AKUNTANSI BIAYA

23
AKUNTANSI BIAYA (COST ACCOUNTING) POKOK BAHASAN 5: SISTEM HARGA POKOK PESANAN SUBPOKOK BAHASAN: 1.1. Penentuan harga pokok pesanan. 1.2. Akuntansi sistem harga pokok pesanan. 1.3. Produk rusak dan akuntansi produk rusak. 1.4. Produk cacat dan akuntansi produk cacat. 1.5. Sisa bahan dan akuntansi sisa bahan. 1.6. Limbah bahan dan akuntansi limbah bahan. MATERI PERKULIHAN 1.1. Penentuan Harga Pokok Pesanan Penentuan harga pokok produk pada perusahaan yang memproduksi barang berdasarkan pesanan pelanggan, seperti perusahaan percetakan, perusahaan konstruksi, perusahaan pembuat kapal, dan perusahaan pembuat pesawat terbang, sangat cocok menggunakan sistem harga pokok pesanan. Dalam sistem harga pokok pesanan, biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan dengan menggunakan buku pembantu yang disebut kartu harga pokok pesanan (job order cost sheet). Kartu harga pokok pesanan dibuat untuk setiap pesanan. Kartu harga pokok pesanan mencatat informasi tentang pembebanan biaya produksi untuk setiap pesanan yang meliputi pemakaian bahan baku, alokasi biaya tenaga kerja langsung, dan pembebanan biaya overhead pabrik atas dasar tarif tertentu yang sudah ditentukan sebelumnya. Contoh job order cost sheet dapat dilihat pada Polimeni Ch. 5 hal 208. Harga pokok setiap pesanan ditentukan pada saat pesanan selesai diproses. 1.2. Akuntansi Sistem Harga Pokok Pesanan Akuntansi dalam sistem harga pokok pesanan terdiri atas akuntansi untuk biaya bahan, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik, penyelesaian pesanan, dan penyerahan pesanan (penjualan). Akuntansi untuk biaya bahan dapat dibedakan menjadi akuntansi pembelian bahan dan pemakaian bahan. Akuntansi untuk biaya tenaga kerja dapat dibedakan menjadi akuntansi timbulnya biaya tenaga

Transcript of AKUNTANSI BIAYA

Page 1: AKUNTANSI BIAYA

AKUNTANSI BIAYA (COST ACCOUNTING)

POKOK BAHASAN 5: SISTEM HARGA POKOK PESANAN

SUBPOKOK BAHASAN:1.1.       Penentuan harga pokok pesanan.1.2.       Akuntansi sistem harga pokok pesanan.1.3.       Produk rusak dan akuntansi produk rusak.1.4.       Produk cacat dan akuntansi produk cacat.1.5.       Sisa bahan dan akuntansi sisa bahan.1.6.       Limbah bahan dan akuntansi limbah bahan.

MATERI PERKULIHAN

1.1.       Penentuan Harga Pokok PesananPenentuan harga pokok produk pada perusahaan yang memproduksi barang berdasarkan

pesanan pelanggan, seperti perusahaan percetakan, perusahaan konstruksi, perusahaan pembuat kapal, dan perusahaan pembuat pesawat terbang, sangat cocok menggunakan sistem harga pokok pesanan. Dalam sistem harga pokok pesanan, biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan dengan menggunakan buku pembantu yang disebut kartu harga pokok pesanan (job order cost sheet). Kartu harga pokok pesanan dibuat untuk setiap pesanan. Kartu harga pokok pesanan mencatat informasi tentang pembebanan biaya produksi untuk setiap pesanan yang meliputi pemakaian bahan baku, alokasi biaya tenaga kerja langsung, dan pembebanan biaya overhead pabrik atas dasar tarif tertentu yang sudah ditentukan sebelumnya. Contoh job order cost sheet dapat dilihat pada Polimeni Ch. 5 hal 208. Harga pokok setiap pesanan ditentukan pada saat pesanan selesai diproses.

1.2.       Akuntansi Sistem Harga Pokok PesananAkuntansi dalam sistem harga pokok pesanan terdiri atas akuntansi untuk biaya bahan, biaya

tenaga kerja, biaya overhead pabrik, penyelesaian pesanan, dan penyerahan pesanan (penjualan). Akuntansi untuk biaya bahan dapat dibedakan menjadi akuntansi pembelian bahan dan pemakaian bahan. Akuntansi untuk biaya tenaga kerja dapat dibedakan menjadi akuntansi timbulnya biaya tenaga kerja dan alokasi biaya tenaga kerja. Akuntansi biaya overhead pabrik dapat dibedakan menjadi akuntansi untuk mencatat biaya overhead pabrik sesungguhnya dan pembebanan biaya overhead pabrik.

Contoh PT Mojosongo Furniture memproduksi berbagai macam mebel serta peralatan rumah tangga dan kantor. Pada tanggal 25 Juni 2000, PT Mojosongo Furniture mendapat pesanan seperangkat meja dan kursi kantor dari PT Makmur. Harga jual pesanan tersebut ditetapkan sebesar Rp12.000.000,00 dan PT Makmur menginginkan pesanan tersebut diterima pada atau sebelum tanggal 10 Juli 2000. Pesanan PT Makmur merupakan pesanan no. 85.

Page 2: AKUNTANSI BIAYA

Berikut ini adalah informasi yang berhubungan dengan pesanan no. 85.1.      Pembelian bahan:

Pada tanggal 2 Juli 2000, diterima bahan senilai Rp11.000.000,00 dari pembelian secara kredit dengan perincian sebagai berikut:

  20 lembar kayu mahoni (Rp500.000,00 per lembar)...........................................Rp10.000.000,00  100 liter cat melamin (Rp5.000 per liter)......................................................................500.000,00  15 kaleng lem (Rp20.000,00 per kaleng)......................................................................300.000,00  5 kotak paku (Rp40.000,00 per kotak)..........................................................................200.000,002.      Pemakaian bahan:

Pada tanggal 3 Juli 2000, departemen produksi meminta bahan dan mulai mengerjakan pesanan no. 85. Perincian bahan yang diminta adalah sebagai berikut.

  5 lembar kayu mahoni............................................................................................Rp2.500.000,00  Bahan penolong (tidak semua digunakan untuk pesanan no. 85):  10 liter cat melamin................................................................................................. 50.000,00  1 kaleng cat 20.000,00  1 kotak paku 40.000,003.      Biaya tenaga kerja:

Biaya tenaga kerja yang diakui minggu pertama Juli 2000 (tanggal 1 – 7 Juli 2000):  Upah langsung untuk pesanan no.73.....................................................................Rp 300.000,00  Upah langsung untuk pesanan no. 85.........................................................................3.500.000,00  Upah tidak langsung...................................................................................................1.000.000,004.      Biaya overhead pabrik dibebankan:  Biaya overhead pabrik dibebankan kepada pesanan no. 85 atas dasar tarif sebesar 75% dari upah

langsung.5.      Biaya overhead pabrik sesungguhnya:

Biaya overhead pabrik sesungguhnya selain bahan penolong dan upah tidak langsung adalah sebagai berikut.

  Depresiasi mesin.....................................................................................................Rp 220.000,00  Depresiasi gedung pabrik............................................................................................ 290.000,00  Macam-macam biaya overhead pabrik lain................................................................1.490.000,006.      Penyelesaian pesanan:

Pada tanggal 7 Juli 2000, pesanan no. 85 selesai diproses dan dikirim ke gudang barang jadi.7.      Penyerahan pesanan:

Pesanan no. 85 dikirimkan kepada PT Makmur pada tanggal 10 Juli 2000 dan akan dibayar oleh PT Makmur 20 hari kemudian.Pertanyaan:

1.      Buatlah jurnal untuk mencatat pembelian bahan baku dan bahan penolong pada tanggal 2 Juli 2000.

2.      Buatlah jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku dan bahan penolong pada tanggal 3 Juli 2000.

3.      Buatlah jurnal untuk mencatat pengakuan biaya tenaga kerja pada tanggal 7 Juli 2000.4.      Buatlah jurnal untuk mencatat pembebanan biaya overhead pabrik untuk pesanan no. 85 pada

tanggal 7 Juli 2000.5.      Buatlah jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik sesungguhnya selain bahan penolong dan

upah tidak langsung.

Page 3: AKUNTANSI BIAYA

6.      Buatlah jurnal untuk mencatat penyelesaian pesanan no. 85 yang dikirim ke gudang barang jadi pada tanggal 7 Juli 2000.

7.      Buatlah jurnal untuk mencatat pengiriman pesanan no. 85 kepada PT Makmur pada tanggal 10 Juli 2000.

LatihanBerikut ini transaksi yang terjadi pada PT Gunung Sari selama bulan Juli 2000:

1.         Pada tanggal 5 Juli 2000, Departemen Pembelian membeli bahan secara kredit.a.       50.000 lembar aluminium seharga Rp15.000,00 per lembar.b.      500 liter cleaning fluid seharga Rp100.000,00 per liter.

2.         Pada tgl. 7 Juli 2000, PT Gunung Sari menerima dua buah pesanan, yaitu pesanan 101 dan pesanan 102. Pesanan 101 diharapkan selesai tanggal 20 Juli 2000, sedang pesanan 102 diharapkan selesai tanggal 24 Juli 2000. Semua produk akan diproses melalui dua departemen produksi, yaitu Departemen Pembentukan dan Departemen Penyelesaian. Untuk memproses pesanan tersebut, pada tgl. 7 Juli 2000 masing-masing departemen produksi meminta bahan sebagai berikut.

Pesanan Kuantitas Jenis BahanDepartemen Pembentukan 101 2.500 lembar Aluminium

102 300 lembar AluminiumDepartemen Penyelesaian --- 10 liter Cleaning fluid

3.         Biaya tenaga kerja yang dibayar pada akhir minggu kedua adalah:Tanggal Pembayaran Dep. Pembentukan Dep. Penyelesaian

15 Juli 2000:Upah langsung - pes 101 Rp31.000.000,00 Rp7.000.000,00Upah langsung - pes 102 15.000.000,00 2.000.000,00

Upah tidak langsung 11.000.000,004.         Biaya overhead pabrik dibebankan ke departemen produksi atas dasar upah langsung:a.       Dep. Pembentukan: 100% dari upah langsungb.      Dep. Penyelesaian: 50% dari upah langsung

5.         Biaya overhead lain yang terjadi di Departemen Pembentukan:a.       Biaya asuransi Rp24.000.000,00b.      Biaya penyusutan 3.000.000,00c.       PPh karyawan 4.000.000,00

6.         Pada tanggal 19 Juli 2000, pesanan 101 selesai diproses dan langsung disimpan di gudang.7.         Pesanan 101 diserahkan kepada pemesan pada tanggal 20 Juli 2000 dan dibayar tunai seharga

Rp143.000.000,00.8.         Biaya tenaga kerja yang dibayar pada akhir minggu ketiga adalah:

Tanggal Pembayaran Dep. Pembentukan Dep. Penyelesaian22 Juli 2000:

Upah langsung - pes 102 4.000.000,00Upah tidak langsung 1.500.000,00

9.         Pesanan 102 selesai diproses pada tanggal 22 Juli 2000 dan segera disimpan di gudang.10.     Pada tanggal 24 Juli 2000 pesanan 102 diserahkan kepada pemesan dan dibayar tunai seharga

Rp57.000.000,00.

Page 4: AKUNTANSI BIAYA

Pertanyaan:1.      Buatlah jurnal untuk mencatat pembelian bahan baku dan bahan penolong pada tanggal 5 Juli

2000.2.      Buatlah jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku dan bahan penolong pada tanggal 7 Juli

2000.3.      Buatlah jurnal untuk mencatat pengakuan biaya tenaga kerja pada tanggal 15 Juli 2000.4.      Buatlah jurnal untuk mencatat pembebanan biaya overhead pabrik untuk pesanan no. 101 dan

102 pada tanggal 15 Juli 2000.5.      Buatlah jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik sesungguhnya selain bahan penolong dan

upah tidak langsung.6.      Buatlah jurnal untuk mencatat penyelesaian pesanan no. 101 yang dikirim ke gudang barang jadi

pada tanggal 19 Juli 2000.7.      Buatlah jurnal untuk mencatat pengiriman pesanan no. 101 kepada pemesan pada tanggal 20 Juli

2000.8.      Buatlah jurnal untuk mencatat pengakuan biaya tenaga kerja pada tanggal 22 Juli 2000.9.      Buatlah jurnal untuk mencatat pembebanan biaya overhead pabrik untuk pesanan no. 102 pada

tanggal 22 Juli 2000.10.  Buatlah jurnal untuk mencatat penyelesaian pesanan no. 102 yang dikirim ke gudang barang jadi

pada tanggal 22 Juli 2000. 11.  Buatlah jurnal untuk mencatat pengiriman pesanan no. 102 kepada pemesan pada tanggal 24 Juli

2000.

1.3.       Produk Rusak dan Akuntansi Produk RusakProduk rusak (spoiled unit) adalah produk yang tidak memenuhi standar yang telah

ditetapkan dan tidak dapat diperbaiki. Produk rusak kemungkinannya dapat dijual atau harus dibuang. Perlakuan akuntansi terhadap produk rusak tergantung penyebab yang mengakibatkan terjadinya produk rusak. Penyebab terjadinya produk rusak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (1) normal dan (2) abnormal. Produk rusak normal adalah produk rusak yang terjadinya tidak dapat dihindari. Produk rusak abnormal adalah produk rusak yang terjadi karena kesalahan karyawan.

Contoh 1 (Produk rusak normal)Setelah pesanan no. 110 selesai diproses diketahui bahwa 40 unit dari seluruh pesanan tersebut merupakan produk rusak. Harga pokok produk tersebut adalah Rp50.000,00 per unit dan produk rusak tersebut diperkirakan akan laku terjual Rp10.000,00 per unit.Pertanyaan:

1.      Buatlah jurnal untuk mencatat terjadinya produk rusak jika produk rusak dialokasikan ke seluruh pesanan.

2.      Buatlah jurnal untuk mencatat terjadinya produk rusak jika produk rusak dialokasikan ke pesanan 110.

 

Contoh 2 (Produk rusak abnormal)

Page 5: AKUNTANSI BIAYA

Dalam pesanan no. 116 sebanyak 5.000 unit dengan total harga pokok produksi Rp20.000.000,00, terdapat 20 unit produk rusak yang terjadi karena kecerobohan karyawan. Produk rusak tersebut diperkirakan akan laku dijual Rp500,00 per unit.Pertanyaan: Buatlah jurnal untuk mencatat produk rusak tersebut.

 

Contoh 3 (Produk rusak normal dan abnormal)

Pada bulan Agustus 2000, perusahaan menerima pesanan produksi sebanyak 10.000 unit yang diperkirakan 0,5%-nya akan rusak (produk rusak normal). Pada akhir Agustus 2000, dapat diselesaikan 9.910 unit produk sesuai dengan pesanan tetapi yang 90 unit merupakan produk rusak yang diperkirakan akan laku dijual Rp500,00 per unit. Total biaya produksi untuk memproses pesanan tersebut adalah Rp30.000.000,00.Pertanyaan:

1.      Hitunglah jumlah produk yang rusak normal dan abnormal.2.      Buatlah jurnal untuk mencatat terjadinya produk rusak normal jika rugi produk rusak:a.       dialokasikan ke seluruh pesanan.b.      dialokasikan ke pesanan tertentu.3.      Buatlah jurnal untuk mencatat terjadinya produk rusak abnormal.4.      Hitunglah harga pokok produk per unit yang baru jika rugi produk rusak:a.       dialokasikan ke seluruh pesanan.b.      dialokasikan ke pesanan tertentu.

1.4.       Produk Cacat dan Akuntansi Produk CacatProduk cacat (defective unit) adalah produk yang tidak memenuhi standar yang telah

ditetapkan dan dapat diperbaiki. Untuk itu diperlukan biaya perbaikan. Perlakuan akuntansi terhadap biaya perbaikan ini tergantung penyebab yang mengakibatkan terjadinya produk cacat. Seperti halnya pada produk rusak, penyebab terjadinya produk cacat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (1) normal dan (2) abnormal.

ContohDari 40.000 unit produk yang diproses, 1.000 unit diantaranya merupakan produk cacat dan diperkirakan 1% dari produk yang diproses merupakan produk cacat normal. Total biaya perbaikan untuk memproses ulang 1.000 unit produk cacat tersebut menjadi produk baik adalah:

- Bahan baku Rp 500.000,00- Tenaga kerja langsung terutang 1.000.000,00- BOP dibebankan 500.000,00

Pertanyaan: 1.      Hitunglah jumlah unit produk cacat normal dan abnormal. 2.      Hitunglah biaya perbaikan setiap jenis biaya perbaikan per unit.3.      Buatlah jurnal untuk mencatat terjadinya biaya perbaikan produk cacat normal jika:a.       dialokasikan ke seluruh pesanan.b.      dialokasikan ke pesanan tertentu.4.      Buatlah jurnal untuk mencatat terjadinya produk cacat abnormal.

Page 6: AKUNTANSI BIAYA

1.5.       Sisa Bahan dan Akuntansi Sisa BahanSisa bahan (scrap material) terjadi akibat dalam pemakaian bahan tidak semua bahan

dimanfaatkan, artinya ada sebagian bahan yang tersisa. Sisa bahan ini tidak dapat dimanfaatkan untuk proses produksi, tetapi biasanya laku dijual. Perlakuan akuntansi terhadap hasil penjualan sisa bahan dapat dibedakan menjadi (1) dialokasikan ke seluruh pesanan atau (2) dialokasikan ke pesanan tertentu.

ContohDalam memproses pesanan no. 120, terdapat sisa bahan yang laku dijual secara tunai seharga Rp100.000,00.Pertanyaan: Buatlah jurnal untuk mencatat penjualan sisa bahan tersebut jika sisa bahan:

1.         dialokasikan ke seluruh pesanan,2.         dialokasikan ke pesanan tertentu.

1.6.       Limbah Bahan dan Akuntansi Limbah BahanLimbah bahan (waste material) adalah sisa bahan yang tidak laku dijual. Untuk itu

diperlukan biaya untuk membuang atau memusnahkan limbah bahan tersebut. Perlakuan akuntansi terhadap biaya pembuangan atau pemusnahan limbah bahan dapat dibedakan menjadi (1) dialokasikan ke seluruh pesanan atau (2) dialokasikan ke pesanan tertentu.

ContohDalam memproses pesanan no. 125, terdapat limbah bahan yang harus dibuang (dimusnahkan). Untuk itu dibayar biaya pembuangan sebesar Rp100.000,00.Pertanyaan: Buatlah jurnal untuk biaya pembuangan sisa bahan tersebut jika limbah bahan:

1.         dialokasikan ke seluruh pesanan,2.         dialokasikan ke pesanan tertentu.

Page 7: AKUNTANSI BIAYA

METODE HARGA POKOK PESANAN

1. Metode Harga Pokok Pesanan

Karakteristik Perusahaan yang menggunakan metode harga pokok pesanan yaitu sebagai berikut:

1. Tujuan produksi perusahaan melayani pesanan pembeli yang bentuknya tergantung pada spesifikasi pemesan, sehingga sifat produksinya terputus-putus dan setiap pesanan dapat dipisahkan identitasnya secara jelas.2. Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan dengan tujuan dapat dihitung harga pokok pesanan dengan relatif teliti dan adil, metode harga pokok pesanan hanya daat menggunakan; sisitem harga pokok historis untuk biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung dan sistem harga pokok yang ditentukan dimuka untuk seluruh elemen biaya produksi.3. Jumlah total harga pokok untuk pesanan tertentu dihitung pada saat pesanan yang bersangkutan selesai, dengan menjumlahkan semua biaya yang dibebankan kepada pesanan yang bersangkutan.4. Pesanan yang sudah selesai dimasukkan ke gudang produk selesai dan biasanya segera akan diserahkan dijual kepada pemesan seseuai dengan tanggal pesanan yang harus diserahkan.

2. Aliran Kegiatan Perusahaan Manufaktur dan Aliran Harga Pokok Produk

Aliran harga pokok produk (flow of cost) menunjukkan aliran biaya produksi dalam rangka kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai yang selanjutnya dijual, oleh karena itu aliran harga produk akan dipengaruhi atau tergantung aliran kegiatan (flow of activity) perusahaan manuaktur dalam mengolah bahan baku menjadi produk selesai dan menjualnya. Kegiatan perusahaan manufaktur dalam mengolah bahan baku menjadi produk selesai yang kemudian dijual adalah sebagai berikut:

1. Pengadaan (Procurement) : Kegiatan untuk memperoleh atau mengadakan barang dan jasa yang akan dikonsumsi dalam kegiatan produksi, dapat dikelompokan kedalam: (a) Pembelian, penerimaan, dan penyimpanan bahan baku, bahan penolong, suplies pabrik dan elemen (barang) lainnya yang akan dikonsumsi dalam kegiatan produksi. (b) Perolehan jasa dari tenaga kerja langsung, tenaga kerja tidak langsung, dan jasa lainnya yang akan dikonsumsi dalam kegiatan produksi.2. Produksi (Production) : Kegiatan pengolah bahan baku menjadi produk selesai. Pada kegiatan tersebut akan dikonsumsi bahan baku, tenaga kerja langsung, barang dan jasa lainnya yang dikelompokan kedalam overhead pabrik.3. Penyimpanan Produk Selesai (Warehousing of Finish Goods) : Produk yang telah selesai diproduksi dari pabrik akan dipindahkan ke dalam gudang produk selesai menunggu saat dijual atau diserahkan kepada pemesan.4. Penjualan Produk Selesai (Selling of Finish Product) : Produk yang sudah laku dijual akan dikeluarkan dari gudang produk selesai yang dikirim kepada pembeli dan perusahaan dapat membebani rekening pembeli.

Page 8: AKUNTANSI BIAYA

Berikut ini merupakan sususnan aliran biaya perusahaan manufaktur:

- Dalam rangka pengadaan bahan baku akan membentuk harga perolehan persediaan bahan baku, pengadaan jasa karyawan menimbulkan biaya gaji dan upah, konsumsi bahan penolong dan barang lain serta jasa yang dikelompokkan dalam overhead pabrik menimbulakn biaya overhead pabrik.- Dalam rangka pengolahan produk, bahan baku yang dikonsumsi membentuk Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Baku, biaya tenaga kerja langsung yang dikonsumsi membentuk Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Langsung, biaya overhead yang dikonsumsi membentuk Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik.- Dalam rangka penyimpanan produk selesai sebelum dijual akan membentuk harga pokok Persediaan Produk Selesai.- Dalam rangka penjualan produk, harga persediaan produk selesai yang akan dijual akan membentuk Harga Pokok Penjualan.

3. Prosedur Akuntansi Biaya pada Metode Harga Pokok Pesanan.

Prosedur akuntansi biaya pada metode harga pokok pesanan meliputi organisasi formulir, catatan-catatan dan laporan-laporan yang terkoordinasi dalam rangka melaksanakan kegiatan untuk melayani pesanan dan menyajikan informasi biaya bagi manajemen. Dalam hal ini prosedur akuntansi biaya dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Prosedur akuntansi biaya bahan dan suplies.2. Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja.3. Prosedur akuntansi biaya overhead pabrik.4. Prosedur akuntansi produk selesai dan produk dalam proses akhir periode.5. Prosedur akuntansi penjualan dan penyerahan produk kepada pemesan.

Berikut akan dibahas pada setiap prosedur tersebut:

1. Prosedur akuntansi biaya bahan dan suplies.

Prosedur akuntansi biaya bahan dan suplies meliputi prosedur pembelian sampai dengan pemakaian bahan dan suplies didalam pabrik. Supaya jumlah persediaan bahan dapat diketahui setiap saat umumnya perusahaan manufaktur menggunakan metode prepetual. Tahap-tahap prosedur akuntansinya adalah sebagai berikut :

a. Pembelian Bahan dan Suplies : dimulai dar pembuatan pesanan pembelian oleh bagian pembelian dan mengirimkannya kepada supplier. Contoh jurnal pembelian bahan dan suplies secara kredit sebagai berikut:Persediaan Bahan Baku Rp xxPersediaan Bahan Penolong xxPesediaan Suplies Pabrik xxHutang Dagang Rp xx

b. Pengembalian (Return) Bahan dan Suplies yang dibeli kepada supplier : Apabila bahan dan

Page 9: AKUNTANSI BIAYA

supplies yang dibeli tidak sesuai dengan yang dipesan, maka perusahaan dapat mengembalikan kepada supplier dengan dibuatkan dokumen yang disebut nota debit (Debit Momerandum) atau Laporan Pengiriman Pengembalian Pembelian. Contoh jurnal pengembaliannya:

Hutang Dagang Rp xxPersediaan Bahan Baku Rp xxPersediaan Bahan Penolong xxPesediaan Suplies Pabrik xx

c. Potongan Pembelian (Tunai) atas Pembelian Bahan dan Suplies : Terjadi apabila potongan tuani mengurangi harga perolehan bahan dan supplies, oleh karena itu dari Bukti Kas Keluar akan dibuat jurnal dan dimasukkan kedalam Kartu Persediaan. Jurnalnya sebagai berikut:

Hutang Dagang Rp xxPersediaan Bahan Baku Rp xxPersediaan Bahan Penolong xxPesediaan Suplies Pabrik xxKas xx

Apabila diperlakukan sebagai penghasilan lain-lain jurnalnya adalah sebagai berikut:

Hutang Dagang Rp xxPenghasilan lain-lain Rp xxKas xx

d. Pemakaian Bahan dan Suplies : Bon permintaan bahan baku akan menunjukkan bagian yang meminta, elemen, dan jumlah satuan bahan baku yang diminta, serta pesanan yang memerlukan bahan baku tersebut. Jurnal pemakaian bahan baku adalah sebagai berikut:

Barang dalam proses – BiayaBahan baku Rp xxPersediaan Bahan Baku Rp xx

Dalam metode harga pokok pesanan, biaya overhead pabrik dibebankan pada pesanan atas dasar tarif yang ditentukan di muka, oleh karena itu perusahaan akan menyelenggarakan rekening buku besar Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya untuk menampung biaya yang sesungguhnya dan rekening Biaya Overhead Pabrik dibebankan untuk menampung biaya yang dibebankan kepada pesanan. Jurnal pemakaian bahan penolong sebagai berikut:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xxPersediaan Bahan Penolong Rp xx

Prosedur Pemakaian supplies pabrik sama dengan prosedur pemakaian bahan penolong, setelah dokumen tersebut dilengkapi oleh seksi akuntansi biaya data harga perolehan satuan dan total, akan dibuat jurnal dan dimasukkan ke dalam Kartu Persediaan Suplies Pabrik dan Kartu Biaya

Page 10: AKUNTANSI BIAYA

Overhead Pabrik. Jurnal pemakaian suplies pabrik sebagai berikut:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xxPersediaan Suplies Pabrik Rp xx

e. Pengembalian Bahan Baku dari Pabrik ke Gudang bahan: Pengembalian bahan baku dari pabrik ke gudang bahan terjadi karena kelebihan bahan baku yang diminta dengan bahan baku yang dipakai sesungguhnya oleh pesanan tertentu, agar bahan baku tidak rusak di pabrik maka bahan baku tersebut dikembalikan ke gudang bahan. Atas bahan baku yang dikembalikan tersebut dibuatkan dokumen yang disebut Laporan Pengembalian Bahan oleh Departemen Produksi dikirimkan ke seksi gudang bahan dan tembusannya di Departemen Akuntansi untuk membuat jurnal dan memasukkan ke Kartu Persediaan Bahan Baku dan Kartu Harga Pokok Pesanan yang bersangkutan. Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:

Persediaan Bahan Baku Rp xxBarang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Rp xx

2. Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja.

Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja meliputi prosedur terjadinya gaji dan upah, pembayaran gaji dan upah, dan distribusi gaji dan upah untuk semua karyawan perusahaan baik produksi maupun non produksi, baik karyawan yang gajinya tetap perbulan maupun yang ditentukan oleh jam kerjanya. Tahap-tahap transaksi biaya biaya tenaga kerja sebagai berikut :

a. Penentuan Besarnya Gaji dan Upah : Cara penentuan besarnya gaji dan upah karyawan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: (1) Gaji dan Upah Karyawan besarnya tergantung pada lamanya waktu kerja (jam kerja) atau jumlah produk yang dihasilkan. (2) Gaji dan Upah karyawan tetap perbulannya. Jurnal untuk mencatat terjadinya gaji dan upah, baik untuk karyawan tetap maupun karyawan berdasarkan lamanya waktu kerja adalah sebagai berikut :

Biaya Gaji dan Upah Rp xxHutang Pajak Pendapatan (P.Pd) Rp xxHutang Dana Pensiun (D.Pn) xxHutang Asuransi Tenaga Kerja (Astek) xxHutang Asuransi Hari Tua (As.HT) xxPiutang Karyawan xxHutang Gaji dan Upah xx

b. Pembayaran atas Gaji dan Upah : Menjelang tanggal pembayaran gaji dan upah, kasir membayarkan gaji dan upah kepada Juru Bayar Gaji dengan menggunakan dokumen Bukti Kas Keluar. Pada saat gaji dibayarkan, Juru Bayar Gaji meminta karyawan untuk menghitung kesesuaian gaji dan upahnya serta menandatabgani Daftar Gaji dan Upah. Jurnal pembayaran gaji dan upah sebagai berikut :

Hutang Gaji dan Upah Rp xx

Page 11: AKUNTANSI BIAYA

Kas Rp xx

c. Distribusi Biaya Gaji dan Upah : Gaji dan upah didistribusikan sesuai dengan fungsi perusahaan yang menikamati manfaat gaji dan upah yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Biaya gaji dan upah untuk produksi dikelompokkan ke dalam biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung yang merupakan elemen biaya overhead yang sesungguhnya. Biaya tenaga kerja langsung akan dimasukkan ke dalam rekening Barang Dalam Proses.

- Biaya Tenaga Kerja langsung dan Kartu Harga Pokok Pesanan, sedangkan elemen gaji dan upah lainnya ke Kartu Biaya yang bersangkutan. Jurnal distribusi gaji dan upah sebagai berikut :

Barang Dalam proses – Biaya TenagaKerja Langsung Rp xx Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xxBiaya Pemasaran xxBiaya Administrasi dan Umum xxBiaya Gaji dan Upah Rp xx

d. Beban atas Gaji dan Upah Yang Ditanggung Perusahaan : Beban yang ditanggung perusahaan dengan karyawan pabrik diperlukan sebagai elemen biaya overhead sesungguhnya karena sifat biaya ini tidak dapat diidentifikasikan pada produk tertentu, beban yang berhubungan dengan karyawan pemasaran masuk elemen biaya pemasaran, beban yang berhubungan dengan karyawan administrasi dan umum masuk elemen biaya administrasi dan umum. Besarnya baban atas gaji dan upah dibuatkan dokumen Daftar Sumbangan Gaji dan Upah, atas dasar tersebut dibuat jurnal dan dimasukkan Kartu Biaya. Jurnal transaksi tersebut adalah sebagai berikut:

Biaya Overhead Sesungguhnya Rp xxBiaya Pemasaran xxBiaya Administrasi dan Umum xxHutang Pajak dan Pendapatan Rp xxHutang Dana Pensiun xxHutang Asuransi dan Tenaga Kerja xxHutang Asuransi Hari Tua xx

e. Peyetoran Potongan dan Beban atas Gaji dan Upah kepada Badan-badan yang Berhak: Dokumen Bukti Kas Keluar digunakan untuk menyetorkan potongan dan beban atas gaji dan upah pada badan-badan yang berhak, jurnal yang dibuat sebagai berikut :

Hutang Pajak Pendapatan Rp xxHutang Dana Pensiun xxHutang Asuransi Tenaga Kerja xxHutang Asuransi Hari Tua xxKas Rp xx

Page 12: AKUNTANSI BIAYA

3. Prosedur Akuntansi Biaya Overhead Pabrik

Biaya Overhead Pabrik merupakan biaya yang paling komplek, untuk keadilan dan ketelitian pembebanan harus digunakan tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan dimuka. Bahwa Biaya Overhead seseungguhnya baru dapat dihitung pada akhir periode, jadi untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada pesanan harus digunakan tarif yang ditentukan dimuka. Rumusnya adalah T=B/KApabila tarif biaya overhead pabrik sudah ditentukan, prosedur akuntansi biaya overhead pabrik selanjutnya adalah sebagai berikut :

a. Prosedur Pembebanan Biaya Overhead Pabrik pada Pesanan, Jurnalnya:

Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp xxBiaya Overhead Pabrik Dibebankan Rp xx

b. Prosedur Akuntansi Pengumpulan Biaya Overhead Pabrik yang SesungguhnyaDibagi menjadi beberapa bagian:

1. Biaya Bahan penolong, Jurnalnya:Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xxPersediaan Bahan Penolong Rp xx

2. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung, Jurnalnya:Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xxBiaya Gaji dan Upah Rp xx

Apabila beban atas gaji dan upah yang ditanggung perusahaan dengan dokumen Daftar sumbangan Gaji dan Upah dijurnal:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xxHutang Pajak dan Pendapatan Rp xxHutang Dana Pensiun xxHutang Asuransi dan Tenaga Kerja xxHutang Asuransi Hari Tua xx

3. Biaya Penyusutan dan Amortisasi Aktiva Tetap Pabrik, Jurnalnya:Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xxAkumulasi Penyusutan Mesin Rp xxAkumulasi Penyusutan Bangunan xxAkumulasi Penyusutan Peralatan xxAmortisasi Hak Paten xx

4. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan Aktiva Tetap Pabrik, Jurnalnya:

Page 13: AKUNTANSI BIAYA

Saat dibeli:Persediaan Suku Cadang Rp xxHutang Dagang atau Kas Rp xx

Saat dipakai:Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xxPersediaan Suku Cadang Rp xx

Dari dokumen Bukti Kas Keluar untuk yang sudah dibayar atau dokumen Faktur Pembelian Jasa dan Perintah Jurnal untuk yang belum dibayar dibuat jurnal:

Biaya Overhead Pabrik Rp xxKas Rp xxHutang Biaya xx

5. Biaya Listrik dan Air untuk Pabrik, Jurnalnya:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xxKas Rp xxHutang Biaya xx

6. Biaya Asuransi Pabrik, Jurnalnya:

Terjadi Pembayaran persekot asuransi :Persekot Asuransi Rp xxKas Rp xx

Pesekot asuransi menjadi biaya:Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xxPersekot Asuransi Rp xx

7. Biaya Overhead Lain-lain, Jurnalnya:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xxKas Rp xxHutang Biaya xx

c. Prosedur Akuntansi Perhitungan dan Perlakuan Selisih Biaya Overhead Pabrik

- Jurnal menutup Biaya Overhead Pabrik Dibebankan ke Biaya Overhead Sesungguhnya, Jurnalnya:

Biaya Overhead Pabrik Dibebankan Rp xxBiaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx

Page 14: AKUNTANSI BIAYA

- Jurnal untuk menutup Biaya Overhead Pabrik Seseungguhnya dan menghitung selisih sebagai berikut:

Apabila selisih tidak menguntungkan:Selisih Biaya Overhead Pabrik Rp xxBiaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx

Apabila selisih menguntungkan:Biaya Overhead Sesungguhnya Rp xxSelisih Biaya Overhead Pabrik Rp xx

- Salah satu perlakuan selisih yaitu masuk ke rekening Rugi Laba, jurnalnya sebagai berikut:

Selisih tidak menguntungkan:Rugi-Laba Rp xxSelisih Biaya Overhead Pabrik Rp xx

Selisih menguntungkan:Selisih Biaya Overhead Pabrik Rp xx Rugi-Laba Rp xx

4. Prosedur Akuntansi Produksi Selesai dan Produk Dalam Akhir Periode

Jumlah Harga pokok Pesanan dan selanjutnya merekam kartu harga pokok pesanan dan selanjutnya memindahkan kartu tersebut dari fungsinya sebagai rekening pembantu barang dalam proses ke fungsi yang baru sebagai pembantu rekening persediaan produk selesai. Atas dasar dokumen bukti pemindahan produk selesai dan perintah jurnal dibuat jurnal:

Persediaan Produk Selesai Rp xxBarang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp xxBarang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja xxBarang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik xx

Atas dasar perintah jurnal harga pokok produk dalam proses dengan jurnal sebagai berikut:

Persediaan Produk Dalam Proses Rp xxBarang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp xxBarang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja xxBarang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik xx

5. Prosedur Akuntansi Penjualan atau Penyerahan Produk kepada Pemesan

Dari seksi gudang produk selesai pesanan dikirimkan kepada pemesan, dan dibuatkan dokumen faktur penjualan. Jurnal yang dibuat sebagai berikut:

Page 15: AKUNTANSI BIAYA

Piutang Dagang Rp xxKas xxPenjualan Rp xx

Jurnal yang dibuat untuk mencatat Harga Pokok Penjualan sebagai berikut:Harga Pokok Penjualan Rp xxPersediaan Produk Selesai Rp xx

4. Pengolahan Pesanan Melalui Beberapa Departemen Produksi

Prosedur akuntansi biaya yang sudah dimodifikasi adalah sebagai berikut:

- Biaya produksi dikelompokkan untuk setiap departemen produksi dimana pesanan diolah.- Tarif biaya overhead pabrik yang dipakai untuk membebankan biaya pada setiap pesanan harus ditentukan untuk setiap departemen produksi.- Harga pokok pesanan yang sudah selesai dikerjakan pada departemen tertentu dipindahkan ke departemen berikutnya dimana pesanan diolah.- Rekening buku besar biaya overhead pabrik sesungguhnya, rekening biaya overhead pabrik dibebankan dan rekening selisih biaya overhead pabrik, harus diselenggarakan untuk setiap departemen.

5. Sisa Bahan, Produk Rusak, Produk Cacat, pada Metode Harga Pokok Pesanan

- Sisa Bahan : Dalam perusahaan manufaktur dapat timbul sisa bahan dari proses pengolahan produk, yang disebut sisa bahan adalah bahan yang tersisa atau bahan yang rusak di dalam proses pengolahan produk atau penyimpanan dan tidak dapat digunakan kembali dalam perusahaan. Sisa bahan dapat dikelompokan menjadi dua yaitu :

a. sisa bahan yang tidak laku dijual : Sisa bahan baku yang tidak laku dijual timbul masalah akuntansi apabila untuk membuang atau memusnahkan sisa bahan diperlukan biaya misalnya supaya tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan hidup perlakuan dari biaya tersebut tergantung dari penyebab timbulnya sisa bahan.

b. sisa bahan yang laku dijual : Sisa bahan yang laku dijual menimbulkan masalah akuntansi atas perlakuan hasil penjualan sisa bahan.

- Produk Rusak : Produk dihasilkan yang kondisinya rusak atau tidak memenuhi ukuran mutu yang sudah ditentukan dan tidak ekonomis untuk diperbaiki menjadi produk yang baik, meskipun mungkin secara teknik dapat diperbaiki akan berakibat biaya perbaikan jumlahnya lebih tinggi dibanding kenaikan nilai atau manfaat adanya perbaikan. Dari segi dapat atau tidaknya produk rusak dijual, produk rusak dapat digolongkan yaitu :

a. produk rusak yang tidak laku dijual : apabila sulitnya pengerjaan pesanan tertentu, apabila produk rusak bersifat normal maka harga produk rusak diperlakukan sebagai elemen biaya

Page 16: AKUNTANSI BIAYA

overhead pabrik sesungguhnya, apabila produk rusak karena kesalahan atau kurangnya pengawasan atas produksi.

b. produk rusak yang laku dijual : Produk rusak yang laku dijual umumnya memeliki harga jual yang relatif rendah dibanding apabila produk tersebut tidak mengalami kerusakan, jadi timbul rugi penjualan produk sebesar harga produk rusak dikurangi hasil penjualan produk rusak.

- Produk Cacat : Produk dihasikan yang kondisinya rusak atau tidak memenuhi ukuran mutu yang sudah ditentukan, akan tetapi produk tersebut masih bisa diperbaiki secara ekonomis menjadi produk yang baik dalam arti biaya perbaikan produk cacat lebih rendah dibandingkan kenaikan nilai yang diperoleh adanya perbaikan. Metode perlakuan biaya perbaiakan produk cacat yang dapat digunakan tergantung penyebab terjadinya produk cacat yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a. Biaya perbaikan produk cacat diperlakukan sebagai penambah harga pokok pesanan tertentu yang mengakibatkan timbulnya produk cacat.

b. Biaya perbaikan produk cacat diperlakukan sebagai elemen biaya overhead pabrik sesungguhnya.

c. Biaya perbaikan produk cacat diperlakukan sebagai elemen produk rugi cacat.

6. Buku Besar Pabrik

Alasan diselenggarakan pemisahan pencatatan transaksi pabrik dengan transaksi kantor adalah sebagai berikut :

- Letak lokasi pabrik jauh dari kantor (kantor pusat).- Perusahaan memiliki beberapa buah pabrik- Perusahaan memiliki pabrik yang relatif besar atau kompleks

Ketentuan di dalam mengadakan pemisahan pencatatan transaksi pabrik dengan transaksi kantor adalah sebagai berikut :

1. Dibentuk rekening timbal balik (reciprocal account) yang digunakan sebagai penghubung atas transaksi yang menyangkut pabrik dan kantor. Pembukuan di kantor menyelenggarakan rekening buku besar yang disebut Rekening Pabrik dan pembukuan pabrik menyelenggarakan rekening buku besar yang disebut Rekening Kantor.

2. Harus ditentukan dengan tegas rekening buku besar apa saja yang harus diselenggarakan oleh pembukuan kantor dan rekening buku besar yang diselenggarakan oleh pembukuan pabrik.