Akpem - Akuntansi Aset Tetap

9
A. ASET TETAP Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk digunakan, dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Pencatatan dan penilaian aset tetap merupakan hal yang penting, karena aset tetap memiliki nilai yang sangat signifikan dan sangat komplek. Kesalahan-kesalah dalam pencatatan aset tetap dapat menyebabkan nilai aset tetap menjadi tidak relevan. Kesalahan-kesalahan tersebut sebagian besar disebabkan oleh tersebarnya aset pemerintah pusat di seluruh penjuru Indonesia dan kurangnya pengetahuan petugas pencatat di instansi masing-masing mengenai pencatatan dan penilaian aset tetap sesuai dengan standar. Dalam makalah ini, kami akan mengulas mengenai akuntansi aset tetap berbasis akrual pada pemerintah pusat. Pembahasan dalam makalah ini menggunakan dasar PSAP 07 dari Lampiran I PP 71 Tahun 2010, akan tetapi untuk akuntansi aset tetap pada pemerintah pusat belum ada petunjuk teknisnya sehingga jurnal disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku. B. KLASIFIKASI ASET TETAP Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya dalam aktivitas operasi entitas. Klasifikasi aset tetap adalah sebagai berikut: 1. Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. 2. Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. 3. Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat elektonik, inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai. 4. Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh pemerintah serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. 5. Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. 6. Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses pembangunan namun pada tanggal laporan keuangan belum selesai seluruhnya. 1

description

akuntansi pemerintahan

Transcript of Akpem - Akuntansi Aset Tetap

Page 1: Akpem - Akuntansi Aset Tetap

A. ASET TETAPAset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk

digunakan, atau dimaksudkan untuk digunakan, dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Pencatatan dan penilaian aset tetap merupakan hal yang penting, karena aset tetap memiliki nilai yang sangat signifikan dan sangat komplek. Kesalahan-kesalah dalam pencatatan aset tetap dapat menyebabkan nilai aset tetap menjadi tidak relevan. Kesalahan-kesalahan tersebut sebagian besar disebabkan oleh tersebarnya aset pemerintah pusat di seluruh penjuru Indonesia dan kurangnya pengetahuan petugas pencatat di instansi masing-masing mengenai pencatatan dan penilaian aset tetap sesuai dengan standar.

Dalam makalah ini, kami akan mengulas mengenai akuntansi aset tetap berbasis akrual pada pemerintah pusat. Pembahasan dalam makalah ini menggunakan dasar PSAP 07 dari Lampiran I PP 71 Tahun 2010, akan tetapi untuk akuntansi aset tetap pada pemerintah pusat belum ada petunjuk teknisnya sehingga jurnal disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.

B. KLASIFIKASI ASET TETAPAset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya dalam aktivitas operasi

entitas. Klasifikasi aset tetap adalah sebagai berikut:1. Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai

dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.2. Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh dengan maksud untuk

dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.3. Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat elektonik, inventaris kantor,

dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai.

4. Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh pemerintah serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.

5. Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.

6. Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses pembangunan namun pada tanggal laporan keuangan belum selesai seluruhnya.

Aset tetap yang tidak digunakan untuk keperluan operasional pemerintah tidak memenuhi definisi aset tetap dan harus disajikan di pos aset lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya.

C. PENGAKUAN ASET TETAPAset tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh dan nilainya dapat diukur

dengan handal. Untuk dapat diakui sebagai aset tetap harus dipenuhi kriteria berwujud, mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan, biaya perolehan aset dapat diukur secara andal, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas, dan diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.

D. PENGUKURAN ASET TETAPAset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya

perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Pengukuran dapat dipertimbangkan andal bila terdapat transaksi pertukaran dengan bukti pembelian aset tetap yang mengidentifikasikan biayanya. Dalam keadaan suatu aset yang dikonstruksi/dibangun sendiri, suatu pengukuran yang dapat diandalkan atas biaya dapat diperoleh dari transaksi pihak eksternal dengan entitas tersebut untuk perolehan bahan baku, tenaga kerja dan biaya lain yang digunakan dalam proses konstruksi.

Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan,

1

Page 2: Akpem - Akuntansi Aset Tetap

perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.

E. PENILAIAN AWAL ASET TETAPBarang berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aset dan dikelompokkan

sebagai aset tetap, pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan. Bila aset tetap diperoleh dengan tanpa nilai, biaya aset tersebut adalah sebesar nilai wajar pada saat aset tersebut diperoleh.

Untuk keperluan penyusunan neraca awal suatu entitas, biaya perolehan aset tetap yang digunakan adalah nilai wajar pada saat neraca awal tersebut disusun. Untuk periode selanjutnya setelah tanggal neraca awal, atas perolehan aset tetap baru, suatu entitas menggunakan biaya perolehan atau harga wajar bila biaya perolehan tidak ada.1. Perolehan Secara Gabungan

Biaya perolehan dari masing-masing aset tetap yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar masing-masing aset yang bersangkutan.

2. Perolehan Dari Pertukaran AsetSuatu aset tetap dapat diperoleh melalui pertukaran atau pertukaran sebagian aset tetap yang tidak serupa atau aset lainnya. Biaya dari pos semacam itu diukur berdasarkan nilai wajar aset yang diperoleh yaitu nilai ekuivalen atas nilai tercatat aset yang dilepas setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas dan kewajiban lain yang ditransfer/diserahkan.

3. Perolehan Dari Donasi (Sumbangan)Aset tetap yang diperoleh dari sumbangan (donasi) harus dicatat sebesar nilai wajar pada saat perolehan. Sumbangan aset tetap didefinisikan sebagai transfer tanpa persyaratan suatu aset tetap ke satu entitas, misalnya perusahaan nonpemerintah memberikan bangunan yang dimilikinya untuk digunakan oleh satu unit pemerintah tanpa persyaratan apapun. Penyerahan aset tetap tersebut akan sangat andal bila didukung dengan bukti perpindahan kepemilikannya secara hukum, seperti adanya akta hibah.

F. PENGELUARAN SETELAH PEROLEHAN (SUBSEQUENT EXPENDITURES)Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap yang memperpanjang masa manfaat atau yang

kemungkinan besar memberi manfaat ekonomi di masa yang akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja, harus ditambahkan pada nilai tercatat aset yang bersangkutan.

G. PENGUKURAN BERIKUTNYA (SUBSEQUENT MEASUREMENT) TERHADAP PENGAKUAN AWAL

Aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi akumulasi penyusutan. Apabila terjadi kondisi yang memungkinkan penilaian kembali, maka aset tetap akan disajikan dengan penyesuaian pada masing-masing akun aset tetap dan akun ekuitas.

1. PenyusutanBerdasarkan Buletin Teknis Nomor 06 Tentang Akuntansi Penyusutan, Penyusutan didefinisikan

sebagai penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset. Metode Penyusutan terdiri dari tiga metode yaitu: Metode Garis Lurus, Metode Saldo Menurun Ganda dan Metode Unit Produksi. Selain tanah dan KDP seluruh aset tetap disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut.

Prasyarat yang harus dipenuhi dalam mencatat dan menyajikan penyusutan adalah sebagai berikut: Harus dapat diidentifikasi aset yang kapasitas dan manfaatnya menurun, Harus ditetapkan nilai yang dapat disusutkan dan Harus ditetapkan masa manfaat dan kapasitas aset tetap. Tujuan dasar dari penyusutan adalah menyesuaikan nilai aset tetap untuk mencerminkan nilai wajarnya, disamping untuk menggambarkan penurunan kapasitas dan manfaat yang diakibatkan pemakaian aset tetap dalam kegiatan pemerintahan.

2

Page 3: Akpem - Akuntansi Aset Tetap

Informasi Penyusutan yang harus diungkapkan dalam Laporan Keuangan adalah: Nilai Penyusutan, Metode Penyusutan yang digunakan, Masa Manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan dan Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode.

Hal-hal khusus yang terkait dengan penyusutan: Penyusutan Pertama Kali, Pemanfaatan Aset Tetap yang sudah seluruh nilainya disusutkan, Penghapus bukuan aset tetap, Penjualan Aset tetap yang telah seluruhnya disusutkan, Tukar-menukar aset tetap, Perbaikan aset tetap yang menambah masa manfaat atau kapasitas manfaat, Penyusutan atas aset secara berkelompok dan Perhitungan penyusutan aset tetap yang diperoleh tengah tahun.

Sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, khususnya Paragraf 52 Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP) Berbasis Akrual Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap, Aset Tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tersebut dikurangi akumulasi penyusutan. Penyusutan atas BMN berupa aset tetap pada Pemerintah Pusat diatur juga oleh Peraturan Menteri Keuangan Nomor 01/PMK.06/2013.

Penyusutan dilakukan oleh satker atas aset tetap berupa gedung dan bangunan; peralatan dan mesin; jalan, irigasi dan jaringan; serta aset tetap lainnya berupa aset tetap renovasi dan alat musik modern dengan menggunakan Aplikasi SIMAK BMN 2013. Aset Tetap yang direklasifikasi menjadi Aset Lainnya dalam neraca, yaitu berupa Aset Kemitraan Dengan Pihak Ketiga dan Aset Idle, disusutkan sebagaimana layaknya Aset Tetap.

Bedasarkan PMK diatas, penyusutan atas Aset Tetap dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus dan tanpa memperhitungkan adanya nilai residu. Penyusutan Aset Tetap diakumulasikan setiap semester dan disajikan dalam akun Akumulasi Penyusutan sebagai pengurang nilai Aset Tetap.

Dimana nilai yang dapat disusutkan adalah nilai buku (nilai yang tercatat dalam pembukuan) per 31 Desember 2012 untuk Aset Tetap yang diperoleh sampai dengan 31 Desember 2012, nilai perolehan untuk Aset Tetap yang diperoleh setelah 31 Desember 2012 atau nilai wajar yang merupakan nilai estimasi dalam hal nilai perolehan tidak diketahui.

Dalam hal terjadi perubahan nilai aset tetap sebagai akibat penambahan atau pengurangan kuantitas dan/atau nilai Aset Tetap, maka penambahan atau pengurangan tersebut diperhitungkan dalam nilai yang dapat disusutkan.

Penentuan Masa Manfaat Aset Tetap dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor prakiraan daya pakai; dan tingkat keausan fisik dan/atau keusangan,dari Aset Tetap yang bersangkutan. Pedoman terkait penetapan Masa Manfaat Aset Tetap tertuang dalam bentuk Keputusan Menteri Keuangan Nomor 59/KMK.6/2013 tentang Tabel Masa Manfaat Dalam Rangka Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap Pada Entitas Pemerintah Pusat.

Masa Manfaat Aset Tetap tidak dapat dilakukan perubahan, kecuali terjadi perubahan karateristik/penggunaan Aset Tetap, terjadi perbaikan Aset Tetap yang menambah Masa Manfaat atau kapasitas manfaat meliputi renovasi, restorasi, dan ovehaul; atau terdapat kekeliruan dalam penetapan Masa Manfaat Aset Tetap yang baru diketahui di kemudian hari.

2. Penilaian Kembali Aset Tetap (Revaluation)Penilaian kembali atau revaluasi aset tetap pada umumnya tidak diperkenankan karena Standar

Akuntansi Pemerintahan menganut penilaian aset berdasarkan biaya perolehan atau harga pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah yang berlaku secara nasional. Dalam hal ini laporan keuangan harus menjelaskan mengenai penyimpangan dari konsep biaya perolehan di dalam penyajian aset tetap serta pengaruh penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan suatu entitas. Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai tercatat aset tetap dibukukan dalam akun ekuitas.

H. ASET BERSEJARAH, ASET INFRASTRUKTUR, DAN ASET MILITER

3

Penyusutan per periode = Nilai yang dapat disusutkan÷Masa manfaat

Page 4: Akpem - Akuntansi Aset Tetap

PSAP 07 tidak mengharuskan pemerintah untuk menyajikan aset bersejarah (heritage assets) di neraca namun aset tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Aset bersejarah harus disajikan dalam bentuk unit dalam Catatan atas Laporan Keuangan dengan tanpa nilai. Biaya untuk perolehan, konstruksi, peningkatan, rekonstruksi harus dibebankan dalam laporan operasional sebagai beban tahun terjadinya pengeluaran tersebut. Beban tersebut termasuk seluruh beban yang berlangsung untuk menjadikan aset bersejarah tersebut dalam kondisi dan lokasi yang ada pada periode berjalan.

Beberapa aset bersejarah juga memberikan potensi manfaat lainnya kepada pemerintah selain nilai sejarahnya, sebagai contoh bangunan bersejarah digunakan untuk ruang perkantoran. Untuk kasus tersebut, aset ini akan diterapkan prinsip-prinsip yang sama seperti aset tetap lainnya.

Beberapa aset biasanya dianggap sebagai aset infrastruktur. Walaupun tidak ada definisi yang universal digunakan, aset ini biasanya mempunyai karakteristik yaitu: merupakan bagian dari satu sistem atau jaringan, sifatnya khusus dan tidak ada alternatif lain penggunaannya, tidak dapat dipindah-pindahkan, dan terdapat batasan-batasan untuk pelepasannya.

Aset infrastruktur memenuhi definisi aset tetap dan harus diperlakukan sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada pada Pernyataan ini. Contoh dari aset infrastruktur adalah jaringan, jalan dan jembatan, sistem pembuangan, dan jaringan komunikasi.

Peralatan militer, baik yang umum maupun khusus, memenuhi definisi aset tetap dan harus diperlakukan sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada pada Pernyataan ini.

I. PENGHENTIAN DAN PELEPASAN (RETIREMENT AND DISPOSAL)Suatu aset tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau bila aset secara permanen dihentikan

penggunaannya dan tidak ada manfaat ekonomi masa yang akan datang. Aset tetap yang secara permanen dihentikan atau dilepas harus dieliminasi dari Neraca dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah tidak memenuhi definisi aset tetap dan harus dipindahkan ke pos aset lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya.

J. PENGUNGKAPANLaporan keuangan harus mengungkapkan untuk masing masing jenis aset tetap sebagai berikut:

1. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat (carrying amount);2. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan penambahan, pelepasan,

akumulasi penyusutan dan perubahan nilai jika ada, dan mutasi aset lainnya.3. Informasi penyusutan, meliputi nilai penyusutan, metode penyusutan yang digunakan, masa manfaat atau

tarif penyusutan yang digunakan, dan nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode.

Laporan keuangan juga harus mengungkapkan eksistensi dan batasan hak milik atas aset tetap, kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan aset tetap, jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam konstruksi, dan jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap.

Jika aset tetap dicatat pada jumlah yang dinilai kembali, maka harus diungkapkan dasar peraturan untuk menilai kembali aset tetap, tanggal efektif penilaian kembali, jika ada nama penilai independen, hakikat setiap petunjuk yang digunakan untuk menentukan biaya pengganti, dan nilai tercatat setiap jenis aset tetap.

Aset bersejarah diungkapkan secara rinci, antara lain nama, jenis, kondisi dan lokasi aset dimaksud.

K. KONSTRUKSI DALAM PENGERJAANKDP mencakup tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, serta

aset tetap lainnya yang proses perolehannya dan/atau pembangunannya membutuhkan suatu periode waktu tertentu dan belum selesai. Perolehan aset dapat dilakukan dengan membangun sendiri (swakelola) atau melalui pihak ketiga dengan kontrak konstruksi.

Kontrak konstruksi dapat berkaitan dengan perolehan sejumlah aset yang berhubungan erat atau saling tergantung satu sama lain.

4

Page 5: Akpem - Akuntansi Aset Tetap

Kontrak konstruksi dapat meliputi: kontrak untuk perolehan jasa yang berhubungan langsung dengan perencanaan konstruksi aset, seperti jasa arsitektur; kontrak untuk perolehan atau konstruksi aset; kontrak untuk perolehan jasa yang berhubungan langsung dengan pengawasan konstruksi aset yang meliputi manajemen konstruksi dan value engineering; kontrak untuk membongkar atau merestorasi aset dan restorasi lingkungan.

Jika suatu kontrak konstruksi mencakup sejumlah aset, konstruksi dari setiap aset diperlakukan sebagai suatu kontrak konstruksi yang terpisah apabila semua syarat di bawah ini terpenuhi: Proposal terpisah telah diajukan untuk setiap aset; Setiap aset telah dinegosiasikan secara terpisah dan kontraktor serta pemberi kerja dapat menerima atau menolak bagian kontrak yang berhubungan dengan masing-masing aset tersebut; Biaya masing-masing aset dapat diidentifikasikan.Konstruksi tambahan diperlakukan sebagai suatu kontrak konstruksi terpisah jika: aset tambahan tersebut berbeda secara signifikan dalam rancangan, teknologi, atau fungsi dengan aset yang tercakup dalam kontrak semula; atau harga aset tambahan tersebut ditetapkan tanpa memperhatikan harga kontrak semula.

Suatu benda berwujud harus diakui sebagai KDP jika: besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa yang akan dating berkaitan dengan aset tersebut akan diperoleh; biaya perolehan tersebut dapat diukur secara andal; dan aset tersebut masih dalam proses pengerjaan.KDP biasanya merupakan aset yang dimaksudkan digunakan untuk operasional pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat dalam jangka panjang dan oleh karenanya diklasifikasikan dalam aset tetap. KDP dipindahkan ke pos aset tetap yang bersangkutan jika kriteria berikut ini terpenuhi: Konstruksi secara substansi telah selesai dikerjakan; dan Dapat memberikan manfaat/jasa sesuai dengan tujuan perolehan.

Konstruksi Dalam Pengerjaan dicatat dengan biaya perolehan. Biaya/Nilai Konstruksi dibagi menjadi dua, yaitu:1. Nilai konstruksi yang dikerjakan secara swakelola antara lain biaya yang berhubungan langsung dengan

kegiatan konstruksi, biaya yang dapat diatribusikan pada kegiatan pada umumnya dan dapat dialokasikan ke konstruksi tersebut, dan biaya lain yang secara khusus dibayarkan sehubungan konstruksi yang bersangkutan.

2. Nilai konstruksi yang dikerjakan oleh kontraktor melalui kontrak konstruksi antara lain termin yang telah dibayarkan kepada kontraktor sehubungan dengan tingkat penyelesaian pekerjaan, kewajiban yang masih harus dibayar kepada kontraktor berhubung dengan pekerjaan yang telah diterima tetapi belum dibayar pada tanggal pelaporan, dan pembayaran klaim kepada kontraktor atau pihak ketiga sehubungan dengan pelaksanaan kontrak konstruksi.

Jika konstruksi dibiayai dari pinjaman, maka biaya pinjaman yang timbul selama masa konstruksi dikapitalisasi dan menambah biaya konstruksi, sepanjang biaya tersebut dapat diidentifikasikan dan ditetapkan secara andal. Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi tidak boleh melebihi jumlah biaya bunga yang dibayarkaan pada periode yang bersangkutan. Apabila pinjaman digunakan untuk membiayai beberapa jenis asset yang diperoleh dalam suatu periode tertentu, biaya pinjaman periode yang bersangkutan dialokasikan ke masing-masing konstruksi dengan metode rata-rata tertimbang atas total pengeluaran biaya konstruksi. Jika kontrak konstruksi mencakup beberapa jenis pekerjaan yang penyelesaiannya jatuh pada waktu yang berbeda-beda, maka jenis pekerjaan yang sudah selesai tidak diperhitungkan biaya pinjaman. Biaya pinjaman hanya dikapitalisasi untuk jenis pekerjaan yang masih dalam proses pengerjaan.

Apabila kegiatan pembangunan konstruksi dihentikan sementara karena kondisi force majeur, maka biaya pinjaman tidak dikapitalisasi tetapi dicatat sebagai biaya bunga pada periode yang bersangkutan. Sebaliknya, jika pemberhentian sementara tidak disebakan oleh hal-hal yang bersifat force majeur (misalnya karena adanya campur tangan dari pemberi kerja atau pihak yang berwenang), maka biaya pinjaman yang dibayarkan selama masa pemberhentian sementara pembangunan konstruksi tetap dikapitalisasi.

Suatu entitas harus mengungkapkan informasi mengenai Konstruksi Dalam Pengerjaan pada akhir periode akuntansi, meliputi rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan berikut tingkat penyelesaian dan jangka waktu penyelesaiannya; nilai kontrak konstruksi dan sumber pembiayaannya; jumlah biaya yang telah dikeluarkan; uang muka kerja yang diberikan; dan retensi.

5