AKUNTANSI BIAYA presentasi

43
AKUNTANSI BIAYA “ BIAYA BAHAN BAKU DAN BIAYA TENAGA KERJA ” Oleh : Kelompok 5 Made Ayu Swari Oktarini 1406205098 Ayu Indra Dewi 1406205113 Made Ristia Sari 1406205139

Transcript of AKUNTANSI BIAYA presentasi

Page 1: AKUNTANSI BIAYA presentasi

AKUNTANSI BIAYA“ BIAYA BAHAN BAKU DAN BIAYA TENAGA KERJA ”

Oleh : Kelompok 5

Made Ayu Swari Oktarini 1406205098Ayu Indra Dewi 1406205113Made Ristia Sari 1406205139

Jurusan ManajemenFakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana2015

Page 2: AKUNTANSI BIAYA presentasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya suatu perusahaan memiliki target atau tujuan untuk dicapai,

salah satu tujuan tersebut adalah untuk mendapatkan laba yang tinggi dengan

meminimalkan pengeluaran biaya-biaya yang terjadi dalam proses produksi. Laba

atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai kinerja suatu perusahaan.

Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya.

Biaya merupakan salah satu sumber informasi yang paling penting dalam

analisis strategik perusahaan. Proses penentuan dan analisis biaya pada perusahaan

dapat menggambarkan suatu kinerja perusahaan pada masa yang akan datang. Oleh

sebab itu untuk dapat mencapai produksi yang efisien, maka diperlukan suatu

pengendalian terhadap biaya produksi yang akan dikeluarkan.

Biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan

biaya overhead pabrik. Dalam suatu kegiatan produksi perusahaan harus dapat

mempertimbangkan biaya yang terdapat didalamnya salah satunya adalah biaya bahan

baku. Biaya bahan baku harus dapat diefisienkan agar tidak terjadi pemborosan dalam

penggunaan bahan baku, cara yang digunakan yaitu dengan analisis selisih biaya

bahan baku.

Selain biaya bahan baku perusahaan memiliki faktor utama lain untuk

menjalankan kegiatan produksinya yaitu tenaga kerja. enaga kerja merupakan daya

fisik atau mental yang dikerahkan untuk menghasilkan suatu produk. Dalam proses

produksi, tenaga kerja memerlukan biaya dalam menjalankan kegiatannya, dalam hal

ini digunakan untuk pemberian gaji, upah maupun bonus kepada tenaga kerja yang

ada dalam perusahaan. Efisiensi biaya tenaga kerja langsung dapat diketahui dengan

cara membandingkan antara hasil dari analisis selisih biaya tenaga kerja langsung

dengan biaya tenaga kerja langsung sesungguhnya.

Page 3: AKUNTANSI BIAYA presentasi

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya adalah dapat menjelaskan manajemen biaya

bahan dan biaya tenaga kerja.

1.3 Tujuan

Adapun tujuan makalah ini adalah menjelaskan manajemen biaya bahan dan

biaya tenaga kerja serta menjelaskan akuntansi untuk biaya bahan dan biaya tenaga

kerja.

Page 4: AKUNTANSI BIAYA presentasi

BAB II

PEMBAHASAN

(BIAYA BAHAN BAKU)

2.1 Unsur Biaya yang Membentuk harga Pokok Bahan Baku Yang Dibeli

Didalam memperoleh bahan baku, perusahaan tidak hanya mengeluarkan

biaya sejumlah harga beli bahan baku saja, tetapi juga mengeluarkan biaya-biaya

pembelian, pergudangan, dan biaya-biaya perolehan lain. Beberapa unsur untuk

mengetahui biaya yang membentuk harga pokok bahan baku yang dibeli yaitu:

Sistem Pembelian

Dokumen sumber dan dokumen pendukung yang dibuat dalam transaksi

pembelian lokal bahan baku adalah surat permintaan pembelian, surat order

pembelian, laporan penerimaan barang dan faktur dari penjualan. Sistem pemebelian

lokal bahan baku terdiri dari prosedur permintaan pembelian, prosedur order

pembelian, prosedur penerimaan barang, prosedur pencatatan penerimaan barang

digudang, dan prosedur pencatatan utang. Berikut ini akan diuraikan :

Prosedur Permintaan Pembelian Bahan Baku. Jika persediaan bahan baku yang

ada digudang sudah mencapai jumlah tingkat minimum pemesanan kembali, bagian

gudang kemudian membuat surat permintaan pembelian untuk dikirim ke bagian

pembelian. Contohnya adalah :

Page 5: AKUNTANSI BIAYA presentasi

Prosedur Order Pembelian. Untuk pembelian pemasok, bagian pembelian

mengirimkan surat permintaan penawaran harga kepada para pemasok, yang berisi

permintaan informasi harga dan syarat-syarat pembelian dari masing-masing pemasok

tersebut. Setelah pemasok yang dianggap baik dipilih, bagian pembelian kemudian

membuat surat orderan pembelian untuk dikirimkan kepada pemasok yang dipilih.

Berikut adalah gambar surat tersebut :

Page 6: AKUNTANSI BIAYA presentasi

Prosedur Penerimaan Bahan Baku. Bagian penerimaan yang bertugas menerima

barang, mencocokan kualitas, kuantitas, jenis serta spesifikasi bahan baku yang

diterima dari pemasok dengan tembusan surat order pembelian. Apabila bahan baku

yang diterima telah sesuai dengan surat order pembelian, bagian penerimaan membuat

laporan penerimaan barang untuk dikirimkan kepada bagian akuntansi. Berikut adalah

contoh gambar surat tersebut :

Prosedur Pencatatan Penerimaan Bahan Baku di Bagian Gudang. Bagian gudang

menyimpan bahan baku tersebut dan mencatat jumlah bahan baku yang diterima

dalam kartu gudang pada kolom “masuk”. Kartu gudang hanya berisi informasi

kuantitas tiap-tiap jenis barang yang disimpan digudang dan tidak berisi informasi

mengenai harga. Untuk mengawasi bagian akuntansi dilengkapi dengan Kartu

persediaan. Bagian gudang juga mencatat barng dalam kartu barang. Berikut adalah

contoh kartu-kartu tersebut:

Page 7: AKUNTANSI BIAYA presentasi

Kartu Gudang

Kartu Barang

Page 8: AKUNTANSI BIAYA presentasi

Kartu Persediaan :

Prosedur Pencatatan Utang yang Timbul dari Pemebelian Bahan Baku. Bagian

pembelian menerima faktur pembelian dari pemasok. Bagian pembelian memberikan

tanda tangan di atas faktur pembelian, sebagai tanda persetujuan bahwa faktur dapat

dibayar karena pemasok telah memenuhi syarat-syarat pembelian. Kemudian

diserahkan ke bagian akuntansi. Bagian akuntansi memerikasa dengan teliti

perhitungan dalam faktur pembelian. Setelah dicatat dalam jurnal pembelian, faktur

faktur pembelian serta dokumen pendukungnya dicatat dalam kartu persediaan.

Biaya yang Diperhitungkan Dalam Harga Pokok Bahan Baku yang Dibeli

Biaya-biaya pesanan, biaya penerimaan, pembongkaran, pemeriksaa, asuransi,

pergudangan, dan biaya akuntansi bahan baku, merupakan unsur-unsur biaya yang

sulit diperhitungkan kepada harga pokok bahan baku yang dibeli. Apabila didalam

pembelian bahan baku, pemasok memberikan potongan tunai(cash discount), maka

potongan tunai ini diperlakukan sebagai unsur biaya over head.

Seringkali didalam pembelian bahan baku, perusahaan membayar biaya

angkutan untuk berbagai macam bahan baku yang dibeli. Hal ini menimbulkan

masalah mengenai pengalokasian biaya angkutan tersebut kepada masing-masing

Page 9: AKUNTANSI BIAYA presentasi

jenis bahan baku yang diangkut. Perlakuan terhadap biaya angkutan ini dapat

dibedakan menjadi

1. Biaya angkutan diperlakukan sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang

dibeli.

2. Biaya angkutan tidak diperlakukan sebagai tambahan harga pokok bahan baku

yang dibeli, namun diperlakukan sebagai biaya over head pabrik.

Biaya Angkutan Diperlakukan Sebagai Tambahan Harga Pokok Bahan Baku

yang Dibeli. Apabila biaya angkutan diperlakukan sebagai tambahan harga pokok

bahan baku yang dibeli, maka alokasi biaya angkutan kepada masing-masing jenis

bahan baku yang dibeli dapat didasarkan pada :

a. Perbandingan Kuantitas Tiap Jenis Bahan Baku yang Dibeli

Contoh 1 :

Perusahaan membeli 3 macam bahan baku dengan jumlah harga dalam faktur

sebesar Rp 500.000,-. Biaya angkutan yang dibayar untuk ketiga macam

bahan baku tersebut adalah sebesar Rp 300.000,-. Kuantitas masing-masing

jenis bahan baku yang tercantum dalam faktur adalah bahan A = 400kg; bahan

B = 350kg; bahan baku C = 50kg. pembagian biaya angkutan kepada tiap-tiap

jenis bahan baku disajikan dalam gambar berikut ini.

Page 10: AKUNTANSI BIAYA presentasi

b. Perbandingan Harga Faktur Tiap Jenis Bahan Baku yang Dibeli

Contoh 2:

Dik: Bahan baku A = Rp 100.000,- bahan baku B = Rp 150.000,-

Bahan baku C = Rp 225.000,- bahan baku D = Rp 125.000,-

Biaya angkutan = Rp 48.000,-

Harga pokok dibebani tambahan biaya angkutan sebesar Rp 0,08(yaitu : Rp 48.000 : Rp 600.000). maka :

Page 11: AKUNTANSI BIAYA presentasi

c. Biaya Angkutan Diperhitungkan Dalam Harga Pokok Bahan Baku yang

Dibeli Berdasarkan Tarif yang Ditentukan Dimuka

Contoh 3 :

Dik:

Biaya angkutan= Rp 2.500.00,- ; jumlah bahan baku= 50.000kg; jumlah tarif angkutan= Rp 50kg/bahan baku yangdiangkut; maka :

Page 12: AKUNTANSI BIAYA presentasi

Biaya Unit Organisasi yang Terkait Dalam Perolehan Bahan Baku

Dalam pembelian bahan baku, unit organisasi yang terkait dalam pembelian

bahan baku adalah bagian pembelian, bagian penerimaan, bagian gudang, dan bagian

akuntansi persediaan. Oleh karena itu apabila biaya pembelian akan diperhitungkan

sebagai harga pokok bahan baku, maka biaya-biaya bagian pembelian, gudang, dan

akuntansi persediaan harus diperhitungkan.

Jika biaya pembelian dibebankan kepada bahan baku yang dibeli atas dasar

tarif, maka perhitungan tarif biaya pembelian dilakukan sebagai berikut:

1. Jumlah biaya tiap bagian yang terkait dalam transaksi pembelian bahan

baku tsb diperkirakan selama satu tahun anggaran.

2. Ditentukan dasar pembebanan biaya tiap-tiap bagian tsb dan ditaksir

berapa jumlahnya dalam tahun anggaran.

3. Ditentukan tarif pembebanan biaya tiap-tiap bagian tsb dgn cara

membagi biaya tiap bagian dgn dasar pembebanan.

Page 13: AKUNTANSI BIAYA presentasi

Unsur Biaya yang Diperhitungkan Dalam Harga Pokok Bahan Baku yang

Diimpor

Dalam perdagangan luar negeri, harga barang yang disetujui bersama antara

pembeli dan penjual akan mempengaruhi biaya-biaya yang menjadi tanggungan

pembeli. Bahan baku dapat diimpor dengan syarat harga :

-          Free alongside ship (FAS) : yang memiliki kewajiban utama adalah pembeli

dengan memikul biaya pengangkutan barang dan risiko terhadap barang. Selain itu

pembeli memiliki kewajiban untuk mengurus formalitas ekspor. Penyerahan barang

oleh penjual kepada pembeli dilakukan di samping kapal pengangkutan. Free

Alongside Ship hanya dapat dipakai dalam pengangkutan laut atau pengangkutan

antara pulau saja.

-          Free on board (FOB) : dilakukan di atas kapal yang akan melakukan

pengangkutan barang. Selain itu yang memiliki kewajiban untuk mengurus formalitas

ekspor adalah pihak penjual. Persyaratan dengan menggunakan FOB hanya dapat

dilakukan untuk pengangkutan laut dan antara pulau semata.

-          Cost and freight (C & F) : pembeli hanya menanggung biaya-biaya untuk

mengeluarkan bahan baku dari pelabuhan pembeli dan biaya-biaya lain sampai

dengan barang tersebut di terima di gudang pembeli

-          Cost , insurance, and freight (C.I&F) : biaya angkutan laut beserta asuransi

lautnya sudah di perhitungkan oleh penjual dalam harga barang

Harga pokok bahan baku yang diimpor terdiri dari :

Harga FOB                                                                     Rp xxAngkutan laut (ocean freight)                                            xx   Harga C & F                                                                    Rp xxBiaya asuransi (marine insurance)                                       xx     Harga C.I & F                                                                Rp xxbiaya-biaya bank                                                                   xxbea masuk & biaya pabean lainnya                                   xxpajak penjualan impor                                                       xxbiaya gudang                                                                      xxbiaya expedisi muatan kapal laut (E.M.K.L)                    xxbiaya transport lokal                                                           xx   harga pokok bahan baku                                                Rp xx

Page 14: AKUNTANSI BIAYA presentasi

2.2 Penentuan Harga Pokok Bahan Baku Yang Dipakai Dalam Produksi

Terdapat dua macam metode pencatatan biaya bahan baku yang dipakai dalam

produksi, yaitu metode mutasi persediaan (perpetual inventory method) dan metode

persediaan fisik (physical inventory method).

Dalam metode mutasi persediaan (perpetual), setiap mutasi bahan baku dicatat

dalam kartu persediaan, sedangkan dalam metode fisik, hanya tambahan persediaan

bahan baku dari pembelian saja yang dicatat dan mutasi berkurangnya bahan baku

karena pemakaian tidak dicatat dalam kartu persediaan. Metode persediaan fisik

sangat cocok digunakan dalam penentuan biaya bahan baku perusahaan yang harga

pokok produksinya  dikumpulkan dengan metode harga pokok proses , sedangkan

metode persediaan digunakan dalam perusahaan yang harga pokok produksi nya

dikumpulkan dengan metode harga pokok pesanan.

Ada berbagai macam metode penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai

dalam produksi yaitu :

a) Metode Identifikasi Khusus

Setiap jenis bahan baku yang ada di gudang harus diberi tanda pada harga

pokok per satuan berapa bahan baku tersebut dibeli. Setiap pembelian bahan

baku yang harga pokok per satuannya berbeda dengan harga per satuan bahan

baku yang ada di gudang harus dipisahkan penyimpanannya dan diberi tanda

pada harga bahan tersebut. Metode ini merupakan metode yang paling teliti

dalam penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi,

namun sering kali tidak praktis.

Contoh:

Diperoleh informasi persediaan barang dagangan XY sebagai berikut:

--------------------------------------------------------------------------------Tanggal               Pembelian                     Penjualan        Saldo--------------------------------------------------------------------------------02 April 2011     2000 unit @ Rp 400     -                      2000 unit12 April 2011     6000 unit @ Rp 440     -                      8000 unit22 April 2011     -                                   5000 unit         3000 unit-------------------------------------------------------------------------------

Page 15: AKUNTANSI BIAYA presentasi

Barang yang dibeli tanggal 02 April 2011 diberi kode XY-A.

Barang yang dibeli tanggal 12 April 2011 diberi kode XY-B.

Sehingga komposisi persediaan barang dagangan sebagai berikut:

No          Kode     Nama                    Jumlah

1              A          Barang XY            2000

2              B           Barang XY            6000

b) Metode masuk pertama keluar pertama(MPKP)

Dalam metode ini, penentuan biaya bahan baku beranggapan bahwa harga

pokok per satuan bahan baku yang pertama masuk gudang, digunakan untuk

menentukan harga bahan baku yang pertama kali dipakai. Yang jadi perhatian

adalah anggapan aliran biaya tidak harus sesuai dengan aliran fisik bahan baku

dalam produksi.

Contoh:

Diperoleh informasi persediaan barang dagangan XY sebagai berikut:

--------------------------------------------------------------------------------

Tanggal                Pembelian                      Penjualan           Saldo

--------------------------------------------------------------------------------

02 April 2011      2000 unit @ Rp 400        -                      2000 unit

12 April 2011      6000 unit @ Rp 440        -                      8000 unit

22 April 2011      -                                      5000 unit          3000 unit

----------------------------------------------------------------------------------

Saldo persediaan pada tanggal 12 April 2011 adalah:

2000       unit @ 400          =                 800.000

6000       unit @  440          =             2.640.000

------------------------------------------------------------

8000                                   =             3.440.000

Setiap penjualan akan diambil dari barang yang pertama dibeli. Jika

tidak mencukupi, akan diambil dari barang yang dibeli berikutnya. Begitu

seterusnya sampai jumlah penjualan tercapai. Dengan demikian, penjualan

5000 unit akan diambil dari barang dengan harga 400 sebanyak 2000 unit

(semuanya), kemudian ditambah dengan barang dengan harga  440 sebanyak

3000 unit.

Page 16: AKUNTANSI BIAYA presentasi

Harga pokok penjualan senilai 1.120.000 dihitung sebagai berikut:

2000       unit @ 400          =                 800.000

3000       unit @  440          =             1.320.000

         -------------------------------------------------------

           5000                                       =             1.120.000

Persediaan akhir senilai 1.320.000 dihitung sebagai berikut:

3000 x 440 = 1.320.000

c) Metode masuk terahir keluar pertama(MTKP)

Dalam metode MTKP ini, penentuan harga pokok yang dipakai dalam

produksi beranggapan bahwa harga pokok per satuan bahan baku yang

terakhir masuk persediaan gudang, dipakai untuk menentukan harga pokok

atas bahan baku yang pertama kali dipakai dalam produksi.

Contoh:

Diperoleh informasi persediaan barang dagangan XY sebagai berikut:

------------------------------------------------------------------------------------

Tanggal                 Pembelian                       Penjualan            Saldo

------------------------------------------------------------------------------------

02 April 2011       2000 unit @ Rp 400        -                        2000 unit

12 April 2011       6000 unit @ Rp 440        -                        8000 unit

22 April 2011       -                                      5000 un             3000 unit

-----------------------------------------------------------------------------------

Saldo persediaan pada tanggal 12 April 2011 adalah:

2000       unit @ 400          =                 800.000

6000       unit @  440          =             2.640.000

-----------------------------------------------------------

8000                                   =             3.440.000

Setiap penjualan akan diambil dari barang yang terakhir dibeli. Jika

tidak mencukupi, akan diambil dari barang yang dibeli sebelumnya. Begitu

seterusnya sampai jumlah penjualan tercapai. Dengan demikian, penjualan

Page 17: AKUNTANSI BIAYA presentasi

5000 unit akan diambil dari barang dengan harga 440 sebanyak 5000 unit dan

masih tersisa 1000 unit lagi.

Harga pokok penjualan senilai 2.200.000 dihitung sebagai berikut:

5000       unit @  440          =             2.200.000

Persediaan akhir senilai 1.240.000 dihitung sebagai berikut:

2000       unit @ 400          =               800.000

1000       unit @  440          =                440.000

-----------------------------------------------------------

  3000                                  =             1.240.000

d) Metode rata-rata bergerak

Persediaan bahan baku yang ada di gudang dihitung harga pokok rata – rata

nya, dengan cara membagi total harga pokok dengan jumlah satuannya. Setiap

kali terjadi pembeliaan yang harga pokok per satuannya berbeda dengan harga

pokok rata – rata persediaan yang ada di gudang, harus dilakukan perhitungan

harga pokok rata – rata per satuan yang baru. Bahan baku yang dipakai dalam

proses produksi dihitung harga pokoknya dengan mengalikan jumlah satuan

bahan baku yang dipakai dengan harga pokok rata – rata per satuan bahan

baku yang ada di gudang.

Contoh:

Diperoleh informasi persediaan barang dagangan XY sebagai berikut:

------------------------------------------------------------------------------

Tanggal              Pembelian                     Penjualan          Saldo

------------------------------------------------------------------------------

02 April 2011    2000 unit @ Rp 400      -                      2000 unit

12 April 2011    6000 unit @ Rp 440      -                      8000 unit

22 April 2011    -                                    5000 unit         3000 unit

------------------------------------------------------------------------------

Page 18: AKUNTANSI BIAYA presentasi

Saldo persediaan pada tanggal 12 April 2011 adalah:

2000       unit @ 400          =                 800.000

6000       unit @  440          =             2.640.000

-----------------------------------------------------------

8000       unit @   430         =             3.440.000

Rata-rata tertimbang dihitung dari 3.440.00 : 8000 = 430.000

Dengan demikian harga pokok penjualannya adalah 5000 x 430 =2.150.000.

Dan nilai persediaan akhir adalah (8000 – 5000) x 430 = 1.290.000.

e) Metode biaya standar

Bahan baku yang dibeli dicatat dalam kartu persediaan sebesar harga standar

(standard price), yaitu harga taksiran yang mencerminkan harga yang

diharapkan akan terjadi pada masa yang akan datang. Harga standar

merupakan harga yang diperkirakan untuk tahun anggaran tertentu. Jurnal

yang dibuat saat pembelian bahan baku sebagai berikut:

Persediaan Bahan Baku                     xxx

            Selisih Harga                                                  xxx

Untuk mencatat bahan baku yang dibeli sebesar harga standar

Selisih Harga                                      xxx

          Utang Dagang                                      xxx

Selisih harga standar dengan harga sesungguhnya tampak dalam rekening

Selisih Harga. Setiap akhir bulan saldo rekening Selisih Harga dibiarkan tetap

terbuka, dan disajikan dalam laporan keuangan bulanan. Hal ini dilakukan

karena saldo rekening Selisih Harga setiap akhir bulan mungkin saling

mengkompensasi, sehingga pada akhir tahun saldo rekening Selisih harga

perlu ditutup ke rekening lain. Pemakaian bahan baku dalam produksi dicatat

sebesar hasil kali kuantitas bahan baku sesungguhnya yang dipakai dengan

harga standarnya.

f) Metode rata-rata harga pokok bahan baku pada akhir bulan

Dalam metode ini, pada akhir bulan dilakukan penghitungan harga pokok rata

– rata per satuan tiap jenis persediaan bahan baku yang ada di gudang. Harga

Page 19: AKUNTANSI BIAYA presentasi

pokok per satuan ini kemudian akan digunakan untuk menghitung harga

pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi di bulan selanjutnya.

2.3 Masalah-Masalah Khusus yang Berhubungan Dengan Bahan Baku

SISA BAHAN (SCRAP MATERIALS)

Hasil penjualan sisa bahan dapat diperlakuakan sebagai :

1) Pengurangan biaya bahan baku yang dipakai dalam pesanan yang

menghasilkan sisa bahan tersebut.

2) Pengurangan terhadap biaya overhead pabrik yang sesungguhnya

terjadi.

3) Penghasilan di luar usaha (other income)

Hasil Penjualan Sisa Bahan Diperlakukan Sebagai Pengurang

Biaya Bahan Baku yang Dipakai Dalam Pesanan yang Menghasilkan Sisa bahan

Tersebut.

Jurnal yang dibuat pada saat penjualan sisa bahan adalah sebagai berikut :

            Kas/piutang dagang                                                    xxx

                        Barang Dalam proses-biaya bahan baku                   xxx

Hasil penjualan sisa bahan ini juga dicatat dalam kartu pokok pesanan yang

bersangkutan dalam kolom “biaya bahan baku” sebagai pengurang biaya bahan baku

pesanan tersebut.

Hasil Penjualan Sisa Bahan Diperlakukan Sebagai Pengurang Terhadap Biaya

Overhead Pabrik yang Sesungguhnya Terjadi. Jika sisa bahan tidak dapat

diidentifikasikan dengan pesanan tertentu, dan sisa bahan merupakan hal yang bisa

terjadi dalam proses pengerjaan produk, maka hasil penjualanya dapat diperlakukan

sebagai pengurang biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi. Jurnal yang

dibuat pada saat penjualan sisa bahan adalah sebagai berikut :

            Kas/Piutang Dagang                                                   xxx

                        Biaya Overhead pabrik sesungguhnya                                   xxx

Hasil Penjualan Sisa bahan Diperlakukan Sebagai Penghasilan Diluar Usaha

(Other Income). Dalam dua perlakauan terhadap sisa bahan tersebut diatas, hasil

penjualan sisa bahan digunakan untuk mengurangi biaya produksi. Hasil penjualan

Page 20: AKUNTANSI BIAYA presentasi

sisa bahan dapat pula diperlakuakan sebagai penghasilan diluar usaha dan tidak

sebagai pengurang biaya produksi. Jurnal yang dibuat pada saat penjualan sisa bahan

adalah sebagai berikut :

            Kas/Piutang Dagang                                                   xxx

                        Hasil Penjualan Sisa bahan                                        xxx

Hasil penjualan sisa bahan disajikan dalam laporan rugi laba dalam kelompok

penghasilan Di Luar Usaha (Other Income).

PRODUK RUSAK (SPOILED GOODS)

Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah

ditetapkan, yang secara ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi produk yang baik.

Produk rusak berbeda dengan sisa bahan karena sisa bahan merupakan bahan yang

mengalami kerusakan dalam proses produksi, sehingga belum sempat menjadi

produk, sedangkan produk rusak merupakan produk yang telah menyerap biaya

bahan, biaya tenaga kerja dan biaya overhed pabrik.

            Perlakuan terhadap produk rusak adalah tergantung dari sifat dan sebab

terjadinya.

Jika produk rusak terjadi karena sulitnya pengerjaan pesanan tertentu atau

faktor luar biasa yang lain, maka harga pokok produk rusak dibebankan

sebagai tambahan harga pokok produk yang baik dalam pesanan yang

bersangkutan.

Jika produk rusak merupakan hal yang normal terjadi dalam proses

pengolahan produk, maka kerugian yang timbul sebagai akibat terjadinya

produk rusak dibebankan kepada produksi secara keseluruhan, dengan cara

memperhitungkan kerugian tersebut di dalam tarif biaya overhed pabrik. Oleh

karena itu, anggaran biaya overhead pabrik yang akan digunakan untuk

menentukan tarif biaya overhead pabrik terdiri dari elemen-elemen berikut

ini:

Biaya bahan penolong                                                      xxx

Biaya tenaga kerja tak langsung                                      xxx

Biaya reparasi dan pemeliharaan                                    xxx

Biaya asuransi                                                                  xxx

Biaya Overhead pabrik lain                                              xxx

Page 21: AKUNTANSI BIAYA presentasi

Rugi produk rusak (hasil penjualan – hpp rusak)            xxx

Biaya overhead pabrik yang dibebankan                         xxx

Dan tarif biaya overhead pabrik dihitung dengan rumus berikut ini :

                                                           BOP yang dianggarkan

       Tarif biaya overhead pabrik =                                            

                                                         Dasar pembebanan

Jika terjadi produk rusak, maka kerugian yang sesungguhnya terjadi didebitkan dalam

rekening BOP Sesungguhnya,

PRODUK CACAT (DEFECTIVE GOODS)

Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah

ditentukan, tetapi dengan mengeluarkan biaya pengerjaan kembali untuk

memperbaikinya, produk tersebut secara ekonomi dapat disempurnakan lagi menjadi

produk jadi yang baik.

Masalah yang timbul dalam produk cacat adalah bagaimana memperlakukan

biaya tambahan untuk pengerjaan kembali (works cost) produk tersebut. Perlakuan

terhadap biaya pengerjaan kembali produk cacat adalah mirip dengan yang telah

dibicarakan dalam produk rusak (spoiled goods).

Jika produk cacat merupakan hal yang biasa terjadi dalam proses pengerjaan

produk, maka biaya pengerjaan kembali dapat dibebankan kepada seluruh produksi

dengan cara memperhitungkan biaya pengerjaan kembali tersebut ke dalam tarif biaya

overhead pabrik. Biaya pengerjaaan kembali produk cacat yang sesungguhnya terjadi

didebitkan dalam rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya.

Page 22: AKUNTANSI BIAYA presentasi

BAB II

PEMBAHASAN

(BIAYA TENAGA KERJA)

2.4 Pengertian Biaya Tenaga Kerja dan Cara Penggolongannya.

Definisi Biaya Tenaga Kerja.

Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan

untuk mengolah produk. Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk

penggunaan tenaga kerja manusia tersebut. Dan pengertian selain itu yaitu biaya

tenaga kerja merupakan salah satu biaya konversi, di samping biaya overhead pabrik,

yang merupakan salah satu biaya untuk mengubah bahan baku menjadi produk jadi.

Penggolongan Kegiatan dan Biaya Tenaga Kerja.

Dalam perusahaan manufaktur penggolongan kegiatan tenaga kerja dapat

dilakukan sebagai berikut :

1. Penggolongan menurut fungsi pokok dalam organisasi perusahaan.

2. Penggolongan menurut kegiatan departemen-departemen dalam

perusahaan.

3. Penggolongan menurut jenis pekerjaannya.

4. Penggolongan menurut hubungan nya dengan produk.

Penggolongan menurut fungsi pokok dalam organisasi perusahaan.

Organisasi dalam perusahaan manufaktur dibagi kedalam 3 fungsi

pokok ; produksi, pemasaran, dan administrasi. Oleh karena itu perlu ada

penggolongan dan pembedaan antara tenaga kerja pabrik dengan tenaga kerja

non pabrik. Pembagian ini bertujuan untuk membedakan biaya tenaga kerja

yang merupakan unsur harga pokok produk dari biaya tenaga kerja nonpabrik,

yang bukan merupakan unsur harga pokok produksi, melainkan merupakan

unsur biaya usaha. Dengan demikian biaya tenaga kerja perusahaan

manuafaktur digolongkan menjadi ; biaya tenaga produksi, biaya tenaga

pemasaran, dan biaya tenaga administrasi&umum. Berikut ini merupakan

contoh biaya tenaga kerja yang termasuk dalam tiap golongan, yaitu :

a. Biaya Tenaga Kerja Produksi :

Gaji karyawan pabrik

Page 23: AKUNTANSI BIAYA presentasi

Biaya kesejahteraan karyawan pabrik

Upah lembur karyawan pabrik

Upah mandor pabrik

Gaji manajer pabrik

b. Biaya Tenaga Kerja Pemasaran :

Upah karyawan pemasaran

Biaya kesejahteraan karyawan pemasaran

Biaya komisi pramuniaga

Gaji manajer pemasaran

c. Biaya Tenaga Kerja Administrasi & Umum :

Gaji karyawan bagian Akuntansi

Gaji karyawan bagian Personalia

Gaji karyawan bagian Sekretariat

Biaya kesejahteraan karyawan bagian Akuntansi

Biaya kesejahteraan karyawan bagian Personalia

Biaya kesejahteraan karyawan bagian Sekretariat

Penggolongan menurut kegiatan departemen-departemen dalam

perusahaan.

Misalnya departemen produksi suatu perusahaan kertas terdiri dari 3

departemen; Bagian Pulp, Bagian Kertas, Bagian Penyempurnaan. Biaya

tenaga kerja dalam departemen produksi tersebut digolongkan sesuai dengan

bagian-bagian yang dibentukdalam perusahaan tersebut. Tenaga kerja yang

bekerja di departemen-departemen nonproduksi digolongkan pula menurut

departemen yang menjadi tempat kerja mereka.Penggolongan di bagi menjadi

biaya tenaga kerja bagian Akuntansi, Bagian Personalia dan lainnya.

Penggolongan semacam ini dilakukan untuk lebih memudahkan pengendalian

terhadap biaya tenaga kerja yang terjadi dalam tiap departemen yang di bentuk

dalam perusahaan. Kepala departemen yang bersangkutan bertanggung jawab

atas pelaksanaan kerja karyawan dan biaya tenaga kerja yang terjadi dalam

departemennya.

Page 24: AKUNTANSI BIAYA presentasi

Penggolongan menurut jenis pekerjaan.

Dalam suatu departemen, tenaga kerja dapat digolongkan menurut sifat

pekerjaannya. Misalnya dalam suatu departemen produksi, tenaga kerja

digolongkan sebagai berikut : operator, mandor, dan penyelia(superintendant).

Dengan demikian biaya tenaga kerja digolongkan menjadi : upah operator,

upah mandor dan upah penyelia. Penggolongan biaya tenaga kerja seperti ini

digunakan sebagai dasar penetapan deferensiasi upah standar kerja.

Penggolongan menurut hubungannya dengan produk.

Dalam hubungannya dengan produk, tenaga kerja dibagi menjadi:

tenaga kerja langsung dan tidak langsung. Tenaga kerja langsung adalah

semua karyawan yang secara langsung ikut serta memproduksi produksi jadi,

yang jasanya dapat diusut secara langsung pada produk, dan yang upahnya

merupaka bagian yang besar dalam memproduksi produk. Tenaga kerja yang

jasanya secara tidak langsung dapat diusut pada produk disebut tenaga kerja

tak langsung. Upah tenaga kerja tak langsung imi disebut biaya tenaga kerja

tak langsung dan merupakan unsur biaya overhead pabrik. Upah tenaga kerja

tak langsung dibebankan pada produk tidak secara langsung, tetapi melalui

tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan dimuka.

Akuntansi Biaya Tenaga Kerja.

Biaya tenaga kerja dibagi menjadi 3 golongan besar sebagai berikut :

(1) gaji dan upah regular yaitu jumlah gaji dan upah bruto dikurangi dengan

potongan-potongan seperti pajak penghasilan karyawan dan biaya asuransi

hari tua; (2) premi lembur; (3) biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga

kerja (labor related costs)

Gaji dan Upah

1. Pencatatan distribusi biaya tenaga kerja

Kartu hadir karyawan

Daftar gaji & upah

Rekapitulasi gaji & upah

Bagian pabrik

Bagian administrasi &umum

Bagian pemasaran

Upah langsung

Upah tak langsung

Page 25: AKUNTANSI BIAYA presentasi

Daftar gaji dan upah

Pencairan dana untuk pembayaran gaji & upah

Gaji siap dibayarkan

Pembayaran gaji & upah karyawan

Jurnal:

Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja xxx

Biaya Overhead Pabrik xxx

Biaya Administrasi & Umum xxx

Biaya Pemasaran xxx

Gaji dan Upah xxx

2. Pencatatan utang upah dan gaji karyawan

Jurnal:

Gaji dan upah xxx

Utang PPh Karyawan xxx

Utang gaji dan upah xxx

3. Pencatatan pembayaran upah kepada karyawan

Jurnal:

Utang gaji dan upah xxx

Kas xxx

4. Penyetoran pajak penghasilan ke kas Negara

Pajak Penghasilan (PPh) karyawan kemudian disetor ke kas Negara.

Jurnal:

Utang PPh Karyawan xxx

Kas xxx

CONTOH :

Misalkan perusahaan X memperkerjakan 2 orang karyawan; Risa dan Eliona.

Berdasarkan kartu hadir minggu pertama bulan April 19XI, bagian pembuat daftar

gaji dan upah membuat daftar gaji dan upah untuk periode yang bersangkutan.

Menurut kartu kehadiran, karyawan Risa bekerja selama seminggu sebanyak 40jam,

dengan upah perjam Rp 1.000, sedangkan karyawan Elionaselama peroide yang sama

Page 26: AKUNTANSI BIAYA presentasi

bekerja 40 jam, dengan tarif upah rp 750 per jam. Menurut kartu jam kerja,

penggunaan jam hadir masing-masing karyawan tersebut disajikan dalam gambar 10.1

10.1

Penggunaan waktu kerja Risa Eliona

Untuk pesanan #103 15 jam 20 jam

Untuk pesanan #188 20 jam 10jam

Untuk menunggu persiapan

pekerjaan

5jam 10jam

Distirbusi biaya tenaga kerja Risa Eliona

Dibebankan sebagai biaya tenaga

kerja langsung :

Pesanan #103 Rp. 15.000 Rp. 15.000

Pesanan #188 20.000 7.500

Dibebankan sebagai biaya overhead

pabrik

5.000 7.500

Jumlah upah minggu pertama bulan

April 19X1

Rp. 40.000 Rp. 30.000

PPh yang dipotong oleh perusahaan

15% dari upah minggu pertama

Bulan April 19X1 6.000 4.500

Jumlah upah bersih yang diterima

karyawan

Rp 34.000 Rp 25.500

Akuntansi biaya gaji dan upah atas dasar data tersebut diatas dilakukan sebagai

berikut :

Tahap 1

Berdasarkan atas rekapitulasi gaji dan upah, bagian akuntansi kemudian

membuat jurnal distribusi gaji dan upah sbb:

Barang dalam proses-biaya tenaga kerja Rp 57.500

Biaya overhead Pabrik Rp 12.500

Gaji dan upah Rp 70.000

Tahap 2

Page 27: AKUNTANSI BIAYA presentasi

Atas dasar bukti kas keluar, bagian akuntansi membuat jurnal sbb:

Gaji dan upah Rp 70.000

Utang PPh Karyawan Rp 10.500

Utang Gaji dan upah Rp 59.500

Tahap 3

Atas dasar daftar gaji dan upah yg telah ditandatangani karyawan (sbg bukti telah

dibayarkannya upah karyawan), Bagian Akuntansi membuat jurnal sbb :

Utang Gaji dan upah Rp 59.500

Kas Rp 59.500

Tahap 4

Penyetoran PPh karyawan ke Kas negara di jurnal oleh bagian Akuntansi sbb:

Utang PPh karyawan Rp 10.500

Kas Rp 10.500

Insentif

Untuk meningkatkan produktifitas karyawan perusahaan biasanya memberikan

insentif kepada karyawan. Insentif dapat didasarkan atas waktu kerja, hasil

produksi atau kombinasi keduanya.

Cara-cara pemberian insentif:

a. Insentif satuan dengan jam minimum

Karyawan dibayar atas dasar tarif per-jam untuk menghasilkan jumlah satuan standar.

Untuk hasil produksi yang melebihi standar, karyawan diberikan upah tambahan

sebesar jumlah kelebihan satuan produk x tarif upah per satuan.

CONTOH:

Waktu untuk menghasilkan 1 satuan produk = 5 menit

Standar per jam = 12 satuan

Upah pokok per jam = Rp 600

Tarif upah per satuan = Rp 50

Jika karyawan menghasilkan kurang atau sama dengan 12 = Upah yang diterima = Rp

600

Jika karyawan menghasilkan 14 Upah yang diterima = Rp 600+ (2 x Rp 50)

Page 28: AKUNTANSI BIAYA presentasi

= Rp 600+Rp 100 = Rp 700

b. Taylor differential piece rate plan

Cara pemberian insentif ini adalah semacam straight piece rate plan yang

menggunakan

tarif tiap potong untuk jumlah keluaran rendah per jam dan tarif tiap potong yang

lain

untuk jumlah keluaran tinggi per jam.

CONTOH :

Upah karyawan = Rp 4.200 per hari

Waktu kerja = 7 jam per hari

rata-rata hasil per jam = 12 satuan

Upah per satuan = Rp 50 = (4.200/(7x12))

Upah taylor plan = Rp 45 / satuan ( < 14 satuan per jam)

Rp 65 / satuan ( > =16 satuan per jam)

Jika hasil = 16 satuan Rp 1.040 ( Rp 65 x 16)

Jika hasil = 12 satuan Rp 540 ( Rp 45 x 12)

Premi Lembur

Jika karyawan sebuah perusahaan bekerja lebih dari 40 jam dalam seminggu,

maka mereka berhak menerima uang lembur dan premi lembur. Perlakuan

terhadap premi lembur tergantung alasan-alasan terjadinya lembur tersebut dan dapat

dibenarkan apabila pabrik telah bekerja pada kapasitas penuh dan

pelanggan/pemesan bersedia menerima beban tambahan karena lembur tersebut.

Dalam perusahaan, jika karyawan bekerja lebih dari 40 jam satu minggu,

maka mereka berhak menerima uang lembur dan premilembur . Misalnya selama satu

minggu seorang karyawan bekerjaselama 44 jam dengan tarif upah (dalam jam kerja

biasa maupun lembur) Rp 600 per jam. Premi lembur dihitung sebesar 50 % dari tarif

upah. Upah karyawan tersebut dihitung sbb:

Jam biasa 40 x Rp 600 = Rp 24.000

Lembur 4 x Rp 600 = Rp 2.400

Premi lembur 4 x Rp 300 = Rp 1.200

Jumlah upah karyawan = Rp 27.600

Biaya-Biaya Yang Berhubungan Dengan Tenaga Kerja (Labor Related

Costs)

Page 29: AKUNTANSI BIAYA presentasi

Setup time

adalah biaya yg dikeluarkan untuk memulai produksi

Ada tiga perlakuan :

– Dimasukkan ke dalam kelompok biaya tenaga kerja langsung

– Dimasukkan sebagai unsur BOP

– Dibebankan kepada pemesan yg bersangkutan

Waktu menganggur

Misalkan seorang karyawan harus bekerja 40 jam per minggu dengan upah

Rp 600 per jam. Dari 40 jam kerja tersebut, 10 jam waktu menganggur ,

dan sisanya digunakan untuk mengerjakan pesanan tertentu. Jurnal untuk

mencatat biaya tenaga kerja tersebut adalah :

Barang dlm proses-Biaya tenaga kerja langsung Rp 18.000

Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp 6.000

Gaji dan upah Rp 24.000

BAB III

PENUTUP

Page 30: AKUNTANSI BIAYA presentasi

KESIMPULAN

Di dalam proses produksi agar bisa berjalan sesuai yang diingikan perusahaan,

maka perusahaan dalam hal ini harus memperhatikan apa saja yang dibutuhkan seperti

elemen – elemen biaya, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya

overead pabrik didalam pelaksanaannya. Biaya Bahan Baku didalam suatu perusahaan

merupakan harga pokok bahan yang dipakai dalam produksi untuk membuat barang

didalam suatu perusahaan. Biaya tenaga kerja langsung, biaya ini timbul karena

pemakaian tenaga kerja yang dipergunakan untuk mengolah bahan menjadi barang

jadi.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi, “Akuntansi Biaya”, Edisi ke-5(cetakan ke-12), Sekolah Tinggi Ilmu

Manajmen, Yogyakarta, 2014.