Akademi gizi 2008

download Akademi gizi 2008

of 54

Transcript of Akademi gizi 2008

Akademi gizi 2008BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Pendidikan tenaga bagian

kesehatan

sebagai

integral dari pembangunan kesehatan merupakan elemen secara nasional satu dalam

salah penting

mewujudkan Indonesia sehat 2010 yang bertujuan menghasilkan tenaga kesehatan yang

professional dalam jumlah dan jenis yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam program perbaikan gizi adalah meningkatkan mutu konsumsi makanan, sehingga berdampak pada perbaikan status gizi masyarakat. Pemerintah juga telah menetapkan program kesehatan dibidang pembangunan kesehatan yang dinyatakan bahwa perbaikan kesehatan rakyat dilakukan dengan upaya pencegahan dan penyembuhan dengan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat yang berpenghasilan rendah baik dikota maupun didesa. Masalah gizi, meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan pangan, pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan. Pada kasus tersebut, seperti dalam keadaan krisis (bencana kekeringan, kekacauan sosial, krisis ekonomi), masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan ditingkat rumah tangga, yaitu

kemampuan rumah tangga memperoleh makanan untuk semua anggotanya. Menyadari hal itu, peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin setiap anggota masyarakat untuk memperoleh makanan yang cukup jumlah dan mutunya. Dalam konteks itu masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah kesehatan tetapi juga masalah kemiskinan, pemerataan, dan masalah kesempatan kerja. Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia Besi, masalah Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), masalah Kurang Vitamin A (KVA) dan masalah Obesitas terutama dikota-kota besar. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja,. Penyabab timbulnya masalah gizi adalah multifactor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sector yang terkait Dalam pelaksanaan pendidikan, proses pembelajaran yang terjadi tidak terbatas didalam kelas saja. Pelajaran yang berlangsung pada pendidikan ini lebih ditekankan pada pengajaran yang menerobos diluar kelas. Bahkan diluar institusi pendidikan seperti lingkungan kerja atau kehidupan masyarakat. Dalam hal ini praktek kerja lapangan (PKL) merupakan bagian yang tidak terpisah dari sistem program pengajaran serta merupakan wadah yang tepat untuk mengaplikasikan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh pada proses belajar mengajar. Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Gizi sebagai salah satu lembaga pendidikan yang diberi tanggung jawab untuk mendidik tenaga kesehatan setingkat ahli madya. Dalam proses penyusunan kurikulumnya mewajibkan mahasiswa yang telah duduk di Semester V untuk melaksanakan kegiatan PKL pada masyrakat setingkat desa atau kelurahan, dimana kegiatan

ini di akomodir oleh mata kuliah perencanaan program gizi (PPG). Atas dasar itulah Mahasiswa semester V Jurusan Gizi Poltekkes Kendari tahun ajaran 2008/2009 melakukan kegiatan PKL desa pada 10 desa di wilayah Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara. B. Tujuan 1. Tujuan umum Pada akhir kegiatan PKL mahsiswa mampu memahami tehnik penyusunan laporan proposal pengumpulan data dasar dan mengembangkan instrumen dalam melakukan pengumpulan dan pengolahan data dasar tingkat Desa/Kelurahan. 2. Tujuan khusus Pada akhir kegiatan PKL mahasiswa diharapkan dapat ; a. Menyusun proposal pengumpulan data dasar b. Mengetahui dan mengoperasikan instrumen instrumen untuk pengumpulan data dasar c. Melaksanakan pengumpulan data dasar dilapangan d. Membersihkan mengolah,/mentabulasi data e. Menganalisis data dengan statistic deskriptif dan inferensial. f. Menentukan standar / indicator dan cut-off point dalam penentuan masalah gizi dan kesehatan g. Menarik kesimpulan dari hasil pengumpulan data dasar h. Menentukan prioritas masalah i. Menentukan jenis-jenis intervensi yang dapat dilakukan untuk memecahkan dan mengatasi masalah. Manfaat PKL Adapun yang menjadi manfaat dalam praktek kerja lapangan (PKL) PPG yaitu sebagai berikut :

1. Memberikan informasi dan gambaran mengenai keadaan gizi masyarakat di Kecamatan Lasolo khususnya Desa Watukila 2. Membantu masyarakat mengatasi masalah gizi yang dihadapi 3. Menambah pengetahuan dan wawasan peserta PKL mengenai pola hidup masyarakat pedesaan 4. Sebagai aplikasi ilmu peserta PKL yang diperoleh dibangku perkuliahan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Konsumsi Dan Kebiasaan Makan Keluarga Pola konsumsi dan kebiasaan makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Keterangan dapat diperoleh melalui satu metode yang dikenal sebagai survey diit yang umumnya merupakan bagian dari satu kegiatan pengumpulan data yang lebih komperhensif yaitu survey gizi masyarakat. Pola konsumsi disuatu daerah sangat beraneka ragam sesuai dengan perubahan beberapa faktor taupun kondisi setempat yang dapat dibagi dalam dua kelompok. Pertama adalah factor yang berhubungan dengan persediaan atau pengadaan bahan pangan, yang termasuk dalam kelompok ini adalah ; factor geografis, iklim, kesuburan tanah yang dapat mempengaruhi jenis tanaman dan jumlah produksinya disuatu daerah. Kelompok kedua adalah factor kebiasaan/adat istiadat yang berhubungan dengan konsumen. Taraf social ekonomi dan adat istiadat setempat memegang peranan penting dalam pola konsumsi makan setempat. Sedangkan pola kebiasaan makan menurut Khumaidi (1989) adalah tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang

meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan. Perbedaan kebiasaan makan dapat ditemui tidak saja antar bangsa, suku bangsa tetapi juga antar keluarga. Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa bapak sebagai kepala keluarga sering diitimewakan, kemudian anak dan ibu prioritas terakhir dalam hal makanan. Pada dasarnya pola konsumsi dan kebiasaan makan mempengaruhi oleh factor ewkonomi dan non ekonomi, namun umumnya factor non ekonomi atau social budaya lebih dominan (Tan dkk, 1970), menurut Kuntjaraninggrat (1984) dalam sri Handajani (1994), bahwa kebiasaan makan antara lain dipengaruhi oleh factor budaya yang juga meliputi cara-cara seseorang berfikir, berpengetahuan, berperasaan. Apa yang ada dalam pikiran, perasaan dan pandangan kemudian itu dituangkan dalam bentuk tindakan memilih dan makan.

B. Pola Konsumsi Ibu Menyusui Kecukupan jumlah produksi ASI sangat tergantung pada konsumsi makanan. Bahan makanan hasil ternak misalnya dagiung kambing, ikan, domba, dan susu merupakan bahan makanan yang dapat meningkatkan sekresi ASI. Ibu yang kekurangan gizi mempunyai kecenderungan akan menggunakan semua cadangan makan tersebut sebelum waktu menyusui tiba. Untuk mencegah terjadinya hal ini maka dipandang perlu untuk memberikan makanan tambahan dengan bentuk energy yang sesuai selama dalam masa hamil dan menyusui. Ibu-ibu harus disarankan untuk mengkosumsi makanan yang baik, utamanya yang berkualitas ditinjau dari aspek gizi yang dapat diadakan oleh keluarga, adapun jumlah energy yang dibutuhkan selama menyusui sekitar 500-700 kalori. Beberapa ahli berpendapat bahwa ibu yang sedang menyusui perlu

mengkonsumsi energy yang lebih banyak. Pada kenyataannya, gizi yang dianjurkan untuk ibu yang menyusui biasanya lebih tinggi dari anggota lain dalam anggota keluarga. Oleh

karena itu dianjurkan selama masa menyusui perlu mengkonsumsi makanan tambahan atau selingan disela-sela waktu makan utama.

C. Pola Konsusmsi Ibu Hamil Masa kehamilan merupakan masa dimana unsure-unsur gizi diperlukan oleh seorang wanita jauh lebih banyak dari pada yang diperlukan dalam keadaan biasa, selain untuk kebutuhan tubuhnya sendiri, unsur-unsur gizi ini juga diperlukan oleh janin yang tumbuh dengan pesat. Selama masa kehamilan ibu memerlukan makanan tambahan kira-kira 50 % dari biasanya terutama zat putih telur, zat kapur, fosfor, zat besi dan vitamin-vitamin. Bila makanan ibu hamil kekurangan zat putih telur maka timbulah sembab dikaki, penyakit kurang darah dan sebagainya. Terhadap janin protein tidaklah begitu besar karena janin mengambil dari tubuh ibu namun apabila tubuh ibu kekurangan jauh melampaui batas dapat menimbulkan keguguran. Zat kapur perhari dibutuhkan oleh setiap wanita biasa sebanyak 40 mg/kg BB. Selama hamil kebutuhan ibu meningkat menjadi 75 mg/kg BB. Adapun bahan makanan yang mengandung banyak zat kapur seperti susu, keju dan kacang tanah. Zat besi yang dibutuhkan setiap wanita adalah 5-10 mg sehari, sedangkan ibu hamil membutuhkan sekitar 15mg/hari. Zat besi ini adalah mineral terpenting bagi ibu hamil mengingat pada saat melahirkan, seorang ibu hamil akan mengeluarkan darah dalam jumlah yang relative besar, sehingga pada waktu hamil, seorang wanita dianjurkan mengkonsumsi tablet Fe secara rutin 1 tablet sehari guna mengantisipasi kemungkinan terjadinya anemia baik selama hamil ataupun pasca melahirkan. Pola konsumsi ibu hamil sangat perlu diperhatikan mengingat bila ibu hamil kekurangan gizi dapat membawa dampak negative bagi ibu itu sendiri dan bagi bayi yang diakandungnya, dampak negative tersebut antar lain ;

1. Menyebabkan kematian ibu 2. Keguguran 3. Bayi lahir mati 4. Berat badan lahir rendah (BBLR) D. Pemilihan Dan Pengolahan Pangan Pemilihan dan pengolahan pangan adalah salah satu aspek yang sangat pentinmg dalam proses pemasakan bahan makanan . dimana kegiatan ini meliputi pemilihan bahan makanan baik makanan nabati maupun hewani dalam bentuk segar. Hal tersebut dilakukan dengan pengamatan langsung melalui dengan panca indra yang lebih lazim dikenal dengan metode organoleptik dengan maksud untuk mengetahui bahan pangan yang berkualitas atau tidak untuk dikonsumsi. Selain pemilihan bahan pangan maka ada hal lain yang perlu dipetimbangkan tentang cara pengolahan bahan pangan itu sendiri, sebab pengolahan pada tiap bahan pangan berbeda-beda, oleh karena itu pengolahan bahan pangan perlu diperhatikan halhal sebagai berikut : 1. Membersihkan bahan makanan terlebih dahulu (dicuci) sebelum diolah 2. Membuang bagian dari bahan makanan yang tidak terpakai atau bagian yang kotor 3. Lama pemasakan dari tiap bahan makanan haruslah diperhatikan sebab setiap jenis bahan makanan lama pemasakannya berbeda-beda. 4. Dan setelah proses pemasakan bahan makanan selesai, factor penyimpanan bahan makanan yang telah diolah perlu diperhatikan agar makanan tetap aman dan terjamin untuk dikonsumsi. E. Pemeriksaan Kehamilan Pada kehamilan biasa ditandai dengan perubahan perubahan fisik yang biasa dialami seorang wanita. Dimana selama masa kehamilannya sering terdapat gangguangangguan antara lain :

1. Mual dan muntah Gejala ini sering terjadi saat kehamilan muda, hal ini disebabkan meningkatnya kadar hormone, psikologis dan lain-lain. 2. Anemia Gejala anemia ini merupakan komplikasi yang sering dijumpai pada ibu hamil, lebih dari 50% ibu hamil yang menderita anemia. Umumnya keadaan ini disebabkan karena kekurangan zat besi asam folat atau vitamin B 12 dalam makanan sehari-hari. Oleh karena itu setiap bulannya ibu hamil haruslah dengan rutin memeriksakan kehamilannya kepuskesmas atau keposyandu sampai kandungannya berumur 7 bulan, lalu pemeriksaan berikutnya setiap 2 minggu sekali sampai usia kandungannya delapan setengah bulan, sedangkan pada pemeriksaan berikutnya setiap minggu sampai tiba waktu melahirkan. Pemeriksaan kehamilan ini bertujuan untuk : a. Memelihara kesehatan dan jiwa ibu hamil dan menemukan penyakit ibu dan penyakit kehamilan sedini mungkin. b. Menjamin kelahiran seorang bayi yang sehat dan ibu yang sehat c. Menjaga kesehatan ibu setelah bayi lahir d. Member kesanggupan kepada ibu agar dapat menjaga perkembangan janin

F. Pengetahuan Gizi 1. Pengertian Pengetahuan gizi adalah suatu proses pelajaran tentang pangan, bagaimana tubuh kita menggunakannya sesuai keperluan dengan maksud untuk mencapai tingkat dan kesejateraannya (Suhardjo, 1996). Pengetahuan gizi sangat menentukan apa, bagaimana ibu tersebut memberikan makanan yang seimbang dan bergizi yang sesuai dengan kebutuhan anaknnya. Pengetahuan ibu gizi rumah tangga adalah kemampuan mengingat dan menyatakan

konsep, prinsip dan informasi tentang gizi sesuai dengan materi atau bahan yang dipelajari atau diketahui pada waktu sebelum wawancara dilaksanakan. Rendahnya pengetahuan gizi ibu rumah tangga menyebabkan kesalah dalam memilih jenis bahan makanan yang memenuhi zat gizi. Hal ini mengakibatkan para ibu cenderung memilih makanan yang murah tetapi berfariasi daripada membeli, dan menilai makanan yang mahal tetapi tidak berfariasi. (Kuntjaraninggrat, 1992). Menurut Suhardjo (1986) bahwa suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi adalah : a. Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan. b. Setiap orang akan cukup gizinya jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuahan tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energy c. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan gizi.

2. Factor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan gizi Menurut Sjahmien Moehji (1992) pengetahuan gizi tergantung dari factor-faktor antara lain : a. Tingkat pendidikan Rendahnya pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan yang diperoleh, semakin tinggi pendidikan, pengetahuan yang diperoleh akan semakin banyak begitu pula sebaliknya. Tetapi ini tidak berlaku secara mutlak. b. Status sosial Status sosial juga turut mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, dengan status yang berbeda maka pengetahuan yang diperoleh pun berbeda. c. Derajat penyuluhan

Semakin banyak frekuensi penyuluhan maka semakin banyak pengetahuan yang diperoleh, begitupun sebaliknya. d. Faktor lingkungan Lingkungan merupakan faktor penentu derjat pengetahuan gizi apabila dilingkungan orang akan merasa tertarik untuk memperoleh pengetahuan yang sama dengan cara bertukar pikiran. e. Faktor sasaran dan prasarana Dengan sarana dan prasarana yang menunjang maka pengetahuan yang akan diperoleh akan lebih besar bila lebih dibandingkan dengan kurangnya sarana dan prasarana.

G. Pola Asuh Anak Balita Pola asuh anak balita merupakan interaksi antara orang tua dan anak-anaknya, dimana didalam interaksi tersebut terdapat tindakan penyediaan waktu, perhatian dan dukungan orang tua guna memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial anak (Engle et.all 1997). Horlock (1999) mengingatkan bahwa rasa aman , pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis, kasih sayang, pola prilaku yang disetujui, bimbingan bantuan dalam mempelajari berbagai kecakapan yang sangat dibutuhkan anak, pertama diperoleh dari keluarga. Pengasuh anak selain mencangkup seluruh bentuk interaksi antara orang tuan dengan anak untuk perkembangan seluruh potensi anak ( fisik, akal, mental, rohani, dan moral) terkandung makna pemeliharaan pendidikan dan pembinaan serta perlindungan (Abhari, 1998). Anak balita adalah anak yang berumur dibawah lima tahun, dimana pada masa ini pertumbuahan dan perkembangan anak menjadi cepat, sehingga masaseperti ini tidak terulang lagi pada masa kehidupan selanjutnya, karena itu perhatian yang diberikan pada masa balita akan sangat menentukan kualitas kehidupan dimasa depan.

Pertumbuhan anak yang berkaitan dengan segi jasmani dan didukung oleh pemberian makanan yang bergizi pada anak. Ada beberapa factor yang perlu diperhatikan dalam pola asuh anak balita yaitu : 1. Dipantau dengan penimbangan berat badan anak secara teratur setiap bulan. 2. Pertumbuhan anak yang meliputi tinggi badan. Hal ini sangat didukung oleh makanan yang diberikan sewaktu menyusui dan setelah menyusui yang meliputi susu formula dan makanan formula

H. Pelayanan Kesehatan Dalam berbagai aspek struktur dan fungsi pelaksanaan pelayanan kesehatan selain memudahkan juga dapat mengganggu petugas kesehatan dalam melakukan usaha melindungi, meningkatkan dan mendukung pelayanan kesehatan. Pada prinsipnya ada dua kategori pelayanan kesehatan yaitu : 1. Kategori yang berorientasi pada public (masyarakat) 2. Kategori yang berorientasi pada perorangan (Pribadi) Yang termasuk dalam kategori public (masyarakat) terdiri dari sanitasi, imunisasi, kebersihan air dan perlindungan kualitas udara. Pelayanan kesehatan masyarakat lebih diarahkan langsung kearah public daripada kearah individu-individu khusus. Dilain pihak kesehatan pribadi adalah langsung kearah individu seperti kebanyakan pengobatan, pelayanan kesehatan ditujukan langsung kepada pemakaian pribadi (individual consumer). Studi tentang penggunaan pelayanan kesehatan dikaitkan dengan penggunaan pelayanan kesehatan pribadi. I. Konsumsi Energi dan Protein

Manusia membutuhkan energy untuk mempertahankan hidup , menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik energy diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein (ALmatsier, 2001). Energi dalam tubuh manusia dikarenakan adanya pembakaran karbohidrat. Protein dan lemak. Dengan demikian penting agar manusia selalu mencukupi energy diperlukan pemasukan zat-zat makanan yang cukup pula kedalam tubuh. Manusia yang kurang makan akan lemak baik daya kegiatan pekerjaan-pekerjaan fisik maupun daya pemikiran karena kurangnya zat-zat makanan yang diterima didalam tubuh untuk dapat menghasilkan energy. (Khumaidi, 1994). Kebutuhan energy seseorang menurut FAO/WHO 1985 dalam Sunita Almatsier (2001) adalah konsumsi energy berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang bila mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan

tingkat aktifitas yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang dan memungkinkan pemeliharaan aktifitas fisik yang dibutuhkan secara sosial ekonomi. Protein merupakan suatu komponen tubuh yang paling banyak dijumpai selain air. Setengah dari berat kering tubuh (tanpa air ) adalah protein. Protein terbesar diseluruh tubuh manusia, seperti dari total protein tubuh dijumpai otot, seperlima ditulang, sepersepuluh dikulit, dan sisanya beredar sebagai cairan tubuh, pada tubuh hanya urin dan cairan empedu yang secara normal tidak mengandung protein (Hertog Nursantoso, 2001). Kekurangan protein yang kronis pada anak-anak menyebabkan pertumbuhan anak-anak itu terganggu atau terhambat dan tampak sebanding dengan umurnya, pada keadaan yang lebih buruk, dapat menyebabkan proses pertumbuhan, pada anak-anak tampak gejala-gejala khusus seperti kulit bersisik, pucat, bengkak dan pertumbuhan warna rambut, kwashiorkor terjadi apabila konsumsi protein kurang. Walaupun energy cukup. Marasmus terjadi apabila konsumsi protein energy sangat rendah (Khuamaidi,

1994), standar kecukupan energy, protein pada anak balita berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998 menetapkan angka kecukupan energy protein di Indonesia adalah sebagai berikut : Tabel 1 Angka Kecukuppan Gizi Yang Dianjurkan Umur (tahun) 1-3 4-5 Energy (Kkal) 1.250 1.750 Protein (grm) 23 32

Angka kecukupan energy protein zat besi anak umur 4-5 tahun, lebih tinggi bila dibandingkan dengan anak umur 1-3 tahun (Sunita Almatsier).

J. Tingkat pendapatan Pendapatan merupakan benda yang dinilai dengan rupiah dan dihitung dengan nilai serta beras sehingga diperoleh penghasilan perorang perbulan (Info Pangan dan Gizi, 1994 dalam indani, 1995) Pendapatan keluarga adalah total jumlah pendapatan dari semua anggota keluarga termasuk semua jenis pemasukan yang diterima oleh keluarga dalam bentuk uang, hasil menjual barang, pinjaman dan lain-lain dalam bentuk bahan makanan seperti beras, sayur, ikan (Thaha,1996). Pengahasilan keluarga merupakan salah satu factor tidak langsung yang mempengaruhi status gizi, tingkat pendapatan keluarga akan mempengaruhi mutu fasilitas, perumahan, penyediaan air bersih dan sanitasi, yang pada dasarnya sangat berperan terhadap timbulnya penyakit infeksi saluran pencernaan. Selain itu penghasilan kelurga akan menentukan daya beli keluarga termasuk makanan yang tersedia akan memnentukan kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh anggota keluarga, yang sekaligus mempengaruhi asupan zat gizi (Suhardjo, 1994).

Salah satu factor yang mempengaruhi status gizi adalah pendapatan, tinggi rendahnya tingkat pendapatan akan mempegaruhi daya beli dan ketersediaan pangan dalam keluarga. Menurut Alan Berg (1986) bahwa rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan orang-orang tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan. Berdasarkan penelitian Sayogyo, dkk (1990) menemukan bahwa tingkat pendapatan mempunyai hubungan yang erat dengan perubahan dan perbaikan konsumsi makanan. Selanjutnya keberadaan makanan akan mempenagaruhi keadaan gizi atau status gizi seseorang. STATUS GIZI 1. Pengertian Menurut Depkes (1999) status gizi yaitu keadaan atau kondisi yang dimiliki atau terjadi pada seseorang sebagai dampak asupan makanan dna perilaku seseorang yang dipengaruhi oleh factor-faktor tertentu. Status gizi adalah keadaan kesehatan akibat proses interaksi antara makanan, tubuh manusia dan lingkungan hidup manusia. Alan Berg, 1997). Riyadi (1995) mengatakan bahwa status gizi adalah tanda-tanda kesehatan tubuh seseorang atau kelompok yang diakibatkan oleh konsumsi dan penyerapan (absorbs) zat gizi makanan.

2. Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Status gizi dipengaruhi oleh dua factor yaitu factor langsung dan factor tidak langsung. a. Factor Langsung 1. Asupan Makanan Konsumsi makanan merupakan jumlah makanan yang digunakan seseorang atau kelompok orang dengan tujuan tertentu. Dalam aspek gizi tujuan konsumsi makanan adalah memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan oleh tubuh. (Suhardjo, 1996). 2. Penyakit Infeksi Antara status gizi kurang ndan infeksi terdapat interaksi bolak-balik, penyakit infeksi dapat menimbulkan gizi kurang melalui berbagai mekanisme jaringan (Suhardjo, 1989). b. Factor Tidak langsung Factor tidak langsung yang mempengaruhi status gizi antara lain : 1. Tingkat pendidikan dan pengetahuan Tingkat pendidiikan bukan satu-satunya factor yang menentukan kemampuan seseorang dalam menyusun dan menyiapkan hidangan yang bergizi, namun factor pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan menyerap pengetahuan gizi yang diperoleh. Factor pekerjaan ibu juga dianggap mempunyai pengaruh negative terhadap bayinya, karena berpengaruh pada pemberian ASI.

2. Tingkat pendapatan Penghasilan keluarga merupakan salah satu factor tidak langsung yang mempengaruhi status gizi. Tingkat pendapat keluarga akan mutu fasilitas perumahan, penyediaan air bersih dan sanitasi, yang pada dasarnya sangat

berperan terhadap timbulnya penyakit infeksi, terutama infeksi saluran pencernaan. Selain itu pewnghasilan kelurga akan menentukan daya beli keluarga termasuk makanan yang tersedia akan menentukan kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumis oleh anggota keluarga yang sekaligus mempengaruhi asupan zat gizi. 3. Sosial budaya Adanya kepercayaan untuk menentang makanan tertentu, meskipun makanan tersebut dipandang dari sisi kesehatan mengandung gizi yang baik bagi tubuh, dan umumnya dimasyrakat pantangan terhadap makanan tertentu ditunjukan pada golongan rawan gizi seperti balita, ibu hamil, dan menyusui 4. Factor lingkungan Lingkungan yang jelek akan memeudahkan anak menderita penyakit tertentu, misalnya infeksi saluran pencernaan, infeksi saluran pernapasan, parasit yang akhirnya akan berimplikasi pada status gizi anak tersebut 5. Pelayanan kesehatan Fasilitas kesehatan sangat pentinguntuk menyokong dan gizi anak, baik dari aspek kuratif maupun pada aspek preventif dan rehabilitative. 6. Perilaku orang tua Perilaku orang tua dalam hal ini adalah bagaimana merawat, mendidik dan menjaga anak serta mengawasi pertumbuhan dan perkembangannya (Jellife, 1992, dalam Multono, 1997).

BAB III METODE PENGUMPULAN DATA DASAR A. Desain Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan metode survey, jenis penelitian bersifat deskriptif analitik yang menggunakan pendekatan cross sectional. B. Waktu dan Tempat PKL Pengumpulan data dasar ini dilaksanakan selama 7 hari mulai tanggal 26 November- 2 Desember 2004 di Desa Watukila Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara.

C. Populasi dan Sampel Adapun populasi dalam survey ini adalah seluruh penduduk yang tinggal dan menetap di Desa Watukila. Sedangkan sampel penelitian ini adalah ibu hamil, ibu balita, dan ibu menyusui dengan kriteria sampel adalah sebgai berikut: a. Seluruh popukasi ibu hamil yang diambil dengan sengaja. b. Seluruh populasi ibu menyusui yang diambil dengan sengaja. c. Anak balita berjumlah 27 yang berasal dari 27 kepala keluarga, dimana apabila dalam satu keluarga terdapat dua anak balita atau lebih, maka yang dijadikan sampel adalah anak balita yang diambil secara acak dengan dilot/ diundi.

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data 1. Jenis Data a. Data Primer Ibu Balita 1. Data karakteristik keluarga meliputi umur, pekerjaan dan pendidikan. 2. Data konsumsi dan kebiasaan makan. 3. Data pemilihan dan pengolahan pangan.. 4. Data pengetahuan gizi balita. 5. Data pola asuh anak balita. 6. Data pelayanan Kesehatan. 7. Data status gizi anak balita. 8. Data tingkat pendapatan proporsi pengeluaran untuk pangan. Ibu Hamil

1. Data Karakteristik keluarga meliputi umur, pekerjaan dan pendidikan 2. Data konsumsi dan kebiasaan makan 3. Data pemeriksaan kehamilan. 4. Data Pengetahuan, sikap dan tindakan gizi ibu hamil 5. Data Pola Makan Ibu Hamil 6. Data Pemeriksaan Kehamilan 7. Data Lingkungan 8. Data tingkat konsumsi energi,protein,Fe, dan vitC 9. Data tingakt pendapatan

Ibu Menyusui 1. Data Karakteristik keluarga meliputi umur, pekerjaan dan pendidikan 2. Data konsumsi dan kebiasaan makan 3. Data tingkat pengetahuan, sikap,dan tindakan ibu menyusui 4. Data lingkungan 5. Data pelayanan kesehatan 6. Data konsumsi energi,protein,Fe, dan Vit.C 7. Data tingkat pendapatan b. Data Sekunder Data sekunder yang meliputi keadaan geografis, kependudukan, mata pencaharian,sarana dan prasaranadidesa Watukila. 2. Cara Pengumpulan Data a. Data karakteristik keluarga yang meliputi umur, pekerjaan, pendidikan diperoleh melalui teknik wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner

b. Data konsumsi dan kebiasaan makan anak balita menggunakan teknik wawancara langsung / recall konsumsi 24 jam selama 2 hari. c. Data penelitian dan pengolahan pangan diperoleh dari teknik wawancara langsung dengan menngunakan kuesioner. d. Data berat badan balita untuk penentuan status gizi diukur dengan menggunakan dacin dengan tingkat ketelitian 0,1 kg. e. Data lingkar lengan atas untuk menentukan status gizi ibu hamil menggunakan pita LILA, sedangkan untuk menentukan kadar Hb darah ibu hamil digunakan alat hemoque test. f. Data status gizi ibu menyusui menggunakan indicator IMT, berat badan ibu ditentukan dengan timbangan injak dan tinggi badan ditentukan dengan menggunakan alat ukur microtoice dengan tingkat ketelitian 0,1 cm. Data sekunder diperoleh dari data buku desa dikantor desa E. Pengolahan Data a. Untuk data konsumsi zat gizi anak balita, ibu hamil dan ibu menyusui : Hasil recall 24 jam dikonversi dalam daftar komposisi bahan makanan (DKBM) untuk pangan mentah selanjutnya dibandingkan dengan anjuran kecukupan gizi (AKG) dan kemudian digolongkan kedalam 2 kategori : Cukup: 80 % AKG Kurang: < 80 % AKG b. Untuk data status gizi anak balita hasil pengukuran berat badan diolah menggunakan indeks antropometri BB/U metode Z-Score standar WHO-NCHS, selanjutnya

digolongkan menjadi 3 kategori: Gizi baik : -2 SD sampai + 2 SD Gizi Kurang: -3 SD sampai -2 SD

Gizi Buruk: < -3 SD c. Data Status Gizi Ibu Hamil 1. Hasil Pengukuran digolongkan dalam 2 kategori Normal KEK : LILA 23,5 cm : LILA < 23,5 cm

2. Hasil pengukuran kadar HB digolongkan dalam 2 kategori: Tidak Anemia : Kadar Hb 11 mg/dl Anemi : Kadar Hb < 11mg/dl

d. Data status gizi ibu menyusui, data berat badan dan tinggi badan dijadikan sebagai indicator IMT, selanjutnya digolongkan menjadi 2 kategori: Normal Kurus : 18,5 : 35 tahun 5 27 Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila % 0 81.48 18.52 100

Dari tabel diatas menunjukan bahwa sebagian besar (81,84% ) umur ibu 20-35 tahun.

d. Jumlah Anggota KeluargaTabel 5 Distribusi Balita Menurut Jumlah Anggota Keluarga Jumlah Anggota Keluarga n 4 23 27 Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila % 14.82 85.18 100

Dari tabel diatas menunjukan bahwa sebagian besar 85,18% memiliki jumlah anggota keluarga > 4 orang.

e. Tingkat PendidikanTabel 6 Distribusi Ibu Balita Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan Tidak sekolah SD + SMP SMA PT Jumlah Ayah n 1 19 6 1 27 % 3.7 70.38 22.22 3.7 100 n 1 23 3 1 27 Ibu % 3.7 85.19 11.11 3,7 100

Sumber: Data primer terolah Desa Watukila Dari tabel diatas menunjukan bahwa sebagian besar tingkat pendidikan ibu balita (85,19%) dengan tingkat pendidikan SD+SMP, sedangkan yang tamat Perguruan tinggi adalah sebesar 3,7%.

f. Jenis PekerjaanTabel 7 Distribusi ibu Balita Menurut Jenis Pekerjaan Jenis pekerjaan Petani Nelayan Pedagang PNS Tidak bekerja Ibu RT Ayah n 13 2 0 3 1 0 % 48.15 7.41 11.11 3.70 n 2 0 2 0 0 22 Ibu % 7.41 7.41 81,48

Lainnya Jumlah

8 27

29.63 100

1 27

3,70 100

Sumber: Data primer terolah Desa Watukila Dari tabel diatas menunjukan bahwa sebagian besar (48,15 %) jenis pekerjaan ayah sebagai petani, sedangkan ibu sebagian besar (81,84%) adalah sebagai ibu rumah tangga. 2. Derajat Kesehatan Tabel 8 Pernah tidaknya sakit dalam satu minggu Pernah tidaknya sakit dalam 1 minggu terakhir n Pernah Tidak Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila Dari tabel diatas menunjukan bahwa sebagian besar (62,97%) balita pernah sakit dalam satu minggu terakhir. 3. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan 17 10 27 Jumlah % 62,97% 37,03% 100%

Tabel 9 Distribusi Balita Menurut Perilaku Ibu/Keluarga Kategori Pengetahuan Sikap n 11 16 27 % 40,74 59,26 100 Tindakan N 0 27 27 % 0 100 100

n % Cukup 0 0 Kurang 27 100 27 100 Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila

Dari tabel diatas menunjukan bahwa sebagian besar (100%) pengetahuan ibu dengan kategori kurang. 59,26% sikap ibu dengan kategori kurang dan 100% tindakan ibu dengan kategori cukup. 4. Pola Makan Keluarga Menurut Pola Makan Balita Sehari-hari Tabel 11 Distribusi Menurut Pola Makan Sehari-hari Pola Makan MP + LP MP + BUAH MP + SAYUR + LP MP + SAYUR + LP + BUAH MP + SAYUR + LP + BUAH + SUSU Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila n 10 1 14 1 1 27 % 37,05 3,7 51,85 3,7 3,7 100

Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar (51,85%) balita dengan pola makan MP+SAYUR+LP, dan 3,7% balita dengan pola makan yang lengkap. Table 12 Menurut Frekuensi Makan Balita Dalam Sehari Frekuensi makan n Lebih 3 kali 3 kali 2 kali Jumlah 5 19 3 27 Jumlah % 18,51% 70,38% 11,11 100%

Sumber: Data primer terolah Desa Watukila Dari table diatas menunjukan bahwa sebagian besar (70,38%) frekuensi makan balita 3 kali dalam sehari.

Pendapatan Perkapita

Tabel 13 Distribusi Ibu Balita Menurut Tingkat Pendapatan Perkapita Tingkat Pendapatan Cukup Kurang Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila n 22 5 27 % 81,48 18,52 100

Dari tabel diatas menunjukan bahwa sebagian besar (81,48%) ibu balita dengan tingkat pendapatan cukup. Status Gizi Tabel 14 Distribusi Balita Menurut Status Gizi

Status Gizi Baik Kurang Buruk Jumlah

BB/U n 18 9 0 27 % 66.67 33.33 0 100 n 13 12 2 27

TB/U % 48.15 44.44 7.41 100 n 25 1 1 27

BB/TB % 92.6 3.7 3.7 100

Sumber: Data primer terolah Desa Watukila Dari tabel diatas menunjukan bahwa sebagian besar (66,67%) balita dengan status gizi baik menurut BB/U, 48,15% balita dengan status gizi baik menurut TB/U, dan 92,6% balita dengan status gizi baik menurut BB/U.. Tingkat Konsumsi Tabel 15 Distribusi Balita Menurut Tingkat Konsumsi Tingkat Energi Protein

Konsumsi Cukup Kurang Jumlah

n 2 25 27

% 7,4 92,6 100

n 16 11 27

% 59.2 40,8 100

Sumber: Data primer terolah Desa Watukila Dari table diatas menunjukan bahwa sebagian besar sample (92,6%) balita dengan tingkat konsumsi energi kurang. Sedangkan tingkat konsumsi protein sebagian besar (59,2%) cukup. 2. Hubungan Antara Dua Variabel 1. Status Gizi dengan Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu Tabel 16 Status Gizi dengan Tingkat Pengetahuan Pengetahuan Gizi Ibu Cukup Kurang Jumlah n 0 18 18 Status Gizi Baik % 0 66,67 66,67 n 0 9 9 Kurang % 0 33.33 33,33 n 0 27 27 Total % 0 100 100

Sumber: Data primer terolah Desa Watukila Dari tabel diatas menunjukkan hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan status gizi, dimana sebagian besar (66,67%) pengetahuan ibu kurang dengan status gizi baik.

2. Status Gizi dengan Tindakan Ibu Table 17 Status Gizi dengan Tindakan Ibu Tindakan Status Gizi Baik Kurang n Total %

n % n Cukup 0 0 0 Kurang 18 66,67 9 18 66,67 9 Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila

% 0 33.33 100

0 27 27

0 100 100

Dari tabel diatas menunjukkan hubungan antara tindakan ibu dengan status gizi, dimana sebagian besar (66,67%) tindakan ibu balita kurang dengan status gizi kurang. 3. Status Gizi Balita dengan Pendapatan Perkapita Tabel 18 Status Gizi Balita dengan Pendapatan Perkapita Status Gizi Baik n 5 4 9 Kurang % 18,52 14,81 33,33 n 22 5 27

Tingkat pendapatan

Total % 81,48 18,52 100

n % Cukup 17 62,96 Kurang 1 3,70 18 66,66 Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila

Dari tabel diatas menyatakan hubungan antara tingkat pendapatan dengan status gizi, dimana sebagaian besar tingkat pendapatan dengan status gizi baik adalah 62,96% ,sedangkan tingkat pendapatan kurang dengan status gizi kurang adalah sebesar 14,81 %.

4. Status Gizi Balita dengan Konsumsi Energi Table 19 Status Gizi Balita dengan Konsumsi Energi Tingkat Konsumsi Status Gizi Total

Energi

Baik

n % Cukup 1 3,7 Kurang 17 62,96 18 66,67 Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila

Kurang n % 1 3,7 8 29,63 9 33,33

n 2 25 27

% 7,4 92,6 100

Dari table diatas menunjukan sebagian besar konsumsi energi kurang dengan status gizi baik adalah sebesar 62,96 %, sedangkan konsumsi energi cukup dengan status gizi kurang adalah sebesar 29,64 %. 5. Status Gizi dengan Konsumsi Protein Table 20 Status Gizi dengan Konsumsi Protein Tingkat Konsumsi Protein Status Gizi Baik n 5 4 9 Kurang % 18,52 14,81 33,33 n 16 11 27 Total % 66.67 33.33 100

n % Cukup 11 40,74 Kurang 7 25,93 18 66,67 Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila

Dari table diatas menunjukan bahwa sebagian konsumsi protein cukup dengan status gizi baik adalah sebesar 40,74%, sedangkan konsumsi energi kurang dengan status gizi kurang adalah sebesar 18,52 %.

Sampel Ibu Hamil 1. Data keluarga a. Umur Ibu Hamil Tabel 21 Distribusi Ibu Hamil Menurut umur

Umur Ibu (Tahun)

n

%

< 20 tahun 20-35

1 2

33.33 66.67 0 100

> 35 tahun 0 Jumlah 3 Sumber: Data primer terolah Desa Watukila

Dari tabel diatas menujukan bahwa sebagian besar sample (66,67%) ibu hamil dengan umur 20-35 tahun. b. Umur Kehamilan Tabel 22 Distribusi Ibu Hamil Menurut Umur Kehamilan Umur Kehamilan Trimester I Trimester II Trimester III Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila Dari tabel diatas menunjukan bahwa sebagian besar (66,67%) ibu hamil dengan umur kehamilan trimester I. n 2 0 1 3 % 66.67 0 33.33 100

c. Jumlah Anggota keluarga Tabel 23 Distribusi Ibu Hamil Menurut Jumlah Anggota keluarga Jumlah Anggota Keluarga 4 >4 Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila n 1 2 3 % 33.33 66.67 100

Dari table diatas menunjukan bahwa sebagian besar (66,67%) anggota keluarga ibu hamil dengan jumlah >4 orang. d. Tingkat Pendidikan Tabel 24 Distribusi Ibu Hamil Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan n Tidak Sekolah SD + SMP SMA PT/AKADEMIK Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila Dari tabel diatas menunjukan bahwa sebagian besar (66,67%) ibu hamil dengan tingkat pendidikan tamat SD+SMP 0 2 1 0 3

% 0 66.67 33.33 0 100

e. Jenis Pekerjaan Tabel 25 Distribusi Ibu hamil Berdasarkan Jenis Pekerjaan Ayah Ibu Jenis pekerjaan n % n Petani Ibu RT Jumlah 3 0 3 100 0 100 0 3 3

% 0 100 100

Sumber: Data primer terolah Desa Watukila

Dari tabel diatas menunjukan bahwa sebagian besar (100%) jenis pekerjaan ibu hamil sebagai ibu rumah tangga. f. Status Anemia Tabel 26 Distribusi Ibu Hamil Menurut Status Anemia Status Anemia Non Anemi Anemi Jumlah n 3 0 3 % 100 0 100

Sumber: Data primer terolah Desa Watukila Dari tabel diatas menunjukan bahwa sebesar (100%) dengan status anemia baik. g. Status KEK ( LILA) Tabel 27 Distribusi Ibu Hamil Menurut Status KEK ( LILA) Status KEK (LILA) Non KEK KEK Jumlah n 3 0 3 % 100 0 100

Sumber: Data primer terolah Desa Watukila Dari tabel diatas menunjukan bahwa sebesar (100%) dengan status KEK baik. h. Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Tabel 28 Distribusi Ibu Hamil Menurut Perilaku Ibu / Keluarga Kategori Cukup Kurang Jumlah Pengetahuan n 0 3 3 % 0 100 100 n 0 3 3 Sikap % 0 100 100 Tindakan n 0 3 3 % 0 100 100

Sumber: Data primer terolah Desa Watukila

Dari table diatas menunjukan bahwa sebagian besar (100%) pengetahuan ibu dengan kategori kurang. 100% sikap ibu dengan kategori kurang dan 100% tindakan ibu dengan kategori kurang. i. Pola Makan Sehari-hari Tabel 29 Distribusi Ibu Hamil Menurut Pola Makan Sehari-hari Pola Makan n % MP/LP/S/B/SU MP/LP/S/B MP/ LP/S Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila Dari table diatas menunjukan bahwa sebesar (100%) pola makan ibu hamil sehari-hari dengan pola makan MP/LP/S. 0 0 3 3 0 0 100 100

j. Tingkat Pendapatan Keluarga Tabel 30 Distribusi Ibu Hamil Menurut Tingkat Pendapatan Keluarga Tingkat Pendapatan Cukup Kurang Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila Dari tabel diatas menunjukan bahwa sebagian besar (66,67%) pendapatan keluarga ibu balita cukup. k. Tingkat Konsumsi Tabel31 . Distribusi Ibu Hamil Menurut Tingkat Konsumsi n 2 1 3 % 66,67 33,33 100

Tingkat Konsumsi

Energi Protein n % n % Cukup 0 0 1 33.33 Kurang 3 100 2 66.67 3 100 3 100 Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila

Fe n 0 3 3 % 0 100 100

Vit. C n % 0 0 3 100 3 100

Dari tabel diatas menunjukan sebagian besar (100%) tingkat konsumsi energi ibu hamil dengan kategori kurang 66.67 % tingkat konsumsi protein ibu hamil dengan kategori kurang, 100 % tingkat konsumsi protein ibu hamil dengan kategori kurang dan 100% tingkat konsumsi Fe ibu hamil dengan kategori kurang. l. Ibu Hamil yang Memiliki KMS Tabel 32 Ibu Hamil Yang Memiliki KMS Ibu yang memiliki KMS n Ya 0 Tidak 3 Jumlah 3 Sumber: Data primer terolah Desa Watukila

% 0 100 100

Dari tabel diatas menunjukan bahwa ibu hamil yang tidak memiliki KMS sebesar 100%.

m. Pemeriksakan Kehamilan Tabel 33 Ibu Hamil yang Memeriksakan kehamilan Memeriksakan kehamilan n Rutin 1 Tidak rutin 1 Tidak sama sekali 1 Jumlah 3 Sumber: Data primer terolah Desa Watukila

% 33.33 33.33 33.33 100

Dari tabel diatas menunjukan bahwa ibu hamil yang rution memeriksakan kehamilanya sebesar 33,33%, tidak rutin sebesar 33,33% dan tidak memeriksakan sebesar 33,33%.

n. Tempat Pemeriksaan Kehamilan Tabel 34 Tempat pemeriksaan Kehamilan n Tempat Pemeriksaan Kehamilan Posyandu Puskesmas Kerumah bersalin Dukun Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila 2 0 0 0 2

% 100 0 0 0 100

Dari tabel diatas menunjukan bahwa sebesar 100% memeriksakan kehamilanya diposyandu. 2. Hubungan antara 2 variabel 1. Status Gizi (KEK) dengan Tingkat Pengetahuan Tabel 35 Status Gizi (KEK) dengan Tingkat Pengetahuan Status Gizi Pengetahuan gizi ibu KEK Non KEK n % N % Cukup 0 0 0 0 Kurang 0 0 3 100 0 0 3 100 Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila

Total n 0 3 3 % 0 100 100

Dari table diatas menunjukan hubungan pengetahun gizi dengan status gizi ibu hamil, dimana sebagian besar (100%) pengetahuan gizi ibu kurang dengan status gizi Non KEK.. 2. Status Gizi (KEK) dengan Tingkat Konsumsi Energi Table 36 Status Gizi (KEK) dengan Tingkat Konsumsi Energi Status Gizi Total Tingkat Konsumsi KEK Non KEK Energi n % n % n % Cukup 0 0 0 0 0 0 Kurang 0 0 3 100 3 100 0 0 3 100 3 100 Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila

Dari table diatas menunjukan hubungan konsumsi energi dengan status gizi, dimanan sebagian besar (100%) dengan konsumsi energi kurang. dengan status gizi Non KEK Status Gizi (KEK) dengan Tingkat Konsumsi Protein Table 37 Status Gizi (KEK) dengan Tingkat Konsumsi Protein Status Gizi Total Tingkat Konsumsi KEK Non KEK Protein n % n % n % 1 Cukup 0 0 33,33 1 33,33 2 66,67 Kurang 0 0 2 66,67 3 66,67 0 0 3 100 Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila Dari table diatas menunjukan hubungan tingkat konsumsi protein dengan status gizi, dimana sebagian besar (66,67%) tingkat konsumsi protein kurang. dengan status gizi Non KEK. Status Gizi (KEK) dengan Tingkat Konsumsi Fe Table 38 Status Gizi (KEK) dengan Tingkat Konsumsi Fe Status Gizi Tingkat Konsumsi Fe KEK Non KEK n % n % Cukup 0 0 0 0 Kurang 0 0 3 100 0 0 3 100 Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila

Total n 0 3 3 % 0 100 100

Dari table diatas menunjukan tingkat konsumsi Fe dengan status gizi, dimana sebagian besar (100%) tingkat konsumsi Fe kurang dengan status gizi Non KEK. Status Gizi (KEK) dengan Tingkat Konsumsi Vit. C Table 39 Status Gizi (KEK) dengan Tingkat Konsumsi Vit. C Status Gizi Total Tingkat Konsumsi Vit KEK Non KEK C n % n % n %

Cukup 0 0 Kurang 0 0 0 0 Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila

0 3 3

0 100 100

0 3 3

0 100 100

Dari table diatas menunjukan hubungan tingkat konsumsi vitamin C dengan status gizi, dimana sebagian besar (100%) tingkat konsumsi vitamin C kurang dengan status gizi Non KEK.

3. Status Gizi (Anemia) dengan Tingkat Pengetahuan Table 40 Status Gizi (Anemia) denganTingkat Pengetahuan Status Gizi Tingkat Pengetahuan Anemia Non Anemia n % Cukup 0 0 Kurang 0 0 Jumlah 0 0 Sumber: Data primer terolah Desa Watukila n 0 3 3 % 0 100 100

Total n 0 3 3 % 0 100 100

Dari table diatas menunjukan hubungan pengetahun gizi dengan status gizi ibu hamil, dimana sebagian besar (100%) pengetahuan gizi ibu kurang dengan status gizi Non Anemia 4. Status Gizi (Anemia) dengan Tingkat Konsumsi Energi Table 41 Status Gizi (Anemia) dengan Tingkat Konsumsi Energi Status Gizi Total Tingkat Konsumsi Anemia Non Anemia Energi n % n % n % 0 Cukup 0 0 0 0 0 Kurang 0 0 3 100 3 100 3 100 3 100 Jumlah 0 0 Sumber: Data primer terolah Desa Watukila Dari table diatas menunjukan hubungan konsumsi energi dengan status gizi, dimanan sebagian besar (100%) dengan konsumsi energi kurang. dengan status gizi Non Anemia.

Status Gizi (Anemia) dengan Tingkat Konsumsi Protein Table42 Status Gizi (Anemia) dengan Tingkat Konsumsi Protein Status Gizi Total Tingkat Konsumsi Anemia Non Anemia Protein n % n % n % 1 Cukup 0 0 33,33 1 33,33 Kurang 0 0 2 66,67 2 66,67 0 0 3 100 Jumlah 3 100 Sumber: Data primer terolah Desa Watukila

Dari table diatas menunjukan hubungan tingkat konsumsi protein dengan status gizi, dimana sebagian besar (66,67%) tingkat konsumsi protein kurang. dengan status gizi Non Anemia Status Gizi (Anemia) dengan Tingkat Konsumsi Fe Table 43 Status Gizi (Anemia) dengan Tingkat Konsumsi Fe Status Gizi Total Tingkat Konsumsi Anemia Non Anemia Fe n % n % n % 0 Cukup 0 0 0 0 0 Kurang 0 0 3 100 3 100 3 100 3 100 Jumlah 0 0 Sumber: Data primer terolah Desa Watukila Dari table diatas menunjukan tingkat konsumsi Fe dengan status gizi, dimana sebagian besar (100%) tingkat konsumsi Fe kurang dengan status gizi Non Anemia. Status Gizi (Anemia) dengan Tingkat Konsumsi Vit.C Table 44 Status Gizi (Anemia) dengan Tingkat Konsumsi Vit.C Status Gizi Total Tingkat Konsumsi Anemia Non Anemia Vit.C n % n % n % 0 Cukup 0 0 0 0 0 Kurang 0 0 3 100 3 100 3 100 3 100 Jumlah 0 0 Sumber: Data primer terolah Desa Watukila

Dari table diatas menunjukan hubungan tingkat konsumsi vitamin C dengan status gizi, dimana sebagian besar (100%) tingkat konsumsi vitamin C kurang dengan status gizi Non Anemia. Sampel Ibu Menyusui 1. Data Keluarga a. Ibu Menyusui menurut Umur Ibu Table 45 Distribusi Ibu Menyusui menurut Umur Ibu Umur Ibu (Tahun) n 35 tahun 1 9 Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila

% 0 88.89 11.11 100

dari tabel diatas menyatakan sebagian besar (88,89%) ibu menyusui dengan umur 20-35 tahun. b. Menurut Umur Penyusuan table 46 Distribusi Ibu Menyusui Menurut Umur Penyusuan Umur Penyusuan n 9 < 12 Bulan 0 12-24 Bulan 0 > 24 Bulan 9 Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila

% 100 0 0 100

Dari tabel diatas menunjukan bahwa sebagian besar (100%) ibu menyusui dengan umur penyusuan < 12 bulan.

c. Status Gizi Table 47 Status Gizi Kategori Obesitas Status gizi n 0 % 0

Gemuk Normal Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila

1 8 9

11,11 88,89 100

Dari table diatas menunjukan bahwa sebagian besar (88,89%) dengan status gizi normal. d. Jumlah Anggota Keluarga Tabel 48 Distribusi Menurut Jumlah Keluarga Jumlah Anggota Keluarga n 4 2 >4 7 Jumlah 9 Sumber: Data primer terolah Desa Watukila

% 22.2 77.8 100

Dari table diatas menunjukan bahwa sebagian besar (77,8%) memiliki jumlah anggota keluarga > 4 orang. e. Tingkat Pendidikan Ibu Menyusui Table 49 Distribusi Tingkat Pendidikan ibu menyusui Ayah Tingkat Pendidikan n % n Tidak Sekolah 0 0 0 SD+SMP 5 55.56 5 SMA 4 44.44 4 PT/AKADEMIK 0 0 0 9 100 9 Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila

Ibu % 0 55.56 44.44 0 100

Dari tabel diatas menunjukan bahwa sebagian besar (55,56 %) tingkat pendidikan ibu adalah tamat SD+SMP sedangkan yang tamat SMA sebesar 44,44 %. f. Pekerjaan Table 50 Distribusi Menurut Tingkat Pekerjaan Ayah Jenis pekerjaan n %

Ibu n %

Petani 6 Sopir 1 Ibu Rumah Tangga 0 Lainnya 2 9 Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila

66.67 11.11 0 22.22 100

0 0 9 0 9

0 0 100 0 100

Tabel diatas menunjukan bahwa sebagian besar jenis pekerjaan (66,67%) Ayah sebagai petani, sedangkan ibusebagian besar (100%)adalah ibu rumah tangga g. Pengetahuan, sikap, dan tindakan Table 51 Distribusi Menyusui Menurut Pengetahuan,Sikap,dan Tindakan Pengetahuan Sikap Tindakan Perilaku Ibu /keluarga n % n % n % Cukup 0 0 4 44.44 0 0 Kurang 9 100 5 55.56 9 100 9 100 9 100 9 100 Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila Dari tabel diats menunjukan bahwa sebagian besar pengetahuan gizi ibu (100%) kurang, sikap sebesar 44,44% kurang sedangkan tindakan sebesar 55,56%, kurang. h. Pola Makan Sehari- hari Table 52 Distribusi Ibu menyusui Menurut Pola Makan Sehari-hari Pola Makan n % MP/LP/S/B/SU 0 0 MP/LP/S/B 0 0 MP/ LP/S 9 100 9 100 Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila Dari table diatas menunjukan bahwa sebagian besar (100%) pola makan seharihari ibu menyusui adalah MP/LP/Sayur.

D.LINGKUNGAN 1. PAB (Pengelolaan Air Bersih) Tabel 53

Distribusi ibu menyusui menurut sumber air minum untuk keperluan sehari-hari Sumber Air Minum Untuk Keperluan Sehari-Hari n PDAM Sungai Sumur Lainnya Jumlah 2 7 9 Jumlah % 22,3% 77,7 100%

Sumber: Data primer terolah Desa Watukila Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar (77,7%) distribusi sumber air minim untuk keperluan sehari-hari berasal dari lainya yaitu pegunungan.

Pengolahan Air Minum Tabel 54 Pengolahan air minum Yang dimasak Ya Tidak Jumlah N 9 9 Jumlah % 100 100%

Sumber: Data primer terolah Desa Watukila Dari tabel di atas menunjukan bahwa semua (100%) pengolahan air minum sebelumya dimasak. Tabel 55 Tempat Penyimpanan Air Sebelum dimasak Sumber air minum untuk keperluan sehari-hari N Ember 7 Jumlah % 77,77%

Bak Tempayan Lainnya Jumlah

1 1 9

11,11% 11,11% 100%

Sumber: Data primer terolah Desa Watukila Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar (77,77%) air sebelum dimasak disimpan dalam ember. 2. JAGA (Jamban Keluarga) Tabel 56 Distribusi ibu menyusui menurut kepemilikan jambang/wc sendiri Memiliki jambang/ WC sendiri N Ya Tidak Jumlah 6 3 9 Jumlah % 66,67% 33.33% 100%

Sumber: Data primer terolah Desa Watukila Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar (66,67%) memiliki jamban atau WC sendiri.

3. SPAL(Saluran Pembuangan Air Limbah) Tabel 57 Distribusi ibu menyusui menurut adanya saluran pembuangan air limbah Keluarga yang memilki saluran pembuangan air limbah n Ya Tidak Jumlah 0 9 9 Jumlah % 0 100% 100%

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa semua (100%) ibu menyusui tidak memiliki saluran pembuangan air limbah. Tabel 58 Distribusi Ibu Menyusui Menurut Tempat Membuang Sampah Keluarga Tempat membuang sampah n Tempat sampah Lubang yang dibuat khusus Sungai Sembarang tempat Jumlah 0 1 1 7 9 Jumlah % 0 11,11 11.11 77,77 100%

Sumber: Data primer terolah Desa Watukila Dari tabel di ataas menunjukan bahwa semua (100%) membuang sampah disembarang tempat.

Tabel 59 Distribusi Ibu Menyusui Menurut Pemanfaatan Pekarangan Rumah Pemanfaatan pekarangan rumah n Ya Tidak Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila Dari tabel di atas menunjukan bahwa semua (100%) memanfaatkan pekarangan dengan menanamkan berbagai jenis tananan . 4. PELAYANAN KESEHATAN (YANKES) Tabel 60 9 0 9 Jumlah % 100% 0 100%

Distribusi ibu Menyusui Menurut Tempat Berobat Jika Mengalami Gangguan Kesehatan. Tempat Berobat Ibu Menyusui Jika Mengalami Gannguan Kesehatan n Rumah sakit Puskesmas Ke dukun Diobati sendiri Lainnya Tidak diobati Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila Dari tabel diatas menunjukan sebagian besar (44,44%) jika ibu menyusui mengalami gangguan kesehatan tempat berobat adalah ke puskesmas. Taebl 61 Distribusi Ibu Menyusui Menurut Pemberian Kapsul Vit.A Pada Masa Nifas Pemberian Kapsul Vit.A Pada Masa Nifas n Mendapat kapsul Vit.A Tidak mendapat kapsul Vit.A Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila Dari tabel di atas menunjukan sebagian besar sampel (66,67%) ibu menyusui mendapatkan kapsul Vit.A. 3 6 9 Jumlah % 33,33 66,67 100% 3 4 1 0 0 1 5 Jumlah % 33,33 44,44 11,11 0 0 11,11 100%

i. Menurut Pendapatan Keluarga Table 62 Distribusi Menurut Pendapatan Keluarga

Tingkat pendapatan n % Cukup 8 88.89 Kurang 1 11.11 9 100 Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila Dari table diatas menunjukan sebagian besar (88,89%) tingkat pendapatan keluarga ibu menyusui cukup. J. Menurut Tingkat Konsumsi Table 63 Distribusi Menurut Tingkat Konsumsi Energi Protein Tingkat Konsumsi n % n % Cukup 0 0 4 44.44 Kurang 9 100 5 55.56 Jumlah 9 100 9 100 Sumber: Data primer terolah Desa Watukila

Fe n 0 9 9 % 0 100 100 n 0 9 9

Vit.C % 0 100 100

Dari table diatas menunjukan bahwa semua (100%) tingkat konsumsi energi kurang. 55,56% tingkat protein kurang, 100% tingkat Fe kurang dan 100% tingkat Vit.C kurang.

2. Hubungan antara 2 variabel 1. Status Gizi dengan Tingkat Pengetahuan Tabel. 64 Status Gizi dengan Tingkat Pengetahuan Status Gizi Pengetahuan Gizi Baik Kurang ibu n % n % 0 cukup 0 0 0 kurang 9 100 0 0 9 100 0 0 Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila

Total n 0 9 9 % 0 100 100

Dari tabel diatas menunjukan hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan status gizi, dimana sebagian besar pengetahuan gizi ibu kurang, dengan status gizi baik .

2. Status Gizi dengan Tingkat Konsumsi Energi Table 65 Status Gizi dengan Tingkat Konsumsi Energi Status Gizi Total Tingkat Konsumsi Baik Kurang Energi n % n % n % Cukup 0 0 0 0 0 0 Kurang 9 100 0 0 9 100 9 100 0 0 9 100 Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila Dari tabel diatas menunjukan hubungan antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi ibu, dimana semua (100%) tingkat konsumsi energi kurang, dengan status gizi baik. 3. Status Gizi dengan Tingkat Konsumsi Protein Table 66 Status Gizi dengan Tingkat Konsumsi Protein Status Gizi Tingkat Konsumsi Baik Kurang Protein n % n % cukup 0 0 0 0 kurang 4 44,44 5 55,56 4 44,44 5 55,56 Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila

Total n 0 9 9 % 0 100 100

Dari table diatas menunjukan sebagian besar tingkat konsumsi protein dengan status gizi, dimana sebagian besar (55,56%) konsumsi protein kurang, dengan status gizi kurang. 4. Status Gizi dengan Tingkat Konsumsi Fe Table 67 Status Gizi dengan Tingkat Konsumsi Fe Status Gizi Tingkat Konsumsi Baik Kurang Fe n % n % Cukup 0 0 0 0 Kurang 9 100 0 0 9 100 0 0 Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila

Total n 0 9 9 % 0 100 100

Dari tabel diatas menunjukan hubungan antara tingkat konsumsi Fe ibu dengan status gizi, dimana semua (100%) tingkat konsumsi Fe kurang, dengan status gizi baik. 5. Status Gizi dengan Tingkat Konsumsi Vitamin.C Table 68 Status Gizi dengan Tingkat Konsumsi Vit.C Status Gizi Tingkat Konsumsi Baik Kurang Vitamin C n % n % Cukup 0 0 0 0 Kurang 9 100 0 0 9 100 0 0 Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila

Total n 0 9 9 % 0 100 100

Dari tabel diatas menunjukan hubungan antara tingkat konsumsi Vit.C ibu dengan status gizi, dimana semua (100%) tingkat konsumsi Vit.C kurang, dengan status gizi baik. Sampel Ibu Kader 1. Pengetahuan, sikap dan tindakan Table 69 Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Pengetahuan Sikap Kategori n % n % Cukup 0 0 0 0 Kurang 3 100 3 100 3 100 3 100 Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila

Tindakan n % 0 0 3 100 3 100

Dari tabel di atas menunjukan bahwa semua sampel (100%) pengetahuan ibu kader dengan kategori kurang, 100% sikap ibu kader dengan kategori kurang, dan 100% tindakan ibu kader degan tindakan kurang. 2. Distribusi Kader menurut tingkat pendidikan Table 70 Distribusi Kader menurut tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan n

%

SMP SMA Jumlah Sumber: Data primer terolah Desa Watukila

1 2 3

33.33 66.67 100

Dari table di atas menunjukan bahwa sebagian besar (66,67%) tingkat pendidikan ibu kader adalah SMA. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Hal-hal yang dapat kami simpulkan dari kegiatan praktek kerja lapangan (PKL) Program Perencanaan Gizi (PPG) di Desa Watukila Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara adalah sebagai berikut : 1. Sampel Keluarga Balita a. Status gizi anak balita sebesar 33,33% dengan kategori kurang. b. Konsumsi energi balita sebesar 96,2% dengan kategori kurang. c. Konsumsi protein anak balita sebesar 40,8% dengan kategori kurang. d. Tingkat pengetahuan gizi ibu balita sebesar 100% dengan kategori kurang. 2. Sampel Ibu Hamil a. b. c. d. e. Konsumsi energi ibu hamil sebesar 100% dengan kategori kurang. Konsumsi proterin ibu hamil sebesar 66,67% dengan kategori krang. Konsumsi Fe ibu hamil sebesar 100% dengan kategori kurang. Konsumsi Vitamin C ibu hamil sebesar 100% dengan kategori kurang. Tingkat pengetahuan gizi ibu hamil sebesar 100% dengan kategori kurang.

3. Sampel Ibu Menyusui a. Konsumsi energi ibu memyusui sebesar 100% dengan kategori kurang.

b. c. d. e.

Konsumsi protein ibu menyusui sebesar 55,56% dengan kategori kurang. Konsumsi Fe ibu menyusui sebesar 100% dengan kategori kurang. Konsumsi Vitamin C ibu menyusui sebesar 100% dengan kategori kurang. Tingkat pengetahuan gizi ibu menyusui sebesar 100% dengan kategori kurang.

4. Sampel Ibu Kader Tingkat pengetahuan ibu kader sebesar 100% dengan kategori kurang. B. SARAN Dari kegiatan pengumpulan data dasar ini dapat kami sarankan perlu dilakukan upaya peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai gizi dan kesehatan, khususnya bagi ibu rumah tangga untuk mendukung upaya perbaikan gizi keluarga.

BAB VI PERENCANAAN PROGRAM INTERVENSI GIZI

A. Masalah Gizi Yang Ditemukan Masalah gizi yang ditemukan di Desa Watukila Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara. Adapun masalah yang kami temukan di Desa Watukila adalah 1. Sampel Keluarga Balita a. Status gizi anak balita dengan kategori kurang sebesar 33,33% (n = 9) b. Konsumsi energi balita dengan kategori kurang sebesar 96,2% (n = 25) c. Konsumsi protein anak balita dengan kategori kurang sebesar 40,8% (n = 11) d. Tingkat pengetahuan gizi ibu balita dengan kategori kurang sebesar 100% (n = 27) 2. Sampel Ibu Hamil

a. Tingkat konsumsi energi ibu hamil dengan kategori kurang sebesar 100% (n 3)

=

b. Tingkat konsumsi proterin ibu hamil dengan kategori krang sebesar 66,67% (n = 2) c. Tingkat konsumsi Fe ibu hamil dengan kategori kurang sebesar 100% (n = 3) d. Tingkat konsumsi Vitamin C ibu hamil s dengan kategori kurang ebesar 100% (n = 3) e. Tingkat pengetahuan gizi ibu hamil dengan kategori kurang sebesar 100% (n = 3) 3. Sampel Ibu Menyusui a. Tingkat konsumsi energi ibu memyusui dengan kategori kurang sebesar 100% (n = 9) b. Tingkat konsumsi protein ibu menyusui dengan kategori kurang sebesar 55,56% (n = 5) c. Tingkat konsumsi Fe ibu menyusui dengan kategori kurang sebesar 100% (n = 9) d. Tingkat konsumsi Vitamin C ibu menyusui dengan kategoti kurang sebesar 100% (n = 9) e. Tingkat pengetahuan gizi ibu menyusui dengan kategori kurang sebesar 100% (n = 9) 4. Sampel Ibu Balita Tingkat pengetahuan ibu kader dengan kategori kurang sebesar 100% (n = 3) DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Master Tabel Ibu Balita Lampiran 2. Master tabel ibu hamil ....................................................................

Lampiran 3. Master tabel ibu menyusui ............................................................... Lampiran 4. Formulir master tabel sampel kader ................................................