AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

96
UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA DENGAN PENDEKATAN BELAJAR BERMAKNA (MEANINGFUL LEARNING) (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Waskita Madya Kota Tangerang) Oleh : AKHMAD HAMAMI NIM. 102017023926 JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M i

Transcript of AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

Page 1: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP

MATEMATIKA SISWA DENGAN PENDEKATAN BELAJAR

BERMAKNA (MEANINGFUL LEARNING)

(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Waskita Madya Kota Tangerang)

Oleh :

AKHMAD HAMAMI

NIM. 102017023926

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M

i

Page 2: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP

MATEMATIKA SISWA DENGAN PENDEKATAN BELAJAR

BERMAKNA (MEANINGFUL LEARNING)

(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Waskita Madya Kota Tangerang)

Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan Matematika

Oleh :

AKHMAD HAMAMI

NIM. 102017023926

Di Bawah Bimbingan :

Pembimbing I,

Drs. H.M. Ali Hamzah, M.Pd. NIP. 19480323 1982 03 1 001

Pembimbing II,

Abdul Muin, S.Si., M.Pd. NIP. 19751201 2006 04 1 003

ii

Page 3: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi yang berjudul : ”Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Dengan Pendekatan Belajar Bermakna (Meaningful Learning) (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Waskita Madya Kota Tangerang)” yang disusun oleh Akhmad Hamami NIM : 102017023926 telah diujikan pada tanggal 10 Agustus 2010 dan telah diterima oleh Dewan Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S-1) pada Jurusan/Prodi Pendidikan Matematika.

Jakarta, 28 September 2010

Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan / Prodi) Tanggal Tanda Tangan Maifalinda Fatra, M.Pd NIP. 19700528 199603 2 002

Sekretaris (Sekretaris Jurusan / Prodi) Otong Suhyanto, M.Si NIP. 19681104 199903 1 001 Penguji I Maifalinda Fatra, M.Pd NIP. 19700528 199603 2 002 Penguji II Otong Suhyanto, M.Si NIP. 19700528 199603 2 002

Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP. 19571005 198703 1 003

iii

Page 4: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : AKHMAD HAMAMI

NIM : 102017023926

Jurusan : Pendidikan Matematika

Angkatan Tahun : 2002

Alamat : Jl. KH. Agus Salim Gg. Masjid 1 RT.001/06 No.58 Kel. Poris Plawad Kec.Cipondoh Kota Tangerang

Provinsi Banten

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa Skripsi yang berjudul ”Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Dengan Pendekatan Belajar Bermakna (Meaningful Learning) (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Waskita Madya Kota Tangerang)” adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan Dosen : Nama : Drs. H.M. Ali Hamzah, M.Pd NIP : 19480323 1982 03 1 001 Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika

Nama : Abdul Muin, S.Si., M.Pd NIP : 19751201 2006 04 1 003 Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekwensi apabila ternyata skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, 14 Juli 2010 Yang Menyatakan,

( AKHMAD HAMAMI )

iv

Page 5: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun merasa berat,

dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah SWT. Yang demikian adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui (QS. At-Taubah : 41)

Hanya penderitaan hidup yang mengajarkan manusia untuk menghargai

kebahagiaan dan kebaikan serta kebagusan hidup (Hadits)

Persembahan :

Ku persembahkan buah karya ilmiah ini kepada Kedua Orang Tuaku (Bapak dan Ibu) tercinta, serta Kakak dan Adikku yang sangat aku Banggakan, karena merekalah yang telah mencurahkan kasih sayangnya kepadaku, dan selalu mendo’akan serta memberikan semangat dalam menempuh studi akhir ini yang penuh dengan tantangan dan halangan serta perjuangan yang keras demi pendewasaan tingkat keilmuan Aku sebagai Mahasiswa..

v

Page 6: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

ABSTRAK

Akhmad Hamami, ”Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep

Matematika Siswa Dengan Pendekatan Belajar Bermakna (Meaningful Learning) (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Waskita Madya Kota Tangerang)”. Skripsi Strata Satu (S-1) Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika pada siswa melalui pendekatan belajar bermakna (meaningful learning). Selain itu juga dapat bermanfaat dalam mereformasi proses pembelajaran yang selama ini masih menerapkan metode dan strategi pembelajaran matematika yang monoton menjadi proses yang menyenangkan (Fun) dan mencerdaskan (Brillian) yang membuat siswa aktif dan kreatif serta bermakna. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (clasroom action research). Penelitian ini menggunakan 3 siklus yang terdiri dari empat tahap yang saling berkaitan. Keempat tahap tersebut adalah tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IX-B (Sembilan) di SMP Waskita Madya Kota Tangerang Tahun Pelajaran 2009/2010 dari bulan Juli sampai dengan bulan September 2009. Jumlah siswa kelas IX-B di SMP Waskita Madya Kota Tangerang dalam penelitian ini adalah 28 siswa. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pendekatan belajar bermakna dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa SMP Waskita Madya Kota Tangerang yang berdasarkan pada siklus III dengan perolehan nilai rata-rata keseluruhan siklus III adalah 65,64. Siklus ini berhenti pada siklus III karena telah mencapai nilai ketuntasan belajar matematika yang diterapkan di sekolah yaitu 60. Kata kunci : Pemahaman Konsep, Matematika, Belajar Bermakna (Meaningful Learning). xv +, 82, 6 tabel, 5 gambar, 59 lampiran.

vi

Page 7: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

ABSTRACT

vii

Page 8: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas kehendak-NYA penulis

dapat menyusun skripsi ini. Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah

dalam rangka guna memenuhi salah satu persyaratan akademik untuk memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta. Sedangkan judul skripsi ini adalah ”Upaya Peningkatan Pemahaman

Konsep Matematika Siswa Dengan Pendekatan Belajar Bermakna (Meaningful

Learning) (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Waskita Madya Kota Tangerang)”.

Dalam penyusunan skripsi ini peneliti banyak sekali menerima bantuan,

bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat

menyelesaikan dengan baik skripsi ini. Maka dalam kesempatan ini penulis

dengan ketulusan hati mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Otong Suhyanto, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan

Matematika pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Drs. H.M. Ali Hamzah, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I dalam

penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Abdul Muin, S.Si., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II dalam

penyusunan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Matematika dan Staf jurusan

Pendidikan Matematika pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

viii

Page 9: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

7. Bapak Suhanda, S.Pd.I, M.Pd. selaku Kepala SMP Waskita Madya Kota

Tangerang yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh Dewan Guru, Staf dan siswa SMP Waskita Madya Kota Tangerang

yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Bapak Palupi Kriswanto, ST., selaku Guru Matematika di SMP Waskita

Madya Kota Tangerang yang telah membantu penulis dalam pengumpulan

data skripsi ini.

10. Teristimewa Ibunda Tersayang Marsih, dan Ayahanda Dadang Suwardi yang

selalu memberikan motivasi dan dukungan baik moril maupun materil dalam

menyelesaikan skripsi ini, dan kedua Nenekku tersayang Hj. Hasanah dan

Khodijah (mak tua Dijjah) terima kasih atas semua bantuan dan dukungannya

selama ini, skripsi ini sebagai bukti aku telah memenuhi janjiku selama ini aku

tidak akan pernah bisa membalas semua jasamu.

11. Kakakku Mansuri dan Adikku Irna Budiyanti yang tiada hentinya memberikan

motivasi dan dukungannya dalam penyusunan skripsi ini.

12. Kekasihku yang tercinta Khairun Nisa, S.Si, Apt., yang selalu memberikan

motivasi dan dukungannya dalam penyusunan skripsi ini.

13. Rekan-Rekan Mahasiswa jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2002 dan

2003, 2005 pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam

pembuatan skripsi ini.

14. Serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah

membantu sehingga bisa terselesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi yang dibuat ini dapat memberikan inspirasi dan manfaat

bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Amiin.

Jakarta, 14 Juli 2010

Penulis,

( AKHMAD HAMAMI )

ix

Page 10: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................................ iii

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH .................................................. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. v

ABSTRAK ...................................................................................................... vi

ABSTRACT .................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ................................... 4

1. Identifikasi Area .................................................................. 4

2. Fokus Penelitian .................................................................. 5

C. Pembatasan Fokus Penelitian .................................................. 5

D. Perumusan Masalah Penelitian ............................................... 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 6

1. Tujuan Penelitian ................................................................ 6

2. Manfaat Penelitian .............................................................. 6

BAB II LANDASAN TEORETIS

A. Pengertian Matematika ............................................................ 7

B. Pengertian Konsep Dalam Belajar Matematika ...................... 8

C. Pemahaman Konsep Matematika ............................................ 14

D. Pengertian Pendekatan Belajar Bermakna ........……………… 17

E. Penerapan Belajar Bermakna (Meaningful Learning) Dalam

Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika .................... 24

x

Page 11: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

F. Kajian Penelitian Yang Relevan ............................................. 26

G. Pengajuan Konseptual Intervensi Tindakan ........................... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 28

B. Rancangan Siklus Penelitian ................................................... 28

C. Subjek Penelitian ..................................................................... 34

D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian ............................ 35

E. Tahapan Intervensi Tindakan .................................................. 35

F. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan .......................... 36

G. Jenis dan Sumber Data ............................................................ 36

H. Instrumen Pengumpul Data Yang Digunakan ......................... 36

I. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 37

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi ............................ 37

K. Analisis Data dan Interprestasi Hasil Analisis ........................ 38

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ................................... 38

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ......................................................................... 39

B. Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................. 69

C. Analisis Data ........................................................................... 70

D. Interprestasi Hasil Analisis ..................................................... 73

E. Pembahasan Temuan Penelitian .............................................. 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................. 77

B. Saran ........................................................................................ 77

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 79

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 82

xi

Page 12: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 : Hasil Rata-rata Keseluruhan Pada Siklus I .................................. 50

Tabel 4.2 : Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus I .................................... 51

Tabel 4.3 : Hasil Rata-rata Keseluruhan Pada Siklus II ................................. 59

Tabel 4.4 : Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus II ................................... 60

Tabel 4.5 : Hasil Rata-rata Keseluruhan Pada Siklus III ............................... 67

Tabel 4.6 : Rekapitulasi Persentase Pemahaman Konsep Matematika Siswa

Pada Siklus I, II dan III ............................................................... 71

xii

Page 13: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Kombinasi Konsep ..................................................................... 11

Gambar 2.2 : Kegiatan B-M Ditinjau Dari Kontinum Belajar Bermakna dan

Belajar Menghapal .................................................................... 19

Gambar 2.3 : Penerapan Belajar Bermakna Dalam Meningkatkan Pemahaman

Konsep Matematika Siswa ............................................................. 24

Gambar 3.1 : Alur Penelitian Tindakan Kelas ................................................ 30

Gambar 3.2 : Desain Penelitian Tindakan Kelas ............................................. 34

xiii

Page 14: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian ..................................................................... 82

Lampiran 2 : Rencana Pelaksana Pembelajaran Siklus I ............................... 86

Lampiran 3 : Rencana Pelaksana Pembelajaran Siklus II ............................. 90

Lampiran 4 : Rencana Pelaksana Pembelajaran Siklus III ............................ 95

Lampiran 5 : Daftar Kelompok Belajar Siswa .............................................. 98

Lampiran 6 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 1................................................... 99

Lampiran 7 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 1 ......................... 101

Lampiran 8 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 2................................................... 102

Lampiran 9 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 2 ......................... 104

Lampiran 10 : Lembar Kerja Kelompok (LKK) 3 .......................................... 105

Lampiran 11 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Kelompok (LKK) 3 ................ 106

Lampiran 12 : Lembar Kerja Kelompok (LKK) 4 .......................................... 109

Lampiran 13 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Kelompok (LKK) 4 ................ 110

Lampiran 14 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 5................................................... 111

Lampiran 15 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 5 ......................... 112

Lampiran 16 : Kisi-kisi Soal Tes Akhir Siklus I ............................................ 114

Lampiran 17 : Soal Tes Akhir Siklus I ............................................................ 116

Lampiran 18 : Kunci Jawaban Soal Tes Akhir Siklus I................................... 118

Lampiran 19 : Lembar Kerja Kelompok (LKK) 6........................................... 121

Lampiran 20 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Kelompok (LKK) 6 ................. 122

Lampiran 21 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 7................................................... 124

Lampiran 22 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 7 ......................... 125

Lampiran 23 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 8................................................... 126

Lampiran 24 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 8 ......................... 127

Lampiran 25 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 9................................................... 128

Lampiran 26 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 9 ......................... 129

Lampiran 27 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 10................................................. 130

Lampiran 28 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 10 ....................... 131

Lampiran 29 : Kisi-kisi Soal Tes Akhir Siklus II ............................................ 132

xiv

Page 15: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

xv

Lampiran 30 : Soal Tes Akhir Siklus II ........................................................... 133

Lampiran 31 : Kunci Jawaban Soal Tes Akhir Siklus II ................................. 135

Lampiran 32 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 11................................................. 138

Lampiran 33 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 11 ....................... 139

Lampiran 34 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 12................................................. 140

Lampiran 35 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 12 ....................... 141

Lampiran 36 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 13................................................. 142

Lampiran 37 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 13 ....................... 143

Lampiran 38 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 14................................................. 145

Lampiran 39 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 14 ....................... 146

Lampiran 40 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 15................................................. 147

Lampiran 41 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 15 ....................... 148

Lampiran 42 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 16................................................. 150

Lampiran 43 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 16 ....................... 151

Lampiran 44 : Kisi-kisi Soal Tes Akhir Siklus III ........................................... 152

Lampiran 45 : Soal Tes Akhir Siklus III ......................................................... 153

Lampiran 46 : Kunci Jawaban Soal Tes Akhir Siklus III ................................ 155

Lampiran 47 : Skor Soal Tes Akhir Siklus I ................................................... 157

Lampiran 48 : Daftar Nilai Siklus I ................................................................. 158

Lampiran 49 : Skor Soal Tes Akhir Siklus II .................................................. 159

Lampiran 50 : Daftar Nilai Siklus II ................................................................ 160

Lampiran 51 : Skor Soal Tes Akhir Siklus III ................................................. 161

Lampiran 52 : Daftar Nilai Siklus III .............................................................. 162

Lampiran 53 : Lembar Hasil Wawancara Guru ............................................... 163

Lampiran 54 : Lembar Pengamatan Kegiatan Belajar Mengajar .................... 166

Lampiran 55 : Perhitungan Nilai Rata-Rata Skor Akhir Siklus I .................... 168

Lampiran 56 : Perhitungan Nilai Rata-Rata Skor Akhir Siklus II ................... 169

Lampiran 57 : Perhitungan Nilai Rata-Rata Skor Akhir Siklus III ................. 170

Lampiran 58 : Grafik Hasil Rata-Rata Keseluruhan Pada Siklus I, II, dan III 171

Lampiran 59 : Photo Kegiatan Penelitian ........................................................ 172

Page 16: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas

manusia seutuhnya adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab

profesional setiap guru. Guru tidak cukup hanya menyampaikan materi

pengetahuan kepada siswa di kelas tetapi dituntut untuk meningkatkan

kemampuan guna mendapatkan dan mengelola informasi yang sesuai dengan

kebutuhan profesinya. Mengajar bukan lagi usaha untuk menyampaikan ilmu

pengetahuan, melainkan juga usaha menciptakan sistem lingkungan yang

membelajarkan peserta didik agar tujuan pengajaran dapat tercapai secara

optimal dan bermakna.

Mengajar dalam pemahaman ini memerlukan suatu metode belajar

mengajar yang sesuai. Mutu pengajaran tergantung pada pemilihan metode

yang tepat dalam upaya mengembangkan kreativitas dan sikap inovatif peserta

didik. Untuk itu perlu dibina dan dikembangkan kemampuan profesional guru

untuk mengelola program pengajaran dengan metode belajar yang kaya

dengan variasi.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional BAB I pasal I ayat 1 disebutkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara.1 Pasal ini menunjukan berbagai aspek pengembangan kepribadian dan

kognitif peserta didik yang menyeluruh dalam pembangunan masyarakat dan

bangsa untuk mampu menghadapi tantangan kehidupan global. Sehingga

begitu tinggi kualitas manusia yang diharapkan dalam pasal di atas

1 Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas ( Sinar Grafika: 2008) Cet. 1 hal. 3

1

Page 17: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

2

menjadikan guru harus benar-benar melakukan perubahan dalam

pembelajarannya.

Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu merupakan pengetahuan

yang sangat penting dan pengetahuan dasar yang diperlukan dalam kehidupan

sehari-hari, maka matematika perlu dipelajari dan dipahami oleh semua

lapisan masyarakat, matematika juga merupakan suatu alat untuk

mengembangkan cara berpikir dan bernalar. Matematika juga merupakan

salah satu pelajaran yang diajarkan di sekolah dan pelajaran yang harus

dikuasai oleh siswa, terutama pada siswa sekolah formal dalam meningkatkan

prestasi belajar yang maksimal. Namun dikalangan beberapa siswa, pelajaran

matematika masih dianggap pelajaran yang dianggap sulit karena banyak

konsep-konsep yang abstrak dalam pelajaran matematika. Ketidak pahaman

siswa terhadap suatu konsep dapat terjadi karena konsep-konsep tidak

diajarkan dengan baik, pengajaran tidak baik dalam pengertian metode atau

pendekatannya kurang sesuai dengan bahan yang diajarkan atau bahkan

karena suatu hal guru dalam mengajarnya selalu cepat meninggalkan proses

kemampuan bernalar siswa.

Menurut Mursell dan Nasution, mereka berpendapat bahwa :

Sukses dalam mengajar hendaknya dinilai berdasarkan hasil-hasil yang mantap atau tahan lama dan yang dapat dipergunakan si pelajar dalam hidupnya. Mengajar hanya berhasil bila diberi pelajaran yang bermakna. Ini adalah pendapat dari psikologi dewasa ini setelah berpuluh tahun mengadakan penyelidikan. Untuk mencapai hasil belajar yang autentik, yang sejati, dan yang tahan lama, mengajar harus berdasarkan pelajaran yang mengandung makna bagi siswa. Banyak pelajaran di sekolah tidak bermakna baginya tidak memberi hasil yang autentik karena tak mengandung arti bagi anak. Akibatnya anak-anak menghafalnya di luar kepala tanpa memahaminya dan segera melupakannya2. Belajar mengajar sebagai suatu proses memerlukan perencanaan yang

seksama dan sistematis agar dapat dilaksanakan secara realistis. Perencanaan

tersebut dibuat guru sebelum melaksanakan proses belajar mengajar.

Demikian halnya dalam melaksanakan proses belajar mengajar diperlukan

2 J. Marsell dan S. Nasution, Mengajar Dengan Sukses, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), h.19.

Page 18: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

3

adanya langkah-langkah yang sistematis sehingga mencapai hasil belajar yang

optimal.

Melihat kenyataan di lapangan terutama di sekolah, akhir-akhir ini

banyak masalah yang ditemui dalam pendidikan khususnya dalam mencapai

hasil belajar siswa yang kurang optimal. Hasil diskusi awal dengan guru yang

menjadi tim dalam pembuatan penelitian ini, serta hasil observasi

memperlihatkan beberapa permasalahan pembelajaran yang perlu segera

diatasi. Adapun masalah-masalah tersebut antara lain para siswa hanya

menghafal tanpa memahami betul isi pelajaran, para siswa kurang dilatih

berfikir, guru mengajar fakta-fakta maupun konsep-konsep yang terpisah-

pisah. Hal ini bertentangan dengan salah satu tujuan pembelajaran matematika

yang lebih menekankan pada proses dan bukan pada hasil semata.

Suatu kesalahan yang sering terjadi juga adalah guru kurang

memperhatikan tingkat pemahaman konsep siswa dalam mengikuti perubahan

tahap demi tahap dalam mencapai materi pelajaran. Dengan kata lain, siswa

hanya dibuat tercengang oleh guru dalam mempermainkan rumus yang begitu

runtut dalam sebuah rangkaian pokok bahasan. Kondisi ini mungkin bagi guru

suatu pekerjaan yang remeh jika sekedar menulis rumus yang sebenarnya

dapat dijadikan sebagai penuntun siswa dalam memahami materi dan

penyelesaian soal-soal.

Untuk mengantisipasi masalah tersebut maka perlu dicarikan suatu

formula pendekatan pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan

kemampuan pemahaman konsep dalam menyelesaikan soal matematika siswa.

Para guru hendaknya terus berusaha menyusun dan menerapkan berbagai

variasi agar siswa tertarik dan bersemangat dalam mengikuti pelajaran

matematika.

Berkaitan dengan kesulitan siswa memahami isi pelajaran, maka salah

satu yang dapat dipertanyakan adalah apakah upaya yang telah dilakukan guru

dalam membentuk siswa yang mengalami kesulitan telah sesuai dengan apa

yang ada di dalam pikiran siswa. Pertanyaan ini sesuai dengan apa yang

diutarakan oleh Ausubel sebagai berikut : ”the most importen single factor

Page 19: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

4

infuencing learning is what the learner already knows”. Oleh karena itu

menjadi penting bagi guru untuk mengetahui gagasan atau konsep apa yang

dimiliki siswa yang berkaitan dengan bahan baru yang akan diajarkan. Inilah

yang menjadi inti dari belajar bermakna.

Melalui pendekatan Belajar Bermakna (Meaningful Learning), yaitu

mengharapkan agar siswa memahami pelajaran secara mendalam (bermakna)

berupa pemberian pemahaman konsep matematika dasar yang sudah dipelajari

siswa sebelumnya kemudian menghubungkan konsep selanjutnya yang

berkaitan dengan konsep yang telah dimiliki oleh siswa, sehingga siswa

tersebut memahami pelajaran yang telah diberikan oleh gurunya dengan

mengaitkan konsep awal yang mirip dengan konsep berikutnya terutama

materi pelajaran yang sedang dipelajari siswa tersebut maka pemahaman

konsep siswa di dalam memorinya akan lama dilupakan. Guru sebagai

fasilitator menciptakan proses belajar aktif, kreatif dan menyenangkan (Fun)

secara garis besar proses pembelajaran dengan Meaningful Learning.

Dari uraian yang telah diungkapkan di atas, penulis mencoba

melakukan pengkajian lebih luas lagi dalam sebuah karya ilmiah dalam bentuk

skripsi dengan judul: ”Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika

Siswa Dengan Pendekatan Belajar Bermakna (Meaningful Learning)”.

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

1. Identifikasi Area

Area penelitian dalam penelitian tindakan ini adalah kelas IX SMP

Waskita Madya Kota Tangerang. Jumlah siswa dalam penelitian ini 28

siswa yang terdiri dari 11 siswa perempuan dan 17 siswa laki-laki. Secara

umum kemampuan siswa di kelas ini masih tergolong rendah. Hal ini

terlihat dari nilai raport siswa pada semester lima, dimana masih banyak

siswa yang mendapat nilai di bawah standar yang ditetapkan sekolah dan

sebagian besar siswa masih tergolong siswa yang pasif dalam mengikuti

proses pembelajaran.

Page 20: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

5

2. Fokus Penelitian

Fokus penelitian dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan

pemahaman konsep matematika siswa pada materi bangun ruang sisi

lengkung (BRSL) kelas IX SMP Waskita Madya Kota Tangerang dengan

menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning).

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Agar penelitian ini mampu menghasilkan gambaran yang jelas tentang

permasalahan yang ada, maka dilakukan pembatasan masalah dalam

penelitian. Untuk memfokuskan pembahasan dalam penelitian ini maka

masalah dibahas dibatasi sebagai berikut :

1. Penelitian dilaksanakan di SMP Waskita Madya Kota Tangerang.

2. Obyek penelitian adalah siswa kelas IX-B SMP Waskita Madya Kota

Tangerang.

3. Penelitian dilakukan pada saat pembelajaran matematika di dalam kelas.

4. Pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning) yang dimaksud

adalah advance organizer, diferensiasi progresif, belajar superordinat,

dan integrative reconciliation.

5. Materi yang disajikan dalam penelitian ini adalah bangun ruang sisi

lengkung (BRSL) yang dibatasi dengan mengidentifikasi unsur-unsur

BRSL, menghitung luas selimut dan Luas permukaan BRSL, menghitung

volume dari BRSL, dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan

BRSL.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi permasalahan

pokok dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana tingkat pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran bangun

ruang sisi lengkung (BRSL) dengan menggunakan pendekatan belajar

bermakna (Meaningful Learning) ?

Page 21: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

6

2. Apakah penggunaan dengan pendekatan belajar bermakna (Meaningful

Learning) dalam pembelajaran bangun ruang sisi lengkung (BRSL) dapat

meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas IX SMP ?

E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan fokus permasalahan yang tertuang pada halaman

depan penulisan penelitian ini, maka Penelitian ini bertujuan :

1) Untuk mendeskripsikan tingkat pemahaman konsep matematika siswa

dalam pembelajaran bangun ruang sisi lengkung (BRSL) dengan

menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning).

2) Untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa dengan

menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning)

dalam pembelajaran matematika yang berhubungan dengan pokok

bahasan bangun ruang sisi lengkung (BRSL).

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini diantaranya adalah :

a. Bagi penulis adalah dari hasil penelitian ini penulis dapat menambah

wawasan ilmu pengetahuan dan dapat memberikan sumbangsih terhadap

khazanah ilmu perngetahuan.

b. Bagi Siswa adalah dengan pembelajaran dengan pendekatan Meaningful

Learning ini dapat diimplementasikan pada jenjang berikutnya tanpa

melupakan konsep yang telah diberikan oleh penulis ketika pada

penelitian ini berlangsung.

c. Bagi guru atau pihak sekolah adalah dapat mereformasi proses

pembelajaran yang selama ini masih menerapkan metode dan strategi

pembelajaran matematika yang monoton menjadi lebih baik dengan

proses yang menyenangkan/mengasyikan (Fun) dan mencerdaskan

(Brillian) yang membuat siswa aktif dan kreatif serta belajar menjadi

bermakna.

Page 22: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

BAB II

LANDASAN TEORETIS

A. Pengertian Matematika

Kata matematika berasal dari bahasa latin methematica, yang bermula

dari bahasa Yunani mathematike dari akar kata mathema yang berarti

pengetahuan atau ilmu. Kata mathematike berkaitan pula dengan kata

mathanein yang berarti berpikir atau belajar. Dalam kamus besar bahasa

Indonesia, matematika diartikan sebagai ilmu tentang bilangan-bilangan,

hubungan antar bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam

penyelesaian masalah mengenai bilangan1.

Menurut John dan Myklebust, matematika adalah bahasa simbolis yang

fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan

sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir. Lerner

mengemukakan bahwa matematika disamping sebagi bahasa simbolis juga

merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan,

mencatat, mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas. Kline

juga mengemukakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri

utamanya penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara

bernalar induktif.2

James dan James dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa

matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran,

dan konsep-konsep yang berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya

dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu: Aljabar,

analisis dan geometri.3

Matematika menurut Ruseffendi adalah bahasa symbol, ilmu deduktif

yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola

keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak

1 Ismail et.al, Kapita Selekta Pembelajaran Matematika, (Jakarta : Universitas

Terbuka, 2000), h. 1-3. 2 Mulyono Abdurahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2003) h. 252. 3 Erman Suherman, et.al, Stategi Pembelajaran Stategi ......................................h. 16.

7

Page 23: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

8

didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, keaksioma atau postulat, dan

akhirnya ke dalil. Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi, yaitu

”memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir

yang deduktif”. 4

Matematika timbul sebagai hasil dari pemikiran manusia yang

berhubungan dengan ide, proses dan penalaran, sehingga dalam mempelajari

matematika diperlukan adanya pemikiran, pengertian dan penalaran yang tidak

cukup dengan hapalan saja. Mempelajari matematika juga membutuhkan

pemikiran yang bersifat logik, sehingga matematika merupakan sarana

berpikir yang baik bagi setiap ilmu pengetahuan dan dengan matematika ilmu

lainnya bisa berkembang dengan cepat.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan

bagian dari ilmu pengetahuan yang di dalamnya terdapat ilmu tentang logika,

ilmu tentang bilangan-bilangan serta terdapat konsep-konsep yang saling

berhubungan dan dipresentasikan dengan bahasa simbol. Obyek penelaahan

matematika tidak sekedar kuantitas, tetapi lebih dititik beratkan kepada

hubungan, pola, bentuk dan struktur serta konsepnya. Dengan demikian

matematika itu dapat dikatakan bahwa matematika itu berkenaan dengan

gagasan yang berstruktur yang hubungannya diatur secara logis.

B. Pengertian Konsep Dalam Belajar Matematika

Definisi yang berada di dalam kamus bahasa Indonesia, konsep adalah

ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret.5 Dan menurut

kamus matematika, konsep adalah gambaran ide tentang suatu benda yang

dilihat dari segi ciri-cirinya seperti kuantitas, sifat atau kualitas.6 Menurut

Dahar, konsep adalah “suatu abstraksi mental yang mewakili satu kelas

stimulus-stimulus”.7

4 Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2007), h. 1. 5 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002) cet. Ke-2

h.588. 6 Baharin Shamsudin, Kamus Matematika Bergambar, (Jakarta: Grasindo, 2002), h.72. 7 Mulyati, Psikologi Belajar, (Surakarta: Andi Yogyakarta, 2005) cet. 1 hal. 53.

Page 24: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

9

Menurut Ausubel, konsep-konsep diperoleh dengan dua cara, yaitu

formasi konsep (consept formation) dan asimilasi konsep (consept

assimilation), formasi konsep terutama merupakan bentuk perolehan konsep-

konsep sebelum anak-anak masuk sekolah, formasi konsep dapat disamakan

dengan belajar konsep konkret menurut Gagne. Asimilasi konsep merupakan

cara utama untuk memperoleh konsep-konsep selama dan sesudah sekolah,

dalam proses ini anak-anak diberi nama konsep dan atribut-atribut dari konsep

itu. Ini berarti mereka akan belajar arti konseptual baru dengan memperoleh

penyajian atribut-atribut kriteria dari konsep, dan kemudian mereka akan

menghubungkan atribut-atribut ini dengan gagasan yang relevan yang sudah

ada dalam struktur kognitif mereka.8

Sedangkan, menurut Chaplin menyebutkan bahwa pengertian konsep

meliputi9 :

1. Satu ide atau pengertian umum yang disusun dengan kata-kata, simbol,

dan tanda.

2. Satu ide yang mengkombinasikan beberapa unsur sumber-sumber berbeda

ke dalam satu gagasan tunggal.

Pada waktu mempelajari obyek langsung matematika khususnya belajar

tentang konsep-konsep yang terkandung dalam pokok bahasan yang dipelajari

siswa akan mengerti apa yang seharusnya diperbuat pada saat siswa

menghadapi masalah yang berkenaan dengan konsep tersebut.

Pada saat akan memperkenalkan suatu konsep kepada siswa, terdapat

banyak hal yang harus diperhatikan guru antara lain :

1. Perkembangan intelektual siswa (apakah konsep yang akan dipelajari atau

diberikan sesuai dengan perkembangan intelektual siswa?).

2. Pengetahuan dasar yang telah dimiliki siswa (apakah konsep lama akan

mendukung konsep baru yang akan diajarkan?).

3. Mempersiapkan siswa untuk turut aktif untuk menemukan konsep-konsep

baru tersebut.

8 Ratna Wilias Dahar, Teori-teori Belajar, (Jakarta : Erlangga, 1996) Cet. Ke-2 h.79-92.

9 Mulyati, Psikologi Belajar.................................................................................. h. 53.

Page 25: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

10

4. Memberikan bimbingan kepada siswa agar tidak terjadi kesalahan dalam

mengartikan suatu konsep.

Karena jika suatu konsep sudah tertanam dalam ingatan siswa maka

sukar untuk merubahnya dan sulit dihilangkan. Salah konsep dapat terjadi

karena guru dalam mengajar tidak memperhatikan gagasan anak itu mengikuti

proses belajar. Kesalahan pada konsep dasar, akan mengakibatkan kesulitan

dalam penguasaan konsep selanjutnya mengingat urutan materi dalam

pelajaran matematika tersusun secara hirarkis, konsep satu menjadi konsep

yang lain. Jika guru tidak menguasai konsep atau salah konsep maka

kemungkinan besar siswa menerimanya akan salah konsep. Heruman

berpendapat bahwa :

Pada pembelajaran matematika harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan. Hal ini sesuai dengan ”Pembelajaran Spiral”, sebagai konsekuensi dalil Bruner. Dalam matematika, setiap konsep berkaitan dengan konsep lain, dan suatu konsep menjadi prasyarat bagi konsep yang lain. Oleh karena itu siswa harus lebih banyak diberi kesempatan untuk melakukan keterkaitan tersebut10.

Menurut beberapa ahli pengajaran matematika, dalam mempelajari

matematika suatu konsep hendaknya dimulai dari tingkat rendah menuju ke

tingkat yang lebih tinggi. Dienes mengemukakan bahwa: ”belajar konsep-

konsep matematika tingkat tinggi tidak mungkin terjadi jika prasyarat yang

mendahulu konsep itu belum dipelajari”11. Contohnya : jika akan diberikan

konsep bangun ruang sisi lengkung kepada siswa SMP kelas IX maka

sebelumnya terlebih dahulu apakah siswa tersebut telah mengetahui konsep-

konsep yang mendukung terbentuknya konsep bangun ruang sisi lengkung

salah satunya seperti bangun tabung, sebelum mempelajari bangun tabung

siswa sudah mengetahui bangun datar lingkaran dan bangun persegi panjang.

10 Heruman, Model Pembelajaran............................................................................ h. 4. 11 Herman Hudoyo, Pengembangan kurikulum matematika dan pelaksanaanya di

depan kelas, (Surabaya: Usaha Nasional, 1979), h. 108.

Page 26: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

11

Makna (pengertian)

Perasaan (selera)

Simbol (bahasa)

Konsep

Otak manusia seolah-olah merupakan gudang tempat menyimpan setiap

pengalaman yang diperoleh, atau dapat menyimpan setiap pengalaman yang

diperoleh, atau dapat diibaratkan sebagai gudang pengalaman seperti halnya

rekaman gambar hidup atau komputer. Kumpulan rekaman ini memungkinkan

untuk dikumpulkannya kembali pengalaman-pengalaman yang lalu pada

waktu hal tersebut terjadi atau terulang lagi. Rekaman pengalaman tersebut

merupakan susunan pengertian, perasaan dan nilai, serta selera lain dalam

bentuk simbol atau bahasa. Kombinasi dari pengertian, nilai dan simbol

dinamakan sebagai ”Konsep”.

Hakikat susunan suatu konsep, dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 : Kombinasi Konsep

Kata konsep dipakai dalam beberapa cara oleh berbagai ahli. Masing-

masing konsep mempunyai karakteristik dasar yang sama, yaitu mengandung

pengertian yang sederhana yaitu sekurang-sekurangnya tersusun dalam suatu

gagasan yang berarti dan dikenal. Semua gagasan ini berasal dan dimiliki oleh

otak serta disimpan.

Selain hal-hal yang diuraikan diatas, hal-hal berikut ini juga akan

membantu siswa dalam memahami suatu konsep :

1. Menyajikan contoh-contoh yang bervariasi dari konsep-konsep yang

memudahkan siswa membuat generalisasi.

2. Menunjukan konsep-konsep yang berbeda namun berkaitan untuk

membantu siswa dalam diskriminasi.

3. Menyajikan bukan contoh konsep untuk meningkatkan kemampuan untuk

diskriminasi dan generalisasi.

Page 27: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

12

4. Menghindari contoh dari konsep yang memiliki sifat yang sama.12

Dalam belajar matematika, setelah siswa memperoleh pengertian,

abstraksi dan generalisasi, dari suatu konsep atau struktur matematika barulah

diperlukan adanya pelatihan pemahaman konsep matematika yang cukup,

sehingga pengendapan tercapai dan terjadi transfer belajar. Dengan cara

menghubungkan unsur-unsur pendukung dari suatu konsep yang telah

diketahui siswa sehingga terbentuknya konsep baru yang akan diajarkan guru,

siswa akan merasa turut serta dalam usaha menemukan konsep baru tersebut.

Dengan menggunakan bahasa yang tepat (dengan bahasa siswa sendiri atau

dengan bimbingan guru) siswa diharapkan dapat menemukan dan memahami

konsep yang diajarkan tersebut sebagai sesuatu yang bermakna bagi dirinya.

Dengan ini siswa akan lebih memahami, ingat lebih lama serta mampu

menggunakan konsep baru tersebut dalam bentuk atau konteks lain.

Taktik yang digunakan untuk mengajar atau belajar konsep itu melalui

proses. Siswa harus13 :

1. Membuat generalisasi didalam suatu kelas. Siswa harus diberi seperangkat

stimuli yang berbeda bentuk tetapi saling berhubungan. Untuk masing-

masing stimuli itu dapat memberi respon yang sama. Umpamanya, dengan

ditunjuki segitiga, segiempat, lingkaran, bujur sangkar, siswa diharapkan

dapat menjawab ”bentuk-bentuk geometrik”.

2. Membeda-bedakan di kelas, jika generalisasi telah dibuat, siswa harus

belajar membedakan konsep itu dari konsep-konsep lain yang mirip.

Dengan kata lain, jika kita mempelajari suatu konsep, kita belajar memberi

respon pada suatu kondisi dan tidak memberi respon pada suatu kondisi

yang di luar kondisi tersebut.

Menurut Dahar Ada beberapa keuntungan yang ditawarkan dalam

belajar konsep, yaitu14 :

12 Nana Sudjana dan Wari suwariyah, Model-model mengajar CBSA, (Bandung: Sinar

Baru, 1995), h. 57. 13 Setijadi, Pengelolaan Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 1991) Cet. Ke-2 h. 138-139. 14 Mulyati, Psikologi Belajar ...............................................................................h. 59-60.

Page 28: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

13

1. Mengurangi beban berat memori karena kemampuan manusia dalam

mengategorisasikan berbagai stimulus terbatas.

2. Konsep-konsep merupakan batu-batu pembangun berpikir.

3. Konsep-konsep merupakan dasar proses mental yang lebih tinggi.

4. Konsep-konsep diperlukan untuk memecahkan masalah.

Matematika merupakan ilmu yang berhubungan dengan atau menelaah

bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan hubungan-hubungan

diantara hal-hal itu. Untuk memahami struktur-struktur serta hubungan-

hubungan, tentu saja diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep yang

terdapat di dalam matematika itu. Dengan demikian, belajar matematika

berarti belajar tentang konsep-konsep dan struktur yang terdapat dalam

bahasan yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-

konsep dan struktur tersebut.15

Konsep dalam belajar matematika adalah suatu ide abstrak yang

memungkinkan kita untuk dapat mengklasifikasikan (mengelompokkan)

obyek atau kejadian, dan menerangkan apakah obyek atau kejadian itu

merupakan contoh atau bukan dari ide tersebut. Contoh: konsep bangun ruang

sisi lengkung yang meliputi bangun tabung, kerucut dan bola. Dengan adanya

konsep memungkinkan kita memisahkan obyek-obyek, apakah itu termasuk

bangun ruang sisi lengkung? dan konsep-konsep apa saja sehingga

terbentuknya bangun ruang sisi lengkung tersebut?

Bruner dalam teorinya menyatakan bahwa belajar matematika akan lebih

bermakna jika proses pengajaran diarahkan pada konsep-konsep dan struktur-

struktur yang terbuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, disamping

hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan strukur-struktur.16

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, konsep dalam belajar

matematika merupakan salah suatu ide atau cara dengan memahami

kebersamaan sifat-sifat dari benda-benda konkret atau peristiwa-peristiwa

untuk dikelompokkan menjadi salah satu jenis (bentuk abstrak) dalam belajar

15 Herman Hudojo, Pengembangan Kurikulum dan pengembangan Matematika, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2001) h. 7.

16 Herman Suherman, et.al., Strategi Pembelajaran ................................................h. 43.

Page 29: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

14

matematika. Dengan demikian siswa itu telah siap untuk belajar konsep

matematika. Bentuk konsep yang sederhana adalah konsep konkret yang

berarti sekumpulan objek-objek dan peristiwa-peristiwa. Sedangkan di dalam

proses belajar matematika, siswa dapat mengekspresikan dengan

menggunakan benda-benda, gambar-gambar, kata-kata, simbol-simbol,

maupun dalam bentuk skema (rencana atau bagan) sehingga konsep-konsep

yang sudah tertanam pada pengalaman belajar siswa tersebut dapat

dihubungkan dengan konsep yang relevan dalam belajar matematika

selanjutnya. Hal ini dapat memudahkan siswa untuk memahami suatu konsep-

konsep yang terdapat dalam belajar matematika.

C. Pemahaman Konsep Matematika.

Istilah pemahaman, sebagai terjemahan dari istilah Understanding,

mempunyai tingkat kedalaman arti yang berbeda. Misalnya, bila seorang ahli

matematika mengatakan bahwa ia memahami suatu teori matematika, maka

berarti ia mengetahui banyak hal tentang teori itu. Sekarang keadaan di atas

dibandingkan dengan keadaan seorang siswa sekolah dasar atau siswa sekolah

menengah yang telah memahami hukum asosiatif. Apakah kedalaman

pemahaman siswa tadi sama seperti ahli matematika di atas? Jawabnya tentu

saja tidak. Terdapat beberapa tingkat pemahaman matematika.

Menurut Ngalim, Pemahaman atau komprehensi adalah tingkat

kemampuan yang mengharapkan testee (siswa) mampu memahami arti atau

konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini testee tidak hanya

hafal secara verbalistis, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang

ditanyakan.17

Adapun Heruman tentang Pemahaman konsep yaitu pembelajaran

lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami

suatu konsep matematika.18 Lanjutnya pemahaman konsep terdiri atas dua

pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman

17 Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Ramaja Rosdakarya, 2004) Cet. Ke-12 h. 44.

18 Heruman, Model Pembelajaran ............................................................................. h. 3.

Page 30: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

15

konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pemahaman

konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan

lanjutan dari penanaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman konsep

dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, disemester atau

kelas sebelumnya.

Menurut Skemp, dimana Skemp mengajukan gagasannya tentang

tingkatan-tingkatan pemahaman atau daya serap (the levels of understanding)

siswa pada pembelajaran matematika. Skemp membedakan tingkatan

pemahaman siswa terhadap matematika menjadi dua yaitu, pemahaman

instruksional (instructional understanding) dan pemahaman relasional

(realational understanding). Pemahaman instruksional sejumlah konsep

diartikan sebagai pemahaman atas konsep yang saling terpisah dan hanya

hafal rumus dalam perhitungan sederhana, pada tingkatan ini dapat dikatakan

siswa baru berada di tahap tahu atau hafal suatu rumus dan dapat

menggunakannya untuk menyelesaikan suatu soal, tetapi dia belum atau tidak

tahu mengapa rumus tersebut dapat digunakan. Siswa pada tahapan ini juga

belum atau tidak bisa menerapkan rumus tersebut pada keadaan baru yang

berkaitan. Sebaliknya pemahaman relasional termuat suatu skema atau

struktur yang dapat digunakan pada penyelesaian yang lebih luas. Pada

tahapan tingkatan ini, menurut Skemp, siswa tidak hanya sekedar tahu dan

hafal tentang suatu rumus, tetapi dia juga tahu bagaimana dan mengapa rumus

tersebut dapat digunakan. Lebih lanjut, dia dapat menggunakannya untuk

menyelesaikan masalah-masalah yang terkait pada situasi lain. Jadi dalam

pemahaman relasional sifat pemakaiannya lebih bermakna.19 Bloom,

membedakan pemahaman (comprehension) menjadi tiga macam pemahaman

yaitu, pengubahan (translation), pemberian arti (interpretation), dan

pembuatan ekstrapolasi (ekstapolation). Dalam matematika misalnya mampu

mengubah (translation) soal kata-kata ke dalam simbol dan sebaliknya,

19 http://educare.e-fkipunia.net# Penerapan Peta Konsep Segitiga pada Siswa SMA, 16

Januari 2009, 04:05 PM.

Page 31: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

16

mampu mengartikan (interpretation) suatu kesamaan, mampu memperkirakan

(ektrapolation) suatu kecenderungan dari diagram.

Pemahaman siswa terhadap konsep matematika menurut NCTM yaitu

dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam:

1. Mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan.

2. Membuat contoh dan non contoh penyangkal.

3. Mempresentasikan suatu konsep dengan model, diagram, dan simbol.

4. Mengubah suatu bentuk refresentasi kebentuk yang lain.

5. Mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep.

6. Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat-syarat yang

menentukan suatu konsep.

7. Membandingkan dan membedakan konsep-konsep.20

Berdasarkan uraian di atas, pemahaman merupakan terjemahan dari

komprehensi (comprehension). Pemahaman adalah kemampuan untuk

menjelaskan suatu situasi atau suatu tindakan. Paham artinya ”mengerti

benar”, sehingga pemahaman konsep artinya mengerti benar tentang konsep.

Pemahaman konsep matematika adalah kemampuan untuk mengerti dan dapat

menjelaskan suatu konsep pada matematika. Pemahaman yang sesuai dalam

penelitian ini adalah pemahaman relasional, pemahaman yang didalamnya

terdapat suatu skema (bagan) atau struktur sehingga dapat digunakan pada

penyelesaian yang lebih luas, misalnya pengajaran dimulai dari hal yang

kongkret (dasar) dilanjutkan ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal

yang sulit, dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks. Dalam pemahaman

relasional sifat pemakaiannya lebih bermakna (Meaningful). Untuk

memahami materi yang menyangkut konsep matematika yang lebih tinggi,

akan menuntut kemampuan pemahaman yang lebih tinggi.

Jadi, pemahaman konsep matematika yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah menekankan pada kemampuan kognitif siswa untuk mengerti suatu

konsep di dalam matematika terutama pada pokok bahasan bangun ruang sisi

20 Asri Munggaranti, Penerapan Model Pembelajaran Berprograma Tipe Bercabang dalam Pembelajaran Matematika Terhadap kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMK, (Bandung: UPI, 2007) h. 25.

Page 32: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

17

lengkung yang meliputi : dapat mengidentifikasi unsur-unsur bangun ruang

sisi lengkung (BRSL), dapat menghitung luas selimut dan luas permukaan

bangun ruang sisi lengkung (BRSL), dapat menghitung volume dari bangun

ruang sisi lengkung (BRSL), dan dapat memecahkan masalah yang berkaitan

dengan bangun ruang sisi lengkung (BRSL) yang disesuaikan dengan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada materi matematika untuk

SMP kelas IX semester 5.

D. Pengertian Pendekatan Belajar Bermakna (Meaningful Learning)

Pendekatan ialah jalan atau arah yang ditempuh oleh guru atau siswa

dalam pencapaian tujuan pengajaran dilihat dari sudut bagaimana materi itu

disajikan.21 Belajar bermakna dikemukakan oleh Ausubel, menurut Ausubel

dalam proses pembelajaran dengan pendekatan belajar bermakna adalah suatu

proses belajar yang mengaitkan informasi atau konsep baru dengan konsep-

konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif (subsumer) seseorang.22

Pendekatan belajar bermakna ini menekankan bahwa guru dalam memberikan

materi pelajaran yang baru harus dapat dihubungkan dengan konsep yang ada

dalam struktur kognitif siswa. Suparno menyatakan tentang belajar bermakna,

yaitu ”...kegiatan siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada

pengetahuan berupa konsep-konsep yang telah dimilikinya”.23

Menurut Ausubel yang dilansir oleh Mulyati bahwa banyak pendidik

menyamakan belajar penemuan dengan belajar hafalan sebab mereka

berpendapat belajar bermakna hanya terjadi bila peserta didik menemukan

sendiri pengetahuan. Namun, belajar penemuan menjadi bermakna bila dapat

menjelaskan hubungan antar konsep. Belajar penemuan dapat dipandang

rendah kebermaknaannya dan merupakan belajar hafalan bila dalam

memecahkan masalah, sekedar menebak. Dengan demikian, belajar bermakna

21Ruseffendi, Pengajaran Matematika Modern Untuk Orang Tua, Murid, Guru, Dan

SPG.(Bandung: Tarsito,1980), h.98. 22 Mulyati, Psikologi Belajar........................................................................................h. 78. 23 Heruman, Model Pembelajaran..................................................................................h. 5.

Page 33: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

18

tidak sesederhana seperti belajar tentang materi bermakna dan bertujuan

memperoleh makna baru.24 Jadi, inti dari teori Ausubel tentang belajar

bermakna adalah suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep

yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif siswa.

Berdasarkan dimensi keterkaitan antar konsep dalam teori belajar

Ausubel, ’belajar’ dapat diklasifikasikan dalam dua dimensi. Pertama,

berhubungan dengan cara informasi atau konsep pelajaran yang disajikan pada

siswa melalui penerimaan atau penemuan. Kedua, menyangkut cara

bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang

telah ada (telah dimiliki dan diingat siswa tersebut).25

Menurut Mulyasa bahwa pendekatan belajar bermakna (meaningful

learning) berbeda dari pendekatan belajar menghafal yang selama ini tetap

dilaksanakan oleh para guru pada proses belajar mengajar di kelas. Dalam

metode menghafal, murid-muridnya mendengar dan menerima, kemudian

mengingat-ingat materi pelajaran yang diterima tersebut. Kadang-kadang

terdapat materi yang kurang dipahami peserta didik, bukan tidak masuk akal

peserta didik. Namun, karena materi tersebut sudah ada dalam paket pelajaran,

dan ada keharusan bagi peserta didik untuk menghafalnya, maka peserta didik

diam saja menerima. Metode ini disebut ”chalk and talk”. Dalam metode

”chalk and talk” ini, pihak yang lebih aktif adalah guru. Sementara itu peserta

didik lebih bersifat pasif. Metode ini juga dikenal dengan istilah ”receptive

learning”. Dalam metode ini, pembelajaran terjadi dalam situasi rutin dan

membosankan. Materi pelajaran, meskipun diterima dan dihafal, namun

mudah terlupakan, karena materi tersebut tidak diterima melalui pemahaman

yang masuk akal, tetapi melalui instruksi transmisi.26

Senada dengan Mulyasa mengenai teori belajar Ausubel, Ruseffendi

membedakan antara belajar menghafal dengan belajar bermakna. Pada belajar

menghafal, siswa dapat belajar dengan menghafalkan apa yang sudah

24 Mulyati, Psikologi Belajar …………………………........................................h. 78. 25 Heruman, Model Pembelajaran ........................................................................h. 4-5. 26 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Konsep, Karekteristik, dan

Implementasi), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004) h. 240.

Page 34: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

19

diperolehnya. Sedangkan belajar bermakna adalah memahami apa yang sudah

diperolehnya, dan dikaitkan dengan keadaan lain sehingga apa yang ia pelajari

akan lebih dimengerti. Adapun Suparno menyatakan bahwa belajar bermakna

terjadi apabila siswa mencoba menghubungkan fenomena baru kedalam

struktur pengetahuan mereka dalam setiap penyelesaian masalah.27

Pendekatan belajar bermakna jauh lebih bernilai dari pada menghafal.

Sehubungan dengan hal ini, Novak menggambarkan dalam suatu diagram

kegiatan belajar-mengajar ditinjau dari dua kontinum yaitu belajar bermakna

disatu ujung, dan diujung lain belajar secara menghafal, seperti terlihat pada

gambar diagram berikut 28 :

Gambar 2.2 : Diagram Kegiatan B-M ditinjau dari kontinum belajar bermakna

dan belajar menghafal.

Konsep utama dalam teori Ausubel dengan pendekatan belajar bermakna

adalah suatu bentuk pemprosesan informasi dalam otak atau struktur kognitif

sehingga siswa memahami benar apa yang telah dipelajarinya. Ausubel

mengemukakan bahwa belajar bermakna baru dapat terjadi apabila informasi-

informasi baru yang dipelajarinya dapat diasimilasikan kedalam struktur

pengetahuan yang telah berada dalam struktur kognitif siswa.29

Ada dua hal penting dalam konsep belajar bermakna, yaitu struktur

kognitif dan materi pengetahuan baru. Struktur kognitif merupakan segala

27 Heruman, Model Pembelajaran ............................................................................. h. 5. 28 Ida Tampubolon Sinambela, Disertasi Tes esai pemetaan konsep....................... h. 15. 29 Ida Tampubolon Sinambela, Disertasi Tes esai pemetaan konsep....................... h. 16.

Belajar yang bermakna

Belajar dengan menghafalkan

Penjelasan hubungan antara konsep-konsep

Ceramah atau penyajian

Buku teks Daftar

Penelitian ilmiah, penemuan hal-hal

baru

Penelitian rutin

Teka-teki coba-coba

Belajar dengan penemuan sendiri

Pengajaran terencana dengan

menggunakan peragaan

Pekerjaan laboratorium

sekolah

Penerapan rumus-rumus

Belajar dengan

penemuan terpimpin

Belajar dengan menerima

Page 35: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

20

pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebagai hasil dari kegiatan belajar yang

lalu. Dalam belajar bermakna pengetahuan baru harus mempunyai hubungan

atau dihubungkan dengan struktur kognitifnya. Hubungan tersebut akan terjadi

karena adanya kesamaan isi (subtantiveness) dan secara beraturan (non-

arbitrer).30

Menurut Slameto bahwa Struktur kognitif adalah perangkat fakta-fakta,

konsep-konsep, generalisasi-generalasi yang terorganisasi, yang telah

dipelajari dan dikuasai seseorang.31

Macam-macam variabel struktur kognitif adalah :

1. Pengetahuan yang telah dimiliki

Bagaimana bahan baru dapat dipelajari dengan baik, bergantung pada apa

yang telah diketahui (advence organizers).

2. Diskriminabilitas

Konsep-konsep baru yang dapat dibedakan dengan jelas, dengan apa yang

telah dipelajari, mudah dipelajari dan dikuasai.

3. Kemantapan dan kejelasan

Konsep-konsep yang mantap dan jelas yang telah ada di dalam struktur

kognitif memudahkan belajar dan retensi. Untuk menambah kemantapan

dan kejelasan konsep itu perlu latihan.

Adapun menurut Sukmadinata bahwa agar belajar bagi siswa, ada dua

tambahan persyaratan. Pertama, suatu materi memiliki kebermaknaan logis

berarti bahwa materi tersebut dapat dihubungkan dengan konsep-konsep yang

telah ada pada siswa. Agar materi baru dapat dipahami siswa, maka ia sendiri

harus memiliki materi yang sesuai dengan hal itu. Bila siswa dalam struktur

kognitifnya telah memiliki materi, ide-ide yang sesuai, yang memungkinkan

materi baru dapat dihubungkan padanya secara substantif dan non-arbitrer,

maka materi tersebut telah memiliki kebermaknaan potensial (potential

meaningfulness). Kedua, suatu materi memiliki kebermaknaan potensial,

30 Nana Syaodih S, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja

Rosdakarya,2001), cet ke-4, h. 135. 31 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,

2003), h. 25-26.

Page 36: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

21

sebab siswa dapat memberikan makna, tetapi hal itu bergantung pada kemauan

siswa untuk memberi makna atau tidak. Apabila si siswa mempunyai kesiapan

untuk memberi makna maka terjadilah belajar bermakna (meaningful

learning).32

Kalau disimpulkan belajar bermakna ini menuntut tiga persyaratan :

1. Materi yang dipelajari harus dapat dihubungkan dengan struktur kognitif

secara beraturan karena adanya kesamaan isi.

2. Siswa harus memiliki konsep yang sesuai dengan materi yang akan

dipelajarinya.

3. Siswa harus mempunyai kemauan atau motivasi untuk menghubungkan

konsep tersebut dengan struktur kognitifnya.

Menurut Ausubel dalam Novak, ada tiga kebaikan dari belajar bermakna

yakni33 :

1. Materi pembelajaran yang dipelajari secara bermakna akan lebih lama

dapat diingat.

2. Informasi yang tersubsumsi (proses interaksi antara materi baru dengan

subsumer) berakibatkan peningkatan diferensiasi dari subsumer-subsumer,

jadi memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang

mirip.

3. Informasi yang dilupakan sesudah subsumsi obliteratif, meninggalkan efek

residual pada subsumsi, sehingga mempermudah belajar hal-hal yang

mirip walaupun telah terjadi lupa.

Untuk menerapkan belajar bermakna dalam pembelajaran, Ausubel,

memberikan pernyataan bahwa ”the most important single factor influencing

learning is whot the learner already knows. Ascertain this and teach him

accordingly”. Maksudnya adalah faktor paling penting yang mempengaruhi

belajar ialah apa yang telah diketahui siswa yakinilah ini dan ajarlah ia

32Slameto, Belajar dan Faktor-faktor...................... ...............................................h. 136. 33 Mulyati, Psikologi Belajar…………………………………………………....h. 79-80.

Page 37: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

22

demikian.34 Pernyataan Ausubel inilah yang menjadi inti dari belajar

bermakna (meaningful Learning) yang merupakan teorinya.

Dalam menerapkan teori Ausubel pada pembelajaran, ada empat langkah

yang harus dipenuhi guru yakni pengatur awal (advance organizer),

diperensiasi progresif, belajar superordinat, integrative reconciliation.35

Pengatur awal (advance organizier) mengarahkan para siswa ke materi

yang akan mereka pelajari, dan menolong mereka untuk mengingat kembali

informasi yang berhubungan yang dapat digunakan untuk membentuk

menanamkan pengetahuan baru. Suatu pengatur awal dapat dianggap

semacam pertolongan mental, dan disajikan sebelum materi baru. Dengan

strategi ini guru dapat menerapkan secara nyata di depan kelas dengan

menugaskan para siswa untuk membaca terlebih dahulu materi yang akan

dibahas pada pertemuan berikutnya. Misalnya sebagai pokok bahasan

pembelajaran adalah bangun ruang sisi lengkung. Maka guru menugaskan

siswa untuk membaca terlebih dahulu materi ini sebelum pembahasannya di

depan kelas.

Strategi kedua yang harus ditampilkan guru dalam pembelajaran

bermakna adalah diferensiasi progresif. Diferensiasi progresif yaitu

mengembangkan konsep mulai dari unsur-unsur paling umum dan inklusif

suatu konsep yang harus diperkenalkan lebih dahulu, kemudian baru hal-hal

lebih mendetil dan khusus. Jadi, konsep-konsep disusun secara hierarkis.

Dengan menggunakan strategi ini, materi pelajaran yang disampaikan guru

hendaknya bertahap. Guru mengajarkan konsep-konsep yang paling inklusif

lebih dahulu, kemudian konsep-konsep yang kurang inklusif, dan setelah itu

baru mengajarkan hal-hal yang khusus seperti contoh-contoh setiap konsep.

Strategi ketiga yang harus diterapkan guru dalam pembelajaran dengan

pendekatan belajar bermakna adalah belajar superordinat. Superordinat yaitu

suatu pengenalan konsep-konsep yang telah dipelajari sebagai unsur-unsur

34 Wiwik Haryani et. al, Penggunaan Peta Konsep Sebagai Media Pembelajaran

Dalam Pencapaian Belajar Bermakna (Meaningful Learning), (Samarinda: Universitas Mulawarman, 2000) h. 42-43.

35 Mulyati, Psikologi Belajar…………………………………….......h. 81-82.

Page 38: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

23

yang lebih luas. Belajar superordinat terjadi, bila konsep-konsep yang telah

dipelajari sebelumnya dikenal sebagai unsur-unsur dari suatu konsep yang

lebih luas, lebih inklusif (umum).

Strategi ke empat adalah Penyesuaian Integratif (integrative

reconciliation), kadang-kadang seorang siswa dihadapkan pada suatu

kenyataan yang disebut pertentangan kognitif (cognitive dissonance). Hal ini

terjadi bila dua atau lebih nama konsep digunakan untuk menyatakan konsep

yang sama, atau bila nama yang sama diterapkan pada lebih dari satu konsep.

Untuk mengatasi pertentangan kognitif ini, maka guru disarankan untuk

menerapkan strategi penyesuaian integratif.

Untuk mencapai penyesuaian integratif, materi pelajaran hendaknya

disusun sedemikian rupa sehingga guru dapat menjelaskan tentang kesamaan

dan perbedaan konsep-konsep yang telah mereka ketahui dengan konsep yang

baru saja dipelajari. Guru dapat memulai dengan konsep yang paling umum,

tetapi guru perlu memperlihatkan bagaimana keterkaitnya konsep-konsep

subordinat, dan kemudian bergerak kembali melalui contoh-contoh ke arti

baru bagi konsep yang tingkatnya lebih tinggi. Setelah itu guru juga dapat

menghadirkan lebih banyak contoh atau latihan-latihan sehingga siswa bisa

lebih paham dan selanjutnya siap menerima materi baru.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan pelajaran

bermakna sejauh pelajaran atau masalah itu riil atau berharga bagi si pelajar,

dan sejauh hubungan esensial antara bagian-bagiannya ditegaskan, sehingga

tugas murid adalah menangkap atau memahami hubungan-hubungan dalam

keseluruhan itu. Belajar bermakna akan menghasilkan konsep-konsep, ide-ide

baru yang punya makna, penuh arti, jelas, nyata perbedaannya dengan belajar

menghafal. Namun siswa pada pendidikan lebih tinggi proses pembelajaran ini

akan banyak makan waktu. Maka untuk siswa dalam belajar matematika

dengan pendekatan belajar bermakna akan lebih efektif jika guru

menjelaskannya dengan penemuan (inquiri) dari konsep sebelumnya yang

dimiliki oleh siswa, demonstrasi, skema atau diagram, dan ilustrasi. Dengan

Page 39: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

24

pendekatan belajar bermakna diharapkan siswa akan dapat menguasai dan

mengingat konsep-konsep inti relevan yang akan dipelajari selanjutnya.

E. Penerapan Belajar Bermakna (Meaningful Learning) Dalam

Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika.

Mengurangi Proses Hafalan

Pengalaman Yang Nyata (Makna)

Me ori

mSiswa

Pemahaman Konsep

Matematika Pembelajaran

Matematika Siswa SMP

Pendekatan Belajar Bermakna

Minat dan Perhatian Siswa

Pemikiran Yang Teratur dan

Efisien

Gambar 2.3 : Penerapan Belajar Bermakna Dalam Meningkatkan Pemahaman

Konsep Matematika Siswa

Pembelajaran matematika umumnya diajarkan dengan pendekatan yang

berorientasi kepada guru. Padahal idealnya pelajaran disampaikan dengan

pendekatan yang berpusat pada siswa. Dengan memilih pendekatan atau

sebuah metode yang tepat sehingga siswa akan menjadi siswa yang aktif,

kreatif, dan dapat berprestasi di sekolahnya.

Proses pembelajaran matematika yang abstrak dengan pendekatan belajar

bermakna ini, siswa memerlukan alat bantu berupa media pembelajaran dan

alat peraga yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru

sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Proses pembelajaran

pada fase konkret dapat melalui tahapan konkret, semi kongkret, semi abstrak,

Page 40: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

25

dan selanjutnya abstrak. Sehingga pembelajaran matematika akan terjadi

keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang

akan diajarkan.

Setiap konsep matematika yang abstrak yang baru dipahami siswa perlu

segera diberi penguatan agar mengendap dan bertahan lama dalam memori

siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Untuk

keperluan inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan

pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena hal

ini akan mudah dilupakan siswa. Pepatah Cina mengatakan, ”Saya mendengar

maka saya lupa, saya melihat maka saya tahu, saya berbuat maka saya

mengerti”.36 Proses pembelajaran ini sangat tepat atau relevan dengan

pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning).

Pendekatan Meaningful Learning atau Belajar bermakna merupakan

suatu metode atau strategi belajar mengajar yang membuat siswa menjadi aktif

sehingga mengurangi terjadinya proses pembelajaran hafalan, memperbesar

minat dan perhatian siswa karena sudah paham konsep terutama dalam

pembelajaran matematika, memperoleh pengalaman belajar yang nyata

(makna), meletakkan dasar-dasar penting sehingga bertahan lama dalam

ingatan (memori) siswa, menumbuhkan pemikiran yang teratur tercipta efisien

dalam belajar sehingga menjadi siswa yang kreatif dan inovatif, serta dapat

dengan tepat mengerjakan soal atau tugas dengan lebih baik dari sebelumnya.

Hasil perencanaan dalam proses pembelajaran matematika menunjukkan

bahwa pendekatan Meaningful Learning terhadap pemahaman konsep ini dapat

menjadikan siswa mengurangi proses pembelajaran hafalan, memperbesar

minat dan perhatian siswa dalam pembelajaran matematika, memperoleh

pengalaman belajar yang nyata (makna), meletakan dasar-dasar penting

sehingga bertahan lama dalam ingatan (memory) siswa, menumbuhkan

pemikiran yang teratur sehingga tercipta efisien dalam belajar.

36 Heruman, Model Pembelajaran ...............................hal. 2.

Page 41: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

26

Berdasarkan hal di atas, pengenalan dan pemahaman konsep sangat

penting dilakukan karena keberhasilan dan kesalahan dalam pemahaman

konsep-konsep yang bersifat mendasar dalam kajian suatu bahan mempunyai

dampak pada konsep-konsep dalam bahan kajian lainnya, karena matematika

dijenjang tertentu haruslah dibekali dengan keberhasilan pembelajaran

matematika dijenjang awal. Dan Teori belajar bermakna (meaningful learning)

yang dipelopori oleh Ausubel inilah, bertujuan mendasar memberikan

pemahaman konsep awal berkaitan dengan pemahaman konsep yang akan

diajarkan selanjutnya. Sehingga pemahaman konsep matematika siswa akan

meningkat jika proses pembelajarannya dengan pendekatan belajar bermakna

(Meaningful Learning).

F. Kajian Penelitian Yang Relevan

Sebagai bahan penguat penelitian tentang peningkatan pemahaman

konsep matematika siswa dengan menggunakan pendekatan belajar bermakna

(Meaningful Learning), penulis mengutip penelitian yang relevan yaitu :

1. Hasil penelitian oleh Haryani, dkk (2000). Tentang Penggunaan Peta

Konsep Sebagai Media Pembelajaran Dalam Pencapaian Belajar Bermakna

(Meaningful Learning). Hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

a. Nilai semua tes hasil belajar siswa pada setiap siklus menunjukkan

peningkatan yang cukup signifikan. Ini artinya penggunaan peta konsep

dalam pencapaian Meaningful Learning ini berpengaruh positif.

b. Dari angket skala sikap pun menunjukkan bahwa siswa semangat

belajar dengan penggunaan peta konsep dalam pencapaian Meaningful

Learning ini, dan banyak yang berpendapat bahwa hampir semua siswa

senang jika penggunaan peta konsep dalam pencapaian Meaningful

Learning ini diterapkan disekolahnya.

2. Ida Tampubolon Sinambela (1994) dalam penelitiannya yang berjudul Tes

Esai Pemetaan Konsep Sebagai Alat Ukur Dalam Belajar Bermakna

(Meaningful Learning). Suatu eksperimen di SD Cianjur yang menerapkan

Page 42: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

27

pendekatan proses dan pendekatan konsep dalam meaningful learning.

Diperoleh hasil penelitian ini tes esai pemetaan konsep memberikan hasil

belajar yang lebih baik dibanding dengan tes pilihan ganda sebagai alat

ukur dalam belajar bermakna (meaningful learning).

G. Pengajuan Konseptual Intervensi Tindakan

1. Peningkatan Pemahaman konsep matematika akan terjadi pada siswa

terutama pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung (tabung, kerucut,

dan bola) apabila guru bidang studi matematika di SMP Waskita Madya

melaksanakan proses pembelajaran dengan mengaitkan konsep yang sudah

dipelajari dengan konsep yang akan atau sedang diajarkan. Sehingga siswa

tidak menganggap pokok bahasan itu sulit lagi dan tidak perlu selalu

banyak menghafal rumus untuk menyelesaikan soal bangun ruang sisi

lengkung.

2. Pendekatan Belajar bermakna adalah salah satu pendekatan yang konsep

pembelajarannya menuntut konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan

dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif siswa.

Pengambilan konsep/pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung ini juga

disesuaikan dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) SMP

yang meliputi : Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang sisi lengkung

(BRSL), menentukan luas selimut dan volume bangun ruang sisi lengkung

(BRSL), serta memecahkan masalah yang berkaitan dengan bangun ruang

sisi lengkung (BRSL). Dalam hal ini pembelajaran dengan belajar

bermakna (Meaningful Learning) yang akan digunakan diharapkan dapat

meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa sehingga akan

berpengaruh bagi siswa agar mengurangi terjadi proses pembelajaran

hafalan, memperbesar minat dan perhatian siswa, memperoleh belajar yang

bermakna, konsep dapat bertahan lama dalam memory siswa dan

menumbuhkan pemikiran yang teratur serta siswa akan lebih aktif, kreatif,

inovatif, dan tepat waktu dalam menyelesaikan soal.

Page 43: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Waskita Madya yang beralamat di

Jalan Benteng Betawi Cipondoh Kota Tangerang Banten 15141.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari tanggal 13 Juli sampai dengan 08 September

tahun 2009. Adapun jadwal penelitian terlampir pada lampiran 1.

B. Rancangan Siklus Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang

difokuskan pada situasi kelas, atau Classroom Action Research dengan

peningkatan pada unsur design untuk memungkinkan diperolehnya gambaran

keefektifan tindakan yang dilakukan. Metode penelitian ini dilakukan pada

pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan belajar bermakna

(Meaningful Learning) untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika

siswa pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung (BRSL).

Sebelum dilaksanakan penelitian, peneliti melakukan pra siklus (pra

penelitian). Dalam pra siklus tersebut peneliti melakukan observasi terhadap

guru dan siswa kelas IX tentang proses pembelajaran matematika khususnya

materi bangun ruang sisi lengkung (BRSL). Observasi dilakukan dengan cara

melihat data dari nilai raport kelas IX semester 5 yang masih tergolong rendah

dan wawancara terhadap guru tentang preoses belajar matematika. Setelah pra

siklus ini selesai dilakukan barulah peneliti melakukan penelitiannya terdiri

dari 3 siklus.

Dalam penelitian ini, peneliti merencanakan menggunakan beberapa

siklus, dimana tiap-tiap siklus terdiri dari empat tahapan, diantaranya yaitu :

28

Page 44: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

29

1. Perencanaan (Planning)

Peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian. Peneliti

menyiapkan skenario pembelajaran dan instrumen penelitian yang terdiri

atas lembar observasi, lembar wawancara, lembar kerja siswa dan tes akhir

siklus.

2. Tindakan (Acting)

Tahap kedua dari penelitian ini adalah pelaksanaan yang merupakan

implementasi atau isi rancangan, yaitu menggunakan tindakan dikelas.

3. Pengamatan (Observation)

Tahap ketiga yaitu selama tahap pelaksanaan peneliti mengobservasi

keaktifan dan respon siswa terhadap skenario pembelajaran yang telah di

buat peneliti, dengan menggunakan lembar observasi.

4. Refleksi (Reflecting)

Pada tahap ini, hasil yang didapat dari observasi dikumpulkan dan

dianalisa bersama oleh peneliti dan guru, sehingga dapat diketahui apakah

kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Hasil

analisis tersebut akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan

tindakan selanjutnya.

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam beberapa siklus. Dimana

setiap siklusnya menggunakan pendekatan proses belajar bermakna

(Meaningful Learning) yang meliputi : advance organizer, diferensiasi

progresif, belajar superordinat, integrative reconciliation, dan consolidation.

Belajar bermakna dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengurangi

terjadinya proses pembelajaran hafalan, memperbesar minat dan perhatian

siswa, memperoleh pengalaman belajar yang nyata (makna), konsep dapat

bertahan lama dalam memori siswa, dan menumbuhkan pemikiran yang

teratur sehingga dapat menyelesaikan masalah matematika dengan tepat

waktu.

Berdasarkan analisa atas refleksi maka dapat ditentukan apakah siklus

selanjutnya perlu dilanjutkan atau tidak. Penelitian akan diakhiri atau

dihentikan dengan kriteria adalah: tes yang diberikan pada akhir siklus

Page 45: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

30

menunjukkan bahwa 60 % dari jumlah siswa mendapatkan nilai keseluruhan

di atas rata-rata.

Adapun alur penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan,

digambarkan sebagai berikut1:

Permasalahan Kurangnya pemahaman

konsep yang dimiliki

Siklus I

Siklus II

Siklus III

Gambar 3.1 : Alur Penelitian Tindakan Kelas

1 Suharsimi Arikunto. et.al, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),

cet. 2, h.74.

Perencanaan Tindakan I

Pelaksanaan Tindakan I

Pengamatan/ Pengumpulan Data Refleksi I

Permasalahan baru hasil refleksi I

Perencanaan Tindakan II

Pelaksanaan Tindakan II

Pengamatan/ Pengumpulan Data

Refleksi II

Perencanaan Tindakan III

Permasalahan baru hasil refleksi II

Pelaksanaan Tindakan III

Pengamatan/ Pengumpulan Data Refleksi III

Apabila permasalahan belum

berhasil

Dilanjutkan ke siklus berikutnya

Page 46: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

31

Adapun desain penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan

digambarkan sebagai berikut :

Tahap Penelitian Siklus I

SIKLUS

I

Tahap Perencanaan

1. Menyiapkan kelas penelitian

2. Membuat rencana pengajaran (RPP)

3. Mendiskusikan kepada guru kolaborator

4. Menyiapkan materi ajar pada setiap pertemuan

5. Menyiapkan modul materi ajar dan soal-soal latihannya

6. Menyiapkan lembar observasi (guru, wawancara, dan catatan

lapangan serta keperluan observasi lainnya)

7. Menyiapkan VCD BRSL sebagai media pembelajaran

8. Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) pada setiap pertemuan

9. Menyiapkan soal/tes pada akhir siklus

10. Mempersiapkan alat dokumentasi

Tahap Pelaksanaan

1. Menyampaikan langkah-langkah proses pembelajaran

menggunakan pendekatan Meaningful Learning

2. Guru mengarahkan siswa ke materi konsep yang akan dipelajari.

3. Siswa menyimak pokok bahasan dengan menonton VCD

pembelajaran dengan panduan guru.

4. Guru mempresentasikan LKS

5. Masing-masing kelompok mengerjakan dan mendiskusikan LKS

1. Mengurus surat izin penelitian. 2. Pemberian tes Bangun tabung, kerucut, dan bola. 3. Wawancara terhadap guru matematika di sekolah. 4. Melakukan observasi proses pembelajaran di kelas

penelitian. 5. Mensosialisasikan pembelajaran matematika

dengan menggunakan pendekatan Meaningful Learning pada siswa yang menjadi subjek penelitian.

Kegiatan Pendahuluan

Page 47: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

32

yang telah disiapkan guru.

6. Guru melakukan penilaian proses / kinerja kelompok / performs

anggotanya

7. Siswa mempresentasikan pekerjaannya dan kelompok lain

menanggapi dengan dipandu oleh guru.

8. Guru menjelaskan dengan mengajak siswa berdiskusi mengenai

LKS yang telah dikerjakan siswa, dalam berdiskusi guru

mengkonstruksi pemahaman siswa mengenai bangun ruang sisi

lengkung.

9. Untuk meningkatkan pemahaman terhadap bangun ruang sisi

lengkung guru memberikan latihan soal kepada siswa.

10. Membahas dan mengkoreksi latihan soal bersama-sama.

11. Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang telah

dibahas.

12. Memberi tugas kepada siswa.

Tahap Observasi

Menganalisa data yang telah terkumpul pada setiap pertemuan

Refleksi

Menentukan keberhasilan dan kekurangan dari pelaksanaan siklus I

yang akan dijadikan dasar pelaksanaan siklus berikutnya

Tahap Penelitian Siklus II

SIKLUS

II

Tahap Perencanaan

1. Membuat rencana pengajaran berdasarkan pada refleksi siklus I

2. Mempersiapkan alat peraga / media pembelajaran

3. Menyiapkan materi ajar pada setiap pertemuan

4. Menyiapkan modul materi ajar dan soal-soal latihannya

5. Menyiapkan lembar observasi (guru, wawancara, dan catatan

lapangan serta keperluan observasi lainnya)

6. Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) pada setiap pertemuan

Page 48: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

33

7. Menyiapkan soal/tes pada akhir setiap siklus

8. Mempersiapkan alat dokumentasi

Tahap Pelaksanaan

1. Memotivasi siswa dengan pemberian konsep bangun tabung,

kerucut, dan bola yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.

2. Menginformasikan kompetensi yang akan dicapai dalam

pembelajaran ini.

3. Pembelajaran diulang dengan tetap mengacu pada hasil refleksi

disiklus I

4. Guru membimbing siswa memahami langkah-langkah untuk

menemukan rumus luas selimut pada tabung dan kerucut.

5. Siswa diberi latihan-latihan pada LKS atau tugas dari guru untuk

menemukan atau menguatkan konsep yang dimilikinya.

6. Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang telah

dibahas.

7. Memberi tugas kepada siswa

Tahap Observasi

Menganalisa data yang telah terkumpul pada setiap pertemuan

Refleksi

Menentukan keberhasilan dan kekurangan dari pelaksanaan siklus II

yang akan dijadikan dasar pelaksanaan siklus berikutnya

Tahap Penelitian Siklus III

Tahap Perencanaan

1. Membuat rencana pengajaran berdasarkan pada refleksi siklus II

2. Mendiskusikan kepada guru kolaborator

3. Menyiapkan materi ajar pada setiap pertemuan

4. Menyiapkan alat peraga atau media pembelajaran

5. Menyiapkan lembar observasi (guru, wawancara, dan catatan

lapangan serta keperluan observasi lainnya)

Page 49: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

34

SIKLUS

III

6. Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) pada setiap pertemuan

7. Menyiapkan soal/tes pada akhir siklus

8. Mempersiapkan alat dokumentasi

Tahap Pelaksanaan

1. Memotivasi siswa dengan pembelajaran yang dihubungkan dengan

kehidupan sehari-hari.

2. Menginformasikan kompetensi yang akan dicapai dalam

pembelajaran ini

3. Guru mengajak siswa untuk menemukan dan mengingat kembali

konsep-konsep materi pada siklus I dan siklus II

4. Memberikan penguatan-penguatan konsep dengan latihan-latihan.

5. Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang telah

dibahas.

6. Memberikan tugas kepada siswa.

7. Mewawancarai Guru dan Siswa

Tahap Observasi

Menganalisa data yang telah terkumpul pada setiap pertemuan

Refleksi

Menentukan keberhasilan dan kekurangan dari pelaksanaan siklus III

yang akan dijadikan dasar pelaksanaan siklus berikutnya

Gambar 3.2 : Desain Penelitian Tindakan Kelas

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX (Sembilan) B di SMP

Waskita Madya Kota Tangerang Tahun Pelajaran 2009/2010. Jumlah siswa

kelas IX-B Tahun Pelajaran 2009/2010 di SMP Waskita Madya Kota

Tangerang ini adalah 28 siswa. Dalam penentuan subjek, peneliti memilihnya

setelah berkonsultasi dengan guru mata pelajaran matematika di SMP Waskita

Madya Kota Tangerang.

Page 50: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

35

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai perencana dan pelaksana

kegiatan. Peneliti membuat perencanaan kegiatan, melaksanakan kegiatan,

mengumpulkan dan menganalisis data sebagai bahan penelitian dalam skripsi

ini. Dalam penelitian, peneliti dibantu seorang guru, guru ini adalah guru mata

pelajaran matematika kelas IX yang bertindak sebagai pengamat.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Tahapan intervensi tindakan ini berlangsung beberapa siklus dimana

setiap siklus terdiri dari empat kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan,

analisis, dan refleksi. Pada tahapan penelitian kegiatan pendahuluan dilakukan

beberapa tindakan yaitu sebagai berikut :

1. Melakukan wawancara kepada guru matematika

2. Observasi proses pembelajaran dikelas penelitian

3. Mensosialisasikan pembelajaran siswa dengan pendekatan belajar

bermakna (meaningful learning)

Pada saat yang bersamaan kegiatan ini juga disertai dengan kegiatan

observasi dan interpretasi serta diikuti dengan kegiatan refleksi. Tahap

tindakan pada siklus I antara lain :

1. Pemberian informasi tentang rencana pembelajaran dan anologi materi

2. Siswa diminta untuk mengerjakan tugas sesuai dengan skenario

3. Memberikan arahan dan tugas untuk kegiatan berikutnya

Adapun tahap tindakan pada siklus II adalah mempelajari hasil refleksi

tindakan pada siklus I dan menggunakannya sebagian masukan pada tindakan

siklus II. Begitupun pada tahap tindakan siklus III adalah mempelajari hasil

refleksi pada siklus II jika pada siklus II belum mencapai kriteria keberhasilan

penelitian dan menggunakannya sebagian masukan pada tindakan pada siklus

III.

Page 51: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

36

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil intervensi tindakan yang diharapkan adalah sesuai dengan tujuan yang

ingin dicapai oleh peneliti yaitu meningkatkan pemahaman konsep matematika

pada materi bangun ruang sisi lengkung (BRSL) dengan pendekatan pembelajaran

belajar bermakna (Meaningful Learning) yang berdasarkan hasil rata-rata tes

keseluruhan pada LKS dan tes akhir siklus dalam setiap siklusnya mencapai 60 %

dari jumlah siswa di atas rata-rata.

G. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kualitatif dan

data kuantitatif.

1. Data kualitatif, yaitu hasil observasi proses pembelajaran, hasil

wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi (berupa foto kegiatan

pembelajaran).

2. Data kuantitatif, yaitu nilai tugas siswa tiap akhir pertemuan berbentuk

lembar kerja siswa (LKS) dan tes akhir siklus.

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru, dan

peneliti.

H. Instrumen Pengumpul Data yang Digunakan

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa

instrumen antara lain:

1. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengungkapkan aktifitas siswa selama

proses pembelajaran materi bangun ruang sisi lengkung dengan

menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning).

2. Lembar soal

Lembar soal ini digunakan untuk mengetahui kemampuan pemahaman

konsep siswa dalam menyelesaikan soal yang berhubungan dengan bangun

ruang sisi lengkung (BRSL) berupa lembar kerja siswa (LKS) pada tiap

akhir pertemuan dan tes akhir siklus.

Page 52: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

37

3. Catatan lapangan

Catatan lapangan adalah catatan tertulis mengenai apa yang terjadi selama

penelitian berlangsung. Tujuan catatan lapangan ini adalah untuk

mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan

belajar bermakna (Meaningful Learning).

4. Lembar wawancara

Wawancara dilakukan dengan guru, hal ini dilakukan untuk mengetahui

secara langsung kondisi siswa serta untuk mengetahui gambaran umum

mengenai pelaksanaan pembelajaran dan masalah-masalah yang dihadapi

di kelas.

5. Dokumentasi

Dokumentasi ini berupa gambar atau foto saat kegiatan penelitian

berlangsung. Dokumentasi ini dibuat untuk memperkuat proses penelitian.

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mewawancari guru.

Siswa diminta mengerjakan soal pada akhir tindakan pada setiap siklus, dan

melakukan penilaian hasil tes siswa ketika proses belajar mengajar

berlangsung yang dibantu oleh guru mata pelajaran matematika. Hasil setiap

penilaian tes tersebut didiskusikan oleh peneliti bersama guru pada saat

menganalisis data untuk membuat tindakan pada siklus berikutnya.

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi

Untuk memperoleh data yang valid, yaitu yang obyektif, sahih, dan

handal dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi dan saturasi, yaitu :

1. Menggali data dari sumber yang berbeda untuk memperoleh informasi

tentang hal yang sama. Untuk memperoleh tentang pemahaman siswa

dilakukan dengan memeriksa hasil tes siswa, mengadakan wawancara

dengan guru dan melihat hasil pengamatan guru mitra.

2. Memeriksa kembali data-data yang telah terkumpul, baik tentang

kejanggalan-kejanggalan, keaslian maupun kelengkapannya.

Page 53: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

38

3. Mengulang pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul.

K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis

Proses analisis data terdiri atas analisis data pada saat di lapangan yaitu

pada pelaksanaan kegiatan dan analisis data yang sudah terkumpul. Data yang

sudah terkumpul berupa hasil kerja siswa, hasil wawancara, hasil observasi,

dan catatan lapangan.

Seluruh data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis secara kualitatif

deskriptif. Analisis data dilakukan pada berbagai kesempatan dari awal

penelitian sampai berakhirnya proses penelitian. Hasil dari analisis data ini

berupa informasi berbentuk kalimat-kalimat yang berupa gambaran proses

penelitian. Adapun analisis data secara kuantitatif yaitu dengan

membandingkan hasil tes pada setiap siklusnya.

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan

Setelah tindakan pertama (siklus I) selesai dilakukan dan hasil yang

diharapkan belum mencapai kriteria keberhasilan yaitu peningkatan

pemahaman konsep matematika maka akan di tindak lanjuti untuk melakukan

tindakan selanjutnya sebagai rencana perbaikan pembelajaran.

Setelah penelitian ini berakhir, peneliti menyadari bahwa penelitian ini

telah berhasil menguji adanya peningkatan pemahaman konsep matematika

pada materi bangun ruang sisi lengkung (BRSL) dengan pendekatan belajar

bermakna (meaningful learning), guna meningkatkan hasil belajar

matematika. Banyak faktor lain yang ikut mempengaruhi hasil belajar

matematika siswa serta faktor-faktor lain yang belum diketahui. Untuk itu

masih perlu diadakan penelitian lebih lanjut.

Page 54: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti di mulai dengan

melakukan observasi awal di SMP Waskita Madya Kota Tangerang.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses kegiatan pembelajaran

siswa. Dalam penelitian ini juga mewawancarai guru mata pelajaran

matematika kelas IX yaitu dilaksanakan pada hari senin tanggal 13 Juli 2009

dimaksudkan untuk mengetahui nilai KKM yang ditetapkan dari sekolah dan

tingkat pemahaman konsep matematika siswa.

Adapun hasil pengamatan dari penelitian pendahuluan yang

diantaranya adalah :

a) Sebagian siswa masih bingung menyebutkan ciri-ciri yang dimiliki oleh

bangun ruang sisi lengkung (BRSL).

b) Siswa belum dapat menyebutkan contoh bangun ruang sisi lengkung

(BRSL) dalam kehidupan sehari-hari.

c) Siswa belum dapat menggambar bentuk berbagai macam jaring-jaring

bangun ruang sisi lengkung dengan sempurna.

d) Banyak siswa yang belum dapat menanggapi pertanyaan dari guru tentang

materi yang telah dibahas. Mereka belum paham tentang materi yang telah

dibahas sebelumnya, sehingga guru kembali menjelaskannya.

e) Masih banyak siswa belum mengerti tentang materi bangun ruang sisi

lengkung yang diberikan sehingga siswa merasa kesulitan ketika

menjawab soal latihan dari guru.

f) Pemahaman konsep matematika siswa rata-rata rendah karena kurangnya

minat siswa terhadap pelajaran matematika serta teknik mengajar guru

yang masih kurang bervariasi sehingga masih banyak siswa yang tidak

memperhatikan ketika guru menerangkan pelajaran.

39

Page 55: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

  40

g) Banyak siswa yang mengumpulkan tugas tidak tepat waktu, menjelang

akhir waktu pemberian tugas, mereka sibuk bertanya dan mencontek,

sehingga mereka lambat dalam mengumpulkan tugas.

h) Kurangnya pemahaman konsep dan semangat belajar siswa tentang materi

bangun ruang sisi lengkung disebabkan proses pembelajaran selama ini

tidak bermakna bagi siswa.

Berdasarkan penelitian pendahuluan tersebut, peneliti mengambil

kesimpulan bahwa pemahaman konsep matematika siswa masih tergolong

rendah. Hal ini juga terlihat dari nilai ulangan siswa yang belum mencapai

nilai KKM yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 60. Maka dari itu peneliti

melakukan suatu tindakan untuk meningkatkan pemahaman konsep

matematika siswa pada materi bangun ruang sisi lengkung dengan

menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning).

Penggunaan belajar bermakna (Meaningful Learning) ini dilakukan

pada tanggal 13 Juli 2009. Diharapkan dengan pendekatan belajar bermakna

ini dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa dan mencapai

nilai KKM yang diharapkan. Dengan tahapan-tahapan tindakan pembelajaran

dalam penelitian tindakan kelas ini antara lain terdiri dari tiga siklus yaitu :

1. Tindakan Pembelajaran Siklus I

Tindakan pembelajaran siklus I merupakan tindakan awal yang

sangat penting, hal ini dikarenakan analisis dari hasil tindakan

pembelajaran ini akan dijadikan sebagai refleksi bagi peneliti pada

tindakan pembelajaran selanjutnya. Adapun tahapan tindakan

pembelajaran siklus I adalah :

a. Tahap Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan siklus I ini

adalah peneliti menyiapkan kelas penelitian dengan mendiskusikan

kepada guru kolaborator, mempersiapkan rencana pembelajaran, LKS

(Lembar Kerja Siswa) yang dibuat oleh peneliti dengan sistem

pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning) sebagai panduan

atau modul siswa yang terdiri dari pembahasan dan soal-soal latihan

Page 56: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

  41

sebagai evaluasi dalam pembelajaran dari siklus I, menyiapkan VCD

pembelajaran, menyiapkan lembar observasi, lembar kerja siswa

(LKS), dan alat dokumentasi.

Siklus I ini terdiri dari 5 pertemuan dengan materi diantaranya

mengidentifikasi sifat-sifat dari tabung, kerucut dan bola, menggambar

dan membuat jaring-jaring dari setiap BRSL, serta menentukan luas

selimut dan volume dari bangun ruang sisi lengkung (BRSL) dan

didalamnya termasuk untuk mengerjakan tes akhir siklus I. Lembar

kerja siswa (LKS) dan tes akhir siklus dibuat untuk mengetahui

perkembangan hasil pemahaman konsep matematika siswa. Lembar

observasi digunakan untuk mencatat aspek-aspek aktivitas siswa pada

setiap pertemuan untuk melihat tingkat pemahaman konsep

matematika siswa ketika pembelajaran dilakukan dengan

menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning).

Pada siklus I ini peneliti ingin mengetahui apakah

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan belajar bermakna

(Meaningful Learning) dapat meningkatkan pemahaman konsep

matematika siswa. Target yang ingin dicapai pada siklus I ini yaitu

pemahaman konsep dasar siswa dapat lebih baik dibandingkan hasil

proses belajar sebelum menggunakan proses belajar dengan

pendekatan belajar bermakna, serta dapat menyelesaikan soal-soal

yang diberikan dengan secara sistematis tidak dengan cara menghafal

rumus. Metode yang digunakan dalam pemberian materi adalah

pengatur awal (advance organizer), diferensiasi progresif, belajar

superordinat, integrative reconciliation, dan consolidation. Sehingga

dapat mengaitkan konsep yang dimiliki pada kognitif siswa

sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan selanjutnya.

b. Tahap Pelaksanaan

Tindakan pembelajaran siklus I dilaksanakan dalam lima

pertemuan dengan alokasi waktu (2 x 40 menit) tiap pertemuannya.

Page 57: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

  42

Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus I dilaksanakan menjadi lima

pertemuan seperti terlampir yaitu pada :

1) Pertemuan pertama/ Senin, 13 Juli 2009

Kegiatan belajar matematika di kelas IX B dilaksanakan pada

hari senin, 13 juli 2009 sebagai pertemuan pertama pembelajaran

dengan pendekatan belajar bermakna. Pertemuan pertama

berlangsung selama 2 x 40 menit (2 jam pelajaran) yang dimulai

dari pukul 10.00 s/d pukul 11.20. Pokok bahasan yang dibahas

adalah mengidentifikasi sifat-sifat dari tabung, kerucut, dan bola.

Peneliti membuka kegiatan pembelajaran dengan memberi salam

dan memeriksa absensi/kehadiran siswa. Pertemuan pertama ini

terdapat satu orang yang tidak hadir dikarenakan tidak ada

keterangannya (alpha). Guru mata pelajaran matematika hadir

sebagai observer untuk mengamati aktivitas siswa satu per satu dan

melakukan penilaian pada peneliti ketika proses pembelajaran

berlangsung kemudian dicatat pada lembar observasi. Hal ini

dilakukan untuk mendapatkan informasi bagi perbaikan pengajaran

pada pertemuan selanjutnya.

Kegiatan pembelajaran selanjutnya menyampaikan tujuan

pembelajaran, memberikan penjelasan mengenai aturan dari

pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning), dan kegiatan

mengajar dimulai dengan memberikan pertanyaan kepada siswa

tentang bangun-bangun yang termasuk bangun ruang lalu

dilanjutkan dengan pertanyaan bangun-bangun apa saja yang

termasuk bangun ruang sisi lengkung. Kegiatan belajar mengajar

dilanjutkan dengan mengerjakan soal latihan dengan menjawab

LKS 1 yang telah dibuat oleh peneliti, kemudian semua siswa

diberikan kesempatan untuk mengerjakan didepan kelas, bagi

siswa yang menjawab benar diberikan poin 5. Latihan soal ini

dilakukan peneliti ingin mengetahui pemahaman konsep yang

telah dimiliki siswa. Setelah siswa mengerjakan LKS 1, kemudian

Page 58: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

  43

dilanjutkan mengerjakan LKS 2 dimana siswa mengidentifikasi

sifat-sifat dari tabung, kerucut, dan bola yang telah dipelajarinya

pada pelajaran sebelumnya.

Pada pertemuan pertama ini, waktu yang dialokasikan

hanya cukup untuk tanya jawab dan menyampaikan aturan main

dari belajar bermakna (Meaningful Learning) tentang materi

konsep bangun ruang sisi lengkung (tabung, kerucut, dan bola).

Proses pembelajaran pada pertemuan pertama ini belum berjalan

secara maksimal karena siswa masih bersifat pasif dan hanya

mengingat materi terdahulu yang pernah dipelajari sebelumnya,

namun beberapa siswa sudah menunjukkan ketertarikan. Sebagai

penutup guru mengingatkan mengulang pelajaran hari ini karena

dilanjutkan untuk pertemuan selanjutnya.

2) Pertemuan kedua/ Kamis, 16 Juli 2009

Pada hari Kamis, tanggal 16 Juli 2009 sebagai pertemuan

kedua pembelajaran dengan pendekatan belajar bermakna.

Pertemuan kedua berlangsung selama 2 x 40 menit (2 jam

pelajaran) yang dimulai dari pukul 07.00 s/d pukul 08.20. Pokok

bahasan yang dibahas adalah membuat jaring-jaring tabung,

kerucut, dan bola yang belum tuntas pada pertemuan pertama.

Peneliti membuka kegiatan pembelajaran dengan memberi salam

dan memeriksa absensi/kehadiran siswa. Pertemuan kedua ini ada 2

siswa yang tidak masuk semua, dimana satu siswa dikarenakan

sakit sedangkan yang satunya lagi tidak ada keterangan (alpha).

Guru mata pelajaran matematika hadir sebagai observer untuk

mengamati aktivitas siswa satu per satu dan melakukan penilaian

pada peneliti ketika proses pembelajaran berlangsung kemudian

dicatat pada lembar observasi. Hal ini dilakukan untuk

mendapatkan informasi bagi perbaikan pengajaran pada pertemuan

selanjutnya.

Page 59: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

  44

Pada pertemuan kedua ini, waktu yang dialokasikan hanya

cukup menyimak VCD pembelajaran agar dimaksudkan

pemahaman konsep matematika bisa terarah selain penjelasan dari

peneliti sebelumnya, setelah siswa menyimak VCD Pembelajaran

maka dilaksanakan pembagian kelompok belajar. Alokasi

Menyimak VCD hanya 45 menit. Setelah siswa menyimak VCD

pembelajaran, kemudian guru mengkondisikan siswa menjadi 6

kelompok dari 28 siswa, masing-masing kelompok terdiri dari 5

orang siswa dan ada dua kelompok yang terdiri dari 4 orang siswa.

Dalam Pembagian kelompok tersebut dikelompokkan secara

bervariasi (acak) dari tingkat kecerdasan siswa yang berbeda-beda.

Ketika pembagian kelompok berlangsung, beberapa anak menolak

untuk dikelompokkan tapi untungnya hanya segelintir anak saja,

dan hal itu dapat di atasi dengan segera. Daftar kelompok belajar

siswa dalam pembelajaran ini dapat di lihat pada lampiran 5.

Setelah siswa duduk dalam kelompok yang telah ditentukan

dan mengerti aturan main dari pendekatan belajar (Meaningful

Learning), guru mengajak siswa untuk mengingat kembali materi

mengenai bangun ruang yang sudah dipelajari sebelumnya di kelas

VIII dan kemudian menggali pengetahuan awal siswa untuk

menunjang materi yang akan disampaikan. Selanjutnya, guru

menjelaskan garis besar materi membuat gambar jaring-jaring

bangun ruang yang sudah dipelajari dari kelas sebelumnya

kemudian peneliti membuat jaring-jaring bangun ruang sisi

lengkung seperti tabung, kerucut, dan bola sambil memberikan

contoh-contoh soal. Dan guru memberikan kesempatan pada siswa

untuk bertanya apabila ada hal-hal yang kurang dimengerti setelah

selesai menjelaskan. Ketika guru memberikan kesempatan pada

siswa untuk mengemukakan pendapat, hampir semua siswa

menjawab “Tidak ada pertanyaan Pa, semua paham...” dan

sebagian lagi hanya diam. Disini membuat peneliti berpikir apakah

Page 60: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

  45

yang diam saja sudah paham atau belum? Proses pembelajaran

pada pertemuan kedua ini belum berjalan secara tidak maksimal

karena siswa masih bersifat pasif dan hanya mengingat materi

terdahulu yang pernah dipelajari sebelumnya, namun beberapa

siswa sudah menunjukkan ketertarikan. Sebagai penutup guru

mengingatkan mengulang pelajaran hari ini karena dilanjutkan

untuk pertemuan selanjutnya.

3) Pertemuan Ketiga/ Senin, 20 Juli 2009

Sebagaimana pada pertemuan sebelumnya, pertemuan

ketiga pun berlangsung selama 2 x 40 menit (2 jam pelajaran) yang

dimulai dari pukul 10.00 s/d 11.20 WIB dengan melanjutkan

proses pembelajaran sebelumnya. Awal kegiatan seperti biasanya

adalah membuka pembelajaran dengan memberi salam dan

memeriksa absensi/kehadiran siswa, terdapat 2 siswa yang tidak

hadir karena sakit.

Selanjutnya, pertemuan ketiga ini para siswa sudah

langsung duduk berkumpul dengan kelompok belajarnya yang

sudah ditentukan pada pertemuan sebelumnya. Berhubung guru

sudah menjelaskan garis besar dipertemuan sebelumnya yaitu

membuat jaring-jaring tabung, kerucut, dan bola dengan bantuan

media pembelajaran VCD. Maka guru langsung membagikan

lembar kerja kelompok (LKK) 3 pada masing-masing kelompok

belajar. Dimana pada LKK ini siswa membuat jaring-jaring bangun

ruang sisi lengkung dengan ukuran yang telah ditentukan oleh

peneliti.

Setelah membagikan LKK, guru memberikan pengarahan

mengenai langkah-langkah dalam membuat jaring-jaring

menggunakan karton dengan ukuran yang berbeda-beda pada tiap

kelompoknya dimaksudkan agar setiap kelompok memiliki

gambaran tentang bagaimana menemukan luas permukaan pada

bangun tabung dan kerucut tersebut. Setelah mereka paham,

Page 61: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

  46

mereka langsung berdiskusi dengan masing-masing kelompok

belajarnya untuk menyelesaikan pekerjaan kelompoknya yang

terdapat pada LKK tersebut. Guru berkeliling untuk memantau

aktivitas siswa dari satu kelompok ke kelompok lain. Guru melihat

masih banyak kelompok yang mengalami kesulitan, karena mereka

belum terlalu terbiasa melukis jaring-jaring bangun ruang dengan

langsung praktek sendiri terutama banyak yang kesulitan pada

membuat jaring-jaring selimut kerucut.

Selanjutnya guru memberi sedikit arahan kepada mereka,

dan setelah mereka paham mereka melanjutkan kembali untuk

mengerjakan LKK tersebut. Masih saja ada siswa yang tidak bisa

diam untuk mengganggu temannya dikelompok lain yang sedang

serius mengerjakan LKK. Dan guru pun langsung

mengendalikannya, tapi masih saja melakukan hal itu. Guru

matematika kelas ini langsung turun tangan untuk

mengendalikannya. Waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal

LKK adalah 30 menit, namun belum semua kelompok

menyelesaikan tugasnya. Sehingga setiap kelompok melanjutkan

hasil kelompoknya dikerjakan dirumah. Bagi siswa yang tidak

mengerjakan pekerjaan dikelompoknya maka siswa tersebut tidak

dimasukkan kedalam daftar kelompok.

Sebelum menutup pertemuan ini, guru memberikan

penilaian terhadap pembelajaran yang telah berlangsung dan

menyimpulkan dari apa yang telah dilaksanakan. Sebagai penutup,

guru meminta siswa untuk mengulang kembali materi tadi dirumah

selain melanjutkan pekerjaan kelompok yang belum selesai.

4) Pertemuan keempat/ Kamis, 23 Juli 2009

Pertemuan keempat sama halnya dengan pertemuan

sebelumnya berlangsung selama 2 x 40 menit (2 jam pelajaran)

yang dimulai dari pukul 07.00 s/d 08.20 WIB. Kegiatan

pembelajaran diawali dengan membuka pembelajaran dengan

Page 62: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

  47

memberi salam dan memeriksa absensi/kehadiran siswa, ada satu

siswa yang tidak hadir pada pertemuan keempat ini semuanya

dikarenakan masih sakit.

Tanpa disuruh oleh guru, siswa pun sudah berkumpul

dalam kelompok belajarnya masing-masing. Kemudian guru

menjelaskan aturan yang akan presentasi hasil pekerjaan dari tiap

kelompok, alokasi waktu yang diberikan pada setiap kelompok

untuk presentasi adalah 10 menit. Setelah semuanya paham,

selanjutnya guru memanggil kelompok I untuk mempresentasikan

hasilnya namun kelompok pertama pekerjaannya belum selesai

maka dilanjutkan pada kelompok selanjutnya yang siap tampil

dihadapan kelompok lainnya. Dan salah satu siswa yang mewakili

kelompok tersebut langsung menjelaskan cara membuat jaring-

jaring bangun ruang sisi lengkung dengan terlebih dahulu

menentukan ukuran-ukurannya seperti luas-luas bangun datar,

sedangkan kelompok yang lain menanggapinya.

Aktivitas siswa pada pertemuan keempat ini tidak banyak

mengalami perubahan, masih saja ada beberapa siswa yang tidak

mendengarkan hasil diskusi dari kelompok lain, mereka hanya

mengobrol dan mengganggu siswa lainnya. Guru sering menegur

siswa-siswa tersebut, tapi tidak bertahan lama. Kemudian guru

mengambil tindakan lainnya yaitu jika masih ada yang

mengganggu proses pembelajaran ini, maka guru tidak segan-segan

untuk mengeluarkan mereka dari ruang kelas. Sejak itu beberapa

siswa menjadi diam dan mulai mau menanggapi kelompok lain

yang sedang presentasi, tapi masih saja ada yang tidak

menghiraukan.

Dari hasil presentasi dari tiap kelompok diharapkan siswa

dapat menemukan rumus untuk menentukan luas permukaan dan

luas selimut dari tabung, kerucut, dan bola. Dengan proses

pembelajaran ini siswa lebih mudah dan terarah dalam memahami

Page 63: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

  48

konsep bangun ruang sisi lengkung karena sudah mulai terbiasa

dengan menggunakan pendekatan belajar bermakna. Rata-rata

siswa sudah mulai aktif untuk bertanya, tapi masih ada juga yang

masih kurang aktif alias pasif. Kelemahannya adalah mereka masih

kebingungan dalam menentukan awal menemukan luas permukaan

bangun ruang sisi lengkung karena tidak mendengarkan hasil dari

diskusi temannya. Kemudian siswa mengerjakan tugas 4 yang telah

dibuat peneliti yang bertujuan untuk melihat perkembangan hasil

proses tindakan ini. Akan tetapi, perolehan nilai siswa mengerjakan

LKK 4 sedikit meningkat dibandingkan pada pertemuan

sebelumnya, rata-rata nilai adalah ≤ 60 yang artinya hampir semua

soal latihan LKK 4 dapat dijawab dengan benar disertai alasan

yang benar pula pada setiap latihan soal pada LKK.

Untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa

secara mandiri maka guru memberikan latihan soal latihan 5 yakni

soal yang dibuat oleh guru sendiri terdiri dari 4 soal. Alokasi untuk

menjawab 4 soal ini, guru memberikan waktu hanya 15 menit.

Kemudian setelah siswa menjawab soal tersebut maka jawaban

dikumpulkan, untuk tidak terjadi kesalahan dalam pemahaman

konsep pada siswa maka guru dan siswa membahas bersama-sama

soal tersebut sehingga jika jawaban siswa yang merasa salah dapat

paham dimana letak kesalahan pemahaman konsepnya. Setelah itu

guru mengoreksi latihan soal yang telah dijawab dan membagikan

hasilnya kepada siswa kembali.

Selanjutnya, guru bersama siswa membuat rangkuman dari

materi pembelajaran yang telah dibahas. Sebagai penutup, guru

mengingatkan agar siswa mengulang kembali pelajaran yang

dibahas, dan pelajaran sebelumnya karena pertemuan selanjutnya

akan diadakan tes akhir siklus I.

Page 64: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

  49

5) Pertemuan kelima/ Senin, 27 Juli 2009

Pada pertemuan terakhir dalam siklus I ini diadakan ujian

tes akhir siklus I. Tes akhir siklus I ini berbentuk essay berjumlah

8 soal yang dikerjakan selama 2 jam pelajaran. Tes uraian yang

terdiri dari 8 soal ini materi diambil dari soal latihan siswa selama

proses pembelajaran siklus I yaitu tentang mengidentifikasi unsur-

unsur dan sifat-sifat yang terdapat pada bangun ruang sisi lengkung

(tabung, kerucut, dan bola), menggambar bentuk dan melukis

jaring-jaring bangun tabung, kerucut dan bola, serta menghitung

ukuran dari bangun ruang sisi lengkung (BRSL). Tes ini

dimaksudkan untuk mengetahui tingkat penguasaan dan

pemahaman konsep matematika siswa terhadap materi yang telah

diajarkan pada pertemuan dalam siklus 1.

c. Tahap Observasi

Tahap ini pada dasarnya berlangsung bersamaan dengan

pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan oleh guru kolaborator

yang mencatat seluruh aktivitas siswa dan hal-hal yang terjadi selama

proses pembelajaran. Pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam

pembelajaran dilakukan dengan penilaian langsung melihat dari hasil

kerja siswa (LKS). Pada data tersebut dapat dilihat bahwa dari 8

aktivitas yang diobservasi didapatkan rata-rata pemahaman konsep

siswa pada tingkat kurang. Karena di siklus I ini siswa masih lemah

dapat menghitung ukuran BRSL yang berkaitan dengan mengaitkan

dari ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki BRSL tersebut, kurang

memperhatikan guru, kurang menjawab soal latihan dari guru, dan

masih tidak tepat waktu dalam mengumpulkan tugas, masih kesulitan

dalam mengikuti pembelajaran, dan guru pun masih kesulitan dalam

memberikan pemahaman konsep matematika siswa.

Pada pertemuan kelima dilaksanakan ujian tes akhir siklus I.

Soal tes yang diberikan kepada siswa adalah soal yang telah dibahas

pada latihan soal yang diberikan dalam setiap pertemuan pada siklus I.

Page 65: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

  50

Berikut ini hasil rata-rata selama siklus I disajikan dalam tabel 4.2

sebagai berikut :

Tabel 4.1

Hasil Rata-rata Keseluruhan Pada Siklus I

No Kelas Interval if Nilai Tengah

( f .i iix ) x

1. 10 – 23 7 16,5 115,5

2. 24 – 37 8 30,5 244

3. 38 – 52 3 45 135

4. 53 – 65 6 59 354

5. 66 – 80 2 73 146

6, 81 – 93 2 97 194

Jumlah 28 321 1188,5

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas didapat hasil rata-rata hasil

selama siklus I adalah 42,45 dengan nilai terendahnya 10 serta nilai

tertingginya 88. Dapat dilihat juga siswa yang mendapatkan nilai lebih

dari nilai rata-rata sebanyak 5 orang yaitu 17,86 % dan yang mendapat

nilai kurang dari nilai rata-rata sebanyak 23 orang yaitu 82,14 %.

Perolehan nilai tes akhir siklus I ini belum memenuhi indikator

keberhasilan penelitian ini yaitu 60 % siswa harus mendapat nilai lebih

dari rata-rata nilai tes keseluruhan atau KKM.

Dengan hasil tersebut, maka siklus I telah selesai dan akan

dilanjutkan ke siklus II. Pada siklus II, siswa diharapkan mendapatkan

hasil nilai persentase yang lebih meningkat dari siklus I.

d. Tahap Refleksi / Evaluasi

Berdasarkan lembar observasi dan hasil tes akhir siklus I,

diperoleh hasil analisis kegiatan refleksi atau evaluasi. Hasil refleksi

tersebut dirangkum dalam tabel berikut:

Page 66: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

  51

Tabel 4.2

Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus I

No Kendala/Kesulitan Perbaikan

1. Kurangnya pemahaman

siswa mengenai teknik

menggambar jaring-jaring

BRSL

Mengulang kembali materi yang

mengenai teknik menggambar

jaring-jaring BRSL pada

pertemuan berikutnya.

2. Kurangnya aktivitas siswa

dalam kegiatan belajar

dalam berdiskusi kelompok

Aktivitas siswa ditingkatkan

dengan cara memberi motivasi

dan dorongan pada siswa

3. Kurangnya Siswa dapat

menghitung ukuran pada

BRSL.

Guru akan mengarahkan tentang

kaitannya dengan sifat-sifat pada

BRSL dan bangun ruang selain

BRSL.

4. Guru belum dapat

mengkondisikan kelas

dengan baik

Guru bertindak lebih tegas lagi

dalam menghadapi siswa-siswa

yang tidak disiplin

5. Keaktifan siswa dalam

menanggapi pertanyaan

guru masih dirasa kurang

Memberikan suasana kelas

menjadi lebih santai tapi serius

agar siswa tidak takut lagi untuk

mennanggapi pertanyaan dan

memberikan jawaban

6. Beberapa siswa masih

kebingungan dalam

menjawab soal-soal latihan

karena pemahaman tentang

konsep BRSL pada

awalnya kurang dipahami.

Guru memberikan arahan secara

detail mengenai soal-soal yang

dianggap bingung oleh siswa

dengan pendekatan pemahaman

konsep dasar

Page 67: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

  52

7. Siswa masih kurang tepat

waktu untuk

mengumpulkan tugas.

Guru akan mengkondusifkan

waktu mengerjakan tugas,

sehingga siswa tidak lagi lambat

mengumpulkan tugas

Sedangkan untuk mencapai nilai yang sesuai dengan KKM

yang ditetapkan sekolah hanya 7 siswa orang saja dari 28 siswa yang

tingkat pemahamannya sudah memenuhi KKM. Pada siklus II peneliti

harus memperhatikan siswa dan lebih meningkatkan metode

pembelajaran karena masih banyak kekurangan dalam menerapkan

metode belajar bermakna (Meanigful Learning). Dilihat dari tabel 4.2

bahwa masih banyaknya kekurangan atau kendala pada siklus I ini,

maka untuk pelaksanaan siklus II diharapkan saran dan perbaikan

dapat dilaksanakan secara optimal.

2. Tindakan Pembelajaran Siklus II

a. Tahap Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi dari siklus I, pada siklus II ini proses

pembelajaran harus lebih diarahkan. Siswa diarahkan untuk dapat

menyelesaikannya soal matematika secara optimal. Guru pun lebih

tegas dalam mengkondisikan kelas, memberikan pengarahan secara

detail, dan memberikan suasana pembelajaran yang santai tapi serius

agar pemahaman konsep matematika siswa.

Materi yang akan dibahas pada siklus II ini adalah menemukan

rumus luas selimut dan luas permukaan bangun ruang sisi lengkung

(BRSL), menghitung luas selimut dan volume dari bangun ruang sisi

lengkung (BRSL), dan menghitung ukuran unsur-unsur dari BRSL jika

diketahui luas selimut dan volumenya. Pembelajaran dilaksanakan

dengan metode yang digunakan adalah Tanya jawab, Diskusi

kelompok, Eksperimen, Penemuan, Pemberian tugas. Pada siklus II ini

dilaksanakan dengan 5 kali pertemuan. Pertemuan 1, 2, 3, dan 4 untuk

Page 68: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

  53

materi dan pembahasan soal, kemudian pada pertemuan ke-5 yaitu tes

akhir siklus II dengan pemberian soal sebanyak 7 soal berbentuk essay.

b. Tahap Pelaksanaan

Siklus II ini terdiri dari 5 pertemuan dengan pokok bahasan

menemukan rumus luas selimut dan luas permukaan bangun ruang sisi

lengkung (BRSL), menghitung luas selimut dan volume dari bangun

ruang sisi lengkung (BRSL), dan menghitung ukuran unsur-unsur dari

BRSL jika diketahui luas selimut dan volumenya. Pada saat materi

diberikan, siswa sudah berada pada kelompoknya masing-masing. Hal

ini memudahkan siswa berinteraksi dengan siswa lainnya. Adapun

uraian proses pembelajaran pada siklus II sebagai berikut :

1) Pertemuan Keenam/ Kamis, 30 Juli 2009

Pertemuan keenam di siklus II berlangsung 2 x 40 Menit (2

jam pelajaran) yang dimulai dari pukul 07.00 s/d 08.20 WIB.

Kegiatan diawali seperti biasanya dengan memberikan salam dan

memeriksa absensi/kehadiran siswa, satu siswa yang tidak hadir

dikarenakan tanpa keterangan (alfha). Kemudian guru pun

mengkondisikan kelas dengan lebih tegas agar semua siswa

berdisiplin dan mudah diatur. Kegiatan selanjutnya adalah guru

menyampaikan tujuan pembelajaran dari materi siklus II ini

kemudian memberikan penjelasan dan pengarahan materi

mengenai teknik menemukan rumus dengan cara setiap kelompok

membuat jaring-jaring BRSL terlebih dahulu, agar dimaksudkan

adanya pemahaman yang berarti (bermakna) dalam kognitif siswa

dengan mengerjakan lembar kerja kelompok (LKK) 6. Setelah

siswa telah mengerjakan LKK selesai maka setiap kelompok

mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya di depan kelas,

sedangkan kelompok lainnya menyimak.

Setelah masing-masing kelompok telah selesai

mempresantasikan di depan kelas maka peneliti mengarahkan

bagaimana untuk mengaitkan konsep menemukan rumus luas

Page 69: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

  54

selimut dan luas permukaan dari BRSL yang benar. Pada

pertemuan ini sudah terlihat banyak siswa yang memperhatikan

peneliti ketika menjelaskan materi. Selain itu banyak yang

menanggapi pertanyaan peneliti sehingga kelas menjadi hidup,

tetapi masih ada yang belum memahami dalam menggambar

bentuk BRSL jika ukurannya berubah. Jadi peneliti dengan metode

eksperimen dan penemuan ini mengarahkan siswa untuk

mengingat kembali materi yang telah dipelajari pada waktu di kelas

sebelumnya. Setelah peneliti memberikan arahan untuk bagaimana

menemukan rumus luas selimut dan luas permukaan BRSL dengan

diskusi kelompok dan siswa dari masing-masing kelompoknya

tidak ada lagi pertanyaan, maka dilanjutkan siswa mengerjakan

lembar kerja siswa (LKS) 7 untuk melihat perkembangan

pemahaman konsep siswa secara individual. Alokasi untuk

mengerjakan LKS 7 adalah 20 menit.

2) Pertemuan Ketujuh/ Senin, 03 Agustus 2009

Kegiatan berlangsung selama 2 x 40 menit (2 jam

pelajaran) yang dimulai dari pukul 10.00 s/d 11.20 WIB dengan

memberi salam dan memeriksa absensi siswa. Setelah guru selesai

menjelaskan materi secara detail pada pertemuan sebelumnya.

Selanjutnya guru langsung menggunakan metode tanya

jawab dengan memberikan penjelasan kembali mengenai

menemukan rumus luas selimut dan luas permukaan yang terdapat

pada BRSL. Setelah mereka paham maka dengan diskusi kelompok

guru melanjutkan dengan membahas tentang menerapkan rumus

BRSL yang mereka temukan dengan menghitung ukuran luas

selimut dan luas permukaan BRSL. Ketika proses pembelajaran

berlangsung masih banyak yang belum paham dalam menghitung

luas selimut dan luas permukaan dari BRSL karena disebabkan

pertentangan kognitif (cognitif dissonance) maka guru

menggunakan penyesuaian integratif dimana dengan menjelaskan

Page 70: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

  55

secara bertahap dengan tanya jawab, setelah siswa merasa mengerti

bagaimana mengidentifikasi ciri-ciri dari BRSL, guru langsung

dengan consolidation memberikan lebih banyak contoh-contoh

yang relevan dengan BRSL dalam kehidupan sehari-hari yang

sering mereka jumpai.

Pada pertemuan ini consolidation siswa lebih terbantu

karena dapat membantu kognitifnya karena siswa akan memahami

konsep jika diberikan hal-hal yang sering mereka jumpai seperti

antara lain kaleng susu yang sama dengan bentuk tabung. Setelah

mereka memahami materi pada pertemuan ini maka dilanjutkan

dengan membagikan LKS 8 kepada masing-masing siswa.

Penyelesaian LKS 8 ini diberikan waktu sebanyak 10 meni.

Mereka pun langsung menyelesaikan soal demi soal dari

LKS 8 tersebut. Pada awal membaca soal pada LKS tersebut,

beberapa siswa masih kebingungan dalam mengerjakan soal yang

diberikan dan langsung meminta pengarahan dari guru dan

akhirnya merekapun mengerti. Perolehan skor pemahaman konsep

pertama siklus II ini lebih baik dibandingkan perolehan skor

pemahaman konsep di siklus I yang rata-rata siswa memperoleh

skor paling tinggi 5. Begitu pula pada perolehan skor pemahaman

konsep kedua lebih baik dari pemahaman konsep pertama, karena

ada yang memperoleh skor 5 yang artinya dapat mengikuti proses

pembelajaran dengan benar. Dan mereka menyelesaikan semua

soal di LKS tepat pada waktunya walaupun masih bisa dikatakan

mereka tidak bisa menyelesaikan dengan cepat.

Kegiatan selanjutnya adalah penutup, guru selalu

mengingatkan agar siswa mengulang kembali pelajaran, serta

mempelajari materi selanjutnya karena berhubungan dengan materi

pada pertemuan ini.

Page 71: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

  56

3) Pertemuan Kedelapan/ Kamis, 06 Agustus 2009

Pertemuan kedelapan ini berlangsung selama 2 x 45 menit

(2 jam pelajaran) yang dimulai dari pukul 07.00 s/d 08.25 WIB

dengan melanjutkan proses pembelajaran pada pertemuan

sebelumnya karena waktunya tidak mencukupi. Kegiatan seperti

biasanya diawali dengan memberi salam dan memeriksa absensi

siswa, hanya ada satu siswa yang tidak hadir dikarenakan sakit.

Kegiatan selanjutnya adalah guru menyampaikan tujuan

pembelajaran dari materi ini kemudian memberikan penjelasan dan

pengarahan materi tentang menentukan luas selimut tabung,

kerucut dan bola tanpa melupakan konsep mencari unsur-unsur

dari bangun ruang sisi lengkung tersebut dan tanpa menghafal

rumus sebagai dasar pembelajaran Meaningful Learning yang

diantaranya menentukan satu unsur-unsur yang terdapat pada suatu

bangun tabung digabungkan dengan unsur-unsur lain yang terdapat

pada bangun tersebut. Dengan ekspositori guru memberikan

beberapa contoh-contohnya secara detail dan jelas, dan

menciptakan suasana belajar menjadi santai tapi serius agar siswa

bebas untuk mengemukakan pendapatnya jika ada cognitif

dissonance. Kemudian setelah guru selesai menjelaskan materi

dengan penyesuaian integratif diadakan tanya jawab apabila siswa

ada yang tidak dimengerti dalam materi pada pertemuan ini.

Sebelum ditutup, guru memberikan lembar tugas 9 yang

bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman yang diperoleh

oleh siswa dalam pertemuan kedelapan disiklus II ini. Dengan

alokasi mengerjakannya yaitu 15 menit.

Sebagai penutup guru dan siswa memberikan kesimpulan

untuk pembelajaran materi ini, dan tidak lupa mengingatkan semua

siswa pula untuk mempelajari kembali karena ada hubungannya

dengan materi pada pertemuan selanjutnya

Page 72: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

  57

4) Pertemuan kesembilan/ Senin, 10 Agustus 2009

Pertemuan kesembilan di siklus II berlangsung selama 2 x

40 Menit (2 jam pelajaran) yang dimulai dari pukul 10.00 s/d 11.25

WIB. Kegiatan diawali seperti biasanya dengan memberikan salam

dan memeriksa absensi/kehadiran siswa, seluruh siswa pun hadir.

Kemudian guru pun mengkondisikan kelas seperti biasanya siswa

duduk dibangkunya masing-masing dengan tertib dan guru lebih

tegas lagi agar semua siswa berdisiplin.

Kegiatan selanjutnya adalah guru menyampaikan tujuan

pembelajaran dari materi ini kemudian memberikan penjelasan dan

pengarahan materi tentang menentukan volume tabung, kerucut,

dan bola tanpa melupakan konsep mencari volume dari bangun

ruang sisi lengkung tersebut dan tanpa menghafal rumus sebagai

dasar pembelajaran Meaningful Learning yang diantaranya

menentukan perubahan volume suatu bangun tabung digabungkan

dengan bangun kerucut atau bangun tabung digabungkan dengan

setengah bola dan seterusnya, menentukan ukuran unsur-unsur

tabung, kerucut, dan bola jika diketahui luas selimut dan

volumenya beserta contoh-contohnya secara detail dan jelas, dan

menciptakan suasana belajar menjadi santai tapi serius agar siswa

bebas untuk mengemukakan pendapatnya. Kemudian setelah guru

selesai menjelaskan materi diadakan tanya jawab apabila ada yang

tidak dimengerti akibat dari cognitif dissonance. Karena ada waktu

20 menit yang tersisa sebelum waktu pengajaran selesai setelah

tanya jawab, siswa selanjutnya mengerjaan soal-soal LKS 10

maka dilanjutkan pada pertemuan berikutnya.

Sebagai penutup guru dan siswa memberikan kesimpulan

untuk pembelajaran materi ini dan mengingatkan semua siswa pula

untuk mempelajari kembali karena pertemuan selanjutnya akan

diadakan ujian tes akhir siklus.

Page 73: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

  58

5) Pertemuan Kesepuluh/ Kamis, 13 Agustus 2009

Pertemuan kesepuluh ini dilaksanakan tes akhir siklus II

untuk pokok bahasan menemukan rumus luas selimut dan luas

permukaan bangun ruang sisi lengkung (BRSL), menghitung luas

selimut dan volume dari bangun ruang sisi lengkung (BRSL), dan

menghitung ukuran unsur-unsur dari BRSL jika diketahui luas

selimut dan volumenya. Soal tes akhir siklus II ini berbentuk

pilihan Essay berjumlah 7 soal yang disesuaikan dengan indikator

pembelajaran yang ingin dicapai untuk pokok bahasan tersebut.

Tes ini dilaksanakan selama 2 jam pelajaran, agar semua siswa

tidak terburu-buru dalam menyelesaikannya. Tes siklus II ini juga

dilaksanakan untuk mengetahui pemahaman konsep siswa terhadap

materi yang telah diajarkan dan untuk mengetahui apakah ada

peningkatan hasil belajar antara siklus I dengan siklus II.

Kemudian ada waktu yang tersisa sebanyak 10 menit digunakan

untuk membahas sedikit hasil tes akhir siklus II ini.

c. Tahap Observasi

Tindakan pembelajaran siklus II ini secara umum dapat

dikatakan sudah baik, karena dari pertemuan keenam pembelajaran

sudah berjalan tertib dan lancar, tidak ada siswa yang keluar-keluar

dari kelompok belajarnya dan sudah mulai terlihat keaktifan siswa

dalam mengemukakan pendapatnya. Pemahaman siswa untuk menjadi

yang terbaik diantara siswa lainnya terlihat lebih meningkat

dibandingkan siklus I, dan pada pertemuan keenam kebanyakan siswa

sudah tidak banyak yang mengalami kebingungan karena mungkin

materinya lebih mudah dibandingkan materi sebelumnya. Tapi masih

ada beberapa siswa yang hanya mengandalkan teman-teman lainnya

dalam kelompok belajar untuk menyelesaikan LKS. Pembelajaran pun

masih terasa kurang karena proses pembelajaran dalam penyelesaian

soal terutama dalam menghitung ukuran pada BRSL tersebut.

Page 74: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

  59

Pada data yang diobservasi dengan melihat hasil penilaian

kerja siswa (LKS) didapatkan ada peningkatan pemahaman konsep

matematika siswa dengan adanya pengaruh proses pembelajaran

menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning) di

siklus II. Karena di siklus II ini kurang dapat menghitung ukuran

unsur-unsur BRSL yang berkaitan dengan luas selimut dan volumenya

jika diketahui lebih dahulu, kurang memperhatikan guru, kurang

menjawab soal latihan dari guru, dan masih tidak tepat waktu dalam

mengumpulkan tugas, masih kesulitan dalam mengikuti pembelajaran.

Pada pertemuan kesembilan dilaksanakan ujian tes akhir siklus

II. Soal tes yang diberikan kepada siswa adalah soal yang telah dibahas

pada latihan soal yang diberikan dalam setiap pertemuan pada siklus II

Berikut ini hasil rata-rata selama siklus II disajikan dalam tabel 4.4

sebagai berikut :

Tabel 4.3

Hasil rata-rata keseluruhan pada siklus II

No Kelas Interval if Nilai Tengah

( f .i iix ) x

1. 16 – 28 4 22 88 2. 29 – 41 9 35 315 3. 42 – 54 2 48 96 4. 55 – 67 6 61 336 5. 68 – 80 4 74 296

6, 81 – 93 3 87 261

Jumlah 28 327 1422

Berdasarkan Tabel 4.3 di atas didapat hasil rata-rata hasil

selama siklus I adalah 50,79 dengan nilai terendahnya 16 serta nilai

tertingginya 91. Dapat dilihat juga siswa yang mendapatkan nilai lebih

dari nilai rata-rata sebanyak 12 orang yaitu 42,85 % dan yang

mendapat nilai kurang dari nilai rata-rata sebanyak 16 orang yaitu

Page 75: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

  60

57,15 %. Perolehan nilai tes akhir siklus II ini belum memenuhi

indikator keberhasilan penelitian ini yaitu 60 % siswa harus mendapat

nilai lebih dari rata-rata nilai tes keseluruhan atau KKM. Jadi dari data

tersebut dapat disimpulkan bahwa perolehan nilai rata-rata pada siklus

II mengalami peningkatan dibandingkan nilai rata-rata pada siklus I

dengan selisih yaitu 8,34

Dengan hasil tersebut, maka siklus II telah selesai dan akan

dilanjutkan ke siklus III. Pada siklus III, siswa diharapkan

mendapatkan hasil nilai persentase yang lebih meningkat dari siklus II.

d. Tahap Refleksi / Evaluasi

Berdasarkan hasil lembar observasi, hasil tes keseluruhan

selama siklus II, dan catatan lapangan diperoleh hasil analisis kegiatan

refleksi. Hasil refleksi tersebut dirangkum dalam tabel 4.4 berikut :

Tabel 4.4

Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus II

No Kendala/Kesulitan Perbaikan

1. Masih kesulitan dalam

menghitung unsur-unsur

BRSL jika luas dan

volumenya diketahui lebih

dahulu.

Dengan ekspositori, Peneliti lebih

mengarahkan siswa untuk bisa

menghitung unsur-unsurnya dengan

menerapkan rumus BRSL yang

telah ditemukan pada pertemuan

sebelumnya.

2. Kurangnya perhatian siswa

ketika guru menjelaskan

materi.

Memberikan suasana kelas menjadi

lebih santai tapi serius agar siswa

tidak jenuh.

3. Beberapa siswa masih

kesulitan dalam menjawab

soal-soal latihan berbentuk

cerita.

Guru memberikan arahan secara

detail mengenai soal-soal yang

dianggap sulit oleh siswa dengan

strategi penjelasan hubungan antara

konsep-konsep dengan eksperimen.

Page 76: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

  61

4. Masih banyaknya siswa

lambat untuk

mengumpulkan tugas

dengan tidak tepat waktu

Guru akan lebih mengkondusifkan

lagi waktu mengerjakan tugas,

sehingga siswa tidak lagi lambat

mengumpulkan tugas dengan

pendekatan individu.

Dilihat dari masih banyaknya kekurangan atau kendala pada

siklus II ini, maka untuk pelaksanaan siklus III diharapkan saran dan

perbaikan dapat dilaksanakan secara optimal. Terutama dalam

meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa sekolah

menengah pertama (SMP).

3. Tindakan Pembelajaran Siklus III

a. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan siklus III ini dimulai dengan menyiapkan

rencana pembelajaran (RPP), menyiapkan materi ajar dan LKS

(Lembar Kerja Siswa), lembar tes akhir siklus III, dan menyiapkan

lembar observasi, dan keperluan pembelajaran lainnya.

Berdasarkan hasil refleksi dari siklus II maka pada siklus III ini

proses pembelajaran dilaksanakan tidak lagi dengan cara belajar

kelompok tetapi dengan cara pendekatan individual dimana siswa

mengerjakan soal secara mandiri agar tidak mengalami kesulitan

dalam pemahaman konsep matematika. Alokasi waktu dalam

penyelesaian LKS tetap 40 menit seperti siklus II agar siswa dapat

menyelesaikannya secara optimal. Guru pun lebih tegas dalam

mengkondisikan kelas, memberikan pengarahan secara detail, dan

memberikan suasana pembelajaran yang santai tapi serius serta

memberikan reward kepada siswa yang memperoleh nilai tertinggi

sebagai prestasi siswa dalam pembelajaran matematika agar siswa

lebih baik dalam pemahaman konsepnya dibandingkan dengan

pertemuan sebelumnya.

Page 77: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

  62

Materi yang akan dibahas pada siklus III ini adalah

mengidentifikasi unsur-unsurnya, menghitung luas permukaan dan

volume serta memecahkan masalah yang berkaitan dengan bangun

ruang sisi lengkung (BRSL). Target pada siklus III ini siswa dapat

menunjukkan pemahaman konsep yang tinggi dan hasil tes akhir siklus

III hasilnya adalah menunjukkan bahwa 60 % siswa mendapatkan nilai

lebih dari nilai rata-rat tes keseluruhan selama siklus III.

b. Tahap Pelaksanaan

Tindakan pembelajaran siklus III ini terdiri dari 5 pertemuan

dengan pokok bahasan mengidentifikasi unsur-unsurnya, menghitung

luas permukaan dan volume serta memecahkan masalah yang

berkaitan dengan bangun ruang sisi lengkung (BRSL). Pada siklus III

ini dilaksanakan dalam 4 pertemuan membahas materi sedangkan satu

pertemuan terakhir dilaksanakan tes akhir siklus III.

Dalam tahapan pelaksanaan siklus III ini ada beberapa pertemuan

lanjutan dari pertemuan siklus II antara lain yaitu :

1) Pertemuan Kesebelas/ Senin, 24 Agustus 2009

Karena pada tanggal 15 Agustus 2009 sampai dengan

tanggal 23 Agustus 2009 dalam penelitian ini terganggu dengan

acara perlombaan siswa dan guru untuk merayakan HUT RI dan

tanggal 20 Agustus 2009 para siswa dan guru libur dalam

menyambut bulan suci ramadhan sehingga pertemuan kesepuluh

ini baru dilaksanakan kembali. Pertemuan kesepuluh di siklus II

berlangsung selama 2 x 40 Menit (2 jam pelajaran) yang dimulai

dari pukul 10.00 s/d 11.25 WIB. Kegiatan diawali seperti biasanya

dengan memberikan salam dan memeriksa absensi/kehadiran

siswa, seluruh siswa pun hadir. Kemudian guru pun

mengkondisikan kelas seperti biasanya siswa duduk dibangkunya

masing-masing dengan tertib dan guru lebih tegas lagi agar semua

siswa berdisiplin. Kegiatan selanjutnya adalah guru menyampaikan

tujuan pembelajaran dari materi ini kemudian memberikan

Page 78: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

  63

penjelasan dan pengarahan materi tentang menentukan ukuran

unsur-unsur tabung, kerucut, dan bola jika diketahui luas selimut

atau volumenya terlebih dahulu tanpa melupakan konsep formula

bangun ruang sisi lengkung tersebut dan tanpa menghafal rumus

sebagai dasar pembelajaran Meaningful Learning yang diantaranya

menentukan perubahan ukuran unsur-unsur suatu bangun tabung,

kerucut dan bola beserta contoh-contoh secara detail dan jelas,

serta peneliti membimbing untuk menghitung volume tabung

dengan tidak melupakan suasana belajar yang santai tapi serius

agar siswa bebas untuk mengemukakan pendapatnya. Kemudian

setelah guru selesai menjelaskan materi diadakan tanya jawab

apabila ada yang tidak dimengerti. Setelah ada sesi tanya jawab

kegiatan selanjutnya yaitu siswa diperintahkan untuk mengerjakan

soal-soal LKS 11 dan 12, karena ada waktu 10 menit maka LKS

dibahas peneliti dengan siswa. Sebagai penutup, guru selalu

mengingatkan agar siswa mengulang kembali pelajaran serta

mempelajari pelajaran selanjutnya.

2) Pertemuan kedua belas/ Kamis, 27 Agustus 2009

Pertemuan kedua belas sama halnya dengan pertemuan

sebelumnya berlangsung selama 2 x 40 menit (2 jam pelajaran)

yang dimulai dari pukul 07.00 s/d 08.20 WIB. Kegiatan diawali

seperti biasanya dengan memberikan salam dan memeriksa

absensi/kehadiran siswa, ada satu siswa yang tidak hadir

dikarenakan sakit. Kemudian guru pun mengkondisikan kelas

seperti biasanya siswa duduk dibangkunya masing-masing dengan

tertib dan guru lebih tegas lagi agar semua siswa berdisiplin.

Kegiatan selanjutnya adalah guru menyampaikan tujuan

pembelajaran dari materi ini kemudian memberikan penjelasan dan

membimbing untuk dapat menghitung volume kerucut dan bola

tanpa melupakan konsep formula volume dari bangun ruang sisi

lengkung tersebut, dan tanpa menghafal rumus beserta contoh-

Page 79: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

  64

contoh secara detail dan jelas, dan menciptakan suasana belajar

menjadi santai tapi serius agar siswa bebas untuk mengemukakan

pendapatnya. Kemudian setelah guru selesai menjelaskan materi

diadakan tanya jawab apabila ada yang tidak dimengerti. Setelah

ada sesi tanya jawab kegiatan selanjutnya yaitu siswa

diperintahkan untuk mengerjakan soal-soal LKS 13 dan 14, karena

ada waktu 15 menit maka LKS dibahas peneliti dengan siswa.

Sebagai penutup, guru selalu mengingatkan agar siswa mengulang

kembali pelajaran serta mempelajari pelajaran selanjutnya..

3) Pertemuan Ketiga belas/Senin, 31 Agustus 2009

Pertemuan ketiga belas ini berlangsung selama 2 x 40

menit (2 jam pelajaran) yang dimulai dari pukul 10.00 s/d 11.20

WIB dengan melanjutkan proses pembelajaran pada pertemuan

sebelumnya yaitu membahas pokok bahasan Menghitung

perubahan luas tabung, kerucut, dan bola, jika salah satu unsurnya

berubah. Kegiatan diawali seperti biasanya dengan memberi salam

dan memeriksa absensi siswa, ternyata untuk pertemuan ketiga

belas ini siswa hadir secara keseluruhan.

Pembelajaran dilanjutkan dengan guru menyampaikan

tujuan pembelajaran dari materi ini mengulang kembali dengan

membahas bagaimana meghitung luas selimut dan luas permukaan

dari tabung, kerucut, dan bola lalu guru langsung memberikan

penjelasan dan pengarahan beserta contoh-contohnya. Awalnya

mereka kesulitan Menghitung perubahan luas tabung, kerucut, dan

bola, jika salah satu unsurnya berubah. Setelah diberikan

bimbingan dengan secara jelas oleh peneliti akhirnya mereka

mengerti dengan konsep yang sudah dipelajari pada pertemuan

sebelumnya. Tetapi ada beberapa siswa saja yang belum paham

yang masih malu untuk bertanya karena malu dikatakan bodoh oleh

teman-temannya.

Page 80: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

  65

Materi Menghitung perubahan luas tabung, kerucut, dan

bola, jika salah satu unsurnya berubah masih rendah tingkat

pemahaman konsep siswa sehingga dituntut lebih kearah hitung-

hitungan terlebih dahulu. Penjelasan demi penjelasan sering

diulang agar siswa lebih mengerti dan paham. Untuk pertemuan

ini, alokasi waktu yang tersedia hanya cukup untuk memberi

penjelasan dan pengarahan mengenai materi saja. Pengerjaan LKS

15 materi ini dilanjutkan pada pertemuan selanjutnya. Sebagai

penutup guru tidak lupa mengingatkan untuk mengulang kembali

materi ini dan mempersiapkan diri untuk pertemuan selanjutnya.

4) Pertemuan Keempat belas/ kamis, 03 September 2009

Kegiatan berlangsung selama 2 x 40 menit (2 jam

pelajaran) yang dimulai dari pukul 07.00 s/d 08.20 WIB dengan

memberi salam dan memeriksa absensi siswa. Setelah guru selesai

menjelaskan materi secara detail pada pertemuan sebelumnya, guru

langsung membagikan LKS 15 kepada masing-masing siswa.

Penyelesaian LKS 15 ini tiap siswa diberikan waktu sebanyak 20

menit, setelah itu hasil tugas siswa dibahas bersama-sama ketika

seluruh siswa sudah mengumpulkan tugasnya masing-masing.

Dalam pertemuan ini siswa sudah dapat dengan tepat waktu untuk

mengumpulkan tugas mandirinya.

Untuk proses pembelajaran siklus III ini agak berbeda

dengan sebelumnya, disini guru akan mengarahkan kepada siswa

yang mempunyai daya serap tinggi dan penguasaan materinya

cukup baik sebagai tutor sebaya untuk membantu siswa pada siswa

lain yang masih kesulitan baik dalam mempelajari materi maupun

dalam penyelesaian soal-soal di LKS ini. Hal ini dilakukan untuk

membantu siswa menghilangkan kesulitan-kesulitan dalam

menyelesaikan soal apalagi dengan temannya sendiri dan juga agar

selesai pada waktunya. Setelah membahas LKS 15 tugas yang

tertunda pada pertemuan ketiga belas maka dilanjutkan dengan

Page 81: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

  66

membahas menghitung perubahan volume tabung, kerucut, dan bola,

jika salah satu unsurnya berubah. Mereka pun langsung

menyelesaikan soal demi soal dari tiap soal yang terdapat pada

LKS 16.

Pada pertemuan ini, peneliti tidak banyak lagi memberikan

penjelasan tentang menghitung perubahan volume tabung, kerucut, dan

bola, jika salah satu unsurnya berubah., karena materi ini sudah

dibahas pada pertemuan sebelumnya sehingga siswa sudah terbiasa

dengan materi ini dan tidak ada lagi yang masih bingung

diperintahkan untuk mengerjakan LKS 16 sebanyak 3 soal dengan

tepat waktu. Peneliti memberikan waktu selama 30 menit untuk

mengerjakan tugas tersebut. Sebelum berakhirnya pertemuan ini,

peneliti menyarankan kepada siswa untuk belajar kembali tentang

materi yang telah diberikan selama siklus III karena pertemuan

berikutnya akan diadakan tes akhir siklus III .

5) Pertemuan kelima belas/ Senin, 07 September 2009

Pada hari senin tanggal 7 September 2009 pukul pukul

10.00 s/d 11.20 WIB merupakan pertemuan terakhir siklus III.

Pada tahap ini peneliti memberikan tes untuk siswa kelas IX

sebanyak 9 soal essay yang mencangkup materi menghitung luas

selimut dan volume tabung, kerucut, dan bola, serta memecahkan

masalah yang berkaitan dengan tabung, kerucut, dan bola. Alokasi

waktu yang diberikan untuk menyelesaikan soal tes tersebut adalah

2 jam pelajaran. Pada pertemuan ini siswa hadir semua. Untuk

melihat suasana pembelajaran saat siswa mengerjakan soal tes

akhir siklus pada lampiran 71.

Pada tes ini peneliti dibantu oleh observer yaitu guru mata

pelajaran matematika untuk mengamati kegiatan penelitian selama

di kelas dan mengamati aktifitas siswa selama menjalani tes ini

maupun proses pembelajaran selama setiap siklus ini berlangsung.

Page 82: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

  67

c. Tahap Observasi

Tahap ini pada dasarnya berlangsung bersamaan dengan

pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan oleh guru kolaborator

yang mencatat seluruh aktivitas siswa dan hal-hal yang terjadi selama

proses pembelajaran. Pada data pengamatan dengan dilihat dari

penilaian hasil kerja siswa setiap pertemuan disiklus III dikategorikan

pemahaman konsep matematika siswa meningkat dengan adanya

pengaruh penggunaan pendekatan belajar bermakna (Meaningful

Learning).

Pada pertemuan kelima belas dilaksanakan ujian tes akhir

siklus III. Soal tes yang diberikan kepada siswa adalah soal yang telah

dibahas pada latihan soal yang diberikan dalam setiap pertemuan pada

siklus III. Berikut ini hasil rata-rata keseluruhan selama siklus III

disajikan dalam tabel 4.5 sebagai berikut :

Tabel 4.5

Hasil Rata-rata keseluruhan pada Siklus III

No Kelas Interval if Nilai Tengah ( ix ) f .i ix

1. 31 – 42 1 36,5 36,5

2. 43 – 54 10 48,5 485

3. 55 – 66 4 60,5 242

4. 67 – 78 5 72,5 362,5

5. 79 – 90 5 84,5 422,5

6, 91 – 102 3 96,5 289,5

Jumlah 28 399 1838

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas didapat hasil rata-rata hasil

selama siklus III adalah 65,64 dengan nilai terendahnya 31 serta nilai

tertingginya 99. Dapat dilihat juga siswa yang mendapatkan nilai lebih

dari nilai rata-rata sebanyak 17 orang yaitu 60,71% dan yang mendapat

Page 83: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

  68

nilai kurang dari nilai rata-rata sebanyak 11 orang yaitu 39,29%. Hasil

Rata-rata keseluruhan tes siswa selama siklus III mengalami

peningkatan dibandingkan pada siklus II yaitu dari 50,79 menjadi

65,64 dan peningkatannya sebesar 14,85 dimana sebanyak 17 siswa

sudah mendapatkan nilai di atas rata-rata sehingga indikator

keberhasilan yaitu 60 % siswa mendapat nilai lebih dari rata-rata tes

siswa sudah tercapai ≥ 60,00.

Dari semua data tersebut pada siklus III ini, bisa dikatakan

bahwa terdapat peningkatan pemahaman konsep matematika siswa dan

indikator keberhasilan pun sudah tercapai dengan rata-rata kelas ≥

60,00 maka ini dihentikan di siklus III sesuai dengan target yang

direncanakan.

d. Tahap Refleksi / Evaluasi

Pada tahap refleksi siklus III ini siswa sudah mengalami

peningkatan pemahaman konsep matematika yang otimal karena sudah

memenuhi standar KKM sekolah yaitu dengan nilai 60. Berdasarkan

pengamatan selama siklus III berlangsung bahwa pelaksanaan proses

pembelajaran dengan pendekatan yang digunakan oleh guru pada

setiap tindakan pembelajaran pendekatan belajar bermakna

(Meaningful Learning) telah berhasil meningkatkan pemahaman

konsep matematika siswa, hal ini memudahkan siswa untuk memahami

materi. Walaupun dalam pelaksanaannya masih terdapat kekurangan,

tetapi hal tersebut dapat diatasi pada tindakan pembelajaran

selanjutnya dengan adanya kegiatan refleksi pada setiap akhir

pembelajaran.

Dan data Hasil belajar melalui tes akhir siklus III dan nilai

tugas sudah menunjukkan hasil yang baik. Rata-rata nilai keseluruhan

tes siswa selama siklus III mengalami peningkatan dari 50,79 menjadi

65,64 dan peningkatannya sebesar 14,85 dimana sebanyak 17 siswa

sudah mendapatkan nilai di atas rata-rata sehingga indikator

keberhasilan yaitu 60 % siswa mendapat nilai lebih dari rata-rata tes

Page 84: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

  69

siswa sudah tercapai ≥ 60,00. Dari semua data tersebut pada siklus III

ini, bisa dikatakan bahwa terdapat peningkatan pemahaman konsep

matematika siswa dan indikator keberhasilan pun sudah tercapai

dengan rata-rata kelas ≥ 60,00 maka proses pembelajaran ini

dihentikan di siklus III sesuai dengan target yang direncanakan.

B. Pemeriksaan Keabsahan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya lembar

kerja siswa (LKS) dan tes akhir tiap siklus untuk mengetahui pemahaman

konsep matematika siswa. Selain data tes tiap akhir siklus untuk mengetahui

peningkatan pemahaman konsep matematika siswa maka ada data pendukung

dalam penelitian ini yaitu lembar observasi dan catatan lapangan untuk

mengetahui aktivitas siswa setiap pertemuan pada siklus I, II dan III. Untuk

mengetahui apakah data yang diperoleh valid dan memiliki tingkat

keterpercayaan yang tinggi, dilakukan member check. Kegiatan ini meliputi

memeriksa kembali keterangan atau informasi yang diperoleh selama

observasi dari narasumber, memeriksa apakah informasi tersebut tetap sifatnya

atau tidak berubah sehingga dapat dipastikan keajegannya, dan memastikan

kebenaran data. Selain melakukan member check, untuk mendapatkan data

yang absah dilakukan pula teknik triangulasi melalui pengamatan terhadap

aktivitas siswa apakah menunjukkan peningkatan pemahaman konsep

matematika siswa dengan menggunakan pendekatan belajar bermakna

(Meaningful Learning) dalam pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk menggali

data dari sumber yang sama dengan menggunakan cara yang berbeda. Diskusi

dengan guru kolaborator tentang hasil observasi yang diperoleh, dibaca

berulang-ulang dan melakukan reduksi data yaitu menghilangkan data yang

tidak relevan dengan fokus penelitian. Hal ini bertujuan agar data atau

informasi yang diperoleh sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Dan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan penguasaan siswa

terhadap materi yang diberikan dilakukan dengan memeriksa hasil tes akhir

siklus siswa yang diberikan pada tiap siklus. Soal akhir siklus dibuat

Page 85: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

  70

disesuaikan dengan kurikulum sekolah mengenai kompetensi dasar dan

indikator pembelajaran yang ingin dicapai. Soal tersebut juga tak lupa

dikonsultasikan terlebih dahulu dengan guru pelajaran matematika kelas IX B

SMP Waskita Madya Kota Tangerang yang pada penelitian ini sebagai

kolaborator (mitra peneliti). Tes akhir siklus digunakan untuk melengkapi data

pengamatan peningkatan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran

matematika

C. Analisis Data

Tahap analisis dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada

dari berbagai sumber baik tes maupun non tes. Diantaranya sebagai berikut :

1. Data hasil tes akhir siklus

Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa dalam

pembelajaran matematika, maka perlu juga dilakukan analisis daya serap

siswa terutama pada pemahaman konsep siswa terhadap materi yang telah

dipelajari dengan menggunakan pendekatan belajar bermakna. Data yang

dianalisis berupa data kuantitatif yang diperoleh dari hasil lembar kegiatan

siswa (LKS) dan tes akhir siklus tindakan pembelajaran atau tes setelah

keseluruhan tindakan pembelajaran selesai. Indikator keberhasilan dalam

penelitian ini adalah hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan

belajar bermakna, karena seseorang yang sudah memiliki pemahaman

yang tinggi ditandai dengan hasil belajar yang tinggi pula. Hasil belajar

siswa pada tindakan ini diperoleh dari siklus I, II , dan III terlihat

mengalami peningkatan yang cukup baik tiap siklusnya.

Nilai rata-rata pada siklus I yaitu 42,45. Siswa yang telah mencapai

nilai sesuai dengan KKM yang ditetapkan oleh sekolah hanya 5 siswa dari

28 siswa atau ada 17,86 %, yang berarti masih belum terlihat mengalami

peningkatan pemahaman konsep. Dan pada siklus II nilai rata-rata siswa

yaitu 50,79. Siswa yang telah mencapai nilai sesuai dengan KKM yang

ditetapkan oleh sekolah hanya 12 siswa dari 28 siswa atau ada 42,85 %,

yang berarti mengalami peningkatan pemahaman konsep dibandingkan

Page 86: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

  71

pada siklus I dengan selisih yaitu 8,34. Kemudian pada siklus III nilai rata-

rata siswa yaitu 65,64. Jumlah siswa yang sudah memenuhi nilai KKM

pada siklus III ini adalah 17 siswa dari 28 siswa atau sudah mencapai

60,71 % dari jumlah seluruh siswa. Berikut adalah tabel Rekapitulasi nilai

rata-rata siswa selama siklus I, II, dan III.

Table 4.6

Persentase Tingkat Pemahaman Konsep Matematika Siswa

Pada Siklus I, II, dan III

Siklus I

Nilai siswa lebih dari rata-rata

Jumlah Persentasi

5 17,86 %

Siklus II

Nilai siswa lebih dari rata-rata

Jumlah Persentasi

12 42,85 %

Siklus III

Nilai siswa lebih dari rata-rata

Jumlah Persentasi

17 60,71 %

Dari table 4.6 terlihat jumlah siswa yang mendapat nilai lebih dari

rata-rata nilai tes keseluruhan meningkat dari mulai siklus I, II, dan III.

Indikator keberhasilan penelitian ini yaitu 60 % siswa mendapat nilai lebih

dari rata-rata nilai tes keseluruhan sudah tercapai pada siklus III. Sehingga

penelitian ini berhenti pada siklus III dimana jumlah siswa yang mendapat

nilai lebih dari rata-rata sebanyak 17 siswa yaitu 60,71 %. Dan grafik

untuk nilai rata-rata pada siklus I, II, dan III dapat dilihat pada lampiran

58.

Page 87: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

  72

2. Lembar Observasi

Setiap melaksanakan tindakan pembelajaran, penulis didampingi

oleh observer. Observer tersebut adalah guru mata pelajaran matematika

yang diberikan lembar observasi berfungsi sebagai alat pengamatan untuk

mengetahui dan mengukur aktivitas siswa dan peneliti sebagai guru yang

memberikan perlakuan. Lembar observasi juga digunakan untuk

menganalisis dan merefleksi setiap siklus tindakan pembelajaran.

Berdasarkan pengamatan pada tindakan pembelajaran siklus I dan

II tingkat pemahaman konsep matematika siswa masih dikategorikan pada

pemahaman konsep siswa tingkat sedang dilihat dari hasil kerja siswa dari

setiap pertemuannya. Karena di siklus I dan II ini kurang dapat

menghitung ukuran BRSL yang berkaitan dengan mengaitkan dari konsep

formula yang dimiliki BRSL tersebut, kurang memperhatikan guru, kurang

menjawab soal latihan dari guru, dan masih tidak tepat waktu dalam

mengumpulkan tugas, masih kesulitan dalam mengikuti pembelajaran, dan

guru pun masih kesulitan dalam memberikan pemahaman konsep

matematika siswa.

Untuk siklus III rata-rata skor pemahaman konsep siswa dalam

pembelajaran matematika sudah mencapai kategori pemahaman konsep

tingkat tinggi. Siswa sudah dapat mengikuti pembelajaran dengan baik,

hampir semua siswa senang mengikuti proses pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan belajar bermakna (meaningful learning), hampir

semua siswa pun sudah dapat menunjukkan keberanian dalam

mengemukakan pendapat baik dalam bertanya maupun mengemukakan

solusi, walaupun masih ada siswa yang masih pasif tapi hal tersebut dapat

tertutupi oleh banyaknya siswa yang aktif. Bukan hanya itu saja, lebih dari

60 % siswa sudah mulai ada peningkatan pemahaman konsep dalam

pembelajaran matematika.

3. Hasil Wawancara

Hasil wawancara terhadap guru mata pelajaran matematika

diperoleh informasi bahwa penggunaan proses belajar bermakna

Page 88: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

  73

(meaningful learning) memberikan semangat dalam belajar matematika,

karena siswa mulai memahami konsep dalam pembelajaran matematika

dan sudah dapat menemukan cara penyelesaian dalam menyelesaikan

suatu masalah matematis dengan cara tidak menghafal rumus. Siswa yang

kemampuan matematika masih rendah, dengan menggunakan pendekan

belajar bermakna ini memberikan pengaruh besar terhadap pola belajar

siswa tersebut. Namun dengan pendekatan belajar bermakna ini dalam

pembelajaran matematika tidak dapat tercapai pemahaman konsep yang

meningkat jika kognitif siswa tidak dikaitkan dengan materi selanjutnya.

Berdasarkan hasil data pemahaman konsep siswa dan wawancara

didapatkan pula bahwa pendekatan belajar bermakna (meaningful

learning) ini sangat berpengaruh terhadap pemahaman konsep dan hasil

belajar siswa yang kemampuan matematikanya tingkat rendah dan sedang.

Untuk siswa yang sudah memilki prestasi belajar matematika yang baik,

pendekatan belajar bermakna ini dapat menambah kecepatan siswa

tersebut dalam memahami materi yang diberikan. Penggunaan pendekatan

ini dalam proses pembelajaran harus disesuaikan dengan kognitif siswa,

sehingga dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

D. Interpretasi Hasil Analisis

Pada tindakan siklus I menunjukkan siswa mulai ada ketertarikan

walaupun pemahaman konsep matematika pada siswa menggunakan

pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning) masih rendah. Dengan

adanya semangat dan keaktifan siswa bertanya dalam proses pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning)

dapat menginformasikan bahwa pendekatan belajar bermakna ini dapat

menciptakan sikap positif siswa terhadap matematika. Adanya hasil belajar

yang tinggi merupakan salah satu ciri siswa yang memiliki pemahaman

konsep yang baik.

Berdasarkan hasil belajar siswa yang dijadikan indikator keberhasilan

dalam penelitian ini karena seseorang yang memiliki pemahaman yang tinggi

Page 89: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

  74

ditandai dengan hasil belajar yang tinggi pula. Hasil belajar pada tindakan ini

diperoleh dari siklus I, II, dan III terlihat ada peningkatan yang cukup baik

pada setiap siklusnya. Pada penelitian tindakan siklus I diperoleh data nilai

rata-rata keseluruhan yaitu 42,45, dan tindakan di siklus II diperoleh data nilai

rata-rata keseluruhan sebesar 50,79. Sedangkan tindakan di siklus III diperoleh

data nilai rata-rata keseluruhan sebesar 65,64 Ini artinya terjadi peningkatan

pemahaman konsep matematika siswa sebesar 14,85. Adanya peningkatan

pemahaman konsep matematika siswa setelah siswa diberikan pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning)

dalam belajar matematika. Tapi pada proses belajarnya tidak luput dari

bantuan tutor sebaya dalam membantu siswa yang masih kesulitan dalam

menyelesaikan soal-soal yang diberikan terutama dalam menerapkan konsep

formula BRSL dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, berdasarkan data yang

diberikan pada siswa terlihat bahwa penggunaan pendekatan belajar bermakna

(Meaningful Learning) dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika

siswa.

Berdasarkan hasil observasi tentang aktivitas siswa selama proses

pembelajaran dari siklus I, II, dan III Pembelajaran di siklus I masih banyak

terdapat hambatan-hambatan, sebagian siswa tidak setuju untuk

dikelompokkan mereka ingin seperti pembelajaran biasanya. Tapi hal ini bisa

diatasi dengan bujukan dari guru mata pelajaran matematika yang menasehati

mereka. Proses pembelajaran pun akhirnya berlangsung dengan lancar.

Kegiatan pembelajaran ini melatih para siswa agar dapat menemukan rumus

bangun ruang sisi lengkung sendiri dengan mengetahui jaring-jaringnya,

melatih keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat baik dalam

bertanya maupun memberikan solusi, dan melatih siswa agar dapat

bertanggung jawab pada masalah matematis yang diberikan. Sedangkan pada

siklus II dan III dari tiap pertemuannya mulai ada peningkatan pemahaman

konsep matematika siswa yang cukup signifikan dari hasil kerja siswa yang

berbentuk LKS.

Page 90: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

  75

Siswa yang mempunyai pemahaman rendah dengan adanya

pembelajaran seperti ini memberikan pengaruh yang besar. Dan juga bagi

siswa yang prestasinya sedang, bisa menandingi siswa yang prestasinya tinggi.

Sedangkan siswa yang mempunyai prestasi tinggi walaupun menganggap

pendekatan ini seperti biasanya tapi dapat meningkatkan pemahamannya

menjadi jauh lebih baik lagi. Selama proses pembelajaran berlangsung, terjadi

peningkatan hasil belajar siswa terutama bagi siswa yang mempunyai prestasi

belajar masih sangat kurang. Semua siswa senang belajar dengan

menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning) ini karena

dari awal mereka tidak suka dengan pelajaran matematika tapi akhirnya

mereka pun bisa menyukai pelajaran matematika dengan baik.

Berdasarkan hasil pengamatan, catatan lapangan, dokumentasi, dan

hasil tes akhir siklus terlihat bahwa pemebelajaran dengan menggunakan

pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning) dapat meningkatkan

pemahaman konsep matematika siswa. Hal ini sesuai dengan teori bahwa

salah satu strategi pembelajaran yang bisa digunakan oleh guru dalam

meningkatkan pemahaman konsep siswa adalah menggunakan model

pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa selain metode ceramah yang

monoton.

E. Pembahasan Temuan Penelitian

1. Penggunaan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning) dalam

proses belajar dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa.

Penggunaan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning)

dalam kegiatan belajar mengajar pada pokok bahasan bangun ruang sisi

lengkung kepada siswa dapat memberikan pengalaman baru dalam belajar

matematika. Proses pembelajaran yang mengelompokkan siswa membuat

pembelajaran menjadi lain dari sebelumnya. Pembelajaran seperti ini

menekankan siswa agar dapat mengidentifikasi unsur-unsur BRSL,

menghitung luas selimut dan Luas permukaan BRSL, menghitung volume dari

BRSL, dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan BRSL, dengan

Page 91: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

  76

suasana yang menyenangkan dapat melatih keberanian siswa dalam

menanggapi pertanyaan guru sehingga dapat menumbuhkan semangat

belajar matematika siswa dan mendorong siswa siswa untuk lebih siap

serta aktif dalam belajar. Karena siswa yang sudah memahami suatu

konsep maka akan berpengaruh dengan tingkat hasil belajar siswa tersebut.

2. Penggunaan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning) dalam

proses belajar dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

Hasil belajar dijadikan indikator keberhasilan dalam penelitian ini

karena seseorang yang sudah memiliki pemahaman yang tinggi ditandai

dengan hasil belajar yang tinggi pula. Hasil belajar siswa matematika yang

diperoleh dari siklus I, II, dan III terlihat mengalami peningkatan yang

cukup baik.

Peningkatan hasil belajar siswa terlihat dari hasil rata-rata

keseluruhan selama siklus I, II dan III yang nilai rata-ratanya terus

meningkat. Indikator keberhasilan tercapai pada siklus III dimana 65,64 ini

berarti 60,71% siswa mendapat nilai lebih dari rata-rata tes keseluruhan

tindakan pembelajaran. Grafik nilai rata-rata pada siklus I, II, dan III dapat

dilihat pada lampiran 58.

3. Keterbatasan fasilitas dalam proses pembelajaran matematika yang

menjadi penghambat pembelajaran.

 Fasilitas yang belum memadai menjadikan proses pembelajaran

matematika menjadi terhambat. Akan tetapi, pada pokok bahasan bangun ruang

sisi lengkung (tabung, kerucut, dan bola) ini hanya memerlukan VCD

Pembelajaran agar terarah dalam membuat sebuah jaring-jaring bangun tersebut,

mistar papan tulis yang diperlukan dalam melukis jaring-jaring agar terlihat jelas

telah tersedia. Karena pelajaran dengan pendekatan belajar ini banyak

menggunakan media pembelajaran namun di sekolah ini hanya memiliki media

televisi dan mistar saja dan media lainnya masih terbatas. Jadi, selain fasilitas

yang ada di sekolah ini maka sangat diperlukan juga fasilitas media yang lebih

lengkap lagi untuk pembelajaran matematika.

Page 92: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah penulis buat dan hasil pengolahan data

observasi proses belajar mengajar, wawancara, catatan lapangan dan hasil tes

setiap siklus sebagai interprestasi data atau konsep dalam penyusunan skripsi

ini seperti yang terdapat dalam bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Penggunaan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning) dalam

pembelajaran pada bangun ruang sisi lengkung (BRSL) dapat

meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa kelas IX SMP

Waskita Madya Kota Tangerang.

2. Pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran bangun ruang sisi lengkung

(BRSL) dengan menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful

Learning) meningkat Hal ini terlihat adanya peningkatan hasil belajar

matematika siswa pada setiap siklusnya. Hasil belajar matematika siswa

dijadikan indikator keberhasilan dalam penelitian ini, karena siswa yang

sudah memiliki pemahaman yang tinggi ditandai dengan hasil belajar

matematika siswa yang tinggi pula. Indikator keberhasilan tercapai pada

siklus III yaitu 65,64 ini berarti 60,71 % siswa mendapat nilai lebih dari

rata-rata tes keseluruhan tindakan pembelajaran.

B. Saran

Penggunaan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning)

dalam proses belajar dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika

siswa di SMP Waskita Madya Kota Tangerang ini sangat penting. Oleh karena

itu Penulis juga memberikan saran agar metode penggunaan pendekatan

belajar bermakna (Meaningful Learning), maka ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan antara lain yaitu :

77

Page 93: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

  78

1. Peningkatan pemahaman konsep matematika siswa yang tinggi

dibandingkan dengan pemahaman konsep matematika siswa pada saat

sebelum dilakukan penelitian ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan

kembali.

2. Dan untuk siswa yang berprestasi dalam belajar, maka penggunaan

pendekatan belajar bermakna ini tidak berpengaruh terlalu besar terhadap

pemahaman konsepnya, namun dalam menyelesaikan soal-soal yang

diberikan akan membantu siswa ketika adanya pertentangan kognitif

(cognitif dissonance) dibandingkan menggunakan proses pembelajaran

hafalan.

3. Fasilitas yang belum memadai menjadikan proses pembelajaran

matematika menjadi terhambat. Oleh karena itu disarankan kepada pihak

sekolah memperhatikan dan meningkatkan fasilitas yang diperlukan dan

merupakan sarana dan prasarana yang lengkap dalam rangka

meningkatkan kualitas pembelajaran siswa terutama pelajaran matematika.

4. Pendekatan persuasif antar pihak sekolah dan keluarga sangat diperlukan

tentunya kontrol yang benar dan baik kepada anak didiknya.

Page 94: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman Mulyono. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta : Rineka

Cipta, 2003.

Arikunto Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka

Cipta, 2006.

Arikunto Suharsimi, et.al. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara, 2006.

Dahar Ratna Wilis. Teori-Teori Belajar, Jakarta : Erlangga, 1996.

Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2002.

Fahrurozi Aziz, et.al. Pedoman Penulisan Skripsi FITK, Jakarta : UIN Jakarta, 2007.

Haryani Wiwik, et.al. Penggunaan Peta Konsep Sebagai Media Pembelajaran Dalam

Pencapaian Belajar Bermakna (Meaningful Learning), Samarinda :

Universitas Mulawarman, 2000.

Heruman. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, Bandung : Remaja

Rosdakarya, 2007.

Hudoyo Herman. Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaannya di

Depan Kelas, Surabaya : Usaha Nasional, 1979.

http://educare.e-fkipunia.net# Penerapan Peta Konsep Segitiga pada Siswa SMA, 16

Januari 2009.

79

Page 95: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

80

http://educare.e-fkipunia.net# Penerapan Model Pembelajaran Berprograma Tipe

Bercabang dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Kemampuan

Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMK, 03 Maret 2009.

Ismail et.al. Kapita Selekta Pembelajaran Matematika, Jakarta : Universitas Terbuka,

2000.

J. Marsell dan S. Nasution. Mengajar Dengan Sukses, Jakarta : Bumi Aksara, 2006.

Loedji Willa Adrian Soekotjo. Kompetensi Matematika SMP Billingual Kelas VIII,

Bandung : Yrama Widya, 2004.

Mulyati. Psikologi Belajar, Surakarta : Andi Yogyakarta, 2005.

Mulyasa E. Kurikulum Berbasis Kompetensi (Konsep, Karekteristik, dan

Implementasi), Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004.

Purwanto Ngalim. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung :

Ramaja Rosdakarya, 2004.

Setijadi, Pengelolaan Belajar, Jakarta : Rajawali Pers, 1991.

Shamsudin Baharin. Kamus Matematika Bergambar, Jakarta : Grasindo, 2002.

Sinambela Ida Tampubolon. Tes Esai Pemetaan Konsep Sebagai Alat Ukur Dalam

Belajar Bermakna, Jakarta : Pasca Sarjana IKIP, 1994.

Suherman Erman, et.al. Stategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung :

UPI, 2003.

Page 96: AKHMAD HAMAMI-FITK.pdf

81

Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta,

2003.

Syaodih S. Nana. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Bandung : Remaja

Rosdakarya, 2001.

Uzer Usman, Muhammad. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar.

Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001.

Undang-Undang RI Nomor 20 BAB I Tahun 2003. Tentang Sisdiknas, Jakarta : Sinar

Grafika, 2006.

Wari suwariyah, Nana Sudjana. Model-Model Mengajar CBSA, Bandung : Sinar

Baru, 1991.