Akuntansi Spesial Purpose Entity

33
KONSEKUENSI PENERAPAN KONVERGENSI IFRS TERHADAP PERLAKUAN AKUNTANSI ENTITAS BERTUJUAN KHUSUS Oleh : Rima Sari Pratiwi NIM : 2012200720 Kelas : JP B

description

Entitas Bertujuan Khusus

Transcript of Akuntansi Spesial Purpose Entity

Page 1: Akuntansi Spesial Purpose Entity

KONSEKUENSI PENERAPAN KONVERGENSI IFRS

TERHADAP PERLAKUAN AKUNTANSI

ENTITAS BERTUJUAN KHUSUS

Oleh :

Rima Sari Pratiwi

NIM : 2012200720

Kelas : JP B

PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2012

Page 2: Akuntansi Spesial Purpose Entity

1. LATAR BELAKANG MASALAH

Sejak mencuatnya kasus Enron sekitar tahun 2002, praktisi bisnis dan

akuntan baik di Indonesia maupun di dunia mulai menyoroti kelemahan aturan

di pencatatan akuntansi sehingga manipulasi laporan keuangan masih bisa terjadi

saat itu. Mengantisipasi hal yang serupa, maka aturan-aturan terkait special

purpose entities mulai diperketat. Dengan penerapan konvergensi IFRS di

Indonesia sebenarnya hal ini menjadi salah satu solusi untuk meminimalkan

kecurangan seperti yang terjadi pada kasus Enron. Dimana IFRS telah

menggunakan konsep principle based yang lebih menekankan pada pengukuran,

penilaian, penyajian dan pengungkapan. Hal ini terlihat dengan diadopsinya IAS

24 menjadi PSAK 7 : Pengungkapan pihak-pihak berelasi dimana PSAK ini

merupakan tambahan pengungkapan yang harus dilakukan terkait standar

akuntansi pada PSAK No. 4 : Laporan Konsolidasian dan Laporan Keuangan

Tersendiri apabila terdapat suatu transaksi dengan pihak-pihak berelasi. Selain

itu, konsekuensi dari diadopsinya IAS 27 menjadi PSAK No. 4, maka SIC 12

juga perlu diadopsi menjadi ISAK No. 7 : Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus

sebagai tambahan penjelasan dari PSAK No. 4 yang belum mengatur mengenai

bagaimana kkonsolidasi entitas bertujuan khusus itu dilakukan.

Pada intinya, semua transaksi terkait pihak-pihak berelasi yang berada

dalam satu kendali termasuk didalamnya Entitas Bertujuan Khusus (Special

Purpose Entities) harus diungkapkan dan dilakukan konsolidasi laporan

keuangan. Sehingga semua transaksi akan tampak dan kecurangan seperti yang

dilakukan Enron diharapkan tidak akan terjadi lagi.

Permasalahan utamanya adalah dengan diadopsinya SIC 12, maka jelas

diatur bahwa Entitas Bertujuan Khusus yang berada dalam kendali perusahaan

induk harus dilakukan konsolidasi atas laporan keuangannya. Dengan demikian

otomatis penyajian dan pengungkapannya memerlukan penyesuaian sesuai

dengan PSAK dan ISAK yang berlaku. Artinya, entitas pelapor harus menyajikan

dan mengungkapkan informasi yang lebih banyak terkait dengan konsolidasi EBK ini.

Selain itu, entitas pelapor/ induk, juga harus menyajikan Laporan keuangan tersendiri

dan mengungkapkan transaksi-transaksi dengan EBK (jika ada) sesuai PSAK 7.

Page 3: Akuntansi Spesial Purpose Entity

2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Special Purpose Entity (SPE) adalah suatu entitas yang dibentuk oleh

perusahaan sponsor/ perusahaan induk untuk suatu tujuan tertentu (khusus,

sempit, dan temporary), misalnya untuk membagi atau menghilangkan resiko

finansial. 

Suatu entitas dapat didirikan untuk mencapai suatu tujuan khusus yang terbatas

(misalnya untuk melakukan sewa, kegiatan riset dan pengembangan atau sekuritisasi

aset keuangan). Suatu entitas bertujuan khusus (EBK) atau special purpose entities

(SPE) dapat berbentuk perusahaan, perserikatan, firma atau entitas yang tidak berbentuk

badan hukum. EBK umumnya dibentuk dengan ketentuan kontraktual yang mengatur

secara ketat atau memberikan batasan tetap atas kewenangan pimpinan, wali amanat,

atau manajemen untuk membuat keputusan mengenai pengoperasian EBK.

Tujuan SPE :

Mendanai aset tertentu atau layanan tertentu dan tetap membuat hutang

perusahaan induk (sponsor) off-balance-sheet

Mengubah aset finansial tertentu, seperti hutang dagang, pinjaman, atau

hipotek ke dalam bentuk liquid

Mengurangi besarnya pajak

Karakteristik SPE :

1. Memiliki modal yang terbatas

2. Biasanya tidak memiliki manajemen yang independen

3. Fungsi administratifnya sering dijalankan oleh suatu trustee yang

menerima dan mendistribusikan kas sesuai dengan persyaratan kontrak,

sekaligus bertindak sebagai perantara SPV dengan pihak yang membentuk

SPV.

4. Jika SPV memegang aset, maka salah satu pihak akan memberikan jasa

tertentu sesuai perjanjian.

Page 4: Akuntansi Spesial Purpose Entity

Alasan pembentukan SPE :

Sekuritisasi

Risk sharing

Keuntungan kompetitif

Financial enginering

Regulatory reasons

Perlu disadari pula bahwa EBK bisa menjadi pihak berelasi jika

dikendalikan oleh perusahaan sponsor/ induk dan perusahaan sponsor/ induk

memiliki pengaruh signifikan terhadapnya, sebagaimana di jelaskan pada PSAK

No. 7 bahwa Pihak-pihak berelasi adalah orang atau entitas yang terkait dengan

entitas yang menyiapkan laporan keuangannya (dalam Pernyataan ini dirujuk

sebagai “entitas pelapor”).

a. Orang atau anggota keluarga dekatnya mempunyai relasi dengan entitas

pelapor jika orang tersebut :

i. Memiliki pengendalian/ pengendali bersama atas entitas pelapor.

Pengendalian adalah kekuasaan untuk mengatur kebijakan keuangan

dan operasional dari suatu entitas sehingga memperoleh manfaat dari

aktivitas entitas tersebut. Pengendalian Bersama adalah persetujuan

kontraktual untuk berbagi pengendalian terhadap suatu aktivitas

ekonomi.

ii. Memiliki pengaruh signifikan atas entitas pelapor. Pengaruh signifikan

adalah kekuasaan untuk berpartisipasi dalam keputusan kebijakan

keuangan dan operasional dari suatu entitas, tetapi tidak mengendalikan

kebijakan tersebut. Pengaruh signifikan dapat diperoleh dari

kepemilikan saham, anggaran dasar atau perjanjian.

iii. Merupakan personil manajemen kunci entitas pelapor atau entitas induk

dari entitas pelapor. Personil Manajemen kunci adalah orang-orang

yang mempunyai kewenangan dan tanggung jawab untuk

merencanakan, memimpin, dan mengendalikan aktivitas entitas, secara

langsung atau tidak langsung, termasuk direktur dan komisaris (baik

eksekutif maupun bukan eksekutif) dari entitas.

Page 5: Akuntansi Spesial Purpose Entity

b. Suatu entitas berelasi dengan entitas pelapor jika memenuhi salah satu dari

hal berikut:

i. Entitas dan entitas pelapor adalah anggota dari kelompok usaha yang

sama (artinya entitas induk, entitas anak, dan entitas berikutnya saling

berelasi dengan entitas lainnya)

ii. Suatu entitas adalah entitas asosiasi atau ventura bersama dari entitas

lain (atau entitas asosiasi atau ventura bersama yang merupakan

anggota suatu kelompok usaha, yang mana entitas lain tersebut adalah

anggotanya)

iii. Kedua entitas tersebut adalah ventura bersama dari pihak ketiga yang

sama.

iv. Satu entitas adalah ventura bersama dari entitas ketiga dan entitas

yang lain adalah entitas asosiasi dari entitas ketiga.

v. Entitas tersebut adalah suatu program imbalan pascakerja untuk

imbalan kerja dari salah satu entitas pelapor atau entitas terkait dengan

entitas pelapor. Jika entitas pelapor adalah entitas yang

menyelenggarakan program tersebut, maka entitas sponsor juga

berelasi dengan entitas pelapor.

vi. Entitas yang dikendalikan atau dikendalikan bersama oleh orang yang

didefinisi dalam huruf (a).

vii. Orang yang diidentifikasi dalam huruf (a) (i) memiliki pengaruh

signifikan atas entitas atau merupakan personil manajemen kunci

entitas (atau entitas induk dari entitas)

2.2 Perlakuan Akuntansi dan Permasalahannya

Perkembangan bisnis menuntut standar akutansi berubah mengikuti

perkembangan yang ada tanpa menghilangkan prinsip-prinsip akuntansi itu

sendiri. Contoh yang sering dijumpai adalah suatu perusahaan mendirikan atau

membentuk entitas baru dengan tujuan khusus. Sponsor (entitas yang diwakili

EBK) sering kali mengalihkan atau menjual asetnya ke EBK, memperoleh hak

pemakaian aset yang dikuasai oleh EBK, atau memberikan jasa untuk EBK, sementara

pihak lain (“penyedia modal”) mungkin menyerahkan dana kepada EBK. Entitas yang

Page 6: Akuntansi Spesial Purpose Entity

bertransaksi dengan EBK (sering kali adalah pendiri atau sponsor) mungkin secara

substansi mengendalikan EBK. Dalam banyak hal, pendiri atau sponsor (atau entitas

yang menjadi alasan pembentukan EBK atau yang diwakili) memperoleh manfaat

utama dari kegiatan EBK, walaupun ia hanya memiliki sebagian kecil ekuitas EBK atau

bahkan tidak memiliki sama sekali.

PSAK 4 mensyaratkan konsolidasi atas entitas yang dikendalikan oleh entitas

pelapor. Akan tetapi, PSAK 4 tidak memberikan aturan yang eksplisit mengenai

konsolidasi EBK. Oleh karena itulah perlu diadopsi SIC 12 menjadi ISAK 7 :

Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus. Konsekuensinya, entitas pelapor harus

menyajikan dan mengungkapkan informasi yang lebih banyak terkait dengan

konsolidasi EBK ini. Selain itu, entitas pelapor/ induk, juga harus menyajikan Laporan

keuangan tersendiri dan mengungkapkan transaksi-transaksi dengan EBK (jika ada)

sesuai PSAK no. 7.

Laporan keuangan konsolidasian adalah laporan keuangan suatu

kelompok usaha yang disajikan sebagai suatu entitas ekonomi tunggal. Laporan

keuangan tersendiri adalah laporan keuangan yangdisajikan oleh entitas induk

yang mencatat investasi pada entitas anak, entitas asosiasi, dan pengendalian

bersama entitas berdasarkan kepemilikan ekuitas langsung bukan berdasarkan

pelaporan hasil dan aset neto investee.

ISAK No. 7 menjelaskan bahwa, suatu EBK dikonsolidasikan jika substansi

hubungan antara suatu entitas dan EBK mengindikasikan adanya pengendalian

EBK oleh entitas tersebut. Dalam PSAK 4, Pengendalian dikatakan ada jika

memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Memiliki secara langsung atau tidak langsung melalui entitas anak

2. Lebih dari setengah kekuasaan suara suatu entitas, kecuali dalam keadaan

yang jarang dapat ditunjukkan secara jelas bahwa kepemilikan tersebut tidak

diikuti dengan pengendalian

3. Pengendalian juga ada ketika entitas induk memiliki setengah atau kurang

kekuasaan suara suatu entitas jika terdapat :

kekuasaan yang melebihi setengah hak suara sesuai perjanjian dengan

investor lain;

kekuasaan untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional entitas

berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian;

Page 7: Akuntansi Spesial Purpose Entity

kekuasaan untuk menunjuk atau mengganti sebagian besar Dewan

Direksi dan Dewan Komisaris atau organ pengatur setara dan

mengendalikan entitas melalui dewan atau organ tersebut; atau

kekuasaan untuk memberikan suara mayoritas pada rapat Dewan

Direksi dan Dewan Komisaris atau organ pengatur setara dan

mengendalikan entitas melalui Dewan Direksi dan Dewan Komisaris

atau organ tersebut.

Kondisi-kondisi berikut ini juga bisa mengindikasikan hubungan di mana

entitas mengendalikan EBK dan konsekuensinya mengonsolidasi EBK tersebut :

(a) secara substansi, kegiatan dari EBK dijalankan untuk mewakili suatu entitas sesuai

dengan kebutuhan khususnya, sehingga entitas tersebut memperoleh manfaat dari

operasi EBK;

(b) secara substansi, entitas mempunyai kekuasaan dalam pengambilan keputusan untuk

memperoleh sebagian besar manfaat dari kegiatan EBK, atau dengan cara membuat

mekanisme autopilot, entitas telah mendelegasikan kekuasaan dalam pengambilan

keputusan ini;

(c) secara substansi, entitas mempunyai hak untuk memperoleh sebagian besar manfaat

dari EBK dan oleh karena itu, juga menanggung risiko dari aktivitas EBK; atau

(d) secara substansi, entitas memperoleh mayoritas hak residual dan menanggung risiko

kepemilikan yang terkait dengan EBK atau asetnya untuk memperoleh manfaat dari

aktivitas EBK yang bersangkutan.

Jika memenuhi kriteria pengendalian diatas, maka laporan keuangan EBK

harus dikonsolidasi sesuai prosedur konsolidasi sebagaimana dipersyaratkan

pada PSAK 4 : laporan konsolidasian dan laporan keuangan tersendiri, sebagai

berikut :

1. Agar laporan keuangan konsolidasian dapat menyajikan informasi keuangan

dari kelompok usaha tersebut sebagai entitas ekonomi tunggal, dilakukan

langkah-langkah berikut:

(a) jumlah tercatat investasi entitas induk pada setiap entitas anak dengan

porsi entitas induk atas ekuitas entitas anak dieliminasi. Sebagaimana

dalam PSAK 22 yang menjelaskan perlakuan goodwill.

Page 8: Akuntansi Spesial Purpose Entity

(b) kepentingan nonpengendali atas laba atau rugi entitas anak yang

dikonsolidasikan selama periode pelaporan diidentifikasi;

(c) kepentingan nonpengendali dari bagian kepemilikan entitas induk atas

aset neto entitas anak yang dikonsolidasikan diidentifikasi secara

terpisah. Kepentingan nonpengendali atas aset neto terdiri dari:

jumlah kepentingan nonpengendali pada tanggal kombinasi bisnis

awal yang dihitung sesuai PSAK 22;

bagian kepentingan nonpengendali atas perubahan ekuitas sejak

tanggal kombinasi tersebut.

2. Saldo, transaksi, penghasilan, dan beban intra kelompok usaha dieliminasi

secara penuh.

3. Laporan keuangan entitas induk dan entitas anak yang digunakan dalam

penyusunan laporan keuangan konsolidasian disusun dengan tanggal yang

sama.

4. Jika akhirperiode pelaporan entitas induk berbeda dengan entitas anak,

maka entitas anak menyusun laporan keuangan tambahan dengan tanggal

yang sama dengan laporan keuangan entitas induk untuk tujuan konsolidasi,

kecuali tidak praktis.

5. Jika laporan keuangan entitas anak yang digunakan dalam peyusunan

laporan keuangan konsolidasian disusun dengan tanggal yangberbeda

dengan laporan keuangan entitas induk, maka penyesuaian dilakukan atas

dampak transaksi atau peristiwaignifi kan yang terjadi antara tanggal

laporan keuangan entitas anak dengan tanggal laporan keuangan entitas

induk.

6. perbedaan antara akhir periode pelaporan entitas anak dengan entitas induk

tidak lebih dari tiga bulan.

7. Lamanya periode pelaporan dan perbedaan antar akhirperiode pelaporan

adalah sama dari periode ke periode.

8. Laporan keuangan konsolidasian disusun dengan menggunakan kebijakan

akuntansi yang sama untuk transaksi dan peristiwa lain dalam keadaan yang

serupa.

Page 9: Akuntansi Spesial Purpose Entity

9. Kepentingan nonpengendali disajikan di ekuitas dalam laporan posisi

keuangan konsolidasian, terpisah dari ekuitas pemilik entitas induk.

10. Perubahan dalam bagian kepemilikan entitas induk pada entitas anak yang

tidak mengakibatkan hilangnya pengendalian dicatat sebagai transaksi

ekuitas (dalam hal ini transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai

pemilik).

Tidak cukup sampai disini, perusahaan induk/ pelapor/ sponsor, memiliki

kewajiban untuk menyusun laporan Keuangan Tersendiri sebagai laporan atas

kinerja riil yang telah dilakukan oleh perusahaan induk. sehingga tidak ada lagi

istilah kinerja perusahaan induk yang kurang bagus akan ditutupi oleh kinerja

anak perusahaan yang bagus. Secara laporan keuangan konsolidasian memang

akan tergambarkan hal demikian, namun pada laporan keuangan tersendiri akan

benar-benar tercermin capaian kinerja induk itu sendiri. Laporan keuangan

tersendiri hanya dapat disajikan sebagai informasi tambahan dalam laporan

konsolidasian. Entitas induk tidak boleh menyajikan laporan keuangan tersendiri

sebagai laporan keuangan tujuan (general purposes financial statements).

Pengungkapan

Pengungkapan yang harus dilakukan dalam laporan keuangan

konsolidasian :

(a) sifat hubungan antara entitas induk dan suatu entitasanak jika entitas induk

tidak memiliki (secara langsungmaupun tidak langsung melalui entitas

anak) lebih dari setengah kekuasaan suara;

(b) alasan mengapa kepemilikan (secara langsung maupun tidak langsung

melalui entitas anak) lebih dari setengah kekuasaan suara atau kekuasaan

suara potensial atasinvestee tidak diikuti dengan pengendalian;

(c) akhir periode pelaporan dari laporan keuangan entitasanak jika laporan

keuangan tersebut digunakan untukmenyusun laporan keuangan

konsolidasian dan tanggalatau periode berbeda dari tanggal laporan

keuangan entitas induk, dan alasan menggunakan tanggal atau periode yang

berbeda;

Page 10: Akuntansi Spesial Purpose Entity

(d) sifat dan luas setiap restriksi signifikan (misalnyaakibat dari perjanjian

pinjaman yang diterima atau persyaratan regulator) dalam kemampuan

entitas anak untuk mentransfer dana ke entitas induk dalam bentuk deviden

tunai, atau pembayaran kembali pinjaman atau uang muka;

(e) suatu rincian yang menunjukan dampak setiapperubahan bagian

kepemilikan entitas induk pada entitasanak yang tidak mengakibatkan

hilangnya pengendalianatas ekuitas yang dapat diatribusikan pada pemilik

entitas induk; dan

(f) jika pengendalian atas entitas anak hilang, maka entitas induk

mengungkapkan keuntungan atau kerugian (jika ada) yang diakui sesuai

dengan paragraf 31, dan:

porsi dari keuntungan atau kerugian yang dapat diatribusikan pada

pengakuan sisa investasi pada entitas anak terdahulu dengan nilai wajar

pada tanggal hilangnya pengendalian, dan

pos keuntungan atau kerugian yang diakui dalam laporan laba rugi

komprehensif (jika tidak disajikan secara terpisah dalam laporan laba

rugi komprehensif).

Pengungkapan dalam Laporan Keuangan Tersendiri :

(a) laporan keuangan tersebut adalah laporan keuangan tersendiri yang

merupakan informasi tambahan dalam laporan keuangan konsolidasian;

(b) daftar investasi yang signifikan dalam entitas anak, pengendalian bersama

entitas, dan entitas asosiasi, termasuk nama, negara atau tempat kedudukan,

proporsi kepemilikan, dan proporsi hak suara yang dimiliki (jika berbeda);

dan

(c) penjelasan tentang metode yang digunakan untuk mencatat investasi yang

terdaftar di (b).

Jika laporan keuangan EBK di konsolidasi, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa terdapat pengendalian disana, itu berarti terdapat suatu

hubungan istimewa antara EBK dengan perusahaan pelapor/ sponsor.

Konsekuensi selanjutnya adalah sebagaimana dipersyaratkan dalam PSAK 7

Page 11: Akuntansi Spesial Purpose Entity

bahwa hubungan tersebut harus diungkapkan terlepas dari apakah telah terjadi

transaksi antara mereka, untuk memungkinkan pengguna L/K memahami

dampak dari hubungan pihak berelasi pada suatu entitas. PSAK 7 mensyaratkan

adanya tambahan pengungkapan terkait transaksi dengan pihak berelasi dalam

Laporan keuangan konsolidasian (PSAK 4).

Jika entitas memiliki transaksi dengan pihak-pihak berelasi selama

periode yang dicakup dalam laporan keuangan, maka entitas mengungkapkan

sifat dari hubungan dengan pihak-pihak berelasi serta informasi mengenai

transaksi dan saldo, termasuk komitmen, yang diperlukan untuk memahami

potensi dampak hubungan tersebut sebagaimana dijelaskan sebelumnya.

Sekurang-kurangnya, pengungkapan meliputi:

a. Jumlah transaksi;

b. Jumlah saldo, termasuk komitmen, dan:

(i) Persyaratan dan ketentuannya, termasuk apakah terdapat jaminan, dan

sifat imbalan yang akan diberikan, untuk penyelesaian; dan

(ii) Rincian garansi yang diberikan atau diterima;

c. Penyisihan piutang ragu-ragu terkait dengan jumlah saldo tersebut; dan

d. Beban yang di akui selama periode dalam hal pitang ragu-ragu atau

penghapusan piutang dari pihak-pihak berelasi

Apabila ada transaksi antara pihak-pihak berelasi, maka harus dilakukan

dengan dasar nilai wajar. Pengungkapan bahwa transaksi pihak-pihak berelasi

dilakukan dengan ketentuan yang setara dengan yang berlaku dalam transaksi

yang wajar dapat dilakukan hanya jika hal tersebut dapat dibuktikan. Oleh

karena itu, transaksi pihak-pihak berelasi baik yang dilakukan dengan nilai wajar

maupun dengan ketentuan yang setara dengan nilai wajar harus dibuktikan

dengan dokumen pendukung yang lengkap yang menyatakan transaksi tersebut

telah sesuai dengan standar yang ada.

Terkait dengan hal ini, peraturan pajak juga telah mengatur terkait

transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa. Berdasarkan PER-

32/PJ/2011 dan PER-69/PJ/2010, Dokumen penentuan Harga Wajar atau Laba

Wajar yang harus disediakan oleh Wajib Pajak sekurang-kurangnya mencakup:

Page 12: Akuntansi Spesial Purpose Entity

a. gambaran  perusahaan secara rinci seperti struktur kelompok usaha,

struktur kepemilikan, struktur organisasi, aspek-aspek operasional kegiatan

usaha, daftar pesaing usaha, dan gambaran lingkungan usaha;

b. kebijakan penetapan harga dan/atau penetapan alokasi biaya;

c. hasil Analisis Kesebandingan atas karakteristik produk yang diperjualbelikan,

hasil analisis fungsional, kondisi ekonomi, ketentuan-ketentuan dalam

kontrak/perjanjian, dan strategi usaha.

d. pembanding yang terpilih;

e. catatan mengenai penerapan metode penentuan Harga Wajar atau Laba Wajar

yang dipilih oleh Wajib Pajak serta alasan penolakan metode yang tidak

dipilih.

Kendala terbesar dalam penyusunan dokumen nilai wajar adalah

biayanya yang relatif cukup besar dan memerlukan waktu yang tidak singkat,

karena diperlukan data pembanding dan analisa data serta kondisi pasar yang ada

sebagai dasar penarikan kesimpulan bahwa nilai transaksi telah dilakukan sesuai

nilai wajar. Meski demikian, dokumen ini wajib dibuat sebagai persyaratan

administrasi pajak untuk mendukung aspek kewajaran dan kelaziman usaha

dalam transaksi dengan pihak istimewa.

Dengan adanya laporan keuangan konsolidasian, laporan keuangan

tersendiri entitas, pengungkapan pihak berelasi dan dokumen pendukung nilai

wajar ini, maka unsur tranparansi dalam akuntansi telah terpenuhi, dimana harga

transaksi telah jelas penghitungannya, liabilitas, aset dan ekuitas yang tercatat

pada EBK otomatis akan terkonsolidasi menjadi satu dengan aset, liabilitas dan

ekuitas yang tercatat pada perusahaan induk, pengungkapan telah dilakukan

memadai. Sehingga kemungkinan kecurangan untuk mengalihkan sebagian

kewajiban/ beban sebagaimana pernah terjadi pada kasus Enron bisa

diminimalisir bahkan dihindarkan.

Page 13: Akuntansi Spesial Purpose Entity

3. KESIMPULAN

Sesuai dengan PSAK terbaru hasil konvergensi IFRS, akuntansi terkait

Entitas Berkebutuhan Khusus (Special Purpose Entities) disyaratkan sebagai

berikut :

ISAK No. 7, menyaratkan suatu EBK dikonsolidasikan jika substansi hubungan

antara suatu entitas dan EBK mengindikasikan adanya pengendalian EBK oleh

entitas tersebut.

Prosedur konsolidasi penyajian dan pengungkapan sebagaimana disyaratkan

dalam PSAK 4.

Karena EBK merupakan entitas yang dikendalikan atau dikuasai oleh entitas

lain maka dapat disimpulkan bahwa terdapat suatu hubungan antar pihak

berelasi diantara keduanya. Oleh karena itu, PSAK 7 mensyaratkan adanya

tambahan pengungkapan terkait transaksi dengan pihak berelasi dalam

Laporan keuangan konsolidasian (PSAK 4).

Sehingga konsekuensi yang dihadapi oleh entitas pelapor/ entitas induk/

entitas sponsor harus memenuhi syarat tersebut diatas. Entitas pelapor harus

membuat laporan keuangan konsolidasi atas EBK yang dikendalikannya,

melakukan penyajian dan pengungkapan sebagaimana disyaratkan dalam PSAK

4 serta melakukan tambahan pengungkapan terkait transaksi-transaksi dengan

pihak berelasi (jika ada transaksi). Selain itu, sebagai dasar kelengkapan

perpajakan (jika terdapat hubungan istimewa) maka dokumen penentuan nilai

wajar harus dibuat. Dengan kata lain, entitas pelapor harus menyajikan dan

mengungkapkan informasi yang lebih banyak terkait dengan konsolidasi EBK ini.

Dengan adanya laporan keuangan konsolidasian, laporan keuangan

tersendiri entitas, pengungkapan pihak berelasi dan dokumen pendukung nilai

wajar ini, maka unsur tranparansi dalam akuntansi telah terpenuhi, dimana harga

transaksi telah jelas penghitungannya, liabilitas, aset dan ekuitas yang tercatat

pada EBK otomatis akan terkonsolidasi menjadi satu dengan aset, liabilitas dan

ekuitas yang tercatat pada perusahaan induk, pengungkapan telah dilakukan

memadai. Sehingga kemungkinan kecurangan untuk mengalihkan sebagian

kewajiban/ beban sebagaimana pernah terjadi pada kasus Enron bisa

diminimalisir bahkan dihindarkan.

Page 14: Akuntansi Spesial Purpose Entity

DAFTAR PUSTAKA

Dewan Standar Akuntansi Keuangan. 2012. Standar Akuntansi Keuangan : per 1

Juni 2012. Jakarta : IAI.

Peraturan DirJen Pajak No. PER - 69/PJ/2010 Tentang Kesepakatan Harga Transfer

(Advance Pricing Agreement)

Peraturan Dirjen Pajak NO. PER - 32/PJ/2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan

Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-43/PJ/2010 Tentang Penerapan Prinsip

Kewajaran Dan Kelaziman Usaha Dalam Transaksi Antara Wajib Pajak

Dengan Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa

http://asriwandi.wordpress.com/2012/04/01/makalah-psak-7-pihak-pihak-yang-

berelasi/ diakses tanggal 7 Januari 2012

http://insidewinme.blogspot.com/2007/12/special-purpose-entity.html diakses

tanggal 7 Januari 2012

Page 15: Akuntansi Spesial Purpose Entity

UJIAN TENGAH SEMESTER

PELAPORAN DAN AKUNTANSI KEUANGAN

PPAK 2013

SOAL I:

a. Jelaskan serta berikan ilustrasi perbedaan konsep ruled based dan principle

based dalam penyajian laporan keuangan!

Principle based mengandung makna bahwa :

Standar akuntansi tidak bersifat ketat atau rigid, melainkan hanya

memberikan prinsip-prinsip umum standar akuntansi yang harus diikuti

untuk memastikan pencapaian kualitas informasi tertentu yang relevan,

dapat diperbandingkan dan objektif.

Standar akuntansi yang berbasis prinsip tidak mengatur untuk suatu jenis

industri tertentu dan standar akuntansi yang berbasis prinsip memberi

dasar konseptual bagi akuntan ketimbang daftar aturan rinci.

Standar hanya mengatur prinsip pengakuan, pengukuran, dan pencatatan

suatu transaksi.

Standar lebih fleksibel dan mampu menyesuaikan dengan perkembangan

industri yang ada.

Dalam penerapannya memerlukan pertimbangan profesional yang lebih

banyak.

Sedangkan rule based mengandung makna bahwa :

Untuk mencapai kualitas informasi tertentu yang relevan, dapat

diperbandingkan, dan objektif, standar akuntansi harus bersifat ketat dan

rigid.

Standar akuntansi yang berbasis aturan berisi pedoman rinci yang harus

diikuti ketika perusahaan menyiapkan laporan keuangan.

Pedoman tersebut didasarkan pada asumsi bahwa manajemen memerlukan

pedoman yang menjamin bahwa transaksi dilaporkan dengan tepat dan

konsisten.

Page 16: Akuntansi Spesial Purpose Entity

Standar mengatur secara detil setiap transaksi sehingga penyusun LK

harus mengikuti setiap langkah pencatatan.

Pedoman rinci tersebut menjadikan standar tersebut lebih panjang dan

lebih kompleks.

Standar akuntansi berbasis aturan biasanya hanya berlaku untuk suatu

industri tertentu sehingga membatasi fleksibilitas dan penggunaan

pertimbangan profesional

Ilustrasi :

Standar yang berbasis aturan mengakibatkan munculnya standar-standar

akuntansi untuk industri tertentu, misalnya standar akuntansi koperasi, akuntansi

kehutanan, akuntansi perbankan, dan akuntansi penyelenggaraan jalan tol.

Secara prinsip, terdapat kesamaan untuk standar-standar akuntansi tadi. Sebagai

contoh, prinsip akuntansi untuk pengakuan dan pencatatan pendapatan,

pengakuan dan pencatatan aset. Pengaturan secara aturan cenderung

akan redundant dan dapat memunculkan banyak celah. Bahkan bisa jadi

pengaturan ini bertentangan dengan aturan umum. Dalam konsep prinsiple

based, standar tidak lagi diatur rinci masing-masing industri, sehingga untuk

pengakuan dan pencatatan pendapatan semua industri langsung mengacu pada

standar akuntansi pendapatan, pengakuan aset langsung mengacu pada akuntansi

Aset Tetap, Persediaan atau Properti investasi tergantung bagaimana tujuan aset

itu digunakan.

Selain itu, pada standar dengan konsep rule based diatur mengenai

akuntansi tanah dan akuntansi penyusutan, sedangkan pada standar dengan

konsep prinsiple based akuntansi tanah dan penyusutan tidak lagi diatur

tersendiri melainkan menjadi satu pada akuntansi Aset Tetap, persediaan atau

Properti Investasi tergantung tujuan dari penggunaan tanah tersebut.

Contoh lain dari perbedaan dua konsep ini adalah, pada PSAK

No.4 (konsep rule based) disebutkan bahwa laporan keuangan konsolidasi

disajikan untuk memenuhi kebutuhan informasi keuangan yang meliputi posisi

keuangan, hasil usaha dan arus kas dari suatu kelompok perusahaan, yang secara

ekonomis dianggap merupakan satu kesatuan usaha. Suatu induk perusahaan

Page 17: Akuntansi Spesial Purpose Entity

yang memiliki baik langsung maupun tidak langsung melalui anak

perusahaan lebih dari 50% saham berhak suara pada perusahaan lain, harus

menyajikan laporan keuangan konsolidasi. Dalam PSAK No.4 (prinsiple based),

tidak lagi menyebutkan besarnya prosentase kepemilikan saham. Ukurannya

bukan lebih atau kurang dari 50% kepemilikan, tetapi prinsipnya adalah apakah

perusahaan investor melakukan pengendalian ke perusahaan investee. Meskipun

pemilikan kurang dari 50%, tetapi mampu untuk mengendalikannya, maka

laporan keuangan harus dikonsolidasikan, atau sebaliknya. Sehingga Akuntan

harus mampu mengidentifikasi alasan yang digunakannya.

Hal ini juga tergambar pada PSAK No. 7 tentang Pengungkapan Pihak-

Pihak Berelasi dan PSAK No. 22 terkait Kombinasi Bisnis, pada konsep rule

based diatur rinci mengenai metode-metode yang harus digunakan dalam

pengungkapan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa dan bagaimana

metode dalam pengakuan kombinasi bisnis, namun dalam standar dengan

konsep prinsiple based tidak lagi diatur detail mengenai metode-metode

melainkan lebih menekankan pada bagaimana penyajian dan pengungkapannya.

b. Konvergensi IFRS pada tahun 2012 ini telah sampai pada tahap

implementasi. Salah satu tujuan dari pengkonvergesian ini adalah untuk

meningkatkan daya banding/ komparabilitas laporan keuangan. Disamping

memberikan dampak positif, kalangan praktisi terutama akuntan internal

menghadapi dampak negatif dari pengkonvergensian ini, terutama pada

awal implementasi. Jelaskan apa dampak negatif tersebut serta berikan

solusi untuk mengatasinya!

Dampak Negatif Implementasi Konvergensi IFRS :

1. IAI harus melakukan perubahan terhadap hampir sebagian besar standar

akuntansi keuangan. Penyelarasan tersebut tentunya akan berdampak

kepada perubahan menyeluruh bentuk laporan keuangan yang pada

gilirannya akan merubah wajah akuntansi Indonesia. Perubahan ini juga

akan berdampak kepada sistem akuntansi, sistem informasi akuntansi dan

pada gilirannya akan berdampak kepada manajemen organisasi. Pada awal

implementasi banyak praktisi yang belum siap menerapkan konvergensi

Page 18: Akuntansi Spesial Purpose Entity

IFRS ini karena banyak hal-hal prinsip yang berubah, sehingga perlu ada

penyesuaian baik dari segi pencatatan akuntansi, laporan maupun kesiapan

pratisi sendiri selaku user yang akan melaksanakan standar tersebut.

Solusi : IAI secara gencar melakukan sosialisasi terkait dengan konvergensi

IFRS dan juga melakukan seminar ataupun pelatihan terkait dengan dampak

perubahan akibat konvergensi IFRS ini. Dalam beberapa kasus, diatur pula

dalam PSAK baru bagaimana pencatatan pada saat masa transisi dan juga

contoh penerapan yang disajikan dalam pedoman aplikasi dan contoh

ilustrasi yang menjadi bagian tak terpisahkan dari PSAK, sehingga ini

memudahkan praktisi dalam mengimplementasikan standar yang baru.

2. Awal implementasi PSAK hasil konvergensi IFRS, memerlukan biaya yang

cukup besar. Hal ini terkait dengan penyesuaian Laporan-laporan keuangan

perusahaan, ada beberapa metode yang tidak boleh lagi digunakan, sehingga

beberapa perusahaan perlu merestatemen ulang Laporan Keuangan tahun

sebelumnya. Selain itu dampak perubahan ini juga perlu diimbangi dengan

perubahan sistem akuntansi yang digunakan perusahaan dan juga pelatihan-

pelatihan terhadap user yang terlibat dalam penyusunan laporan keuangan

yang tentu saja membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Solusi : Mau tidak mau perusahaan harus mencadangkan biaya atas

konsekuensi dari diadopsinya IFRS.

3. Perubahan konsep dari rule-based ke principle-based sehingga memerlukan

professional judgement  yang lebih banyak.

Solusi : Karena saat ini standar akuntansi berbasis prinsip, maka diharapkan

baik praktisi maupun akademisi di bidang akuntansi harus sungguh-

sungguh menguasai prinsip-prinsip akuntansi  untuk melakukan

judgement  atas pencatatan transaksi. Masih banyak praktisi maupun

akademisi yang masih menguasai akuntansi secara pragmatis. Konsep dan

prinsip akuntansi tidak dikuasai dengan baik, yang dipentingkan hanyalah

pemecahan praktis.

Page 19: Akuntansi Spesial Purpose Entity

Penguasaan prinsip akuntansi dapat digunakan untuk memecahkan

permasalahan-permasalahan seperti misalnya, jika ada entitas produsen

peternakan yang memiliki ratusan sapi, yang mana sapi-sapi tersebut

melahirkan anak-anak sapi. Jika belum ada pengaturan untuk aset-aset

biologik (seperti IAS 41: Agriculture), akuntan dan auditor harus memiliki

penguasaan prinsip akuntansi yang kuat untuk menentukan pencatatan anak-

anak sapi tersebut, kapan mulai diakui sebagai aset dan mulai dikapitalisasi.

Contoh lainnya, jika entitas memiliki pohon jati yang baru siap ditebang

setelah umurnya 20 tahu. Pohon jati ini memiliki sifat aset (dikuasai lebih

dari satu periode), namun juga memiliki sifat persediaan (pohon jati akan

habis ditebang dan dijual). Dalam kasus ini, akuntan dan auditor harus

menganalisis dengan tepat perlakuan untuk pohon jati, termasuk

menentukan berapa nilai dari pohon jati yang dicatat. Sehingga pemahaman

yang matang terhadap prinsip-prinsip akuntansi akan memudahkan dalam

penggunaan pertimbangan profesional untuk menentukan perlakuan

akuntansi suatu transaksi. Dan hal terpenting yang harus dilakukan adalah

bahwa semua dokumen serta proses Profesional Judgement itu harus

didokumentasikan

Selain itu, Keterlibatan pihak ketiga dalam penyusunan laporan

keuangan bisa mempercepat proses penyusunan laporan keuangan

berdasarkan prinsiple based. Dengan adanya konvergensi IFRS,

menyebabkan segala sesuatu yang berkaitan dengan penilaian dan

pengukuran menjadi penting, sehingga kebutuhan atas adanya pihak ketiga

didalam penyusunan laporan keuangan sangat besar. Karena laporan

keuangan mewajibkan untuk diungkapkan secara menyeluruh agar

transparansi menjadi suatu hal penting bagi pengguna laporan keuangan.

4. Penggunaan fair value accounting dalam penilaian, jika tidak ada nilai pasar

aktif harus melakukan penilaian sendiri (perlu kompetensi) atau

menggunakan jasa penilai serta mengharuskan pengungkapan (disclosure)

yang lebih banyak baik kuantitatif maupun kualitatif

Page 20: Akuntansi Spesial Purpose Entity

Solusi : Karena penggunaan fair value ini membutuhkan dana yang tidak

sedikit terutama terkait dengan appraisal dalam penentuan nilai wajar,

maka dalam beberapa kasus PSAK masih memberikan pilihan untuk tetap

menggunakan historical cost atau nilai tercatat asalkan keandalan laporan

keuangan tetap bisa diyakini dan alasan penggunaan itu harus di ungkapkan

dengan jelas dan lengkap.

5. Ada beberapa aturan di standar akuntansi baru yang tidak sinkron dengan

peraturan pajak di Indonesia.

Solusi : Pemerintah harus melakukan penyesuaian regulasi sehingga tidak

ada benturan antara standar akuntansi dengan peraturan pajak yang ada.

Pengaruh konvergensi IFRS tidak hanya berpengaruh terhadap dunia bisnis

saja, tetapi juga dalam dunia perpajakan. Misalnya saja : perbedaan IFRS

dengan perpajakan salah satunya mencakup aset tetap (PSAK No. 16).

Berdasarkan PSAK No. 16 perusahaan diperbolehkan memilih metode

revaluasi yang dilakukan periodik oleh penilai dengan Fair Value.

Sedangkan pada peraturan perpajakan revaluasi dilakukan penilai dengan

Fair Value maksimal 1 kali dalam 5 tahun. Selain itu selisih lebih dari

revaluasi aset dapat menjadi objek pajak PPN dan PPh atas tambahan nilai

aset tercatat, sedangkan pada standar akuntansi tidak dijelaskan bahwa

kenaikan nilai aset akibat revaluasi dapat berdampak pada perpajakannya.