AL ISLAM 2

54
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2014/2015 Mata Kuliah : Al-Islam II Dosen : Drs. Didi Sunardi Hari/Tgl : 29 Maret 2015 Sifat : Buka Buku Waktu : 4 minggu Jurusan : P2K Teknik Kimia

description

tugas kuliah

Transcript of AL ISLAM 2

Page 1: AL ISLAM 2

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER

SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2014/2015

Mata Kuliah : Al-Islam II Dosen : Drs. Didi Sunardi

Hari/Tgl : 29 Maret 2015 Sifat : Buka Buku

Waktu : 4 minggu Jurusan : P2K Teknik Kimia

Page 2: AL ISLAM 2

1. Jelaskan istilah istilah berikut : Fiqih, syari’at, ijtihad, aqidah, mu’amalah, ahlaq, sunnah

dan bid’ah.

a. Ushul fiqih (bahasa Arab: الفقه (أصول adalah ilmu hukum dalam Islam yang

mempelajari kaidah-kaidah, teori-teori dan sumber-sumber secara terperinci dalam

rangka menghasilkan hukum Islam yang diambil dari sumber-sumber tersebut.

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Ushul_Fiqh

b. Syariat Islam (Arab:  إسالمية Syariat Islamiyyah) adalah hukum atau peraturan شريعة

Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Muslim. Selain berisi hukum dan

aturan, syariat Islam juga berisi penyelesaian masalah seluruh kehidupan ini. Maka

oleh sebagian penganut Islam, syariat Islam merupakan panduan menyeluruh dan

sempurna seluruh permasalahan hidup manusia dan kehidupan dunia ini.

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Syariat_Islam

c. Ijtihad (Arab: اجتهاد) adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh, yang sebenarnya

bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk

memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas dalam Al Quran maupun hadis dengan

syarat menggunakan akal sehat dan pertimbangan matang. Namun pada

perkembangan selanjutnya, diputuskan bahwa ijtihad sebaiknya hanya dilakukan para

ahli agama Islam. Tujuan ijtihad adalah untuk memenuhi keperluan umat manusia

akan pegangan hidup dalam beribadah kepada Allah di suatu tempat tertentu atau

pada suatu waktu tertentu.

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Ijtihad

d. Akidah (Bahasa Arab: �ُة �َد �ع ِق�ي ْل ;َا transliterasi: al-'Aqiydah) dalam istilah Islam yang

berarti iman. Semua sistem kepercayaan atau keyakinan bisa dianggap sebagai salah

satu akidah. Pondasi akidah Islam didasarkan pada hadits Jibril, yang memuat definisi

Islam, rukun Islam,rukun Iman, ihsan dan peristiwa hari akhir.

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Aqidah

e. Al-Muamalah (المعامله) yg secara etimologi sama dan semakna dengan kata al-

mufa`alah (المفاعله), yang artinya saling berbuat. Pengertian harfiahnya: suatu

aktivitas yg dilakukan oleh seseorang dengan seseorang lain atau beberapa orang

dalam memenuhi kebutuhan masing-masing. Kata “seseorang” dalam definisi di atas

adalah orang/manusia yg sudah mukallaf, yg dikenai beban taklif, yaitu orang yg telah

berakal baligh dan cerdas. Sumber: http://www.artikel.majlisasmanabawi.net/kamus-

spiritual/arti-kata-muamalah-pengertian-muamalah/

Page 3: AL ISLAM 2

f. Akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku tersebut harus

dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan baik,

atau hanya sewaktu-waktu saja. Seseorang dapat dikatakan berakhlak jika timbul

dengan sendirinya didorong oleh motivasi dari dalam diri dan dilakukan tanpa banyak

pertimbangan pemikiran apalagi pertimbangan yang sering diulang-ulang, sehingga

terkesan sebagai keterpaksaan untuk berbuat. Apabila perbuatan tersebut dilakukan

dengan terpaksa bukanlah pencerminan dari akhlak.

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Akhlak

g. Sunnah (سنة ˈsunnah, plural سنن sunan) adalah kata Arab yang berarti "kebiasaan"

atau "biasa dilakukan". Secara istilah sunnah adalah jalan yang di tempuh oleh

rasulullah dan para sahabatnya, baik ilmu, keyakinan, ucapan, perbuatan, maupun

penetapan. Para penganutSunni juga disebut sebagai Ahl as-Sunnah wa'l-

Jamā'ah ("orang-orang dari tradisi dan komunitas (dari Muhammad)")

atau Ahlussunnah..

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Sunnah

h. Bid'ah (Arab:بَدعة) adalah perbuatan yang dikerjakan tidak menurut contoh yang

sudah ditetapkan, termasuk menambah atau mengurangi ketetapan. Secara linguistik,

istilah ini memiliki arti inovasi, pembaruan, atau doktrin sesat. Bid‘ah dalam

agama Islam berarti sebuah peribadahan yang tidak pernah diperintahkan ataupun

dicontohkan oleh Nabi Muhammad atau dikerjakan oleh para sahabat, tetapi banyak

dilakukan oleh umatnya. Hukum dari bid'ah menurut pendapat para

ulama Salaf adalah haram, berdasarkan hadits dari nabi. Perbuatan dimaksud ialah

perbuatan baru atau penambahan dalam hubungannya dengan peribadatan dalam arti

sempit (ibadah mahdhah), yaitu ibadah yang tertentu syarat dan rukunnya.

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Bidah

Secara umum, bid'ah bermakna melawan ajaran asli suatu agama (artinya mencipta

sesuatu yang baru dan disandarkan pada perkara agama/ibadah). Para ulama Salaf

telah memberikan beberapa definisi bid'ah. Definisi-definisi ini memiliki lafadl-

lafadlnya berbeda-beda namun sebenarnya memiliki kandungan makna yang sama.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, mengatakan bahwa bidah dalam agama adalah perkara

yang dianggap wajib maupun sunnah namun yang Allah dan rasul-Nya tidak

syariatkan. Adapun apa-apa yang Ia perintahkan baik perkara wajib maupun sunnah

maka harus diketahui dengan dalil-dalil syariat. Imam Syathibi, bid'ah dalam agama

adalah satu jalan dalam agama yang diciptakan menyamai syariat yang diniatkan

Page 4: AL ISLAM 2

dengan menempuhnya bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah. Ibnu

Rajab, bidah adalah mengada-adakan suatu perkara yang tidak ada asalnya dalam

syariat. Jika perkara-perkara baru tersebut bukan pada syariat maka bukanlah bidah,

walaupun bisa dikatakan bidah secara bahasa Imam as-Suyuthi, beliau berkata, bidah

adalah sebuah ungkapan tentang perbuatan yang menentang syariat dengan suatu

perselisihan atau suatu perbuatan yang menyebabkan menambah dan mengurangi

ajaran syariat. Dengan memperhatikan definisi-definisi ini akan nampak tanda-tanda

yang mendasar bagi batasan bidah secara syariat yang dapat dimunculkan ke dalam

beberapa point di bawah ini :

Bahwa bidah adalah mengadakan suatu perkara yang baru dalam agama.

Adapun mengadakan suatu perkara yang tidak diniatkan untuk agama tetapi

semata diniatkan untuk terealisasinya maslahat duniawi seperti mengadakan

perindustrian dan alat-alat sekedar untuk mendapatkan kemaslahatan manusia

yang bersifat duniawi tidak dinamakan bidah.

Bahwa bidah tidak mempunyai dasar yang ditunjukkan syariat. Adapun apa

yang ditunjukkan oleh kaidah-kaidah syariat bukanlah bidah, walupun tidak

ditentukan oleh nash secara khusus. Misalnya adalah apa yang bisa kita lihat

sekarang: orang yang membuat alat-alat perang seperti kapal terbang,roket,

tank atau selain itu dari sarana-sarana perang modern yang diniatkan untuk

mempersiapkan perang melawan orang-orang kafir dan membela kaum

muslimin maka perbuatannya bukanlah bidah. Bersamaan dengan itu syariat

tidak memberikan nash tertentu dan rasulullah tidak mempergunakan senjata

itu ketika bertempur melawan orang-orang kafir. Namun demikian pembuatan

alat-alat seperti itu masuk ke dalam keumuman firman Allah taala,Dan

persiapkanlah oleh kalian untuk mereka (musuh-musuh) kekuatan yang kamu

sanggupi.Demikian pula perbuatan-perbuatan lainnya. Maka setiap apa-apa

yang mempunyai asal dalam sariat termasuk bagian dari syariat bukan perkara

bidah.

Bahwa bidah semuanya tercela (hadits Al 'Irbadh bin Sariyah dishahihkan oleh

syaikh Al Albani di dalam Ash-Shahiihah no.937 dan al-Irwa no.2455)

Bahwa bidah dalam agama kadang-kadang menambah dan kadang-kadang

mengurangi syariat sebagaimana yang dikatakan oleh Suyuthi di samping

dibutuhkan pembatasan yaitu apakah motivasi adanya penambahan itu agama.

Adapun bila motivasi penambahan selain agama, bukanlah bidah. Contohnya

Page 5: AL ISLAM 2

meninggalkan perkara wajib tanpa udzur, maka perbuatan ini adalah tindakan

maksiat bukan bidah. Demikian juga meninggalkan satu amalan sunnah tidak

dinamakan bidah. Masalah ini akan diterangkan nanti dengan beberapa

contohnya ketika membahas pembagian bidah.

Sumber: http://id.wikipedia.org

Page 6: AL ISLAM 2

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan hadats dan najis menurut bahasa dan istilah.

Hadats menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah keadaan tidak suci

pada pada diri seorang muslim yang menyebabkan ia tidak boleh sholat, tawaf dan lain

sebagainya. Senada dengan pengertian pada KBBI, pada Ensiklopedia Indonesia juga

dijelaskan hadats merupakan ketidaksucian yang dipandang tidak suci oleh sarat dan

menghalangi sarat sahnya suatu ibadah. Hadats menurut cara mensucikan dibedakan

menjadi 2 macam, yaitu hadats besar dan kecil. Hadats besar adalah hadats yang harus

disucikan dengan cara mandi sedangkan hadats kecil adalah hadats yang dapat disucikan

dengan cara berwudlu atau tayamum saja. Tayamun dapat dipilih untuk bersuci dengan

catatan apabila sedang berhalangan memakai air. Contoh hadats besar

adalah haid, junub, nifas dan keluar mani. Mandi untuk membersihkan diri dari hadats

dinamakan mandi wajib atau mandi besar. Mandi wajib atau mandi besar dilakukan

dengan cara meratakan seluruh air ke semua bagian tubuh. Contoh hadats kecil adalah

buang air kecil, besar, atau keluar udara dari dubur.

Hadats secara etimologi (bahasa), artinya tidak suci atau keadaan badan tidak

suci  jadi tidak boleh shalat. Adapun menurut terminologi (istilah) Islam, hadats adalah

keadaan badan yang tidak suci atau kotor dan dapat dihilangkan dengan cara berwudhu,

mandi wajib, dan tayamum. Dengan demikian, dalam kondisi seperti ini dilarang (tidak

sah) untuk mengerjakan ibadah yang menuntut keadaan badan bersih dari hadats dan

najis, seperti shalat, thawaf, ’itikaf. Sebagaimana telah kami kutip dalam sebuah buku

yang ditulis oleh Mustofa Kamal Pasha hal. 19 cetakan keempat tahun 2009,

mengemukakan hadats ialah “keadaan tidak suci yang mengenai pribadiseorang muslim,

sehingga menyebabbkan terhalangnya orang itu melakukan shalat dan thawaf”.Artinya

shalat atau thawaf yang dilakukannya dinyatakan tidak sah karena dalam keadaan

berhadats. Adapun yang menjadi sebab-sebabnya seseorang dihukumkan sebagai orang

yang berhadats ada bermacam-macam, yang kemudian oleh para ahli fikih dikelompkkan

menjadi dua macam yaitu hadats kecil dan hadats besar.

Sumber: http://pengertianhadats.blogspot.com/2013/09/pengertian-hadats-macam-

macam-hadats.html

Najis adalah kotor yg menjadi sebab terhalangnya seseorang untuk beribadah kepada

Allah. Najis juga dapat berarti jijik atau kotoran. Pengertian najis menurut bahasa Arab,

najis bermakna al qadzarah ( yang artinya adalah kotoran. Sedangkan definisi ( َاْلِقذَارُة

menurut istilah agama (syar'i), diantaranya:

Page 7: AL ISLAM 2

Najis menurut definisi Asy Syafi’iyah adalah:

“Sesuatu yang dianggap kotor dan mencegah sahnya shalat tanpa ada hal yang

meringankan.”

menurut definisi Al Malikiyah, najis adalah:

“Sifat hukum suatu benda yang mengharuskan seseorang tercegah dari kebolehan

melakukan shalat bila terkena atau berada di dalamnya.”

Najis merupakan kotoran yang wajib dijauhi dan wajib dibersihkan bila terkena badan

seorang muslim. Hukum asal dari suatu benda adalah bersih dan boleh dimanfaatkan,

hingga kemudian (apabila) didapatkan adanya dalil yang menyatakan kenajisannya

(maka dia dihukumi najis).

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Najis

Page 8: AL ISLAM 2

3. Jelaskan bagaimana cara mensucikan hadits kecil dan hadats besar

Cara Bersuci dari Hadats

Hadats kecil bisa dihilangkan dengan berwudhu

a. Wudhu

Yang dimaksud dengan wudhu dalam syariat Islam adalah menggunakan air dengan cara

tertentu, pada bagian anggota tubuh tertentu yang telah ditentukan oleh syariat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak diterima shalat salah seorang di

antara kalian yang berhadats, kecuali ia telah berwudhu” (HR. Bukhari dan Muslim).

Terdapat sebuah hadits yang terkenal yang menjelaskan secara rinci bagaimana tata

cara wudhu yang dilakukan oleh Nabi, yaitu hadits yang diriwayakan oleh Humron budak

‘Utsman bin ‘Affan. Berdasarkan hadits tersebut dan hadits-hadits lainnya, terdapat sepuluh

poin tata cara wudhu yang sempurna yang diajarkan oleh Nabi. Berikut 10 sifat tersebut yang

harus dilakukan secara berurutan:

1) berniat dalam hati untuk menghilangkan hadats,

2) membaca “BismillÄh� ”,

3) mencuci kedua telapak tangan sebanyak tiga kali,

4) mengambil air dengan tangan kanan kemudian memasukkannya ke mulut dan hidung

untuk digunakan berkumur, dilakukan sebanyak tiga kali,

5) mengeluarkan air yang telah dimasukkan ke dalam mulut dan hidung tersebut dengan

menggunakan tangan kiri,

6) membasuh seluruh bagian wajah sebanyak tiga kali dan menyela-nyela jenggot bagi

yang memiliki jenggot,

7)  membasuh tangan kanan dan tangan kiri sampai batas sikut dan disertai dengan

menyela jari jemari,

8)  mengusap kepala dari arah depan ke belakang dengan sekali usapan,

9) mengusap bagian luar dan bagian dalam kedua daun telinga,

10)  membasuh kedua telapak kaki sampai batas mata kaki dan menyela-nyela jari jemari

kaki.

Page 9: AL ISLAM 2

dan hadats besar bisa dihilangkan dengan cara mandi. Dalam kondisi tertentu, wudhu dan

mandi bisa digantikan hanya dengan tayamum. Berikut akan dijelaskan

secara global mengenai tata cara pelaksanaan ketiganya.

b. Mandi junub

Definisi mandi junub secara syariat adalah mengguyurkan air yang suci ke seluruh bagian

tubuh secara merata. Hukum mandi junub adalah wajib ketika seseorang dalam kondisi

berhadats besar. Terdapat dua cara mandi junub, yaitu cara standar dan cara yang lebih

sempurna. Cara standar yaitu apabila seseorang telah : (1) berniat mandi dalam rangka

menghilangkan hadats dan (2) telah mengguyurkan air secara merata ke seluruh anggota

tubuhnya baik kulit ataupun rambut. Apabila ingin melakukan mandi yang lebih sempurna,

maka bisa melakukan langkah-langkah berikut:

1) berniat dalam hati,

2) membasuh kedua telapak tangan sebelum mengambil air dari wadahnya,

3) membasuh kemaluan dengan tangan kiri,

4) kembali membasuh tangan dan dianjurkan menggunakan pembersih seperti sabun,

5) berwudhu sebagaimana berwudhu untuk shalat,

6) menuangkan air ke kepala sebanyak tiga kali hingga mencapai dasar rambut, dimulai

dengan bagian kanan lalu bagian kiri sambil menyela-nyela rambut dengan jemari,

7) mengucurkan air ke seluruh bagian tubuh dimulai dari bagian kanan lalu bagian kiri.

Seorang yang telah mandi wajib, baik dengan cara standar atau pun dengan cara

sempurna, tidak lagi perlu melakukan wudhu setelahnya untuk melaksanakan shalat.

c. Tayamum

Tayamum dalam syariat Islam adalah menggunakan debu sebagai pengganti wudhu

dan mandi. Allah berfirman tentang tayamum (yang artinya), “kemudian jika kamu tidak

mendapatkan air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (suci)” (QS. An Nisaa’ :

43).

Terdapat dua kondisi yang membolehkan seseorang bertayamum. Pertama, jika tidak

mendapatkan air, baik dalam kondisi safar atau pun tidak. Kedua, apabila memiliki uzur

untuk menggunakan air, seperti karena sakit yang akan menyebabkan sakitnya bertambah

parah apabila terkena air.

Berdasar hadits shahih yang diriwayatakan oleh Imam Ahmad dari ‘Ammar dan dari hadits

lainnya, bisa disimpulkan bahwa tata cara tayamum adalah:

Page 10: AL ISLAM 2

1) berniat dalam hati,

2) membaca “BismillÄh� ”,

3) memukulkan kedua tangan ke permukaan bumi (atau tembok) dengan satu kali

pukulan,

4) meniup debu yang menempel pada kedua telapak tangan,

5) mengusapkan kedua telapak tangan ke wajah, dan

6) mengusapkan telapak tangan kanan ke telapak tangan bagian kiri hingga batas

pergelangan tangan dan mengusapkan telapak tangan kiri ke telapak tangan bagian

kanan hingga batas pergelangan tangan.

Sumber: http://buletin.muslim.or.id/fiqih/tata-cara-bersuci

Page 11: AL ISLAM 2

4. Jelaskan bagaimana cara membersihkan hadats kecil

Hadats kecil menurut istilah syara’ ialah sesuatu kotoran yang maknawi (tidak dapat

dilihat dengan mata kasar), yang berada pada anggota wudhu’, yang menegah ia dari

melakukan solat atau amal ibadah seumpama solat, selama tidak diberi kelonggaran oleh

syara’. Hadas kecil ini tidak akan terhapus melainkan dengan mengambil wudhu’ yang

sah. Selama mana seseorang itu dapat mengekalkan wudhu’nya, maka selama itu ia bersih

dari hadas kecil. Sebabnya dinamakan hadas kecil ialah kerana kawasan yang didiami

oleh hadas kecil ini kecil sahaja iaitu sekadar anggota wudhu’.

a. Mengeluarkan sesuatu dari dubur dan atau kubulnya yang berupa:

1) Buang air kecil atau buang air besar

Penegasan ini didasarkan pada firman Allah SWT yang tersurat dalam al-Maaidah

ayat 6.

“… atau salah satu diantara kalian datang dari jamban (buang air)”

2) Mengeluarkan angin busuk (kentut)

Penegasan ini didasarkan pada sebuah hadits:

Bersabdalah Rasulullah saw: ‘Allah tidak akan menerima shalatnya seseorang

diantara kalian jikalau ia berhadats sampai ia berwudhu’. Maka bertanyalah

seorang lelaki dari Hadramaut: ‘Apakah artinya hadats itu ya Abu Hurairah?’, Ia

menjawab: ‘Kentut dan berak’”.

3) Mengeluarkan madzi dan atau wadi

Penegasan ini disandarkan pada keterangan hadits yang menyatakan

bahwa: “Karenanya harus berwudhu” dan karena kata Ibn Abbas

r.a.: “Mengenai mani, itulah yang diwajibkan mandi karenanya. Adapun

madzi dan wadi, hendaklah engkau basuh kemaluanmu atau sekitarnya,

kemudian berwudhulah sebagai wudhumu untuk shalat.”

4) Menyentuh kemaluan tanpa memakai alas

Penegasan ini didasarkan pada Hadits riwayat Muslim, Tirmidzi dan

dishahihkan olehnya dari Busrah binti Shafwan r.a. bahwa Nabi saw. Telah

bersabda “Barang siapa menyentuh kemaluannya maka jangan shalat sebelum

beerwudhu”

5) Tidur nyenyak dengan posisi miring atau tanpa tetapnya pinggul di atas lantai

Hal ini didasarkan sebuah hadits:

Page 12: AL ISLAM 2

Telah berkata Ali r.a bahwa Rasulullah saw. Bersabda: “Kedua mata itu

bagaikan tali dubur. Maka barang siapa telah tidur, berwuhulah”. (H.R. Abu

Daud)

Dari penegasan seperti di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang akan

menjadi batal wudhunya apabila terkena salah satu dari apa yang telah

disebutkan di atas. Atau dengan kata lain seseorang yang akan melakukan

shalat atau thawaf, sedang dirinya terkena salah satu dari ketiga pokok di atas,

maka dirinya wajib berwudhu terlebih dahulu. Dan penegasan di atas

memberikan petunjuk pula bahwa bersinggungan kulit diantara pria dan

wanita, sekalipun keduanya tidak ada hubungan muhrim tidaklah menjadikan

batal wudhunya.

Dari Aisyah r.a. berkata : sesungguhnya Rasulullah saw. Bershalat sedang aku

berbaring di mukanya dengan melintang bagaikan jenazah, sehingga ketika

beliau akan witir, beliau menyentuh diriku dengan kakinya.”

b. Perkara-perkara yang menyebabkan kedatangan hadas kecil (membatalkan wudhu’)

Wudhu’ seseorang itu akan terbatal dengan salah satu dari 5 sebab berikut;

1) Keluar sesuatu dari 2 jalan iaitu qubul atau dubur seperti kencing, berak atau

buang angin (kentut).

2) Hilang akal dengan sebab gila atau mabuk atau sakit.

3) Tidur nyenyak, kecuali tidur orang yang duduk, yang tetap kedua papan

punggungnya.

4) Bersentuh kulit lelaki dan kulit perempuan yang halal berkahwin dengan tidak

berlapik dan keduanya telah dewasa.

5) Menyentuh qubul atau dubur manusia dengan tapak tangan tidak berlapik

walaupun qubul atau duburnya sendiri.

c. Perkara-perkara yang diharamkan dengan sebab hadas kecil

1) Mendirikan solat, sama ada yang fardhu atau yang sunat.

2) Tawaf, sama ada yang fardhu atau yang sunat.

3) Menyentuh Al-Qur’an atau menanggungnya.

Sumber:http://pengertianhadats.blogspot.com/2013/09/pengertian-hadats-macam-macam-hadats.html

Page 13: AL ISLAM 2

Bersuci dengan Wudhu

Wudhu secara bahasa artinya adalah baik dan bersih. Sedangkan secara istilah, wudhu

adalah menggunakan air untuk dibasuhkan dan diusapkan bagian tubuh tertentu yang

disertai dengan niat untuk menghilangkan hadas kecil.

Di dalam berwudhu ada beberapa hal yang harus kita perhatikan, yakni fardhu dalam

wudhu, sunnah dalam wudhu, dan hal-hal yang membatalkan wudhu.

a. Fardhu dalam Wudhu

Berikut adalah fardhu atau sesuatu yang wajib dilakukan oleh seseorang ketika

berwudhu:

1. Berniat untuk melakukan wudhu.

2. Membasuh seluruh muka atau wajah (mulai tumbuhnya rambut kepala bagian atas

sampai dengan dagu, dan mulai batas telinga kanan sampai batas telinga kiri)

3. Membasuh kedua tangan sampai dengan siku-siku.

4. Mengusap sebagian dari rambut di kepala.

5. Membasuh dua telapak kaki sampai dengan mata kaki.

6. Tertib (berturut-turut, teratur, atau tidak berbalik-balik).

b. Sunnah dalam Wudhu

Di samping memerhatikan yang fardhu, orang yang berwudhu perlu untuk

memerhatikan yang sunnah di dalam berwudhu, yakni:

1. Memulai wudhu dengan membaca basmalah (bismillâhir-rahmânir-rahîm).

2. Membasuh kedua telapak tangan sampai dengan pergelangan sebelum berkumur.

3. Berkumur-kumur atau membersihkan mulut dan gigi dengan air.

4. Memasukkan air ke lubang hidung dan membersihkannya.

5. Mengusap seluruh kepala dengan air.

6. Mengusap kedua telinga, baik bagian yang luar maupun yang dalam.

7. Membersihkan sela jari tangan dan kaki.

8. Mendahulukan yang kanan baru kemudian yang kiri.

9. Tiga kali membasuh atau mengusap.

10. Membaca doa setelah berwudhu.

Sumber: https://amazzet.wordpress.com/2014/01/28/bersuci-dari-hadas-kecil/

Page 14: AL ISLAM 2

5. Zakat merupakan salah satu dari pondasi ajaran Islam. Jelaskan apa pengertian zakat ?

syarat harta yang wajib dikeluarkan zakatnya? siapa yang berhak menerima zakat dan

Jelaskan apakah fungsi zakat untuk kehidupan ummat khususnya jika ditinjau dari sudut

ekonomi

a. Zakat (Bahasa Arab: زكاُة; transliterasi: Zakah) adalah jumlah harta tertentu yang

wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan

yang berhak menerimanya (fakir miskin dan sebagainya) menurut ketentuan yang

telah ditetapkan oleh syariat Islam. Zakat merupakan rukun ketiga dari rukun Islam.

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Zakat

Zakat merupakan sesuatu yang tidak asing lagi terdengar di telinga kita sebagai

masyarakat muslim, bahkan zakat  tersebut merupakan sesuatu yang sakral dan wajib

diaplikasikan bagi setiap masyarakat muslim yang mampu. Setiap 2,5 %

(minimalnya) dari harta yang dimiliki setiap orang mampu (kaya) wajib dikeluarkan

kepada yang membutuhkan, karena di 2,5 % itu bukan hak dari si pemilik harta. Harta

tersebut merupakan hak bagi masyarakat yang membutuhkan. Zakat tersebut bisa

merupakan zakat yang dapat dikonsumsi langsung (Zakat Konsumtif) maupun Zakat

yang tidak berhenti di konsumsi, tetapi justru Zakat yang berbentuk investasi dan

terus diproduksi (Zakat Produktif). Yaitu berupa pendidikan bagi anak yang kurang

mampu, penyuluhan-penyuluhan di daerah miskin, pemberian modal usaha bagi si

penerima zakat, dll.

b. Harta yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah harta yang telah memenuhi beberapa

syarat, yaitu:

1) Kepemilikan penuh.

Artinya penguasaan seseorang terhadap harta kekayaan sehingga bisa

menggunakannya secara khusus. Karena Allah swt. mewajibkan zakat ketika harta

itu sudah dinisbatkan kepada pemiliknya. Perhatikan firman Allah swt. ini,

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka” (At-Taubah: 103). Karena itulah zakat

tidak diambil dari harta yang tidak ada pemiliknya secara definitif. Seperti al-fa’i

(harta yang diperoleh tanpa perang), ghanimah, aset negara, kepemilikan umum,

dan waqaf khairi. Sedang waqaf pada orang tertentu, maka tetap kena wajib zakat

menurut pendapat yang rajih (kuat).

Tidak wajib zakat pada harta haram, yaitu harta yang diperoleh manusia

dengan cara haram, seperti ghasab (ambil alih semena-mena), mencuri,

Page 15: AL ISLAM 2

pemalsuan, suap, riba, ihtikar (menimbun untuk memainkan harga), menipu. Cara-

cara ini tidak membuat seseorang menjadi pemilik harta. Ia wajib mengembalikan

kepada pemiliknya yang sah. Jika tidak ditemukan pemiliknya, maka ia wajib

bersedekah dengan keseluruhannya. Sedangkan hutang, yang masih ada harapan

kembali, maka pemilik harta harus mengeluarkan zakatnya setiap tahun. Namun

jika tidak ada harapan kembali, maka pemilik hanya berkewajiban zakat pada saat

hutang itu dikembalikan dan hanya zakat untuk satu tahun (inilah madzhab Al-

Hasan Al-Bashriy dan Umar bin Abdul Aziz) atau dari tahun-tahun sebelumnya

(madzhab Ali dan Ibnu Abbas).

2) Berkembang.

Artinya, harta yang wajib dikeluarkan zakatnya harus harta yang berkembang

aktif, atau siap berkembang, yaitu harta yang lazimnya memberi keuntungan

kepada pemilik. Rasulullah saw. Bersabda, “Seorang muslim tidak wajib

mengeluarkan zakat dari kuda dan budaknya.” (Muslim). Dari hadits ini beberapa

ulama berpendapat bahwa rumah tempat tinggal dan perabotannya serta kendaraan

tidak wajib dikeluarkan zakatnya. Karena harta itu disiapkan untuk kepentingan

konsumsi pribadi, bukan untuk dikembangkan. Dari ini pula rumah yang

disewakan dikenakan zakat karena dikategorikan sebagai harta berkembang, jika

telah memenuhi syarta-syarat lainnya.

3) Mencapai nishab.

Artinya, batas minimal yang jika harta sudah melebihi batas itu, wajib

mengeluarkan zakat; jika kurang dari itu, tidak wajib zakat. Jika seseorang

memiliki kurang dari lima ekor onta atau kurang dari empat puluh ekor kambing,

atau kurang dari dua ratus dirham perak, maka ia tidak wajib zakat. Syarat

mencapai nishab adalah syarat yang disepakati oleh jumhurul ulama. Hikmahnya

adalah orang yang memiliki kurang dari nishab tidak termasuk orang kaya, sedang

zakat hanya diwajibkan atas orang kaya untuk menyenangkan orang miskin.

Hadits Nabi, “Tidak wajib zakat, kecuali dari orang kaya.” (Bukhari dan Ahmad)

4) Nishab itu sudah lebih dari kebutuhan dasar pemiliknya sehingga ia terbukti kaya.

Kebutuhan minimal itu ialah kebutuhan yang jika tidak terpenuhi ia akan mati.

Seperti makan, minum, pakaian, tempat tinggal, alat kerja, alat perang, dan bayar

hutang. Jika ia memiliki harta dan dibutuhkan untuk keperluan ini, maka ia tidak

zakat. Seperti yang disebutkan dalam firman Allah swt., “Dan mereka bertanya

kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ‘Yang lebih dari keperluan.”

Page 16: AL ISLAM 2

(Al-Baqarah: 219). Al-afwu adalah yang lebih dari kebutuhan keluarga, seperti

yang dikatakan oleh kebanyakan ahli tafsir. Demikian juga yang Rasulullah saw.

katakan, “Tidak wajib zakat, kecuali dari orang kaya.” (Bukhari dan Ahmad).

Kebutuhan dasar itu mencakup kebutuhan pribadi dan yang menjadi tanggung

jawabnya seperti isteri, anak, orang tua, kerabat yang dibiayai.

5) Pemilik lebih dari nishab itu tidak berhutang yang menggugurkan atau

mengurangi nishabnya. Karena membayar hutang lebih didahulukan waktunya

daripada hak orang miskin, juga karena kepemilikan orang berhutang itu lemah

dan kurang. Orang yang berhutang adalah orang yang diperbolehkan menerima

zakat, termasuk dalam kelompok gharimin, dan zakat hanya wajib atas orang

kaya.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2008/09/19/1020/zakat-syarat-wajib-zakat-

dan-harta-yang-wajib-dizakati/#ixzz3TWbV4j6B 

c. Siapa saja orang-orang yang berhak menerima zakat? Berikut ini 8 golongan orang Islam yang berhak menerima zakat:

1) Fakir (orang yang tidak memiliki harta)

2) Miskin (orang yang penghasilannya tidak mencukupi)

3) Riqab (hamba sahaya atau budak)

4) Gharim (orang yang memiliki banyak hutang)

5) Mualaf (orang yang baru masuk Islam)

6) Fisabilillah (pejuang di jalan Allah)

7) Ibnu Sabil (musyafir dan para pelajar perantauan)

8) Amil zakat (panitia penerima dan pengelola dana zakat)

 Kelompok fakir dan miskin merupakan warga muslim yang harus diutamakan dalam

penerimaan zakat. Penyaluran dana zakat kepada fakir miskin macamnya ada dua, yaitu

untuk tujuan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari maupun untuk memberikan

kemampuan berwirausaha.

Golongan fisabilillah adalah seseorang atau sebuah lembaga yang memiliki kegiatan

utama berjuang di jalan Allah dalam rangka menegakkan agama Islam. Para fisabilillah

penerima zakat saat ini dapat berupa organisasi penyiaran dakwah Islam di kota-kota

besar, proyek pembangunan masjid, maupun syiar Islam di daerah terpencil.

 Mualaf juga termasuk orang yang berhak menerima zakat untuk mendukung penguatan

iman dan takwa mereka dalam memeluk agama Islam. Zakat yang diberikan kepada

Page 17: AL ISLAM 2

mualaf memiliki peran sosial sebagai alat mempererat persaudaraan sesama muslim.

Sementara itu, amil zakat adalah kelompok terakhir yang berhak menerima zakat apabila

7 kelompok lainnya sudah mendapatkan zakat.

Sumber: http://zakat.or.id/

d. Fungsi zakat untuk kehidupan manusia, antara lain :1) Zakat merupakan sarana untuk membantu dalam memenuhi hajat hidup para fakir

miskin yang merupakan kelompok mayoritas sebagian besar negara di dunia.

2) Memberikan dukungan kekuatan bagi kaum Muslimin dan mengangkat eksistensi

mereka. Ini bisa dilihat dalam kelompok penerima zakat, salah satunya adalah

mujahidin fi sabilillah.

3) Zakat bisa mengurangi kecemburuan sosial, dendam dan rasa dongkol yang ada

dalam dada fakir miskin. Karena masyarakat bawah biasanya jika melihat mereka

yang berkelas ekonomi tinggi menghambur-hamburkan harta untuk sesuatu yang

tidak bermanfaaat bisa tersulut rasa benci dan permusuhan mereka. Jikalau harta

yang demikian melimpah itu dimanfaatkan untuk mengentaskan kemiskinan tentu

akan terjalin keharmonisan dan cinta kasih antara si kaya dan si miskin.

4) Zakat akan memacu pertumbuhan ekonomi pelakunya dan yang jelas berkahnya

akan melimpah.

5) Membayar zakat berarti memperluas peredaran harta benda atau uang, karena

ketika harta dibelanjakan maka perputarannya akan meluas dan lebih banyak

pihak yang mengambil manfaat.

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Zakat

Ternyata, tidak salah bahwa Islam telah mensyari’atkan Zakat bagi umatnya

yang mampu untuk dilaksanakan. Faktanya, zakat sangat berperan bagi pembangunan

ekonomi masyarakat modern ini. Disamping itu pula, zakat sangat berperan terhadap

distribusi kesejahteraan masyarakat. Distribusi kesejahteraan masyarakat tersebut

dapat digambarkan melalui Equilibrium (Keseimbangan) Pasar.

Ditinjau dari fungsinya, Zakat memiliki 2 peran yang sangat penting :

1) Zakat berfungsi untuk mengurangi tingkat pendapatan yang siap dikonsumsi

oleh segmen orang kaya (muzakky). Oleh karena itu, pengimplementasian

zakat diharapkan akan mampu mengerem tingkat konsumsinya orang kaya

sehingga kurva permintaan segmen kaya tidak terlalu meningkat terlalu tajam.

Page 18: AL ISLAM 2

Hal ini pada akhirnya akan memiliki dampak positif, yaitu

menurunnya  dampak atas peningkatan harga-harga komoditas.

2) Zakat berfungsi sebagai media transfer pendapatan sehingga mampu

meningkatkan daya beli orang miskin. Dalam hal ini diharapkan dengan

menerima zakat, maka segmen miskin akan meningkatkan daya

belinya  sehingga mampu berinteraksi dengan segmen kaya.

Sumber: http://mfathirabbani.blogspot.com/2013/04/zakat-dan-pemberdayaan-

ekonomi.html

Bila ditinjau dari perspektif ekonomi, dana zakat merupakan modal yang

selalu tersedia dalam membangun perekonomian masyarakat fakir miskin. Dana zakat

saat ini dikembangkan bukan hanya untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi

masyarakat fakir miskin, namun fungsi zakat telah mengarah kepada pemberdayaan

masyarakat muslim kurang mampu agar mereka kelak lebih mandiri dalam memenuhi

kebutuhan ekonomi.

Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, sudah selayaknya

Indonesia memperhatikan potensi zakat dan infak sebagai salah satu modal utama

dalam pembangunan. Dimensi sosial dan ekonomi yang dimiliki oleh amal ibadah

zakat merupakan kombinasi yang tepat bagi pembangunan rakyat Indonesia secara

fisik dan mental. Dari sini kita semakin menyadari bahwa agama Islam membawa

rahmat bagi seluruh alam.

Sumber: http://zakat.or.id/manfaat-zakat-dan-infak-dalam-perspektif-sosial-

ekonomi/#sthash.tEy17hyc.dpbs

Page 19: AL ISLAM 2

6. Puasa ternyata memiliki manfaat yang sangat besar bagi pembentukan pribadi muslim

yang melaksanakannya. Jelaskan apa pengertian dari puasa ? apa sesungguhnya yang

menjadi hakikat puasa itu ? tujuan disyari’atkan ibadah puasa dan Jelaskan juga apa

hubungannya antara puasa dengan iman, dengan disertai contoh ?

a. Puasa dalam agama Islam atau Shaum (dalam Bahasa Arab artinya menahan (صوم

diri dari makan dan minum serta segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa, mulai

dari terbit fajar hinggalah terbenam matahari, untuk meningkatkan ketakwaan seorang

muslim.

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Puasa_dalam_Islam

Puasa adalah menahan diri dari yang membatalkan puasa lahir dan batin dari terbit

fajar sampai tenggelam matahari.

Hakikat puasa :

- Pengendalian diri

- Latihan melakukan perbuatan baik dan menghindari perbuatan buruk

- Pengendalian diri secara total dengan kendali iman. Selain mengandalikan mulut dari

makan dan minum, puasa juga mengendalikan lidah dari perkataan yang tidak terpuji,

seperti bohong, gunjing, caci maki dan lain lainnya. Puasa juga pengendalian mata

(ghadhul bashar) dari memandang hal yang diharamkan Allah seperti melihat tontonan

aurat, tontonan maksiat dan lain lain. Puasa juga mengendalikan telinga dari

mendengarkan hal- hal yang tidak diredhai Allah seperti mendegar musik hura-hura,

mendengar gosip dan lain-lain. Puasa juga mengendalikan kaki dan tangan dari tingkah

laku yang tidak diridhai Allah. Sabda Rasulullah SAW :

وشرَابه طعامه يَدع أن فى حاجة ْلله فليس به وَاْلعمل َاْلزور قول يَدع ْلم من

Artinya: “Siapa yang tidak mampu meninggalkan perkataan dan perbuatan yang

tidak terpuji, maka bagi Allah SWT. tidak ada artinya dia meninggalkan makan dan

minumnya (percuma dia berpuasa)”. (HR.Buhari dari Abu Hurarah).

Diwajibkannya puasa atas ummat Islam mempunyai hikmah yang dalam. Yakni

merealisasikan ketakwaan kepada Allan swt. Sebagaimana yang terkandung dalam surat

al-Baqarah ayat 183:“Hai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kamu

berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kalain

bertakwa.”

Kadar takwa tersebut terefleksi dalam tingkah laku, yakni melaksanakan perintah dan

menjauhi larangan. Al-Baqarah ayat 185 : “(Beberapa hari yang ditentukan itu

ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulan) al-Qur’an

Page 20: AL ISLAM 2

sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan

pembeda (antara yang haq dan bathil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir

(di negeri tempat tinggalnya) di bulan tersebut, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan

itu”. Ayat ini menjelaskan alasan yang melatarbelakangi mengapa puasa diwajibkan di

bulan Ramadhan, tidak di bulan yang lain. Allah mengisyaratkan hikmah puasa bulan

Ramadhan, yaitu karena Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan yang

diistimewakan Allah dengan dengan menurunkan kenikmatan terbesar di dalamnya, yaitu

al-Qur’an al-Karim yang akan menunjukan manusia ke jalan yang lurus. Ramadhan juga

merupakan pengobat hati, rahmah bagi orang-orang yang beriman, dan sebagai pembersih

hati serta penenang jiwa-raga. Inilah nikmat terbesar dan teragung. Maka wajib bagi

orang-orang yang mendapat petunjuk untuk bersyukur kepada Sang Pemberi Nikmat tiap

pagi dan sore.

Sumber: Konsep Ibadah dalam Islam – Didi Sunardi

Tujuan disyariatkan ibadah puasa ialah untuk membentuk hambah-hambah

yang muttaqin, sebagaimana diisyaratkan oleh Allah Swt dalam Al-Qur'an Surat Al-

Baqarah {2} ayat 183 yang artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas

kamu untuk berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar

kamu senantiasa bertaqwa".

Keimanan adalah syarat untuk mendapatkan puasa yang berkualitas dan

dengan syarat iman inilah yang dapat mengantarkan seseorang untuk meraih tujuan puasa

yaitu taqwa. Jika demikian, maka puasa adalah sebagai sarana untuk meraih predikat

taqwa karena jenjang ini tidak akan didapat tanpa melalui syarat iman terlebih dahulu.

Sumber: http://www.waspada.co.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=208573:menangkap-hakikat-puasa-bersama-

alquran-&catid=33:artikel-jumat&Itemid=98

Page 21: AL ISLAM 2

7. Ibadah shalat merupakan salah satu dari rukun islam. Jelaskan tujuan disyari’atkannya

shalat, Jelaskan nilai pentingnya shalat dalam islam, dan jelaskan shalat yang seperti apa

yang dapat mencapai target dari tujuan disyari’atkannya shalat ?

Tujuan disyariatkan shalat :

a. Untuk mencegah perbuatan keji dan mungkar

b. Mengajak manusia untuk mengetahui faktor pencegah paling kuat (dalam diri

manusia) yaitu keyakinan terhadap wujud Allah (sumber permulaan) dan Hari

kebangkitan (ma’âd) yang berpengaruh kuat dalam mencegah manusia dari melakukan

perbuatan yang keji dan mungkar. Seseorang yang berdiri untuk melakukan shalat dan

mengucapkan takbir, mengakui bahwa Allah swt; Dzat yang Lebih Baik dan Lebih Tinggi

dari segala yang ada dan akan mengingat semua kenikmatan yang telah diberikan oleh-

Nya. Dengan mengucapkan pujian dan syukur, ia memohon curahan kasih dan sayang-

Nya, mengingat hari pembalasan, mengakui ketundukan, melakukan penyembahan

kepada-Nya, memohon pertolongan-Nya, meminta petunjuk dari-Nya untuk mendapatkan

jalan yang lurus dan memohon perlindungan sehingga tidak termasuk ke dalam golongan

orang-orang yang telah dimurkai oleh-Nya serta tidak termasuk ke dalam golongan

orang-orang yang tersesat. (Kandungan dari surat Al-Fatihah).

Nilai pentingnya shalat dalam islam :

1. Identitas Islam

2. Mi’raj bagi muslim

3. Yang pertama di hisab adalah shalat

a. Hakikat, prinsip, tujuan, pondasi, mukaddimah, hasil, dan -pada akhirnya- filsafat

shalat adalah mengingat Allah swt yang pada ayat di atas ditegaskan, bahwa zikir

memberikan hasil yang paling tinggi dibandingkan ibadah-ibadah yang lain.Tentu saja

yang dimaksud dengan zikir di sini adalah zikir sebagai mukaddimah berpikir, dan

berpikir yang dilandasi oleh keinginan untuk mengaktualkannya. Imam Ash-Shadiq as

dalam salah satu hadis ketika menafsirkan ayat waladzikrullâh Akbar berkata, “(Zikir

adalah mengingat Allah ketika hendak melakukan pekerjaan halal dan haram.” (Yaitu,

mengingat Allah awt. ketika melakukan perbuatan yang halal dan menutup mata dari

perbuatan yang haram).

b. Shalat merupakan media menyucikan diri dari dosa-dosa dan memohon pengampunan

Ilahi, karena —mau tidak mau— shalat yang dilakukan oleh manusia akan mengajaknya

untuk mengoreksi diri, memperbaiki diri, dan bertaubat atas apa yang telah dilakukan

pada masa lalu. Oleh karena itu, dalam salah satu hadis kita membaca, Rasulallah saw

Page 22: AL ISLAM 2

pernah bertanya kepada para sahabat, “Apabila di hadapan pintu rumah Kamu terdapat

sebuah sungai yang mengalir dengan bening dan bersih, kamu mandi dan mencuci

badannya lima kali dalam sehari semalam di dalam sungai itu, Apakah masih tersisa daki

dan kotoran di badan Kamu?” Mereka menjawab, “Tidak ada, ya Rasulallah!” Lalu beliau

melanjutkan,“Shalat sebagaimana halnya air mengalir itu. Setiap saat seseorang

melakukan shalat, maka dosa-dosa yang dilakukannya di antara dua shalatnya akan

terhapus dan menjadi bersih karenanya.” Dan dengan shalat ini, luka, barutan, dan

goresan dosa yang ada di dalam ruh dan jiwa manusia akan sembuh karena kemanjuran

obat yang berbentuk shalat ini, dan karat-karat yang terdapat di dalam kalbunya pun akan

menjadi bersih kembali dengan melakukan shalat.

c. Shalat merupakan tanggul penghalang dalam menghadapi serangan dosa-dosa yang

akan datang, karena sesungguhnya shalat akan menguatkan iman di dalam kalbu manusia

dan menumbuhkan tunas-tunas ketakwaan baru di dalam hatinya. Kita mengetahui bahwa

“iman” dan “takwa” merupakan tanggul yang paling kuat untuk menahan goncangan

dosa, dan ini merupakan maksud dalam ayat di atas bahwa shalat adalah pencegah dari

perbuatan keji dan mungkar, dan merupakan maksud dari banyak hadis yang mengatakan

bahwa terdapat sekelompok orang yang senantiasa melakukan dosa, lalu kondisi mereka

itu diceritakan kepada para imam as. Mereka berkata, “Janganlah bersedih, karena shalat

akan memperbaiki mereka”, dan ternyata memang demikian.

d. Shalat Menghancurkan Kelalaian

Musibah paling besar yang dialami oleh para pencari jalan kebenaran adalah lalai

terhadap tujuan penciptaan dan tenggelam dalam kehidupan materi serta kelezatan-

kelazatan duniawi yang hanya sekejap. Tetapi, dengan adanya variasi hukum dalam setiap

jaraknya dan pelaksanaannya secara kontinyu yang dilakukan sebanyak lima kali dalam

sehari semalam, shalat akan senantiasa membunyikan lonceng peringatan kepada manusia

dan akan membangun ingatannya untuk senantiasa sadar terhadap tujuan penciptaan.

Dengan shalat, kehadiran-Nya di alam ini akan senantiasa diperdengarkan, dan

merupakan suatu kenikmatan yang sangat besar bahwa manusia mempunyai sarana dan

fasilitas yang berada dalam ikhtiyarnya, sehingga dengan alat yang dimilikinya ini ia

selalu terjaga secara kuat beberapa kali dalam sehari semalam.

e. Shalat Menghilangkan Kesombongan dan 'Ujub

Dengan shalat, kesombongan dan rasa kagum terhadap diri sendiri akan bisa terberangus

dari diri manusia. Karena selama sehari semalam manusia melakukan tujuh belas rekaat

shalat, di mana dalam setiap rekaatnya, ia meletakkan dahinya di atas tanah sebanyak dua

Page 23: AL ISLAM 2

kali dan merendahkan diri di hadapan-Nya. Ia menganggap dirinya hanyalah butiran yang

begitu kecil yang tak berharga dibandingkan dengan keagungan-Nya, bahkan

menganggap dirinya bukanlah apa-apa ketika berada di hadapan Dzat Yang Tak Terbatas.

Shalat akan menyibakkan tirai-tirai kesombongan dan egoisme manusia, serta memporak-

porandakan kesombongan dan rasa puas pada diri sendiri. Dengan dalil inilah Amirul

Mukminin Ali bin Abi Thalib as dalam sebuah hadis terkenal yang merefleksikan filsafat

ritual Islam setelah iman, dalam rangka menjelaskan ibadah shalat berkata, “Allah

mewajibkan iman untuk membersihkan manusia dari syirik dan mewajibkan shalat untuk

membersihkan diri dari kesombongan.”

f. Shalat Sebagai Penyempurnaan Akhlak

o Shalat merupakan mediator kesempurnaan akhlak dan spiritualitas manusia, karena

shalat akan mengeluarkannya dari dunia materi yang terbatas dan dari ruang lingkup

empat sisi dinding alam natural, lalu mengajaknya melesat terbang ke langit malakut dan

menyatukannya dengan barisan para malaikat. Setelah itu, ia akan melihat dirinya berada

di hadapan -Nya tanpa membutuhkan sedikitpun mediator, dan ia pun akan melihat

betapa dirinya telah mampu melakukan perjumpaan dengan Nya.

o Pengulangan amal ini dalam sehari semalam yang dilakukan dengan menyandar pada

sifat-sifat Allah yang Pengasih, Penyayang dan keagungan yang dimiliki-Nya, khususnya

dengan bertawassul kepada surat-surat yang bervariasi dalam Al-Qur’an setelah selesai

membaca Al-Fatihah, merupakan penggerak ke arah kebaikan dan kesucian yang paling

utama. Dan hal ini mempunyai pengaruh yang tidak sia-sia dalam pembinaan keutamaan

akhlak di dalam wujud manusia. Oleh karena itu, dalam salah satu hadis mengenai filsafat

shalat, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as berkata, “Shalat merupakan perantara

untuk bertaqarrub dan mendekatkan diri kepada Allah bagi setiap orang yang bertakwa.”

g. Shalat Mengisi Nilai pada Seluruh Amal

Shalat memberikan nilai dan ruh pada keseluruhan amal yang dilakukan oleh manusia.

Karena shalat akan menghidupkan hakikat keikhlasan, dimana shalat merupakan

kumpulan dari niat yang murni dan perkataan yang suci, serta amal-amal yang

dilaksanakan dengan penuh keikhlasan. Pengulangan amal-amal tersebut secara

keseluruhan dalam sehari semalam akan menyebarkan bibit-bibit amal yang terpuji di

dalam jiwa manusia dan akan menguatkan keikhlasan yang ada di dalam wujudnya. Oleh

karena itu, dalam salah satu hadis terkenalnya, Amirul Mukminin Ali bi Abi Thalib as

ketika berwasiat setelah terluka oleh hujaman pedang Ibnu Muljam (la’natullah ‘alaih)

berkata, “Jagalah shalat! Karena sesungguhnya shalat merupakan tiang dari agamamu.”

Page 24: AL ISLAM 2

Kita mengetahui bahwa apabila tiang yang dipergunakan untuk mendirikan kemah patah

atau roboh, maka betapapun kuatnya tali dan paku-paku yang tertancap di sekitarnya

tidak akan membawa pengaruh sedikitpun untuk tegaknya kembali kemah tersebut.

Demikian juga halnya ketika tidak ada lagi komunikasi antara hamba dengan Tuhannya

yang dimanifestasikan dalam bentuk shalat, maka amal yang lainnya pun akan menjadi

kehilangan pengaruh. Dalam sebuah hadis, Imam Ash-Shadiq as berkata, “Masalah

pertama yang akan dihisab oleh Allah dari hambaNya pada Hari Kiamat adalah shalat.

Apabila shalatnya terkabul, akan terkabul pula seluruh amalnya yang lain dan apabila

shalat ini tidak diterima, maka akan gagal pulalah seluruh amal-amal yang lain.” Mungkin

dalil ucapan beliau ini adalah, bahwa shalat merupakan rumus dan rahasia komunikasi

antara makhluk dengan Khaliqnya. Apabila hal ini dilakukan dengan cara yang benar,

maka niat taqarrub dan keikhlasan yang merupakan syarat terkabulnya keseluruhan amal

akan bisa hidup dalam dirinya, dan apabila tidak, maka amal-amal yang lainnya akan

menjadi kotor dan terpolusi sehingga akan menyebabkannya keluar dari derajat yang

disyaratkan.

h. Shalat Membawa Kesucian Hidup

Meskipun tanpa memperhatikan kandungan yang ada di dalam shalat, yaitu dengan

memperhatikan validitasnya, pada hakikatnya ia mengajak manusia untuk hidup dalam

kesucian. Hal ini dapat kita ketahui dari syarat tempat yang dipergunakan untuk

melakukannya, pakaian yang dikenakan, alas dan air yang dituangkan untuk berwudhu

serta mandi. Dan juga tempat yang dipergunakan oleh seseorang untuk mandi dan

berwudhu harus merupakan tempat yang betul-betul tidak terkotori oleh ghasab dan tidak

diperoleh dengan cara zalim dan melanggar hak-hak orang lain. Seseorang yang terkotori

dengan kezaliman, ternodai oleh sifat-sifat kelewatan, riba, ghasab, mengurangi

timbangan dalam transaksi, korupsi dan usaha-usaha yang dilakukan dengan

menggunakan kekayaan yang haram, bagaimana ia bisa menyiapkan mukadimah shalat?

Oleh karena itu, pengulangan shalat sebanyak lima kali dalam sehari semalam merupakan

sebuah ajakan untuk menghormati hak-hak yang dimiliki oleh orang lain.

i. Shalat Sebagai Pelindungan Diri dari Maksiat

Shalat selain harus mempunyai syarat keabsahan dan syarat keterkabulan, atau dengan

kata lain, harus mempunyai syarat-syarat yang sempurna dalam dua hal tersebut, juga

merupakan sebuah elemen yang efektif untuk meninggalkan begitu banyak perbuatan

dosa. Dalam kitab-kitab fiqih dan sumber hadis disebutkan begitu banyak faktor lain yang

bisa menjadi referensi dari terkabulnya seatu shalat. Di antaranya, tentang meminum

Page 25: AL ISLAM 2

khamar (minuman keras) yang dalam sebuah riwayat ditegaskan, “Selama empat puluh

hari, tidak akan diterima shalat seseorang yang meminum minuman keras, kecuali apabila

ia bertaubat.” Dalam banyak riwayat kita membaca, “Salah satu dari golongan yang

shalatnya tidak akan dikabulkan oleh Allah adalah shalat yang dilakukan oleh kaum zalim

dan penganiaya.”Dalam sebagian riwayat lain telah ditegaskan bahwa shalat yang

dilakukan oleh seseorang yang tidak membayar zakat tidak akan pernah terkabul.

Demikian juga riwayat yang lain mengatakan bahwa memakan makanan haram,

mengagumi diri sendiri, sombong, dan takabur merupakan salah satu penghalang bagi

terkabulnya shalat. Dari sini bisa dipahami, sejauh manakah pengaruh konstruktif yang

akan didapatkan seseorang dengan terpenuhinya syarat-syarat keterkabulan tersebut.

j. Shalat Penguat Semangat Disiplin

Shalat akan menguatkan semangat disiplin dalam diri manusia, karena bagaimanapun

juga, shalat harus benar-benar dilakukan pada waktu yang telah ditentukan. Pelaksanaan

shalat yang dilakukan dengan mengakhirkan atau mempercepat dari waktu yang

seharusnya akan menyebabkan batalnya shalat yang dilakukan oleh seseorang. Demikian

juga dengan aturan dan hukum-hukum lain dalam masalah niat, berdiri, ruku’, dan sujud.

Memperhatikan semua ini akan menumbuhkan kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari

menjadi betul-betul mudah dan lancar. Semua poin di atas merupakan manfaat yang

terdapat di dalam shalat dengan tanpa memperhatikan masalah shalat berjamaah. Namun

bila keistimewaan shalat berjamaah ini kita tambahkan dalam diskursus di atas, di mana

sebenarnya ruh dan hakikat shalat terletak pada shalat berjamaah, kita akan menemukan

berkah yang tak terhitung banyaknya. Tetapi, pembahasan tentang shalat berjamaah

bukan tempatnya untuk kami diskusikan di sini. Selain itu, sedikit banyak kita pun telah

mengetahuinya. Kami menutup pembahasan tentang filsafat dan rahasia shalat dengan

sebuah hadis yang telah dinukil dari Imam Ali bin Musa Ar-Ridha as. Dalam menjawab

surat yang menanyakan filsafat shalat, beliau berkata, “Tujuan disyariatkannya shalat

adalah atensi dan pengakuan terhadap ketuhanan Allah swt, melawan syirik dan

penyembahan berhala, berdiri di hadapan haribaan-Nya dalam puncak kekhusyukan dan

kerendahan diri, mengakui dosa-dosa serta memohon pengampunan-Nya terhadap dosa-

dosa yang telah dilakukannya, dan meletakkan dahi di seluruh hari untuk berkhidmat

kepada-Nya. Demikan juga, tujuan disyariatkannya shalat adalah supaya manusia

senantiasa terjaga dan berpikir sehingga tidak ada lagi debu-debu kelalaian yang akan

singgah di dalam hatinya, supaya manusia tidak sombong dan mabuk dengan dirinya,

supaya manusia menjadi orang-orang yang khusyu’ dan tawadhu’, serta mencari dan

Page 26: AL ISLAM 2

mencintai bertambahnya pemberian segala sesuatu dalam agama dan dunianya. Selain

konsistensi zikir kepada Allah sepanjang hari dan malam yang dihasilkan dari sinar

shalat, shalat akan membuat manusia tidak melupakan Pengatur dan Penciptanya, hingga

jiwa liar dan tak terkendali tidak akan mampu mengalahkannya. Dengan perhatiannya

terhadap Allah swt dan berdiri di haribaan suci-Nya, ia akan mencegah manusia dari

perbuatan-perbuatan dosa dan akan menghindarkannya dari segala kerusakan.

Sumber: www.quran-light.com

Shalat yang dapat mencapai target :

a. Niat karena Allah dan sesuai tuntunan Nabi saw.

b. Khusyu : konsentrasi, rilex, fokus

c. Tuma’ninah : bacaan dan gerakan yang sempurna sesuai tuntunan Nabi saw

Page 27: AL ISLAM 2

8. Ibadah haji adalah salah satu rukun Islam yang pelaksanaannya berbeda dari ibadah yang

lain, karena harus ada syarat mampu. Makna ibadah haji yang berhubungan dengan :

Persamaan derajat, persaudaraan, persatuan dan berkurban.

a. Persamaan derajat

Simbolnya adalah pakaian ihrom. Seperti diketahui pakian adalah simbol bagi status

sosial seseorang. Dengan jenis pakaian yang dikenakan seseorang, dia bisa jadi

sombong, bisa jadi tawadhu dst. Kerena itu Allah dalam pelaksanaan haji

mengharuskan pakian ihrom, yang akan mengingatkan seseorang bahwa

sesunggungnya dihadapan Allah semua manusia adalah sama.

b. Persaudaraan dan Persatuan

Ketika kita melaksanakan ibadah haji semua suku bangsa berada di Makkah, dan

pelaksanaan ibadah haji ini hanya boleh dilaksanakan di Makkah saja, tidak boleh

dilaksanakan ditempat tinggal masing masing, seperti halnya abadah ibadah yang lain,

seperti, shalat, puasa dll. dan inilah maksud Allah kenapa haji itu hanya boleh

dilaksanakan di makkah saja, karena Allah ingin membuka hati umat islam bahwa

sesungguhnya semua manusia yang menyatakan Allah sebagai Tuhannya dan

Muhammad sebagai rasulnya, walaupun kulit mereka berbeda, budaya berbeda, tetapi

mereka semua adalah satu saudara.

c. Qurban

1) Kalau kita kembali kepada sejarah qurban, maka kita kembali kepada kisah

Ibrahim dan Isma’il, dimana Allah menyuruh Ibrahim untuk mengurbankan Ismail

yang kemudian ditukar dengan seekor domba. Dari peristiwa Ibrahim yang harus

kita qurbankan adalah segala sesuatu yang dapat melemahkan keimanan kita.

Sumber: https://yuliarrifadah.wordpress.com

Page 28: AL ISLAM 2

9. Download “Himpunan Putusan Tarjih” dari Muhammadiyah online. Berdasarkan hal

tersebut coba rumuskan :

a. Bagaimana cara melaksanakan shalat.

b. Bagaimana cara wudhu

c. Bagaimana cara tayamum

d. Bagaimana cara Mandi wajib

e. Bagaimana cara Shalat ‘idain

f. Bagaimana cara shalat jum’at

a. Shalat Fardhu

Bila kamu hendak menjalankan shalat, maka bacalah: "Allahu Akbar" (1) dengan

ikhlas niyatmu karena Allah (2) seraya mengangkat kedua belah tanganmu sejurus

bahumu, mensejajarkan ibu jarimu pada daun telingamu (3)

Lalu letakkanlah tangan kananmu pada punggung telapak tangan kirimu di atas

dadamu (4) lalu bacalah do'a iftitah:"Alla-humma ba-'id baini-wa baina khatha-yaya

kama-ba-'adta bainal masyriqi wal maghrib. Alla-humma naqqini- minal khatha-ya-

Page 29: AL ISLAM 2

kama-yunaqqats tsaubul abyadlu minad danas. Alla-hummaghsil khatha-ya-ya bilma-i

wats tsalji wal barad." (5) atau: "Wajjahtu wajhiya lilladzifatharas sama-wa-ti wal ardla

hani-fan musliman wa ma- ana minal musyriki-n. Inna shala-ti wa nusuki- wa mahya-

ya wa mama-ti lillahi-hi rabbil 'a-lami-n. Lasyari- kalahu- wa bidza-lika umirtu wa ana

awwalul muslimi-n (wa ana minal muslimi-n." Alla-humma antal maliku la-ila-ha illa-

anta, anta rabbi- wa ana 'abduka, dlalamtu nafsi- wa'taraftu bidzambi- fagh firli- dzunu-

bi- jami-'an. Layagh firudz dzunu-ba illa- anta, wah dini-liahsanil akhla-qi la-yahdil

liahsanihailla- anta.Washrif 'anni- sayyiaha- la-yashrifu 'anni- sayyiaha- illa- anta.

Labbaika wa sa'daika wal khairu kulluhu- fi-yadaika, wasysyarru laisa ilaika. Ana bika

wa ilaika. Taba-rakta wa ta'a-laita astaghfiruka wa atu-bu ilaika."(6)

Lalu berdo'a mohon perlindungan dengan membaca: "A'u-dzu billa-hi minasy

syaitha-nir raji-m" (7) dan membaca: "Bismilla-hirrahmani-nirrahi-m" (8) lalu bacalah

surat al-Fatihah (9) dan berdo'alah sesudah itu :a-mi-n" (10) Kemudian bacalah salah

satu surat daripada al-Qur'an (11) dengan diperhatikan artinya dan dengan perlahan-

lahan (12)

Kemudian angkatah kedua belah tanganmu seperti dalam takbir permulaan (13) lalu

ruku'lah (14) dengan bertakbir (15) seraya melempangkan (meratakan) punggungmu

dengan lehermu, memegang kedua lututmu dengan dua belah tanganmu (16) ,

sementara itu berdo'a: "Subha-nakalla-humma rabbana- wa bihamdikalla-

hummaghfirli." (17), atau berdo'alah dengan salah satu do'a dari Nabi saw. (18)

Kemudian angkatlah kepala untuk i'tidal (19) dengan mengangkat kedua belah

Page 30: AL ISLAM 2

tanganmu seperti dalam takbiratul ihram dan berdo'alah: "Sami'allahu liman haidah"

dan bila sudah lurus berdiri berdo'alah: "Rabbana- wa lakalhamd" (20).

Lalu sujudlah (21) dengan bertakbir (22) letakkanlah kedua lututmu dan jari kakimu

di atas tanah, lalu kedua tanganmu, kemudian dahi dan hidungmu (23) dengan

menghadapkan ujung jari kakimu ke arah Qiblat serta merenggangkan tanganmu

daripada kedua lambungmu dengan mengangkat sikumu (24). Dalam bersujud itu

hendaklah kamu berdo'a: "Subha-nakalla-humma rabbana- wa bihamdikalla-

hummaghfirli." (25) atau berdo'alah dengan salah satu do'a daripada Nabi saw. (26).

Lalu angkatlah kepalamu dengan bertakbir dan duduklah tenang dengan berdo'a: "Alla-

hum maghfirli- warhamni- wajburni- wahdini- warzuqni-" (27). Lalu sujudlah kedua

kalinya dengan bertakbir dan membaca "tasbih" seperti dalam sujud yang

pertama.Kemudian angkatlah kepalamu dengan bertakbir (28) dan duduklah sebentar,

lalu berdirilah untuk raka'at yang kedua dengan menekankan (tangan) pada tanah (29).

Page 31: AL ISLAM 2

Dan kerjakanlah dalam rakaat yang kedua ini sebagaimana dalam raka'atyang

pertama, hanya tidak membaca do'a iftitah (30).Setelah selesai dari sujudkedua kalinya,

maka duduklah di atas kaki kirimu dan tumpukkan kaki kananmuserta letakkanlah

kedua tanganmu di atas kedua lututmu.Julurkanlah jari-jaritangan kirimu, sedang

tangan kananmu menggenggam jari kelingking, jari manisdan jari tengah serta

mengacungkan jari telunjukmu dan sentuhkan ibu jari padajari tengah (31).Duduk ini

bukan dalam raka'at akhir. Adapun duduk dalamraka'at akhir maka caranya memajukan

kaki kiri, sedang kaki kanan bertumpu dandudukmu bertumpukan pantatmu (32) Dan

bacalah tasyahud begini "attahiyya-tulilla-h washshalawa-tu waththayyiba-t, assala-mu

'alaika ayyuhan Nabiyyu warahmatulla-hi wa baraka-tuh. Assala-mu 'alaina wa 'ala-

'iba-dilla-hish sha-lihin.Asyahadu alla- ila-ha illalla-h wa asyhadu anna Muhammadan

'abduhu- wa rasuluh (33).

Lalu bacalah shalawat pada Nabi saw.: "Alla-humma shalli 'ala-Muhammad wa 'ala- a-

li Muhammad, kama- shallaita 'ala- Ibrahi-m wa a-li Ibrahim, wa ba-rik 'ala-

Muhammad wa a-li Muhammad, kama- ba-rakta 'ala- Ibrahim wa a-li Ibra-him, innaka

hami-dum maji-d.(34) Kemudian berdo'alah kepada Tuhanmu, sekehendak hatimu yang

lebih pendek daripada do'a dalam tasyahhud akhir (35)

Page 32: AL ISLAM 2

Kemudian berdirilah untuk raka'at yang ketiga kalau shalatmu itu tiga atau empat

raka'at, dengan bertakbir mengangkat tanganmu (36) dan kerjakanlah dalam dua raka'at

yang akhir atau yang ketiga, seperti dalam dua raka'at yang pertama, hanya kamu cukup

membaca Fatihah saja (37). Dan sesudah raka'at yang akhir, bacalah tasyahhud serta

shalawat kepada Nabi saw., lalu hendaklah berdo'a mohon perlindungan dengan

membaca:"Alla-humma inni- a'udzu bika min 'adza-bi jahannama wa min 'adza-bil

qabri wa min fitnatil mahya- wal mama-ti wa min syarri fitnatil masi-hid dajja-l (38)

Kemudian bersalamlah dengan berpaling ke kanan dan ke kiri, yang pertama sampai

terlihat pipi kananmu dan yang kedua sampai terlihat pipi kirimu oleh orang yang

dibelakangmu (39) sambil membaca: "Assalamu'alaikum wa rahmatulla-hi wa baraka-

tuh."(40)

Jika shalatmu dua raka'at, maka letak do'a isti'adzah (a'udzubilla-h) setelah nembaca

"shalawat kepada Nabi", sesudah raka'at yang kedua, lalu bersalamlah sebagai yang

tersebut (41).

Perhatian: Tidak ada perbedaan antara pria dan wanita dalam cara melakukan shalat

sebagai yang tersebut di atas (44)

b. Menghilangkan najis

Menghilangkan Najis

Apabila sebagian dari badanmu, pakaianmu dan tempatmu sholat terkena najis

hendaklah dibasuh (dengan menggosok dan menghilangkannya kalau itu darah haid)

Page 33: AL ISLAM 2

(53), sehingga hilanglah sifat-sifatnya, bau dan rasanya, dengan air yang suci (54), dan

tidak mengapa tertinggal bekas salah satu sifat najis tadi (55).Dan untuk

menghilangkan najis kencing anak laki-laki yang belum makan41 makanan, percikkan

dengan air sampai basah (56). Dan apa yang terkena oleh liur anjing cucilah tujuh kali,

salah satunya dengan debu yang bersih (57).

g. Wudhu

Apabila kamu hendak berwudhu, maka bacalah:

“Bismillahirrahmanirrahim”. (1) dengan mengikhlaskan niatnya karena Tuhan Allah

(2) dan basuhlah telapak tanganmu tiga kali (3) gosoklah gigimu dengan Kayu arok

atau sesamanya. (4) kemudian berkumurlah dan isaplah air dari telapak tangan sebelah

dan berkumurlah; kamu kerjakan yang demikian 3 kali (5) sempurnakanlah dalam

berkumur dan mengisap air itu, apabila kamu sedang tidak berpuasa (6); kemudian

basuhlah mukamu tiga kali (7) dengan mengusap dua sudut matamu (8) dan lebihkanlah

membasuhnya (9) dengan digosok (10)dan selai-selailah jenggotmu (11); kemudian

basuhlah (kedua) tanganmu dan kedua sikumu dengan digosok tiga kali (12) dan selai-

selailah jari-jarimu (13), dengan melebihkan membasuh kedua tanganmu mulai tangan

kanan (15); lalu usaplah ubunmu dan atas surbanmu (16); dengan menjalankan kedua

telapak tangan (17) dari ujung muka kepala sehingga tengkuk dan di kembalikan lagi

pada permulaan (18); kemudian usaplah kedua telingamu sebelah luarnya dengan dua

ibu jari dan sebelah dalamnya dengan telunjuk (19) lalu basuhlah kedua kakimu beserta

Page 34: AL ISLAM 2

kedua mata kaki dengan digosok tiga kali (20) dan selai-selailah jari-jari kakimu dengan

melebihkan membasuh keduanya (21) dan mulailah dengan yang kanan (22) dan

sempurnakanlah membasuh kedua kaki itu (23) kemudian ucapkan “Asyhadu allaila-

ha-ilallah wahdahu-la-syari-kalah, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhuwa rasu-luh

(24)”.

h. Tayammum

TAYAMMUM

Dan jika kamu berhalangan menggunakan air atau sakit atau khawatir mendapat

madlarat (46), atau kamu di dalam bepergian, kemudian tidak mendapat air, maka

tayammumlah dengan debu yang baik, untuk mengganti wudlu dan mandi (47), maka

letakkanlah kedua tanganmu ke tanah kemudian tiuplah keduanya (48) dengan ikhlas

niatmu karena Allah (49) dan bacalah :Bismillahirrahmanirrahim (50) kemudian

usaplah kedua tanganmu pada mukamu dan kedua telapak tanganmu (51). Dan apabila

kamu dapat menggunakan air maka bersucilah dengan air itu (52).

Page 35: AL ISLAM 2

i. Mandi Wajib

MANDI

Apabila kamu berjinabat karena mengeluarkan mani (31) atau bertemunya kedua

persunatan (32) atau kamu hendak menghadiri shalat Jum’ah (33) atau kamu baru

selesai dari Haid (34) atau Nifas (35), maka hendaklah kamu mandi dan mulailah

dengan membasuh (mencuci) kedua tanganmu (36) dengan ikhlas niatmu karena Allah

(37) lalu basuhlah (cucilah) kemaluanmu dengan tangan kirimu dan gosoklah tanganmu

dengan tanah atau apa yang menjadi gantinya (38) lalu berwudlulah seperti yang diatas;

kemudian ambillah air dan masukkanlah jari jarimu pada pangkal rambut dengan sedikit

wangi-wangian (39), sesudah dilepaskan rambut-nya (40). Dan mulalilah dengan yang

kanan (41), lalu tuangkan air ke atas kepalamu tiga kali, lalu ratakanlah atas badanmu

semuanya (42), serta di gosok (43), kemudian basuhlah (cucilah) kedua kakimu dengan

mendahulukan yang kanan dari pada yang kiri (44), dan jangan berlebih-lebihan dalam

menggunakan air (45).