al-mahabbah ( cinta )

5

description

al-mahabbah ( cinta ). - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of al-mahabbah ( cinta )

Page 1: al-mahabbah ( cinta )
Page 2: al-mahabbah ( cinta )

Kata pujangga cinta letaknya di hati, meskipun tersembunyi, namun getarannya tampak sekali, ia mampu mempengaruhi pikiran sekaligus mengendalikan tindakan. Sungguh cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu menjadi emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat. Cintalah yang mampu melunakkan besi, menghancurkan batu karang, membangkitkan yang mati dan meniupkan kehidupan padanya serta membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dahsyatnya cinta ( jalaluddin rumi )

Namun hati-hati juga dengan cinta,,karena cinta juga dapat membuat orang sehat menjadi sakit, orang gemuk menjadi kurus, orang normal menjadi gila, orang kaya menjadi miskin, raja menjadi budak, jika cin tanya itu di sambut oleh para pecinta palsu. Cinta yang tidak di landasi kepada allah, itulah para pecinta dunia, harta dan wanita, dia lupa akan cinta allah, cinta yang begitu agung dan merupakan cinta yang utama.

Page 3: al-mahabbah ( cinta )

Pengertian CINTACinta adalah kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati yang

menyebabkan seorang terpaut hatinya kepada apa yang di cintainya dengan penuh semangat dan rasa kasih sayang. Bagi

seorang mukmin cinta pertama dan utama sekali di berikan kepada allah swt. Allah lebih di cintainya dari pada segala-galanya

dalam hal inia llah berfirman :

“ Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya

sebagaimana mereka mencintai Allah. adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika

seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu

kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).”( al-baqarah-165 )

Page 4: al-mahabbah ( cinta )

Abdullah Nashih ’Ulwan menyebut tiga tingkatan cinta dengan istilah :1. Al-mahabbah al-ula, 2. Almahabbah al-wustha, 3. Al-mahabbah al-adna, pembagian itu di dasarkan pada surat at-taubah ayat 24 :

” Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan Keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”.

Sejalan dengan cintanya kepada allah, seorang mukmin akan mencintai rasul dan jihad pada jalannya. Ini lah yang di sebut dengan cinta utama. Sedangkan cinta kepada ibu bapak ,anak-anak,sanak saudara, harta benda,kedudukan dan segala macamnya adalah cinta menengah yang harus berada di bawah cinta utama. Artinya segala sesuatu baru boleh di cintai kalau di izinkan oleh allah dan rasulnya dan pelaksanaan cinta itu harus sesuai dengan syariat yang telah diturunkannya. Apa bila cinta menengah di angkat menjadi cinta yang utama maka cintanya itu jatuh menjadi hina, tidak ada nilainya, inilah yang di sebut dengan cinta paling rendah

Page 5: al-mahabbah ( cinta )

Sebagai ilustrasi bagaimana cinta menengah bisa jatuh menjadi cinta hina atau cinta yang paling rendah : ” berdagang termasuk perwujudan dari perwujudan cinta harta benda, tapi apa bila seorang berdagang tidak lagi memperdulikan halal dan haram, menghalalkan seg ala cara untuk mencari keuntungan , atau dengan bahasa lain tidak lagi mengindahkan aturan allah dan

ilustrasi kedua “ termasuk cinta kepada ibu bapak ( abaukum ) adalah cinta kepada nenek moyang . Dan salah satu bentuk cinta kepada nenek moyang adalah melestarikan budaya tradisi yang telah di wariskannya secara turun-temurun, diantara tradisi tersebut ada yang mengandung unsur syirik atau yang melanggar aturan agama. Sebagai seorang muslim kita harus bisa memilih mana yang masih sesuai dengan syari’at agama dan mana yang tidak, misalnya kita berdalih melaksanakan yang syirik dengan alasan sudah tradisi. Dalam hal ini cinta kepada nenek moyang yang awalnya al-mahabbatul wustha ( menengah )jatuh menjadi al-mahabbatul adna karena telah mengabaikan al-mahabbah al-’ula.

Sebagai seorang muslim haruslah dapat bersikap ridha dengan segala sturan dan keputusan allah SWT. Artinya di aharus dapat menerima dengan sepenuh hati, tanpa penolakan sedikitpun, sesuatu yang datang dari allah dan rasulmya baik berupa perintah ataupun penolakan dia akan melaksanakan dengan sepenuh hati.