Akhlak Dalam Ekonomi Islam

14
AKHLAK DALAM EKONOMI ISLAM Telp/SMS/WA : 0818490245 facebook ; Faozan Amar, twitter @FaozanAmar E-mail : [email protected]

description

Akhlak Dalam Ekonomi Islam

Transcript of Akhlak Dalam Ekonomi Islam

Page 1: Akhlak Dalam Ekonomi Islam

AKHLAK DALAM EKONOMI ISLAM

Telp/SMS/WA : 0818490245facebook ; Faozan Amar, twitter @FaozanAmarE-mail : [email protected]

Page 2: Akhlak Dalam Ekonomi Islam

Pendahuluan Yang membedakan Islam dengan kapitalisme dan materialisme ialah bahwa Islam

tidak pernah memisahkan ekonomi dengan akhlaq, sebagaimana tidak pernah memisahkan ilmu dengan akhlaq, politik dengan akhlaq, perang dengan akhlaq dan aktivitas mu’amalah lainnya dengan akhlaq. Islam adalah risalah yang diturunkan Allah SWT melalui Rasulullah untuk membenahi akhlaq manusia. Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia”.

Dalam sebuah tatanan sistem ekonomi kapitalisme seperti sekarang ini, perilaku ekonomi kaum muslimin telah terasingkan dari karakter akhlaq yang mulia. Etika (moral) yang dikembangkan dalam berbisnis hanya didasari oleh pertimbangan materi semata. Asas manfaat menjadi tolak ukur dalam perilaku ekonomi mereka. Kejujuran, amanah, baik hati dan sebagainya hanya dilakukaan saat terdapat manfaat materi di dalamnya. Ekonomi kapitalis yang jujur hanya dilatarbelakangi oleh kepentingan meraup keuntungan materi. Mereka bersikap profesional juga karena manfaat materi. Mereka tidak melakukan penipuan karena takut kehilangan pelanggan yang merasa tertipu.

Kenyataannya moral memang bersifat universal. Pembeli akan merasa kecewa jika tertipu atau majikan akan merasa sakit hati jika pekerja malas bekerja dan sebagainya. Secara universal, siapapun tidak akan senang jika diperlakukan secara a-moral. Namun demikian, etika atau moral yang universal semacam ini adalah semu dan sementara. Moral akan dijunjung tinggi saat mendatangkan manfaat dan keuntungan materi. Sebaliknya, ketika dirasakan tidak perlu lagi, maka moral akan ditinggalkan. Moral akan berubah menjadi karakter menghalalkan segala cara (machiavelisme) dalam berperilaku ekonomi.

Page 3: Akhlak Dalam Ekonomi Islam

Konstruksi Bangunan Ekonomi Islam

Page 4: Akhlak Dalam Ekonomi Islam

Garis Besar Risalah Islam

Page 5: Akhlak Dalam Ekonomi Islam

Kedudukan Akhlak Dalam Islam Bagaimana sebenarnya kedudukan akhlaq dalam Islam? Islam mengatur dan

menempatkan akhlaq sebagai bagian dari hukum syara’ yang mengatur hubungan manusia dengan dirinya,melalui hukum-hukum syari’at yang berkaitan dengan sifat-sifat akhlak. Akhlaq menjadi aturan tersendiri, seperti halnya ibadah dan mu’amalat. Dengan demikian, akhlaq yang mulia akan senantiasa muncul menyertai pelaksanaan hukum lainnya. Ketika seorang sholat, sifat khusyu’ akan menyertainya. Keadilan akan menyertai sifat seorang hakim yang memberi keputusan dalam peradilan. Demikian pula kejujuran akan menjadi sifat seorang muslim dalam bermu’amalah.

Akhlaq dalam pandangan Islam bukanlah sekedar sifat baik, buruk atau moral semata.Maka, tidak selamanya sifat baik menurut pandangan manusia disebut dengan akhlaq mahmudah dan apabila bersifat buruk disebut dengan akhlaq mazmumah. Namun, Islam telah mendudukkan akhlaq sebagai realisasi nilai-nilai tertentu yang diperintahkan oleh Allah SWT seperti jujur, amanah, tidak curang, ataupun dengki. Jadi akhlak hanya dapat dibentuk dengan satu cara, yaitu memenuhi perintah Allah SWT untuk merealisir nilai moral, yaitu budi pekerti yang luhurdan kebajikan. Amanah, misalnya, adalah salah satu sifat akhlak yangdiperintahkan oleh Allah SWT. Maka, wajiblah diperhatikan nilai moral tersebut tatkala melaksanakan amanat. Inilah yang dinamakan dengan akhlak.[2]Oleh karena itu, akhlaq didefinisikan sebagai sifat-sifat yang diperintahkanoleh Allah kepada seseorang muslim agar dijadikan sebagai sifat ketikamelakukan perbuatan

Page 6: Akhlak Dalam Ekonomi Islam

AKHLAK MULIA DALAM EKONOMI ISLAM

1. Berbaik Hati dalam Bermu’amalah“Allah menyayangi seseorang yang berbaik hati ketika berjualan, ketika membeli dan ketika menagih hutang.” Disebutkan dalam sebuah riwayat lain, “…bila membayar hutang.” (HR. At-Tirmidzy dan lbnu Majah)

“Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan, menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. ” (QS AI-Baqarah: 280).

Page 7: Akhlak Dalam Ekonomi Islam

2. KejujuranKejujuran adalah buah dari keimanan, sebagai ciri utama orang mukmin, bahkan ciri para Nabi. Tanpa kejujuran, agama tidak akan tegak dan tidak akan stabil. Sebaliknya, kebohongan dan kedustaan adalah bagian dari pada sikap orang munafik. Bencana terbesar akan melandajika para pelaku ekonomi melakukan dusta. Pedagang berbohong dalam mempromosikan barang dan menetapkan harga di atas harga yang wajar. Sedangkan pembeli melakukan kebohongan pada saat menawar harga. Demikian pentingnya faktor kejujuran dalam perilaku ekonomi hingga Allah menempatkan kejujuran sebagai karakter pedagang yang membawanya kepada derajat yang sangat tinggi dihadapan AlIah. Kejujuran dalam berbagai segi akan mendatangkan berkah bagi penjual maupun pembeli.“Penjual dan pembeli bebas memilih selama belum putus transaksi. Jlka keduanya bersikap benar dan mau menjelaskan kekurangan barang yang diperdagangkan maka keduanya mendapatkan berkah dari jual-belinya. Namun, jika keduanya saling menutupi aib barang dagangan itu dan berbohong, maka jika mereka mendapat laba, hilanglah berkah jual-beliitu.” (HR Tirmidzi). Dalam hadits lain : “Empat tipe manusia yang dimurkai Allah: penjual yang suka bersumpah, orang miskin yang congkak, orang tua renta yang berzina, dan imam yang zalim.” (HR Nasai’i dan Ibnu Hibban dalam shahihnya). Hadits lain berbunyi, “Sesungguhnyapara pedagang itu adalah pendurhaka.” Mereka berkata, “Ya,Rasulullah! Bukankah dihalalkan berjual beli?” Nabi menjawab, “Benar,tetapi mereka terlalu mudah bersumpah sehingga mereka berdosa dan terlalubanyak berbicara sehingga mereka mudah berbohong.”(HR Ahmad dan Abdurrahman, al-Muntaqa).

Page 8: Akhlak Dalam Ekonomi Islam

3. Jujur Dalam Menunjukkan CacatSelain benar dan memegang amanat, seorang pedagang harus berlaku jujur, dilandasi keinginan agar orang lain mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan sebagaimana ia menginginkannya dengan cara menjelaskan cacat barang dagangan yang dia ketahui dan yang tidak terlihat oleh pembeli. Hadits Nabi Saw : “Agamaitu kesetiaan terhadap Allah, Rasu/, Kitab, pemimpin-pemimpin muslimin, dan rakyat.” (HR Muslim dari Tamim Addarani).Diriwayatkan dari Uqbah : “Muslimitu adalah saudara muslim. Tidak bolehbagi seorang muslim, apabila ia berdagang dengansaudaranya dan menemukan cacat, kecuall diterangkannya.”(HR Thabrani dan Ahmad).Abu Siba’ mengisahkan:”Saya membeli unta dari rumah Watsilah ibnul Asqa. Ketika keluar darirumahnya, dia mengejar saya dengan menyeret sarungnya dan bertanya, “Sudahkamu beli?” Jawabku, “Sudah.” Katanya, “Saya akan menerangkan cacat unta ini.” Kataku, “Apa cacatnya? Bukankah unta ini gemuk dan terlihat sehat?” la bertanya, “Kamu ingin unta ini untuk dikendarai atau dimakan dagingnya?” Kataku, “Untuk pergi haji dengan mengendarai unta ini.” Katanya, “Kembalikan saja unta itu.” Si pemilik dan penjual unta berkata: “Apa yang kamu kehendaki, semoga Allah meluruskan kamu, apakah kamu ingin menggagalkan penjualan saya?” Watsilah berkata ”Saya mendengar Rasulullah bersabda, Tidak boleh seseorang menjual sesuatu kecuali ia menerangkan apa yang ada dalam barang itu dan orang yang mengetahui cacat barang itu harus memberitahukan hal itu. (HR Muslim dan Tirmidzi dan IbnuHibban dari Abu Hurairah)

Page 9: Akhlak Dalam Ekonomi Islam

4. Menepati Amanat (Tanggung Jawab)Menepati amanat merupakan akhlaq yang mulia. Allahmenggambarkan orang mukmin yang beruntung. Allah tidak suka orang-orang yangberkhianat dan tak merestui tipu dayanya. “Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya danjanjinya).” (QS al-Mukmin : 8). Nabi bersabda, “Tiga golongan yang termasuk munafik meski ia berpuasa, shalat, dan mengaku muslim yaitu jika berbicara iaberbohong, jika berjanji ia tidak menepati, dan jika diamanatkan ia berkhianat.”Maksud amanat adalah mengembalikan hak apa saja kepada pemiliknya, tidak mengambil sesuatu melebihihaknya dan tidak mengurangi hak orang lain, baik berupa harga atau upah. “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.”‘ (QS an-Nisa’ : 58)Dalam berdagang, dikenalistilah “menjual dengan amanat” seperti “menjual murabahah”. Maksudnya, penjual menjelaskan ciri-ciri, kualitas, dan harga barang dagangan kepada pembeli tanpa melebih-lebihkannya. Amanat bertambah penting pada saat seseorang membentuk serikat dagang, melakukan bagi hasil (mudharabah), atau wakalah (menitipkan barang untuk menjalankan proyek yang telah disepakati bersama). Dalam hal ini, pihak yang lain percaya dan memegang janji demi kemaslahatan bersama. Jika salah satu pihak menjalankannya hanya demi kemaslahatan pihaknya, maka ia telah berkhianat. “Akuadalah yang kedua dari dua orang yang berserikat, selama salah satu darikeduanya tidak mengkhianati temannya. Apabila salah satu dari keduanyaberkhianat, Aku keluar dari mereka.” (Hadits Qudsi). Ditambahkan olehRazin: ” … dan datanglah setan.”

Page 10: Akhlak Dalam Ekonomi Islam

Akhlak dalam bidang produksi Produksi adalah sebagai usaha manusia untuk

memperbaiki kondisi fisik material dan moralitas sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup sesuai syariat islam, kebahagian dunia akhirat. Pandangan islam tentang produksi bertentangan dengan produksi dalam konvensional yang mengutamakan self interest. Dalam islam kegiatan produksi adalah ibadah. Sehingga tujuan dan prinsipnya harus dalam rangka beribadah.Produktivitas timbul dari gabungan kerja antara manusia dan kekayaan bumi, sesuai dengan firman Allah:

Page 11: Akhlak Dalam Ekonomi Islam

Urgensi Produksi Dalam Islam Produksi merupakan pelaksanaan fungsi manusia sebagai

khalifah. “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Qs. Al-Baqarah ;30)

: “Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di sBerproduksi merupakan ibadah egala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (Qs. Al Mulk : 15 )

Produksi sebagai sarana pencapaian akhirat : “Tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan.” (Qs. Luqman :20 )

Page 12: Akhlak Dalam Ekonomi Islam

Tujuan produksi menurut Khalifah Umar bin Khattab :

1. Merealisasikan keuntungan seoptimal mungkin

2. Merealisasikan kecukupan individu dan keluarga

3. Tidak mengandalkan orang lain4. Melindungi harta dan mengembangkannya5. Mengeksplorasi sumber-sumber ekonomi

dan mempersiapkannya untuk dimanfaatkan6. Pembebasan dari belenggu ketergantungan

ekonomi7. Taqarrub kepada Allah SWT.

Page 13: Akhlak Dalam Ekonomi Islam

Prinsip Produk Dalam Islam

Motivasi berdasarkan keimanan. Berproduksi berdasarkan azas

manfaat dan maslahat Mengoptimalkan kemampuan

akhlaknya Adanya sikap tawazun Harus optimis Menghindari praktik muslim yang

haram.

Page 14: Akhlak Dalam Ekonomi Islam

Bidang-bidang dalam Produksi1. Perdagangan, 2. industry, (pengolaan besi baja, perkapalan,

pembuatan barang), 3. pertanian/perkebunan, 4. pertambangan, 5. perternakan, 6. hasil laut dan sebagainya.

Sedangkan prinsip produksinya adalah : seorang muslim menolak prinsip individualis ( mementingkan diri sendiri), curang, khianat yang sering dipakai oleh pengusaha yang tidak memiliki motivasi atau keyakinan positif.