AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

65
AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU Jl. Indra Giri Padang Harapan Bengkulu Tahun Ajaran 2011 KATA PENGANTAR Alhamdulilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena kita telah diberikan suatu nikmat yaitu kesehatan sehingga kita dapat membuat makalah seminar KMB II dan IV, serta tak lupa shalawat beriring salam kita kirimkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW karena berkat perjuangan beliau kita sama-sama dapat merasakan alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti saat ini. Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah kami ini. Terutama kepada ibu Ns.Risma Apriani,S.Kep. Serta kepada teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah kami ini.

Transcript of AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

Page 1: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU 

Jl. Indra Giri Padang Harapan Bengkulu 

Tahun Ajaran 2011

KATA PENGANTAR

 

Alhamdulilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena kita telah

diberikan suatu nikmat yaitu kesehatan sehingga kita dapat membuat makalah

seminar KMB II dan IV, serta tak lupa shalawat beriring salam kita kirimkan kepada

junjungan kita nabi besar Muhammad SAW karena berkat perjuangan beliau kita

sama-sama dapat merasakan alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan

teknologi seperti saat ini. 

Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam

penyusunan makalah kami ini. Terutama kepada ibu Ns.Risma Apriani,S.Kep. Serta

kepada teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah kami ini.

Jika dikemudian hari terdapat kesalahan kami mohon maaf yang sebesar-besarnya,

serta kami mohon kritik dan saran dari segenap pembaca sekalian. Demikian yang

dapat kami uacapkan lebih dan kurang kami ucapkan terima kasih. 

 

Page 2: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

 

 

Hormat kami

 

 

penyusun 

 

 

 

 

Kata pengantar      ii

Daftar isi      iii

Page 3: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

BAB I PENDAHULUAN     1

1. Latar Belakang     1

2. Tujuan     2

tujuan umum     2

tujuan khusus     2

1. Metode penulisan     3

2. Sistematika penulisan    3

BAB II TINJAUAN TEORITIS    3

2.1 Konsep Dasar    4

2.1.1 Pengertian    5

2.1.2 Etiologi    5

2.1.3 Manifestasi klinis    6

2.1.4 Patofisiologis    7

2.1.5 Klasifikasi    8

2.1.6 Proses penyembuhan tulang    9

2.1.7 Pemeriksaan penunjang    10

2.1.8 penatalaksanaan    11

2.1.9 Komplikasi    12

Page 4: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan    13

2.2.1 Pengkajian    13

2.2.2 Analisa data    14

2.2.3 Diagnosa dan Intervensi keperawatan    14

BAB III LAPORAN KASUS

3.1 Pengkajian    18

3.1.1 Identitas klien    18

3.1.2 Keluhan utama    19

3.1.3Riwayat kesehatan    19

3.1.4 Data psikologis    19

3.1.5 Data sosial    20

3.1.6 Data spiritual    20

3.1.7 Kebiasaan sehari-hari    20

3.1.8 Pemeriksaan fisik    21

3.1.9 Pengobatan    23

3.2 Analisa data    24

3.2 Diagnosa    25

Page 5: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

3.3 Intervensi    25

3.4 Implementasi    28

3.5 Evaluasi    31

BAB IV PENUTUP    

DAFTAR PUSTAKA     

Page 6: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf

halusinasi menuju industrialisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan

mobilisasi masyarakat /mobilitas masyarakat yang meningkat otomatisasi terjadi

peningkatan penggunaan alat-alat transportasi /kendaraan bermotor khususnya

bagi masyarakat yang tinggal diperkotaan. Sehingga menambah "kesemrawutan"

arus lalu lintas. Arus lalu lintas yang tidak teratur dapat meningkatkan

kecenderungan terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor. Kecelakaan tersebut

sering kali menyebabkan cidera tulang atau disebut fraktur.

Menurut Smeltzer (2001 : 2357) fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan

ditentukan sesuai jenis dan luasnya.

Penanganan segera pada klien yang dicurigai terjadinya fraktur adalah dengan

mengimobilisasi bagian fraktur adalah salah satu metode mobilisasi fraktur

adalah fiksasi Interna melalui operasi Orif (Smeltzer, 2001 : 2361). Penanganan

tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasi umumnya

oleh akibat tiga fraktur utama yaitu penekanan lokal, traksi yang berlebihan dan

infeksi (Rasjad, 1998 : 363).

Peran perawat pada kasus fraktur meliputi sebagai pemberi asuhan keperawatan

langsung kepada klien yang mengalami fraktur, sebagai pendidik memberikan

pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi, serta sebagai peneliti yaitu

Page 7: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

dimana perawat berupaya meneliti asuhan keperawatan kepada klien fraktur

melalui metode ilmiah.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih

lanjut bagaimana asuhan keperawatan fraktur tertutup Tibia Fibula Sinistra

1.2 TUJUAN PENULISAN

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mendapatkan pengalaman nyata tentang asuhan keperawatan dengan

fraktur tertutup Tibia Fibula Sinistra

1.2.2 Tujuan Khusus

Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur

tertutup Tibia Sinistra, Penulis mampu : 

a. Mengidentifikasi data yang menunjang masalah keperawatan pada

fraktur tertutup Tibia Fibula Sinistra

.b. Menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan fraktur

tertutup Tibia Fibula Sinistra

c. Menyusun rencana keperawatan pada klien dengan fraktur fraktur

tertutup Tibia Fibula Sinistra 

d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan fraktur

tertutup Tibia Fibula Sinistra 

Page 8: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

e. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien dengan fraktur

tertutup Tibia Fibula Sinistra 

f. Mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat serta

penyelesaian masalah (solusi) dalam melaksanakan asuhan

keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup Tibia Fibula Sinistra 

1.3 METODE PENULISAN

Metode yang digunakan penulis dalam laporan studi kasus ini adalah metode

deskriptif melalui pendekatan proses keperawatan dengan cara teknik

pengumpulan data seperti wawancara, pemeriksaan fisik, kolaborasi dengan tim

kesehatan yang lain serta data dari catatan medik klien. Setelah itu data diolah

dan dianalisa untuk selanjutnya dirumuskan masalah sehingga bisa di intervensi

dan di evaluasi.

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk memudahkan pengertian dan pemahaman terhadap isi dan maksud dari

laporan kasus ini, maka penulisannya dibuat secara sistematis dibagi menjadi 5

bab, yaitu :

 

 

Page 9: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

 

BAB I : PENDAHULUAN

Meliputi Latar Belakang, Tujuan, Metode Penulisan dan Sistematika

Penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

Meliputi Konsep Dasar Penyakit dan Konsep Dasar Asuhan

Keperawatan.

BAB III : TINJAUAN KASUS 

Meliputi Gambaran Kasus dan Diagnosa, Intervensi, Implementasi dan

Evaluasi Keperawatan.

BAB IV : PEMBAHASAN 

Yang membahas tentang kesenjangan antara Kasus, yang ditemukan

dengan teori yang didapatkan meliputi Definisi, Rasional terhadap

setiap Diagnosa Keperawatan yang ditemukan, Faktor Pendukung,

Faktor Penghambat serta Solusi.

BAB V : PENUTUP

Yang meliputi Kesimpulan dan Saran

DAFTAR PUSTAKA

Page 10: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

 

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1. konsep dasar

2.1.1 PENGERTIAN

Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress

pada tulang yang berlebihan (Luckmann and Sorensens, 1993 : 1915)

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga

fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan

jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi

itu lengkap atau tidak lengkap. (Price and Wilson, 1995 : 1183)

Fraktur menurut Rasjad (1998 : 338) adalah hilangnya konstinuitas tulang,

tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun

yang parsial. 

Fraktur Tibia Fibula adalah terputusnya tulang tibia dan fibula.

2.1.2 ETIOLOGI

Penyebab fraktur diantaranya :

a. Trauma

Page 11: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

1) Trauma langsung : Benturan pada tulang mengakibatkan ditempat

tersebut.

2)

Trauma tidak langsung : Titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur

berjauhan.

b. Fraktur Patologis

Fraktur disebabkan karena proses penyakit seperti osteoporosis, kanker

tulang dan lain-lain.

c. Degenerasi

Terjadi kemunduran patologis dari jaringan itu sendiri : usia lanjut

d. Spontan

Terjadi tarikan otot yang sangat kuat seperti olah raga.

(Corwin, 2001 : 298)

2.1.3 MANIFESTASI KLINIS

a. Nyeri lokal

b. Pembengkakan

c. Eritema

d. Peningkatan suhu

Page 12: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

e. Pergerakan abnormal

Smeltzer and Bare, 2002 : 2343)

 

2.1.4 PATOFISILOGIS

 

 

2.1.5 KLASIFIKASI / JENIS

a) Fraktur komplet

Fraktur / patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami

pergeseran dari posisi normal.

b) Fraktur tidak komplet

Fraktur / patah yang hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.

c) Fraktur tertutup 

Fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit, jadi fragmen frakturnya

tidak menembus jaringan kulit.

d) Fraktur terbuka 

Page 13: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

Fraktur yang disertai kerusakan kulit pada tempat fraktur (Fragmen

frakturnya menembus kulit), dimana bakteri dari luar bisa menimbulkan

infeksi pada tempat fraktur (terkontaminasi oleh benda asing)

1) Grade I     :Luka bersih, panjang <>

2) Grade II     :Luka lebih besar / luas tanpa kerusakan

jaringan lunak yang ekstensif

3) Grade III : Sangat terkontaminasi dan mengalami

kerusakan jaringan lunak yang ekstensif, merupakan yang

paling berat.

e) Jenis khusus fraktur

1) Greenstick : Fraktur dimana salah satu sisi tulang

patah, sedang sisi lainnya membengkok.

2) Tranversal : Fraktur sepanjang garis tengah tulang.

3) Oblik : Fraktur membentuk sudut dengan garis

tengah tulang.

4)

Spiral : Fraktur memuntir seputar batang tulang

5) Kominutif : Fraktur dengan tulang pecah menjadi

beberapa fragmen

Page 14: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

6) Depresi : Fraktur dengan fragmen patahan terdorong

kedalam (sering terjadi pada tulang tengkorak dan

tulang wajah)

7) Kompresi : Fraktur dimana tulang mengalami

kompresi (terjadi pada tulang belakang)

8) Patologik : Fraktur yang terjadi pada daerah tulang

berpenyakit (kista tulang, penyakit pegel, tumor)

9) Avulsi : Tertariknya fragmen tulang oleh ligament

atau tendon pada perlekatannya

10) Epifiseal : Fraktur melalui epifisis

11) Impaksi : Fraktur dimana fragmen tulang terdorong

ke fragmen tulang lainnya. 

(Smeltzer and Bare, 2002 : 2357 – 2358)

2.1.6 Proses Penyembuhan Tulang

a. Stadium Pembentukan Hematoma

Hematoma terbentuk dari darah yang mengalir dari pembuluh darah yang

rusak, hematoma dibungkus jaringan lunak sekitar (periostcum dan otot)

terjadi 1 – 2 x 24 jam.

 

Page 15: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

 

b. Stadium Proliferasi

Sel-sel berproliferasi dari lapisan dalam periostcum, disekitar lokasi fraktur

sel-sel ini menjadi precursor osteoblast dan aktif tumbuh kearah fragmen

tulang. Proliferasi juga terjadi dijaringan sumsum tulang, terjadi setelah hari

kedua kecelakaan terjadi. 

c. Stadium Pembentukan Kallus

Osteoblast membentuk tulang lunak / kallus memberikan regiditas pada

fraktur, massa kalus terlihat pada x-ray yang menunjukkan fraktur telah

menyatu. Terjadi setelah 6 – 10 hari setelah kecelakaan terjadi. 

d. Stadium Konsolidasi 

Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi, fraktur teraba telah

menyatu, secara bertahap-tahap menjadi tulang matur. Terjadi pada

minggu ke 3 – 10 setelah kecelakaan.

e. Stadium Remodelling

Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada kondisi lokasi eks

fraktur. Tulang yang berlebihan dibuang oleh osteoklas. Terjadi pada 6 -8

bulan.

(Rasjad, 1998 : 399 – 401)

Page 16: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan rontgen : menentukan lokasi / luasnya fraktur trauma

b. Scan tulang, tomogram, scan CT / MRI : memperlihatkan fraktur, juga

dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

c.

Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.

d. Hitung daerah lengkap : HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau

menurun (pendarahan sel darah putih adalah respon stress normal

setelah trauma).

e.

Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klien ginjal.

(Doenges, 2000 : 762)  

2.1.8 Penatalaksanaan

Ada empat konsep dasar dalam menangani fraktur, yaitu :

a. Rekognisi 

Rekognisi dilakukan dalam hal diagnosis dan penilaian fraktur. Prinsipnya

adalah mengetahui riwayat kecelakaan, derajat keparahannya, jenis

kekuatan yang berperan dan deskripsi tentang peristiwa yang terjadi oleh

penderita sendiri. 

Page 17: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

b. Reduksi

Reduksi adalah usaha / tindakan manipulasi fragmen-fragmen seperti

letak asalnya. Tindakan ini dapat dilaksanakan secara efektif di dalam

ruang gawat darurat atau ruang bidai gips. Untuk mengurangi nyeri

selama tindakan, penderita dapat diberi narkotika IV, sedative atau blok

saraf lokal.

c. Retensi

Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi atau

dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi

penyatuan. Immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau

interna. Metode fiksasi eksterna meliputi gips, bidai, traksi dan teknik

fiksator eksterna.

d. Rehabilitasi

Merupakan proses mengembalikan ke fungsi dan struktur semula dengan

cara melakukan ROM aktif dan pasif seoptimal mungkin sesuai dengan

kemampuan klien. Latihan isometric dan setting otot. Diusahakan untuk

meminimalkan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah.

2.1.9 Komplikasi

Komplikasi fraktur dapat dibagi menjadi :

a. Komplikasi Dini

1) Nekrosis kulit

Page 18: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

2) Osteomielitis

3) Kompartement sindrom

4) Emboli lemak

5) Tetanus

b. Komplikasi Lanjut

1) Kelakuan sendi

2) Penyembuhan fraktur yang abnormal : delayed union, mal union

dan non union.

3) Osteomielitis kronis

4) Osteoporosis pasca trauma

5) Ruptur tendon

(Sjamsu Hidayat, 1997 : 1155)

1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

2.2.1`pengkajian

1. identitas klien

meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, alamat, penanggung

jawab dan hubungan dengan klien.

2. Keluhan utama

Page 19: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

Tanyakan pada klien keluhan apa yang dirasakan klien pada saat ini

3. Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan sekarang

Tanyakan bagaimana terjadi kecelakaan,apa yang menyebabkan

kecelakaan, patah tulang

Riwayat kesehatan dahulu

Adakah dalam klien pernah mengalami trauma/fraktur sebelumnya

Riwayat kesehatan keluarga

Adakah didalam keluarga yang pernah mengalami trauma atau fraktur

seperti klien atau penyakit yang berhubungan dengan tulang lainnya.

1. Aktivitas istirahat

Adakah kehilangan fungsi pada bagian yang terkena/fraktur keterbatasan

imobilitas

2. Sirkulasi

Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri. Ansietas)

Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah ) tachikardi, crt, lambat, pucat

bagian yang terkena.

3. Neurosensori

Adanya kesemutan, deformitas, krepitasi, pemendekkan, kelemahan.

Page 20: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

4. Kenyamanan

Nyeri tiba-tiba saat cedera, spasma/ kram otot.

5. Keamanan

Leserasi kulit, pendarahan, perubahan warna, pembengkakkan lokal 

2.2.2 Analisa data 

1. Data subjektif

Kesulitan dalam beraktivitas : kelemahan, nyeri

Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri)

Kesulitan dalam memenuhi kebutuhan diri sendiri

1. Data objktif

Gangguan mobilitas 

Edema pada esktremitas yang fraktur

Adanya deformitas

Adanya peningkatan suhu pada esktremitas yang fraktur

Skala nyeri meningkat jika ekstremitas digerakan

 2.2.3 Diagnose keperawatan dan intervensi

1. Nyeri b.d Nyeri akut berhubungan dengan fraktur (Brunner & Suddarth, 2002 ;

2363)

 

Page 21: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

Tujuan : nyeri berkurang setelah dilakukan perawatan

 

Kriteria Hasil :

Klien mengatakan nyeri berkurang

Klien tampak rileks, mampu berpartisifasi dalam aktivitas/tidur/istirahat

dengan tepat

Intervensi :

1. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring

gips, pembebat, traksi.

2. Ringgikan dan dukung ekstremitas yang terkena

3. Hindari menggunakan sprei / bantal plastik di bawah ekstremitas

dalm gips.

4. Evaluasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi karakteristik, intensitas

(0-10)

5. Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah sampai dengan

cedera.

6. Dorong menggunakan teknik managemen stress / nyeri

7. Berikan alternatif tindakan kenyamanan : pijatan, alih baring

8. Kolaborasi

- Beri obat sesuai indikasi

- Lakukan kompres dingin / es 24 – 28 jam pertama sesuai keperluan

Page 22: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

 

Rasional

1. Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang /

tegangan jaringan yang cedera

2. Meningkatkan aliran balik vena menurunkan edema,

menurunkan nyeri

3. Dapat meningkatkan ketidaknyamanan karena peningkatan

produksi panas dalam gips yang kering

4. Meningkatkan keefektifan intevensi, tingkat ansietas dapat

mempengaruhi persepsi/ reaksi terhadap nyeri.

5. Membantu menghilangkan astetas

6. Meningkatkan kemampuan keping dalam manajemen nyeri

7. Meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan area tekanan lokal

dan kelelahan otot

8. Diberikan untuk menurunkan nyeri / spasme otot

Menurun edema, pembentukan hematoom dan mengurangi sensi

nyeri.

1. Kerusakan mobilitas fisik b.d kelemahan otot

Intervensi :

1. Kaji derajat mobilitas yang dihasilkan oleh cedera

2. Instruksikan ps untuk / bantu dalam rentang gerak pasien / aktif pada

ekstremitas yang sakit dan yang tidak sakit.

Page 23: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

3. Dorong penggunaan latihan isometrik mulai dengan tungkai yang

tersakit

4. Tempatkan dalam posisi terlentang secara periodic

5. Bantu / dorong perawatan diri / kebersihan (mandi keramas)

6. Dorong peningkatan masukan sampai 2000 – 3000 mliter / hr termasuk

air asam, jus.

Rasional :

1. Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri / persepsi diri

tentang keterbatasan fisik actual

2. Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk

meningkatkan tunas otot, mempertahankan gerak sendi, mencegah

kontraktur / afroji

3. Kontraksi otot isometrik tanpa menekuk sendi / menggerakkan

tungkai dan membantu mempertahankan kekuatan dengan masa otot

4. Menurunkan resiko kontraktur heksi pangul

5. Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, perawatan diri

langsung

6. Mempertahankan hidrasi tubuh menurunkan resiko infexi

urinarius, pembentukan batu dan konstipasi.

1. Kerusakan Integritas Jaringan b.d fraktur terbuka

Intervensi :

1. Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan, pendarahan,

perubahan warna

Page 24: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

2. Massase kulit dan penonjolan tulang pertahankan tempat tidur kering

dan bebas kerutan

3. Ubah posisi dengan sering

4. Traksi tulang dan perawatan kulit.

Rasional :

5. Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit dan mungkin masalah

yang mungkin disebabkan oleh alat / pemasangan gips, edema

6. Menurukan tekanan pada area yang peka dan resiko kerusakan kulit

7. Mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dan meminimal

8. Mencegah cedera pada bagian tubuh lain.

 

2. Resiko tinggi terhadap infeksi b.d trauma jaringan

Intervensi :

1. Inspeksi kulit untuk adanya iritasi / robekan kontinuitas

2. Kaji sisi pen / kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri

3. Berikan perawatan pen / kawat steril

4. Observasi luka untuk pembentukan buta, krepitasi, bau drainase yang

tidak enak

5. Kaji tonus otot, reflek tendon dalam dan kemampuan berbicara

6. Selidiki nyeri tiba-tiba / keterbatasan gerakan dengan edema local

7. Berikan obat sesuai indikasi

Page 25: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

 

3. Rasional

1. Pen / kawat tidak harus dimasukkan melalui kulit yang terinfeksi

kemerahan abrasi

2. Dapat mengindentifikasi timbulnya infeksi local

3. Dapat mencegah kontaminasi silang dan kemungkinan infeksi

4. Menghindari infeksi

5. Kekuatan otot, spasme tonik rahang, mengindikasi tetanus

6. Dapat mengindikasikan adanya osteomrelitis.

( Doenges, 2000 )

)

(Doenges. 2000. 761 – 774).

 

 

 

 

Page 26: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

 

BAB III

LAPORAN KASUS 

Tangggal masuk         : 28 Desember 2010

Tanggal pengkajian         : 29 Desember 2010

No reg                 : 497541

Ruang                 : Seruni 

Diagnoda medik     : CLOSE

FRAKTUR TIBIA FIBULA

SINISTRA

3.1 PENGKAJIAN

3.1.1 Identitas klien

    Nama        :Ny.N

    Umur        :66 Tahun

    Agama        :islam

    Jenis kelamin    :perempuan

    Pekerjaan    :IRT

Page 27: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

    Alamat        :JL.Danau RT.01 Dusun Besar Bengkulu

     Penanggung Jawab    :

    Nama        :Ny.S

    Umur        :50 Tahun

    Jenis kelamin    :perempuan

Hub.dgn klien    :keponakan

3.1.2 Keluhan Utama

    Klien mengeluh nyeri

 

3.1.3Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan sekarang

    Klien dibawa ke IGD pada tanggal 28-des-2010 diantar oleh keluarga dengan

keluhan nyeri pada betis sebelah kiri dan tidak bisa digerakkan karena patah setelah

ditabrak sepeda motor.

    Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 29-des-2010 klien tampak

lemah,kesadaran composmentis,tampak bengkak pada bagian kaki yang

patah,klien mengeluh nyeri pada kaki (betis) sebelah kiri karena patah dengan

Page 28: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

skala nyeri :4. Dan nyeri bertambah jika kaki tersebut digerakan.keluarga klien

selalu membantu dalam memenuhi kebutuhannya.

Riwayat kesehatan dahulu

    Klien belum pernah mengalami patah tulang sebelumnya,klien juga tidak

mempunyai riwayat penyakit keturunan dan menular lainnya.

Riwayat kesehatan keluarga

    Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit

keturunan ataupun menular lainnya.

3.1.4 Data psikologis

    Klien tampak menerima keadaan sakit sekarang dan berharap bisa cepat

sembuh.

3.1.5 Data sosial

    Hubungan klien dengan keluarga baik,terlihat dari anak dan keluarganya yang

lain selalu menunggu nya.

3.1.6 Data spiritual

    Klien beragama islam,klien dan keluarga selalu berdo'a supaya cepat senbuh.

3.1.7 Kebiasaan sehari-hari

No.  Kebiasaan  dirumah  Dirumah sakit 

1. Nutrisi

Page 29: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

 

 

 

 

 

 

 

2.

 

 

a.Makanan

frekuensi

jenis

makanan

b.Minuman

frekuensi

-jenis minuman

 

Eliminasi

a.BAB

frekuensi

konsistensi

warna

b.BAK

frekuensi

warna

bau

 

 

3x sehari

Nasi,lauk

pauk,sayur

 

6-7 gelas /hari

Air putih

 

 

 

1x/hari

Lembek

 

 

3x sehari

Nasi, lauk-pauk, sayur

 

6-7 gelas/hari

Air putih

 

 

 

1x/hari

Lembek

Kuning

Page 30: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

 

 

 

 

 

 

 

 

3.

 

jumlah

 

Istirahat tidur

lama tidur

gangguan

tidur

 

Personal hygiene

mandi

gosok gigi

 

Aktivitas 

Kuning

 

4-5x/hari

Jernih

kekuningan

Khas

+ 1300 cc/hari

 

 

6-7 jam/hari

Tidak ada

 

 

 

Terpasang kateter

Jernih kekuningan

Khas 

+1300cc/hari

 

 

6-7 jam/hari

Tidak ada

 

 

Dilap 1x/hari

1x/hari

Page 31: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

 

 

4.

 

 

 

5. 

2x/hari

2x/hari

 

Klien bisa

melakukan

aktivitas

Secara mandiri 

 

Klien selalu dibantu oleh keluarga

dan perawat dalam melakukan

aktivitas 

 

3.1.8 Pemeriksaan fisik

keadaan umum        :lemah

kesadaran        : compos mentis

Tanda-tanda vital    : TD : 150/90 mmHg    P : 18x/Menit

    N : 81x/Menit        S : 36,5'c

1.Kepala

Page 32: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

inspeksi    :simetris,distribusi rambut merata

palpasi    :tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan

2.Mata

inspeksi    :simetris,tidak ada katarak,konjungtiva anemis,sclera an

ikterik

palpasi    :tidak ada nyeri tekan

3.Hidung

inspeksi    :simetris,tidak ada pengeluaran,tidak ada pernafasan cuping

hidung

palpasi    :tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan

4.Telinga

inspeksi    :simetris,tidak ada pengeluaran

Palpasi    :tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan

5.Mulut

inspeksi    :simetris,mukosa bibir lembab,tidak ada sianosis

Palpasi    :tidak ada nyeri tekan

6.Leher

inspeksi    :simetris,tidak ada pembesaran vena jugularis

Palpasi    :tidak ada nyeri tekan,tidak ada pembengkakan

Page 33: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

7.Dada

inspeksi    :simetris,pergerakan dinding dada baik

palpasi    :tidak ada nyeri tekan

auskultasi    :bunyi nafas vesikuler

perkusi    :bunyi rensonan

 

8.Abdomen

inspeksi    :simetris,tidak ada bekas operasi

auskultasi    :bunyi bising usus (+)

perkusi    :bunyi timpani

palpasi    :tidak ada nyeri tekan

9.Ekstremitas

atas        :pada ekstremitas atas,tangan bisa digerakkan dengan baik

bawah    :pada ekstremeritas bawah,kaki sebelah kiri(tibia-fibula) tidak

bisa digerakkan/fraktur, kondisi sekitar fraktur oedema, adanya luka

10.Genetalia

inspeksi    :simetris,terpasang kateter

palpasi    :tidak ada nyeri tekan

Page 34: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

 

3.1.9 THERAPY

1.cairan RL 20 tts/menit

2.citicholine 3x1 (IV)

3.keterolac 3x1 (IV)

4.taxef 2x1 gr (14/st)

5.pronalges supp

6dexamethason 2x1 amp (IV)

7.rannitidin 2x1 amp (IV)

 

 

 

 

Page 35: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

 

 

 

 

 

3.2 ANALISA DATA

Nama : Ny.N No.Reg : 4793

Umur : 66 Tahun Ruangan :Seruni

No  Data Senjang Interprestasi

Data Masalah 

1  DS :

Klien mengatakan nyeri pada

betis sebelah kiri kerena patah

DO :

Fraktur

 

Diskontinuitas

Gangguan rasa

nyaman nyeri 

Page 36: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

KLien tampak lemah

Skala nyeri 4

Tampak edema pada bagian

fraktur

Nyeri bertambah jika pada

bagian yang fraktur di gerakkan

tulang

 

 

Pergeseran

fragmen tulang

 

 

Nyeri 

2  DS :

Keluarga klien mengatakan

aktivitas klien selalu dibantu oleh

keluarga

DO :

Klien tampak selalu di bantu oleh

keluarga dan perawat dalam

melakukan aktivitas

Fraktur

 

Diskontinuitas

tulang

 

Gangguan

mobilitas fisik

Page 37: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

Fraktur pada 1/3 tibia fibula

sinistra 

Perubahan

jaringan sekitar

 

 

Pergeseran

fragmen tulang

 

 

Depormitas 

 

Gangguan fungsi

 

Page 38: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

Gangguan

mobilitas fisik 

 

 

3.2 DIAGNOSA

Nama : Ny.N No.Reg : 4793

Umur : 66 Tahun Ruangan :Seruni

No  Diagnoasa Keparawatan Tanggal

Dtemukan Paraf 

Tanggal

teratasi Paraf 

Gangguan rasa nyaman nyeri b.d

terputusnya kontinuitas jaringan

pada tulang / fraktur 

29-12-2010      

2 Gangguan mobilitas fisik b.d

kelemahan29-12-2010      

 

3.3 INTERVENSI

Nama : Ny.N No.Reg : 4793

Page 39: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

Umur : 66 Tahun Ruangan :Seruni

No Tujuan dan

kriteria hasil 

Intervensi

Keperawatan Rasional  Paraf 

1  Setelah

dilakukan

perawatan

selama 3x24 jam

di harapkan

gangguan rasa

nyaman nyeri

dapat

berkurang / atau

teratasi dengan

criteria hasil :

Klien tidak

mengeluh nyeri

Skala

nyeri0

Pertahankan

imobilisasi bagian yang

sakit dengan tirah

baring, gips /

pembidaian

 

 

Tinggikan dan

dukung eksremitas

yang terkena

 

 

Evaluasi keluhan

nyeri, perhatikan lokasi,

karakteristik dan

Menghilangkan

nyeri dan mencegah

kesalahan posisi tulang

atau jaringan yang

cedera

Meningkatkan

aliran balik vena,

menurunkan edema, dan

menuunkan nyeri

Mempengaruhi

pilihan / pengawasan

kefektifan intervensi

Menurunkan

edema / pembentukan

hematum, menurunkan

sensasi nyeri

Untuk

menurunkan nyeri atau

spasme otot

 

Page 40: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

intensitas nyeri

Lakukan

kompres dingin 24-48

jam pertama sesuai

keperluan

 

 

Kolaborasi

pemberian obat

analgetik

2  Setelah

dilakukan

perawatan

selama 3x24 jam

diharapkan

gangguan

mobilitas fisik

dapat teratasi

dengan kriteria

hasil :

Kaji derajat

imobilitas yang

dihasilkan oleh cedera

 

 

 

Pasien mungkin

dibatasi oleh pandangan

diri / persepsi diri tentang

keterbatasan fisik aktual,

memerlukan informasi

Berguna untuk

mempertahankan posisi

fungsional eksremitas

tangan / kaki, mencegah

kontraktur

Mobilisasi dini

 

Page 41: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

Klien

melakukan

aktivitas secara

mandiri

 

 

Beriakn papan

kaki, bebat pergelangan

 

 

 

Berikan / bantu

mobilisasi dengan kursi

roda, kruk, tongkat,

sesegera mungkin,

intruksikan keamanan

dalam menggunakan

alat mobilisasi

Awasi TD

dengan melakukan

menurunkan komplikasi

tirah baring,

meningkatkan

penyembuhan dan

normalisasi fungsi organ

 

Hipertensi pertural

adalah masalah umum

menyertai tirah baring

lama dan dapat

memerlukan intervensi

khusus

Page 42: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

aktivitas

 

 

 

 

3.4 IMPLEMENTASI

Nama : Ny.N No.Reg : 4793

Umur : 66 Tahun Ruangan :Seruni

No Tanggal

/ jam Implementasi  Respon hasil  Paraf 

1  22-12-

2010

 

 

-mempertahankan

mobilisasi bagian yang sakit

dengan tirah baring dan spalk

 

-meninggikan dan

Nyeri berkurang

 

 

 

Page 43: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

 

 

 

 

 

 

 

 

 

mendukung ekstrimitas yang

terkena

 

-mengevaluasi keluhan

nyeri lokasi,karakteristik dan

intensitasnya

 

-mengukur TD pasien 

 

Mengkolaborasikan

pemberian obat analgetik sesuai

indikasi yaitu:keterolac

 

membantu mobilisasi

dengan kruk dan mengintruksikan

keamanan dalam menggunakan

alat mobilitas

 

 

Nyeri berkurang

tapi masih edema

 

 

Neri p[ada

eksremitas bawah

sebelah kiri (tibia-

fibula) Nyeri nyilu skala

4

 

TD : 150/90

mmHg

 

Page 44: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Mempertahankan

mobilisasi bagian yang sakit

dengan tirah baring dan spalk

Meninggikan dan

mendukung eksremitas yang

terkena

Mengevaluasi keluhan

nyeri 

Mengukur TD pasien

Berkolaborasi dalam

pemberian obat analgetik sesuai

indikasi yaitu : ketrolak

membantu mobilisasi

dengan kruk dan mengintruksikan

keamanan dalam menggunakan

alat mobilitas

Mempertahankan

mobilasasi bagian yang sakit

dengan tirah baring dan spalk

Meninggikan dan

medukung eksremitas yang

terkena

Mengevaluasi keluhan nyeri

Mengukur TD pasien 

Ketrolak 2x1

amp IV

 

 

 

 

Membantu

menyembuhkan dan

menormalisakan

fungsikan organ

 

 

Nyeri berkurang

Page 45: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

 

 

 

 

30-12-

2010 

Berkolaborasi dalam

pemberian obat analgetik sesuai

indikasi yaitu : ketrolak

membantu mobilisasi

dengan kruk dan mengintruksikan

keamanan dalam menggunakan

alat mobilitas

 

 

 

Nyeri berkurang

tapi masih edema

 

Skala nyeri 4

 

TD : 130/90

Ketrolak 2x1

amp IV

 

 

Page 46: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

 

Membantu

penyembuhan dan

normalisai fungsi organ

 

 

 

Nyeri berkurang

 

 

 

Nyeri berkurang

tapi masih edema

Page 47: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

 

Skala nyeri 3

 

TD : 130/90

Ketrolak 2x1

amp IV

 

 

 

Membantu

penyebuhan dan

normalisasi fungsi

organ

 

Page 48: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 49: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

3.5 EVALUASI

Nama : Ny.N No.Reg : 4793

Umur : 66 Tahun Ruangan :Seruni

Hr/tgl/jam  No.  Evaluasi Keperawatan   paraf 

Jum'at,

31,des

2010 

1. 

S : Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang

 

O : skala nyeri:3

klien masih tampak lemah

 

A : Masalah teratasi sebagian

 

P : Lanjutkan intervensi

 

Jum'at

31,des

2010 

2.  S : Keluarga klien mengatakan aktivitas klien masih

dibantu oleh keluarga

 

 

Page 50: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

O : Klien masih tampak dibantu oleh keluarga dalam

beraktivitas

 

A : Masalah belum teratasi

 

P : Lanjutkan intervensi

 

BAB IV 

PENUTUP 

1. kesimpulan 

Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress

pada tulang yang berlebihan. Selanjutnya penulis akan menyimpulakn sesuai

dengan tahapan-tahapan yang ada didalam proses keperawatan yang

meliputi pengkajian, diagnose, perencanaan, implementasi, evaluasi.

1. Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi

langsung yang penulis dapatkan dari keluarga pasein dan pasien itu

Page 51: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

sendiri, selain itu juga penulis mendapatkan informasi dari perawat dan

catatan medic pasien.

2. Dua diagnose yang penulis temukan pada pasien setelah

dilakukan pengkajian yaitu :

1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnya kontinuitas

jaringan pada tulang / fraktur

2. Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan

3. Dalam menyusun rencana keprawatan pada pasien penulis

mengacu pada konsep dasar askep yang kemudian disesuaikan

dengan kemampuan pasien dan ruangan perawatan pasien

4. Dalam melakukan tindakan keperawatan penulis tidak

melakukan semua yangada dalam rencana keperawatan karena

keterbatasan sarana, kemampuan pasien dan waktu yang ada

5. Evaluasi dilakukan pada ketiga hari perawatan sesuai dengan

rencana yang telah ada, tetapi masih banyak diagnose yang belum

teratasi.

2. Saran 

1. Bagi pasien dan keluarga 

Pada penderita fraktur tibia sangat dibutuhkan istirahat total dan

minimalkan pengeluaran energy, jadi hal yang paling utama yang

dapat dilakukan pasien dan keluarganya jika terjadi komplikasi adalah

berupaya untuk beristirahat total.

Page 52: AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU.docx

 

2. Bagi lahan peraktek

Perawatan penderita fraktur tibia memerlukan waktu yang cukup

panjang dan sangat beresiko terjadi komplikasi. Dengan demikian

perawatan kepada penderita haruslah dilakukan dengan cermat dan

tepat, untuk mencapai hal tersebut pihak rumah sakit hendaklah

mempunyai perawat yang telah berpengalaman dalam perawatan

pasien fraktur tibia.