Akuraasi Dan Presisi

44
APENDIKS A AKURASI, PRESISI, DAN NILAI PENTING APENDIKS A AKURASI, PRESISI DAN NILAI PENTING Di setiap melakukan pengukuran, selalu saja terdapat error pada hasil pengukuran tersebut. Misalnya, kita akan mendapatkan hasil yang tidak benarbenar sama dari beberapa kali pengulangan pengukuran nilai tegangan dari terminal yang sama dengan Voltmeter. Lantas, bagaimana cara mengetahui error pengukuran sehingga nilai yang sebenarnya dapat diperoleh? Ada dua parameter yang berkaitan dengan error pengukuran tersebut, yaitu akurasi dan presisi. AKURASI DAN PRESISI Akurasi menyatakan seberapa dekat nilai hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya (true value) atau nilai yang dianggap benar (accepted value). Jika tidak ada data bila sebenarnya atau nilai yang dianggap benar tersebut maka tidak mungkin untuk menentukan berapa akurasi pengukuran tersebut. Presisi menyatakan seberapa dekat nilai hasil dua kali atau lebih pengulangan pengukuran. Semakin dekat nilainilai hasil pengulangan pengukuran maka semakin presisi pengukuran tersebut. Gambar 1 a. Presisi dan akurasi tinggi; b. Presisi rendah, akurasi tinggi; c. Presisi tinggi, akurasi rendah; d. Presisi dan akurasi rendah

description

Akurasi dan Presisi

Transcript of Akuraasi Dan Presisi

Page 1: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS A  AKURASI, PRESISI, DAN NILAI PENTING 

APENDIKS A  AKURASI, PRESISI DAN NILAI PENTING 

 

Di setiap melakukan pengukuran, selalu saja terdapat error pada hasil pengukuran tersebut. Misalnya,  kita  akan mendapatkan  hasil  yang  tidak  benar‐benar  sama  dari  beberapa  kali pengulangan pengukuran nilai tegangan dari terminal yang sama dengan Voltmeter. Lantas, bagaimana  cara  mengetahui  error  pengukuran  sehingga  nilai  yang  sebenarnya  dapat diperoleh?  Ada  dua  parameter  yang  berkaitan  dengan  error  pengukuran  tersebut,  yaitu akurasi dan presisi. 

AKURASI DAN PRESISI  

Akurasi menyatakan  seberapa dekat nilai hasil pengukuran dengan nilai  sebenarnya  (true value) atau nilai yang dianggap benar (accepted value). Jika tidak ada data bila sebenarnya atau  nilai  yang  dianggap  benar  tersebut maka  tidak mungkin  untuk menentukan  berapa akurasi pengukuran tersebut. 

 

Presisi menyatakan seberapa dekat nilai hasil dua kali atau lebih pengulangan pengukuran. Semakin dekat nilai‐nilai hasil pengulangan pengukuran maka semakin presisi pengukuran tersebut. 

 

 

Gambar 1 a. Presisi dan akurasi tinggi; b. Presisi rendah, akurasi tinggi; c. Presisi tinggi, akurasi rendah; d. Presisi dan akurasi rendah 

Page 2: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS A  AKURASI, PRESISI, DAN NILAI PENTING 

 

ERROR SISTEMATIK DAN ERROR ACAK Error  sistematik  akan  berdampak  pada  akurasi  pengukuran.  Jika  error  sistematik  terjadi maka  akurasi  pengukuran  tidak  dapat  ditingkatkan  dengan  melakukan  pengulangan pengukuran.  Biasanya,  sumber  error  sistematik  terjadi  karena  istrumen  pengukuran tersebut tidak terkalibrasi atau kesalahan pembacaan (error paralax, misalnya). 

 

Error  acak  akan berdampak pada presisi pengukuran.  Error  acak hadir memberikan hasil pengukuran yang fluktuatif, di atas dan di bawah nilai sebenarnya atau nilai yang diangap benar.  Presisi  pengukuran  akibat  error  acak  ini  dapat  diperbaiki  dengan  melakukan pengulangan  pengukuran.  Biasanya,  error  ini  terjadi  karena  permasalahan  dalam memperkirakan  (estimating) nilai pengukuran saat  jarum berada di antara dua garis‐skala atau  karena  nilai  yang  ditunjukan  oleh  instrumen  tersebut  berfluktuasi  dalam  rentang tertentu. 

NILAI PENTING  

Nilai penting  (signifikan) dari suatu pengukuran bergantung pada unit  terkecil yang dapat diukur  menggunakan  instrumen  pengukuran  tersebut.  Dari  nilai  penting  ini,  presisi pengukuran dapat diperkirakan. 

 

Secara umum, presisi pengukuran adalah ±1/10 dari unit  terkecil yang dapat diukur oleh suatu  instrumen  pengukuran. Misalnya,  sebuah mistar  yang memiliki  skala  terkecil  1mm akan  digunakan  untuk  mengukur  suatu  panjang  benda.  Dengan  demikian,  pengukuran panjang yang dilakukan tersebut dapat dikatakan memiliki presisi sebesar 0.1mm. 

 

Perkiraan presisi di atas berbeda bila kita menggunakan  instrumen digital. Biasanya presisi pengukuran dengan instrumen digital adalah ±1/2 dari unit terkecil yang dapat diukur oleh suatu  instrumen  pengukuran  tersebut.  Misalnya,  nilai  tegangan  yang  ditunjukan  oleh Voltmeter  digital  adalah  1.523Volt  ;  dengan  demikian,  presisi  pengukuran  tegangan tersebut adalah ±1/2 x 0.001 atau samadengan ±0.0005Volt. 

Page 3: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS B  PETUNJUK PEMBUATAN RANGKAIAN ELEKTRONIK PADA BREADBOARD 

APENDIKS B   PETUNJUK PEMBUATAN RANGKAIAN ELEKTRONIK PADA BREADBOARD 

BREADBOARD  

 

Gambar 2 Implementasi rangkaian joystick motor driver untuk Robot pada breadboard [1]

Breadboard  adalah  suatu  perangkat  yang  seringkali  digunakan  untuk  melakukan implementasi  suatu  rancangan  rangkaian  elektronik  secara  tidak  disolder  (solderless) (Gambar  1).  Implementasi  rancangan  yang  demikian  bertujuan  untuk  menguji‐coba rancangan  tersebut  yang  biasanya  melibatkan  pasang‐bongkar  komponen.  Bentuk implementasi  lainnya  adalah  implementasi  dengan  melakukan  penyolderan  komponen yang dikerjakan pada PCB (Printed Circuit Board) (Gambar 2). 

 

Page 4: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS B  PETUNJUK PEMBUATAN RANGKAIAN ELEKTRONIK PADA BREADBOARD 

 

Gambar 3 Implementasi rangkaian joystick motor driver untuk Robot pada PCB[1]

Tampak pada Gambar 1 bahwa breadboard memiliki  lubang‐lubang  tempat  terpasangnya kaki‐kaki komponen dan kawat kabel. Lubang‐lubang tersebut adalah sesungguhnya soket‐soket dari bahan logam (konduktor) yang tersusun sedemikian sehingga ada bagian lubang‐lubang yang terhubung secara horizontal dan ada yang terhubung secara vertikal.  

 

Gambar 4 Jenis-jenis breadboard

Page 5: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS B  PETUNJUK PEMBUATAN RANGKAIAN ELEKTRONIK PADA BREADBOARD 

Gambar 3 adalah gambar jenis‐jenis breadboard yang dimiliki oleh Lab Dasar Teknik Elektro STEI  ITB.  Setidaknya  ada  empat  bagian  penting  yang  harus  diperhatikan  sebelum menggunakan breadboard (lihat Gambar 4): 

Pada bagian  ini  lubang‐lubang breadboard  saling  terhubung  secara vertikal. Tiap  set lubang pada bagian ini terdiri dari lima lubang yang saling terhubung.  

Pada bagian ini lubang‐lubang breadboard saling terhubung secara horizontal. Tiap set lubang pada bagian ini terdiri dari 25 lubang yang saling terhubung. Perhatikan bahwa pada  tiap set  lubang  tersebut  terdapat  jarak pemisah antar  lubang yang  lebih besar setiap lima lubang. 

Bagian ini adalah pemisah yang menyatakan bahwa bagian lubang‐lubang breadboard yang saling terhubung secara vertikal di sebelah atas tidak terhubung dengan bagian lubang‐lubang breadboard di sebelah bawah. 

Bagian ini adalah pemisah yang menyatakan bahwa bagian lubang‐lubang breadboard yang saling terhubung secara horizontal di sebelah kiri tidak terhubung dengan bagian lubang‐lubang breadboard di sebelah kanan. Pada banyak jenis breadboard, pemisah ini ditandai dengan  jarak pemisah yang  lebih besar daripada  jarak pemisah antar set lubang pada bagian b.  

 

 Gambar 5 Bagian-bagian yang harus diperhatikan pada breadboard 

Breadboard  dapat  bekerja  dengan  baik  untuk  rangkaian  ber‐frekuensi  rendah.  Pada frekuensi  tinggi,  kapasitansi  besar  antara  set  lubang  yang  bersebelahan  akan  saling berinterferensi.  

Page 6: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS B  PETUNJUK PEMBUATAN RANGKAIAN ELEKTRONIK PADA BREADBOARD 

MERANGKAI KABEL, KOMPONEN DAN INSTRUMEN  

KABEL Kabel yang digunakan untuk membuat rangkaian pada breadboard adalah kabel dengan isi kawat  tunggal  (biasanya)  berdiameter  #22  atau  #24  AWG.  Untuk  menghasilkan pemasangkan  yang  baik  pada  breadboard,  kupas  kedua  ujung  kabel  sehingga  diperoleh panjang  kawat  (yang  sudah  terkupas)  sekitar  12 mm.  Kemudian  pastikan  seluruh  bagian kawat yang sudah terkupas tadi masuk ke dalam lubang breadboard.  

Biasakan  memasang  kabel  pada  breadboard  dengan  rapih  sejak  awal.  Hal  ini  akan mempermudah  penelusuran  sebab  terjadinya  kesalahan  akibat  salah  pasang  kabel, misalnya. Berikut  ini  adalah berbagai  petunjuk  penting  lainnnya  yang harus  diperhatikan dalam membuat rangkaian pada breadboard: 

Pastikan  Power  Supply  dalam  keadaan mati  atau  tidak  terpasang  para  breadboard ketika merangkai komponen dan kabel pada breadboard 

Pahami (jika belum ada, buat) terlebih dahulu skema rangkaian elektronik yang akan diimplementasikan  pada  breadboard.  Dengan  demikian,  kemungkinan  terjadinya kesalahan akan lebih kecil. 

Tandai  setiap  kabel  atau  komponen  yang  telah  terpasang  dengan  benar, misalnya dengan spidol. 

Gunakan kabel  sependek mungkin. Kabel yang  terlalu panjang berpotensi membuat rangkaian  pada  breadboard  menjadi  tidak  rapih.  Selain  itu,  kabel  yang  terpasang terlalu panjang dan berantakan dapat menghasilkan interferensi berupa sifat kapasitif, induktif dan elektromanetik yang tidak diharapkan. 

Usahakan  kabel  dipasang  pada  breadboard  dengan  rapih  dan,  jika memungkinkan, tubuh kabelnya mendatar pada breadboard. 

Rangkai  komponen  (hubungkan  suatu  komponen  dengan  komponen‐komponen lainnya) secara langsung tanpa menggunakan tambahan kabel jika itu memungkinkan 

Usahakan  tidak  menumpuk  komponen  atau  kabel  (komponen/  kabel  yang  akan dipasang  tidak melangkahi komponen/ kabel  lain yang  telah  terpasang). Hal  ini akan menyulitkan  pengecekan  rangkain  yang  telah  diimplementasikan  pada  breadboard. Selain itu, akan menyulitkan bongkar‐pasang komponen ketika diperlukan. 

Usahakan menggunakan warna kabel berbeda untuk membuat koneksi yang berbeda. Misalnya  mengunakan  kabel  warna  merah  untuk  koneksi  ke  Power  Supply  dan menggunakan kabel warna hitam untuk koneksi ke ”ground”. 

Page 7: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS B  PETUNJUK PEMBUATAN RANGKAIAN ELEKTRONIK PADA BREADBOARD 

KOMPONEN 

 

Gambar 6 Pemasangan IC pada breadboard  

Pada  prinsipnya,  komponen‐komponen  elektronik  seperti  resistor,  kapasitor  atau Integrated  Circuit  (IC)  dapat  dipasang  secara  langsung  pada  lubang  breadboard.  Khusus untuk  resistor,  kaki  resistor  dengan  rating  daya  lebih  dari  0.5  W  tidak  cocok  untuk digunakan  pada  breadboard  karena  ukuran  kakinya  yang  terlalu  besar.  Namun  ini  tidak menjadi masalah karena praktikan hanya menggunakan resistor dengan rating daya 0.25 W di dalam praktikum  ini. Di bawah  ini adalah beberapa hal penting  lainnya yang berkaitan dengan komponen secara khusus : 

Ingatlah  bahwa  IC  (terutama MOS) dapat  rusak  akibat  listrik  statik,  termasuk  listrik statik di dalam  tubuh  kita. Di negara  subtropis,  karena  kelembaban  sangat  rendah, gesekan‐gesekan  pakaian  dengan  material  lain  dapat  membangkitkan  listrik  statik pada  tubuh.  Listrik  statik  ini  dapat  membentuk  tegangan  tinggi  sesaat  bila  kita menyentuk  kaki‐kaki  komponen  dan  menyebabkan  kerusakan.  Tapi,  karena  kita berada  di  negara  tropis  yang  berkelembaban  tinggi,  pengumpulan  listrik  statik  tadi tidak signifikan. 

Sebelum mencoba dipasang pada breadboard, pastikan  kaki‐kaki  IC  lurus. Bila  tidak lurus, gunakan tang untuk meluruskan/ memperbaiki kaki‐kaki  IC tersebut. Demikian juga  ketika  akan  mencopot  IC  dari  breadboard;  gunakan  pinset  dengan  cara mencungkil  kedua ujung  IC  tersebut. Usahakan  tidak  terjadi  sudut  (antara badan  IC dan  breadboard)  lebih  besar  dari  10  sehingga  dapat meminimalisasi  kemungkinan bengkoknya (bahkan patahnya) kaki‐kaki IC. 

Pastikan  ikuti Gambar 5 untuk pemasangan  IC pada breadboard. Dengan demikian, kaki‐kaki IC tidak saling terhubung.  

Perhatikan  rating  tegangan  kapasitor.  Jika  menggunakan  kapasitor  elektrolit, perhatikan  polaritasnya.  Pemasangan  polaritas  yang  terbalik  akan  menyebakan rusaknya kapasitor. 

Page 8: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS B  PETUNJUK PEMBUATAN RANGKAIAN ELEKTRONIK PADA BREADBOARD 

Pastikan kapasitor dalam keadaan discharge sebelum dipasang. Jika ragu, hubungkan kedua  kaki  kapasitornya.  Lakukan  dua  kali  untuk  kapasitor  yang  sama  karena  ada kalanya kapasitor masih memiliki muatan sisa setelah discharging yang pertama. 

INSTRUMEN Di  bawah  ini  adalah  hal‐hal  penting  yang  harus  diperhatikan  ketika  menggunakan/ menghubungkan instrumen laboratorium ke rangkaian di breadboard: 

Gunakan  kabel  yang  tepat  untuk menghubungkan  suatu  instrumen  ke  breadboard (lihat  Kabel  Aksesoris).  Pegang  badan  konektor  (bukan  badan  kabelnya)  saat memasang dan mencabut kabel. 

Untuk percobaan  yang menggunakan Generator  Signal dan Power  Supply: nyalakan Power Supply  terlebih dahulu,  lalu nyalakan Generator Signal.  Jika dilakukan dengan cara  sebaliknya,  akan  menyebabkan  kerusakan  pada  IC.  Demikian  juga  ketika mengakhiri:  matikan  Generator  Signal  terlebih  dahulu,  kemudian  matikan  Power Supply.  

DAFTAR PUSTAKA  

[1]   www.robotroom.com

[2]  Y. Tsividis, A First Lab in Circuits and Electronics, Jons Wiley and Sons, 2001 

Page 9: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS C  NILAI DAN RATING KOMPONEN 

APENDIKS C  NILAI DAN RATING KOMPONEN 

RESISTOR 

FUNGSI Resistor  berfungsi  untuk  mengatur  aliran  arus  listrik.  Misalnya,  resistor  dipasang  seri dengan LED (Light‐Emitting Diode) untuk membatasi besar arus yang melalui LED. 

KODE WARNA 

 

Gambar 7 Resistor 

Resistor yang biasa kita  jumpai memiliki nilai  resistansi yang direpresentasikan oleh kode warna pada badan resistor. Resistor tersebut adalah seperti yang ditunjukan pada Gambar 1. 

 

Tabel 1 Kode warna 

Warna  A Angka pertama 

B Angka kedua 

C Faktor penggali 

D Toleransi 

Hitam Coklat Merah Jingga Kuning Hijau Biru Ungu 

Abu‐abu Putih 

Warna emas Warna perak Tanpa warna 

‐ 1 2 3 4 5 6 7 8 9 

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 

1 10 102

103

104

105

106

   

10‐1

10‐2

 ±1% ±2%  

±4%      

±5% ±10% ±20% 

 

Label kode warna pada badan resistor ada yang berjumlah 4, 5 atau 6 gelang warna. Aturan pembacaan kode warna tersebut adalah sebagai berikut: 

• warna pertama: angka pertama nilai resistansi  (resistor dengan 4, 5 atau 6 gelang warna) 

Page 10: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS C  NILAI DAN RATING KOMPONEN 

• warna  kedua:  angka  kedua  nilai  resistansi  (resistor  dengan  4,  5  atau  6  gelang warna) 

• warna  ketiga:  faktor pengali  (pangkat dari  sepuluh) dengan  satuan Ohm  (resistor dengan 4 gelang warna) atau angka ketiga nilai resistansi (resistor dengan 5 atau 6 gelang warna) 

• warna  keempat:  toleransi  (resistor  dengan  4  gelang  warna)  atau  faktor  pengali (pangkat dari sepuluh) dengan satuan Ohm (resistor dengan 5 atau 6 gelang warna) 

• warna kelima: toleransi (resistor dengan 5 atau 6 gelang warna) 

• warna  keenam:  koefisien  temperatur  dengan  satuan  PPM/0C  (resistor  dengan  6 gelang warna) 

NILAI RESITOR Resistor  tidak  tersedia  dalam  sembarang  nilai  resistansi.  Nilai  resistansi  setiap  resistor mengikuti standard Electronic  Industries Association  (EIA). Nilai resistansi berdasarkan EIA yang paling banyak dijumpai di pasaran adalah seri E6 (toleransi 20%): 

1, 1.5, 2.2, 3.3, 4.7, 6.8, 10, 15, 22, 33, 47, 68, 100, 150, 220, 330, 470, 680,1000,... dst. (Ohm) 

dan seri E12 (toleransi 10%): 

1, 1.2, 1.5, 1.8, 2.2, 2.7, 3.3, 3.9, 4.7, 5.6, 6.8, 8.2, 10, 12, 15, 18, 22, 27, 33, 39, 47, 56, 68, 82,100... dst. (Ohm) 

Terlihat bahwa ada perulangan setiap 6 deret angka (seri E6) dan 12 deret angka (seri E12) yang masing‐masing angka telah dikalikan 10. 

 

Selain nilai‐nilai resistansi di atas, ada nilai‐nilai resistansi lebih presisi yang sukar dijumpai. Nilai‐nilai  resistansi  itu mengukuti  standard EIA  seri E24  (toleransi 5% dan 2%), E96  (1%) dan E192 (0.5%, 0.25% dan 0.1%). Secara lengkap, nilai‐nilai resistansi tersebut dapat dilihat di [1]. 

RATING DAYA Ketika melewati  resistor,  energi  listrik  diubah menjadi  energi  panas.  Tentu  saja  dampak energi panas  yang berlebih  akan menimbulkan  kerusakan pada  resistor. Oleh  karena  itu, resistor memiliki rating daya yang merepresentasikan seberapa besar arus maksimum yang diperkenankan melewati resistor. 

 

Rating daya resistor yang banyak digunakan adalah ¼ Watt atau ½ Watt. Resistor tersebut adalah  resistor  dengan  label  kode  warna  yang  banyak  dipasaran.  Selain  itu,  ada  pula resistor  dengan  rating  tegangan  5  Watt  atau  lebih  besar.  Untuk  resistor  jenis  ini  nilai resistansi dan rating tegangannya dapat dibaca secara langsung di badan resistornya. 

Page 11: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS C  NILAI DAN RATING KOMPONEN 

 

Perlu diperhatikan bahwa guna keamanan dan agar resistor tidak mudah rusak (terbakar), pastikan menggunakan  resistor  yang menghasilkan daya disipasi maksimum  sebesar 60% rating daya disipasinya.  

KAPASITOR 

FUNGSI Kapasitor  adalah  instrumen  yang  bekerja  dengan menyimpan muatan. Aplikasi  kapasitor diantaranya digunakan sebagai filter pada rangkaian penyearah tegangan. 

 

Ada dua tipe kapasitor, yaitu polar dan nonpolar/ bipolar. Perbedaan dari keduanya adalah pada ketentuan pemasangan kaki‐kakinya. Polaritas pada kapasitor polar dapat diketahui melalui  label  polaritas  (negatif  atau  positif)  kaki  kapasitornya  atau  panjang‐pendek  kaki‐kakinya.  Pemasangan  kapasitor  polar  ini  harus  sesuai  dengan  polaritasnya.  Sementara, untuk  pemasangan  kapasitor  nonpolar,  tidak  ada  ketentuan  pemasangan  polaritas  kaki‐kakinya karena itu pula pada kapasitor nonpolar tidak ada label polaritasnya. 

 

Desain  kapasitor,  baik  polar maupun  nonpolar,  ada  dua  bentuk,  yaitu  aksial  dan  radial. Contoh  bentuk  kapasitor  aksial  dan  radial  ditunjukan  pada Gambar  1  (perhatikan  posisi kaki‐kakinya). 

 

 

Gambar 8 Kapasitor bentuk radial (kiri) [2] dan kapasitor bentuk aksial (kanan) [3] 

 

KAPASITOR POLAR  

   Gambar 9 (Dari kiri) simbol kapasitor polar, kapasitor tantlum dan kapasitor elektrolit [2] 

 

Page 12: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS C  NILAI DAN RATING KOMPONEN 

Kapasitor  elektrolit  dan  kapasitor  tantalum  adalah  contoh  jenis  kapasitor  polar.  Rating tegangan kedua kapasitor tersebut rendah, yaitu 6.3 Volt – 35 Volt. Pada badan kapasitor tersebut  tercetak  label  polaritas  yang menunjukan  polaritas  kaki  komponen  yang  sejajar dengan label polaritas tersebut. 

 

Saat  ini, nilai kapasitansi dan rating  tegangan kedua  jenis kapasitor  tersebut dapat dibaca langsung  dari  label  yang  tercetak  dengan  jelas  pada  badan  kapasitornya.  Namun,  pada kapasitor  tantalum  biasanya  dicetak  dengan  kode  angka.  Dahulu, mungkin  saat  ini  juga masih  ditemukan  di  beberapa  toko  komponen  elektronik,  nilai  kapasitansi  dan  rating tegangan  kapasitor  tantalum  dicetak  dengan  label  kode  warna.  Kode  warna  tersebut mengikuti kode warna standard (seperti kode warna pada resistor).  

 

Besar muatan yang dapat disimpan oleh suatu kapasitor ditunjukan oleh nilai yang tertera pada  kapasitor  tersebut. Besar muatan  tersebut biasanya ditulis dalam besaran piko  (p), 

nano (n) dan mikro (μ) Farad: 

• μ = 10‐6, 1000000μF = 1F 

• n = 10‐9, 1000nF = 1μF 

• p = 10‐12, 1000pF = 1nF 

KAPASITOR NONPOLAR 

        

Gambar 10 (Dari kiri) simbol kapasitor nonpolar dan jenis‐jenis kapasitor nonpolar [5] 

 

Kapasitor nonpolar memiliki rating tegangan paling kecil 50 Volt. Kapasitor nonpolar yang banyak digunakan biasanya memiliki rating tegangan 250 Volt atau  lebih. Nilai kapasitansi kapasitor nonpolar yang tercetak pada label berupa kode angka atau kode warna. 

NILAI KAPASITANSI KAPASITOR NONPOLAR Perhatikan gambar jenis‐jenis kapasitor pada Gambar 3:  

• Label ”0.1” pada kapasitor paling kiri artinya bahwa kapasitor tersebut memilki nilai 

kapasitansi  0.1μF  =  100nF.  Contoh  lain,  label  “4n7”  artinya  nilai  kapasitansi kapasitor tersebut adalah 4.7nF. 

Page 13: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS C  NILAI DAN RATING KOMPONEN 

• Aturan  pembacaan  kode warna  kapasitor  (gambar  kedua  dari  kiri) mirip  dengan pembacaan kode warna resistor. Kode warna dibaca dari warna paling atas: 

warna pertama: angka pertama nilai kapasitansi  

warna kedua: angka kedua nilai kapasitansi 

warna ketiga: faktor pengali (pangkat dari sepuluh) dengan satuan pF 

warna keempat: toleransi 

warna kelima: Rating tegangan 

Misal,  tiga warna pertama  kapasitor  tersebut adalah  coklat‐hitam‐jingga memiliki arti bahwa nilai kapasitansinya 10x103pF = 10000pF. 

• Aturan pembacaan kode angka pada  jenis kapasitor  seperti  tampak pada gambar ketiga adalah sebagai berikut: 

angka pertama: angka pertama nilai kapasitansi 

angka kedua: angka kedua nilai kapasitansi 

angka ketiga: faktor pengali (pangkat dari sepuluh) dengan satuan pF 

huruf yang mengikuti angka‐angka tersebut adalah nilai toleransi dan rating tegangannya 

Misalnya,  label  ”102”  artinya  10x102pF=1000pF;  ”472”  artinya  4700pF  dengan toleransi ”J”, yaitu 5%. 

• Label  ”470”  pada  gambar  kapasitor  nonpolar  paling  kanan  artinya  kapasitor tersebut memiliki kapasitansi 470pF. Kapasitor jenis ini, yaitu kapasitor polystyrene sudah jarang digunakan saat ini. 

STANDARD NILAI KAPASITANSI Nilai  kapasitansi  berdasarkan  standard  EIA  yang  banyak  di  pasaran  adalah  seri  E6.  Perlu dicatat  bahwa,  seperti  pada  resistor,  kapasitor  tidak  tersedia  dalam  sembarang  nilai kapasitansi, melainkan mengikuti standard EIA. 

 

Kapasitor seri E6 memiliki toleransi ±20%. Berikut adalah nilai‐nilai kapasitansinya: 

10, 15, 22, 33, 47, 68, 100, 150, 220, 330, 470, 680, 1000,... dst. (dengan satuan pF) 

Terlihat bahwa ada perulangan setiap enam deret angka yang masing‐masing angka  telah dikalikan 10. 

 

Seperti pada resistor, selain nilai‐nilai kapasitansi di atas ada pula nilai‐nilai kapasitansi yang lebih presisi dengan mengikuti standard EIA. 

Page 14: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS C  NILAI DAN RATING KOMPONEN 

KAPASITOR VARIABEL 

   

Gambar 11 Kapasitor variabel [5] 

 

Kapasitor jenis ini biasanya digunakan di dalam rangkaian tuning radio. Nilai kapasitansinya relatif kecil, biasanya diantara 100pF dan 500pF. 

KAPASITOR TRIMMER 

   

Gambar 12 Kapasitor trimmer [5] 

Kapasitor trimmer adalah ukuran mini dari kapasitor variabel. Kapasitor  ini didesain untuk dapat  dipasangkan  langsung  pada  PCB  dan  untuk  diatur  nilainya  hanya  pada  saat pembuatan rangkaian. Nilai kapasitansi kapasitor  ini biasanya kurang dari 100pF. Di dalam rentang  nilai  kapasitansinya,  kapasitor  trimmer memiliki  nilai minimum  yang  lebih  besar dari nol. 

 

INDUKTOR 

FUNGSI Pada  rangkaian  DC,  induktor  dapat  digunakan  untuk  memperoleh  tegangan  DC  yang konstan  terhadap  fluktuasi arus. Pada  rangkai AC,  induktor dapat meredam  fluktuasi arus yang tidak diinginkan.  

 

Page 15: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS C  NILAI DAN RATING KOMPONEN 

                     

Gambar 13 (Dari kiri) simbol induktor dan jenis‐jenis induktor [4] 

KODE WARNA Ada  jenis  induktor  yang  desain  fisiknya  mirip  dengan  resistor.  Nilai  induktansinya dinyatakan dengan kode warna. Induktor jenis ini ditunjukan oleh Gambar 8. 

 

 

Gambar 14 Induktor dengan kode warna [5] 

 

Membaca kode warna pada induktor sama dengan membaca kode warna pada resistor dan kapasitor: 

• warna pertama: angka pertama nilai kapasitansi  

• warna kedua: angka kedua nilai kapasitansi 

• warna ketiga: faktor pengali (pangkat dari sepuluh) dengan satuan μH 

• warna keempat: toleransi 

 

Induktor memiliki  rating arus  tertemtu. Dalam suatu  rangkaian biasanya digunakan stress ratio 60%. 

 

Page 16: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS C  NILAI DAN RATING KOMPONEN 

DIODA 

FUNGSI Dioda  berfungsi  untuk  membuat  arus  listrik  mengalir  pada  satu  arah  saja.  Arah  arus tersebut ditunjukan oleh arah tanda panah pada simbol dioda (Gambar 8).  

 

Gambar 15 Simbol dioda [5] 

FORWARD VOLTAGE DROP Seperti  halnya  orang  yang mengeluarkan  energi  untuk membuka  pintu  dan melaluinya, listrik juga mengeluarkan energi saat melalui dioda. Tegangan listrik akan berkurang sekitar 0.7 Volt saat arus  listrik melewati   dioda (yang terbuat dari silikon).   Tegangan sebesar 0.7 Volt ini disebut forward voltage drop. 

REVERSE VOLTAGE Dioda ideal tidak akan melewatkan arus yang mengalir pada arah yang berlawanan (dengan panah  pada  simbol  dioda).  Namun,  secara  praktis  terdapat  kebocoran,  yaitu  ada  arus 

dilewatkan maksimum sebesar beberapa μA meski dapat diabaikan.   

 

Tegangan balik maksimum  (maximum reverse voltage) sebesar 50V atau  lebih adalah nilai maksimum tegangan (dengan arah arus berlawanan) yang masih dapat ditahan oleh dioda. Bila  tegangan balik melebihi  rating  tegangan balik maksimum  ini maka dioda akan  rusak, kebocoran arus. 

JENIS DIODA 

DIODA SIGNAL 

Dioda  jenis  ini  digunakan  untuk meneruskan  arus  dengan  nilai  arus  kecil,  yaitu  hingga 100mA. Contoh dioda jenis ini adalah dioda 1N4148 yang terbuat dari bahan silikon. 

DIODA RECTIFIER 

Dioda  jenis  ini digunakan dalam  rangkaian Power Supply. Dioda  tersebut berfungsi untuk mengubah arus bolak‐balik ke arus searah. Rating maksimum arus yang dapat dilewatkan samadengan 1A atau lebih besar dan maximum reverse voltage samadengan 50V atau lebih besar. 

Page 17: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS C  NILAI DAN RATING KOMPONEN 

DIODA ZENER 

Dioda  ini digunakan untuk memperoleh  tegangan  (dioda zener) yang  tetap ketika  reverse voltage sudah berada di daerah breakdown. Ketika reverse voltage, meski nilainya berubah‐ubah,  asalkan  berada  di  daerah  breakdown maka  tegangan  dioda  zener  tersebut  akan tetap.  

 TRANSISTOR 

FUNGSI  Transistor berfungsi sebagai penguat arus. Karena besar arus yang dikuatkan dapat diubah ke dalam bentuk tegangan, maka dapat dikatakan juga bahwa transistor dapat menguatkan tegangan. Selain itu, transistor juga dapat berfungsi sebagai switch elektronik. 

 

Ada  dua  jenis  transistor,  yaitu  NPN  dan  PNP.  Simbol  kedua  jenis  transistor  tersebut ditunjukan oleh Gambar 6. 

 

Gambar 16 Simbol transistor NPN dan PNP (ket.: B = Base, C = Collector dan E = Emitter) [5] 

 

Transistor memiliki  tiga  kaki  yang masing‐masing harus dipasang  secara  tepat. Kesalahan pemasangan  kaki‐kaki  transistor  akan dapat merusakan  transistor  secara  langsung.  Perlu dicatat  bahwa  pada  badan  transistor  tidak  ada  label  yang  menunjukan  bahwa  kaki transistor  tersebut  adalah  B,  C  atau  E.  Dengan  demikian,  sebelum  memasang  sebuah transistor,  pastikan  dimana  kaki  B,  C  dan  E  dengan membaca  datasheet‐nya.  Di  dalam penggunaannya harus pula diperhatikan dua  rating: daya disipasi  kolektor,  yaitu VCE  x  IC, dan breakdown voltage, yaitu VBE reverse. 

DAFTAR PUSTAKA [1]  www.em.avnet.com/ctf_shared/pgw/ df2df2usa/Resistance%20Decade%20Values.pdf 

[2]  www.columbia.k12.mo.us 

[3]  www.banzaieffects.com 

[4]  en.wikipedia.org/wiki/Inductor 

[5] www.kpsec.freeuk.com

Page 18: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS D  INSTRUMEN DASAR DAN AKSESORIS 

APENDIKS D  INSTRUMEN DASAR DAN AKSESORIS 

INSTRUMEN DASAR 

MULTIMETER Di dalam praktikum yang akan dilakukan nanti, praktikan akan menggunakan dua macam multimeter, yaitu multimeter analog dan multimeter digital (Gambar 1).  

    

Gambar 17 Multimeter digital (kiri) dan multimeter analog (kanan)

GENERATOR SINYAL Generator  sinyal  adalah  instrumen  yang menghasilkan/ membangkitkan  berbagai  bentuk gelombang: sinus, kotak dan gergaji. 

 

 

Gambar 18 Generator sinyal

Page 19: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS D  INSTRUMEN DASAR DAN AKSESORIS 

OSILOSKOP Osiloskop  adalah  instrumen  ukur  yang  dapat  menampilkan  visualisasi  dinamis  signal tegangan yang diukurnya. 

 

Gambar 19 Osiloskop

POWER SUPPLY Perangkat  ini  adalah  instrumen  sumber  tegangan  dan  sumber  arus.  Gambar  4  adalah gambar Power Supply yang dimiliki oleh Labdas. Jika anda menggunakan jenis Power Supply seperti yang ditunjukan oleh gambar di sebelah kanan, pastikan  lampu ”Output” menyala agar kit praktikum yang telah anda hubungkan pada Power Supply tersebut bekerja. 

 

Gambar 20 Power Supply  

Page 20: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS D  INSTRUMEN DASAR DAN AKSESORIS 

KABEL AKSESORIS 

KABEL KOAKSIAL Kabel koaksial memiliki jenis konektor yang berbeda‐beda untuk fungsi yang berbeda pula. Pada bagian  ini akan ditunjukan berbagai  jenis kabel koaksial berdasarkan konektor yang terpasang. 

BNC – 1 BANANA/ 4 MM 

 

Gambar 21 Kabel koaksial dengan konektor BNC dan 1 banana  

 

Gambar 22 Konektor BNC (dua gambar kiri) dan 1 banana+lubang untuk kabel ground (paling kanan)

 

Di dalam penggunaanya,  kabel  seperti  tampak pada Gambar 5 akan digunakan bersama‐sama dengan kabel seperti pada Gambar 7. Salah satu ujung kabel Gambar 7 di dipasangkan pada lubang konektor untuk Ground (Gambar 5). 

Page 21: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS D  INSTRUMEN DASAR DAN AKSESORIS 

 Gambar 23 Kabel isi kawat tunggal berdiameter 4 mm yang terpasang konektor stackable

banana di kedua ujungnya  

BNC – 2 UNSTACKBLE BANANA/ 4 mm 

 

Gambar 24 Kabel koaksial dengan konektor BNC dan 2 buah unstackable banana  

 

Gambar 25 Konektor unstackabel banana

Page 22: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS D  INSTRUMEN DASAR DAN AKSESORIS 

BNC – PROBE KAIT DAN JEPIT BUAYA 

 

Gambar 26 Kabel koaksial dengan konektor BNC dan probe kait + jepit buaya  

Kabel  ini adalah aksesoris Osiloskop. Pada konektor BNC dan probe kait  terdapat  fasilitas adjustment. 

   

adjustment redaman

skrup adjustmen

Gambar 27 (Dari kiri) konektor BNC dengan skrup adjustment (lubang), probe jepit dengan adjustment redaman dan capit buaya (untuk dihubungkan ke Ground)

 

 

  

Page 23: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS D  INSTRUMEN DASAR DAN AKSESORIS 

ADAPTER Adapter digunakan untuk menghubungkan dua atau lebih konektor yang berbeda jenis. 

BNC T‐CONNECTOR 

 Gambar 28 Adapter BNC T-connector

BNC – BANANA/ 4 mm TERMINAL (BINDING POST) 

 Gambar 29 Adapter BNC – 4 mm terminal

KABEL 4 mm Selain telah ditunjukan pada Gambar 7, kabel 4 mm bisa saja memiliki konektor yang  lain, misalnya konektor jepit buaya satu atau kedua ujungnya. 

Page 24: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS E  PRINSIP KERJA MULTIMETER 

APENDIKS E  PRINSIP KERJA MULTIMETER

JENIS MULTIMETER 

MULTIMETER NON ELEKTRONIS 

Multimeter  jenis bukan elektronik kadang‐kadang disebut  juga AVO‐meter, VOM        (Volt‐Ohm‐Meter), Multitester, atau Circuit Tester. Pada dasarnya alat  ini merupakan gabungan dari alat ukur searah, tegangan searah, resistansi, tegangan bolak‐balik. Untuk mengetahui fungsi  dan  sifat  multimeter  yang  dipergunakan  pelajarilah  baik‐baik  spesifikasi  teknik (technical specification) alat tersebut. 

 

Spesifikasi yang harus diperhatikan terutama adalah: 

• batas ukur dan skala pada setiap besaran yang diukur:  tegangan searah  (DC volt), 

tegangan  bolak‐balik  (AC  volt),  arus  searah  (DC  amp, mA,  μA),  arus  bolak‐balik      (AC amp) resistansi (ohm, kilo ohm). 

• sensitivitas yang dinyatakan dalam ohm‐per‐volt pada pengukuran tegangan searah dan bolak‐balik. 

• Ketelitian yang dinyatakan dalam % 

• Daerah  frekuensi  yang  mampu  diukur  pada  pengukuran  tegangan  bolak‐balik (misalnya antara 20 Hz sampai dengan 30 KHz). 

• Batere yang diperlukan 

 

Sebelum menggunakan alat tersebut, perlu dipelajari 

• cara membaca skala 

• cara melakukan “zero adjustment” (membuat jarum pada kedudukan nol) 

• cara memilih batas ukur 

• cara  memilih  terminal,  yaitu  mempergunakan  polaritas  (tanda  +  dan  ‐)  pada pengukuran  tegangan  dan  arus  searah  (perlukah  hal  ini  diperhatikan  pada pengukuran tegangan bolak‐balik?) 

 

Dalam memilih batas ukur    tegangan  atau  arus perlu diperhatikan  faktor  keamanan dan ketelitian. Mulailah  dari  batas  ukur  yang  cukup  besar  untuk  keamanan  alat,  kemudian turunkanlah batas ukur sedikit demi sedikit. Ketelitian akan paling baik bila jarum menunjuk pada daerah dekat dengan skala maksimum. 

 

Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektrik    82 

Page 25: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS E  PRINSIP KERJA MULTIMETER 

Pada  pengukuran  tegangan  searah  maupun  bolak‐balik,  perlu  diperhatikan  sensitivitas meter yang dinyatakan dalam ohm per volt. Sensitivitas meter sebagai pengukur tegangan bolak‐balik lebih rendah daripada sensitivitas sebagai pengukur tegangan searah. 

Resistansi dalam voltmeter (dalam ohm)=batas ukur x sensitivitas 

 

Pada pengukuran tegangan bolak‐balik perlu diperhatikan pula spesifikasi daerah frekuensi (frequency converege/range). Perlu diketahui bahwa multimeter mempunyai kemampuan yang  terbatas,  dan  bahwa  harga  efektif  (rms  =  root mean  square)  tegangan  bolak‐balik umumnya dikalibrasi  (ditera) dengan gelombang sinusoida murni bila kita  ingin mengukur tegangan  tegangan bolak‐balik yang mengandung  tegangan  searah, misalnya pada anoda suatu penguat  tabung  trioda atau pada kolektor suatu penguat, suatu penguat  transistor, maka  terminal  kita  hubungkan  seri  dengan  sebuah  kapasitor  dengan  kapasitas  0,1 mikrofarad. 

 

Kapasitor ini akan mencegah mengalirnya arus searah, tetapi tetap dapat mengalirkan arus bolak‐balik.  Pada  multimeter  tertentu,  kadang‐kadang  kapasitor  ini  telah  terpasang didalamnya. 

MULTIMETER ELEKTRONIS 

Multimeter ini dapat mempunyai nama: Viltohymst, VTM + Vacuum Tube Volt Meter, Solid State  Multimeter  =  Transistorized  Multimeter.  Alat  ini  mempunyai  fungsi  seperti multimeter non elektronis. Adanya rangkaian elektronis menyebabkan alat  ini mempunyai beberapa kelebihan. Bacalah spesifikasi alat  tersebut. Perhatikan "  resistasi dalam"  (input resistance, input impedance) pada pengukuran tegangan DC dan AC. 

 

Pelajarilah:  kedudukan On‐Off,  cara melakukan  zero  adjusment,  cara memilih batas ukur (range), cara mempergunakan probe dan cara membaca skala. 

 

Multimeter/Voltmeter elektronis dapat dibagi atas dua macam yaitu  tipe analog dan  tipe digital. Apakah perbedaan kedua macam alat tersebut? 

 

PENGGUNAAN MULTIMETER 

MENGUKUR ARUS SEARAH 

Ammeter arus searah (DC ammeter) dipergunakan untuk mengukur arus searah. Alat ukur ini dapat berupa amperemeter, milliamperemeter dan galvanometer? 

 

Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektrik    83 

Page 26: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS E  PRINSIP KERJA MULTIMETER 

Dalam mempergunakan ammeter arus searah perlu diperhatikan beberapa hal yaitu: 

• Ammeter tidak boleh dipasang sejajar (paralel) dengan power supply  

• Ammeter harus dipasang seri dengan rangkaian yang diukur arusnya 

• Polaritas (tanda + dan ‐) 

 

Bila  kita mempunyai milliamperemeter  arus  searah,  hendak  digunakan  sebagai  ammeter dengan beberapa macam batas ukur, dapat dilakukan sebagai berikut: 

 

Gambar 30 Rangkaian dasar Ammeter searah 

 

Misalkan M adalah milliamperemeter dengan batas ukur 1 mA dan  resistansi dalam = RM (lihat Gambar 30). Kita pasang  suatu  resistor RP paralel dengan meter M. Dari  rangkaian, dapat dilakukan perhitungan berikut: 

P

MMPMMPP R

RIIRIRI =→=  

Arus yang diukur adalah : 

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+=+=+=

P

MMM

P

MMMPx R

RIIRRIIII 1  

Misalkan  IM  adalah batas ukur meter M  = 1 mA dan dipilih  MP RR91

=  maka  arus  yang 

diukur adalah :  MX M M

M

RI I 1 10 I 10 mA1 R9

⎡ ⎤⎢ ⎥

= + = =⎢ ⎥⎢ ⎥⎣ ⎦

  

Jadi dengan memilih harga RP tertentu, kita dapat mengatur besarnya arus  IX yang diukur. Resistor RP disebut resistor paralel atau "shunt“ dari rangkaian ammeter. 

Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektrik    84 

Page 27: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS E  PRINSIP KERJA MULTIMETER 

MENGUKUR TEGANGAN SEARAH 

Suatu  alat ukur  tegangan  searah umumnya  terdiri dari: meter dasar  (Amperemeter) dan rangkaian  tambahan  untuk memperoleh  hubungan  antara  tegangan  searah  yang  diukur dengan arus searah yang mengalir melalui meter dasar. Meter dasar merupakan suatu alat yang bekerja  (merupakan  stator), dan  suatu kumparan yang akan dilalui arus yang bebas bergerak  dalam  medan  magnet  tetap  tersebut.  Rangkaian  dasar  voltmeter  dapat digambarkan seperti pada Gambar 31. 

 

Gambar 31 Rangkaian dasar Voltmeter searah 

 

Dari gambar ini dapat diperoleh: 

  VX = IM  RS + IM  RM

Dengan : 

  VX = tegangan yang diukur 

  RS = resistor seri   

  RM = resistansi dalam meter 

  M = meter dasar (berupa mA‐meter) 

Bila  IM  adalah  batas  ukur meter M  atau  skala  penuh maka  RS  harus  dipilih  sehingga  VX merupakan batas ukur dari seluruh rangkaian sebagai voltmeter. 

MENGUKUR TEGANGAN BOLAK‐BALIK 

Multimeter  untuk  pengukuran  tegangan  bolak‐balik  dapat  dibedakan menjadi  dua,  yaitu multimeter yang True RMS dan non True RMS. True RMS dilakukan dengan beberapa cara, antara  lain  dengan  termokopel  dan DSP.  Sedangkan  non  True  RMS mengukur  tegangan rata‐rata  sinyal  yang  telah  disearahkan  dengan  dikalikan  dengan  konstanta  2/(phi)  atau 1/(phi) bergantung penyearahnya. 

Pada dasarnya voltmeter bolak‐balik non True RMS terdiri dari: rangkaian penyearah, meter 

dasar (misalnya μA‐meter searah) dan resistor seri (lihat Gambar 32). 

Rangkaian  

Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektrik    85 

Page 28: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS E  PRINSIP KERJA MULTIMETER 

 

Gambar 32 Rangkaian Dasar Voltmeter Bolak‐Balik 

untuk (a): 

Arus searah: 

)(11,1)arg(

9,0222222

2

MSMX

MS

X

MS

X

MS

X

MS

XM

FMS

XMM

RRIefektifahVatauRR

VRR

VRR

VRR

VRRR

VI

+≈+

≈+

=+

=+

≈++

=ππππ  

Untuk (b) 

Arus searah 

)(22,2)arg(

45,02112

1

MSMX

MS

X

MS

X

MS

XM

FMS

XMM

RRIefektifahVatauRR

VRR

VRR

VRRR

VI

+≈+

≈+

=+

≈++

=ππππ  

 

Skala multimeter sebagai voltmeter bolak‐balik umumnya ditera (dikalibrasi) untuk bentuk gelombang  sinusoida murni. Dengan demikian meter akan menunjukan harga  yang  salah bila kita mengukur tegangan bolak‐balik bukan sinus murni 

MENGUKUR RESISTANSI 

Pada dasarnya pengukuran resistansi dapat dilakukan dengan menggunakan Hukum Ohm. Ada dua cara yang dapat dipilih: 

1. Memompakan  arus  konstan  pada  resistor  dan  mengukur  tegangannya  (hubungan resistansi‐tegangan sebanding) 

2. Memberikan  tegangan pada  resistor dan mengukur arusnya  (hubungan  resistansi‐arus berbanding terbalik) 

 

Multimeter sederhana menggunakan cara yang kedua. Secara umum rangkaian ohmmeter cara  kedua  ini  terdiri  dari meter  dasar  berupa miliammeter/mikroammeter  arus  searah, 

Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektrik    86 

Page 29: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS E  PRINSIP KERJA MULTIMETER 

beberapa  buah  resistor  dan  potensiometer  serta  suatu  sumber  tegangan  searah/batere. Kita mengenal dua macam ohmmeter, yaitu ohmmeter seri dan ohmmeter paralel. 

 

Gambar 33 Rangkaian Dasar Ohmmeter 

V adalah sumber tegangan searah/batere dan RM adalah resistansi dalam meter dasar M 

Mula‐mula diambil RX = nol atau A‐B dihubungkan sehingga diperoleh arus melalui meter M adalah: 

)1.........(......................................................................

)1.(......................................................................

21

21

aRIVRR

IRRR

VI

Mmaks

maksM

M

=++

=++

Pada keadaan tersebut R2 diatur agar meter M menunjukan harga maksimum.  Imaks = arus skala penuh (full‐scale). 

Bila diambil RX = tak terhingga atau A‐B dalam keadaan terbuka, maka diperoleh: 

0=MI  

Sekarang dimisalkan suatu resistor RX dipasang pada A‐B, maka arus melalui M adalah:] 

)3.....(................................................................................21 XM

M RRRRVI

+++=  

Sehingga: 

)4......(................................................................................

)( 21

maksM

MM

X

IV

IV

RRRIVR

−=

++−= 

Dalam persamaan  tersebut  IM  =  arus  yang mengalir melalui meter M dan RX =  resistansi yang diukur. 

Kurva Kalibrasi

Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektrik    87 

Page 30: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS E  PRINSIP KERJA MULTIMETER 

Dari persamaan  (4)  terlihat bahwa RX dapat dinyatakan dalam  IM atau  terdapat hubungan antara resistansi RX (yang kita ukur) dengan arus melalui meter  IM. Perhatikan pula bahwa grafik hubungan antara RX dan  IM disebut  sebagai  kurva kalibrasi. Gambar 5 menunjukan contoh bentuk kurva kalibrasi untuk suatu ohmmeter seri. 

 

Gambar 34 Contoh Bentuk Kurva Kalibrasi Suatu Ohmmeter Seri 

Dari  kurva  kalibrasi,  terlihat  bahwa  skala  ohmmeter merupakan  skala  yang    tidak  linier. Pada daerah dekat dengan harga nol  terdapat skala yang  jarang dan makin dekat dengan harga tak terhingga diperoleh skala yang makin rapat. Selain  itu perlu diperhatikan bahwa skala ohmmeter seri harga nol ohm terletak di sebelah kanan pada simpangan maksimum. 

Resistansi Skala Tengah Resistamsi  skala  tengah Rt  ( = Rh =  "half  scale  resistance") adalah harga  resistansi Rt = RX yang menyebabkan jarum meter menunjuk pada pertengahan skala. 

Keadaan ini sesuai dengan arus meter 2

maksM

II =  

Harga Rt sangat penting karena menunjukan jarum pada daerah sekitar Rt, akan mempunyai ketelitian yang paling baik. 

Mengapa? 

Untuk menentukan harga Rt, dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut: 

Dari persamaan (3), arus melalui meter adalah: 

XMM RRRR

VI+++

=21

 

Untuk RX = nol, maka 

Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektrik    88 

Page 31: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS E  PRINSIP KERJA MULTIMETER 

)5........(..................................................21

penuhskalamaks

MM

IIRRR

VI

=++

Untuk RX = Rt = Resistansi skala tengah, maka: 

)6.....(............................................................)(2

2

21

21

21

XM

maks

tM

XMM

RRRRV

IRRRR

VRRRR

VI

+++=

=+++

=

+++=

 

 

Jadi: R1 +R2 +RM +Rt=2 (R1+R2+RM) 

Maka: Rt = R1 +R2 + RM

RANGKAIAN DASAR OHMMETER PARALEL 

 

Gambar 35 Rangkaian Dasar Ohmmeter Paralel 

   

V = sumber tegangan searah/batere 

RM = resistansi dalam meter M 

 

Dalam keadaan tidak dipergunakan, saklar S harus dibuka agar batere V tidak lekas menjadi lemah. Bila ohmmeter dipergunakan, maka saklar S ditutup. 

Mula‐mula diambil RX = tak terhingga atau A‐B dalam keadaan terbuka, sehingga diperoleh arus  melalui M  +  IM.  Pada  keadaan  ini  pontensiometer  R2  diatur  agar  arus  melalui  M mencapai harga maksimum (skala penuh), sehingga: 

Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektrik    89 

Page 32: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS E  PRINSIP KERJA MULTIMETER 

)8(............................................................21 M

maks RRRVI++

=  

 

Kedudukan R2 jangan diubah lagi sehingga selalu terpenuhi persamaan (8) dengan demikian akan diperoleh bahwa skala dengan RX = tak terhingga terletak id sebelah kanan. Untuk RX = 

nol atau A‐B dihubungsingkatkan maka tidak ada arus melalui M atau  . Jadi skala 

nol ohm terletak di sebelah kiri.  

nolI M =

Apakah perbedaan dengan ohmmeter seri ? 

Kurva Kalibrasi Bila dipasang resistansi RX pada rangkaian pada Gambar 6 maka dapat dihitung arus melalui M: 

)9...(............................................................)( 2121 RR

RRRRR

VI

X

MM

M

++++=

 

Dari persamaan  (9) dapat dibuat kurva kalibrasi yaitu grafik RX sebagai  fungsi  IM. Contoh bentuk kurva kalibrasi suatu ohmmeter paralel dapat dilihat pada Gambar 36. 

 

Gambar 36 Contoh Bentuk Kurva Suatu Ohmmeter Paralel 

Resistansi Skala Tengah Seperti  pada  ohmmeter  seri,  resistansi  skala  tengah  (Rt)  adalah  resistansi  Rt  =  RX  yang menyebabkan jarum meter menunjuk pada pertengahan skala. 

Untuk RX = Rt maka harus melalui M dapat dihitung dari persamaan (8) sebagai berikut: 

)10(............................................................)(22 21 M

maksM RRR

VII++

==  

Sedangkan dari persamaan (9) untuk RX = Rt diperoleh: 

Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektrik    90 

Page 33: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS E  PRINSIP KERJA MULTIMETER 

)11(............................................................( )2121 RR

RRRRR

VI

t

MM

M

++++=

Maka dari persamaan (10) dan (11) dapat dihitung resistansi skala penuh: 

)12......(..................................................)(

21

21

RRRRRRR

M

Mt ++

+=  

Perhatikan bahwa dengan  rangkaian  seperti pada Gambar 35 kita peroleh Rt  selalu  lebih kecil  dari  RM  (lihat  persamaan  12).  Jadi  ohmmeter  paralel  umumnya  digunakan  untuk mengukur resistansi rendah. Bandingkanlah dengan ohmmeter seri 1. 

CONTOH RANGKAIAN MULTIMETER Gambar‐gambar di bawah ini menunjukan contoh rangkaian multimeter yang digambarkan secara terpisah, sebagai ammeter searah (Gambar 37), sebagai voltmeter searah (Gambar 38),  sebagai  voltmeter  bolak‐balik (

 Gambar 39), dan sebagai ohmmeter. 

50

200

3000 225 2 0,475 0,025

100mA

500mA10mA

+ 10A

- 10A

pos

neg 

Gambar 37 Rangkaian Ammeter Searah 

Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektrik    91 

Page 34: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS E  PRINSIP KERJA MULTIMETER 

 

 

 

Gambar 38 Rangkaian Voltmeter Searah 

 Gambar 39 Rangkaian Voltmeter Bolak‐Balik 

MULTIMETER SEBAGAI ALAT UKUR BESARAN LAIN Dengan menggunakan prinsip pengukuran yang telah diterangkan di atas (yaitu pengukuran arus  searah,  tegangan  bolak‐balik  dan  resistansi)  multimeter  dapat  juga  dipergunakan untuk mengukur besaran‐besaran (atau sifat‐sifat komponen) secara tidak langsung). 

Beberapa contoh diantaranya adalah: 

• mengukur polaritas dan baik buruknya dioda secara sederhana 

• mengetahui baik buruknya transistor secara sederhana 

• mengukur kapasitansi 

• mengukur induktansi 

• bila pada multimeter ditambahkan  rangkaian  tertentu, multimeter  tersebut dapat berfungsi sebagai: 

- Transistor tester 

Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektrik    92 

Page 35: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS E  PRINSIP KERJA MULTIMETER 

- Wattmeter 

- Pengukur suhu 

SPESIFIKASI MULTIMETER Yang  perlu  diperhatikan  pada  penggunaan multimeter  adalah  spesifikasi‐spesifikasi  yang tertera  pada  badan  multimeter.  Contoh  spesifikasi  yang  biasa  tertera  adalah  sebagai berikut. 

 

Gambar 11  Sensitivitas multimeter analog 

 

Dari  spesifikasi  tersebut  dapat  diketahui  besar  sensitivitas multimeter  analog,  sehingga dapat dicari besar hambatan dalam multimeter analog pada  saat pengukuran pada batas ukur  tertentu.  Misalnya  jika  menggunakan  besar  batas  ukur  50V,  hambatan  dalam voltmeter analog ini adalah 1M ohm (yaitu 20K ohm/V DC * 50V). 

      

Gambar 12  Besar input maksimum multimeter analog (kiri) dan multimeter digital (kanan) 

 

Hal  penting  lainnya  yang  harus  diperhatikan  dari  spesifikasi  multimeter  adalah  besar tegangan  atau  arus maksimum  yang  dapat  diukur multimeter  ini.  Pada  contoh  di  atas, multimeter  analog  ini  mampu  mengukur  tegangan  DC  sampai  1000V.  Sedangkan multimeter digital di atas mampu mengukur tegangan AC dan DC sampai 600V, dengan arus tidak melebihi 400mA. Jika besar arus yang melewati multimeter ini melebihi 400mA, maka sekering (fuse) pengaman yang terdapat dalam multimeter ini akan putus. 

 

Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektrik    93 

Page 36: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS F   CARA MENGGUNAKAN GENERATOR SINYAL   

APENDIKS F CARA MENGGUNAKAN GENERATOR SINYAL 

Generator  sinyal merupakan  suatu  alat  yang menghasilkan  sinyal/gelombang  sinus  (ada juga  gelombang  segi  empat,  gelombang  segi  tiga)  dimana  frekuensi  serta  amplitudanya dapat  diubah‐ubah.  Pada  umumnya  dalam melakukan  praktikum  Rangkaian  Elektronika (Rangkaian Listrik), generator sinyal ini dipakai  bersama‐sama dengan osiloskop.  

 

 

 

Beberapa tombol/saklar pengatur yang biasanya terdapat pada generator ini adalah: 

1. Saklar daya (power switch): Untuk menyalakan generator sinyal, sambungkan generator sinyal ke tegangan jala‐jala, lalu tekan saklar daya ini. 

2. Pengatur Frekuensi: Tekan dan putar untuk mengatur  frekuensi keluaran dalam  range frekuensi yang telah dipilih. 

3. Indikator frekuensi: Menunjukkan nilai frekuensi sekarang 4. Terminal  output  TTL/CMOS:  terminal  yang  menghasilkan  keluaran  yang  kompatibel 

dengan TTL/CMOS 5. Duty function: Tarik dan putar tombol ini untuk mengatur duty cycle gelombang. 6. Selektor  TTL/CMOS:  Ketika  tombol  ini  ditekan,  terminal  output  TTL/CMOS  akan 

mengeluarkan  gelombang  yang  kompatibel  dengan  TTL.  Sedangkan  jika  tombol  ini ditarik, maka  besarnya  tegangan  kompatibel  output  (yang  akan  keluar  dari  terminal 

Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektrik    94 

Page 37: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS F   CARA MENGGUNAKAN GENERATOR SINYAL   

output  TTL/CMOS)  dapat  diatur  antara  5‐15Vpp,  sesuai  besarnya  tegangan  yang kompatibel dengan CMOS. 

7. DC Offset: Untuk memberikan offset (tegangan DC) pada sinyal +/‐ 10V. Tarik dan putar searah  jarum  jam  untuk mendapatkan  level  tegangan DC  positif,  atau  putar  ke  arah yang berlawanan untuk mendapatkan  level  tegangan DC negatif.  Jika  tombol  ini  tidak ditarik, keluaran dari generator  sinyal adalah murni  tegangan AC. Misalnya  jika  tanpa offset,  sinyal  yang  dikeluarkan  adalah  sinyal  dengan  amplitude  berkisar  +2,5V  dan  ‐2,5V. Sedangkan  jika tombol offset  ini ditarik, tegangan yang dikeluarkan dapat diatur (dengan  cara  memutar  tombol  tersebut)  sehingga  sesuai  tegangan  yang  diinginkan (misal berkisar +5V dan 0V). 

8. Amplitude output: Putar  searah  jarum  jam untuk mendapatkan  tegangan output yang maksimal, dan kebalikannya untuk output ‐20dB. Jika tombol ditarik, maka output akan diperlemah sebesar 20dB. 

9. Selektor  fungsi:  Tekan  salah  satu  dari  ketiga  tombol  ini  untuk  memilih  bentuk gelombang output yang diinginkan 

10. Terminal output utama: terminal yang mengelurakan sinyal output utama 11. Tampilan pencacah (counter display): tampilan nilai frekuensi dalam format 6x0,3" 12. Selektor  range  frekuensi:  Tekan  tombol  yang  relevan  untuk memilih  range  frekuensi 

yang dibutuhkan. 

 

13. Pelemahan  20dB:  tekan  tombol  untuk mendapat  output  tegangan  yang  diperlemah sebesar 20dB 

Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektrik    95 

Page 38: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS G  PRINSIP KERJA OSILOSKOP   

APENDIKS G PRINSIP KERJA OSILOSKOP 

BAGIAN­BAGIAN OSILOSKOP Osiloskop merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang  sinyal  listrik  yang diukur akan tergambar  pada  layer  tabung  sinar  katoda.  Diagram  bloknya  dilihat  pada  Gambar  11 sebagai berikut: 

 

 

Gambar 40 Diagram Blok Osiloskop 

 

 

Gambar 41 Gambar Tabung Sinar Katoda atau Cathodde Ray Tube (CRT) 

Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektrik    96 

Page 39: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS G  PRINSIP KERJA OSILOSKOP   

 

 

• Elektron diemisikan (dipancarkan) dari katoda yang dipanaskan  

• Tegangan  kisi  menentukan  jumlah  elektron  yang  dapat  diteruskan  (untuk meintensitaskan gambar pada layer) 

• Tegangan pada   anoda 1 dan 2 menentukan percepatan yang diperoleh elektron‐elektron mempunyai energi kinetik yang cukup tinggi pada saat menunbuk layer 

• Kedua pelat defleksi X dan Y bersifat  sebagai kapasitor yang memberikan medan listrik pada aliran elektron yang melaluinya 

• Simpangan  (defleksi)  elektron  pada  layer  ditentukan  oleh  besar  tegangan  yang diberikan pada kedua pelat defleksi ini 

• Tegangan  pada  pelat  defleksi  Y  didapat  dari  sinyal  input  Y,  sehingga  simpangan vertikal pada layer akan sebanding dengan tegangan sinyal input Y 

• Tegangan  pada  pelat  defleksi  X  didapat  dari  generator  “time  base”  yang memberikan  tegangan  berupa  gigi  gergaji, mengakibatkan  simpangan  horizontal bergerak dari kiri ke kanan secara linier 

• Pada  layer  tabung  sinar katoda akan didapatkan gambar  sesuai dengan  tegangan sinyal input Y yang tergambar secara linier dari kiri ke kanan 

• Lapisan  phosphor  pada  layar  osiloskop menyebabkan  layar  akan  berpencar  pada tempat‐tempat yang dikenal elektron 

PENGUAT Y ( PENGUAT VERTIKAL) 

• Penguat Y akan memperkuat sinyal input Y, sebelum diteruskan pada pelat defleksi Y 

• Pada  input  penguat  ini,  ditambahkan  peredam  yang  dinilai  redamannya  akan menentukan besar simpangan gambar pada layar 

• Suatu tegangan searah (dc) ditambahkan pada sinyal input Y, untuk dapat mengatur letak gambar dalam arah vertikal 

 

 

Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektrik    97 

Page 40: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS G  PRINSIP KERJA OSILOSKOP   

GENERATOR “TIME BASE” DAN PENGUAT X (PENGUAT HORIZONTAL) 

   

 

• Generator  “time  base”  menghasilkan  tegangan  “sweep”  berbentuk  gigi  gergaji, yang dihasilkan oleh suatu multivibrator untuk diberikan pada pelat defleksi X 

• Dari bentuk  tegangan  sweep  ini dapat  terlihat bahwa  simpangan horizontal pada layar akan bergerak dari kiri ke kanan secara linier, kemudian dengan cepat kembali lagi ke kiri. 

• Pergerakan berlangsung berulang kali sesuai dengan frekuensi dari sinyal generator time base ini 

• Gambar  yang  diinginkan  diperoleh  pada  layar,  hanyalah  yang  terjadi  pada  saat pergerakan dari kiri ke kanan (“rise periode”) 

• Gambar  yang  ingin  diperoleh  pada  layar,  hanyalah  yang  terjadi  pada  saat pergerakan dari kanan   ke kiri  (“fly back period”) harus ditiadakan, karena hanya akan mengacaukan pengamatan 

• Untuk dapat memadamkan  intensitas gambar selama periode “fly back”  ini, maka pada kisi tabung sinar katoda diberikan sinyal “blanking” 

 

Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektrik    98 

Page 41: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS G  PRINSIP KERJA OSILOSKOP   

 

 

• Sinyal “blanking” akan menghentikan aliran elektron dalam tabung katoda selama setiap perioda “fly back” 

• Bila pada pelat defleksi X diberikan  tegangan berupa  gigi  gergaji, dan pada pelat defleksi Y diberikan  tegangan sesuai dengan  input  sinyal Y, maka pada  layar akan diperoleh lintasan gambar sinyal input Y sebagai fungsi waktu 

• Untuk  dapat  mengadakan  persamaan,  maka  sinyal  dari  generator  “time  base”: harus dikalibrasi terhadap waktu 

• penguat  X memperkuat  sinyal  dari  generator  “time  base”  sebelum  dihubungkan pada pelat defleksi X 

• Suatu  tegangan  dc  ditambahkan  pada  sinyal  generator  “time  base”,  untuk mengatur letak gambar dalam arah horizontal 

Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektrik    99 

Page 42: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS G  PRINSIP KERJA OSILOSKOP   

RANGKAIAN “TRIGGER” 

• Tugas utama dari rangkaian trigger adalah gambar yang diperoleh pada layar selalu diam (tidak bergerak) 

• Rangkaian  trigger mendapat  input  dari  penguat  Y,  dan  outputnya  yang  berupa pulsa‐pulsa, akan menjalankan generator “time base” 

• Pulsa  yang  dihasilkan  oleh  rangkaian  ini,  selalu  bersamaan  dengan  permulaan perioda dari sinyal input Y 

• Dengan adanya pulsa  “trigger”  ini, maka  sinyal dari generator  “time base”  selalu seiring dengan sinyal input Y, sehingga gambar pada layar tidak akan bergerak 

 

STABILITAS Stabilitas gambar yang diperoleh ditentukan oleh stabilitas antara lain 

• Stabilitas power supply 

• Stabilitas frekuensi generator “time base” 

• Stabilitas fermis setiap komponen 

• Stabilitas terhadap gangguan luar  

Semua faktor tersebut menentukan hasil yang diperoleh pada layar 

OSILOSKOP “DUAL TRACE” 

 

 

• Dengan  pertolongann  suatu  saklar  elektronik  dapat  diamati  dua  sinyal  sekaligus pada layar 

• Saklar elektronik  ini mengatur kerja dari pre amplifier A dan B  secara bergantian seiring dengan sinyal dari generator time base 

Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektrik    100 

Page 43: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS G  PRINSIP KERJA OSILOSKOP   

• Saklar elektronik tak akan bekerja, bila hanya satu kanal saja yang dipergunakan  

KALIBRATOR 

• Osiloskop  biasanya  dilengkapi  dengan  suatu  sinyal  kalibrasi  yang  mempunyai bentuk tegangan serta periode tertentu 

• Dengan mengamati sinyal  ini pada  layar, maka “time/div” dan “volt/div” osiloskop dapat dikalibrasi 

PROBE DAN PEREDAM 

• Kabel  penghubung  seringkali  dapat  merubah  bentuk  sinyal  serta  menyebabkan pergeseran  fasa  ataupun  osilasi  disebabkan  adanya  kapasitas  pada  kabel  yang digunakan 

• Jenis  probe  tertentu  dapat  digunakan  di  sini  untuk  mengkompensasikan  hal tersebut  

• Peredam  digunakan  apabila  tegangan  sinyal  yang  akan  diukur  jauh  melampaui kemampuan dari osiloskop 

SKEMA GAMBAR OSILOSKOP  

 

Gambar 42 Tampilan Muka Osiloskop 

 

Beberapa tombol pengatur yang penting: 

• Intensitas: mengatur intensitas cahaya pada layar.  

• Fokus : mengatur ketajaman gambar yang terjadi pada layar 

• Horizontal dan Vertikal: mengatur  kedudukan  gambar dalam  arah horizontal dan vertical 

Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektrik    101 

Page 44: Akuraasi Dan Presisi

  APENDIKS G  PRINSIP KERJA OSILOSKOP   

• Volt/Div (atau Volts/cm), ada 2 tombol yang konsentris. Tombol ditempatkan pada kedudukan maksimum ke kanan (searah dengan jarum jam) menyatakan osiloskop dalam  keadaan  terkalibrasi  untuk  pengukuran.  Kedudukan  tombol  di  luar menyatakan besar tegangan yang tergambar pada  layar per kotak  (per cm) dalam arah vertikal 

• Time/Div  (atau Time/cm),  ada 2  tombol  yang  konsentris. Tombol di  tengah pada kedudukan maksimum ke kanan (searah dengan jarum jam) menyatakan osiloskop dalam  keadaan  terkalibrasi  untuk  pengukuran.  Kedudukan  tombol  diluar menyatakan  factor  pengali  untuk  waktu  dari  gambar  pada  layar  dalam  arah horizontal 

• Sinkronisasi: mengatur supaya pada layar diperoleh gambar yang tidak bergerak 

• Slope: mengatur saat trigger dilakukan, yaitu pada waktu sinyal naik (+) atau pada waktu sinyal turun (‐) 

• Kopling: menunjukan hubungan dengan sinyal searah atau bolak‐balik 

• External  Trigger:  Trigger  dikendalikan  oleh  rangkaian  di  luar  osiloskop.  Pada kedudukan  ini  fungsi  tombol  “sinkronisasi”,  “slope”  dan  “kopling”  tidak  dapat dipergunakan 

• Internal  Trigger:    trigger  dikendalikan  oleh  rangkaian  di  dalam  osiloskop.  Pada kedudukan  ini  fungsi  tombol  “simkronisasi”,  “slope”  dan  “kopling”  dapat dipergunakan. 

Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektrik    102