akrilamid

10
107 Yahdiana Harahap Kelompok Bidang Ilmu Kimia Farmasi Departemen Farmasi FMIPA-UI, Depok PENDAHULUAN Akrilamida (sinonim: 2-Prope- namida, etilen karboksiamida, akrilik amida, asam propeonik amida, vinil amida) adalah salah satu bahan orga- nik yang biasa digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari, untuk memproduksi plastik dan bahan pewarna. Zat ini juga biasa diguna- kan untuk menjernihkan air minum. Sejak tahun 1950, akrilamida dipro- duksi dengan cara hidrasi akrilonitril dan terdapat dalam bentuk monomer sedangpoliakrilamida ada dalam bentuk polimer (Anonim 1994; 1985). Akrilamida dipercaya dapat menyebabkan penyakit kanker pada PEMBENTUKAN AKRILAMIDA DALAM MAKANAN DAN ANALISISNYA Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. III, No. 3, Desember 2006, 107 - 116 ISSN : 1693-9883 ABSTRACT Acrylamide is a chemical substance which derived from acrylonitrile, is the material used in polyacrylamide production. Recent research has found acrylamide is contained in some food, especially food is rich in carbohydrate and treated in high temperature (more than 120°C). Due to its nature, acrylamide is classified as a hazardous material to be contained in human’s food. The International Agency for Research on Cancer (IARC) has classified acrylamide into group 2A (probably carci- nogenic for humans). Many methods that used to analyse the acrylamide in some foods with sophisticated equipment, and in department of pharmacy FMIPA-UI there were also develop the method with simple extraction and conventional HPLC. Keywords : acrylamide, HPLC, carcinogenic. sekitar 2% (100-700 dari 45.000) kasus tiap tahun di Swedia, bentuk mono- mernya bersifat racun terhadap sis- tem saraf pusat, sedangkan bentuk polimer diketahui tidak bersifat toksik. Akrilamida digunakan secara umum pada pembuatan poliakrila- mida. Poliakrilamida komersial mengandung 0,05-5,0% akrilamida (bergantung pada jumlah peng- gunaan poliakrilamida tersebut) dan sekitar 1 mg/kg residu monomer akrilonitril. Keberadaan akrilamida di dalam air minum memang sudah terdeteksi. Namun, jarang ada pene- litian yang mengungkapkan bahaya- nya di dalam makanan sehari-hari (Anonim 1997; FDA 2004) REVIEW ARTIKEL Corresponding author : E-mail : [email protected]

description

kimia

Transcript of akrilamid

Page 1: akrilamid

107

Yahdiana HarahapKelompok Bidang Ilmu Kimia FarmasiDepartemen Farmasi FMIPA-UI, Depok

PENDAHULUAN

Akrilamida (sinonim: 2-Prope-namida, etilen karboksiamida, akrilikamida, asam propeonik amida, vinilamida) adalah salah satu bahan orga-nik yang biasa digunakan manusiadalam kehidupan sehari-hari, untukmemproduksi plastik dan bahanpewarna. Zat ini juga biasa diguna-kan untuk menjernihkan air minum.Sejak tahun 1950, akrilamida dipro-duksi dengan cara hidrasi akrilonitrildan terdapat dalam bentuk monomersedangpoliakrilamida ada dalambentuk polimer (Anonim 1994; 1985).

Akrilamida dipercaya dapatmenyebabkan penyakit kanker pada

PEMBENTUKAN AKRILAMIDADALAM MAKANAN DAN ANALISISNYA

Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. III, No. 3, Desember 2006, 107 - 116ISSN : 1693-9883

ABSTRACTAcrylamide is a chemical substance which derived from acrylonitrile, is the

material used in polyacrylamide production. Recent research has found acrylamideis contained in some food, especially food is rich in carbohydrate and treated in hightemperature (more than 120°C). Due to its nature, acrylamide is classified as ahazardous material to be contained in human’s food. The International Agency forResearch on Cancer (IARC) has classified acrylamide into group 2A (probably carci-nogenic for humans). Many methods that used to analyse the acrylamide in somefoods with sophisticated equipment, and in department of pharmacy FMIPA-UIthere were also develop the method with simple extraction and conventional HPLC.

Keywords : acrylamide, HPLC, carcinogenic.

sekitar 2% (100-700 dari 45.000) kasustiap tahun di Swedia, bentuk mono-mernya bersifat racun terhadap sis-tem saraf pusat, sedangkan bentukpolimer diketahui tidak bersifattoksik. Akrilamida digunakan secaraumum pada pembuatan poliakrila-mida. Poliakrilamida komersialmengandung 0,05-5,0% akrilamida(bergantung pada jumlah peng-gunaan poliakrilamida tersebut) dansekitar 1 mg/kg residu monomerakrilonitril. Keberadaan akrilamidadi dalam air minum memang sudahterdeteksi. Namun, jarang ada pene-litian yang mengungkapkan bahaya-nya di dalam makanan sehari-hari(Anonim 1997; FDA 2004)

REVIEW ARTIKEL

Corresponding author : E-mail : [email protected]

Page 2: akrilamid

MAJALAH ILMU KEFARMASIAN108

Peneliti di Badan PengawasMakanan Nasional Swedia (SwedishNational Food Administration) danStockhlom University, pada April 2002melaporkan penemuan akrilamidadalam berbagai makanan yang di-panggang dalam tanur atau digoreng.Dari penelitian tersebut, diketahuibahwa pembentukan akrilamidaakibat pemanasan pada suhu tinggiterdapat pada makanan dengan kan-dungan karbohidrat tinggi sepertikeripik kentang, kentang goreng, popcorn, sereal, dan biskuit (FDA 2004;Anonim 2006).

Makanan seperti daging sapidan ayam, yang mengandung proteinjuga menghasilkan akrilamida dalamkonsentrasi yang lebih kecil. Reaksiserupa tidak ditemukan pada ma-kanan yang diproses dengan suhurendah misalnya direbus. Akrilamidatidak ditemukan pada makanandengan pemanasan pada suhu dibawah 120oC (Anonim 2002).

Ketika dilakukan penelitian ter-hadap hewan, akrilamida terbuktimenyebabkan kanker. Namun,belum ada bukti yang menunjukkanhal itu juga berlaku pada manusia.Gangguan kesehatan yang disebab-kan akrilamida terjadi karena dam-pak genotoksik dan karsinogeniknya.Akrilamida dianggap sebagai zatyang dicurigai sebagai karsinogen,pada dasarnya belum dapat diper-kirakan dengan tepat sampai sejauhmana pengaruh akrilamida dalammenyebabkan penyakit kanker padamanusia. Hingga sekarang belum adahimbauan yang dikeluarkan Food and

Drug Administration (FDA) untukmelarang masyarakat mengkonsumsimakanan-makanan tersebut (Anonim2006; Friedman 2003).

Akrilamida sudah pasti bersifatgenotoksik dan karsinogenik padahewan. International Agency for Re-search on Cancer (IARC), U.S. Environ-mental Protection Agency (EPA), Foodand Drug Administration (FDA), sertaThe National Toxicology Program telahmengklasifikasikan akrilamida se-bagai senyawa yang mungkin menye-babkan kanker atau berpotensisebagai karsinogenik pada manusia(grup 2A). Berdasarkan studi hewancoba, akrilamida diketahui berpo-tensi menyebabkan kerusakan sel-selsaraf dan gangguan reproduksi padahewan coba serta pemberian akri-lamida dalam jangka panjang dapatmenyebabkan tumor. Namun demi-kian, belum ada fakta yang terujiuntuk membuktikan bahwa akrila-mida dalam makanan berpotensimenyebabkan kanker pada manusia,karena pemberian makanan yangmengandung akrilamida dengandosis tinggi pada hewan coba tidakdapat diekstrapolasikan pada manu-sia secara langsung (Anonim 1985;FDA 2004; Kendall P 2005; HartmanHolly 2005).

1. Karakteristik (Anonim 1985;FDA 2004; Anonim 1976)

Akrilamida merupakan senyawakimia berwarna putih, tidak berbau,berbentuk kristal padat yang sangatmudah larut dalam air dan mudahbereaksi melalui reaksi amida atau

REVIEW ARTIKEL

Page 3: akrilamid

109Vol. III, No.3, Desember 2006

ikatan rangkapnya. Monomernyacepat berpolimerisasi pada titikleburnya atau di bawah sinar ultra-violet. Akrilamida dalam larutanbersifat stabil pada suhu kamar dantidak berpolimerisasi secara spontan.

Struktur kimia :

Rumus molekul : C3H5NOSinonim : 2-Propenamida, etilenkarboksi amida, akrilik amida, asampropeonik amida, vinil amida

Bobot molekul : 71,08

Kelarutan dalam g/100 mlpelarut pada suhu 30oC : air 215,5;aseton 63,1; benzen 0,346; etanol 66,2;kloroform 2,66; metanol 15,5; n-heptan 0,0068.

Titik lebur : 84,5oC; titik didih:87oC (2 mmHg), 105oC (5mmHg),125oC (25 mmHg); tekanan pengu-apan: 0,009 kPa (25oC); 0,004 kPa(40oC); dan 0,09 kPa (50oC).

Pada umumnya, akrilamida yangterdapat di alam adalah buatanmanusia, berasal dari residu mono-mer yang dilepaskan dari poliakri-lamida untuk perawatan air minumkarena tidak seluruh akrilamidaterkoagulasi dan tetap berada di airsebagai pencemar.

Akrilamida terdistribusi denganbaik dalam air karena kelarutannyayang tinggi dalam air. Akrilamida

dapat menetap hingga berhari-hari,berminggu-minggu, bahkan ber-bulan-bulan di daerah sungai ataupesisir pantai dengan aktivitas mi-kroba yang rendah. Kecil kemung-kinannya terakumulasi pada ikan.

2. Sifat farmakokinetikaakrilamida (Anonim 1985;

FDA 2004; Anonim 2002; Friedman2003)

Absorbsi dari akrilamida melaluisaluran pernafasan, saluran cerna,dan kulit. Pada pendistribusiannya,akrilamida terdapat dalam kompar-temen sistem tubuh dan dapat me-nembus selaput plasenta. Pada urintikus, telah ditemukan metabolit,seperti asam merkapturat dansistein-s-propionamida. Glisidamida,merupakan metabolit utama dariakrilamida, yaitu epoksida yanglebih dicurigai dapat menyebabkanpenyakit kanker dan bersifat geno-toksik pada hewan coba daripadaakrilamida. Akrilamida dan meta-bolitnya terakumulasi dalam sistemsaraf dan darah. Akrilamida di-curigai lebih bersifat neurotoksikdibandingkan dengan glisidamida.Pada ginjal, hati dan sistem repro-duksi pria juga terjadi akumulasi.

Berdasarkan percobaan padahewan, akrilamida diekskresikandalam jumlah besar melalui urin danempedu sebagai metabolitnya. Di-ketahui terdapat akrilamida dalamair susu tikus yang sedang menyusui.Data-data farmakokinetika akri-lamida pada manusia masih sedikit,namun antara manusia dan hewan

O

H2C CH C NH2

Gambar 1. Struktur kimia akrilamida

REVIEW ARTIKEL

Page 4: akrilamid

MAJALAH ILMU KEFARMASIAN110

mamalia belum terdapat data yangdengan pasti menunjukkan perbe-daan dari keduanya.

3. Efek pada manusia dan hewan(Anonim 1994; 1985; 2002; 2002)Akrilamida bersifat iritan dan

toksik. Efek lokal berupa iritasi padakulit, dan membran mukosa. Iritasilokal pada kulit ditunjukkan denganmelepuhnya kulit disertai denganwarna kebiruan pada tangan dankaki, efek sistemik berhubungandengan paralisis susunan saraf pusat,tepi, dan otonom sehingga dapatterjadi kelelahan, pusing, mengantuk,dan kesulitan dalam mengingat.Berdasarkan uji klinis, ditunjukkanbahwa paparan akut dosis tinggiakrilamida memicu tanda-tanda dangejala gangguan saraf pusat, sedang-kan paparan akrilamida dalam jangkawaktu yang lama dengan dosis yanglebih kecil dapat memicu gangguanpada sistem saraf tepi. Setelah pa-paran terhadap akrilamida dihenti-kan, gangguan-gangguan tersebutdapat berkurang, tetapi dapat ber-tahan hingga berbulan-bulan bahkanbertahun-tahun.

Akrilamida meningkatkan ke-mungkinan terjadinya tumor paru-paru pada tikus. Akrilamida dapatmeningkatkan timbulnya tumorkelenjar payudara pada tikus betina.Pada tikus jantan dapat memicudegenerasi tubulus seminiferus danaberasi kromosom spermatosit sertamenurunkan kadar testoteron danprolaktin. Namum, uji fertilitasbelum dilaporkan. Dengan pemberi-

an secara oral, topikal, dan intra-peritonial akrilamida dapat memicukanker kulit. Akrilamida, dimasuk-kan dalam kategori grup 2A yaitusenyawa yang hampir dipastikanmenyebabkan kanker pada manusia(karsinogenik). Hal tersebut di-karenakan jumlah peserta yangdiikutsertakan dalam penelitianmasih belum memadai untuk suatuuji epidemiologik. Berdasarkan datayang ada, belum ada data epide-miologik yang menunjukkan bahwapaparan akrilamida dapat menyebab-kan kanker.

FAO dan WHO memberikanarahan sementara untuk mencegahkemungkinan terjadinya risiko akibatakrilamida, meskipun informasitentang akrilamida dan dampaknyadalam makanan belum lengkap,diantaranya :a. Pola makan yang seimbang dan

bervariasi, seperti sayur-mayurdan buah-buahan, dan meng-hindari atau mengurangi ma-kanan yang diduga mengandungakrilamida.

b. Makanan tidak dimasak dengansuhu yang terlalu tinggi, hanyadengan suhu yang cukup untukmenghancurkan mikroorganismepatogen.

4. Terjadinya AdductAkrilamida memiliki suatu sis-

tem jenuh elektrofil yang dapatbereaksi dengan pusat nukleofil.Gugus protein dan asam aminomenjadi target reaksi utama karenamempunyai pusat nukleofil. Pengi-

REVIEW ARTIKEL

Page 5: akrilamid

111Vol. III, No.3, Desember 2006

katan akrilamida dengan proteinpada hemoglobin, menjadi penyebabaksi toksisitas pada jaringan tersebut.

5. Pembentukan Akrilamidadalam MakananAsparagin yaitu asam amino

utama mempunyai struktur miripdengan akrilamida, dan didugasenyawa tersebut yang paling ber-peran dalam pembentukan akrila-mida. Hasil penelitian yang samajuga ditemukan oleh pemerintahKanada dan pabrik Procter andGamble Co. Keduanya sama-samamencurigai adanya hubungan antaraasparagin dengan pencetus kanker(Friedman 2003).

World Health Organization (WHO)menyatakan bahwa pada populasiumum, rata-rata asupan akrilamida

melalui makanan berada pada ren-tang 0,3–0,8 µg/kg BB/hari. Environ-mental Protection Agency (EPA) padatahun 1992 dan WHO pada tahun1985 telah membatasi kadar akrila-mida dalam air minum sebesar0,5 µg/liter (ppb). Office of Environ-mental Health Hazard Assesment(OEAHHA), salah satu divisi EPAyang berlokasi di California, Ame-rika Serikat telah menetapkan bahwa0,2 µg/hari akrilamida tidak bersifatsebagai agen pencetus kanker. Pene-liti Swedia mendapatkan bahwaterdapat konsentrasi akrilamida yangsangat besar pada makanan yangdigoreng (keripik kentang, median1200 µg/kg; kentang goreng, 450 µg/kg), dan makanan yang dipanggang(sereal dan roti, 100-200 µg/kg)(Anonim 1985; FDA 2004).

Tabel 1.Kadar akrilamida dalam beberapa produk makanan dari negara Swedia,

Switzerland serta Amerika berdasarkandata Food Safety Programme World Health Organization 2002

Produk MakananLevel Akrilamida (µg/kg)

Rata-rata Nilai tengah Minimum- Jumlahmaksimum sampel

Keripik kentang 1312 1343 170-2287 38

Produk roti 112 <50 <50-450 19

Cracker 423 142 <30-3200 58

Sereal 298 150 <30-1346 29

Keripik jagung 218 167 34-416 7

Bubuk coklat 75 75 <50-100 2

Bubuk kopi 200 200 170-230 3

REVIEW ARTIKEL

Page 6: akrilamid

MAJALAH ILMU KEFARMASIAN112

Akrilamida ditemukan padabeberapa makanan tertentu yangdalam proses dan pembuatannyamenggunakan suhu tinggi, denganmeningkatnya pemanasan dan ber-tambahnya waktu, dapat meningkat-kan kadar akrilamida. Akrilamidatidak terbentuk pada suhu di bawah120oC. Mekanisme terbentuknyabelum dapat diketahui dengan pasti,diperkirakan meliputi reaksi dariberbagai macam kandungan dalammakanan, seperti karbohidrat, lemak,protein dan asam amino, serta ber-bagai macam komponen lainnyadalam jumlah yang kecil. Mekanismepembentukan akrilamida yangmungkin dan telah dikemukakanoleh peneliti antara lain:

1. Terbentuk dari akrolein atauasam akrilat hasil degradasikarbohidrat, lemak, atau asamamino bebas, seperti alanin,asparagin, glutamin, dan meti-onin yang memiliki stuktur miripdengan akrilamida.

2. Terbentuk langsung dari asamamino.

3. Terbentuk dari dehidrasi ataudekarboksilasi beberapa asamorganik tertentu seperti asamlaktat, asam malat, dan asamsitrat.

Studi sistematik tentang pem-bentukan akrilamida belum dapatdipastikan, kemungkinan terbesarmelalui reaksi campuran. Studi jugadipersulit dengan sifat dari akri-lamida yang mudah menguap dan

mudah bereaksi sehingga dapathilang setelah terbentuk. Akrilamidadianggap reaksi samping dari reaksiMaillard, yakni reaksi yang berlang-sung antara asam amino dengan gulapereduksi (glukosa, fruktosa, ribosa,dan lain-lain) atau sumber karbonillainnya. Asparagin, merupakan asamamino dalam makanan yang bereaksidengan gula pada suhu tinggi (Ano-nim 2002; Kendall P 2005).

6. Metode Analisis Akrilamidadalam Berbagai MakananTerdapat beberapa cara yang

dapat dilakukan untuk mengiden-tifikasi dan menganalisis akrilamidadalam sediaan, diantaranya denganmenggunakan kromatografi gas-spektrometri massa dan kromato-grafi cair-spektrometri massa.

Beberapa peneliti telah melaku-kannya antara lain:

i. Metode yang sensitif telah di-kembangkan dan divalidasiuntuk analisis dalam produksereal. Menggunakan GC/MS/MS dengan sinyal gangguanantara 70 -100 dapat dilakukanterhadap sampel. Untuk iden-tifikasi digunakan sumber ionm/z 149 [C3H4

79BrNO]+ danm/z 151 [C3H4

81BrNO]+ darispektrum massa El; dengan i.e.m/z 152/154 sebagai internalstandar. Pada kondisi ini meng-hasilkan batas kuantitasi untuklarutan standar akrilamida se-besar 0,01 ng/ml (Hamlet CG etal. 2004).

REVIEW ARTIKEL

Page 7: akrilamid

113Vol. III, No.3, Desember 2006

ii. Kromatografi gas-spektrometrimassa (GC-MS), dengan bakudalam akrilamida, 8000 gas chro-matograph dengan injektor on-col-umn (ThermoQuest, Milan, Italia)dan spektrometer massaSSQ7000 quadrupole (Finnigan,San Jose, Amerika Serikat). 1 µLsampel disuntikkan ke dalamkolom berukuran 10 m x 0,25 mmdan pemisahan kolom dengan0,4 µm pelat Carbowax 20M.Batas deteksi yang dihasilkan< 20 µg/kg. Kini dilengkapidengan kolom deaktivasi beru-kuran 40 cm x 0,53 mm denganCarbowax 20M (yang dapat me-ningkatkan sampel hingga 5 µlbila diperlukan). Gas pembawahelium dengan tekanan 40 kPa;suhu oven diatur pada 15o/menitdari 70oC (1 menit) hingga 220oC(2 menit). Spektrometri massamenggunakan pengionisasi kimiaion positif (Cl) dengan metanasebagai gas pembawa. Sumberion pada 100oC, spektrum massa-nya adalah m/z 72 (akrilamida),86 (metakrilamida) dan 88(butiramida) (Biedermann M2006).

iii. Kromatografi gas-spektrometrimassa (GC-MS), Mega 5300 gaschromatograph dengan on-columndan sebuah injektor split/splitless(Fisons, Milan, Italia) dan sebuahspektrometer massa ITD 400(Finnigan, San Jose, AmerikaSerikat). Sebanyak 1-2 µl sampeldisuntikkan ke dalam kolom

berukuran 100 cm x 0,32 mm (ID)dengan 0,25 µm pelt FFAP (BGBAnalytik). Gas pembawa heliumdengan tekanan 75kPa. Suhuoven diatur pada10oC/menitdari 110oC hingga 230oC dan25oC/menit hingga 250oC (1menit). Spektrometri massamenggunakan pengionisasi ionelektron positif (El). Sumber ionpada 200oC (Biedermann M2006).

iv. Kromatografi cair kinerja tinggi-spektrometri massa tandem(HPLC/MS/MS), dengan kolomAgilent 1100 sistem LiChros-phere® CN (250 x 4 mm, 5mm),Merck, Darmstadt. Fase gerak A:asam asetat 1%, fase gerak B:asetonitril, suhu oven: 25oC. Lajualir 700 µl/ menit. Baku dalamd3-akrilamida (AA-d3) (Anonim2004).

v. Kromatografi Cair KinerjaTinggi (KCKT) dengan detektorUV (DX-600 dan PDA-100,Dionex), fase gerak 3,5 mmol/li-ter asam formiat dalam air-asetonitril (93% - 7% v/v). KolomDionex ICE-AS-1 (9 mm x 25 cm),laju alir 1 ml/menit dan deteksiUV pada 202 nm. Volume sampel25 atau 50 ml disuntikkan kedalam kolom. Dengan kondisiini, akrilamida terelusi selama 23menit (Anonim 2006).

vi. Penetapan kadar akrilamidamenggunakan pelarut ekstraksidipercepat yang dilanjutkan

REVIEW ARTIKEL

Page 8: akrilamid

MAJALAH ILMU KEFARMASIAN114

dengan kromatografi ion dengandetektor UV atau MS. Metodeyang digunakan berlangsungcepat dengan menggunakanmetode ekstraksi accelerated sol-vent extraction (ASE) ASE 100atau ASE 200 (Dionex, Sunny-vale, California, Amerika Seri-kat) dengan 34 ml sel untuk ASE100, dan 33 ml untuk ASE 200.Sampel diekstraksi selama 20menit menggunakan air atau airdengan tambahan asam formiat10 mM. Ekstrak segera dianalisisdengan menggunakan kroma-tografi ion (IC) dan mengguna-kan kolom ekslusi ion 4 mm dandua detektor UV dan MS. Kon-disi kromatografi adalah dengankolom IonPac® ICE-AS1 4 x 250mm; 7,5 µm. Fase gerak yangdigunakan asam formiat 3,0 mMdalm asetonitril/air 30/70 (v/v),laju alir 0,15 ml/menit, volume

injeksi 25 µl, deteksi UV padapanjang gelombang 202 nm,deteksi nm, deteksi MS pada 50-250 m/z; menghasilkan batasdeteksi sekitar 50 µg/kg (SilvanoC, 2006).

Telah dilakukan beberapa pene-litian untuk menghasilkan metodeyang efektif dan efisien di Depar-temen Farmasi Fakultas Matematikadan Ilmu Pengetahuan Alam Univer-sitas Indonesia dengan KromatografiCair Kinerja Tinggi. Metode inimenggunakan kolom C18-RP dengandetektor UV-Vis pada panjang gelom-bang 210 nm, fase gerak 3,5 mM asamfosfat 85% dalam asetonitril-airdengan perbandingan 5:95, laju alir0,5 ml/menit dan fase gerak tersebutdigunakan sebagai pelarut (Siman-juntak B 2004; Dianpratami K 2005;Teuku Nebrisa Z 2005).

Penetapan kadar akrilamida

Gambar 2. Kromatogram akrilamida 0,8 µg/ml pada panjang gelombang 210 nmdengan fase gerak 3,5 mM asam fosfat 85% dalam asetonitril-air (5:95);

laju alir 0,5 ml/ menit dan fase gerak sebagai pelarut.

REVIEW ARTIKEL

Page 9: akrilamid

115Vol. III, No.3, Desember 2006

dalam makanan yang telah dilakukandi Departemen Farmasi FMIPA-UI(dalam kripik kentang, french fries,sereal, popcorn, biskuit) sebagianbesar dari sampel mengandung akri-lamida dalam jumlah yang signifikanwalaupun masih di bawah ambangbatas yang ditentukan FDA. Prose-dur penentuan secara garis besarnyaadalah sebagai berikut:

Ditimbang Sampel X kemu-dian dilarutkan dalam 60 mldiklormetan, tambahkan 3 mletanol kocok dengan LaboratoryShaker pada kecepatan 250 RPMselama 60 menit. Larutan sampeldicuci dan disaring dengandiklormetan sebanyak 2 x 5 ml,kemudian pada filtrat ditambah-kan 25 ml fase gerak yangdigunakan. Diklormetan danetanol diuapkan di atas penangasair pada suhu 80oC. Kemudiandimasukkan ke dalam tabungsentrifus, sentrifugasi dengankecepatan 10000 RPM selama 15menit, fase gerak diambil laludimasukkan ke dalam labu ukur25,0 ml; tambahkan fase gerakyang digunakan dan dicukupkansampai batas. Larutan sampeldisaring dengan penyaring sam-pel Whatman. Sampel disuntik-kan sebanyak 20 µl ke dalamkolom kemudian dicatat luaspuncaknya. Percobaan diulangisebanyak tiga kali. Kadar di-hitung dengan menggunakanpersamaan kurva.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1994. International Agencyfor Research on Cancer (IARC) –Summaries & Evaluations (Acry-lamide). http://www.inchem.org/ documents/iarc/vol60/m60-11.html, 3 Januari 2006,pukul 14.09.

Anonim. 1997. Acrylamide (Group2A). http://www.cie.iarc.fr/htdocs/ monographs/vol60/m60-11.htm, 3 Januari 2006,pukul 14.21.

Anonim. 2004. Detection of AcrylamideIn Starch-enriched Food WithHPLC/MS/MS. http://applied-biosystems.com/, 11 Januari2006, pukul 10.24.

Anonim. Acrylamide in Foods. http://www.fda.gov/fdac/features/2003/ 103_food.html, 11 Januari2006, pukul 11.23.

Anonim. Determinan of Acrylamide inFood using ASE with HPLC-UV anLC-MS. http://www. dionex.c o m / s e r v l e t w l 1 / F i l eDownloader/slot114/ 282270/Acrylamid% 20method%20English.pdf, 11 Januari 2006,pukul 10.19.

Anonim. Environmental Health Crite-ria for Acrylamide. Geneva: WorldHealth Organization, 1985: 8-42.

Anonim. Health Implications of Acry-lamide in Food: Report of a JointFAO/WHO Consultation. Geneva,Swiss: World Health Organiza-tion (WHO), 2002: 39 hlm.

REVIEW ARTIKEL

Page 10: akrilamid

MAJALAH ILMU KEFARMASIAN116

Anonim. Health implications of acry-lamide in food:report of joint FAO/WHO consultation. Genewa:World Health Organization,June 2002.

Anonim. The Merck Index 9th Edition.Rahway NJ: Merck & Co. Inc.,1976.

Biedermann M. Two GC-MS Meth-ods for Analysis of Acrylamidein Foodstuffs. 12 hlm. http://www.klzh.ch/downloads/acrylamid 1.pdf, 11 januari 2006,pukul 10.15.

Dianpratami K. Analisis AkrilamidDalam Beberapa Sediaan KeripikKentang yang Beredar di PasaranSecara Kromatografi Cair KinerjaTinggi. Depok : Skripsi SarjanaFarmasi Ekstensi FMIPA-UI,2005.

Friedman, M. Chemistry, Biochem-istry, and Safety of Acrylamide.A Review. 2003. J. Agric. Food.Chem 51, 4504-4526.

Hamlet CG, Jayaratne SM, Sadd PA.Rapid, Sensitive and SelectiveAnalysis of Acrylamide in CerealProducts Using Bromination andGC/MS/MS. . 2004. J. Agric. Food.Chem 22, 290-293.

Hartman Holly, Popcorn History, sci-ence and good snacky fun, http://www.popcorn.org/int/fsf/pop-corn report.pdf,25 Juni 2005pukul 16.00.

Kendall P. Popcorn An All Americansnack, http:// www.popcorn.

org/int/fsf/popcorn report.pdf,25 Juni 2005 pukul 16.00.

Silvano C. Fast Determination ofAcrylamide in Food SamplesUsing Accelerated Solvent Ex-traction Followed by Ion Chro-matography with UV or MS De-tection. http://www.lcgceurope.com/lcgceurope/ article/articleDetail.jsp?id=53696, 11 Januari2006, pukul 10.19.

Simanjuntak B. Optimasi PenetapanKadar Akrilamid yang Ditambahkanke dalam Keripik Kentang SimulasiSecara Kromatografi Cair KinerjaTinggi. Depok: Skripsi SarjanaFarmasi FMIPA-UI, 2004.

Teuku Nebrisa Z. Analisis Akrilamiddalam Kentang goreng SecaraKromatografi Cair Kinerja Tinggi.Depok: Skripsi Sarjana FarmasiFMIPA-UI, 2005.

U.S. Food and Drug Administration(FDA, 2004) Acrylamide Ques-tions & Answers. Center forFood Safety and Applied Nutri-tion 2003. http://www.cfsan.fda.gov/~dms/acrydata.html.11 Januari 2006, pukul 10.35.

U.S. Food and Drug Administration(FDA, 2004). Explatory Data onAcrylamide in Food. U.S. FDA,CFSAN/Office of Plant & DairyFoods, March 2004. http://www.cfsan.fda.gov/~dms/acrydata.html, 11 Januari 2002,pukul 11.03.

REVIEW ARTIKEL