Aktivitas Biokimia
-
Upload
ikha-reskia -
Category
Documents
-
view
221 -
download
11
Transcript of Aktivitas Biokimia
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Mikroorganisme sama halnya juga dengan makhluk hidup yang lainnya,
memerlukan energi untuk kelangsungan hidupnya. Energi ini diperoleh dari lungkungan
sekitarnya dalam bentuk senyawa kimia tertentu yang dapat diurai. Kemampuan
mikroorganisme untuk mengurai senyawa tertentu dan mensintesa senyawa yang baru
merupakan sifat khas masing-masing mikroorganisme.
Mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak dengan menggunakan berbagai
bahan yang terdapat di sekitar lingkungannya. Zat hara yang dibutuhkan untuk
kelangsungan hidupnya tersedia disekitarnya, seperti molekul sederhana hydrogen
sulfide, dan ion ammonium atau molekul organik yang kompleks.
Penggunaan zat hara tergantung aktivitas dari mikroba dalam melakukan suatu
metabolisme. Pengamatan ini mencakup beberapa uji untuk mengetahui aktivitas mikroba
dalam melakukan suatu metabolisme yang diketahui dari kemampuan sel mikroba untuk
menggunakan dan menguraikan molekul kompleks.
Percobaan ini penting untuk dilakukan untuk mengetahui reaksi-reaksi yang terjadi
didalam sel mikroorganisme dengan menggunakan pereaksi-pereaksi yang dianggap
dapat membantu sel bereaksi menghasilkan senyawa organik sebagai hasil dari reaksi
yang dapat diinginkan untuk mengidentifikasi mikroorganisme.
I.2 Maksud dan Tujuan
I.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami proses aktivitas biokimia yang terjadi pada
mikroorganisme.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Menentukan ada tidaknya aktivitas biokimia beberapa jenis bakteri melalui
beberapa uji yaitu uji katalase, uji penggunaan sitrat, uji MR, uji motilitas, uji
oksidasi fermentasi, uji VP, fermentasi karbohidrat, hidrolisis polisakarida, produksi
H2S, produksi indol, pencairan gelatin, dan deaminasi asam amino.
I.3 Prinsip Percobaan
1. Deaminase asam amino
Berdasarkan pada kemampuan bakteri untuk memecah asam amino pada
gugus amino yang menghasilkan asam, amino keto dan NH3 yang ditandai dengan
perubahan warna menjadi kuning setelah ditetesi 1 tetes reagen Nessler dengan
menggunakan medium pepton cair 4 % dan diinkubasikan selama 5-7 x 24 jam pada
suhu 37 0C.
2. Fermentasi karbohidrat
Berdasarkan kemampuan bakteri untuk memfermentasi karbohidrat yang
ditandai dengan perubahan warna dari hijau menjadi kuning dan terbentuknya
gelembung gas pada tabung durham sebagai hasil fermentasi dengan menggunakan
medium LB dan diinkubasikan selama 2 x 24 jam pada suhu 37 0C.
3. Hidrolisis Polisakarida
Berdasarkan kemampuan bakteri untuk menghidrolisis polisakarida menjadi
disakarida atau monosakarida yang memberikan hasil positif jika terbentuk zona
bening dan negatif jika terbentuk warna biru setelah ditetesi dengan 1-2 tetes iod
dengan mnggunakan medium starch agar dan diinkubasikan selama 1 x 24 jam pada
suhu 37 0C.
4. Pencairan gelatin
Berdasarkan kemampuan bakteri untuk menghidrolisis gelatin dengan adanya
enzim gelatinase yang dimiliki oleh bakteri dimana enzim tersebut bersifat proteolitik
(memecah protein) yang ditandai dengan tetap mencairnya gelatin pada suhu
memadatnya, dengan menggunakan medium gelatin dan diinkubasikan selama 1-3 x
24 jam pada suhu 37 0C.
5. Produksi H2S
Berdasarkan kemampuan bakteri untuk memfermentasi glukosa, sukrosa, dan
laktosa serta memproduksi H2S yang ditandai dengan perubahan warna slunt dan butt
serta terbentuknya warna hitam dengan bau merangsang pada daerah tusukan
dengan menggunakan medium TSIA (Triple Sugar Iron Agar ) dan diiniubasi selama
7 x 24 jam pada suhu 37 0C.
6. Produksi indol
Berdasarkan kemampuan bakteri untuk menghidrolisis triptofan menghasilkan
senyawa indol yang ditandai dengan terbentuknya warna merah tua pada permukaan
medium dengan penambahan 1-3 tetes reagen Ehrlich atau Kovac, dengan
menggunakan medium triptofan cair 1 % dan diinkubasikan selama 1-3 x 24 jam pada
suhu 37 0C.
7. Uji katalase
Berdasarkan pada kemampuan bakteri untuk menghidrolisis H2O2 menjadi
molekul H2O dan O2 menggunakan enzim katalase yang ditandai dengan adanya
gelembung-gelembung O2 dalam tetesan H2O2 3 % dengan menggunakan medium
H2O2 3 % dan langsung diamati.
8. Uji metil merah
Berdasarkan kemampuan bakteri untuk memfermentasi bahan untuk
menghasilkan asam campuran yang memberikan hasil positif jika berwarna merah
dan negatif jika berwarna kuning dengan penambahan indikator metil merah, dengan
mengunakan medium metil merah dan diinkubasikan selama 5-7 x 24 jam pada suhu
kamar.
9. Uji motilitas
Berdasarkan kemampuan bakteri untuk menghasilkan energi atau
menguraikan ATP yang ditandai dengan adanya area garis hitam sebagai deposit
senyawa timbal nitrat yang tidak larut dengan menggunakan medium motility / SIM
dan diinkubasikan selama 1-2 x 24 jam pada suhu 370C.
10. Uji Oksidasi Fermentasi
Berdasarkan kemampuan bakteri melakukan fermentasi dalam kondisi
anaerob dan oksidasi dalam kondisi aerob dengan menggunakan medium OF dan
diinkubasikan selama 7-14 x 24 jam pada suhu 370C.
11. Uji pengguanan sitrat
Berdasarkan kemampuan bakteri untuk menggunakan sitrat sebagai satu-
satunya sumber karbon dan energi yang ditandai dengan perubahan warna hijau
menjadi biru dengan penambahan indikator bromtimol biru dengan menggunakan
medium SCA ( Simmon’s Citrate Agar ) dan diinkubasikan selama 2-3 x 24 jam pada
suhu 370C.
12. Uji Voges Prokauer
Berdasrakan kemampuan bakteri untuk memfermentasi glukosa untuk
menghasilkan senyawa asetil karbonil atau 2,3-butanadiol yang dengan
menggunakan KOH dan larutan alfa naftol menghasilkan warna merah muda dengan
menggunakan medium VP dan diinkubasikan selama 5-7 x 24 jam pada suhu kamar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Makanan yang disukai manusia, pada umumnya juga disukai oleh
mikrorganisme. Dengan demikian maka mikrorganisme itu pada dasarnya merupakan
saingan bagi manusia (1).
Senyawa utama yang menyusun bahan makanan terdiri dari protein, karbohidrat
dan lemak/lipida, sangat cepat diuraikan oleh kegiatan mikroba yang terkandung di
dalamnya (melalui proses enzimatik). Dalam proses penguraian itu dihasilkan senyawa-
senyawa baru yang berhubungan dengan proses yang terjadi. Proses enzimatik ini dapat
berlangsung dengan dua cara (2) :
a. Secara anaerobik (tanpa kehadiran oksigen)
b. Secara aerobik (dengan kehadiran oksigen).
Karena kemampuan putrefaksi, fermentasi, dan sintesanya, organisme
mendapatkan tempat yang berguna dalam banyak proses industri, meliputi pembuatan
atau pengolahan makanan, pakaian dan obat-obatan (3).
Makanan yang telah dihinggapi mikroorganisme itu mengalami penguraian,
sehingga dapat berkurang nilai gizi dan kelezatannya, bahkan makanan yang telah dalam
keadaan terurai itu dapat menyebabkan sakit sampai matinya seseorang yang
memakannya.
Keracunan karena makanan dapat terjai dimana-mana, dan sampai sekarang
pun jumlah korban akibat keracunan makanan itu relatif tinggi, terlebih-lebih di daerah-
daerah yang penduduknya miskin.
Sebaliknya, ada beberapa jenis makanan dan minuman yang perlu ditumbuhi
mikroorganisme terlebih dahulu supaya jadi dan lezatnya bertambah. Pembuatan keju,
tempe, tape, minuman anggur, tuak dan lain-lainnya lagi akan tidak berhasil jika tidak
dengan pertolongan mikrorganisme (1).
Berbagai penyakit dan infeksi yang berbeda-beda mungkin terjadi karena
memakan makanan yang terkontaminasi dengan organisme patogen. Hal ini khususnya
benar untuk infeksi usus seperti E.coli enterotoksigen, kolera, disentri dan tifus. Infeksi
makanan terjadi karena memakan makanan yang mengandung organisme hidup yang
mampu sembuh atau bersporulasi dalam usus, yang menimbulkan penyakit. Organisme
penting yang menimbulkan C.perfringens, Vibrio parahaemolyticus dan sejumlah jenis
Salmonella yang berlainan. Sebaliknya, peracunan makanan tidak disebabkan oleh
menelan organisme hidup melainkan dengan kemasukan toksin atau substansi beracun
yang disekresi ke dalam makanan, tetapi apabila toksin itu sendiri tidak dimusnahkan,
peracunan makanan yang hebat dapat terjadi dengan memakan makanan tersebut.
Organisme yang menyebabkan peracunan makanan mencakup S.aureus, C.botulinum,
dan B.cereus (3).
Kehadiran mikroba di dalam bahan makanan, dapat mendatangkan
keuntungan, dapat pula mendatangkan kerugian. Yang dimaksud dengan mendatangkan
keuntungan kalau akibat kehadirannya baik secara langsung ataupun secara tidak
langsung, mikroba tersebut akan mendatangkan keuntungan dalam bentuk :
a. Berperan di dalam proses
b. Berperan di dalam peningkatan nilai gizi/nutrisi makanan
c. Berperan di dalam pengadaan bau dan rasa yang diperlukan
d. Berperan di dalam perubahan warna yang dikehendaki
e. Secara langsung berperan di dalam pengadaan sumber protein, vitamin, lemak atau
karbohidrat baru.
Yang dimaksud dengan mendatangkan kerugian, kalau kehadiran mikroba
tersebut di dalam bahan makanan, justru akan (2) :
a. Merubah bau, rasa dan warna yang tidak dikehendaki
b. Menurunkan berat atau volume
c. Menurunkan nilai gizi/nutrisi
d. Merubah bentuk dan susunan senyawa
e. Menghasilkan toksin (senyawa racun) yang membahayakan.
Bakteri yang tumbuh di dalam makanan kita mengubah makanan tersebut
menjadi zat-zat organik yang kurang energinya. Didalam pengubahan itu bakteri beroleh
energi yang dibutuhkannya. Hasil metabolisme spesies-spesies tertentu digemari oleh
manusia, misalnya, alkohol sebagai hasil metabolisme Saccharomyces cerevisies, cuka
sebagai hasil fermentasi Acetobacter sp. Akan tetapi ada beberapa spesies yang hasil
metabolismenya merupakan eksotoksin yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika
toksin itu masuk dalam alat pencernaan manusia, dapatlah timbul gejala-gejala keracunan
seperti perut sakit, muntah-muntah, diare (buang air besar berkali-kali, sedang faeces
encer).
Beberapa spesies dari bakteri saproba dan dari bakteri patogen dapat tumbuh
serta berkembang biak dengan baiknya, jika makanan yang dihinggapinya itu mempunyai
pH, kelembaban, dan temperatur yang menguntungkan kehidupan mereka. Toksin yang
mereka hasilkan dapat berupa neurotoksin, yaitu toksin yang mengganggu urat saraf kita.
Dapat juga toksin yang mereka hasilkan itu berupa enterotoksin, yaitu toksin yang
mengganggu alat
Pencernaan kita. Keracunan oleh enterotoksin menimbulkan gejala-gejala yang
lain daripada keracunan oleh neurotoksin. Diantara racun-racun yang dihasilkan oleh
bakteri-bakteri saproba yang paling banyak disebut-sebut ialah racun yang dihasilkan
Clostridium botulinum. Makanan yang telah dipasteurisasikan, kemudian terus-menerus
disimpan di dalam kaleng pada temperatur kamar, dapat mengandung racun yang berasal
dari C.botulinum (1).
II.2 Uraian Bahan
1. Agar (FI III : 74)
Nama resmi : Agar
Nama lain : Agar-agar
Pemerian : Berkas potongan memanjang, tipis seperti selaput dan
berlekatan, atau berbentuk keeping, serpih atau butiran; jingga
lemah kekuningan, abu-abu kekuningan sampai kuning pucat
atau tidak berwarna; tidak berbau atau berbau lemah; rasa
berlendir; jika lembab liat; jika kering rapuh.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam air mendidih.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai komposisi medium.
2. Air suling (FI III : 96)
Nama resmi : Aqua Destillata.
Nama lain : Air suling/aquades.
RM/BM : H2O/18,02.
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mempunyai
rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pelarut.
3. Alkohol (FI III : 65)
Nama resmi : Aethanolum
Sinonim : Etanol, alcohol
RM / BM : C2H6O / 46,06
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah
bergerak, bau busuk, rasa panas. Mudah terbakar dengan
memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P, dan dalam
eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat
sejuk, jauh dari nyala api.
Kegunaan : Sebagai antiseptik
4. Biru Brom Timol (FI III : 661)
Nama resmi : Brom Tymol Blue
Pemerian : Serbuk kemerahan atau kecoklatan
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol (95%) P, dan
dalam alkali encer
Kegunaan : Sebagai Indikator
Trayek pH : 6,0 – 7,6
P. warna : Dari kuning menjadi biru
5. Dekstrosa (FI IV : 300)
Nama resmi : Dextrosum
Nama lain : Dekstrosa, Glukosa
RM/BM : C6H12O6 / 180,16
Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau serbuk granul putih;
tidak berbau; rasa manis.
Kelarutan : Mudah larut dalam air; sangat mudah larut dalam air mendidih;
larut dalam etanol mendidih; sukar larut dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagian komposisi medium.
6. Gelatin (FI III : 265)
Nama resmi : Gelatinum
Nama lain : Gelatin
Pemerian : Lembaran, keping atau potongan, atau serbuk kasar sampai
halus, kuning lemah atau coklat terang, warna variasi tergantung
ukuran partikel, larutannya berbau lemah seperti kaldu jika kering
stabil diudara, tetapi mudah terurai oleh mikroba jika lembab atau
dalam bentuk larutan.
Kelarutan : Tidak larut dalam air dingin, mengembang dan lunak bila dicelup
dalam air, laurt dalam air panas.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai zat penggumpal
7. Glukosa (FI III : 268)
Nama resmi : Glucosum
Nama lain : Glukosa
RM ? BM : C6H12O6.H2O / 198,17
Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau butiran putih, tidak
berbau dan rasa manis
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih,
agak sukar larut dalam etanol 95% P mendidih.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai bahan pembuat medium
8. Hidrogen peroksida (FI III : 296)
Nama resmi : Hydrogen peroxydum
Nama lain : Hidrogen peroksida
RM ? BM : H2O2 / 34,02
Pemerian : Cairan, tidak berwarna, hamper tidak berbau, mudah terurai jika
berhubungan dengan zat organik yang mudah teroksidasikan
dengan logam tertentu dari senyawanya atau dengan alkali.
Penyimpanan : Dalam botol bersumbat kaca atau bersumbat plastic cocok
dilengkapi dengan lubang udara, ditempat terlindung dari
cahaya.
Kegunaan : Pengoksidasi bakteri pada uji katalase
9. Kalium Hiroksida (FI III : 689)
Nama resmi : Kalii Hydroxydum
Sinonim : Kalium Hidroksida
RM / BM : KOH / 56,11
Pemerian : Massa berbentuk batang, pelet atau bongkahan putih, sangat
mudah larut dalam etanol mutlak P mendidih.
Kelarutan : Larut dalam 1 bagian air, dalam 3 bagian etanol (95%) P, sangat
mudah larut dalam etanol mutlah P mendidih.
Kegunaan : Sebagai pereaksi pada uji VP
10. Laktosa (FI III : 338)
Nama resmi : Lactosum
Nama lain : Laktosa
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa agak manis.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai bahan pembuat medium
11. Larutan Iodium (FI III : 684)
Nama Resmi : Iodum
Sinonim : Iod
RM / BM : I / 126, 90
Pemerian : Keping / granul, berat hitam keabuan, bau khas, berkilauan
seperti metal
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam karbon sulfida,
dalam kloroform, dalam karbon tetraklorida dalam eter larut
dalam etanol, agak sukar larut dalam gliserin
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Pereaksi
12. Magnesium sulfat (FI III : 354)
Nama resmi : Magnesii Sulfas
Nama lain : Magnesium sulfat, garam inggris
RM ? BM : MgSO4.7H2O / 246,47
Pemerian : Hablur, tidak berwarna, tidak berbau, rasa dingin, asin dan pahit.
Dalam udara kering dan panas merapuh.
Kelarutan : Larut dalam 1,5 bagian air, agak sukar larut dalam etanol P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai bahan pembuat medium SCA
13. Metil Merah (FI III : 705)
Nama resmi : Asam 4-dimetilamina benzena-2-karboksilat
Sinonim : Metil merah
RM : C15H15N3O2
Pemerian : Serbuk merah tua atau hablur lembayung.
Kelrutan : Agak sukar larut dalam air, larut dalam etanol (95%) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai indikator
14. Natrium klorida (FI III : 403)
Nama resmi : Natrii Chloridum
Nama lain : Natrium klorida
RM / BM : NaCl / 58,44
Pemerian : Hablur heksahedral, tidak berwarna atau serbuk hablur putih,
tidak berbau, rasa asin
Kelarutan : Larut dalam 2,6 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih, dan
dalam lebih kurang 10 bagian gliserol P . sukar larut dalam
etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sumber ion klorida dan ion natrium dalam medium
15. Natrium Sitrat (FI III : 406)
Nama resmi : Natrii citras
Nama lain : Natrium citrate
RM / BM : C6H5Na3O7.H2O / 294,10
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk halus putih
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih,
praktis dan tidak larut dalam etanol (95%)
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai bahan pembuat medium SCA
16. Pepton (FI III : 721)
Pemerian : Serbuk; kuning kemerahan sampai coklat; bau khas tidak busuk.
Kelarutan : Larut dalam air; memberikan larutan berwarna coklat kekuningan
yang bereaksi agak asam; praktis tidak larut dalam etanol (95%)
P dan dalam eter P.
Kegunaan : Sebagai komposisi medium.
17. Sukrosa (FI IV : 762)
Nama resmi : Sucrosum
Nama lain : Sakarosa
RM/BM : C12H22O11/ 342,30
Pemerian : Hablur putih atau tidak berwarna; massa hablur atau berbentuk
kubus, atau serbuk hablur putih; tidak berbau, rasa manis, stabil
di udara. Larutannya netral terhadap lakmus.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; lebih mudah larut dalam air
mendidih; sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam kloroform
dan dalam eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai komposisi medium.
18.α – Naftol (FI III : 708)
Nama resmi : Alfa naftol
Nama lain : 1,1-naftol
RM : C10H7OH
Pemerian : Tidak berwarna atau putih atau serbuk halus putih, bau khas
Kelarutan : Larut dalam 5 bagian etanol (95%) P, membentuk larutan, tak
lebih dari agak keruh, tidak berwarna atau hampir tidak
berwarna.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pereaksi
II.3 Klasifikasi Mikroba (1 : 126-135, 169)
1. Proteus vulgaris
Regnum : Protista
Divisi : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Proteus
Spesies : Proteus vulgaris
Morfologi : Proteus vulgaris sering menyebabkan infeksi tractus urinarius pada
nosocomial infections. Pencegahannya, hindari terjadinya
“nosocomial” infection melalui penggunaan catheter urina.
2. Escherchia coli
Dunia : Procaryotae
Divisi : Schizophyta
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Eubacterials
Famili : Enetrobacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli
Morfologi : Bakteri ini merupakan bakteri gram negatif berbentuk dengan
cemetri, tanpa spora. Bakteri ini aerob fakultatif memiliki hemin yang
mampu memperoleh energi, baik secara respirasi maupun secara
peragian. Bakteri ini terdapat di usus.
3. Salmonella thyposa
Dunia : Procaryotae
Divisi : Schizophyta
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Eubacterials
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Salmonella
Spesies : Salmonella thyposa
Morfologi : Bakteri genus salmonella ini merupakan bakteri garam negatif
berbentuk batang dan bersifat anaerob fakultatif. Salmonella
merupakan bakteri penghuni usus, sehingga di kelompokkan dalam
Enterobakteriaceae bakteri ini terdiri bercirikan oleh produk
peragiannya dan mengeskresikan asam organik.
4. Staphylococcus aureus
Divisi : Protophyta
Divisi : Schizophyta
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Eubacterials
Famili : Micrococcaceae
Genus : Staphilococcus
Spesies : Staphylococcus aureus
Morfologi : Bakteri ini mempunyai bentuk bulat dengan penataan sel
berpasangan dan bergerombol, tidak mempunyai kapsul tidak
berspora, bersifat aerobik atau anaerobik fakultatif katalase positif,
famili non motif dan perolehan energinya terjadi secara fermentatif.
Bakteri ini merupakan bakteri yang patogen dengan habitat pada
kulit membran mukosa, udara debu dan nanah.
5. Bacillus subtilis
Dunia : Eucaryotae
Divisi : Schizophyta
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Famili : Bacillaceae
Genus : Bacillus
Spesies : Bacillus subtilis
Morfologi : Batang kurus 1-1,5 mm x 2-6 mm, metil dengan flagellum. Pada
kultur tampak koloni putih abu-abu tepi liks hair tidak hemdisis pada
agar darah.
6. Pseudomonas aeruginosa
Regnum : Procaryotae
Divisi : Schizophyta
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Pseudamonadales
Family : Pseudamonodaceae
Genus : Pseudomonas
Spsies : Pseudomonas aeruginosa
Morfologi : Sel tunggal, batang lurus, atau melengkung, namun tidak berbentuk
heliks. Pada umumnya berukuran 0,5 mm – 0,1 mm x 1,5 - 4,0. motil
dengan flagellum polza, monotikus dan multitrikus, dan tidak
menghasilkan selongsong prosroslea. Tidak dikenal adanya stadium
istirahat, biasanya dalam bentuk pasangan dan rantai pendek.
7. Enterobacter aerogenes
Regnum : Procaryotae
Divisi : Schizophyta
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Enterobacter
Spsies : Enterobacter aerogenes
Morfologi : Berbentuk basil, gram negatif, mampu menguraikan glukosa.
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Botol pengenceran
Cawan Petri
Deck glass
Erlenmeyer
Hand sprayer
Inkubator
Kulkas
Lampu spiritus
Ose bulat dan ose lurus
Otoklaf
Oven
Plat tetes
Rak tabung
Spoit
Tabung reaksi
III.1.2 Bahan
Air suling
Alfa naftol
Alkohol
Biakan bakteri Escherichia coli, Salmonella thyposa, P. aerogenosa, Proteus
vulgaris dan Bacillus subtilis
Brom timol biru
Indikator BTB
Indikator metil merah
Iodin
Iodium
Kapas
Karet gelang
KOH
Korek api
Larutan H2O2 3 %
Medium Motility
Medium NA
Medium TSIA
Medium Gelatin
Medium LB
Medium Metil Merah
Medium MR
Medium NA
Medium OF
Medium Pepton cair
Medium SB
Medium SCA
MediumGB
MediumVP
Parafin
Reagen Erlich/Kovach
Reagen Nessler
Tripton
III.2 Cara Kerja
1. Deaminase asam amino
Disiapkan alat dan bahan
Dimasukkan peptone cair 4 % dalam 3 buah tabung reaksi dimana salah satunya
adalah kontrol
Diinokulasikan biakan bakteri Escherichia coli dan Bacillus subtilis dengan
menggunakan ose bulat
Diinkubasikan selama 5-7 x 24 jam pada suhu 370C
Diamati dengan menambahkan reagen Nessler pada sampel diplat tetes, (+) jika
terbentuk warna kuning.
2. Fermentasi karbohidrat
Disiapkan alat dan bahan
Dinokulasikan dengan mikroorganisme uji yaitu Bacillus subtilis, Escherichia coli,
Staphylococcus aureus dan proteus vulgaris pada 4 tabung reaksi yang masing-
masing telah berisi 9 ml medium LB dan didalam tabung reaksi terdapat tabung
durham.
Dibuat satu kontrol tabung dimana tabung tersebut hanya berisi medium tidak
diinokulasikan bakteri .
Diulang perlakuan yang sama untuk medium GB dan SB
Diinkubasikan selama 2 x 24 jam pada suhu 370C
Diamati, + jika terjadi pembentukan gelembung udara dan warna medium kuning
dan - jika sebaliknya.
3. Hidrolisis Polisakarida
Disiapkan alat dan bahan
Disiapkan cawan petri yang diberi tanda diantara 2 bagian dengan tipe X
Diisi dengan medium NA secara aseptis
Diinokulasikan bakteri pada daerah yang berbeda
Diinkubasukan selama 1 x 24 jam pada suhu 370C
Diamati dengan penambahan iodium (+) jika terbentuk zona bening pada medium
4. Pencairan gelatin
Disiapkan alat dan bahan
Medium gelatin dicairkan dan dimasukkan dalam 3 buah tabung reaksi dimana
salah satunya adalah kontrol
Diinokulasikan biakan bakteri Escherichia coli dan Bacillus subtilis dengan ose
bulat
Diinkubasikan selama 1-3 x 24 jam pada suhu 370C
Diamati, dimasukkan kedalam lemari es selama 10-15 menit, (+) jika setelah
didinginkan tetap mencair
5. Produksi H2S
Disiapkan alat dan bahan
Disiapkan 2 buah tabung yang berisi medium TSIA miring membentuk slunt dan
butt
Diinokulasikan biakan Escherichia coli dan proteus vulgaris ke dalam medium
dengan cara ditusuk lalu digoreskan
Diinkubasikan selama 7 x 24 jam pada suhu 370C
Dilakukan pengamatan disekitar daerah goresan, positif bila medium menjadi
warna hitam dengan bau merangsang disekitar zona.
6. Produksi indol
Disiapkan alat dan bahan
Disiapkan 4 buah tabung reaksi, masing-masing diisi dengan medium tripton cair
1 %
Diinokulasikan biakan Salmonella thyposa, Pseudomanas aeruginosa, Escherchia
coli dan Proteus vulgaris dengan mengguanakan ose bulat
Diinkubasikan selama 3 x 24 jam pada suhu 370C
Pada saat pengamatan, ditetesi reagen kovach. Positif jika terbentuk cincin pada
permukaan
7. Uji katalase
Disiapkan alat dan bahan
Diteteskan 3-5 tetes larutan H2O2 3 % pada objek glass, lalu ditambahkan biakan
murni bakteri E.coli.
Diamati perubahan yang terjadi
Diulangi perlakuan dengan menggunakan biakan murni Bacillus subtilis dan
Staphylococcua aureus.
8. Uji metil merah
Disiapkan alat dan bahan
Disiapkan 2 buah tabung yang berisi medium MR
Diinokulasikan bakteri ke dalam medium
Diinkubasi selama 3 x 24 jam pada suhu 370C
Diamati dengan menambahkan 5 tetes indikator metil merah, positif jika medium
berubah menjadi merah.
9. Uji motilitas
Disiapkan alat dan bahan
Disiapkan 2 buah tabung yang berisi medium motility
Diinokulasikan bakteri dalam medium
Diinkubasikan selama 3 x 24 jam pada suhu 370C
Diamati daerah bekas tusukan, (+) jika terdapat endapan melayang.
10. Uji Oksidasi Fermentasi
Disiapkan alat dan bahan
Disiapkan 2 buah tabung yang berisi medium OF
Dinokulasikan bakteri yang digunakan dan diinkubasikan selama 3 x 24 jam pada
suhu 370C
Diamati dimana tabung I ditutup dengan kapas dan tabung II ditutup dengan
kapas
Jika kedua tabung berwarna kuning berarti terjadi fermentasi , jika tabung I
berwarna kuning dan tabung II berwarna hijau berarti terjadi oksidasi dan jika
kedua tabung berwarna hijau tidak terjadi fermentasi maupun oksidasi.
11. Uji pengguanan sitrat
Disiapkan alat dan bahan
Disiapkan 4 buah tabung reaksi dan masing-masing diisi dengan medium SCA
miring
Diinokulasikan biakan bakteri Salmonella thyposa, Staphylocoocus aureus,
Escherichia coli dan Bacillus subtilis dengan mengguanakn ose bulat
Diinkubasikan selama 2-3 x 24 jam pada suhu 370C
Diamati, positif jika terjadi perubahan warna biru pada medium SCA
12. Uji Voges Prokauer
Disiapkan alat dan bahan
Diinokulasikan biakan Escherichia coli dan Aerobacter aerogenes pada 2 buah
tabung reaksi yang telah berisi medium Vp
Diinkubasikan selama 5-7 x 24 jam pada suhu kamar
Diamati dengan menambahkan larutan KOH 10 tetes dan larutan alfa naftol 15
tetes
Dikocok dan biarkan 30 menit . positif jika terjadi perubahan menjadi merah.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1Data Pengamatan
No Uji Bakteri Hasil
1 Hidrolisis polisakarida Escherichia coli
Bacillus subtilis
-
+
2 Fermentasi Karbohidrat
GB
SB
LB
Proteus vulgaris
Escherichia coli
Bacillus subtilis
Staphylococcus aureus
Proteus vulgaris
Escherichia coli
Bacillus subtilis
Staphylococcus aureus
Proteus vulgaris
Escherichia coli
Bacillus subtilis
Staphylococcus aureus
+
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3 Produksi H2S Escherichia coli
Proteus vulgaris
-
-
4 Produksi indol Salmonella typhosa
Proteus vulgaris
Pseudomonas aeruginosa
Escherichia coli
+
+
-
+
5 Pencairan gelatin Escherichia coli +
Bacillus subtilis +
6 Uji katalase Escherichia coli
Bacillus subtilis
Staphylococcus aureus
-
+
++
7 Deaminasi asam amino Escherichia coli
Bacillus subtilis
+
+
8 Penggunaan sitrat Salmonella typhosa
Bacillus subtilis
Escherichia coli
Staphylococcus aureus
+
-
+
+
9 Uji metal merah Escherichia coli
Pseudomonas aeruginosa
-
-
10 Uji motilitas Bacillus subtilis
Escherichia coli
Pseudomonas aeruginosa
-
-
-
11 Oksidasi-Fermentasi Escherichia coli
Pseudomonas aeruginosa
-
-
12 Voges-Proskauer Escherichia coli
Enterobacter aerogenes
+
+
IV.2 Gambar Pengamatan
Keterangan :
1. Cawan Petri
2. Medium
1. Escherichia coli
2. Bacillus subtilis
LABORATORIUMMIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Medium : Starch Agar (SA)
Uji : Hidrolisis polisakarida
LABORATORIUMMIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Medium : Glukosa Broth (GB)
Uji : Fermentasi karbohidrat
LABORATORIUMMIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Medium : Laktosa Broth (LB)
Uji : Fermentasi karbohidrat
Keterangan :
1. Sumbat kapas
2. Tabung reaksi
3. Tabung durham
4. Gelembung gas
A. Bacillus subtilis
B. Escherichia coli
C. Stapylococcus
aureus
D. Proteus vulgaris
Keterangan :
3. Sumbat kapas
4. Tabung reaksi
5. Tabung durham
A. Bacillus subtilis
B. Escherichia coli
C. Stapylococcus aureus
D. Proteus vulgaris
LABORATORIUMMIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Medium : Sukrosa Broth (SB)
Uji : Fermentasi karbohidrat
LABORATORIUMMIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Medium : Laktosa Broth (LB)
Uji : Fermentasi karbohidrat
Keterangan :
1. Sumbat kapas
2. Tabung reaksi
3. Tabung durham
A. Bacillus subtilis
B. Escherichia coli
C. Stapylococcus
aureus
D. Proteus vulgaris
Keterangan :
1. Objek glass
2. Gelembung gas
E. Bacillus subtilis
F. Escherichia coli
G. Stapylococcus aureus
LABORATORIUMMIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Medium : Pepton cair 4 %
Uji : Deaminasi asam amino
LABORATORIUMMIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Medium : TSIA
Uji : Produksi H2S
Keterangan :
1. Plat tetes
A. Bacillus subtilis
B. Escherichia coli
Keterangan :
1. Sumbat kapas
2. Tabung reaksi
H. Escherichia coli
I. Proteus vulgaris
LABORATORIUMMIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Medium : Tripton cair 1 %
Uji : Produksi indol
LABORATORIUMMIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Medium : Simmon’s Citrate Agar (SCA)
Uji : Penggunaan sitrat
Keterangan :
1. Sumbat kapas
2. Tabung reaksi
A. Escherichia coli
B. Proteus vulgaris
C. Salmonella typhosa
D. Pseudomonas aureginosa
Keterangan :
1. Sumbat kapas
2. Tabung reaksi
A. Bacillus
subtilis
B. Escherichia
coli
C. Stapylococcus
aureus
D. Salmonella
typhosa
LABORATORIUMMIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Medium : Metil merah
Uji : Methyl red
LABORATORIUMMIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Medium : Motility / SIM
Uji : Motilitas
Keterangan :
1. Sumbat kapas
2. Tabung reaksi
A. Escherichia coli
B. Pseudomonas
aureginosa
Keterangan :
1. Sumbat kapas
2. Tabung reaksi
A. Bacillus subtilis
B. Escherichia coli
C. Stapylococcus aureus
LABORATORIUMMIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Medium : Oksidasi-Fermentasi (OF)
Uji : Oksidasi-Fermentasi
LABORATORIUMMIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Medium : Voges-Proskauer (VP)
Uji : Voges-Proskauer
Keterangan :
1. Tabung reaksi
A. Escherichia coli
B. Pseudomonas aureginosa
Keterangan :
1. Sumbat kapas
2. Tabung reaksi
A. Escherichia coli
B. Acetobacter aerogenes
LABORATORIUMMIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Medium : Gelatin
Uji : Pencairan gelatin
Keterangan :
1. Sumbat kapas
2. Tabung reaksi
A. Escherichia coli
B. Bacillus subtilis
BAB V
PEMBAHASAN
Mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak dengan menggunakan berbagai
bahan yang terdapat di lingkungannya yang terdiri dari molekul sederhana seperti H2S dan
NH4+, atau molekul organik yang kompleks seperti protein dan polisakarida. Mikroba
memetabolisme zat hara ini untuk memperoleh energi dan senyawa pemula untuk sintesis
dinding sel, membrane sel dan flagella.
Pengamatan aktivitas bikomia atau metabolisme mikroorganisme diketahui dari
kemampuan mikroorganisme untuk menggunakan dan menguraikan molekul yang kompleks
seperti Karbohidrat, lemak, protein dan asam nukleat. Selain itu pengamatan juga dilakukan
pada molekul yang sederhana seperti asam amino dan monoksida.
Pada uji fermentasi karbohidrat, digunakan medium LB, SB dan GB untuk melihat
adanya pembentukan asam piruvat dan gas CO2 sebagai hasil dari fermentasi karbohidrat
bakteri yang dapat diamati dengan menggunakan indikator bromtimol biru ke dalam medium
yang memberikan warna hijau pada medium, dan jika bakteri menghasilkan asam akan
bereaksi positif maka medium akan berubah warna menjadi berwarna kuning dan timbul
gelembung gas. Perubahan warna terjadi karena sifat dari indikator bromtimol biru. Pada
suasana asam bromtimol biru akan memberikan warna kuning sedangkan pada suasana basa
akan berwarna biru. Mula-mula bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Proteus
vulgaris dan Bacillus subtilis diinokulasikan kedalam tabung reaksi yang berisi tabung durham
dan medium sebanyak 10 ml. Setelah itu diinkubasikan selama 3 x 24 jam pada suhu 37 0C.
Dari hasil pengamatan, diperoleh medium SB dan LB tidak mengalami perubahan. Pada
medium GB terjadi perubahan warna menjadi kuning dan timbul gelembung gas oleh bakteri
Escherichia coli dan Proteus vulgaris, sedangkan Bacillus subtilis dan Staphylococcus aureus
tidak memberikan perubahan. Perubahan ini disebabkan karena bakteri Escherichia coli dan
Proteus vulgaris memiliki enzim yang bisa memfermentasikan glukosa dalam medium GB
menjadi asam piruvat dan menghasilkan gas CO2.
Uji metil merah merah dilakukan untuk menentukan adanya hasil fermentasi bakteri
berupa asam campuran, dengan menggunakan medium MR (Metil red), karena metil merah
merupakan salah satu indikator asam basa. Hasil fermentasi bakteri akan menghasilkan suatu
asam campuran sehingga menurunkan pH lingkungan sekitarnya. Pada lingkungan dengan
pH 6,2 metil merah akan memberikan warna kuning dan pada pH 4,0 akan berwarna merah.
Uji ini menggunakan bakteri Escherichia coli dan Enterobacter aerogenes yang diinokulasikan
ke dalam medium dengan menggunakan ose bulat, lalu diinkubasikan selama 3 x 24 jam. Dari
hasil yang diperoleh, ternyata kedua bakteri memberikan hasil yang negatif yang ditandai
dengan media berwarna kuning. Hal ini terjadi karena, kedua bakteri tersebut tidak dapat
memfermentasikan glukosa sehingga tidak menghasilkan berbagai produk asam..
Uji Voges-Proskauer (VP) digunakan untuk melihat kemampuan dari bakteri untuk
memfermentasi asam butirat ( 2,3 butanadiol) sebagai produk utama yang akan menyebabkan
penumpukan bahan tersebut dalam medium sehingga dapat diamati adanya asetoin dengan
penambahan KOH atau alfa naftol. Uji ini menggunakan bakteri Escherichia coli dan
Enterobacter aerogenes yang diinokulasikan ke dalam medium dengan menggunakn ose
bulat, lalu diinkubasikan selama 3 x 24 jam. Ternyata, dari hasil percobaan ini kedua bakteri
tersebut memberikan hasil yang positif yang ditandai dengan perubahan warna medium
menjadi merah setelah penambahan KOH dan alfa naftol. Penambahan KOH 40% dan alfa-
naftol 5% bertujuan untuk menentukan adanya asetoin yaitu suatu senyawa pemula dalam
mensintesis 2,3 butanadiol, lalu dikocok dan biarkan 30 menit. Tujuan pengocokan adalah
untuk meningkatkan aerasi sehingga terjadi peningkatan oksidasi 2,3 butanadiol menjadi
asetoin, dan menyebabkan adanya perubahan warna.
Dalam uji produksi indol, protein yang mengandung asam amino triptofan digunakan
sebagai sumber karbon oleh bakteri dengan enzim triptofanaseakan mengkatalis peruraian
indol yang terdapat dalam triptofan,. Digunakan medium tripton yang kemudian diinokulasikan
dengan bakteri Proteus vulgaris, Escherichia coli, Enterobacter aerogenes dan Salmonella
thyposa lalu diinkubasikan selama 3 x 24 jam. Medium tripton yang digunakan merupakan
medium cair yang kaya akan triptofan yaitu senyawa asam amino yang memiliki gugus indol.
Pengamatan dilakukan dengan menambahakan reagen Kovac ke dalam medium. Ternyata uji
ini positif pada bakteri Proteus vulgaris, Escherichia coli dan Salmonella thyposa dimana pada
permukaan medium terbentuk cincin merah setelah ditetesi dengan reagen Kovac. Hal ini
terjadi karena, protein yang mengandung asam amino triptofan sebagai sumber karbon oleh
gugus bakteri diatas yang dengan enzim triptofanase mengkatalis penguraian gugus indol dari
triptofan. Indol yang terbentuk kemudian akan bereaksi dengan reagen Kovac yang
mengandung p-dimetilbenzaldehid, sehingga akan membentuk cincin merah.
Pada uji produksi H2Sini digunakan medium miring TSIA (Triple Sugar Iron Agar).
Medium ini digunakan untuk mengidentifikasi bakteri gram negatif. Mula-mula bakteri
Escherichia coli dan Proteus vulgaris diinokulasikan ke dalam medium dengan cara ditusuk
dengan menggunakan ose lurus. Setelah diinokulasikan, lalu diinkubasi selama 3 x 24 jam
pada suhu 37oC. TSIA adalam medium yang mengandung 3 macam gula yaitu glukosa,
laktosa, sukrosa, indikator merah fenol dan FeSO4.. Dengan adanya indikator merah fenol,
maka dapat diketahui adanya pembentukan H2S oleh bakteri dengan endapan hitam FeS.
Pembentukan H2S oleh mikroorganisme menunjukkan adanya penguraian asam amino yang
mengandung sulfur seperti sistein dan methionin dan reduksi senyawa-senyawa belerang
organik, seperti tiosulfat,sulfat dan sulfite. Hal ini terjadi karena mikroorganisme menggunakan
O2 dari hasil reduksi tersebut. Pengamatan dapat dilakukan dengan mengamati pembentukan
warna merah dan kuning pada lereng dan isi medium, serta danya endapan. Jika pada isi
medium berwarna kuning dan pada lereng berwarna merah, maka glukosa yang
difermentasikan. Jika seluruh media berwarna kuning, maka laktosa atau sukrosa atau
keduanya difermentasikan. Jika seluruh media berwarna merah, maka ketiga gula tidak
difermentasikan. Jika terdapat endapan hitam pada bagian isi, maka terjadi pembentukan H2S.
Dari hasil percobaan, ternyata diperoleh untuk bakteri Escherichia .coli seluruh media
berwarna merah, berarti tidak ada gula yang difermentasikan. Sedangkan Proteus vulgaris
membuat medium berwarna merah pada bagian lereng dan berwarna kuning pada bagian isi
medium dan ini berarti glukosa yang difermentasikan. Hal ini juga menunjukkan bahwa kedua
bekteri tersebut tidak dapat memproduksi H2S, yang terlihat dari tidak adanya warna hitam
disekitar zona tusukan.
Pada uji deaminasi asam amino, digunakan medium peptone cair yang kedalamnya
diinokulasikan dengan bakteri Escherichia coli dan Bacillus subtilis menggunakan ose bulat.
Lalu diinkubasikan selama 3 x 24 jam pada suhu 37oC. Uji dikatakan positif jika medium
menjadi kuning. Deaminasi adalah proses penghilangan gugus NH3 dari asam amino. Uji ini
dilakukan untuk melihat kemampuan bakteri untuk memecah asam amino pada gugus amina
menghasilkan asam amino keto dan NH3. Penggunaan medium peptone cair karena
didalamnya terkandung banyak asam amino. Dari hasil pengamatan yang dilakukan setelah
inkubasi, dilakukan dengan menambahkan medium dengan regen Nessler sebanyak 2 tetes,
ternyata memberikan hasil positif. Dengan terjadinya deaminasi, medium menjadi berwarna
kuning. Hal ini terjadi karena asam amino mengalami reaksi peruaraian dengan adanya enzim
tertentu sehingga membebaskan NH3 dan asam alfa ketoglutarat. NH3 yang dihasilkan akan
bereaksi dengan reagen Nessler dan memberikan warna kuning kecoklatan. Ini menunjukkan
bahwa kedua bakteri tersebut mampu menguraikan asam amino menjadi NH3 dan asam alfa
ketoglutarat.
Uji penggunaan sitrat digunakan untuk melihat kemampuan mikroorganisme
menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi. Uji ini menggunakan
medium SCA (Simon citrate agar) yang mengandung natrium sitrat (sumber C), NH4+ (sumber
N), dan indikator bromtimol biru. Percobaan ini menggunakan bakteri Bacillus subtilis,
Escherichia coli, Staphylococcus aureus dan Proteus vulgaris. Dari hasil pengamatan yang
dilakukan, bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus dan Proteus vulgarismemberikan
hasil positif yang ditandai dengan terbentuknya warna biru pada medium. Hal ini terjadi karena
menghilangnya asam akibat penggunaan sitrat oleh bakteri tersebut untuk sumber karbon dan
energi, sehingga pH meningkat mnjadi suasana basa. Indikator bromtimol biru memberikan
warna biru pada suasana basa. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga bakteri tersebut mampu
menggunakan sitrat sebagai sumber karbon.
Uji pencairan gelatin bertujuan untuk melihat adanya enzim proteolitik (gelatinase)
yang dihasilkan oleh mikroba tertentu, yang menyebabkan gelatin berbentuk cair pada suhu
padatnya. Uji ini menggunakan medium gelatin yang berbentuk padat pada suhu kamar dan
dingin, dimana mengandung sedikit asam amino esensial tetapi tidak mengandung triptofan.
Bakteri yang digunakan pada uji ini adalah Escherichia coli dan Bacillus subtilis, yang
diinkubasikan selama 2 x 24 jam, kemudian dimasukkan dalam lemari es 15-20 menit.
Pengamatan dikatakan positif jika medium tetap mencair setelah didinginkan. Dari hasil
pengamatan diperoleh bahwa kedua bakteri tersebut memiliki enzim eksoensim proteolitik
(gelatinase) yang mampu mengkatalis proses hidrolisis gelatin dan mencegah pemadatan
gelatin. Hal ini terlihat dari keadaan medium gelatin yang tetap mencair pada suhu padatnya.
Uji hidrolisis polisakarida adalah uji yang dilakukan untuk melihat kemampuan
bakteri memecah polisakarida menjadi disakarida atau monosakarida. Uji ini menggunakan
cawan Petri yang berisi medium Starch Agar (SA) yang mengandung amilum, peptone,
ekstrak beef dan agar.. Uji ini menggunakan bakteri Bacillus subtillis dan Escherichia coli.
Pengamatan dikatakann positif jika terbentuk zona bening pada medium sekitar bakteri dan
negatif jika terbentuk warna biru setelah ditambahkan larutan iodine.Jika bereaksi dengan pati,
maka iodine akan membentuk warna biru sedangkan jika bereaksi dengan hasil hidrolisis pati,
maka akan membentuk zona putih. Pada percobaan ini, reaksi negatif untuk bakteri
Escherichia coli, sedangkan positif untuk bakteri Bacillus subtillis. hal ini disebakan karena
bakteri Bacillus subtillis menghidroisi polisakarida dalam medium SA menjadi glukosa. Bakteri
Bacillus subtillis mengandung enzim amylase yang mampu memecah polisakarida.
Uji motilitas dilakukan untuk melihat pergerakan/motilitas mikroorganisme yang
merupakan salah satu cirri mahluk hidup. Uji ini menggunakan medium motility yang ke
dalamnya diinokulasikan dengan bakteri Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis. bakteri
yang positif dengan uji ini akan menghasilkan endapan yang melayang pada medium. Hal ini
disebabkan karena bakteri melakukan motilitas dengan menggunakan energi yang diperoleh
dari ATP yang diuraikan dengan koenzim ATP-ase membentuk fosfat anorganik. Dari hasil
percobaan ini, kedua bakteri menghasilkan reaksi yang negatif, karena tidak terlihat adanya
pergerkan bakteri kearah samping ataupun menjauhi zona tusukan.
Pada percobaan ini beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil percobaan
diantaranya yaitu :
1. Pengerjaan yang kurang aseptis.
2. Medium yang digunakan telah terkontaminasi dengan bakteri lain.
3. Proses yang dilakukan mikroba belum sempurna sehingga hjasilnya belum dapat diamati.
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari pewrcobaan ini adalah :
1. Pada uji fermentasi KH, bakteri menghasilkan gas CO2 dan membentuk asam
2. Pada uji MR, bakteri tidak dapat memfermentasikan glukosa dan tidak menghasilkan
asam.
3. Pada uji VP, bakteri dapat memfermentasikan glukosa dan menghasilkan 2,3
butanadiol dengan warna merah pada medium.
4. Pada uji indol, bakteri dapat menguraikan gugus indol dari asam amino sebagai
sumber karbonnya denganmembentuk cincin merah pada permukaan kecuali
P.aerogenosa.
5. Pada uji H2S, bakteri tidak dapat memfermentasikan gula
6. Pada uji penggunaan sitrat, bakteri menggunakan sitrat medium sebagai sumber C
dan energi dengan ditandai warna biru
7. Pada uji hidrolisis gelatin, bakteri dapat menghidrolisis gelatin menggunakan enzim
eksoenzim proteolitik
8. Pada Hidrolisis polisakarida, bakteri E.coli tidak dapat menguraikan pati menjadi
glukosa yang ditandai adanya zona bening sedangkan B subtilis dapat.
9. Pada uji MR, bakteri tidak dapat memfermentasikan glukosa dan menghasilkan
produk asam .
10. Pada uji motilitas, tidak dapat melakukan gerak karena medium padat.
11. Pada uji deaminase asam amino, bakteri mengalami reaksi penguraian dengan
adanya enzim sehingga membebaskan NH3 dan asam alfa ketoglutarat
12. Pada uji gelatin, bakteri bakteri dapat mencairkan gelatin pada suhu memadatnya
karena enzim proteolitik.
VI.2 Saran
Sebaiknya asisten hadir saat praktikum agar apabila terjadi kekeliruan agar bila
ada kesalahan dapat diingatkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Djiwoseputro, D., (1964), “Dasar-Dasar Mikrobiologi”, Penerbit Djambatan, Malang, 196-198
2. Suriawiria, U., (1985), “Pengantar Mikro Biologi Umum”, Penerbit Angkasa, Bandung, 167, 170
3. Volk, Wheeler., (1990), “Mikrobiologi Dasar”, Edisi Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta
4. Djide, N., Sartini., (1998), “Instrumentasi Mikrobiologi Farmasi”, Laboratorium Mikrobiologi Farmasi F-MIPA UNHAS, Makassar, 21-22
5. Fardiaz, S., (1993), “Mikrobiologi Pangan I”, Penerbit PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
6. Pelczar, M.J., Chan, E.C.S., (1988), “Dasar-Dasar Mikrobiologi 2”, UI-Press, Jakarta, 873
7. Burrows, W., (1973), ”Textbook of Microbiology”, 22nd edition, W.B.Saunders Co., USA, 448
LAMPIRAN
Komposisi Medium
1. Medium Starch Agar (SA)
Pepton 5 gr
Beef akstrak 3 gr
Soluble search 2 gr
Agar 15 gr
Air suling 1 lt
2. Methyil red medium
Pepton 5 gr
Glukosa 5 gr
Aie suling 1 lt
3. Gelatin
Gelatin 150 gr
Air suling 1 lt
4. Medium LB
Beef ekstrak 3 gr
Pepton 5 gr
Laktosa 5 gr
Air suling 1 lt
5. Medium GB
Beef ekstrak 3 gr
Pepton 5 gr
Glukosa 5 gr
Air suling 1 lt
6. Medium SB
Beef ekstrak 3 gr
Pepton 5 gr
Sukrosa 5 gr
Air suling 1 lt
7. OF medium
Pepton 2 gr
NaCl 5 gr
K2HPO4 0,3 gr
BTB 0,2 % 15 ml
Air suling 1 lt
Skema Kerja
1. Hidrolisis polisakarida
2. Fermentasi Karbohidrat
3. Produksi H2S
Dicairkan
10 ml
Cawan Petri steril
Dipadatkan
I II
Biakan bakteri
Inkubasi 1 x 24 jam pada 37 0C+ indikator iod 1-2 tetesAmati warna
yang terbentuk
III III IV Kontrol
Inokulasi dengan biakan
m.o. uji
Inkubasi 2 x 24 jam pada 37 0C
Amati adanya gas dan perubahan warna
Biakan bakteri
Medium LB
Medium starch agar
4. Produksi Indole
5. Pencairan gelatin
Inkubasi 7 x 24 jam pada 37 0CAmati warna yang
dihasilkan
Medium TSIA
Inkubasi 2 x 24 jam pada 37 0C
+ reagen Ehrlich / Kovac
Biakan bakteri
Medium Tripton cair 1 %
Amati warna permukaan medium
Kontrol
I II
I II
Biakan bakteriKontrol
6. Uji Katalase
7. Deaminasi asam amino
Inkubasi 1-3 x 24 jam pada 37 0C
Dimasukkan dalam kulkas 10 - 15 menit
Medium Gelatin
Amati kekentalan gelatin
I II
Biakan bakteri
Larutan H2O2 3 %
Ditetesi2-3 tetes
Diteteskan pada H2O2 3 %
Amati gelembung udara pada tetesan
H2O2 3 %
Medium
Pepton cair 4 %
Biakan bakteriKontrol
I II
8. Uji penggunaan sitrate
Inkubasi 5-7 x 24 jam pada 37 0C
Diteteskan pada plat tetes
+ reagen Nessler
Amati perubahan warna
Biakan bakteriKontrol
9. Uji metil merah
10. Uji motilitas / pergerakan
Inkubasi 2-3 x 24 jam pada 37 0C
Amati perubahan warna
Medium SCA
I II
III
Inokulasi dengan biakan
m.o. uji
Inkubasi 5-7 x 24 jam
pada suhu kamar
+ indikator metil merah
Tabung medium
Amati perubahan warna
Kontrol
I II
Inokulasi dengan biakan
m.o. uji
Inkubasi 1-2 x 24 jam
pada 37 0C
11. Uji Oksidasi Fermentasi
Medium dibuat 2 seri :
Seri I : Tutup dengan parafin oil setinggi 1 cm
Seri II : Tanpa tutup
12. Uji VP
Amati
Kontrol
I II
Inokulasi dengan biakan
m.o. uji
Inkubasi 7-14 x 24 jam
pada 37 0C
Amati
Medium seri I
Kontrol
I II
Inokulasi dengan biakan
m.o. uji
Inkubasi 5-7 x 24 jam
pada suhu kamar
Amati warna yang terbentuk