Akustika Bangunan.pdf

107
Christina i t/ediasril<a, Ph D Prinsip-prinsip c:n Penerapannya di ind0nesia \,1 k,l ,.$ F''" ' t. I ,itt' 'i" I \. rl iT.{I({AN ,\ TI\IUR r

Transcript of Akustika Bangunan.pdf

Page 1: Akustika Bangunan.pdf

Christina i t/ediasril<a, Ph D

Prinsip-prinsip c:n Penerapannya di ind0nesia

\,1k,l,.$F''"

'

t.

I

,itt'

'i" I \.rl

iT.{I({AN,\ TI\IUR

r

Page 2: Akustika Bangunan.pdf

^rvt{net{vg vxllsnxv

Page 3: Akustika Bangunan.pdf

f-rli

'!

.i:

i

UNDANG.UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 19 TAHUN 2OO2

TENTANG HAK CIPTA

PASAL 72KETENTUAN PIDANA

SANKSI PELANGGARAN

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyaksuatu Ciptaan atau memberikan izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara

paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikitRp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama

7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyakRps.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyerahkan, menyiarkan, memamerkan,mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau baranghasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak

Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

l

Page 4: Akustika Bangunan.pdf

(taVXI utoSSuV)

1eu'e83uepe 6 Jolrpe :lruru-ept' oc'u33ue1re',u,tr,r,r77 : dgq

orLEl ewTul 'sucerlJ

00I 'oN e,{eg Surdu g '11 '11

v}9Nwtrg tIgYSNgd

' c' rrd' n,r,Se rpo ;;1

";trA:#'#'";;:'r*

vrsf,Noot{I ru v NNYdvafltnsd NVo dIsNIYd-dISNIAd

r{v^tne^tYgwIIJSnXV

Page 5: Akustika Bangunan.pdf

ienI Bacau

[---F"'ro"''

ls,3g iFtrottsl:l t iiriu I

I: , 'lt,,{f J

Akustika Bangunan: Prinsip-prinsip dan Penerapannya di Indonesia

Hak Cipta @ 2005 pada Penerbit Erlangga

Disusun oleh:

Christina Eviutami Mediastika, Ph.D.

Program Stttdi Arsitektur Fakultas Teknik

Universitas Atma Ja,-a Yogyakarta

Editor:Hilarius Wibi Hardani, S.T., M.M.

Buku ini diset dan dilayout oleh Bagian Produksi Penerbit Erlangga denganPower Macintosh G5, dengan menggunakan huruf Times l0 pt.

Setting & Layout: Bagian Perti

Desain Sampul: Farid Sabilach R.

Percetakan: PT GELORA AKSARA PRATAMA

09 08 07 06 6 54321

Dilarang keras mengutip, menjiplak, memfotokopi sebagian atau seluruh isi buku ini serta

memperjualbelikannya tanpa izin tertulis dari Penerbit Erlongga.

O HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG.UNDANG

Page 6: Akustika Bangunan.pdf

o{uod6-owg uop 'oiiuqo[y 'uDtu lniun uD1tsullpaplp lut n)Pg

Page 7: Akustika Bangunan.pdf

KATA PENGANTAR

endahnya tingkat kesadaran masyarakat kota akan cemaran bunyi di sekitarnyamendorong penulis untuk n.renyusun buku ini. Menurut pengamatan penulis, tin-gkat kesadaran

yang rendah ini disebabkan oleh beberapa faktor. yaitu lemahnya aturan dan sanksi bagi

mereka yang menimbulkan cemaran dan rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap dampak burukdari bunyi yang sangat keras. Kesadaran yang rendah juga melanda para rnahasiswa yang menganbiljurusan Arsitektur di berbagai universitas di Indonesia. Ketika mereka lulus dan bekerja sebagai

arsitek atau pengembang, mereka tidak menerapkan pertimbangan-pertimbangan yang berhubungan

dengan bunyi ke dalam desain mereka. Demikian pula ketika rnereka telah menjadi dosen, merekajuga tidak menyampaikan kepada mahasiswa mereka mengenai perlunya memadukan desain dengan

pertimbangan-pertimbangan yang berhubungan dengan bunyi.

Orang Indonesia umumnya lebih terbiasa mendengar istilah pencemaran udara, air, atau tanah,

dibandingkan istilah pencemaran bunyi. Istilah pencemaran secara sederhana dapat diartikan sebagai

penambahan atau masuknya zat tertentu ke suatu sistem melebihi bakuan susunan zat tersebut,

sehingga mengganggu keseimbangan sistem tersebut. Pencemaran bunyi dengan demikian diartikansebagai munculnya bunyi dalam porsi berlebihan yang melampaui baktran umum yang aman bagikesehatan indera pendengaran dan kesehatan jiwa dan raga. Sampai sejauh ini, masyarakat belummerasakan dampak langsung penurunan tingkat kesehatan yang disebabkan oleh cemaran bunyi. Halini menimbulkan kecenderungan bagi masyarakat untuk mengabaikannya.

Penulis sungguh merasa prihatin terhadap rendahnya tingkat kesadaran masyarakat pada segiyang berhubungan dengar.r dampak buruk bunyi pada kesehatan. Keprihatinan ini telah dituangkanpenulis pada banyak tulisan dalam media-massa populer dan dalam sebuah buku ilmiah-populer"Menuju Rumah Ideal; Nyaman dan Sehat". Melalui tulisan tersebut, penulis berharap agar wawasan

masyarakat awam mulai terbuka, sehingga dapat mengambil berbagai langkah yarrg dianggap perlu

untuk mengatasinya. Buku ini lebih ditujukan kepada para akademisi darr ahli yang bergerak dalam

bidang rancang-bangun. Beberapa buku yang ditulis oleh pengarang luar negeri telah mengulas

dengan amat baik dan lengkap ihnu akustika bangunan atau ilmu mengenai bunyi yang terkaitdengan bangunan ini. Sayangnya, belum satu pun dari buku tersebut yang secara rinci mengulas

pedoman akustika bangunan untuk diterapkan di negara tropis yang lembab, seperti Indonesia. Masalah

akustika bangunan dan cemaran bunyi di negara berkembang dengan iklim tropika-lembab jauh lebihpelik jika dibandingkan clengan masalah akustika yang dihadapi negara beriklim sejuk-kering. DiIndonesia, pedoman akustika bangunan selalu berselisih paham dengarr persyaratan pengudaraan

alamiah di dalam bangunan.

Munculnya bunyi keras atau berlebihan pada mereka yang bekerja dengan perlengkapan yang

menghasilkan kebisingan. seperti di pabrik, stasiun kereta api, dan bandar udara telah mulai diatasi

dengan pelindung telinga. Namun. seiring kernajuan jaman, meningkatnya kebutuhan ntanusia, dan

meningkatnva taraf ekonomi masyarakat, pertambahan kendaraan bermotor juga telah menjadi sumber

utama penambah cemaran bunyi. Dikatakan sebagai sumber utama, karena dapat dipastikan bahwa

di manapun bangunan berada. jalan akan selalu ada di dekatnya. Keberadaan jalan selalu dibutuhkansebagai alur menuju ke tempat tujuan. Bila cemaran bunyi berpusat pada suatu titik. misalnya seperti

yang kita jumpai pada industri, tentu cemaran bunyi itu dapat diatasi dengan menggunakan pelindung

telinga. Bila cemaran bunyi terletak di jalan, kita jelas tidak mungkin menganjurkan semua orang

Page 8: Akustika Bangunan.pdf

pl'cu',( len'IrsLu o ruutn1?)rlsurper{'E urrrlsl.rrJJ

s00z lehl'1?1ru)iu.(3(r^

'srlnuod n38unlrp le8ues 'nurlr ue8ueqtueryod uu8uep uu{runsesrp snrel ledeprur n{nq rsr rp8u '1eqrd cnues uup uelnser\i 'rur n{nq efultqrel uueqruaru qe1a1 8uu.{ yuqrd enuras

uup ru1uuSued elu) uu{rrequau uuua{Joq {ulet 3ue,( 'Sunpueg r3o1ou1e1 tntrlsul 'E{lsl{ {lu{elresaq nrn8 'o1ueft3aog 'htrU 'Jord y:deg epudel qrse{ Brurret ueldecn8ueru srlnuad 'e,(urrqly

'resBpueu ereces e{r}sn>1u ueuoped seququeu 3ue,( quq edureqeq epud ueqrtuped ulnd

ue{Buosrp 'qr?lln{ n18uuq Ip {npnp 3ue,( uceqrued r8eg 'rJeq-rJuqas uednprqal >1n1un ueun8ueq epud

uuldureyp ludup 8ue,( u{usn{u ueruoped ue4lusrp rrqle uur8eq upu4 'uu8ursrqeq ue3uupSSueued

uuurlSunure>1 uep 'urc-urJ 'sruel elnd selnrp rur qeq rueluq 'ue8ursrqal lnqesrp 3ue,( ueqrqelJeq nBlE

surel r,(unq e,{ulncunru ruue8ueru uuru.rn ue8uep Insnsrp n}l qBA 'e,(urutre,(ueur 8uu,{ uur8uq uues

r,{unq u,(urpeirel uep uere8uepuad erepur efte1 uruc reue8ueu rBSEp uuruoped ualrlesrp uenlnqepued

qeq Bp€d 'ru-rllru e{rsrJ nrulr Suupuud lnpns rr?p r{unq nwp rruleladruau snsnq{ pJuoas luprl3uu,( 'ecuqued rue8uerurp qupnu qrqel 3uu,( uuqeplsrred tuas esequq ueleunSSueu u8nl srlnue6'rurequdrp qepnlu 3ue,( snruru qrpunlas uup e{rlunrolsrs ue8uap rur n{nq unsn,(uaur ufu3ues srlnuad

'qeun.r urulup rp €.(uter{Errlsr nl>le,4A JBSaq uer8uqes

uelsrqeq8ueur Ersnu€ru Bueru{ Sunuad 3ue,( pq rpelueur uelel tp InJunu 3ue,( r,{unq u€Jeruaf, rrup

p33u1t quun; uu8unpurlJod 'yu38uu quun; rl.redss rpuqr.rd undnuru 'runurn 'uuun8ueq upud ueldurelrp

Suns8uel esrq 3ue,( sr1>1erd-sr11erd pq ue>1nq 'resupuetu 3uu.( pq seln8uaur 1u,(ueq qtqel 3urse

nlnq 'r8ul qlqepal 'ursauopul rp ueldurelrp renses 8uern1 Sursu nlnq UBIBp tunrurat 3ue,{ uuun8uuq

B{r1sn{e ueruoped edureqeq uSSurqes '8ue88ueyeq sn-req ueun8ueq B{[snIB ueuoped uelqeqa.(ueur rur

ueupee) 'r(unq u,(u4rsuiu ue{qepnrue(u rul 3ueqn1 u?epeJeqo{ luqrd urel rp 'Iselnua^ 8uaqn1 1e.{ueqDlrlrrueu snreq uuun8uuq uelqeqe,{ueur erupn ueJrlu uE{E ueqrunqo) 'Ireqeluru e.(uquc u€>plnsetueru

snBrplas uup rrp8ueu eJ€pn ue{ur{Sunuaur >1n1un urlSunu 1e.(uuqes rselrluo^ 8ueqn1 ue{nlleuau3uu,{ srdorl ueun8uuq {nlun {ococ {Eprl rur ruucutuas ue8uecuur 'e,{u8ue,{ug 'uurndrues 3ue,(

e8urTe] Sunpurled rpelueru ue{e nluel n1r ueun8ueg 'rseplual 3uuqn1 eduel uep 'Suepued snqruel

lepn 'dntngel BqJes Suucuurrp 8uu,{ uuun8uuq eped uu{nruet elpl udn;es 8uu,( pg 'Ersnueru ru8uep

eropur ruulep uer8uq r8unpurleur WIepB tudpJ tpBuES 8uu.( u8urlel Sunpurled tup efte>1 eru3'rrrpuas nlr uuun8ueq qeppp e,{uqnSSunses u8urlet Sunpurlad rpeluaru eun8raq

8ue.( '1nqrs 3ue.{ uepl rdal rp ueun8ueq UEIBp rp ueler8eryaq 8uu,( u{eJeru r8eg 'uuun8uuq ruelup rp

BpEJaq u{eJeru B{rle{ undnuur uelul rp epeJoq u{eJou DIIie{ IIBq 'e8ur1a1 Sunpurlad uuluunSSuau

Page 9: Akustika Bangunan.pdf

KATA SAMBUTANryr,.iryiii|1:;t:i...

Buku yang membahas akustika bangunan yang ditulis dalam Bahasa Indonesia masih sangat

langka, apalagi yang berhubungan dengan penerapannya pada iklim Indonesia. Itulah sebabnya, saya

menyambut baik terbitnya buku "Akustika Bangunan: Prinsip-prinsip dan Penerapannya di Indone-

sia" ini.

Saya berharap buku ini akan ikut memperkenalkan akustika bangunan yang merupakan bagian

dari Fisika Bangunan, tidak hanya kepada mahasiswa arsitektur. tetapi juga kepada akademisi yang

terkait dengan perancangan bangunan serta masyarakat pada umumnya. Buku ini dapat mudah

dimengerti oleh pembaca yang belum banyak mengetahui masalah akustika dan tidak memerlukanpengetahuan fisika dan matematika yang mendalam, karena di dalam buku ini aplikasi matematikadigunakan seminimal mungkin. Yang penting adalah bahwa prinsip-prinsip akustika dapat dijelaskansecara komprehensif. Hal ini memperlihatkan bahwa akustika tidak dapat lagi dianggap sebagai

cabang ilmu pengetahuan untuk ahli fisika dan ahli akustika semata, tetapi juga untuk ahli-ahli dan

profesional dari disiplin ilmu lainnya.

Dalam perancangan bangunan, arsitek harus memperhatikan persyaratan akustik dengan perhatian

yang sama seriusnya dengan perhatian yang dicurahkannya dalam memikirkan persyaratan lainnyaseperti struktur, mekanikal-elektrikal, dan lain-lain. Informasi yang disajikan dalarn buku ini bisadijadikan dasar-dasar pengetahuan umum yang bermanfaat mengenai pengetahuan teknologi bangunan

bagi para perancang bangunan. Seperti halnya ilmu dan teknologi lain yang terkait dengan perancangan,

untuk kasus yang khusus jika diperlukan konsultasi dapat dilakukan dengan ahlinya.

Semoga buku ini dapat memberikan pemahaman dan kesadaran mengenai akustika, terutama

yang berhubungan dengan dampak kebisingan terhadap manusia, pengendalian kebisingan pada

akustika ruangan, serta penerapannya untuk kondisi Indonesia.

Demikian sambutan singkat dari kami.

Bandung, 5 Oktober 2004

Prof. SoegrjantoLaboratoriurn Fisika Bangunan dan Akustika

Departemen Teknik FisikaInstitut Teknologi Bandung

[email protected]

Page 10: Akustika Bangunan.pdf

9L uBqIl?-I IBoS :tL rsBulqruo) Iselnsul uuSuop IEuelEW uEIe{EUed :?9

:::l: ::'1"'*1 :: ::::::::-:""^- :l:'::T ::: ,T'*'H11 ."--Il l'l",',,t-,"_i q$g

L9 uEqIle-I lEos :EE Iseulquo) IBualBW Iselnsul :0s ISEInSUI uEp 'Isfuosqv,ls{ouoU i67 euroqerntcnrts ereces tBqtuBlol I 3ue,{ uu8ursrqe; rsule8uahl :6, eIUoqJIV

Ere3es l?quereyrtr 3ue,( ue8utsrqay tse1e8uel41 :tt telqO iuue8ua6 e1r1e1 r'{ung DIelIJed

i97 ueunfiuug tllepq e1 ue8ursrqe; uutBqluEred lE7 ueun8ueg uep uBIe[ rrep uu8ursrqe;,1

t.n"\tf i)\;Y'l:ll)l)\\'\:Id 51S'\ \}{l NV\ l:}\\jII \'{l1"rl \\ii}\Is-l{3Xt tlt:tl

""""'\i\iH:li)N1'g Y{lld NY:}\lSIti";lX III \\:l:}1''ll

zv ueqBE-I pos :It s?]uI-I-nlBT uuSuISIqa)

lnlunue4 uup ue8utslqo) Isnlod >1n[unue4 i17 ]ololurag ueerupue) IJBp uBBuISIqe)

Irlsuot{Ere) :6€ u€lul sEIa) uer8uqrue6 i3g JolotuJ?g uBeJepuo) uEBuISIqo) 1u13ur1

:::::j j:ll:: :: ::l::::::::l::::l:::j-:: ::::::--;T::'i] X[1.',,'i1',J,,*.t tllr:l

?t ueqItB-I IEoS :€E lulsuolod ue3urstqe;'1

requns :0€ lnlunue6 u>13uy ue8uep ue8ursrqe;1 1e13ur1 uernln8ue4 i67 uu8ursrqey

1e>13ur1 rs?lnlun{V nelu uulndrunued :82 ue8ursrqe; 1u>13ur1 rnln8uepn i17 ue8ursrqe;1

"*"..f".:]:*:1.::1"""i..:,:.:...::*1"qe) {IrsIIsr{EIe) :EZ stos u'(urperrel

\1 :iut\tit.'lH \x'tl :;ir}\i {!tIti

zz \f i3\"tr${*:-*an trl \\'l:}}.1!

6I usqrteT IuoS :61 u8uqal Sunpuqa4 tuly111 e3ur1e1 epud uenSSueg :g[ ersnupl e8uqo1 :iI @75) raDW p^a'I punos ',.zl 3ur1t13ratr1 punoS

'.Zl ap)S uolld :OI (gp) ilagrcaq :0I uPrcIeJ uep s€llsuelul emlue uu8unqnH:6 sla^a'I punos

:6 rsuuuoseu :3 opnlrldury :g r,Lung Sueqruoleg 17 r,(ung .Iaquns ull?rlltr l :t I(ung eiurpehel

\,3s- i\1't\ ?iY:)1.+{1 1}1.{{tal \1'ti 11a,*,I r ! i.'(]

9V

Z

x

III^

IA

r,ir;ii+;5riF1,4ffi .:.:.;lt1in#tiffi

I$ UVI.{YO

Page 11: Akustika Bangunan.pdf

iil;tir ir..: .:{:.:.'r -"rc.;

"!. iL

Refleksi 77; Reverberation 80; Pengontrolan Echo dan Reverberation 82; Absorpsi 83;Difraksi 85; Refraksi 86; Difusi 86; Transmisi Bunyi 86; Room Acoustics 87; Soal Larihan88

q{ j*}$'r'{iirti{ ix"}

Akustika Luar Ruangan 92; Akustika Dalam Ruangan 93; Area Panggung 93; PenyelesaianAkustik Lantai Panggung 95; Penyelesaian Akustik Plafon Panggung 96; PenyelesaianAkustik Dinding Panggung 96; Area Penonton 96; Penyelesaian Akustik Lantai AreaPenonton 97; Penyelesaian Akustik Plafon Area Penonton 98; Penyelesaian Akustik DindingArea Penonton 99; Lantai Balkon 100; Soal Latihan 103

ilxgi &

Akustika Luar Ruangan 104; Akustika Dalam Ruangan 106; Penyelesaian Akustik LantaiRuang Studio dan Operator 107; Penyelesaian Akustik Plafon Ruang Studio dan Operator108; Penyelesaian Akustik Dinding Ruang Studio 109; Akustik Ruang Studio untukLaboratorium 113: Soal Latihan 114

iJ;r i: d.i

Akustika pada Bangunan Perkantoran 115; Akustika pada Bangunan Hotel dan Sejenisnya118; Akustika pada Bangunan Sekolah dan Sejenisnya 118; Akustika pada Bangunan RumahSakit dan Sejenisnya 119; Akustika pada Ruang Perpustakaan 120; Akustika pada RumahTinggal 120; Soal Latihan 120

li;*ir i ilt,,"li,(iir IiJ:.9,i,i{. .1 }.trl'i'iF"."r }i1,:1{;q \ 1",, {. i"r ! {,?i l,ru}X}51i5* 1 }}nY

Karakteristik Kebisingan di Negara Berkembang 121; Penyelesaian Kebisingan secara Outdoor122; Penyelesaian Kebisingan pada Selubung Bangunan 124; Penyelesaian Rancangan secaraIndoor 125; Hasil Akhir 126; Soal Latihan 127

5*q'tr't,.il1 ,*{.*{.}4;.{,r'X't:,\ f },q1 f}*;l}"tglx,gtr".1!, ${i;,1!.}'*',i:{ q*qrg}."} !}:.{,:q,{,,\ fllr&'r",1\....". 12g

Mikrofon 129; Amplifier dan Equalizer 132 Speaker 134; Soal Latihan 136

9t

Page 12: Akustika Bangunan.pdf
Page 13: Akustika Bangunan.pdf

'e,(uretr{as lp IpElret 3uu,{ r,Lunq

:tliuepuaur nElB du)Buuueru tudrp Ersnuuur uurrure8eq sesord qelruy 'Ieto o{ u,(uBlrJeq tuur8ueuue:uiuapuad.IerBS s.(utnlueieg 'e3uqe1 ruulEp rp urel ue-re8uepued erepur ueurolo uep EBurlet SuepueS

utryEto3Sueut ln{l '(91't JeqLUcC teqrl) e8uqal [eul?{ rnlulolr.r uulelreq'u3ur1e1 unsp rl3lo de13ue1rp

lnqosJel Suuqurola8 uBluqullrd 'lnqes.Iel 1e[qo uup nluauol lurei eped tudtuus uelulraq snral qrsuul

u,(u3ueqruo1e3 uulequered nlueuet ueeppe{ eped '-ieleiraq rllleqreq qe1e1 'r,(unq Jequns reieqos

tnqasrp 3uu.( '.ruteS.raq Suua lelqo qsepr,(unq Sueqtuoloi uetuqrueled runiperu nBtE rl.retuu IEZ

e3nllnqesrp r1e18ur"res rele8Joq 8uu,( leiqo Jetr{es rp tBZ uueperoqe{ lnu EueJe) qeio'(I'l JpqLuEC)

teq[rereur 3ue.( Suuqurolaf reSeqes uuryeqrue8rp ]edep 8uD{ uc8ueSSuer uep ueluder {ntuequeuleSSurqes uequluosreq Surps uule luz lelrued-1e1r]:ud e,(usn.tetes UEDIIUoC 'u,(uqnleqes 1p lelured e>1

e,(ueurr:s1rp 3uu,( r8rauo ue{snJeuoru uule 11elqo uefuep te>1ep 3ur1ed Suef) qnluesrel urueuad SueKNz

ie{ru?d '.rutairaq 3uu,( lalqo 1uta1 Sunluu8ral 'uulepud nule UEIIEO 'se3 ednreq ludup IUI le7 'e.{utelep

rp rpe 8ue,( 1ez layged qnluo,{ueu uErpnuel lnqosrol erepn nulu 1elqo uelu;e8 nete uu;eleg'dnqrp 8uu.t ladruorel eped rpel,rel lere8raq 8ue( erepn rrep qoluoJ uelSuupes 'sule Ip ue{e{nuJ{rpqelot .ruta8req nplu qr:e8req lalqo qotuo3 '1era3:eq 8ue,( e.repn udnreq uinl ledup uep 'lere8req3uu,( lelqo edn"req ledup ue.ru1e3 requns 'ruleireq u,(uurens ryd euarel Er€nsreq ludep ersnuuru 'e1nd

n1r3eg 'tluetu/ucretnd uunqr: reducuau tndup rSrB epo.t urzrutnd plleru{ uu?-Iupue{ epud se:a1 dn>1nc

8ue,( uu;ula8 uep r,{unq uu{lnqurueu rur u3uuel r{rle8ued uerelSueg 'r3r3 epo.r tsnusuurl lrrolsls

rnleleu epor o{ ue>lrnlusrp uurprlruol 3uu,{ 'uerelequed 3uut.u Epecl uolsld e(uunrnl-1teu uelera3 uep

Iu,^AB.raq relnd.req 8tru,( upo,r upucl uule.reg 'ueumpuol uu14:.ra33ueu Intun reludrp u,(ulnlueles 3uu,(

srue{ou r3reue rpelueur uuJe{Bqrued gseq rrep r8raue quqn8uaur ro}oluJeq uecrepue{ utse141'rele8req

>1o13uru uulquqa,{ueur rur ueln>1nd '{opues qelo 1n>1ndrp eyr1a1 r,(unqreq osluq 1o13uu;,1tr 'IJrpuas

srsnueru uJuns uulqeq 'Jotorureq u?prepue>l rfunq 'os1eq 3ue1n1 >1o13uuru t,(unq rrep relnur 'rele8req

3ue,( 1e[qo Lrpp Iusereq nltles Blr{ Julr{os rp rpulrel 8uu,{ r,(unq BnIuoS 'nlus-red-nies I}llol ElI{ IreIAl'u,{ututrlas rp lez uuSuep uelesai uu{lnqulueu 3uu,(.rule8req 8uu,( upueq e,{uepe uuorl?{ rpr:fta1 r,(ung

r,(cmg ui{lrpufu"}.I'r'r

'lnqosJol uele0uepued erepur eleil erec eueure0eq tueqed e1r>1 e,iuertl 0urlued'qpqulepaq

snlal elll ersn rlsaLu lreq deiel rebe rur uere0uapuod eJapur rs6un; e6eluatu ledep e1t1 eueuteOeq teue6ueuqnel qrqel uelploduortr 1n1up e,{ue1r>1as rp lnountu 6ue,{ rliunq-t,{unq te0uepuaLu ndueul etsnuBu lenquioLr]

6ue( erapur uerel6uer qelepe lelo e1 Ounqnqral Oue[ e[uuelep rp ledeprel 0ue,i leresleres uep e6urlel'rpefue1 lnqeual 1eq edeOuau nqel

ur0ur eraOas uep ueOue;rqe1 ueleseroul elrl qelnreq 'ryeq ueOuep tsbun;iaq lepti lnqosral etaput nles qeles

leps nJens e)itloy lnqas.lal Blopur efua1 erec e{uqnD0unses eueureOeq ueqed yeptl uep eluueeperaqelueleseroLu )iepll ell)i rle16uues .lqel lefos eu]uo]rp rur lslpuol eua.le) n]ensos eqeraLu uep 'deca0ueLu

'ulnroueul teOuapuau 'leqrlor! Inlun rsOunpeq Ourseu-Ourseu 'elapur eutl rerunle)irp leulou plsnuen

YISNT{YIN rIVCNIOYUS(NI t{\fc IANNg

nwr;iHB€:;.tffi

T qEg

Page 14: Akustika Bangunan.pdf

potongan 1-1

*,renggangan' T".l\

pelan

/_ v_" atmosfer

t1 ,ffi,:ffi :,ffi

-',rlraOatan "L-l' i r'-i

Gong

fw

bel bergetarrenggangan

Gambar 1.1 Terjadinya bunyi dan perambatannya (Stein, dkk, 1986) bu nyi

Melalui uraian di atas, cukup jelas bahwa untuk dapat mendengar bunyi, dibutuhkan adanya tigahal berikut, yaitu: sumber atau objek yang bergetar, medium perambatan, serta indera pendengaran.Ketiga hal tersebut sangat penting keberadaannya. Medium perambatan harus ada antara objek dantelinga agar perambatan dapat terjadi. Dalam ruangan hampa udara, tidak ada partikel yang menghantargetarannya, oleh karenanya tidak terjadi perambatan, sehingga meski ada objek bergetar dan pendengarmemiliki telinga yang sehat, bunyi yang muncul tidak dapat didengar.

Perambatan gelombang bunyi pada suatu medium berupa gelombang longitudinal, artinya arahgetarannya searah dengan arah rambatannya. Objek yang bergetar pada posisi bebas atau tidakterhalang objek lain akan menyentuh semua partikel zat medium yang ada di sekitarnya, sehinggaperambatan gelombang bunyi terjadi ke segala arah. Ketika perambatan mendekati objek yang diam,maka sebagaimana keadaan objek tersebut, ada kemungkinan perambatan akan memantul atauberkurang (karena diserap atau diteruskan oleh objek penghalang tersebut). Seringkali tidak mudahmemberikan gambaran untuk menjelaskan fenomena yang terjadi melalui model perambatan gelombangyang sesungguhnya berupa rapatan dan renggangan partikel. Oleh karena itu, kondisi ini lebih banyakdigambarkan berupa kurva membentuk gunung-gunung dan lembah-lembah yang merupakanpenggambaran getaran terhadap waktu, yang disebut juga gelombang sinusoitlal (Gambar 1.2).

I,?" &{;s*:;exa $art t?:*:x" E$ttr:vi

Menurut jumlah sumber getaran atau gerakan yang terjadi, bunyi dapat dibedakan menjadi bunyiyang berasal dari sumber berbentuk titik dan bunyi yang berasal dari sumber berbentuk garis. Sumberbunyi yang berwujud sebagai titik adalah sumber yang muncul oleh adanya satu buah getaran saja(getaran tunggal). Selanjutnya bunyi ini terdistribusi atau merambat dengan kekuatan yang sama kesegala arah, sehingga seolah-olah membentuk ruangan berwujud bola (Gambar 1.3). Sedangkan

L

Gambar 1.2. Perambatan bunyi dalam wujud gelombang sinusoidal, di mana Aadalah amplitudo (keras/lemahnya bunyi) dan ),. adalah satu panjang gelombang

wffi. ..:

Page 15: Akustika Bangunan.pdf

@661. 'awog )o] tdtuoC punog) (sueb) 4nwe[ew uep (>luu)

p66un1 )eqwns etelue 4etef euate4 ilunq B\npai ue5urpueqta4 '9'] reqtuee

(u) Ierel0z0Lt,zlt 001 09 0, 0e

@661 'ewop )oJ lorluoC punog) (sueb pn[nttteq)ynwafew tlunq teqwns ueteqelue4 'r'I lequee

(gp) rslnpeg

'>lnlualelu Jagruns uup r,(unq tsnqlJlslp

Bturreuetu ug{e lnqesJal uEIp[ rsrs rp rJrpreq 8ue.( letqg 'sn]nd BpBII uepheq ueerupuo{ uBrIIe Buutu Ip,{nqrsJadns fiue,{ e,{er uepl rp rudunftp r{Bpnru luuru (srru8 Iuodes pnfn,ureq) >lnruelsru L(unq sluef

.4re13uel ro{eos r,{unq u,(upsru 'ples r,{unq requns nles ue{re8uepuatu €lDI ueuDl

-Sunrue>1 upg qrsgtu 'Sueuel lBure 8uE.( ruBIEru eped e.(uug 'r,(unqreq ?ue[ ta>ptads unp BpE e,(u1upt1es

qeqes ,r8e1 {pp Bdnraq {Bpn qBpns u,(uJequns 'orp8r n13s IrEp IesBJeq e,(uuq t,(unq I{seu 'lr.s

-oata$ udnreq lnqesJel orper e{rlaI ue>lqug 'orper Ir€p {ISnIU L(unq uep selulletu Jololureq uBBJEpue>l

r,(unq 'ueruel uudelecrad r.(unq e.(upsltu Iped?s 'sn8rp>1es r.(unq udereqeq uulre8uepuetu elPI

uelnsedrp tpdep 'uuuruesreq 8ue,( nt{e,u ruepc 'nlueuel lues eped InJunIu 3ue,( t,(unq efunlus-nles

ru3uepueru ulq rpeftel quured lupu rrduruq uueJBI 'p33un1 reqluns I&nqes rrep u,(uuq psereq 3uu,(

r,(unq uuye3uepuou Blpl r1e{as Suurel'rruq Suers upud eruulnrel 'ueq-Ireqes uudnprqel IUBI€O.(E.I requgD) gp g unrnl uele e.(uuelun{e>l €{Bru ';equns rJEp 1ed[ IIE{ unp qeqluuiloq e,(ulerul rp1

derles .suufl {ntueqreq r,(unq reqruns eped uulSuepeg 'gp 9 reseqes unrnt uB{B e{uuulBn>le{ €>IEtu

,requns rrup tedrl qel Enp qeqtueueq u,(u>lurul rp1 de4es '{pp {nlueqreq r.(unq requns eped e,uqeq

'(gOOt 'VrufJ/a5g) uerlrleued qenqes qolo ue>llDlnqlp 1uI 1ug 'sue8 {nlueqreq r,{unq uep qepueJ

qrqel 3ue,( uetuquured nBtB uureqes uendrueuel Dlllltueru {pp {ruueqJaq r,(unq 'p33un1 Jequns qalo

up{Irsgqrp eueJg) .(7'1 requrug) e,(unquns nulu tusnd rc3eqes srre8 qenqes ue8uep JopUIIIS nele Sunqu}

pnln,tr-req ueflupnr >lnluaqrol ue{u qelo-r{Bloes 'qBJp up8es e1 }EqIuEJotu nBlB IsnqlJlslprel r,{unq E)IIIo).uu3uenr ntens 1uulup eperaq srru8 qenqes uu>llstunselp 'srre8 lnlueqreq rfunq JJqruns epEd

'(lnrueleu)

uurete3 1e,{uuq nele udureqeq qelo uu{lrseqp 8ue,( r.(unq qBIBpe srre8 ru8eqes pnln,tr'req r.{unq

@661. 'awog )oJ lutuoC punog) (>tuu pntnrueq)p66un1 rlunq teqwns ueLeqelue4'€'l lequeC

\ l-, - ',

i_Ll - ll

'\ e'og / \-/

Page 16: Akustika Bangunan.pdf

t,;9, {i*.llr*l*'}i};}}}. }}ri*_:'i

Sama halnya dengan gelombang lainnya, gelombang bunyi dapat diukur dalam satuan panjang

gelombang, frekuensi, dan kecepatan rambat. Mari kita tinjau satu-per-satu. Panjang gelombang yang

dinotasikan sebagai lambda (1"), adalah jarak antara dua titik pada posisi yang sama yang salingberurutan, misalnya jarak antara dua puncak sunung, atau jarak antara dua lembah. Panjang gelombang

diukur dalam satuan meter (m) dan merupakan elemen yang menunjukkan kekuatan bunyi. Semakinpanjang gelombangnya. sernakin kuat pula bunyi tersebut, dalam arti, semakin jauh bunyi mampu

merambat. Hal ini diperkr"rat oleh penelitian yang menunjukkan bahwa dalam medium udara, serapan

udara pada bLrnyi dengan gelombang yang panjang, jauh lebih kecil dari seraparl udara pada bunyidengan gelombang yang pendek (Templeton dan Saunders. 1987). lihat Tabel 5.1 dan 5.2. Pada

tingkat kecepatan rambat yang sama (dalam medium yang santa), burnyi dengan gelombang panjang

identik dengan frekuensi rendah, dan demikian pula sebaliknya.

Selzrin panjang gelombang. elemen bunyi yang lain adalah frekuensi. Frekuensi adalah jumlah

atau banyaknya getaran yang terjadi dalam setiap detik. Dalam model penggambaran kurva gunung

dan lembah, fiekuensi adalah benyaknya gelombang sinus (satu set kurva sinus terdiri dari satu

gunung dan satu lembah) setiap detik (Gambar l 2). Sesuai dengan nama penemunya, frekuensidihitung dalam satuan Hertz, (Hz\. Jumlah getaran yang terjadi setiap detik tersebrtt sangat tergantung

pada jenis objek yang bergetar. Secara singkat, hal ini dapat diartikan sebagai bahan pembentukobjek tersebut. Oleh karena itu setiap benda akan memiliki frekuensi tersendiri yang berbeda daribenda lainnya. Dalam bahasa umum dapat diartikan bahwa benda memiliki kekhasan bunyi yang

membedakannya dengan bunyi benda lain. Tanpa melihat. hanya dengan mendengar saja, seringkalikita dapat membedakan apakah suatu benda yang jatuh terbuat dari logam. kaca. atau kayu. Bahkan,

melalui pesawat telepon, kita ju-qa dapat membedakan bunyi orang-orang yang kita akrabi. Hal inidisebabkan karena setiap orang memiliki warna bunyi yang berbeda karena adanya perbedaan spektrum

frekuensi.Ketika yang bergetar adalah sumber tunggal, gelombangnya digambarkan sebagai gelombang

sinusoidal. Sedangkan ketika beberapa bunyi yang berasal dari frekuensi yang berbeda muncul pada

saat bersamaan, gelombang sinusoidal yang tergambar akan terdiri dari beberapa gelombang yang

menyatu. Kemampuan telinga manusia dalam mendengarkan bunyi-bunyi yang muncul di sekitarnyadibatasi oleh ambang pendengarannya. Frekuensi terendah vang mampu didengar uranusia berada

pada 20 Hz sampai pada ambang batas atas 20.000 Hz. Bunyi-bunyi yang muncul pada frekuensi di

bawah 20 Hz clisebut bunyi infiasorrik, sedangkan yang rnuncul di atas 20.000 Hz disebut bunyiultrasonik. Dalam rentang 20 Hz sampai 20.000 Hz tersebut, bunyi masih dibedakan lagi menjadi

0)

=aa0)

o.EEfoa

o=6ol

;r:Ia) I

0)

f0a0)o-oC

=oa

f5

(5{)

.LjaaIECfoa

0)

faa0)o-EC

=o<t)

Frekuensi

GARPU TALA (TONE MURNI)

Frekuensi

PEMBICARAAN, MUSIK, DAN KEBISINGAN

E]la0)

!llr!ttdtt,rrll

I

t,

_L_L_L_f, f, f, fo

W,) @1) et1)

Frekuensi

MUSrK (KOMBTNAST BEBERAPA FREKUENST)

Gambar 1.6. Perbandingan wujud gelombang sinusantara bunyi murni dari satu frekuensi dan bunyidalam multifrekuensi (Stein, dkk, 1986)

Page 17: Akustika Bangunan.pdf

Bleg

lnel rrvrrunu Jrv

'oJ ,nDto ,nD

ueSorprq seg

3.69 rnturedruel eped urep61

3og7 rnturedruel epud erepn

3og1 rnle;edruel eped erep6l

3o6 rnleredrual eped erepn

3og7- rnturedruel eped erepn

(a) /unq luqruer ueledecayIunlpatr{

ntuaua unlpau uoytp 6unq wqwDt uolodacay'I'I IaqEI

uped r,{unq Suuqurole8 tuqluur ueludecel qEIBpe IuI uulsdeco) 'lap4u 0rg qulupu Ie>ludp (unurn

3ue,( lequrur ueludecey '(1) uueruus.red Suntrq8ueu {n1un nculp sfutunurn 8ue.( uelsuol u13uu

nlsns ru8uqes ueldelelrp eJupn runrpeu upud r,(unq Suequrole8 luqurer ueledecel 'ue>lqepnureur

>Inlun 'unure51 'u.(ursrsodruo>l qeqnreq u.rupn uesrdul unsn,(ueur Suef su8 sruel e41a1 qeqnreq ludupe8nl r,(unq tuqru€J ueludecell 'ntueuel leBS-tBES eped erupn nqns ueqeqrued uuuure8eqes quqruoq

ludup r,(unq luqruuJ uuledecel u.(uqn8Eunses 'BJ?pn nlre.( eures Suuf urnrperu eped epereq 11seur'uel{ttuap untuuN 'JrB tuelzp rp ?puJeq ulpl lJeq-ueqas uednprqel urelup e^\geq e,(uueuq8unrua>1

pcel le8uus eueJe{ 'delel 3uu.( rsrpuo>l nluns re8eqes du83uu u1r4 ludep tut uuepudy 'u.repn

nele su8 runrpetu rnleleru t,tunq uapeSuepue{u Iun(un eJecos ulpl 'ueq-ueqes uudnpqel upu4'qepueJ nrlns tuepp Surpuuqrp r33uq nqns

uu8uep tunrpetu urepp ledec qrqel l?qrueJeur rfunq Sueqruole8 B^\r{Bq uu4lnlunueur e8nl uurlqeued

'u,(ulnfuuleg 'se8 runrpeu urupp epuduep ludec qrqol teqruereur r,(unq trcc urnlpetu uulup 'u1nd

uep[rueq 'JrEO runrpeu upud uelSurpuuqrp 'lepud urnrperu eped ludec qlqel luquuJeu t,(unq'ru1 BUoJB{

qe16 1edec qrqel rpufte1 Suuqruole8 ueleqruured uSSuqes 'rnlurel qlqel uep tpuftel qupnur qtqel

1e1p.red JBIuB uuqnluos 'lrqels e,(uuuunsns 3ue,( 1e41rud uu8uep pz eped:lDIIJeq ru8eqes uulseyehp

ledup rul 1eg 'ufulqeqes uep 'yrquls 8ue,( 1e>pped ue8uep urnlpeu epud ludec glqel leqtuuJeru r.(ung'({ltppunq a*tvpt Jpuler ueqsqruelo>l te18up; se? luz urul€p rIB {pp-{pp uu8unpuel e,(qusrur luedes'NZ uuielep urel 1e4ged ue8unpuul uep tnleredurel '1e1qrud uuunsns qelo elnd uu>lruuellp 1e4uedueludere4'ur BJetueruog 'ufurnppp 8ue,{ urnrparu 1ez 1e1pmd uulude:e>1 eped SungueS.raq ilunq leqruuJueledece;1 'Jeueq {Bpll rur u,(uqnSSunses 'Suuqurole8 Suuiuud uup ISuen{eU eped Sunlue8req r,(unq

lequuJ uuludecel e,trqeq ue44nfunuaur qelo-rleloes (1) uueruusred qseyq 'dulel 8uu,( lEqIueJ ueledacelue8uep qere ele8es e{ tuqtueJelu uele r^{unq 'ueSouoq 8ue,( urntpeu uped luqurureu u{po)

(ur) Euequolo8 Sueluud =(211) tsuenlery =

(lepnu) leqruur ueledecel =

!.1=t:uuBueq

:ln)IIreqrc3uqes ueutuesred ruulep uDISIInlp ludup Suequrole8 uulequrered nelu uutlupulfued uupefay '4rlep

ntus ruulep qupurfueq 8uu,( Suelued 1ztot ue41nlunueru {llep dup uerele8 e,(ur1u(ueq 'nll BUeJB>l

qelo 'snurs Suequole8 nlus >lerulas qneluau >pre8req u,(u8uequrole8 'rule8req 1a[qo qunqes qu1

derleg '(tepTur) lnep-red-releur qeppu ufuuenles '>1qep nles nt{B^\ IuBIep nluouol qerz uped l,(unqSuuqurole8 qelo qnduralrp ndrueur 8ue,( >1e.re[ qelupe (,r) rselou uu8uep uelSueqruepp 8ue,( leqIuEJ

uuledece; 'nlueuet tunrpetu urelep r,{unq tEq{uBJ uuledecel qBIBpB t,(unq uup UIBI uetuelg'qupueJ rsuen{ery ruupp ilunq-ilunq ue>lru8uepueur

uerue,(u qrqol ersnuelu B^\qeq uu>plnlunueu uuBlleuod '(zH 000? sele rp) t33uq tsuenler; uup (zg

9967 rcdrues zH 000I) Suepes rsuen>leq '(zU 000I qu,!\uq p) qepue; ISUan{eU ueSuep r,(unq-r,(unq

I esnuery redueg ercpu1 uep $ung I qeg

lep^u 00I9lep^u Ir9Il€pfirt LEil]Bpru 69zlep^u 9I€

loprtt vSzllePII[ 9'6Velep^u 8'€t€13pqt l'LtEleplr 8'Igglep^u €'6I€

vtA

(r)

Page 18: Akustika Bangunan.pdf

Udara dingin(Kecepatan rendah)

8 Akustika Bangunan

Siang hari

Gambar '1.7 . Perambatan gelombang bunyi pada medium udara sesungguhnya tidak lurus namunmembelok sesuai suhu udara yang dilaluinya.

udara normal yang tersusun dari 78Vo Nitrogen (N), 21Ea Oksigen (Oz), dan sisanya CO, serta gaslain, pada suhu 15oC. Seringkali muncul pertanyaan mengapa digunakan acuan 15oC, sedangkantidak semua lokasi memiliki suhu tersebut. Sebagai contoh, Indonesia yang umumnya terik, dapatdipastikan sangat jarang berada pada suhu tersebut. Itu sebabnya, angka 340 m/det tidak begitu sajabisa langsung dipakai sebagai acuan. Pendapat ini ada benarnya. Untuk iklim seperti Indonesia,kecepatan rambat gelombang bunyi pada suhu 20oC-30oC akan lebih sesuai untuk dipergunakan.Pada suhu ini, kecepatan rambat gelombang bunyi adalah sekitar 345 mldet.

Ketika kecepatan rambat gelombang bunyi dapat kita anggap tetap, entah pada 340 m/det atau345 mldet, dengan menggunakan persamaan (1), dapat dijelaskan bahwa setiap kali nilai Qf turun,maka nilai (7.) naik, demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, meski tidak identik, dapat diartikanbahwa setiap frekuensi selalu memiliki panjang gelombang tersendiri. Pada udara hangat-panas,perambatan gelombang bunyi akan cenderung mengarah ke atas dan pada udara sejuk-dinginperambatannya cenderung mengarah ke bawah (Gambar 1.7).

r.4. Amplitudo

Pada bagian sebelumnya telah diulas bahwa frekuensi bunyi menentukan jenis atau warna bunyiyang muncul, sedangkan panjang gelombang bunyi menunjukkan kekuatan bunyi. Kekuatan ini tidakdiartikan sebagai keras atau pelannya bunyi, namun kuat/lemahnya getaran yang ditimbulkannya.Bunyi-bunyi berfrekuensi rendah adalah bunyi yang memiliki panjang gelombang yang besar, semakinrendah frekuensinya semakin panjang gelombangnya sehingga semakin kuat getarannya. Oleh karenaitu pada saat mempelajari bunyi-bunyi dengan frekuensi rendah, umumnya sekaligus dipelajari pulagetaran yang terjadi (sound and vibration).

Ketika frekuensi dan panjang gelombang tidak menunjukkan keras atau pelannya bunyi, makayang berpengaruh terhadap hal ini adalah amplitudo atau simpangan gelombang yang dilambangkansebagai (A). Gambar 1.8 menunjukkan bahwa (A) tidak bergantung secara langsung pada panjanggelombang. Gelombang panjang maupun gelombang pendek dapat menghasilkan simpangan yangbesar dan kecil. Semakin besar simpangannya, semakin keraslah bunyi yang muncul dari getaranyang terjadi, demikian pula sebaliknya.

Amplitudo

Gambar 1.8. Amplitudome n u nj u kka n ke ra s/le m ah nya bu nyi

Il-

Page 19: Akustika Bangunan.pdf

r:i:un 'nlr Euere>l qelo 'e[DIIIeqss uep JpBSeu e{ Jlllsod IJ?p qeqn-qeqlueq nlelss InqIun 3w,('r"uelal ?{eru 'le{luud ue8uuSSuer uep uutuder pnlnm urulep leqrueretu ueJele8 uueft) '(e4) pcse4uenles uelsp Sunlrqrp atnssatd punos 'BrBpn le{ruBd ualaueru 8ue,t .rete3-req {ofqo ef,uepe ?uoJB{qalo u?{qeqesrp 3ue,( reJsorulu rp ?Jupn uuuB>lel rsBrJeA eleJ-elvt qBIBpe atnssatd pur?os pn$leurp3uua '(d) atnssatd punos ue11arnSSueru r{Blepu u.(uln4ueq uurnln8ue4 'lrJe{ leruu 8ue,( u,(urepueuare{ r{elo u€ncu uelpefip tedup 8uerru1 eSnl .urp1e16 uBnlBS uu{eunSSuaur Sunlrqrp 3ue,( r,(unqspllsuelur qelSuuas e>luru 'lrce{ leue 8uu,( e,(urelru Eueru{ uance ue{rpefip tedep 4epp u,lod punosB{rle) 'u,(uuruualrp 8uu,( r.{unq qeluuled uDlurues nBlB selrsualur LIBIITooI ullutuas 'r,(unq requrns r.rup

m8uepued 4zruf qnef uplutues rrele Q) rulru J€seq uDIBues uaquq uelsulelueur (7) ueuruusre4

(ru) r,(unq requns trep {uJel = l(pu16) t,{unq requns ueten{o{ nelu e,(ep = 7

(.ui4le6; t,(unq requns IJep ./ lerel eped r,,(unq sulrsuelul = 1

;uuBueg

k) #=,;ln{ueq rc8uqes uperuus:ed uu8uapSunlqrp ludup u.(uilunq sulrsuelur 'tnqesra BIoq ruBIBp nlueuet {plt BpBd '(g'1 requug) eyoq qredes

{nluaqJeq Suunr uelpsuq8ueru rre{B rur usJuqes 'qere ele8es e>l leqrrruJoru e,(uueru}a8 uzp rule8req r(unqJeqruns qalqo qenqes B{Ite) 'zurAe^\ qelepe e.(uuunleg 'sunl uenlus nd tauod punos :n1rcK'rfunqsBllsualul nule (7) Mlsuarur punos uvauap us)ln{?irp pdep eSnl r{unq u313n{e{ 1e13up uu;m1n8ue4

'3unsBuu1

etecas tauod punos fi\eleuJ r,(unq uu1en1e1 Sunlq8uetu >lnlun u1r1 l3eq tqns dnlnc qelSurres e>1eur

'sere1 leruu 8ue,( r.(unq qeluqnq EIDI JBlDIes Ip IJeq-lJuqes Incunu 8ue,( r,(unq BueJ€>l qelo '1el11oll{

udereqeq uelpseq8ueu e,(ueq serel teSues 3uu,( lef lernused urseur ue>18uepes 'elus l(ru I JBSDIJaq

e,(ueq leualreq 3ue,( ersnueru r,(unq 6reua 'qoluoo IIqUV ':zsaq nl?lJel r{Bl{epl e,(uqnSSunses

r,(unq uulup Sunpueryq 3ue,( r8reue uuDlrruop unluuu 'r,(unq uep 8unuefuel {llsrJet>IBJDI qeppunuod punog '(76) Iq!\ uuntes wepp (fl ru8eqes uelrsetourp u,ttod punog lfunq reqruns qelorslnpordrp 8ue,( r8reue qeprnl uul.rusupJeq L(unq ueleruIel uernln8ued uruc qeppu tamod punog

'uunJe ue{rpelrp 3ue,( resep a13uu nele relru uped uu4resupreq u13ue nulr rulru ru8uqes

up,>IIlrBIp IUI le^el nete lB)BulJ '$7aa,a7 punos) r,(unq lulSurl Inl€leru JnInIp ludep urnrun ereces

ilunq uelen4e{ el\quq uu{reJnrp ue{p rur uer8rq epe4 'r,(unq e,(uue1ed7sure1 uerynfunueur uelu ?uefopnlqdrue ueSuep tlu>lre1 r,(unq uelenle>1 (7) uup i(Suequrole8 Suelued ue8uap uelelreq) uerela8uutun>Io{ uu8uep uu>lrssrsoserp Suef r{unq uut?nla{ (i) n1rc,( 'ueno? ue{rpulrp ustq 8ue.{ pq ?np epu

r,(unq uetun{e>1 uapnqe,(ueru IBBS upud e,nquq uu1se1eftp 'u,(urunleqes uut8uq epud uurern rnlBIeI{

:: . I :i;iiilgontErfe8ffi

slaaa7 punos .g.r

'rsuen>le{ ue}B{ope{ pllgrreur lepn 8ue,( urel 4e[qoue4re1a83ueu ndueur eSSurqes '(qepuer rsuon{eu ue8uop >lelqo nutu ruseq 8uu,{ Suequrole8 8uuluud

ue8uep lefqo) leqeq 8ue,( uerete8 uelen>Ie>l DIrIIuau 8ue,( >1elqo qEIBpe rula8req 3ue,( r,(unq raquns>1elqo apta4 rpufte1 ledup e8n[rsueuoseJ'rsuen{a{ uudurura4 nele usuuuse{ qalo uu{tuqrxerp urBIaS'te4ap dnlnc >1e[qo unpal lurul e4te1 lpnl qrqal 1pufte1 uBnl rsuuuosa5 'efursuanler; uutu{epJ?qu,(ueq 1e[qo ?npe>l EIna{ tun>I nlBIJet >luprl unruuu 'efursuenler; srs.red eues ]nqesrol lelqo enp e1q

1eru1 lu8uus peftq uu{B rsu€uoseg 'ru1e3req 3ue,( r,(unq Jeqruns 4elqo uuSuep rsuen>leq uedurura>1

nele ue€u€sa>l l{qrueur tnqesJal releSreq 1n>y 3uu,( 1e[qo euere>1 'rele8req 8ue,( r,{unq roquns

1a[qo qenqes rJ?p nluolJat 4eret epud upsJeq 3uu,{ latqo u.(urele8req 1n1r eznrlsrred quppu rsuuuosod'rsuuuoser ruue8ueu ue{B{nrue>lrp e,(uurr1 Surlued 'ueun8ueq u>Irlsn>Ie uululedureur leus BpEd

6 esnuery redueg etapul uep $ung 1 qeg

i i !: .: :l a! ar i:i;lx,:li:e1,ffiffi

rsuuuoseu'9'I

Page 20: Akustika Bangunan.pdf

tr

1A Akustika Bangunan

memudahkan pengukuran, nilai ini kemudian dihitung rialam akar kuadratnya, sehingga nilainyaselalu positif" Bunyi yang sangat keras hanya menghasilkan tekanan di udara sebesar-besarnyaA,TOTPa' Angka ini-pun menunjukkan bahwa pengukuran dengan sound pressure tidak akan mudahdilakukan, sebab juga menggunakan nilai yang amat kecil.

r.7. Hubungan antara Intensitas dan Tekanan

Intensitas suatu bunyi berbanding secara proporsional dengan kuadrat tekanannya dan dapat dituliskandalam persamaan sebagai berikut:

Dengan:

intensitas bunyi lWatt/m2)tekanan bunyi (Pa)kerapatan material (kg/m31

kecepatan bunyi (m/det)

Pada bagian sebelumnya telah dibahas mengenai ambang batas frekuensi yang mampu didengartelinga manusia. Selanjutnya hubungan antara intensitas dan tekanan alian menunjukkan adanyaambang batas bunyi yang dapat didengarkan telinga manusia, diukur dengan tingkat kekuatan bunyi.Ambang batas bawah (threshold of hearing) adalah bunyi terlemah yang dapat didengar telingamanusia pada kondisi normal. Angka ambang batas bawah ini seringkali sedikit berbeda bagi setiapindividu. Biia diukur dalam intensitas, ambang batas bawah manusia berada pada 1.10-12 Watt/m2,sedangkan bila diukur dalam tekanan, ambang batas bawah manusia berada pada 2.10"-s pa.

Selain ambang batas bawah, manusia juga memiliki ambang batas atas (threshold of pain), yaitlbunyi terkeras yang mampu didengarkan tanpa menirnbulkan rasa sakit di telinga. Bunyi yang amatkeras tentu saja membuat nyeri pada indera pendengaran dan bagian tubuh lainnya. Ambang batasatas manusia yang diukur dengan intensitas berada pada 100 WatUm2 sedangkan bila diukur dengantekanan berada pada 200 Pa.

Pada pengukuran intensitas bunyi dengan menggunakan tekanan, dikenal istilah sound pressurelevel (SPL), yaitu nilai yang menunjukkan perubahan tekanan di dalam udara karena adanya perambatangelombang bunyi. SPL diukur dalam skala dB dengan mengacu pada standar tertentu (biasanya yangdipakai adalah 20 pPa).

SpL = 20 bg!-Po

level (dB)

Pa atau bars (1 Pa = 10 pbars)(20 pPa)

Beberapa model pengukuran tingkat kekuatan bunyi yang telah dibahas pada bagian sebelumnyamenunjukkan bahwa pada beberapa hal, pengukuran menjadi tidak nyaman dan sulit dilakukankarena menggunakan angka-angka yang terlalu kecil, demikian pula pengukuran tingkat kekuatanbunyi dengan bantuan ambang bawah dan ambang batas atas telingapun tidak selalu mudah dilakukankarena terlalu jauh selisihnya, yaitu dari 1 x 10-12 Watt/m2 sampai 100 Watt/m2, atau dari 2 x l0-5 pasampai 200 Pa.

2

l=!-pv (3)

I=p-p-V=

(4)

Dengan:

SPL = sound pressure

p = tekanan dalam

Po = tekanan acuan

r.8. DeciBell (dB)

Page 21: Akustika Bangunan.pdf

uem8uepued qe,lAeq s€leq Suequry

rrsepreq ur8ue '3uuue] Suef usaq

Iururou uede:iecre6

{slralJeq wEuep uederycra6

u,(uurnurn nqep lope,{ued urseprtr

uppl u€l?duarad 4olo4uelefteq rde ele;ey

qnpe8 8ue,{ 1r:qe6qnpe8 8ue,( {llo{sig

qnpu8 leue 8ue,( lttolstqsepuel P33uI] tuuq.iel leaPsed

uere8uepued sule seleq Sueqruy

0I 'p's 0OZ

09 'p's 0t09

AL

08

06

001

0ilOZT

0gIO'I

20000'0

2000'0

200'0

z0'0

CU

Z

OZ

ooz

uBBpBa{qoluoJ

(sp)Io^a.I punos

(u4) a.rnssa.r4

punos

(gp utnpp) Dsnuow uruo?uapuad sotoq SuoEuy'Z'I IeqBJ

'erueued ilunq uep uelod qrqal {e{ qe8ueles

nEtE suro>l qlqel Iu{ enp u,(uqnSSunses 3ue.( unpe>1 r.(unq ue>IJBBuepuaIrI uu>Iu Elsnustu u8uqal nleur'gp 0I epeqroq Sued r,(unq enp BpE Eirqcde 'ryuqur8oy ue8urpuzqred leporu uu{BunSSueru ue8ue(I'gp t qrsros upe DIqo{ lpefua1 ruuq lerruou €ffoes uu>lBSBJrp ledep 8ue.{ uaepeqred 'uunlnuep unuIEN'gp I IrJa{Jot r{rslles u€8uap r,(unq nlens ueepoqred uB{BSBroIu tudep Ieuilou BISnuBru u8ullal

.Z'I IEqEJeoed ue>l.ruqruu8rp uueurre8uqes '.ru8ueprp ndrueru 8ue,t r,(unq ualen{a{ LrEp sBlB uep qe,&eq suluq

Sueqrue rrrqele8ueru {nlun ersnuBr-rr uu>p{upnrueur gp u?nl€s ue8uop r,(unq uulen{e{ uerruln8ued

'gp rrrutep r(unq uurnlnBuad uuqtqusa4 1e13uq ue{unJnuotu 8ue,( .roqe; u,(uepe uup sedel.ral

'Epeqreq 8uu.( ueuulot Isrpuo{ epud r,(unq de4-dep {Itsual{uJe{ ueupaq:ed e,(uepy 'Z

'rrl{e,4s dutlcs lsenDlng ruele8ueru e,(uutnrun ilunq ueuelol ?A\qeg 'I

:JoryuJ uped Sunlue8raq uu8uudul rp redrunftp euuurcSeqes ue8urstqel 1a13up p33un1

u13uu euerel 1uls 1p uu4uun8rp qrseru ..u€BJlryed,, e1e;1 'Btuus 8uE{ qnru8ued ue8uep ueBuISIqo{

1n13uri uueJplJad ueSuop uEtIu>IJeg lnqasJel gp 0t e/hquq uurynfunue{u u8nl Suqued UDI€g 'ud

g90'0 Jpseqes ueue{el ue8uep €ruBS uep ztuclnel11 6_0I JBSeqes sullsuelul ue8uep UIUBS gp 0L 'qotuocru8eqag 'uenles uep u€Jn>ln tuulep ?peqJaq :Bpoq.Iaq Suuf tue DIIIrureu etues 3u?,( e43uu tnpleruuerrr>ln8ued Ieporu €npa{ qelo un11n[un1rp 8uu,( IenDIB uzuu{el uup IEnDIe sellsualui 'e,(u;uueqes

r>1sau'i.(unq uulun{o{ 1e13up uurn4n8ued Jepu?ls te8uqes Ie{€dp qtqus u.(uenp-Bnpo) 'Q)toqsatqj

Suuoaq) e,(uqupueral 1a,tay wSeqes gp 0 uz>lslsuq:eq 8uu,,( ucrnln8uad Ispour qulupe 11 undneu,lds {luq 'uu3uudul rp uee1e,(ue>1 uBIEp 'upaqJeq 8rre,{ uernln8ued erec ueleunSSuau 11sey1

uelSurpueqredrp Sued Ie^\B uep Jltpie ueue>lol -td uep zd

uulSurpueqradrp 8uu,{ t,{unq 1e,,'re uep JIq>lE sellsuelul = 11 uep z1

(gp) r,(unq setlsuetul qelepe = 7I:ueBueq

orSoloI - TI

:ln{Faq rc8eqes qelupu uuluun8rp 8uu,( ueuruusre6 '(leqtsap sIInlIp tuntunu;uces 8ue,() fiaflcap ueues ruelup Suntrqrp e.(ulnluules uup ryrulrreSol tuelsls ue8uep umlrulullpriir uu8urpueqrad 'ueur?{atr rBlru Bnp e;e1uu undneu selrsualul I€lIu Bnp uruluu edruoq ledep 'te1ru enp

eJulue lp uu8upueqrad nelu orsuJ ruetsrs ue8uep uernln8ued lepour I{EIIu>Iudtp 'n1r eueJu{ qelo

lL esnuery rebueq ercpu1 uep dung I qeg

(E)( td\ 1l

,[t,Jo'to'ol = T

Page 22: Akustika Bangunan.pdf

12 Akustika Bangunan

Tabel 1.3. Perbedaan tingkatteling.a manusia (Stein, dkk,

kekuatan bunyi dan penerimaan1986 dan McMullan, l99l)

Perbedaan dua sumber bunyi Penerimaan telinga

+/-l dB+/-3 dB+/-6 dB+l-7 dB+10dB-10 dB

+20dB-20 dB

Tidak terlalu berbedaMulai dapat dibedakanDapat dibedakan cukup jelasDapat dibedakan dengan jelasDua kali lebih kerasSetengah kali lebih pelanEmpat kali lebih kerasSeperempat kali lebih pelan

r.g. Phon Scale

Telinga manusia mampu mendengar bunyi pada batas 20 Hz hingga 20 KIlz. Namun demikian,telinga sesungguhnya tidak sensitif pada semua frekuensi dalam batas tersebut. Telinga sangat sensitifpada frekuensi 3000 Hz - 4000 Hz dan kurang sensitif pada bunyi-bunyi frekuensi rendah. Padafrekuensi sensitif, dalam keadaan tertentu manusia bahkan mampu mendengar bunyi pada kekuatan

-5 dB. Telinga melakukan respons terhadap bunyi secara khusus sesuai frekuensi yang muncul.Respons ini berupa mekanisme dengar/getar yang berbeda agar telinga menjadi lebih sensitif padabunyi-bunyi yang sebenarnya kurang jelas. Sebagai contoh, ketika mendengar bunyi berfrekuensirendah, telinga akan melakukan mekanisme tertentu agar dapat mendengar lebih baik. Sebaliknya,telinga juga akan menurunkan tingkat sensitivitas pada bunyi-bunyi yang membuat telinga terlalusensitif.

Respons telinga yang berbeda sesuai frekuensi bunyi yang muncul ini menghasilkan grafik yangtidak linear (gemaris). Sebuah tes telah dilakukan terhadap batas-batas tertentu. Tes ini menghasilkanserangkaian kurva yang disebut "equal loudness level contours" atau disebutjuga sebagai"Fletcher-Munson equal loudness contours", yang diambil dari nama dua peneliti utama yang mengadakan tesini. Kurva ini telah distandarkan secara internasional sebagai kurva referensi untuk menunjukkanrespons telinga nonnal pada tingkat kekuatan bunyi tertentu pada frekuensi tertentu.

Sebagai pedoman, berhubung 0 dB yang dijadikan acuan untuk mengukur intensitas atau tekananbunyi pada threshold of hearing muncul pada frekuensi 1000 Hz, maka keseluruhan kurva dan datayang muncul mengacu pula pada frekuensi ini dengan menggunakan skala phon Qthon scale). Phonscale dapat diartikan sebagai tingkat kekerasan bunyi pada frekuensi tertentu yang sama dengantingkat dB pada frekuensi 1000 Hz pada kontur atau kurva tersebut. Sebagai contoh, cennati Gambar1.9, bunyi dengan tingkat 60 dB dirasa lebih keras, yaitu dalam tingkat 60 phon, bila berada padafrekuensi 1000 Hz, namun dirasa lebih lemah/pelan, yaitu hanya 30 phon ketika frekuensinya 50 Hz.Perbedaan ini diakibatkan oleh berbedanya respons telinga terhadap frekuensi tertentu, meskisebenarnya bunyi yang muncul sama-sama pada tingkat SPL 60 dB.

Gambar 1.9 juga menunjukkan bahwa telinga manusia kurang sensitif pada frekuensi rendah,terutama pada tingkat SPL yang amat rendah. Kumpulan kurva tersebut juga menunjukkan bahwapada tingkat SPL 45 dB sampai 85 dB dan kelompok frekuensi 150 Hz sampai 6000 Hz, kurvanyaberkontur hampir rata. Hal ini menunjukkan bahwa respons telinga juga mendatar secara efektif.Telinga manusia merespons sangat ekstrim pada tingkat SPL yang terlalu rendah dan terlalu tinggi(pada frekuensi di bawah 150 Hz dan di atas 6000 Hz).

1.1o. Sound Weighting

Respons telinga yang berbeda-beda terhadap bunyi pada frekuensi tertentu akhirnya mengelompokkanbunyi-bunyi dalam bobot tertentu, sesuai kesan atau sensasi yang diterima oleh telinga. Dalambahasa Inggris, metode ini disebut sound weigthlng. Pembobotan bunyi dibedakan menjadi:

I

L.-

Page 23: Akustika Bangunan.pdf

(01'I reqtuBD uBp 6'I ftqruBD Iterurec'zH 000I ISueDIeU Eped uoqd 0L uE8uep {pueplrrdtueq) Suupes r.{unq-r,(unq suodsereur e8uq4 ISIpuoI eped ueluldrcrp 3ue,( e1e>IS :g loqog

(g1'1 reqrueg uup 6'I ruqIuED IlBIrLIec 'zH 000I tsuenler; epud

uoqd 97 ueSuep {puepr rrdruuq) w>Ireqerp qulSuues zH 00I rlu^req rp qspuer n1eFe1 3uu.{

rsuen>ler;-rsuaruIeu 'relum 3uu.( suodseJ DlrTrrueru delel u8urlq ru8e 'eduuueJu>l qelo 't{Epuer

rsuen{e{req ilunq ru8uepuetu ndureur.ru8u leqeq tsuldepuraq e8uqq uSSurqes 'qupuu t.(unq

-1.(unq suodsereur lreq 8uern1 u8ul14 ISIpuo>l epud ueleldrcrp Suuf rro8elal qelepu Y loqog

beAt 'rytp'upld 6u!ltl6!en punos eNny'01'I JEquBg

000 0t

(zg) tsuanle:3

0002 000t 009 002 00t

bgAl. 'Dlp'we1g) stno4uoc p^ol ssaupnq pnbe eruny'6'l lequeC

000'0r 0009

(zg) lsuan>1er3

0001 00t 09 0z

0e- n(DaE'

sz- g(t

0z- dq)

9L- =@0l-

9+

oz8fo.

onEoCd

oegoao

08;No

oor 3

/v

/a

,.-tV

I|| | t t

reOueprp esrq6ueI r,(unq ynlun

unururur eAJn)

--t::-:l

I--t*l rt

a-j*T

nI-J0e

1:clno

1-09

=\N.

A".]09

3N'-

o'l\---061\'-gt]'-+rtt

- l0zt

tl esnuery rebueq ercpu1 uep fiung 1 qeg

0zt

Page 24: Akustika Bangunan.pdf

14 Akustika Bangunan

Bobot C: skala yang diciptakan ketika telinga seolah mendapat sensasi yang sama ataumelakukan respons yang sama terhadap bunyi pada hampir semua frekuensi, sehinggakurvanya hampir mendatar (Gambarl.10)

Bobot D; skala yang diciptakan ketika telinga merespons bunyi-bunyi yang muncul darikapal terbang (pada frekuensi sensitif 2000 - 5000 Hz).

Pada pengukuran secara subjektif terhadap respons telinga tiap-tiap orang, ternyata ditemukanbahwa bobot B dan C seringkali tidak tepat. Hal ini terjadi karena grafik yang dijadikan acuan lebihcenderung untuk mengukur bunyi-bunyi dengan satu jenis tone (penekanan) saja, sementara dalamkehidupan sehari-hari, dalam waktu yang bersamaan, seringkali kita mendengar bunyi-bunyi dalambermacam-macam tone. Sebaliknya pada bobot A, hasil pengukuran sensasi tingkat kekerasan yangdirasakan orang umumnya tepat. Itu sebabnya, bobot inilah yang lebih banyak dipakai sebagaipedoman pengukuran.

1.11. Sound Leuel Meter (SLM)

Tingkat kekuatan atau kekerasan bunyi diukur dengan alat yang disebut Sound Level Meter (SLM).Alat ini terdiri dari: mikrofon, amplifier, weighting network dan layar display dalam satuan dB.Layarnya dapat berupa layar manual yang ditunjukkan dengan jarum dan angka seperti halnya jammanual, ataupun berupa layar digital seperti halnya jam digital. SLM sederhana hanya dapat mengukurtingkat kekerasan bunyi dalam satuan dB, sedangkan SLM yang canggih sekaligus mampumenunjukkan frekuensi bunyi yang diukur. Proses kerja SI-M sederhana diilustrasikan dalam Gambar1.11.

SLM yang amat sederhana biasanya hanya dilengkapi dengan bobot pengukuran A (dBA) dengansistem pengukuran seketika (idak dapat menyimpan dan mengolah data), sedangkan yang sedikitlebih baik, dilengkapi pula dengan skala pengukuran B dan C. Beberapa SLM yang lebih canggihdapat sekaligus dipakai untuk menganalisis tingkat kekerasan dan frekuensi bunyi yang munculselama rentang waktu tertentu (misalnya tingkat kekerasan selama I menit, l0 menit, atau 8 jam),dan mampu menggambarkan gelombang yang terjadi. Beberapa produsen menamakannya HandHeld Analyser (HHA), ada pula dalam model Desk Analyser (DA).

Meski nampak canggih dan rumit, sesungguhnya menggunakan SLM untuk mengukur tingkatkekerasan bunyi tidaklah sulit. Yang terpenting adalah menaati pedoman atau standar yang telahditetapkan agar hasil pengukurannya menjadi sahih. Adapun persyaratan tersebut adalah (Gambar1.13):

1. Agar posisi pengukuran stabil, SLM sebaiknya dipasang pada tripod. Setiap SLM, bahkanyang paling sederhana, idealnya dilengkapi dengan lubang untuk mendudukkannya padatripod. SLM yang diletakkan pada tripod lebih stabil posisinya dibandingkan yang dipegangoleh tangan operator (manusia yang mengoperasikannya). Posisi operator yang terlalu dekat

Amplifier

atau

.--i----L--II_IIl"lFilter oktaf-band

Skala-dB

Gambar 1,11. Slsfem kerja Sound Level Meter

Monitor hasil

Page 25: Akustika Bangunan.pdf

'efiet uele[ uep de epJol'yuqed usaw '6ueqtq pilesed uebulslqdt @te[ wruel qerces)'uenpede4 ederoqoq \nrun W1S ueeun66ue4 'r!';, requrEg

ttltlos ouo'\oo

w1S ue>teun66uew Jees JoJetedo rsrso6r '0l'l Jequegralary p^e1 punos ppow edeleqog 'Z!'! requeg

F.{ i 1)iffr r

..,

$gL esnuery rebuag ercpu1 uep ilung

Page 26: Akustika Bangunan.pdf

E-

16 Akustika Bangunan

Dok. Bruel & Kjaer

Gambar '|.15. SLM yang langsung terhubung dengan poriable analyser

dengan SLM juga dapat mengganggu penerimaan bunyi oleh SLM karena tubuh manusiamampu memantulkan bunyi. Peletakan SLM pada papan, seperti meja atau kursi, jugadapat mengurangi kesahihan hasil pengukuran karena sarana tersebut akan memantulkanbunyi yang diterima.

2. Operator SLM setidaknya berdiri pada jarak 0,5 m dari SLM agar tidak terjadi efekpemantulan.

3. Untuk menghindari terjadinya pantulan dari elemen-elemen permukaan di sekitarnya, SLMsebaiknya ditempatkan pada posisi 1,2 m dafi atas permukaan lantai; 3,5 m dari permukaandinding atau objek lain yang akan memantulkan bunyi.

4. Untuk pengukuran di dalam ruangan atau bangunan, SLM berada pada posisi 1 m daridinding-dinding pembentuk ruangan. Bila diletakkan dihadapan jendela maka jaraknya 1,5

m dari jendela tersebut. Agar hasil lebih sahih, karena adanya kemungkinan pemantulanoleh elemen pembentuk ruang, pengukuran dengan SLM dalam ruang sebaiknya dilakukanpada tiga titik berbeda dengan jarak antar titik lebih kurang 0,5 m.

5. Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang sahih dan mampu mencatat semua fluktuasibunyi yang terjadi, SLM dipasang pada posisi slow responsse.

Apabila pengukuran tingkat kekerasan bunyi dilakukan menggunakan SLM, namun tidakmengikuti standar pemakaian SLM sebagaimana disebutkan, pentinglah kiranya disampaikan catatankhusus mengenai kondisi-kondisi yang menyimpang tersebut untuk melengkapi data-data hasilpengukuran yang dihasilkan.

,:':,1?.:. tt"nsa Manusia

Sebagaimana diuraikan sebelumnya, manusia mendengarkan bunyi yang ada di sekitarnya mengguna-kan indera pendengaran. Bagian pertama indera pendengaran manusia yang menerima perambatangelombang bunyi adalah daun telinga. Untuk dapat mengetahui secara rinci mengenai mekanismeyang tejadi di dalam telinga sehingga manusia dapat mendengar bunyi, mari kita lihat bagian-bagiantelinga manusia, yang dibedakan menjadi tiga bagian sebagai berikut (Gambar 1.16):

1. Telinga luarTelinga luar terdiri dari daun telinga (dalam bahasa medis disebut pinna) dan saluran telinga

(yang disebut juga kanal telinga). Rangkaian telinga luar ini bertugas menangkap gelombang bunyi

Page 27: Akustika Bangunan.pdf

'3ueduilueu 3uu,( eursrueleur u,(uepe ualqeqesrp elnd ludup rdetel 'e8urlel ueruele qqel nelu ruBS l{elus

eped uendruuue>l ueunrnued u,(uepe uueJE>I lpufret ledep rut uunSSueg 'uun33ue8 rurelu8ueur u8uqel

uulqsudrp ludep eluur 'rur r.(unq ue4re8uepueru nduruur >lruun lnlep qlqel 8ue,( >1urul unlqntnqlpuyqudy 'r.(unq requrns uep Jeleru g rcdruus Jele{u 9 luruf urupp Sp 0Z eped r,(unq ru8uepueru

nduruu IstuJou ursnuetu e8q1e1 'u.{urlsour uuBruIBBBqes >lupll Ipulueu BurlJellp 8uu^( r,(unq sB}IIen>I

uSSulqes 'uun88uu8 nuule8uetu e8qyel B^\qeq ue{€lu{lp ledup e>luur '3uedrul,(ueu 3ue,( eursruu4eu

rpehel uup uetuole Ispuo{ ue>lnrue}Ip qeqes nlens eueJDI ellqedy 'lu{Iuou u8q14 epud rsrpuol

qBIepB ufuurnleqes uer8uq ruelep u€IruJnrp qelet 3ue,t u8urel ufte4 eursruu>leu uep e8ugq ueruelg

I ::t::!:!1ltsil*slffi

BtuIIeI Bpud uBnEfluEC '8r'r

'u1nd epeq-upeqreq r,(unq qenqes upud

npr^rpur Surseru-Sursuru uueturJeuad uelqeqe,(ueu tuelup IIpuB llllrueur u8nl upeqreq 3ue,( npI^IpuI

duq rselerfuAur uendurutue{ ulJeseq e8q14 rsrpuo) '>lulo uep sudelrel lepu r,(unq ueltsulerfuelur

-3ueu uep dulSueueru ruupp e8urlet ufre4 ousrue>lolu BlAIIeq uu>p1nfunueur sBlB Ip uBIuJn

'uerqrueru rtqle Sunln Ip ledeprol 8ue.{;urus 000'92 r?lPIes qelo >lulo

e{ urlrpllp e,(u1n[uu1es 8uu.( 1uqe1e 1n,(uep rpelueru qe8u4 e8u114 uep e.(uuurFelrp 8uu,( {IuDIeruuBJBleB quqnfiueru 1n1un se8ngeq rur ruBIBp EAurIet uurelSuug 'nll ueJnles Sueluudes Dalqro) e88uor

rfieqrueru fluef, nst1oq lnqoslp 3uu,( uurqueu ludep.rq oalq)o) UIEI€p Ip 'uBJIsc uleles, 'DalqcoJ

lnqasrp 8ue,( lndrs qeturu luedes {ruueqJeq 3ue,( uurrec Isueq uuJnlus IJBp ulpJe1 tuupp e8q1e1urBIBp u8u;1e; 'g

'ersnuuru ue8uuqurlese{ rnle8ueur suSngeq 8ue,(

uuJruc rsrJeq uere13u4 qu8ueles uBJnlBS eBB ledup;q e8nl qe8u4 e8ullel eped'uDlqrDtslra lnqeslp

3ue,( uzrnps nlens InlBIeIu uu8uolSuo;e4 ue8uep Sunqnqr4 qe8u4 e8uqel eped aepn e83uog.qe3u4 efuqel rsr8ueru 3ue,( uurrec rsueq e88uoJ e>l eJspn Isueq s38uoJ rrup uurule8 ueqepurfued

uelrunsefueru {nlun tunrperu rc3eqes se8ngeq tur 3uu1n1 e8rle; '(dntttls uep tq^uo 'raLuMDq

:uelnqes uefiuep Ieue{p runrun Bseqeq urupp nelu) sada|s uep 'sncw 'snallora :lnqeslp Sursuru-Sursuur

3ue,{ pdurnflued 3uup1 e8q eped ue4udurusp e,(ulnluules rur uurula8 'uuqtuoru qelo 'luue>I Inleletu

ue>lJnlesrp uep u8uq4 unup qelo de18uul1p qu1e1 3ue,( ueJele8 Suns8uel eJuJes etulJeuelu uu{u ruI

uBJqtueIAI'stdn le8uus 3ue,( uu;qureru qenqas nlrc,('e8uqfl Suupue8 Irep rc1nlulp qu8uel uet8egqu8ual u8q1al '2,

'e8ur14 Suepue8

6unpuqeu se8ngeq 8ue,( Suulueureru udrd lredes {nlueqJeq puul uulSuepos 'JEnl qBrB e{ JBqeIeu

ngle Jgsequeru uplerues 3uu.{ Suoroc Intueqreq rup,( 'r,(unq dulSueued rc3uqas e,(use8nl ue8uep

u€{runsesrp eflq14 unep {nlueg 'pue1 8un[n rp >lulalJol 3uu,( e8uget Suupue8 e1 e,(uuulsrueueu uep

ulnurslBuruerelaO

(sp1e4s

4ept1) esnuew ebw1e1 uebeg 'gI', requeg

\lelo oI leres

e6ur;eg ue;ep e) )nseurAunq 6uequoleo

ueJquieur

......-,.,.',: lr':i i'-ir'' 1jr'

1.,...,i ;it,: 1.,. ...1.,.:,. " ;r'i,:;

'' '"iri

Lt esnuery rebueg ercpu1 uep ilung 1 qeg

Page 28: Akustika Bangunan.pdf

18 Akustika Bangunan

Gangguan pada telinga dapat dibedakan sebagai gangguan yang muncul sementara dan gangguanyang terjadi pennanen. Gangguan sementara umumnya terjadi pada telinga luar, seperti ketika padatelinga luar terdapat objek yang tidak semestinya, misalnya air, kapas, atau kotoran yang tidakdibersihkan. Namun demikian, gangguan sementara juga dapat terjadi pada keseluruhan telinga,misalnya ketulian sementara selama beberapa menit karena telinga baru saja mendengarkan suatrlbunyi amat keras yang muncul dengan tiba-tiba, seperti suara ledakan bom.

Gangguan mendengar yang terjadi pada telinga umumnya berupa menurunnya kemampuanmendengar atau ketulian. Ketulian dapat terjadi pada usia muda karena satu dan lain hal, dan hal initerjadi pula pada manusia normal seiring bertambahnya usia. Keadaan ini disebut pre.sbyacusis, yaitumenurunnya kemampuan mendengar secara bertahap karena faktor usia.

Menurut jarak pendengarnya, ketulian dibedakan menjadi empat (Feldman, dalam Agustian,1995) yaitu:

1. Tuli ringan, ketika untuk mendengar bunyi dengan kekuatan 20 s.d. 40 dB, jarilk antarasumber bunyi dengan telinga adalah 4 sampai 5,9 meter

2. Tuli sedang, ketika untuk mendengar bunyi dengan kekuatan 40 s.d. 60 dB, jarak antarasumber bunyi dengan telinga adalah 1 sampai 3,9 meter

3. Tuli. berat, ketika untuk mendengar bunyi dengan kekuatan 60 s.d. 80 dB, jarak antarasumber bunyi dengan telinga adalah 20 sampai 90 sentimeter

4. Tuli total, ketika untuk mendengar bunyi dengan kekuatan 80 s.d. 1i0 dB, jarak antarasumber bunyi dengan telinga kurang dari 15 sentimeter.

Ketulian ringan dan sedang biasanya terjadi karena adanya kerusakan pada organ telinga tengah.Sedangkan tuli berat dan total, biasanya dijumpai pada orang yang mengalami kerusakan organ padatelinga dalam. Sementara itu, menurut letak kerusakannya, ketulian dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Ketulian pada telinga tengahKetulian ini akibat akibat adanya kerusakan pada sistem transfer bunyi melalui tulangpenghubung (tulang rawan yang membentuk saluran telinga). Hal ini dapat disebabkankarena infeksi atau pecahnya gendang telinga. Pada kondisi ini telinga masih dapat menangkapbunyi-bunyi pada frekuensi tinggi. Ketulian jenis ini masih dapat diatasi dengan obat ataudengan pembedahan.

2. Ketulian pada telinga dalamKetulian ini terjadi akibat kerusakan saraf yang terdapat dalam rumah stput (cochlea) atausaraf yang bertugas mengirim berita ke otak. Hal ini dapat diakibatkan oleh infeksi, iuka dikepala, kepala terbentur dengan keras, atau karena mendengarkan bunyi yang terlampaukeras pada ambang batas pendengaran manusia. Ketulian akibat mendengarkan bunyi padaambang batas atas (threshold of pain) dibedakan menjadi tuli sementara (yang akan membaikdalam satu atau dua hari) dan tuli permanen.

Gangguan lain yang muncul akibat kerusakan organ pendengaran adalah tinitus. Tinitus aclalahsebutan untuk bunyi dengung terus menerus yang muncul di telinga. Penyakit ini biasanya menyerangmereka yang terbiasa bekerja berdekatan dengan sumber bunyi yang keras secara terus menerus,misalnya: pekerja pabrik yang mengoperasikan mesin-mesin berbunyi keras tanpa menggunakanpelindung telinga. Sebagai manusia normal, seringkali kita pun mendengar bunyi dengung sesaat.Menurut kepercayaan Jawa, mereka yang telinganya sedang mendengung sesungguhnya sedangmenjadi bahan pembicaraan orang lain. Bunyi dengung ini hanya muncul sementara, namun bunyidengung yang berupa tinitus adalah bunyi dengung yang muncul terus menerus selama dua puluhempat jam sehari, sehingga sulit dibayangkan bagaimana tersiksanya mereka yang menderita tinitus.Penyakit ini belum dapat disembuhkan dengan obat. Sebuah penelitian yang dilakukan di Inggrisberhasil menemukan pola gelombang bunyi dengung yang muncul pada tinitus dan kini telalrmenemukan solusi untuk meniadakan tinitus, dengan jalan memasang alat kecil di telinga yang

\..

Page 29: Akustika Bangunan.pdf

iur 0z {Br€r uep rn)lnrp BIrqB{usutrsuelur qelSunlrH 'zlunle N s_01 x V't, r{BIBpB ur 9 {eJel rJBp JDInrp r{unq nlens setrsuelul .?

ilnqesrel reqr.uns Irep w 6'g IBrBf uped (rur4lu1truepp) e{usutrsuetur 3un1rq 'Ue16 16'6 rusaqes uBtBn>Ie{ ueryunle8ueru ilunq requns ntuns BIrg '€

I u,(u8uuqruole8 3uu luedqu13un141 'lep4u 0?€ tBqruBJ uuledece>1 Dlrlrueru zH OrV rsuen{e4 uu8uep r,(unq sruel nleng 'Z

1u,(u.relrXas uup r,(unqru8uepueur ludep etsnueru eSSurqes rpeft4 8uu,( eursrueleru uueruru8eq'le18uls eJuces ue>ISBIef 'I

: rriint+ini6FrP.ffi

uurIItBT Iuos

euoqdpeeq 1nyueqwepp uo4caprd rc3 'gy'g Jequreg

e\asetpaw \oo

'teqweb qebuel-qebueyp we6o1 buen 6u1de>1 uebuep eiusuewtp ue>lbwpueg 'ebuuel 6ueqn1

wepp ot uoplnsewp 6uel uorpe4otd ree ppow edercqeg '/l't Jequeg

uellnwcw loo

'u,(ulnluules q€q-quq upud uuryudurusrp ruI uo?parcrd roa rc?eqas ueun8ueq ruue8uaw wser{sqrued'rcluel undneu 'delu 'Surpurp Igedes 'urpues n1r ueun8uuq Sunqnles uotuele r{BIBps uo4calotd nta'e,(ur uulul Idel 1p ueun8uuq tuulep Iutruou eJeces selr^q{Breq Suef ulereur r8eq 'n1r BJeluarJros

'(8t't uep tt'truqueg) auoqdpoaq Iiledes .reseq >1e8e 8uu,( redrues (pqural uuleun8lp ludep 3uu.,( undneru ru>1ud

rp>1es 3uu,( 4eq; e8ql+ Suuqny o>l u€41nserurp {nlun pcel }e8uus Suuf uup rulnu 'ure8e;aq lu8uusqulel IUH uo\catotd tDa ueqeq uep Iopou 'u€ruel uenferue1 8uure5 'uB{uBJBSrp le?ues uoucarcrdroa nvte u8u[e1 Sunpurlad uure>lerued 'uere8uepued ue8.ro n33ue33ueru ludep 8ue,( r,(unq-1,(unque>lpsuq8ueur 3uu,( 1e[qo nule uu]eleJed leqep rp sulr^rl{Breq esur}ucues 8uu,( ule.reur r8eg

'e8urlel Sunpuqed w{qntnqueu qulSurras e8urlal'ueupua>l udureqeq upud 'n1r euor">l qelo 'serali nlelral 8ue,( rfunq-r,(unq nule rilepueqe>llp {up}l8ue.( r,(unq-r,(unq ue1:u8uepueu u{rlo{ edurrrpues ueBuep dn1n11p nute dnlnueu ludep {up$ ersnuulue8uqq 'Drcpueqa{rp lepq 3uu,( urBI Ierlluq nBlB uurlrqalJeq Juurs lur{rleru stpru DIne{ u,(u1usru.r

e,(u1esrueu uulu 3ue,{ lelqo rteleprp B{ne{ dnlnlp nele dntnueur tudup 3ue,( eleru uu8uep epaqreg

' I : ar 1II 1tr:1ii:1]fl ttr T{#ffi

EtuIIeI Eunpu11a4 1u1y .fr.r

'ue{epeplp ue{qeq nele r8uurn>1lp tudep ueldereqrp lpefret 3ue,t Sun8uept,(unq 'tur iep uu8uag 'ue{Bpenroru Suqes uule lnqesJe1 if,unq Suuqurole8 unpe>1 uSSurqes 'u4Jeplp8ue.{ Sun8uep r.{unq uep ue>llleqe>lJeq nete uuuu,rr.Elroq Sueqruole8 elod ue8uep r,(unq uu4yseq8ueu

6t e$nuery lebueq etepul uep dung tr qeg

Page 30: Akustika Bangunan.pdf

ii,: nii1irtl*r*tra!6li+-l6srHffi sg6iuEliq[]*tlmI* ! iqglrr i,n rir. ;i i:

r{voI{ISInf)I I I I{vICYfl

Page 31: Akustika Bangunan.pdf

'BIUeUed

{oduole{ r8eq srou duSSuelp ESrq enpe{ 4oduro1e1 uped npt.ryul uJeclq e.{ug 'sera>1 BJecIqJeq usulq

3uu,( u8renle{ uep unlJrr{eyp Suef B>leJeru uu8uep dnluc-dulucreq BIIq uuue,(u 8uern1 BSuJeru ue>lu

urlSunru 'e.{uu1u1-rn1nl snluq e,{epnq:eq 8uu,t u8runyal uep uuryIqepp Euu.( e{aJeu 'e(u1usrtr41 'stou

dupuqr4 EpaqJeq rsuuJelol Dlrlruotu 8uu.ro Surseur-Sursuru unlquqa,(ueur ue{E tnqesJel Ieq-lBH 'epaq

-epeqJoq und e,(qusu e,(epnq uu8unlSuq r8el urnleg 'IJlpuesJet dnprq u.{u8 HIIr-uaIu Suulo dul1e5

u{upnq IBISoS 'Z

'n33ue33ueru le8ues e,(uuapserrp nluel uues 8uu,(

ueSursrqel 1u13up 'uuelelsnfued eceq Suen-r e1 qupurfueq elp e>lne>l e,(qeq uBDIIuep 4epr1 'unue11.Sursrq 8uu.( tedruel rp ?peJeq qseur e,(uuepeqred uuTEsiluetu BSIq qISBtu Jolouueq u8umpue>l

1e13ueq 1p upgJeq Suupes 3ue,( Sueroeses 'Bcequretu Eluss-Btues IISeIu'qoluoc m8uqa5 'e,(uue1ut3e1

uup rsg{ol epud Sunlues.leq upeqJeq u8nl srou depuq;el elsnuetu ISuBJaloJ 'llrureq 3ue,( uenSSue8

uu{lnquruaru 4epr1 uplSunru uuus 8uu,( uuseJe{o>l 1e13up ue8uep r.(unq1eqes Suupas 8ue,( urel Suuro

r3eq .n11 EJelueruos 'se8n1 rdupeq8ueu >1qun uu11td uu>pusnruetu SIIJBI{ nele leqwqspeq '1qus

Suepes flue,( elereur nSsuu8ueru ledep und uuled dnlnc 8ue,( r(unq'sure>1 Suuf l,(unq uulue8uul

uBBpBeI uep uuBuru13ul'I 'I

:uped Eunluu8req srou se1nr11elqn5 'utu1 3ue,( Suuro t8eq slou uuseleq

uu8uep BpaqJeq ules eslq rues 8uu,( Suuro t3eq slou uusuluq eSSurqes 'Jll{efqns luJISJoq sIoN'duqugeq eruces rpufte1 n1t

pq undnlseur 'uure8uapued uu8ro uundureue{ uu{unJnueru SunsBuBI eJeJos ledep ualqeq seJo{ leure

3ue,( r,(unq rJup IESBJoq Suuf srou 'uuru8uepued u;epur tuue8ueru I qug eped uelrcrntp uueurcSeqa5.(166i 'uoss1151) qereru rppn{u uep qelel ledec rlredes 'tdnlncueru 3uurn1 8uu,( luqerBsr Irup leqPIB

Incunu pdup und r8o1o>psd qelesuur 'e,(ulnluuyag 'e,(uueluqesel ta13uq utunuelu ludep unelluquel.plgpueqe>lrp

{epp 8ue,( ilunq ue8uep reruuJ nlules u.{uqeurru Je}ples Ip eueJu>I }eqeJllslJaq l11ns 3uu,(

Suero 'qoluoc ru8uqeg 'su1el qlqel uruces e,(uunpe>l uEIIe>I uelselefueur ludup uulde.reqp lDIIJeq

ugr?Jn 'ueleqose>l ueurunued ue4uqple8ueru ludep e8n[ srou e,(ulncunur e,!\qeq uepu.{ueu 3ue,( 3ue.ro

lefueq 1lInleg 'e,(uqelo uDllBqplurp 3uu( ueuuure,(uleppe>1 ue8uep uolSunqnqtp usBltueues sIoN

' .': :i:i ::: ;: :l:r:1189.ryffi

sIoN uusBlufl 'r'z

'lul qeq Luplep rcuu eJeces uelleJntp ue6utstqel undneu qou IlPg 'neJap

neie uebulstqel uep Ue epoqJeq 6ue,( qou leOeqas ncBlp es/ou 'lul nlnq ure;eg 'uen66ue6 1pefueu ledep

und rle ueselsl rfiunq uelqeq 'lpqeJ[sl uelqnlnqueu le6ues uep g616 lqes 6uepes 6uer{ eleteu 16eg se:e1

6ue[ p(unq edrueq srueq IEpu os/ou uellnquilp 6uB,( uen66ue6 'e,(uqn66unseg 'qrunueO nele setel 6ue,(

r,tunq ueepeal uelselefueu lnqasJa] elal pnpal euelel 1ede1 e,{uqnuedes lepli lul elueueqeg neJop nele

ue$ulsrqey plsouopul eley ue$uap ueluepedeslp ;u; eley (rlepuaqallp lep[ 6ue[ u(unq) paqel un q qclqil

punos qelppe esrou '(y661, lolJed) swnl pctutls€y pue c!]lluolss 1o fueuo11c1g lllH-r eJecry lnrnuon

i{VONISISI)I I{V(I SION

z qBg

Page 32: Akustika Bangunan.pdf

24 Akustika Bangunan

3. Kegemaran atau hobi

Kegemaran sekelompok orang akan jenis musik tertentu dapat menjadi nois bagi kelompok lainnyayang kebetulan amat tidak menyukai jenis musik tersebut. Contoh lain, mereka yang memiliki hobiotomotif dan senang mengutak-atift serta mencoba mesin kendaraan, tidak akan merasa terganggudengan bunyi raungan mesin dibandingkan orang lain yang tidak mengenal hobi tersebut.

Melalui uraian di atas diharapkan menjadi jelas, bahwa batasan nois sangat subjektif bagimasing-masing orang. Namun demikian, ada jenis bunyi yang dianggap nois bagi kebanyakan orangyaitu bunyi keras yang muncul mendadak, bunyi keras yang muncul terus-menerus serta bunyimesin-mesin, entah mesin pabrik atau mesin sarana angkut (Sanders dan McCormick, 1987). Dalamnois dikenal istllah background noise (nois latar belakang), noise (nois) dan ambient nolse (nois

ambien). Nois latar belakang adalah bunyi di sekitar kita yang muncul secara tetap dan stabil pada

tingkat tertentu. Nois latar belakang yang nyaman berada pada tingkat kekerasan tidak melebihi 40dB. Yang masuk dalam kategori nois adalah bunyi yang muncul secara tidak tetap atau seketika

dengan tingkat kekerasan melebihi nois latar belakang pada daerah tersebut. Sementara nois ambienadalah tingkat kebisingan di sekitar kita, yang merupakan gabungan antara nois latar belakang dannois.

Selain ditentukan oleh tingkat kebisingan (dB), tingkat gangguan nois latar belakang jugaditentukan oleh frekuensi bunyi yang muncul. Oleh karenanya, kedua faktor itu kemudiandipertimbangkan bersama dalam sebuah pengukuran yang disebut Noise Criteria (NC), sebagaimanadisajikan pada Gambar 2.1. Semua kurva ini menunjukkan tingkat ketenggangan telinga manusiapada bunyi multifrekuensi yang menjadi nois latar belakang. Dari Gambar 2.1. dapat dipelajaribahwa meski setiap kurva mewakili nilai NC tertentu, namun pada frekuensi tinggi secara umumnilai SPL-nya rendah./menurun. Hal ini menunjukkan bahwa telinga manusia lebih nyaman (tidakmerasa nyeri atau sakit) mendengar bunyi berfrekuensi rendah ketimbang mendengar bunyiberfrekuensi tinggi. Spektrum bunyi yang dikeluarkan oleh objek yang menghasilkan nois latarbelakang idealnya persis seperti tergambar, untuk mencegah munculnya ketidaknyamanan. Pergeseran

bentuk kurva dimungkinkan pada posisi sebanyak-banyaknya lebih tinggi 3 dB pada salah satu atau

dua frekuensi seperti tercantum asalkan dua sampai empat frekuensi yang lain lebih rendah 3 dB darikurva tergambar. Sebagai contoh, jika sebuah ruang idealnya memiliki NC 30, maka bunyi multi

FungsiBangunan/Ruang

Ruang konser, opera, studio rekam, dan ruanglain dengan tingkat akustik yang sangat detil

Rumah sakit, dan ruang tiduriistirahat pada

rumah tinggal, apartemen, motel, hotel, dan

ruang lain untuk istirahat/tidur

Auditorium multi fungsi, studio radio/televisi,ruang konferensi, dan ruang lain dengan tingkatakustik yang sangat baik

Kantor, kelas, ruang baca, perpustakaan, dan

ruang lain dengan tingkat akustik yang baik

Kantor dengan penggunaan ruang bersama,

cafetaria, tempat olah raga, dan ruang laindengan tingkat akustik yang cukup

Lobi, koridor, ruang bengkel kerja, dan ruanglain yang tidak memerlukan tingkat akustik yangcermat

Dapur, ruang cuci, garasi, pabrik, pertokoan

Nilai NCyang disarankan

NC15-NC20

NC20-NC30

NC20-NC30

NC30_NC35

NC35-NC40

NC40-NC45

NC45_NC55

Identik dengantingkat kebisingan (dBA)

25 s.d. 30

30 s.d. 40

30 s.d. 40

40 s.d. 45

45 s.d. 50

50 s.d. 55

55 s.d. 65

Tabel 2.1. Rekontendasi nilai Noise Criteria (NC) untuk fu,lgsi tertentu (Egan, 1976)

Page 33: Akustika Bangunan.pdf

IIqr

Z1

Li

ii6i

LI

ZZ

6Z

;;ZZ

9Z

9ti;

LY

0s

9I-JNoZ-iN

n9EZ-3N I€nn LT L7 VZ ZZ IZ

I€w8'zt €€ nt 9E 0n 9n z9

ti-- 8€ 6t ir w oi Ls

EVnn 9n 6n n9 09

6v -rs- vs lE -is 8'

9t 6Z 8E LZ

LN

LS0€-tN09

n9-ls

ZN

SE-JN

ot-iNst-5N

TL0s-f,N

Z9 8E 7,5

L9

€9n9 9S

aii-- -- -it ---L9LL

tL 99-lN-l,L--- ot-JN--

L9

t9

z9

8S

n9

OL

89

ZL

89

E9

i,s

99

IL

IL

9L

9L

6L

08

€8

99-f,N

0t-3N

zH 0008 zH 000t zH 0002 zH 000r zH 00s zH 092ZH 9ZI ZIJEgJNBAJny

gp rlr€lep (lds) p^al atnssatd Punos

@y61 'uo?g) (L'Z IDEUDD uortutqwad untlqopnwau tlnrn)unfl)pqlp Sunt 3p yrun 'IdS soiDU 'Z'Z laqel

@76p 'ue6fl (CM eUelUC osrcN eNny'I'Z requreg

(ueqe6uel pueq-1e11o) lsuonlolJ

o0o8 000, 0002 0001 009 092 9Zl e9

(ep) ras

0t

6ursrq 1e6ues

re6uopued ledepua6

gZ uebuplqey uep srcN Z qeg

Page 34: Akustika Bangunan.pdf

26 Akustika Bangunan

sPL (dB)

31,5 63 125 250 500 1000 2000 4000 8000

Frekuensi (oktaf-band tengahan)

Gambar 2.2. Kurva Prefened Noise Criteria (PNC) (Egan, 1976)

Tabel 2.3. Batas SPL untuk PNC yang dibakukan(untuk memudahkan pembacaan Gambar 2.2) (ESan, 1976)

80

70

60

50

40

30

20

s \

i;b

\(

\

N

\

N\\N \

\\ \\

\ \

\ \ \

\

amban!penden

,\garan

KurvaPNC

Sound Pressure Level (SPL) dalam dB

31,5 Hz 63 Hz 125 Hz 250 Hz 500 Hz 1000 Hz 2000 Hz 4000 Hz 8000 Hz

PNC.65 79 586470l376 67 61 58

53

48

52

48

5659

-5-5

63

59

6:6

62

69

66

73

'70t5

PNC-60 76

51PNC,-55

PNC-50 43 4346505458626670

383850545863 45 41PNC-45 67

PNC-40 64 -r -,405054 45 35 JJ

PNC:35_

PNC-:I0

PNC-25

92_

61

415

4tI552

49

35

50

46

1s

30

30- 3_p 38

25 23 23

25 20 18 183t434960 31

323946PNC-20 59

43 35 28

26 20 15 13 t3

Page 35: Akustika Bangunan.pdf

IBSBd tuulep ue)p{nsururp ?,(uer{ uBBuISIqe>l uurnlered 'CgnO urEIeC '(Cgnfu Sunpeg ueun8uugmue8uaur ZOOZlgl 'o51 Suepun-Suepug tuupp ue8urslqe{ uurnte plllruetu ersouopul I{eluueued

'rcpetuetu 8ue,( uulel seru 8uuluud uep JBqoI ueqnqunged pn11p runleq Jolouueq tn13uu 1upuerc>lerued uuqequruged uSSurqes ' req 8ue,( Blo{ rre?uecue.red uutuoped qllrueut {epp e8nlefulunlunSuequre4req ere8eu qelurJerued 'r33uu 3ue,( ue8utslqe{ ue{lnqurluelu IUI [uucelues ulsatu uup

uulslerod 'uu4uun8redrp ry.(uuq qrseur mled {lEI {epp qepns u.(uqnSSunsas 8ue.( utseur uup uulepred

u.(u1e,tueq uu4uql4e8ueu pl IBH 'qepuoJ qrseu 8uu.( 1u4eru,(suur ruouo>la ueqnqurnged plSuli tIBIBpu

e,(ueurqn ueselv '1e1e4 8ue( ue.rnlered ualdeleueu {n}un BIBpuel rdupeq8uau Suues Sueqruaryeq

uru8au-eru8eu 'uep{rurep plse6 'lnqesre1 ue8ursrqel uu>pseq8ueru 8ue,t t3uq ts4uzs rcueslp lele-l8uu.( ue8uepurued ruupp Jnterp uep runrun 1a1e.re.(suru qelo rurequdrp uz8urslqel uequleserured re8u

ue1u.(edn8uetu qelel nluru uru8au qeluueued 'ue8ursrqe>1 qelo uu{lnqurlt1p 8ue[ ledurep uepu,(uetrag

r', i i i;;.r ;r;:r :i ;iiffi6ffiffi

uBtuIEqeX n)Iug 't'z

'uuqel >lupD nele nSSuu8rel le8ues BSEJaru rudurus 'n33ue3.I4 sseJeru.>lrsnJol BSBJeru 'uu8ursrqel e,(uupe ue{eseJeru :rgedes 'Elsnuetu u?>IBSBJIp 8ue,( udu UBIJESEpJaq

EIE>IS ue>leunSSueru Jn>Inrp ludup ue8ulsrqel uen8Eue8 1u13uq 'sue8 lnlueqJeq Jeqluns golo

u6llrsuqrp >lnuraluu ue8ursrqel uup {pp {nluoqJeq ilunq reqtuns qelo UDIIIS?qtp p33un1 uu8ulstqe;'lnueleru ue8ursrqal uep p88unl ue8ursrqel :n1re.( 'enp rpelueru uu4uo8elapp ludup uu8utstqey'1edet qrqey ueldurallp 3uu.( rsnyos uep qrr{Bs rpefueur uB>llISBqIp 8ue,( ulup uSSurqes ledruel nlens

eped uu8ulsrqel tu48up rnln8ueru ge1 durlas uelSunlqredp sruuq lnqesJel JoplEJ EnIuoS 'ueupue{

uep uu8un13u11 'uurpequde>1 'ue8ursrqel uulpseq8ueu 8uu,( 4a[qo leeJuulu 'uu8utstqe4 e,(ulncunur

uuurlSumuel depuqrel ueerll.red 'ueler8e>1 'ue8urslqa>1 dupuqrq ueurule8ued :tlndtleru Iu>IIlsn{B-uou JoDIBJ EJulueruos 'rfunq e,(u1ncuruu nDle/t\ uup 'r,(unq ISuon>IeU ISBnD{nU 'ilunq uese;e>1e4

r$nDInU 'ilunq u,(ulncunu rseJnp'r.{unq rsuen4e.r; 'r(unq uESuJa{e{ 1e13up :4nd1eu IB{Ilsn{e Jol1eC'(fgOt 'lcluroJOIAI uep srapueg) p{psnry-uou uep IB{IlsruIe roqu; eped Sunlue8req ue8ursrqel

depeqrel ersnueru rsuuJolol 'uu8ursrqel depuq;el sel,rq>lelqns pllrtuetu e8n[ npu.tpul den u,(u

-qnSSunsas undnlr8eq'srou dupeqr4 se1ra.44e[qns HIIIxeu npI^IpuI dutl 'ue>yurntp qulol euerure8uqe5

lB{BrBdsutrAI ueduttuul uup uutulslqeX {FsIreDIBrsX':;:H*-'uu8ursrqel lnqeslp

e,(u1n[uu1es rur r.(ung 'sruoueu-sruo1 Incunr.u 3ue,( seral le8ues l^(unq n11e,( 'runun 1e1ere.{seur

qelo srou deS8uerp 8uu,t pqleq uped nce8uaur qlqol uB{B IUI n>Inq urBIBp uf,ulnluules ueleJl I'{Bqruo ueunle uep 8urunq necg 'ur8ue Jrsep 'suluq npl ueIBtuBJe>1 edruaq pul uslq rdelet 'lrsnuredrueq nlules {Bprt 3uu1z1eq relel sIoN '(4s1q-4s1qroq >lepp) uselq ereces uDIn{BIIp uudulucred

undqseur 'ure1 3ue,{ Suntun8ued 1odruo1e4 qelo selel eJecas uDIJBBueprp tedep >lep1l Sunlun8ued

lodtuoleles uedulec;a4 'uuruu.{u qrqel usuJoru Sunlun8ued lunqtuetu e8n[ rysnur r,{unq 'nlueueleuesens ueleldrcueru {n1un urcIaS 'gJ€c nluns upud >ysnur uu>pe8uepredrueu uu8uep uululdrcrpeluflues fue>p1eq Jelel srou 'rloluoo re8eqeg 'uru1 Suero qelo re8ueprol >tBpp re8e 'nlueuet 1,(unquelruruu,(ueu {n}un ualqnlnqlp qalSuues Suapleq JBte[ slou UBJIpBIIo{ 'ruueget uBBpEe>l Eped

'pn$lururp e.un4 eped telecret 8ue,( 149 IrBp gp I qupuer IIIqel {epp e,(uueuul-un1 rp IsueruIeq

ue>IIesB elus rsuenlery ntBS upud gp 7 r33u1t qlqel qeloq u(ueq ntre,( '351 e.trn1 uelSurpueqrp

teto>I qrqel und-16g ueurunued uep uE{IBue{ uelure.(se4 'JN IJep I{upueJ qlqal 'r33up uep qupueJ

rsuaru{oq eped ryuq 'e,(u-14g 1e13u4 3ue.{ (3514) olofiry asto71 patta{atd B^ln{ qepeleldtctpeluru '8uunr rs8un; deq-dell {nlun renses 8ue,( 3ue1u1eq J?IBI slou uu>lnlueuetu 1n1un leledrpueure,{u unleq qrsutu JN B^rrul E^\qEq uu>lnrueuetu rulsnl uelnluel uegqeued udureqeg 'ruqureS;e1

3ue,( r.rep qepueJ r{lqel Sp g e.{u-145 Iellu UIBI 8ue,{ lsuen4er; enp upud u,(ulepqes IusB 'gp 8gu,(u-14g - zH 0gZ lsuen>lo{ eped uup gp gg e,(u-1ds - zH g9 Isuen>lo{ eped e1pe1 rpul.rel ludepqrsBu 0g 3g 'e,(usueles u?p 'gp 9€ 'Ids * zH 092 Isuen{eu 'sp zn'Ids - zH szl Isuon>Ioq 'sp 09eped rSSurgel ('IdS) p^a1 atnssard punos Hllr-ureur - zH E9 ISueDIe{ Irep IJIprq Suud tsuenler;

l_Z uebwsgey uep srcN Z qeg

Page 36: Akustika Bangunan.pdf

28 Akustika Bangunan

mengenai kenyamanan, belum sampai pada pasal mengenai kesehatan. Kebisingan juga diatur dalamPeraturan MenKes No. 718/l\4enKes/Per/XU87 dan Keputusan Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular(PPM) No. 70-I/PP.03.04.LP. Dari peraturan tersebut, diperolehlah bakuan tingkat kebisingan menurutpintakat peruntukan (zone) sebagaimana tercantum padaTabel 2.4.

Tabel 2.4. Pintakat peruntukan

Tingkat Kebisingan (dBA)Maksimum di dalam bangunan

Pintakat Peruntukan

Dianjurkan Diperbolehkan

ABCD

Laboratorium, rumah sakit, panti perawatanRumah, sekolah, tempat rekreasiKantor, pertokoanIndustri, terminal, stasiun KA

35

455060

45556070

Pada kenyataannya, dengan semakin bertambahnya pemakaian kendaraan bermotor, tingkatkebisingan di tepi jalan raya di beberapa kota besar di Indonesia umumnya mendekati 70 hingga 80dBA. Kenyataan ini menunjukkan bahwa bangunan yang berlokasi di tepi jalan perlu dirancangsecara cermat agar tingkat kebisingan di dalam bangunan sesuai dengan bakuan yang telah ditetapkan.Mengapa kiranya bangunan perlu dengan sengaja dirancang sedemikian rupa untuk mengurangikebisingan?

Sampai saat ini, mengatasi kebisingan dengan jalan membatasi atau meniadakan sumber kebi-singan belum dapat diterapkan. Sebagai contoh, aturan ketat yang membatasi dan menerapkan sanksikepada mereka yang menghasilkan kebisingan melebihi bakuan belum diterapkan di Indonesia. Disisi lain, membatasi jumlah kendaraan bermotor yang menghasilkan kebisingan, juga tidak mudahditerapkan, sebab hal ini sangat berkaitan dengan usaha meningkatkan pertumbuhan ekonomimasyarakat.

,,?:4., M..gukur Tingkat Kebisingan

Sebagaimana diuraikan dalam Bab 1, untuk mengetahui tingkat kekerasan bunyi, digunakan alatbernama pengukur tingkat bunyi (Sound Level Meter (SLM)), maka untuk mengukur tingkat kebisinganpada suatu areajuga digunakan alat yang sama. Untuk mengetahui secarajelas pola kebisingan padasuatu area yang berdekatan dengan objek yang menghasilkan kebisingan, pengukuran dengan SLMtidak dapat sekedar dilakukan sesaat dalam waktu tertentu. Idealnya pengukuran dilakukan selamabeberapa saat dalam suatu periode tertentu. Cara ini penting untuk mendapatkan gambaran pastiterhadap pola kebisingan sesungguhnya, terutama kebisingan yang muncul secara fluktuatif, sepertikebisingan di jalan raya akibat lalu-lalangnya kendaraan bermotor.

Pengukuran kebisingan di jalan raya idealnya dilakukan 24 jam selama beberapa hari, dibedakanantara hari kerja dan hari libur (weekdays dan weekenfi serta antara jam sibuk Qteak hour) dan jamtidak sibuk. Pengukuran yang dilakukan sedikitnya tiga minggu berturut-turut akan menunjukkanpola yang lebih pasti terhadap hari yang berbeda (setiap hari yang berbeda diukur selama tiga kali).Namun, apabila karena keterbatasan peralatan, pengukuran selama 24 jam tidak dapat dilakukansecara terus menerus selama tiga minggu, maka pengukuran dapat dilakukan selama 18 jam per hari.Lama pengukuran ini akan memungkinkan alat untuk beristirahat. Pengukuran selama 18 jam perhari dapat dilakukan dengan menggunakan asumsi bahwa pada setiap area, umumnya terdapat enamjam tenang dalam satu harinya. Pada saat itu, hanya kebisingan latar belakang saja yang ada. Keadaanini umumnya terjadi pada malam hari. Meskipun demikian, setiap daerah memiliki enam jam tenangpada waktu-waktu yang berbeda. Sebagai contoh, di lingkungan perumahan, enam jam tenang berawal

Page 37: Akustika Bangunan.pdf

,rru= --.-.-...-..-

8PL6= _----------

gPga

8P!6==r r*<-

\eple

:epeqJeq uullun ue8uep Sunlrqp eltg

8Fn6=

- EPlS

--'' EP e6 =--------.-\ 8pt6

:qoluoo rc3uqeg 'uB>lIeqBIP ledep

rur uep gp 1 e,(uuq e,(u1u,(ueq->1e,(uuqes rlsed 'qlsges tedurnltp uu>Ilupuv 'BluES 3u€.( JIq{B Ilseq

uu{rJequeu u,(uurnrun upeqJeq 3ue,( uulnrn ue8uep ue8unlq8ue4 'ulpues ueqdelelrp ludup 8uu'(

uelnJo lrunueu 'enp Iuep enp u,(u8unlq8ueur ludep e1p1 eleur '1,(unq enp uep qlqel IJBp IesBJeq

e,(uuopdurnl Sunlrqrp {spueq 8ue,( upg'('g't teqel luqlf utsnueur ru8uep urepur epud IUBJeq

8ue.( uuupeqred ue4reqrueur >lBpp sp t'0 r,(unq qrslles BuerB{ Suuued {epp dBSSuBIp sp t'0 reseqes

uu8unlrq8ued wqelese) '1pip V'ng qelupe e,(qtseq 'u,(uqnSSunses snrulu ue8uep Sunlrqp BIIS 'gp ,9r{BIBpe lnqesre} r,(unq unpel uep uelndruu uElen)le>l e,4a[{Bq uultedepry 'tlp Z9 uep gp 09 uelen>le{

tB>ISuq ue8uep l,(unq unp Incunu e>IIIe>l 'sele rp ue8unlrq8ued urec lrunuetu 'qoluoc re8eqeg.gp I €pgdugp rlspueJ qrqel nleles e.(uuu8uedurs lu>[3url e^AI{Bq plnqJeJ 'uulu,lece8ueur 3ue,( psuq

ue>Iuequelu nples >lepll selu Ip predes Buel{Jepas eruces ue8urstqel uelndrunl uu8unlrqSued

0

I

Z

E

6<8-'E-ZI-0

(gp urepp) f8u11 qlqa1 8ue,{p{unq upud uB{qEqruBI

(gp utePP) $unquesare{a{ 1ur13u11 ueepaqred

@y61 'uo7g) fiunq uo4ndunuad Sunltq8uaut uDluopad'S'Z IeqBJ

'g'Z :reqej- uped uellleslp BuBruIEBeqes 'Ipeftel 8ue^( r.(unq uelndrunl

Bunlq6ueur >lnlun ugnce uagpefp 3ue.( uuuroped ledeprel 'IuI urucelues r,(unq 1n1un 't33ur1 uep

,Buupes .qepueJ :efulesuu 'u,(ursuenler; uB{JESepJeq uu{odruole8ued uelnluleru uu8uep rpuftel Suuf

ue8ursrqel uapdurnl udereq Sunltq8ueu {nlun uu>leun8 e1q ledup 3ue,( uuuqrepes BJeo BpV 'upeq

-€peqJeq 3ue,( uu3ursrqe>1 1o13u4 ue8uep ilunq edereqeq ualndrunl uolru8uepueru ufuruueqes Bll{'lpel.lnureferu requns ugp IBsBreq uep (reruq 'srruue8) sue8 >lqueqreq r,(unq JeqIUns e,(uurntun uped

u,(uqnSSunseg 'ufus rfunq nles ru8uepueu u,{ueq u1q Suerel le8uus 'rruq-ueqes uudnpqe{ ureluc

'p88unl l,Jrsreq net€ {pF Intuaqreq r.(unq requrns u,(ulncumu uuurlSunurel I,ue{p U*t -:.:_:,:*__r!F*.ffi

uutulslqey fuTtuII Isulnurn{V nulu uu{ndtunue4 '9'z

.gg.p7 eF;autq 00.gI 1ru1nd uep qBIepB Sueuel urel ruuue in,(eu-rn,(us resud

ueSuep uBlelepreq 3ue.( qureep upud urelueures '00's0 plnd upud rnDlBreq uBp 00'€z plnd eped

6Z uebwsqey uep stoN Z qeg

Page 38: Akustika Bangunan.pdf

30 Akustika Bangunan

Penumpukan tingkat kebisingan yang dihasilkan oleh bunyi dalam frekuensi yang sama persis (dengantingkat kekerasan yang juga sama) dapat dihitung secara sederhana dengan persamaan:

TB ,u,npuk* = TB turggul + 10 log n

Dengan:TB to-pok"n = tingkat kebisingan tumpukanTB tunggul = tingkat kebisingan tunggaln =jumlah sumber bunyi

Sebagai contoh, sepuluh buah terompet yang sama dibunyikan bersama-sama. Bila sebuahterompet menghasilkan kebisingan 70 dB, maka tumpukan kebisingan dari 10 terompet tersebutadalah sebagai berikut:

TB ,u*puk- = 70 dB + 10 log 10

=80dBCara penghitungan logaritmik di atas menunjukkan bahwa tumpukan kebisingan dikalkulasi dengancara yang berbeda dengan yang dibayangkan kebanyakan orang. Kalau sebuah terompet menghasilkanbunyi 70 dB, maka umumnya orang membayangkan bahwa tingkat kebisingan tumpukan l0 terompetakan menjadi 10 kali lebih keras dari kebisingan tunggalnya. Ternyata setelah dihitung, kebisingannyahanya lebih tinggi 10 dB daripada bunyi tunggal-nya yang artinya cuma dua kali Iebih keras (lihatTabel 1.3).

2.6. Pengukuran Tingkat Kebisingan dengan Angka Penunjuk

Pengukuran memakai angka penunjuk (indeks) dengan Sound Level Meter (SLM) yang dipasangpada posisi angka penunjuk dapat memudahkan pengguna dalam memahami pola kebisingan padaarea tersebut. Meskipun SLM dipasang cukup lama untuk terus mencatat tingkat kebisingan yangmuncul secara fluktuatif, bila dipasang dengan sistem angka penunjuk, maka hanya akan memunculkanhasil angka tunggal pada SLM pada akhir pengukuran. Tanpa sistem angka penunjuk, pada pengukuranselama 18 jam misalnya, akan muncul beribu-ribu angka. Data ini tentu menyulitkan orang awamuntuk memahaminya, sehingga pemakaian angka penunjuk lebih disukai. Di negara maju, bakuanyang ditetapkan umumnya menggunakan sistem angka penunjuk dari hasil pengukuran selama beberapasaat, bukan sesaat.

Sistem angka penunjuk dilambangkan dengan L*, di mana L menunjukkan tingkat kebisinganyang tercatat dan x menunjukkan karakteristik pengukuran. Sebelum kita mempelajari lebih jauhpengukuran dengan sistem angka penunjuk ini, perlu kiranya kita pahami beberapa istilah berikut:

1. Kebisingan ambien: total kebisingan yang terjadi pada suatu area, yakni hasil kompilasikebisingan yang sumbernya dekat maupun jauh.

2. Kebisingan latar belakang (bisa disebut juga nois latar belakang): tingkat kebisingan padasuatu area, tanpa adanya sumber nois yang muncul secara menonjol. Kebisingan latar belakangyang dapat diterima tanpa menimbulkan gangguan berarti umuurnya berada pada tingkatmaksimum 40 dB.

3. Kebisingan tetap: tingkat kebisingan berfluktuasi 6 dB dalam kondisi SLM yang dipasangslow response. Rata-rata pengukurannya dapat terbaca pada SLM yang dipasang pada posisislow response setelah pengukuran selama 10 detik.

Pengukuran dengan sistem angka penunjuk yang paling banyak digunakan adalah angka penunjukekuivalen (equivalent index (L"r)). Angka penunjuk ekuivalen adalah tingkat kebisingan yang berubah-ubah (fluktuatif) yang diukur selama waktu tertentu, yang besarnya setara dengan tingkat kebisingantunak (steady) yang diukur pada selang waktu yang sama. Apabila rentang waktu pengukuran

(6)

Page 39: Akustika Bangunan.pdf

W1S uebuep uebwstqa\ uunln5uod lnvn weraolsttl qotuoC't'Z Jequpg

v8p08 0L 09 09

9t

0z

9Z

0e

uPlnsun[.uedqelunI

:rIBIepe urBrSolsq qB^\eq rp BerB sBnl ueqrunlesa{ e{ulu'llBqlue{ pllellp evg't'z rBqurBc BpBd

Hedes rueJSolsq Sueieq-8uu1eq r{Bl{nlueqJet e>IBIU 'lncunur 8ue,( uu8ursrqel tu18uq Surseur-Surseurlelurnf 3uru1q1p uep uoitnrnrp qeletes 'qunq 00S qupunles alep qeloredrp uurnln8ued Bruules ulr\r{?q

qotuoc pqrue8ueru uu8uep '€'Z rBqurBD uped ruurSolsq ue8uep rc{nrypp IBnuEru esuluesled lnlunuedn13uu ue8unlq8ued qoluo3 'ob16nep obyg'obOI4e,(ueqes Incunu 8ue,( ue8ursrqeq te13uq Sunlrqrp

ledep 'eserq >Ilslluls epoleu ue4uunSSueru ue8ueq 'rzlru ufureseq-llro{ lrunuetu ue{trunlp Inounu3ue.( u13ue qelurnl ufulnluuleg 'uu8ulsrqe>1 1e43up e13ue 6999 qeloredry uB{€ tnqesrel uurnln8uedESEru erueles e{EI{ 'pnu?ru eJeces {pep deqes t€tuc1p uery Incunu Suud ue8ursrqe{ m)puucueJrq'urel ruES Brueles rse>Iol nlens eped ueJn{n8ued uelnlullp uB{V :qoluoc re8eqe5 'lunuuru uJuces

e,{ueseluesred 1nlunued e13ue ueBunllq8ued ue{n{elrp e,(ulnlueles >lnlun ruEs-Jod-n1us lulucrp sruequsludral ue{lrseryp 8uu,( elep uSSurqes '1nlunued e13ue uralsrs pgpueru {up! 8uu,( Buur{Jepes le8ues

;,q19 elnd mdrunlrp qrseru rur lees 'uuplrruep untueN 'lnlunued u>13ue urelsrs ue8uep rdu>18ue1p 8ue,(

W'IS ualeunSSuaru ue>In>Ielrp qepnu ue8uep ludep lnlunued u43ue ruelsrs ue8uap uurn>p8ue4'uen{Bq ue8uap

qnel qrsles lupq u.(uurmun BueJe>l uDIrBqBrp ludep 061 Bruluetues 'n>IBIJoq 8uu,{ uunqeq uu8uepuelSurpueqrp {$un uenoe uellpeftp o"-I ,np 0I1 'uulqeqredp ruuaq-mueq sruuq 8ue,( 4nfunued u13ueuu:nln8ued uelsrs rl€lepu 011 'uaJB nluns eped ue8ulslqel ue8uelnSsueued eqesn durles urelep 'n1r

BueJe{ r{elo 'runturs>1eru ue8ursrqel 1u13ur1 uuurnlred uu4lnlunueru 0I'I uup 3uu4u1eq m1e1 ue8ursrqe>1

unplnlunueu uule 061 'eiet uelel p ue8ursrqe{ lelSurl >lnlun snsmDl 'uun38uu8 ue>ilnqruruatue.(urunrun 8uu.{ ue8ursrqel rc13ur1 qEIBpE 0IT uup BSrs nelu ue8uunq ue8ursrqel tnqesp 061 'uurnln8ued

apoued urueles elp;-eleJ uu8ulslqel ue8uap {ltuopr e,(uurnurn (0s1; qe8uel eseluesra4 '(061)

uu.rnln8uad Brueles elep upp obo6 qelepe InJunu Suef sulrro,(eru ue8ursrqel 1e43ur1 uep (011) ulepuuqrunlese{ Imp ob1l Incunu 8uu.( ue8ursrqe{ qulepe sulrJounu uu8ursrqe4 1a13uq gllerneur 8ue,(esutuesJed 'u.{uqe8uel {plt nele seluouru 'suluo(uur uu8urslqe>1 1u13uq gp udaeq rnqela8ueru e}qe,{uernl Suuued uSSurqes Jr1en14ng e.{uue8ursrqel te13u4 'nlueuel uernln8ued epoued Bruulos eueJe{Suqued rpeluaur rur lnlunued u13uy 'lnqesJel nl>lu1rr BruBIes lnJunru 8uu,( ue8ursrqel te13ur1 Fepnlueuet esuluesred ue rlnlunueur Suef p33un1 n13ue uulpsuq8ueur rur uurn>ln8ued uretsls '(xapu1

al4uactad) eseluesred 1nfunued u13uu quppe lu{ud1p ry,(ueq 8ue,( urey >lnlunued u13uu uretsrg'tt'ba1 re8eqes ue srlnlp uref gI quleles EcBqJal

3uu.( rrq4e e13ue eluur 'uale^m>le uu8ursrqel lnlunued u13ue epud Suesefuot 615 ue8uep ruef 8IBrueles uu8ursrqel 1u13ur1 uerruln8uad eped '?rues e,(rueueqes tnqesJel rsu1o1 eped ue8ursrqe4 eloduJuluetues 'uurnln8ued nDIu^\ BIUBI uuupaqred eueJe>l e,(uuq rpulr4 lnqesJel uurnln8ued u8r1e1 upeduullnlunlp 8ue,{ .rrry4u u43ue uuupaqJad 'Brues }nqesJol uernln8ued e8pe>1 pep ilunq requrns r8reue

1u1o1 u,(uqnSSunses 'epeqJeq 3ue.( lsuq uu4lnlunueu undrlse6 'Sp 66 lqlu a13uu uurynlunueurur uep ruel 1 uruules uern>ln8ued 4n1un e34e1 ytr15 'Sp g6 rrqle e13uu uu44nlunueur er uepuul T euules uurn4n8ued >lnlun unpa{ N'IS 'Sp 06 BcBqJq ue;nln8ued rrq4u epud uup urul 8 EruBIes

uurnlnEued 1ruun uu>lsun3rp uuruged IN"IS 'EpeqJeq nDIB^\ 8uu1ua; urepp ue8ursrqe>1 rn{n8uetu

{ruun 6I-15 e8q ueleun8rp (qotuoc ru8eqe5 '8ue[ued qtqel 8uu,{ nqu,u Sueluer tuulup uu>lnlelrpuu:nln8ued leus upeduup r33uq qrqal qeloradrp 8ue,( ueye,trnqe 4nlunued u13uu uleu 'lepuedredrp

tt uebulqqey uep spN Z qeg

I0t

Page 40: Akustika Bangunan.pdf

32 Akustika Bangunan

Jumlahpemunculan

Jumlahpemunculan

30

25

20

15

10

5

Jumlahpemunculan

30

25

20

15

10

5

10

5

F+,x

Gambar 2.4. Contoh potongan histogram untuk pengukuran Lso LEo, dan L1o.

Pada Gambar 2.3 luas area dalam histogram = 5 (5+10+25+30+15+10+5) = 500

Untuk menghitung Lro, buatlah persamaan luas area sebesar l07o (merupakan sisa dai 907o

yang telah diambil) dari keseluruhan luas area histogram dimulai dari sebelah kiri (dari tingkatkebisingan yang rendah), sebagai berikut:

5(5) + 10x = 0,1 (500)x=2,5

Sehingga

Lro = 50 dBA + 2,5 dBA = 52,5 dBA

Untuk menghitung Lro, buatlah persamaan luas area sebesar 507o (merupakan sisa dari 507o

yang telah diambil) dari keseluruhan luas area histogram dimulai dari sebelah kiri (dari tingkatkebisingan yang rendah), sebagai berikut:

5(5+10+25) + 30y = 0,5 (500)

I = l,6lSehingga

Lro = 60 dBA + 1'67 dBA = 61'7 dBA

Demikian halnya untuk menghitung Lro, buatlah persamaan luas area sebesar 907o (yang

merupakan sisa dari 10Vo yatg telah diambil) dari keseluruhan luas area histogram yang dimulai dari

sebelah kiri (dari tingkat kebisingan yang rendah), sebagai berikut:

Sehingga

5(5+10+25+30+15) +102 = 0,9 (500)

z. = 2.5

Lro = 70 dBA + 2,5 dBA = 72,5 dBA

Dengan menggunakan SLM sederhana yang menyebabkan pemakai harus menghitung secara

manual angka penunjuk persentasenya, tentu tidak mudah untuk menghitung angka penunjuk

ekuivalennya. Namun demikian untuk kebisingan dari kendaraan bermotor (alan raya), angka penunjuk

ekuivalennya dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut (Chunif, 1977):

L"q = Lso + 0,43 (L1 - Lso)

Dengan:L"o tingkat kebisingan ekuivalenLso = angka penunjuk kebisingan 50%

Ll = angka Penunjuk kebisingan I %

Dengan demikian, untuk menentukan L.n kita perlu melakukan penghitungan L,.Melanjutkan contoh di atas. L, dihitung sebalai berikut:

5(5+10+25+30+15+10)+54 = 0,99(500)

Q=4

60 F,5050P,Iv

Page 41: Akustika Bangunan.pdf

VgP 6€I'69 =(vsp r'tg - vsp oD w'o + vsp L'r9 =

VSP6r=VgPr+VgP gL=11

BSB,,\\ep uuruln ue8urslqe>l Jequns re8eqes ualdelellp undu,(er uulel eleru 'uu1el ueelnured sele pueSursrqel Jeqr.uns e,(u1e,(ueq n16eq ueSuec 'tudure IJBp I{lqel BpoJeq 8uu,( undneu ledrue Bporeq

Buu,(',unp upoieq 3ue,( >Ir€q 'rolouueq uuurupue>l uerulerued qelo uB)lqeqoslp u,(e.r uupl ue8ursrqey

oto,r uolof aoEurslqaY

'qspueJ Suuq;4 uep'luJepuetu'sBpuBI 1e33ut1

lues lu,^aused uuSulsrqe{ rSuurnSueru ledup udru uBPllluepes lenqrp 8uu,( ueunSuuq delu uep Surpup

rnlBloru uuSursrqel u?ruBpeu 'qnel 1e8ues u,(ulurel BueJB>I u,(uqeneq tp ueunSueq n33ue33ueru

un,I€ >IBpp u,(uueuepfrea inp; Buefuudes upllrsewp Suef ue3ursrqe>l g>lsul 'nlueuel uer33ur1e1 epud

e,(ursrsod rcdecueur qu1e1 lemesed DIII6X '(qupuer fiue,( uur33ur1e1 epud Sueqrel lu'nesed 1BBS BUes

.leJepuotu uup sBpuBI 1u33uU le,uesed e{pe{) lnqesJel uJupn uuqnqeled uup Je}eu snler edereqeq

unp nrnpn uerlnqeled ue3uep'lu1ep rsplolreq 3us.( ueun3ugq qelo ellJaplp e,(urumun Sutqrq lenesad

,rnp ,pnfra Buui ue3ursrqe) .I qeg urglup uu{IEJnIp uuerute8eqes 'C loqoq zpud n1u,( UrgI ulselu

luFr* i1unq ue3uep np"qr"q 3uu,( loqoq pllruelu Sueqrel lerrresed eped lncuntu 3ue'( r'(unq-l'{ung

Suoqtal pupsad uo8mnqaY

'ueun8ueq urBIEp e{ uurele8 e,(ulnseur

rfluern3ueru {nlun {Ieq 3uu.,{ uurueper uu8uep ulesaplp uep uuflutsrqel e'(ulnsuru rfiuernfiueru

>Inlun {req Suef 1Usn1e ue8uep urcsoplp rde e1ere1 rnlel Sueluedes rp ueun8uuq 'e'(qeept 'n1t

Bue]e{qe16.1due1ere>1rnplJelDIeSrpunSueqrpSue,(ueunSuuquEprduulerelunISelSIuBIupepBJeqSuuf ulereru q.1o unlnrnrrp rde e1ere1 uep ueSursrqe) 'llcepJaq dunq uullsuqSueul r1e18uues

8ue,{ 1er uep Bpor uJB}uB uB{ose3 uep 'uos1e11 'tde e1ere1 ulselu IJEp 3ue1ep InJunIu 8ue'( uuSutstqe;1

.s,Je>l uurpq rJ€p t,nqJet ednl 3uu,( rdu e1ere1 1er ue3uep s,.Ie>l u,qeq Frup rdu BleJe>l epoJ uulese3

e,{uupe lBqDrc uBJBleS uep r.(unq udnreq upuuS pnln,nn PIIIruau eSnl rdu eleJe>I IJBp ueSurslqe;

4do oqata4 uo8ms1qaY

'ulraleq lees uoucalotd

na ue>leunBSueu e,(uyeqes 's8Je>l r,(unqreq ulsolu-ulselu ueSuep uBlDlepJeq nples 8uu,( >1pqed

efte1ed ered 'nll BJuluetuos 'ufes e,(uuu8urstqe{ u€qeuetu >lruun umseprp dnlnc >prqed JBlDIes Ip

ugunflugq eSSurqes 1en1 e>1 luqlusJalu {epll re8e uerule8 tuepeJelu ndueur 8ue'( ueun8ueq rc8uqes

Suecuurrp 4uqed ueunSueq e^(upepl 'rur ?ueJDI qelg 'uuru1e8 uulpseqSueur eSnl lnqesr4 uISeIu-uISeIu

.Bursrq riunq unllrrnq3ueru urcies eSSuqes 'qupuer ISueDIoUJoq r,(unq uelpseq8ueu efuurmun {Irqed

urrr*-urr"trntr .+rqed JBtDIes'rp p83urt ?ue,( 1u1ere,(s€u qelo u?>Iessrlp uSnl n11 ueSutsrqe>1 '4rqed

efueled qeto BunsBuBI ergces ue{Eserrp urc1es eSSurqes 'ryrqed ueun8ueq JBnI e>l lequrereru ludep

eSnt->1uqed luElup Ip urseru-urseru qelo ue{llseqrp 8ue,( ueSutsrqe;'lersuelod 1e3ues 3ue'( ruetp

uufiurstqel Jeqluns ue>pdrueru ulsetuJeq uululered-uulepred uuleunSSueru qu1el fluu'( IIJepou r;1snpul

yuqo d 1u7 s nput uo8 uls1qaY

'8ueqre1 181(BSed uup 'tdu elere>1'roloruJeq uuuJepua>l

e,(ulestur >lere8req 3ue,( requrns IrBp qoluoc uu Buupe5 'Is>lrulsuo{ uISeIu-uISoIu uep ltrqud4r}snput

qnlnpn urerp 3uu,( JeqIunS uEp qo}uoJ .1ere8req 8ue,( requrns uep ululp 8ue,( requrns rpulueru

w{epeqrp rur Jequns .Jeq1IIns'ruSeqreq rJBp IusEJeq ledup e1p1 JB}PIas rp tpehel 8uu,( uuSurstqa;1

Iursuelod uBSuIEqax requrns '/'z

ot'Io".I

'u,(ueueru4 qelg

te ueburaqaY ueq stoN z qeg

'e33uqe5

Page 42: Akustika Bangunan.pdf

r-

34 Akustika Bangunan

2.

ini. Setiap jenis kendaraan bermotor memiliki frekuensi tertentu. Menurut White dan Walker (1982)

kendaraan bermotor umumnya memiliki tingkat kebisingan maksimum pada frekuensi antara 100 Hz

sampai 7000 Hz, Sumber kebisingan kendaraan bermotor berasal dari mesin, transmisi rem, klakson,

knalpot, dan gesekan ban dengan jalan (White dan Walker 1982). Karena gesekan yang terjadi antara

ban dengan jalan adalah gesekan antara benda lunak dan keras, dan berat kendaraan pada umumnyajauh di bawah berat kereta api dan pesawat terbang, maka kebisingan dari jalan umumnya berupa

bunyi dan hanya sedikit yang berupa bunyi dan getaran. Oleh karena itu, idealnya, bangunan di tepijalan cukup didesain untuk meredam masuknya bunyi ke dalam bangunan.

Soal Latihan

1. Lima buah generator dinyalakan bersama-sama. Masing-masing generator memiliki tingkatintensitas 78 dB. Hitunglah tingkat intensitas total saat kelimanya menyala bersama!

Sepuluh orang membunyikan sepuluh genderang secara serentak. Bila masing-masing genderang

itu menghasilkan tingkat intensitas bunyi yang sama dan kesepuluh genderang itu menghasilkan

tingkat intensitas total sebesar 19 dB, berapa dB-kah sebenarnya bunyi yang dihasilkan oleh

masing-masing genderang?

Ada 6 sumber bunyi yang masing-masingnya mengeluarkan SPL sebesar 7l dB, 80 dB, 75 dB,

76 d8,90 dB, dan 81 dB. Hitunglah bunyi total dari keenam sumber bunyi tersebut bilasemuanya dibunyikan bersama-sama.

Hitunglah L.q dari gambar berikut:

Jumlahpemunculan

J.

4.

50

Lro dan Lro dari

070dBA

gambar berikut:5. Hitunglah L,o,

Jumlahpemunculan

47

Selanjutnya hitung pula L"o dari

67dBA

gambar tersebut.

Page 43: Akustika Bangunan.pdf

:epades p;edes 'Bnp Bporeq 8uu,( ryulueur u,(uuelupequrou el.r{ 'Jolotueq >Ieprl uuuJupuel 1odruo1e1Bped '(7961 'ra11u16 uup e1q16) Bpeqreq 8ue,( rfunq unrlleds uulysuq8uaur uBErBpue>l rro8elulSurseru-Surseu e,trqeq uerylnlunueu u.(ureueqes rur rsu{rJrsul) '(Zg6I te{pl[ uep e1q16) rleltretu

Ilqour uep reseq seltsudu>l 'lloe{ (uuurupue>1 urseu tuupp releq 8uuru etunlol :>lrqruI Jeleupues) ccnulu sulrsudul ue8uep ltqoru 'runtun uu1ru18uu 'ue8urr Iersretuo>l '1ereq lersreuro{ u?BJ€pue>l re8uqesuelFo8elu4p ledep qlsuru 'ludure IrBp qlqel uep ledue Eporoq ueurupue) 'ledrua IrEp qlqel uep 1udure'unp epoJeq Jolouueq uwJupue>l rpelueru ue{€peqlp JolouJeq ueeJupuo{ 4odurole; 'Jolor.uJeq {epquep JolouJeq uBBJupue>l rpufueur uB>Fpeqlp uBuJBpue{ 'u,(uuutserado8ued uelsrs lrunuohl 'uo8e1e1

udureqeq urelup e{ uu>godruole4lp ledep ef,et uelel rp rseredoreq 8ue,( uuerepue l 'urnrun BrBceS

rolorurag uuBrupuex IJBp uuBursrqax .r.t

'lequJepol unpqas 'rur qeleseu pele6ueu >1n1un se6e1

qrqel 6ue,{ uernlered ueldelaueu (elseuopul) qelupeued e,{uye,{e1as qepns 'ue6unl6ur; eped lnJnq qtqel

Durdues lo1o Dplrruonr 6ue[ ueerepual ursaul-urseui ueeun66uad leqqe rlepuelJol eduel le16urueu snJol

ledep roloureq ueerepuol uereleurod emqeq ueele,iuol leLlrpl l r66uu qrqel 6ueI ueDursrqel uellnqutueuJ

uep 1e1ed q1qe1 6ue,{ erepn ;sn;od ue1l1seqOueu losrp urseu qeqes 'lelueq Llrqal Inounu 6ue[ Durdues

lojo ueqru.rap unureN 'ursueq Jplpq ueLleqJeq ursorx ueluue66ueu ye,{ueq qele1 lul euelJl rLlnuouJorl

6ue,{ ;estp ulseu uerpleuod :qoluoc re6eqeg euel lapoul urseu uue60ueur lnlun ue>1e1dnrp eulel ueqel

uep Jeleq uBqeq teurorl 'q;66uec q1qal 6ue,{ upeyl 'rr{unq undneu eJepn lteq 'rsn;od ueyelOurueu n4sn[

;eq edereqeq uelep 6ueI lolor.uJeq ueeJepuel utseuJ ueJtqlelnuel ue6uequeryed qelepe lnrnq leduepe/v\Bquror.lJ 6ue,t ute; JoDlEl 'JolouJeq ueerPpuol e6req eluqernu urleu.ros uep leyetelseu lulouole pJEl

e,iu1e16utueu qop ualqeqesrp eIueJelue rp rur ueBrepuay qelunl ue1e16urue6 'ure; 6ueI ueetepual sruel

uel0urpueqtp JolorJJeq ueeJepuel uerBleuod eIuleIueq qolo uBlqeqosrp lul leH erxeln ue6ursrqey lequnsuelpdnJoui e,ie: ue;e[ errqeq ueplnlunueu ere6au 1e,{ueq ;p uelnleltp 6uer{ ueru;euad edeleqeg

'qered ueq euJel uerl uep ieyDuruau srue1 undueqeuruad 1ey6uu rp ue;e[-uege[ eped rolouraqupeJepuo) uelllspqlp 6ue,{ ue6ursrqel e/v\qeq ueylnlunuau rpefiel 6ueI ueEuequelre6 'e,{u;esrur ;e66uuqeuru q.ladas 'e,tun11err reseq uer6eqes ueysrqeqOuau prsnueur gedual rpefueu 6ue,i ueunDueq n4snl

tdelel'1tsnu orpnls nple uenuepad 6ueru rpedes leuuac uebuap lnsnle uerpsalo{ued uelqnlnqurau 6ue{

ueunOueq eped er{ueq lepn'Ouuuad rpefueu lusnle uressg Dlepuor.lolrp lepg 6ue[ ueOursrqel e,iulnseut0uetn6ueu ndueu re6e edru ueqruapes uresaprp ueunDueq elurlsauas qepns e66urqes 'qrun1er(uau

leduep Ulllueu rolouJeq ueeJepuel uep lesercq 6ue,( ue6ursrqel uey6uepag 'Joquns ue6uep uelelapteq6uer( ueunBueq eped leyol leduep:eq elueq bueqtq leivresed uep 'de eleJel 'uisnput uep ue6ursrqay

'eIer uelef pep JequlnsJoq

6ueI ue6ursrqay ueqrol ;pe[ueu lsuelod:eq ueunbueq enu]os 'eIeN 'ue;e[ ueepereqel uep uelqesrdlp ledep

lepu ueun6ueq ueppeJaqal 'e[upy lnqesial ueun6ueq nfnuatu lenqrp 6ueI sesye epe psed 'urpreq 6ueIueunOueq epe eueu 16 'ueOursrqel ueqol rpeluaui ;ersuelod 1e6ues 'eIer uelef ue0uep uelelopieq 6ue,{ ee:e

eped ueun6ueq uelep lp undneul JEnl rp selr^uleJaq 6ue,{ lreq 'ersnuey\l 'eIer ue;e[ Uep lpseJeq euJe]nJel

Upr.l-ueqos e1;1 uednprqel n66ue66uau 6ue,{ ue6ursrqel 'rur Bse/v\ap ueeleluel uelep euoral uelqpqasrp tut

leH 'urpuesJol eJmos seqeqrp lnlun snsnLll rsrod uelledepueu B[er uele[ gp rpefual 6uer{ ueBursrqey

VA\N[ NIVTVf T{VCNISIflf,)I

t qBg

Page 44: Akustika Bangunan.pdf

r

36 Akustika Bangunan

Transmisiroda gigi

Gesekan banFilter udara

Mesin

Kipas

'/\ 7\'Gambar 3.1. Macam dan letak kebisingan yang ditimbulkan kendaraan bermotor roda empat ataulebih (White dan Walker, 1982)

dan yang beroda lebih dari dua, seperti becak, dokar, sado dan sejenisnya. Kendaraan tidak bermotor

dapat dipastikan tidak menghasilkan kebisingan secara langsung, namun sangat mungkin bahwa,

penggunaan kendaraan tidak bermotor yang cenderung berjalan lebih lambat dapat meningkatkan

kebisingan secara tidak langsung. Sebagai contoh, lambatnya laju kendaraan tidak bermotor pada

jalan dengan lebar terbatas akan menahan laju kendaraan bermotor. Hal ini meningkatkan kebisingan,

karena kendaraan-kendaraan bermotor terkumpul pada satu titik, yaitu di belakang kendaraan tidak

bermotor yang lambat tersebut.

Kebisingan yang ditimbulkan oleh kendaraan bermotor berasal dari beberapa sumbel yaitu

mesin, transmisi, rem, klakson, knalpot, dan gesekan roda dengan jalan (White dan Walker, 1982).

Kebisingan akibat gesekan roda dengan jalan tergantung pada beberapa faktor: jenis ban, kecepatan

kendaraan, kondisi permukaan jalan, dan kemiringan jalan. Kecepatan kendaraan mempengaruhi

kebisingan yang dimunculkan akibat gesekan ban kendaraan dengan permukaanjalan. Semakin cepat

lajunya, semakin tinggilah tingkat kebisingan yang dihasilkan. Selanjutnya kondisi permukaan jalan,

seperti jalan yang tidak halus dan basah, akan menimbulkan kebisingan yang lebih tinggi akibat

terjadinya gesekan yang lebih hebat antara ban dengan permukaan jalan.

Pada sisi 1ain, kemiringan jalan juga mempengaruhi kebisingan. Pada jalan menanjak, dibutuhkan

torsi (momen puntir) yang lebih besar dibandingkan saat jalan rata, agat kendaraan dapat bergerak.

Untuk menghasilkan torsi yang lebih besar dibutuhkan posisi mesin kendaraan pada gigi atau persneling

rendah dengan putaran mesin (rotation per minutehpm) yang tinggi, sehingga dihasilkan kebisingan

yang lebih tinggi. Demikian pula saat kendaraan menuruni jalan, gigi rendah digunakan untuk

membantu pengereman (engine brake), agar kerja rem menjadi lebih efektif. Dari uraian di atas,

cukup jelas bahwa bangunan yang berada di tepi jalan menurun/menanjak dan bangunan di tepi jalan

yang tidak halus atau tidak rata akan menderita kebisingan yang lebih tinggi dibandingkan bila

bangunan yang sama berada di tepi jalan yang mendatar dengan permukaan yang halus.

Titik kebisingan kendaraan bermotor yang berasal dari mesin kendaraan diukur pada ketinggian

mesin dari permukaan jalan. Meski menurut jenis kendaraannya ketinggian mesin dari permukaan

jalan dapat berbeda-beda, sebagaimana ditunjukkan melalui Gambar 3.2, namun umumnya dapat

diambil asumsi bahwa ketinggian ruta-ratafiya adalah antara 50 cm sampai 80 cm. Untuk jenis jalan

yang banyak dilalui kendaraan berat, sumber kebisingan dari mesin kendaraan dapat dipakai rata-rata

80 cm. Sedangkan untuk jalan yang lebih banyak dilalui kendaraan biasa selain kendaraan berat,

sumber kebisingannya dapat ditentukan secara rata-rata pada ketinggian 50 cm.

Page 45: Akustika Bangunan.pdf

(ue.reluqured esrs Suenqueru) Suenq qe13ue1 'V(rsuedsle) efte1 qe13uu1 'E

(rserdruol) uelat qe13ue1 'Z(urupn + ru{eq uer{Bq dusq8ueru) desrq qe>13uu1 'I

:rJep rrrpJet e,(uqu43uu1-qu13uu1 'qe13ue1 ledure urseu ue8uep roloru upedes Bpud 'uu.rulequred sesord qupunl qulspupn$prrIlp 3uu,( qe18uu-l'QtDt :rrBq-rrEqes ersouopul :sillorls :sF33u1) qa13uu1 ledrue uup qu13ue1 enp;o1ou epedes sruel pue4p u8nl erseuopul rp toloru epedes {ntun 'nlr BJB}uetuaS '(ruseq qrqel uurele8uu4pseq8ueur uep) qepuer 3uu.( rsuenler; uped uu8ursrqel uelpsuq8ueru ruseq 3ue,{ urseur selrsedeluu8uap uueJepue>I-uuurepue) 'JBSeq uDIEru e8n[ e,(uursaur selrsedel e8n[ reseq urrleru u,(uunun(>1u,(ueq uDlerues epor qulunf ueeJepue>l JBSeq uDlerues uup 1udrue epoJ ueeJepuel epud lelSurueru'lroe>l qrqel 3uu,( urseru selrsedel pl1rrueru Bnp BpoJ uueJupuo) 'tedrue rJBp r1rqol epoJeq ueuJ?pue{

nBlE tedtue epoJ uuuJupuel uu8uep uelSurpueqlp Fce>l qlqel 3uu,{ uu8urstqel sruel uulpseq8ueur(roloru upedes e8nl lnqesrp) unp epor uueJepue) '(cc urupp ;n1ntp) ueuJupua>l utseur sulrsedelue8uep ue8unqnqreq e.(ueserq 8uu,( 'epor qepun! lnJnuoru ualupeqrp esrq e8nl uBeJBpue>I sruel

'1rul4edn1rrr1snpur >I$un u.(ulesrur'uure1 uereleued>lntun uur1ut uep uerue qrqel eueru>l JBIos J€{Eq ueqeqJeq urseu rc{erueur u.(uuserq (cc 000S <) reseq

selrsuderyeq urseru ue8uep uBBJBpue) 'ursuoq urseur uulSulpuuqlp suJe>l qlqel 8uu,( ruluq Suunr

rp uu>lepal r,(unq uapsuq8ueu uule 3ue,( 'r33up 8uu.( ruluq uuqeq nqns uup u€uu>lel epud rpefte1

e,(uuereluqured sesord uueJe{ 63urt qlqey Suuf ue8ursrqe>l uu>lllsuq8ueur relos ru>leq uuquq ue8uepursel I 'Jelos Je{eq uuquqreq uuuJupue{ qelo uu4Surpueqrp qepueJ qrqel u,(uurnun Ioqun eduq nuleue8uep 8ue,( ryeq 'ursueq urseuueq ueerupue>l qelo uu$rpeqrp 8ue.( uu8ursrqe; 'leqrull uu>1uun33ueru

qrsuru 3ue.( uep (qd) lequrrl udu4 ursueq ryulueu uu{Bpoqrp qrseru ursueq JDIBq UBqBB 'sunl Bruces

ueluun8redrp runleq qrseru rrrplerel uu{lnqesp 3ue,( rapq ueqeq sruel en(I 'ueq€leru e,(uquc nulu

'se8 tuyos 'ursueq JDIBq uuqeqJeq uEBJBpue>l pelueur unppeqrp JoloruJoq ueeJepue>l 'ufuueluun8rp3ue,( ropq uuqeq lrunuey{ 'rsu{rJrsell ede;eqeq lrunueru ue>lepeqrp ledep .rolotureq uueJepue{ sruel

,,."i]+1,+ffiffi

JOlOrIIJeg IIBUJBpIIaX Sruef 'Z'8

Q961, 1e41e11 uep eltll ) uelef depeqtey ueerepue>l wsew sruel edeteqeq ue66w7ey 'Z't requleg

VEp 6t urseu ue6ursrqol rslnpeEVSp 9t-91, ursau ue6utstqel rs)npou

Vgp et-zt ursaur ue6ursrqe) rslnpau

urur 0001

VEp gL ursetu ueDursrqa) rs)npau

Lt, eley ue1e7 uebw*qey g qeg

Page 46: Akustika Bangunan.pdf

!-

38 Akustika Bangunan

Tenaga motor dihasilkan oleh putaran poros engkol (dihasilkan lewat langkah kerja atau langkahketiga). Setiap langkah membutuhkan ll2 putaran poros engkol, jadi untuk satu siklus kerja diperlukan2 pttarun poros engkol (crank shaft). Sementara itu pada sepeda motor dengan mesin dua langkah,satu siklus kerja terdiri dari:

l. Langkah hisap + langkah kompresi

2. Langkah kerja + langkah buang

Pada mesin dua langkah, hanya dibutuhkan satu putaran poros engkol untuk menghasilkan satu

siklus kerja. Mesin dua langkah menghasilkan kebisingan lebih tinggi karena proses pembakarannya

kurang sempurna (ada bahan bakar yang belum terbakar ikut terbuang atau sisa pembakaran masih

berada dalam ruang bakar) dan proses pembakaran tidak tertutup rapat seperti pada mesin empat

langkah, sehingga bunyi di saluran gas buang (knalpot) terdengar lebih keras.

Menurut fungsinya, kendaraan bermotor juga dapat dibedakan menjadi kendaraan umum/niagadan kendaraan pribadi. Kendaraan niaga masih dibedakan lagi menjadi angkutan penumpang dan

angkutan barang. Baik kendaraan angkutan penumpang dan barang masih dapat dibedakan menjadikendaraan angkutan kapasitas kecil dan angkutan kapasitas besar. Kendaraan umum./niaga kapasitas

besar biasanya merupakan kendaraan dengan kapasitas mesin besar. Kendaraan semacam ini memilikifrekuensi kebisingan yang rendah, disertai dengan getaran. Sementara itu, kendaraan pribadi sebenarnya

dapat dibedakan lagi menjadi kendaraan pribadi biasa dan kendaraan mewah. Kendaraan mewah

umumnya mengeluarkan bunyi mesin yang sangat halus. Namun demikian, secara rata-rata di Indo-nesia jumlah kendaraan semacam ini sangatlah kecil bila dibandingkan kendaraan pribadi biasa,

sehingga dapat diabaikan.Rasio pemakaian kendaraan bermotor pribadi dibandingkan kendaraan umurn dan komersial

angkutan barang, serta rasio pemakaian kendaraan bermotor roda dua dibandingkan kendaraan rodaempat telah membuat karakteristik kebisingan jalan raya di Indonesia sangat berbeda dengan dinegara maju. Sebab sebagaimana telah diuraikan, masing-masing jenis mesin kendaraan bermotormemiliki kecenderungan menghasilkan frekuensi kebisingan yang khusus. Jika rasio jumlah kendaraan

bermotor dari semua jenis yang digunakan cukup sebanding, maka secara rata-rata tingkat kebisinganyang dihasilkan berada pada karakteristik yang hampir sama. Namun apabila ada satu atau dua jeniskendaraan bermotor tertentu yang jumlah pemakaiannya sangat dominan, maka karakteristikkebisingannya pun akan sangat berbeda.

3.3. Faktor Penentu Tingkat Kebisingan Kendaraan Bermotor

Karakteristik kebisingan suatu jalan berbeda dengan karakteristik kebisingan di jalan yang lain.Perbedaan ini terjadi karena tingkat kebisingan di jalan raya ditentukan oleh banyak faktor. Faktoryang pertama adalah kendaraan bermotor yang melewatinya, yang meliputi: jumlah kendaraan totalper jam, rasio dari jenis-jenis kendaraan bermotor yang melewatinya (sebagaimana dibahas pada

subbab 3.2.), dan kecepatan rata-rata kendaraan. Faktor kedua adalah karakteristik jalan, yaitu kelasjalan (yang umumnya meliputi lebar dan panjang jalan, jumlah jalur (kapasitas), serta kualitaspermukaan jalan), kemiringan jalan, penataan arus lalu lintas jalan dimaksud (misalnya jalan searah

dengan atau tanpa jalur lambat, jalan dua arah dengan atau tanpa jalur lambat, berdekatan dengan

Tebra-cross, berdekatan trffic-light, dan sebagainya.) Faktor ketiga adalah kondisi-kondisi lain disekitar jalan, seperti bangunan di sisi jalan dan kesibukan informal di sepanjang tepi jalan, misalnyaperdagangan kaki lima, tempat parkir, dan sebagainya.

Kesemua faktor tersebut sangat berpengaruh dalam menentukan tingkat kebisingan yang terjadipada suatu jalan. Oleh karenanya, tingkat kebisingan suatu jalan tidak pernah sama persis denganjalan yang lain. Sebagai contoh, meskipun volume/jumlah kendaraan dan rasio jenis kendaraan yang

lewat tiap jam-nya sama, namun bila karakteristik jalannya berbeda, sangat dimungkinkan tingkatkebisingannyapun jauh berbeda.

!-

Page 47: Akustika Bangunan.pdf

'rsutEqrp {epll {nsutu uuP[ qellllnr u?p 'qepuer ueledece{'lelap uuuulefted rrrc uu8uep tunrun ue1n13ue rue,(u1ey41

'rseteqlp lnsuru uulel qulunl uep 'qepuer uuledecel 'Suepes

1e;el uuuelelred urc ue8uep lndurnEued uu1n13ue rue,{e1e141

'uersrJe eJ?ces rseleqrp {nselu uelef uep 'r33ur1 uuludecel'qne[ lerel ueuelelred urc uu8uep runurn ueln18ue rue.(e1e141

I3{o.I uelef

roDlelo) ueP[

rJeuv uel?f

'€

,Z

.I

lsurlgpadguepf sqey 'oN

\9g6119z'ou dd uep 086I/€I'ou 1ln lrunueu)ls?unt fitnuaw msauopul 1p uolot sopx 'l't 1pqe;

.rrdrueq 8uu,( ue8ursrqe{ lDISuD uu>IIISuqBuoIu uu>Iu qnJnq 3ue,( undneu {IBq sallunryeq 8uB[

{ruq 'uEI€l e,t\quq uu{lndrursrp tedep lnqesJet te>lSuts ueruJn UBC 'ruseq qrqel 8uu,( erupn rsnlod

uapsuq8ueru u8nl rur uuupua) 'r33uq dru1nc u8nl e.(uuelpseqrp 8uu,{ ue8ursrqe{ 1e13up '{€,(wqdn>pc u,(uuuuJepue>I qulurnl elqude 'leqruul uepLreq 3ue,( ueerupuo{ uuepee{ EpBd 'tEqruEI

uelufteq uB{B ueeJupue>l !runq 3uu.{ ueelnuued rsrpuol Bues {rcq 3ue.rn1 Suef rnpl usuluued

uu8uep 'tldtues uep >lepued 3ue,( uepl'urul rsrpuo{ eped eJetuetuos 'tedac uDlerues nluyeru

Sunrepuec ue{e ueurupue>1 'uup[ selrlen{ uep uupl rnpl uernle8ued u.(u}F€q uD{eluos Euos

'uuluf nlens u.{u8uulued uDlelues uep Jeqel uDlelues uu8uep eueJe>l IpBftq speurellp uEEpBe)'lBquBI u€lefteq ueeJupuel luus uelSurpuuqrp elrq uultyu8ts {Bpp Iq ueepaq;ed umuuu 't33unqrqel 3uu,( ue8ursrqe{ ue>pseq8ueru ue>Ie ledeo nfu1eur 3ue.( uuerupuey 'uupl >lpsueDIeJDI

upud Sunluu8rel le8ues u8nl uuerupuel nful 'ueerepue>1 {DSIJoDIBJDI r{elo ue>lnluotlp umles 'g

'({pp rues eped rse1muru1urel Buere{ u.{uuu>lpseqrp Suuf Suunqse8 rsrure qupSSuq uDletues 'u?eJepue>l lequrul uDlutues 'urepn tsnlod 1e;e uuSuep epeqreq)

lnqesJat ueurepue>I upud uu8ursrqel tn13uu qu133u4 uI{BIues 'ueeJupue{ nley ledec uDIBrueS ','ualtseqrp 3ue,(

ue8urslqel lalSurl qep33u4 uDlutues 'uu1el sunr nluns eped qu>13ue1 ludtue ulsetureq unp upoJ

uBBJBpue{ ue8uep uelSurpueqrp qu13ue1 Bnp urseuJeq enp epor ueuJupue>l orser r38urt uplerues 'g

'e8uru/urntun uuuJepue{ rc8uqes uopun8rp lnqesJel reseq sulrsudu4req

rr€urupue>l eyrqede Eruelruol 'u.(uue>lrseqrp 3uu,( ue8ursrqal qe1r33uq ur-{Brues 'ue1uI seru nlus upud

pcel sullsudalJeq ueeJupuel uelSurpuuqrp JBSeq sulrseduryeq uueJepue{ orser r33ur1 upluruas 'Z

'edu4geqes uep r33ur1 qrqel 8ue,( uuSursrqe>1 1e13upue1leq11e8ueu uE>lE uelel sun-r nles ruBIBp 1u,(ueq upleruas 8ue,( uee.repue>l aunlo^ nete qEIrunI 'I

:tDIrJeq re8eqes uelrernrp uepl rp ue8ursrqe>1 nlueued Jol1eJ-rol>IBJ rruuel eJeres'r{epuoJ qlqel 8ue,(

sule1 ue8uep uupl rd4 rp rse{olreq n1r ueun8ueq mpl uelSurpuuqlp BIIq e,(u1e13ur1 r33uq qrqey 8ue,(

uu8ursrqel uluepuetu uelu 'e.(use1a1 r33u4 qrqel 3uu,( uuyul rdel rp rse>lolJeq 3ue,( ueun8ueg 'uulgru8rs

ereces 1e18urueu lnqesJel uulel 3ueluedes rp ueun8ueq etlJeplp 3ue,( ue8ursrqel uoplsedlp ledepB>letu 'ue1ru uuyul rc3eqes rs8un;req uuludr4 ]oqelo>l uupl qenqes nlueuel ueBpBe>I euerp>l 'qoluocru8uqeg 'uu>1du1e1p qe1e1 3uu,( n>IBq rJBp t33u4 qtqal lnqesrel uepl rp uu8ursrqel 1e>13up u^\qeq

ualrtsudrp ludup 'uu4detetlp rplal 8ue,( rsu4lglseds qrqeleru selurleru 8uu.( uuerepue{ eIIq unrueN'tnqesJet uepl sunr r8eq nleq sElB rp lHlpes nulu rlnlepueu ualr$lrpoJdlp tedup u,(ulepqes tnqosJeluulul sunr eped ue8ursrqel 1u13un uleu 'rqnuedrp rur uu1u.ru,(s.red upqedy 'u.(ur1u,ue1eur ustq 8uu,(

ueu.repue{ sruelrsu4;rseds r4rlueru ueyeIseye>1 dupeg'(g'g'p's I'€ 1equ1) uululedrl lnrnueur eges

'uueJupue{ rsuaurp uep ueqeq 'rs8un; lrunueru uurse>lrJrseplSued qeppe ue8ursrqel 1e13up ue8uepuelre>lJeq dnlnc 8uu,,( unruuu 'ue8ureq lu8uus uelel se1e1 uur8equred u,(uqnSSunseg 'n1uage1 ueplsele>l nt?ns epud uu8ursrqel 1u>13uq rsutequeu Inlun uence uerypuftp ledep SunsBuBI >leprl BJBces

3uu,( uelel se1e1 uer8uqrued reue8ueru uurntured ede.reqeq ueldeleueur qelel €rsauopul qetuuerued

uuluf sule11 uur8uqrued ;.;

6e eley ue1e7 uebulsgey g qeg

Page 48: Akustika Bangunan.pdf

40 Akustika Bangunan

Tabel 3.2. Kelas jalan menurut PP no. 43/1993

No. Kelas Jalan Spesifikasi Jalan dan Kendaraan

1. I Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasukmuatannya dengan lebar maksimum 2,5 m, panjang maksimum 18

m dan muatannya dengan sumbu terberat > 10 ton.

2. II Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasukmuatannya dengan lebar maksimum 2,5 m, panjang maksimum 18

m dan muatannya dengan sumbu terberat maksimum 10 ton.

3. IIIA Jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotortermasuk muatannya dengan lebar maksimum 2,5 m, panjangmaksimum 18 m dan muatannya dengan sumbu terberat maksimum8 ton.

4. IIIB Jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasukmuatannya dengan lebar maksimum 2,5 m, panjang maksimum 12

m dan muatannya dengan sumbu terberat maksimum 8 ton.

5. IIIC Jalan lokal yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasukmuatannya dengan lebar maksimum 2,7 m, panjang maksimum 9 mdan muatannya dengan sumbu terberat maksimum 8 ton.

Tabel 3.3. Kecepatan kendaraan menurut tipe dan kelas jalan(Direktorat Jenderal Bina Marga, Standar Perencanaan Geometrik Jalan Perkotaan, 1988)

Tipe Jalan Kelas Jalan Kecepatan (km/jam)

Tipe I

Tipe II

III

IIItIIIV

100 atau 80

100 atau 60

60

60 atau 50

40 atau 30

30 arau 20

sama ketika dilalui kendaraan dalam jumlah banyak. Namun bila jalan tersebut sepi, yang akanberpengaruh adalah durasi kebisingan. Bagi suatu titik di tepi jalan pada suatu jalan yang sepi,kualitas jalan yang baik akan menghasilkan kebisingan yang sama tingginya, namun dalamdurasi yang lebih pendek, sebab kendaraan berlalu dengan cepat dari titik tersebut, dibandingkanbila kendaraan terpaksa berjalan lambat-lambat akibat kualitas jalan yang buruk.

6. Kemiringan jalan berpengaruh terhadap tingkat kebisingan yang dihasilkan. Sebuah titik yangberada di tepi jalan miring (menanjak atau menurun) akan menerima kebisingan yang lebihbesar bila dibandingkan jika jalan dalam keadaan datar.

7. Sebuah titik di tepi jalan, yang berdekatan dengan pengaturan lalu lintas, seperti trfficJight,7.ebra-cross, atau perputaran, juga akan menerima kebisingan yang lebih tinggi, karena kendaraanberhenti atau berjalan lambat pada lokasi tersebut.

8. Keadaan di sisi jalan yang berpengaruh terhadap kebisingan adalah muka bangunan yangberhadap-hadapan dan saling membentuk koridor. Keadaan ini akan memantulkan bunyi yangdihasilkan di jalan, dan mengakibatkan kebisingan menjadi lebih tinggi.

9. Pemanfaatan trotoar untuk area parkir dan perdagangan informal juga dapat menimbulkankebisingan yang lebih tinggi pada suatu titik di tepi jalan, karena kendaraan berjalan lambat dan

sangat mungkin terjadi kemacetan pada ruas tersebut.

\-

Page 49: Akustika Bangunan.pdf

Eulr.leirp ledep {epu le8u?s

?riliJalrp ledsp {"pp ?,(uunun

€rrJuelrp ?€dep qrsuur

elxuoup ledep

gp88<

88 > dN-I > gp ,Lz>u\rsp8E

gp8s>

spgp

1u>1o.re,{seur ueurul.rauad B;rallry

Tuawdolaoq uDqrn pul Sursnog Jb Tuau4todaq Sn fltnuaudNT topunlg'r'€ IeqBI

qrseru gp 71 rcdtues Incunu 8uu,( ue8urstqq €.^AWq lu?Joq nll 'gp tL LleWpB Sueroeses BLrrIJelIp

ludep qrsuiu Sue,{ ue8ursrqe>1 rsnlod le>{3url tunluls>luru sel€q u,$quq uu>p1nlunueur 't'g IeqoJ'(9661 'ororuellag

uep o1ue,(1n1 ruepp) gautdo1aaaq uoqtn puo 3utsno17 to ruaultodac Sn lrunuetu qelupu 'r'E

1eqe1 epud uu>yeduresrp 8ue.{ uence uluur 'dN1 {nlun uuncu DIIIIueru runloq Elseuoputr euoJe{ qelo

'(lncunur 8ue,( elup Enr.ues Irep >lllsltels EJeres uu>ln1ue1rp) rseta.ep rcpuets qelepu o ue8uaq

0) oggz + o"T = u",

:euuru rp '(966i 'oroluerleguup o1ue.(1n1 ruupp) uosurqoU qelo uu>18uuqure{p dN1 uelnlueuolu {nlun ueeures.re4 '(dN1;

uuSursrqe4 rsnlod slepur nelu lnlunued uu8uep Jn{nlp ledep lncunru Suuf ue8ursrqe{ e>luur 'uu8ursrqa>1

rsnlod deqet D{nsetueru qu1e1 e.(er uepf p [nounlu 8ue.( ue8utstqel nluns qelude u?{nluouelu {nlufl

sBluIT-nIuT uutulslqey {nfunuad u"p uutulslqay Isnlod 4nfunue4 '- ti'i';*Er*ffi

'uulnq uup n88unu n11err,r 8u4ueruepp uu8untlq8uod uelruFlrp upd nyred runr.ufl e.recas e,(ulnluuleg 'rnqn uuq upp elre rreq e;e1ue

uu>lupeqrp 3uu,( rreq nt>lz.u SuetuoJ lrunueu uu8unllq8ued e,(uerl>1 elnd n1.red 'ruel nqu.lo. Suetue"l

ruzlep uuJn>lnSued urules "uu1ul nlens eped uu8utstqel ta13uq {psIJoDIuJB{ ue{ntueuetu )tniun'u8>lnr{elrp

ui(ue,(8ofes rruqTurel VZ e\xel"s uurnlnSued 'r83urt uu{nqrse>l le>l?un ueSuap urel uelel-uu1ul netu 'loiuupf 'uepu uupl upud ruedes ueqTuiul VZ vurelas qnuad ereces lpef.ret e,(uuu8urslqel 8uu,( u,(ur uelel

ISIpuo{ {nlun unluBl\d '(g'7 quqqns leqlf ueryeqerp ludep zSSurqes q€puor lu8ues ueSursrqel te13ur1

u1r1e1 (rreq rueleu u,(upsru) 8ueual nDI?,&\ q€lupe e,(ussrs tuelrusue e^Aqeq rsurnse ue8uap uuryureigI nlTe^\ 8uslue; urqup eduuq ue>pusrgapesrp tudep BlEp uellqtuu8ued e>1eur Jn{n 1€lB uendurerue4

uuseleqJele{ BuaJB{ unrueN 'rdas tues eped eges 'es€Iq luus epud '(.ro1uu>l/tlelo>las uelulSuureq-e>1 ruel upud ufqesru) >lnqls lues eped ueBursrqal uurnln8uad peiueu ue>lepeqlp 3uu,( uuqr.uel

,Z etu?los uurn4n?ued ue>ln>IBIIp Suuueru e,,tuleepr 'Icuu qlqal 3uu.( elep qaloredueu {ntun'rruuqedrp qupnu 3ue,(

e13uu nlus rlprel dnlnc e,(u;rq>1u uerlefued unluuu 'anuros BlBpJq In3unlu 8ue.{ uu8utstqe4 tu>13ur1

'uele^rn{e >lnlunued rn1uls6 '1h"1; uep,r,rnle s{epur nulu 4nlunued epoleur ueBuap ueulepued lapouuuuunSSuad uelu?Jesrp 'Juenl{ng re8ues eduunurn 8ue,( uelul rp ue8utstqel 1e13ugt uernln8ued

Irsur{ rJup nuuqudrp qupntu qrqel 8ue;( nq{e lrs?q ue4rfe,{ueur eunC 'lnqosJel {nqIS epouad eruules

uu-In{elrp nlred uupl nlens ue8ursrqe>1 1u13ur1 uurnln8ued e:4.euu 'OO'IZ ue8uep redures 69'99 p>1nd

uup e,(qusrur 'nluouet n11u,u SuelreJ ruulep Incunu u,{uunurn z.(er uepl rp rpelr4 3ue,( uu8urslqeq

€ueJE{ qelo 'Vgp rc8eqes uJeqrp lsnrurel 8uu,{ psug 'v loqoq eped Suulas-lp tnqosJo} t€lu €{utu(ytfS) raplN pt.a1 punos uv4vunSSueur e,(er uepl rp uu8ursrqel 1u13uq €lupueru ury1e1 eSSurqes 'ytoqoq urelup >lnseul Jotor.uJeq uuuJepue{ ue8ursrqel {qsueDIBJ€>l '8u4q7tau punos epolaw ue8uaq

I ti:i:t:r!

rolorureg uBBrBpuex rrBp uBtulEqex {EsIreDIurBx 's'8

l? eleg ueley uebulqqey g qeg

u*.I

Page 50: Akustika Bangunan.pdf

42 Akustika Bangunan

dapat ditolerir dengan normal tanpa menggangu aktivitas yang dikerjakan orang tersebut.

Khusus untuk kebisingan yang muncul dari jalan, tingkat kebisingannya dapat ditentukan melalui

indeks kebisingan lalu lintas (LrNr ). TNI adalah kependekan dan Trffic Noise Index.

LrNr = 4(Ln- Lr, ) + Leo - 30 (8)

Penentuan batas penunjuk kebisingan lalu lintas yang dapat diterima masyarakat ternyata setara

dengan tingkat polusi kebisingan, yaitu 14 dB.

wffii".,Yg:' Latihan

1. Mengapa jalan.menjadi sumber utama kebisingan yang memasuki bangunan?

2. Sebutkan bagian-bagian dari kendaraan bermotor yang menghasilkan kebisingan!

3. Mengapa peruntukan jalan yang melampaui baku yang telah ditetapkan akan memicu timbulnya

kebisingan yang melebihi baku?

4. Sebutkan keadaan-keadaan spesifik di jalan yang dapat mengakibatkan meningkatnya kebisingan!

5. Berapakah baku tertinggi tingkat polusi kebisingan yang masih dapat diterima masyarakat (menurut

baku US Departtnent of Housing and Urban Development)'!

Page 51: Akustika Bangunan.pdf

r{vl{nol{vfl YQYd I{VCI{I S I sf)IIII I{vIcYg

Page 52: Akustika Bangunan.pdf

'ueun8uuq ur€lup rp uu4Bduretrp 3ue.( rolureue8 urseur uep udurod IuedasuuunSueq uelepred nule 'u,(uquleqes rp wle{ 3ueru n33ue33ueur ledup Suuf 'ur1uu1 predes

'ueSursrqe>1 uullnqurueu 3ue,( uuun8ueq wBIBp 8ueru upu u,(ulusrur 'ulpues uuun8ueq uup(I .'uetuepq rp uu)p{Blellp 3ue,( role.reue8 urseur sep JrB udruod luedes uuun8uuq uulepred

eges 'urpues n11 uuun8ueq rqred eere rrup e,{upstu 'uuun8uuq JBnl Ip tdu1e1 ueqel ruepq .'qeleqes ueun8ueq netu ueqel

Iuedas ueqel runl Ip ulEI {pp Irep nelu uepl uup u,(upsrur 'ueun8ueq (3q1de1) uequl ren'I .:rJep IESuJeq ludup ueun8uuq nluns qelo BtIJepIp 8ue,{ ue8ursrqal undepy'ueun8ueq relplos

Ip ulEI {Ill1 uep IBSBJoq ue8ursrqel uuurlSunruel e8n[ dnlnlrel {BpIt unruuu 'uupf uep ue8ursrqelqelo ue{quqesrp Suuureur uruelruet 'uepf rdal Ip {etapet 8uu,( ueunEueq qelo uu8utstqe;1

'ue8ulsrqel rrep 6unpu11rp tedup 8ue,( uues uu8utsrqel Etuepuotu

?ue,( Suen.l-3ueru uuuq8untue>l eues (de1u uep 'uopyd'ptuu1 'Surputp edrueq) uuqrunlese{ureces uuun8ueq ueuole uuluderel te{8utt Bndqeru Buel 'owuauad mSoqas uoun8urtg '€

'(r,(unq SuuquoleB uelntuutued nele

uelequered ualolequed efutpeftq uuqurx8unureur 3ue,() runlperu utulup lelqo u,(m1upr1 upe

uep '(ueun8ueq depuqr4 uuSurstqel Jequns >prul ue8uap ue8unqnqreq) uu8ursrqel r,(unq

Suequole8 qndruel lurel'erepn Islpuo>I :qndqaur SueK uo?utstqilt lnptlp Suot wmpaq 'Z

'uu8ursrqal e.(ulncuntu nDI?.,n uep 'uu8utstqel e,(ulncunur ISBrnp 'Isuerule{ tequnsuu8ursrqel 1u13qt 'ueun8ueq uup uu8ursrqo>I Jeqruns 1u.rul :qndqeur ?uef,'uo?utsrqill raqwns 'I

:n1ref 'ro11e3 e8rl qelo rqn-re8uedrp

'urpues e,(uueun8uuq tuBIBp e>l uup uuunSueq Julr{es Ip uEtlBI e{ {nsutu 8uu,( uupl p uu8utstqey

uBuntuufl uup uulBf IrBp uBturslqe) 'r',

' ' ' ' nlel 6ue,{ unqel qnlndes:e111es (qeuunr

e1 nlnuau 6ue6 uedep rp e,(er uelel tp nele) e11 qeuru uedep tp selull nlel ueleu]elal eueu;eEeq 1;eque1

le6u; e1;1 r{pleqoC reureJ urleuos uele lnqasJo} uele[ 1e16uqs n11err 6ueluet ue;ep 'ueuel ueOuequelted

Duures unue51 leueJ nlepel urnleq 6ueI uelel rdal rp lJlpJoq ueunDueq n]ens rur 6ueleles eles uq6unyl'eIuue0ue;n66ueued etec-eiec ue4111drp eIuerry 6u[uad 'ue6usrqel p]uopuoru ;ersue;od 1e6ues uelel;da1

6ueluedes rp ueun6ueq emqeq uepe,iueui elq q[e) 'efiet uqe[ ;p ue6ugqa>1 ueqe;eseuled tele qelepe 'ue;el

sen Duelued uep ieqal ueqeqtueued ue6uep 11n1rrp eduel lesad nlppel Llequeloq 6ue,( toloureq ueprepuel

uereleurod ueOu;s1qe1 euJeln Joqurns qelepe e,(er ue;ef tut esemep '0 qPE u.lelPp uelleJntp eueute6eqag

VAIIUTI\ilCi{\TflCCNIVNfl dSVSV I{\TO I{VNNCNVS Y(rVd

TWCNISIg[)Tffig"r,:

.M

:

1

v qBg

Page 53: Akustika Bangunan.pdf

46 Akustika Bangunan

. Dalam ruangan sendiri, seperti misalnya di dalam kelas ketika siswa semestinya tenangsewaktu guru menerangkan materi namun siswa ternyata justru asyik berdiskusi sendiri-sendiri.

Letak sumber kebisingan yang berbeda-beda sebagaimana dijelaskan di atas membutuhkan solusiyang juga berbeda-beda agar kita dapat memperoleh kualitas akustik yang baik dalam ruangan yangmenderita kebisingan pada bangunan tersebut.

4.2. Perambatan Kebisingan ke Dalam Bangunan

Menurut asalnya, kebisingan yang terjadi dalam bangunan dapat berasal dari berbagai titik, namundemikian kebisingan yang berasal dari dalam lahan atau dari dalam bangunan sendiri lebih dapatdikontrol ketimbang kebisingan yang berasal dari luar lahan. Kebisingan darijalan adalah kebisinganyang berada di luar kontrol pemilik bangunan. Oleh karena itu, pentinglah kiranya kita pelajarikemungkinan perambatan atau transfer kebisingan dari luar ke dalam bangunan.

Jenis perambatan kebisingan dapat dibedakan menurut medium yang dilalui gelombang bunyi,yaitu:

1. Airbome sound, adalah perambatan gelombang bunyi melalui medium udara. Oleh karena ruangdi sekeliling kita umumnya dilingkupi udara, demikian pula kebisingan yang muncul di jalanumumnya merambat mendekati bangunan melalui medium udara. Model perambatan semacamini akan sangat mudah masuk ke dalam bangunan jika terdapat lubang, celah, atau retak padaelemen bangunan, terutama pada elemen vertikal seperti dinding. Perambatan juga dapat terjadimelalui elemen vertikal atas, yaitu atap atau/dan plafon. Peletakan jendela dan lubang ventilasi,atau pemakaian elemen penutup atap dari material yang tidak rapat seperti rumbia atau gentengdengan kait yang tidak presisi, juga akan merambatkan kebisingan.

2. Structureborne sound, adalah istilah yang secara umum dipakai untuk proses perambatan bunyimelalui benda padat. Dalam konteks ini benda padat diasosiasikan dengan elemen bangunan itusendiri, sehingga disebut structureborne sound. Perambatan melalui elemen bangunan umumnyaterjadi ketika sumber kebisingan menempel atau sangat berdekatan dengan elemen tersebut,misalnya menempel pada atau sangat berdekatan dengan dinding. Namun, karena umumnyatetap ada jarak yang cukup antara bangunan dengan jalan, maka perambatan melalui dindingsecara langsung amat jarang terjadi. Dalam keadaan tertentu, kita bisa saja mendengar getaran

Pendengar di lantai inimenderita airborne sound()

z/ zz---\ \

. \:,,\\'\---'l//

O Pendengardi lantai inimenderita impact sound

Gambar 4.1. Gambar potongan yang menunjukkan proses terjadinya airborne danstructureborne sound.

Sebuah sumber bunyi dapat menimbulkansekaligus airborne dan impact sound

Page 54: Akustika Bangunan.pdf

'r.(unq Suequole8 u,(uuulul r8uupq8ueu ueullSunure>1

3ue,( lelqo BpB uu{B eles n1e1es 'rruLI-IJ?I{es uednprqel tuBIBp 'uul{Iruep untuuN 'Sueyq8ueur

uerpnue>I uBp 'rlerueloru 'nlueuel >1uru[ qndrueueur 'qBrB ep8as e4 leqluuJeru uelu 1nqas.re1 r.(unq

Suequole8 'u,(u€uepq8ueru 8uu,( urel >1e[qo upe {epp uup rule8req ilunq;aqruns letqo qenqes u{po)

{e[qo 1,ueEuetrAl u{pe{ y(ung ru[Bllrad ';'?"'**-

'(7'p wqweg)urc1 ue8ueru e>l >lnseru e,(urrqlu uep e,(uquleqes rp ue8uenr Sutdues Sulpurp e1 redurus slueuelu

'Surdruus Surpurp uped qelec mploru 3uuru nluns uep rfunq ueluqurered nlref.'uotssrtusuttt| 3ur4utt7[

EJeoos uulequered u(upefte1 e8nl uuluq8unrurp auroqarnpnrts BJEces r,(unq uelequrered upe6'ueldurelp 1n1un

Fepr qrqol auroqarnpntls undneur aluoqnD emoas >IIBq uelequered ru€paJelu ndruuur 8ue,( uresep

lusers sr1>1e.rd uJeces 'nJl euaJe{ qelo 'ueluqtuered ruelsts uuqeqnred rurulu8ueru ledup l,(unq Jequns

qenqes e,tuueelefuel upud euerul 'ue>In>Ielrp qupnur >lepp 1ul Ieq unrueu 't,(unq reqruns ueluqurured

11rnrparu rlsed e;eces rnqele8ueur BIDI Dlrle{ uuldaelrp ludup leda 8uu,( ry1sm1u uIBSep TBSBIS

'lnqesJel Suns8uel u;eces uu8ursrqe l Eue>Irel 8ue.( ueurele eped e.(uu8ur1e1 uulledrueueur nped eduel

ersnrruru re8ueprp >lnlun awoqtm eJuces qeqrueq uele u8nl uq8unur efuuelequrerad 'uetuela reue8ueu

1eru1 dnlnc ue{€lueq nele 'uesudrueq 'uu1n1nd B{Ite) '(rc1uu1 eped gq ue{€lueq nulu 'elepuefuup nlurd uusedueq 'Surpurp eped uelnlnd 1gedes; ueun8uuq ueruelo eped SunsBuBI eJeces 1pufielr,(unq requrns e>Ille punos podw, tnqeslp e?nl punos auroqainpntl.t 'nlueuel ueupue{ epedr

'aluoqrru ereces r8uy geqnreq ueluqruured uu>1ur13unureur lBqel{ Suef rsueuoseg'(E'1 qeqqns lur{D tuqeq le8ues uurele8 qllrureur 8ue,{ qupuer letue rsueruIe4 pllltuotu l,(unq ;equnsnBI€>l nule lequ€Jeru 3uu,( r,(unq rsuen>lo.rJ ue8uep uures rrdureq nelu €Iues 3ue,t lsuenqe;y plllrruaru

ueun8uuq uoruele nup>1 n1re.( 'ueur13unure1 €np qelo r.ralqeqeslp 8ue,( uuun8ueq ualuele eped rsueuoser

gpefrel E1ir4el auoqatnpnus rpulueu qeqrueq ledep autoqtru Emxes luqlueJeru 8ue,( r,(ung

' punos autoqalruJntls rpulueru

rleqrueq uurpnuo>l Buut autoqtrD ete:,es ueluqure.red qBIBpE lpefrel 8uu,( e.(uqn38unse5 'selulleru

ueerepue{ BpB tues (eyepuel ucu4 ylredes 'srdn Suur( uurelruet) ueun8ueq ueruele eped luqeq 3uu,(

'uotsstwsue4 bulyueg etupetlq sesotd ue>14n[unuew 6uel qeuop )eqweg'Z', JequeC

Durduies 6urpurp lena1uorssLusueJl 6u11ue13

Ouns6uel elecos uP)snJeltq!

,"0,n.e;epueI lena;

uorssruJsueJl 6ut>1ue13

b eluuebuelnddueuad sesv uep ueunbueg eped uebulslqey y qeg

Page 55: Akustika Bangunan.pdf

48 Akustika Bangunan

bunvdatans\f

bunyiterpantu,

4jGambar 4.3. Perambatan gelombang bunyi yang mengenai objek akan mengalami pemantulan,penyerapan, dan penerusan bunyi, yang persentasenya tergantung pada karakteristik objek

f ounyiterdefraksi rltlLtL-II I I bunvi

f I I terdlfraksi| | lr,llr'./"

l-)'

bunyidatang

bunviOatang\

bunyi terpantulbunyi terpantul

Gambar 4.4. Perambatan gelombang bunyi yang mengenai bidang batas dengan celah akan mengatami defraksi. Ketika celahamat kecil, seolah akan terjadi duplikasi sumber.

Dalam beberapa segi, gelombang bunyi memiliki sifat yang hampir sama dengan gelombangcahaya, yaitu memantul dengan posisi sudut datang sama dengan sudut pantul bila mengenai objekyang licin sempurna dan memiliki luasan yang melebihi dimensi gelombang bunyi yang datang,memantul ke arah tidak beraturan bila mengenai objek dengan permukaan tidak teratur, serta terserapdan diteruskan atau ditransmisikan saat mengenai objek yang terbuat dari material tertentu. Ketikamengenai objek yang memiliki retak atau celah, gelombang cahaya maupun bunyi akan berusahamenerobosnya. Perbedaannya: pada cahaya, masuknya sinar melalui celah, lubang, atau retak yangamat kecil akan sangat mengurangi kekuatannya atau menjadi amat lemah. Namun pada bunyi,keberadaan celah, lubang, atau retak kecil pada objek penghalang justru dapat menyebabkan terjadinyaduplikasi sumber. Hal ini akan mengakibatkan bunyi yang menerobos melalui celah memiliki kekuatanyang cukup untuk bisa terdengar cukup jelas dari balik dinding retak tersebut (Gambar 4.4).

Peristiwa lain yang sangat mungkin terjadi ketika gelombang bunyi mengenai objek adatahkemungkinan terjadinya resonansi. Resonansi terjadi akibat adanya kesamaan (sama persis ataumendekati sama) frekuensi antara sumber bunyi dengan objek, sumber bunyi memiliki kekuatan yanghebat (menghasilkan getaran yang hebat), jarak antara sumber bunyi dengan objek terlalu dekat,objek terlalu tipis/ringan, atau karena objek tidak dipasang secara perrnanen. Selain munculnyaresonansi, ketika objek yang menghalangi memiliki dimensi yang tidak terlalu besar, gelombangbunyi bisa berbelok menuju ke belakang objek.

Page 56: Akustika Bangunan.pdf

uB{rBSEdrp eues '.(erseuopq tp tpefta efuler.{ Hedes) r33ur1 3ue,( ueqgquole>I etuutruel 'ucenc depeq:e1e,{uuuuuqq->1upDo>l I{BIEpB IUI Iurreleru uerluruele) 'uemsed rp qeloredrp ledup lnqeuel uelu.re.(sJedenrrles Iqnuerueur 8ue,( ptooqlps predes ueqeq 'e,(uurnrun eped ueun8uuq IulrelEru u8req epeduept33uq qlqel 8uu,( u8req ue8uep 'ueplrurep unrueN 's€Je{ uuquq rrep lenqJot efuumun pr8p uep lereq'pqe1 3uu,( IelJelulu qBqes 'uB{nuelrp qepnu lepq Sueureur rur uelere,(sred unures rqnueueur 3ue.(

Iuuolel tr 'sIlsBIe sn8qules umueu pr8u '1eq4 6leJeq Iurretuur Ir€p tunqJq u,(uurmun ;ele8req qppnu

ryp4 3uu,( IBIJeleu undepy:ele8req qupnur 1ep4 8uu.( IerJeluu rrup uuun8ueq uetuele uuuunSSuedue8uep rselurp ledep e,(udrsuud upud tele8req 1nry Suuf ueun8uuq ueruelo EueJB{ ueun8ueq rueppe>l l€qru€JoIu uep ueun8uuq ueurele ue8uep uet€{epJeq nulu uped rpelr4 3uu.( r,(unq Suequoleg

auroqarruaruJs: Brucas luqruuratr i tue,( uuEulslqex lsulu8uatr J':d:;"'***-'lecuc uduel eurndues uue>1mu"red pllrtuaru uup 'leraq 'pqe1 3uu,{

Suupq8uad lelqo uure>prued pepr qullu8ues eletu 'Suuluq8ued >1efqo upud epe 3ue.{ 1elar nBtB 'q€ler'3ueqn1 snquouou ndureru ilunq Sueqruole8 u.lo.qeq ue{rurnrp qu1e1 8ue,( euerure8eqas uuq'qruq uu8uep e,tusu3ru uz{n{Bletu ndrueur uulu 'dn>pc 8uu,( lereq wp uepqela{ plllrtueru unureu'ufuueulnrured urcrl Wpp '>leunl dnlnc 3uu,( Iulreluru IrEp tunqrq 8ue,( Suupq8ued 4elqg 'Suupq8ued>llleq e{ r,{unq uelsrueuau ue>le uSSurqes rule8req 1n4 ru1snl Ieq nlenses EUeJB>l tnqesret IurJeletuE{rte{ 'lrsuqJeq {BpF gelSuues rur Bnpe>l 3ue.( epo1etr1 'tuqtueJeru 3ue.( r,(unq Suequrole8 dure,(ueundrueu Suef leueleru rrep 1e[qo re{Bueru quppu u,(u1n1ueq ueun{3untue) 'Suepq8ued {lleq o{ureles urel qeJe e{ nele Jequns r{eJE e{ r,(unq Suequrole8 geqruel uulnluerued udnraq tedup 8uuleq-3uad e[.re1 BJBJ 'lnqesJel uuluqruered r8uepq8ueur ndrueur 3uu,( lelqo Suesuureru ue8uap rseleqrp

ledep e,(uuuluqurered 'eJupn Iunrpou rnleleru leqruuJeru rfunq luug 'r,(unq Sueqruole8 uelequuredGueleq8ueu nBtB Isuluqrueru qeppe unldurelrp >1n1un unlSunur Surlud 8uu.( 1zq 'n1r BuarDI qelo'uuluq8unureu nleles {Bprl B,(uunrun 'uotlta|otd na ueeun?Sued ue>lqrle,r.eur ue8uep ue8ursrqelueqJo{ t8unpuqeu uJBc ulnd uer{rueq 'uu>lderelrp r{Epnru lepq le8uus qnSSuns 1ul IBrl 'JIl>IeJe

3u11ud 3uu,( uruc qulupu uu8ursrqe>1 Jequns us>leperuaru uulel uu8uep uu8ursrqel lsele8ueur r1se141

auroq,4v Brures luqruBratr{ tuuf uBEuIEqex IsBtutue\N ,i,v

'lururs{€tu 8uu,( yseqUu>Il{Bnqtuetu ledep Suupq8ued re8eqes lelqo rs8un; ru8u uu4pnsluurp rur IBH 'uouurured uJeces

Suusedp uep lurec eduelnedu1ureq 'pqa 'reseq dn4nc 8uu( qqrdrp sruuq Suepq8ued re8eqes 1e[qr:uereleured 'r,{unq ueleqruered r8uepq8ueu ruepp B.taquq ruequdrp ledup 'se1e rp uBrBJn rJB([

Aunq dueqwoleb 6ue[ued uebuep 6ue1et16ued suauttp uebwpueqtedeped 6un7uefueq Tebues ue4e uebueleq euoz ueepueqox 'seleq dueprq suewtp uebuep enses eiuteseq buel se1eq 1ueprq ry1eqrp uebueleq euoz 1nJueqwaw Tedep uewybunwe4 pros sereq bueprq rcueduew 6uel ilunq bueqwolei ueleqwered'9', requeg

| ,n,,"0,",i I-'Aunai'l,liii i-'llx:-]

+

Ln,,,0,.,

,(,"'

=l*',,",-l '|^un'

tlunqrs)erlao

r,{unq rs1e.qe6

ue6ue,{eq euoT 6ue1eq6ua4

ueunbueg eped uebustqey y qeg

ue6ueAeqeuoz

6V eluuebuelnddueuad sesv uep

Page 57: Akustika Bangunan.pdf

(a) (b)

Gambar 7.14. pemakaian plafon bertrap akan memberikan kemungkinan pantulan suara yang secara teratur mengarah pada

penonton (b), sedangkan plafon datar kurang dapat mengarahkan pantulan suara yang teratur (a). Dinding belakang panggung

sebaiknya dibuat menyerap suara agar tidak memantulkan kembali suara ke arah depan'

Gambar 7.1S. Untuk dapat menampung lebih banyak penonton dapat ditambahkan lantai balkon,

dengan tetap memperhatikan kenyamanan visual, yakni tinggi maksimum balkon hanya boleh pada

ketinggian 30" dari lantai panggung, agar penonton tidak perlu menundukkan kepala.

pada auditorium yang banyak menyajikan acara tanpa bantuan peralatan listrik atau auditorium

dengan kapasitas penonton kecil, dinding area penonton seyogyanyajuga dirancang untuk memantulkan

suara dari penyaji kepada penonton. Namun demikian, agar pemantulan yang dikehendaki berada

pada batas-batas bunyi dengung, tidak semua bagian dinding dirancang untuk memantulkan bunyi'

Adapun bagian yang umumnya tidak memantulkan bunyi adalah dinding yang berada di dekat area

penonton bagian belakang dan dinding bagian belakang penonton'pemantulan yang terjadi oleh dinding seyogyanya dapat disebarkan secara merata sehingga ada

kemungkinan desain dinding tidak lurus atau melengkung dengan permukaan rata, tetapi dibuat

bergerlgi. posisi gerigi ini dapat diatur sedemikian rupa agar pemantulan yang tersebar menempuh

.;a.ak yang sama sehingga kualitas bunyi yang diterima penonton juga sama' Bagian depan gerigi'

yung *"ngt udap ke arah sumber, sebaiknya diselesaikan untuk menyerap bunyi agar tidak memantul-

lun Urnyl t "mbali

ke arah panggung sehingga tidak menghasilkan bunyi bias. Perlu diatur agar tidak

terjadi pemantulan dengan selisih jarak tempuh lebih dari 20,7 m'

Saiah satu bagian lain dari dinding yang rawan kebisingan adalah pintu. Oleh karena itu, idealnya

pintu dirancang sedemikian rupa agar kebisingan yang merambat dapat diperkecil. Misalnya dengan

merancang pintu rangkap yang memiliki ruang antara di dalamnya. Ruang antara ini tidak perlu

dibuat terlalu luas, agar tidak menjadi tempat berkumpul orang, sehingga justru menjadi sumber

kebisingan. Ruang antara yang cukup, dengan lebar sekitar 80 cm s.d. 1,5 m pada sebuah auditorium,

akan menahan kebisingan dari luar ketika pintu luar dibuka, dan menahan kebisingan dari dalam

ketika pintu dalam dibuka.

7.2.9. Lantai Ralkon

Kehadiran lantai balkon atau lantai yang berada di atas lantai pertama

auditorium dengan kapasitas penonton cukup besar, ketika penempatan

atau terlalu ke samping dari panggung tidak lagi memungkinkan. Lantai

seringkali diperlukan pada

penonton yang terlalu jauh

balkon harus didesain dari

Page 58: Akustika Bangunan.pdf

sbuleC ewee \oO

'u*lLltsreqp qepnw uep 5uedetLltqal uebuenr Jenqwew ueleunbp \epll olll$t sqewoJo ereces Jedtlp eslq 6uei B.tny 'ue\Uubts

\epy pnqtp ledep uoJuouod eerc eped rctuel uefi5une>l ueepeqted '>leAueq np1al )tepq 6uel mn4t1e1wn[ uebueg 'u]apow ueeleued ue4eunbbuew qceeds sel!^lpte >ln1un wnuoltpnv .Ll.L )eqweC

'Uepult1p ut46unw pdepas Ht> O ')tqsute selpn>! uebueqwryed selv'Ht > 6 rcdecuewpdep do4sotq 4nJun uep 'HZ > O ercdo '11 ; 0 )asuo! ),!nJun 'uruolryne wepp tp sel!^!l\e

uebuop uolensostp \Usn>le selueul ue>lnluouaw uetle uoileg ueweppey'gL'Z requleg

:-C

Page 59: Akustika Bangunan.pdf

Dok. Mediastika

Gambar 7.18. Auditorium dengan penataanpanggung model terbuka (sebagian meniorokke arah penonton) dengan penonton kelasfestival (berdiri) mengelilingi panggung yangmenjorok.

Gambar 7.19. Auditorium dengan iembatanpenghubung yang mampu menampung ribuanpenonton saat konser kelompok vokal The

Backstreet Boys. Panggung yang digunakanadalah gabungan proscenium dan arena, yangdimodifikasi secara modern. Sebuah iembatangantung yang diturunkan dari atas dipergunakanuntuk menghubungkan panggung proscenium

dengan panggung arena di tengah-tengahpenonton.

konstruksi dengan kekuatan yang cukup, tidak hanya untuk menahan beban mati (beban struktur dan

perabot) dan beban hidup (manusia) namun juga beban hidup yang sangat aktif, misalnya ketika

penonton yang menempati lantai balkon ikut bergoyang atau melompat-lompat sesuai materi yang

disajikan di panggung. Konstruksi balkon yang kuat akan meminimalkan kemungkinan lantai balkon

runtuh.Lantai balkon sebaiknya didesain bertrap agar penonton yang duduk paling belakang pada lantai

balkon memperoleh sudut pandang yang baik ke arah panggung. Idealnya, penonton yang duduk di

balkon memperoleh sudut pandang maksimal 30o ke arah panggung (ke arah bawah)' Besar sudut

30. adalah batas sudut pandang yang nyaman. Mengikuti persyaratan ini maka balkon dapat dibuat

lebih dari satu tingkat, asalkan sudut pandang penonton pada balkon tidak lebih dari 30o. Demikian

pula untuk memenuhi persyaratan ini jumlah baris penonton pada balkon biasanya dibuat maksimal

l2 baris.Agar tidak mengurangi kenyamanan dan kualitas penonton lantai satu yang duduk di bawah

balkon, maka untuk aktivitas dalam auditorium yang berbeda, dibutuhkan juga kedalaman balkon

yang berbeda (Gambar 7.16). Selain karena faktor kedalaman balkon, kenyamanan dan kualitas

utuitlt penonton di bawah balkon tercapai ketika plafonnya dirancang miring-membuka ke arah

depan. Hal ini dimaksudkan agar plafon dapat memantulkan suara ke arah penonton di bawah balkon

pada model sajian tanpa bantuan peralatan listrik. Plafon semacam ini juga metnbuat penonton di

bawah balkon memiliki sudut pandang yang baik ke arah panggung'

Page 60: Akustika Bangunan.pdf

iludure fesJad {ruueqroq uoluouad 8uuru rctrml Dtrlrueu {Eplt B.{uleepr unlrotrpnu qunqas eduBuel/\tr

;.r{ruqredrp snreq 8ue,{

qelede roqeg eleru 'ueqeqrued nuep8ueru leprl unuollpne (l33ul1 uup sunl) rsueu-rrp upg 'qreqradrp

rur uBBpBe{ e,(u1u,{e1es 'u,{urs8uq uuuurre8eqes leepr n>pq rqnuorueru {upp tnqosrol Sun8uepnl{?./r{ B/$q?q uE{nruelelry uBrpnure{ EIrq 'unuolrpnB qPnq.rs SunSuep nl{E^\ uP{nlueusru Luuluo

lrunrJolrpne nluns ruBIBp {!tsn1s tgcec w{lnqurueu uu{E (oqca) e,punuet u€lntueued edu8uel4

itunuolrpnu qunqos {psn{E selrleruI eurBln nlueued rpuluau 8uu,( qeledu ueepilex

,,

.E

"Z

.I

:l::1: "rrl;;ihffi

uurIIlBT [uos

t0t wnuoypnv I qea

Page 61: Akustika Bangunan.pdf

Bab ISTUDIO

Studio dapat diartikan sebagai ruang bengkel atau tempat seseorang beraktivitas untuk menghasilkan

karya. Adapun studio yang hendak dibahas lebih mendalam pada bab ini adalah studio yang menampung

aktivitas yang berkaitan dengan bunyi (audio), seperti studio musik (tempat berlatih ataupun rekaman bagi

groupband), studio siaran televisi dan radio, laboratorium bahasa, dan ruang-ruang sejenis lainnya.

9:r: Ak "tika

Luar Ruangan

Pengendalian kebisingan adalah kunci utama keberhasilan sebuah ruang studio. Pengendalian iniditinjau dari dua hal, yaitu (1) menahan masuknya kebisingan dari luar dan (2) menahan keluarnyakebisingan dari dalam, terutama pada studio-studio yang menghasilkan kebisingan tinggi seperti

studio untuk musik. Pengendalian agar kebisingan dari luar tidak masuk ke dalam ruang studiosangat penting untuk menjaga konsentrasi pelaku aktivitas dan agar kelangsungan aktivitas berjalanbaik. Sebagai contoh, saat terjadi perekaman musik, sangat diharapkan kebisingan dari luar tidak ikutterekam ke dalam studio.

Sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya, penyelesaian akustik di luar bangunan studio

dapat dilakukan dengan:

. Usaha-usaha untuk menjauhkan bangunan studio dari sumber kebisingan (pada bangunan yang

memiliki lahan cukup luas). Studio dapat didesain berada pada lahan bagian belakang. Sisa

lahan di bagian depan dapat dengan sengaja dimanfaatkan untuk area parkir.

Gambar 8.1. Contoh denah studio yangmemakai sistem ruang di dalam ruang

Gambar 8.2. Contoh tampak depan studio yang memakaisistem ruang di dalam ruang. Jika diperlukan, ventilasi dapatdiletakkan pada bagian dinding atas yang ditinggikan.

Page 62: Akustika Bangunan.pdf

B,(uiesrru 'ueun8uuq runi rrep IBSereq tudep J€nl IJEp ue8ulsrqo) 'renl I{uJu a>l us8ueru LuBIEp

rrup uurule8 uu{leururueru e.{u1i1eqas uep olpnls uIBIup a{ renl Ircp uu8utstqel uup uu.reta8

u,(ulnseur r8uurn8ueur ttulu 3ue,( (.too1/-pasru"t) epue8 reluel ruelsrs tte8uep uBSapIp nFed'otpntsSuenr snsnq; 'orpnls uBIEp o>l uu8ursrqal e,(ulnseu ueurlSunuel r8uurn8ueu 3uu,( qrlrdrp

e(uu(8o.(as Suuqni uuqeq uep ueludruaua4 'u.(equr uu-Tlllsurueut Inlun uBlluuJuurutp ludep uep

sntndtel lrrtsrl uerrle 1BES E1nqrp tedep 8uu,( 8urqn1-3uuqn1 e,(uupe uele edurunlaqes ISedISIluEIp

e.(uel>1 nlred uluru 'ulpuas {IJlsIl Jeqluns I{IIIuIauJ {epu lnqesJat olpnls ellq'uuDlltuep unueN'uelpnq rsulrlua.\ tuelsrs uu{?un83ueur uuSuep (dntnuet) ;tseut 3uucue.rrp e^uesurq olPnls 8utn.r

apu 'r33un te8uus uuSueuele>1 1e13ur1 uu{u ueqnlnqe{ eueJu) 'r88utt tselnsur 1u13uq Dlrllrueul

3ue,( uuqeq uup ueun8uuq Is{nJlsuo{ qrpd ulpl nged 'orpnls Suenr >lnlun snsnq{ 'e,{ulnlueieS

'snsnql uJeres ureseprp nlred IuI ueluele uuDlliuep uuSuag 'u33uute1

Surpurp ueiuap uBseteqJeq 8uu,( undneru uulul e1 depeq8ueur 3ue,( >peq 'ueun8uuq Ieryue^ueuela L{rlepe Suepq8uad m8eqas rs8un;req 3uns8uel eruces 3ue,{ uuunSuuq ueuiole 'eue.Iu{

q?lo ur\ur13unrurp lupu rp4Surras SuupqSued ueludrueuad uep nluauel ur-un8rJeq tnoiDlurntruod 'e33uetat Surpurp uu8uep 3uns3uu1 ueser?qraq uep seleqret ueqel upud IrlpJoq 8ue,( orpnls

ueun;lueq lniug 'ue1ui ueulnuuad epeduup gepuoJ qrqel 3uu,( uui33ur1e1 eped orpttls ue8uunr

urlrrj,.uauau ue8uap u,(ui1esur,(ueru etrl 'r33ur1 nedruelrel >1upn un8ueqrp 3uu,( Suepq8ued re8y'u:ri:unlaso{ u.rcces uuun8uuq pBSp,; n33ue33ueu WP11 8ue,( pnln,u, urepp .tauil)q nele Sueleq8uod

l;:.:-urqrp qup,(ue(3ofes 't88uti uel{Ituapas qelel ueqel uudap rp uelel rrup ue8ursrqel ellg

(1unbueptaq fiunq ue4lseq6uew 6uel eete) eerc euoLp pdeptq eare peep npns eped'rut edeenpa\ uesepqrad eped ues14e1a1rp elueserq ouetd 'eate peep uep a41 pe[uaw $eqtq'de\bual

6uel 4tsnw p1e uebuep tl$nw uewe>ld sesotd 5undweuaw \nJun orpnp 6ueny'r'8 JequeC

t,'i --

'(c) uebuent wegp lp pehel 6uel $unq dercluew sn64e4es

ueteleb ueyeqweLad uulpwiutwow ndwew pon-sse16 sup elue66uot uep pqq pdte>1 pdeyp 6uel epaqtequeqeq uep epueb e1ue1 '@) tlunq rcseq ue$eqes detaluaw ndwew e1nl unweu 'ueteleb ue1lequeJaw ndwew

L.lgew pqol pdte4 tstdelrp 6ueA p66un1 pluet '@) 6uent tuelep a4 ueqwey dunq lesaq uebeqas uolfilueaawebn[ uen]a6 uexleqaerow qepnw qlqq uglas 'utcq ueqeq uep Jenqtal 6uel p66uru leluq ueadel'g'g JPquIee

,. (")

*'**w

;\

(c)

g0l. otpnts I qeg

(q)

i

Page 63: Akustika Bangunan.pdf

106 Akustika Bangunan

potongan ruang tampak plafon dari bawah

til [il

ooeoeeeooooeeoeoeooooeeeoooeoeoeeeoo

makinbaik

Gambar 8.5. Beberapa model pemasangan plafon yang dapat dipilih untuk studio

darijalan, atau bisajuga dari dalam bangunan sendiri, tetapi dari ruang lain selain ruang studio.

Sistem struktur yang diskontinu dan berelemen ganda (dinding dan lantai ganda serta plafongantung) akan meningkatkan nilai insulasi ruang, sehingga kebisingan di dalam studio dapat

dijaga serendah mungkin.

8.2. Akustika Dalam Ruangan

Ruang studio adalah inti dari sebuah bangunan studio. Namun demikian, untuk memperlancar aktivitasdalam studio, bangunan ini biasanya didukung beberapa ruang lain, yaitu:

1. Ruang utama, yang meliputi ruang studio dan ruang operator2. Ruang pendukung, yang meliputi ruang administrasi, dapur kering (pantry), kamar mandi, dan

lain-lain.3. Ruang servis, yang meliputi ruang generator set, ruang alat/gudang, dan lain-lain.

L

Page 64: Akustika Bangunan.pdf

ISIdeIp efue,(8o,(os opnls IeluBI'n1eur 'de13ue1 8ue,( {rsnu orpqs rlBnJe{ r,(unq uullnlueruau Wpu8uu{ 3uuru rc8uqes Suecuertp otpnls Suunr tunrun ?Jeces E,uq?q ue>lr?Jnrp qe1e1 e,(urunlsqag

'porn-ssn13 uuqeq rJBp lpnqJ4 uuresed Ip IBn[p {e,(ueq ?uu,( 1qsn4u tntulles'{}lsm1s lnruqos ue>Helallp ledep ur urelue e88uoJ ruelep rq 'Iuwrs{Bru qrqel uerele8 uuureperedeSSurqes '(urepn rsuaq 8uu,( e,(uenpe>1 sJelue rp Suenr epu) urc1 8ue,( ue8uep ntBS Iodtueuour {uppunsnslp u8nl lnqesral rBluel Enpe{ uB>leteled 'e,(uuru1 roDled '1eqe1 s1e1dr11nur uedud nelu n.(e1 uudeduuSuep dn1n11p uep 'n,(e1 nele ISeq e13uer IJep unsnsrp Enpo{ reluul uurpnure{ Toc uolaq lurJeletuIrBp tlllldlp Etuutn IE1UBI 'qoiuor ru8eqag 'ue>lsruolrp qepntu lepq uerele8 ru8e upeqteq 8uu,( luualuuruBp lBnqJel u,(qeapr tul upue8 rBlupl uelsrs 'Qoo1if-pasrut) epue8 IBIuBI Iepou uu8uep Suucuurrpe,(ulreqes oprus plusl 'olpms ruulep rJBp uup renl uep uerule8 e,(urun1o1 uep >Inwtu t8uurnSueu 1ryun

roluredo uup oIpES tuun11 IBIIIBT {psru1y uBruselefued .t.g

'r.{unq du"la,(uau 8uu,{ Suum lnpns qelepe DilnpDap uep r,{unq unlpluerueur 8ue.,( Sueu tnpns qBIEpB DatD a^17'(g'g requrug) urul 8uu,( lnpns upudoarD pDap uup lnpns nlens uped DarD avl rJup rJrpJol 8uu,( resaq otprus qenqos uresap etrl qepedup'e.{uuuerel qelo 'uruBS-EruBSJeq eJuJes uerue{eJ n€}B u?qrtel leus uped {teq lrsnr.u urerued urederBtue Ip 4uq 8ue,( Ise>llunuo>l u,(urpulrq r8uern8ueu rur tuucurues uurusele.(ued 'unru€N 'qesrfue1

3ueru ruelep ualerpesrp ledep rur uedero,(ued uep uelnluurued uuqnlnqal ueupeqJed'Suepue8'sseq'turup :qelepe rfunq dura,(uaur 8ue,( ue8uenr epud up{urururp s{pa{ {pq qlqal r,(unq uullrseqEueuuele 3uu,( {rsnu }ep uulSuupeg '(ure1-uru1 uep')ouuel) 'uoqruor] 'tedruorl : rgedes) dnrl 4snur 1upuep (ulel-urel uup 'ollec 'u1orq 'edruq 'relr8 :r1redas) rumupreq {rsnu lelu sruef qeppu u.(upsrur dnlncuulnluuued uu8uap ue8ueru eped uapreurrp e,(upapr Suef 4sntu 1u1u undupy 'uulurcurrp 8ue,(

{rsnu lelu epud lqep uep e>lnueurp uu>lueqtuetu {nlun qrqel umueu 'r,(unq uelreqe,(uaur {n1un uu{nq'r,{unq uullnlueurau 8ue,( ue8ueru ue6eq ue>lqnlnqrp ulnd tudep 'rur ruuJe(ues olprus epud 'ulBI-urel uep '(rut13) 1r1ed '(ouetd) uu4a1 '(tedruorl u,(qusrur) dn4 qrsnur lule uuureruJed uup Lrrpral 3uu,('dz13ue1 llsnur lodtuola wruu{oJ uup uuqrlel uenpede4 {ntun resoq dnlnc uurnlnreq orpnls qenqasredrunftp elnd ludup 'uer4rurep unuuN 'surq ilunq uullnquruaru qalSuFes uup ualqntnqlp 8ue,(

relSurt runses IoJlso{p ledep 4epp nrlsnl 3ueru >lnluequred ueurele uulnlued qolo ue>llrseqrp 8ue,(Sun8uap ulung'(taxnulloJluo>l eleru tnplaur) ue4eun8rp 3uu.{ 4ruorplele uetepred uunluuq ue8uape,(uuu4qequruueu ledup elp['u€I1rs€qrp 8ue,( lnpord usqupule{ quqtueueru {nlun Sun8uep @{qntnqrpe,{usrDles ellg 'r,,(unq dera,(ueru {nlun uruseplp snruq n-usnl ue8uunJ 'up{lrsuqrp 3ue.( >1npo.rd sulrlun>Ie8eluaru {nlun 'w>lnl;adrp Suuruf r,(unq lun4redrueur qnlun uulnlueured uSSurqes 'se1eqre1 dnlnce,(uqe1unl8ue,( rrrpues u,(un1u1ed nule r[u,(ued qEIEpB uoluoued nBlE luru>lrued 'orpnls 3ueru epe4

'esuqeq rrrnuoleJoqul undneur pueqrrcure>leJ uup ueqqel orp$s '.orpBJ/rsnel4 usJErs orprus e,{qeq pedes '{Ftsr1 uelulured uEn}uBq UE)I

-qnlnqueu nples e,(uurnr.un orprus urelBp rp s€lr^R)le 'e{uT1eqes untueu 'uur[e,(ued nluns eped ryIsr1uelepred uen1ueq ue4eunSSueu lupp uq8unu tu8uus runrJolrpnu rpnqos 'uulnlredrp {Bprl [e{asutuBs uBlnluBured orpnls Suenr upud eleu 'r,(unq selrrcn{ uuTelSurueu {ruun uulnluerued udereqaqu€{qnlnqrp unuolrpnu epud epg 'BpeqJeq dn4nc runuollpn€ uep orpnls Suenr >lllsn1s desuo;1

('7'g reqrueg) dele uur8eq upud nule ue433ur1rp ele8ues 8ue,( orpnls Surpurpselu uur8eq uped ue44elolrp rur€p u,(eqec uep lEJruEp rs€lrlue^ 8ueqn1 nleur 'ueldeJotrp rur pqelrg 'e,(uurq 8ueru urepp rp BpBJeq 3uu,{ Suenr rpulueu u113unu lu8ws orpnts rur ruB3?ures rsrpuo{up?d 'orpnls tuel?p e{ uupl uup uu8ursrqel e,(ulnsuu uur{pueru 8uu.( ereluu 3uuru tpulueru ledepsn8qules uSSurqes 'orpnts urul€p ry sulr^rl>lu n33ue33uau u,(uurrlas 8ue,( uu8ursrqol Jeqruns ue8ueprrelalepJaq uu>pplelrp ludep luuuec uJuces IrlsDIe uumsela,(ued rrc{qnlnqueu {Bplt SuBF Suem-3uun6'r,(unq dupel Surpurp ue8uep ruawasDq IBtuBI lenqureur ledup €lf{ 'ualuplSunturp >lzpr} rur uequsrurad'8uenr ueseluqJelo{ leqpl€ upg '(orpnls lnpur ueun8ueq rJup qesrfual Suucuurrp uq8unu ledupes8ue,( les JoIEJ€ueB 8uuru qencel) e,(utunun uped urel uu8uuru suuurrc8eqes Suecuerrp ledup e,(uuru1

3ueru-8uunr ualSuepeg 'Jol€Jado Suunr uup orpnls SupnJ qslepu teruJoo 3uu,( lnsn{B uulesale,(uadplEup up{qnlnquelu 3uu,( Suum 'olpnls uuun8uuq uped epe 3uu,( Suenr 1odruo1e1 u8r1e4 ueq

loL qpns I qeg

Page 65: Akustika Bangunan.pdf

108 Akustika Bangunan

dengan karpet tebal. Selain untuk meredam getaran. karpet tebal juga sangat efektif meredam bunyidi atas lantai yang tidak dikehendaki, seperti langkah kaki. Pada studio untuk permainan alat musiklengkap, lantai pada sudut ruang yang memantulkan bunyi sebaiknya terbuat dari papan kayu halus.

8r+. PenVelesaian Akustik Plafon Ruang Studio dan Operator

Untuk mengurangi getaran, konstruksi plafon ruang studio idealnya tidak dipasang menempel pada

rangka atap, namun dipasang menggantung. Rangka plafon dapat dibangun memakai bahan yang

urnum dipergunakan seperti baja, alumunium, atau kayu. Selanjutnya rangka ini ditutup papan kayuatau multipleks, dan dilapisi acoustic rile. Selain dilapisi acoustic tile yang secara umum hanya baikuntuk menyerap bunyi berfiekuensi tinggi, untuk menyerap bunyi berfrekuensi rendah dapat puladipasang papan penyerap dengan posisi sejajar dinding (tegak lurus plafon). Papan penyerap ini bisajadi berupa panel-panel mendatar atau berbentuk bola-bola bersegi banyak seperti lampion (Gambar

8.s).Selain bahan-bahan yang telah disebutkan di atas, untuk pelapis plafonjuga dapat dipakai bahan

sederhana yang terbuat dari karton olahan yang banyak dipergunakan sebagai tempat telur atau

tempat buah (Gambar 8.6). Bahan semacam ini mernang tidak memberikan hasil penyerapan bunyiyang maksimal, namun pada kondisi terbatas. bahan ini masih dapat dipergunakan sebagai pelapisyang mampu meminimalkan pantulan.

Khusus untuk plafon ruang operator. seandainya tidak secara keseluruhan dirancang dari bahanyang menyerap bunyi, maka perlu ditata/dibentuk sedemikian rupa agar tidak memberikan pantulanke arah operator secara langsrrng. Pemantulan sernacam ini dapat menyebabkan penilaian operator

Gambar 8.6. Gambar atas menunjukkan pemakaian panel-panel yang digantung untuk menyerap bunyiberfrekuensi rendah. Gambar kanan adalah pemakaian plafon gantung dalam susunan grid kotak-kotak yangmampu menyerap bunyi berfrekuensl sedang. Gambar kiri adalah tempat telur dari keftas olahan yang juga seringdigunakan untuk bahan penutup plafon dan dinding studio untuk menyerap bunyi berfrekuensi tinggi"

Dok. Gema Ceilings dan Mediastika

t_

Page 66: Akustika Bangunan.pdf

'Surpup uped ue4edurelrp 3uu.{ tadru{ undnule

-..i - ,** r ,'l r-r ,, : :.:rjr! 'r.iunq dere,(ueur 8ue.{ >punl uEI{Eq uu8uep u€{n){Bllp Sulpurp Suttlsruyf

" -r*,r r*i:qi ,- : -= lxTTetolrp ledup u8nl erupn e38uor tuelep e4uu 'efuuu.rele8 uuurupered

r;::rc-:iF-:::i"!l rirrrm-ri-.:;ur {nlull'BJupn ISIJeq uJulue u33uor uu8uep'BpeqJeg 3uu.( ueqeq uup epue8

ir::,::r r:r,";* i-:r::rp orpnls Surpurp u,(qeepl'uerele8 t8uern8uetu Inlun '.IBluuI u,(upq lilede5

olpnls Euun11 tulpulq {!rsn4y uurBseledued '9'8

'uouDtaqtalal nc-le 'alqau 'ssUq

:;-ts.-:-**'-;,- ':r:q e.(u1us[u'uuqnlnqel ueSuep renses tpzfuelu IoJluoI eleru eped llqruurp 8uu.(

:r'r':r-- ":-:-.-rs'1oiuredo Suunr seleq Suuprq qelo uulnlued uu8uep rndruucreq {epp uep n4oads

-r:; i;--; .--::.u e.(uluapr JoleJedo m8uaprp 8ue.( r,(unq sul{un)'J 'rarrlufionuol eferu uep n\oads*rr.,r ";r,:.:-ri :.rrdl uBlel€Jed uenlueq ue8uep orpnls Suenr urBIBp Ip sell^Il{e Iseq r,{unq sBlllen)l

. - J.::-;*: ::.-rqas seSngeq roluradg 'qq€s {Bpn rpelueur uuler Suenr rrup t,(unq s€llpn{ depeqrel

- A )eqweg eped qedes te1epuew uopld ue>l\urpueqp Pop! qlqal lul ueepeey '6ue>1e1aq ue6eq;1 t1erc6uaw pehel 6uel uefiJuewad 'to1ercdo t4eLe ey rlunq uoilnqewow \epn \nlun wesepq

: -=; -to1ep ue\uap nletedo 6uent qeuap uep ue5uolod eped uelryuewed sueb wetbery '8'8 Jequeg

.qryes 6uen4 orpn1s 6uent uep fiunq seypn4 depeq.tel n1ercdo ueteltued ue>lqeqaluew ueye

uo1e1d qelo pehel ewe1ntq buer( ue1ryuewa4 'toletedo 6ueru eped uelryuewed stte6 wefiep'Z'8 Jeqtreg

.te4eads

rolerado-;o.t1uo1 elayl

601 olpnls I qeg

Page 67: Akustika Bangunan.pdf

110 Akustika Bangunan

Gambar 8.9. Beberapa kemungkinan penyelesaiandinding studio: dinding bata atau beton yang dilapisi bahanyang menyerap bunyi sepefti acoustic tile atau karpet (a),

dinding ganda terbuat dari bahan berbeda, yaitu dindingbata atau beton yang dilapisi papan kayu yang dikaitkanpada dinding peftama dan rongganya diisi glass-wool (b),

dinding ganda dari bahan yang sama yaitu bata atau betondengan rongga yang diisi glass-wool (c).

Gambar 8.10. Contoh pelapispada sebuah studio musik

Dck. Topan Giovani

dinding yang cligunakan

1/

t

(c)

J\

+i'rI+a\ITi\A;.+a\I

,t

(a)

(a) (b) (c)

Gambar 8.1 1 . Skema pemakaian jendela ganda pada ruang studio dan penggunaannya. Posisi ganda yang sejajarlebih memudahkan perambatan bunyi (a) dibandingkan posisi ganda yang tidak sejajar (b). Maka, pemasanganmodel (b) lebih dianjurkan. Penggunaan jendela ganda tidak sejajar pada sebuah studio siaran radio (c)

Bagian kritis pada dinding adalah jendela dan pintu. Dimensi ruang studio yang tidak terlalubesar, biasanya memungkinkan studio diselesaikan dengan sistem pengudaraan buatan. Pemasanganpengudaraan buatan pada ruang studio dan ruang operator perlu diatur dengan menggunakarl peralatanyang terpisah antara unit indoor dan unit outdoornya (AC spllr). Unil outdoor yang menghasilkankebisingan cukup keras seyogyanya diletakkan sejauh mungkin dari ruangan (Gambar'8.16). Sementara

unit indoornya tetap diletakkan dalam ruang studio dengan posisi setinggi mungkin atau sejauh

mungkin dari mikrofon, agar angin yang dihembuskan tidak langsung menuju pada mikrotbn.Namun demikian, sebagai akibat dari besarnya kemungkinan putusnya aliran listrik sewaktu-

waktu, maka peletakan lubang ventilasi ada kalanya diperlukan. ldealnya, lubang ini diletakkan pada

plafon menerus ke atap, agar perambatan kebisingan dapat diminimalkan. Sedangkan untukpencahayaan alami, sekiranya diperlukan, dapat diperoleh dari jendela dengan model kaca ganda.

Selain untuk keperluan pencahayaan, sebuah ruang studio umurnnya juga memiliki jendcla kaca mati

Dok. Brian Patria

Page 68: Akustika Bangunan.pdf

elrtsPrpoyl )ioo

fi]eJado tpefuaw snbqelles Jeilued e4na>i

'ueEB oQnJS 6Uent welep p euesens '9 f '8 lequie9

apnls qenqos eped epueb rywd uere4ewad qo1uo3'rL'8 requesEr4ed ueug ')oc

etelue 6uen.t qeplnluaqtol e66wqes nle.tedo buent

-;ebuap ue>tnles/p o/pnls 6uenL epueb nluld't,l'g JPqureC

'pwlulw p6ues fiunq ueleqwetad e66uu.1os enpa4 rtyurci ofiqwewwnpqes rynqep Llqopol eweyad rywd dn1nuaw Tedep rcbe rywd enp erelue p epelaq \nryn 6ueto rbeq 6uent epe 'e4nqtp

eweyad ryud qela1es ebbwqas 'esnuew qnqnl ueJvlnes t.1e1epe n7u1d enp eJelue p eldptaq buel ercque 6uent elue[5olog'pqey 6uel p66un1 nqud uep pery qlqq epueb nywd ue@lewod 'Q) rcfe[es ulnq que ue5uap epue5 nyutd uep (q) Lelefos 4e747

olnq qere uebuep epueb n1urd nele '(e) u1e1 ueplercd nele OCfiose\ ueuedwfiuad uewle e1eqes tte4tsfrurytp sn6{eYas qe46uues

6uel'pqal nlwd tlenqas uebuep uoilesalostp pdep orprys nJuU 'ol4nls eped epueb nlurd uereyeutad sueuayg 'Zl.'8 Jequtee

(c)

(e)

m'T--'im;n'7rE---

/I

(

Lrl olpnls B qeg

Page 69: Akustika Bangunan.pdf

112 Akustika Bangunan

Gambar 8.'16. Pemilihan pemakaian saluran pengudaraan yang tepat dapat menghindarkan kita darikebisingan. Kemungkinan kebisingan yang muncul dapat diatasi melalui pemisahan saluran pengudaraanbuatan. Saluran yang menyatu membuat kedua ruangan dilanda kebisingan yang cukup tinggi (a). Saluranyang menyatu namun dijauhkan dari ruangan dapat mengurangi kebisingan yang disalurkan (b). Saluranyang terpisah akan sangat meminimalkan perambatan kebisingan yang terjadi di antara kedua ruangan (c)

Page 70: Akustika Bangunan.pdf

'epuu8 uaruela epolsru-!-.: 1'iIlu.'l{slp rnUruls ePoleru ue8uep uB{Ieseleslp u8nl e,(quapr lnqesral Sur,rnr rnllnrlsTueun8ueqi:.:\u: rleu 'ue3ursrqa>[ reqruns ueSuep ue]e>lepreq lnqesrel 3uuru eyq ,1!'n

l1seq uuwquso{ eSelueruln:un 'Sueru rs3un; uep uuqntnqa{ ue8uap renses Buu.{ uequq ue8uep lnqesra} Buenr_Buunr ruelepurr.:-eq rsrdeleur urEIeS '(.trqu ul) turuaqtadar) uulnlugtued rln Buunr uup (taqrutn1c ctoqcauo) uelnluedrduel rln 3uenr :nlrud'enp pelueu uelupoqrp rur urnrroteJoqul Sueng'{psn{e ue3uap ue6unqlqraqiue.i r:areu rln ue1n4e1eu rnrun unirorr?roqul Buuru leduprel e,{uesurq ,{nsn{B uuqepseru.rsdeped selr,rrllE uu{snloJiueur elu8ues 8uu,{ rsnillsur nele 'uerlrleued uep uuTprpuacl rsnlrlsur BpRd

rrrnrrolBroquT {nlun olpn}s Euun11 {Fsn4y .g.*

'(gl'g requreg) uelnlesrp ledep roluredou?p olpnls Suenr upue8 nlurd u>1utu 'etues ;rdrueq ue>lr{nlnqrp 3uu,( ue8ueuelel lu13ur1 Buorexueiursrqe>1 uu{lnqtulueu n:tsnl uuuplSunue>l 8ue,{ Suero uduraqaq eXulndunlreq leclulol rpelueru

rypu re8e '.resaq nuduuirq tenqlp lupn e.(uluepr Brelue Sueng .e,(u1n1gaq nlurd elnqueru u(u-rrq1eulnloqes 'u,(uuelep tp erslueluos p33uu 1n1un Suero r8uq dnlnc Bue,( uuseni luelBp l8nqrp rur uJqueiuenS 'u,(uenpel qe8uat rp B,reluu Suenr uu8uep upue8 nturd edn;eq sn"rcq unrueu ,Jrsgur_tuJeq_Ieqe1

IEFolutu uu8uep uuIIBSelesIp e{uuq dnlno {€pq orpnts nluril eleru 'dntr-q-elnqrp ugepeo>l urglepnluld IISoU Suns8uel;eq snrel ludep orpus ruulep rp setr^rl1e lu8y .dn1n1-e1nqrp

{ntun uulnlredrppserluEues ueur>18unure>1 nlr niurd quqes ue,^Acr 3ur1ed 3ue,( uer8ril qelEpe olpnls 8u€nJ nlutd

'lsurruru e13ue rudtues w{3}rp ludep orpnls Suun: e1 {nsutu 3uef, roleredo3uenr uup ue8ursrqel .ru8e 'epuu8 uoBI Iepou uu8uep tBnqJet u8nl e,(ulreqes rur rse{runuo{JaqInlun ?JE{ elopuel 'olpnls 3uun"r uulep Ip sB}I^Il>lB uu{rlueq8uer-u {ntun nBlB e,(u>Irpqes uep r88url3uern1 otpnls Suenr uped n>1e1ad ue>lirsuqrp 3uu,( erens qulede ue{rserrrroJur8uaur 1n1un (ereni eduel)uelure8 edrueq u.(uuq rrc13uuas Suns8uel.req 3ue,( rsu{runtuo) .roluredo Buenr rp setr^E{B n1u1edts uu8uep orpnls Suun-r rp sulr^rl{l? n1u1ed rs BrBluE rse{nrnuo{req Burles {nlun ueleun8redrp Bue,(

wnuoluaqel Llenqas eped rcqweqc orcLloauV ./ !.9 Jequege)riserpol l )oo

AEYiM

ert olpnts Bqeg

Page 71: Akustika Bangunan.pdf

114 Akustika Bangunan

ffi ,.,,.,i.,P',1"J Latihan

1. Sebutkan dua hal yang menjadi kunci keberhasilan rancangan sebuah studio?

2. Prinsip akustik semacam apa yang dapat diterapkan untuk mengendalikan masalah kebisingan dalam

studio?

3. Mengapa studio umumnya tidak membutuhkan terjadinya pemantulan bunyi dalam ruangan?

4. Bagaimanakah sebaiknya penyelesaian pintu suatu studio?

Page 72: Akustika Bangunan.pdf

'3ue4e1eq .re1e1 uu8utsrqe>l uu{uperueru ru1snl uSSurqes

r33un fiue.( ue8ueuelel uu{lnqurueu uulu qnrnye,(ueru BJeJes t,(unq dere.(ueru 8uu,( IeIrelBLu ue8uep

Suucuurrp fiue,( uu8uun6 'ludrua udereqeq upud r,(unq uuynlued rpefra1 uSSqqes 'L(unq dure.{ueur 3uu,(

puoletu uu8uep qrun1e,(ueu EJuJes uu{reselasp {epn 8ueru lnluequred ueueye epq efuutpues ue8uep

eldlc;q ledep ufinl 3ue1u1eq ru1e1 ueSursrqe;1 'uu8uenJ qrunles e1 ru8uepr4 3ue,( 4sntu Jelnluatu

ue3uep eFulusrru '8uu>1eyeq.re1u1 ue8ursrqe>1 uuleldtcueu {ruun uulderelrp ledep umc udureqeg

Irsrqreq BJuces uu{n>Iulrp nlred 4upu tmerecrqrued rlseru'u^(uuuersequrel u8efueu 1n1un nup 'u,(uquleqes

rp aptqnr n33ue33ueu lupq .re8e uu.ne,(rn1 mlue ueeJectqured nulu uodelel uednlecred dnlnueur

ndureu Suuf Suapleq Jelel uu8ursrqel uu{lnqurueu 1n1un dnlnc unluuu 'roluu IuEIep sBlI^Il>Ie

n33ue33ueu ug)Ie {spp 'tlp 0, rudues lunlurs{elu ntre,( luda 8uu,( uusere>1e>1 tu13u4 upud epereq

3ue,( 3ue1e1eq JeIBI uu8ulsrqe; 'uu>lnpedrp ru1snl 3ue1e1eq JE1€I uu8utsrqel rrele aslou punodtlcoq

uugpeJeqe{ 'aptqn) duu uped uuerecrqured uBBrsBrIBre{ e8efueru >l$un 'n1l BUoJB{ qelo 'olpns er"ces

Iepq unruuu '1ensr,r. eJeces seleqruad rpelueru ndrueu u,(ueq selequred Sulputp 'aptqno Iepour epBd.uogeld e{ >lolueru lupn u,(ur33ur1 8ue,( ueueuuednues uel{eq uep Surpup qolo UDIIIESIdTp uutrufruleleru rulue uep JESeq 8ueru nlus urelup upeJeq uerrru,(re1 u.red eueur tp'aptqn) e.reces SuecueJlp ludEp

e3n[ ro1uu1 Suenr qenqe5 'ure1 Suenr e>l nlBS 8ue,( Suuu IJBp n€18 JBSEIos uup ue8utslqel e,(ulnseur

ug>llerurur1lIeru {ruun uB>lpn$lBtulp Iul IeH 'uule>lepJaq 8ur1es nule uedupeqreq Suqus 1upr1 re8e

rnlurp nped 8ueru rutue nlurd uu>pleled 'qesrd:4 8ue( 3ueru-8uuru ue8uep uerolunpad upe4'uup[ uup ue8urstqel u,(ulnsuur ue{Islulultuoru u€{B Suuf 1lqnd

Buuru qelo dnlnlel 'tuel€p qrqel 8uu,( uer8eq eped ue4rlulellp uenueued 3ueru uup uhel Suem 'nlt

Breluerues 'uuun8ueq uudep rp uepl uu8uep uulolepJaq uuTIelollp >1n1un urX8unu leBuBS uup 4lqnduere epud nlref 'ne>13uuftp qepnur 8uu,( rsrsod uped ue4lelellp 'ulluu>l uep Uotl Iuados 'uu8utslqel

uulpsuq8uaru 8uu,( 8uuru 4oduroley 'tedet 8ue,{ (auoz) ue4rourued eeru uelodurole8ued qeppu Btuuuod

duqel upud qndurelrp ludup 8uu.{ {psDIB uercse1e,(ued 'rotual tu8eqes rs8un;req 8ue,( ueun8ueq r8zg

uBrotuEFed uuun8uug BpBd u{Fsn{v 'I'6

'ueqr;gd rpelueur ledep e6nl r66up dn>1nc tselnsut 1e16u[ ue6uep

tseutquJol-6ulpu1p uereleued e1er.u '0uern1 Llrseu eseJrp rur uEOueeuel eltg 'ue6usqel uelequleJed lseiequsu

ts6unpaq 6ue,( uauele le$eqes 6ueleq6ued ql;tuer.u ledep e1r1 'uelnpedrp e;tq e,iulnlue;eg ueunOueq ten;

rp ue6u1s;qe1 Joqulns uep url6unu qnelas eperaq rebe ue6ueuelel uelqninquJor! 6ue,( 6uenl uelleloloul

sn611e1es 'ue6ursrqey uelllseq0uaLu 6ue,i 6uen: uep ueOueuaiel uelqnlnqulau 6uP,( 6ueru uqqesluau.l

6ueI ueun6ueq fiotlet eped 1e1epe1 e,iuue6uecueJad drsup6 11eq 6ue,{ 1usnle uetese;e,{ued ueOuap

6ueouerlp nped 'sete1 leue 6ueI utel ue6utsrqol.lequns nele efer uele[ tdel tp epe:eq nele plsnpul ue6uep

upl$loptaq )ietopa] ellq 'undrlelas ;e66un qeuru uelqeg elurs6un; ueOuep tensas lepeuloui 6uer( 1[sn1e

uetesolg^uod uelledepuaur e,{ue,{60,{os ue6ulsrqal raqr.uns ue6uep uelelopJoq 6ue,( ueunOueq deues'epeq

-epeqJaq $ile,( rs0unl tltll.,JouJ qsaur 'qeqos '1eda1 lepu qepeOues se,isnooe uloo.r po6ele>1 uelep lnseu 6ue,{

ueun0uBq-ueunDueq eped ue)iqnlnqtp e,{ueq yusnle eJe3os uresep emqeq uellndutr(ueu 6ue,{ ledepua6

mlnrun twNncr{vsffifi*"$i,$l##,iir M#;tffi

6 qug

Page 73: Akustika Bangunan.pdf

116 Akustika Bangunan

Gambar 9.1. Pada bangunan publik, seperti kantor, hotel, dan lain sebagainya, peletakan pintu ruang yangmenghadap koridor perlu mendapat perhatian agar dapat meminimalkan perambatan kebisingan dari satu ruang keruang lain. Peletakan pintu yang saling berdekatan dan berhadapan menyebabkan sebuah pintu siap menerimakebisingan dari tiga pintu lainnya (a). Sedangkan pada peletakan menyilang, jarak tempuh kebisingan semakin jauhdan sebuah pintu hanya menderita kebisingan dari dua pintu lainnya (b).

Gambar 9.2. Layout kantor dalam model cubicle menyebabkan seseorang memiliki keterbatasan visual tetapi tidak mendapatkanpembatasan kebisingan dari cubicle lain di sekelilingnya

(b)(a)

Dok. Mediastika

L

Page 74: Akustika Bangunan.pdf

'@gAL 'ffp welg) 4tsnw edrueq elueserq 'ue46ueue,luaw dn>1nc 6uei astou puno$4ceqyybueqwed ue44e1e1tp e[ebues Tedep e4ew 'uebwstqetl .teqwns-Jeqwns ncunw ptsue1od

p6ues ueduent nlens wepp elAqeq uepesq eluetqes eilg 'ostou punofi\ceq ptrel qeneqlp eperoq srueLl ewueilp 6uel uebwslqe4 'uenbbueb uoilnqwruow \ep4 rc6y.9.6 Jeqrreg

qepuerosrou

punor6yceq

uede)ecred lel6uu

:e6uepued

r-l osrou punor6>1ceq

) ) r ]r)6uequjed

'U qeq leq!il eyetyC esloN Lleppe CN :uebuuatoy'bgAt ffp'u1e7g 'qepue.t ryepe1 eiu-esrcu punofi>1ceq euerc>1 p) elaqnc 6eq

n66ue66uew lebues eseral ny $unq eiu4tleqes 'nbbue66uew rye4et \epn @) elclqnc uep ncunw6uel uebwsrqey e66wqas (rysnw ue4tebuepuaw eiulestw) pbu11 dn>1nc 6uel eaou punotb>1ceq

D1lwow uenefue4 @) elaqnc eped 'epoqraq >l1sule Bpuo\ uebuep aptqnc qenq e6!t.t,6lequpg

t-punor6lceg gg-311

@gAt rytp'we1g) n66ue66uew Tebuesestq Llepqas alclqnc lp uodelq uebuuap'exou punot6>1ceq eiuepe eduel .9.6 requree

(q)

(e)

(e) (q) (c)

t-

((/ t

-\\ rtjr

/ i cNlu rr

\ \ o$"I lmltrl

LIL wnwp ueunbueg 6 qeg

Page 75: Akustika Bangunan.pdf

118 Akustika Bangunan

ffir;+irarq,r ?:?. k"tika pada Bangunan Hotel dan Sejenisnya

pada bangunan hotel dan sejenisnya, ruang-ruang yang menghasilkan kebisingan seperti h.all, bat,

caf6 atau restoran seyogyanya diletakkan pada posisi yang berdekatan dengan sumber ketrisingan di

luar trangunan" Sementara itu, kamar-kamar hunian diletakkan pada letak yang lebih dalanr/jauh.

Namun tlemikian, lokasi pada bagian dalam biasanyaJuga difungsikan untuk peletakan ruang servis,

seperii launclry-, dapuq dan ruang mesin. Oleh karenanya, perlu diusahakan agar meskipun merempati

u..o yurg sama, kebisingan pada ruang servis tidak masuk ke kamar-kamar hunian. Pada hotel yang

dibangun dalam wuiud bangunan berlantai banyeLk, kamar hunian biasanya diletakkan pada lantai

setelah lantai pertama yallg dipakai sebagai ruang servis'

Hotel clengan sistem koridor di tengah-tengah kamar hunian, perlu diatur rancallgannya agar

koridor tidak menjacli sumber kebisingan. Lebar koridor yang sempit dengan dinding kiri-kanan yang

paralel akan memungkinkan terjadinya pemantulan. Oleh karena itu. sebaiknya koridor diselesaikan

d"ngun material yang menlierap atau dirancang tidak paralel satu dengan lainnya. Rancangan ini

dapat berupa dilding yang secara landai condong ke atas atau ke bawah, atau dinding yang secara

landai membentuk ruang koridor yang rneluas atatl menyempit. Cara lain yang dapat ditempuh adalah

meiapisi dincling yang sejajar tersebut dengan material yang bersifat dffis untuk menghilangkan

standing, Ir.il,e.s atatl .flutte r- e c ho e s.

peietlkan pintu-pintu kamar hunian juga perlu diatur agar tidak saling berhadapan sehingga

kebisingan yang ditimbulkan oleh pintu suatu kamar hunian tidak masuk ke kamar hunian lainnya.

9.8. Akustika pada Bangunan Sekolah dan Sejenisnya

perancangan akustik pada bangunan sekolah yang banyak dijumpai di Indonesia sudah cukup baik.

Hal ini dapat dilihat dari fakta bahwa ruang-ruang kelas yang membutuhkan tingkat ketenangan

cukup tinggi umumnya tidak berdekatan langsung dengan sumber kebisingan dari jalan. Area yang

berdekatan dengan jalan umumnya digunakan sebagai lapangan upacara./lapangan olahraga. Namun

demikian, permasalahan kebisingan pada bangunan sekolah seringkali justru datang dari dalam sekolah

sendiri, yaitu ketika umumnya siswa tengah menempuh pelajaran di dalam ruang, sementara ada

kelas lain yang tengah berolah raga atau ada kelas yang kosong pelajaran. Keadaan ini dapat

mengganggu konsentrasi siswa di dalam kelas.

Fenyelesaian akustik yang dapat ditempuh untuk mengatasi masalah ini adalah dengan membuat

perbedaan ketinggian yang cukup signifikan antara ruang kelas dengan area lapangan, misalnya

membuat ruang kelas lebih rendah atau lebih tinggi dari lapangan. Reduksi kebisingan akan lebih

berhasil ketika ruang kelas lebih rendah dari lapangan, sebab perambatan gelombang bunyi kebisingan

akan terputus oleh dinding yang terbentuk dari perbedaan ketinggian tersebut. Pada keadaan ini,

Gambar 9.6. posisi ruang kelas yang lebih rendah dari lapangan atau arena olah raga akan meminimalkan

menerusnya kebisingan ke dalam kelas

Page 76: Akustika Bangunan.pdf

'(q) rcpewew 6uei sryos ue4edntew elutlebuel p utnqrol buent ueeldtcuaduebuep qewru wepp p paud 6uent uebunpu1ad ueslul4bunwaw de1e1 6uel 6ue4e1aq

-uedep euetltapas 1nole1 '@) uebwsrqe4 roqwns depeqbuew 6uns6ue1 4epq ue4ledweypBeilJueA 6ueqn1 uep rywd ue4e1a1ed elnd ueqwep'uebwstqe4 uepqweted uoilewuwaw

1, 1nole1 'uebulqqe4 uep 6unpu1pe1 4erud 6uent srsod ue4urybunwew buei 6uent ueeJeuedD7ryuuaw elueldoles elet uepl Pq p )telepol 6uel p66u11 qewnt ueun1ueg .L.1Jequee

uelef rJep ueDursrqey Joquns

'nll EJuluoruos 'JBqelelllnldurafuetu 8uu,(.topt.to1 reqel >lnluoqruetu n?lu 'qE.4aBq o{ nule sBlu e{ rcpuBISuopuoc tdulet tuleles >lepll tenqlp uudupeqreq 3ue,( Surpurp rsrsod u{uleepr uSSurqes 'saoq)a-railn4[efurpuhq ualquqefueru uu{e IuI Isryuo) '{nuuJo>l rJup reluul dnlnued IerJeluru uu8uep rsrdepp lnlusquunJ JopIJo{ Surpurp rcdrunftp BInd Suues uu{qug 'sBJe>l uBp urcrl IEuetB(u ue8uep ue{rBselesrptdutel 'tedre>l Iuedas r,(unq dure.(ueu SuBf >leunl IerJeteur uu8uep uelruselesrp 1epr1 u,{uuserq]IIBS qeruru Jopuo{ Surpurp uep rBluBI 'uelu,reJod uer{Bpnue{ uep ueqrsJeqe>1 uenln1 {$un

'uu8ursrqel ueluquered ue>lluurrurtueu] ue>lu wlolepJeq nulu uedupuqreq Suqes >lepr] 8uu.,( nturdue1e1e1ed $l 'eueJE>l qelg 'e,(uuru1 uersed JuruE>l nturd uBp roprro{ rJBp IBSBJoq u,(urumun uu8ursrqel'ulpues deur 1ur'rur BoJB epud 'tl{es I{Bruru qungos eped ryuq 3uu,( y1sm1u 1u13uq uellrsuq8ueurue>Ie 'uBAuISIqe>l ue{llseq8ueur 8uu,( uu8uep (deut le.lter Suenr rtredes) uu8uuuele{ ue>lqntnq-ueru 8uB,( Suenr ueqestured uleru 'u.(uuru1 {llqnd ueun8ueq {11sn>le ueresele,(ued uueure8eqe5

u,tuquefas u*p rpl,s rl*..,nu u*unEu*g BpBd *,l11smry';:' "***

'du1e uup uo;e1d rp €pereqnutu r33ur1 qrqal rpefueru u,(utsrsod qeqnlp ue8uedul uelnleproq rsrs uped rselrluo^ 4n1un elepuel ulrqsnlnfuel ue{B ueteqtuere4 'qne[ qrqel ]pppes 3uu,( lerel qndrueueru e,(uuq umueu 'sn]ndret >1epl1 3ue,{riunq Suuqruolo8 ue]€qure;ed qelo w{qsqesp 1ul IBH'ue>p;ru8rs nlulre1 {upp 1ul IBq untueu.rpufte1iue.( uu8ursrqel lSuurn8ueur ludup e8n[ ue8uudey uep r33ur1 qrqel 8ue,( sule>1 Suen-r rsrso4rrcq 8uu,( (tto uo?uonqwad uotn1os) aszutntp Dlrlruotu >lepp uep rrluuq ueme; 3ue,( qereup p ep€JoqUlloles e{rlo] qBlEpB uu}Ilrlnfuetu ledup Suuf u,(uurBl ue,$eJ uuepea; .du1u uep uo;u1d epud 8uuqn1'iiEpEJaqo)i InlBlelu ueTlue8lp ludep umueu 'lEIrIIS{B(u ludep rypp elepuel rnlBletu uJEpn uBJrle

Ott wnwJlueunbueg 6qeg

'IuUB

qI(

ef1Br

lecup

qEt

un3u

uBi'vt' '1:

'e.{

eBi

uE)

qelBJ1?

lul

3ur

reB

I1?ll

3ut

ilE('s I,1

'1111

Ipr'lnL

L

Page 77: Akustika Bangunan.pdf

120 Akustika Bangunan

1.

2.

J.

4.

untuk mengurangi kemungkinan munculnya kebisingan dari percakapan pengunjung, dapat ditempuhsiasat dengan menciptakan koridor dengan luasan yang cukup namun tidak memungkinkan orangdengan nyaman berkumpul atau duduk-duduk di koridor.

3".?., e"tika pada Ruang Perpustakaan

Ruang perpustakaan dikenal sebagai ruang yang membutuhkan ketenangan sangat tinggi. Ketikakebisingan dari luar ruangan dapat diatasi dengan sangat baik, sumber kebisingan lain kemungkinanjustru muncul dari dalam ruang perpustakaan sendiri, seperti langkah kaki atau percakapan antarpengunjung. Untuk meredam kebisingan semacam ini, bagian dalam dinding, Iantai dan plafon ruangperpustakaan perlu dilapis dengan bahan lunak yang mampu menyerap bunyi. Keberadaan kebisinganlatar belakang tidak dibutuhkan dalam ruang perpustakaan.

3,.6.,Akustika pada Rumah Tinggal

Pada rumah tinggal yang umumnya memiliki lahan terbatas, penataan layout yang memungkinkanruang privat, seperti kamar tidur atau ruang belajar, agar cukup jauh dari sumber kebisingan di jalan,seringkali sulit diterapkan. Pada bangunan berbentuk persegi, siasat akustik dapat dilakukan denganmeletakkan kamar tidur pada bagian belakang. Penataan bangunan dengan bentuk 'L sangat dianjurkan,karena selain memudahkan pembagian area, penataan ini juga meningkatkan kelancaran pertukaranudara. Hal ini dapat terjadi berkat keberadaan alea terbuka di bagian tengah, yang memungkinkansemua ruangan memiliki lubang ventilasi ke arah luar.

Soal Latihan

Sebutkan prinsip utama pengendalian permasalahan akustik pada bangunan publik!

Pemantulan berulang (flutter echoes atalu standing waves) pada koridor atau lorong dapat dikurangidengan tiga prinsip desain. Sebutkan!

Bagaimanakah rancangan ideal bangunan sekolah untuk mengendalikan permasalahan kebisingan?

Layout bangunan seperti apa yang cocok untuk pengendalian kebisingan rumah tinggal sekaligusmemperlancar terjadinya pertukaran udara?

Page 78: Akustika Bangunan.pdf

'(Zg6I 're>llel11 uup e1rq1g qepuarilrJnla{ lodtuole>1 eped ue8utstqe>I uB>llrseq8ueur qrqel nele ledrue eporeq uEBJBpue{ uelSuepes'li.;-ur1 dnlnc Isuen{eq Suef 1odtuo1e1 epud ue8ursrqel uailsuq8ueu enp epor Jolouueq ugeJupue>liuale{ un1qeqeslp 1ul IBH 'Juseq ulsetu (cc) selrsudul uu8uep ludure uep qrqel EpoJeq uBBJBpue{uEp IESBJoq suluo.{uru epq uulSurpueqrp euer{Jopes qrqel 3uu,t ueun8uuQ {rlsn{u ueresele,(ued:ped rseryldurl u,^Auqrueu Bnp epoJ JolouJeq uzuJ€pue>l rr€p IusuJaq sulrro,(eru 8ue,( uepl ue8ursrqeyipeqpd ledrua epo: uu€rupue{ qelo nulrrp 'enp epor Jotoureq ueerupue>l qBIBpu Brseuopul rp

Eio\-Blo{ tp ue8ursrqel uu{lnqtuluelu upulruop ereces 3ue,( Jolor.uJeq uBErcpue{ srual undepy'ueqeurnred ruedes Sueuel 8ue,( eere luupp rp BpBJeq ledup uelqeq 8uu,{ rurouole BJ}ues-ulues

ueqnqunued uep Jotouueq uEBrEpue>I ueeunSSued uuqnqunued Suures rpefte1 IuI IeH 'Brseuopul rpiedunirp dere>1 8ue,{ IS?nlIS qBIBpu rur uelel uErEruEJaI lq8up wquqrued 'reurer lu8ues 3uu.{ uuplrpefueu n11um u,(unlepeq Suuras elufurel '3uuue] dn>1nc e,(uelnur Suuf ueun8uuq uedep rp uuplEuere{ ueun8ueq rsulouoJ edrueq elnd ledug 'Sulsrq 8ue,( uepl }det Ip epereq 3ue.( un8ueqlp >lepueqnete IuBq uuun8ueq eped ue8uucuer udn-req ledep uo4ca\o.rd toa re8uqes ueun8ueq uu8uucuu6

'e(utunq8ued t8unputleur SueK uoucato.td .toa rpvluaw ndrueu e.(uu,(3ofes uulel rd4 Ip {ulelJo}8ue ( ueun8uuq 'lq ruecerues rsrpuo>l epu6 'u,(e; uelel uu8ursrqe{ tBqDIe etuulruel 'qu.lud dnlnc 3ue,(utSursrqel Blrropueu ueelolred rp BoJE enrues rrdureq uqtuqnp8ueu r{EIq 'ue8ueuele{ uolrlnlnqueuSue.i eues uu8urstqel uu>llrseq8uetu 8ue,( eeru erelue se8el 8uern1 8ue,( ueelolred uere uer8eque6'Suuque>peq eJe8eu rp ue8ursrqal {rlsueDleru>l 1e13urs BJBJes rleqrue4 unplesrp uu>le rur uer8eq upe4

tuuqua4reg BTBEeN rp uuEulslqey {11slrepluruy .r.or

'ueOursrqal upqBueuJ ue6unuedey snDr;e1es tsppluon ue6u[uede1tsepouole6ueur 6ue,i tuotdutoy ualsls eped ueun6ueq ueouecue.r uelledurouou.r eluirqle rur ueouriuedel

lrpuoy ueun6ueq urelep e1 ue;e[ uep ue6ursrqel uelequered uelleruruuuou] drsuud ueOuep uebueluepeq

le6ues elelurel rsepluen 0ueqn; uerpeqo) ruJele rselrtuan )inlun rselrluan Dueqnl yelueq uelqnlnqu.lau6ueri qequel-srdo4 urrpp qelepe ue0uecuer rqnre6uedueu uele 6ue,i urel JolIeJ 'nleu ere6au qp ueun6ueq

ue0uep epeqeq 6ue,i ueun6ueq rsnlos uelrqelour B,{ue{6oIas rur ue6ursrqey )irlsuayeJel ueepeqe; 'ue1e[

seirlenl uep 'ueleunbtp oue/( tolouteq ueeJepual stuel seluo,ieur Jo]or.uJaq ueeJepual uep uelel uereleuledrnleDueu 1n1un se0e1 rslues uep uernlerad e,iuepe un;eq qolo uelqeqaslp elueJelue lp lut ueepoqJad'nfeu: ereOau rp ue6ursrqe>1 IusuoUBJeI ue6uap epeqreq ]e0ues 6uel'erseuopu; rpedes 6ueqtueryeq

"':':,:.:::_:::m::::,::x :: _:::,

StN[fflS WVCflN I{V(IYISINOANI XNINITT I{VNNCI{Vfl

RrrJsmfvuvsflfl sruvo

S

L

u€

UE

'utUB

'uIIIE

irui3utJultueu

E{I1

3ue.

Qndr oI qBfl

Page 79: Akustika Bangunan.pdf

122 Akustika Bangunan

Kembali pada uraian bagian sebelumnya, bahwa bunyi dengan frekuensi tinggi tidak sekuat

bunyi berfrekuensi rendah, maka getaran yang menyertai bunyi berfrekuensi tinggi juga tidak terlalu

hebat. Oleh karenanya, rancangan bangunan-pun tidak perlu terlalu hebat merespons kebutuhanperedaman getaran. Hal ini berlainan dengan kondisi bangunan di tepi jalan yang mayoritasnya

dilatui kendaraan berat, seperti misalnya di tepi jalan lingkar luar (di negara maju bisa berupa

highway). Bangunan yang berdiri di sepanjang jalan yang banyak dilalui kendaraan berat, selain

perlu didesain untuk menahan masuknya kebisingan, seyogyanya juga didesain untuk menahan

berimbasnya getaran yang terjadi di jalan ke dalam bangunan. Berdasarkan kenyataan bahwa bangunan

yang menderita kebisingan di Indonesia umumnya berdiri di tepi jalan yang tidak dilalui kendaraan

berat, maka solusi akustik bangunan dapat disederhanakan hanya untuk mengatasi kebisingan yang

tidak disertai dengan getaran.

lo.2. Penyelesaian Kebisingan secara Outdoor

Idealnya, kebisingan diatasi dengan jalan meminimalkan sumbernya, namun dalam prakteknya hal

ini tidak mudah untuk dilaksanakan, maka, usaha berikutnya yang dapat kita lakukan adalah mengatur

agar perambatannya dibatasi.Usaha untuk meminimalkan kebisingan dapat dilakukan dengan memperpanjang medium yang

dilalui gelombang bunyi agar intensitas bunyi semakin menurun. Hal ini sesuai dengan persamaan

(2). Dalam hal desain bangunan, ini dilakukan dengan cara menjauhkan bangunan dari jalan. Pada

bangunan yang akan dibangun dengan lahan yang cukup luas, hal ini dapat diterapkan dengan

menempatkan bangunan jauh menjorok pada bagian belakang lahan, sehingga terbentuk area terbuka

pada bagian depan. Namun pada bangunan yang memiliki luasan lahan terbatas, prinsip ini tidakdapat diterapkan.

Pada bangunan dengan luas lahan terbatas, prinsip desain yang dapat dilakukan untuk mengatasi

kebisingan adalah dengan memilih layout bangunan yang tepat serta memisahkan area ruang-ruang

yang memerlukan ketenangan dari ruang-ruang yang masih mungkin terkena kebisingan dari jalan.

Untuk bangunan publik, dapat memillh layout U (Gambar 10.1), sedangkan untuk bangunan privat

dengan luasan tidak terlampau besar, kita dapat memilih layout "L" (Gambar 10.1). Dengan layout

ini, posisi terlindung (bagian dalam) dapat digunakan untuk ruang-ruang yang membutuhkan

ketenangan sehingga tidak secara langsung berhubungan dengan kebisingan di jalan raya. Pada

bangunan yang berfungsi sebagai rumah sakit, area terlindung dapat difungsikan sebagai bangsal

"ll"l,=,.,fu,outlet

ffiffir

inlet

@ sumber bisins

Gambar 10.1. Peletakansumber kebisingan

@ sumberbisins

k

lubang inlet dan outlet yang sengaja tidak dihadapkan langsung pada

Page 80: Akustika Bangunan.pdf

-----.....T

3ue,( udu rue3ulues tauroq ue1u1e1ed ue>lnlueuetu {nlun 'uuun8ueq 3ue1eleg nule qu8uel uur8uqeped ua11ulellP ledup uuqel epud €sISJal Suef elnqret BeJe 'rur rueJetues ue>pleled upe4 'uu8ursrqelrrep Sunputpel ueun8ueq Surpurp ru8u r83url dru1nc Suef rautDq ue{r.lrunqrp u,(ursuen4esuo4

11seu'ueun8ueq eped uq8unur le{opes qgdlp e,(uu,(3o,(es Duil)q ueledrueued e{Bru'seluqJe1 8uu,(ueun8uuq uuqel senl uep r?qel nlBIJet {upq u,(uurnurn 8ue,( erseuopul rp uepl-uupf rsenlrs ue8ueq

'lnrunlu UB>IB >lepptauroq ueJrpgr{e{ gplsod 4e;e '1ude1 3ue,( pueteur ugp rsueurp uuleunSSueur qulel etpl Dlseru .rur

IueJBIues uBeduauad epe6 '(ueyeiqe8uel sue3 IJep m{np uu8ursrqe4 requrns) ueun8uuq uedep Surpurpuu8uep ueButstqe>1 Jeqluns e.reluu 'qe8uel-qu8uel rp srsred DurDq uu>plelelotu IJppulH 'uu8ursrqeluep 3unpu11re1 eSSuqes uu8uufeq euoz r;rralep BpeJeq ueun8uuq ;u8e 'ueun8ueq Surpup 8ue.{qlqeleur uer88uqe1 ue8uep uep JBSeq dnlnc 3ue,( rsueurp uu8uep rauruq uulnpadrp 'rur ruuozures ue-ledueued epe4 'uuun8uuq uu8uep urlSunur le>lepes qBIupB e,(u1n1ueq uequleled e utu 'ue{urx8unueur{Bpp Iq rueoeruos uetudueued u41 'ueun8ueq urBIEp e{ >lnsutu >lep\ Dtrnq selu Sunln upedI$le{IpJel 8ue.( r^(unq ru8e ue8urstqe>l Jeqluns ue8uep u113unru talopes uu4edruelp raun)q'e,(quep1'raurDq uu{u1e1ed nele rsrsod qBlupu uurleqred ledupueur nyred 8ue,( urBI JoDIuJ 'tauntq IerJelEruuup ISueuIp vteles 'DtrrDq punos ruue8ueru uesuqequred epud uullernlp qule1 uuuunu8eqeg

'qerluEI€IsBIIluaA >l$un BJupn UBJIIB JucuelJedureur uu>p eSSurqes 'r33u4 nlelrel >lepq Suet nutoq uu{r{nlnqrpufueq euerel 'uu8unlunel ue>lueqrueru 1ul IUH 'r33u4 rsuenleJpeq erpns uu8uquedel rsepourole8ueru>lnlun lenqlp dn4nc nu.tDq ISueuIp B>luu 'r33ur1 rsuen{e4 lodurole>1 uupp uu8ursrqel urnrpledsueryunle8ueur urseuopul rp uupf-uepl rnplotu 3uu,( uuurepuel se1uo,(eru BueJe>l qelo .(g qug upeds?qeqlp qe1el) nutoq punos \enqes pepr uele.re,{sred pnlr8ueu uq8umu Ieurs>lBrues Suuf pueleuruep 'rsuaurrp 'uap1e1ed ue4quqredureru ueSuep 'f,autDq punos ednseq ru {elqo

.ueun8ueq ueqeln[nueru uepl uep r.(unq Suuqruole8 uelequered r8uepq8ueur ludep 8ue,( qelqo ue4u1e1ed qBIBpBu,(ulnfuelas r8elerls eleru 'rdnlncueu tunlaq esu;rp Sunpuqrel uer8uq rp Sueuq eeru ueledueued uupruueget 7no{o7 ueqryured eSSurqes 'u,(ur33ur1 ueplruepes qu1e1 uelel p ue8urslqel 1e13uq upg

'r8unpuq.rel Suef eere uped ue8ueuelelUB)ll{runqtuaru 3ue( 8ueru-3ueru ue>pleleleru qelspe uunce ue>lrpeln ledep 3uu,( dlsuud 'nluegel7no[o7 ueqqrured uapllSuntueru {epll ue{qeq uBr{BI ueseleqJe}e>l BIrg 'ue8uuuelel ue>lqn}nqruotuu,(uqnuedes 1epr1 8ue,t urel Suunr-8ueru uup 'urluu>l 'n83unt Suuu'ryry re8eqes ueleun8rp uu8ursrqeluu8uep Suns8uel ue8unqnqreq SueK eeru Suupes 'se1e>1 Suunr nule Jolue{ 8uuru re8eqes uulls8un;rpSunpuqr4 ?uv,t eem'qelo{es nBlE uuJoluu{red ru8eqes rs8ungreq 8uu,( uuun8ueq Bped 'uu8ursrqelBIUUouelu BSIq qISBru 8ue( ulel Suunr-8uenr u?p 'urluB{ '{pode '4u11111od Euuru reSuqes ue>leun8red-lP ludep uupl uu8uep ueBunqnq;eq Suns8uel 8ue,( uare uu4Suepes (deul 1e,ro.er lrun) uele,trered

dele eped uee>1nq ppow uebuep eluue44ueb6uew pdep ey4'uedepeqteq buelbulpulp 1s1s eped epercq w46unw 4ep4 pfino uulelepd e417ey'Z'0, requeg

ezt syuaBg etebe111 uep esouopul >1n1un ueunbueg olqsDlv resa€! slee OL qe7

Page 81: Akustika Bangunan.pdf

124 Akustika Bangunan

akan digunakan, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mengukur lebarjalan di depan bangunan,sehingga kita dapat menentukan letak sumber kebisingan darijalan. Selanjutnya perhatikanlah luasanlahan dan luas lantai dasar bangunan yang akan dibangun. Usahakan agar ada sisa area terbuka yangcukup untuk meletakkan banier lebih dekat ke sumber daripada ke dinding bangunan, bila diperkirakanhal ini tidak memungkinkan, maka tata letak bangunan mesti segera diubah agar barrier berada lebihdekat ke bangunan.

Prinsip selanjutnya yang dapat diterapkan untuk menahan masuknya kebisingan namun tetapmemungkinkan terjadinya aliran udara, adalah meletakkan lubang ventilasi pada sisi bangunan agartidak langsung menghadap ke arah jalan. Pada sisi yang langsung menghadap jalan dapat diletakkanelemen transparan untuk kepentingan pandangan, tetapi tidak untuk lubang ventilasi. Namun demikian,kita tetap harus memperhatikan arah angin datang, agar posisi lubang ventilasi yang akan berfungsisebagai inlet (lubang yang memasukkan udara) menghadap ke arah angin datang, sedangkan yang

berfungsi sebagai outlet (mengeluarkan udara) diletakkan pada sisi yang berseberangan. Bila hal initidak dapat diterapkan, outlet dapat diletakkan pada atap (melalui plafon).

,ll.S. Penyelesaian Kebisingan pada Selubung Bangunan

Pada keadaan tertentu di mana solusi akustik secara outdoor tidak dapat diterapkan secara maksimal,langkah selanjutnya yang dapat kita tempuh adalah mengolah selubung bangunan itu sendiri. Hal inidilakukan dengan meletakkan lubang ventilasi pada posisi yang tidak menghadap langsung padasumber kebisingan, serta memilih model jendela yang mampu meminimalkan masuknya kebisinganke dalam bangunan. Adapun model jendela yang meminimalkan masuknya kebisingan adalah jendelayang mampu memantulkan gelombang bunyi yang jatuh padanya, misalnya model gantung atas (top-hung) (Gambar 10.3), juga model jendela yang sengaja dibuat dari bahan yang mampu menyerapbunyi yang jatuh pada permukaannya, misalnya model jalusi Qalousie atau louvre') yang dilapisibahan lunak pada sirip bagian dalam (Gambar 10.4). Secara persentase aliran udara, jendela jalusiternyata cukup baik dalam mengalirkan udara, yaitu berkemamptan 75Vo.

Namun demikian, selain persentase aliran udara, peletakan jendela inlet dan outlet }uga merupakanfaktor yang penting dalam menciptakan sistem ventilasi silang (cross-ventilation). Ventilasi silang

gantung alas 75o/o

Wgeser samping 45%

jalusi 75% gantung bawah 45%

Gambar 10.3. Beberapa model jendela dengan persentase udara yang mampu dialirkanmenggunakan jendela tersebut (Moore, 1993)

geser atastunggal 45%

geser atasganda 45o/o

gantung samping 90%

Page 82: Akustika Bangunan.pdf

'laluJ€d J€uoq-Juueq {upr] reBe '8uoro1 Sulpurp uped nluelrel uu8uuruel ue>leldrcueur ue8uep rplepe e.,tuure1 rsn1o5'3uoro1 uuulnurred eped sn{rp lBJrsreq Suui lurreleru nele dure,(ualu lerroletu uu4srdularu uu8uapISEIBIp lEdep IuI uuEpea) '(sa,wt-Surpuots rtete saoqca-ta17n1[13uu1nreq uulnluuued rpuftel 4epr1 ru8ereseles nule SuoJol uped ue4n1:edrp u,(ueq .toopul {psn{e ue8uecuer e,{uunur3 'ue1n1.redrp Susreltooput EJBces {Ilsn{e uB8uecu?J 'snsnq{ €ftres {rlsn>le ue8uucuer u?)lr{nlnql,ualu 4eprl 8uu,( unrunueun8uzq epud n1t Bffluatuos '(taxtru eleur) 1o.r1uo1 e[eLU ruedes >lruorDlelo uelupred uuluunSSueruue8uep qndurelrp orynls IUEIBp rp r,{unq setrlBn>l uurnlu8ue4 'rfunq dure(ueru 8uu.( Iurroturu ue8ueprsrdulp e,(u8uuru uoruole eSSurqas 'uulnluetued unlqnlnqrp {Epr1 e,(urunurn .rurnru detel uellseqrp8ue,{ r,(unq re8e 'orpnls Suenr epud 'nlr uJelueureg 'rfunq u€>lln}uuueru 3uu.( lerreluru uu8uep rsrdelpnlred Suenr uetuelo uer8eq udureqeq eSSurqes uolwraqta^ar pnlnm uepp uelnlueued uu>lq$nqrpe,(uurnun 'runrrolrpne Suenr upu4 'e,(uunpe>1 sn8qeles nule 'du.te,(uetu Inlun 'r,(unq uullnlueuou1n1un ts8un;req tudup re8u uu8uunr uetuole urepp uer8uq uusrdeled ednreq ludep uelnpedrp 8uu,(uulnluel ue8uecueg '8uenr ruepp rp r,(unq sulrFn>I uuqtulSurueu {ntun uelnluul uu8ueJuer uelnyredrpISEleIp ledup ue8utslqe{ uelleleserurad qeleles 'orpnls uep unrJotrpnu qredes 'r33un 8ue,( ry1su1eue8uecuer uelure,(s-red uu8uep ueun8ueq epu4 '3uenr tuepp rp r.(unq s4r1un1 ueltolSurueu {ntunuelninltp qlqel Joopul ereces ue8uecueJ E{B{u 'ueun8ueq ruulep e>l JBnl rrup uu8ursrqa>1 e.(ulnseru ue>1

-leluluruolu 1n1un uelnlnlp Wqol uuun8ueq Sunq.nyes eped uep tooplno EreJos {rlsn{u uu8uecuu.r uIIg

r.o opul Bruaa s uutuucuull uurcsela,{ ued . ;;;;

iirsr**ffi

', qutr eped uelrcrnp I{elol 8uu.( epoleu uapunSSueu uu8uep tnqesJel Surpurp lsuurquo{ISPInSUI te18un ueelryed 3un1rq e1q u,(uurq nlred 'ueqnlnqel ue3uep runses r33ur1 3ue,( rselnsur1e13uq PIIIrueu du1el tseplue,t 3ueqn1 uu8uep u€{rsuurquo4rp 3uu,( Surpurp reSu 'e,{u1nlue1e5

'pce1 qrqey 3ue.{JlIe oseluesJed n{rltrueru untueu 'JESeq BIuES .ttdureq 3ue,( elapuel rsuorurp rB>ler.uetu ue8uep ue{n>lelrpledup e8nl '.IIco l qtqel u,{utsuerutp 8ue,( ulepual ueluun3Sueru ue8uap qnduelp urules n1r 'lrceIqrqel 8ue,( plul uurc>leTrrod'(S'0I requug) (1661 'rauqcel) uuun8uuq qnsurueru lues eped erepnueledecel uelle4Sutueu rytlvn pqrlo epuduep pca{ qrqel ?uu[. npt ueleunSSueur 8ue( rseplue,t ruelsrsIe>luiueiu ludup 'rur Iuq ITBSBL(uerrr {ruun 'ueun8uuq rlnserueru leus EJBpn uuledaJo{ uuunrnued efu-1pefre1 qelep€ 'ue1el qeru e>1 dupeq8uaru Suns8uul rypq 8ue,( iarut ue>larclod ue8uanlel undepy

'tqnuedrq ledep 1r1sn1e undneru ISBIIIuoA BrBJes uulure,(sred uSSurqas 'uu8ursrqe{ Joqunsuped depuq8ueru Suns8uel {upp 8ue,( qeru eped 1u]epe1 pqno uu:11qeqe,{ueur uelu u8nl ue8ursrqelJoqluns epud Suns8uul dupuq8ueru >1upq 8uu,( tarut ue\etaled '{IEq le8ues rpelueu uuun8ueq tuelup ryerepn ueJrlu eSSurqes 'uudupeq-req 8ur1es lapno uep tapl ue>1eun33ueu Suuf rselrtue^ tuelsrs q€lepe

eiuueeynwted eped t1ryet 6uel ilunq deteluew \nqn nlueqeJuetleq srde1p neJe Jenqrq 6uel snpf elepuaf ppo1t1 '?'0 ] Jequeg

loJeI uPsrdPl

gzl sluefeg eebeltl uep esouopul 4n1un ueunbueg e\qsDlv resag syee AL qe7

Page 83: Akustika Bangunan.pdf

126 Akustika Bangunan

Gambar 10.5. lnlet yang lebih kecil daripada outlet akan meningkatkan kecepatan udara saatmemasuki ruangan sampai 1 30% dari kecepatan udara luar. Sedangkan inlet yang lebih besardaripada outlet justru akan menurunkan kecepatan udara menjadi 70% saja dari kecepatan udaraluar (Lechner, 1991)

,1*.|':5' Hasil Akhir

Ketika tingkat kebisingan di jalan raya telah diukur dengan menggunakan metode pengukuran yangbenar, selanjutnya dapat kita perkiraan rancangan akustik yang diperlukan untuk memenuhi bakukebisingan di dalam bangunan sesuai fungsinya. Sebagai contoh, saat kebisingan dijalan raya terukursampai tingkat 80 dBA, dan di tepinya berdiri rumah tinggal dengan baku kebisin gan 45 dBA (Tabel2.4), maka rancangan akustik bangunan harus mampu menurunkan kebisingan sampai 35 dBA.Ketika keseluruhan dinding bangunan terbuat dari batu-bata berplester tanpa lubang ventilasi, makadengan sendirinya tingkat kebisingan di dalam bangunan sudah memenuhi standar, sebab material inimemiliki tingkat insulasi sampai 45 dB (sekitar 40 dBA) (Tabel 5.6). Ketika pada dinding ditambahkanlubang ventilasi, maka tingkat insulasinya akan turun, sesuai luasan lubang ventilasi tersebut. Jikatingkat insulasi kombinasi masih bernilai 35 dBA, permasalahan kebisingan telah teratasi. Namunbila masih di bawah 35 dBA, ambil contoh 20 dBA sedangkan jarak antara bangunan dengan jalanbegitu dekat, sehingga hampir tidak terjadi reduksi kebisingan karena pengaruhjarak, maka peletakanbarrier adalah alternatif yang baik. Umumnya sebuah barrier yang tidak terlalu tinggi hanya mampumengurangi kebisingan sekitar 10 dBA. Secara teoritis, barrier yang terbaik sekalipun hanya mampumengurangi kebisingan maksimal 23 dBA (menurut bagan pada Gambar 5.14). Pada contoh kasusini, reduksi kebisingan bangunan baru mencapai 20 dBA (endela) + 10 dBA (barrier) = 30 dBA,sehingga masih dibutuhkan insulasi sebanyak 5 dBA. Kekurangan ini dapat diatasi misalnya denganmenaikkan ketinggian barrier atau memperkecil dimensi jendela, sehingga nilai total reduksi menjadi35 dBA.

Page 84: Akustika Bangunan.pdf

euBSursrqe{ uerlsuelu

uJelep Dt.ttDq punos rpnqos l€rurslelu uBndIuBue>l qE{-YSp EdBJeg 'ueBuISIqe{ u€qBIBSeuJad

rsutu8uatrr IE33un1 EJBJas ndIuBIU {uPp W{SulJes undqales {leqJel Euef, nunq punos t4efiqes 'V

iuEAuBru tuslup uep uu8u?ru BpBd e>IIlsn{B (uelsls ue8uep BISeuopuI Ip

ueun8ueq epud ue8ursrqe>l uBqEIesBIIxed unlllepusSuetu >lruun qnduellp l€d€p 8uu[ qe{ede pq-luH 'E

luB8ueru JBnl e)Insn>Ie tuelsls uB8uep elseuopuJ Ip

wun8ueq€pud ue8utstqe>luequpseuuod uDIIIBpueAuou {ruun qndrue]lP ledep 3ue,( qopde IBq-lBH 'Z

6nlBtu uJeSou rp BpBdIJBp eueqJopes qlqel BIS

-ouopq ruedas Suuqure4req ere8eu upud uululrdet tp ueun8ueq uBBuIsIqe{ uequpue8ued EdeBueN 'I

,, : :r a ! lratilt?i!.Pt&strffi

uBr[I]BT luos

LZI syua/eg etebeltl uep esauopul 4ryun ueunbueg ulusryV Jesog slree 0L qeg

Page 85: Akustika Bangunan.pdf

Bab 11Ewir:tnl;:r::

SISTE,M PERKUATAI{ DAI\PERBAII(AIV KUALITA,S BTII\IYI

SECARA BUATADI

Sistem perkuatan (sound reinforcing sysfem) dan perbaikan kualitas bunyi secara buatan (aftifisiat)

adalah pengolahan gelombang bunyi dengan bantuan peralatan elektronik untuk mencapai tujuan tertentu.

Dalam percakapan sehari-hari, peralatan elektronik yang digunakan disebut sound sysfem. Berdasarkan

tujuannya, pengEunaan sound syslem dapat dibedakan menjadi:

1. Untuk memperkuat bunyi agar dapat didistribusikan kepada lebih banyak khalayak dalam tingkat kekerasan(kejelasan) yang mencukupi, Keadaan ini biasanya diterapkan dalam ruang auditorium yang besar.

2. Untuk memperbaiki kualitas bunyi. Keadaan ini diterapkan dalam studio untuk memperoleh hasil rekamanyang berkualitas terbaik, seperti bunyi yang jernih dan mantap.

3, Untuk memperkuat bunyi sekaligus memperbaiki kualitas bunyi. Selain bertujuan untuk mendistribusikan

bunyi pada lebih banyak khalayak, diharapkan bunyi yang didistribusikan juga memiliki kualitas yang

lebih baik. Keadaan ini biasanya diterapkan dalam model penyajian langsung (bukan rekaman), meskipunpada akhirnya kualitas bunyi yang dihasilkan tetap tidak sebaik pada saat dikerjakan di studio.

Pedoman umum yang dapat Cigunakan sebagai acuan untuk menentukan apakah suatu ruangan

dengan banyak pemakai membutuhkan sistem perkuatan bunyi buatan adalah sebagai berikut:

. Keadaan akustik alamiah ruangan suciah sangat baik, yaitu ruangan telah memiliki tingkat reverberationyang cukup untuk menyebarkan bunyi pada pemakai dalam jumlah tertentu, dalam hal ini penggunaan

perkuatan bunyi buatan tidak diperlukan. Penggunaan perkuatan bunyi buatan pada ruang semacam inijustru akan menurunkan kualitas akustik ruang tersebui, sebab sangat dimungkinkan bunyi hasil

reverberation tumpang tindih dengan bunyi perkerasan buatan.

. Auditorium dengan tempat duduk di bawah 500 kursi dengan penyelesaian akustik alamiah yang baik

umumnya tidak memerlukan perkuatan bunyi buatan

. Auditorium dengan tempat duduk 500-1000 kursi mungkin saja memerlukan perkuatan bunyi buatan,

tergantung pada kualitas akustik alamiah pada ruangan tersebut.

. Auditorium dengan tempat duduk di atas 1000 kursi umumnya memerlukan perkuatan bunyi buatan,

sebab akustik alamiah tidak dapat memberikan kualitas bunyi yang baik pada jumlah penonton lebih dari

1000 kursi.

Page 86: Akustika Bangunan.pdf

leda] 6ueI le^el eped re6uopuada)i erEns uelrsnqulsrpuau .

'punos auoqle,,rpefuau,r lulsrl rorauo qeqnouoru .

JAXeAdSpnO"l

ledel 6ue^ J€pieJel upp la^aleped releedspnol J-l uep lHal )r.llsrl r6Jouo uP)irsnqulsrpuaL!

)r4srl lelurs lo^al uelle)i6uruou.r

e^uuauodruol uep lullela loiluoy

'uaisfs 5utctolweg punog ehe>1 dlsulrd'l'tl JpquBg

,,IcBqpoaJ,,rpefue1 Iep!t le6e roleods-pnol uenel6uel renl rp elulreqos .

r1r.r1sr; r6teuatpeluetr e:ens r6reue qeqnOueu .

uojo./)irlA

'l'II JBqureD uped uerysertsnprp rzlaTs(s punos uvlelered ufte>1 drsurrd'runrun BJscaS'r,{unq uesulel>1upne>1 uu4uqlle8ueur ledup 8ue,{ 'qse r(unq undurnueru 3uu,( 'lnluuruetu

3ue.( seluqured ueruele u€p uelntuud r,(unq e,(ulnsuru ueurlSunruel uulrleqredrp ufue,(8o,(es'srxo fio l,(unq depuq.rel eled 8ue,( uogoqrtu ueru{Btuad epe6 'sryo !{o r,(unq lnqesrp uoJoDlrju

lnp "OLZ - o96 e.(uqere 8ue.( rfunq Suupes 'stxD uo erens lnqasrp ("9) uo;orryur uudep rp Suns8uel

{BtelJel 8ue.( r.(ung '(sure1 nlelJe1 >1epp 3uu,( r,l,unq roqurns lJBp lesuJeq undqsew 'se1el uep qrurelteSuus >lnsuur 8ue,( r.{unq) r33un u,(uuualedel te>l3un unruuu 'elus nlueuel qprp nles r.rep r,(unqBrurJeueru esrq ufuuq 8uu,{ uo;or1ru e8nl epy '(qtu:ef SuemlTseiel Suurnl {nsetu 8ue,( r,{unq) quruelu{uueulede>1 1e13ur1 rde1e1 'qe-re up8es uep r.(unq delSueueur BSrq 8ue,( uo;or1ru upv'ntueuet qBJB

uup 3uu1ep 3ue( r,(unq delSueueru uoJoDlrru uundrueruel qelo ue{ntuollp uoJoDlrru uee>1ede;

'auoqdonnu auoz alnssald uepauoqdonrw ctu)ap'auoqdo-rcnu aApL :qulvpe rur auoqdo-rltw iasuapuo) uo3e1a1 uelep >lnsuru 8uu,(

uoJoDlnu sruef edereqeg 'ue8uenr ruBIEp rp ueluun3rp {oroJ qrqel eSSurqes {BSnr qupnu te8uesrur sruel uoJoJ{lW 'uru8zr;erp ru8eqes rs8ungreq uep lure3req r3u1 u.(un1us uup 'srlels rsrsod epeduuSur-rrd n1u5 'uuSuurd lnlueq,req rolrsudul enp uuleun3Sueu ue8uep uhe>1eq 3ue,( uo;o.npu qEIBpV

auoqdo.rctut nsuapuo)

'srdq le8ueseiquleur etrd rs>lnrlsuo{ BuaJe>l {estu qupnu qrqal rdetel 'sauotldotctw ctwou{p uulSurpueqrp uyrq

{lBq r{lqel Suef ueulede{ D{llruetu rur uoJoDIrI J '(ruti Z) retouuoDlrru Z Julp{es uBIBqe}e{ uern>ln

ue8uep 'srdr] le8ues 3uu,( plau 4rd uelureleu uurudtunl uu>1nq e,(u.rol{npuo>l eles u,(uuq 'leu8euruupetrt uuleunSSueru n1rc,| 'sauoqdo"tcttu ctuonip ue8uep erues e,(uulral urec 3ue.( uoJoDlrru qelupv

auoqdotcltu uoqqy

'€JBpn ueuu>lel Bues nqns uuguqruad uep ueJnluoq depeqrel uuqel 8uu,(u,(ulugrs eueJu{ 'uulure8 1e(uuq ueluunSSueru BuuK ,a,u1, ue>Inlunued {nlun nulu ue8ueru runl rp

reledrp {oooJ rur sruel uogoqryrtr 'ue.redunl r{BIBpB reledrp 3ue.( rotlnpuo; 'leu8uur uupetu nlensurelep Jol{npuo1 uulereBred qelo rslnpordrp 8uu.,( ry41e1e p,(urs ue8uep uoJor{ru rlBIBpV

auoqdonna clurouf,q

:ntrcf 'e8rl rpefueru uu{Bpeqrp e,(ueq uo;orryusruel Tuseq srre8 uruces 'ueplrruep unrueN '>leJeru rcSeqreq uu8uep lepour m8eqreq ruelep uoJoDlnurudurnlueru ledep etrt rur leES 'ue1e1a1ed erec nele {ru{et uup 'ueu1ede1 lruuoq/lopotu e,(uu.ru1uu rp 'pqr:dereqeq epud Sunlue8req rJrpuas uoJoDlrru sullpn>l undepy 'uoJoDlrru sBulBn>I uep requrns rfunqselrpn{ uped Sunlue8roq uoJoqrru qolo eturrelrp uap 3ue,( r,(unq selqen;4 'r,(unq r.uu{eJeru {nlunue1e1e:ed uutelSue.r uep eureped uel€lerad ue>1edn-reru eSnl uo;orTur 'r,(unq uulenryed uenlnl 1n1unuruleg 'r.(unq uelenryed uulupred uerelSuur wqnJnlose>l rrup uruelred uu1u1e:ed r{Blepe UoJoDIII I

6Zl ueleng ereces ilung seyleny uoleqred uep ueleulrod wolsls l, L qeg

UoJoDITIAI'r'rr

Page 87: Akustika Bangunan.pdf

130 Akustika Bangunan

Gambar 11.2. Bagian-bagian penting pada mikrofon: (1) diafragma,(2) lempeng logam, (3) isolator (biasanya dari bahan mika), dan (4)

lubang ventilasi pengatur tekanan.

Alat-alat kelengkapan mikrofon:

Agar dapat berfungsi secara baik, mikrofon seyogyanya dilengkapi dengan:

. Windscreen, yaitu objek seperti membran (dari bahan tipis lunak) yang dipasang langsung didepan mikrofon, berada antara sumber bunyi dengan mikrofon. Alat ini bermanfaat untukmengurangi tekanan nafas manusia yang akan diterima mikrofon. Windscreen juga bermanfaatmengurangi poping (bunyi "bek-bek") pada saat pengucapan konsonan p, b, dan k. Alat iniiuga melindungi mikrofon dari kelembaban (misalnya ludah manusia) terutama pada condenser

microphones yang sangat rentan terhadap kelembaban, dan dari debu. Windscreen umumnyaterbuat dan foam dengan pori-pori besar atau kawat melingkar yang bagian tengahnya diisikain nylon.

Efek proxintity adalah kemampuan mikrofon untuk meningkatkan kualitas suara manusiamenjadi lebih berat/mantap, yaitu berupa alat yang dipasang pada mikrofon untuk meningkatkan

respons bass. Dengan peralatan ini, jenis suara yang terlalu kurus/kering (Jawa: cempreng)dapat diperbaiki. Efek proximity akan menguat saat suara mendekati mikrofon dan melemahsaat suara menjauhi mikrofon.

Peredam getaran adalah objek dari bahan lunak (karet atau spons) yang dipasangpada standatau penyangga tempat mikrofon diletakkan. Penambahan objek ini bermanfaat untukmengurangi imbas getaran dan kebisingan yang tidak dikehendaki. Peredam ini perluditempatkan terutama pada mikrofon-mikrofon yang sangat peka.

diafragma

kumparanbergerak

konduktorelektrik

Gambar 11.3. Skema dari dynamic microphone

- konduktor elektrik

\ celah udara

Gambar 11.4. Skema dari condenser microphone

I

%ffi\N

lempengan

Page 88: Akustika Bangunan.pdf

'e[ew sele p uopte]o1p\nlun LlepuoJnepued puep

uebuep uolor\try'z' r! requreg

uetlilseLle 6uei etens seypntl ue>17e>16wuew

>1n1un sbunyaq iluelued uep uoJoqu erelueuoltleplp 6uel ueatcspur11,4 'g'll JequpC

elrlserpen 'loo

'Use eJens ueryneqwaw bueAplued ercns ue1fiqwuow Jedep s\el uoDlelapw

\nqn Jeqwu e[ew uee4ewe4 'g']l Jpqureg

----- I-@_x_.\\

:ln{lreq rc3uqes rnlerp u,(uue1e1e1ed 'oara$ pseq uapudepueu

1n1un uelSuepes 'r,(unq Jequns dupeq8ueru Suns8uul rsrsod epud uoJoDIIIu ruus ue>plutoleur npede,(ueq u1r>1 'ouou lrserf uu>lludepuetu {nlufl 'olprus ruelep tp uelel8e1 epud uolderelp ry,(ueq u8n[(8uns8uu1 uellus) Suns8uel uu1u1e1ed {ntun umles 'rur uu{Btelod {U{oJ 'oara$ nele ouolu sulqenl n1rc,{

'uollrseqrp ur8ur 3ue,( r.{unq selrlenl ueBuep rcnses uu>lepeqrp ludup u8nl uogor4lu ue{Bleled'uu{lerurunurp ledup W11dlp 8ue( uu1u1a1ed lepou uu8uernlel uSSuqes 'uu{n{BIIp 3ue,( selntDle

ue8uep uu{runsesrp >lntun uu8uurn{o>l usp upqrqelal DIIIruou lnqesJq ue>pleyed Surseru-8urse141

'(auoqdotctlu aa$spuoq) nluq ;eqey eped uu>ltldeltp 3uu.( Ilce>l uoJoDIIu nBlB (ssalan*t) 1eqe4edu4 uogor4rr.u sruol 1e>lsdp '1urel tsedrsrlue8ueur 4nlun e,(uurmull 'ueqnlnqe{ }runuetu?.Auqlp nule qupurdrp usrq 8ue.( uoJoDIIru ue1u1e1ed ruelsls t{EIBpB stutDutp otDcas unpppd .

'(eleu sele Ip) {npnp rlu,(ued {nlun uup Irlpreq llufuad 1.r.lurr puDts

udnreq tedup uoJoDl\ut puDls'Brsnueru ue€8uqe4 uu8uep tu13ut1es speJeq EuaJe>l 'ue>geputd

-qupu1d1p ledup qISBur untueu 'yqe1s dnlnc uoJoDIItu >lulel 'IuI ue4e1e1ed epe1 'Qtuo4s)

u88ue,(ued ue>luunSSuetu ue8uep uoJoDIIru uu1ule1ed ruelsls qulupu sltDisruuas uupppd .'1urdo1e>1 nBlB Joo>l Iuodos rlu,(ued 4u.(ueq ue8uep uepdueued uped ruledtp u,(uesurq ruI Iuodos

uu8uusuue6 'uo;e1d eped Sunluu8lp uu8uep ue>pleled e,(qesrur 'u,(ursrsod I{Eqn-quqnlp qepnur

lupq eSSurqes 'ursnueur ne>13ueftp qupnu {epll 8uu,( uuleleyed ruelsrs nlre,{ sltDts uulzpPd .

:rpelueuuolupaqrp uoJor{ru ue1e1eled 'e,(uselrpqoru ltunuetr{ 'ta4oads rsnqusrp uenulSuul eped 1e1epe1 1epr1uoJoJ{ru e.{u4eqes '(uoyorryru UBIBp o>l .ta4oads uep r,(unq 1uqruo>l e,(urlnseu e.urlsrred) ycoqpaa{edupulre1 rmpurq8ueru Intun unr.ueN 'Dlupuoqo{rp 8ue,( rsrsod renses ue)p{E1epp ledep UoJoDIIW

uoJor{Fu uu4u1a1ed {1u{aI

ItL uepng erecos dung seyleny uoileqtod uep ueleulrad wolsls L L qeg

elrlserpor! loc

Page 89: Akustika Bangunan.pdf

132 Akustika Bangunan

Sound Source

Catatan: Di antara mikrofon diletakkan bahan/objek penyerap.

Gambar 1'1.8. Peletakan mikrofon secara near coincident(seperti 'XY') (Misner, 1994).

Catatan: Area yang diarsir adalah posisi sumber bunyi.Mikrofon diletakkan berjajar dengan sudut 1 80".

Gambar 11.9. Peletakan mikrofon secara 'AB'(Misner, 1994).

Peletakan XY (coincident pair). Teknik peletakan XY sangat cocok untuk menangkap bunyiyang berasal dari banyak sumber dan berasal dari berbagaijenis sumber, misalnya pada sajiankoor atau musik orkestra. Pada peletakan ini, umumnya digunakan dua buah mikrofon denganjenis condenser yarrg peka terhadap bunyi off-axis yang diletakkan dalam posisi membentuksudut 90o. Posisi penyudutan dapat dilakukan secara vertikal maupun horisontal, artinya duabuah mikrofon dalam posisi horisontal saling membentuk sudut 90' atau dua-duanya dalamposisi vertikal.

Peletakan nesr coincident pair. Pada peletakan ini, teknik danjenis mikrofon yang digunakansama dengan peletakan XY namun sudut yang digunakan adalah 105". Pada peletakan semacamini, efek stereo yang dihasilkan dari bunyi yang ditangkap mikrofon akan lebih nyata.

Peletakan AB (sejajar). Pada peletakan ini juga sangat dianjurkan untuk menggunakan duajenis mikrofon condenser yang peka terhadap bwryi off-axis, yang diletakkan secara paralelatau berjajar dengan sudut 180'padajarak sekitar 1,5 meter. Peletakan ini cocok untuk sajianlive pada jenis musik rock atau pop yang tidak menyajikan permainan instrumen terlalu detil.Sebaliknya peletakan ini tidak cocok untuk sajian koor atau musik klasik yang umumnyamenyajikan permainan alat musik secara mendetil. Jarak penempatan 1,5 meter seringkalidianggap cukup jauh sehingga terdapat area di antara dua mikrofon yang tidak tertangkapsebagai input.Pada keadaan ini perlu diletakkan support mikrofon yang diletakkan di antaradua mikrofon utama.

11..2. Atnplifi.er dan Equalizer

*fiaHm proses perkuatan bunyi, amplifier adalah perangkat yang ditempatkan setelah mikrofon. Alat

ini berfungsi untuk memperkuat masukan (input) bunyi yang telah ditangkap oleh mikrofon. Padaprakteknya, seringkali tidak hanya diperlukan amplifier untuk memperkuat atau mengeraskan bunyi,tetapi juga diperlukan alat untuk mendapatkan kualitas suara yang lebih baik. Proses untuk memperbaikikualitas bunyi disebut sistem ekualisasi (equalization). Amplifier sendiri hanya merupakan bagiankecil dari rangkaian sistem ekualisasi.

Perangkat peralatan ekualisasi diperlukan untuk mendapatkan warna bunyi dan keseimbanganharmoni yang tepat. Seringkali kita jumpai bahwa bunyi yang masuk ke dalam mikrofon tidak bersih,kurang jenih, kurang kuat, terlalu 'treble', terlalu 'nge-bass', atau terdistribusi kurang merata.Kekurangan-kekurangan ini dapat diperbaiki dengan menggunakan sistem ekualisasi, dengan alatyang disebut equalizer. Perangkat ekualisasi memungkinkan operator untuk menghilangkan frekuensiatau kelompok frekuensi tertentu yang menurunkan kualitas bunyi dan meningkatkan frekuensi tertentuyang dapat memantapkan kualitas bunyi. Sebuah rangkaian lengkap yang terdiri dai mixer pre-amplffier, equaLizer, dan power amplifier akan memisahkan bunyi dari kelompok frekuensi rendahdan tinggi untuk masuk pada bagian yang berbeda dalam speaker (peralatan pada rangkaian terakhir

!*,- -

Page 90: Akustika Bangunan.pdf

'ue{}B>I3uI1Ip

uup r>lruqJodrp >lupueq r,{unq setrlun{ Itap udeJaqes rudruus uelSuuqtuluedueur npad et11 'tudel 3ue,(

ranl\nba uunduuuel uup sruel qrlluleu] >lnlull 'uundruuuel tnlSuD uBp 'lepoul 'sruel tu8uqraq tuePp

razqt)nba rudurnl u1q ludup 'r33ur] qrqel 8ue,( selo{ eped 'alqaQ uep ssD{ Ioquot ednreq 3ue.( orper

nvle adry epe<l yrttuoc auot rJelepv Eueqrepes taztlonba IrBp I{otuoJ '(r,{unq uelunryed tuelsls IJup

UeUenlg)l P Lunleqos ./AJOOi14

uep Jelee7Al uelep )inspu uelqestdrp ue1llseLllp 6ue,{ elens eueul lp SUS efJe} I;}ELUaIS 'l}'}} Jeqrxpe

(relooM)

releedspnol (3-1) ,{cuanbe4 mo1

ueleun6rp untun 6ueI)ruolllale ueleleJad

(reloal l) re)ieedspnoluroq (3g)

r(cuanbetl qOtg

Ja[]al ------+

nzpnbe elaw uebuep yrsnw

!ue^o!e uedol'4oqopnls qenqes eped )ole.tado 6uent eueseng '01,'r! Jequeg

t

tt t ueleng ercoas dung sel4eny ue4teqad uep ueleuqad wolsts L L qeg

Page 91: Akustika Bangunan.pdf

134 Akustika Bangunan

u.g. Speaker

Speaker atau sering pula disebut loudspeaker adalah peralatan terakhir dari rangkaian sound system.

Speaker berfungsi untuk menyampaikan hasil bunyi yang telah diolah oleh amplifier dan equalizerSebuah kotak speaker terdiri dari dua speaker, yaitu yang mengeluarkan hasil olahan bunyi dalamkelompok berfrekuensi tinggi (biasanya disebut tweeter) dan yang mengeluarkan hasil olahan bunyidalam kelompok berfrekuensi rendah (biasanya disebut woofer). Bagi penggemar audio, speakeryang terdiri dai tweeter dan woofer saja seringkali dianggap menghasilkan bunyi yang kurangmantap, maka kemudian ditambahkanlah speaker ekstra yang disebut sub-woofer, khusus untukmengeluarkan suara dari kelompok frekuensi sangat rendah.

Peletakan speaker terhadap pendengar memberikan pengaruh sangat besar terhadap kualitasbunyi yang akan diterima pendengar. Meski telah digunakan mikrofon dan sistem ekualisasi yang

baik, namun apabila peletakan speaker tidak tepat, sangat mungkin terjadi kualitas bunyi yang

dihasilkan juga tidak terlalu baik. Adapun cara peletakan speaker dibedakan menjadi (Egan, 1976):

. Peletakan terpusatPada peletakan ini ditempatkan satu atau beberapa speaker yang saling berdekatan (terkumpuldalam satu titlk). Speaker atau kumpulan speaker ini diletakkan di atas sumber bunyi, namunmasih tetap dalam jarak jangkau pandangan mata pendengar. Dengan penempatan di atas sumberbunyi dan pada posisi dapat terlihat pendengar, maka diharapkan pendengar seolah-olahmendengarkan bunyi asli. Hal ini dimaksudkan agar kesan nyata bagi pendengar dapat terwujuddengan baik. Pada penempatan yang terlalu tinggi, sangat mungkin speaker terpusat tidak terlihatoleh pendengar yang duduk di bawah balkon pada sebuah auditorium. Oleh karena itu, posisinyaperlu diatur sedemikian rupa agar masih tetap terlihat oleh pendengar di bawah balkon. Peletakanterpusat mensyaratkan tinggi plafon minimum ruangan tersebut 6,5 meter.

. Peletakan menyebarPada peletakan ini ditempatkan beberapa speaker di atas pendengar, dengan tingkat kekuatanyang lebih lemah dibandingkan dengan speaker yang digunakan pada peletakan terpusat. Speakeryang terlalu kuatjustru tidak diperlukan, karena dengan posisi menyebar sudah terjadi perkuatan

bunyi antar speaker. Peletakan menyebar dipilih apabila;

- Ketinggian plafon lebih rendah dari 6,5 meter.

- Pendengar tidak dapat berada pada jarak pandang speaker, misalnya pendengar berada dibawah balkon

Gambar 11.12. Peletakan speaker secara terpusat dengan tweeter untukHigh Frequency (HF) dan woofer untuk Low Frequency (LF)

Jendela kaca

Page 92: Akustika Bangunan.pdf

fu66i leuqyy) slteq 6uel ilunq seilpilt ue>lledepuew 4ryun rcqeiuew ue4e\e1ed ,,lleweJss .?!.,! requBc

NVYONVT V-lOd NVO HVNJO

'uebe:as 6uef, uenelOuel elod uelledepuar-l 1nlun uelda.ralrp unun 6ue,{ letel qelepe , g7f =S 'uErxrurep unuel (;1) ue6uen.l uer66une1 ueouep eues e,{uleepr (g) te>leedspnol lelue lElef ,r. -"l"t"C

fu661 'teuqyy) teqeiuew ercces rc4eeds uoplopd 'g!.lt JeqlueC

\____reqasJol ue))elelrp

,:eleedspnoleuoc, IopouJ

.________)lrtt

H > )erel

9t L uepng uecos dung sel4eny usleqJed uep ueJeuqod we$E L L qeg

Page 93: Akustika Bangunan.pdf

136 Akustika Bangunan

Pada peletakan menyebar, harus diupayakan agar pola jangkau masing-masing speaker

tidak tumpang tindih sehingga tidak ada pendengar yang mendengar bunyi yang berasal lebihdari satu jangkauan speaker. Namun demikian, untuk hasil yang baik jarak peletakan sebaiknya

lebih kecil atau sama dengan jarak dari plafon ke lantai. Pada auditorium dengan kapasitaspenonton yang besar, yang kemungkinan menghasilkan selisihjarak antara bunyi asli dan pantulan

lebih dari 15 meter, pada speaker perlu disertakan alat yang disebut time delay. Alat ini berfungsimenunda keluarnya bunyi dari speaker, sehingga penonton dapat mendengar bunyi asli dan

keluaran dari speaker secara bersamaan. Hal ini akan menghindari munculnya bunyi yang

bersahut-sahutan.

. Monitor speakerPada auditorium yang memiliki panggung, peletakan speaker secara terpusat atau menyebar,

akan didampingi dengan peletakan monitor speaker panggung yang digunakan pemain dipanggung untuk mengontrol bunyi yang dikeluarkannya. Monitor speaker biasanya diletakl<an

pada lantai bagian depan panggung, mengarah kepada pemain dengan sudut kemiringan tertentu.

Agar tidak menimbulkan feedback (bunyi 'nging' yang muncul karena bunyi yang dikeluarkanspeaker masuk kembali ke mikrofon), biasanya digunakan speaker dengan kekuatan input rendah,yaitu antara 100 Watt sampai 200 Watt. Umumnya digunakan dua sampai tiga buah speaker

bersama-sama. Pada panggung yang sempit dan memiliki plafon cukup rendah dengan lebaryang sempit, monitor speaker dapat diletakkan tergantung pada plafon panggung bagian depan

menghadap ke arah pemain.

Dalam situasi yang memungkinkan, peletakan speaker secara terpusat lebih dianjurkan ketimbangpeletakan menyebar, sebab peletakan ini akan membawa pendengar pada suasana yang lebih nyata.

Yang perlu diperhatikan saat menggunakan rangkaian sound system adalah memeriksa peralatan

tersebut sebelum digunakan untuk kegiatan yang sesungguhnya. Pemeriksaan meliputi memastikan

peletakan mikrofon berada diluar pola jangkau speaker, sehingga bwyi feedback yang amatmengganggu jalannya aktivitas dapat dihindari.

Pada penggunaan sistem perkuatan bunyi buatan untuk suara manusia saja (tanpa bunyi tambahan,

misalnya: musik), seperti untuk pidato, tidak diperlukan speaker ganda yang terdiri dari tvveeter dan

woo.fer.Ini sengaia dimaksudkan untuk alasan penghematan, sebab, suara manusia umumnya tidakberada pada kelompok frekuensi rendah (tidak berada di bawah 63 Hz).

Soa-l latihan

1. Kapankah sebuah ruangan membutuhkan sistem perkuatan dan perbaikan kualitas bunyi buatan?

2. Apa saja yang menjadi rangkaian peralatan untuk sistem perkuatan dan perbaikan kualitas bunyisecara buatan?

3. Sebutkan hal-hal yang mempengaruhi kualitas input melalui mikrofon!4. Jenis peletakan loud speaker semacam apa yang ideal untuk ruangan dengan ketinggian plafon

mencapai 10 meter?

L-

Page 94: Akustika Bangunan.pdf

gP69=

0l-61=0I8ol0l-gp6l=

u tol 0I - u"lndunl gJ =

lE88uu gJ:ge,t\?[

gp 6L =uu{ndunt ",

uup qung o, ,unr"otl'rti'rrf-t iffijffiif .z

gpSg=

t'0'0I +8L=S3ol0I+gp8l=

u 3o1 91 * Iz3Sunt gJ = w{ndunt

BI:q?.4Aef

f, ,nrnu*nrgJ uelefuelrq

gp 8t ue{J?nle8ueur Surseru-Surseur 'g rolu;eue8 r1elurnl rnq?telrq .I

z svg

'**' ul"T;1;',?Y;=':, :qe'r?r

iz7 ue1e.{uu1rq

ztunlB I e-}I' t'E=tIu oz -zru 9 =t.r mqptalJc .V

,(6'B)tl't' t ,titvzunlelAl=t I.n-="a =t :qp,/y\e[

;7 ue1e,(ue1rqrrr 6'8 - l

u3 d l0'0 = dr Inqele{lq '€

UI LL,O= v :gu,{\?f

;y uu1e,(uu1rq

lep/u-t Qf[ = rt

zH 1tt = I rnrpte{rq .Z

'{elo e{ rur lul{elern,(uep;etueg urur8ueru se8ngeg uere8uepued erepur uerulSuer Sunln Suqed uur8eg epud upureq 8ue,(

Jer?s-JBrBs e,(u1nluele5 '{lrDlele ln(uep rpzfueru lrue{elu ue;ute8 pnfn,r rrep q?qnrp uep e8uqel urelep rpupu Eue,( uerEeq-uer8eq qelo uu4lnluelrp rur uereleC 'rele8req lrulr uurpnruel Eue,{ e8uqel Euepue8 qeloeulrelrp uep 'e8uy1e1 urulup e{ 4nseur 'etu4e1 unep reducueru leqrueJeru 3ue,( Sueqruole8 e.(u1n[ue1eg 'erupnedrueg lnqesrel runlpetu 'rreq-ueqes upepee{ epu4 'r,(ung Suequrole8 uelequrerad rpeLrel eSSurqes 'qefqorBlples Ip epe 8uu,( l3z ln)lololu-ln{e1our qn1ue,{uelll rur ueftlef;| 'rule8req 8ue,( >1efqo uup requnsreq r,(ung .I

_\nn_{ lnt t

, . ,. r: r:::sit,rir]tsi#WffiI gvfl

: ,:: r i ,rii r::ri :rii;l:,i ittliliir;.xii*r.eriiiie+iffis{$ffi

NYHIIVf ]YOS NIYflVAAVf

t_

Page 95: Akustika Bangunan.pdf

138 Jawaban Soal Latihan

3. 7l dB *-- --=80d880 dB --75 dB -------- - = 79 dB

--''76 dR --'93 dB ----________

= 90 dB--'81dB-.-.-

4.

oJU

Eoo, 20

= lo

Luas area dalam histogram adalah: 5(5 + 5 + 10 + 20 + 25 + 15 + 10 + 5 + 5) = 500Untuk menentukan Leq perlu dilakukan penghitungan L, dan Lro.Untuk menghitung Lro, diambil 50Vo dari data, sebagai berikut:

5(5 + 5 + 10 + 20) +25x = 0,5 (500)

25x = 50

x =2Lso = 70 dBA + 2 dBA = 72 dBA

Untuk menghitung L,, diambil 997o dai data, sebagai berikut:

5(5 + 5 + 10 + 20 + 25 + 15 + 10 + 5) + 5y - 0,99 (500)5Y=50J=4

Lr =90dBA+4dBA=94dBASehingga

L"q = Lso + 0,43 (Lr - Lr6)

= 72 dBA + 0,43 . 22 dBA,

= 81,46 dBA

5.

830o

Ezoo

; 10

70

il.-

Page 96: Akustika Bangunan.pdf

' autoqarnpnus rpeluelu zuoqtlD eJEces uulBqrueJed r{eqnSueu ndr.usur?88urqes 'luqeq JEIoB uenduruure{ Hllr-rueru 3ue,{ qepue; rsuen>le4raq r,(unq-r(unq e,(qesur rgedes 'ueun8ueqrnl{ruls ue1m1e83ueur redrues lequruJelu sruel uele r,(unq uelurlSunurrp le8ues 'dn1nc e,{uuu1en1e1 eIg'autoqtm eJeces luqrxBrelu uu{? e,(uurpues ue8uep'erepn ulnrpetu tuelep rp rele8req 8ue,( letqo {ruun nlreJelueures 'punos prtdutt ruSuepueu u?)p lnqesre] Brepn qelo rdnlSuqrp 8ue,( Suero eSSurqes .e,(ure1r1as

rp urEpn e{ {nseu 'JnDlruls lrep Jenle{ t,(unq uelsnreuelu lnqesrel rnl{ruls euereJ- autoqtrr rpufueu uzleautoqarnQnus eJeces uelEqlrrered 'dn1nc 3ue,{ setrsuelul DIIIIluaIu lnqesJel r,(unq u>Il1ey '(autoqatnlcn4s)IJIpues nll rnDlnrls eped leqururelu ue{e Qtunos podwt) uuun8ueq Jru{ruts epud yncunu 6ue,( r,(ung .I

,. ii i i:r ti r, rir g3 ig.:H;*ffit svs

'gp ,t qelepe 1e1e;e,(seur eurrrelrp ludep qrseu 3ue,( uu8ursrgel rsnlod 1e>13ur1 urnurs{eur ruIBg

'(wnyn) uerelndred eeru n?lu ssotJ-Dtqaz'(lr13u-c!{ot1) sutuq-npl ndtuey :rgedes setull-nlel ngurer ueledureued 1n1un uepl'eur1r1e1 uu8ue8eprad uepuurrrlredred qredes leutrogiul sulIAIDIe 1n1un uepl uepeq uur8eqes nele uepfre1r1es rp eeJe ueeunSSuad 'uepfueulnuued splrlun>l 'ue1ul ue8uurura{ :qelepe ue8ursrqel uullelSurueru ludep Suef uelel ryyrseds ue?puo),I

'.I redecueur ledep r uupf ue8ursrqe>1 1e13uq eleur'( ue1n1urued >1n1un e,{uqseues 3ue,( ueeJepue{ qelo mplrp r ue1n1urued ue8uep uelel u41 ',( urntursleruueSursrqe>1le13ur1 uelgseq8ueur ue>p ( ue1ruurued ue8uep ueleluelSuepes '.r ue8ursrqel le4Suq uellrseq8ueruIunurls{Blfiue Blrlredrprue1n1urueduu8uepuepfqenqeS'rrEEJepue{uEtude:e1uepsrualueryeseprequnsnsrpe(urunurn ue1n1urued nleq eue.rel ueplrp ue8ursrqal ue4elSurueru uelu mpq rqrqeleru 3uu,( uelelue1ruurue4

'uep[ uu8uep uelesa8req 8ue,( epor uep}od1eu>1 'uos{Bpl'ureJ'Islursu€rl'urseu :qelepe ue8ursrqel uulpseq8ueur 3ue,( Joloureq ue?Jepue{ uer8ug

'ue8ursrqel Eluepueru letsuelod lu8uus uupfrdel Sueluedes rp uuun8ueq uulqeqe,(ueu rur usup?e)'uuun8ueq nlnueru sesle re8eqes tnqesJel ueun8ueq ue8uep uetelepJeq uulel rudrunfip qelpsed ueun8uuq epzuu?Iu IC 'uepf uep uelqusrdrp ledep 1epr1 uuun8ueq u?Epureqe{ uelSuepes 'rolouueq weJupue{ uuuunt8uedu,(u1u13urueru sruel uuers{ ueun8ueq Dlns€tueru ?ue,( ue8ursrqa4 pseq8ued Brueln Jequns rpelueru uepl

YIJP ZIIOL =vsp ?'8t ' €t'0 + vsp 8'29 =

(os.I _ rl) €i.0 * or, _ 0".,

eSSurqeg

YtlP Z'n + Y8lP LL = t-Iz

zg

29 + (8 + SI + SZ + OZ+ 9I + 0I)9Imp ob66 Ilqtuu1p 'I1 Sunlrq8ueu lntufl

VsP g'z + YtlP ZL = ot'L

tIg(8+(9t+SZ+02+9I+0I)S

$ep obo6 Ilqtu"lp '011 Sunlrq8ueu {ntun

vsp 8'0 + vgp zg = osT

xx9z

(00S) 9,0 - x;Z + (OZ+gt+Ot)S

:ln{ueq reEeqes 'ulep uep o/0S Ilqur?1p ,0s1 tunlrq8ueu {n1ug

(1ede1) gp Zg = 061

009 = (9 + g + gI + gZ+ OZ+9I + g1)g:qeppe ure:3o1srq ruelBpeerp s€n-l

6tL ueqlp1 leos ueqe^ ef

's

,Z

'I

i i !i!1::1:iEpf,#8ffiffiffi

€ SYfl

VgP Z'I8 =C? =>c -

(oos) ee'o =:tn{rJeq ru8eqes 'ulep

Y&P g'ZL =\L=0Z=

(oos) oo'o =:ln{rJeq re8eqes 'u1ep

VgP 8'29 =

8'0 =0Z=

Page 97: Akustika Bangunan.pdf

140 Jawaban Soal Latihan

2. Untuk mengatasi flanking transmission dapat ditempuh tatacara: diskontinu struktur.

3. Diketahui rasio luasan 1:8 dan selisih insulasi material 45 dB - 25 dB = 20 dBMenurut bagan:

1:250

1:125

1:M

1:32

1:16

Rasio EE

1:4

1:2

1:1

2:1

4:1

8:

o 5 @ rs zo 25 30 35 40 45 50 55 60 DB

NILAI INSULASI YANG HILANG (untuk dikurangkan pada insulasi dinding)

Nilai insulasi yang hilang adalah l0 dB, sehingga nilai insulasi kombinasi adalah

45dB-10d8=35dB

4. Diketahui rasio luasan l:2 dan insulasi kombinasi 30 dBMenurut bagan:

1:250

1:125

1:il

1:T.

1:16

Rasio 1:8

1:4

1:1

2:1

4:1

8:1

0 5 10 15@ 25 30 35 40 45 50 55 60 DB

NILAI tNSULASI YANG HILANG (untuk dikurangkan pada insulasi dinding)

Bila insulasi material tebal 50 dB dan insulasi kombinasi 30 dB, maka nilai insulasi yang hilang adalah

20 dB.Bagan menunjukkan bahwa titik pertemuan antara rasio 1:2 dan insulasi hilang 20 dB adalah pada

kurva selisih 25 dB. Oleh karena itu tingkat insulasi material tembus pandang adalah 50 dB - 25 dB =25 dB

lu

Page 98: Akustika Bangunan.pdf

t-

*r,I

rulI

:tn{rreg re8eqes uuryeqrue8rp ledep leos epud uuupeey .t

ue8g uep eouer,t&e-I BInLuJod ue8uep ue8unlrq8ued eruluu gp 8 r{rsrlss ?p? Jeseq sr.le8 eleces uie,(u.re1'g;p ZZ qqppe qelorsdrp 8ue,( erens rs{npar e,rqeq ue{nurele>Ilp ue8eq rn1ule6

0008000t

(zp) rsuenlerS

000t 009

(1ee; uenles ueleunSSueur uEAg) L'9 =

0AooEa.aC

ozo720

t!

9'6_ Un9 "H

uuiE elnru:og JnJnueur uJeluetues

zu/N 0l ' ar gp 0€ =€'0[ =

6911 3o1 gi =E9'02 30t 0I - N

.reiiurr{ssre'o=ffi=z ^ t€'0 lll=t'--;-=z\) (t

Yu'ii='

:n1te,( 'eueq.Iepes 8ue( reledrp ecuoJ,{\E'I Elnlurod e{Elu 'U < O BueJeX

:qe,^aeI

6ue8g uup eJuer,ru'I elnuiJod lnJnue[r eJuns rslnpeJ ue>p,(ue4cl

laaJ8=w9'Z=HlaaJ8t=tugl-Oleel 9'6=1lr€=U

zH 0001 = "/$plu) ,tz - n rnq?le{rc 'z

u?Jn{n/rsuerulp .rsrsodTuelelelod .

IULToIUIU .'lielepe rautDq nele Suepg8ued uelrseqraqel Sunlnpueu 8uu( :o11eg .t

9Z'A '.

#.-' $fJ

t/,

/_-7w1

rl -/

*+ -zt "

Hz

s svs

Page 99: Akustika Bangunan.pdf

142 Jawaban Soal Latihan

BAB 6

o = tr5'+(1,2)2= 5,14

,.-b=r2'+(0.7)'=2.11

, = 1F * 10,5f =t,oz

Sehingga:

5 =a+b+c= 5,14 + 2,11 - 7,02

= 0,23

Dengan 6 = 0,23, menurut bagan reduksi BRE/CIRIA, reduksi bunyinya adalah sekitar 12 dBA.

Reduksi

dB(A)

-15

-'t0

-5

0

Zona setel ah barriel

0,5 0 0,23 0,S 1 1,5

Path difference 6 (metefl5=a+b-c

1.

,

t-

Diketahui dimensi mangan (3 x 4 x 3) m3

Koefisien serap untuk masing-masing elemen pembentuk ruang dan luasnya masing-masing:

(a0 x 0,02) + (1,6 x 0,10) + (0,4 x 0,01) + (12x0,05) + (12 x 0,01) = 66

SPL = 70 dBr=7m

Ditanyakan PWL?

Jawab:

= _ (40x 0.02)+(1,6x 0,10)+(0,4x 0,01) +(l2x 0,05)+(12x 0,01)"-

u=W=0,026D-66.0.026 . A\o'7/.r(= l_0,026 =67.71

PWL = 70 - tolog[----]- . -:--1 = 7o -lotog 0.13 = 70 -(-8.9) = i8.9 dB'"'"" L+ ' 3'14 'i 67'74 )

Ditanyakan reverberation time (r)?

0.16.5000(5000x0,03)+(600x0,04)+ (100x0,7)+(70x0,4) +(300x0,3) +(300x0,1) + (400x0,3) +(450x0,46)

, = ffiH = r.8r7 detik

L

Page 100: Akustika Bangunan.pdf

l--

'Eun38ued qeJe e{ uurue,(u 8uern1 Suupued lnpns ue4edupueru Suef uoluoued geluel epuduer8eg upe 'r8esred ludrue lnlueqraq e,(uru1ue1 upq eSSurqes 'o961 Surseur-Eurs?u Jeseqes 3un33ued ueuelu11 8un[n u?p pepl lnpns reseg usp eledel uelSuqerueru uduel ueue{ e{ uep lrp{ e{ plol ogt Jeseqes ?rsnueuSuepuud tnpns uuseleqrelel e.{uepu eueru{ Bpn{ Iedel ruedes rptu?l {ruueq p{llrueru e,{quepr unuoupnv 'n

'ue8uenr srdeled uuqeq rselryrseds u.(urluu8rp rgereg deres uersrJeo{ uuqeqruad 'Wqn1p snreq 3uuru srdeledueqeq deres uelslJeo{ 'qeqrueq {upD 8ueru ueelmured uesenl BIrq e{Bur'3ueru srdeled ueqeq dzres uersrgeolr 8ueru lnluequred uuelnuued suny 3 uep qeloredrp y euere) 'quqrueq sruer{ y'epegreq 3ue,( I uelpsuqSueur

1ruun u8Eulqes 'qBqrueq {Bplt^ eryw 'Wqruaq rypl1 unuotrpne rsuerurp eIq'(9I) ueeuresred uueurreEeqe5 'E

'u?]nq?s

{nqusreq qelo-qeloes 8ue,( r,(ung qellnqurp ?{eur 'u{ue{as InJunur {eprl ueynluud r(unq uue.rel rpuftet rur p11'r,{unq ueselefleppe{ ueTpqDletueru uelu qeges {Ilsrul? lec?, uu{lnquJluerr ue{p (or1ca)epunyq uelntuurrrad 'Z

'lnqesJel ue8ueru lnlueqrued ueruele qelouu{etdrcrp Aue K (awu uotwtaqtaot) Sun?uap nl{E.r qelo uelnluelrp le8ues urnuolrpnu qenqes Ttsn{p s?tqen) ' I

.,. i:.iin;i;iiti{+gdffi

IIA SYS

sP 6'6I =

SP I'99- SP gL = z'fi

gP I'99 =I9'0'0I+0S =

(tZt flot - 00S 8ot) 0t + 0S =GZttOO) 3o1 91 + 0S = UN

:qe^luf

6211 uele(ue1rq

sP 9t = IlIsulq€s 009 = z,

leaJerenbs tzl = ,ut zl = sap 0s = .IJ rnqele{rc ,g

gp9=9'0'0I=

(OOt 3ot - g6y Eo1 ) 91 =(ootroot) 3o1 91 = 651

:qsldef

ig1,1 ue1e.(ue1r6

ulqes 00t = z,

urqes 00I = I, mqele{lc .s

Eueqnl 3ue1e1eq rp e88uor erunlo^ .Sueqny ueurulepel .

8ueqn1 eere uuwnl .

:qelepe zlloqurleH roleuoseJ uulrs?qreqe{ rqruetuedureru 3ue,( ro11eg .n

f/aCIIrePlt'l=ffi=t

(gt'O x OOt) + (t'O x e'gZg) + (S'O x E'gZg) + (ZO'O x q'ZOS) + (eO'O x OZg) _, =i

zw 9'9209 = g . z(0O . nt'|. S'0 - alunlo^

\

wl ueqlle1 leos ueqeiler

:tnlrreq reEeqes quppe uu8uenr4reunEueq es1e15 .t

Page 101: Akustika Bangunan.pdf

144 Jawaban Soal Latihan

4.

BAB 8

1

2

Dua hal yang menjadi kunci keberhasilan studio adalah: pengendalian kebisingan dan kualitas pelapis ruangan.

Prinsip akustik yang dapat diterapkan untuk mengatasi kebisingan di studio adalah memutus perambatan bunyidengan struktur ganda, seperti pada lantai, dinding dan plafon.

Studio umumnya tidak membutuhkan pemantulan bunyi di dalam ruang, karena tidak adanya penonton yangperlu mendapat sebaran bunyi. Lagipula, aktivitas di dalam studio umumnya dilakukan menggunakan peralatan

listrik. Kebutuhan akan pantulan bunyi yang dapat memberikan nuansa lebih hidup pada bunyi (seperti untuksuara manusia) sebaiknya dihasilkan dengan peralatan bantu (meja nrxer) sehingga lebih dapat dikontrol dandisesuaikan dengan kebutuhan orang per orang.

Pintu studio adalah titik rawan perambatan bunyi. sehingga perlu dirancang sebagai pintu ganda dengan ruangantara yang mencukupi, agar ketika pintu pertama dibuka, pinfu yang lain masih dalam keadaan tertutup untukmeminimalkan perambatan bunyi.

BAB 9

2.

-1.

L Kunci utama pengendalian permasalahan kebisingan pada bangunan publik adalah pembagian zone antaraarea yang menghasilkan kebisingan dan area yang membutuhkan ketenangan.

Pemantulan berulang (flutter echoes atau standing waves) pada koridor atau lorong dapat dikurangi dengan:merancang dinding koridor/lorong agar tidak persis sejajar, melapisi elemen koridor dengan bahan berkoefisienserap tinggi atau melapisi elemen koridor dengan bahan bersrfat dffis.Pada bangunan sekolah, idealnya ruang-ruang kelas terletak lebih rendah dari lapangan atau area aktivitasoutdoor larnr.ya.

Layout ideal rumah tinggal untuk pengendalian kebisingan sekaligus memperlancar terjadinya pertukaran udaraadalah bentuk "L".

P.*P- to

1. Pengendalian kebisingan bangunan di tepi jalan pada negara berkembang seperti Indonesia lebih sederhanadaripada di negara maju karena kendaraan bermotor yang lalu-lalang di jalan umumnya berupa sepeda motoratau jenis kendaraan bermotor lain dengan kapasitas mesin (cc) kecil. sehingga tidak terlalu menghasilkangetaran, berhubung spektrum bunyinya berfrekuensi tinggi. Oleh karenanya, bangunan cukup dirancang untukmengatasi perambatan bunyi saja, tidak perlu sampai untuk menahan getaran.

2. Hal-hal yang dapat ditempuh untuk mengendalikan permasalahan kebisingan pada bangunan di Indonesia dengansistem akustika luar ruangan adalah: penataan layout bangunan dan peletakan sound barier dengan posisi lebihdekat ke jalan (ideal) atau lebih dekat ke bangunan (altematif berikutnya), serta dengan ketinggian tertentu yangmasih memungkinkan te{adinya aliran udara untuk berlangsungnya ventilasi alamiah dalam bangunan.

3. Hal-hal yang dapat ditempuh untuk mengendalikan permasalahan kebisingan pada bangunan di Indonesiadengan sistem akustika pada ruangan dan dalam ruangan adalah: penggunaan material kombinasi yangmenghasilkan tingkat insulasi maksimal, peletakan lubang ventilasi yang tidak menghadap langsung kebisingan.serta pemakaian material pelapis ruang yang menghasilkan kualitas akustik sebagaimana diperlukan (apakah

untuk memantulkan atau menyerap).

4. Secara teoritis sound barrierhanya mampu menahan kebisingan maksimal sebesar 23 dBA.

BAB 11

Sebuah ruangan membutuhkan sistem perkuatan dan perbaikan kualitas bunyi buatan bila: kualitas akustikalamiah dalam ruangan buruk (misalnya muncul banyak cacat akustik, seperti echo, penyebaran bunyi tidakmerata, dan lainJain) dan ruangan dengan kapasitas pemakai di atas 500 orang.Rangkaian peralatan untuk sistem perkuatan dan perbaikan kualitas bunyi secara buatan secara umum terdiridai: input (dapat berupa bunyi langsung melalui mikrofon atau bunyi tak langsung dat', player), kontrol (an-plifier dan equalizer) dan output (loud speaker).Kualitas input melaluimikrofon dipengaruhi oleh:jenis mikrofon, peletakan mikrofon, dan peralatan tambahanyang dipasang menyertai mikrofon.Peletakan loud speaker yang ideal untuk ruangan setinggi 10 meter adalah peletakan terpusat.

4.

1.

2.

h\*---

Page 102: Akustika Bangunan.pdf

qepueJ Isuon{e{Jeq L{ung dere,(ueur

1n1un Suusedrp Sued ruseq dnlnc rsueurp tuplep uurequel {queq ruelep ueqeq

uelup;ed ue>lqepue8ueurTueluelulueur 3ue,( Suero

astou 'srt?Bul eseq?g uep Irqruelp l{epuaqe{rp {upu 3ue,( rfunqr.{unq requrns q€nqes IJBp 1e33un1 t,(unq

{eler nele q?lo, epu {uplr 'led?r uup r€seq

rr(unq ueuuleued

e8u11e1 epud Sun8uepueur r.(unq edrueg e8uqel 1o1u,(ued

Suenr-8uenr nule ueun8ueq {elal slBlsnleq n{u>1 uudzd-uuded IJ€p tenqrel 3ue,( re1ue1

Suenr uulersp ?np eJelue Ip {queqJel 3ue,{ Euoroy

Dppueqa{rp {"pp 8ue,( l?z nlens e(u>lnserue,(uryIeqas

uep Jenl e{ ur?Fp rrep qnrz8ued u,(urpefrel Irc{es sllr?s rselsqlueu Inlun sqesn

e(u{Ileqes uep tuelep e{ ftnl rrep qrue8ued u?perelu {nlun eq?sn

u313n{e{

ruueuel elnurroJ ueleun8tueu uu?uep ue8unlrqtuedsesord rnluleu qeleles 'e1Eue 1e,(ueq Irep qeloredrp 3uu,( 1e33unt e13ue

etues 8uu,( ueq?q rJ?p tenqrelue8ueteq {ntueq ul?lep ?1ep/uern{ntued pseq uuruqrueSSued u:ec

snsnql ureces rf,unq

uelruBuepueur nele e8u11q rtunpuyleur 1n1un re>1edrp 'e1ede1 sele uer8eq Inleleru

uEuEI uep ur1 e?ut1e1 erelue Sunqnq8uad uetuep e8u11e1 epud Suesedrp 3ue.( tepurnululu uep runuls{Errr

ue3uedulrs uepnln,rued te8eqas qequel uup lecund rtndrleul 3ue,{ Sueqruole8

Sunei uep urcl eruuu 'l€qIuBI dnlnc 8ue,( uulnlueured leqDle lnJunu 8ue,( r.(unq

lequrul dn>1nc Bue,( uulnlueured teqqe InJunIu 3ue,( r,(unq

1r1ap deltes Suequole8 nele ue:elnd qelurnf

Jn{ruel 8ue,( nlensas e,(uun:nt11teu er{Itueulpuelqepurdrp4.luqnrp iedep

ueun8ueq ludurere3ur1e1 Sunpuryed 1e1e

Euntuepreq rfunq uulltsuqSuaur

1nlun ueleldrcrp ele8uas 8ue.{ reseq rsueulpJeq lue)teJ olpnls eped lnpnsrru ue8uznqured uernles

srueueru {Ppll tenqlp ele8ues

Pqal x reqel x Suelued uunlnrcqa^ueur

tedec le8ues 1p?fuel 8ue.( uelnlueured leqlle Incunur 8uu,{ l,(unq

rololuJeq uu€repue{ urseru setrsedel rn4n8ueru 1n];n 'J!qn) raQruttual

r,(unq SuuquroleB e,(ulequrureru Eueleq8ued reBeqes unEueqrp 8uu.( seleg Sueprq

nles rulupl sete rp Bpereq Bue,{ urnr.roltpn€ urcPp uo}uoued {npnp leduel rclueluoluoued

uep r[e,(ued e,{uepe rlndrleur 8ue,( ereoe nlens uu1ere88ue1e,(ueur ledural Suenr

r,{unq e.(uueled uup surelue14nlunueur 8ue.( r,{unq Suequrole8 IJep runtulurru uep runursrytu ue8uedurrs

uendtuuu,rel suDI {ltl nulu selug

(ryu1e17rroe1) uenrrlte>l ereres I,{unq uetuep uu8unqnq.req Eue,{ pq unrues

4eq 3uu( r.(unq sulrgenl rudecuetu Iuep ereJ?lel net€ IsIJa]?u 'uulelerednllerrr e,(uuep freq Surrres Is?J]uesuo{ e,(u1e13urueur

Ieu3droleredg

SION

ouowJISEW

auoJsnllulJyota1

aganbnd w1ue1Jopuo)

rsruluI

rseloslrsBInsuI

s?lISUeluI

s>lepulueSoruog

urerSolsrg

auoqdpoag

luprosnurs SuequrolegeIuecSuneg

ISUen{eJC

Is?n]{nlcIsqrs{al{

p?s?d

uolQatotd trtg

auot(IAS?UIEIC

nurluo{sr(Irsueturc

SNJIC

EunBueq

tf,tautoguo{lBg

IunrJolrpnv

opnllldurySuequrYeIrlsn)IV

{psn1yrs?lnun{v

ruYsofc

I

i

9Vt

ISYION NIV(I

Page 103: Akustika Bangunan.pdf

146 Akustika Bangunan

Permanen = tidak mudah diubah/dipindahkanRasio = perbandinganResonansi = fenomena ikut bergetarnya suatu objek karena memiliki frekuensi yang sama ata

hampir sama dengan objek sumber yang bergetarReduksi - pengurangan atau penurunanRigid = keras dan kakuSahih = validSelimut akustik = bahan lunak yang dipergunakan untuk meredam bunyiStereo = kesan/sensasi bunyi yang seolah datang dari beberapa sumber meski sebenarnya

berasal dari sebuah sumber bunyiStereo set = alat elektronik untuk medengarkan radio dan memutar kaset yang memiliki

kemampuan meghasilkan bunyi stereo lengkap dalam satu alat saiaBunyi infrasonik = bunyi yang memiliki frekuensi di bawah ambang batas kemampuan dengar manusia

(< 20 Hz)Bunyi ultrasonik = bunyi yang memiliki frekuensi di atas ambang batas kemampuan dengar manusia

(> 20.000 Hz)Transmisi - menerusnya energi gelombang bunyiZona./zoning = pembagian area menurut peruntukan atau fungsi aktivitas tertentu

A = total absorpsi dari masing-masing permukaan bidang batas ruangan (m2), yaitu E (luas permukaanx koefisien absorpsi).

a = luasan area lubang (m2)a = rata-rata koefisien absorpsi dari semua material pembentuk ruang (rata-rata ini dihitung denganjalan

menghitung masing-masing koefisien absorpsi dikalikan luasan bahan dengan koefisien tersebut,dijumlahkan keseluruhan dan dibagi dengan total luasan pembentuk ruang)

D - jarak antara baruier dan pendengard = kedalaman lubang (m)d = selisih jarak tempuh bunyi asli dan pantulan (m)

f = frekuensi (Hz)I - panjang gelombang (m)tr = konstanta (3,14)H = ketinggian sumber terhadap ujung atas barrierI = intensitas bunyi pada jarak (r) dari sumber bunyi (Watt/m2)[ = tingkat kekuatan bunyi (dB)m = massa panel (kg/m2)P = daya atau kekuatan sumber bunyi (Watt)p = tekanan bunyi (Pa)r = kerapatan material (kg/m3)P = tekanan dalam Pa atau bars (1 Pa = 10 mbars)Po = tekanan acuan (20 mPa)SPL = sound pressure level (dB)PWL = sound power level (dB)NR = noise reduction (dB)R - jarak dari sumber ke barrierR = konstanta ruangan (m2)r = jarak dari sumber ke pendengarS = total kemampuan serap elemen pembentuk ruangTL = transmission loss yang dimiliki bidang batas antara dua ruangan (dB)| = waktu dengung (detik)V = volume ruangan (m3)y = kecepatan rambat (m/det)

L

Page 104: Akustika Bangunan.pdf

gJI 'e{lslc llu{eJ ,ylsnTy puotsDN tDutwas Sutpaacot4 ,uetun18ur1 ueSursrge;E 1e1Eur;uernln8ued rrrelBp x'I u?p b3v'I ue;n1n8ue4 epo1e141 uueunt8ued '966I 'o-1un11"g lFrs uep ,1g nurr.16 ,ttue,(In

'::::3;I1',#rJT jil?',:;:i:,i,:';;,;:::::::;\J,,,,,;;#i;1,J#uopuo'I 'sserd I?rucelrqcrv aqJ 'u8rcaq )USno)V.tg6l .srepunus .G pue .q .uo1e1due1

epBueJ 'suospue (e1t16 uqol 'qnfn1 rcrpe 's?utpltng nl Uaudmbg ptcu1ca1g puo lo)tuotpary.9g6I .ryp ,uluefueg .ure1g

{ro ^reN ''o3 Eur-qsllqnd lBcrrueqJ'(uSrseq crtsnocy) I elunlo^ 'ptruo) asroN pu? uSrsaq 2!$no)v '[16l .leeqcrhtr,reSuqleg

ruloelcols 'qcruese; 3ury1rng roJ lrcunoJ gsrpe^\S .t erunlo1 ,walqord qjpaH )llqnd D soasrcN uo ssat8uoS louoqDuojul qtg a4t{o s?ugpaacot4,,,ssol 3uuue11 pernpul esroN,, ,I66I .1.g4 ,uoss1r1q

uopuo'I 'sserd I?rnlcelllcry 'uou)npa[ asrcN n{ u8rsaq ,996I ,.Sl ,erootr l

uopuo.I 'sserd I?rucqrqcrv 'uoqrpe puoxes')usnocv poog to! u?tsaq ,Lgil ,.Al .eroory

VSn "cul IIrH-^\urCcIAI 'wanig pttuoJ loruawuoltAu7,e66I ,relln{ .erooI I

rrrepretsuv 'Suueeur8ug orpny Jo loor4cg 'sanbruqral oryruS p)tpDt1 ,166I .tuoJ ,reus{ l

',*o8selg 'ep,(lcqte',tg Jo ,(tlsre^lufl 'uoltDuasslp (Jt4d,uownpa| asloN puv rat,W aeq)lttod o, ,riT-lay qtlu uo18ay plunH rcH V uI sasnoH papruuaA Q7otn1o11 to{ suotln1og uBrsaq,ggg7..A.J ,e{rlsgrpehi

uopuoT 'upllrucel 'uorlrpe pnq'siutp1mg m aouatrs lDuawuortlug,2661 .lppue1 ,uellnl/{rl4l

gII 'u{lslJ Iru){al '?rrsnryv puolsDN-tDutwas Surpaacot4'uuuDlnued ue8unlSurl 1nlun ue8ursrqe) Jppupts uep uptntuJed .S66I .ue,r\zrg .rJln-I

{rorreN 'suos puu .(e1r16 u\ol'(patryuy n{ spoqta|tl u7tsaq) ?utry7ry '3ut1oo2 'SuuoaH'166I 'ueqroN .rauqcel

uopuol "p]'I sreqsllqnd esuelrs peqddy'rllsnorv ptnpatnptv' Lg6l'elJuy'ecuer,r?.Ierpul',{equrog'ueru8uol lueug'3utp1mg puo Sursnog TDcrdotl{o pnuoyg'tLil'p te'H.o,reEreqs8rueoy

eue1e,(3o1 'refeled e{Elsnd 'rntlnrtsu{ul ese,(e>1e5 uep ueualeuehl ,€002 ,.I ueqo5 .equopo)

Sn 'lucruqceJ re.&oC 'lleqrrel euerc pw sgeqod uqol ,(q petrpe'tuaauott^ug lryng ary ut prjuo) asloN'*vorterqr^ esroN ptueuruorr^u3.. .6961/gg6l teurn;169 pue uoqeerd

)fl 'retsecu?.I 'uorlrnitsuo3 dLW 'spuafiW Surpltng lo sautadot4 ,nL6I ,.tH,eBpIrpIA

urloq>lcols 'qcreese; Eurpgng roJ Irruno3 qsrpar S .g eurnlo1 .uaqord q1paH

rtlqnd o sD asloN uo ssat?uoS lDuottDuraruI qtg aqt{o s?urpaacot4,,,000Z ree1 eql te esroN,, ,066I ,.>I .perplg

,{esre1-me51 ''cul IleH-errtuetd')usnocv ptryrajlq)tv ur sldacuo3 ,9L61 ,V^eq.yq ,ue8g

)n 'sserd uoueS:e4 'a1doa4 puo s?utppng .aspN .LL6l <.I.(l .eruoorJ

{.ro1,,tleN'suos pue,(e116 uqol 'uounilod asoN pruawuort^ug.LL6I .{ {cr4ed ?ruunqJuopuo'I 'uod5 51gryg 'ailDotd puo fuoaq1 :lottuoJ asrol1 Suuaau!?ug ,966I ,uesusH .H .l pue .V.( .selg

)fI 'errqsueq8uqcng 'sse;4 .ftrsrelru61 uedg et4l'ruauawqv asloN ,ZL6l ,rlt."S1 ,q8noroqueuy

gJI 'e>IIslC {ru{eJ '14s,?{V lDuotsoN nutwag 8ur-paasotd'uereBuepue4 uunSSuug eped ueuslrelrred uep rSolorslg ruoleuv '9661 'ruee-I8Euv uuleu ,ueqsn8y

1n'uoday VIAIJ puo AUg'.,seuroH roJ lortuoJ punos,,

ruepretsuv'Suyaau8ug olpny {o poWS .qe\n>l teqlq,S661uopuo.J'acrgg .&euortu1s s.{tsefe14l

reH 'ecrIIO qsledl tueuruorr^ug eql ;o lueurlredeq .asrc71 cyffot1 pooy to uotruU)fD

Z'oN Islpg 'auDoBDW no[y puo pnq.1OOZ

"' t'it ii; ii*1]FE?;;#ffi . : ii :i i : i :tt:;:; aii.i i;a!, ri Ce$.tfft:rti*XrS+tfeH.ffi]ffi

YXYISOd

I

L

LVL

Page 105: Akustika Bangunan.pdf

INDEKSffi&tr;qtr. tt r" r r

absorpsi 50

acoustic tile 108

airbome sound 46

alat ukur kekuatan bunyi 14

aliran udara 124ambang batas pendengaran 10

ambient noise 24,30amplifier 132anechoic chamber 113

arah perambatan bunyi 8

area

dead 10'7

live 107

asal kebisingan bangunan 45

auditorium 9lakustika dalam ruangan 93

akustika luar ruangan 92

balkon 97, 101

bias 96dinding 92,96,99reverberation 99echo 99jarak antar baris 98jarak maksimal 97jumlah ideal kursi per baris 98

kemampuan melihat 96kenyamananaudio-visual 96

ketidakjelasanbunyi 99

ketidaknyamananvisual 95

lantai 92, 95, 97, 98, 107

panggung arerla 93,94pantul 96perbedaan ketinggian 95, 98plafon 96, 98, 108

ruang 93

selisih jarak tempuh bunyi 100

background noise 24, 115balkon 97. 101

bangunanasal kebisingan 45penerima kebisingan 45

rancangan akustik 126

selubung 124haris

jumlah ideal kursi 98

barrier 66,123,126bals 10

bias 96

bunyibobot 12

frekuensi 6gelombang 6

kecepatan rambat 'lkekuatan 6,8perambatan 3. 4. 8

selisih jarak tempuh 100

spektrum 24

tekanan 10

warna 6

coincident pair. XY 132

condensermicrophone 129

cubicle 115

daya sumber bunyi 9

desk analyser 14

difraksi 85

difusi 86, 118, 125

dinamis 131

dinding 96,99area penonton 96ganda, doubled wall 92panggung 96rumah sakit 119

diskontinu 50dead area 107

drainase 119

dynamic microphone 129

ear protection 19,33,49, 121

efek proximity 130

ekuivalen 30equal loudness level contour 12

equalizer 132equivalent index 30

faktorakustikal, non-akustikal 27

kebisingan jalan 39

tingkat kebisingan 11

toleransikebisingan 27

flanking transmission 47, 50Fletcher-Munson 12

flutter echoes 50,'79,86, 96, 118, 125

frekuensi 6,'7, 24, 66

rendah, sedang. tinggi 7

spektrum 6

gangguan kebisingan 27gelombang 3,4,6,48glass-wool 50, 107, 109

hand held analyser 14

headphone 19

Helmholtz resonator 84histogram kebisingan 31

Hertz, Hz 6,7hotel 118

difus 118

ruang kebisingan 118

ruang servis 118

impact sound 46

infrasonik 6

insulasi 50intensitas bunyi 9, 10, 11

interior fleksibel 91

jalan raya 35, 36faktor 38kebisingan 45,126

jarakantar baris 98barrier terhadap pendengar 66maksimal 97selisih tempuh bunyi 100

jarak sumber bunyi 9terhadap barrier 66

jendela 124studio 110

jenis perambatan kebisingan 46

iumlahsumber bunyi 30ideal kursi per baris 98

kantor 115

background noise. kebisinganlatar belakang 115

cubicle 115

pintu 115

zone 115

kebisingan 23,2'7akustikal. non-akustikal 2'7

asal bangunan 45bangunan penerima 45

industri/pabrik 33jalan raya 35.45. 126mengatasi 28, 122

mengukur 28,126pengendalian 104perambatan 46ruarg 118

Page 106: Akustika Bangunan.pdf

/

9' eruoqriupunos

6n pftoquos

il r.(unq uelen{a{

IE ruurSolsrq

il res.(lEu" pleq pueq

nl res.(luuP lseptv'rt'82'vt hrrs

U e8urlel selr^rlrsues

I € I srlelsrues

VZI ueun8rleq Sunqnles

661 t[unq qndtuel luref qrsrlas

L01 lpsn)Ie lmurlos

OZI F38uB qeurru

6II 8ueru uequsrurad

6II Surpurp u?p rctu€l

zzl '6Il lplss qEIUnr

g0I rolsredo

t6 rrnrrotrpnB3uuru

6Zl suoqdo:crur uoqqrr

9Zl'66 uorlEraqre^el

€lI uelnlueured3ueru lequeqs lueJeqJa^eJ

Lg Jrlsnor? ruooJ

,g zllor{ruloHJolsuoser

BV'6 rsuEuoser

1 t33up'Suepes 'qepuel

98 Is{e{erLg Suu8rsepe:

BL rsfuosgu uersrJeo{ eteJ-eleJ

ZZI uuunSuuq ue8uuouulgzl uuun8ueq {psnl" u?Suecuer

0€l fltrurxord€ Ju8uepueur sasoJd

8I srsnce,{qserd

LZ eUOIUC asrou peua;erd

It uu8ursrqel rsnlodg0I orpnls

96 3un33uud

86 uotuoued eereuo;e1d

0I I orpnts

sll rolueltII epueS

001 illnuotrpnEnlurd

Zl uoqd

0€ eseluesred

OZL uee{elsndred

0€I uoJoDlrrr uedu13ue1.red

0€l uureleS uupe;ed

t€ xepur elqueo;ed

8II '86'S6 uer88uge1

I I r,(unq

ueepeqrad

6VL qepul

LZ elepua{

87, erseuopul

LZ ue8ursrqel uernle:adgV uu8ursrqa>1 ueleqruu:ed

,, unrperu

8 qer€g r(unq uuluqrue;ad

I6 rc1ue1 uereseleiuad

W ue8ursrqel rsnlod lnfunuad0l I uulenq ueerepn3uad

nU ue8ursrqel ueqepue3uad

6I I Suenr ueqestuad

66 erua8'oqca'epunl

66 uouereqJe^er'3uniuap

L0l uelntucruad

6n'$'61 uiurlar iunpurlrdtt I tr':snfuatgt I lr)1ruoru

t1 reqa.iuauraleads uulmaled

I t I (IiEls

I t I sltPlsruras

M srruPurp

Ztl _\y 'rIEd ruaprfuro.-.

at I :rlelas 'gyuo1orlrru ueWtalad

g; :noq lead99 'L '9 iurqLuolai Suelued

16 Plnqrel

L6 untuarso:d

s6 rEluEl

16 papuatYe

96 Surpurp

16 €u3rE

iunfiupd

La't7. JN,Z punorSlcuq

LZ'fa Euelur

,z luelqulE

fa't(, osrou

tZ su1r,tr11alqns

LZ,'nZ 3ue1u1eq ruley

t7. uarquu

LZ'na.tz srou

tU Sueqruelraq e;e8au

ZtI tryd luaplrulor reeu

9€I releeds lolruor-rr

0gl ueetJspur,r

I€I ue14e1ed ryu1e1

IEI oerels

Ig t srtPls

I € I srlelsrues

0€l uedelSueped

0€I uerele8 urupered

6ZI srxe uo 'srxe JJo

ZtI :rcd lueprcuroc reeu

0g I ,ftrutxord 1e;eItI '6Zl crueufp

6ZI resuopuos

6Zl uoJoDlrru

LZ r,(unq uulrerue,(ueruga ue8ursrqel 1e13uri

97,1 rrqle uuBursrqol;nlnEueul

tl 1,rtr15 ue>1eun83ueru

zz1 looplnolU ueun8ueq Sunqnles

gzl roopur

ial'BZ ue8ursrqel rsele8ueurg sesord

7 ru8uepueru

tr r,(unq ueleqruuredgV ue8ursrqel

unrpour

Ig ueelnuued sunl

0l t rsulque,r 8ueqn1

7 purpnlSuoll0l uere e^rl

EZ ue8unq8uq

ZA 1no.tu1

0€ 3ue1e1eq reluy

L}I orpnts

6l I lrlEs q?rxru

I6 uulesele,(ued

96 3un33ued

86 Suurur

L1I'26 upuuS

g6 durlreq

L6 uotuoued eere

L}l '16'96 rslu?lg I I unrrolBtoqel

BL ue8uenr €tuulsuo{

LOI lBsrulu desuo>1

gf rsd:osqe uersr-Ieo{

99 -reureq depeqrel lequns uer33ur1e1

s6 [?nsr^nZ ueueure,{u1ep4e1

tZ uz3ue33ue1er1

[t rde uio;a1

0l 'L puelslu uelederel

96 Iensrl-orpn€ ueueure,(ua1

tzl ,st uuErupue{

96 teqlletu uunduuuelI I uu.rruln8ued r?pupts

iI hi-IS6 wrnln

tI rn{n teF6 'g '9 r,(unq uulenlll

Ol 'L luquur ueledeca:1

LZ JOIT,FT

LZ rsrmrejol

LZ uenSSue8 1u13urta

i{&

j

Page 107: Akustika Bangunan.pdf

150 lndeks

impact .16

intensitl' 9

level 9. l4sound system 128

prinsip kerja 129

speaker 134menyebar 134monitor 136

peletakan 134terpusat 134

spektrumbunyi 24frekuensi 6

SPL 10, 78standar deviasi 4lstanding waves 50,79, 86,96, 118,

125

statis 131

structurebome sound 46

struktur diskontinu 50

studio 104acoustic tile 108

akustika dalam ruangan 104

akustika luar ruangan 106

dead area 107

glass-wool 107, 109jendela 110

karpet 108

karton tempat buah,/telur 108

konsep akustik 107

laboratorium 113

lantai lO7live area l0'7lubang ventilasi 110

operator 109

pemantulan 107

pengendalian kebisingan 104pengudaraan buatan 110

pintu 110

pintu ganda 113

plafon 108

ruang 106

ruang operator 108

selimut akustik 107

subjektivitaskebisingan 2'7

nois 23sudut datang, sudut pantul 48,

suhu 7

sumbergetaran 3

kebisingan 33,45kebisingankendaraan 36

sumber bunyititik 4garis 5

jarak 9jumlah 30

MBadanProPi;Lli

tekanan bunyi 10

teknik peletakan mikrofontelinga 12, 16

gangguan 17

ketulian , 18

tingkatgangguan kebisingan 27ketenggangan 24

tingkat kebisingan 24faktor 11

gangguan 2'7

mengukur 28

tunggal, tumpukan 30toleransikebisingan 27

faktor akustikal 27faktor non-akustikal 27

transmisi 86treshold of

hearing 10, 11

pain 10, 18

tumpukan kebisingan 29

ukuran kekuatan bunyi 9

waktu dengung 81

wama bunyi 6

windscreen 130

zone 115

131

78