Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805

23
www.futurumcorfinan.com Page 1 Apa yang Perusahaan Beli? Aset atau Bisnis? Klarifikasi Definisi Bisnis menurut FASB untuk Kombinasi Bisnis, dan apakah IFRS 3 (2008) atau PSAK 22 (revisi 2010) akan Mengikuti? ¹ Pendahuluan Dalam tulisan penulis berjudul “Pengalihan Aset atau Pengalihan Bisnis: Kemungkinan “Asset Deal” adalah “Business Deal” atau Bukan?telah diuraikan banyak hal terkait apakah yang menentukan suatu transaksi akuisisi (atau pelepasan) atas serangkaian aset dan aktivitas, sebagai suatu transaksi akuisisi atas “bisnis” atau atas suatu “aset”. Pada prinsipnya, ini akan membawa kita pada apa yang dimaksud dengan “bisnis”. Sukarnen DILARANG MENG-COPY, MENYALIN, ATAU MENDISTRIBUSIKAN SEBAGIAN ATAU SELURUH TULISAN INI TANPA PERSETUJUAN TERTULIS DARI PENULIS Untuk pertanyaan atau komentar bisa diposting melalui website www.futurumcorfinan.com

Transcript of Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805

Page 1: Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805

www.futurumcorfinan.com

Page 1

Apa yang Perusahaan Beli? Aset atau Bisnis?

Klarifikasi Definisi Bisnis menurut FASB untuk

Kombinasi Bisnis, dan apakah IFRS 3 (2008) atau

PSAK 22 (revisi 2010) akan Mengikuti? ¹

Pendahuluan

Dalam tulisan penulis berjudul “Pengalihan Aset atau Pengalihan Bisnis: Kemungkinan

“Asset Deal” adalah “Business Deal” atau Bukan?” telah diuraikan banyak hal terkait

apakah yang menentukan suatu transaksi akuisisi (atau pelepasan) atas serangkaian aset dan

aktivitas, sebagai suatu transaksi akuisisi atas “bisnis” atau atas suatu “aset”. Pada prinsipnya,

ini akan membawa kita pada apa yang dimaksud dengan “bisnis”.

Sukarnen

DILARANG MENG-COPY, MENYALIN,

ATAU MENDISTRIBUSIKAN

SEBAGIAN ATAU SELURUH TULISAN

INI TANPA PERSETUJUAN TERTULIS

DARI PENULIS

Untuk pertanyaan atau komentar bisa

diposting melalui website

www.futurumcorfinan.com

Page 2: Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805

www.futurumcorfinan.com

Page 2

Perbedaan akuisisi aset atau akuisisi bisnis akan membawa konsekuensi baik langsung atau

tidak langsung, bagi:

pengakuan (recognition), pengukuran (measurement), penyajian (presentation) dan

pengungkapan (disclosure) atas transaksi akuisisi (pelepasan) tersebut. Salah satunya

adalah apabila aset yang diakuisisi adalah memenuhi definisi bisnis menurut IFRS 3

(2008): Business Combinations (atau diadopsi ke dalam PSAK 22 (revisi 2010):

Kombinasi Bisnis), maka akuntansinya akan diatur menurut kedua standar akuntansi

tersebut, yaitu masuk dalam ruang lingkup kombinasi bisnis; dan

perlakuan perpajakan.

Salah satu perbedaan akuntansi yang signifikan antara transaksi akuisisi aset (atau sekelompok

aset) dengan akuisisi bisnis adalah:

Dalam akuisisi bisnis, aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih

oleh pihak pengakuisisi dibukukan dengan nilai wajar pada tanggal akuisisi.

Kepentingan nonpengendali pada pihak yang diakuisisi dapat dibukukan menggunakan

nilai wajar tanggal akuisisi, atau sebagai alternatif, dapat dibukukan pada proporsi

kepemilikan kepentingan nonpengendali atas aset neto teridentifikasi dari pihak yang

diakuisisi. Selisih lebih (atau kurang) antara nilai agregat total pembayaran/imbalan

(consideration) yang dialihkan plus jumlah setiap kepentingan nonpengendali pada

pihak yang diakuisisi, atas nilai agregat aset teridentifikasi yang diperoleh plus liabilitas

yang diambil-alih oleh pihak pengakuisisi, dibukukan sebagai goodwill atau pembelian

dengan diskon (umum dikenal sebagai goodwill negatif).

Dalam akuisisi aset atau kelompok aset yang bukan merupakan suatu bisnis, dalam hal

ini, pihak pengakuisisi mengidentifikasi dan mengakui setiap aset teridentifikasi yang

diperoleh (termasuk aset yang memenuhi definisi dari, dan kriteria pengakuan untuk,

aset tidak berwujud sebagaimana diatur dalam International Accounting Standard (IAS)

38 : Intangible Assets (atau diadopsi dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

(PSAK) 19 (revisi 2010): Aset Tak Berwujud), dan liabilitas yang diambil-alih. Biaya

perolehan dari kelompok aset tersebut dialokasikan kepada masing-masing aset

teridentifikasi dan liabilitas berdasarkan nilai wajar relatifnya pada tanggal pembelian.

Nilai wajar relatif aset yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih kemungkinan besar

akan berbeda dengan nilai wajar masing-masing aset teridentifikasi maupun liabilitas

Page 3: Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805

www.futurumcorfinan.com

Page 3

yang diambil-alih. Transaksi atau peristiwa akuisisi aset tidak dapat menimbulkan

pengakuan dan pengukuran goodwill atau pembelian dengan diskon.

Untuk rincian perbedaan akuntansi akuisisi bisnis dan akuisisi aset dapat dijabarkan di bawah

ini1:

Perubahan definisi bisnis dalam IFRS 3 (2008) akan membawa implikasi pada berbagai area

dalam akuntansi, misalnya dalam transaksi akuisisi, transaksi pelepasan aset atau bisnis,

penurunan nilai goodwill, dan juga pelaporan konsolidasi.

IFRS 3 (2008 sendiri merupakan upaya konvergensi antara International Accounting Standards

Board (IASB) dengan Financial Accounting Standards Board (FASB) di Amerika Serikat,

dimana ketentuan yang tidak jauh berbeda diatur dalam Statement of Financial Accounting

Standard No. 141 (Revised 2007): Business Combinations (atau sekarang dikenal sebagai

FASB Accounting Standards Codification (ASC) Topic 805), atau untuk selanjutnya diacu

sebagai ASC Topic 8052.

1 2011. PricewaterhouseCoopers. Practical Guide to IFRS. Business Combinations: Determining What a

Business is under IFRS 3 (2008). Mei 2011. Halaman 1. 2 Dapat dibaca pada situs http://www.fasb.org/project/bc_acquisition_method.shtml, dan

Page 4: Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805

www.futurumcorfinan.com

Page 4

Pada tanggal 23 November 2015, FASB mengeluarkan usulan Accounting Standards Update

(ASU, atau untuk selanjutnya disebut sebagai ASU Topic 805) sebagai tindak lanjut dari the

Post-Implementation Review Report on FASB Statement No. 141 (revised 2007), Business

Combinations (Statement 141(R)) 3 atau ASC Topic 805, suatu proses review paska-

implementasi yang juga sedang dilakukan oleh IASB terkait IFRS 3 (2008).

ASU Topic 805 yang akan berlaku secara prospektif ini bertujuan untuk memberikan kejelasan

terkait definisi “bisnis” dengan memberikan panduan yang dapat membantu pihak entitas

pelaporan (reporting organization/entity) pada waktu melakukan analisa apakah aset

teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih (atau suatu rangkaian terpadu dari

aktivitas dan aset) merupakan suatu transaksi akuisisi (atau pelepasan) “aset” atau “bisnis”.

Definisi “bisnis” menurut ASC Topic 805 ini perlu kita cermati karena definisi “bisnis” tersebut

tidak jauh berbeda dengan definisi menurut IFRS 3 (2008) (atau PSAK 22 (revisi 2010)). Namun

demikian, dari pengamatan FASB, meskipun kedua definisi ASC Topic 805 dan IFRS 3 (2008)

tersebut identik, kedua definisi tersebut tidak diartikan atau bahkan diterapkan secara konsisten

dalam prakteknya, terutama antara satu jurisdiksi yang menerapkan ASC Topic 805, dengan

jurisdiksi yang menerapkan IFRS. Definisi bisnis dalam ASC Topic 805 cenderung diartikan

secara lebih luas dibandingkan dengan IFRS 3 (2008). FASB melihat bahwa revisi atas definisi

“bisnis” dalam ASC Topic 805 diharapkan akan memperkecil perbedaan penerapan yang ada,

sehingga praktek menurut ASC Topic 805 dan IFRS 3 (2008) akan lebih sejalan. IASB sendiri

telah memasukkan agenda terkait evaluasi definisi bisnis dan sedang mempertimbangkan

melakukan perubahan yang sama dengan yang apa yang diusulkan oleh ASU Topic 805.

Terdapat beberapa poin yang menjadi latar belakang penerbitan ASU Topic 805 ini:

Pertama, penerapan definisi “bisnis” menurut ASC Topic 805 menjadi terlalu luas,

mengakibatkan banyak transaksi dikategorikan sebagai akuisisi bisnis, walaupun akuisisi

tersebut lebih mendekati akuisisi aset.

IASC Foundation. International Accounting Standards Board. Business Combinations Phase II: Project Summary,

Feedback and Effect Analysis. January 2008. London (UK): IASC Foundation.

Diunduh pada tanggal 27 November 2015 dari situs http://www.ifrs.org/Current-Projects/IASB-Projects/Business-

Combinations/Documents/BusComb_Effects.pdf. 3 FASB Exposure Draft. Proposed Accounting Standards Update. Issued: November 23, 2015. Comments Due:

January 22, 2016. Business Combinations (Topic 805): Clarifying the Definition of a Business. Diunduh pada

tanggal 25 November 2015 dari situs http://www.fasb.org/jsp/FASB/Page/SectionPage&cid=1176157086783.

Page 5: Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805

www.futurumcorfinan.com

Page 5

Kalau kita menggunakan kerangka penentuan apakah suatu akuisisi adalah akuisisi bisnis atau

akuisisi aset menurut IFRS 3 (2008) ditunjukkan di bawah ini, walaupun hanya terdiri dari 3

langkah, namun tetap belum tentu mudah dipahami dan diterapkan4. FASB mencatat bahwa

menganalisa transaksi akuisisi menggunakan definisi pada saat ini menurut ASC Topic 805

dapat menjadi sulit dan memakan banyak biaya.

4 2011. PricewaterhouseCoopers. Practical Guide to IFRS. Business Combinations: Determining What a

Business is under IFRS 3 (2008). Mei 2011. Halaman 5.

Page 6: Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805

www.futurumcorfinan.com

Page 6

Panduan dalam ASC Topic 805 (ataupun IFRS 3 (2008)) mengenai penentuan apakah

serangkaian terpadu dari aktivitas dan aset (selanjutnya, secara bersama-sama disebut sebagai

satu himpunan (set)) yang diakuisisi, adalah suatu bisnis, menyebutkan adanya 2 (dua) poin,

yang dapat diartikan dan diterapkan relatif cukup luas, sebagai berikut.

a) Pada umumnya, terdapat 3 (tiga) unsur dalam suatu bisnis, yaitu input, proses dan

output. Disebutkan bahwa walaupun suatu himpunan yang merupakan suatu bisnis,

biasanya akan mempunyai output, namun guna memenuhi definisi bisnis, kehadiran

output tidak diwajibkan.

b) SEMUA input dan proses yang pihak penjual (atau pihak yang diakuisisi) pergunakan

dalam menjalankan suatu himpunan tersebut tidak diperlukan guna memenuhi definisi

bisnis, seandainya pihak partisipan pasar (pihak ketiga di pasar) dapat atau mampu

(capable of) memperoleh himpunan tersebut dan dapat tetap melanjutkan produksi

output, misalnya dengan mengintegrasikan himpunan tersebut dengan input dan proses

miliknya sendiri.

Kedua, masalah lainnya dengan definisi bisnis saat ini adalah tidak terdapat panduan

mengenai seberapa “minimum” jumlah input dan proses yang diperlukan untuk supaya suatu

himpunan dapat memenuhi definisi suatu bisnis.

Ketidakjelasan di atas mengakibatkan adanya interpretasi yang luas dalam praktek terkait apa

yang dimaksud dengan suatu bisnis.

Misalnya, suatu himpunan tetap dikatakan memenuhi kriteria sebagai suatu bisnis sekalipun

tidak terdapat proses yang ada dalam transaksi tersebut, karena kegiatan yang mendatangkan

pendapatan dapat dilanjutkan sesudah transaksi akuisisi. Contohnya, dalam industri real estat,

seorang partisipan pasar seringkali mampu memperoleh input, katakan suatu unit bangunan

dengan sewa guna usaha (lease)5 dan kemudian menggabungkan unit bangunan tersebut

dengan prosesnya sendiri (misalnya suatu ada daftar penyewa yang siap menyewa dan sistem

untuk mengoperasikan kegiatan tersebut). Di sini, unit bangunan yang dibeli, plus sistem dari

pihak pengakuisisi, akan menghasilkan output, berupa pendapatan sewa guna usaha (lease

income).

5 Unit bangunan belum memiliki penyewa atau perjanjian sewa atau kegiatan sewa pada saat diakuisisi.

Page 7: Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805

www.futurumcorfinan.com

Page 7

Di lain pihak, ada yang mengartikan, hadirnya suatu proses apa saja sudah cukup untuk

menyebut bahwa himpunan tersebut adalah suatu bisnis, terlepas apakah proses tersebut

cukup penting atau signifikan kontribusinya, atau merupakan proses major atau proses minor.

Ketiga, definisi output dalam ASC Topic 805 saat ini hanya mengacu kepada kemampuan atau

kapabilitas himpunan tersebut untuk mendatangkan secara langsung suatu imbal hasil dalam

bentuk dividen, biaya yang lebih rendah, atau manfaat ekonomis lainnya, kepada pihak investor

atau pihak pemilik lainnya, anggota, atau partisipan. Namun demikian, fokus tersebut dirasakan

kurang tepat mengingat bahwa banyak transaksi dapat memberikan suatu imbal hasil dalam

beberapa bentuk yang kurang lebih sama, misalnya pembelian suatu peralatan mesin baru,

tentunya diharapkan akan menurunkan biaya operasional, namun di sini, jelas pembelian

peralatan mesin saja, adalah suatu perolehan aset, dan bukan perolehan bisnis. Definisi yang

hanya fokus pada kemampuan mendatangkan imbal hasil dalam bentuk uang (moneter), dapat

mengakibatkan interpretasi yang terlalu luas guna menentukan apakah suatu himpunan secara

ekonomis memenuhi definisi suatu bisnis.

Pembahasan

Berangkat dari beberapa kekurangan pada definisi bisnis pada saat ini, tujuan ASU Topic 805

adalah guna mempersempit definisi suatu bisnis dan memberikan suatu kerangka kerja yang

akan memberikan suatu panduan bagi entitas guna membuat evaluasi yang wajar terkait

apakah suatu transaksi [akuisisi atau pelepasan suatu himpunan] melibatkan suatu aset atau

suatu bisnis.

a. Memperjelas apa yang dikategorikan sebagai suatu bisnis. Di sini perubahan definisi

bisnis akan menekankan bahwa (i) suatu himpunan wajib mencakup, minimum, suatu

input dan proses yang substantif yang secara bersamaan memberikan kontribusi

kepada kemampuan menghasilkan output, dan dengan demikian, (ii) menghilangkan

keharusan bahwa suatu himpunan adalah suatu bisnis jika pihak partisipan pasar dapat

menggantikan unsur yang hilang dan tetap lanjut memproduksi output. ASU Topic 805

tetap mempertahankan analisa atas himpunan yang dialihkan atau diakuisisi dari sudut

pandang partisipan pasar, walaupun pendekatan ini ada kemungkinan akan

mengakibatkan penerapan definisi menjadi terlalu meluas ataupun relatif sulit untuk

mengidentifikasi partisipan pasar yang tepat. FASB tetap melihat bahwa pendekatan ini

dirasakan tepat karena akan menghadirkan kedisplinan terkait analisa secara

keseluruhan dengan mempertimbangkan keinginan dari kedua pihak yang akan

Page 8: Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805

www.futurumcorfinan.com

Page 8

bertransaksi - pihak pembeli (atau pihak pengakuisisi) dan pihak penjual (atau pihak

yang diakuisisi) - terkait dengan bagaimana himpunan tersebut akan digunakan atau

dimanfaatkan. Tanpa disiplin ini dikuatirkan transaksi yang sama dapat diperlakukan

secara berbeda diartikan tergantung persepsi pihak pembeli.

b. Memperkenalkan ketentuan bahwa jika secara substansial, seluruh nilai wajar dari aset

bruto yang diakuisisi, terkonsentrasi pada hanya satu aset teridentifikasi atau

sekelompok aset teridentifikasi yang sama (similar), himpunan tersebut tidak dianggap

sebagai suatu bisnis, tanpa perlu lagi melihat kehadiran proses yang substantif.

c. Mempersempit definisi output supaya istilah tersebut konsisten dengan bagaimana

output dijelaskan dalam ASC Topic 606 (yaitu FASB Accounting Standards Update No.

2014-09: Revenue from Contracts with Customers).

Ada beberapa hal yang secara spesifik berubah terkait dengan perubahan apa yang dimaksud

dengan suatu bisnis menurut ASU Topic 805.

Pertama: Mesti ada Proses, dan Proses itu Mesti Substantif Sifatnya

FASB memutuskan bahwa untuk bisa dianggap sebagai suatu bisnis, himpunan tersebut mesti

mencakup, minimum, suatu input dan suatu proses yang substantif.

Proses yang diakuisisi itu mesti substantif. Justru kehadiran suatu proses atau proses-proses-

lah yang akan membedakan suatu bisnis dari suatu aset karena SEMUA akuisisi aset

mempunyai input (satu atau beberapa), namun belum tentu memiliki proses. Kriteria ini-lah

yang akan membantu membedakan apakah aset atau bisnis yang diakuisisi (atau dilepas).

Penekanan pada “minimum, suatu input dan suatu proses yang substantif, yang wajib ada”

berimplikasi bahwa untuk supaya input dan proses tersebut berkontribusi pada kemampuan

untuk menghasilkan output, tidak diperlukan kehadiran SEMUA input dan proses yang

diperlukan, guna suatu himpunan dapat disebut sebagai suatu bisnis. Di sini CUKUP SATU

input dan SATU proses substantif, yang secara bersama-sama berperan penting terkait

produksi output. Jadi cukup SATU INPUT DAN SATU PROSES YANG SUBSTANTIF, YANG

SECARA BERSAMA-SAMA TURUT MEMBERIKAN KONTRIBUSI PADA KEMAMPUAN

UNTUK TERCIPTANYA OUTPUT.

Page 9: Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805

www.futurumcorfinan.com

Page 9

Namun yang menarik di sini, FASB sendiri tidak melihat perlunya untuk menspesifikasi apa

yang dimaksud dengan proses yang substantif tersebut. Kemungkinan adanya variasi yang

cukup signifikan terkait suatu proses yang substantif antara satu industri dengan industri lainnya

dan antara satu transaksi akuisisi (atau pelepasan) dengan transaksi lainnya, membuat tidak

adanya pembahasan yang lebih rinci terkait proses yang substantif. Penekanannya lebih pada

nilai kontribusi proses tersebut pada hasil akhir, yaitu produksi output.

Keharusan kehadiran suatu proses yang substantif juga dengan sendirinya meniadakan

perlunya dilakukan evaluasi pada kemampuan seorang partisipan pasar (sebagai pihak ketiga)

apakah dapat atau tidak dapat menggantikan bagian (input atau proses) yang hilang dalam

himpunan tersebut guna melanjutkan produksi output. Hal ini sekalian akan dapat

menghilangkan ketidakjelasan mengenai unsur-unsur (input dan proses) apa yang perlu masuk

dalam suatu himpunan dan unsur-unsur apa yang dapat digantikan oleh seorang partisipan

pasar. Dengan demikian, analisa lebih dapat difokuskan pada “substansi” apa yang diakuisisi

dan bukannya berfokus pada bagaimana seorang partisipan pasar akan dapat secara potensial

memanfaatkan himpunan tersebut.

Kedua: Dalam Situasi dimana Transaksi Akuisisi Himpunan yang Tidak Ada Outputnya

FASB berpendapat bahwa dalam situasi dimana suatu himpunan tidak memiliki output pada

saat diakuisisi, maka untuk dapat dikatakan bahwa himpunan tersebut adalah suatu bisnis,

himpunan tersebut WAJIB mencakup sekumpulan tenaga kerja yang terorganisir (organized

workforce) yang memiliki ketrampilan/keahlian, pengetahuan, atau pengalaman yang

diperlukan guna menjalankan suatu proses (atau sekumpulan proses) yang diakuisisi, dimana

saat tenaga kerja tersebut diintegrasikan bersama-sama dengan suatu input atau banyak input

yang diakuisisi lainnya, akan berperan penting atau kritikal terhadap:

kemampuan himpunan tersebut secara keseluruhan untuk berkembang, atau

kemampuan himpunan tersebut untuk mengkonversi input atau banyak input yang

diperoleh, menjadi output.

Suatu entitas wajib mempertimbangkan hal-hal berikut ini pada saat mengevaluasi apakah

tenaga kerja yang berada dalam himpunan tersebut yang diperoleh, sedang menjalankan suatu

proses yang substantif, yang penting artinya bagi produksi output:

Page 10: Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805

www.futurumcorfinan.com

Page 10

a) Suatu proses (atau sekumpulan proses) tidak penting/kritikal, jika, proses tersebut

hanya merupakan pelengkap (ancillary) atau minor perannya dalam konteks

keseluruhan proses yang diperlukan guna menghasilkan output.

b) Inputs - dimana tenaga kerja terorganisir tersebut mampu-kembangkan (atau sedang-

kembangkan) atau mampu-konversikan input menjadi output - dapat mencakup (i) hak

kekayaan intelektual, (ii) sumber daya yang dapat dikembangkan, atau (iii) akses

terhadap bahan atau hak yang memungkinkan penciptaan output masa depan. Pada

intinya, proses plus input dapat dikembangkan menjadi suatu output, berupa produk

atau jasa.

Karena penekanannya pada kemampuan menghasilkan output berupa produk atau jasa, proses

yang terlibat dalam suatu himpunan, mesti merupakan proses yang penting atau substantif.

Proses yang bersifat pelengkap, jelas tidak akan dapat memastikan output akan dihasilkan dari

pengolahan dan pengelolaan input plus proses.

Keharusan hadirnya input plus proses menjadi output, dengan sendirinya kehadiran semata-

mata tenaga kerja terorganisir tidak akan ada maknanya, tanpa kehadiran suatu input, sehingga

dengan input plus tenaga kerja terorganisir dapat bekerja bersama-sama berkontribusi terhadap

kemampuan untuk menghasilkan output6. Di sini ingin dipastikan bahwa tidaklah cukup hanya

semata-mata mempekerjakan seorang karyawan yang berketrampilan (ingat digunakan kata

“workforce” dan bukan “an employee atau employee”)7 dan transaksi akuisisi tersebut tidak

6 Kehadiran tenaga kerja terorganisir yang memiliki ketrampilan/keahlian, pengetahuan, atau pengalaman yang

diperlukan guna menjalankan proses-proses yang menciptakan output, diyakini FASB dengan sendirinya akan

memungkinkan himpunan tersebut untuk secara aktif menjalankan proses-proses. Jika tidak terdapat tenaga kerja

yang terorganisir untuk menjalankan suatu proses yang diperoleh, himpunan itu kemungkinan belum tentu dapat

dengan sendirinya secara aktif berkontribusi kepada penciptaan output karena pihak pengakuisisi mesti mencari

tenaga kerja yang mampu menjalankan seluruh aktivitas dalam proses tersebut. Contoh sederhananya, akuisisi atas

suatu cetak biru (blueprint) untuk suatu pesawat terbang, walaupun dikatakan terdapat proses substantif dalam cetak

biru tersebut, namun tanpa kehadiran tenaga kerja terorganisir (atau tanpa kehadiran output dalam himpunan

tersebut), proses yang ditunjukkan dalam suatu cetak biru tidak dapat dikatakan merupakan proses substantif.

Kehadiran tenaga kerja yang terorganisir menjadi suatu keniscayaan guna memastikan bahwa himpunan tersebut

dapat aktif didayakan untuk memproduksi pesawat terbang. 7 Ini menjadi jelas bahwa hanya mempekerjakan karyawan apapun (any employee), tidak serta-merta

mengindikasikan bahwa suatu himpunan tanpa output adalah suatu bisnis. Artinya, karyawan itu tidak bisa karyawan

sembarangan, namun sebaliknya, mesti ada tenaga kerja terorganisir yang mampu menjalankan proses (atau

sekumpulan proses) yang diperoleh, yang berperan penting dalam menentukan kemampuan untuk mengembangkan

atau mengkonversi input yang diperoleh menjadi output. Menentukan apakah suatu tenaga kerja terorganisir

Page 11: Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805

www.futurumcorfinan.com

Page 11

turut mengakuisisi input lainnya yang penting. Dalam hal ini, jelas, bukan suatu bisnis yang

diakuisisi.

Fokus di sini, tidak hanya semata-mata pada kehadiran tenaga kerja terorganisir (yang memiliki

ketrampilan/keahlian, pengetahuan, atau pengalaman guna menjalankan proses tersebut),

namun juga secara eksplisit mengharuskan bahwa himpunan tersebut mempunyai suatu input

(atau input-input) dimana tenaga kerja terorganisir tersebut (i) akan dapat mengembangkannya

(atau bahkan sedang mengembangkannya) atau (i) mengkonversi input tersebut menjadi output

masa depan. Di sini, semata-mata kehadiran tenaga kerja terorganisir dan input manapun,

tidaklah cukup, karena yang ditekankan adalah bahwa himpunan tersebut wajib mencakup

aset-aset yang memang dimaksudkan untuk pada akhirnya dikembangkan menjadi output.

Artinya:

Input + proses = kedua-duanya mesti inti atau penting dan terkait langsung dengan nantinya

diolah lebih lanjut kerjasamanya menjadi output. Dalam situasi himpunan tanpa output, maka

proses substantif tersebut mesti mencakup unsur tenaga kerja terorganisir yang memiliki

kemampuan, ketrampilan/keahlian, dan pengalaman yang diperlukan untuk mengolah input

penting yang bersangkutan menjadi nantinya output.

FASB secara khusus menyebutkan bahwa banyak entitas dalam tahap pengembangan dapat

memenuhi kriteria ini mengingat adanya kehadiran teknologi, hak kekayaan intelektual, atau

aset-aset lainnya yang sedang dikembangkan untuk menjadi suatu produk atau jasa.

Dalam situasi dimana himpunan yang diperoleh tersebut pada saat ini sedang menghasilkan

output, maka input yang sedang dikonversi menjadi output jelas merupakan input yang sudah

ada atau tercakup dalam himpunan yang dialihkan, dan karenanya, signifikansi dan jenis input

tersebut yang terlibat dalam proses tersebut, tidak perlu lagi dipertimbangkan.

melaksanakan suatu proses yang penting, jelas memerlukan penilaian dan analisa dan diperkirakan dapat bervariatif

antara satu transaksi dengan transaksi lainnya, dan antara satu industri dengan industri lainnya. Jadi di sini, entitas

diwajibkan untuk mengevaluasi apakah suatu proses (atau sekumpulan proses) adalah penting/kritikal dalam konteks

keseluruhan proses yang dibutuhkan untuk menghasilkan output, dan jika proses (atau sekumpulan proses) tersebut

dianggap hanya pelengkap (ancillary) atau minor perannya dalam konteks tersebut, maka proses (atau sekumpulan

proses) tersebut dianggap tidak penting atau kritikal.

Page 12: Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805

www.futurumcorfinan.com

Page 12

FASB juga mencatat bahwa dalam banyak industri, tidak selalu diperlukan dan dipekerjakan

banyak karyawan. Perusahaan bisa jadi hanya mempekerjakan beberapa karyawan [kunci] dan

berbagai proses dikerjakan oleh para vendor melalui pengaturan/kesepakatan kontraktual

seperti manajemen aset atau manajemen properti8. FASB sendiri memberikan klarifikasi bahwa

suatu tenaga kerja terorganisir dapat juga tercakup dalam himpunan tersebut melalui kontrak-

kontrak yang diperoleh (yang turut diakuisisi bersamaan dengan himpunan tersebut). Namun

demikian, penting bagi entitas tersebut untuk tetap perlu menerapkan analisa guna

membedakan antara:

kapan jasa yang disediakan atau dijalankan melalui pengaturan/kesepakatan kontraktual

(dengan pihak ketiga) guna menjalankan suatu proses terhadap input lainnya dalam

himpunan tersebut, dengan

kapan pengaturan/kesepakatan kontraktual itu sendiri adalah suatu input.

Dan sama pentingnya, entitas tersebut tetap perlu untuk mempertimbangkan apakah

pengaturan/kesepakatan kontraktual tersebut adalah penting/kritikal peranannya, sama halnya

seperti entitas tersebut menentukan apakah karyawan-karyawan tersebut dalam himpunan

tersebut adalah penting/kritikal peranannya atau kontribusinya terhadap produksi output.

Pengaturan/kesepakatan kontraktual yang menjalankan suatu proses bukan merupakan suatu

proses yang substantif jika proses tersebut dianggap pelengkap/tambahan atau minor dalam

konteks keseluruhan proses yang ada diperlukan untuk menghasilkan suatu output.

Ketiga: Dalam Situasi dimana Transaksi Akuisisi Himpunan yang Ada Outputnya

FASB memasukkan 3 (tiga) kriteria yang perlu dievaluasi guna memastikan apakah suatu

himpunan yang ada outputnya, tidak langsung mengambil kesimpulan bahwa himpunan

tersebut adalah suatu bisnis. Tetap penting bagi entitas pengakuisisi untuk memastikan bahwa

himpunan tersebut dapat dikatakan memiliki suatu input dan suatu proses yang substantif yang

secara bersama-sama berkontribusi terhadap kemampuan menghasilkan output, jika hal-hal di

bawah ini salah satunya ada dalam himpunan tersebut:

8 Bisa juga ada skema alih-daya (outsourcing), maklon (contract manufacturing), toll manufacturing (dikenal juga toll

out dalam industri farmasi, dimana produksi obat dengan mempergunakan fasilitas produksi perusahaan farmasi

lainnya khususnya untuk produk-produk yang fasilitas produksinya belum dimiliki atau kapasitas produksi pabrik yang

bersangkutan telah mencapai level maksimum).

Page 13: Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805

www.futurumcorfinan.com

Page 13

a. Kehadiran suatu tenaga kerja terorganisir yang memiliki ketrampilan/keahlian,

pengetahuan, atau pengalaman yang diperlukan guna menjalankan suatu proses (atau

sekumpulan proses) yang diperoleh, dimana pada waktu diterapkan pada suatu input

(atau input-input) yang diperoleh, hal tersebut adalah penting atau kritikal bagi

kemampuan himpunan itu untuk melanjutkan memproduksi output. Suatu proses (atau

sekumpulan proses) tidaklah penting/kritikal, jika, misalnya, ia dianggap sebagai

pelengkap atau minor dalam konteks keseluruhan proses yang ada diperlukan untuk

melanjutkan produksi output.

b. Kehadiran proses (atau sekumpulan proses) yang diperoleh, ketika diterapkan pada

suatu input (atau input-input) yang diperoleh, memberikan kontribusi kepada

kemampuan himpunan tersebut untuk melanjutkan produksi output, dan tidak dapat

tergantikan tanpa menimbulkan biaya yang signifikan, upaya, atau penundaan dalam

kemampuan himpunan tersebut untuk melanjutkan produksi output.

c. Kehadiran proses (atau sekumpulan proses) yang diperoleh, ketika diterapkan pada

input (atau input-input) yang diperoleh, memberikan kontribusi kepada kemampuan

himpunan tersebut untuk melanjutkan produksi output dan proses tersebut tersebut

dianggap unik atau tidak banyak tersedia.

Ketika suatu himpunan sedang menghasilkan output sebelum dan sesudah transaksi [akuisisi

atau pelepasan], FASB berkesimpulan bahwa besar kemungkinan himpunan tersebut sudah

mencakup kedua unsur penting, yaitu baik suatu input dan suatu proses yang substantif,

dimana keduanya dipastikan hadir, dibandingkan dengan suatu himpunan yang tidak sedang

menghasilkan output. Dengan demikian, tidak perlu seluruh kriteria di atas mesti dipenuhi, dan

apabila hanya satu saja kriteria dipenuhi, maka FASB menganggap bahwa suatu proses yang

substantif serta-merta sudah ada dalam himpunan tersebut.

Dari ketiga kriteria di atas, terdapat kehadiran tenaga kerja yang terorganisir. Namun demikian,

meskipun diyakini bahwa suatu tenaga kerja yang terorganisir merupakan suatu petunjuk

adanya proses yang substantif, FASB sendiri tidak yakin bahwa kriteria tenaga kerja terorganisir

mutlak diperlukan ketika himpunan tersebut sudah menghasilkan output. Ini juga mengapa

kriteria tenaga kerja terorganisir (poin a di atas) dibedakan dari kriteria kehadiran proses (poin b

Page 14: Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805

www.futurumcorfinan.com

Page 14

dan c di atas)9. Sebagai contoh, suatu himpunan, tidak harus menggunakan tenaga kerja

terorganisir, jika himpunan tersebut sudah mencakup proses terotomatisasi (melalui teknologi,

infrastruktur, atau peralatan khusus, yang diperoleh) atau proses signifikan lainnya yang

memberikan kontribusi terhadap kemampuan untuk melanjutkan produksi output.

Masih terkait dengan kriteria poin b dan poin c di atas, menyangkut apakah proses yang

dialihkan adalah proses substantif, FASB tidak sependapat apabila dikatakan suatu himpunan

mesti merupakan suatu bisnis hanya semata-mata terdapat kontrak atau perjanjian yang

mendatangkan aliran pendapatan berkelanjutan. Kontrak atau perjanjian demikian mencakup

sewa guna usaha (lease), kontrak dengan pelanggan, atau pengaturan/kesepakatan

pendapatan berbasis kontrak lainnya yang mendatangkan kelanjutan dari pendapatan yang

ada. Dengan demikian, kehadiran kontrak atau perjanjian itu sendiri belum tentu merupakan

indikator bahwa suatu proses substantif hadir dalam himpunan yang diakuisisi tersebut.

Sebagai catatan, sebelum kita masuk ke poin keempat, kalau diperhatikan dalam:

poin kedua di atas, adalah terkait transaksi akuisisi himpunan yang tidak ada outputnya;

sedangkan,

poin ketiga di atas, adalah terkait transaksi akuisisi himpunan yang ada outputnya (jadi

ada kesinambungan pendapatan sebelum dan sesudah transaksi akuisisi terjadi).

Perbedaan kedua poin di atas adalah ada-tidak-adanya output dalam himpunan tersebut.

Output jelas merupakan unsur penting dalam (atau untuk dapat disimpulkan sebagai) suatu

bisnis, dan pada umumnya, dipahami bahwa pada waktu kita berbicara suatu bisnis, kita

cenderung langsung melihat atau mengacu kepada apa output produk atau jasanya dari bisnis

tersebut. Artinya, bisnis identik dengan produk atau jasa sebagai output bisnis tersebut. Pada

saat suatu transaksi akuisisi melibatkan himpunan yang tidak ada outputnya pada saat

dialihkan, maka FASB melihat perlunya digunakan kriteria yang lebih ketat, dimana penekanan

diberikan pada analisa unsur lainnya yang ada dalam himpunan tersebut, dalam hal ini, unsur

input dan unsur proses yang substantif. Inilah kita lihat kriteria yang diberikan ASU Topic 805

untuk situasi dimana himpunan yang diperoleh tidak memiliki output pada saat dialihkan, lebih

9 Dalam situasi dimana suatu bisnis dialihkan tanpa adanya suatu tenaga kerja terorganisir, FASB memasukkan 2

kriteria (poin b dan c). Kriteria ini dihadirkan untuk membantu mengevaluasi apakah suatu proses yang dialihkan

adalah substantif ketika tidak adanya tenaga kerja yang terkait.

Page 15: Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805

www.futurumcorfinan.com

Page 15

kepada analisa apakah himpunan tersebut mempunyai suatu proses yang substantif. Tanpa

kehadiran proses yang substantif tersebut, sulit untuk dikatakan bahwa himpunan tersebut

memenuhi definisi suatu bisnis10.

Keempat: Kumpulan Proses

Kriteria untuk mengevaluasi apakah suatu proses adalah substantif, dapat mengacu kepada

proses tunggal atau sekumpulan proses. Misalnya, dalam beberapa bisnis, apabila dilihat dari

peran atau pentingnya masing-masing proses yang digunakan untuk menciptakan output, dapat

saja dianggap tidak signifikan. Namun, masing-masing proses tunggal tersebut, apabila

disatukan dalam satu kelompok, proses-proses tersebut dapat menjadi substantif disebabkan

seluruh proses tersebut sebagai satu kesatuan tidak lagi hanya semata-mata bersifat

pelengkap, dan kumpulan proses tersebut sulit untuk digantikan tanpa perlu mengeluarkan

biaya yang signifikan, upaya, atau penundaan dalam kegiatan operasional.

Kelima : Goodwill

FASB berkeyakinan bahwa dengan mengasumsikan adanya goodwill dalam suatu himpunan

yang diperoleh, serta-merta disimpulkan bahwa himpunan tersebut adalah suatu bisnis11, hal ini

akan tidak sesuai lagi dengan analisa yang diperlukan dalam perubahan ASU Topic 805 ini.

Sebagai contoh, jika suatu himpunan mencakup karyawan apapun, kemungkinan akan dapat

dijadikan argumen bahwa kehadiran semata-mata karyawan (tanpa menganalisa pentingnya

fungsi yang dijalankan oleh karyawan tersebut atau bahkan jika karyawan-karyawan tersebut

tidak menjalankan suatu proses yang penting atau kritikal)12, maka sudah cukup untuk

10

Perhatikan terdapat 2 (dua) kriteria yang berbeda dalam paragraf 805-10-55-5A sampai 805-10-55-5C dalam ASU

Topic 805 ini) dimana kriteria mana yang digunakan tergantung situasi apakah himpunan tersebut yang diperoleh,

memiliki output atau tidak. 11

Lihat paragraf 805-10-55-9 dari ASU Topic 805 ini. 12

Di sini diasumsikan bahwa goodwill tersebut berasal dari tenaga kerja yang terorganisir, yang masuk sebagai aset

yang tidak teridentifikasi.

Lihat paragraf B37 dari “Kumpulan Tenaga Kerja dan Item Lainnya yang Tidak Teridentifikasi” dari PSAK 22

(revisi 2008).

Pihak pengakuisisi memasukkan ke dalam goodwill nilai aset tidak berwujud yang diperoleh yang tidak teridentifikasi

pada tanggal akuisisi. Misalnya, pihak pengakusisi dapat mengatribusikan nilai pada sekumpulan tenaga kerja,

yang merupakan kumpulan karyawan yang ada yang memungkinkan pihak pengakuisisi untuk melanjutkan operasi

bisnis yang diperoleh sejak tanggal akusisi. Kumpulan tenaga kerja tidak mencerminkan modal intelektual dari

Page 16: Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805

www.futurumcorfinan.com

Page 16

menunjukkan bahwa beberapa goodwill hadir, sehingga layak disebut sebagai suatu bisnis,

walaupun mungkin saja, nilai goodwill tersebut relatif tidak signifikan dibandingkan keseluruhan

nilai himpunan yang dialihkan. FASB dengan sendirinya tidak mau suatu entitas yang diakuisisi

berikut goodwill-nya yang nilainya tidak signifikan, dikatakan sudah merupakan suatu bisnis.

Namun sebaliknya, kehadiran goodwill dengan nilai yang signifikan dapat membantu entitas

tersebut untuk sampai pada kesimpulan bahwa suatu tenaga kerja terorganisir sedang

menjalankan suatu proses yang penting atau kritikal atau apakah proses yang diakuisisi dalam

himpunan tersebut (yang memiliki output) dianggap proses yang substantif, sehingga dapat

disimpulkan himpunan dengan nilai goodwill yang signifikan adalah suatu bisnis. Namun perlu

diperhatikan, untuk bisa disebut sebagai suatu bisnis, suatu himpunan tidak memerlukan

goodwill.

Keenam : Ambang Batas untuk Aset yang Sama atau Aset Tunggal

EITF Issue 98-313 memperbolehkan bagi suatu himpunan aktivitas yang dialihkan, untuk

dianggap sebagai suatu aset (dan bukan sebagai suatu bisnis) jika semua (catatan: kalaupun

tidak semua, hanya sejumlah kecil yang bukan atau sebagai pengecualian) terhadap nilai

wajarnya (all but a de minimis amount of the fair value)14, diwakili oleh suatu aset tunggal.

Davis15 meringkas bahwa EITF Issue No. 98 - 3 outlines a three - step process to determine

whether a transferred set of assets and activities is a business:

Step 1: Identify the elements included in the transferred set.

Step 2: Identify any missing elements through a comparison of the elements identified in

Step 1 with the complete set of elements necessary to conduct normal operations.

tenaga kerja yang terlatih – pengetahuan dan pengalaman (yang biasanya terspesialisasi) yang karyawan pihak yang

diakuisisi gunakan dalam pekerjaannya. Karena kumpulan tenaga kerja bukan merupakan aset teridentifikasi

yang diakui secara terpisah dari goodwill, maka setiap nilai yang diatribusikan pada kumpulan tenaga kerja

tersebut dimasukkan ke dalam goodwill. 13

Emerging Issue Task Force (EITF) Issue No. 98 – 3. Determining Whether a Nonmonetary Transaction

Involves Receipt of Productive Assets or of a Business. 14

Panduan menunjukkan angka 3%. 15

Davis, Maria K. Accounting for Real Estate Transactions: A Guide for Public Accountants and Corporate

Financial Professionals. New Jersey (USA): John Wiley & Sons, Inc. 2008. Chapter 1: Acquisition, Development,

and Construction of Real Estate. Halaman 28.

Page 17: Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805

www.futurumcorfinan.com

Page 17

Step 3: If any elements are missing, assess whether these missing elements are minor.

If the missing elements are minor, their absence would not lead to the conclusion that

the transferred set of assets is not a business. When assessing whether missing

elements are minor, factors such as the uniqueness or scarcity of the missing element,

the time frame, level of effort and cost required to obtain the missing element should be

considered.

Often, the evaluation of whether or not a set of activities and assets acquired constitutes a

business requires significant judgment.

If all but a de minimis amount of the fair value of the transferred set of activities and

assets is represented by a single tangible or identifiable intangible asset, the

concentration of value in the single asset is an indicator that an asset rather than a

business is being received in the transfer. On the other hand, if goodwill is present in a

transferred set of activities and assets, it should be presumed that the excluded items are minor

and that the transferred set is a business.

The purchase of individual income - producing properties, such as office buildings or

warehouses, does often not constitute the acquisition of a business, whereas the purchase of a

hotel or restaurant may very well constitute the acquisition of a business, depending on the

components included in the transfer. It is important to note that the manner in which the

purchaser intends to operate the purchased set of activities and assets is not relevant to the

determination of whether a business or an asset group is being purchased.

Menggunakan EITF Issue 98-3 sebagai latar belakang, FASB tetap mempertahankan ambang

batas tersebut sebagai penentuan praktis secara cepat (catatan: maksudnya analisa kualitatif

dapat diterima FASB) guna mengevaluasi kapan suatu himpunan bukan merupakan suatu

bisnis. Yaitu, ketika ambang batas ini dipenuhi, himpunan tersebut tidak akan dianggap sebagai

suatu bisnis, dan entitas tersebut tidak perlu lagi menganalisa kriteria lainnya untuk menentukan

apakah himpunan tersebut mencakup suatu proses substantif. Namun, FASB melakukan

modifikasi atas ambang batas tersebut dimana cukup diperlukan bahwa nilai wajar suatu aset

tunggal teridentifikasi atau sekumpulan aset teridentifikasi yang sama (similar) mewakili

Page 18: Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805

www.futurumcorfinan.com

Page 18

sebagian besar (substantially all) dari nilai wajar aset bruto yang diakuisisi, dan tidak perlu

semuanya (all but a de minimis amount of the fair value).

Penentuan sebagian besar dari nilai wajar aset bruto yang diakuisisi (substantially all of the fair

value of the gross assets acquired) bisa saja dilakukan secara kualitatif, sebagai berikut.

Jika misalnya, suatu entitas berkesimpulan seluruh nilai wajar dapat diatribusikan

kepada satu unsur dari akuisisi tersebut. Sebagai contoh, jika akuisisi mencakup lisensi

untuk calon suatu produk farmasi dan kontrak sudah pada nilai pasarnya (at-market

contract) dan entitas berkesimpulan kontrak tersebut tidak memiliki nilai wajar atau nilai

wajar yang relatif rendah16 atau nilai wajar dari aset tunggal teridentifikasi atau

sekumpulan aset teridentifikasi yang sama (similar) adalah sedemikian signifikan

sehingga menjadi sangat jelas bahwa ambang batas tersebut akan terpenuhi, entitas

tersebut boleh saja langsung berkesimpulan bahwa ambang batas telah dipenuhi, tanpa

perlu melakukan analisa kuantitatif lebih lanjut.

Jika terdapat berbagai jenis aset (yang tidak sama) dimana entitas berkesimpulan

bahwa masing-masing aset tersebut akan memiliki nilai yang tidak dapat dikatakan tidak

signifikan, analisa kuantitatif dapat saja baru dijalankan. Di sini, entitas tersebut juga

dapat secara kualitatif berkesimpulan bahwa terdapat dengan jelas nilai signifikan pada

masing-masing aset yang tidak sama dan bahwa ambang batas tidak terpenuhi dan

dengan demikian, melanjutkan analisa selanjutnya.

Sekalipun demikian, suatu entitas tetap mesti menentukan terlebih dahulu nilai wajar dari

masing-masing aset guna mengalokasikan nilai pembayaran/imbalan (consideration) kepada

masing-masing aset yang diakui baik dalam suatu akuisisi aset maupun kombinasi bisnis.

Entitas tersebut akan membandingkan antara konsentrasi nilai wajar:

dalam suatu aset tunggal teridentifikasi atau kumpulan aset teridentifikasi yang sama ,

dengan aset bruto yang diakuisisi,

16

At-market contract dapat diartikan seperti at-the-money option, yaitu jika harga strike sama dengan harga spot

yang ada dari saham yang mendasarinya. Dengan demikian, at-the-money option tidak mempunyai nilai intrinsik, dan

hanya memiliki nilai waktu uang (time value of money) kalau option tersebut belum kadaluarsa (expired).

Page 19: Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805

www.futurumcorfinan.com

Page 19

dan bukannya dengan jumlah total pembayaran/imbalan (consideration) atau aset

neto17.

Juga diputuskan bahwa ambang batas dapat dipenuhi jika nilai wajar terkonsentrasi pada suatu

kumpulan aset terindentifikasi yang sama (similar). Artinya, ambang batas tidak hanya dibatasi

pada aset tunggal sebagaimana diatur dalam EITF Issue 98-3. Jika suatu entitas mengakuisisi,

misalnya, bermacam-macam aset yang sebagian besar dapat masuk dalam kelompok tipe aset

yang sama (namun tidak mesti persis sama antara satu aset dengan aset lainnya), kelompok

aset tersebut tetap perlu dipertimbangkan terkait pengujian ambang batas. Artinya, ada

kemungkinan himpunan ini merupakan suatu aset (dan bukannya bisnis) karena memenuhi

ambang batas. Hal ini juga dapat membantu analisa, karena tidak perlu memecah-mecah atau

memisahkan satu kumpulan aset, yang jelas-jelas merupakan satu kelompok aset yang

sama/mirip), misalkan akun tagihan konsumen/pembeli, bisa saja terdiri dari 1.000 nama

perusahaan atau individual.

Namun demikian, guna memastikan bahwa “celah” ini tidak dimanfaatkan setidak mestinya,

yaitu dimanfaatkan guna menghindari kesimpulan bahwa himpunan tersebut adalah bukan

bisnis, maka ditegaskan bahwa aset berwujud dan aset tak berwujud, bukan merupakan aset

yang sama, dan tidak dapat dikelompokkan menjadi satu [kelompok] aset tunggal guna

menghindari pengelompokkan aset yang tidak tepat. Pengecualian diberikan dalam hal terdapat

aset berwujud non-keuangan, yang melekat dan tidak dapat dipisahkan secara fisik dan tidak

dapat digunakan secara terpisah, dari aset-aset berwujud non-keuangan, dan kalaupun mau

dipisahkan, akan memaksa:

timbulnya biaya signifikan,

penurunan fungsi kegunaannya secara signifikan, atau

atribusi nilai wajar kepada salah satu aset yang akan dianggap satu aset tunggal guna

digunakan dalam analisa ambang batas.

Klarifikasi ini diperlukan karena dalam industri real estat, misalnya, tanah dan bangunan hampir

selalu dialihkan secara bersama-sama.

17

Digunakannnya aset bruto dan bukannya aset neto (aset minus liabilitas), dengan pertimbangan guna menghindari

adanya kewajiban pinjaman (debt) pada sisi liabilitas (misalnya, suatu gedung, yang merupakan suatu aset, dengan

hak hipotek (mortgage)) atau kewajiban lainnya yang dapat membuat analisa terkait dipenuhinya ambang batas

menjadi bias, sehingga dapat mengakibatkan terlalu banyak himpunan tidak akan memenuhi definisi suatu bisnis.

Page 20: Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805

www.futurumcorfinan.com

Page 20

Ketujuh : Definisi Output

Output saat ini didefinisikan sebagai:

hasil dari input plus proses yang diterapkan pada input-input tersebut, yang bersama-sama

menyediakan atau memiliki kemampuan untuk mendatangkan imbal hasil dalam bentuk dividen,

biaya yang lebih rendah, atau manfaat ekonomis lainnya, secara langsung, kepada pihak

investor atau pemilik, anggota atau partisipan lainnya.

Mengartikan definisi demikian, banyak himpunan akan disimpulkan merupakan suatu bisnis,

padahal kalau diperhatikan secara seksama, banyak akuisisi aset juga dapat mendatangkan

tingkat imbal hasil dalam bentuk biaya yang lebih rendah atau manfaat ekonomis lainnya.

Sebagai contoh, pembelian peralatan baru untuk suatu fasilitas manufaktur bisa jadi menaikkan

tingkat efisiensi, dan menurunkan biaya. Dengan demikian, definisi output saat ini tidak secara

tepat membantu dalam membedakan antara suatu aset dan suatu bisnis.

Di samping itu, kriteria untuk keharusan kehadiran suatu proses yang substantif yang

berkontribusi pada terciptanya output, juga mendorong FASB untuk mempersempit definisi

output, guna membuatnya sejalan dengan kemampuan untuk menghasilkan produk atau jasa

kepada pihak konsumen. Ini juga sejalan dengan bagaimana output didiskusikan dalam ASC

Topic 606 (yaitu FASB Accounting Standards Update No. 2014-09: Revenue from Contracts

with Customers), dimana menjelaskan produk atau jasa yang merupakan output dari aktivitas

biasa suatu entitas.

Namun mengingat bahwa tidak semua entitas mempunyai pendapatan dalam ruang lingkup

ASC Topic 606, dirasakan perlunya memasukkan juga tipe pendapatan lainnya, ke dalam

definisi output. Sebagai contoh, dimasukkan juga laba investasi (investment income) sebagai

salah satu dari output guna memastikan bahwa akuisisi atas perusahaan investasi (investment

company) tetap dapat memenuhi kriteria sebagai suatu kombinasi bisnis.

Ilustrasi

ASU Topic 805 memberikan 10 (sepuluh) kasus untuk pembahasan terkait penerapan analisa

definisi suatu bisnis, yang dapat disimpulkan ke dalam 2 (dua) langkah sebagai berikut.

Page 21: Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805

www.futurumcorfinan.com

Page 21

Langkah 1: Evaluasi atas dipenuhinya ambang batas sebagaimana diuraikan dalam

paragraf 805-10-55-9A sampai 805-10-55-9C. Jika sebagian besar nilai wajar aset bruto

diperoleh akan terkonsentrasi pada satu aset tunggal teridentifikasi atau sekelompok

aset teridentifikasi yang sama (similar), maka serta-merta, kesimpulannya adalah

himpunan tersebut bukan merupakan suatu bisnis.

Langkah 2: Jika ambang batas tersebut tidak terpenuhi, entitas diwajibkan mengacu ke

paragraf 805-10-55-5A sampai 805-10-55-5D guna menentukan apakah himpunan

tersebut mencakup suatu input dan suatu proses yang substantif yang secara bersama-

sama berkontribusi pada kemampuan untuk menciptakan output.

Kesepuluh kasus tersebut sebagai berikut:

1) Case A: Acquisition of Single-Family Homes

2) Case B: Acquisition of a Drug Candidate

3) Case C: Acquisition of a Television Station

4) Case D: Acquisition of a Manufacturing Facility

5) Case E: Acquisition of Biotech

6) Case F: License of Distribution Rights

7) Case G: Acquisition of Brands

8) Case H: Acquisition of Corporate Office Building

9) Case I: Acquisition of Corporate Office Building

10) Case J: Acquisition of Oil and Gas Operations

~~~~~~ ####### ~~~~~~

Page 22: Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805

www.futurumcorfinan.com

Page 22

Bahan Bacaan:

FASB in Focus. Proposed Accounting Standards Update. Business Combinations (Topic

805): Clarifying the Definition of a Business. 23 November 2015.

Ernst & Young LLP. Technical Line No. 2015-14. FASB Proposes Changes to the Definition

of a Business – Life Sciences. 24 November 2015.

PWC In Brief: The Latest News in Financial Reporting No. US2015-38. FASB Proposes a New

Definition of a Business. 24 November 2015.

KPMG IFRG Limited. First Impressions: IFRS 3 and FAS141R Business Combinations.

London (UK): January 2008.

Page 23: Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805

www.futurumcorfinan.com

Page 23

Disclaimer

This material was produced by and the opinions expressed are those of FUTURUM as of the date of

writing and are subject to change. The information and analysis contained in this publication have been

compiled or arrived at from sources believed to be reliable but FUTURUM does not make any

representation as to their accuracy or completeness and does not accept liability for any loss arising from

the use hereof. This material has been prepared for general informational purposes only and is not

intended to be relied upon as accounting, tax, or other professional advice. Please refer to your advisors

for specific advice.

This document may not be reproduced either in whole, or in part, without the written permission of the

authors and FUTURUM. For any questions or comments, please post it at www.futurumcorfinan.com.

© FUTURUM. All Rights Reserved