AKI

88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS- ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN JIGSAW II DITINJAU DARI INTERAKSI SOSIAL SISWA TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA Skripsi Disusun Oleh: Chafidhoh NIM. K 2306020 PROGRAM FISIKA JURUSAN P.MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

description

DGDSHSRURUJZHEHFHFJHFJ

Transcript of AKI

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    i

    PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL

    PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-

    ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN JIGSAW II DITINJAU DARI

    INTERAKSI SOSIAL SISWA TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF

    SISWA

    Skripsi

    Disusun Oleh:

    Chafidhoh

    NIM. K 2306020

    PROGRAM FISIKA JURUSAN P.MIPA

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2011

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ii

    PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL

    PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-

    ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN JIGSAW II DITINJAU DARI

    INTERAKSI SOSIAL SISWA TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF

    SISWA

    Oleh:

    Chafidhoh NIM K2306020

    Skripsi

    Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar

    Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan

    Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2011

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iii

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iv

    PENGESAHAN

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    v

    ABSTRAK

    Chafidhoh. PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL

    PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-

    ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN JIGSAW II DITINJAU DARI

    INTERAKSI SOSIAL SISWA TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF

    SISWA Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

    Sebelas Maret Surakarta, Februari 2011

    Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

    ada tidaknya : (1) perbedaan pengaruh antara model pembelajaran kooperatif tipe

    Student Team Achievement Divisions (STAD) dan Jigsaw II; (2) perbedaan

    pengaruh antara interaksi sosial siswa kategori tinggi dan kategori rendah; (3)

    interaksi antara pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Student Team

    Achievement Divisions (STAD) dan Jigsaw II dengan interaksi sosial siswa

    terhadap kemampuan kognitif siswa.

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

    dengan disain faktorial 2 x 2. Populasi penelitian adalah semua siswa kelas X

    Madrasah Aliyah Al-Mukmin Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010. Pengambilan

    sampel diambil secara acak (cluster random sampling) sehingga didapat 2 kelas,

    kelas XC terdiri dari 31 siswa dengan perlakuan pembelajaran kooperatif tipe

    STAD sebagai kelompok eksperimen dan kelas XD terdiri dari 33 siswa dengan

    perlakuan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II sebagai kelompok kontrol.

    Teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah dengan teknik observasi, tes

    dan angket. Teknik analisis data menggunakan anava dua jalan dengan isi sel tak

    sama, kemudian dilanjutkan dengan uji lanjut anava yaitu komparasi ganda

    metode Scheffe.

    Dari hasil penelitian dapat disimpulkian bahwa (1) ada perbedaan

    pengaruh antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan

    Jigsaw II terhadap kemampuan kognitif siswa { (FA = 4,315) > (F0.05;1,60 = 4.00)},

    dan dari hasil uji lanjut anava didapatkan bahwa perbedaan pengaruh antara

    penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw II terhadap

    kemampuan kognitif siswa tidak signifikan {( FA =3.693) < ( Ftabel = 4.00)}, (2)

    ada perbedaan pengaruh antara interaksi sosial siswa kategori tinggi dan kategori

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vi

    rendah terhadap kemampuan kognitif siswa {( FB = 4,624) > (F0.05;1,60 = 4.00)},

    dan dari hasil uji lanjut anava didapatkan bahwa perbedaan pengaruh antara

    interaksi sosial siswa kategori tinggi dan kategori rendah terhadap kemampuan

    kognitif siswa adalah signifikan {(FB =4.233) > (Ftabel = 4.00)}, (3) tidak ada

    interaksi antara pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

    dan Jigsaw II dengan interaksi sosial siswa terhadap kemampuan kognitif siswa

    {( FAB = 0,699) < (F0.05;1,60 = 4.00)}.

    Implikasi dari hasil penelitian ini adalah pembelajaran dengan

    penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw II dapat

    diterapkan dalam pembelajaran Fisika. Kedua tipe pembelajaran ini hampir sama

    baiknya jika digunakan dalam pembelajaran Fisika untuk materi Listrik Dinamis

    di SMA. Selain itu, implikasi dari hasil penelitian ini adalah interaksi sosial siswa

    yang tinggi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa.

    Oleh karena itu, interaksi sosial siswa perlu ditingkatkan agar diperoleh

    kemampuan kognitif yang optimal.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vii

    ABSTRACT

    Chafidhoh. THE INFLUENCE OF PHYSICS LEARNING WITH

    COOPERATIVE LEARNING TYPE STUDENT TEAMS-ACHIVEMENT

    DIVISIONS (STAD) AND JIGSAW II REVIEWED FROM STUDENTS

    SOCIAL INTERACTION TOWARD STUDENTS COGNITIVE ABILITY.

    Thesis. Surakarta: Education and Teacher Training Faculty. Sebelas Maret

    University. February 2011

    The purpose of this research is to find out whether there are : (1) the

    difference of the influence between cooperative learning model Student Teams-

    Achievement Divisions (STAD) type and jigsaw II type; (2) the difference of the

    influence of high and low category of students social interaction; (3) the

    interaction between the influence of Student Teams-Achievement Divisions

    (STAD) and jigsaw II, the type of cooperative learning, and students social

    interaction toward students cognitive ability; on the subject of Dynamic

    Electricity.

    The method used in this research is experiment 2 x 2 factorial design. The

    population of this research was first year students (X class) of Madrasah Aliyah

    Al-Mukmin Ngruki Sukoharjo at the 2009/2010 academic years. This research use

    cluster random sampling technique and found two classes, XC class which

    consists of 31 students with cooperative learning type STAD as experiment group

    and XD class which consists of 33 students with cooperative learning type jigsaw

    II as control group. The techniques of collecting data of this research were the

    documentation, testing, and questionnaire. The techniques of data analysis are use

    two way analysis of variation with different cell then proceed with Scheffes

    double comparison method.

    Based on this research, it can be concluded (1) there is difference of the

    influence between cooperative learning model of Student Teams-Achievement

    Divisions (STAD) type and jigsaw II type toward students cognitive ability

    ({ (FA = 4,315) > (F0.05;1,60 = 4.00)}, and from Scheffes method was obtained that

    the difference is not significant {( FA =3.693) < ( F table = 4.00)}, (2) there is

    difference of influence between the high and low category of students social

    interaction toward students cognitive ability {( FB = 4,624) > (F0.05;1,60 = 4.00)},

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    viii

    and from Scheffes method is obtained that the difference is significant {(FB

    =4.233) > (F table = 4.00)}, (3) there is no interaction between influence of using

    cooperative learning type Student Teams-Achievement Divisions (STAD) and

    jigsaw II and students social interaction toward students cognitive ability {( FAB

    = 0,699) < (F0.05;1,60 = 4.00)}.

    The implication of this research is Student Teams-Achievement Divisions

    (STAD) and jigsaw II, type of cooperative learning models, can be applied at

    physics learning. Both type of this learning are much the same in quality, if used

    in learning physics at topics Dynamic Electricity in Senior High School. The other

    implication of this research is student with high social interaction has more

    significant influence to students cognitive ability than student with lower social

    interaction. Hence social interaction should be increased to get optimal students

    cognitive ability.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ix

    MOTTO

    Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran

    dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang

    dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan

    hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman

    Allah).

    (QS. Al Baqarah : 269)

    Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila telah selesai

    (dari suatu urusan) , kerjakan dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan

    hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap.

    (Q.S. Al-Insyirah: 6-8 )

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    x

    PERSEMBAHAN

    Karya ini dipersembahkan kepada:

    Bapak dan Ibu tercinta yang selalu

    melimpahkan doa dan kasih sayang.

    Kakak-kakakku dan adikku yang selalu

    memberiku semangat.

    Teman-temanku di Karimah yang selalu

    mendoakan dan memberiku dukungan

    Teman-teman P. Fisika angkatan 2006

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xi

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

    rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan, untuk memenuhi sebagian

    persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

    Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian

    penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan

    yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya , penulis

    mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat:

    1. Ibu Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si. Selaku Ketua Jurusan P. MIPA FKIP

    UNS.

    2. Ibu Dra. Rini Budiharti, M.Pd. Selaku Ketua Program Pendidikan Fisika

    Jurusan P. MIPA FKIP UNS dan juga pembimbing I atas curahan pikiran,

    tenaga, waktu, dan ketulusan bimbingannya dalam menyelesaikan Skripsi ini.

    3. Bapak Drs. Edy Wiyono, M.Pd. Selaku Pembimbing Akademik atas bantuan

    dan bimbingannya.

    4. Bapak Dwi Teguh Raharjo, S.Si, M.Si selaku pembimbing II atas curahan

    pikiran, tenaga, waktu, dan ketulusan bimbingannya dalam menyelesaikan

    Skripsi ini.

    5. Ustadz Muchson, S.Ag Selaku Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Al-Mukmin

    Ngruki Sukoharjo yang telah memberikan ijin penelitian.

    6. Bapak Suryanto, S.Pd selaku guru Fisika MA Al-Mukmin Ngruki Sukoharjo.

    7. Siswa kelas XC dan XD MA Al-Mukmin tahun ajaran 2009-2010 atas

    kerjasamanya.

    8. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

    Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari

    sempurna. Namun demikian penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi

    perkembangan ilmu pengetahuan.

    Surakarta, Februari 2011

    Penulis

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL i

    HALAMAN PENGESAHAN ii

    DAFTAR ISI iii

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah 1

    B. Identifikasi Masalah 3

    C. Pembatasan Masalah 4

    D. Perumusan Masalah 4

    E. Tujuan Penelitian 4

    F. Manfaat Penelitian 5

    BAB II. LANDASAN TEORI

    A. Tinjauan Pustaka 6

    1. Teori Belajar 6

    2. Pembelajaran Fisika 9

    3. Model Pembelajaran Kooperatif 11

    4. Tipe Pembelajaran Student Team Achivement Divisions

    (STAD)

    14

    5. Tipe Pembelajaran Jigsaw II 18

    6. Interaksi Sosial 21

    7. Kemampuan Kognitif Siswa 25

    8. Konsep Listrik Dinamis 27

    B. Penelitian yang Relevan 36

    C. Kerangka Berpikir 36

    D. Perumusan Hipotesis 39

    BAB III. METODELOGI PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian 40

    1. Tempat Penelitian 40

    2. Waktu Penelitian 40

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xiii

    B. Metode Penelitian 40

    C. Populasi dan Sampel 41

    1. Populasi 41

    2. Sampel 41

    D. Variabel Penelitian 42

    1. Variabel Bebas 42

    2. Variabel Terikat 43

    E. Teknik Pengumpulan Data 44

    F. Instrumen Penelitian 44

    1. Instrumen Tes Kemampuan Kognitif Siswa 45

    a. Validitas 45

    b. Reliabilitas 46

    c. Taraf Kesukaran 47

    d. Daya Pembeda 47

    2. Instrumen Angket Interaksi Sosial Siswa 48

    a. Validitas 49

    b. Reliabilitas 49

    G. Teknik Analisa Data 50

    1. Uji Prasyarat Analisis 50

    a. Uji Normalitas 50

    b. Uji Homogenitas 51

    2. Uji Hipotesis 52

    a. Uji Anava Dua Jalan 52

    b. Uji Lanjut Anava 56

    BAB IV. HASIL PENELITIAN

    A. Deskripsi Data 58

    1. Data Angket Interkasi Sosial Siswa 58

    2. Data Kemampuan Kognitif Siswa 60

    B. Pengujian Prasyarat Analisis 62

    1. Uji Normalitas 62

    2. Uji Homogenitas 63

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xiv

    C. Hasil Pengujian Hipotesis 63

    1. Hasil Analisis Variansi Dua Jalan 63

    2. Hasil Uji Lanjut Anava 65

    D. Pembahasan Hasil Analisis Data 66

    1. Uji Hipotesis Pertama 66

    2. Uji Hipotesis Kedua 67

    3. Uji Hipotesis Ketiga 67

    E. Keterbatasan Penelitian 68

    BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

    A. Kesimpulan 69

    B. Implikasi 69

    C. Saran 70

    DAFTAR PUSTAKA 71

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1. Nilai Perkembangan Individu 16

    Tabel 3.1. Desain Faktorial Penelitian 2 x 2 (A x B) 41

    Tabel 3.2. Jumlah AB 53

    Tabel 3.3. Rangkuman Analisis 56

    Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Data Interaksi Sosial Siswa Kelompok

    Eksperimen

    58

    Tabel 4.2. Disribusi Frekuensi Data Interaksi Sosial Kelompok

    Kelompok Kontrol

    59

    Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Kognitif Siswa

    Kelompok Eksperimen

    60

    Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Kognitif Siswa

    Kelompok Kontrol

    61

    Tabel 4.5. Rangkuman Hasil Analisis Uji Normalitas Kemampuan

    Kognitif Siswa Kelompok Eksperimen dan KElompok

    Kontrol

    62

    Tabel 4.6. Rangkuman Anava Dua Jalan dengan Isi Sel Tak sama 63

    Tabel 4.7. Rangkuman Analisis Komparasi Ganda 65

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xvi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1. Bagan Pembelajaran Kooperatif STAD 17

    Gambar 2.2. Skema Kerja Kelompok Pada Tipe Pembelajaran Jigsaw II 19

    Gambar 2.3. Bagan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw II 20

    Gambar 2.4. Arus Elektron Berlawanan dengan Arus Konvensional 27

    Gambar 2.5. Kuat Arus Listrik Merupakan Kelajuan Muatan yang

    Melewati Suatu Luasan Tertentu

    28

    Gambar 2.6. Rangkaian untuk menyelidiki Pengaruh Suhu Pada

    Hambatan Kawat

    29

    Gambar 2.7. Skema Diagram untuk Hukum 1 Kirchoff Serta Analogi

    Mekaniknya

    31

    Gambar 2.8. a. Dua Buah Lampu yang Dihubungkan Secara Seri

    b. Rangkaian Pengganti Peralatan

    31

    31

    Gambar 2.9. Rangkaian Hambatan Paralel 32

    Gambar 2.10. Rangkaian Seri Sumber Tegangan 33

    Gambar.2.11. Rangkaian Paralel Sumber Tegangan Identik 33

    Gambar 2.12. Rangkaian Jembatan Weatstone 34

    Gambar 2.13. Paradigma Penelitian 39

    Gambar 4.1. Histogram Data Interaksi Sosial Siswa Kelompok

    Eksperimen

    59

    Gambar 4.2. Histogram Data Interaksi Sosial Siswa Kelompok Kontrol 60

    Gambar 4.3. Histogram Data Kemampuan Kognitif Siswa Kelompok

    Eksperimen

    61

    Gambar 4.4. Histogram Data Kemampuan Kognitif Siswa Kelompok

    Kontrol

    62

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran

    1. Jadwal Penelitian 74

    2. Rencana Pembelajaran I 75

    3. Lembar Diskusi Siswa (LDS) I 80

    4. Jawaban LDS I 87

    5. Soal Kuis I 90

    6. Tampilan Flash I 93

    7. Rencana Pembelajaran II 95

    8. Lembar Diskusi Siswa (LDS) II 100

    9. Jawaban LDS II 106

    10. Soal Kuis II 108

    11. Tampilan Flash II 111

    12. Rencana Pembelajaran III 113

    13. Lembar Diskusi Siswa (LDS) III 117

    14. Jawaban LDS III 122

    15. Soal Kuis III 124

    16. Tampilan Flash III 127

    17. Lembar Rangkuman Tim 128

    18. Sertifikat Penghargaan 133

    19. Kisi-Kisi Angket Interaksi Sosial Siswa (Uji Coba) 135

    20. Uji Coba Angket Interaksi Sosial Siswa 136

    21. Kisi-Kisi Angket Interaksi Sosial Siswa 140

    22. Angket Interaksi Sosial Siswa 141

    23. Uji Validitas dan Reliabilitas Soal Uji Coba Angket Interaksi Sosial 144

    24. Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Kognitif (Uji Coba) 147

    25. Tabel Item Soal Tes Uji Coba Kemampuan Kognitif Siswa Pokok

    Bahasan Listrik Dinamis

    148

    26. Soal-Soal Tes Kemampuan Kognitif (Uji Coba) 151

    27. Jawaban Soal Tes Kemampuan Kognitif (Uji Coba) 165

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xviii

    28. Kisi-Kisi Soal Tes Kognitif 166

    29. Tabel Item Soal Tes Kemampuan Kognitif Siswa Pokok Bahasan

    Listrik Dinamis

    167

    30. Soal-Soal Tes Kognitif 170

    31. Jawaban Soal Kognitif 181

    32. Uji Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran dan Daya Beda Soal

    Tes Kemampuan Kognitif (Uji Coba)

    182

    33. Data Induk Penelitian 186

    34. Data Keadaan Awal Siswa 189

    35. Uji Normalitas Keadaan Awal Siswa Kelompok Eksperimen 191

    36. Uji Normalitas Keadaan Awal Siswa Kelompok Kontrol 192

    37. Uji Homogenitas Keadaan Awal Siswa Kelompok Eksperimen dan

    Kelompok Kontrol

    193

    38. Uji Kesamaan Keadaan Awal Antara Kelas Eksperimen dengan

    Kelas Kontrol

    195

    39. Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Siswa Kelompok Eksperimen 197

    40. Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Siswa Kelompok Kontrol 198

    41. Uji Homogenitas Kemampuan Kognitif Kelompok Eksperimen dan

    Kelompok Kontrol

    199

    42. Uji Hipotesis Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama 201

    43. Uji Lanjut Pasca Anava 204

    44. Tabel-Tabel Statistik 206

    45. Surat-Surat 212

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pendidikan merupakan suatu upaya sadar untuk mengembangkan

    kemampuan dan kepribadian manusia. Masyarakat yang baik dan berkualitas

    dapat terwujud dengan adanya proses pendidikan yang baik dan berkualitas pula.

    Upaya mewujudkan masyarakat yang berkualitas tersebut menjadi tanggung

    jawab bersama baik pemerintah maupun masyarakat.

    Mengingat pemahaman di atas maka sekolah mendapatkan prioritas

    utama dalam menjalankan proses pendidikan guna mewujudkan suasana belajar

    dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya

    untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

    kecerdasan, akhlak mulia, dan ketrampilan yang diperlukan oleh dirinya,

    masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu, sekolah diharapkan mampu

    melahirkan calon penerus pembangunan masa depan yang cerdas spiritual,

    emosional dan intelektual.

    Keberhasilan pendidikan nasional selalu terkait dengan usaha untuk

    mencapai keberhasilan pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, secara langsung

    berhasil tidaknya proses pendidikan dipengaruhi oleh mutu proses pembelajaran

    dan hasil belajar yang dicapai dalam pelaksanaan sistem pendidikan di sekolah.

    Suatu proses pembelajaran akan berhasil dengan baik bila komponen-

    komponennya saling berinteraksi dengan baik. Komponen-komponen

    pembelajaran tersebut antara lain: guru, siswa, bahan ajar, sarana pra sarana, dll.

    Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa memegang peranan yang

    sangat penting. Guru merupakan seorang pendidik profesional yang mempunyai

    tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan

    mengevaluasi peserta didik guna mengembangkan potensi dirinya. Sedangkan

    siswa merupakan seorang individu yang senantiasa belajar untuk mengembangkan

    potensi yang dimilikinya hingga diperoleh hasil belajar yang baik. Oleh karena

    1

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    2

    itu, interaksi yang baik antara keduanya akan memberikan hasil yang positif

    terhadap tujuan pembelajaran.

    Baik tidaknya hasil belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor

    tersebut dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

    Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa sebagai peserta

    didik, misalnya minat belajar siswa, gaya belajar siswa, motivasi berprestasi,

    interaksi sosial siswa, kecerdasan, dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal

    adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa atau dari rangsangan pihak luar,

    misalnya pendekatan / model pembelajaran.

    Pendekatan dan model pembelajaran merupakan faktor eksternal yang

    harus disusun dengan menyesuaikan karakteristik materi yang akan disampaikan,

    sebab tidak semua model cocok untuk setiap materi pelajaran. Selain itu,

    pendekatan dan model yang digunakan juga harus mampu menarik minat belajar

    siswa, sehingga siswa akan merasa nyaman dalam belajar dan hasil yang

    diperoleh akan memuaskan. Dengan kata lain, melalui pendekatan dan model

    yang tepat, maka hasil belajar yang didapat akan maksimal.

    Ada banyak model pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli

    dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran tersebut

    antara lain model pembelajaran kontekstual, model pembelajaran terpadu, model

    pembelajaran kooperatif, model pembelajaran quantum, model pembelajaran

    inkuiri dan lain-lain, yang dalam penggunaannya harus disesuaikan dengan hasil

    belajar yang ingin dicapai serta materi yang akan disampaikan.

    Saat ini masih banyak guru yang menggunakan model pembelajaran yang

    berpusat pada guru (Teacher Centered Learning atau TCL). Penggunaan model

    pembelajaran yang berpusat pada guru ini sedikit sekali melibatkan siswa dalam

    proses pembelajaran, akibatnya siswa pasif, merasa bosan dan minat belajarnya

    menjadi rendah. Apalagi dalam pelajaran Fisika yang memang sejak dulu

    dianggap mata pelajaran yang sukar, siswa menjadi semakin tidak tertarik untuk

    belajar Fisika. Padahal Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang harus

    ditempuh oleh siswa sekolah menengah.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    3

    Agar pembelajaran Fisika menjadi lebih menarik, guru harus menerapkan

    model pembelajaran yang sesuai dengan ciri Fisika dan melibatkan keaktifan

    siswa dalam proses pembalajaran atau dengan kata lain guru harus menerapkan

    model pembelajaran yang berpusat pada siswa ( Student Centered Learning atau

    SCL). Selain itu juga model yang dipilih harus sesuai dengan karakteristik materi

    Fisika yang akan dipelajari, sebab materi pelajaran Fisika mempunyai

    karakteristik yang berbeda antara materi yang satu dengan materi yang lain.

    Salah satu model pembelajaran yang menerapkan SCL adalah model

    pembelajaran Kooperatif. Dalam pembelajaran Kooperatif siswa belajar secara

    bersama dalam suatu kelompok sehingga terjadi interaksi antar siswa dalam

    kelompoknya untuk memecahkan masalah belajar. Model pembelajaran

    kooperatif ada beberapa tipe, diantaranya adalah tipe Student Teams-Achivement

    Divisions (STAD), Team-Game-Turnament (TGT), Team-Assisted

    Individualization (TAI), Jigsaw II, Group Investigation dan lain-lain.

    Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti mengambil judul

    penelitian PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL

    PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-

    ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN JIGSAW II DITINJAU DARI

    INTERAKSI SOSIAL SISWA TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF

    SISWA

    B. Identifikasi Masalah

    Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat

    diidentifikasi permasalahan-permasalahan sebagai berikut :

    1. Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor

    eksternal

    2. Pembelajaran Fisika selama ini cenderung Teacher Centered Learning

    (TCL)

    3. Tidak semua model pembelajaran sesuai dengan ciri fisika

    4. Karakteristik materi Fisika variatif

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    4

    C. Pembatasan Masalah

    Agar dalam pembahasan permasalahan ini lebih mendalam dan

    cakupannya tidak terlalu luas maka permasalahan-permasalahan yang ada dibatasi

    sebagai berikut :

    1. Faktor internal dibatasi pada interaksi sosial siswa

    2. Faktor eksternal dibatasi pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD

    dan Jigsaw II.

    3. Hasil belajar siswa dibatasi pada kemampuan kognitif.

    4. Materi fisika yang disampaikan dibatasi pada pokok bahasan Listrik

    Dinamis kompetensi dasar 1 untuk SMA kelas X

    D Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan

    pembatasan masalah yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan

    permasalahan sebagai berikut :

    1. Adakah perbedaan pengaruh antara model pembelajaran kooperatif tipe

    Student Team Achievement Divisions (STAD) dan Jigsaw II terhadap

    kemampuan kognitif siswa ?

    2. Adakah pebedaan pengaruh antara interaksi sosial siswa kategori tinggi

    dan kategori rendah terhadap kemampuan kognitif siswa ?

    3. Adakah interaksi antara pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe

    Student Team Achievement Divisions (STAD) dan Jigsaw II dengan

    interaksi sosial siswa terhadap kemampuan kognitif siswa

    E. Tujuan Penelitian

    Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh antara model pembelajaran

    pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions

    (STAD) dan Jigsaw II terhadap kemampuan kognitif siswa.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    5

    2. Mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh antara interaksi sosial

    siswa kategori tinggi dan kategori rendah terhadap kemampuan kognitif

    siswa.

    3. Mengetahui ada tidaknya interaksi antara pengaruh model pembelajaran

    kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dan Jigsaw

    II dengan interaksi sosial siswa terhadap kemampuan kognitif siswa.

    F. Manfaat Penelitian

    Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara

    lain :

    1. Memberikan masukan tentang alternatif model pembelajaran yang

    berpusat pada siswa (SCL)

    2. Dapat dijadikan sebagai informasi masukan oleh siswa tentang cara belajar

    dengan model pembelajaran yang baru dengan memanfaatkan teman satu

    kelompok sehingga siswa dapat saling bertukar pikiran antara sesama

    anggota kelompok, saling mendengarkandan saling menghargai pendapat

    orang lain.

    3. Memberikan masukan bagi guru bahwa interaksi sosial mempengaruhi

    hasil belajar siswa.

    4. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan atau referensi ilmiah untuk

    penelitian lebih lanjut.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    6

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Tinjauan Pustaka

    1. Teori Belajar

    a. Pengertian Belajar

    Setiap orang menjadi dewasa karena belajar dan pengalaman selama

    hidupnya. Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata

    mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk

    informasi atau materi pelajaran. Belajar selalu berkenaan dengan perubahan-

    perubahan pada diri orang yang belajar, apakah itu mengarah kepada yang lebih

    baik ataupun yang kurang baik. Hal lain yang selalu terkait dengan belajar adalah

    pengalaman yang berbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkungannya.

    Unsur perubahan dan pengalaman hampir selalu ditekankan dalam

    rumusan atau definisi tentang belajar. Menurut Muhibbin Syah (2008:92) secara

    umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku

    individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan

    lingkungan yang melibatkan proses kognitif . Sedangkan menurut Oemar

    Hamalik (2003:154) Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap

    berkat latihan dan pengalaman.

    Ngalim Purwanto (1990: 85) mendefinisikan Belajar merupakan suatu

    perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman dalam arti perubahan-

    perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap

    sebagai hasil belajar.

    Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

    belajar adalah suatu proses dimana terjadi suatu perubahan dalam diri individu

    yang muncul karena pengalaman. Perubahan menyangkut semua aspek

    kepribadian individu, dapat berkenaan dengan penguasaan dan penambahan

    pengetahuan, kecakapan, sikap, nilai, motivasi, kebiasaan, minat dan sebagainya.

    Demikian juga dengan pengalaman, berkenaan dengan segala bentuk pengalaman

    6

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    7

    atau hal-hal yang pernah dialami, seperti membaca, melihat, mendengar,

    merasakan, melakukan, merencanakan, menganalisis dan memecahkan masalah.

    b. Tujuan Belajar

    Dalam arti luas, tujuan belajar adalah suatu pernyataan tentang

    perubahan yang diharapkan. Perubahan ini diinginkan dan dinilai oleh guru dan

    pelatih, diharapkan akan terjadi dalam pemikiran, perbuatan, dan perasaan siswa

    sebagai hasil dari pengalaman pendidikan dan latihan.

    Dimyati (2006: 10) menyebutkan bahwa setelah belajar orang akan

    memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Sebenarnya tujuan belajar

    sangat banyak dan bervariasi, namun secara umum menurut Robert M. Gagne

    dalam Hasibuan (1989 :5) menyebutkan bahwa tujuan belajar adalah memperoleh

    ketrampilan sebagai berikut :

    1) Keterampilan intelektual

    2) Strategi kognitif seperti memecahkan berbagai macam masalah

    3) Informasi verbal yang merupakan pengetahuan yang berupa informasi

    dan fakta.

    4) Keterampilan motorik seperti keterampilan menulis, mengetik,

    menggunakan berbagai alat ukur dan sebagainya.

    5) Sikap dan nilai

    Dari tujuan-tujuan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar

    adalah memperoleh pengetahuan, pemahaman konsep, ketrampilan, dan

    pembentukan sikap yang meliputi aspek kognitif (keilmuan), psikomotorik dan

    afektif (sikap).

    c. Prinsip-Prinsip Belajar

    Belajar seperti halnya perkembangan berlangsung seumur hidup, apa

    yang dipelajari dan bagaimana belajarnya pada setiap fase perkembangan

    berbeda-beda. Banyak teori yang membahas masalah belajar, tiap teori bertolak

    dari asumsi dasar tertentu tentang belajar. Meskipun demikian, ada beberapa

    pandangan umum yang sama atau relatif sama diantara asumsi-asumsi tersebut.

    Beberapa kesamaan ini dipandang sebagai prinsip belajar. Beberapa prinsip umum

    belajar tersebut adalah:

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    8

    (a) Belajar merupakan bagian dari perkembangan; (b) Belajar berlangsung

    seumur hidup; (c) Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor

    bawaan; (d) Belajar mencakup semua aspek kehidupan; (e) Kegiatan belajar

    berlangsung pada setiap tempat dan waktu; (f) Belajar berlangsung dengan

    guru atau tanpa guru; (g) Belajar yang berencana dan disengaja menuntut

    motivasi yang tinggi; (h) Perbuatan belajar bervariasi dari yang paling

    sederhana sampai yang sangat kompleks; (i) Dalam belajar dapat terjadi

    hambatan-hambatan; (j) Untuk kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya

    bantuan atau bimbingan dari orang lain. (Nana Syaodih Sukmadinata, 2003:

    165-166)

    Dari prinsip-prinsip tersebut dapat diketahui bahwa belajar merupakan

    bagian dari perkembangan yang terjadi seumur hidup dan mencakup semua aspek

    kehidupan. Belajar dapat berlangsung dimanapun dan dapat bervariasi dari

    kegiatan yang paling sederhana hingga yang kompleks. Dalam belajar ada yang

    memerlukan bimbingan dari orang lain dan ada yang tidak.

    d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

    Usaha dan keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-

    faktor yang mempengaruhi antara lain faktor fisiologis, psikologis, lingkungan belajar

    dan sistem instruksional (Slameto, 2003).

    1) Faktor fisiologis seperti pendengaran dan penglihatan sangat mempengaruhi

    segala kegiatan belajar mengajar, dalam hal ini yang termasuk kondisi

    fisiologis diantaranya yaitu kesegaran jasmani, keletihan, kekurangan gizi,

    kurang tidur dan kesakitan yang diderita.

    2) Faktor psikologis yang mempengaruhi proses belajar siswa diantaranya

    adalah aspek intelegensi atau kecerdasan dan bakat, minat, motivasi,

    perhatian, berpikir dan ingatan.

    3) Faktor lingkungan belajar menurut Slameto (2003) dapat dibedakan menjadi

    beberapa faktor, diantaranya lingkungan dalam sekolah dan lingkungan luar

    sekolah yang masing-masing dapat dibedakan lagi atas lingkungan alam,

    lingkungan fisik dan sosial.

    Faktor lingkungan belajar di dalam sekolah mencakup keadaan suhu,

    kelembaban dan pertukaran udara serta cahaya dalam ruangan yang semuanya

    mencakup sistem ventilasi dan penerangan ruangan. Faktor lingkungan

    belajar di luar sekolah mencakup topografi, flora, fauna, dan jenis mata

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    9

    pencaharian penduduk sekitar yang dapat dijadikan sumber bahan belajar dan

    sumber inspirasi bagi warga sekolah dalam menunjang proses belajar

    mengajar yang baik.

    4) Faktor sistem instruksional yang dapat mempengaruhi proses belajar

    mengajar adalah kurikulum, bahan belajar yang mempengaruhi strategi

    belajar yang akan digunakan dan metode penyajian.

    Dari faktor-faktor tersebut dapat juga digolongkan menjadi faktor

    internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam

    diri siswa, misalnya bakat, minat, motivasi, sakit, letih dan lain-lain. Sedangkan

    faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa seperti lingkungan

    balajar, model pembelajaran, dan lain-lain.

    2. Pembelajaran Fisika a. Hakikat Fisika

    Fisika merupakan ilmu yang lahir berdasarkan fakta, hasil pemikiran

    maupun hasil eksperimen yang dilakukan oleh para ahli. Fisika merupakan cabang

    ilmu pengetahuan alam, sehingga karakteristik yang dimiliki oleh ilmu

    pengetahuan alam berlaku pada Fisika. Fisika dalam sekala besar dibagi menjadi 2

    yaitu fisika eksperimen dan fisika teori. Menurut Brockhous yang dikutip Herbert

    Druxes bahwa : Fisika adalah pelajaran tentang kejadian alam, yang

    memungkinkan penelitian dengan pengukuran dan percobaan, pengujian secara

    sistematis dan berdasarkan peraturan umum. (Herbert Druxes, 1986 ; 3 )

    Menurut Brandi/Dahmen yang juga dikutip oleh Herbert Druxes bahwa :

    Fisika adalah suatu uraian tertutup tentang semua kejadian Fisikalis yang

    berdasarkan beberapa hukum dasar ( Herbert Druxes, 1986 : 3). Sejalan dengan

    itu, Gerthsen yang dikutip oleh Herbert Druxes menyatakan bahwa Fisika adalah

    suatu teori yang menerangkan gejala-gejala alam sesederhana mungkin dan

    berusaha menemukan hubungan antara kenyataan-kenyataan. Persyaratan utama

    untuk pemecahan persoalan adalah dengan mengamati gejala-gejala tersebut.

    (Herbert Druxes, 1986 : 3)

    Dari beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa Fisika adalah

    salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam yang berusaha menguraikan serta

    menjelaskan hukum-hukum alam dan kejadian-kejadian di alam dengan gambaran

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    10

    menurut pemikiran manusia, yang mempunyai karakteristik antara lain ; kuantitas,

    observasi, eksperimen, prediksi, dan proses yang dapat dipelajari dengan teori,

    pengamatan dan eksperimen.

    b. Tujuan Pembelajaran Fisika

    Fungsi dan tujuan mata pelajaran Fisika di SMA dan MA adalah sebagai

    sarana untuk :

    1) Menyadari keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan

    keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

    2) Memupuk sikap ilmiah yang mencakup:

    a) Jujur dan obyektif terhadap data.

    b) Terbuka dan menerima pendapat berdasarkan bukti-bukti tertentu.

    c) Ulet dan tidak cepat putus asa.

    d) Kritis terhadap pernyataan ilmiah yaitu tidak mudah percaya tanpa

    ada dukungan hasil observasi empiris.

    e) Dapat bekerjasama dengan orang lain.

    3) Mengembangkan kemampuan berpikir analisis induktif dan deduktif

    dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan

    berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara

    kualitatif maupun kuantitatif.

    4) Menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika serta mempunyai

    keterampilan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap

    percaya diri sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan

    sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih

    tinggi.

    5) Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menikmati dan

    menyadari keindahan keteraturan perilaku alam serta dapat menjelaskan

    berbagai peristiwa alam dan keluasan penerapan fisika dalam teknologi.

    Dari pendapat tersebut, pembalajaran fisika tidak hanya memberikan

    produk ilmiah, tetapi lebih jauh bagaimana memperoleh produk ilmiah tersebut.

    Untuk mencapai tujuan tersebut, guru dalam pembelajaran Fisika hendaklah

    merangsang perhatian siswa terhadap Fisika, merangsang keingintahuan siswa,

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    11

    mengajar Fisika untuk menimbulkan keinginan meneliti, mengajarkan fisika

    sebagai konsep, bukan faktor-faktor yang terlepas-lepas dan menekankan pada

    pemikiran serta penalaran bukan hafalan. Sehingga dalam diri siswa akan

    tertanam sikap ilmiah dan memperoleh produk ilmiah secara bermakna.

    Sehingga dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

    fisika berorientasi pada hakikat fisika.

    3. Model Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Model Pembelajaran

    Keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa

    faktor, diantaranya adalah pemilihan model pembelajaran oleh guru. Model

    pembelajaran yang tepat akan mampu membawa peran serta siswa dan dapat

    membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat

    tercapai.

    Menurut kamus lengkap bahasa indonesia model diartikan sebagai mode,

    ragam, acuan, ukuran yang dicontoh.

    Menurut Gazali dalam Slameto (2003:30) pembelajaran merupakan

    proses penanaman pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan

    tepat. Proses pembelajaran ini bertujuan untuk mengembangkan aktivitas dan

    kreativitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar.

    Dengan demikian model pembelajaran dapat dikatakan sebagai suatu acuan yang

    digunakan oleh guru untuk menyampaikan bahan pembelajaran sekaligus

    mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik untuk mencapai tujuan

    pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya.

    Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran

    yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

    Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari

    penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

    Pada suatu proses pembelajaran tidak ada model pembelajaran yang tepat

    untuk semua topik dan semua situasi. Oleh karena itu, dalam memilih model

    pembelajaran guru harus senantiasa memperhatikan kondisi siswa, sarana

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    12

    prasarana yang ada serta materi pembelajaran yang akan dipelajari agar tujuan

    pembelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai.

    b. Pembahasan Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

    1) Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

    Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang lebih

    menekankan pada kegiatan belajar siswa secara bersama dalam suatu kelompok

    sehingga terjadi interaksi antar siswa dalam kelompoknya untuk memecahkan

    masalah belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Slavin

    (2008: 4) Dalam pembelajaran kooperatif siswa akan bekerja dalam kelompok-

    kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari

    materi pelajaran.

    Pembelajaran kooperatif secara umum mempunyai karakeristik yang

    membedakan dengan pembelajaran yang lain. Karakteristik tersebut adalah: (a)

    Siswa belajar dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama; (b) Setiap

    kelompok anggotanya berbeda-beda menurut tingkat kemampuan, jenis kelamin

    dan asal suku; (c) Guru melakukan pemantauan dan memberikan bantuan jika

    terjadi masalah dalam kerjasama antar anggota kelompok; (d) Adanya saling

    interaksi positif, saling membantu dan saling memberikan motivasi antar anggota

    kelompok; (e) Adanya penghargaan kelompok.

    Keberhasilan dalam pembelajaran kooperatif akan tercapai jika

    memenuhi lima prinsip utama yaitu :

    a) Keheterogenan kelompok

    b) Keterampilan bekerja sama

    c) Sumbangan dari ketua kelompok

    d) Ketergantungan pribadi yang positif

    e) Otonomi kelompok

    Dalam keheterogenan kelompok, siswa dikelompokkan berdasarkan

    perbedaan-perbedaan menurut kemampuan, jenis kelamin dan asal suku. Adanya

    keheterogenan kelompok ini akan membuat proses pembelajaran kooperatif dapat

    berjalan lebih efektif.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    13

    Kerja sama dalam suatu kelompok sangat dibutuhkan untuk mencapai

    tujuan bersama. Dengan kerjasama yang baik didapatkan pemahaman yang lebih

    baik pula. Hal ini sesuai dengan pendapat Zafer Tanel dan Mustafa Erol (2008 :

    132) yang menyatakan interaction of student with each other when solving

    problem, deciding on a solution by discussing with each other and evaluating

    different views provide them a better understanding. Dalam suatu kerja sama,

    dibutuhkan adanya keterampilan-keterampilan khusus yang dimiliki oleh setiap

    anggota kelompok. Keterampilan tersebut dapat berupa keterampilan

    berkomunikasi, keterampilan berdiskusi, keterampilan dalam memecahkan

    masalah dan sebagainya.

    Dalam suatu kelompok perlu dipilih seorang ketua kelompok untuk

    mengatur kelompok tersebut. Ketua kelompok dipilih berdasarkan

    kemampuannya yang lebih dibandingkan dengan anggota lain dalam

    kelompoknya. Adanya sumbangan dari ketua kelompok yang berupa informasi,

    pengetahuan, keterampilan, penjelasan dan sebagainya yang diberikan kepada

    anggota kelompok yang lain dapat mempengaruhi keberhasilan dalam pencapaian

    hasil belajar.

    Setiap anggota kelompok membutuhkan pengembangan kemampuan dan

    pengetahuan yang dimiliki yang dapat dilakukan dengan cara berinteraksi dan

    bekerja sama satu sama lain. Artinya, dalam proses belajar setiap siswa saling

    bergantung sama lain. Adanya ketergantungan pribadi yang positif antar siswa

    dapat mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan dan pengetahuan

    yang dimiliki.

    Dalam otonomi kelompok, setiap kelompok berusaha untuk menjadi

    yang terbaik, sehingga setiap anggota kelompok bertanggung jawab sepenuhnya

    terhadap nama kelompoknya. Dalam hal ini, jika terdapat kelompok yang

    mengalami kesulitan maka kelompok tersebut bertanya pada gurunya, bukan pada

    kelompok lain.

    2) Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif

    Penggunaan model pembelajaran kooperatif dalam prakteknya memiliki

    beberapa kelebihan dan kelemahan. Beberapa hal yang dipandang menjadi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    14

    kelebihan dari model pembelajaran kooperatif dibanding menggunakan model lain

    adalah: (a) Meningkatkan kemampuan akademik siswa; (b) Memperbaiki

    hubungan antar kelompok; (c) Meningkatkan kemampuan siswa dalam berdiskusi;

    (d) Meningkatkan rasa percaya diri siswa; (e) Menumbuhkan keinginan untuk

    menggunakan kemampuan dan keahlian yang dimiliki oleh siswa; (f)

    Meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas; (g) Meningkatkan

    kemampuan siswa dalam bersosialisasi dengan siswa lainnya.

    Setiap model pembelajaran selain mempunyai kelebihan, juga

    mempunyai kelemahan. Kelemahan model pembelajaran kooperatif antara lain:

    (a) Pelaksanaanya memerlukan persiapan yang rumit; (b) Apabila terjadi

    persaingan yang negatif maka hasilnya akan buruk; (c) Apabila ada siswa yang

    malas atau yang ingin berkuasa dalam kelompoknya menyebabkan kegiatan

    belajar kelompok tidak berjalan dengan baik; (d) Adanya siswa yang tidak

    memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya dalam belajar kelompok, sehingga

    kegiatan belajar kelompok menjadi tidak efektif; (e) Siswa yang tidak cocok

    dengan anggota kelompoknya kurang bisa bekerja sama dalam memahami materi

    maupun dalam menyelesaikan tugas.

    4. Tipe Pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD)

    a. Pengertian Tipe Pembelajaran Student Team Achievement Divisions

    (STAD)

    Tipe pembelajaran STAD adalah salah satu tipe pembelajaran yang

    dikemukakan oleh Slavin. Tipe pembelajaran ini merupakan teori belajar

    konstruktivisme yang berdasarkan pada teori belajar kognitif. Dalam hal ini guru

    berperan sebagai fasilitator belajar dan bertugas menciptakan situasi belajar yang

    kondusif bagi siswa, sedangkan siswa bekerja sama dalam kelompoknya dalam

    memecahkan masalah-masalah belajar yang berkaitan dengan materi pelajaran

    yang disampaikan oleh guru.

    Tipe pembelajaran STAD terdiri atas lima komponen utama. Menurut

    Slavin (2008: 143-146), komponen tersebut adalah:

    (1) Presentasi materi pelajaran

    (2) Kegiatan kelompok

    (3) Pelaksanaan kuis individual

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    15

    (4) Nilai perkembangan individu

    (5) Penghargaan kelompok

    Presentasi materi pelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

    guru di dalam kelas. Kegiatan ini berupa penyampaian informasi, pengetahuan

    atau hal-hal lain yang berkenaan dengan materi yang akan dipelajari oleh siswa.

    Dalam kegiatan kelompok, siswa ditempatkan dalam kelompok-

    kelompok yang masing-masing beranggotakan empat atau lima orang yang

    berbeda-beda menurut tingkat kemampuan, jenis kelamin atau ras (suku). Siswa

    bekerja dengan kelompok mereka dengan dipandu oleh Lembar Kegiatan Siswa

    (LKS) atau tugas yang diberikan oleh guru. Dalam hal ini jawaban tugas atau

    lembar kegiatan siswa didiskusikan oleh siswa bersama anggota kelompoknya.

    Bila ada siswa yang merasa kesulitan maka siswa yang mampu harus membantu

    kesulitan teman sekelompoknya. Jika kelompok tidak dapat mengatasi, maka

    perlu meminta bantuan guru. Guru harus selalu mengawasi para siswa saat

    kegiatan kelompok ini berlangsung, sehingga guru dapat mengetahui dan

    membantu siswa yang kesulitan dalam kelompok belajarnya.

    Pelaksanaan kuis individual berlangsung kira-kira setelah satu atau dua

    periode penyampaian materi oleh guru dan setelah satu atau dua periode kerja

    kelompok. Selama kuis berlangsung setiap siswa harus mengerjakan sendiri dan

    tidak boleh bekerja sama dengan siswa lain meskipun dengan teman kelompoknya

    sendiri. Berdasarkan hal tersebut, siswa bertanggung jawab terhadap dirinya

    sendiri mengenai pemahaman materi pelajaran yang diterima. Hasil pekerjaan

    kuis diberi skor dengan cara dicocokkan bersama-sama atau dikumpulkan untuk

    dikoreksi oleh guru.

    Komponen berikutnya adalah nilai perkembangan individu. Tujuan

    utama dengan adanya nilai perkembangan individu adalah untuk memberikan

    hasil akhir yang maksimal pada setiap peserta didik. Hal ini akan dapat diperoleh

    kalau peserta didik bekerja lebih keras dalam melaksanakan kuis. Nilai

    perkembangan individu didasarkan pada nilai awal pokok bahasan atau materi

    sebelumnya. Besarnya nilai perkembangan individu dapat dihitung dengan

    ketentuan sebagai berikut:

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    16

    Tabel 2.1. Nilai Perkembangan Individu

    Nilai Kuis Nilai Perkembangan

    Lebih dari 10 poin dibawah nilai awal 5

    Turun dari 1 sampai 10 poin dibawah nilai awal 10

    Sama dengan nilai awal sampai dengan 10 poin

    diatas nilai awal 20

    Lebih dari 10 poin diatas nilai awal 30

    Betul semua (nilai sempurna) 30

    (Sumber: Slavin, 2008:159)

    Komponen terakhir dalam model STAD adalah penghargaan kelompok.

    Penghargaan kelompok ditentukan berdasarkan nilai rata-rata kelompok yang

    diperoleh dengan cara menghitung nilai perkembangan dari setiap anggota

    kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok tersebut. Berdasarkan nilai

    perkembangan yang diperoleh kelompok, terdapat tiga tingkat penghargaan yang

    diberikan untuk prestasi kelompok:

    (1) Super Team (Tim Istimewa), diberikan kepada kelompok yang

    memperoleh skor rata-rata lebih besar atau sama dengan 25 poin;

    (2) Great Team (Tim Hebat), diberikan kepada kelompok yang

    memperoleh skor rata-rata antara 20 sampai dengan 25 poin;

    (3) Good Team (Tim Baik), diberikan kepada kelompok dengan skor rata-

    rata 15 sampai dengan 20 poin.

    Proses pembelajaran dengan model STAD dapat dibuat bagan sebagai

    berikut

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    17

    Gambar 2.1. Bagan Pembelajaran kooperatif STAD

    Menurut Mohamad Nur (2005:23-27), dalam penggunaan model

    pembelajaran STAD, guru perlu mempersiapkan hal-hal berikut :

    a. Bahan ajar

    Bahan ajar dapat dibuat sendiri oleh guru berupa lembar keja atau

    lembar diskusi siswa (LKS/LDS) yang dilengkapi dengan kunci

    jawabannya. Selain dua hal tersebut, guru juga harus mempersiapkan

    kuis untuk tiap kompetensi dasar yang direncanakan untuk diajarkan.

    b. Penempatan siswa dalam tim

    Tim siswa dalam STAD harus terdiri dari 4 sampai 5 siswa yang

    mewakili heterogenitas siswa dalam kelas.

    c. Penentuan skor dasar awal

    Skor dasar awal diperoleh dari nilai kuis atau nilai ujian sebelumnya.

    b. Kelebihan dan Kelemahan Tipe Pembelajaran STAD

    Setiap tipe pembelajaran tidak ada yang sempurna. Masing-masing

    memiliki kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan dari tope pembelajaran

    STAD antara lain: (1) Siswa dan guru mendapatkan kemudahan untuk memahami

    materi pelajaran; (2) Siswa secara kooperatif dapat menyelesaikan pokok-pokok

    materi yang dipelajari; (3) Siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya dengan

    adanya kerja sama semua unsur yang ada dalam kelas; (4) Siswa dapat

    meningkatkan kemampuannya dalam berdiskusi dan menyelesaikan tugas.

    Penghargaan Kelompok

    Nilai Perkembangan Individu

    Pelaksanaan Kuis Individual

    Kegiatan Kelompok

    Presentasi Materi Pelajaran

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    18

    Di samping kelebihan-kelebihan tersebut, tipe pembelajaran STAD juga

    memiliki kelemahan-kelemahan. Beberapa kelemahan dari tipe pembelajaran

    STAD adalah: (1) Apabila ada siswa yang tidak cocok dengan anggota

    kelompoknya, maka siswa tersebut kurang bisa bekerjasama dalam memahami

    materi; (2) Ada siswa yang kurang memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam

    kelompok belajar; (3) Apabila ada anggota kelompok yang malas, maka usaha

    kelompok dalam memahami materi maupun untuk memperoleh penghargaan

    kelompok tidak berjalan sebagaimana mestinya.

    Jadi, tipe pembelajaran kooperatif STAD merupakan tipe pembelajaran

    yang menekankan pada kegiatan belajar siswa secara bersama dalam suatu

    kelompok untuk saling membantu satu sama lain, sehingga terjadi interaksi antar

    siswa dalam kelompoknya untuk memecahkan masalah belajar. Penerapan tipe

    pembelajaran kooperatif STAD bertujuan agar siswa lebih termotivasi dalam

    belajar dan meningkatkan interaksi sosial siswa dalam kelompok belajarnya.

    5. Tipe Pembelajaran Jigsaw II

    a. Pengertian Tipe pembelajaran Jigsaw II

    Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II merupakan modifikasi dari

    model pembelajaran tipe Jigsaw yang sebelumnya dikembangkan oleh Aronson

    (Chan Kam-wing, 2004). Tipe pembelajaran Jigsaw II juga merupakan salah satu

    tipe pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Slavin.

    Dalam Jigsaw II siswa bekerja dalam tim-tim heterogen seperti pada

    STAD. Siswa ditugasi mempelajari materi pelajaran, dan diberikan lembar ahli

    yang berisi topik yang berbeda untuk anggota setiap tim. Setelah selesai

    mempelajari materi, siswa dari tim berbeda dengan topik yang sama bertemu

    dalam sebuah kelompok ahli untuk membahas topik mereka selama kurang

    lebih 30 menit. Para ahli ini kemudian kembali kepada tim asal mereka dan secara

    bergantian mengajar teman satu timnya tentang topik keahlian mereka.

    Akhirnya siswa diberi kuis tentang seluruh topik, dan skor kuis tersebut menjadi

    skor tim seperti pada STAD.

    Berikut skema kerja kelompok pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

    II

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    19

    Gambar 2.2. Skema Kerja Kelompok Pada Tipe Pembelajaran

    Jigsaw II

    Langkah-langkah pembelajaran tipe Jigsaw II adalah sebagai berikut :

    (a) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok asal. Setiap kelompok

    beranggotakan 3-5 siswa, tiap siswa diberi nomor.

    (b) Guru memberikan suatu permasalahan, pertanyaan, atau dalam bentuk

    LKS

    (c) Masing-masing siswa dalam kelompok asal yang sama mempelajari

    materi yang berbeda satu sama lain.

    (d) Siswa dari kelompok asal yang mempelajari materi yang sama,

    selanjutnya berkumpul dengan anggota kelompok lain guna membentuk

    kelompok gabungan ( kelompok ahli ). Dalam kelompok ahli, mereka

    membahas materi yang sama.

    (e) Setelah selesai berdiskusi, setiap anggota kembali ke kelompok asalnya.

    Anggota kelompok ahli dengan masing-masing materi yang dikuasai

    memberikan penjelasan kepada teman kelompoknya.

    (f) Guru memberikan pertanyaan secara acak kepada siswa dengan

    menyebutkan nomornya

    (g) Diadakan test individual dengan penghargaan kepada kelompok yang

    memperoleh nilai tinggi.

    Menurut Mohamad Nur (2005 : 69) Secara rinci, kegiatan dalam metode

    Jigsaw II dapat dijadwalkan sebagai berikut :

    (1) Membaca

    Siswa menerima topik topik ahli dan membaca bahan yang ditugaskan

    untuk mencari informasi.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    20

    (2) Diskusi kelompok ahli

    Siswa dengan topik ahli yang sama bertemu mendiskusikan informasi

    tersebut dalam kelompok-kelompok ahli.

    (3) Laporan tim

    Para ahli kembali ke tim asal mereka untuk mengajarkan topik-topik

    mereka kepada teman satu tim mereka.

    (4) Kuis

    Siswa mengerjakan kuis individual yang mencakup seluruh topik.

    (5) Penghargaan tim

    Skor tim dihitung seperti pada STAD.

    Proses pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat dibuat bagan sebagai

    berikut

    Gambar 2.3. Bagan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw II

    b. Kelebihan dan Kelemahan Tipe Pembelajaran Jigsaw II

    Kelebikan dari model pembelajaran kooperatif tipe Jigasaw II adalah :

    (1) Keaktifan setiap siswa dapat dimonitoring, sebab setiap siswa mempunyai

    tanggung jawab terhadap materi yang menjadi tanggungjawabnya; (2) Jigsaw II

    juga memberikan pengalaman pada siswa untuk berani berbicara dan

    menyampaikan materi ataupun pendapatnya kepada teman sekelompok dengan

    Membaca

    Diskusi Kelompok Ahli

    Laporan Tim

    Kuis

    Penghargaan Tim

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    21

    caranya sendiri; (3) Melatih siswa bagaimana cara berkomunikasi dengan baik

    dan saling bekerja sama dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

    Selain memiliki kelebihan Jigsaw II tentu saja memiliki kekurangan,

    diantaranya adalah : (1) Apabila ada siswa yang kurang tepat dalam

    menyampaikan materi, maka akan mempengaruhi hasil belajar kelompokkya; (2)

    Membutuhkan banyak waktu; (3) Siswa yang dominan akan mendominasi dalam

    kegiatan kelompok, dan siswa yang lambat akan cenderung pasif dan minder,

    sedang siswa yang pandai kadang merasa bosan dengan anggota kelompok yang

    lamban; (4) Guru kemungkinan akan merasa kerepotan saat mengatur jalannya

    diskusi dan saat pergantian kelompok.

    6. Interaksi Sosial

    a. Pengertian Interaksi Sosial

    Manusia selain sebagai makhluk individu, juga merupakan makhluk

    sosial. Hal ini berarti manusia akan selalu membutuhkan bantuan atau peranan

    orang lain dalam kehidupannya, terutama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

    Oleh karena itu, ia akan cenderung hidup bersama-sama atau berkelompok. Dalam

    kebersamaan tersebut, tentunya mereka akan saling berkomunikasi. Proses

    komunikasi inilah yang merupakan salah satu bentuk interaksi sosial.

    Menurut Bonner dalam Abu Ahmadi (2002: 54) Interaksi sosial adalah

    suatu hubungan antara dua orang atau lebih sehingga kelakuan individu yang satu

    akan mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain

    dan sebaliknya. Menurut psikologi tingkah laku, interaksi sosial adalah interaksi

    yang berisikan saling perangsangan dan pereaksian antara kedua belah pihak

    individu. Sedangkan menurut Young dalam Ary H Gunawan (2001: 31) Interaksi

    sosial adalah kontak timbal balik antara dua orang atau lebih.

    Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya

    interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih.

    Hubungan tersebut akan saling mempengaruhi individu yang satu dengan individu

    yang lain sehingga terjadi suatu komunikasi.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    22

    b. Jenis-jenis Interaksi sosial

    Menurut Ary Gunawan ( 2001: 32-33 ) jenis-jenis interaksi sosial dapat

    ditinjau dari berbagai segi, yaitu :

    1) Dari Subjeknya dibedakan menjadi:

    a. Interaksi antara orang per orang

    b. Interaksi antara orang dengan kelompok

    c. Interaksi antar kelompok

    2) Menurut caranya

    a. Interaksi langsung

    b. Interaksi simbolik

    3) Menurut Bentuknya

    a. Kerjasama

    b. Persaingan

    c. Pertikaian

    d. Akomodasi

    4) Interaksi Sosial Siswa

    Menurut Sardiman A.M (2007: 111) Siswa atau anak didik adalah salah

    satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar

    mengajar. Dengan kata lain siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai

    pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai

    tujuan. Siswa akan menjadi faktor penentu, sehingga menuntut dan dapat

    mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya.

    Berdasarkan pengertian ini, dapat dikatakan bahwa interaksi sosial siswa

    merupakan interaksi sosial yang dilakukan oleh siswa dalam belajar

    Proses belajar mengajar yang berlangsung dalam dunia pendidikan

    memiliki banyak unsur yang perlu diperhatikan. Salah satu unsur yang

    diperhatikan pertama kali adalah siswa, karena siswa yang mempunyai tujuan,

    baru setelah itu menurun ke unsur-unsur yang lain. Misalnya materi yang

    diajarkan, bahan apa yang diperlukan, bagaimana cara mengajarkan, alat apa yang

    cocok dan mendukung, semua itu harus disesuaikan dengan keadaan atau

    karakteristik siswa. Itulah sebabnya siswa merupakan subyek belajar yang

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    23

    nantinya akan menjalin hubungan, baik dengan guru maupun dengan sesama

    siswa. Berdasarkan hal tersebut maka didapatkan pengertian bahwa interaksi

    sosial siswa adalah hubungan yang saling mempengaruhi antara siswa dengan

    guru atau siswa dengan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

    e. Interaksi Sosial dalam Proses Pembelajaran

    Proses pembelajaran merupakan proses kegiatan interaksi antara dua

    unsur manusia, yaitu siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak

    yang mengajar, dengan demikian siswa sebagai subyek pokoknya. Hal ini sejalan

    dengan apa yang dikemukakan oleh Sardiman A.M (2007: 2) bahwa Interaksi

    belajar mengajar mengandung arti adanya kegiatan interaksi dari tenaga pengajar

    di satu pihak dengan warga belajar (siswa, anak didik, peserta didik/subyek

    belajar) yang sedang melaksanakan belajar di pihak lain.

    Interaksi sosial dalam proses pembelajaran berkenaan dengan komunikasi

    atau hubungan timbal balik atau hubungan dua arah antar siswa dan guru atau

    siswa dengan siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Interaksi sosial

    dalam proses pembelajaran dapat terlihat pada: (1) Tanya jawab atau dialog antara

    guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa; (2) Bantuan guru terhadap

    siswa yang mengalami kesulitan belajar, baik secara individual maupun

    kelompok; (3) Keberadaan guru dalam situasi belajar mengajar sebagai fasilitator

    belajar; (4) Adanya kesempatan mendapatkan umpan balik secara

    berkesinambungan dari hasil belajar yang diperoleh siswa. Atau dengan kata lain

    adakah keterbukaan, perhatian, saling tanggap dan ketergantungan baik antara

    siswa dengan guru maupun antara siswa dengan siswa lain ataukah tidak ada.

    Interaksi sosial yang baik antara guru dengan siswa maupun antar siswa

    dalam proses pembelajaran akan menentukan pencapaian tujuan belajar maupun

    tujuan pendidikan itu sendiri. Salah satu tujuan pendidikan adalah adanya

    perubahan tingkah laku dan kepribadian peserta didik, hingga mencapai

    kepribadian yang utuh dan mandiri.

    f. Ciri-ciri Interaksi sosial siswa dalam proses pembelajaran

    Dalam proses pandidikan, interaksi yang terjadi antar komponen

    pendidikan haruslah bersifat edukatif, secara sadar mempunyai tujuan mendidik,

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    24

    untuk mengantarkan anak didik menuju kedewasaannya. Ciri-ciri interaksi

    belajar-mengajar antara lain sebagai berikut:

    1) Interaksi belajar-mengajar mempunyai tujuan 2) Ada sesuatu prosedur yang direncanakan, didesain dan ditetapkan 3) Ditandai adanya aktifitas siswa 4) Ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus 5) Guru berperan sebagai pembimbing 6) Membutuhkan disiplin (pola tingkah laku diatur sedemikian rupa) 7) Adanya batas waktu. (Edi Suardi dalam Sardiman A. M. 2007: 15)

    Sardiman A. M. (2001: 22) mengemukakan bahwa Proses interaksi itu

    adalah 1) Proses Internalisasi dari sesuatu ke dalam diri yang belajar. 2) dilakukan

    secara aktif dengan segenap panca indera ikut beroperasi. Dalam hal ini

    partisipasi merupakan peran aktif peserta didik dalam interaksi. Menurut Nana

    Sudjana (1996: 61) keaktifan peserta didik dapat dilihat dalam hal:

    1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya

    2) Terlibat dalam pemecahan masalah

    3) Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami

    persoalan yang dihadapi

    4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan

    masalah

    5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru

    6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya

    7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalahh yang sejenis

    8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya

    dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

    g. Interaksi Sosial di Luar Proses Pembelajaran

    Hubungan guru dengan siswa dalam proses belajar-mengajar merupakan

    faktor yang sangat menentukan. Bagaimanapun baiknya bahan pelajaran yang

    diberikan, bagaimanapun sempurnanya metode yanag dipergunakan, namun jika

    hubungan guru-siswa merupakan hubungan yanag tidak harmonis, maka dapat

    menciptakan suatu keluaran yang tidak diinginkan. Sardiman A. M. (2001: 145)

    mengemukakan bahwa kegiatan belajar-mengajar, tidak hanya melalui

    presentasi atau sistem di depan kelas. Dalam hal ini, salah satu cara adalah adanya

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    25

    contact-hours di dalam hubungan guru-siswa. Contact-hours adalah jam-jam

    bertemu antara guru-siswa di luar jam-jam presentasi atau mengajar di depan

    kelas seperti biasanya.

    Pada saat-saat semacam itu dapat dikembangkan komunikasi dua arah.

    Guru dapat menanyai dan mengungkapkan keadaan siswa dan sebaliknya siswa

    mengajukan berbagai persoalan dan hambatan yang sedang dihadapi. Terjadilah

    proses interaksi dan komunikasi yang humanistik. Hal ini jelas akan sangat

    membantu keberhasilan studi para siswa. Berhasil dalam arti tidak hanya sekedar

    tahu atau mendapatkan nilai baik dalam ujian, tetapi akan menyentuh pada soal

    sikap mental dan tingkah laku atau hal-hal yang intrinsik.

    7. Kemampuan Kognitif Siswa

    Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang artinya mengetahui.

    Dalam arti luas, cognition ( kognisi ) berarti perolehan, penataan, dan penggunaan

    pengetahuan (Neiser, 1976 dalam Slameto 1995 : 12). Dalam perkembangannya

    istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu ranah kemampuan manusia

    yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman,

    pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesenjangan dan

    keyakinan.

    Kemampuan kognitif dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk

    menggunakan pengetahuan yang dimiliki secara optimal untuk memecahkan

    masalah yang berhubungan dengan diri dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu

    pendidikan dan pembelajaran perlu diupayakan agar kemampuan kognitif para

    siswa dapat berfungsi secara positif dan bertanggungjawab.

    Untuk mengembangkan kemampuan kognitif siswa dalam memecahkan

    masalah dengan menggunakan pengetahuan yang dimiliki serta keyakinan

    terhadap nilai-nilai moral yang menyatu dalam pengetahuannya, guru diharapkan

    melatih penggunaan pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu ( procedural

    knowledge) yang relevan dengan kemampuan normatif (declarative knowledge).

    Hal ini berhubungan dengan penggunaan pendekatan dan metode mengajar yang

    memungkinkan siswa menggunakan strategi belajar yang berorientasi pada

    pemahaman mendalam terhadap isi pelajaran. Sehubungan dengan hal ini,

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    26

    Muhibbin Syah (1995: 84) mengemukakan bahwa guru diharapkan mampu

    menjauhkan siswa, strategi dan preferensi akal, yang hanya mengarah pada aspirsi

    asal naik atau lulus.

    Menurut WS Winkel (1996) dasar pembagian kemampuan kognitif

    sering menjadi pedoman dalam menggolongkan jenis perilaku, misalnya dalam

    taksonomi tujuan instruksional yang dikembangkan oleh BS Bloom da kawan-

    kawannya. BS Bloom dan kawan-kawannya menjadi kelompok pelopor dalam

    menyumbangkan klasifikasi tujuan instruksional (education objective). Adapun

    klasifikasi kemampuan kognitif Bloom adalah sebagai beriku :

    a. Pengetahuan (knowledge) Kemampuan kognitif ini mencakup ingatan siswa akan hal-hal yang

    pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal ini dapat meliputi fakta,

    kaidah, dan prinsip yang diketahui.

    b. Pemahaman (comprehension) Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk menangkap

    makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Hal itu meliputi pengertian

    terhadap hubungan antar faktor, hubungan antar konsep, hubungan sebab

    akibat, dan penarikan kesimpulan.

    c. Penerapan ( application) Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk menerapkan

    suatu kaidah atau prinsip-prinsip pada suatu kasus atau masalah yang

    konkret dan baru atau penggunaan pengetahuan tersebut dalam kehidupan

    sehari-hari.

    d. Analisis (analysis) Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk merinci

    suatu kesatuan kedalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau

    organisasinya dapat dipahami dengan baik. Adapun kemampuan ini

    dinyatakan dalam penganalisaan bagian-bagian pokok atau komponen-

    komponen dasar bersama-sama dengan hubungan antar bagian-bagian itu.

    e. Sintesis (synthesis) Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk membentuk

    suatu kesatuan atau pola baru meliputi menggabungkan berbagai informasi

    menjadi suatu kesimpulan atau konsep.

    f. Evaluasi (evaluation) Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk membentuk

    suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal bersama

    pertanggungjawaban pendapat tersebut yang berdasarkan kriteria tertentu,

    kemampuan ini dinyatakan dalam memberikan penilaian terhadap sesuatu.

    Menurut Nana Sudjana (2006 : 2), dari keenam tingkatan tersebut, kedua

    aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    27

    termasuk kognitif tingkat tinggi. Setiap penguasaan tiap tingkatan tersebut

    berdasarkan pada jenjang perkembangan usia dan kedewasaan anak didik. Pada

    jenjang SMA kemampuan kognitif yang harus dikuasai adalah satu sampai

    jenjang empat, yaitu dari pengetahuan sampai analisis.

    8. Konsep Listrik Dinamis

    a. Kuat arus listrik

    Arus listrik adalah aliran partikel-partikel bermuatan listrik. Pada abad ke-

    19, sebelum elektron ditemukan, arus listrik ditetapkan sebagai partikel-partikel

    bermuatan positif yang bergerak dari kutub positif ke kutub negatif baterai. Arah

    arus ini disebut arah arus listrik konvensional. Pergerakan muatan ini terjadi pada

    bahan yang disebut konduktor. Arah aliran elektron berlawanan dengan arah

    aliran partikel bermuatan positif (gambar 2.4). Jadi, seharusnya arus listrik

    didefinisikan berdasarkan aliran muatan negatif atau arus elektron. Oleh karena

    muatan negatif yang mengalir dalam satu arah ekivalen dengan muatan positif

    yang mengalir dalam arah berlawanan, maka arus listrik tetap didefinisikan

    berdasarkan aliran muatan positif (arus konvensional).

    Arus konvensionalArus elektron

    Gambar 2.4. Arus Elektron Berlawanan dengan Arus Konvensional

    Arus listrik selalu mengalir dari tempat yang berpotensial tinggi ke tempat yang

    berpotensial rendah.

    Makin banyak muatan positif yang mengalir melalui suatu penampang

    kawat dalam suatu selang waktu dt, makin besar arus listriknya. Besaran yang

    menyatakan kualitas arus listrik disebut kuat arus listrik I. Kuat arus listrik I

    didefinisikan sebagai banyak muatan positif dq yang mengalir melalui penampang

    seutas kawat penghantar per satuan waktu dt, seperti terlihat pada Gambar 2.5.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    28

    dt

    dqI ................................................................................................ (2.1)

    Untuk arus searah, banyak muatan listrik yang mengalir melalui penampang

    kawat adalah konstan terhadap waktu, sehingga persamaan (2.1) dapat dituliskan

    t

    qI .................................................................................................. (2.2)

    I = kuat arus listrik

    dt = selang waktu

    dq = banyaknya muatan yang mengalir

    Permukaan

    Gambar 2.5. Kuat Arus Listrik Merupakan Kelajuan Muatan

    yang Melewati Suatu Luasan Tertentu.

    Dengan demikian, satuan arus listrik dalam SI adalah coulomb per sekon (C/s)

    yang lebih dikenal dengan ampere (A). Besaran kuat arus I dan waktu t termasuk

    besaran pokok sedangkan muatan q adalah besaran turunan.

    b. Hukum Ohm

    Hukum ohm menyatakan tegangan V pada ujung-ujung sebuah

    komponen ohmik (komponen yang memenuhi hukum ohm) adalah sebanding

    dengan kuat arus I yang melalui komponen itu, asal suhu komponen dijaga tetap.

    Selanjutnya pembagian antara V dan I disebut hambatan R, secara matematis

    dapat di tulis sebagai IV

    konstant I

    V

    RI

    V

    maka diperoleh IRV ....(2.4)

    dimana V = Tegangan (V)

    I = Kuat arus (A)

    R = Hambatan ()

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    29

    c. Faktor faktor yang mempengaruhi hambatan

    1) Suhu

    Umumnya, hambatan jenis bahan berubah jika suhu berubah. Hal

    tersebut dapat dibuktikan dengan percobaan seperti pada gambar (2.6) di bawah

    ini.

    Gambar 2.6. Rangkaian untuk Menyelidiki Pengaruh Suhu

    Pada Hambatan Kawat

    Ketika kumparan menjadi panas dan berwarna merah, maka lampu

    berpijar lebih redup. Ini menandakan bahwa kuat arus yang melalui lampu

    berkurang. Karena tegangan baterai tetap, maka hambatan kumparan kawat yang

    bertambah. Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa hambatan bertambah

    jika suhunya naik.

    Dalam suatu batas perubahan suhu tertentu, perubahan fraksi hambatan

    jenis (/0) sebanding dengan perubahan suhu (T):

    0

    = T .................................................. .(2.5)

    dengan = - 0 (2.6)

    T = T T0 .(2.7)

    dengan menggabungkan persamaan (2.4), (2.5) dan (1.6) akan diperoleh

    persamaan sebagai berikut:

    T1ot (2.8)

    Keterangan: t = hambat jenis setelah suhu dinaikkan (m)

    o = hambat jenis mula-mula (m)

    = tetapan suhu (/oC)

    T = perubahan suhu (oC)

    Kumparan

    Pembakar Bunsen

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    30

    Identik dengan persamaan (2.8) di atas nilai hambatan penghantar logam

    bertambah dengan naiknya suhu. Oleh karena hambatan suatu penghantar

    bergantung pada hambatan jenis yang merupakan fungsi linier dari suhu maka

    hambatan penghantar juga merupakan fungsi linier dari suhu.

    T1RR ot ..(2.9) Keterangan Rt = hambatan setelah suhu dinaikkan ()

    Ro = hambatan mula-mula ()

    = tetapan suhu hambat jenis (C

    1o

    )

    T = perubahan suhu (oC)

    2) Panjang, luas penampang, dan jenis bahan suatu penghantar

    Besar hambatan suatau penghantar pada suhu tertentu sebanding dengan

    panjang hambatan, jenis penghantar dan berbanding terbalik dengan luas

    penampangnya:

    A

    LR

    A

    LR ..(2.10)

    Keterangan : R = hambatan ()

    L = panjang penghantar (m)

    A = luas penampang penghantar (m2)

    = hambat jenis (m).

    Untuk kawat berbentuk kawat yang penampangnya berbentuk lingkaran, maka

    dapat dicari luas penampangnya jika jari-jari atau diameternya diketahui,yaitu:

    2rA atau 4

    DA

    2 . (2.11)

    Besaran adalah suatu tetapan yang disebut hambatan jenis kawat.

    merupakan sifat khas bahan kawat dan tidak tergantung ukuran atau bentuk kawat.

    Artinya, untuk jenis bahan kawat yang sama, nilai adalah tetap. Karena satuan R

    dalam , L dalam m dan A dalam m2, maka satuan adalah m.

    d. Hukum I Kirchhoff

    Rangkaian listrik biasanya terdiri dari banyak hubungan sehingga akan

    terdapat banyak cabang maupun titik simpul. Titik simpul adalah titik pertemuan

    tiga cabang atau lebih. Hubungan jumlah kuat arus listrik yang masuk ke titik

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    31

    simpul sama dengan jumlah kuat arus listrik yang keluar daripadanya dikenal

    sebagai hukum I Kirchhoff.

    Hukum I Kirchhoff tersebut sebenarnya tidak lain dari hukum kekekalan

    muatan listrik seperti tampak di dalam analogi yang ada pada Gambar 2.7 berikut.

    Hukum I Kirchhoff secara matematis dapat dituliskan sebagai

    Imasuk = Ikeluar ................................................................................ (2.12)

    Aliran masuk Aliran keluar

    Gambar 2.7. Skema Diagram untuk Hukum I Kirchhoff

    Serta Analogi Mekaniknya

    Pembahasan di atas merupakan salah satu dasar kita dalam mempelajari

    rangkaian seri dan paralel selain hukum Ohm.

    e. Susunan seri dan parallel rangkaian listrik

    1) Rangkaian seri hambatan

    Baterai

    (a)

    ai

    c

    I I

    ba cR

    1R

    2

    V

    V

    R3

    (b)

    Gambar 2.8 (a) Dua buah Lampu yang Dihubungkan Secara Seri dan

    (b) Rangkaian Pengganti Peralatan Tersebut.

    Berdasarkan hokum I Kirchhoff, maka kuat arus yang melalui setiap komponen

    rangkaian pada Gambar 2.8 besarnya sama.

    III )R()R( 21 .(1.13)

    Tegangan total adalah jumlah dari teganagn masing-masing penghantar

    VbcVabVac ....(2.14)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    32

    212)R(1)R(s RRIRIRIIR 21 .......(2.15)

    Hambatan penggantinya adalah

    21seri RRR .....(2.16)

    dan Perbandingan potensialnya adalah

    2

    1

    bc

    ab

    R

    R

    V

    V .........(2.17)

    2) Rangkaian paralel hambatan

    Gambar 2.9. Rangkaian Hambatan Paralel

    Dengan menggunakan hukum I Kirchhoff, untuk rangkaian pada Gambar 2.9

    diperoleh

    I = I1 + I2 ........................................................................................... (2.18)

    I = gab2121 R

    V

    R

    1

    R

    1V

    R

    v

    R

    V

    ............................................... (2.19)

    Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hambatan gabungan (Rgab) beberapa

    hambatan yang terhubung secara paralel dapat dituliskan sebagai

    R

    1

    R

    1

    R

    1

    21gab

    ....................................................................... (2.20)

    Apabila ada n buah hambatan yang dihubungkan secara paralel, hambatan

    penggantinya Rgab akan memenuhi

    R

    1 ...

    R

    1

    R

    1

    R

    1

    n21gab

    .................................................. (2.21)

    Untuk dua komponen R1 dan R2 yang disusun paralel maka hambatan pengganti,

    paralel dapat dihitung lebih cepat dengan persamaan khusus:

    Rgab = R R

    R x R

    n penjumlaha

    perkalian

    21

    21

    ................................................ (2.22)

    I1

    I2

    I3

    I I

    E

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    33

    3) Rangkaian seri sumber tegangan identik

    Gambar 2.10. Rangkaian Seri Sumber Tegangan

    Kuat arus yang mengalir pada rangkaian sumber tegangan yang disusun secara

    seri seperti pada Gambar 2.10 adalah :

    Rr

    EI

    .........................(2.23)

    Keterangan : E = jumlah sumber tegangan.

    r = jumlah hambatan dalam.

    R = hambatan luar.

    I = kuat arus.

    4) Rangkaian paralel sumber tegangan identik

    Gambar 2.11. Rangkaian Parallel Sumber Tegangan Identik

    Kuat arus yang mengalir pada sumber tegangan identik yang dirangkai secara

    paralel seperti pada Gambar 2.11 adalah :

    nRr

    nEIatau

    Rn

    r

    EI

    ................................(2.24)

    Keterangan n = jumlah sumber tegangan yang diparalel.

    n

    r= hambatan penganti dari sumber.

    E1r1

    E2r2

    E3r3

    R

    I I

    E1r1 E2r2 E3r3

    R I

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    34

    f. Prinsip Jembatan Wheatstone

    Rangkaian Jembatan Wheatstone ditunjukkan pada gambar 2.12 berikut:

    Gambar 2.12. Rangkaian Jembatan Wheatstone.

    Pada rangkaian Gambar 2.12 diatas jarum galvanometer peka G akan

    menyimpang ke kiri atau ke kanan dari kedudukan seimbangnya ( kedudukan

    setimbang ditunjukkan jarum menunjuk angka nol, angka nol berada pada tengah-

    tengah seluruh skala).

    Dengan mengatur nilai hambatan, bias membuat jembatan seimbang

    (melalui galvanometer = 0). Pada keadaan ini arus yang melalui R1 dan R2 sama

    besar dan arus yang melalui R3 dan R4 sama besar, sehingga

    ADAB VV .......... (2.25)

    DCBC VV ........... (2.26)

    Sehingga :

    3211 RIRI ..............(2.27)

    4221 RIRI ...............(2.28)

    Dari persamaan (2.27) dan (2.28) didapatkan:

    2

    4

    1

    3

    2

    1

    R

    R

    R

    R

    I

    I sehingga

    2

    4

    1

    3

    R

    R

    R

    R atau 3241 RRRR ..(2.29)

    dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa pada rangkaian Wheatstone yang

    seimbang, hasil kali dua hambatan yang saling berhadapan sama besar.

    G

    R1 R2

    R3 R4 I I

    A

    B

    C

    D

    I1

    I2

    I1

    I2

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    35

    g. Energi listrik

    Jika membahas tentang listrik maka tidak bisa lepas dari sumber arus.

    Misalnya baterai, akumulator atau generator (PLN). Sumber arus itu sering juga

    disebut sumber tegangan dan sebenarnya merupakan sumber energi. Energinya

    adalah energi listrik. Energi listrik adalah energi yang mampu menggerakkan

    muatanmuatan listrik pada suatu beda potensial tertentu.

    Energi untuk memindahkan muatan sebesar Q dari satu titik ke titik lain

    yang berbeda potensial V memenuhi hubungan berikut.

    W = Q V

    dimana Q = I t. Dengan substitusi nilai Q ini diperoleh persamaan berikut:

    W=VIt . ...........................................................................................................(2.30)

    dengan : W = energi listrik yang diserap hambatan (joule)

    V = beda potensial ujung-ujung hambatan (volt)

    I = kuat arus yang mengalir pada hambatan (A)

    t = waktu aliran (s)

    dengan mensubstitusikan V = IR pada persamaan 2.30 diperoleh persamaan

    berikut

    t

    R

    VW

    RtIW

    2

    2

    ........................................................................................................(2.31)

    h. Daya listrik

    Jika diamati data-data pada lampu, alat-alat listrik lain atau bahkan pada

    meteran PLN akan didapatkan besaran yang bersatuan watt. Misalnya data lampu

    100 watt/220 volt. Besaran yang bersatuan watt inilah yang dinamakan daya.

    Daya listrik merupakan besarnya energi yang mengalir atau diserap alat

    tiap detik. Definisi lain, daya didefinisikan sebagai laju aliran energi. Dari

    definisi ini daya listrik dapat dirumuskan seperti di bawah.

    t

    WP ............................................................................................................(2.32)

    Jika nilai W disubstitusikan dari persamaan 2.30 pada persamaan 2.32 dapat

    diperoleh hubungan berikut :

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    36

    RIP

    VIP

    2

    R

    VP

    2

    ..........................................................................................................(2.33)

    B. Penelitian yang Relevan

    Penelitian tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD sebelumnya telah

    dilakukan oleh Francis A Adesoji dan Tunde L Ibraheem pada tahun 2009

    mengenai materi kimia kinetik. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa

    STAD cooperative learning strategy had the potensial to improve students

    learning outcome. Jadi, STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

    Pada tahun 2009 Keymal Doymus dan kawan-kawan melakukan

    penelitian dengan membandingkan dua tipe pembelajaran kooperatif, Group

    Investigation dan Jigsaw. Hasil penelitian tersebut nyatakan bahwa group

    investigation cooperative teaching was found to be no more effective in term of

    academic achivement than the jigsaw our study. Jadi, pembelajaran kooperatif

    tipe Group Investigation tidaklah lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran

    tipe Jigsaw dalam kaitannya dengan prestasi akademik siswa. Pada penelitian ini

    digunakan dua tipe pembelajaran kooperatif, yaitu tipe STAD dan Jigsaw II yang

    merupakan pengembangan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

    Pada penelitian ini juga digunakan interaksi sosial siswa sebagai tinjauan.

    Penelitian mengenai interaksi sosial ini pernah dilakukan oleh Ela Nisriyana

    khususnya pada interaksi dalam kelompok teman sebaya yang dikaitkan dengan

    motivasi belajar siswa. Hasil penelitian tersebut menyebutkan Ada hubungan

    yang signifikan antara interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya dengan

    motivasi belajar pada siswa (Ela N,2007 : 52).

    C. Kerangka Berpikir

    Berdasarkan