Akuntansi Sektor Publik

87
Akuntansi Sektor Publik 1 AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK SAP 1. Karakteristik dan lingkungan sektor publik 2. Akuntansi manajemen sektor publik 3. Sistem pengendalian manajemen sektor publik 4. Penganggaran sektor publik 5. Teknik akuntansi keuangan 6. Laporan keuangan sektor publik 7. Sistem akuntansi pemerintah pusat 8. Otonomi daerah dan perimbangan keuangan pusat dan daerah 9. Akuntansi keuangan daerah sebagai bagian dari manajemen keuangan daerah 10. Akuntansi keuangan daerah 11. Akuntansi dalam rekening-rekening APBD dan laporan keuangan daerah 12. Akuntansi untuk BUMD 13. Akuntansi keuangan nirlaba (Yayasan) Literatur : Abdul Halim : Akuntansi sektor publik : Akuntansi keuangan daerah Mardiasmo : Akuntansi sektor publik Indra Bastian : Sistem Akuntansi sektor publik

Transcript of Akuntansi Sektor Publik

Page 1: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 1

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

SAP

1. Karakteristik dan lingkungan sektor publik

2. Akuntansi manajemen sektor publik

3. Sistem pengendalian manajemen sektor publik

4. Penganggaran sektor publik

5. Teknik akuntansi keuangan

6. Laporan keuangan sektor publik

7. Sistem akuntansi pemerintah pusat

8. Otonomi daerah dan perimbangan keuangan pusat dan daerah

9. Akuntansi keuangan daerah sebagai bagian dari manajemen keuangan daerah

10. Akuntansi keuangan daerah

11. Akuntansi dalam rekening-rekening APBD dan laporan keuangan daerah

12. Akuntansi untuk BUMD

13. Akuntansi keuangan nirlaba (Yayasan)

Literatur :

Abdul Halim : Akuntansi sektor publik : Akuntansi keuangan daerah

Mardiasmo : Akuntansi sektor publik

Indra Bastian : Sistem Akuntansi sektor publik

Page 2: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 2

I. KARAKTERISTIK DAN LINGKUNGAN SEKTOR PUBLIK

A. Pengertian dan ruang lingkup akuntansi sektor publik

Istilah sektor publik memiliki pengertian yang bermacam-macam, hal ini

merupakan konsekuensi dari luasnya wilayah publik, sehingga setiap disiplin ilmu

(politik, ekonomi hukum dan sosial) memiliki cara pandang dan definisi yang berbeda-

beda. Dari sudut pandang ekonomi sektor publik dapat dipahami sebagai suatu entitas

(kesatuan) yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang dan

pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik.

Sejalan dengan perkembangan maka di negara kita Akuntansi Sektor Publik

didefinisikan sebagai mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan

pengelolaan dana masyarakat di lembaga–lembaga tinggi negara dan departemen

dibawahnya, pemerintah daerah, BUMN,BUMD, LSM dan yayasan sosial, maupun pada

proyek-proyek kerjasama sektor publik dan suasta.

Beberapa tugas dan fungsi sektor publik sebenarnya dapat juga dilakukan oleh

sektor suasta misalnya untuk menghasilkan beberapa jenis pelayanan publik seperti

layanan komunikasi, penarikan pajak, pendidikan, transportasi publik dll, akan tetapi

untuk tugastertentu tugas sekotr publik tidak dapat digantikan oleh sektor suasta,

misalnya fungsi birokrasi pemerintahan. Sebagai konsekuensinya akuntansi sektor publik

dalam beberapa hal bebeda dengan akuntansi padasektor suasta.

B. Tujuan Akuntansi Sektor Publik

Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat, efisien dan

ekonomis atas alokasi suatu sumber daya yang dipercayakan kepada organisasi.

Tujuan ini terkait dengan pengendalian manajemen

Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manajer untuk melaporkan

pelaksanaan tanggungjawab secara tepat dan efektif program dan penggunaan

sumberdaya yang menjadi wewenangnya dan memungkinkan bagi pegawai

pemerintah untuk melaporkan kepada publik atas hasil operasi pemerintah dan

penggunaan dana publik. Tujuan ini terkait dengan akuntabilitas.

Page 3: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 3

C. Akuntabilitas Publik

Fenomena yang dapat diamati dalam perkembangan sektor publik adalah semakin

meningkatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas publik oleh organisasi sektor publik

seperti: pemerintah pusat dan daerah, unit-unit kerja pemerintah, departemen dan

lembaga negara) Tuntutan akuntabilitas ini terkait dengan perlunya transparansi dan

pemberian informasi kepada publik dalam rangka memenuhi hak-hak publik.

Pengertian Akuntabilitas publik adalah kewajiaban pemegang amanah (agent)

untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan

segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawab kepada pihak pemberi

amanah (principal) yang memiliki hak dan kewajiban untuk meminta

pertanggungjawaban tersebut.

Akuntabilitas terdiri dari 2 macam yaitu : akuntabilitas vertikal dan akuntabilitas

horizontal. Akuntabilitas vertikal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana

kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja dinas

kepada pemerintah daerah, pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah

pusat, pemerintah pusat kepada MPR. Sedangkan akuntabilitas horizontal adalah

pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.

Akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh organisasi sektor publik terdiri

atas beberapa dimensi :

1. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum

Akuntabilitas kejujuran terkait dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan,

sedangkan akuntabilitas hukum terkait dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap

hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam penggunaan sumber dana publik.

2. Akuntabilitas proses

Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang digunakan dalam

melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan informasi informasi

akuntansi, sistem informasi manajemen dan prosedur administrasi. Akuntabilitas

proses termanifestasi melalui pemberian pelayanan publik yang cepat, responsif dan

biaya murah. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap akuntabilitas proses dapat

dilakukan dengan ada tidaknya mark up dan pungutan yang lain diluar yang

ditetapkan dan pemborosan yang menyebabkan pemborosan sehingga menjadikan

Page 4: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 4

mahalnya biaya pelayanan publik dan kelambanan pelayanan. Serta pengawasan dan

pemeriksaan terhadap proyek-proyek tender untuk melaksanakan proyek-proyek

publik.

3. Akuntabilitas program

Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan

dapat dicapai atau tidak dan apakah telah mempertimbangkan alternatif program

yanng memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal.

4. Akuntabilitas kebijakan

Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah, baik pusat

maupun daerah atas kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah terhadap

DPR/DPRD dan masyarakat luas.

Akuntansi sektor publik tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh kecenderungan

menguatnya tuntutan akuntabilitas sektor publik tersebut. Akuntansi sektor publik

dituntut dapat menjadi alat perencanaan dan pengendalian organisasi sektor publik secara

efektif dan efisien serta memfasilitasi tercapainya akuntabilitas publik.

D. Privatisasi

Di Indonesia masih banyak BUMN dan BUMD yang dijalankan tidak secara

efisien. Inefisiensi yang dialami tersebut disebabkan adanya intervensi politik,

sentralisasi dan manajemen yang buruk.

Di era globalisasi BUMN dan BUMD menghadapi beberapa tekanan dan tuntutan

antara lain :

Regulation & Political Pressure

Social Pressure

Rent Seeking Behaviaour

Economic & Efficiency

Privatisasi merupakan salah satu upaya mereformasi perusahaan publik untuk

meningkatkan efisiensi dan efektifitas perusahaan-perusahaan publik. Privatisasi berarti

pelibatan modal swasta dalam struktur modal perusahaan publik sehingga kinerja

finansial dapat dipengaruhi secara langsung oleh investor melalui mekanisme pasar uang.

Page 5: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 5

E. Otonomi daerah

Perkembangan akuntansi sektor publik khususnya di Indonesia semakin pesat

seiring dengan adanya era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentaralisasi

fiskal. Desentarlisasi tidak hanya berarti pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat ke

daerah tetapi pelimpahan beberapa wewenang pemerintah ke pihak swasta dalam bentuk

privatisasi

Page 6: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 6

II. AKUNTANSI MANAJEMEN SEKTOR PUBLIK

A. Akuntansi Sebagai Alat Perencanaan Organisasi dan Pengendalian Organisasi

1. Akuntansi Sebagai Alat Perencanaan Organisasi

Perencanaan merupakan cara organisasi menertapkan tujuan dan sasaran

organisasi. Perencanaan meliputi aktivitas yang sifatnya stategik, taktis dan melibatkan

aspek operasional. Dalam hal perencanaan oprganisasi akuntansi menejemen berperan

dalam pemberian informasi historis dan prospektif untuk menfasilitasi perencanaan.

Dalam organisasi sektor publik, lingkungan yang mempengaruhi sangat

heterogen. Faktor politik dan ekonomi sangat dominan dalam mempengaruhi tangkat

kestabilan organisasi. Informasi akuntansi diperlukan untuk membuat prediksi-prediksi

dan estimasi mengenai kejadian ekonomi yang akan datang diakitkan dengan keadaan

ekonomi dan politik saat ini.

Informasi sebagai alat perencanaan pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 3

kelompok yaitu :

Informasi yang sifatnya rutin ataukah ad hoc

Informasi kuantitatif ataukah kualitatif

Informasi disampaiakan melalui saluran formal ataukah informal

Informasi yang sifatnya rutin diperlukan untuk perencanaan yang reguler, misalnya

laporan keuangan bulanan, triwulanan, semesteran atau bulanan. Sementara itu organisasi

sektor publik seringkali menghadapi masalah yang sifatnya temporer dan membutuhkan

informasi yang sifatnya segera. Untuk melakukan perencanaan temporer diperlukan

informasi yang sifatnya temporer.

Informasi akuntansi utntuk perencanmaan dapat juga dibedakan berdasarkan cara

penyampaiannya. Apakah disampaiakn secara formal atau informal. Mekanisme

formalnya misalanya melaului rapat-rapat dinas, rapat komisis dsb. Pada organisasi

sektor publik, saluran informasi lebih banyak bersifat formal, sedangkan informal relatif

jarang dilakukan. Hal tsb disebabkan karena adanya batasan transparansi dan

akunbtabilitas publik yang harus dilakukan oleh lembaga-lembaga publik, sehingga

perencanaan tidak dapat dilakukan secara personal atau hanya melibatkan beberapa orang

saja.

Page 7: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 7

2. Akuntansi Sebagai Alat Pengendali Organisasi

Untuk menjamin bahwa strategi untuk mencapai tujuan organisasi dijalankan

secara ekonomis, efisien dan efektif, maka diperlukan suatu sistem pengendalian yang

efektif. Pola pengendalian tiap organisasi berbeda-beda tyergantung pada jenis dan

karakteristik organisasi. Pada organisasi bisnis yang sifatnya berorientasi pada laba,

amak alat pengendalinya lebih banyak bertumpu pada mekanisme negoisasi (negotiated

bargain), meskipun hal tersebut bervariasai untuk setiap organisasi dan tingkat

manajemen. Pengendalian untuk menajemen level bawah lebih bersifat tegas dan

memaksa, sedangkan untuk manajmen level atas bersifat normatif.

Untuk organisasi sektor publik karena sifatnya tidak mengejar laba serta adanya

pengaruh politik yang besar, amak alat pengendalinya lebih banyak berupa peraturan

birokrasi. Terkait dengan pengukuran kinerja terutama pengukuran ekonomi, efisiensi

dan efektivitas (value for money), akuntansi manajemen memiliki peran utama dalam

pengendalian organisasi yaitu mengkuantifikasi keseluruhan kinerja terutama dalam

ukuran moneter.

Fungsi utama informasi akuntansi pada dasarnya adalah pengendalian. Informasi

akuntansi merupakan pengendalian yang vital bagi organisasi karena akuntansi

memberikan informasi yang bersifat kuantitatif. Informasi akunatnsi umumnya

disampaiakan dalam bentuk ukuran finansial, sehingga memungkinkan untuk dilakukan

pengintgrasian informasi dari tiap-tiap unit organisasi yang pada akhirnya membentuk

gambaran kinerja organisasi secara keseluruhan. Lebih lanjut informasi akuntansi

memungkinkan bagi organisasi untuk mengintegrasikan aktivitas organisasi.

Dalam memahami organisasi sebagai alat pengendalian perlu dibedakan

penggunaan informasi akuntansi sebagai alat pengendalian keuangan (financial control)

dengan akuntansi sebagai alat pengendali organisasi (organization control). Pengendalian

keuangan terkait dengan peraturan atau sistem aliran uang dalam organisasi, khususnya

memastikan bahwa organisasi memiliki likuiditas dan solvabilitas yang baik.

Pengendalian organisasi diperlukan untuk menjamin bahwa organisasi tidak menyimpang

dari tujuan dan strategi organisasi yang telah ditetapkan. Pengendalian organisasi

memerlukan informasi yang lebih luas diandingkan pengendalian keuangan. Informasi

yang dibutuhkan lebih komplek tidak sekedar informasi keuangan saja. Sebagai contoh

dalam sebuah usulan investasi publik, informasi yang dibutuhkan untuk pengendalian

Page 8: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 8

keuangan adalah berupa prediksi aliran kas dan profitabilitas dari investasi tersebut.

Sementara itu untuk tujuan pengendalian organisasi dibutuhkan informasi yang lebih

luas meliputi asapek ekonomi, sosial dan politik dari investasi yang diajukan.

B. Proses Perencanaan dan pengendalian Manajerial Sektor Publik

Perencanaan dan pengendalian pada dasarnya merupakan dua sisi mata uang yang

sama, sehingga keduanya harus dipertimbangkan secara bersama-sama. Tanpa

pengendalian perencanaan tidak akan berarti karena tidak adanya tindak lanjut (follow

up) untuk menidentifikasi apakah rencana organisasi telah tercapoai. Sebaliknya tanpa

pengendalian perencanaan tidak akan berarti karena tidak adanya target atau rencana

yang digunakan sebagai pembanfding. Perencanaan dan pengendalian merupalkan suatu

proses yang membentuk suatu siklus, sehingga satu tahap aklan terkait dengan tahap

yang lainnya dan terintegrasi dalam satu organisasi. Jones dan Pendlebury membagi

p[roses perencanaan dan pengendalian manajerial pada organisasi sektor publik menjadi

lima tahap yaitu :

1. Perencanaan tujuan dan sasaran dasar

2. Perencanaan operasional

3. Penganggaran

4. Pengendalian dan pengukuran

5. Pelaporan, analisis dan umpan balik

Gambar Proses Perencanaan dan Pengendalian

Manajerial Organisasi Sektor Publik

1. Perencanaan Tujuan dan

Susunan dan Dasar

2. Perencanaan Operasional

4. Pengendalian dan Pengukuran

3. Pengangguran 5. Pelaporan Analisis dan

Umpan Balik Revisi Anggaran

Revisi Perencanaan

Operasional

Aksi

Revisi/modifikasi

Tujuan dan Sasaran

Dasar

Page 9: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 9

C. Peran Akuntansi Manajemen Sektor Publik

Peran utama akuntansi manajemen dalam organisasi sektor publik adalah

memberikan informasi akuntansi yang relevan dan handal kepada manajer untuk

melaksanakan fungsi perencanaan dan pengendalian organisasi. Inti akuntansi

manajemen adalah perencanaan dan pengendalian. Peran akuntansi manajemen dalam

organisasi sektor publik meliputi :

1. Perencanaan strategik

2. Pemberian informasi biaya

3. Penilaian investasi

4. Penganggaran

5. Penentuan biaya pelayanan (cost of service) dan penentuan tarif pelayanan (charging

for service)

6. Penilaian kinerja

Perencanaan Strategik

Akuntansi majamen dibutuhkan sejak tahap perencanaan strategik. Pada tahap

perencanaan strategik, manajemen organisasi membuat alternatif-alternatif program yang

dapat mendukung strategi organisasi. Program-program tsb diseleksi dan dipilih sesuai

dengan skala prioritas sumber daya yang dimiliki. Peran akuntansi manajmen adalah

memberikan informasi untuk mementukan berapa biaya program dan berapa biaya suatu

aktivitas, sehingga berdasarkan informasi akuntansi tsb manajer dapat menentukan

anggaran yang dibutuhkan dikaitkan dengan sumber daya yang dimiliki.

Untuk memberikan jaminan dialokasikannya sumber daya secara ekonomis,

efisien dan efektif maka diperlukan informasi akuntansi manajemen yang handal dan

akurat, relevan untuk menghitung berapa besarnya biaya program, aktivitas atau proyek.

Sistem informasi akunatsni manajemen yang baik dapat mengurangi peluang terjadinya

pembororsan,kebocoran dana dan mendeteksi program-pprogram yang tidak layak secara

ekonomi. Akunatsni manajemen pada sektor publik dihadapkan pada tiga permasalahan

yaitu : efisiensi biaya, kualitas produk dan pelayanan ( cash, quality and service).

Untuk dapat menghasilkan kualitas pelayanan publik yang tinggi dengan biaya

yang murah pemerintah harus mengadopsi sistem informasi akantansi manajemen yang

Page 10: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 10

modern, yaitu dengan menerapkan teknis akunatnsi manajemen yang diterapkan di sektor

suasta. Terdapat perbedaan antara sektor suasta dan sektor publik dalam hal penentuan

biaya produk atau pelayanan, hal ini disebabkan bahwa sebagain besar biaya pelayanan

pada sektor suasta cenderung merupakan engineered cost yang memiliki hubungan

secara langsung dengan output yang dihasilkan, sementara biaya pada sektor publik

sebagaian besar merupakan discretionary cost yang ditetapkan di awal periode anggaran

dan sering tidak memiliki hubungan langsunmg dengan aktivitas yang dilakukan dengan

output yang dihasilkan. Kebanyakan output yang dihasilkan sektor publik merupakan

intangible output yang sulit diukur, maka peran manajer publik sangat penting dalam

pengendalian biaya

Pemberian Informasi Biaya

Biaya (cost) dalam konteks organisasi sektor publik dapat dikategorikan menjadi

tiga kelompok :

Biaya input, adalah sumber daya yang dikorbankan untuk memberikan pelayanan.

Biaya input bisa berupabiaya tenaga kerja dan biaya bahan baku

Biaya output, adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengantarkan produk hingga

samapai ke tangan pelanggan. Pada organisasi sektor publik output dapat diukur

dengan berbagai cara tergantung pada pelayanan yang dihasilkan. Contoh pada

perusahaan transportasi massa, biaya mungkin diukur berdasarkan biaya per

penumpang

Biaya proses, biaya ini dapat dipisahkan berdasarkan fungsi organisasi, biaya dapat

diukur dengan mempertimbangkan fungsi organisasi, misalnya biaya departemen

produksi, dep personalia, biaya dinas-dinas dsb.

Proses penentuan biaya meliputi lima aktivitas, yaitu cost finding, cost recording,

cost analizing, strategic cost reduction dan cost reporting.

Cost finding,

Pada tahap ini pemerintah mengakumulasi data mengenai biaya yang dibutuhkan untuk

menghasilkan produk/ jasa layanan

Cost recording,

Pada tahap ini yang dilakukan adalah kegiatan pencatatan data ke dalam sistem akuntansi

organisasi

Page 11: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 11

Cost analizing,

Pada tahap ini dilakukan analisis biaya yaitu mengindentifikasi jenis dan perikalku biaya,

perubahan biaya dan volume kegiatan. Manajamen organisasi harus dapat menentukan

pemicu biaya (cost driver) agar dapat doilakukan strategi efisiensi biaya.

Strategic cost reduction

Tahap ini adalah menentukan strategi penghematan biaya agar tercapai value for money.

Pendekatan strategik dalam pengurangan biaya memiliki karakteristik sbb :

1. Berjangka panjang. Manajemen biaya strategik merupakan usaha jangka paanjang

yang membentuk kultur organisasi agar penurunan biaya menjadi budaya yang

mampu bertahan lama

2. Berdasarkan kultur perbaiakan berkelanjutan dan berfokus pada pelayanan kepada

masyarakat

3. Manajemen harus bersifat proaktif dalam melakukan penghematan biaya

4. Keseriusan manajemen puncak (top manager) merupakan penentu efektifitas

program pengurangan biaya karena pada dasarnya manajemen biaya strategik

merupakan tone form the top

Cost reporting.

Tahap terakhir adalah memeberikan informasi baiay secara lengkap kepada pimpinan

dalam bentuk internal report yang kemudian diintegrasikan ke dalam suatu laporan yang

akan disampaikan kepada pihak eksternal. Informasi manajemen hendaknya dapat

mendeteksi adanya pemborosan yanbg masih berpotensi untuk diefisiensikan serta

mencari metode atau teknik untuk penghematan biaya. Akuntansi manajemen hendaknya

dapat mendukung dan memperkuat pelaksanaan prinsip value for money dan public

accountability organisasi sektor publik

Penilaian Investasi

Akuntansi manajemen dibutuhkan pada saat organisasi sektor publik handak

melakukan investasi, yaitu untuk menilai kelayakan investasi secara ekonomi dan

finansial. Akuntansi manajemen diperlukan dalam penilaian investasi karena untuk dapat

menilai investasi diperlukan identifikasi baiya, resiko dan manfaat atau keuntungan dari

suatu investasi. Dalam penilaian suatu investasi, faktor yang harus fdiperhatikan oleh

Page 12: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 12

akuntansi manajemen adalah tingkat diskonto, tingkat inflasi, tingkat resiko dan

ketidakpastian serta sumber pendanaan untuk investasi yang akan dilakukan.

Penilaian invesatasi pada organisasi sektor publik dilakukan dengan

menggunakan analisis biaya – manfaat (cost benefit analysis). Dalam praktek ini sulit

dilakukan karena biaya yang diukur tidak hanya dari sisi finansial tetapi juga dari sisi

biaya sosial dan manfaat sosial yang akan diperoleh dari investasi yang diajukan.

Menentukan biaya dan manfaat sosial dalam satuan moneter sanbgat silut dilakukan.

Kemudian untuk memudahkan digunakan analisis efektifitas biaya (cost effectiveness

analysis), yaitu menekankan seberapa besar dampak yang dicapai dari suatu proyek atau

investasi dengan biaya tertentu

Penganggaran

Akuntansi menajemen berperan untuk memfasilitasi terciptanya anggaran publik

yang efektif. Terkait dengan 3 fungsi anggaran, yaitu sebagai alat alokasi sumber daya

publik, alat distribusi dan stabilisasi maka akuntansi manajemen merupakan alat yang

vital untuk proses mengalokasikan an mendistribusikan sumber adana publik secara

ekonomis, efisien dan efektif adil dan merata. Untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan

sumber daya manusia yang handal, jika tidak akuntansi manajemen tidak akan banyak

bermanfaat karena hanya akan berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian.

Penentuan Cost of Service dan Charging for Service

Tuntutan agar pemerintah meningkatkan mutu pelayanan dan keluhan masyarakat

akan besarnya biaya pelayanan merupakan suatu indikasi perlunya perbaikan sistem

akuntansi manajemen di sektor publik. Masyarakat menghendaki pemerintah

memberikan pelayanan secara cepat, berkualitas dan murah. Pemerintah yang

berorientasi pada pelayanan publik harus merespon keluhan, tuntutan dan keinginan

masyarakat tersebut agar kualitas hidup masyarakat menjadi semakin meningkat dan

kesejahteraan akan semakin meningkat pula.

Penentuan biaya pelayanan (Cost of Service) dan penentuan tarif (Charging for

Service) merupakan satu rangakaian dimana keduanya membutuhkan informasi

akuntansi. Sebagai contoh pemerintah harus dapat menentukan berapa biaya untuk

membangaun terminal bus atau stasiun kereta api yang tertib aman dan nyaman serta

Page 13: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 13

biaya operasioalnya. Bedasarkan informasi ini pemerintah dapat menentukan berapa

besarnya biaya tarif pelayanan yang akan dibebankan kepada para pemakai jasa

pelayanan terminal atau stasiun tsb, demikian juga untuk PDAM dsb.

Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja merupakan bagian dari sistem pengendalian, ini untuk

mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas organisasi dalam mencapai tujuan yang

ditetapkan. Disini peran akuntansi manajemen adalah dalam pembuatan indikator kinerja

kunci dan satuan ukur untuk masing-masing aktifitas.

Page 14: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 14

III. SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN SEKTOR PUBLIK

A. Sistem Pengendalian Manajemen Sektor Publik

Organisasi memerlukan sistem pengendalian manajemen untuk memberikan

jaminan dilaksanakannnya strategi organisasi secara efektif dan efisien sehingga tujuan

organisasi dapat dicapai. Pengendalian manajemen meliputi beberapa aktivitas yaitu : (1)

perencanaan (2) koordinasi antar berbagai bagian dalam organisasi (3) Komunikasi

informasi (4) pengambilan keputusan (5) motivasi orang-orang dalam organisasi agar

berperilaku sesuai dengan tujuan organisasi (6) pengendalian dan (7) penilaian kinerja

Kegagalan dalam organiasai mencapai tujuan yang telah ditetapkan dapat terjadi

karena adanya kelemahan atau kegagalan pada salah satu atau beberapa tahap dalam

proses pengendalian manajenen. Sistem pengendalian sektor publik berfokus pada

bagaimana melaksanakan strategi organisasi secara efektif dan efisien sehingga tujuan

organisasi dapat dicapai. Sistem pengendalian manajmenen tersebut harus didukung

dengan adanya perangkat lain berupa struktur organisasi yang sesuai dengan tipe

pengendalian manajemen yang digunakan, MSDM dan lingkungan yang mendukung.

Struktur organisasi harus sesuai dengan desain sistem pengendalian manajemen

karena sistem pengendalian menajemen berfokus pada unit-unit organisasi sebagai pusat

pertanggungjawaban. Pusat-pusat petanggungjawaban tersebut merupakan basis

perencanaan pengendalian, penilaian kinerja. MSDM harus dilalakukan sejak proses

seleksi dan rekruitmen, training, pengembangan dan promosi hingga pemberhentian

karyawan. Faktor lingkungan meliputi kestabilan politik, ekonomi, sosial, keamanan dsb.

Dimana semua unsur tsb harus dapat mendukung pelaksanaan strategi organisasi.

B. Tipe Pengendalian Manajemen

Tipe pengendalian manajemen dapat dikategorikan dalam 3 kelompok :

1. Pengendalian preventif (preventive control). Dalam tahap ini pengendalian

manajemen terkait dengan perumusan strategi dan perencanaan stretegik yang

dijabarkan dalam bentuk program-program.

2. Pengendalian operasional (operasional control). Dalam tahap ini pengendalian

manajemen terkait dengan pelaksanaan pengawasan program yang telah ditetapkan

melalui alat berupa anggaran. Anggaran ini menghubungkan perencanaan dan

pengendalian

Page 15: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 15

3. Pengendalian kinerja. Pada tahap ini pengendalian manajemen berupa analisis

evaluasi kinerja berasarkan tolak ukur kinerja yang telah ditetapkan.

C. Struktur Pengendalian Manajemen

Sistem pengendalian manajemen harus didukung dengan struktur pengendalian

yang baik . Struktur organisasi termanifestasi dalam bentuk pusat pertanggungjawaban

(responsibility centers). Pusaat pertanggungjawaban adalah unit organisasi yang

dipimpin oleh manajer yang bertangungjawab terhadap aktivitas pusat

pertanggungjawaban yang dipimpinnya. Suatu organisasi merupakan kumpulan dari

suatu pusat pertanggungjawaban. Tujuan dibuatnya pusat pertanggungjawaban tersebut

adalah:

1. Sebagai basis perencanaan, pengendalian dan penilaian kinerja manajer dan unit

organisai yang dipimpinnya

2. Untuk meudahklan mencapai tujuan organisasi

3. Memfasilitasi terbentuknya goal congruence

4. Mendelegasikan wewenang dan tugas ke unit-unit yang memiliki kompetensi

sehingga mengurangi beban tugas manajer pusat

5. Mendorong kreativitas dan daya inovasi bawahan

6. Sebagai alat untuk melaksanakan strategi organisasi secara efektif dan efisien

7. Sebagai alat pengendali anggaran

Tugas manajer pusat pertanggungjawaban adalah untuk menciptakan hubungan

yang optimal antara suberdaya input yang digunakan dan output yang dihasilkan

dikaitkan sdentgan target kinerja. Input diukur dengan jumlah sumberdaya yang

digunakan sedangkan output diukur dengan jumlah produk atau output yang dihasilkan.

Pusat-Pusat Pertanggungjawaban

Pada dasarnya terdapat 4 pusat pertanggungjawaban yaitu :

Pusat biaya (expense center)

Pusat biaya adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya dinilai

berdasarkan biaya yang telah dikeluarkan. Suatu unit organisasi disebut sebagai

pusat biaya apabila ukuran kinerja dinilai berdasarkan biaya yang telah digunakan

(bulan nilai output yang dihasilkan). Pusat biaya banyak dijumpai pada sektor publik

karena output yang dihasilkan seringkali ada akan tetapi tidak dapat diukur atau

Page 16: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 16

hanya dapat diukur secara fisik tidak dalam nilai rupiahnya. Contoh pusat biaya

adalah dep. produksi, Dinas Sosial dan DPU

Pusat pendapatan (revenue center)

Pusat pendapatan adalah pusat petanggungjawaban yang prestasi manjernya dinilai

berdasarkan pendapatan yang dihasilkan. Contahnya Dinas Pendapatan Daerah dan

dep. pemanasaran

Pusat laba ( profit center)

Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban yang menandingkan input (expenses)

dan output ( revenue) dalam satuan moneter. Kinerja manajernya dinilai berdasarkan

laba yang dihasilkan. Contah : BUMD dan BUMN, obyek pariwisata milik PEMDA,

bandara dan pelabuhan.

Pusat incestasi (investment center)

Pusat investasi adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya dinilai

berdasarkan laba yang dihasilkan dikaitkan dengan investasi yang ditanamkan pada

pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya. Contah : Dep Riset dan

Pengembangan dan Balitbang

Suatu organisasi besar seperti pemerintah daerah dapat dianggap sebagai suatu

pusat pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban yang besar tersebut dapat dipeca-

pecah lagi menjadi pusat pertanggungjawaban yang lebih kecil hingga pada level

pelayanan atau program, misalnya dinas-dinas atau subdinas-subdinas. Pusat

pertanggungjawan tersebut selanjutnya menjadi dasar untuk perencanaan dan

pengendalain anggaran serta penilaian kinerja pada unit ybs. Manajer pusat

pertanggungjawaban sebagai budget holder memiliki tanggung jawab untuk

melaksanakan anggaran. Pusat pertanggung jawaban memperoleh sumberdaya input

berupa tenaga kerja, material dsbnya yang dengan input tsb diharapkan dapat

menghasilkan output dalam bentuk barang atau pelayanan pada kualitas dan kuantitas

tertentu. Anggaran mencerminkan nilai rupiah dari input yang dialokasikan ke pusat-

pusat pertanggungjawaban dan output yang diharapkan atau level aktivitas yang

dihasilkan. Pengendalian anggran meliputi pengukuran terhadap output dan belanja riil

yang dilakukan dibandingkan dengan anggaran. Adanya perbedaan antara hasil yang

dicapai dan jumlah anggaran kemudaian dianalisis untuk diketahui penyebabnya dan

dicari siapa yang bertanggungjawab atas terjadinya perbedaan tersebut, sehiungga dapat

Page 17: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 17

segera dilakukan tindakan korektif. Tindakan tsb biasa dilakukan pada perusahaan-

perusahaan swasta. Pada organisasi publik, mekanisme tsb perlu dilakukan sebagai salah

satu cara pengendalian anggaran.

Idealnya, struktur pusat pertanggungjawaban sebagai alat pengendalian anggaran

sejalan dengan program atau struktur aktivitas organisasi. Dengan kata lain tiap-tiap

pusat pertanggungjawaban bertugas untuk melaksanakan program atau aktivitas tertentu

dan penggabungan proram-program dari tiap-tiap pusat pertanggungjawaban tsb

seharusnya mendukung program pusat pertanggungjawaban pada level yang leih tinggi,

sehingga pada akhirnya tujuan umum organisasi dapat tercapai.

Setiap jenis pusat pertanggungjawaban membutuhkan data mengenai berlanja

(pengeluaran) yang telah dilakukan dan output yang dihasilkan selama masa anggaran.

Laporan kinerja disiapkan dan dikirim ke setiap level manajemen untuk dievaluasi

kinerjanya, yaitu dibandingkan antara hasil yang telah dicapai dengan anggaran. Jika

sistem pengendalian anggaran berjalan dengan baik maka informasi yang dikirimkan

kepada manajer harus relevan dan tepat waktu. Informasi yang relevan harus up to date

(terbaru) dan biaya yang dikendalikan secara langsung (controllable) dengan biaya-biaya

yang tidak dikendalikan (uncontrollable) oleh manajer pusat pertanggungjawaban.

Pusat pertanggungjawaban berfunmgsi sebagai pengemban budget holder, maka

proses penyiapan dan pengendalian anggaran harus menjadi fokus perhatian manajer

pusat pertanggungjawaban. Keberadaan depatemen anggaran dan komite anggaran pada

pusat pertanggungjawaban sangat perlu untuk membentu terciptanya anggaran yang

efektif.

Informasi yang terkait dengan sistem pengendalian anggaran biasanya banyak

diketahui oleh bagian departemen anggaran. Depatemen anggaran memiliki fungsi

sebagai berikut :

1. Menetapkan prosedur dan formulir untuk persiapan anggran

2. Mengkoordinasi dan membuat asumsi sebagai dasar anggaran (misal: asumsi tingkat

inflasi, nilai tukar, harga migas)

3. Membantu mengkomunikasdikan anggaran ke seluruh bagian dalam organisasi

4. Menganalisis anggaran yang diajukan dan membuat rekomendasi kepada budgeter

dan manajer pusat pertanggungjawaban

Page 18: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 18

5. Menganalisis kinerja anggaran yang dilaporkan, menginterprestasikan hasil dan

menyiapkan ikhtisar laporan untuk manajer pusat pertanggungjawaban

6. Menyiapkan revisi anggaran jika diperlukan.

Komite anggran biasanya teddiri dari para pimpinan puncak seperti kepala

depatemen, kepala dinas, kepala biro dsb. Komite anggaran ujuga memiliki peran yang

vital. Komite anggran bertugas menuyusun anggran untuk tiap-tiap unitoperasi.

Depaemen anggran dan komite anggran merupakan perangkat yanmg berad pada pusat

pertanggungjawaban., Karenanya pusat pertanggungjawaban merupakan alat yang sangat

vital untuk pelaksanaan dan pengendalian anggaran selain itu juga merupakan basis

pengukuran kinerja yaitu membendingkan apa yang telah dicapai oleh pusat

pertanggungjawaban dibandingkan dengan anggaran yang telah ditetapkan.

D. Proses Pengendalian Manajemen Sektor Publik

Proses pengendalian manajemen pada organisasi sektor publik dapat dilakukan

dengan cara komunikasi formal dan informal. Saluran komunikasi formal terdiri dari

aktivitas formal dalam organisasi yang terdiri dari : (1) perumusan strategi (2)

perencanaan strategi (3) penganggran (4) opersional (5) evaluasi kinerja. Saluran

informasi informal dapat dilakukan dengan komunikasi langsung yaitu pertemuan

informal, diskusi dll.

Sistem pengendalian manajemen suatu organisasi dirancang untuk mempengaruhi

orang-orang di dalam organisasi tersebut agar berperilaku sesuai dengan tujuan

organisasi. Prengendalian organisasi dapat berupa aturan dan prosedur birokrasi atau

melalui sistem pengendalian dan manajemen informasi yang dirancang secara formal.

Dalam suatu organisasi setiap individu pasti mempunyai tujuan person. Untuk

menyingkapi ini perlu adanya jembatan yang mampu menghantarkan organisasi

mencapai tujuannya, yaitu tercapainya keselarasan antara tujuan individu dan tuuan

oraganisasi.Dalam hal ini hendaknya pengendalian manajemen dapat digunakan sebagai

jembatan untuk mewujudkan goal congruence yaitu keselaran antara tujuan individu dan

tujuan organisasi.

Faktir yang mempengaruhi goal congrunce dapat dikategorikan dalam 2

kelompok yaitu faktor pengendalian formal dan informal. Faktor pengendalian formal

misalnya : sistem pengendalian manajemen dan sistem aturan. Sedangkan faktor informal

Page 19: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 19

terdiri dari ekstrenal dan internal. Yang bersifat eksternal contohnya etos kerja dan

loyalitas karyawan ( dalam pemerintahan kita kenal sebagi abdi negara dan abdi

masyarakat), sedangkan yang bersifat internal : kulktur organisasi, gaya manajemen dan

gaya komunikasi.

Perumusan Strategi (strategy formulation)

Perumusan strategi merupakan proses pehnentuan visis, misi, tujuan, sasran,

target,arah dan kebijakan serta strategi organisasi. Perumusan strategi merupakan tugas

dan tanggungjawab manajemen puncak. Dalam organisasi pemerintahan perumusan

strategi dilakukan oleh dewan legislatif yang hasilnya berupa GBHN yang akhirnya

merupakan acuan bagi eksektutif dalam berindak.

Hasil perumusan strategi bersifat permanen dan jangka panjang bisa berjangka

4,5, 10 bahkan 20 tahun. Perubahan visi, misi dan tujuan oragnisasi sangat jarang

dilakukuan oleh organisasi baik itu pemerintahan atau swasta. Yang berubah hanyalah

strategi untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan. Pertimbangan

untuk revisi strategi biasanya kalau muncul perubahan lingkunan yang berupa ancaman

atau peluang baru. Perubahan lingkungan dalam organisasi sektor publik sanat mungkin

karena karena organisasi sektor publik dipengaruhi oleh faktor politik, ekoomi, sosial dan

budaya. Ketidakstabilan ekonomi dan politik yang terjadi secara terus menerus dapat

mendorong pemerintah untuk sewaktu-waktu mengeluarkan kebijakan dan strategi baru.

Ancaman dan peluang baru dapat muncul setiap saat. Karenanya perumusan strategi

bersifat tidak sistematis dan tidak harus kaku.

Strategi organisasi ditetapkan untuk memberikan kemudahan dalam mencapai

tujuan organisasi. Salah satu metode penentuan strategi adalah dengan menggunakan

analisis SWOT. Analsisi ini dikembangkan dengan menganalisis faktor internal yang

menjadi kekuatan dan kelemahan dalam suatu organisasi dan faktor eksternal yang

merupakan ancaman dan peluang. Berdasarkan analisis SWOT oganisasi dapat

menentukan startegi terbaik untuk mencapai tujuan organisasi. Strategi perusahaann

dapat berubah atau mengalami revisi jika terdapat lingkungan yang berubah yang

dipengaruhi adanya ancaman dan kesempatan, misalnya adanya inovasi teknologi baru,

peraturan pemerintah baru atau perubahan lingkungan politik dan ekonomi lokal dan

global.

Page 20: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 20

Gambar: Proses Perumusan Strategi

Proses perumusan pada organisasi sektor publik banyak dipengaruhi

perkembangan disektor swasta. Sama halnya dengan sektor swasta tahap awal dari

manajemen strategi adalah perencnaan. Perencanaan dimulai dari perumusan strategi.

Menurut Olsen dan Eadi (1982) proses perumusan strategi terdiri dari 5 komponen dasar

yaitu :

1. Pernyataan misi dan tujuan umum organisasi yang dirumuskan oleh manajemen

eksekutif organisasi dan memberikan rerangka pengembangan strategi serta target

yang akan dicapai

2. Analisis atau scanning lingkungan, terdiri dari pengidentifikasian dan pengukuran

faktor-faktor eksternal yang sedang dan akan terjadi dan kondisi yang harus

dipertimangkan pada saat merumuskan strategi organisasi

3. Profil internal dan audit sumber daya, yang mengidentifikasi dan mengevaluasi

kekuatan dan kelemahan organisasi dalam hal berbagai faktor yang perlu

dipertimbangkan dalam perencanaan strategik

4. Perumusan, evaluasi dan pemilihan strategi

5. Implementasi dan pengendalian rencana strategik.

Analisis Eksternal:

Ekonomi,soial,pilitik

, peraturan (regulasi)

trend global

Teknologi baru

Analisis Internal:

Teknologi yang

dimiliki

Sumber daya

Sumber daya alam

Sumber daya manusia

Infrastruktur dsbnya

Opportunity &

Threat:

Identifikasi peluang

& ancaman

Strength & Weaknes

:

Identifikasi kekuatan

& kelemahan

Penyesuaian kompetensi

dengan peluang dan ancaman

Strategi

Page 21: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 21

Model Perumusan Strategi pada Organisasi Sektor Publik

Sumber : Bryson JM (1995)

Menurut Bryson Jm model 8 langkah untuk memfasilitasi proses perumusan strategi

yaitu:

1. Memulai dan menyetujui proses perencanaan strategi

2. Identifikasi apa yang menjadi mandat organisasi

3. Klarifikasi misi dan nilai-nilai organisasi

4. Menilai lingkungan eksternal

5. Menilai lingkungan internal

6. Identifikasi isu strategi yang sedang dihadapi organisasi

7. Perumusan strategi untuk me- manage isu-isu

8. Menetapkan visi organisasi untuk masa ke depan.

Innitiate and

agree process

Stakeholder Missin and

mandate

Strength &

weakneses

Strategic

issues

Opportunity

and threats

PEST ANALYSIS

Political

Economic

Sociological

Technical

Internal

Environmental

Analysis

Ekternal

Environmental

Analysis

Strategics

Vision for the

future

Actions

Outcomes

Page 22: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 22

Perencanaan Strategi (strategic planning)

Sistem pengendalian manajemen diawali dari perencanaan strategik. Perencanaan

strategik adalah proses pemantauan program-program, aktivitas atau proyek yang akan

dilaksdankan suatu organisasidan penentuan jumlah alokasi sumber daya yang akan

dibutuhkan

Perbedaan dengan perumusan strategi adalah bahwa perumusan strategi

merupakan proses untuk menentukan strategi, sedangkan perencanaan strategik adalah

proses menentukan bagaimana mengimplementasikan strategi tersebut. Hasil

perencanaan strategik berupa rencana-rencana strategik. Dalam proses perumusan

strategi , manajemen memutuskan visi,misi dan tujuan oganisasi. Perencanaan strategik

merupakan proses menurunkan strategi dalam bentuk program-program.

Proses Perencanaan Strategik

Strategi A

Strategi B

Strategi C

Strategi D

dst

Perencanaan

strategi

Program A1,A2 &A3

Program A1,A2 &A3

Program A1,A2 &A3

Program A1,A2 &A3

dst

Seleksi program

dikaitkan dengan

prioritas dan

sumber daya yang

tersedia

Review

strategi,program,pri

oritas dan anggaran Anggaran yang

dibutuhkan

Program yang

lolos seleksi

Page 23: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 23

Gambar Sistem Manajemen Strategik pada Pemerintah Daerah

Perencanaan strategik merupakan proses yang sistematis yang memilikiu

prosedru dan skedul yang jelas. Organisasi yang tidak memiliki atau tidak melakukan

perencanaan strategik akan mengalaami masalah da;lam penganggaran, misalnya

terjadinya beban kerja anggaran yang terlalu berat, alokasi sumberdaya yang tidak tepat

sasaran dab dilakukannya pilihan startyegi yang salah. Orientasi dilakukannya

manajemen strategik pada organisasi manajemen organisasi publik menuntut adanya

strategic vision, strategic thinking, strategic leadership dan strategic organization.

LPJ

Kepala Daerah

Perencanaan

Strategik

Perencanaan

kinerja

Anggaran

kinerja

Pelaporan

kinerja

Visi,misi,filosofi

unit kerja

Tujuan unit kerja

Saran & Target

kinerja

Strategi & Action

plan

Ukuran

efektifitas

Target kinerja

Ukuran

ekonomi

Ukuran

efisiensi

Ukuran

penjelas

Target kinerja

Target kinerja

& analisis

biaya

Justifikasi

Laporan

Keu

Pemda

Sub Sisem

pengumpula

n data

Page 24: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 24

Manfaat Perencanaan Strategik

Sebagai sarana untuk memfasilitasi terciptanya anggaran yang efektif

Sebagai sarana untuk memfokuskan manajer pada pelaksanaan strategi yang telah

ditetapkan

Sebagai sarana untuk memfasilitasi dilakukannya alokasi sumber daya yang optimal

Sebagai rerangka pelaksanaan tindakan jangka pendek

Sebagai sarana manajemen untuk memahami strategi organisasi secara lebih jelas

Sebagai alat untuk memperkecil rentang alternatif strategi

Tujuan utama perencanaan strategik adalah untuk meningkatkan komunikasi

antara manajer puncak dengan manajer dibawahnya, sehingga memungkinkan terjadi

persetujuan antara manajer puncak dengan manajer level dibawahnya mengenai strategi

terbaik untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan, yang nantinya akan

mendorong goal congruence.

Mengubah perencanaan Strategik Menjadi Tindakan Nyata

Perencanaan strategi dapat digunakan untuk membantu mengantisipasi dan

memberikan arah perubahan, tetapi perubahan belum dapat berjalan dengan mulus

meskipun sudah ada perencanaan strategik. Perencanaan strategik bukan merupakan hasil

akhir, tapi masih perlu ditranslasikan dalam bentuk tindakan-tindakan konkrit. Untuk itu

harus didukung oleh :

Struktur pendukung, baik secra manajerial maupun secara politik

Proses dan praktek implementasi di lapangan

Kultur organisasi

Struktur organisasi hendaknya dapat mendukung pelaksanaan strategi. Desain

sistem pengendalian manajemen harus didukung oleh struktur organisasi yang sesuai.

Visi, misi, tujuan dan strategi yang telah ditetapkan secara biak dapat gagal bila struktur

organisasi tiudak mendukung strategi, karenanya perlu adanya restrukturisasi dan

reorganisasi agar selaras dengan startegi dan sistem pengendalian manajemen.

Restrukturisasi dapat didasarkan pada prinsip

1. Perubahan strktur organisasi hendaknya dapat meningktakan kapasitas untuk

mencapai strategi yang efektif

Page 25: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 25

2. Pimpinan eksekutif bertanggung jawab untuk melaksanakan strategi dan arahan

kebijakan hingga level bawah. Visi, misi dan tujuan organisasi harus selalu

dikomunikasiokan kepada seluruh anggota organisasi

3. Dewan bertanggung jawab secara kolektif untuk merencanakan strategi, kebijakan

dan otorisasi alokasi sumber daya dan menilai kinerja manajemen.

Proses dan praktik di lapangan terkait dengan prosedur dan sistem pengendalian.

Prencanaan strategik tidak akan efektif jika prosedur dan sistem pengendalian tidak

sesuai dengan strategi. Arus ada kejelasan wewenang dan tanggung jawab, pendelegasian

wewenang dan tugas. Selain itu harus didukung oleh regulasi keuangan, pengendalian

personel dan manajemen kompensasi yang jelas dan fair.

Kultur organisasi terkait dengan lingkungan kerja dan kesediaan anggota untuk

melakukan perubahan. Perencanaan srtategik harus didukung adanya budaya organisasi

yang kuat, dan harus didukung oleh perubahan perilaku dan sikap anggota organisasi

untuk melaksanakan program-program secara efektif dan efisien. Program akan gagal

bila personel di lapangan bertindak tidak sesuai dengan arah dan strategi organisasi.

Penganggaran

Tahap penganggaran dalam proses pengendalian manajemen sektor publik

merupakan tahap yang pang dominan, karena memiliki karakteristik yang agak berbeda

dengan penganggraan pada sektor swasta. Perbedaan tersebut terletak pada pengaruh

politik dalam proses penganggaran.

Pengukuran Kinerja

Penilaian kinerja merupakan bagian akhir dari proses pengendalian manajemen

yang dapat digunakan sebagai alat penegndalian. Pengendalian manajemen melalui

sistem penilaian kinerja dapat dilakukan dengana menciptakan mekanisme reward dan

punishment. Sistem pemberian penghargaan dan hukuman dapat digunakan sebagai

pendorong untuk pencapaian suatu strategi. Sistem reward dan punishment harus

didukung oleh manajemen kompensasi yang memadai. Manajemen kompensasi

merupakan mekanisme penting untuk mendorong motivasi manajer untuk mencapai

tujuan organisasi. Intensif positif pada manajer disebut sebagai reward dan intensif

negatinya disebut sebagai punishment. Peran peting adanya penghargaan dalam suatu

organisasi akan mendorong tercapainya tujuan oragnisasi dan untuk menciptakan

kepuasan setiap individu.

Page 26: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 26

Pemberian reward dapat berupa financial atau non financial, yang bersifat

financial misalnya kenaikan gaji, bonus dan pemberian tunjangan, sedangkan non

financial dapat berupa promosi jabatan, penambahan tanggung jawab, otonomi yang

lebih besar, penempatan kerja di lokasi yang lebih baik dan pengakuan. Mekanisme

pemberian sanksi dan hukuman pada kondisi tetentu diperlukan, tetapi orientasi penilaian

harus selalu pada pemberian penghargaan.

Page 27: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 27

IV. PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK

A. Konsep Anggaran Sektor Publik

Anggaran merupakan pernyataan mengenai setimasi kinerja yang hendak dicapai

selama periode tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan

penganggaran adalah proses atau metode untuk menyiapkan anggaran. Penganggaran

dalam organisasi sektor publik merupakan tahapan yang cukup rumit dan mengandung

nuansa politik yang tinggi. Dalam organisasi sektor publik penganggaran merupakan

suatu proses politik. Hal tersebut berbeda dengan sektor swasta yang relatif lebih kecil

nuansa politiknya. Pada sektor swasta anggaran merupakan bagian dari rahasia

perusahaan yang tertutup bagi publik, namun pada sektor publik anggran merupakan hal

yang harus diinformasikan kepada publik untuk dikritik, didiskusikan dan diberi

masukan. Anggaran pada sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas dan

pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang

publik.

Penganggaran pada sektor publik terkait dengan proses penentanjumlah alokasi

dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter. Proses penganggaran

sektor publik dimulai ketika perumusan staretgi dan perencanaan strategik selesai

dilakukan. Anggaranmerupakan artikulasi dari perumusan dan perencanaan strategi yang

dibuat. Aspek-aspek yang harus dicakup dalam anggaran sektor publik :

Aspek perencanaan

Aspek pengendalian

Aspek akuntabilitas

B. Pengertian Anggaran Sektor Publik

Anggaran publik berisi rencana kegiatan yang direpresentasikan dalam bentuk

rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter. Dalam bentuk yang

sederhana anggaran sektor publik merupakan suatu dokumen yang menggambarkan

kodisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi informasi mengenai pendapatan,

belanja dan aktivitas. Anggaran berisi estimasi mengenai apa yang akan dilakukan

organisasi di masa yang akan datang.

Secara singkat anggaran publik merupakan suatau rencana finansial yang

menyatakan :

Page 28: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 28

1. Berapa biaya-biaya atas rencana yang telah dibuat

2. Berapa banyak dan bagaimana cara memperoleh uang untuk mendanai rencana-

rencana tersebut

C. Pentingnya Anggaran Sektor Publik

Anggaran sektor publik dibuat untuk membantu menentukan tingkat kebutuhan

masyarakat seperti listrik, air bersih, kualitas kesehatan, pendidikan dsbnya agar terjamin

secara layak. Tingkat kesejahteraan masyarakat dipengaruhi oleh keputusan yang dibuat

pemerintah melalui anggran yang dibuat.

Dalam sebuah negara demokrasi, pemerintah mewakili kepentingan rakyat, uang

yang dimiliki oleh pemerintah adalah uang rakyat dan anggaran menunjukkkan rencana

pemerintah untuk membelanjakan uang rakyat. Anggaran merupakan blue print

keberadaan sebuah negra dan merupakan arahan di masa yang akan datang.

Anggaran dan Kebijakan Fiskal Pemerintah

Kebijakan fiskal adalah usaha yang dilakukan pemerintah untuk mempengaruhi

keadaan ekoomi melalui sistem pengeluaran atau sistem perpajakan untuk mencapai

tujuan tertentu. Alat utama kebijakan fiskal adalah anggaran. Anggaran merupakan alat

ekonomi terpenting yang dimiliki pemerintah untuk mengarahkan perkembangan sosial

dan ekonomi, menjamin kesinambungan dan kualitas hidup masyarakat. Anggaran sektor

publik harsu dapat memenuhi kriteria sbb :

Merefleksikan perubahan prioritas kebutuhan dan keinginan masyarakat

Menetukan penerimaan dan pengeluaran departemen-depatemen pemerintah, baik

propinsi maupun daerah

Aliran uang yang terkait dengan aktivitas pemerintahan akan mempengaruhi

harga, lapangan kerja, distribusi pendapatan, pertumbuhan ekonomi dan beban pajak

yang harus dibayar atas pelayanan yang diberikan pemerintah. Keputusan anggaran yang

dibuat pemerintah daerah dan propinsi seharusnya dapat merefleksikan prioritas

pemerintah daerah dan propinsi dengan baik.

Anggaran sektor publik penting karena :

1. Anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan sosial,

ekonomi, menjamin kesinambungan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Page 29: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 29

2. Anggaran dibuat karena adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat yang terus

berkembang, sedangkan sumber daya jumlahnya terbatas.

3. Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah bertanggung jawab

terhadap rakyat. Dalam hal ini anggaran publik merupakan instrumen pelaksanaan

akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga publik yang ada.

D. Fungsi Anggaran Sektor Publik

Anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama yaitu

1. Sebagai alat perencanaan

2. Alat pengendalian

3. Alat kebijakan fiskal

4. Alat politik

5. Alat koordinasi dan komunikasi

6. Alat penilaian kinerja

7. Alat motivasi

8. Alat menciptakan ruang publik.

Anggaran Sebagai Alat Perencanaan (Planning tool)

Anggaran meupakan alat pengendalian manajemen untuk mencapai tujuan

organisasi. Anggaran sektor publik dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang akan

dilakukan pemerintah, berapa biaya yang dibutuhkan dan berapa hasil yang diperoleh

dari belanja pemerinta tersebut. Anggaran sebagai alat perencanaan digunakan untuk :

Merumuskan tujuan serta sasarn kebijakan agar sesuai dengan visi,misi dan sasaran

yang telah ditetapkan

Merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tuuan organisasi serta

merencanakan alternatif sumber pembiayaannya

Mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah disusun

Menetukan indikator kinerja dan tingkat pencapaian strategi

Anggaran Sebagai Alat Pengendalian (Control tool)

Sebagai alat pengendalian anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan

dan pengeluaran pemerintah agar pembelanjaan yang dilakukan dapat

Page 30: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 30

dipertanggungjawabkan kepada publik. Tanpa anggaran pemerintah tidak dapat

mengendalikan pemborosan pengeluaran. Tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa

presiden, menteri, gubernur, bupati dan manajer publik lainnya dapat dikendalikan lewat

anggaran. Anggaran sektor publik dapat digunakan untuk mengendalikan kekuasaan

eksekutif.

Sebagai alat penengendali manajerial, anggaran sektor publik digunakan untuk

meyakinkan bahwa pemerintah masih mempunyai cukup uang untuk memenuhi

kewajibannya, selain itu juga digunakan sebagai pemberi informasi dan meyakinkan

legislatif bahwa pemerintah bekrja secara efisien tanpa ada korupsi dan pemborosan.

Pengendalian anggaran publik dapat dilakukan melalui 4 cara :

1. Membandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang dianggarkan

2. Menghitung selisih anggaran

3. Menemukan penyebab yang dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan

4. Merivisi standar biaya atau target anggaran untuk tahun berikutnya

Anggaran Sebagai Alat Kebijakan Fiskal (Fiscal tool)

Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal digunakan untuk alat menstabilkan

ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Melalui anggaran publik dapat

diketahui arah kebijakan fiskal pemerintah, sehingga dapat dilakukan prediksi dan

estimasi ekonomi. Anggaran dapat digunakan unrtuk mendorong, memfasilitasi dan

mengkoordinasikan kegiatan ekonomi masyarakat sehingga dapat mempercepat

pertumbuhan ekonomi.

Anggaran Sebagai Alat Politik (Political tool)

Anggaran dapat digunakan untuk memutuskan prioritas dan kebutuhan keuangan

terhadap prioritas tersebut. Pada sektor publik anggaran merupakan dokumen politik

sebagai bentuk komitmen eksekutif dan kesepakatan legislatif atas penggunaan dana

publik untuk kepentingan tertentu. Anggaran bukan sekedar masalah teknis tetapi lebih

merupakan alat politik, karenanya pembuatan anggaran publik membutuhkan political

skill, coalition holding, keahlian negoisasi, pemahaman tentang prinsip manajemen

keuangan publik oleh para manajer publik. Manajer publik harus sadar sepenuhnya

Page 31: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 31

bahwa kegagalan dalam melaksanakan anggaran yang telah disetujui akan menjatuhkan

kepemimpinannya, atau paling tidak menurunkan kredibilitas pemerintah.

Anggaran Sebagai Alat Koordinasi dan Komunikasi (Coordination and

Communication tool)

Setiap unit kerja pemerintah terlibat dalam penyusunan anggaran. Anggaran

publik merupakan alat koordinasi antar bagian dalam pemerintahan. Anggaran publik

yang disusun dengan baik akan mampu mendeteksi terjadinya inkonsistensi suatu unit

kerja di dalam pencapaian tujuan organisasi. Disamping itu anggaran publik juga

berfungsi sebagai alat komunikasi antar unit kerja dalam lingkungan eksekutif. Anggaran

harus dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi untuk dilaksanakan.

Anggaran Sebagai Alat Pinilaian Kinerja (Performance measurement tool)

Anggaran merupakan wujud komitmen dari publik holer (eksekutif) kepada

pemberi wewenang (legislatif). Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan pencapaian

target anggaran adan pelaksanaan efisiensi anggaran. Anggaran merupakan alat yang

efektif untuk pengendalian dan penilaian kinerja.

Anggaran Sebagai Alat Motivasi (Motivation tool)

Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer dan stafnya

agar bekerja secara ekonomis, efektif dan efisien dalam mencapai target dan tujuan

organisasi yang telah ditetapkan. Agar dapat memotivasi pegawai target anggaran

hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga tidak dapat dipenuhi,namun juga jangan terlalu

rendah sehingga terlalu mudah untuk dicapai.

Anggaran Sebagai Alat untuk Menciptakan Ruang Publik (Public Sphere)

Anggaran publik tidak boleh diabaikan oleh kabinet, birokrat dan DPR/MPR.

Masyarakat, LSM, perguruan tinggi dan berbagai organisasi kemasyarakatan harus

terlibat dalam penganggaran publik. Kelompok masyarakat yang teroganisir akan

mencoba mempengaruhi anggaran publik utnk kepentingan mereka., Kelompok lain dari

kemasyarakat yang kurang terorganisasi akan mnyampaikan aspirasinya melaui proses

politik yang ada. Pengangguran dan tuna wisma dan kelompok lain yang kurang

Page 32: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 32

terorganisasi akan mudah dan tidak berdaya mengikuti tindakan pemerintah. Jika tidak

ada alat untuk menyampaikan suara mereka, mereka kan mengambil tindakan dengan

jalan lain seperti dengan tindakan massa, melakukan boikot dsbnya

E. Jenis-Jenis Anggaran Sektor Publik

Anggaran sektor publik dibagi menjadi menjadi 2 yaitu :

1. Anggaran operasional

2. Anggaran Modal

Anggaran Operasional

Anggaran digunakan untuk merencanakan kebutuhan sehari-hari dalam

menjalankan pemerintahan. Pengeluaran pemerintah yang dapat dikatagorikan dalam

anggaran operasional adalah belanja rutin yaitu belanja yang manfaatnya hanya untuk

satu tahun anggaran saja dan tidak dapat menambah aset atau kekayaan bagi pemerintah.

Disebut rutin karena pengeluaran tersebut berulang-ulang ada setiap tahun.

Secara umum pengeluaran yang masuk kategori anggaran operasional antara lain

belanja administrasi umum dan belanja operasional dan pemeliharaan.

Anggaran Modal

Anggran modal menunjukkan rencana jangka penjang dan pembelanjaan atas

aktiva tetap seperti gedung, peralatan, kendaraann, perabot dsbnya. Pengeluaran modal

yang besar biasanya dilakukan dengan mengunakan pinjaman. Belanja modal adalah

pengeluaran yang masa manfaatnmya lebih dari satu tahun anggran dan akan menambah

aset atau kekayaan pemerintah dan selanjutnya akan menambah anggaran rutin untuk

biaya operasional dan pemeliharaannya.

Pada dasarnya pemerintah tidak memiliki uang yang dimiliki sendiri, sebab

selutrhnya adalah milik publik. Dalam sebuah msyarakat yang demokratis rakyat

memberi mandat kepada pemerintah melalui pemilihan umum. Politisi mentranslasikan

mandat melalui tersebut melalui kebijakan dan program yang memberi mamfaat lebih

kepada pemilih yang direfleksikan dalam anggaran. Pemerintah tidak mungkin

memebuhi semua permintaan stake holdernya secara simultan, tetapi pemerintah akan

memilih program yang menjadi prioritas. Disinilah fingsi anggaran yang akan digunakan

Page 33: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 33

sebagai alat politis dalam memutuskan prioritas dan kebutuhan keuangan pada sektor

tersebut.

F. Prinsip-Prinsip Anggaran Sektor Publik

Prinsip-prinsip anggaran sektor publik meliputi :

1. Otorisasi oleh legislatif

Anggaran publik harus mendapat otorisasi dari legislatif terlebih dahulu sebelum

dibelanjakan oleh eksekutif

2. Komprehensif

Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah.

Karenanya adana anggaran non budgetair menyalahi prinsip anggran yang bersifat

komprehensif

3. Keutuhan anggaran

Semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah harus terhimpun dalam dana umum

4. Nondiscretionary Appropriation

Jumlah yang disetujui oleh legislatif harus termanfaat secaara ekonomis, efisien dan

efektif

5. Periodik

Anggran bersifat periodik yang bersifat tahunan atau multi tahunan

6. Akurat

Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi yang

dijadikan sebagi kantong-kantong pemborosan

7. Jelas

Anggaran hendaknya sederhanan dan mudah dipahami oleh masyarakat dan tidak

membingungkan

8. Diketahui publik

Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.

Page 34: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 34

G. Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik

APBD/APBN yang dipresentasikan setiap akhir tahun dihadapan DPRD/DPR

memberikan informasi kepada masyarakat luas tentang program yang direncanakan oleh

pemerintah untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan darimana program

tersebut dibiayai. Proses penyusunan anggaran mempunyai 4 tujuan :

Membantu pemerintah mencapai tujuan dan meningkatkan koordinasi antar bagian

dalam lingkungan pemerintah

Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa

publik melalui proses pemrioritasan

Memungkinkan pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja

Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada DPRD/DPR

dan masyarakat luas.

Faktor-faktor dominan yang terdapat dalam proses penganggaran adalah :

Tujuan dan target yang hendak dicapai

Ketersediaan sumber daya (faktor produksi yang dimiliki pemnerintah)

Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan atau target

Faktor lain yang mmpengaruhi anggaran seperti : munculnya peraturan pemerintah

yang baru, fluktuasi pasar, perubahan sosial politik, bencana alam dsbnya.

H. Prinsip-Prinsip Pokok dalam Siklus Anggaran

Pokok-pokok prinsip siklus anggaran harus diketahui oleh penyelengara

pemerintahan. Siklus anggaran tersebut ada 4 tahap :

Tahap persiapan anggaran

Tahap ratifikasi

Tahap implementasi

Tahap pelaporan dan evaluasi

Tahap persiapan anggaran

Pada tahap ini dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar talsiran pendapatan yang

tersedia, yang perlu diperhatikan adalah sebelum menyetujui taksiran pengeluaran

terlebih dulu hendaknya dilakukan taksiran pendapatan secara lebih akurat. Harus

Page 35: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 35

disadari adanya masalah yang cukup berbahaya jika anggaran pendapatan diestimasi

pada saat bersamaan dengan pembuatan keputusan tentang anggaran pengeluaran.

Dalam persoalan estimasai yang perlu diperhatikan adalah terdapatnya faktor

ketidakpastian yang cukup tinggi. Karenanya manajer keuangan publik harus memahami

betul dalam menentukan besarnya suatau mata anggaran. Besarnya mata anggaran

tergantung pada sistem anggaran yang digunakan.

Di Indonesia arahan kebijakan pembangunan pemerintah pusat tertuang dalam

dokummen perencanaan berupa GBHN, Program Pembangunan Nasional

(PROPERNAS), Rencana Strategis (RENSTRA) dan Rencana Pembangunan Tahunan

(RAPETA).

Sinkronisasi perencanaan pembangunan yang digariskan oleh pemerintah pusat

dan perencanaan pembangunan daerah secara spesifik diatur dalam Peraturan Pemerintah

No. 105 dan 108 tahun 2000. Pada pemerintah pusat penyusunan perencanaan

pembangunan dimulai dari penyusunan PROPERNAS yang merupakan operasinalisasi

GBHN. PROPERNAS tersebut kemudian dijabarkan dalam bentuk RENSTRA.

Berdasarkan POPERNAS dan RENSTRA serta analisis fiskal dan makro ekonomi

kemudian mulai dibuat persiapan APBN dan RAPETA.

Sementara itu ditingkat daerah (propinsi dan kab/kota) berdasarkan PP No. 108

pemerintah daerah diisyaratkan untuk membuat dokumen perencanaan daerah yang

terdiri atas PROPERDA (RENSTRADA). Dokumen tersebut diupayakan tidak

meyimpang dari PROPERNAS dan RENSTRA yang dibuat oleh pemerintah pusat.

Dalam PROPERDA di mungkinkan adanya penekanan prioritas pembanguann yang

berbeda antara daerah yang satu dengan yang lain. Sesuai dengan kebutuhan masing-

masing daerah. PROPERDA (RENSTRADA) yang dibuat oleh pemerintah daerah

bersama-sama dengan DPRD dalam kerangka waktu 5 tahun yang kemudian dijabarkan

dalam pelaksanaannya dalam kerangka tahunan. Rincian RENSTRADA setiap tahunnya

akan digunakan sebagai masukan dalam penyusunan REPETADA dan APBD.

Berdasarkan RENSTRADA yang telah dibuat dan analisis kebijakan fiskal dan

ekonomi daerah, menurut ketentuan PP No. 105 tahun 2000 pemerintah daerah bersama-

sama DPRD menetapkan arah kebijakan umum APBD, setelah itu pemerintah daerah

menetapkan Strategi dan Prioritas APBD. REPETADA memuat program pembanguan

daerah secara menyeluruh dalam satu tahun, juga memuat indikator kinerja yang terukur

Page 36: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 36

dalam jangka waktu satu tahun. Pendekatan ini diharapkan akan lebih memperjelas

program kerja tahuan pemerintah daerah, termasuk sasaran yang ingin dicapai dan

kebijakan yang ditempuh untuk mencapai sasaran tersebut.

Penjabaran rencana strategis jangka panjang dalam REPETADA tersebut

dilengkapi dengan :

Perimbangan-perimbangan yang barasal dari evaluasi kinerja pemerintah daerah pada

periode sebelumnya

Masukan dan aspirasi masyrakat

Pengkajian kondisi yang saat ini terjadi,sehingga bisa diketahui kekuatan, kelemahan,

peluang dan tantangan yang sedang dan akan dihadapi

Proses pertencanaan arah dan kebijakan pembangunan daerah tahunan

(REPETADA) dan anggaran tahuan (APBD) pada hakekatnya merupakan perencanaan

instrumnen kebijakan publik sebagai upaya peningktan pelayanan kepada masyarakat.

APBD menunjukkan implikasi dari anggaran REPETADA yang dibuat. Dengan

demikian REPETADA merupakan kerangka kebijakan dalam penyediaan dana bagi

APBD.

Tahap ratifikasi

Tahap ini melibatkan proses plotik yang cukup rumit dan cukup berat. Pimpinan

eksekutif dituntut untuk memiliki manejerial skill dan political skill, salesmanship dan

coalition holdimg yang memadai. Integritas dan kesiapan mental yang tinggi dari

eksekutif sangat penting dalam tahap ini, karena eksekutif harus mempunyai kemampuan

untuk memberikan argumen yang rasional atas segala pertanyaan dan bantahan yang

disampaikan oleh legislatif.

Tahap implementasi/pelaksanaan anggaran

Setelah disetujui oleh legislatif, tahap selanjutnya adalah pelaksanaan anggaran, hal

terpenting yang harus dimiliki oleh manajer keuangan publik adalah dimilikinya sistem

informasi akuntansi dan sistem pengendalian manajemen. Manajer keuangan publik

dalam hal ini bertanggung jawab menciptakan sistem akuntansi keuangan yang memadai

dan handal untuk perencanaan dan pengendalian anggaran yang telah disepakati, bahkan

dapat diandalkan untuk penyusunan periode anggaran tahun berikutnya.

Page 37: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 37

Tahap pelaporan dan evaluasi

Tahap persiapan, ratifikasi dan implementasi terkait dengan aspek operasional anggaran,

sedangkan tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap

implementasi telah didukung dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian

manajemen yang baik, maka pada tahap pelaporan diharapkan tidak memiliki masalah.

Page 38: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 38

V. TEKNIK AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

A. Teori Akuntansi Sektor Publik

Pada dasarnya ada tiga tujuan perlunya mempelajari teori akuntansi : 91) untuk

memahami praktek akuntansi yang ada saat ini (2) mempelajari kelemahan dan kekurangan

dari praktek akuntansi yang ada saat ini dilakukan (3) memperbaiki praktek akuntansi di masa

yang akan datang.

Pengembangan akuntansi sektor publik dilakukan untuk memperbaiki praktik yang

saat ini dilakukan. Hal ini terkait dengan upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan

sektor publik, yaitu laporan yang menyajikan informasi yang relevan dan dapat diandalkan

(reliabel)

Untuk menghasilkan laporan keuangan sektor publik yang relevan dan dapat

diandalkan, terdapat beberapa kendala yang dihadapi akuntansi sektor publik. Hambatan

tersebut adalah :

1. Objektifitas

2. Konsistensi

3. Daya banding

4. Tepat waktu

5. Ekonomis dalam penyajian laporan

6. Materialitas

B. Perlunya Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

Untuk dapat menghasilkan laporan keuangan yang relevan, handal, dan dapat

dipercaya, pemerintah daerah harus memiliki sistem akuntansi yang handal. Sistem akuntansi

yang lemah menyebabkan pengendalian intern lemah dan pada akhirnya laporan keuangan

yang dihasilkan juga kurang handal dan kurang relevan untuk pembuatan keputusan. Saat ini

sistem akuntansi yang dimiliki pemerintah daerah rata-rata masih lemah.

Selain sistem akuntansi yang handal, dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan

desentralisasi, maka diperlukan Standar Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah atau secara

lebih luas Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik. Saat ini sedang disiapkan standar

akuntansi keuangan untuk pemerintah daerah dalam rangka mendukung pelaksanaan otonomi

daerah dan desentralisasi fiskal.

Page 39: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 39

Untuk dapat menghasilkan laporan keuangan yang relevan, handal, dan dapat

dipercaya, pemerintah daerah harus memiliki sistem akuntansi yang handal. Sistem akuntansi

yang lemah menyebabkan pengendalian intern lemah dan pada akhirnya laporan keuangan

yang dihasilkan juga kurang handal dan kurang relevan untuk pembuatan keputusan. Saat ini

sistem akuntansi yang dimiliki pemerintah daerah rata-rata masih lemah.

Jika dilihat dari perspektif historis, usaha pengembangan sistem akuntansi keuangan

pemerintah telah dirintis sejak dua puluh tahun silam, akan tetapi sampai saat ini sistem yang

ada belum berjalan secara efektif dan efisien. Sejak tahun 1980-an Departemen Dalam Negeri

telah berupaya mengembangkan sistem akuntansi yang dipandang cocok dengan corak

pemerintah daerah, dan untuk itu telah dihasilkan konsep Sistem Akuntansi dan Pengendalian

Anggaran/SAPA (Triharta, 1999).

Pada tahun 1985 Sistem Administrasi Keuangan Pemerintah Daerah sendiri telah

mengalami perubahan yang cukup mendasar. Hal ini terlihat dengan mulai diperkenalkannya

sistem double entry (pembukuan berpasangan) dan akuntansi berbasis akrual yang

diformulasikan oleh "Studi Penyempurnaan Sistem Akuntansi dan Manajemen Keuangan

Daerah" yaitu tim yang dibentuk oleh Pusat Analisa Keuangan Daerah (PAKD), Badan

Analisa Keuangan Negara Perkreditan dan Neraca Pembayaran (BAKNPNP) - Departemen

Keuangan (Yasin, 1999). SAPA merupakan penyempurnaan dari proposal “Sistem

Perencanaan dan Manajemen Keuangan Daerah (SPMKD)” yang dibuat oleh PT Redecon,

yaitu konsultan yang ditunjuk oleh Tim Studi Penyempurnaan Sistem Akuntansi dan

Manajemen Keuangan Daerah dengan bantuan World Bank.

SAPA adalah sistem akuntansi untuk pemerintah daerah, sedangkan sistem akuntansi

untuk pemerintah pusat upaya pengembangannya telah dilakukan oleh Departemen Keuangan

sejak tahun 1982 melalui Proyek Penyempurnaan Sistem Akuntansi dan Pengembangan

Akuntansi, dan mulai aktif bekerja tahun 1991. Untuk pelaksanaan proyek tersebut, dibentuk

secara khusus Sub Tim Penyempurnaan Akuntansi Pemerintah (PSAP) yang hasilnya antara

lain menerapkan sistem pembukuan berpasangan dalam akuntansi pemerintah pusat (Triharta,

1999).

Selain sistem akuntansi yang handal, dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan

desentralisasi, maka diperlukan Standar Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah (Standar

Akuntansi Keuangan Sektor Publik). Standar yang saat ini ada belum mencukupi untuk

mendukung pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi.

Page 40: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 40

Sementara itu di Indonesia belum ada Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik

yang baku yang dapat digunakan sebagai pedoman bagi pemerintah daerah dalam

penyusunan laporan keuangan dan bagi auditor dalam mengaudit laporan tersebut. Tidak

adanya standar akuntansi yang memadai akan menimbulkan implikasi negatif berupa

rendahnya reliabilitas informasi keuangan serta menyulitkan dalam pengauditan. Usaha untuk

membuat standar akuntansi keuangan pemerintah sudah pernah dilakukan oleh Badan

Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN). BAKUN merupakan lembaga yang dibentuk oleh

Departemen Keuangan tahun 1992, yang ditugasi untuk menyelenggarakan akuntansi dan

mempersiapkan laporan pertanggungjawaban konstitusional pemerintah pusat. Selain itu

BAKUN juga diserahi tugas untuk membantu melakukan pengembangan akuntansi untuk

instansi (agency accounting). Pada tahun 1995 BPK telah mengirim surat kepada Menteri

Keuangan untuk mempersiapkan Standar Akuntansi Keuangan Pemerintah, dan BAKUN

sebagai Central Accounting Office ditugasi untuk mempersiapkan draftnya. Namun sampai

saat ini, draft tersebut masih perlu dilakukan pembahasan dan public hearing dengan user

agar dapat dijadikan standar (Sugijanto, 1999).

Upaya untuk menghasilkan standar akuntansi keuangan yang baku terus dilakukan.

Pada tahun 1999 yang lalu Ikatan Akuntan Indonesia telah membentuk kompartemen baru

yaitu Kompartemen Akuntan Sektor Publik. Salah satu tugas kompartemen baru ini adalah

menyusun standar akuntansi keuangan sektor publik. Saat ini baru dihasilkan exposure draft

mengenai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik yang diterbitkan November

2000. Exposure draft tersebut terdiri atas lima bagian, yaitu Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan Sektor Publik tentang Penyajian Laporan Keuangan; Laporan Arus Kas; Laporan

Keuangan Konsolidasi dan Akuntansi untuk Entitas Kendalian; Kos Pinjaman; dan Surplus

atau Defisit Neto untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Kebijakan

Akuntansi.

Dengan telah dihasilkannya exposure draft tersebut diharapkan dalam waktu yang

tidak terlalu lama lagi sudah dapat disahkan menjadi standar yang baku. Sebenarnya

Indonesia dalam hal ini sudah cukup ketinggalan, karena baru sekarang mempunyai

rancangan standar akuntansi keuangan sektor publik. Tidak adanya standar akuntansi sektor

publik di Indonesia saat ini menyebabkan kesulitan dalam mengaudit laporan keuangan

pemerintah. Standar Auditing Pemerintah (SAP) sudah ada dan saat ini sedang kita tunggu

Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik (SAKSP). Pada perkembangan selanjutnya perlu

Page 41: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 41

juga dipersiapkan alat ukur kinerja (performance measurement) untuk mengukur kinerja

lembaga-lembaga pemerintahan di Indonesia.

Perlunya Informasi Akuntansi Untuk Mewujudkan Akuntabilitas Publik

Salah satu alat untuk memfasilitasi terciptanya transparansi dan akuntabilitas publik

adalah melalui penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang komprehensif. Dalam

era otonomi daerah dan desentralisasi, pemerintah daerah diharapkan dapat menyajikan

laporan keuangan yang terdiri atas Laporan Surplus/Defisit, Laporan Realisasi Anggaran

(Perhitungan APBD), Laporan Aliran Kas, dan Neraca. Laporan keuangan tersebut

merupakan komponen penting untuk menciptakan akuntabilitas sektor publik dan merupakan

salah satu alat ukur kinerja finansial pemerintah daerah. Bagi pihak eksternal, Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah yang berisi informasi keuangan daerah akan digunakan sebagai

dasar pertimbangan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik. Sedangkan

bagi pihak intern pemerintah daerah, laporan keuangan tersebut dapat digunakan sebagai alat

untuk penilaian kinerja.

Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, tantangan yang

dihadapi akuntansi sektor publik adalah menyediakan informasi yang dapat digunakan untuk

memonitor akuntabilitas pemerintah daerah yang meliputi akuntabilitas finansial (financial

accountability), akuntabilitas manajerial (managerial accountability), akuntabilitas hukum

(legal accountability), akuntabilitas politik (political accountability), dan akuntabilitas

kebijakan (policy accountability). Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk

menyiapkan laporan keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik.

Terdapat beberapa alasan mengapa pemerintah daerah perlu membuat laporan

keuangan. Dilihat dari sisi internal, laporan keuangan merupakan alat pengendalian dan

evaluasi kinerja pemerintah dan unit kerja pemerintah daerah. Sedangkan dari sisi pemakai

eksternal, laporan keuangan pemerintah daerah merupakan salah satu bentuk mekanisme

pertanggungjawaban dan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Karena laporan

tersebut akan digunakan untuk pembuatan keputusan, maka laporan keuangan pemerintah

daerah perlu dilengkapi dengan pengungkapan yang memadai (disclosure) mengenai

informasi-informasi yang dapat mempengaruhi keputusan.

Page 42: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 42

E. TUJUAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

Secara garis besar, tujuan umum penyajian laporan keuangan oleh pemerintah daerah

adalah:

1. Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam pembuatan keputusan ekonomi,

sosial, dan politik serta sebagai bukti pertanggungjawaban (accountability) dan

pengelolaan (stewardship);

2. Untuk memberikan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan

organisasional.

Secara khusus, tujuan penyajian laporan keuangan oleh pemerintah daerah adalah:

1. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi aliran kas, saldo

neraca, dan kebutuhan sumber daya finansial jangka pendek unit pemerintah;

2. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi kondisi ekonomi

suatu unit pemerintahan dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya;

3. Memberikan informasi keuangan untuk memonitor kinerja, kesesuaiannya dengan

peraturan perundang-undangan, kontrak yang telah disepakati, dan ketentuan lain yang

disyaratkan;

4. Memberikan informasi untuk perencanaan dan penganggaran, serta untuk memprediksi

pengaruh pemilikan dan pembelanjaan sumber daya ekonomi terhadap pencapaian tujuan

operasional;

5. Memberikan informasi untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan organisasional:

(a) untuk menentukan biaya program, fungsi, dan aktivitas sehingga memudahkan

analisis dan melakukan perbandingan dengan kriteria yang telah ditetapkan,

membandingkan dengan kinerja periode-periode sebelumnya, dan dengan kinerja

unit pemerintah lain;

(b) untuk mengevaluasi tingkat ekonomi dan efisiensi operasi, program, aktivitas, dan

fungsi tertentu di unit pemerintah;

(c) untuk mengevaluasi hasil suatu program, aktivitas, dan fungsi serta efektivitas

terhadap pencapaian tujuan dan target;

(d) untuk mengevaluasi tingkat pemerataan (equity).

Page 43: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 43

VI. SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT

A. Dasar Hukum

1. Keputusan Presiden RI No. 42 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan APBN

Menteri/Pimpinan Lembaga wajib menyelenggarakan pertanggungjawaban

penggunaan dana yang dikuasainya berupa laporan realisasi anggaran dan neraca

departemen/lembaga bersangkutan kepada Presiden melalui Menteri Keuangan.

Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota/kepala satuan kerja yang

menggunakan dana bagian anggaran yang dikuasai Menteri Keuangan wajib

menyampaikan pertanggungjawaban penggunaan dana kepada Menteri Keuangan

c.q. Kepala BAKUN.

2. Keputusan Menteri Keuangan No. 337/KMK.012/2003 Tanggal 18 Juli 2003 tentang

Sistem Akuntansi dan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

3. Keputusan Kepala Badan Akuntansi Keuangan Negara No. KEP-16/AK/2004 tanggal

24 Juni 2004 tentang Pelaksanaan Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian

Negara /Lembaga Tahun Anggaran 2004

B. Tanggung Jawab Fungsi Akuntansi Departemen/Lembaga

1. Kakanwil mempunyai wewenang/tanggungjawab terhadap akuntansi dan pelaporan

keuangan yang meliputi seluruh kantor dan proyek di wilayahnya

2. Sekjen, Dirjen dan Unit Eselon I lainnya mempunyai wewenang/ tanggungjawab

terhadap seluruh kantor dan proyek dibawah kendalinya. Juga mempunyai

tanggungjawab untuk penyusunan laporan konsolidasi atas seluruh kantor dan

proyek yang di bawah kendali masing-masing Eselon I dimaksud

3. Sekjen bertanggung jawab untuk menyiapkan laporan keuangan konsolidasi untuk

tingkat departemen/lembaga

C. Keluaran Sistem Akuntansi Menurut Pusat PertanggungJawaban

1. Pusat Pertanggungjawaban

* Seluruh Pemerintah Pusat

* Departemen/Lembaga

* Eselon I

Page 44: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 44

* Propinsi

* Satuan Kerja

* Proyek

2. Penanggung Jawab

* Presiden

* Menteri/Ketua Lembaga

* Sekjen/Irjen/Dirjen/Kepala

* Kepala Kantor Wilayah

D. Unit Pelaksana SAPP

1. Departemen Keuangan

* BAKUN Pusat

* Kantor Akuntansi Regional

* Kantor Akuntansi Khusus

2. Departemen/Lembaga

* Unit Akuntansi Kantor Pusat Instansi (UAKPI)

* Unit Akuntansi Eselon I (UAE I)

* Unit Akuntansi Wilayah (UAW)

E. Laporan Departemen/Lembaga

1. Laporan Realisasi Anggaran

* Laporan Realisasi Anggaran bertujuan untuk melaporkan Pelaksanaan anggaran

selama periode tertentu

* Laporan ini memperlihatkan perbandingan realisasi belanja dengan allotment

yang dirinci menurut tujuan dan klasifikasi belanja atau perbandingan realisasi

pendapatan denganestimasi pendapatan

2. Neraca

* Neraca bertujuan untuk melaporkan posisi keuangan pada suatu tanggal tertentu

* Neraca menginformasikan saldo perkiraan aset, hutang dan ekuitas dana pada

akhir periode pelaporan

Page 45: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 45

F. Pemrosesan Data SAPP

1. Buku Besar

* Penerimaan/pengeluaran Anggaran

* Aktiva tetap

* Hutang Jangka Panjang

* Investasi Permanen

2. Laporan

* Laporan Realisasi Anggaran

* Laporan Bulanan Inventaris, Laporan Mutasi Barang Triwulanan, Laporan

Tahunan

* Laporan Hutang Jangka Panjang

* Laporan Investasi Permanen

3. Pelaksanaan Penyusunan Neraca Departemen/Lembaga

G. Waktu Penyampaian Laporan

1. Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca , selambat-lambatnya disampaikan ke

BAKUN pada akhir bulan bulan Maret tahun berikutnya.

Page 46: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 46

VII. OTONOMI DAERAH dan PERIMBANGAN KEUANGAN PUSAT DAN DERAH

Pengantar

Diperkirakan penerapan kewenangan otonomi daerah baru akan terlaksana pada tahun

2002 atau bahkan tahun berikutnya. Perubahan ini sekaligus ditandai dengan pergantian

pemerintahan pada pemilu mendatang. Sudah menajdi persoalan publik, perihal akan

berlakunya pelaksanaan otonomi yang luas.

Berbagai tulisan mengenai tinjauan terhadap otonomi daerah pernah dimuat pada edisi

17 dan 18 pada Buletin Pengawasan ini. Namun yang patut disayangkan, tinjauan tentang

otonomi daerah tersebut masih mengacu pada UU yang lama, yakni UU No. 5 tahun 1974

dan PP No. 45 tahun 1992. Padahal UU tersebut kurang menyiratkan asas demokrasi dan jauh

dari rumusan mengenai kewenangan penyelenggaraan urusan pemerintahan secara luas.

Belum bersinggungan terhadap proses perubahan urusan daerah masing-masing secara penuh

dan bertanggung jawab serta adanya proses reformasi yang tengah berlangsung dalam rangka

penyerahan urusan pemerintahan dan pembangunan ke daerah masing-masing.

Oleh karena itu melalui tulisan ini, saya mencoba mengetengahkan UU yang baru

(No. 22/99 dan No. 25/99) tentang Otonomi Daerah dan Perimbangan keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Daerah sebagai tinjauan umum tentang otonomi daerah yang

dikehendaki oleh masyarakat dan pemerintah daerah, juga mencoba mencari solusi dan visi

kewenangan otonomi daerah sebagai upaya membangun paradigma baru otonomi yang luas.

Sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomr 22/1999, otonomi daerah akan

diimplementasikan ke daerah. Bahkan dengan adanya perubahan tahun anggaran yang akan

dimulai 1 Januari 2001 mendatang, sangat mungkin implementasi tersebut juga dipercepat,

karena idealnya tahun anggaran 2001 harus sudah ditopang oleh kewenangan-kewenangan

serta struktur organisasi/kelembagaan baru yang harus disesuaikan dengan paradigma baru

otonomi.

Pada pasal 11 UU no. 22/1999 yang mengatur tentang (1) Kewenangan daerah

kabupaten/kotamadya mencakup semua kewenangan yang dikecualikan pasal 7 ayat (2).

Substansi kewenangan daerah khususnya kabupaten/ kotamadya yang selama ini diketahui,

keculai kewenangan dalam bidang politik luar negeri, Pertahanan dan keamanan, peradilan,

moneter, fiskal serta agama sebagai diatur pada Peraturan Pemerintah (PP) yang menjabarkan

Page 47: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 47

pasal 7 ayat (2) dan pasal 9 yang saat ini sedang dimantapkan di pusat (disosialisasikan ke

daerah).

Pada pasal 11 ayat (2) bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah

kabupaten/kotamadya meliputi pekerjaan umum (sekarang kimbangwil), kesehatan,

pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman

modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi dan tenaga kerja.

Sedangkan Undang-Undang Nomor 25/1999 tentang perimbangan keuangan antara

pemerintah pusat dan daerah sampai saat ini belum jelas seperti apa penjabarannya ke dalam

PP. Yang jelas, saat ini pemerintah daerah sangat berharap agar pendelegasian kewenangan

dalam bidang keuangan yang juga sedang dirumuskan di Pusat, harus memberi kesempatan

pada daerah untuk secara aktif dan kreatif serta bertanggung jawab mengembangkan potensi

daerahnya. Memang, pada saat ini untuk sementara masih berlaku UU no. 18 tahun 1997

tentang Pajak dan Restribusi Daerah yang justru sangat membatasi kewenangan daerah.

Pendelegasian Kewenangan

Uraian mengenai pengertian dan visi dari pendelegasian kewenangan dalam otonomi

daerah sebagai perwujudan dalam upaya membangun paradigma baru otonomi dapat

dijelaskan sebagai berikut :

Pertama

Pendelegasian kewenangan pengelolaan keuangan. Pendelegasian kewenangan ini

menyangkut khususnya pada pembagian keuangan pusat-daerah berdasarkan UU no. 25/1999

menurut pandangan daerah. Bagi kabupaten/kotamadya yang memiliki sumber minyak bumi,

gas, kehutanan, pertambangan umum maupun perikanan yang berdasarkan formula baru akan

menerima lebih banyak dari pusat, serta harus segera menyiapkan program belanja yang

benar-benar berorientasi pada peningkatan kesejahteraan rakyat daerah sesuai tuntutan

otonomi. Di lain pihak, pemerintah pusat/propinsi harus mampu menyediakan dana alokasi

khusus untuk menghindari ketimpangan penerimaan antar kabupaten/kotamadya di satu

propinsi antara lain karena tidak meratanya ketersediaan sumber-sumber alam atau potensi

lainnya. Sebaliknya, bagi daerah yang tidak memiliki sumber alam sebagaimana dimaksud

UU No. 25/1999, maka untuk menjaga tingkat kesejahteraan yang sudah dicapai sampai saat

ini, sebaiknya menerima alokasi bantuan/subsidi yang minimal sama dengan sebelum

diberlakukannya sistem alokasi baru nanti. Di sisi lain, kewenangan mengatur yang berkaitan

Page 48: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 48

dengan kebijakan atas perencanaan dan pelaksanaan program/proyek/kegiatan yang

bersumber dana dari bantuan pusat/propinsi harus didelegasikan sepenuhnya kepada

kabupaten/kotamadya. Artinya tidak perlu ada lagi mekanisme semacam rapat teknis yang

hanya menambah tenaga hierarki dan pendanaan.

Kedua

Pendelegasian kewenangan politik. Mekanisme Pendelegasian kewenangan politik

yang berlaku efektif pada saat dan setelah pelaksanaan Pemilu 1999 yang lalu, telah mencapai

suatu perkembangan yang sangat signifikan dibanding bidang-bidang lainnya. Pelimpahan

kekuasaan politik kepada daerah, di samping telah memberdayakan peran DPRDnya, juga

secara pasti sedang mengarah pada terwujudnya sistem check and balance dalam sistem

kekuasaan di daerah. Bahkan dalam hal-hal tertentu, implementasi kewenangan politik sudah

berkembang jauh melampaui batas-batas etika dan bahkan terkadang berbenturan dengan

fungsi birokrasi. Kondisi ini terjadi dimungkinkan karena :

1. Terputusnya hierarki kewenangan pusat dan propinsi atas sistem politik di kab/kota.

Dengan demikian perlu diimbangi dengan tumbuhnya peran kontrol masyarakat (internal

control) kepada DPRDnya, agar dalam menjalankan fungsi kontrolnya yang ketat kepada

eksekutif dan perlu diimbangi pula adanya kontrol masyarakat atas perilaku politiknya.

Dengan kedudukan yang sejajar bahwa DPRD merupakan mitra bagi pemerintah daerah,

maka fungsi kontrol dapat dilaksanakan secara efektif.

Pemilu tahun 1999 yang menghasilkan DPRD yang representatif telah mewakili politik

rakyat daerah, sehingga memiliki kewenangan politik yang sangat otonom. Dalam

konteks otonomi daerah, kekuasaan politik yang dimiliki DPRD tersebut didukung oleh

kedudukan dan fungsi legislatif yang terpisah dari eksekutif. DPRD sebagai badan

legislatif daerah berkedudukan sejajar dan menjadi mitra dari pemerintah daerah (pasal

16 ayat 2 UU no. 22/99). Kewenangan dalam politik yang demikian independen di

daerah, nampaknya tidak memungkinkan lagi terbukanya peluang intervensi kepentingan

pusat atau propinsi dalam proses maupun keputusan politik di daerah, termasuk dalam

proses

2. pemilihan kepala daerah (Gubernur/ Walikota/Bupati). Dengan demikian, dengan melalui

pendelegasian kewenangan politik ini sebagai upaya membangun paradigma baru

Page 49: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 49

otonomi, diharapkan masalah calon titipan atau pendamping dari pusat yang selama ini

selalu menyertai dalam pemilihan Kepala daerah hanya tinggal cerita.

3. Adanya kewajiban bagi Gubernur, Walikota dan Bupati untuk menyampaikan

pertanggungjawaban pada setiap akhir tahun anggaran akan memperkuat posisi politik

DPRD dalam melaksanakan fungsi kontrolnya. Sehingga, pihak eksekutif akan bekerja

keras untuk tidak melakukan kesalahan sekecil apapun dalam melaksanakan tugasnya.

4. Dalam rangka menuju bangsa yang demokratis seperti yang tersirat dalam UU no. 22/99

ini, kadangkala sering muncul berbagai kasus yang terkesan keluar dari nilai-nilai

demokrasi yang universal seperti isu politik uang atau sejenisnya di daerah. Mudah-

mudahan itu hanya merupakan dampak dari keterkejutan sesaat atas terjadinya perubahan

yang drastis dan global dalam sistem politik. Pada saatnya akuntabilitas publik dari para

aktor politik maupun para birokrat akan menjadi syarat utama yang dituntut masyarakat.

Ketiga

Pendelegasian kewenangan urusan daerah. Dalam konteks UU No. 22/99 pada

prinsipnya bukan merupakan sesuatu yang didelegasikan dari atas seperti pada pemerintahan

orde lalu, melainkan lebih sebagai tuntutan dari bawah sesuai dengan kebutuhan masyarakat

daerah. Yang menjadi pertanyaan, apakah benar akan demikian kenyataannya pada saat

nanti? Hal ini perlu dibuktikan dan sangat tergantung pada substansi peraturan pemerintah

yang mengatur kewenangan pemerintah dan propinsi yang rencananya akan dikeluarkan pada

bulan (Juli 2000).

Seperti yang telah kita ketahui, berdasarkan rancangan PP yang sedang

disosialisasikan ke daerah, yang pada dasarnya merupakan penjabaran lebih lanjut dari pasal

7 dan 9 UU No.22/99 di dalamnya mengatur 26 bidang kewenangan pusat dan propinsi yang

mencakup 426 urusan yang masih menjadi kewenangan pusat dari 203 urusan yang menjadi

kewenangan propinsi. Oleh karena itu, diharapkan urusan-urusan yang dalam PP dirancang

masih menjadi kewenangan pusat atau propinsi tersebut diharapkan tidak menyimpang

(meskipun) melalui berbagai cara apapun) dari maksud otonomi luas dari UU no. 22/99 ini.

Sedangkan di luar kewenangan pusat sebagaimana ditetapkan dalam pasal 7 ayat 1 maupun

kewenangan propinsi sebagaimana ditetapkan dalam pasal 9 ayat 1 adalah merupakan

kewenangan kab/kota sebagai daerah otonom untuk mengatur (legislasi) dan kewenangan

untuk mengurusi (eksekusi). Sebagai upaya mengaktualisasikan mengatur (fungsi legislatif),

khususnya dalam menyusun, menetapkan dan mensahkan peraturan daerah sejak

Page 50: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 50

diberlakukan UU no. 22/99, kewenangan mulai ada pada daerah. Banyak kebijakan bisa

diputuskan dengan cepat dan memungkinkan pelayanan berjalan dengan lebih baik, jika

dimilikinya kewenangan mengatur oleh daerah khususnya kabupaten/kotamadya. Sedangkan

upaya untuk mengaktualisasikan kewenangan mengurus, tentu akan terkait langsung dengan

urusan yang benar-benar dibutuhkan oleh daerah dan tidak termasuk ke dalam urusan

propinsi atau pusat berdasarkan PP. Sehingga diharapkan dengan paradigma baru bahwa

urusan daerah merupakan sesuatu yang harus lahir dari bawah, maka daerah akan menata

ulang kelembagaan maupun SDMnya segera setelah PP tersebut ditetapkan. Seperti

Badan/Dinas/Bagian yang ada saat ini akan disesuaikan dengan urusan yang wajib

dilaksanakan berdasarkan UU No. 22/99 (pasal 11) maupun urusan yang harus dilakukan

sesuai dengan tuntutan nyata daerah. Dengan demikian, akan lebih bijaksana apabila makna

otonomi luas dapat diartikan sebagai kebebasan yang bertanggung jawab untuk memilih dan

menentukan urusan sesuai kebutuhan daerah dan dalam batas-batas kemampuan anggaran

yang tersedia untuk membiayainya. Selanjutnya, otonomi yang luas tidak diartikan bebas

semaunya dan dengan begitu maka daerah akan selalu mempertimbangkan bukan hanya soal

banyak atau sedikitnya urusan yang ditangani, tetapi lebih kepada manfaat (benefit) yang

diperoleh bagi masyarakat daerah tersebut. Diharapkan dari sini akan lahir dan terbangun

akuntabilitas publik dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Kesiapan Daerah untuk Otonomi

Kesiapan daerah untuk melaksanakan otonomi di samping karena memadainya kewenangan

otonom yang dimiliki, juga harus didasarkan pada suatu keyakinan bahwa pelayanan yang

dilakukan oleh lembaga yang terdesentralisasi adalah lebih baik daripada yang tersentralisasi.

Pada akhirnya, untuk melaksanakan otonomi, perlu ada sikap konsistensi dari substansi

peraturan pemerintah yang mengatur pelaksanaan lebih lanjut UU No. 22/99 dan UU

No.25/99. Di pihak lain, segi materi (keuangan) memang sangat penting, tetapi bukan

segalanya dalam mengatur pemerintahan. Karena yang lebih penting lagi adalah diberikannya

kebebasan kewenangan untuk mengatur dan mengurus fungsi-fungsi pemerintahannya yang

sebenarnya sudah menjadi hak atau milik daerah sejak lama. Yang terpenting lagi,

masyarakat daerah harus mampu bersikap kritis dan berani menyatakan hal yang benar bila

para politikus (DPRD) dan birokrat menyimpang dari rel yang benar. Karena tanpa dukungan

Page 51: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 51

dari masyarakat daerah tersebut, membangun visi otonomi daerah yang diinginkan oleh

bangsa ini sulit akan diwujudkan.

Page 52: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 52

VIII. PRAKTEK AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DALAM PRESPEKTIF

PARADIGMA BARU PENGELOLAAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

A. PENDAHULUAN

Dokumen Akumtansi merupakan sumber utama untuk pencatatan ke dalam jurnal dan

buku pembantu. Karena akuntansi hanya mencatat objek yang timbul akibat transaksi yang

sah maka tidak ada transaksi tanpa bukti transaksi. Adanya bukti transasksi inilah yang

memicu pencatatan akuntansi. Setiap transaksi merupakan sumber utama untuk pencatatan ke

dalam jurnal dan buku pembantu. Setiap transaksi harus disertai dengan dokumen atau bukti

transaksi yang sah.

Dokumen transaksi terdiri atas:

1. Bukti Penerimaan Kas

Bukti Penerimaan Kas merupakan semua dokumen yang menjadi bukti adanya

penerimaan kas oleh daerah dan menjadi sumber bagi pencatatan ke dalam jurnal

penerimnaan kas. Bukti penerimaan kas dapat berupa:

a. Surat Tanda Setoran

b. Tanda Bukti Penerimaan

c. Rekap Penerimaan Hariian

d. Dst sesuai dengan kebijakan yang ada di daerah

2. Bukti Pengeluaran Kas

Bukti Pengeluaran Kas merupakan semua dokumen yang menjadi bukti adanya

pengeluaran kas oleh daerah dan menjadi sumber bagi pencatatan ke dalam jurnal

pengeluaran kas. Bukti pengeluaran kas dapat berupa:

a. Surat Permintaan Pembayaran (SPP)

b. Surat Perintah Membayar (SPM)

c. Surat Pertanggungjawaban (SPJ)

d. Tanda Bukti Pengeluaran

e. Dst sesuai dengan kebijakan yang ada di daerah

3. Bukti Memorial

Bukti Memorial merupakan bukti pencatatan pada Jurnal Umum

Page 53: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 53

B. CATATAN AKUNTANSI

Catatan akuntansi merupakan bagian dari siklus akuntansi keuangan daerah. Catatan

akuntansi tersebut digunakan untuk mencatat segala macam transaksi yang terjadi di

lingkungan Pemerintah Daerah. Pencatatan dilakukan dengan sistem double entry

berdasarkan basis Kas Modifikasian. Sistem double entry menggantikan sistem single entry.

Sistem singe entry ditinggalkan karena

1. Single entry tidak dapat memberikan informasi yang komprehensif

2. Tidak dapat mencerminkan kinerja yang sesungguhnya

3. Single entry telah ditinggalkan oleh banyak negar-negara maju.

Sistem double entry merupakan sistem pembukuan berpasangan, dimana dalam setiap

pencatatan transaksi maka kita akan mencatat dua hal yang terpengaruh dengan adanya

transaksi tersebut. Pencatatan ini dikenal dengan sistem debit-kredit.

Sistem double entry digunakan sebab memiliki keuntungan

1. Sistem double entry dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih mudah diaudit dan

penelusuran antara bukti transaksi, catatan, dan keberadaan kekayaan, utang, dan ekuitas

organisasi

2. Pengukuran kinerja dapat dilakukan secara lebih komprehensif.

Sedangkan basis kas modifikasian berarti pencatatan hanya dilakukan hanya terhadap

transaksi yang melibatkan kas, sedangkan transaksi yang tidak ada penerimaan atau

pengeluaran kas dicatat diakhir periode dalam jurnal penyesuaian. Dengan basis kas

modifikasian, pencatatan anggaran menggunakan basis kas, sedangkan untuk menghasilkan

laporan neraca di akhir periode akuntansi digunakan basis akrual.

Page 54: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 54

C. ATURAN DEBIT-KREDIT

Dalam sistem pembukuan berpasangan dikenal aturan debit-kredit. Aturan tersebut

adalah sebagai berikut:

Jenis Rekening Bertambah Berkurang

Aktiva D K

Utang K D

Modal K D

Pendapatan K D

Biaya D K

Klasifikasi rekening diatas adalah untuk rekening umum yang terdapat dalam neraca.

Sedangkan untuk aturan debit-kredit dalam struktur APBD yang baru adalah sebagai berikut:

Struktur APBD Bertambah Berkurang

Pendapatan K D

Belanja D K

Pembiayaan

Penerimaan Derah

Pengeluaran Daerah

K

K

D

D

D

K

Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus dilakukan utnuk melakukan pencatatan:

a. Analisis transaksi

b. Pencatatan dalam Jurnal

c. Peringkasan (posting ke Buku Besar)

d. Perincian ke dalam buku pembantu

e. Laporan Keuangan

Data yang terdapat dalam buku besar dan buku pembantu menjadi sumber untuk membuat

laporan keuangan.

Dengan adanya pencatatan dengan sistem double entry tersebut, maka sangat tidak

efisien untuk mencatat transaksi yang berulang kali. Sehingga dibuat jurnal khusus yang

digunakan untuk mencatat transaksi yang terjadi berulang-ulang dengan tujuan mengurangi

pekerjaan dalam membuat jurnal dan akan memudahkan pembukuan ke rekening-rekening.

Page 55: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 55

Catatan akuntansi terdiri dari beberapa macam jurnal, yaitu:

a. Jurnal Penerimaan Kas

Buku Jurnal Penerimaan Kas merupakan buku yang digunakan untuk mencatat dan

mengolongkan transaksi atau kejadian yang mengakibatkan terjadinya penerimaan

kas. Contohnya adalah penerimaan kas dari pinjaman.

Data yang dicatat dan digolongkan dalam buku jurnal ini adalah:

1. Tanggal transaksi atau kejadian keuangan, dicatat secara urut tanggal (kronologis)

2. Jurnal Kas yang diterima, dalam bentuk uang, bukan barang

3. Obyek Penerimaan kas, yaitu obyek yang menyebabkan terjadinya penerimaan kas

Jurnal Standar

Transaksi atau kejadian yang mengakibatkan penerimaan kas umumnya berupa:

1. Penerimaan Kas dari pendapatan asli daerah

2. Penerimaan Kas dari penerimaan dana perimbangan

3. Penerimaan Kas dari lain-lain pendapatan yang sah

4. Penerimaan Kas dari pinjaman

5. Penerimaan Kas dari tagihan piutang

Untuk mencatat dan menggolongkan transaksi kejadian tersebut, jurnal standar

penerimaan kas adalah:

Debit : Kas

Kredit : Pendapatan Asli Daerah (ditulis nama obyek)

Pendapatan Dana Perimbangan (ditulis nama obyek)

Lain-lain Pendapatan yang Sah (ditulis nama obyek)

Pembiayaan – Penerimaan Pinjaman (ditulis nama obyek)

Pembiayaan – Penerimaan Piutang (ditulis nama obyek)

b. Jurnal Pengeluaran Kas

Jurnal Pengeluaran Kas memberikan makna bahwa kas dikredit dan rekening yang

terdapat dalam jurnal pengeluaran kas pada tanggal terjadinya transaksi. Buku Jurnal

Pengeluaran Kas merupakan buku yang digunakan untuk mencatat dan

menggolongkan transaksi atau kejadian yang mengakibatkan terjadinya pengeluaran

kas, misalnya adalah pengeluaran kas untuk belanja.

Page 56: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 56

Seperti halnya Jurnal Penerimaan Kas, transaksi pengeluaran kas juga terjadi

berulangkali. Data yang dicatat dan digolongkan dalam buku jurnal ini minimal

adalah:

1) Tanggal Transaksi atau Kejadian Keuangan

2) Jumlah Kas yang Diterima

3) Obyek Pengeluaran Kas

Jurnal Standar

Transaksi atau kejadian yang mengakibatkan pengeluaran kas antara lain:

1. Pengeluaran Kas untuk belanja adminstrasi umum

2. Pengeluaran Kas untuk belanja operasi

3. Pengeluaran Kas untuk belanja modal aparatur

4. Pengeluaran Kas untuk belanja modal publik

5. Pengeluaran Kas untuk belanja transfer

6. Pengeluaran Kas untuk belanja tidak tersangka

7. Pengeluaran Kas untuk pembayaran hutang pokok

8. Pengeluaran Kas untuk penyertaan modal

Untuk mencatat dan menggolongkan transaksi atau kejadian tersebut, Jurnal

Standar Pengeluaran Kas adalah:

Debit : Belanja Administrasi Umum ( ditulis nama obyek)

Belanja Operasi dan Pemeliharaan ( ditulis nama obyek)

Belanja Modal aparatur ( ditulis nama obyek)

Belanja modal Publik ( ditulis nama obyek)

Belanja Transfer ( ditulis nama obyek)

Belanja Tdak Tersangka ( ditulis nama obyek)

Pembiayaan – Pembayaran Hutang ( ditulis nama obyek)

Pembiayaan – Penyertaan Modal ( ditulis nama obyek)

Kredit : Kas

c. Jurnal Umum

Kedua jurnal diatas merupakan jurnal yang digunakan hanya untuk transaksi

yang melibatkan Kas Daearah. Untuk transaksi yang tidak melibatkan Kas Daerah,

dicatat dalam satu buku jurnal yang lain yaitu Buku Jurnal Umum.

Page 57: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 57

Buku Jurnal Umum merupakan buku yang digunakan untuk mencatat dan

menggolongkan transaksi atau kejadian yang tidak mengakibatkan terjadinya

penerimaan dan pengeluaran kas. Misalnya adalah donasi berupa aktiva tetap, dan

pembelian barang secara kredit.

Data yang dicatat dan digolongkan dalam buku jurnal ini minimal adalah:

Tanggal Transaksi atau Kejadian Keuangan

Kode Rekening

Uraian

Jumlah Debit

Jumlah Kredit

Disamping itu, buku jurnal umum dapat dirancang utnuk menampung data lain sesuai

dengan kebutuhan.

Sedangkan untuk penggolangan dan perincian transaki digunakan 2 buku, yaitu:

A. Buku Besar

Transaksi yang telah dicatat dalam buku jurnal kemudian akan diringkas

dalam buku besar. Proses peringkasan atau pemindahan akun/ rekening ke buku besar

disebut dengan posting.

Buku besar pada dasarnya terdiri dari sekumpulan rekening yang digunakan

untuk menmpung nama rekening yang telah dicatat dan digolongkan dalam Buku

Jurnal. Jenis dan macam buku besar menyesuaikan dengan kelompok rekening dalam

struktur APBD yang baru, yaitu:

1. Buku Besar Pendapatan

Buku Besar Pendapatan memuat rekening-rekening pendapatan. Selanjutnya

dirinci lagi sesuai dengan komponen yang menyusun rekening pendapatan yaitu:

a. Pendapatan Asli Daerah

Termasuk dalam buku besar kelompok Pendapatan Asli daerah adalah:

1) buku besar Pajak Hotel

2) buku besar Pajak Restoran

3) buku besar Retribusi Pelayanan Kesahatan

4) buku besar Pelayanan Parkir

b. Dana Perimbangan

1) buku besar bagi Hasil Pajak

Page 58: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 58

2) buku besar Bagi Hasil Bukan Pajak

c. Lain-lain Pendapatan yang Sah

a. buku besar Bantuan Dana Kontinjensi

b. buku besar Dana Darurat

2. Buku Besar Belanja

Buku besar ini mencakup rekening-rekening belanja daerah, yaitu:

a. Buku Besar Belanja Administrasi Umum, contoh Gaji dan Tunjangan

b. Buku Besar Belanja Operasi dan Pemeliharaan, contoh Honorarium/ Upah

c. Buku Besar Belanja Modal/Pembangunan, contohnya Belanja Modal Gedung,

Belanja Modal Kendaraan

d. Buku Besar Belanja Bagi Hasil dan Bantuan

e. Buku Besar Belanja Tidak Tersangka

3. Buku Besar Pembiayaan

Buku besar pembiayaan memuat ringkasan rekening-rekening pembiayaan

yang dilakukan oleh daerah, baik pembiayaan dari penerimaan maupun

pengeluaran daerah.

Jenisnya antara lain: Buku Besar Pembiayaan-Penerimaan Piutang dan Buku

Besar Pembiayaan-Pembayaran Utang Pokok yang Jatuh Tempo

4. Buku Besar Aktiva

Termasuk jenis buku besar aktiva adalah:

a. Buku Besar Aktiva Lancar, terdiri dari BB Kas, BB Piutang Pajak, BB Piutang

Retribusi

b. Buku Besar Investasi Jangka Panjang, terdiri atas BB Invesatasi dalam Saham

c. Buku Besar Aktiva Tetap, terdiri atas: BB Tanah, BB Jalan dan Jembatan

d. Buku Besar Dana Cadangan

e. Buku Besar Aktiva Lain-lain

5. Buku Besar Utang

Jenis dan Klasifikasi buku besar utang sesuai dengan jenis utang dan kondisi

daerah masing-masing.

Contohnya adalah Buku Besar Utang Lancar (BB Utang Belanja, BB Utang

Pajak) dan Buku Besar Utang Jangka Panjang (BB Utang Dalam Negeri)

Page 59: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 59

6. Buku Besar Ekuitas Dana

Jenis dan klasifiasi buku besar tersebut disesuaikan dengan daerah masing-

masing, misalnya:

a. buku besar Ekuitas dana Umum

b. buku besar Dana Donasi

Berikut adalah Langkah-langkah yang harus dilakukan sewaktu pemindahbukuan jurnal

(posting) dari buku jurnal ke buku besar.

1. Masukkan tanggal setiap transaksi pada kolom tanggal

2. Masukkan jumlah setiap transaksi pada kolom yang sesuai, debit atau kredit dan

masukkan saldo baru pada kolom saldo, secar kumulatif

3. Kolom Ref pada Jurnal Penerimaan dan Pengeluaran serta jurnal umum diberikan

tanda (V) atau check sebagai tanda bahwa transaksi atau jurnal tersebut telah

diposting ke buku besar.

7. Buku Besar Pembantu

Rekening –rekening yang terdapat dalam buku besar dapat dibedakan atas

rekening yang tidak membutuhkan perincian dan rekening yang membutuhkan

perincian. Untuk rekening yang memerlukan perincian lebih lanjut dan dicatat dalam

buku pembantu.

Buku besar pembantu merupakan catatan akuntansi yang fungsinya

memberikan informasi rinci dari suatu rekening yang diringkas dalam Buku Besar.

Sumber pencatatan ke buku buku pembantu adalah dokumen atau bukti transaksi.

Contoh rekening-rekening dalam buku besar yang memerlukan Buku Besar Pembantu

adalah: Piutang, persediaan, Investasi Jangka Panjang, Aktiva Tetap, dan Hutang.

Page 60: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 60

8. Contoh Pencatatan Akuantansi Keuangan Daerah

Berikut ini adalah neraca awal (neraca Saldo) dan APBD suatu Kabupaten:

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

N E R A C A

1 Januari Tahun 20x4

URAIAN DEBET KREDIT

AKTIVA LANCAR Kas 1.250.000,00

Piutang Pajak 125.000,00

Piutang Retribusi 75.000,00

Piutang Lain-Lain 35.000,00

Persediaan Bahan Habis Pakai/Material 100.000,00

Persediaan Obat-Obatan 110.500,00

Belanja Dibayar Dimuka

INVESTASI JANGKA PANJANG

Investasi Jangka Panjang 500.000,00

AKTIVA TETAP

Tanah 4.250.000,00

Jalan dan Jembatan 1.975.000,00

Bangunan Air 800.500,00

Gedung 3.750.000,00

Mesin dan Peralatan 550.000,00

Kendaraan 2.600.000,00

Meubelair dan Perlengkapan 975.000,00

Buku Perpustakaan 490.500,00

HUTANG JANGKA PENDEK

Bagian Lancar Utang Jangka Panjang 200.000,00

Utang Perhitungan Pihak Ketiga 750.000,00

UTANG JANGKA PANJANG

Utang Dalam Negeri

Utang Luar Negeri 2.800.000,00

EKUITAS DANA

Ekuitas Dana Umum 13.836.500,00

Jumlah 17.586.500,00 17.586.500,00

Page 61: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 61

(Dalam Ribuan)

ANGGARAN KETERANGAN

2 3

I. PENDAPATAN

Pendapatan Asli Daerah

Pajak Daerah 1.500.000,00

Retribusi Daerah 800.500,00

Bagian Laba Usaha Daerah 350.000,00

Dana Perimbangan

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 400.000,00

Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam

Dana Alokasi Umum 900.000,00

Dana Perimbangan dari Propinsi 750.000,00

Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah

Bantuan Dana Kontinjensi/Penyeimbang dari Pemerintah

4.700.500,00

II. BELANJA

Aparatur Daerah

Belanja Administrasi Umum

Belanja Pegawai/Personalia 450.000,00

Belanja Barang dan Jasa 350.000,00

Belanja Perjalanan Dinas 325.000,00

Belanja Pemeliharaan 125.000,00

Belanja Operasi dan Pemeliharaan

Belanja Pegawai/Personalia 200.000,00

Belanja Barang dan Jasa 150.000,00

Belanja Perjalanan Dinas 125.000,00

Belanja Pemeliharaan 175.000,00

Belanja Modal/Pembangunan 500.000,00

Belanja Modal Gedung

Belanja Modal Kendaraan

Pelayanan Publik

Belanja Administrasi Umum

Belanja Pegawai/Personalia 275.000,00

Belanja Barang dan Jasa 125.000,00

Belanja Perjalanan Dinas 150.000,00

Belanja Pemeliharaan

Belanja Operasi dan Pemeliharaan

Belanja Pegawai/Personalia 200.000,00

Belanja Barang dan Jasa 200.000,00

Belanja Perjalanan Dinas 125.000,00

Belanja Pemeliharaan 75.000,00

Belanja Modal/Pembangunan 500.000,00

Belanja Modal Gedung

Belanja Modal Kendaraan

Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan 0,00

Belanja Bantuan Keuangan Kepada Organisasi Profesi

Belanja Tidak Tersangka

Belanja Tidak Tersangka 250.000,00

JUMLAH BELANJA 4.300.000,00

SURPLUS/DEFISIT ANGGARAN ( I - II ) 400.500,00

III. PEMBIAYAAN

Penerimaan Daerah

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Yang Lalu 0,00

Penerimaan Pinjaman dan Obligasi 0,00

Penerimaan Piutang

Penerimaan Donasi, Hibah, Sumbangan

Transfer dari Dana Cadangan 0,00

Hasil Penjualan Aset Daerah Yang Dipisahkan 0,00

1

Pemerintah Kabupaten/Kota X

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAHTahun Anggaran 20X4

U R A I A N

Page 62: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 62

Berikut ini adalah transaksi-transaksi yang terjadi di PemKab X selama tahun 2004:

1. Diterbitkan SKPD atas Pajak Hotel sebesar Rp 1.600.000,00, tetapi baru diterima

sebesar Rp 1.475.000,00 dengan rincian sebagai berikut:

Nama Hotel SKPD Realisasi

Hotel Bintang Lima 1.000.000 900.000

Hotel Bintang Tiga 500.000 475.000

Hotel Melati 100.000 100.000

Jumlah 1.600.000 1.475.000

2. Retribusi Pasar yang diterima sebesar Rp 825.500,00 dengan rincian sebagai berikut:

Nama Pasar Penerimaan Retribusi

Pasar A

Pasar B

Pasar C

400.000

200.000

225.500

3. DAU yang diterima realisasinya sebesar Rp 850.000,00

0,,

4. Bagi Hasil Pajak yang direalisasikan sebesar Rp 440.000,00 yang terdiri atas PBB

sebesar Rp 200.000,-, PPh psl 21 sebesar Rp 150.000,- dan BPHTB sebesar Rp

90.000,-.

5. Laba BUMD yang diterima sebesar Rp 300.000,- terdiri atas PDAM sebesar Rp

200.000,- dan BPD sebesar Rp 100.000,-.

6. Membayar biaya perjalanan dinas bupati sebesar Rp 280.500,-. Dari dana tersebut

telah dipertanggungjawabkan sebesar Rp 270.500,-.

7. Bagi Hasil pajak Propinsi yang diterima adalah Rp.700.000,-

8. Belanja Pegawai (BAU) Aparatur Daerah Rp 445.500,- dan Pelayanan Publik Rp

260.000,- Rincian dari jumlah di atas yaitu sebagai berikut:

a. Membayar Gaji dan Tunjangan Pegawai Setda sejumlah

Rp 445.500,- dengan rincian sebagai berikut:

Gaji Pokok Rp 300.000

Tunjangan Jabatan Rp 100.000

Tunjangan Fungsional Rp 45.500

b. Membayar Gaji dan Tunjangan Pegawai untuk

Kampaye Anti Narkoba sejumlah Rp 260.000,- dengan rincian sebagai berikut:

Uang representasi Rp 100.000

Tunjangan Komisi Rp 100.000

Tunjangan Panitia Rp 60.000

9. Membeli BHP kantor Setda sebesar Rp 200.000,- dari kontrak sebesar Rp 295.000,-.

10. Belanja Pemeliharaan gedung kantor Setda sebesar Rp 125.000,- dengan perincian

sebagai berikut:

Biaya pemeliharaan bangunan gedung tempat kerja Rp 75.000,-

Biaya pemeliharaan bangunan gedung tempat tinggal Rp 50.000,-

11. Membayar Belanja Modal untuk kendaraan roda empat sebagai berikut:

Page 63: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 63

A. Bagian Aparatur Daerah

Bidang/sektor Kontrak Anggaran SPJ/Dibayarkan

Pertanian 200.000 200.000 185.000

Industri&Perdag 180.000 175.000 162.000

Pekerjaan Umum 120.000 125.000 120.000

Jumlah 500.000 500.000 467.000

B. Bagian Pelayanan Publik

Bidang/sektor Kontrak Anggaran SPJ/Dibayarkan

Pariwisata 99.000 100.000 80.000

Kesehatan 250.000 250.000 247.500

Tata Ruang 145.000 150.000 145.000

Jumlah 494.500 500.000 472.500

12. Membayar Biaya Operasional dan Pemeliharaan (BOP) yang terjadi di Setda sebagai

berikut;

a. Honorarium/upah Rp 200.000,-

b. Biaya Cetak/Penggandaan Rp 149.000.-

c. Biaya Perjalanan Dinas dalam Kota Rp 120.500,-

d. Biaya Pemeliharaan alat-alat angkutan Rp 174.500,-

13. Membayar biaya bahan habis pakai untuk pelayanan publik sebesar Rp 100.000,- dari

nilai kontrak sebesar Rp 125.000,-

14. Biaya perjalanan dinas luar kota untuk pelayanan publik sebesar Rp 155.000,-

15. Belanja Operasional dan Pemeliharaan (BOP) untuk pelayanan publik adalah sebagai

berikut:

a. Gaji dan Tunjangan Rp 199.000,-

b. Biaya makan dan minum Rp 150.000,-

c. Biaya Perjalanan dinas Rp 125.000,-

d. Biaya Pemeliharaan Instalasi Rp 74.000,-

16. Biaya bantuan korban banjir dan kebakaran Rp 200.000,-

17. Diterima dari Pemerintah Pusat Rp 250.000,- dari IHH yang tidak dianggarkan.

18. Bayar Utang jangka panjang yang telah jatuh tempo sebesar Rp 200.000,-

19. Pinjaman diperoleh dari BPD sebesar Rp 150.000,-

20. Menerima Dana dari Penjualan Obligasi PemKab X Rp 124.500,-

21. Dibayarkan biaya sosialisasi akuntansi keuangan daerah untuk pelaksanaan

Kepmendagri No. 29/2002 (tidak dianggarkan) sebesar Rp 50.000,-

Diminta:

Diasumsikan bahwa Anda bekerja di bagian Sub. Bag Pembukuan. Bagaimanakah pencatatan

transaksi-transaksi di atas dengan menggunakan sistem double entry dengan sistem

pencatatan kas modifikasian dengan mengerjakan tahapan pekerjaan sebagai berikut:

a. Analisislah transaksi di atas dan bukukanlah ke dalam buku Jurnal Penerimaan Kas,

Jurnal Pengeluaran Kas, dan Jurnal Umum.

b. Postinglah ke Buku Besar sesuai dengan akunnya masing-masing. c. Buatlah Neraca Saldo.

d. Buatlah Laporan Keuangan Daerah yang terdiri dari:

1. Laporan Perhitungan APBD

2. Laporan Aliran Kas.

3. Neraca Daerah.

Page 64: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 64

Data Tambahan Untuk Jurnal Penyesuaian

1. Persediaan Obat-obatan yang terpakai sebesar Rp 50.500,- (BOP PP).

2. Persediaan Bahan Habis Pakai yang tersisa Rp 25.000 (BAU AD).

Informasi Untuk Penutupan Buku Akhir Tahun Anggaran

1. Penutupan saldo seluruh rekening Pendapatan dan saldo seluruh rekening Belanja

(Kecuali Belanja Modal) ke rekening Surplus/Defisit

2. Penutupan rekening Surplus/Defisit ke rekening Ekuitas Dana Umum

3. Penutupan elemen Pembiayaan yang digunakan untuk mengalokasikan surplus atau

menutup defisit dalam Perhitungan APBD ke rekening Ekuitas Dana Umum (Kecuali

elemen Pembiayaan berupa Tranfer dari Dana Cadangan dan Transfer ke Dana

Cadangan ditutup ke rekening Ekuitas Dana Dicadangkan).

Berdasarkan Soal tersebut, maka pencatatan transaksi adalah sbb:

JURNAL PENERIMAAN KAS

( Dalam Jutaan Rupiah )

Tanggal Kode.Rek Uraian Ref Jumlah Akumulasi

( Rp) ( Rp)

Transaksi 1 1.XX.XXXX.1.1.01 Pendapatan Pajak Hotel V 1.475.000,00 1.475.000,00

2 1.XX.XXXX.1.2.08 Pendapatan Retribusi Pelayanan Pasar V 825.500,00 2.300.500,00

3 1.XX.XXXX.2.2.01 Pendapatan Dana Alokasi Umum V 850.000,00 3.150.500,00

4 1.XX.XXXX.2.1.01 Pendapatan Bagi Hasil Pajak V 440.000,00 3.590.500,00

5 1.XX.XXXX.1.3.01 Bagian Laba Perusda V 300.000,00 3.890.500,00

7 1.XX.XXXX. 2.4.01 Bagi Hasil Pajak Propinsi V 700.000,00 4.590.500,00

17 1.XX.XXXX. 2.1.02

Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya

Alam V 250.000,00 4.840.500,00

19 3.XX.XXXX.1.3 Pembiayaan - Penerimaan Pinjaman V 150.000,00 4.990.500,00

20 3.XX.XXXX.1.3 Pembiayaan - Penerimaan Pinjaman V

124.500,00

5.115.000,00

Page 65: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 65

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

JURNAL PENGELUARAN KAS ( Dalam jutaan )

Tanggal Kode.Rek Uraian Ref Jumlah Akumulasi

( Rp) ( Rp)

Transaksi

6 2.XX.XXXX.1.3.01 1 Biaya Perjalanan Dinas V 280.500,00 280.500,00

8 2.XX.XXXX.1.1.03. 1 Gaji dan Tunjangan Pegawai V 445.500,00 726.000,00

2.XX.XXXX.1.1.03. 2 Gaji dan Tunjangan Pegawai V 260.000,00 986.000,00

9 2.XX.XXXX.1.2.01. 1 Biaya Bahan Habis Pakai Kantor V 200.000,00 1.186.000,00

10 2.XX.XXXX.1.4.01 1 Biaya Pemeliharaan Bangunan Gedung V 125.000,00 1.311.000,00

11 2.XX.XXXX.3.9.01 1 Belanja Modal Kendaraan Roda 4 V 467.000,00 1.778.000,00

2.XX.XXXX.3.9.01 2 Belanja Modal Kendaraan Roda 4 V 472.500,00 2.250.500,00

12 2.XX.XXXX.2.1.01 1 Honorarium/Upah V 200.000,00 2.450.500,00

2.XX.XXXX.2.2.03 1 Biaya Cetak dan Penggandaan V 149.000,00 2.599.500,00

2.XX.XXXX.2.3.01 1 Biaya Perjalanan Dinas V 120.500,00 2.720.000,00

2.XX.XXXX.2.4.02 1 Biaya Pemeliharaan Alat-Alat Angkutan V 174.500,00 2.894.500,00

13 2.XX.XXXX.1.2.01 2 Biaya Bahan Habis Pakai Kantor V 100.000,00 2.994.500,00

14 2.XX.XXXX.1.3.01 2 Biaya Perjalanan Dinas V 155.000,00 3.149.500,00

15 2.XX.XXXX.1.1.03 2 Gaji dan Tunjangan Pegawai Daerah V 199.000,00 3.348.500,00

2.XX.XXXX.1.2.05 2 Biaya Makanan dan Minuman Kantor V 150.000,00 3.498.500,00

2.XX.XXXX.1.3.01 2 Biaya Perjalanan Dinas V 125.000,00 3.623.500,00

2.XX.XXXX.1.4.03 2 Biaya Pemeliharaan Instalasi V 74.000,00 3.697.500,00

16 2.XX.XXXX.5.1 2 Belanja Tidak Tersangka V 200.000,00 3.897.500,00

18 3.XX.XXXX.2.4 Pembiayaan - Pembayaran Utang Pokok V 200.000,00 4.097.500,00

21 2.XX.XXXX.5.1 2 Belanja Tidak Tersangka V 50.000,00 4.147.500,00

Page 66: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 66

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

JURNAL UMUM

Tanggal Kode Rekening

Uraian Ref Debet Kredit

(Ayat/Pasal) (Rp) (Rp)

1 2 3 4 5 6

Penyesuaian APBD

1 4.XX.XXXX.1.04 Piutang Pajak V 125.000,00

1.XX.XXXX.1.1.01 Pendapatan Pajak Hotel V 125.000,00

2 4.XX.XXXX.1.10 Belanja Dibayar Dimuka V 10.000,00

2.XX.XXXX.1.3.01 1 Biaya Perjalanan Dinas V 10.000,00

3 2.XX.XXXX.1.2.01. 1 Biaya Bahan Habis Pakai Kantor V 95.000,00

5.XX.XXXX.1.2 Utang Kepada Pihak Ketiga 95.000,00

4 2.XX.XXXX.3.6.01 1 Belanja Modal Kendaraan Roda 4 V 33.000,00

2.XX.XXXX.3.6.01 2 Belanja Modal Kendaraan Roda 4 V 22.000,00

5.XX.XXXX.1.2 Utang Kepada Pihak Ketiga V 55.000,00

5 2.XX.XXXX.1.2.01 2 Biaya Bahan Habis Pakai Kantor V 25.000,00

5.XX.XXXX.1.2 Utang Kepada Pihak Ketiga V 25.000,00

6 2.XX.XXXX.2.2.01 2 Biaya Bahan/Material V 50.500,00

Persediaan Obat-Obatan V 50.500,00

7 2.XX.XXXX.1.2.01 1 Biaya Bahan Habis Pakai Kantor V 75.000,00

Persediaan Bahan Habis Pakai V 75.000,00

3.XX.XXXX.2.4 Pembiayaan Sisa Lebih Perhit Th Berjalan V 802.500,00

6.XX.XXXX.1 Ekuitas Dana Umum V 802.500,00

Penyesuaian Neraca

4.XX.XXXX.3.9 Kendaraan V 994.500,00

2.XX.XXXX.3.9.01 Belanja Modal Kendaraan Roda 4 V 994.500,00

5.XX.XXXX.1.1 Hutang 200.000,00

3.XX.XXXX.2.3 Pembiyaan-Pembayaran Hutang Pokok 200.000,00

3.XX.XXXX.1.3 Pembiyaan-Penerimaan Pinjaman 274.500,00

5.XX.XXXX.2.1 Hutang Jk Panjang-Dalam Negeri 274.500,00

Jurnal Penutup

1.XX.XXXX.1.1.01 Pendapatan Pajak Hotel 1.600.000,00

Page 67: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 67

1.XX.XXXX.1.2.08 Pendapatan Retribusi Pelayanan Pasar 825.500,00

1.XX.XXXX.2.2.01 Pendapatan Dana Alokasi Umum 850.000,00

1.XX.XXXX.2.1.01 Pendapatan Bagi Hasil Pajak 440.000,00

1.XX.XXXX.1.3.01 Bagian Laba Perusda 300.000,00

1.XX.XXXX. 2.4.01 Bagi Hasil Pajak Propinsi 700.000,00

1.XX.XXXX. 2.1.02 Bagi Hasil Bukan Pajak/SDA 250.000,00

2.XX.XXXX.1.1.03. 1 Gaji dan Tunjangan Pegawai 445.500,00

2.XX.XXXX.1.3.01 1 Biaya Perjalanan Dinas 390.500,00

2.XX.XXXX.1.2.01. 1 Biaya Bahan Habis Pakai Kantor 370.000,00

2.XX.XXXX.1.4.01 1 Biaya Pem. Bangunan Gedung 125.000,00

2.XX.XXXX.2.1.01 1 Honorarium/Upah 200.000,00

2.XX.XXXX.2.2.03 1 Biaya Cetak dan Penggandaan 149.000,00

2.XX.XXXX.2.4.02 1 Biaya Pem. Alat-Alat Angkutan 174.500,00

2.XX.XXXX.1.1.03. 2 Gaji dan Tunjangan Pegawai 459.000,00

2.XX.XXXX.1.2.01 2 Biaya Bahan Habis Pakai Kantor 125.000,00

2.XX.XXXX.1.3.01 2 Biaya Perjalanan Dinas 280.000,00

2.XX.XXXX.1.2.05 2 Biaya Makanan dan Minuman Kantor 150.000,00

2.XX.XXXX.1.4.03 2 Biaya Pemeliharaan Instalasi 74.000,00

2.XX.XXXX.5.1 2 Belanja Tidak Tersangka 250.000,00

Ikhtisar Surplus/Defisit 1.773.000,00

Ikhtisar Surplus/Defisit 1.773.000,00

6.XX.XXXX.1 Ekuitas Dana Umum 1.773.000,00

6.XX.XXXX.1 Ekuitas Dana Umum 802.500,00

3.XX.XXXX.2.4 Pembiayaan sisa Lebih Tahun Berjalan 802.500,00

Jurnal di atas, maka buku besar masing-masing adalah sbb:

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama : KAS Hal…………

Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.1.1

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

Transaksi SALDO AWAL 1.250.000,00

1 Pendapatan Pajak Hotel 1.475.000,00 2.725.000,00

2

Pendapatan Retribusi Pelayanan

Psr 825.500,00 3.550.500,00

3 Pendapatan DAU 850.000,00 4.400.500,00

4 Pendapatan Bagi Hasil Pajak 440.000,00 4.840.500,00

5 Bagian Laba Perusda 300.000,00 5.140.500,00

6 Biaya Perjalanan Dinas 280.500,00 4.860.000,00

7 Bagi Hasil Pajak Propinsi 700.000,00 5.560.000,00

Page 68: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 68

8 Gaji dan Tunjangan Pegawai - 1 445.500,00 5.114.500,00

8 Gaji dan Tunjangan Pegawai - 2 260.000,00 4.854.500,00

9 Biaya Bahan Habis Pakai Kantor 200.000,00 4.654.500,00

10

Biaya Pemeliharaan Bangunan

Ged. 125.000,00 4.529.500,00

11

Belanja Modal Angkt. Darat

Bermotor1 467.000,00 4.062.500,00

11

Belanja Modal Angkt. Darat

Bermotor1 472.500,00 3.590.000,00

12 Honorarium/Upah 200.000,00 3.390.000,00

12 Biaya Cetak dan Penggadaan 149.000,00 3.241.000,00

12 Biaya Perjalanan Dinas 120.500,00 3.120.500,00

12 Biaya Pemeliharaan Alat Angkt. 174.500,00 2.946.000,00

13 Biaya Bahan Habis Pakai Kantor 100.000,00 2.846.000,00

14 Biaya Perjalanan Dinas 155.000,00 2.691.000,00

15

Gaji dan Tunjangan Pegawai

Daerah 199.000,00 2.492.000,00

15

Biaya Makanan dan Minuman

Kantor 150.000,00 2.342.000,00

15 Biaya Perjalanan Dinas 125.000,00 2.217.000,00

15 Biaya Pemeliharaan Instalasi 74.000,00 2.143.000,00

16 Belanja Tidak Tersangka 200.000,00 1.943.000,00

17 Bagi Hasil Bukan Pajak/SDA 250.000,00 2.193.000,00

18

Pembiyaan - Pemby. Utang

Pokok 200.000,00 1.993.000,00

19

Pembiyaan - Penerimaan

Pinjaman 150.000,00 2.143.000,00

20

Pembiyaan - Penerimaan

Pinjaman 124.500,00 2.267.500,00

21 Belanja Tidak Tersangka 50.000,00 2.217.500,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama : PIUTANG PAJAK Hal…………

Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.1.4

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

SALDO AWAL 125.000,00

1 penyesuaian 125.000,00 250.000,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

Page 69: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 69

BUKU BESAR

Nama : PIUTANG RETRIBUSI Hal…………

Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.1.5

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

SALDO AWAL 75.000,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama : PIUTANG LAIN-LAIN Hal…………

Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.1.8

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

SALDO AWAL 35.000,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama : PERSEDIAAN BAHAN HABIS PAKAI KANTOR Hal…………

Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.1.9

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

Saldo Awal 100.000,00

7 Penyesuaian 75.000,00 25.000,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama : PERSEDIAAN OBAT- Hal…………

Page 70: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 70

OBATAN

Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.1.9.1

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

Saldo Awal 110.500,00

7 Penyesuaian 50.500,00 60.000,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama :

BELANJA DIBAYAR

DIMUKA Hal…………

Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.1.10

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

Penyesuaian Neraca 10.000,00 10.000,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama :

INVESTASI JANGKA

PANJANG Hal…………

Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.2

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

SALDO AWAL 500.000,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Page 71: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 71

Nama : TANAH Hal…………

Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.3.1

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

SALDO AWAL 4.250.000,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama :

JALAN DAN

JEMBATAN Hal…………

Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.3.2

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

SALDO AWAL 1.975.000,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama : BANGUNAN AIR Hal…………

Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.3.3

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

SALDO AWAL 800.500,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama : GEDUNG Hal…………

Page 72: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 72

Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.3.5

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

SALDO AWAL 3.750.000,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama : MESIN & PERALATAN Hal…………

Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.3.8

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

SALDO AWAL 550.000,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama : KENDARAAN Hal…………

Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.3.9

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

SALDO AWAL 2.600.000,00

11 Penyesuaian Neraca 994.500,00 3.594.500,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama : MEUBELAIR DAN PERLENGKAPAN Hal…………

Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.3.12

Page 73: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 73

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

SALDO AWAL 975.000,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama : BUKU PERPUSTAKAAN Hal…………

Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.3.16

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

SALDO AWAL 490.500,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama : BAGIAN LANCAR UTANG JK. PANJANG Hal…………

Kode. Rek. : 5.XX.XXXX.1.1

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

SALDO AWAL 200.000,00

Penyesuaian Neraca 200.000,00 0,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama : UTANG PERHITUNGAN PIHAK KE-3 Hal…………

Kode. Rek. : 5.XX.XXXX.1.2

Page 74: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 74

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

SALDO AWAL 750.000,00

Penyesuaian APBD 95.000,00 845.000,00

Penyesuaian APBD 55.000,00 900.000,00

Penyesuaian APBD 25.000,00 925.000,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama :

UTANG DALAM

NEGERI Hal…………

Kode. Rek. : 5.XX.XXXX.2.1

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

SALDO AWAL 0,00

Penyesuaian Neraca 274.500,00 274.500,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama : UTANG LUAR NEGERI Hal…………

Kode. Rek. : 5.XX.XXXX.2.2

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

SALDO AWAL 2.800.000,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama : EKUITAS DANA UMUM Hal…………

Kode. Rek. : 6.XX.XXXX.1

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Page 75: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 75

Rp Rp Rp

SALDO AWAL 13.836.500,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama : PAJAK HOTEL Hal…………

Kode. Rek. : 1.XX.XXXX.1.1.01

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

1 Kas 1.475.000,00 1.475.000,00

Penyesuaian 125.000,00 1.600.000,00

Penutupan 1.600.000,00 0,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama :

RETRIBUSI PELAYANAN

PASAR Hal…………

Kode. Rek. : 1.XX.XXXX.1.2.08

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

2 Kas 825.500,00 825.500,00

Penutupan 825.500,00 0,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama :

BAGIAN LABA

PERUSDA Hal…………

Kode. Rek. : 1.XX.XXXX.1.3.01

Page 76: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 76

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

5 Kas 300.000,00 300.000,00

Penutupan 300.000,00 0,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama : BAGI HASIL PAJAK Hal…………

Kode. Rek. : 1.XX.XXXX.2.1.01

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

4 Kas 440.000,00 440.000,00

Penutupan 440.000,00 0,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama : DANA ALOKASI UMUM Hal…………

Kode. Rek. : 1.XX.XXXX.2.2.01

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

3 Kas 850.000,00 850.000,00

Penutupan 850.000,00 0,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama : BAGI HASIL PAJAK PROPINSI Hal…………

Kode. Rek. : 1.XX.XXXX.2.4.01

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

7 Kas 700.000,00 700.000,00

Penutupan 700.000,00 0,00

Page 77: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 77

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama : BG.HASIL BUKAN PJK Hal…………

Kode. Rek. : 1.XX.XXXX.2.1.02

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

17 Kas 250.000,00 250.000,00

Penutupan 250.000,00 0,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama : GAJI DAN TUNJANGAN PEGAWAI Hal…………

Kode. Rek. : 2.XX.XXXX.1.1.03 1

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

8 Kas 445.500,00 445.500,00

Penutupan 445.500,00 0,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama : HONORARIUM Hal…………

Kode. Rek. : 2.XX.XXXX.2.1.01 1

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

12 Kas 200.000,00 200.000,00

Penutupan 200.000,00 0,00

Page 78: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 78

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama : BIAYA BAHAN HABIS PAKAI KANTOR Hal…………

Kode. Rek. : 2.XX.XXXX.1.2.01 1

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

9 Kas 200.000,00 200.000,00

Penyesuaian APBD 95.000,00 295.000,00

Penyesuaian APBD 75.000,00 370.000,00

Penutupan 370.000,00 0,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama : BIAYA CETAK DAN PENGGANDAAN Hal…………

Kode. Rek. : 2.XX.XXXX.2.2.03 1

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

12 Kas 149.000,00 149.000,00

Penutupan 149.000,00 0,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama : BIAYA PEMELIHARAAN GEDUNG Hal…………

Kode. Rek. : 2.XX.XXXX.1.4.01 1

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

10 Kas 125.000,00 125.000,00

Penutupan 125.000,00 0,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

Page 79: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 79

BUKU BESAR

Nama : BIAYA PERJALANAN DINAS Hal…………

Kode. Rek. : 2.XX.XXXX.1.3.01 1

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

6 Kas 280.000,00 280.000,00

12 Kas 120.500,00 400.500,00

Penyesuaian Neraca 10.000,00 390.500,00

Penutupan 390.500,00 0,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama : BIAYA PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG Hal…………

Kode. Rek. : 2.XX.XXXX.2.4.02 1

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

12 Kas 174.500,00 174.500,00

Pentupan 174.500,00 0,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama : BELANJA MODAL KEND. RODA 2 Hal…………

Kode. Rek. : 2.XX.XXXX.3.06 1

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

Penyesuaian APBD 33.000,00 33.000,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Page 80: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 80

Nama : BELANJA MODAL ANGK. DARAT BERMOTOR Hal…………

Kode. Rek. : 2.XX.XXXX.3.09 1

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

Penyesuaian APBD 467.000,00 467.000,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama : GAJI DAN TUNJANGAN PEGAWAI Hal…………

Kode. Rek. : 2.XX.XXXX.1.1.03 2

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

8 Kas 260.000,00 260.000,00

15 Kas 199.000,00 459.000,00

Penutupan 459.000,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama :

BIAYA BAHAN HABIS

PAKAI Hal…………

Kode. Rek. : 2.XX.XXXX.1.2.01 2

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

13 Kas 100.000,00 100.000,00

Penyesuaian APBD 25.000,00 125.000,00

Penutupan 125.000,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Page 81: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 81

Nama : BIAYA PERJALANAN DINAS Hal…………

Kode. Rek. : 2.XX.XXXX.1.3.01 2

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

14 Kas 155.000,00 155.000,00

15 Kas 125.000,00 280.000,00

Penutupan 280.000,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama : Biaya Makanan dan Minuman

Kantor Hal…………

Kode. Rek. : 2.XX.XXXX.1.2.05 2

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

15 Kas 150.000,00 150.000,00

Penutupan 150.000,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama : Biaya Pemeliharaan Instalasi Hal…………

Kode. Rek. : 2.XX.XXXX.1.4.03 2

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

15 Kas 74.000,00 74.000,00

Penutupan 74.000,00 0,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama : BELANJA MODAL KENDARAAN RODA 2 Hal…………

Page 82: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 82

Kode. Rek. : 2.XX.XXXX.3.6.01 2

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

11 Kas 27.500,00 27.500,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama : BELANJA MODAL ANGKT. DARAT BERMOTOR Hal…………

Kode. Rek. : 2.XX.XXXX.3.9.01 2

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

11 Kas 472.500,00 472.500,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama : BELANJA TAK TERSANGKA Hal…………

Kode. Rek. : 2.XX.XXXX.5.1 2

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

16 Kas 200.000,00 200.000,00

21 Kas 50.000,00 250.000,00

Penutup 250.000,00 0,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama :

PEMBIAYAAN - PENERIMAAN PINJAMAN DAN

OBLIGASI Hal…………

Kode. Rek. : 3.XX.XXXX.1.3

Page 83: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 83

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

19 Kas 150.000,00 150.000,00

20 Kas 124.500,00 274.500,00

Penyesuaian 274.500,00 0,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR Hal…………

Nama :

PEMBIAYAAN - PEMBAYARAN UTANG POKOK YG JATUH

TEMPO

Kode. Rek. : 3.XX.XXXX.2.3

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

18 Kas 200.000,00 200.000,00

Penyesuaian Neraca 200.000,00 0,00

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR Hal…………

Nama : PEMBIAYAAN- SISA LEBIH ANGGARAN TAHUN BERJALAN

Kode. Rek. : 3.XX.XXXX.2.4

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Rp Rp Rp

LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Nama : IKHTISAR SURPLUS/DEFISIT NETTO Hal…………

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo

Page 84: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 84

Rp Rp Rp

Page 85: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 85

ANGGARAN REALISASI BERTAMBAH

(BERKURANG)

(Rp.000) (Rp.000) (Rp.000)

2 3 4

I. PENDAPATAN

Pendapatan Asli Daerah

Pajak Daerah 1.500.000,00 1.600.000,00 100.000,00

Retribusi Daerah 800.500,00 825.500,00 25.000,00

Bagian Laba Usaha Daerah 350.000,00 300.000,00 -50.000,00

Dana Perimbangan 0,00

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 400.000,00 690.000,00 290.000,00

Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam 0,00

Dana Alokasi Umum 900.000,00 850.000,00 -50.000,00

Dana Perimbangan dari Propinsi 750.000,00 700.000,00 -50.000,00

Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah

Bantuan Dana Kontinjensi/Penyeimbang dari Pemerintah

4.700.500,00 4.965.500,00 265.000,00

II. BELANJA

Aparatur Daerah

Belanja Administrasi Umum

Belanja Pegawai/Personalia 450.000,00 445.500,00 -4.500,00

Belanja Barang dan Jasa 350.000,00 370.000,00 20.000,00

Belanja Perjalanan Dinas 325.000,00 270.500,00 -54.500,00

Belanja Pemeliharaan 125.000,00 125.000,00 0,00

Belanja Operasi dan Pemeliharaan

Belanja Pegawai/Personalia 200.000,00 200.000,00 0,00

Belanja Barang dan Jasa 150.000,00 149.000,00 -1.000,00

Belanja Perjalanan Dinas 125.000,00 120.500,00 -4.500,00

Belanja Pemeliharaan 175.000,00 174.500,00 -500,00

Belanja Modal/Pembangunan 500.000,00 500.000,00 0,00

Belanja Modal Gedung

Belanja Modal Kendaraan

Pelayanan Publik

Belanja Administrasi Umum

Belanja Pegawai/Personalia 275.000,00 260.000,00 -15.000,00

Belanja Barang dan Jasa 125.000,00 125.000,00 0,00

Belanja Perjalanan Dinas 150.000,00 155.000,00 5.000,00

Belanja Pemeliharaan

Belanja Operasi dan Pemeliharaan

Belanja Pegawai/Personalia 200.000,00 199.000,00 -1.000,00

Belanja Barang dan Jasa 200.000,00 200.500,00 500,00

Belanja Perjalanan Dinas 125.000,00 125.000,00 0,00

Belanja Pemeliharaan 75.000,00 74.000,00 -1.000,00

Belanja Modal/Pembangunan 500.000,00 494.000,00 -6.000,00

Belanja Modal Gedung

Belanja Modal Kendaraan

Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan 0,00

Belanja Bantuan Keuangan Kepada Organisasi Profesi

Belanja Tidak Tersangka

Belanja Tidak Tersangka 250.000,00 250.000,00 0,00

JUMLAH BELANJA 4.300.000,00 4.237.500,00 -62.500,00

SURPLUS/DEFISIT ANGGARAN ( I - II ) 400.500,00 728.000,00 327.500,00

III. PEMBIAYAAN

Penerimaan Daerah

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Yang Lalu 0,00

Penerimaan Pinjaman dan Obligasi 0,00 274.500,00 274.500,00

Penerimaan Piutang

Penerimaan Donasi, Hibah, Sumbangan

Transfer dari Dana Cadangan 0,00

Hasil Penjualan Aset Daerah Yang Dipisahkan 0,00

Pengeluaran Daerah

Pembayaran Utang Pokok Yang Jatuh Tempo 200.000,00 200.000,00

Transfer ke Dana Cadangan 100.000,00 0,00 -100.000,00

Penyertaan Modal 0,00

Sisa Lebih Anggaran Tahun Sekarang 100.500,00 802.500,00 702.000,00

1

Pemerintah Kabupaten/Kota X

LAPORAN PERHITUNGAN APBD

Tahun Anggaran 20X2

U R A I A N

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

Page 86: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 86

LAPORAN ALIRAN KAS

31 Desember 20x4

Arus Kas dari Aktivitas Operasi

Kenaikan Aktiva Lancar Non Kas dan Bank (135.000,00)

Penurunan Aktiva Lancar Non Kas dan Bank 125.500,00

Kenaikan Hutang Lancar 175.000,00

Penurunan Hutang Lancar (200.000,00)

Jumlah Arus Kas Dari Aktivitas Operasi (34.500,00)

Arus Kas Dari Aktivitas Penyertaan

Kenaikan Penyertaan Modal Jangka Panjang

Penurunan Penyertaan Modal Jangka Panjang

Kenaikan Aktiva Tetap (994.500,00)

Penurunan Aktiva Tetap

Jumlah Arus Kas dari Aktivitas Penyertaan (994.500,00)

Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan

Kenaikan Hutang Jangka Panjang 274.500,00

Penurunan Hutang Jangka Panjang

Kenaikan Dana Cadangan

Penurunan Dana Cadangan

Kenaikan Ekuitas 1.722.000,00

Penurunan Ekuitas

Jumlah Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan 1.996.500,00

Total Arus Kas 967.500,00

Sisa Kas Awal Tahun Anggaran 1.250.000,00

Sisa Kas Akhir Tahun Anggaran 2.217.500,00

PEMERINTAH PROPINSI/KABUPATEN/KOTA X

NERACA

Page 87: Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik 87

31 Desember Tahun 20x4

AKTIVA PASIVA

AKTIVA LANCAR HUTANG JANGKA

PENDEK

Kas 2.217.500

Bagian Lancar Utang Jangka

Panjang

-

Piutang Pajak 250.000 Utang Perhitungan Pihak Ketiga

925.000

Piutang Retribusi 75.000

Piutang Lain-Lain 35.000 UTANG JANGKA PANJANG

Persediaan Bahan Habis Pakai/Material 25.000 Utang Dalam Negeri

274.500

Persediaan Obat-Obatan 60.000 Utang Luar Negeri

2.800.000

Belanja Dibayar Dimuka 10.000 EKUITAS DANA

INVESTASI JANGKA PANJANG Ekuitas Dana Umum

15.558.500

Investasi Jangka Panjang 500.000

AKTIVA TETAP

Tanah 4.250.000

Jalan dan Jembatan 1.975.000

Bangunan Air 800.500

Gedung 3.750.000

Mesin dan Peralatan 550.000

Kendaraan 3.594.500

Meubelair dan Perlengkapan 975.000

Buku Perpustakaan 490.500

JUMLAH AKTIVA 19.557.500 JUMLAH PASIVA

19.557.500

Sumber : dosen.stieken.ac.id/retno/files/2012/10/akuntansi-sektor-publik.doc