AKUNTANSI ASET TETAP...Masa Manfaat Akuntansi Pajak Periode suatu aset diharapkan digunakan oleh...
Transcript of AKUNTANSI ASET TETAP...Masa Manfaat Akuntansi Pajak Periode suatu aset diharapkan digunakan oleh...
AKUNTANSI ASETTETAP
Yusi Sukmayanda S.Pd M.Ak
Bagan Aset Tetap: Akuntansi dan Pajak
Tuesday, June 23, 2020
Masa Manfaat
Akuntansi Pajak
Periode suatu aset diharapkan
digunakan oleh perusahaan;atau
Masa manfaat ditetapkan oleh
Undang-undang sesuaikelompok aset tetap.
Jumlah produksi atau unit
serupa yang diharapkan
diperoleh dari aktiva oleh suatuperusahaan.
Kelompok aset ditetapkan olehKeputusan Menteri Keuangan.
Tuesday, June 23, 2020
Tergantung estimasi
manajemen
Kewajiban mengikuti
ketentuan pajak
Penyusutan
Tuesday, June 23, 2020
Akuntansi Komersil Akuntansi Fiskal
- Metode garis lurus
- Metode saldo menurun
- Metode jumlah jam kerja
- Metode jumlah unit produksi
- Metode garis lurus
- Metode saldo menurun
Kelompok Aset dan Tarif PenyusutanPasal 11 ayat (6) PPh
Tuesday, June 23, 2020
Contoh➢PT. ABC mempunyai aset tetap berupa mobil yang dibeli pada 1 Jan
2017 seharga Rp 200 juta.
➢Manajemen mengestimasi umur manfaat mobil selama 4 tahun tanpa
nilai residu.
Pertanyaan:
➢Buatlah jurnal atas transaksi penyusutan untuk tahun 2017.
➢Hitunglah beda temporer yang terjadi antara komersil dan fiskal.
➢Hitunglah aset atau liabilitas pajak tangguhan yang muncul beserta
jurnalnya.
Tuesday, June 23, 2020
Jawab➢Jurnal atas penyusutan yang terjadi
➢Beda Temporer
- Penyusutan komersil 50.000.000
- Penyusutan fiskal (8 tahun Kel 2) 25.000.000
- Beda temporer 25.000.000
➢Karena Nilai Buku Akuntansi > Nilai Buku Fiskal maka akan muncul
aset pajak tangguhan sebesar Rp 25.000.000 x 25% = Rp 6.250.000
Tuesday, June 23, 2020
Penyusutan Menurut Perpajakan
Ayat 4 : Dengan persetujaun DirekturJenderal Pajak, Wajib Pajak
diperkenankan melakukan penyusutanmulai pada bulan dimana harta tersebut
digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
atau pada bulan di mana harta yang bersangkutan mulai menghasilkan.
Contoh
PT. Sawit Hijau yang bergerak di bidang perkebunan membeli sebuag traktor pada
tahun 2013. Perkebunan tersebut mulai menghasilkan (panen) pada akhir tahun
2014. Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, penyusutan atas traktor tersebut
dapat dilakukan mulai tahun pajak 2014.
Penyusutan Menurut Perpajakan
Ayat 5 : Apabila Wajib Pajakmelakukan penilaian kembali atas
harta berwujud berdasarkanketentuan sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 19, makadasar penyusutannya adalah nilai
setelah dilakukan penilaian kembaliharta tersebut.
Koreksi Fiskal Penyusutan
Koreksi Fiskal Positif
Koreksi Fiskal Negatif
Penyusutan Akuntansi
Komersial > Akuntansi fiskal
Penyusutan Akuntansi
Komersial < Akuntansi fiskal
Contoh
PT. Arjuna memulai kegiatan operasionalnya pada tahun 2010. Selamatahun 2010, PT. Arjuna membukukan laba sebelum pajak sebesar Rp300.000.000.
Asumsi besarnya tarif pajak yang berlaku adalah 25%. Dan jugadiasumsikan bahwa tidak ada perbedaan permanen.
Tahun Pelaporan Akuntansi Pelaporan Pajak Penghasilan
2010 100.000.000 160.000.000
2011 100.000.000 120.000.000
2012 100.000.000 100.000.000
2013 100.000.000 20.000.000
Total 100.000.000 400.000.000
Tahun 2010
PT. Arjuna memiliki laba kena pajak/laba fiskal untuk tahun 2010 sebesar Rp
240.000.000 dengan perhitungan sebagai berikut :
Laba sebelum pajak 300.000.000
Perbedaan permanen 0
Laba yang dikenalan pajak 300.000.000
Perbedaan temporer :
Penyusutan aset tetap (60.000.000)
Laba kena pajak (laba fiskal) 240.000.000
Pajak atas laba fiskal (240.000.000 x 25%) 60.000.000
Jurnal
Perbedaan temporer sebear Rp 60.000.000 menimbulkan kewajiban pajak tangguhan
sebesar 15.000.000 (60.000.000 x 25%).
Tanggal Keterangan D K
31 Des
2010
Beban pajak penghasilan-pajak kini
Utang pajak penghasilan
60.000.000
60.000.000
31 Des
2010
Beban pajak tangguhan
Kewajiban pajak tangguhan
15.000.000
15.000.000
PT. ArjunaLaporan Laba Rugi (Parsial)
Untuk tahun yang Berakhir 31 Des 2010
Laba Sebelum Pajak Rp 300.000.000
Beban pajak penghasilan :
Pajak Kini Rp 60.000.000
Pajak Tangguhan Rp 15.000.000
Rp (75.000.000)
Laba Bersih Rp 225.000.000
Penambahan Masa Manfaat
Apabila terjadi pengeluaran dalam jumlah yang cukup material dan dapat
memperpanjang masa manfaat aset tetap atau memberikan manfaat ekonomi pada
masa mendatang, maka :
1. Menurut perlakuan akuntansi, pengeluaran tersebut harus ditambahkan ke nilai
buku aset tetap bersangkutan, lalu jumlahnya ini akan disusutkan sesuai dengan
masa manfaat yang telah ditinjau ulang (direvisi).
2. Menurut perlakuan pajak, pengeluaran tersebut harus disusutkan secara terpisah
dari harta lamanya, dengan kata lain seolah-olah pengeluaran tersebut
diperlakukan sebagai pembelian harta baru dan dengan masa manfaat yang juga
baru akan dimulai (masa manfaat sesuai dengan PMK-96/PMK.03/2009),
sehingga periode pembebanan penyusutannya akan menjadi lebih lama.
Contoh
Sebuah mobil boks dibeli pada tanggal 6 Desember 2009 dengan harga perolehan
sebesar Rp 100 juta dan diestimasi memiliki masa manfaat 10 tahun (berakhir 6
Desember 2019). Untuk memperpanjang masa manfaatnya, pada tanggal 20
Oktober 2014 perusahaan mengeluarkan Rp 20 juta sebagai biaya pembelian atas
beberapa suku cadang yang baru. Dengan dilakukannya tambahan pengeluaran
modal ini, diestimasi bahwa umur ekonomis kendaraan akan bertambah 3 tahun dan
masa manfaatnya akan berakhir pada tanggal 6 Desember 2022. Kendaraan
disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus.
Perhitungan Beban penyusutanMenurut Akuntansi
Harga Perolehan 6 Des 09 Rp 100.000.000
Akm Penyusutan 6 Des 09-20 Okt 2014 (59/120 x 100 jt) (Rp 49.167.000)
Nilai buku per tanggal 20 Oktober 2014 Rp 50.833.000
Pengeluaran modal pada tanggal 20 Oktober 2014 Rp 20.000.000
Harga perolehan setelah disesuaikan per tanggal 20 Okt 14 Rp 70.833.000
Tahun 2014
Beban Penyusutan = (10/120 bulan x Rp 100 juta) + (2/97 bulan x Rp 70,833 juta)
= Rp 8.333.333 + Rp 1.460.474
= Rp 9.793.807
Tahun 2015
Beban Penyusutan = 12/97 x Rp 70,833 juta
= Rp 8.762.845
Perhitungan Beban penyusutanMenurut Pajak
Tahun 2014
Beban Penyusutan = (12,5% x Rp 100 juta) + (12,5% x 3/12 x Rp 20 juta)
= Rp 12.500.000 + Rp 625.000
= Rp 13.125.000
Tahun 2015
Beban Penyusutan = (12,5% x Rp 100 juta) + (12,5% x Rp 20 juta)
= Rp 12.500.000 + Rp 2.500.000
= Rp 15.000.000
Perolehan Harta Hibah, Sumbangan, atau Pengganti Saham
Sesuai dengan Pasal 4 ayat (3) UU PPh No 36 tahun 2008, yang dikecualikan dariobjek pajak diantaranya :
1. Bantuan atau sumbangan yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentukatau disahkan oleh pemerintah, dan yang diterima oleh penerima sumbanganyang berhak yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan PeraturanPemerintah
2. Harta hibah yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurussatu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasukyayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil,yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan PMK, sepanjang tidak adahubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antarapihak-pihak yang bersangkutan
3. Harta yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai penggantipenyertaan modal.
Penjualan atau Pengalihan HartaBerwujud
Pasal 6 ayat (1) huruf d UU PPh No 36 tahun 2008
• kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dandigunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki dan digunakan dalamperusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, danmemelihara penghasilan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
Pasal 4 ayat (1) huruf d angka 2 UU PPh Np 36 tahun 2008
• Apabila WP menjual harta dengan harga pasar yang lebih tinggi darinilai sisa bukunya atau lebih tinggi dari harga atau nilai perolehannya,maka selisih harga tersebut dianggap sebagai keuntungan danmerupakan objek PPh.
Contoh
Pada tanggal 26 Desember 2014 sebuah mobil boks dijual dengan harga pasar Rp
120 juta. Mobil boks tersebut pada mulanya dibeli perusahaan pada tanggal 14 Juli
2013 dengan harga Rp 144 juta. Mobil boks ini diestimasi memiliki masa manfaat 6
tahun, sedangkan menurut perpajakan adalah 8 tahun. Metode penyusutan yang
digunakan adalah metode garus lurus.
Besarnya Keuntungan MenurutAkuntansi dan Menurut Pajak
Keterangan Menurut Akuntansi Menurut Pajak
Harga perolehan 144.000.000 144.000.000
Akumulasi penyusutan (36.000.000)(18/72 x 144 juta)
(27.000.000)(18/96 x 144 juta)
Nilai buku 108.000.000 117.000.000
Harga Pasar 120.000.000 120.000.000
Keuntungan penjualan 12.000.000 3.000.000
Jurnal
Perbedaan pengakuan besarnya keuntungan dari penjualan aset tersebut antara
menurut akuntansi dengan pajak menimbulkan perbedaan tetap. Oleh karena itu
perusahaan harus melakukan koreksi negatif sebesar 9 juta (12 juta-3 juta) dalam
rekonsiliasi fiskal pada saat pengisian SPT tahunan PPh.
Tanggal Keterangan D K
26 Des
2014
Kas
Akumulasi penyusutan –kendaraan
Kendaraan
PPN Pasal 16D
Keuntungan penjualan kendaraan
132.000.000
36.000.000
144.000.000
12.000.000
12.000.000
Pertukaran Harta Berwujud
Pada tanggal 5 Agustus 2014 perusahaan menukarkan sebuah mobil Avanza yang
dibelinya pada tanggal 10 Desember 2012 dengan sebuah mobil Innova. Harga
perolehan mobil Avanza Rp 135.000.000 sedangkan harga perolehan untuk mobil
Inova adalah 207.000.000. Metode penyusutan yang digunakan adalah metode garis
lurus dan dengan masa manfaat 8 tahun.
Besarnya Kerugian MenurutAkuntansi dan Menurut Pajak
Keterangan Menurut Akuntansi Menurut Pajak
Harga perolehan 135.000.000 135.000.000
Akumulasi penyusutan (28.125.000)(20/96 x 135 juta)
(28.125.000)(20/96 x 135 juta)
Nilai buku 106.875.000 106.875.000
Harga Pasar aset lama 90.000.000 90.000.000
Kerugian penjualan 16.875.000 16.875.000
JurnalTanggal Keterangan D K
26 Des
2014
Kendaraan (baru)
PPN Masukan *
Akumulasi penyusutan –kendaraan (lama)
Kerugian pertukaran aset
Kendaraan (lama)
PPN Pasal 16D **
Kas ***
* (10% x 207 juta)
** (10% x 90 juta)
*** (117 juta+20,7 juta-9 juta)
207.000.000
20.700.000
28.125.000
16.875.000
135.000.000
9.000.000
128.700.000