Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota...

123
AKTIVITAS KITOOLIGOMER HASIL REAKSI ENZIMATIK TERHADAP PROLIFERASI SEL LIMFOSIT DAN SEL KANKER SRI WAHYUNI SEKOLAH PASCASARJANA. INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

Transcript of Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota...

Page 1: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

AKTIVITAS KITOOLIGOMER HASIL REAKSI ENZIMATIK TERHADAP

PROLIFERASI SEL LIMFOSIT DAN SEL KANKER

SRI WAHYUNI

SEKOLAH PASCASARJANA. INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2006

Page 2: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

ii

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam disertasi saya yang berjudul

Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap Proliferasi Sel Limfosit dan Sel Kanker

merupakan gagasan atau hasil penelitian saya sendiri, dengan pembimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Disertasi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi manapun. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Februari 2006

Sri Wahyuni. F261020041/IPN

Page 3: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

iii

ABSTRACT

SRI WAHYUNI. Activity of Chitooligomers Produced by Enzymatic Hydrolysis Upon Proliferation of Lymphocyte and Cancer cells. Under Direction of MAGGY T. SUHARTONO, FRANSISKA R. ZAKARIA, DAHRUL SYAH, and ARIEF BUDI WITARTO.

Local chitin waste from crab industries can be used as a source for

production of chitooligomers which has important biological activity. The aims of this research were to evaluate activities chitooligomers produced by enzymatic hydrolysis upon proliferation of lymphocyte and cancer cells. The chitosanase enzyme was obtained from thermophilic bacterium Bacillus licheniformis MB2 isolated from Tompaso Manado. The medium for producing the enzyme contained 1% colloidal chitosan and the enzyme was harvested after seven days of incubation at 55oC, The free cell supernatant were heated at 60 oC for 20 minutes. The heat stable protein enzyme was coagulated with 80% saturated ammonium sulphate and purified using hydrophobic interaction chromatography with butyl sepharose gel. The enzyme of 0.005, 0.0085, 0.10 dan 0,17 IU/mg chitosan were use on 1% soluble chitosan substrate with 85 and 90 % degree deacetylation to produce chitooligomers through incubation at one and three hours. The reaction products were analyzed and fractionated using HPLC. The effect of chitooligomers hidrolysate on normal cells and cancer cells was evaluated using lymphocyte cells previously isolated from human blood and cancer cells line : KR4 (lymphablastoid B), K-562 (chronic myelogenous leukimia), HeLa (epythel carcinoma cervix), and A549 (lung carcinoma ). The inhibition of cancer cells proliferation was visualized by spectrophotometer after addition of MTT reagent. At concentration of 17 ìg/ml the chitooligomers inhibited the cancer cells KR4 by 12.27%, K562 by 20.58%, HeLa by 31.72%, and A549 by 22.70%. In general, hidrolysate and fractionated chitooligomers (trimer to hexamer) showed better anticancer activity than 2-Bromo deoxy uridine used as positive control at similiar concentration. The inhibition 60% of lymphocyte cells was found when treated with chitooligomers hidrolysate from chitosan with 70% degree deacetylation. Fractionated chitooligomers (trimer to hexamer) 20% inhibited the lymphocytes. However, chitooligomers hidrolysate from chitosan with 85 and 90% degree deacetylation enhanced lymphocyte proliferation about 184.54%. K562, HeLa and A549 cancer cells treated with chitooligomers appeared to undergo apoptosis by 35%, 27%, and 8% respectively as shown by fluorescent microscopy. Disrupted membrane was found on cells treated with chitooligomers as observed by scanning electron mycroscope.

Page 4: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

iv

AKTIVITAS KITOOLIGOMER HASIL REAKSI ENZIMATIK TERHADAP PROLIFERASI SEL LIMFOSIT DAN SEL KANKER

SRI WAHYUNI

Disertasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor Pada Program Studi : Ilmu Pangan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

Page 5: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

v

Judul Disertasi : Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap Proliferasi Sel Limfosit dan Sel Kanker Nama : Sri Wahyuni NIM : F261020041 Program Studi : Ilmu Pangan

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Prof. Dr. Ir. Maggy T. Suhartono Prof. Dr. Ir. Fransiska R. Zakaria,M.Sc

Anggota Anggota Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc Dr. Arief B. Witarto, M. Eng

Mengetahui, 2. Ketua Program Studi 3. Dekan Sekolah Pascasarjana, Ilmu Pangan Prof. Dr. Ir. Betty Sri Laksmi Jenie, M.S Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc Tanggal ujian : 8 Februari 2006 Tanggal lulus :

Page 6: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Raha, Sulawesi Tenggara pada tanggal 30 Mei 1968

sebagai anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan H. Sudarman dan Hj.

Nurul Ichsan. Penulis menikah dengan Dr. Ir. Andi Khaeruni R., M.Si pada

tanggal 24 Juli 1996 dan telah dikaruniai seorang putra Andi Muhammad

Hibatullah Ramadhan lahir tanggal 8 Januari 1998.

Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan di SDN 1 Bau-Bau, Buton tahun

1981, Sekolah Menengah Pertama diselesaikan di SMPN 1 Kendari tahun 1984

dan Sekolah Menengah Atas diselesaikan di SMAN 1 Kendari tahun 1987.

Pendidikan sarjana di tempuh di Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Ujung

Pandang dan lulus tahun 1992. Pada tahun 1995 penulis memperoleh beasiswa

Asian Development Bank (ADB) kerjasama dengan Universitas Haluoleo dari

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia untuk mengikuti pendidikan

Program Magister Sains pada Program Studi Ilmu Pangan, Program

Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dan lulus tahun 1999. Pada tahun 2002

penulis mendapat Beasiswa Pendidikan Pascasarjana (BPPS) dari Departemen

Pendidikan Nasional Republik Indonesia untuk melanjutkan Program Doktor

pada Program Studi dan Sekolah Pascasarjana yang sama. Sejak tahun 1993

hingga sekarang penulis bekerja sebagai staf pengajar di Program Studi

Pendidikan Kimia Jurusan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Haluoleo Kendari.

Bidang kajian yang penulis tekuni selama mengikuti pendidikan doktor

adalah bidang enzimologi dan imunologi. Berkaitan dengan topik penelitian

disertasi tersebut di atas, penulis telah mempresentasikan hasil penelitian ini

pada seminar nasional Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI) di

Jakarta pada tanggal 26 Desember 2004 dan seminar nasional Perhimpunan

Alumni dari Jepang (PERSADA) di Bogor pada tanggal 23 Agustus 2005, serta

seminar lokal pada pusat penelitian bioteknologi Departemen Kelautan dan

Perikanan Jakarta pada tanggal 12 Desember 2005.

Beberapa bagian dari disertasi ini dalam tahap publikasi ke dalam jurnal

ilmiah nasional (Buletin Teknologi Industri Pangan) dan dalam tahap persiapan

publikasi internasional (Carbohidrate Research Journal).

Page 7: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

vii

PRAKATA

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi rahmat dan berkah-Nya

sehingga penulisan disertasi yang berjudul “Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi

Enzimatik terhadap Proliferasi Sel limfosit dan Sel Kanker” dapat diselesaikan.

Disertasi ini dibuat sebagai salah satu syarat mahasiswa pascasarjana program

S3 untuk meraih gelar Doktor pada Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian

Bogor.

Banyak pengalaman dan ide yang penulis peroleh sejak penyusunan

proposal, pelaksanaan penelitian, hingga penulisan disertasi ini. Oleh karena itu

melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada berbagai

pihak atas bantuan intelektual dan teknisinya dalam penelitian ini. Ucapan terima

kasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan kepada :

1. Tim komisi pembimbing yang terdiri dari : (1) Ibu Prof Dr. Ir. Maggy T.

Suhartono sebagai ketua komisi pembimbing yang telah banyak memberikan

perhatian, bantuan, dan meluangkan waktu untuk membimbing, berdiskusi

dan mendanai sebagian besar biaya penelitian ini. (2) Ibu Prof. Dr. Ir.

Fransiska Zakaria,MSc sebagai anggota komisi pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan saran dan

koreksi yang sangat berarti serta banyak memberikan bantuan bahan-bahan

penelitian kultur sel kepada penulis. (3) Bapak Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc

sebagai anggota komisi pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu

di sela-sela kesibukan beliau sebagai ketua departemen ITP untuk

memberikan saran dan bimbingan kepada penulis. (4) Bapak Dr. Arief Budi

Witarto M.Eng, sebagai anggota komisi pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu untuk diskusi dan telah memberi tambahan informasi

serta menyediakan bahan untuk pengujian apoptosis. Peran semua komisi

pembimbing sungguh sangat berarti sehingga penelitian ini dapat berjalan

dengan lancar dan dapat diselesaikan dengan tepat waktu.

2. Bapak Drh. Bambang Pontjo Priosuryanto, PhD dan Bapak Dr. Ir. Hari Eko

Irianto, Dipl. Tech., APU yang telah meluangkan waktu dan berkenan menjadi

penguji luar pada ujian terbuka, serta Prof. Dr. Drh. Dondin sayuthi atas

segala saran yang sangat berarti sewaktu menjadi penguji luar pada ujian

tertutup.

Page 8: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

viii

3. Bapak Prof Dr. Ir. Made Astawan, MS. Terimakasih atas segala bimbingan

dan kebaikan bapak dari ketika membantu penulis menyelesaikan S2 sampai

penulis menjalani dan menyelesaikan pendidikan S3.

4. Bapak Prof Dr. Ir. Antonius Suwanto, M.Sc sekeluarga dan Bapak Dr. Ir. Budi

Tjahjono, M.Agr sekeluarga yang telah banyak memberikan bantuan,

perhatian dan rasa kekeluargaan yang erat kepada penulis sekeluarga

selama menempuh pendidikan S2 dan S3.

5. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB atas pembiayaan penelitian ini

melalui program Research Grant Hibah Kompetisi B tahun 2004.

6. Ibu Dra. Hilda Suwigno; bapak Drh. Bambang Pontjo Priosuryanto, PhD;

bapak dr.Bambang Wispriyono, PhD; Bapak Drh. Ketut Mudite, MSV; Ibu Dr.

Drh. Retno Soedjono dan Ibu Dr. Drh. Ita Djuwita, M.Phil, penulis

menghaturkan terimakasih yang sangat dalam atas segala keramahan dan

kerjasama yang telah dijalin baik dalam bentuk bantuan sarana dan

pengetahuan teknis pengujian kultur sel yang sangat penting bagi

terlaksananya penelitian ini.

7. Para sahabat di lab MB : Ibu Ika, Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris,

dan bu Tati terimakasih atas bantuan keterampilan dasar dalam penelitian

enzim. Juga kepada tim seperjuangan menyelesaikan penelitian program B,

yaitu Yamin atas sumbangan darahnya, Emma Rochima, Yanti, bu Eni, serta

Pudin dan Nopi, terimakasih atas bantuan yang tak kenal lelah dalam

mengejar target program B. Begitupula kepada Rudi, Siti, Agnes, Lukie,

Prasna, Eni Palupi, Boby, mba Bemby, Ibu Sri Rahayu dan mba Rika,

terimakasih atas segala dorongan semangat dan saran yang sangat

membantu terutama di saat-saat akhir menjelang ujian tertutup dan terbuka.

8. Para sahabatku di IPN, Ibu Asriani, Ibu Diana, Ibu Endang Prangdimurti, Ibu

Dede R. Adawiah, Ibu Sri Widowati, mba Rifda, mba Susi, mba Yuspi, mba

Romsyah, Ibu Suliantari, Risma, Sista, Ria, Sevelin, dan Tahrir serta teman-

teman yang tak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu, Terimakasih

atas persahabatan yang indah semasa menjadi mahasiswa IPN.

9. Kolega kerja dan teknisi laboratorium yang tidak dapat penulis sebutkan satu-

persatu, baik yang berada di lab PAU Biotek, FKH (lab Imunologi, Patologi,

Embriologi dan lab Terpadu), maupun pada program studi Ilmu Pangan serta

Page 9: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

ix

Departeman Ilmu dan Teknologi Pangan, penulis mengucapkan terimakasih

atas persahabatan dan kerjasama yang telah terjalin dengan baik.

10. Ibu Sri, Ibu Ros, Pak Takdir, dan teman-teman lain yang tak sempat penulis

sebut satu persatu yang telah bersama saling membantu selama penelitian di

lab FKH.

11. Teman-teman Sekolah Pascasarjana asal Sultra dan Sulsel penulis

mengucapkan terimakasih atas bantuan dan kerjasama selama di Bogor.

Begitu juga kepada teman seperjuangan saya Dr. Ir Gusti ayu kade Sutariati,

terimakasih atas segala kerjasama selama kurang lebih 3,5 tahun bersama-

sama berjuang menjalani pendidikan S3 dengan segala suka dan duka.

12. Pengelola Beasiswa Program Pascasarjana (BPPS) Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional atas pemberian

beasiswa kepada penulis untuk menjalani pendidikan S3.

13. Dekan FKIP Unhalu dan Rektor Universitas Haluoleo Kendari, atas izin yang

diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan S3 di program studi

Ilmu Pangan SPs IPB.

14. Dekan Sekolah Pascasarjana IPB beserta staf pegawai Pascasarjana IPB,

Ketua PS Ilmu Pangan IPB atas perkenaan menerima dan membantu penulis

selama menjalani pendidikan S3 di IPB.

15. Dosen-dosen IPB, terutama pada program studi Ilmu Pangan, Terimakasih

atas sumbangan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

16. Khusus kepada Ayahanda H. Sudarman dan Ibunda Hj. Nurul Ichsan, penulis

mengucapkan banyak terima kasih atas asuhan, didikan dan doanya serta

bantuan moril dan materil sehingga menghasilkan dukungan yang luar biasa

bagi penulis dalam menempuh pendidikan doktor ini.

17. Pamanda Ir. Nasser Iskandar sekeluarga dan pamanda Drs. Abdul Rahim

sekeluarga, terimakasih atas segala perhatian, bantuan, dan kerelaan selalu

menerima penulis sekeluarga dengan baik. Begitu juga kepada keluarga

Besar penulis di Jakarta, makassar, Rappang, Kendari dan Bau-bau, penulis

mengucapkan terimakasih atas segala bantuan dan dukungan kepada

penulis selama menempuh pendidikan dari S1 sampai S3.

18. Keluarga besar bapak Andi Ramli (alm), Ibu mertua Istambol dan Andi

Makkulawu, para kakak ipar dan kakak-adik, penulis berterimakasih atas doa

dan dukungannya selama penulis mengikuti pendidikan di IPB ini.

Page 10: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

x

19. Suami tercinta Dr. Ir. Andi Khaeruni, M.Si dan ananda tercinta Andi

Muhammad Hibatullah Ramadhan, yang telah banyak berkorban, membantu,

dan dengan setia mendampingi dengan penuh pengertian selama penulis

mengikuti program S3 ini.

Akhirnya semua budi baik yang diberikan kepada penulis semoga diterima

dan dibalas berlipat ganda oleh Allah SWT. Tak lupa permohonan maaf bila

penulis melakukan kesalahan baik yang disengaja maupun tidak. Semoga

disertasi ini bermanfaat bagi khasanah ilmu pengetahuan. Amin.

Bogor, Februari 2006 Penulis

Page 11: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

xi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL………………………………………………………...….......... xiii DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………......... xiv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....……...………………………………………...................... 1 B. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3 C. Hipotesis Penelitian.............................................…............................. ..... 3 TINJAUAN PUSTAKA

A. Kitosan, Senyawa-senyawa kitooligomer, dan Kitosanase.....…....…..... 4 1. Kitosan dan aplikasinya ........................................................................ 4 2. Kitosanase dan mikrob penghasil kitosanase....................................... 8 B. Bahan Pangan sebagai Immunoenhancer dan anti kanker....................... 10 C. Limfosit dalam Sistem Imun ........................................................……….. 12 1. Sel Limfosit ....... .................................................................................... 13 2. Pengujian Proliferasi Limfosit ................................................................ 15 3. Mitogen Sebagai Senyawa Pemacu Proliferasi Sel Limfosit ............... 17 D. Kultur Sel ................................................................................................... 18 E. Siklus Sel. .................................................................................................. 20 E. Kanker dan Mekanismenya........................................................................ 21 F. Mekanisme Anti Kanker.............................................................................. 23 1. Mekanisme anti kanker beberapa senyawa alami dan sintesis ........... 23 2. Apoptosis ............................................................................................... 25 3. Anti Protease ..................................................................................... .... 26

BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan Waktu Penelitian........................………………………............. 28 B. Bahan dan Alat Penelitian ........……..……...…………………………........... 28 C. Diagram Alir Penelitian ............................................................................... 29 D. Metode Penelitian .........…………………………......……………………..... 31 HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Produksi Senyawa-senyawa Kitooligomer Secara enzimatik ..................... 44 B. Fraksinasi Hidrolisat Senyawa-senyawa Kitooligomer............................... 51 C. Aktivitas Senyawa-senyawa Kitooligomer terhadap Proliferasi Sel Limfosit .................................................................................... .................. 54 D. Aplikasi Senyawa-senyawa kitooligomer terhadap Proliferasi Sel Kanker ....................................................................................... ................. 64 E. Mekanisme Penghambatan Proliferasi sel kanker oleh Senyawa-senyawa Kitooligomer............................................................................................... 78 1. Mekanisme apoptosis dan Kerusakan Membran................................................................................................. 78 2. Telaah potensi senyawa-senyawa kitooligomer sebagai inhibitor protease ................................................................................... ............. 86

Page 12: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

xii

Halaman F. Kaitan Beberapa Aktivitas Biologi dari Hidrolisat Senyawa-senyawa Kitooligomer................................................................................................. 89 SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 94 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 96 LAMPIRAN ..................................................................................................... 107

Page 13: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1 Beberapa penelitian produksi senyawa-senyawa kitooligosakarida ... 7 2 Karakteristik enzim kitosanase dari Bacillus licheniformis MB2 .......... 9 3 Beberapa karakteristik biokimia kitosanase ....................................... 10 4 Nilai normal elemen-elemen selular pada darah manusia ................. 13 5 Aktivitas beberapa preparat enzim .................................................... 43 6 Konsentrasi enzim dari beberapa hidrolisat ....................................... 54 7 Aktivitas senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat terhadap proliferasi sel limfosit.. ...................................................................... 56 8 Aktivitas hasil fraksinasi senyawa-senyawa kitooligomer terhadap proliferasi sel limfosit ..................................................................... ..... 60 9 Pengaruh inkubasi bersama hidrolisat kitooligomer dan mitogen terhadap proliferasi limfosit ................................................................ 62 10 Beberapa hasil penelitian proliferasi sel limfosit .................................. 63 11 Hasil pengujian kebocoran membran sel.............................................. 82

Page 14: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

xiv

DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman

1 Jalur degradasi kitin ............................................................... ....... 5

2 Struktur molekul kitin dan kitosan........................... ......................... 5

3 Mekanisme reaksi MTT menjadi MTT formazam .......................... 16

4 Siklus sel ........................................................................................ 20

5 Diagram alir proses produksi senyawa-senyawa kitooligomer ..... 30

6 Diagram alir aplikasi dan telaah mekanisme anti kanker senyawa-senyawa kitooligomer ................................................... 31

7 Hidrolisis kitosan tanpa enzim ....................................................... 45 8 Hidrolisis kitosan dengan konsentrasi enzim dan derajat deasetilasi (DD) kitosan yang berbeda........................................................ ..... 45 9 Hidrolisis preparat enzim FBS 0.0085 dengan kitosan yang berbeda derajat deasetilasi (DD) .................................................................. 46

10. Hidrolisis preparat enzim murni dengan kitosan yang berbeda derajat deasetilasi (DD)................................................................... 47 11 Hidrolisis preparat enzim dengan perbedaan konsentrasi kitosan 1% dan 0.5% ..................................................................................... 47 12 konsentrasi glukosamin berbagai hidrolisat enzimatik ...................... 48 13 Hasil pemurnian enzim kitosanase menggunakan kromatografi kolom interaksi hidrofobik (HIC) ........................................................ 50 14 Hasil deteksi kemurnian enzim menggunakan silver staining ........... 51 15 Komposisi senyawa-senyawa kitooligomer hasil reaksi preparat FBS 0.0085 DD 85 1j dan 3j ................................................ ............. 52 16 Komposisi senyawa-senyawa kitooligomer berbagai hidrolisat dengan konsentrasi enzim 0.0085, 0.10, dan 0.17 unit/mg kitosan .............................................................................. 52 17 Komposisi dan konsentrasi senyawa-senyawa kitooligomer dalam berbagai hidrolisat ........................................................................... 53 18 Hasil pemilihan konsentrasi hidrolisat .............................................. 55 19 Profil sel limfosit pada pembesaran dengan dengan inverted microscope 200 kali ........................................................... 59

Page 15: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

xv

Nomor Halaman 20 Pengujian konsentrasi efektif untuk uji penghambatan proliferasi ..... 66 21 Pengaruh pemberian senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat terhadap penghambatan proliferasi sel KR-4 ................. 66 22 Profil sel KR-4 hasil perbesaran dengan lensa obyektif inverted microscope sebesar 200 kal i............................................. 67 23 Aktivitas senyawa-senyawa kitooligomer hasil fraksinasi sebagai penghambat proliferasi sel K562 ..................................................... 68 24 Aktivitas senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat sebagai penghambat proliferasi sel K562 .................................................... 69 25 Profil sel K562 hasil perbesaran lensa obyektif inverted microscope sebesar 100 kali................................................ 71 26 Aktivitas senyawa-senyawa kitooligomer hasil fraksinasi sebagai penghambat proliferasi sel HeLa ...................................................... 72 27 Aktivitas senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat enzimatik pada penghambatan proliferasi sel HeLa ......................................... 73 28 Profil sel HeLa hasil perbesaran lensa obyektif inverted microscope sebesar 100 kali............................................... 74 29 Aktivitas senyawa-senyawa kitooligomer hasil fraksinasi sebagai penghambat proliferasi sel A549 ...................................................... 75 30 Aktivitas senyawa-senyawa kitooligomer hidrolisat dan senyawa pembanding pada penghambatan proliferasi sel A549 .................... 76 31 Profil sel A549 hasil perbesaran lensa obyektif inverted microscope sebesar 100 kali................................................. 77 32 Foto mikroskop elektron dari sel yang mengalami kondensasi kromatin .......................................................................... 80 33 Membran sel dengan reseptor karbohidrat pada permukaan sel dan hipotesis pengikatan glikoprotein dengan senyawa kitooligomer ............................................................................................................ 81 34 Hasil visualisasi kerusakan membran sel dengan Scanning Electron Microscopy (SEM) (Pembesaran 15.000 X)…………………………... 83

Page 16: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

xvi

Nomor Halaman 35 Jumlah (%) sel apoptosis .................................................................. 84 36 Apoptosis sel K562 ........................................................................... 85 37 Apoptosis sel HeLa ............................................................................ 85 38 Apoptosis sel A549 ............................................................................ 85 39 Kemampuan senyawa-senyawa kitooligomer dalam menghambat aktivitas enzim tripsin pada substrat kolagen (inkubasi 24 jam) ..... 87 40 Kemampuan kitooligomer dalam hidrolisat enzimatik terhadap penghambatan aktivitas (inhibitor) enzim serin protease ................. 88 41 Kemampuan kitooligomer dalam hidrolisat enzimatik terhadap aktivitas anti proliferasi sel KR4........................................ 89 42 Kemampuan kitooligomer dalam hidrolisat enzimatik terhadap Aktivitas anti proliferasi sel K562....................................................... 90 43 Kemampuan kitooligomer dalam hidrolisat reaksi enzimatik terhadap aktivitas anti proliferasi sel HeLa ..................................................... 90 44 Kemampuan kitooligomer dalam hidrolisat enzimatik terhadap proliferasi sel limfosit ......................................................... 91 45 Hubungan antara kemampuan hidrolisat kitooligomer

pada penghambatan proliferasi sel kanker dengan aktivitas inhibitor protease ................................................................................ 92

46 Kromatogram HPLC hasil analisis dan fraksinasi kitooligomer ......... 109

Page 17: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

xvii

DAFTAR LAM PIRAN Nomor Halaman 1. Inform concern dari responden ................................................. 107 2. Konsentrasi preparat hasil reaksi enzimatik ................................. 108 3. Kromatogram HPLC senyawa-senyawa kitooligomer .................. 109 4. Kurva standar dalam perhitungan konsentrasi .............................. 110

Page 18: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak komponen bioaktif pangan saat ini diketahui mempunyai efek positif

terhadap kesehatan, oleh karena itu penggunaan pangan yang diketahui mengandung

senyawa bioaktif atau pangan fungsional merupakan hal yang sangat bermanfaat.

Pangan yang kita konsumsi sehari-hari pada kenyataannya mengandung ribuan

senyawa bioaktif, banyak diantaranya yang memiliki cukup potensi untuk

meningkatkan kesehatan, contohnya adalah sulphoraphane, kurkumin, likopen, dan

polifenol dalam teh yang merupakan agen chemopreventive yang telah terbukti (Elliot

dan Ong 2002). Saat ini penggunaan pangan fungsional untuk kesehatan telah

berkembang pesat, salah satu faktor pendukungnya adalah keinginan banyak orang

untuk meningkatkan kesehatan dengan cara yang alami. Hal tersebut dilatarbelakangi

oleh berbagai efek samping yang merugikan dari konsumsi obat-obatan kimiawi yang

telah banyak terbukti, sehingga timbul keinginan untuk menggunakan bahan-bahan

dari alam untuk meningkatkan kesehatan. Selain faktor tersebut, konsumsi makanan

yang tidak seimbang juga telah terbukti menjadi kunci dari faktor eksternal yang

berpengaruh pada kejadian penyakit-penyakit kronis, termasuk terjadinya penyakit-

penyakit kanker. Upaya pencegahan terhadap berbagai jenis penyakit termasuk

penyakit kanker secara dini melalui pangan yang sehat meningkatkan konsumsi

komponen bioaktif sebagai pangan fungsional. Disamping itu penggunaan komponen

bioaktif dari bahan-bahan alami dengan tujuan untuk pengobatan penyakit dalam

bentuk nutraceuticals kini sudah banyak dijumpai, termasuk senyawa-senyawa

kitooligomer yang berasal dari degradasi limbah bahan berkitin saat ini mulai

digunakan sebagai bahan nutraceuticals. Senyawa kitooligomer ini telah menarik

perhatian industri karena berbagai manfaatnya untuk pangan dan medis, sehingga

memiliki nilai ekonomis cukup baik untuk dikembangkan saat ini, dengan harga jual di

pasaran internasional yang telah mencapai US$ 60.000 per ton (Sandford 2003).

Banyak penelitian telah membuktikan bahwa senyawa-senyawa kitooligomer

yang berasal dari limbah berkitin memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai

material anti kanker, antara lain senyawa heksa N-asetil kitoheksaose dan

kitoheksaose yang berasal dari degradasi kitin. Senyawa-senyawa kitooligomer yang

berasal dari degradasi kitosan telah dilaporkan memiliki pengaruh menghambat

pertumbuhan dan proliferasi sel tumor. Oleh sebab itu kajian dalam penelitian ini

Page 19: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

2

dipandang sangat penting dilakukan untuk usaha peningkatan nilai tambah limbah

berkitin melalui usaha produksi senyawa bioaktif kitooligomer yang dapat diaplikasikan

sebagai pangan fungsional dan nutraceutical.

Limbah berkitin di Indonesia pada tahun 2002 dihasilkan sekitar 112.208 ton

(Anonim 2004). Limbah ini belum termanfaatkan secara baik dan berdaya guna,

bahkan sebagian besar merupakan buangan yang juga turut mencemari lingkungan.

Oleh karena itu perlu dilakukan berbagai usaha penggalian potensi lokal untuk

memanfaatkan limbah berkitin menjadi bahan yang bermanfaat, antara lain

mengolahnya menjadi kitosan dan oligomernya. Saat ini produk kitosan dan

oligomernya telah banyak dijual dalam bentuk kapsul nutraceutical dan pharmaceutical

dengan berbagai merek dagang yang umumnya berasal dari Korea dan Jepang.

Senyawa-senyawa kitooligomer dapat diproduksi secara enzimatik dari senyawa

kitin dengan menggunakan enzim kitinase, kitin deasetilase dan kitosanase. Kitin

deasetilase memodifikasi kitin menjadi kitosan. Kitosanase menguraikan kitosan

menjadi senyawa-senyawa kitooligomer. Proses pengubahan kitin menjadi turunan

oligosakarida secara kimiawi oleh asam cenderung dihindari karena proses ini tidak

dapat dikontrol dan menghasilkan lebih banyak monomer D-glukosamin dan lebih

sedikit oligomer, sedangkan yang memiliki aktivitas biologi penting adalah senyawa

oligomernya. Hidrolisis kitosan secara enzimatis adalah cara yang lebih baik untuk

mendapatkan senyawa-senyawa kitooligomer dengan derajat polimerisasi yang lebih

tinggi. Ukuran molekul produk akhir hidrolisis sangat penting diperhatikan karena sifat

fungsional bergantung pada berat molekulnya.

Penggunaan enzim sebagai biokatalis dalam industri obat-obatan, kosmetika,

dan bioteknologi menjadi pilihan yang terbaik saat ini, karena bersifat ramah

lingkungan, prosesnya mudah dikendalikan, dan produk akhirnya seragam.

Penggunaan enzim termostabil dalam penelitian ini dimaksudkan karena sifat stabilitas

enzim terhadap proses panas, sebab sifat enzim yang stabil pada kondisi panas

diminati oleh kalangan industri karena memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi, antara

lain reaksi dapat berlangsung pada suhu tinggi sehingga mengurangi kontaminasi

bakteri mesofil dan laju reaksi lebih cepat sehingga mengurangi biaya produksi. Selain

itu enzim termostabil dari mikroba termofil lebih tahan terhadap berbagai senyawa atau

keadaan penyebab denaturasi sehingga dapat lebih tahan disimpan. Sifat stabil yang

dimiliki enzim termofil menekan peluang kehilangan aktivitas selama produksi dan

penyimpanan, serta memudahkan para teknolog dalam menangani proses produksi

Page 20: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

3

dan pemurniannya (Suhartono 1994). Indonesia merupakan negara yang kaya

diversitas sehingga peluang menemukan mikroba termofil penghasil enzim yang unik

cukup realistik. Salah satu mikrob termofilik penghasil enzim kitosanase dari Indonesia

yang telah berhasil dipilah dari sumber air panas di Tompaso Sulawesi Utara adalah

Bacillus licheniformis MB2. Diharapkan enzim dari mikroba ini dapat bermanfaat bagi

proses industri dan bioteknologi, salah satunya adalah dapat digunakan untuk

memproduksi senyawa bioaktif kitooligomer yang memiliki banyak manfaat.

Berdasar latar belakang tersebut, maka dalam penelitian ini dilakukan kajian

produksi senyawa kitooligomer yang bersifat bioaktif dengan menggunakan enzim

kitosanase yang dihasilkan oleh isolat Bacillus licheniformis MB2 yang telah

dikarakterisasi sebelumnya secara menyeluruh oleh Chasanah (2004). Bakteri tersebut

diketahui menghasilkan kitosanase pada pH optimum 6-7, stabil terhadap kisaran pH

4 – 6.8, tahan panas (suhu optimum 70oC) dan tahan senyawa denaturan ( terutama

guanidin dan urea). Selanjutnya penelitian ini ditujukan untuk menghasilkan senyawa-

senyawa kitooligomer yang memiliki aktivitas biologis sebagai anti kanker, sehingga

senyawa-senyawa kitooligomer dapat dijadikan material anti kanker bagi pengobatan

penyakit kanker di masa datang.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengaplikasi enzim kitosanase termostabil dari

Bacillus licheniformis MB2 untuk memproduksi senyawa-senyawa kitooligomer yang

memiliki aktivitas biologi khususnya terhadap sel limfosit dan sel kanker (2)

Menganalisis potensi anti kanker dari senyawa-senyawa kitooligomer.

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Enzim kitosanase dari Bacillus licheniformis MB2 dapat digunakan untuk

memproduksi senyawa-senyawa kitooligomer yang memiliki aktivitas biologi

terhadap sel limfosit dan sel kanker.

2. Senyawa-senyawa kitooligomer mampu menghambat proliferasi sel kanker

melalui mekanisme kerusakan membran, apoptosis, dan kemungkinan sebagai

inhibitor enzim serin protease.

Page 21: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

TINJAUAN PUSTAKA A. KITOSAN, KITOOLIGOMER DAN KITOSANASE

1. Kitosan dan Aplikasinya.

Kitosan adalah biopolimer yang tersusun atas D-glukosamin dengan ikatan

glikosidik â 1�4 yang dapat dihasilkan dari kitin, yaitu polimer linier â (1�4)-2-

asetamido-2-deoxy-D-glukosa (N-asetilglukosamin). Kitin adalah komponen

utama pada kulit kepiting dan udang atau kelompok kerang-kerangan (crustacea)

(Goosen et al. 1997). Sebagian besar kitosan untuk penggunaan komersial dan

penelitian diproduksi dari deasetilasi kitin yang berasal dari kulit udang dan

kepiting, limbah utama pada industri pengolahan shellfish. Secara alami kitosan

dapat dihasilkan dari fungi golongan zygomycetes (Miyoshi et al. 1992). Kitosan

adalah polimer alami, sehingga tidak bersifat toksik, tidak larut dalam air yang

bersifat basa tetapi larut baik dalam pelarut asam di bawah pH 6. Aplikasi polimer

kitosan tidak sebanyak bentuk kitooligomernya, hal ini disebabkan karena kitosan

memiliki berat molekul yang besar dan viskositas yang tinggi.

Untuk memperoleh kitosan dari kitin dapat dilakukan secara kimia dan

enzimatis. Kedua reaksi tersebut bertujuan untuk menghilangkan gugus asetil

yang terdapat pada kitin. Reaksi enzimatis menggunakan enzim kitin deasetilase,

sedangkan untuk memperoleh kitosan secara kimia dari kitin dapat melalui

kombinasi perlakuan panas (60 oC – 140 oC) dan larutan alkali (larutan NaOH

30% – 50%). Derajat deasetilasi kitosan biasanya berada antara 70% - 90%

tergantung metoda yang digunakan (Goosen et al. 1997). Derajat deasetilasi

dipengaruhi oleh konsentrasi basa, temperatur dan rasio kitin terlarut, derajat

deasetilasi akan meningkat dengan meningkatnya temperatur atau konsentrasi

NaOH (Chang et al. 1997). Proses deasetilasi secara termokimia tersebut dalam

banyak hal tidak menguntungkan karena tidak ramah lingkungan, prosesnya

tidak mudah dikendalikan, dan kitosan yang dihasilkan memiliki berat molekul

dan derajat deasetilasi yang tidak seragam (Chang et al. 1997; Tsigos et al.

2000). Proses deasetilasi yang menggunakan kombinasi perlakuan secara

kimiawi dan enzimatis seperti yang telah dilakukan oleh Rochima (2005)

merupakan alternatif proses yang lebih baik. Jalur degradatif kitin menjadi kitosan

dapat dilihat pada Gambar 1, sedangkan struktur molekul kitin dan kitosan dapat

dilihat pada Gambar 2.

Page 22: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

5

Kitin deasetilase (EC 3.5.1.4)

Kitin Kitosan Kitinase

(E.C 3.2.1.14) Lysozyme Kitosanase (E.C 3.2.1.17) (EC

3.2.1.132) Kitin oligosakarida Kitosan oligosakarida

N-acetil-β-D- glukosamidase D-glukosamidase (EC 3.2.1.30) N-Asetil – D- Glukosamin D-Glukosamin

Gambar 1 Jalur degradasi kitin (Goosen 1997)

Gambar 2 Struktur molekul kitin dan kitosan (Li et al. 1997)

Proses pengubahan kitin menjadi turunan oligosakarida secara kimiawi

oleh asam cenderung dihindari karena proses ini tidak dapat dikontrol,

menghasilkan lebih banyak monomer D-glukosamin dan lebih sedikit

kitooligomer, padahal, yang memiliki aktivitas biologi penting adalah senyawa-

senyawa kitooligomernya (Kolodziesjka et al. 2000, Curroto & Aros 1993).

Hidrolisis kitosan secara enzimatis adalah cara yang lebih baik untuk

mendapatkan senyawa-senyawa kitooligomer dengan derajat polimerisasi yang

Page 23: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

6

lebih rendah, karena sifat fungsional bergantung pada berat molekulnya (Suzuki

1996, Kolodziejska et al. 2000).

Banyak studi yang telah dilakukan mengenai penggunaan enzim untuk

mendegradasi kitosan. Aiba (1993,1994) menghidrolisis kitosan menggunakan

enzim kitinase dan lisozim. Pantaleone et al. (1992) dan Brine et al. (1992)

melaporkan penggunaan enzim glikanase, protease, lipase, dan tannase yang

berasal dari bakteri, fungi, mamalia, dan tanaman untuk menghidrolisis kitosan.

Muzarelli et al. (1995a, 1995b) telah menggunakan enzim papain dan lipase

untuk depolimerisasi kitosan. Guo dan Hung (2002) melaporkan penggunaan

enzim selulase untuk memperoleh senyawa-senyawa kitooligosakarida dari

kitosan. Berbagai proses tersebut dikembangkan untuk menghasilkan proses

hidrolisis yang efisien terhadap kitosan, akan tetapi penggunaan enzim-enzim

tersebut membutuhkan konsentrasi yang relatif tinggi, sedangkan kitosanase

menunjukkan aktivitas yang cukup baik pada konsentrasi yang kecil (Jeon dan

Kim 2000).

Telah banyak dilaporkan adanya sifat fisiologis penting senyawa-senyawa

kitooligomer hasil degradasi kitin dan kitosan, yang memiliki daya antibakteri,

antijamur, antitumor, penurun kolesterol, penurun tekanan darah tinggi, dan

kemampuannya dalam meningkatkan daya imunologis (Dalwoo 2004, Muzarelli

1996, Shahidi et al.1999, Suzuki et al. 1986, Suzuki 1996). Dalam bidang

farmasi, kitooligomer mampu menurunkan kolesterol. Aktivitas hipokolesterolemik

kitooligomer kemungkinan disebabkan karena penghambatan pembentukan

micelle yang mengandung kolesterol, asam lemak dan monogliserida, sehingga

berperan aktif sebagai anti kolesterol (Goosen 1997, Dodane dan Vilivalam

1998). Cui dan Mumper (2001) meneliti tentang penggunaan kitosan dan

oligomernya untuk berkompleks dengan CMC (Carboxyl Methyl Cellulose) guna

membentuk kationik nano patrikel yang stabil untuk keperluan imunisasi genetik.

Kemampuan kitosan dan senyawa-senyawa kitooligomer sebagai antimikroba

telah diujikan pada organisme penghasil spora pada media laboratorium dan

makanan, ternyata Kitooligomer yang lebih pendek lebih efektif berperan

sebagai antimikroba daripada yang berantai panjang (Shahidi et al. 1999 ;

Rhoades dan Roller 2000 ; Meidina 2005 ).

Pada Tabel 1 disajikan informasi penelitian yang telah dilakukan untuk

memperoleh senyawa-senyawa kitooligomer yang berasal dari kitin dan kitosan

Page 24: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

7

Tabel 1 Beberapa penelitian produksi senyawa-senyawa kitooligomer

No

Enzim Sumber Aktivitas Metode Substrat & konsentrasi

Hasil Referensi

1. Kitosanase Bacillus pumilus BN-262 (45oC)

5,10,15 dan 25 U/g Chit

UFmembran reaktor

Kitosan terlarut 1% (DD 89%)

Trimer - Heksamer

Jeon & Kim 2000

2. Kitosanase Bacillus sp BN-262 (50oC)

1g/100ml (13% prot)

Imobilisasi pada suport gel agar

Kitosan terlarut 0,5% (DD 100%)

Pentamer & Heksamer

Ichikawa et al. 2002

3. Kitinase Streptomyces cursanovii (37oC)

0,38U/ml Imobilisasi pada macroporous cross linked chitin

Kitin koloidal 1% (DD 85%)

Dimer - Nanomer

Ilyina et al. 2000

4. Lisozim & lateks pepaya

Degradasi re -dox H2O2 & Fe(III)

Kitosan hidrokhlorida 1% (DD 15,6%)

Rhoades & Roller 2000

5. Kitosanase Bacillus sp Strain CK4 (60oC)

0,1mg/ ml Purifikasi dengan DEAE Toyopear l650-M

Kitosan koloidal l% (DD 100%)

Monomer - Heksamer

Yoon et al. 2001

6. Kitosanase Bacillus sp Strain KCTC 0377BP (40oC)

2-8 U/g Inkubasi enzim dan substrat selama 24 jam. (Direct enzymatic reaction)

Kitosan terlarut 20 - 40 mg/ml (DD 39, 50 dan 72 %)

Trimer - Heptamer

Yeon et al. 2004

Senyawa-senyawa kitooligomer dilaporkan memiliki aktivitas anti kanker,

laporan ini antara lain dikemukakan oleh Yeon (2004) bahwa heksa N-asetil

kitoheksaose dan kitoheksaose memiliki pengaruh penghambat pertumbuhan

dari sel tumor Meth A-solid. Semenuk et al. (2001) melaporkan aktivitas

kitooligomer sebagai anti tumor melalui kemampuan senyawa kitooligomer

bertindak sebagai ligan bagi reseptor sel natural killer yang mengakibatkan

aktivasi selular sistim imun sehingga kitooligomer tersebut dapat berfungsi

sebagai anti tumor. Pae et al. (2001) melaporkan terjadinya penghambatan pada

sel promyelocytic leukemia (HL-60) oleh water-soluble chitosan oligomer

(WSCO). Shen (2002) juga melaporkan kitosan larut air (WSC) secara signifikan

menghambat proliferasi sel kanker ASG. Guo & Hung (2002) melaporkan

senyawa kitooligosakarida yang dihasilkan dari enzim selulase memiliki pengaruh

pada fungsi sistim imun seperti mempengaruhi proliferasi sel makrofag dan

hibridoma HB4C5 secara in vitro. Sedangkan secara in vivo terbukti

meningkatkan kandungan IgG dan IgM dalam serum darah mencit yang diinjeksi

dengan N- asetil kitoheksaose.

Page 25: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

8

2. Kitosanase dan Mikroba Penghasil Kitosanase

Kitosanase (EC 3.2.1.132) merupakan enzim yang menghidrolisis ikatan

glikosidik kitosan untuk menghasilkan kitooligomer (kitooligosakarida). Kitosan (

â-(1�4)-N-glukosamin) merupakan turunan dari kitin yang diperoleh melalui

deasetilasi sempurna atau sebagian. Menurut Fukamizo dan Brzezinski (1997),

kitosanase adalah enzim yang menghidrolisis kitosan, memotong pada ikatan â-

1,4-glikosidik kecuali ikatan GlcNAc-GlcNAc. Kitosanase dibagi menjadi tiga klas

berdasarkan spesifik pemotongannya yaitu klas 1, enzim memotong pada ikatan

GlcN-GlcN dan GlcNAc-GlcN; klas 2, enzim yang memotong hanya pada ikatan

GlcN-GlcN; klas 3, enzim yang memotong pada ikatan GlcN-GlcN dan GlcN-

GlcNAc (Saito et al. 1999; Fukamizo dan Brzezinski 1997). Pada Tabel 2

disajikan beberapa karakteristik enzim kitosanase dari berbagai sumber.

Berdasarkan homologi sekuen asam amino, Yoon et al. (2000)

mengkategorikan kitosanase ke dalam empat kelompok, kelompok I

berhubungan erat dengan kitosanase dari B. circulans, B.ehemensis, dan

Burkholderia gladioli (similaritas sekitar 81-84%). Kelompok II termasuk

Amycolaptosis sp., Nocardioides sp. N 106, Streptomyces sp. N 174 (similaritas

sekitar 73-76%). Bacillus sp. CK4 dan Bacillus subtilis termasuk dalam golongan

kelompok III dengan similaritas sekitar 76.6%. Sedangkan Sphingobacterium dan

Matsuebacter digolongkan ke dalam kelompok IV dengan similaritas sekitar 75%.

Carbohydrate Active Enzyme (CAZY) mengklasifikasi kitosanase pada 3 (tiga)

kelompok, yaitu family 46, 75 dan 80. Sebagian besar hasil studi kitosanase yang

terdapat pada bakteri termasuk dalam anggota glikosida hidrolase family 46,

dimana kitosanase dari fungi patogen tanaman seperti Fusarium solani

diklasifikasi sebagai glikosida hidrolase family 75. Chitosanotabidus dan

Sphingobacterium multivorum termasuk golongan glikosida hidrolase family 80

(Park et al. 1999). Diantara kitosanase yang telah diteliti tersebut hanya

glikosida hidrolase family 46 yang telah ditentukan struktur tiga dimensinya dan

hanya dua struktur kristal kitosanase, yaitu dari Streptomyces sp. N174 dan

Bacillus circulans yang telah dipublikasi (Saito et al. 1999). Glu-22 dan Asp-40

merupakan residu asam amino yang penting pada sisi katalitiknya (Fukamizo dan

Brzezinski 1997) dimana residu triptofan berperan penting untuk kestabilan

protein enzim kitosanase (Honda et al. 1999). Hasil studi lain terhadap identifikasi

residu asam amino untuk aktivitas katalitik kitosanase termostabil dari Bacillus

Page 26: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

9

sp. CK4 menunjukkan bahwa Glu-50 tidak mutlak esensial untuk aktivitas

katalitik, tetapi mungkin memiliki peranan penting untuk menjaga struktur sisi

katalitik kitosanase (Yoon et al. 2001).

Berbagai pertimbangan penggunaan mikroba sebagai sumber enzim

kitosanase antara lain adalah mikroba dapat tumbuh relatif cepat, bahan baku

relatif murah, mudah diisolasi, dan terbuka peluang untuk meningkatkan mutu

enzim melalui rekayasa genetika (Madigan et al. 2000). Informasi tentang

mikroba penghasil enzim kitosanase telah dilaporkan oleh beberapa peneliti,

antara lain kitosanase dari Bacillus sp P1-7S dilaporkan oleh Seino et al. (1991),

Matsuebacter chitosanotabidus 3001 oleh Park et al . (1999), Bacillus sp strain

CK4 oleh Yoon et al. (2001), Burkholderia gladioli strain CHB101 oleh Shimosaka

et al. (2000), Streptomyces N174 oleh Somashekar dan Joseph (1996).

Kitosanase yang berasal dari fungi dilaporkan oleh Shimosaka et al. (1993) yang

mengisolasi kitosanase dari Fusarium solani f.sp. dan phaseoli, Cheng dan Li

(2000) mengisolasi kitosanase dari Aspergillus Y2K. Kitosanase yang berasal

dari tanaman Cucumis sativus, Citrus sinensis, dan Barley telah dilaporkan oleh

Somashekar dan Joseph (1996).

Karakteristik enzim kitosanase yang berasal dari Bacillus licheniformis MB2

disajikan dalam Tabel 2. Beberapa karakteristik enzim kitosanase yang berasal

dari berbagai sumber disajikan pada Tabel 3.

Tabel 2 Karateristik enzim kitosanase dari Bacillus licheniformis MB2 a)

No. Parameter Karakteristik 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Suhu optimum pH optimum Buffer optimum Berat Molekul Aktivator Spesifitas substrat Tahan terhadap jenis denaturan

70oC 6.0 -7.0 Buffer phosphat 0.05 M pH 6 75 kDa Mn Kitosan terlarut Guanidin dan urea

a) Chasanah 2004

Page 27: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

10

Tabel 3 Beberapa karakteristik biokimia kitosanase

Mikroorganisme Berat Molekul (kDa)

pH Optimum

Suhu Optimum

(oC)

Inhibitor substrat Produk Referensi

Matsuebacter chitosanotabidus 3001 Paenibacillusfukuinensis D2 B. circulans MH-K1 Bacillus sp CK-4 Aspergillus Y2K Acinetobacter sp CHB101 Fusarium solani f.sp phaseoli.

34

86.51

27

29

25

37 & 30

36

4.0

-

6.5

6.5

6.6

5 – 9

5.6

30 – 40

-

50

60

65 – 70

40

40

Ag2+

-

Hg2+, Zn +, pCMB, Cu2+

Cu2+

Hg2+,Cd2= - - -

Kitosan DD 100%, CMC Kitosan dengan DD tinggi Kitosan dengan DD tinggi Kitosan dengan DD tinggi Kitosan dengan DD tinggi Kitosan dengan DD tinggi Kitosan dengan DD tinggi

(GlcN)2-6

(GlcN)2-7

(GlcN)4

(GlcN)4

(GlcN)3-5

(GlcN)3-5

(GlcN)3-5

Park et al. 1999

Kimoto et al. 2002

Yabuki et al. 1988

Yoon et al. 2000

Cheng dan Li (2000)

Shimosaka et al. 1995

Shimosaka et al. 1993

B. BAHAN PANGAN SEBAGAI IMMUNOENHANCER DAN ANTIKANKER

Penelitian untuk menunjukkan potensi bahan pangan tertentu yang memiliki

aktivitas terhadap proliferasi sel limfosit dan antiproliferasi terhadap sel kanker

telah banyak dilakukan. Buah-buahan, sayuran dan biji-bijian merupakan sumber

dari produk samping metabolisme senyawa mevalonat yang bersifat

antikarsinogenik (Elson dan Yu 1994). Beberapa jenis bahan pangan lain yang

juga mengandung senyawa antikarsinogenik adalah: bawang, kol, kedelai,

wortel, seledri, bawang bombay, teh hijau, citrus (orange, lemon, grapefruit),

beras pecah kulit dan gandum utuh (Caragay 1992). Menurut Waladkhani dan

Clemens (1998) sayuran, buah-buahan dan biji -bijian mengandung beragam

senyawa fitokimia yang berpotensi sebagai senyawa antikarsinogenik yaitu:

karotenoid, klorofil, flavonoid, indol, komponen polifenol, inhibitor protease,

sulfida, dan terpen. Laporan tersebut didukung oleh hasil penelitian Zakaria et al.

(2000) yang melaporkan bahwa konsumsi sayur dan buah yang mengandung

vitamin C dan vitamin E dapat meningkatkan kemampuan proliferasi sel limfosit

Page 28: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

11

dan meningkatkan aktivitas sitotoksik dari sel NK. Selanjutnya Ogata et al.

(2000), melaporkan senyawa turunan asam nikotinat dan nikotinamida yaitu

niasin (jenis vitamin larut air) ditemukan tidak membunuh sel limfosit, tetapi dapat

menginduksi apoptosis pada sel K562.

Kelompok solanase (tomat, kentang, terung dan cabai) dan rempah-rempah

(jahe, cengkeh, kunyit) juga merupakan kelompok bahan pangan yang

mempunyai sifat anti karsinogenik. Menurut Yuana (1998), rempah-rempah

seperti jahe, lempuyang, kencur dan pasak bumi mempunyai komponen-

komponen yang dapat memberikan efek penghambatan terhadap sel kanker

K562. Agustinisari (1998) melaporkan bahwa ekstrak air dan etanol jahe segar

dapat menekan proliferasi sel leukimia (K562) secara in vitro. Ekstrak air dan

etanol dari bawang putih dari hasil penelitian Lastari (1997) dapat menekan

proliferasi sel-sel K562 secara in vitro dan menaikkan aktivitas sel NK manusia.

Rusmarilin (2003) juga melaporkan aktivitas anti kanker dari ekstrak lengkuas

lokal (Alpinia galanga (L) Sw) pada galur sel kanker manusia dan mencit.

Senyawa turunan flavonoid yang terkandung dalam bahan pangan antara

lain quersetin memperlihatkan kemampuan menghambat proliferasi sel leukimia

dan sel ovari manusia secara in vitro (Zakaria et al. 1997). Iwashita et al. (2000)

juga melaporkan aktivitas senyawa isoliquiritigenin dan butein turunan dari

flavonoid mampu menghambat pertumbuhan sel dan menginduksi terjadinya

apoptosis pada sel-sel B16 Melanoma 4A5. Damayanti (2002) melaporkan

senyawa antioksidan dari bekatul padi (Oryza sativa ) mampu menekan proliferasi

sel kanker KR4 sebesar 30 %, K562 sebesar 12%, dan melanoma sebesar 23%.

Beberapa ekstrak tanaman juga dilaporkan memiliki kemampuan

memperbaiki sistem imun dan bersifat anti kanker, antara lain hasil penelitian dari

Konishi et al. (1985) dan Noda et al . (1996) yang melaporkan aktivitas anti tumor

dari chlorella vulgari. Senyawa fenol glikosida, neohankosida C, yang diisolasi

dari tanaman Cynanhum hancockianum diketahui bersifat anti tumor dan

mempunyai aktivitas imunomodulator (Konda et al. 1997). Eksktrak tanaman

Uncaria tomentosa dilaporkan tidak bersifat toksik (Maria et al; 1997),

menginduksi proliferasi limfosit (Wurm et al . 1998) dan mampu menghambat

proliferasi serta menginduksi apoptosis sel-sel leukimia K562 dan HL-60 (Sheng

et al. 1998). Meiyanto et al (2003) juga melaporkan ekstrak etanol daun dan kulit

batang tanaman cangkring (Erythrina Fusca Lour) dapat menghambat proliferasi

Page 29: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

12

sel HeLa. Ananta (2000) melaporkan ekstrak cincau hijau (Cyclea barbata L.

Miers) mampu menghambat proliferasi sel K562 sebesar 70% dan sel HeLa

sebesar 30%. Puspaningrum (2003) melaporkan ekstrak air kayu secang

(Caesalpinia sappan Linn) mampu memproliferasi sel limfosit limfa tikus dan

menekan proliferasi sel K562 secara in vitro sebesar 20.8%.

Senyawa-senyawa anti kanker ternyata tidak hanya berasal dari daratan,

Aoki et al. (2004) melaporkan aktivitas anti kanker dari smenospongine yaitu

senyawa aminokuinon seskuiterpen yang diisolasi dari spong laut terhadap sel

kanker K562 (chronic myelogenous leukemia) pada konsentrasi 3 – 15 µM.

Senyawa kitin dan turunannya yang berasal dari hewan laut udang dan kepiting

ternyata juga dilaporkan memiliki aktivitas anti kanker, laporan ini antara lain

dikemukakan oleh Yeon (2004) bahwa heksa N-asetil kitoheksaose dan

kitoheksaose memiliki pengaruh penghambat pertumbuhan dari sel tumor Meth

A-solid. Semenuk et al. (2001) melaporkan aktivitas kitooligomer sebagai anti

tumor. Pae et al. (2001) melaporkan terjadinya induksi granulositik pada sel

promyelocytic leukemia (HL-60) oleh water-soluble chitosan oligomer (WSCO).

Shen (2002) juga melaporkan kitosan larut air (WSC) secara signifikan

menghambat proliferasi sel kanker ASG.

B. LIMFOSIT DALAM SISTEM IMUN

Limfosit adalah sel darah putih (leukosit) yang mampu menghasilkan

respon imun spesifik terhadap berbagai jenis antigen yang berbeda. Limfosit

(leukosit) berukuran kecil, berbentuk bulat (diameter 7-15 µm), dan banyak

terdapat pada organ limfoid seperti seperti limpa, kelenjar limfe dan timus.

Terdapat dua kelas leukosit yaitu, yang mengandung granula dalam

sitoplasmanya (granulosit) dan agranulosit yang tidak mengandung granula

(Ganong 1990). Limfosit merupakan sel kunci dalam proses respons imun

spesifik, mengenali antigen melalui reseptor antigen dan mampu

membedakannya dari komponen tubuhnya sendiri (Kuby 1992).

Darah adalah suspensi yang terdiri dari elemen-elemen atau sel-sel , dan

plasma yaitu larutan yang mengandung berbagai molekul organik dan an

organik. Ada tiga grup sel darah, yaitu sel darah merah (RBC) atau eritrosit, sel

darah putih (WBC) atau leukosit yang terdapat kurang dari 1% volume total

darah, dan butir pembeku (platelets) atau trombosit. Komposisi dan nilai normal

masing-masing elemen seluler pada darah manusia disajikan pada Tabel 4.

Page 30: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

13

Tabel 4 Nilai normal elemen-elemen selular pada darah manusiaa)

Elemen-elemen seluler

Rata-rata sel/ml

Kisaran normal Persen dari leukosit total

A.Leukosit 9000 4000 - 11000 - -Granulosit :

Neutrofil Eusinofil Basofil

5400 275 35

3000-6000 150-300

0-100

50-70 1-4 0,4

-Agranulosit Limfosit Monosit

2750 540

1500-4000 300-600

20-40 2-8

B.Eritrosit Laki-laki Wanita

5,4 x 10 6 4,8 x 10 6

C.Platelets 300000 2-5 x 105 a) Ganong (1990)

Sistem imun merupakan sistem interaktif kompleks dari beragam jenis sel

imunokompeten yang bekerjasama dalam proses identifikasi dan eliminasi

mikroorganisme patogen dan zat-zat berbahaya lainnya yang masuk ke dalam

tubuh. Sistem imun dibedakan dalam dua kelas yaitu sistem imun non spesifik

dan spesifik. Respon imun non spesifik timbul sebagai reaksi terhadap

mikroorganisme patogen dan zat asing lainnya melalui fagositosis dan monosit

(makrofag), barier kimia melalui sekresi internal dan eksternal, lisozim dalam

mukus jaringan, air mata, laktoperoksidase dalam saliva, protein darah,

interferon, sistem kinin dan komplemen, dan sel Natural Killer (NK) (Parslow

1997). Sistem imun spesifik meliputi sistem imun seluler dan humoral. Sistem

imun seluler memberikan pertahanan terhadap serangan mikroorganisme intra

dan ekstraseluler melalui sekresi limfokin seperti interferon dan interleukin.

Sedangkan sistem imun humoral memberi pertahanan melalui produksi antibodi

terhadap antigen spesifik (Roitt dan Delves 2001).

1. Sel Limfosit

Sel limfosit terdiri dari 2 tipe sel yang mampu membuat kekebalan yaitu sel

limfosit T, yang berfungsi dalam imunitas seluler, dan sel limfosit B yang

berfungsi dalam imunitas humoral (Bellanti 1993). Sel limfosit B berasal dari

sumsum tulang belakang dan berdiferensiasi dalam jaringan ekivalen bursa.

Jumlah sel limfosit B dalam keadaan normal berkisar antara 10 - 15%. Setiap sel

Page 31: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

14

B memiliki 105 B Cell Receptor (BCR), dan setiap BCR memiliki dua situs

pengikatan antigen yang identik. Antigen yang umum bagi sel B adalah protein

dengan struktur tiga dimensi. BCR dan antibodi mengikat antigen dalam bentuk

aslinya. Hal ini membedakan sel B dengan sel T, yang mengikat antigen yang

sudah terproses dalam sel (Kresno 1996).

Sel limfosit dapat mengenali suatu antigen secara spesifik dan menerima

sinyal untuk berproliferasi. Setelah berikatan dengan antigen, limfosit B akan

mengalami proses perkembangan melalui 2 jalur, yaitu (a) berdiferensiasi

menjadi sel plasma yang menghasilkan imunoglobulin, dan (b) membelah lalu

kembali dalam keadaan istirahat sebagai sel limfosit B memori. Sel limfosit

mampu berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sebuah klon yang terdiri dari

sel-sel efektor dengan spesifisitas antigen yang sama (Decker 2001).

Sel T merupakan bagian dari sel limfosit yang sebagian besar terdapat

dalam sirkulasi darah, yaitu sebanyak 65-85% (Kresno 1996). Sel T terdiri dari

tiga subset yaitu sel Tc atau sel T sitotoksik, sel Th atau sel T helper, dan sel Ts

atau sel T supressor (Roitt dan Delves 2001). Sel Tc berfungsi untuk membunuh

sel-sel yang terinfeksi patogen intraselular, dan sel Th berperan dalam stimulasi

sintesis antibodi dan aktivasi makrofag dengan cara mensekresikan molekul

sinyal yang disebut sitokin. Sel Ts mampu menekan aktivitas sel imun. Sel T

memiliki molekul T Cell Antigen Receptor (TCR) yang dapat mengenali epitop

suatu antigen melalui kerjasama dengan molekul protein permukaan pada

Antigen Presenting Cells (APC). Sel T teraktivasi oleh antigen spesifik sehingga

terstimulasi untuk berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel T memori dan

berbagai sel T efektor yang mensekresi berbagai limfokin. Limfokin tersebut

berpengaruh pada aktivasi sel B, Tc, dan sel-sel fagositik,sel NK dan sel lain

yang terlibat dalam sistim imun (Roitt dan Delves 2001).

Sel natural killer (sel NK) adalah sel limfosit granular yang berukuran besar.

Pada manusia normal, sel NK terdapat dalam jumlah 5-15% dari jumlah limfosit

darah (Kresno 1996). Sel ini merupakan garis depan pertahanan tubuh terhadap

sel yang terinfeksi virus dan sel tumor. Sel NK memiliki reseptor yang

menyerupai lektin, yaitu reseptor yang dapat berikatan dengan senyawa

karbohidrat pada sel sasaran sehingga menghasilkan pengiriman sinyal pada sel

NK untuk membunuh sel tersebut. Populasi sel (sel NK) dapat membunuh sel

sasaran secara spontan tanpa sensitisasi terlebih dahulu. Menurut Roitts dan

Page 32: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

15

Delves (2001), ketika sel terinfeksi virus atau berubah bentuk menjadi sel yang

termutasi, molekul permukaannya berubah. Perubahan ini dikenali oleh sel NK,

lalu sel NK membunuh sel tersebut. Sel NK secara fenotip berbeda dengan sel

limfosit T maupun sel limfosit B, yaitu tidak memiliki CD3/TCR maupun sIg

(surface immunoglobulin). Sel ini memiliki petanda CD56 dan CD16. Sel yang

terinfeksi virus menghasilkan interferon yang dapat memberi isyarat ke sel pada

jaringan yang berdekatan. Sel NK diduga dapat mengenali sel tumor atau sel

yang terinfeksi virus karena sel sasaran tersebut mengekspresikan molekul

glikoprotein pada permukaan sel yang membedakannya dari sel normal.

Glikoprotein tersebut kemudian bertindak sebagai lektin yang dapat mengikat sel

NK melalui reseptor yang terdapat pada permukaan sel NK sehingga terjadi

ransangan (Kresno 1996). Sitolisis terhadap sel tumor dapat terjadi karena

dilepaskannya faktor sitotoksik (perforin) yang berasal dari granula dalam sel NK.

Disamping itu di dalam granula juga terdapat zat yang tahan terhadap faktor

sitotoksik, yaitu kondroitin sulfat A, yang melindungi sel NK terhadap autolisis

oleh substansinya sendiri (Kresno 1996).

2. Pengujian Proliferasi Limfosit

Proliferasi merupakan fungsi biologis mendasar pada sel limfosit, yaitu

meliputi proses diferensiasi dan pembelahan sel. Aktivitas proliferasi limfosit

merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan untuk mengukur status

imunitas karena proses proliferasi menunjukkan kemampuan dasar dari sistem

imun (Roit dan Delves 2001). Limfosit merupakan sel tunggal yang bertahan baik

saat dikultur dalam media sintetik lengkap. Respon proliferatif kultur limfosit

dalam media sintetik dapat digunakan untuk menggambarkan fungsi limfosit dan

status imun individu (Tejasari 2000). Zakaria et al . (1992) menyatakan bahwa

kemampuan limfosit untuk berproliferasi atau membentuk klon menunjukkan

secara tidak langsung kemampuan respon imunologik atau tingkat kekebalan.

Pengujian terhadap kemampuan fungsional limfosit dapat dilihat dari

kemampuan memberikan respon terhadap mitogen (proliferasi sel), kemampuan

membentuk imunoglobulin atau limfokin, dan kemampuan sitotoksisitas sel NK (

Tejasari 2000). Uji proliferasi limfosit dapat dilakukan melalui pengukuran

kemampuan sel limfosit yang ditumbuhkan dalam kultur sel jangka pendek yang

mengalami proliferasi klonal ketika dirangsang secara in vitro oleh antigen atau

mitogen (Valentine dan Lederman 2000). Bila sel dikultur dengan senyawa

Page 33: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

16

mitogen, maka limfosit akan berproliferasi secara tidak spesifik. Begitupula, bila

limfosit dikultur dengan antigen spesifik maka limfosit akan berproliferasi secara

spesifik.

Metode yang lebih sederhana untuk penghitungan jumlah sel yang

berproliferasi adalah metode pewarnaan MTT (3-(4,5-Dimethyl-2-thiazolyl)-2,5-

diphenyl-2H-tetrazolium bromide). Prinsip metode MTT adalah konversi MTT

menjadi senyawa formazan yang berwarna ungu oleh aktivitas enzim suksinat

dehidrogenase dari mitokondria sel hidup (Kubota et al. 2003). Reaksi yang

terjadi digambarkan dalam Gambar 3. Jumlah senyawa formazan yang terbentuk

adalah proporsional dengan jumlah sel limfosit yang hidup. Selain dengan

metode MTT, perhitungan sel dapat dilakukan dengan metode pewarna trifan

biru, yang hanya dapat mewarnai jika membran sel telah rusak, sehingga dapat

digunakan untuk membedakan sel hidup dan mati atau rusak. Sel yang hidup

tidak akan berwarna dan berbentuk bulat, sedangkan sel mati akan berwarna

biru dan mengkerut (Bird dan Forrester 1981).

Gambar 3 Mekanisme reaksi MTT menjadi MTT formazan (Kubota et al. 2003)

Beberapa senyawa yang telah diketahui mampu meningkatkan proliferasi

sel limfosit adalah : vitamin C dan E (Budiharto, 1997), ekstrak bawang putih

(Lastari, 1998), ekstrak jahe (Zakaria et al., 1999), ekstrak tanaman cincau hijau

(Pandoyo, 2000) ekstrak air kayu secang (Caesalpinia sappan Linn)

(Puspaningrum 2003), teh daun dan serbuk gel cincau (Cyclea) (Setiawati 2003),

bunga kumis kucing (Orthosimphon stamineus benth) dan bunga knop

(Gomphrena globosa L.) (Aquarini 2005), dan kitooligomer kitin (Hertriyani 2005).

Senyawa-senyawa tersebut bekerja melalui mekanisme menginduksi proliferasi

sel limfosit.

Page 34: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

17

3. Mitogen sebagai Senyawa Pemacu Proliferasi Se l Limfosit

Mitogen adalah sumber ligan polipeptida yang dapat berikatan dengan

reseptor yang terdapat pada permukaan sel. Beberapa mitogen merupakan

faktor pertumbuhan yang mengaktivasi tirosin kinase. Aktivasi tersebut diawali

oleh mitogen yang mengakibatkan adanya urut-urutan sinyal yang berpengaruh

terhadap berbagai faktor transkripsi dan berpengaruh terhadap aktivitas gen di

dalam sel (Decker 2001).

Beberapa molekul pada patogen mampu berikatan dengan molekul

permukaan limfosit yang bukan merupakan reseptor antigen. Jika pengikatan ini

mampu menginduksi limfosit untuk membelah (mitosis), maka molekul tersebut

disebut mitogen. Mitogen menginduksi proliferasi limfosit pada frekuensi tinggi

tanpa memerlukan adanya spesifisitas antigen, disebut dengan aktivasi

poliklonal. Beberapa mitogen hanya mampu menginduksi proliferasi sel B,

beberapa hanya berpengaruh pada sel T, dan ada juga yang mampu

menginduksi keduanya. Beberapa mitogen disebut antigen T-independen, karena

mampu menginduksi sel B untuk mensekresi antibodi tanpa ada bantuan dari sel

Th (Decker 2001).

Lektin pada umumnya adalah mitogen yang merupakan protein yang

berikatan dengan senyawa karbohidrat. Concanavalin A (Con A) dan

fitohemaglutinin (PHA) mempunyai struktur tetramer dengan setiap monomernya

memiliki satu situs pengikat karbohidrat, sehingga dapat mengikat glikoprotein

pada permukaan sel. Pokeweed (PWM) berasal dari tumbuhan pokeweed

(Phytolacca americana). PWM mampu berikatan dengan di-N-asetyl kitobiose

dan mampu menginduksi baik sel B dan sel T (Kuby 1992). Lektin Con A adalah

mitogen asal legum yang bersifat sebagai imunomodulator karena dapat

meransang proliferasi limfosit. Menurut Kresno (1996) sebanyak 50-60% sel

limfosit T mampu memberikan respon terhadap stimulasi dengan mitogen PHA

dan Con A. Lipopolisakarida (LPS) juga mampu berfungsi sebagai mitogen,

tetapi pengaruhnya hanya pada sel B (Kuby 1992). Respon terhadap mitogen

tersebut dianggap menyerupai respon limfosit terhadap antigen, sehingga uji

transformasi dengan ransangan mitogen tersebut banyak dipakai untuk menguji

fungsi limfosit. Stimulasi limfosit dengan antigen maupun mitogen mengakibatkan

berbagai reaksi biokimia di dalam sel, diantaranya fosforilasi nukleoprotein,

Page 35: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

18

pembentukan DNA dan RNA, peningkatan metabolisme lemak dan lain-lain

(Letwin dan Quimby 1987).

Lektin fitohemaglutinin (PHA) adalah protein non enzimatik, berikatan

dengan karbohidrat secara reversibel. Fungsi biologis dari lektin adalah

kemampuan mengenal dan berikatan dengan struktur karbohidrat spesifik,

khususnya berikatan dengan oligosakarida. Lektin dapat berikatan dengan

berbagai sel yang memiliki molekul permukaan berupa glikoprotein atau

glikolipid. Beberapa gugus spesifik lektin telah diidentifikasi seperti mannose,

galaktosa, N-asetilglukosamin, N-asetil galaktosamin, L-fruktosa, dan asam N-

asetilneraminik. Sub unit lektin saling berhubungan satu dengan yang lain melalui

ikatan non kovalen atau ikatan-ikatan disulfida. Beberapa lektin membutuhkan

kation divalen seperti kalsium, magnesium dan mangan untuk berikatan dengan

karbohidrat. Lektin terdiri dari enam famili yang telah dikenal yaitu : lektin legum,

lektin sereal, lektin jenis P, C, S dan pentraxis (Letwin dan Quimby 1987).

D. KULTUR SEL

Kultur sel secara in vitro merupakan suatu cara untuk mengembangbiakkan

atau menumbuhkan sel di luar tubuh hewan atau manusia. Lingkungan atau

bahan makanan untuk pertumbuhan sel secara in vitro diusahakan menyerupai

keadaan sel secara in vivo. Oleh karena itu, diperlukan suatu media

pertumbuhan yang berisi asam-asam amino, vitamin, mineral, garam-garam

anorganik, glukosa dan serum. Peranan serum dalam medium biakan sangat

penting yaitu sebagai nutrien untuk pertumbuhan sel serta fungsinya dalam

pelekatan sel. Serum memberikan hormon-hormon penting, faktor penempel sel

ke matriks tempat sel tumbuh, protein, lipid serta mineral-mineral yang diperlukan

sebagian besar jenis sel untuk tumbuh dan berkembang (Freshney 1994). Sel

yang dikultur dapat berupa suatu galur sel, yaitu populasi sel yang berasal dari

suatu sumber jaringan tertentu yang mengalami pengkulturan lebih lanjut, hingga

mencapai sub kultur.

Ada dua jenis kultur galur sel kanker yaitu kultur yang melekat membentuk

selapis (monolayer) di atas substrat padat, atau sebagai suspensi di media

kultur. Kedua jenis sel ini mempunyai sifat yang berbeda, dimana sel suspensi

tidak memerlukan support atau bahan pembantu untuk menempel, sebaliknya sel

selapis memerlukan support. Sel suspensi biasanya dari hemopoetik, sel darah

Page 36: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

19

atau sel dari tumor malignant, sedangkan sel monolayer biasanya untuk sel-sel

yang berasal dari jaringan (Freshney 1994).

Kultur galur sel kanker yang berasal dari manusia, seperti kultur galur KR-4

(lymphablastoid B) dan sel K562 (chronic myelogenous leukemia) merupakan

jenis sel suspensi, sel HeLa (epithel carcinoma cervix) dan sel A549 (Lung

carcinoma) merupakan jenis sel selapis (jaringan), dapat digunakan untuk

menguji kemampuan bioaktivitas suatu senyawa sebagai anti kanker terhadap

galur-galur sel kanker tersebut. Galur sel dapat dibentuk dari kultur sel langsung

(primer) yang kemudian dikultur kembali (sub kultur). Sel yang dikultur ini

dipelihara terus menerus sampai immortal (tidak bisa mati). Pembentukan sub

kultur dapat menghasilkan sel-sel yang homogen dan tidak memiliki sifat-sifat

diferensiasi. Menurut Freshney (1994) galur sel yang dihasilkan dari kultur sel

primer akan mengalami perubahan antara lain : morfologi (sel lebih kecil, lebih

bulat, kurang erat melekat, perbandingan inti dan sitoplasma lebih besar), cepat

tumbuh karena waktu yang diperlukan untuk tumbuh menjadi lebih pendek,

ketergantungan terhadap serum berkurang, dan mampu berproliferasi. Berikut ini

beberapa deskripsi dari galur sel lestari yang digunakan dalam berbagai

penelitian :

a). Sel K562 (ATCC CCL 243)

Berasal dari dari sel leukimia myelogenous. Memiliki morfologi seperti

limfoblast, sel ini diisolasi oleh Lozzio dan Lozzio dari efusi pleural wanita

berumur 53 tahun yang menderita leukimi a myelogenous kronik, sel ini memiliki

sifat sangat sensitif terharap pengujian sel natural killer, mengepresikan enzim

metabolik xenobiotik, dan tidak berdiferensiasi.

b). KR 4 (ATCC CRL 8658)

Sel KR 4 berasal dari sel lymphoblastoid B manusia (GM 1500 6TG A11;

menghasilkan IgG). Sel ini diperoleh dengan membuat sel tersebut mutagen

dengan perlakuan iradiasi ã tingkat rendah dan diseleksi dengan resistensi

terhadap tioguanin (Kozbor et al.1982).

c). A549 (ATCC CCL 185)

Sel ini berasal dari sel karsinoma paru pria kaukasian berumur 58 tahun

dengan morfologi menyerupai epitelial, sel ini diisolasi dari jaringan tumor

karsinoma manusia. Sel ini memiliki sifat dapat memproduksi lesitin dan

mengepresikan enzim metabolik xenobiotik.

Page 37: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

20

d). HeLa (ATCC CCL 2.2)

Berasal dari kata Henrietta Lacks, yang berasal dari tumor serviks rahim

Helen Lane atau Helen Larson wanita berumur 30 tahun, dengan morfologi

menyerupai epitelial.

E. SIKLUS SEL

Siklus sel adalah perkembangan perubahan selular yang teratur sampai

memasuki tahap pembelahan sel. Bagian yang penting dari siklus sel adalah

enzim cyclin-dependent kinases (Cdk). Ketika Cdk ini diaktifkan maka sel

berpindah fase dari satu fase ke berikutnya dalam siklus sel (G1 ke S atau G2 ke

M) (Schwartz 2005). Siklus sel normal dikendalikan oleh protein siklin, protein

siklin ini adalah kinase yang bekerja mengkatalisis transfer gugus fosfat dari

ATP kepada protein target. Aktivasi kebalikannnya atau defosforilasi protein

dilakukan oleh enzim fosfatase. Proses fosforilasi dan defosforilasi merupakan

mekanisme umum untuk mengatur aktivitas protein. Mekanisme inilah yang

digunakan berulang kali untuk mengatur siklus sel (Becker et al. 2000). Cdk

dalam siklus sel berperan penting dalam mengontrol siklus sel. Perubahan dalam

pengontrolan terhadap proses siklus sel ditemukan pada mayoritas kanker

ganas, oleh karena itu Cdk menjadi target yang menjanjikan untuk terapi anti

kanker (Pennati 2005). Tahapan siklus sel ditampilkan pada Gambar 4 berikut :

Gambar 4 Siklus sel (Becker 2000)

Permulaan Siklus

Pembesaran sel & pembentukan protein baru

Titik pemotongan : Sel menentukan kapan saat menyelesaikan siklusnya.

Replikasi sel

Sel menyiapkan diri untuk membelah

Sel membelah (mitosis)

Page 38: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

21

Ketika sel distimulasi untuk tumbuh, mereka meninggalkan keadaan

diamnya (resting state) dan memasuki satu fase siklus sel yang disebut fase G1

(fase sintesis komponen seluler). Sel berada dalam fase ini kurang lebih 8 jam.

Setelah itu, sel memasuki fase S (fase sintesis DNA), di dalam fase ini replikasi

DNA dimulai dan terus berlangsung sampai terbentuk dua DNA baru. Sintesis

DNA berlangsung lebih kurang 6 jam. Fase selanjutnya adalah fase G2 yang

berlangsung selama 4-5 jam. Fase ini merupakan fase persiapan sebelum sel

membelah. Periode pembelahan disebut fase M atau mitosis, yang berlangsung

selama 1-5 jam dan menghasilkan dua sel baru. Sel-sel kanker pada umumnya

tumbuh secara eksponensial lebih cepat dari sel normal (Slingerland dan

Tannock 1998).

F. KANKER DAN MEKANISMENYA

Kanker merupakan penyakit yang berawal dari kerusakan materi genetika

atau DNA sel. Satu sel yang mengalami kerusakan genetika sudah cukup untuk

menghasilkan jaringan kanker atau neoplasma, sehingga kanker disebut juga

penyakit seluler. Perubahan pada materi genetika atau disebut juga mutasi gen

dapat terjadi melalui berbagai mekanisme. Pertama disebabkan oleh kesalahan

replikasi yang terjadi pada saat sel-sel yang aus digantikan oleh sel-sel baru.

Pada saat pergantian satu sel, terjadi kopi DNA baru yang melibatkan 6 x 109

pasangan basa, yang memberikan peluang kesalahan replikasi. Penyebab kedua

adalah mutasi pada galur sel yang mengalami kesalahan genetika yang

diturunkan dari gen orang tua, sehingga menghasilkan gen yang termutasi.

Mekanisme kerusakan materi genetika sel yang ketiga disebabkan oleh adanya

faktor dari luar, atau faktor eksternal yang dapat mengubah struktur DNA, yaitu

virus, infeksi berkelanjutan, polusi udara, radiasi dan bahan-bahan kimia asing

yang tidak diperlukan oleh tubuh (Zakaria 2001). Beberapa karsinogen kimia,

radiasi, virus dan hormon menginduksi terjadinya kanker, karena faktor-faktor

tersebut dapat menyebabkan perubahan struktur DNA atau mutasi gen yang

dapat menghasilkan sel kanker (Dalimartha 1999).

Kanker dapat terjadi karena mutasi pada gen spesifik molekul DNA yang

disebut sebagai onkogen. Onkogen terdiri atas dua grup yaitu gen yang

mengontrol pertumbuhan dan gen yang menekan pertumbuhan tumor. Grup

yang pertama bekerja untuk mengontrol pembelahan sel (perkembangan sel),

yang kedua mempunyai kemampuan untuk menghentikan sel-sel kanker. Kanker

Page 39: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

22

terjadi ketika kedua jenis gen di atas mengalami mutasi dan tidak berfungsi

dengan benar (Michael dan Doherty 2005). Mekanisme yang mengatur

pertumbuhan, differensiasi dan kematian sel adalah fosforilasi protein. Proses

fosforilasi protein diatur oleh golongan enzim kinase. Mutasi pada kinase yang

disandikan dalam onkogen antara lain dapat menyebabkan terjadinya

pembelahan sel lebih cepat. Kinase dan fosfatase merupakan menjadi senyawa

yang penting pada jalur metabolisme. Perubahan aktivitas enzim kinase yang

tidak terkontrol berperan penting pada terbentuknya tumor (Michael dan Doherty

2005).

Setiap sel tumor dilengkapi dengan molekul permukaan yang aktif,

berfungsi antara lain sebagai reseptor berbagai ligan, misalnya reseptor faktor

pertumbuhan, reseptor sitokin, dan molekul adhesi sel (Zeromski 2002). Hasil

interaksi ligan dan reseptor tersebut menghasilkan perubahan pada pertumbuhan

sel tumor dan penyebarannya. Reseptor ini bertindak sebagai komponen kimia

yang diketahui sebagai faktor pertumbuhan dan keberadaannya menyebabkan

pembelahan sel. Gen yang termutasi akan menghasilkan banyak reseptor-

reseptor pada membran sel yang menyebabkan faktor pertumbuhan semakin

banyak, kondisi tersebut dapat menyebabkan terjadinya pembelahan sel lebih

cepat (Zeromski 2002).

Menurut Miller (2005), tahap-tahap penting pembentukan sel kanker adalah

: a) inisiasi, yaitu terjadinya perubahan pada DNA atau mutasi gen yang

sebabkan oleh berbagai faktor, b) promosi yang meliputi perkembangan sel dan

perubahan menjadi sel tumor premalignant, c) progresi dan invasi (penyusupan

ke jaringan sekitar), d) metastasis yaitu penyebaran melalui pembuluh darah dan

pembuluh getah bening. Tahap penyebaran sel kanker dimulai ketika sel -sel

individu dari lokasi asal memi sah dan memasuki aliran darah untuk menemukan

tempat baru untuk berkembang di dalam tubuh.

Zeromski (2002) mengemukakan bahwa pertumbuhan yang malignant

ditentukan oleh enam perubahan dalam fisiologi sel yang perkembangannya

menghasilkan perubahan genotip sel, antara lain: a) sel kekurangan sinyal-sinyal

untuk mengontrol pertumbuhan, b) sel tidak sensitif terhadap sinyal-sinyal

penghambatan pertumbuhan, c) sel menghindari program kematian sel

(apoptosis), d) potensi replikasi yang tidak terbatas, e) angiogenesis yang

berkesinambungan, dan f) invasi jaringan dan metastasis.

Page 40: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

23

Pada sel normal, sel hanya akan membelah diri bila tubuh

membutuhkannya, seperti mengganti sel-sel yang rusak atau mati. Sebaliknya

sel kanker akan membelah diri meskipun tidak dibutuhkan sehingga terjadi

kelebihan sel-sel baru. Kanker dapat tumbuh di semua jaringan tubuh, seperti

kulit, sel hati, sel darah, sel otak, sel lambung, sel usus, sel paru, sel saluran

kencing, dan berbagai macam sel tubuh lainnya. Jenis kanker yang berbeda

memiliki perbedaan bagian tubuh yang ditempati, tergantung tempat yang

memiliki afinitas baik untuk ditempati. Oleh karena itu, dikenal bermacam-macam

jenis sel kanker menurut sel atau jaringan asalnya. Secara umum kanker

menyebabkan lemahnya tubuh karena nutrisi yang tersedia digunakan sel kanker

untuk bermetastase. Secara spesifik, kanker dapat menyebabkan antara lain : a)

malnutrisi, karena monopoli neoplasma terhadap zat gizi tertentu, b) kehilangan

darah akibat erosi epitel atau permukaan-pemukaan lain sehingga terjadi

pendarahan, c) nekrosis jaringan akibat defisiensi gizi, rusaknya organ dan

inflamasi d) penyerangan tumor pada organ vital sehingga menurunkan

fungsinya, e) gangguan saluran organ vital disertai menurunnya fungsi organ

atau terjadinya infeksi, f) efek toksik, terutama pada sistem syaraf pusat atau

periferal, g) efek sekresi, baik hormon yang sesuai maupun tidak (Braustein

1987).

G. MEKANISME ANTI KANKER

1. Beberapa Mekanisme Anti Kanker Senyawa Alami dan Sintesis

Beberapa mekanisme anti kanker dari bahan-bahan alami telah di laporkan

oleh banyak peneliti. Berbagai mekanisme yang berbeda dari beberapa jenis sel

kanker yang diteliti diuraikan berikut ini. Shunji et al. (2004) melaporkan

mekanisme anti kanker dari senyawa smenospongin yang berasal dari spong laut

terhadap sel K562. Hasil analisis terhadap siklus sel menunjukkan pemberian

smenospongin selama 24 jam mampu menghambat fase G1 pada siklus sel,

smenospongin juga ditemukan dapat menghambat fosforilasi substrat tirosin

kinase.

Park et al. (2004) melaporkan mekanisme anti kanker dari komponen

kitosan larut air (WSCO) selama 6 dan 8 hari terhadap sel HL-60 yang

menunjukkan terjadinya apoptosis pada sel HL-60 yang diuji dengan metode

elektroforesis gel agarosa. Hasil pengukuran dengan flow cytometry terhadap sel

Page 41: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

24

dalam beberapa tahap siklus sel menunjukkan adanya peningkatan proporsi

tahap G(0)/G(1). Hasil flow cytometry juga menunjukkan telah terjadi differensiasi

sel HL-60 menjadi sel serupa granulosit. Shen (2002) juga melakukan analisis

flow cytometry untuk mengetahui persentasi fase S pada siklus sel yang sangat

direduksi ketika sel sel kanker ASG diberikan kitosan larut air (WSC). Hasil

penelitian ini juga menemukan protein pengatur metastasis (MMP-2 dan MMP-9)

dapat dihambat pada sel-sel kanker ASG yang diberikan WSC.

Makkar (2002) melaporkan mekanisme anti kanker dari pektin sitrus

termodifikasi (MCP), yang merupakan jenis serat berkarbohidrat larut air yang

berasal dari buah sitrus. MCP ini spesifik menghambat protein galektin-3 yang

berikatan dengan karbohidrat pada pertumbuhan tumor dan proses metastasis

secara in vivo. Pengujian dilakukan pada uji penghambatan pembentukan

pembuluh kapiler oleh human umbilical vein endothelial cells (HUVECs) di dalam

Matrigel. Mekanisme anti kanker ditunjukkan dengan penghambatan terhadap

karbohidrat yang memediasi pertumbuhan tumor, menghambat angiogenesis dan

metastasis secara in vivo.

Quersetin merupakan jenis senyawa flavonoid yang banyak ditemukan

pada buah-buahan dan sayuran. Hasil penelitian Yoshida et al. (2005)

menemukan bahwa quersetin memiliki aktivitas anti tumor terhadap sel HeLa.

Fenomena anti tumor dilaporkan terjadi secara apoptosis pada sel hela yang

dikultur bersama senyawa quersetin.

Pathya et al. (2004) melaporkan aktivitas anti tumor dari senyawa allisin

yang terdapat pada bawang putih. Allisin ditemukan menginduksi aktivasi sinyal

ekstraselular terhadap enzim kinase pada sel-sel mononuklir sehingga dapat

mengaktivasi dan memperkuat sistim imun. Arditti et al. (2005) juga melaporkan

aktivitas allisin sebagai anti kanker terhadap sel B chronic lymphocytic leukemia

dengan mekanisme apoptosis.

Obat-obatan anti inflamasi non steroidal yang berkerja sebagai inhibitor

siklooksigenase-2 (COX-2) cukup menjanjikan untuk digunakan sebagai obat anti

kanker di masa depan, karena berdasarkan studi epidemiologi dan klinis terbukti

dapat menstimulasi terjadinya apoptosis pada berbagai galur sel kanker dan

menghambat terjadinya proses angiogenesis. Mekanisme kerja yang ditunjukkan

tersebut membantu menekan pertumbuhan tumor dan proses transformasi tumor

malignan (Thun et al . 2002).

Page 42: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

25

2. Apoptosis

Apoptosis adalah kematian sel terprogram, yaitu terjadinya kematian sel

secara terorganisir. Beberapa ciri morfologi sel yang mengalami apoptosis antara

lain mengalami lisut, kondensasi kromatin, dan fragmentasi DNA (Tyler et al.

1995). Proses apoptosis sel menunjukkan peristiwa degradasi kromatin menjadi

fragmen-fragmen kecil yang terdiri atas beberapa pasang DNA. Fragmentasi

DNA terjadi sebelum lisis dan diduga akibat endonuklease dalam nukleus sel

sendiri, sehingga serupa dengan proses bunuh diri (Tyler et al. 1995). Apoptosis

sangat berbeda dengan nekrosis jaringan yang disebabkan oleh adanya luka

yang akut. Tahap yang dibutuhkan untuk apoptosis adalah : a) kondensasi inti sel

dan pecah menjadi potongan-potongan, b) kondensasi dan fragmentasi

sitoplasma menjadi membran yang mengikat badan apoptotik, dan c) pemecahan

kromosom menjadi fragmen yang mengandung sejumlah nukleosom (Tyler et

al.1995).

Secara alamiah sel mengalami apoptosis dengan tujuan untuk : a)

memperbaiki organisme selama perkembangan embrio, b) metamorfosis dan

atrophy jaringan, c) mengatur jumlah total sel, d) pertahanan dan mengeliminir

sel yang tidak diinginkan atau berbahaya, misalnya sel-sel tumor, sel yang

terinfeksi virus, atau sel-sel karena penyakit autoimun (Jakubowski 2000, Reed

1999). Apoptosis memerlukan sinyal-sinyal untuk menginduksi proses apoptosis.

Sinyal-sinyal tersebut dapat berupa sinyal ekstraseluler seperti: hormon, sinyal

faktor pertumbuhan, dan kontak antara sel. Sinyal juga dapat berupa sinyal

intraseluler, yaitu : infeksi virus dan kerusakan oksidatif dari radikal bebas

(Bannerji et al. 2003).

Sel kanker dapat mengalami apoptosis melalui interaksi pada permukaan

selnya dengan sel-sel imun. Salah satu tugas sel imun adalah menghancurkan

sel yang berubah misalnya karena terinfeksi virus atau menjadi sel tumor.

Aktivasi limfosit seperti Sel T sitotoksik atau Natural killer (NK) mengakibatkan

sel-sel tersebut dapat mengenali sel targetnya dan membunuh sel-sel tersebut

dengan beberapa cara, termasuk apoptosis. Sel NK dapat berikatan dengan sel

target (misalnya sel yang terinfeksi virus) dan mensekresi perforin ke dalam

membran sel target. Protein-protein yang dilepaskan oleh sel NK dapat

memasuki sel target melalui pori-pori dan memulai apoptosis. (Jakubowski

2000). Tahap akhir apoptosis adalah penangkapan sel yang telah terfragmentasi

Page 43: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

26

oleh sel-sel fagositik seperti makrofag (Bannerji 2003, Jakubowski 2000, Reed

1999).

3. Anti Protease

Protease memiliki banyak fungsi menguntungkan yang menunjukkan peran

sangat esensial untuk kehidupan, tetapi protease yang tak terkontrol dapat

berbahaya. Inhibitor protease di alam memiliki banyak bentuk, mereka tersebar

luas di benih tanaman, umumnya pada legum. Inhibitor protease di benih

bertindak sebagai penghambat sistim percernaan serangga. Beberapa bakteri

memproduksi anti protease untuk membantu mereka agar mampu bertahan pada

saluran pencernaan seperti ecotin pada Escherichia coli yang efektif bertahan

terhadap berbagai protease pankreas. Inhibitor protease juga memiliki nilai nutrisi

seperti Bowman-Birk inhibitor (BBI) dari kedelai yang juga memiliki peranan

dalam pencegahan tumourigenesis (Dowall 2003). Menurut Wan et al. (1999)

penghambatan protease dari BBI dapat terjadi melalui mekanisme pencegahan

ekspresi protein neu dari sel yang premalignan dan malignan. Pencegahan

ekspresi ini disebabkan terjadinya proses pemecahan protein neu yang

ekspresikan oleh sel malignan pada permukaan selnya

Serin protease adalah enzim pendegradasi protein yang dihasilkan oleh

sel-sel tumor untuk menembusi matriks ekstraselular, sehingga berperan

membantu membebaskan sel-sel tumor dari lokasi asalnya. Adanya beberapa

studi tentang senyawa anti serin protease yang bertindak sebagai anti kanker

telah dilakukan oleh Buamah dan Sidlen (1985) yang meneliti tentang

konsentrasi protease yang meningkat pada pasien penderita kanker pankreas.

Menurut Curacyte (2003) telah ditemukan inhibitor bagi matriptase yang

merupakan mediator penting untuk mendegradasi matriks ekstraseluler dan

proses ini berperan penting selama terjadinya proses metastasis. Menghambat

matriptase yang diproduksi oleh sel-sel tumor dapat mencegah metastasis tumor

dan perluasan pertumbuhan sel-sel tumor di tempat lainnya. Oberst et al. (2002)

melaporkan matriptase yaitu jenis enzim golongan serin protease transmembran

yang terdapat pada permukaan sel-sel tumor ovarian epitelial, matriptase ini

menghidrolisis dan mengaktivasi protein yang berhubungan dengan

perkembangan kanker ovarian oleh karena itu matriptase memiliki potensi untuk

digunakan sebagai target terapi kanker ovarian.

Page 44: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

27

Adanya pelepasan tripsin ditemukan dalam berbagai tumor seperti ovarian

dan colorectal carcinomas. Oleh karena itu tripsin diduga memiliki peranan pada

pembentukan tumor atau proses metastasis, karena tripsin nampaknya penting

bagi sel kanker untuk menginvasi jaringan normal, memasuki pembuluh darah

dan saluran limfatik (De Fea 2001). Proses tersebut merupakan tahap kritis pada

tahap metastasis sel kanker.

Page 45: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada beberapa laboratorium, yaitu :

laboratorium Mikrobiologi dan Biokimia pada Pusat Penelitian Ilmu Hayati dan

Bioteknologi Institut Pertanian Bogor, laboratorium Imunologi, Kultur jaringan,

Embriologi, Histologi serta laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran Hewan

Institut Pertanian Bogor. Penelitian penunjang dilaksanakan pada laboratorium

Kimia Balai pasca panen Balitbio Bogor dan laboratorium Material Sains FMIPA

Universitas Indonesia. Penelitian ini berlangsung mulai bulan Juni 2004 sampai

dengan Juli 2005.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Kitosan dengan derajat

deasetilasi 85% (DD85) diperoleh dari Sigma Chemical Co.(C3646-25G

014K0674). Kitosan tersebut berasal dari kulit udang. Kitosan dengan derajat

deasetilasi 70% (DD70), dalam bentuk terlarut (1%), merupakan produk hasil

penelitian Rochima (2005). Kitosan dengan derajat deasetilasi 90% dan 100%

(DD90 dan DD 100), dalam bentuk terlarut (1%) diperoleh dari Seikagaku

Co.(Tokyo, Jepang).

Isolat bakteri Bacillus licheniformis (MB2) yang berasal dari sumber air

panas di Tompaso (Manado) Sulawesi Utara, telah dipilah sebagai penghasil

enzim kitosanase ekstraseluler merupakan koleksi dari Laboratorium Mikrobiologi

dan Biokimia Pusat Penelitian Ilmu Hayati dan Bioteknologi Institut Pertanian

Bogor.

Presipitasi enzim dilakukan menggunakan amonium sulfat teknis.

Pemurnian enzim kolom kromatografi hidrofobik dilakukan menggunakan matriks

Butyl Sepharose 4-Fast Flow yang diperoleh dari Sigma Chemical Co.

Oligomer kitosan (D-glukosamin, dimer sampai heksamer) yang digunakan

sebagai standar dalam analisis dan fraksinasi HPLC diperoleh dari Seikagaku

Co.(Tokyo, Jepang). Identifikasi komponen kitooligomer dilakukan menggunakan

HPLC dengan detektor UV model 440 dual lamdha.

Pengujian immunoenhancer secara in vitro menggunakan kultur sel limfosit

yang diisolasi dari darah responden laki-laki yang sehat. Galur sel kanker uji

Page 46: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

29

yang digunakan adalah : KR4 (lymphablastoid B) yang merupakan koleksi US

NAMRU 2, K562 (chronic myelogenous leukimia), HeLa (epytheloid carcinoma

cervix) dan galur sel A549 (lung carcinoma) yang merupakan koleksi

laboratorium Kultur Jaringan FKH IPB.

Media untuk bakteri diperoleh dari Oxoid. Ltd. Media RPMI 1640 untuk

kultur sel limfosit diperoleh dari Sigma Chemical Co dan Dulbecco’s modified

eagle’s medium (DMEM) untuk medium kultur sel kanker diperoleh dari Gibco

Ltd. HEPES, penicillin, streptomycin, MTT and Fetal bovine serum (FBS)

diperoleh dari Sigma Chemical Co. Mitogen Concanavalin A dan Pokeweed

diperoleh dari Sigma Chemical Co.

Sentrifus sel menggunakan alat sentrifus jenis swing dengan tipe CR412

dari Jouan. Perhitungan jumlah sel dengan metode trifan biru menggunakan

mikroskop dari Zeiss ID03 (Germany) dengan pembesaran 100 kali. Pengamatan

dan foto sel menggunakan inverted microscope tipe 1X70 dari Olympus dengan

pembesaran lensa obyektif 100 kali. Pembacaan absorbansi jumlah sel

menggunakan alat Microplate reader Benchmark dari Bio-Rad. Pengamatan

Scanning electron Microscope (SEM) menggunakan alat JSM-531OLV dari

JEOL.

Fluorochrome-bis-benzimide trihydrochloride (Hoechst 33342) yang

digunakan sebagai pewarna fluoresens untuk pengujian apoptosis sel diperoleh

dari Biomedical Inc (Ohio). Pengamatan dan foto apoptosis menggunakan

mikroskop fluoresens Nikon Eclipse E600 (Japan) dengan pembesaran lensa

obyektif 400 kali.

Substrat kolagen dan enzim tripsin (EC 3.4.21.4) yang berasal dari

pankreas sapi, digunakan untuk pengujian aktivitas enzim protease yang

diperoleh dari Sigma Chemical Co.

C. Diagram Alir Penelitian

Alur penelitian yang telah dilakukan digambarkan secara skema dalam

diagram alir 1 dan 2 berikut ini :

Page 47: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

30

Gambar 5. Diagram alir proses produksi senyawa-senyawa kitooligomer

Hidrolisat Fbsp 1& 3 jam Preparat FbsMn 0.0085 IU/mg

Tepung kitin(Rajungan)

Proses deasetilase (NaOH)

Penambahan NaCl

Kitosan koloidal

Produksi enzim

Enzim kasar

B. licheniformis MB2

Pemanasan 60oC, 20 menit

Presipitasi Amonium sulfat 80% Jenuh

Pemurnian dgn kolom hidrofobik (HLC)

Analisis aktivitas dan kadar protein enzim

Hidrolisat : AS 0.005; 0.0085;

0.10 & 0.17

Deteksi kemurnian, (SDS PAGE & silver staining)

Pengumpulan fraksi enzim hasil pemurnian

Preparat enzim murni 0.0085 IU/mg kitosan

Kitosan terlarut 1%

Senyawa-senyawa kitooligomer

Page 48: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

31

Gambar 6. Diagram alir aplikasi dan telaah mekanisme anti kanker senyawa-senyawa kitooligomer

D. Metode Penelitian

Penelitian ini terdiri dari 4 (empat) bagian utama yaitu :

1. Kajian Produksi senyawa-senyawa kitooligomer yang bersifat bioaktif secara

enzimatik, pada kegiatan ini dilakukan produksi enzim kitosanase, dilanjutkan

dengan studi kondisi produksi senyawa-senyawa kitooligomer dengan

menggunakan metode inkubasi langsung enzim dan substrat. Preparat enzim

kasar, pekatan amonium sulfat dan enzim murni, masing-masing pada

berbagai konsentrasi enzim, derajat deasetilasi substrat dan waktu inkubasi

digunakan sebagai preparat enzim dalam produksi senyawa-senyawa

kitooligomer.

2. Fraksinasi senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat hasil reaksi

enzimatik dengan tujuan untuk memperoleh fraksi-fraksi kitooligomer tertentu

(monomer sampai heksamer).

Kerusakan membran

Pengujian Proliferasi Sel kanker

Pengujian Proliferasi Sel Limfosit

Pengujian potensi anti kanker

Inhibitor protease Apoptosis

Senyawa-senyawa Kitooligomer

Fraksinasi

Mono - Heksamer

Kandungan protein dan asam nukleat supernatan sel

SEM Mikroskop fluorosens (Hoechts staining)

Penghambatan Aktivitas Serin Protease

Page 49: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

32

3. Kajian aktivitas senyawa-senyawa kitooligomer terhadap proliferasi sel limfosit

dan sel kanker, melalui pengujian aktivitas proliferasi limfosit dan proliferasi

sel-sel kanker secara in vitro.

4. Kajian potensi anti kanker melalui :

a. Analisis terjadinya kematian sel akibat apoptosis dengan metode -

pewarnaan sel dengan agen fluorosens (Hoechts staining).

b. Analisis kerusakan membran sel melalui pengukuran konsentrasi protein

(absorbansi 280 nm) dan asam nukleat (absorbansi 260 nm) pada

supernatan kultur sel, kemudian konfirmasi dengan pengamatan Scanning

Electron Mycroscop (SEM).

c. Analisis aktivitas penghambatan enzim serin protease (inhibitor serin

protease)

1. Produksi Enzim Kitosanase

Enzim kitosanase dihasilkan melalui beberapa tahap yang meliputi :

pembuatan tepung kitosan dari tepung kitin, pembuatan kitosan koloidal sebagai

substrat, persiapan media, persiapan isolat B. Licheniformis yang digunakan

sebagai starter, dan produksi enzim pada kondisi optimumnya. Enzim fraksi

supernatan bebas sel diproses lebih lanjut dengan pemanasan pada 60 oC

selama 20 menit. Enzim fraksi amonium sulfat diperoleh melalui proses

pengendapan menggunakan garam amonium sulfat dengan konsentrasi 80%

jenuh, sedangkan enzim murni dihasilkan melalui kolom kromatografi interaksi

hidrofobik.

Pembuatan Tepung Kitosan dari Tepung Kitin. Pembuatan tepung

kitosan dilakukan secara kimia (Kolodziejska et al. 2000). Tepung kitin sebanyak

10 g dicampurkan dengan 100 ml larutan NaOH 50%, lalu dipanaskan 100oC

selama 60 menit. Setelah itu dilakukan pencucian dengan air sampai mencapai

pH netral. Pengeringan dilakukan menggunakan oven suhu 60oC selama 48 jam

sehingga diperoleh tepung kitosan.

Pembuatan Kitosan Koloidal. Tepung kitosan dicampurkan dengan 20

kali volume HCl pekat, dilarutkan dan disimpan selama semalam pada suhu

dingin. Air dingin sebanyak 10 kali berat kitosan ditambahkan dan difiltrasi

dengan glass wool, setelah itu ditambahkan NaOH 12 N dan ditepatkan pHnya

sampai 7.0. Kemudian disentrifus 7000 rpm selama 20 menit, ditambahkan air

Page 50: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

33

dingin, disentrifus kembali pada 7000 rpm selama 20 menit. Koloidal kitosan

yang diperoleh disimpan pada suhu dingin (Arnold dan Solomon 1986).

Produksi Enzim Fraksi Supernatan Bebas Sel (Fbs). Isolat bakteri

Bacillus licheniformis MB2 ditumbuhkan pada media cair yang mengandung

kitosan terlarut 1%, MgSO4 0.5%, KH2PO4 0.3%, K2HPO4 0.7%, yeast extract

0.25%, dan casitone 0.25%. Biakan diinkubasi pada inkubator berpenggoyang

(120 rpm) suhu 55oC selama tujuh hari (Chasanah 2004). Biakan disentrifugasi

dingin pada kecepatan 10.000 rpm selama 15 menit. Supernatan mengandung

enzim ekstrak kasar dipisahkan dari endapannya untuk digunakan dalam tahap

selanjutya.

Produksi Enzim Fraksi Amonium Sulfat (AS 80). Enzim fraksi amonium

sulfat 80% jenuh diperoleh dengan menambahkan garam amonium sulfat teknis

sebanyak 561 g ke dalam 1 liter enzim supernatan bebas sel sedikit demi sedikit

sambil dilakukan pengadukan secara perlahan. Homogenat disimpan selama

semalam dalam ruang berpendingin dengan suhu 4oC, kemudian disentrifus

dingin (4oC) 10.000 rpm selama 15 menit. Bagian supernatan dibuang

sedangkan endapan diambil dan dilarutkan ke dalam bufer fosfat 0.5 M (pH 6.0)

sebanyak 10 ml yang dinyatakan sebagai pekatan enzim fraksi amonium sulfat.

Produksi Fraksi Enzim Murni (EM). Enzim murni dihasilkan dengan teknik

kromatografi kolom hidrofobik (Chasanah 2004). Proses pemurnian di awali

dengan pemberian amonium sulfat 30% pada supernatan bebas sel. 75 ml

supernatan tersebut dimasukkan pada kolom hidrofobik bermatriks butil separose

yang sebelumnya telah di-ekuilibrasi dengan bufer fosfat 0.05 M (pH 6.0) yang

juga mengandung amonium sulfat 30% (bufer A). Elusi dilakukan menggunakan

bufer fosfat 0.05 M (pH 6.0), yang ditempatkan dalam bejana berhubungan, yang

masing-masing tabungnya berisi bufer fosfat dengan konsentrasi amonium sulfat

15 dan 0%, dengan laju alir 2 ml/jam. Volume fraksi yang ditampung masing-

masing sebanyak 3 ml. Selanjutnya dilakukan pengukuran kadar protein pada

panjang gelombang 280 nm dan aktivitas kitosanase pada panjang gelombang

420 nm pada tiap fraksi. Penggunaan SDS-PAGE dengan pewarnaan perak

dilakukan untuk mendeteksi kemurnian enzim. Fraksi dengan posisi pita yang

sama kemudian dikumpulkan dan digunakan untuk produksi senyawa-senyawa

kitooligomer.

Page 51: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

34

Pengukuran Aktivitas Kitosanase. Aktivitas kitosanase diuji dengan

metode Yoon et al. (2000) yang dimodifikasi. Kitosan koloidal 1%, bufer fosfat

0.05 M (pH 6.0), dan larutan enzim kitosanase (filtrat bebas sel) masing-masing

sebanyak 100 ìl diinkubasi pada suhu 55oC selama 30 menit. Reaksi dihentikan

dengan inkubasi pada suhu -10oC selama 15 menit. Jumlah gula reduksi

ditentukan dengan metode Schales dengan glukosamin sebagai standar (Uchida

dan Ohtakara 1998). Sebanyak 200 ìl campuran reaksi ditambahkan 1 ml

pereaksi Schales dan 800 ìl akuades, Setelah ditutup dengan aluminium foil,

tabung yang berisi campuran reaksi dipanaskan pada 100oC selama 15 menit,

disentrifus pada 3000 x g selama 10 menit. Absorbansi supernatan dibaca

dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm. Blanko berisi

pereaksi Schales dan akuades sebagai pengganti larutan sampel.

Satu unit aktivitas kitosanase didefinisikan sebagai jumlah enzim yang

menghasilkan 1 ìmol glukosamin per menit. Penentuan konsentrasi glukosamin

sampel berdasarkan kurva standar glukosamin. Nilai konsentrasi glukosamin

(ìg/ml) dalam sampel dimasukkan ke dalam rumus untuk menghitung aktivitas

enzim seperti di berikut ini :

Aktivitas A B 1 *konsentrasi 1 Enzim = x x x glukosamin x (U/ml) B C waktu inkubasi (ìg/ml) BM glukosamin

Keterangan :

A = Volume awal enzim, substrat dan bufer yang direaksikan (ìl)

B = Volume reaksi yang diambil untuk diukur jumlah glukosamin (ìl)

C = Volume enzim yang digunakan dalam pengujian aktivitas enzim (ìl)

Waktu inkubasi = 30 menit

Berat molekul (BM) Glukosamin = 215.6 g/mol

*Konsentrasi glukosamin yang dimasukkan ke dalam rumus adalah konsentrasi

glukosamin sampel dikurangi konsentrasi glukosamin kontrol dan blanko.

Pengukuran Kadar Protein. Kadar Protein dalam sampel enzim dianalisis

berdasarkan metode Bradford (1976) menggunakan Bovine serum albumin

(BSA) pada kisaran konsentrasi 0 – 100 ìg/ml sebagai standar protein.

Campuran reaksi mengandung 0.1 ml sampel, 1 ml akuades dan 1 ml pereaksi

Bradford. Setelah campuran reaksi dihomogenkan, absorbansi dibaca pada

Page 52: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

35

panjang gelombang 595 nm. Blanko berisi pereaksi Bradford dan akuades

sebagai pengganti larutan sampel.

Elektroforesis dan Pewarnaan Perak. Elektroforesis dan pewarnaan

perak dilakukan untuk mendeteksi kemurnian enzim yang paling tinggi dari fraksi

hasil kolom kromatografi hidrofobik. Elektroforesis menggunakan gel

poliakrilamida-sodium dodesil sulfat (SDS-PAGE), dengan konsentrasi gel

pemisah poliakrilamida 10% dan gel penahan poliakrilamida 4% (Bollag dan

Edelstein 1991). Sampel fraksi-fraksi hasil pemurnian enzim sejumlah 20 ìl

terlebih dahulu diinkubasi selama 5 menit pada temperatur 55oC dalam bufer

sampel (5 ìl bufer sampel tanpa â-mercaptoetanol). Selanjutnya dilakukan

Loading sampel pada tiap sumur gel, kemudian proses elektroforesis dilakukan

dengan kondisi tegangan listrik 100 Volt dan arus sebesar 100 mili Amper.

Setelah selesai, gel difiksasi dengan larutan fiksasi (metanol 25% dan asam

asetat 12%) selama semalam. Perendaman gel selanjutnya diganti dengan

larutan etanol 50%, 30%, 30% masing-masing selama 20 menit. Selanjutnya

perendaman diganti dengan larutan enhancer (0.1 gram Na2S2O3 dalam 500 ml

akuabides) selama satu menit. Setelah gel dicuci dengan akuabides sebanyak

tiga kali masing-masing selama 20 detik, gel diwarnai dengan larutan perak nitrat

(HgNO3 dalam formaldehid) yang dilakukan selama 30 menit. Terakhir larutan

perendam gel diganti dengan larutan Na2CO3 dalam formaldehid selama 10

menit. Kemudian dilakukan penghentian reaksi dengan larutan fiksasi (Bollag dan

Edelstein 1991).

2. Produksi Senyawa-senyawa Kitooligomer

Senyawa-senyawa kitooligomer diproduksi dari kitosan terlarut 1% DD70%,

DD85%, dan DD90% yang dipersiapkan sebagai berikut : Kitosan sebanyak 0.5

gram ditambahkan asam asetat 1M sebanyak 4.5 ml, lalu disuspensikan dalam

20 ml air bebas ion dan diaduk sampai homogen selama tiga jam. Larutan

ditambahkan sodium asetat 0.05 M sampai mencapai pH 6.0 kemudian

ditepatkan volumenya menjadi 50 ml dengan bufer asetat 0.05 M (pH 6.0) (Yoon

et al. 2000).

Berbagai preparat enzim yang digunakan yaitu : preparat enzim kasar,

berasal dari hasil pemanasan supernatan bebas sel pada suhu 60oC selama 20

menit, konsentrasi enzim yang digunakan adalah 0.0085 Unit per miligram

Page 53: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

36

kitosan, preparat amonium sulfat (hasil pemekatan enzim dengan amonium sulfat

80% jenuh) menggunakan konsentrasi enzim sebesar 0.005, 0.0085, 0.10, dan

0.17 Unit per miligram kitosan. Preparat enzim murni dari hasil pemurnian

dengan kolom kromatografi hidrofobik menggunakan konsentrasi enzim sebesar

0.0085 Unit per miligram kitosan.

Reaksi hidrolisis enzim dengan substrat dilakukan pada suhu 700C (suhu

optimum enzim) selama 1, 2, dan 3 jam. Reaksi enzimatik dihentikan dengan

cara pendidihan selama 10 menit. Setelah itu hidrolisat kitooligomer disentrifus

dan dipekatkan sampai setengah volume awal. Sampel senyawa-senyawa

kitooligomer yang akan diuji aktivitas proliferasi sel limfosit dan anti proliferasi sel

kanker kemudian diencerkan dan disterilisasi dingin dengan filter membran

ukuran 0.2 mikron.

3. Identifikasi dan Fraksinasi Komponen Kitooligomer

Produk hasil hidrolisis berbagai preparat enzim dan substrat diidentifikasi

pada tahap awal berdasarkan konsentrasi glukosamin yang dihasilkan. Tahap

selanjutnya dilakukan identifikasi dengan alat HPLC (High Performance Liquid

Cromatography). Sampel senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat

sebelum dianalisis dengan HPLC terlebih dahulu disentrifus untuk

menghilangkan pengotor-pengotor yang dapat mempengaruhi pembacaan alat

HPLC.

Identifikasi dan fraksinasi dengan HPLC menggunakan kolom karbohidrat

(Waters) sebagai fase diam, dan pelarut asetonitril 60% dalam air sebagai fase

gerak. Deteksi dilakukan berdasarkan waktu retensi, dengan detektor UV model

440 dual lamdha. menggunakan volume injeksi sampel sebanyak 20 ìl dan laju

alir 1ml/menit. Sebagai standar digunakan senyawa kitooligomer campuran dari

Seikagaku Japan, dengan unit monomer sampai heksamer pada konsentrasi 25

mg/ml. (Jeon dan Kim 2000; Chasanah 2004).

4. Pengujian Aktivitas Senyawa-senyawa Kitooligomer terhadap Proliferasi Sel Limfosit

a. Persiapan Media Kultur Sel dan Sampel Hidrolisat Kitooligomer

Media untuk kultur dan pemeliharaan sel menggunakan RPMI-1640 bubuk

sebanyak 10.4 gram dan dilarutkan dalam air deionisasi sampai volume 1(satu)

liter. Kemudian ditambahkan NaHCO 3 2 gram, Glutamin 2 mM sebanyak 10 ml

Page 54: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

37

dan antibiotik penisilin-streptomisin 0.2%, kemudian dilakukan sterilisasi dingin

dengan membran steril berukuran 0,22 ìm. Jika digunakan sebagai media

pertumbuhan, komposisi medium ditambahkan 10% FBS steril (Zakaria 1997).

Persiapan sampel dilakukan untuk menguji aktivitas proliferasi sel limfosit

oleh senyawa-senyawa kitooligomer, yaitu terlebih dahulu ditetapkan besarnya

konsentrasi hidrolisat senyawa-senyawa kitooligomer yang akan digunakan. Dari

hasil pengujian pendahuluan terhadap aktivitas proliferasi sel limfosit, diperoleh

konsentrasi yang cukup baik pada nilai 17 ìg/ml kultur, sehingga semua sampel

diuji pada besaran nilai konsentrasi yang sama yaitu 17 ìg/ml kultur. Sampel-

sampel yang digunakan adalah beberapa hidrolisat enzimatik yang berasal dari

reaksi dengan berbagai konsentrasi enzim per miligram kitosan, senyawa-

senyawa kitooligomer murni, kitosan (DD 70%, 85%, 90% dan 100%)

glukosamin, enzim, mitogen Concanavalin A dan Pokeweed, dan senyawa 2-

Bromo deoksi uridin.

b. Isolasi sel limfosit

Limfosit manusia diisolasi dari darah perifer dengan sentrifugasi

berdasarkan perbedaan densitas larutan ficoll-hypaque sebesar 1.77 ± 0.001

g/ml. Pertama dilakukan pemisahan komponen seluler dengan sentrifugasi

sampel darah dalam vacutainer pada 514 x g selama 10 menit dengan

menggunakan sentrifus dengan rotor swing. Bagian darah yang lebih berat (sel

darah merah) berada di bagian bawah, sedangkan plasma darah terpisah di

bagian atas. Lapisan buffycoat yang sebagian besar berisi sel limfosit diambil lalu

ditambahkan medium basal. Pada tahap pemisahan selanjutnya suspensi limfosit

dalam medium basal dilewatkan pada larutan ficoll-hypaque secara perlahan

sehingga terbentuk dua lapisan yang tidak bercampur. Kemudian tabung

disentrifus lagi selama 30 menit pada 1430 x g. Sel limfosit, monosit dan platelet

berada sebagai lapisan di atas permukaan ficoll dan tidak menembus ke bawah.

Sedangkan granulosit dan sel darah merah terpisah di dasar tabung sentrifus.

Lapisan atas yang berisi sel limfosit, monosit dan platelet dicuci 2 (dua) kali

dengan media basal dan disentrifugasi pada 228 x g selama 10 menit,

supernatan di buang dan pelet dicuci serta disentrifus sekali lagi pada 228 x g

selama 10 menit, sehingga limfosit (dalam presipitat) terpisah dari platelet,

monosit, dan ficoll (dalam supernatan). Pelet sel yang diperoleh langsung

ditambah medium pertumbuhan dan dihomogenkan, kemudian dilakukan

Page 55: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

38

perhitungan jumlah sel dengan menggunakan pewarna trifan biru dengan

perbandingan 1: 1 (10 ìl suspensi sel ditambah dengan 10 ì l pewarna trifan

biru). Setelah didiamkan selama 1 menit jumlah sel yang hidup dan mati dihitung

dengan menggunakan hemasitometer pada perbesaran mikroskop sebesar 100

kali. Perhitungan jumlah sel dengan menggunakan pewarna trifan biru

dimaksudkan untuk menentukan viabilitas sel yang akan diuji, yaitu sebelum

dilakukan pengujian sel harus dalam kondisi hidup sebesar 95%. Berdasarkan

hasil perhitungan jumlah sel menggunakan hemasitometer, maka dapat

ditetapkan jumlah sel dalam setiap ml suspensi sebagai berikut :

N = V/4 x F x 104 sel/ml N = Jumlah sel/ml V/4 = rata-rata jumlah sel terhitung dari empat bidang pandang F = Faktor pengenceran = 2 104 = 1 ml perkapasitas hemasitometer, yaitu 10 4 ml. (Palmer et al. 1978, Tejasari 2000).

Suspensi sel (1 x 106 sel/ml) dimasukkan ke dalam sumur-sumur microplate

sebanyak 80 ìl tiap sumur. Suspensi sel dalam media mengandung serum janin

sapi (Fetal Bovine Serum (FBS)) 10%. Hidrolisat yang mengandung senyawa-

senyawa kitooligomer dengan konsentrasi 85 µg/ml ditambahkan dalam sumur

sebanyak 20 ìl, mitogen concanavalin A (Con A) dan pokeweed dengan

konsentrasi masing-masing sebesar 50 µg/ml digunakan sebagai sampel

pembanding masing-masing ditambahkan ke dalam sumur sebanyak 20 ìl,

kecuali jika perlakuan menggunakan campuran senyawa-senyawa kitooligomer

(dalam hidrolisat hasil reaksi enzimatik) dan mitogen maka jumlah mitogen dan

sampel kitooligomer yang digunakan sebanyak 10 ìl. Jumlah total volume dalam

tiap sumur sebanyak 100 ìl. Kultur diinkubasi pada inkubator dengan kondisi 5%

CO2, 37oC, dan RH 90% selama 3 (tiga) hari.

Setelah masa inkubasi berakhir dilakukan pengujian dengan metode MTT,

yaitu ditambahkan 10 ìl larutan pereaksi garam tetrazolium (MTT) 5 mg/ml pada

tiap sumur microplate, selanjutnya diinkubasi selama 4 (empat) jam. Sebelum

pembacaan dengan alat microplate reader pada panjang gelombang 570 nm,

dilakukan pelarutan senyawa formazam yang terbentuk dengan larutan

isopropanol pada tiap sumur sebanyak 100 ìl.

Page 56: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

39

5. Pemeliharaan kultur sel kanker (Ananta 2000).

Sel Suspensi : Sel KR-4 dan K562 dalam keadaan beku yang tersimpan di

dalam tangki berisi nitrogen cair setelah dikeluarkan, mengalami proses thawing,

terlebih dahulu, yaitu ampul berisi sel diinkubasi pada suhu 37oC atau digengam

dengan tangan sampai isi ampul mencair. Ampul selanjutnya disentrifugasi pada

228 x g selama 10 menit, supernatan dibuang dan pelet ditambah medium basal,

kemudian disentrifugasi kembali pada 228 x g selama 5 menit, supaya bahan-

bahan pengawet sel dan sel yang telah mati dapat dihilangkan dari kultur sel.

Pelet sel kemudian ditambahkan media pertumbuhan dan dihomogenisasi,

selanjutnya suspensi sel dipindahkan ke dalam flask dengan media pertumbuhan

5 ml, lalu diinkubasi pada inkubator dengan 5% CO 2 pada suhu 37oC.

Pemeliharaan sel dilakukan dengan pergantian atau pencucian media setiap 3

(tiga) hari sekali atau bila suspensi telah berubah warna dari merah menjadi

kuning yang menandakan telah terjadi penurunan pH karena kegiatan

metabolisme dari sel, untuk kultur digunakan sel yang sedang berada dalam fase

logaritmik pada kurva pertumbuhan.

Sel Selapis (monolayer) : Pemeliharaan sel selapis (HeLa dan A549)

sama dengan sel suspensi, hanya dalam pencucian atau pergantian media di

dalam flask diperlukan larutan enzim tripsin 0.02% di dalam 0.5% EDTA-PBS,

untuk pengangkatan sel yang melekat pada dinding flask. Media yang akan

diganti mula-mula di buang semua sehingga hanya tersisa sel yang melekat di

dinding flask, kemudian ditambahkan larutan tripsin sebanyak 500 µl (untuk

volume kultur 5 ml) dan diinkubasi pada inkubator selama 8 (delapan) menit. Sel

yang menempel akan terlepas, kemudian ditambahkan PBS secukupnya

sebelum suspensi sel dipindahkan ke dalam tabung sentrifus dan dilakukan

prosedur pencucian sel seperti yang telah dilakukan pada sel suspensi

6. Pengujian Aktivitas Anti Proliferasi Sel Kanker

Media Sel Kanker. Media DMEM/F 12 (Dulbecco’s Modified Eagle

Medium) bubuk sebanyak 10 gram dimasukkan ke dalam botol steril yang berisi

900 ml aquabides steril dan dihomogenisasi dengan stirer tanpa pemanasan.

Selanjutnya ditambahkan 12 gram NaHCO3, antibiotik penisilin-streptomisin

0,2%, dihomogenisasi kembali dan ditambahkan akuabides sampai larutan

media menjadi 1000 ml. Media disaring menggunakan kertas saring steril ukuran

Page 57: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

40

0,22 ìm secara aseptik dan hasil penyaringan dimasukkan dalam botol steril dan

disimpan dalam lemari es pada suhu 2 – 8oC sampai digunakan kembali. Apabila

akan digunakan sebagai media tumbuh media DMEM/F12 ditambahkan 10%

FBS (Fetal Bovine Serum) (Rusmarilin 2003).

Suspensi sel (1 x 10 5 sel/ml) dimasukkan ke dalam sumur-sumur microplate

sebanyak 180 ì l tiap sumur. Hidrolisat yang mengandung senyawa-senyawa

kitooligomer dengan konsentrasi sebesar 170 µg/ml ditambahkan dalam sumur

sebanyak 20 ìl. Penggunaan kontrol positif anti kanker senyawa 2-Bromo 2-

deoksi uridin dengan konsentrasi 170 µg/ml sebanyak 20 ìl. Jumlah total volume

dalam tiap sumur sebanyak 200 ìl. Kultur diinkubasi pada inkubator dengan

kondisi 5% CO2, 37oC, dan RH 90% selama 4 (empat) hari.

Setelah masa inkubasi berakhir dilakukan pengujian dengan metode MTT,

seperti pada pengujian MTT dengan sel limfosit

7. Pengolahan Data

Data absorbansi perlakuan (masing-masing menggunakan ulangan

sebanyak 3 kali), dihitung dan dikonversi ke rumus :

- Untuk % aktivitas proliferasi sel limfosit :

% Proliferasi = (Absorbansi sampel /Abs Kontrol) x 100%

- Untuk % penghambatan proliferasi sel kanker :

(1- (Absorbansi sampel/absorbansi kontrol)) x 100%

* absorbansi kontrol adalah absorbasi pengujian yang hanya berisi suspensi sel

dan media (Damayanti 2002).

8. Pengujian Mekanisme Antiproliferasi Sel Kanker oleh Senyawa-senyawa Kitooligomer

a. Pengujian Apoptosis dengan Metode Hoechts Staining

Pengujian perubahan inti sel akibat apoptosis dilakukan dengan prinsip

terikatnya DNA sel dengan fluorochrome-bis-benzimide trihydrochloride (Hoechst

33342). Setelah dilakukan pemberian bahan uji selama semalam pada kultur sel,

pelet sel yang diperoleh dari hasil sentrifugasi selama 10 menit pada 228 x g,

kemudian difiksasi pada temperatur 37oC selama 30 menit dengan larutan

formalin 3.7% dalam PBS. Pelet sel kemudian dicuci dengan PBS dan diwarnai

dengan Hoechst dye 24 ìg/ml selama semalam pada 4oC. 20 ìl suspensi sel

tersebut ditempatkan pada cover glass kemudian diamati dan difoto

Page 58: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

41

menggunakan mikroskop fluorosens untuk melihat degradasi kromatin dari sel

yang mengalami apoptosis (Wispriono et al; 2002).

b. Pengujian Kebocoran Membran

Kultur sel sebanyak 2 ml dengan konsentrasi sel 1 x 106 sel/ml dalam

wadah cawan petri steril berdiameter 2 cm, diinkubasi pada inkubator CO2

selama 24 jam dengan bahan uji hidrolisat yang mengandung senyawa-senyawa

kitooligomer dengan konsentrasi 17 µg/ml kultur. Setelah masa inkubasi selesai,

sel disentrifugasi pada 228 x g selama 5 (lima) menit, supernatan dibuang dan

ditambahkan PBS (phosphate buffer saline), sentrifus d ilakukan lagi pada kondisi

yang sama, pelet yang diperoleh dipreparasi dengan fiksasi menggunakan

glutaraldehid selama 1.5 jam, pencucian dengan asam tanik dan PBS masing-

masing selama 20 menit. Dilanjutkan dengan fiksasi dengan osmium selama dua

jam, pencucian dengan akuabides selama 10 menit, dehidrasi alkohol bertingkat

selama 10 menit, dan terakhir pencucian dengan t-butanol selama 10 menit.

Suspensi sel kemudian diteteskan pada membran steril. Terakhir dilakukan

coating pada membran tersebut dengan logam emas sebelum dianalisis dengan

alat SEM.

Supernatan sel dari PBS diukur dengan spektro UV pada panjang

gelombang 280 nm untuk mendeteksi konsentrasi protein supernatan sel dan

panjang gelombang 260 nm untuk mendeteksi adanya asam nukleat pada

supernatan sel. Konsentrasi protein dan asam nukleat pada supernatan kultur sel

yang diberi bahan uji dibandingkan dengan konsentrasi protein dan asam nukleat

pada supernatan kultur sel yang tidak diberi bahan uji. Konsentrasi protein dan

asam nukleat yang lebih tinggi pada supernatan kultur yang diberi bahan uji

dapat memprediksi terjadinya kebocoran membran sel (Bunduki et al. 1995).

Fenomena kebocoran membran sel dapat menjadi petunjuk mekanisme

terjadinya kematian sel.

c. Pengujian Aktivitas Serin Protease (Bergmeyer 1983)

Pengujian ini merupakan model pengujian penghambatan aktivitas enzim

tripsin, yaitu suatu golongan enzim serin protease. Enzim tripsin yang digunakan

adalah enzim tripsin murni yang berasal dari pankreas sapi (EC 3.4.21.4

(Sigma)). Sebelum dilakukan pengujian aktivitas protease, enzim tripsin terlebih

dahulu diinkubasi dengan hidrolisat senyawa-senyawa kitooligomer pada suhu

37oC selama 15 menit. Hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan enzim

Page 59: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

42

tripsin berinteraksi dengan hidrolisat senyawa-senyawa kitooligomer yang

ditambahkan.

Prosedur Bergmeyer yang dimodifikasi untuk menguji aktivitas serin

protease dilakukan sebagai berikut : Ke dalam 250 µl substrat larutan kolagen

0.5% dan 250 µl bufer fosfat 0,05 M pH 8, ditambahkan 50 µl larutan enzim

tripsin (untuk campuran reaksi blanko ditambahkan 50 µl air sedangkan untuk

campuran reaksi standar ditambahkan 50 µl larutan glisin 5 mM) dan diinkubasi

pada suhu 37oC selama 10 menit. Reaksi dihentikan dengan penambahkan 500

µl larutan tri kloro asam asetat 0.1 M, selanjutnya untuk campuran reaksi blanko

dan standar ditambahkan 50 µl larutan enzim tripsin sedangkan untuk campuran

reaksi enzim ditambahkan 50 µl air, kemudian disentrifugasi dengan kecepatan

1500 x g selama 10 menit. Sebanyak 375 µl supernatan ditambahkan ke dalam

1250 µl Na 2CO3 dalam tabung reaksi . Selanjutnya absorbansi diukur pada

spektro UV dengan panjang gelombang 280 nm. Satu unit enzim protese tripsin

didefinisikan sebagai jumlah enzim yang mampu menghasilkan satu µmol produk

glisin. Aktivitas enzim dihitung berdasarkan persamaan berikut :

Asampel – Ablanko Faktor pengenceran Aktivitas protease (U/ml) = ------------------------ x ------------------------- Astandar – Ablanko Waktu

Aktivitas penghambatan protease dapat diketahui dengan

membandingkan aktivitas enzim protease tanpa hidrolisat dan aktivitas enzim

protease dengan pemberian hidrolisat yang mengandung senyawa-senyawa

kitooligomer.

Page 60: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PRODUKSI SENYAWA-SENYAWA KITOOLIGOMER SECARA ENZIMATIK

Senyawa-senyawa kitooligomer merupakan hasil hidrolisis substrat kitosan

menggunakan enzim kitosanase yang dihasilkan dari fermentasi kultur Bacillus

licheniformis MB2 pada media thermus cair yang mengandung koloidal kitosan

1% (Chasanah 2004). Berdasarkan pengujian kemampuan hidrolisis beberapa

preparat enzim kitosanase terhadap kitosan terlarut 1%, diperoleh beberapa

preparat enzim yang potensial untuk digunakan dalam memproduksi senyawa-

senyawa kitooligomer. Aktivitas beberapa peparat enzim disajikan dalam Tabel 5.

Berdasarkan aktivitas tersebut, dibuat konsentrasi enzim yang digunakan untuk

memproduksi senyawa-senyawa kitooligomer sebesar 0.005, 0.0085, 0.10 dan

0.17 Unit per miligram kitosan. Pemilihan besarnya konsentrasi enzim

berdasarkan perkiraan kemampuan enzim dalam menghasilkan produk reaksi

senyawa-senyawa kitooligomer dalam besaran unit tertentu yang telah

dilaporkan sebelumnya oleh Jeon dan Kim (2000).

Tabel 5 Aktivitas beberapa preparat enzim

Reaksi Aktivitas (U/ml)

Protein (mg/ml)

Aktivitas Spesifik (U/mg)

Yield (%)

FBS campuran FBS + Mn FBSp FBSp + Mn FBS + As30% FBS +AS 30% + Mn FBSp + As30% FBSp + AS30 + Mn AS 80 Enzim murni gabungan

0.025 0.034 0.042 0.030 0.021 0.027 0.018 0.026 0.927 0.052

0.309 0.311 0.309 0.326 0.343 0.336 0.339 0.398 0.250 0.033

0.081 0.108 0.136 0.092 0.062 0.079 0.054 0.066 3.696 1.573

100.00 100.65 100.00 105.50 111.00 108.74 109.71 128.80 80.91 10.68

Keterangan : FBS = Filtrat bebas sel FBSp = Filtrat bebas sel yang dipanaskan selama 20 menit 60 oC. FBS + Mn = Filtrat bebas sel yang ditambah katalisator MnCl 2 10 mM. AS30 = Enzim hasil pekatan Amonium sulfat 30% AS80 = Enzim hasil pekatan Amonium sulfat 80% dengan pengenceran 30 kali. Enzim murni = Enzim hasil pemurnian menggunakan kolom kromatografi hidrofobik

Berdasarkan hasil pada Tabel 5, enzim fraksi supernatan bebas sel yang

diproses lebih lanjut dengan pemanasan pada 60 oC selama 20 menit (FBSp)

Page 61: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

44

mengalami peningkatan aktivitas dari 0.0025 IU/ml menjadi 0.0042 IU/ml, hasil

tersebut sesuai dengan hasil penelitian pandahuluan bahwa enzim dengan

perlakuan tersebut mengalami peningkatan aktivitas. Peningkatan aktivitas dapat

terjadi karena proses pemanasan pada 60oC selama 20 menit telah membuat

protein-protein yang tidak tahan panas terdenaturasi dan terpisah dari protein

enzim yang tahan panas. Akibat perlakuan tersebut keberadaan protein-protein

lain yang dapat mengganggu aktivitas enzim kitosanase dalam mendegradasi

substrat dapat dikurangi, sehingga enzim kitosanase dalam preparat FBSp

mengalami peningkatan aktivitas.

Preparat enzim murni gabungan dalam Tabel 5 nampak memiliki

persentasi yield dan aktivitas spesifik yang lebih kecil daripada preparat AS 80,

sebaiknya hasil tersebut memiliki nilai persentasi yield yang rendah tetapi

aktivitas spesifik yang lebih tinggi dari preparat enzim AS80. Hal ini kemungkinan

disebabkan oleh belum optimalnya proses pemurnian yang dilakukan, antara lain

terjadi kehilangan protein enzim kitosanase dalam proses pemurnian, sehingga

diperoleh aktivitas spesifik yang lebih kecil pada preparat enzim murni

dibandingkan dengan preparat enzim hasil pemekatan dengan garam amonium

sulfat (AS 80). Kemungkinan lainnya adalah enzim kitosanase mengalami

penurunan aktivitas selama penyimpanan pada 4oC. Data presentasi yield enzim

diperoleh dengan cara membandingkan kadar protein FBS campuran dan kadar

protein preparat enzim murni serta membandingkan kadar protein FBS campuran

dan kadar protein preparat AS80.

Berdasarkan identifikasi dengan senyawa-senyawa kitooligomer standar,

hasil reaksi berbagai preparat enzim dalam Tabel 5 dengan substrat kitosan 1%,

menghasilkan senyawa-senyawa kitooligomer yang berukuran mono sampai

heksamer. Untuk memantau produk reaksi berbagai preparat enzim tersebut

pada berbagai parameter nilai konsentrasi enzim, derajat deasetilasi substrat,

konsentrasi substrat dan berbagai waktu inkubasi enzim dan substrat, sebagai

tahap awal dilakukan pengukuran konsentrasi glukosamin yang dapat

memprediksi laju terbentuknya senyawa-senyawa kitooligomer dari berbagai

reaksi yang dilakukan. Berbagai pola produksi glukosamin tersebut disajikan

pada beberapa grafik berikut :

Page 62: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

45

Gambar 7 Hidrolisis kitosan tanpa enzim

Gambar 7 di atas memperlihatkan grafik pengaruh kondisi reaksi (suhu

70oC) terhadap substrat kitosan tanpa pemberian enzim. Kitosan dapat

terhidrolisis pada suhu 70oC setelah 1 (satu) jam inkubasi, dengan konsentrasi

glukosamin hasil hidrolisis mencapai sekitar 6 µg/ml. Gambar 8 sampai 12

memperlihatkan substrat kitosan yang diberi enzim kitosanase dari B.

Licheniformis MB2, ternyata memperlihatkan pola peningkatan produksi

glukosamin tujuh kali lebih tinggi daripada hasil hidrolisis tanpa adanya enzim

pada Gambar 7.

Grafik pada Gambar 8 memperlihatkan glukosamin akan diproduksi lebih

banyak pada preparat enzim yang menggunakan unit enzim per miligram kitosan

(konsentrasi enzim) yang lebih besar daripada preparat enzim dengan unit per

miligram kitosan yang lebih kecil dalam waktu inkubasi yang sama.

Gambar 8 Hidrólisis preparat enzim AS 0.0085 pada kitosan 1% dengan

Perbedaan konsentrasi enzim

012

34567

1 3 6 12 24

Lama inkubasi (jam)

ug/m

l glu

kosa

min

Kitosan

0

10

20

30

40

50

1 2 3 12

Lama inkubasi (jam)

ug/m

l Glu

kosa

min AS 0.0085 DD85

AS 0.17 DD85

Page 63: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

46

Gambar 9 dan 10 berikut memberikan gambaran reaksi enzim dan substrat

dengan derajat deasetilasi yang lebih tinggi (90% dan 85%) dalam menghasilkan

produk glukosamin yang lebih tinggi daripada substrat yang memiliki derajat

deasetilasi lebih rendah yaitu 70%, hal ini disebabkan oleh kemudahan kerja

enzim untuk menghidrolisis substrat kitosan dengan kandungan gugus asetil

yang rendah daripada kandungan gugus asetil yang tinggi. Kemampuan hidrolisis

enzim kitosanase yang spesifik terhadap ikatan GlcNAc-NGlc atau NGlc-GlcNAc

dan ikatan NGlc-NGlc dalam polimer kitosan hanya memungkinkan enzim dapat

menghidrolisis substrat kitosan secara maksimum pada kitosan yang memiliki

derajat deasetilasi tinggi (kandungan gugus asetil yang rendah). Oleh karena itu

dihasilkan jumlah produk glukosamin yang lebih tinggi pada substrat dengan

derajat deasetilasi 90% dan 85% daripada substrat dengan derajat deasetilasi

70%. Hasil hidrolisis substrat dengan derajat deasetilasi rendah (substrat banyak

mengandung gugus asetil) menghasilkan produk N asetil glukosamin lebih tinggi

daripada glukosamin, tetapi produk tersebut tidak terukur pada metode yang

digunakan dalam penelitian ini.

Gambar 9 Hidrólisis preparat enzim FBS 0.0085 dengan kitosan yang berbeda derajat deasetilasi (DD)

272829303132333435363738

1 j 3 j 6 j

Waktu inkubasi (jam)

ug/m

l Glu

kosa

min

FBS 0.0085 DD85

FBS 0.0085 DD70

Page 64: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

47

Gambar 10 Hidrólisis preparat enzim murni dengan kitosan yang berbeda derajat deasetilasi (DD)

Gambar 11 memperlihatkan reaksi enzimatik dengan konsentrasi enzim

dalam unit permiligram kitosan yang sama, tetapi menggunakan konsentrasi

substrat yang berbeda (1% dan 0.5%), menghasilkan pola produksi glukosamin

yang berbeda. Reaksi dengan substrat kitosan berkonsentrasi 1% menghasilkan

jumlah glukosamin yang lebih tinggi daripada reaksi dengan konsentrasi substrat

lebih rendah (0.5%) pada lama inkubasi 1 sampai 9 jam, setelah 12 jam terlihat

konsentrasi glukosamin hampir sama.

Gambar 11 Hidrólisis preparat enzim AS 0.0085 DD85 dengan konsentrasi kitosan 1% dan 0.5%.

Gambar 12 memberikan gambaran perbedaan jumlah produksi glukosamin

dari berbagai preparat enzim dengan konsentrasi enzim yang sama (0.0085 unit

permiligram kitosan) dan konsentrasi substrat yang sama (1%). Dari histogram

tersebut nampak produksi glukosamin tertinggi selama 1 (satu), 3 (tiga) dan 6

0

10

20

30

40

50

1 3 6 9

Lama inkubasi (jam)

ug/m

l glu

kosa

min

EM 0.0085 DD70

EM 0.0085 DD85

EM 0.0085 DD90

0

10

20

30

40

50

1 3 6 9 12 24

Waktu inkubasi (jam)

ug/m

l Glu

kosa

min

0.50%1%

Page 65: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

48

(enam) jam terdapat pada preparat enzim kasar (FBS dan FBSMn). Preparat

hasil pemekatan dengan garam amonium sulfat (AS80) dan preparat enzim hasil

pemurnian dengan kolom kromatografi hidrofobik memperlihatkan produksi

glukosamin yang lebih rendah. Tetapi, kedua preparat enzim hasil pemurnian

tersebut memperlihatkan pola kenaikan produksi glukosamin yang lebih baik,

sehingga dapat diprediksi bahwa apabila produksi monomer glukosamin tidak

terlalu tinggi, maka hasil hidrolisis enzim yang lebih banyak adalah senyawa-

senyawa kitooligomer. Hal ini dimungkinkan karena preparat enzim hasil

pemekatan dengan garam amonium sulfat (AS) dan preparat enzim hasil

pemurnian dengan kolom kromatografi hidrofobik (EM) merupakan enzim dengan

taraf kemurnian enzim yang lebih tinggi daripada preparat enzim kasar. Hal ini

disebabkan oleh telah terpisahkannya komponen protein yang lain selain protein

enzim kitosanase oleh proses pengendapan protein enzim dan pemurnian

protein enzim kitosanase. Oleh karena itu enzim kitosanase dalam preparat

enzim AS dan EM mampu bekerja lebih spesifik dan maksimal dalam

menghidrolisis kitosan, sehingga menghasilkan lebih banyak senyawa-senyawa

kitooligomer daripada monomer glukosamin.

Keterangan :

FBS 0.0085 = Filtrat bebas sel yang dipanaskan selama 20 menit 60oC.

FBSMn = Filtrat bebas sel yang ditambah katalisator MnCl2 10 mM. AS 30% 0.0085 = Enzim hasil pekatan Amonium sulfat 30%. AS 80% 0.0085 = Enzim hasil pekatan Amonium sulfat 80% dengan pengenceran 30 kali. EM 0.0085 = Enzim hasil pemurnian menggunakan kolom kromatografi hidrofobik. 1j,3j dan 6j = Lama inkubasi enzim dan substrat pada produksi kitooligomer .

Gambar 12 Konsentrasi glukosamin berbagai hidrolisat enzimatik

0

10

2030

40

50

FBS0.0085DD85

FBSMn AS 30%0.0085

AS 80%0.0085

EM 0.0085

Jenis hidrolisat enzim

ug/m

l Glu

kosa

min

1j 3 j 6

Page 66: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

49

Dari grafik-grafik produksi glukosamin di atas diperoleh informasi bahwa

enzim kitosanase dapat menghidrolisis substrat kitosan dengan kecepatan yang

berbeda-beda, tergantung pada konsentrasi enzim, derajat deasetilasi substrat

dan konsentrasi substrat yang digunakan. Yaitu bahwa penggunaan konsentrasi

enzim (unit/mg kitosan) yang lebih tinggi pada batas konsentrasi tertentu akan

cenderung menghasilkan jumlah glukosamin yang lebih tinggi dengan waktu

inkubasi yang dibutuhkan lebih cepat daripada menggunakan konsentrasi enzim

yang lebih rendah, hal ini sesuai dengan prinsip pola kinetika reaksi dari

Michaelis Menten, yaitu penggunaan konsentrasi enzim atau substrat akan

meningkat pada batas tertentu sebelum mencapai taraf jenuh, setelah taraf

tersebut produk reaksi menurun jumlahnya. Penggunaan substrat dengan derajat

deasetilasi yang lebih tinggi akan menghasilkan konsentrasi glukosamin yang

lebih tinggi dengan waktu yang lebih cepat dibanding jika menggunakan substrat

dengan derajat deasetilasi yang lebih rendah. Begitupula penggunaan

konsentrasi substrat yang lebih tinggi (dalam batas tertentu) akan menghasilkan

jumlah glukosamin lebih tinggi dengan waktu inkubasi yang lebih cepat dibanding

menggunakan substrat dengan konsentrasi lebih kecil.

Berdasarkan hasil analisis produksi glukosamin yang telah dijelaskan,

maka untuk keperluan pengujian aktivitas proliferasi sel limfosit dan sel kanker,

digunakan senyawa-senyawa kitooligomer yang diproduksi selama 1 (satu) dan 3

(tiga) jam masing-masing untuk preparat FBS 0.0085 DD85, FBSMn 0.0085

DD85, AS 0.005 DD85, AS 0.0085 DD85, AS 0.10 DD85 dan AS 0.17 DD85,

sedangkan untuk preparat enzim murni digunakan senyawa-senyawa

kitooligomer yang diproduksi selama 6 dan 9 jam. Semua pengujian sampel

menggunakan jumlah konsentrasi yang sama, jadi yang akan dilihat

pengaruhnya adalah komposisi dari senyawa-senyawa kitooligomer dalam

hidrolisat reaksi enzimatik terhadap proliferasi sel limfosit dan proliferasi sel

kanker.

Untuk keperluan produksi kitooligomer yang berasal dari enzim hasil

pemurnian, dilakukan pemurnian enzim kitosanase menggunakan filtrat bebas

sel yang sebelumnya telah diberi garam amonium sulfat 30% jenuh, metode

purifikasi enzim dilakukan dengan kromatografi kolom jenis HIC (Hidrophobic

Interaction Chromatography) dengan menggunakan matriks butil separose

sebagai fase diam dan bufer amonium sulfat sebagai fase gerak (Gambar 13).

Page 67: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

50

Pemilihan metode purifikasi enzim pada jenis kromatografi kolom HIC

dengan menggunakan matriks butil separose tersebut berdasarkan hasil

penelitian Chasanah (2004), yang memperoleh hasil pemurnian terbaik untuk

enzim kitosanase dari kultur Bacillus licheniformis MB2 dengan menggunakan

metode purifikasi tersebut. Pemilihan metode HIC berdasarkan pada prinsip

kondisi enzim termostabil yang memiliki komposisi asam amino hidrofobik pada

permukaan strukturnya, sehingga membentuk hidrofobisitas permukaan (Vielle

dan Zeikus 2001). Metode HIC berdasarkan pada interaksi hidrofobik diantara

gugus non ionik yang berikatan dengan matriks yang inert dan gugus non ionik

protein yang dipisahkan (Roe 1993). Pengkondisian enzim terlebih dahulu

dengan garam amonium sulfat dimaksudkan untuk menguatkan interaksi

hidrofobik antara enzim dengan matriks butil separose dengan cara

mengeluarkan air dari gugus hidrofobik enzim. Pengikatan protein yang kuat

pada matriks dan kehilangan minimal protein enzim diperoleh pada konsentrasi

30% garam amonium sulfat (Chasanah 2004). Gugus non ionik (hidrofobik)

protein enzim dapat dilepaskan dari matriks dengan penambahan garam

amonium sulfat, untuk elusi protein target digunakan gradien 10% - 0% garam

amonium sulfat jenuh dalam bufer fosfat (Gambar 13).

Gambar 13 Hasil pemurnian enzim kitosanase menggunakan kromatografi kolom interaksi hidrofobik (HIC).

0.000

0.050

0.100

0.150

0.200

0.250

0.300

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37

Ka

da

r P

rote

in (

A-2

80

nm

)

0

2

4

6

8

10

12

Ak

tiv

ita

s E

nzi

m

aktivitas enzim Protein 280 nm gradien amonium sulfat

33 34 35

Page 68: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

51

Fraksi protein enzim yang diperoleh dari hasil pemurnian dengan kolom

interaksi hidrofobik selanjutnya dilakukan elektroforesis SDS PAGE dengan

pewarnaan silver staining untuk mendeteksi fraksi-fraksi hasil kolom yang

memiliki tingkat kemurnian paling tinggi. Hasil Elektroforesis dengan pewarnaan

silver staining (Gambar 14), menunjukkan ada tiga pita tunggal yang terdeteksi,

yaitu pita dari fraksi 33, 34, dan 35 yang memiliki berat molekul 75 kilo dalton,

berat molekul enzim tersebut sesuai dengan hasil identifikasi berat molekul

enzim kitosanase murni yang diperoleh oleh Chasanah (2004). Fraksi-fraksi

tersebut memiliki aktivitas terhadap substrat 1% kitosan DD 85% masing-masing

sebesar 0.082; 0.101 dan 0.087 IU/ml. Berdasarkan deteksi kemurnian

enzim, maka fraksi 33, 34, dan 35 tersebut diambil dan dicampurkan, kemudian

diukur aktivitas hasil pencampuran fraksi-fraksi tersebut sebagai dasar untuk

digunakan dalam reaksi produksi senyawa-senyawa kitooligomer dengan

konsentrasi enzim yang dituju sebesar 0.0085 unit permiligram kitosan.

Gambar 14 Hasil deteksi kemurnian enzim menggunakan silver staining

B. FRAKSINASI HIDROLISAT SENYAWA-SENYAWA KITOOLIGOMER.

Senyawa-senyawa kitooligomer yang dihasilkan dari berbagai reaksi

preparat enzim dan substrat dipantau dengan menganalisis komposisi dan

konsentrasi senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat yang berukuran

berukuran mono sampai heksamer dengan menggunakan teknik kromatografi

dengan alat HPLC (Gambar 15 dan 16).

Hasil pengamatan pada Gambar 15 dan 16 tersebut memperlihatkan tidak

ada pengaruh yang cukup signifikan dari besarnya konsentrasi enzim terhadap

komposisi senyawa-senyawa kitooligomer yang dihasilkan, yaitu semua hidrolisat

yang berasal dari berbagai konsentrasi enzim ternyata menghasilkan produk

Marker 33 34 35

75 KDa 94

67

43 30 20,11 14,4

Page 69: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

52

senyawa kitooligomer monomer (glukosamin) sampai tetramer yang tinggi dan

produk senyawa kitooligomer pentamer dan heksamer yang rendah. Produk

senyawa kitooligomer heptamer dan oktamer kemungkinan juga dihasilkan dari

hasil reaksi enzimatik yang dilakukan, namun karena keterbatasan senyawa

standar maka senyawa-senyawa tersebut tidak dapat diidentifikasi.

Keterangan : FBS 0.0085 1j DD85 = hasil reaksi enzim (Filtrat bebas sel yang dipanaskan selama 20 menit 60oC) dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD85, selama 1 jam. FBS 0.0085 1j DD85 = hasil reaksi enzim (Filtrat bebas sel yang dipanaskan selama 20 menit 60oC) dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD85, selama 3 jam.

Gambar 15 Komposisi senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat FBS

0.0085 DD 85 1 jam dan 3 jam dengan substrat kitosan.

Keterangan : AS 0.0085 3j DD85 = Hasil reaksi enzim hasil pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD85, 3 jam AS 0.10 3j DD85 = Hasil reaksi enzim hasil pekatan amonium su lfat dengan konsentrasi 0.10 U/mg kitosan DD85, 3 jam. AS 0.17 3j DD85 = hasil reaksi enzim dengan konsentrasi 0.17 U/mg kitosan DD85, 3 jam

Gambar 16 Komposisi senyawa-senyawa kitooligomer berbagai hidrolisat

dengan konsentrasi enzim 0.0085, 0.10 dan 0.17 Unit/mg kitosan.

0

2

4

6

8

10

12

monomer dimer trimer tetramer pentamer heksamer

unit senyawa kitooligomer

mg

/ml

FBS 0.0085 1j DD85

FBS 0.0085 3j DD85

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.54

monomer dimer trimer tetramer pentamer heksamer

Jenis Oligomer

mg

/ml

AS 0,0085 3j DD85

AS 0.10 3j DD85

AS 0.17 3j DD85

Page 70: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

53

Berdasarkan hasil pengujian beberapa hidrolisat yang memiliki hasil uji

proliferasi sel limfosit dan anti proliferasi sel kanker cukup baik, dilakukan analisis

komposisi dan fraksinasi senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat-

hidrolisat tersebut. Perhitungan konsentrasi senyawa-senyawa kitooligomer pada

masing-masing hidrolisat setelah dianalisis dengan HPLC disajikan pada Gambar

17.

Keterangan : FBS 0.0085 1j DD85 = hasil reaksi enzim (Filtrat bebas sel yang dipanaskan selama 20 menit 60oC) dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD85 selama 1jam. FBS 0.0085 3j DD85 = hasil reaksi enzim (Filtrat bebas sel yang dipanaskan selama 20 menit 60oC) dengan konsentras0.0085 U/mg kitosan DD85 selama 3 jam. EM 0.0085 6j DD90 = Hasil reaksi enzim murni dengan konsentras 0.0085 U/mg kitosan DD90, selama 6 jam EM 0.0085 9j DD90 = Hasil reaksi enzim murni dengan konsentras 0.0085 U/mg kitosan DD 90, selama 9 jam AS 0.10 3j DD85 = Hasil reaksi enzim hasil pekatan amonium sulfat dengan konsentras 0.10 U/mg kitosan DD85, 3 jam. Std = Standar senyawa-senyawa kitooligomer dari Seikagaku, Jepang.

Gambar 17 Komposisi dan konsentrasi senyawa-senyawa kitooligomer

dalam berbagai hidrolisat

Hasil analisis komposisi senyawa-senyawa kitooligomer dari beberapa

hidrolisat pada Gambar 17 menunjukkan bahwa hidrolisat enzim murni (6 dan 9

jam) memiliki komposisi monomer sampai heksamer yang tinggi daripada

hidrolisat AS 0.10 3j DD85, FBS 0.0085 1j DD85, dan FBS 0.0085 3j DD85.

Komposisi dan konsentrasi senyawa–senyawa kitooligomer yang berbeda-beda

dapat menjawab terjadinya perbedaan respon uji hayati berbagai hidrolisat pada

pengujian proliferasi terhadap kultur sel limfosit dan sel kanker. Hasil ini diperkuat

oleh Tokoro et al. (1986); Kobayashi et al. (1990); dan Suzuki et al . (1992) yang

melaporkan senyawa-senyawa kitooligomer yang berasal dari kitin memiliki

0

5

10

15

20

25

30

monomer dimer trimer tetramer pentamer heksamer

Unit senyawa kitooligomer

Kon

sent

rasi

(mg/

ml)

std oligomerEM 0.0085 6j DD85EM 0.0085 9j DD85AS 0.10 3j DD85FBS 0.0085 1j DD85FBS 0.0085 3j DD85

Page 71: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

54

aktivitas immunoenhancing atau anti kanker terbaik adalah senyawa kitooligomer

dengan unit heksamer.

C. AKTIVITAS SENYAWA-SENYAWA KITOOLIGOMER TERHADAP PROLIFERASI SEL LIMFOSIT

Sel limfosit darah merupakan jenis sel yang tersuspensi dalam darah,

mudah diisolasi dan merupakan jenis sel yang sangat sensitif (Kresno 1996),

Oleh karena itu pengujian aktivitas komponen bioaktif secara in vitro dapat

dilakukan untuk menguji sifat sitotoksik suatu komponen bioaktif terhadap sel

limfosit. Hipotesis tentang pengaruh sitotoksik komponen uji terhadap sel limfosit

dapat diberlakukan juga untuk sel normal, sehingga apabila komponen bioaktif

yang diberikan ternyata tidak membunuh sel limfosit, dapat disimpulkan bahwa

komponen tersebut juga tidak bersifat sitotoksik bagi sel normal. Jika hal ini

tercapai, maka bahan bioaktif yang memiliki sifat tersebut merupakan bahan

yang potensial untuk dikembangkan sebagai obat kemoterapi bagi penyakit

kanker, karena selama ini obat kemoterapi biasanya tidak hanya membunuh sel

kanker tetapi juga membunuh sel normal (Meiyanto et al. 2003).

Hidrolisat enzimatik yang mengandung campuran enzim dan senyawa-

senyawa kitooligomer (Tabel 6) digunakan untuk menguji aktivitas proliferasi

terhadap sel limfosit dan sel kanker.

Tabel 6 Konsentrasi enzim dari beberapa hidrolisat No. Hidrolisat Konsentrasi

(Unit/mg kitosan) 1. FBS 0.0085 2. FBSMn 0.0085 3. AS 0.005 0.005 4. AS 0.0085 0.0085 5. AS 0.10 0.10 6. AS 0.17 0.17 7. EM 0.0085 0.0085

Keterangan : FBS = Filtrat bebas sel yang dipanaskan selama 20 menit 60oC, konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan FBSMn = Fltrat bebas sel yang ditambah katalisator MnCl 2 10 mM, konsentrasi 0.0085 unit/mg kitosan. AS 0.005 = Enzim hasil pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.005 unit/mg kitosan AS 0.0085 = Enzim hasil pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.0085 unit/mg kitosan. AS 0.10 = Enzim hasil pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.10 unit/mg kitosan AS 0.17 = Enzim hasil pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.17 unit/mg kitosan EM 0.0085 = Enzim murni dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan

Beberapa hidrolisat pada tahap awal dilakukan skrining pada beberapa

tingkat pengenceran (Gambar 18), untuk melihat aktivitas proliferasi terhadap sel

limfosit.

Page 72: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

55

a.

b.

c.

d.

Gambar 18. Hasil pemilihan konsentrasi hidrolisat a) FBS 0.0085 3j DD85, b) EM 0.0085 6j DD90, c) AS 0.0085 3j DD85, dan d) AS 0.10 3j DD85 terhadap proliferasi sel limfosit

Hasil skrining terhadap hidrolisat dengan berbagai seri pengenceran

menunjukkan hidrolisat-hidrolisat dengan konsentrasi kitosan (DD 85%) pada 85

ì g/ml larutan atau 17 ìg/ml kultur ternyata telah menunjukkan adanya respon

0

20

40

60

80

100

120

140

160

10 17 25

Konsentrasi (ug/ml kultur)

% p

rolif

era

si

FBS 0.0085 3jDD85

FBS 0.0085 3jDD70

020406080

100120140160180

10 17 25Konsentrasi (ug/ml kultur)

% P

rolif

eras

i

EM 0.0085 6j DD90

020406080

100120140160180

10 17 25

Konsentrasi (ug/ml) kultur

% P

rolif

eras

i

AS 0.10 3j DD85

0

50

100

150

200

10 17 25

Konsentrasi (ug/ml) kultur

% P

rolif

eras

i

AS 0.0085 3j DD85

AS 0.0085 3j DD70

Page 73: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

56

aktivitas proliferasi yang cukup baik terhadap sel limfosit dibanding penggunaan

hidrolisat berkonsentrasi lebih tinggi atau lebih rendah.

Tabel 7 Aktivitas senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat terhadap proliferasi sel limfosit

% Proliferasi Hidrolisat dan konsentrasi enzim

(IU/mg kitosan)

Konsentrasi hidrolisat

(µg/ml kultur)

DD substrat (%DD)

Hidrolisat 1j

Hidrolisat 3j

AS 0.005 FBS 0.0085 FBSMn 0.0085 EM* 0.0085 AS 0.0085 AS 0.10 AS 0.17

17 17

17

17

17

17

17

85 70 85 70 85 70 85 90 70 85 90 70 85 90 70 85

- -

288.06 48.14 247.56 79.31 123.48 230.79 45.92 130.79 118.43 31.84 181.88 122.33 46.51

155.10

66.70 138.01 123.09 154.54 70.69

- -

184.54 162.47 169.00 132.03

96.04 144.23 118.99 100.25 142.52

Kontrol Con A PWM

- 17 17

100.00 184.47 205.27

Glukosamin Kitosan DD70 Kitosan DD 85 Kitosan DD 90 Kitosan DD 100

17 17 17 17 17

113.87 106.31 107.23 98.70 105.82

Enzim kitosanase Bromo deoksi -uridin

-

17

78.30

71.31 *Enzim murni inkubasi 6 jam berada pada kolom 1 jam, inkubasi 9 jam berada pada kolom 3 jam . Keterangan : FBS 0.0085 = filtrat bebas sel yang dipanaskan selama 20 menit 60oC, FBSMn = filtrat bebas sel yang ditambah katalisator MnCl2 10 mM, AS 0.005 = enzim hasil pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.005 unit/mg kitosan DD85 AS 0.0085 = enzim hasil pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.0085 unit/mg kitosan DD85 AS 0.10 = enzim hasil pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.10 unit/mg kitosan DD 85 As 0.17 = enzim hasil pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.17 unit/mg kitosan DD 85 EM 0.0085 = Hasil pemurnian pemurnian dengan unit 0.0085 U/mg kitosan DD90.

Page 74: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

57

Con A = Mitogen Concanavalin A PWM = Mitogen Pokeweed Bromo deoksi uridin = Senyawa anti kanker komersial (Sigma). Kontrol = medium dan suspensi sel.

Menelaah hasil pengujian proliferasi sel limfosit pada Tabel 7, terlihat

berbagai hidrolisat enzim, substrat kitosan dengan berbagai derajat deasetilasi

(%DD), preparat enzim, senyawa anti kanker 2 - Bromo deoksi uridin (BrDu ) dan

mitogen Con A serta PWM memberikan respon % proliferasi limfosit yang

berbeda dengan kontrol, dimana preparat enzim dan senyawa anti kanker BrDu

ternyata tidak memacu proliferasi sel limfosit bahkan bersifat sitotoksik atau

membunuh sel limfosit. Fenomena respon sitotoksik ini juga ditemukan pada

beberapa hidrolisat dan umumnya respon ini ditemui pada hidrolisat yang

menggunakan substrat kitosan DD 70%, yaitu sebanyak (5 lima) buah hidrolisat

yang berasal dari inkubasi dengan substrat kitosan selama 1 (satu) jam dan 1

(satu) buah hidrolisat yang berasal dari inkubasi dengan substrat kitosan selama

3 (tiga) jam, fenomena sitotoksik dari hidrolisat yang menggunakan substrat

kitosan DD85 hanya ditemukan sebanyak 2 (dua) buah hidrolisat. Jumlah

perbandingan hidrolisat yang bersifat sitotoksik dibanding hidrolisat yang tidak

bersifat sitotoksik terhadap sel limfosit adalah 5 : 9 pada hidrolisat yang

dihasilkan selama 1 (satu) jam, dan 3 : 11 untuk hidrolisat yang dihasilkan

selama 3 (tiga) jam. Hasil perbandingan tersebut mencerminkan bahwa hidrolisat

yang diproduksi selama 3 (tiga) jam nampaknya lebih baik menstimulasi

proliferasi sel limfosit daripada hidrolisat yang diproduksi selama 1 (satu) jam, hal

ini kemungkinan disebabkan oleh kandungan komposisi senyawa kitooligomer

mono sampai trimer yang lebih banyak daripada kandungan senyawa

kitooligomer tetra sampai heksamer pada hidrolisat yang diproduksi selama 3

(tiga) jam. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hidrolisat yang bersifat tidak

sitotoksik masih lebih besar jumlahnya dibanding hidrolisat yang bersifat

sitotoksik. Pengaruh hidrolisat yang bersifat sitotoksik didominasi oleh hidrolisat

yang menggunakan substrat kitosan DD 70%, tetapi kitosan DD 70% sendiri

beserta kitosan dengan derajat deasetilasi 85%, 90% dan 100% tidak bersifat

sitotoksik dan tidak menstimulasi proliferasi terhadap sel limfosit. Hal ini berarti

bahwa kitooligomer yang dihasilkan dari reaksi yang menggunakan substrat

kitosan DD 70% bersifat sitotoksik terhadap sel limfosit, karena hasil ini nampak

cukup berbeda dengan pengaruh senyawa-senyawa kitooligomer dalam

hidrolisat yang menggunakan derajat deasetilasi substrat DD 85% dan 90%

Page 75: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

58

yang sebagian besar tidak memberi respon sitotoksik terhadap sel limfosit.

Kemungkinan sifat sitotoksik dari senyawa-senyawa kitooligomer yang berasal

dari degradasi kitosan DD70% disebabkan oleh konsentrasi senyawa-senyawa

kitooligomer bergugus asetil yang lebih tinggi dibandingkan dengan senyawa-

senyawa kitooligomer bergugus asetil lebih rendah yang terdapat pada senyawa-

senyawa kitooligomer dalam hidrolisat yang menggunakan kitosan dengan

derajat deasetilasi lebih tinggi. Hipotesis ini terjawab dengan melihat kemampuan

stimulasi proliferasi oleh senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat FBS

0.0085 1j DD85 (hasil reaksi preparat enzim dari filtrat bebas sel yang telah

dipanaskan selama 20 menit 60 oC dengan substrat kitosan DD 85% selama 1

jam) memiliki % proliferasi sebesar 288.06%, hasil ini merupakan % proliferasi

sel limfosit yang tertinggi. Hasil ini memberi implikasi bahwa telah terjadi

peningkatan jumlah sel sebesar 2.88 kali dari jumlah sel awal 1 x 106 sel/ml.

Senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat FBSMn 0.0085 1j DD85 dan

hidrolisat EM 0.0085 6j DD90 dan EM 0.0085 9j DD90 masing-masing juga

menunjukkan kemampuan stimulasi proliferasi yang cukup tinggi dibandingkan

hidrolisat lainnya yaitu berturut-turut sebesar 247.56%, 230.79% dan 184.54%.

Tingginya proliferasi limfosit yang dihasilkan merupakan indikasi kemampuan

imunitas sel (Zakaria et al. 1997). Hipotesis terjadinya stimulasi proliferasi ini

dapat terjawab dengan membandingkan respon stimulasi proliferasi terhadap

hidrolisat yang mengandung campuran enzim dan senyawa-senyawa

kitooligomer dan respon sitotoksik terhadap senyawa kitooligomer murni yang

telah difraksinasi (Tabel 8). Fenomena berbeda yang ditemukan pada hidrolisat

yang tidak difraksinasi menunjukkan kemungkinan enzim kitosanase yang

berada dalam hidrolisat masih aktif dan bersifat bifungsional yaitu disamping

memiliki kemampuan mendegradasi kitosan menjadi unit-unit senyawa

kitooligomer juga memiliki kemampuan transglikosilasi, yaitu aktivitas untuk

menggabungkan kembali senyawa-senyawa kitooligomer yang telah dihidrolisis

oleh enzim kitosanase sehingga membentuk kembali polimer kitosan yang tidak

bersifat sitotoksik terhadap sel limfosit. Fenomena tersebut dimungkinkan karena

telah ditemukannya jenis enzim kitosanase bifungsional yang memiliki aktivitas

transglikosilasi tersebut. Hasil penelitian tentang enzim kitosanase dengan

aktivitas bifungsional saat ini masih sangat terbatas. Sifat bifungsional kitosanase

telah dilaporkan antara lain oleh Reyes dan Corona (1997) dan Tanabe et al.

Page 76: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

59

(2003). Keberadaan enzim kitinase bifungsional juga telah dilaporkan oleh Wang

dan chan (1997) dan Xia et al. (2001).

Untuk memperjelas profil sel limfosit dari hasil aktivitas stimulasi proliferasi

sel limfosit oleh senyawa-senyawa kitooligomer campuran dalam hidrolisat EM

0.0085 6j DD 90 dibandingkan dengan aktivitas sitotoksik dari senyawa-senyawa

kitooligomer campuran dalam hidrolisat AS 0.0085 1j DD 70 serta kontrol

proliferasi limfosit diperlihatkan pada Gambar 19.

(a)

(b) (c)

Keterangan : (a) Profil sel tanpa sampel setelah inkubasi 3 hari. (b) Profil kultur sel limfosit yang mengalami pengaruh sitotoksik dari hidrolisat AS

0.0085 1j DD 70. (c) Profil kultur sel limfosit yang mengalami stimulasi proliferasi dari hidrolisat EM

0.0085 6j DD 90. Gambar 19 Profil sel limfosit pada pembesaran dengan inverted microscope 200 kali

Page 77: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

60

Tabel 8 Aktivitas hasil fraksinasi senyawa-senyawa kitooligomer terhadap proliferasi sel limfosit

Sampel/ hidrolisat

Unit molekul Kitooligomer

Konsentrasi kitooligomer

(µg/ml kultur)

% Proliferasi

Kontrol Standar FBS 0.0085 1j DD85 FBS 0.0085 3j DD85 EM 0.0085 6j DD90 EM 0.0085 9j DD90 AS 0.10 3j DD85

- Trimer Tetramer Pentamer Heksamer Trimer Tetramer Pentamer Heksamer Trimer Tetramer Pentamer Heksamer Trimer Tetramer Pentamer Heksamer Trimer Tetramer Pentamer Heksamer Trimer Tetramer Pentamer Heksamer

17 17 17 17

17 17 17 17

17 17 17 17

17 17 17 17

17 17 17 17

17 17 17 17

100.00

69.11 70.61 78.87 84.24

98.85 140.50 120.71 140.07

79.17 81.64 72.87 73.87

66.73 70.31 69.62 80.93

69.78 72.97 73.83 74.52

72.48 72.82 72.63 71.83

Keterangan : FBS 0.0085 1j DD85 = Hasil reaksi enzim (Filtrat bebas sel yang dipanaskan selama 20 menit 60oC) dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD85 selama 1 jam. FBS 0.0085 3j DD85 = Hasil reaksi enzim (Filtrat bebas sel yang dipanaskan selama 20 menit 60oC) dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD85 selama 3 jam. EM 0.0085 6j DD90 = Hasil reaksi enzim murni dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD 90, 6 jam EM 0.0085 9j DD90 = Hasil reaksi enzim murni dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD 90, 9 jam AS 0.0085 1j DD85 = hasil reaksi enzim hasil pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD85, 1 jam AS 0.10 3j DD85 = Hasil reaksi enzim hasil pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.10 U/mg kitosan DD85, 3 jam. Br-dU = 2-Bromo deoksi uridin (senyawa anti kanker komersial, Sigma) Standar = Senyawa-senyawa kitooligomer murni dari Seikagaku Corp,Jepang.

Page 78: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

61

Hasil pengujian proliferasi limfosit dengan menggunakan sampel senyawa-

senyawa kitooligomer yang telah difraksinasi menjadi unit trimer - heksamer pada

Tabel 8, menunjukkan bahwa senyawa-senyawa kitooligomer hasil fraksinasi

umumnya tidak dapat memacu proliferasi lebih baik daripada kontrol, Berarti

dapat disimpulkan bahwa senyawa-senyawa kitooligomer murni ternyata bersifat

sitotoksik terhadap sel limfosit. Fenomena ini dapat terjadi berdasarkan dugaan

bahwa senyawa-senyawa kitooligomer hasil fraksinasi merupakan komponen

tunggal yang murni, sehingga tidak lagi mengandung enzim kitosanase

bifungsional yang kemungkinan memiliki aktivitas transglikosilasi (Reyes dan

Corona (1997) dan Tanabe et al. (2003)), yaitu mampu merepolimerisasi kembali

senyawa-senyawa kitooligomer menjadi polimer kitosan yang tidak bersifat

sitotoksik.

Kemampuan senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat menstimulasi

proliferasi limfosit didukung oleh hasil penelitian Hertriyani (2005) yang

menemukan aktivitas proliferasi sel limfosit tertinggi terdapat pada hidrolisat yang

memiliki komposisi heksamer paling tinggi. Hasil ini didukung pula oleh laporan

Tokoro et al. (1986); Kobayashi et al. (1990); dan Suzuki et al. (1992) yang

melaporkan aktivitas immunoenhancing atau anti kanker terbaik adalah senyawa

kitooligosakarida dengan unit heksamer. Wu dan Tsai (2004) melaporkan

hidrolisat kitin yang mengandung kitooligomer dengan derajat polimerisasi 1-6

mampu menginduksi proliferasi dan sekresi IgM dari sel hibridoma manusia

HB4C5 secara in vitro, sedangkan secara in vivo hidrolisat ini mampu

meningkatkan sekresi IgG dan IgM.

Pada Tabel 9 diperlihatkan pengaruh inkubasi bersama antara senyawa-

senyawa kitooligomer hasil reaksi enzimatik dan mitogen pada kultur sel limfosit.

Secara umum terlihat pengaruh yang sinergis dari hasil pencampuran senyawa-

senyawa kitooligomer dalam hidrolisat, yaitu terjadi peningkatan % proliferasi sel

limfosit yang lebih tinggi bila dibandingkan pemb erian mitogen Concanavalin A

dan Pokeweed masing-masing secara tunggal. Mitogen adalah agen yang

mampu menginduksi pembelahan sel baik sel T maupun sel B dalam persentase

yang tinggi, aktivasi mitogen adalah tidak spesifik. Mitogen biasa dikenal sebagai

aktivator poliklonal karena dapat mengaktivasi banyak klon sel T atau sel B tanpa

tergantung pada spesifitas antigennya.

Page 79: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

62

Tabel 9 Pengaruh inkubasi bersama hidrolisat kitooligomer dan mitogen terhadap proliferasi sel limfosit

% Stimulasi proliferasi Hidrolisat Mitogen Con A Mitogen PKW

FBS 0.0085 1j DD85 FBSMn 0.0085 1j DD85 AS 0.0085 D85 1j DD85 AS 0.10 1j DD85 AS 0.17 1j DD85 EM 0.0085 1j DD85 Con A PKW

215.90 198.57 207.12 268.43 218.96 116.39 184.48

-

263.90 196.56 308.26 267.14 318.77

- -

205.26

Menurut Herscowitz (1993) mitogen atau antigen tidak spesifik seperti Con

A dan PWM mempunyai daya mengaktifkan sejumlah besar limfosit-limfosit

tanpa memandang reaktifitas antigenik sel-sel yang bersangkutan. Hal ini terjadi

karena adanya gangguan pada membran yang diransang oleh ikatan silang

makromolekul permukaan tertentu yang meransang limfosit untuk membelah.

Mitogen PWM dapat mengaktifkan sel T dan sel B mencit dan manusia. Mitogen

Con A dapat meransang terjadinya transformasi blast subpopulasi sel limfosit T

(Bellanti, 1993). Transformasi blast atau perubahan menjadi blast adalah

sederetan peristiwa dimana sel-sel bertambah besar, nukleus membesar,

retikulum endoplasmik menjadi kasar dan tubulus mikro menjadi jelas, kecepatan

sintesis DNA bertambah dan terjadi mitosis.

Mekanisme umum terjadinya proses proliferasi dapat diduga berdasarkan

terikatnya polimer kitosan rantai pendek pada reseptor permukaan sel T dan sel

B. Pengikatan antigen pada reseptor permukaan sel T bersama interleukin 1(IL-

1) dari APC (Antigen Presenting Cell) dapat mengaktivasi G-protein yang

kemudian memproduksi fosfolipase C. Enzim ini menghidrolisis fosfatidil inositol

bifosfat (PIP2) menjadi produk reaktif diasil gliserol (DAG) dan inositol trifosfat

(IP3). Reaksi tersebut berlangsung dalam membran plasma. IP3 kemudian

menstimulasi pelepasan Ca2+ ke dalam sitoplasma sehingga konsentrasi Ca 2+

meningkat. Peningkatan Ca2+ ini berperan penting dalam menstimulasi kerja

enzim protein kinase C dan 5-lipoxygenase. Protein kinase C menstimulasi

produksi interleukin-2 (IL-2), IL-2 ini kemudian mengaktivasi sel B maupun sel T

untuk berproliferasi (Tejasari 2000). Perbandingan hasil penelitian ini

dibandingkan dengan hasil penelitian lain, dapat dilihat pada Tabel 10 berikut :

Page 80: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

63

Tabel 10 Beberapa hasil penelitian proliferasi sel limfosit

No Sampel % proliferasi Referensi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Ekstrak air kayu secang (Caesalpinia sappan Linn) Teh daun cincau (Cyclea) Serbuk gel cincau (Cyclea) Bunga kumis kucing (Orthosimphon stamineus benth) Bunga knop (Gomphrena globosa L.) Hidrolisat kitooligomer kitin Hidrolisat kitooligomer (FBS 0.0085 1j DD85)

150

141

122

240

107

136

288

Puspaningrum 2003

Setiawati 2003

Setiawati 2003

Aquarini 2005

Aquarini 2005

Hertriyani 2005

(penelitian ini)

Berdasarkan hasil-hasil yang telah dilaporkan tersebut, nampak aktivitas

proliferasi sel limfosit dari senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat

tertentu cukup baik, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa senyawa-senyawa

kitooligomer dalam hidrolisat yang berasal dari hasil reaksi enzimatik yang

menggunakan enzim kitosanase dari Bacillus licheniformis MB2 dengan

mengunakan substrat kitosan dengan derajat deasetilasi 85% dan 90% ternyata

tidak bersifat toksik bagi sel limfosit, bahkan mampu memacu proliferasi sel

limfosit. Tingginya proliferasi limfosit yang dihasilkan merupakan indikasi

kemampuan imunitas sel (Zakaria et al. 1997). Aktivitas senyawa-senyawa

kitooligomer terutama senyawa-senyawa kitooligomer murni yang ditemukan

toksik pada sel limfosit dapat diaplikasikan untuk menghambat proliferasi sel

kanker, walaupun model ideal untuk menemukan obat kanker potensial adalah

senyawa yang tidak membunuh sel normal tetapi dapat membunuh sel kanker.

Dengan dasar hasil tersebut, penelitian ini dilanjutkan untuk mengevaluasi

kemungkinan senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat dan hasil

fraksinasi memiliki aktivitas sebagai bahan anti kanker dengan melakukan

pengujian pada beberapa galur sel kanker.

Page 81: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

64

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, diajukan beberapa saran berkaitan

dengan hasil yang telah diperoleh dari hasil pengujian senyawa-senyawa

kitooligomer dari hidrolisat enzimatik dan hasil fraksinasi terhadap aktivitas

proliferasi sel limfosit, yaitu perlu adanya pengujian aktivitas proliferasi sub sel

limfosit, misalnya terhadap aktivitas proliferasi sel B, sel TH, sel TC dan sel NK.

Diperlukan juga adanya pengujian aktivitas proliferasi pada sel/sistim imun lain,

misanya terhadap makrofag. Selanjutnya diperlukan klarifikasi sifat sitotoksik dari

senyawa-senyawa kitooligomer terutama yang telah terfraksinasi dengan

menggunakan parameter molekuler seluler, misalnya dengan menganalisis jenis-

jenis protein yang terekspresi setelah pemberian senyawa-senyawa kitooligomer

pada sel, sehingga diperoleh kesimpulan pengaruh kitooligomer terhadap sel

limfosit yang cukup akurat.

D. AKTIVITAS SENYAWA-SENYAWA KITOOLIGOMER TERHADAP PROLIFERASI SEL KANKER

Pengujian secara in vitro dapat digunakan untuk menduga respon tumor

terhadap suatu bahan uji sebagai anti tumor, dan hasil pendugaan ini akan

sangat berharga karena dapat ditemukan potensi suatu bahan uji sebagai obat

anti tumor. Pengujian suatu komponen kimia yang memiliki aktivitas anti tumor

dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu secara in vivo dan in vitro. Disebabkan uji

in vivo sangat mahal dan membutuhkan waktu yang lama, maka dikembangkan

metode pengujian secara in vitro dengan menggunakan kultur sel kanker.

Pengujian aktivitas anti kanker secara in vitro dapat memberi informasi aktivitas

bahan yang diuji dalam menghambat proliferasi sel kanker. Hipotesis mengenai

efektivitas pengujian in vitro tergantung jenis sel yang digunakan, apabila

digunakan sel suspensi maka efektivitasnya mendekati pengujian secara in vivo

karena sel suspensi adalah sel yang tersuspensi dalam darah, sehingga bahan

uji yang diberikan akan mengalami kontak langsung dengan sel tersebut apabila

diberikan secara injeksi. Jika diberikan melalui oral, setelah melalui saluran

pencernaan akan langsung masuk dalam pembuluh darah, di dalam darah bahan

uji langsung dapat berinteraksi dengan sel – sel suspensi termasuk sel kanker

yang tersuspensi dalam darah. Berbeda dengan sel jenis selapis, interaksinya

dengan bahan uji memiliki efektivitas yang lebih rendah karena bahan uji yang

diberikan harus melalui pembuluh darah sebelum akhirnya sampai ke jaringan.

Page 82: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

65

Oleh karena itu, penulis beranggapan bahwa efektivitas sebenarnya dari suatu

bahan uji dapat diketahui melalui cara pengujian in vitro dengan menggunakan

jenis sel suspensi.

Pengamatan pada penelitian ini adalah ketidakmampuan sel berproliferasi

akibat adanya bahan uji. Pengujian aktivitas proliferasi sel kanker dan sel normal

menggunakan metoda alamar blue atau metode MTT di dalam lempeng datar 96

sumur.

1.Hasil Pengujian Penghambatan Proliferasi Sel KR-4

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan metode MTT terhadap

kemampuan penghambatan proliferasi sel kanker terhadap galur sel KR-4

(lymphablastoid B), kitosan dan senyawa-senyawa kitooligomer campuran dalam

hidrolisat enzimatik ternyata memiliki aktivitas penghambatan terhadap proliferasi

sel KR4.

Hasil pengujian pendahuluan pada sel KR-4 menghasilkan informasi

konsentrasi efektif hidrolisat enzimatik yang mengandung senyawa-senyawa

kitooligomer terhadap aktivitas anti kanker adalah 17 ìg/ml kultur (Gambar 20),

nilai ini setara dengan nilai konsentrasi efektif yang digunakan dalam menguji

proliferasi sel limfosit. Selanjutnya konsentrasi ini menjadi dasar untuk digunakan

dalam pengujian selanjutnya pada jenis galur sel yang lain.

Gambar 20 Pengujian konsentrasi efektif untuk uji penghambatan proliferasi

Pada Gambar 21 diperlihatkan aktivitas penghambatan proliferasi sel KR-4

oleh beberapa hidrolisat yang mengandung senyawa-senyawa kitooligomer.

Hidrolisat AS 0.0085 1j DD85 ( reaksi enzim pekatan amonium sulfat 80% jenuh

dengan konsentrasi 0.0085 unit per miligram kitosan dengan kitosan DD85%

selama satu jam) memperlihatkan aktivitas penghambatan tertinggi sebesar

02468

101214

17 25

EM 0.0085 6j DD90 (ug/ml)kultur

% P

engh

amba

tan

Page 83: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

66

12.27%, hasil ini hampir sama dengan aktivitas penghambatan oleh kitosan

dengan derajat deasetilasi 100% (kit D 100) sebesar 10.50%. Hasil tersebut

berarti telah terjadi pengurangan jumlah sel sebesar 12.27% oleh senyawa-

senyawa kitooligomer dalam hidrolisat dan 10.50% oleh kitosan, dari jumlah sel

awal sebanyak 1 x 106 sel/ml pada konsentrasi yang sama (17µg/ml kultur).

Keterangan : FBS 0.0085 1j DD85 = Hasil reaksi enzim (Filtrat bebas sel yang dipanaskan selama 20 menit 60oC) dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD85 selama 1 jam. FBSMn 0.0085 1j DD85 = hasil reaksi enzim dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan yang ditambah katalisator MnCl2 10 mM dengan kitosan DD85 selama 1 jam. FBSMn 0.0085 3j DD85 = hasil reaksi enzim dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan yang ditambah katalisator MnCl 2 10 mM dengan kitosan DD85 selama 3 jam. AS 0.0085 1j DD85 = hasil reaksi enzim hasil pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD85, 1 jam AS 0.0085 3j DD85 = hasil reaksi enzim hasil pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD85, 3 jam AS 0.0085 1j DD90 = hasil reaksi enzim hasil pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD90, 1 jam AS 0.10 3j DD85 = Hasil reaksi enzim hasil pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.10 U/mg kitosan DD85, 3 jam. AS 0.10 3j DD90 = Hasil reaksi enzim hasil pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.10 U/mg kitosan DD90, 3 jam. EM 0.0085 9j DD90 = Hasil reaksi enzim murni dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD 90, 9 jam glukosamin = unit monomer dari senyawa-senyawa kitooligomer. kit DD100 = Kitosan dengan derajat deasetilasi 100% kit DD85 = Kitosan dengan derajat deasetilasi 85%

Gambar 21 Pengaruh pemberian senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat terhadap penghambatan proliferasi sel KR-4.

Hasil pengujian aktivitas penghambatan proliferasi yang tertinggi terhadap

sel KR-4 terdapat pada hidrolisat FBS 0.0085 3j DD85 dan AS 0.10 3j DD85.

Berdasarkan hasil analisis komposisi senyawa-senyawa kitooligomer dengan alat

kromatografi HPLC, ternyata hidrolisat FBS 0.0085 1j DD85 mengandung

0

2

4

6

8

10

12

14

FBS0.0085 1j

DD85

FBsMn0.0085 1j

DD 85

FBsMn0.0085 3j

DD 85

AS 0.00851j DD85

AS 0.00853j DD85

AS 0.00851j DD90

AS 0.10 3jDD85

AS 0.10 3jDD90

EM 0.00859j DD90

glukosamin kit DD100 kit D85

Senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat

% P

engh

amba

tan

Prol

ifera

si

KR4

Page 84: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

67

komposisi monomer sampai trimer yang tinggi dan komposisi pentamer dan

heksamer yang rendah, sedangkan hidrolisat AS 0.10 3 DD85 jam mengandung

komposisi monomer yang tinggi dan komposisi dimer sampai heksamer yang

rendah. Gambar 22 berikut memperlihatkan perbedaan profil sel KR-4 setelah

mengalami inkubasi dengan hidrolisat dan tanpa hidrolisat senyawa-senyawa

kitooligomer selama 3 (tiga) hari.

a. Sel KR-4 kontrol b. Sel KR-4 dengan hidrolisat FBS 0.0085 1j DD85

Gambar 22 Profil sel KR-4 hasil perbesaran dengan lensa obyektif

inverted microscope sebesar 200 kali.

Hasil pengujian terhadap sel KR4 menghasilkan informasi bahwa senyawa-

senyawa kitooligomer dalam hidrolisat tidak cukup efektif memberikan respon

penghambatan proliferasi sel dibandingkan dengan kitosannya sendiri. Hasil ini

memberi implikasi bahwa untuk menghambat proliferasi sel KR-4 tidak terlalu

perlu menggunakan senyawa-senyawa kitooligomer yang dihasilkan secara

enzimatik, karena kitosan sendiri sudah cukup efektif memberikan

penghambatan dan tidak toksik terhadap sel limfosit. Hasil penelitian tentang

penghambatan proliferasi terhadap sel KR4 (lymphablastoid B) telah dilaporkan

oleh Damayanti (2002), bahwa pemberian ekstrak minyak bekatul padi (Oryza

sativa ) mampu menghambat proliferasi sel KR4 sekitar 32.5%. Nilai

penghambatan tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan nilai

penghambatan proliferasi sel KR4 oleh senyawa-senyawa kitooligomer dalam

hidrolisat enzimatik.

Page 85: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

68

2. Hasil Pengujian Penghambatan Proliferasi Sel K562 Oleh Senyawa-senyawa Kitooligomer

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan metode MTT terhadap

kemampuan penghambatan proliferasi sel kanker K562(chronic myelogenous

leukemia), kitosan dan senyawa-senyawa kitooligomer campuran dalam

hidrolisat serta senyawa-senyawa kitooligomer hasil fraksinasi (trimer –

heksamer) memiliki aktivitas penghambatan proliferasi sel K562. Gambar 23

memperlihatkan aktivitas penghambatan proliferasi sel K562 oleh senyawa-

senyawa kitooligomer hasil fraksinasi.

Keterangan : FBS 0.0085 1j DD85 = Hasil reaksi enzim (Filtrat bebas sel yang dipanaskan selama 20 menit 60oC) dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD85 selama 1 jam. FBS 0.0085 3j DD85 = Hasil reaksi enzim (Filtrat bebas sel yang dipanaskan selama 20 menit 60oC) dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD85 selama 3 jam. EM 0.0085 6j DD90 = Hasil reaksi enzim murni dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD 90, 6 jam EM 0.0085 9j DD90 = Hasil reaksi enzim murni dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD 90, 9 jam AS 0.0085 1j DD85 = hasil reaksi enzim hasil pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD85, 1 jam AS 0.10 3j DD85 = Hasil reaksi enzim hasil pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.10 U/mg kitosan DD85, 3 jam. Br-d U = 2-Bromo deoksi uridin (senyawa anti kanker komersial, Sigma) Standar = Senyawa-senyawa kitooligomer murni dari Seikagaku Corp,Jepang.

Gambar 23 Aktivitas senyawa-senyawa kitooligomer hasil fraksinasi sebagai

penghambat proliferasi sel K562

Hasil pengujian dari preparat standar senyawa-senyawa kitooligomer murni

dari Seikagaku Corp Jepang memperlihatkan adanya aktivitas penghambatan

yang tertinggi pada senyawa kitooligomer unit pentamer sebesar 10.86%, tetapi

aktivitas tersebut lebih rendah dari aktivitas penghambatan heksamer yang

dihasilkan oleh hidrolisat EM 0.0085 9j DD90 (hasil reaksi enzim murni dengan

02468

1012141618

FBS0.0085 1j

DD85

FBS0.0085 3j

DD85

AS 0.10 3jDD85

EM0.0085 6j

DD90

EM0.0085 9j

DD90

Standar Br-du

Hirolisat enzimatik

% P

engh

amba

tan

prol

ifera

si Trimer

Tetramer

Pentamer

Heksamer

Page 86: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

69

aktivitas 0.0085 unit per miligram kitosan pada substrat kitosan DD 90% selama

9 jam) sebesar 15.68% yang merupakan aktivitas penghambatan tertinggi

terhadap sel K562. Hal ini berarti telah terjadi pengurangan jumlah sel oleh

preparat heksamer EM 0.0085 9j DD90 sebesar 15.68% dari jumlah sel kontrol 1

x 105 sel/ml. Aktivitas penghambatan proliferasi dari senyawa kontrol positif anti

kanker 2-Bromo deoksi uridin hanya memiliki nilai sekitar 1.22% pada

konsentrasi yang sama (17µg/ml kultur). Perbedaan aktivitas penghambatan oleh

preparat heksamer EM 0.0085 9j DD90 dengan kontrol positif tersebut mencapai

14,46%. Gambar 24 berikut memperlihatkan aktivitas penghambatan proliferasi

sel K562 oleh hidrolisat enzimatik yang mengandung senyawa-senyawa

kitool igomer.

Keterangan : FBS 0.0085 3j DD85 = Hasil reaksi enzim (Filtrat bebas sel yang dipanaskan selama 20 menit 60oC) dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD85 selama 3 jam. EM 0.0085 9j DD90 = Hasil reaksi enzim murni dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD 90, 9 jam

AS 0.005 3j DD85 = Hasil reaksi enzim hasil pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.005 U/mg kitosan DD85 3 jam.

AS 0.0085 1j DD85 = hasil reaksi enzim hasil pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD85, 1 jam. AS 0.10 3j DD85 = Hasil reaksi enzim hasil pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.10 U/mg kitosan DD85, 3 jam. Kit D85 = Kitosan dengan derajat deasetilasi 85% Br-dU = 2-Bromo deoksi uridin (senyawa anti kanker komersial, Sigma)

Gambar 24 Aktivitas senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat sebagai penghambat proliferasi sel K562.

Kemampuan senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat yang

memperlihatkan aktivitas penghambatan tertinggi dimiliki oleh hidrolisat AS 0.10

3j DD85 (hasil reaksi enzimatik dari preparat enzim pekatan amonium sulfat 80%

dengan aktivitas 0.10 unit per miligram kitosan DD85% selama tiga jam) sebesar

0

5

10

15

20

25

FBS0.0085 3j

DD85

AS 0.0053j DD85

AS0.0085 1j

DD85

AS 0.103j DD85

EM0.0085 9j

DD90

kit DD85 BrdU

Senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat

%

Pen

gham

bata

n pr

olife

rasi

K562

Page 87: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

70

20.58%. Kitosan dengan derajat deasetilasi 85% memiliki aktivitas lebih rendah

daripada hidrolisat AS 0.005 3jDD85 dan EM 0.0085 9j DD90, yaitu sebesar

13.16%, tetapi lebih tinggi dari hidrolisat FBS 0.0085 3j DD85 dan AS 0.0085 1j

DD85. Aktivitas penghambatan proliferasi oleh kitosan DD 85%, hidrolisat AS

0.005 3j DD85 dan EM 0.0085 9j DD90 tersebut ternyata lebih tinggi

dibandingkan dengan aktivitas penghambatan proliferasi oleh senyawa anti

kanker 2-Bromo deoksi uridin terhadap sel K562 sebesar 1.22% pada

konsentrasi yang sama (17 µg/ml kultur), yang digunakan sebagai kontrol positif

dalam pengujian ini. Oleh karena itu respon penghambatan proliferasi terhadap

sel K562 ini dianggap sebagai respon sifat sitotoksik dari senyawa-senyawa

kitooligomer dalam hidrolisat reaksi enzimatik terhadap sel K562.

Berdasarkan hasil pengujian aktivitas penghambatan proliferasi tertinggi

terhadap sel K562 oleh hidrolisat AS0.005 3j DD85 dan AS 0.10 3j DD85,

dihubungkan dengan hasil analisis komposisi senyawa-senyawa kitooligomer

dalam hidrolisat dengan alat kromatografi HPLC menunjukkan bahwa komposisi

senyawa-senyawa kitooligomer dari hidrolisat AS 0.10 3j DD85 adalah

konsentrasi unit monomer yang lebih banyak daripada kitooligomer dengan unit

dimer sampai heksamer. Berarti aktivitas penghambatan proliferasi terhadap sel

K562 oleh senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat tersebut lebih banyak

dipengaruhi oleh komposisi glukosamin sebagai monomer kitosan. Tetapi setelah

melalui proses fraksinasi ternyata sampel heksamer dari hidrolisat enzim murni

(hasil inkubasi selama 9 jam dengan substrat) menunjukkan aktivitas

penghambatan proliferasi yang lebih tinggi terhadap sel K562 daripada monomer

glukosamin. Beberapa peneliti juga melaporkan aktivitas anti kanker terbaik dari

senyawa-senyawa kitooligomer adalah senyawa kitooligomer dengan unit

heksamer.

Respon penghambatan proliferasi terhadap sel K562 nampak lebih tinggi

pada sampel senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat dibandingkan

dengan sampel senyawa-senyawa kitooligomer murni, dengan perbedaan nilai

aktivitas penghambatan sekitar 4.9%. Perbedaan aktivitas penghambatan

proliferasi dari senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat dengan senyawa

anti kanker 2-Bromo deoksi uridin sebagai kontrol positif mencapai nilai sekitar

19.37%. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa senyawa-senyawa

kitooligomer dalam hidrolisat yang dihasilkan dari hasil reaksi enzimatik cukup

efektif memberikan respon penghambatan proliferasi terhadap sel K562,

Page 88: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

71

dibandingkan dengan senyawa-senyawa kitooligomer hasil fraksinasi yang

ternyata lebih toksik terhadap sel limfosit daripada kitosannya sendiri serta

senyawa anti kanker 2-Bromo deoksi uridin. Gambar 25 berikut memperlihatkan

perbedaan profil sel K562 setelah mengalami inkubasi selama 3 (tiga) hari

dengan hidrolisat dan tanpa hidrolisat senyawa-senyawa kitooligomer.

Sel K562 kontrol Sel K562 dengan hidrolisat AS 0.005 3j DD85

Gambar 25 Profil sel K562 hasil perbesaran lensa obyektif inverted microscope sebesar 100 kali.

Hasil penelitian tentang mekanisme penghambatan poliferasi sel K562

(chronic myelogenous leukemia) dilaporkan oleh Shunji (2004) yang meneliti

pengaruh pemberian smenospongin yang merupakan senyawa sesquiterpen

aminoquinon yang diisolasi dari spong laut pada konsentrasi 3-15 mikromolar

dapat menginduksi diferensiasi sel K562 menjadi eritroblast. Adanya

smenospongin membuat siklus sel terhenti pada fase G1 (fase/tahap sel

menyiapkan proses replikasi DNA).

3. Hasil Pengujian Penghambatan Proliferasi Sel HeLa Oleh Senyawa-senyawa Kitooligomer

Pengujian kemampuan penghambatan proliferasi sel HeLa (Epithel

Carsinoma Cervix) oleh kitosan dan senyawa-senyawa kitooligomer dalam

hidrolisat serta senyawa-senyawa kitooligomer hasil fraksinasi (trimer –

heksamer) telah dianalisis dengan metode MTT. Hasil pengujian memberi

informasi bahwa pemberian sampel senyawa-senyawa kitooligomer memiliki

aktivi tas penghambatan terhadap proses proliferasi sel HeLa. Preparat standar

senyawa-senyawa kitooligomer murni dari Seikagaku Corp Jepang, menunjukkan

aktivitas penghambatan tertinggi dicapai oleh senyawa kitooligomer dengan unit

Page 89: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

72

tetramer sebesar 27.66%. Tetapi aktivitas tersebut masih lebih rendah bila

dibandingkan dengan aktivitas penghambatan proliferasi sel HeLa oleh senyawa

kitooligomer heksamer 0,10 3j DD85 yang mencapai 31.72% (Gambar 26).

Keterangan : FBS 0.0085 1j DD85 = Hasil reaksi enzim (Filtrat bebas sel yang dipanaskan selama 20 menit 60oC) dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD85 selama 1 jam. FBS 0.0085 3j DD85 = Hasil reaksi enzim (Filtrat bebas sel yang dipanaskan selama 20 menit 60oC) dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD85 selama 3 jam. EM 0.0085 6j DD90 = Hasil reaksi enzim murni dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD 90, 6 jam EM 0.0085 9j DD90 = Hasil reaksi enzim murni dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD 90, 9 jam AS 0.0085 1j DD85 = hasil reaksi enzim hasil pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD85, 1 jam AS 0.10 3j DD85 = Hasil reaksi enzim hasil pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.10 U/mg kitosan DD85, 3 jam. Br-d U = 2-Bromo deoksi uridin (senyawa anti kanker komersial, Sigma) Standar = Senyawa-senyawa kitooligomer murni dari Seikagaku Corp,Jepang.

Gambar 26 Aktivitas senyawa-senyawa kitooligomer hasil fraksinasi sebagai

penghambat proliferasi sel HeLa

Aktivitas penghambatan sebesar 31.72% merupakan aktivitas penghambatan

proliferasi yang tertinggi terhadap sel HeLa. Hal ini menunjukkan telah terjadi

pengurangan jumlah sel sebesar 31.72% dari jumlah sel kontrol 1 x 105 sel/ml.

Data aktivitas senyawa kitooligomer heksamer tersebut didukung oleh laporan

peneliti sebelumnya bahwa aktivitas anti kanker terbaik dari senyawa-senyawa

kitooligomer yang berasal dari kitin adalah adalah kitooligomer dengan unit

heksamer (Kobayashi et al. (1990); Suzuki et al. (1992) dan Suzuki (1996)).

Aktivitas penghambatan proliferasi dari kontrol positif senyawa anti kanker 2-

Bromo deoksi uridin memiliki nilai sekitar 18,18% pada konsentrasi yang sama

(17µg/ml kultur). Perbedaan aktivitas penghambatan tertinggi oleh senyawa

kitooligomer heksamer 0.1 dengan kontrol positif mencapai nilai sekitar 15,15%.

Gambar 27 memperlihatkan aktivitas penghambatan proliferasi terhadap sel

HeLa oleh hidrolisat yang mengandung senyawa-senyawa kitooligomer.

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

EM0.0085 6j

DD90

EM0.0085 9j

DD90

AS 0.103j DD85

FBS0.0085 1j

DD85

FBS0.0085 3j

DD85

Standar Br-dU

Senyawa-senyawa kitooligomer hasil fraksinasi

% P

engh

amba

tan

prol

ifera

si TrimerTetramerPentamerHeksamer

Page 90: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

73

Keterangan : FBS 0.0085 1j DD85 = Hasil reaksi enzim (Filtrat bebas sel yang dipanaskan selama 20 menit 60oC) dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD85 selama 1 jam. FBS 0.0085 3j DD85 = Hasil reaksi enzim (Filtrat bebas sel yang dipanaskan selama 20 menit 60oC) dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD85 selama 3 jam. FBSMn 0.0085 1j DD85 = hasil reaksi enzim dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan yang ditambah katalisator MnCl 2 10 mM dengan kitosan DD85 selama 1 jam. AS 0.005 3j DD85 = Hasil reaksi enzim pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.005 U/mg kitosan DD85, 3 jam. AS 0.0085 1j DD85 = hasil reaksi enzim hasil pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD85, 1 jam AS 0.10 3j DD85 = Hasil reaksi enzim hasil pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.10 U/mg kitosan DD85, 3 jam. AS 0.17 3j DD85 = hasil reaksi enzim dengan dengan konsentrasi 0.17 U/mg kitosan DD85, 3 jam EM 0.0085 6j DD90 = Hasil reaksi enzim murni dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD 90, 6 jam EM 0.0085 9j DD90 = Hasil reaksi enzim murni dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD 90, 9 jam enz = enzim kitosanase glukosamin = unit monomer dari senyawa-senyawa kitooligomer. kit D D100 = Kitosan dengan derajat deasetilasi 100% kit D D70 = Kitosan dengan derajat deasetilasi 70% kit D D85 = Kitosan dengan derajat deasetilasi 85% kit D D90 = Kitosan dengan derajat deasetilasi 90% Br-du = 2-Bromo deoksi uridin (senyawa anti kanker komersial, Sigma)

Gambar 27 Aktivitas senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat enzimatik pada penghambatan proliferasi sel HeLa

Aktivitas penghambatan proliferasi terhadap sel HeLa oleh sampel

senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat memperlihatkan aktivitas

penghambatan tertinggi dimiliki oleh hidrolisat AS 0.005 3j DD85 (hasil reaksi

enzimatik yang berasal dari enzim hasil pekatan amonium sulfat 80% dengan

aktivitas 0.005 unit per miligram kitosan DD85%) sebesar 18.90%, enzim

kitosanase dan kitosan dengan derajat deasetilasi 100% memiliki aktivitas lebih

tinggi daripada sampel hidrolisat yang lain, yaitu sebesar 21.24% untuk kitosan

dan 21.66% untuk enzim. Hasil ini juga lebih tinggi daripada aktivitas

penghambatan oleh kontrol positif senyawa anti kanker 2-Bromo deoksi uridin

sebesar 18,18% pada nilai konsentrasi yang sama (17 µg/ml kultur). Hasil

0

5

10

15

20

25

FBS

0.00

85 1

j

FBS

0.00

85 3

j

FB

sMn

0.00

85 1

j

AS

0.0

053j

DD

85

AS

0.0

085

1j D

D85

AS

0.1

0 3j

DD

85

AS

017

3j

DD

85

EM

0.0

085

6j D

D90

EM

0.0

085

9j D

D90 en

z

gluk

osam

in

kit D

D10

0

kit D

D70

kit D

D85

kit D

D90

Brd

U

senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat

% P

engh

amba

tan

prol

ifera

si

HeLa

Page 91: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

74

pengujian pada sel HeLa memberi informasi bahwa senyawa-senyawa

kitooligomer dalam berbagai hidrolisat hasil reaksi enzimatik memberikan respon

penghambatan proliferasi sel yang lebih rendah dibandingkan dengan senyawa-

senyawa kitooligomer hasil fraksinasi. Perbedaan nilai aktivitas penghambatan

proliferasi antara sampel hidrolisat dan sampel hasil fraksinasi mencapai 12.82%.

Hal ini berarti bahwa sifat sitotoksik senyawa-senyawa kitooligomer terhadap sel

HeLa semakin meningkat apabila senyawa kitooligomer yang diberikan adalah

senyawa kitooligomer murni. Gambar 28 memperlihatkan perbedaan profil sel

HeLa setelah mengalami inkubasi selama 3 (tiga) hari dengan sampel hidrolisat

yang mengandung senyawa-senyawa kitooligomer dan tanpa sampel hidrolisat

sebagai kontrol.

Sel Hela kontrol Sel HeLa denganhidrolisat AS 0.005 3j DD85

Gambar 28 Profil sel HeLa hasil perbesaran lensa obyektif

inverted microscope sebesar 100 kali.

Penelitian terhadap penghambatan proliferasi sel HeLa, telah dilakukan

oleh beberapa peneliti sebelumnya, antara lain: Prise et al. (1986) meneliti

tentang penghambatan sel HeLa melalui pemberian 100 mikromolar metotrexat

dengan lama inkubasi lebih dari 24 jam. Chen et al. (2003) meneliti Artemisinin

turunan senyawa artesunat (ART) dan dihidroartemisinin, keduanya merupakan

obat anti-malaria yang ditemukan dapat menghambat pertumbuhan kanker

serviks HeLa dengan mekan isme penekanan terhadap proses angiogenesis,

dengan nilai LC50 berkisar 15.4 sampai 49.7 molar.

4. Hasil Pengujian Penghambatan Proliferasi Sel A549 Oleh Senyawa-senyawa Kitooligomer

Pengujian kemampuan penghambatan proliferasi sel A549 (Lung

carcinoma) oleh kitosan dan senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat

Page 92: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

75

reaksi enzimatik serta senyawa-senyawa kitooligomer hasil fraksinasi (trimer –

heksamer) telah dianalisis dengan metode MTT. Hasil pengujian menunjukkan

bahwa pemberian senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat dan hasil

fraksinasi memiliki aktivitas penghambatan terhadap proses proliferasi sel A549.

Gambar 29 berikut memperlihatkan aktivitas penghambatan proliferasi sel A549

oleh senyawa kitooligomer hasil fraksinasi.

Keterangan : Fbsp1jDD85 = hasil reaksi enzim (Filtrat bebas sel yang dipanaskan selama 20 menit 60oC) dengan unit

0.0085 U/mg kitosan DD85 selama 1jam. Fbsp3jDD85 = hasil reaksi enzim (Filtrat bebas sel yang dipanaskan selama 20 menit 60oC) dengan unit

0.0085 U/mg kitosan DD85 selama 3 jam. EM6j DD90 = Hasil reaksi enzim murni dengan unit 0.0085 U/mg kitosan DD 90, 6 jam EM9 DD90 = Hasil reaksi enzim murni dengan unit 0.0085 U/mg kitosan DD 90, 9 jam 0.1 3j DD85 = Hasil reaksi enzim hasil pekatan amonium sulfat dengan unit 0.10 U/mg kitosan DD85, 3 jam.

Gambar 29 Aktivitas senyawa-senyawa kitooligomer hasil fraksinasi pada penghambatan proliferasi sel A549

Pengujian preparat standar senyawa-senyawa kitooligomer murni (dari

Seikagaku Corp. Jepang) memperlihatkan adanya aktivitas penghambatan

tertingi oleh senyawa kitooligomer dengan unit trimer sebesar 22.72%. Aktivitas

ini hampir sama dengan aktivitas penghambatan proliferasi oleh senyawa

kitooligomer trimer dari hidrolisat EM 0.0085 9j DD90 (hasil reaksi enzim murni

dengan aktivitas 0.0085 unit per miligram kitosan dengan substrat kitosan DD

90% selama 9 jam) sebesar 22.70% yang merupakan aktivitas penghambatan

tertinggi terhadap sel A549. Hal ini berarti telah terjadi pengurangan jumlah sel

sebesar 22.70% dari jumlah sel kontrol 1 x 105 sel/ml. Respon aktivitas

penghambatan proliferasi terhadap sel A549 oleh kontrol positif senyawa anti

0

5

10

15

20

25

30

EM0.0085 6j

DD90

EM0.0085 9j

DD90

AS 0.103j DD85

FBS0.0085 1j

DD85

FBS0.0085 3j

DD85

Standar Br-du

Senyawa kitooligomer hasil fraksinasi hidrolisat enzimatik

% P

engh

amba

tan

prol

ifera

si Trimer

Tetramer

Pentamer

Heksamer

Page 93: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

76

kanker 2-Bromo deoksi uridin memiliki nilai 6.75% pada konsentrasi yang sama

(17µg/ml kultur). Perbedaan aktivitas penghambatan tertinggi pada sampel trimer

EM 0.0085 9j DD90 dengan kontrol positif mencapai 15.95%. Pada Gambar 30

diperlihatkan aktivitas penghambatan proliferasi sel A549 oleh sampel hidrolisat

enzimatik yang mengandung senyawa-senyawa kitooligomer.

Keterangan : AS 0.0085 1j DD = hasil reaksi enzim hasil pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD85, 1 jam enz = enzim kitosanase glukosamin = unit monomer dari senyawa-senyawa kitooligomer. Br-Du = 2-Bromo deoksi uridin (senyawa anti kanker komersial, Sigma)

Gambar 30 Aktivitas senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat dan senyawa pembanding pada penghambatan proliferasi sel A549.

Kemampuan senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat pada Gambar

30 memperlihatkan hanya hidrolisat AS 0.0085 1j DD85 (hasil reaksi enzim hasil

pekatan amonium sulfat dengan unit aktivitas 0.0085 unit per miligram kitosan

dengan substrat kitosan DD 85% selama 1 jam) yang memperlihatkan adanya

aktivitas penghambatan proliferasi terhadap sel A549 sebesar 2.87%. Enzim

kitosanase dan glukosamin serta kontrol positif senyawa anti kanker 2-Bromo

deoksi uridin ternyata memiliki aktivitas penghambatan proliferasi yang lebih

besar daripada hidrolisat AS 0.0085 1j DD85, yaitu sebesar 34.56% untuk enzim

dan 6.47% untuk glukosamin serta 6.75% untuk 2-Bromo deoksi uridin pada

konsentrasi yang sama (17 µg/ml kultur).

Hasil pengujian pada sel A549 pada gambar 29 dan 30 memberi informasi

bahwa senyawa-senyawa kitooligomer dari berbagai hidrolisat reaksi enzimatik

memberikan respon penghambatan proliferasi sel yang sangat rendah

dibandingkan senyawa-senyawa kitooligomer hasil fraksinasi (trimer EM 0.0085

9j DD90) dengan perbedaan aktivitas penghambatan mencapai sekitar 19.83%.

05

10152025303540

AS 0,0085 1jDD85

enz glukosamin Br-DU

Kitooligomer dalam hidrolisat dan senyawa pembanding

% P

pe

ng

ha

mb

ata

n p

rolif

era

si

A549

Page 94: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

77

Senyawa kitooligomer hasil fraksinasi (trimer EM 0.0085 9j DD90) juga

memberikan respon penghambatan proliferasi sel A549 yang lebih baik dari

kontrol positif senyawa anti kanker 2-Bromo deoksi uridin. Respon

penghambatan proliferasi senyawa kitooligomer dengan unit trimer dari hidrolisat

EM 0.0085 9j DD90 memperlihatkan informasi tentang adanya aktivitas

penghambatan proliferasi yang berbeda dari hasil yang telah dilaporkan oleh

beberapa peneliti lain, bahwa aktivitas anti kanker terbaik dari senyawa

kitooligomer yang berasal dari kitin adalah adalah kitooligomer dengan unit

heksamer (Kobayashi et al. (1990); Suzuki et al. (1992) dan Suzuki (1996)).

Gambar 31 berikut memperlihatkan perbedaan profil sel A549 setelah mengalami

inkubasi 3 hari dengan sampel hidrolisat dan tanpa sampel hidrolisat yang

mengandung senyawa-senyawa kitooligomer (kontrol).

Sel A549 kontrol Sel A549 dengan hidrolisat AS 0.0085 1j DD85

Gambar 31 Profil sel A549 hasil perbesaran lensa obyektif inverted microscope sebesar 100 kali.

Hasil-hasil penelitian terhadap penghambatan proliferasi sel A549 antara

lain dilaporkan oleh Akihisa et al. (2001), tentang aktivitas anti tumor dari

fenoxazinon, 2-amino-4,4-dihidro-4[alfa],7-dimetil-3H-fenoxazin-3-one (Phx) yang

disintesis dari reaksi 2-amino-5-metilfenol dengan hemoglobin sapi terhadap sel

A549 menunjukkan aktivitas penekanan proses proliferasi dan menginduksi

kematian sel (apoptosis) dengan memfragmentasi DNA. Park et al. (2004)

meneliti wikyungtang (WKT) sebuah formula herbal yang diketahui memiliki

aktivitas anti inflamasi dan anti tumor. Pengujian WKT pada sel-sel A549 ternyata

menginduksi apoptosis dengan cara mengaktivasi caspase protease dan

menurunkan ekspresi senyawa anti apoptosis Bcl-XL serta menghambat ekspresi

siklooksigenase-2 (COX-2).

Page 95: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

78

E. Mekanisme Penghambatan Proliferasi Sel Kanker oleh Senyawa-senyawa Kitooligomer

1. Mekanisme Apoptosis dan Kerusakan membran Sel

Komponen kimia yang memiliki aktivitas anti tumor dapat berpengaruh

negatif terhadap pertumbuhan sel tumor/kanker. Pengujian mekanisme aktivitas

anti tumor melalui dua cara, yaitu a) langsung membunuh sel, dan b) secara

tidak langsung, yaitu dengan menggertak sistim imun, dimana cara ini harus

dilakukan secara in vivo. Berdasarkan pengujian penghambatan proliferasi yang

telah dilakukan pada dua jenis sel suspensi (KR-4 dan K562) dan dua jenis sel

selapis (HeLa dan A549), ternyata % aktivitas penghambatan oleh senyawa-

senyawa kitooligomer terhadap jenis sel selapis lebih tinggi daripada jenis sel

suspensi, dengan aktivitas penghambatan tertinggi diperoleh dari senyawa-

senyawa kitooligomer hasil fraksinasi. Hasil ini menunjukkan bahwa senyawa-

senyawa kitooligomer bersifat lebih spesifik menghambat sel kanker jenis selapis

(monolayer), padahal secara teori menyatakan bahwa sifat sel suspensi lebih

rentan daripada sel selapis. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh adanya

kemampuan senyawa-senyawa kitooligomer menghambat senyawa-senyawa

yang mempengaruhi pelekatan sel selapis (HeLa dan A549) pada substrat padat,

antara lain fibronektin dan laminin yang terdapat dalam serum media kultur.

Fibronektin dan laminin adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pelekatan

sel selapis pada substrat padat. Faktor pertumbuhan untuk sel selapis seperti

faktor pertumbuhan epidermal dan fibroblast (EGF dan FGF) yang terdapat

dalam serum medium kultur kemungkinan juga dapat dihambat oleh senyawa-

senyawa kitooligomer. Oleh karena itu senyawa-senyawa kitooligomer selain

mempengaruhi proliferasi sel juga dapat mempengaruhi faktor-faktor yang

membantu pertumbuhan dan pelekatan sel selapis, dimana faktor-faktor tersebut

dibutuhkan sel selapis (Hela dan A549) untuk berproliferasi.

Sel kanker dalam siklus proliferatif umumnya lebih sensitif terhadap efek

senyawa anti tumor (Tjahjono 1999). Efek senyawa anti tumor dan umumnya

obat sitostatika bekerja dengan jalan merusak enzim atau substrat yang

dipengaruhi oleh sistem enzim. Sebagian besar efek pada enzim atau substrat

berhubungan dengan sintesa DNA. Dengan demikian obat-obatan yang toksik

bagi sel tumor atau bersifat anti tumor menghambat sel yang sedang membentuk

DNA atau sel yang sedang membelah (Rusmarilin 2003). Penggunaan senyawa

Page 96: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

79

2-deoksi bromo uridin sebagai kontrol positif senyawa anti kanker pada penelitian

ini, berdasarkan prinsip penghambatan proliferasi sel kanker karena

penghambatan sintesa DNA (Sigma 2004).

Mekanisme terjadinya kerusakan DNA akibat bahan uji dapat terjadi pada

tahap sel menyiapkan proses replikasi DNA (G1) dan pada saat sel telah

menyelesaikan proses replikasi DNA dan sedang bersiap untuk mengalami

mitosis (G2). Hadirnya bahan uji dalam sel dapat bertidak sebagai inhibitor Cdk

yang dapat menekan aktivitas kompleks Cdk-siklin dan menghalangi terjadinya

tahap G1 dalam siklus sel sehingga terjadi proses kematian sel yang disebut

apoptosis. Peristiwa ini biasanya dikarakterisasi oleh adanya perubahan

permeabilitas membran mitokondria. Adanya kematian sel ditandai dengan

fenomena sel menjadi lisut, pemecahan selaput inti, kondensasi kromatin dan

degradasi DNA (Becker 2000).

Doyle dan Padhye (1995) menyatakan bahwa kematian sel secara umum

pada sistem kultur jaringan biasanya melalui apoptosis dan nekrosis. Apoptosis

dicirikan dengan terjadinya kondensasi dan fragmentasi inti dan terjadi

pengerutan sel. Kematian sel karena apoptosis terjadi oleh perubahan kondisi

lingkungan. Govan et al. (1995) menyatakan bahwa apoptosis merupakan

mekanisme kematian terhadap sel tunggal atau sekelompok sel. Kematian sel

disebabkan karena perubahan metabolik di dalam sel yang mengakibatkan sel

mengalami gangguan, sehingga terjadi kondensasi sitoplasma dan inti.

Kematian sel sebenarnya bertujuan untuk pertahanan dan mengeliminir sel

yang tidak diinginkan atau berbahaya, misalnya sel-sel tumor, sel yang terinfeksi

virus, atau sel-sel karena penyakit autoimun ( Jakubowski 2000, Reed 1999).

Pada sel apoptosis menunjukkan terjadinya degradasi DNA menjadi fragmen-

fragmen kecil yang terdiri atas beberapa pasang DNA. Fragmentasi DNA terjadi

sebelum lisis dan diduga akibat aktivitas endonuklease dalam nukleus sel

sasaran sendiri, sehingga serupa dengan proses bunuh diri (Tyler et al.1995).

Pernyataan tersebut mendukung data mekanisme anti kanker oleh senyawa-

senyawa kitooligomer, yaitu hasil visualisasi sel yang mengalami apoptosis

setelah diinkubasi dengan hidrolisat senyawa-senyawa kitooligomer dan telah

diwarnai dengan pewarna Hoechts diamati dengan menggunakan mikroskop

fluorosens. Hasil visualisasi menunjukkan fenomena sel yang berbintik putih dan

berwarna terang yang berbeda dari sel normal, seperti fenomena pada Gambar

32 berikut :

Page 97: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

80

(a) (b)

Gambar 32 Foto mikroskop elektron dari : a) sel normal dan b) sel yang mengalami kondensasi kromatin (Tyler et al.1995).

Fenomena tersebut timbul akibat degradasi DNA yang terjadi di dalam sel, yang

menghasilkan potongan-potongan DNA sehingga tampak seperti bintik putih.

Kejadian tersebut merupakan visualisasi dari struktur kromatin DNA yang tidak

kompak lagi sebagai akibat meningkatnya aktivitas nuklease yang diransang oleh

hadirnya suatu bahan asing (senyawa-senyawa kitooligomer) di dalam sel.

Beberapa hipotesis yang bisa dikemukakan berkaitan dengan terjadinya

fenomena apoptosis, antara lain adanya interaksi antara senyawa-senyawa

kitooligomer dengan reseptor karbohidrat pada glikoprotein di permukaan luar

komponen lipid bilayer membran sel kanker (Gambar 33), hasil pengikatan ini

mengakibatkan rusaknya fungsi lipid bilayer dalam mempertahankan

permeabilitas membran, sehingga membuat senyawa-senyawa kitooligomer

dapat masuk ke dalam sel dan meransang terjadinya proses apoptosis, mungkin

dengan jalan mengaktivasi enzim nuklease sel yang selanjutnya bekerja

mendegradasi kromatin menjadi potongan-potongan DNA. Hipotesis yang lain

adalah terjadi pengikatan yang kemungkinan bersifat spesifik sehingga terjadi

transduksi sinyal yang mengakibatkan aktivasi seluler yang mengaktifkan

pathway proses apoptosis, misalnya teraktivasinya enzim dari famili sistein

protease intraseluler caspase (cysteinyl aspartat-spesific protease) yang

menyebabkan berlangsungnya proses apoptosis dalam sel (Jakubowski 2000;

Thorburn et al. 2003).

Mekanisme anti kanker senyawa-senyawa kitooligomer dengan unit

oligomer lebih panjang (pentamer dan heksamer) dibanding unit oligomer yang

lebih pendek (trimer dan tetramer) kemungkinan disebabkan oleh adanya

interaksi yang lebih kuat antara reseptor senyawa-senyawa karbohidrat pada

Page 98: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

81

glikoprotein di permukaan luar komponen lipid bilayer membran dengan senyawa

kitooligomer dengan unit lebih panjang (pentamer dan heksamer) daripada

kitooligomer dengan unit lebih pendek (trimer dan tetramer). Interaksi yang lebih

kuat menyebabkan heksamer mampu meransang terjadinya apoptosis sel yang

lebih banyak jumlahnya sehingga menghambat proliferasi sel kanker lebih besar

daripada kemampuan penghambatan proliferasi oleh unit senyawa-senyawa

kitooligomer yang lebih pendek. Dugaan tersebut diperkuat dengan data aktivitas

senyawa-senyawa karbohidrat yang lain dalam menghambat proliferasi sel

kanker, misalnya oligosakarida maltosa bergugus sulfat menjadi inhibitor yang

efektif bagi interaksi antara aFGF dan bFGF (fibroblast growth factor) dengan

heparan sulfat pada permukaan sel. Peningkatan aktivitas ditemui meningkat

seiring dengan bertambah panjang rantai oligosakarida, seperti penta, heksa,

dan hepta sakarida yang memiliki aktivitas anti tumor lebih kuat dibandingkan

mono, di, dan tetra sakarida. Menurut Parish et al. (1999), aktivitas tersebut

kemungkinan besar ditentukan oleh struktur alami rangka karbohidrat. Aktivitas

antitumor juga berhubungan dengan kemampuan oligosakarida maltosa

bergugus sulfat sebagai inhibitor bagi aktivitas angiogenesis dan heparanase

yang telah diuji secara in vitro.

Gambar 57 Membran sel dengan reseptor karbohidrat pada permukaan sel.

Gambar 33 Membran sel dengan reseptor karbohidrat pada permukaan sel (Becker et al. 2000) dan hipotesis pengikatan glikoprotein

dengan senyawa kitooligomer.

Fosfolipid bilayer dengan glikoprotein

Membran plasma dengan protein membran

Daerah hidrofobik

Daerah hidrofilik

Fosfolipid bilayer

Rantai samping karbohidrat

Di dalam sel

Di luar sel kitooligomer

Page 99: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

82

Hipotesis kemungkinan mekanisme anti kanker oleh senyawa-senyawa

kitooligomer juga didukung hasil penelitian oleh Seelenmeyer et al. (2003),

bahwa terdapat hubungan fungsional antara giant mucin-like glycoprotein dengan

ikatan ß-galaktosida dari lektin-lektin pada permukaan sel tumor yang merupakan

komponen matriks ekstraselular yang berimplikasi pada pengaturan adhesi sel,

apoptosis, proliferasi sel dan perkembangan sel-sel tumor. Terjadinya penarikan

galektin-1 dari permukaan sel tumor mengakibatkan perubahan konformasi dari

domain protein lektin oleh pembentukan jembatan intra dan inter molekuler yang

dapat menghasilkan respon seluler terhadap kejadian proses apoptosis.

Hasil kajian Semenuk et al. (2001), menemukan bahwa senyawa-senyawa

kitooligomer merupakan ligan yang sangat kuat berikatan dengan protein

reseptor pada permukaan sel natural killer (NK) protein ini telah diidentifikasi

sebagai keluarga lektin C. Panjang rantai karbohidrat ternyata juga merupakan

faktor penting penentu kekuatan ikatan dengan protein reseptor sel NK, karena

panjang rantai karbohidrat menentukan afinitas terhadap reseptor. Semenuk juga

menemukan bahwa struktur linear senyawa-senyawa kitooligomer merupakan

ligan yang paling kuat berikatan dengan reseptor. sehingga menghasilkan respon

selular berupa peningkatan aktivitas sel NK dalam membunuh sel-sel tumor.

Hipotesis lain dari adanya aktivitas penghambatan proliferasi oleh senyawa-

senyawa kitooligomer adalah terjadinya peristiwa nekrosis sel yang ditandai

dengan peristiwa lisis sel dan kerusakan membran. Peristiwa lisis sel

menyebabkan keluarnya protein dan asam nukleat dari dalam sel. Hasil

pengujian pada Tabel 11 menunjukkan kultur sel kanker yang berinteraksi

dengan senyawa-senyawa kitooligomer mengalami lisis sehingga terjadi

peningkatan jumlah protein dan asam nukleat di luar sel yang lebih besar bila

dibandingkan dengan jumlah protein dan asam nukleat dari sel yang tidak diberi

senyawa-senyawa hidrolisat kitooligomer.

Tabel 11 Hasil Pengujian kebocoran membran sel

No Sampel Abs 280 Abs 260 Aktivitas anti kanker (%)

1. 2.

Sel HeLa tanpa hidrolisat kitooligomer Sel HeLa dengan hidrolisat kitooligomer: FBS 0.0085 1j DD85 AS 0.0085 1j DD85 AS 0.005 3j DD85

0.101 0.111 0.138 0.250

0.086 0.134 0.163 0.339

0

9.47 16.08 18.90

Page 100: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

83

Berdasarkan hasil analisis, ternyata telah terjadi peningkatan konsentrasi

protein dan asam nukleat dalam supernatan yang diberi sampel hidrolisat yang

mengandung senyawa-senyawa kitooligomer. Hasil uji ini menandakan telah

terjadi gangguan permeabilitas membran karena kerusakan membran sel, yang

mengakibatkan protein dan asam nukleat keluar dari dalam sel. Dari ke tiga

sampel senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat reaksi enzimatik yang

telah diuji aktivitas penghambatan proliferasi terhadap sel HeLa, Hasil pengujian

dengan metode MTT menunjukkan kekuatan penghambatan proliferasi oleh

hidrolisat kitooligomer adalah : AS 0.005 3j DD85, AS 0.0085 1j DD85, dan FBS

0.00851j DD85. Hasil penghambatan proliferasi tersebut sesuai dengan urutan

jumlah konsentrasi protein dan asam nukleat yang telah keluar dari sel akibat

hadirnya senyawa-senyawa kitooligomer di dalam kultur sel. Pengujian

kerusakan membran sel dianalisis dengan scan pada mikroskop elektron

menunjukkan bahwa terjadi kerusakan membran sel (Gambar 34) akibat

pemberian senyawa-senyawa kitooligomer.

Gambar 34. Hasil visualisasi kerusakan membran sel dengan Scanning Electron Microscopy (SEM) (Pembesaran 15.000 X)

Hasil pengujian kejadian apoptosis dapat dikuantifikasi dengan

menghitung jumlah sel yang mengalami apoptosis dan sel yang tidak mengalami

apoptosis. Hasil perbandingan jumlah sel yang mengalami apoptosis

dibandingkan dengan jumlah sel yang tidak mengalami apoptosis menghasilkan

data persentasi apoptosis. Hasil kuantifikasi tersebut disajikan pada Gambar 35.

Hidrolisat 0.005 3j DD85

Hidrolisat AS 0.005 3j DD85

Hidrolisat AS 0.005 3j DD85

Hidrolisat AS 0.005 3j DD85

Kontrol

FBS 0.0085 1j DD85

Page 101: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

84

Gambar 35 Jumlah (%) apoptosis sel setelah diinkubasi dengan hidrolisat senyawa-senyawa kitooligomer selama satu hari.

Pada pengujian % apoptosis pada kultur sel K562, HeLa dan A549

menunjukkan kuantifikasi yang berbeda. Sel HeLa dan K562 menunjukkan

persen jumlah kejadian apoptosis yang lebih besar daripada sel A549. Hal ini

berarti bahwa sel HeLa dan K562 sangat sensitif terhadap hadirnya senyawa-

senyawa kitooligomer dalam hidrolisat AS 0.005 DD85 3 jam di dalam

lingkungannya, sedang untuk sel A549 ternyata pengaruh penghambatan oleh

senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat AS 0.0085 DD85 1jam sangat

lemah, hasil ini berkorelasi dengan hasil pengujian MTT yang memiliki nilai

indeks penghambatan hanya sebesar 2.87% untuk sel A549, sedangkan untuk

sel K562 memiliki nilai indeks penghambatan yang lebih tinggi, yaitu sebesar

20.15% dan sel HeLa 18.90%.

Kejadian apoptos is dapat divisualisasi dengan pewarna flurosens karena

prinsip kerja zat pewarna yang berperan sebagai interkalator DNA. Fluorokrom –

bis-benzimida triklorida (Hoechst 33342) berikatan dengan DNA dari sel kanker

(Wispriono et al; 2002). Fenomena degradasi kromatin pada sel yang mengalami

apoptosis membuat zat warna yang bertindak sebagai interkalator DNA dapat

masuk dan lebih banyak berikatan dengan basa-basa DNA dalam molekul DNA

yang terfragmentasi, sehingga kuantitas zat pewarna (Hoechst 33342) lebih

banyak terserap. Hasil tersebut menunjukkan fenomena yang berbeda dengan

sel normal, karena sel normal masih memiliki struktur DNA kromatin yang

kompak sehingga membuat zat warna sulit dapat masuk ke dalam struktur DNA,

sehingga menghasilkan penampilan warna sel yang lebih gelap dibanding sel

yang mengalami apoptosis. Salah satu visulisasi hasil pengujian fenomena

apoptosis akibat pemberian senyawa-senyawa kitooligomer dalam preparat

05

1015202530

35

K562 HeLa A549

Jenis sel

% a

po

pto

sis

% apoptosis

Page 102: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

85

hidrolisat pada kultur sel K562, HeLa dan A549 dengan mikroskop fluoresens

pada pembesaran 400 kali ditampilkan pada Gambar 36-38 berikut :

(a) (b)

Gambar 36 (a) Sel K562 dengan hidrolisat AS 0.005 3j DD85 (apoptosis), (b) Tanpa sampel tidak apoptosis.

(a) (b)

Gambar 37 (a) Sel HeLa dengan hidrolisat AS 0.005 3j DD85 (apoptosis), (b) Tanpa sampel tidak mengalami apoptosis.

(a) (b)

Gambar 38 (a) Sel A549 dengan hidrolisat AS 0.0085 1j DD85 (apoptosis), (b) Tanpa sampel tidak mengalami apoptosis.

Page 103: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

86

Beberapa mekanisme penghambatan sel kanker oleh senyawa-senyawa

kitooligomer telah diteliti peneliti lain, seperti penelitian oleh Shen (2002) yang

meneliti tentang elusidasi kemungkinan peranan kitosan sebagai anti tumor dan

kemungkinan jalur mekanismenya, menemukan bahwa kitosan larut air (WSC)

secara signifikan menghambat sel kanker ASG. Dari hasil analisis flow cytometry

terhadap siklus sel menemukan bahwa persentasi fase S (fase sintesis DNA)

dalam siklus sel sangat direduksi ketika diperlakukan dengan kitosan larut air

dibandingkan dengan kontrol Brdu yang menurunkan kecepatan sintesis DNA.

Mekanisme lain dari penghambatan kitosan larut air pada sel kanker ASG adalah

menghambat aktivitas protein yang mengatur proses metastasis yaitu matriks

metaloproteinase-2 dan 9 (MMP-2, MMP-9). Berdasarkan penemuan tersebut

peneliti ini menyimpulkan bahwa kitosan larut air memiliki potensi menghambat

perkembangan sel-sel kanker ASG.

2. Telaah Potensi Senyawa-senyawa Kitooligomer sebagai Inhibitor Protease

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, senyawa-senyawa kitooligomer

dalam hidrolisat enzimatik mampu menghambat proliferasi beberapa galur sel

kanker yang diuji dalam penelitian ini. Untuk melengkapi data aktivitas senyawa-

senyawa kitooligomer sebagai penghambat sel-sel kanker, dilakukan kajian

potensi senyawa-senyawa kitooligomer sebagai anti metastasis melalui

pengujian kemampuan senyawa kitooligomer berperan sebagai anti protease

yang dianalisis melalui model pengujian penghambatan aktivitas enzim protease

tripsin komersial dari sumber pankreas sapi, yaitu suatu kelas enzim yang

termasuk kelompok enzim serin protease. Penggunaan enzim protease tripsin

murni sebagai model pengujian dilatarbelakangi oleh kesulitan memperoleh

enzim protease ekstraseluler dari sel kanker HeLa dan A549 yang diekskresikan

dengan tujuan bermetastasis. Kemungkinan diperlukan suatu teknik khusus

melalui model jaringan dengan teknik histokimia untuk mengisolasi enzim ini.

Enzim protease tripsin dipilih karena enzim ini nampaknya penting bagi sel-

sel kanker untuk mendegradasi ECM (Extra Cellular matrix), menginvasi jaringan

normal, dan memasuki pembuluh darah dan saluran limfatik yang merupakan

sebuah tahap kritis pada tahap metastasis kanker. Adanya pelepasan tripsin juga

ditemukan dalam berbagai tumor seperti ovarian dan colorectal carcinomas,

Page 104: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

87

dimana kemungkinan memiliki peranan pada pembentukan tumor atau proses

metastasis (Dowall 2003).

Keterangan : AS 0.005 3 j DD85 = Hasil reaksi enzim pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.005 U/mg kitosan DD85, 3 jam. AS 0.0085 1j DD85 = Hasil reaksi enzim pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD85, 1 jam AS 0.0085 3j DD85 = Hasil reaksi enzim pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD85, 3 jam AS 0.10 3j DD85 = Hasil reaksi enzim pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.10 U/mg kitosan DD85, 3 jam. AS 0.17 3j DD85 = hasil reaksi enzim dengan konsentrasi 0.17 U/mg kitosan DD85, 3 jam FBSMn 0.0085 1j DD85 = hasil reaksi enzim dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan yang ditambah katalisator MnCl 2 10 mM dengan kitosan DD85 selama 1 jam. FBS 0.0085 1j DD85 = hasil reaksi enzim (Filtrat bebas sel yang dipanaskan selama 20 menit 60oC) dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD85 selama 1jam. FBS 0.0085 3j DD85 = hasil reaksi enzim (Filtrat bebas sel yang dipanaskan selama 20 menit 60oC) dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD85 selama 3 jam. K100 = Kitosan dengan derajat deasetilasi 100% K D85 = Kitosan dengan derajat deasetilasi 85%

Gambar 39 Kemampuan senyawa-senyawa kitooligomer dalam menghambat

aktivitas enzim tripsin pada substrat kolagen (inkubasi 24 jam)

Hasil pengujian pada Gambar 39 memperlihatkan bahwa senyawa-

senyawa kitooligomer dalam hidrolisat reaksi enzimatik memiliki aktivitas sebagai

inhibitor protease. Hasil perhitungan besarnya persentasi penghambatan

aktivitas enzim tripsin diperlihatkan pada Gambar 40. Hasil pengujian terhadap

kemampuan senyawa-senyawa kitooligomer menghambat aktivitas enzim tripsin,

ternyata senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat: AS 0.005 3j DD85, AS

0.0085 1j DD85, FBS 0.0085 1j DD85 dan FBS 0.0085 3j DD85 serta kitosan

DD85% yang diinkubasi bersama enzim tripsin selama 24 jam memperlihatkan

aktivitas penghambatan protease tertinggi pada substrat kolagen.

0

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

0.14

AS 0.0053j DD85

AS0.0085

3j DD85

AS0.00851j DD85

AS 0.173j DD85

K85 FBS0.0085

1j DD85

FBS0.00853j DD85

E.tripsin

Hidrolisat kitoligomer

Akt

ivit

as (I

u/m

l)

Page 105: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

88

Keterangan : AS 0.005 3 j DD = Hasil reaksi enzim pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.005 U/mg kitosan DD85, 3 jam. AS0.0085 1j DD85 = Hasil reaksi enzim pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD85, 1 jam FBS 0.0085 1j DD85 = hasil reaksi enzim (Filtrat bebas sel yang dipanaskan selama 20 menit 60oC) dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD85 selama 1jam. FBS 0.0085 3j DD85 = hasil re aksi enzim (Filtrat bebas sel yang dipanaskan selama 20 menit 60oC) dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD85 selama 3 jam. AS 0.17 3j DD85 = hasil reaksi enzim dengan unit 0.17 U/mg kitosan DD85, 3 jam

Gambar 40 Kemampuan kitooligomer dalam hidrolisat enzimatik terhadap

penghambatan aktivitas (inhibitor) enzim serin protease

Substrat kolagen digunakan sebagai substrat uji dengan menggunakan

prosedur pengujian aktivitas protease menurut metode Bergmeyer (1983) yang

dimodifikasi. Modifikasi dilakukan pada penggantian jenis substrat kasein dengan

kolagen, dimana pemilihan jenis substrat kolagen berdasarkan hasil pengujian

penghambatan proliferasi sel kanker yang terbaik pada penelitian ini terdapat

pada sel jenis selapis (Hela dan A549), keduanya merupakan jenis sel pada

jaringan dimana terdapat kolagen sebagai salah satu komponen penyusun

matriks ekstraselular.

Hasil penelitian tentang aktivitas anti protease terhadap penghambatan

migrasi sel kanker telah dilaporkan oleh Dowall (2003) yang memberi informasi

bahwa inhibitor protease serin mampu menghalangi migrasi sel line yang sedang

bermetastasis. DeFea ( 2001) melaporkan penggunaan inhibitor tripsin dalam

pengobatan kanker payudara, berdasarkan hasil penelitian bahwa tripsin like

protease merupakan agen metastasis pada sel kanker payudara. Selanjutnya

Kim et al.(2001) memperoleh data bahwa inhibitor protease serin dan sistein

0

20

40

60

80

100

120

AS 0.0053j DD85

AS 0.00853j DD85

AS 0.00851j DD85

AS 0.17 3jDD85

K85 FBS0.0085 1j

DD85

FBS0.0085 3j

DD85

Hidrolisat kitooligomer

% P

eng

ham

bat

an

Page 106: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

89

pada senyawa obat anti kanker menginduksi terjadinya apoptosis pada sel-sel

kanker gastric (lambung). Mekanisme kerja suatu bahan anti protease terhadap

penghambatan sel kanker terjadi karena adanya proses pemecahan protein yang

ekspresikan oleh sel malignan pada permukaan selnya untuk menembusi matriks

ekstraseluler (Wan et al. 1999). Selanjutnya Oberst et al. (2002) juga

menemukan mekanisme yang sama, bahwa jenis enzim golongan serin protease

transmembran yang terdapat pada permukaan sel-sel tumor ovarian epitelial

dapat dihambat oleh senyawa inhibitor protease, sehingga menghalangi migrasi

sel-sel tumor ovarian epitelial.

F. KAITAN BEBERAPA AKTIVITAS BIOLOGI DARI HIDROLISAT SENYAWA-

SENYAWA KITOOLIGOMER

Berdasarkan hasil pengujian terhadap beberapa hidrolisat yang

mengandung senyawa-senyawa kitooligomer , diperoleh hidrolisat AS 0.0085 1j

DD85, AS 0.10 3j DD85 dan EM 0.0085 9j DD90 yang potensial digunakan

sebagai anti kanker. Berdasarkan hasil analisis terhadap Gambar 41, 42 dan 43

diperoleh kesimpulan bahwa senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat AS

0.0085 1j DD85, AS 0.10 3j DD85 dan EM 0.0085 9j DD90 memiliki pola

kemampuan yang berbeda dalam menghambat proliferasi sel kanker KR4, K562

dan HeLa.

Keterangan : AS 0.0085 1j DD85 = Hasil reaksi enzim pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD85, 1 jam AS 0.10 3j DD85 = Hasil reaksi enzim pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.10 U/mg kitosan DD85, 3 jam. EM 0.0085 9j DD90 = Hasil reaksi enzim murni dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD 90,9 jam

Gambar 41 Kemampuan kitooligomer dalam hidrolisat enzimatik terhadap aktivitas anti proliferasi sel KR4.

0

2

4

6

810

12

14

AS 0.0085 1j DD85 AS 0.10 3j DD85 EM 0.0085 9j DD90

Senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat

% P

engh

amba

tan

prol

ifera

si KR4

Page 107: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

90

Keterangan : AS 0.0085 1j DD85 = Hasil reaksi enzim pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD85, 1 jam AS 0.10 3j DD85 = Hasil reaksi enzim pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.10 U/mg kitosan DD85, 3 jam. EM 0.0085 9j DD90 = Hasil reaksi enzim murni dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD 90,9 jam

Gambar 42 Kemampuan kitooligomer dalam hidrolisat enzimatik terhadap Aktivitas anti proliferasi sel K562. Keterangan : AS 0.0085 1j DD85 = Hasil reaksi enzim pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD85, 1 jam AS 0.10 3j DD85 = Hasil reaksi enzim pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.10 U/mg kitosan DD85, 3 jam. EM 0.0085 9j DD90 = Hasil reaksi enzim murni dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD 90,9 jam

Gambar 43 Kemampuan kitooligomer dalam hidrolisat reaksi enzimatik terhadap aktivitas anti proliferasi sel HeLa

Bila tingginya aktivitas penghambatan diurutkan terhadap sel KR4, nampak

pola penghambatan yang diurutkan dari yang paling tinggi ke paling rendah

adalah hidrolisat AS 0.0085 1j DD85, AS 0.10 3j DD85, dan EM 0.0085 9j DD90,

tetapi pola penghambatan terhadap sel K562 menunjukkan urutan

0

5

10

15

20

25

AS 0.0085 1j DD85 AS 0.10 3j DD85 EM 0.0085 9j DD90

Senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat

% P

engh

amba

tan

prol

ifera

si

K562

0

5

10

15

20

AS 0.0085 1j DD85 AS 0.10 3j DD85 EM 0.0085 9j DD90

Senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat

% P

engh

amba

tan

prol

ifera

si

Hela

Page 108: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

91

penghambatan dari yang paling tinggi ke paling rendah adalah hidrolisat AS 0.10

3j DD85, EM 0.0085 9j DD90, dan AS 0.0085 1j DD85. Pada sel HeLa

memperlihatkan urutan penghambatan dari yang paling tinggi ke paling rendah

adalah hidrolisat AS 0.0085 1j DD85, EM 0.0085 9j DD90, dan AS 0.10 3j DD85.

Bila dibuat perbandingan kemampuan proliferasi terhadap sel limfosit dari

ketiga hidrolisat tersebut nampak pola aktivitas proliferasi berkebalikan dengan

pola aktivitas penghambatan terhadap sel KR4. Pola aktivitas proliferasi tersebut

dapat dilihat pada Gambar 44 berikut :

Keterangan : AS 0.0085 1j DD85 = Hasil reaksi enzim pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD85, 1 jam AS 0.10 3j DD85 = Hasil reaksi enzim pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.10 U/mg kitosan DD85, 3 jam. EM 0.0085 9j DD90 = Hasil reaksi enzim murni dengan konsentrasi 0.0085 U/mg kitosan DD 90,9 jam

Gambar 44 Kemampuan kitooligomer dalam hidrolisat enzimatik terhadap proliferasi sel limfosit

Berdasarkan histogram-histogram aktivitas senyawa-senyawa kitooligomer

dalam hidrolisat enzimatik terhadap proliferasi kanker dan sel limfosit, ternyata

ketiga hidrolisat tersebut memiliki aktivitas biologi sebagai pemacu proliferasi sel

limfosit dan penghambat proliferasi atau bersifat sitotoksik terhadap sel kanker.

Fenomena yang berbeda tersebut dimungkinkan terjadi karena adanya

perbedaan jenis protein reseptor pada permukaan membran sel limfosit dan sel

kanker yang dapat mengadakan ikatan dengan ligan senyawa-senyawa

kitooligomer, sehingga mengakibatkan transduksi sinyal yang menghasilkan

aktivasi selular yang berbeda, yaitu pengaktifan pathway proses proliferasi pada

sel limfosit dan pengaktifan pathway proses apoptosis pada sel kanker.

Hubungan antara kemampuan anti kanker dan inhibitor protease ternyata

diperlihatkan pada beberapa hidrolisat yang mampu berperan sebagai

penghambat proliferasi sel kanker dan inhibitor enzim tripsin (serin protease)

0

50

100

150

200

AS 0.0085 1jDD85

AS 0.10 3jDD85

EM 0.0085 9jDD90

Senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat

% P

rolif

eras

i

limfosit

Page 109: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

92

pada jenis sel kanker suspensi ( KR4 dan K562) dan selapis (HeLa dan A549)

seperti digambarkan dalam histogram-histogram pada Gambar 45 berikut :

a) Sel KR4

b) Sel K562

c) Sel HeLa

d) Sel A549.

Gambar 45 Hubungan antara kemampuan hidrolisat kitooligomer pada

penghambatan proliferasi sel kanker dengan aktivitas inhibitor protease

0

20

40

60

80

100

120

AS 0 . 005 3 j DD85 AS 0.0085 1j DD85 FBS 0.0085 3j DD85

Hidrol isat k i tool igomer

Inhibitor proteaseanti kanker

0

2 0

4 0

6 0

8 0

100

120

A S 0 . 0 0 5 3 j D D 8 5 A S 0 . 0 0 8 5 1 j D D 8 5 A S 0 . 1 7 3 j D D 8 5 F B S 0 . 0 0 8 5 1 j

D D 8 5

F B S 0 . 0 0 8 5 3 j

D D 8 5

H i d r o l i s a t k i t o o l i g o m e r

Inhibitor proteaseanti kanker

0

2040

60

80100

120

AS 0.0085 1j DD85

Hidrolisat kitooligomer

% P

engh

ambt

an

prol

ifera

si d

an in

hibi

tor

prot

ease

Inhibitor proteaseanti kanker

0

20

40

60

80

100

120

AS 0.0085 1j DD85 FBS 0.0085 1j DD85

Hidrolisat kitooligomer

% I

nh

ibit

or

pro

tea

se

da

n

an

ti k

an

ke

r

anti proteaseanti kanker

Page 110: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

93

Berdasarkan histogram aktivitas inhibitor protease dan penghambatan

proliferasi sel kanker, nampak jumlah hidrolisat kitooligomer yang memiliki

aktivitas penghambatan proliferasi sel kanker dan inhibitor protease paling

banyak ditemukan pada sel HeLa dibandingkan ketiga jenis sel lainnya. Aktivitas

hidrolisat kitooligomer sebagai inhibitor protease nampaknya tidak menunjukkan

hubungan yang linier dengan tingginya aktivitas anti kanker, tetapi semua

hidrolisat menunjukkan potensi sebagai anti kanker dan potensi aktivitas inhibitor

protease.

Berkaitan dengan aktivitas biologi yang lain dari senyawa-senyawa

kitooligomer dalam hidrolisat enzimatik seperti hasil penelitian Meidina (2005),

bahwa sebagai anti bakteri patogen diperoleh data hidrolisat yang berpotensi

paling tinggi sebagai anti bakteri patogen adalah AS 0.10 1j DD85 dan AS 0.10 3j

DD85. Bila dihubungkan dengan hasil penelitian Hertiyani (2005) tentang

aktivitas immunoenhancer pada hidrolisat kitooligomer dari kitin diperoleh

hidrolisat yang memiliki aktivitas paling tinggi adalah AS 0.10 1j DD85, AS 0.10

3j DD85 dan 0.0085 3j DD85. Berdasarkan hasil-hasil yang telah diperoleh dari

penelitian ini, penelitian Meidina (2005) dan penelitian Hertiyani (2005) diperoleh

kesamaan jenis hidrolisat yang memiliki aktivitas biologi paling tinggi, yaitu AS

0.10 3j DD85.

Page 111: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan :

1. Enzim kitosanase termostabil dari Bacillus licheniformis MB2 dapat

digunakan untuk memproduksi senyawa-senyawa kitooligomer yang memiliki

aktivitas biologi khususnya terhadap sel limfosit dan sel kanker.

2. Senyawa-senyawa kitooligomer dapat mempengaruhi aktivitas proliferasi sel

limfosit. Hidrolisat enzimatik yang menggunakan substrat kitosan DD70% dan

senyawa-senyawa kitooligomer hasil fraksinasi memperlihatkan sifat

sitotoksik terhadap sel limfosit, tetapi sebagian besar hidrolisat enzimatik

yang berasal dari substrat DD 85% dan 90% ternyata tidak memperlihatkan

sifat sitotoksik.

3. Senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat enzimatik dan hasil

fraksinasi memiliki aktivitas penghambatan proliferasi atau bersifat sitotoksik

pada semua galur sel kanker yang diteliti. Respon penghambatan proliferasi

yang tertinggi adalah terhadap jenis sel selapis (HeLa dan A549), yang

dihasilkan oleh senyawa-senyawa kitooligomer hasil fraksinasi (trimer-

heksamer). Senyawa kitooligomer heksamer ternyata memberikan respon

penghambatan proliferasi sel kanker lebih tinggi dibanding jenis senyawa

kitooligomer yang lain, yaitu sebesar 31.72% untuk sel HeLa dan 22.70%

untuk sel A549. Aktivitas penghambatan proliferasi oleh senyawa-senyawa

kitooligomer dalam hidrolisat enzimatik umumnya memberikan respon lebih

tinggi terhadap jenis sel suspensi (KR4 dan K562) daripada jenis sel selapis

(HeLa dan A549), yaitu sebesar 12.27% untuk sel KR4 dan 20.58% untuk sel

K562.

4. Inkubasi senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat enzimatik pada

kultur sel kanker diperkirakan menyebabkan kematian sel dengan

mekanisme : a) apoptosis berdasarkan fenomena degradasi DNA kromatin

sel yang dianalisis dengan mikroskop fluorosens, b) terjadinya kerusakan

membran sel yang diidentifikasi melalui kebocoran protein dan asam nukleat

dan hasil pengamatan dengan scanning electron mycroscope (SEM)

terhadap membran sel. Disamping itu hidrolisat senyawa-senyawa

kitooligomer yang diperoleh memperlihatkan adanya aktivitas sebagai

inhibitor enzim serin protease.

Page 112: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

95

Saran

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh pada penelitian ini, maka

dikemukakan beberapa saran untuk kelanjutan penelitian ini, yaitu :

1. Diperlukan adanya klarifikasi sifat sitotoksik dari senyawa-senyawa

kitooligomer, terutama yang dihasilkan dari proses fraksinasi dengan

metode molekuler seluler.

2. Perlu adanya pengujian aktivitas proliferasi sub sel limfosit, misalnya

terhadap aktivitas proliferasi sel B, sel TH, sel TC dan sel NK.

3. perlu adanya pengujian aktivitas proliferasi pada sel/sistim imun lain,

misanya terhadap makrofag.

4. Perlu dilakukan studi in vivo dalam hal aktivitas anti kanker untuk

mendukung hasil penelitian ini.

5. Perlu studi mengenai mekanisme anti kanker yang lain pada level seluler

seperti studi tentang binding antara protein reseptor (pada membran) sel

kanker dengan senyawa-senyawa kitooligomer.

6. Perlu dilakukan studi lanjutan dengan metode yang berbeda untuk

memperjelas mekanisme apoptosis sel kanker akibat pemberian

senyawa-senyawa kitooligomer.

7. Perlu dilakukan studi lanjut tentang aplikasi senyawa-senyawa

kitooligomer yang dihasilkan kitosan DD 85 dan DD90 sebagai

nutraceutical.

Page 113: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

96

DAFTAR PUSTAKA

Agustinisari I. 1998. Pengaruh ekstrak jahe (Zingiber officinale Roscoe) segar

dan bertunas terhadap proliferasi beberapa alur sel kanker dan normal [skripsi]. Fateta. Institut Pertanian Bogor.

Aiba S. 1993. Studies on chitosan:6. Relationship between N-acetyl group

distribution pattern and chitinase digestibility of partially N-acetilated chitosans. Int J Biol and Macromol. 15:241-245.

Aiba S. 1994. Preparation of N-acetylchitooligosaccharides by hydrolysis of

chitosan with chitinase followed by N-acetylation. Carb Res. 265:323-328. Akihisa A, Mototeru Y, Akio T. 2001. Prevention of growth of human lung

carcinoma cells and induction of apoptosis by a novel phenoxazinone, 2-amino-4,4[alpha]-dihydro-4[alpha],7-dimethyl-3H-phenoxazine-3-one. Anti-Cancer Drugs. 12:377-382.

Ananta E. 2000. pengaruh ekstrak cincau hijau (Cyclea barbata L. Miers)

terhadap proliferasi alur sel kanker K562 dan HeLa.[skripsi]. Fateta. Institut Pertanian Bogor.

Anonim. 2004. Statistik Perikanan Tangkap 2002. Direktorat jenderal Perikanan.

Jakarta.

Arditti FD, et al. 2005. Apoptotic killing of B-chronic lymphocytic leukemia tumor cells by allicin generated in situ using a rituximab-alliinase conjugate. Mol Cancer Ther.4:325-332

Arnold LD, Solomon NA. 1986. Manual of Industrial Microbiology and

Biotechnology. American Society for Microbiology, Washington. Aoki S, et al. 2004. Smenospongine, a spongean sesquiterpene aminoquinone,

induces erythroid differentiation in K562 cells. Anti-Cancer Drugs. 15:363-369

Aquarini TH. 2005. Ekstrak Kumis kucing (Orthosimphon stamineus benth) dan

bunga Knop (Gomphrena globosa L.) meningkatkan proliferasi sel limfosit manusia secara in vitro.[tesis]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Bannerji et al. 2003. Apoptotic-regulatory and complement-protecting protein

expression in chronic lymphocytic leukemia: relationship to in vivo rituximab resistance. J of Clin Oncol . 21:1466-1471.

Becker WM, Kleinsmith LJ, Hardin J. 2000. The World of The Cell. The

Benjamin/Cummings Publ. San Fransisco. Bellanti JA. 1993. Imunologi III. Gajah Mada University Press, Yogyakarta

Page 114: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

97

Bergmeyer HV, Grassl. 1983. Methods of Enzymatic analysis. Vl II. Verleg Chemi. Weinheim.

Bollag DM, Edelstein SJ. 1991. Protein Methods. Wiley-Liss. New York Bradford MM. 1976. A rapid and sensitive method for the quantitation of

microgram quantities of protein dye binding. Anal Biochem 72:248-254. Braunstein H. 1987. Pathology. The C.V. Mosby Co. Boston. Brine CJ, Sanford PA, Zikakis JP. 1992. Advanced Chitin and Chitosan. Elsevier.

Amsterdam. Buamah PK, Sidlen W. 1985. Concentrations of protease and anti-protease in

serum of patient with pancreatic cancer. Clin Chem.31:876-877. Budiharto A. 1997. Pengaruh intervensi vitamin C dan vitamin E dari sayuran dan

buah-buahan terhadap proliferasi sel limfosit T, persentase CD3+ dan sel T sub set CD3+ CD4+ pada populasi buruh industri di Bogor. [skripsi]. Fateta. Institut Pertanian Bogor.

Bunduki MMC, Handler KJ, Donneli NC. 1995. Metabolic and structural sites of

damage in heat and sanitizer injured population of Listeria monocytogenes. Food Protec. 58:410-415.

Bird BR, Forrester FT. 1981. Basic Laboratory Techniques in Cell Culture. U.S.

Department of Health and Human Services. Public Health Service. Atlanta.

Caragay AB. 1992. Cancer preventive foods and ingredient. Food Technol.

46:65-68. Chasanah, E. 2004. Characterization of thermopylic Bacillus lichenisformis MB2

chitosanase isolated from Manado hot spring water. [disertasi] Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Chang KLB, Tsai G, Lee J, Fu WR. 1997. Heterogegeous N-deacetylation of

chitin in alkaline solution. Carb Res. 303:327-332. Chen HH, Zhou HJ, Fang X. 2003 Inhibition of human cancer cell line growth

and human umbilical vein endothelial cell angiogenesis by artemisinin derivatives in vitro. Pharmacol Res. 48:231-236.

Cheng CY, Li YK. 2000. An Aspergillus chitosanase with potential for large

scale preparation of chitosan oligosaccharides. Biotechnol Appl Biochem. 32:197-203.

Cui Z, Mumper RJ. 2001. Chitosan-based nanoparticles for topical genetic

immunization. J Control Release. 75:409-419.

Page 115: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

98

Curracyte AG, 2003. New antitumor protease inhibitors found. http://www.obgyn.net/newsheadlines/headline medical news-Curacyte AG-20030707-4.asp [29 januari 2005].

Curroto E, Aros F. 1993. Quantitative determination of chitosan and the

percentage of free amino groups. Anal Biochem. 211: 240-241. Damayanti E. 2002. Karakteristik bekatul padi (oryza sativa) awet serta aktivitas

antioksidan dan penghambatan proliferasi sel kanker secara in vitro dari minyak dan fraksinya. [disertasi] Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Dalimartha S. 1999. Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker. PT Penebar

Swadaya. Jakarta. Dalwoo. 2004. Chitosan oligomer. http://dalwoo.com/Chitosan/product.html.

[3 Maret 2004].

Decker JM. 2001. Introduction to Immunology. Blackwell Science, Inc. Massachusetts, USA.

DeFea K. 2001. Trypsin-like proteases as metastatic agents in breast cancer. (http://www.ebi.ac.uk/interpro/potm/2003_5/Page2.htm). [29 januari

2005]. Dodane V, Vilivalam VD. 1998. Pharmaceutical applications of chitosan. PSTT.

1:246-253

Dowall MJ. 2003.Trypsin and chymotrypsin. (http://www.ebi.ac.uk/interpro/potm). [29 januari 2005].

Doyle MP, Padhye NV. 1995. Escherichia coli . University of Wisconsin-Madison,

Marcel Dekker. New York. Elliot R, Ong TJ. 2002. Science, medicine, and the future. Nutritional genomics.

BMJ. 324:1438-1442 Elson CE, Yu SG. 1994. The chemoprevention of cancer by mevalonate, derived

constituents of fruit and vegetables. J Nutr. 124:607-614. Freshney IR. 1994. Culture of Animal Cells, John Willey and Sons Co. New York. Fukamizo T, Brzenzinski R. 1997. Chitosanase from Streptomyces sp. strain

N174 : a comparative review of its structure and function. Biochem Cell Biol. 75:687-696.

Ganong WF. 1990. Fisiologi Kedokteran. EGC. Penerbit Buku Kedokteran.

Jakarta. Goosen MFA. 1997. Aplications of Chitin and Chitosan. Technomic Publishing

Co. Inc. Lancaster. USA

Page 116: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

99

Govan DT, Macfarlane PS, Callander R. 1995. Pathology Illustrated. Churchill Livingstone. New York.

Guo JT, Hung L. 2002. Enzymatic preparation of chitooligosaccharide with

immune-enhancing activity. Http//.tpmol.nhri.org.tw . [8 mei 2004]. Hertriyani. 2005. Produksi oligomer kitin dari enzim kitinase dan aktivitasnya

terhadap proliferasi sel limfosit manusia secara in vitro. [skripsi]. Fateta. Institut Pertanian Bogor.

Herscowitz HB. 1993. Immunofisiologi : Fungsi Sel dan Interaksi Selular dalam

Pembentukan Antibodi. Di dalam Bellanti (ed.). Imunologi III. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Honda Y, Fukamizo T, Okajima T, Goto S, Boucher I, Brzezinski R. 1999. Thermal unfolding of chitosanase from Streptomyces sp. N174 : Role of tryptophane residues in the protein structure stabil ization. Biochem at Biophysic Acta. 1429:365-376.

Ichikawa S, et al. 2002. Immobilization and stabilization of chitosanase by

multipoint attachment to agar support. J Bioschi Bioeng. 93:201-206. Ilyina AV, Yu N, Tatarinova, Valeri P, Varlamov. 2000. The preparation of low-

molecular-weight chitosan using chitinolitic complex from Streptomyces kurssanovii. Process. Biochem. 34:875-878.

Iwashita K, Kobori M, Yamaki K, Tsuhida T. 2000. Flavonoids inhibit cell growth

and induce apoptosis in B16 Melanoma A45 cells. Biosci Biotechnol Biochem. 64:1813-1820.

Jakubowski. 2000. Apoptosis: programmed cell death. Nature 405:85 Jeon YJ, Kim SK. 2000. Production of chitooligosaccharides using an

ultrafiltration membrane reactor and their antibacterial activity. Carb Pol. 41:133-141.

Kubota T, et al. 2003. Cancer chemotherapy chemosensitivity testing is useful in

evaluating the appropriate adjuvant cancer chemotherapy for stages III/IV gastric cancers without peritoneal dissemination. Anticancer Res. 23:583-587.

Kuby J. 1992. Immunology. W.H. Freeman and Company. New York. USA. Kim R, Inoue H, Tanabe K, Toge T. 2001. Effect of inhibitors of cysteine and

serine proteases in anticancer drug-induced apoptosis in gastric cancer cells. Int J Oncol. 18:1227-32.

Kimoto H, et al. 2002. Biochemical and genetic properties of Paenibacillus

glycosyl hydrolase having chitosanase activity and discoidin domain. J Biol Chem. 277:14695-14702.

Page 117: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

100

Kolodziejska I, Wojtasz P.A, Ogonowska G, Sikorski Z.E. 2000. Deacetylation of chitin in two-stage chemical and enzymatic process. Bulletin of The Sea Fisheries Institute. 2:15-24.

Konishi F, Tanaka K, Himeno K, et al. 1985. Antitumor effect induced by a hot

water extract of Chlorella vulgaris (CE): resistance to Meth-A tumor growth mediated by CE-induced polymorphonuclear leukocytes. Cancer Immunol Immunother. 19:73-78.

Kobayashi MT, Watanabe S, Suzuki M, Suzuki. 1990. Effect of N-

acetylchitohexaose against Candida albicans infection of tumor-bearing mice. Microbiol Immunol. 34:413-426.

Konda Y, et al. 1997. Syntesis of a new phenol glycoside, neohancoside C from

Cynanchum hancockianum. Chem Pharm Bull. 45:626-630. Kozbor D, Lagarde AE, Roder JC. 1982. Human hybridomas constructed with

antigen-specific Epstein-Barr virus-transformed cell lines. Proc Natl Acad Sci. 79:6651-6655.

Kresno SB. 1996. Imunologi: Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Edisi II.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Lastari DS. 1998. Mempelajari pengaruh komponen boiaktif bawang putih

terhadap aktivitas sitolitik sel limfosit manusia secara in vitro. [skripsi].Fateta. Institut Pertanian Bogor.

Letwin BW, Quimby FW. 1987. Effects of concanavalin A, phytohemaglutinin, pokeweed mitogen, and lipopolysaccharide on the replication and immunoglobulin synthesis by canine peripheral blood lymphocytes in vitro. Immunol Lett. 14:79-85.

Li Q, Dunn ET, Grandmaison EW, Goosen MFA. 1997. Aplacation and properties of chitosan. Di dalam Goosen MFA, Editor. Aplication of Chitin and Chitosan. Technomic Publishing Co. Inc. Lancaster. USA.

Madigan M, Martinko JM, Parker J. 2000. Brock Biology of Microorganisms. Prentince Hall. New Jersey.

Makkar PN, et al. 2002. Inhibition of human cancer cell growth and metastasis in

nude mice by oral intake of modified citrus pectin. J of the Nat Cancer Institute. 94:1854-1862.

Maria S, et al . 1997. Evaluation of the toxicity of Uncaria tomentosa by bioassay

in vitro. J Ethnopharmacol. 57:183-187. Meidina. 2005. Aktivitas anti bakteri oligomer kitosan hasil degradasi oleh

kitosanase Bacillus licheniformis MB-2. [tesis]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Page 118: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

101

Meiyanto E, Sismindari, Candra L, Moordiani. 2003. Efek antiproliferatif ekstrak etanol daun dan kulit batang tanaman Cangkring (Erythrina Fusca Lour.) terhadap sel Hela. Majalah Farmasi Indonesia. 14:124-131.

Michael M, Doherty MM. 2005. Tumoral drug metabolism: overview and its

implications for cancer therapy. J of Clin Oncol. 23:205-229. Miller R. 2005. What is cancer ?

(http://www.kidshealth.org/parent/medical/cancer.html) [26 sept 2005]. Miyoshi H, Shimura K, Watanabe K, Onodera K. 1992. Characterization of some

fungal chitosans. Bioschi Biotech Biochem. 56:901- 905.

Muzarelli RAA, Tomasetti M, Ilari P. 1995a. Depolymerization of chitosan with the aid of papain. Enzyme Microbial Technol. 16:110-114.

Muzarelli RAA, Xia W, Tomasetti M, Ilari P. 1995b. Depolymerization of chitosan and substituted chitosans with the aid of a wheat germ lipase preparation. Enzyme Microbial Technol. 17:541-545.

Muzzarelli RAA.1996. Chitosan Based Dietary Foods. Carb pol. 29:309-316.

Noda K, Ohno N, Tanaka K. 1996. A water-soluble antitumor glycoprotein from Chlorella vulgaris. Planta Med. 62:423-426.

Ogata, et al. 2000. Apoptosis induced by niacin-related compounds in K562 cells but not in normal human lymphocytes. Biosci Biotechnol Biochem. 64:1142-1146.

Oberst MD, et al. 2002. Expression of the serine protease matriptase and its inhibitor HAI-1 in epithelial ovarian cancer. Clin Cancer Res. 8 :1101-1107.

Pae HO, et al. 2001. Induction of granulocytic differentiation in acute

promyelocytic leukemia cells (HL-60) by water-soluble chitosan oligomer. Leukimia Res. 25:339-346.

Palmer DF. et al. 1978. Quantitation and Fungtional Assay of T and B Cels. US

Department of Health, Education, and Welfare. Georgia. Pantaleone D, Yaspani M, Scollar M. 1992. Unusual suspectibility of chitosan to

enzymic hydrolysis. Carb Res. 237:325-332. Pandoyo AS. 2000. Pengaruh aktivitas ekstrak tanaman cincau hijau (Cycle

barbata L. Miers) terhadap proliferasi sel limfosit darah tepi manusia secara in vitro. [skripsi]. Fateta. Institut Pertanian Bogor.

Parish CR, Freeman C, Brown KJ, Francis DJ, Cowden WB. 1999. Identification

of sulfated oligosaccharide-based inhibitors of tumor growth and metastasis using Novel in vitro assays for angiogenesis and heparanase activity. Cancer Res. 59: 3433-3441

Page 119: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

102

Park DI, et al. 2004. Wikyungtang inhibits proliferation of A549 human lung cancer cells via inducing apoptosis and suppressing cyclooxygenase-2 activity. Oncol Reports. 11:853-856.

Park JK, et al. 1999. Purification, characterization, and gene analysis of a

chitosanase (ChoA) from Matsuebacter chitosanotabidus 3001. J Bacteriol. 181:6642-6649.

Parslow TG, Bainton DF, 1992. Innate immunity. Di dalam Stites DP, Terr AI,

Parslow Tg, editor. Medical Immunology. Prentice Hall-International. Inc. California.

Patya M, et al. 2004. Allicin stimulates lymphocytes and elicits an antitumor effect: a possible role of p21ras. Internat Immunol, 16: 275-281.

Pennati M, 2005. Potentiation of paclitaxel-induced apoptosis by the novel cyclin-

dependent kinase inhibitor NU6140: a possible role for survivin down-regulation. Mol Cancer Ther. 9:1328-1337.

Prise KM, Gaal JC, Pearson CK. 1986. Increased protein ADPribosylation in

HeLa cells exposed to the anti-cancer drug methotrexate. Biochem. Biophys Acta. 887:13-22.

Puspaningrum R. 2003. Pengaruh ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan

Linn) terhadap proliferasi sel limfosit limpa tikus dan sel kanker K-562 (Chronic Myelogenous Leukimia) secara in vitro, [skripsi] Fateta. Intitut Pertanian Bogor.

Reed JC. 1999. Dysregulation of apoptosis in cancer. J of Clin Oncol. 17:29-41. Reyes PM, Corona FG. 1997. The bifunctional enzyme chitosanase-cellulase

produced by the gram-negative microorganism Myxobacter sp. AL-1 is highly similar to Bacillus subtilis endoglucanases. Arch Microbiol. 168:321-327.

Roe 1993. Separation based on structure. Di dalam Harris ELV and Angal S,

editor. Protein Purification Methods. IRL Press. Oxford University Press. Rochima E. 2005. Aplikasi kitin deasetilase termostabil dari Bacillus papandayan

K29-14. Asal kawah Kamojang Jawa Barat pada pembuatan kitosan. [tesis]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Roitt IM, Delves PJ. 2001. Essential Immunology. 10th edition. Blackwell Science

Ltd. London Rhoades J, Roller S. 2000. Antimicrobial action of degraded and native chitosan

against spoilage organism in laboratory media and foods. Appl Environ Microbiol. 66:80-86.

Page 120: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

103

Rubin H, 2003. Complementary approaches the role of proteases and their natural inhibitors in neoplastic development: retrospect and prospect. Carcinogenesis. 24:803-816.

Rusmarilin H. 2003. Aktivitas anti kanker ekstrak rimpang lengkuas lokal (Alpinia

galangal (L) Sw) pada alur sel kanker manusia serta mencit yang ditransplantasi dengan sel tumor primer.[disertasi].Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Sanford PT. 2003. World market of chitin and its derivatives. Di dalam Varum

KM, Domard A, Smidsrod O, editor. Advanced in Chitin Science Vol VI., Trondheim, Norway.

Saito J, et al. 1999. Crystal structure of chitosanase from Bacillus circulans MH-

K1 at 1.6A resolutioon and its substrate recognition mechanism. J Biol Chem. 272:30818-30825.

Schwartz GK, 2005. Development of cell cycle active drugs for the treatment of gastrointestinal cancers: a new approach to cancer therapy. J of Clin Oncol. 23:4499-4508.

Seino H, Tsukuda K, Shimasue Y. 1991. Properties and action pattern of a chitosanase from Bacillus sp. PI-7S. Agric Biol Chem. 55:2421-2423.

Seelenmeyer C , Wegehingel S, Lechner J, Nickel W. 2003. The cancer antigen

CA125 represents a novel counter receptor for galectin-1. J of Cell Sci. 116:1305-1318

Semenuk T, et al. 2001. Syntesis of chitooligomer-based glycoconjugates and

their binding to the rat Natural Killer cell activation receptor NKR-P1. Glycoconj . 18:817-826.

Setiawati R. 2003. Pengaruh produk daun cincau hijau Cyclea barbata L.Miers

dan Premna oblongifolia Merr. terhadap kapasitas anti oksidan limfosit mencit C3H bertumor kelenjar susu.[skripsi]. Fateta. Institut Pertanian Bogor.

Shahidi F, Arachchi JKV, Jeon YJ. 1999. Food applications of chitin and

chitosans. trends in food sci and technol. 10:37- 51 Shimosaka M, Nogawa M, Ohno Y, Okazaki M. 1993. Chitosanase from the plant

pathogenic fungus, Fusarium solani f.sp. phaseoli, purification and some properties. Biosci Biotech Biochem. 57:231-235.

Shimosaka M, et al. 1995. Production of two chitosanase from a chitosanase

assimilating bacterium, Acinetobacter sp. Strain CHB101. Appl & Environ Microbiol. 61:438-442.

Shimosaka M, et al. 2000. Molecular cloning and characterization of a

chitosanase from chitosanolytic bacterium Burkholderia gladioli strain CHB101. Appl Microbiol Biotechnol. 54:354-360.

Page 121: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

104

Shen FH , 2002. Elucidate the possible roles of chitosan in anti-tumorigenesis and its related pathways [tesis]. (http://etdncku.lib.ncku.edu.URN=etd-0730103-180938).[29 juni 2005].

Sheng Y, Pero RW, Amiri A, Bryngelsson C. 1998. Induction of apoptosis and

inhibition of proliferation in human tumor cells treated with extracts of Uncaria tomentosa Anticancer Res. 18:3363-3368.

Shunji A, Dexin K, Kouhei M, Motomasa K. 2004. Smenospongine, a spongean

sesquiterpene aminoquinone, induces erythroid differentiation in K562 cells. Anti Cancer Drugs. 15:363-369.

Sigma Product Information. 2004. 5-Bromo-2-Deoxyuridine. Sigma Aldrich. Slingerland JM, Tannock IF. 1998. Cell proliferation and cell death. Di dalam

Tannock IF, Hill RP, editor. The Basic Science of Oncology. Edisi ke-3. McGraw-Hill. New York.

Somashekar D, Joseph R. 1996. Chitosanases : Preperties and application: a

review. Bioresource Technol. 55:34 –35. Suhartono, MT. 1994. Bioteknologi enzim termostabil. Buletin Teknol dan Industri

Pangan. Vol. 5 no 2.

Suzuki K, et al. 1986. Antitumor effect of hexa N-Acetylchytohexose and chitohexaose. Carb Res. 151:403-408.

Suzuki S, et al. 1992. Immuno-enhancing effects of N-acetylchitohexaose. . Di

dalam Brine CJ, Sandford PA,.Zikakis JP, editor. Advances in Chitin and chitosan. Elsevier. Amsterdam.

Suzuki S. 1996. Studies of biological effects of water soluble lower homolougous oligosacharide of chitin and chitosan. Fragrance J. 15:61-68.

Tanabe T, Morinaga K, Fukamizo T, Mitsutomi M. 2003. Novel chitosanase from

Streptomyces griseus HUT 6037 with transglycosylation activity. Biosci Biotechnol Biochem. 67:354-364.

Tejasari. 2000. Efek proteksi komponen bioaktif oleoresin rimpang jahe (Zingiber

officinale Roscoe) terhadap fungsi limfosit secara in vitro.[disertasi]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Tjahjono. 1999. Deteksi dini kanker. Peran pemeriksaan sitologik dan antisipasi

era pasca genom. Majalah Kedokteran Indonesia. 49:278-290. Thun, et al. 2002. Nonsteroidal anti-inflammatory drugs as anticancer agents:

mechanistic, pharmacologic, and clinical issues. J of the Nat Cancer Institute. 94:252-266.

Page 122: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

105

Thorburn J, Bender LM, Morgan MJ, Thorburn A. 2003. Caspase and serine protease-dependent apoptosis by the death Domain of FADD in normal epithelial cells. Mol Biol Cell. 14: 67-77.

Tsigos I, Martinou A, Kafetzopoulos, Bouriotis V. 2000. Chitin deacetylases: new

versatile tools in biotechnology. Tibtech Rev. 18:305-312.

Tyler KL, et al. 1995. Apoptosis. J Virol. 69:6972-6979.

Tokoro AM, et al. 1989. Protective effect of N-acetyl-chitohexaose on Listeria monocytogenes infection in mice. Microbiol Immunol. 3:357-367.

Uchida Y, Ohtakara A. 1998. Chitosanase from Bacillus species. Meth in enzymol. 161:501-506.

Valentine F, Lederman H. 2000. Lymphocyte Proliferation Assay. AIDS Clinical

Trials Group.

Vielle C, Zeikus GJ. 2001. Hyperthermophilic enzyme: sources, uses, and molecular mechanism for thermostability. Microbiol and Mol Biol Rev. 1:43.

Waladkhani AR, Clemens MR. 1998. Effect of dietary phytochemicals on cancer development. Int J Mol Med. 1:747-753.

Wang SL, Chang WT. 1997. Purification and characterization of two bifunctional chitinases/lysozymes extracellularly produced by Pseudomonas aeruginosa K-187 in a shrimp and crab shell powder medium. Appl Environ Microbiol. 63:380-386.

Wan XS, et al. 1999. Relationship between protease activity and neu oncogene expression in patients with oral leukoplakia treated with the Bowman Birk Inhibitor. Cancer Epidemiology Biomarkers & Prevention. 8:601-608.

Wispriyono B, Schmelz EM, Pelayo H, Hanada K, Separovic D. 2002. A role for

de novo sphingolipids in apoptosis of photosensitized cells. Experimen Cell Res. 279:153-165.

Wu GJ, Tsai GJ. 2004. Cellulase degradation of shrimp chitosan for the

preparation of a water-soluble hydrolysate with immunoactivity. Fisheries Sci. 70:1113-1120.

Wurm M, et al. 1998. Pentacyclic oxindole alkaloids from Uncaria tomentosa induce human enditelial cells to release a lymphocyte-proliferation-regulating factor. Planta Med. 64:701-704.

Xia G, et al. 2001. A novel chitinase having a unique mode of action from Aspergillus fumigatus YJ-407. Eur. J. Biochem. 268, 4079-4085

Page 123: Aktivitas Kitooligomer Hasil Reaksi Enzimatik terhadap ... · Witarto M. Eng, sebagai anggota komisi pembimbingyang telahbanyak ... Sherli, Meidina, Ibu Nita, Ibu Eko, Pak Aris, dan

106

Yabuki M. 1988. Characterization of chitosanase produced by Bacillus circulans MHKI. Chitin and chitosan. Di dalam Gudmund Skjak-Braek, Thorlief Anthousen, Paul Sandford, Editor. Proceeding from the 4th Int. Conf. On Chitin & Chitosan. Norway, August 22-24.

Yeon JC, et al. 2004. Purification and characterization of chitosanase from

Bacillus sp. strain KCTC 0377BP and Its application for the production of chitosan oligosaccharides. Appl and Environ Microbiol. 70: 4522–4531.

Yoon HG, et al. 2000. Identification of essential amino acid residues for catalytic

activity. Appl Microbiol Biotechnol. 56:73-180.

Yoon HG, et al. 2001. Thermostable chitosanase from Bacillus sp. strain CK4 : its purification, characterization, and reaction pattern. Biosci Biotechnol Biochem. 65:802-809.

Yoshida T, et al. 2005. Quercetin induces gadd45 expression through a p53-

independent pathway. Oncol Rep. 14:1299-303. Yuana. 1998. Pengaruh ekstrak jamu terhadap proliferasi sel limfosit dan

beberapa alur sel kanker secara in vitro. [skripsi]. Fateta. Institut Pertanian Bogor.

Zakaria FR, Belleville F, Nabet P, Linden G. 1992a. Allergenicity of bovine casein I. Spesific lymphocyte proliferation and histamine accumulation in the mastocyte as result of casein feeding in mice. Food Agric Immunol. 4:41-51.

Zakaria FR, Belleville F, Nabet P, Linden G. 1992b. Allergenicity of bovine casein

II. Casein and its digestive enzyme hidrolizates induce lymphocyte lymphocyte proliferation and histamine accumulation in casein-free mice. Food Agric. Immunol. 4:51-62.

Zakaria FR, Meilasanti MA, Sanjaya, Pramudya SM, Richards AL. 1997. Aktivitas

proliferasi limfosit darah tepi konsumen makanan jajanan di Bogor Jawa Barat. Bul. Teknol dan Industri Pangan. 2:57-65.

Zakaria FR, Irawan B, Pramudya SM, Sanjaya. 2000. Intervensi sayur dan buah

pembawa vitamin C dan vitamin E meningkatkan system imun populasi buruh pabrik di Bogor. Bul Teknol dan industri Pangan . 11:21-27.

Zakaria FR. 2001. Pangan dan pencegahan kanker. Teknol dan Industri Pangan

12 :171-177. Zeromski J. 2002. Significance of tumor-cell receptors in human cancer.

Archivum immunologiae et therapiae experimentalis. 50:105-110.