Akuntansi Rumah Sakit.docx

63
Akuntansi Rumah Sakit Akuntansi Rumah Sakit di Indonesia Tidak ada PSAK khusus yang mengatur standar akuntansi untuk rumah sakit. PSAK yang paling “cocok” untuk sementara waktu digunakan adalah PSAK 45 tentang organisasi nirlaba. Berdasarkan PSAK 45, akuntansi RS tidak berdasarkan sistem dana, hanya dana tunggal. Namun aktiva bersih RS dikategori berdasarkan tiga jenis: 1. Dana tidak terikat 2. Dana terikat sementara 3. Dana terikat permanen Terikat tidaknya aktiva tergantung pada ketentuan pihak lain (donor) yang memberikan sumber keuangan. Laporan keuangan berdasarkan PSAK 45 terdiri atas: Neraca Laporan Aktivitas Laporan Arus Kas Catatan Atas Laporan Keuangan Ditjen Pelayanan Medit Depkes membuat ketentuan akuntansi, khususnya bagi RS yang sudah menjadi BLU (Badan Layanan Umum). Pedoman akuntansi RS ini berisi 10 bab: 1. Pendahuluan 2. Laporan Keuangan 3. Akuntansi Aktiva 4. Akuntansi Kewajiban 5. Akuntansi Aktiva Bersih (Ekuitas) 6. Akuntansi Perubahan Aktiva Bersih 7. Laporan Arus Kas 8. Catatan Atas Laporan Keuangan 9. Ilustrasi Laporan Keuangan 10. Rasio Keuangan Pedoman akuntansi RS BLU ini tidak spesifik berdasarkan satu PSAK,misalnya hanya PSAK 45, melainkan berbagai PSAK yang terkait.

Transcript of Akuntansi Rumah Sakit.docx

Akuntansi Rumah Sakit

Akuntansi Rumah Sakit di IndonesiaTidak ada PSAK khusus yang mengatur standar akuntansi untuk rumah sakit. PSAK yang paling cocok untuk sementara waktu digunakan adalah PSAK 45 tentang organisasi nirlaba. Berdasarkan PSAK 45, akuntansi RS tidak berdasarkan sistem dana, hanya dana tunggal. Namun aktiva bersih RS dikategori berdasarkan tiga jenis:1. Dana tidak terikat 2. Dana terikat sementara 3. Dana terikat permanen Terikat tidaknya aktiva tergantung pada ketentuan pihak lain (donor) yang memberikan sumber keuangan.Laporan keuangan berdasarkan PSAK 45 terdiri atas: Neraca Laporan Aktivitas Laporan Arus Kas Catatan Atas Laporan Keuangan Ditjen Pelayanan Medit Depkes membuat ketentuan akuntansi, khususnya bagi RS yang sudah menjadi BLU (Badan Layanan Umum). Pedoman akuntansi RS ini berisi 10 bab:1. Pendahuluan 2. Laporan Keuangan 3. Akuntansi Aktiva 4. Akuntansi Kewajiban 5. Akuntansi Aktiva Bersih (Ekuitas)6. Akuntansi Perubahan Aktiva Bersih 7. Laporan Arus Kas 8. Catatan Atas Laporan Keuangan 9. Ilustrasi Laporan Keuangan 10. Rasio Keuangan

Pedoman akuntansi RS BLU ini tidak spesifik berdasarkan satu PSAK,misalnya hanya PSAK 45, melainkan berbagai PSAK yang terkait. PSAK yang terkait aktiva, utang, ekuitas, pendapata, dan biaya yang diterbitkan oleh IAI yang relevan juga menjadi dasar akuntansi. Laporan keuangan terdiri atas:1. Neraca 2. Laporan Aktivitas (Laporan Pendapatan dan Biaya)3. Laporan Arus Kas 4. Catatan Atas Laporan Keuangan NERACA: Aktiva dan utang diklasifikasi menjadi: Aktiva lancar aktiva tetap Utang lancar utang jangka panjang Aktiva bersih (ekuitas) diklasifikasi berdasarkan: Aktiva bersih tidak terikat Aktiva bersih terikat temporer Aktiva bersih terikat permanen

LAPORAN AKTIVITAS:Pendapatan:1. Pendapatan operasioal rawat jalan: karcis umum dan karcis spesialis.2. Pendapatan operasional rawat inap: akomodasi dan visite.3. Pendapatan tindakan medis: tindakan medik, dan tindakan keperawatan 4. Pendapatan operasional unit penunjang: rasiologi, laboratorium, fisioterapi, farmasi, dan rehab medik.

LAPORAN AKTIVITASBiaya:1. Biaya pelayanan: bahan, jasa pelayanan, pegawai, penyusutan, pemeliharaan, asuransi, langganan dan daya, pelatihan, dan penelitian.2. Biaya umum dan administrasi: pegawai, administrasi kantor, penyusutan, pemelihataan, langganan dan daya, pelatihan, dan penelitian.LAPORAN ARUS KAS:1. Aktivitas operasi 2. Aktivitas investasi 3. Aktivitas pendanaan CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN1. Gambaran umum RS2. Iktisar kebijakan akuntansi 3. Penjelasan pos-pos laporan keuangan AKTIVA BERSIH1. Aktiva Bersih Tidak Terikat; 2. Aktiva Bersih Terikat Temporer; dan 3. Aktiva Bersih Terikat Permanen

Pembatasan permanen adalah pembatasan penggunaan sumber daya yang ditetapkan oleh penyumbang agar sumber daya tersebut dipertahankan secara permanen, tetapi rumah sakit diizinkan untuk menggunakan sebagian atau sernua penghasilan atau, manfaat ekonomi lainnya yang berasal dari sumber daya tersebut.Pembatasan temporer adalah pembatasan penggunaan sumber daya oleh penyumbang. yang menetapkan agar sumber daya tersebut dipertahankan sampai periode tertentu atau sampai dengan terpenuhinya keadaan tertentu. Sumbangan terikat adalah sumber daya yang penggunaannya dibatasi untuk tujuan tertentu oleh penyumbang. Pembatasan tersebut dapat bersifat permanen atau temporer. Sumbangan tidak terikat adalah sumber daya yang penggunaannya tidak dibatasi untuk tujuan tertentu oleh penyumbang.

Aktiva bersih rumah sakit berdasarkan sumbernya dapat berasal dari: dana APBN/APBD hasil usaha operasional rumah sakit; dan sumbangan dari donatur. AKTIVA BERSIH TIDAK TERIKAT Aktiva Bersih Tidak Terikat diakui pada saat: 1. dicairkannya dana sumbangan/bantuan yang tidak mengikat; 2. diterimanya aktiva sumbangan/bantuan yang tidak mengikat; dan 3. pengalihan Aktiva Bersih Terikat Temporer menjadi Aktiva Bersih Tidak Terikat. Aktiva Bersih Tidak Terikat dinilai sebesar: 1. jumlah dana sumbangan/bantuan yang diterima, sifatnya tidak mengikat; 2. nilai wajar aktiva sumbangan/bantuan yang tidak mengikat; dan 3. dana/nilai wajar Asset yang dialihkan dari Aktiva Bersih Terikat Temporer menjadi Aktiva Bersih Tidak Terikat. AKTIVA BERSIH TERIKAT TEMPORER Aktiva Bersih Terikat Temporer adalah aktiva bersih berupa sumber daya yang penggunaannya dan atau waktunya dibatasi untuk tujuan tertentu dan atau jangka waktu tertentu oleh pemerintah/donatur. Pembatasan Temporer dapat ditunjukkan melalui pembatasan waktu, pembatasan penggunaan, atau pembatasan keduanya atas dana/aktiva yang diterima oleh rumah sakit dari pernerintah/donatur. Pembatasan Aktiva Bersih Terikat Temporer dapat dilakukan terhadap: 1). sumbangan untuk aktivitas operasi tertentu; 2). investasi untuk jangka waktu tertentu; 3). dana yang penggunaannya ditentukan selama periode tertentu di masa depan; atau 4). dana untuk memperoleh aktiva tetap.

AKTIVA BERSIH TERIKAT PERMANEN Aktiva Bersih Terikat Permanen adalah aktiva bersih berupa sumber daya yang penggunaannya dibatasi secara permanen untuk tujuan tertentu oleh pemerintah/ donatur. Aktiva Bersih Terikat Permanen meliputi: Tanah atau gedung bangunan yang disumbangkan untuk tujuan tertentu, untuk dirawat dan tidak untuk dijual; Aktiva yang disumbangkan untuk investasi yang mendatangkan pendapatan secara permanen; dan Bantuan pemerintah yang mengikat secara permanen (jika ada) Hasil pengembangan dari Aktiva Bersih Terikat Permanen dapat dipergunakan untuk menambah Aktiva Bersih Tidak Terikat, Aktiva Bersih Terikat Temporer dan atau Aktiva Bersih Terikat Permanen (misalnya: hasil sewa, bunga dan bagi hasil). Apabila Aktiva Bersih Terikat Permanen berupa Aktiva Tetap (gedung) dihapuskan karena sudah tidak menghasilkan manfaat ekonomis maka nilai Aktiva Bersih Terikat Permanen berubah.

1. Aktiva Bersih Terikat Permanen diakui pada saat: dicairkannya dana sumbangan/bantuan yang mengikat secara Permanen. diterimanya aktiva sumbangan/bantuan yang mengikat secara Permanen.

2. Aktiva Bersih Terikat Permanen dinilai sebesar: jumlah dana sumbangan/bantuan yang mengikat diterima; dan nilai wajar aktiva sumbangan/bantuan yang mengikat;

Akuntansi Rumah Sakit

I. PENDAHULUANRumah Sakit Pemerintah merupakan unit kerja dari Instansi Pemerintah yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum. Permasalahan yang selalu timbul adalah sulitnya meramalkan kebutuhan pelayanan yang diperlukan masyarakat maupun kebutuhan sumber daya untuk mendukungnya. Di lain pihak Rumah Sakit harus siap setiap saat dengan sarana, prasarana tenaga maupun dana yang dibutuhkan untuk mendukung pelayanan tersebut. Di samping itu Rumah Sakit sebagai unit sosial dihadapkan pada semakin langkanya sumber dana untuk membiayai kebutuhannya, padahal di lain pihak Rumah Sakit diharapkan dapat bekerja dengan tarif yang dapat terjangkau oleh masyarakat luas.Dengan perubahan sistem keuangan Rumah Sakit serta sistem keuangan Pemerintah secara keseluruhan diharapkan dana yang dikelola oleh Rumah Sakit akan menjadi lebih besar dan terus meningkat sejalan dengan peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) serta persiapan Badan Layanan Umum dari tahun ke tahun. Kondisi ini selain akan membawa pengaruh positif bagi peningkatan pelayanan, tetapi juga membuka peluang untuk timbulnya ekses negatif penyalahgunaan dalam pengelolaan keuangan negara. Untuk itu diperlukan berbagai upaya dalam mengatasinya.Akuntansi Rumah Sakit yang merupakan salah satu kegiatan dari manajemen keuangan adalah salah satu sasaran pertama yang harus diperbaiki agar dapat memberikan data dan informasi yang akan mendukung para manajer Rumah Sakit dalam pengambilan keputusan maupun pengamatan serta pengendalian kegiatan Rumah Sakit. Yang menjadi kendala pada Rumah Sakit Swadana dan belum terpecahkan sampai saat ini adalah Rumah Sakit melakukan dua sistem pencatatan dan pelaporan yaitu yang berdasarkan prinsip akuntansi yang lazim (Accrual Basis) dan Basis Kas (Cash Basis) untuk memenuhi ketentuan yang berlaku yang diharapkan dapat berjalan secara paralel, independen dan tercipta mekanisme saling kontrol di antaranya (kontrol internal), namun dirasakan menjadi beban petugas Rumah Sakit.

II. PENGERTIAN RUMAH SAKITMenurut WHO rumah sakit adalah sebagai organisasi sosial dan kesehatan yang berfungsi menyediakan pelayanan kesehatan yang lengkap dalam hal :a. Pencegahan dan penyembuhan penyakitb. Pelayanan rawat jalanc. Pusat penelitian biomedisBerdasarkan peraturan menteri kesehatan RI rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian.III. JENIS-JENIS RUMAH SAKITSecara umum, rumah sakit berdasarkan fungsinya memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dibagi dalam beberapa jenis :1. Rumah Sakit UmumAdalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kepada penderita berbagai jenis penyakit, pengobatan umum, pembedahan dan sebagainya. Biasanya memiliki institusi perawatan darurat yang siaga 24 jam untuk memberikan pertolongan pertama2. Rumah Sakit TerspesialisasiMerupakan rumah sakit yang memiliki spesialisasi terhadap suatu penyakit yang membutuhkan penanganan khusus. Rumah sakit yang dapat dikategorikan sebagai rumah sakit terspesialisasi antara lain trauma center, rumah sakit anak, gigi, manula, dll. Biasanya rumah sakit ini memiliki afiliasi dengan universitas atau pusat medis tertentu.3. Rumah sakit pendidikan/penelitianAdalah rumah sakit umum yang terkait dengan kegiatan penelitian dan pendidikan di fakultas kedokteran pada suatu lembaga/universitas . biasanya digunakan sebagai tempat pelatihan dokter-dokter muda, uji coba obat baru, atau teknik pengobatan baru4. Rumah sakit lembaga/perusahaanMerupakan rumah sakit yang didirikan oleh suatu lembaga/perusahaan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada anggota lembaga/perusahaan tersebut5. KlinikMerupakan fasilitas medis yang lebih kecil dari rumah sakit dan hanya melayani keluhan tertentu. Klinik biasanya hanya menerima pasien rawat jalan dan dijalankan oleh lembaga swadaya masyarakat atau dokter-dokter yang ingin membuka praktik pribadi. Kumpulan klinik disebut poliklinik.Berdasarkan kepemilikannya, rumah sakit di Indonesia dibedakan menjadi :1. Rumah Sakit Milik PemerintahRumah sakit milik pemerintah ini dibedakan menjadi rumah sakit milik pemerintah pusat yang dikenal Rumah Sakit Umum Pusat(RSUP) dan rumah sakit milik pemerintah provinsi dan kabupaten atau kota yaitu RSUD.Perbedaan keduanya ada pada kepemilikan dimana RSUP merupakan milik pemerintah pusat yang mengacu pada Departemen Kesehatan (DepKes), sedangkan RSUD merupakan milik pemerintah provinsi dan kabupaten atu kota dengan pembinaan urusan kerumahtanggaan dari Departemen Dalam Negeri. Namun, RSUD tetap berada di bawah koordinasi Departeman Kesehatan.Berikut dua jenis rumah sakit milik pemerintah :a. Rumah sakit milik pemerintah yang tidak dipisahkanAdalah rumah sakit yang dimiliki oleh kekayaan pemerintah. Contoh : RSUD Banyumas dan RSUD Tangerangb. Rumah sakit milik pemerintah yang dipisahkanAdalah rumah sakit yang dimiliki oleh kekayaan pemerintah yang dipisahkan, misalnya milik BUMN PT Aneka Tambang, PT Pelni dan beberapa perusahaan perkebunanKarena rumah sakit tersebut merupakan bagian dari BUMN, keadaannya sangat bergantung pada kondisi keuangan BUMN yang menjadi induknya.2. Rumah sakit berbentuk Badan Layanan Umum (BLU)BLU adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.Tujuan BLU adalah meningkatkan pelayangan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas dan penerapan praktik yang sehat (PP No. 23/2005 tentang pengelolaan keuangan BLU)Rumah sakit berbentuk BLU antara lain, RSCM, RS Jantung Harapan Kita, RS Hasan Sadikin Bandung, RS Makassar, RS Karyadi Semarang, RS Sanglah Denpasar, RS Padang, RS palembang, dan RS Dr. Sadjito Yogyakarta. Sedangkan RSUD yang sudah dialihkan menjadi BLUD antara lain RSUD Budi Asih, RSUD Tarakan , Koja, Duren Sawit, RSUD Haji, dan RSUD Pasar Rebo.3. Rumah sakit swastaAdalah rumah sakit yang dimiliki oleh perorangan atau badan hukum. Rumah sakit swasta ada yang dimiliki oleh yayasan keagamaan dan kemanusiaan ataupun dimiliki oleh perusahaan.

IV. Akuntansi Dana di Rumah SakitAplikasi akuntansi dana juga dapat kita lihat dalam praktik akuntansi di rumah sakit. Namun, harus disadari bahwa tidak semua rumah sakit adalah organisasi yang bersifat nirlaba. Beberapa rumah sakit dioperasikan sebagai layaknya perusahaan yang mencari laba, bahkan beberapa diantaranya melakukan penjualan sahamnya di pasar modal. Dalam kasus rumah sakit yang berorientasi laba, standar akuntansi yang diikuti adalah standar akuntansi keuangan yang digunakan untuk sektor komersial.Dalam hal ini dibahas bagaimana aturan dan prinsip-prinsip penggunaan akuntansi dana dalam rumah sakit di Amerika Serikat (AS). Dalam mengatur rumah sakit dibedakan menjadi dua, yaitu:1.Rumah Sakit yang Dikelola Pihak Swasta (Private Hospital)Dalam hal ini, pelaksanaan akuntansi yang dikembangkan oleh Financial Accounting Standards Board FASB (Dewan Standar Akuntansi Keuangan) khususnya dalam pernyataan no.117 tentang Laporan Keuangan untuk Organisasi Nirlaba.

2.Rumah Sakit yang Dikelola Pihak Pemerintah (Public Hospital)Dalam hal ini, pelaksanaan akuntansi dilaksanakan berdasarkan standar akuntansi yang dikembangkan oleh Govermenttal Accounting Standards Board GASB (Dewan Standar Akuntansi Pemerintah).Dalam akuntansi dana untuk rumah sakit, penyajian laporan informasi keuangan mengharuskan pembentukan dana (fund) yang dibagi menjadi dua, yaitu:1.Dana Tidak Terikat (Unrestricted Fund) Yaitu dana yang tidak dibatasi penggunaannya pada suatu tujuan tertentu.2.Dana Terikat (Restricted Fund) Yaitu dana yang dibatasi penggunaannya pada suatu tujuan tertentu yang biasanya muncuul karena permintaan dari pihak eksternal yang memberikan sumbangan.Terikat tidaknya aktiva tergantung pada ketentuan pihak lain (donor) yang memberikan sumber keuanganTidak ada PSAK khusus yang mengatur standar akuntansi untuk rumah sakit. PSAK yang paling cocok untuk sementara waktu digunakan adalah PSAK 45 tentang organisasi nirlaba.Berdasarkan PSAK 45, akuntansi RS tidak berdasarkan sistem dana, hanya dana tunggal. Namun aktiva bersih RS dikategori berdasarkan tiga jenis:1. Dana tidak terikat2. Dana terikat sementara, yaitu dana denga pembatasan yang bersifat sementara3. Dana terikat permanen, yaitu dana denga pembatasan yang bersifat permanen

V. LAPORAN KEUANGAN RUMAH SAKITDalam laporan keuangan rumah sakit terdapat empat laporan keuangan utama yang dihasilkan oleh proses akuntansi, yaitu:1.NeracaTerdiri dari : Aktiva dan utang diklasifikasi menjadi:Aktiva lancar aktiva tetapUtang lancar utang jangka panjangAktiva bersih (ekuitas) diklasifikasi berdasarkan:Aktiva bersih tidak terikatAktiva bersih terikat temporerAktiva bersih terikat permanenNeraca dalam rumah sakit tidak mempunyai perbedaan mendasar baik isi maupun proses penyusunan dari sudut pandang ilmu akuntansi dibandingkan dengan neraca perusahaan yang sering kita kenal disektor komersial namun demikian ada beberapa hal yang secara khusus perlu diperhatikan antara lain:a.KasJumlah kas yang tercatat dalam neraca tidak termasuk kas pada Dana Terikat yang tidak dapat digunakan untuk kegiatan operasi.b.PiutangPiutang harus dilaporkan pada jumlah yang diperkirakan dapat direalisasi.c.InvestasiInvestasi awal dicatat pada harga perolehan pada saat pembelian, atau pada nilai wajar pada saat penerimaan jika investasi diterima sebagai pemberian.d.Aktiva TetapAktiva tetap dilaporkan bersama dengan akumulasi depresiasinya dalam Dana Umum.e.Aktiva yang DisisihkanKlasifikasi aktiva terikat (restricted assets) hanya diberikan pada dana yang penggunaannya dibatasi oleh pihak eksternal rumah sakit yang mensponsori dana tersebut.f.Utang Jangka PanjangUtang jangka panjang dilaporkan pada neraca.g.Saldo DanaSesuai dengan kaidah pembagian dana yang dijelaskan, saldo dana yang dimiliki oleh rumah sakit dipisahkan menjadi tiga macam yaitu: terikat, terikat sementara waktu, dan terikat permanen.

2.Laporan OperasiUntuk rumah sakit, hasil dari kegiatan operasinya dilaporkan dalam Laporan Operasi (Statement of Operations). Laporan ini mencakup tentang pendapatan, beban, untung dan rugi, serta transaksi lainnya yang mempengaruhi saldo dana selama periode berjalan. Dalam laporan operasi harus dinyatakan suatu indikator kinerja seperti halnya laba bersih dalam perusahaan, yang melaporkan hal kegiatan operasi rumah sakit selama periode berjalan. Indikator kinerja ini harus mencakup baik laba ataupun rugi operasi selama periode berjalan maupun laba langsung yang diperoleh selama operasi berjalan. Perubahan lain dari saldo dana selama periode berjalan harus dilaporkan setelah indikator kinerja.Berikut adalah pos-pos lain yng jga perlu menjadi perhatian:a.Pendapatan Jasa PasienPendapatan jasa pasien dihitung dari jumlah bruto dengan menggunakan tarif standar. Jumlah tersebut kemudian di kurangi dengan penyesuaian kontraktual (contractual adjusments) menjadi Pendapatan Bersih Jasa Pasien.b.Penyesuaian KontraktualPenyesuaian kontraktual berasal dari keterlibatan pihak ketiga dalam proses penggantian pembayaran medis. Perusahaan asuransi biasanya mengganti kurang dari jumlah tarif standar penuh untuk jasa medis yang disediakan bagi pasien yang menjadi tanggunan asuransi. Meskipun rumah sakit memiliki tarif standar untuk jasa yang diberikan, namun rumah sakit menjalin kontrak dengan pembayar pihak ketiga di mana rumah sakit menerima jumlah pembayaran yang lebih rendah untuk jasa tersebut.c.Pendapatan dari Kegiatan LainnyaPendapatan dari kegiatan lain mencerminkan pendapatan dari sumber-sumber bukan pasien, seperti kantin dan sewa parkir. Pendapaatan ini biaaanya mencerminkan jumlah bersih dari operasinya, jadi bukan jumlah brutonya.d.Transfer AntardanaTidaklah tepat untuk tetap mengelola aktiva dalam Dana Terikat ketika persyaratan yang ditetapkan oleh pihak sponsor atau donor sudah terpenihi. Dalam hal ini aktiva tersebut harus ditransfer dari Dana Terikat ke Dana Tidak Terikat. Untuk tujuan pelaporan keuangan, transfer antar dana ini dilaporkan dalam Laporan Operasi sebagai Pelepasan Saldo Dana dan ditunjukkan sebagai penambahan atas Dana Tidak Terikat.

Contoh Pendapatan:1.Pendapatan operasioal rawat jalan: karcis umum dan karcis spesialis.2.Pendapatan operasional rawat inap: akomodasi dan visite.3.Pendapatan tindakan medis: tindakan medik, dan tindakan keperawatan4.Pendapatan operasional unit penunjang: rasiologi, laboratorium, fisioterapi, farmasi, dan rehab medik.

e.Beban Dana UmumBeban-beban dalam Dana Umum diakui secara akrual, seperti halnya pada entitas komersial.Contoh beban :Biaya pelayanan: bahan, jasa pelayanan, pegawai, penyusutan, pemeliharaan, asuransi, langganan dan daya, pelatihan, dan penelitian.Biaya umum dan administrasi: pegawai, administrasi kantor, penyusutan, pemelihataan, langganan dan daya, pelatihan, dan penelitianf.SumbanganSumbangan (donasi) dibagi menjadi donasi yang terbentuk jasa dan berbentuk aktiva. Karena sering kali sulit untuk menetapkan nilai dari donasi yang berbentuk jasa, maka nilai dari donasi ini biasanya tidak dicatat. Namun, jika terdapat kebutuhan untuk melakukan pencatatan, maka perkiraan nilai dari donasi jasa dicatat sebagai sumbangan yang langsung diikuti dengan beban dalam jumlah yang sama. Sedangkan donasi yang berbentuk aktiva dilaporkan pada nilai wajar pada tanggal diterimanya sebagai sumbangan jika donasi aktiva ini penggunaannya dibatasi oleh pihak sponsor atau donor maka dilaporkan dalam Dana Terikat Sementara atau Dana Terikat Permanen. Ketika pembatasannya sudah tidak berlaku lagi, maka dilakukan transfer dari Dana Terikat ke Dana Umum.

3.Laporan Perubahan Aktiva BersihLaporan ini menyajikan perubahan dalam ketiga kategori aktiva bersih yang Tidak Terikat, Terikat Sementara, dan terikat Permanen.

4.Laporan Arus KasFormat dari laporan ini serupa dengan yang digunakan untuk entitas komersial.Laporan arus kas terdiri dari:1.Aktivitas operasi2.Aktivitas investasi3.Aktivitas pendanaan5. Catatan Atas Laporan KeuanganTerdiri dari :1.Gambaran umum RS2.Iktisar kebijakan akuntansi3.Penjelasan pos-pos laporan keuanganDitjen Pelayanan Medit Depkes membuat ketentuan akuntansi, khususnya bagi RS yang sudah menjadi BLU (Badan Layanan Umum). Pedoman akuntansi RS ini berisi 10 bab:1.Pendahuluan2.Laporan Keuangan3.Akuntansi Aktiva4.Akuntansi Kewajiban5.Akuntansi Aktiva Bersih (Ekuitas)6.Akuntansi Perubahan Aktiva Bersih7.Laporan Arus Kas8.Catatan Atas Laporan Keuangan9.Ilustrasi Laporan Keuangan10.Rasio Keuangan

VI. RUMAH SAKIT PEMERINTAH DAERAH SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM (BLU)

A.Pengertian Badan Layanan Umum (BLU)Pengertian atau definisi BLU diatur dalam Pasal 1 angka 23 UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, yaitu :Badan Layanan Umumadalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi danproduktivitas.Pengertian ini kemudian diadopsi kembali dalam peraturan pelaksanaannya yaitu dalam Pasal 1 angka 1 PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Tujuan dibentuknya BLU adalah sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 68 ayat (1) yang menyebutkan bahwa Badan Layanan Umum dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemudian ditegaskan kembali dalam PP No. 23 Tahun 2005 sebagai peraturan pelaksanaan dari asal 69 ayat (7) UU No. 1 Tahun 2004, Pasal 2 yang menyebutkan bahwa BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan penerapan praktek bisnis yang sehat.Sedangkan Asas BLU diatur menurut Pasal 3 PP No. 23 Tahun 2005, yaitu:1.Menyelenggarakan pelayanan umum yang pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan, tidak terpisah secara hukum dari instansi induknya;2.Pejabat BLU bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan layanan umum kepada pimpinan instansi induk;3.BLU tidak mencari laba;4.Rencana kerja, anggaran dan laporan BLU dan instansi induk tidak terpisah;5.Pengelolaan sejalan dengan praktik bisnis yang sehat.

Dari uraian definisi, tujuan dan asas BLU, maka dapat terlihat bahwa BLU memiliki suatu karakteristik tertentu, yaitu :1.Berkedudukan sebagai lembaga pemerintah yang tidak dipisahkan dari kekayaan Negara;2.Menghasilkan barang dan/atau jasa yang diperlukan masyarakat;3.Tidak bertujuan untuk mencarai laba;4.Dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan produktivitas ala korporasi;5.Rencana kerja, anggaran dan pertanggungjawabannya dikonsolidasikan pada instansi induk;6.Penerimaan baik pendapatan maupun sumbangan dapat digunakan secara langsung;7.Pegawai dapat terdiri dari pegawai negeri sipil dan bukan pegawai negeri sipil;8.BLU bukan subyek pajak.Selain itu, sekalipun BLU dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan produktivitas ala korporasi, namun terdapat beberapa karakteristik lainnya yang membedakan pengelolaan keuangan BLU dengan BUMN/BUMD, yaitu:1.BLU dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa;2.Kekayaan BLU merupakan bagian dari kekayaan negara/daerah yang tidak dipisahkan serta dikelola dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk menyelenggarakan kegiatan BLU yang bersangkutan;3.Pembinaan BLU instansi pemerintah pusat dilakukan oleh Menteri Keuangan dan pembinaan teknis dilakukan oleh menteri yang bertanggung jawab atas bidang pemerintahan yang bersangkutan;4.Pembinaan keuangan BLU instansi pemerintah daerah dilakukan oleh pejabat pengelola keuangan daerah dan pembinaan teknis dilakukan oleh kepala satuan kerja perangkat daerah yang bertanggung jawab atas bidang pemerintahan yang bersangkutan;5.Setiap BLU wajib menyusun rencana kerja dan anggaran tahunan;6.Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) serta laporan keuangan dan laporan kinerja BLU disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari RKA serta laporan keuangan dan laporan kinerja kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah;7.Pendapatan yang diperoleh BLU sehubungan dengan jasa layanan yang diberikan merupakan pendapatan negara/daerah;8.Pendapatan tersebut dapat digunakan langsung untuk membiayai belanja yang bersangkutan;9.BLU dapat menerima hibah atau sumbangan dari masyarakat atau badan lain;10.Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan keuangan BLU diatur dalam peraturan pemerintah (dhi. PP No. 23 Tahun 2005).

B. Rumah Sakit Sebagai BLUStandar Pelayanan dan Tarif Layanan Rumah Sakit Pelanggan baik eksternal maupun internal mempunyai keinginan- keinginan ataupun harapan terhadap jasa yang disediakan oleh rumah sakit. Mereka mempunyai persyaratan-persyaratan yang diharapkan dapat dipenuhi oleh rumah sakit. Namun demikian pelanggan eksternal sebagai pengguna jasa pelayanan mengharapkan apa yang diinginkan dapat dipuaskan (customer satisfaction), sedangkan tenaga profesi mengajukan persyaratan agar pelayanan yang disediakan memenuhi standar profesi, sedangkan pihak manajemen menghendaki pelayanan yang efektif dan efisien. Jadi mutu dapat dipandang dari berbagai sudut pandangPemerintah Daerah yang telah menjadi BLU/BLUD menggunakan standar pelayanan minimum yang ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya, harus mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan dan kesetaraan layanan, biaya serta kemudahan untuk mendapatkan layanan. Dalam hal rumah sakit pemerintah di daerah (RSUD) maka standar pelayanan minimal ditetapkan oleh kepala daerah dengan peraturan kepala daerah. Standar pelayanan minimal tersebut harus memenuhi persyaratan, yaitu :1.Fokus pada jenis pelayanan, dalam arti mengutamakan kegiatan pelayanan yang menunjang terwujudnya tugas dan fungsi BLU/BLUD;2.Terukur, merupakan kegiatan yang pencapaiannya dapat dinilai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan;3.Dapat dicapai, merupakan kegiatan nyata yang dapat dihitung tingkat pencapaiannya, rasional sesuai kemampuan dan tingkat pemanfaatannya;4.Relevan dan dapat diandalkan, merupakan kegiatan yang sejalan, berkaitan dan dapat dipercaya untuk menunjang tugas dan fungsi BLU/BLUD;5.Tepat waktu, merupakan kesesuaian jadwal dan kegiatan pelayanan yang telah ditetapkan.Rumah Sakit Pemerintah Daerah yang telah menjadi BLU/BLUD dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang/jasa layanan yang diberikan. Imbalan atas barang/jasa layanan yang diberikan tersebut ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar perhitungan biaya per unit layanan atau hasil per investasi dana. Tarif layanan diusulkan oleh rumah sakit kepada menteri keuangan/menteri kesehatan/kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya, dan kemudian ditetapkan oleh menteri keuangan/kepala daerah dengan peraturan menteri keuangan/peraturan kepala daerah. Tarif layanan yang diusulkan dan ditetapkan tersebut harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:1.kontinuitas dan pengembangan layanan;2.daya beli masyarakat;3.asas keadilan dan kepatutan; dan4.kompetisi yang sehat.Penentuan tarif harus berdasarunit costdan mutu layanan. Dengan demikian rumah sakit pemerintah harus mampu melakukan penelusuran (cost tracing) terhadap penentuan segala macam tarif yang ditetapkan dalam layanan. Selama ini aspek penentuan tarif masih berbasis aggaran ataupu subsidi pemerintah sehingga masih terdapat suatucost cultureyang tidak mendukung untuk peningkatan kinerja atau mutu layanan. Penyusunan tarif rumah sakit seharusnya berbasis padaunit cost, pasar (kesanggupan konsumen untuk membayar dan strategi yang diipilih. Tarif tersebut diharapkan dapat menutup semua biaya, diluar subsidi yang diharapkan. Yang perlu diperhatikan adalah usulan tarif jangan berbasis pada prosentase tertentu namun berdasar pada kajian yang dapat dipertanggungjawabkan. Secara umum tahapan penentuan tarif harus melalui mekanisme usulan dari setiap divisi dalam rumah sakit dan aspek pasar dan dilanjutkan kepada pemilik. Pemilik rumah sakit pemerintah adalah pemerintah daerah dan DPRD

Pengelolaan KeuanganAdanya desentralisasi dan otonomi daerah dengan berlakunya UU tentang Pemerintahan Daerah (UU No. 32 Tahun 2004, terakhir diubah dengan UU No. 12 Tahun 2008), UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, serta Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Umum Penyusunan APBD, kemudian PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, dan Permendagri No. 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, membuat rumah sakit pemerintah daerah harus melakukan banyak penyesuaian khususnya dalam pengelolaan keuangan maupun penganggarannya, termasuk penentuan biaya.Dengan terbitnya PP No. 23 Tahun 2005, rumah sakit pemerintah daerah mengalami perubahan menjadi BLU. Perubahan ini berimbas pada pertanggungjawaban keuangan tidak lagi kepada Departemen Kesehatan tetapi kepada Departemen Keuangan, sehingga harus mengikuti standar akuntansi keuangan yang pengelolaannya mengacu pada prinsip-prinsip akuntabilitas, transparansi dan efisiensi. Anggaran yang akan disusun pun harus berbasis kinerja (sesuai dengan Kepmendagri No. 29 Tahun 2002).Penyusunan anggaran rumah sakit harus berbasis akuntansi biaya yang didasari dari indikator input, indikator proses dan indikator output, sebagaimana diatur berdasarkan PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, PMK No. 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum, dan khusus untuk RSUD, pengelolaan keuangannya harus mengacu dan berdasarkan Permendagri Permendagri No. 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.Pelaporan dan PertanggungjawabanBLU sebagai instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan merupakan organisasi pemerintahan yang bersifat nirlaba. Sesuai dengan Pasal 26 ayat (2) PP No. 23 Tahun 2005 yang menyebutkan bahwa Akuntansi dan laporan keuangan BLU diselenggarakan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia. Ketentuan ini menimbulkan inkonsistensi, karena BLU merupakan badan/unit atau organisasi pemerintahan yang seharusnya menggunakan PSAP atau Standar Akuntansi Pemerintahan sebagaimana diatur menurut PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, namun dalam PP No. 23 Tahun 2005 menggunakan PSAK (Standar Akuntansi Keuangan) yang berasal dari IAI. Sebagai organisasi kepemerintahan yang bersifat nirlaba, maka rumah sakit pemerintah daerah semestinya juga menggunakan SAP bukan SAK.Laporan keuangan rumah sakit pemerintah daerah merupakan laporan yang disusun oleh pihak manajemen sebagai bentuk penyampaian laporan keuangan suatu entitas. Laporan keuangan tersebut merupakan penyampaian informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap entitas tersebut, sehingga isi pelaporan keuangan rumah sakit pemerintah daerah harus mengikuti ketentuan untuk pelaporan keuangan sebagaimana diatur menurut SAK, yaitu sebagai organisasi nirlaba (PSAK No. 45) dan menyanggupi untuk laporan keuangannya tersebut diaudit oleh auditor independen. Laporan keuangan rumah sakit yang harus diaudit oleh auditor independen.Adapun Laporan Keuangan rumah sakit pemerintah daerah sebagai BLU yang disusun harus menyediakan informasi untuk:1.Mengukur jasa atau manfaat bagi entitas yang bersangkutan;2.Pertanggungjawaban manajemen rumah sakit (disajikan dalam bentuklaporan aktivitas dan laporan arus kas);3.Mengetahui kontinuitas pemberian jasa (disajikan dalam bentuk laporanposisi keuangan);4.mengetahui perubahan aktiva bersih (disajikan dalam bentuk laporan aktivitas).Sehingga, laporan keuangan rumah sakit pemerintah daerah mencakup sebagai berikut:1.Laporan posisi keuangan (aktiva, utang dan aktiva bersih, tidak disebut neraca). Klasifikasi aktiva dan kewajiban sesuai dengan perusahaan pada umumnya. Sedangkan aktiva bersih diklasifikasikan aktiva bersih tidak terikat, terikat kontemporer dan terikat permanen. Yang dimaksud pembatasan permanen adalah pembatasan penggunaan sumber daya yang ditetapkan oleh penyumbang. Sedangkan pembatasan temporer adalah pembatasan penggunaan sumber daya oleh penyumbang yang menetapkan agar sumber daya tersebut dipertahankan sampai pada periode tertentu atau sampai dengan terpenuhinya keadaan tertentu;2.Laporan aktivitas (yaitu penghasilan, beban dan kerugian dan perubahan dalan aktiva bersih);3.Laporan arus kas yang mencakup arus kas dari aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan;4.Catatan atas laporan keuangan, antara lain sifat dan jumlah pembatasan permanen atau temporer, dan perubahan klasifikasi aktiva bersih.Dalam hal konsolidasi laporan keuangan rumah sakit pemerintah daerah dengan laporan keuangan kementerian negara/lembaga, maupun laporan keuangan pemerintah daerah, maka rumah sakit pemerintah daerah sebagai BLU/BLUD mengembangkan sub sistem akuntansi keuangan yang menghasilkan Laporan Keuangan sesuai dengan SAP (Pasal 6 ayat (4) PMK No. 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum).Berdasarkan PMK No. 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum dan sesuai pula dengan Pasal 27 PP No. 23 tahun 2005, maka rumah sakit pemerintah daerah dalam rangka pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan dan kegiatan pelayanannya, menyusun dan menyajikan:1.Laporan Keuangan; dan2.Laporan Kinerja.Laporan Keuangan tersebut paling sedikit terdiri dari:1.Laporan Realisasi Anggaran dan/atau Laporan Operasional;2.Neraca;3.Laporan Arus Kas; dan4.Catatan atas Laporan KeuanganLaporan Keuangan rumah sakit pemerintah daerah tersebut sebelum disampaikan kepada entitas pelaporan direviu oleh satuan pemeriksaan intern, namun dalam hal tidak terdapat satuan pemeriksaan intern, reviu dilakukan oleh aparat pengawasan intern kementerian negara/lembaga. Reviu ini dilaksanakan secara bersamaan dengan pelaksanaan anggaran dan penyusunan Laporan Keuangan BLU. Sedangkan Laporan Keuangan tahunan BLU diaudit oleh auditor eksternal.VII. MANFAAT AKUNTANSI RUMAH SAKIT Fungsi utama akuntansi di Rumah sakit adalah sebagai sumber informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan dalam pemecahan masalah dan perencanaan untuk keberhasilan pengembangan Rumah Sakit. Secara umum akuntansi tidak lepas dari biaya (cost), dengan perhitungan biaya yang berbeda akan menghasilkan akuntansi biaya yang berbeda pula serta berdampak pada pengambilan keputusan yang berbeda. Dengan demikian untuk pengambilan keputusan yang tepat serta keberhasilan perencanaan diperlukan sistem dan pelaksanaan akuntansi Rumah Sakit secara optimal.Sistem akuntansi Rumah Sakit Pemerintah bertujuan untuk memberikan pengendalian dan pengawasan terhadap jalannya keuangan rumah sakit, terlebih lagi saat ini Rumah Sakit telah ditetapkan sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) ataupun sebagai Badan Layanan Umum yang penerimaannya harus disetor ke Negara melalui Kantor Kas Negara. Dan membantu dalam upaya memantau peningkatan perkembangan kinerja dan nilai Rumah Sakit.

VIII.IMPLEMENTASI AKUNTANSI RUMAH SAKITRumah Sakit Pemerintah merupakan unit kerja dari Instansi Pemerintah yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum. Sistem keuangan Rumah Sakit mengalami perubahan secara keseluruhan diharapkan dana yang dikelola oleh Rumah Sakit akan menjadi lebih besar dan terus meningkat sejalan dengan peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) serta persiapan Badan Layanan Umum dari tahun ke tahun. Kondisi ini selain akan membawa pengaruh positif bagi peningkatan pelayanan, juga membuka peluang untuk menghindari penyalahgunaan dalam pengelolaan keuangan negara.Akuntansi Rumah Sakit yang merupakan salah satu kegiatan dari manajemen keuangan adalah salah satu sasaran pertama yang harus diperbaiki agar dapat memberikan data dan informasi yang akan mendukung para manajer Rumah Sakit dalam pengambilan keputusan maupun pengamatan serta pengendalian kegiatan dalam Rumah Sakit. Kendala pada Rumah Sakit yang belum terpecahkan sampai saat ini adalah Rumah Sakit melakukan dua sistem pencatatan dan pelaporan yaitu yang berdasarkan prinsip akuntansi yang lazim (Accrual Basis) dan Basis Kas (Cash Basis) untuk memenuhi ketentuan yang berlaku yang diharapkan dapat berjalan secara paralel, independen dan tercipta mekanisme saling kontrol di antaranya (kontrol internal), namun hal ini dirasakan menjadi beban bagi petugas Rumah Sakit.Dalam penerapannya RS Pemerintah menggunakan Sistem Cash Basis atau Kas Stelsel yaitu sistem yang hanya dicatat "penerimaan" dari pengeluaran uang, sehingga sebetulnya sistem ini sangat sederhana, mudah dikerjakan dan tidak memerlukan keahlian tinggi. Di samping itu pengawasan menjadi lebih mudah. Penerimaan akan dicatat jika telah diterima uang dan pengeluaran dalam satu tahun anggaran yang ditentukan. Serta menggunakan Sistem Accrual Basis yaitu sistem transaksi dan peristiwa diakui pada saat kejadian, bukan pada saat hak diterima atau dibayar, dan dicatat serta dilaporkan pada periode yang bersangkutan. Dengan kata lain penghasilan diakui pada saat penyerahan jasa, bukan pada saat kas diterima; dan biaya diakui pada saat terjadinya, buka pada saat kas dibayarkan. Dengan metode aktual, harta di akui pada saat diperoleh kepemilikannya.Rumah Sakit Pemerintah dalam mengelola keuangannya menggunakan sistem akuntansi yang hasil akhirnya adalah Laporan keuangan. Walaupun Rumah Sakit Pemerintah berorientasi sosial atau nir laba, namun dengan perubahan menjadi Unit Swadana, maka mencari laba usaha adalah penting walaupun bukan menjadi tujuan utama pendirian Rumah Sakit tersebut. Rumah Sakit Pemerintah menggunakan Laporan Hasil Usaha dalam melaporkan hasil usahanya, tetapi berbeda dengan badan usaha lainnya atau Rumah Sakit yang berbentuk PT, pada Rumah Sakit Swadana tidak ada bagian yang diserahkan kepada pemilik sebagai dividen.Pembuatan sebuah Neraca juga disebut laporan posisi keuangan yang menunjukkan kondisi atau posisi keuangan suatu entitas pada suatu tanggal tertentu. Yang dimaksud dengan posisi keuangan adalah : posisi dari aktiva atau harta, kewajiban dan Modal. Dalam membuat neraca keuangan rumah sakit menggunakan dua pendekatan yakni pendekatan pembelanjaan dan pendekatan sumber daya.Setelah itu di buatlah sebuah Laporan Arus Kas Rumah Sakit yang berisi informasi tentang arus kas/setara kas masuk dan ke luar selama periode tertentu yang berasal dari aktivitas operasi, investasi yang berjangka pendek dan pendanaan. Yang bertujuan untuk menilai kemampuan organisasi Rumah Sakit dalam menghasilkan kas dan menilai kebutuhan arus kas ke luarnya. Karena dengan membaca laporan arus kas dapat diketahui jumlah kas yang dihasilkan dalam suatu periode, berapa yang berasal dari kegiatan operasional, investasi dan pendanaan, berapa jumlah kas yang dikeluarkan untuk supplier, karyawan, membayar bunga, pengembalian pinjaman dan bagaimana terjadinya SHU dengan penerimaan dan engeluaran kas.

IX. KELEBIHAN DAN KEKURANGANDengan adanya penggunaan akuntansi dalam rumah sakit maka lebih mempermudah pengawasan dan pengendalian keuangan oleh pemerintah. Dalam standar akuntansi terdapat prinsip-prinsip yang menyebabkan laporan keuangan tidak mencerminkan realitas ekonomi yang ada, akibatnya laporan keuangan tidak mencerminkan keadaan sebenarnya.Kelebihan dari Laporan Hasil Usaha adalah Memungkinkan untuk analisis laporan keuangan, Memungkinkan laporan pertanggungjawaban manajemen. Kekurangan dari sebuah Laporan Hasil Usaha yakni digunakan hanya untuk melihat berapa besar pendapatan saja, keuntungan diserahkan pada pemerintah di lihat dari laporanKelebihan dari Neraca adalah dapat mengetahui Laporan sisa hasil usaha Rumah Sakit, dapat melihat Kemampuan melunasi kewajiban jangka pendeknya, mengetahui Jumlah total harta dan susunannya serta Jumlah akumulasi Modal. Kekurangan dari Neraca yakni Merupakan laporan historis dari semua transaksi di masa lalu akibatnya tidak bisa menunjukkan nilai saat ini (Current value), dalam neraca digunakan uang sebagai sebuah ukuran sedangkan uang memiliki nilai yang tidak stabil, tidak dapat mengukur semua sumber daya rumah sakit, Pos-pos neraca hanya memberikan indikasi atas nilai secara umum.(Contoh Neraca Rumah Sakit terlampir).Dari laporan arus kas rumah sakit dapat diketahui kelebihannya yakni jumlah keluar masuk kas dapat terkontrol dengan baik, dengan leporan keungan yang baik kredibilitas kepada rumah sakit meningkat. Kekurangannya yakni dari banyaknya penggunaan kas dalam rumah sakit lebih mudah di manipulasi dan fiktifkan.X. KENDALA DAN HAMBATAN AKUNTANSI RUMAH SAKIT PEMERINTAHa. Ketepatan waktu; Laporan yang tertunda dapat menghasilkan informasi yang kurang relevan. Sebaliknya untuk menghasilkan informasi yang tepat waktu seringkali mengurangi keandalan informasi. Untuk mengimbangkan antara relevansi dan keandalan, kebutuhan pengambil keputusan merupakan pertimbangan yang menentukan.b. Keseimbangan biaya dan manfaat; Biaya membuat informasi jelas harus lebih rendah dari manfaatnya. Pertimbangan ini jelas berdampak pada cara pencatatan dan penyajian laporan akuntansi yang dipilih.c. Masih minimnya kesadaran pegawai rumah sakit untuk menerapkan pelaporan keuangan secara bersih dan transparan sesuai dengan ketentuan standar akuntansi keuangan.d. Rumah Sakit sebagai unit sosial dihadapkan pada semakin langkanya sumber dana untuk membiayai kebutuhannya, padahal di lain pihak Rumah Sakit diharapkan dapat bekerja dengan tarif yang dapat terjangkau oleh masyarakat luas.e. Masih sulitnya Rumah Sakit Pemerintah untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas peranan akuntansi pertanggungjawaban dalam mengendalikan dan mengevaluasi kinerja manajemen rumah sakitf. Dalam Rumah Sakit Masih banyak terdapat Earning management merupakan praktek yang membuat laporan keuangan dapat diatur karena disajikan menurut tujuan dari penyusunnya.XI. SIKLUS TRANSAKSI RUMAH SAKITSiklus transaksi rumah sakit, yaitu siklus pendapatan, siklus pengeluaran, siklus pelayanan, dan siklus keuangan, dan siklus pelaporan keuangan, seperti tergambar dalam ilustrasi di bawah ini.

Model Siklus Transaksi

Model Siklus Transaksi

Siklus

Pendapatan

Siklus

Pengeluaran

Siklus

Pelayanan

Siklus Keuangan

Peristiwa Ekonomi

(

Transaksi

)

Siklus

Pelaporan

Keuangan

Laporan

Keuangan

1. Siklus pendapatan terkait dengan pemberian jasa pelayanan rumah sakit kepada pasien atau pihak lain dan penerimaan pembayaran pasien atau tagihan dari pihak lain.2. Siklus pengeluaran terkait dengan pengadaan barang dan/atau jasa dari pihak lain dan pelunasan utang dan kewajibannya.3. Siklus produksi/pelayanan terkait dengan transformasi sumber daya rumah sakit menjadi jasa pelayanan rumah sakit.4. Siklus keuangan terkait dengan perolehan dan pengelolaan capital fund (dana modal), seperti modal kerja (sumber dana kas atau dana likuid lainnya) dan sumber dana jangka panjang.5. Siklus pelaporan keuangan tidak terkait dengan siklus operasi (operating cycle) sebagaimana empat siklus pertama di atas. Siklus ini memperoleh data operasi dan akuntansi dari siklus yang lain dan memprosesnya menjadi laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.A. Siklus Pendapatan Siklus pendapatan (revenue cycle) di RSUD A terdiri dari beberapa fungsi seperti pemberian jasa pelayanan rumah sakit kepada pasien, penerimaan kas, dan pengelolaan piutang. a) Pemberian PelayananFungsi pemberian pelayanan rumah sakit (usaha) terdiri dari sub fungsi pelayanan medis dan pelayan non medis dan uraiannya sebagai berikut:Pelayanan medis yang terbagi lagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu:1. pelayanan medis yaitu jasa yang terkait langsung dengan pelayanan dokter kepada masyarakat.2. pelayanan keperawatan yaitu jasa yang terkait langsung dengan pelayanan keperawatan kepada masyarakat. 3. penunjang medis yaitu jasa yang berfungsi sebagai pendukung di dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat, yaitu: 1) penunjang medis yang berhubungan dengan pasiena) Farmasib) Laboratoriumc) Fisioterapid) Radiologie) Pemulasaran jenazahf) Central Sterile Supply Department (CSSD)g) Operatie Khamer (OK)h) Hemodialisis2) penunjang medis yang tidak berhubungan dengan pasien a) Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit (IPSRS)b) Sistem Informasi Manajemenc) LaundryPelayanan non-medis yaitu jasa yang berfungsi di dalam peningkatan mutu kinerja rumah sakit, namun tidak terkait secara langsung dengan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, misalnya administrasi. 1. Penerimaan Kas Sumber penerimaan kas rumah sakit yang terkait dengan operasi rumah sakit terdiri dari tiga bagian, yaitu:Penerimaan hasil usaha rumah sakitPendapatan operasionalpendapatan rawat jalan;pendapatan rawat inap;pendapatan tindakan medis; pendapatan penunjang medis; pendapatan operasional lainnya.Penghasilan non operasional pendapatan jasa lembaga keuangan;pendapatan kerja sama operasi (KSO);pendapatan sewaPenerimaan hibahPenerimaan anggaran APBN/D2. Pengelolaan PiutangFungsi pengelolaan piutang tidak terlepas dari fungsi pemberian jasa pelayanan dan mencakup sub fungsi penerimaan kas dari pencairan piutang, penagihan, dan sub fungsi piutang usaha itu sendiri yang bertugas memelihara informasi piutang pasien/ pihak lain secara berkelanjutan.B. Siklus PengeluaranSiklus pengeluaran (expenditure cycle) di RSUD A mencakup fungsi-fungsi yang terkait dengan pengadaan barang dan atau jasa yang digunakan oleh rumah sakit dalam menjalankan usahanya. Fungsi dalam siklus ini terdiri dari proses seleksi pemasok (vendor selection), permintaan pembelian (requisitioning), pembelian (purchasing), utang usaha (accounts payable), dan akuntansi pengupahan (payroll accounting).a.) PembelianPembelian/pengadaan barang dan jasa di rumah sakit mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 dan peraturan perubahannya, serta Peraturan Bupati A nomor XX tahun 20XX. Pengadaan barang dan jasa yang sumber dananya berasal dari:a. APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah);b. APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara).Menggunakan dasar Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010, sedangkan pengadaan barang dan jasa yang sumber dananya dari:a. Pendapatan jasa layanan/ operasional;b. Hibah tidak terikat;c. Hasil kerjasama/ KSO dengan pihak lain; dand. Pendapatan lain-lain RSUD A yang sah.Menggunakan dasar Peraturan Bupati nomor XX tahun 20XX yang berdasarkan ketentuan pasal XXX, Permendagri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan BLUD.1.Jenis pengadaan barang/jasa1.Pengadaan barang/jasa yang memerlukan penyedia barang/ jasa 3) Pengadaan Barang4) Pengadaan Jasa Pemborongan5) Pengadaan Jasa Konsultasi 6) Pengadaan Jasa Lainnya2.Pelaksanaan pengadaan barang/jasa dengan swakelola 2.Metoda pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan/jasa lainnya terdiri dari1.pelelangan umum2.pelelangan terbatas3.pemilihan langsung,4.penunjukan langsung.

b.) Pengelolaan UtangFungsi pengelolaan utang bertugas untuk melakukan pembayaran kepada rekanan/pemasok. Untuk dapat memastikan bahwa pelunasan utang sesuai dengan dokumen-dokumen yang terkait dengan pembelian, perlu dilakukan matching process, yaitu semua dokumen dikumpulkan, diverifikasi, dan ditelaah sebelum dilakukan pembayaran.c.) PengupahanSistem pengupahan melibatkan seluruh payroll process dan personnel reporting dan menyajikan informasi terkait dengan personalia, seperti ketrampilan pegawai, pajak, dan potongan-potongan karyawan. Sistem pengupahan RSUD A mencakup pegawai tetap yang sekaligus merupakan Pegawai Negeri Sipil dan pegawai tidak tetap (honorer daerah dan kontrak) dengan remunerasi dalam bentuk gaji, insentif, dan/atau honor.B. Siklus Produksi/PelayananDi dalam perusahaan manufaktur salah satu siklus akuntansi adalah siklus produksi, sedangkan dalam bidang jasa siklus ini identik dengan siklus pelayanan. Siklus pelayanan di RSUD A mencakup pengelolaan pelayanan, pengelolaan persediaan, akuntansi biaya, dan akuntansi aset.1. Pengelolaan PelayananPengelolaan pelayanan dalam rumah sakit terkait sekali dengan sistem akuntansi biaya. Khusus untuk RSUD A, unit cost (sistem biaya per unit) menjadi pilihan dalam penerapan sistem akuntansi biaya. Dalam unit cost ini, biaya yang terjadi di rumah sakit didistribusikan ke setiap pelayanan yang diberikan kepada pasien.2. Pengelolaan PersediaanPengelolaan persediaan di RSUD A berfokus pada serangkaian pencatatan persediaan dan laporannya terkait dengan penggunaan persediaan, saldo akhir persediaan, dan tingkat persediaan minimum ataupun maksimum. Untuk itu, penentuan saat pemesanan kembali barang untuk menjaga ketersediaan barang (reorder point) dan prosedurnya disusun agar biaya penyimpanan persediaan dapat diminimalkan.3.Pengelolaan Aset TetapPengelolaan aset tetap terkait dengan 1) pencatatan yang memadai mengenai deskripsi aset, biaya perolehan, dan lokasi penempatan aset tersebut; 2) penghitungan penyusutan untuk keperluan akuntansi dan pajak; 3) dan manajemen laporan terkait dengan rencana dan pengendalian untuk setiap jenis aset. C. Siklus KeuanganSebagaimana telah diuraikan di sub bab sebelumnya, siklus keuangan terkait dengan perolehan dan pengelolaan capital fund (dana modal), seperti modal kerja (sumber dana kas atau dana likuid lainnya) dan sumber dana jangka panjang. Pengelolaan Kas MasukKas di RSUD A merupakan harta rumah sakit yang paling likuid dan memerlukan pengendalian yang sangat ketat. Pengelolaan kas masuk mencakup fungsi penyetoran penerimaan, sentralisasi penanganan kas, dokumentasi bukti pendukung, dan pemisahan fungsi pencatatan dan penyimpanan kas. Pengelolaan Kas KeluarPengelolaan kas keluar memfokuskan pada pemeriksaan bukti kas keluar dan pemisahan fungsi otorisasi dan pembayaran.D. Siklus Pelaporan KeuanganSebagaimana dijelaskan di sub bab di awal, siklus pelaporan keuangan tidak terkait dengan siklus operasi yang terdiri dari keempat siklus di atas. Laporan keuangan, yang merupakan bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan di RSUD A, dihasilkan dari siklus ini menjadi sebuah rerangka (framework) dalam melakukan analisis terhadap usaha rumah sakit.

PEMBAHASAN PERKEMBANGAN dan ORGANISASI LSM

2.1 Paradigma Pembangunan dan Pertumbuhan Organisasi di MasyarakatPengalaman masa lalu telah memberikan pelajaran berharga bagi bangsa Indonesia. Pembangunan dimasa Orde Baru yang dilaksanakan dengan pendekatan top-down dan sistem sentralitis terbukti tidak berhasil baik di bidang sosial maupun politik meskipun dibidang ekonomi cukup menggembirakan. Implementasi pendekatan dan sistem pembangunan tersebut lebih memobilisasi masyarakat dalam pembangunan, bukan partisipasi. Oleh karena itu, mesyarakat semakin bergantung pada input pemerintah sehingga membuat masyarakat menjadi kurang percaya diri, tidak kreatif, dan tidak inovatif.Secara politik, dengan peendekatan top-down dan sistem sentralisasi tersebut, hak-hak masyarakat terserap kepentingan pemerintah. Pemikiran kritis dari masyatrakat sebagai pengendali, kebijakan pemerintah diharapkan tidak muncul. Dampak negatif kebijakan tersebut adalah memudarnya sejumlah lembaga tradisional dan intrevensi pemerintah yang terlalu jauh pada berbagai aspek kehidupan masyarakat.Reaksi terhadap pendekatan pembangunan tersebut adalah munculnya diskusi tentang Civil Society di kalangan perguruang tinggi maupun organisasi non pemerintah (LSM). Wacana Civil Society ini tampaknya mendorong para penyelenggara negara untuk menerapkan pendekatan baru, yaitu kebijakan pembangunan yang berpihak pada kebutuhan rakyat, terutama demokratisasi dan hak asasi manusia. Berbagai seminar, semiloka, dan Workshoop dilaksanakan oleh berbagai pihak untuk memutuskan model pembangunan yang berbasis konsep Civil Society tersebut.Terkait dengan wacana Civil Society, pemikiran bangsa yang demokratis dimulai dari bawah atau dari masyarakat Akar Rumput. Berdasarkan pengalaman masa lalu, masyarakat Akar Rumput tersebut telah melaksanakan praktek-praktek demokrasi yang benar. Dengan demikian, apabila bangsa Indonesia menghendaki terwujutnya pembangunan demokrasi, maka pembelajaran kembali tentang kearifan lokal yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat Akar Rumput perlu dilakukan.Secara teoritis, konsep pembangunan memiliki banyak definisi, pendekatan, dan pergeseran makna. Pendekatan Economic Well Being, pendekatan Minimum Acceptable Standard of Living, serta pendekatan yang disesuaikan dengan nilai yang dianut oleh para politisi dan cendikiawan suatu negara pada waktu tertentu merupakan ragam pendekataan yang ada (Efendi, 1989). Namun semua pendeekatan tersebut gagal menghasilkan kondisi yang dicita-citakan. Penyebabnya adalah orientasi pencapaian hasil, dalam waktu sesingkat-singkatnya, kurang mengutamakan pada proses, serta orientasi kepemimpinan publik dan manajemen pelayanan publik yang tidak beerorientasi kepada rakyat.Dari sekian banyak kelemahan paraadigma pertumbuhan, pengabaian aspirasi rakyat merupakan kelemahan dasar. Pertumbuhan ekonomi yang akan dicapai diharapkan menetes perlahan-lahan kebawah. Namun hasil nyatanya adalah ketimpangan (Efendi, 1989). Sejak awal tahun 1970-an, daftar kelemahan paradigma pertumbuhan telah dirinci oleh para ahli politik ekonomi, dengan menunjukkan bahwa pertumbuhan hanyalah bagian dari pembangunan. Pembangunan harus berarti pemenuhan kebutuhan pokok, seperti kesempatan kerja dan berusaha, pemberantasannkelaparan dan kekurangan gizi, pemeliharaan kesehatan, serta penyediaan air bersih dan perumahan. Oleh karena itu, negara-negara berkembang merekonendasikan untuk mengeser paradigma pembangunannya ke Paradigma Basic Needs. Paradigma pembangunan model ini, memang lebih berorientasi pada kebutuhan pokok, padat karya, bersekala kecil, bertumpu pada sumber regional, berpusat pada desa dan teknologi tepat guna.Pertumbuhan baru dinilai berhasil apabila hubungan antara manusia dengan sumber-sumber tersebut menciptakan keharmonisan dalam kehidupan manusia itu sendiri. Peran pemerintah tidak boleh lagi dominan. Pemerintah tidak boleh lagi berperan sebagai pemborong yang aktif memupuk modal, sehingga semua perencanaan dan kebijakan berasal dari bawah ke atas.Sebaliknya, pemerintah haarus berperan sebagai enabler atau fasilitator dalam mengajak masyarakat untuk bersama-sama hidup, bekerja dan belajar, serta mendorong masyarakat kearah kemajuan dengan memberi contoh. Perencanaan dan pembuatan kebijakan tidak lagi bersifat top-down atau Bottom-up, tetapi bersifat Transactive planning, yaitu perencanaan pembangunan dilakukan melalui kebijakan yang demokratis, dimana birokrasi melaksanaakan perencanaan itu bersama-sama rakyat dan manajemen dipraktikkan dengan cara partisipatif.Pada kenyataannya, Indonesia masih dalam tahap menuju transactive planing, di mana di era otonomi ini partisipasi masyarakat mulai mendapatkan tempat dalam arti yang sebenarnya. Ketika masih menggunakan pendekatan top-down, masyarakat sulit untuk mengespresikan pedapatnya sehingga pertumbuhan organisasi masyarakat tidak berkembang. Sedangkan pada pendekatan bottom-up, partisipasi menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam pengambilan kebijakan, sehingga pertumbuhan organisasi dalam masyarakat semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan kesadaraan politik masyarakat tentang kontribusi terhadap pembangunan.

2.2 Filosofi Lahirnya Konsep Civil Society Civil Society merupakan sebuah konsep yang luar biasa yang mempunyai karakter ambiguitas atau elastisitas, sehingga aplikasinya harus didahukui dengan pendefinisian konsep tersebut. Sering kali dengan cara yang mudah, Civil Society di anggap sebagai sektor ketiga yang berbeda dengan pemerintah atau perusahaan. Menurut pandanggan ini, Civil Society menunjuk pada sifat dasar intermediary institutions atau lembaga perantara seperti asosiasi profesi, kelompok religius, kelompok buruh, serta organisasi advokasi masyarakat dimana beragamnya masyarakat akan meningkatkan partisipasi publik dalam kehidupan demokratis. Namun, definisi tersebut belum memecahkan definisi ideal dari Civil Society. Pers yang independen, merupakan elemen dasar dalam Civil Society. Namun, terikat dengan hal tersebut, kebanyakan surat kabar dan stasiun TV berjalan sebagai bisnis dan mencari keuntungan. Jadi pemilihan bagian Civil Society atau Sektor Ketiga dengan bagian dunia komersial perlu ditampakkan. Permasalahan kedua terkait dengan konsep Civil Society adalah apakah tujuan dan deskripsi yang tepat tentang sektor ketiga organisasi masyarakat. Apakah konsep Civil Society terkait dengan nilai komitmen pada demokrasi dan nilai kesetaraan bagi seluruh masyarakat di mata hukum atau, pertanyaan yang lebih sulit dari pada nilai: Apakah idealitas Civil Society akan konsisten dengan subtansi subsidi negara dalam jumlah yang besar keorganisasi tersebut, apakah ada tipe dari Civil Society antara Amerika dan Eropa (atau Prancis, Swedia, dan Jerman).2.2.1 Konsep Civil Society di Negara BaratDi Dunia Barat, pendefinisian Civil Society sangat beragam. David Held, pakar sosiologi mendefinisikan Civil Society sebagai kumpulan karakter yang berada dalam bidang kehidupan sosial di dunia domestik, lingkunagan ekonomi, aktivitas budaya, dan interaksi politik yang di atur oleh pihak swasta atau sukarela antara individu dan kelompok di luar kendali negara. Beberapa ahli menyatakan bahwa sejumlah Civil Society yang terkait dengan interaksi secara politis tidak bisa terbagi, bahkan bersifat khusus. Jurgen Habermas menyebut sebagai lingkungan publik. Kedua, definisi politis yang secara normatif overlapping dalam kerangka sosiologis, menyatakan bahwa lingkungan publik harus diperkuat pembiayaannya. Pandangan ini secara konservatif, mempunyai penekanan pada aspek legalitas, kepemilikan privat, pasar, dan kelompok kepentingan. Dengan pemberdayaan kelompok, dugaan atau keegoisan elit atas dasar dapat dicegah. Definisi ketiga adalah definisi klasik, St. Augustine menggambarkan Civil Society sebagai kkumpulan orang yang mempunyai pengakuan umum tentang hak dan kepentinagan suatu komunitas.Di negara demokratis, yang modern, sebuah budaya politik atau ciri kepribadian yang jelas sangat dibutuhkan keberadaannya. Terkait dengan hal ini, orientasi atau kondisi lain, yang secara hipotesis akan dibutuhkan untuk menghasilkan Civility telah dikembangkan. Masyarakat modern membutuhkan:1. Pertimbangan homogenitas budaya.2. Hubungan yang ramah dan terpercaya antar anggota masyarakat.3. Kesadaran politik.4. Asumsi realisasi nilai moral suci yang tergantung sebagian pada kinerja moral politik.5. Politik yang tidak dapat hanya berputar pada kisah masa lalu terikat kejayaan, penderitaan, perjuangan, dan cita-cita saat ini.6. Sudah terjalin prinsip pada gagasan akuntabilitas, yaitu sebuah gagasan umum tentang Civility.7. Akuntabilitas telah dijalankan dengan dasar legalitas Quentin Skinner yang memperlihatkan kebagkitan Dunia Barat lima abad yang lalu.8. Civility memerlukan apa yang Sunil Khilnani sebut dengan legitimasi politik, a terrain upon which competing claims may be advanced and justtified Apabila konsep civility Barat berstandar pada pendekatan bottom-up,maka konsep ini akan cenderung praktis. Gagasan ini dapat dikenali dari struktur masyarakat zaman sekarang, yang disebut Hegel, sebagai kehidupan sosial yang mundur dan perlu dibangun. Namun pada sisi lain struktur sosial ini tidak sempurna secara moral.2.3 Kategori Civil Society Organization Inti dari penafsiran definisi Civil Society adalah organisasi masyarakat yang independen, tidak menjadi bagian formal, serta state apparatus sebagai perwujudan dan atau pewadahan budaya dan hak masyarakat. Jadi masyarakat sipil dapat diklasifikasikan sebagai popular organization (organisasi massa/rakyat), organisasi profesi (pers dan lain-lain), NGO/LSM, dan organisasi akar rumput yang berbasis pada ruang tertentu (spasial seperti RT, Desa, dan sebagainya). Secara umum komunitas diatas dapat dikategorikan menjadi dua, yaitukomunitas fungsional dan komunitas spasial. Komunitas fungsional ditandai dengan hubungan-hubungan sosial tanpa dibatasi oleh ruang, sementara komunitas spasial memiliki batas ruang yang jelas dan teradministrasi dengan ketat.2.3.1 Popular Organization (Organisasi Massa/Rakyat) Di Indonesia berbagai organisasi masyarakat atau organisasi rakyat lahir disepanjang dekade, di mana yang terbesar adalah Muhamadiyah dan Nahdatul Ulama. Menurut UU No.8/1985 mengenai Organisasi Kemasyarakatan (Ormas), semua organisasi Kemasyarakatan harus melapor dan mendaftar pada DDN serta harus berazaskan Pancasila, karena dasar negara ini telah diputuskan sebagai satu-satunya azaz bagi organisasi kemasyarakatan dan organisasi sosial dan politik.2.3.2 Organisasi Profesi Organisasi profesi merupakan sekumpulan individu yang bergabung berdasarkan persamaan profesi. Keberadaan organisasi ini sangat banyak di Indonesia, seperti organisasi advokat, Persatuan Guru Republik Indonesia, Ikatan Akuntan Indonesia, dan Ikatan Dokter Indonesia.2.3.3 NGO/LSMPengertian umum dari istilah NGO atau LSM pada dasarnya sama dengan pengertian umum lembaga sukarela, PVOs (Private Voluntary Organizations) atau ORNOP (Organisasi Non Pemerintah) yang berasal dari triminologo PBB, yaitu NGO (Non Govermental Organization). Bank Dunia mendefinisikan NGO atau LSM sebagai organisasi swasta yang kegiatannya ditujukan untuk membebaskan penderitaan, memajukan kepentingan kaum miskin, melindungi lingkungan, menyediakan pelayanan dasar masyarakat, atau mengenai pengembangan masyarakat (Operational Directive 14.70). dalam arti luas LSM dapat diterapkan pada organisasi nonprofit yang bebas dari pemerintah. LSM merupakan organisasi yang berbasis nilai yang secara keseluruhan atau sebagian tergantung pada lembaga donor dan pelayanan sukarela. Jadi, prinsip alturisme dan voluntarisme diterapkan sebagai definisi karakter kuncinya. Karakteristik khusus LSM dalam pengembangan visi dan misinya (Clark, 1995: 59-67) yaitu:1. Memfokuskan pada kebutuhan masyarakat bawah dan berimplikasi terhadap kebutuhan organisasi dalam penyaluran informasi (bottom up) dan pemberdayaan masyarakat (empowering).2. Membuka peluang bagi partisipasi kelompok sasaran dalam proses pencapaian tujuan program, yaitu kemajuan dan pemberdayaan.3. Memperkenalkan informasi yang bermanfaat dan memecahkan masalah kelompok sasaran dengan biaya ringan dan mudah untuk diadaptasi, sesuai kondisi masyarakat kelompok sasaran tersebut.4. Skala program yang dilakukan LSM adalah skala kecil; hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pemantauan, pencapaian, dan ketepatan sasaran.5. Tingkat komitmen pada pimpinan maupun staf LSM untuk merealisasikan apa yang terjadi idealisme, baik visi maupun misi untuk memberdayakan dan membantu kelompok sasaran yang miskin sangatlah tinggi. Komitmen dan mitivasi inilah yang menjadi kekuatan pelaksanaan program.6. Skala operasinya kecil sehingga semua biaya operasinya transparan, efektif dan bebas dari kemungkinan tindakan korupsi.Sebagai bagian dari masyarakat sipil, LSM diharapkan dapat mendorong perubahan sosial melalui pemberdayaan politik (community empowerning), penguatan arus bawah dan penigkatan pendapatan ekonomi. Kinerja LSM ditandai dengan perubahan sosial, di mana mandat LSM adalah menciptakan kesadaran masyarakat sipil. Perubahan difokuskan kepada masyarakat, sebagai pelaku perubahan melalui penataan organisasi dan metodologi secara bersama. Sebagai contoh, timbulnya kesadaran dan keterlibatan masyarakat dalam setiap proses pengambilan keputusan daerah merupakan hal yang sangat penting. Keberadaan LSM ditandai dengan intensitas interaksi antar anggota LSM dengan anggota masyarakat secara langsung. Lembaga fungsional (LSM) ini memediasi atau menjembatani jarak antara masyarakat dengan struktur negara (di daerah), tetapi dengan catatan, tidak larut dalam mainstream negara.2.3.4 Organisasi Akar Rumput (Grass Root) Akar rumput diciptakan untuk mengalih bahasakan grass roots ke dalam kosa kata indonesia. Selain membuat kalimat tidak menjadi lebih jelas, pengertian grass roots itu sudah aktual di dalam ungkapan yang telah dikenal: lapisan bawah rakyat jelata. Jika orang biasa berada dalam organisasi dirujuk maka penggunaan ungkapan lapisan bawah atau kader lapisan bawah dilakukan. Jika rakyat biasa dirujuk, maka kata rakyat, rakyat jelata, atau rakyat kecil dapat digunakan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), kata rakyat berarti penduduk suatu negara. Ungkapan rakyat jelata berarti rakyat biasa bukan bangsawan atau hartawan, yaitu orang kebanyakan dan ungkapan rakyat kecil berarti orang yang tingkat sosial ekonominya sangat rendah. Organisasi akar rumput meliputi organisasi di masyarakat pedesaan atau masyarkaat pinggiran, termasuk organisasi berbasis sepasial seperti RT, RW, dan kelompok petani.2.4 NGO Are The Heart of Civil Society Dalam pengertian yang luas, istilah non goverment organization atau LSM menunjuk pada organisasi yang :1. Tidak berbasis pemerintah.2. Tidak diciptakan untuk mencari keuntungan.Definisi luas LSM menjelaskan cakupan dan lebarnya jaringan organisasi tersebut secara struktural dan fungsional. Istilah luas ini menunjuk pada apakah sebuah organisasi atau bukan dari pada untuk apakah ini.Antusiasme masyarakat sipil merupakan sebuah daya, tarik tersendiri bagi LSM, di mana kelompok advokasi tersebut mencurahkan perhatiannya demi kepentingan publik, seperti dampak lingkungan, HAM, isu-isu perempuan, memonitor pemilu, dan anti korupsi. Namun demikian, merupakan sebuah kesalahan apabila menyamakan masyarakat dengan NGO atau LSM. Masyarakat sipil merupakan konsep yang luas, yang mencakup seluruh organisasi dan asosiasi yang berada di luar pemerintahan (termasuk partai politik) dan pasar. Berbagai kelompok kepentingan dapat disebut sebagai LSM advokasi, serikat buruh, asosiasi profesional, kamar dagang dan asosiasi etnis. Keragaman organisasi masyarakat ini menunjukkan bahwa banyak asosiasi yang tidak bertujuan memajukan agenda sosial dan politik secara khusus, seperti organisasi keagamaan, kelompok siswa, organisasi budaya, klub olahraga,dan kelompok informal masyarakat.2.5 Perbedaan CSO dan NGO/LSM Istilah Civil Society Organization (CSO) menggambarkan organisasi pembangunan masyarakat yang bukan merupakan bagian dari pemerintah atau sektor bisnis. Di beberapa negara, CSO diartikan sebagai amal, organisasi sukarela swasta, organisasi sukarela dan (biasanya) NGO atau LSM. Ketiga model sektor itu, dapat di interpresentasikan sebagai gabungan pemerintah, pasar, dan warga negara. Pada prespektif ini, Civil Society merupakan sektor ketiga, disamping negara dan perusahaan pencari untung. Civil Society adalah organisasi suka rela yang didirikan oleh asosiasi individu formal dalam mengejar tujuan nonprofit, seperti gerakan sosial, badan keagamaan, organisasi perempuan dan pemuda, organisasi orang-orang pribumi, asosiasi profesional, dan persekutuan. Banyak CSO telah berada pada garis depan prinsip-prinsip advokasi keadilan sosial dan kesetaraan. Namun, ada pula organisasi dengan agenda dan nilai yang tidak sesuai dengan sistem internasional, dalam hal ini PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Dalam prakteknya, Civil Society merupakan sebuah arena kolaborasi dan pendirian konfigurasi sesuai dengan sejarah pengaturan nasional. PBB mempunyai pandangan yang tuas tentang CSO, di mana NGO atau LSM merupakan bagian pentingnya. LSM telah lama berasosiasi dengan pelayanan yang dijanjikan dalam pengembangan barang atau jasa publik, dimana pemerintah dan pasar enggan atau tidak mampu menyediakannya. Beberapa fungsi CSO dapat dilakukan melalui aktivitas LSM seperti penelitian, analisis dan evaluasi proyek ppembangunan, program-program, dan tujuan. Dengan artikulasi secara proaktif pada kepentingan publik dan penciptaan kondisi yang kondusif, pembuatan kebijakan pembangunan dan promosi perubahan kebijakan ditujukan untuk pembangunan manusia berkelanjutan.2.6 Pelayanan Publik: Antara Birokrasi, Mekanisme Pasar, dan LSMDalam mekanisme birokrasi, setiap kelompok menyumbagkan tenaga untuk membentuk badan hukum yang akan menjembatani hubungan dengan memberikan kompensasi secara adil sesuai dengan kontribusi yang diberikannya. Sumber kelemahan birokrasi adalah tren untuk menghasilkan ketimpangan kekuasaan dan memberi priveleges kepada kelompok tertentu dalam masyarakat.2.7 Ciri-ciri LSMMenurut Salamon dan Anheier definisi LSM adalah sbb:1. Formal, yaitu secara organisasi bersifat permanen serta mempunyai kantor dengan seperangkat aturan dan prosedur.2. Swasta, yaitu kelembagaan yang berada di luar atau terpisah dari pemerintah.3. Tidak mencari keuntungan, yaitu tidak memberikan keuntungan kepada direktur dan pengurusnya.4. Menjalankan organisasinya sendiri, yaitu tidak dikontrol oleh pihak luar.5. Sukarela, yaitu menjalankan derajat kesukarelaan tertentu.6. Nonreligius, yaitu tidak mempromosikan ajaran agama.7. Nonpolitik, yaitu tidak ikut dalam pencalonan di pemilu.2.8 Bentuk-Bentuk LSM1. Hubungan Konsultatif: Sebuah lembaga yang didirikan untuk tujuan konsultatif pada struktur PBB2. Hubungan Konsultansi: sebuah badan konsultan non pemerintah yang dilibatkan dalam sekretariat PBB3. Program Informasi Publik: lembaga non pemerintah yang menyebarkan pesan kepada publik 4. Partisipasi Konferensi: lembaga non pemerintah yang diundang dalam konferensi5. Perusahaan Transnasional: karena kemampuannya dalam menyediakan barang dan jasa.6. Pers dan Media: Media adalah LSM yang efektif7. Pertemuan Konsultatif tentang Peran LSM: beberapa LSM yang melakukan konsultasi8. Dasar LSM Gerakan Masyarakat: gerakan masyarakat merupakan dasar pembentukan LSM9. LSM Kemanusiaan: biasanya menyediakan bantuan yang independen dari system pemerintah10. LSM Tingkat Bawah: dapat langsung berhadapan dengan kelompok masyarakat yang didampinginya.11. Organisasi Semiotonom: LSM yang menyediakan kantor dan mendapat subsidi dari pemerintah12. Staf Asosiasi Lembaga Intergovernmental: bentuk LSM yang mempunyai bentuk khusus dan menjadi subjek resolusi13. Asosiasi Sukarelawan Sektor ketiga: LSM yang berupa asosiasi sukarelawan.14. Koperasi: LSM sebagai bantuan bersama masyarakat15. Yayasan Filantropi: banyak diakui sebagai konsultasi atau pengaturan lain.16. Asosiasi Perdagangan dan Kartel: LSM yang bertujuan mencari perlindungan dan kepentingan sektor ekonomi lebih jauh17. Lobi: LSM yag menjadi penggerak utama konsultasi bagi masyarakat luas18. Partai Politik: sebuah LSM meskipun para perwakilannya ada yang duduk dalam pemerintahan19. Klub Elit: dapat terbentuk pada saat beberapa orang kunci mundur dari jabatannya atau kehilangan posisi formalnya untuk kemudian bergabung dan mempengaruhi kebijakan.20. Masyarakat Khusus: masyarakat tertentu yang bersatu dalam sebuah wadah dapat disebut juga sebagai LSM.21. Kelompok Keagamaan dan Kepercayaan: agama dan kepercayaan dapat bersatu atau berkelompok menjadi LSM22. Lingkaran Kejahatan Internasional: Sekelompok penjahat yang berkelompok dapat disebut sebagai LSM.23. Kelompok Teroris dan Pergerakan Kebebasan: beberapa kelompok teroris dan gerakan pembebasan telah didanai oleh LSM dan IGO24. LSM Internasional: beberapa Negara di Eropa menyediakan status legal pada pendirian LSM25. Jaringan Organisasi Informal: dapat berfungsi baik dengan energy yang besar, efektif, maupun berkelanjutan daripada kebanyaka organisasi lainnya.26. Internet: sangat terlibat dalam pengoordinasian tanggapan atas bencana secara internasional27. Pergerakan Sosial Antarnegara: dapat melebihi focus organisasi konvensional.28. Masyarakat internasional: biasanya terdiri dari orang-orang yang terlibat dalam komunitas diplomatic, organisasi iinternasional, dan kegiatan budaya internasional29. Organisasi Hibrid: kombinasi dari beberapa karakteristik yang bertentangan dalam bentuk dimensi pemerintah dan badan non pemerintah.30. Organisasi Berperingkat: dapat disebut dengan uni, federasi, komite, atau istilah khusus lainnya.2.9 Kilas Balik Sejarah LSMPembagian generasi LSM menurut Zaim Saidi, Generasi pertama, sebagai generasi relief and welfare. Generasi kedua, sebagai generasi small scale, self reliance local development. Generasi ketiga, sebagai generasi sustainable system development. Generasi keempat, sebagai generasi people movement.2.10 Peran-Peran LSMDalam melaksanakan programnya, LSM mempunyai peran sbb:1. Motivator LSM bertugas memberikan motivasi, menggali potensi, menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran anggota masyarakat akan masalah-masalah yang dihadapi dirinya maupun lingkungannya.2. KomunikatorSebagai komunikator, tugas LSM:a. Mengamati, merekam, serta menyalurkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat agar dijadikan bahan rumusan kebijakan dan perencanaan program pembangunan.b. Memonitor/mengawasi pelaksanaan program pembangunan masyarakat.c. Memberikan penyuluhan dan menjelaskan program-program pembangunan dengan bahasa yang akrab dan kerangka berpikir yang mudah dipahami masyarakat sasaran.d. Membantu melancarkan hubungan dan kerjasama antarLSM yang mempunyai kepentingan dan tujuan yang sama dalam masyarakat.3. DinamisatorLSM bertugas merintis strategi, mengembangkan metode program, dan memperkenalkan inovasi di bidang teknologi serta pengelolaan orgaisasi yang belum dikenal ke lingkungan masyarakat setempat untuk pengembangan dan kemajuan masyarakat local. 4. FasilitatorLSM bertugas memberikan batuan teknis dalam pelaksanaan program.2.11 Faktor-Faktor Penunjang Peran LSM1. Sumber daya manusia (SDM)SDM yang dimiliki oleh sebuah LSM tidak lain adalah staf atau relawan. Factor SDM sangat penting karena SDM merupakan unsur inti dari suatu organisasi.2. Material/bahanMaterial sangat krusial bagi terselenggaranya implementasi program LSM.3. Dana Suatu organisasi tidak mungkin mencapai tujuannya jika tidak mempunyai sumber daya berupa dana yang sangat diperlukan untuk membelanjai operasi-operasinya.4. Peralatan/teknologiTeknologi yang semakin canggih ditandai dengan konsumsi energy yang besar dan merusak ekologi.2.12 Kategori LSM1. LSM OperasionalDiklasifikasikan LSM operasional ke dalam 3 kelompok utama:a. CBOs, yang melayani masyarakat khusus di dalam area geografis yang sempit.b. National organization, yang beroperasi di individu negara berkembangc. International organization, yang mempunyai kantor pusat di Negara maju dan melaksanakan operasinya di lebih dari satu negara berkembang.2. Tipologi LSM Kekuatan LSM:1. Kuatnya jalinan dengan grassroots2. Keahlian pengembangan berdasarkan bidang3. Kemampuan berinovasi dan beradaptasi4. Pendekatannya berorientasi proses pengembangan5. Metodoligi partisipasi dan peralatan6. Komitmen jangka panjang dan menekankan keberlanjutan7. Efektifitas biaya.Kelemahan LSM:1. Keterbatasan biaya dan keahlian pengelola organisasi2. Keterbatasan kapasitas kelembagaan3. Keberlanjutan diri rendah4. Kurangnya komunikasi antarorganisasi/koordinasi5. Intervensi dalam skala kecil6. Kurangnya pemahaman konteks social ekonomi secara luas.Sebuah organisasi yang memiliki cakupan yang luas dapat disimpulkan sebagai LSM pembangunan. Kelompok ini bias berubah signifikan terkait dengan filosofi tujuan, keahlian, pendekatan program, dan lingkup kegiatan. Perbedaan pentingnya dapat digambarkan sebagai1. LSM Operasional dan LSM Advokasi2. Tingkat Operasi3. Orientasi Kegiatan2.13 Pengelolaan Organisasi LSM1. Pemecahan Masalah dan Pengembalian Keputusana. Mendefinisikan Masalahi. Apa yang dapat dilihat yang menyebabkan berpikir di saa ada masalah?ii. Di mana hal itu terjadi?iii. Bagaimana hal itu terjadi?iv. Kapan hal itu terjadi?v. Mengapa hal itu terjadi?vi. Tuliskan lima kalimat yang menggambarkan masalah tersebut.Mendefinisikan masalah-masalah yang kompleksMenguji pemahaman mengenai masalah-masalahMemprioriraskan masalah-masalahMemahami peranan dalam masalahb. Lihatlah pada potensi yang menyebabkan masalahc. Mengidentifikasi pendekatan alternative dalam memecahkan masalahd. Menyeleksi pendekatan untuk memecahkan masalahe. Merencanakan penerapan alternative yang terbaikf. Memantau penerapan rencanag. Menguji apakah masalah telah terpecahkan atau belum2. Proses Perencanaan OrganisasiAlasan-alasan perlunya perencanaanManfaat perencanaan:1. Membantu pengelola organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan2. Membantu kristalisasi penyesuaian pada masalah-masalah utama3. Memungkinkan pengelola organisasi memahami keseluruhan gambaran operasi secara lebih jelas4. Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat5. Menyediakan cara pemberian perintah untuk beroperasi 6. Memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian organisasi7. Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami8. Meminimumkanpekerjaan yang tidak pasti9. Menghemat waktu, usaha dan dana.Kelemahan perencanaan:1. Pekerjaan yang tercakup dalam perencanaan mungkin berlebihan pada kontribusi nyata2. Perencanaan cenderung menunda kegiatan3. Perencanaan mungkin terlalu membatasi pengelola organisasi untuk berinisiatif dan berinovasi4. Kadang-kadang hasil yang paling baik didapatkan oleh penyelesaian situasi individual dan penanganan atas setiap masalah pada saat terjadinya 5. Ada rencana-rencana yang diikuti dengan tidak konsistenPersiapan Perencanaan1. Mengembangkan suatu rencana kerja dalam sketsa siapa yang bertanggungjawab atas setiap hasil dan kerangka waktu.2. Mempertimbangkan tingkat sumber daya yang memadai dan diperlukan untuk melakukan suatu proses perencanaan yang tepat.Dokumen Perencanaan Organisasi LSM1. Dokumen perencanaan program2. Dokumen perencanaan keuangan Bentuk Rancangan Anggaran Organisasi LSM1. Tentukan workplan yang berisi jenis kegiatan yang akan dilaksanakan 2. Tentukan jenis-jenis biaya tetap dan variable yang terdapat dalam proyek.3. Tentukan standar biaya untuk tiap komponen biaya.4. Buatlah table rancangan anggaran biaya secara sistematis5. Isilah masing-masing kolom dalam tabel rencana anggaran denga poin yang telah ditentukan sebelumnya.3. Pendelegasian WewenangLangkah-langkah umum untuk menyelesaikan pendelegasian:1. Delegasikan keseluruhan tugas kepada seseorang2. Menyeleksi orang yang tepat3. Secara jelas menetapkan hasil yang lebih disukai4. Delegasikan tanggungjawab dan kewenangan-menetapkan tugas, bukan metode untuk menyelesaikan hal itu.5. Mintalah kepada staf untuk meringkas apa yang telah dilakukannya6. Dapatkan umpan balik nonintrusive secara terus menerus mengenai peningkatan proyek tersebut.7. Mempertahankan komunikasi yang terbuka8. Jika tidak puas dengan kemajuan tersebut, jangan mengambil alih proyek9. Mengevaluasi dan menghargai kinerja4. Dasar-dasar Komunikasi InternalHal yang paling dasar untuk memastikan komunikasi internal yang kuat dan terus-menerus:1. Sudahkah semua staf memberikan laporan tentang keadaan secara tertulis tiap minggu kepada supervisor.2. Usahakan rapat bulanan dengan seluruh staff secara bersama-sama3. Usahakan rapat mingguan atau dwi-mingguan dengan seluruh staf secara bersama-sama jika organisasi tersebut berukuran kecil, dan juga dengan seluruh pengelola organisasi4. Sudahkah supervisor memeriksa laporan-laporan secara langsungdari para staf pada rapat yang dilakukan tiap bulannya.5. Pengelola Organisasi Rapat1. Menyeleksi para peserta2. Pengembangan agenda3. Membuka rapat4. Menetapkan aturan dasar rapat5. Pengelola organisasi waktu6. Evaluasi proses rapat7. Evaluasi keseluruhan rapat8. Menutup rapat6. Pengembangan Program dan Evaluasi1. Evaluasi program2. Merencanaka evaluasi program3. Pertimbangan pokok4. Beberapa jenis evaluasi utama1. Evaluasi berdasarkan tujuan2. Evaluasi berbasis proses3. Evaluasi berbasis hasil4. Melaporkan hasil-hasil evaluasi5. Isi rencana evaluasi

BAB IIIPEMBAHASAN AKUNTANSI LSM

3.1 Pengertian Akuntansi Lembaga Swadaya MasyarakatAkuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari suatu organisasi yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukan. Pengertian ini juga dapat melingkupi penganalisisan atas laporan yang dihasilkan oleh akuntansi tersebut. (American Accounting Association, 1966). Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa, yang berfungsi menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, yaitu tentang ekonomi organisasi yang dimaaksudkan agar berguna dalam pengambilan keputusan ekonoomis dalam membuat pilihan-pilihan yang nalar diantara berbagai alternatif arah tindakan. (Accounting Principles Board, 1970).Dari pengertian diatas, akuntansi berperan menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan. Informasi yang dihasilkan akuntansi merupakan input yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan ekonomi yang rasional.Layaknya organisasi atau lembaga publik lainnya, organisasi LSM juga tengah mengalami tekanan untuk lebih efisien, memperhitungkan biaya ekonomi dan biaya sosial, serta dampak negatif atas aktivitas yang dilakukannya. Berbagai tuntutan tersebut menyebabkan akuntansi tersebut dapat dengan cepat diterima dan diakui sebagai ilmu yang dibutuhkan untuk mengelola urusan-urusan publik, termasuk lembaga atau organisasi di lingkup LSM. Akuntansi LSM merupakan aktifitas yang tidak dapat dipisahkan dalam rangkaian pengelolaan kegiatan, baik itu dalam bentuk yang lengkap maupun akuntansi secara sederhana sekalipun.Akuntansi yang diterapkan pada LSM memiliki kaitan erat dengan penerapan dan diperlakukan akuntansi pada domain publik. Domai publik yang dimaksud adalah masyarakat yang didampingi oleh LSM terkait.3.2 Ruang Lingkup Akuntansi Lembaga Swadaya Masyarakat Tidak dapat dipungkiri bahwa LSM mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan bermasyarakat di seluruh Indonesia. Selama ini, aktivitas LSM lebih banyak berupa program-program bantuan dan layanan sosial, terutama bagi kelompok masyarakat yang lemah. Sebagai konsekuensi dari pemberian layanan sosial itu, LSM menggalangkan program-program bagi proses pemberdayaan, atau dengan upaya menciptakan swadaya, kemandirian, dan otonomi, sehingga kelompok masyarakat yang menjadi sasaran layanan sosial LSM memang mencakup upaya penyadaran kelompok sasarannya agar memahami hak-haknya, selain kewajiban sebagai warga negara. Setiap LSM pasti mempunyai tujuan atau sasaran, agenda kegiatan, maupun program bagi masyarakat yang dituju. Dengan demikian, timbul implikasi berupa kebutuhan akan pengelolaan organisasi LSM tersebut. Beberapa tugas dan fungsi LSM menjadi salah satu agent of change bagi perkembangan sebuah masyarakat. Pengelolaan LSM ini sangat erat kaitannya dengan perencanaan, pengangaran, pelaksanaan, dan pelaporan seluruh kegiatan di dalam sebuah LSM. Dan, setelah itu, mekanisme pertanggungjawaban menjadi bagian yang tidak terpisahkan dan tidak akan pernah ditinggalkan dalam pelaksanaan seluruh aktivitas LSM tersebut. Dalam konteks idealita, secara umum tidak ada satu LSM pun yang bertujuan tidak jujur, melanggar amanah, maupun lari dari tanggungjawab. Apabila program sudah dijalankan, maka pelaksanaan harus diikuti dengan pertanggungjawaban. Jadi, seluruh aspek dalam pengelolaan LSM menjadi bahan yang harus dipertanggungjawabkan oleh penanggung jawab program atau pelaku organisasi.3.3 Sifat dan Karakteristik Akuntansi Lembaga Swadaya Masyarakat Akuntansi merupakan suatu kegiatan yang akan mengarah pada pencapaian hasil dalam tingkat tertentu dan bermanfaat bagi kehidupan LSM tersebut. Di antara lembaga publik lainnya seperti lembaga pendidikan, lembaga kesehatan, dan lain-lain, penerapan akuntansi dalam LSM sedikit berbeda. Perbedaan tersebut muncul karena lingkungan yang mempengaruhi LSM berbeda. Perbedaan sifat dan karakteristikorganisasi LSM yang tergolong kedalam organisasi nirlaba serta organisasi lainnya yang profit oriented dapat dilihat dengan membandingkan tujuan organisasi, sumber pendanaan, pola pertanggungjawaban, struktur keorganisasian, dan anggarannya. Setiap organisasi memiliki tujuan spesifik yang hendaak dicapai. Terlepas dari konsep idealita dan realitany, organisasi LSM tidak bertujuan memperoleh laba tetapi memberikan pelayanan dan menyelenggarakan seluruh aktivitas yang terkait dengan pemberian dana oleh sebuah lembaga donor, yang dibutuhkan maupun yang telah menjadi kegiatan rutin dalam LSM bersangkutan. Meskipun tujuan utama LSM adalah pemberdayaaan masyarakat, namun tidak berarti bahwa LSM sama sekali tidak memiliki tujuan keuangan. Hal ini tergantung pada kondisi organisasi bersangkutan. Misalnya, apabila organisasi tidak mempunyai sumber dana yang jelas dan pasti, maka kebutuhan akan daya dukung untuk melakukan pemberdayaan berkembang selarasdengan target keuangan. Secara kebetulan, keuangan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pemberdayaan organisasi. Tujuan keuangan organisasi LSM ini berbeda secara filosofis, konseptual, dan operasionalnya dengan organisasi profit swasta. Secara kelembagaan, organisasi LSM juga berbeda dengan organisasi lainnya, walaupun sama-sama organisasi publik. Struktur organisasi ini tidak terlalu formal, namun biasanya ada seseorang atau aktivis senior yang memimpin. Pihak yang berpengaruh ini biasanya berpeluang sangat besar dalam mengarahkan kebijakan dan pengelolaan organisasi. Tipologi pemimpin atau tokoh termasuk pilihan dan orientasi kebijakannya, akan sangat berpengaruh dalam memilih struktur organisasi.3.4 Tujuan Akuntansi Lembaga Swadaya Masyarakat Seperti halnya dengan akuntansi organisasi publik lainnya, akuntansi LSM terkait dengan tiga hal pokok, yakni penyediaan informasi, pengendalian pengelolaan, dan akuntabilitas. Akuntansi LSM merupakan sarana informasi mengenai pengelolaan bagi lembaga pemberi dana maupun publik. Bagi LSM yang bersangkutan, informasi akuntansi akan digunakan dalam proses pengendalian pengelolaan mulai dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, hingga pertanggungjawaban. Tujuan akuntansi dalam LSM adalah untuk:1. Memberikan informasi yang diperlukan dalam mengelola secara tepat, efisien dan ekonomis atas suatu kegiatan serta lokasi sumber daya yang dipercayakan kepada organisasi.tujuan ini terkait dengan pengendalian pengelolaan.2. Memberikaan informasi yang memungkinkan pengelola organisasi untuk melaporkan pelaksanaan tanggung jawab mengelola secara tepat dan efektif progam beserta penggunaan sumber daya yang menjadi wewenagnya, disamping untuk melaporkaan kepada publik atau lembaga pemberi dana hasil operasi organisasi. Tujuan ini terkait dengan akuntabilitas.Informasi akuntansi bermanfaat bagi salah satu pedoman bagi pengambilan keputusan, terutama untuk membantu pengurus organisasi dalam melakukan alokasi sumber daya. Informasi akuntansi juga dapat digunakan menentukan biaya suatu program atau kegiatan beserta kelayakannya, baik secara ekonomis maupun teknis. Dengan informasi akuntansi, pengurus orgaanisasi dapat menentukan biaya operasional yang akan diberikan kepada masyarakat sasarannya, menetapkan biaya standar, dan hanya yang akan dibebankan kepada LSM bersangkutan.Selain itu, informasi akuntansi LSM akan dapat digunakan untuk membantu pemilihan kegiatan yang efektif dan efisien, yang pada ahrinya akansangat membantu pada saat penganggaran. Pada ahir proses pengendalian organisasi LSM, akuntansi diperlukan dalam pembuatan laporan keuangan yang merupakan bagian penting dari proses akuntabilitas pada lembaga donor dan publik.3.5 Akuntansi LSM: Sebuah Jawaban Atas Tuntutan Reformasi Prinsip good governance atau tata pemerintah yang baik pada umumnya diterapkan dalam organisasi sektor publik, khususnya pemerintahan. Prisip ini sangat baik diterapkan karena cocok dengan tuntutan zaman dan agenda reformasi yang sedang berjalan di Indonesia. Pengertian governance yang dimaksud di sini adalah sebagai cara mengelola urusan-urusan publik. Dalam konteks LSM, kata publik mengacu kepada masyarakat sebagai sasaran program LSM.Pelaksanaaan good governance memiliki beberapa prinsip, yaitu:1. Akuntabilitas.2. Transparasi.3. Partisipasi.4. Penegakan hukum.5. Responsivitas/daya tanggap.6. Kesetaraan.7. Efisiensi.8. Efektivitas.9. Profesionalisme.10. Pengawasan.Dari kesepuluh prisip tersebut, kesemuanya dapat diperankan oleh akuntansi LSM.Seperti dalam kehidupan sehari-hari, timbul sebuah fenomena mengenai semakin menguatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas oleh organisasi secara keseluruhan, termasuk organisasi LSM. Tuntutan akuntabilitas pada LSM ini terkait dengan perlunya dilakukan transparasi dan pemberian informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak masyarakat.Untuk menciptakan good public (masyarakaat) maupun good corporate governance di LSM diperlukan perubahan pada organisasi penyelenggaranya. Bentuk perubahan ini bukan hanya identik dengan format organisasi, tetapi lebih pada alat-alat yang digunakan dalam mendukung berjalannya organisasi secara efisien, efektif, transparan, dan akuntabel.3.6 Sistem Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Biaya LSM Pendanaan LSM dapat diperoleh dari sumber lembaga donor baik nasional maupun interna