akuntansi pajak
-
Upload
nurin-wildania-nisa -
Category
Documents
-
view
301 -
download
7
Transcript of akuntansi pajak
5/16/2018 akuntansi pajak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-pajak-55ab58147bffd 1/36
AKUNTANSI PAJAK
MATERI KULIAH
PENGHASILAN KENA PAJAK
Penyusun Oleh:
AFLY YESSIE, SE, Msi
PROGRAM S1 JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
5/16/2018 akuntansi pajak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-pajak-55ab58147bffd 2/36
JAKARTA
Ta. 2008/2009
PENGHASILAN KENA PAJAK
Akuntansi Pajak Penghasilan sesuai dengan PSAK 46 bertujuan mengatur perlakuan
akuntansi untuk Pajak Penghasilan, yaitu cara mempertanggungjawabkan
konsekuensi pajak pada periode berjalan dan periode mendatang untuk :
1. Nilai tercatat asset yang diakui pada neraca perusahaan atau pelunasan nilai
tercatat kewajiban yang diakui pada neraca perusahaan.
2. Transaksi-transaksi atau kejadian-kejadian lain pada periode berjalan yang
diakui pada laporan keuangan perusahaan.
Tambahan kemampuan ekonomis kepada Wajib Pajak, penghasilan dapat
dikelompokkan menjadi:
1. Penghasilan dan usaha dan kegiatan.
2. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas seperti
gaji, penghasilan dari praktik dokter, akuntan, pengacara, dan lain-lain.
3. Penghasilan dari modal yang berupa harta gerak ataupun harta tak gerak seperti
bunga, dividen, royalti, sewa, keuntungan penjualan harta atau hak yang tidak
digunakan untuk usaha, dan lain-lain.
4. Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang, hadiah, dan lain-lain.
Undang-Undang Pajak Penghasilan juga digambarkan yang termasuk dalam
kategori penghasilan:
1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh, termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,
gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan
lain dalam undang-undang ini terhadap semua pembayaran atau imbalan
sehubungan dengan pekerjaan yang dibayar oleh pemberi kerja seperti gaji,
premi asuransi, atau imbalan dalam bentuk lainnya, termasuk dalam pengertian
penghasilan sebagai objek Pajak Penghasilan. Imbalan dalam bentuk natura
pada hakikatnya termasuk penghasilan.
2. Hadiah dari undian, pekerjaan, kegiatan, atau penghargaan. Hadiah
dimaksudkan termasuk hadiah dari undian, pekerjaan, dan kegiatan seperti
hadiah undian tabungan, hadiah dari pertandingan olahraga, dan lain-lain.
Penghargaan itu sendiri adalah imbalan yang diberikan sehubungan dengan
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, MsiAKUNTANSI PAJAK
5/16/2018 akuntansi pajak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-pajak-55ab58147bffd 3/36
kegiatan tertentu, seperti imbalan yang diterima seseorang karena menemukan
benda purbakala.
3. Laba usaha. Penghasilan yang bersumber dari usaha dikategorikan sebagai laba
usaha (business profit ).
4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta, termasuk:
a. Keuntungan (selisih antara nilai pasar dan harta yang diserahkan dengan
nilai bukunya) karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan
badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal. Wajib Pajak
yang memperoleh keuntungan atas pengalihan hartanya kepada pemegang
sahamnya, maka keuntungan sebagai objek Pajak Penghasilan dan harga
jual yang dipakai sebagai dasar menghitung keuntungan adalah harga pasar.
b. Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya
karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota.
c. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, atau pengambilalihan usaha. Apabila suatu badan dilikuidasi,
keuntungan (selisih antara harga jual berdasarkan nilai pasar dengan nilai
sisa buku harta tersebut) dari penjualan harta merupakan Objek Pajak.
Demikian juga selisih antara pasar dengan nilai sisa buku dalam hal terjadi
penggabungan, peleburan pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan
usaha merupakan penghasilan.d. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau
sumbangan dianggap sebagai penghasilan bagi pihak yang mengalihkan,
kecuali harta tersebut dialihkan kepada keluarga sedarah dalam garis
keturunan harus satu derajat, serta badan keagamaan, badan pendidikan,
atau badan sosial, termasuk yayasan atau pengusaha kecil termasuk
koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada
hubungannya dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan
antara pihak-pihak yang bersangkutan.Contoh :
PT Nadia memiliki mobil yang digunakan dalam kegiatan usahanya dengan
nilai sisa buku Rp 100.000.000,00. Mobil tersebut dijual dengan harga Rp
160.000.000,00. Dengan demikian, keuntungan PT Nadia yang diperoleh
karena penjualan mobil tersebut adalah Rp 60.000.000,00. Apabila mobil
tersebut dijual kepada salah seorang pemegang sahamnya dengan Rp
180.000.000,00, maka nilai jual mobil tersebut tetap dihitung berdasarkan
nilai pasar Rp 160.000.000,00. Hal ini bagi PT Nadia merupakan keuntungan
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, MsiAKUNTANSI PAJAK
5/16/2018 akuntansi pajak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-pajak-55ab58147bffd 4/36
sedangkan bagi pemegang saham yang membeli mobil tersebut selisih
sebesar Rp 20.000.000,00 merupakan penghasilan.
Pengalihan harta sebagai pengganti saham atau penyertaan modal maka
keuntungan berupa selisih antara harga pasar dan harta yang diserahkan
dengan nilai bukunya merupakan penghasilan.
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya.
Sebagai contoh Pajak Bumi dan Bangunan yang telah dibayar dan dibebankan
sebagai biaya yang karena alasan tertentu dikembalikan, maka pengembalian
pajak tersebut sebagai penghasilan.
6. Bunga termasuk premi, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian
utang. Premi ini terjadi apabila obligasi dijual di atas nilai nominal, sedangkan
diskonto terjadi apabila surat obligasi dibeli di bawah nilai nominalnya (agio
saham). Premi tersebut merupakan penghasilan bagi yang menerbitkan obligasi
dan diskonto merupakan penghasilan bagi yang membeli obligasi.
7. Dividen dengan nama dan dalam bentuk apa pun. Dividen merupakan bagian
laba yang diperoleh pemegang saham, pemegang polis asuransi, atau
pembagian sisa hasil usaha koperasi yang diperoleh anggota koperasi.
Termasuk dalam pengertian dividen adalah:
a. Pembagian laba secara langsung ataupun tidak langsung, dengan nama dan
dalam bentuk apa pun.b. Pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal yang
disetor.
c. Pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran, termasuk saham
bonus yang berasal dan kapitalisasi agio saham.
d. Pembagian laba dalam bentuk saham.
e. Pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran.
f. Jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang diterima dan diperoleh
pemegang saham karena pembelian kembali saham-saham oleh peseroanyang bersangkutan.
g. Pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian dan modal yang disetorkan,
jika dalam tahun-tahun yang lampau diperoleh keuntungan, kecuali jika
pembayaran kembali itu adalah akibat dan pengecilan modal dasar (statuter )
yang dilakukan secara sah.
h. Pembayaran sehubungan dengan tanda-tanda laba, termasuk yang diterima
sebagai penebusan tanda-tanda laba tersebut.
i. Bagian laba sehubungan dengan pemilikan obligasi.
j. Bagian laba yang diterima oleh pemegang polis.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, MsiAKUNTANSI PAJAK
5/16/2018 akuntansi pajak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-pajak-55ab58147bffd 5/36
k. Pembagian berupa sisa basil usaha kepada anggota koperasi.
l. Pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegang saham yang
dibebankan sebagai biaya perusahaan.
8. Royalti. Pada dasarnya imbalan berupa royalti terdiri atas tiga kelompok, yaitu
imbalan sehubungan dengan penggunaan:
a. Hak atas harta tidak berwujud, misalnya hak penulis, paten, merek dagang,
formula, atau rahasia perusahaan.
b. Hak atas harta berwujud, misalnya hak atas alat-alat industri, komersial, dan
ilmu pengetahuan. Yang dimaksud dengan alat-alat industri, komersial, dan
ilmu pengetahuan adalah setiap peralatan yang mempunyai nilai intelektual,
misalnya peralatan-peralatan yang digunakan di beberapa industri khusus
seperti anjungan pengeboran minyak (drilling rig ), dan lain-lain;
c. Informasi, yaitu informasi yang belum diungkapkan secara umum, wa1aupun
mungkin belum dipatenkan misalnya pengalaman di bidang industri atau
bidang usaha lainnya. Ciri dan informasi dimaksud adalah bahwa informasi
tersebut telah tersedia sehingga pemiliknya tidak perlu lagi melakukan riset
untuk menghasilkan informasi tersebut. Tidak termasuk dalam pengertian
informasi di sini adalah informasi yang diberikan oleh akuntan publik, ahli
hukum, atau ahli teknik sesuai dengan bidang keahliannya, yang dapat
diberikan oleh setiap orang yang mempunyai latar belakang disiplin ilmu yangsama.
9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta. Dalam
pengertian sewa termasuk imbalan yang diterima atau diperoleh dengan nama
dan dalam bentuk apa pun sehubungan dengan penggunaan harta gerak atau
harta tak gerak misalnya sewa kantor, sewa rumah dan sewa gudang
10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala. Penerimaan berupa
pembayaran berkala, misalnya “alimentasi” atau tunjangan seumur hidup yang
dibayar secara berulang-ulang dalam waktu tertentu11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu
yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Pembebasan utang oleh pihak
yang berpiutang dianggap sebagai penghasilan bagi pihak yang semula
berutang, sedangkan bagi pihak yang berpiutang dapat dibebankan sebagai
biaya. Namun demikian, dengan Peraturan Pemerintah dapat ditetapkan bahwa
pembebasan utang debitor kecil, misalnya Usaha Keluarga Prasejahtera
(Kukesra), Kredit Usaha Tani (KUT), kredit untuk perumahan sangat sederhana,
serta kredit kecil lainnya sampai dengan jumlah tertentu dikecualikan sebagai
Objek Pajak.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, MsiAKUNTANSI PAJAK
5/16/2018 akuntansi pajak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-pajak-55ab58147bffd 6/36
12. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing. Keuntungan karena selisih
kurs dapat disebabkan fluktuasi kurs mata uang asing atau adanya kebijakan
pemerintah di bidang moneter. Atas keuntungan yang diperoleh karena fluktuasi
kurs mata uang asing pengenaan pajaknya dikaitkan dengan sistem pembukuan
yang dianut oleh Wajib Pajak dengan syarat dilakukan secara taat asas
13. Selisih lebih karena penilaian kembali (revaluasi) asset. Apabila terjadi selisih
lebih karena penilaian kembali aset sebagaimana diatur dalam Pasal 19 Undang-
Undang Pajak Penghasilan, selisih lebih karena penilaian kembali aset
merupakan penghasilan.
14. Premi asuransi. Dalam premi asuransi ini termasuk juga premi reasuransi.
15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dan anggotanya yang terdiri atas
Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
16. Tambahan kekayaan bersih yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak. Tambahan kekayaan bersih pada hakikatnya merupakan
akumulasi penghasilan baik yang telah dikenakan pajak, yang bukan Objek
Pajak, maupun yang belum dikenakan pajak. Apabila diketahui adanya tambahan
kekayaan bersih yang melebihi akumulasi penghasilan yang telah dikenakan
pajak dan yang bukan Objek Pajak, maka tambahan kekayaan bersih tersebut
merupakan penghasilan.
Bukan Objek Pajak Penghasilan
Sesuai Pasal 4 ayat (3) Undang-Undang Pajak Penghasilan yang tidak termasuk
sebagai objek pajak:
1. a. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil
zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dari
para penerima zakat yang sah, sepanjang tidak ada hubungannya dengan
usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang
bersangkutan.Pengertian zakat adalah zakat sebagaimana diatur dalam Undang- Undang No.
38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat.
b.Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam ganis keturunan
lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau
badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan. Harta hibahan yaitu terhadap hibahan bagi pihak yang
menerima bukan merupakan Objek Pajak apabila diterima oleh keluarga sedarah
dalam garis keturunan satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan
pendidikan atau badan sosial termasuk yayasan atau pengusaha kecil termasuk
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, MsiAKUNTANSI PAJAK
5/16/2018 akuntansi pajak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-pajak-55ab58147bffd 7/36
koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang diterima tidak
dalam rangka hubungan kerja, hubungan usaha, hubungan kepemilikan, atau
hubungan penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.
2. Warisan.
3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan (perhatikan
pengertia:badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b Undang-
Undang Pajak Penghasilan) sebagai pengganti penyertaan modal.
4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib
Pajak atau pemerintah.
5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, asuransi beasiswa.
6. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, BUMN atau BUMD, dan penyertaan
modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia
dengan syarat:
a. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan.
b. Bagi perseroan terbatas, BUMN, dan BUMD yang menerima dividen
kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif di luar
kepemilikan saham tersebut.
7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan baik yang dibayar oleh pemberi kerja atau
pegawai. Yang dikecualikan dari Objek Pajak adalah iuran yang diterima dari
peserta pensiun, baik atas beban sendiri maupun yang ditanggung pemberi
kerja.
8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun (perhatikan angka 7di atas) dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan
Menteri Keuangan.
9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan komanditer yang modalnya
tidak terbagi atas saham-saham, perkumpulan, firma, dan kongsi. Untuk
kepentingan pengenaan pajak, badan-badan sebagaimana disebut dalam
ketentuan ini yang merupakan himpunan para anggotanya dikenakan pajak
sebagai satu kesatuan, yaitu pada tingkat badan tersebut bukan lagi Objek
Pajak.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, MsiAKUNTANSI PAJAK
5/16/2018 akuntansi pajak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-pajak-55ab58147bffd 8/36
10. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksa dana selama 5
(lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha.
11. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa
bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha
atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan tersebut:
a. Merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan
dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan.
b. Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia. Perusahaan
modal ventura adalah suatu perusahaan yang kegiatan usahanya membiayai badan
usaha (sebagai pasangan usaha) dalam bentuk penyertaan modal untuk satu jangka
waktu tertentu.
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Pengenaan pajak penghasilan dibebankan terhadap semua Wajib Pajak orang
pribadi atau Wajib Pajak badan. Untuk menghitung Penghasilan Kena Pajak orang
pribadi dalam negeri, maka penghasilan netonya dikurangi terlebih dahulu dengan
penghasilan tidak kena pajak (PTKP) sebagai berikut:
1. Untuk diri Wajib Pajak orang pribadi sebesar Rp 13.200.000,00 (tiga belas juta
dua ratus ribu rupiah).2. Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin sebesar Rp 1.200.000,00 (satu juta
dua ratus ribu rupiah).
3. Tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabungkan dengan
penghasilan suami (perhatikan Pasal 8 Undang-Undang Pajak Penghasilan
sebesar Rp 13.200.000,00 (tiga belas juta dua ratus ribu rupiah).
4. Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam
garis keturunan garis lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan
sepenuhnya paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga, sebesar Rp1.200.000,00 (satu juta dua ratus ribu rupiah).
TARIF PAJAK
Besarnya Tarif Pajak Penghasilan
Berdasarkan ketentuan Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan,
besarnya tarif Pajak Penghasilan yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi
Wajib Pajak dalam negeri dan Wajib Pajak luar negeri yang menjalankan usaha atau
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, MsiAKUNTANSI PAJAK
5/16/2018 akuntansi pajak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-pajak-55ab58147bffd 9/36
melakukan kegiatan di Indonesia melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia,
sebagai berikut:
1. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Negeri:
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp 25.000.000,00 (dua
putuh tima juta rupiah)
5 % (lima persen)
Di atas Rp 25.000.000,00 (dua putuh
lima juta rupiah) sampai dengan Rp
50.000.009,00 (lima putuh juta rupiah)
10 % (sepuluh persen)
Di atas Rp 50.000.000,00 (lima putuh juta
rupiah) sampai dengan Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
15 % (lima belas persen)
Di atas Rp 100.000.000,00 (serarus juta
rupiah) sampai dengan Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)
25 % (dua putuh lima persen)
Di atas Rp 200.000.000,00 (dua ratus
juta rupiah)
35 % (tiga putuh lima persen)
2. Untuk Wajib Pajak Badan dalam Negeri dan BUT:
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp 50.000.000,00 (lima
putuh juta rupiah)
10 % (sepuluh persen)
Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
15 % (lima belas persen)
Di atas Rp 100.000.000,00 (seratus juta
rupiah)
30 % (tiga puluh persen)
PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK
Dasar yang digunakan untuk menghitung besarnya pajak terutang adalahPenghasilan Kena Pajak (PhKP). Tetap berlandaskan atau bersumber laporan
keuangan perusahaan (laporan laba rugi / profit and loss statement ) setelah
dilakukan koreksi fiskal positif atau negatif dapat diperoleh penghasilan neto setelah
koreksi. Khusus untuk Wajib Pajak orang pribadi, dalam mendapatkan Penghasilan
Kena Pajak harus terlebih dahulu penghasilan neto setelah koreksi dikurangi dengan
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
Pajak Terutang = Tarif x Penghasilan Kena Pajak
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, MsiAKUNTANSI PAJAK
5/16/2018 akuntansi pajak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-pajak-55ab58147bffd 10/36
Tarif yang digunakan dapat mengikuti:
1. Tarif Umum
Tarif pajak ini mengikuti tarif pajak yang ditunjukkan dalam Pasal 17 (lapisan
tarif) Undang-Undang Pajak Penghasilan.
2. Tarif Khusus
Tarif pajak ini mengikuti tarif pajak yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah biasanya ditujükan pada penghasilan tertentu, misalnya bunga
deposito yang diikuti pula dengan pengenaannya yang bersifat final. Dasar
pengenaan juga disebutkan, misalnya penghasilan bruto. Tentu dalam hal ini
tidak mempertimbangkan unsur PTKP.
3. Tarif Sesuai Undang-Undang
Tarif ini sebelumnya untuk menjelaskan bahwa selain tarif sesuai Pasal 17
Undang-Undang PPh terdapat pula yang disebutkan dalam Pasal 23 Undang
PPh ditetapkan dengan tarif 15%, demikian halnya juga tarif Pasal 26 dalam
Undang-Undang PPh ditetapkan dengan tarif 20%.
PENGHITUNGAN PAJAK TERUTANG
Dalam menghitung Pajak Penghasilan yang terutang dibedakan antara Wajib Pajak
dalam negeri dan Wajib Pajak luar negeri. Bagi Wajib Pajak dalam negeri pada
dasarnya terdapat dua cara untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak,yaitu:
1. Penghitungan Pajak Penghasilan dengan dasar pembukuan.
2. Penghitungan Pajak Penghasilan dengan dasar pencatatan.
Contoh: diketahui data dari PT Amarta yang bersumber dari Laporan Keuangan
sehingga dapat dihitung Pajak Penghasilan yang terutang:
Peredaran Bruto Rp 900.000.000,00Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
Penghasilan Rp 300.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 600.000.000,00
PPh Terutang
10% x Rp 50.000.000,00 Rp 5.000.000,00
15% x Rp 50.000.000,00 Rp 7.500.000,00
30% x Rp 500.000.000,00 Rp 150.000.000,00
Total PPh Terutang Rp 162.500.000,00
Kredit Pajak
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, MsiAKUNTANSI PAJAK
5/16/2018 akuntansi pajak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-pajak-55ab58147bffd 11/36
PPh Pasal 22 Rp 12.500.000,00
PPh Pasal 23 Rp 4.000.000,00
PPh Pasal 24 Rp 30.000.000,00
Rp 46.500.000,00
Rp 116.000.000,00
PPh Pasal 25 Rp 42.000.000,00
PPh yang kurang dibayar Rp 74.000.000,00
PENGGABUNGAN PENGHASILAN
Penggabungan penghasilan istri tersebut tidak dilakukan dalam hal penghasilan istri
diperoleh dari pekerjaan sebagai pegawai yang telah dipotong pajak (PPh Pasal 21)
oleh pemberi kerja, dengan ketentuan bahwa:
1. Penghasilan istri tersebut semata-mata diperoleh dari satu pemberi kerja.
2. Penghasilan istri tersebut berasal dari pekerjaan yang tidak ada hubungannya
dengan usaha atau pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga lainnya.
Contoh:
1. Tuan Arifin, yang memperoleh penghasilan dari usaha sebesar Rp
100.000.000,00, mempunyai seorang istri yang menjadi pegawai denganpenghasilan sebesar Rp 50.000.000,00. Apabila penghasilan istri tersebut diperoleh
dari satu pemberi kerja dan telah dipotong pajak oleh pemberi kerja (PPh Pasal 21)
dan pekerjaan tersebut tidak ada hubungannya dengan usaha suami atau anggota
keluarga lainnya, penghasilan sebesar Rp 50.000.000,00 tidak digabungkan dengan
penghasilan Tn Arifin dan pengenaan Pajak Penghasilan atas penghasilan istri
tersebut bersifat final.
2. Apabila selain menjadi pegawai, istri Tn. Arifin juga menjalankan usaha misalnya
salon kecantikan dengan penghasilan sebesar Rp 125.000.000,00 (Rp50.000.000,00 + Rp 75.000.000,00) digabungkan dengan penghasilan Tn.Arifin.
Dengan penggabungan tersebut Tn. Arifin dikenakan Pajak Penghasilai atas
penghasilan sebesar Rp 225.000.000,00 (Rp 100.000.000,00 + Rp 50.000.000 +Rp
75.000.000,00). Potong Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan istri tidak
bersifat final artinya dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang atas penghasilan
sebesar Rp225.000.000,00 tersebut yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan suami (Tn. Arifin).
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, MsiAKUNTANSI PAJAK
5/16/2018 akuntansi pajak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-pajak-55ab58147bffd 12/36
PEMISAHAN PENGHASILAN
Hal lainnya yang perlu diperhatikan bahwa pemisahan dapat pula terjadi apabila
suami istri telah hidup berpisah penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan
pengenaan pajaknya dilakukan sendiri-sendiri. Khusus untuk suami istri yang
perkawinannya dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan secara tertulis,
maka penghitungan pajaknya dilakukan berdasarkan penjumlahan penghasilan neto
suami istri dan masing-masing memikul beban pajak sebanding dengan penghasilan
neto:
Contoh:
Penghasllan neto suami dari usaha Rp 200.000.000,00
Penghasilan neto istri dari gaji dan usaha salon Rp 250.000.000,00 +
Total Penghasilan Neto Rp 450.000.000,00
PTKP
1. Diri WajibPajak Rp 13.200.000,00
2. Tambahan Wajib Pajak kawin Rp 1.200.000,00
3. Tambahan seorang istri
yang penghasilannya digabungkan Rp 13.200.000,00 +
Rp 27.600.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 422.400.000,00
Pajak Penghasilan Terutang atas seluruh penghasilan
1. 5% x Rp 25.000.000,00 Rp 1.250.000,00
2. 10% x Rp 25.000.000,00 Rp 2.500.000,00
3. 15% x Rp 50.000.000,00 Rp 7.500.000,00
4. 25% x Rp 100.000.000,00 Rp 25.000.000,00
5. 35% x Rp 222.400.000,00 Rp 77.840.000,00 +
Total PPh Terutang Rp 114.090.000,00
Pembagian beban pajak berdasarkan Total Penghasilan Neto:
200.000.000,00Suami = x Rp 114.090.000,00 = Rp 50.707.000,00
450.000.000,00
250.000.000,00Istri = x Rp 114.090.000,00 Rp 63.383.000,00
450.000.000,00
Penghasilan Anak yang Belum Dewasa
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, MsiAKUNTANSI PAJAK
5/16/2018 akuntansi pajak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-pajak-55ab58147bffd 13/36
Penghasilan anak yang belum dewasa digabungkan dengan penghasilan orang
tuanya, kecuali penghasilan dari pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan
usaha orang yang mempunyai hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda
dalam garis keturunan lurus dan/atau ke samping satu derajat.
Pengertian anak yang belum dewasa adalah anak yang belum berumur 18
(delapan belas) tahun dan belum pernah menikah. Apabila seorang anak yang belum
dewasa, yang orang tuanya telah berpisah, menerima atau memperoleh penghasilan
maka
pengenaan pajaknya digabungkan dengan penghasilan ayah atau ibunya
berdasarkan keadaan yang sebenarnya.
HUBUNGAN ISTIMEWA
Hubungan istimewa dianggap ada apabila:
1. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling
rendah sebesar 25% (dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain, atau
hubungan antara Wajib Pajak dengan penyertaan paling rendah 25% (dua puluh
lima persen) pada dua Wajib Pajak atau lebih, demikian pula hubungan antara
dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir.
2. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya, atau dua atau lebih Wajib Pajak
berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung.3. Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis
keturunan lurus dan/atau ke samping satu derajat.
Hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat adalah ayah,
ibu, dan anak, sedangkan hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan ke
samping satu derajat adalah saudara. Keluarga semenda dalam garis keturunan
lurus satu derajat adalah mertua dan anak tiri. Sedangkan hubungan keluarga
semenda dalam garis keturunan ke samping satu derajat adalah ipar.
Contoh:PT A mempunyai 50% (lima puluh persen) saham PT B. Pemilikan saham oleh PT A
merupakan penyertaan langsung. Selanjutnya apabila PT B tersebut mempunyai
50% (lima puluh persen) saham PT C, maka PT A sebagai pemegang saham PT B
secara tidak langsung mempunyai penyertaan pada PT C sebesar 25% (dua puIuh
lima persen). Dalam hal demikian antara PT A, PT B, dan PT C dianggap terdapai
hubungan istimewa. Apabila PT A juga memiliki 25% (dua puluh lima persen) saham
PT D, maka antara PT B, PT C, dan PT D dianggap terdapat hubungan istimewa.
Hubungan kepemilikan tersebut di atas dapat juga terjadi antara orang pribadi dan
badan.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, MsiAKUNTANSI PAJAK
5/16/2018 akuntansi pajak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-pajak-55ab58147bffd 14/36
PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh Pasal 21) merupakan Pajak Penghasilan yang
dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dalam
pembayaran lain dengan bentuk dan nama apa pun. Sehubungan dengan pekerjaan,
jasa, atau kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri.
Cara penghitungan PPh sesuai petunjuk tata cara pemotongan Pajak Penghasilan
Pasal 21 untuk Pagawai Tetap sebagaimana untuk menentukan besarnya
penghasilan neto pegawai tetap, penghasilan bruto dikurangi dengan:
1. Biaya jabatan yaitu biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto setinggi-tingginya
Rp 1.296.000,00 (satu juta dua ratus sembilan puluh enam ribu rupiah) setahun
atau Rp 108.000,00 (seratus delapan ribu rupiah) sebulan.
2. Iuran yang terikat pada gaji kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan dan iuran Tabungan Hari Tua atau Tunjangan
Hari Tua (THT) kepada badan penyelenggara Jamsostek, kecuali kepada badan
penyelenggara Taspen, yang dibayar oleh pegawai.
3. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sesuai Pasal 17 Undang-Undang Pajak
Penghasilan.
Contoh Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21
Tn. Darusman adalah pegawai tetap PT Nagoya memperoleh penghasilan setiap
bulan sebesar Rp 1.650.000,00. Kewajiban setiap bulan yang harus dibayar Tn.
Darusman adalah iuran pensiun sebesar Rp 25.000,00. Berdasarkan data tersebut,
hitunglah PPh terutang setiap bulan yang harus dibayar, apabila Tn. Darusman telah
menikah dan tidak mempunyai tanggungan serta bagaimana PT Nagoya melakukan
pencatatannya melalui ayat jurnal. Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah
sebagai berikut:Gaji sebulan Rp 1.650.000,00
Pengurangan
1. Biayajabatan 5% x Rp 1.650.000,00 Rp 82.500,00
2. Iuran pensiun Rp25.000,00 +
Rp 107.500,00 -
Penghasilan neto sebulan Rp 1.542.000,00
Penghasilan neto setahun (12 X Rp 1.542.000,00) Rp 18.510.000,00
PTKP
Untuk Wajib Pajak Rp 13.200.000,00
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, MsiAKUNTANSI PAJAK
5/16/2018 akuntansi pajak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-pajak-55ab58147bffd 15/36
Untuk Status Kawin Rp 1.200.000,00
Rp 14.400.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 4.110.000,00
PPh Pasal 21 setahun 5 % X Rp 4.110.000,00 = Rp 205.000,00
PPh Pasal 21 sebulan 1/12 X Rp 205.000,00 = Rp 17.125,00
Ayat jurnal yang dibuat adalah:
1.Pada saat pemotongan pajak atas pembayaran gaji setiap bulan
Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
Biaya Gaji
Iuran Pensiun Terutang
PPh Pasal 21 Terutang
Kas dan Bank
1.650.000,00
25.000,00
17.125,00
1.607.875,00
2. Pada perusahaan menyetor ke kas negara dan pembayaran iuran pensiun via
bank
Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
PPh Pasal 21 Terutang
Iuran Pensiun Terutang
Kas dan Bank
25.000,00
17.125,00
42.125,00
Kemungkinan si penanggung pajaknya sebagian atau seluruhnya adalah pemberi
kerja, dapat berupa tunjangan pajak atau berupa kenikmatan.
Perlakuan dalam pajak tersebut:
1. Bagi pihak pemberi kerja tunjangan pajak tersebut dapat dianggap sebagai biaya
sedangkan bagi pekerja tunjangan pajak dianggap sebagai penghasilan.
2. Kenikmatan berupa Pajak Penghasilan Pasal 21 atas pekerja yang ditanggung
oleh pemberi kerja tidak dapat dibiayakan oleh pemberi kerja, demikian
sebaliknya bagi pekerja tidak dinyatakan sebagai penghasilan.
Pemberian natura atau kenikmatan lainnya kepada pekerja dengan perlakuan
pajak sebagai berikut:
1. Bagi pihak pemberi kerja pemberian natura atau kenikmatan lainnya sebagai
contoh kenikmatan mendiami rumah dinas, kecuali di daerah tertentu, tidak dapat
dibiayakan, sebaliknya bagi pekerja natura juga tidak dianggap sebagai
penghasilan. Khusus natura yang diberikan oleh bukan subjek pajak justru
dianggap sebagai penghasilan bagi pekerja. Untuk daerah tertentu telah diatur
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, MsiAKUNTANSI PAJAK
5/16/2018 akuntansi pajak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-pajak-55ab58147bffd 16/36
dalam keputusan Menteri Keuangan Nomor 446/KMK.04/2000/Tanggál 3
November 2000.
Contoh:
Tn. Yamin berstatus kawin dan mempunyai tanggungan 3 (tiga) orang anak,
bekerja pada PT Nirwana dengan gaji Rp 900.000,00 sebulan dan diberikan
tunjangan pajak sebesar Rp 5.000,00 serta iuran pensiun yang dibayar Tn.
Yamin Rp 12.000,00 sebulan ke Yayasan Dana Pensiun yang pendIrinya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan.
Gaji sebulan Rp 900.000,00
Tunjanganpajak Rp 5.000,00
PPh Pasal 21 terutang Rp 12.775,00
luran Pensiun terutang Rp 12.000,00
Ayat jurnal yang disusun:
1. Saat pembayaran gaji
Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
Gaji
Tunjangan Pajak
PPh Pasal 21 Terutang
Iuran pensiun Terutang
Kas dan Bank
900.000,00
5.000,00
12.775,00
12.000,00
880.225,00
2. Saat penyetoran PPh Pasal 21 dan luran Pensiun
Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
PPh Pasal21 Terutang
Iuran pensiun Terutang
Kas dan Bank
12.775,00
12.000,00
24.775,00
3. Saat pembebanan biaya atas tunjangan pajak
Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
Saldo Laba
Tunjangan Pajak
5.000,00
5.000,00
Apabila kesalahan dalam pembebanan atau penghitungan PPh Pasal 21, contohnya
pemberian natura mungkin secara akuntansi komersial telah dibebankan sebagai
biaya, namun untuk kepentingan akuntansi pajak haruslah dilakukan koreksi positif
atas penghasilan kena pajak.
Sifat pemotongan PPh Pasal 21 ditinjau dari pihak yang dipotong.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, MsiAKUNTANSI PAJAK
5/16/2018 akuntansi pajak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-pajak-55ab58147bffd 17/36
1. Pemotongan PPh Pasal 21 bersifat tidak final, artinya PPh Pasal 21 sebagai
pembayaran pendahuluan, tetapi dikecualikan bagi Wajib Pajak yang
memperoleh penghasilan semata-mata dari satu pemberi kerja.
2. Pemotongan PPh Pasal 21 bersifat final, artinya PPh Pasal 21 yang telah
dipotong, oleh pemberi kerja tidak digunakan sebagai pembayaran pendahuluan
atau kredit pajak. Dalam PSAK Nomor 46 juga memberikan batasan Pajak
Penghasilan final yang diartikain sebagai Pajak Penghasilan yang bersifat final
yaitu bahwa setelah pe1unasannya, kewajiban pajak telah selesai dan
penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan final tidak digabungkan dengan
jenis penghasilan lain yang terkena Pajak Penghasilan yang bersifat tidak final.
Uang tebusan pensiun yang dibayarkan oleh dana Pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, tunjangan hari tua dan tabungan hari tua yang
diterimakan sekaligus oleh badan penyelenggara Jamsostek dikenakan PPh yang
bersifat final:
a. Penghasilan bruto sampai dengan Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah
dikecualikan dari pemotongan pajak.
b. Penghasilan bruto di atas Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) sebesar
5 % (lima persen).
c. Penghasilan bruto di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampaidengan Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) sebesar 10% (sepuluh persen).
d. Penghasilan bruto di atas Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) sampai
dengan Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) sebesar 15% (lima belas
persen).
e. Penghasilan bruto di atas Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) sebesar
25% (dua puluh lima persen).
Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 final:1. Uang tebusan pensiun yang dibayarkan oleh dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan tunjangan han tua atau tabungan hari
tua yang dibayarkan sekaligus oleh badan penyelenggara jaminan sosial tenaga
kerja.
2. Uang pesangon.
3. Hadiah atau penghargaan perlombaan.
4. Honorarium atau komisi yang dibayarkan kepada penjaja barang dan petugas
dinas luar asuransi.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, MsiAKUNTANSI PAJAK
5/16/2018 akuntansi pajak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-pajak-55ab58147bffd 18/36
5. Penghasilan yang dibayarkan kepada Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil,
anggota TNII Polri, selain Pegawai Negeri Sipil Golongan II d ke bawah dan
Anggota TNI/ Polri berpangkat Pembantu Letnan Satu ke bawah, yang
dibebankan ke APBN/APBD berupa hononarium, uang sidang, uang hadir, uang
lembur, dan lain-lain dikenakan PPh Pasal 21 bersifat final sebesar 15%.
PAJAK PENGHASILAN PASAL 22
Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh Pasal 22) ini dimaksudkan pajak yang dipungut
atas transaksi pembelian yang dananya bersumber dan APBN/APBD dan transaksi
yang dilakukan oleh lembaga-lembaga atau badan tertentu, baik badari pemerintah
maupun swasta, berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di
bidang lain.
Pemungutan PPh Pasal 22 dilakukan:
1. Atas pembelian barang dipungut oleh Direktur Jenderal Anggaran,
Bendaharawan Pemerintah Pusat atau Daerah, BUMN atau BUMD yang
dananya dari belanja negara atau belanja daerah, dipungut PPh Pasal 22
sebesar 1,5 % (satu setengah persen) dari harga pembelian.2. Atas impor barang dipungut oleh Bank Devisa dan Direktur Jenderal Bea dan
Cukai terhadap:
a. Importir yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API), dipungut PPh
Pasal 22 sebesar 2,5% (dua setengah persen) dari nilai impor.
b. Importir yang tidak menggunakan API, dipungut PPh Pasal 22 sebesar 7,5%
(tujuh setengah persen) dari nilai impor.
c. Yang tidak dikuasai, dipungut PPh Pasal 22 sebesar 7,5% (tujuh setengah
persen) dari harga jual lelang.3. Atas penjualannya di dalam negeri yang dilakukan oleh badan usaha yang
bergerak di bidang usaha industri:
a. Semen dan distributor tunggal/utama pada saat penjualan semen di dalam
negeri dipungut PPh Pasal 22 sebesar 0,25% dari Dasar Pengenaan Pajak
(DPP) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bersifat tidak final.
b. Rokok atas penjualan rokok di dalam negeri kecuali industri rokok yang
tergolong perusahaan tembakau bernomor pengawasan K. 1000
sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan No.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, MsiAKUNTANSI PAJAK
5/16/2018 akuntansi pajak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-pajak-55ab58147bffd 19/36
53/KMK.05/1994 dipungut PPh Pasal 22 sebesar 0,12% dari harga bandrol
dan bersifat final.
c. Kertas atas penjualan kertas di dalam negeri dipungut PPh Pasal 22 sebesar
0,1% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN dan bersifat tidak final.
d. Baja atas penjualan hasil produknya di dalam negeri dipungut PPh Pasal 22
sebesar 0,3% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN dan bersifat tidak
final oleh badan usaha yang bergerak di bidang industri baja yang merupakan
industri hulu.
4. Atas penjualan semua jenis kendaraan bermotor, dipungut PPh Pasal 22 sebesar
0,45% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN.
5. Atas penjualan hasil produksi berupa bahan bakar minyak jenis premix dan gas
yang dilakukan oleh Pertamina dan badan usaha selain Pertamina yang bergerak
di bidang bahan bakar minyak jenis premix dan gas, dipungut PPh Pasal 22
sebagai berikut:
SPBU Swastanisasi SPBU Pertamina
a. Premium
Solar
Premix/Super TT
b. Minyak tanah
0,3 % X penjualan
0,3 % X penjualan
0,3 % X penjualan
0,3 % X penjualan
0,25 % X penjualan
0,25 % X penjualan
0,25 % X penjualan
c. Gas LPG 0,3 % X penjualan
d. Pelumas 0,3 % X penjualan
AKUNTANSI PPh PASAL 22
PPh Pasal 22 yang dipungut didasarkan atas prakiraan penghasilan yang akan
diperoleh dan aktivitas. Secara akuntansi tidak terdapat perbedaan dalam melakukan
pencatatan transaksi tersebut.
Contoh :
PT Wahana adalah distributor tunggal semen Tiga Roda menjual semen senilai Rp
400.000.000,00 kepada PT Sarana Jaya secara tunai. Tarif PPh Pasal 22 sebesar 0,25% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN.
Ayat jurnal yang disusun oleh PT Wahana (pihak pemungut) adalah:
1. Saat terjadi transaksi
Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
Kas dan Bank
PPh Pasat 22 Terutang
Penjualan
401.000.000,00
1.000.000,00
400.000.000,00
2. Saat penyetoran PPh Pasal 22
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, MsiAKUNTANSI PAJAK
5/16/2018 akuntansi pajak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-pajak-55ab58147bffd 20/36
Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
PPh Pasat 22 Terutang
Kas dan Bank
401.000.000,00
401.000.000,00
Ayat jurnal yang disusun oleh PT Sarana (pihak yang dipungut):1. Saat membeli barang
Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
Pembelian
PPh Pasal 22
Kas dan Bank
400.000.000,00
1.000.000,00
401.000.000,00
2. Saat pengkreditan pajak
Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
PPh Pasal 22 Terhutang
PPh Pasal 22
1.000.000,00
1.000.000,00
PAJAK PENGHASILAN PASAL 23
Pajak Penghasilan Pasal 23 merupakan Pajak Penghasilan yang dipotong atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk
usaha tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan
kegiatan selain yang telah dipotong PPh Pasal 21, yang dibayarkan atau terutang
oleh badan pemerintah atau subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan,
bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.
Pemotongan PPh Pasal 23 ini dilakukan:
1. Atas dividen, bunga termasuk premium, didiskonto, dan imbalan sehubungan
dengan jaminan pengembalian utang, royalti, hadiah dan penghargaan selain
yang telah dipotong PPh Pasal 21 ayat (1) huruf e dipotong PPh Pasal 23
sebesar 15% dari jumlah bruto bersifat tidak final.
2. Atas sewa dan penghargaan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali
sewa dari penghasilan lain sehubungan dengan persewaan tanah dan/ atau
bangunan yang telah dikenakan PPh berdasarkan PP No. 29 Tahun 1996,
dipotong PPh Pasal 23 sebesar 15% dari perkiraan penghasilan neto.
3. Atas imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konsultan
hukum, jasa konsultan pajak, dan jasa lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal
23 ayat (1) huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan, dipotong PPh Pasal 23
sebesar 15% dari perkiraan penghasilan neto.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, MsiAKUNTANSI PAJAK
5/16/2018 akuntansi pajak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-pajak-55ab58147bffd 21/36
Jasa lain dimaksud meliputi antara lain jasa akuntansi dan pembukuan, jasa akta
waris, jasa penilai, jasa perantara, dan lain-lain. Tidak ubahnya dengan PPh Pasal
22, pada Pasal 23 terdapat pengecualian dalam arti tidak dipotong PPh Pasal 23,
yaitu:
1. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank.
2. Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha hak
opsi.
3. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, yayasan atau organisasi yang
sejenis, BUMN, atau BUMD, dan penyertaan modal pada badan usaha yang
didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia.
4. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksa dana.
5. Bagian laba yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura dan badan
pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di
Indonesia dengan syarat badan pasangan usaha tersebut.
a. Merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan
dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
b. Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.
6. Sisa basil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya.
7. Berupa simpanan yang tidak melebihi jumlah Rp 240 000 00 setlap bulan yangdibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya.
8. Bunga dan obligasi yang diperdagangkan di pasar modal di Indonesia dan
dividen dan saham pada perseroan terbatas yang tercatat di bursa efek di
Indonesia yaitu diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan Menteri Keuangan.
AKUNTANSI PPh PASAL 23
PPh Pasal 23 yang sifat pengenaannya final atau pengenaannya bersifat tidak final,maka pencatatan PPh Pasal 23 yang bersifat tidak final akan dicatat pada kedua
belah pihak.
Sebagai contoh PT Naroda membayar bunga pinjaman kepada PT Nakula sebesar
Rp 200.000.000,00 atas pembayaran tersebut dipotong PPh Pasal 23 sebesar 15%
dari jumlah bruto.
Ayat jurnal-jurnal yang dibuat oleh PT Nakoda (pemberi hasil):
1. Saat pembayaran bunga
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, MsiAKUNTANSI PAJAK
5/16/2018 akuntansi pajak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-pajak-55ab58147bffd 22/36
Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
Biaya Bunga
PPh Pasal. 23 Terutang
Kas dan Bank
200.000.000,00
30.000.000,00
170.000.000,00
2. Saat menyetor ke Kas Negara melalui bank Persepsi
Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
PPh Pasal. 23 Terutang
Kas dan Bank
30.000.000,00
30.000.000,00
Ayat jurnal yang dibuat oleh PT Nakula (penerima hasil)
1. Saat menerima bunga
Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
Kas dan Bank
PPh Pasal. 23
Penghasilan Bunga
170.000.000,00
30.000.000,00
200.000.000,00
2. Saat pengkreditan
Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
PPh Terutang
PPh Pasal. 23
30.000.000,00
30.000.000,00
JENIS JASA LAIN DAN PERKIRAAN PENGHASILAN NETO ATAS JASA
TEKNIK, JASA MANAJEMEN, DAN JASA LAIN
Termasuk Jenis Jasa Lain
Pengertian jumlah imbalan bruto khusus untuk jasa konstruksi dan jasa catering
adalah jumlah imbalan yang dibayarkan seluruhnya, termasuk atas pemberian jasa
dan pengadaan material/barangnya.
Jenis jasa lainnya yang imbalan jasanya dipotong Pajak Penghasilan Pasal 23
sebesar 15% dari perkiraan penghasilan neto adalah “imbalan sehubungan dengan
jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain
sbagaimana diatur dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c UU No. 17 Tahun 2000 tentang
Pajak Penghasilan, yang dilakukan Wajib Pajak dalam negeri atau Bentuk Usaha
Tetap (BUT) selain jasa yang telah dipotong PPh Pasal 21”
Jenis jasa lain dan perkiraan penghasilan neto atau jasa teknik, jasa
manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain yang atas imbalannya
dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) hurufc
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, MsiAKUNTANSI PAJAK
5/16/2018 akuntansi pajak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-pajak-55ab58147bffd 23/36
UU No. 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga UU No. 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan.
Pengaturan terbaru ini tertuang dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. Per.
178/Pj/2006 tanggal 26 Desember 2006 yang berlaku per 1 Januari 2007.
Perkiraan Penghasilan Neto atas jasa teknik, jasa manajemen, jasa
konstruksi, dan jasa lain yang atas imbalannya dipotong PPh sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan
sebagai berikut:
No. Jenis Penghasilan/Jasa Perkiraan Penghasilan
Neto
1. Jasa teknik, jasa manajemen, dan jasa lain
kecuali jasa pengeboran (jasa drilling ) di bidang
penambangan minyak dan gas bumi (migas)
yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap, jasa di
bidang perdagangan surat-surat berharga yang
dilakukan oleh BEJ, BES, KSEI, dan KPEI, jasa
custodian/penimpanan/Penitipn yang dilakukan
KSEI, serta jasa-jasa yang disebutkan dalam
angka 2, 3, 4, dan 5.
30% dari jumlah bruto
tidak termasuk PPN
2. a. Jasa pencanaan konstruksi
b. Jasa pengawasan konstruksi
c. Jasa konsultasi, kecuali jasa konsultasi hukum
dan konsultasi pajak
26 2/3 % dari jumlah bruto
tidak termasuk PPN
3. a. Jasa penyelidikan dan keamanan
b. Jasa kurir (titipan swasta)
c. Jasa biro perjalanan wisata
d. Jasa agen perjalanan swasta
e. Jasa konvensi, pameran, dan perjalanan
insentif
f. Jasa freight forwarding
g. Jasa pengepakan
h. Jasa maklon
20% dari jumlah bruto
tidak termasuk PPN
4. Jasa pelaksanaan konstruksi termasuk:
a. Jasa perawatan/pemeliharaan/perbaikan
bangunan
b. Jasa instalasi/pemesangan mesin kabelc. Iklan
13 1/3 % dari jumlah bruto
tidak termasuk PPN
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, MsiAKUNTANSI PAJAK
5/16/2018 akuntansi pajak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-pajak-55ab58147bffd 24/36
Sepanjang jasa tersebut dilakukan oleh Wajib
Pajak
yang ruang lingkup pekerjaannya di bidang
konstruksi dan mempunyai izin/sertifikasi sebagai
pengusaha konstruksi.
5. a. Jasa katering
b. Jasa pembasmian hama
c. Jasa kebersihan (cleaning service)
10% dari jumlah bruto
tidak
termasuk PPN
Beberapa pengertian sehubungan dengan jasa yang diatur dalam Peraturan
Direktur Jenderal Pajak dimaksud:
1. Jasa Teknik ialah pemberian jasa dalam bentuk informasi yang berkenaan
dengan pengalaman dalam bidang industri perdagangan dan ilmu pengetahuan
yang dapat meliputi:
a. Pelaksanaan suatu proyek;
b. Pembuatan suatu jenis produk;
c. Jasa teknik dapat pula berupa pemberian iriformasi yang berkenaan dengan
pengalaman-pengalaman di bidang manajemen.
2. Jasa Manajemen ialah pemberian jasa dengan ikut serta secara langsung dalam
pelaksanaan manajemen dalam balas jasa berupa imbalan manajemen
(management fee).
3. Pengertian Jasa Penyelidikan dan Keamanan adalah semua pemberian
penyelidikan, pengawasan, penjagaan, dan kegiatan atau perlindungan untuk
keselamatan perorangan dan harta milik, termasuk penyelidikan latar belakang
seseorang, pencarian jejak orang hilang, pencurian, dan penggelapan, serta
patroli.
4. Pengertian Jasa Kurir (Jasa Titipan Swasta) sebagaimana dimaksud pada (3
Lampiran II peraturan ini adalah semua pemberian pelayanan penye1enggaraan
pengiriman barang dan uang yang dilakukan oleh swasta, tidak termasuk
pengirimàn surat, warkat pos, dan kartu pos yang berperangko.
5. Pengertian Jasa Biro Perjalanan Wisata adalah semua pemberian pelayanan
perencanaan dan pengemasan komponen perjalanan wisata yang meliputi
sarana wisata, objek, daya tank wisata, dan jasa pariwisata lainnya dalam bentuk
paket wisataantara lain melakukan penyelenggraan dan penjualan paket wisata
dengan cara menyalurkan melalui agen perjalanan wisata atau menjual langsung
kepada wisatawan atau konsumen, melakukan penyediaan layanan angkutan
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, MsiAKUNTANSI PAJAK
5/16/2018 akuntansi pajak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-pajak-55ab58147bffd 25/36
wisata, melakukan pemesanan akomodasi, restoran, tempat konvensi, dan tiket
penjualan seni budaya serta kunjungan ke objek dan daya tank wisata.
6. Pengertian Jasa Agen Perjalanan Wisata adalah semua pemberian pelayanan
penjualan paket wisata yang dikemas oleh biro perjalanan wisata yang
melakukan pemesanan tiket angkutan udara, laut, dan darat baik untuk tujuan
dalam maupun luar negeri, melakukan pemesanan akomodasi, dan melakukan
pengurusan dokumen perjalanan berupa paspor dan visa atau dokumen lain
yang dipersamakan.
7. Pengertian Jasâ Konvensi, Pameran, dan Perjalanan Insentif adalah semua
kegiatan pemberian jasa pelayanan bagi suatu pertemuan sekelompok orang
(negarawan, usahawan, cendekiawan, dan sebagainya), termasuk usaha jasa
merencanakan, menyusun, dan menyelenggarakan program perjalanan insentif
dan pameran serta event organizer.
8. Pengertian Jasa Freight Forwarding adalah usaha yang ditujukan untuk mewakili
kepentingan pemilik barang untuk mengurus semua kegiatan yang diperlukan
bagi terlaksananya pengiriman barang melalui transportasi darat, laut, dan udara.
(Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 10 Tahun 1988 tentang Jasa
Pengurusan Transportasi.)
9. Pengertian Jasa Pengepakan adalah usaha pengepakan atas dasar balas jasa
(fee) atau kontrak. Termasuk pula pengalengan, pembotolan, pelabelan,pembungkusan kado (hadiah), dan sejenisnya.
10. Pengertian Jasa Maklon adalah semua pemberian jasa dalam rangka proses
penyelesaian suatu barang tertentu yang proses pengerjaannya dilakukan oleh
pihak pemberi jasa (yang disubkontrakkan), yang spesifikasi, bahan baku,
dan/atau barang setengah jadi dan/atau bahan penolong/pembantu yang akan
diproses sebagian atau seluruhnya disediakan oleh pengguna jasa, dan
kepemilikan atas barang jadi berada pada pengguna jasa. Pengertian jasa
makion harus memenuhi ketiga unsur tersebut.
PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 ATAS JASA KONSULTAN DI BIDANG
PERIKLANAN
Untuk lebih memberikan kejelasan atas perlakuan PPh Pasal 23 atas Jasa Konsultan
di bidang perikianan keluarlah Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE
04/Pj.31/2002
Tanggal 12 Juli 2002.
Pokok-pokok yang perlu diperhatikan:
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, MsiAKUNTANSI PAJAK
5/16/2018 akuntansi pajak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-pajak-55ab58147bffd 26/36
1. Penegasan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No SE 10/Pj 3/1998 tentang
Perlakuan Perpajakan atas Perusahaan Perikianan bahwa atas imbalan
konsultan yang diterima/diperoleh perusahaan perikianan dikenakan pemotongad
Pajak Penghasilan sebesar 4% dari imbalan bruto dan bersifat final.
2. Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. Kep. 170/P j12002 Tanggal 28 Maret 2
tentang Jenis Jasa Lain dan Perkiraan Penghasilan Neto menetapkan besarnya
perkiraan penghasilan neto atas imbalan jasa konsultan selain konsultai
konstruksi sebesar 50% dari jumlah bruto tidak termasuk PPN. Jasa konsultan
selain jasa konsultan konstruksi merupakan objek pemotongan PPh Pasal 23
yang dihitung pajaknya 15% x 50% atau 7,5% dari jumlah imbalan bruto tidak
termasuk PPN dan bersifat tidak final yang berlaku per 1 Mei 2002.
3. Jasa konsultasi di bidang periklanan yang diberikan oleh perusahaan periklanan
antara lain strategi pemasaran, strategi promosi, bentuk promosi, survey
pemasaran, pangsa pasar, konsultasi bentuk warna, dan jenis kemasan. Jasa
konsultasi tersebut yang diterima/diperoleh perusahaan periklanan dikenakan
PPh Pasal 23 sebesar 7,5% dari jumlah bruto. Pemberlakuannya mulai tanggal 1
Mei 2002.
PERKIRAAN PENGHASILAN NETO SEWA
Penghasilan berupa sewa dari penghasilan lain sehubungan dengan penggunaanharta dan imbalan jasa yang dipotong PPh Pasal 23 sebesar 15% dari penghasilan
neto adalah sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta sewa
dan penghasilan lain sehubungan dengan persewaan atau bangunan yang telah
dikenakan pajak penghasilan yang bersifat final berdasarkan Peraturan Pemerintah
No. 29 Tahun 1996 yang telah diperbarui dengan Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun
2002 Tanggal 23 Maret 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 29
Tahun 1996 tentang Pembayaran Pajak Penghasilan atas Penghasilan dan
Persewaan Tanah dan/atau Bangunan, sebagai berikut:No Jenis Jasa Perkiraan Penghasilan
Neto
1.
2.
Sewa dan penghasilan lainnya sehubungan
dengan penggunaan harta khusus kendaraan
angkutan darat.
Sewa dan penghasilan lainnya sehubungan
dengan penggunaan harga kecuali sewa dan
penghasilan lain sehubungan dengan persewaantanah dan/atãu bangunan yang telah dikenakan
262/3 % dari jumlah bruto
tidak termasuk PPN
40% dari jumlah bruto
tidak
termasuk PPN
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, MsiAKUNTANSI PAJAK
5/16/2018 akuntansi pajak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-pajak-55ab58147bffd 27/36
pajak penghasilan yang bersifat final berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1996 dan
sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta khusus kendaraan angkutan
darat.
Pengertian sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
khusus kendaraan angkutan darat sebagaimana dimaksud pada angka (1) Lampiran
I peraturan ini adalah:
1. Sewa kendaraan angkutan umum berupa bus minibus, taksi yang disewa untuk
jangka waktu tertentu baik secara harian, maupun bulanan,berdasarkan suatu
perjanjian tertulis atau tidak tertulis antara pemilik kendaraan angkutan umum
dengan Wajib Pajak badan/atau Wajib Pajak orang pribadi yang ditunjuk sebagai
pemotong PPh Pasal 23.
2. Sewa kendaraan milik perusahaan persewaan mobil, perusahaan bus wisata,
dan milik orang pribadi yang bukan merupakan kendaraan angkutan umum yang
disewakan kepada Wajib Pajak badan/atau Wajib Pa)ak orang pribadi yang
ditunjuk sebagai pemotong PPh Pasal 23.
3. Sewa kendaraan berupa truk, mobil derek, taksi milik perusahaan/orang pribadi
yang disewa oleh suatu perusahaan angkutan untuk keperluan operasi usaha
angkutan darat atau untuk keperluan lain.
PAJAK PENGHASILAN PASAL 25
PPh Pasal 25 adalah angsuran Pajak Penghasilan yang harus dibayar sendiri oleh
Wajib Pajak setiap bulan dalam tahun pajak berjalan. Besarnya angsuran pajak
tersebut (PPh Pasal 25) digunakan sebagai kredit pajak terhadap pajak yang
terutang atas seluruh penghasilan Wajib Pajak pada akhir tahun pajak yang
dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan.
Besarnya PPh Pasal 25 dapat dihitung dengan rumus berikut:
PPh terutang menurut SPT Tahunan PPh tahun lalu dikurangi dengan PPh yang
dipotong dan/atau dipungut serta PPh yang dibayar atau terutang di luar negeri yang
boleh dikreditkan (Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, dan Pasal 24) selanjutnya dibagi
dengan 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.Contoh:
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, MsiAKUNTANSI PAJAK
5/16/2018 akuntansi pajak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-pajak-55ab58147bffd 28/36
Pajak Terutang berdasarkan SPT Tahunan
Pajak Penghasilan tahun 2007 Rp 100.000.000,00
Dikurangi
1. Pajak Penghasilan yang dipotong
pemberi kerja (PPh Pasal 21) Rp 20.000.000,00
2. Pajak Penghasilan yang dipungut
oleh pihak lain (PPh Pasal 22) Rp 10.000.000,00
3. Pajak Penghasilan yang dipotong
oleh pihak lain (PPh Pasal 23) Rp 15.000.000,00
4. Kredit Pajak Penghasilan
luar negeri (PPh Pasal 24) Rp 7.000.000,00
Rp 152.000.000,00
Pajak Penghasilan yang dibayar sendiri Rp 48.000.000,00
Besarnya PPh Pasal 25 yang harus dibayar sendiri tiap bulan untuk tahun pajak
2008 = 1/12 x Rp 48.000.000,00 = Rp 4.000.000,00.
AKUNTANSI PPh PASAL 25
Berdasarkan pada contoh di atas, pihak yang membayar PPh Pasal 25 akan
menyusun ayat jurnal:1. Saat penyetoran setiap bulan
Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
PPh Pasal 25
Kas dan Bank
4.000.000,00
4.000.000,00
Saat diperhitungkan dengan PPh terutang
Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
PPh Terhutang
PPh Pasal 25
48.000.000,00
48.000.000,00
PAJAK PENGHASILAN PASAL 26
PPh Pasal 26 dalam hal pengenaan Pajak Penghasilan menurut perundang-
undangan perpajakan menganut dua sistem, yaitu:
1. Sistem Pemenuhan Sendiri : Sistem ini kewajiban perpajakan untuk Wajib Pajak
luar negeri yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui suatu
bentuk usaha tetap di Indonesia
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, MsiAKUNTANSI PAJAK
5/16/2018 akuntansi pajak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-pajak-55ab58147bffd 29/36
2. Sistem Pemotongan : Pada sistem pemotongan ini, dilakukan pemotongan pajak
terhadap penghasilan oleh pihak yang wajib membayar bagi Wajib Pajak luar
negeri lainnya.
AKUNTANSI PPh PASAL 26
Khusus untuk PPh Pasal 26, apabila terjadi pembayaran dividen dan bunga ditujukan
pembayarannya kepada Wajib Pajak luar negeri yang bersifat final (tetapi juga perlu
diperhatikan adanya perjanjian perpajakan dengan negara lain) maka tarif yang
umumnya diberlakukan untuk PPh Pasal 26 yaitu sebesar 20% (dua puluh persen)
haruslah diperlukan penyesuaian dengan tarif menurut perjanjian perpajakan (tax
treaty ). Dengan menggunakan tarif yang lebih rendah terhadap Wajib Pajak luar
negeri harus menunjukkan keterangan domisili (certificate of residence) dari kantor
pajak negara asal. Secara umum akuntansi komersial dan akuntansi pajak berkaitan
dengan PPh Pasal 26 tidak terdapat perbedaan perlakuan.
Contoh:
PT Dahana membayar premi asuransi kepada Nagoya Corporal Ltd. sebesar Rp
30.000.000,00 dengan perkiraan penghasilan neto sesuai Keputusan Menteri
Keuangan sebesar 50%. Penghitungan PPh Pasal 26 yang dipotong oleh PT
Dahana = (20% x 50% X Rp 30.000.000,00) = Rp 3.000.000,00
Ayat jurnal bagi pihak pemotong:
1. Saat pemotongan PPh Pasal 26
Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
Premi asuransi
Kas dan Bank
PPh Pasal 26 Terutang
30.000.000,00
27.000.000,00
3.000.000,00
2. Saat penyetoran PPh Pasal 26
Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
PPh Pasal 26 Terhutang
Kas dan Bank
3.000.000,00
3.000.000,00
AKUNTANSI PAJAK ATAS PPh YANG PENGENAANNYA BERSIFAT FINAL
Penghasilan-penghasilan tertentu yang pengenaannya bersifat final meliputi Bunga
Deposito dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Peraturan Pemerintah No. 138 Tahun 2000 Tanggal 15 Desember atas
bunga deposito dan tabungan serta sertifikat Bank Indonesia termasuk bunga yangditerima atau diperoleh dan deposito dan tabungan yang ditempatkan di luar negeri
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, MsiAKUNTANSI PAJAK
5/16/2018 akuntansi pajak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-pajak-55ab58147bffd 30/36
melalui bank yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau cabang
bank luar negeri di Indonesia dikenakan pernotongan pajak yang bersifat final oleh
bank termasuk Bank Indonesia. Sedangkan tarifdiatur sebagai berikut:
1. Sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto dan bersifat final, atas bunga
dan diskonto yang terutang atau dibayarkan kepada penerima penghasilan, baik
orang pribadi maupun badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap di Indonesia.
2. Sebesar 20% (dua puluh persen) dan jumlah bruto atau sesuai dengan tariff yang
ditetapkan dalam Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (Tax Treaty ) dan
bersifat final, atas bunga diskonto yang terutang atau dibayarkan kepada
penerima penghasilan Wajib Pajak Luar Negeri, baik orang pribadi maupun
badan selain bentuk usaha tetap di Indonesia.
Perlakuan Pajak Penghasilan terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi yang
Berpenghasilan Rendah
Wajib Pajak dalam negeri orang pribadi yang tergolong berpenghasilan relatif rendah
dari
seluruh penghasilannya termasuk bunga dan diskonto yang dalam satu tahun pajak
tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), atas pajak yang telah dipotongtersebut dapat diajukan permohonan restitusi melalui prosedur restitusi sederhana.
Dikecualikan dan Pemotongan Pajak Penghasilan
Atas penghasilan berupa bunga yang berasal dari deposito dan tabungan serta
Sertifikat Bank Indonesia, yang dikecualikan atau tidak dilakukan pemotongan Pajak
Penghasilan adalah:
1. Bunga dari deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia
sepanjang jumlah deposito dan tabungan serta Sertifikat Bank Indonesia tersebut
tidak melebihi Rp 7.500.000,00 (tujuh juta lima ratus ribu rupiah) dan bukanmerupakan jumlah yang dipecah-pecah.
2. Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di
Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia.
Contoh:
PT Bank Aman membayar bunga bank sebesar Rp 10.000.000,00 kepada PT
Amarta atas deposito.
Jumlah bunga yang dibayarkan = 20% x Rp 10.000.000,00 = Rp 2.000.000,00. Ayat
jurnal yang dibuat oleh PT Bank Aman adalah sebagai berikut:
1. Saat pengakuan beban bunga
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, MsiAKUNTANSI PAJAK
5/16/2018 akuntansi pajak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-pajak-55ab58147bffd 31/36
Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
Beban Bunga
Utang Bunga
PPh Final
10.000.000,00
8.000.000,00
2.000.000,00
2. Saat pembayaran beban bunga
Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
Utang Bunga
PPh Final
Kas dan Bank
8.000.000,00
2.000.000,00
10.000.000,00
BEBERAPA JENIS PENGHASILAN YANG PENGENAAN PAJAKNYA BERSIFAT
FINAL
Terdapat beberapa jenis penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final
dengan dasar hukum Peraturan Pemerintah atau Keputusan/Peraturan Menteri
Keuangan akan disampaikan pada tabel berikut, sedangkan perlakuan yang perlu
diperhatikan:
1. Penghasilan yang dikenakan PPh final tidak digabungkan dengan penghasilan
yang dikenakan pajak dengan tariff progresif pada akhir tahun.
2. Jumlah PPh atas penghasilan yang dikenakan PPh,yangbersifat final tersebut
tidak dapat diperhitungkan/dikreditkan dengan PPh yang terutang atas
Penghasilan Kena Pajak yang dikenakan pajak dengan tarif progresif pada akhir
tahun.
3. Biaya/pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
yang pengenaan PPh-nya bersifat final tidak dapat dikurangkan dalam rangka
penghitungan Penghasilan Kena Pajak.
Jenis penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final secara ringkas
tampak pada tabel berikut:
No Jenis Penghasilan Tarif Keterangan Dasar Hukum1. Bunga
Deposito/Tabungan
dan Diskonto Sertifikat
Bank Indonesia (SBI)
20%
20%
Jumlah bruto bagi
Wajib Pajak dalam
negeri
Jumlah bruto bagi
Wajib Pajak luar negeri
atau tariff berdasarkan
perjanjian
penghindaran pajak
berganda (P3B) yang
Pasal 4 ayat (2)
PP No. 13 1/2000
51/KMK.04/01
Kep.217/PJ/01
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, MsiAKUNTANSI PAJAK
5/16/2018 akuntansi pajak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-pajak-55ab58147bffd 32/36
berlaku
2. Hadiah Undian 25% Jumlah bruto nilai
hadiah yang dibayarkan
atau nilai pasar hadiah
berupa natura atau
kenikmatan
Pasal 4 ayat (2)
PP No. 132/2000
Kep.395/PJ./2001
3. Bunga Simpanan
Anggota
Koperasi
15% Seluruh bunga yang
diterima, tanpa
dikurangi batas bunga
simpanan yang tidak
dipotong PPh sebesar
Rp 240.000,00
Pasal 23 ayat (4)
g
522/KMK.04/1998
SE-43/PJ.43/1998
4. Penghasilan Bunga dan
Diskonto dan Obligasi
yang diperdagangkan
dan/atau dilaporkan pada
perdagangan di Bursa
Efek
20%
20%
20%
Jumlah bruto bunga
sesuai dengan masa
kepemilikan obligasi
Dan selisih lebih harga
jual atau nilai nominal
di atas harga perolehan
obligasi tidak termasuk
bunga berjalan
Dan selisih lebih harga jual
atau nilai nominal di
atas harga
perolehan obligasi
Pasal 4 ayat (2)
PP No, 6 tahun
2002
121/KMK.03/2002
5. Penjualan Saham Pendiri
dan Bukan Pendiri di
Bursa Efek
0,1%
0,5%
Jumlah bruto nilai
transaksi penjualan
sahamTambahan PPh bagi
pemilik saham pendiri,
dari nilai saham pada
saat penawaran umum
Perdana
Pasal 4 ayat (2)
PP No. 4 1/1994
PP No. 14/1997282/KMK.04/1997
SE-06/PJ.4/1997
6. Penyalur/Dealer/Agen
Produk Pertamina dan
Premix
0,3% Penjualan
Premium/SolarlPremix
dari SPBU Swasta
Pasal 22
254/KMK.03/2001
392/KMK.03/200 1
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, MsiAKUNTANSI PAJAK
5/16/2018 akuntansi pajak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-pajak-55ab58147bffd 33/36
0,25%
0,3%
0,3%
0,3%
Penjualan
Premium/Solar/Premix
dari SPBU Pertamina
Penjualan Minyak
Tanah
Penjualan Gas LPG
Penjualan Pelumas
7. Penghasilan Penyalur/
Distribusi Rokok
0,15% Harga bandrol
penjualan rokok di
dalam negeri
Pasal 22
254/KMK.03/2001;
392/KMK.03/2001;
KEP-529/PJ./2001
8. Penghasilan dan
Pengalihan Hak atas
Tanah dan/atau
Bangunan
10% Jumlah bruto nilai
penjualan/ pengalihan
tanah dan/atau
bangunan lainnya Nilai
pengalihan kurang dari
Rp 60 juta tidak
diharuskan membayar
PPh
Pasal 4 ayat (2)
PP No.27/1996
392/KMK.04/
1996;
PP. No. 79/1999;
566/KMK.04/-1999
9. Penghasilan yang
diterima atau diperolehdari Persewaan Tanah
dan/atau Bangunan
10% Jumlah bruto nilai
persewaan tanahdan/atau bangunan
Pasal 4 ayat (2)
PP No. 5 Tahun2002;120/
KMK.03/2002
KEP-227/PJ/2002
10. Usaha Jasa Konstruksi
yang memenuhi
kualifikasi usaha kecil
dan nilai pengadaan s.d.
satu miliar rupiah
2%
4%
4%
Atas imbalan jasa
pelaksanaan konstruksi
Atas imbalan jasa
perencanaan
Konstruksi Atasimbalan jasa
pengawasan konstruksi
Pasal 4 ayat (2)
PP No. 140/2000
559/KMK.04/2000
11. Uang pesangon, uang
tebusan pensiun yang
dibayarkan oleh dana
pensiun yang
pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri
Keuangan. Tunjangan
5%
10%
15%
Penghasilan bruto di
atas Rp 25 juta s.d. Rp
50 juta
Penghasilan bruto di
atas Rp 50 juta s.d. Rp
100 juta
Penghasilan bruto di
Pasal 4 ayat (2)
PP No. 149/2000
Kep. 545/PJ/2000
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, MsiAKUNTANSI PAJAK
5/16/2018 akuntansi pajak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-pajak-55ab58147bffd 34/36
Hari Tua atau Jaminan
Hari Tua yang dibayarkan
sekaligus oleh Badan
Penyelenggara
Pensiun/Jaminan Sosial
Tenaga Kerja.
25%
atas Rp 100 juta s.d.
Rp 200 juta
Penghasilan bruto di
atas Rp 200 juta
Dikecualikan dan
pemotongan atas
jumlah penghasilan
bruto Rp 25 juta atau
kurang
12. Penghasilan Wajib Pajak
yang bergerak di bidang
usaha pelayaran dalam
negeri
1,2% Peredaran bruto Pasal 15.
416/KMK.04/1996
13. Penghasilan Wajib Pajak
yang bergerak di bidang
usaha pelayaran atau
penerbangan luar negeri
2,64% Peredaran bruto Pasal 15
417/KMK.04/1996
14. Penghasilan Wajib Pajak
LN yang mempunyai
kantor perwakilan dagang
diIndonesia berdasarkanPasal 15 Undang-
Undang Pajak
Penghasilan
0,44% Nilai ekspor bruto Pasal 15
634/KMK.04/1994
Kep-667/PJ.12001
15. Honorarium dan imbalan
lain dengan nama apa
pun
atas beban APBN/APBD
yang diterima PejabatNegara, PNS, Anggota
TNI dan POLRI, serta
pensiunan
15% Penghasilan bruto Pasal 21 ayat (1)
PP 45 tahun 1994
Kep-545/PJ./2000
16. Nilai bangunan yang
diterima dalam rangka
Bangun Guna Serah
sehubungan dengan
berakhirnya masa
perjanjian
5% Nilai penyerahan
bangunan
Pasal 15
248/KMK.04/1995
SE-38/Pj.4/1995
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, MsiAKUNTANSI PAJAK
5/16/2018 akuntansi pajak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-pajak-55ab58147bffd 35/36
Hadiah Undian
Dasar hukum pengenaan pajak penghasilan atas hadiah undian adalah Peraturan
Pemerintah No. 132 tahun 2000 tanggal 15 Desember 2000. Sedangkan yang
menjadi objek pajak adalah hadiah undian. Pengertian hadiah undian adalah hadiah
dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh orang pribadi
atau badan yang pemberiannya melalui cara undian. Untuk hadiah atau
penghargaan yang pemberiannya tidak dengan cara undian, pemotongan pajak
penghasilannya melalui Pasal 21 atau Pasal 23/Pasal 26.
Tarif Pajak
Besarnya tarifpajak atas pemotongan pajak penghasilan atas undian sebesar 25%
dari jumlah bruto nilai hadiah undian dengan sifat pengenaan bersifat final.
Akuntansi Pajak
Sebagai contoh, Tn. Arfin memperoleh hadiah undian yang diperolehnya dengan
cara undian sebesar Rp 100.000.000,00 tunai.
Jurnal yang dibuat sebagai berikut:
Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)Kas dan Bank
PPh Final
Hadiah Undian
75.000.000,00
25.000.000,00
100.000.000,00
Persewaan Tanah dan/atau Bangunan
Dasar hukum pengenaan Pajak Penghasilan atas Persewaan Tanah dan/atau
bangunan adalah Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2002 tanggal 23 Maret 2002
tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1996 tentang
Pembayaran Pajak Penghasilan atas Penghasilan dan Persewaan Tanah dan/atau
Bangunan.
Tarif Pajak
Besarnya tarif pajak penghasilan atas penghasilan dan persewaan tanah dan/atau
bangunan ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto nilai
persewaan tanah dan/atau bangunan dan bersifat final.
Pengertian jumlah bruto adalah semua jumlah yang dibayarkan atau terutang oleh
pihak yang menyewa dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang berkaitan
dengan tanah dan/atau bangunan yang disewa termasuk biaya perawatan, biaya
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, MsiAKUNTANSI PAJAK
5/16/2018 akuntansi pajak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-pajak-55ab58147bffd 36/36
pemeliharaan biaya keamanan, dan service charge baik yang perjanjiannya dibuat
secara terpisah maupun yang disatukan dengan perjanjian persewaan yang
bersangkutan.
Akuntansi Pajak
Sebagai contoh, PT Aman membayar sewa tanah dan bangunan sebesar Rp
50.000.000,00.
Jurnal Yang dibuat sebagai berikut :
Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
Beban Sewa BangunanPPh Final
Kas dan Bank
50.000.000,005.000.000,0045.000.000,00
Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
PPh FinalKas dan Bank
5.000.000,005.000.000,00
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, MsiAKUNTANSI PAJAK