Akan Kubuat Kau Jadi Milikkunulisbuku.com/books/download/samples/85414840acf...kelas dari kedua sisi...

20
Himetenry Akan Kubuat Kau Jadi Milikku

Transcript of Akan Kubuat Kau Jadi Milikkunulisbuku.com/books/download/samples/85414840acf...kelas dari kedua sisi...

  • Himetenry

    Akan Kubuat Kau

    Jadi Milikku

  • 2

    Akan Kubuat Kau Jadi Milikku

    Karya Andi Tenri Ayumayasari Copyright © 2020, Andi Tenri Ayumayasari

    Hak Cipta dilindungi Undang-undang

    All rights reserved

    Ilustrasi Sampul dan Pewajah Isi:

    Lilyht Publisher Team Editing dan layout :

    Lilyht Publisher Team

    Cetakan I : Maret 2020

    Diterbitkan melalui:

    www.nulisbuku.com ILP Center Lt.3-10

    Jln Raya Pasar Minggu, No.39A Pancoran Jakarta Selatan 12780

    Sanksi Pelanggaran Pasal 72

    Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

    Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-

    masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak

    Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

    Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau

    denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

    http://www.nulisbuku.com

  • 3

  • 4

    Terimakasih

    Alhamdulillah beryukur banget novel ini akhirnya bisa di terbitin lagi setelah sekian lama. Setelah remake edit sana sini sampe sakit punggung.

    Terimakasih juga sama semua piatk-pihak yang sudah

    mau membantu terbitnya buku ini. Terimakasih buat boyband SMASH yang dari 2010 sampe sekarang 2020 masih tetap aku idolakan dan selalu jadi inspirasiku.

    Makasih buat semua yang udah mau setia beli dan

    baca karya-karya aku ini. Maaf kalau masih ada salah-salah, aku juga masih berproses untuk menjadi lebih baik lagi. Semoga tulisanku ini bisa menjadi inspirasi buat kalian semua.

    Ohya, karyaku lainnya bisa kalian liat diblog pribadiku

    www.himetenry.wordpress.com atau akun media sosialku yang lain. Karya-karyaku juga bisa kalian baca secara digital gratis di aplikasi storial atau web www.storial.co dengan mencari username “Lilyht”.

    Penulis

    Himetenry

    http://www.himetenry.wordpress.comhttp://www.storial.co

  • 5

    File 1

    Teman Sekelas Baru

    ***

    “Kakak! Hari ini pengumuman pembagian kelas ‘kan?” tanya Yuta

    “Iya.” Putri untuk kesekian kalinya mengembuskan nafas berat. Sebenarnya ia tidak terlalu antusias untuk kegiatan akademik seperti ini. Apa lagi sejak kelas 1 ia sama sekali tidak punya teman dekat. Putri bukan tipe orang yang pandai bergaul juga membenci basa-basi, karena itu ia tidak begitu pandai mengobrol. Meskipun demikian, Putri sedikit berharap dikelas barunya ini, ia mendapatkan setidaknya seorang teman. Putri seperti biasa naik sepeda menuju sekolah.

    SMA Nusantara adalah salah satu sekolah besar di Indonesia. Sekolah ingin mengambil konsep arsitektur seperti sekolah menengah atas di Jepang. Luas sekolah sendiri sekitar 4 hektar dengan dua gedung belajar utama yang berada ditengah tengah. Sementara terdapat dua lapangan yang amat luas, yakni lapangan upacara berada di bagian depan dan lapangan olahraga dibagian belakang sekolah. Dua bangunan utama yang terdiri masing-masing 4 lantai itu dihubungkan oleh sebuah koridor sepanjang 15 meter disetiap lantainya, selain itu juga terdapat aula serba guna sekaligus aula olahraga yang dibangun secara terpisah dari bangunan utama dan berada di sebelah barat, didalam aula olahraga terdapat fasilitas lengkap seperti lapangan voli yang juga bisa digunakan sebagai lapangan basket, satu buah kolam

  • 6

    renang indoor dan ruangan ganti. Dengan luas demikian besar itu, SMA Nusantara mampu menampung sekitar 1000 siswa.

    Bukan hanya kemegahan fisik yang dapat dilihat dari luar, fasilitas didalam gedung belajar utama juga tak kalah megahnya. Terdapat koridor yang dijejeri oleh sederet loker-loker tinggi berwarna abu-abu. Lalu ruangan kelas pun memiliki ciri mengikuti gaya arsitektur seperti sekolah di Jepang pada umunya. Dalam satu kelas terdapat dua pintu yakni pintu depan dan pintu belakang yang dapat digeser, bukannya didorong. Selain itu, jendela lebar pun membingkai kelas dari kedua sisi hingga cahaya jelas masuk menerangi ruangan tanpa perlu menyalakan lampu penerang. Selain itu kursi-kursi juga berjejer rapi. Kursi siswa adalah kursi kayu dan meja persegi empat berwarna cokelat untuk satu orang dan disusun membentuk barisan memanjang 5 baris didepan dan 7 baris kebelakang, satu kelas terdiri 25-35 siswa saja. Meskipun demikian, biaya masuk kesekolah ini tidaklah terlalu mahal, hanya saja jumlah siswa dibatasi dan mereka bisa masuk kesekolah ini melalui jalur ujian yang cukup ketat ataupun jalur rekomendasi.

    Konsep tak hanya sebatas sekolah, namun sistem pelajaran, sistem kesiswaan bahkan kurikulum mengadopsi gaya jepang. Siswa SMA Nusantara masuk sekolah pukul 08.50 pagi dan pulang pukul 14.30 sore. Pelajaran yang mereka pelajari umumnya sama dengan sekolah negeri. Namun yang menarik, SMA ini hanya mengenal ujian harian dan ujian tengah semester, tapi tidak menyelenggarakan ujian nasional, ujian akhir sekolah dan ujian praktek. Siswa kelas tiga hanya mengikuti ujian masuk perguruan tinggi SNMPTN.

    Seragam siswa SMA Nusantara tidak seperti seragam siswa Indonesia pada umumnya yang berwarna putih abu-abu. Seragamnya terdiri dari setelan berwarna hitam dengan corak garis putih. Bagian dalamnya mereka mengenakan kemeja berwarna putih. Untuk murid perempuan terdapat pita panjang berwarna merah yang menjadi dasinya. Seragam untuk para siswi ini nampaknya terisnpirasi dari seragam sekolah dalam anime Vampire Knight. Sementara untuk siswa laki-laki, mereka memakai setelan celana berwarna hitam dengan bagian sisi samping bercorak garis panjang putih, dilengkapi baju kemeja putih dengan dasi merah serta jaket berwarna hitam dengan kacing berwarna perak. Tentu saja seragam yang sangat keren ini

  • 7

    membuat murid-murid SMA Nusantara dikenal memiliki gadis yang cantik dan pemuda yang tampan.

    “Yeay kita sekelas lagi!” Sorakan gadis-gadis terdengar mendominasi SMA Nusantara. Pagi itu pengumuman kenaikan kelas bersamaan dengan keluarnya pengumuman pembagian kelas. Tentu saja semua siswa yang pernah satu kelas di kelas satu berharap bisa sekelas dengan temannya dikelas dua. Karena dikelas tiga, tidak akan ada lagi pengacakan kelas.

    Semua siswa sibuk mencari kelas juga mencari teman sesama mereka dikelas satu. Alhasil suasana koridor sekolah pagi itu amatlah ramai dari biasanya.

    “Kenapa gue mesti sekelas sama lo!” Seorang pemuda berteriak keras. penampilannya bak preman. Cowok bertubuh tinggi atletis itu menatap dengan tatapan tajamnya. Rambutnya yang berwarna biru tua sedikit panjang dilengkapi dengan poni yang dibiarkan berantakan. Kulitnya yang putih kontras dengan warna matanya yang hitam dihiasi alis yang juga hitam lebat. Pada telinga sebelah kirinya terpasang tindikan berwarna perak. Jas sekolahnya dipenuhi dengan rantai-rantai perak, sebuah kalung berwarna hitam dengan motif tengkorak berwarna perak menempel dikulit lehernya, memberikan kesan garang pada cowok itu. Rahangnya tegas menandakan ia adalah cowok yang jauh dari kesan lemah-lembut. Di lengan kanannya tersemat kain berwana merah selebar 7 cm membungkus lengannya dengan lambang bintang dalam lingkaran berwarna hitam, itu adalah lambang dari ketua DKS, Dewan Kedisiplinan Sekolah. Ialah Bisma Zakirsma.

    “Emangnya gue pernah bilang suka sekelas sama lo.” Suara santai seorang pemuda menanggapinya. Dicky Pranadya, pemuda berkulit sawo matang yang memiliki tinggi 185 cm dengan ukuran tubuh yang juga atletis. Pemuda itu memiliki tahi lalat kecil dibawah mata kanan juga lesung pipi disebelah kiri pipinya. Ia adalah sosok cowok yang ramah, sopan dalam berbicara, pakaiannya selalu rapi begitupun dengan tatanan rambutnya yang pendek lurus sedikit kecoklatan. Pemuda itu jarang terlihat memakai jas sekolah, ia lebih senang mengenakan kemeja dengan lengan yang digulung pendek dan dasinya. Jam tangan hitam menghiasi tangan kirinya. di lengan kanannya tersemat kain berwana putih selebar 7 cm membungkus

  • 8

    lengannya dengan lambang bintang dalam lingkaran berwarna hitam, sebagai lambang ketua OSIS.

    Dicky adalah kebalikan dari Bisma. Kepribadian mereka berdua amat berbeda, bagai lagit dan bumi. Bisma adalah orang yang selalu bertindak seenaknya, ia juga bukan orang yang ramah, terbukti dari kebribadiannya yang mudah marah dan suka sekali membentak. Sementara Dicky adalah sebaliknya.

    “Mereka lagi,” bisik siswi dalam kelas 2-2. Semua penghuni kelas memang memusatkan perhatian mereka pada Bisma dan juga Dicky. Mereka semua sudah tahu, Bisma dan Dicky seperti kucing dan anjing, air dan minyak, langit dan bumi. Mereka berdua selalu bersaing, selalu bertengkar dan tidak pernah akur. Semua siswa sudah tahu, tapi mereka tidak pernah berani melerai kedua petinggi organisasi sekolah itu. Dicky sebagai ketua OSIS yang dihormati juga Bisma,ketua DKS yang ditakuti.

    “Lo itu ketua DKS tapi liat penampilan lo. Persis preman pasar. Lagian udah berapa kali sih gue bilang, ini dilarang.” Ucap Dicky tegas.

    “Mulai lagi- mulai lagi,” Bisma menutup kedua telinga dengan kedua belah tangannya. “Kalau gue nggak mundur dari pemilihan ketua OSIS, mana mungkin lo bisa kepilih.”

    “Hah? Orang yang takut berhadapan sama gue, mending nggak usah banyak bicara.”

    “Takut? Takut sama orang kayak lo? Mimpi!” Bisma menatap Dicky lekat-lekat, begitu juga Dicky yang melotot menatap Bisma. Kedua mata mereka beradu seakan ada petir diantaranya. Jelas aksi keduanya membuat cemas siswa yang lain. Tapi mereka juga tak berani melerai keduanya.

    “A..anu..,” suara seorang gadis tiba-tiba hadir diantara mereka. Seperti suara ghaib yang hadir bersamaan dengan angin dingin tepat dibelakang punggung keduanya. Bisma dan Dicky mendadak merinding.

  • 9

    “Mungkin penunggu kelasnya marah gara-gara lo teriak-teriak mulu.” Bisik Dicky tak berani menoleh. Bisma memberanikan diri menatap sosok yang ada dibelakanganya.

    “Lo bikin kaget aja!” bentak Bisma yang sadar suara itu berasal dari gadis berseragam yang berdiri dibelakangnya.

    “Maa..maaf. ini bangku saya.” Ucap gadis itu pelan dan nampak takut-takut. Ia menunduk tak berani memandang keduanya. Poni panjang dari rambut panjang sepinggangnya menutupi setengah wajahnya.

    “Yaudah kalau lo mau duduk ya duduk aja.” Bisma menarik tangan gadis itu dan mendudukkannya dikursi. Sementara ia dan Dicky masih berhadapan diantara meja dihadapan gadis itu.

    “Kita terusin.” Suara galak Bisma menatap Dicky.

    Tangan gadis itu terangkat sebelah “A…anu…,” gadis itu kembali menyela.

    “Apaan lagi sih?” bentak Bisma.

    “Pak guru bentar lagi masuk.” Katanya lembut.

    “Buang-buang waktu aja.” Celetuk Dicky menuju kursi paling depan.

    “Cihh!” Bisma nampak kesal dan duduk di bangkunya yang berada paling pojok kanan. Ia sempat menoleh menatap gadis yang duduk dibangku pojok kiri. “Dia itu kan…,” Bisma menyunggingkan senyum misterius saat menatap Putri.

    Tak berapa lama, Pak Bayu selaku wali kelas masuk dan memberikan pengarahan juga penjelasan.

    “Selanjutnya kita memilih ketua kelas,” ungkap Pak Bayu memandang ke 25 penghuni kelas. “Ada yang ingin mencalonkan diri?”

  • 10

    Nampaknya semua penghuni kelas enggan untuk mencalonkan diri. Mereka hanya saling pandang dan diam. Entah takut atau merasa tak mampu apalagi mengingat dua penghuni kelas yang tak bisa dikendalikan. Siapa yang berani bertanggung jawab pada dua orang itu.

    Bisma mengangkat tangan dan berdiri.

    “Kamu mau mencalonkan diri?” tanya Pak Bayu.

    Bisma menggelengkan kepala . “Bukan pak. Tapi gini loh, ada salah satu penghuni kelas yang pengen banget jadi ketua tapi dia malu pak.”

    “Siapa itu.”

    “Yang itu pak.” Tunjuk Bisma pada gadis yang duduk didekat jendela paling pojok sebelah kiri. Gadis itu tiba-tiba mendongak dan melotot kaget kearah Bisma yang tersenyum puas.

    Rasain! Siapa suruh lo gangguin gue! Bisma bersorak dalam hati

    “Putri.” Pak Bayu menyebut nama gadis itu.

    “ Ta..tapi pak….”

    “Pasti semua udah sepakat ‘kan kalau Putri yang jadi ketua kelas. Iya kan?” tanya Bisma dengan tampang mengintimidasi penghuni kelas 2-2.

    “Biar saya aja yang jadi ketua kelas pak.” Dicky berdiri mengajukan diri.

    “Kan lo ketua OSIS Dicky, mana bisa merangkap. Ketua OSIS itu sibuk banyak yang mesti diurus. Ya ‘kan pak.” Bisma menatap Pak Bayu dengan tatapan tajam. Membuat guru muda itu kehabisan kata-kata. Tentu saja guru seperti Pak Bayu mengetahui betapa besarnya pengaruh Bisma pada sekolah itu.

  • 11

    Dicky masih tidak terima dengan sikap seenaknya milik Bisma. “Pak!” Dicky memanggil Pak Bayu dan membuat guru itu kebingungan. Para siswa pun nampak tegang.

    “Kalau aku nggak apa-apa kok ketua kelasnya Putri.” Laila, gadis berkacamata yang duduk didepan Putri bersuara.

    “Iya nggak apa-apa kok.” Sahut yang lain membenarkan.

    “Putri?” panggil Pak Bayu dengan tatapan menanyakan kesanggupan. Putri mendongak kaget. Gadis itu dilema, ia sebenarnya keberatan tapi ia juga tak tahan dengan tatapan teman-temannya. Akhirnya gadis itu mengangguk. Sialan! Kenapa aku yang dipilih sih, merepotkan saja. Putri meruntuk kesal dalam hati.

    “Kalau gitu biar saya aja yang jadi wakilnya.” Saran Dicky.

    “Baik, sudah diputuskan ketua kelas kita yang baru Putri juga wakilnya Dicky.” Ucap Pak Bayu diiringi tepuk tangan para siswa.

    Pak Bayu meninggalkan kelas bersamaan dengan bel istirahat yang berbunyi.

    “Lo apa-apaan sih?” bentak Dicky tak senang.

    “Maksud lo apa?” Bisma pura-pura tak tahu.

    “Lo bener-bener suka berbuat seenaknya.” Dicky semakin jengkel.

    “Lo mau jadi pahlawan?” tanya Bisma yang masih duduk dibangkunya. “Nggak usah sok jadi tuan baik hati.” Ucap pemuda itu bangkit meninggalkan Dicky.

    Sementara itu Laila memberanikan diri mendekati Putri yang sibuk merapikan bukunya.

    “Maafin aku ya.” Sahut gadis itu.

  • 12

    Putri mengalihkan pandangan pada Laila. “Nggak papa kok,” gadis itu menggeleng pelan. “Apa boleh buat, minta maaf pun percuma, sudah terjadi kan?”

    “Aku janji bakalan bantuin kamu kok. Ohya, kenalin aku Nur Lailatin. Panggil aja Laila.”

    “Aku Putri.” Mereka saling berjabat tangan.

    “Iya makasih kamu udah mau bantuin aku. Nggak seperti anak-anak cowok yang pengecut itu.” ucapan Putri kontan membuat semua penghuni kelas terutama para cowok menoleh kearahnya.

    “Apa lo bilang?” protes salah satu dari mereka.

    “Emang pengecutkan? Kalian nggak ada yang berani jadi ketua kelas.” Penghuni kelas menatap Putri dengan heran, kesan pertama saat Putri masuk ialah gadis pendiam dan malu-malu, tapi ternyata mereka salah. Para cowok yang tersinggung pun jadi bungkam.

    “Bicara aja sesuka hati lo.” Ucap salah satu dari mereka lalu membubarkan diri.

    “Sialan! Kenapa juga aku mesti jadi ketua kelas. Coba aja mereka nggak pengecut, kan aku nggak usah dicalonkan. Merepotkan,” runtuk Putri kesal. Laila yang tadinya diam malah tertawa. “kok ketawa sih?”

    “Hahah! Abisnya lo itu penuh kejutan.” Laila masih terus tertawa sambil menepuk bahu Putri.

    “Iya, tapi pas masuk kelas kita pikir Putri itu anaknya pemalu, pendiam, tau-taunya malah bicara sadis gitu ke para cowok.” Sahut Putri, gadis berambut pendek yang juga berada dikelas 2-2. Para gadis pun tersenyum kearah Putri.

    “kau tidak boleh menilai seseorang dari penampilan dan tindakannya saja, bukan?” Putri tersenyum.

    Dicky yang masih berdiri menatap Putri juga ikut tersenyum.

  • 13

    “Yaudah kita ke kantin yuk.” Ajak Laila. Gadis-gadis lain pun mengangguk setuju.

    “Aku disini aja,” ucap Putri mengeluarkan kotak dari dalam ranselnya. “Aku bawa bekal sendiri.”

    “Bawa bekal? Lo kira ini zaman apa? Norak banget.” Seorang gadis berambut pendek sebahu melintas dan menatap Putri dengan tatapan merendahkan.

    “Ini bekal siapa? Yang bikin kan aku, yang makan aku, kenapa kamu yang sewot. Aneh.”

    “Lo berani sama gue?”

    “orang-orang selalu menilai dari apa yang mereka lihat, bukan dari apa yang mereka ketahui.”

    “Udah Ga, kita pergi aja.” Dua teman yang lain menarik gadis pemarah itu.

    “Itu siapa sih? Aneh banget.”

    “Namanya Olga. Udah biarin aja jangan dipikirkan.” Putri menenangkan Putri.

    “Yaudah kalau gitu kita duluan ya.” Ucap Laila sambil meninggalkan Putri sendirian dikelas.

    “Hai!” sapa Dicky yang tiba-tiba sudah duduk didepan Putri. Gadis yang sedang menyuap makanan kontan terkejut dan terbatuk-batuk.

    “Kamu setan ya?”

    Dicky malah tertawa melihat tingkah Putri. “Tante Maya apa kabarnya?” tanya Dicky yang disambut kerutan didahi oleh Putri.

    “Kamu kenal Ibuku?”

  • 14

    “Udah gue duga, lo pasti lupa sama gue.”

    “Emang kamu siapa? Setahu aku, kamu ketua OSIS.”

    “Gue Dicky.”

    “Udah tau,” ucap Putri dengan mulut sibuk mengunyah makanannya. “Mau?” Putri menawarkan kroket ikan pada Dicky. Kroket berwarna coklat keemasan itu segera berpindah tempat ke mulut Dicky.

    “Bokap gue sama bokap lo itu sahabatan. kita pernah ketemu dulu, waktu kecil. Mungkin cuma sekali ketemu, tapi gue inget kok.”

    “Sorry aku sudah lupa,” ucap Putri cepat. “Bisa kita nggak ngomongin soal keluarga. Gue nggak nyaman.”

    “ Maaf kalau gitu.”

    “Um!” Putri mengumam sambil mengangguk.

    “Maaf ya soal sikap Bisma.”

    “Teman kamu itu memang keterlaluan banget. Aku aja nggak kenal ama dia, seenaknya aja bilang kalau aku pengen banget jadi ketua kelas. Dasar gila.”

    “Dia bukan temen gue?”

    “Hah? kalian berdua akrab gitu kok.”

    “Emang gitu kelihatannya?”

    “Ya gitu dalam penglihatanku.”

    “Ketua kelas gue emang aneh.”

    “Lebih aneh itu elo.” Kali ini Dicky hanya tertawa renyah.

  • 15

    DING!!! DONG!!! DING!!! Bel tanda istirahat berakhir berbunyi nyaring. Bisma yang lebih dulu tiba dikelas heran melihat Putri dan Dicky saling berbicara sebelum pindah kebangku masing-masing. Pelajaran berlangsung hingga bel pulang berbunyi.

    “Mau pulang bareng? Supir aku jemput loh.” Tawar Laila pada Putri yang berjalan santai dikoridor.

    “Aku naik sepeda.”

    “Tadi bawa bekal, sekarang naik sepeda.” Celetuk Laila.

    “Emang kenapa.”

    “Ketua kelas 2-2 emang unik.” Laila tersenyum.

    “Kamu ngejek aku?”

    “Nggak kok. Abisnya jarang-jarang ada orang kayak ketua.”

    “Ya apa boleh buat.”

    “Besok aku mau bawa bekal juga ah.” Ucap Laila riang. Mereka pun berpisah didepan pintu sementara Putri berjalan menuju parkiran dan mengambil sepeda miliknya.

    “Emang masih jaman naik sepeda?”

    “Dia lagi.” Desis Putri pada teman sekelasnya yang menyebalkan, Olga. Gadis itu berdiri tak jauh dari sebuah mobil mewah berwarna biru.

    “Naik sepeda itu sehat. Emangnya elo, naik mobil mulu, ntar osteoporosis loh, kalau nggak malah kena kanker, serangan jantung, impotensi, ganguan kehamilan dan janin.”

    “Emang iklan rokok.” Celetuk gadis itu kesal.

  • 16

    “Kalau masih memakai duit orang tua, nggak perlulah kamu pamer ke aku. Aku nggak bakalan ngiri.” Putri menaiki sepedanya meninggalkan Olga, yang berdiri diam dan mematung, mati kutu.

    ***

    Namanya Putri Indadari, tingginya hanya 152 cm, rambutnya berwarna hitam sepunggung dengan poni menutupi alisnya. Gadis berumur 16 tahun itu tinggal bertiga bersama kedua adiknya. Selama dikelas 1 SMA, Putri dikenal sebagai gadis pendiam dan suka menyendiri, dia tidak begitu suka bergaul dengan orang-orang terutama laki-laki. Karena suatu alasan, Putri membenci laki-laki. Sepulang sekolah, Putri bekerja paruh waktu disebuah kafe bernama Maid Café mulai pukul 3 sore hingga pukul 7 malam. Selepas itu Putri melanjutkan kerja paruh waktunya sebagai pegawai supermarket yang jaraknya tak jauh dari kafe tempatnya bekerja. Gadis itu bekerja dari pukul 7 hingga 10 malam. Seperti nalam-malam yang dilaluinya dua tahun belakangan ini, setiap pukul 10 Putri selesai bekerja dan akan kembali ke kafe tempat kerjanya untuk mengambil sepeda. Alasan sederhana ketika ditanya kenapa Putri tidak membawa sepeda itu ke supermarket adalah karena jika memarkir sepeda di kafe, tidak dipungut biaya, sedangkan jika parkir diparkiran supermarket akan dipungut biaya parkir.

    Sudah dua tahun lebih, setiap malam ia melewati terotoar itu. Berbagai macam kafe, salon dan restoran juga tempat perbelanjaan berjejer rapi disepanjang jalan yang ia lalui. Malam yang dingin membuat gadis itu merapatkan jaket miliknya. Suara deru kendaraan masih ramai juga suara orang-orang yang berjalan lalu-lalang disekitarnya. Pandangan Putri tertuju pada pemandangan didepannya, sepasang kekasih sepertinya sedang bertengkar hebat. Si wanita nampak merajuk manja sambil manarik-narik teman prianya. Sementara pria itu terlihat kesal dan berusaha menjauh. Tak disangka pria itu berandu pandang dengan Putri. Gadis itu kontan mengerutkan kening karena pria itu malah mendekatinya dan merangkulnya.

    “Makasih yah udah datang sayang.” Ucapnya sambil mengusap kepala Putri. Putri hanya bisa mengerutkan kening, berdiri mematung dan bingung.

  • 17

    “Bisma !” wanita itu berteriak sambil melotot marah.

    “Sory Hel, cewek gue udah dateng.” Bisma dengan santai menarik Putri menjauhi kafe tadi, terutama karena pertengkarannya dengan wanita tadi memang menarik perhatian orang-orang. Sementara Helga, gadis itu berteriak dan marah-marah.

    “Lo apa-apaan sih.” Putri yang tadi seperti terhipnotis mulai sadar dan mendorong tubuh Bisma yang sedari tadi merangkul bahunya.

    “Untuk saat ini gue berhutang sama lo. Tuh cewek udah lama ngejar-ngejar gue. Dia maksa gue buat balik lagi jadi pacarnya. Lo taulah, cowok keren kayak gue emang selalu digilai wanita,” Bisma berujar dengan sombong. “Dengan jabatan gue sebagai ketua DKS, cewek mana sih yang nggak tertarik sama gue. Gue keren, ganteng, kaya, terus…”

    “Bodo’ amat,” celetuk Putri berjalan meninggalkan Bisma yang terus-terus mengoceh menyombongkan diri. Membuat Putri kesal. “Bukan urusanku.”

    “Sebagai balasannya lo mau minta apa sama gue? Uang? Hape? Rumah? mobil?” tanya Bisma tiba-tiba sudah berdiri menghadang langkah Putri. Gadis itu tentu saja mengerutkan kening bingung. Cowok aneh yang sombong, sejak tadi mengoceh tentang betapa hebatnya dirinya dan sukses membuatnya dimusuhi gadis bernama Helga, sekarang malah menghadang langkahnya. Hari ini Putri sudah lelah, ia ingin pulang, ia harus belajar untuk besok.

    “Aku mau pulang.” Ucap Putri melewati Bisma yang masih berdiri menghadangnya.

    “Kalau gitu gue anterin pulang.”

    “Aku punya sepeda.” Ucap Putri terus berjalan tanpa menoleh.

    “Baru kali ini gue bertemu cewek sombongnya selangit kayak lo.” Teriak Bisma yang membuat langkah Putri terhenti.

  • 18

    “Ha ah! baiklah, kamu bilang mau ngabulin satu permintaan aku ‘kan?” Putri berbalik badan lalu berjalan mendekat berhadapan dengan Bisma.

    “Oke, apa aja boleh.”

    “Janji.” Bisma mengangguk mantap.

    “Kalau gitu, JANGAN GANGGU GUE!!!” teriak Putri tepat ditelinga Bisma. Membuat pemuda itu terperanjat kaget.

    “Humph! Sialan tuh orang dia kira dia itu siapa. Seenaknya aja dia sama aku. Hish!” Putri berceloteh kesal sengan langkah kaki yang sengaja ia berat-beratkan. Putri mengambil sepeda yang ia parkir didepan kafe. Disana kebetulan ia bertemu menejer kafe mas Randy. Ia pun pamit pulang padanya. Perjalanan pulang kerumah dilalu Putri dengan mengayuh sepeda selama 20 menit. Gadis itu pun tiba didepan sebuah gang kecil yang diterangi lampu jalan redup. Ia mendorong sepeda hingga tiba didepan sebuah rumah kecil yang sangat sederhana. Rumah berukuran 10x7 meter dengan atap seng dan cat dinding putih yang mulai mengelupas juga berlumut. Pintu pagar kayu itu berderik ketika ia dorong dan perlahan memasukinya. Kemudian ia mengunci pintu itu dengan rantai dan gembok yang sudah menggantung pada pagar.

    “Assalamualaikum, Kakak pulang!” ucap Putri memasuki rumah yang disinari lampu kuning 5 watt. Dari depan rumah memang gelap karena lampu teras sengaja dimatikan agar menghemat biaya listrik.

    “Yuta? Kok belum tidur udah setengah 11 loh.” Putri menatap adik laki-lakinya. Yuta, berumur 13 tahun, sekarang ia duduk dibangku kelas 1 SMP. Yuta memiliki postur tubuh lebih tinggi dari Putri yakni 170 cm, cukup tinggi untuk anak seusianya. Yuta memiliki warna rambut hitam dengan potongan cepak. Ia juga memiliki tubuh atletis dikarenakan rajin berolahraga dan masuk dalam tim inti klub basket disekolahnya. Setiap pagi selepas sholat subuh Yuta membantu keuangan keluarga dengan bekerja sebagai loper koran.

    “Bentar lagi kak.” Yuta rupanya masih sibuk belajar.

  • 19

    “Gita tadi tidur jam berapa?” Putri menatap gadis kecil yang tidur didalam sebuah bilik berpintu kayu.

    “Jam 8 tadi udah tidur.” Gita adalah adik bungsu Putri, usianya 7 tahun dan sekarang duduk dikelas 1 SD. Gadis kecil yang senang sekali jika rambutnya dikepang dua itu juga tak mau kalah. Ia juga ingin membantu Putri mencari uang. Meski sudah dilarang Gita rupanya mewarisi sifat keras kepala milik Putri. Gadis kecil itu biasanya sepulang sekolah membantu menjaga toko kelontong milik pak RT yang berada tak tak jauh dari rumah.

    ***

    Malam itu seperti biasa Putri menghabiskan waktu hingga pukul 12 malam untuk belajar. Lalu keesokan harinya selepas shalat subuh, Yuta sudah pamit mengantar koran sementara Putri sibuk didapur membuat sarapan dan menyiapkan bekal makan siang untuknya, Yuta juga Gita. Putri memang melarang adik-adiknya untuk jajan sembarangan, selain menghemat pengeluaran juga bekal yang ia siapkan dari rumah sudah jelas nutrisinya. Bukan hanya itu, bekal buatan Putri selalu enak dan punya penampilan yang menarik.

    Pukul setengah 7 Putri, Yuta dan Gita siap berangkat sekolah. Yuta dan Gita berjalan kaki bersama karena SD Gita berada tak jauh dari SMP Yuta. Sementara SMA Putri berada diarah berlawanan dan cukup jauh jika berjalan kaki. Sementara jika mengendarai sepeda akan memakan waktu 25 menit.

    “Hati-hati dijalan!” Putri melambaikan tangan pada kedua adiknya. “Belajar yang rajin.” Pesan Putri setiap pagi. Kemudian gadis itu pun berangkat kesekolah.

    Setibanya disekolah, Putri sempat bingung saat menyadari beberapa siswi yang menatapnya sambil berbisik-bisik.

    “Hei!” Panggil seorang siswi berpostur tinggi pada Putri. Ia nampaknya adalah siswa kelas 3. Mereka menghadang Putri ditangga. Mereka menghadang Putri dan menyeretnya kesamping tangga. Putri pun kontan kebingungan.

  • 20

    “Lo pacaran sama ketua?”

    Putri mengerutkan kening. “Ketua?”

    “Bisma.” Tegas gadis berwajah galak itu.

    “Hah?”

    “Pacaran nggak?”

    “Ya nggak lah.” Sangkal Putri tak habis pikir.

    “Bohong!” Helga, gadis yang semalam dilihat Putri bersama Bisma-tiba-tiba muncul. Rambutnya coklat lurus panjang dengan rok setinggi lutut, ia berjalan mendekati Putri. “Jelas-jelas Bisma ninggalin gue dan pergi sama lo.”

    “Itu cuma salah paham. Biar aku jelasin du…”

    “Nggak usah banyak bicara lo. Dasar PHO! Perusak hubungan orang.” Teriak Helga marah.

    “Aku ‘kan udah bilang itu cuma salah paham. Aku bisa jelasin.”

    “Salah paham apanya hah? Lo pacaran ‘kan sama Bisma? Lo pasti ngerayu Bisma buat ninggalin gue. Oh gue tau, pasti lo alasannya Bisma buat nggak balikan sama gue. Iya ‘kan?” Helga berjalan maju dan menjambak rambut Putri. Dicky yang kebetulan lewat segera berjalan mendekat. Namun tiba-tiba langkahnya berhenti.

    “Oi nenek tua. Lepasin tangan lo dari rambut gue.” Tangan Putri menghempaskan tangan Helga dengan kasar. Putri merasa benar-benar marah dan kehilangan kendali hingga berkata sekasar itu.

    “Apa lo bilang?” teman-teman Helga marah. Lima gadis yang rata-rata kelas 3 itu benar-benar ingin menghajar Putri.

    “Gue ‘kan bilang itu cuma salah paham. Dasar kalian nenek-nenek!” kali ini Putri ikut-ikut marah.