AKTIVITAS ANTIOKSIDAN, KADAR FENOLIK, DAN...

42
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN, KADAR FENOLIK, DAN FLAVONOID TOTAL TUMBUHAN SURUHAN (Peperomia pellucida L. Kunth) ELSHA UKIEYANNA DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Transcript of AKTIVITAS ANTIOKSIDAN, KADAR FENOLIK, DAN...

1

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN, KADAR FENOLIK, DAN

FLAVONOID TOTAL TUMBUHAN SURUHAN

(Peperomia pellucida L. Kunth)

ELSHA UKIEYANNA

DEPARTEMEN BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

1

ABSTRAK

ELSHA UKIEYANNA. Aktivitas Antioksidan, Kadar Fenolik, dan Flavonoid

Total Tumbuhan Suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth). Dibimbing oleh Dr.

Suryani, MSc dan Dr. Anna P Roswiem, MS.

Suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth) merupakan tumbuhan semak yang

tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia dan memiliki khasiat untuk meredakan

nyeri rematik, sebagai antikanker, dan antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk

menguji aktivitas ekstrak herba suruhan sebagai antioksidan alami dan mengukur

kadar fenolik dan flavonoid total dalam suruhan. Sampel yang digunakan berupa

ekstrak etanol 70% dan ekstrak air dari herba suruhan. Ekstrak didapat dengan

metode maserasi dan dilakukan uji antioksidan dengan metode DPPH kemudian

dilakukan uji kandungan fenolik dan flavonoid total ekstrak serta dianalisis

korelasi kedua senyawa ini terhadap aktivitas antioksidannya. Rendemen yang

dihasilkan oleh ekstrak etanol 70% sebesar 20.43 ± 3.33% sedangkan rendemen

ekstrak air sebesar 10.03 ± 2.85%. Kedua ekstrak menunjukkan aktivitas

antioksidan dalam penangkapan radikal bebas DPPH. Nilai IC50 ekstrak air

sebesar 256.67 ± 21.65 ppm yang diikuti oleh ekstrak etanol sebesar 297.79 ±

17.75 ppm. Kandungan fenolik ekstrak air sebesar 755.79 ± 65.87 mg TAE/g dan

ekstrak etanol sebesar 622.46 ± 179.43 mg TAE/g. Kandungan flavonoid total

ekstrak etanol sebesar 4.058 ± 0.352 mg QE/g dan ekstrak air sebesar 0.67 ±

0.352 mg QE/g. Kandungan total fenol berkorelasi linier dengan aktivitas

antioksidan tetapi aktivitas antioksidan tidak memiliki korelasi dengan flavonoid.

Kata kunci : suruhan, antioksidan, flavonoid, fenolik

2

ABSTRACT

ELSHA UKIEYANNA . Antioxidant Activity, Phenol, and Flavonoid Content of

Suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth). Under direction of Dr. Suryani, MSc

and Dr. Anna P Roswiem, MS.

Suruhan (Peperomia pellucida L.Kunth) is the bush had widespread in Indonesia

and has efficacy as arthritis pain relief, anticancer, and antibacterial. The aim of

this study was testing the activity of suruhan’s herb extracts as natural

antioxidants and measured the total phenolic and flavonoid content in suruhan.

The sample used in the form of 70% ethanol extract and aqueous extract of the

suruhan. The extract obtained by maceration method and tested antioxidants with

DPPH method and then tested the content of total phenolic and flavonoid extracts

and analyzed the correlation of these compounds to antioxidant activity. The yield

of 70% ethanol extract was 20.43 ± 3.33% whereas the yield of aqueous extract

was 10.03 ± 2.85%. Both of extract has produced the antioxidant activity of free

radical DPPH capture. IC50 values of aqueous extract of 256.67 ± 21.65 ppm,

followed by ethanol extract of 297.79 ± 17.75 ppm. Total phenolic content of

aqueous extract was 755.79 ± 65.87 mgTAE/g and ethanol extract was 622.46 ±

179.43 mg TAE/g. Total flavonoid content of ethanol extract was 4.058 ± 0.352

mg QE/g and aqueous extract was 0.67 ± 0.352 mg QE/g extract for aqueous. The

phenol content have linier correlation with their antioxidant activity but the

flavonoid content didn’t have correlation with antioxidant activity.

Keywords: suruhan, antioxidant, flavonoid, phenolic

3

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN, KADAR FENOLIK, DAN

FLAVONOID TOTAL TUMBUHAN SURUHAN

(Peperomia pellucida L. Kunth)

ELSHA UKIEYANNA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Biokimia

DEPARTEMEN BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

1

Judul Skrips : Aktivitas Antioksidan, Kadar Fenolik, dan Flavonoid Tumbuhan

Suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth)

Nama : Elsha Ukieyanna NIM : G84080053

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Suryani, MSc Dr. Anna P Roswiem, MS

Ketua Anggota

Diketahui

Dr. Ir. I Made Artika M. App. Sc

Ketua Departemen Biokimia

Tanggal Lulus:

1

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT dengan rahmat dan karunia-

Nya skripsi dengan judul Aktivitas Antioksidan, Kadar Fenolik, dan Flavonoid

Tumbuhan Suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth) dapat diselesaikan. Skripsi

ini disusun berdasarkan penelitian yang dilaksanakan dari bulan Februari 2012

sampai Juli 2012 di Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka IPB.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada pihak-

pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini, khususnya kepada Dr. Suryani

dan Dr. Anna P Roswiem yang telah membimbing, memberi pengarahan, dan

dorongan dalam rangka penyelesaian laporan penelitian ini. Selain itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada Bapak Waras Nurcholis yang telah

memberikan pendapat dan sarannya serta teman-teman civitas Biokimia IPB,

Nursofiana, Dewi Eriyanti, Wulan Widianti, Khairunnisa, Leli Dwinovita, Setyo,

Maritrana, dan Fitriani Fauziah. Secara khusus penulis menyampaikan terima

kasih sedalam-dalamnya kepada keluarga tercinta, Ayahanda Marzuki dan Ibunda

Yuliar serta Bella dan Andre yang telah memberikan dorongan dan doanya.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan

dalam hal yang terkait dengan potensi tumbuh-tumbuhan sebagai antioksidan dan

juga dapat dijadikan bahan rujukan dalam penelitian selanjutnya. Terima kasih.

Bogor, 15 Juni 2012

Elsha Ukieyanna

1

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pekanbaru pada tanggal 15 September 1990 dari

Bapak Marzuki Mahadan dan Ibu Yuliar. Penulis merupakan anak pertama dari

tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan studi di SMU Negeri 3 Pekanbaru pada

tahun ajaran 2008. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian

Bogor (IPB) pada Program Studi Biokimia FMIPA melalui jalur Undangan

Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif menjadi Bendahara Umum II

Community of Research and Education of Biochemistry Student (CREBs ) dan

staf Divisi Human and research Development Community of Research and

Education of Biochemistry Student (CREBs). Penulis juga pernah mengikuti

beberapa perlombaan olah raga seperti basketball dan bulu tangkis. Penulis juga

aktif dalam organisasi bike to campus Bogor dan Kyokusin Jawa Barat. Tahun

2011 penulis melaksanakan praktik lapangan di Pusat Pengawasan Mutu Barang

Ekspor dan Impor Jakarta dengan judul laporan Uji Bakteri Salmonella sp. pada

Buah dan Sayuran Ekspor Impor. Tahun 2012 penulis mengikuti seminar

Internasional di Singapura dengan tema Alternative Aviation Fuel in Asia and

ASEAN Algae Biofuel Initiative Conference. Penulis juga mengikuti Program

Karya Mahasiswa dengan judul penelitian Inhibisi Xantin oksidase Secara In

Vitro Ekstrak Suruhan dan lolos seleksi Pekan Ilmiah Nasional di Yogyakarta

tahun 2012.

4

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR..................................................................................... vi

DAFTAR TABEL..................................................................................... .... vi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. vi

PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 1

Tumbuhan Suruhan .................................................................................. 1

Ekstraksi .................................................................................................. 2

Fenolik dan Flavonoid ............................................................................. 3

Antioksidan ............................................................................................. 4

Uji Aktivitas Penangkap Radikal Bebas .................................................. 4

BAHAN DAN METODE ............................................................................. 5

Bahan dan Alat ......................................................................................... 5

Metode Penelitian..................................................................................... 5

HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 6

Ekstrak Suruhan ....................................................................................... 6

Aktivitas Antioksidan Suruhan ................................................................ 7

Kadar Fenolik Total dan Flavonoid Total ................................................ 9

SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 11

LAMPIRAN .................................................................................................. 14

5

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Tumbuhan suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth) ............................ 2

2 Kerangka dasar flavonoid ...................................................................... 3

3 Reaksi DPPH dengan antioksidan ......................................................... 4

4 Rendemen ekstrak air dan etanol herba suruhan ................................... 6

5 Kadar fenolik total ekstrak suruhan ...................................................... 9

6 Kadar flavonoid total ekstrak suruhan .................................................. 10

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Nilai % inhibisi dan IC50 aktivitas antioksidan ekstrak suruhan ............ 7

2 Inhibisi ekstrak air dan etanol herba suruhan berdasarkan analisis

Duncan ................................................................................................... 8

3 Korelasi aktivitas antioksidan dengan kadarvfenolik atau flavonoid

total ........................................................................................................ 10

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Diagram alir penelitian........................................................................... 15

2 Ekstraksi air suruhan .............................................................................. 16

3 Ekstraksi etanol suruhan ....................................................................... 17

4 Uji aktifitas antioksidan dengan metode DPPH ..................................... 18

5 Kadar air suruhan, rendemen ekstrak, dan analisis ragam ekstrak ........ 19

6 Perhitungan inhibisi dan IC50 ekstrak suruhan ....................................... 20

7 Analisis ragam persentase inhibisi ekstrak dan uji lanjut Duncan ......... 24

8 Uji kadar fenolik total suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth) .......... 25

9 Uji kadar flavonoid total suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth) ...... 28 10 Korelasi flavonoid total dan antioksidan serta korelasi fenolik total

dan antioksidan ...................................................................................... 31

1

PENDAHULUAN

Metabolisme yang terjadi di dalam tubuh

melibatkan proses oksidasi dan reduksi.

Proses oksidasi dapat menyebabkan

terbentuknya suatu oksidan atau radikal

bebas yang berbahaya bagi tubuh (Halliwel

et al. 1995). Oksidan merupakan molekul

yang tidak stabil karena memiliki elektron

yang tidak berpasangan sehingga molekul

ini dapat menyerang makromolekul sel

seperti lipid, protein, atau DNA.

Makromolekul yang terserang oleh oksidan

dapat mengalami kondisi oksidasi yang

menyebabkan terjadinya kerusakan protein,

DNA, penuaan dini, kanker, serangan

jantung, dan penyakit degeneratif lainnya

(Middleton et al. 1998). Oleh karena itu

oksidan ini perlu dihambat dengan senyawa

antioksidan.

Antioksidan merupakan senyawa kimia

yang menyumbangkan elektron yang

dikandungnya kepada radikal bebas

(Suhartono 2002). Secara alami tubuh dapat

menghasilkan senyawa antioksidan yang

terdiri dari antioksidan enzimatik dan non

enzimatik. Namun, senyawa antioksidan ini

tidak mampu menghambat oksidan yang

terbentuk akibat stress oksidatif sehingga

diperlukan antioksidan yang berasal dari luar

tubuh (eksogen) (Halliwel et al. 1995).

Antioksidan eksogen dapat diperoleh

dalam bentuk sintetik (buatan) atau secara

alami. Antioksidan buatan seperti asam

benzoat, BHA (Butylated Hydroxy Anisol),

BHT (Butylated Hydroxy Toluene) atau

TBHQ (Tertier Butylated Hydroxy

Quinone) dapat menimbulkan efek samping

pada kesehatan tubuh. BHA dan BHT telah

diteliti dapat menimbulkan tumor pada

hewan coba jika digunakan dalam jangka

waktu yang lama dan juga dapat

menimbulkan kerusakan hati jika

dikonsumsi secara berlebihan (Andarwulan

et al. 1996). Efek samping yang ditimbulkan

oleh penggunaan antioksidan sintetik

mendorong perkembangan penelitian

terhadap antioksidan alami yang lebih aman

dan lebih mampu dalam mengurangi radikal

bebas dalam tubuh.

Antioksidan alami dapat diperoleh dari

tumbuh-tumbuhan atau buah-buahan.

Indonesia merupakan salah satu negara yang

memiliki populasi flora yang luas dan paling

banyak di dunia. Tumbuh-tumbuhan

mengandung senyawa metabolit sekunder

berupa flavonoid dan fenolik yang berguna

sebagai penangkap radikal bebas (Cos et al.

2001). Duenas et al. (2009) menyatakan

bahwa senyawa ksanton serta turunan

flavonoid (kuersetin dan katekin) yang

dihasilkan oleh tumbuhan memiliki

kemampuan menghambat kerja radikal

bebas.

Salah satu tumbuhan yang mengandung

senyawa metabolit flavonoid dan fenolik

adalah tumbuhan suruhan. Suruhan atau

Peperomia pellucida L. Kunth merupakan

tumbuhan semak yang dapat hidup pada

daerah tropis dan lembab. Suruhan tersebar

luas di setiap daerah di Indonesia. Suruhan

dapat dikonsumsi sebagai lalapan. Secara

empiris tumbuhan ini telah digunakan dalam

pengobatan demam, penyakit perut, atau

pengobatan luar lainnya (Heyne 1987).

Menurut Cao (2011), suruhan berkhasiat

untuk mengatasi nyeri pada rematik,

penyakit asam urat, sakit kepala, sakit perut,

abses, bisul, jerawat, radang kulit, luka

memar, dan luka bakar ringan. Berdasarkan

uji fitokimia yang telah dilakukan dalam

beberapa studi menunjukkan bahwa

tumbuhan suruhan mengandung senyawa

flavonoid dan polifenol. Kedua senyawa

yang dikandung suruhan ini telah digunakan

dalam kemoterapi antikanker. Kanker dapat

terjadi akibat adanya radikal bebas yang

merusak sel pada jaringan tertentu (Gianello

et al. 2009).

Adanya penelitian Gianello et al. (2009)

tentang aktivitas antikanker dari suruhan

dapat diduga suruhan juga mampu dalam

menangkap radikal bebas sehingga dapat

dijadikan sebagai salah satu sumber

antioksidan alami. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui aktivitas antioksidan,

kandungan fenolik dan flavonoid ekstrak air

dan etanol suruhan. Manfaat penelitian ini

diharapkan dapat menambah referensi

tumbuhan yang mempunyai aktivitas

antioksidan dan suruhan dapat digunakan

sebagai salah satu antioksidan alami bagi

tubuh.

TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuhan Suruhan

Peperomia pellucida L. Kunth atau

sering dikenal dengan tumbuhan suruhan

merupakan tumbuhan gulma yang biasanya

tumbuh liar di tempat-tempat yang lembab

dan bergerombol. Tumbuhan suruhan

merupakan famili Piperaceae (suku sirih-

sirihan) dengan genus Peperomia.

Tumbuhan ini mudah dijumpai di kebun,

2

halaman rumah, tepi jalan, di pinggiran

selokan, dan di tempat lain yang lembab atau

berair. Tumbuhan ini berbunga sepanjang

tahun. Tumbuh berumpun secara liar pada

iklim tropis dan subtropis. Tingginya sekitar

10-20 cm, dengan dahan berbuku-buku

serupa tumbuhan sirih dan bunga majemuk

berbentuk bulir yang terdapat pada pangkal

atau ketiak daun. Batang dari suruhan ini

tegak dan lunak dengan akar yang serabut

dangkal dan berwarna putih. Lebar daun

suruhan ini sekitar 0.5-2 cm berbentuk hati

dan panjang sekitar 4 cm (Djauhariya dan

Hernani 2004).

Peperomia pellucida L. Kunth secara

lokal dikenal sebagai suruhan sering

digunakan sebagai ramuan dalam

pengobatan tradisional. Peperomia pellucida

secara luas didistribusikan di banyak negara

Amerika dan Asia Selatan (Arrigoni-Blank

2004). Tumbuhan ini memiliki manfaat

dalam pengobatan sakit kepala, demam,

eksim, sakit perut, dan kejang-kejang (Ghani

1998). Menurut laporan Manila medical

society tahun 2011 (Cao 2011), suruhan

dapat digunakan untuk meredakan nyeri

rematik. Tumbuhan ini dapat digunakan

sebagai antibakteri, antiinflamasi, dan

analgesik. Isolasi arilpropanoid dari suruhan

digunakan sebagai antijamur, sedangkan

peperomin dapat digunakan sebagai

antikanker. Meskipun tumbuhan ini

memiliki aktivitas antibakteri, namun belum

diketahui senyawa aktif yang berperan

sebagai antibakteri tersebut (Cao 2011).

Sifat analgesik dari tumbuhan diduga

berhubungan dengan efeknya pada sintesis

prostaglandin. Hal ini mungkin disebabkan

adanya potensi sebagai antibiotik, seperti

yang ditunjukkan dalam tes terhadap

Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis,

Pseudomonas aeruginosa, dan Escherichia

coli. Ekstrak kloroform dari daun kering

suruhan menunjukkan aktivitas antijamur

terhadap Trichophyton mentagrophytes secara in vitro. Meskipun tumbuhan ini

dapat menyebabkan asma dengan gejala

seperti hipersensitivitas, namun belum ada

data klinis yang dilaporkan dari gejala

tersebut (Aziba et al. 2001).

Tumbuhan suruhan ini sudah lama

dikenal oleh masyarakat luas sebagai obat,

bahkan telah diperdagangkan dengan nama

dagang suruhan. Di Filipina tumbuhan ini

disebut tangon-tangon atau pansit-pansitan,

dan telah lama dimanfaatkan sebagai obat,

antara lain untuk membantu mengatasi

gangguan artritis, bisul, bengkak bernanah,

dan masalah pada ginjal. Secara empiris

herba suruhan juga dapat mengatasi sakit

kepala, nyeri perut, dan membantu

mengatasi timbulnya jerawat. Suruhan

umumnya dikonsumsi dengan cara diseduh,

tetapi ada juga yang mengkonsumsinya

sebagai lalapan segar (Cao 2011). Senyawa

kimia yang terdapat dalam suruhan

diantaranya adalah alkaloid, flavonoid,

tanin, saponin, polifenol, kalsium oksalat,

lemak, dan minyak atsiri (Djauhariya dan

Hernani 2004).

Ekstraksi

Pengambilan bahan aktif dari suatu

tumbuhan, dapat dilakukan dengan ekstraksi.

Dalam proses ekstraksi ini, bahan aktif akan

terlarut oleh zat penyari yang sesuai sifat

kepolarannya. Metode ekstraksi dipilih

berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari

bahan mentah obat, daya penyesuaian

dengan tiap macam metode ekstraksi, dan

kepentingan dalam memperoleh ekstrak

yang sempurna atau mendekati sempurna

(Ansel 1989).

Metode-metode ekstraksi yang sering

digunakan diantaranya ialah metode

maserasi. Maserasi merupakan cara ekstraksi

yang paling sederhana. Bahan simplisia yang

dihaluskan sesuai dengan syarat farmakope

(umumnya terpotong-potong atau berupa

serbuk kasar) disatukan dengan bahan

pengekstraksi. Selanjutnya rendeman

tersebut disimpan terlindung dari cahaya

langsung (mencegah reaksi yang dikatalisis

cahaya atau perubahan warna) dan dikocok

kembali. Waktu lamanya maserasi berbeda-

beda antara 4-10 hari. Secara teoritis pada

suatu maserasi tidak memungkinkan

terjadinya ekstraksi absolut. Semakin besar

perbandingan cairan pengekstraksi terhadap

simplisia, akan semakin banyak hasil yang

diperoleh (Voigt 1994).

Gambar 1 Tumbuhan suruhan (Peperomia

pellucida L. Kunth)

3

Maserasi digunakan untuk penyarian

simplisia yang mengandung zat aktif yang

mudah larut dalam cairan penyari, tidak

mengandung zat yang mudah mengembang

dalam cairan penyari, tidak mengandung

benzoin, sitrat, dan lain-lain. Maserasi

dilakukan dengan merendam serbuk

simplisia dalam cairan penyari. Cairan

penyari atau pelarut yang digunakan dapat

berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut

lain. Pelarut-pelarut tersebut dapat bersifat

polar contohnya air dan ada bersifat

nonpolar atau pelarut organik seperti aseton,

etil asetat, etanol, dan lainnya. Ketika

simplisia yang akan dimaserasi direndam

dalam pelarut yang dipilih, maka cairan

penyari akan menembus dinding sel dan

masuk ke dalam sel yang banyak

mengandung zat aktif dan zat aktif tersebut

akan larut dalam cairan penyari sehingga

penyari yang masuk ke dalam sel akan

mengandung zat aktif. Sementara itu,

penyari yang berada di luar sel belum

mengandung zat aktif sehingga

menimbulkan perbedaan konsentrasi zat

aktif di dalam dan di luar sel yang akan

menimbulkan gaya difusi. Larutan yang

terpekat akan keluar untuk mencapai

keseimbangan konsentrasi antara zat aktif di

dalam dan di luar sel. Proses keseimbangan

ini akan berhenti, setelah terjadi

keseimbangan konsentrasi atau telah

mencapai kondisi jenuh. Dalam kondisi ini

zat aktif di dalam dan di luar sel akan

memiliki konsentrasi yang sama (Voigt

1994).

Fenolik dan Flavonoid

Fenol adalah senyawa dengan satu gugus

hidroksil (-OH) yang terikat pada cincin

aromatik (Fessenden dan Fessenden 1986).

Fenolik merupakan metabolit sekunder yang

tersebar dalam tumbuhan. Senyawa fenolik

dalam tumbuhan dapat berupa fenol

sederhana, antraquinon, asam fenolat,

kumarin, flavonoid, lignin dan tanin

(Harborne 1996). Senyawa fenolik telah

diketahui memiliki berbagai efek biologis

seperti aktivitas antioksidan melalui

mekanisme sebagai pereduksi, penangkap

radikal bebas, pengkhelat logam, peredam

terbentuknya oksigen singlet serta pendonor

elektron (Karadeniz et al. 2005).

Salah satu antioksidan alami yaitu asam

galat (3, 4, 5-trihydroxybenzoic acid). Asam

galat termasuk dalam senyawa fenolik dan

memiliki aktivitas antioksidan yang kuat

(Lee et al. 2003). Penentuan kandungan

fenolik total dapat dilakukan dengan

menggunakan pereaksi Folin-Ciocalteu (Lee

et al. 2003). Metode ini berdasarkan

kekuatan mereduksi dari gugus hidroksil

fenolik. Semua senyawa fenolik termasuk

fenol sederhana dapat bereaksi dengan

reagen Folin Ciocalteu, walaupun bukan

penangkap radikal (antiradikal) efektif

(Huang et al. 2005). Adanya inti aromatis

pada senyawa fenolik dapat mereduksi

fosfomolibdat fosfotungstat menjadi

molibdenum yang berwarna biru (Sudjadi

dan Rohman 2004).

Kandungan fenolik total dalam

tumbuhan dinyatakan dalam GAE (gallic

acid equivalent) yaitu jumlah kesetaraan

miligram asam galat dalam 1 gram sampel

(Lee et al. 2003). Flavonoid tersebar luas di

alam, terutama dalam tumbuhan tingkat

tinggi dan jaringan muda. Sekitar 5 – 10%

metabolit sekunder tumbuhan adalah

flavonoid. Flavonoid merupakan grup

senyawa alami dengan ragam struktur

fenolat yang dapat ditemukan pada buah,

sayuran, gandum, teh, dan anggur

(Middleton et al. 1998). Flavonoid sebagai

derivat benzo-γ-piron mempunyai banyak

kegunaan di samping fungsinya yang utama

sebagai bahan tambahan untuk

meningkatkan resistensi dan menurunkan

permeabilitas kapiler darah. Efek lain

flavonoid sangat banyak macamnya terhadap

berbagai organisme dan efek ini dapat

menjelaskan alasan tumbuhan yang

mengandung flavonoid dapat digunakan

dalam pengobatan. Flavonoid dapat

berfungsi sebagai antivirus, antialergi,

antimikroorganisme, dan antioksidan untuk

mengendalikan radikal bebas yang dapat

menyebabkan tumor (Middleton et al. 1998).

Flavonoid mempunyai kerangka dasar

yang terdiri atas 15 atom karbon dengan 2

cincin benzena terikat pada suatu rantai

propana membentuk susunan C6-C3-C6

seperti yang terlihat pada Gambar 2.

Susunan tersebut dapat menghasilkan 3

struktur, yaitu 1,3-diaril propana (flavonoid),

1,2-diarilpropana (isoflavonoid), dan 1,1-

Gambar 2 Kerangka dasar flavonoid

(Achmad 1985)

4

diarilpropana (neoflavonoid) (Markham

1988). Kerangka dasar karbon pada

flavonoid merupakan kombinasi antara jalur

sikhimat dan jalur asetat-malonat yang

merupakan dua jalur utama biosintesis

cincin aromatik. Cincin A dari struktur

flavonoid berasal dari jalur poliketida (jalur

asetat-malonat), yaitu kondensasi tiga unit

asetat atau malonat, sedangkan cincin B dan

tiga atom karbon dari rantai propan berasal

dari jalur fenilpropanoid (jalur sikhimat)

(Achmad 1985).

Flavonoid merupakan senyawa pereduksi

yang baik, menghambat banyak reaksi

oksidasi, baik secara enzimatis maupun non

enzimatis. Flavonoid bertindak sebagai

penampung radikal hidroksi dan superoksida

yang baik dengan demikian dapat

melindungi lipid membran terhadap reaksi

yang merusak. Aktivitas antioksidannya

dapat menjelaskan alasan flavonoid tertentu

dapat menjadi komponen aktif tumbuhan

yang digunakan secara tradisional untuk

mengobati gangguan fungsi hati (Robinson

1995). Flavonoid dikenal sebagai

antioksidan dan memberikan daya tarik

sejumlah peneliti untuk meneliti flavonoid

sebagai obat yang berpotensi mengobati

penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas

(Cos et al. 2001).

Kandungan flavonoid total dapat

ditentukan secara spektrofometri dengan

reagen AlCl3 dan dinyatakan dalam RE

(rutin equivalent) (Karadeniz et al. 2005).

Prinsip penetapan berdasarkan gugus orto

dihidroksi dan gugus hidroksi keton yang

membentuk kompleks dengan reagen AlCl3

sehingga memberikan efek batokromik

(Harborne 1996).

Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa kimia yang

dapat menyumbangkan satu atau lebih

elektron kepada radikal bebas, sehingga

radikal bebas tersebut dapat diredam.

Antioksidan didefinisikan sebagai senyawa

yang dapat menunda, memperlambat, dan

mencegah proses oksidasi lipid. Secara

khusus, antioksidan adalah zat yang dapat

menunda atau mencegah terbentuknya reaksi

radikal bebas (peroksida) dalam oksidasi

lipid (Dalimartha dan Soedibyo 1999).

Berdasarkan mekanismenya, antioksidan

dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu

antioksidan primer dan antioksidan

sekunder. Antioksidan primer mengikuti

mekanisme pemutusan rantai reaksi radikal

dengan mendonorkan atom hidrogen secara

cepat pada suatu lipid yang radikal, produk

yang dihasilkan lebih stabil dari produk awal

(Vaya dan Aviram 2001). Contoh

antioksidan ini adalah flavonoid, tokoferol,

senyawa thiol, yang dapat memutus rantai

reaksi propagasi dengan menyumbang

elektron pada peroksi radikal dalam asam

lemak. Antioksidan sekunder merupakan

antioksidan yang dapat menghilangkan

penginisiasi oksigen maupun nitrogen

radikal atau bereaksi dengan komponen atau

enzim yang menginisiasi reaksi radikal

antara lain dengan menghambat enzim

pengoksidasi dan menginisiasi enzim

pereduksi atau mereduksi oksigen tanpa

membentuk spesies radikal yang reaktif.

Contoh antioksidan sekunder: sulfit, vitamin

C, betakaroten, asam urat, billirubin, dan

albumin (Vaya dan Aviram 2001).

Antioksidan dapat dibedakan juga dari

sumbernya yaitu antioksidan endogen yang

berasal dari daam tubuh dan antioksidan

eksogen yang berasal dari diet makanan.

Uji Aktivitas Penangkap Radikal Bebas

Radikal bebas yang umumnya digunakan

sebagai model dalam penelitian antioksidan

atau peredam radikal bebas adalah 1,1-

difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) (Windono et

al. 2001). Metode DPPH merupakan metode

yang sederhana, cepat, dan mudah untuk

penapisan aktivitas penangkap radikal

beberapa senyawa, selain itu metode ini

terbukti akurat, efektif dan praktis (Prakash

et al. 2001). DPPH digunakan sebagai model

radikal bebas. Radikal bebas DPPH akan

ditangkap oleh senyawa flavonoid (Gambar

3). Flavonoid akan dioksidasi oleh radikal

bebas DPPH menghasilkan bentuk radikal

yang lebih stabil, yaitu radikal dengan

kereaktifan rendah. Flavonoid mendonorkan

radikal hidrogen (H•) dari cincin

aromatiknya untuk mengurangi radikal

bebas yang bersifat toksik menghasilkan

radikal flavonoid (FlO•) yang terstabilkan

resonansi dan membuatnya tidak toksik

(Amic et al. 2003).

Gambar 3 Reaksi DPPH dengan antioksidan

(Prakash et al. 2001)

5

Radikal DPPH adalah suatu senyawa

organik yang mengandung nitrogen tidak

stabil dengan absorbansi kuat pada λ max

517 nm dan berwarna ungu gelap. Setelah

bereaksi dengan senyawa antioksidan,

DPPH tersebut akan tereduksi dan warnanya

akan berubah menjadi kuning. Perubahan

tersebut dapat diukur dengan

spektrofotometer, dan diplotkan terhadap

konsentrasi (Reynertson 2007). Parameter

yang umum digunakan untuk mengetahui

besarnya aktivitas antioksidan pada suatu

ekstrak bahan adalah dengan menentukan

nilai konsentrasi hambatan 50% (inhibition

concentration / IC50) bahan antioksidan

tersebut. Penurunan intensitas warna yang

terjadi disebabkan oleh berkurangnya ikatan

rangkap terkonjugasi pada DPPH. Hal ini

dapat terjadi apabila adanya penangkapan

satu elektron oleh zat antioksidan,

menyebabkan tidak adanya kesempatan

elektron tersebut untuk beresonansi.

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah

batang dan daun suruhan, akuades, etanol,

kloroform, HCl pekat, larutan DPPH 1 mM,

kontrol positif vitamin C, kontrol positif

asam tanat, pereaksi Follin Ciocalteu 50%,

Na2CO3 5%, larutan heksametilentetramina

(HMT) 0.5%, aseton, 10% AlCl3, asam

asetat glasial, dan etil asetat.

Alat - alat yang digunakan adalah neraca

analitik, penggilingan, batang pengaduk,

tabung reaksi, sudep, gelas piala,

erlenmeyer, kertas aluminium foil, corong,

pipet volumetrik, pipet mikro, cawan

porselin, oven, eksikator, vacuum

evaporator, pinggan porselin, penangas air,

corong pisah, shaker, kapas, labu ukur,

biotek's epoch micro -volume

spectrophotometer system, dan

spektofotometer UV-VIS Perkin Elmer

Lambda 20.

Metode Penelitian

Ekstraksi Tumbuhan Suruhan

Penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan ekstrak air dan ekstrak etanol

campuran batang dan daun suruhan. Kedua

ekstrak dilakukan uji antioksidan dengan

metode DPPH lalu diukur kandungan

fenolik total dan flavonoid dari masing-

masing ekstrak tersebut.

Persiapan sampel. Kegiatan diawali

dengan sortasi basah yang bertujuan

memisahkan kotoran atau bahan-bahan asing

lainnya dari batang dan daun suruhan.

Kemudian dilakukan pencucian untuk

menghilangkan tanah dan pengotor lainnya

yang masih menempel pada bahan yang

sudah disortasi basah. Tahap berikutnya

adalah perajangan untuk mempermudah

proses pengeringan dan penggilingan.

Selanjutnya, sampel dikeringkan dalam oven

pada suhu 50OC hingga kadar air kurang dari

10%. Hasil pengeringan digiling sampai

berbentuk serbuk.

Penentuan kadar air. Metode

penentuan kadar air mengacu pada metode

AOAC (1995). Prinsip analisis kadar air

ialah untuk mengetahui kandungan kadar air

dalam suatu bahan. Cawan porselin

dikeringkan dalam oven pada suhu 105OC

selama 30 menit, lalu cawan didinginkan di

dalam eksikator selama 30 menit dan

ditimbang bobot kosongnya. Sampel

ditimbang sekitar 3 g dan dimasukkan ke

cawan porselin. Sampel beserta cawannya

dipanaskan pada suhu 105OC selama 3 jam

di dalam oven. Setelah didinginkan dalam

eksikator selama 30 menit, cawan beserta

isinya ditimbang. Penentuan kadar air

dilakukan sebanyak 3 kali ulangan (triplo).

Ekstraksi air. Berdasarkan BPOM

(2004), ekstraksi air dilakukan dengan cara

perendaman serbuk dengan nisbah sampel :

pelarut air sama dengan 1:10 selama 6 jam

sambil sekali-sekali diaduk, kemudian

didiamkan selama 24 jam. Maserat

dipisahkan dan proses diulangi sebanyak dua

kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang

sama. Semua maserat dikumpulkan dan

diuapkan dengan vacuum evaporator hingga

diperoleh ekstrak kering.

Ektraksi etanol. Berdasarkan BPOM

(2004), ekstraksi etanol dilakukan dengan

cara perendaman serbuk dengan nisbah

sampel pelarut : etanol 70% sama dengan

1:10 menggunakan metode maserasi selama

6 jam sambil sekali-sekali diaduk, kemudian

didiamkan selama 24 jam. Maserat

dipisahkan dan proses diulangi sebanyak dua

kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang

sama. Semua maserat dikumpulkan dan

diuapkan dengan vacuum evaporator hingga

diperoleh ekstrak kering.

Uji Antioksidan dengan Metode DPPH

Percobaan antioksidan dilakukan

berdasarkan metode Blois (2005) yang

dimodifikasi. Ekstrak dilarutkan dalam

etanol dan dibuat dalam berbagai

konsentrasi (50, 100, 200, 300, dan 400

6

ppm). Masing-masing ekstrak dimasukkan

ke dalam tabung reaksi dan dilarutkan

dengan etanol. Kemudian sampel

dimasukkan ke dalam microplate dan

dilakukan pengenceran dengan etanol

berdasarkan konsentrasi yang diukur. Ke

dalam tiap well ditambahkan 100 μl larutan

DPPH 1 mM dan diinkubasi pada ruangan

gelap selama 30 menit, selanjutnya

serapannya diukur pada panjang gelombang

517 nm menggunakan microplate reader.

Sebagai kontrol positif dan pembanding

digunakan vitamin C (konsentrasi 0.625,

1.25, 2.5, 5, 10, dan 20 ppm)

Uji Kandungan Fenolik Total

Pengukuran kandungan fenolik total

dilakukan berdasarkan metode Andarwulan

et al. (1999) yang dimodifikasi. Pembuatan

standar asam tanat dilakukan dengan

melarutkan 5 mg asam tanat ke dalam

aquades menggunakan labu takar 25 ml.

Kemudian dari larutan tersebut, dibuat

standar dengan konsentrasi 10, 20, 30, 40,

50, dan 60 ppm. Pengujian kandungan

fenolik total dilakukan dengan melarutkan

20 mg ekstrak air atau ekstrak etanol dengan

aquades dalam labu takar 25 ml dan

dihomogenisasi dengan shaker. Kemudian

diambil 0,5 mL dari larutan tersebut dan

ditambahkan dengan pereaksi Follin

Ciocalteu 50% sebanyak 1 ml, dan

didiamkan 5 menit. Setelah itu ditambahkan

1 ml Na2CO3 5% dan dihomogenisasi dalam

gelap selama 1 jam. Lalu nilai absorbansnya

diukur pada panjang gelombang 725 nm

menggunakan alat spektrofotometer UV-

VIS.

Uji Kandungan Flavonoid total

Berdasarkan metode BPOM (2004),

penentuan kandungan flavonoid total diawali

dengan penimbangan ekstrak sebanyak 200

mg dan dimasukkan ke dalam labu takar.

Kemudian ditambah 1 mL larutan

heksametilentetramina (HMT) 0.5%, 20 mL

aseton, dan 2 mL larutan HCl, kemudian

campuran dihidrolisis dengan cara direfluks

selama 30 menit. Campuran disaring

menggunakan kapas, filtrat dimasukkan ke

dalam labu ukur 100 mL. Campuran filtrat

ditambah dengan aseton sampai volume 100

mL. Filtrat diambil sebanyak 20 mL dan

dimasukkan ke dalam corong pisah,

kemudian ditambah 20 mL air dan

diekstraksi sebanyak tiga kali masing-

masing dengan 15 mL etil asetat. Fraksi etil

asetat dikumpulkan dan ditambah dengan

etil asetat sampai volume mencapai 50 mL

ke dalam labu ukur. Selanjutnya 10 ml dari

campuran tersebut dimasukkan ke dalam

labu ukur 25 ml dan ditambahkan dengan

10% AlCl3 sampai tanda tera pada labu dan

dilarutkan dengan asam asetat glasial.

Campuran divorteks dan dibaca nilai

absorbansnya pada panjang gelombang

370,8 nm menggunakan spektrofotometer

UV-VIS.

Metode Analisis

Metode analisis statistik yang digunakan

adalah pengujian analisis sidik ragam

(ANOVA) menggunakan program SPSS

16.0. Uji dilanjutkan dengan uji Duncan jika

diperoleh pengaruh nyata terhadap

perlakuan. Pengujian ini dilakukan untuk

mengetahui perbedaan kapasitas antioksidan

pada tiap ekstrak dan juga melihat pengaruh

kandungan flavonoid dan fenolik pada

aktivitas antioksidan tiap ekstrak. Sedangkan

untuk melihat hubungan-hubungan variabel

flavon total atau fenolik total terhadap

antioksidan dianalisis dengan menggunakan

analisis regresi linier. Korelasi bernilai 1 jika

terdapat hubungan linier yang positif,

bernilai -1 jika terdapat hubungan linier

yang negatif.Semakin dekat dengan -1 atau

+1, semakin kuat korelasi antara kedua

variabel tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ekstrak Suruhan

Suatu sampel uji baik digunakan jika

mengandung kadar air kurang dari 10%

(Winarno 2008). Kadar air yang didapat

digunakan untuk memperkirakan jumlah

10.03 ±

2.85

20.43 ±

3.33

0

5

10

15

20

25

air etanol 70%

Gambar 4 Rendemen ekstrak air dan

etanol campuran daun dan

batang suruhan

% rendemen

7

sampel yang dibutuhkan saat ekstraksi

sehingga didapat nilai koreksi rendemen

dari ekstrak tersebut (Harjadi 1993). Kadar

air yang didapat untuk simplisia herba

suruhan sebesar 5.04% sehingga

berdasarkan hasil tersebut simplisia dapat

digunakan untuk dilakukan ekstraksi sampel.

Ekstraksi herba suruhan dalam penelitian

ini dilakukan dengan menggunakan pelarut

air dan etanol 70%. Ekstrak yang didapat

dalam penelitian ini berbentuk serbuk kering

dengan nilai rerata rendemen dari ekstrak air

sebesar 10.03 ± 2.85 % sedangkan ekstrak

etanol 70 % memiliki rendemen rata-rata

sebesar 20.43 ± 3.33%. Hasil rendemen ini

menunjukkan bahwa kadar rendemen

ekstrak etanol lebih tinggi daripada ekstrak

air sebab etanol dapat melarutkan senyawa

polar dan nonpolar. Pada analisis ragam

rendemen terhadap ekstrak dihasilkan nilai

yang berbeda nyata antara ekstrak air dan

ekstrak etanol ( p<0.05). Hal ini

menunjukkan bahwa jenis pelarut

berpengaruh terhadap hasil rendemen

ekstrak. Hasil analisis ragam rendemen

ekstrak air dan ekstrak etanol suruhan dapat

dilihat pada Lampiran 5. Penentuan

rendemen berfungsi untuk mengetahui kadar

metabolit sekunder yang terbawa oleh

pelarut tersebut namun tidak dapat

menentukan jenis senyawa yang terbawa

tersebut.

Ekstraksi dilakukan pada bahan alam

bertujuan untuk mengambil senyawa kimia

yang terkandung dalam bahan alam tersebut.

Prinsip ekstraksi ini didasarkan pada

perpindahan massa komponen zat yang

terlarut ke dalam pelarut sehingga terjadi

perpindahan pada lapisan antar muka dan

berdifusi masuk ke pelarut (Harbone 1996).

Jenis pelarut yang digunakan tergantung

pada tingkat kepolarannya. Penelitian ini

menggunakan pelarut air sebagai pelarut

polar dan pelarut etanol 70% sebagai pelarut

semipolar.

Ekstraksi dengan pelarut air diharapkan

dapat membawa komponen-komponen polar

yang terdapat pada suruhan. Pemilihan

etanol sebagai pelarut didasarkan pada

asumsi bahwa etanol mampu

menggabungkan gugus polar dan nonpolar

sehingga komponen pada suruhan yang

bersifat polar dan nonpolar dapat terekstrak.

Pelarut yang bersifat polar dapat

mengikat komponen senyawa fenolik

termasuk flavonoid. Flavonoid dapat terlarut

oleh pelarut seperti air dan etanol karena

mempunyai gugus hidroksil sehingga

flavonoid larut dalam pelarut polar. Ekstrak

kasar yang diperoleh dipekatkan dengan

vacuum evaporator dan dilakukan

perhitungan rendemen pada masing-masing

ekstrak. Proses ekstraksi dapat dihentikan

apabila warna ampas serbuk daun telah

berubah menjadi lebih pucat atau maserat

berwarna lebih bening, sehingga dapat

dianggap semua senyawa berbobot molekul

rendah telah terekstraksi (Harbone 1996).

Sampel dalam bentuk ekstrak memiliki

kelebihan antara lain, banyak nya senyawa

bioaktif yang terlarut karena semua senyawa

tersebut di dalam tanaman berbentuk

konsentrat serta masih dalam bentuk alami.

Komposisi alami memungkinkan semakin

kecil efek samping dan perubahan aktivitas

senyawa bioaktif serta mempermudah

standarisasi sampel (Sinambela 2003).

Aktivitas Antioksidan Suruhan

Aktivitas antioksidan ekstrak suruhan

dinyatakan dalam persentase inhibisi radikal

bebas DPPH (Langseth 1995). Persen

inhibisi didapat dari perbandingan serapan

antara absorban DPPH dengan absorban

sampel yang diukur dengan

spektrofotometer UV-Vis (Andayani et al.

2008). Perhitungan persen inhibisi dan IC50

dapat dilihat pada Lampiran 6. Antioksidan

pembanding yang digunakan adalah vitamin

C sebagai antioksidan standar yang

merupakan senyawa murni sehingga

penghambatan radikal DPPH lebih efektif

dengan konsentrasi yang rendah.

Konsentrasi ekstrak air dan etanol herba

suruhan yang digunakan berkisar antara 50

ppm sampai dengan 400 ppm. Konsentrasi

ini merupakan konsentrasi optimum pada

ekstrak air dan etanol suruhan yang

diperoleh melalui penentuan konsentrasi

optimum yang dilakukan pada interval

konsentrasi 10 ppm sampai dengan 2000

ppm. Pada konsentrasi kurang dari 50 ppm

atau lebih dari 400 ppm, persentase inhibisi

tidak stabil. Nilai persentase inhibisi DPPH

oleh ektrak air dan suruhan dapat dilihat

pada Tabel 1. Hubungan antara konsentrasi

dan persen inhibisi DPPH berbanding lurus

yaitu semakin tinggi konsentrasi maka

semakin tinggi persen inhibisi yang didapat

sehingga semakin banyak radikal DPPH

yang berikatan dengan ekstrak air atau

etanol suruhan.

Parameter pengukuran aktivitas

antioksidan tertinggi dapat dilihat dari nilai

IC50 yaitu konsentrasi sampel yang mampu

menangkap radikal DPPH sebesar 50%

8

melalui persamaan regresi linier. Semakin

rendah nilai IC50 sampel uji maka semakin

tinggi aktivitas antioksidan yang dimiliki

oleh sampel tersebut. Nilai IC50 diperoleh

dari persamaan regresi linier persentase

inhibisi DPPH. Hasil IC50 dari masing-

masing ekstrak ditunjukkan oleh Tabel 1.

Berdasarkan hasil yang diperlihatkan

pada Tabel 1, aktivitas antioksidan ekstrak

etanol 70% lebih rendah daripada ekstrak

air. Hal ini terlihat dari IC50 rata-rata dari

ekstrak etanol berada pada konsentrasi

297.79 ± 17.75 ppm lebih besar daripada

ekstrak air yang berada pada konsentrasi

rata-rata 256.67 ± 21.65 ppm. Hasil ini

bertolak belakang dengan hasil rendemen

pada ekstrak etanol yang mempunyai nilai

rendemen lebih besar daripada ekstrak air.

Hal ini dapat terjadi karena etanol yang

bersifat semipolar sehingga dapat menarik

senyawa polar dan nonpolar lebih banyak

daripada pelarut air. Aktivitas antioksidan

ekstrak etanol yang lebih rendah dapat

disebabkan oleh adanya senyawa-senyawa

nonpolar yang terekstrak bukan merupakan

senyawa antioksidan yang kuat seperti

minyak atsiri, lemak, dan minyak. Selain itu,

besarnya rendemen ekstrak etanol diduga

dapat diakibatkan oleh adanya klorofil yang

terekstrak, terbukti dari warna hijau pekat

pada ekstrak etanol. Wasmund et.al (2006)

menyatakan bahwa etanol merupakan

pelarut yang dapat mengekstrak klorofil

pada daun dengansangat baik. Klorofil yang

terdapat pada ekstrak dapat mengganggu

proses penangkapan radikal bebas DPPH.

Zat warna hijau yang ditimbulkan dapat

mempengaruhi terjadinya proses reduksi

radikal bebas sehingga perubahan warna

pada sampel menjadi berwarna merah bukan

kuning. Warna yang terserap pada alat

microplate reader akan mempengaruhi nilai

absorban yang merupakan hasil inhibisi

radikal DPPH.

Bila dibandingkan dengan Vitamin C

yang memiliki IC50 rata-rata pada

konsentrasi 3.252 ± 28.11 ppm, aktivitas

antioksidan ekstrak etanol 70% dan air

masih tergolong rendah. Menurut Blois

(2005) suatu senyawa memiliki antioksidan

sangat kuat apabila nilai IC50 kurang dari 50

ppm, kuat apabila nilai IC50 antara 50-100

ppm, sedang apabila nilai IC50 berkisar

antara 100-150 ppm, dan lemah IC50 berkisar

antara 150-200 ppm. Berdasarkan dari

klasifikasi tersebut maka aktivitas

antioksidan ekstrak air dan ekstrak etanol

suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth)

tergolong lemah.

Aktivitas antioksidan daun suruhan ini

dibandingkan dengan tumbuhan famili

Piperacea termasuk rendah. IC50 ekstrak

etanol daun sirih hijau sebesar 10.59 ppm

dan IC50 daun sirih merah sebesar 28.05 ppm

(Serlahwaty et al. 2011). Jika dibandingkan

dengan tanaman lain seperti lengkuas merah

dan buah goji berry, ekstrak etanol suruhan

memiliki aktivitas antioksidan yang lebih

tinggi. Ekstrak etanol rimpang lengkuas

merah (Alpinia galanga) memiliki aktivitas

antioksidan yang dinyatakan dengan IC50

sebesar 712.0928 ppm dan untuk buah goji

berry (Lycium barbarum L.) memiliki nilai

IC50 sebesar 416.37 ppm (Wahyu 2008;

Tessa 2011).

Nilai penghambatan radikal bebas DPPH

pada vitamin C termasuk tinggi karena

vitamin C merupakan senyawa murni

sehingga dapat mengikat radikal DPPH

secara efektif. Bila dibandingkan dengan

ekstrak etanol 70% dan ekstrak air, kedua

ekstrak tersebut masih tergolong ekstrak

kasar sehingga diduga masih terdapat

senyawa pengganggu seperti protein dan

senyawa lainnya yang menghalangi proses

penangkapan radikal bebas. Kemurnian

suatu sampel saat proses ekstraksi

mempengaruhi aktivitas antioksidan sampel

tersebut.

Adanya senyawa protein atau lemak pada

ekstrak dapat mengganggu proses

penangkapan radikal bebas oleh senyawa

fenolik atau flavonoid. Protein atau lemak

pada tumbuhan dapat memberikan atom

hidrogen yang dimilikinya sehingga akan

berikatan dengan radikal hidroksil pada

DPPH (Pine et al. 1988). Hal ini

menyebabkan radikal DPPH semakin aktif

sehingga tidak terjadi proses reduksi. Oleh

karena itu DPPH tetap berwarna ungu dan

mengganggu pengukuran serapan absorban

ekstrak. Adanya senyawa pengganggu

Sampel % Inhibisi pada berbagai konsentrasi (ppm)

IC50 (ppm) 50 100 200 300 400

Ekstrak air 6.55 29.75 41.20 54.65 61.09 256.67 ± 21.65

Ekstrak etanol 70% 11.98 31.67 38.07 51.41 57.70 297.79 ± 17.75

Tabel 1 Nilai % inhibisi dan IC50 aktivitas antioksidan ekstrak suruhan

9

tersebut dapat meningkatkan nilai rendemen

ekstrak namun tidak dapat meningkatkan

aktivitas antioksidan ekstrak tersebut seperti

yang terlihat pada ekstrak etanol suruhan

yang memiliki rendemen yang lebih tinggi

daripada ekstrak air namun aktivitas

antioksidan yang dihasilkan lebih rendah

daripada ekstrak air.

Data hasil pengukuran aktivitas

antioksidan selanjutnya dianalisis secara

statistik dengan menggunakan analisis

ragam. Hasil pengolahan statistik data hasil

pengukuran aktivitas antioksidan dengan

metode uji aktivitas kemampuan mereduksi

dapat dilihat pada Lampiran 7. Data hasil

pengolahan analisis ragam menunjukkan

bahwa nilai signifikan sampel adalah 0.000

sedangkan nilai signifikan level adalah 0.05.

Nilai signifikan sampel yang lebih kecil

daripada nilai signifikan level menunjukkan

bahwa pada selang kepercayaan 95%,

sampel

ekstrak suruhan yang diujikan berbeda nyata

sehingga setiap perlakuan memiliki

pengaruh pada inhibisi.

Analisis ragam dinyatakan berbeda

nyata sehingga dapat dilanjutkan dengan uji

lanjut Duncan pada selang kepercayaan

95%. Data hasil pengolahan dengan uji

lanjut Duncan (Lampiran 7) menunjukkan

bahwa setiap konsentrasi dari kedua ekstrak

memiliki keragaman yang berbeda-beda.

Dari hasil uji Duncan terlihat untuk inhibisi

antara ekstrak air dan ekstrak etanol tidak

jauh berbeda. Hasil dari setiap konsentrasi

ekstrak air dan etanol yang berbeda

menghasilkan 4 subset dengan α sebesar

0.05. Ekstrak air 400 ppm memiliki inhibisi

yang tertinggi dengan nilai rata-rata inhibisi

sebesar 61.09%. Namun air 300 ppm juga

memiliki aktivitas yang sama dengan ekstrak

air 400 ppm yang berada pada satu subset

yang sama. Sampel yang berada pada satu

subset yang sama memiliki pengaruh yang

sama terhadap inhibisi radikal bebas.

Kadar Fenolik Total dan Flavonoid Total

Pengujian aktivitas fenolik total

merupakan dasar dilakukan pengujian

aktivitas antioksidan, karena diketahui

bahwa

senyawa fenolik berperan dalam mencegah

terjadinya peristiwa oksidasi. Fenolik total

ekstrak herba suruhan pada penelitian ini

diukur dengan menggunakan prinsip Folin-

Ciocalteau yang didasarkan pada reaksi

oksidasi-reduksi. Reagen Folin yang terdiri

dari asam fosfomolibdat dan asam

fosfotungstat akan tereduksi oleh senyawa

polifenol menjadi molibdenum-tungsen

(Kusumaningati 2009). Reaksi ini

membentuk kompleks warna biru. Semakin

tinggi kadar fenolik pada sampel, semakin

banyak molekul kromagen (biru) yang

terbentuk sehingga semakin tinggi nilai

absorbansi pada sampel tersebut. Intensitas

dari warna yang dibentuk diukur pada

panjang gelombang 765 nm. Hasil

pengukuran kadar fenolik total pada ekstrak

air dan ekstrak etanol 70% dari tumbuhan

suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth)

dapat dilihat pada Lampiran 8. Asam tanat

digunakan sebagai standar pengukuran

dikarenakan asam tanat merupakan senyawa

polifenol yang terdapat pada hampir semua

tanaman. Kandungan fenol asam organik ini

bersifat murni dan stabil (Kusumaningati

2009).

Gambar 5 menunjukkan kadar fenol

total yang didapat pada ekstrak air dan

ekstrak etanol berbeda. Pada ekstrak air

diperoleh kadar fenolik total rata-rata

Konsentrasi

(ppm)

Inhibisi (%)

Ekstrak Air Ekstrak

Etanol

50 6.55a 11.98

a

100 29.75b 31.67

b

200 41.20bc

38.07b

300 54.65d 51.41

cd

400 61.09d 57.70

d

Tabel 2 Inhibisi ekstrak air dan etanol herba

suruhan 755.79

622.6

0

100

200

300

400

500

600

700

800

Air Etanol

ppm

Gambar 5 Kadar fenolik total ekstrak

suruhan

Keterangan : Menurut uji Duncan 5% huruf yang sama

tidak berbeda nyata

10

sebesar 755.79 ± 65.87 mg TAE/g ekstrak

lebih besar daripada ekstrak etanol dengan

kadar fenolik total rata-rata sebesar 622.46 ±

179.43 mg TAE/g ekstrak. Hal ini

menunjukkan bahwa senyawa fenolik lebih

banyak terekstrak pada ekstrak air (polar)

daripada ekstrak etanol (semipolar).

Banyaknya kadar fenolik ini menunjukkan

pengaruhnya terhadap inhibisi dan IC50

masing-masing ekstrak suruhan. Ekstrak air

yang memiliki kandungan fenolik total lebih

banyak mempunyai aktivitas antioksidan

lebih tinggi daripada ekstrak etanol.

Perbedaan tingkat kepolaran pelarut

menentukan struktur kimia senyawa fenolik

yang terekstrak. Deore et al. (2009)

menyatakan bahwa pengujian fenolik total

sangat tergantung pada struktur kimianya.

Senyawa fenolik yang mempunyai gugus

fungsi hidroksil yang banyak atau dalam

kondisi bebas (aglikon) akan menghasilkan

kandungan fenolik total yang tinggi. Sifat

polar pada air mampu menarik senyawa

fenolik dalam jumlah yang banyak.

Senyawa fenolik yang bersifat polar

memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi.

Pengukuran kandungan flavonoid total

dari esktrak air dan ekstrak etanol suruhan

(Peperomia pellucida L. Kunth) dilakukan

dengan metode pewarnaan AlCl3. Prinsip

dari metode pewarnaan ini adalah AlCl3

membentuk kompleks asam yang stabil

dengan C-4 gugus keto, lalu dengan C-3 atau

C-5 gugus hidroksil dari flavon dan

flavonol. Selain itu AlCl3 juga membentuk

kompleks asam yang labil dengan gugus orto

dihidroksil pada cincin A atau B dari

flavonoid (Fessenden dan Fessenden 1986)

sehingga akan mempunyai serapan

maksimum pada panjang gelombang 370.8

nm.

Pengukuran flavonoid total ini dimulai

dengan melakukan hidrolisis terhadap

sampel. Hal ini bertujuan flavonoid dalam

bentuk glikosida (flavonoid yang masih

terikat dengan gugus gula) dapat terurai

menjadi flavonoid dalam bentuk aglikon

(flavonoid tunggal) karena analisis flavonoid

akan lebih baik jika berada dalam bentuk

aglikonnya (Harborne 1996).

Berdasarkan persamaan linier dari

standar kuersetin yaitu y = 0.0947x – 0.0211

didapat rerata kadar flavonoid total untuk

ekstrak air suruhan sebesar 0.670 ± 0.326 mg

QE/g ekstrak dan rerata kadar flavonoid total

ekstrak etanol 70% suruhan sebesar 4.058 ±

0.352 mg QE/g ekstrak. Ekstrak etanol 70%

suruhan memiliki kandungan flavonoid total

yang lebih besar daripada ekstrak air

suruhan. Hal ini menunjukkan bahwa pelarut

etanol dapat mengekstrak senyawa flavonoid

baik yang bersifat polar ataupun nonpolar.

Hasil perbandingan kadar flavonoid total

ekstrak air dan ekstrak etanol suruhan

disajikan pada Gambar 6.

Korelasi antara fenolik total terhadap

aktivitas antioksidan atau korelasi flavonoid

total tehadap antioksidan telah banyak

dipelajari pada berbagai jenis tumbuhan dan

buah- buahan (Kiselova et al. 2006,

Klimezak et al. 2007, Jayaprakasha et al.

2008). Beberapa penelitian tersebut

menunjukkan hubungan antara banyaknya

fenolik total atau flavonoid total yang dikandung maka

semakin efektif aktivitas antioksidan yang

dihasilkan.

Penelitian ini menganalisis korelasi

flavonoid total dan fenolik total yang

terkandung dalam ekstrak air dan ekstrak

etanol herba suruhan terhadap aktivitas

antioksidannya. Hasil analisis korelasi dapat

dilihat pada Tabel 3.Berdasarkan analisis

korelasi terdapat hubungan korelasi yang

positif antara aktivitas antioksidan degnan

fenolik total namun tidak kuat. Korelasi

antara aktivitas antioksidan pada ekstrak air

dengan fenolik totalnya menunjukkan nilai

korelasi yang lemah yaitu 77.09%, begitu

juga dengan ekstrak etanol sebesar 87.35%.

dari hasil ini dapat dinyatakan bahwa

aktivitas antioksidan ekstrak air dan etanol

dipengaruhi oleh kandungan total fenolnya.

Hasil analisis korelasi flavonoid total

dengan aktivitas antioksidan ekstrak air dan

etanol masing-masing sebesar 12.06% dan

27.09%. Nilai ini hampir mendekati nol

sehingga dapat dinyatakan bahwa flavonoid

total tidak berkorelasi dengan aktivitas

0.670

4.058

0

1

2

3

4

Air Etanol

ppm

Gambar 6 Kadar flavonoid total

ekstrak suruhan

11

antioksidannya. Hal ini terbukti pada

ekstrak etanol yang memiliki kandungan

flavonoid total yang lebih banyak daripada

ekstrak air namun memiliki aktivitas

antioksidan yang lebih rendah. Hal ini dapat

terjadi diduga akibat kandungan flavonoid

yang terekstrak pada etanol paling banyak

adalah flavonoid golongan nonpolar yang

memiliki aktivitas antioksidan yang rendah

karena masih terikat pada gugus

glikosidanya sehingga menghambat

pengikatan radikal bebas DPPH. Hubungan

kandungan fenolik total dengan flavonoid

total ekstrak suruhan mempunyai nilai

korelasi sebesar 28.04%. Hal ini

menyatakan bahwa fenolik total tidak

memiliki hubungan linier dengan flavonoid

total karena nilai korelasi hampir mendekati

nol. Hasil ini menunjukkan bahwa

kandungan fenol dari setiap ekstrak tidak

selalu bersumber pada golongan

senyawanya. Beberapa senyawa metabolit

sekunder maupun senyawa metabolit primer

yang dihasilkan oleh tumbuhan dapat

menjadi senyawa antioksidan ataupun

senyawa pengganggu aktivitas antioksidan.

Aktivitas antioksidan tidak hanya

dipengaruhi oleh adanya fenolik maupun

flavonoid saja, tetapi dapat juga disebabkan

oleh adanya beberapa senyawa fitokimia lain

seperti asam askorbat, tokoferol, dan pigmen

yang memberikan efek sinergis. Beberapa

jenis fenolik dapat memiliki aktivitas

antioksidan yang berbeda tergantung pada

struturnya. Fenolik termasuk flavonoid yang

terkandung pada ekstrak air dan ektrak

etanol suruhan mungkin memiliki aktivitas

antioksidan yang berbeda sehingga tidak

dapat diukur dengan metode DPPH saja.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Herba suruhan memiliki aktivitas

antioksidan yang lemah. Ekstrak air suruhan

memiliki aktivitas antioksidan yang lebih

tinggi daripada ekstrak etanol. Kandungan

fenolik total ekstrak air lebih besar daripada

ekstrak etanol namun kandungan flavonoid

totalnya lebih kecil daripada ekstrak etanol.

Kandungan total fenol tidak memiliki

korelasi dengan total flavonoidnya tetapi

memiliki korelasi yang yang linier dengan

aktivitas antioksidannya.

Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan

berupa pemurnian ekstrak kasar, pengujian

antioksidan ekstrak murni dan identifikasi

senyawa bioaktif lainnya yang terdapat pada

suruhan tersebut serta penentuan golongan

senyawa fenolik dan flavonoid terekstraksi.

Pengujian aktivitas antioksidan dapat

dilakukan dengan metode lain seperti FRAP

atau CUPRAC.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad SA. 1985. Kimia Organik Bahan

Alam.. Jakarta: Departemen Pendidikan

dan. Kebudayaan, Universitas Terbuka.

Amic D, Beslo D, Trinajstic N, Davidovic.

2003. Structure-Radical Scavenging

Activity Relationships of Flavonoids.

Croatia Chem Acta 76(1): 55-61.

Ansel HC.1989. Pengantar Bentuk Sediaan

Farmasi. Edisi 4. Jakarta : UI Press.

Andarwulan N, Wijaya H, Cahyono DT.

1996. Aktivitas Antioksidan dari Daun

Sirih (Piper betle L). Teknologi dan

Industri Pangan. Hal 29-30.

Andarwulan ,S Fardiaz, Apriyanto P,

Haryadi, NK Shetty. 1999.

Mobilization of primary metabolites

and phenolics during natural

fermentation in seeds of Pangiumedule

Reinw. Process Biochemistry. 35: 197-

204.

Andayani R, Y Lisawati, Maimunah. 2008.

Penentuan Aktivitas Antioksidan,

Kadar Fenol Total, dan Likopen pada

Buah Tomat (Solanum lycupersicum

L). Jurnal Sains dan Teknologi

Farmasi, Vol 13, No.1

AOAC. 1995. Official Methods of Analysis.

Association of Official. Washington

DC: Agricultural Chemists.

Arrigoni-Blank et al . 2004. Seed

germination, phenology, and

antiedematogenic activity of

Hubungan

Nilai korelasi (%)

IC50

Ekstrak Air

IC50

Ekstrak Etanol

Fenolik 77.09 87.35

Flavonoid 12.26 27.09

Tabel 3 Korelasi aktivitas antioksidan dengan

Kadar fenolik atau flavonoid total

12

Peperomia pellucida (L.) HBK BMC.

Pharmacol 2:12-19.

Aziba PI, Adedeji A, Ekor M, Adeyemi O.

2001. Analgesic activity of Peperomia

pellucida aerial parts in mice.

Fitoterapia 72: 57–58

Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2004.

Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat

Indonesia. Jakarta: BPOM RI.

Blois MS. 2005. Antioxidant determination

by the use of stable free radical. Nature

181:1191-1200.

Cao Hu Jiao. 2011. Philipine Medicinal

Plant: Pansit-pansitan. Manila :

Manila Medical Society.

Cos P et al. 2001. Structure-activity

relationship and clasification of

flavonoids as inhibitors of xanthin

oxidase and superoxide scavengers. J.

Nat. Prod. 61: 71-76.

Dalimartha S, Soedibyo M. 1999. Awet

Muda dengan Tumbuhan Obat dan Diet

Supleme. Jakarta: Trubus Agriwidya.

Deore SL, Khadabadi SS, Baviskar BA,

Khangenbam RA, Koli US, Daga NP,

Gadbail PA, Jain PA. 2009. In vitro

antioxidant activity and phenolic

content of Croton caudatum.

International Journal of Chemical

Technology Research 1(2):174-176.

Djauhariya E, Hernani. 2004. Gulma

Berkhasiat Obat. Jakarta : Penebar

Swadaya.

Duenas M, Manzano SO, Paramas AG,

Buelga SC. 2009, Antioxidant

evaluation of O-methylated metabolites

of catechins, epicatechin, and

quersetin. Journal of Pharmaceutical

and Biomedical Analysis.

Fessenden RJ, Fessenden JS. 1986. Kimia

Organik. Edisi Ketiga. Jakarta:

Erlangga.

Ghani A. 1998. Medicinal Plants of

Bangladesh. Bangladesh : Asia Society

of Bangladesh.

Gianello Mikhail Domingo P. Cera, Nicole

Rose B. Ramos, Nerisse Isabella T.

Siazon. 2009. In vitro Evaluation of

Potential Chemotherapeutic and

Chemopreventive Properties of P.

pellucida (L.) Kunth on HCT 116

Cancer Cell Line. Quezon: Ateneo de

Manila University.

Halliwel B, Aeschbach R, Lolinger J,

Auroma OI. 1995. Toxicology. J Food

Chem, 33: 60.

Harbone JB. 1996. Metode Fitokimia:

Penentuan Cara Modern Menganalisa

Tumbuhan. Terjemahan Kosasih

Padmawinata dan Iwang Soediro.

Bandung: ITB.

Harjadi W. 1993. Kimia Analitik. Jakarta:

Gramedia.

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna

Indonesia Jilid III. Jakarta: Yayasan

Sarana Wana Jaya.

Huang C et al. 2005. Identification of an

Antifungal Chitinase from a Potential

Biocontrol Agent, Bacillus cereus.

Journal of Biochemistry and molecular

Biology, 38 : 82-88.

Jayaprakasha GK, Girennavar B, Patil BS.

2008. Radical scavenging activities of

Rio Red grapefruits and Sour orange

fruit extracts in different in vitro model

systems. Bioresour. Techno, 99: 4484-

4494.

Karadeniz F et al. 2005. Antioxidant activity

of selected fruits and vegetables grown

in Turkey. Turkish Journal of

Agricultural and Forest 89: 297–303.

Kiselova Y, Ivanova D, Chervenkov T,

Gerova D, Galunska B and Yankova T.

2006. Correlation between the in vitro

antioxidant activity and polyphenol

content of aqueous extracts from

bulgaria herbs. Phytother. Res, 20:

961- 965.

Klimczak I, Malecka M, Szlachta M and

Gliszczynska-Swiglo A (2007). Effect

of storage on the content of

polyphenols, vitamin C and the

antioxidant activity of orange juices. J.

Food Compost. Anal, 20: 313-322.

Kusumaningati RW. 2009. Analisa

Kandungan Fenol Total Jahe (Zingiber

officinale Rosc.) Secara In vitro.

Jakarta: Fakultas Kedokteran.

Universitas Indonesia.

Langseth L. 1995. Oxidants, Antioxidants

and Disease Prevention. Belgium: ILSI

Europe.

Lee KW, Kim YJ, Lee HJ, Lee CY, 2003.

Cocoa Has More Phenolic

13

Phytochemical and A Higher

Antioxidant Capacity than Teas and

Red Wine, J. Agric. Food Chem, 51

(25): 7292-7295.

Markham KR. 1988. Cara Mengidentifikasi

Flavonoid. Penerjemah: Kosasih

Padmawinata. Bandung: ITB.

Middleton EC, Kandaswami, TC

Theoharides. 1998. The effects of plant

flavonoids on mammalian cells:

implications for inflammation, heart

disease, and cancer. Pharmacological

Reviews 52:673-751.

Pine HS et al . 1988. Radikal Bebas.

Bandung: ITB. Terjemahan dari:

Organic Chemistry 2.

Prakash A, Rigelhof F, Miller E. 2001.

Antioxidant Activity. Medalliaon

Laboratories Analitycal Progress, Vol

10.

Reynertson KA. 2007. Phytochemical

Analysis of Bioactive Constituens

fromEdible Myrtaceae Fruit,

Dissertation. New York : The City

University of New York.

Robinson T. 1995. Kandungan Organik

Tumbuhan Tinggi. Edisi ke-4

Terjemahan Kosasih Padmawinata.

Bandung : ITB Press.

Serlahwaty D, Sugiastuti S, Ningrum RC.

2011. Aktivitas Antioksidan Ekstrak

Air dan Etanol Daun Sirih Hijau

(Piper betle L.) dan Sirih Merah (Piper

cf. fragile Benth.) dengan Metode

Peredaman Radikal Bebes DPPH

[skripsi]. Jakarta: Fakultas Farmasi.

Universitas Pancasila Jakarta.

Sinambela JM. 2003. Standarisasi sediaan

obat herba. Prosiding seminar dan

Pameran Nasional Tumbuhan Obat

Indonesia XXIII. hlm 36-43.

Sudjadi dan Rohman A. 2004. Analisis Obat

dan Makanan. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Suhartono E, Fujiati, Aflanie I. 2002.

Oxygen toxicity by radiation and effect

of glutamic piruvat transamine (GPT)

activity rat plasma after vitamine C

treadment. International seminar on

Environmental Chemistry and

Toxicology. Yogyakarta.

Tessa Jimmy. 2011. Karakterisasi Simplisia,

Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas

Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Goji

Berry (Lycium barbarum L.) [skripsi].

Medan : Fakultas Farmasi. Universitas

Sumatera Utara.

Vaya Jacob, Aviram Michael. 2001.

Nutritional antioxidant : mechanism of

action, analyses of activities and

medical applications, Curr. Med.

Chem-Imm,Endoc. &Metab Agents, vol

1 hal 99-117.

Voigt R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi

Farmasi. Penerjemah Dr. Soendani

Noerono. Edisi Kelima. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Wahyu Oktariana Eka. 2008. Uji Aktivitas

Antioksidan Ekstrak Etanol Rimpang

Lengkuas Merah (Alpinia galanga)

dengan Metode DPPH (1,1-Difenil-2-

Pikrilhidrazil) [skripsi]. Semarang :

Fakultas matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam. Universitas

Diponegoro.

Wasmund N, Topp I, Schories D. 2006.

Optimising the storage and extraction

of chlorophyll samples. Oceanologia

48(1):125–144.

Windono T et al. 2001. Uji Peredam Radikal

Bebas Terhadap 1,1-Diphenil-2-

picrylhydrazyl (DPPH) dari Ekstrak

Kulit Buah dan Biji Anggur (Vitis

vinifera L) Probolinggo Biru dan Bali.

Artocarpusvol 1 hal 34-43.

Winarno. 2008. Kimia Pangan dan Gizi.

Jakarta: Gramedia.

15

LAMPIRAN

15

Lampiran 1 Diagram alir penelitian

Sortasi basah, pengeringan,

penggilingan menjadi serbuk

Penentuan

kadar air

Ekstrasi

air

Uji antioksidan dengan

metode DPPH

Uji kandungan fenolik dan

uji kandungan flavonoid

Ekstrasi

etanol

Uji antioksidan dengan

metode DPPH

Uji kandungan fenolik dan

uji kandungan flavonoid

Ekstrak

Etan

ol E

kst

rak a

ir

16

Lampiran 2 Ekstraksi air suruhan

20 gram serbuk suruhan

dimaserasi dengan air

(1:10)

Didiamkan selama 24 jam

sambil dikocok sekali-kali

Maserat dipisahkan dan

dimaserasi kembali dengan air

sebanyak tiga kali ulangan

Ekstrak ditimbang

Ekstrak diuapkan hingga

kental dengan evaporator

pada suhu 50°C

17

Lampiran 3 Ekstraksi etanol suruhan

20 gram serbuk suruhan

dimaserasi dengan etanol

70% (1:10)

Didiamkan selama 24 jam

sambil dikocok sekali-kali

Maserat dipisahkan dan dimaserasi

kembali dengan etanol sebanyak

tiga kali ulangan

Ekstrak ditimbang

Ekstrak diuapkan hingga

kental dengan evaporator

pada suhu 50°C

18

Lampiran 4 Uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH

Sebanyak 500 μg DPPH

ditimbang dan dilarutkan ke

dalam 10 ml etanol

Setiap sampel dimasukkan ke

dalam microplate dengan

konsentrasi 50,100, 200, 300,

dan 400 ppm

Diinkubasi selama 30

menit pada suhu 37°C

Serapan sampel dibaca

pada panjang gelombang 517 nm

+ 100 μL etanol

19

Lampiran 5 Kadar air suruhan , rendemen ekstrak, dan analisis ragam

rendemen

Tabel 1 Data kadar air suruhan (Peperomia pellucida L.Kunth)

Ulangan Bobot sampel

% Kadar air Sebelum dikeringkan Sesudah dikeringkan

1 3.0010 2.8795 4.05

2 3.0019 2.8451 5.72

3 3.0012 2.8259 5.84

Rata-rata 5.04

Contoh perhitungan :

adar air ( )

adar air ( )

Tabel 2 Data hasil rendemen ekstrak air dan etanol

Perlakuan Ulangan Bobot sampel

kering (g)

Berat ekstrak

(g) Rendemen (%) Rata-rata (%)

Air

1 20 2.4039 12.66

10.03 ± 2.85 2 20 1.3301 7.00

3 20 1.9818 10.43

Etanol 70%

1 20 3.1814 16.75

20.43 ± 3.33 2 20 4.4094 23.22

3 20 4.0492 21.32

Contoh perhitungan:

Rendemen (%) =

a. Ekstrak air

endemen ( )

ata-rata rendemen ( )

b. Ekstrak etanol 70%

endemen ( )

20

ata rata rendemen ( )

Tabel 3 Hasil analisis ragam rendemen ekstrak suruhan

Sumber

Keragaman Jumlah Kuadran Derajat Bebas

Kuadran

Tengah F Hitung

Nilai P (P

Value)

Perlakuan 146.52 1 146.52 16.985 0.015

Galat 34.506 4 8.627

Total 181.027 5

Lampiran 6 Perhitungan inhibisi dan IC50 ekstrak suruhan

I. Persen inhibisi dan IC50 vitamin C

Tabel 4 Data absorban, persen inhibisi, dan IC50 Vitamin C

Konsentrasi

(ppm)

Absorbansi Inhibisi (%) Rata-rata inhibisi

(%) Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 1 Ulangan 2

20 0.061 0.062 82 78.4 80.2

10 0.066 0.067 80.53 76.66 78.6

5 0.085 0.095 74.93 66.9 70.92

2.5 0.215 0.172 36.58 40.07 38.33

1.25 0.258 0.232 23.89 19.16 21.53

0.625 0.282 0.216 16.81 24.74 20.78

Blanko 0.339 0.287 - - -

Rataan IC50 ± SD 3.252 ± 28.11 ppm

Contoh perhitungan:

a. Persentase inhibisi

Ulangan 1

% inhibisi 20 ppm = 1- (

x 100%

= 1- (

x 100%

= 82%

Ulangan 2

% inhibisi 20 ppm = 1- (

x 100%

= 1- (

x 100%

21

= 78.40%

ata rata inhibisi( )

b. IC50

Persamaan linier : y = 20.647ln(x) + 25.652

IC50 (x):

y = 20.647ln(x) + 25.652

50 = 20.647ln(x) + 25.652

x = 3.252 ppm

Gambar 1 Hubungan konsentrasi dengan persen inhibisi DPPH vitamin C

II. Persen inhibisi dan IC50 ekstrak air dan etanol suruhan

Tabel 5 Data absorbans sampel dan blanko menggunakan DPPH

konsentrasi absorbansi sampel

air 1 air 2 air 3 etanol 1 etanol 2 etanol 3

50 0.409 0.47 0.453 0.431 0.42 0.41

100 0.35 0.342 0.31 0.319 0.332 0.327

200 0.212 0.289 0.335 0.252 0.304 0.328

300 0.19 0.213 0.242 0.202 0.218 0.272

400 0.174 0.184 0.196 0.192 0.197 0.216

blanko 0.475 0.493 0.458 0.497 0.471 0.465

Tabel 6 Data persentase inhibisi dan IC50 masing-masing sampel

konsentrasi % Inhibisi

air 1 air 2 air 3 Rerata etanol 1 etanol 2 etanol 3 Rerata

50 13.89 4.67 1.09 6.55 13.28 10.83 1.83 11.98

100 26.32 30.63 32.31 29.75 35.81 29.51 29.68 31.67

200 55.37 41.38 26.86 41.2 49.3 35.46 29.46 38.07

300 60 56.79 47.16 54.65 59.36 53.72 41.15 51.41

400 63.37 62.68 57.21 61.09 61.37 58.17 53.55 57.7

Rataan

IC50 ± SD 256.67 ± 21.65 ppm 297.79 ± 17.75 ppm

y = 20.647ln(x) + 25.652 R² = 0.9073

0

20

40

60

80

100

0 5 10 15 20 25

inh

ibis

i (%

)

konsentrasi (ppm)

22

Contoh Perhitungan:

a. Persentase inhibisi

Ekstrak air

Ulangan 1

% inhibisi 400 ppm = 1- (

x 100%

= 1- (

x 100%

= 63.37%

Ulangan 2

% inhibisi 400 ppm = 1- (

x 100%

= 62.68%

Ulangan 3

% inhibisi 400 ppm = 1- (

x 100%

= 57.51%

Ekstrak etanol

Ulangan 1

% inhibisi 400 ppm = 1- (

x 100%

= 1- (

x 100%

= 61.37%

Ulangan 2

% inhibisi 400 ppm = 1- (

x 100%

= 58.17%

Ulangan 3

% inhibisi 400 ppm = 1- (

x 100%

= 53.55%

b. IC50

Ekstrak air

Persamaan linier : y = 25.47ln(x) – 91.302

IC50 (x):

y = 25.47ln(x) – 91.302

50 = 25.47ln(x) – 91.302

x = 256.67ppm

23

Ekstrak etanol

Persamaan linier : y = 20.721ln(x) – 67.684

IC50 (x):

y = 20.721ln(x) – 67.684

50 = 20.721ln(x) – 67.684

x = 297.79 ppm

24

Gambar 2 Hubungan konsentrasi dengan persen inhibisi DPPH ekstrak air

suruhan

Gambar 3 Hubungan konsentrasi dengan persen inhibisi DPPH ekstrak etanol

suruhan

Gambar 4 Hasil uji antioksidan dengan metode DPPH

y = 25.47ln(x) - 91.302

R² = 0.9873

0

10

20

30

40

50

60

70

0 100 200 300 400 500

Inh

ibis

i (%

)

konsentrasi (ppm)

y = 20.721ln(x) - 67.684

R² = 0.9724

0

10

20

30

40

50

60

0 100 200 300 400 500

Inh

ibis

i (%

)

Konsentrasi (ppm)

22

Blanko

Ekstrak air

Ekstrak etanol

25

Lampiran 7 Analisis ragam persentase inhibisi ekstrak dan uji lanjut Duncan

Tabel 7 Hasil analisis ragam inhibisi ekstrak

Keragaman Jumlah

kuadran

Derajat

bebas Kuadran tengah F hitung

Nilai p

(Sig.)

Between Groups 9482.626 9 1053.625 19.778 .000

Within Groups 1065.430 20 53.272

Total 10548.056 29

Tabel 8 Hasil uji Duncan inihibisi ekstrak

perlakuan Ulangan Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

air 50 3 6.5500

etanol 50 3 11.9800

air 100 3 29.7533

etanol 100 3 31.6667

etanol 200 3 38.0733

air 200 3 41.2033 41.2033

etanol 300 3 51.4100 51.4100

air 300 3 54.6500

etanol 400 3 57.6967

air 400 3 61.0867

Sig. .373 .092 .102 .151

26

Lampiran 8 Uji kadar fenolik total suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth)

Tabel 9 Absorbansi standar asam tanat pada kandungan total fenolik

Jenis larutan Absorbans

Standar 10 ppm 0.125

Standar 20 ppm 0.254

Standar 30 ppm 0.382

Standar 40 ppm 0.567

Standar 50 ppm 0.686

Standar 60 ppm 0.789

Tabel 10 Parameter statistika kurva standar asam tanat rerata metode SDUV

x x2 (x – µ)

2 y ŷ ( y – ŷ)

2

10 100 625 0.124 0.125 1 x 10-6

20 400 225 0.254 0.254 0

30 900 25 0.384 0.382 4 x10-6

40 1600 25 0.514 0.567 2.8 x 10-3

50 2500 225 0.644 0.686 1.8 x 10-3

60 3600 625 0.774 0.789 2.25 x 10-4

Σ 9100 1720 - - 4.83 x 10-3

Keterangan : x = konsentrasi standar, µ = konsentrasi standar rata-rata, y = absorban yang terukur,

ŷ = absorban yang teoritis

Persamaan regresi = y = 0.013x – 0.006

y = 0.013x - 0.006

R² = 0.996

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

0 2 4 6 8 10

Ab

sorb

ans

Konsentrasi (ppm)

Gambar 5 Hubungan konsentrasi asam tanat dan absorbans

27

Simpangan baku regresi ( –

= 0.0347

Simpangan baku intersep (Sa) =

– = 0.08

Limit deteksi (LOD) = 3.3

= 3.3

= 20.31 ppm

Tabel 11 Absorbansi sampel dan kandungan total fenolik ekstrak

Sampel Ulangan Absorbansi

(y)

Kandungan

fenolik awal

(mg/L)

Kandungan total

fenolik

(mg TAE/g eks)

Rata-rata

kandungan total

fenolik

Air

1 0,855 66.23 827.88

755.79 ± 65.87 2 0,76 58.92 736.5

3 0,722 56.00 700

Etanol

1 0,743 57.62 720.25

622.46 ± 179.43 2 0,755 58.54 731.75

3 0,426 33.23 415.38

Keterangan : bobot contoh = 20 mg

Faktor pengenceran (FP) = 10

V contoh = 25 ml

Contoh perhitungan:

a. Kandungan fenolik awal (X)

Persamaan linier : y = 0.013x – 0.006

Air

y = 0.013x – 0.006

0.855 = 0.013x – 0.006

x = 66.23 mg/L

Etanol

y = 0.013x – 0.006

0.743 = 0.013x – 0.006

x = 57.62 mg/L

b. Kandungan total fenolik

28

Keterangan :

X = Kandungan fenolik awal

FP = faktor pengenceran

Bobot awal sampel = 20 g

Contoh perhitungan ekstrak air

Ulangan 1

Contoh perhitungan ekstrak etanol

Ulangan 1

29

Lampiran 9 Uji kadar flavonoid total suruhan (Peperomia pellucida L.

Kunth)

Tabel 12 Absorbansi standar quercetin pada kandungan total flavonoid

Jenis larutan Absorbans

Standar 3 ppm 0.275

Standar 4 ppm 0.357

Standar 5 ppm 0.446

Standar 6 ppm 0.539

Standar 7 ppm 0.617

Standar 8 ppm 0.763

Tabel 13 Parameter statistika kurva standar Quercetin rerata metode SDUV

x x2 (x –µ)

2 y ŷ ( y – ŷ)

2

3 9 6.25 0.263 0.275 1.44 x 10-4

4 16 2.25 0.358 0.357 1x 10-6

5 25 0.25 0.452 0.446 3.6 x10-5

6 36 0.25 0.547 0.539 6.4 x 10-5

7 49 2.25 0.642 0.617 6.25 x 10-4

8 64 6.25 0.737 0.763 6.76 x 10-4

Σ 199 17.5 - - 1.51 x 10-3

Keterangan : x = konsentrasi standar, µ = konsentrasi standar rata-rata, y = absorban yang terukur,

ŷ = absorban yang teoritis

Persamaan regresi = y = 0.0947x – 0.0211

Simpangan baku regresi ( –

= 0.0194

y = 0.0947x - 0.0211 R² = 0.9901

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

0 2 4 6 8 10

Ab

sorb

ans

konsentrasi (ppm)

Gambar 6 Kurva hubungan konsentrasi Quercetin dan absorbans

30

Simpangan baku intersep (Sa) =

– = 0.0655

Limit deteksi (LOD) = 3.3

= 3.3

= 2.35 ppm

Tabel 14 Absorbansi sampel dan kandungan total flavonoid ekstrak

Sampel Ulangan Absorbansi

(y)

Kandungan

flavonoid awal

(mg/L)

Kandungan total

flavonoid

(mg.QE/g eks)

Rata-rata kandungan

total flavonoid

Air

1 0.018 0.413 0.516

0.670 ± 0.326 2 0.058 0.835 1.044

3 0.013 0.36 0.450

Etanol

1 0.257 2.937 3.671

4.058 ± 0,352 2 0.309 3.486 4.358

3 0.293 3.316 4.145

Keterangan : bobot contoh = 200 mg

Faktor pengenceran (FP) = 10

V contoh = 25 ml

Contoh perhitungan:

a. Kandungan flavonoid awal (X)

Persamaan linier : y = 0.0947x – 0.0211

Air

y = 0.0947x – 0.0211

0.018 = 0.0947x – 0.0211

x = 0.413 mg/L

Etanol

y = 0.0947x – 0.0211

0.257 = 0.0947x – 0.0211

x = 2.937 mg/L

b. Kandungan total flavonoid

31

Keterangan :

X = Kandungan flavonoid awal

FP = faktor pengencer

Bobot awal sampel = 200 mg

Contoh perhitungan ekstrak air

Ulangan 1

Total flavonoid = 0.516

Contoh perhitungan ekstrak etanol

Ulangan 1

Total flavonoid = 3.671

Lampiran 10 Korelasi flavonoid total dan antioksidan serta korelasi fenolik

total dan antioksidan

Tabel 15 Aktivitas penghambatan radikal DPPH, kandungan fenolik total, dan

kandungan flavonoid total ekstrak air dan etanol herba suruhan

Sampel Ulangan IC50 Fenolik Total* Flavonoid Total**

Ekstrak Air

1 209.09 827.88 0.516

2 244.74 736.5 1.044

3 339.6 700 0.450

Total 264.48 755.79

0.670

Ekstrak Etanol

1 214.42 720.25 3.671

2 287.97 731.75 4.358

3 436.24 415.38 4.145

Total 312.88 622.46

4.058

* mg tanic acid equivalent/g of extract powder, ** mg quercetin equivalent/g of extract powder

32

y = -0.8991x + 943.14 R² = 0.7709

0

100

200

300

400

650 700 750 800 850

akti

vit

as a

nti

oksi

dan

(p

pm

)

kandungan total fenolik(mg QE/ g ekstrak)

Gambar 7 Korelasi kandungan fenolik total terhadap

antioksidan ektrak air herba suruhan

y = -72.546x + 313.08 R² = 0.1226

0

100

200

300

400

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

akti

vit

as a

nti

oksi

dan

(p

pm

)

kandungan total flavonoid (mg QE/ g ekstrak)

Gambar 7 Korelasi kandungan flavonoid total terhadap

antioksidan ektrak air herba suruhan

33

y = -0.5885x + 679.22 R² = 0.8735

0

100

200

300

400

500

0 200 400 600 800 akti

vit

as a

nti

oksi

dan

(p

pm

)

kandungan total fenolik (mg TAE/ g ekstrak)

Gambar 8 Korelasi kandungan fenolik total terhadap

antioksidan ektrak etanol herba suruhan

y = 167.23x - 365.76 R² = 0.2709

0

100

200

300

400

500

3,6 3,8 4 4,2 4,4

akti

vit

as a

nti

oksi

dan

(p

pm

)

kandungan total flavonoid (mg QE/ g ekstrak)

Gambar 9 Korelasi kandungan flavonoid total terhadap

antioksidan ektrak etanol herba suruhan

y = -39.692x + 782.46 R² = 0.2804

0

200

400

600

800

1000

0 1 2 3 4 5 kan

du

nga

n t

ota

l fen

olik

(

mg

TAE/

g e

kstr

ak)

kandungan total flavonoid (mg QE/ g ekstrak)

Gambar 10 Korelasi kandungan flavonoid total terhadap fenolik

total suruhan