimbulkan pro

dan kontra dikalangan para ahli bahasa itu sendiri. Ada kelompok ulama lughah

yang mengukukuhkan bahwa konsep al-Addad itu berbeda dengan al-Mustrak

Lafdzi, sementara ahli bahasa yang lain berpendapat bahwa konsep al-Addad

dapat dimasukan pada katagori al-Musytarak Lafdzi, terlepas dalam al-Addad

pengertian maknanya bertentangan atau tidak.

Sekalipun ada penolakan mengenai adanya al-Addad tidak sedikit juga ahli

yang tetap berpendirian bahwa bagaimana pun juga konsep al-Addad dengan

musytarik lafdzi adalah tidak sama. Ketidak samaan itu jelas terletak pada sisi

makna yang “bertentangan”.

Para ahli lughah yang tetap berpandangan bahwa al-Addad merupakan konsep

relasi makna tersendiri, sedikit besarnya dikarenakan al-Qur’an sendiri memuat

banyak bentuk-bentuk kata berpola al-Addad. Dan mereka menganggap bahwa

konsep al-Addad ini adalah salah satu bukti, bahwa konsep linguistik dalam al-

7

Page 8: Al-Tadhad (Antonim / Antitesis Polisemi)

التــضا دAntonim / Antitesis Polisemi

Qur’an jauh lebih komplek dan lengkap dibandingkan dengan konsep linguistik

yang lain.

Berikut ini ada beberapa contoh kata yang berbentuk al-Addad dalam al-

Quran, di antaranya adalah;

1) Kata Kata ini memiliki dua arti yang bertentangan yaitu arti yang .االشتراء

pertama adalah “membeli” (االبتياع).

Pengertian ini dapat dilihat dalam surat at-Taubah: 111. Perhatikan ayat

berikut ini :

Artinya: Sesungguhnya Allah Telah membeli dari orang-orang mukmin diri

dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang

pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu Telah menjadi) janji

yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan AlQuran. dan siapakah yang

lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan

jual beli yang Telah kamu lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar (QS.

at-Taubah: 111).

Arti .(باعو) ”yang kedua adalah “ menjual االشتراء Pengertian ini terdapat

dalam surat al-Baqarah: 90.

Artinya: Alangkah buruknya (hasil perbuatan) mereka yang menjual dirinya

sendiri dengan kekafiran kepada apa yang Telah diturunkan Allah, Karena

dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki

Nya diantara hamba-hamba-Nya. Karena itu mereka mendapat murka sesudah

(mendapat) kemurkaan dan untuk orang-orang kafir siksaan yang menghinakan

(QS. al-Baqarah: 90).

8

Page 9: Al-Tadhad (Antonim / Antitesis Polisemi)

التــضا دAntonim / Antitesis Polisemi

2) Kata اسر. Dalam al-Qur’an kata ini memiliki dua makna yang bertentangan,

yaitu makna “menampakan” (اإلظهار) dan “menyembunyikan” .(اإلخفاء)

Pengertian yang pertama dapat dilihat dalam surat as-Saba: 33.

Artinya : kedua belah pihak menyatakan penyesalan tatkala mereka melihat

azab. dan Kami pasang belenggu di leher orang-orang yang kafir. mereka tidak

dibalas melainkan dengan apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Saba’: 33).

Sementara itu ada juga kata اسر yang berarti seperti yang ditemukan اإلخفاء

dalam surat Yunus: 54, ar-Ra’du: 10, dan at-Tahrim: 3.

Artinya: Dan kalau setiap diri yang zalim (musyrik) itu mempunyai segala

apa yang ada di bumi ini, tentu dia menebus dirinya dengan itu, dan mereka

menyembunyikan penyesalannya ketika mereka Telah menyaksikan azab itu. dan

Telah diberi Keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak

dianiaya (QS. Yunus: 54).

Artinya: Dan ingatlah ketika nabi membicarakan secara rahasia kepada

salah seorang isterinya (Hafsah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafsah)

menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan hal itu

(pembicaraan Hafsah dan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad

memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan

menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafsah). Maka tatkala

(Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafsah dan Aisyah) lalu

(Hafsah) bertanya: "Siapakah yang Telah memberitahukan hal Ini kepadamu?"

9

Page 10: Al-Tadhad (Antonim / Antitesis Polisemi)

التــضا دAntonim / Antitesis Polisemi

nabi menjawab: "Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah yang Maha

mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. at-Tahriim: 3).

Artinya: Sama saja (bagi Tuhan), siapa diantaramu yang merahasiakan

ucapannya, dan siapa yang berterus-terang dengan Ucapan itu, dan siapa yang

bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang hari

(QS. ar-Ra’d: 10).

3) Kata Dظن , kata ini juga memiliki arti yang berlawanan yaitu “yakin” (يقين)

dan “kira-kira: atau “ragu” (شك).

Pengertian yang pertama dapat dilihat dalam surat al-Baqarah: 45-46 dan al

Haaqah: 20:

Artinya: Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan

Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orangorang yang

khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui

Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya (QS. al-Baqarah: 45-46).

Pada ayat yang lain disebutkan:

Artinya: Sesungguhnya Aku yakin, bahwa Sesungguhnya Aku akan menemui

hisab terhadap diriku (QS. al-Haaqqah: 20).

Sementara kata Dظن juga bisa berarti ragu (شك) seperti yang terdapat dalam

surat al-Jasyiyah berikut ini:

Artinya: Dan apabila dikatakan (kepadamu): "Sesungguhnya janji Allah itu

adalah benar dan hari berbangkit itu tidak ada keraguan padanya", niscaya kamu

10

Page 11: Al-Tadhad (Antonim / Antitesis Polisemi)

التــضا دAntonim / Antitesis Polisemi

menjawab: "Kami tidak tahu apakah hari kiamat itu, kami sekali-kali tidak lain

hanyalah menduga-duga saja dan kami sekali-kali tidak meyakini(nya)" (QS. Al-

Jatsiyah: 32).

4) Kata .عسعس Menurut Abu Ubaidah kata ini memiliki arti “menjelang

malam” (أقبل) dan “lewat malam” (أدبر). (Ahmad Mukhtar Umar, 1992: 203)

Pengertian ini terdapat dalam surat at-Takwir :17.

Artinya: Demi malam apabila Telah hampir meninggalkan gelapnya, (QS. At

Takwiir: 17).

5) Kata المقوين . Kata ini disebutkan hanya satu kali dalam al-Qur’an yaitu pada

surat al-Qari’ah: 73. Dalam al-Qur’an kata ini diartikan sebagai “musafir di

padang pasir”.

Artinya: Kami jadikan api itu untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi

musafir di padang pasir (QS. al-Waqi’ah: 73).

Menurut al-Asma’i, kata adalah orang yang yang tidak punya bekal المقوي

dan harta ( والمال معه الزاد .( الذي Akan tetapi dalam masyarakat Arab kata

juga المقوي dimaksudkan untuk orang yang mempunyai banyak harta الكثير)

) yaitu orang yang mempunyai hewan yang kuat (المال قوية .(دابة

11

Page 12: Al-Tadhad (Antonim / Antitesis Polisemi)

التــضا دAntonim / Antitesis Polisemi

BAB III

PENUTUP

Simpulan

1. Al-Tadhad adalah lafadz yang mempunyai makna ganda tetapi berlawanan

atau lapadz yang menunjukkan makna lawan katanya. Seperti kata الجون

berarti putih dan berarti hitam, lafadz الجلل berarti agung dan berarti hina.

2. Idhdhad ( Antonim ) terdiri dari :

a. Perlawanan makna binary ( pasangan )

b. Perlawanan makna bertingkat ( gradable )

c. Perlawanan makna timbal balik ( converse )

d. Perlawanan makna berhubungan dengan gerak dan arah ( reverse )

3. Banyak pendapat para ulama mengenai Al-Tadhad ini, sebagian dari mereka

ada yang menyetujui maupun mengingkari adanya Al-Tadhad tersebut dengan

berbagai dalil yang mereka gunakan.

4. Diantara yang menjadi sebab munculnya lafadz Al-Tadhad adalah sebagai

berikut:

1) Makna asal suatu lafadz digunakan pada makna umum yang berlawanan.

2) Perubahan makna suatu lafadz dari makna asli kepada makna majazi

karena alasan tafa’ul (berharap kebaikan).

3) Kesesuaian antara dua lafadz dalam satu shighat sharfiyah (bentuk

perubahan kata).

4) Perbedaan kabilah-kabilah arab dalam menggunakan suatu lafadz,

5. Aplikasi Al-Tadhad ini dapat kita temukan dalam ayat-ayat Al-Qur’an.

12

Page 13: Al-Tadhad (Antonim / Antitesis Polisemi)

التــضا دAntonim / Antitesis Polisemi

DAFTAR PUSTAKA

Nandang S, Ade. 2012. Fiqh Lughah, Bandung: CV. Insan Mandiri

Badi Ya’kub, Email. Fiqh Lughah Wa Khasaisuha. Daru Tsaqofah Al-

Islamiyah : Beirut

Qarur, Ahmad Muhammad. 1991. Fiqhu Lughah Al-A’rabiyah. Beirut-

Libanon : Darul Fikri Al-Ma’asir

Jaeni, Ahmad. Al-Addad : Pola Unik Bahasa Al-Qur’an

13