aku menyaya

6
TN Siregar dan T Armansyah/Animal Production 11 (1) 3439 34 Kinerja Birahi Kambing yang Mengalami Induksi Superovulasi dengan AntiInhibin (Estrous of Goats Undergone Superovulation Induction with Antiinhibin) TN Siregar 1* dan T Armansyah 2 1 Laboratorium Reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala. 2 Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala *Penulis korespondensi email: [email protected] Abstract. Estrous performance of goats underlying superovulation induction with antiinhibin was done using antiinhibin induction on rabbit. Twenty four goats used in this research that divided four groups namely P 0 (control), P 1 (immunization at days of 4 cycle), P 2 (immunization at days of 9 cycle) and P 3 (immunization at days of 13 cycle). Immunization on groups was done with injection of 500 μg antibody against inhibin after synchronize before that. Estrous synchronization using injection 0.5 ml cloprostenol (Estron TM , Bioveta) two times with interval 10 days. Twenty four hours after immunization, all of goats injection of cloprostenol with same doses. Estrous observation was done after injection of cloprostenol later three times a days. Collection of blood was done at estrous (to analyze of estradiol concentration) and at days of 7 cycle (to analyze of progesterone concentration). All f goats after treatment showed estrous behavior as swelling around the vulva and redness, a thin mucous discharge from vulva, social behaviors, and showed mounted. Awal of estrous on P 0 ,P 1 ,P 2 , and P 3 groups were 35.00+ 7.01; 28.67+ 4,50; 27.67+ 4.76; and 29.67+ 5.86 hours, respectively and revealed no significant difference between control and treatment groups. Duration of estrous on P 0 ,P 1 ,P 2 , and P 3 were 36.67+ 3.27; 49.33+ 3.20; 50.33+ 10.23; and 53.67+ 11.96 hours, respectively and revealed significant difference (P<0.05) between P 2 and P 3 with P 0 and P 1 . Length of cycle on P 0 ,P 1 ,P 2 , and P 3 groups were 20.33+ 1.75; 19.33+ 0.82; 19.33+ 2.50; and 20.83+ 2.56, respectively and revealed no significant difference between control and treatment groups. Key Words: antiinhibin, goats, superovulation, synchronization Pendahuluan Populasi ternak kambing di wilayah Asia dan Pasifik Selatan sampai tahun 1990an mencapai 294,4 juta ekor dengan angka pertumbuhan hanya sekitar 0,2%. Jumlah ini merupakan 52,9% dari total populasi kambing dunia. Di Pulau Jawa, jumlah rumah tangga petani yang memelihara ternak kambing mencapai 30%. Dengan kenyataan tersebut ternak kambing memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sumber produk asal ternak di Indonesia (Suyadi, 2003). Salah satu upaya meningkatkan potensi reproduksi kambing adalah melalui penerapan teknologi transfer embrio. Tahapan penting dalam proses transfer embrio adalah superovulasi yang merupakan upaya manipulasi folikulogenesis sehingga jumlah ovulasi meningkat dibanding normal. Mekanisme fisiologis yang bertanggungjawab untuk membatasi perkembangan dan ovulasi pada induksi superovulasi kambing tidak sepenuhnya diketahui. Secara umum diketahui bahwa folikel dominan yang terdapat pada gelombang pertumbuhan folikel bertanggung jawab mensupresi folikel yang lebih kecil melalui hambatan sekresi FSH (McCue et al., 1992). Kambing memiliki 4 gelombang pertumbuhan folikel yaitu gelombang 1, 2, 3, dan 4 masingmasing pada hari 0,6+ 0,3, 4,7+ 0,2, 9,0+ 0,5, dan 13,4+ 0,5) (Medan et al., 2003). Peningkatan level FSH dideteksi sekitar hari emergensi gelombang pertumbuhan folikel. Level FSH mempunyai korelasi negatif dengan inhibin. Peningkatan konsentrasi inhibin terjadi pada setiap gelombang folikel (Medan et al., 2003). Penurunan level FSH akan menyebabkan atresi folikel yang lebih kecil. Pemeliharaan level FSH selama fase folikuler kemungkinan akan mampu mencegah regresi atau atresi

description

olehkarena ingin dunlud hehaha

Transcript of aku menyaya

  • TNSiregardanTArmansyah/AnimalProduction11(1)3439

    34

    KinerjaBirahiKambingyangMengalamiInduksiSuperovulasidenganAntiInhibin

    (EstrousofGoatsUndergoneSuperovulationInductionwithAntiinhibin)

    TNSiregar1*danTArmansyah2

    1LaboratoriumReproduksiFakultasKedokteranHewanUniversitasSyiahKuala.2LaboratoriumFarmakologiFakultasKedokteranHewanUniversitasSyiahKuala

    *Penuliskorespondensiemail:[email protected]

    Abstract.Estrousperformanceofgoatsunderlyingsuperovulationinductionwithantiinhibinwasdoneusingantiinhibin inductiononrabbit.Twenty fourgoatsused in thisresearch thatdivided fourgroupsnamelyP0(control),P1(immunizationatdaysof4cycle),P2(immunizationatdaysof9cycle) andP3(immunizationatdaysof13cycle). Immunizationongroupswasdonewith injectionof500gantibodyagainst inhibinaftersynchronizebeforethat.Estroussynchronizationusing injection0.5mlcloprostenol (EstronTM,Bioveta)twotimeswith interval10days.Twentyfourhoursafter immunization,allofgoats injectionofcloprostenolwithsamedoses.Estrousobservationwasdoneafterinjectionofcloprostenollaterthreetimesadays.Collectionofblood was done at estrous (to analyze of estradiol concentration) and at days of 7 cycle (to analyze ofprogesteroneconcentration).Allfgoatsaftertreatmentshowedestrousbehaviorasswellingaroundthevulvaandredness,athinmucousdischargefromvulva,socialbehaviors,andshowedmounted.AwalofestrousonP0,P1,P2,andP3groupswere 35.00+7.01;28.67+4,50;27.67+4.76;and29.67+5.86hours, respectivelyandrevealednosignificantdifferencebetweencontrolandtreatmentgroups.DurationofestrousonP0,P1,P2,andP3were36.67+3.27;49.33+3.20;50.33+10.23;and53.67+11.96hours, respectivelyand revealed significantdifference (P

  • TNSiregardanTArmansyah/AnimalProduction11(1)3439

    35

    folikel yang lebih kecildan akanmenghasilkansuperovulasi.

    Sampai saat ini terdapat 2 jenis hormongonadotropin yang paling sering digunakanuntuk tujuan superovulasi yakni PMSG atauFSH. Kedua hormon ini masingmasingmempunyai kelebihan dan kekurangan. Biladibandingkan dengan penggunaan PMSG,responovariumterhadaphormonFSHbiasanyalebih baik karena lebih banyak menghasilkanovulasi, jumlah folikel anovulasi lebih sedikit,lebihbanyakembrioyangdapatdiperoleh,dankualitasembrio lebihbaik.KelemahandariFSHadalah sukar diperoleh di pasar domestik,harganya relatif mahal, dan pemberiannyaharus berulangulang sehinggamengakibatkanstres danmenurunkan kualitas embrio (Putro,1996).

    Respon ovulasi akibat pemberiangonadotropin pada kambing telah dilaporkanbanyak peneliti dengan hasil yang bervariasi,namun secara umum kualitas embrio yangdihasilkan tergolong rendah. Induksisuperovulasi kambing prepuber dengan PMSGmenghasilkan ratarata ovulasi sebesar3,40+1,34dengankualitasembrioyangrendah(Siregar et al., 2004). Pada kambing dewasa,jumlah ovulasi hasil induksi dengan PMSGadalah sebesar 3,6+1,14 (Triana et al., 1996).Respon superovulasi pada kambingmenggunakanFSHmenghasilkan jumlah folikelyang berkembang lebih banyak yakni11,90+1,87(Selvarajuetal.,2003).

    Strategi alternatif untuk mengatasikelemahanpemberiangonadotropineksogenusuntuk tujuan induksi superovulasi adalahmeningkatkanFSHendogenusmelaluieliminasifaktor gonad yang menghambat sekresi FSH.InhibitorutamasekresiFSHadalahinhibin(Tayaet al., 1996). Imunonetralisasi inhibin akanmengakibatkan sekresi FSH yang berlebihandan jumlah folikel yang ovulasi akan lebihbanyak dari normal. Hal inilah yang menjadidasar alternatif superovulasimelalui imunisasipasifmenggunakanantiseruminhibin.

    Peningkatankonsentrasiinhibinterjadipadasetiap gelombang folikel. Pemberian imunisasipada saat tersebutmenimbulkan konsekuensinetralisasi terhadap efek supresi inhibinterhadapsintesisdansekresiFSH(Bleachetal.,2001;Kanekoetal.,1995;Weltzetal.,2001).

    Terdapat perbedaan ukuran folikel dominanpada setiap gelombang pertumbuhan folikel(Medan et al., 2003). Hal inimengindikasikanbahwakehadiran folikeldominandanproduksiestrogenadalahberbedapada tiapgelombangyang mungkin disebabkan perbedaan sekresiinhibindanFSH.Olehkarena itu,waku induksiakan menentukan keberhasilan responsuperovulasi. Salah satu indikator yangdigunakan untuk mengetahui kemampuansuatu agen superovulasi adalah bahwa agentersebut diharapkan tidak merubahperformansi birahi kambing. Perubahanperformansi birahi akan berdampak padaperubahankeseimbanganhormonal.Gangguankeseimbanganhormonalmempunyaipengaruhterhadap kualitas embrio yang dihasilkan.Tujuanpenelitianiniadalahmengetahuikinerjabirahi kambing lokal yang mengalami induksisuperovulasidenganantiinhibin.

    MetodePenelitianMateriPenelitian

    Dalam penelitian ini digunakan 24 ekorkambing betina dengan kriteria sehat secaraklinis, sudah pernah beranak, umur 1,53,0tahun dan memperlihatkan siklus regulerminimal 2 siklus dan berada pada galurkesuburanyangsama.

    ProsedurPenelitianPenelitian ini dirancang menggunakan

    Rancangan Acak Lengkap pola satu arah.Seluruh kambing dikelompokkan ke dalam 4kelompokperlakuan,1kontroldan3perlakuan.Pengelompokan didasarkan atas waktuimunisasi(harike4,9,dan13darisiklus).yaituP0 (kontrol), P1 (imunisasi hari ke4 siklus), P2(imunisasi hari ke9 siklus) dan P3 (imunisasihari ke13 siklus).Tiap kelompok terdiridari6ekor kambing. Sebelum imunisasi, seluruhkambing disinkronisasi dengan dosis 0,5 mlcloprostenol (EstronTM, Bioveta). Penyuntikandilakukan2kalidenganinterval10hari.Setelahbirahi,hewandiimunisasidengan500g antiinhibin sesuai dengan kelompok perlakuan.Empat puluh delapan jam setelah imunisasi,masingmasing kambing diinjeksi kembalidengan dosis luteolitik (0,5 ml) cloprostenolsecara intramuskular.Untukkelompokkontrol,hanya diinjeksi dengan cloprostenol 2 kali

  • TNSiregardanTArmansyah/AnimalProduction11(1)3439

    36

    dengan interval 10 hari. Pengamatan estrusdiamati 3 kali sehari yakni pukul 06.00, 12.00dan 18.00 WIB secara visual dan dibantudenganpejantan.Pengamatanestrusdilakukansetelah injeksi cloprostenol terakhir.Pengamatan didasarkan atas gejalagejalaberahiyang timbul sepertipembengkakandankemerahanpadavulva,urinasiyangberlebihan,perubahan tingkah laku, keluarnya lendirtransparan dari vulva dan diam ketika dinaikioleh pejantan. Antiinhibin dihasilkan dari selgranulosa sesuai dengan metode yangdikembangkanolehSiregaretal.(2005)

    AnalisisDataData deskripsi birahi dilaporkan secara

    deskriptif, sedang data kinerja birahi yangmeliputiawaldan lamabirahiserta lamasiklusdianalisis menggunakan analisis varians satuarah(StelldanTorrie,1990).

    HasildanPembahasanSemua kambing yang mendapat perlakuan

    imunisasi inhibin yang diikuti dengan injeksicloprostenolmemperlihatkangejalabirahiyangkhas. Dari 24 ekor kambing betina 87,5%menunjukkan vulva kemerahan, 58,3%memperlihatkan pembengkakan vulva 50,0%mengeluarkan lendir transparan, 83,3%memperlihatkan perubahan tingkah laku(urinasi yang berlebihan, mengembik terusmenerus, atau gelisah) dan 100%mau dinaikisepertiyangterlihatpadaTabel1.

    Timbulnya estrus adalah akibat injeksiprostaglandin dan kemungkinan tidakdipengaruhi oleh imunisasi inhibin. Injeksitunggal prostaglandin akanmenghasilkan 80%kambing birahi sedang injeksi kedua yangdilakukan10harikemudianakanmenghasilkan

    100%estrus (Siregar,2001). Nutietal. (1992)juga melaporkan hal yang sama. Semuakambingmemperlihatkan gejala birahi setelahpemberian PGF2 pada hari ke12 setelahbirahi akibat pemberian PGF2 pertama.Timbulnya birahi akibat pemberian PGF2disebabkan lisisnya korpus luteum oleh kerjavasokonstriksi PGF2 sehingga aliran darahmenujukorpus luteummenurunsecaradrastis(Toelihere,1981).Akibatnya,kadarprogesteronyang dihasilkan korpus luteum dalam darahmenurun. Penurunan kadar progesteron iniakanmerangsanghipofisaanteriormelepaskanFSH dan LH. Kedua hormon ini bertanggungjawabdalamprosesfolikulogenesisdanovulasi,sehinggaterjadipertumbuhandanpematanganfolikel. Folikelfolikel tersebut akhirnyamenghasilkan hormon estrogen yang mampumemanifestasikan gejala birahi (Hafez danHafez, 2000). Kerja hormon estrogen adalahuntukmeningkatkansensitivitasorgankelaminbetinayangditandaiperubahanpadavulvadankeluarnya lendir transparan (Lammoglia et al.,1998).

    Tingginya respon birahi pada penyuntikankedua disebabkan PGF2 efektif untukpenyerentakan birahi mulai fase pertengahanluteal. Kambingkambing yang tidak beradapada fase ini pada penyuntikan pertama akanmemasukifase lutealpadapenyuntikankedua.HormonPGF2efektifdalammeregresikorpusluteum fungsional tidak pada korpus luteumyangsedangtumbuh(Partodihardjo,1987).

    Tandatanda birahi pada penelitian inihampirsamadenganyangdilaporkanSiregaretal. (2004) yakni vulva merah dan bengkak,keluar lendir, mau dinaiki, dan perubahantingkahlaku.

    Tabel1.Deskripsibirahikambingsetelahimunisasiinhibinyangdiikutidenganinjeksi

    cloprostenol

    Kriteria Jumlahkambing(ekor) Persentase(%)VulvamerahVulvabengkakLendirPerubahantingkahlakuMaudinaiki

    2114122024

    87,558,350,083,3100,0

  • TN.SiregardanT.Armansyah/AnimalProduction11(1)3439

    37

    Sumoprastowo (1980) menyatakan tandatandabirahipadakambingadalahgelisah,ekordiangkatdandigerakkan ke kiridan ke kanan,berusaha mendekati kambing jantan,mengembik, vulva bengkak dan berwarnakemerahan, bila diraba terasa hangat sertamengeluarkancairanyangjernih.

    Awal birahi pada seluruh kelompokperlakuanterlihatpadaTabel2.Awalbirahidari24 ekor kambing bervariasi mulai 2442 jam.Awal birahi dihitungmulai pada saat kambingbetina bersedia dinaiki pejantan pertama kali,meskipun sebelumnya telah muncul gejalagejala birahi yang lain. Hasil analisis statistikmenunjukkan tidak terdapat pengaruh waktuperlakuanterhadapawalbirahikambing.

    Awal birahi perlu diketahui untukkeberhasilan inseminasi setelah induksiterutamaapabiladilakukaninduksipadaternakdalam jumlah besar. Siregar et al. (1999)melaporkan awal birahi setelah diinduksidengan PMSG yang diikuti injeksi PGF2 padakambing prepuber. Awal birahi kambing padakelompok umur 45 dan 67 bulan masingmasingadalah36,50+9,94dan28,17+3,48jam.

    Data awal birahi lain pada kambing adalah37+2,56 jam (Sumandia,1988)dan37,75+9,30jam (Purwanti, 1989). Awal birahi padapenelitian ini bila dibandingkan denganpenelitian lain terlihat lebih singkat. Hal inikemungkinan disebabkan perbedaan polapengamatan.Perbedaanawalbirahidapat jugadisebabkan perbedaan individu ternak. Siregaret al. (1999) membuktikan kecenderunganperbedaan umur ternak akan mempengaruhiawalbirahi.

    Meskipun secara statistik tidak terlihatpengaruh imunisasi dengan antiinhibinterhadapawalbirahi,namunbiladilihatsecaraterperinci terdapat kecenderungan imunisasiakan mempercepat timbulnya awal birahi.Imunisasi kemungkinan akan menyebabkantingginya level FSH sehingga rangsanganterhadap pertumbuhan folikel dan produksiestradiolakancepatdicapai.JimenezKrasseletal. (2003) membuktikan bahwa imunisasiterhadap inhibin akan menyebabkan peluang

    folikel yang secara fisiologis harus atresimenjadi folikel dominan dan menghasilkanestrogenmenjadibesar.Pada folikeldominan,imunisasi mempunyai efek peningkatankapasitasselgranulosamenghasilkanestradiol.Hal ini menyebabkan produksi estradiol akanlebih cepat mencapai maksimal untukmemanifestasikan gejala birahi. Hal ini telahdibuktikan oleh Medan et al. (2004), bahwaawal birahi sapi lebih cepat pada kelompokperlakuan imunisasi dibanding dengan kontrol(58,37,9vs77,15,5jam).

    Lama birahi dalam penelitian ini dihitungmulai saat kambing diam waktu dinaiki olehpejantan pendeteksi. Lama birahi bervariasimulai 3270 jam. Hasil analisis statistikmenunjukkanbahwa terdapatpengaruhwaktupemberian terhadap lama birahi kambing(P

  • TNSiregardanTArmansyah/AnimalProduction11(1)3439

    38

    Tabel2.Performansibirahikambingsetelahimunisasidenganantiinhibinyangdiikutiinjeksi cloprostenol

    Kelompok Birahi LamaSiklus(hari)Awal(jam) Lama (jam)

    P0P1P2P3

    35,00+7,0128,67+4,5027,67+4,76

    29,67+5,86

    36,67+3,27a

    49,33+3,20ab50,33+10,23b53,67+11,96b

    20,33+1,7519,33+0,8219,33+2,5020,83+2,56

    a,abSuperskripyangberbedapadakolomyangsamamemperlihatkanperbedaanyangnyata(P

  • TN.SiregardanT.Armansyah/AnimalProduction11(1)3439

    39

    HafezBandESEHafez.2000.Reproduction inFarmAnimals. Lippincot Williams & Wilkins,Philadelphia,pp.5963.

    JimenezKrassel F,MEWinn, D Burns, JLH Ireland,and JJ Ireland. 2003. Evidence for a negativeintrafollicular role for inhibin in regulation ofestradiol production by granulosa cells.Endocrinology144(5):18761886.

    KanekoH,HKishi,GWatanabe,KTaya,SSasamoto,and Y Hasegawa. 1995.Changes in plasmaconcentration of immunoreactive inhibin,estradiol and FSH associated with follicularwaves during the estrous cycle of the cow. J.Reprod.Dev.42:311320.

    LammogliaMA,RE Short, SEBellows,MDMacneil,and HD Hafs, 1998. Induced and synchronizedestrusincattle.J.Anim.Sci.76:16621670.

    Manu AE. 1991. Pengaruh Pemberian PGF2 Alphaterhadap Sinkronisasi Birahi pada TernakKambingKacang.Skripsi.Fapet,Undana.

    McCuePM,NJCarney,P.Hughes, JRivier,WVale,and BL Lasley. 1992. Ovulation and embryorecovery rates following immunization ofmareagainst an inhibin alphasubunit fragment.Theriogenology38:823831.

    MedanMS, GWatanabe, K Sasaki, S Sharawy,NPGroome, and K Taya. 2003. Ovarian dynamicsand their association with peripheralconcentrations of gonadotrophins, ovarianssteroids,and inhibinduring theestrous cycle ingoats.BiolReprod69(1):5763.

    Medan MS, S Akagi, H Kaneko, G Watanabe, CGTsonis and K Taya. 2004. Effects of reimmunization of heifers against inhibin onhormonal profiles and ovulation rate.Reproduction128:475482.

    Mngongo FOK. 1987. Doses of prostaglandinanalogue cloprostanol intravulvasubmucosal(IVSM) injection effective for the inductionoestrousingoats.Anim.Reprod.Sci.14:139146.

    Nuti LC, KN Bretzlaff, RG Elmore, SAMeyers, JNRegila,SPBrinsko,TLBlahohard,andPGWeston,1992. Synchronization of oestrus in dairy goatstreated with prostaglandin F2 alpha various oftheoestruscycle.Am.J.Vet.Res.52:935937.

    Partodihardjo S. 1987. Ilmu Reproduksi Hewan.PenerbitMutiara,Jakarta.

    PurwantiM.1989. SuperovulasidanPanen EmbriopadaKambingKacang.Tesis.PPSUGM.

    Putro PP. 1996. Teknik superovulasiuntuk transferembriopadasapi.Bul.FKHUGMXIV(1):120.

    Selvaraju S, SK Agarwal, SD Karche, and ACMajumdar. 2003. Ovarian response, embryoproduction and hormonal profile insuperovulated goats treated with insulin.Theriogenology59(56):14591468.

    SiregarTN.2001.Tampilanreproduksikambinglokalyang mengalami sinkronisasi birahi denganprostaglandinF2alphadan kehadiranpejantan.Agripet2(2):812.

    Siregar TN. 2002. Pengukuran profil progesteronsebagaisuatumetodediagnosiskebuntingandinidan kelahiran kembar pada domba lokal.Med.Ked.Hewan18(2):7377.

    Siregar TN, Aulanniam, T Susilawati, G Riady,Hamdan dan T Armansyah. 2005. Karakterisasibiokimiawi protein inhibin dari sel granulosafolikel ovarium kambing. Animal Production8(2):100107

    SiregarTN,NAreuby,GRiady,danAmiruddin.2004.EfekpemberianPMSGterhadapresponovariumdan kualitas embrio kambing lokal prepuber.Med.Ked.Hewan20(3):108112.

    SiregarTN,SHartantyo,danSugijanto,1999.InduksiovulasikambingkacangprepuberdenganPMSGdanhCG.Agrosains12(1):3548.

    Stell RGD.dan J Torrie. 1990. Prinsip dan ProsedurStatistika: Suatu Pendekatan Biometrik.GramediaPustakaUtama,Jakarta.

    Sumandia IN.1988.TransferEmbriopadaKambingKacang.Tesis.PPSUGM.

    Sumaprastowo M. 1980. Beternak Kambing yangBerhasil.PenerbitAngkasaBandung:5659.

    SunaryoB.1994.PengaruhPenggunaanPGF2Alphadan GnRH Sintetik untuk Optimalisasi HasilInseminasi Buatan pada Kambing PE. Skripsi.FKH,UGM.

    Suyadi. 2003. Potensi Reproduksi Ternak KambingdanDomba.MakalahSeminarRegionalProspekPengembangan Ternak Kambing/Domba diIndonesia di Fakultas Peternakan UniversitasBrawijaya,Malang,25Oktober2003.

    Taya K, H Kaneko, T Takedomi, H Ishi, and GWatanabe,1996.Roleofinhibinintheregulationof FSH secretion and folliculogenesis in cows.Anim.Reprod.Sci.42:563570.

    Toelihere MR, 1981. Fisiologi Reproduksi padaTernak.PenerbitAngkasa,Bandung.

    Triana IN,HAPermadi,HSoehartoyo,THermawati,dan S Susilowati. 1996. Pengaruh hormonMSAintravaginalspongesterhadapbirahidanovulasipada kambing kacang. Med. Ked. Hewan12(2):103108

    UlyK.1997.ResponBirahidanAngkaKebuntinganKambing PE dengan Pemberian PGF2 AlphasecaraIntramuskulardanIntravulvasubmukosal.Tesis.PPSUGM.

    Weltz CK, ZA Smith,DK Pauler, and JA Hall. 2001.Differential regulation of inhibin andreproductive health. J. Clin. Endocr. andMetabolism86:25312537.

    /ColorImageDict > /JPEG2000ColorACSImageDict > /JPEG2000ColorImageDict > /AntiAliasGrayImages false /DownsampleGrayImages true /GrayImageDownsampleType /Bicubic /GrayImageResolution 300 /GrayImageDepth -1 /GrayImageDownsampleThreshold 1.50000 /EncodeGrayImages true /GrayImageFilter /DCTEncode /AutoFilterGrayImages true /GrayImageAutoFilterStrategy /JPEG /GrayACSImageDict > /GrayImageDict > /JPEG2000GrayACSImageDict > /JPEG2000GrayImageDict > /AntiAliasMonoImages false /DownsampleMonoImages true /MonoImageDownsampleType /Bicubic /MonoImageResolution 1200 /MonoImageDepth -1 /MonoImageDownsampleThreshold 1.50000 /EncodeMonoImages true /MonoImageFilter /CCITTFaxEncode /MonoImageDict > /AllowPSXObjects false /PDFX1aCheck false /PDFX3Check false /PDFXCompliantPDFOnly false /PDFXNoTrimBoxError true /PDFXTrimBoxToMediaBoxOffset [ 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 ] /PDFXSetBleedBoxToMediaBox true /PDFXBleedBoxToTrimBoxOffset [ 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 ] /PDFXOutputIntentProfile () /PDFXOutputCondition () /PDFXRegistryName (http://www.color.org) /PDFXTrapped /Unknown

    /Description >>> setdistillerparams> setpagedevice