Akulturasi bahasa di perbatasan

4

Click here to load reader

Transcript of Akulturasi bahasa di perbatasan

Page 1: Akulturasi bahasa di perbatasan

AKULTURASI BAHASA DI PERBATASAN

MALAYSIA - INDONESIA

Penulis : Sidi Rana Menggala

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang luas wilayahnya, dari mulai Sabang sampai Merauke,

dari Miangas sampai Pulau Rote. Indonesia berbatasan dengan beberapa negara seperti Malaysia,

Filipina, dan Papua. Batas-batas wilayah antar Indonesia dengan Negara-negara yang disebutkan

diatas juga tidak memiliki patokan yang jelas, kadangkala hanya sebatas patokan tidak resmi.

Sehingga muncul berbagai ketegangan antar Indonesia dan Malaysia terkait dengan batasan

Negara seperti Kasus Ambalat serta kasus Camar Bulan dan Tanjung Datuk .

Disisi lain, penulis ingin mengajak pembaca melihat lebih dalam mengenai

permasalahan-permasalahan sosial yang dihadapi masyarakat yang hidup di perbatasan, salah

satunya adalah penggunaan bahasa Indonesia. Salah satu penyebab masyarakat yang

menggunakan bahasa Melayu dalam kehidupan sehari-hari juga disebabkan karena

ketidaktersediaan SDM guru disertai dengan fasilitas sarana prasarana pendidikan yang

memadai. Di beberapa perkampungan atau dusun di perbatasan Kalimantan Barat misalnya,

Page 2: Akulturasi bahasa di perbatasan

anak-anak harus berjalan kaki 1-2 jam sejauh hingga lebih dari 6 km melintasi hutan dan

menuruni bukit untuk mendapatkan pendidikan di sekolah setiap hari. Kondisi sulit yang

dihadapi anak diperbatasan juga dialami oleh para guru, terutama para guru honorer yang

kebanyakan honor komite. Para guru tersebut banyak yang harus mengajar 2-3 kelas sekaligus.

Dampak dari ini adalah ketidak lancaran penggunaan bahasa Indonesia dan banyak warga

masyarakat yang masih buta aksara.

Permasalahan Sosial

Eksistensi bahasa indonesia di daerah perbatasan ternyata sudah mengalami pergeseran.

Keberadaannya saat ini seolah hanya sebuah tulisan saja, karena pada keadaan yang sebenarnya,

bahasa melayu lah yang mengisi kekosongan ini. Di dalam berkomunikasi antar masyarakat

selain menggunakan bahasa daerah, mereka menggunakan bahasa Melayu Malaysia.

Intevensi dan Pembangunan Sosial

Berbicara mengenai pendidikan, di kawasan perbatasan tersebut memerlukan lebih

banyak perhatian dan sentuhan. Letak geografisnya sangat jauh dari ibu kota provinsi dan

kabupaten, menjadi alasan mengapa pendidikan di sana kurang perhatian dan sentuhan. Alasan

lain adalah belum ada akses jalan darat yang memadai, saluran komunikasi melalui telepon

seluler maupun kabel tidak tersedia, dan belum terjangkau aliran listrik. Kondisi geografis di

daerah perbatasan menyulitkan banyak anak mendapatkan akses pendidikan. Kondisi yang

dialami oleh para siswa dan guru di daerah-daerah perbatasan yang pada hakikatnya merupakan

daerah terdepan sebagai pintu gerbang untuk memasuki Indonesia. Tentu saja menjadi tanggung

jawab pemerintah pusat untuk mencari solusinya, agar pendidikan di sana memiliki kualitas yang

sederajad dengan daerah lain yang letak geografisnya lebih menguntungkan.

Setidaknya ada tujuh langkah yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam membangun

pendidikan berkelanjutan di wilayah perbatasan, yakni;

1. Membangun sarana dan prasarana pendukung pendidikan, seperti memperbaiki gedung

sekolah yang sudah rusak dan fasilitas pembelajaran lainnya

2. Memenuhi kebutuhan guru dalam rupa meningkatkan taraf pendapatan bulanan

3. Meningkatkan kesejahteraan guru dengan memberikan insentif yang layak

Page 3: Akulturasi bahasa di perbatasan

4. Membuka akses komunikasi yang layak, seperti penyediaan transportasi yang memadai,

dan komunikasi lisan yang dapat diakses melalui telepon seluler/telepon kabel

5. Meningkatkan kualitas guru melalui pelatihan-pelatihan agar tercipta pembelajaran yang

efektif

6. Mengembangkan kurikulum yang berkearifan lokal, sehingga sesuai untuk diterapkan di

daerah perbatasan.

7. Menuntaskan buta aksara dan membuat program “kembali ke sekolah”

Pemetaan Permasalahan dan Intervensi Sosial

Kesimpulan

Luasnya wilayah perbatasan laut dan darat Indonesia tentunya membutuhkan dukungan sistem

manajemen perbatasan yang terorganisir dan profesional, baik itu ditingkat pusat maupun daerah.

Akan tetapi minimnya infrastruktur di kawasan perbatasan telah menunjukkan bahwa pemerintah

tidak memiliki sebuah sistem manajemen perbatasan yang baik. Perbandingan kondisi antara

daerah daerah yang berada di tengah dengan yang berada di pinggir sangat jelas terlihat. Hal ini

memperlihatkan tingkat kesenjangan yang tinggi antara daerah tengah dan daerah pinggir.

Kondisi Sosial

•Minim akses pendidikan

•Menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa sehari-hari

•Kurang perhatian dari pemerintah pusat dan daerah terkait permasalahan sosial mayarakat perbatasan

• Infrastruktur yang tidak memadai dan banyak desa yang terisolir dari pembangunan

Strategi Pembangunan

Sosial

• Pelaksanaan program buta aksara

• Penyediaan layanan infrastruktur dasar terpadu (jalan, perumahan, listrik, komunikasi, sanitasi, air bersih) bagi masyarakat di daerah perbatasan

• Penyediaan layanan pendidikan dan kesehatan (kuantitas dan kualitas)

• Peningkatan kualitas SDM untuk peningkatan akses pekerjaan/sumber mata pencaharian.

• Program kembali ke Kampung untuk pengembangan kapasitas sosial

Page 4: Akulturasi bahasa di perbatasan

Terutama mengenai pendidikan yang merupakan salah satu modal yang sangat penting untuk

menjalani kehidupan bermasyarakat, dengan adanya pendidikan kita bisa mengetahui berbagai

macam informasi.